PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS V SD NEGERI DONOROJO MERTOYUDAN MAGELANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: ZUMAROH NIM : 11410121
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jln. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Fax. (0298) 323433 e-mail :
[email protected], Homepage: http/www.stainsalatiga.ac.id
Dra. Hj. S. Marfuah, M. Pd Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Hal : Naskah Skripsi Sdr. ZUMAROH Kepada Ketua STAIN Salatiga di tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
:
Zumaroh
NIM
:
11410121
Program Studi
:
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: PENGGUNAAN
METODE
ROLE
PLAYING
UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V SD NEGERI DONOROJO MERTOYUDAN MAGELANG Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut di atas segera di munaqosahkan. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, Oktober 2012 Pembimbing
Dra. Hj. S. Marfuah, M.Pd
DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jln. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Fax. (0298) 323433 e-mail :
[email protected], Homepage: http/www.stainsalatiga.ac.id
SKRIPSI PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS V SD NEGERI DONOROJO MERTOYUDAN MAGELANG
DI SUSUN OLEH ZUMAROH NIM : 11410121
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 01-12-2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M. Ag
Sekretaris Penguji : Drs. Mubasirun, M. Ag Penguji I
: Dr. M. Zulfa, M. Ag
Penguji II
: Fatchurrohman, S. Ag. M. Pd
Penguji III
: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si Salatiga, Desember 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: ZUMAROH
NIM
: 11410121
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah yang berlaku.
Salatiga,
Oktober 2012
Yang menyatakan
ZUMAROH NIM. 11410121
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada : Almamater Tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk : Bapak dan ibu yang selalu memberi restu, anak-anakku tercinta serta sahabat seperjuangan
do‟a sahabat-
ABSTRAK
ZUMAROH. Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran PAI SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang. Skripsi. Salatiga : Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, 2012 Proses pembelajaran PAI di SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang pada umumnya hanya ditekankan pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspekaspek yang lain. Metode yang dipakai guru selama ini sangat monoton yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang kreatif sehingga motivasi belajar menjadi rendah. Melihat hal tersebut peneliti merasa khawatir dan mencoba memperbaiki keadaan tersebut dengan menerapkan metode role playing. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Donorojo. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu menghitung data dengan angka, kemudian menggambarkan data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah menerapkan metode role playing. Adapun cara yang ditempuh untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode role playing adalah dengan menerapkan metode tersebut selama tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum menerapkan metode role playing adalah 66,09 dan meningkat menjadi 92,17 pada skor gabungan siklus I, II, III. Dari hasil skor tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode role playing secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keyword: role playing, prestasi belajar, pembelajaran PAI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
4
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................
5
E. Kegunaan Penelitian .................................................................
5
F. Definisi Operasional .................................................................
6
G. Metode Penelitian .....................................................................
7
1.
Rancangan Penelitian .........................................................
7
2.
Subjek Penelitian ...............................................................
7
3.
Langkah-langkah Penelitian ..............................................
7
4.
Pengumpulan Data .............................................................
8
5.
Analisis Data ......................................................................
10
H. Sistematika Penulisan ...............................................................
10
KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Prestasi Belajar ...........................................................
13
B. Model Pembelajaran Role Playing............................................
13
C. Hakekat Aktifitas Belajar ..........................................................
26
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
33
B. Prosedur Penelitian ...................................................................
33
C. Instrumen Penelitan ..................................................................
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB V
A. Keadaan Pra Tindakan ..............................................................
41
B. Penelitian Siklus I .....................................................................
43
1.
Perencanaan siklus I...........................................................
44
2.
Pelaksanaan Tindakan........................................................
44
3.
Observasi ...........................................................................
51
4.
Refleksi Siklus I .................................................................
52
C. Penelitian Siklus II ....................................................................
53
1.
Perencanaan Siklus II.........................................................
54
2.
Pelaksanaan Tindakan........................................................
54
3.
Observasi ...........................................................................
61
4.
Refleksi Siklus II ...............................................................
62
D. Penelitian Siklus III...................................................................
63
1.
Perencanaan Siklus III .......................................................
63
2.
Pelaksanaan Tindakan........................................................
64
3.
Observasi ...........................................................................
71
4.
Refleksi Siklus III ..............................................................
72
E. Pembahasan...............................................................................
73
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
78
B. Saran .........................................................................................
78
C. Penutup .....................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dalam lembaga persekolahan, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar. Dan agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, ia perlu memiliki kualifikasi tertentu yaitu profesionalisme: memeiliki kompetensi dalam ilmu pengetahuan, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas, kematangan jiwa (kedewasaan), dan memiliki ketrampilan teknis mengajar serta mampu membangkitkan etos dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih kesuksesan. (Marno Idris, 2009 ; 20) Di setiap aktivitas pendidikan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam pola interaksi namun faktor utamanya terletak pada pendidik dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan strategi ataupun metode yang baik akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa di kelas. Hal tersebut bukan hanya berlaku pada pendidikan umum tetapi juga pada pendidikan agama seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintah tentang pendidikan agama dan keagamaan, bahwa pendidikan agama diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
mendorong kreatifitas dan kemandirian, serta menumbuhkan motivasi untuk sukses. (Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Pasal 5 ayat 2) Motivasi dalam pengajaran mengandung nilai-nilai yang sangat penting kaitannya dengan keberhasilan atau kegagalan belajar siswa, pengajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan daya imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh untuk mencari cara yang relevan dan sesuai guna meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Anak usia sekolah dasar atau masa kanak-kanak tahap akhir dengan berbagai keunikannya pasti jelas berbeda dengan keunikan orang dewasa. Anak pada umumnya selalu dihiasi dan diwarnai dengan potret kegembiraan dan suka cita. Kegembiraan dan suka cita pada anak pada dasarnya akan selalu muncul dan diekspresikan melalui dunia permainan. Kegiatan bermain bagi anak merupakan salah satu hak anak tanpa dibatasi usia. Mengenai hak bermain bagi anak, dalam pasal 31 Konferensi Hak-hak Anak (1990) disebutkan:” Hak anak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta secara bebas dalam kehidupan budaya dan seni”. (Tedjasaputra, 2003 ; xvi) Mengenai kegiatan bermain pada anak, para pakar pendidikan telah sepakat pentingnya bermain bagi anak serta peranannya dalam menumbuhkan potensi anak, baik jasmani, intelektual, tingkah laku maupun sosial. Banyak pakar baik muslim maupun non muslim menaruh perhatian terhadap kegiatan bermain anak. Dari kalangan non muslim misalnya, seorang filsuf, yaitu Aristoteles yang berpendapat bahwa anak-anak perlu dorongan untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni pada masa dewasa nanti. Tokoh lain adalah Frobel, ia mengemukakan bahwa bermain dapat meningkatkan minat dan pengetahuan anak. (Tedjasaputra, 2003 ; 1-2)
Namun pada anak usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung). (Yusuf LN, 2002 ; 178) Pada periode sekolah dasar juga merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasaan dan penanaman nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di Sekolah Dasar, bukan hanya guru agama tetapi kepala sekolah dan guru-guru lainnya. Metode ternyata mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan metode dengan tujuan. Metode yang dipergunakan dalam setiap proses pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan rumusan tujuan. Metode role playing atau bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial. (Zuhairini, 1983 ; 101-102) Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan melihat pentingnya suasana belajar yang menyenangkan, maka penerapan metode role playing diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena metode ini menggunakan konsep
permainan tetapi menjadi lebih terarah. Mereka juga masih dapat melakukan gerakangerakan atau berjalan-jalan di kelas tanpa merasa dikekang atau takut dimarahi tetapi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Disamping itu mereka cukup tertarik dengan metode ini karena mereka bebas berekspresi dan menyampaikan apa yang mereka pikirkan tanpa takut disalahkan. Siswa juga dapat menerima karakter, perasaan dan ide orang lain dalam situasi yang khusus dan lebih menyenangkan. Penelitian ini mengkaji tentang hal tersebut melalui penelitian yang mengungkap tentang penggunaan metode role playing untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang dalam pelajaran PAI sebelum diterapkan metode role playing?
2.
Bagaimana peningkatan prestasi belajar PAI siswa kelas V SD Negeri Donorojo setelah menggunakan metode role playing?
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas V SD Donorojo Mertoyudan Magelang dalam pelajaran PAI sebelum diterapkan metode role playing
b.
Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang dalam pelajaran PAI setelah diterapkan metode role playing
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Dari permasalahan yang ada dan cara pemecahannya, dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut : Penerapan metode role playing dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah siswa mencapai KKM yaitu 7 (tujuh).
E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara akademis, maupun praktis : 1.
Secara akademis a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengelola pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya, di tingkat sekolah dasar maupun tingkat sekolah lanjutan. b) Memberikan manfaat bagi guru agama Islam yaitu dengan memberikan wawasan baru tentang metode-metode dalam pembelajaran.
2.
Secara praktis a) Untuk meningkatkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang b) Memberikan wawasan dan informasi bagi penulis dan pihak lain khususnya yang berkaitan dengan metode role playing
F. Definisi Operasional 1.
Metode role playing adalah sebuah metode pembelajaran dengan melibatkan siswa sebagai pemeran dalam peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dalam kaitannya dengan materi pelajaran atau memerankan materi pelajaran sehingga materi pelajaran tidak hanya berupa eksploitasi teks. Bermain peran dapat dilakukan dengan berbagai cara dari yang bersifat sederhana sampai yang sangat kompleks yaitu memerankan sebuah skenario.
2.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai sebagai akibat dari adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya. Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar bisa juga berarti perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa tergantung dari apa yang ia pelajari selama kurun beberapa waktu. Out put (hasil) yang diperoleh siswa biasanya perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
G. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran secara praktis. Penelitian tindakan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga tujuan utama dari penelitian tindakan kelas dapat dicapai secara optimal.
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan terdiri dari tiga siklus yang masingmasing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk proses pembelajaran dengan metode role playing, sedangkan pada pertemuan ketiga digunakan untuk penugasan oleh guru. 2.
Subjek Penelitian Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Donorojo
Mertoyudan Magelang. 3.
Langkah-langkah Penelitian a) Menyusun rancangan tindakan (planning) Rincian kegiatan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut : Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Membuat kesepakatan untuk menetapkan materi pokok. Menentukan hari dan tanggal penelitian. Mengembangkan skenario pembelajaran berupa RPP tentang materi yang akan diajarkan dengan metode role playing. Menyiapkan sumber data Menyiapkan lembar observasi pembelajaran untuk setiap pembelajaran. Persiapan soal tes yang akan diberikan pada awal penelitian dan pada setiap siklus. b) Pelaksanaan (acting) Pada tahap ini peneliti menerapkan tindakan yang mengacu pada rancangan yang telah disusun sebelumnya dan penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah merancang teknik yang akan
digunakan dalam pelaksanaan tindakan, memberikan pengarahan, motivasi dan stimulus agar praktisi dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana. c) Analisis dan Refleksi Tindakan Peneliti mengadakan evaluasi dan mengidentifikasi masalah pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki, dan apa saja yang menjadi perhatian pada siklus I. Perencanaan pada siklus II yaitu mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan menggunakannya sebagai masukan pada siklus selanjutnya. 4.
