ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA USAHA WARUNG SURABI
OLEH CANDRA WARDOYO H 24076023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA USAHA WARUNG SURABI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh CANDRA WARDOYO H24076023
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN CANDRA WARDOYO. H 24076023. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Warung Surabi. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH Bermunculannya usaha makanan saat ini disebakan oleh kebiasaan masyarakat yang mulai berubah yang lebih memilih untuk membeli makanan daripada membuatnya sendiri, karena akan lebih praktis dan cepat. Tempat makan tidak sekedar tempat untuk makan tapi juga digunakan sebagai tempat bersosialisasi, dan tempat untuk berkumpul. Peluang usaha semacam ini mendorong pebisnis maupun pemilik modal untuk mendirikan sebuah usaha. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Warung Surabi. Warung Surabi bermaksud membuka cabang baru di lokasi yang strategis. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui kondisi usaha Warung Surabi. (2) Menganalisis kelayakan pendirian usaha olahan makanan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial.(3) Memberikan langkah atau masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha warung surabi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik usaha, sedangkan data sekunder didapat dari studi pustaka seperti jurnal, hasil penelitian terdahulu dan internet. Penelitian ini menggunakan analisis non finansial, yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial serta melalui analisis finansial dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), dan Payback Period (PP). Hasil yang diperoleh dari analisis finansial yang dilakukan menunjukkan nilai nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 12,658.281,-. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku sebesar 7 %. Sedangkan untuk nilai Net B/C diperoleh nilai 1,97. Nilai PBP yang diperoleh adalah 1 tahun.
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pada Usaha Warung Surabi
Nama
: Candra Wardoyo
NIM
: H 24076023
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Ir. Mimin Aminah, MM) NIP: 19660907 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1986 di Kota Bogor. Penulis yang bernama lengkap Candra Wardoyo merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Sugiman dan Sunarti. Pendidikan pertama penulis di mulai pada tahun 1991 di TK Harapan Keluarga Bogor, kemudian melanjutkan ke SDN Kebon Pedes 1 Bogor dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5 Bogor kemudian di tahun 2001 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Setelah lulus pada tahun 2007, melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor penulis pernah mengikuti kegiatan dalam mahasiswa Ekstensi Manajemen, yaitu Extention Of Management (EXOM) periode tahun 2007.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Warung Surabi”, sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha Warung Surabi di kampus Pakuan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan akibat keterbatasan dan kendala yang dihadapi, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini, sehingga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2012
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang mendukung, baik secara moril maupun materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ir. Mimin Aminah, MM, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, pengarahan dan semangat dengan penuh kesabaran hingga selesainya skripsi ini. 2. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM, sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat dalam memperbaiki skripsi ini. 3. Bapak/Ibu Dosen pengajar Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmunya selama penulis melaksanakan perkuliahan. 4. Bapak dan Ibunda tercinta yang selama ini telah mencurahkan segenap kasih sayang, doa restu dan perhatiannya kepada penulis. Terima kasih atas doa dan dukungannya. 5. Bapak Sugeng selaku pemilik Warung Surabi yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini. 6. Seluruh Staf Sekretariat Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen, Fakultas Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 7. Semua teman-teman TRI 41 dan Ekstensi Manajemen yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu
yang
telah
memberikan
dukungan
dan
kebersamaannya sampai saat ini. 8. Teman-teman eks kosan Jalan Riau dan Tegalega yang memberikan warna selama penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................ v DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x I.
PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6 2.1. Studi Kelayakan Bisnis ....................................................................... 2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis .................................................. 2.1.2 Manfaat Studi kelayakan Bisnis ................................................... 2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis .......................................... 2.2. Surabi .................................................................................................. 2.3. Usaha Kecil Menengah ....................................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................
6 6 6 7 14 15 16
III. METODE PENELITIAN........................................................ ................ 19 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian........................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 3.5. Kriteria Kelayakan Investasi ..............................................................
19 21 21 21 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26 4.1. Gambaran Umum Warung Surabi ..................................................... 4.2. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha ........................................... 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... a. Peluang dan Pangsa Pasar ................................................... b. Kebijakan Bauran Pemasaran ............................................. 4.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi ................................................. a. Lokasi dan Tata Letak ......................................................... b. Fasilitas danPeralatan .......................................................... c. Penyediaan bahan Baku dan Proses Produksi ..................... 4.2.3 Aspek Manajemen dan Operasional ....................................... a. Kepemilikan ........................................................................ b. Struktur Organisasi ............................................................
26 26 26 27 28 32 32 34 34 36 36 36
c. Tenaga Kerja ....................................................................... 4.2.5 Aspek Finansial ....................................................................... a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya ............................ b. Sumber Modal ..................................................................... c. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan .................................. d. Analisis Sensitivitas ............................................................
38 39 39 42 42 45
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ................................................................................................... 48 2. Saran ............................................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 50 LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Perkembangan jumlah pelaku usaha berdasarkan skala ............................... 2. Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 ........................ 3. Data penjualan Warung Surabi 2010-2011 .................................................. 4. Daftar menu dan harga jual surabi ............................................................... 5. Kebutuhan investasi Warung Surabi ............................................................ 6. Biaya tetap Warung Surabi........................................................................... 7. Kebutuhan variabel Warung Surabi ............................................................. 8. Hasil analisis kelayakan usaha Warung Surabi ............................................ 9. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 ............................................................ 10. Hasil analisis sensitivitas skenario 2 ............................................................
1 2 4 31 40 41 41 43 46 47
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4.
Halaman Kerangka pemikiran penelitian ............................................................ 20 Tata letak tampak atas ............................................................................ 33 Alur produksi Warung Surabi ............................................................... 35 Struktur organisasi Warung Surabi ....................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................... 50 2. Rencana penerimaan Warung Surabi ..................................................... 52 3. Analisis cashflow Warung Surabi ........................................................... 53 4. Kebutuhan pengembangan usaha Warung Surabi .................................. 54 5. Daftar harga barang ................................................................................ 55 6. Perhitungan kelayakan finansial ............................................................ 56 7. Perhitungan laba/rugi .............................................................................. 57 8. Perhitungan penyusutan investasi ........................................................... 58 9. Perhitungan sensitivitas biaya variabel 16% ........................................... 59 10. Perhitungan sensitivitas penurunan harga 9% ........................................ 61
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena UMKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat (banyak) dengan skala kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasai beberapa orang. Beberapa keunggulan UMKM di banding usaha berskala besar seperti dinyatakan Partomo dan Soejoedono (2004)
adalah:
(1)
Inovasi
dalam teknologi
yang telah
dengan
mudah terjadi dalam pengembangan produk, (2) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja, (3) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis, dan (4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. UMKM saat ini telah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia dan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional Indonesia. Apabila dilihat dari jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603 unit pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan jumlah pelaku usaha berdasarkan skala UNIT USAHA A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UMi) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) B. Usaha Besar (UB)
Satuan (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit)
Tahun 2009 Tahun 2010 52.764.603 53.823.732 52.176.795 546.675 41.133 4.677
53.207.500 573.601 42.631 4.838
Usaha mikro merupakan skala usaha yang jumlahnya paling besar dibandingkan dengan skala usaha lainnya terhadap total usaha yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 98,88 persen pada tahun 2009 dan 98,85 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kontrubusi UMKM terhadap PDB tercatat sebesar Rp 2.993 triliun. Pada 2010 UMKM sudah mampu
menyerap tenaga kerja lebih dari 90 juta orang, yang membuktikan bahwa penciptaan
lapangan
kerja
terbesar
berasal
dari
usaha
mikro
(http://www.depkop.go.id, 2011). Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 TENAGA KERJA A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UMi) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah(UM) B. Usaha Besar (UB)
Satuan (Orang)
Tahun 2009 Tahun 2010 96.211.332 99.401.775
(Orang) (Orang) (Orang)
90.012.694 3.521.073 2.677.565
93.014.759 3.627.164 2.759.852
(Orang)
2.674.671
2.839.711
Usaha mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 91,03 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2009, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 90,98 persen dari total tenaga kerja yang terserap berasal dari usaha mikro. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan yang mendukung pengentasan kemiskinan, pengangguran dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Tahun 2010 jumlah UMKM di Kota Bogor mencapai 32.901 unit, 2193 diantaranya telah masuk ke dalam pembinaan Pemerintah Kota Bogor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor UMKM sampai tahun 2010 mencapai 58.429 orang. Sedangkan dari jumlah asset atau investasi capaian UMKM di tahun 2010 berkisar pada angka Rp 575.397.110.000 (http://www.kotabogor.go.id, 2011). Usaha skala mikro menjadi pilihan yang diambil oleh beberapa tempat karena membutuhkan modal yang tidak besar serta menawarkan harga jual produk yang lebih mudah diterima / dijangkau masyarakat. Dari sekian banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah) di kota Bogor, salah satu bidang yang potensial adalah usaha makanan. Usaha makanan merupakan usaha yang potensial, salah satu alasannya karena kebiasaan masyarakat yang mulai berubah yang menginginkan makanan
yang cepat saji dan praktis daripada membuatnya sendiri. Peluang tersebut tidak disia-siakan oleh para pengusaha yang ada di Kota Bogor. Alasan manusia pasti butuh makan menjadi dasar bagi para pelaku bisnis untuk membuka dan mengembangkan usaha di bidang makanan. Bisnis makanan sebagai bagian dalam rangkaian sistem agribisnis, merupakan salah satu sistem pengolahan yang banyak dikembangkan dan sangat prospektif, karena bagaimanapun, setiap individu memerlukan asupan energi untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu usaha mikro yang bergerak dalam bidang usaha makanan jajanan di Kota Bogor adalah usaha surabi. Jajanan ini merupakan jajanan yang popular hampir di seluruh Indonesia, namun belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha surabi di Indonesia maupun di Bogor. Berdasarkan pengamatan di Kota Bogor pada tahun 2011 terdapat beberapa kedai surabi antara lain, Surabi Djanda, Surabi BNR, Surabi Royale, Paramuda Surabi dan Surabi Duren. Selain kandungan gizi yang terdapat pada makanan, faktor yang paling mendasar adalah rasa dari makanan yang dijual, hal itu yang memicu pengusaha makanan untuk membuat menu baru maupun memodifikasi menu demi menarik minat konsumen. Usaha makanan yang sudah lama berdiri maupun yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para konsumen baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua. Warung Surabi adalah salah satu usaha kecil menengah yang menggeluti usaha panganan di Kota Bogor. Usaha ini belum lama berdiri sehingga masih membutuhkan banyak masukan. Dalam suatu usaha baik dalam skala kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan. Sebelumnya perusahaan ini belum melakukan analisis terhadap kelayakan usahanya, maka penelitian ini dilakukan, agar dapat menjadi masukan bagi perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah
