PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)
RONALD FRANSISCO MARBUN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari: Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor,
Maret 2009
Ronald Fransisco Marbun NRP I 354 070 235
ABSTRACT RONALD. Strengthening of Mina Sari Fish Farming Institution (A Case Study in Tegal Arum Village, Rimbo Bujang Sub-district, Tebo Regency, Jambi Province). Supervised by TITIK SUMARTI and SAID RUSLI. An issue currently prevailing in Tegal Arum Village is the declining income due to the old age of rubber trees. The strategy which directed to maintain the welfare level of the community is by applying a double income pattern through the culture of fresh water fish. Mina Sari fish farming institution plays an important role in the development of fresh water fish culture. However, in this case Mina Sari is facing a number of obstacles, namely: (1) the high cost of production; (2) the farmer’s insufficient skill in fishery; (3) the role of Minas Sari institution (not as expected); (4) the socialization of fishery production increase program (not well-conducted). This study was carried out by using qualitative method and the data collection techniques were conducted through general observation, participatory observation, in-depth interview, and the study of data documentation using the technique of Participatory Rural Appraisal (PRA). The role of Mina Sari fish farming institution in supporting the efforts to increase incomes from fresh water fish culture has not been optimum yet. In line with this, it is necessary to have a strategy and program to strengthen the institution.
Keywords:
old age of rubber tree, fresh water fish culture, Mina Sari fish farming institution.
RINGKASAN RONALD. Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Studi kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI dan SAID RUSLI. Kajian ini menelaah peranan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum. Hal ini menarik untuk dikaji sebab perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari searah dengan perkembangan usaha-usaha mikro sehingga dapat dinyatakan bahwa Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sebagai salah satu strategi pengembangan usaha-usaha mikro. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, observasi terhadap lingkungan masyarakat lokal, studi dokumentasi data dan menggunakan teknis Participatory Rural Appraisal (PRA). Berdasarkan hasil evaluasi program peningkatan produksi perikanan yang sudah dilaksanakan, baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara di lapangan terlihat bahwa program peningkatan produksi perikanan melalui Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dibentuk karena kebutuhan masyarakat telah berperan dalam mendorong perkembangan budidaya ikan air tawar dan telah dirasakan oleh masyarakat. Pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari didukung oleh sumberdaya ekonomi lokal, kapital sosial, dan kelembagaan sosial yang ada. Hal ini sangat penting dalam menciptakan pola kerjasama untuk mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari secara berkelanjutan. Meskipun terdapat berbagai permasalahan pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, namun lembaga ini telah memberikan manfaat kepada usaha budidaya ikan air tawar, hal ini terlihat dari adanya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah berupa program peningkatan produksi perikanan. Faktor yang menghambat penguatan kelembagaan adalah: (1) Kondisi komunitas, yaitu, merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sulit sehingga usaha budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif, masuknya komoditi dari daerah lain; (2) Belum optimalnya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota; dan (3) Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan, selain itu kelembagaan yang ada belum dimanfaatkan untuk memberdayakan petani ikan. Beberapa hambatan tersebut menyebabkan kurangnya pelayanan yang diberikan oleh Mina Sari dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar. Untuk perkembangan Mina Sari lebih lanjut hambatan tersebut di atas perlu diatasi. Dalam hubungan ini diharapkan peran dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, yaitu pemerintah, swasta, dan lembaga sosial lainya. Berdasarkan hasil kajian, dapat dikemukakan bahwa perkembangan usaha budidaya ikan air tawar memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, walaupun usaha budidaya ikan air tawar masih menghadapi kendala dalam sumberdaya manusia baik anggota maupun pengurus dan kemampuan kinerja lembaga namun besar potensinya dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat jika dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik.
Penemuan dari studi ini menunjukan bahwa peranan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam mendukung peningkatan usaha budidaya ikan air tawar belum optimal, untuk itu perlu adanya suatu rancangan program untuk penguatan kelembagaan yang terbagi menjadi rancangan program jangka pendek dan rancangan program jangka panjang. A. Program Jangka Pendek. 1. Program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari untuk meningkatkan kebersamaan antar anggota. 1. Peningkatan kapasitas anggota dan pengurus. 2. Pendampingan manajemen kelembagaan. 3. Pengembangan jaringan. 2. Program Peningkatan Kapasitas Petani Ikan 1. Pengadaan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar 2. Pengadaan sarana dan prasarana budidaya B. Program Jangka Panjang Program Pembuatan Irigasi
Kata Kunci : Budidaya Ikan Air Tawar, Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI ( Studi kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)
RONALD FRANSISCO MARBUN
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tugas Akhir
: Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: Ronald Fransisco Marbun : I 354 070 235
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Titik Sumarti, MS Ketua
Ir. Said Rusli, MA Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal ujian: 2 Maret 2009
Tanggal lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karunia-Nya yang selalu menemani dalam setiap langkah dan pengharapan. Salah satu strategi untuk mengatasi penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh turunnya tingkat produksi karet karena usia karet yang sudah tua adalah dengan cara mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada melalui budidaya ikan air tawar. Dengan budidaya ikan air tawar ini maka diharapkan petani kebun tidak lagi tergantung hanya dengan satu pola nafkah mata pencaharian. Budidaya ikan air tawar ini akan menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif, sehingga isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan turunnya tingkat produksi karet dapat diatasi. Penulis menyadari bahwa Kajian Pengembangan Masyarakat ini bukan hasil jerih payah sendiri. Hasil ini diperoleh berkat bimbingan, dorongan, dukungan, dan doa yang tiada henti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih dari hati yang terdalam dan penghargaan setinggi-tingginya kepada institusi: Departemen Sosial RI c.q. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dana dalam mengikuti program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat ini, Institut Pertanian Bogor, serta Pemerintah Kabupaten Tebo yang memberi kesempatan dan izin mengikuti kuliah. Secara khusus ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing: Dr. Ir. Titik Sumarti, MS. dan Ir. Said Rusli, MA. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, Bapak R. Marbun, B.Sc, R. Panjaitan, S.Pd, Nixon, Cory dan Vera Pebrina Aritonang. Begitupun kepada anggota dan pengurus Mina Sari serta teman-teman MPM angkatan V atas segala cinta, persahabatan, pertemanan, kritik, dan saran. Semoga seluruh pengorbanan dari berbagai pihak tersebut, memperoleh balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga kajian ini dapat bermanfaat kepada pihak-pihak yang akan meneliti lebih lanjut khususnya yang terkait dengan usaha budidaya ikan air tawar.
Bogor, Maret 2009 Ronald Fransisco Marbun
RIWAYAT HIDUP Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan R. Marbun dan R. Panjaitan pada tanggal 10 Oktober 1980, penulis tumbuh dan berkembang di kota Jambi. Pada tahun 1993, penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Xaverius II, tahun 1996 menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Xaverius II, dan tahun 1999 tamat pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 semuanya di Jambi. Kemudian tahun 1999 sampai dengan 2004, penulis berkesempatan untuk menjalani program pendidikan Strata 1 di Universitas Jambi. Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Tahun 2005 di Kabupaten Tebo Propinsi Jambi, bekerja sebagai staf di Dinas Perhubungan selama tiga tahun. Pada tahun 2007, penulis tergerak untuk kembali memasuki dunia akademis melalui kesempatan yang diberikan oleh Departemen Sosial yang memberikan beasiswa untuk program pascasarjana Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerja sama Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang ..................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................ Tujuan.................................................................................................. Kegunaan Penelitian.............................................................................
1 1 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 9 Pengembangan Masyarakat .................................................................. 9 Kelembagaan ....................................................................................... 13 Modal Sosial ........................................................................................ 14 Penguatan Kelembagaan ...................................................................... 17 Kerangka Pemikiran............................................................................. 21 METODE KAJIAN ...................................................................................... 25 Sifat dan Tipe Kajian Komunitas.......................................................... 25 Lokasi dan Waktu ................................................................................ 25 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26 Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 28 Penyusunan Rancangan Aksi Program ................................................. 30 PETA SOSIAL DESA TEGAL ARUM ........................................................ 31 Lokasi dan Sumberdaya Alam .............................................................. 31 Sistem Ekonomi ................................................................................... 32 Kependudukan ..................................................................................... 39 Pelapisan Sosial dan Kelembagaan....................................................... 43 Ikhtisar................................................................................................. 44 EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN ...... 45 Bantuan Dana Bergulir ......................................................................... 46 Bantuan Gudang................................................................................... 47 Pendampingan dan Pelatihan ................................................................ 47 Bantuan Pemeliharaan Kolam .............................................................. 48 Bantuan Mesin Pembuat Pakan ............................................................ 48 Bantuan Uang Tunai............................................................................. 49 Bantuan Dana Bergulir ......................................................................... 49 Ikhtisar................................................................................................. 50 KONDISI KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI ............................. 51 Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ....................................... 51 Kapasitas Anggota ......................................................................... 52 Kapasitas Pengurus......................................................................... 57
Kinerja Kelembagaan ..................................................................... 60 Faktor-faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.................................................. 66 Faktor-faktor yang dapat Mendukung Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari............................................ 66 Faktor-faktor yang dapat Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari............................................ 69 Ikhtisar................................................................................................. 72 STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI............................................................................. 74 Program Jangka Pendek.................................................................. 80 Program Penguatan Kelembagaan TaniIkan Mina Sari Untuk Meningkatkan Kebersamaan Antaranggota .................... 80 Program Peningkatan Kapasitas Petani ..................................... 83 Program Jangka Panjang................................................................. 84 Program Pembuatan Irigasi .................................................... 84 Program Monitoring dan Evaluasi ............................................... 90 Ikhtisar................................................................................................. 93 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...................................................... 94 Kesimpulan.......................................................................................... 94 rekomendasi ......................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98 LAMPIRAN ................................................................................................. 100
DAFTAR TABEL Halaman 1. Luas Potensi Lahan dan Pemanfaatan Lahan untuk Perikanan Darat di Kecamatan Rimbo Bujang.............................................. 3 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat................26 3. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data................ 29 4. Orbitasi Waktu Tempat dan Ongkos.............................................................. 31 5. Peruntukan Tanah di Desa Tegal Arum Tahun 2005.....................................32 6. Penduduk Desa Tegal Arum menurut Jenis Mata Pencaharian..................... 33 7. Perhitungan Pendapatan Tiap Minggu 10 Responden................................... 33 8. Analisis Usaha Benih Ikan Nila..................................................................... 35 9. Hasil Analisis Usaha Kolam untuk Pembesaran Ikan Nila............................ 36 10. Hasil Analisis Usaha Keramba Tancap untuk Ikan Nila................................37 11. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Umur dan Jenis Kelamin...................40 12. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Tingkat Pendidikan........................... 42 13. Bantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan.......................................45 14. Sumberdaya Ekonomi dari angggota Mina Sari............................................ 53 15. Karekteristik Anggota Mina Sari................................................................... 54 16. Kendala Pengetahuan dalam Pengembangan Kapasitas Petani Ikan............. 56 17. Analisis Masalah, Potensi, dan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar..................................................... 75 18. Rancangan Program Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari............. 87 19. Rancangan Program Monitoring dan Evaluasi.............................................. 92
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 24 2. Mesin Pembuat Pakan .................................................................................. 64 3. Diagram Tulang Ikan Permasalahan Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ............................................................... 70
Penguji Luar Komisi pada Tugas Akhir : Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah yang sangat potensial untuk dilakukan pengembangan guna mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh Desa Tegal Arum ini dapat dilihat dari luas wilayah 4.762 hektar yang terdiri dari 5 Dusun, 6 RW dan 28 RT. Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk Desa Tegal Arum adalah 6.925 jiwa dengan Kepala Keluarga 1.642 KK. Perbandingan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dari perempuan (Kecamatan dalam angka tahun 2005), laki-laki berjumlah 3.562 jiwa dan perempuan 3.363 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun) adalah 4.467 jiwa merupakan potensi angkatan kerja yang cukup besar. Penduduk Desa Tegal Arum sebagian besar memiliki mata pencaharian pokok pertanian. Mayoritas mata pencaharian utama masyarakat di desa ini adalah berkebun karet. Berdasarkan data dari kecamatan pada Tahun 2005 luas kebun karet Petani PIR adalah 976 ha sedangkan yang diusahakan swadaya 2.656 ha, hasil karet dalam satu tahun sebanyak 4.548 ton/tahun. Dari hasil berkebun karet ini dalam tahun-tahun belakangan perekonomian masyarakat sudah dapat dikatakan lebih sejahtera bila dibandingkan kondisi perekonomian mereka dahulu. Kesejahteraan ini dapat dilihat mereka telah mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, baik kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dll.1 Dalam perkembangannya sekarang, kondisi pohon karet sudah mulai tua (berumur 20 – 25 tahun) sangat mempengaruhi tingkat produksi getah yang dihasilkan. Penurunan produksi getah ini akan berpengaruh pada penurunan pendapatan yang tentu saja akhirnya berdampak pada penurunan taraf kesejahteraan
masyarakat.
Karet
muda,
rata-rata
menghasilkan
±
30-
38kg/minggu/hektar (bila dirupiahkan sekitar Rp. 418.000/minggu) sedangkan 1
Uraian pada bagian ini terutama didasarkan pada hasil pemetaan sosial Desa Tegal Arum yang dilakukan pengkaji pada Praktek Lapang 1
2
karet tua rata-rata menghasilkan getah ± 25-30kg/minggu/hektar (bila dirupiahkan sekitar Rp. 275.000/minggu). Untuk mengatasi usaha pohon karet yang sudah tua tersebut maka diperlukan peremajaan. Peremajaan karet ini memerlukan modal yang besar dan waktu yang lama, karena membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 tahun baru dapat diambil getahnya. Dalam kurun waktu yang lama tersebut tentu saja masyarakat sama sekali tidak mendapatkan nilai ekonomis dari kebun karet tersebut, sehingga dikhawatirkan adanya penurunan tingkat kesejateraan. Yang paling merasakan penurunan pendapatan ini adalah warga masyarakat desa golongan menengah ke bawah. Masyarakat golongan menengah ke bawah ini adalah masyarakat yang memiliki kebun karet kurang dari 2 ha dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Untuk mengantisipasi penurunan pendapatan tersebut maka perlu dicari alternatif peluang usaha kerja yang dapat mempertahankan kondisi perekonomian masyarakat sekarang. Salah satu alternatif peluang usaha kerja yang diminati oleh masyarakat adalah budidaya ikan air tawar. Usaha budidaya ikan air tawar ini dapat menjadi sumber pendapatan sampingan yang produktif selain usaha utama masyarakat sebagai petani kebun karet. Budidaya ikan air tawar ini juga salah satu strategi dalam keberlanjutan pengelolaan alam, karena banyak kebun karet tua yang tadinya dibiarkan dimanfaatkan untuk budidaya ikan air tawar. Budidaya ikan air tawar ini mulai dikenal oleh masyarakat Desa Tegal Arum pada Januari 2003 melalui Pak Endang yang tinggal di simpang Sawmil Kabupaten Bungo yang menjabat sebagai Ketua KTNI (Kontak Tani Nasional Indonesia), transfer pengetahuan ini ternyata cukup berhasil dikembangkan di Desa Tegal Arum. Hal ini terlihat dari beberapa petani yang mengelola usaha budidaya ikan air tawar dengan profesional maka perkembangan sekarang lebih menguntungkan dari pada lahan kebun karet yang sudah tua. Kebun karet yang sudah tua yang berada di lahan rawa atau di dekat sungai dapat dimanfaatkan menjadi kolam ikan. Prospek untuk budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum dapat dikatakan cukup bagus. Bila dilihat dari potensi lokal, maka di Desa Tegal Arum terdapat 121,48 ha yang mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang
3
termanfaatkan baru 7,5 ha. Bila dilihat potensi dari tingkat kecamatan maka terdapat 625,62 ha yang mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 28,88 ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.
Luas Potensi Lahan dan Pemanfaatan Lahan untuk Perikanan Darat di Kecamatan Rimbo Bujang
Kelurahan/Desa Potensi (ha) Pemanfaatan (ha) 1 2 3 1.Kel.Wirotho Agung 109,33 5,13 2.Perintis 60,74 4,00 3.Rimbo Mulyo 30,37 2,65 4.Purwoharjo 91,11 4,13 5.Tegal Arum 121,48 7,50 6.Tirta Kencana 60,74 0,20 7.Sapta Mulia 91,11 4,75 8.Pematang Sapat 60,74 0,52 Jumlah 625,62 28,88 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Tahun 2008 Bila dilihat potensi dari tingkat kabupaten maka terdapat 2.851,55 ha yang mempunyai potensi untuk dibuat kolam dan 2.4762 ha mempunyai potensi untuk dibuat Keramba Jaring Apung sedangkan yang termanfaatkan baru 88,95 ha untuk kolam dan 156 ha untuk Keramba Jaring Apung (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Tahun 2008). Produksi ikan budidaya di Kabupaten Tebo adalah 90,56 ton dan produksi ikan perairan umum mencapai 314 ton, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Tebo adalah 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Dimana kekurangannya terpenuhi oleh ikan air tawar dan ikan laut dari Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung. Sementara standard kebutuhan ikan nasional adalah 23 kg per kapita/tahun. Prospek pemasaran hasil produksi budidaya ikan air tawar saat ini dapat dikatakan tidak terkendala. Petani ikan tidak perlu bersusah payah untuk memasarkan hasil produksinya, karena para pembeli langsung datang ke petani ikan untuk membeli hasil produksi mereka. Bila dilihat dari waktu produksi maka
4
budidaya ikan air tawar ini hanya memerlukan waktu 4 – 6 bulan untuk dapat dipanen, bila melakukan usaha pembenihan waktunya relatif lebih cepat. Dari hal tersebut di atas maka prospek untuk budidaya ikan air tawar memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat bila di kelola secara profesional. Dengan melakukan investasi usaha benih ikan nila untuk kolam ukuran 10 x 20 m2 untuk 40 ekor induk diterima keuntungan Rp. 1.300.000,-/bulan, investasi usaha Kolam 10 x 20 m2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.225.000,-/bulan, investasi usaha Keramba Tancap ukuran 2 x 4 m2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.250.000,-/bulan. Ini menunjukkan bahwa peluang usaha budidaya ikan air tawar sangat menguntungkan dan layak menjadi usaha sampingan untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Desa Tegal Arum. Pengembangan budidaya ikan air tawar bukan saja baik bila dilihat dari sumber daya alamnya akan tetapi sumber daya manusianya juga memiliki potensi yang sangat bagus, walaupun masyarakat di Desa Tegal Arum ini berlatar belakang sebagai petani kebun. Pontensi sumber daya manusia ini terlihat, ada 2 orang UPR (Usaha Pembenihan Rakyat) dan sudah ada Kelompok Tani Ikan Mina Sari yang terbentuk pada Tahun 2003. Kelompok Tani Mina Sari ini memiliki anggota sebanyak 19 orang, mereka tinggal dalam 1 jalur (dusun) yang sama. Keberadaan kelembagaan tani di bidang perikanan selama ini merupakan bagian dari kelembagaan perkebunan, hal ini disebabkan karena perkembangan dari sektor perikanan masih sangat kecil. Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari merupakan kelembagaan tani di bidang perikanan pertama yang mampu berdiri sendiri di luar kelembagaan tani di bidang perkebunan, sebelum terbentuknya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, belum ada kelembagaan lain yang terbentuk terkait dengan usaha perikanan. Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari merupakan suatu kelembagaan tani yang berasal dari keinginan masyarakat petani kebun karet di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum. Tujuan awal dibentuknya Mina Sari ini adalah mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai
5
dan pengganti kebun karet yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Mina Sari diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk memfasilitasi kebutuhan di bidang budidaya ikan air tawar. Diharapkan nantinya budidaya ikan air tawar ini dapat menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif yang mampu meningkatkan taraf hidup petani. Sementara realitas yang ada terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum ini, yaitu : (1) memerlukan modal yang cukup banyak, mulai dari pembuatan kolam (menggunakan tenaga manusia) sampai dengan pemeliharan ikan (pengadaan pakan ikan) sehingga budidaya ikan air tawar untuk saat ini hanya dapat diakses oleh petani dari golongan menengah ke atas; (2) dalam pengelolaan budidaya ikan air tawar ini belum tersentuh oleh teknologi, hal ini terlihat dari pengelolaan irigasi yang masih seadanya sehingga akses air sungai hanya bisa dimanfaatkan oleh petani yang memiliki lahan disekitar sungai tersebut dan dalam pemijahan untuk pengadaan benih ikan; (3) merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sangat sulit, hal ini dikarenakan masyarakat telah terbiasa dengan berkebun karet sehingga usaha di bidang budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif. Akibatnya bila dihitung secara ekonomi mengalami kerugian karena tidak dikelola secara profesional; (4) masyarakat tidak terbiasa untuk bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama di kolam karena waktu bekerja mereka sebagai pekebun karet hanya pada pagi sampai menjelang siang hari. Dengan melihat gambaran realitas di atas, maka untuk
mengatasi
tantangan-tantangan tersebut diperlukan suatu kajian untuk merancang dan mengembangkan suatu kelembagaan tani yang kuat. Dengan kelembagaan tani yang kuat diharapkan mampu menyusun kegiatan, program kerja dan sasaran sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh petani dan kelembagaan tani juga harus mampu untuk melihat faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat dalam perkembangan budidaya ikan air tawar. Kuatnya suatu kelembagaan tani diharapkan nantinya mampu menjadi suatu
6
wadah bagi petani ikan untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka melalui budidaya ikan air tawar. Rumusan Masalah Pengembangan budidaya ikan air tawar bagi petani ikan erat kaitannya dengan kemampuan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari itu sendiri. Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari memiliki anggota berjumlah 19 orang, yang bertempat tinggal dalam satu jalan dusun yang sama. Kendala pengembangan pengelolaan budidaya ikan air tawar melalui Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari terlihat dari : (1) pengelolaan budidaya ikan air tawar masih individual; (2) anggota belum mengetahui teknologi apa yang tepat untuk digunakan dalam budidaya ikan air tawar. Persepsi petani terhadap kendala dalam pengembangan teknologi dari aspek biofisik adalah masih belum banyaknya alat pengolahan budidaya ikan air tawar, baik untuk pakan ikan maupun pengelolaan pupuk organik untuk kolam. Hal ini karena ketersediaan alat yang terbatas. Sedangkan kendala dari aspek sosial ekonomi yang dominan adalah permodalan, yaitu tidak adanya akses ke sumber permodalan dan modal usaha yang terbatas
dalam pengembangan usahanya; (3) partisipasi anggota masih
lemah. Hal ini terlihat dalam proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi peran serta anggota masih kurang; (4) belum adanya pengaturan yang jelas dalam pengelolaan kelembagaan, mengakibatkan semakin lemahnya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Lemahnya kelembagaan ini terlihat dari kinerja kelembagaan dalam keefektifan kelembagaan
mencapai tujuan,
efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagaan lain sehingga dalam meningkatkan usaha anggota belum maksimal. Dari permasalahan di atas maka sangat penting untuk mengkaji penguatan kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk kajian ini adalah :
7
1. Bagaimana kapasitas kelembagaan tani ikan mina sari dalam meningkatkan usaha anggota? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari? 3. Strategi dan program apa saja yang dapat diusulkan dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari? Tujuan Tujuan kajian ini adalah: 1. Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. 3. Menyusun strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelembagaan dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. 2. Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelembagaan tani ikan dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Desa Tegal Arum Kabupaten Tebo Propinsi Jambi. 3. Bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelembagaan
sosial
di
pedesaan,
permasalahan-permasalahan
dalam
8
kelembagaan dan strategi yang dapat dilakukan untuk membantu penguatan kelembagaan tani ikan.
TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Masyarakat Gunardi dkk (2007) mengatakan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas. Selain itu menurut Nasdian dan Dharmawan (2007) pengembangan masyarakat juga merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip recident partisipation dijunjung tinggi. Asas-asas pengembangan masyarakat (Gunardi, dkk, 2007) meliputi : holism, sustainability, diversity, organic development, balanced development, addressing
structural disadvantage, addressing
discourses disadvantage,
empowerment, need definition, human right, valuing local knowledge, valuing local culture, valuing local resources, valuing local skills, valuing local processes. Sementara itu Ife (1995), menyatakan bahwa pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasan kepada orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Selanjutnya menurut Persons (1994) pemberdayaan adalah suatu proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi hidupnya. Sasaran pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berarti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri; (1) mampu
memahami
diri
dan
potensinya;
(2)
mampu
merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan kedepan), dan mengarahkan dirinya sendiri;
10
(3) memiliki kekuatan berunding, bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai; (4) bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. Menurut Santoso (1993) dalam Sumardjo dan Saharudin (2007) di era globalisasi, ciri-ciri masyarakat berdaya ini dapat dilihat memiliki etos kerja yang tinggi, presentatif, peka dan tanggap, inovatif, fleksibel dan jati diri dengan swakendali. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan
berbagi
resources
yang
dimiliki
dan
dikuasai.
Proses
pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif, namun dalam beberapa situasi tertentu strategi pemberdayaan dapat dilakukan secara individual meskipun pada gilirannya strategi ini tetap berkaitan dengan kolektifitas yaitu dengan mengaitkan antara klien dengan sumber atau sistem di luar dirinya. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan (Craig dan Mayo, 1995). Sebaiknya, orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan
keahlian
baru.
Prosesnya
dilakukan
secara
kumulatif.
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan transformasi budaya (Harry, 2003). Strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif masyarakat ke dalam efektivitas, efesiensi, dan sikap kemandirian. Dubois dan Milles (Harry, 2003) mengatakan pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemberdayaan, yaitu :
11
1. Dialog : Persiapan kerja sama, pembentukan kemitraan, artikulasi tantangan, identifikasi sumber kekuatan, dan penentuan arah. 2. Penemuan : Pemahaman sistem sumber, analisis kapasitas sumber, dan menyusun frame pemecahan masalah. 3. Pengembangan : mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui temuan-temuan, dan mengintegrasikan kemajuan. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro. (Suharto, 2005) 1. Mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. 2. Mezzo : Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Makro : pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang untuk bertindak. Pelaksanaan proses pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dapat dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang tepat, yaitu (Suharto, 1997) : 1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.
12
2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. 3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. 4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupan. 5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Schuler,
Hashemi,
dan
Riley
dalam
kutipan
mengembangkan delapan indikator pemberdayaan
Suharto
(2005)
yang disebut sebagai
empowerment index atau indeks pemberdayaan, yaitu : (1) kebebasan mobilitas; (2) kemampuan membeli komoditas kecil; (3) kemampuan membeli komoditas besar; (4) terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga; (5) kebebasan relatif dari dominasi keluarga; (6) kesadaran hukum dan politik; (7) keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes; dan (8) jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga. Merangkum kedelapan indikator keberdayaan tersebut apabila dikaitkan dengan dimensi kekuasaan, yaitu “kekuasaan untuk” dan “kekuasan atas” kemampuan ekonomi dan manfaat kesejahteraan, maka indikator keberdayaan lembaga tani berkenaan dengan kegiatan budidaya ikan air tawar yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari adalah kemampuan mereka untuk mengakses pelayanan keuangan mikro dan teknologi. Sedangkan kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk memperoleh pendampingan tenaga teknis perikanan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga peningkatan pendapatan ekonomi dapat tercapai.
13
Kelembagaan Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan kebutuhan akan kerjasama diantara mereka. Permasalahan yang kemudian muncul yaitu pada suatu kelompok orang kerjasama itu bisa terjalin dengan baik, sedangkan pada kelompok yang lain tidak. Ini menuntut adanya suatu tatanan aturan yang disepakati bersama guna pencapaian tujuan bersama dalam kerjasama tersebut. Menurut Sugiyanto (2002), kelembagaan dalam pendekatan bahasa merupakan terjemahan dari dua istilah, yaitu : institute yang merupakan wujud kongkrit dari kelembagaan yang berarti organisasi dan institution yang merupakan wujud abstrak dari lembaga yang berarti pranata, sebab merupakan sekumpulan normanorma pengatur perilaku dalam aktifitas hidup tertentu. Menurut Schmid (1972), kelembagaan adalah suatu kumpulan tata tertib hubungan dimana orang-orang yang menentukan hak mereka, mengakui hak orang lain,hak-hak dan tanggung jawab, termasuk penggunaan property right untuk kasus individu. Lebih lengkap dikemukakan pula oleh Shaffer dan Schmid bahwa dalam suatu kelembagaan terdapat tiga ciri utama, yaitu batas yuridiksi, property right dan aturan representasi (rules of presentation) (Pakpahan, 1989). Kemudian dijelaskan pula bahwa batas yuridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat, yang dapat pula berarti batas wilayah kekuasan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga atau kedua-duanya. Dilain pihak konsep property right selalu mengandung makna sosial yang muncul dari konsep hak (rigth) dan kewajiban (obligation) yang didefenisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dimana dia berada. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap performan akan ditentukan oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Konsep yang luas mengenai kelembagaan meliputi keseluruhan tingkat baik secara lokal atau tingkat masyarakat, unit pengelola proyek, badan-badan
14
pemerintah dan sebagainya (Israel, 1987). Kelembagaan dapat dimiliki oleh publik atau sektor privat atau dapat pula merujuk kepada fungsi administratif pemerintah secara luas. Suatu hal yang perlu dibedakan yaitu, jika kelembagaan adalah peraturan permainan maka lembaga atau organisasi tertentu adalah pemainnya (Braun and Feldbrugge, 1998). Uphhoff (1992) sebagaimana dikutip oleh Nasdian dan Dharmawan (2007) melakukan penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor-sektor sosial di tingkat lokalitas. Ketiga sektor sosial yang dimaksud adalah : (1) sektor public; (2) sektor participatory; dan (3) sektor private. Kelembagaan sektor public di tingkat lokal mencakup adminitrasi dan pemerintah lokal dengan birokrasi dan organisasi politik sebagai bentuk organisasi yang muktahir. Kelembagaan sektor participatory sesuai dengan namanya,
tumbuh
kelembagaan
ini
dan dibangkitkan aktif
berdasarkan
oleh tujuan
masyarakat sesuai
secara
dengan
sukarela,
minat
para
pendukungnya. Kelembagaan sektor private, yang berorientasi kepada upaya mencari keuntungan yakni, dalam bidang jasa, perdagangan dan industri. Syahyuti (2003) mengatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran. Lebih lanjut Syahyuti mengatakan ada beberapa cara untuk membuat pengelompokan kelembagaan yang berkaitan dengan dunia pertanian atau pedesaan, tergantung kepada dasar pengelompokannya, yaitu : (1) Atas sistem agribisnis; (2) Atas konsep kelembagaan di dunia sosial; (3)
Atas orientasi,
bentuk pelayanan, dan sifat keanggotaannya dan; (4) Atas dasar fungsi-fungsi yang dijalankan. Modal Sosial Dalam pembahasan tentang kelembagaan dikenal suatu konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan norma-
15
norma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat. Modal sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum, kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi, kelompok-kelompok formal dan informal, serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal lainya sehingga terjadi tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000). Menurut Woolcock, modal sosial adalah sebagai informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial. Woolcock menggolongkan modal sosial menjadi empat tipe utama, yaitu : (1) tipe ikatan solidaritas (bounded solidarit), dimana modal sosial menciptakan mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok; (2) tipe pertukaran timbal-balik (reciprocity transaction), yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar para pelaku; (3) tipe luhur (value introjection), yakni gagasan dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubungan-hubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan-tujuan individu dibalik tujuan instrumental, dan; (4) tipe membina kepercayaan (enforceable trust), bahwa institusi formal menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan menggunakan mekanisme rasional. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan secara emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya. Modal sosial dapat dilihat sebagai sumber yang dapat dipergunakan baik untuk kegiatan atau proses produksi saat ini, maupun untuk investasi bagi kegiatan dimasa depan. Masyarakat yang memiliki modal sosial
16
tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, dan mampu mengatasi perbedaanperbedaan. Merujuk pada Ridell (1977), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan, norma-norma dan jaringan. Berdasarkan parameter tersebut, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain (Suharto, 2005) : perasaan identitas, perasaan memiliki, sistem kepercayaan dan ideologi, nilai dan tujuan, ketakutan-ketakutan, sikap-sikap terhadap anggota lain, persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas, keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat, tingkat kepercayaan, kepuasan dalam hidup, dan harapan yang ingin dicapai di masa depan. Identifikasi permasalahan dalam pengembangan modal sosial, diperlukan upaya membangun modal sosial dengan mempertimbangkan dua dimensi modal sosial yaitu keeratan sosial (social glue) dan jembatan sosial (social bridge) sebagaimana dikemukakan oleh Lang and Hornburg (1998), dalam Marliyantoro (2002). Keeratan sosial disamping berisi kepercayaan sosial, juga mencakup kesediaan atau kesukarelaan dalam partisipasi (wiliingness to participate). Sedangkan jembatan sosial tidak sekedar diartikan jalinan antar kelompok, tapi juga keterbukaan akses bagi seluruh anggota masyarakat untuk berhubungan dengan sumber daya di luar lingkungannya. Langkah-langkah yang ditempuh untuk membangun modal sosial adalah dimulai dari tataran mikro (individu dan keluarga), meso (komunitas) dan makro (negara). Pada tataran makro, modal sosial meliputi institusi-institusi seperti pemerintah, aturan hukum, kebebasan sipil dan politik. Sedangkan pada tataran meso dan mikro, modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang mengatur interaksi diantara individu, keluarga dan komunitas yang dapat diimplementasikan dalam berbagai tradisi, kebiasaan dan rasionalitas masing-masing. Dalam konteks kelembagaan petani budidaya ikan air tawar, beberapa konsep modal sosial di atas dijadikan alat analisis, nilai-nilai dan norma-norma yang membentuk perilaku kerjasama (cooperative behavior) serta kapabilitas yang muncul dari prevalansi kepercayaan dalam komunitas. Dalam kasus ini,
17
modal sosial dapat diamati pada dua tingkat, yaitu vertikal dan horisontal. Pada tingkat vertikal, dilihat bagaimana komunitas membangun hubungan kerjasama dengan kelembagaan lain (swasta dan pemerintah), sedangkan pada tingkat horisontal dilihat bagaimana komunitas saling berkerjasama kemudian melahirkan kepercayaan sosial (social trust). Penguatan Kelembagaan Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1). Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan masyarakat, (2). Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, (3) peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok, (4) meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktifitas kelembagaan, (5) memberdayakan dan memfasilitasi kelembagaan masyarakat informal, (6). Menciptakan pemimpin kelembagaan yang transformasional (Daryanto,
2004).
Berdasarkan
pemahaman
tersebut,
maka
penguatan
kelembagaan menurut Saharuddin (2000) adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia. Menurut Israel (1990) untuk dapat memperbaiki prestasi kelembagaan maka diperlukan sebuah strategi, yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran Kebutuhan akan kesadaran yang lebih tinggi terhadap persoalan yang menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan dari pihak pemegang kekuasaan sering terabaikan. Yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tingkat kesadaran ini adalah : (1) memperbanyak seminar yang memfokuskan pada berbagai persoalan kebijakan dan strategi; (2) meningkatkan upaya semua badan yang relevan; (3) menggunakan secara lebih baik jalur-jalur komunikasi yang lainnya.
18
2. Penekanan pada kegiatan dengan kekhususan rendah dan non-persaingan Kegiatan yang ada tidak hanya meniru apa yang berhasil pada kekhususan tinggi tetapi harus memberikan prioritas kepada pengembangan teknologi rendah yang berorientasi pada rakyat dimana individu-individu yang terlibat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan 3. Meminimalkan kebutuhan lembaga Terlalu membebani sebuah lembaga dengan tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapai
akan
meningkatkan
kesulitan
manajemen
sebaliknya
suatu
penyederhanaan akan meningkatkan kesempatan dan memungkinkan program dan kegiatan terlaksana. Sedangkan menurut Syahyuti (2003) aspek yang semestinya diperhatikan untuk mengembangkan kelembagaan di dunia pertanian adalah : 1. Dibutuhkan iklim makro yang “sadar kelembagaan” Pendekatan pembangunan pertanian perlu dirubah menjadi people driven, disertai market driven, dan technology driven. Artinya, rakyat merupakan aktor penting dalam formulasi kebijakan dan keputusan politik. 2. Objeknya adalah kelembagaan, bukan individu Individu-individu secara sosial akan memiliki satu kelembagaan sebagai wadah aktivitasnya. Kelembagaan-lah yang secara fungsional menghidupkan sistem sosial. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah melalui pendekatan social learning process. Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok belajar secara bersama, mengalami bersama, dan menyelesaikan segala persolan secara bersama. 3. Membangun kelembagaan baru Penggantian ataukah tambahan? Perubahan sosial akan cenderung berbentuk proses penggantian, karena masyarakat yang sudah hidup sekian lama, sudah
19
mengembangkan (dan menjaga) struktur sosial dan kompleks nilai yang stabil. Pada masyarakat dimaksud sudah ada organisasi, person yang jelas, kompleks peran, nilai, norma, dan hukum yang diterima dan dijalankan dengan harmonis. 4. Menggunakan dan memperkuat modal sosial Modal sosial berisikan tiga hal pokok yaitu kepercayaan (trust), norma yang dijalankan, serta jaringan sosial (social network). Dalam konteks ekonomi, modal sosial merupakan prasyarat terjadinya sebuah tata ekonomi yang sehat dan rasional. Selanjutnya Syahyuti (2006) menerangkan langkah-langkah metodologis dalam mengembangkan kelembagaan, yaitu : 1. Identifikasi jenis-jenis aktifitas yang akan dilakukan dalam rancangan kelembagaan di lokasi. 2. Pahami jenis, bentuk, dan sifat interaksi yang terdapat dalam masing-masing kelompok aktifitas. 3. Pahami sifat komunalitas (atau individualitas) masyarakatnya. 4. Pilih opsi kelembagaan yang sesuai Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan.Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya.
20
Untuk mengetahui produk atau output, maka langkah pertama adalah mengidentifikasi
output
yang
dihasilkan,
dengan
mendefenisikan
dan
mengelompokan tiap output, serta mengenali output utamanya. Setelah itu mengukur output dengan menentukan skala output, menentukan kriteria bobotnya, mempersiapkan lembaran data outputnya, mengumpulkan data output, dan menghitung rasio produktifitasnya. Terakhir, adalah menganalisa output dan kecendrungannya dan polanya, dan melihat kaitan hasil dengan tugas atau tujuan kelembagaan (Syahyuti, 2003). Penguatan Kelembagaan Tani Mina Sari tidak bisa dilepaskan dari pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. Pengembangan kapasitas masyarakat menurut Maskun (1999) merupakan suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Kekuatankekuatan itu adalah kekuatan sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, dan sumberdaya manusia, sehingga menjadi local capacity. Kapasitas lokal yang dimaksud adalah kapasitas pemerintah daerah, kapasitas kelembagaan swasta dan kapasitas masyarakat desa terutama dalam bentuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam dan ekonomi setempat. Tidak dapat disangkal bahwa teknologi dewasa ini berkembang dengan amat pesat, bahkan pada tingkat kepesatan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya. Pemberdayaan kelembagaan petani dalam bentuk kelompok bertujuan untuk pemberdayaan petani dalam penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Disadari bahwa keberhasilan pengembangan inovasi teknologi pertanian tidak hanya tergantung pada faktor teknologi semata, namun juga faktor sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal sosial dan kelembagaan. Kelima faktor tersebut merupakan unsur penggerak dalam pembangunan pertanian yang sinergis, sehingga apabila salah satu faktor mengalami hambatan atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak memberi hasil yang optimal. Dengan demikian penerapan teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di lapang tetapi perlu diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagan kelompok serta penguatan modal (Saleh dkk., 2004).
21
Penerapan teknologi akan berhasil apabila kelembagaan yang ada didalamnya juga solid, sebagaimana dinyatakan Binswanger dan Ruttan dalam Syahyuti (2003) bahwa kelembagaan merupakan faktor utama yang menghasilkan teknologi. Teknologi yang baik hanya dapat dihasilkan dari suatu manajemen kelembagaan yang baik pula. Seterusnya, penerapan suatu teknologi yang telah dihasilkan tersebut akan lebih berhasil bila dilakukan oleh kelembagaan yang memadai pula. Persepsi petani terhadap kendala dalam pengembangan teknologi dari aspek biofisik adalah masih belum banyaknya alat pengolahan budidaya ikan air tawar, baik untuk pakan ikan maupun pengelolaan pupuk organik untuk kolam. Hal ini karena ketersediaan alat yang terbatas. Sedangkan kendala dari aspek sosial ekonomi yang dominan adalah permodalan, yaitu tidak adanya akses ke sumber permodalan dan modal usaha yang terbatas
dalam pengembangan
usahanya. Hal ini senada dengan hasil kajian Sudana (2005) bahwa masalah utama yang dihadapi petani dalam mengadopsi suatu teknologi adalah terbatasnya modal petani, disamping itu sumber modal berupa kredit usaha tani baik formal mupun non formal tidak tersedia di lokasi kajian. Keadaan ini cukup mempersulit petani didalam mengadopsi suatu teknologi, karena adopsi teknologi baru membutuhkan biaya tambahan. Sesungguhnya disinilah peran Pemerintah Daerah dalam menginisiasi adanya kemitraan dalam hal mengakses ke sumber permodalan sehingga proses transfer teknologi dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan skala usaha dapat ditingkatkan. Kerangka Pemikiran Untuk kepentingan kajian ini kelembagaan diartikan sesuai dengan pendapat Syahyuti (2003) yang menyatakan bahwa kelembagaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian. Norma dan perilaku merupakan dua objek pokok dalam kajian kelembagaan, sementara organisasi memperhatikan masalah struktur serta peran. Indikator keberhasilan perlu digunakan untuk membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakannya upaya penguatan kelembagaan. Bila
22
terdapat perbaikan yang cukup berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat hasil yang positif. Merangkum dari pendapat Israel (1990) tentang memperbaiki prestasi kelembagaan dan Syahyuti (2003) tentang mengembangkan kelembagaan di dunia pertanian maka dapat disimpulkan indikator yang bisa digunakan untuk mengukur menguatnya suatu kelembagaan, yaitu : a. Meningkatkan kesadaran menyangkut pengembangan kapasitas kelembagaan, dimana seluruh anggota belajar bersama, mengalami bersama, dan menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Hal ini terlihat dari pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan kebutuhan dan permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan, serta membangun komunikasi dengan kelembagaan yang lainnya. b. Peningkatan kinerja kelembagaan dalam pengembangan kegiatan usaha sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam. c. Menguatnya norma-norma di dalam kelembagaan, yaitu adanya pembagian tugas baik bagi pengurus maupun anggota. Pengurus dan anggota bisa berperan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga. Dengan melihat teori di atas maka beberapa hal yang dikaji untuk penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, adalah : 1. Kapasitas kelembagaan a. Anggota
:
sumberdaya
ekonomi,
pendidikan,
keterampilan. b. Pengurus : Kepemimpinan, dan karkateristik pengurus.
pengetahuan
dan
23
c. Manajemen/Kinerja Kelembagaan : Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagan lain. 2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat a. Faktor pendukung : 1. Kondisi komunitas
:
lokasi desa
: dekat
dengan
pasar
kecamatan
dan
transportasi yang lancar. sumberdaya alam
: 48 ha berpotensi untuk dibuat kolam, sungai, dan iklim yang teratur.
sumberdaya ekonomi
: produksi ikan 404,56 ton/tahun sedangkan konsumsi 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun, dan adanya kelembagaan pasar tradisional di desa.
sumberdaya manusia
: penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun) adalah 4.467 jiwa.
