Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU (Development of Milk Handling and Processing Technology) Sri Usmiati Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Kampus Penelitian Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu, Bogor usmiati
[email protected]
ABSTRACT Opportunities of dairy farm business in the country is very prospective, particularly its role in the life of Indonesian people in sustaining the economy. National dairy business is also one of the efforts to prevent a lost generation of the Indonesian people. Added Indonesian population and awareness on nutrition are also as factor driving the increasing rate of consumption of milk and other dairy products in the country. Thus, in addition to increasing the quantity, milk must also meet the requirements of health and hygiene because it is rich in nutrients and good medium for microbial growth. Conditions of low quality milk cause in decreasing acceptance price of milk by dairy industry. Efforts to seek alternative solutions to minimize the damage were done by proper handling of milk and preserving it by applying processing technology to produce a variety of processed products. In form of diversifying products, milk prices will increase so that farmers can take optimal advantage of their farming business from cow's milk which was processed. Moreover, it can create farmers' bargaining position in determining the acceptance price of milk by dairy i ndustry. Keywords: Dairy farming, milk quality, processing, processed product
milk
handling
and
ABSTRAK Usaha peternakan sapi perah berperan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, sebagai penopang perekonomian 71
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
pendapatan
masyarakat, semakin bertambahnya jumlah
penduduk Indonesia, dan semakin meningkatnya kesadaran
gizi masyarakat, diharapkan konsumsi susu dan produk olahannya
oleh
penduduk Indonesia dapat semakin
meningkat. Oleh karena itu, tingkat kebutuhan susu nasional
hampir dapat dipastikan akan terus meningkat. Perkiraan peningkatan konsumsi dapat dijadikan sebagai peluang
dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah di I ndonesia.
Produksi
susu
segar
dan
olahannya juga harus dapat ditingkatkan.
produk-produk
PASCAPANEN PERSUSUAN INDONESIA Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta. Komponen penting dalam
air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa
serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba (LAMPERT, 1980) yang bermanfaat bagi kesehatan sebagai probiotik.
Susu sapi memiliki komposisi yang sangat beragam, yang tergantung antara lain oleh bangsa sapi, tingkat laktasi,
pakan, interval pemerahan, suhu dan umur sapi. Akan tetapi
untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah kandungan komponen susu rata-rata adalah 87,1% kadar air, 3,9%
l emak, 3,4% protein, 4,8% laktosa, 0,72% abu dan beberapa
vitamin yang larut dalam Iemak seperti vitamin A, D, E dan K (HANDERSON,
74
1981). Susu harus memenuhi syarat-syarat
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
kesehatan dan kebersihan, karena merupakan media yang
balk bagi pertumbuhan mikroba. Susu mudah rusak bila
penanganannya kurang balk, sehingga mempunyai masa
simpan relatif singkat. Untuk menangani kelebihan produksi
susu, langkah yang paling tepat adalah memperpanjang masa simpan melalui proses pengolahan. A. Penanganan susu Rendahnya
kualitas
susu
yang
dihasilkan
oleh
peternakan rakyat diantaranya merupakan akibat sistem
manajemen penanganan susu yang belum sesuai standar, sehingga berimbas pada rendahnya harga susu peternak yang dihargai relatif murah oleh Industri Pengolahan Susu
(IPS) dengan penetapan standar mutu susu yang semakin ketat. Untuk itu aspek penanganan pascapanen yang sesuai dengan
Standar
Operational
Procedure (SOP)
perlu
diterapkan dengan balk oleh peternak. MURTI et al., 2009
menjelaskan langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh
stakeholder yang terlibat dalam proses pascapanen susu
mulai dari kandang hingga penanganan akhir susu segar
sebelum disetor ke IPS.
A.1. Sanitasi dan hygiene pemerahan
Susu yang baru keluar sebagai hasil pemerahan
merupakan suatu bahan yang murni, higienis, bernilai gizi
tinggi, dan mengandung sedikit mikroba indigenous, memiliki bau dan rasa yang khas, dan tidak berbahaya untuk
75
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
diminum. Sesaat setelah pemerahan, susu berada pada suhu kamar dan rentan terhadap pencemaran yang dapat menurunkan kualitas.