Mendirikan usaha ini bisa dilakukan siapapun yang memiliki modal, tetapi untuk menjadikan suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal yang mudah. Jika mampu dikelola dengan baik, bisnis pengolahan makanan akan berjalan lancar. Dalam bidang usaha pengolahan makanan terdapat persaingan, persaingan yang ada berupa upaya menarik perhatian konsumen, mempertahankan, atau bahkan persaingan dalam merebut pangsa pasar. Salah satu UKM di bidang pengolahan makanan yang terdapat di Bogor adalah Warung Surabi. Produk yang dihasilkan Warung Surabi adalah surabi yang beraneka rasa. Warung Surabi memulai usahanya pada November 2009 di Jalan Pondok Rumput No 14. Tabel 3. Data penjualan Warung Surabi Bulan Tahun 2010 Tahun 2011
Jan 780
Feb 807
Mar 825
Apr 816
Mei 880
Jun 925
Jul 943
Ags 907
Sep 925
Okt 988
Nov 1.025
Des 1.034
1,075
1,096
1,137
1,148
1,117
1,168
1,210
1,230
1.241
1,158
1,199
1,189
Data penjualan Warung Surabi menunjukkan adanya peningkatan jumlah penjualan. Berdasarkan data pada Tabel 3 pemilik Warung Surabi melihat potensi dalam usaha ini, oleh karena itu pemilik berniat untuk mengembangkan usahanya dengan cara pembukaan cabang baru. Pemilihan lokasi pengembangan usaha memerlukan pertimbangan, karena hal itu bertujuan agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau tempat usaha. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Warung Surabi, lokasi yang dipilih adalah kampus Pakuan. Lokasi tersebut dianggap strategis karena dekat dengan konsumen. Dari hal yang diuraikan pada latar belakang dapat disusun beberapa pertanyaan berikut : 1. Apakah pengembangan usaha warung surabi layak dilakukan, dilihat dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, maupun aspek finansial ? 2. Bagaimana sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi ?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Warung Surabi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial. 2. Menganalisa sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di tempat usaha Warung Surabi di Jalan Pondok Rumput No 14, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dengan ruang lingkup ditekankan pada pengembangan usaha Warung Surabi yang didasarkan pada kelayakan usahanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah dkk (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007) adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan; (3) Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan; (4) Menentukan prioritas investasi. 2.1.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah : a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap
keuntungan
yang
akan
diperoleh,
serta
jaminan
keselamatan atas modal yang ditanamkannya. b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor. d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional. 2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum aspekaspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial. Meskipun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu ditentukan kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan. a. Aspek pasar Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
secara
bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan
strategi
pemasaran,
perencanaan
program
pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997). Aspek pasar mempelajari tentang : 1) Permintaan Permintaan
adalah
kegiatan
yang
didukung
oleh
kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain baik sebagai substitusi maupun komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk mendapatkan barang dan jasa yang ditawarkan. 2) Penawaran Penawaran
adalah
jumlah
barang
dan
jasa
yang
ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga
pada
suatu
waktu
tertentu.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah harga barang dan jasa itu sendiri, harga barang lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses. 3) Pemasaran Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi) : i) Produk
Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk
digunakan,
mendapatkan
dikonsumsi,
dan
perhatian, dapat
untuk
memenuhi
dibeli, suatu
keinginan atau kebutuhan. Menurut Stanton (1991), produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. ii) Harga Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pelanggan atas suatu produk tertentu. Menurut Alma (2000), harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.
Dalam
menentukan
kebijakan
harga
dasar
harga, dari
manajemen
produknya,
harus
kemudian
menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai dengan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan. iii) Tempat
Tempat
diartikan
sebagai
distribusi.
Distribusi
merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen sasaran. Sedangkan saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk meyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai titik konsumsi. iv) Promosi Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Menurut Keegan (2003) promosi merupakan bentuk komunikasi yang bersifat membujuk atau persuasif.
Bauran promosi terdiri dari lima cara utama yaitu: Periklanan Periklanan adalah semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk untuk mendapatkan pembayaran. Promosi Penjualan Promosi penjualan adalah insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli produk atau jasa. Promosi penjualan terdiri dari cara promosi pelanggan (contoh kupon, penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi gabungan, promosi silang, tampilan ditempat pembelian dan demonstrasi), promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan pajangan barang gratis), dan promosi bisnis dan wiraniaga (pameran perdagangan dan konvensi, kontes bagi wiraniaga dan iklan khusus). Pemasaran Langsung Pemasaran langsung melalui surat, telepon dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu. Penjualan Personal Penjualan personal adalah interaksi langsung antar satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian. Hubungan masyarakat dan publisitas Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
b. Aspek teknis Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar, 2003). Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang, yaitu penempatan fasilitasfasilitas yang dipakai di dalam pabrik seperti letak mesin-mesin, letak alat-alat produksi, jalur pengangkutan dan seterusnya. Letak dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji, agar proses produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar, 2003). c. Aspek manajemen Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh
gambaran
mengenai
kemampuan
staf
dalam
melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi dan deskripsi tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999). Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut Suryana (2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara profesional. d. Aspek Sosial Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur
komunikasi, penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat dan lainnya. e. Aspek finansial Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari pula mengenai struktur pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan. Analisis
finansial
adalah
suatu
analisis
yang
membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial berkaitan dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang akan dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial meliputi : 1) Net Present Value (NPV) Nilai bersih sekarang usaha memberikan ukuran nilai bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Oleh karena itu semua arus kas didiskontokan kembali ke masa sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat. Perbedaan antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :
NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya awal (Keown dkk, 2001).Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah : Net B/C > 0, maka NPV > 0. proyek menguntungkan. Net B/C < 0, maka NPV < 0. proyek merugikan. Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak rugi. 3) Internal Rate Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rataan keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang
dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4) Payback Period (PBP) PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain (Husnan dan Muhammad, 2000). 5) Analisis Switching Value Analisis switching value adalah analisis yang digunakan untuk meneliti kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Analisis ini ditujukan untuk melihat pengaruh yang terjadi apabila keadaan berubah. Menurut Kadariah dkk (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisis proyek, jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. 6) BEP atau Titik Impas Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997). 2.2. Surabi Surabi atau serabi adalah makanan khas orang Sunda yang bentuknya seperti pancake namun lebih kecil dan tebal, terbuat dari tepung beras. Surabi dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku dan cetakan khusus dari tanah liat. Surabi ini memiliki banyak rasa, dengan
rasa yang dianggap paling original khas Sunda yaitu surabi oncom. Warung surabi saat ini menawarkan surabi dengan berbagai rasa atau istilah dalam kamus kuliner modern „topping‟. Mulai dari oncom, keju, coklat, dan berbagai rasa buah yang menciptakan sensasi rasa manis, asin, pedas, dan lain-lain. (sumber:http://www.indonesia.travel/id/.2011). Serabi adalah penganan atau jajanan pasar asal Indonesia yang serupa dengan pancake. Namun serabi biasanya terbuat dari tepung beras, bukan tepung terigu. Macamnya lumayan banyak, ada yang polos manis atau asin, ada juga serabi manis yang diberi kuah cair manis, yang biasanya dari gula kelapa, isi, dan taburan serabi bervariasi menurut daerah serta selera pembelinya. Di Bandung, serabi biasanya disebut surabi. Sejak dulu sudah dikenal disantap pada pagi hari, karena umumnya pedagang surabi berjualan dari subuh hingga pagi hari. Tidak mengherankan kalau surabi juga biasa dimakan untuk sarapan. Dulu yang terkenal adalah surabi polos (tapi ada yang berisi parutan kelapa) dan surabi oncom. Tapi, kini sudah banyak macam taburannya, termasuk yang manis-manis. Di Jakarta, serabi disebut kue ape atau serabi Jakarta. Bentuk kue ape bundar, tipis di bagian pinggir dan menebal bundar di bagian tengah. Karena bentuknya, kue ape juga sering disebut sebagai kue tetek. Kue ape terbuat dari tepung terigu dicampur susu. Variasi warna dan taburannya saat ini banyak. Satu lagi serabi yang terkenal di Indonesia adalah srabi Solo atau serabi Solo. Kue ini juga terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa dan digoreng di atas arang. Serabi juga biasa diberi bermacam taburan, seperti potongan pisang, nangka, meses cokelat atau keju. Serabi yang terkenal berasal dari daerah Notokusuman. (http://bataviase.co.id, 2011) 2.3. Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 yaitu dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu: a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3 orang termasuk tenaga yang tidak dibayar, b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 9 orang, c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 – 99 orang. 2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Menurut Putri (2008), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek finansial, pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Rasio 1,30 (Net B/C Ratio >1). IRR 24% (lebih besar dari suku bunga Kredit Usaha Ringan (KUR) 16%), dan masa pengembalian selama 2 tahun 3 bulan 18 hari (tidak melebihi masa pinjaman yaitu 5
tahun). Dari analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%. Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian Analisis switching value, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10%. Perdana (2007) menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan gurame kelompok tani tirta maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor. Analisis kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa rencana usaha Tirta Maju dikategorikan layak untuk diimplementasikan pada aspek pasar, teknis, manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,- dan R/C sebesar 1,29. Sedangkan, dalam analisis penilaian investasi usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp 10.433.512,-; 1,67; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Lalu, hasil-hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan rencana usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan rencana usaha ini. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, (2) Menilai efisiensi saluran distribusi
brownies di Kota Bogor, (3) Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB dan (4) Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relative besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box. .
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen potensial, dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah pola hidup masyarakat saat ini yang senang berkumpul atau bersosialisasi di tempat makan. Selain itu, studi kelayakan bisnis memberikan masukan mengenai target atau pencapaian yang harus diraih untuk mempertahankan kelangsungan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut timbul keinginan dari pemilik perusahaan untuk mengembangkan usaha yang dikelola dengan manajemen yang baik. Mengingat saat ini begitu banyak usaha jasa boga di Bogor yang semakin menjamur. Untuk mengetahui pengembangan usaha yang dijalankan warung Surabi, dilakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek-aspek kelayakan usaha seperti aspek finansial dan non-finansial yang dapat dilihat dari aspek pasar, teknis, finansial, manajemen dan sosial. Dari aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis switching value. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan usaha yang dijalankan oleh Warung Surabi. Gambar 1 adalah kerangka pemikiran pada penelitian ini.