2. Kondisi kelembagaan
: terbentuknya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
3. Program dari pemerintah : direncanakan tahun 2015 Desa Tegal Arum menjadi sentra produksi ikan baik, adanya
bantuan program
peningkatan
produksi perikanan dan terbentuknya Unit Pelayanan
Pengembangan
(UPP)
perikanan. b. Faktor penghambat : 1. Kondisi komunitas
:
perilaku masyarakat
: dari pekebun karet menjadi perikanan.
sumberdaya ekonomi
: krisis ekonomi global, masuknya komoditi dari daerah lain.
2. Kondisi kelembagaan
: kinerja kelembagaan yang belum optimal.
3. Program dari pemerintah : pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan partisipatif.
24
Berdasarkan variabel-variabel tersebut, maka alur kerangka pemikiran yang digunakan dalam kajian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kapasitas kelembagaan Anggota Pengurus Manajemen/Kinerja Kelembagaan : Keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan Efisiensi penggunaan sumber daya Keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagan lain
Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor pendukung : Kondisi komunitas (sumberdaya alam, sumberdaya ekonomi, sumberdaya manusia), Kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah 2. Faktor penghambat : Kondisi komunitas (perilaku masyarakat, sumberdaya ekonomi), kondisi kelembagaan, dan program dari Pemerintah
STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI
Penguatan kelembagaan : Aspek organisasi dan norma
Peningkatan produktifitas dan usaha petani ikan
METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskrepsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sesuai dengan maksud dan tujuan Kajian Pengembangan Masyarakat yang dilakukan, maka kajian ini bersifat deskriptif. Penguatan kelembagaan dilakukan secara partisipatif untuk pengembangan kelembagaan yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Lokasi dan Waktu Lokasi kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Pemilihan terhadap desa tersebut dilakukan secara ”purposive” yakni pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan desa yang relevan dengan tujuan penelitian. Kajian pengembangan masyarakat dilakukan dalam serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada saat Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) pada bulan Februari 2008, tahap kedua dilakukan pada saat Praktek Lapangan II (Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat) pada bulan Juni 2008, dan tahap ketiga berupa kegiatan perancangan program Pengembangan Masyarakat. Jadwal kegiatan pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat dapat dilihat pada Tabel 2.
26
Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat NO.
JENIS KEGIATAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pemetaan Sosial Desa (PL 1) Evaluasi Program (PL 2) Penyusunan Proposal Kajian Seminar Proposal Kajian Pengkajian Laporan Pengumpulan Data di Lapangan Analisis Data Bimbingan Pengkajian Seminar dan Ujian Perbaikan Laporan
2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian pengembangan masyarakat ini adalah : 1. Studi Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan data sekunder khususnya potensi budidaya ikan tawar, intervensi program pemerintah dalam program budidaya ikan tawar, baik yang ada dalam arsip pemerintahan desa, administrasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan buku-buku/referensi ilmiah tentang teori pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan. Studi dokumentasi yang dilakukan adalah melihat dokumen-dokumen mengenai program peningkatan produksi perikanan yang telah ada, baik oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jambi. 2. Observasi partisipasi (pengamatan berperanserta), dimana pengkaji juga berdomisili di lokasi kajian, dengan melakukan pengamatan dan berinteraksi sosial secara aktif, baik dengan masyarakat, pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, stakeholder terkait, untuk mengetahui dan merasakan secara langsung berbagai permasalahan dalam budidaya ikan tawar dan kapasitas kelembagaannya.
27
Dalam melakukan pengamatan berperanserta, pengkaji ikut melihat bagaimana kinerja kelembagaan dalam peningkatan usaha anggota dalam budidaya ikan air tawar dan teknis perikanan yang dilakukan oleh petani ikan mulai dari proses pembenihan, pemberian pakan, panen, dan pemasaran. Pengkaji juga ikut dalam diskusi yang dilakukan oleh beberapa pengurus untuk membahas keberadaan Unit Pelayanan Pengembangan Masyarakat (UPP) yang akan membantu Mina Sari dalam meningkatkan kemampuan dan kemandirian untuk pengelolaan budidaya ikan air tawar. 3. Wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu untuk mengumpulkan data primer dengan responden dan informan baik warga masyarakat yang menjadi anggota kelembagaan, maupun warga masyarakat yang ingin menjadi anggota kelembagaan, tokoh masyarakat, pemerintahan desa, dan staf Dinas Peternakan dan Perikanan. Wawancara dilakukan kepada informan sebanyak 4 orang, yaitu : Kepala Bidang Perikanan, Petugas Penyuluh Lapang (PPL), Kepala Desa, dan Kepala Dusun. Wawancara juga dilakukan kepada responden sebanyak 19 orang anggota Mina Sari. 4. Diskusi dengan responden atau informan yang mewakili anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemerintahan desa, dan stakeholder
terkait
melalui
Focus Group Discussion
(FGD),
untuk
mendapatkan data tentang potensi, permasalahan dan alternatif pemecahan dalam bentuk pilihan strategi aksi program dalam pengembangan kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, berbasis ekosistem, meliputi aspek pemanfaatan, dan pelestarian. FGD dilakukan kepada dua kelompok, yaitu kelompok pertama Kepala Bidang Perikanan, Kepala Desa, Ketua Mina Sari. FGD dilaksanakan pada tanggal 20 November 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada diskusi ini disampaikan kendala dalam pengembangan budidaya ikan air tawar ini adalah mengenai irigasi dan pakan. Untuk mengatasi irigasi ini, Kepala Desa mengajukan proposal bantuan pengadaan alat berat untuk pembuatan irigasi
28
kepada Dinas Pekerjaan Umum agar dapat dimasukan dalam Anggaran Tahun 2009, sedangkan untuk kendala pakan, Dinas Peternakan dan Perikanan juga akan memasukan kembali mesin pembuat tepung ikan dalam pengadaan Tahun Anggaran 2009. Kelompok kedua adalah FGD bersama seluruh anggota dan pengurus, staf dinas peternakan dan perikanan dan petugas peyuluh. FGD dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2008, bertempat di Rumah Ketua Mina Sari. Pada Diskusi ini disampaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Mina Sari dan sekaligus dilakukan penyusunan strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan Analisis Data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Reduksi data, yaitu melakukan katagorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data ini meliputi pemilihan data hasil wawancara, pengamatan, observasi yang memiliki arti dan berkaitan dengan konsep-konsep yang diteliti, kemudian dipilahkan dan melakukan penyederhanaan data. 2. Penyajian Data, yaitu mengkonstruksi data dalam bentuk narasi dan grafik atau bagan, sehingga mempermudah dalam analisis masalah. Data yang telah dikategorisasi bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam FGD. 3. Analisis dan Interpretasi, yaitu langkah yang sepenuhnya dilakukan oleh peneliti untuk konseptualisasi informasi yang telah dikategorikan, termasuk dilakukan juga analisa data secara induktif.
29
Teknik pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 : Tujuan, Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data No.
Tujuan
Jenis Data Sumber Data
1.
Mengkaji kapasitas kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota
2.
Mengidentifikasi faktor- Primer faktor yang dapat Sekunder mendukung dan menghambat penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
3.
Menyusun strategi dan Primer program penguatan Sekunder Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
Primer Sekunder
Keterangan : SD
= Studi Dokumentasi
OB
= Observasi partisipasi
WM
= Wawancara Mendalam
FGD
= Fokus Group Discussion
Laporan PL I Data Potensi Desa Anggota Kelompok Laporan PL II, Responden, aparat desa, tokoh masyarakat, Pemkab (Dinas Terkait). Responden, aparat desa, tokoh masyarakat, Pemkab (Dinas Terkait).
Teknik Pengumpulan Data SD OB WM FGD V V V
V
V
V
V
V
V
V
V
30
Penyusunan Rancangan Program Aksi Penyusunan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui Fokus Group Discussion (FGD), baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi agar program strategis dalam bentuk aksi linier dan aksi non linier sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat lokal. Penyusunan program dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menyusun rumusan masalah berdasarkan informasi, data hasil observasi partisipasi, wawancara mendalam, diskusi dengan berbagai responden yang telah ditentukan mengenai pendekatan proses partisipasi anggota, pengurus, kinerja kelembagaan, kebijakan dan intervensi program pemerintah tentang pengembangan budidaya ikan tawar. 2. Identifikasi peserta FGD, yaitu meliputi: anggota dan pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, Kepala Desa, BPD, Tokoh Masyarakatm dan Dinas/instansi yang terkait dengan budidaya ikan tawar. 3. Menyusun rencana aksi program dalam penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sehingga dapat mandiri dan berkelanjutan, melalui Fokus Group Discussion (FGD).
PETA SOSIAL DESA TEGAL ARUM Lokasi dan Sumberdaya Alam Desa Tegal Arum salah satu desa transmigrasi yang ada di Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Desa Tegal Arum terdiri 5 Dusun, 6 RW dan 28 RT dengan luas wilayah 4.762 Hektar. Secara geografis
Desa Tegal Arum
berbatasan dengan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tebo Ulu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tirta Kencana, sebelah timur berbatasan dengan Desa Rantau Kembang dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Purwoharjo. Dengan kondisi topografi datar dan terletak pada ketinggian 3 mil dari permukaan laut. Pemukiman Desa Tegal Arum dikelilingi oleh perkebunan karet milik warga Desa Tegal Arum. Jalan menuju Desa Tegal Arum telah di aspal sejak tahun 2002 yang menghubungkan kecamatan lain, jalan tersebut membelah pemukiman penduduk dan merupakan jalan kabupaten. Adapun jarak fisik dan sosial pemukiman warga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Orbitasi waktu tempuh dan ongkos No Orbitasi dan jarak tempuh 1 Jarak ke Kantor Bupati 2 Jarak ke Kantor Camat 3 Jarak ke Pasar kecamatan 4 Jarak ke Puskesmas 5 Jarak ke Rumah Sakit Umum Daerah 6 Jarak ke Propinsi Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005
46 Km 6 Km 4 Km 6 Km 56 Km 260 Km
Ongkos 10.000 5.000 5.000 5.000 10.000 50.000
Pada umumnya jarak tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana angkutan umum atau carter mobil ke Ibu Kota Propinsi sedangkan untuk ke kantor bupati, camat, pasar, puskesmas dan rumah sakit menggunakan kendaraan pribadi mobil, motor atau ojek motor yang setiap jam ada. Aktivitas ekonomi masyarakat lokal bertumpu pada usaha perkebunan karet. Hal ini secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
32
Tabel 5. Peruntukan Tanah di Desa Tegal Arum Tahun 2005 No 1 2
Peruntukan Luas (ha) Pemukiman 318 Perkebunan karet PIR 976 Swadaya masyarakat 2.656 3 Perikanan 7,5 4 Tegalan/ladang 81 Pasar, dll 723,5 Jumlah 4.762 Sumber : Monografi Desa Tegal Arum Tahun 2005
Persentase (%) 6,67 20,49 55,77 0,15 1,70 15,19 100
Berdasarkan data penggunaan area tanah terlihat bahwa 76,26% atau 3.632 ha dari luas wilayah digunakan sebagai area perkebunan karet, yang terdiri dari Perkebunan PIR 976 ha dan swadaya masyarakat 2.656 ha. Lahan untuk tegalan/ladang 1,70% atau 81 ha. Untuk perikanan terdapat lahan seluas 121 ha, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 7,5 ha (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007). Selain itu terdapat sungai yang mengalir sepanjang ± 3 km dimana kondisi air sungai yang dimiliki juga cocok digunakan untuk sumber air bagi budidaya ikan tawar, tanah yang subur dan iklim yang teratur baik musim hujan maupun musim kemarau. Potensi sumber daya alam ini bila dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan meningkatkan produktifitas budidaya ikan tawar. Secara umum Desa Tegal Arum memiliki tata ruang desa yang tata baik, baik jalan desa, pemukiman, fasilitas umum dan lain-lain. Selain itu juga terdapat kantor Puskesmas Pembantu Kecamatan. Sistem Ekonomi Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat desa bertumpu pada pertanian yaitu berladang dan bersawah karena karet yang ditanam bersama PTP VI (karet PIR pada tahun 1997) belum dapat menghasilkan, setelah karet tersebut menghasilkan maka kegiatan berladang dan bersawah mulai ditinggalkan dikarenakan banyak hama dan hasil penjualan sangat sedikit. Komposisi jumlah
33
penduduk Desa Tegal Arum berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian, dapat digambarkan dalam Tabel 6. Tabel 6 . Penduduk Desa Tegal Arum menurut Jenis Mata Pencaharian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mata Pencaharian Perkebunan karet Industri kecil/ Kerajinan Buruh kebun/perikanan/bangunan/dll PNS/TNI/POLRI Perdagangan Sektor Jasa Perikanan Jumlah Sumber : Kecamatan dalam angka 2005
Jumlah 2.377 51 436 56 253 79 47 3.299
Persentase 72,05 1,54 13,21 1,69 7,66 2,39 1,42 100
Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Tegal Arum mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani kebun karet sebanyak 2.377 orang atau 72,05 %. Usaha perkebunan karet sudah terbukti menguntungkan dan dapat menunjang perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok mereka selama 25 tahun lebih, walau masih banyak permasalahan yang mereka hadapi. Dengan luas kebun yang mereka miliki seharusnya produksi karet yang dihasilkan masih bisa ditingkatkan. Pendapatan dari kebun karet dapat digambarkan pada Tabel 7. Tabel 7 . Perhitungan Pendapatan tiap minggu 10 Responden No
Nama
Luas Kebun
Produksi (Kg)/Minggu
Harga(Rp)
1
Suprino
2
1 hektar
38
11.000
418.000
Wiyono
3 hektar
114
11.000
1.254.000
3
Mukilis
5 hektar
160
11.000
1.760.000
4
Setyohadi
1 hektar
38
11.000
418.000
5
Sudarman
0,25 hektar
9,5
11.000
104.500
6
Suryo
2 hektar
55
11.000
605.000
7
Ginanjar
2 hektar
60
11.000
660.000
8
Supatno
1,5 hektar
45
11.000
495.000
9
Suryadi
2,5 hektar
65
11.000
715.000
10
Misran
4 hektar
100
11.000
1.100.000
Sumber
Hasil/Minggu
: Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di Desa Tegal Arum pada penelitian lapangan 1.
34
Pada dasarnya hasil yang didapat dari kebun karet mereka tidak memerlukan biaya untuk tenaga kerja sebab pekerjaan dari menderes (nyadap) karet sampai mengumpulkan dan menyatukan karet menjadi bantalan mereka lakukan sendiri bersama istri dan anak dan dilahan milik sendiri yang merupakan jatah pemberian pemerintah saat datang bertransmigrasi. Biaya produksi yang diperlukan relatif sedikit yaitu biaya untuk membeli cuka getah sebagai bahan untuk dapat menyatukan getah karet menjadi bantalan dari saat menderes karet, dan biaya pemupukan pohon karet pada setiap masa trek (rontok daun) setiap bulan Juli s/d Agustus. Dalam perkembangannya sekarang, dimana kondisi pohan karet yang sudah mulai tua (berumur 20 – 25) tahun sangat mempengaruhi tingkat produksi getah yang dihasilkan. Penurunan produksi getah ini akan berpengaruh pada penurunan pendapatan yang tentu saja akhirnya berdampak pada penurunan taraf kesejahteraan masyarakat. Usia karet yang sudah tua rata-rata menghasilkan getah ± 25-30kg/minggu/hektar (selisih rata-rata pendapatan dengan karet muda ± Rp.88.000 – Rp.143.000), yang paling merasakan penurunan pendapatan ini adalah masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Masyarakat golongan menengah ke bawah ini adalah masyarakat yang memiliki kebun karet kurang dari 2 ha dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh di kebun orang lain. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut di atas, masyarakat Desa Tegal Arum melakukan peremajaan karet, akan tetapi peremajaan karet yang dilakukan adalah dengan cara membuka lahan baru di luar desa, sedangkan lahan karet yang sudah tua tetap dipertahankan. Peremajaan karet memerlukan modal yang besar dan waktu yang lama, karena membutuhkan waktu sekitar 5 – 6 tahun baru dapat diambil getahnya. Dalam kurun waktu yang lama tersebut tentu saja masyarakat sama sekali tidak mendapatkan nilai ekonomis dari kebun karet tersebut sehingga dikhawatirkan adanya penurunan tingkat kesejateraan. Selain kebun karet, sektor pertanian yang ada di Desa Tegal Arum ini adalah perikanan. Perikanan budidaya ikan air tawar ini mulai dikenal secara luas pada Tahun 2003 dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah ikan Nila, Lele, Patin Jambal dan Emas. Budidaya ikan air tawar yang ada diperuntukan
35
untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Desa Tegal Arum ini direncanakan pada Tahun 2015 menjadi sentra perikanan darat. Perkembangan budidaya ikan air tawar tersebut telah berdampak pada penciptaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan nyata bagi masyarakat yang mampu menyerap tenaga kerja produktif yang cukup besar. Keuntungan dari usaha buidaya ikan air tawar ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Usaha Benih Ikan Nila
Modal Induk Pakan : induk ukuran 1 kg menghabiskan pakan sebanyak 3 % dari berat tubuhnya 1 kg x 3 % = 0,03 kg → 0,03 kg x 30 hari = 0,9 kg pakan → 1 kg Habis pakan untuk 1 kali pemijahan (selama 3 bulan ) sebanyak 3 kg 3 kg x Rp. 6.000 (harga pakan ) = Rp. 18.000 20 induk x Rp. 18.000 = Rp. 360.000
Investasi 1 ekor induk nila ukuran 1 kg menghasilkan 500 ekor benih Investasi untuk kolam ukuran 10 x 20 m2 adalah 40 ekor induk 40 ekor x 500 benih = 20.000 benih Penyusutan 10 % = 18.000 x Rp. 250 = Rp. 4.500.000
Modal Benih 20.000 benih menghabiskan pakan sebanyak 40 kg selama 70 hari untuk ukuran 5x8 40 kg x Rp. 6.000 (harga pakan ) = Rp. 240.000
Pendapatan Investasi induk - (Modal induk + Modal benih) Bersih per 3 bulan
Rp. 4.500.000 – (Rp. 360.000 + Rp. 240.000) = Rp. 3.900.000
Bersih per 1 bulan
Rp. 3.900.000 : 3 = Rp. 1.300.000
36
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha benih ikan nila untuk kolam ukuran 10 x 20 m2 untuk 40 ekor induk diterima keuntungan Rp. 1.300.000,-/bulan
Tabel 9. Analisis Usaha Kolam 10 X 20 M2 Untuk Pembesaran Ikan Nila Modal Kerja
Harga barang
Banyak barang
Kapur
Rp.
1.000
5 kg
Rp.
5.000
Pupuk TSP
Rp.
6.000
3 kg
Rp.
18.000
Pupuk Urea
Rp.
3.000
1 kg
Rp.
3.000
Pupuk Kandang
-
Jumlah (hb x bb)
100 kg
-
Benih 5 x 8
Rp.
250
2.000
Rp.
500.000
Pakan
Rp.
6.000
450 kg
Rp.
2.700.000
1 kg ikan habis pakan 1,2 kg → 2.000 ikan (Penyusutan 10 %) = 1.800 ikan Dengan asumsi 1 kg/4 ekor → 1.800 : 4 = 450 kg Jumlah
Rp.
3.200.000
Investasi Target Produksi
4 bulan @ 250 gr x 1.800 ekor
450 kg
Penyusutan 10 %
Penerimaan
Rp. 18.000/kg x 450 kg
Rp.
8.100.000
Rp.
4.900.000
Pendapatan Bersih per MT (selama 4 bulan)
Rp.
Bersih per bulan
8.100.000 - Rp.
Rp. 4.900.000 : 4
3. 200.000 Rp.
1.225.000
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha pembesaran ikan nila untuk kolam ukuran kolam 10 x 20 m2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.225.000,-/ bulan
37
Tabel 10. Analisis Usaha Keramba Tancap Ukuran 2 X 4 M2 Untuk Ikan Nila Modal Kerja
Harga barang
Banyak barang
Jumlah (hb x bb)
Jaring
Rp.
50.000
5 kg
Rp.
250.000
Tali tambang
Rp.
50.000
1 kg
Rp.
50.000
Upah Pembuatan
Rp.
100.000
Rp.
100.000
Kayu
Rp.
100.000
Rp.
100.000
Benih ukuran 5 x 8
Rp.
250
2.000 ekor
Rp.
500.000
Pakan
Rp.
6.000
350 kg
Rp.
2.100.000
Rp.
3.100.000
Jumlah
Investasi Target Produksi
4 bulan @ 250 gr x 1.800 ekor
450 kg
Penyusutan 10 %
Penerimaan
Rp. 18.000/kg x 450 kg
Rp.
8.100.000
Rp.
5.000.000
Pendapatan Bersih per MT (selama 4 bulan) Bersih per bulan
Rp.
8.100.000 - Rp.