Penanganan susu sejak persiapan pemerahan hingga
pengumpulan susu merupakan faktor penentu kualitas susu
pascapanen. Sapi harus sehat dan tidak mengandung bibit penyakit.
Secara rutin perlu diuji
tuberkulinasi
untuk
memonitor adanya penyakit TBC. Pakan sebaiknya tidak menimbulkan
aroma
tidak
sedap
yang
dapat
mengkontaminasi susu, untuk jenis pakan yang beraroma tajam diberikan setelah pemerahan.
A.2. Kebersihan lingkungan, ternak pemerahan
dan
operator
Susu mudah terkontaminasi lingkungan. Kandang harus
bersih dan secara rutin dibersihkan dari kotoran karena
merupakan sumber kontaminan. Ketersediaan air yang bersih dan melimpah merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Peralatan yang diperlukan untuk pemerahan susu dipersiapkan dalam keadaan bersih dan kering. Bila perlu
alat-alat dicuci menggunakan deterjen, dibilas air panas (60 - 70'C) untuk membunuh mikroba dan melarutkan lemak
susu yang menempel. Sapi perah perlu disiapkan dengan baik. Ambing dan daerah lipatan paha sapi lebih dulu
dibersihkan dengan kain bersih yang dibasahi air hangat. Ekor sapi diikat, rambut daerah lipatan paha sapi digunting
agar tidak mencemari susu. Pemerah harus bersih dan 76
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
bebas dari penyakit menular, karena susu dapat berperan menularkan penyakit. Pemerah harus mengenakan pakaian
bersih dan mencuci tangan sebelum pemerahan. Pemerah
dianjurkan memeriksa kesehatan setiap enam bulan atau setahun sekali.
A.3. Proses pemerahan susu
Susu dari peternakan harus berkualitas balk secara
nutrisi dan bakteriologis, serta tidak terkontaminasi oleh kotoran tanah atau cemaran kimia. Susu harus diperoleh melalui metode pemerahan yang higienis dan penanganan
yang balk di peternakan dan pengumpul. Proses pemerahan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau mesin perah. dan
Dalam pemerahan secara manual, tangan harus bersih harus
menghindari
Pemerahan dengan
kontaminasi
mesin
perah
dari
li ngkungan.
merupakan
proses
pengeluaran susu dari ambing sapi menggunakan mesin
yang beroperasi secara otomatis. Susu yang dihasilkan dengan mesin perah relatif steril karena susu langsung
terkumpul di wadah tanpa kontak dengan udara luar,
sehingga mikroba yang ada dalam susu adalah mikroba indigenous.
A.4. Pengumpulan dan transportasi susu
Pengumpulan susu dari peternakan dilakukan oleh
pengumpul susu yaitu menampung susu dari peternakan 77
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
yang diangkut dengan milk can kedalam wadah yang lebih besar pada kendaraan pengumpul susu atau di penampung
susu sementara (cooling unit). Selanjutnya susu diangkut ke
koperasi susu dan ditampung dalam plate cooler. Alat-alat pengangkut susu dicuci air bersih hangat bersuhu sekitar
60 - 70'C di koperasi.
Di koperasi, susu disaring dan diuji kualitas yang meliputi
berat jenis, uji alkohol, kadar lemak, protein, bahan kering
tanpa lemak dan total bakteri. Susu yang mengandung mikroba tinggi akan pecah pada uji alkohol serta mempunyai nilai TPC tinggi. Susu yang dipalsukan akan merubah nilai BJ dan pecah pada uji alkohol.
