PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN Lonchura punctulata L.
EKA NURJATI
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Lima Jenis Tanaman sebagai Repelen Lonchura punctulata L. adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014 Eka Nurjati NIM A34100022
ABSTRAK EKA NURJATI. Pengujian Lima Jenis Tanaman sebagai Repelen Lonchura punctulata L. Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO. Burung disebut hama karena menyebabkan kerugian bagi produk pertanian. Burung bondol peking berpotensi sebagai hama karena tingkat konsumsi terhadap gabah yang lebih tinggi dibanding burung lainnya. Pengendalian yang umum digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama ini adalah dengan menggunakan jaring dan orang-orangan sawah, namun kedua metode tersebut dianggap kurang efisien yaitu menyebabkan kelelahan fisik dan mahalnya upah buruh. Salah satu alternatif pengendalian burung yaitu dengan menggunakan tanaman yang memiliki bau menyengat sebagai repelen. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai repelen yaitu bangle (Zingiber cassumunar), jengkol (Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum frutescens), bawang putih (Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Metode ini terdiri dari tiga percobaan, pertama pengujian konsentrasi kelima bahan repelen yaitu konsentrasi 0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml, lalu pengujian kedua yaitu pengujian multiple choice untuk menentukan empat repelen yang paling efektif dari pengujian pertama, dan pengujian ketiga adalah bi-choice test yaitu jenis perlakuan yang paling efektif dari pengujian kedua dibandingkan dengan kontrol. Pada hasil penelitian ini, konsentrasi 0,25 g/ml adalah konsentrasi yang paling efektif dari bawang putih, lada, bangle, cabai, dan konsentrasi 0,2 g/ml pada jengkol. Pada pengujian multiple choice, lada 0,25 g/ml adalah perlakuan yang paling efektif dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Lada 0,25 g/ml dapat menurunkan konsumsi burung sebanyak 69,91% pada pengujian bi-choice. Meskipun tingkat repelensi lada 0,25 g/ml lebih dari 50%, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas lada 0,25 g/ml sebagai pengusir burung di lapangan. Kata kunci: burung bondol peking, jenis tanaman, repelen, konsumsi.
ABSTRACT EKA NURJATI. Testing on Five Plants as Repellent to Lonchura punctulata L. Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO. Birds are called pests due to causing loss to agricultural product. Scalybreasted munia is a potential pest because of the consumption level to unhulled rice. The common method used by people to control this pests is using net and scarecrow, but both methods are considered less efficient because is causing physical exhaustion and high labor costs. One of the alternative control to scalybreasted munia is using plants that have a pungent odor as botanical repellent. Plants that can be used as repellent are purple ginger (Zingiber cassumunar), stinky bean (Archidendron pauciflorum), chili sauce (Capsicum frutescens), garlic (Allium sativum), and pepper (Piper nigrum). The method consist of three trial, firstly five repellent with 0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml concentration, secondly multiple choice test to four of the most effective repellent from the first test, and thirdly bi-choice test to one the most repellent effective compare with control. On this result experiment, concentration 0,25 g/ml is the most effective test of garlic, pepper, purple ginger, chili sauce, and concentration 0,2 g/ml on stinky bean. Result of multiple choice test, pepper 0,25 g/ml is most effective plant compared with otherplant. Pepper 0,25 g/ml can decrease the consumption of bird as much as 69,91% on bi-choice test. Although level of repellent on pepper 0,25 g/ml is more than 50%, needed further research to determine the effectiveness of pepper 0,25 g/ml as a bird repellent in the field. Keywords: Loncura punctulata L., plants, repellent, consumption.
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN Lonchura punctulata L.
EKA NURJATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripi
: Pengujian Lima Jenis Tanaman sebagai Repelen Lonchura punctulata L. Nama Mahasiswa : Eka Nurjati NIM : A34100022
Disetujui oleh
Dr Ir Swastiko Priyambodo, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengujian Lima Jenis Rempah-rempah sebagai Repelen Lonchura punctulata L.”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan berbagai macam bantuan kepada penulis baik berupa pikiran, waktu, dan hal lainnya. Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta Ibu, Ayah, Adik, beserta keluarga yang lainnya untuk kasih sayang, dukungan, serta doa yang selalu diberikan. Teman-teman IKMP (Caesar, Danang, Mira, Ardya, Septian, Elly), Puri Sekarwangi (Ambar, Juniza, Karina), B22 PTN 47 (Nilam, Desi, Fajrin, Kiki, Hagia) atas pertemanan selama kuliah di IPB dan segala macam dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Teman-teman laboratorium Vertebrata Hama (Esi, Bunga) atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Eka Nurjati
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan Manfaat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Persiapan Hewan Uji Persiapan Bahan Repelen Persiapan Arena Perlakuan Peubah yang Diamati Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsentrasi pada Lima Jenis Bahan Tanaman Pengujian Multiple Choice dengan Empat Jenis Bahan Tanaman Pengujian Bi-choice dengan Perlakuan Lada 0,25 g/ml dan Kontrol SIMPULAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 1 2 2 3 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 11 12 14 14 14 15 17
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Konsumsi burung pada pengujian bawang putih Konsumsi burung pada pengujian lada Konsumsi burung pada pengujian bangle Konsumsi burung pada pengujian cabai rawit Konsumsi burung pada pengujian jengkol Konsumsi burung pada pengujian konsentrasi dari lima jenis Bahan tanaman Jumlah burung yang mati pada beberapa perlakuan Konsumsi burung pada pengujian multiple choice
6 7 7 8 9 10 11 12
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Burung bondol peking Rempah-rempah yang digunakan pada pengujian Kandang sebagai arena pengujian Pengaruh konsentrasi dan lama hari pada pengujian bangle Konsumsi rata-rata burung terhadap perlakuan lada 0,25 g/ml dan kontrol 6 Konsumsi rata-rata burung terhadap pengaruh lama hari pada pengujian lada 0,25 g/ml dan kontrol
3 4 4 8 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari ketiga Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari keenam Data konsumsi burung pada pengujian multiple choice Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada pengujian multiple choice Data konsumsi burung pada pengujian bi-choice Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada pengujian bi-choice Data rerata bobot burung pada berbagai perlakuan Persentase penguapan bahan repelen setiap hari Data bobot gabah dari awal perlakuan sampai hari ketiga dan keenam Persentase penguapan pada hari perlakuan Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bawang putih Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi lada Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bangle Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi cabai rawit Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi jengkol Hasil analisis ragam kelima bahan repelen pada pengujian konsentrasi Hasil analisis ragam pengujian multiple choice Hasil analisis ragam pengujian bi-choice
