ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012
R
I
A. Nilai Tukar
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata Rp9.200/US$. Penguatan ini antara lain berkaitan dengan derasnya aliran masuk modal arus modal asing ke Indonesia, yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai tukar rupiah.1
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS AN AA N
Grafik 1. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2005 - 2011
IS A
AN
Sumber: LKPP 2005-2009, Data Pokok APBN 2010, Siaran Pers Kemenkeu dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah
BI R
O
AN
AL
Sepanjang Januari—Desember 2010 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat. Penguatan rupiah yang telah berlangsung sejak awal 2010 sempat tertahan di bulan Mei 2010 karena tekanan arus keluar modal portofolio asing terkait dengan krisis Eropa yang telah memicu perilaku risk aversion terhadap aset negara emerging markets termasuk Indonesia.
1
Sumber: Siaran Pers Kementrian Keuangan Januari 2011
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 1
TJ
EN
D
PR
R
I
Grafik 2. Nilai Tukar Harian Rupiah Terhadap Dolar AS Tahun 20102
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
Pada bulan Juni dan Juli 2010, rupiah kembali menguat. Selama periode Januari— Juli tahun 2010, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.172, menguat 16,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sepanjang bulan Agustus sampai dengan akhir November 2010 rata-rata nilai tukar rupiah menguat, mencapai Rp. 8952/USD.
AN
PE
LA
Memasuki tahun 2011, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat melemah, hingga akhirnya pada awal Februari 2011 mulai menguat dan terus berlanjut hingga mencapai Rp. 8593 per dolar AS pada 28 April 2010 atau menguat 4,43% persen dibandingkan rata-rata pada 31 Desember 2010 sebesar Rp. 8991 per dolar AS.
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
Grafik 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Januari – 30 Mei 2011
Sumber: Bank Indonesia 2
Sumber: Bank Indonesia
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 2
I
Penguatan nilai tukar rupiah ini didukung oleh terdapatnya perbedaan suku bunga dalam negeri dan luar negeri yang masih relatif tinggi janji, yang antara lain disebabkan The Fed yang tetap mematok suku bunga di kisaran 0,25%, sehingga Dolar AS melemah pada hamper seluruh mata uang lainnya. Selain itu peringkat utang Pemerintah (sovereign credit rating) Indonesia naik, sehingga arus modal masuk meningkat yang pada gilirannya mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
PE
LA
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
Penguatan rupiah ini memberikan dampak ya yang ng positif terhadap perekonomian 3 Indonesia, yaitu: 1. Dengan semakin menguatnya nilai tukar rupiah, inflasi akibat barang import menjadi menurun yang selanjutnya menyebabkan BI dapat menahan kenaikan BI rate. Dengan tidak naiknya BI Rate ini pengusaha domes domestik tik tidak akan terbebani dengan bunga yang lebih tinggi, sehingga akan membuat perekenomian nasional lebih bergairah. 2. Dengan menguatnya rupiah, pengusaha domestik dapat membeli barang modal dan barang baku yang diimpor dengan harga lebih murah. 3. Nilai utang luar negeri pemerintah dalam bentuk Dollar AS akan berkurang seiring dengan penguatan rupiah. 4. Penghematan APBN 2011 karena menurunnya nilai subsidi BBM yang berasal dari impor
AN
G
G
AR
AN
D
AN
Nilai tukar rupiah yang semakin menguat dikhawatiran akan merugikan ekspor Indonesia, karena dengan “semakin mahalnya” nilai rupiah terhadap Dollar AS, maka daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar menjadi tidak kompetitif dibandingkan negara peng pengekspor ekspor lainnya, antara lain Vietnam, dan Thailand. Perkembangan ekspor dan Impor Indonesia (dalam nilai dan Volume) sepanjang tahun 2007 – 2010 dapat dilihat pada grafik 4 di bawah ini.
BI R
O
AN
AL
IS A
Grafik 4. Perkembangan Ekspor vs Impor Indonesia 2007-2010
Sumber: BPS, diolah 3
Sumber: Muslimin Anwar dalam Investor Daily 18 Mei 2011
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 3
PR
R
I
Dari grafik 4 terlihat bahwa ekspor dan impor Indonesia cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2009 yang mengalami penurunan, baik dari sisi ekspor dan impor akibat krisis global yang mempengaruhi perkembangan perekonomian dunia dan seiring dengan pulihnya perkenomian dunia, ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2010 kembali meningkat Sedangkan perkembangan ekspor – impor Indonesia dan nilai tukar rupiah sepanjang Maret 2010 sampai Maret 2011 dapat dilihat pada grafik 5 dan grafik 6.