Sebelum diangkut ke IPS, susu dikumpulkan pada alat
pendingin
(plate
cooler)
bersuhu
4'C serta dilakukan
homogenisasi. Susu diangkut ke IPS menggunakan tanki berpendingin yang dilapisi chilled water jacket mengandung icebank untuk mencegah terjadinya peningkatan suhu susu selama transportasi. Selama dalam pengangkutan, susu
harus sesedikit mungkin mengalami goncangan karena
dapat menimbulkan pembuihan susu yang menurunkan kualitas. Jumlah pengisian susu ke dalam tangki harus diperhitungkan dengan balk. B. Pengolahan susu
Susu selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat
pula diolah terlebih dahulu menjadi susu olahan. Konsumsi masyarakat 78
terhadap
susu
olahan
l ebih
banyak
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan
Susu
dibandingkan dalam bentuk susu segar. Pengolahan susu
tidak saja dilakukan oleh IPS tetapi juga industri rumah tangga. Pengolahan susu oleh industri rumah tangga dapat memberi nilai tambah bagi usaha sapi perah rakyat.
Beberapa produk olahan susu yang cukup potensial di
I ndonesia diuraikan oleh USMIATI dan ABUBAKAR (2009) yaitu sebagai berikut.
B. 1. Susu fermentasi
Pengembangan produk susu fermentasi sebagian besar
negara di dunia didasarkan pada perannya terhadap kesehatan. Manfaat susu fermentasi antara lain mengurangi
lactose intolerance yaitu gangguan pencernaan setelah
minum susu. Hal ini terjadi karena jumlah laktase dalam susu hanya sedikit sehingga sisa laktosa susu tidak
difermentasi oleh mikroba dalam usus halus. Laktase dari kultur starter dalam susu fermentasi tersedia lebih banyak
sehingga hanya sedikit mengandung laktosa ( MARSHALL, 1993). Selain itu konsumen dapat menerima susu fermentasi
karena kehadiran L (+) asam laktat dalam produk secara
fisiologis bagi manusia menyebabkan produk lebih mudah
dicerna oleh alat pencernaan ( GORSKI, 1994) dan lebih
disukai (KOROLEVA, 1991).
Susu fermentasi sebagai bahan pangan asal susu
dikelompokkan oleh ORIHARA et at
(1992) menjadi dua
golongan utama yaitu: 1) melalui fermentasi asam laktat,
contohnya: yoghurt, dan 2) melalui fermentasi asam laktat 79
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
dan alkohol, contohnya: kefir. Prinsip dasar pembuatan susu fermentasi
yaitu
i nokulasi
dengan
bakteri
dan
atau
khamir/kapang pada susu yang telah dipanaskan dengan
maksud untuk membunuh mikroba pencemar dan membuat kondisi
menguntungkan
bagi
perkembangan
mikroba
tersebut, serta menyebabkan denaturasi kasein sehingga
membentuk konsistensi produk yang lebih kental dan
homogen (BUCKLE et al., 1978). Umumnya susu dikentalkan
terlebih dahulu melalui pemanasan agar kadar air berkurang
sampai 15 - 20%. Pada skala besar dapat dilakukan penambahan padatan susu tanpa lemak atau susu bubuk
tan pa lemak (RAHMAN et al., 1992). Yoghurt
Produk yoghurt telah dikembangkan sejak beberapa
abad lampau yang merupakan minuman di negara-negara
Balkan, kurang lebih 2000 tahun yang lalu (CAMPBELL dan MARSHAL, 1975). Di Indonesia, yoghurt sudah banyak
terdapat di pasar swalayan dalam berbagai rasa dan aroma.
Yoghurt merupakan fermentasi susu oleh bakteri asam
l aktat yang mempunyai flavor khas, tekstur semi padat dan halus, kompak serta rasa asam yang segar (RAHAYU dan
SUDARMADJI, 1989). Kultur starter dalam pembuatan yoghurt adalah pasangan bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus.
Aktivitas proteolitik L. bulgaricus menghasilkan valin yang menstimulir pertumbuhan dan produksi asam laktat oleh S.
thermophilus dan sebaliknya menghasilkan stimulan untuk 80
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
meningkatkan aktivitas L. bulgaricus (OVERBY, 1988). Asam
l aktat diproduksi oleh S. thermophilus sedangkan aktivitas proteolitik dan peptidase dari L. bulgaricus berkontribusi terhadap tekstur dan flavor. Selain pasangan bakteri tersebut, sering pula ditambahkan bakteri lain seperti
L.
jugurti, L. lactis atau L. helveticus ( ROBINSON dan TAMIME, 1983). Yoghurt sudah banyak terdapat di pasar swalayan
dalam berbagai rasa dan aroma. Berdasarkan metode produksi, yoghurt dibedakan menjadi: 1.