Pengumpulan Data
Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah segala macam alat atau aktifitas yang dapt dipergunakan dalam rangka pengumpulan data atau informasi atau karangan yang diperlukan dalam penelitian. Secara garis besar, metode yang penulis gunakan adalah observasi, metode tes dan dokumentasi. a.
Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan karangan atau data yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang gejala yang dijadikan pengamatan. (Anas Sudjiono, 1986 ; 36) Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang proses belajar mengajar PAI serta gambaran menyeluruh tentang sekolah. Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan sebagai alat pemantau kegiatan siswa selama proses pembelajaran PAI. Sebagai alat pemantau kegiatan siswa, observasi digunakan untuk mengumpulkan
informasi siswa sebagai pengaruh tindakan guru dalam proses pembelajaran dengan metode role playing. b.
Metode Tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa atau prestasi siswa dalam memahami materi sebagai bentuk evaluasi. c.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data tentang latar belakang berdirinya SD Negeri Donorojo, struktur organisasi, sarana prasarana, jumlah guru, jumlah siswa, dan lain-lain. Selain itu dokumentasi juga digunakan untuk mengetahui suasana kelas saat pembelajaran PAI dengan menggunakan metode role playing. 5.
Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk menggambarkan peningkatan prestasi belajar PAI setelah menerapkan metode role playing pada siswa kelas V SD Negeri Donorojo. Adapun teknik pengumpulan data yang berbentuk kuantitatif berupa data yang disajikan berdasarkan angka-angka maka analisis yang digunakan yaitu prosentase dengan rumus sebagai berikut : Nilai =
Skor yang dicapai x 100 % Jumlah siswa
H. Sistematika Penulisan Susunan skripsi ini, terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, tengah atau inti dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian tengah atau inti berisi uraian penelitian mulai dari bagian pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satu kesatuan. Dalam skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam lima bab. Pada tiap bab terdapat sub bab yang menjelaskan tentang pembahasan dari bab yang bersangkutan. Dengan demikian akan terbentuk satu sistem dalam penulisan, sehingga dalam penulisan nantinya akan nampak ada satu sistem yang runtut antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : BAB I skripsi ini berisi gambaran umum penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang kajian pustaka, pembahasan pada bagian ini berisi tentang tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya, harus mengacu pada teori yang relevan, pengalaman nyata, hasil penelitian, atau pendapat para pakar. BAB III berisi tentang pelaksanaan penelitian, bagian ini diawali dengan subjek penelitian yang mencantumkan tempat, waktu, mata pelajaran, dan karakteristik siswa. Deskripsi pelaksanaan dari siklus satu sampai dengan siklus III, tentang bagaimana
pelaksanaan metode role playing tersebut dilaksanakan mulai dari rencana, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi dari pelaksaanaan metode tersebut. Setelah membahas tentang pelaksanaan penelitian, pada BAB IV berisi tentang pembahasan mengenai prestasi belajar Pendidikan Agama Islam sebelum diterapkan metode role playing, upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi, prestasi belajar setelah diterapkan metode role playing, peningkatan prestasi setelah diterapkan metode role playing dalam pembelajaran PAI di kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang. Pada bab terakhir dari bagian inti adalah BAB V. Bagian ini disebut bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Hakekat Prestasi Belajar 1.
Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Sedang menurut WS
Winkel prestasi adalah bukti kebenaran keberhasilan usaha yang dicapai. (Winkel, 1966 ; 162) Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untukmemperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Syaiful Bahri Djamarah, 1995 ; 2) Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. (Slameto, 2002 ; 141) “Learning process through, which experience cause permanent change in knowledge or behaviour” yang artinya adalah belajar merupakan suatu proses pengalaman yang menyebabkan perubahan secara permanen dalam pengetahuan atau perilaku. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai sebagai akibat dari adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya. (Syafuddin Azwar, 1992 ; 13) Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. 1985 ; 178)
(M. Buchori,
Menurut Mulyono Abdurrahman, “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. (Mulyono, 2002 ; 37) Menurut Syaiful Bahri Djamarah prestasi belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa tergantung dari apa yang ia pelajari selama kurun beberapa waktu. Out put (hasil) yang diperoleh siswa biasanya perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan dalam dunia pendidikan perubahan tersebut biasanya disimbolkan dengan angka atau nilai. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002 ; 14) 2.
Macam-macam Prestasi Belajar Sasaran penilaian guna menentukan prestasi belajar mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek, dan aspek tersebut hendaknya diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah mana yang sudah dikuasainya dan yang belum. (Suryobroto, 1997 ; 55) Secara lebih terperinci dan jelas perubahan afektif, perubahan kognitif, perubahan psikomotorik masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Prestasi belajar kognitif Ranah kognitif menurut Foster yang dikutip Dimyati dan Mudjiono
mengatakan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan atau informasi, serta pengembangan intelektual. Sedang Winkel memberikan suatu batasan : “bahwa dalam fungsi psikis ada yang menyangkut aspek pengetahuan dan pemahaman”. (Winkel, 1989 ; 155)
Sedang menurut Chaplin yang dikutip Muhibbin Syah dikatakan bahwa kognitif adalah salah satu domain ranah psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Jadi secara umum ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Dengan demikian maka prestasi belajar siswa dari aspek kognitif adalah berupa perubahan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik atau guru dalam proses belajar mengajar. Jadi hasil belajar dari aspek kognitif adalah sebagai hasil perubahan dimana anak didik yang semula tak tahu menjadi tahu, dan semula tidak paham menjadi paham terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal-hal yang dinilai dalam aspek kognitif ini menurut Bloom ada 6 tingkat yaitu : 1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari. 3) Penerapan/penggunaan, kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi nyata.
4) Analisis, kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian yang menjadi unsur pokok. 5) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. b.
Prestasi belajar aspek afektif Seperti halnya perubahan aspek kognitif, maka aspek afektif ini merupakan
perubahan yang berhubungan dengan rohaniah atau batiniah pada anak didik. Begitu pula perubahan ini menyangkut bidang nilai, sikap, keyakinan pada anak didik terhadap suatu pengetahuan yang telah mereka terima pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini diidentikkan dengan suatu pendapat yang sama dari Winkel yang mengatakan “aspek afektif ini merupakan aspek yang berhubungan dengan fungsi psikis, yakni yang menyangkut masalah nilai dan keyakinan. Dimyati juga mengatakan ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai perasaan dan emosi. Bloom mengemukakan taksonomi ranah afektif sebagai berikut : 1) Menerima, menunjukkan kesadaran untuk menerima stimulasi secara pasif meningkat secara lebih aktif. 2) Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. 3) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.
4) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya. 5) Karakterisasi, kemampuan mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan. c.
Prestasi belajar aspek psikomotorik Seperti halnya aspek kognitif dan aspek afektif tersebut diatas, maka prestasi
aspek psikomotorik ini merupakan hasil belajar yang dapat dilihat secara langsung oleh anak didik itu sendiri ataupun orang lain. Karena hasil belajar aspek ini berupa suatu ketrampilan atau keahlian yang nyata setelah anak didik mengikuti proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hasil belajar dari aspek psikomotorik ini Muhibbin Syah mengatakan kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati. Berdasarkan dari pendapat di atas, maka dapatlah diperoleh suatu pemahaman bahwa hasil belajar atau prestasi belajar yang diharapkan dari aspek ini dapat dilihat secara langsung dan jelas oleh anak didik itu sendiri dalam kehidupannya dan dapat dimanfaatkan, setelah anak didik tersebut mengikuti proses belajar mengajar atau pelatihan tertentu. Miles dkk sebagaimana yang dikutip Dimyati mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik sebagai berikut : 1)
Gerakan tubuh
2)
Ketepatan gerakan yang dioordinasikan
3)
Perangkat komunikasi non verbal
4)
Kemampuan berbicara
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan beberapa hal yang
mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar, yaitu : a.
Faktor Internal (dari dalam) 1)
Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2)
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas : a) Intelegensi peserta didik Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri pada lingkungan dengan tepat. Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. b) Sikap peserta didik Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. c) Bakat peserta didik Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi belajar sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu miripdengan intelegensi. Itulah sebabnya mengapa seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child yakni anak yang berbakat. d) Minat peserta didik Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi matematika. Misalnya peserta didik yang menaruh minat besar pada matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada peserta didik lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan peserta didik tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang diinginkannya. e) Motivasi peserta didik Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan lebih langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya memberi pengaruh lebih kuat dan relatif
lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru. b.
Faktor Eksternal (dari luar) yang meliputi : 1)
Faktor sosial yang terdiri dari : a) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). b) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah). c) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
2)
Faktor budaya seperti adat istiadat yang berkembang dimana siswa bertempat tinggal, ilmu pengetahuan yang berkembang dimasa siswa tumbuh seperti sekarang yaitu internet, teknologi, kesenian.
3) 4.
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
Pengukuran Prestasi Belajar dan macamnya Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah satu alat ukur yang
menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran siswa. Mudjidjo berpendapat bahwa tes sebenarnya adalah salah satu program penilaian. Selanjutnya mengatakan bahwa cara melancarkan tes inilah yang paling banyak dilakukan oleh para pendidik dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didiknya. Dengan demikian peranan tes sebagai salah satu alat atau tehnik penilaian
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar sangat penting. (Mudjijo, 2001 ; 1) Achievement test may be described as those that attempt to measure the attainment of pupils in the various important objectives or areas of the curriculum. Maksudnya tes prestasi digambarkan sebagai suatu alat untuk mengukur hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Saifudin Azwar berpendapat tes sebagai pengukur prestasi sebagaimana oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. (Saifudin Azwar, 2001 ; 8) Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi untuk mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus tidaknya seorang siswa maka penilaian itu disebut penilaian sumatif. Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, ada tes tulisan (menuntut jawabn dalam bentuk tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif, uraian dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi, questioner, wawancara, skala sosiometri, study kasus.
F. Model Pembelajaran Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual atau kejadian yang akan datang. (Wina Sanjaya, 2008 ; 161) Metode role playing (bermain peran) juga dapat diartikan sebagai teknik yang menyenangkan karena metode ini adalah sebuah istilah untuk menggambarkan satu siswa dari sebuah kelompok atau pasangan yang menginginkan identitas baru, yang mengubah latihan dan eksploitasi teks dalam performasi nyata. Kegiatan ini terdapat berbagai cara untuk melaksanakannya : a.