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
Grafik 5. Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah sepanjang Maret 2010 – Maret 2011
AN
AL
Sumber: BI dan BPS, diolah
BI R
O
Dari Grafik 5 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah yang semakin menguat dari bulan Mei 2010 sampai Desember 2010 tidak menyebabkan penurunan ekspor Indonesia, dimana ekspor pada periode yang sama cenderung berfluktuatif dan meningkat dari Agustus-Desember 2010, kecuali pada bulan September 2010 yang sedikit mengalami penurunan. Ketika nilai tukar rupiah pada Desember 2010 dan Januari 2011 sedikit melemah, ekspor Indonesia pada periode yang sama malah menurun, yaitu dari 16,8 juta Dolar AS menjadi 14,6 juta Dolar AS. P Pada ada bulan Maret 2011 dimana rupiah semakin menguat pada level Rp. 8761 per Dolar AS, ekspor Indonesia naik sebesar 13,03 persen dibanding ekspor Februari 2011, akan tetapi kenaikan nilai impor lebih Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 4
besar dibandingkan ekspor, yaitu sebesar 23,23 persen pada periode yang sama. Sementara bila dibandingkan Maret 2010, ekspor Maret 2011 naik sebesar 27,53 persen dan impor Maret 2011 juga naik sebesar 31,96 persen dibandingkan Maret 2010. Perkembangan laju ekspor dan impor Indonesia sepanjang Maret 2010 – Maret 2011. Grafik 6. Perkembangan Laju Ekspor-Impor Indonesia Maret 2010 – Maret 2011
PR
R
I
0.30
D
0.20
EN
0.10
TJ
-
–
SE
(0.10) Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11
BN
(0.20)
AP
(0.30)
(0.06
0.05
(0.02
0.01
Laju Impor (Milyar US$)
0.02
(0.11
0.18
0.07
0.15
0.10
(0.11
0.18
0.09
0.08
(0.13 (0.01
0.13
(0.04 (0.21
0.26
0.07
0.01
(0.04 (0.06
0.23
LA
Laju Ekspor (Milyar US$) 0.14
KS AN AA N
MarMayNovMarApr-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 10 10 10 11
PE
Sumber: BPS, diolah
G
G
AR
AN
D
AN
Dalam grafik 6 terlihat bahwa pada Maret 2011 laju kenaikan impor lebih cepat daripada ekspor, dimana ekspor naik hanya 13 persen, sedangkan impor 23 persen dan penurunan ekspor lebih lambat dibandingkan laju penurunan impor, kecuali pada bulan Januari 2011 dimana nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 13% dan penurunan impor hanya sebesar 4%.
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
Daya saing ekspor Indonesia dalam hal nilai tukar terkait dengan nilai tukar mata uang Negara pengekspor lainnya terhadap Dollar AS. Di bawah ini dapat dilihat pergerakan nilai tukar Dong Vietnam, Baht Thailand, Ringgit Malaysia dan Peso Filipina terhadap Dollar AS sepanjang 18 November 2010– 17 Mei 2011.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 5
I R PR D EN TJ SE – BN AP KS AN AA N
Sumber: www.exchange-rates.org
D
AN
PE
LA
Semua mata uang cenderung menguat terhadap Dollar AS, kecuali Dong Vietnam, yang sejak Februari – Mei 2011 cenderung melemah terhadap Dolar AS. Ini berarti nilai Dong menjadi “murah” terhadap Dolar AS. Hal ini perlu diwaspadai pemerintah mengingat Vietnam merupakan salah satu pesaing utama Indonesia dalam ekspor.