2.
3. 4.
Set yoghurt,
diproduksi
dalam tempat-tempat kecil
khusus dengan sifat produk cairan kental dan setengah padat.
Stirred yoghurt, diproses pada tempat yang besar selanjutnya gumpalan yang terbentuk didinginkan pada
tempat-tempat yang kecil
Fluid yoghurt, hampir sama dengan stirred yoghurt hanya l ebih cair
Berdasarkan citarasa, yoghurt dibedakan menjadi:
•
Plain yoghurt, tipe tradisional dengan bau yang tajam
•
Fruit yoghurt, dibuat dengan penambahan buah dan
•
dan rasa asam (tidak manis)
pemanis terhadap plain yoghurt Flavored yoghurt,
dibuat
dengan
flavor buah dan pewarna sintetis.
menambahkan
81
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Kefir
Kefir adalah susu fermentasi yang memiliki rasa, warna
dan konsistensi yang menyerupai yoghurt namun memiliki aroma khas seperti tape. Kefir diperoleh melalui proses
fermentasi susu menggunakan starter berupa biji kefir (kefir grain/granule) yaitu butiran-butiran warna putih atau krem
yang berbentuk koloni mikroba terdiri atas beberapa jenis bakteri
diantaranya
beberapa
jenis
Streptococcus sp, Lactobacilli
ragi/khamir
non
patogen.
dan
Bakteri
menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan
ragi menghasilkan gas CO 2 dan sedikit alkohol sehingga
rasa kefir lebih segar, kombinasi C0 2 -alkohol menghasilkan buih yang menciptakan sifat mendesis (HONER, 1993).
Adanya CO 2 dan sedikit alkohol di dalam kefir dapat membangkitkan selera konsumsi bagi manusia (KOROLEVA,
1991). Komponen dan komposisi kefir bervariasi tergantung
j enis mikroba starter, suhu dan lama fermentasi serta bahan baku.
Kefir grain berbentuk seperti kembang kol berwarna putih
kekuningan dengan diameter 2 - 15 mm/butir (HARPER dan HALL, 1981) dan berat beberapa gram (BOTTAZZI, 1983). Perbandingan
bakteri
asam laktat dan khamir yang
bersimbiosis dalam kefir grain adalah seimbang (BOTTAZZI, 1983). Bakteri asam Iaktat menempati lapisan luar grain,
sedangkan ragi dalam inti. Kefir grain akan membesar dan berwarna kecoklatan pada saat diinokulasi ke dalam susu 82
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
karena diselubungi partikel susu (BELITZ dan GROSCH, 1987).
Setelah
didapatkan
fermentasi
kembali
melalui
selesai,
kefir
penyaringan.
grain
Kefir
bisa
dapat
dijadikan sebagai bulk starter sebanyak 3 - 5% untuk membuat produk berikutnya. Keju
Keju merupakan olahan susu berbentuk padat yang
diperoleh dari penggumpalan susu, skim, atau campurannya menggunakan rennet (enzim dalam abomasum ruminansia muda). Keju mempunyai umur simpan relatif lama sehingga
produk ini bisa menjadi pilihan untuk mengatasi 'kelebihan'
produksi susu. Jenis keju sangat bervariasi tergantung jenis
starter yang digunakan. Keju sudah diterima masyarakat l uas, sehingga pemasarannya tidak sulit.
Keju merupakan produk olahan susu yang sudah sangat
populer dan merupakan bahan pangan yang sangat bernilai, sumber lemak dan protein susu yang sangat baik. Protein
keju yang tinggi dapat mensubstitusi protein daging, 1 bagian keju setara dengan 2 bagian protein daging. Keju kaya akan lemak yang melarutkan vitamin A, D, E dan K.
Sejumlah kecil keju menyediakan sumber penting mineral kalsium dan fosfor, keju juga merupakan bahan pangan padat energi, palatabel dan mudah dicerna. Sepotong keju
dapat dikonsumsi untuk membantu pencernaan (ANONIMUS, 2010).
