PENGEMBANGAN USAHA “ELSARI BROWNIES AND BAKERY” ANALISIS ASPEK PASAR DAN KEUANGAN
Oleh MIRANTI H24104022
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Miranti. H24104022. Pengembangan Usaha “Elsari Brownies and Bakery” Analisis Aspek Pasar dan Keuangan. Di bawah bimbingan Budi Purwanto. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, (2) Menilai efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor, (3) Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB dan (4) Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari produsenprodusen dan lembaga pemasaran brownies. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, internet dan literatur lainnya. Penarikan sampel terhadap produsen brownies ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah produsen brownies yang terdaftar di Disperindagkop Kota Bogor. Penentuan sampel lembaga-lembaga pemasaran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling, yaitu menelusuri saluran pemasaran brownies yang dominan di Kota Bogor berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat produsen hingga pedagang pengecer. Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan keuangan melalui rasio keuangan, marjin pemasaran, kelayakan investasi dan penentuan modal pengembangan usaha. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan melihat gambaran umum perusahaan, saluran distribusi dan struktur pasar brownies di Kota Bogor. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relatif besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-. Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box.
PENGEMBANGAN USAHA “ELSARI BROWNIES AND BAKERY” ANALISIS ASPEK PASAR DAN KEUANGAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh MIRANTI H24104022
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN PENGEMBANGAN USAHA “ELSARI BROWNIES AND BAKERY” ANALISIS ASPEK PASAR DAN KEUANGAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh
MIRANTI H24104022
Menyetujui,
Juli 2008
Ir. Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 27 Mei 2008
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Miranti, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Januari 1987 dari pasangan Sodik dan Carsuti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Pamulang pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001, dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Ciputat pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai staf Komisi Administrasi dan Keuangan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai staf Divisi Komunikasi dan Informasi, Koran Kampus sebagai Pimpinan Perusahaan dan Dr. B sebagai Sekretaris. Penulis pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dari tahun 2005 hingga 2008. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan pada tahun 2007 dan 2008. Selain itu, penulis pernah mengikuti seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Departemen dan Fakultas pada tahun 2007. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa dari Yayasan Goodwill International pada tahun 2007-2008. Pada Juni 2008, bersamaan dengan proses akhir kelulusan, penulis memulai karirnya di Aerowisata International.
iii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pemasaran dan Keuangan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Brownies (Studi Kasus Elsari Brownies and Bakery, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berisi tentang Elsari Brownies and Bakery (EBB) yang bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan usaha tersebut. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari Februari hingga April 2008. Penelitian dilakukan dengan mewawancarai produsen-produsen dan lembaga pemasaran brownies yang mendistribusikan browniesnya. Selain wawancara, penulis juga melakukan pengumpulan data dari lembaga pemerintahan seperti Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor dan Badan Pusat Statistik untuk mengetahui kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor secara luas. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada: 1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, membagikan ilmu, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir Abdul Kohar, M. Sc dan Ibu Wita Juwita Ermawati, S. TP, MM, atas kesediaannya meluangkan waktu sebagai dosen penguji. 3. Bapak Surahman dan Bapak Dikdik Sutisna sebagai pembimbing pada Elsari Brownies and Bakery atas kesediaannya dalam membimbing penulis, melakukan wawancara dan memberikan informasi yang berarti bagi penulis. iv
4. Papa, Mama dan Riri tercinta yang menjadi inspirasi dan motivasi penulis selama ini, yang tiada henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang dan doadoa terbaik untuk penulis. 5. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang lebih baik lagi.
Bogor,
Penulis
v
Juni 2008
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
iii iv vi viii ix x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................
1 5 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Pangan ................................................................................... 2.2. Pemasaran ........................................................................................... 2.2.1. Saluran Pemasaran ................................................................ 2.2.2. Marjin Pemasaran ................................................................. 2.2.3. Struktur Pasar........................................................................ 2.2.4. Potensi Pasar, Peluang Pasar dan Pangsa Pasar.................... 2.3. Kinerja Keuangan ........... .................................................................... 2.3.1. Rasio Likuiditas .................................................................... 2.3.2. Rasio Solvabilitas.................................................................. 2.3.3. Rasio Rentabilitas ................................................................. 2.3.4. Rasio Aktivitas Usaha........................................................... 2.4. Pendanaan .................... ....................................................................... 2.4.1. Sumber Pendanaan................................................................. 2.4.2. Proyeksi Kebutuhan Dana...................................................... 2.4.3. Komponen Aliran Kas ........................................................... 2.4.4. Keputusan Investasi ............................................................... 2.4.5 Analisis Sensitivitas ...............................................................
8 9 9 11 12 13 15 15 16 17 17 18 18 19 20 20 21
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian........................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 3.4. Jenis Data ............................................................................................ 3.5. Metode Pengumpulan Data................................................................. 3.6. Metode Penarikan Sampel .................................................................. 3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 3.7.1. Analisis Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran .....................
22 23 23 24 24 24 25 25
vi
3.7.2. Analisis Marjin Pemasaran ....................................................... 3.7.3. Analisis Struktur Pasar.............................................................. 3.7.4. Analisis Peluang dan Potensi Pasar........................................... 3.7.5. Analisis Kinerja Keuangan ....................................................... 3.7.6. Penentuan Kebutuhan Modal .................................................... 3.7.7. Analisis Kelayakan Keuangan .................................................. 3.7.8. Asumsi ............................................................................................. IV. PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan............................................................. 4.2. Pemasaran ........................................................................................... 4.2.1. Saluran Distribusi...................................................................... 4.2.2. Marjin Pemasaran...................................................................... 4.2.3. Struktur Pasar ............................................................................ 4.2.4. Potensi Pasar, Peluang Pasar dan Pangsa Pasar ........................ 4.3. Kinerja Keuangan ............................................................................... 4.3.1. Likuiditas................................................................................... 4.3.2. Solvabilitas ................................................................................ 4.3.3. Rentabilitas ................................................................................ 4.3.4. Aktivitas usaha .......................................................................... 4.4. Pendanaan ........................................................................................... 4.4.1. Sumber Pendanaan.................................................................... 4.4.2. Rencana Kebutuhan Dana......................................................... 4.4.3. Proyeksi Penerimaan dan Pengeluaran Pengembangan Usaha EBB................................................................................ 4.5. Kriteria Kelayakan Investasi............................................................... 4.6. Analisis Sensitivitas ............................................................................
25 25 26 27 31 31 34
36 38 38 41 44 50 53 56 57 59 60 61 61 62 64 69 70
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................ B. Saran...........................................................................................................
72 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................
74 76
vii
DAFTAR TABEL
No
Halaman 1. Jumlah unit usaha kecil, menengah dan besar di Indonesia menurut sektor ekonomi tahun 2006................................................. 2. Perkembangan jumlah industri makanan di Kota Bogor Tahun 2004-2006 ............................................................................. 3. Daftar industri makanan berskala menengah/besar di Kota Bogor... 4. Perkembangan volume produksi dan penjualan brownies panggang Elsari Brownies and Bakery tahun 2005-2007................. 5. Marjin dalam saluran distribusi brownies di Kota Bogor ................. 6. Struktur pasar brownies di Kota Bogor tahun 2008.......................... 7. Pangsa pasar produsen brownies di Kota Bogor tahun 2007............ 8. Jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan menurut jenis kelamin tahun 2006 .................................................................. 9. Perhitungan peluang pemasaran langsung ........................................ 10. Laporan laba rugi EBB 2007 ............................................................ 11. Laporan ekuitas pemilik EBB tahun 2007 ........................................ 12. Laporan perubahan kas EBB tahun 2007.......................................... 13. Neraca EBB tahun 2007.................................................................... 14. Rasio likuditas Elsari Brownies and Bakery 2007............................ 15. Rasio solvabilitas Elsari Brownies and Bakery 2007 ....................... 16. Rasio rentabilitas Elsari Brownies and Bakery tahun 2007.............. 17. Rasio aktivitas Elsari Brownies and Bakery 2007 ............................ 18. Rencana pendanaan pengembangan EBB......................................... 19. Rincian kebutuhan dana pada tahun ke-0 dan tahun ke-1................. 20. Penyusutan aset pengembangan usaha EBB..................................... 21. Proyeksi penerimaan EBB selama umur proyek .............................. 22. Harga pokok produksi brownies EBB (satu kocokan untuk 16 loyang) ....................................................... 23. Biaya gaji pegawai EBB setelah pengembangan usaha.................... 24. Rincian re-investasi pengembangan EBB......................................... 25. Perkiraan laporan laba rugi ............................................................... 26. Kriteria kelayakan investasi pengembangan usaha EBB.................. 27. Kriteria kelayakan analisis sensitivitas .............................................
viii
2 2 3 4 43 45 50 51 53 54 54 55 55 56 58 59 60 61 63 65 64 65 66 67 68 69 71
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penjualan bulanan Elsari Brownies and Bakery tahun 2004-2007 ... Konsep pemasaran ............................................................................ Saluran pemasaran untuk barang konsumsi ...................................... Marjin pemasaran.............................................................................. Struktur pasar hipotesis ..................................................................... Kerangka pemikiran penelitian ......................................................... Diagram alir proses produksi brownies panggang EBB ................... Pola pemasaran brownies di Kota Bogor .......................................... Profil penduduk Bogor berdasarkan pendapatan bersih....................
ix
4 9 11 12 15 23 37 39 52
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman 1. Struktur organisasi EBB ............................................................ 2. Daftar harga jual produk Elsari Brownies and Bakery............... 3. Rencana kebutuhan fisik pengembangan EBB........................... 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB .................... 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB .......................... 6. Penyusutan barang-barang EBB ................................................. 7. Permodalan dan penerimaan EBB .............................................. 8. Bunga bank dan pengembalian pinjaman pokok ........................ 9. Rekapitulasi Biaya Operasional.................................................. 10. Proyeksi harga jual brownies EBB ............................................. 11. Perhitungan NPV, IRR, PI, PP.................................................... 12. Penganggaran arus kas ................................................................ 13. Perhitungan BEP tahun analisis dan PP...................................... 14. Perhitungan BEP per tahun ......................................................... 15. Hasil rekap analisis kelayakan pengembangan usaha................. 16. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 3,12% ..................... 17. Analisis sensitivitas penurunan jumlah penjualan 3,15% ......... 18. Analisis sensitivitas kenaikan harga telur 63%.......................... 19. Analisis sensitivitas kenaikan gaji 21,5% .................................. 20. Tingkat inflasi Indonesia............................................................. 21. Daftar lembaga pemasaran brownies di Kota Bogor ..................
x
78 79 80 83 88 93 95 96 97 98 99 100 101 103 104 105 106 107 108 109 110
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu bentuk usaha yang mampu bertahan di saat perekonomian Indonesia mengalami krisis dan memberikan kontribusi dalam bentuk penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). UKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 85,4 juta orang atau 96,18 persen dari total tenaga kerja nasional pada tahun 2006. Kontribusi UKM terhadap PDB tahun 2006 adalah sebesar 53,33 persen atau sebesar Rp 3.338,2 triliun. Jumlah UKM di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 48,92 juta unit usaha atau 99,98 persen dari total unit usaha di Indonesia. Sebanyak 48,82 juta unit merupakan usaha mikro dan kecil serta sebanyak 106.711 unit usaha menengah. Jumlah UKM di Indonesia berdasarkan sektor usaha dapat dilihat pada Tabel 1 (BPS, 2006). Jumlah UKM di Kota Bogor mencapai 22.304 unit pada tahun 2004. Sementara terjadi peningkatan pada tahun 2005 sebesar sepuluh persen menjadi 24.534 UKM. Peningkatan jumlah UKM dari tahun 2005 ke tahun 2006 adalah sebesar kurang lebih tiga puluh persen menjadi 31.831 unit. Jumlah investasi industri Kota Bogor pada tahun 2006 mencapai 511 miliar rupiah. Untuk industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAH), nilai investasi industri berjumlah 254 miliar rupiah. Sedangkan nilai investasi untuk industri logam, mesin, elektronika dan aneka mencapai 257 miliar rupiah (Disperindagkop Kota Bogor, 2007). Industri makanan dan minuman merupakan salah satu bidang industri yang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Bogor. Perhatian yang diberikan Pemerintah Kota Bogor berupa pembinaan dan pengembangan untuk pemberdayaan potensi masyarakat. Investasi untuk industri makanan berskala besar mencapai 15,34 miliar rupiah, sedangkan industri makanan berskala kecil formal memiliki nilai investasi sebesar 5,93 miliar rupiah. Industri makanan berskala kecil non-formal berinvestasi sebesar 85,64 juta rupiah (Disperindagkop Kota Bogor, 2007).
Tabel 1. Jumlah unit usaha kecil, menengah dan besar di Indonesia menurut sektor ekonomi tahun 2006 Skala Usaha
Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
K (Ribu Unit)
M (Ribu Unit)
B (Ribu Unit)
UKM (Ribu Unit)
Jumlah (Ribu Unit)
26.207
1,6
0,053
26.209
26.209
265
0,6
0,12
266.2
266,41
3.200
16,8
2,5
3.217,5
3.220
14
0,9
0,21
15,5
15,6
162
3,7
0,31
165,9
166,2
13.247
57,6
1,7
13.304
13.306
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan
2.697
4,7
0,3
2.701
2.702
71
11,2
1,2
82,6
83,9
Jasa-jasa
2.956
9,2
0,61
2.965,6
2.966,2
48.822
106,7
7,2
48.929
48.936
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Jumlah Ket. K = Kecil M = Menengah B = Besar
Sumber : BPS, 2006. Pada tahun 2006 jumlah industri makanan berskala kecil formal mencapai 180 unit dan industri makanan berskala kecil non-formal mencapai 979 unit, sedangkan industri makanan berskala besar jumlahnya tetap sebesar sembilan unit usaha dari tahun 2004 sampai 2006. Perkembangan jumlah industri makanan di Kota Bogor dari tahun 2004 hingga 2006 dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan jumlah industri makanan di Kota Bogor Tahun 20042006 Jenis Industri
Tahun 2005
2004 Menengah/Besar Kecil Formal Kecil Non-Formal
9 158 945
2006 9 164 960
9 180 979
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Kota Bogor, 2007. Sembilan industri makanan berskala menengah/besar di Kota Bogor dapat dibagi berdasarkan komoditi yang diperdagangkan. Pembagian usaha berdasarkan komoditi yang diperdagangkan yaitu usaha yang bergerak di bidang usaha kopi bubuk (Ngesti Supermarket, NY Suryati, Sinar Bulan, Gunung Gede), tepung tapioka (Setia), sirup cair, kecap, susu, dan makanan
(PT. Nutrifood Indonesia), bihun (Sumber Alam), bidang jasa boga (PT. Rolika Catering) dan glukosa cair (PT. Indonesian Maltose Industry). Sembilan industri berskala menengah/besar di bidang makanan Kota Bogor dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Daftar industri makanan berskala menengah/besar di Kota Bogor No.
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Jenis Komoditi
Sirup cair, sweetener, susu, kecap, cookies Kopi bubuk
1
PT. Nutrifood Indonesia
Jl. Raya Ciawi No. 280A Sindangsari Bogor Timur
2 3
Ngesti Supermarket Gunung Gede
4
Sinar Bulan
Jl. Suryakencana 138 Bogor Timur Jl. Jend. Sudirman No. 40 Bogor Tengah Jl. Pebaton 32 Bogor Tengah
5
Sumber Alam
6
PT. Rolika Catering NY. Suryati PT. Indonesian Maltose Industry Setia
7 8 9
Jl. Pangkalan Batu No. 57 Bogor Utara Jl. Raya Semplak No. 389 Bogor Barat Jl. Roda 94 Bogor Timur Kp. Karangniaga Cipaku RT 01/01 Bogor Selatan Jl. Pangeran Sogiri 456 Rt 01/01 Tanah Baru Bogor Utara
Nilai Investasi (Rp juta) 53.389
7.500
Kopi bubuk
5.000
Kopi bubuk
2.500
Bihun
2.500
Katering (jasa boga) Kopi bubuk Glukosa cair
2.488
Tepung tapioka
2.000 1.100 973
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, 2007. Salah satu UKM di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). Elsari Brownies and Bakery terletak di Jalan Raya Pondok Rumput No.18 Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Produk yang dihasilkan EBB adalah berbagai macam brownies, pastry, dan roti yang beraneka rasa. Omset yang dihasilkan EBB telah mencapai rata-rata minimal lima puluh juta rupiah setiap bulannya. EBB telah berdiri selama kurang lebih empat tahun dan mengalami perkembangan yang cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan penjualan produk-produk EBB. Pada tahun 2005, tingkat penjualan brownies panggang mencapai 50.543 box. Peningkatan penjualan pada tahun 2006 mencapai hampir dua puluh persen, yaitu penjualan total brownies panggang sebesar 59.960 box. Perkembangan volume produksi dan
penjualan brownies panggang pada tahun 2005 sampai 2007 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan volume produksi dan penjualan brownies panggang Elsari Brownies and Bakery tahun 2005-2007 Tahun
Jumlah
Produk yang
Jumlah
Penjualan
Produksi
Dikembalikan
Penjualan
(Rupiah)
(box)
(box)
(box)
2005
55.460
4.917
50.543
857.768.800
2006
65.369
5.409
59.960
1.063.861.500
2007
76.038
5.912
70.126
1.718.087.000
Sumber : Elsari Brownies and Bakery, 2007. Data penjualan EBB menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjualan dari tahun 2004 hingga tahun 2007. Jumlah penjualan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2007 yaitu sebesar 7.483 box. Secara keseluruhan tingkat penjualan menunjukkan adanya ketidakstabilan penjualan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan yang fluktuatif dari bulan ke bulan. Penyebab angka penjualan fukuatif adalah sistem pemasaran yang belum terkoordinir dengan baik. Hal ini diperkuat dengan adanya trend meningkatnya jumlah penjualan di musim liburan sekolah. Penjualan bulanan EBB dari tahun 2004 sampai 2007 dapat dilihat pada Gambar 1. 8000
Jumlah
6000 4000 2000 0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Tahun 2004 2186 2250 2233 2346 2850 3351 3308 3848 4211 3483 4310 4416 Tahun 2005 4139 4264 4799 4455 4003 3726 4051 4544 4306 4382 2993 4881 Tahun 2006 4191 3938 4404 4661 5616 5647 5744 5920 4367 4722 5294 5456 Tahun 2007 6084 5456 6655 5918 6869 7483 6518 5748 4456 5554 4378 5007
Bulan Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Gambar 1. Penjualan bulanan Elsari Brownies and Bakery tahun 2004-2007
Usaha EBB akan mengadakan pengembangan usaha dengan tujuan peningkatan keuntungan dan optimalisasi penggunaan sumber daya. EBB ingin membuka toko penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan keuntungan melalui kenaikan volume penjualan. Pengembangan usaha yang baik akan menggunakan analisis pemasaran dan keuangan terlebih dahulu sebelum benar-benar melaksanakan pengembangan tersebut. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kinerja keuangan perusahaan dan kelayakan investasi pengembangan usaha. 1.2. Perumusan Masalah Pada tahun 2004, EBB pernah membuka cabang di Bandung, namun cabang tersebut mengalami kebangkrutan karena tidak terstrukturnya sistem pemasaran yang digunakan. EBB tidak menggunakan analisis pemasaran terlebih dahulu sebelum membuka cabang di Bandung tersebut. Oleh karena itu, rencana pengembangan usaha EBB akan menggunakan analisis pemasaran dan keuangan terlebih dahulu sebelum counter tersebut benarbenar dibuka. Pemilihan lokasi pengembangan usaha memerlukan pertimbangan yang matang karena berdampak terhadap keuntungan yang akan diraih. Berdasarkan hasil wawancara dengan General Manager EBB, lokasi yang dituju adalah wilayah Air Mancur di Kota Bogor. Lokasi tersebut dianggap strategis karena dekat dengan konsumen. Selama ini, EBB menggunakan beberapa saluran distribusi. Satu-satunya toko yang hanya menjual produk EBB adalah counter kecil di depan pabrik. Sedangkan produk EBB lainnya disalurkan melalui agen atau toko kue lainnya yang juga menjual produk pesaing. Tinggi rendahnya harga yang diterima EBB dapat dipengaruhi oleh jumlah lembaga pemasaran yang terlibat atau besarnya marjin pemasaran. Banyaknya lembaga pemasaran akan mengakibatkan panjangnya rantai distribusi yang ada. Rantai distribusi yang panjang mengakibatkan presentase harga yang diterima EBB dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen terakhir berbeda. Biaya pemasaran yang cukup tinggi tentu saja tidak efisien dan tidak mampu menunjang upaya pengembangan usaha EBB.
Pengembangan usaha EBB memerlukan dukungan keuangan dari perusahaan. Kinerja keuangan yang baik akan mampu mendukung pengembangan usaha EBB. Jumlah aktiva, kewajiban dan modal EBB akan mempengaruhi kinerja keuangan yang ada. Masalah lainnya yang berhubungan dengan keuangan adalah kesulitan dalam mendapatkan modal untuk meningkatkan skala usahanya. Hal ini dikarenakan persyaratan yang cukup banyak untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank (Puspitasari, 2007). Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimana struktur pasar brownies di Kota Bogor? 2. Bagaimana efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor? 3. Apakah kinerja keuangan perusahaan EBB mampu mendukung pengembangan usaha yang akan dilakukan? 4. Seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha EBB? 5. Bagaimana
kelayakan
rencana
pengembangan
usaha
EBB
dan
sensitivitasnya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor. 2. Menilai efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor. 3. Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB. 4. Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB. 5. Menentukan kelayakan rencana pengembangan usaha EBB dan analisis sensitivitasnya. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi berupa struktur pasar brownies dan saluran distribusi yang efisien untuk memasarkan brownies di Kota Bogor. Sedangkan penilaian kinerja keuangan EBB diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan keuangan EBB. Gambaran tersebut dapat digunakan untuk
menentukan strategi keuangan yang sebaiknya diambil sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan saat ini. Penelitian tentang kebutuhan modal untuk pengembangan usaha diharapkan dapat bermanfaat untuk penentuan kebijakan modal pengembangan usaha EBB selanjutnya. Penelitian tentang kelayakan rencana pengembangan usaha memperlihatkan layak atau tidaknya rencana tersebut dan kesensitifan rencana usaha tersebut dapat dilihat dari analisis sensitivitas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Pangan Wirakartakusumah (1994) menyebutkan bahwa industri pangan merupakan industri yang menghasilkan berbagai produk olahan dalam bentuk makanan tradisional ataupun modern. Berdasarkan skala dan pola pertumbuhannya, industri pangan dikelompokkan menjadi industri pangan besar, menengah, dan kecil, industri katering, restoran dan hotel serta industri makanan jajanan atau rumah tangga. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (2000) menyatakan bahwa berdasarkan skala usaha, kebanyakan industri pangan di Indonesia adalah industri pangan skala kecil. Industri pangan skala kecil ini memiliki beberapa kelebihan bahwa hampir semua kebutuhan industrinya dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri (mulai dari peralatan dan mesin sederhana sampai kepada bahan bakunya). Dalam perkembangannya, industri pangan Indonesia mengalami fluktuasi.
Perkembangan
yang
berfluktuasi
tersebut
salah
satunya
diakibatkan oleh peningkatan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik. Berbagai kendala yang dihadapi industri pangan nasional diantaranya penggunaan dan penguasaan teknologi. Industri pangan Indonesia masih bertumpu pada teknologi menengah, bahkan banyak yang masih mengandalkan teknologi tradisional. Saat ini, tantangan industri pangan nasional akan semakin besar. Industri pangan raksasa dari berbagai negara, terutama yang digerakkan oleh Multi National Corporation (MNC) dengan aktif dan agresif merebut pasar yang secara tradisional dimiliki industri pangan nasional. Dalam persaingan tersebut, industri pangan nasional harus mampu memberikan jaminan kepada konsumennya bahwa produk pangan yang diproduksi merupakan produk pangan bermutu, bergizi, aman dan diperjualbelikan dengan tingkat harga yang bersaing. Selain itu, industri pangan harus mampu memenuhi tuntutan konsumen yang sedang berkembang. Perizinan yang perlu dimiliki perusahaan di bidang industri makanan dan minuman untuk meningkatkan
nilainya di mata konsumen diantaranya adalah Surat Izin Usaha Perusahaan, Tanda Daftar Perusahaan, label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), tanda dari Dinas Kesehatan, pencantuman komposisi bahan makanan, serta tanggal kadaluarsa. 2.2. Pemasaran Kotler (2005) mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2005) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih. Konsep pemasaran berdiri diatas empat pilar yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu atau terintegrasi dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep ini dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelangan. Konsep pemasaran menurut Kotler dapat dilihat pada Gambar 2 (Kotler, 2005). Pasar sasaran
Kebutuhan pelanggan
Pemasaran terintegrasi
Laba melalui kepuasan pelanggan
Gambar 2. Konsep pemasaran (Kotler, 2005) 2.2.1 . Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Untuk mencapai pasar
sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis saluran pemasaran. Saluran komunikasi digunakan untuk memberikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Komunikasi disalurkan melalui ekspresi wajah, pakaian, penampilan toko eceran, dan banyak media lain. Pemasar juga menggunakan saluran distribusi untuk memamerkan atau menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna. Termasuk disini distributor, grosir, pengecer dan agen. Pemasar juga menggunakan saluran jasa untuk melakukan transaksi dengan calon pembeli. Saluran jasa mencakup pergudangan, transportasi, bank dan perusahaan asuransi yang memudahkan transaksi (Kotler, 2005). Lembaga pemasaran merupakan suatu bentuk perorangan, perseroan yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen melalui berbagai kegiatan. Lembaga pemasaran bertugas menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran berupa marjin pemasaran. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir merupakan satu tingkat saluran. Jumlah tingkat perantara akan menentukan panjang suatu saluran. Saluran nol tingkat atau saluran pemasaran langsung terdiri dari perusahaan manufaktur yang langsung menjual ke konsumen akhir. Saluran satu tingkat berisi satu perantara penjualan seperti pengecer. Saluran dua tingkat berisi dua perantara. Dalam pasar barang konsumsi, mereka umumnya adalah pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga tingkat berisi tiga perantara yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer. Saluran pemasaran untuk barang konsumsi dapat dilihat pada Gambar 3 (Kotler, 1997).
Pengecer Produsen
Konsumen Pedagang besar
Pedagang besar
Pengecer
Pemborong
Pengecer
Gambar 3. Saluran pemasaran untuk barang konsumsi (Kotler, 1997) 2.2.2. Marjin Pemasaran Dalam teori harga dianggap produsen bertemu langsung dengan konsumen, sehingga harga pasar yang terbentuk merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Namun pada kenyataannya, jarang sekali produsen melakukan transaksi secara langsung dengan konsumen akhir. Untuk itu digunakan konsep marjin pemasaran. Marjin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima produsen. Marjin pemasaran juga dapat didefinisikan sebagai biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran
dan
keuntungan
lembaga
pemasaran.