17 17 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20 20 20 21 21 21 21
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Burung merupakan hewan yang bermanfaat bagi manusia, namun kadangkala dapat merugikan karena bersaing dengan kepentingan manusia. Kerugian yang dialami manusia antara lain kehilangan hasil pertanian karena dikonsumsi dan kontaminasi oleh fesesnya. Pada saat itulah tindakan pengendalian perlu dilakukan (Ware 1999). Menurut Rismansyah (2007), kehilangan hasil panen padi yang diakibatkan oleh hama burung adalah sekitar 20% sampai 30%. Jenis burung yang memakan bulir padi cukup banyak, diantaranya burung gelatik, pipit, perkutut, gereja, manyar, dan bondol. Serangan hama burung sudah ada saat penyemaian, yaitu memakan benih yang telah disebar, kemudian saat padi masih muda, ataupun saat padi sudah menguning (Prasetyo 2002). Menurut Riyadi (2009), bila dilihat dari konsumsi harian, burung bondol lebih berpotensi sebagai hama tanaman padi dibandingkan dengan burung gereja. Ziyadah (2009) menyatakan bahwa dalam pengujian populasi bondol peking dan bondol jawa, konsumsi gabah bondol peking lebih tinggi dibandingkan bondol jawa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan burung bondol peking (Lonchura punctulata L.) sebagai hewan uji. Menurut Mackinnon (1990), penyebaran bondol peking adalah India, China, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan diintroduksi oleh manusia ke Australia. Pakan dari bondol peking adalah padi, biji, dan rumput. Burung ini mempunyai kebiasaan hidup berkelompok dan bergerombol besar. Kebiasaan tersebut menjadikan burung ini menjadi hama bagi lahan pertanian. Beberapa teknik pengendalian terhadap burung telah dilakukan di sawahsawah Pulau Jawa dan Bali, namun usaha yang dilakukan membutuhkan tenaga dan waktu yang lama untuk mengusir burung-burung tersebut dari sawah. Para petani menggunakan beberapa cara tradisional dalam upaya mengendalikan hama burung yaitu menggunakan jaring, kaleng berisikan batu kerikil yang diikat pada tali kemudian dibentangkan ke seluruh areal sawah, atau dengan membuat orangorangan sawah, atau menjaga sawah dari pagi hingga sore dari serangan burung ataupun menggunakan avisida (Mackinnon dan Phillips 1993). Menurut Zulfiadi (2012), dalam mengendalikan hama burung dengan memasang rumbai-rumbai dirasa petani kurang efisien dalam hal kelelahan fisik dan mahalnya upah buruh untuk menghalau burung dengan rumbai-rumbai tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah alternatif metode pengendalian yang biayanya relatif murah dan bisa dibuat sendiri oleh petani dengan cara yang sederhana. Pestisida nabati diperoleh dari ekstrak tanaman yang dapat berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat, dan penghambat pertumbuhan bagi hama sasaran (Soehardjan 1994). Menurut Purwanto (2009), penggunaan repelen merupakan salah satu alternatif pengendalian hama dengan metode tanpa mematikan (non lethal). Menurut Priyambodo (2003), repelen yang efektif harus bekerja sebagai sesuatu yang dirasa oleh indera penciuman, bukan oleh indera perasa. Menurut Shepherd (2003), burung merupakan salah satu hewan yang memiliki pertumbuhan bulbus olfaktorius baik. Bulbus olfaktorius adalah struktur otak vertebrata yang mempengaruhi penciuman hewan. Semakin baik
2 perkembangannya, semakin tajam penciuman suatu hewan. Bulbus olfaktorius berfungsi untuk memperbesar penciuman, memperbesar sensitivitas deteksi bau, menyaring bau untuk mendeteksi suatu bau. Rempah-rempah atau bagian tanaman yang memiliki aroma menyengat, sejak dulu telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat-obatan tradisional yang cukup efektif bagi kesehatan manusia meskipun rempah-rempah terkadang menghasilkan bau yang tidak sedap dan juga hawa panas yang mengganggu. Oleh karena bahan rempah-rempah banyak didapatkan di Indonesia maka tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkannya, tidak hanya sebagai obat namun juga banyak yang menggunakannya sebagai bahan untuk mengendalikan segala hal yang dapat mengganggu (Purwanto 2009). Diantara berbagai jenis tanaman yang sering digunakan sebagai repelen antara lain: bangle (Zingiber cassumunar), jengkol (Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum frutescens), bawang putih (Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Berdasarkan pertimbangan tersebut, bahan tanaman yang memiliki aroma yang menyengat diharapkan dapat menjadi repelen sebagai salah satu alternatif pengendalian burung bondol peking (Lonchura punctulata L.) pada tanaman padi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mencari konsentrasi yang efektif dari masingmasing bahan tanaman yang digunakan sebagai bahan repelen yaitu bawang putih, lada, bangle, cabai rawit, dan jengkol pada pengujian konsentrasi, menentukan rempah-rempah yang paling efektif sebagai repelen pada burung bondol peking, dan menentukan tingkat repelensi dari rempah-rempah yang paling efektif dari pengujian sebelumnya. Manfaat Penelitian Bahan tanaman tersebut dapat dijadikan penolak (repelen) sebagai alternatif pengendalian burung bondol peking yang efektif dan dapat dibuat sendiri secara sederhana oleh petani.
3
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, dari Bulan September sampai November 2013. Metode Penelitian Persiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung bondol peking yang diperoleh di Pasar Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat. Burung yang digunakan adalah burung dewasa, yang mempunyai ciri-ciri berukuran relatif kecil (110 mm), tubuh bagian atas berwarna coklat, bercoretan, dengan tangkai bulu putih, tenggorokan berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawah berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh (Yakin 2011). Burung yang digunakan 245 ekor, dengan berat antara 8 sampai 15 gram (umur lebih dari 90 hari).
Gambar 1 Burung bondol peking Persiapan Bahan Repelen Bahan uji yang digunakan sebagai repelen adalah bangle (Zingiber cassumunar), jengkol (Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum frutescens), bawang putih (Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Bahan repelen dibuat dengan cara menghaluskan bahan-bahan yang akan digunakan dengan blender. Bahan-bahan yang digunakan diperoleh dari pasar tradisional di Dramaga, Kabupaten Bogor, kecuali bangle yang diperoleh dari kebun di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pada setiap perlakuan, bahan uji dan air dicampur sesuai dengan konsentrasi pada perlakuan, yaitu pada konsentrasi 0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,25 g/ml. Pada konsentrasi tersebut, bahan repelen yang digunakan berturut-turut sebanyak 10 g, 15 g, 20 g, dan 25 g, lalu dicampur dengan air sampai volumenya mencapai 100 ml. Hasil penghancuran disaring dengan menggunakan saringan, kemudian hasil penyaringan digunakan sebagai repelen. Air saringan dituang ke dalam mangkok kecil kemudian dimasukkan dalam hand sprayer yang digunakan untuk menyemprot gabah. Larutan yang digunakan adalah 12 ml pada setiap perlakuan per pengujian.
