1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DI KELAS V SD Windy Pertiwi1, Solihin Ichas H2, Dede Margo Irianto3 Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS sejarah. Pembelajaran kurang optimal, guru masih menggunakan metode konvensional sehingga tidak melibatkan siswa secara aktif, membuat siswa bosan dan sulit untuk memahami materi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana minat dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode role playing. Peneliti menggunakan metode role playing untuk membantu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS sejarah tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ciporeat 2 Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 35 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan desain model John Elliot. Secara umum tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan pengumpulan data melalui lembar observasi, lembar wawancara, lembar penilaian proses, lembar evaluasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Adapun nilai rata-rata minat belajar siswa pada siklus I sebesar 1,73; siklus II sebesar 2,47; dan siklus III sebesar 3,23. Selain itu, adapun perincian nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,8; siklus II sebesar 76,4; dan siklus III sebesar 83,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode role playing dalam pembelajaran IPS sejarah di kelas V SD dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Untuk itu peneliti merekomendasikan dalam menerapkan metode role playing harus memperhatikan alokasi waktu untuk belajar dan media yang akan digunakan, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Kata Kunci : Role Playing, Minat, Hasil Belajar, Pembelajaran IPS Sejarah
1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105731 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3 Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 2 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD
ROLE PLAYING METHOD FOR INCREASING INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES IN LEARNING HISTORY SUBJECT FOR 5th GRADE ELEMENTARY SCHOOL Windy Pertiwi1, Solihin Ichas H2, Dede Margo Irianto3 Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This research is motivated by the low level of interest and student learning outcomes at learning history subject. The learning process is not very optimal since the teachers are still using conventional methods which do not involve students actively. It caused students get bored and a little bit hard to understand the lessons. Based on these problems, then the formulation of this research is to see if we can increase the interest level and student learning outcomes by using role playing method. Researchers used the role playing method to help increase interest and student learning outcomes based with the history event of Indonesian Independence’s Day. The research took a place at the Ciporeat 2 Elementary School, Ujung Berung, Bandung with research subjects are 35 students from the 5th grade. The research method is an action research classification model designed by John Elliot. Generally phases of action in this research are the activity of planning, implementation, observation and reflection. This research was conducted in three cycles with each cycle consisting of three acts. In doing so, the researchers collecting data through observation sheets, questionnaires, process assessment sheets, evaluation sheets, field notes and documentation. The results of the research indicate that interest level and student learning outcomes has increased after each cycle. The average value of student interest in the first cycle is 1.73; second cycle is 2.47; and the third cycle is 3.23. While the average value of student learning outcomes in the first cycle is 68.8; second cycle is 76.4; and the third cycle is 83.7. So, it can be concluded that the role playing method in learning history subject for 5th grade of elementary school can increase the level of interest and student learning outcomes. We as the researchers are recommend the teachers in applying the role playing method, the teachers should pay attention to the study time management and media or property to help the learning process, so that the learning process can be more effective and less boring. Keywords: Role Playing, Interest, Learning Outcomes, Learning History Subject
1