Dengan
menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran ini, maka dapat dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembagalembaga pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2002).
Marjin tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga yang terjadi di tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat pengecer (Pr). Sedangkan nilai marjin tataniaga adalah perkalian antara marjin tataniaga dengan jumlah produk yang dibayarkan atau (Pf-Pr) x Qrf (Sudiyono, 2002). Kurva yang menggambarkan marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4. Harga Sr Pr
Sf
Marjin Pemasaran Pf
Q Keterangan : Pr Pf Sf Sr Df Dr (Pr-Pf) (Pr-Pf) x Q
Df
Dr
Jumlah
: Harga di tingkat konsumen : Harga di tingkat produsen : Kurva Penawaran Produsen : Kurva Penawaran di tingkat pengecer : Kurva permintaan di tingkat produsen : Kurva permintaan di tingkat pengecer : Marjin pemasaran : Nilai marjin pemasaran
Gambar 4. Marjin pemasaran (Sudiyono, 2002) 2.2.3. Struktur Pasar Struktur pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis sistem struktur pasar secara otomatis akan dijelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance). Struktur
pasar
dapat
diindikasikan
dengan
jumlah
produsennya, kemampuan produsen mempengaruhi harga pasar
(market power), elastisitas produknya, dan derajat perilaku strategis produsennya. Jika jumlah penjual dalam suatu pasar hanya ada satu (monopoli) maka bisa dipastikan ada hambatan masuk (entry barrier) yang sangat tinggi. Jika hambatan masuk pasar tidak terlalu tinggi maka jumlah produsennya bisa beberapa atau lebih dari satu (oligopoli). Semakin rendah hambatan masuk pasar, semakin banyak jumlah produsen dalam pasar (persaingan monopolistik). Jika hambatan masuk pasar tidak ada, maka jumlah produsen sangat banyak (persaingan sempurna). Monopoli sebagai produsen tunggal dalam suatu pasar tentu saja bisa mempengaruhi harga produk dari sisi penawaran. Peringkat market power dari produsen dalam struktur pasar adalah : monopoli, oligopoli, persaingan monopolistik, dan persaingan sempurna. Produk yang dihasilkan seorang produsen di persaingan sempurna tentu saja mempunyai elastisitas yang sangat tinggi (tak tehingga). Produk yang dihasilkan adalah identik (homogen) sehingga bisa saling mensubstitusi secara sempurna. Sebaliknya, produk di pasar monopoli cenderung tidak mempunyai substitusi. Sedangkan produk di pasar monopolistik mempunyai substitusi yang lebih banyak dibanding produk yang diproduksi perusahaan di pasar oligopoli. Produk yang permintaannya elastis cenderung mempunyai struktur pasar yang menuju ke bentuk pasar yang kompetitif. Sedangkan produk yang inelastis bentuk pasarnya cenderung tidak kompetitif (monopoli) (Sunaryo, 2001). Suatu perusahaan akan menempati satu dari enam posisi kompetitif di pasar sasaran yaitu dominan, kuat, menguntungkan, bertahan, lemah dan tidak layak. 2.2.4. Potensi Pasar, Peluang Pasar dan Pangsa Pasar Pasar adalah kumpulan seluruh pembeli aktual dan potensial atas tawaran pasar tertentu. Ukuran pasar tergantung pada jumlah pembeli yang mungkin ada atas tawaran pasar tertentu. Perencanaan dan pelaksanaan kelayakan aspek pemasaran menuntut eksekutif pemasaran untuk mengestimasi potensi pasar, penjualan industri dan
pangsa pasar. Potensi pasar adalah sekumpulan konsumen yang menyatakan level minat yang memadai atas penawaran pasar tertentu. Potensi pasar total adalah jumlah penjualan maksimum yang mungkin tersedia untuk seluruh perusahaan di dalam industri selama periode tertentu, di bawah suatu tingkat usaha pemasaran industri dan kondisi lingkungan tertentu (Kotler, 2005). Pasar yang tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan dan akses terhadap tawaran pasar tertentu (Kotler, 2005). Peluang pasar produk Elsari Brownies and Bakery merupakan ukuran dari segmen pasar yang belum atau kurang terlayani dengan baik (unserved consumer) dan segmen yang sudah terlayani namun Elsari memiliki keunggulan untuk merebut sebagian pasar. Pangsa pasar suatu perusahaan dihitung berdasarkan proporsi pasar (konsumen) yang berhasil dilayani dari keseluruhan ukuran pasar (konsumen). Perusahaan yang mampu menaikkan pangsa pasar pada umumnya mempunyai kinerja perusahaan yang lebih baik dibandingkan para pesaingnya di tiga bidang yaitu kegiatan produk baru, mutu produk relatif dan pengeluaran pemasaran. Bila dinyatakan secara spesifik, perusahaan yang mampu menaikkan pangsa pasar umumnya mengembangkan dan menambah lebih banyak produk baru ke lini produk mereka. Perusahaan-perusahaan yang meningkatkan mutu produk relatif terhadap pesaing menikmati kenaikan pangsa pasar yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan yang meningkatkan pengeluaran mereka lebih cepat daripada pertumbuhan pasar, pada umumnya memperoleh kenaikan pangsa pasar (Kotler, 2003). Perusahaan dapat diklasifikasikan menurut peran yang dimainkan dalam pasar sasaran yaitu pemimpin, penantang, pengikut atau pencari relung. Pemimpin pasar (market leader) adalah perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar yaitu 40%. Penantang pasar (market challenger) menguasai 30% pangsa pasar
dan berjuang mneningkatkan pangsa pasarnya. Perusahaan peringkat berikutnya yaitu pengikut pasar (market follower) menguasai 20% pangsa pasar berusaha mempertahankan pangsa pasarnya dan tidak membuat gejolak. Sisa pangsa pasar yang tersedia sebesar 10% berada di tangan para perelung pasar (market nicher), perusahaan yang melayani segmen-segmen pasar kecil yang tidak terlayani oleh perusahaan yang lebih besar (Kotler, 2005). Struktur pasar hipotesis dapat dilihat pada Gambar 5. Pemimpin pasar
Penantang
Pengikut pasar
pasar 40%
Perelung pasar
30%
20%
10%
Gambar 5. Struktur pasar hipotesis (Kotler,2005) 2.3. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan analisis kekuatan dan kelemahan di bidang finansial dengan menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang (Sartono, 2001). Sedangkan menurut Munawir (2002) analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan. Rasio ini menggambarkan hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam suatu laporan keuangan. Empat kelompok rasio yang digunakan dalam analisis ini adalah likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas. 2.3.1. Rasio Likuiditas Menurut
Munawir
(2002),
analisis
rasio
likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan, rasio yang digunakan adalah rasio lancar atau current ratio (CR) dan rasio cepat atau quick ratio (QR). Rasio lancar merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah pada aktiva lancar dan sebaliknya. Selanjutnya, mengingat bahwa terdapat tiga aktiva lancar yang utama yaitu kas, piutang dagang dan persediaan maka dapat dibuat pengukuran likuiditas dengan tidak menggunakan unsur persediaan, aktiva lancar yang paling tidak likuid. Rasio ini disebut rasio cepat (quick ratio) (Munawir, 2002). 2.3.2. Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sartono, 2001). Menurut Munawir (2002), suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio yang digunakan untuk menilai tingkat solvabilitas perusahaan adalah rasio modal sendiri dengan total aktiva atau equity to total asset ratio (ETTAR), rasio total hutang dengan total aktiva atau debt ratio (DR) dan rasio total hutang dengan total modal sendiri atau debt equity ratio (DER). Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan tingkat solvabilitas perusahaan. Rasio ini menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditur. Rasio
total hutang dengan total aktiva merupakan rasio yang menunjukkan jumlah total aktiva yang digunakan untuk menjamin total hutang atau jumlah aktiva yang dibayar oleh hutang. Semakin besar nilai rasio berarti semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio total hutang terhadap modal sendiri menunjukkan jumlah total hutang yang dijamin dengan modal sendiri. 2.3.3. Rasio Rentabilitas Menurut
Munawir
(2002),
analisis
rasio
rentabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode
tertentu.
Rentabilitas
dapat
diukur
dengan
menggunakan rasio laba bersih atau net profit margin ratio (NPM), rasio rentabilitas modal sendiri atau return on equity (ROE) dan tingkat pengembalian investasi atau return on investment (ROI). Rasio laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap Rp 1,penjualan. Semakin besar nilai rasio ini, semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio rentabilitas modal atau return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Tingkat pengembalian
investasi
(return
on
investment)
merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan hasil yang diperoleh dari semua investasi yang ditanamkan pada suatu perusahaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. 2.3.4. Rasio Aktivitas Usaha Menurut Sartono (2001), analisis rasio aktivitas usaha menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Rasio yang digunakan dalam analisis ini adalah rasio perputaran total aktiva atau total assets turn
over ratio (TATR) dan rasio perputaran piutang atau account receivable turn over ratio (RTR). Menurut Munawir (2002), rasio perputaran total aktiva mengukur tingkat aktivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Rasio perputaran piutang mengukur seberapa cepat perputaran piutang yang terjadi. 2.4. Pendanaan Aspek keuangan membicarakan tentang bagaimana menghitung dana. Analisis keuangan juga membicarakan tentang sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis keuangan antara lain yaitu, penentuan kebutuhan dan pengalokasian dana, serta kriteria penilaian investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2.4.1. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan ditinjau dari asalnya pada dasarnya dapat dibedakan dalam sumber internal dan sumber eksternal. Modal yang berasal dari sumber internal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sedangkan dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari eksternal dapat dibedakan atas dana dari kreditur atau utang dan dana dari pemilik atau modal sendiri. Jenis-jenis modal terdiri dari modal asing dan modal sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur, yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan pada saatnya nanti harus dikembalikan disertai dengan beban bunga sebagai kompensasi atas penggunaan utang tesebut. Pada dasarnya pihak-pihak pemberi dana eksternal dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu pemasok, bank dan pasar modal. Pemasok memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik jangka pendek maupun untuk jangka menengah. Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit disamping
pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Pasar modal adalah pertemuan antara penawaran dan permintaan modal. Pasar modal berfungsi untuk mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang memerlukan dana (Warsini, 2003). 2.4.2. Proyeksi Kebutuhan Dana Anggaran kas sangat penting bagi perusahaan, karena dengan anggaran kas dapat diperkirakan keadaan kekurangan atau kelebihan kas pada saat tertentu. Dengan diketahuinya kelebihan kas, maka manejemen dapat mengambil keputusan untuk apa dipergunakannya kelebihan kas tersebut. Sebaliknya dengan diketahuinya keadaan kekurangan kas, maka kekurangan kas tersebut bisa segera diantisipasi, misalnya dengan cara mencari sumber pinjaman, menambah modal pemilik atau menjual aktiva tetap yang tidak berfungsi secara normal. Kekurangan kas dapat mengakibatkan macetnya pembayaran kegiatan perusahaan sehari-hari (Navarin, 2004). Anggaran kas merupakan alat utama untuk meramalkan dan merencanakan keuangan. Anggaran kas berisi rencana yang rinci mengenai perkiraan arus kas di masa yang akan datang dan terdiri dari empat segmen yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, perubahan kas bersih pada periode tersebut serta kebutuhan dana yang baru. Setelah disiapkan, anggaran kas juga berfungsi sebagai alat untuk memonitor dan mengawasi kegiatan operasi perusahaan. Dengan membandingkan penerimaan dan pengeluaran kas yang sebenarnya terjadi terhadap yang ada dalam anggaran kas, manajer keuangan dapat lebih menghargai bagaimana baiknya kinerja keuangan. Sebagai tambahan, penyimpangan dari yang telah direncanakan dapat berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk mengisyaratkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan di masa yang akan datang (Keown, et al. 2001).
2.4.3. Komponen Aliran Kas Secara umum dalam suatu investasi ada dua aliran kas yaitu aliran kas masuk (cash inflow) yang merupakan unsur pendapatan dan aliran kas keluar (cash outflow) yang merupakan unsur beban. Ditinjau dari sifat dan waktu terjadinya, aliran kas yang berhubungan dengan suatu investasi bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, 1. Aliran kas permulaan (Initial cash flow) Termasuk ke dalam initial cash flow adalah pengeluaranpengeluaran kas untuk investasi pada awal periode. Initial cash flow ini mungkin tidak hanya terjadi pada awal periode saja tetapi beberapa kali sepanjang usia investasi. 2. Aliran kas operasional (Operational cash flow) Yaitu aliran kas yang timbul selama operasi proyek investasi yang bersangkutan. Penentuan besarnya operational cash flow ini untuk setiap tahunnya merupakan titik tolak untuk penilaian profitabilitas usulan investasi. Apabila investasi tersebut dibiayai dengan modal pinjaman, maka adanya pengurangan pajak yang disebabkan oleh beban bunga pinjaman harus diakui sebagai aliran kas masuk. 3. Aliran kas akhir (Terminal cash flow) Yaitu aliran kas yang terjadi pada saat investasi berakhir. Termasuk ke dalam terminal cash flow ini adalah nilai residu/nilai sisa dari aktiva tetap atau bisa juga berupa pengembalian modal kerja yang sudah tidak terpakai lagi karena proyek berakhir (Warsini, 2003). 2.4.4. Keputusan Investasi Keputusan investasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu keputusan investasi harus disinergikan dengan perencanaan strategis, karena investasi yang berlebihan atau investasi yang tidak mencukupi akan mempunyai konsekuensi yang serius terhadap masa depan perusahaan. Sehingga sebelum keputusan investasi tersebut dijalankan, perlu didahului dengan adanya perencanaan yang matang (Warsini, 2003).
Analisis
kelayakan
keuangan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan rasio keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Indeks (PI), dan Break Even Point (BEP) (Kasmir, 2003). Net present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara present value kas bersih dengan present value investasi selama umur investasi. NPV digunakan untuk melihat manfaat bersih sekarang dari suatu kegiatan usaha. Internal rate of return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah sekarang netto NPV sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi kegiatan atau discount rate yang membuat NPV sama dengan nol. Payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari arus kas bersih (Soeharto, 2001). PP dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan waktu pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan untuk kegiatan usaha (Kasmir, 2003). Profitability Indeks (PI) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Break Event Point adalah titik keseimbangan antara total penerimaan dengan total pengeluaran atau TR=TC (Soeharto, 2001). 2.4.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh apa yang akan terjadi akibat dari perubahan input terhadap nilai output di akhir perhitungan. Perencanaan usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang akan dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh setiap tahun usaha. Dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas yang menghasilkan ketidaklayakan bagi rencana pengembangan usaha.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Elsari Brownies and Bakery (EBB) berencana untuk membuka toko penjualan di Kota Bogor. EBB selama ini menggunakan beberapa saluran distribusi yang memberikan kontribusi marjin pemasaran yang berbedabeda. Saluran distribusi yang terlalu panjang akan mengakibatkan rendahnya marjin pemasaran yang diterima EBB. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai marjin dari setiap saluran distribusi produk brownies di Kota Bogor. Metode yang digunakan dalam menganalisis hal ini adalah analisis saluran, lembaga pemasaran dan marjin pemasaran. Sebelum melakukan pengembangan usaha tersebut, EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pasar brownies di Kota Bogor terlebih dahulu. Kondisi pasar yang akan diteliti meliputi struktur pasar brownies di Kota Bogor sebagai target pasar utama EBB. Analisis struktur pasar brownies akan mengidentifikasi struktur pasar yang ada, seberapa besar peluang pasar dan potensi pasar yang masih ada. Peluang pasar yang ada akan dimanfaatkan EBB untuk mengoptimalkan profit yang hendak diraih. Pengembangan usaha membutuhkan dukungan dari keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan yang baik akan mendukung keberhasilan pengembangan usaha. Keuangan yang berjalan baik akan membuka kemungkinan untuk mengembangkan sebuah usaha. Kinerja keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan tertentu yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas. Setelah menganalisis marjin dari setiap saluran distribusi, struktur pasar brownies di Kota Bogor dan kinerja keuangan perusahaan yang mampu mendukung pengembangan usaha yang akan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan kebutuhan modal yang diperlukan untuk mengembangkan usaha tersebut. Penentuan kebutuhan modal dilihat dari sumber
dana,
keputusan
investasi,
dan
kelayakan
investasi
yang
menggunakan rasio keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Indeks (PI) dan Break Even Point (BEP). Diagram alir pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Saluran pemasaran
Struktur pasar
Potensi pasar
Kinerja keuangan EBB
Pembukaan counter EBB Permodalan EBB
Kelayakan investasi pengembangan EBB
Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Elsari Brownies and Bakery di Jalan Raya Pondok Rumput No.18 Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa UKM tersebut merupakan UKM yang sedang berkembang, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya volume penjualan produk Elsari Brownies and Bakery. Selain itu, UKM Elsari Brownies and Bakery memiliki potensi pengembangan usaha dan memerlukan
penelitian
kelayakan
pengembangan
usaha
tersebut.
Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Februari-April 2008. 3.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif analisis adalah metode yang bertujuan untuk mencatat, mengolah, menyajikan, dan menginterpretasikan data untuk memberikan gambaran secara jelas
mengenai struktur pasar, kinerja keuangan, dan kebutuhan modal pengembangan usaha. 3.4. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, serta data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari perusahaan Elsari Brownies and Bakery dan lembaga-lembaga pemasaran. Data primer tersebut antara lain gambaran umum perusahaan, manajemen perusahaan, teknik produksi, data keuangan perusahaan, saluran distribusi yang digunakan produsen brownies dan marjin pemasaran yang didapat. Data sekunder diambil dari buku, skripsi, internet dan literatur lainnya. Data sekunder yang digunakan antara lain buku-buku teks mengenai studi kelayakan bisnis, manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran, sedangkan melalui internet dengan menggunakan situs-situs internet yang berhubungan dengan usaha kecil dan menengah. 3.5. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak EBB, produsen dominan brownies di Kota Bogor dan pedagang perantara brownies. Selain itu, dilakukan juga pengamatan langsung terhadap kegiatan pemasaran yang terjadi dan penelusuran saluran pemasaran atau lembaga-lembaga pemasaran. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur pada berbagai lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, perpustakaan dan internet. 3.6. Metode Penarikan Sampel Pada penelitian ini digunakan dua kelompok responden yaitu produsen brownies dan pedagang. Penarikan sampel terhadap produsen brownies ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah produsen brownies yang terdaftar di Disperindagkop Kota Bogor. Penentuan sampel lembaga-lembaga pemasaran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling, yaitu menelusuri saluran pemasaran brownies yang dominan di Kota Bogor berdasarkan informasi
yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat produsen hingga pedagang pengecer. 3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan keuangan melalui rasio keuangan, marjin pemasaran, kelayakan investasi dan penentuan modal pengembangan usaha. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan melihat gambaran umum perusahaan, saluran distribusi dan struktur pasar yang ada dalam pemasaran brownies di Kota Bogor. 3.7.1. Analisis Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran Analisis kelayakan saluran distribusi dan lembaga pemasaran ditelusuri dari tingkat produsen brownies sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ditentukan berdasarkan lembaga yang terkait dengan pemasaran yang ada di lokasi penelitian (Kotler, 2005). 3.7.2. Analisis Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga per satuan di tingkat produsen dengan tingkat konsumen atau pada tiap rantai pemasaran yang ada. Secara matematis marjin pemasaran dirumuskan sebagai berikut (Sudiyono, 2000) M = Pr − Pf .............................................................................(1)
Dimana, M
= Marjin pemasaran
Pr
= Harga di tingkat konsumen
Pf
= Harga di tingkat produsen
3.7.3. Analisis Struktur Pasar
Pada analisis struktur pasar ini, analisis dilakukan secara deskriptif. Adapun yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan struktur pasar ini adalah jumlah lembaga pemasaran, jumlah pembeli, sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar dan sumber informasi (Sunaryo, 2001).
3.7.4. Analisis Peluang dan Potensi Pasar
Cara yang paling umum untuk mengestimasi potensi pasar total adalah sebagai berikut (Kotler, 2005) Q = n.p.q ...................................................................................(2) Dimana, Q
= Potensi pasar total
n
= Jumlah pembeli produk
p
= Harga rata-rata per unit
q
= Kuantitas yang dibeli oleh pembeli rata-rata Peluang pasar dapat dilihat dari posisi penawaran dan
permintaan brownies untuk masing-masing segmen. Peluang pasar dapat dirumuskan sebagai berikut (Kotler, 2005) MOus
= Dsi-Ssi .......................................................................(3)
MOe
= % Id x D....................................................................(4)
MOtotal = MOus + MOe .............................................................(5) Dimana, MOtotal = Peluang pasar total yang bisa diraih = Peluang pasar untuk segmen yang tidak terlayani
MOus
(unserved consumer) MOe
= Perkiraan peluang pasar akibat pertumbuhan permintaan
Dsi
= Permintaan segmen i
Ssi
= Penawaran segmen i
% Id
= Persen pertumbuhan permintaan Untuk menghitung pangsa pasar digunakan data penjualan
perusahaan atau prediksi penjualan dibandingkan dengan penjualan total pasar (Kotler, 2005). Pangsa pasar Dimana, PP
= Penjualan
UP = Ukuran pasar
=
PP x 100 % .............................................(6) UP
3.7.5. Analisis Kinerja Keuangan
Rasio keuangan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang dapat mendukung pengembangan usaha yang akan dilakukan. Rasio keuangan yang dinilai adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas. A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Likuditas diukur dengan menggunakan rasio lancar (CR). Rasio ini merupakan
ukuran
yang
paling
umum
digunakan
untuk
menunjukkan kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : CR =
CA ....................................................................(7) CL
Dimana, CR = Rasio lancar CA = Aktiva lancar CL = Kewajiban lancar Pengukuran
likuiditas
dengan
mengeluarkan
unsur
persediaan dihitung dengan rasio cepat (QR). Rasio cepat dihitung dengan rumus sebagai berikut : QR =
CA − I ...............................................................(8) CL
Dimana, QR = Rasio cepat CA = Aktiva lancar I
= Persediaan
CL = Kewajiban lancar B. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan menggunakan rasio di bawah ini: Rasio modal sendiri dengan total aktiva atau equity to total
asset ratio (ETTAR) menunjukkan tingkat solvabilitas perusahaan dengan anggapan bahwa semua aktiva akan dapat direalisir sesuai dengan yang dilaporkan dalam neraca (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan : ETTAR =
ES ...........................................................(9) TA
Dimana, ETTAR = Rasio modal sendiri dengan total aktiva ES
= Modal sendiri
TA
= Total aktiva
Rasio total hutang dengan total aktiva atau debt ratio (DR) menggambarkan besarnya persentase hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang digunakan untuk mendanai aktiva perusahaan DR =
TL ...................................................................(10) TA
Dimana, DR = Rasio total hutang dengan total aktiva TL = Total hutang TA = Total aktiva Rasio total hutang dengan total modal sendiri atau debt
equity ratio (DER) menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan dana yang dibiayai dari hutangnya (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan : DER =
TL ................................................................(11) ES
Dimana, DER = Rasio total hutang dengan modal sendiri TL
= Total hutang
ES
= Total modal sendiri
C. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rentabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio, diantaranya rasio laba bersih, rasio tingkat pengembalian investasi dan rasio tingkat pengembalan modal sendiri. Rasio laba bersih atau net profit margin (NPM) menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap Rp 1,- penjualan (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan : NPM =
NP ............................................................... (12) S
Dimana, NPM = Rasio laba bersih NP
= Laba bersih
S
= Penjualan
Rasio pengembalian modal sendiri atau return on equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan tingkat pengembalian terhadap pemilik modal. Rasio ini dirumuskan : ROE =
NP .............................................................. (13) ES
Dimana, ROE = Rasio pengembalian modal NP
= Laba bersih
ES
= Modal Sendiri
Rasio pengembalian investasi atau return on investment (ROI) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan mengindikasikan perusahaan menggunakan seluruh aset dengan baik (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : NP ROI = TA .............................................................. (14)
Dimana, ROI = Rasio pengembalian investasi NP = Laba bersih TA = Total aktiva D. Rasio Aktivitas Usaha
Rasio aktivitas usaha memperlihatkan sejauh mana efisiensi
perusahaan
dalam
menggunakan
asetnya
untuk
memperoleh penjualan. Rasio perputaran total aktiva atau total
assets turnover ratio (TATR) menggambarkan tingkat efisiensi dari operasi perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar rasio perputaran aktiva, maka akan semakin besar pula tingkat efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (Keown, et al. 2001). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : TATR =
S ........................................................... (15) TA
Dimana, TATR = Rasio perputaran total aktiva S
= Penjualan
TA
= Total aktiva
Rasio perputaran piutang atau receivable turnover ratio (RTR) merupakan kemampuan dana yang tertanam di dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio berarti semakin cepat perputaran piutang dalam suatu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin menurun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas (Keown, et al. 2001). Rasio ini dirumuskan : RTR =
S ............................................................. (16) RC
Dimana, RTR = Rasio perputaran piutang S
= Penjualan
RC = Piutang
3.7.6. Penentuan Kebutuhan Modal
Untuk menentukan kebutuhan modal, dapat dilihat dari anggaran kas yang ada selama periode tersebut. Kebutuhan dana merupakan kekurangan yang belum dimiliki perusahaan untuk melaksanakan operasinya selama periode tersebut (Keown, et al. 2001). EA = akumulasi min (TRt-TCt+C1t-R+C2t) ........................(17) Dimana, EA = Kebutuhan dana TR = Penerimaan TC = pengeluaran C1 = saldo awal kas R = bunga pinjaman C2 = saldo akhir kas yang diinginkan t
= tahun
3.7.7. Analisis Kelayakan Keuangan
Analisis kelayakan keuangan dapat menggunakan beberapa indikator diantaranya Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Indeks (PI) dan Break Event Point (BEP). A. Net Present Value (NPV)
Kriteria nilai bersih sekarang (Net Present Value-NPV) didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Adapun arus kas proyek yang akan dikaji meliputi keseluruhan yaitu biaya pertama, operasi, produksi, pemeliharaan dan pengeluaran lain-lain. Nilai bersih sekarang sebuah proposal investasi sama dengan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal investasi (Keown, et al. 2001). Bila ditulis dengan rumus akan menjadi : n
NPV=
ACFt
∑ (1 + k ) t =1
t
± IO ................................................... (18)
Dimana, ACFt = Arus kas tahunan setelah pajak pada periode t k
= Tingkat pengembalian yang disyaratkan atau biaya modal
IO
= Pengeluaran kas awal
n
= Usia proyek yang diharapkan
Mengkaji usulan proyek dengan NPV akan memberikan petunjuk (indikasi) sebagai berikut : NPV
= Positif, maka usulan proyek diterima, semakin tinggi angka NPV akan semakin baik.