4
(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2 Bahan tanaman yang digunakan pada pengujian (a) cabai rawit (b) lada (c) bawang putih (d) jengkol (e) bangle Persiapan Arena Arena yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang yang dibuat dari ram kawat berbentuk balok berukuran 100 cm x 100 cm x 100 cm yang dilengkapi dengan peralatan tambahan yaitu tempat minum, tempat makan, kayu untuk bertengger, dan alas penampung kotoran. Kandang kemudian ditutupi dengan kain berwarna hitam untuk menghindari cekaman (stress) hewan uji dan mencegah terjadinya bias bau yang dihasilkan oleh bahan repelen maupun lingkungan di sekitar tempat pengujian.
Gambar 3 Kandang sebagai arena pengujian Perlakuan Percobaan pertama diawali dengan melakukan pengujian konsentrasi bahan repelen yang paling efektif untuk burung. Bahan repelen yang digunakan adalah bangle, jengkol, lada, cabai rawit, dan bawang putih. Perlakuan bahan repelen yang digunakan untuk uji penentuan konsentrasi yang efektif dalam satu kandang pada lima jenis rempah (0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml) dan dilakukan sebanyak 5 ulangan. Dengan demikian, total ada 25 kandang percobaan. Pengujian bahan repelen dengan banyak pilihan (multiple choice) dilakukan setelah mengetahui konsentrasi masing-masing bahan repelen yang paling efektif untuk burung bondol peking. Pada pengujian sebelumnya terdapat lima bahan repelen, kemudian disisihkan satu bahan repelen yang keefektifannya paling rendah. Pada pengujian multiple choice digunakan hanya empat bahan repelen dengan konsentrasi yang sama. Pengujian bahan repelen dengan dua pilihan (bi-choice) dengan menggunakan satu bahan repelen dengan keefektifan tertinggi dan gabah sebagai kontrol. Dalam satu kandang pengujian terdapat perlakuan yang diletakkan di setiap sudut kandang, 7 ekor burung bondol peking, dan air minum yang diganti setiap harinya. Bahan repelen diberikan dalam bentuk formulasi cair untuk satu konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian disemprotkan ke gabah sebanyak 42 g (7 ekor x (2 g (Ziyadah 2009) x 3 hari) dengan volume 12 ml. Sisa gabah ditimbang dan diganti dengan yang baru pada hari ke-3, kemudian ditimbang sisa
5 gabah pada hari ke-6. Bobot burung ditimbang sebelum pengujian dan 6 hari setelah pengujian. Pengujian penguapan dilakukan untuk mengetahui persentase penguapan terhadap massa gabah di awal percobaan. Pengujian dilakukan dengan lima ulangan dengan menggunakan salah satu bahan repelen dengan gabah, sama dengan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 42 g gabah sebanyak 12 ml formulasi cair bahan repelen. Setiap hari bobot gabah ditimbang lalu diakumulasi dalam hari ke-3 dan ke-6 untuk mengetahui persentase penguapan. Peubah yang Diamati Pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini adalah tingkat konsumsi gabah selama pada hari ke-3 dan ke-6, perubahan bobot burung dari awal hingga akhir pengujian. Kandang diperiksa setiap hari untuk mengetahui burung yang mati kemudian segera diganti dengan burung yang baru dan membersihkan gabah yang tercecer. Pada pengamatan hari ke-3 sisa gabah yang dikonsumsi ditimbang termasuk yang tercecer, selanjutnya gabah diganti dengan yang baru dengan jenis perlakuan yang sama. Pengamatan pada hari ke-6 ditimbang sisa gabah termasuk yang tercecer dan ditimbang bobot akhir burung. Data konsumsi dikonversi ke penguapan lalu ke 10 g bobot tubuh burung. Perhitungan konversi dengan rumus sebagai berikut: Persentase penguapan = bobot awal – bobot akhir x 100% bobot awal Konsumsi setelah dikonversi penguapan = konsumsi x persentase penguapan Konversi 10 g bobot tubuh = konsumsi setelah dikonversi penguapan x 10 g bobot burung pada hari pengamatan Keterangan: Bobot burung pada pengamatan hari ke-3 = rerata awal+rerata hari ke-6 2 Bobot burung pada pengamatan hari ke-6 = rerata hari keenam Tingkat keefektifan repelen dapat dihitung dengan rumus : TR = C-T x 100% C Keterangan: TR = Tingkat repelensi, C = Konsumsi kontrol, T = Konsumsi perlakuan Analisis Data Data hasil pengamatan diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor yang mempengaruhi perlakuan, yaitu jenis perlakuan itu sendiri dan lama waktu pengujian (hari ke-3 dan ke-6). Pada pengolahan persentase penguapan, konsumsi setelah dikonversi penguapan, dan konversi 10 g bobot burung diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excell 2010. Analisis ragam diolah dengan Statistical Analysis System (SAS) for Windows 9.1.3. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5%.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsentrasi pada Lima Jenis Bahan Tanaman Bagi penduduk Indonesia bawang putih adalah rempah-rempah yang digunakan secara luas baik untuk kepentingan bumbu masak yang memberi rasa dan aroma yang khas juga digunakan sebagai obat tradisional unuk beberapa penyakit. Menurut Sudarmo (2005), pestisida nabati bawang putih efektif untuk mengendalikan beberapa hama. Menurut Sinta (2006), tingkat repelensi tertinggi terdapat pada perlakuan bawang putih. Pemberian repelen ini efektif dalam mengusir mencit karena bawang putih mengeluarkan aroma yang khas, sehingga mempengaruhi perilaku mencit dalam memilih pakan yang dikonsumsinya. Rata-rata konsumsi burung pada pengujian konsentrasi bawang putih menurun dengan peningkatan konsentrasi (Tabel 1). Konsentrasi 0,2 g/ml adalah yang efektif pada pemberian hari ke-3, sedangkan konsentrasi 0,25 g/ml pada hari ke-6. Baik pada pemberian hari ke-3 dan ke-6 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, begitupun dengan rata-rata pemberian bawang putih pada konsentrasi yang berbeda. Secara keseluruhan, konsentrasi 0,25 g/ml merupakan perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan konsumsi burung terhadap gabah. Interaksi antara konsentrasi dan lama pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi burung pada gabah. Tabel 1 Konsumsi burung pada pengujian bawang putih Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) 3 6 0,1 15.44 ± 1.21a 12.17 ± 2.95a 0,15 13.41 ± 2.09a 12.44 ± 3.61a 0,2 12.80 ± 2.60a 11.69 ± 2.62a 0,25 13.24 ± 2.76a 11.22 ± 4.21a Rata-rata 13.72 ± 2.31a 11.88 ± 3.16a
Rata-rata 13.81 ± 2.74a 12.93 ± 2.83a 12.25 ± 2.53a 12.23 ± 3.53a 12.81