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105731 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3 Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Pada era globalisasi, pendidikan dalam suatu negara memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, negara kita akan menjadi lebih baik dan lebih tangguh dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa lain. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah atau sarana dalam pembentukan sumber daya manusia yang ideal. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada BAB I Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa: Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Anak-anak akan menghadapi tantangan berat di masa yang akan datang karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, IPS dianggap perlu diberikan kepada anak sekolah dasar (SD), karena IPS merupakan ilmu yang didalamnya mempelajari tentang cara untuk melakukan interaksi sosial, pengetahuan untuk berinteraksi perlu dibekalkan kepada siswa agar nantinya bisa berbaur di dalam masyarakat. Pendidikan IPS juga tidak terlepas dengan yang namanya sejarah. Isjoni (2007, hlm. 71) mengemukakan bahwa “sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan
perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia pada masa lampau hingga kini”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sejarah perlu diajarkan kepada peserta didik agar mampu menghargai jasa pahlawan, mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, mampu menjaga peninggalan-peninggalan sejarah dan mampu melestarikan warisan budaya agar tidak punah. Dalam mengajarkan sejarah, guru juga harus memperhatikan tingkat perkembangan anak. Menurut Piaget (dalam Susanto, 2013, hlm. 152) bahwa ‘kebutuhan anak yang berada pada usia berkisar 6-7 tahun sampai 11-12 tahun berada dalam perkembangan kemampuan intelektual kognitifnya pada tingkatan operasional’. Pada masa anak-anak yang mereka pedulikan adalah masa sekarang (konkret) dan bukan lalu atau masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal, bahan materi pendidikan IPS terutama sejarah penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, berbagai metode pembelajaran harus dikaji untuk membuat konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran yaitu berusaha mencari bagaimana seharusnya mata pelajaran sejarah diajarkan. Jika pada umumnya siswa hanya belajar sejarah dengan cara menghafal tanggal, bulan, tahun, tempat, kejadian dan tokoh saja, maka sesungguhnya tidak akan pernah menjadi nilai tambah bagi siswa itu sendiri. Hal tersebut hanya akan membuat siswa jenuh dan bosan terhadap pembelajaran sejarah sehingga minat dan hasil belajar siswa pun rendah. Adapun bentuk konkretnya yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran role playing. Metode role playing ini banyak melibatkan siswa dalam memerankan tokoh-tokoh pada suatu peristiwa. Tetapi pada kenyataannya, menurut pengalaman peneliti pada saat melakukan observasi di kelas V SDN Ciporeat 2
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 4 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD bahwa pelaksanaan pembelajaran sejarah kurang optimal, guru masih menggunakan metode konvensional sehingga tidak melibatkan siswa secara aktif. Lingkungan yang kaku seperti penempatan tempat duduk yang membosankan membuat siswa sulit untuk memahami materi sejarah. Guru pun tidak memberi penekanan pada pentingnya pelajaran sejarah bagi kehidupan siswa. Muara dari kekurangoptimalan pembelajaran sejarah ini juga terletak pada kurangnya minat siswa terhadap penguasaan sejarah bangsa Indonesia. Siswa kurang memahami tentang perkembangan masyarakat dari masa lampau, kurang mencintai bangsa dan tanah air serta kurang bangga menjadi warga Indonesia. Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, ternyata berdampak pada nilai proses pembelajaran dari siswa yang berjumlah 35 orang, hanya 14 orang atau 40% yang mampu menguasai dan memahami materi yang diajarkan, 60% sisanya kurang menguasai dan memahami materi yang diajarkan. Nilai proses pembelajaran itu berdampak juga pada nilai hasil belajar siswa, dari 35 siswa hanya 14 orang yang mampu memenuhi nilai KKM 70 sedangkan 21 siswa mendapat nilai dibawah KKM 70. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPS sejarah dengan menggunakan metode role playing? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPS sejarah dengan menggunakan metode role playing? Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu untuk: 1. Mengetahui peningkatan minat belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPS sejarah dengan menggunakan metode role playing.