ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA RUMAH MAKAN SAGITA
Oleh NURMAULIDA SIFA H24104114
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA RUMAH MAKAN SAGITA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Oleh NURMAULIDA SIFA H24104114
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Makan Sagita Nama : Nurmaulida Sifa NIM : H24104114
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Mimin Aminah, MM NIP 19660907 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP 19760623 200604 1 001
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
NURMAULIDA SIFA. H24104114. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Makan Sagita. Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH. Sektor UKM salah satunya rumah makan dan restoran saat ini semakin berkembang dan semakin banyak. Usaha restoran merupakan usaha yang menjanjikan dari waktu ke waktu. Prospek yang cukup baik ini mendorong pelaku usaha di bidang ini untuk mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Salah satunya rumah makan Sagita, pemilik rumah makan Sagita memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di tempat lain. Pemilik perusahaan berencana membuka cabang di daerah Sentul, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi tetap berada di Kota Bogor, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemilik dalam melakukan pemantauan kantor cabang. Selain itu, menurut pengamatan daerah sentul memiliki potensi yang bagus bagi pemilik rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya. sentul merupakan lokasi yang strategis dan di daerah sentul kini semakin ramai tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi, seperti Jungleland, Alam Fantasia, Taman Budaya, Sentul Paradise Park, dan beberapa fasilitas lain yang sedang dalam proses pembangunan seperti Rumah Sakit, Apartement, Universitas dan Gedung Perniagaan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan rumah makan Sagita terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan. Berdasarkan analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek manajemen, pengembangan usaha rumah makan ini layak untuk dijalankan. Adapun dilihat dari analisis finansial proyek pengembangan usaha rumah makan Sagita juga dinyatakan layak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 45.074.513,53, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 39%, Net Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar Rp 1.12 dan Payback Period selama 3 tahun 10 bulan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 14,498%. Apabila kenaikan harga bahan baku melebihi 14,498% maka usaha tidak akan mendapatkan laba bila dijalankan dan begitupun hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan, berada pada batas 16,671% yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 16,671% maka usaha tidak akan mendapatkan laba apabila dijalankan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 14 Oktober 1989. Penulis yang bernama lengkap Nurmaulida Sifa merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Endang Kosasih dan Yani Iriani. Pendidikan pertama penulis di mulai pada tahun 1994 di TK Al-Falah Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Pabrik Gas III Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada Tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Bina Insani Bogor, kemudian tahun 2004 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Plus YPHB (Yayasan Persaudaraan Haji Bogor). Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi pada Program Diploma III Administrasi Perkantoran dan Sekretari, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Kemudian penulis melanjutkan kembali pendidikannya pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA RUMAH MAKAN SAGITA”, sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan dari pengembangan usaha Rumah Makan Sagita di Kota Bogor. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan akibat keterbatasan dan kendala yang dihadapi, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2014
Penulis
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang mendukung, baik secara moril maupun materil. Sebagai suatu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai. 2. Bapak/Ibu Dosen pengajar Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmunya selama penulis melaksanakan perkuliahan. 3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa restu kepada penulis. Terima kasih atas dukungannya selalu “I love you”. 4. Ibu Ida Rianti selaku pemilik Rumah Makan Sagita yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 5. Teman-teman seperjuangan yang selalu mendukung, memberikan perhatian dan semangat untuk penulis baik di dalam maupun di luar perkuliahan, Abok Awiw, Tikul, Bu RT, Wawaw, Kemas, Yanda, Mbah, Angger, Ikhsan, Eja, Nijam, Jai, Gin dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 6. The Bloons Familyku sayang yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, canda tawa dan dukungan yang tak pernah henti, yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka, Mami, Ai, Titi, Om adey, ae, Uta, dan Ipan, “Love you too all”.
v
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................................. ivv UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................ v DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... x I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ........................................................................................... 5 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
Usaha Kecil dan Menengah ............................................................................... 8 Pengembangan Usaha ........................................................................................ 9 Bisnis................................................................................................................ 10 Studi Kelayakan Bisnis .................................................................................... 11 2.4.1 Tahap – tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis .......................................... 12 2.4.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis .................................................................. 12 2.4.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ................................................................ 13 2.4.4 Aspek – aspek Studi Kelayakan Bisnis ..................................................... 15 2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 23 III. METODE PENELITIAN ...................................................................................... 25 3.1. Kerangka Pemikiran......................................................................................... 25 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 27 3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 27 3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 27 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 28 3.5.1 Aspek Non Finansial .................................................................................... 29 3.5.2 Aspek Finansial............................................................................................. 32 3.6. Asumsi Dasar .................................................................................................... 34
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 36 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Sagita .......................................................... 36 4.2. Analisis Kelayakan Bisnis ................................................................................ 37 4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran .............................................................................. 37 4.3.1 Peluang dan Pangsa Pasar ........................................................................... 38 4.3.2 Kebijakan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ....................................... 40 4.3.3 Analisis Pesaing ............................................................................................ 42 4.4. Aspek Teknis dan Teknologi ........................................................................... 44 4.4.1 Bahan Baku ................................................................................................... 44 4.4.2 Proses Produksi ............................................................................................. 45 4.4.3 Fasilitas, Peralatan, dan Perlengkapan ....................................................... 47 4.4.4 Tata Letak dan Pemilihan Lokasi ............................................................... 48 4.4.5 Tata Kelola (SOP) ........................................................................................ 50 4.5. Aspek Manajemen dan Hukum ......................................................................... 51 4.5.1 Kebutuhan Tenaga Ahli ............................................................................... 51 4.5.2 Kebutuhan Pelatihan .................................................................................... 53 4.5.3 Struktur Organisasi ....................................................................................... 53 4.5.4 Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha.......................................... 55 4.6. Aspek Sosial Ekonomi ..................................................................................... 56 4.7. Aspek Lingkungan ........................................................................................... 56 4.8. Aspek Keuangan .............................................................................................. 56 4.8.1 Biaya Investasi ....................................................................................... 57 4.8.2 Biaya Operasional.................................................................................. 57 4.8.3 Proyeksi Penjualan ................................................................................ 60 4.8.4 Proyeksi Arus Kas ................................................................................. 63 4.8.5 Kriteria Evaluasi Finansial ................................................................... 64 4.8.6 Analisis Sensitivitas.............................................................................. 65 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 68 1. Kesimpulan .......................................................................................................... 68 2. Saran .................................................................................................................. 689 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70 LAMPIRAN ................................................................................................................... 71
vii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Data kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2009-2012........................... 1 2. Perkembangan restoran dan rumah makan di Kota Bogor tahun 2007 - 2010 . 2 3. Data penjualan rumah makan Sagita 2009-2013 .............................................. 2 4. Daftar restoran yang terdapat di Sentul City ..................................................... 3 5. Daftar restoran khas Sunda di Sentul City ........................................................ 5 6. Peralatan rumah makan Sagita ........................................................................ 47 7. Perlengkapan rumah makan Sagita ................................................................. 48 8. Divisi dan jumlah karyawan rumah makan Sagita .......................................... 53 9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan................................................... 57 10. Biaya tetap ....................................................................................................... 58 11. Biaya variabel rumah makan Sagita ................................................................ 58 12. Model analisis trend dan nilai parameter kesalahan ....................................... 61 13. Proyeksi penjualan dengan model quadratic (dalam porsi) ............................ 62 14. Kriteria evaluasi finansial ............................................................................... 64 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga ................................................. 66 16. Analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan ..................................... 67
viii
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Halaman Kerangka pemikiran penelitian ....................................................................... 26 Proses produksi rumah makan Sagita ............................................................. 46 Tata letak ......................................................................................................... 49 Tata kelola SOP............................................................................................... 51 Penjualan rumah makan Sagita ....................................................................... 60 Quadratic trend model untuk produk nasi timbel komplit ayam .................... 61 Quadratic trend model untuk produk nasi timbel komplit empal (data diolah, 2014) ............................................................................................................... 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Halaman Pertanyaan wawancara kepada pemilik perusahaan ....................................... 72 Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha rumah makan Sagita ............ 74 Rencana anggaran biaya pengembangan usaha rumah makan Sagita ............ 77 Perhitungan biaya penyusutan aset rumah makan Sagita ............................... 82 Rencana cash flow rumah makan Sagita ......................................................... 83 Metode peramalan time series ......................................................................... 88
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu unsur penting yang menopang perekonomian nasional di Indonesia secara menyeluruh. Hal ini dibuktikan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012 terdapat 55,2 juta usaha kecil menengah. Seluruh usaha tersebut memberikan kontribusi dalam PDB sebesar 57,9% dan kontribusi penyerapan tenaga kerja 97,2%. UKM mampu bertahan dan cenderung bertambah dibandingkan dengan usaha besar yg cenderung mengalami keterpurukan atau bahkan tumbang oleh krisis. Dengan UKM pengangguran akibat tenaga kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang dan UKM mampu menopang peningkatan taraf hidup masyarakat. Mengetahui pentingnya UKM dalam perekonomian Indonesia, pengembangan UKM harus diperhatikan agar dapat bertahan, bersaing, dan dapat memunculkan banyaknya UKM baru. Tabel 1. Data kunjungan wisatawan ke Kota Bogor tahun 2010 – 2013 Jumlah per Tahun Jenis No. Wisatawan 2010 2011 2012 2013 2.821.508 1. Domestik 3.112.414 3.452.211 3.769.787 145.918 2. Mancanegara 151.755 167.006 183.807 Jumlah 2.967.426 3.264.169 3.619.217 3.953.594 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor (2014) Kedudukan geografis yang berdekatan dengan Ibu kota Negara, kota Bogor
merupakan
salah
satu
kota
yang
sangat
strategis
untuk
mengembangkan UKM. Terlihat dari perkembangan kota Bogor yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Termasuk perkembangan dari sektor UKM salah satunya rumah makan dan restoran. Perkembangan
yang terjadi
beberapa tahun terakhir
mengindikasikan bahwa usaha kuliner di Kota Bogor masih memiliki prospek yang menjanjikan seperti terlihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2. Perkembangan restoran dan rumah makan di Kota Bogor tahun 2010 - 2013 Tahun
Jumlah (Unit)
Perkembangan Restoran (%)
2010
137
0
2011
200
31,5
2012
219
8,67
2013
225
2,66
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor (2014) Salah satu UKM di Kota Bogor yang bergerak di bidang kuliner adalah rumah makan Sagita. Rumah makan Sagita yang berlokasi di Bogor Rest Area KM 38 adalah rumah makan yang menyajikan makanan tradisional khas Sunda dan sudah berjalan selama 6 tahun. Hal yang melatar belakangi pemilihan rumah makan Sagita adalah karena terus berkembangnya sektor UKM dan usaha restoran merupakan usaha yang memiliki prospek yang menjanjikan dari waktu ke waktu, hal ini dikarenakan makanan merupakan kebutuhan dasar yang bersifat kontinu bagi manusia dan sudah merupakan gaya hidup. Pemilik usaha rumah makan Sagita juga memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya, alasan yang melatar belakangi pelaku usaha ini mengembangkan usahanya adalah karena terus meningkatnya permintaan di rumah makan Sagita seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data penjualan rumah makan Sagita 2009-2013 Permintaan Rumah Makan Peningkatan Tahun Sagita (porsi/tahun) (%) 2009
1720
21%
2010
2886
40%
2011
3806
24%
2012
4930
22%
2013
5922
16%
Sumber : Data penjualan rumah makan Sagita (2014) Pemilik rumah makan Sagita berencana membuka cabang di daerah Sentul, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi di tempat berbeda dikarenakan tidak memungkinkannya tempat awal rumah makan Sagita yang berada di
3
Bogor Rest Area KM 38 untuk dilakukan pengembangan (sumber daya dan fasilitas terbatas). Pemilihan lokasi di kota yang sama dilakukan untuk memudahkan pemilik untuk melakukan pemantauan, selain itu menurut pengamatan daerah sentul memiliki potensi yang bagus bagi pemilik rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya karena Sentul merupakan salah satu alternatif daerah tujuan wisata Jabodetabek dimana terdapat banyak wahana rekreasi liburan, seperti Jungleland, Taman Budaya, Alam Fantasia, dan Sentul Paradise Park. Kemudian juga terdapat banyak fasilitas yang tersedia, seperti gedung serbaguna SICC (Sentul International Convention Center) yang biasa digunakan untuk pertunjukkan musik dan pameranpameran, kemudian Sentul City Offroad Park, Sentul Highlands Golf Course, hotel berbintang, dan beberapa tempat yang masih dalam proses pembangunan. Namun, setiap usaha atau bisnis pasti memiliki resiko dan tantangan termasuk jenis usaha ini. Dilihat dari lokasi pengembangan usahanya, di daerah Sentul sendiri banyak terdapat tempat yang menawarkan produk makanan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Daftar restoran yang terdapat di Sentul City No. Restoran/Rumah Makan/ Cafe Lokasi 1. Restoran Karimata The Grand Sentul City 2. Virgine Cafe Bellanova Country Mall 3. Digital Lifestle Cafe & Resto Bellanova Country Mall 4. Baliniz Cafe Bellanova Country Mall 5. Kedai Kita Bellanova Country Mall 6. D’Hotplate Bellanova Country Mall 7. Kabita Resto Bellanova Country Mall 8. Eco Raos Bellanova Country Mall 9. Obonk Bellanova Country Mall 10. Jin Xiang Oriental Resto Bellanova Country Mall 11. Pecel Solo Ah Poong 12. Kupat Tahu Bandung Ah Poong 13. Gerai Sate Padang Ah Poong 14. Gerai Sate Ayam Madura Ah Poong 15. Gerai Toge goreng Ah Poong 16. Gerai Nasi Bakar Ah Poong 17. Gerai Nasi Langgi Ah Poong
4
Lanjutan Tabel 4. No. Restoran/Rumah Makan/ Cafe 18. Bebek Kahlua 19. Gerai Nasi Timbel 20. Singapore Chicken Rice 21. Gerai Gado-gado 22. Bongkot Nasi Campur Bali 23. Gudeg Dewa 24. Gerai Pempek 25. Soto Lamongan H. Said 26. Rumah Sumsum 27. Gerai Lontong Sayur Medan 28. Soto Tangkar Galaxy 29. Gerai Mie Aceh 30. Gerai Soto Kuning Bogor 31. Gerai Bakso Campur 31. Kwetiaw Akang 32. Mie Jowo 33. Gerai Mie Kocok 34. Gerai Bakmie Kepiting 35. Bakmie Grand Kelinci 36. Sushi Kiosk 37. Lotteria 38. Yong Tau fu 39. Daiji Ramen 40. California Fried Chicken 41. Bakmie Golek 42. Warung Ijo 43. Gunung Mas Seafood 44. Mamih Masakan Khas Sunda 45. Pondok Sate Klaten 46. Batu Cafe & Resto 47. Andatu Resto Sumber: Data diolah (2014)
Lokasi Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Ah Poong Giant Extra Sentul City Giant Extra Sentul City Giant Extra Sentul City Giant Extra Sentul City Giant Extra Sentul City Giant Extra Sentul City Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga 1
Berdasarkan pemaparan diatas untuk restoran atau gerai rumah makan yang khusus menyajikan menu tradisional khas Sunda sendiri tidak terlalu banyak, seperti yang dapat dilihat di Tabel 5.