Rp. 5.000.000 : 4
3.100.000 Rp.
1.250.000
Sumber : Wawancara dengan petani
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan investasi usaha Keramba Tancap ukuran 2 x 4 m2 untuk ikan nila diterima keuntungan Rp. 1.250.000,-/bulan. Berdasarkan data dari tabel 7, 8, 9 menunjukkan bahwa peluang usaha budidaya ikan tawar sangat potensial dikembangkan menjadi usaha sampingan yang berkontribusi besar pada saat kondisi ini untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Desa Tegal Arum. Arah strategi untuk petani mempertahankan kesejahteraan dalam kondisi perkebunan yang sedang menurun adalah melalui pola nafkah ganda, dimana perikanan menjadi strategi untuk dikembangkan. Keuntungan usaha juga dapat ditingkatkan karena masyarakat biasanya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan kolam atau keramba tancap, biaya perawatan kolam, dan biaya pupuk kandang karena pada umumnya mereka
38
melakukan
hal tersebut sendiri atau dibantu anak-anaknya dan tidak
mempekerjakan tenaga kerja bayaran. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa dan Dinas Peternakan dan Perikanan perkembangan kegiatan budidaya ikan air tawar semakin meningkat dalam 2 tahun terakhir. Ini erat kaitannya dengan sumber daya perikanan di Desa Tegal Arum masih cukup melimpah dan masyarakat sudah mengenal bahwa ikan sebagai sumber daya yang menghasilkan komoditas dengan nilai gizi dan nilai ekonomi tinggi. Prospek pemasaran hasil budidaya ikan tawar sangat cerah karena produksi ikan budidaya di Kabupaten Tebo adalah 90,56 ton dan produksi ikan perairan umum mencapai 314 ton, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Tebo adalah 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Dimana kekurangannya terpenuhi oleh ikan air tawar dan ikan laut dari Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung. Sementara standard kebutuhan ikan nasional adalah 23 kg per kapita/tahun. Pengembangan budidaya ikan air tawar ini mengalami kendala dalam hal irigasi, kendala irigasi ini menyebabkan kolam-kolam yang jauh dari sungai sulit untuk mendapatkan air, air yang didapat hanya dari rawa-rawa di sekitarnya dan air hujan. Untuk itu perlu bantuan alat berat untuk melakukan pengerukan dan pelebaran sungai agar dapat mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan
juga untuk mengatur debit air sungai baik pada musim hujan maupun kemarau. Merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sangat sulit, hal ini dikarenakan masyarakat telah terbiasa dengan berkebun karet sehingga usaha di bidang budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif. Akibatnya bila dihitung secara ekonomi mengalami kerugian karena tidak dikelola secara profesional dan masyarakat tidak terbiasa untuk bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama di kolam karena waktu bekerja mereka sebagai pekebun karet hanya pada pagi sampai menjelang siang hari.
39
Pasar Desa Tegal Arum terletak di RT. 9 Unit V di jalan poros, masyarakat di RT ini kebanyakan pendatang. Usaha yang dilakukan oleh masyarakat di pasar ini adalah di sektor jasa, perbengkelan, kursus komputer, salon, percetakan, pengurusan ijin dan lain-lain. Kegiatan jual beli dipasar ini untuk kebutuhan sembako diadakan sekali seminggu pada hari sabtu. Pedagang yang berjualan di pasar ini datang dari luar desa sebagian kecil masyarakat desa di sekitar pasar tersebut. Masyarakat di desa ini bila ingin berbelanja sesuatu pada hari-hari biasa mereka pergi ke Ibu Kota Kecamatan yang berjarak 4 Km ataupun ke Kabupaten Bungo. Di pasar ini terdapat KUD Bumi Sejahtera dan KUD Amarta. Kependudukan Berkaitan dengan apek kependudukan, maka dalam memetakan penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan beberapa aspek dalam kependudukan, yaitu berdasarkan komposisi penduduk, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, analisis mortalitas, analisis fertilitas, analisis mobilitas penduduk. Komposisi penduduk dapat dikatakan sebagai susunan penduduk suatu wilayah menurut karakteritik tertentu seperti umur dan jenis kelamin, mata pencaharian serta tingkat pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka komposisi penduduk Desa Tegal Arum dapat digambarkan berdasarkan karakteristi-karakteristik sebagai berikut: 1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Tegal Arum adalah penduduk homogen yang berasal dari Pulau Jawa, karena penduduk desa Tegal Arum adalah para transmigran yang datang pada tahun 1978. Perubahan komposisi penduduk di desa ini relatif tidak jauh berbeda dari tahun ketahun. Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk Desa Tegal Arum adalah 6.925 jiwa dengan kepala Keluarga 1.642 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk maka masing-masing rumah tangga mempunyai anggota 4,2 jiwa.
40
Perbandingan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dari perempuan. Laki-laki 3.562 jiwa dan perempuan 3.363 jiwa selisih 199 jiwa. Sedangkan angka kelahiran tahun 2007 sebanyak 68 jiwa dan angka kematian 20 jiwa. Komposisi penduduk dilihat dari penggolongan umur yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelompok umur Jenis Kelamin (Tahun) Laki-laki Perempuan 0–4 337 324 5–9 395 379 10 – 14 412 396 15 – 19 356 342 20 – 24 332 318 25 – 29 295 283 30 – 34 338 325 35 – 39 284 273 40 – 44 237 228 45 – 49 175 168 50 – 54 111 107 55 – 59 69 66 60 – 64 82 78 65 – 69 44 42 70 + 66 63 Jumlah 3.562 3.363 Sumber : Kecamatan dalam angka tahun 2005
Jumlah jiwa 661 774 808 698 650 578 663 557 465 343 218 135 160 86 129 6.925
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Penduduk Berdasarkan informasi dari kaur Desa dan Sekretaris Desa Tegal Arum, sumber data untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan penduduk didasarkan pada sistem registrasi penduduk. Berdasarkan sistem ini, informasi yang dikumpulkan hanya terbatas pada peristiwa atau kejadian pertambahan atau pertumbuhan penduduk sesuai dengan yang dilaporkan ke aparat desa. Informasi yang dikumpulkan tersebut terbatas kepada terjadinya kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, laporan kepindahan, permohonan surat jalan untuk pergi ke luar desa.
41
Berdasarkan data yang diperoleh, mulai bulan Januari 2007 jumlah kelahiran di Desa Tegal Arum adalah 68 jiwa, kematian 20 jiwa. Terdapat penduduk masuk/datang sebanyak 8 jiwa, para pendatang ini ada yang berkerja sebagai pengelola kebun orang atau menjadi pedagang, penduduk ke luar/pindah dari Desa sebanyak 9 jiwa, dikarenakan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang ada di Padang dan Jambi, jadi mereka bisa dikatakan keluar dari Desa. Laju perkembangan penduduk terkait langsung dengan pengembangan ketenagakerjaan dan pengembangan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja berpengaruh terhadap besarnya angkatan kerja di suatu wilayah. Oleh karena itu, untuk keperluan pengembangan ketenagakerjaan dan pendidikan, biasanya diprioritaskan besarnya angkatan kerja dan jumlah penduduk usia sekolah pada masa depan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada kaitan antara perkembangan penduduk dengan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan dasar. 3. Analisis Mortalitas Mengenai angka kematian penduduk data yang diperoleh dari praktek Lapangan I di Desa Tegal Arum Tahun 2007 jumlah kematian penduduk adalah 20 jiwa. Jumlah penduduk yang meninggal tersebut rata-rata sudah tua berusia 60 tahun ke atas. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Reit Kematian Kasar(Crude Death Rate)
di Desa Tegal Arum adalah terdapat 3
kematian per 1000 penduduk per tahun 4. Analisis Fertilitas Untuk menggambarkan laju kelahiran penduduk Desa Tegal Arum, digunakan indikator Reit Kematian Kasar. Riet Kematian kasar diperoleh dengan membandingkan antara jumlah kelahiran yang terjadi pada tahun tertentu dan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan (penduduk tengah tahun). Data diperoleh dari hasil Praktek Lapangan I, jumlah kelahiran di Desa Tegal Arum mulai bulan Janurai 2007 sampai sekarang adalah sebanyak 68 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan angka jumlah kelahiran maka reit kelahiran
42
kasar/ crude birth rate (CBR) adalah sebanyak 10 kelahiran per 1000 penduduk per tahun. 5. Analisis Gerak Penduduk Berkaitan dengan gerak penduduk di Desa Tegal Arum, data yang pasti secara tertulis hanya terdapat data pada migrasi atau pindah tempat tinggal baik ke luar maupun ke dalam wilayah desa. Data tersebut tercatat 8 jiwa, karena apabila akan pindah tempat tinggal, penduduk harus minta izin dan membawa surat dari kantor desa. Namun demikian berdasarkan informasi dalam melakukan wawancara dengan Kaur Desa serta berdasarkan hasil pengamatan praktikan, bahwa gerak penduduk yang terjadi di Desa Tegal Arum adalah gerak penduduk non permanen secara sirkulasi. 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku, kemampuan berpikir dan usaha dalam memperoleh pekerjaan. Data yang diperoleh dari hasil Pemetaan Sosial, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Tegal Arum Tamat SLTA sebanyak 2.011 jiwa (29,03%). Hal ini menunjukan bahwa Desa Tegal Arum memiliki potensi sumber daya manusia yang besar. Komposisi penduduk Desa Tegal Arum menurut tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penduduk Desa Tegal Arum Menurut Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan Jumlah Tidak/belum tamat SD 1.810 Tamat SD 1.161 Tamat SLTP 1.365 Tamat SLTA 2.011 Tamat Diploma/Sarjana 578 6.925 Jumlah Sumber : Daftar Isian data dasar pofil Desa Tegal Arum
Persentase (%) 26,13 16,76 19,71 29,03 8,3 100
43
Pelapisan Sosial dan Kelembagaan Unsur-unsur pelapisan sosial yang ada di masyarakat DesaTegal Arum, pada umumnya hampir sama dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yang didasarkan pada keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan, kekayaan yang dimiliki, tingkat pendidikan formal, dan status pekerjaan. Berdasarkan unsur utama lapisan sosial diatas, maka lapisan sosial yang pertama adalah tokoh agama/masyarakat, peran tokoh agama/masyarakat di tengah-tengah masyarakat yang sering aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakat menempatkan tokoh tersebut sangat disegani dan memiliki pengaruh bagi masyarakat. Peran tokoh agama/masyarakat dalam aktivitas sosial maupun keagamaan mulai dari hajatan, kematian, konflik sosial, dakwa, peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional mereka cukup menunjol. Lapisan kedua Petani/pegawai, kelompok ini berpengaruh didasari oleh ekonomi yang baik dengan ditandai pemilikan kebun, rumah yang bagus dan mempunyai kendaraan baik motor maupun mobil. Lapisan sosial ketiga adalah buruh, lapisan ini terendah karena kelompok ini tidak memiliki penghasilan menetap jika tidak bekerja secara penuh, dan pada umumnya kelompok ini tidak memilik kebun sehingga untuk menghidupi kebutuhannya mereka harus bekerja sebagai buruh kepada orang lain. Dengan kondisi ekonomi tersebut mereka menempati rumah yang sederhana. Kelompok ini tidak memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Kelembagaan ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan mata pencaharian, produksi, distrubusi sumber-sumber ekonomi seperti : KUD Koperasi Pasar Lelang, KUD Simpan Pinjam, Kelompok Tani. Lembaga tersebut berkaitan dengan mata pencaharian petani, pedagang dan penjual jasa.
44
Ikhtisar Pemetaan sosial yang telah dilakukan menunjukkan adanya isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh turunnya tingkat produksi karet karena usia karet yang sudah tua. Salah satu strategi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada melalui budidaya ikan air tawar. Dengan budidaya ikan air tawar ini maka diharapkan petani kebun tidak lagi tergantung hanya dengan satu pola nafkah mata pencaharian. Budidaya ikan air tawar ini akan menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif, sehingga isu penurunan tingkat kesejahteraan yang disebabkan turunnya tingkat produksi karet dapat diatasi karena petani sekarang mampu menerapkan sistem pola nafkah ganda. Dalam pemetaan sosial, didapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi dalam program pengembangan budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum, antara lain: (1) mahalnya biaya produksi teruatama pakan; (2) tingkat keterampilan petani tentang perikanan yang belum memadai; (3) peranan kelembagaan Mina Sari, tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan (4) belum tersosialisasinya program peningkatan produksi perikanan dengan baik.
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN Program peningkatan produksi perikanan adalah program intensifikasi budidaya perikanan melalui pemeliharaan komoditas perikanan di wilayah Kabupaten Tebo dengan teknik spesifikasi wilayah. Terdapat 121 ha luas lahan rawa, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 7,5 ha (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007). Program peningkatan produksi perikanan ini juga mendapat dukungan dari Pemerintahan Desa Tegal Arum, karena Desa Tegal Arum direncanakan pada Tahun 2015 nanti menjadi sentra produksi ikan, baik pembesaran maupun pembenihan. Untuk Desa Tegal Arum, bentuk kegiatannya adalah bantuan penguatan modal usaha berupa sarana dan prasarana produksi, bantuan uang tunai dan bantuan untuk mesin pembuat pakan ikan. Bantuan progaram dari pemerintah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Bantuan Program Peningkatan Produksi Perikanan N Pemberi Bantuan o 1 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi
Tahun
Bentuk Pemberian
2003
Bantuan dana bergulir bagi UPR Tahun 2003 yang diterima dalam bentuk saprokan (Sarana Produksi Perikanan) senilai Rp. 7.000.000,Bantuan gudang untuk tempat penyimpanan saprokan senilai Rp. 75.000.000,Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1 tahun Bantuan pemeliharaan kolam berupa uang senilai Rp. 120.000,Bantuan 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet. Bantuan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,Bantuan dana bergulir pada Tahun 2006 perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan (Sarana Produksi Perikanan)
2 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
2005
3 Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT) kerjasama dengan Japan International Co. Agc (JICA) 4 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 5 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 6 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 7 Bantuan dari Gubernur Jambi dalam bentuk KUPEM
2005
2005 2006 2006 2006
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo
Penerima Bantuan Sutiman (ketua); Joko Susanto Mina Sari
Mina Sari
Anggota Mina Sari Mina Sari Anggota
46
Bantuan Dana Bergulir Bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi yang diberikan kepada Sutiman (Ketua Mina Sari) dan Joko Susanto selaku UPR (Usaha Pembenihan Rakyat ) dalam bentuk Sarana dan Prasana Produksi senilai Rp. 7.000.000,- dengan tujuan untuk membantu petani pemula yang bergerak di bidang pembenihan ikan. Pendekatan yang dilakukan dalam memberikan bantuan kepada UPR ini melalui koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dalam pemberian bantuan. Batas waktu dari pengembali dari dana ini adalah selama lima tahun. Pemberian bantuan dana bergulir ini dalam pelaksanaanya sangat membantu UPR dalam mengembangkan usahanya. Pengembalian dana yang dipinjamkan seharusnya selama lima tahun tetapi dalam pelaksanaanya berlangsung selama enam tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005 terjadi bencana banjir sehingga benih yang sudah siap panen menjadi gagal. Kegagalan panen karena banjir ini seharus dapat dihindari akan tetapi karena adanya kepentingan dari Pemerintah Kabupaten Tebo terkait kedatangan Gubernur Jambi ke Desa Tegal Arum dalam rangka panen perdana, maka ikan yang harusnya dipanen ditunda menunggu kedatangan Gubernur Jambi tersebut. Belum lagi Gubenur Jambi datang untuk melakukan panen perdana, banjir sudah lebih dulu datang menghanyutkan benih yang siap untuk dipanen tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan : “ sebenarnya benih itu sudah mau saya panen akan tetapi Ibu Ani (Kepala Bidang Perikanan) datang menemui saya dan mengatakan agar panennya ditunda dulu karena dua minggu lagi Bapak Gubernur akan datang berkunjung untuk melakukan panen perdana. Ternyata belum lagi Pak Gubernur datang, bajir sudah datang lebih dulu. Kerugian yang saya alami sekitar 20 juta lebih, sementara itu saya harus mengembalikan hutang saya”
Kelemahan dari program bantuan ini adalah pemasaran, ternyata belum menerapkan prinsip pembentukan jaringan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten belum memikirkan jejaring dalam pemasaran benih ini. Pada awalnya benih yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh pemerintah, akan tetapi pembelian
47
yang dilakukan oleh pemerintah ini hanya beberapa kali saja. Selanjutnya benih yang dihasilkan oleh Sutiman dan Joko Riyanto dijual kepada anggota Mina Sari dan masyarakat sekitar. Selain masalah pemasaran, kuntitas dan kualitas benih yang dihasilkan juga masih belum memenuhi kebutuhan pasar, hal ini disebabkan belum adanya pendampingan teknis dalam hal pembenihan ikan yang diberikan, baik oleh dinas propinsi maupun dinas kabupaten. Bantuan Gudang Bantuan gudang senilai Rp. 75.000.000,- diberikan kepada Mina Sari dengan tujuan untuk tempat penyimpanan saprokan. Pendekatan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dalam memberikan bantuan ini tanpa melibatkan Mina Sari, sehingga pencapaian hasil dari bantuan gudang yang diberikan tidak memberikan manfaat yang besar kepada Mina Sari. Hal ini terlihat dari tidak berfungsinya gudang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sutiman. Beliau mengungkapkan : “kami sudah sampaikan kepada Pak Eka agar dana senilai Rp. 75.000.000,- agar dapat dialihkan untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi. Kami juga siap untuk swadaya apa bila dana Rp. 75.000.000,- tersebut ternyata kurang untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi, akan tetapi Pak Eka menjawab dana yang diberikan tidak dapat dialihkan untuk kegiatan yang lain.”
Disisi lain Mina Sari lebih membutuhkan pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi untuk mengatur pengairan ke kolam yang jauh dari sungai dan juga untuk mengatur debit air agar bencana banjir tidak terulang lagi, akan tetapi keinginan dari Mina Sari untuk pengerukan dan pelebaran sungai serta pembangunan irigasi ini tidak didukung oleh program. Pendampingan dan Pelatihan Pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar yang diberikan oleh Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT) kerjasama dengan Japan International Co. Agc (JICA) bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani
48
ikan dalam budidaya ikan air tawar. Sasaran yang dituju dari pendampingan dan pelatihan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pedekatan dari bantuan ini adalah dengan melihat kapasitas teknis dari petani ikan di Mina Sari dalam budidaya ikan air tawar. Capaian hasil dari bantuan pendampingan dan pelatihan ini adalah petani ikan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya ikan air tawar. Kelemahan dari bantuan ini adalah tidak melibatkan seluruh anggota Mina Sari, yang ikut dalam bantuan ini. Beberapa pengurus saja yang terlibat sehingga tidak seluruh anggota memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama dalam budidaya ikan air tawar. Bantuan Pemeliharaan Kolam Bantuan pemeliharaan kolam berupa uang senilai Rp. 120.000,- yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten ini bertujuan untuk membantu petani dalam biaya perawatan kolam, seperti perbaikan tanggul kolam, perbaikan irigasi, dll. Bantuan ini diberikan dengan kepada seluruh anggota Mina Sari. Capaian hasil dari bantuan ini adalah beberapa dari anggota memang memanfaatkan dana bantuan ini untuk pemeliharaan kolam, akan tetapi ada juga beberapa anggota menggunakan bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Bantuan Mesin Pembuat Pakan Ikan Bantuan mesin pembuat pakan ikan ini terdiri dari 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet. tujuan dari pemberian mesin pembuat pakan ini adalah untuk membantu petani dalam mengatasi mahalnya harga pakan ikan, sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan pertumbuhan ikan agar dapat mencapai ukuran konsumsi yaitu 4:2 (4 ekor dalam 1 kg). Sasaran dari bantuan ini adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan ini dikarenakan adanya permintaan dari Mina Sari kepada pemerintah untuk dapat membantu dalam mengatasi pengadakan pakan ikan.
49
Capaian hasil dari bantuan mesin pembuat pakan ini tidak maksimal hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung tidak sesuai dengan kapasitas mesin pelet, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kg/hari sedangkan kapasitas mesin pelet dapat menghasilkan 500 kg/jam. Bantuan uang tunai Bantuan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,- diberikan dengan tujuan agar dapat membantu petani ikan dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar secara berkelompok. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melibatkan seluruh anggota dan pengurus Mina Sari dalam pengelola bantuan yang diberikan. Bantuan tunai yang diberikan oleh pemerintah ini digunakan Mina Sari untuk keperluan pembelian mesin giling tepung seharga Rp. 13.000.000,- dan mesin disel seharga Rp. 5.600.000,- sisanya untuk menambah modal dalam pembelian bahan-bahan pembuatan pakan ikan. Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling tepung yang baru ternyata juga belum dapat mengimbangi kapasitas mesin pelet, akibatnya produksi pakan buatan kembali terhenti. Kelemahan dari bantuan ini adalah tidaknya pengarahan yang jelas dari pemerintah dalam penggunaan dana yang diberikan sehingga dana yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh Mina Sari. Bantuan Dana Bergulir Bantuan dana bergulir perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan (Sarana Produksi Perikanan) diberikan dengan tujuan adalah untuk meningkatkan usaha petani ikan dalam budidaya ikan. Sasarannya adalah seluruh anggota Mina Sari. Pemberian bantuan dana bergulir ini dikenakan bunga 6%. Pelaksanaannya dana yang digulirkan tersebut tidak semuanya kembali kepada pemerintah. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran dari anggota untuk mengembalikan dana pinjaman tersebut. Rendahnya kesadaran dari anggota
50
menunjukan tidak adanya pengaturan yang jelas dalam penggunaan dana bergulir. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan : “Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan. Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi penagihan dari pengurus.” Ikhtisar Berdasarkan hasil evaluasi program peningkatan produksi perikanan yang sudah dilaksanakan, baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara di lapangan terlihat bahwa program program peningkatan produksi perikanan melalui Mina Sari berupa bantuan dana bergulir, bantuan gudang, pendampingan dan pelatihan, bantuan pemeliharaan kolam, bantuan mesin pembuat pakan ikan, dan bantuan uang tunai, lebih berorientasi pada peningkatan usaha melalui bantuan fisik sementara untuk peningkatan keterampilan lebih diakses oleh lapisan atas (pengurus). Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan. Beberapa program yang diberikan, capaian hasilnya masih belum maksimal hal ini terjadi karena dalam memberikan bantuan masih belum melihat kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik secara individu maupun kelembagaan, selain itu kelembagaan yang ada belum dimanfaatkan untuk memberdayakan petani ikan.