NPV
= Negatif, usulan proyek ditolak
NPV
= 0, berarti netral
B. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar. Untuk IRR ditentukan dulu NPV = 0, kemudian dicari berapa besar tingkat pengembalian (diskonto) (i) agar hal tersebut terjadi (Keown, et al. 2001). Rumusnya adalah sebagai berikut : n
IO =
ACFt
∑ (1 + IRR) t =1
t
.......................................................... (19)
Dimana, ACFt = Arus kas tahunan setelah pajak pada periode t IO
= Pengeluaran kas awal
n
= Usia proyek yang diharapkan
IRR
= Tingkat pengembalian internal proyek
Menganalisis
usulan
proyek
mengggunakan
IRR
memberikan petunjuk sebagai berikut: a. Jika IRR > tingkat pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return), maka proyek diterima. b. Jika IRR < tingkat pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return), maka proyek ditolak.
C. Pay Back Period (PP)
Pay Back Period atau periode pengembalian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari arus kas bersih. Arus kas bersih adalah selisih antara pendapatan (revenue) dan pengeluaran (expenses) per tahun (Soeharto, 2001). Rumus yang digunakan adalah : t
PP = PP = T :
∑ CFt − IO = 0
...................................... (20)
n =1
Dimana : PP
= Pay Back Period
CFt
= Arus kas pada tahun ke-t
IO
= Jumlah investasi awal
D. Break Event Point (BEP)
Break event point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total pendapatan sama dengan total pengeluaran. BEP dapat dibagi menjadi dua yaitu, titik pulang pokok dalam bentuk kuantitas produksi dan titik pulang pokok dalam bentuk uang (Soeharto, 2001). Rumus BEP kuantitas adalah : BEP(q) =
FC ........................................................... (21) P − VC
Dimana, FC
= Biaya tetap
P
= Harga jual/unit
VC
= Biaya variabel/unit
Rumus BEP uang adalah : BEP(Rp) =
FC .................................................. (22) 1 − (VC / S )
Dimana, FC
= Biaya tetap
VC
= Biaya variabel
S
= Penjualan
E. Profitability Indeks (PI)
Profitability Indeks (PI) adalah perbandingan antara nilai bersih arus kas dan nilai investasi awal yang dikeluarkan. Nilai PI yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa arus kas bersih yang diterima lebih besar daripada nilai investasi yang dikeluarkan. Rumus PI adalah : n
PI =
ACFt
∑ (1 + k ) t =1
t
.......................................................(23)
IO
Dimana : ACFt = Arus kas tahun t t
= Tingkat bunga
IO
= Investasi awal
3.8. Asumsi
1. Usaha pengembangan Elsari merupakan usaha terpisah dari Elsari yang sudah berjalan selama empat tahun. Elsari akan membuka counter dan pabrik baru. 2. Umur proyek ditetapkan selama sepuluh tahun dengan tahun ke-0 adalah tahun 2008. Umur ekonomis peralatan adalah sepuluh tahun dengan nilai akhir aset sepuluh persen dari nilai awal. 3. Modal investasi awal berasal dari modal sendiri, investor dan pinjaman dari bank. Persentase modal sendiri sebesar 20%, pinjaman ke bank sebesar 20% dan investor sebesar 60%. Suku bunga pinjaman sebesar 12% dengan periode pinjaman 10 tahun. 4. Pembagian keuntungan dengan investor ditetapkan sebesar 50% dari laba bersih. 5. Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-0. Biaya reinvestasi dikeluarkan pada tahun keempat dan ketujuh seiring dengan adanya peningkatan produksi. 6. Produk yang dijual di pengembangan usaha EBB 100% adalah brownies panggang. Peningkatan penjualan diasumsikan naik 3% setiap tahunnya sesuai dengan jumlah peluang pasar yang diisi Elsari di tahun 2008.
7. Perkiraan modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar 25% dari kebutuhan dana pada tahun pertama. 8. Pajak yang berlaku adalah 10% dari penjualan. 9. Mark up yang ditetapkan adalah 25% dari biaya produksi per unit. 10. Harga jual barang disesuaikan dengan kenaikan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi brownies dari tahun ke tahun. 11. Tingkat inflasi yang digunakan adalah sebesar 7 persen sesuai dengan ratarata inflasi dari April 2007 hingga April 2008 (www.bi.go.id). Harga seluruh input diasumsikan naik setiap tahun sesuai dengan nilai inflasi yang digunakan. Harga dasar yang digunakan adalah harga pada bulan Februari 2008. Sedangkan biaya untuk gaji karyawan naik pada tahun ke-4 dan ke-7 sesuai dengan kebijakan perusahaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Elsari Brownies and Bakery (EBB) didirikan pada tahun 2003 oleh Bapak H.M. Surahman. Bapak H.M. Surahman merupakan pensiunan PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Awal mula usaha ini didasari oleh hobi istri pendiri EBB yaitu membuat kue. Modal awal yang dikeluarkan pemilik sebesar Rp 3.000.000,-. Kemudian pada tahun 2004, pemilik meminjam kepada perorangan sebesar Rp 40.000.000 dengan bunga 4% per bulan. Selanjutnya pada tahun 2006 dan 2007, EBB mendapatkan pinjaman dari BRI sebesar Rp 115.000.000 dengan bunga 1% per bulan. Pada awal berdirinya EBB hanya mempunyai lima orang tenaga kerja, yang terdiri dari dua orang bagian produksi, dua orang bagian pemasaran dan satu orang bagian administrasi. Pemasaran pada awal berdirinya usaha ini hanya berada di lingkungan rumah dan kerabat. Pada pertengahan tahun 2003, EBB telah memiliki tempat produksi sendiri dengan menyewa bangunan seluas 250 m2. Seiring waku
berjalan, wilayah
pemasaran EBB pun meluas hingga mencakup Bogor, Jakarta, Sukabumi, Bandung dengan didukung satu unit mobil dan satu unit sepeda motor. Surat-surat izin dan sertifikat yang dimiliki EBB yaitu Surat Izin Usaha
Perdagangan
(SIUP)
dengan
Nomor
517/457/PK/DEPERINDAGKOP, Tanda Daftar Industri (TDI) dengan Nomor 535/71/TDL DEPERINDAGKOP, Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dengan Nomor 100455205704, Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga dengan Nomor 3063271010512, Sertifikat Halal dengan Nomor MUI-JB01101007990805 dan Surat Keterangan Usaha dengan Nomor 145/66Bondes/2007. EBB menggunakan sistem manajemen yang sudah terstruktur, hal ini dapat dilihat dari sudah adanya pembagian tugas dan wewenang diantara karyawan. Hingga Januari 2008, EBB memiliki 28 karyawan yang terdiri dari Komisaris, Direktur, General Manager, Ketua Produksi, Ketua Produksi Brownies, Ketua Produksi Bakery, Logistik, Administrasi,
Pemasaran dan karyawan produksi. Struktur organisasi EBB dapat dilihat di Lampiran 1. Elsari Brownies and Bakery memproduksi brownies panggang, brownies kukus, dan aneka produk bakery lainnya. Penelitian ini akan lebih memfokuskan kepada brownies panggang karena hampir 90% dari hasil penjualan EBB berasal dari penjualan brownies panggang. Proses produksi brownies panggang dapat dilihat pada Gambar 7.
Penyiapan bahan baku
Pengocokan bahan telur, gula, vanili, soda kue
Penyiapan loyang
Pengemasan
Penambahan terigu, cokelat, susu, minyak
Peloyangan dan penimbangan
Pemanggangan
Pemberian topping cokelat, keju, atau kacang
Gambar 7. Diagram alir proses produksi brownies panggang EBB Sumber: Hasil pengamatan Tahap pertama adalah membersihkan loyang dengan ukuran 30cmx10cm. Kemudian loyang dioleskan mentega dan terigu untuk mencegah lengketnya adonan di loyang. Selanjutnya adalah menimbang bahan baku. Bahan baku yang diperlukan adalah 2 kg telur, 2,5 kg gula, vanili, dan soda kue. Semua bahan diaduk dengan menggunakan kocokan secara manual selama 15 menit hingga adonan mengembang. Setelah mengembang, adonan ditambahkan terigu sebanyak 1,5 kg, cokelat 300 gram, susu bubuk, dan sedikit garam. Setelah adonan merata, ditambahkan minyak sayur sebanyak 1 liter. Setelah rata, adonan dimasukkan ke dalam loyang yang telah dipersiapkan tadi. Satu adonan dapat menghasilkan 16 loyang brownies panggang. Minimal pengocokkan adalah 10 baskom dalam satu kali tahap pengocokkan.
Adonan
yang
sudah
diloyang
diukur
beratnya
untuk
menstandarisasikan produk. Standar berat produk yang dijual adalah 500 gram per loyang. Setelah ditimbang, lapisan atas adonan diratakan untuk merapikan lapisan atas brownies dan memudahkan pematangan. Tahapan selanjutnya adalah memberikan topping atau hiasan brownies sesuai dengan pesanan. Lapisan atas yang diberikan dapat berupa keju, cokelat, choco chips, kacang mede ataupun meises. Adonan yang telah rapi dimasukkan ke dalam oven yang berkapasitas maksimum 8 loyang. Adonan dipanggang selama 20 menit hingga brownies matang. Brownies yang sudah matang dikeluarkan dari loyang dan didinginkan di tempat penyimpanan brownies matang. Setelah dingin, brownies dikemas ke dalam kemasan yang telah dipesan terlebih dahulu di supplier kemasan. Daya tahan brownies panggang mencapai 3 hari, bahkan dapat mencapai 7 hari jika dimasukkan ke kulkas. Harga jual produk EBB berkisar antara Rp 22.000,- hingga Rp 27.000,- untuk brownies dan pastry yang berukuran besar, sedangkan untuk brownies dan pastry yang berukuran kecil, harga jualnya berkisar antara Rp 12.000,- hingga Rp 17.000,-. Daftar harga jual produk Elsari Brownies and Bakery dapat dilihat pada Lampiran 2. Harga jual yang terdaftar pada lampiran tersebut merupakan harga jual Elsari kepada konsumen yang langsung membeli dari counter EBB di depan pabrik, sedangkan harga jual ke agen atau counter mitra tergantung pada kesepakatan dari hasil negosiasi antara karyawan bagian pemasaran dengan mitra penjualan. 4.2. Pemasaran 4.2.1. Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan salah satu bagian dari saluran pemasaran. Saluran distribusi bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Melalui saluran distribusi inilah kegiatan bisnis dilakukan mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir. Saluran distribusi yang terlibat dalam pemasaran brownies terdiri dari enam saluran, yaitu saluran 1, saluran 2, saluran 3, saluran 4, saluran 5 dan saluran 6. Keenam saluran tersebut
melibatkan 5 lembaga distribusi yaitu : (1) Produsen, (2) Agen perorangan, (3) toko kue mitra di pasar tradisional, (4) Instansi dan (5) Pasar modern. Pola umum yang terjadi dalam pemasaran brownies di Kota Bogor dapat digambarkan dengan rantai distribusi pada Gambar 8. saluran 1
saluran 2 Toko kue di pasar tradisional
saluran 5
Produsen brownies
saluran 3 Agen perorangan
saluran 4 Pasar modern
Instansi
saluran 6 Konsumen akhir
Gambar 8. Pola pemasaran brownies di Kota Bogor Dari gambar diatas dapat dilihat jalur distribusi pemasaran brownies di Kota Bogor dari produsen hingga sampai ke konsumen akhir. Produsen brownies yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor berjumlah tujuh produsen yaitu, Amanda Brownies, Adinda brownies, Elsari Brownies and Bakery, Marine Choco Brownies, LeKre Bread, Mr. Brown Co dan Brownies Bogor. Produsen brownies terbesar adalah Amanda Brownies dengan jumlah produksi rata-rata tiga ratus box per hari. Sementara Elsari Brownies and Bakery sendiri memproduksi rata-rata sekitar seratus delapan puluh box per hari. Amanda brownies di Kota Bogor merupakan cabang dari Amanda brownies di Bandung. Adinda brownies terletak di jalan Pajajaran dengan omset penjualan mencapai rata-rata dua ratus box per hari. Marine Choco Brownies adalah salah satu produsen brownies dengan omset penjualan mencapai rata-rata seratus box per hari. LeKre Bread merupakan produsen brownies yang juga memproduksi
beberapa jenis roti lainnya. Omset harian LeKre Bread mencapai dua puluh box per hari. Mr. Brown Co adalah produsen brownies yang dikelola oleh mahasiswa IPB dan berdiri pada tahun 2006. Omset harian rata-rata Mr. Brown Co mencapai sepuluh box per harinya. Sementara untuk produsen Brownies Bogor yang terletak di Jalan Pajajaran memiliki omset penjualan harian rata-rata sebanyak lima puluh box. Amanda brownies sebagai pemimpin pasar brownies di Kota Bogor memiliki kelebihan dibandingkan dengan produsen brownies lainnya. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki diantaranya adalah sudah terkenalnya merek Amanda di kalangan konsumen pencinta brownies. Selain itu, Amanda brownies memiliki sistem pemasaran yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari terstrukturnya pengelolaan cabang yang didirikan Amanda dengan pusatnya di Bandung. Amanda juga melakukan inovasi-inovasi terbaru dalam produknya sehingga menjadi salah satu trend setter dalam produk brownies di kalangan produsen lainnya. Produsen brownies yang menduduki peringkat kedua dalam penguasaan pangsa pasar adalah Adinda brownies. Adinda brownies di Bogor merupakan cabang dari Adinda Brownies di Lampung. Adinda brownies memiliki beberapa jenis rasa brownies diantaranya adalah choco chip, white brownies, blueberry, strawberry dan cocopandan. Keunggulan lainnya adalah Adinda Brownies terletak di daerah Pajajaran yang merupakan pusat kota dari Bogor. Sebagai pemimpin pasar dan penantang pasar, Amanda dan Adinda brownies memiliki keunggulan dibandingkan produsen brownies lainnya yang memiliki pangsa pasar lebih kecil yaitu mereka mendirikan tempat penjualannya di tempat yang strategis dan telah memiliki perizinan dari MUI, POM, dan Disperindag. Hal tersebut menjadi nilai tambah pemimpin dan penantang pasar brownies di Kota Bogor. Elsari brownies and bakery sebagai yang menduduki peringkat ketiga memiliki keunggulan seperti sudah meluasnya
pemasaran brownies EBB melalui saluran pemasaran yang digunakan saat ini. Selain itu, EBB juga telah memiliki perizinan dari Disperindag,
MUI
dan
POM
mengenai
sertifikasi
makanan.
Kelemahan EBB adalah belum terlalu memperhatikan pentingnya mutu produk. EBB selama ini masih menggunakan peralatan tradisional dan pengolahan makanan dilakukan secara manual. Pelatihan-pelatihan yang pernah diberikan kepada karyawan produksi belum memberikan hasil yang maksimal karena karyawan merasa bahwa cara yang tradisional lebih mudah untuk dilakukan dan mereka sudah terbiasa dengan cara konvensional tersebut sehingga ada semacam penolakan dari adanya perubahan proses produksi. Konsumen akhir dapat memperoleh brownies dari beberapa saluran melalui lima lembaga pemasaran yaitu produsen secara langsung, pasar tradisional, agen perorangan, pasar modern dan instansi. Produsen dapat langsung mendistribusikan produknya ke konsumen tanpa menggunakan jasa lembaga pemasaran lainnya. Di pasar tradisional, toko kue dapat memasok brownies dari dua lembaga pemasaran yaitu produsen brownies secara langsung atau melalui agen perorangan. Sedangkan di pasar modern, pasar modern langsung memasok dari produsen untuk menghindari terlalu panjangnya saluran distribusi yang terjadi. Demikian pula untuk instansi langsung mengambil brownies dari produsen. Untuk masing-masing saluran distribusi memiliki persyaratan-persyaratan tertentu yang membedakan saluran yang satu dengan saluran yang lain. Karakteristik masingmasing lembaga pemasaran dapat dilihat pada pembahasan tentang struktur pasar. 4.2.2. Marjin Pemasaran
Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi-fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh lembaga pemasaran yang bekerja di saluran distribusi
brownies.
Marjin
pemasaran
tergambarkan
dalam
perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Marjin timbul
akibat adanya peningkatan nilai/manfaat produk dan biaya tambahan dalam pengelolaan produk seperti biaya proses, transportasi dan lainlain. Rincian rata-rata marjin setiap saluran seperti pada Tabel 5. Masing-masing produsen mengeluarkan biaya produksi yang berbeda-beda. Biaya produksi tertinggi dikeluarkan LeKre Bread karena
LeKre
Bread
merupakan
produsen
brownies
yang
menggunakan bahan baku dengan mutu paling tinggi dibandingkan produsen lainnya. Saluran distribusi masing-masing produsen berbeda-beda tergantung pada kebijakan distribusi manajemen produsen. Elsari Brownies and Bakery menggunakan saluran distribusi melalui pemasaran langsung, agen perorangan, pasar tradisional, dan instansi. Sementara Brownies Bogor hanya menggunakan saluran distribusi melalui pemasaran langsung dan agen perorangan. Pada umumnya, produsen yang belum menguasai pangsa pasar yang besar cenderung menggunakan beberapa saluran distribusi. Tujuan yang ingin dicapai dengan digunakannya beberapa saluran distribusi seperti agen, toko kue mitra, instansi adalah perluasan pasar yang dapat diraih. Dengan menggunakan beberapa saluran pemasaran, produsen dapat mendistribusikan produknya ke daerah-daerah yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh produsen sebelumnya. Sementara alasan produsen yang hanya menyalurkan melalui penjualan langsung adalah sulitnya untuk mengontrol pemasaran produk brownies yang dijual melalui proses kerjasama dengan lembaga pemasaran lainnya. Harga jual pemasaran langsung dengan harga jual ke agen memiliki perbedaan harga. Hal ini disebabkan dengan
menggunakan
pemasaran
langsung,
produsen
tidak
menanggung risiko pemasaran yang besar. Sedangkan untuk pemasaran dengan menggunakan agen, produsen menggunakan jasa dari agen pemasaran tersebut sehingga perlu dikeluarkan biaya pemasaran.
Pada saluran distribusi langsung dari produsen ke konsumen, biaya pemasaran yang dikeluarkan hanya sebatas biaya promosi. Biasanya promosi yang dilakukan adalah promosi melalui mulut ke mulut, pemasangan banner, hingga pemasangan iklan di internet. Biaya transportasi tidak ada karena konsumen langsung mendatangi ke
counter
produsen.
Selanjutnya,
saluran
ditribusi
yang
menggunakan lembaga pemasaran toko kue di pasar tradisional, terdapat dua jenis kerjasama. Untuk jenis yang pertama, toko kue memasok brownies dari produsen langsung. Dalam hal ini, biaya transportasi dikeluarkan oleh produsen hingga sampai ke tangan toko kue di pasar tradisional. Sementara ada juga bentuk kerjasama dimana biaya transportasi ditanggung oleh toko kue di pasar tradisional. Jika toko kue memasok brownies dari agen perorangan, maka biaya transportasi ditanggung oleh agen perorangan tersebut. Saluran distribusi untuk pasar modern dan instansi biasanya memberlakukan sistem ”beli putus” sehingga biaya transportasi ditanggung oleh instansi atau pasar modern tersebut. Tabel 5. Marjin dalam saluran distribusi brownies di Kota Bogor Produsen brownies Amanda brownies Adinda brownies Marine choco brownies Elsari brownies LeKre Bread MrBrown Co Brownies Bogor rata-rata semua produsen Marjin/ box % Marjin terhadap harga jual
Harga pokok produksi
Harga jual langsung
Harga jual ke agen
Agen perorangan
14.368
26.000
25.000
30.000
13.625
22.000
20.000
27.000
11.512
21.000
18.000
13.853
24.000
17.542
Pasar Pasar tradisional tradisional langsung dari agen
Pasar modern
Instansi
35.000 28.000 24.000
26.000
27.500
29.500
25.000
24.000
22.000
26.000
27.500
32.000
28.000
35.000
15.560
20.000
18.000
27.500
14.894
23.000
20.500
24.500
21.643
27.857
25.750
25.750
29.375
33.500
9.521
7.164
6.214
3.250
250
4.625
8.500
40
33
22
13
1
16
25
14.479,14
24.000
32.000
34.000
Data diambil dan diolah dari berbagai sumber. Data per tanggal 24 April 2008.
Marjin distribusi yang dihasilkan pun berbeda-beda antara saluran distribusi yang satu dengan saluran distribusi yang lainnya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen memperoleh marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Sementara penjualan melalui pasar modern mendapatkan marjin sebesar 16 persen dari harga jual. Marjin pada instansi sebagai salah satu lembaga pemasaran yang memiliki segmen pasar konsumen dengan tingkat pendapatan menengah ke atas mencapai 25 persen dari harga jual. Mengenai keuntungan dan biaya dari adanya proses pemasaran yang dilakukan para lembaga pemasaran tidak dianalisis karena tidak semua lembaga pemasaran mengerti mengenai pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran tersebut. Bahkan ada beberapa lembaga pemasaran yang tidak mencatat biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk memasarkan browniesnya ke konsumen selanjutnya. Oleh karena itu, maka analisis yang dilakukan dalam marjin pemasaran didasarkan atas selisih harga jual rata-rata produsen dengan harga jual lembaga pemasaran kepada konsumen pada tingkat saluran selanjutnya. 4.2.3. Struktur Pasar
Brownies merupakan salah satu panganan ringan yang mengalami trend meningkat beberapa tahun terakhir. Melihat perkembangan permintaan terhadap kue brownies yang mulai digemari masyarakat, maka banyak bermunculan perusahaan yang menjadikan brownies sebagai bisnis yang menjanjikan. Variasi dan kualitas tersebut menjadi acuan bagi konsumen untuk memilih brownies yang sesuai dengan keinginan dan seleranya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan konsumen brownies, jika brownies jenis dan merek tertentu tidak ada di pasar, maka tidak semua konsumen mau menerima brownies merek atau jenis lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa struktur pasar brownies bukanlah struktur pasar persaingan sempurna. Struktur pasar
brownies berbeda untuk masing-masing saluran distribusi. Hal ini disebabkan
antar
saluran
distribusi
memiliki
jumlah
penjual/produsen, jumlah konsumen serta perilaku konsumen yang berbeda pula. Kondisi dan struktur pasar masing-masing saluran pemasaran brownies di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Struktur pasar brownies di Kota Bogor tahun 2008 Karakteristik
Jenis pasar Tradisional dan Modern Agen Jumlah penjual Banyak Sedikit Jumlah pembeli Banyak Banyak Sifat produk Heterogen Heterogen Hambatan masuk Mudah Sulit pasar Pengetahuan Besar Besar informasi pasar Struktur pasar Persaingan Oligopoli monopolistis
Instansi Sedikit Banyak Heterogen Sulit Besar Oligopoli
1. Pasar tradisional
Pasar tradisional di Kota Bogor yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor berjumlah delapan pasar. Pasar tradisional tersebut antara lain Pasar Kebon Kembang, Pasar Baru Bogor, Pasar Jambu Dua, Pasar Merdeka, Pasar Sukasari, Pasar Padasuka, Pasar Gunung Batu dan Pasar Induk Tehnik Modern. Pasar-pasar tradisional tersebut menjual beraneka ragam barang yang dibutuhkan masyarakat, salah satu diantaranya panganan ringan seperti roti dan brownies. Toko-toko kue
di
pasar
tradisional
sebagai
counter
mitra
tersebut
menggunakan sistem penjualan yang masih sederhana dan belum terkomputerisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang di pasar tradisional nampak bahwa mekanisme pasar yang berlangsung adalah mekanisme pasar persaingan monopolistis, karena pasar terdiri dari banyak penjual dan pembeli dengan produk yang tidak seragam berupa diferensiasi kualitas, kemasan dan jenis brownies
yang dijual. Setiap produsen dan pembeli brownies dapat secara bebas menjual atau membeli brownies di pasar tradisional. Jenis brownies yang dijual di pasar tradisional sangat beragam antara lain brownies potongan ukuran 10 cm x 3 cm yang hanya dikemas plastik hingga brownies yang bermerek dan dikemas kardus. Pedagang memperoleh pasokan brownies dari pemasok yang tidak selalu sama tergantung kepada ketersediaan produk. Promosi yang dilakukan di pasar tradisional lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Banner atau poster hanya dipasang pada toko kue-toko kue yang memiliki tingkat penjualan yang memuaskan. Alasan utama pedagang beralih merek brownies yang dijual adalah merek lain lebih enak, kualitasnya lebih baik, banyak konsumen
yang
ketidakprofesionalan
mencari
brownies
pemasok.
merek
Persyaratan
tersebut
yang
atau
diterapkan
pedagang tradisional terhadap pemasok adalah kesesuaian antara tester yang diberikan dengan produk yang dijual, kualitas brownies yang baik, ketepatan waktu pengantaran brownies ke toko dan harga yang ditawarkan pemasok cukup kompetitif. Pedagang di pasar tradisional adalah pedagang eceran yang langsung melayani konsumen akhir. Pada pasar tradisional tidak terdapat hambatan masuk pasar yang sulit sehingga untuk karakteristik produk dapat beragam. Sementara untuk mekanisme jual beli menggunakan sistem konsinyasi yaitu sistem pemasaran dimana produk yang tidak laku terjual atau rusak menjadi tanggungan pihak pemasok. Untuk sistem pembayaran di pasar tradisional, pedagang meminta tenggat waktu untuk membayar. Lama jangka waktu yang diberikan tergantung pada hasil negosiasi pedagang dengan pihak pemasok. Pelayanan
yang
diberikan
meliputi
pemesanan,
pengiriman dan transportasi. Pemesanan pada umumnya dilakukan dengan menelepon produsen sebagai pemasok sehari sebelum
produk diantarkan ke toko kue di pasar tradisional. Pengiriman dan transportasi pada umumnya menjadi tanggung jawab pemasok hingga sampai ke tangan pedagang di toko kue pasar tradisional. 2. Agen perorangan
Agen perorangan adalah seseorang yang bekerjasama dengan produsen untuk mendistribusikan brownies ke tangan konsumen. Pada pasar brownies, agen perorangan dapat langsung memasarkan ke konsumen akhir atau menggunakan jasa lembaga pemasaran lain seperti toko kue di pasar tradisional. Struktur pasar yang dihadapi agen perorangan sama dengan di pasar tradisional yaitu pasar monopolistik. Jumlah pembeli dan penjual banyak dengan jenis produk yang beraneka ragam berdasarkan kualitas. Hambatan masuk pasar juga tidak terlalu sulit dan pengetahuan mengenai informasi pasar juga banyak karena biasanya agen sudah mengetahui kondisi pasar yang dihadapinya. Persyaratan
untuk
menjadi
agen
juga
bervariasi
tergantung pada kebijakan produsen. Pada produsen yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar, persyaratan yang harus dipenuhi agen cukup sulit seperti memiliki kemampuan untuk menjual brownies dalam jumlah yang besar, membutuhkan nomor telepon yang bisa dihubungi, fotokopi KTP dan mampu dipercaya oleh produsen. Sementara untuk produsen brownies yang masih berskala kecil, persyaratan untuk menjadi agen tidak terlalu sulit, cukup dengan mendatangi produsen, membicarakan mengenai negosiasi penjualan dan agen dapat mengambil brownies untuk dipasarkan. Produsen juga melakukan cek ke lingkungan tempat tinggal agen untuk mengetahui kepribadian dari agen yang akan bekerjasama dengan produsen. 3. Pasar modern
Dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi membagi pasar modern menjadi dua yaitu mini market dan supermarket. Pada umumnya baik mini market maupun supermarket memiliki
kesamaan dalam hal perilaku pelaku pasar dan struktur pasar. Hal yang membedakan hanya ukuran pasar modern tersebut. Berbeda dengan struktur pasar brownies di pasar tradisional, pasar modern memiliki karakteristik pasar oligopoli terdiferensiasi. Diferensiasi terjadi dalam hal kualitas dan kelengkapan atribut. Selain mini market dan supermarket, dalam penelitian ini rumah makan dan toko makanan juga dikategorikan sebagai pasar modern. Sedikitnya perusahaan brownies yang bersaing di pasar modern disebabkan segmentasi pasar dan hambatan berupa persyaratan-persyaratan dari pihak pengelola pasar modern. Umumnya pasar modern memiliki dua pemasok tetap brownies. Masing-masing pemasok menghasilkan brownies dengan spesifikasi jenis dan kualitas tertentu. Alasan utama pasar modern beralih pemasok adalah pemasok tidak mampu memenuhi persyaratan dan kesepakatan kedua belah pihak dalam hal kualitas, kuantitas, kontinuitas dan pelayanan. Kebijakan pengelolaan supermarket mengatur tentang produk brownies yang dijual, ketersediaan brownies, harga, kerjasama dengan pemasok dan kebijakan lain yang dikelola oleh manajemen. Media promosi yang sering digunakan adalah brosur produk brownies dengan bentuk promosi utama berupa potongan harga atau diskon. Pasar modern dengan segmen pasar konsumen kelas menengah ke atas menerapkan persyaratan tertentu bagi perusahaan pemasok baik dalam hal produk, mekanisme jual beli, pelayanan dan persyaratan lain sebagai berikut, persyaratan umum yang berlaku
adalah
pemasok
harus
mampu
memenuhi
permintaan/pesanan pasar modern dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalan kondisi apapun. Kualitas produk harus sesuai dengan spesifikasi yang dipesan, jumlah produk harus sesuai dengan pesanan, pemasok harus menjaga komitmen terhadap pelayanan dan memberikan harga yang kompetitif.
