Prosiding BPTP Karangploso No. -
ISSN: -
PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
1. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KARANGPLOSO
2008
1
PENGEMBANGAN PABRIK PAKAN SKALA KECIL PADA TINGKAT KELOMPOK TANI UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS PETERNAKAN DI JAWA TIMUR Ruly Hardianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl.Raya Karangploso Km.4 - Malang Abstrak Salah satu permasalahan dalam pengembangan agribisnis peternakan adalah keterbatasan pakan yang berkualitas dan kontinu. Kawasan utama usaha ternak ruminansia umumnya berada di daerah sentra pertanian dan perkebunan di perdesaan, sedangkan sentra ternak unggas dan ternak non-ruminansia umumnya berada di daerah agroindustri di pinggiran kota. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan perlu dioptimalkan. Faktor pembatas limbah pertanian dan perkebunan adalah kandungan nutrisi dan kecernaan yang rendah. Perlakuan pra-digesti dan suplementasi dapat dipilih sebagai alternatif untuk meningkatkan nilai limbah pertanian dan perkebunan. Teknologi pembuatan pakan dari limbah tersebut menggunakan dua macam mesin pengolahan, yaitu mesin chopper modif (sistem cutting & hummer mill, dimensi 125x90x120 cm, volume 132,6 ltr, penggerak 26 HP) dan mixer horizontal (sistem double ulir, dimensi 150x95x207 cm, volume 1.235 ltr, penggerak 25 HP). Usaha pembuatan pakan ini dirancang untuk skala Kelompok Tani/Gapoktan dengan kapasitas produksi 2 ton/hari. Kebutuhan biaya investasi dan operasional satu unit pabrik pakan mini sebesar ± Rp.70 juta, untuk pembelian mesin, alat bantu/penolong, pengadaan bahan baku, tenaga kerja dan bangunan prosesing. Penumbuhan pabrik pakan mini ini bertujuan untuk mendukung pengembangan agribisnis peternakan seiring makin berkembangnya sistem usahatani integrasi tanaman-ternak. Kata kunci : Pabrik pakan skala kecil, Kelompok Tani, Jawa Timur. Abstract The main problem of livestock agribusiness in East Java province is lack of feed quality and continuity. Generally, livestocks industry reared in the agricultural and agroindustry areas, therefore the agricultural and agroindustry wastes as “by product” are important to be optimization for feeding livestock. Considering the low quality and nutrition requirement of agricultural waste, it need to be treated by pre-digesty and suplementation technology. In the feed production processing, it used the chopper machine (cutting & hummer system, dimension 125x90x120 cm, volume 132,6 ltr, diezel 26 HP) and horizontal mixer (double rotate system, dimention 150x95x207 cm, volume 1.235 ltr, diezel 25 HP). The capacity of machinery is designed 2 ton/day, therefore is feasible for farmer´s group scale. The total investment is about of Rp.70 million, for purchasing machines, equipments, raw materials, labor and building. In the future, the feed business development by using local raw materials is expected important to appropriate feed availability through by integration of the crops-livestock systems. Key words: Mini feed mill, farmer´s group, East Java. PENDAHULUAN Penumbuhan pabrik pakan skala kecil atau mini feedmill berbasis sumberdaya lokal oleh Kelompok Tani/Gapoktan merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan pakan secara mandiri dan berdaya saing. Hal penting untuk dipersiapkan adalah data
2
potensi bahan baku, peningkatan keterampilan peternak dalam pembuatan formulasi pakan dan pengadaan sarana alat mesin prosesing, serta pendampingan. Jawa Timur merupakan sentra peternakan dan pemasok daging, susu dan telur untuk konsumsi nasional.