KONDISI KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Budidaya perikanan pada dasarnya merupakan pekerjaan yang sifatnya profesional walaupun memiliki sifat terbuka, artinya setiap orang dapat memasukinya. Namun pada kenyataanya tidak mudah setiap orang untuk budidaya perikanan sebagai mata pencaharian utamanya. Salah satu bahan pertimbangan untuk menekuni kegiatan kerja dibidang budidaya adalah faktor keterampilan. Faktor keterampilan ini bisa didapat dari tradisi turun-temurun, artinya keterampilan kerja pada dasarnya “diwariskan” oleh orang tuanya. Pengertian warisan dalam hal ini dapat berbentuk fisik seperti, kolam dan peralatan lainya. Selain itu, faktor keterampilan bisa juga didapat dari transfer keterampilan dan pengetahuan. Kegiatan transfer keterampilan ini tentu dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Sebelum terbentuknya kelembagaan tani ikan mina sari, belum ada kelembagaan lain yang terbentuk terkait dengan usaha perikanan. Kelembagaan Tani Mina Sari merupakan suatu kelembagaan tani yang berasal dari keinginan masyarakat petani kebun karet di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum. Tujuan awal dibentuknya Mina Sari ini adalah mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai dan pengganti kebun karet yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Mina Sari diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk memfasilitasi kebutuhan di bidang budidaya ikan air tawar. Diharapkan nantinya budidaya ikan air tawar ini dapat menjadi salah satu usaha sampingan yang produktif yang mampu meningkatkan taraf hidup petani. Kinerja sektor perikanan setidaknya ditentukan oleh dua aspek utama yang menyangkut sumberdaya. Pertama, kinerja sumberdaya alam dalam hal ini adalah kondisi air, tanah, iklim dan teknologi; kedua, adalah suberdaya manusia, khususnya petani ikan. Dalam pada itu yang menjadi perhatian selama ini bukan semata-mata komoditinya tetapi lebih utama pada manusia yang menghasilkan
52
komoditi tersebut yakni petani ikan yang juga sekaligus diharapkan mampu melestarikan sumberdaya perikanan yang ada. Proses mentranmisikan ide pelembagaan dari petani kebun menjadi petani ikan tersebut tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan masyarakat belum pernah mengenal budidaya ikan air tawar sama sekali. Proses pelembagaan dimulai dari masyarakat mengenal, mengakui, menghargai, mentaati dan menerima norma-norma dalam kehidupan sehari-hari. Analisis Kelembagaan Tani Mina Sari bertujuan untuk melihat kapasitas anggota dan pengurus serta kinerja dari kelembagaan itu sendiri. Kapasitas masyarakat/anggota sangat berpengaruh pada proses internalisasi norma-norma baru pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis diawali dengan mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang norma, nilai dan aturan yang berlaku di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Analisis kapasitas pengurus bertujuan untuk melihat sejauh mana pengurus telah dapat menjalankan perannya dalam mengelola kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Analisis pengurus ini untuk melihat bagaimana aspek keorganisasian dari Kelembagaan Tani Mina Sari. Analisis kinerja untuk melihat keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya dan, keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagaan lain. Kapasitas Anggota Prinsip penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka. Keanggotaan Mina Sari ditetapkan berdasarkan musyawarah pada tanggal 25 Januari 2003, dimana berdasarkan keputusan bersama bahwa yang menjadi anggota Mina Sari adalah setiap keluarga yang ada di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum yang memiliki kolam ikan. Hal ini didasari pertimbangan bahwa Mina Sari merupakan milik setiap anggota masyarakat sehingga mereka berhak untuk menjadi anggota Mina Sari. Meskipun penerimaan anggota Kelembagaan Tani Mina Sari sangatlah terbuka, akan tetapi anggota yang terdaftar hanya 19 orang, hal ini disebabkan hanya merekalah yang mempunyai kolam dan berkeinginan untuk ikut bergabung di dalam Mina Sari.
53
a. Ekonomi Mata pencaharian utama dari anggota Mina Sari adalah berkebun karet. Kebun karet yang dimiliki rata-rata di bawah lima hektar dengan kondisi usai karet berumur 20 – 25 tahun. Luas kolam yang dimiliki oleh masing-masing anggota bervariasi, ada yang luasnya hanya 580 m2 tetapi ada juga yang luasnya 10.000m2. Pemanfaatan kolam ikan juga bervariasi, ada yang digunakan untuk pembenihan, pembesaran, dan pemancingan. Selain mata pencaharian di sektor pertanian, ada beberapa anggota Mina Sari juga berkerja diluar pertanian, ada yang bekerja sebagai guru dan buruh tidak tetap. Sumberdaya Ekonomi dari angggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sumberdaya Ekonomi Anggota Mina Sari Perkerjaan No
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
Nama
Eko Kusmantri Suwarno Suparno
Legiman Sasmihadi Taslimun Joko Riyanto Sutarso Kemis Erfan Kasturi Joko Susanto
Luas
Kolam
Non
kebun
Luas
pertanian
2 ha
2.000 M²
4 ha 0,25 ha
1.500 M² 580 M²
2 ha 0,25 ha 2 ha 3 ha
Penghasilan (Rp) Non Kebun/ ikan/ Pertanian/ musim minggu bulan tanam < 1 Juta 1jt - 5 jt 1jt - 5 jt < 1 Juta
< 1 Juta < 1 Juta
2.000 M² 3.000 M² 1.650 M² 1.650 M²
< 1 Juta < 1 Juta < 1 Juta 1jt - 5 jt
1jt - 5 jt 1jt - 5 jt < 1 Juta < 1 Juta
0,25 ha 2 ha 2 ha
1.200 M² 2.000 M² 2.050 M²
< 1 Juta < 1 Juta < 1 Juta
< 1 Juta 1jt - 5 jt 1jt - 5 jt
5 ha
10.000 M²
1jt - 5 jt
1jt - 5 jt
buruh tidak tetap
pensiunan
Sumber : Data Lapangan Praktek Lapang 2
1jt - 5 jt
Keterangan
Terkadang buruh ilegal loging
54
b. Pendidikan Tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh pada pemahaman terhadap norma dan aturan yang ada pada Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, hal ini dapat dilihat ketika Mina Sari mendapatkan bantuan dana bergulir pada Tahun 2006 perpaketnya sebesar Rp. 1.170.650, - yang diterima dalam bentuk saprokan (Sarana Produksi Perikanan), dengan pengembalian bunga sebesar 6%. Para anggota tidak memahami tentang meknisme perguliran dana dalam pinjaman yang diberikan, sehingga kurangnya kesadaran untuk membayar pinjaman modal. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Legiman. Beliau mengungkapkan : “Walaupun sudah diberitahu bahwa dana yang diberikan kepada kami adalah merupakan pinjaman tapi pada pelaksanaanya saya melihat tidak ada teman-teman yang mengembalikan pinjaman tersebut, kata mereka bantuan pemerintah tersebut tidak perlu secepatnya dikembalikan dan bahkan bisa kena pemutihan. Akhirnya saya juga tidak tidak mau mengembalikan pinjaman tersebut dan memang sampai sekarang tidak pernah ada lagi penagihan dari pengurus.” Karekteristik pendidikan dari anggota Mina Sari dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Karakteristik Pendidikan Anggota Mina Sari No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Eko Kusmantri Suwarno Suparno Legiman Sasmihadi Taslimun Joko Riyanto Sutarso Kemis Erfan Katuri Joko Susanto Kolam kelompok
Usia (thn) 20 50 49 60 55 39 48 55 51 78 55
Sumber : Data Lapangan PL. 2
Pendidikan SMA SD SMP SD SD SMP SD SD SD Pensiunan TNI SMA
Jumlah Tanggungan (orang) 2 5 4 9 6 7 5 6 8 3 3
55
Berdasarkan data tabel 15 menunjukan bahwa 6 dari 11 orang berpendidikan SD. Pendidikan tidak terkait langsung dengan keterampilan dari anggota, karena keterampilan didapat berdasarkan pengalaman melakukan usaha. Pendidikan anggota ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, yang dimaksud di sini adalah akan dapat membuka wawasan berfikir dan lebih mudah mengembangkan usaha yang sedang dijalankan. Paham dan mengerti tentang budidaya ikan air tawar, baik tentang teknik budidaya yang baik maupun bagaimana meningkatkan pendapatan dengan membangun jaringan kerja. c. Pengetahuan dan keterampilan Pengetahuan dan keterampilan tentang teknis budidaya ikan air tawar yang dimiliki oleh anggota Mina masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan tentang teknik perikanan ini umpamanya terlihat dari pernyataan Sutarso. Beliau mengungkapkan : “Saya ini tidak berpendidikan jadi dalam melakukan perawatan seadanya saja, memang sudah beberapa kali diberikan penyuluhan oleh PPL akan tetapi saya tetap saja masih belum jelas” Hal senada juga dikemukakan oleh Kemis. Beliau mengungkapkan : “Saya mempunyai 2 kolam ikan. Waktu menebarkan benih, kolam ikan saya tersebut saya isi dengan waktu yang bersamaan, sehingga saya kesulitan untuk menjual hasil panen akibatnya untuk memutar modal kembali saya juga mengalami kesulitan. Selama ini saya menjual kepada masyarakat di dusun yang mempunyai hajatan dan kepada penjual ikan keliling.”
Kendala pengetahuan yang dihadapi petani dalam pengembangan kapasitas petani disajikan pada Tabel 16.
56
Tabel 16. Kendala Pengetahuan dalam Pengembangan Kapasitas Petani Ikan No Kendala 1 Benih
2
Kolam
Bentuk kendala Petani belum mengetahui secara tepat bagaimana memilih benih yang bagus. Karena kekurangan modal maka petani membeli ukuran 5x8. Petani tidak mengetahui takaran yang tepat dalam pemupukan kolam, pemupukan yang diberikan hanya berdasarkan perkiraan. Petani belum memahami bahwa bentuk kolam berpengaruh dalam pemeliharaan kolam.
Pematang kolam kurang dirawat.
3
Pengairan
Petani kurang memperhatikan pengairan, sehingga kesulitan ketika musim penghujan dan musim kemarau
4
Pakan
Harga pakan yang sangat mahal. Dalam pemberian pakan petani tidak pernah memperhitungkan kebutuhan konsumsi ikan dengan berat ikan.
5
Penaburan benih
Petani tidak mengetahui bagaimana cara mengatur pola waktu penebaran benih
6
Pemasaran
7
Keamanan
Pemasaran yang dilakukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat seharihari/untuk acara hajatan dan kepada pedagang keliling. Petani tidak memberikan penerangan di area kolam. Petani tidak melakukan kerja sama di dalam pengamanan lingkungan.
Sumber : Wawancara dengan petani ikan
Dampak Tingkat kematian ikan lebih dari 10%. Pembesaran ikan menjadi lebih lambat. Pemupukan yang tidak tepat juga mempengaruhi pembesaran ikan. Bentuk kolam yang tidak tepat menyebabkan kolam susah untuk dikeringkan, akibatnya petani menggunakan pompa air yang tentu saja akan menambah biaya produksi. Pematang yang tidak dirawat mengakibatkan pematang sering runtuh dan ikan keluar dari kolam. Kurangnya memperhatikan irigasi dan perawatan pada sungai maka pada tahun 2006 petani mengalami kerugian yang besar karena banjir Biaya produksi pakan meningkat. Petani kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 ( 4 ekor dalam 1 kg). Menyebabkan produksi perikanan menjadi kendala karena terkadang dalam satu bulan panen ikan melimpah dan terkadang penen ikan sangat sedikit sekali. Petani kesulitan untuk mengembangkan usaha perikanan.
Terjadi pencurian ikan
57
Data pada Tabel 16 menunjukan fakta bahwa petani ikan belum tahu tentang pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar, kemungkinan hal ini terjadi karena pendidikan anggota Mina Sari yang rata-rata SD. Walaupun dalam pengembangan budidaya ikan air tawar terdapat kendala, akan tetapi bagi petani yang memiliki motivasi dan keyakinan bahwa budidaya ikan air tawar memiliki peluang yang bagus sehingga mampu menjadi usaha sampingan yang produktif masih tetap menjalankan usaha perikanan dengan tekun. Selain pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya ikan air tawar, pengetahuan manajemen kelembagaan juga masih menjadi kendala. Anggota Mina Sari belum memahami tentang norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga, salah satu penyebab dari hal tersebut adalah belum adanya sanksi yang tegas kepada anggota yang tidak mematuhi norma-norma dan aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga. Partisipasi dari anggota dalam kegiatan kelembagaan juga masih kurang. Keinginan dari anggota untuk ikut dalam perencana dan pelaksanaan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh lembaga masih rendah, kondisi ini disebabkan kurangnya kepercayaan anggota kepada pengurus dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada. Kapasitas Pengurus Analisis pengurus dilakukan untuk mencoba menganalisis aspek organisasi dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Dalam analisis keorganisasian yang akan menjadi aspek analisisnya adalah peran (roles), yaitu bagaimana kepengurusan dari Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari mampu untuk melaksanakan peran dan fungsinya. Adanya sturktur organisasi dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas merupakan kekuatan untuk pengorganisasian antar pengurus karena pembagian tugas ini sebagai acuan bagi pengurus untuk bekerja secara efisien dan efektif. Berikut ini adalah sturuktur organisasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
58
Pelindung Pembina Anggota Kehormatan Pengurus Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Seksi Humas Seksi Pemasaran Seksi Usaha
: Kepala Desa Tegal Arum Kepala Dusun Wono Sari : Dinas Pertanian Dinas Perikanan : Erfan Kastury Sri Joko Susanto : : : : : : : :
Sutiman Isman Hidayat, SP Sunardi Suwadi, S.Pd Soimun Giyanto Supono Rahmanto
Walaupun struktur Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari telah terbentuk, akan tetapi belum diikuti dengan pembagian kerja yang jelas diantara pengurus. Hal ini menyebabkan Ketua memegang segala peranan dalam kegiatan kepengurusan. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas disebabkan karena wakil ketua dan sekretaris lebih banyak berkonsentrasi pada kegiatan lain. Hal ini disampaikan Sutiman sebagai Ketua Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sebagai berikut : “Wakil ketua saya itu lebih berkonsentrasi pada pengembangan kolam pemancingan miliknya sehingga bila diajak untuk berkumpul untuk membicarakan tentang perkembangan Mina Sari dia selalu tidak pernah hadir ditambah lagi dia juga baru diangkat tenaga honorer sebagai guru di SMA, demikian juga dengan Sekretaris saya dia lebih berkonsentrasi pada kegiatan kuliahnya.” Kondisi ini menyebabkan pengurus yang lain juga sibuk akan kepentingan pribadinya
masing-masing
sehingga
bertumpuknya
tugas
pada
ketua
dikhawatirkan akan menyebabkan motivasi ketua menjadi berkurang dan mungkin saja lepas tangan terhadap kegiatan di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Kurangnya motivasi yang dimiliki masing-masing pengurus menyebabkan rendahnya kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan kurangnya pemahaman anggota terhadap norma-norma yang ada.
59
a. Kepemimpinan Keberhasilan suatu lembaga sosial seperti Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam memberikan pelayanan kepada anggota salah satunya ditentukan oleh faktor pemimpin dalam mengelola lembaga tersebut. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya dilihat kualitas sumber daya manusianya, tetapi juga kepribadian pemimpin itu sendiri, bagaimana ia mampu masuk dan berinteraksi dengan masyarakat akan sangat berpengaruh dengan keberhasilan kepemimpinannya. Hal ini juga terjadi di Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Ketua yang dipilih dan diangkat melalui musyawarah desa yaitu Bapak Sutiman secara kualitas sumber daya manusianya bisa dikatakan cukup kompeten. Walaupun beliau hanya tamatan Sekolah Dasar akan tetapi beliau mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan budidaya ikan air tawar, beliau juga mempunyai jejaring yang cukup luas hal ini disebabkan beliau merupakan Toke karet dan juga secara ekonomi beliau lebih mapan dibandingkan seluruh anggota. Akan tetapi karena beliau merupakan seorang Toke karet, menyebabkan anggota menjadi kurang kristis untuk mengungkapkan pendapat dalam setiap musyawarah, akhirnya keputusan yang diambil lebih banyak berdasarkan keinginan dari ketua sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sasmihadi. Beliau mengungkapkan : “Saya menjual getah karet saya kepada Pak Sutiman dan terkadang juga meminjam uang kepada dia, jadinya saya kurang berani untuk memberikan pendapat saya di dalam setiap kali pertemuan.” Perlakuan yang diberikan anggota kepada Pak Sutiman sebagai ketua mengakibatkan kurangnya transparansi dalam pengelolan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sehingga kepercayaan menjadi berkurang, sedangkan kepercayaan merupakan modal sosial yang utama yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari.