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran IPS sejarah dengan menggunakan metode role playing. Tinjauan pustaka yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai pembelajaran IPS di SD. Selain itu, teori kedua yang dibahas dalam tinjauan pustaka mengenai metode role playing, yang terdiri dari pengertian role playing, karakteristik, tujuan dan manfaat, keunggulan dan kelemahan dari role playing, tahap-tahap pembelajaran role playing, dan teori yang mendukung role playing. Teori ketiga dalam tinjauan pustaka ini membahas mengenai hakikat sejarah. Teori keempat yang dibahas dalam tinjauan pustaka ini mengenai kronologi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Teori kelima yang dibahas dalam tinjauan pustaka ini mengenai minat dan hasil belajar siswa yang terdiri dari pengertian minat, pembentukan minat, pengertian hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Role playing merupakan metode pembelajaran yang memainkan suatu peran tentang topik atau situasi dengan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan diorganisasi berdasarkan kelompok siswa yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Prasetyo (2001, hlm. 74) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman. Adapun langkah-langkah metode role playing menurut Gintings (2012) yaitu, sebagai berikut: a. Langkah Perencanaan Yaitu guru mencatat bagian-bagian yang akan diperagakan dan
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
membuat skenario yang merujuk pada topik dan tujuan pembelajaran. b. Langkah Persiapan Yaitu menyiapkan peralatan dan perlengkapan pendukung lainnya, memberikan gambaran umum simulasi dan menyiapkan skenario untuk dibagikan pada tiap siswa. c. Langkah Pelaksanaan Yaitu siswa melakukan peran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan simulasi. Guru berperan sebagai sutradara yang mengendalikan kegiatan agar simulasi berjalan sesuai dengan skenario dan dilaksanakan dengan serius. d. Langkah Tindak Lanjut Yaitu meminta komentar dari siswa tentang penampilan simulasi yang dilakukan oleh teman-temannya. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Ciporeat 2 Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SDN Ciporeat 2 semester II tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 35 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti memilih metode ini karena, PTK mengacu pada tindakan guru ketika melaksanakan pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses serta hasil pembelajaran di kelas. Menurut Wiriaatmadja (2006, hlm. 15) PTK adalah “bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Seorang guru dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut. Adapun jenis desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang diungkapkan oleh John Elliot. Pada model
ini, penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus, tiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Pada setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar wawancara, lembar penilaian proses, lembar evaluasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Selain itu, peneliti menggunakan teknik pengumpul data berupa observasi, wawancara, penilaian proses, evaluasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini, setelah data yang berasal dari berbagai instrumen penelitian terkumpul, maka data tersebut dianalisis atau diolah. Hal ini bertujuan untuk membuat data penelitian menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami oleh orang lain maupun peneliti sendiri. Data yang diperoleh pada penelitian ini ada dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data yang berasal dari hasil wawancara, observasi dan catatan lapangan lainnya. Data kualitatif yang diperoleh ini diolah dan disajikan dalam bentuk paparan yang bersifat naratif dan deskriptif. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Wardhani (2007, hlm. 19) yang mengemukakan bahwa “penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis”. Sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan menghitung rata-rata dari indikator minat belajar siswa dan evaluasi hasil belajar siswa. Adapun rumus menghitung rata-rata minat belajar menurut Sudjana (2012, hlm. 47) sebagai berikut. Nilai =
∑ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑡𝑒𝑚
Kriteria Penilaian: 1 – 1,75 = minat belajar kurang 1,75 – 2,5 = minat belajar cukup 2,5 – 3,25 = minat belajar baik 3,25 – 4 = minat belajar sangat baik
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 6 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD Sedangkan rumus mencari rata-rata hasil belajar menurut Sudjana (2012, hlm. 209) sebagai berikut. 𝑋̅ =
∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 𝑛