Memilih peran, yaitu siswa mengadopsi atau menginginkan identitas baru dengan pilihan sendiri
b.
Bermain peran terbimbing (guide role play). Dalam bermain peran terbimbing terfokus pada fungsional dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dalam situasi tertentu, bermain peran bisa diadakan dengan mengaplikasikan bentuk-bentuk bahasa yang ada di dalam dialog tersebut dalam konteks baru. Kriteria keberhasilan diukur dari efektifitas pengajaran tugas-tugas mereka.
c.
Main peran bebas. Satu keuntungan main peran bebas ini adalah siswa yang lemah membatasi diri dengan percakapan yang sederhana sedangkan yang lebih mampu dapat lebih berkreasi dan mencoba-coba. Prakteknya pembelajaran membuat sendiri skenarionya dengan melibatkan dua atau tiga pemeran dan sesuai dengan kebutuhan. Persiapan bermain peran dilakukan di rumah, setelah diberitahu seminggu sebelum pertunjukan, siswa memilih sendiri teman atau pasangan dalam bermain peran. Main peran ini tidak membutuhkan persiapan sama sekali karena baik siswa maupun guru maju ke muka kelas memerankan peran yang sudah ditentukan dalam teks.
Menurut Linda Campbell, ada tiga tahap bermain peran yaitu : 1)
Tahap 1, perencanaan a) Menentukan sasaran pendidikan yang dikehendaki. b) Menentukan alokasi waktu. c) Menyiapkan peralatan dan kostum
2)
Tahap 2, latihan dan pementasan a) Cerita. b) Memilih dan menetapkan pemeran. c) Latihan. d) Pelaksanaan.
3)
Tahap 3, evaluasi Evaluasi diadakan setelah selesai dengan saling mengkritik penampilan siswa
yang lain. Tujuan bermain peran dalam pendidikan adalah untuk memecahkan masalah melalui tindakan dan peragaan. Dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran, maka anak-anak dapat dengan mudah menyerap pesan atau materi, selain itu anak belajar bekerja sama, toleransi dan memahami perasaan kawannya. Menurut Mel Silbermen dalam Active Learning ada tiga macam bermain peran sebagai upaya belajar efektif yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai dan sikap : 1)
Bermain peran yang tidak menakutkan (non threatening role playing) adalah sebuah teknik bermain peran yang menempatkan pengajar dalam peran utama dan melibatkan kelas dalam memberikan respon dan arah skenario.
2)
Bermain peran lipat tiga (triple role playing) yaitu bermain peran yang memanfaatkan tiga peserta didik yang berbeda dalam situasi peran yang sama.
3)
Permainan bergilir (rotating role) adalah bermain peran yang memberikan kepada peserta didik kesempatan untuk melatih kecakapan melalui bermain peran tentang segala situasi kehidupan nyata.
Menurut Zuhairini kelebihan penerapan metode bermain peran dalam proses pembelajaran adalah melatih keberanian, anak menghayati suatu peristiwa sehingga memberikan kesan yang mendalam dan dengan metode ini akan lebih menarik perhatian, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. (Zuhairini, 1983 ; 36) Metode sosiodrama dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI setelah guru tersebut menjelaskan tentang suatu hal yang menyangkut materi pelajaran. Metode ini cocok diterapkan terutama pada bidang akhlak dan sejarah islam, karena dengan metode ini anak-anak akan lebih menghayati tentang pelajaran yang diberikan. Melihat karakteristik anak usia sekolah dasr maka metode role playing cocok diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena metode ini melibatkan seluruh tingkat perkembangan baik intelektual, bahasa, emosi, motorik dan juga penghayatan keagamaan yang sudah mulai berkembang sebagai lanjutan dari pendidikan di lingkungan keluarga. Setiap metode pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan, begitu juga dengan metode role playing ini. Berikut ini beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode role playing, antara lain : A. Kelebihan dari metode role playing 1)
Siswa menjadi lebih berani untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang guru sampaikan.
2)
Siswa terlihat lebih senang terhadap materi dan tidak terlihat adanya rasa bosan.
3)
Siswa menjadi lebih aktif ketika mengikuti pembelajaran.
B. Kelemahan dari metode role playing 1)
Siswa yang malas menjadi lebih malas karena teman yang lain asik dalam bermain peran.
2)
Apabila guru tidak dapat menguasai kelas, maka siswa akan lebih banyak tidak memperhatikan terhadap pelajaran.
G. Hakekat Aktivitas Belajar Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek. Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Adapun beberapa aktivitas belajar adalah sebagai berikut : 1.
Mendengarkan Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.
2.
Memandang Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang dapat dilakukan.
3.
Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
4.
Menulis atau Mencatat Menulis atau mencatat merupalan kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan.
5.
Membaca Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan.
6.
Membuat Ihtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ihtisar-ihtisar materi yang dibuatnya. Ihtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.
7.
Mengamati Tabel-tabel, Diagram-diagram dan Bagan-bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel, diagram ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang suatu hal. 8.
Menyusun Paper atau Kertas Karya Bila pembicaraan ini memasalahkan penyusunan paper, maka hal ini berhubungan erat dengan masalah tulis menulis. Penulisan yang baik sesuai dengan prosedur ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurur ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dituntut, sehingga menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi.
9.
Mengingat Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. Ingatan sendiri adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu : memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar.
10. Berpikir Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara
sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi. 11. Latihan atau Praktek Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri. Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu. Berdasarkan keterangan di atas, secara lebih lengkap karakteristik anak usia sekolah dasar atau pra remaja adalah : a.
Perkembangan Intelektual Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yaitu,
mengklasifikasikan
(mengelompokkan),
menyususun
atau
mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung), angka-angka atau bilangan. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. b.
Perkembangan Bahasa Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). c.
Perkembangan sosial Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. d.
Perkembangan emosi Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar seperti mendengarkan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam kegiatan diskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan mengalami hambatan. e.
Perkembangan moral Pada anak usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. f.
Perkembangan penghayatan keagamaan Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan. g.
Perkembangan motorik Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang
lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, main bola, dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun ketrampilan. Melihat karakteristik anak usia sekolah dasar maka metode role playing cocok di terapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena metode ini melibatkan seluruh tingkat perkembangan baik intelektual, bahasa, sosial, emosi, motorik dan juga
penghayatan keagamaan yang sudah mulai berkembang sebagai lanjutan dari pendidikan di lingkungan keluarga.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Donorojo,
Desa Donorojo, UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. 2.
Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 02 Mei 2012 sampai dengan 09 Juni 2012 sebanyak
3 siklus. Adapun waktu penelitian adalah sebagai berikut : Tabel I Jadwal pelaksanaan PTK Kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang Hari/Tanggal Materi Siklus I Rabu, 02 Mei 2012 Azan Kamis, 03 Mei 2012 iqomah Siklus II Rabu, 16 Mei 2012 Kisah Abu Bakar As-Shidiq Jum‟at, 18 Mei 2012 Keteladanan Abu Bakar As-Shidiq Rabu, 23 Mei 2012 Tes (kuis) Siklus III Rabu, 06 Juni 2012 Mengenal Rosul-rosul Alloh Kamis, 07 Juni 2012 Menyebutkan nama rosul-rosul Ulul „Azmi Sabtu, 09 Juni 2012 Tes (kuis) B. Prosedur Penelitian Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Penelitian ini mengikuti model Lewis, yang terdiri dari 3 siklus. Tindakan penelitian tersebut seperti terlihat dalam skema sebagai berikut : Refleksi Awal
Rencana Tindakan I
Observasi refleksi evaluasi awal I
Pelaksanaan tindakan I
Perencanaan tindakan II Observasi refleksi evaluasi awal II
Pelaksanaan tindakan II
Perencanaan tindakan III Observasi refleksi evaluasi awal III
Pelaksanaan tindakan II
Solusi, temuan, kesimpulan
Gambar I. Skema pelaksanaan tindakan kelas menurut Lewis Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini sebagai berikut : 1.
Siklus I a.
Perencanaan 1) Merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP 2) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa) 3) Menyusun tes
b.
Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu melaksanakan pembelajaran PAI kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang menggunakan metode role playing yang telah direncanakan diantaranya : 1) Guru membuka pelajaran
2) Guru menginformasikan bahwa pada pembelajaran kali ini siswa akan belajar sambil bermain 3) Guru mempresentasikan tentang azan secara garis besar 4) Guru mengadakan tanya jawab 5) Guru mengucapkan lafal azan secara baik dan benar dengan diikuti seluruh siswa secara klasikal 6) Guru menunjuk tiga orang siswa secara acak untuk mempratekkan azan di depan kelas, dan menyuruh siswa yang lain untuk menyimak 7) Setelah mendemonstrasikan azan, pembelajaran dilanjutkan dengan mempelajari do‟a setelah azan. 8) Pertemuan selanjutnya adalah iqomah, dengan tahapan seperti pada materi azan. 9) Guru memberikan tes 10) Penutup c.
Observasi Teman sejawat sebagai mitra peneliti mengamati keaktifan siswa pada pembelajaran PAI pada materi azan dan iqomah kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang menggunakan metode role playing.
d.
Refleksi 1) Meneliti hasil kerja siswa terhadap tes yang diberikan 2) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I 3) Meneliti kekurangan dari proses pembelajaran pada siklus I
4) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II. 2.
Siklus II Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan II. Langkah-
langkah siklus II adalah sebagai berikut : a.
Perencanaan 1) Membuat RPP 2) Menyusun Lembar Observasi Siswa 3) Membuat tes
b.
Pelaksanaan tindakan 1) Guru membuka pelajaran 2) Guru menceritakan kisah Abu Bakar di waktu kecil, tapi banyak siswa yang kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran 3) Pertemuan selanjutnya pembelajaran dilakukan dengan metode role playing dengan materi keteladanan Abu Bakar As-Sidiq 4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk memerankan tokoh yaitu orang tua, orang miskin atau peminta-minta dan seorang jahat. 5) Guru memberikan evaluasi tentang pementasan yang telah dilakukan oleh siswa, dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya 6) Guru memberikan tes 7) Penutup
c.
Observasi
Teman sejawat sebagai mitra peneliti mengamati keaktifan siswa pada pembelajaran PAI pada materi azan dan iqomah kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang menggunakan metode role playing. d.
Refleksi 1) Mengevaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus II 2) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus II 3) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus berikutnya.
3.
Siklus III Setelah melakukan evaluasi pada siklus II, maka perlu dilakukan perbaikan pada
siklus III. Langkah-langkah siklus III adalah sebagai berikut : a.
Perencanaan 1) Membuat RPP 2) Menyusun LOS 3) Membuat tes
b.
Pelaksanaan tindakan 1) Guru membuka pelajaran 2) Guru menyampaikan materi pada pembelajaran kali ini yaitu mempelajari tentang rosul-rosul ulul azmi 3) Guru menyampaikan informasi bahwa pelajaran akan dilaksanakan dengan metode role playing seperti yang sudah pernah dilaksanakan.