60
b. Karakteristik Pengurus Dalam mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ini peranan pengurus sangat penting, karena maju dan berkembangnya suatu kelembagaan tidak terlepas dari peran pengurus itu sendiri. Pengangkatan mereka sebagai pengurus disamping memperhatikan aspirasi dari anggota, juga karena mereka dipandang bisa mengembangkan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dimasa mendatang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, pengurus diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memajukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, disamping itu melihat dari pekerjaan yang mereka tekuni memungkinkan mereka mempunyai jaringan kerja yang cukup luas bagi pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari yang sedang berjalan dapat dikatakan lamban jika kita lihat dari perkembangan hasil produksi budidaya ikan air tawar dan perkembangan dari bantuan yang diberikan baik dari tingkat propinsi maupun kabupaten. Lambatnya perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari ini disebabkan karena belum adanya pengetahuan di bidang manajemen organisasi dan pelayanan kepada anggota, ditambah lagi dengan kesibukan dari para pengurus itu sendiri. Kurangnya pengetahuan di bidang manajemen organisasi terlihat dari mekanisme yang diterapkan dalam penyerapan programprogram bantuan yang diberikan oleh pemerintah, akibatnya bantuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang optimal dalam peningkatan usaha budidaya ikan air tawar. Kinerja Kelembagaan Dalam pengembangan kelembagaan juga harus memahami kinerja kelembagaan. Kinerja kelembagaan adalah kemampuan suatu kelembagaan untuk menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efesien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Untuk menilai kinerja kelembagaan dapat dilihat dari produknya sendiri berupa
61
jasa atau material dan faktor manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan. Ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan-tujuannya, efesiensi penggunan sumber daya, dan keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya. a. Keefektifan Kelembagaan dalam Mencapai Tujuan Suatu lembaga akan berjalan dengan baik jika didukung dengan perencanaan yang baik pula. Perencanaan tersebut merupakan suatu proses yang panjang. Suatu perencanaan yang baik disusun secara partisipatif, yaitu harus melibatkan seluruh anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Pada awal pembentukan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, pengurus setiap tahunnya mengadakan rapat anggota secara rutian setiap tiga bulannya dengan mengundang seluruh anggota. Rapat ini dimaksudkan untuk membicarakan hal-hal yang akan dikerjakan dan mencari penyelesaian secara bersama-sama tentang permasalahan yang dihadapi serta memberikan laporan pengurus mengenai perkembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Akan tetapi dalam perkembangannya, mulai tahun 2007 – 2008 pengurus tidak lagi mengadakan pertemuan rutin tersebut, hal ini disebabkan kegiatan usaha pembuatan pakan ikan tidak transparan akibatnya timbul ketidakpercayaan pada diri anggota terhadap pengurus sehingga setiap kali pengurus mengadakan pertemuan, tidak ada anggota yang ikut menghadiri hanya beberapa pengurus saja. Dengan kondisi tersebut Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari tidak lagi mempunyai suatu perencanaan progaram kerja yang baik, sehingga lembaga kurang dapat mengetahui dan memahami aspirasi dan perkembangan anggotanya. Dalam mengadakan pengawasan usaha budidaya ikan air tawar terhadap anggotanya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari masih sangatlah kurang. Akibatnya pengurus tidak mengetahui kendala dan perkembangan dari anggotanya. Pengawasan yang dilakukan oleh pengurus hanyalah sepintas lalu, pengurus tidak pernah mencatat kegiatan perikanan dari anggota, mereka tidak pernah mempunyai catatan yang jelas bagaimana keadaan dari anggota baik tentang
62
penyediaan saprokan, penyediaan modal, penyediaan air irigasi, kegiatan usaha tani, pengolahan, pemasaran, penyediaan informasi teknologi dan, penyediaan informasi pasar. Kurangnya pengawasan ini menyebabkan anggota menjadi sulit untuk berkembang karena belum dapat memenuhi jumlah, jenis, mutu, tempat, waktu dan harga. b. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Ekonomi Kegiatan usaha budidaya perikanan merupakan usaha yang bersifat padat modal. Modal awal sebagai investasi usaha tidak terbatas pada pembuatan kolam namun masih banyak lagi peralatan lain yang harus dimiliki, hal ini sangat tergantung dari pada skala usah, jenis alat yang digunakan dan sifat usaha yang dilakukan. Yang menjadi permasalahan adalah besarnya investasi awal tersebut tentu merupakan suatu hal yang amat berat bagi petani ikan karena membutuhkan modal yang besar, sehingga tidak heran apabila masih sangat sedikit yang berani melakukan budidaya ikan darat. Sebagian besar usaha budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil dengan berbagai keterbatasannya, terutama keterbatasan kualitas SDM, yang mana dalam penanganan produksi ikan masih banyak ditemui permasalahan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan darat tidak merata dan kurang memperhatikan daya dukung lingkungan, menyebabkan usaha perikanan darat menjadi tidak efesiensi serta menimbulkan berbagai kegagalan. Kegagalan dalam memperhatikan daya dukung lingkungan ini terlihat ketika terjadi bencana banjir pada Tahun 2005 yang menyebabkan petani ikan mengalami kerugian akibat gagal panen. Setelah kejadian tersebut, barulah pengurus mulai memperhatikan daya dukung lingkungan dengan cara melakukan gotong royong untuk pembersihan dan pendalaman sungai serta perbaikan irigasi dan tanggul kolam. Masalah pengadaan sarana produksi juga memiliki kendala tersendiri antara lain sistem penyediaan dan penyaluran faktor produksi, sehingga tidak dapat mengakomodasi kemajuan usaha perikanan. Masih terbatasnya permodalan yang dimiliki petani ikan menyebabkan usaha mereka berjalan lambat dan sulit
63
berkembang, sementara disisi lain aksesbilitas petani ikan terhadap lembaga perbankkan masih sangat terbatas. Kendala kurangnya modal ini sebenarnya dapat diatasi oleh lembaga, akan tetapi karena kurangnya kemampuan dari pengurus dalam efesiensi penggunaan bantuan dana bergulir yang diberikan dari pemerintah menyebabkan dana yang diberikan tidak memberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam pemanfaatan teknologi juga belum dilakukan secara optimal oleh pengurus. Hal ini terlihat dari bantuan mesin pembuat pakan yang diberikan oleh pemerintah, padahal salah satu kendala sarana produksi perikanan adalah pakan, pengadaan pakan untuk memacu pertumbuhan ikan mencapai ukuran konsumsi juga menjadi permasalahan yang sangat merisaukan petani ikan. Harga pakan pabrik sangat mahal ( Rp. 300.000,-/karung ukuran 50 kg). Disisi lain petani ikan harus mampu memenuhi permintaan pasar yang menetapkan standar ukuran konsumsi 4:1 ( 4 ekor dalam 1 kg). Usaha yang dilakukan oleh Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam mengatasi pengadaan pakan ikan adalah dengan cara mencoba membuat pakan ikan buatan. Ide membuat pakan buatan ini muncul setelah Mina Sari mendapat pelatihan cara pembuatan pakan ikan dari Dinas Peternakan dan Perikanan serta bantuan peralatan 1 mesin dissel, oven, mesin giling tepung, mesin cetak pelet dan uang tunai senilai Rp. 30.000.000,-. Ketika usaha pembuatan pakan ikan berjalan, petani sangat terbantu karena harga pakan yang dihasilkan dijual lebih murah dibandingkan harga pasaran. Dalam pembayaran, mereka boleh membayar pakan setelah panen. Usaha pengolahan pembuatan pakan ikan ini ternyata hanya berjalan selama 6 bulan saja, setelah dilakukan penghitungan ternyata mesin giling tepung yang diberikan hanya dapat menghasilkan 20 kg/hari sedangkan kapasitas mesin pelet dapat menghasilkan 500 kg/jam. Dengan kesepakatan bersama, bantuan dana tunai senilai Rp. 30.000.000,- dibelikan mesin giling tepung dengan kapasitas lebih besar seharga Rp. 13.000.000,- dan pembelian mesin dissel untuk mengganti yang sudah rusak seharga Rp. 5.600.000,- sisanya dipergunakan untuk menambah modal. Penggantian mesin giling tepung yang baru ini hanya berjalan selama 8 bulan, hal ini disebabkan kapasitas mesin giling
64
tepung yang baru ternyata hanya 300kg/hari akibatnya produksi kembali terhenti. Pengoperasian mesin pembuat pakan ini mempekerjakan 2 orang karyawan dengan upah Rp. 500,-/kg. Terhentinya produksi pembuatan pakan ini menjadi salah satu hambatan anggota dalam melakukan pengembangan usaha perikanannya sehingga beberapa anggota tidak lagi serius dalam pengelolaan budidaya ikan air tawar karena terkendala modal dalam pengadaan pakan. Selain terhentinya produksi pakan karena kapasitas mesin giling tepung tidak dapat mengimbangi kapasitas mesin cetak pelet perihal lainnya adalalah karena pengurus dinilai tidak terbuka dalam pelaporan keuangan hasil produksi menyebabkan timbulkan kecurigaan diantara anggota yang akhirnya mempengaruhi partisipasi mereka dalam kegiatan untuk mengatasi kendala tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari mesin pembuat pakan yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Mesin Pembuat Pakan
Mesin Cetak Pelet
Mesin Oven
Mesin Giling Tepung
Mesin Disel
65
c. Keberlanjutan Kelembagaan berinteraksi dengan Kelembagaan Lain Kelembagaan Tani Mina Sari belum mampu mengoptimalkan sumberdaya kelembagaan yang ada yang mendukung baik secara horizontal yaitu lembaga lokal yakni beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial dan budaya yang terdapat di Desa Tegal Arum dan secara vertikal yaitu kelembagaan yang arasnya lebih tinggi yaitu pemerintah dan swasta. 1. Kelembagaan Horizontal Beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial terdapat di Desa Tegal Arum, mulai dari kelompok tani, Koperasi Unit Desa, Pedagang keliling, Pedagang pengumpul, dll ternyata belum bersinergi satu sama lain. Aktivitas organisasi ini masih terkukung pada satu bentuk, yaitu berdasarkan kebutuhan pembentukannya, sehingga legitimasi sebagai organisasi komunitas masih mempengaruhi setiap aktivitas organisasi itu sendiri. Misalnya Mina Sari justru belum sepenuhnya mendapat dukungan (baik moril maupun materil) dari kelembagaan lokal atau organisasi yang lain sehingga seperti berjalan sendiri. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya jaringan kerjasama, baik jaringan pemasaran hasil produksi seperti tidak adanya hubungan kerjasama dengan pedagang pengumpul, maupun jaringan permodalan seperti pinjaman dari Koperasi Unit Desa dan pihak perbankkan, atau hubungan kerjasama usaha dengan pihak kelembagaan tani ikan lainnya. 2. Kelembagaan Vertikal Kelembagaan Tani Mina Sari pada Tahun 2005 telah mendapatkan pendampingan dari Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT) bekerjasama dengan Japan International Co. Agc (JICA) dengan memberikan pendampingan dan pelatihan tentang budidaya ikan air tawar selama 1 tahun. Ketika masa pendampingan ini berjalan, kegiatan perikanan secara kelembagaan berjalan dengan baik, akan tetapi setelah masa pendampingan dan pelatihan telah usai ternyata pengurus tidak dapat mengembangkan apa yang telah diberikan oleh
66
JICA tersebut, hal ini berpengaruh terhadap partisipasi anggota dan peningkatan kapasitas lembaga. Kelembagaan Tani Mina Sari juga belum mampu mengoptimalkan bantuan-bantuan yang diberikan, baik berupa bantuan penguatan modal maupun bantuan sarana dan prasarana perikanan oleh pemerintah baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten. Kekurangmampuan Mina Sari dalam memaksimalkan bantuan yang diberikan ini menyebabkan kerberlanjutan dalam pemberian bantuan menjadi terhenti, hal ini terlihat dari tidak pernahnya Mina Sari mendapatkan bantuan dari pemerintah lagi semenjak Tahun 2006. Faktor-Faktor yang dapat Mendukung dan Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 1. Faktor-Faktor Mendukung Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Faktor-faktor yang dapat mendukung penguatan kelembagaan tani ikan mina sari dapat dilihat dari beberapa hal,yaitu : a. Kondisi komunitas Letak Desa Tegal Arum yang cukup mudah dijangkau baik dari Ibu Kota Kecamatan maupun Kabupaten memudahkan untuk mengakes sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi lokal seperti bank, instansi-instansi pemerintah maupun lembaga-lembaga lain. Disamping itu tersedianya sarana transportasi baik jalan maupun angkutan yang memadai memudahkan dijangkaunya Desa Tegal Arum. Selain Desa Tegal Arum memiliki pasar tradisional yang dibuka setiap hari Sabtu, Desa Tegal Arum juga dekat dengan pasar kecamatan sehingga memudahkan pemasaran dari produk perikanan yang dihasilkan oleh Desa Tegal Arum.
67
Penduduk Desa Tegal Arum memiliki sumberdaya manusia yang besar karena Desa Tegal Arum termasuk ke dalam kategori struktur penduduk usia kerja. Hal ini dapat dilihat dari besarnya populasi penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun) adalah 4.467 jiwa. Besarnya jumlah penduduk yang berada pada usia produktif merupakan modal yang cukup potensial bagi desa dalam pembangunan desa. Kabupaten Tebo memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar terutama untuk pengembangan budaya ikan air tawar, namun tingkat pemanfaatannya masih rendah. Potensi budidaya ikan air tawar yang meliputi kolam 248 ha dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2007 seluas 82 ha sedangkan potensi budidaya ikan di keramba dan keramba jaring apung (KJA) sebesar 25.000 unit dengan tingkat pemanfaatan baru 326 unit (1,30%) dengan komoditas utama yang dikembangkan adalah ikan Nila, Lele, Patin Jambal dan Emas. Potensi sumber daya alam yang ada di Desa Tegal Arum, yaitu terdapat 121 ha lahan rawa, 48 ha mempunyai potensi untuk dibuat kolam sedangkan yang termanfaatkan baru 7,5 ha (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 2007). Selain itu terdapat sungai yang mengalir sepanjang ± 3 km di Dusun Wono Sari di mana kondisi air sungai yang dimiliki juga cocok digunakan untuk sumber air bagi budidaya ikan air tawar, tanah yang subur dan iklim yang teratur baik musim hujan maupun musim kemarau. Potensi sumber daya alam ini bila dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan meningkatkan produktifitas budidaya ikan air tawar. Produksi ikan budidaya di Kabupaten Tebo adalah 90,56 ton dan produksi ikan perairan umum mencapai 314 ton, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Tebo adalah 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Dimana kekurangannya terpenuhi oleh ikan air tawar dan ikan laut dari Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung. Sementara standard kebutuhan ikan nasional adalah 23 kg per kapita/tahun. Melihat hal tersebut di atas maka pengembangan perikanan khususnya ikan air tawar masih memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan salah satu pendapatan yang produktif.
68
b. Kelembagaan Adanya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari merupakan faktor pendukung keberhasilan program pengembangan budidaya ikan air tawar. Hal ini karena Mina Sari berfungsi sebagai unsur masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna program; sehingga melalui Mina Sari program peningkatan produksi perikanan dapat dilaksanakan di Dusun Wono Sari Desa Tegal Arum. Artinya, jika tidak terdapat Mina Sari maka program peningkatan produksi perikanan ini tidak dapat dilaksanakan. Tujuan awal dibentuknya Mina Sari ini adalah mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai dan pengganti kebun karet yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Mina Sari diharapkan menjadi wadah bagi petani untuk memfasilitasi kebutuhan di bidang budidaya ikan air tawar. c. Kebijakan Perkembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tebo sangat memberikan arti sejalan dengan salah satu Pilar Pembangunan Kabupaten Tebo yaitu Ekonomi Kerakyatan dalam wujud peningkatan kesempatan kerja, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, peningkatan kewirausahaan serta percepatan pembangunan pedesaan. Direncanakan nantinya pada tahun 2015 nanti Desa Tegal Arum ini menjadi sentra produksi ikan baik untuk pembesaran maupun pembenihan. Dukungan dari pemerintah terhadap perkembangan budidaya ikan air tawar ini dapat dilihat dari program-program peningkatan produksi perikanan yang telah diberikan kepada petani ikan, baik itu program bantuan dana bergulir, bantuan sarana dan prasarana perikanan, bantuan pendampingan dan pelatihan, bantuan gudang, dan bantuan mesin pembuat pakan.
69
Keterbatasan akan
kepemilikian
modal,
keterbatasan teknis
dan
manajemen, dan mencari jejaring dengan pihak ketiga bagi petani ikan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar dapat diatasi melalui keberadaan lembaga Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) perikanan yang baru saja dibentuk pada tanggal 24 April 2008. Fungsi dan tujuan dari UPP adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian untuk pengelolaan SDA perikanan budidaya ikan air tawar secara optimal. 2. Faktor-Faktor yang Menghambat Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari. Dalam pemetaan sosial, didapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi dalam program pengembangan budidaya ikan air tawar di Desa Tegal Arum, antara lain: (1) mahalnya biaya produksi teruatama pakan; (2) tingkat keterampilan petani tentang perikanan yang belum memadai; (3) peranan kelembagaan Mina Sari, tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan (4) belum tersosialisasinya program peningkatan produksi perikanan dengan baik. Dalam diskusi yang diselenggarakan pengkaji selama melaksanakan penelitian bersama dengan anggota dan pengurus Mina Sari, staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, dan Petugas Penyuluh, berbagai permasalahan tersebut dikelompokkan dalam tiga permasalahan, seperti tertuang dalam Gambar 3 diagram tulang ikan.
70
Gambar 3. Diagram Tulang Ikan Permasalahan Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari KELEMBAGAAN Anggota motivasi tidak konsisten
kesibukan personal
Pengurus
Pendidikan
Motivasi untuk pengembangan rendah
Pengetahuan dan pengembangan kapasitas petani
Partisipasi dalam Benih, kolam, pengairan, Belum adanya pakan, penebaran benih, kelembagaan pengalaman rendah pemasaran, kemanan Pemahaman tentang tentang organisasi norma-norma Kinerja kelembagaan Kredit kelembagaan macet Peningkatan Keefektifan Efesiensi penggunaan Interaksi dgn kelembagaan lain pendapatan mencapai tujuan sumberdaya melalui Krisis ekonomi buidaya ikan global air tawar Daya beli Program kurang masyarakat rendah partisipatif Harga getah Perikanan menjadi Petani kebun usaha sampingan Produktifitas karet turun Perilaku menjadi petani yang tidak produktif tenaga kerja Belum ikan rendah Pola kerja memberdayakan Kualitas ikan yang lembaga dihasilkan lebih rendah Sulit bersaing dengan Dari ½ hari ikan dari dareah lain kerja menjadi 1 Masuknya ikan dari daerah lain hari kerja Pembagian kerja tdk jelas
KEBIJAKAN
KONDISI KOMUNITAS
Dalam diagram tulang ikan pada Gambar 3, terdapat empat masalah utama yang teridentifikasi, yaitu: 1. Kelembagaan a. Anggota, terdapat permasalahan: pendidikan yang rendah sehingga mempengaruhi motivasi dalam pengembangan budidaya ikan air tawar; pemahaman tentang norma-norma kelembagaan yang masih rendah, sehingga pengembalian dana dari bantuan bergulir yang diberikan sebagian besar tidak dikembalikan; pengetahuan dan pengembangan kapasitas petani masih terbatas, sehingga mengalami kendala dalam hal benih, kolam, pengairan, pakan, penerbaran benih, pemasaran dan keamanan.
71
b. Pengurus, terdapat permasalahan: belum adanya pengalaman tentang berorganisasi; pembagian kerja yang tidak jelas; dan motivasi yang tidak konsisten yang terlihat dari kesibukan masing-masing pengurus. c. Kinerja Kelembagaan, terdapat permasalahan: keefektifan kelembagaan dalam
mencapai
tujuan;
efisiensi
penggunaan
sumberdaya;
dan
keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagaan lain. 2. Kondisi Komunitas a. Krisis ekonomi global, terdapat permasalahan: Belum stabilnya ekonomi dalam negeri karena kondisi perekonomian global, dapat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi lokal. Dampak yang dirasakan adalah turunnya harga getah karet, dari harga Rp. 11.000,-/kg menjadi Rp. 4.000,/kg, sedangkan harga pakan ikan mengalami kenaikan. Kondisi menyebabkan petani ikan mengalami keterbatasan modal dan kesulitan dalam pemberian pakan ikan sehingga pembesaran ikan menjadi terganggu. b. Perilaku, terdapat permasalahan: Merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sangat sulit, hal ini dikarenakan masyarakat telah terbiasa dengan berkebun karet sehingga usaha di bidang budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif. Akibatnya bila dihitung secara ekonomi mengalami kerugian karena tidak dikelola secara profesional. c. Pola kerja, terdapat permasalahan: masyarakat tidak terbiasa untuk bekerja secara terus-menerus dalam waktu yang lama di kolam karena waktu bekerja mereka sebagai pekebun karet hanya pada pagi sampai menjelang siang hari sedangkan bila perikanan maka mereka harus bekerja selama satu hari penuh. d. Masuknya ikan dari daerah lain, terdapat permasalahan: Masuknya komoditi ikan dari daerah Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Lampung dapat merupakan ancaman bagi pengembangan ekonomi lokal di Desa Tegal Arum. Ikan yang dihasilkan belum dapat memenuhi jumlah, jenis, mutu, tempat, waktu dan harga dari daerah lain yang memiliki kualitas
72
yang lebih baik dibandingkan dengan ikan yang dihasilkan dari petani ikan di Desa Tegal Arum. 3. Kebijakan a. Belum memberdayakan lembaga, terdapat permasalahan: Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan. b. Belum memikirkan jaringan yang lebih luas, terdapat permasalahan: pemerintah belum memikirkan jaringan pemasaran ikan yang dihasilkan oleh petani. Petani kesulitan dalam memasarkan hasil panen ikan mereka, selama ini hasil panen ikan mereka di jual kepada masyarakat di sekitar dusun saja dan pedagang ikan keliling.
Ikhtisar Keberadaaan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari di Desa Tegal Arum yang bertujuan mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan kebun karet yang sudah tua melalui budidaya ikan air tawar belum sepenuhnya optimal. Keterbatasan yang dimiliki oleh Mina Sari terutama dalam pelayanan kepada anggota disebabkan keterbatasan kapasitas pengurus dalam mengelola Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan juga karena rendahnya partisipasi anggota Mina Sari. Kondisi ini menyebabkan kinerja kelembagaan Mina Sari belum menunjukan hasil yang optimal
guna
memanfaatkan
potensi
dan
sumberdaya
dalam
rangka
pengembangan budidaya ikan air tawar. Rendahnya partisipasi anggota dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan mereka akan norma yang berlaku di Mina Sari. Masih adanya tunggakan serta kesadaran untuk mengembalikan bantuan penguatan modal yang diberikan, mengidentifikasikan bahwa pengetahuan anggota tentang mekanisme perguliran bantuan penguatan modal masih rendah. Selain rendahnya norma tentang Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, pengetahuan dan keterampilan anggota terutama dalam mengembangkan budidaya ikan air tawar yang produktif dirasakan masih kurang. Hal ini meyebabkan budidaya ikan air tawar yang
73
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Dari aspek keorganisasian, Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam rangka meningkatkan usaha anggota untuk pengembangan budidaya ikan air tawar mengalami permasalahan, yaitu :(1) tidak mempunyai suatu perencanaan program kerja yang baik; (2) keterbatasan waktu para pengurus yang mempunyai kesibukan masing-masing; (3) belum adanya pembagian tugas yang jelas; (4) pemanfaatan teknologi yang belum maksimal; (5) tidak adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan; dan (6) pengurus tidak pernah mencatat kegiatan perikanan dari anggota. Dengan permasalahan tersebut, Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari sebagai lembaga ekonomi lokal belum mampu menjadi lembaga yang mandiri baik dalam menentukan nasib sendiri maupun dalam pengembangan kelembagaan. Faktor yang mendukung penguatan kelembagaan adalah: (1) Kondisi komunitas, yaitu adanya kelembagaan pasar, besarnya populasi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun), potensi sumber daya alam yang potensial, dan masih belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi ikan di Kabupaten Tebo sebesar 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun; (2) Terbentuknya suatu Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari; dan (3) Dukungan kebijakan dari pemerintah terhadap petani ikan melalui program-program peningkatan produksi perikanan yang telah diberikan kepada petani ikan. Faktor yang menghambat penguatan kelembagaan adalah: (1) Kondisi komunitas, yaitu, merubah perilaku masyarakat untuk melakukan budidaya ikan air tawar masih sulit sehingga usaha budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif, masuknya komoditi dari daerah lain; (2) Belum optimalnya Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota; dan (3) Pemerintah dalam pemberian program belum melakukan pendekatan pelaksanaan program yang partisipatif atau belum memberdayakan petani ikan, selain itu kelembagaan yang ada belum dimanfaatkan untuk memberdayakan petani ikan.
STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI Pengkaji bekerja sama dengan pengurus kelembagaan tani ikan mina sari menyelenggarakan FGD untuk merumuskan strategi penguatan kelembagaan tani ikan mina sari sebagai upaya intervensi sosial pada tataran mikro (individu dan keluarga) dan tataran meso (kelompok-kelompok kecil) yaitu kepada petani ikan dan kelembagaan tani ikan mina sari. Dengan melibatkan partisipasi anggota dan pengurus dalam perancangan strategi dan aksi, diharapkan rancangan tersebut dapat berjalan secara efektif. FGD diselenggarakan dengan melibatkan beberapa stakeholder, terdiri dari: 1. anggota dan pengurus mina sari; 2. Kepala Desa; 3. petugas PPL; 4. staf Dinas Peternakan dan Perikanan. FGD dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 November 2008 bertempat di rumah ketua mina sari, dengan agenda: 1. membahas permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari dan pengembangan usaha; 2. mencari model pengembangan kelembagaan yang partisipatif sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, potensi ekonomi lokal dan sumber daya yang ada berdasarkan pemikiran dan kesepakatan bersama seluruh stakeholder; 3. menyusun
rancangan
aksi
atau
pengembangan
program
penguatan
kelembagaan tani ikan mina sari agar di masa yang akan datang program berjalan efektif. Berbagai tanggapan, saran, dan hasil diskusi di atas dapat disajikan dalam bentuk Tabel 17
Tabel 17. Analisis Masalah, Potensi, dan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar
No.
MASALAH
PENYEBAB
DAMPAK
POTENSI
PEMECAHAN MASALAH
1 1.