Kondisi Usaha Yang Dijalankan Warung Surabi
Rencana Pengembangan Usaha
Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Analisis Non-Finansial -Aspek Pasar dan Pemasaran -Aspek Teknis dan Teknologi -Aspek Manajemen dan Operasional
Analisis Finansial Analisis NPV, Net B/C, IRR, PBP, BEP, switching value
Hasil Penelitian
Layak
Tidak Layak
Usaha Dapat Dilanjutkan dan Dikembangkan
Perbaikan pada aspek yang mengalami permasalahan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Warung Surabi yang berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14 Bogor, berlangsung sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2011. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data yang akan digunakan berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik Warung Surabi. Sedangkan data sekunder bersumber dari beberapa instansi terkait, studi pustaka dan internet. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif diperoleh dari aspek-aspek non-finansial, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Sedangkan aspek finansial dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis switching value menggunakan Microsoft Excel. 3.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Strategi bauran pemasaran yang dikaji meliputi aspek peluang pasar dan bauran pemasaran (place, product, price dan promotion). Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha. 3.4.2 Aspek Teknis Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah : a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi dan lahan usaha.
b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. c. Mesin dan
alat pembantu mesin,
dengan
melihat kriteria
pemilihannya. d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya. e. Penyediaan bahan baku. 3.4.3 Aspek Manajemen Analisa aspek manajemen meliputi
kepemilikan, struktur
organisasi, jumlah tenaga kerja, deskripsi pekerjaan sekaligus pembagian wewenang dan tanggungjawab serta sistem gaji atau upah anggota maupun tenaga kerja. Tujuan analisis usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. 3.4.4 Aspek Finansial Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan proyek berdasarkan criteria tertentu. Data yang diperlukan meliputi jumlah penjualan, nilai sisa pada akhir tahun, biaya investasi, biaya tetap, biaya operasional dan biaya lainnya yang terkait. 1. Net Present Value Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang
Keterangan : Bt
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t
Ct
= Biaya (cost) pada tahun ke-t
n
= Umur proyek
i
= Discount rate (%)
Dengan kriteria: 1) Nilai NPV dalam suatu proyek didapatkan nilai lebih besar atau lebih daripada nol, berarti proyek dapat menghasilkan keuntungan. 2) Apabila nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol berarti proyek
tersebut
akan
mengembalikan
biaya
sebesar
opportunity cost faktor produksi modal. 3) Apabila nilai NPV yang dihasilkan kurang dari nol berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan. 2. Net B/C …………………………………………………(2) Keterangan : Bt
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t
Ct
= Biaya (cost) pada tahun ke-t
n
= Umur proyek
i
= Discount rate (%) dengan kriteria : 1) Jika net B/C lebih besar atau sama dengan satu maka proyek layak dijalankan 2) Jika net B/C lebih kecil dari 1 maka proyek tidak layak
3. Internal Rate Return Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar.
Keterangan : I1
= Nilai diskonto pada saat NPV1
I2
= Nilai diskonto pada saat NPV2
NPV1 = Nilai NPV positif NPV2 = Nilai NPV negative dengan kriteria:
1) Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti usaha dapat dilanjutkan. 2) Jika nilai IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti usaha tidak dapat dijalankan. 4. Pay Back Period Pay Back Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari kas bersih. ……………………………(4)
5. Analisis Sensitivitas Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional dan penurunan harga penjualan. 3.5. Kriteria Kelayakan Investasi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis pengembangan usaha Warung Surabi melalui penyusunan suatu cash flow sebagai berikut : 1) Analisis kelayakan finansial diproyeksikan dengan jangka waktu lima tahun mulai tahun 2011 - 2015 2) Umur proyek yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah disepakati oleh pihak Warung Surabi. 3) Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan. 4) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada periode ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai. 5) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada periode bulan Mei (harga tahun 2011) dengan asumsi harga konstan selama umur proyek.
6) Sesuai dengan permintaan pemilik yang ingin menaikkan kapasitas produksi 5% per tahun, maka pembelian bahan baku ditingkatkan 5% tiap tahunnya. 7) Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 7% sesuai dengan ratarata
suku
bunga
deposito
pada
bulan
Mei
tahun
2011
(http://pusatdata.kontan.co.id,2011). 8) Biaya investasi tidak dihitung dari usaha yang lama. 9) Sumber modal berasal dari modal sendiri. 10) Pajak pendapatan usaha didasarkan pada UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Pendapatan Usaha dan Perseroan, yaitu : i. Apabila mengalami kerugian tidak dikenai pajak. ii. Apabila pendapatan kurang dari Rp 50.000.000, dikenakan pajak 10%. iii. Apabila pendapatan antara Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000, dikenakan pajak 10% dari Rp 50.000.000 pertama dan ditambah dengan 15% dari pendapatan setelah dikurangi Rp 50.000.000. iv. Apabila pendapatan di atas Rp 100.000.000, dikenakan pajak sebesar 10% dari Rp 50.000.000 pertama ditambah dengan 15% dari Rp 50.000.000 kedua dan ditambah dengan 30% dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 100.000.000.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Warung Surabi Usaha Warung Surabi berdiri mulai bulan November 2009. Warung Surabi berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Sugeng. Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh satu orang (pemilik), dengan merekrut tenaga kerja sebanyak dua orang. Perusahaan Warung Surabi memiliki visi dan misi, yaitu Visi a.
Menjadi salah satu produsen makanan terbaik di kota Bogor dalam aspek profitabilitas, penjualan, dan kepuasan konsumen.
b.
Loyalitas konsumen terhadap produk hasil olahan terjaga.
Misi a.
Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk - produk makanan yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan.
b.
Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen
c.
Menjaga mutu serta kualitas produk makanan Dengan dua orang pekerja saat ini sebenarnya belum cukup
mengawasi setiap transaksi di hari-hari tertentu, sehingga pemilik harus ikut terjun di dalam usaha tersebut. Warung Surabi menggunakan alat-alat masak sederhana dalam proses produksinya seperti banyak usaha surabi lainnya. Peralatan yang digunakan adalah sodet, baskom, tungku dan cetakan surabi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan surabi ini merupakan perusahaan home industry karena masih berskala mikro. 4.2.
Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha
4.2.1 Aspek Pasar Pengkajian mengenai aspek pasar bertujuan untuk dapat melihat kondisi pasar yang terjadi dan perkiraan mengenai penjualan yang mungkin terjadi. Aspek pasar diperlukan untuk menilai sejauhmana potensi bisnis tersebut untuk dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi
perhatian pertama agar dapat diketahui sejauhmana peluang dan pangsa pasar yang tersedia. Dengan demikian, perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan. a. Peluang dan pangsa pasar Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010 Badan Pusat Statistik Bogor diperoleh data jumlah penduduk di Kecamatan Bogor Utara saat ini mencapai 170.320 Jiwa. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa sebanyak 86.915 adalah laki-laki dan 83.405 perempuan. Hasil sensus juga menunjukkan, penduduk Kecamatan Bogor Utara mengalami laju pertumbuhan 2,59 persen per tahun selama sepuluh tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecamatan Bogor Utara memiliki pangsa pasar yang luas. Segmentasi pasar berdasarkan demografis yaitu berdasarkan usia karena pada usia 12-50 tahun termasuk usia produktif, dimana cenderung membutuhkan tempat-tempat untuk berkumpul dengan teman-teman. Sedangkan segmentasi pasar berdasarkan psikografis terdiri atas gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup yang ingin berkumpul dengan teman-teman disuatu tempat yang nyaman dan terdapat berbagai menu makanan yang cepat saji, menjadi salah satu peluang bagi usaha di bidang makanan. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar utama Warung Surabi berdasarkan usia antara 12-50 tahun. Pada usia tersebut aktivitas lebih banyak dihabiskan di luar rumah, baik bersekolah maupun bekerja dan cenderung lebih suka menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman di suatu tempat yang diinginkannya. Berdasarkan aspek usia dan latar belakang pendidikan, pasar sasarannya adalah berasal dari usia dan tingkatan yang berbeda-beda, yaitu anak – anak, remaja, dan dewasa. Pada kalangan remaja, umumnya konsumen berasal dari pelajar sekolah menengah atas dan mahasiswa di wilayah kampus Pakuan. Berdasarkan aspek level pengeluaran, pasar sasaran Warung Surabi
adalah kalangan kelas menengah. Berdasarkan data versi Bank Dunia,
Kategori
kelas
menengah
adalah
mereka
yang
membelanjakan uangnya 2 dollar AS (sekitar Rp 18.000) sampai 20 dollar AS (sekitar Rp 180.000) per hari saat ini ada 134 juta warga menengah di Indonesia (http://data.worldbank.org). Warung Surabi berusaha menawarkan produk yang sehat, lezat dan higienis. Untuk menarik minat konsumen untuk membeli produknya, maka Warung Surabi menyediakan beberapa macam rasa yang bisa dipilih konsumen, berbeda dengan penjual surabi tradisional yang ada pada umumnya yang hanya menyediakan satu jenis/macam rasa. b. Kebijakan Bauran Pemasaran Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix).
Bauran pemasaran terdiri dari 4
(empat) komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. 1) Product (Produk) Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Produk adalah apa yang ditawarkan kepada konsumen. Produk makanan yang ditawarkan di Warung Surabi adalah surabi dengan berbagai macam toping yakni surabi sosis, surabi es krim, surabi coklat susu, surabi coklat keju, surabi nangka, surabi sossis mayonese, surabi ayam, susu kental, surabi sosis telur mayonese, dan surabi pisang
dan
beberapa
diantara
toping
tersebut
dapat
dikombinasikan sesuai keinginan pelanggan. Akan tetapi dengan beragamnya selera konsumen maka diperlukan variasi rasa yang lebih banyak untuk memenuhi keinginan pengunjung. Untuk produk surabi, sebaiknya ditambahkan varian rasa misalnya saja rasa selai kacang, bluberry atau daging. Hal ini juga bertujuan agar konsumen tidak bosan dengan varian rasa yang sudah ada.