Populasi sapi potong di Jawa Timur tahun 2005 adalah
2.527.938 ekor. Target produksi daging tahun 2007 untuk Jawa Timur adalah sebesar 367.040.650 kg atau naik sebesar 2.62% dibandingkan tahun 2006 ( Disnak Jatim, 2006). Namun suplai daging sapi maupun sapi bakalan dari Jawa Timur volumenya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Selain karena konsumsi masyarakat Jawa Timur sendiri terus meningkat, penurunan suplai tersebut juga disebabkan karena belum efisiennya pola peternakan sapi oleh para peternak. Pemeliharaan sapi masih dilakukan sebagai ”usaha sambilan” secara tradisional.
Kawasan utama usaha sapi potong
umumnya dilaksanakan di daerah sentra pertanian, karena tersedia limbah pertanian sebagai hasil ikutan yang dimanfaatkan oleh para peternak untuk sumber hijauan. Pada komoditas ternak unggas dan ternak non-ruminansia, fokus penataan aspek pakan terutama pada pengembangan pakan lokal, pendampingan kelompok dalam pembuatan formulasi pakan, advokasi dan koordinasi intensif dengan produsen bahan
baku
pakan.
Hasil
evaluasi
menunjukkan
perlunya
pedoman
tentang
pemberdayaan unggas lokal dan lebih menggerakkan program restrukturisasi perunggasan khususnya pada aspek bibit, pakan dan manajemen. Program pendampingan kepada kelompok dan pemelihara unggas lokal secara lebih intensif sangat dibutuhkan karena unggas lokal mempunyai daya saing dan sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan peternak sekaligus meningkatkan gizi masyarakat. Untuk itu perlu mengeksplorasi peluang untuk mengembangkan mini feedmill dan membuat rincian penggunaannya agar hasilnya lebih efektif. Disarankan setiap daerah mempunyai peta potensi bahan baku pakan sehingga dapat direncanakan kegiatan program pengembangan industri pakan yang sesuai dengan kondisi lokal.
PERMASALAHAN Selama ini banyak calon peternak, investor maupun Pemerintah Daerah yang berminat untuk mengembangkan agribisnis peternakan, namun terbentur oleh masalah penyediaan pakan. Pada komoditas ternak ruminansia, keraguan timbul karena harus menyediakan luasan lahan untuk menanam tanaman hijauan makanan ternak dengan segala resiko dan permasalahannya. Pada tingkat peternak kecil, masalah kelangkaan hijauan sering terjadi selama musim kemarau. Para peternak terpaksa harus mencari
3
rumput atau jerami ke tempat yang jauh sampai ke luar desa dan kecamatan. Permasalahan pakan ini terjadi karena belum terintegrasinya pemanfaatan limbah pertanian dengan usaha ternak dalam satu kawasan. Disamping itu, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan belum optimal. Hasil penelitian menunjukkan hanya sekitar 35% dari produksi limbah pertanian digunakan sebagai pakan ternak, 50% habis dibakar dan 15% dikembalikan ke tanah sebagai kompos. Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan limbah pertanian untuk pakan ternak adalah kandungan nutrisi dan kecernaannya yang rendah. Dalam limbah pertanian, senyawa lignin dan silika tinggi. Peran lignin di dalam dinding sel adalah memperkokoh struktur dinding sel dengan mengikat selulosa dan hemiselulosa, sehingga hanya sebagian selulosa maupun hemiselulosa yang dapat dicerna oleh mikroba rumen (Tamminga, 1986). PENGEMBANGAN PABRIK PAKAN SKALA KECIL Pengembangan pabrik pakan skala kecil untuk Kelompok Tani/Gapoktan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pengembangan agribisnis peternakan. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak, karena keberhasilan maupun kegagalan usaha ternak banyak ditentukan oleh faktor pakan. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan kelayakan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya produktivitas ternak belum optimal bahkan banyak diantara peternak mengalami kerugian. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas, faktor pakan juga merupakan biaya produksi terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-70% dari keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam pencapaian aspek kualitas saja, tetapi yang lebih penting adalah memproduksi pakan yang ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak. Di Jawa Timur, minat dan kebutuhan para peternak untuk mengembangkan pabrik pakan skala kecil cukup tinggi, terutama di daerah-daerah sentra produksi ternak ruminansia dan unggas. Program pengembangan industri pakan pada tingkat Kelompok Tani/Gapoktan diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan daya saing agribisnis peternakan rakyat, serta meningkatkan nilai tambah dari limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri yang tersedia di masing-masing daerah. Para petugas teknis dan penyuluh diharapkan dapat membina dan membimbing para peternak dalam hal:
4
1. Mengidentifikasi potensi bahan baku pakan meliputi jenis, kualitas, kuantitas dan kontinuitas ketersediaannya di daerah masing-masing. 2. Membekali keterampilan para peternak dalam penyusunan formulasi berbagai jenis produk pakan (konsentrat, complete feed, feed additive, dll). 3. Membimbing para peternak dalam aplikasi teknologi untuk produksi pakan terutama dalam pembuatan dan operasional alat & mesin prosesing, quality control , akses permodalan, dll. 4. Mengembangkan kemampuan dalam merancang kapasitas produksi pakan yang layak secara teknis dan ekonomis (skala usaha dan manajemen produksi). Peningkatan SDM dan tenaga-tenaga terampil di daerah yang menguasai dan mampu mengembangkan teknologi pakan, formulasi pakan, dan manajemen usaha; merupakan syarat mutlak untuk berkembangnya program industri pakan skala kecil oleh Kelompok Tani/Gapoktan. Tahapan Pengembangan Tahapan pengembangan perlu diawali dengan kegiatan pelatihan bagi para peternak terutama tentang 1).pengetahuan dasar teknologi pakan yang meliputi aspek bahan baku (jenis-jenis bahan baku, kualitas dan kandungan nutrisi bahan, ketersediaan bahan baku dan potensi bahan baku lokal spesifik wilayah); 2).teknik penyusunan formulasi pakan meliputi komposisi bahan, jenis pakan, kebutuhan nutrisi pakan setiap jenis ternak; 3). teknologi pengolahan pakan meliputi skala usaha, operasional mesin & peralatan; serta 4). manajemen usaha. Kegiatan pelatihan dapat dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi secara partisipatif, kunjungan lapang, dan praktek langsung tentang aplikasi teknologi pakan pada unit usaha pengolahan pakan yang dikelola kelompok atau swasta yang tersebar di berbagai daerah. Penyiapan Tempat Prosesing Luas bangunan yang dibutuhkan untuk tempat mesin dan prosesing pakan skala kecil cukup berukuran 100 m2, yang terbagi ke dalam 3 ruangan, yaitu tempat mesin (25 m2), tempat bahan baku (60 m2), dan tempat produk jadi (15 m2). Bentuk bangunan yang standar adalah bangunan tertutup dengan ruang terbuka seperti bangunan untuk gudang penyimpanan. Pengadaan Mesin Kebutuhan mesin untuk pabrik pakan skala kecil dengan kapasitas produksi ± 2 ton/hari, diperlukan sedikitnya 3 jenis mesin yaitu Copper Modif, Mixer Horizontal, dan Pelletzing.
5
1
2
1
3
2
Tabel 1. Spesifikasi mesin: Item 1. Copper Modif •
Penggerak
2. Mixer Horizontal • Penggerak 3. Pelletzing • Penggerak
Sistem
Dimensi
Volume
Cutting + Hummer Mill
125cmx90cmx120cm
Direct Speed, Double Starter Double Ulir Reducer Speed (Gearbox) Reducer Screw Reducer Speed (Gearbox)
Merk : Tianli
132,6 lt (tube) 26 HP
150cmx85cmx207cm Merk : Tianli
1.235 lt 25 HP
130cmx90cmx100cm Merk : Tianli
1.500 kg 24 HP
Fungsi: 1.
Sebagai mesin prosesing pakan baik non ruminansia, uuminansia, maupun pengolahan pupuk organik (kompos).
2.
Copper Modif untuk mencacah, menghancurkan/menghaluskan bahan baku , miexr horizontal untuk pencampuran secara homogen, dimana mesin
dapat
digunakan untuk berbagai bentuk bahan baku, baik cair maupun padat, dan pencampuran bahan dengan perbedaan berat jenis bisa tercampur dengan homogenitas yang optimal; serta mesin pelletzing untuk pembuatan pakan dalam bentuk pellet. 3.
Kapasitas produksi per hari ± 2 ton tergantung jenis bahan baku yang digunakan dalam bentuk mess, dan dalam bentuk pellet berkisar 1- 1,5 ton per hari.
Penyusunan Formulasi Pakan Metode yang digunakan dalam penyusunan formulasi pakan antara lain adalah Pearson Square Method, Least Cost Formulation dan Trial and Error. Metode Pearson Square adalah metode penyusunan formula pakan berasal dari perhitungan campuran atas empat bahan.
Metode Least Cost merupakan metode penyusunan ransum
ekonomis menggunakan dasar Linier Programming.
Namun metode yang sering
digunakan oleh para peternak adalah Trial and Error yaitu dengan cara mengubah-ubah
6
komposisi jumlah bahan pakan dalam ransum.
Kriteria yang digunakan dalam
penyusunan ransum adalah aspek rasional, ekonomis dan applicable.
Data yang
diperlukan dalam penyusunan ransum adalah kandungan nutrisi masing-masing bahan, harga, batas penggunaan bahan, kebutuhan nutrisi dan perhitungan ekonomis. Faktorfaktor yang harus diketahui oleh peternak dalam menyusun formula pakan yang ekonomis dengan memanfaatkan sumber bahan lokal yang tersedia di lingkungan setempat, adalah: 1). kebutuhan zat gizi ; 2). bahan pakan dan kandungan gizinya; 3). tipe pakan; dan 4).harga bahan baku pakan. Saat ini telah tersedia program formulasi yang dapat digunakan untuk penyusunan komposisi formula pakan. Software tersebut dalam bentuk compact disk (CD) untuk penyusunan formulasi pakan ternak ruminansia besar (sapi potong dan sapi perah), ternak ruminansia kecil (domba dan kambing), serta untuk ternak nonruminansia (ayam potong, ayam petelur, itik, puyuh, kelinci, dan babi). Dengan menggunakan program formulasi tersebut, maka para peternak/praktisi tidak perlu lagi menghitung secara manual dalam penyusunan ransum karena program tersebut menghitung kebutuhan nutrisi ternak secara otomatis dan sesuai kebutuhan nutrisi setiap jenis dan tahapan produksi ternak. Cara penggunaan CD program formulasi pakan adalah sebagai berikut: •
Nyalakan komputer dan sistim audio-nya
•
Masukkan CD program formulasi ke dalam drive CD-room, tunggu beberapa saat (auto-run) atau buka file dengan menggunakan perintah explorer
•
Baca pesan tentang cara mengoperasikan program yang akan muncul di layar monitor
•
Masukkan LOG IN dengan cara mengetik kode yang tercantum pada setiap kemasan CD program, kemudian tekan ENTER untuk masuk ke lembar kerja
•
Pilih menu formulasi untuk penyusunan pakan dengan meng-klik pilihan yang tersedia yaitu 1) teknik penyusunan pakan secara konvensional dan 2) secara metode complete feed.
•
Dengan menggunakan CD program, maka para peternak dapat menyusun komposisi pakan sesuai kebutuhan dengan menggunakan bahan baku lokal yang tersedia di daerah masing-masing secara lebih optimal. Bila ketersediaan bahan baku lokal terbatas, sehingga komposisi pakan yang dibutuhkan nutrisinya belum lengkap atau memadai, maka kekurangan nutrisi tersebut dapat dilengkapi oleh bahan yang memiliki kandungan nutrisi lengkap atau disebut sebagai pakan starter
7
seperti bungkil-bungkilan, konsentrat, vitamin dan sumber mineral dari luar daerah. Diupayakan penggunaan bahan lokal lebih tinggi persentasenya dibandingkan bahan baku yang didatangkan dari luar daerah. Hal ini agar biaya pakan dapat ditekan semurah mungkin. Untuk itu diperlukan kejelian dalam mengidentifikasi ketersediaan jenis-jenis bahan baku lokal di setiap daerah. Prioritas pemakaian bahan lokal diutamakan pada jenis-jenis yang tersedia melimpah, kontinu dan tidak bersaing dengan penggunaan untuk keperluan lainnya sehingga harganya masih murah. Proses Pembuatan Pakan A. Persiapan awal sebelum menghidupkan mesin: 1. Kendurkan van belt yang menghubungkan penggerak dengan as transmisi utama (as bawah) melalui pemutaran transmisi searah jarum jam. 2. Nyalakan mesin penggerak, setelah mesin hidup dengan suara stabil kencangkan van belt pada as transmisi utama dengan pemutaran transmisi beralawanan arah jarum jam. 3. Mesin siap beroperasi. B. Persiapan produksi setelah mesin hidup: 1. Siapkan bahan baku sesuai formulasi dekat pemasukan mesin. 2. Masukkan bahan baku secara bersamaan antara bahan yang mempunyai berat jenis rendah & berat jenis tinggi ke dalam alat penggilingan (Copper Modif), guna mengefisienkan kapasitas proses produksi. 3. Setelah semua bahan terproses, tambahkan pakan starter langsung ke dalam mesin Mixer. 4. Proses pencampuran pakan dalam Mixer cukup 10-15 menit, kemudian
pakan
siap dikeluarkan untuk dikemas. 5. Berat setiap kemasan dibuat sesuai kebutuhan (25-50 kg) dan pakan siap diedarkan. Proses pengolahan pakan terdiri dari : 1) Bahan dikeringkan dengan panas matahari atau menggunakan alat pengering untuk menurunkan kadar air sampai sekitar 10-15% 2) Penghancuran bahan menggunakan Copper Modif untuk merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur bahan. 3) Proses pencampuran dengan menggunakan Mixer Horizontal dan terakhir proses penimbangan & pengemasan.
8
1
2
3
4
5
Skema Proses Produksi Keterangan : 1). penimbangan bahan baku sesuai perbandingan formula; 2). penghancuran untuk memperkecil ukuran partikel bahan; 3). pencampuran bahan supaya merata; 4). penimbangan barang jadi dengan berat tertentu, dan 5). packaging, dijahit dan disimpan atau langsung didistribusikan.
Untuk mengoperasikan mesin dalam prosesing pakan skala kecil hanya dibutuhkan tenaga kerja sekitar 3 orang dengan tugas masing-masing satu orang bagian pengadaan bahan baku dan distribusi produk dan dua orang untuk proses produksi sampai mengemas produk jadi. Investasi Usaha Untuk efektifitas dan efisiensi usaha, maka modal yang tersedia perlu dikelola dengan melakukan peng-alokasian sebagai berikut: dari jumlah modal awal sebanyak 100%, maka untuk investasi dialokasikan sebanyak ± 65% dan 35% sisanya untuk modal kerja. Investasi terutama untuk pembuatan bangunan tempat prosesing, pengadaan mesin & peralatan. Sedangkan modal kerja digunakan untuk sewa lahan, pembelian/pengadaan bahan baku & bahan penolong, gaji pengelola dan untuk omzet penjualan & piutang oleh pihak ke-3 (konsumen). Dari nilai omzet & piutang, nilai laba kotor biasanya berkisar antara 30-40% yang terbagi menjadi biaya overhead sebanyak 50% dan laba bersih 50%. PENUTUP Dengan memiliki unit pembuatan pakan sendiri, maka kelompok peternak dapat mendulang nilai tambah dari limbah yang tersedia di daerahnya untuk mendukung agribisnis ternak unggas lokal. Di samping itu, pengembangan pakan berbasis bahan baku lokal dapat mengurangi biaya produksi karena harganya akan lebih murah dengan kualitas standard, mudah dalam pengumpulan bahan baku dan distribusi produk, nilai tambah dari kegiatan prosesing pakan diperoleh langsung para peternak, serta dapat menumbuhkan embrio usaha agroinput pada skala usaha kecil dan menengah di daerah-daerah sentra produksi unggas. Namun demikian, dalam penumbuhan usaha pembuatan pakan ini perlu mempertimbangkan kondisi wilayah dan ketersediaan bahan
9
baku lokal setempat. Pilihan inovasi teknologi harus mampu mengintegrasikan berbagai potensi, peluang dan kepentingan setiap wilayah sehingga mampu meningkatkan daya saing, berkelanjutan serta mampu merespon dinamika pasar. Diharapkan dengan penerapan inovasi teknologi pakan yang memanfaatkan bahan baku lokal maka tersedia alternatif “feeding strategy” yang dapat dipilih para peternak sesuai kebutuhan dan orientasi usaha unggasnya dan saat ini teknologi pakan tersebut telah siap untuk diaplikasikan secara meluas di berbagai daerah. Dengan penguatan kemandirian peternak dalam penyediaan pakan melalui program pengembangan industri pakan skala kecil di tingkat kelompok, maka potensi dan peluang agribisnis di setiap daerah dapat dimanfaatkan lebih optimal untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Daftar Pustaka Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. 2006. Program Pembangunan Peternakan Jawa Timur. Makalah disampaikan pada Pertemuan Tim Komisi Teknologi dan Penyusunan Program Litkaji BPTP Jawa Timur tahun 2007 di Malang. Hardianto R. 2007. Pembuatan Pakan Skala Mini Feedmill Untuk Kelompok Peternak. Makalah disampaikan dalam acara “Pertemuan Apresiasi Budidaya Ternak Non Ruminansia” yang diselenggarakan oleh Direktorat Budidaya Ternak NonRuminansia - Ditjen Peternakan di Hotel Horizon- Bekasi, tanggal 12-13 Desember 2007 Hardianto R., K.Anam dan D.E. Wahyono. 2006. Pengembangan Alsin Pengolah Pakan Skala Mini Feed Mill. Makalah disampaikan dalam acara “Apresiasi Pengembangan Alsin Ternak Non-ruminansia” yang diselenggarakan oleh Direktorat Budidaya Ternak Non-Ruminansia - Ditjen Peternakan dan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, tanggal 11 Desember 2006 di Hotel SahidSurabaya. Hardianto, R, D.E. Wahyono, H. Gunawan, B. Tamim dan Sunarto. 2000. Studi Kelayakan Usaha Pabrik Pakan Complete Feed di Propinsi Lampung. Laporan Hasil Studi Kerjasama BPTP Jawa Timur dengan MS. Corporation, Lampung. Hardianto, R., D.E. Wahyono K.B. Andri dan Sarwono. 2001. Pengkajian Teknologi Pakan Complete Feed Pada Usaha Tani Terpadu Melalui Siklus Daur Ulang Biomas. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang. Owen. JB. 1981. Complete Diet Feeding of Dairy Cow: Recent Development In Ruminant Nutrition (eds. W.Harrign and D.J.A Cole). Butterworths-London (312234). Sudrajat, S.D., 2000. Potensi dan Prospek Bahan Pakan Lokal Dalam Mengembangkan Industri Peternakan di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Dies Natalis 31 Tahun, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 9 November, Yogyakarta. Tamminga, S., 1986. Prospects for suplementation of crop residues in tropical countries. In: Rise and Related Feed in Ruminant Ration., Proceeding of an International workshop in Kandy, Sri Lanka. Straw Utilization Project. Publication No. 2: 208-217.
10