Jenis produk yang dijual adalah brownies yang memiliki kualitas baik dan dikemas tertutup rapat. Kemasan memuat informasi yang lengkap mengenai merek, nama perusahaan, nomor izin usaha, izin Departemen Kesehatan, tanggal kadaluarsa, jenis brownies, dan komposisi bahan yang digunakan. Sistem jual beli yang terjadi berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pasar modern, umumnya supermarket menerapkan sistem jual beli ”beli putus”, artinya brownies
yang telah dibeli dan diterima pasar
modern sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak pasar modern. Untuk kerusakan atau kesalahan yang terjadi pada brownies akibat kelalaian pemasok, pihak pasar modern mensyaratkan pemasok untuk menerima dan mengganti brownies yang rusak tersebut. Pasar modern umumnya meminta jangka waktu pembayaran untuk produk yang dibeli. Jangka waktu pembayaran beragam dengan memperhatikan hasil negosiasi antara pihak pasar modern dengan produsen. Pelayanan yang dilakukan dalam hal pemesanan oleh pihak pasar modern dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan stok brownies di pasar, umumnya sekitar satu minggu sekali. Pengiriman brownies dari pemasok dilakukan sesuai dengan pesanan pasar modern baik waktu, kualitas maupun kuantitas. Biaya transportasi sebelum serah terima ditanggung oleh pemasok. 4. Instansi
Instansi atau lembaga organisasi adalah salah satu pasar yang juga terkait dalam pemasaran brownies di Kota Bogor. Pada umumnya perusahaan, lembaga pemerintahan atau organisasi tertentu merupakan konsumen dari produk makanan seperti brownies. Organisasi tersebut mengkonsumsi brownies sebagai panganan ringan. Struktur pasar yang terdapat di organisasi ini adalah oligopoli terdiferensiasi. Jumlah penjual di pasar instansi ini sedikit karena adanya hambatan masuk pasar yang cukup ketat.
Sama seperti pasar modern, pasar instansi juga menerapkan persyaratan-persyaratan yang menjaga keprofesionalan pemasok untuk memenuhi keinginan instansi. Instansi yang bekerjasama dengan produsen brownies Amanda dan Elsari adalah PT. Kereta Api Indonesia, Klub Golf Cibubur, DPRD Kota Bogor dan PT. Surya Mas. 4.2.4. Potensi Pasar, Peluang Pasar dan Pangsa Pasar
Perkembangan permintaan masyarakat terhadap brownies sampai pertengahan tahun 2007 masih menunjukan angka yang menggembirakan. Brownies masih menjadi camilan primadona, kendati harga jual relatif mahal. Kreasi, cita rasa, modifikasi bentuk dan hiasan menjadi salah satu alasan kenapa animo masyarakat membeli brownies tergolong tinggi sampai saat ini. Ini berarti usaha brownies masih memiliki peluang yang menjanjikan. Kue brownies bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai camilan dengan nilai tawar serta memiliki prestise yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah penjualan brownies terbesar dilakukan oleh Amanda Brownies. Pangsa pasar produsen brownies seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Pangsa pasar produsen brownies di Kota Bogor tahun 2007 Jumlah penjualan Pangsa pasar 2007 Amanda brownies 131.047 37,18 Adinda brownies 74.589 21,24 Elsari brownies 70.126 19,90 Marine choco brownies 44.164 12,53 Brownies Bogor 18.628 5,29 LeKre Bread 9.491 2,69 MrBrown Co 4.123 1,17 Total penjualan 352.438 100,00 Data diambil dan diolah dari berbagai sumber. Data per tanggal 24 April 2008. Produsen brownies
Analisis pangsa pasar menunjukkan bahwa pemimpin pasar brownies di Bogor adalah Amanda Brownies. Amanda Brownies menguasai 37,18 persen dari pasar brownies di Kota Bogor yang teridentifikasi berdasarkan jumlah penjualan ketujuh produsen
responden penelitian. Adinda Brownies menguasai pangsa pasar sebesar 21,24 persen dan Elsari Brownies menguasai 19,90 persen dari keseluruhan pasar. Elsari Brownies and Bakery merupakan pengikut pasar dengan menguasai 19,90 % dari keseluruhan pasar brownies yang teridentifikasi dalam penelitian. Berdasarkan data demografi Kota Bogor, jumlah penduduk Bogor mencapai 750.250 orang dengan jumlah wanita sebanyak 370.804 orang dan pria sebanyak 379.446 orang. Rincian data penduduk Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa konsumsi brownies di Kota Bogor mencapai 0,47 box per orang per tahunnya (352.438 box per tahun/750.250 orang). Permintaan industri makanan dan minuman tumbuh 8% pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2006 permintaan industri ini tumbuh 7,22% (www.sentrabisnis-ukm.com). Sehingga dapat diasumsikan bahwa pertumbuhan permintaan industri makanan mencapai 0,78% dari tahun ke tahun. Jumlah permintaan brownies di Kota Bogor pada tahun 2007 mencapai 352.438 box. Peningkatan permintaan sebesar 0,78% menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan sebanyak 2.749 box per tahun atau 229 box per bulan (0,78% x 352.438 box per tahun). Hal ini merupakan peluang yang cukup besar bagi Elsari untuk memenuhi pertumbuhan permintaan brownies di wilayah Bogor. Tabel 8. Jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan menurut jenis kelamin tahun 2006 Kecamatan Laki-laki Perempuan Bogor Selatan 77.254 73.881 Bogor Timur 38.307 38.958 Bogor Utara 64.148 61.710 Bogor Barat 86.496 84.148 Bogor Tengah 46.235 46.620 Tanah Sareal 67.006 65.487 Jumlah 379.446 370.804 Sumber : www.kotabogor.go.id (April, 2008)
Jumlah 151.135 77.265 125.858 170.644 92.855 132.493 750.250
Saluran pemasaran secara langsung memberikan peluang yang cukup besar bagi Elsari karena berdasarkan analisis marjin pemasaran, saluran pemasaran secara langsung memberikan marjin yang paling besar yaitu 40 persen dari harga jual. Berdasarkan hasil wawancara dengan produsen, rata-rata jumlah pendistribusian melalui pemasaran langsung mencapai 60 persen dari keseluruhan distribusinya. Brownies merupakan panganan ringan yang memiliki prestise tinggi di masyarakat, sehingga target dari pemasaran brownies adalah kalangan menengah ke atas. Kalangan menengah ke atas adalah konsumen yang berpendapatan bersih lebih dari satu juta rupiah per bulan. Profil penduduk Kota Bogor berdasarkan pendapatan bersih dapat dilihat pada Gambar 9. 2%
8%
15%
200.000 200.000-399.999 400.000-599.999
49%
600.000-799.999 800.000-999.999 14%
>1.000.000
12%
Gambar 9. Profil penduduk Bogor berdasarkan pendapatan bersih (www.kotabogor.go.id, April 2008) Kalangan menengah ke atas yang terdapat di Kota Bogor mencapai 49 persen. Dengan demikian, jumlah konsumen menengah atas yang membeli brownies secara langsung dari produsen sebanyak 29,4 persen (60% x 49%) dari seluruh konsumen brownies di Bogor. Potensi pasar brownies melalui saluran pemasaran langsung adalah sebanyak 220.574 box per tahunnya (29,4% x 750.250 box pertahun).
Tabel 9. Perhitungan peluang pemasaran langsung
Potensi pasar (a) Segmen menengah-atas (b) Konsumen brownies pemasaran langsung (c) Pasokan brownies pemasaran langsung (d) Peluang pasar pemasaran langsung
Jumlah Keterangan (box/tahun) 750.250 367.623 49% x (a) 220.574 60% x (b)
211.463 9.111 (c) – (d)
Saat ini pendistribusian secara langsung mencapai 211.463 box per tahun (60% x 352.438 box) atau 17.622 box per bulan. Dengan demikian, terdapat peluang pasar pemasaran langsung sebesar 9.111 box per tahun. Peluang pasar keseluruhan berdasarkan penjumlahan peluang pasar pemasaran langsung dan pertumbuhan permintaan yaitu sebesar 11.860 box per tahun (2749 box + 9.111 box). 4.3. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan EBB dapat dianalisis menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas usaha. Rasio keuangan ini akan menggambarkan kekuatan dan kelemahan keuangan EBB. Adapun data yang digunakan adalah data keuangan pada tahun 2007. EBB belum menggunakan pencatatan laporan keuangan seperti neraca dan laba rugi. Pencatatan yang dilakukan hanya sebatas laporan pemasukan dan pengeluaran selama periode 2007. Sementara untuk periode sebelumnya belum dilakukan pencatatan arus kas, hanya ada laporan penjualan secara garis besar saja. Oleh karena itu peneliti mengolah data keuangan EBB berdasarkan hasil wawancara dan olahan data pemasukan dan pengeluaran yang didapat dari EBB. Pendapatan bersih yang dihasilkan EBB tahun 2007 mencapai 1.718.087.000 rupiah. Sedangkan biaya yang terbesar dikeluarkan untuk membiayai produksi. Harga pokok produksi yang dikeluarkan pada tahun 2007 mencapai 56,54% dari total penerimaan. Total beban yang harus ditanggung EBB mencapai 89,33 persen dari pendapatan bersih yang
dihasilkan. Laba bersih yang dihasilkan EBB mencapai 10,67 persen. Laporan laba rugi EBB pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Laporan laba rugi EBB tahun 2007 Pendapatan Pendapatan bersih 1.718.087.000 Total Pendapatan Beban Harga Pokok Produksi 971.455.478 Beban penjualan Beban gaji penjualan 175.315.000 Beban transportasi 64.536.000 Beban administrasi Beban gaji karyawan 262.668.000 Beban sewa 8.000.000 Beban administrasi 5.700.000 Beban penyusutan 39.290.735 Beban lain-lain Beban bunga 7.800.000 Total beban Laba bersih * = Persentase terhadap pendapatan bersih
* 100.00 100.00
1.718.087.000
56.54 10.20 3.76 15.29 0.47 0.33 2.29 0.45 89.33 10.67
1.534.765.213 183.321.787
Pada laporan ekuitas pemilik, modal pemilik awal periode pencatatan adalah sebesar Rp 79.960.000. Dengan laba yang diperoleh sebesar Rp 183.321.787, maka modal pemilik mencapai 263.281.787 rupiah pada akhir Desember 2007. Laporan ekuitas pemilik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Laporan ekuitas pemilik EBB tahun 2007 Modal pemilik Laba bersih Modal per 31 Desember 2007
79.960.000 183.321.787 263.281.787
Laporan perubahan kas menunjukkan bahwa selama tahun 2007, EBB memiliki perubahan kas yang negatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan GM EBB, hal ini disebabkan kurang terkontrolnya saluran pemasaran yang menggunakan agen perorangan sebagai lembaga pemasaran. Kurang terseleksinya agen perorangan menyebabkan tingginya jumlah piutang yang ditanggung EBB sehingga EBB menanggung perubahan kas yang negatif. Namun, hal ini dapat ditangani oleh pemilik karena pemilik memegang kas yang dapat digunakan untuk keperluan selama EBB beroperasi.
Tabel 12. Laporan perubahan kas EBB tahun 2007 Bulan
Penerimaan
Pengeluaran
Saldo
Januari
144.044.650
152.842.500
-8.797.850
Februari
126.308.800
143.688.150
-17.379.350
Maret
143.654.500
152.342.400
-8.687.900
April
133.034.700
144.966.300
-11.931.600
Mei
138.022.150
163.664.650
-25.642.500
Juni
162.096.400
182.364.300
-20.267.900
Juli
155.582.900
153.980.000
1.602.900
Agustus
145.583.800
146.951.000
-1.367.200
September
118.925.100
131.500.250
-12.575.150
Oktober
125.378.500
146.525.100
-21.146.600
November
125.214.500
135.395.200
-10.180.700
Desember
121.690.400
129.863.533
-8.173.133
Sedangkan untuk neraca, aktiva lancar EBB mencapai 35,52 persen dari keseluruhan total aktiva. Neraca EBB tahun 2007 seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Neraca E BB tahun 2007 Aktiva Aktiva lancar Kas Piutang Perlengkapan Persediaan Total aktiva lancar Properti dan peralatan Peralatan pabrik Akumulasi penyusutan peralatan pabrik Peralatan kantor Akumulasi penyusutan peralatan kantor Kendaraan Akumulasi penyusutan kendaraan Total properti dan peralatan Total aktiva Kewajiban Kewajiban lancar Hutang bank Hutang hand phone Total kewajiban lancar Hutang mobil Hutang motor Hutang sepeda Total kewajiban Ekuitas pemilik Modal pemilik Total kewajiban dan ekuitas * = Persentase terhadap total aktiva
97.849.262 78.528.600 19.960.000 97.465.000 293.802.862
* 11,83 9,49 2,41 11,78 35,52
56.854.200 -6.878.556 25.058.260 -4.324.979 489.000.000 -26.370.000 533.338.925 827.141.787
6,87 -0,83 3,03 -0,52 59,12 -3,19 64,48 100,00
65.000.000 9.860.000 74.860.000 392.000.000 96.250.000 750.000 563.860.000
* 7,86 1,19 9,05 47,39 11,64 0,09 68,17
263.281.787 827.141.787
31,83 100,00
Total kewajiban yang harus dibayar EBB jangka pendek sebesar 9,05 persen. Sementara kewajiban jangka panjang yang harus dipenuhi EBB adalah sebesar 59,12 persen. Kewajiban total EBB adalah sebesar baik jangka panjang maupun jangka pendek mencapai 68,17 persen dan sisanya merupakan modal pemilik. 4.3.1. Likuiditas
Analisis rasio likuiditas akan memperlihatkan posisi keuangan jangka pendek perusahaan. Posisi keuangan tersebut menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat harus membayar kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Hubungan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam neraca merupakan komponen penting dalam penghitungan rasio likuiditas. Nilai rasio likuiditas EBB dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai rasio likuditas Elsari Brownies and Bakery 2007 Rasio
Nilai Rasio
Rasio lancar
3,92
Rasio cepat
2,62
Sumber : hasil olahan Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya karena aktiva lancar yang dimiliki mampu untuk menutupi kewajiban lancar yang harus dibayar EBB. Aktiva lancar EBB sebesar 35,52 % dari total aktiva yang dimiliki. Sementara 64,48 % dari total aktiva EBB berupa properti dan peralatan. Jumlah saldo dari pencatatan penerimaan dan pengeluaran EBB memang menunjukkan nilai negatif, namun hal ini dapat diatasi dengan jumlah kas yang dipegang oleh pemilik EBB. Kas EBB dipegang seluruhnya oleh pemilik EBB, hal ini menyebabkan adanya kemungkinan tercampurnya uang pribadi dengan perusahaan. a). Rasio lancar (CR)
Rasio lancar menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan hasil
perhitungan, rasio lancar EBB adalah sebesar 3,92. Angka ini berarti bahwa EBB memiliki Rp 3,92 dalam aktiva lancar untuk setiap Rp 1,dalam kewajiban lancar. Dapat dilihat bahwa aktiva lancar EBB mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memiliki posisi yang aman dalam hal likuiditas. EBB menggunakan kewajiban lancar untuk mendanai jalannya usaha dalam jangka pendek. Pemilik EBB hanya berorientasi pada jalannya usaha EBB dalam jangka pendek, sementara untuk jangka panjang pemilik mempunyai hutang untuk membiayai pembelian kendaraan. Kendaraan dibutuhkan untuk mengantarkan borwnies ke pemesan. b). Rasio cepat (QR)
Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan karena pos persediaan dianggap paling tidak likuid diantara aktiva-aktiva lancar lainnya. Persediaan pada EBB adalah persediaan bahan baku dan persediaan barang dagangan. Bila dilihat pada Tabel 5, rasio cepat EBB mencapai 2,62. Hal ini berarti EBB memiliki Rp 2,62 dalam aktiva lancar dikurangi persediaan untuk setiap Rp 1,- kewajiban lancar. Nilai rasio yang lebih dari satu ini menunjukkan bahwa aktiva lancar yang paling likuid mampu untuk menutupi hutang lancarnya. 4.3.2. Solvabilitas
Rasio kemampuan
solvabilitas perusahaan
digunakan
untuk
untuk
memenuhi
menggambarkan
seluruh
kewajiban
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikudasi. Rasio solvabilitas ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutang dan jaminan untuk pemilik jika perusahaan dilikuidasi. Data-data yang digunakan adalah data-data pada pos aktiva, modal sendiri dan kewajiban. Nilai rasio solvabilitas EBB tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai rasio solvabilitas Elsari Brownies and Bakery 2007 Rasio
Nilai rasio
Rasio modal sendiri dengan total aktiva
0,32
Rasio total hutang dengan total aktiva
0,68
Rasio total hutang dengan modal sendiri
2,14
Sumber : hasil olahan a). Rasio modal sendiri dengan total aktiva (ETTAR)
Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal sendiri. Nilai rasio ini berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan nilai sebesar 0,32. Angka ini berarti pada tahun 2007 EBB sebanyak 32 % aktiva dibiayai dari modal sendiri dan 68 % aktiva dibiayai oleh pinjaman. Nilai ini menunjukkan tingkat keamanan yang kurang baik bagi perusahaan. b). Rasio total hutang dengan total aktiva (DR)
Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai rasio ini sebesar 0,68 berarti 68 % dari aktiva dibiayai hutang. Nilai risiko yang relatif besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. EBB menggunakan sebagian besar hutang untuk mencicil alat transportasi seperti mobil dan motor. Jumlah hutang mobil dan motor EBB mencapai 58,9 % dari keseluruhan kewajiban dan ekuitas EBB. c). Rasio total hutang dengan modal sendiri (DER)
Rasio total hutang terhadap modal sendiri menunjukkan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan modal sendiri. Nilai rasio ini pada tahun 2007 mencapai 2,14 yang berarti setiap Rp 1,- modal perusahaan digunakan untuk menjamin hutangnya sebesar Rp 2,14. Nilai rasio yang besar ini menunjukkan rendahnya tingkat keamanan keuangan perusahaan karena besarnya komponen dana yang berasal dari pihak luar dan rendahnya kemampuan modal sendiri untuk membayar kewajiban perusahaan.
4.3.3. Rentabilitas
Analisis rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan. Analisis rentabilitas yang digunakan
pada
EBB
menggunakan
rasio
laba
bersih,
rasio
pengembalian modal sendiri dan rasio pengembalian investasi. Nilainilai rasio rentabilitas EBB tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 16. a). Rasio pengembalian modal sendiri (ROE)
Rasio pengembalian modal sendiri mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Nilai rasio pengembalian modal sendiri EBB tahun 2007 mencapai 0,70 berarti dari setiap Rp 1,- modal sendiri, EBB mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,70. Tabel 16. Nilai rasio rentabilitas Elsari Brownies and Bakery tahun 2007 Rasio Rasio laba bersih Rasio pengembalian modal sendiri Rasio pengembalian investasi Sumber : hasil olahan
Nilai rasio 0,11 0,70 0,22
b). Rasio pengembalian investasi (ROI)
Rasio pengembalian investasi menunjukkan kemampuan EBB dalam menghasilkan keuntungan atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan juga melihat bagaimana efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini mencapai 0,22 berarti dari setiap Rp 1,- yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,22. ROI merupakan rasio yang umumnya ingin diketahui oleh para investor untuk menanamkan investasi di dunia usaha. c). Rasio laba bersih
Rasio laba bersih menunjukkan besarnya laba bersih yang dihasilkan selama periode tertentu. Nilai 0,11 menunjukkan bahwa EBB menghasilkan laba bersih Rp 0,11 dari setiap satu rupiah penjualan.
4.3.4. Aktivitas usaha
Analisis aktivitas usaha dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi EBB dalam mengelola sumber daya perusahaan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktivitas EBB dilakukan dengan menggunakan rasio perputaran total aktiva dan rasio perputaran piutang. Nilai rasio aktivitas usaha EBB tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Nilai rasio aktivitas Elsari Brownies and Bakery 2007 Rasio Rasio perputaran total aktiva Rasio perputaran piutang Sumber : hasil olahan
Nilai rasio 2,08 21,88
a). Rasio perputaran total aktiva
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efektivitas EBB dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan dan memperoleh laba. Rasio perputaran total aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Nilai perputaran total aktiva EBB mencapai 2,08 yang artinya setiap satu rupiah total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan Rp 2,08. b). Rasio perputaran piutang
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. EBB mengeluarkan kebijakan tenggat waktu pembayaran kepada counter mitra penjualan selama satu minggu dan kepada agen perseorangan selama satu bulan. Nilai rasio perputaran piutang EBB tahun 2007 mencapai 21,88 kali atau 16,8 hari (360 hari/21,88). Hal ini berarti dalam satu periode EBB mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 22 kali. Biasanya, masalah penagihan piutang berada pada agen perseorangan, sementara untuk counter mitra penjualan, tingkat kemacetan pembayaran tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan kurang terseleksinya pemilihan agen perseorangan yang digunakan untuk memasarkan produk EBB sementara untuk counter
mitra biasanya sudah diadakan perjanjian tentang konsekuensi jika terjadi kemangkiran dari salah satu pihak yang bekerjasama. 4.4. Pendanaan 4.4.1. Sumber Pendanaan
Sumber
pendanaan
EBB
selama
ini
lebih
banyak
mengandalkan pinjaman dari pihak luar atau eksternal. Berdasarkan analisis keuangan yang telah dilakukan, EBB mendanai usahanya dengan hutang sebanyak 68 persen. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat risiko yang ditanggung oleh kreditur. Sedangkan modal sendiri EBB hanya sebesar 32 persen. Analisis ini mengarahkan pada kesimpulan
bahwa
untuk
mengadakan
pengembangan
usaha,
sebaiknya EBB tidak mengandalkan pendanaan dari pinjaman bank. EBB sebaiknya mencari sumber dana dari investor sehingga tidak menambah beban untuk membayar hutang dan bunganya. Pendanaan dengan menggunakan investor dipilih dengan alasan bahwa EBB telah menanggung risiko usaha yang cukup tinggi dengan membiayai usaha awalnya dari pinjaman bank sebesar 68% dari keseluruhan aktivanya. Selain itu, pihak bank juga akan memperhitungkan kemungkinan adanya ketidakmampuan EBB untuk membayar
kewajibannya
dalam
jangka
panjang.