83
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Dadih dan dali
Produk tradisional sejenis keju di Indonesia adalah dadih
yang berasal dari Sumatera yang dibuat dari susu kerbau. Susu kerbau mempunyai kandungan protein dan lemak yang
I ebih tinggi dibandingkan susu sapi, oleh karena itu Iebih
mudah rusak. Untuk memanfaatkan susu kerbau, penduduk Sumatera mengolahnya menjadi produk yang memiliki ciri aroma dan citarasa yang secara organoleptik disukai oleh masyarakat Sumatera.
Secara tradisional,
dadih
dibuat
melalui
proses
fermentasi alamiah dan spontan dari susu kerbau rrientah di dalam bambu. Bambu yang digunakan sebagai wadah dadih
adalah jenis bambu gombong ( Gigantochloa verticilata) dan bambu ampel (Bambusa vulgaris) yang berumur sedang
(SURYONO, 2003). Jenis bambu ini telah digunakan secara
turun temurun, tanpa menyadari bahwa di dalamnya
terdapat beberapa jenis mikroba yang secara alamiah dapat
memfermentasi susu. Salah satu alasan menggunakan
bambu ini adalah karena menimbulkan rasa pahit sehingga tidak dikerumuni semut selama fermentasi. Mengingat tidak
semua daerah dapat menghasilkan susu kerbau, dewasa ini
telah diupayakan membuat dadih dari susu sapi dengan dimodifikasi.
Dali adalah produk olahan susu berasal dari Tapanuli
Utara. Berdasarkan berbagai laporan, dali diperoleh dengan mengkoagulasi susu 84
menggunakan enzim papain dari
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
pepaya
dan
(USMIATI
ABUBAKAR, 2009).
Produk yang
diperoleh berupa padatan yang menyerupai tahu, dan biasa dikonsumsi sebagai lauk-pauk pada waktu makan. B.2. Susu Pasteurisasi dan Sterilisasi Susu pasteurisasi
Pasteurisasi susu bertujuan untuk membunuh kuman dan
bakteri patogen namun sporanya masih hidup. Ada 3 cara pasteurisasi yang sering dilakukan, yaitu: 1.
2.
3.
Pasteurisasi
Low Temperature Long Time
(LTLT).
Pemanasan susu pada suhu 62 - 65°C selama 1/2 - 1
jam (tergantung volume susu). Pasteurisasi High
Temperature Short Time
(HTST).
Pemanasan susu pada suhu 85 - 95°C selama 1 - 2 menit (termasuk volume susu).
Pasteurisasi Ultra High Temperature (UHT). Pemanasan
susu pada suhu tinggi dan segera didinginkan pada suhu 10°C.
Pasteurisasi
UHT dapat dilakukan dengan
memanaskan susu dalam wadah pada suhu
81°C
selama ± 1/2 j am sambil diaduk, dan dengan cepat didinginkan dalam bak air dingin yang airnya mengalir terus menerus. Susu sterilisasi Sterilisasi
susu
adalah
pemanasan susu sampai
mencapai suhu di atas titik didih, sehingga bakteri, kuman dan sporanya mati. Cara sterilisasi susu memerlukan
85
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
peralatan khusus dengan biaya yang relatif mahal. Oleh karena itu, sterilisasi susu umumnya dilakukan oleh industri
pengolahan susu. Susu sterilisasi dilakukan dengan cara:
1. Sistem UHT, susu dipanaskan sampai suhu 137 - 140°C selama 2 - 5 detik.
2. Susu dalam kemasan hermetis dipanaskan pada suhu 110 - 121 °C selama 20 - 45 detik.
B.3. Es krim
Es krim merupakan produk beku/dingin yang sangat
digemari
oleh
berbagai
kalangan.
Es
krim
telah
dikembangkan berdasarkan ilmu dan pengetahuan modern sejak
65 tahun lalu
( GOFF,
2008). Industri
es krim
berkembang secara luas menjadi bisnis yang mendunia. Bagi konsumen, es krim biasanya berhubungan dengan hiburan, kesenangan dan ketenangan.