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Menurut Kemenhut (2012), lada (Piper ningrum) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Namun, pemanfaatan bagian tanaman tersebut masih sangat terbatas karena dukungan hasil penelitian juga masih sangat terbatas. Lada hitam yang termasuk dalam tanaman obat dan aromatik juga mengandung bahan aktif yang dapat mempengaruhi aktifitas biologis bakan bersifat toksik sehinga dapat mematikan serangga hama (Grainge dan Ahmed (1988); Prakash and Rao (1997)). Dengan demikian tanaman obat dan aromatik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati yang merupakan salah satu komponen pengendalian hama tanaman yang sejalan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan perlakuan yang efektif untuk menurunkan konsumsi burung pada bulir gabah (Tabel 2). Rata-rata konsumsi gabah pada perlakuan lada dengan konsentrasi 0,1 g/ml dan 0,15 g/ml berbeda
7 nyata dengan konsentrasi 0,25 g/ml. Pemberian lada pada hari ke-3 dan ke-6 tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada uji interaksi, konsumsi gabah pada konsentrasi 0,25 g/ml pada hari ke-3 dan ke-6 berbeda nyata dengan konsentrasi 0,15 g/ml hari ke-3 dan ke-6 serta konsentrasi 0,1 g/ml hari ke-6. Tabel 2 Konsumsi burung pada pengujian lada Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) 3 6 0,1 11.02 ± 2.43ab 14.98 ± 1.27a 0,15 14.42 ± 1.91a 15.19 ± 3.71a 0,2 12.49 ± 4.66ab 11.28 ± 4.28ab 0,25 9.27 ± 2.48b 8.67 ± 3.89b Rata-rata 11.80 ± 3.42a 12.53 ± 4.25a
Rata-rata 13.00 ± 2.77a 14.81 ± 2.81a 11.89 ± 4.27ab 8.97 ± 3.09b 12.17
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Menurut Widyamanda et al. (2013), tanaman bangle (Zingiber cassumunar) merupakan salah satu tanaman obat yang secara tradisional telah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini. adalah asli Pulau Jawa. Bangle dikenal mampu menghangatkan badan, menghilangkan rasa sakit kepala (sedativum), obat memar, obat nyeri sendi (rematik), obat sembelit, obat sakit perut (kolik), obat sakit kuning, memperkuat kontraksi rahim, serta pelangsing perut pasca persalinan. Dari hasil penelitian Purwanto (2009), bangle memiliki tingkat repelensi yang baik terhadap tikus dilihat dari penurunan konsumsi gabah. Menurut Rusli (2010), rimpang bangle dapat membasmi kecoa, nyamuk, dan lalat. Pada pengujian repelen terhadap burung, bangle dengan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan konsentrasi yang efektif untuk menurunkan konsumsi gabah pada burung (Tabel 3). Tabel 3 Konsumsi burung pada pengujian bangle Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) 3 6 0,1 10.92 ± 2.50bc 15.54 ± 2.25a 0,15 10.85 ± 3.25bc 14.22 ± 1.70ab 0,2 13.00 ± 2.76abc 13.10 ± 1.94abc 0,25 10.57 ± 3.36bc 9.87 ± 3.05c Rata-rata 11.34 ± 2.92b 13.18 ± 3.01a
Rata-rata 13.24 ± 3.31a 12.54 ± 3.02ab 13.05 ± 2.25a 10.22 ± 3.05b 12.26
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara pemberian konsentrasi dan lama pemberian (Gambar 1). Semakin lama hari pemberian maka semakin banyak gabah yang dikonsumsi oleh burung. Burung tidak memiliki efek jera terhadap bahan repelen, pada hari ke-6 burung sudah mengenali bahan repelen sehingga
8 mengakibatkan peningkatan konsumsi terhadap gabah. Bangle dengan konsentrasi 0,25 g/ml pada hari ke-3 dan ke-6 merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menurunkan konsumsi burung. Namun, pada pengujian ini tidak dapat dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin sedikit pula konsumsi burung terhadap gabah. Hal ini disebabkan kondisi hewan uji yang berbeda-beda pada setiap individu. 20 a
Rata-rata konsumsi (g)
18
ab
16 14
bc
abc abc bc c
bc
12 10 8
Hari ke-3
6
Hari ke-6
4 2 0 0,1
0,15
0,2
0,25
Konsentrasi (g/ml) Gambar 4 Pengaruh konsentrasi dan lama hari pada pengujian bangle Pada pengujian cabai rawit sebagai repelen terhadap burung, menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada pengujian konsentrasi dan lama pemberian (Tabel 4). Pengujian konsentrasi pada hari ke-3 tidak berbeda nyata, sedangkan pada hari ke-6 konsentrasi 0,25 g/ml merupakan konsentrasi yang efektif untuk menurunkan konsumsi burung terhadap gabah. Tabel 4 Konsumsi burung pada pengujian cabai rawit Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) 3 6 0,1 13.58 ± 2.40a 13.82 ± 2.10a 0,15 13.80 ± 2.10a 14.44 ± 1.93a 0,2 14.46 ± 3.33a 11.52 ± 3.03ab 0,25 13.96 ± 3.32a 9.75 ± 2.20b Rata-rata 13.95 ± 2.67a 12.38 ± 3.09a
Rata-rata 13.70 ± 2.65a 14.12 ± 1.93a 12.99 ± 3.38a 11.86 ± 3.47a 13.17
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Simanjutak (2011) menyatakan bahwa Tanaman buah cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai macam kegunaan. Menurut Hudliyah (2007), cabai rawit memiliki tingkat repelensi yang
9 tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. kecenderungan cabai rawit untuk menjadi repelen disebabkan oleh aroma dan rasa pedas yang menimbulkan kondisi sekeliling pakan menjadi tidak nyaman bagi wirok dan wirok merasa enggan mendekati pakan tersebut. Cabai mengandung minyak atsiri, piperin, dan piperidin yang berfungsi sebagai repellen dan mengganggu preferensi makan hama (Harysaksono et al. 2008). Lama pemberian pada pengujian konsentrasi cabai rawit tidak menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata pada konsumsi burung (Tabel 4). Konsumsi burung menurun pada hari ke-6, karena adanya penggantian burung yang mati mempengaruhi konsumsi burung. Penggantian burung yang mati dengan burung yang baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada aroma khas yang dikeluarkan oleh bahan repelen. Burung belum mengenali adanya repelen yang bisa mempengaruhi aktivitas hidupnya (makan, minum, reproduksi), sehingga tetap mengonsumsi dalam jumlah yang tidak berbeda pada gabah dengan beberapa perlakuan konsentrasi. Menurut Dinata (2008), para petani Ciwidey pernah menggunakan ekstrak air biji jengkol menghadapi seranan hama wereng coklat. Menurut Hudliyah (2007), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tanaman jengkol mengandung zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat, vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, dan glikosida. Pada pengujian konsentrasi jengkol tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 5). Baik pada hari ke-3 dan hari ke-6 pengujian konsentrasi tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada hari ketiga konsentrasi 0,2 g/ml merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menurunkan jumlah konsumsi burung terhadap gabah, sedangkan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan konsentrasi yang paling efektif pada hari ke-6. Konsumsi rata-rata pada pengujian konsentrasi jengkol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel 5 Konsumsi burung pada pengujian jengkol Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) 3 6 0,1 12.82 ± 3.61a 12.80 ± 1.89a 0,15 12.25 ± 2.50a 12.82 ± 3.98a 0,2 10.03 ± 3.80a 11.73 ± 3.07a 0,25 11.47 ± 2.15a 11.09 ± 2.14a Rata-rata 11.64 ± 3.04a 12.11 ± 2.76a