4) Guru kemudian menyampaikan materi secara konvensional atau dengan metode ceramah, hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki gambaran tentang drama yang akan dimainkan. 5) Guru kemudian menunjuk beberapa siswa untuk memainkan drama yang berisikan materi yang sedang dipelajari. 8) Guru memberikan evaluasi tentang pementasan yang telah dilakukan oleh siswa, dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya. 9) Guru memberikan tes 10) Penutup c.
Observasi Teman sejawat sebagai mitra peneliti mengamati keaktifan siswa pada pembelajaran PAI pada materi azan dan iqomah kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang menggunakan metode role playing.
d.
Refleksi 1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan dari siklus yang telah dilaksanakan. 2) Meneliti kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pelaksanaan kegiatan penelitian untuk pembelajaran PAI.
C. Instrumen Penelitian 1.
Instrumen hasil belajar Untuk mengetahui kognitif siswa dalam menyelesaikan soal-soal, dianalisis dengan
cara menghitung rata-rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes ini berisi 10 soal pilihan ganda : jawaban benar dengan skor 1 dan jawaban salah dengan skor 0. Tabel II Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa No
2.
Nama
Hasil ulangan
Tertulis
Data keaktifan peserta didik Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, maka digunakan instrumen lembar observasi. Dalam penelitian ini ada beberapa aspek yang menjadi bahan pengamatan peneliti diantaranya : a) Keaktifan siswa menyimak penjelasan guru b) Keaktifan siswa bertanya pada guru c) Keaktifan siswa dalam bermain peran d) Keaktifan siswa dalam mengomentari penampilan teman
Tabel III Lembar Observasi Siswa No
Nama
Aspek pengamatan A
Jumlah
Keterangan : a) Aktif diberi skor 3
B
C
D
Jumlah aktifitas
b) Cukup aktif diberi skor 2 c) Kurang aktif diberi skor 1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada BAB IV ini diuraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan seluruh tindakan yang dilakukan selama proses penelitian di kelas V Sekolah Dasar Negeri Donorojo Kec. Mertoyudan Kab. Magelang. A. Keadaan Pra Tindakan Pelaksanaan pra tindakan dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab. Pelaksanaan pra tindakan dilaksanakan pada hari rabu tanggal 25 April 2012, siklus ini dilakukan beberapa tahapan diantaranya : 1.
Perencanaan Pada tahap perencanaan ini guru membuat :
2.
a.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)
b.
Lembar Observasi Siswa (terlampir)
Tindakan Proses pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam dan membaca do‟a bersama-sama, selanjutnya melakukan apersepsi kepada siswa mengenai kisah nabi Musa AS dengan tanya jawab. Proses selanjutnya secara bersama-sama siswa membaca buku pelajaran dengan seksama dan diteruskan dengan menerangkan materi tentang kisah nabi Musa AS. Siswa mendengarkan dengan seksama dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Setelah semua tanya jawab selesai guru memberikan kuis kepada siswa sebagai bahan evaluasi pemahaman siswa terhadap materi.
Tabel IV Prestasi belajar PAI pra tindakan Ketuntasan No Nama siswa Nilai Tuntas Belum 1 Wahyu Hermawan 40 v 2 Syamsul Ma‟arif 90 v v 3 Dwi Nur Cahyo 70 v 4 Aris Dwi Prasetyo 70 v 5 Fajar Budi Pangestu 40 v 6 Siti Novita Astari 80 7 Avi Amelia Sari 40 v 8 Dika Nur Arifah 70 v 9 Ahmad Abu Khasan 70 v 10 Anif Adhika 90 v 11 Arfin Reino Seftyawan 90 v 12 Ahmad Fajar Shodiq 40 v 13 Ahmad Agus Munadi 50 v 14 Ahmad Khoirudin 70 v 15 Anjani Nurrohmah 90 v 16 Bekti Pangestu Aji 70 v 17 Dwi Yulianti 90 v 18 Fika Rismananda 40 v 19 Iksanudin 80 v 20 Rifqi Khabib K 40 v 21 Romadoni 90 v 22 Adi Sulistiyono 70 v 23 Fahmi Suryawan 40 v 6 17 Jumlah 1520 Rata-rata 66,09 Hasil selengkapnya dalam lampiran 3 hal. 1
Ket Kurang Baik Sedang Sedang Kurang Sedang Kurang Sedang Sedang Baik Baik Kurang Kurang Sedang Baik Sedang Baik Kurang Sedang Kurang Baik Sedang Kurang
Nilai
Siswa
Prosentase
Kategori
Ketuntasan Tuntas ada 6 siswa/26,08 %
82-100
6
26,08 %
Baik
61-81
9
39,13 %
Sedang
Tidak tuntas ada 17
40-60
8
34,78 %
Kurang
siswa/73,91 %
Jumlah
23
100 %
40 35 30 25 20
siswa
15
prosentase
10 5 0 baik
sedang
kurang
Gambar II. Diagram prestasi belajar PAI pra tindakan Dari hasil di atas terlihat bahwa pada pra tindakan ini tingkat keberhasilan siswa adalah : 1) Pada kategori baik ada 6 siswa atau 26,08 % 2) Pada kategori sedang ada 9 siswa atau 39,13 % 3) Pada kategori kurang ada 8 siswa atau 34,78 % Data di atas menunjukkan dalam pra tindakan ini banyak siswa yang tidak dapat menghafal dengan baik, jika dilihat dari tingkat ketuntasannya ada 6 siswa atau 26,08% yang tuntas, ini menunjukkan perlu adanya tindakan dari guru, salah satu tindakan adalah penggunaan metode role playing pada proses pembelajaran. B. Penelitian siklus I Sesuai hasil dari pra tindakan maka perlu dilakukan penerapan metode role playing pada proses pembelajaran PAI di kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Kabupaten Magelang. Penelitian dimulai pada tanggal 02 Mei 2012 sampai dengan 09 Juni 2012. Materi yang dipelajari adalah Adzan dan iqomah. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada Siklus I ini dilakukan beberapa tahapan diantaranya :
1.
Perencanaan siklus I pada penelitian ini meliputi : a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi adzan dan iqomah dengan metode pembelajaran role playing. (terlampir) b. Menyiapkan Lembar Observasi (terlampir) c. Menyiapkan kuis (tes)
2.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP. Peneliti dibantu
oleh satu orang pengamat yang dalam penelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri Donorojo. Pengamat merupakan teman sejawat peneliti yang sudah memahami permainan atau metode pembelajaran yang akan digunakan. Selama kegiatan pembelajaran peneliti dan pengamat melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Siklus I terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama adalah dengan materi azan dan kedua adalah iqomah. Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode role playing : a.
Pertemuan pertama Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02 Mei 2012 pada jam pertama yaitu pukul 07.15 dan berakhir pada pukul 08.25. Pada proses pembelajaran kali ini dihadiri oleh 23 siswa artinya semua siswa hadir dan tidak ada yang terlambat. Selain seluruh siswa juga dihadiri oleh ibu Sustinafingah, S.Pd selaku rekan sejawat peneliti. Seperti biasanya pada jam pertama, pelajaran dimulai dengan membaca do‟a bersama-sama. Pada awal pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa, selanjutnya guru menginformasikan bahwa pada pertemuan kali ini siswa akan belajar sambil
bermain. Adapun bentuk permainan yang akan digunakan adalah mempraktekkan materi pelajaran. Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah tentang azan. Guru menginformasikan pada siswa bahwa pada pembelajaran kali ini akan digunakan metode role playing yang mengarah pada demonstrasi. Adapun tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1)
Presentasi kelas Guru mempresentasikan tentang azan secara garis besar. Presentasi dilakukan
sekitar 10 menit. Dalam mempresentasikan materi, guru menarik perhatian siswa dengan memberi pertanyaan tujuannya agar siswa lebih fokus dan terbuka pikirannya. Setelah guru menyimpulkan pengertian azan, guru melanjutkan dengan menjelaskan waktu azan, sebutan orang yang mengkumandangkan azan, dan do‟a setelah azan. Presentasi ini berlangsung sekitar 10 menit. Setelah presentasi selesai, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Guru menginformasikan bahwa pada pembahasan selanjutnya tentang lafal dan do‟ a setelah azan dengan dipraktekkan secara langsung (siswa terlihat gelisah dan mulai ribut). Namun setelah diberi penjelasan bahwa pertama kali yang dilakukan adalah menirukan pengucapan lafal azan siswa mulai terlihat tenang dan kembali memperhatikan. 2)
Demonstrasi guru Hal pertama yang dilakukan adalah guru mengucapkan lafal azan secara baik
dan benar dengan diikuti seluruh siswa secara klasikal. Setelah selesai guru menyuruh siswa untuk mengucapakan lafal azan secara klasikal tanpa menirukan guru. Kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk menghafal, setelah dirasa
cukup guru menyuruh siswa untuk melafalkan azan didepan kelas namun tidak ada yang bersedia 3)
Demonstrasi siswa Karena tidak ada yang bersedia, akhirnya guru menunjuk tiga orang siswa
secara acak untuk mempraktekkan azan di depan kelas. Dan menyuruh siswa yang lain untuk menyimak. Pada saat ketiga siswa mempraktekkan azan di depan kelas, siswa terlihat ramai dan kurang terkondisikan. Kemudian peneliti dan pengamat menegur beberapa siswa yang terlihat ramai dan kelas kembali terkondisikan. Setelah ketiga siswa mempraktekkan azan guru bertanya kepada seluruh siswa ”Apakah lafal azan tadi sudah benar?” Siswa menjawab ”ada yang salah bu”. Ketika ketiga siswa mendemonstrasikan azan di depan kelas terlihat beberapa siswa ingin membenarkan. Artinya siswa mulai terlihat antusias dan berminat terhadap materi Pembelajaran dilanjutkan dengan mempelajari do‟a setelah azan. Adapun proses pembelajaran berlangsung seperti biasanya, tetapi ketika guru menyuruh siswa melafalkan azan di depan kelas siswa terlihat lebih berani (hal ini terlihat dari lebih banyak siswa yang tunjuk jari). Karena waktu sudah hampir habis guru langsung menunjuk tiga siswa untuk melafalkan do‟a setelah azan secara bersamasama. Sebelum menutup pelajaran guru menyuruh siswa untuk mempelajari kembali materi yang diajarkan dan menghafalkannya. Kemudian guru menutup pelajaran dengan hamdallah dan salam. Pembelajaran berakhir pada pukul 08.25 WIB. Dari proses pembelajaran di atas terlihat adanya proses pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. Namun terlihat kurang maksimal karena
kurangnya waktu (dalam proses materi azan yang memiliki waktu dua jam pelajaran). Walaupun demikian adanya penerapan metode role playing mulai bisa menarik perhatian siswa hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang tunjuk jari ketika guru menyuruh melafalkan do‟a setelah azan tetapi masih banyak juga yang belum tertarik terhadap materi. Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI dengan metode role playing : b.