5
Tabel 5. Daftar restoran khas Sunda di Sentul City No. Nama Restoran Lokasi 1. Kabita Resto Bellanoca Country Mall 2. Eco Raos Bellanoca Country Mall 3. Gerai Nasi Timbel Ah Poong 4. Mamih Masakan Khas Sunda Plaza Niaga 1 Sumber: Data diolah (2014) Meski demikian, melihat banyaknya usaha serupa yang tersedia disekitar lokasi perlu dilakukan suatu analisis awal mengenai kelayakan pengembangan usaha tersebut dilihat dari berbagai macam aspek non finansial dan aspek finansial. Dari studi kelayakan tersebut dapat dilihat dari awal bagaimana prospek pemasarannya hingga perhitungan matematis mengenai modal awal dan proyeksi penerimaan, sehingga pemilik dapat mengetahui bagaimana prospek pengembangan usaha kedepannya apakah pengembangan dengan membuka cabang baru dapat mendatangkan income atau profit bagi pemilik usaha dan perluasan pasar dapat membuat rumah makan Sagita banyak dikenal sehingga pengembangan usaha tersebut dapat dijalankan
serta
mampu
bersaing
dan
bertahan
menghadapi
para
kompetitornya. 1.2. Perumusan Masalah Prospek yang besar di bisnis makanan, dan keberhasilan yang dicapai pada usaha ditempat awal dilihat dari adanya peningkatan penjualan membuat pemilik rumah makan Sagita ingin mengembangkan usahanya dengan membuka gerai baru. Tetapi, terlalu banyaknya persaingan dengan terdapatnya lebih dari 30 gerai usaha yang sama membuat diperlukannya kajian analisis kelayakan pengembangan bisnis dilihat dari berbagai aspek/sudut pandang untuk mengetahui apakah pengembangan usaha rumah makan Sagita layak untuk dijalankan, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran usaha rumah makan Sagita selama ini serta kemungkinan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial ?
6
2. Bagaimana kelayakan rencana pengembangan usaha rumah makan Sagita apabila terjadi perubahan pada beberapa variabel yang dianggap paling berpengaruh, seperti kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji kelayakan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial. 2. Menganalisis sensitivitas kelayakan rumah makan Sagita terhadap perubahan - perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi keberlangsungan usaha Rumah Makan Sagita sebagai bahan pertimbangan terutama dalam pengembangan usaha rumah makan Sagita. 2. Bagi Investor Dapat dijadikan pedoman bagi pengusaha kecil atau investor yang baru akan memulai usaha. 3. Bagi Akademis Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan masukan dan informasi. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah makan Sagita yang berlokasi di Bogor Rest Area KM 38. Pemilihan rumah makan Sagita ini dikarenakan rumah makan Sagita merupakan salah satu rumah makan yang ada di Kota Bogor yang ingin dan memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya. Penelitian ini berfokus pada aspek non finansial (aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan hukum, aspek teknis dan teknologi, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan) dan aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit-Cost
7
Ratio), IRR (Internal Rate Return), PP (Payback Period ), dan Analisis Sensitivitas (Switching Value). Produk yang dijadikan sample dalam penelitian ini adalah produk andalan rumah makan Sagita, yakni nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng. Studi kelayakan ini akan mencoba untuk memproyeksikan pengembangannya di masa yang akan datang dengan menggunakan asumsi-asumsi penelitian yang telah ditetapkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri Usaha Kecil: 1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap atau tidak gampang berubah. 2. Lokasi/tempat usaha umunya sudah menetap tidak berpindah-pindah. 3. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga dan sudah membuat neraca usaha. 4. Harus memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. 5. Sumberdaya manusia (pengusaha) sudah mulai/lebih maju rata-rata berpendidikan SMU namun masih perlu ditingkatkan pengetahuan usahanya dan sudah ada pengalaman usaha namun jiwa wirausahanya masih harus ditingkatkan lagi. 6. Sebagian sudah mulai mengenal dan berhubungan dengan perbankan dalam hal keperluan modal, namun sebagin besar belum dapat membuat business planning, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultan/pendampingan. Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
9
dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Ciri-ciri Usaha Menengah: 1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang lebih jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi dll. 2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. 3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll. 4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll. 5. Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank. 6. Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah meraih kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki jiwa wirausaha yang cukup handal, dan lain-lain. 2.2. Pengembangan Usaha Menurut Umar (2009) sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komperhensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak. Mengembangkan usaha caranya bermacam-macam, misalnya : 1. Membuat perusahaan baru yang secara umum dikenal sebagai anak perusahaan atau secara akademis dikenal sebagai Strategic Business Unit (SBU) dimana produk baru yang akan dibuat berada dibawah perusahaan yang baru ini; 2. Hanya membuat produk baru tetapi tidak membuat perusahaan baru.
10
2.3. Bisnis Menurut Sutarno (2012), bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan masyarakat. Bisnis juga dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup masyarakat. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Pendirian suatu bisnis atau proyek akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Disamping itu keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. berikut keuntungan dengan adanya kegiatan bisnis baik bagi perusahaan, pemerintah maupun masyarakat antara lain : 1. Memperoleh Keuntungan Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha tersebut akan memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. Keuntungan ini biasanya diukur dari nilai uang yang akan diperoleh dari hasil usaha yang dijalankan. 2. Membuka Peluang Pekerjaan Dengan adanya usaha jelas akan memberikan peluang pekerjaaan kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal disekitar lokasi usaha. 3. Manfaat Ekonomi a. Menambah jumlah barang dan jasa, dengan tersedianya jumlah barang dan jasa yang lebih banyak, masyarakat memiliki banyak pilihan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga yang cenderung turun dan kualitas barang sejenis akan lebih meningkat. b. Meningkatkan mutu produk, disebabkan dengan adanya produk dari usaha sejenis dapat memacu produsen untuk meningkatkan kualitas produknya.
11
c. Meningkatkan devisa khusus untuk barang yang bertujuan ekspor. d. Menghemat devisa dengan memproduksi produk sendiri didalam negeri. 4. Tersedia Sarana dan Prasarana Memberikan manfaat terutama bagi masyarakat disekitar lokasi usaha dengan tersedianya sarana dan prasarana, seperti jalan, telepon, air, penerangan, pendidikan dan sarana dan prasarana lainnya. 5. Membuka Isolasi Wilayah Untuk wilayah tertentu akan membuka isolasi wilayah, wilayah yang tadinya tertutup menjadi terbuka sehingga akses masyarakat akan menjadi lebih baik. 6. Meningkatkan Persatuan dan Membantu Pemerataan Pembangunan Dengan adanya proyek atau usaha biasanya pekerja datang dari berbagai suku bangsa, pertemuan dari berbagai suku akan dapat meningkatkan persatuan. Kemudian dengan adanya proyek atau usaha diberbagai daerah akan memberikan pemerataan pembangunan keseluruh wilayah. 2.4. Studi Kelayakan Bisnis Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Studi kelayakan bisnis dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dimasa yang akan datang, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang dicapai dalam suatu investasi. Dengan kata lain, studi kelayakan bisnis akan memperhitungkan hal-hal yang akan menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Studi kelayakan bisnis minimal dapat memberikan pedoman dan arahan kepada usaha yang akan dijalankan nantinya (Kasmir dan Jakfar, 2012).
12
2.4.1 Tahap – tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), tahapan studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan studi kelayakan adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi secara kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika (BPS), Bank Indonesia (BI) dan sebagainya. b. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan informasi. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode dan ukuran yang telah lazim digunakan dalam bisnis. c. Analisis Data Analisis data untuk menentukan kriteria kelayakan suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan. d. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil. e. Memberikan rekomendasi Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam rekomendasi, diberikan juga saran jika memang dibutuhkan. 2.4.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan yaitu : 1. Menghindari resiko kerugian
13
Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 2. Memudahkan Perencanaan Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan. 3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik. 4. Memudahkan Pengawasan Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. 6. Memudahkan Pengendalian Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan mudah
terdeteksi,
sehingga
mudah
untuk
mengendalikan
penyimpangan tersebut. 2.4.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat Studi kelayakan dapat dibedakan karena dua pihak yang berkepentingan atas studi kelayakan itu sendiri (Subagyo, 2007): 1. Pihak Pertama (bagi analisis) a. Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis (runtut) dalam menghadapi suatu masalah (problem) dan mencari jawabannya (solusi). b. Menerapkan
berbagai
disiplin
ilmu
yang
telah
dipelajari
sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan/pengukuran, penilaian dan pengambilan keputusan.
14
c. Mengerjakan studi kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis
secara
komprehensif
sehingga
penyusunannya
akan
mendapatkan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. 2. Pihak kedua (bagi masyarakat) a. Calon Investor Dalam menilai SKB, calon investor lebih terkonsentrasi pada aspek ekonomis dan keuangan karena pada aspek inilah mereka dapat menentukan tingkat pengembalian modal, keuntungan yang akan dihasilkan proyek, aliran kas dan tentunya proyeksi laba-rugi. Disini mereka juga dapat memperhitungkan return dan resiko yang mungkin dihadapi. b. Mitra penyerta modal Calon Investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik perseorangan maupun perusahaan. Hasil studi kelayakan ini akan membantu calon investor dalam meyakinkan mitranya. c. Perbankan Dalam proses persetujuan perkreditan dari bank diperlukan rekomendasi yang menyatakan bahwa proyek tersebut layak, maka diperlukan SKB. d. Pemerintah Penilaian Pemerintah terhadap studi kelayakan adalah biasanya yang menyangkut pada aspek legalitas dan perizinan (izin prinsip dan izin operasional proyek). e. Manajemen Perusahaan SKB untuk pengembangan bisnis baru akan berhubungan dengan pihak menajemen terutama direksi. f. Masyarakat Acuan penilaian masyarakat terhadap suatu proyek atau bisnis biasanya yang menyangkut AMDAL (dampak lingkungan) dan AMDAL ini biasanya untuk proyek-proyek besar.
15
2.4.4 Aspek – aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu bisnis dapat dikerjakan atau ditunda atau bahkan tidak dapat dijalankan. Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah : 1.
Aspek Pasar dan Pemasaran Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market-share dari produk bersangkutan. Pembahasan aspek-aspek studi kelayakan diawali dengan aspek pasar dan pemasaran. Alasannya mengapa aspek ini diletakkan pada awal pembahasan sistematika studi kelayakan, antara lain: a. Produk yang dihasilkan perusahaan harus marketable. Jika tidak, sebaiknya kegiatan analisis studi kelayakan dihentikan. b. Kecenderungan permintaan atas produk yang akan dihasilkan harus menunjukkan adanya kenaikan. Jika menurun, sebaiknya proses studi kelayakan untuk pendirian dihentikan, kecuali jika tujuan objek studi adalah pengembangan. c. Kandungan material produk tidak mengandung unsur yang dilarang negara ataupun agama. Jika ada ditinjau dari aspek hukum, tidak akan direkomendasikan dan harus dihentikan. d. Aspek teknis dan kronologis sangat ditentukan oleh hasil rekomendasi aspek pasar, terutama yang berkaitan dengan pemilihan alat dan mesin. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan
16
mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi
pemasaran,
perencanaan
program
pemasaran
dan
pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 2004). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran adalah : a. Permintaan Permintaan adalah kegiatan yang didukung kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi jika didukung
oleh
kemampuan
konsumen
membeli
atau
memperoleh suatu barang dan jasa pada suatu harga dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan, antara lain perilaku atau selera konsumen, harga barang dan jasa itu sendiri, pendapatan konsumen dan kebutuhan konsumen. b. Penawaran Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang tersedia dan dapat dijual oleh penjual pada berbagai tingkat harga dan pada waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi tingkat
penawaran adalah biaya produksi, teknologi yang digunakan, tujuan perusahaan, pajak, ketersediaan dan harga barang atau jasa itu sendiri. c. Pemasaran Mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan, yakni STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence. Menurut Kotler (2004), agar berhasil didalam pasar dengan tingkat persaingan pasar yang cukup tinggi,. Perusahaan harus memperhatikan pelanggan, mendapatkan pelanggan dari pesaing, mempertahankan dan mengembangkan pelanggan
dengan nilai
yang lebih baik. Ada tiga langkah dalam proses mendesain strategi untuk melayani pelanggan secara lebih baik, yaitu :
17
a. Segmentasi (Segmentation) Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku maupun gaya hidup. b. Penetapan target (Targeting) Sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik
yang sama
yang menjadi
tujuan
promosi
perusahaan. c. Penetapan posisi (Positioning) Suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu dan apa yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Kotler (2004), definisi bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang terdiri dari 7P, yaitu Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), Promosi (Promotion), Orang (People), Proses (Process), dan Bukti Fisik (Physical Evidence) yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. a. Produk (Product) Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. b. Harga (Price) Standar nominal yang ditetapkan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan untuk dijual sehingga konsumen harus mengeluarkan biaya dengan jumlah tertentu untuk mendapatkan produk. Strategi harga berpengaruh terhadap hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.
18
c. Tempat (Place) Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. d. Promosi (Promotion) Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan manfaat dan keistimewaan produknya dan membujuk konsumen sasaran untuk membelinya. e. Orang (People) Adalah semua pelaku yang memainkan sebagai penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli, yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. f. Proses (Process) Meliputi prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan dan rutinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada pelanggan. g. Bukti Fisik (Physical Evidence) Merupakan
lingkungan
fisik
dimana
jasa
disampaikan,
perusahaan jasa dan konsumennya berinteraksi dan setiap komponen yang berwujud memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut. 2. Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan pengoperasian dan proses pembangunan proyek secara teknis setelah bisnis tersebut selesai dibangun atau didirikan. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk pra operasional bisnis yang akan dilaksanakan. Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Perlu dikaji mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan
19
mesin, lokasi pabrik, dan tata-letak atau layout bangunan dan pabrik yang paling menguntungkan. lalu dari kesimpulan itu, dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya (Nurmalina dkk, 2009). 3. Aspek Manajemen dan Hukum Menurut Umar (2009), tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak, atau sebaliknya. Studi aspek manajemen meneliti tentang manajemen pada saat pembangunan proyek
bisnis
dan
juga
manajemen
pada
saat
bisnis
dioperasionalkan secara rutin. Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, pelatihan, struktur organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Menurut Nurmalina dkk (2009), aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, serta sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain. 4. Aspek Sosial dan Ekonomi Pada aspek sosial yang diperhatikan adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran di sekitar lokasi dimana bisnis dijalankan. Lebih jauh lagi, bagaimana pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti semakin ramainya daerah
20
tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya (Nurmalina dkk, 2009). Sedangkan memberikan
dari
peluang
aspek
ekonomi
peningkatan
suatu
pendapatan
bisnis
dapat
masyarakat,
pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. 5. Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau sebaliknya. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina dkk, 2009) 6. Aspek Keuangan Menurut Rangkuti (2012), analisis kelayakan aspek keuangan dalam
bisnis
bertujuan
untuk
mempelajari
hal-hal
yang
berhubungan dengan aliran kas serta sumber dana dan proyeksi keuangan, baik pemasukan atau pengeluaran yang mungkin terjadi selama masa produksi dan operasional proyek yang direncanakan. Dengan begitu para investor yang menanamkan modalnya pada suatu proyek dapat mengetahui rencana biaya yang dibutuhkan serta proyeksi hasil yang akan diperolehnya dengan investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (2009), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah
21
ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat terus berkembang. Aspek finansial mencakup kebutuhan investasi, asumsiasumsi, kebutuhan modal kerja, proyeksi arus kas serta proyeksi laba rugi. Metode yang biasa digunakan untuk kriteria evaluasi finansial, meliputi : 1. NPV (Net Present Value) Net Present Value, yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. NPV merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara (benefit) manfaat dengan biaya (cost) pada tingkat diskonto (bunga) tertentu. 2. IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah nilai Discount Rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Proyek dapat dikatakan memiliki prospek yang baik apabila nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan, namun jika IRR < tingkat discount rate maka proyek tidak memiliki prospek yang baik. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. 3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina dkk, 2009).