Rata-rata 12.81 ± 2.72a 12.53 ± 3.15a 10.88 ± 3.37a 11.28 ± 2.03a 11.89
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Berdasarkan Tabel 5, interaksi antara pengaruh konsentrasi dan lama pemberian jengkol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Konsumsi burung pada hari ke-6 cenderung naik dibandingkan hari ke-3. Hal ini dikarenakan burung sudah mulai mengenali aroma menyengat yang dihasilkan oleh jengkol membuat burung mulai terbiasa dengan keadaan sekitar dan konsumsi gabah meningkat dibandingkan pada hari ke-3. Menurut Prakoso (2003), kemampuan daya bertahan burung dipengaruhi oleh kesesuaian
10 lingkungan tempat hidup burung, meliputi adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan, kompetisi, dan seleksi alam. Dalam pengujian ini, perubahan lingkungan akibat adanya aroma bahan tanaman yang menyengat menjadi faktor yang menyebabkan perubahan konsumsi burung pada gabah. Berdasarkan pertimbangan pada lima pengujian pertama, maka digunakan empat jenis bahan tanaman beserta konsentrasinya yaitu bangle 0,25 g/ml, jengkol 0,25 g/ml, cabai rawit 0,25 g/ml, dan lada 0,25 g/ml. Priyambodo (2003) menyatakan penggunaan repelen dapat mengurangi daya bertahan tikus karena aktivitas makan, minum, mencari pasangan, serta reproduksi diganggu, maka konsumsi yang paling sedikit adalah repelen yang efektif. Pada pengujian multiple choice dari lima bahan tanaman yang diuji, hanya digunakan empat jenis bahan tanaman dengan maksud untuk mempermudah pemilihan bahan repelen yang efektif. Dalam pengujian multiple choice, lima konsumsi terendah berturut-turut dari konsumsi rendah ke tinggi adalah lada 0,25 g/ml, bangle 0,25 g/ml, jengkol 0,2 g/ml, jengkol 0,25 g/ml, cabai rawit 0,25 g/ml (Tabel 6). Jengkol 0,2 g/ml dan jengkol 0,25 g/ml tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Oleh karena itu pada pengujian multiple choice digunakan jengkol 0,25 g/ml untuk menyeragamkan dengan konsentrasi bahan tanaman lainnya. Dalam pengujian multiple choice, jenis bahan tanaman yang digunakan adalah lada 0,25 g/ml, bangle 0,25 g/ml, jengkol 0,25 g/ml, dan cabai rawit 0,25 g/ml. Bawang putih tidak digunakan dalam pengujian multiple choice karena repelensinya terhadap burung lebih rendah dibandingkan dengan empat jenis bahan tanaman lainnya. Tabel 6 Konsumsi burung pada pengujian konsentrasi dari repelen Perlakuan Konsentrasi (g/ml) 0,1 0,15 0,2 a Rata-rata konsumsi (g) Bawang 13.81 ± 2.74abc 12.93 ± 2.83abcd 12.25 ± 2.53abcd putih Lada 13.00 ± 2.77abcd 14.81 ± 2.81a 11.89 ± 4.27abcd Bangle 13.24 ± 3.31abcd 12.54 ± 3.02abcd 13.05 ± 2.25abcd Cabai 13.70 ± 2.65abc 14.12 ± 1.93ab 12.99 ± 3.38abcd rawit Jengkol 12.81 ± 2.72abcd 12.53 ± 3.15abcd 10.88 ± 3.37cde
lima jenis bahan
0,25 12.23 ± 3.52abcd 8.97 ± 3.09e 10.22 ± 3.05de 11.86 ± 3.47abcd 11.28 ± 2.03bcde
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Berdasarkan Tabel 7, hari pertama pengujian tidak terdapat burung yang mati pada semua perlakuan. Kematian burung tertinggi terjadi pada hari ke-2 setelah pengujian. Penggantian gabah pada hari ke-3 juga menyebabkan kematian burung yang tinggi pada hari ke-4. Setelah hari pertama pengujian, terdapat beberapa burung yang mati yang diduga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang dapat mengganggu daya bertahan burung. Hewan bertingkah laku dalam usahanya untuk beradaptasi dengan lingkungannya, dimana faktor genetik dan lingkungan terlibat di dalamnya. Lingkungan sekitar mendorong hewan bertingkah laku untuk menyesuaikan diri dan bahkan terjadi pula penyesuaian hereditas. Beberapa spesies hewan dapat
11 bereaksi dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku hewan adalah reaksi seluruh organisme pada rangsangan tertentu atau cara bereaksi terhadap lingkungannya. Tingkah laku merupakan hal yang penting dalam proses domestikasi hewan oleh manusia. Domestikasi dapat dimaksudkan untuk tujuan ekonomis dan sarana konversi biologis. Masalah tingkah laku meningkat karena perkembangan pada hewan yang diadaptasikan tidak sesuai dengan lingkungan yang dibuat oleh manusia. Manusia harus memberikan perhatian lebih kepada tingkah laku dan pengontrolan lingkungan, termasuk syarat ruang, cahaya, temperatur udara, kelembaban relatif, dan kecepatan aliran udara (Sunarti 2004). Pada penelitian ini lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat asli burung menyebabkan burung tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan kematian. Tabel 7 Jumlah burung yang mati pada beberapa perlakuan Jenis perlakuan Jumlah burung yang mati pada hari ke1 2 3 4 5 Burung yang mati (ekor) Kontrol 0 3 2 1 0 Bawang putih 0 4 0 3 0 Lada 0 2 1 2 0 Bangle 0 1 1 2 0 Cabai rawit 0 3 1 1 0 Jengkol 0 1 1 2 0 Multiple choice 0 1 2 1 2 Bi-choice 0 2 1 1 1 Jumlah 0 14 7 12 3
6
Jumlah
0 0 1 0 1 1 0 0 3
6 7 6 4 6 5 6 5 39
Pengujian Multiple Choice dengan Empat Jenis Bahan Tanaman Tanaman obat dan aromatik telah diketahui juga mengandung bahan aktif yang dapat mempengaruhi aktifitas biologis bakan bersifat toksik sehingga dapat mematikan serangga hama (Grainge dan Ahmed (1988); Prakash dan Rao (1997)). Rempah-rempah diketahui mempunyai beragam bioefikasi, seperti ovicidal, repelen, antifidan, dan aktifias biocidal terhadap berbagai hama arthropoda (Kim et al. 2004). Pada pengujian multiple choice dengan menggunakan empat jenis bahan tanaman sebagai repelen terhadap burung menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan lama pemberian (Tabel 8). Lada merupakan bahan repelen yang paling efektif untuk menurunkan konsumsi burung terhadap gabah. Lada 0,25 g/ml digunakan dalam pengujian bi-choice dengan kontrol (gabah).