Es krim terdiri atas campuran bahan-bahan yang banyak
mengandung protein tinggi seperti telur dan susu. Oleh
karena itu, selain protein, es krim juga mengandung vitamin,
mineral, dan kalori. Apabila es krim dikeluarkan dari freezer selama beberapa waktu maka akan terjadi pelelehan dan
sineresis, sehingga perlu ditambah bahan penstabil untuk memperlambat proses tersebut. Kekentalan es krim banyak
dipengaruhi oleh komposisi adonan, jenis dan kualitas
bahan, proses penanganan atau suhu dan kadar lemak bahan. 86
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
Es krim yang beredar di pasar dibedakan atas kategori
economy, good average dan deluxe (super premium) yang berbeda atas kandungan lemak susunya. Umumnya es krim
yang beredar secara komersial berjenis economy. Selain itu dikenal pula es krim rendah lemak yaitu es krim yang direduksi kandungan lemaknya per takaran saji sebesar 25 -
50% dari jumlah normal sehingga kandungan lemak menjadi 2-6%.
BA. Mentega
Mentega adalah produk olahan susu yang diperoleh
melalui proses pengocokan (churning) sejumlah krim. Mutu mentega tergantung pada mutu krim yang digunakan serta penanganan lanjut. Krim yang terkontaminasi ragi dan
bakteri menyebabkan rasa yang kurang enak. Pencemaran l ain berasal dari peralatan yang dipakai, serta mutu air yang digunakan untuk mencuci mentega.
B.5. Susu karamel, dodol, kerupuk susu, dan tahu susu
Usaha pengolahan susu semakin berkembang pada
skala rumah tangga dan skala kecil dengan berbagai ragam produk.
Produk
olahan
susu tradisional telah lama
berkembang di sentra-sentra produksi di Pangalengan, Jawa
Barat yaitu karamel, dodol, dan kerupuk susu. Dodol dan karamel susu dibuat dari susu sapi berkualitas, sedangkan
kerupuk dan tahu susu dibuat dengan memanfaatkan susu berkualitas rendah dan susu pecah.
87
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Susu karamel adalah produk olahan susu berwarna
coklat akibat proses karamelisasi gula pasir dan gula susu (Iaktosa) saat pemanasan. Melalui pembuatan yang benar,
maka karamel memiliki warna coklat yang menarik, rasa
yang gurih, tekstur yang kenyal dan lembut serta aroma yang memikat. Dodol
susu
diperoleh
dengan
mendidihkan
susu
ditambah gula pasir, gula aren dan santan hingya kental,
kemudian ditambah bahan pengisi (tepung terigu atau ketan) secara bertahap hingga merata, kalis dan matang. Setelah dibiarkan
beberapa
saat,
dapat
dipotong-potong
dikemas kertas yang telah diolesi minyak atau mentega.
dan
Umumnya, susu yang sudah tidak segar telah memiliki
rasa yang asam dan aroma menyimpang karena adanya kontaminasi mikroba (tidak patogen) yang biasanya akan segera dibuang. Namun, pada fase ini sebenarnya susu masih
dapat
diolah
menjadi
tahu
susu
dengan
menambahkan rennet atau asam cuka sebagai penggumpal. Kerupuk
susu
dibuat
dengan
mendidihkan
susu,
ditambahkan secara bertahap ke dalam campuran tapioka
bersama bumbu dan garam sampai adonan kalis. Adonan dibentuk bulat lonjong, direbus atau dikukus hingga matang. Setelah dingin, gumpalan diiris tipis dan dijemur. Setelah
kering dikemas plastik atau digoreng kemudian dikemas
plastik.