Banyaknya variasi rasa yang dimiliki Warung Surabi tentunya akan mejadi keunggulan tersendiri dibandingkan pesaingnya. Bahan baku yang digunakan untuk adonan secara umum sama, yang membedakan tiap varian adalah toping. Kualitas produk yang ditawarkan terjamin rasanya karena produk langsung dibuat ketika dipesan, sehingga pelanggan merasakan kenikmatan serabi yang masih hangat. Selain itu bahan baku yang disediakan juga berkualitas baik dan baru, sehingga kualitas produk tetap terjaga. Bahan baku utama dalam pembuatan serabi ini adalah menggunakan produk-produk pertanian seperti kelapa dan beras. Beras ini yang nantinya dibuat tepung sebagai bahan baku utama adonan serabi. Kemudian tepung beras tersebut dicampur dengan tepung terigu dan parutan kelapa. Ukuran produk serabi sama untuk semua varian rasa, yaitu dengan diameter sekitar 13 cm sesuai dengan cetakan produk yang disediakan. Jika dibandingkan dengan pesaingnya dari segi variasi menu surabi memiliki lebih banyak varian rasa. Varian topping cukup terasa, sehingga tidak sedikit pengunjung yang datang kembali. Tekstur yang dimiliki surabi cukup lembut/empuk dan terasa kenyal di mulut. Pada bagian bawah surabi umumnya berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma khas. Aroma khas dan warna kecoklatan surabi dihasilkan saat proses pemasakan. Aroma tersebut yang bisa menggugah selera konsumen. Desain kemasan produk terdiri dari dua jenis kemasan, tergantung permintaan pelanggan. Bagi yang langsung dimakan di tempat, disediakan dengan piring. Sedangkan yang ingin di bawa pulang, serabi dikemas dengan dus kemasan yang tidak jauh berbeda dengan pesaingnya yang juga menggunakan dus karton sebagai wadah kemasan produk. Namun kemasan yang digunakan saat ini belum memiliki label, akan lebih baik bila
pada kemasan diberi label Warung Surabi. Hal tersebut akan membuat konsumen lebih mengingat nama Warung Surabi. 2) Price (Harga) Harga merupakan faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu usaha dalam menciptakan penawaran kepada konsumen, sehingga konsumen dapat tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Harga jual yang diberikan kepada konsumen harus mampu menutupi biaya operasional yang ditanggung perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Menurut pemilik, keberadaan pesaing dianggap mempengaruhi pertimbangan harga. Jika harga yang ditawarkan terlalu tinggi dibandingkan pesaing tentunya konsumen tidak tertarik, oleh karena itu perusahaan mencari keuntungan yang relatif. Dalam hal ini, agar dapat menjalankan usaha secara kontinyu juga untuk menarik minat konsumen terhadap produk
yang
ditawarkan. Warung Surabi menetapkan harga yang beragam untuk setiap menu. Variasi harga jual didasari harga bahan baku yang digunakan sebagai topping surabi pada tiap menu yang dipilih konsumen. Daftar harga dan menu Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 4. Seperti yang terlihat pada tabel, harga surabi ice cream sebesar Rp 6.500 dikarenakan harga beli bahan baku es krim lebih mahal dibandingkan bahan baku lainnya. Harganya jual surabi berkisar dari Rp 3.500 hingga Rp 6.500 per porsi tergantung variasi rasa yang diinginkan oleh konsumen. Sejauh ini harga yang ditawarkan warung surabi relatif terjangkau untuk kalangan remaja, khususnya mahasiswa yang menjadi salah satu target pasar usaha Warung Surabi. Harga yang ditetapkan Warung Surabi tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan pesaingnya semacam roti bakar, burger, kebab, maupun pisang bakar yang mencapai kisaran harga Rp 7.000 – Rp 9.000 per porsi.
Tabel 4. Daftar menu dan harga jual Warung Surabi Menu Surabi pisang keju Surabi ayam Surabi telur mayonaise Surabi sossis telor mayonaise Surabi pisang Surabi pisang coklat Surabi ice cream Surabi coklat keju Surabi sosis keju Surabi coklat keju susu Surabi nangka keju susu Surabi nangka Surabi telor sosis ayam mayonaise Surabi coklat susu Surabi pisang coklat susu
Harga 3.500 3.500 4.000 5.500 3.500 4.000 6.500 3.500 4.000 4.500 3.500 3.500 6.000 4.000 4.000
3) Place (Tempat) Place yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport. Saluran distribusi bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Warung Surabi yang telah memiliki tempat usaha yang tetap, sehingga dalam pelaksanaan pendistribusian produknya langsung ke konsumen, dengan kata lain Warung Surabi melaksanakan sistem penjualan langsung (direct selling) di tempat produksinya. Hal ini juga berarti Warung Surabi tidak menggunakan jasa perantara dalam memasarkan produknya ke konsumen. Menurut pemilik, distribusi secara langsung dianggap lebih ekonomis, karena apabila menggunakan perantara maka harga jual yang diterima konsumen bisa lebih tinggi. Alasan lain tidak digunakannya perantara adalah kualitas produk, karena surabi cenderung
memiliki rasa yang lebih enak dinikmati ketika hangat daripada surabi yang sudah dingin. Pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting sehingga perlu memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi adalah mudah dijangkau/dilihat konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk. Alasan itu yang menjadi pertimbangan warung Surabi untuk mengembangkan usaha di sekitar wilayah kampus Pakuan. 4) Promotion (Promosi) Untuk mau membeli produk yang dihasilkan konsumen harus dapat dibujuk, didorong dan diberikan informasi produk yang dihasilkan. Pelaku UKM cenderung masih melakukan promosi yang sederhana, begitu pula dengan Warung Surabi Bentuk promosi yang dilakukan Warung Surabi saat ini masih berupa promosi dari mulut ke mulut dan spanduk. Warung Surabi menjual produk langsung di tempat produksi, oleh karena itu yang melakukan penjualan adalah karyawan Warung Surabi. Strategi promosi dari mulut ke mulut dianggap sudah cukup di kalangan remaja, karena dengan cara promosi seperti ini produk surabi lebih cepat dikenal oleh kalangan mahasiswa dan pelajar. Cara promosi dari mulut ke mulut semacam ini dianggap lebih mudah dilakukan dan juga dianggap lebih ekonomis dalam memasarkan produk sehingga tidak menambah pengeluaran bagi perusahaan. 4.2.2 Aspek Teknis Dan Teknologi a. Lokasi dan Tata Letak Lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sukses atau gagalnya sebuah bisnis. Lokasi ini ada yang mudah dicapai konsumen dan ada pula yang jauh. Kemajuan sebuah bisnis sangat tergantung pada kunjungan konsumen. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen antara lain kenyamanan, waktu
tempuh, biaya, kepercayaan, kualitas dan layanan. Lokasi usaha yang dipilih untuk pengembangan Warung Surabi terletak di Jalan Ciheuleut Pakuan, Bogor. Lokasi tersebut menjadi tempat usaha Warung Surabi cukup ideal karena berada di lokasi yang berdekatan dengan perumahan penduduk, kampus Universitas Pakuan, SMAKBO, dan pusat makanan, sehingga mudah dalam mencari calon konsumen. Lokasi penjualan ini juga dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan dalam akses transportasi dan memudahkan pelanggan mencapai lokasi. Pemilihan lokasi baru tersebut mempunyai potensi untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun warga yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Tata letak pada lokasi pengembangan usaha Warung Surabi mengikuti bentuk bangunan tanpa melakukan banyak perubahan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu memakan biaya pembangunan. Penyesuaian yang dilakukan hanya pada kursi dan meja makan, serta penempatan peralatan di dapur.
5
5
5
5
5
5
1
5
2
3
4
5
6 Gambar 2.Tata letak tampak atas Keterangan. 1. Meja kasir
5. Meja dan kursi
2. Tempat peralatan
6. Tempat parkir
3. Tempat bahan baku
7. Toilet
4. Tempat pembuatan menu
7
b. Fasilitas Dan Peralatan Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh Warung Surabi adalah bangunan khusus untuk proses produksi dan tempat usaha. Warung Surabi membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt. Kebutuhan air per harinya digunakan untuk keperluan membuat adonan dan mencuci peralatan memasak. Kebutuhan listrik dan air dari Warung Surabi dapat dipenuhi oleh pihak pemilik tempat, sehingga operasional Warung Surabi dapat berjalan dengan lancar. Untuk menunjang keperluan produksi usahanya, Warung Surabi membutuhkan peralatan. Peralatan yang digunakan oleh Warung Surabi surabi adalah alatalat masak yang sederhana dan biasa digunakan oleh penjual makanan surabi pada umumnya. Peralatan pada Warung Surabi a)
Baki
g)
Tungku
b)
Pisau makan
h)
Cetakan surabi
c)
Sendok
i)
Sodet
d)
Container adonan
j)
Baskom
e)
Meja produksi
k)
Kulkas
f)
Piring
l)
Garpu
Perlengkapan Warung Surabi a)
Alat kebersihan
e)
Rak piring
b)
Sound system
f)
Meja makan
c)
Kursi
g)
Tempat sendok
d)
Alat tulis
h)
Kipas angin
c. Penyediaan Bahan Baku dan Proses Produksi Perusahaan ini memiliki tempat penyimpanan bahan baku di lokasi penjualan, sehingga dapat memudahkan proses produksi. Bahan baku toping disimpan dalam lemari es untuk menjaga keawetan bahan. Selain itu, karena lokasi berada di kota, sehingga
akses untuk penyaluran bahan baku dari produsen menjadi lebih mudah (dekat dengan pasar) dan akses mencapainya pun mudah. Bahan baku yang digunakan pada produksi surabi adalah bahan baku yang mudah didapat di toko atau di pasar. Sehingga bisa dikatakan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku dalam proses produksi. Untuk bahan baku yang bersifat perishable atau mudah rusak, selalu dilakukan pembelian setiap hari agar kualitas bahan baku tetap terjaga kesegarannya, sedangkan bahan baku yang tahan lama biasanya dibeli secara langsung setiap dua minggu sekali Proses produksi dalam pembuatan surabi menggunakan proses produksi yang tradisional yaitu dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari tanah liat dan tungku dengan pengapian menggunakan arang. Menurut pemilik, surabi yang dibuat secara tradisional akan menghasilkan aroma yang khas. Aroma tersebut yang dapat menggugah selera konsumen dalam menikmati surabi. tepung beras, terigu, kelapa, air dicampur jadi 1 dibuat adonan diaduk cetak (dibakar) toping disajikan
Gambar 3.Alur produksi Tahap awal dalam produksi surabi adalah pembuatan adonan yang terdiri dari tepung beras, tepung terigu, kelapa parut
dan air. Kemudian dalam membuat adonan dilakukan dengan manual yaitu menggunakan sebuah alat yang diaduk dengan menggunakan tangan tidak menggunakan alat pengaduk seperti mixer. Cara tradisional ini masih dilakukan karena untuk mempertahankan rasa khas serabi yang enak dan gurih. Adonan tersebut selanjutnya dituang kedalam cetakan yang sudah dipanaskan. Saat surabi menjadi setengah matang tahap selanjutnya adalah pemberian toping. Setelah menjadi matang kemudian surabi disajikan kepada konsumen. Untuk
jumlah
produksi
yang
dihasilkan
tergantung
permintaan dan penawaran konsumen setiap harinya. Pembuatan adonan biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan penjualan. Biasanya Warung Surabi membuat adonan secukupnya, 1 adonan tersebut menghasilkan 20 buah surabi. Apabila jumlah pengunjung saat itu mulai bertambah, maka akan dibuat adonan lagi. 4.2.3 Aspek Manajemen dan Operasional a. Kepemilikan Usaha yang mengolah bahan baku makanan menjadi makanan/ produk jadi yaitu produk serabi ini berada di bawah kepemilikan satu (1) orang yang merupakan pemilik modal usaha. b. Struktur Organisasi Aspek manajemen sangatlah penting karena merupakan aspek yang mengelola dan menggerakan suatu bisnis. Manajemen yang akan dilakukan dalam usaha ini terdiri dari satu orang pemegang kendali perusahaan dan di tambah dua orang karyawan. Dalam perusahaan Warung Surabi tidak terdapat struktur organisasi yang jelas. Warung Surabi membentuk struktur organisasi yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun di buat fleksibel sehingga diharapkan semua karyawan dapat berperan pada semua posisi, bagian persiapan produk harus dapat berganti peran pelayan atau sebaliknya. Struktur organisasi (Gambar 4) di bawah merupakan struktur organisasi yang dibuat sendiri untuk menggambarkan keadaan
organisasi di perusahaan Warung Surabi. Berdasarkan pengamatan, semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada. Rangkap jabatan pun terjadi dalam usaha ini. Bapak Sugeng selaku pendiri perusahaan tersebut. menjalankan tugas sebagai pemimpin, pengawas, serta pemegang tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan, dan bagian kasir yang mencangkup bagian keuangan bertugas melayani proses pembayaran para konsumen dan mencatat keuangan masuk dan keluar pada usaha ini. Juru masak memiliki kewajiban memproduksi pesanan makanan yang ditawarkan, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama pada setiap produk. Pada bagian ini dikerjakan oleh satu orang karyawan. Bagian ini juga juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang diperlukan. Pelayan bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu hingga penyajiannya serta merapikan meja setelah para pengunjung selesai menyantap hidangan. Selain itu pelayan juga memiliki kewajiban memberikan informasi menu spesial dan deskripsi dari setiap menu agar para pengunjung mendapatkan gambaran tentang menu yang akan dipesan nantinya.