Pertemuan kedua Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 03 Mei 2012. Pembelajaran kali ini juga dihadiri oleh pengamat. Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan membaca do‟a secara bersama-sama. Kemudian guru menginformasikan bahwa materi yang akan dipelajari masih berkaitan dengan materi sebelumnya yaitu mengenai iqomah. Dan pembelajaran dilakukan seperti pada kesempatan sebelumnya yaitu dengan penerapan metode role playing yang lebih mengarah pada demonstrasi. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut : 1)
Presentasi kelas Guru mempresentasikan tentang iqamah secara garis beras. Presentasi
dilakukan sekitar 10 menit. Setelah guru menyimpulkan pengertian iqamah guru melanjutkan dengan menjelaskan lafal iqamah. Presentasi ini berlangsung sekitar 10 menit. Setelah presentasi selesai, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Guru menginformasikan bahwa pada pembahasan selanjutnya tentang pengucapan lafal iqamah oleh siswa. 2)
Demonstrasi guru
Hal pertama yang dilakukan adalah guru mengucapkan lafal iqamah secara baik dan benar dengan diikuti seluruh siswa secara klasikal. Setelah selesai guru menyuruh siswa untuk mengucapakan lafal iqamah secara klasikal tanpa menirukan guru. Kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk menghafal, setelah dirasa cukup guru menyuruh siswa untuk melafalkan iqamah didepan kelas terlihat beberapa siswa tunjuk jari tanda bersedia. 3)
Demonstrasi siswa Beberapa siswa yang bersedia, kemudian oleh guru dipersilahkan dan guru
menyuruh siswa yang lain untuk menyimak. Pada pembelajaran kali ini siswa terlihat lebih tertib dan berlangsung cukup kondusif sehingga tidak diperlukan teguran- teguran untuk siswa. Setelah beberapa siswa selesai melafalkan iqamah, guru bertanya kepada siswa yang lain ”Bagaimana, anak-anak apa sudah benar lafal iqamahnya..?”, siswa menjawab ”sudah benar bu...”. kemudian guru menutup pelajaran dengan membaca hamdallah dan mengucap salam sebelum meninggalkan kelas. Karena penelitian ini difokuskan pada peningkatan prestasi belajar siswa maka peneliti meminta waktu siswa untuk mengerjakan tes tindakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapatkan materi. Nilai jawaban siswa pada siklus I dapat diketahui dalam tabel berikut ini : Tabel V Prestasi belajar PAI siklus I No 1 2 3 4
Nama siswa Wahyu Hermawan Syamsul Ma‟arif Dwi Nur Cahyo Aris Dwi Prasetyo
Nilai 70 90 70 40
Ketuntasan Tuntas Belum v v v v
Ket Kurang Baik Sedang Kurang
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Fajar Budi Pangestu Siti Novita Astari Avi Amelia Sari Dika Nur Arifah Ahmad Abu Khasan Anif Adhika Arfin Reino Seftyawan Ahmad Fajar Shodiq Ahmad Agus Munadi Ahmad Khoirudin Anjani Nurrohmah Bekti Pangestu Aji Dwi Yulianti Fika Rismananda Iksanudin Rifqi Khabib K Romadoni Adi Sulistiyono Fahmi Suryawan Jumlah Rata-rata
40 100 40 70 90 90 90 40 70 40 90 70 90 90 70 40 90 70 70 1620 70,43
v
v v v v v v v v v v v v v v v v
9
v v 14
Kurang Baik Kurang Sedang Baik Baik Baik Kurang Sedang Kurang Baik Sedang Baik Baik Sedang Kurang Baik Sedang Sedang
Nilai
Siswa
Prosestase
Kategori
Ketuntasan
82-100
9
39,13%
Baik
Tuntas ada 9 siswa/39,13%
61-81
8
34,78 %
Sedang
Tidak tuntas ada 14
40-60
6
26,08 %
Kurang
siswa/60,86%
Jumlah
23
100 %
Hasil selengkapnya dalam lampiran 3 hal. 2
40 35 30 25 20
siswa
15
prosentase
10 5 0 baik
sedang
kurang
Gambar III. Diagram prestasi belajar PAI siklus I Dari hasil di atas terlihat bahwa pada siklus I tingkat keberhasilan siswa adalah : a.
Pada kategori baik ada 9 siswa atau 39,13 % (mengalami kenaikan dari pra tindakan) yaitu 6 siswa atau 26,08 %
b.
Pada kategori sedang ada 8 siswa atau 34,78 % (mengalami penurunan dari pra tindakan) yaitu 9 siswa atau 39,13 %
c.
Pada kategori kurang ada 6 siswa atau 26,08 % (mengalami penurunan dari pra tindakan) yaitu 8 siswa atau 34,78 % Data di atas menunjukkan dalam siklus I ini banyak siswa yang kurang dapat
menghafal dengan baik, jika dilihat dari tingkat ketuntasannya ada 9 siswa atau 39,13% naik dari pra tindakan yaitu ada 6 siswa atau 26,08% ini menunjukkan indikator belum terpenuhi. 3.
Observasi Ketika proses tindakan sedang berlangsung kolaborator mengamati aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi, untuk dinilai keaktifan belajarnya terutama yang menyangkut keaktifan siswa menyimak penjelasan guru, keaktifan siswa bertanya kepada guru, keaktifan siswa dalam bermain peran, dan
keaktifan siswa dalam mengomentari penampilan teman. Dari hasil pengamatan kolaborator didapatkan nilai keaktifan belajar siswa sebagaimana tergambar dalam tabel berikut : Tabel VI Penilaian Keaktifan Belajar PAI siklus I Jumlah keaktifan Siswa Prosestase Kategori 11-16 7 30,43 % Aktif 6-10 10 43,48 % Cukup aktif 1-5 6 26,09 % Kurang aktif 23 100 % Jumlah Hasil selengkapnya dalam lampiran 4 hal. 5
50 40 30 siswa
20
prosentase
10 0 aktif
cukup aktif
kurang aktif
Gambar IV. Diagram penilaian keaktifan belajar PAI siklus I Dari tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I keaktifan siswa yaitu pada taraf kategori a.
Pada kategori aktif ada 7 siswa atau 30,43 %
b.
Pada kategori cukup aktif ada 10 siswa atau 43,48 %
c.
Pada kategori kurang aktif ada 6 siswa atau 26,09 %
Ini menunjukkan kecenderungan siswa masih biasa saja dalam proses pembelajaran atau kurang aktif. 4.
Refleksi Siklus I
Secara umum, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan metode role playing pada siklus I berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa hal kurang sesuai dengan rencana awal. Berikut adalah hasil refleksi setelah melakukan tindakan siklus I : Hasil pengamatan peneliti saat mengikuti pembelajaran siklus I pertemuan pertama dan kedua : a.
Pada saat siswa mendemonstrasikan materi siswa terlihat kurang serius. Hal ini terlihat dari praktek materi di depan kelas dilakukan sambil bercanda dengan teman yang lain.
b.
Sebagian besar siswa yang lain terlihat tidak menyimak bahkan terlihat banyak yang bergurau dengan teman sebangkunya.
c.
Siswa terlihat kurang siap mengikuti pelajaran, ini terlihat sebagian dari siswa masih ramai dan bermain sendiri dengan teman sebangkunya.
d.
Guru harus menunjuk siswa untuk mendemonstrasikan materi, jadi belum ada inisiatif sendiri dari siswa.
Hasil pengamatan teman sejawat peneliti, saat mengikuti pembelajaran siklus I pertemuan pertama dan kedua : a.
Siswa terlihat berbicara sendiri dan bergurau dengan teman-temannya saat guru menerangkan.
b.
Guru kurang memberikan penilaian atau penghargaan verbal maupun non verbal ketika siswa bisa menjawab atau berani mengeluarkan pendapat.
c.
Pada
saat
memperhatikan.
demonstrasi
berlangsung
banyak
siswa
yang
tidak
Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai rumusan untuk diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindak perbaikan terhadap siswa pada siklus I. C. Penelitian Siklus II Tindakan pada pelaksanaan siklus II ini merupakan hasil perbaikan yang didapatkan dari siklus I yang dilakukan pada tanggal 02 dan 03 Mei 2012. Adapun tahapan pada siklus II adalah : 1.
Perencanaan Tindakan Siklus II Pada tahap perencanaan siklus II, kegiatan peneliti secara umum sama dengan
kegiatan perencanaan siklus I. Adapun perencanaan pada sklus II ini peneliti membuat : a.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang kisah Abu Bakar As-Sidiq dan keteladanannya dengan metode pembelajaran role playing. (terlampir)
b.
Menyiapkan lembar obsevasi (terlampir)
c.
Menyiapkan kuis (tes)
2.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II dimulai pada hari Rabu 16 Mei 2012 sampai dengan hari
Rabu tanggal 23 Mei 2012. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan dengan materi kisah Abu Bakar As-Sidiq dan keteladanannya. Adapun perinciannya adalah pada pertemuan pertama mempelajari kisah Abu Bakar As-Sidiq, pertemuan kedua mempelajari keteladanan akhlak Abu Bakar As-Shidiq sedangkan pertemuan ketiga adalah mengerjakan kuis (tes) dari peneliti. Berdasarkan dari rancangan tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, maka pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu kepada rancangan tersebut. Karena pada kesempatan kali ini pembelajaran hanya satu jam pelajaran maka
peneliti sepakat untuk menggunakan metode konvensioanal dan metode role playing akan digunakan pada pertemuan kedua. Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan metode ceramah : a.
Pertemuan pertama Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei 2012 dimulai pada pukul 07.15 WIB dan berakhir pada pukul 07.50 WIB. Pada proses pembelajaran kali ini dihadiri oleh peneliti dan pengamat. Siswa yang hadir dalam proses pembelajaran kali ini sebanyak 23 orang (nihil). Pada awal pembelajaran guru memasuki ruang kelas dan selanjutnya mengucapkan salam. Seperti biasanya guru dan siswa bersama-sama membaca do‟a mulai belajar. Pada kesempatan kali ini guru menyampaikan pelajaran seperti biasanya yaitu dengan metode ceramah. Guru melanjutkan pelajaran dengan menceritakan kisah Abu Bakar di waktu kecil. Ketika guru menceritakan kisah Abu Bakar, terlihat beberapa siswa kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran dan banyak juga yang ngobrol sendiri dengan teman sebangkunya. Guru kurang memperhatikan hal tersebut. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan kisah Abu Bakar dalam memperjuangkan Islam. Siswa masih terlihat kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran. Beberapa saat kemudian bel tanda pergantiaan pelajaran berbunyi. Guru meninggalkan kelas setelah mengucapkan salam. Untuk pertemuan berikutnya dilakukan beberapa perbaikan dan akan diterapkan metode role playing.
Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode role playing b.
Pertemuan kedua Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Jum‟at tanggal 18 Mei 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.25 WIB. Pembelajaran kali ini dihadiri 23 orang siswa. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam kemudian secara bersama-sama membaca do‟a. Setelah selesai, guru kemudian mengabsen siswa. Guru kemudian menyampaikan informasi bahwa pada kesempatan kali ini materi yang akan dipelajari masih berkaitan dengan materi sebelumnya yaitu tentang keteladanan Abu Bakar As-Shidiq. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada kesempatan kali ini pembelajaran akan dilaksanakan dengan menerapkan metode role playing atau bermain peran. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut : 1)
Guru menyampaikan materi Langkah pertama yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode role
playing adalah guru menyampaikan materi secara konvensional atau dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki gambaran tentang drama yang akan dimainkan. 2)
Pemilihan pemain Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk memainkan drama yang berisikan
materi yang sedang dipelajari. 3)
Skenario
Drama yang akan dipentaskan adalah sebuah drama sederhana. Adapun dialognya secara spontan akan diucapkan guru dengan terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada siswa yang akan memerankan drama. Skenario drama yang akan dipentaskan adalah sebagai berikut : Guru berperan sebagai Abu Bakar. Kemudian beberapa siswa berperan sebagai orang tua, orang miskin atau peminta-minta, dan seorang jahat. Dalam drama ini seting tempatnya adalah sebuah pasar. Berikut cuplikan dialognya : Guru (Abu Bakar) : (berjalan ke pasar untuk membeli makanan) Siswa I (peminta-minta) : (menghampiri Abu Bakar),” Tuan, kasihani hamba...Hamba belum makan seharian...” Guru : ”Baiklah kisanak........silahkan duduk, kita makan bersama-sama” Siswa I : ”Terima kasih tuan....Tuan baik sekali..” Guru : (Mengangguk sambil tersenyum) Setelah selesai makan, Abu Bakar berjalan pulang. Ditengah perjalanan Abu Bakar menjumpai seorang ibu yang sudah tua dibentak-bentak oleh seorang laki-laki bahkan orang tersebut mendorong ibu tersebut hingga jatuh. Abu Bakar lalu menghampirinya Guru : ” Astaghfirllah...Ada apa ini bu?” Siswa II : ” Ini Tuan, bapak ini menagih hutang kepada saya, saya berjanji untuk membayarnya besuk karena saya benar-benar tidak punya uang” Guru : ”Berapa hutang ibu?” Siswa II : ”Seratus ribu tuan....” Guru : ”Baiklah ini saya ada uang, silahkan ibu gunakan unuk membayar hutang ibu...” Siswa II : ”Terima kasih tuan...Semoga Tuhan membalas kebaikan tuan...” Guru : ” Amin... 4)
Pementasan
Karena drama yang akan ditampilkan sangat sederhana maka tidak diperlukan latihan khusus. Drama ini juga tidak membutuhkan kostum dan peralatan secara khusus. 5)
Evaluasi Sebelum melakukan pementasan, terlebih dahulu guru menginformasikan
kepada siswa yang tidak bermain peran untuk menyiapkan alat tulis. Alat tulis disini digunakan untuk mencatat hal-hal penting dari drama baik berupa pertanyaan maupun kritikan. Setelah selesai guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Beberapa saat kemudian bel berbunyi, sebelum meninggalkan ruang kelas guru memberikan informasi kepada siswa bahwa pada kesempatan berikutnya akan diadakan latihan soal. Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdallah dan mengucapkan salam. c.
Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga digunakan untuk memberikan soal kepada siswa, maka peneliti meminta waktu siswa untuk mengerjakan tes tindakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah mendapatkan materi. Berikut ini deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga. Pertemuan ketiga pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 23 Mei 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 07.50 WIB. Pada pembelajaran kali ini dihadiri oleh beserta 23 orang siswa. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan membaca do‟a bersama-sama. Setelah selesai guru menyuruh siswa menyiapkan selembar kertas dan alat tulis. Soal yang diberikan
berupa 10 soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda langsung dibacakan oleh guru dan siswa langsung menuliskan jawabannya di kertas yang telah mereka siapkan. Beberapa saat kemudian bel berbunyi, guru menyuruh siswa mengumpulkan lembar jawabannya masing-masing. Guru kemudian mengucapakan salam dan meninggalkan kelas. Nilai jawaban siswa pada siklus II dapat diketahui dalam tabel berikut ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Tabel VII Prestasi belajar PAI siklus II Ketuntasan Nama siswa Nilai Tuntas Belum Wahyu Hermawan 70 v Syamsul Ma‟arif 70 v Dwi Nur Cahyo 100 v Aris Dwi Prasetyo 90 v v Fajar Budi Pangestu 70 Siti Novita Astari 90 v Avi Amelia Sari 40 v Dika Nur Arifah 90 v Ahmad Abu Khasan 90 v Anif Adhika 90 v Arfin Reino Seftyawan 100 v Ahmad Fajar Shodiq 40 v Ahmad Agus Munadi 70 v Ahmad Khoirudin 90 v Anjani Nurrohmah 100 v Bekti Pangestu Aji 90 v Dwi Yulianti 90 v Fika Rismananda 40 v Iksanudin 90 v Rifqi Khabib K 70 v Romadoni 40 v Adi Sulistiyono 90 v Fahmi Suryawan 70 v 13 10 Jumlah 1780 Rata-rata 77,39
Ket Kurang Baik Sedang Kurang Kurang Baik Kurang Sedang Baik Baik Baik Kurang Sedang Kurang Baik Sedang Baik Baik Sedang Kurang Baik Sedang Sedang
Nilai 82-100
Siswa 13
Prosestase 56,52 %
Kategori Baik
61-81
6
26,09 %
Cukup
Ketuntasan Tuntas ada 13 siswa/56,52 % Tidak tuntas ada 10
40-60
4
17,39 %
Kurang
siswa/43,48 %
Jumlah
23
100 %
Hasil selengkapnya dalam lampiran 3 hal. 3 60 50 40 30
siswa
20
prosentase
10 0 baik
sedang
kurang
Gambar V. Diagram prestasi belajar PAI siklus II Dari hasil di atas terlihat bahwa pada siklus II tingkat keberhasilan siswa adalah: a.
Pada kategori baik ada 13 siswa atau 56,52 % (mengalami kenaikan dari siklus I) yaitu ada 9 siswa atau 39,13 %
b.
Pada kategori sedang ada 6 siswa atau 26,09 % (mengalami penurunan dari siklus I) yaitu ada 8 siswa atau 34,78 %
c.
Pada kategori kurang ada 4 siswa atau 17,39 % (mengalami penurunan dari siklus I) yaitu ada 6 siswa atau 26,09 %.
Data di atas menunjukkan dalam siklus II ini banyak siswa yang dapat menghafal dengan baik, jika dilihat dari tingkat ketuntasannya sudah mencapai 13 siswa atau 56,52 % dan masih menyisakan 10 siswa atau 43,48 % yang belum tuntas.
3.
Observasi Ketika proses tindakan sedang berlangsung kolaborator mengamati aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi, untuk dinilai keaktifan belajarnya terutama yang menyangkut keaktifan siswa menyimak penjelasan guru, keaktifan siswa bertanya kepada guru, keaktifan siswa dalam bermain peran, dan keaktifan siswa dalam mengomentari penampilan teman. Dari hasil pengamatan kolaborator didapatkan nilai keaktifan belajar siswa sebagaimana tergambar dalam tabel berikut : Tabel VIII Penilaian Keaktifan Belajar PAI siklus II Jumlah keaktifan Siswa Prosestase Kategori 11-16 11 39,13 % Aktif 6-10 8 34,78 % Cukup aktif 1-5 4 17,39 % Kurang aktif 23 100 % Jumlah Hasil selengkapnya dalam lampiran 4 hal. 6
40 35 30 25 20
siswa
15
prosentase
10 5 0 aktif
cukup aktif
kurang aktif
Gambar VI. Diagram penilaian keaktifan belajar PAI siklus II Dari tabel di atas terlihat bahwa pada siklus II keaktifan siswa yaitu pada taraf kategori : a.
Pada kategori aktif ada 11 siswa atau 39,13 % (mengalami kenaikan dari siklus I) yaitu ada 7 siswa atau 30,43 %
b.
Pada kategori cukup aktif ada 8 siswa atau 34,78 % (mengalami penurunan dari siklus I) yaitu ada 10 siswa atau 43,48 %
c.
Pada kategori kurang aktif 4 siswa atau 17,39 % (mengalami penurunan dari siklus I) yaitu ada 6 siswa atau 26,09 %
Ini menunjukkan kecenderungan siswa masih belum aktif dalam proses pembelajaran. 4.
Refleksi Siklus II Refleksi siklus II dilakukan setelah pembelajaran dilakukan. Refleksi dilakukan
oleh peneliti dan pengamat. Berdasarkan hasil refleksi terdapat beberapa peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran siklus I dan siklus II. Berikut hasil pengamatan peneliti selama pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I sampai pada pertemuan terakhir. a.
Pada siklus II pembelajaran berlangsung lebih baik dan lancar dibandingkan pada siklus I.
b.
Siswa tampak lebih percaya diri dan tidak malu-malu saat memainkan peran.
c.
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru semakin meningkat, ini dapat dilihat dari tidak ramainya siswa saat guru menerangkan
d.
Teguran-teguran atau bahkan hukuman kepada siswa berkurang
e.
Siswa terlihat lebih siap menerima pelajaran
f.
Siswa lebih percaya diri ketika bermain peran
g.
Siswa lebih serius dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan soal.
Hasil pengamatan pengamat (teman sejawat peneliti) selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama hingga terakhir :
a.
Siswa terlihat tertib dalam mengikuti pembelajaran dan tidak ramai saat guru menerangkan
b.
Guru mulai memberikan penilaian atau penghargaan verbal maupun non verbal ketika siswa bisa menjawab atau berani mengeluarkan pendapat walaupun masih kurang
c.
Guru terlihat bisa menguasai kelas
d.
Pada saat demonstrasi siswa memperhatikan dan patuh kepada perintah guru yang menyuruh menuliskan hal penting.
D. Penelitian Siklus III 1.
Perencanaan Tindakan Siklus III Pada tahap perencanaan siklus III, kegiatan peneliti secara umum sama dengan
kegiatan perencanaan siklus II. Namun terdapat beberapa tambahan kegiatan berdasarkan hasil refleksi siklus II, yaitu : a.
Guru hendaknya mempertahankan kondisi pembelajaran pada siklus II karena sudah berjalan cukup kondusif.
b.
Guru lebih kreatif dalam menyampaikan materi, agar siswa tidak merasa bosan terhadap pembelajaran
c.