22
4. PP (Payback Period) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutupi kembali pengeluaran investasi (initial cash invesment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash invesment dengan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. 5. Analisis Sensitivitas Menurut Rangkuti (2012), Analisis kepekaan (sensitivity analysis) digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian produksi yang peka dan memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan dan menguntungkan secara ekonomis. Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu kesalahan atau perubahan terjadi dalam dasar asumsi perhitungan. Faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada suatu bisnis adalah kenaikan biaya produksi, penurunan harga produk dan penurunan jumlah permintaan. Menurut Umar (2009) Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat, didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Salah satu variasi dalam analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (Switching Value).
23
Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur
“perubahan
maksimum”
dari
perubahan
suatu
komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input / peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu, perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). 2.5. Penelitian Terdahulu Wardoyo (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Warung Surabi, dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan berupa nilai-nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 12,658.281,-. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai IRR 34%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku sebesar 7%. Sedangkan untuk nilai Net B/C diperoleh nilai 1,97. Nilai PBP yang diperoleh adalah 1 tahun. Dewi
(2010) dalam penilitiannya mengenai Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor). Dalam E- Journal terlihat bahwa hasil penelitian pada aspek non finansial menyatakan, berdasarkan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan budaya, serta lingkungan, usaha layak untuk dilaksanakan baik dengan ada atau tidak adanya pengembangan usaha. Pada aspek finansial seperti NPV, IRR, Net B/C dan payback periode menyatakan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan baik dengan ada atau tidak adanya pengembangan usaha. Hasil analisis switching value dan sensitivitas memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah produksi susu kambing,
24
dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi dengan pengembangan usaha. Nishka (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Kota Bogor, menyimpulkan analisis kelayakan usaha pada DBC & Spageti Restaurant layak untuk diusahakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan financial pada tingkat diskonto 7% diperoleh nilai NPV Rp 632,000,000; Net B/C 3,00; IRR 27% dan PBP 6 tahun 7 bulan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian mengenai rencana pengembangan usaha ini diawali dengan melihat kemampuan usaha rumah makan Sagita untuk memiliki lebih banyak konsumen potensial, seiring dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah pola atau gaya hidup masyarakat yang senang bersosialisasi di tempat makan sehingga permintaan di rumah makan Sagita terus meningkat, namun karena fasilitas dan sumber daya yang sudah ada kurang memadai dan adanya keinginan untuk terus meningkatkan profitabilitas yang didapat maka timbul pemikiran akan peluang mengembangkan usaha rumah makan Sagita. Pengembangan usaha rumah makan ini dilakukan dengan cara membuka outlet baru tetapi masih berada di Kota yang sama agar rencana pengembangan usaha ini dapat berjalan efektif dan efisien maka diperlukan studi awal berupa analisis kelayakan pengembangan usaha. Studi kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis rencana pengembangan dari berbagai aspek, yaitu aspek non finansial (aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan) dan aspek finansial. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Studi kelayakan usaha dimulai dengan mengumpulkan data-data yang relevan dan kemudian data-data tersebut dianalisis aspek finansial dan aspek non finansialnya. Aspek non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi dan aspek lingkungan. Aspek finansial dilakukan analisis mengenai NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Returns), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan Analisis sensitivitas (Switching Value). Penggunaan aspek- aspek tersebut merupakan bagian dari studi kelayakan bisnis untuk menentukan apakah suatu usaha dapat
26
dikatakan layak atau tidak. Setiap penilaiain memiliki standar nilai yang berbeda dan penilaian harus mencakup seluruh aspek yang ada. Karakteristik Usaha Rumah Makan Sagita
Rencana Pengembangan Usaha
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha
Aspek Non Finansial :
Aspek Finansial :
1. Aspek Pemasaran
1. NPV
2. Aspek Teknis dan Teknologi
2. Net B/C
3. Aspek Manajemen dan Hukum
3. IRR
4. Aspek Sosial Ekonomi
4. PP
5. Aspek Lingkungan
5. Switching Value
Hasil Penelitian
Usaha Layak
Usaha Tidak Layak Implementasi
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi atau gambaran terhadap pelaksanaan pengembangan usaha yang dijalankan rumah makan Sagita apakah akan menghasilkan laba sehingga dapat dijalankan atau malah akan menimbulkan kerugian sehingga diperlukan kajian ulang terhadap permasalahan yang dialami perusahaan dan
27
sementara tidak perlu diadakan pengembangan usaha sampai kajian memberikan hasil yang baik sehingga perusahaan dapat menjalankan rencana usahanya. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi kajian dilakukan di rumah makan Sagita yang dipilih secara sengaja (purposive), yaitu berlokasi di Bogor Rest Area KM 38. Pelaksanaan kajian berlangsung sejak Oktober 2013 sampai dengan Desember 2013. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data
primer
merupakan
data
yang
diperoleh
dengan
menggunakan observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dan manager pelaksana, seperti harga bahan baku, peralatan, penerimaan, biaya operasional perusahaan, jumlah produksi dan lain-lain. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur, buku serta informasi dari beberapa instansi terkait seperti BPS Kota Bogor, dan referensi lainnya berupa makalah, hasil penelitian terdahulu,catatan perusahaan, laporan keuangan serta internet. 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau dapat disebut juga penelitian pra eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh dilapangan. Metode pengumpulan data digunakan agar dapat memberikan hasil yang maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan
yang telah ditentukan. Adapun metode
pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peniliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara
28
yang dilakukan adalah wawancara yang tidak terstruktur yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pemilik rumah makan Sagita. 2. Observasi Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung mengenai seluruh kegiatan atau aktivitas perusahaan dan gambaran umum perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil observasi meliputi kegiatan proses produksi yang terjadi di perusahaan. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diolah serta dianalisis dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dan meliputi transfer data, pengolahan, editing dan intepretasi data secara deskriptif. Data kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek pasar dan pemasaran, teknis dan produksi, manajemen dan hukum, sosial ekonomi, dan aspek lingkungan. Sehingga hasil dari pengkajian data ini dapat diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha bisnis secara non finansial. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha rumah makan Sagita melalui analisis kriteria evaluasi kelayakan, yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period ), dan Analisis Sensitivitas (Switching Value) yang diolah dengan Microsoft Office Excel 2007. Semua metode ini adalah metode yang biasa digunakan dalam analisis keuangan studi kelayakan bisnis dan investasi dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan dari investasi yang akan dikeluarkan. Bahkan menurut Rangkuti (2012), metode NPV dan IRR merupakan metode yang paling baik dalam memberikan gambaran
profitabilitas
suatu
investasi,
karena
metode
ini
telah
mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money). Analisis rencana bisnis yang dilakukan diarahkan kepada rumah makan Sagita yang sudah berjalan selama 7 tahun, dimana investasi dimulai. Biaya-biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja dan sebagainya sedangkan biaya
29
variabel meliputi biaya bahan baku. Penyusunan aliran kas (cash flow) dilakukan untuk mengetahui nilai manfaat bersih dan nilai manfaat bersih tambahan. Komponen manfaat dan biaya dilakukan melalui penyusunan cash flow ini, dengan mengelompokkan komponen-komponen terlebih dahulu mana yang masuk ke dalam manfaat dan mana yang biaya. Proyeksi permintaan dilakukan untuk memperoleh proyeksi penjualan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Perhitungan proyeksi penjualan dilakukan dengan menggunakan analisis trend, sedangkan untuk pengolahan data peramalan menggunakan Minitab 16. Langkah – langkah dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik dan manager pelaksana usaha rumah makan Sagita. 2. Mengkaji kelayakan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial. 3.5.1 Aspek Non Finansial Aspek non finansial meliputi aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, dan aspek lingkungan, berikut penjelasannya : 1. Aspek Pemasaran Aspek-aspek yang dikaji di dalam rencana pemasaran meliputi potensi pasar, strategi pemasaran yang meliputi STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran (marketing mix). Pada dasarnya segmentasi pasar adalah proses membagi pasar keseluruhan suatu produk atau jasa kedalam beberapa segmen. Dengan melakukan segmentasi pasar, pemasaran akan lebih terarah dan efektif sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Segmentasi pasar dibagi menjadi : a.Segmentasi Geografis, yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian pasar menjadi unit geografis, seperti : 1) Bangsa
30
2) Propinsi 3) Kabupaten 4) Kecamatan 5) Iklim b. Segmentasi Demografis, yaitu pasar dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel demografis, seperti : 1) Usia 2) Jenis kelamin 3) Ukuran keluarga 4) Penghasilan 5) Pekerjaan 6) Agama 7) Ras 8) Kebangsaan c. Segmentasi Psikografis, yaitu pasar dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel psikografis, seperti : 1) Kelas sosial 2) Gaya hidup 3) Karakteristik kepribadian d. Segmentasi Perilaku, yaitu pasar dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel perilaku, seperti : 1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Kegunaan 4) Tanggap terhadap suatu produk Setelah proses segmentasi pasar berhasil dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki (targeting), kemudian harus pula menentukan posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut (positioning). Komponen-komponen pokok strategi bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), Promosi (Promotion), Orang (People), Proses (Process), dan Bukti
31
Fisik (Physical Evidence). Melalui analisis aspek ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha. 2. Aspek Teknis dan Teknologi Penilaian dalam aspek ini dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya dapat di laksanakan. Hal-hal yang akan dianalisis adalah tata letak, tata kelola, pemilihan lokasi usaha, kebutuhan bahan baku, proses produksi, fasilitas transportasi, kemudian mesin dan peralatan, dan sebagainya. Setiap penelitian memerlukan beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, salah satunya seperti penelitian mengenai lokasi meliputi berbagai pertimbangan seperti dekat dengan pasar, dekat konsumen, dekat pemerintahan, dekat tenaga kerja, atau pertimbangan lainnya. Kemudian dalam melakukan pertimbangan adalah faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu lokasi. Secara keseluruhan rencana atau aspek teknis ini akan dinilai apakah sudah bekerja secara efisien atau tidak, karena pada akhirnya efisiensilah yang akan menentukan salah satu faktor besar kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan. 3. Aspek Manajemen dan Hukum Dalam
aspek
ini
yang
dipelajari
adalah
bentuk
organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan kebutuhan pelatihan untuk para tenaga kerja. Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk mengetahui apakah proses perencanaan dan pengelolaan bisnis yang ada sudah efektif dan efisien, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Aspek Sosial dan Ekonomi Tujuan dari analisis aspek ini adalah untuk melihat manfaat dari bisnis rumah makan Sagita terhadap lingkungan sekitarnya baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Faktor yang menjadi tolak ukur adalah peningkatan kesempatan kerja warga sekitar,
32
peningkatan pendapatan masyarakat, dan pajak bagi pemerintah setempat. 5. Aspek Lingkungan Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat pengaruh bisnis rumah makan Sagita terhadap lingkungannya apakah sisa limbah dari proses produksi Rumah Makan Sagita memberikan dampak positif atau justru berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga dapat merusak kelestarian lingkungan. 3.5.2 Aspek Finansial Secara umum dalam aspek finansial mencakup rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, modal, dan rencana penerimaan, biaya operasional, analisis kriteria evaluasi kelayakan, dan analisis kepekaan (sensitivitas). Analisis kriteria evaluasi kelayakan, meliputi : 1. NPV (Net Present Value) Metode NPV memiliki keunggulan., yaitu : a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini memiliki nilai yang lebiih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah yang akan diterima dimasa yang akan datang. b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu proyek. c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate. d. Bersifat value-additivity principle, masing-masing NPV suatu proyek dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. Selain itu, dapat dievaluasi nilai masing-masing proyek. e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai suatu proyek. NPV =
....................................................... (1)
Keterangan : NPV
= Nilai bersih sekarang (Rupiah)
33
Bt
= Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah)
Ct
= Biaya pada tahun ke-t (Rupiah)
n
= Umur proyek (tahun)
t
= Tahun kegiatan bisnis (t= 0,1,2,3,...,n), tahun awal bisnis tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya.
i
= Tingkat Discount Rate / Diskonto (%)
Terdapat tiga kriteria investasi dalam metode NPV, yaitu : a. NPV ≥ 0, secara finansial proyek menghasilkan keuntungan. b. NPV = 0, secara finansial proyek tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. c. NPV ≤ 0, secara finansial proyek lebih baik tidak dijalankan karena akan menimbulkan kerugian. 2. IRR (Internal Rate of Return) IRR =
............................. (2)
Keterangan : IRR
= Tingkat internal hasil (%)
i1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)
i2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) Diperlukan nilai IRR yang lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) apabila ingin menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek. 3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) NET B/C = Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) i
= Discount rate (%)
n = Umur proyek (tahun)
................................. (3)
34
t
= Tahun kegiatan proyek Terdapat tiga kriteria evaluasi penilaian kelayakan finansial Net
B/C, yaitu : a. Net B/C ≥ 1, secara finansial manfaat bersih nilainya lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. b. Net B/C = 1, secara finansial besarnya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. c. Net B/C < 1, secara finansial besarnya biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh. 4. PP ( Payback Period ) Payback Period =
...................................................... (4)
Keterangan : I
= Jumlah modal investasi
Ab
= Manfaat bersih rata-rata pertahun per periode (yang dapat diperoleh setiap tahunnya)
5. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui dampak dari perubahan yang terjadi di masa yang akan datang terhadap keberlangsungan binis dengan menggunakan metode switching value. Perubahan yang dianalisis adalah dari variabel input, yaitu kenaikan seluruh komponen biaya operasional yang disebabkan kenaikan tingkat inflasi. Dari hasil analisis akan terlihat sampai tingkat inflasi berapa usaha masih layak untuk dijalankan. 3.6. Asumsi Dasar 1. Seluruh modal usaha berasal dari modal sendiri, karena pemilik tidak ingin menggunakan dana yang bersifat pinjaman baik dari perseorangan maupun dari bank. 2. Dasar penentuan harga awal produk dan investasi adalah harga yang berlaku pada saat pengambilan data bulan Oktober-Desember 2013. 3. Penetapan umur proyek 5 tahun.
35
4. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 8% berdasarkan tingkat suku bunga deposito per Desember 2013. 5. Metode penyusutan menggunakan metode Garis Lurus 6. Penetapan umur ekonomis peralatan yang digunakan adalah 5 tahun. 7. Produk yang dijadikan bahan penelitian adalah Nasi Timbel Komplit Ayam Goreng dan Nasi Timbel Empal Goreng. 8. Harga jual produk Nasi Timbel Komplit Ayam Goreng adalah Rp 28.000,- dan untuk Nasi Timbel Komplit Empal (Sapi) Goreng adalah Rp 28.500,9. 1 ekor ayam terdiri dari 4 potong 10. 1 kg daging terdiri dari 20 potong 11. Proyeksi rencana penjualan diperoleh dari hasil peramalan ditempat sebelumnya dengan menggunakan metode time series dan trend analisis (quadratic model) dengan bantuan aplikasi Minitab 16. 12. Hasil peramalan dengan menggunakan bantuan aplikasi Minitab 16 tersebut dijadikan proyeksi target penjualan di tempat baru. 13. Pada proyeksi rencana penjualan tahun pertama terjadi peningkatan penjualan sebesar 19% dari penjualan tahun 2013 di tempat sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan masih adanya peningkatan pengunjung ke tempat wisata yang masih terhitung baru yang terdapat di Sentul City sehingga meningkatkan pendapatan rumah makan dan restoran disekitar lokasi. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan persentase peningkatan penjualan seperti pada tahun kedua proyeksi kenaikan hanya 13,8%, tahun ketiga 9,12%, dan tahun keempat 5,39% hal ini mungkin dikarenakan semakin meningkatnya jumlah restoran atau rumah makan disekitar lokasi, tetapi pada tahun kelima terjadi peningkatan persentase penjualan sebesar 9,25% dari tahun keempat mungkin dikarenakan kondisi restoran atau rumah makan yang baru tidak sesuai dengan selera atau keinginan konsumen, namun kenaikan persentase tersebut tetap tidak melebihi peningkatan pada proyeksi rencana penjualan tahun pertama.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Sagita Rumah makan Sagita adalah restoran khas Sunda yang tetap mempertahankan standar resep tradisional untuk kenikmatan pelanggannya. Rumah makan Sagita didirikan pada tahun 2008 dan berpusat di Rest Area Bogor KM 38. Menu andalan rumah makan Sagita tidak berubah sejak dimulainya usaha jasa boga ini, namun tentunya seiring dengan berkembangnya selera masyarakat, rumah makan ini juga telah menambah menu baru sesuai dengan keinginan pelanggan. Beberapa hidangan favorit dari rumah makan ini adalah nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng. Rumah makan Sagita memiliki visi dan misi, yaitu : Visi
: Menjadi salah satu produsen makanan terbaik di Kota Bogor yang memiliki banyak cabang namun tetap mempertahankan citra rasa tradisional yang dimiliki.