2
3
4
5
6
Kelembagaan a. Anggota motivasi untuk melakukan pengembangan budidaya masih rendah mengalami kendala dalam hal benih, kolam, pengairan, pakan, penebaran benih, pemasaran dan keamanan. pengembalian dana dari bantuan bergulir yang diberikan sebagian besar tidak dikembalikan partisipasi anggota dalam Mina Sari masih rendah
- rendahnya pendidikan (Ratarata tamatan SD) - pengetahuan dan pengembangan kapasitas petani masih terbatas - pemahaman tentang normanorma kelembagaan yang masih rendah
- tingkat produktifitas - adanya kemauan - mengaktifkan kembali dan kualitas dari petani untuk kembali pertemuan rutin budidaya ikan air menekuni budidaya tawar, baik itu ikan air tawar - meningkatkan pembenihan maupun kapasitas anggota pembesaran masih - budidaya ikan air melalui program rendah tawar masih pendampingan, agar - “semangat” warga memiliki peluang mampu memahami untuk melakukan usaha yang bagus peranan anggota di budidaya ikan air tawar untuk dikembangkan dalam kelembagaan berkurang dan mampu merespon - Peran serta anggota - adanya kesadaran program-program yang dalam kegiatan di bahwa kelembagaan telah di berikan dalam kelembagaan merupakan salah satu rendah sarana untuk - melakukan pelatihan - Tidak adanya membantu petani teknis budidaya ikan kepercayaan anggota dalam melakukan air tawar kepada pengurus pengembang - Mina Sari tidak lagi budidaya ikan air mendapatkan bantuan tawar dari pemerintah
75
b. Pengurus motivasi yang tidak konsisten di - pengurus punya - tidak adanya - ketua mina sari dalam kepengurusan kesibukan lain (ada kepercayaan anggota termasuk orang yang pengurus belum mengetahui yang sibuk menjadi kepada pengurus dihormati bagaimana melakukan tugasguru, kuliah, dll) tugas yang diberikan - peranan pengurus - motivasi ketua dalam pembagian kerja tidak jelas - belum adanya dalam menjalankan mempertahankan pengalaman fungsi kelembagaan keberadaaan mina berorganisasi menjadi berkurang sari masih tinggi
- mengaktifkan kembali pertemuan rutin - meningkatkan kapasitas pengurus melalui program pendampingan, agar mampu memahami peranan pengurus di dalam kelembagaan - tingkat pendidikan dan mampu merespon pengurus tinggi (rata- program-program yang rata tamatan SMA, telah di berikan bahkan ada yang - melakukan pelatihan sarjana) menajemen sederhana
c. kinerja kelembagaan tidak mempunyai perancanganan yang baik pengurus tidak memberikan laporan mengenai perkembangan kelembagaan pemanfaatan sumberdaya perikanan darat tidak merata dan kurang memperhatikan daya dukung lingkungan (terjadi banjir pada tahun 2005) terbatasnya permodalan pemanfaatan teknologi juga belum dilakukan secara optimal (pemanfaatan mesin pembuat pakan)
- keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan - efisiensi penggunaan sumberdaya
- tujuan dari terbentukya mina sari tidak tercapai - lembaga tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada anggota - pengembangan budidaya terkendala dengan modal yang terbatas - petani kesulitan dalam pengadaan pakan ikan
- adanya kemauan pengurus menyelenggarakan program - pengurus merupakan tenaga muda, punya semangat - ketua mina sari merupakan toke karet, sehingga mempunyai jejaring yang lebih luas
- mengaktifkan kembali pertemuan rutin - meningkatkan kapasitas pengurus melalui program pendampingan, agar mampu meningkatkan kinerja kelembagaan - pengaktifan kembali mesin pembuat pakan
76
belum mampu mengoptimalkan sumberdaya kelembagaan yang ada yang mendukung baik horizontal dan vertikal
- keberlanjutan kelembagaan berinteraksi dengan kelembagaan lain
- tidak adanya jaringan - mempertahankan - mengikutsertakan kerjasama, baik keberadaaan mina kelembagaan yang ada, jaringan pemasaran sari masih tinggi baik itu kelembagaan maupun jaringan - tingkat pendidikan vertikal maupun permodalan pengurus tinggi (rata- kelembagaan - keberlanjutan dalam rata tamatan SMA, horizontal dalam hal pemberian bantuan bahkan ada yang pemanfaatan jejaring oleh pemerintah sarjana) - mencari informasi menjadi terhenti - adanya bantuan dana tentang programbergulir dari program peningkatan pemerintah sarana produksi - adanya lembaga perikanan melalui KUD simpan pinjam Dinas Peternakan dan - Mina Sari memiliki Perikanan. mesin pembuat pakan - Banyaknya kelembagaan lokal yang ada baik itu kelembagaan sosial maupun kelembagaan ekonomi - Adanya keinginan dari pemerintah untuk terus melakukan pembinaan dan pemberinan bantuan kepada petani ikan
77
1 2 3 2. Kondisi komunitas a. Krisis ekonomi global daya beli petani untuk - turunnya harga pemenuhan sarana dan prasarana getah karet perikanan rendah, terutama untuk pembelian pakan ikan
b. Perilaku budidaya ikan air tawar sulit untuk berkembang
- masyarakat telah terbiasa dengan berkebun karet
c. Pola kerja produktifitas tenaga kerja rendah - petani yang terbiasa dengan ½ hari menjadi 1 hari kerja
4
5
- motivasi petani ikan - harga jual ikan di dalam budidaya ikan pasaran tinggi menurun - kuantitas dan kualitas - peluang usaha ikan, baik itu budidaya ikan air pembenihan maupun tawar masih pembesaran tidak menjanjikan sesuai dengan keingginan pasar
6
- bantuan modal - butuh pakan alternatif pengganti pelet - pengaktifan kembali mesin pembuat pakan
- budidaya ikan air tawar kolam hanya sebagai usaha sampingan yang tidak produktif
- ada beberapa petani - melakukan studi ikan yang berhasil banding ke kelompok dalam melakukan tani ikan yang lain budidaya ikan air yang lebih berhasil tawar - meningkatkan kapasitas petani ikan melalui program pendampingan, agar mampu meningkatkan motivasi di bidang perikanan
- tidak semua anggota keluarga ikut serta membantu bekerja (istri tidak ikut membantu)
- motivasi laki-laki dalam melakukan budidaya ikan air tawar masih tinggi
- perlunya dukungan dari semua anggota keluarga
78
d. Masuknya ikan dari daerah lain Ikan yang dihasil dari Desa - Kualitas ikan yang - Ikan yang dihasilkan - Petani memiliki Tegal Arum sulit untuk bersaing dihasilkan dari dari Desa Tegal Arum induk ikan jenis dengan ikan yang didatangkan Desa Tegal Arum sulit untuk dipasarkan unggul dari daerah lain masih rendah
1 2 3 3. Kebijakan Belum memberdayakan lembaga Program yang ada tidak melihat - program yang kebutuhan strategi dan kebutuhan diberikan kurang praktis petani partisipatif
4
- program yang diberikan tidak tepat sasaran dan tidak berkelanjutan
5
- Perlunya pelatihan teknis budidaya ikan air tawar
6
- Adanya keingginan - Perlunya dari pemerintah pendampingan kepada untuk membantu lembaga agar mampu petani ikan dalam merespon program meningkatkan sesuai dengan produktifitas petani kebutuhan mereka
79
Pertemuan ini kemudian membuat strategi berdasarkan analisis masalah, potensi, dan alternatif pemecahan masalah pengembangan budidaya ikan air tawar yang teleh diidentifikasi dalam FGD. Rancangan program terbagi menjadi rancangan program jangka pendek dan rancangan program jangka panjang yang memuat: 1) program; 2) tujuan; 3) Indikator Kinerja; 4) alat verifikasi; 5) sasaran; 6) pelaksana; 7) pendukung; 8) metoda pelaksanaan; 9) waktu; 10) sumber dana. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi program yang berjalan, serta turut serta dalam kesinambungan program, pengkaji membuat rancangan program monitoring dan evaluasi (monev) terhadap rancangan program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari baik pada program jangka pendek (satu tahun) maupun jangka panjang (lima tahun).
Program Jangka Pendek
1. Program penguatan kelembagaan tani meningkatkan kebersamaan antar anggota.
ikan
mina
sari
untuk
Program penguatan kelompok yang diinginkan anggota terdiri atas 3 sub kegiatan, yaitu: a.
Peningkatan kapasitas anggota dan pengurus: berisi peningkatan motivasi petani ikan dalam perubahan perilaku dan pola kerja petani ikan di dalam hal melakukan buidaya ikan air tawar, peningkatan partisipasi anggota dan pengurus di dalam kelembagaan dengan model kegiatan berupa pertemuan rutin, diskusi kelompok, penerapan sangsi yang tegas, maupun konsultasi.
b.
Pendampingan manajemen kelembagaan: berisi peningkatan kinerja kelembagaan dalam melakukan pelayanan kepada anggota dengan model kegiatan berupa pelatihan manajemen sederhana
c.
Pengembangan jaringan: berisi peningkatan jaringan pemasaran dan jaringan pemodalan dengan model kegiatan berupa diskusi kepada dengan
80
stakeholder terkait yang berhubungan dengan peningkatan budidaya ikan air tawar. Latar Belakang Salah satu permasalahan utama yang terjadi di dalam kelembagaan tani ikan mina sari adalah kurangnya peranan dari kelembagaan tani ikan mina sari dalam hal program pengembangan budidaya ikan air tawar sesuai tujuan terbentuknya mina sari yaitu mengatasi penurunan pendapatan dikarenakan peremajaan karet dengan cara pemanfaatan lahan kosong, lahan sawah yang sudah tidak terpakai dan pengganti kebun karet yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kolam sebagai tempat budidaya ikan air tawar jadwal yang disepakati pada awal-awal pembentukan kelompok. Pemahaman akan norma-norma kelembagan yang masih kurang, baik itu oleh anggota maupun pengurus menjadi penyebab kegiatan internal kelompok lebih banyak vakum. Hilangnya rutinitas kegiatan menyebabkan anggota sulit menjalin komunikasi dan kekompakan di antara anggota kelompok sendiri. Hal inilah yang menyebabkan budidaya ikan air tawar menjadi sulit untuk berkembang sehingga peningkatan pendapatan sampingan dengan budidaya ikan air tawar ini hanya dicapai oleh beberapa petani ikan saja yang masih memiliki motivasi yang kuat dalam melakukan budidaya ikan air tawar tersebut. Tujuan Kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan diharapkan akan mampu menjaga kekompakan,
meningkatkan
kepercayaan,
meningkatkan
norma,
dan
meningkatkan jejaring. Kegiatan-kegiatan ini juga bertujuan menjaga intensitas pertemuan anggota sehingga kelembagaan tani ikan mina sari dapat berjalan lebih konsisten dan berkelanjutan. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program dilihat dari :
81
1. Meningkatnya kepercayaan yang ditandai dengan meningkatnya partisipasi anggota dan pengurus di dalam kelembagaan tani ikan mina sari dan percaya bahwa budidaya ikan air tawar mampu meningkatkan perekonomian petani ikan. 2. Meningkatnya norma dengan ditandai berubahnya perilaku dan pola kerja masyarakat dalam melakukan budidaya ikan air tawar dan peningkatan kesadaran anggota dan pengurus tentang norma-norma yang berlaku di kelembagaan tani ikan mina sari. 3. Meningkatnya jejaring dengan ditandainya meningkatnya jaringan pemasaran dan jaringan pemodalan petani ikan. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Rancangan program dikhususkan kepada anggota dan pengurus lembaga tani ikan mina sari. Pelaksana Pelaksanaan program diserahkan sepenuhnya kepada kelembagaan tani ikan mina sari Pendukung Pendukung program adalah Pemerintah Desa, PPL, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi, Metoda Pelaksanaan Metoda pelaksanaan kegiatan berupa pertemuan rutin, diskusi, kelompok, diskusi dengan stakeholder terkait, pelatihan manajemen sederhana, pelatihan studi banding ke kelompok tani lain yang lebih maju.
82
Waktu Pelaksanaan dimulai dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, dengan waktu kegiatan 1 bulan sekali. Sumber Dana Dana yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan bersumber dari swadaya anggota, APBD I, dan APBD II. 2. Program Peningkatan Kapasitas Petani Ikan Program peningkatan kapasitas petani ikan dibagi dalam 2 sub program, yaitu: a. Pengadaan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar b. Pengadaan sarana dan prasarana budidaya Latar Belakang Petani ikan selalu mengalami kendala dalam melakukan budidaya ikan air tawar dilaksanakannya berupa pengadaan benih, pemeliharan kolam, pengairan, pemberian pakan, penebaran benih, pemasaran hasil panen, dan keamanan. Seperti yang pernah dipaparkan bahwa petani ikan dalam melakukan budidaya ikan air tawar tidak berjalan seperti yang diharapkan, karenanya kuantitas dan kulitas yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan pasar sehingga ikan yang dihasilkan oleh petani sulit bersaing dengan ikan yang didatangkan dari daerah lain. Tujuan Program peningkatan kapasitas petani ikan diharapkan dapat menjadikan petani ikan yang mempunyai daya saing di dalam budidaya ikan air tawar. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program dilihat dari meningkatnya keterampilan dan pengetahuan petani ikan, terpenuhinya sarana dan prasarana petani ikan
83
terutama mesin pembuat pakan, meningkatnya kuantitas dan kualitas ikan yang dihasilkan oleh petani ikan. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Sasaran program adalah anggota. Pelaksana Pelaksanaan program diserahkan sepenuhnya kepada kelembagaan tani ikan mina sari. Pendukung Pendukung progam adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten dan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi. Metode Pelaksanaan Metoda pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar dan mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah. Waktu Pelaksanaan dimulai dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, dengan waktu kegiatan 3 bulan sekali. Sumber Dana Dana penunjang kegiatan berasal dari APBD I dan APBD II.
Program Jangka Panjang
84
Program Pembuatan Irigasi Latar Belakang Beberapa
hasil wawancara dengan anggota dan pengurus mina sari
diketahui bahwa kendala pengairan menjadi salah satu masalah dalam pengembangan budidaya ikan air tawar. Petani ikan kesulitan dalam pengaturan debit air yang masuk dan keluar dari kolam, sehingga mengganggu pertumbuhan ikan. Yang paling merasakan kesulitan dalam pengaturan debit air ini adalah petani ikan yang memiliki kolam jauh dari sungai. Dampak lain dari pengairan ini adalah terjadi pada Tahun 2005 dimana terjadi bencana banjir yang menghanyutkan ikan yang akan dipanen. Peristiwa ini terjadi dikarenakan sungai tidak mampu menampung air yang ada karena pada saat itu sedang musim penghujan, akibatnya air meluap sampai ke kolam petani ikan yang menyebabkan ikan keluar dari kolamnya. Akibat dari peristiwa ini petani ikan mengalami kerugian yang cukup besar. Tujuan Kegiatan ini sangat berguna untuk agar kolam-kolam yang jauh dari sungai dapat memenuhi kebutuhan air kolamnya dan agar petani tidak lagi mengalami kebanjiran. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program yaitu petani dapat mengontrol jumlah debit air yang masuk dan yang keluar dari kolam ikan. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD.
Sasaran Sasaran program adalah petani ikan.
85
Pelaksana Pelaksana program kegiatan ini adalah Mina Sari, Dinas Pemeritah Desa, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas PU. Pendukung Pendukung program adalah Dinas Pemeritah Desa, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas PU. Metoda Pelaksanaan Metoda pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan tiga cara yaitu gotong royong oleh anggota, konsultasi, dan mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah. Waktu Waktu pelaksanaan adalah Bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2014. Sumber Dana Sumber dana berasal dari dana APBD I dan APBD II.
86
Tabel 18. Rancangan Program Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Program
Tujuan
1 2 Program Jangka Pendek Program Meningkatkan penguatan modal sosial kelembagaan tani yang dimiliki ikan mina sari: oleh mina sari 1. peningkatan : kepercayaan, kapasitas norma dan anggota dan jejaring pengurus 2. pendampingan manajemen kelembagaan 3. pengembangan jaringan
Indikator kinerja 3 Kepercayaan : - meningkatnya kepercayaan bahwa budidaya ikan air tawar mampu meningkatkan perekonomian petani ikan - meningkatnya kepercayaan anggota kepada pengurus dan kinerja kelembagaan dalam melakukan pelayanan kepada anggota - meningkatnya partisipasi anggota dan pengurus di dalam kelembagaan - meningkatnya kinerja kelembagaan tani ikan mina sari
Alat Verifikasi 4 FGD
Sasaran 5 - anggota - pengurus - lembaga
Pelaksana 6 Mina Sari
Pendukung 7 - Pemerintah Desa - Dinas Peternakan dan Perikanan - PPL - KUD
Metoda 8 - penerapan sangsi yang tegas - pertemuan rutin - diskusi kelompok - konsultasi - pelatihan manajemen sederhana - studi banding ke kelompok tani ikan yang lebih maju - diskusi dengan stakeholder terkait (pemdes, pemkab, kelembagaan lokal, kelembagaan ekonomi, dan pihak swasta)
Durasi Waktu 9
Sumber Dana 10
Januari 2009 – Desember 2009 (satu bulan sekali)
- Swadaya anggota dan pengurus - APBD II
Norma : - perubahan perilaku dari petani kebun menjadi petani
87
ikan - peningkatan produktifitas tenaga kerja dengan perubahan pola kerja - peningkatan manajemen kelembagaan - peningkatan kesadaran anggota dan pengurus tentang norma yang berlaku di Mina Sari - meningkatnya disiplin anggota dan pengurus terutama dalam hal pengembalian bantuan dana bergulir
Program peningkatan kapasitas petani ikan : 1. pengadaan pelatihan teknis
Menjadikan petani ikan yang mempunyai daya saing
Jejaring : - meningkatnya jaringan budidaya ikan air tawar, jaringan pemasaran dan jaringan pemodalan petani ikan - Meningkatnya FGD keterampilan dan pengetahuan petani ikan - Terpenuhinya sarana dan prasarana petani
Angota
Mina Sari
- Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten - Dinas Perikanan
- Melakukan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar - Mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah
Januari 2009 – - APBD I Desember - APBD II 2009 (tiga bulan sekali)
88
budidaya ikan air tawar 2. pengadaan sarana dan prasarana budidaya
ikan terutama mesin pembuat pakan ikan - Meningkatnya kuantitas dan kualitas ikan yang dihasilkan oleh petani ikan
Program Jangka Panjang Program - Agar kolam- - Petani dapat pembuatan irigasi kolam yang mengontrol jauh dari jumlah debet air sungai dapat yang masuk dan memenuhi yang keluar dari kebutuhan kolam ikan air kolamnya - Agar petani tidak lagi mengalami kebanjiran
dan Kelautan Propinsi
FGD
Petani ikan
- Mina Sari - Pemerintah - Pemerintah Desa Desa - Dinas - Dinas Peternakan Peternakan dan dan Perikanan Perikanan - Dinas PU - Dinas PU
untuk pengadaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan petani ikan dan lembaga tani ika mina sari
- Gotong royong oleh Januari 2009 – APBD II anggota Desember - Konsultasi 2012 - Pengajuan proposal kepada pemerintah
89
Program Monitoring dan Evaluasi
Latar Belakang Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi program yang dijalankan, perlu kiranya dibuat program monitoring dan evaluasi bagi setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan Kegiatan ini sangat berguna mengetahui bagaimana rancangan program dijalankan serta mengetahui dampak rancangan program terhadap kelembagaan tani ikan mina sari ke depan. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program monitoring dan evaluasi adalah rancangan program dijalankan sesuai jadwal dan metoda yang dilaksanakan. Indikator lainnya adalah didapatkannya manfaat dan kekurangan dari program yang dijalankan. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui survei, diskusi, dan pengamatan berperanserta peneliti di dalam kelembagaan tani ikan mina sari Sasaran Sasaran program adalah kelembagaan tani ikan mina sari Pelaksana Program pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan oleh peneliti. Pendukung Pendukung program adalah Mina Sari, Pemerintah Desa, dan Dinas Peternakan dan Perikanan.
90
Metoda Pelaksanaan Metoda pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah melalui diskusi, survei, dan FGD. Waktu Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan sejak Februai 2009 hingga Desember 2014. Sumber Dana Sumber dana kegiatan berasal dana pribadi peneliti.
91
Tabel 19. Rancangan Program Monitoring dan Evaluasi Program
Tujuan
Indikator kinerja
1 Montoring Program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari.
2
3
Mengetahui bagaimana rancangan program dijalankan Mengetahui dampak program terhadap kelembagaan tani ikan mina sari
Rancangan program dijalankan sesuai jadwal dan metoda Mendapatkan manfaat dan kekurangan program
Alat Verifikasi 4 1. Survei 2. Diskusi 3. Pengamatan berperanserta
Sasaran 5 anggota pengurus
Pelaksana 6 Peneliti
Pendukung 7 Mina Sari Pemerintah Desa
Metoda 8 Diskusi Survei FGD
Durasi Waktu 9 Februari 2009 – Desember 2014
Sumber Dana 10 pribadi
lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan
92
Ikhtisar Dalam bab ini dari hasil pendekatan partisipatif telah disajikan beberapa alternatif pemecahan masalah untuk pengembangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, baik mengenai keanggotaan, kepengurusan dan peningkatan kinerja lembaga. Strategi dan program yang diajukan terdiri dari program jangka pendek dan program jangka panjang. Program jangka pendek (satu tahun) : 1. Program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari untuk meningkatkan kebersamaan anggota 1. Peningkatan kapasitas anggota dan pengurus 2. Pendampingan manajemen 3. Pengembangan jaringan 2. Program peningkatan kapasitas petani 1. Pengadaan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar 2. Pengadaan sarana dan prasarana budidaya Program jangka panjang (lima tahun): Program pembuatan irigasi Beberapa hal perlu dicermati dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan petani ikan dalam budidaya ikan air tawar. Diperlukan pembinaan secara terpadu dari semua unsur terutama dari dinas terkait, sehingga Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan usaha budidaya ikan air tawar dapat berkembang secara berkelanjutan yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat di Desa Tegal Arum.
