PENGKAJIAN TAFSIR LUGHAWI JAMAAH MASJID MIFTAHUL JANNAH RATU PRABU 2 JL. TB. SIMATUPANG, JAKARTA SELATAN
PENAFSIRAN S.AL-FATIHAH AYAT 61 Ahmad Thib Raya2
I.
TEKS AYAT DAN TERJEMAHNYA ∩∉∪ tΛ⎧É)tGó¡ßϑø9$# xÞ≡uÅ_Ç9$# $tΡω÷δ$# 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
II.
PENJELASAN MAKNA KATA
Kata اهﺪ, dilihat dari bentuknya, adalah bentuk kata kerja perintah (fi’l amr). Kata ini berasal dari kata kerja ( هﺪىbentuk lampai=madhi) dan ﻳﻬﺪي (bentuk sekarang=mudhari’), yang berarti “menunjukkan, menunjuki, dan menuntun”. Kata kerja inilah yang membentuk kata dasar هﺪاﻳﺔ, yang berarti “petunjuk, tuntunan”. Kata ini sudah menjadi bahasa baku bahasa Indonesia. Kata ﻧﺎyang berhubungan dengan kata اهﺪadalah kata ganti (dhamir), yang menunjukkan arti “kami”. Jadi, kata اهﺪﻧﺎberarti “tunjukkanlah kami, tunjukilah kami, dan tuntunlah kami”. Kata اﻟﺼﺮاطpada adasarnya berbunyi اﻟﺴﺮاطyang berarti “menelan”. Lalu pengertian itu berkembang sehingga berarti “jalan”. “Jalan” dinamakan اﻟ ﺼﺮاطkarena jalan itu seakan-akan menelan kita ketika kita berjalan di atasnya. Sedangkan kata اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢberarti “sesuatu yang tidak bengkok dan tidak berbelok-belok”. Kata ini berasal dari kata ( اﺳ ﺘﻘﺎﻣﺔistiqamah), yaitu berpegang teguh pada pendirian dan sikap yang benar. Ungkapan اﻟ ﺼﺮاط اﻟﻤ ﺴﺘﻘﻴﻢmengandung permohonan agar Allah memberikan ketetapan untuk beriman kepada-Nya, memberikan taufiq untuk beramal salih, dan Materi ceramah disampaikan dalam pengkajian Tafsir Kebahasaan yang dilaksanakan oleh Pengurus Masjid Ratu Prabu, pada Senen, tanggl 15 Februari 2010 di Jl. TB. Simatupang, Jakarta. 2 Penceramah adalah Guru Besar Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 1
1
menjadikan kita berjalan di atas jalan Islam, yang mengantarkan kita untuk sampai ke surga Jannatun Na’im. Kata اه ﺪﻧﺎdi dalam ayat ini digunakan secara langsung dengan objeknya, yaitu اﻟ ﺼﺮاط اﻟﻤ ﺴﺘﻘﻴﻢtanpa diantarai oleh kata ( إﻟ ﻰyang berarti “kepada”), sehingga susunannya seperti berikut: اه ﺪﻧﺎ اﻟ ﺼﺮاط اﻟﻤ ﺴﺘﻘﻴﻢ. Di ayat yang lain kata ini jdigandengkan dengan kata إﻟ ﻰsebelum objeknya, sehingga susunannya seperti berikut: ( وﻳﻬ ﺪﻳﻬﻢ إﻟ ﻰ ﺻ ﺮاط ﻣ ﺴﺘﻘﻴﻢS. alMa’idah/5: 16). Perbedaan penggunaan seperti ternyata mengandung makan yang dalam. Susunan pertama menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman mendapat hidayah untuk tetap berada pada jalan yang benar/lurus tetap pada jalan yang benar). Sementara susunan kedua menunjukkan bahwa orang-orang kafir mendapat petunjuk untuk menuju ke jalan yang benar/lurus (dari yang tidak benar kepada yang benar).
III.