Misi : - Mempertahankan cita rasa tradisional yang dimiliki untuk menjaga kepuasan pelanggan. - Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen. - Menjaga mutu dan kualitas makanan. Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh satu orang pemilik dengan merekrut beberapa tenaga kerja. Seiring berjalannya waktu dengan kondisi geografis dan infrastruktur yang baik, ditambah lagi dengan kekuatan promosi dan pemasaran yang sederhana, yaitu dari mulut ke mulut membuat usaha ini berkembang dan sampai saat ini rumah makan Sagita telah memiliki 20 orang karyawan dan mampu mempertahankan cita rasa tradisional yang dimilikinya untuk kepuasan pelanggan. Setiap karyawan memiliki tugas dan keahliannya masing-masing, karyawan terlebih dahulu diberikan pengarahan atau pelatihan berkaitan dengan tugasnya masing-masing. Tidak hanya sumber daya manusianya yang terampil, rumah makan Sagita juga memiliki hubungan yang baik dengan para konsumen dan distributor. Hal ini terbukti dari banyaknya
37
konsumen setia dari berbagai macam golongan baik itu para pekerja atau pun yang masih bersekola dan juga kelancaran pemasokan bahan baku yang dibutuhkan oleh rumah makan Sagita yang disediakan oleh pihak distributor. 4.2. Analisis Kelayakan Bisnis Dalam perjalanan usahanya, rumah makan Sagita berencana untuk mengembangkan usahanya. Bentuk pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh rumah makan Sagita adalah dengan membuka gerai baru. Bentuk pengembangan ini atas dasar permintaan di rumah makan Sagita yang terus meningkat dan potensi yang dimiliki lokasi baru. Pengembangan usaha tersebut sudah pasti akan berpengaruh terhadap beberapa variabel produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya. Pengembangan rumah makan Sagita dengan manajemen yang sama dengan usaha sebelumnya diharapkan dapat berjalan lancar dan bahkan memperoleh keuntungan yang lebih dari sebelumnya. Analisis kelayakan usaha dapat digunakan untuk menilai apakah pengembangan usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek keuangan. Penilaian terhadap berbagai komponen tersebut akan mempengaruhi kelayakan suatu usaha. 4.3. Aspek Pasar dan Pemasaran Pemasaran produk rumah makan Sagita difokuskan kepada konsumen yang mencintai makanan khas sunda, seperti makanan rumah pada umumnya namun disajikan secara lebih menarik dan diolah dengan bumbubumbu dan resep rahasia sehingga menghasilkan cita rasa tradisional yang lezat yang dapat memenuhi selera konsumen. Strategi pemasaran yang dilakukan rumah makan Sagita adalah Market Development, yakni meningkatkan pangsa pasar produk ke daerah yang baru. Kegiatan berikutnya yang menunjang rencana pemasaran adalah menentukan segmentasi pasar, target pasar dan penetapan posisi pasar.
38
Pengkajian terhadap aspek ini menjadi perhatian agar dapat diketahui sejauhmana peluang dan pangsa pasar yang tersedia dan untuk melihat sejauhmana potensi bisnis tersebut untuk dijalankan. Dengan demikian, perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan. 4.3.1 Peluang dan Pangsa Pasar Berdasarkan hasil sensus penduduk Jawa Barat 2011 Badan Pusat Statistik diperoleh data jumlah penduduk di Kota Bogor mencapai 967.398 jiwa, 493.496 jiwa diantaranya adalah laki-laki dan 473.902 jiwa adalah perempuan. Untuk wilayah Kabupaten Bogor mencapai 4.857.612 jiwa, 2.496.599 jiwa adalah laki-laki dan 2.361.013 jiwa adalah perempuan. Hasil sensus juga menunjukkan, penduduk Bogor mengalami laju pertumbuhan 3,58 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Bogor memiliki pangsa pasar yang sangat luas. a. Segmentasi (Segmentation) Segmentasi pasar yang dilakukan oleh rumah makan Sagita adalah segmentasi pasar Demografis dan Psikologis. Segmentasi pasar Demografis yaitu berdasarkan ukuran keluarga dan penghasilan dan aspek psikologis yang menjadi segmen rumah makan Sagita adalah kelas sosial dan gaya hidup. Pembukaan gerai baru rumah makan Sagita di lokasi berbeda memiliki segmen yang berbeda dengan kondisi perusahaan saat ini. Segmentasi pasar yang dituju rumah makan Sagita ialah keluarga sedangkan segmentasi demografis berdasarkan penghasilan ialah konsumen atau masyarakat yang memiliki penghasilan diatas Rp 1.000.000,00. Aspek psikologis berdasarkan kelas sosial dan gaya hidup ialah masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas, yang memiliki kecenderungan gaya hidup sering menghabiskan waktu disuatu tempat.
39
b. Penetapan Target (Targeting) Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha dan segmentasi yang telah dilakukan, maka target pasar yang diambil rumah makan Sagita adalah keluarga. Hal ini dikarenakan Sentul merupakan kawasan perumahan yang dihuni lebih dari 4.500 keluarga. Di daerah Sentul juga banyak terdapat wahana rekreasi liburan, seperti Jungleland, Taman Budaya, Alam Fantasia, dan Sentul Paradise Park. Kemudian juga fasilitas-fasilitas yang tersedia, seperti gedung serbaguna SICC (Sentul International Convention Center) yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik dan pameran-pameran, Sentul City Offroad Park, Sentul Highlands Golf Course, dan hotel berbintang dimana sebagian besar pengunjungnya adalah keluarga. c. Penetapan Posisi (Positioning) Rumah makan Sagita
menempatkan produknya sebagai
produk yang sehat, lezat, higienis dan tetap mempertahankan cita rasa tradisional dengan harga terjangkau. Sehingga dapat masuk kedalam berbagai macam kalangan baik itu kalangan atas ataupun menengah, baik orang dewasa, anak-anak, keluarga atau pun para pekerja kantor dan mahasiswa. Melalui kegiatan positioning rumah makan Sagita diharapkan mampu membentuk citra produk unggulan dimana persepsi masyarakat atau konsumen terhadap produk atau makanan yang tersedia di rumah makan Sagita adalah makanan yang sehat tidak mengandung pengawet karena di produksi langsung didapur rumah makan Sagita, lezat, higienis dan tetap mempertahankan cita rasa tradisional karena terbuat dari resep rahasia serta bahan baku yang berkualitas baik dan diproduksi dengan memperhatikan kebersihan serta harga yang terjangkau karena diorientasikan untuk semua kalangan sehingga menimbulkan kepuasan dan loyalitas konsumen.
40
4.3.2 Kebijakan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Manajemen pemasaran produk barang dibagi atas tujuh kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen, yaitu : 1. Produk (Product) Produk yang ditawarkan rumah makan Sagita adalah berbagai masakan khas sunda, seperti nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng, kedua menu tersebut merupakan menu andalan rumah makan Sagita. Untuk menu lainnya, di gerai baru hanya menyediakan gado-gado, karedok, tempe mendoan dan perkedel jagung. 2. Harga (Price) Harga makanan yang ditawarkan
rumah makan Sagita
berkisar dari 4.000 – 28.500, untuk satu porsi nasi timbel komplit ayam goreng adalah sebesar Rp 28.000 sedangkan untuk nasi timbel komplit empal goreng adalah sebesar Rp 28.500. Harga yang
ditawarkan
rumah
makan
Sagita
relatif
terjangkau
dibandingkan para pesaingnya yang menjual menu yang sama dengan harga yang lebih tinggi. 3. Tempat (Place) Dalam hal ini proses pelaksanaan pendistribusian produk rumah makan Sagita langsung dari produsen ke konsumen. Pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting sehingga perlu memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah mudah dijangkau, lokasi banyak dilalui atau dihuni taget konsumen yang berpotensi membeli produk, dan mudah terlihat oleh konsumen. Alasan ini yang membuat pemilik rumah makan Sagita ingin mengembangkan usahanya di daerah Sentul City, Bogor. 4. Promosi (Promotion) Promosi merupakan salah satu cara yang dibutuhkan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Oleh karena
41
itu, kegiatan promosi ini harus dapat dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran serta diarahkan dan dikendalikan dengan baik sehingga
promosi
tersebut
benar-benar
dapat
memberikan
kontribusi yang tinggi dalam upaya meningkatkan volume penjualan. Kegiatan promosi yang dilakukan rumah makan Sagita masih dalam bentuk yang sederhana. Bentuk promosi yang dilakukan rumah makan Sagita saat ini berupa promosi dari mulut ke mulut dan pembuatan banner. Cara promosi semacam ini dianggap lebih ekonomis dan mudah dilakukan sehingga tidak menambah pengeluaran bagi perusahaan. 5. Orang (People) Rumah makan Sagita merekrut karyawan yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya, yakni memasak (untuk koki), namun bagi karyawannya lainnya tidak ada kriteria khusus. Setiap karyawan terlebih dahulu diberikan pelatihan dan pengarahan. 6. Proses (Process) Konsumen dapat memperoleh produk rumah makan Sagita dengan langsung mendatangi gerai rumah makan Sagita kemudian konsumen akan dilayani oleh seorang pramusaji, pramusaji akan menjelaskan menu-menu yang ada di Sagita. Setelah ada pemesanan pramusaji akan memberikan bon pesanan yang sudah dipesan konsumen dan konsumen dapat membayarnya diloket kasir.
Setelah
melakukan
pembayaran
konsumen
dapat
menyerahkan struck atau bukti pembayaran kepada pramusaji dan dapat mengambil produk yang sudah dipesan. 7. Bukti Fisik (Physical Evidence) Gerai rumah makan Sagita terletak di daerah Sentul City, Bogor Jawa Barat. Konsep yang dibuat oleh pengelola tempat yakni seperti food court dimana terdapat beberapa gerai makanan lain, namun dengan menu-menu yang berbeda di tiap gerainya. Setiap gerai memiliki desain tempat yang sama, namun rumah makan Sagita memiliki keunikan dimana penyajian produk yakni
42
nasi timbel komplit ayam goreng dan nasi timbel komplit empal goreng disajikan dengan piring rotan yang beralaskan daun pisang dan para pelayan menggunakan seragam berwarna kuning, orange, dan bagi para pelayan perempuan menggunakan tambahan hiasan kepala berupa bandana berwarna hijau. Pemilihan warna-warna cerah dan mencolok diharapkan dapat membuat tampilan gerai rumah makan Sagita terlihat lebih menarik (eye catching). Setiap gerai tidak menjual menu minuman dan sistem pembayaran tidak dilakukan digerai masing-masing melainkan diloket kasir yang telah disediakan pihak pengelola tempat. Konsumen hanya tinggal menyerahkan bon makanan yang dipesan dan sekaligus memesan menu minuman di loket kasir dan kemudian membayarnya. Berdasarkan pemaparan tersebut pengembangan usaha rumah makan Sagita terlihat memiliki peluang yang cukup besar. Pada bauran pemasaran tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran dan strategi pemasaran telah dilakukan dengan baik. Penentuan segmen, penetapan target, dan penentuan posisi membantu jalannya rencana pemasaran sehingga dapat mendukung jalannya proses pengembangan usaha rumah makan Sagita. 4.3.3 Analisis Pesaing Menurut Umar (2009), salah satu ciri pesaing adalah perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama. Sulit untuk menentukan jumlah pasti pesaing rumah makan Sagita dilokasi yang baru, dikarenakan data mengenai jumlah rumah makan atau restoran terbatas. Beberapa warung atau rumah makan yang ada disekitar lokasi usaha yang dapat dijadikan sebagai pesaing bagi rumah makan Sagita antara lain Pasar Terapung (Ah poong) yang sudah menjadi tempat wisata kuliner yang cukup terkenal di Sentul sejak dibuka akhir 2012, dimana di dalamnya terdapat gerai-gerai makanan berat atau nasi seperti Pecel Solo, Kupat Tahu Bandung, Sate Padang, Sate Ayam Madura, Toge Goreng, Nasi Bakar, Nasi Langgi, Bebek Goreng
43
Kahlua, Singapore Chicken Rice, Gerai Nasi Timbel, Gado-gado, Bongkot Nasi Campur Bali, Gudeg Dewa, Soto Lamongan H. Said, Rumah Sumsum, Lontong Sayur Medan, Timbel Bakar, Soto Tangkar Galaxy, Mie Aceh, Soto Kuning Bogor, Bakso Campur, Kwetiaw Akang, Mie Jowo, Mie Kocok, dan Bakmie Kepiting. Kemudian Cafe, restoran atau stand-stand rumah makan yang terdapat di pusat perbelanjaan Bellanova Country Mall dan Giant Extra antara lain Virgine Cafe, Digital Lifestyle Cafe & Resto, Jin xiang Oriental Resto, Kedai Kita, D’Hotplate, Obonk, Kabita Resto, Eco Raos, Bakmie Grand Kelinci, Lotteria, Sushi Kiosk, Yong Tau fu, Daiji Ramen, dan CFC. Dan di Plaza Niaga 1 terdapat Bakmi Golek, Warung Ijo, Gunung Mas Seafood, Mamih Makan Khas Sunda, Pondok Sate Klaten, Batu Cafe & Resto, dan Andatu Resto. Untuk tempat-tempat makan yang berada di Giant Extra Sentul City sendiri baru dibuka pada Desember 2013, sedangkan Bellanova Country Mall dan plaza niaga sendiri sudah lama dibuka namun keberadaan tempat atau usaha yang menjual produk makanan hilang silih berganti. Usaha atau tempat yang khusus menjual makanan tradisional khas Sunda terutama nasi timbel sendiri tidak terlalu banyak, berdasarkan pemaparan nama-nama restoran diatas hanya ada Kabita Resto dan Eco Raos yang terdapat di Bellanova Country Mall, kemudian Gerai Nasi Timbel yang terdapat di Ah Poong, dan Mamih Masakan Khas Sunda yang terdapat di Plaza Niaga 1. Harga yang ditawarkan pesaing berkisar antara Rp 20.000 – 65.000. untuk di Ah poong sendiri harga makanan berat atau sudah termasuk nasi rata-rata berkisar diatas Rp 30.000, terkecuali untuk jajanan harga dimulai dari Rp. 20.000. Namun masing-masing memiliki keunggulan seperti yang ditawarkan rumah makan Sagita, dengan harga 28.000-28.500 konsumen dapat memperoleh nasi timbel komplit yang sudah terdapat lauk-pauk seperti ayam goreng atau empal goreng, tahu dan tempe, ikan asin, sayur asem, lalapan dan sambal didalamnya disertai dengan konsep tempat makan dan pelayanan yang unik.
44
Dengan adanya warung atau rumah makan yang menghasilkan produk makanan akan mengurangi peluang pasar rumah makan Sagita dan mengindikasikan adanya pesaing. Meskipun terdapat beberapa pesaing namun masih terdapat peluang bagi rumah makan Sagita, hal ini dilihat dari jumlah pengunjung mingguan (weekenders) pada tahun 2012 tercatat lebih dari 100.000 pengunjung memasuki kawasan Sentul City, untuk pengunjung Jungleland saja pada periode Desember 2013 mencapai 8.000 pengunjung di hari libur dan 5.000 pengunjung di hari biasa, kemudian untuk wisata kuliner Ah poong pada tahun 2013 jumlah pengunjung hari biasa berkisar 1.400 – 2.100 orang sedangkan pada hari libur jumlah pengunjung meningkat antara 2.800 – 3.500 orang, namun kapasitas Ah poong sendiri hanya 700 kursi dan lahan parkir yang tersedia terbatas sehingga para pengunjung harus rela antri untuk mendapatkan tempat duduk dan parkir sehingga banyak dari mereka yang mencari makan ditempat lain disekitar lokasi. Melihat kondisi tersebut pemilik rumah makan Sagita melihat bahwa masih terdapat peluang bagi rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya. 4.4. Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis dan teknologi yang dianalisis meliputi bahan baku yang akan digunakan, proses produksi, fasilitas, peralatan, dan perlengkapan, pemilihan lokasi, tata letak dan tata kelola. 4.4.1 Bahan Baku Bahan baku adalah bahan pokok atau bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi. Bahan baku merupakan elemen yang sangat penting dan merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam perusahaan. Kajian mengenai ketersediaan bahan baku dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana peluang ketersediaan bahan baku dimasa yang akan datang. Kualitas produk sangat bergantung dari pemilihan atau pengunaan bahan baku, pemilihan dan penggunaan bahan baku yang baik akan menghasilkan
45
kualitas yang baik pula. Penggunaan bahan baku menjadi dasar pertimbangan konsumen, penggunaan bahan baku yang baik akan menghasilkan kualitas produk yang baik yang kemudian akan melahirkan kepuasan dihati para konsumen. Bahan baku utama yang digunakan oleh rumah makan Sagita adalah beras, ayam kampung pejantan, daging sapi, ikan asin, tempe dan tahu. Kemudia bahan lain yang digunakan adalah daun pisang, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, garam, terasi, sasa, royco, merica, ketumbar, kemiri, daun salam, daun sereh, asem jawa, lengkuas, jeruk nipis, jahe, gula merah, gula putih, jagung, mentimun, kol, melinjo, daun dan buah tangkil, daun kemangi, gambas, poh-pohan, selada, semi, tomat, dan minyak goreng. Ketersediaan
bahan
baku
yang
baik
dapat
menjaga
keseimbangan proses produksi suatu usaha atau perusahaan. Ketersediaan
bahan
baku
ini
tidak
sulit
ditemukan
karena
menggunakan bahan-bahan yang umum dipakai, dengan kualitas yang baik. Karena bahan baku yang digunakan rumah makan Sagita merupakan bahan baku yang banyak digunakan oleh masyarakat umum sehingga sudah banyak distributor atau pemasok yang menyediakan bahan baku tersebut. Tidak semua bahan-bahan yang diperlukan didapat dari pemasok, beberapa bahan baku ada yang dibeli langsung dipasar. Transaksi pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem pembayaran secara tunai (ambil bayar). 4.4.2 Proses Produksi Tahap awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua bahan baku yang dibutuhkan, yakni beras, ayam kampung pejantan, daging sapi, ikan asin, tempe dan tahu. Kemudian bahan lain dan bumbu seperti daun pisang, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, garam, terasi, sasa, royco, merica, ketumbar, kemiri, daun salam, daun sereh, asem jawa, lengkuas, jeruk nipis, jahe, gula merah, gula putih, jagung, mentimun, kol, melinjo, daun
46
dan buah tangkil, daun kemangi, gambas, poh-pohan, selada, semi, tomat, dan minyak goreng. Semua bahan baku dicampurkan dengan bumbu-bumbu yang sudah disediakan, kemudian diolah hingga matang. Untuk nasi timbel beras dimasak hingga matang kemudian daun pisang ditumpuk menjadi satu, ratakan nasi diatasnya dan lipat kedua sisi yang panjang ke tengah, lalu gulung rapat-rapat. Sebelum digunakan daun pisang terlebih dahulu dicuci dan dilap hingga bersih. Khusus untuk ayam goreng, empal goreng, tempe dan tahu dibumbui dan diolah setengah matang. Maksudnya adalah ketika ada pesanan dari konsumen juru masak atau bagian produksi hanya tinggal menggoreng saja sehingga konsumen tidak perlu menunggu lama dan makanan masih tersedia dengan hangat. Kesegaran dari produk yang dihasilkan rumah makan Sagita dapat terjamin dan memiliki cita rasa yang khas di hati para konsumen, karena semua produk dimasak langsung oleh juru masak rumah makan Sagita dengan bahan baku dan bumbu yang berkualitas baik.
Bahan baku
Pencampuran bahan baku
Pemberian bumbu
Pengolahan
Gambar 2. Proses produksi rumah makan Sagita
47
4.4.3 Fasilitas, Peralatan, dan Perlengkapan Sumber daya listrik dan air yang digunakan oleh rumah makan Sagita berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Rumah Makan Sagita melakukan pembayaran setiap satu bulan sekali secara tunai. Untuk Listrik dan air sebesar Rp 300.000,00 per bulan. Sistem pembayaran untuk membayar tagihan listrik dan air dilakukan secara tunai setiap bulannya pada bank yang telah bekerja sama melakukan pembayaran secara on line. Untuk pengangkutan bahan mentah dari pasar menuju tempat penyimpanan barang menggunakan satu kendaraan bermotor, yakni sepeda motor. Transportasi ini dipilih karena dirasa lebih efisien dan lebih memudahkan didalam perjalanan agar barang atau bahan baku tidak rusak dan tetap layak untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk menunjang produksi usahanya, rumah makan Sagita membutuhkan peralatan dan perlengkapan. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan rumah makan Sagita adalah alat-alat masak yang sederhana dan umum digunakan, seperti yang dapat di lihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Peralatan rumah makan Sagita No. Komponen 1. Kompor
Jumlah 1
2.
Kulkas
1
3.
Penggorengan besar
2
4.
Penggorengan sedang
2
5.
Freezer
1
6.
Panci
1
7.
Rice cooker
2
8.
Meja produksi
1
9.
Piring Rotan
30
10.
Baskom aluminium
2
Sumber: Data diolah (2013)
48
Tabel 7. Perlengkapan rumah makan Sagita Jmlh No. Komponen No. /thn
Jmlh Komponen /thn
1.
Toples besar
1
14.
Banner
1
2.
Toples sedang
1
15.
Tempat sendok
1
3.
Kursi plastik sedang
2
16.
Sikat
2
4.
Kursi plastik kecil
2
17.
Talenan
2
5.
Pel
1
18.
Sendok sayur
2
6.
Sapu
1
19.
Ulekan
1
7.
Lap
2
20.
Tempat sampah
1
8.
Rak piring
1
21.
Pisau
2
9.
Gunting
1
22.
Sendok
6
10.
Sodet
2
23.
Piring saji
4
11.
Baskom plastik
3
24.
Saringan besar
2
12.
Gayung
1
25.
Sendok nasi
2
13.
Keranjang sedang
1
26.
Keranjang besar
1
Sumber : Data diolah (2013) 4.4.4 Tata Letak dan Pemilihan Lokasi Terdapat banyak alasan yang mendasari pentingnya untuk menentukan suatu lokasi usaha. pemilihan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kelangsungan dan efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan adalah ketersediaan
bahan
baku,
tenaga
listrik
dan
air,
fasilitas
transportasi/akses menuju lokasi, keramaian lalu lintas, tingkat kepadatan dan tingkat pendapatan masyarakat sekitar lokasi, pasokan tenaga kerja dan sebagainya. Pemilihan lokasi usaha yang tidak tepat akan menghadapi persoalan yang terus menerus, untuk itu diperlukan strategi dalam pemilihan atau menetapkan lokasi. Secara umum strategi lokasi adalah
49
memaksimalkan keuntungan usaha dari lokasi yang dipilih. Namun bagi usaha jenis apapun, kelangsungan hidup usaha lebih penting dari sekedar laba yang besar. Untuk dapat terus bertahan, bisnis memerlukan keuntungan yang cukup, selain masalah keberadaan lokasi, produk yang dihasilkan memang harus memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam studi ini tidak dilakukan penentuan alternatif lokasi untuk pemilihan lokasi pendirian rumah makan Sagita. Pemilihan lokasi pendirian rumah makan Sagita telah ditetapkan di Sentul City, Kota Bogor. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau mendasari pelaku bisnis menentukan lokasi adalah karena banyaknya usaha atau bisnis yang mendukung lokasi seperti adanya tempat wisata, hotel berbintang, apartement yang masih dalam proses pembangunan kemudian terdapat juga universitas, rumah sakit, perkantoran, dan gedung perniagaan. Hal ini menciptakan banyak peluang walaupun pasti memiliki tingkat kompetisi yang cukup tinggi, namun Rumah Makan Sagita tidak khawatir karena rumah makan Sagita memiliki banyak konsumen yang berdomisili di Bogor dan sekitarnya. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi adalah biaya penyewaan lahan dan biaya transportasi. Tata letak pada lokasi pengembangan usaha rumah makan Sagita mengikuti bentuk yang sudah disediakan pengelola setempat yang bertema seperti food court seperti yang terlihat pada Gambar 3. 3
4
2
1
Gambar 3. Tata letak
50
Keterangan : 1. Tempat pemesanan dan meja kasir 2. Etalase 3. Tempat pembuatan menu 4. Wastafel 4.4.5 Tata Kelola (SOP) Rumah makan Sagita menggunakan sistem make to order, kegiatan awal dari produksi perusahaan, yaitu dimulai dari pemesanan yang dilakukan oleh konsumen. Setelah ada pemesanan kemudian pramusaji terlebih dahulu mengkonfirmasi kepada bagian produksi atas ketersediaan produk yang dipesan konsumen. Jika produk tidak tersedia maka pramusaji dapat mengkonfirmasikan kembali kepada konsumen bahwa produk yang dipesan tidak tersedia, sehingga konsumen dapat mengganti atau membatalkan item produk pesanan tersebut. Namun, jika produk tersedia maka lanjut ke proses produksi, setelah produk selesai diolah kemudian produk tersebut disajikan dengan tampilan yang menarik dan diakhiri dengan distribusi produk ke pihak konsumen. Pemaparan mengenai analisa aspek teknis Rumah Makan Sagita secara keseluruhan, antara lain bahan baku yang akan digunakan, proses produksi, fasilitas, peralatan, dan perlengkapan, pemilihan lokasi, tata letak dan tata kelola tidak mengalami kendala. Dengan begitu aspek teknis dan teknologi tersebut dapat turut mendukung adanya pengembangan usaha.
51
Mulai Terima Pesanan
Konfirmasi Ketersediaan Produk
Tidak
Ada
Proses Produksi
Quality Control
Distribusi
Mulai Gambar 4. Tata kelola SOP 4.5. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen dan hukum sangat penting karena merupakan aspek yang mengelola dan menggerakan suatu bisnis, dan eksistensi suatu usaha akan lebih diakui oleh masyarakat dan pemerintah apabila telah mampu memenuhi berbagai administrasi hukum. Aspek manajemen dan hukum meliputi hal yang berkaitan dengan perizinan dan legalitas badan hukum usaha, kebutuhan tenaga ahli, kebutuhan pelatihan, dan struktur organisasi. Penjelasannya dapat dilihat dari uraian berikut : 4.5.1 Kebutuhan Tenaga Ahli Sumber daya manusia (SDM) merupakan asset berharga bagi perusahaan. Analisa tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek dalam manajemen operasi yang perlu
52
direncanakan pada awal proyek atau usaha. Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki jumlah dan jenis sumber daya yang tepat sehingga dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Suatu perusahaan yang maju tentu sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki serta menerapkan sistem manajemen sumber daya manusia (SDM) yang baik. Dalam usaha Rumah Makan Sagita, sistem manajemen sumber daya manusia (SDM) yang diterapkan masih sederhana namun tetap berkualitas. Tidak ada persyaratan khusus untuk dapat bekerja di Rumah Makan Sagita, selain tentunya bisa memasak (untuk koki) satusatunya kemampuan yang harus dimiliki pegawai adalah disiplin, mau belajar dan mau bekerja keras. Didalam proses produksi diperlukan juru masak atau koki, selain dalam lingkup proses produksi, tenaga kerja dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas diluar produksi seperti kegiatan distribusi dan kegiatan administrasi. Tenaga kerja ahli yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan rumah makan Sagita. Prekrutan tenaga kerja tidak menetapkan standar tinggi karena proses produksi hanya membutuhkan tenaga yang terlatih. Kegiatan, sifat dan beban kerja merupakan faktor yang menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Rincian penetapan kebutuhan tenaga ahli dapat dilihat pada Tabel 9. Tenaga kerja yang digunakan di rumah makan Sagita sebanyak 4 orang, seperti yang dapat di lihat pada Tabel 8. Tenaga kerja terdiri dari pramusaji yang mencakup kasir dan juru masak. Pengawasan dan pengontrolan dilakukan langsung oleh anak dari pemilik rumah makan Sagita. Tenaga kerja di rumah makan Sagita tidak mengalami kesulitan karena tenaga kerja terlebih dahulu dilatih dan diberikan pengarahan untuk menjalankan tugas-tugasnya termasuk menghadapi pelanggan. Keramahan para pegawai memberikan kenyamanan tersendiri bagi para pengunjung.
53
Tabel 8. Divisi dan jumlah karyawan rumah makan Sagita No. Nama Divisi Jumlah Karyawan 1.
Kasir sekaligus pramusaji
2
2.
Dapur Produksi
2
3.
Total Karyawan
4
Sumber : Rumah Makan Sagita (2013) 4.5.2 Kebutuhan Pelatihan Perusahaan pasti membutuhkan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja yang kompeten agar dapat melaksanakan pekerjaannya sehingga tujuan perusahaan dapat terpenuhi. Untuk dapat menghasilkan tenaga ahli yang kompeten perusahaan pada umumnya terlebih dahulu mengadakan atau memberikan pelatihan kepada setiap karyawan baru ataupun terhadap produk jenis baru. Pelatihan dibutuhkan agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang memuaskan sehingga tidak mengecewakan konsumen. Pelatihan dilakukan langsung oleh pemilik rumah makan Sagita dan oleh pekerja senior yang sudah terampil. Masa waktu pelatihan tidak membutuhkan wkatu yang lama, untuk karyawan baru masa waktu pelatihan hanya membutuhkan waktu tiga hari dan dilakukan masa percobaan beberapa hari pada karyawan baru dan untuk produk baru, biasanya hanya menghabiskan waktu satu sampai dua hari. Pelatihan yang dilakukan adalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan proses produksi sedangkan untuk kegiatan lain pada umumnya hanya diberikan pengarahan-pengarahan mengenai pekerjaannya langsung dari pemilik rumah makan Sagita. 4.5.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi diperlukan untuk mengetahui bagian dan sub bagian, wewenang masing-masing serta hubungan koordinasi antar bagian dan sub bagian dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
54
jawabnya masing-masing. Setiap bagian atau divisi secara khusus bertanggung jawab atas divisinya. Dengan adanya struktur organisasi maka tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Manajemen yang akan dilakukan dalam usaha ini terdiri dari saru orang pemegang kebijakan dan keputusan besar yakni pemilik rumah makan Sagita, kemudian terdapat 4 orang karyawan dibawah pemilik. Dalam usaha rumah makan Sagita struktur organisasi yang dibentuk masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun di buat fleksibel dikarenakan semua karyawan diharapkan dapat berperan pada semua posisi, bagian produksi harus dapat berganti peran sebagai kasir atau sebaliknya. Pemilik rumah makan Sagita memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam menentukan perencanaan dan strategi perusahaan dalam menjalankan rumah makan Sagita. Divisi produksi atau juru masak rumah makan Sagita memiliki kewajiban memproduksi (mengolah bahan, memasak) pesanan makanan yang di pesan konsumen, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama pada setiap produk . Divisi produksi rumah makan Sagita juga harus selalu mengontrol persediaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, pada bagian ini dikerjakan oleh dua orang karyawan. Divisi Pramusaji bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu hingga penyajiannya. Selain itu, pramusaji juga memiliki kewajiban untuk menginformasikan menu spesial atau menu andalan rumah makan Sagita ataupun produk baru yang dihasilkan rumah makan Sagita agar konsumen atau pengunjung mendapatkan gambaran untuk menu yang akan dipesan nantinya. Divisi pramusaji mencakup divisi keuangan yang juga bertugas melayani proses pembayaran para konsumen dan mencatat keuangan masuk dan keluar pada usaha ini. Pada bagian ini dikerjakan oleh dua orang karyawan.
Seluruh karyawan bertanggung jawab atas
kebersihan dapur produksi dan kehigienisan produk. Struktur
55
organisasi rumah makan Sagita merupakan struktur organisasi yang dibuat sendiri untuk menggambarkan keadaan organisasi di rumah makan Sagita. 4.5.4 Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Bentuk badan usaha ditinjau dari segi yuridisnya terdiri dari perusahaan perorangan, firma, Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, perusahaan pemerintah, koperasi, dan yayasan. Rumah
makan
Sagita
memiliki
bentuk
badan
usaha
perseorangan, yaitu perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh satu orang. Pendiri badan usaha perseorangan merupakan warga negara Indonesia. Sumber modal usaha rumah makan Sagita berasal dari pemilik. Pendirian badan usaha perseorangan dapat didirikan dengan atau tanpa Akta pendirian yang dibuat dihadapan Notaris. Risiko perusahaan termasuk kerugian dengan pihak ketiga harus ditanggung sendiri oleh pemiliknya. Rumah makan Sagita sudah memiliki surat izin usaha yang dikeluarkan Badan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Bogor berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk usaha skala kecil dengan nomor 01360/10-20/Pm/P0/V/2011 dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dengan nomor 10.20.5.47.14491. Berdasarkan pemaparan mengenai aspek manajemen dan hukum tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan Rumah Makan Sagita memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan usahanya dengan baik walaupun rumah makan Sagita tidak memiliki struktur organisasi yang formal. Sedangkan berdasarkan aspek hukum rumah makan Sagita telah memperoleh legalisasi yang mendukung kegiatan operasionalnya.
56
4.6. Aspek Sosial Ekonomi Dilihat dari aspek sosial, dengan adanya pengembangan usaha Rumah Makan Sagita akan
membuka peluang kesempatan kerja dan dapat
menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar (4 orang), sehingga secara tidak langsung keberadaan usaha ini dapat membantu pemerintah setempat dalam upaya mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Dari segi ekonomi, keberadaan usaha rumah makan Sagita dapat meningkatkan jumlah pendapatan baik bagi pemilik usaha maupun masyarakat sekitar serta pemerintah daerah. Usaha ini mampu memberdayakan masyarakat sekitar melalui perekrutan tenaga kerja sehingga akan
meningkatkan pendapatannya.
Walaupun masih dalam jumlah kecil tetapi sudah dapat memberikan dampak positif. Dengan adanya dampak positif tersebut dapat mendukung kegiatan pengembangan rumah makan Sagita. 4.7. Aspek Lingkungan Pada usaha rumah makan Sagita kegiatan produksinya menghasilkan limbah produksi berupa sampah plastik, sisa sayuran dan bekas makanan. Limbah tersebut tidak mengandung unsur yang beracun sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar. Pengelolaan limbah hanya dilakukan dengan membuang limbah di tempat pembuangan sampah yang telah tersedia. Usaha rumah makan Sagita tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan serta membahayakan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, baik kondisi perusahaan saat ini maupun rencana pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru, rumah makan Sagita tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan sehingga dapat dijalankan. 4.8. Aspek Keuangan Aspek keuangan meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum digunakan. Adapun kriteria evaluasi kelayakan yang digunakan yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Return), PP (Payback Period), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), dan analisis sensitivitas.
57
4.8.1 Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya untuk membeli berbagai kebutuhan untuk mendirikan suatu usaha atau bisnis. Biaya investasi yang diperlukan meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian peralatan yang mendukung proses produksi dan penjualan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, biaya modal kerja adalah biaya yang digunakan untuk keperluan produksi. Total biaya investasi pada tahun ke nol adalah Rp 14.465.050. Ringkasan biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan dalam bentuk Tabel dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komponen biaya investasi yang dibutuhkan No. Komponen Nilai (Rp) 1.
Peralatan
5.877.000
2.
Perlengkapan
1.088.050
3.
Lain-lain (kendaraan)
7.500.000
TOTAL
14.465.050
Sumber : Data diolah (2013) 4.8.2 Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang terjadi atau dikeluarkan dalam hubungannya dengan proses kegiatan operasional perusahaan demi mencapai tujuan perusahaan yang lebih maksimal. Untuk memudahgkan menganalisa biaya yang terjadi dalam kegiatan operasional, maka biaya operasional dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berpengaruh atau tidak bergantung pada tingkat output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan diantaranya untuk membayar gaji tenaga
58
kerja, biaya listrik, biaya air, dan sebagainya. Biaya tetap per tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Tetap Harga per No.
Uraian
Jumlah
Nilai (Rp)
Satuan (Rp)
1.
Tenaga kerja
4 orang
1.000.000
48.000.000
2.
Biaya listrik
12 bulan
300.000
3.600.000
3.
Biaya Air
12 bulan
300.000
3.600.000
4.
Biaya Sewa
1 tahun
5.
Biaya Gas
12 bulan
350.000
4.200.000
6.
Biaya Kebersihan
12 bulan
120.000
1.440.000
7.
Biaya Penyusutan
5 tahun
36.000.000
2.175.840
Sumber: Data diolah (2013) 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (volume bisnis). Semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Adapun biaya yang masuk kedalam kategori biaya variabel di bisnis rumah makan Sagita adalah kebutuhan fisik bahan baku yang dibutuhkan rumah makan Sagita pada tahun pertama. Total biaya variabel per tahun pertama adalah Rp 87.023.948. Ringkasan kebutuhan variabel pada rumah makan Sagita dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya variabel rumah makan Sagita
No.
Uraian
Keterangan
Harga (Rp)
1.
Beras
Karung (20 Kg)
170.000
2.
Ayam pejantan
Ekor
3.
Daging Sapi
Kg
120.000
4.
Ikan Asin
Kg
32.000
5.
Tempe
Kotak/Segeblek
15.000
35.000
59
Lanjutan Tabel 11. No. Uraian 6. Tahu 7. Minyak Goreng 8. Cabe Merah 9. Cabe Rawit 10. Bawang Merah 11. Bawang Putih 12. Lengkuas 13. Garam 14. Sasa 15. Royco 16. Merica 17. Gula Merah 18. Gula Putih 19. Jahe 20. Kunyit 21. Ketumbar 22. Kemiri 23. Daun Salam 24. Daun Sereh 25. Jeruk Nipis 26. Daun Pisang 27. Mentimun 28. Daun Kemangi 29. Gambas 30. Daun Poh-pohan 31. Selada 32. Tomat 33. Kol 34. Daun Tangkil 35. Melinjo 36. Jagung 37. Semi 38. Terasi 39. Asem Jawa Sumber: Data diolah (2013)
Keterangan Bh Galon (5Ltr) Kg Kg Kg Kg Kg Bungkus (12 batok) Bungkus (100Gr) Pack (12 bgks) Bungkus (100Gr) Kg Kg Kg Kg Bungkus (100Gr) Kg Kantong Kantong Kg Ikat Kg (12 Bh) Ikat (2hari) Bh Kantong Kg Kg Kg Kantung Kg Kg Kg Bungkus (isi 20) Bungkus (500Gr)
Harga (Rp) 650 60.250 32.000 28.000 20.000 18.000 10.000 5.000 1.500 7.000 7.000 13.500 12.500 30.000 15.500 4.000 20.000 3.000 3.000 10.000 15.000 7.000 6.000 800 7.000
15.000 8.000 8.000 3.000 8.000 8.000 11.000 3.900 11.500
60
4.8.3 Proyeksi rencana Penjualan Dari data perusahaan diperoleh informasi bahwa terjadi peningkatan penjualan dari tahun 2009 sampai tahun 2013, baik dari produk Nasi Timbel Komplit Ayam Goreng maupun dari produk Nasi Timbel Komplit Empal (Sapi). Gambaran peningkatan penjualan Nasi Timbel Komplit Ayam Goreng dan Nasi Timbel Komplit Empal (Sapi) Rumah Makan Sagita dapat dilihat pada Gambar 5. Time Series Plot of Ayam, Sapi 5000
Variable Ayam Sapi
Data
4000
3000
2000
1000 1
2
3 Index
4
5
Gambar 5. Penjualan rumah makan Sagita (Data diolah, 2014) Data penjualan rumah makan Sagita mulai tahun 2009 sampai 2013 kemudian dianalisis untuk memperoleh proyeksi penjualan dimasa
yang
akan
datang.
Metode
yang
digunakan
dalam
meramalkan penjualan adalah analisis deret waktu (time series) dengan menggunakan metode analisis trend. Analisis trend dilakukan menggunakan bantuan aplikasi Minitab 16 dengan beberapa model yaitu, linear trend model, quadratic trend model, exponential growth model, dan S-curve model. Parameter kesalahan yang digunakan untuk memilih model terbaik antara lain menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD), dan Mean Squared Deviation (MSD). Hasil perhitungan menggunakan aplikasi Minitab 16 dapat dilihat pada Tabel 12.
61
Tabel 12. Model analisis trend dan nilai parameter kesalahan Produk Model Peramalan MAPE MAD MSD Nasi
Growth Curve Model
8,7
230,8
98910,4
Timbel
Linear Trend Model
4,9
110,6
14589,4
Komplit
Quadratic Trend
1,93
38,56
2467,70
Ayam
Model 36
425
472608
S-Curve Trend Model Nasi
Growth Curve Model
1,164 11,271
174,783
Timbel
Linear Trend Model
1,940 16,560
322,160
Komplit
Quadratic Trend
1,148 10,697
149,303
Empal
Model 4,91
S-Curve Trend Model
36,07
4178,39
Sumber : Data diolah (2014) Dari Tabel 12 terlihat bahwa nilai parameter kesalahan terkecil dari kedua produk dengan nilai MAPE sebesar 1,93 dan 1,148 dimiliki oleh model quadratic trend model. Maka dapat disimpulkan bahwa model yang paling baik untuk memproyeksi penjualan kedua produk dimasa yang akan datang adalah quadratic trend model. Gambar Model analisis trend dari kedua produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 Trend Analysis Plot for Ayam Quadratic Trend Model Yt = 33 + 1020*t - 18.1*t**2
9000
Variable Actual Fits Forecasts
8000 7000
Accuracy Measures MAPE 1.93 MAD 38.56 MSD 2467.70
Ayam
6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
Gambar 6. Quadratic trend model untuk produk Nasi Timbel Komplit Ayam (Data diolah, 2014)
62
Trend Analysis Plot for Sapi Quadratic Trend Model Yt = 613.2 + 86.7*t + 7.86*t**2
Variable Actual Fits Forecasts
2250 2000
Accuracy Measures MAPE 1.148 MAD 10.697 MSD 149.303
Sapi
1750 1500 1250 1000 750 500 1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
Gambar 7. Quadratic trend model untuk produk Nasi Timbel Komplit Empal (Data diolah, 2014) Peramalan dilakukan untuk lima tahun ke depan, yakni terbilang dari tahun 2014 hingga tahun 2018. Adapun proyeksi penjualan dengan menggunakan model kuadratik dalam bentuk tabel disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Proyeksi penjualan dengan model quadratic (dalam porsi) Proyeksi Penjualan Nasi Tahun Nasi Timbel Persentase Timbel Total Sapi (%) Ayam 19% 1416 5900 7316 2014 13,8% 1605 6884 8489 2015 9,12% 1809 7532 9341 2016 5,39% 2030 7844 9874 2017 9,25% 2265 8616 10881 2018 Sumber : Data diolah (2014) Dari Tabel 13 terlihat bahwa pada tahun 2014 diproyeksikan target penjualan total rumah makan Sagita meningkat menjadi 7316 porsi atau 19% dari penjualan tahun 2013, meningkat menjadi 8489 porsi pada tahun 2015 atau 13,8% dari tahun 2014, meningkat menjadi 9341 porsi pada tahun 2016 atau 9,12% dari tahun 2015, meningkat menjadi 9874 pada tahun 2017 atau 5,39% dari tahun 2016, dan
63
meningkat menjadi 10881 porsi pada tahun 2018 atau 9,25% dari tahun 2017. Kenaikan yang terjadi pada tahun proyeksi awal yakni tahun 2014 sebesar 19% dari tahun 2013 mungkin dikarenakan masih adanya peningkatan pengunjung ke tempat wisata yang berada disekitar lokasi yang mungkin disebabkan masih banyak pengunjung yang belum mengetahui dikarenakan tempat wisata seperti Jungleland dan Sentul Paradise Park masih terhitung baru sehingga berpengaruh terhadap pendapatan rumah makan atau restoran yang berada disekitar lokasi tempat wisata Sentul City, namun pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan pada persentase kenaikan penjualan mungkin dikarenakan semakin banyaknya restoran atau rumah makan yang berada disekitar lokasi. Tetapi walaupun terjadi kenaikan pada tahun 2018 sebesar 9,25% dibandingkan tahun 2017, namun kenaikan tersebut tetap tidak melebihi kenaikan pada saat tahun pertama proyeksi penjualan. Proyeksi penjualan rumah makan Sagita ini kemudian menjadi proyeksi target penjualan di lokasi baru dan menjadi dasar dalam memproyeksikan aliran kas di lokasi yang baru. Namun berdasarkan informasi pemilik jika dilihat dari potensi lokasi dan konsep restoran yang direncanakan penjualan aktual produk rumah makan Sagita dapat melebihi target yang diproyeksikan. 4.8.4 Proyeksi Arus Kas Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya. Rincian proyeksi arus kas dapat dilihat pada Lampiran 4.
64
4.8.5 Kriteria Evaluasi Finansial Kriteria evaluasi finansial yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR)¸ Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP), dan Analisis Sensitivitas. Tabel 14. Kriteria evaluasi finansial Kriteria Evaluasi Hasil Analisis Finansial
Standar Kriteria
45.074.513,53
NPV
>0
IRR
39% > 12% (discount factor)
NET B/C
1,12
>1
PP
3,09
-
Sumber: Data diolah (2014) 1. Net Present Value (NPV) NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capitaal outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV). Menurut investasi metode NPV, suatu investasi dapat dikatakan proyek menghasilkan keuntungan apabila nilainya lebih besar dari nol. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 nilai NPV menunjukkan angka postif, yaitu Rp 45.074.513,53 pada discount factor 8% per tahun dengan umur investasi 5 tahun. 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak atau dapat menghasilkan keuntungan apabila IRR nya lebih besar dari discount factor, discount factor yang ditetapkan adalah sebesar 8%. IRR pada proyek ini sebesar 39%, yang berarti bahwa pendirian
usaha
dilaksanakan.
ini
dapat
menghasilkan
keuntungan
bila
65
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit ) yang kita peroleh dari biaya ( cost ) yang kita keluarkan. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C > 1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C < 1. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan investasi produksi diperoleh nilai sebesar 1.12. Dengan demikian menurut kriteria Net B/C usaha tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan karena memiliki Net B/C sebanyak 1.12 kali lipat dari capital expenditure. Dengan kata lain, setiap Rp 1 biaya yang akan dikeluarkan menghasilkan manfaat bersih Rp 1.12 sehingga manfaat yang didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai PI > 1, maka pendirian usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan. 4. Payback Period (PP) PP (Payback Period) merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Nilai PP yang diperoleh adalah 3.04 tahun, penentuan PP dilakukan dengan cara discounted. Dilihat dari hasil PP yang diperoleh sebesar 3.09 tahun yang artinya investasi yang ditanam akan kembali setalah sekitar 3 tahun 10 bulan. 4.8.6 Analisis Sensitivitas Kondisi ekonomi yang tidak menentu menyebabkan setiap usaha memerlukan persiapan apabila terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi atau penurunan permintaan. Untuk menghadapi kondisi tersebut perlu dilakukannya analisis sensitivitas.
66
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana rumah makan Sagita dapat bertahan dalam kondisi krisis dan ketidakpastian keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba. Analisis sensitivitas dalam pengembangan bisnis pada usaha Rumah Makan Sagita menggunakan metode switching value. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah kenaikan harga bahan baku dan penurunan tingkat permintaan. Dengan analisis switching value akan dilihat sampai berapa tingkat kenaikan harga bahan baku dan sampai dimana tingkat penurunan permintaan usaha masih layak untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan, kenaikan maksimal dari harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi adalah sebesar 14.498% dan penurunan permintaan sebesar 16.671%. apabila kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan melebihi angka tersebut maka pengembangan usaha Rumah Makan Sagita tidak dapat dijalankan karena nilai NPV negatif sehingga usaha tidak akan mendapatkan keuntungan. Dari hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga Kriteria evaluasi Harga Bahan Baku Basis financial Naik 45.074.513,53
(1.751,95)
IRR (%)
39%
8%
Net B/C
1,12
1,00
PP (Tahun)
3,09
5
NPV (Rp)
Sumber : Data diolah (2014)
67
Adapun hasil perhitungan dari analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 4. Analisis sensitivitas terhadap penurunan permintaan Kriteria evaluasi Harga Bahan Baku Basis financial Naik 45.074.513,53
(5.037,70)
IRR (%)
39%
8%
Net B/C
1,12
1,00
PP (Tahun)
3,09
5
NPV (Rp)
Sumber : Data diolah (2014).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil pengkajian analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan menunjukkan keseluruhan aspek dapat mendukung pengembangan usaha rumah makan Sagita sehingga pengembangan usaha rumah makan Sagita layak untuk dilaksanakan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis aspek finansial, proyek pengembangan usaha rumah makan Sagita layak dijalankan dengan umur proyek selama 5 tahun. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada discount factor 8% diperoleh nilai NPV sebesar Rp 45.074.513,53, IRR 39%, Net B/C sebesar Rp 1.12, dan Payback Period selama 3 tahun 10 bulan. b. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 14.498%. Apabila kenaikan harga bahan baku melebihi 14.498% maka usaha tidak akan mendapatkan keuntungan bila dijalankan karena menghasilkan NPV dengan nilai (Rp 1.751,95), IRR 8%, Net B/C Rp 1,00 dan Payback Period selama 5 tahun. Begitupun dengan hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan berada pada batas 16.671% yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 16.671% maka usaha tidak
akan
mendapatkan
keuntungan
apabila
dijalankan
karena
menghasilkan NPV sebesar (Rp 5.037,70), IRR 8%, Net B/C Rp 1,00, dan Payback Period selama 5 tahun sehingga usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
69
2. Saran Hal penting yang harus dilakukan perusahaan adalah melaksanakan pengembangan usaha rumah makan Sagita sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan berpedoman terhadap usaha yang sudah berjalan sebelumnya, mempertahankan bahkan cenderung meningkatkan kualitas produk dengan tetap menggunakan bahan baku yang berkualitas baik dan mempercantik tampilan produk yang disajikan agar lebih menarik sehingga tidak terjadi penurunan permintaan, dan meningkatkan promosi rumah makan Sagita karena promosi bertujuan untuk mengenalkan produk ataupun tempat usaha. Dengan demikian rumah makan Sagita akan dapat mencakup pangsa pasar yang lebih besar dari sebelumnya. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan di bisnisbisnis yang lain dengan periode yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Daerah Kota Bogor. Bogor (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID): BPS. [Disbudpar] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2014. Data Kunjungan Jumlah Wisatawan. Bogor (ID): Disbudpar. [Disbudpar] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2014. Data Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan. Bogor (ID): Disbudpar. Dewi TG. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Studi Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Indeks. Kasmir dan Jakfar.2008. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana. Kasmir dan Jakfar.2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Kencana. Nishka. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Death By Chocolate & Spageti Restaurant di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor. Peraturan perndang-undangan. 2008. No.20/UU/2008 tentang Definisi dan Kriteria UKM. Jakarta. Rangkuti F. 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Rumah makan Sagita. 2014. Data Penjualan Rumah Makan Sagita 2013. Bogor. Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Media Komputindo. Sutarno. 2012. Serba-serbi Manajemen Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta (ID): Graha ilmu. Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Umar H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Wardoyo C. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Pada Pengembangan Usaha Warung Surabi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
71
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pertanyaan wawancara kepada pemilik perusahaan PERTANYAAN WAWANCARA RUMAH MAKAN SAGITA
I.
Pertanyaan mengenai gambaran umum perusahaan 1. Bagaimana sejarah berdirinya rumah makan Sagita? 2. Apa visi dan misi rumah makan Sagita? 3. Produk-produk apa saja yang ditawarkan rumah makan Sagita? 4. Apakah menu andalan rumah makan Sagita? 5. Hal-hal apa saja yang melatar belakangi rencana pengembangan usaha? 6. Komentar apa saja yang sering kali dikeluhkan konsumen terhadap rumah makan Sagita?
II.
Pertanyaan mengenai aspek pasar dan pemasaran 1. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh rumah makan Sagita? 2. Segmentasi pasar seperti apa yang direncanakan rumah makan Sagita? 3. Bagaimana penentuan target pasar yang direncanakan rumah makan Sagita? 4. Bagaimana rencana pemasaran yang akan dilakukan rumah makan Sagita terkait dengan positioning?
III.
Pertanyaan mengenai aspek teknis dan teknologi 1. Bagaimana pemilihan lokasi yang direncanakan rumah makan Sagita? 2. Bahan baku apa saja yang digunakan rumah makan Sagita? 3. Bagaimana proses produksinya? 4. Peralatan dan perlengkapan apa saja yang digunakan rumah makan Sagita? 5. Sarana penunjang apa saja yang dibutuhkan rumah makan Sagita?
IV.
Pertanyaan mengenai aspek manajemen dan hukum 1. Bagaimana penentuan karyawan yang dibutuhkan rumah makan Sagita? 2. Apakah diperlukan pelatihan bagi para karyawan? 3. Bagaimana struktur organisasi dan tugas masing-masing bagian?
73
Lanjutan Lampiran 1. V.
Pertanyaan mengenai aspek keuangan 1. Berapa rata-rata pendapatan rumah makan Sagita? 2. Berapa rata-rata total produksi yang bisa dihasilkan dalam satu minggu? 3.Berapa harga dari setiap komponen biaya investasi (tanah dan bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta kendaraan)? 4. Berapa input bahan baku untuk satu kali produksi? 5. Berapa harga produk yang dijual rumah makan Sagita? 6. Berapa upah tenaga kerja? 7. Berapa harga dari setiap bahan baku? 8. Biaya apa saja selain bahan baku yang terdapat dalam proses produksi?
74
Lampiran 2. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha rumah makan Sagita NO
ITEM
A.
BAHAN BAKU :
STN
1.
Beras
Karung (20Kg)
2.
Ayam Pejantan
Ekor
3.
Daging Sapi
4.
TAHUN ANALISA PROYEK 0 1 2 3
4
5
7
9
11
13
15
1.344
1.428
1.512
1.596
1.680
Kg
72
90
108
126
144
Ikan Asin
Kg
24
26
28
30
32
5.
Tempe
Kotak/Segeblek
6.
Tahu
Bh
7.
Minyak Goreng
8.
112
125
146
156
202
3.360
4.032
4.368
4.704
5.040
Galon (5Ltr)
67
67
69
69
71
Cabe Merah
Kg
14
18
22
26
30
9.
Cabe Rawit
Kg
18
21
24
27
30
10.
Bawang Merah
Kg
72
74
76
78
80
11.
Bawang Putih
Kg
40
44
48
52
56
12.
Lengkuas
Kg
48
51
54
57
60
13.
Garam
Bungkus (12 batok)
36
40
44
48
52
14.
Sasa
Bungkus (100Gr)
156
168
180
192
204
15.
Royco
Pack (12 bgks)
120
132
144
156
168
16.
Merica
Bungkus (100Gr)
12
15
18
21
24
17.
Gula Merah
Kg
43
45
47
49
51
18.
Gula Putih
Kg
24
27
30
33
36
19.
Jahe
Kg
16
18
20
22
24
20.
Kunyit
Kg
30
32
34
35
37
21.
Ketumbar
Bungkus (100Gr)
20
24
28
32
36
22.
Kemiri
Kg
12
14
16
18
20
23.
Daun Salam
Kantong
24
26
28
30
32
24.
Daun Sereh
Kantong
28
30
32
34
36
25.
Jeruk Nipis
Kg
12
14
16
18,0
20
26.
Daun Pisang
Ikat
168
170
172
174
176
27.
Mentimun
Kg (12 Bh)
170
173
176
179
181
28.
Daun Kemangi
Ikat (2hari)
168
170
172
174
176
29.
Gambas
Bh
1008
1344
1680
2016
2352
30.
Daun Poh-pohan
Ikat
144
144
156
192
192
31.
Selada
Kg
60
63
66
69
71
32.
Tomat
Kg
50
53
56
59
61
33.
Kol
Kg
166
168
170
172
174
34.
Daun Tangkil
Kantung
96
96
98
98
100
35.
Melinjo
Kg
48
50
52
54
56
36.
Jagung
Kg
336
360
384
396
408
37.
Semi
Kg
100
110
120
130
140
38.
Terasi
Bungkus (isi 20)
18
22
26
30
34
39.
Asem Jawa
Bungkus Kecil
150
152
154
156
158
75
Lanjutan Lampiran 2. B.
PERALATAN & PERLENGKAPAN : 1
2
PERALATAN ; Kompor 1.
Bh
1
2.
Kulkas
Bh
1
3.
Penggorengan Besar
Bh
2
2
4.
Penggorengan Sedang
Bh
2
2
5.
Freezer
Bh
1
6.
Panci
Bh
1
7.
Rice Cooker
Bh
2
8.
Meja Produksi
Bh
1
9.
Piring Rotan
Bh
30
30
10.
Baskom Aluminium
Bh
2
2
1
1
PERLENGKAPAN : 1.
Toples besar
Bh
1
1
2.
Kursi plastik sedang
Bh
2
2
3.
Kursi plastik kecil
Bh
2
2
4.
Sapu
Bh
1
1
1
1
1
5.
Pel
Bh
1
1
1
1
1
6.
Banner
Bh
1
7.
Tempat sendok
Bh
1
8.
Rak piring
Bh
1
9.
Gunting
Bh
1
10.
Tupperware sedang
Bh
1
11.
Lap
Bh
2
12.
Keranjang Besar
Bh
1
1
1
13.
Keranjang Sedang
Bh
1
1
1
14.
Sendok Sayur
Bh
1
1
1
15.
Sikat
Bh
2
2
2
16.
Tempat Sampah
Bh
1
1
1
17.
Pisau
Bh
2
2
2
18.
Sendok
Pack (6 Pcs)
1
19.
Sodet
Bh
2
2
2
20.
Baskom Plastik
Bh
3
3
3
21.
Talenan
Bh
2
2
2
22.
Gayung
Bh
1
1
23.
Ulekan
Bh
1
1
24.
Piring Saji
Bh
4
25.
Saringan Besar
Bh
2
2
26.
Sendok Nasi
Bh
2
2
1
1 1 1
1
1 1
2
2
2
2
1
4
4
76
Lanjutan Lampiran 2. C.
TENAGA KERJA 1.
Karyawan
Tahun
4
Unit
1
LAIN – LAIN :
D. 1.
Motor
Lampiran 3. Rencana anggaran biaya pengembangan usaha rumah makan Sagita NO A.
ITEM
TAHUN ANALISA PROYEK 0
1
2
3
4
5
BAHAN BAKU : 1.
Beras
1.225.000
1.575.000
1.925.000
2.275.000
2.625.000
2.
Ayam Pejantan
47.040.000
49.980.000
52.920.000
55.860.000
58.800.000
3.
Daging sapi
8.640.000
10.800.000
12.960.000
15.120.000
17.280.000
4.
Ikan asin
768.000
832.000
896.000
960.000
1.024.000
5.
Tempe
1.568.000
1.750.000
2.044.000
2.184.000
2.828.000
6.
Tahu
2.184.000
2.620.800
2.839.200
3.057.600
3.276.000
7.
Minyak goreng
4.036.750
4.036.750
4.157.250
4.157.250
4.277.750
8.
Cabe merah
448.000
576.000
704.000
832.000
960.000
9.
Cabe rawit
10.
Bawang merah
11.
504.000
588.000
672.000
756.000
840.000
1.440.000
1.480.000
1.520.000
1.560.000
1.600.000
Bawang putih
720.000
792.000
864.000
936.000
1.008.000
12.
Lengkuas
480.000
510.000
540.000
570.000
600.000
13.
Garam
180.000
200.000
220.000
240.000
260.000
14.
Sasa
234.000
252.000
270.000
288.000
306.000
15.
Royco
840.000
924.000
1.008.000
1.092.000
1.176.000
16.
Merica
84.000
105.000
126.000
147.000
168.000
17.
Gula merah
580.500
607.500
634.500
661.500
688.500
18.
Gula putih
300.000
337.500
375.000
412.500
450.000
19.
Jahe
480.000
540.000
600.000
660.000
720.000
77
Lanjutan Lampiran 3. 20.
Kunyit
21.
Ketumbar
22.
Kemiri
23.
465.000
496.000
527.000
542.500
573.500
80.000
96.000
112.000
128.000
144.000
240.000
280.000
320.000
360.000
400.000
Daun salam
48.000
52.000
56.000
60.000
64.000
24.
Daun sereh
56.000
60.000
64.000
68.000
72.000
25.
Jeruk nipis
120.000
135.000
160.000
180.000
200.000
26.
Daun pisang
2.520.000
2.550.000
2.580.000
2.610.000
2.640.000
27.
Mentimun
1.190.000
1.211.000
1.232.000
1.253.000
1.267.000
28.
Daun kemangi
840.000
850.000
860.000
870.000
880.000
29.
Gambas
604.800
806.400
1.008.000
1.209.600
1.411.200
30.
Daun poh-pohan
1.008.000
1.008.000
1.092.000
1.344.000
1.344.000
31.
Selada
900.000
945.000
990.000
1.035.000
1.065.000
32.
Tomat
400.000
424.000
448.000
472.000
488.000
33.
Kol
1.328.000
1.344.000
1.360.000
1.376.000
1.392.000
34.
Daun tangkil
192.000
192.000
196.000
196.000
200.000
35.
Melinjo
384.048
400.100
416.156
432.216
448.280
36.
Jagung
2.016.000
2.160.000
2.304.000
2.376.000
2.448.000
37.
Semi
1.000.000
1.100.000
1.200.000
1.300.000
1.400.000
78
Lanjutan Lampiran 3.
B.
38. Terasi 39. Asam jawa PERALATAN & PERLENGKAPAN : 1 PERALATAN ; Kompor 1. Kulkas 2. Penggorengan Besar 3. Penggorengan Sedang 4. Freezer 5. Panci 6. Rice Cooker 7. Meja Produksi 8. Piring Rotan 9. Baskom Aluminium 10.
70.200
85.800
101.400
117.000
132.600
1.725.000
1.748.000
1.771.000
1.794.000
1.817.000
499.000
0
0
0
0
0
1.500.000
0
0
0
0
0
390.000
0
0
390.000
0
0
250.000
0
0
250.000
0
0
1.800.000
0
0
0
0
0
100.000
0
100.000
0
100.000
0
778.000
0
0
0
0
0
400.000
0
0
0
0
0
90.000
0
0
90.000
0
0
70.000
0
0
70.000
0
0
2 PERLENGKAPAN : 1.
Toples besar
50.000
0
0
50.000
0
0
2.
Kursi plastik sedang
81.800
0
0
81.800
0
0
3.
Kursi plastik kecil
21.800
0
0
21.800
0
0
4.
Sapu
15.750
15.750
15.750
15.750
15.750
0
5.
Pel
6.
Banner
7.
Tempat sendok
8.
Rak piring
56.900
56.900
56.900
56.900
56.900
0
100.000
0
100.000
0
100.000
0
9.900
0
0
9.900
0
0
74.900
0
0
74.900
0
0
79
Lanjutan Lampiran 3. Gunting
18.900
0
18.900
0
18.900
0
Toples Sedang 11. Lap 12. Keranjang Besar 13. Keranjang Sedang 14. Sendok Sayur 15. Sikat 16. Tempat Sampah 17. Pisau 18. Sendok 19. Sodet 20. Baskom Plastik 21. Talenan 22. Gayung 23. Ulekan 24. Piring Saji 25. Saringan Besar 26. Sendok Nasi LAIN – LAIN :
18.000
0
0
18.000
0
0
16.000
16.000
16.000
16.000
16.000
0
25.000
0
25.000
0
25.000
0
15.000
0
15.000
0
15.000
0
15.000
0
15.000
0
15.000
0
14.000
0
14.000
0
14.000
0
15.900
0
15.900
0
15.900
0
25.000
0
25.000
0
25.000
0
35.000
0
0
35.000
0
0
39.000
0
39.000
0
39.000
0
46.500
0
46.500
0
46.500
0
153.800
0
153.800
0
153.800
0
11.900
0
0
11.900
0
0
70.000
0
0
70.000
0
0
80.000
0
80.000
0
80.000
0
60.000
0
0
60.000
0
0
18.000
0
0
18.000
0
0
Motor
7.500.000
0
0
0
0
0
JUMLAH (A,B,C,D,E)
14.465.050
173.959.246
95.182.600
103.408.456
110.224.916
117.269.830
9. 10.
C.
1.
80
Lanjutan Lampiran 3. D. TENAGA KERJA 1.
E.
Karyawan
48.000.000
48.000.000
48.000.000
48.000.000
48.000.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
BIAYA UMUM : 1.
Listrik
2.
Air PDAM
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
6.600.000 1.440.000
7.800.000 1.440.000
9.000.000 1.440.000
99.240.000 202.648.456
100.440.000 210.664.916
101.640.000 218.909.830
3.
Sewa
4.
Gas
4.200.000
5.
Kebersihan
1.440.000
5.400.000 1.440.000
96.840.000 270.799.246
98.040.000 193.222.600
Jumlah (D.E) Jumlah (A,B,C,D,E)
14.465.050
81
Lampiran 4. Perhitungan biaya penyusutan aset rumah makan Sagita JENIS ASSET TERKENA NO
BIAYA PENYUSUTAN
NILAI AWAL ASSET
NILAI AKHIR (10% x NAA)
UMUR
BIAYA PENYUSUTAN
EKONOMI
(Rp/Th)
(Rp)
(Rp)
(Th)
7.500.000
750.000
5
1.350.000
499.000
49.900
5
89.820
Kulkas
1.500.000
150.000
5
270.000
4.
Freezer
1.800.000
180.000
5
324.000
5.
Rice Cooker
389.000
38.900
5
70.020
6.
Meja Produksi
400.000
40.000
5
72.000
12.088.000
1.208.800
1.
Motor
2.
Kompor
3.
TOTAL
2.175.840
82
Lampiran 5. Rencana cash flow rumah makan Sagita TAHUN 0
1
2
3
4
5
INFLOW
191.568.000
211.236.000
230.904.000
250.572.000
270.240.000
Pendapatan Usaha
191.568.000
211.236.000
230.904.000
250.572.000
270.240.000
Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Motor Kompor
7.500.000 499.000
0
0
0
0
0
Kulkas
1.500.000
0
0
0
0
0
Penggorengan Besar
390.000
0
0
390.000
0
0
Penggorengan Sedang
250.000
0
0
250.000
0
0
1.800.000
0
0
0
0
0
Panci
100.000
0
100.000
0
100.000
0
Rice Cooker
778.000
0
0
0
0
0
Meja Produksi
400.000
0
0
0
0
0
Piring Rotan
90.000
0
0
90.000
0
0
Baskom Aluminium
70.000
0
0
70.000
0
0
Toples Besar
50.000
0
0
50.000
0
0
Kursi Plastik Sedang
81.800
0
0
81.800
0
0
Kursi Plastik Kecil
21.800
0
0
21.800
0
0
Sapu
15.750
15.750
15.750
15.750
15.750
0
56.900
56.900
56.900
56.900
56.900
0
100.000
0
100.000
0
100.000
0
Freezer
Pel Banner
83
Lanjutan Lampiran 5. Tempat Sendok
9.900
0
0
9.900
0
0
Rak Piring
74.900
0
0
74.900
0
0
Gunting
18.900
0
18.900
0
18.900
0
Toples Sedang
18.000
0
0
18.000
0
0
Lap
16.000
16.000
16.000
16.000
16.000
0
Keranjang Besar
25.000
0
25.000
0
25.000
0
Keranjang Sedang
15.000
0
15.000
0
15.000
0
Sendok Sayur
15.000
0
15.000
0
15.000
0
Sikat
14.000
0
14.000
0
14.000
0
Tempat Sampah
15.900
0
15.900
0
15.900
0
Pisau
25.000
0
25.000
0
25.000
0
Sendok
35.000
0
0
35.000
0
0
Sodet
39.000
0
39.000
0
39.000
0
Baskom Plastik
46.500
0
46.500
0
46.500
0
Talenan
153.800
0
153.800
0
153.800
0
Gayung
11.900
0
0
11.900
0
0
Ulekan
70.000
0
0
70.000
0
0
Piring Saji
80.000
0
80.000
0
80.000
0
Saringan Besar
60.000
0
0
60.000
0
0
Sendok Nasi
18.000
0
0
18.000
0
0
14.465.050
88.650
736.750
1.339.950
736.750
0
1.225.000
1.575.000
1.925.000
2.275.000
2.625.000
Total Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Variabel Beras
84
Lanjutan Lampiran 5. Ayam Pejantan Daging Sapi Ikan Asin
47.040.000
49.980.000
52.920.000
55.860.000
58.800.000
8.640.000
10.800.000
12.960.000
15.120.000
17.280.000
768.000
832.000
896.000
960.000
1.024.000
Tempe
1.568.000
1.750.000
2.044.000
2.184.000
2.828.000
Tahu
2.184.000
2.620.800
2.839.200
3.057.600
3.276.000
Minyak Goreng
4.036.750
4.036.750
4.157.250
4.157.250
4.277.750
Cabe Merah
448.000
576.000
704.000
832.000
960.000
Cabe Rawit
504.000
588.000
672.000
756.000
840.000
1.440.000
1.480.000
1.520.000
1.560.000
1.600.000
Bawang Putih
720.000
792.000
864.000
936.000
1.008.000
Lengkuas
480.000
510.000
540.000
570.000
600.000
Garam
180.000
200.000
220.000
240.000
260.000
Sasa
234.000
252.000
270.000
288.000
306.000
Royco
840.000
924.000
1.008.000
1.092.000
1.176.000
Merica
84.000
105.000
126.000
147.000
168.000
Gula Merah
580.500
607.500
634.500
661.500
688.500
Gula Putih
300.000
337.500
375.000
412.500
450.000
Jahe
480.000
540.000
600.000
660.000
720.000
Kunyit
465.000
496.000
527.000
542.500
573.500
80.000
96.000
112.000
128.000
144.000
Bawang Merah
Ketumbar Kemiri
240.000
280.000
320.000
360.000
400.000
Daun Salam
48.000
52.000
56.000
60.000
64.000
Daun Sereh
52.000
56.000
60.000
64.000
68.000
Jeruk Nipis
120.000
135.000
160.000
180.000
200.000
85
Lanjutan Lampiran 5. Daun Pisang
2.520.000
2.550.000
2.580.000
2.610.000
2.640.000
Mentimun
1.190.000
1.211.000
1.232.000
1.253.000
1.267.000
Daun Kemangi
840.000
850.000
860.000
870.000
880.000
Gambas
604.800
806.400
1.008.000
1.209.600
1.411.200
Daun Poh-pohan
1.008.000
1.008.000
1.092.000
1.344.000
1.344.000
Selada
900.000
945.000
990.000
1.035.000
1.065.000
Tomat
400.000
424.000
448.000
472.000
488.000
1.328.000
1.344.000
1.360.000
1.376.000
1.392.000
Daun Tangkil
192.000
192.000
196.000
196.000
200.000
Melinjo
384.048
400.100
416.156
432.216
448.280
Jagung
2.016.000
2.160.000
2.304.000
2.376.000
2.448.000
Semi
1.000.000
1.100.000
1.200.000
1.300.000
1.400.000
Kol
Terasi
70.200
85.800
101.400
117.000
132.600
1.725.000
1.748.000
1.771.000
1.794.000
1.817.000
87.023.948
95.182.600
103.408.456
110.224.916
117.269.830
Karyawan tetap
48.000.000
48.000.000
48.000.000
48.000.000
48.000.000
Sewa
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
Gas
4.200.000
5.400.000
6.600.000
7.800.000
9.000.000
Listrik
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
Asem Jawa Total Biaya Variabel Biaya Tetap
14.465.050
86
Lanjutan Lampiran 5. Kebersihan
1.440.000
1.440.000
1.440.000
1.440.000
1.440.000
Air PDAM
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
3.600.000
Biaya penyusutan
2.175.840
2.175.840
2.175.840
2.175.840
2.175.840
Total Biaya Tetap
99.015.840
100.215.840
101.415.840
102.615.840
103.815.840
Total Biaya Operasional
14.465.050
186.039.788
195.398.440
204.824.296
212.840.756
221.085.670
Total Outflow
28.930.100
186.128.438
196.135.190
206.164.246
213.577.506
221.085.670
-28.930.100
5.439.562
15.100.810
24.739.754
36.994.494
49.154.330
1.523.077
4.228.227
6.927.131
10.358.458
13.763.212
-28.930.100
3.916.485
10.872.583
17.812.623
26.636.036
35.391.118
1 (28.930.100,00) (28.930.100,00)
0,926 3.626.374,67 (25.303.725,33)
0,857 9.321.487,65 (15.982.237,68)
0,976 17.391.869,86 1.409.632,18
0,735 19.578.281,38 20.987.913,57
0,681 24.086.599,96 45.074.513,53
EBIT Pajak Penghasilan EAT Discount Factor (r=8% , n=5) Present Value Accumulated PV
NPV IRR NET B/C PAYBACK PERIODE
45.074.513,53 39% 1,12 3,09
87
Lampiran 6. Metode Peramalan Time Series 1. Growth Curve Model (Ayam)
2. Linear Trend Model (Ayam) Trend Analysis Plot for Ayam
Trend Analysis Plot for Ayam
Linear Trend Model Yt = 80 + 871*t
Growth Curve Model Yt = 779.207 * (1.4485**t)
35000
25000
Accuracy Measures MAPE 8.7 MAD 230.8 MSD 98910.4
20000
Variable A ctual Fits Forecasts
8000 7000
A ccuracy Measures MA PE 4.9 MA D 110.6 MSD 14589.4
6000
Ayam
30000
Ayam
9000
Variable Actual Fits Forecasts
15000
5000 4000 3000
10000
2000
5000
1000 0
0
1
1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
2
3
3. Quadratic Trend Model (Ayam)
5 6 Index
7
8
9
10
4. S-Curve Trend Model (Ayam) Trend Analysis Plot for Ayam
Trend Analysis Plot for Ayam
S-Curve Trend Model Yt = (10**5) / (62.7349 - 15.8640*(1.20589**t))
Quadratic Trend Model Yt = 33 + 1020*t - 18.1*t**2
9000
30000
Variable A ctual Fits Forecasts
7000
A ccuracy Measures MA PE 1.93 MA D 38.56 MSD 2467.70
6000 5000 4000 3000
Variable A ctual Fits Forecasts
20000
Ayam
8000
Ayam
4
10
Curv e Parameters Intercept 1272.28 A sy mptote 1594.01 A sy m. Rate 1.21
10000
A ccuracy Measures MA PE 36 MA D 425 MSD 472608
0
2000 Lanjutan Lampiran 12. 1000
-10000
0 1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
88
Lanjutan Lampiran 6. 1. Growth Curve Model (Sapi)
2. Linear Trend Model (Sapi)
Trend Analysis Plot for Sapi
Trend Analysis Plot for Sapi
Growth Curve Model Yt = 616.602 * (1.15122**t)
Linear Trend Model Yt = 558.2 + 134*t
Accuracy Measures MAPE 1.164 MAD 11.271 MSD 174.783
1500
Variable A ctual Fits Forecasts
1800 1600
Sapi
2000 Sapi
2000
Variable Actual Fits Forecasts
2500
A ccuracy Measures MA PE 1.940 MA D 16.560 MSD 322.160
1400 1200 1000
1000
800 500
600 1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
1
3. Quadratic Trend Model (Sapi)
2
4
5 6 Index
7
8
9
10
4. S-Curve Trend Model (Sapi) Trend Analysis Plot for Sapi
Trend Analysis Plot for Sapi
S-Curve Trend Model Yt = (10**4) / (6.59489 + 17.4913*(0.612582**t))
Quadratic Trend Model Yt = 613.2 + 86.7*t + 7.86*t**2
1500
Variable A ctual Fits Forecasts
2000
A ccuracy Measures MA PE 1.148 MA D 10.697 MSD 149.303
1750 1500
Variable A ctual Fits Forecasts
1250
Sapi
2250
Sapi
3
Curv e Parameters Intercept 415.18 A sy mptote 1516.33 A sy m. Rate 0.61
1000
A ccuracy Measures MA PE 4.91 MA D 36.07 MSD 4178.39
1250 1000
750
750
500
500 1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
1
2
3
4
5 6 Index
7
8
9
10
89