Keterangan: 𝑋̅ = rata-rata nilai fi = frekuensi xi = nilai siswa n = jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Penelitian Siklus pertama dilakukan dalam tiga tindakan. Sebelum melakukan tindakan, kegiatan yang dilakukan yaitu dimulai dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, dan menyusun instrumen penelitian yang meliputi lembar observasi, lembar wawancara, lembar penilaian proses, lembar evaluasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Pada setiap pertemuan peneliti dibantu oleh observer yang bertugas mengamati kegiatan peneliti serta kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar selesai. Materi yang dibelajarkan selama penelitian adalah tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Penelitian siklus I tindakan satu ini dilaksanakan hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 pukul 07.00-08.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan adalah mengenai Peristiwa Rengasdengklok. Kegiatan awal dimulai dengan pengkondisian siswa ke arah pembelajaran yang kondusif, serta dilanjutkan dengan berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran. Kemudian menjelaskan tahap-tahap pembelajaran role playing. Pada tahap perencanaan, guru menjelaskan materi secara singkat tentang Peristiwa Rengasdengklok dengan menunjukkan gambar tokoh pahlawan untuk memudahkan siswa dalam belajar. Ternyata siswa antusias memperhatikan media gambar tersebut, walaupun ada beberapa siswa yang masih mengobrol dengan teman sebangkunya. Kemudian siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi enam kelompok yang terdiri dari 5-6 anggota. Untuk pementasan bermain peran ini diundi secara adil dan bergantian. Kemudian guru memberikan waktu kepada kelompok yang tampil untuk berlatih dan menghapal sekedar melancarkan, karena tiga hari sebelumnya sudah dibagikan skenario yang akan diperankan. Guru menyiapkan media yang digunakan dalam bermain peran diantaranya meja, kursi, peci, kacamata hitam dan pistol mainan. Pada tahap pelaksanaan, siswa yang sudah siap tampil di depan kelas dengan menggunakan media seperti Ir. Soekarno memakai peci dan Moh. Hatta memakai kacamata. Ketika kegiatan berlangsung, guru membimbing dan membantu siswa agar pementasan dapat berjalan dengan baik. Kelompok yang tampil masih malu berbicara, bahkan ada sebagian siswa yang ribut dan gaduh sehingga suara siswa yang bermain peran tidak jelas terdengar. Guru juga meminta kelompok lain untuk menyimak dan memberikan tanggapan pada kelompok yang tampil. Tetapi hampir semua kelompok sibuk dengan kegiatannya sendiri. Kemudian guru memberikan penghargaan pada siswa yang sudah tampil bermain peran. Pada tahap tindak lanjut, guru memberikan LKS tentang Peristiwa Rengasdengklok untuk dikerjakan secara berkelompok. Ketika sedang mengerjakan
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
LKS, ada salah satu siswa yang tidak diijinkan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya sehingga membuat ribut suasana dalam kerja kelompok. Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, guru meminta perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas. Setelah dua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru meminta kelompok lain menanggapi. Hanya tiga orang yang berani menjawab atau mengacungkan tangan. Setelah itu, guru memberikan penguatan terhadap jawaban-jawaban siswa yang telah disampaikan. Pada kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan dengan membagikan soal evaluasi untuk mengetahui keberhasilan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Tindakan dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2015 pukul 15.00 WIB –16.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 32 orang. Materi yang diajarkan mengenai perumusan teks proklamasi Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan dua ini mengikuti tahap-tahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran dalam peristiwa perumusan teks proklamasi dan diberikan LKS mengenai peristiwa tersebut. Tindakan tiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 1 April 2015 pukul 15.00 WIB–08.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan mengenai peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan tiga ini mengikuti tahaptahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran dalam peristiwa detik-detik proklamasi kemerdekaan dan diberikan LKS mengenai peristiwa tersebut. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II Penelitian siklus II tindakan satu ini dilaksanakan hari Senin tanggal 6 April 2015 pukul 08.00-09.10 WIB. Jumlah