pemilik pegawai 1
pegawai 2
Gambar 4. Struktur organisasi Warung Surabi Struktur organisasi yang dijalankan oleh Warung Surabi bersifat sederhana sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Pada
usaha Warung Surabi, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis (Gambar 4). Struktur organisasi ini merupakan ketetapan dan telah disepakati bersama oleh seluruh karyawan pada perusahaan ini. Alasan dari Warung Surabi menggunakan struktur organisasi lini atau garis, agar memudahkan dalam
merencanakan,
mengorganisasikan,
mengendalikan
dan
melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat. c. Tenaga Kerja Sumber Daya Manusia merupakan asset berharga bagi perusahaan. Suatu perusahaan yang maju tentu sangat memperhatikan kualitas dari SDM yang mereka miliki serta sudah menerapkan sistem manajemen SDM yang baik pada perusahaannya. Dalam perusahaan Warung Surabi, sistem manajemen SDM yang diterapkan masih sederhana. Tidak ada persyaratan khusus untuk bekerja di Warung Serabi. Satu-satunya kemampuan yang harus pegawai miliki adalah disiplin dan mau bekerja keras. Tenaga kerja ini memperoleh gaji dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja Rp 600.000 per bulan. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak dua orang yaitu juru masak dan pramusaji. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang keluar untuk gaji karyawan. Perekrutan tenaga kerja tidak menetapkan standar pendidikan yang tinggi karena proses produksi hanya membutuhkan tenaga yang terlatih. Warung Surabi beroperasi setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 22.00 dan libur setiap 2 minggu sekali. Setelah jam kerja selesai pemilik tidak melakukan evaluasi kerja. Namun apabila ada salah satu pegawai yang melakukan kesalahan pembuatan menu, pegawai yang lain langsung menegur dan mengingatkan saat itu juga. Dalam perusahaan ini juga tidak ada pelatihan khusus dan pengembangan ketrampilan pegawai. Sebelum bekerja, pegawai hanya diajari tentang cara membuat makanan, cara penyajiannya, dan pelayanan terhadap pelanggan. Selain itu, di
perusahaan ini juga tidak ada promosi dan kenaikan jabatan, serta pemindahan pegawai. Pemilik usaha juga membuat peraturan bagi pegawai Warung Surabi, antara lain : 1) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan menjaga kenyamanan konsumen. 2) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal yang merupakan milik Warung Surabi. 3) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi usaha. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh Warung Surabi memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk kategori layak. 4.2.3 Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha yang dijalankan oleh Warung Surabi layak secara finansial. Aspek finansial yang dibahas adalah : a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya Kebutuhan modal dalam usaha Warung Surabi terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian peralatan yang mendukung proses produksi dan penjualan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Kebutuhan modal investasi pada periode ke
nol Rp 10.958.000. Kebutuhan investasi pada usaha Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan investasi Uraian Instlalasi bangunan Tungku Meja kasir Kulkas Meja Produksi Cetakan surabi Kipas angin Container adonan Rak piring Kursi Meja makan Baki Tempat sendok Tupperware kecil Alat tulis Alat kebersihan Talenan Spanduk Sound system Cetakan surabi Kursi Container adonan ATK Alat kebersihan Kalkulator Pisau dapur Sendok Piring Pisau makan Garpu Asbak Capit biasa Gembok
Nilai (Rp) 3.000.000 500.000 500.000 1.200.000 350.000 25.000 150.000 30.000 55.000 704.000 1.440.000 24.000 40.000 840.000 52.000 35.000 25.000 200.000 400.000 25.000 704.000 60.000 35.000 17.000 75.000 25.000 150.000 500.000 288.000 150.000 80.000 25.000 100.000
Biaya investasi yang dikeluarkan antara lain untuk pembelian peralatan dan perlengkapan antara lain, meja kasir, kursi, meja makan, pisau makan, asbak, piring, gelas, sendok, garpu, kulkas dan lain-lain.
Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Warung Surabi adalah untuk modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada jumlah (tingkat) output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan diantaranya untuk membiayai gaji tenaga kerja, arang, biaya listrik, dan biaya air. Biaya tetap per tahun dapat dilihat pada tabel biaya tetap. Tabel 6. Biaya tetap No 1 2 3 4
Uraian Tenaga kerja Biaya listrik Biaya air Sewa tempat
Jumlah 2 orang 12 bulan 12 bulan 1 tahun
Harga per Satuan (Rp) 600.000 400.000 200.000
Nilai (Rp) 14.400.000 4.800.000 2.400.000 5.000.000
Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah output produksi perusahaan. Biaya variabel pada usaha surabi yang dimaksud adalah kebutuhan fisik bahan baku yang dibutuhkan pada tahun pertama. Total kebutuhan variabel per tahun pertama adalah Rp 39,120.831. Kebutuhan variabel pada Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kebutuhan variabel Warung Surabi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Tepung beras Tepung terigu Garam Kelapa Susu kental Meses Keju Telur Pisang
No 10 11 12 13 14 15 16 17
Uraian Mayonaise Ayam Nangka Sossis Es krim Saus cabe Arang Kemasan
Selain biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel, terdapat biaya penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur ekonomis semua peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi.
Biaya penyusutan yang dikeluarkan Rp 1,353.071. Rincian biaya penyusutan terdapat pada Lampiran 8. b. Sumber Modal Modal yang digunakan dalam pendirian dan operasional Warung Surabi berasal dari modal sendiri. Jadi tidak terdapat peminjaman dan kewajiban pengembalian bunga kepada pihak Bank atau kreditor. Seluruh modal akan digunakan untuk membiayai semua keperluan baik untuk biaya investasi dan biaya operasional pada periode pertama. c. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan Dalam suatu analisis cash flow finansial, manfaat yang diterima adalah penerimaan dari penjualan output serta nilai sisa dari komponen-komponen investasi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya. Penerimaan pada usaha Warung Surabi didapat dari penjualan makanan dan nilai sisa pada akhir periode jangka waktu analisis kelayakan finansial. Pada tahun pertama pendapatan yang diperoleh Rp 67,803.210. Penerimaan dari nilai sisa diperoleh dari sisa umur ekonomis pada akhir jangka waktu analisis kelayakan finansial. Nilai akhir yang diperoleh Rp 1,908.643. Rincian penerimaan Warung Surabi pada tahun pertama dapat dilihat pada Lampiran 2. Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode. Total biaya operasional tahun pertama adalah Rp 65,720.831. Berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran tersebut maka keuntungan yang diperoleh Warung Surabi dalam kurun waktu tahun pertama Rp 2,082.379. Proyeksi laba rugi Warung Surabi dapat dilihat pada Lampiran 7. Empat (4) kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu
NPV, Profitability
Index (PI), IRR, dan PBP (Umar, 2003). Hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada perhitungan cashflow kelayakan usaha
Warung Surabi dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha Warung Surabi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis kelayakan usaha Warung Surabi No 1. 2. 3. 4.
Kriteria Kelayakan NPV IRR Net B/C PBP
Kelayakan
Keterangan
NPV > 0 IRR > DR Net B/C > 1 PBP < jangka waktu
Rp 12,658.281 (layak) 34% (layak) 1,97 (layak) 1.07 tahun (layak)
1. NPV Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Pada hasil analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada Warung Surabi menunjukkan nilai NPV positif Rp 12,658.281. Nilai tersebut merupakan penjumlahan net benefit (keuntungan bersih) setiap periode yang telah didiskontokan pada rencana
usaha
Warung
Surabi.
Nilai
NPV
yang
positif
menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan karena usaha tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk dengan persentase lebih
besar
dibandingkan
opportunity
cost
(biaya
yang
dikorbankan) modal yang ditanamkan, sehingga usaha ini layak dikembangkan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. IRR IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian internal yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang digunakan dalam perhitungan sebesar 7%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini
lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada rencana usaha ini daripada menabungkan dananya di bank. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan metode cobacoba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003). 3. Net B/C Net B/C atau disebut juga Profitability Index merupakan perbandingan antara jumlah net benefit dan total cost berdasarkan nilai relatif kas. Rumusnya adalah PV positif dibagi dengan jumlah PV negatif. Kriteria Net B/C menunjukkan berapa kali lipat perbandingan jumlah benefit netto yang diperoleh dari proyek terhadap capital expenditure. Untuk nilai Net B/C pada analisis kelayakan usaha Warung Surabi diperoleh nilai 1,97. Dengan demikian menurut kriteria Net B/C usaha tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan karena memiliki Net B/C sebanyak 1,97 kali lipat dari capital expenditure. Dengan kata lain setiap Rp 1 biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilakan manfaat Rp 0,97, sehingga manfaat yang didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai PI > 1, maka pendirian usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.