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
Kekhawatiran dampak penguatan rupiah terhadap ekspor hendaknya tidak disikapi dengan membiarkan rupiah menjadi melemah dalam jangka waktu panjang. Hal yang dapat dilakukan pemerintah agar nilai tukar rupiah terus menguat tanpa adanya kekhawatiran penguatan tersebut merugikan eksportir Indonesia adalah dengan memperkuat dan membenahi sektor industri, terutama industri yang berorientasi ekspor, orientasi ekspor bahan setengah jadi dan bahan jadi, bukan bahan baku yang sampai saat ini masih menjadi penyumbang terbesar ekspor Indonesia dan juga perbaikan infrastruktur. Karena jika produk Indonesia memiliki daya saing yang kompetitif, baik dalam segi kualitas dan harga, maka nilai tukar rupiah akan terus menguat akibat banyaknya permintaan dari luar negeri dan eksportir juga tidak perlu khawatir dengan terus menguatnya nilai tukar rupiah seperti yag terjadi saat ini, dimana daya saing eskpor Indonesia hanyalah nilai tukar rupiah yang rendah. Dengan memperhatikan realisasi rata-rata nilai tukar rupiah sampai April 2011, didukung dengan semakin membaiknya perekonomian domestik dan cadangan devisa yang sampai 20 Mei 2011 mencapai 116,5 Miliar dolar AS4, maka rata-rata nilai tukar
4
Sumber: Investor Daily 28-29 Mei 2011
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 6
rupiah tahun 2011 bisa mencapai Rp. 9000 per dolar AS, bahkan bisa lebih rendah dari Rp. 9000 per Dolar AS. Sedangkan Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah sekitar Rp. 8.800 – 9.000 per dolar AS untuk tahun 2011 dan Rp. 9.000 – 9.300 per dolar AS untuk tahun 2011.
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
KS AN AA N
AP
BN
–
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Untuk tahun 2012 nilai tukar rupiah dapat berkisar Rp. 9000 – Rp. 9.100 per dolar AS dengan asumsi aliran modal yang masuk sampai tahun 2011 tidak akan banyak ditarik oleh investor asing sepanjang tahun 2012, tidak terlalu besarnya kenaikan komoditas impor akibat perubahan cuaca serta semakin kondusifnya iklim investasi di Indonesia, yang didukung dengan perbaikan infrastruktur dan reformasi birokrasi yang menyebabkan peningkatan dan perbaikan pelayanan, terutama yang terkait dengan investasi dan perdagangan.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 7
B. Inflasi Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) p pada ada barang lainnya. Inflasi antara lain dipengaruhi oleh:
R
I
1. Meningkatnya kegiatan ekonomi
EN
D
PR
2. Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan, seperti harga BBM, listrik, air minum, rokok dan kenaikan UMR
SE
TJ
3. Harga barang impor
BN
–
4. Melemahnya nilai tukar rupiah
KS AN AA N
AP
Realisasi inflasi pada tahun 2010 menga mengalami lami peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 6,96 persen. Angka tersebut melampaui target pemerintah yang hanya 5,3 persen. LLaju aju inflasi pada bulan Desember 2010 tercatat sebesar 0,92 persen (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada level 0,6 persen dan lebih tinggi dibandingkan Desember tahun 2009 yang hanya sebesar 0,33 persen.5
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Grafik 1. Perkembagan Inflasi 2005 - 2011
Sumber: LKPP 2005-2009, BI, Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah
Sumbangan terbesar Inflasi tahun 2010 adalah dari bahan makanan (inflasi barang bergejolak) yang mencapai 3,5 persen, diantaranya beras dan cabai merah, yang disebabkan faktor cuaca yang tidak mendukung sehingga banyaknya gagal panen 5
Sumber: BPS dan BI
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 8
disetiap daerah serta bencana merapi, di mana ribuan hektar lahan petani yang ditanami cabai ludes.
PR
R
I
Inflasi inti (core inflation) pada tahun 2010 masih terkendali, yaitu sebesar 4,28%. Menurut Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, yang akan berpengaruh pada inflasi inti adalah kenaikan ekspetasi inflasi akibat kenaikan harga-harga pangan. Pada 2009-2010 inflasi bisa terkendali antara lain karena apresiasi rupiah.
SE
TJ
EN
D
Jika dilihat pada grafik 2 di bawah ini, inflasi sepanjang tahun 2010 mengalami kecenderungan terus meningkat, walau ada sedikit penurunan pada bulan Maret dan September 2010.