URAIAN KATA DARI ASPEK BAHASA
Dilihat dari sisi artinya kata ﻳﻬﺪي- هﺪىberarti “menunjukkan (menunjuki) dan menuntun”. Menunjukkan/menunjuki berarti memberi petunjuk kepada seseorang agar dapat melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk yang sudah diberikan. Dalam hal ini, ada ada 3 hal pokok yang terlibat, yaitu yang memberi petunjuk, yang diberi petunjuk, dan materi petunjuk itu sendiri. Orang yang baru datang di Jakarta, yang belum mengenal kota Jakarta dia harus memiliki buku petunjuk agar dia tidak nyasar dalam perjalanannya. Dengan buku petunjuk itu ia dapat mengenal, mislanya, nomor bus yang harus dinaiki ke suatu tujuan tertentu di Jakarta. Dengan petunjuk itu seseorang masih mungkin untuk nyasar dalam perjalanan. Adapun kata menuntun menunjukkan jalan kepada seseorang sambil mengantar dan membawanya ke arah tujuan yang dikehendaki. Yang terlibat dalam hal ini hanya 2, yaitu yang menuntun dan yang dituntun. Kalau seseorang dituntun, maka tidak ada kemungkinan seseorang yang dituntun akan nyasar dalam perjalanannya. Kata اﻟﻬﺪاﻳﺔatau اﻟﻬﺪىdi dalam Al-Qur’an digunakan dalam berbagai konteks yang menunjuk kepada 24 makna: 1
اﻟﺒﻴﺎن
Penjelasan
13 اﻹﺻﻼح 2
Perbaikan/berdamai
2
Agama Islam
14 اﻟﺮﺳﻮل
Rasul
Keimanan Doa Pengetahun Petunjuk Perintah Rasulullah
15 16 17 18 19
Penglihatan Petunjuk Pengajaran Keutamaan Mengutamakan
8
دﻳﻦ اﻹﺳﻼم اﻹﻳﻤﺎن اﻟﺪﻋﺎء اﻟﻌﺮﻓﺎن اﻹرﺷﺎد أﻣﺮ اﻟﺮﺳﻮل اﻟﻘﺮﺁن
Al-Qur’an
9 10 11 12
اﻟﺘﻮراة اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ اﻟﺴﻨﺔ اﻹﻟﻬﺎم
Taurat Keesaan/tauhid Sunnah/jejak Ilham
20 ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻮتMati dalam keadaan اﻹﺳﻼم Islam 21 اﻟﺜﻮاب Pehala 22 اﻟﺘﺬآﻴﺮ Peringatan 23 اﻟﺼﻮاب Kebenaran 24 اﻟﺜﺒﺎت Ketetapan
3 4 5 6 7
IV.
اﻻﺳﺘﺒﺼﺎر اﻟﺪﻟﻴﻞ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ اﻟﻔﻀﻞ اﻟﺘﻘﺪﻳﻢ
PENAFSIRAN
Kata اه ﺪﻧﺎmenunjuk kepada pengertian ‘doa’ yang mengandung permohonan agar Allah menunjuki kita jalan yang lurus, menunjukkan kita kepada jalannya, dan memperlihatkan kepada kita jalan menunju petunjukNya yang membawa kita sehingga kami dekat kepada-Nya. Dari sini muncul kata هﺪاﻳ ﺔ. Kata ini menunjuk kepada pengertian “petunjuk, tuntunan”. Di dalam surat Al-Fatihah kita memohon kepada Allah agar diberi petunjuk (hidayah). Hidayah adalah sesuatu yang amat penting dalam kehidupan dan dengan hidayah seseorang diberi petunjuk untuk menunju ke jalan yang benar dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Lawan dari hidayah ialah dalal (kesesatan). Dalam kaitan dengan ini manusia dapat dibagi atas dua bahagian, yaitu manusia yang berada dalam hidayah dan manusia yang berada di dalam kesesatan. Manusia dalam kesesatan selalu menyimpang dari jalan yang benar, dan bahkan menentang jalan jalan yang benar itu. Menurut Wahbah az-Zuhaili, seorang ulama fikih dan tafsir berkebangsaan Syaria, Allah telah memberikan kepada manusia 5 macam hidayah: 1. Hidayah ilham fitri, yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah kepada seorang anak sejak lahirnya sehingga ia dapat merasakan 3
kebutuhannya akan makanan dan minuman. Karena itulah, seorang anak akan berteriak meminta makanan dan minuman atau isyaratuntuk itu, jika orang tuanya melupakannya. 2. Hidayah indera, yaitu hidayah yang merupakan penyemurnaan dari hidayah yang pertama. Kedua hidayah ini pada hakikatnya terdapat pada manusia dan hewan. Hanya saja, hidayah pada hewan lebih sejak awal dan sempurna dengan sendirinya segera setelah kelahirannya, sedangkan hidayah indera ini pada manusia mengalami kesempurnaan secara berangsur-angsur. 3. Hidayah akal, yaitu hidayah yang lebih tinggi dari dua hidayah sebelumnya. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kemampuan untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, dan tidak hanya cukup dengan panca indera yang ada untuk melakukan hubungan dengan pihak lain. Untuk itu, manusia harus diberi akal yang dapat mengarahkan dia untuk menempuh kehidupan ini, dan dapat menyelamatkan dia kesalahan dan kekeliruan, dan dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh pancaindera. 