Jadi
dapat
disimpulkan bahwa EBB akan memilih investor untuk membiayai pengembangan usahanya meskipun biaya yang dikeluarkan lebih besar yaitu adanya pembagian keuntungan bersih antara investor dengan pemilik. Rincian rencana pendanaan pengembangan EBB dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rencana pendanaan pengembangan EBB Rencana Kebutuhan Investasi : ( Pada tahun ke Nol ) Perkiraan Modal Kerja yang dibutuhkan Kebutuhan dana a. Modal Sendiri Sumber Dana b. Pinjam ke Bank c. Investor Suku Bunga Pinjaman
20% 20% 60% 12%
590.912.120 444.045.336 1.034.957.456 206.991.491 206.991.491 620.974.474 10
Rencana
kebutuhan
investasi
pengembangan
EBB
membutuhkan dana investasi sebesar Rp 590.912.120,- dan perkiraan modal kerja yang dibutuhkan untuk tahun pertama adalah sebesar Rp 444.045.336,-. Sumber dana yang dibutuhkan dirancang dengan komposisi besarnya dana modal sendiri sebesar 20 persen, pinjaman ke bank sebesar 20 persen dan dana dari investor sebesar 60 persen. Pembagian keuntungan dengan investor ditetapkan 50% dari laba bersih yang diraih pada tahun periode berjalan. Berdasarkan wawancara dengan pihak EBB, pemilihan lokasi pendirian counter dan pabrik EBB adalah di wilayah Air Mancur. Wilayah tersebut merupakan salah satu pusat jajanan atau makanan khas Bogor seperti Martabak Air Mancur. Kekuatan wilayah Air Mancur adalah sudah terkenalnya wilayah tersebut sebagai pusat jajanan Bogor sehingga calon konsumen akan menuju wilayah tersebut jika ingin mendapatkan makanan khas Bogor. Oleh karena itu, Air Mancur dianggap strategis sebagai tempat penjualan makanan jajanan. Pemimpin pasar dan penantang pasar brownies di Kota Bogor yaitu Amanda brownies dan Adinda brownies memiliki keunggulan dalam hal tempat penjualan yang strategis yaitu di daerah Pajajaran, oleh karena itu pengembangan usaha EBB perlu dilakukan di daerah yang strategis pula. Wilayah Air Mancur merupakan pusat makanan yang strategis untuk dijadikan tempat usaha penjualan makanan. 4.4.2. Rencana Kebutuhan Dana
Dana investasi dikeluarkan untuk membeli sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Sedangkan perkiraan modal kerja yang dibutuhkan mencakup pengeluaran untuk transportasi, sewa pabrik dan toko, gaji pegawai, dan bahan baku produksi. Jumlah perkiraan modal kerja yang dibutuhkan diasumsikan sebesar 25% dari keseluruhan biaya pada tahun ke-1 usaha pengembangan EBB berjalan. Sedangkan untuk dana pada bulan
berikutnya pada tahun pertama didapat dari hasil penjualan EBB di tahun pertama tersebut. Dengan adanya peluang pasar pemasaran langsung sebesar 11.860 box per tahun dari hasil penjumlahan peluang akibat adanya pertumbuhan permintaan dengan peluang pemasaran langsung, EBB akan mengisi peluang pasar pemasaran langsung tersebut sebanyak 20% yaitu sekitar 2.335 box per tahun. Jumlah 2.335 box per tahun menambah produksi EBB sebesar 3,32 persen dari jumlah produksi pada tahun 2007 (70.126 box). Jumlah ini dianggap cukup besar untuk meningkatkan keuntungan EBB dan optimalisasi perusahaan. Jumlah 2.335 box per tahun menunjukkan adanya peningkatan produksi yang otomatis meningkatkan pengeluaran untuk investasi dan operasi. Rincian kebutuhan dana pada tahun ke-0 dan tahun ke-1 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rincian kebutuhan dana pada tahun ke-0 dan tahun ke-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan dana Sarana administrasi Sarana produksi Sarana mobilitas Biaya perizinan Transportasi Pabrik dan toko Tenaga kerja Bahan baku produksi Jumlah
Tahun ke-0 38.461.620 63.300.500 505.137.000 150.000
Tahun ke-1
69.053.520 146.429.500 304.200.000 1.256.498.325 590.912.120
1.776.181.345
Pengeluaran investasi yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk peralatan membuat kue, peralatan memasak, pengeluaran untuk administrasi dan pengeluaran untuk perizinan pengembangan usaha. Pengeluaran untuk investasi awal pengembangan EBB dapat dilihat pada Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-. Investasi awal dikeluarkan untuk membiayai sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Manfaat dari usaha ini adalah nilai penjualan dan nilai sisa dari peralatan apabila perusahaan
menghentikan operasinya. Nilai sisa dari peralatan pada akhir tahun ke-10 sebesar Rp 59.076.212,-. Nilai sisa pada akhir tahun ke-10 dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penyusutan aset pengembangan usaha EBB Nilai awal aset No 1 2 3 4
Sarana administrasi Sarana produksi Sarana mobilitas Jumlah
38.461.620 63.300.500 489.000.000 590.762.120
Nilai akhir aset (0.1 dari nilai awal) 3.846.162 6.330.050 48.900.000 59.076.212
Umur ekonomi
Penyusutan
10 10 10
3.461.546 5.697.045 26.370.000 35.528.591
Pengembangan usaha yang akan dilakukan merupakan usaha yang terpisah dari EBB yang sudah ada sebelumnya. Usaha EBB yang sudah ada sebelumnya akan difokuskan untuk memenuhi permintaan brownies dari luar Kota Bogor. Jumlah produksi pengembangan usaha EBB pada tahun pertama pengembangan usaha akan mencapai 72.000 box, sementara untuk tahun-tahun berikutnya diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan angka penjualan sebesar 3%. Asumsi peningkatan pertumbuhan sebesar 3% berdasarkan besarnya jumlah peluang pasar yang ingin diisi EBB dari hasil analisis peluang pasar yang telah dilakukan. Produk yang dihasilkan oleh pengembangan usaha EBB ini diasumsikan 100% berupa brownies panggang. 4.4.3. Proyeksi Penerimaan dan Pengeluaran Pengembangan Usaha EBB
Harga jual brownies EBB pada tahun pertama mencapai Rp 25.200 dan akan mengalami kenaikan sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan akibat adanya kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional lainnya. Penentuan harga jual ini dilakukan berdasarkan biaya total yang dikeluarkan EBB ditambah dengan pajak, kemudian ditambah mark up yang diinginkan yaitu sebesar 25%. Mark up sebesar 25% ini didasarkan pada risiko yang ditanggung oleh industri makanan. Pada umumnya, industri makanan menetapkan keuntungan minimal 20% dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan oleh sifat produk makanan yang tidak tahan lama sehingga risiko yang ditanggung dari usaha makanan cukup tinggi. Dengan risiko produk
yang lebih tinggi, produsen mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. Harga
yang
digunakan
merupakan
harga
berdasarkan
wawancara dengan pengelola EBB, kemudian untuk tahun-tahun berikutnya diperhitungkan kemungkinan naiknya harga berdasarkan asumsi inflasi sebesar 7%. Proyeksi penerimaan EBB selama umur proyek dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Proyeksi penerimaan EBB selama umur proyek Tahun ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah penjualan 72.000 74.160 76.385 78.676 81.037 83.468 85.972 88.551 91.207 93.944
Harga jual 25.207 27.049 29.068 32.783 35.209 37.870 42.096 45.299 48.812 52.668
Penerimaan 1.814.894.023 2.005.940.655 2.220.323.679 2.579.223.010 2.853.237.368 3.160.950.406 3.619.109.402 4.011.242.005 4.452.049.842 4.947.856.588
Biaya operasional 1.811.709.936 1.955.082.226 2.112.608.637 2.405.862.411 2.596.072.505 2.805.109.896 3.139.437.130 3.391.960.471 3.669.539.805 3.974.682.486
Biaya operasional yang dikeluarkan meliputi biaya gaji karyawan, biaya listrik, biaya sewa pabrik, sewa counter, biaya transportasi, biaya bahan bakar, biaya bahan baku produk dan biaya promosi. Biaya operasional terbesar dikeluarkan untuk biaya produksi. Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi brownies. Tabel 22. Harga pokok produksi brownies EBB (satu kocokan untuk 16 loyang) No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bahan
Telur Gula Vanili Soda kue Terigu Cokelat Susu bubuk Garam Minyak Keju Cokelat chips Cokelat batangan Total biaya produksi/kocokan
Berat
2 2,5 1 1 1,5 0,3 0,2 0,5 1 5 5 2
Satuan
kg kg bungkus bungkus kg kg kg bungkus liter blok bungkus blok
Total biaya produksi/loyang
Sumber : Elsari Brownies and Bakery, 2007.
Harga/ satuan
8.700 4.900 2.500 4.000 7.000 21.000 17.000 2.000 15.000 12.000 10.000 12.000
Total biaya
17.400 12.250 2.500 4.000 10.500 6.300 3.400 1.000 15.000 60.000 50.000 24.000 206.350 12.896,875
Untuk
memproduksi
brownies
sebanyak
satu
loyang
dibutuhkan dana sebesar Rp 12.896,-. Harga beli bahan baku yang digunakan adalah data harga pada bulan Februari 2008. Harga pokok produksi brownies EBB dapat dilihat pada Tabel 22. Biaya gaji karyawan diperhitungkan berdasarkan jumlah pegawai yang bekerja di EBB baik di pabrik maupun counter yang akan didirikan. Dengan diadakannya pengembangan usaha maka diperlukan tambahan pegawai EBB. Pada awal tahun 2008, jumlah pegawai EBB mencapai 28 orang termasuk pemilik dengan jumlah pegawai produksi sebanyak 12 orang. Pada tahun pertama pengembangan EBB, dibutuhkan pegawai produksi sebanyak 15 orang untuk mendukung adanya peningkatan produksi EBB. Untuk pegawai administrasi, ditambah tiga orang yang bertugas mengatur administrasi di counter EBB. Sedangkan dua pegawai administrasi yang sudah ada tetap mengatur administrasi di pabrik. Pegawai pemasaran ditambah sejumlah dua orang untuk memperluas pemasaran EBB hingga mampu meningkatkan nilai EBB di mata konsumen Bogor pada khususnya. Peningkatan gaji pegawai dilakukan pada tahun ke-4 dan ke-7 dengan tingkat kenaikan sebesar 7% dari gaji pada tahun sebelumnya. Biaya untuk gaji pegawai EBB dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Biaya untuk gaji pegawai EBB setelah pengembangan usaha Tahun ke-
General manager
Direktur
25.200.000
18.000.000
24.000.000
30.000.000
25.200.000
18.000.000
24.000.000
90.000.000
30.000.000
25.200.000
18.000.000
24.000.000
166.920.000
144.450.000
32.100.000
35.952.000
19.260.000
25.680.000
5
166.920.000
144.450.000
32.100.000
35.952.000
19.260.000
25.680.000
6
166.920.000
144.450.000
32.100.000
35.952.000
19.260.000
25.680.000
7
223.255.500
175.169.700
34.347.000
48.085.800
20.608.200
27.477.600
8
223.255.500
175.169.700
34.347.000
48.085.800
20.608.200
27.477.600
9
223.255.500
175.169.700
34.347.000
48.085.800
20.608.200
27.477.600
10
223.255.500
175.169.700
34.347.000
48.085.800
20.608.200
27.477.600
Produksi
Pemasaran
Pimpinan
Administrasi
1
117.000.000
90.000.000
30.000.000
2
117.000.000
90.000.000
3
117.000.000
4
Biaya re-investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menginvestasikan
kembali
peralatan-peralatan
dengan
adanya
peningkatan produksi. Pengeluaran biaya re-investasi dilakukan pada tahun ke-4 dan tahun ke-7. Re-investasi sebagian besar dilakukan untuk membeli sarana produksi sebagai sarana utama dalam proses produksi EBB dalam menunjang peningkatan jumlah produksi. Sedangkan untuk sarana mobilitas seperti motor dibeli pada tahun ke-4 dan sepeda dibeli pada tahun ke-7. sementara untuk mobil dianggap cukup dan belum diperlukan untuk menambah unit mobil hingga sepuluh tahun ke depan. Rincian re-investasi seperti pada Tabel 24. Tabel 24. Rincian re-investasi pengembangan usaha EBB Tahun analisa proyek No.
Jenis
4
7
1 Sarana produksi
12.252.666
15.759.139
2 Sarana mobilitas
18.023.445
1.204.336
3 Jumlah
30.276.111
16.963.476
Berdasarkan hasil analisis keuangan yang telah dilakukan, dihasilkan perkiraan laporan laba rugi yang didapat dari hasil usaha selama proyek berlangsung. Perkiraan laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 25. Pada tahun pertama, pengembangan usaha EBB belum mendapatkan laba bersih. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan EBB selama tahun pertama tersebut. Keuntungan bersih diperoleh pengembangan usaha EBB pada tahun kedua. Laba bersih yang diperoleh adalah sebesar Rp 12.801.791,-. Laba bersih meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan pendapatan dan biaya total yang dikeluarkan selama umur proyek.
Hasil penjualan Nilai Akhir aset Total pendapatan Beban Harga pokok produksi Beban gaji Karyawan Beban penyusutan Beban listrik Beban sewa pabrik Beban sewa counter Beban transport Beban bahan bakar Beban promosi KREDIT BANK : Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) Total beban Laba operasi Pajak 10% Laba bersih
1 1,814,894,023 1,814,894,023
2 2,005,940,655 2,005,940,655
3 2,220,323,679 2,220,323,679
4 2,579,223,010 2,579,223,010
5 2,853,237,368 2,853,237,368
6 3,160,950,406 3,160,950,406
7 3,619,109,402 3,619,109,402
8 4,011,242,005 4,011,242,005
9 4,452,049,842 4,452,049,842
10 4,947,856,588 59,076,212 5,006,932,800
1,244,557,125
1,371,626,407
1,511,669,464
1,666,010,916
1,836,110,630
2,023,577,526
2,230,184,791
304,200,000
304,200,000
304,200,000
424,362,000
424,362,000
424,362,000
528,943,800
528,943,800
528,943,800
528,943,800
35,528,591 2,675,000
35,528,591 2,862,250
35,528,591 3,062,608
35,528,591 3,276,990
35,528,591 3,506,379
35,528,591 3,751,826
35,528,591 4,014,454
35,528,591 4,295,465
35,528,591 4,596,148
35,528,591 4,917,878
8,560,000
9,159,200
9,800,344
10,486,368
11,220,414
12,005,843
12,846,252
13,745,489
14,707,674
15,737,211
133,750,000 69,053,520
143,112,500 73,887,266
153,130,375 79,059,375
163,849,501 84,593,531
175,318,966 90,515,078
187,591,294 96,851,134
200,722,685 103,630,713
214,773,272 110,884,863
229,807,402 118,646,804
245,893,920 126,952,080
11,941,200 1,444,500
13,160,397 1,545,615
14,504,073 1,653,808
15,984,939 1,769,575
17,617,001 1,893,445
19,415,697 2,025,986
21,398,040 2,167,805
23,582,779 2,319,551
25,990,581 2,481,920
28,644,220 2,655,654
11,795,237
13,210,666
14,795,945
16,571,459
18,560,034
20,787,238
23,281,707
26,075,511
29,204,573
32,709,121
24,838,979 1,848,344,152 -33,450,129 0 -33,450,129
23,423,550 1,991,716,442 14,224,213 1,422,421 12,801,791
21,838,271 2,149,242,853 71,080,826 7,108,083 63,972,743
20,062,757 2,442,496,627 136,726,383 13,672,638 123,053,745
18,074,182 2,632,706,721 220,530,646 22,053,065 198,477,582
15,846,978 2,841,744,112 319,206,293 31,920,629 287,285,664
13,352,509 3,176,071,346 443,038,056 44,303,806 398,734,251
10,558,705 3,428,594,687 582,647,318 58,264,732 524,382,586
7,429,643 3,706,174,021 745,875,821 74,587,582 671,288,239
3,925,095 4,011,316,702 995,616,098 99,561,610 896,054,488
Tabel 25. Perkiraan laporan laba rugi EBB
TAHUN ANALISA
ITEM
68
4.5. Kriteria Kelayakan Investasi
Analisis
kelayakan
investasi
pengembangan
usaha
dapat
menggunakan beberapa kriteria diantaranya NPV, IRR, PP, PI dan BEP. Kelayakan
usaha
dilakukan
dengan
melihat
pendapatan
bersih
pengembangan EBB pada tingkat suku bunga 12 persen yang merupakan rata-rata suku bunga Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2007. Perhitungan kelayakan pengembangan EBB dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Kriteria kelayakan investasi pengembangan usaha EBB NPV IRR PI PP
456.860.170 18,66% 1,55 8,3 tahun Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan
usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,- dengan discount factor pada tingkat suku bunga 12 % per tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun pengembangan usaha, EBB akan memperoleh keuntungan dengan nilai bersih sebesar Rp 456.860.170,apabila dilihat pada saat sekarang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengembangan usaha EBB layak untuk dilaksanakan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol dan bernilai positif. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Hal ini berarti keuntungan internal yang diperoleh dari pengembangan usaha tersebut dari investasi yang ditanamkan selama umur proyek adalah sebesar 18,66% per tahun. Tingkat pengembalian ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga deposito rata-rata perbankan yaitu 12%. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha EBB ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanamkan investasi berupa deposito di bank. PP digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan dalam hitungan tahun, jika seluruh pendapatan usaha yang dihasilkan digunakan untuk menutupi modal investasi. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan, artinya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi yang telah dikeluarkan adalah 8 tahun 4 bulan. Untuk usaha jenis
makanan, PP sebesar 8 tahun lebih merupakan jangka waktu yang cukup lama. Alasan hal ini terjadi adalah besarnya biaya investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha EBB melalui pembelian sarana mobilitas. Semakin besarnya investasi pada tahun ke-0 akan menyebabkan semakin lamanya jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan keseluruhan dana investasi yang dikeluarkan. Profitability Indeks (PI) menunjukkan nilai perbandingan antara nilai bersih arus kas dan nilai investasi awal yang dikeluarkan. Nilai PI yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa arus kas bersih yang diterima lebih besar daripada nilai investasi yang dikeluarkan. Nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Hal ini menunjukkan arus kas bersih yang diterima menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,55. Break Event Point (BEP) pengembangan usaha EBB berbeda-beda dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box. Berarti, untuk mencapai titik balik modal, EBB perlu memproduksi brownies sebanyak 40.606 box pada tahun pertama pengembangan usaha. Sementara BEP tahun analisis adalah 9,7 tahun. Hal ini berarti jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat total penerimaan sama dengan total pengeluaran selama umur proyek adalah 9,7 tahun. Perhitungan NPV, IRR, PP, PI dan BEP yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11-14. 4.6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh apa yang akan terjadi akibat dari perubahan input terhadap nilai output di akhir perhitungan. Pengaruh yang terjadi dari akibat perubahan variable-variabel tertentu akan terlihat dari hasil analisis kelayakan usaha. Penelitian tentang analisis sensitivitas yang dilakukan adalah melihat sebesar apa perubahan yang terjadi untuk membuat rencana pengembangan usaha tersebut menjadi tidak layak. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, pengembangan usaha EBB akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual sebesar 3,12%, jumlah penjualan turun 3,15%, harga bahan baku telur naik 63% dan
gaji pegawai naik 21,5%. Kriteria kelayakan analisis sensitivitas dapat diliha pada Tabel 27. Tabel 27. Kriteria kelayakan analisis sensitivitas Sensitivitas NPV IRR PI PP
Harga jual turun 3,12% (671,492) 11.99% 1.00 10.2 tahun
Penjualan turun 3,15% (5,070,835) 11.93% 0.99 10.3 tahun
Harga telur naik 63% (3,113,009) 11.96% 1.00 10.3 tahun
Gaji pegawai naik 21.5% (4,275,378) 11.94% 0.99 10.3 tahun
Penurunan harga jual sebesar 3,12% akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima EBB. Pendapatan EBB mengalami penurunan 3,12%. Dampak langsung dari penurunan tersebut adalah menurunnya nilai laba operasi EBB sebesar 33% dari laba operasi sebelum adanya perubahan harga jual. Nilai bersih yang diperoleh dengan adanya penurunan harga jual sebesar 3,12% adalah Rp -671.492,- Sedangkan tingkat pengembalian internal (IRR) yang dihasilkan berada dibawah suku bunga yang diinginkan. IRR akibat dari penurunan harga jual adalah sebesar 11,99%. Perbandingan antara arus kas bersih yang diterima dengan arus kas bersih yang keluar adalah sebesar 1. Hal ini menandakan bahwa jumlah arus kas bersih yang diterima dengan arus kas bersih yang keluar adalah sama. Sedangkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh modal yang diinvestasikan selama 10,2 tahun. Jangka waktu tersebut lebih lama dibandingkan dengan umur proyek. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, dapat dilihat bahwa adanya penurunan harga jual sebesar 3,12% akan mengakibatkan rencana pengembangan EBB menjadi tidak layak. Sensitivitas selanjutnya melihat akibat dari adanya penurunan jumlah penjualan sebesar 3,15%. Penurunan jumlah penjualan mengakibatkan penurunan pendapatan bagi EBB. Pendapatan yang dihasilkan dari adanya penurunan harga jual tersebut adalah sebesar 3,15%. Hal ini menyebabkan laba operasi yang diraih EBB mengalami penurunan sehingga akan berdampak pada kriteria penilaian kelayakan rencana pengembangan EBB. NPV yang dihasilkan adalah sebesar Rp -5.070.835,-. Hal ini berarti bahwa EBB mendapat kerugian bersih sebesar Rp 5.070.835,- selama umur proyek. Sedangkan tingkat pengembalian yang dihasilkan adalah sebesar 11,93%. Tingkat pengembalian ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat suku
bunga bank yang berlaku. Sementara nilai PI yang dihasilkan adalah sebesar 0,99 berarti arus kas bersih yang diterima menghasilkan penerimaan sebesar Rp 0,99. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan keseluruhan investasi adalah selama 10,3 tahun. Jangka waktu ini lebih lama dibandingkan dengan umur proyek sehingga rencana pengembangan EBB akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual sebesar 3,15%. Salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan dalam proses produksi brownies EBB adalah telur. Oleh karena itu, perlu dianalisis sensitivitas adanya perubahan harga beli telur. Dalam penelitian ini, harga telur naik sebesar 63%. Dampak dari kenaikan harga beli telur sebesar 63% adalah turunnya nilai NPV menjadi sebesar Rp -3.113.009. Tingkat pengembalian yang dihasilkan dari adanya kenaikan harga beli telur adalah sebesar 11,96%. Arus kas bersih menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,-. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan keseluruhan investasi yang dilakukan adalah selama 10,3 tahun. Kenaikan harga beli telur sebesar 63% akan mengakibatkan rencana pengembangan EBB menjadi tidak layak. Kenaikan gaji karyawan sebesar 21,5% akan mengakibatkan rencana pengembangan EBB menjadi tidak layak. Kenaikan gaji karyawan berdampak pada naiknya biaya operasional yang dikeluarkan EBB sehingga laba operasi yang diperoleh mengalami penurunan. Nilai NPV yang dihasilkan adalah sebesar -4.275.378,- sehingga nilai bersih saat ini bernilai negatif. Tingkat pengembalian internal dari adanya kenaikan gaji karyawan adalah sebesar 11,94%. Tingkat pengembalian tersebut lebih kecil daripada tingkat suku bunga bank. Sementara untuk nilai PI yang dihasilkan adalah sebesar 0,99, berarti dari setiap Rp 1,- arus kas menghasilkan Rp 0,99 penerimaan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan keseluruhan investasi adalah selama 10,3 tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah mekanisme pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi adalah kegiatan bisnis yang dilakukan dari produsen hingga ke konsumen akhir. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. 2. Efisiensi saluran distribusi dapat dilihat dari besarnya marjin pemasaran yang dihasilkan. Marjin terbesar diperoleh melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Hal ini menunjukkan bahwa saluran penjualan langsung merupakan saluran distribusi yang paling efisien. 3. Kinerja EBB untuk mengembangkan usahanya dinilai cukup baik. Kinerja keuangan EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya karena aktiva lancar yang dimiliki mampu untuk menutupi kewajiban lancar yang harus dibayar EBB. Nilai risiko yang relatif besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Nilai ini menunjukkan tingkat keamanan yang kurang baik bagi perusahaan. Untuk aktivitas usaha EBB, perputaran piutang dan perputaran total aktiva sudah cukup baik. 4. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-. Investasi awal dikeluarkan untuk membiayai sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Investasi terbesar dilakukan untuk membiayai investasi sarana mobilitas. Sarana mobilitas dianggap penting untuk mendukung kegiatan karyawan dalam melaksanakan operasional pemasaran dan distribusi.
5. Pengembangan
usaha
EBB
layak
untuk
dilaksanakan
dengan
menggunakan analisis kelayakan keuangan. Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box. Rencana pengembangan usaha EBB akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual sebesar 3,12%, penurunan tingkat penjualan sebesar 3,15%, kenaikan harga beli telur sebesar 63% dan kenaikan gaji pegawai sebesar 21,5% B. Saran
1. Pembukaan counter EBB sebaiknya dilakukan di tempat yang strategis yaitu tempat yang dikenal konsumen untuk lebih memperkenalkan brownies merek EBB di konsumen kalangan menengah atas di Kota Bogor. 2. EBB perlu mencari investor untuk menanamkan modalnya di EBB sehingga persentase hutang yang ditanggung EBB dapat proporsional dengan keseluruhan modal. 3. EBB perlu melakukan pencatatan administrasi yang lengkap meliputi pencatatan arus kas masuk dan keluar, pelaporan laba rugi, pelaporan neraca dan pelaporan ekuitas pemilik sehingga mempermudah analisis keuangan yang akan dilakukan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2008. Laporan inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahunan. http://www.bi.go.id [Mei, 2008] BPS. 2006. Laporan jumlah UKM di Indonesia. http://www.bps.go.id [Februari, 2008] Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. 2008. Laporan Usaha Kecil dan Menengah, Bogor. Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi revisi. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Bogor. Keown, et al. 2001. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. Kota Bogor. Laporan jumlah penduduk Kota Bogor. http://www.kotabogor.go.id [Maret, 2008] Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 2, terjemahan Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, PT. Prenhalindo, Jakarta. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 Edisi Kesebelas terjemahan Benyamin Molon. PT. Prenhalindo, Jakarta. Laporan Pemasukan dan Pengeluaran Elsari Brownies and Bakery. 2008, Bogor. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Liberty, Jakarta. Navarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Edisi revisi. Salemba Empat, Jakarta. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. 2000. Seminar Nasional Industri Pangan : Pemberdayaan Industri Pangan dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Menghadapi Era Perdagangan Bebas. Prosiding Volume 1. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Bogor. Puspitasari, T. 2007. Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga (Studi kasus industri tahu skala kecil dan rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Penerbitan UMM Malang, Malang. Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial: Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta. Sentra bisnis UKM. 2007. Bisnis oleh-oleh. http://www.sentrabisnis-ukm.com [April, 2008]
Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek : dari konseptual sampai operasional, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Warsini, S. 2003. Manajemen Keuangan : draft buku teks, Dikti, Jakarta. Wirakartakusumah, M.A. 1994. Rekayasa Proses Menghadapi Tantangan Masa Depan Industri Pangan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur organisasi EBB Komisaris H. M.