88
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
HASIL PENELITIAN BALAI BESAR LITBANG PASCAPANEN PERTANIAN Untuk menunjang program pengembangan subsektor
peternakan pada agribisnis persusuan di Indonesia, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian telah melakukan penelitian sebagai berikut: 1. Penanganan susu
Penelitian penanganan susu segar di tingkat peternak
dan koperasi susu telah dilakukan pada tahun 2004 -- 2006
di sentra produksi susu kabupaten Bandung dan Sumedang. Selain itu jugs telah didesain alat perah sederhana untuk
dapat digunakan oleh peternak sapi perah berskala kecil di daerah
Cisarua
Kabupaten
Bandung.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa selama penerapan SOP dan alat perah sederhana telah terjadi penurunan nilai TPC susu. 2. Pengolahan susu
• Tahun 2009 dilakukan penelitian perbaikan teknologi produksi dadih secara higienis sejak pemerahan susu
kerbau hingga produksi dadih. Penelitian ini sebagai upaya
untuk
melestarikan
susu
tradisional
asal
I ndonesia dan mendukung program diversifikasi produk.
• Tahun 2010 dilakukan penelitian produksi dadih berbahan baku susu sapi yang dimodifikasi dan
penggunaan Lactobacillus casei yang diisolasi dari
dadih asal Kabupaten Sijunjung sebagai starter.
89
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Tahun 2010 diiakukan penelitian pembuatan starter kering
untuk
mendukung
pengembangan
fermentasi, termasuk yoghurt dan dadih.
susu
T ahun 2011 dilakukan penelitian produksi keju putih
segar (fresh white cheese) dengan kadar lemak rendah
dari lemak nabati diperkaya probiotik L. casei. Hasil pengujian invivo pada tikus Sprague Dawley kerjasama
penelitian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian dengan Institut Pertanian Bogor, keju putih segar berpotensi untuk mencegah penyakit jantung.
• Tahun 2011 dilakukan penelitian pembuatan susu
fermentasi garam empedu dan pH rendah saluran pencernaan, kaya akan kalsium dan fosfor sehingga
baik untuk anak-anak.
DIFUSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Kegiatan difusi teknologi olahan susu merupakan tindak
l anjut upaya mendiseminasikan hasil penelitian di Balai
Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Kegiatan intensif diseminasi teknologi pengolahan dadih dan yoghurt telah dilakukan pada tahun 2010.
•
Difusi
teknologi
untuk
mengintroduksikan
pengolahan
dadih
di
Kabupaten
Sijunjung, Sumatera Barat. Kegiatan ini sebagai upaya hasil
penelitian
mengenai
perbaikan teknologi pengolahan dadih di masyarakat
agar dilakukan secara higienis. Rumah produksi dadih 90
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
sudah dibangun di kelompok tani ternak kerbau "Durian Sakek" di Kecamatan Sijunjung. Anggaran pembangun-
an dan sarana prasarana diambil dari APBD Kabupaten
Sijunjung, APBD Propinsi Sumbar dan Ditjen P2HP Kementerian
Pertanian.
Konsep
pengembangan
agroindustri ini adalah membangun kelompok- kelompok petani ternak untuk memerah susu kerbau sesuai
dengan SOP, kemudian mengirim susu segar ke rumah produksi
yang selanjutnya diproses
menjadi dadih.
Kendala yang dihadapi dalam difusi teknologi dadih adalah
pengembangan kelembagaan (pembentukan
kelompok dan pelaksanaan SOP pemerahan). Difusi
teknologi
pengolahan yoghurt di Kabupaten
Padang Panjang Sumatera Barat. Difusi teknologi ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan memasarkan susu
segar yang dihasilkan oleh para peternak. Kegiatan ini dipusatkan di kelompok tani ternak "Lembah Makmur", sampai
saat
i ni
i ntroduksi
teknologi
i ni
sudah
berkembang pesat dan sudah melakukan inovasi-inovasi dari berbagai teknologi dan sudah mampu mengatasi
masalah pemasaran susu, justru sekarang kekurangan susu segar. Rumah produksi dibangun di Kelompok Lembah Makmur dengan bantuan APBD Kota Padang Panjang, dan peralatan prosesing bantuan oleh Ditjen P2HP.
91
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
•
Difusi
teknologi
pengolahan yoghurt di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Difusi teknologi ini dilakukan
bersama dengan Puslitbangnak/Balitnak melalui anggar-
an kegiatan konsorsium sapi perah yang dilanjutkan oleh
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian tahun 2011 2012. Tujuan difusi ini adalah untuk meningkatkan nilai
tambah susu, sebelumnya harga susu adalah Rp 2800/L.