Guru hendaknya memberi penilaian atau penghargaan baik verbal maupun non verbal kepada siswa yang mampu menyampaikan pendapatnya.
d.
Guru hendaknya lebih tegas untuk menegur siswa yang ramai di kelas atau tidak memperhatikan penjelasan guru.
e.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengenai rasul-rasul alloh dengan metode pembelajaran role playing. (terlampir)
f.
Menyiapkan Lembar Observasi siswa. (terlampir)
g. 2.
Menyiapkan kuis (tes)
Pelaksanaan Tindakan Siklus III Tindakan pada siklus III dimulai pada hari Rabu, 06 Juni 2012 sampai dengan hari
Sabtu tanggal 09 Juni 2012. Siklus III terdiri dari tiga pertemuan dengan materi Rasul Allah. Adapun perinciannya adalah pada pertemuan pertama mempelajari rasul Allah, pertemuan kedua mempelajari Rasul-rasul ulul azmi sedangkan pertemuan ketiga adalah mengerjakan tes (kuis). Berdasarkan dari rancangan tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, maka pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu kepada rancangan tersebut. Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan metode role playing : a.
Pertemuan pertama Pertemuan pertama pada siklus III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 06 Juni 2012 dimulai pada pukul 07.15 WIB dan berakhir pada pukul 08.25 WIB. Pada proses pembelajaran kali ini siswa yang hadir dalam proses pembelajaran kali ini sebanyak 23 orang (nihil). Pada awal pembelajaran guru memasuki ruang kelas dan selanjutnya mengucapkan salam. Seperti biasanya guru dan siswa bersama-sama membaca do‟a mulai belajar. Pada kesempatan kali ini guru menyampaikan informasi bahwa pelajaran akan dilaksanakan dengan menerapkan metode role playing seperti yang sudah pernah dilaksanakan. Guru menarik perhatian siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyiapkan buku catatan dan buku-buku yang diperlukan. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan metode role playing adalah sebagai berikut : a)
Guru menyampaikan materi
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode role playing adalah guru menyampaikan materi secara konvensional atau dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki gambaran tentang drama yang akan dimainkan. Materi yang disampaikan dengan metode ceramah adalah mengenai nama-nama rasul Allah b)
Pemilihan pemain Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk memainkan drama yang berisikan
materi yang sedang dipelajari. c)
Skenario Drama yang akan dipentaskan adalah sebuah drama sederhana. Adapun
dialognya secara spontan akan diucapkan guru dengan terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada siswa yang akan memerankan drama. Drama ini berisikan tentang perbedaan nabi dan rasul beserta sifat-sifatnya. Drama ini lebih mengarah pada pantomim karena pemeran hanya sedikit berbicara. Skenario drama yang akan dipentaskan adalah sebagai berikut : Dua orang siswa berperan sebagai seorang nabi dan siswa lainnya berperan sebagai rasul. Sedangkan beberapa siswa yang lain sebagai pengikut atau umat. d)
Pementasan Karena drama yang akan ditampilkan sangat sederhana maka tidak diperlukan
latihan khusus. Drama ini juga tidak membutuhkan kostum dan peralatan secara khusus. e)
Evaluasi Sebelum melakukan pementasan, terlebih dahulu guru menginformasikan
kepada siswa yang tidak bermain peran untuk menyiapkan alat tulis. Alat tulis
disini digunakan untuk mencatat hal-hal penting dari drama baik berupa pertanyaan maupun kritikan. Setelah selesai guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Beberapa saat kemudian bel berbunyi, sebelum meninggalkan ruang kelas guru memberikan informasi kepada siswa bahwa pada kesempatan berikutnya materi yang akan dipelajari adalah tentang ulul azmi. Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdallah dan mengucapkan salam. Untuk pertemuan berikutnya dilakukan beberapa perbaikan dan akan diterapkan metode role playing. Berikut ini deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode role playing b.
Pertemuan kedua Pertemuan kedua pada siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07 Juni 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 07.50 WIB. Pembelajaran kali ini dihadiri oleh 23 orang siswa. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam kemudian secara bersama-sama membaca do‟a. Setelah selesai, guru kemudian mengabsen siswa. Guru kemudian menyampaikan informasi bahwa pada kesempatan kali ini materi yang akan dipelajari masih berkaitan dengan materi sebelumnya yaitu tentang rasul Ulul Azmi. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengulas kembali materi tentang rasul-rasul Alloh. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada kesempatan kali ini pembelajaran akan dilaksanakan dengan menerapkan metode role playing atau bermain peran. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut : a)
Guru menyampaikan materi
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode role playing adalah guru menyampaikan materi secara konvensional atau dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki gambaran tentang drama yang akan dimainkan. b)
Pemilihan pemain Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk memainkan drama yang berisikan
materi yang sedang dipelajari. Adapun pemerannya selalu bergantian maksudnya siswa yang sudah bermain di siklus atau permainan selanjutnya tidak bermain pada kesempatan selanjutnya c)
Skenario Drama yang akan dipentaskan adalah sebuah drama sederhana. Adapun
dialognya secara spontan akan diucapkan guru dengan terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada siswa yang akan memerankan drama. Skenario drama yang akan dipentaskan adalah sebagai berikut : beberapa siswa berperan sebagai rasul Ulul Azmi, Dalam drama ini lebih mengarah pada permainan pantomim, kemudian dilanjutkan dengan tebak-tebakkan. Situasi dibuat seperti sebuah pertunjukkan. Berikut gambaran suasananya : : ”Berikut ini akan saya tampilkan sebuah pertunjukkan pantomim, tepuk tangan.....” (semua siswa bertepuk tangan) Guru : ” Yang pertama, silahkan...” Siswa I (nabi Nuh) : (memperagakan cara membuat perahu kertas, kemudian digambari bermacam-macam gambar seperti gambar orang dan hewan) Guru : ”Selanjutnya, silahkan.....” Siswa II (nabi Ibrahim) : (Berpura-pura dibakar, tetapi tidak mati) Guru : ” Selanjutnya.....” Siswa III (nabi Musa) : (Berpura-pura tongkatnya bisa membelah lautan dan menjadi ular) Guru
: ” Selanjutnya..........” : (berpura-pura menghidupkan orang yang sudah meninggal) Guru : ” Yang terakhir.......” Siswa V (nabi Muhammad) : (Membaca hafalan surat pendek, sebagai ganti hafalan Al-Qur‟an) Guru : ”Baiklah, pertunjukan selesai, tepuk tangan....” Guru Siswa IV (nabi Isa)
d)
Pementasan Karena drama yang akan ditampilkan sangat sederhana maka tidak diperlukan
latihan khusus. Drama ini juga tidak membutuhkan kostum dan peralatan secara khusus. e)
Evaluasi Sebelum melakukan pementasan, terlebih dahulu guru menginformasikan
kepada siswa yang tidak bermain peran untuk menyiapkan alat tulis. Alat tulis disini digunakan untuk mencatat hal-hal penting dari drama baik berupa pertanyaan maupun kritikan. Setelah proses pementasan selesai, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Belum selesai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, bel berbunyi, sebelum meninggalkan ruang kelas guru memberikan informasi kepada siswa bahwa pada kesempatan berikutnya akan diadakan latihan soal. Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca hamdallah dan mengucapkan salam. c.
Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga digunakan untuk memberikan soal kepada siswa, maka peneliti meminta waktu siswa untuk mengerjakan tes tindakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah mendapatkan materi.
Berikut ini deskripsi pelaksanaan dan pemgamatan kegiatan pembelajaran pada siklus III pertemuan ketiga. Pertemuan ketiga pada siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu 09 Juni 2012. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.25 WIB. Pada pembelajaran kali ini dihadiri oleh 23 orang siswa. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan membaca do‟a bersama-sama. Setelah selesai guru menyuruh siswa menyiapkan selembar kertas dan alat tulis. Soal yang diberikan berupa 10 soal pilihan ganda. Beberapa saat kemudian bel berbunyi, guru menyuruh siswa mengumpulkan lembar jawabannya masing-masing. Guru kemudian mengucapkan salam dan meninggalkan kelas. Nilai jawaban siswa pada siklus III dapat diketahui dalam tabel berikut ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tabel IX Prestasi belajar PAI siklus III Ketuntasan Nama siswa Nilai Tuntas Belum Wahyu Hermawan 100 v Syamsul Ma‟arif 90 v Dwi Nur Cahyo 100 v Aris Dwi Prasetyo 90 v v Fajar Budi Pangestu 70 Siti Novita Astari 90 v Avi Amelia Sari 100 v Dika Nur Arifah 80 v Ahmad Abu Khasan 90 v Anif Adhika 90 v Arfin Reino Seftyawan 100 v Ahmad Fajar Shodiq 90 v Ahmad Agus Munadi 100 v Ahmad Khoirudin 100 v Anjani Nurrohmah 90 v Bekti Pangestu Aji 90 v
Ket Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Baik Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
17 18 19 20 21 22 23
Dwi Yulianti Fika Rismananda Iksanudin Rifqi Khabib K Romadoni Adi Sulistiyono Fahmi Suryawan Jumlah Rata-rata
90 90 100 90 90 100 90 2120 92,17
v v v v v v v 21
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 2
Nilai 82-100
Siswa 21
Prosestase 91,30 %
Kategori Baik
61-81
2
8,70 %
Sedang
Ketuntasan Tuntas ada 21 siswa/91,30 % Tidak tuntas ada 2
40-60
0
0%
Kurang
siswa/8,70 %
Jumlah
23
100 %
Hasil selengkapnya dalam lampiran 3 hal. 4 100 80 60 siswa
40
prosentase
20 0 baik
sedang
kurang
Gambar VII. Diagram prestasi belajar PAI siklus III 3.
Observasi Ketika proses tindakan sedang berlangsung kolaborator mengamati aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi, untuk dinilai keaktifan belajarnya terutama yang menyangkut keaktifan siswa menyimak penjelasan guru, keaktifan siswa bertanya kepada guru, keaktifan siswa dalam bermain peran, dan
keaktifan siswa dalam mengomentari penampilan teman. Dari hasil pengamatan kolaborator didapatkan nilai keaktifan belajar siswa sebagaimana tergambar dalam tabel berikut : Tabel X Penilaian Keaktifan Belajar PAI siklus III Jumlah keaktifan Siswa Prosestase Kategori 11-16 18 78,26 % Aktif 6-10 5 21,74 % Cukup aktif 1-5 0 0 % Kurang aktif 23 100 % Jumlah Hasil selengkapnya dalam lampiran 4 hal. 7
80 70 60 50 40
siswa
30
prosentase
20 10 0 aktif
cukup aktif
kurang aktif
Gambar VIII. Diagram penilaian keaktifan belajar PAI siklus III Dari tabel di atas terlihat bahwa pada siklus III keaktifan siswa yaitu pada taraf kategori : a.