Direktur Tomy Rahman
General Manager H. Dikdik Sutisna, Administrasi Erfi Septiany Nurhaenil Ketua Produksi
Ketua Produksi Bakery Lidia Sabariah Karyawan Bakery Ahmad Amfani Harun Halimah Neneng Yana Yusep Gunawan
Ketua Produksi Brownies Rahmat K. Karyawan Brownies Ahmad Madun Asep Mahfudin Rahmat K. Agus Mahdi Sofyan Suhendar
Marketing Ade Lutfi Ezri Faisal Rahman Richi Irawan Nana Maulana
Logistik Lukman Firmansah Ubuy Wahyu
Lampiran 2. Daftar harga jual produk EBB Cokelat Jenis
Besar
Kecil
Maises
Rp 22.000
Rp 12.000
Cokelat chips
Rp 22.000
Rp 12.000
Kismis
Rp 22.000
Rp 12.000
Kacang mede
Rp 23.000
Rp 12.000
Keju panggang
Rp 24.000
Rp 13.000
Keju basah/parut
Rp 25.000
Rp 13.000
Kombinasi
Rp 24.000
Rp 13.000
Pisang keju
Rp 25.000
Rp 13.000
Jenis
Besar
Kecil
Kacang mede
Rp 22.000
Rp 12.000
Keju panggang
Rp 24.000
Rp 13.000
Keju basah/parut
Rp 25.000
Rp 13.000
Borju (susu)
Brownies kukus Cokelat Jenis
Besar
Cokelat chips
Rp 26.000
Kismis
Rp 26.000
Kacang mede
Rp 26.000
Keju basah/parut
Rp 26.000
Pisang keju
Rp 26.000
Maises kombinasi
Rp 26.000
Ketan hitam
Rp 26.000
Pandan
Rp 26.000
Brownies kukus cokelat/susu Jenis
Besar
Kacang mede
Rp 26.000
Keju basah/parut
Rp 26.000
Pisang keju
Rp 26.000
Lain-lain Jenis
Besar
Kecil
Lapis legit
Rp 27.000
Lapis Surabaya
Rp 27.000
Pisang bolen
Rp 27.000
Rp 17.000
Pastry
Rp 25.000
Rp 16.000
Brownies kering
Rp 13.000
Jenis
Jmlh
Stn
Tahun analisis proyek 0
Sarana administrasi 1
Sofa
1
unit
2
Meja tamu
1
unit
5
3
Kursi kantor
8
unit
12
4
Meja kantor
4
unit
6
5
Telepon
1
unit
2
6
Kalkulator
4
unit
5
7
Komputer
2
unit
3
8
Printer
2
unit
2
9
Tempat sampah
5
unit
5
Lemari arsip
4
unit
8
11
Rak arsip
2
unit
5
12
Stapler
5
unit
10
13
ATK
12
unit
12
14
Kipas angin
2
unit
5
15
White board
1
unit
1
15
Sound system
1
unit
1
15
Radio tape
2
unit
2
15
Hand Phone
4
unit
6
10
1
2
3
4
5
6
7
1
Sarana produksi 1
Rak kue
7
unit
7
2
Kaca etalase
5
unit
8
1
3
Loyang panggang
100
unit
103
3
5
4
Loyang kukus
45
unit
47
3
2
5
Loyang roti
3
unit
4
1
1
6
Rak kue
25
unit
26
1
1
7
Kuas kue
8
unit
10
1
3
8
9
10
Lampiran 3. Rencana kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
1 1
80
Jenis
Jmlh
Stn
8 9
Oven panggang Oven kukus
Tahun analisis proyek 0
Sarana administrasi 2
unit
3
1
2
3
4 1
5
6
7 1
1
unit
2
1
1
12
unit
12
2
1
Tabung gas
2
unit
4
1
1
12
Kompor minyak
6
unit
10
13
Kompor gas
4
unit
6
1
14
Meja kompor
5
unit
6
1
15
Meja produksi
1
unit
2
1
16
Lemari kardus
1
unit
2
1
17
Lemari tv
1
unit
1
1
12
unit
12
1
2
lusin
2
1
24
unit
25
1 1
10
Oven roti
11
18
Tabung pemadam
19
Gelas
20
Mixer kecil
21
Piring
5
lusin
5
22
Meja produksi
1
unit
1
1
23
Lemari peralatan
1
unit
1
1
24
Dispenser
1
unit
1
1 1 1
25
Mixer
12
unit
12
2
26
Kocokan kue
35
unit
36
1
2 1
27
Baskom
15
unit
15
2
5
28
Adukan kayu
5
unit
5
1
1
29
Ayakan terigu
3
unit
3
2
2
30
Timbangan
10
unit
10
2
2
31
Solet
5
unit
5
2
3
32
Gilingan kayu
5
unit
5
2
2
33
Pisau
5
unit
5
2
3
34
Cutter
12
unit
12
3
5
8
9
10
Lanjutan Lampiran 3. Rencana kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
81
Jmlh
35
Tahun analisis proyek
Stn
Jenis
0
1
2
3
4
Sendok
12
unit
12
36
Garpu
7
unit
7
37
Kulkas
1
unit
2
1 1
5
6
7 1 1
Sarana mobilitas 1
Motor
7
unit
7
2
Sepeda
1
unit
1
3
Mobil
2
unit
2
1
8
9
10
Lanjutan Lampiran 3. Rencana kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
82
Jenis Sarana administrasi
Tahun analisis proyek 0
1
Sofa
575.000
2
Meja tamu
225.000
3
Kursi kantor
75.000
4
Meja kantor
165.300
5 6
Telepon
99.500
Kalkulator
11.100
7
Komputer
4.000.000
8
Printer
1.000.000
9
Tempat sampah
25.000
10
Lemari arsip
297.540
11
Rak arsip
464.000
12
Stapler
13
ATK
25.000
14
Kipas angin
75.000
15
White board
50.000
16
Sound system
75.000
17
Radio tape
75.000
18
Hand Phone
5.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Lampiran 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
2.465.000
83
Jenis 0
1
2
3
4
Tahun analisis proyek 5
6
7
8
9
10
Sarana produksi 1
Rak kue
100.000
107.000
114.490
122.504
131.080
140.255
150.073
160.578
171.819
183.846
196.715
2
Kaca etalase
800.000
856.000
915.920
980.034
1.048.637
1.122.041
1.200.584
1.284.625
1.374.549
1.470.767
1.573.721
3
Loyang panggang
10.000
10.700
11.449
12.250
13.108
14.026
15.007
16.058
17.182
18.385
19.672
4
Loyang kukus
8.000
8.560
9.159
9.800
10.486
11.220
12.006
12.846
13.745
14.708
15.737
5
Loyang roti
15.000
16.050
17.174
18.376
19.662
21.038
22.511
24.087
25.773
27.577
29.507
6 7
Rak kue
75.000
80.250
85.868
91.878
98.310
105.191
112.555
120.434
128.864
137.884
147.536
Kuas kue
7.500
8.025
8.587
9.188
9.831
10.519
11.255
12.043
12.886
13.788
14.754
8
Oven panggang
250.000
267.500
286.225
306.261
327.699
350.638
375.183
401.445
429.547
459.615
491.788
9
Oven kukus
199.000
212.930
227.835
243.784
260.848
279.108
298.645
319.551
341.919
365.853
391.463
10
Oven roti
500.000
535.000
572.450
612.522
655.398
701.276
750.365
802.891
859.093
919.230
983.576
11
Tabung gas
250.000
267.500
286.225
306.261
327.699
350.638
375.183
401.445
429.547
459.615
491.788
12
Kompor minyak
75.000
80.250
85.868
91.878
98.310
105.191
112.555
120.434
128.864
137.884
147.536
13
Kompor gas
299.900
320.893
343.356
367.390
393.108
420.625
450.069
481.574
515.284
551.354
589.949
14
Meja kompor
150.000
160.500
171.735
183.756
196.619
210.383
225.110
240.867
257.728
275.769
295.073
15
Meja produksi
100.000
107.000
114.490
122.504
131.080
140.255
150.073
160.578
171.819
183.846
196.715
16
Lemari kardus
200.000
214.000
228.980
245.009
262.159
280.510
300.146
321.156
343.637
367.692
393.430
17
Lemari tv
250.000
267.500
286.225
306.261
327.699
350.638
375.183
401.445
429.547
459.615
491.788
18
Tabung pemadam
150.000
160.500
171.735
183.756
196.619
210.383
225.110
240.867
257.728
275.769
295.073
19
Gelas
85.000
90.950
97.317
104.129
111.418
119.217
127.562
136.491
146.046
156.269
167.208
Lanjutan Lampiran 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
84
Jenis 0
1
2
3
4
99.000
105.930
113.345
121.279
129.769
Tahun analisis proyek 5
6
7
8
9
10
138.853
148.572
158.972
170.100
182.007
194.748
20
Mixer kecil
21
Piring
115.000
123.050
131.664
140.880
150.742
161.293
172.584
184.665
197.591
211.423
226.222
22
Meja produksi
275.000
294.250
314.848
336.887
360.469
385.702
412.701
441.590
472.501
505.576
540.967
24
Dispenser
111.100
118.877
127.198
136.102
145.629
155.823
166.731
178.402
190.890
204.253
218.551
25
Mixer
2.500.000
2.675.000
2.862.250
3.062.608
3.276.990
3.506.379
3.751.826
4.014.454
4.295.465
4.596.148
4.917.878
26
Kocokan kue
12.500
13.375
14.311
15.313
16.385
17.532
18.759
20.072
21.477
22.981
24.589
27
Baskom
7.500
8.025
8.587
9.188
9.831
10.519
11.255
12.043
12.886
13.788
14.754
28
Adukan kayu
10.000
10.700
11.449
12.250
13.108
14.026
15.007
16.058
17.182
18.385
19.672
29
Ayakan terigu
5.000
5.350
5.725
6.125
6.554
7.013
7.504
8.029
8.591
9.192
9.836
30
Timbangan
45.000
48.150
51.521
55.127
58.986
63.115
67.533
72.260
77.318
82.731
88.522
31
Solet
5.000
5.350
5.725
6.125
6.554
7.013
7.504
8.029
8.591
9.192
9.836
32
Gilingan kayu
7.500
8.025
8.587
9.188
9.831
10.519
11.255
12.043
12.886
13.788
14.754
33
Pisau
10.000
10.700
11.449
12.250
13.108
14.026
15.007
16.058
17.182
18.385
19.672
34
Cutter
1.500
1.605
1.717
1.838
1.966
2.104
2.251
2.409
2.577
2.758
2.951
35
Sendok
12.000
12.840
13.739
14.701
15.730
16.831
18.009
19.269
20.618
22.062
23.606
36
Garpu
12.000
12.840
13.739
14.701
15.730
16.831
18.009
19.269
20.618
22.062
23.606
37
Kulkas Sarana mobilitas
1.485.000
1.588.950
1.700.177
1.819.189
1.946.532
2.082.789
2.228.585
2.384.585
2.551.506
2.730.112
2.921.220
13.750.000
14.712.500
15.742.375
16.844.341
18.023.445
19.285.086
20.635.042
22.079.495
23.625.060
25.278.814
27.048.331
750.000
802.500
858.675
918.782
983.097
1.051.914
1.125.548
1.204.336
1.288.640
1.378.844
1.475.364
1
Motor
2
Sepeda
Lanjutan Lampiran 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
85
3
Jenis 0
1
2
3
4
196.000.000
209.720.000
224.400.400
240.108.428
256.916.018
64.536.000
69.053.520
73.887.266
79.059.375
8.000.000
8.560.000
9.159.200
125.000.000
133.750.000
Reklame
1.350.000
Listrik Tenaga kerja
Tahun analisis proyek 5
6
7
8
9
10
274.900.139
294.143.149
314.733.169
336.764.491
360.338.006
385.561.666
84.593.531
90.515.078
96.851.134
103.630.713
110.884.863
118.646.804
126.952.080
9.800.344
10.486.368
11.220.414
12.005.843
12.846.252
13.745.489
14.707.674
15.737.211
143.112.500
153.130.375
163.849.501
175.318.966
187.591.294
200.722.685
214.773.272
229.807.402
245.893.920
1.444.500
1.545.615
1.653.808
1.769.575
1.893.445
2.025.986
2.167.805
2.319.551
2.481.920
2.655.654
2.500.000
2.675.000
2.862.250
3.062.608
3.276.990
3.506.379
3.751.826
4.014.454
4.295.465
4.596.148
4.917.878
Produksi
7.800.000
7.800.000
7.800.000
7.800.000
8.346.000
8.346.000
8.346.000
8.930.220
8.930.220
8.930.220
8.930.220
Pemasaran
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.630.000
9.630.000
9.630.000
10.304.100
10.304.100
10.304.100
10.304.100
Pimpinan
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
32.100.000
32.100.000
32.100.000
34.347.000
34.347.000
34.347.000
34.347.000
8.400.000
8.400.000
8.400.000
8.400.000
8.988.000
8.988.000
8.988.000
9.617.160
9.617.160
9.617.160
9.617.160
General manager
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
19.260.000
19.260.000
19.260.000
20.608.200
20.608.200
20.608.200
20.608.200
Direktur Bahan baku produksi
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
25.680.000
25.680.000
25.680.000
27.477.600
27.477.600
27.477.600
27.477.600
50.000
53.500
57.245
61.252
65.540
70.128
75.037
80.289
85.909
91.923
98.358
Minyak tanah
5.000
5.350
5.725
6.125
6.554
7.013
7.504
8.029
8.591
9.192
9.836
Telur
9.700
10.379
11.106
11.883
12.715
13.605
14.557
15.576
16.666
17.833
19.081
Gula
6.200
6.634
7.098
7.595
8.127
8.696
9.305
9.956
10.653
11.398
12.196
Mobil Transportasi Bensin+akomodasi Pabrik
1
Gedung pabrik
2
Counter EBB
Administrasi
Gas
Lanjutan Lampiran 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
86
Jenis 0
1
2
3
4
Vanili
2.500
2.675
2.862
3.063
3.277
Soda kue
4.375
4.681
5.009
5.360
Terigu Cokelat
7.800 21.000
8.346 22.470
8.930 24.043
Susu bubuk
17.000
18.190
Garam
2.000
Minyak
Tahun analisis proyek 5
6
7
8
9
10
3.506
3.752
4.014
4.295
4.596
4.918
5.735
6.136
6.566
7.025
7.517
8.043
8.606
9.555 25.726
10.224 27.527
10.940 29.454
11.706 31.515
12.525 33.721
13.402 36.082
14.340 38.608
15.344 41.310
19.463
20.826
22.284
23.843
25.512
27.298
29.209
31.254
33.442
2.140
2.290
2.450
2.622
2.805
3.001
3.212
3.436
3.677
3.934
18.000
19.260
20.608
22.051
23.594
25.246
27.013
28.904
30.927
33.092
35.409
Keju
14.500
15.515
16.601
17.763
19.007
20.337
21.761
23.284
24.914
26.658
28.524
Cokelat chips
11.300
12.091
12.937
13.843
14.812
15.849
16.958
18.145
19.416
20.775
22.229
Cokelat batangan
15.600
16.692
17.860
19.111
20.448
21.880
23.411
25.050
26.804
28.680
30.688
Kardus
850
910
973
1.041
1.114
1.192
1.276
1.365
1.460
1.563
1.672
Kertas kadaluarsa
500
535
572
613
655
701
750
803
859
919
984
inflasi 7% per tahun
Lanjutan Lampiran 4. Daftar harga kebutuhan fisik pengembangan EBB
No.
87
Jenis
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
575.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.125.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sarana administrasi 1
Sofa
2
Meja tamu
3
Kursi kantor
900.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4 5
Meja kantor
991.800
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Telepon
199.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
Kalkulator
55.500
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
Komputer
12.000.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Printer
2.000.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
Tempat sampah
125.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Lemari arsip
2.380.320
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
Rak arsip
2.320.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Stapler
50.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13
ATK
300.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14
Kipas angin
375.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
White board
50.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Sound system
75.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Radio tape
150.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Hand Phone
14.790.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
700.000
-
-
-
131.080
-
-
160.578
-
-
-
Sarana produksi 1
Rak kue
Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB
Tahun analisis proyek No.
88
Jenis
Tahun analisis proyek 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
Kaca etalase
6.400.000
-
-
-
-
-
-
1.284.625
-
-
-
3
Loyang panggang
1.030.000
-
-
-
39.324
-
-
80.289
-
-
-
4
Loyang kukus
376.000
-
-
-
31.459
-
-
25.693
-
-
-
5
Loyang roti
60.000
-
-
-
19.662
-
-
24.087
-
-
-
6
Rak kue
1.950.000
-
-
-
98.310
-
-
120.434
-
-
-
7
Kuas kue
75.000
-
-
-
9.831
-
-
36.130
-
-
-
8
Oven panggang
750.000
-
-
-
327.699
-
-
401.445
-
-
-
9
Oven kukus
398.000
-
-
-
260.848
-
-
319.551
-
-
-
10
Oven roti
6.000.000
-
-
-
1.310.796
-
-
802.891
-
-
-
11
Tabung gas
1.000.000
-
-
-
327.699
-
-
401.445
-
-
-
12
Kompor minyak
750.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13
Kompor gas
1.799.400
-
-
-
-
-
-
481.574
-
-
-
14
Meja kompor
900.000
-
-
-
-
-
-
240.867
-
-
-
15
Meja produksi
200.000
-
-
-
-
-
-
160.578
-
-
-
16
Lemari kardus
400.000
-
-
-
-
-
-
321.156
-
-
-
17
Lemari tv
250.000
-
-
-
-
-
-
401.445
-
-
-
18
Tabung pemadam
1.800.000
-
-
-
-
-
-
240.867
-
-
-
19
Gelas
170.000
-
-
-
-
-
-
136.491
-
-
-
20
Mixer kecil
2.475.000
-
-
-
-
-
-
158.972
-
-
-
21
Piring
575.000
-
-
-
-
-
-
184.665
-
-
-
22
Meja produksi
275.000
-
-
-
360.469
-
-
441.590
-
-
-
o.
Jenis
Lanjutan Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
111.100
-
-
-
-
-
-
178.402
-
-
-
30.000.000
-
-
-
6.553.980
-
-
8.028.907
-
-
-
24
Dispenser
25
Mixer
26
Kocokan kue
450.000
-
-
-
16.385
-
-
20.072
-
-
-
27
Baskom
112.500
-
-
-
19.662
-
-
60.217
-
-
-
28
Adukan kayu
50.000
-
-
-
13.108
-
-
16.058
-
-
-
29
Ayakan terigu
15.000
-
-
-
13.108
-
-
16.058
-
-
-
30
Timbangan
450.000
-
-
-
117.972
-
-
144.520
-
-
-
31
Solet
25.000
-
-
-
13.108
-
-
24.087
-
-
-
32
Gilingan kayu
37.500
-
-
-
19.662
-
-
24.087
-
-
-
33
Pisau
50.000
-
-
-
26.216
-
-
48.173
-
-
-
34
Cutter
18.000
-
-
-
5.899
-
-
12.043
-
-
-
35
Sendok
144.000
-
-
-
-
-
-
19.269
-
-
-
36
Garpu
84.000
-
-
-
-
-
-
19.269
-
-
-
37
Kulkas
2.970.000
-
-
-
1.946.532
-
-
-
-
-
-
96.250.000
-
-
-
18.023.445
-
-
-
-
-
-
750.000
-
-
-
-
-
-
1.204.336
-
-
-
392.000.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
69.053.520
73.887.266
79.059.375
84.593.531
90.515.078
96.851.134
103.630.713
110.884.863
118.646.804
126.952.080
Sarana mobilitas 1
Motor
2
Sepeda
3
Mobil Transportasi Bensin+akomodasi Pabrik
1 2
Gedung pabrik Counter EBB
-
8.560.000
9.159.200
9.800.344
10.486.368
11.220.414
12.005.843
12.846.252
13.745.489
14.707.674
15.737.211
-
133.750.000
143.112.500
153.130.375
163.849.501
175.318.966
187.591.294
200.722.685
214.773.272
229.807.402
245.893.920
Lanjutan Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB
Tahun analisis proyek 0
90
Tahun analisis proyek
Jenis 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Reklame
-
1.444.500
1.545.615
1.653.808
1.769.575
1.893.445
2.025.986
2.167.805
2.319.551
2.481.920
2.655.654
Listrik
-
2.675.000
2.862.250
3.062.608
3.276.990
3.506.379
3.751.826
4.014.454
4.295.465
4.596.148
4.917.878
117.000.000
117.000.000
117.000.000
166.920.000
166.920.000
166.920.000
223.255.500
223.255.500
223.255.500
223.255.500
Pemasaran
90.000.000
90.000.000
90.000.000
144.450.000
144.450.000
144.450.000
175.169.700
175.169.700
175.169.700
175.169.700
Pimpinan
30.000.000
30.000.000
30.000.000
32.100.000
32.100.000
32.100.000
34.347.000
34.347.000
34.347.000
34.347.000
Administrasi
25.200.000
25.200.000
25.200.000
35.952.000
35.952.000
35.952.000
48.085.800
48.085.800
48.085.800
48.085.800
General manager
18.000.000
18.000.000
18.000.000
19.260.000
19.260.000
19.260.000
20.608.200
20.608.200
20.608.200
20.608.200
Direktur Bahan baku produksi
24.000.000
24.000.000
24.000.000
25.680.000
25.680.000
25.680.000
27.477.600
27.477.600
27.477.600
27.477.600
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tenaga kerja Produksi
Gas
7.918.000
8.726.428
9.617.396
10.599.332
11.681.524
12.874.208
14.188.664
15.637.327
17.233.898
18.993.479
Minyak tanah
4.023.200
4.433.969
4.886.677
5.385.607
5.935.477
6.541.489
7.209.375
7.945.453
8.756.683
9.650.741
Telur
-
93.411.000
102.948.263
113.459.281
125.043.473
137.810.412
151.880.855
167.387.890
184.478.194
203.313.418
224.071.717
Gula
-
74.632.500
82.252.478
90.650.456
99.905.868
110.106.257
121.348.106
133.737.747
147.392.371
162.441.133
179.026.372
Vanili
-
12.037.500
13.266.529
14.621.041
16.113.850
17.759.074
19.572.275
21.570.604
23.772.963
26.200.183
28.875.221
Soda kue
-
21.065.625
23.216.425
25.586.822
28.199.237
31.078.379
34.251.481
37.748.558
41.602.685
45.850.320
50.531.637
Terigu
-
56.335.500
62.087.355
68.426.473
75.412.816
83.112.465
91.598.248
100.950.429
111.257.467
122.616.855
135.136.036
Cokelat
-
30.334.500
33.431.652
36.845.024
40.606.901
44.752.866
49.322.133
54.357.923
59.907.867
66.024.460
72.765.558
Susu bubuk
-
16.371.000
18.042.479
19.884.616
21.914.836
24.152.340
26.618.294
29.336.022
32.331.230
35.632.248
39.270.301
Garam
-
4.815.000
5.306.612
5.848.417
6.445.540
7.103.629
7.828.910
8.628.242
9.509.185
10.480.073
11.550.089
Minyak
-
86.670.000
95.519.007
105.271.498
116.019.718
127.865.331
140.920.381
155.308.352
171.165.335
188.641.315
207.901.594
Keju
-
349.087.500
384.729.334
424.010.199
467.301.640
515.013.137
567.595.979
625.547.528
689.415.931
759.805.297
837.381.418
Lanjutan Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB
No.
91
Cokelat chips
-
272.047.500
299.823.550
330.435.534
364.173.002
Jenis
401.355.066
442.333.418
487.495.660
537.268.967
592.124.128
652.580.002
Tahun analisis proyek 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Cokelat batangan
-
150.228.000
165.566.279
182.470.596
201.100.844
221.633.240
244.261.994
269.201.143
296.686.580
326.978.280
360.362.762
Kardus
-
65.484.000
72.169.916
79.538.465
87.659.342
96.609.361
106.473.177
117.344.088
129.324.919
142.528.994
157.081.204
Kertas kadaluarsa
-
12.037.500
13.266.529
14.621.041
16.113.850
17.759.074
19.572.275
21.570.604
23.772.963
26.200.183
28.875.221
1.776.181.345
1.919.553.635
2.077.080.046
2.400.609.931
2.560.543.914
2.769.581.305
3.120.872.015
3.356.431.880
3.634.011.214
3.939.153.895
Biaya perizinan Izin ke Disperindagkop
150.000
Jumlah rencana dana
590.912.120
Lanjutan Lampiran 5. Rencana kebutuhan dana pengembangan EBB
No.