93
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut untuk menjawab tujuan kajian tersebut. 1. Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam meningkatkan usaha anggota dalam budidaya ikan air tawar belum sepenuhnya optimal. Kondisi yang menyebabkan kinerja kelembagaan Mina Sari belum menunjukan hasil optimal dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang dimiliki terutama dalam pelayanan kepada anggota disebabkan keterbatasan kapasitas pengurus dalam mengelola Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan juga karena kurangnya partisipasi anggota Mina Sari. Kurangnya partisipasi anggota dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan mereka akan norma yang berlaku di Mina Sari. Masih adanya tunggakan serta kesadaran untuk mengembalikan bantuan penguatan modal yang diberikan, mengidentifikasikan bahwa pengetahuan anggota tentang mekanisme perguliran bantuan penguatan modal masih rendah. Selain kurang kuatnya norma tentang Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, pengetahuan dan keterampilan anggota terutama dalam mengembangkan budidaya ikan air tawar yang produktif dirasakan masih kurang. Dari aspek keorganisasian, Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam rangka meningkatkan usaha anggota untuk pengembangan budidaya ikan air tawar mengalami permasalahan, yaitu :1) tidak mempunyai suatu perencanaan program kerja yang baik, 2) keterbatasan waktu para pengurus yang mempunyai kesibukan masing-masing, 3) belum adanya pembagian tugas yang jelas, 4) pemanfaatan teknologi yang belum maksimal, 5) tidak adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan, dan 5) pengurus tidak pernah mencatat kegiatan perikanan dari anggota. Dengan permasalahan tersebut, Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
95
sebagai lembaga ekonomi lokal belum belum mampu menjadi lembaga yang mandiri baik dalam menentukan nasib sendiri maupun dalam pengembangan kelembagaan. 2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penguatan kelembagaan Faktor yang mendukung penguatan kelembagaan adalah: 1) Kondisi komunitas, yaitu adanya kelembagaan pasar, besarnya populasi penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun), potensi sumber daya alam yang potensial, dan masih belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi ikan di Kabupaten Tebo sebesar 732 ton/tahun atau 1,8 kg perkapita/tahun; 2) Terbentuknya suatu Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari; 3) Dukungan kebijakan dari pemerintah terhadap petani ikan melalui program-program peningkatan produksi perikanan yang telah diberikan kepada petani ikan. Faktor yang menghambat penguatan kelembagaan adalah: (1), mahalnya biaya produksi teruatama pakan; (2), tingkat keterampilan petani tentang perikanan yang belum memadai; (3) peranan kelembagaan Mina Sari, tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan (4) belum tersosialisasinya program peningkatan produksi perikanan dengan baik. 3. Strategi yang dapat diusulkan Strategi rencana Pelaksanaan Program Pengembangan Ekonomi Lokal melalui Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Tahun 2009 terbagi atas program jangka pendek (satu tahun) dan program jangka panjang (lima tahun). Program jangka pendek 1. Program penguatan kelembagaan tani ikan mina sari untuk meningkatkan kebersamaan antaranggota a. Peningkatan kapasitas anggota dan pengurus. b. Pendampingan manajemen kelembagaan. c. Pengembangan jaringan.
96
2. Program Peningkatan Kapasitas Petani Ikan a. Pengadaan pelatihan teknis budidaya ikan air tawar. b. Pengadaan sarana dan prasarana budidaya.
Program jangka panjang. Program pembuatan irigasi
Rekomendasi Agar strategi dan program penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam pengembangan budidaya ikan air tawar dapat berjalan dengan baik, maka direkomendasikan kepada pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dan Pemerintah sebagai berikut. 1. Pengurus Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari Keberadaan pengurus yang ditunjuk oleh masyarakat tentunya didasari oleh adanya harapan bahwa kepengurusan tersebut dapat mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar kearah yang lebih baik. Pengurus Mina Sari diharapkan mampu mengembangkan modal usaha perikanan yang diterima dengan melaksanakan kegiatan atau usaha yang produktif yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan kepada seluruh anggotanya. Menjalin kerjasama dengan mengoptimalkan sumberdaya kelembagaan yang ada yang mendukung baik secara horizontal yaitu lembaga lokal yakni beragam organisasi atau kelembagaan ekonomi sosial dan budaya yang terdapat di Desa Tegal Arum dan secara vertikal yaitu kelembagaan yang arasnya lebih tinggi yaitu pemerintah dan swasta. Berupaya melaksanakan program penguatan Kelembagaan Tani Mina Sari dengan penuh tanggungjawab. 2. Pemerintah Pemerintah daerah melalui dinas dan instansi terkait dapat menjadikan program penguatan Kelembagaan Tani Mina Sari sebagai model pembelajaran bersama dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan pemberdayaan kelembagaan tani ikan di desa lainnya di wilayah
97
Kabupaten Tebo yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah juga disarankan untuk berupaya menjalin kerjasama dengan kalangan swasta, perbankkan, LSM, Akademis untuk mendukung program pemberdayaan kelembagaan tani ikan melalui pola-pola kerjasama dalam upaya pengembangan ekonomi lokal dan fasilitas kegiatan. Untuk petani yang tidak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan lahan kebun karetnya yang sudah tua menjadi kolam untuk budidaya ikan air tawar, kiranya pemerintah dapat memberikan bantuan program peremajaan karet.
DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2004. Tata cara perencanaan pengembangan kawasan untuk percepatan pembangunan daerah. Direktorat pengembangan kawasan khusus dan tertinggal. Jakarta. Braun, J.V and Feldbrudge, T, 1998. Intitutional Aspects of the Handling of Crises and Disasters in Developing Countries. Institute for Scientific Cooperation. Tubingen. Federal Republic of Germany Gerungan, 1978. Psikologi Sosial. Eresco. Bandung. Gunardi, dkk, 2007. Modul Pengantar Pengembangan Masyarakat, Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Himat, Harry, 2003. Strategi Pemerdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press, Bandung. Ife, Jim, 1995. Community Development, Creating Community Alternatives, Vision, Analisys and Practice, Logman, Australia. Israel, A, 1987. Institutional Development: Incentive to Performance. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Kolopaking, Lala dan Nasdian, Fredinan Tonny. Pengembangan Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Maleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Marliyantoro, Oelin, 2002. Konsep dan Relevansi Modal Sosial. Bulettin Jendela. STPMD. Yokyakarta. Maskun, Sumitro, 1999. Pembangunan Desa dalam Sistem Pemerintahan yang Terdesentralisasi. Bahan Presentasi pada Lokarya Pengembangan Kapasitas dalam Pembangunan Masyarakat Desa, Ditjen Depdagri, Jakarta. Nasution, S, 1996. Metode Penelitian Bidang Naturalistik Kualitatif. Tarsito. Bandung. Nasdian, Fredinan Tonny dan Dharmawan, Arya Hadi. 2005. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat, Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pakpahan, A, 1989. Kerangka Analitik untuk Penelitian Rekayasa Sosial: Perspektif Ekonomi Institusi. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Jakarta. Parsons, Ruthm, J. James, D. Jorgensen dan Santos, H. Hernandez, 1994. The Integrations of Social Work Practice, California. Brooks/Cole. Saharudin, 2000. Modal Sosial Organisasi Akar Rumput dan Pengembangan Masyarakat (Tesis). Universitas Indonesia. Jakarta.
99
Saleh, A., B. Rachman., A Gozali dan Z. Zaini. 2004. Analisis Kelembagaan Sistem Integrasi Padi Ternak . Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Working Paper. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan. Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. , 2006. Pengembangan Kelembagaan dalam Prima Tani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Deptan Schmid, A.A, 1972. Analytical Institutional Economics : Challenging Problems in the Economics of Resources for a New Environment. American Journal of Agricultural Economics. Vol. 54 No. 5. 839-909. American Agricultural Economics Association. Sugiyanto, 2002. Lembaga Sosial, Yokyakarta. Pustaka Utama. Suharto, Edi, 2007. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial : Spektrum Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSPSTKS). , 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung. Refika Aditama. Sumardjo dan Saharudin, 2007, Modul Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat, Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sumpeno, 2002. Capacity Building, Persiapan dan Perencanaan. Catholic Relief Servis. Jakarta. Soekanto, Sarjono, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan 32. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soedijanto, 1980. Organisasi, Kelompok dan Kepemimpinan. Pendidikan Guru Pertanian. Institut Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian Ciawi. Bogor. Syamsu, Syahriman; Yusril, M dan Suwarto, FX, 1990. Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan: Suatu Pengantar. Universitas Atma Jaya. Yokyakarta.
101
PETA KABUPATEN TEBO
PROPINSI RIAU
PROPINSI SUMATERA BARAT
KABUPATEN BUNGO KABUPATEN MERANGIN KABUPATEN BATANGHARI
102
PETA KECAMATAN RIMBO BUJANG KEC. VII KOTO ILIR
KEC. TEBO ULU
KEC. RIMBO ILIR
KABUPATEN BUNGO
103
PETA DESA TEGAL ARUM
104
INSTRUMEN PENELITIAN I.
Pedoman Studi Dokumentasi A. Dokumentasi Pemerintahan Desa Tegal Arum 1. Profil Desa Tegal Arum 2. Program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Tegal Arum B. Dokumentasi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 1. Profil Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 2. Buku Administrasi Kepengurusan dan Keuangan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 3. Laporan Kegiatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 4. Laporan pertanggungjawaban kepengurusan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
II. Pedoman Observasi Partisipasi (Pengamatan berperan serta) A. Kegiatan dan Eksistensi Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari 1. Aktivitas kepengurusan kelembagaan (termasuk kepemimpinannya) 2. Kondisi sarana dan prasarana kelembagaan 3. Interakasi sosial antara pengurus dengan anggota 4. Bentuk kerjasama Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dengan stakeholder lain. B. Kegiatan anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari dalam budidaya ikan tawar 1. Aktivitas sehari-hari dalam budidaya ikan tawar 2. Aktivitas
melaksanakan
hak
dan
kewajiban
sebagai
anggota
Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari C. Keterlibatan Stakeholder lain dalam budidaya ikan tawar masyarakat melalui Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari
105
1. Bentuk kerjasama stakeholder lain budidaya ikan tawar masyarakat melalui Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari III. Pedoman Wawancara Mendalam A. Wawancara dengan Anggota Karekteristik Responden : Nama
:
................................................................................................
Umur
:
................................................................................................
Jenis kelamin :
...............................................................................................
Pedidikan
:
................................................................................................
Pekerjaan
:
................................................................................................
Penghasilan
:
Rp............................................................./bulan/minggu/hari
Alamat
:
................................................................................................
Karakteristik Usaha 1. Sejak kapan melakukan usaha di bidang budidaya ikan kolam ikan tawar? 2. Alasan mengikuti usaha budidaya ikan kolam ikan tawar? 3. Produk apa saja yang dihasilkan? 4. Apakah perkerjaan ini melibatkan anggota keluarga? 5. Apakah pendapatan dari budidaya ikan kolam ikan tawar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari? 6. Bagaimana perkembangan usaha sampai saat ini, cenderung naik atau turun?
Pola hubungan A. Aspek sosial I. Jejaring sosial 1. Siapa sajakah yang pernah diajak kerjasama dalam usaha ini? 2. Apakah keluarga dilibatkan dalam usaha ini? 3. Apakah pernah melibatkan pihak luar selain anggota keluarga? 4. Pernakah bekerjasama dengan petani budidaya ikan di desa lain? 5. Jika pernah dalam bidang apa saja? Dan dengan siapa?
106
6. Bagaimana kerjasama dilakukan antar petani budidaya ikan di desa ini? Dalam hal apa saja? 7. Menurut anda kira-kira siapa saja atau lembaga apa saja yang bisa diajak untuk menjadi mitra usaha? Jika ada, kerjasama dalam hal apa saja? 8. Apakah anda sering berkerjasama dengan pihak lain, di luar atau di dalam kelompok Tani Ikan Mina Sari? Jika iya bagaimana? 9. Hambatan apakah yang dihadapi untuk kerjasama dengan pihak lain? II.
Komunikasi 1. Apakah anda sering berkomunikasi dengan sesama petani ikan? 2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan sesama petani ikan? 3. Apakah anda sering melakukan komunikasi tentang masalah di luar masalah ekonomi dengan sesama petani ikan? 4. Apakah sesama petani ikan di desa ini memiliki kegiatan bersama? 5. Jika iya, apakah kelompok tersebut berjalan aktif dan memberikan manfaat bagi anda? 6. Bagaimana caranya untuk menyampaikan aspirasi anda sebagai anggota? 7. Apakah petani ikan memiliki forum khusus untuk berkomunikasi? 8. Topik apakah yang sering dikomunikasikan? 9. Apakah
pembicaraan tentang di luar
budidaya
ikan turut
dibicarakan? 10. Apakah anggota lain turut peduli apabila anda membicarakan persoalan di luar budidaya ikan?
III. Kepercayaan 1. Bagaimana untuk memulai suatu kerjasama di antara petani ikan? 2. Atas dasar apakah kerjasama dilakukan? 3. Apakah
faktor
kedekatan/kerabat
berpengaruh/menentukan
kerjasama yang dijalin? 4. Apakah anda percaya bahwa anggota kelompok anda tidak akan berbuat curang?
107
5. Apakah anda mempercayai mereka sebatas hubungan kerja atau lebih dari hubungan kerjasama? 6. Apakah
petani
ikan
yang
lain
diajak
kerjasama
pernah
mengecewakan anda? Jika iya dalam hal apa?
IV. Etika 1. Apakah sesama petani ikan memiliki aturan khusus yang disepakati bersama dalam menjalankan produksi? 2. Siapakah yang membuat aturan tersebut? 3. Apakah aturan tersebut tertulis atau tidak? 4. Bagaimana aturan tersebut dijalankan? 5. Sanksi apakah yang akan diberikan apabila ada yang tidak menaati peraturan tersebut? 6. Siapakah yang menentukan harga jual untuk suatu produk tertentu? 7. Jika harga tidak cocok apakah petani kecil memiliki kesempatan untuk negosiasi harga? 8. Apakah di daerah ini terdapat persaingan antar petani? 9. jika iya, persaingan seperti apa? 10. Apakah terdapat aturan untuk mengatasi persaingan tersebut? 11. Apakah anda pernah mengalami pembayaran terlambat? 12. Jika iya, apa yang anda lakukan? 13. Apakah diantara para petani terdapat semangat silih asah, selisih asih dan silih asuh? 14. Apa hambatan petani untuk saling bekerjasama? 15. Apa hambatan petani untuk bersatu sebagai kelompok?
B. Aspek ekonomi I. Sumber daya 1. Apakah sumber daya alam mendukung usaha budidaya ikan tawar? 2. Berapa luas potensi lahan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan tawar? 3. Berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan dalam operasional produksi?
108
4. Darimana cara anda untuk menguasai cara membuat kolam yang baru? II.
Modal 1. Dari mana anda mendapatkan modal untuk melaksanakan usaha ini? 2. Pernahkah ada bantuan modal dari pihak lain? Jika iya dari mana? 3. Pernahkah anda mendapat bantuan dari mitra/bandar? 4. Jika iya, seberapa besar? 5. Apabila anda kekurangan modal, apakah bandar sebagai kolektor akan membantu? 6. Jika anda mengalami kesulitan keuangan kemana anda biasanya meminjam uang? 7. Apakah bandar akan membantu permodalan atau kesulitan ekonomi anda? 8. Apakah sesama petani biasanya saling membantu apabila ada kesulitan modal? 9. Bagaimana pengembalian dilakukan? 10. Apakah yang menjadi dasar bandar mau meminjam modal/uang?
III. Bahan baku 1. Dari mana anda mendapatkan bahan baku? 2. Apakah sesama petani berkerjasama dalam pengadaan bahan baku? 3. Jika iya, dengan siapa anda bermitra dalam pengadaan bahan baku? 4. Jika tidak mengadakan kerjasama dalam pengadaan bahan baku, mengapa? 5. Pihak mana saja yang biasa diajak bermitra dalam pengadaan bahan baku? 6. Apakah bandar turut membantu dalam pengadaan bahan baku?
IV. Pemasaran 1. Kemanakah anda biasanya memasarkan ikan yang anda produksi? 2. Apakah pihak mitra membantu pemasaran? 3. Apakah barang yang dibeli oleh pihak mitra dibayar kontan? 4. Siapakah yang biasanya menentukan pesanan?
109
5. Pernakah ada pembayaran yang macet dari pihak mitra/bandar? 6. Jika iya, bagaimana anda mengatasi hal tersebut?
V. Pengetahuan dan ketrampilan 1. Jika ada model baru apakah anda atau petani lain akan saling berbagai kemampuan mengelola budidaya tersebut? 2. Apakah pihak pemerintah dan bandar/mitra pernah mengajari teknologi budidaya ikan kolam ikan tawar dan kewirausahaan pada petani di desa ini? 3. Apakah anda dan petani lain pernah mendapatkan pelatihan dari pihak lain? 4. Jika iya, dari siapa dan kapan?
VI. Keuntungan 1. Bagaimana standar harga yang ditetapkan? 2. Siapa yang biasanya menentukan harga jual? 3. Apakah harga ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan petani lain diluar kelompok? 4. Apakah pendapatan yang selama ini dihasilkan memenuhi kebutuhan hidup anda?
Data keluarga : Status No
1 2 3 4
Nama
(suami/ istri/anak/ dll)
Pekerjaan usia
Pendidikan
ket Utama
Sampingan
110
5 6 7 8 9 Penguasaan tanah No
Jenis
Luas
Status
keterangan
Banyak
Status
keterangan
Status
keterangan
1 2 3 4 Penguasaan kolam ikan No
Jenis
1 2 3 4 Penguasaan model produksi non-pertanian No 1 2 3 4
Jenis
volume
111
Hasil produksi No
Uraian
Jumlah
Keterangan
Jumlah
Keterangan
1 2 3 4 Total
Keuntungan No
Uraian
1 2 3 4 Total
Kendala-kendala dalam usaha tani Dalam proses produksi
:
.............................................................................. .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
Dalam proses pemasaran
:
.............................................................................. .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
112
B. Wawancara dengan Pengurus Karekteristik Responden : Nama
:
................................................................................................
Umur
:
................................................................................................
Jenis kelamin :
...............................................................................................
Jabatan
:
...............................................................................................
Pedidikan
:
................................................................................................
Pekerjaan
:
................................................................................................
Penghasilan
:
Rp............................................................./bulan/minggu/hari
Alamat
:
................................................................................................
A. Sejarah usaha budidaya ikan kolam ikan tawar 1. Tahun berapa usaha budidaya kolam ikan tawar di desa ini berjalan? 2. Siapakah yang mempelopori usaha budidaya ini? 3. Bagaimana perkembangan petani ikan di desa sejak berdiri, ini meningkat atau menurun? 4. Apakah upaya yang dilakukan pengurus untuk mengembangkan usaha budidaya ikan tawar? 5. Apakah ada persaingan yang terjadi diantara anggota? 6. Apakah persaingan yang terjadi bisa dikatakan sehat atau tidak sehat?
B. Sturuktur sosial petani 1. Siapakah tokoh petani ikan yang paling disegani? 2. Atas dasar apa tokoh tersebut dihormati? 3. Bagaimana klasifikasi petani di desa ini? 4. Siapakah yang menduduki sebagai petani ikan paling sukses? 5. Siapakah yang berada di tengah? 6. Siapakah yang berada dilapisan bawah? 7. Atas dasar apakah lapisan itu terbentuk? 8. Apakah interaksi antara ketiganya bisa terjalin dengan baik? 9. Apakah hambatan untuk berinteraksi diantara ketiganya?
113
C. Makro ekonomi 1. Bagaimana dampak krisis ekonomi bagi petani ikan? 2. Bagaimana pengaruh terhadap permintaan pemasaran? 3. Fenomena apa yang biasanya mendorong permintaan terhadap ikan kolam tawar menjadi naik? 4. Fenomena apa yang biasanya mendorong permintaan terhadap ikan kolam tawar menjadi turun? 5. Apakah kerjasama meningkat atau menurun ketika krisis ekonomi terjadi? 6. Jika meningkat dalam aspek apa? 7. Jika menurun dalam aspek apa?
114
C. Wawancara dengan Pemerintah Karekteristik Responden : Nama
:
................................................................................................
Umur
:
................................................................................................
Jenis kelamin :
...............................................................................................
Jabatan
:
...............................................................................................
Pedidikan
:
................................................................................................
Pekerjaan
:
................................................................................................
Penghasilan
:
Rp............................................................./bulan/minggu/hari
Alamat
:
................................................................................................
1. Adakah program pemerintah yang mendorong perkembangan bagi budidaya ikan kolam ikan tawar? 2. Bagaimana peran serta dukungan anggota kelompok? 3. Masalah-masalah apa yang dihadapi dalam pelaksanaan? 4. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? 5. Bagaimana rentang kendali dan kerja sama lintas sektoral yang diterapkan? 6. Apakah pemerintah desa dan Pemerintah Daerah pernah berinisiatif untuk menghimpun seluruh petani ikan di Desa Tegal Arum? 7. Menurut pendapat anda kebijakan atau program yang seperti apa yang cocok untuk petani di wilayah ini?
115
IV. Pedoman Fokus Group Discussion (FGD) 1.
Topik : Penyusunan Strategi Aksi Penguatan Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari untuk program pengembangan budidaya ikan tawar di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi.
2.
Tujuan : Untuk merumuskan beberapa aksi, sesuai dengan kemampuan anggota yang didukung pemerintahan desa dan seluruh stakeholder yang terkait dengan pengembangan kapasitas kelembagaan.
3. Moderator : Staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 4. Notulen
: Peneliti
5. Peserta
:
a. Kepala Desa dan jajaran perangkat desa b. Ketua dan seluruh anggota Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari c. Staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 6.
Tempat
: Rumah Ketua Mina Sari
7.
Alokasi Waktu : 2 – 3 jam
8.
Susunan Acara : a. Pembawa acara, sekaligus mengantarkan acara FGD oleh staf Dinas Peternakan dan Perikanan b. Moderator menjelaskan tema, maksud dan tujuan FGD c. Diskusi,
diawali
dengan
presentase
(oleh
peneliti)
tentang
permasalahan dari bahan kajian di lapangan berkaitan dengan pengembangan budidaya ikan tawar melalui peningkatan kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari, yang berdasarkan usulan dari seluruh peserta untuk mendapatkan kesepakatan beberapa aksi program sesuai dengan kebutuhan petani ikan yang didukung oleh anggota, pemerintahan desa dan semua stakeholder yang hadir d. Pelaksanaan FGD, sampai menghasilkan penyusunan aksi program dalam penguatan kapasitas Kelembagaan Tani Ikan Mina Sari,
116
sebagai bahan rekomendasi bagi Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten e. Kesimpulan dan Penutup
118
FOTO KEGIATAN FOKUS GROUP DISCUSSION (FGD).
119
FOTO POTENSI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR