PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)
PR
R
I
1. SBI 3 bulan
SE
TJ
EN
D
SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi moneter. Langkah ini dilakukan Bank Indonesia guna menjaga stabilitas moneter, yaitu untuk memelihara jumlah peredaran uang di masyarakat pada tingkat yang dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter.
KS AN AA N
AP
BN
–
Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor 3 bulan seiring dengan penguatan operasi moneter. Penonaktifan ini mengakibatkan hilangnya referensi Surat Utang Negara (SUN) seri variable rate yang selama ini mengacu kepada SBI 3 bulan.
D
AN
PE
LA
183/KMK.017/1999 tanggal 28 Mei 1999 menyatakan bahwa: “Apabila selama 6 (enam) bulan kalender berturut-turut tidak terdapat suatu hasil lelang atas Sertifikat Bank Indonesia Jangka Waktu Tiga Bulan, maka penentuan Tingkat Bunga Obligasi didasarkan pada hasil lelang Surat Utang lain dari Pemerintah dengan jangka waktu tiga bulan”
IS A
AN
G
G
AR
AN
Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, Pemerintah melaksanakan lelang SPN 3 bulan sebagai reference rate untuk SUN seri Variable Rate, dengan yield sekitar 5%. Pada Grafik 1 dapat dilihat yield SUN SPN 3 bulan untuk waktu lelang Maret– Mei 2011.
5.2
5.2
BI R
O
AN
AL
Tabel 1. Yield SUN SPN 3 Bulan (%)
5 4.9
Mar-11
Apr-11
Apr -11 May-11
Jun-11 May -11
Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 10
Selain digunakannya SPN 3 bulan sebagai referensi rate untuk SUN seri Variable Rate, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, bukan lagi SBI 3 bulan.
R
I
2. Dasar Penggunaan SPN 3 bulan sebagai Asumsi Dasar dalam APBN
D
PR
a. Aliran Dana Masuk, Inflasi dan Kebijakan Moneter
AP
BN
–
SE
TJ
EN
Adanya krisis yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang sejak tahun 2010 mendorong arus dana global ke Negara-negara Emerging Market termasuk Indonesia. Aliran dana yang masuk ke Indonesia ini menyebabkan nilai tukar Rupiah terapresiasi terhadap Dolar AS, dari rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.172 pada Januari-Juli 2010 menjadi sekitar Rp. 8550 per dolar AS pada Agustus 2011.
KS AN AA N
Derasnya aliran dana asing (capital inflows) dan tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2011 dan 2012 yang diperkirakan masih cukup tinggi menyebabkan dilemma kebijakan moneter. Pada gambar 1 dapat dilihat hubungan trinity dan policy mix dari Bank Indonesia1
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Gambar 1. Hubungan trinity dan policy mix dari Bank Indonesia
1
Capital inflows mendorong apresiasi rupiah dan apresiasi ini akan membuat capital inflows lebih deras lagi. Sementara itu seiring dengan tekanan inflasi yang masih tinggi, pemerintah tidak dapat menurunkan suku bunga, karena kalau pemerintah menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi, capital inflows akan lebih deras lagi. Kondisi ini menyebabkab BI harus menerapkan bauran
Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 11
kebijakan moneter dan makroprudensial dengan dosis, timing dan sequencing yang tepat. b. Tantangan capital inflows dan ekses likuiditas2
D
Derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah, karena dolar AS masuk, ditukar dengan rupiah, sehingga rupiah terapresiasi. Kondisi ini menyebabkan daya saing rupiah menurun, sehingga dapat mempengaruhi ekspor Indonesia. Selain itu capital inflows dapat memberikan gangguan stabilitas sistem keuangan terutama disebabkan instrumen yang berjangka pendek dari Surat Berharga Negara (SBN), sehingga dapat menyebabkan terjadinya sudden reversal. Derasnya arus modal asing juga menambah ekses likuiditas perbankan, di mana ketika aliran dana masuk ke Indonesia, ditukar ke dalam rupiah. Derasnya capital inflows diperkirakan semakin berlanjut terlebih dengan rating Indonesia yang menuju ke investment grade.
•
–
PE
LA
•
KS AN AA N
AP
BN
•
SE
TJ
EN
•
PR
R
I
Aliran dana asing yang masuk ke Indonesia memiliki beberapa tantangan sebagai berikut:
AN
Tantangan pada ekses likuiditas:
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
Ekses likuiditas diperkirakan cenderung meningkat dan kalau dibiarkan beredar di masyarakat akan menyebabkan tekanan inflasi dan spekulasi, akan tetapi kalau ekses likuiditas ini diserap menggunakan suku bunga 3 bulan, maka setelah 3 bulan, ekses likuiditas akan naik lagi dengan adanya bunga. Sehingga ekses likuiditas ini berpotensi mengurangi efektivitas kebijakan moneter. Pilihannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu bagaimana ekses likuiditas bisa diserap oleh sektor-sektor produktif.
BI R
O
AN
c. Penguatan operasi moneter menghadapi capital inflows3 Dalam menyikapi derasnya capital inflows, Bank Indonesia merasa perlu untuk melakukan penguatan operasi moneter sebagai berikut: 1. BI akan lebih berkonsentrasi pada instrumen yang berjangka waktu lebih panjang. Dahulu BI mengeluarkan SBI tenor 1 dan 3 bulan, akan tetapi 2 3
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 12
PR
R
I
dirasakan kondisi ini tidak bagus untuk perkembangan pasar uang Indonesia, karena banyak pelaku pasar yang memasukkan dananya pada SBI 1 bulan, dimana jatuh temponya tiap minggu, sehingga tidak ada instrumen lain yg berkembang di pasar uang. Oleh karena itu BI memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan SBI 1 dan 3 bulan dan diganti dengan penerbitan SBI 9 bulan dan 1 tahun untuk memberikan kesempatan pada bank dan korporasi menerbitkan obligasi sendiri.
BN
–
SE
TJ
EN
D
2. Selain itu Bank Indonesia juga membatasi akses asing ke SBI dengan cara mengurangi penerbitan SBI dan menggantinya dengan instrumen yang bernama term deposit. Hal ini dilakukan untuk menghadapi capital inflows yang kebanyakan tertarik hanya pada instrumen berjangka pendek.
PE
LA
KS AN AA N
AP
Term deposit ini sama dengan SBI, perbedaannya adalah tidak adanya surat berharga pada term deposit, sehingga tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, yang menyebabkan hanya perbankan yg bisa membeli term deposit tersebut. Sedangkan investor asing diarahkan kepada instumen yg jangka waktunya lebih panjang, yaitu bond, baik bond pemerintah dan korporasi, sehingga dana asing masuk ke sektor riil.
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
3. Penerapan six months holding period mulai 13 Mei 2011. Penerapan ini dimaksudkan supaya investor asing (non resident) tidak begitu saja cepat melepaskan instrumennya, dimana mereka wajib memegang instrumen tersebut selama 6 bulan. Hal ini dilakukan untuk mencegah capital outflows dalam jumlah besar yang mendadak, yang dapat berdampak ke nilai tukar dan pasar keuangan. Sebagai informasi, kepemilikan asing di SBI per Juni 2011 adalah sebesar Rp. 70 triliun.
AN
AL
d. Perbedaan SBI dan SPN4
BI R
O
SBI dan SPN agak berbeda dari sisi supply dan demand, dimana SBI berfungsi sebagai instrumen moneter dan Bank Indonesia (BI) memiliki komitmen dan berkepentingan untuk menjaga instrumen moneternya di sekitar BI Rate. Sebagai contoh: ketika ada demand SBI sebesar Rp. 100 triliun, utk menjaga suku bunga instrumen moneternya di sekitar BI Rate, BI akan menerbitkan SBI sekitar 100 triliun jg spy terjadi keseimbangan demand dan supply.
4
Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 13
PR
R
I
Berbeda dgn pemerintah, dgn capital inflow yang begitu deras dan permintaan SPN 3 bln diasumsikan 40-50 triliun, pemerintah tidak dalam porsi menerbitkan SPN sebesar Rp. 40 triliun. Fokus pemerintah dalam Surat Berharga Negara (SBN), adalah obligasi Negara, bukan SPN karena obligasi Negara memberikan keleluasaan dari sisi pembayaran pokoknya yg bersifat jangka panjang. SPN merupakan bagian kecil dari struktur SBN dan hanya dijadikan sebagai Benchmarking.
D
Tabel 1 Komposisi besaran dan kepemilikan instrumen moneter per Juni 2011
TJ
SE
AP
Sumber: Bank Indonesia
SPN 3 bulan: 70% nya adalah asing SBI: 30% adalah asing Obligasi Negara: 30% adalah asing.
–
SPN 3 bulan: Rp. 24,6 triliun • Obligasi Negara seri variable rate: • Rp. 138 triliun •
BN
• •
Komposisi kepemilikan instrumen Moneter
EN
Komposisi besaran instrumen Moneter
KS AN AA N
Berbicara mengenai asumsi SPN 3 bulan di dalam APBN adalah menyangkut berapa biaya yg harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membayar kupon Obligasi Negara seri variable rate yang jumlahnya Rp. 138 triliun per Juni 2011.
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Bank Indonesia mengantisipasi adanya dana asing yang sewaktu-waktu keluar dengan cara menyediakan cadangan devisa yg setara dengan kebutuhan dana yg keluar. SPN 3 bulan sebesar Rp. 25 triliun jumlahnya relatif lebih sedikit dari cadangan devisa Rp. 118 triliun (Per Juni 2011), sehingga jika capital outflows dari SPN 3 bulan secara mendadak, Bank Indonesia masih dapat menghadapi hal tersebut. Yang sangat perlu diwaspadai adalah adanya capital outflows dari Obligasi Negara yang mencapai Rp. 200 triliun dan Rp. 70 triliun di SBI. Jika terjadi penarikan sewaktu-waktu pada SBI yang sebesar Rp. 70 triliun, diharapkan dapat diantisipasi dengan adanya kebijakan 6 months holding period, sedangkan Obligasi Rp. 200 triliun, karena sifatnya yg jangka panjang (5-15 tahun), tidak akan mudah utk keluar, sehingga kalaupun ingin menarik obligasinya, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
BI R
O
3. Asumsi makro SPN 3 bulan pada RAPBN Tahun 2012 Untuk RAPBN tahun 2012 suku bunga SPN ditetapkan pada 6,4%. Suku bunga SPN 3 bulan tergantung pada pergerakan capital inflows. Jika aliran dana asing masih deras, suku bunga SPN bisa berkisar 5% dan kalau diasumsikan tidak ada capital inflows, maka diperkirakan suku bunga SPN 3 bulan mencapai 6% - 7%5.
5
Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 14
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Lampiran :
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 15
I R PR D EN TJ SE – BN AP KS AN AA N LA PE AN D AN AR G G AN IS A AL AN O BI R
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 16