92
93 Lampiran 6. Penyusutan barang-barang EBB
No 1 2
Sarana administrasi Sofa Meja tamu
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kursi kantor Meja kantor Telepon Kalkulator Komputer Printer Tempat sampah Lemari arsip Rak arsip Stapler ATK Kipas angin White board Sound system Radio tape Hand Phone
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sarana produksi Rak kue Kaca etalase Loyang panggang Loyang kukus Loyang roti Rak kue Kuas kue Oven panggang Oven kukus Oven roti Tabung gas Kompor minyak Kompor gas Meja kompor Meja produksi Lemari kardus Lemari tv Tabung pemadam Gelas Mixer kecil Piring Meja produksi Lemari peralatan Dispenser Mixer Kocokan kue Baskom Adukan kayu Ayakan terigu Timbangan Solet Gilingan kayu Pisau Cutter Sendok
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Nilai awal aset 575.000 1.125.000
Nilai akhir aset (0.1 dari nilai awal) 57.500 112.500
900.000
90.000
991.800 199.000 55.500 12.000.000 2.000.000 125.000 2.380.320 2.320.000 50.000 300.000 375.000 50.000 75.000 150.000 14.790.000 Nilai awal aset 700.000 6.400.000 1.030.000 376.000 60.000 1.950.000 75.000 750.000 398.000 6.000.000 1.000.000 750.000 1.799.400 900.000 200.000 400.000 250.000 1.800.000 170.000 2.475.000 575.000 275.000 450.000 111.100 30.000.000 450.000 112.500 50.000 15.000 450.000 25.000 37.500 50.000 18000 144000
99.180 19.900 5.550 1.200.000 200.000 12.500 238.032 232.000 5.000 30.000 37.500 5.000 7.500 15.000 1.479.000 Nilai akhir aset (0.1 dari nilai awal) 70.000 640.000 103.000 37.600 6.000 195.000 7.500 75.000 39.800 600.000 100.000 75.000 179.940 90.000 20.000 40.000 25.000 180.000 17.000 247.500 57.500 27.500 45.000 11.110 3.000.000 45.000 11.250 5.000 1.500 45.000 2.500 3.750 5.000 1800 14400
Umur ekonomi
Penyusutan
10 10
51.750 101.250
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
81.000
Umur ekonomi 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
89.262 17.910 4.995 1.080.000 180.000 11.250 214.229 208.800 4.500 27.000 33.750 4.500 6.750 13.500 1.331.100 Penyusutan 63.000 576.000 92.700 33.840 5.400 175.500 6.750 67.500 35.820 540.000 90.000 67.500 161.946 81.000 18.000 36.000 22.500 162.000 15.300 222.750 51.750 24.750 40.500 9.999 2.700.000 40.500 10.125 4.500 1.350 40.500 2.250 3.375 4.500 1620 12960
Lanjutan lampiran 6. Penyusutan barang-barang No 54 55 56 57 58
Sarana produksi Garpu Kulkas Sarana mobilitas Motor Sepeda Mobil Total
Nilai awal aset 84000 2970000
Nilai akhir aset (0.1 dari nilai awal) 8400 297000
96250000 750000 392000000
9625000 75000 39200000
590762120
59076212
94 Umur ekonomi
Penyusutan
10 10
7560 267300
10 10 20
8662500 67500 17640000 35528591
Th ke-2 & dst. Jadi pada Th. Ke-2 a) b)
Penerimaan dari penjualan brownies tahun ke-1 Perkiraan Penerimaan pada Th ke-1 Thn ke-2 (& seterusnya naik per 3% th
2335 590.912.120 444.045.336 1.034.957.456 206.991.491 206.991.491 620.974.474 10 100.000 72000
Lampiran 7.Permodalan dan penerimaan EBB
Permintaan brownies meningkat sebanyak 0.78% per tahun Potensi pemasaran brownies secara langsung sebesar 9.111 box per tahun Sehingga peluang total untuk EBB mendirikan counter penjualan sebesar 11860 box EBB akan memenuhi 20% dari peluang yang tersedia, sehingga EBB akan memproduksi tambahan sebesar 211 box per bulannya Rencana Kebutuhan Investasi : ( Pada tahun ke Nol ) Perkiraan Modal Kerja yang dibutuhkan Kebutuhan dana a. Modal Sendiri 20% Sumber b. Pinjam ke 20% Dana Bank c. Investor 60% Suku Bunga 12% Pinjaman KAPASITAS PRODUKSI BROWNIES EBB Dari full Capacity pada Kapasitas riel = 72% Th ke-1 per th dari Th Perkiraan naik = 3% sebelumnya; mulai
74160
25.000 1.800.000.000 2.005.940.655
dari thn sebelumnya) c) d)
Penerimaan lainnya : Nilai Sisa Ahir aset pada thn ke 10 Pajak per Th. 10% PPn
59.076.212 180.000.000
95
NO
A B C D E
r n
URAIAN
CICILAN TOTAL BUNGA PINJAMAN (12%) PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK KUMULATIP PENGEM. PINJ. POKOK SISA KREDIT
0
206.991.491
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
36.634.216 24.838.979 11.795.237
36.634.216 23.423.550 13.210.666
36.634.216 21.838.271 14.795.945
36.634.216 20.062.757 16.571.459
36.634.216 18.074.182 18.560.034
36.634.216 15.846.978 20.787.238
36.634.216 13.352.509 23.281.707
36.634.216 10.558.705 26.075.511
36.634.216 7.429.643 29.204.573
36.634.216 3.925.095 32.709.121
11.795.237
25.005.903
39.801.848
56.373.307
74.933.341
95.720.579
119.002.286
145.077.797
174.282.370
206.991.491
195.196.254
181.985.589
167.189.643
150.618.184
132.058.150
111.270.912
87.989.206
61.913.694
32.709.121
0
R=
36.634.216
(Rp)
DATA PERHITUNGAN CICILAN ( =R ) Tk suku bunga PINJAMAN = 12% Periode pinjaman = 10
Th
Grace period =
Th
1
An
Besarnya pinjaman =
206.991.491
R
Total cicilan pinjaman pokok + biaya bunga bank.
Lampiran 8. Bunga bank dan pengembalian pinjaman pokok
(Dalam : Rp) TAHUN ANALISA
96
NO A
JENIS BIAYA BIAYA TETAP (BT= FC) 1 Gaji Karyawan 2 Penyusutan 3 Biaya listrik 4 5
B
Sewa pabrik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
304.200.000 35.528.591 2.675.000
304.200.000 35.528.591 2.862.250
304.200.000 35.528.591 3.062.608
424.362.000 35.528.591 3.276.990
424.362.000 35.528.591 3.506.379
424.362.000 35.528.591 3.751.826
528.943.800 35.528.591 4.014.454
528.943.800 35.528.591 4.295.465
528.943.800 35.528.591 4.596.148
528.943.800 35.528.591 4.917.878
8.560.000
9.159.200
9.800.344
10.486.368
11.220.414
12.005.843
12.846.252
13.745.489
14.707.674
15.737.211
Sewa counter
133.750.000
143.112.500
153.130.375
163.849.501
175.318.966
187.591.294
200.722.685
214.773.272
229.807.402
245.893.920
TOTAL BT ( = FC )
484.713.591
494.862.541
505.721.917
637.503.450
649.936.350
663.239.553
782.055.781
797.286.618
813.583.614
831.021.400
BIAYA TIDAK TETAP ( BTT = VC ) 1 Biaya transport 69.053.520 2 Bahan bakar 11.941.200 3 bahanbaku produksi 1.244.557.125
73.887.266 13.160.397 1.371.626.407
79.059.375 14.504.073 1.511.669.464
84.593.531 15.984.939 1.666.010.916
90.515.078 17.617.001 1.836.110.630
96.851.134 19.415.697 2.023.577.526
103.630.713 21.398.040 2.230.184.791
110.884.863 23.582.779 2.457.886.658
118.646.804 25.990.581 2.708.836.886
126.952.080 28.644.220 2.985.409.132
4
biaya promosi TOTAL BTT ( = VC )
JUMLAH (BT+BTT) BIAYA TETAP = FIXED COST ( =FC )
1.444.500
1.545.615
1.653.808
1.769.575
1.893.445
2.025.986
2.167.805
2.319.551
2.481.920
2.655.654
1.326.996.345
1.460.219.685
1.606.886.720
1.768.358.961
1.946.136.155
2.141.870.343
2.357.381.349
2.594.673.852
2.855.956.191
3.143.661.086
1.811.709.936
1.955.082.226
2.112.608.637
2.405.862.411
2.596.072.505
2.805.109.896
3.139.437.130
3.391.960.471
3.669.539.805
3.974.682.486
BIAYA TIDAK TETAP = VARIABLE COST ( = VC )
Lampiran 9. Rekapitulasi Biaya Operasional
(Dalam : Rp) TAHUN ANALISA
97
TOTAL BTT = TOTAL BIAYA TIDAK TETAP + SUKU BUNGA, (RP/TH) KAP PROD = KAP. PROD. PABRIK, (STN/TH : KG, TON, LTR, BH, DLL.)
DALAM KASUS INI ADALAH BPP : TAHUN PROYEK A B C
TOTAL BT TOTAL BTT SUKU BUNGA
D
PAJAK 10 %
E
TOTAL (RP/TH)
F G H
KAP. PROD MAKS PENJUALAN REAL BPP/unit
(Rp/BOX BROWNIES)
1
2
3
4
5
6
7
8
484.713.591 1.326.996.345 24.838.979
494.862.541 1.460.219.685 23.423.550
505.721.917 1.606.886.720 21.838.271
637.503.450 1.768.358.961 20.062.757
649.936.350 1.946.136.155 18.074.182
663.239.553 2.141.870.343 15.846.978
782.055.781 2.357.381.349 13.352.509
797.286.618 2.594.673.852 10.558.705
9
10
813.583.614 2.855.956.191 7.429.643
831.021.400 3.143.661.086 3.925.095
180.000.000
185.400.000
190.962.000
196.690.860
202.591.586
208.669.333
214.929.413
221.377.296
228.018.615
234.859.173
2.016.548.915
2.163.905.777
2.325.408.908
2.622.616.028
2.816.738.273
3.029.626.208
3.367.719.053
3.623.896.471
3.904.988.063
4.213.466.753
100.000 72000 20.165,5
100.000 74.160 21.639,1
100.000 76.385 23.254,1
100.000 78.676 26.226,2
100.000 81.037 28.167,4
100.000 83.468 30.296,3
100.000 85.972 33.677,2
100.000 88.551 36.239,0
100.000 91.207 39.049,9
100.000 93.944 42.134,7
I
MARK UP 25 %
5.041,4
5.409,8
5.813,5
6.556,5
7.041,8
7.574,1
8.419,3
9.059,7
9.762,5
10.533,7
J
HARGA JUAL
25.207
27.049
29.068
32.783
35.209
37.870
42.096
45.299
48.812
52.668
Lampiran 10. Proyeksi harga jual Brownies EBB
BPP = BIAYA POKOK PROD. (RP/STN, KG, TON, LTR, BH, DLL.) TOTAL BT = TOTAL BIAYA TETAP, (RP/TH)
98
Hasil penjualan Nilai Akhir aset
b
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
1.814.894.023
2.005.940.655
2.220.323.679
2.579.223.010
2.853.237.368
3.160.950.406
3.619.109.402
4.011.242.005
4.452.049.842
4.947.856.588
-
INVESTASI AWAL OPERATING COST KREDIT BANK : a
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.814.894.023
2.005.940.655
2.220.323.679
2.579.223.010
2.853.237.368
3.160.950.406
3.619.109.402
4.011.242.005
4.452.049.842
5.006.932.800
59.076.212
-
1.811.709.936
1.955.082.226
2.112.608.637
2.405.862.411
2.596.072.505
2.805.109.896
3.139.437.130
3.391.960.471
3.669.539.805
3.974.682.486
-
11.795.237
13.210.666
14.795.945
16.571.459
18.560.034
20.787.238
23.281.707
26.075.511
29.204.573
32.709.121
-
24.838.979
23.423.550
21.838.271
20.062.757
18.074.182
15.846.978
13.352.509
10.558.705
7.429.643
3.925.095
827.965.965
1.848.344.152
1.991.716.442
2.149.242.853
2.442.496.627
2.632.706.721
2.841.744.112
3.176.071.346
3.428.594.687
3.706.174.021
4.011.316.702
-827.965.965
-33.450.129 0 -33.450.129
14.224.213 1.422.421 12.801.791
71.080.826 7.108.083 63.972.743
136.726.383 13.672.638 123.053.745
220.530.646 22.053.065 198.477.582
319.206.293 31.920.629 287.285.664
443.038.056 44.303.806 398.734.251
582.647.318 58.264.732 524.382.586
745.875.821 74.587.582 671.288.239
995.616.098 99.561.610 896.054.488
827.965.965
Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) TOTAL BIAYA (Ci.) Laba operasi pajak 10% Laba bersih DF 12% PV NET BENEFIT NPV Kumulatif laba bersih IRR = PI = PP
-827.965.965 1
0,8928
0,7972
0,7117
0,6355
0,5674
0,5066
0,4523
0,4038
0,3606
0,3219
(827.965.965)
(29.864.275)
10.205.588
45.529.401
78.200.655
112.616.180
145.538.917
180.347.502
211.745.688
242.066.539
288.439.940
(857.830.240)
(847.624.652)
(802.095.250)
(723.894.595)
(611.278.415)
(465.739.498)
(285.391.997)
(73.646.308)
168.420.231
456.860.170
Lampiran 11. Perhitungan NPV, IRR, PI dan PP
TAHUN ANALISA
ITEM
456.860.170 (827.965.965) 18,66% 1,55 8 tahun
99
tahun keArus kas 1 2
Penerimaan Nilai akhir
3
Total penerimaan
4 5 6
Investasi awal Biaya operasi Biaya kredit bank Total biaya
7
0
1 1.814.894.023
2 2.005.940.655
3 2.220.323.679
4 2.579.223.010
5 2.853.237.368
6 3.160.950.406
7 3.619.109.402
8 4.011.242.005
9 4.452.049.842
10 4.947.856.588 59.076.212
0
1.814.894.023
2.005.940.655
2.220.323.679
2.579.223.010
2.853.237.368
3.160.950.406
3.619.109.402
4.011.242.005
4.452.049.842
5.006.932.800
-590.912.120 0 0 0 0
1.811.709.936 36.634.216 1.848.344.152 0
1.955.082.226 36.634.216 1.991.716.442 1.422.421
2.112.608.637 36.634.216 2.149.242.853 7.108.083
2.405.862.411 36.634.216 2.442.496.627 13.672.638
2.596.072.505 36.634.216 2.632.706.721 22.053.065
2.805.109.896 36.634.216 2.841.744.112 31.920.629
3.139.437.130 36.634.216 3.176.071.346 44.303.806
3.391.960.471 36.634.216 3.428.594.687 58.264.732
3.669.539.805 36.634.216 3.706.174.021 74.587.582
3.974.682.486 36.634.216 4.011.316.702 99.561.610
Total biaya + pajak
-590.912.120
1.848.344.152
1.993.138.864
2.156.350.936
2.456.169.265
2.654.759.786
2.873.664.742
3.220.375.152
3.486.859.418
3.780.761.603
4.110.878.312
8 9 10
Perubahan tahunan bersih Kas awal periode Keuntungan investor
-590.912.120 0 0
-33.450.129 444.045.336 0
12.801.791 383.910.727 6.400.896
63.972.743 311.562.007 31.986.372
123.053.745 240.060.993 61.526.872
198.477.582 256.054.391 99.238.791
287.285.664 276.958.131 143.642.832
398.734.251 312.087.201 199.367.125
524.382.586 335.643.188 262.191.293
671.288.239 363.401.121 335.644.119
896.054.488 393.915.390 448.027.244
11 10
Sisa kas Kebutuhan dana
-1.034.957.456
410.595.208 26.684.481
390.311.623 78.749.616
343.548.379 103.487.386
301.587.865 45.533.474
355.293.182 78.335.052
420.600.963 108.513.761
511.454.327 175.811.139
597.834.481 234.433.360
699.045.241 305.129.851
841.942.634 644.984.939
11
Kas akhir periode yang diinginkan
444.045.336
383.910.727
311.562.007
240.060.993
256.054.391
276.958.131
312.087.201
335.643.188
363.401.121
393.915.390
196.957.695
Pajak 10%
Lampiran 12. Penganggaran arus kas
No
Asumsi 1. Umur proyek ditetapkan selama sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis peralatan. 2. Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-0. Biaya re-investasi dikeluarkan pada tahun keempat dan ketujuh seiring dengan adanya peningkatan produksi. 3. Jangka waktu yang digunakan adalah per tahun berdasarkan hari efektif produksi selama satu tahun periode. 4. Proses produksi dilakukan setiap minggu pada hari senin sampai minggu. 5. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2007 yaitu sebesar 12 persen. 6. Tingkat inflasi yang digunakan adalah sebesar 7 persen. Harga seluruh input diasumsikan naik setiap tahun sesuai dengan nilai inflasi yang digunakan. Sedangkan biaya untuk gaji karyawan naik pada tahun ke-4 dan ke-7 sesuai dengan kebijakan perusahaan. 7. Pajak diasumsikan sebesar 10% 8. Modal investasi awal berasal dari modal sendiri, investor dan pinjaman dari bank. Persentase modal sendiri sebesar 20%, investor sebesar 60% dan pinjaman ke bank sebesar 20%. 9. Perkiraan kenaikan produksi diasumsikan sebesar 3 % tiap tahunnya. 10. Harga jual barang disesuaikan dengan kenaikan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi brownies dari tahun ke tahun. 11. Mark up yang diinginkan dalam menentukan harga jual sebesar 25% dari biaya produk/unit 12. Keuntungan investor sebesar 50% dari laba bersih 13. Kas akhir yang diinginkan sebesar 10% dari kebutuhan dana operasi selama tahun selanjutnya
100
TAHUN ANALISA 0
OC + MAINTAINANCE;
1
2
3
1.811.709.936
1.955.082.226
2.112.608.637
1.848.344.152
1.991.716.442
2.149.242.853
0
1.422.421
7.108.083
1.848.344.152
1.993.138.864
4
PV 5
6
7
8
9
10
2.596.072.505
2.805.109.896
3.139.437.130
3.391.960.471
3.669.539.805
3.974.682.486
2.442.496.627
2.632.706.721
2.841.744.112
3.176.071.346
3.428.594.687
3.706.174.021
4.011.316.702
13.672.638
22.053.065
31.920.629
44.303.806
58.264.732
74.587.582
99.561.610
2.156.350.936
2.456.169.265
2.654.759.786
2.873.664.742
3.220.375.152
3.486.859.418
3.780.761.603
4.110.878.312
5.006.932.800
2.405.862.411
INVESTASI + OC + KREDIT BANK (TC) ;
(= Ci.)
827.965.965
PAJAK (10 %) TC (=Ci.) + PAJAK; = (1)+(2)
827.965.965
PENERIMAAN KOTOR GROSS BENEFIT )
1.814.894.023
2.005.940.655
2.220.323.679
2.579.223.010
2.853.237.368
3.160.950.406
3.619.109.402
4.011.242.005
4.452.049.842
1,0000
0,8928
0,7972
0,7117
0,6355
0,5674
0,5066
0,4523
0,4038
0,3606
0,3219
0
1.617.494.631
1.558.591.551
1.503.543.567
1.528.925.562
1.473.011.539
1.421.068.673
1.419.967.414
1.369.673.638
1.323.236.054
1.279.450.292
827.965.965
1.650.201.659
1.587.796.348
1.529.616.139
1.552.206.606
1.493.797.794
1.439.627.567
1.436.537.070
1.384.466.534
1.336.446.352
1.291.242.846
15.529.904.880
827.965.965
1.650.201.659
1.588.930.302
1.534.674.961
1.560.895.568
1.506.310.703
1.455.798.558
1.456.575.681
1.407.993.833
1.363.342.634
1.323.291.729
15.675.981.592 16.132.841.763
FAKTOR DISKONTO; DF (n, 12%) PV DARI OM ;OMi. = (0) x (5) PV DARI TC ; Ci. = (1) x (5) PV DARI (TC + PAJAK) ; = (3)x(5) PV DARI GBi.; GBi. = ( 4) x (5) JUM KUMULATIF Gbi PV NET BENEFIT ; ( NBi.)
-827.965.965
JUM KUMULATIF NBi
1.620.337.384
1.599.135.890
1.580.204.362
1.639.096.223
1.618.926.882
1.601.337.475
1.636.923.183
1.619.739.521
1.605.409.173
1.611.731.668
1.620.337.384
3.219.473.274
4.799.677.637
6.438.773.859
8.057.700.742
9.659.038.217
11.295.961.400
12.915.700.921
14.521.110.094
16.132.841.763
-29.864.275
10.205.588
45.529.401
78.200.655
112.616.180
145.538.917
180.347.502
211.745.688
242.066.539
288.439.940
-29.864.275
-19.658.687
25.870.715
104.071.370
216.687.550
362.226.467
542.573.968
754.319.657
996.386.196
1.284.826.135
PERHITUNGAN BEP (TAHUN ANALISIS) : p Tp-1 JUM Gbi; p-1 JUM GB p Gb p JUM Tci
10
tahun
9
tahun
14.521.110.094
( JML sampai th ke 9)
16.132.841.763
( JML sampai th ke 10)
1.611.731.668
( yaitu pd th ke 10 )
15.675.981.592
(JML sampai th ke 10 )
BEP =
14.494.962.921
456.860.170
Lampiran 13. Perhitungan BEP tahun analisis dan PP
(Dalam : Rp) URAIAN
9,7 Th
101
1
Tp-1 JUM GB p
1.620.337.384
JUM GBi; p-1 GBp JUM TI = Total Investasi
1.620.337.384 827.965.965
tahun tahun ( JML sampai th ke 1) ( JML sampai th ke 0) ( yaitu pd th ke 1) (JML sampai th ke 0 )
p
9
tahun
Tp-1
8
tahun ( JML sampai th ke 9) ( JML sampai th ke 8) ( yaitu pd th ke 9 )
JUM NB p =
996.386.196
JUM NBi; p-1 =
754.319.657
NBp =
242.066.539
JUM TI = Total Investasi
827.965.965
PBP =
0,5
(GB)
Th
PBP =
8,3
(NB)
TH
Lanjutan Lampiran 13. Perhitungan BEP tahun analisis dan PP
PERHITUNGAN Payback Period ( = PBP ) : p
102
TOTAL BT (FIXED COST); = FC TOTAL BTT (VARIABEL COST); = VC HASIL PENERIMAAN SETAHUN; = S HARGA JUAL PRODUK =P KAP. PROD, maks: ( 100%) VC /box Kap. maks. ; ( Rp / box) = V BEP (Rp) = FC / (1 - VC / S ) BEP (Q) = FC / ( P-V ); Q = KAP PROD PADA BEP;
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
484.713.591
494.862.541
505.721.917
637.503.450
649.936.350
663.239.553
782.055.781
797.286.618
813.583.614
831.021.400
1.326.996.345
1.460.219.685
1.606.886.720
1.768.358.961
1.946.136.155
2.141.870.343
2.357.381.349
2.594.673.852
2.855.956.191
3.143.661.086
1.814.894.023
2.005.940.655
2.220.323.679
2.579.223.010
2.853.237.368
3.160.950.406
3.619.109.402
4.011.242.005
4.452.049.842
5.006.932.800
25.207
27.049
29.068
32.783
35.209
37.870
42.096
45.299
48.812
52.668
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
13.270,0
14.602,2
16.068,9
17.683,6
19.461,4
21.418,7
23.573,8
25.946,7
28.559,6
31.436,6
1.803.049.775
1.818.997.152
1.830.451.085
2.027.791.920
2.044.339.325
2.057.215.534
2.243.229.373
2.257.646.106
2.269.362.326
2.233.097.982
40.606
39.759
38.905
42.221
41.271
40.315
42.222
41.199
40.171
39.141
Lampiran 14. Perhitungan BEP per tahun
TAHUN ANALISA
URAIAN
103
Stn
NILAI 456.860.170
1
NPV
(Rp)
2
IRR
%
EVALUASI
18,66%
Seluruh jumlah nilai bersih tiap tahun yang didiskontokan ke nilai sekarang, berjumlah Rp 456.860.170,00. IRR menunjukkan tigkat pengembalian internal. Angkanya menunjukkan 18,66%. Angka ini melebihi tingkat Pengembalian dari bunga bank yaitu 6%. Berarti usaha ini bisa memperoleh pengembalian lebih tinggi atas modal daripada bila disimpan di bank.
3
PI
5
BEP- th analisis
6 7
PBP-GROSS B PBP-NET B
9
BEP- pd th ke-1
10
BEP- pd th ke-1
11
Kesimpulan :
Nilai PI menunjukkan perbandingan antara kumulatif arus NPV yang bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif. th 9,7 BEP menunjukkan pada tahun keberapa seluruh biaya produksi dapat tertutupi. Dalam analisis ini, berarti seluruh biaya produksi dapat tertutupi apabila berproduksi selama minimal 9 tahun 8 bulan. th 0,5 Artinya pada enam bulan pertama penerimaan kotor sudah melebihi modal sendiri. th 8,3 Artinya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh investasi awal adalah 8 tahun 4 bulan. Artinya usaha ini harus menghasilkan pendapatan sebesar Rp 1.803.049.775,00 agar dapat menutupi (Rp) 1.803.049.775 seluruh biaya. Artinya perusahaan ini harus berproduksi sejumlah minimal 40.606 box brownies pada tahun pertama (Q, box) 40.606 agar penerimaannya dapat menutupi biaya produksi. dilihat dari indikator-indikator di atas, kesimpulannya adalah bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. --
1,55
Lampiran 15. Hasil rekap analisis kelayakan pengembangan usaha
KRITERIA KELAYAKAN
104
TAHUN ANALISA
penur
-
Nilai Akhir aset
-
INVESTASI AWAL OPERATING COST KREDIT BANK : a b
1 1,758,269,330 -
2
3
1,943,355,307
2,151,049,580
-
-
4 2,498,751,252 -
5 2,764,216,362 -
6 3,062,328,753 -
7
8
9
10
3,506,193,189
3,886,091,254
4,313,145,887
4,793,483,462
-
-
59,076,212
-
1,758,269,330
1,943,355,307
2,151,049,580
2,498,751,252
2,764,216,362
3,062,328,753
3,506,193,189
3,886,091,254
4,313,145,887
-
1,811,709,936
1,955,082,226
2,112,608,637
2,405,862,411
2,596,072,505
2,805,109,896
3,139,437,130
3,391,960,471
3,669,539,805
3,974,682,486
-
11,795,237
13,210,666
14,795,945
16,571,459
18,560,034
20,787,238
23,281,707
26,075,511
29,204,573
32,709,121
-
24,838,979
23,423,550
21,838,271
20,062,757
18,074,182
15,846,978
13,352,509
10,558,705
7,429,643
3,925,095
1,848,344,152
1,991,716,442
2,149,242,853
2,442,496,627
2,632,706,721
2,841,744,112
3,176,071,346
3,428,594,687
3,706,174,021
4,011,316,702
90,074,822
-48,361,136
1,806,727
56,254,625
131,509,641
220,584,641
330,121,843
457,496,567
606,971,866
841,242,972
0
0
180,673
5,625,462
13,150,964
22,058,464
33,012,184
45,749,656
60,697,186
84,124,297
-827,965,965
-91,526,737
-48,361,136
1,626,055
50,629,163
118,358,676
198,526,177
297,109,659
411,746,911
546,274,679
757,118,675
1
0.8928
0.7972
0.7117
0.6355
0.5674
0.5066
0.4523
0.4038
0.3606
0.3219
(827,965,965)
(80,418,801)
(34,698,148)
1,157,263
32,174,833
67,156,713
100,573,361
134,382,699
166,263,403
196,986,649
243,716,502
(908,384,766)
(943,082,914)
(941,925,651)
(909,750,818)
(842,594,105)
(742,020,744)
(607,638,045)
(441,374,643)
(244,387,994)
(671,492)
4,852,559,674
827,965,965
Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) TOTAL BIAYA (Ci.)
Laba operasi
827,965,965
-827,965,965
pajak 10%
Laba bersih DF 12% PV NET BENEFIT NPV kumulatif laba bersih
(671,492)
(827,965,965) 11.99%
IRR = 1.00 PI = 10.2 tahun PP
Lampiran 16. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 3,12%
0 Hasil penjualan
105
0 Hasil penjualan
-
Nilai Akhir aset
-
INVESTASI AWAL OPERATING COST KREDIT BANK : Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) TOTAL BIAYA (Ci.)