siswa yang hadir yaitu 34 orang. Materi yang diajarkan adalah mengenai pendeklamasian teks proklamasi. Kegiatan awal dimulai dengan pengkondisian siswa kearah pembelajaran yang kondusif, serta dilanjutkan dengan berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi sambil menyanyikan lagu nasional bersama-sama . kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tahap-tahap pembelajaran role playing. Pada tahap perencanaan, guru menyampaikan materi singkat tentang pendeklamasian teks proklamasi. Kemudian guru meminta siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing dan siap untuk melaksanakan bermain peran. Pada siklus II tindakan satu ini, siswa protes karena bermain peran dilakukan oleh perwakilan kelompok dengan pembagian peran yang tampil ditunjuk oleh guru, Setiap kelompok memainkan peran dua tokoh saja yaitu peran Soekarno yang membacakan teks proklamasi dan Moh. Hatta yang mendampingi Soekarno. Pada tahap pelaksanaan, siswa yang sudah siap tampil menggunakan media seperti Soekarno memakai peci dan memegang teks proklamasi dan Moh. Hatta memakai kacamata berdiri di belakang kiri Soekarno. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, guru membimbing siswa dalam memainkan peran dan membantu kelompok yang belum bisa menyampaikan peran dengan tepat, baik intonasi maupun penghayatan saat pembacaan teks proklamasi. Guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan terkait penampilan yang sudah diperankan. Ada beberapa siswa yang mulai menanggapi bahwa siswa yang berperan sebagai Soekarno tidak terdengar suaranya. Selanjutnya, guru memberikan penghargaan pada siswa yang sudah tampil bermain peran. Pada tahap tindak lanjut, guru membagikan LKS tentang makna dari teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ketika mengerjakan LKS ternyata ada beberapa
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 8 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan, guru pun menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan beberapa siswa pun menanggapi bahwa makna dari teks proklamasi yakni bangsa Indonesia sudah merdeka dan lepas dari penjajahan. Pada kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan dengan membagikan soal evaluasi untuk mengetahui keberhasilan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Tindakan dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2015 pukul 15.00 WIB –16.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan mengenai peran tokoh proklamasi. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan dua ini mengikuti tahap-tahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran dalam peran tokoh proklamasi dan diberikan LKS mengenai peran tokoh tersebut. Tindakan tiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 April 2015 pukul 12.00 WIB–13.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan mengenai riwayat tokoh. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan tiga ini mengikuti tahap-tahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran sesuai dengan riwayat tokoh dan diberikan LKS disertai puzzle mengenai riwayat tokoh tersebut. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus III Penelitian siklus III tindakan satu ini dilaksanakan hari Senin tanggal 20 April 2015 pukul 08.00-09.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan adalah mengenai bentuk peninggalan sejarah para pahlawan. Kegiatan awal dimulai dengan pengkondisian siswa kearah pembelajaran yang kondusif, serta dilanjutkan dengan
berdoa. Guru mengecek kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi sambil menyanyikan lagu nasional bersama-sama . kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tahap-tahap pembelajaran role playing. Pada tahap perencanaan, guru menjelaskan materi secara singkat sambil melakukan tanya jawab tentang bentuk peninggalan sejarah pahlawan dengan menunjukkan gambar seperti makam pahlawan, gedung yang pernah dijadikan tempat berlangsungnya peristiwa sejarah dll. Siswa pun antusias memperhatikan media gambar tersebut dan berkata ingin pergi ke tempat peninggalan sejarah tersebut. Selanjutnya, seperti biasa guru membagi siswa menjadi enam kelompok yang terdiri dari 5-6 anggota. Untuk pementasan bermain peran ini diundi secara adil dan bergantian. Pada tahap pelaksanaan, guru membimbing dan membantu siswa agar pementasan bermain peran dapat berjalan dengan baik. Misalnya, guru membimbing ketika siswa sedang melihat-lihat barang peninggalan di museum atau ketika siswa berziarah ke makam pahlawan. Ternyata tiap siswa sudah cukup mengerti cara berkunjung ke tempat bersejarah tersebut. Kelompok yang tampil mulai percaya diri dengan menunjukkan ekspresi dan gerak tubuh sesuai isi dialog. Pada siklus III tindakan satu ini, siswa mulai berimprovisasi dan tidak berpatokan sepenuhnya dengan skenario yang sudah ada. Siswa yang menjadi pengamat pun ikut menyimak dan menyaksikan dengan serius. Ketika guru meminta tanggapan terkait bermain peran yang sudah ditampilkan, hampir semua siswa mengacungkan tangan dan mengatakan bahwa pementasan bermain peran sungguh menyenangkan. Seperti biasa, guru memberikan penghargaan pada siswa yang sudah tampil bermain peran. Pada tahap tindak lanjut, guru memberikan LKS tentang bentuk
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