12 Tabel 8 Konsumsi burung pada pengujian multiple choice Jenis rempahLama pemberian (hari) rempah 3 6 Bangle 12.44 ± 2.81ab 16.42 ± 5.32a Jengkol 13.89 ± 1.38ab 14.31 ± 1.97ab Cabai rawit 13.16 ± 2.98ab 13.67 ± 2.14ab Lada 12.29 ± 4.14ab 10.95 ± 3.99b Rata-rata 12.95 ± 2.82a 13.84 ± 3.89a
Rata-rata 14.43 ± 4.53a 14.10 ± 1.62a 13.42 ± 2.45a 11.62 ± 3.90a 13.40
a
Angka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Pada pengujian multiple choice interaksi antara jenis bahan tanaman dengan lama hari perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Bangle pada pemberian hari ke-6 berbeda nyata dengan lada pemberian hari ke-3 (Tabel 8). Konsumsi pada hari ke-6 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan konsumsi pada hari ke-3. Peningkatan konsumsi ini terjadi karena hewan uji sudah mengenali bahan repelen dari aroma yang dihasilkan, sehingga konsumsinya juga meningkat. Pengujian Bi-choice dengan Perlakuan Lada 0,25 g/ml dan Kontrol Salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai pestisida nabati yaitu lada. Pada pengujian lada sebagai repelen burung menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 2). 40 35 30 25 20 15 10 5 0
a
b
Lada 0,25 g/ml
Kontrol
Gambar 5 Konsumsi rata-rata burung terhadap perlakuan lada 0,25 g/ml dan kontrol
13 30
a
a
Hari ke-3
Hari ke-6
25 20 15 10 5 0
Gambar 6 Konsumsi rata-rata burung terhadap pengaruh lama hari pada pengujian lada 0,25 g/ml dan kontrol Pada pengujian bi-choice, lama hari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Gambar 3). Berdasarkan Gambar 2, lada 0,25 g/ml dapat menurunkan konsumsi burung terhadap bulir gabah sebanyak 69,91% dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Meskipun lada 0,25 g/ml dapat menurunkan konsumsi burung lebih dari 50%, namun belum dapat dipastikan jika pada aplikasi lapang lada 0,25 g/ml dapat menurunkan konsumsi bulir gabah dengan tingkat repelensi yang sama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor luar yang berpengaruh di lapang, seperti cahaya, temperatur udara, kelembaban relatif, dan kecepatan aliran udara yang dapat mempengaruhi tingkat repelensi lada 0,25 g/ml terhadap hama burung.
14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengujian konsentrasi pada lima jenis bahan tanaman digunakan untuk menentukan konsentrasi yang efektif pada setiap perlakuan. Bangle, lada, jengkol, dan cabai rawit dengan konsentrasi 0,25 g/ml adalah bahan tanaman yang digunakan dalam pengujian multiple choice untuk menentukan jenis tanaman yang paling efektif. Lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan tanaman yang paling efektif dibandingkan dengan yang lainnya. Pada pengujian bi-choice, tingkat repelensi lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml adalah sebesar 69,91%. Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengujian efektivitas lada 0,25 g/ml sebagai repelen terhadap burung bondol peking di lapang, persepsi manusia terhadap gabah yang disemprot dengan lada, dan analisis ekonomi studi kelayakan lada 0,25 g/ml sebagai repelen terhadap burung.
15
DAFTAR PUSTAKA Dinata A. 2008. Ekstrak kulit jengkol atasi jentik DBD. Hayati J Biosci. 3(2):6263. Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of plants with Pest-Control Properties. New York (US): John Willey and Sons. Harysaksono S, Purwanti EW, Sule S. 2008. Pestisida Nabati. Malang (ID): Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Hudiyah. 2007. Pengujian Rempah-rempah sebagai Repelen serta Preferensi Campuran Umpan dan Rodentisida pada Wirok Kecil (Bandicota bengalensis Gray & Hardwicke) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2012. Pestisida nabati untuk pengendalian dan pencegahan hama hutan tanaman. J Man Hut Trop. 7(3): 1-37. Kim, S., Yi, J., Tak. & Ahn, Y., 2004. Acaricidal activity of plant essential oils against Dermanyssus gallinae (Acari: Dermanyssidae). Veterinary Parasitology 120: 297-304. Mackinnon J, Phillipps K. 1993. A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java & Bali. Oxford (GB): Oxford University Press. Mackinnon J.1990. Panduan Pengenalan Lapangan Burung-burung di Jawa dan Bali. Yogyakarta (ID): Gadjah mada University Press. Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York (US): Lewis Publisher. Prakoso A. 2003. Penyebaran dan pendugaan keanekaragaman burung air pada berbagai tipe habitat dii kawasan Segara Anakan, Cilacap [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prasetyo TY.2002. Budi Daya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar Swadaya. Purwanto. 2009. Pengujian tiga jenis rempah-rempah sebagai repelen terhadap tikus rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan tikus pohon (Rattus tiomanicus Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rismansyah EA. 2007. Mengusir burung dengan ekstrak buah serut [internet]: Jakarta (ID) [diunduh 2014 Jan 01]. Tersedia pada: mediatani.wordpress.com Riyadi A. 2009. Uji kemampuan makan pada burung gereja (Passer montanus Oates) dan uji preferensi pakan serta umpan beracun pada bondol jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) dan bondol peking (Lonchura punctulata Linnaeus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rusli MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Shepherd, G. 2003. The Synaptic Organization of the Brain. Oxford (GB): Oxford University Press.