Laba operasi
DF 12% PV NET BENEFIT NPV kumulatif laba bersih IRR = PI = PP
2
1,757,724,862 -
3
1,942,753,524 -
4
2,150,383,483 -
5
2,497,977,485 -
6
2,763,360,391 -
7
3,061,380,468 -
8
3,505,107,456 -
3,884,887,882 -
9
10
4,311,810,272
4,791,999,105
-
59,076,212
1,757,724,862
1,942,753,524
2,150,383,483
2,497,977,485
2,763,360,391
3,061,380,468
3,505,107,456
3,884,887,882
4,311,810,272
4,851,075,317
-
1,811,709,936
1,955,082,226
2,112,608,637
2,405,862,411
2,596,072,505
2,805,109,896
3,139,437,130
3,391,960,471
3,669,539,805
3,974,682,486
-
11,795,237
13,210,666
14,795,945
16,571,459
18,560,034
20,787,238
23,281,707
26,075,511
29,204,573
32,709,121
-
24,838,979
23,423,550
21,838,271
20,062,757
18,074,182
15,846,978
13,352,509
10,558,705
7,429,643
3,925,095
827,965,965
1,848,344,152
1,991,716,442
2,149,242,853
2,442,496,627
2,632,706,721
2,841,744,112
3,176,071,346
3,428,594,687
3,706,174,021
4,011,316,702
-827,965,965
-90,619,290
-48,962,918
1,140,630
55,480,858
130,653,669
219,636,356
329,036,110
456,293,195
605,636,251
839,758,615
0
0
114,063
5,548,086
13,065,367
21,963,636
32,903,611
45,629,319
60,563,625
83,975,862
-827,965,965
-90,619,290
-48,962,918
1,026,567
49,932,772
117,588,302
197,672,720
296,132,499
410,663,875
545,072,626
755,782,754
1
0.8928
0.7972
0.7117
0.6355
0.5674
0.5066
0.4523
0.4038
0.3606
0.3219
(827,965,965)
(80,904,902)
(35,129,914)
730,608
31,732,277
66,719,603
100,141,000
133,940,729
165,826,073
196,553,189
243,286,468
(908,870,867)
(944,000,782)
(943,270,174)
(911,537,897)
(844,818,294)
(744,677,294)
(610,736,565)
(444,910,492)
(248,357,303)
(5,070,835)
827,965,965
pajak 10% Laba bersih
1
Lampiran 17. Analisis sensitivitas penurunan jumlah penjualan 3,3%
TAHUN ANALISA
ITEM
(5,070,835) (827,965,965) 11.93% 0.99 10.3 tahun
106
TAHUN ANALISA
ITEM
INVESTASI AWAL OPERATING COST KREDIT BANK : Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) TOTAL BIAYA (Ci.) Laba operasi pajak 10% Laba bersih DF 12% PV NET BENEFIT NPV kumulatif laba bersih IRR = PI = PP
0 -
1 1,814,894,023 1,814,894,023
2 2,005,940,655 2,005,940,655
3 2,220,323,679 2,220,323,679
4 2,579,223,010 2,579,223,010
5 2,853,237,368 2,853,237,368
6 3,160,950,406 3,160,950,406
7 3,619,109,402 3,619,109,402
8 4,011,242,005 4,011,242,005
9 4,452,049,842 4,452,049,842
10 4,947,856,588 59,076,212 5,006,932,800
-
1,870,558,866
2,019,939,632
2,184,087,984
2,484,639,799
2,682,893,065
2,900,794,835
3,244,891,501
3,508,181,733
3,797,627,258
4,115,847,668
-
11,962,910
13,398,459
15,006,274
16,807,027
18,823,870
21,082,735
23,612,663
26,446,183
29,619,725
33,174,092
-
25,192,073
23,756,523
22,148,708
20,347,955
18,331,112
16,072,248
13,542,319
10,708,800
7,535,258
3,980,891
839,735,751
1,907,713,848
2,057,094,614
2,221,242,966
2,521,794,782
2,720,048,047
2,937,949,817
3,282,046,483
3,545,336,715
3,834,782,241
4,153,002,650
-839,735,751 -839,735,751 1
-92,819,825 0 -92,819,825 0.8928
-51,153,959 0 -51,153,959 0.7972
-919,287 0 -919,287 0.7117
57,428,228 5,742,823 51,685,406 0.6355
133,189,320 13,318,932 119,870,388 0.5674
223,000,588 22,300,059 200,700,529 0.5066
337,062,919 33,706,292 303,356,627 0.4523
465,905,289 46,590,529 419,314,760 0.4038
617,267,601 61,726,760 555,540,841 0.3606
853,930,150 85,393,015 768,537,135 0.3219
(839,735,751)
(82,869,540)
(36,701,943)
(588,831)
32,846,075
68,014,458
101,674,888
137,208,202
169,319,300
200,328,027
247,392,104
(922,605,291)
(959,307,234)
(959,896,065)
(927,049,989)
(859,035,531)
(757,360,643)
(620,152,441)
(450,833,140)
(250,505,113)
(3,113,009)
839,735,751
(3,113,009) (839,735,751) 11.96% 1.00 10.3 tahun
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
107
TAHUN ANALISA
ITEM
10
Lampiran 18. Analisis sensitivitas kenaikan harga telur 63%
Hasil penjualan Nilai Akhir aset
INVESTASI AWAL OPERATING COST KREDIT BANK : Pengb. Pinj. Pokok Bunga bank (12%) TOTAL BIAYA (Ci.) Laba operasi pajak 10% Laba bersih DF 12% PV NET BENEFIT NPV kumulatif laba bersih IRR = PI = PP
-
1,814,894,023 1,814,894,023
2,005,940,655 2,005,940,655
2,220,323,679 2,220,323,679
2,579,223,010 2,579,223,010
2,853,237,368 2,853,237,368
3,160,950,406 3,160,950,406
3,619,109,402 3,619,109,402
4,011,242,005 4,011,242,005
4,452,049,842 4,452,049,842
4,947,856,588 59,076,212 5,006,932,800
1,877,112,936
2,020,485,226
2,178,011,637
2,497,100,241
2,687,310,335
2,896,347,726
3,253,160,047
3,505,683,388
3,783,262,722
4,088,405,403
841,046,565
11,981,584 25,231,397 1,914,325,917
13,419,374 23,793,607 2,057,698,207
15,029,699 22,183,282 2,215,224,618
16,833,263 20,379,718 2,534,313,222
18,853,254 18,359,727 2,724,523,316
21,115,645 16,097,336 2,933,560,707
23,649,522 13,563,459 3,290,373,028
26,487,465 10,725,516 3,542,896,368
29,665,960 7,547,020 3,820,475,703
33,225,876 3,987,105 4,125,618,384
-841,046,565
-99,431,893 0 -99,431,893 0.8928 (88,772,794)
-51,757,552 0 -51,757,552 0.7972 (37,135,008)
5,099,061 509,906 4,589,155 0.7117 3,266,102
44,909,788 4,490,979 40,418,809 0.6355 25,686,153
128,714,052 12,871,405 115,842,646 0.5674 65,729,118
227,389,699 22,738,970 204,650,729 0.5066 103,676,059
328,736,374 32,873,637 295,862,737 0.4523 133,818,716
468,345,636 46,834,564 421,511,073 0.4038 170,206,171
631,574,139 63,157,414 568,416,725 0.3606 204,971,071
881,314,416 88,131,442 793,182,975 0.3219 255,325,600
(929,819,359)
(966,954,368)
(963,688,266)
(938,002,113)
(872,272,995)
(768,596,936)
(634,778,220)
(464,572,049)
(259,600,978)
(4,275,378)
841,046,565 -
-841,046,565 1 (841,046,565) (4,275,378) (841,046,565) 11.94% 0.99 10.3 tahun
Lampiran 19. Analisis sensitivitas kenaikan gaji 22%
Hasil penjualan Nilai Akhir aset
108
109
Lampiran 20. Tingkat inflasi Indonesia Bulan Tahun Tingkat Inflasi April 2008 8,96% Maret 2008 8,17% Februari 2008 8,40% Januari 2008 7,36% Desember 2007 6,59% November 2007 6,71% Oktober 2007 6,88% September 2007 6,95% Agustus 2007 6,51% Juli 2007 6,06% Juni 2007 5,77% Mei 2007 6,01% April 2007 6,29% Maret 2007 6,52% Februari 2007 6,30% Januari 2007 6,26% Rata-rata inflasi www.bi.go.id (Mei, 2008)
110
Lampiran 21. Daftar lembaga pemasaran brownies di Kota Bogor No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama toko kue TK Buah Fanada Buah Fortune Eco Raos V. Pajajaran V. Pomad TK Ria Evi Boy TK A&B Gepuk Karuhun TK Simpang 3 V. Bangbarung V. Jambu RM Palem Al Amin T Mart Fortune Bangbarung 99 Bakery Jumbo Bakery Okta Bakery Virta Bakery Merdeka Bakery Cahaya Abadi Toko TK Rahmat Jaya TK Agus Clarisa Aneka Lara
PENGEMBANGAN USAHA “ELSARI BROWNIES AND BAKERY” ANALISIS ASPEK PASAR DAN KEUANGAN Miranti Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen ABSTRACT One of small scale bussines in food industry at Bogor is Elsari Brownies and Bakery (EBB). EBB would like to open a new counter in a strategic place. That’s why EBB need a research about brownies marketing at Bogor, financial review and feasibility study about the development plan. The purpose of this research are : (1) To identify market structure of brownies at Bogor, (2) To evaluate the efficiency of distribution channel of brownies at Bogor, (3) To review the financial statement of the company, (4) To decide the need of equity to develop the business. This research used primary data and secondary data. Primary data collected through interview and questioner. Secondary data collected through company’s data, literature study, and internet publications. The sample choosing has been done purposively. Data analyze used Microsoft Excell 2007. At traditional market, the market structure is monopolistic. At modern market, the market structure is oligpolostic. Distribution channel of brownies at Bogor is conclude six channels which used by five distribution person. The biggest margin reached by producer through direct selling to consumer with fourty percent margins. Financial review of EBB in 2007 are EBB have a good ability to pay the short term liability. EBB have a big risk because the structure of its activa is paid by the loan. The sum of equity that needed to fund the development of EBB is 1.034.957.456,- IDR. Based on the financial analysis, the development of EBB has NPV 456.860.170,- IDR. The result of IRR is 18,66%. EBB need Payback Period for eight years and four months. Profitability Indeks has reached is 1,55. On the first year, EBB has Break Event Point for 1.803.049.775,- IDR and BEP quantity is 40.606 boxes. I. PENDAHULUAN
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu bentuk usaha yang mampu bertahan di saat perekonomian Indonesia mengalami krisis dan memberikan kontribusi dalam bentuk penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah UKM di Kota Bogor mencapai 22.304 unit pada tahun 2004. Sementara terjadi peningkatan pada tahun 2005 sebesar sepuluh persen menjadi 24.534 UKM. Peningkatan jumlah UKM dari tahun 2005 ke tahun 2006 adalah sebesar
kurang lebih tiga puluh persen menjadi 31.831 unit. Salah satu UKM di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). Elsari Brownies and Bakery terletak di Jalan Raya Pondok Rumput No.18 Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Produk yang dihasilkan EBB adalah berbagai macam brownies, pastry, dan roti yang beraneka rasa. Omset yang dihasilkan EBB telah mencapai ratarata minimal lima puluh juta rupiah setiap bulannya.
Usaha EBB akan mengadakan pengembangan usaha dengan tujuan peningkatan keuntungan dan optimalisasi penggunaan sumber daya. EBB ingin membuka toko penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan keuntungan melalui kenaikan volume penjualan. Pengembangan usaha yang baik akan menggunakan analisis pemasaran dan keuangan terlebih dahulu sebelum benar-benar melaksanakan pengembangan tersebut. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kinerja keuangan perusahaan dan kelayakan investasi pengembangan usaha. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang dapat diangkat adalah (1) Bagaimana struktur pasar brownies di Kota Bogor, (2) Bagaimana efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor, (3) Apakah kinerja keuangan perusahaan EBB mampu mendukung pengembangan usaha yang akan dilakukan, (4) Seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha EBB, (5) Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha EBB dan sensitivitasnya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, menilai efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor, menilai kinerja keuangan perusahaan EBB, menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB dan menentukan kelayakan rencana pengembangan usaha EBB dan analisis sensitivitasnya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1Kerangka Pemikiran Penelitian Elsari Brownies and Bakery (EBB) berencana untuk membuka toko penjualan di Kota Bogor. EBB selama ini menggunakan beberapa saluran distribusi yang memberikan kontribusi marjin pemasaran yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai marjin dari setiap saluran distribusi produk brownies di Kota Bogor. Sebelum melakukan pengembangan usaha tersebut, EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pasar brownies di Kota Bogor terlebih dahulu. Analisis struktur pasar brownies akan mengidentifikasi struktur pasar yang ada, seberapa besar peluang pasar dan potensi pasar yang masih ada. Pengembangan usaha membutuhkan dukungan dari keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Penentuan kebutuhan modal dilihat dari sumber dana, keputusan investasi, dan kelayakan investasi yang menggunakan rasio keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Profitability Indeks (PI) dan Break Even Point (BEP). 2.2 Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak EBB, produsen dominan brownies di Kota Bogor dan pedagang perantara brownies. Selain itu, dilakukan juga pengamatan langsung terhadap
kegiatan pemasaran yang terjadi dan penelusuran saluran pemasaran atau lembaga-lembaga pemasaran. 2.3 Metode Penarikan Sampel Penarikan sampel terhadap produsen brownies ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah produsen brownies yang terdaftar di Disperindagkop Kota Bogor. Penentuan sampel lembagalembaga pemasaran selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling, yaitu menelusuri saluran pemasaran brownies yang dominan di Kota Bogor berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya dari tingkat produsen hingga pedagang pengecer. 2.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan keuangan melalui rasio keuangan, marjin pemasaran, kelayakan investasi dan penentuan modal pengembangan usaha. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan melihat gambaran umum perusahaan, saluran distribusi dan struktur pasar yang ada dalam pemasaran brownies di Kota Bogor. III. Hasil dan Pembahasan 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Elsari Brownies and Bakery (EBB) didirikan pada tahun 2003 oleh Bapak H.M. Surahman. EBB menggunakan
sistem manajemen yang sudah terstruktur, hal ini dapat dilihat dari sudah adanya pembagian tugas dan wewenang diantara karyawan. Hingga Januari 2008, EBB memiliki 28 karyawan yang terdiri dari Komisaris, Direktur, General Manager, Ketua Produksi, Ketua Produksi Brownies, Ketua Produksi Bakery, Logistik, Administrasi, Pemasaran dan karyawan produksi. 3.2. Pemasaran 3.2.1. Saluran Distribusi Saluran distribusi bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Saluran distribusi yang terlibat dalam pemasaran brownies terdiri dari enam saluran, yaitu saluran 1, saluran 2, saluran 3, saluran 4, saluran 5 dan saluran 6. Keenam saluran tersebut melibatkan 5 lembaga distribusi yaitu : (1) Produsen, (2) Agen perorangan, (3) toko kue mitra di pasar tradisional, (4) Instansi dan (5) Pasar modern. 3.2.2. Marjin Pemasaran Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi-fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh lembaga pemasaran yang bekerja di saluran distribusi brownies. Marjin distribusi yang dihasilkan pun berbeda-beda antara saluran distribusi yang satu dengan saluran distribusi yang lainnya. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen memperoleh marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Sementara penjualan melalui
pasar modern mendapatkan marjin sebesar 16 persen dari harga jual. Marjin pada instansi sebagai salah satu lembaga pemasaran yang memiliki segmen pasar konsumen dengan tingkat pendapatan menengah ke atas mencapai 25 persen dari harga jual. 3.2.3. Struktur Pasar Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. 3.2.4. Potensi Pasar, Peluang Pasar dan Pangsa Pasar Analisis pangsa pasar menunjukkan bahwa pemimpin pasar brownies di Bogor adalah Amanda Brownies. Amanda Brownies menguasai 37,18 persen dari pasar brownies di Kota Bogor yang teridentifikasi berdasarkan jumlah penjualan ketujuh produsen responden penelitian. Adinda Brownies menguasai pangsa pasar sebesar 21,24 persen dan Elsari Brownies menguasai 19,90 persen dari keseluruhan pasar. Elsari Brownies and Bakery merupakan pengikut pasar dengan menguasai 19,90 % dari keseluruhan pasar brownies yang teridentifikasi dalam penelitian. Permintaan industri makanan dan minuman tumbuh 8% pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2006 permintaan industri ini tumbuh 7,22% (www.sentrabisnis-ukm.com). Sehingga dapat diasumsikan bahwa pertumbuhan permintaan industri makanan mencapai 0,78% dari tahun ke tahun.
Jumlah permintaan brownies di Kota Bogor pada tahun 2007 mencapai 352.438 box. Peningkatan permintaan sebesar 0,78% menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan sebanyak 2.749 box per tahun atau 229 box per bulan (0,78% x 352.438 box per tahun). Hal ini merupakan peluang yang cukup besar bagi Elsari untuk memenuhi pertumbuhan permintaan brownies di wilayah Bogor. Kalangan menengah ke atas yang terdapat di Kota Bogor mencapai 49 persen. Dengan demikian, jumlah konsumen menengah atas yang membeli brownies secara langsung dari produsen sebanyak 29,4 persen (60% x 49%) dari seluruh konsumen brownies di Bogor. Potensi pasar brownies melalui saluran pemasaran langsung adalah sebanyak 220.574 box per tahunnya (29,4% x 750.250 box pertahun). Saat ini pendistribusian secara langsung mencapai 211.463 box per tahun (60% x 352.438 box) atau 17.622 box per bulan. Dengan demikian, terdapat peluang pasar pemasaran langsung sebesar 9.111 box per tahun. Peluang pasar keseluruhan berdasarkan penjumlahan peluang pasar pemasaran langsung dan pertumbuhan permintaan yaitu sebesar 11.860 box per tahun (2749 box + 9.111 box). 3.3. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan EBB dapat dianalisis menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas dan aktivitas usaha. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya karena aktiva lancar yang dimiliki mampu untuk menutupi kewajiban lancar yang harus dibayar EBB. Aktiva lancar EBB sebesar 35,52 % dari total aktiva yang dimiliki. Sementara 64,48 % dari total aktiva EBB berupa properti dan peralatan. Rasio modal sendiri dengan total aktiva menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal sendiri. Nilai rasio ini berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan nilai sebesar 0,32. Angka ini berarti pada tahun 2007 EBB sebanyak 32 % aktiva dibiayai dari modal sendiri dan 68 % aktiva dibiayai oleh pinjaman. Nilai ini menunjukkan tingkat keamanan yang kurang baik bagi perusahaan. Rasio pengembalian modal sendiri mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Nilai rasio pengembalian modal sendiri EBB tahun 2007 mencapai 0,70 berarti dari setiap Rp 1,- modal sendiri, EBB mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,70. Rasio perputaran total aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Nilai perputaran total aktiva EBB mencapai 2,08 yang artinya setiap satu rupiah total aktiva
yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan Rp 2,08. Nilai rasio perputaran piutang EBB tahun 2007 mencapai 21,88 kali atau 16,8 hari (360 hari/21,88). Hal ini berarti dalam satu periode EBB mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 22 kali. 3.4. Pendanaan 3.4.1. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan EBB selama ini lebih banyak mengandalkan pinjaman dari pihak luar atau eksternal. Berdasarkan analisis keuangan yang telah dilakukan, EBB mendanai usahanya dengan hutang sebanyak 68 persen. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat risiko yang ditanggung oleh kreditur. Sedangkan modal sendiri EBB hanya sebesar 32 persen. Analisis ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa untuk mengadakan pengembangan usaha, sebaiknya EBB tidak mengandalkan pendanaan dari pinjaman bank. EBB sebaiknya mencari sumber dana dari investor sehingga tidak menambah beban untuk membayar hutang dan bunganya. Rencana kebutuhan investasi pengembangan EBB membutuhkan dana investasi sebesar Rp 590.912.120,- dan perkiraan modal kerja yang dibutuhkan untuk tahun pertama adalah sebesar Rp 444.045.336,-. Sumber dana yang dibutuhkan dirancang dengan komposisi besarnya dana modal sendiri sebesar 20 persen, pinjaman ke bank sebesar 20 persen dan dana dari investor sebesar 60 persen.
Pembagian keuntungan dengan investor ditetapkan 50% dari laba bersih yang diraih pada tahun periode berjalan. 3.4.2. Rencana Kebutuhan Dana Dana investasi dikeluarkan untuk membeli sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Sedangkan perkiraan modal kerja yang dibutuhkan mencakup pengeluaran untuk transportasi, sewa pabrik dan toko, gaji pegawai, dan bahan baku produksi. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-. Investasi awal dikeluarkan untuk membiayai sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Manfaat dari usaha ini adalah nilai penjualan dan nilai sisa dari peralatan apabila perusahaan menghentikan operasinya. Nilai sisa dari peralatan pada akhir tahun ke-10 sebesar Rp 59.076.212,-. 3.4.3. Proyeksi Penerimaan dan Pengeluaran Pengembangan Usaha EBB Harga jual brownies EBB pada tahun pertama mencapai Rp 25.200 dan akan mengalami kenaikan sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan akibat adanya kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional lainnya. Penentuan harga jual ini
dilakukan berdasarkan biaya total yang dikeluarkan EBB ditambah dengan pajak, kemudian ditambah mark up yang diinginkan yaitu sebesar 25%. Mark up sebesar 25% ini didasarkan pada risiko yang ditanggung oleh industri makanan. Pada umumnya, industri makanan menetapkan keuntungan minimal 20% dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan oleh sifat produk makanan yang tidak tahan lama sehingga risiko yang ditanggung dari usaha makanan cukup tinggi. Dengan risiko produk yang lebih tinggi, produsen mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. Harga yang digunakan merupakan harga berdasarkan wawancara dengan pengelola EBB, kemudian untuk tahuntahun berikutnya diperhitungkan kemungkinan naiknya harga berdasarkan asumsi inflasi sebesar 7%. 3.5. Kriteria Kelayakan Investasi Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,- dengan discount factor pada tingkat suku bunga 12 % per tahun. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Hal ini berarti keuntungan internal yang diperoleh dari pengembangan usaha tersebut dari investasi yang ditanamkan selama umur proyek adalah sebesar 18,66% per tahun. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan, artinya waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi yang telah dikeluarkan adalah 8 tahun 4 bulan. Untuk usaha jenis makanan, PP sebesar 8 tahun lebih merupakan jangka waktu yang cukup lama. Alasan hal ini terjadi adalah besarnya biaya investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan usaha EBB melalui pembelian sarana mobilitas. Nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Hal ini menunjukkan arus kas bersih yang diterima menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,55. Break Event Point (BEP) pengembangan usaha EBB berbeda-beda dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box. Berarti, untuk mencapai titik balik modal, EBB perlu memproduksi brownies sebanyak 40.606 box pada tahun pertama pengembangan usaha. Sementara BEP tahun analisis adalah 9,7 tahun. Hal ini berarti jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat total penerimaan sama dengan total pengeluaran selama umur proyek adalah 9,7 tahun. 3.6. Analisis Sensitivitas Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, pengembangan usaha EBB akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual sebesar 3,12%, jumlah penjualan turun 3,15%, harga bahan baku telur naik 63% dan gaji pegawai naik 21,5%.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah mekanisme pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi adalah kegiatan bisnis yang dilakukan dari produsen hingga ke konsumen akhir. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. 2. Efisiensi saluran distribusi dapat dilihat dari besarnya marjin pemasaran yang dihasilkan. Marjin terbesar diperoleh melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Hal ini menunjukkan bahwa saluran penjualan langsung merupakan saluran distribusi yang paling efisien. 3. Kinerja EBB untuk mengembangkan usahanya dinilai cukup baik. Kinerja keuangan EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya karena aktiva lancar yang dimiliki mampu untuk menutupi kewajiban lancar yang harus dibayar EBB. Nilai risiko yang relatif besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Nilai ini menunjukkan tingkat keamanan yang kurang
baik bagi perusahaan. Untuk aktivitas usaha EBB, perputaran piutang dan perputaran total aktiva sudah cukup baik. 4. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-. Investasi awal dikeluarkan untuk membiayai sarana administrasi, sarana produksi, sarana mobilitas dan biaya perizinan ke Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Investasi terbesar dilakukan untuk membiayai investasi sarana mobilitas. Sarana mobilitas dianggap penting untuk mendukung kegiatan karyawan dalam melaksanakan operasional pemasaran dan distribusi. 5. Pengembangan usaha EBB layak untuk dilaksanakan dengan menggunakan analisis kelayakan keuangan. Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box. Rencana pengembangan usaha EBB akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual sebesar 3,12%, penurunan tingkat penjualan sebesar 3,15%, kenaikan harga beli telur sebesar
63% dan kenaikan gaji pegawai sebesar 21,5% B. Saran 1. Pembukaan counter EBB sebaiknya dilakukan di tempat yang strategis yaitu tempat yang dikenal konsumen untuk lebih memperkenalkan brownies merek EBB di konsumen kalangan menengah atas di Kota Bogor. 2. EBB perlu mencari investor untuk menanamkan modalnya di EBB sehingga persentase hutang yang ditanggung EBB dapat proporsional dengan keseluruhan modal. 3. EBB perlu melakukan pencatatan administrasi yang lengkap meliputi pencatatan arus kas masuk dan keluar, pelaporan laba rugi, pelaporan neraca dan pelaporan ekuitas pemilik sehingga mempermudah analisis keuangan yang akan dilakukan. DAFTAR PUSTAKA 1. Bank Indonesia. 2008. Laporan inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahunan. http://www.bi.go.id [Mei, 2008] 2. BPS. 2006. Laporan jumlah UKM di Indonesia. http://www.bps.go.id [Februari, 2008] 3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. 2008. Laporan Usaha Kecil dan Menengah, Bogor. 4. Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi revisi. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. 5. Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Bogor. 6. Keown, et al. 2001. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta.
7. Kota Bogor. Laporan jumlah penduduk Kota Bogor. http://www.kotabogor.go.id [Maret, 2008] 8. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jilid 2, terjemahan Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, PT. Prenhalindo, Jakarta. 9. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 Edisi Kesebelas terjemahan Benyamin Molon. PT. Prenhalindo, Jakarta. 10. Laporan Pemasukan dan Pengeluaran Elsari Brownies and Bakery. 2008, Bogor. 11. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Liberty, Jakarta. 12. Navarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan. Edisi revisi. Salemba Empat, Jakarta. 13. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. 2000. Seminar Nasional Industri Pangan : Pemberdayaan Industri Pangan dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Menghadapi Era Perdagangan Bebas. Prosiding Volume 1. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Bogor. 14. Puspitasari, T. 2007. Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga (Studi kasus industri tahu skala kecil dan rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 15. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. 16. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press, Penerbitan UMM Malang, Malang.
17. Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial: Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta. 18. Sentra bisnis UKM. 2007. Bisnis oleh-oleh. http://www.sentrabisnis-ukm.com [April, 2008] 19. Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek : dari konseptual sampai operasional, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. 20. Warsini, S. 2003. Manajemen Keuangan : draft buku teks, Dikti, Jakarta. 21. Wirakartakusumah, M.A. 1994. Rekayasa Proses Menghadapi Tantangan Masa Depan Industri Pangan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.