peninggalan sejarah para pahlawan untuk dikerjakan secara berkelompok. Hampir semua siswa tekun dalam mengerjakan soal, siswa yang keluar masuk kelas hanya tiga orang sehingga pembelajaran dapat terkondisi dengan baik. Kemudian guru meminta perwakilan kelompok untuk maju ke depan. Setelah dua kelompok melaporkan hasil diskusinya, guru meminta kelompok lain menanggapi. Hampir semua siswa mengacungkan tangan dan memberi tanggapan bahwa bentuk peninggalan sejarah pahlawan itu diantaranya museum, gedung dll. Pada kegiatan akhir, siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan dengan membagikan soal evaluasi untuk mengetahui keberhasilan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Tindakan dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2015 pukul 07.00 WIB–08.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 34 orang. Materi yang diajarkan mengenai sikap-sikap pahlawan yang harus diteladani. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan dua ini mengikuti tahap-tahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran untuk menunjukkan sikap-sikap pahlawan dan diberikan LKS mengenai sikap-sikap pahlawan tersebut. Tindakan tiga dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 April 2015 pukul 12.00 WIB–13.10 WIB. Jumlah siswa yang hadir yaitu 35 orang. Materi yang diajarkan mengenai bentuk kegiatan menghargai jasa pahlawan. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan tiga ini mengikuti tahap-tahap pembelajaran sebelumnya. Bedanya pada kegiatan inti siswa bermain peran dalam simulasi upacara dan diberikan LKS mengenai bentuk kegiatan menghargai jasa pahlawan. Analisis Hasil Penelitian Data yang dianalisis dan menjadi fokus penelitian ini adalah minat belajar siswa dan hasil belajar siswa. Minat belajar yang diamati merupakan proses pada saat
kegiatan role playing dilakukan, yang memiliki 3 indikator dengan rentang nilai 1-4. Adapun indikatornya yaitu perhatian dalam belajar, ketekunan dalam mengerjakan tugas serta disiplin dalam berpakaian dan berperilaku. Sedangkan hasil belajar didapat dari nilai evalusi yang dilakukan pada saat kegiatan akhir pembelajaran. Dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, siswa masih sulit untuk dikondisikan, mereka sangat ribut dan terlihat belum siap memulai pembelajaran. Oleh karena itu, guru melakukan tanya jawab untuk menggali konsep awal siswa serta mengaktifkan kognitif siswa. Kegiatan tanya jawab ini juga dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ausubel (dalam Dahar, 2006, hlm. 95) yang menyatakan bahwa ‘pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang’. Pada tahap perencanaan siswa juga masih sibuk dengan media yang dibawanya untuk bermain peran seperti peci, kacamata hitam, selendang dll. Ini menunjukkan perhatian siswa belum fokus terhadap pembelajaran. Kemudian guru pun menginstruksikan agar siswa disiplin dan mendengarkan penjelasan guru tentang cara bermain peran. Pada tahap pelaksanaan, siswa masih terlihat malu-malu dan canggung saat memerankan tokoh proklamasi. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran dengan metode role playing. Maka dari itu, guru harus sabar membimbing siswa dalam kegiatan bermain peran serta menanamkan kualitas dan kepercayaan diri pada setiap siswanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gintings (2012, hlm. 58) bahwa untuk merancang dan menyelenggarakan metode role playing dengan baik dan berhasil diperlukan kesabaran dalam membimbing siswa terutama ketika ada di antara mereka
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 10 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD yang tidak memahami atau tidak siap untuk memainkan perannya. Selain itu, siswa juga belum mampu menjadi pengamat baik dalam hal menyimak maupun mengungkapkan pendapatnya, hanya terlihat menertawakan temannya yang sedang bermain peran. Guru terus memotivasi siswa agar serius memperhatikan dan berani mengungkapkan pendapat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gagne (dalam Dahar 2011, hlm. 144) yang menyatakan bahwa ‘langkah pertama dalam suatu pembelajaran ialah memotivasi siswa untuk belajar’. Pada tahap tindak lanjut hanya beberapa siswa saja yang serius mengerjakan soal pada LKS sedangkan siswa yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Begitu pun ketika melaporkan hasil diskusi, hanya beberapa siswa yang aktif dan mampu memberikan pendapatnya. Maka dari itu, guru harus senantiasa membimbing siswa agar semuanya proses diskusi kelompok dapat berjalan dengan tertib. Minat belajar siswa pada siklus I dikategorikan rendah, dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 1,73. Namun dari tiap indikator mengalami peningkatan pada setiap tindakannya, hal ini disebabkan oleh guru yang terus memberikan bimbingan dan semangat belajar pada siswa meskipun nilai rata-rata minat yang diperoleh belum memuaskan. Nilai hasil belajar siswa pada siklus I yang terdiri dari tiga tindakan ini terus mengalami peningkatan meskipun belum sepenuhnya memuaskan. Pada tindakan 1 nilai rata-rata siswa hanya mencapai angka 65,7, pada tindakan 2 nilai rata-rata siswa naik menjadi 68,6 dan pada tindakan 3 nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 72,3. Peningkatan nilai hasil belajar yang terjadi disebabkan karena guru senantiasa memberikan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat dapat dengan mudah memahami materi.