16 Simanjutak SM. 2011. Efektivitas ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap kematian larva nyamuk Aedes spp. pada Ovitrap [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Sinta H.2006. Pengaruh Bahan Rempah sebagai Repelen terhadap Mencit Rumah (Mus musculus L. Rodentia: Muridae) dalam Mengkonsumsi Umpan dan Rodentisida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pestisida Nabati. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati: Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius Sunarti D. 2004. Pencahayaan sebagai upaya pencegahan cekaman pada industri perunggasan tropis berwawasan animal welfare [thesis]. Semarang (ID) Universitas Diponegoro. Ware GW. 1999. The Pesticide Book. San Francisco (US): Thomson Publications. Widyamanda LP, Yunianto VD, Estiningdriati I. 2013. Pengaruh Penambahan Bangle (Zingiber cas-sumunar) dalam Ransum terhadap Total Lipid dan Kolesterol Hati pada Ayam Broiler. JAA. 2(1):183-190. Yakin MR. 2011. Keanekaragaman jenis burung di Resort Tapos, seksi PTN wilayah VI Tapos, bidang pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [laporan PKL]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Ziyadah K. 2009. Kemampuan makan dan preferensi pakan pada bondol peking (Lonchura punctulata L.) dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zulfiadi YA. 2012. Prototype alat pengusir hama burung berbasis mikrokontroler atmega8 [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari ketiga Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke 0,1 0,15 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Bawang putih 16.68 14.54 13.89 16.50 15.59 16.51 12.80 13.81 13.24 Lada 8.17 8.61 12.51 12.55 13.28 11.99 13.09 14.67 15.65 Bangle 10.83 11.47 7.34 14.34 10.64 13.17 6.77 7.91 12.78 Cabai Rawit 11.65 16.73 14.65 14.12 10.76 13.01 11.11 16.89 14.31 Jengkol 14.16 16.24 9.56 8.40 15.73 9.66 13.61 14.92 13.55
5 10.71 16.72 13.64 13.69 9.50
Lampiran 1 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari ketiga (lanjutan) Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke 0,2 0,25 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Bawang putih 11.82 16.71 9.75 13.72 11.98 9.02 12.70 15.70 13.06 Lada 12.37 9.37 16.02 6.66 18.04 6.09 7.67 11.77 11.65 Bangle 11.53 12.26 10.08 17.30 13.85 5.60 13.23 8.58 12.67 Cabai Rawit 12.28 11.04 13.48 16.12 19.37 10.88 14.06 14.64 19.09
5 15.74 9.19 12.79 10.40
Jengkol
12.07
11.15
Lampiran 2 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari keenam Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke 0,1 0,15 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Bawang putih 13.86 9.80 10.37 10.24 16.58 9.71 13.55 13.77 8.03 Lada 15.41 15.17 15.92 15.65 12.77 18.25 19.43 11.95 15.28 Bangle 15.76 17.47 13.02 17.99 13.50 13.08 16.17 14.18 12.08 Cabai Rawit 16.38 13.47 8.80 16.69 13.77 17.23 11.87 14.64 14.71
5 17.16 11.05 15.57 13.77
6.49
10.80
12.77
5.73
14.34
11.92
8.14
14.05
18 Lampiran 2 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada hari keenam (lanjutan) Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke 0,2 0,25 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Bawang putih 10.06 8.72 15.27 11.08 13.34 8.18 11.23 15.18 5.98 Lada 16.41 15.42 7.66 7.81 9.09 8.14 5.64 4.32 13.28 Bangle 15.81 12.70 11.86 10.92 14.23 10.74 6.34 6.99 12.17 Cabai Rawit 12.36 6.98 10.16 14.71 13.38 8.09 8.44 7.99 11.48 Lampiran 3 Data konsumsi burung pada pengujian multiple choice Bahan repelen
Hari ke-
Bangle
3 6 3 6 3 6 3 6
Jengkol Cabai rawit Lada
Konsumsi (g) pada ulangan ke1 2 3 4 18.62 18.91 19.63 10.59 19.88 32.14 25.94 21.52 17.18 19.43 21.1 17.37 20.71 23.17 16.89 16.68 19.49 17.37 23.14 12.51 14.11 18.25 19.91 20.39 18.86 23.67 12.72 16.34 22.16 12.29 19.55 12
5 15.14 13.31 17.39 21.39 15.25 21.54 10.03 9.4
Lampiran 4 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada pengujian multiple choice Bahan repelen
Hari ke-
Bangle
3 6 3 6 3 6 3
Jengkol Cabai rawit Lada
Konsumsi (g) pada ulangan ke1 2 3 4 13.73 14.51 14.68 8.08 14.18 23.52 19.31 15.66 12.67 14.91 15.78 13.25 14.77 16.96 12.57 12.14 14.37 13.33 17.31 9.54 10.06 13.36 14.82 14.84 13.91 18.16 9.52 12.46
5 11.18 9.43 12.84 15.15 11.26 15.26 7.40
5 15.54 11.99 13.09 12.73
19 Lampiran 5 Data konsumsi burung pada pengujian bi-choice Ulangan kePerlakuan Lada 0,25 g/ml Kontrol Hari ke3 6 3 6 Konsumsi (g) 1 16.95 8.2 64.76 42.59 2 22.95 16.41 33.73 64.64 3 18.32 14.18 59.91 53.32 4 17.55 19.32 52.63 45.27 5 13.47 6.00 43.06 44.39 Lampiran 6 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot burung pada pengujian bi-choice Ulangan kePerlakuan Lada 0,25 g/ml Kontrol Hari ke3 6 3 6 Konsumsi (g) 1 11.79 5.70 45.60 29.99 2 17.21 12.30 25.75 49.34 3 13.27 10.39 43.54 39.20 4 12.76 13.57 38.05 31.63 5 10.44 4.60 32.78 33.41 Lampiran 7 Data rerata bobot burung pada berbagai perlakuan Ulangan Perlakuan keBawang Lada Bangle Cabai Jengkol Multiple putih rawit choice Konsumsi hari ke-3 (g) 1 10.11 12.78 12.02 11.53 11.36 12.07 2 11.6 9.27 12.18 12.3 10.83 11.27 3 8.9 11.94 11.05 11.5 11.81 11.63 4 9.6 11.07 11.54 11.98 11.13 11.67 5 12.08 11.54 10.92 11.65 10.49 11.92 Konsumsi hari ke-6 (g) 1 11.16 12.71 11.97 11.36 11.71 12.48 2 10.86 12.22 12.43 10.7 11.5 12.16 3 10.42 12.7 11.92 11.77 11.89 11.82 4 11.77 10.38 11.74 12.38 9.41 11.82 5 11.74 11.38 11.68 11.3 9.84 12.28