Pada kategori aktif ada 18 siswa atau 78,26 % (mengalami kenaikan dari siklus II) yaitu ada 11 siswa atau 47,83 %
b.
Pada kategori cukup aktif ada 5 siswa atau 21,74 % (mengalami penurunan dari siklus II) yaitu ada 8 siswa atau 34,78 %
c.
Pada kategori kurang aktif 0 siswa atau 0 % (mengalami penurunan dari siklus II) yaitu ada 4 siswa atau 17,39 %
Ini menunjukkan kecenderungan siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran. 4.
Refleksi Siklus III Refleksi siklus III dilakukan setelah pembelajaran dilaksanakan. Refleksi dilakukan
oleh peneliti dan pengamat. Berdasarkan hasil refleksi antara peneliti dan pengamat terdapat beberapa peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran siklus II dan Siklus III. Berikut hasil pengamatan peneliti selama mengikuti pembelajaran pada siklus III dari pertemuan I sampai pada pertemuan terakhir : 1)
Pada siklus III pembelajaran berlangsung lebih baik dan lancar dibandingkan pada siklus I dan II
2)
Siswa tampak lebih percaya diri dan tidak malu-malu saat memainkan peran
3)
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru semakin meningkat, ini dapat dilihat dari tidak ramainya siswa saat guru menerangkan.
4)
Teguran-teguran atau bahkan hukuman kepada siswa berkurang
5)
Siswa lebih siap menerima pelajaran
6)
Siswa lebih percaya diri ketika bermain peran
7)
Siswa lebih serius dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan latihan soal
Hasil pengamatan pengamat (teman sejawat peneliti) selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus III dari pertemuan pertama hingga terakhir : 1)
Siswa terlihat lebih tertib dalam mengikuti pembelajaran
2)
Guru terlihat memberikan penghargaan verbal maupun non verbal ketika siswa bisa menjawab atau berani mengeluarkan pendapat
3)
Guru terlihat lebih bisa menguasai kelas
4)
Pada saat pementasan berlangsung siswa memperhatikan dan patuh kepada perintah guru yang menyuruh menuliskan hal penting.
D. Pembahasan Pembelajaran aktif menjadi salah satu
pembaharuan dalam
pendidikan.
Pembelajaran aktif meliputi banyak jenis pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan dari pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran aktif siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif untuk mencari sumber belajar selain dari guru, karena guru hanya bersifat sebagai fasilitator. Role playing termasuk dalam pembelajaran aktif yang memberikan variasi di dalamnya yaitu adanya permainan peran yang memungkinkan siswa lebih mudah mengingat materi pelajaran tetapi situasi belajar menjadi lebih menyenangkan serta tidak merenggut hak siswa sebagai seorang anak untuk tetap bisa bermain. Role playing atau sosiodrama dapat disama artikan dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Tujuan yang diharapkan dengan sosiodrama atau role playing ini adalah agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, siswa juga dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab, belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, merangsang untuk berfikir dan memecahkan masalah. Selain itu metode ini juga bertujuan untuk melatih ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya, memberikan motivasi belajar kepada siswa,
melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok, menumbuhkan daya kreatifitas siswa, melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), maka peneliti tertarik untuk menerapkan metode role playing dalam pembelajaran PAI di kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang. Pembelajaran PAI dengan metode role playing di SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang telah dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun tahapannya antara lain : tahap 1 perencanaan yaitu : menentukan sasaran pendidikan yang dikehendaki, menentukan alokasi waktu, menyiapkan peralatan dan kostum. Tahap 2 latihan dan pementasan, tahap ini meliputi : cerita, memilih dan menetapkan pemeran, latihan, pelaksanaan. Tahap 3 adalah evaluasi, evaluasi diadakan setelah selesai dengan saling mengkritik penampilan siswa yang lain. Penggunaan metode role playing dipandang telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan motivasi belajar siswa, karena pembelajaran dengan metode ini sangat mudah diterapkan. Metode ini melibatkan peran siswa dan guru sebagai aktor dalam bermain peran. Aktivitas belajar dengan bermain peran yang dirancang dalam pembelajaran dengan metode ini memungkinkan siswa belajar dengan lebih santai tetapi tetap fokus pada materi pelajaran. Pembelajaran PAI pada kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang yang digambarkan diatas telah menunjukkan kenaikan pada tiap siklusnya dari pra tindakan yang menggunakan media konvensional dimana prestasinya masih rendah, menjadi lebih baik ketika menggunakan metode role playing dan akhirnya mencapai indikator yang ditentukan ketika dilakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dan III. Untuk hasil selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel XI Perbandingan Penilaian Prestasi Belajar PAI Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II dan siklus III No Pra Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III Ket 1 40 70 70 100 2 90 90 70 90 3 70 70 100 100 4 70 40 90 90 5 40 40 70 70 6 80 100 90 90 7 40 40 40 100 8 70 70 90 80 9 70 90 90 90 10 90 90 90 90 11 90 90 100 100 12 40 40 40 90 13 50 70 70 100 14 70 40 90 100 15 90 90 100 90 16 70 70 90 90 17 90 90 90 90 18 40 90 40 90 19 80 70 90 100 20 40 40 70 90 21 90 90 40 90 22 70 70 90 100 23 40 70 70 90 Jumlah 1520 1620 1780 2120 Rata-rata 66,09 70,43 77,39 92,17
Sedangkan untuk keaktifan belajar PAI siswa kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang dengan menggunakan metode role playing, hal ini ditunjukkan dengan kenaikan per siklus mulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Ini menunjukkan siswa sudah aktif dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel XII Perbandingan Keaktifan Belajar PAI siklus I, II dan III Jumlah
Siklus I
Siklus II
Siklus III Siswa Prosentase
Kategori
keaktifan
Siswa
Prosentase
Siswa
Prosentase
11-16
7
30,43 %
11
39,13 %
18
78,26 %
Aktif
6-10
10
43,48 %
8
34,78 %
5
21,74 %
Cukup aktif
1-5
6
26,09 %
4
17,39 %
0
0 %
Kurang aktif
Jumlah
23
100 %
23
100 %
23
100 %
Dari kedua tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan dari pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III, dengan kata lain tindakan guru dalam pembelajaran PAI kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang mencapai indikator 80 % ke atas tercapai. Hipotesis tindakan yang menyatakan metode role playing dapat meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran PAI pada siswa kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif pada kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, II dan III, prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai siswa sebelum menggunakan metode role playing sebesar 66,09 menjadi 92,17 pada rata-rata setelah penggunaan metode role playing. Ini berarti penggunaan metode role playing, efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI di kelas V SD Negeri Donorojo Mertoyudan Magelang.
2.
Prestasi belajar siswa kelas V dalam pembelajaran PAI setelah menggunakan metode role playing mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan nilai ratarata siswa pada siklus I adalah 70,43 siklus II 77,39 dan siklus III 92,17.
B. SARAN Sumbangan pemikiran untuk sekolah pada umumnya serta guru-guru pada khususnya, tidak ada salahnya bila penulis memberikan beberapa saran sebagi masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran PAI. Berikut ini dikemukakan beberapa saran : 1.
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa hendaknya dilakukan secara kontinyu terlepas apakah prestasi belajar siswa memang terlihat rendah atau bahkan
prestasi belajar siswa terlihat tinggi, sebab prestasi belajar siswa kerap kali mengalami pasang surut. 2.
Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa hendaknya dilakukan koordinasi antara para guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontradiksi dalam pendekatan atau strategi yang ditempuh masing-masing guru.
3.
Guru yang telah berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa hendaknya membagikan pengalamannya tersebut kepada guru lain. Sebaliknya juga menimba pengalaman guru lain dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa baik keberhasilan maupun kegagalannya.
C. PENUTUP Syukur alhamdulillah atas berkat rahmat, taufik dan hidayah Alloh SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis telah berusaha dengan sungguhsungguh untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Namun menyadari keterbatasan penulis, tentunya isi maupun pembahasan skripsi ini banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis terbuka dan menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca sekalian demi lebih sempurnanya skripsi ini. Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan agar tulisan ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan islam terutama di lingkungan sekolah. Sehingga benar-benar terbentuk generasi yang benar-benar mampu menyeimbangkan unsur-unsur kebutuhannya dan mampu mengaktifkan fungsi jiwa yang mana pada akhirnya kehidupan yang islami betul-betul terbentuk. Tidak kata lain yang dapat penulis ucapkan pada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik, Jakarta: Rineka cipta: 2006 Aziz, Furkonul, Chaedar al-Wasilah, “Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek”, Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 1996 Akhyarti, ”Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada Materi Penyerangan Pasukan Bergajah Terhadap Ka’bah dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Donorojo Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2012/2011”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2011. Buchori, M, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Bandung : Jemmars, 1985.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Dimyati dan Mudjiono, “Belajar dan Pembelajarannya”, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hasanah, Uswatun, “Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PAI SD Giripurno II Borobudur Magelang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Ibnu Rusd, Abidin, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Idris, Marno, Strategi dan Metode Pengajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2009. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, mengefektifkan PAI di sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Muslich,,Masnur, “Melaksanakan PTK itu mudah”, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Peraturan pemerintah tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
Ramayulis, Metodologi PAI, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008. ______, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prenada Media Grup, 2009
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Radja Grafindo, 2007. Shalih Baharits, Adnan Hasan, Tanggung jawab Ayah terhadap Anak Laki-laki, Jakarta: Bina Insani Press, 1996.
Slameto, “Belajar Mengajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Subana, M, “Dasar-dasar Penelitian Ilmiah”, Bandung: CV. Pustaka setia, 2005 Sudjiono, Anas, ”Pengantar Statistik Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. ______, Tehnik Evaluasi Pendidikan Suatu Pengantar, Yogyakarta: UD Rama, 1986. Sugiyono, ”Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan RD”, Bandung: Alfabeta, 2009. Sujana, Nana, ” Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar”, Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2009. Sutomo, “Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar”, Surabaya: Usaha Nasional, 1993. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya, 1995. Tedjasaputra, Mayke S., Bermain, Mainan dan Permainan, Jakarta: Grasindo, 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Bandung: PT Citra Umbara, 2006. Winkel, WS, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 1986. Yusuf LN, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Zumaroh
Tempat/tanggal lahir : Magelang, 07 Desember 1961 Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Bendo 02/12 Donorojo Mertoyudan Magelang
Tempat mengajar
: SD Negeri Donorojo
Riwayat pendidikan 1.
SD Negeri Pasuruhan II
lulus tahun 1973
2.
PGA Mualimin Bondowoso
lulus tahun 1977
3.
PGAN Magelang
lulus tahun 1980
4.
D II IAIN Walisongo
lulus tahun 1999
5.
S I STAIN Salatiga tahun masuk 2010
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Hormat saya
Zumaroh