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, siswa sudah mulai memahami langkah-langkah role playing sehingga suasana kelas dapat dikondisikan dengan cukup baik. Terlihat ketika guru meminta siswa untuk menyiapkan media bermain peran, mereka tidak sibuk sendiri dan mendengarkan penjelasan guru. Pada tahap pelaksanaan, beberapa siswa mulai menunjukkan antusiasnya dengan penuh semangat dalam bermain peran sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Huda (2014, hlm. 210) bahwa keunggulan metode role playing yaitu “ ...membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan membangkitkan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan...”. Siswa yang menjadi pengamat pun dapat memberikan pendapatnya dengan cukup baik. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar sosial Bandura (dalam Suryabrata, 2004, hlm. 32) yang mengemukakan bahwa ‘perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik akan berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan’. Jadi, seseorang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap dan hasil dari perilaku tersebut. Pada tahap tindak lanjut, siswa mulai serius dalam melakukan diskusi kelompok dan beberapa siswa pun mulai memberikan tanggapan terhadap teman lainnya. Alasan guru menerapkan diskusi kelompok pada saat pembelajaran adalah untuk membiasakan siswa agar mampu mengeluarkan pendapat, dapat bersikap toleran terhadap temannya, mampu bekerjasama dan berperan aktif. Aktif bertukar pendapat, aktif berpikir dan aktif mencari informasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2009, hlm. 208) yang mengemukakan bahwa “manfaat diskusi antara lain adalah diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat.” Minat belajar siswa pada siklus II dikategorikan cukup, dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 2,47. Dari tiap indikator mengalami peningkatan pada setiap tindakannya, hal ini disebabkan oleh siswa yang mulai aktif dan antusias dalam proses pembelajaran. Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa dari tiap tindakan terus mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Pada tindakan 1 nilai rata-rata siswa sebesar 74,3, pada tindakan 2 nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 76,6 dan pada tindakan 3 nilai rata-rata siswa pun mengalami peningkatan menjadi 78,3. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan oleh faktor siswa yang merasa senang dengan pembelajatan role playing serta siswa yang mulai fokus terhadap pembelajaran sehingga mereka mudah memahami materi. Dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus III, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan metode role playing sehingga mereka terlihat tertib dan disiplin dalam menyiapkan media bermain peran jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Perubahan perilaku siswa pada saat pembelajaran siklus III ini sejalan dengan pendapat menurut Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 2) yang menyatakan bahwa ‘belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman’. Pada tahap pelaksanaan siswa mampu memainkan peran tokoh proklamasi dengan baik dan tepat dalam menunjukkan penghayatan, intonasi lafal, ekspresi wajah dan gerak tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Dananjaya (2012, hlm. 125) bahwa “...siswa dapat berimajinasi, bereksperimen dengan perilaku dan keterampilan baru. Karena siswa terlibat dalam peran mereka maka pembelajaran menjadi bersifat holistik melibatkan emosi, psikomotorik maupun