4. Hidayah agama, yaitu hidayah yang yang tidak mungkin salah karena bersumber dari sesuatu yang benar. Akal boleh jadi memberi tuntunan yang salah, sedangkan agama tidak mungkin memberi tuntunan yang salah. Akal dapat dipengaruhi oleh hawa nafsu, sedangkan agama dapat mengatasi hawa nafsu dan mengarahkan kepada jalan yang benar. Karena itu, akal menjadi penuntun, kompas, dan pemandu yang tidak dapat dipengaruhi oleh hawa nafsu. 5. Hidayah mau’nah dan taufik, yaitu hidayah yang diberikan kepada seseorang agar tetap berada jalan kebaikan dan keselamatan. Hidayah ini lebih khusus daripada hidayah agama dan hidayah ini yang sebenarnya yang kita minta ketika kita membaca ayat: اه ﺪﻧﺎ اﻟ ﺼﺮاط اﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢdi dalam surat Al-Fatihah itu. Dari sini dapat diketahui bahwa hidayah itu dapat dibagi atas dua macam, yaitu 1) hidayah umum, dan 2( hidayah khusus. Hidayah umum yaitu hidayah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk mencapai kemaslhatan hidupnya. Hidayah ini mencakup hidayah yang empat di atas. Hidayah khusus yaitu hidayah yang kelima. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah membagi hidayah Allah terhadap manusia atas 10 macam, yaitu: 1. Hidayah dalam bentuk wahyu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia melalui dialog langsung dengan orang tersebut. 4
2. Hidayah dalam bentuk wahyu yang disampaikan Allah swt. ke dalam lubuk hati seorang Nabi-Nya sehingga nabi tersebut tiba-tiba mengetahui sesuatu yang sebelumnya dia tida ketahui. 3. Hidayah yang dianugerahkan Allah swt. kepada seorang Rasul-Nya melalui wahyu yang disampaikan malaikat Jibril. 4. Hidayah dalam bentuk pengetahuan yang disampaikan Allah ke dalam lubuk hati orang tertentu dari orang-orang saleh sehingga ia mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya sebelumnya. 5. Hidayah dalam bentuk pengetahuan yang diberikan kepada seseorang untuk mengetahui suatu persoalan pada hal sebelumnya ia tidak pernah mengetahui dan mempelajarinya. 6. Hidayah dalam bentuk pengetahuan yang secara umum dikaruniakan Allah swt., kepada sekelompok orang dalam bentuk kemampuan untuk membedakan yang hak dan yang batil. 7. Hidayah dalam bentuk pengetahuan yang diberikan kepada orang tertentu yang membawa kemantapan iman dan ketakwaannya. Dengan hidayah ini, seseorang terhindar dari kesesatan. 8. Hidayah dalam bentuk pengetahuan yang diperdengarkan oleh Allah swt. ke dalam lubuk hati seseorang yang menghasilkan keteguhan iman dan keteguhan untuk melakukan amal salah. 9. Hidayah dalam bentuk ilham, yaitu pengetahuan yang dikaruniakan Allah swt. ke dalam lubuk hati orang yang beriman secara sepontan sehingga ia dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. 10. Hidayah dalam bentuk mimpi yang benar, yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah swt. kepada orang-orang tertentu, baik para nabi dan rasul maupun manusia biasa.
V.
KESIMPULAN/ PELAJARAN YANG DIAMBIL
Allah swt menginginkan hamba-hamba-Nya agar selalu berada dalam hidayah-Nya, berada di jalan-Nya yang lurus, jalan yang diridai-Nya, dengan cara menjalankan semua yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang. Hal ini terbukti dari tindakan Allah untuk mengirim rasul-nya pada setiap periode, mulai dari periode Adam as. hingga periode Muhammad. Allah mengutus rasul-nya pada saat hamba-hamba-Nya menyimpang dari jalannya yang benar. Agar manusia senantiasa berada pada jalannya, manusia diperintahkan untuk selalu memohon kepada Allah agar memberikan petunjuk dan menuntun hamba-hamba-Nya untuk tetap berada pada jalan5
Nya yang benar, dan berdoa agar Allah mengembalikan hamba-hamba-Nya yang telah meniyimpang dari jalan-Nya ke jalan yang benar. Permohonan dan doa tersebut tidak hanya ditujukan untuk diri sendiri, tetapi ditujukan untuk orang lain, agar mereka mendapat hidayah Allah swt. Wallahu a’lam. Jakarta, 7 Juni 2010 Penceramah, H. Ahmad Thib Raya
6