AN
D
AN
PE
LA
KS AN AA N
AP
BN
–
Grafik 2. Laju Inflasi Tahun 2009 - 2010
G
AR
Sumber: Bank Indonesia
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
Untuk tahun 2011 pemerintah menargetkan Inflasi sebesar 5,3% ± 1%. Sampai dengan Mei 2011, laju inflasi tahunan tercatat sebesar 5,98 persen (yoy) dan laju inflasi kumulatif Januari – Mei 2011 sebesar 0.51 persen (ytd), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,44 persen (ytd). Kecenderungan menurunnya laju inflasi pada kuartal pertama ini disebabkan karena pada kuartal tersebut sedang musim panen sehingga harga bahan pokok menurun. yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan 1,90 persen.6 Laju inflasi Januari – Mei 2011 dapat dilihat pada grafik 3 di bawah ini.
Grafik 3. Laju Inflasi Januari - Mei 2011 6
Sumber: Berita Resmi Statistik BPK, Mei 2011
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 9
I R PR D EN TJ SE – BN AP
Sumber: BPS, diolah
LA
KS AN AA N
Dari grafik 3 terlihat sampai Mei 2011, inflasi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 pada periode yang sama. Sedangkan inflasi Mei 2010 – Mei 2011 adalah sebesar 6,12 persen. Berikut adalah prediksi inflasi untuk tahun 2011 dan 2012 dari beberapa lembaga Internasional.
AN
PE
Tabel 1. Prediksi inflasi di Indonesia tahun 2011 dan 2012
G
AR
World Bank
AN
G
ADB IMF
AN
Kementrian Keuangan
D
2011
2012
6,0
3,5 – 5,5
6,0
6,2
6,3
6,2
7,1
5,9
AL
IS A
Sumber: kerangka Ekonomi Makro dan PPKF 2012 - Kementrian Keuangan, World Economic Outlook 2011, ADB dan World Bank
BI R
O
AN
Ada beberapa hal yang dapat menghambat pemerintah dalam mencapai target inflasi seperti: 1. Gagal panen akibat cuaca ekstrem yang mengakibatkan terganggunya pasokan pangan 2. Hari raya di bulan Agustus dan Desember akibat konsumsi masyarakat yang meningkat terutama untuk bahan makanan. 3. Meningkatnya harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan krisis minyak di Timur Tengah yang selanjutnya akan mendorong peningkatan harga di dalam negeri. Namun demikian, kenaikan harga komoditas internasional dapat diimbangi oleh semakin meng menguatnya uatnya nilai tukar rupiah pada tahun 2011. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 10
Selain harus mengatasi permasalahan inflasi, pemerintah juga harus mengambil langkah untuk mengantisipasi aliran keluar modal asing. Sejak Februari 2011 Bank Indonesia tidak lagi menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor di bawah 9 bulan secara regular. Sejalan dengan hal itu penerbitan SBI akan difokus pada SBI bertenor 9 bulan. Hal itu diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pelaku pasar pada penempatan jangka pendek di instrumen moneter BI.7
EN
D
PR
R
I
Untuk tahun 2012 pemerintah menargetkan inflasi pada kisaran 3,5-5,5 persen. Angka ini dinilai sangat optimis, mengingat inflasi pada tahun 2011 diprediksikan di atas 6 persen dan pada tahun 2012 masih terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi pencapaian target inflasi, sebagai berikut:
BN
–
SE
TJ
1. Mulai meningkatnya harga komoditas internasional pada kuartal keempat 2011. Kenaikan harga komoditas internasional akibat perubahan cuaca dan kenaikan harga minyak baru mulai dirasakan pada kuartal terakhir tahun 2011, karena produsen saat ini masih memiliki persediaan.
KS AN AA N
AP
2. Adanya rencana pemerintah untuk menaikan tarif dasar listrik sebesar 10-15 persen pada tahun 2012.8
AN
PE
LA
3. Nilai tukar rupiah yang melemah akibat arus keluar modal asing pada tahun 2012 akibat berakhirnya tenor SBI 9 bulan. Keluarnya arus modal asing dapat ditahan jika pemerintah dapat dengan segera memperbaiki iklim investasi dan usaha, memperkuat fundamental ekonomi, memperketat kebijakan moneter dan memperbaiki persepsi resiko berinvestasi di Indonesia.
AN
G
G
AR
AN
D
Langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menahan laju inflasi dan meminimalisir kenaikan ekspektasi inflasi adalah peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah, antara lain melalui perbaikan infrastruktur sehingga distribusi pasokan pangan akan lebih lancar, yang selanjutnya dapat menekan biaya produksi dan pada akhirnya dapat menurunkan harga bahan pokok.