kognisi mereka.” Siswa yang menjadi pengamat pun dapat menyimak dan memberikan pendapatnya dengan baik. Terbukti bahwa penguatan dan motivasi yang selama ini guru berikan mampu membangun kepercayaan diri siswa. Pada tahap tindak lanjut, siswa menunjukkan ketekunannya dalam mengerjakan soal pada LKS, antar siswa dalam kelompok juga sudah mengerti tugasnya masing-masing sehingga tidak ada siswa yang saling mengandalkan. Suasana dalam diskusi kelompok pun dapat berjalan dengan tertib. Hal ini disebabkan karena siswa sudah beberapa kali melaksanakan kegiatan diskusi kelompok. Sesuai dengan pendapat Gestalt (dalam Suryabrata, 2004, hlm. 53) bahwa ‘belajar berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya’. Dalam menumbuhkan semangat dan minat siswa, guru pun memberi piagam penghargaan pada siswa atau kelompok yang mampu bermain peran dengan baik sedangkan bintang diberikan pada siswa yang aktif. Selama proses pembelajaran, guru juga memberikan penguatan pada siswa dengan cara verbal seperti mengatakan pintar pada siswa yang sudah menjawab pertanyaan dengan benar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Skinner (dalam Sagala, 2003, hlm. 14) bahwa ‘proses pembelajaran akan berhasil jika penguatan dan ganjaran berperan secara maksimal’. Minat belajar siswa pada siklus III dikategorikan baik, dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 3,23. Peningkatan nilai minat siswa ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru dalam membimbing dan memberikan semangat dalam belajar dapat sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus III ini dari tiap tindakan terus mengalami peningkatan yang sangat memuaskan. Pada tindakan satu nilai ratarata siswa sebesar 81,7, tindakan dua
Windy Pertiwi, Solihin Ichas H, Dede Margo Irianto 12 Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS Sejarah di Kelas V SD menjadi 83,1 dan tindakan tiga terus meningkat hingga mencapai 86,3. Peningkatan nilai hasil belajar ini menunjukkan bahwa upaya perbaikan pembelajaran yang dilakukah oleh guru dapat berjalan dengan baik dan memperoleh keberhasilan. Siswa pun dapat memahami materi dengan baik yang dibantu oleh beberapa media pembelajaran untuk menarik siswa agar tetap fokus selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat digambarkan peningkatan perolehan nilai rata-rata minat belajar siswa dan nilai hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Adapun rinciannya dapat dilihat pada Gambar 1. dan Gambar 2. 4 3,23 3
2,47 1,73
2 1 0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata Minat Belajar Siswa 100 80
68,8
76,4
83,7 KESIMPULAN
60 40 20 0 Siklus I
Siklus II
Dari Gambar 1. dan Gambar 2. dapat terlihat peningkatan minat dan hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut terjadi karena pada pembelajaran dari siklus I sampai siklus III guru terus memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam melakukan tahapan-tahapan pembelajaran role playing yang dilakukan. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan temannya dalam menyediakan media, melakukan bermain peran, melakukan pengamatan dan memberikan tanggapan serta melakukan diskusi kelompok di setiap siklusnya berdampak pada minat dan hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan persiklusnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Gestalt (dalam Susanto, 2013, hlm. 12) bahwa ‘belajar merupakan suatu proses perkembangan’. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan yang berasal dari dirinya sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar dan metode pembelajaran.
Siklus III
Gambar 2. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan metode role playing untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS sejarah di kelas V SD Negeri Ciporeat 2 Bandung, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS sejarah, khususnya pada materi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan
13 Antologi UPI
2.
Volume
Edisi No.
Juni 2015
menggunakan metode role playing terbukti mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dari ketiga indikator minat belajar yang telah dicapai oleh siswa seperti perhatian, ketekunan dan disiplin dapat dikategorikan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun rincian pencapaian nilai rata-rata minat belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 1,73, siklus II sebesar 2,47 dan siklus III sebesar 3,23. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS sejarah, khususnya pada materi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing terbukti mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun rincian pencapaian nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 68,8, siklus II sebesar 76,4 dan siklus III sebesar 83,7.
DAFTAR PUSTAKA Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dananjaya, D. (2012). Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa. Depdikbud. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud. Gintings, A. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni (2007). Pembelajaran Sejarah pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Prasetyo. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wiriaatmadja, R. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PPS UPI.