4. PBP PBP (Payback Period) merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. PBP menunjukkan jangka waktu kembalinya dana investasi proyek, melalui akumulasi net benefit yang diperoleh dari proyek tersebut (Umar, 2003). Nilai PBP yang diperoleh adalah 0.97 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha ini dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah rencana usaha ini berjalan sekitar 12 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan karena kemampuan mengembalikan modal usaha lebih cepat daripada jangka waktu analisis yang direncanakan yaitu 5 tahun. d. Analisis Sensitivitas Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam setiap usaha diperlukan persiapan apabila terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi atau penurunan penjualan. Maka dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sejauhmana Warung Surabi dapat bertahan dalam kondisi krisis dan ketidakpastian. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari rencana usaha Warung Surabi dengan mengubah beberapa faktor penting, meliputi harga beli bahan baku, harga jual dan penurunan harga penjualan. Untuk melihat sejauhmana usaha tersebut dapat mentolerir perubahan yang terjadi atas faktor-faktor penting di atas dibuat dua skenario berikut : a. Harga bahan baku naik 16 % b. Penurunan harga jual 9%
a. SKENARIO 1 Hasil analisis yang didapat dari perhitungan skenario 1 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil analisis sensitivitas Skenario 1 No
Kriteria
Kelayakan
Keterangan
Kelayakan 1.
NPV
NPV > 0
Rp -2,561.494
2.
IRR
IRR > DR
0%
3.
Net B/C
Net B/C > 1
0,77
4.
PBP
PBP < jangka waktu
5 tahun 2 bulan
Berdasarkan Tabel 9, diketahui dengan adanya kenaikan harga bahan baku sebanyak 16%, usaha Warung Surabi tidak layak dijalankan. Berdasarkan nilai NPV menunjukkan hasil negatif, hal ini dapat diartikan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan arus kas masuk kepada perusahaan sehingga dapat dinyatakan tidak layak untuk dilanjutkan; nilai IRR menunjukkan nilai yang sama dengan suku bunga deposito yang berlaku 7%; nilai Net B/C menunjukkan, bahwa usaha tersebut bisa memberikan manfaat Rp 0,77 terhadap biaya yang dikeluarkan; dan PBP kurang dari umur ekonomis usaha selama 5 tahun. Dalam analisis skenario ini payback period tidak dikategorikan layak. Peningkatan harga beli bahan baku sebesar 16 % cukup mempengaruhi usaha Warung Surabi. Apabila terjadi kenaikan harga bahan baku maka Warung Surabi juga melakukan perubahan harga jual tanpa mengurangi proporsi bahan baku. Berdasarkan analisis sensitivitas skenario 1, dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha Warung Surabi cukup aman dan layak untuk dikembangkan. Karena pada kenyataan yang terjadi kenaikan harga bahan baku / biaya variabel untuk pembuatan surabi pada tahun 2010 hanya sebesar 5%.
b. SKENARIO 2 Hasil analisis yang didapat dari perhitungan skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil analisis sensitivitas Skenario 2 N
Kriteria
Kelayakan
Keterangan
o
Kelayakan
1.
NPV
NPV > 0
Rp -2,059.072
2.
IRR
IRR > DR
3%
3.
Net B/C
Net B/C > 1
0,86
4.
PBP
PBP < jangka waktu
4 tahun 6 bulan
Berdasarkan Tabel 10, diketahui dengan adanya penurunan harga jual 9%, usaha Warung Surabi ternyata tidak layak dijalankan karena, nilai NPV menunjukkan hasil negatif, yang berarti usaha tersebut tidak dapat menghasilkan arus kas masuk kepada perusahaan; nilai IRR lebih rendah dari suku bunga deposito yang berlaku 7%; nilai Net B/C kurang dari 1, yang berarti usaha tersebut hanya bisa memberikan manfaat Rp 0,86 terhadap biaya yang dikeluarkan;
dan PBP kurang dari umur
ekonomis usaha selama 5 tahun. Dari kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa Warung Surabi peka terhadap penurunan harga jual. Pada kenyataannya usaha Warung Surabi tidak perlu menurunkan harga jual produk, karena pada data penjualan surabi di tahun 2010 menunjukkan perkembangan positif bagi usaha Warung Surabi dengan harga jual yang berlaku selama ini, artinya harga jual surabi masih bisa diterima dengan baik / terjangkau oleh konsumen.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Usaha Warung Surabi berdiri mulai bulan November 2009. Warung Surabi berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Sugeng. Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh satu orang (pemilik), dengan merekrut tenaga kerja sebanyak dua orang. Perusahaan Warung Surabi memiliki visi dan misi, yaitu menjadi salah satu produsen makanan terbaik di kota Bogor dalam aspek profitabilitas, penjualan, dan kepuasan konsumen. Misi yang dijalankan adalah (1)Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk - produk makanan yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan; (2)Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen; (3)Menjaga mutu serta kualitas produk makanan. Pada aspek pasar Warung Surabi saat ini memiliki kekurangan dalam melakukan promosi produknya, sehingga pada aspek ini dinilai masih layak. Pada aspek operasional, dengan memiliki dua orang pekerja saat ini bisa dinyatakan layak, akan tetapi dengan adanya pengembangan usaha maka sebaiknya perusahaan menambah jumlah pegawai agar dapat memberi
pelayanan
yang baik
bagi
konsumen.
Warung Surabi
menggunakan alat-alat masak sederhana dalam proses produksinya seperti banyak usaha surabi lainnya. Peralatan yang digunakan adalah sodet, baskom, tungku dan cetakan surabi. Jadi, dapat disimpulkan pada aspek teknis perusahaan surabi masih dapat dinyatakan layak dari segi penggunaan alat. Usaha Surabi ini memiliki jenis usaha berupa industry pengolahan hasil pertanian, yaitu produk serabi dengan aneka variasi topping. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa usaha warung surabi layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan warung surabi memiliki nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 12,658,281, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu sebesar 34%, Net B/C lebih besar dari 1 yaitu 1,97 dan PBP dibawah dari umur analisa proyek yaitu selama 12 bulan.
b. Pada analisis sensitivitas dapat disimpulkan bahwa usaha ini dinyatakan tidak layak dilanjutkan jika terjadi kenaikan harga input sebesar 16%, dan penurunan harga jual sebesar 9 %. 2. Saran Promosi yang dilakukan warung Surabi berupa word of mouth (dari mulut ke mulut). Namun seiring berjalannya waktu, maka Warung Surabi perlu meningkatkan promosinya karena promosi bertujuan untuk mengenalkan produk ataupun tempat usaha. Dengan demikian tempat usaha ini akan dapat mencakup pangsa pasar yang lebih besar dari sebelumnya. Cara yang digunakan dalam berpromosi salah satunya adalah membuat blog atau memanfaatkan situs jejaring sosial dengan menggunakan media internet.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta, Bandung. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2010. Kota Bogor Dalam Angka 2010. BPS Kota Bogor, Bogor. Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia-Press, Jakarta. Gray, C. dan E. Larson. 2007. Manajemen Proyek-Proses Manajerial (Terjemahan). Penerbit Andi, Yogyakarta. Husnan, S. dan S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta. Kadariah, L. Kahlien dan G. Clive. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. FEM UI, Jakarta. Keegan, W. 2003. Manajemen Pemasaran Global. PT Prenhallindo, Jakarta. Keown, A. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Jilid 1). PT Prenhallindo, Jakarta. Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). PT. Prenhallindo, Jakarta. Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Partomo, T.S dan, A.R Soejoedono. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Perdana, A. N. (2007) Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Gurame Kelompok Tani Tirta Maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putri. 2008. Studi Kelayakan Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Wilayah Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soeharto, I. Manajemen Proyek : dari konseptual sampai operasional, Jilid 2, Erlangga, Jakarta Stanton, W. J. 1991. Prinsip Pemasaran, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Manajemen, Metode dan Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. www.bataviase.co.id [14 Febuari 2011] www. data.worldbank.org [20 November 2011] www.depkop.go.id [8 April 2011] www.indonesia.travel/id/.2010 [14 Febuari 2011] www.kotabogor.go.id [8 April 2011]
www.pusatdata.kontan.co.id [3 Mei 2011]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian A. Identitas Pemilik Nama Alamat rumah Tempat/ Tanggal lahir Pendididkan Terakhir
: : : :
B. Identitas Usaha Nama Usaha Nama Pemilik Bidang Usaha Jumlah Pegawai Tahun Pendirian Usaha
: : : : :
C. Aspek Pasar dan Pemasaran : 1. Dalam pelaksanaan usahanya, usaha isi surabi ini berada dalam bentuk pasar yang seperti apa ? 2. Menurut Bapak, bagaimana keadaan pasar yang akan terjadi di masa yang akan datang mengenai jenis usaha yang Bapak dijalankan ? 3. Berkaitan dengan Segmenting, Targeting dan Positioning : a. Bisnis utama usaha Bapak mengambil segmen mana ? b. Target konsumen yang ingin dicapai seperti apa ? c. Bagaimana Bapak mencitrakan (positioning) usaha Bapak di mata konsumen ? 4. Berkaitan dengan bauran pemasaran : a. Bagaimana kebijakan produk yang perusahaan Bapak miliki ? b. Apakah harga yang ditawarkan sudah sesuai dengan mutu produk dan pelayanan yang Bapak berikan ? c. Jenis promosi seperti apa yang Bapak gunakan dan apakah sudah mencapai target konsumen dengan efektif ? 5. Siapa saja pesaing dalam usaha ini ? D. Apek Teknik dan Teknologi : 1. Apa saja bahan baku utama dan bahan baku penunjuang dari produk surabi ini ? 2. Dari mana bahan baku diperoleh ? 3. Bagaimana cara pemilihan bahan baku yang dijalankan ? 4. Bagaimana rencana aliran bahan baku yang dijalankan ? 5. Siapa yang menjadi pemasok bahan baku ? 6. Apakah pemasok tetap atau terdapat banyak pemasok ? 7. Berapa rataan pengeluaran bahan baku setiap bulannya ? 8. Bagaimana harga yang ditawarkan pemasok bahan baku ? 9. Dari mana memperoleh informasi harga bahan baku ? 10. Bagaimana sistem manajemen persediaan bahan baku ? 11. Bagaimana sistem penyimpanan bahan baku ? 12. Bagaimana tahapan proses produksi yang dilakukan ? 13. Bagaimana pemilihan teknologi yang Bapak jalankan ?