BI R
O
AN
AL
IS A
Menaikkan BI Rate merupakan langkah terakhir yang akan diambil pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi, karena kenaikan BI Rate akan menaikkan suku bunga perbankan, baik simpanan maupun pinjaman, yang pada akhirnya kreditor, dalam hal ini masyarakat, terbebani oleh bunga kredit yang meningkat. Selain itu kenaikan BI Rate dikhawatirkan akan membuat aliran modal panas masuk ke Indonesia untuk sementara waktu dan kemudian ditarik kembali dalam waktu singkat dan mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah yang selanjutnya akan membuat impor menjadi “lebih mahal”, sehingga impor barang modal akan terhambat dan pada akhirnya akan menghambat investasi di Indonesia yang membutuhkan impor barang modal.
7 8
Sumber: Media Indonesia Sumber: Investor Daily
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 11
D
PR
R
I
Dalam rangka meningkatkan pasokan dalam negeri pemerintah dapat mengambil serangkaian kebijakan melalui peningkatan hasil pertanian. Sebagai contoh, dukungan bagi teknologi pertanian dan penggunaannya, ketersediaan dan diversifikasi pasar dan pengelolaan dan administrasi lahan. Selain itu, investasi pada irigasi juga menunjukkan tingkat pengembalian yang tinggi dalam hal produktivitas pertanian.9
EN
C. Suku Bunga SBI dan SPN 3 Bulan
AP
BN
–
SE
TJ
SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi moneter. Langkah ini dilakukan Bank Indonesia guna menjaga stabilitas moneter, yaitu untuk memelihara jumlah peredaran uang di masyarakat pada tingkat yang dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter.
AN
PE
LA
KS AN AA N
Realisasi rata-rata tingkat suku bunga SBI-3 bulan dalam tahun 2010 mencapai 6,57%, atau mendekati asumsinya dalam APBN-P 2010 sebesar 6,5%.10 Penempatan asing di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) per 18 Maret 2011 tercatat sebesar Rp 71,6 triliun atau mencapai 31,1% dari total SBI. Sedangkan kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) per 18 Maret 2011 mencapai Rp 204,2 triliun atau 29,9% dari total SUN.11
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Februari 2011 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,75%. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan yang mulai meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga volatile foods yang masih tinggi, di samping karena kenaikan harga komoditi global termasuk minyak.12
9
Sumber: World Bank – Maret 2011 Sumber: Siaran Pers kemenkeu Januari 2011 11 Sumber: Detik Finance, 21 Maret 2011 12 Sumber: Siaran Pers BI Februari 2011 10
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 12
SE
TJ
EN
D
PR
R
I
Grafik 1. Perkembangan Suku Bunga SBI 3 Bulan 2005 - 2011
BN
–
Sumber: LKPP 2005-2009, BI, Data Pokok APBN 2010 dan Lampiran 1 Kesimpulan APBN 2011 , diolah
AN
PE
LA
KS AN AA N
AP
Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor 3 bulan yang dimaksudkan untuk menahan dana asing yang masuk ke dalam instrumen SBI dan mengarahkan arus likuiditas agar masuk ke instrument moneter dengan tenor yang lebih panjang. Selain itu, dalam rangka meminimalkan dampak negatif aliran modal asing jangka pendek, mulai 13 Mei 2011 Bank Indonesia menggantikan ketentuan one-month holding period terhadap SBI menjadi six-month holding period. Langkah ini juga diharapkan dapat memperpanjang kepemilikan SBI maupun transaksinya.
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
Sebagai pengganti SBI tenor 3 bulan ini, pemerintah mengeluarkan Surat Perbendahaan Negara (SPN) bertenor 3 bulan. Surat Perbendahaan Negara termasuk ke dalam Surat Utang Negara (SUN), dimana SPN ini berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Sedangan SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya. SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit AP APBN BN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.
BI R
O
Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan. Seiring dengan kenaikan BI rate dari 6,5 persen menjadi 6,75 persen, suku bunga SPN ke depan akan mendekati suku bunga kebijakan sehingga suku bunga SPN tahun 2011 diperkirakan akan berkisar antara 5,5 -6,5 persen dan pada tahun 2012 berada pada kisaran 5,5 – 7,5 persen. 13
13
Sumber: Kementrian Keuangan
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI 13