Bi-choice
12.8 11.87 12.01 12.24 11.35 12.64 11.66 11.97 12.31 11.56
20 Lampiran 8 Persentase penguapan bahan repelen setiap hari Hari ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 1 0.96 0.96 0.97 0.94 0.97 0.97 2 0.97 0.95 0.97 0.94 0.97 0.98 3 0.93 0.95 0.98 0.94 0.96 0.98 4 0.95 0.96 0.97 0.92 0.96 0.97 5 0.95 0.95 0.97 0.93 0.96 0.97 Rata-rata 0.95 0.95 0.97 0.93 0.97 0.97 Lampiran 9 Data bobot gabah dari awal perlakuan sampai hari ketiga dan keenam Hari keUlangan Awal 1 2 3 Awal 4 5 6 1 55.05 53.07 50.69 49.42 54.15 50.78 49.3 48 2 54.16 52.27 49.54 47.94 53.87 50.84 49.26 48.12 3 54.58 50.94 48.62 47.47 54.61 51.29 49.41 48.2 4 54.17 51.7 49.65 48.35 55.28 51.04 49.02 47.78 5 54.28 51.39 48.97 47.5 54.27 50.46 48.67 47.49 Rata-rata 54.49 51.87 49.49 48.14 54.44 50.88 49.13 47.92 Lampiran 10 Persentase penguapan pada hari perlakuan Hari keUlangan 1 2 3 4 5 Rata-rata
3 0.90 0.89 0.87 0.89 0.88 0.88
6 0.89 0.89 0.88 0.86 0.88 0.88
Lampiran 11 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bawang putih SK DF SS MS F Value perlakuan 3 16.56144000 5.52048000 0.66 hari 1 33.89281000 33.89281000 4.07 perlakuan*hari 3 8.44891000 2.81630333 0.34
Pr > F 0.5808 0.0521 0.7977
Lampiran 12 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi lada SK DF SS MS F Value Perlakuan 3 179.5022075 59.8340692 5.55 Hari 1 5.3071225 5.3071225 0.49 perlakuan*hari 3 39.9559275 13.3186425 1.23
Pr > F 0.0035 0.4881 0.3133
Lampiran 13 Lampiran 16 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bangle SK DF SS MS F Value Pr > F Perlakuan 3 58.20230750 19.40076917 2.74 0.0595
21 Hari 1 34.02180250 34.02180250 4.80 perlakuan*hari 3 48.96740750 16.32246917 2.30 Lampiran 14 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi cabai rawit SK DF SS MS F Value Perlakuan 3 29.57818000 9.85939333 1.30 Hari 1 24.61761000 24.61761000 3.24 perlakuan*hari 3 42.59633000 24.61761000 1.87 Lampiran 15 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi jengkol SK DF SS MS F Value Perlakuan 3 26.53868750 8.84622917 0.99 Hari 1 2.18556250 2.18556250 0.24 perlakuan*hari 3 6.22142750 2.07380917 0.23
0.0358 0.0956 Pr > F 0.2924 0.0814 0.1549
Pr > F 0.4114 0.6249 0.8739
Lampiran 16 Hasil analisis ragam kelima pengujian konsentrasi bahan repelen SK DF SS MS F Value Pr > F Perlakuan 3 357.3522255 18.8080119 2.22 0.0040 Hari 1 0.3916125 0.3916125 0.05 0.8301 perlakuan*hari 3 245.6463175 12.9287536 1.53 0.0832 Lampiran 17 Hasil analisis ragam pengujian multiple choice SK DF SS MS F Value Perlakuan 3 47.24297000 15.74765667 1.42 Hari 1 7.99236000 7.99236000 0.72 perlakuan*hari 3 37.28874000 12.42958000 1.12
Pr > F 0.2542 0.4018 0.3543
Lampiran 18 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice SK DF SS MS Perlakuan 3 3249.720180 3249.720180 Hari 1 19.800500 19.800500 perlakuan*hari 3 11.430720 11.430720
Pr > F <.0001 0.4630 0.5757
F Value 92.81 0.57 0.33
Lampiran 19 Hasil analisis ragam faktor perlakuan pada pengujian bi-choice Duncan Grouping A
Mean 36.837
N perlakuan 10 kontrol
B
11.343
10
A
22
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 17 Januari 1992, sebagai putra pertama pasangan Bapak Sutikno dan Ibu Rumiyati. Penulis memiliki adik perempuan bernama Kumoro Retno. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pati, Jawa Tengah pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima di DEpartemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai organisasi seperti Uni KOnservasi Fauna pada tahun 2010 sebagai anggota Divisi Konservasi Fauna Perairan, Mitra Desa Fakultas Pertanian pada tahun 2011, Organisasi Mahasiswa Daerah Pati (IKMP), Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman pada tahun 2012 sebagai staff DIvisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Selama menjadi pengurus di HImpunan Mahasisswa Proteksi Tanaman, penulis berkesempatan menjadi ketua pada kegiatan Pelepasan Sarjana Proteksi Tanaman pada tahun 2012, sekretaris pada kegiatan Masa Perkenalan Departemen angkatan 48, Pekan Olahraga dan Seni Proteksi Tanaman, dan National Plant Protection Event. Penulis juga pernah mengikuti “IPB Goes to Field” (IGTF) di Klaten, Jawa Tengah pada tahun 2012 dengan tema “Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi dan Pengembangan Tungku Sekam sebagai Alternatif Bahan Bakar Minyak”. Aktivitas luar kampus yang penulis ikuti adalah menjad tentor di Bimbingan Belajar Expert Multimedia dan Sangfar Juara pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Vertevrata Hama pada tahun 2013 dan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun yang sama.