Lanjutan Lampiran 1. 14. Berapa perencanaan kapasitas dan jumlah produksi yang perusahaan Anda inginkan ? E. Aspek Manajemen dan Operasional : 1. Bagaimana struktur organisasi yang terdapat dalam usaha Bapak ? 2. Bagaimana perencanaan tata letak (layout) yang terdapat usaha yang akan Bapak jalankan ? F. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : 1. Berapa jumlah seluruh karyawan yang Bapak miliki ? 2. Berapa besarnya upah yang diberikan kepada karyawan Warung Surabi ? 3. Bagaimana sistem penggajian yang terjadi ? 4. Berapa rataan jam kerja per hari ? 5. Dari mana tenaga kerja berasal ? 7. Bagaimana sistem perekrutan tenaga kerja ? 8. Apakah terdapat pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja ? 9. Apakah ada pekerja yang memiliki pekerjaan lain ? 10. Apakah terdapat perlindungan terhadap tenaga kerja ? 11. Bagaimana bentuk perlindungan tenaga kerja tersebut ? 12. Apa masalah yang terdapat pada tenaga kerja ? 13. Bagaimana cara mengatasinya selama ini ? 14. Apakah dilakukan sistem reward and punishment bagi karyawan ? G. Aspek Finansial : 1. Bagaimana perolehan (struktur) modal untuk menjalankan usaha ini ? 2. Berapa modal yang dibutuhkan dalam usaha ini ? 3. Berapa nilai aset yang dimiliki saat ini ? 5. Berapakah rataan biaya operasional yang keluarkan setiap bulannya?
Lampiran 2. Rencana penerimaan Warung Surabi NO
Produk
SATUAN
HARGA (Rp)
TAHUN ANALISIS 1
2
3
4
5
1
Surabi pisang keju
buah
3.500
2,729.930
2,866.427
3,009.748
3,160.235
3,318.247
2
Surabi ayam
buah
3.000
3,334.680
3,501.414
3,676.485
3,860.309
4,053.324
3
Surabi telur mayonaise
buah
4.000
4,809.680
5,050.164
5,302.672
5,567.806
5,846.196
4
Surabi sossis telor mayonaise
buah
5.500
6,113.580
6,419.259
6,740.222
7,077.233
7,431.095
5
Surabi pisang
buah
3.500
4,183.690
4,392.875
4,612.518
4,843.144
5,085.301
6
Surabi pisang coklat
buah
4.000
4,734.160
4,970.868
5,219.411
5,480.382
5,754.401
7
Surabi ice cream
buah
6.500
7,792.720
8,182.356
8,591.474
9,021.047
9,472.100
8
Surabi coklat keju
buah
3.500
4,142.390
4,349.510
4,566.985
4,795.334
5,035.101
9
Surabi sosis keju
buah
4.000
3,209.600
3,370.080
3,538.584
3,715.513
3,901.289
10
Surabi coklat keju susu
buah
5.000
4,354.200
4,571.910
4,800.506
5,040.531
5,292.557
11
Surabi nangka keju susu
buah
3.500
2,742.320
2,879.436
3,023.408
3,174.578
3,333.307
12
buah
3.500
4,121.740
4,327.827
4,544.218
4,771.429
5,010.001
13
Surabi nangka Surabi telor sosis ayam mayonaise
buah
6.000
7,603.920
7,984.116
8,383.322
8,802.488
9,242.612
14
Surabi coklat susu
buah
4.000
3,209.600
3,370.080
3,538.584
3,715.513
3,901.289
15
Surabi pisang coklat susu
buah
4.000
4,720.000
4,956.000
5,203.800
5,463.990
5,737.190
67,802.210
71,192.321
74,751.937
78,489.533
82,414.010
Total penerimaan
Lampiran 3. Analisis cashflow Warung Surabi TAHUN ANALISIS A
PENERIMAAN
1
2
3
4
5
Surabi pisang keju
2,729.930
2,866.427
3,009.748
3,160.235
3,318.247
Surabi ayam
3,334.680
3,501.414
3,676.485
3,860.309
4,053.324
Surabi telur mayonaise
4,809.680
5,050.164
5,302.672
5,567.806
5,846.196
Surabi sossis telor mayonaise
6,113.580
6,419.259
6,740.222
7,077.233
7,431.095
Surabi pisang
4,183.690
4,392.875
4,612.518
4,843.144
5,085.301
Surabi pisang coklat
4,734.160
4,970.868
5,219.411
5,480.382
5,754.401
Surabi ice cream
7,792.720
8,182.356
8,591.474
9,021.047
9,472.100
Surabi coklat keju
4,142.390
4,349.510
4,566.985
4,795.334
5,035.101
Surabi sosis keju
3,209.600
3,370.080
3,538.584
3,715.513
3,901.289
Surabi coklat keju susu
4,354.200
4,571.910
4,800.506
5,040.531
5,292.557
Surabi nangka keju susu
2,742.320
2,879.436
3,023.408
3,174.578
3,333.307
Surabi nangka
4,121.740
4,327.827
4,544.218
4,771.429
5,010.001
Surabi telor sosis ayam mayonaise
7,603.920
7,984.116
8,383.322
8,802.488
9,242.612
Surabi coklat susu
3,209.600
3,370.080
3,538.584
3,715.513
3,901.289
Surabi pisang coklat susu
4,720.000
4,956.000
5,203.800
5,463.990
5,737.190
Nilai akhir asset
1,908.643
B
PENERIMAAN KOTOR
C
PENGELUARAN 1
Investasi awal
2
Biaya operasional
67,803.210
71,194.321
74,754.937
78,493.533
84,327.653
65,720.831
67,316.873
69,292.717
71,052.352
72,899.970
10,958.000
65,720.831
67,316.873
69,292.717
71,052.352
72,899.970
10,958.000
D
TOTAL BIAYA
G
-10,958.000
2,082.379
3,877.448
5,462.220
7,441.181
11,427.683
H
BENEFIT DISCOUNT FACTOR (7%)
1
0.93457944
0.87343873
0.81629788
0.76289521
0.71298618
I
PV NET BENEFIT
-10,958.000
1,946.148
3,386.713
4,458.799
5,676.841
8,147.780
J
NPV
12,658.281
K
net b/c
1.97756276
L
IRR
34%
M
PBP
0.97
Lampiran 4. Kebutuhan pengembangan usaha Warung Surabi NO
ITEM
TAHUN ANALISA PROYEK STN
A
2
3
4
5
thn
1
1
1
Tungku
bh
1
1
2
Meja Kasir
bh
1
1
3
Kulkas
bh
1
1
4
Meja produksi
bh
1
5
Kipas angin
bh
1
6
Rak piring
bh
1
1
7
Meja makan
bh
8
8
8
Baki
bh
2
2
9
Tempat sendok
bh
8
8
10
Tupperware kecil
bh
14
14
11
Talenan
bh
1
1
12
Spanduk
bh
1
Sound system Biaya-biaya
bh
1
13
14
1
1 1
1
3
1 1
1
1
1
1
6
Biaya variabel 1
Tepung beras
kg
403
423
445
467
490
2,228
2
Tepung terigu
kg
403
423
445
467
490
2,228
3
Garam
kg
40
42
44
47
49
223
4
Kelapa
bh
1,008
1,058
1,111
1,167
1,225
5,570
5
Susu kental
bh
96
100
106
111
116
529
6
Meses
bh
449
471
495
519
545
2,478
7
Keju
bh
246
258
271
284
298
1,357
8
Telur
peti
14
15
16
17
17
79
9
Pisang
kg
122
128
135
141
148
675
10
Mayonaise
bh
70
73
77
81
85
387
11
Ayam
kg
24
25
26
28
29
131
12
Nangka
kg
20
21
22
23
24
108
13
Sossis
pack
106
111
117
123
129
586
14
Es krim
bh
171
180
189
198
208
946
15
Saus cabe
pack
252
265
278
1,265
Arang
sak
229 12
240 12
12
12
12
12
17 Kemasan Biaya tetap
pack
12
12
13
13
13
12
16
C
1
INVESTASI Instalasi bangunan ALAT DAN PERLENGKAPAN
B
0
JUM
1
Gaji karyawan
Org
2
2
2
2
2
2
2
Sewa tempat
thn
1
1
1
1
1
1
3
Biaya air
thn
1
1
1
1
1
1
4
Biaya listrik
thn
1
1
1
1
1
1
Lampiran 5. Daftar harga barang
NO
ITEM
A
INVESTASI
B
Instalasi bangunan ALAT DAN PERLENGKAPAN 1 Tungku
B
C
TAHUN ANALISA PROYEK STN
0
bln
3,000.000
bh
500.000
2
Meja Kasir
bh
500.000
3
Kulkas
bh
1,200.000
4
Meja Produksi
bh
350.000
5
Kipas angin
bh
150.000
6
Rak piring
bh
55.000
7
Meja makan
bh
180.000
8
Baki
bh
12.000
9
Tempat sendok
bh
5.000
10
Tupperware kecil
bh
60.000
11
Talenan
bh
25.000
12
Spanduk
bh
200.000
13
Sound system
bh
400.000 2,234.000
14 Biaya-biaya Biaya variabel
1
2
3
4
5
2,234.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
1
Tepung beras
kg
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
2
Tepung terigu
kg
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
3
Garam
kg
3.000
3.000
3.000
3.000
3.000
4
Kelapa
bh
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
5
Susu kental
bh
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
6
Meses
bh
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7
Keju
bh
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
8
Telor
peti
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
9
Pisang
kg
11.000
11.000
11.000
11.000
11.000
10
Mayonaise
bh
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
11
Ayam
kg
45.000
45.000
45.000
45.000
45.000
12
Nangka
kg
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
13
Sossis
pack
30.000
30.000
30.000
30.000
30.000
14
Es krim
bh
30.000
30.000
30.000
30.000
30.000
15
Saus cabe
pack
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
16
Arang
sak
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
pack
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
17 Kemasan Biaya tetap 1
Gaji karyawan
bln
600.000
600.000
600.000
600.000
600.000
2
Sewa tempat
thn
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
3
Biaya air
bln
5,000.000 200.000
Biaya listrik
bln
400.000
200.000 400.000
200.000 400.000
200.000 400.000
200.000 400.000
4
Lampiran 6. Perhitungan kelayakan finansial NO
ITEM
TAHUN ANALISA PROYEK STN
A
0
1
2
3
4
5
INVESTASI 3,000.000
Instalasi bangunan ALAT DAN PERLENGKAPAN
B
C
1
Tungku
bh
500.000
2
Meja Kasir
bh
500.000
3
Kulkas
bh
1,200.000
4
Meja produksi
bh
350.000
5
Kipas angin
bh
150.000
6
Rak piring
bh
55.000
7
Meja makan
bh
1,440.000
8
Baki
bh
24.000
9
Tempat sendok
bh
40.000
10
Tupperware kecil
bh
840.000
11
Talenan
bh
25.000
12
Spanduk
bh
200.000
13
Sound system
bh
400.000
14
Biaya-biaya
2,234.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
Biaya variabel 1
Tepung beras
kg
2,822.400
2,963.520
3,111.696
3,267.281
3,430.645
2
Tepung terigu
kg
3,225.600
3,386.880
3,556.224
3,734.035
3,920.737
3
Garam
kg
120.960
127.008
133.358
140.026
147.028
4
Kelapa
bh
2,520.000
2,646.000
2,778.300
2,917.215
3,063.076
5
Susu kental
bh
478.521
502.447
527.569
553.948
581.645
6
Meses
bh
3,139.718
3,296.704
3,461.539
3,634.616
3,816.347
7
Keju
bh
3,683.567
3,867.745
4,061.132
4,264.189
4,477.398
8
Telor
peti
2,865.040
3,008.292
3,158.707
3,316.642
3,482.474
9
Pisang
kg
1,343.560
1,410.738
1,481.275
1,555.338
1,633.105
10
Mayonaise
bh
1,049.506
1,101.981
1,157.080
1,214.934
1,275.681
11
Ayam
kg
1,070.496
1,124.021
1,180.222
1,239.233
1,301.195
12
Nangka
kg
137.281
144.145
151.353
158.920
166.866
13
Sossis
pack
3,181.280
3,340.344
3,507.361
3,682.729
3,866.866
14
Es krim
bh
5,138.057
5,394.960
5,664.708
5,947.943
6,245.341
15
Saus cabe
pack
1,144.846
1,202.088
1,262.193
1,325.302
1,391.567
16
Arang
sak
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
17
Kemasan
pack
3,600.000
3,600.000
3,900.000
3,900.000
3,900.000
Biaya tetap 1
Gaji karyawan
Org
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
2
Sewa tempat
thn
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
3
Biaya air
thn
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
Biaya listrik
thn
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
67,954.831
69,550.873
71,526.717
73,286.352
75,133.970
4
JUMLAH RENCANA DANA
10,958.000
Lampiran 7. Perhitungan laba rugi TAHUN ANALISIS NO
URAIAN 0
1
2
67,803.210
71,194.321
74,754.937
78,493.533
84,327.653
Biaya Variabel
39,120.831
40,716.873
42,692.717
44,452.352
46,299.970
Biaya Tetap
26,600.000
26,600.000
26,600.000
26,600.000
26,600.000
Penyusutan TOTAL OUTFLOW
1,353.071
1,353.071
1,353.071
1,353.071
1,353.071
67,073.903
68,669.944
70,645.788
72,405.424
74,253.041
729.307
2,524.376
4,109.149
6,088.110
10,074.611
1.08%
3.55%
5.50%
7.76%
11.95%
A
INFLOW
B
OUTFLOW
C
Laba
D
Profit on Sales
3
4
5
Lampiran 8. Penyusutan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
JENIS ASSET TERKENA BIAYA PENYUSUTAN
SISA UMUR
NILAI AWAL
UMUR
ASSET
EKONOMI
(RP)
( TH )
3,000.000
7
Tungku
500.000
5
Meja Kasir
500.000
5
1,200.000
8
Meja Produksi
350.000
6
Kipas angin
150.000
7
Rak piring
55.000
6
40.000
5
Instalasi bangunan
Kulkas
Tempat sendok Meja makan
1,440.000
6
Tupperware
840.000
6
Baki
24.000
6
Talenan
25.000
7
Spanduk
200.000
5
400.000
8
Sound system
TOTAL
8,724.000
BIAYA PE-
EKONOMIS NYUSUTAN (RP/TH) (TH) 2 428.571 0 100.000 0 100.000 3 150.000 1 58.333 2 21.429 1 9.167 0 8.000 1 240.000 1 140.000 1 4.000 2 3.571 0 40.000 2 50.000 1,353.071
NILAI AKHIR (10%x NAA) (RP) 857.143 0.000 0.000 450.000 58.333 42.857 9.167 0.000 240.000 140.000 4.000 7.143 0.000 100.000 1,908.643
Lampiran 9. Analisis sensitivitas peningkatan biaya variable 16% NO
TAHUN ANALISIS
ITEM 0
A
Penerimaan Penjualan Surabi
1
67,803.210
2
71,194.321
3
4
74,754.937
78,493.533
Nilai Sisa B
5
84,327.653 1,908.643
Pengeluaran 1
BIAYA INVESTASI
a b
Instalasi bangunan Tungku
c
Meja Kasir
d
Kulkas
e
Meja produksi
350.000
f
Kipas angin
150.000
g
Rak piring
55.000
h
Meja makan
i
Baki
24.000
j
Tempat sendok
40.000
k
Tupperware kecil
l
Talenan
25.000
m
Spanduk
200.000
n
Sound system
o
Biaya-biaya
2
BIAYA TETAP Gaji Karyawan
3,000.000 500.000 500.000 1,200.000
1,440.000 12.000 8.000
840.000 25.000
400.000 2,234.000
2,234.000
2,234.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
biaya air
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
biaya listrik sewa tempat
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
a
BIAYA VARIABEL Tepung beras
3,273.984
3,437.683
3,609.567
3,790.046
3,979.548
b
Tepung terigu
3,741.696
3,928.781
4,125.220
4,331.481
4,548.055
c
Garam
140.314
147.329
154.696
162.431
170.552
d
Kelapa
2,923.200
3,069.360
3,222.828
3,383.969
3,553.168
e
Susu kental
555.084
582.839
611.981
642.580
674.709
f
Meses
3,642.073
3,824.176
4,015.385
4,216.154
4,426.962
g
Keju
4,272.937
4,486.584
4,710.913
4,946.459
5,193.782
h
Telor
3,323.446
3,489.619
3,664.100
3,847.305
4,039.670
i
Pisang
1,558.529
1,636.456
1,718.279
1,804.193
1,894.402
j
Mayonaise
1,217.427
1,278.298
1,342.213
1,409.324
1,479.790
k
Ayam
1,241.775
1,303.864
1,369.057
1,437.510
1,509.386
l
Nangka
159.246
167.209
175.569
184.347
193.565
m
Sossis
3,690.285
3,874.799
4,068.539
4,271.966
4,485.564
n
Es krim
5,960.146
6,258.154
6,571.061
6,899.614
7,244.595
3
Lanjutan Lampiran 9. o
Saus cabe
1,328.021
1,394.422
1,464.143
1,537.351
1,614.218
p
Arang
4,176.000
4,176.000
4,176.000
4,176.000
4,176.000
q
Kemasan
4,176.000
4,176.000
4,524.000
4,524.000
4,524.000
10,958.000
67,804.164
69,655.573
71,599.551
78,164.729
80,307.965
-10,958.000
-0.954
1,538.748
3,155.385
328.805
5,928.331
D
BENEFIT (A - B) DISCOUNT FACTOR
1
0.934579439
0.873438728
0.816297877
0.762895212
0.712986179
E
PV/TAHUN
-10,958.000
-0.892
1,344.002
2,575.734
250.843
4,226.818
F
PV POSITIF
G
PV NEGATIF
H
NPV
I
NET B/C
J
IRR
K
PBP
TOTAL OUTFLOW C
8,396.506 -10,958.000 -2,561.494 0.77 0% 5.21971242
Lampiran 10. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 9% TAHUN ANALISIS NO
ITEM 0
A
1
2
3
4
5
61,700.011
64,785.012
68,024.262
71,425.475
74,996.749
Penerimaan
Penjualan Surabi Nilai Sisa B
1,908.643
Pengeluaran 1
BIAYA INVESTASI
a b
Instalasi bangunan Tungku
c
Meja Kasir
d
Kulkas
e
Meja produksi
350.000
f
Kipas angin
150.000
h
Container adonan
30.000
i
Rak piring
55.000
j
Kursi
k
Meja makan
l
Baki
24.000
m
Tempat sendok
40.000
n
Tupperware kecil
q
Talenan
25.000
r
Spanduk
200.000
s
Sound system
400.000
t
Biaya-biaya
2
BIAYA TETAP
Gaji Karyawan
3,000.000 500.000 500.000 1,200.000
704.000
176.000
1,440.000 12.000 8.000
840.000 25.000
2,234.000
2,234.000
2,234.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
14,400.000
biaya air
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
2,400.000
biaya listrik sewa tempat
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
4,800.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
5,000.000
3
BIAYA VARIABEL
a
Tepung beras
2,822.400
2,963.520
3,111.696
3,267.281
3,430.645
b
Tepung terigu
3,225.600
3,386.880
3,556.224
3,734.035
3,920.737
c
Garam
120.960
127.008
133.358
140.026
147.028
d
Kelapa
2,520.000
2,646.000
2,778.300
2,917.215
3,063.076
e
Susu kental
478.521
502.447
527.569
553.948
581.645
f
Meses
3,139.718
3,296.704
3,461.539
3,634.616
3,816.347
g
Keju
3,683.567
3,867.745
4,061.132
4,264.189
4,477.398
h
Telor
2,865.040
3,008.292
3,158.707
3,316.642
3,482.474
i
Pisang
1,343.560
1,410.738
1,481.275
1,555.338
1,633.105
j
Mayonaise
1,049.506
1,101.981
1,157.080
1,214.934
1,275.681
k
Ayam
1,070.496
1,124.021
1,180.222
1,239.233
1,301.195
l
Nangka
137.281
144.145
151.353
158.920
166.866
Lanjutan lampiran 10. m
Sossis
3,181.280
3,340.344
3,507.361
3,682.729
3,866.866
n
Es krim
5,138.057
5,394.960
5,664.708
5,947.943
6,245.341
o
Saus cabe
1,144.846
1,202.088
1,262.193
1,325.302
1,391.567
p q
Arang Kemasan
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,600.000
3,900.000
3,900.000
3,900.000
11,692.000
62,120.831
65,950.873
65,392.717
67,152.352
68,999.970
-11,692.000
-420.820
-1,165.861
2,631.546
4,273.123
7,905.422
1
0.9345794
0.8734387
0.8162979
0.7628952
0.7129862
-11,692.000
-353.961
-916.478
1,933.313
2,933.951
5,072.811
TOTAL OUTFLOW
C D E F G H I J K
BENEFIT (A - B) DISCOUNT FACTOR PV/TAHUN PV POSITIF PV NEGATIF NPV NET B/C IRR PBP
8,669.636 -11,692.000 -3,022.364 0.74 0% 5.182855828