Melalui teknologi proses, susu diolah menjadi yoghurt hingga diperoleh hasil penjualan menjadi Rp 16.000/L. Kegiatan ini dipusatkan di Kelompok Tani "Barokah" di Kecamatan
Mojosongo Kabupaten Boyolali.
Rumah
produksi dibangun oleh swadaya kelompok, peralatan
dan sarana prasarana mendapat bantuan dari Ditjen P2HP Kementerian Pertanian. Kegiatan ini sangat lancar
•
dan rata-rata produksi sudah mencapai 75 liter/hari. Difusi
teknologi
pengolahan yoghurt di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Difusi teknologi ini dilakukan bersama
anggaran
dilanjutkan
dengan
kegiatan oleh
Puslitbangnak/Balitnak
konsorsium
Balai
sapi
Besar Litbang
perah
melalui yang
Pascapanen
Pertanian tahun 2011 - 2012. Tujuan difusi ini adalah
untuk meningkatkan nilai tambah susu, sebelumnya harga susu adalah Rp 2800/L. Melalui teknologi proses,
susu diolah menjadi yoghurt hingga diperoleh hasil
penjualan menjadi Rp 16.000/L. Kegiatan ini dipusatkan
di Kelompok 92
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
Gambar 1. (a) Peternakan kerbau, (b) Pemerahan tradisional, (c) Rumah produksi, (d) Proses pembuatan dadih, dan (e) Dadih
•
Kelompok Tani "Barokah" di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Rumah produksi dibangun oleh
swadaya kelompok, peralatan dan sarana prasarana mendapat bantuan dari Ditjen P2HP Kementerian Pertanian.
•
Kegiatan ini sangat lancar dan rata-rata
produksi sudah mencapai 75 liter/hari.
Kegiatan mendifusikan teknologi untuk produk dadih di Kabupaten Sijunjung (dan Kabupaten Agam), dan produk
yoghurt di Kota Padang Panjang dan Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 - 2011 dilakukan melalui kegiatan pelatihan
dengan narasumber teknologi pengolahan
susu oleh peneliti dari Balai Besar Litbang Pascapanen
Pertanian. Peserta pelatihan adalah anggota kelompok tani ternak aktif.
93
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
Gambar 2. (a) Pemerahan susu sapi, (b) Rumah produksi di kelompok Lembah Makmur, (c) Uji organoleptik yoghurt, (d) Yoghurt
Gambar 3. (a) Mesin prosesing yoghurt, (b) Pengemasan yoghurt, (c) Pengiriman yoghurt dengan sepeda motor roda tiga, (d) Pengiriman yoghurt dengan sepeda motor
94
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
KESIMPULAN Susu sebagai bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
sangat mudah rusak dan pecah oleh kontaminasi mikroba
dari lingkungan, alat pemerahan, ternak sapi, dan operator pemerahan, bila penanganannya kurang baik. Hal ini karena susu
merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan
mikroba yang menyebabkan masa simpan susu relatif singkat atau kerusakan susu. Adanya kelebihan produksi
susu sapi perlu dicari alternatif solusi untuk mengawetkan
dan memperpanjang masa simpan susu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui proses pengolahan.
Produk-produk olahan susu yang sudah dikenal dalam i ndustri pengolahan susu antara lain susu fermentasi, susu
pasteurisasi atau sterilisasi, es krim, mentega, caramel, dodol, kerupuk, dan tahu susu.
Peningkatan wawasan, pengetahuan dan gays hidup
masyarakat terhadap produk olahan susu yang beragam dan
bermutu dewasa ini merupakan peluang untuk meningkatkan
posisi tawar susu sapi segar. Diversifikasi produk dan pengembangan pangan fungsional berbasis susu memiliki prospek
yang
menjanjikan
melalui
aplikasi
teknologi
pengolahan sebagai upaya mendongkrak harga jual susu. Keberhasilan penelitian dan pengembangan produk pangan berbasis
susu
sapi
menjadi
berbagai
produk
olahan
diharapkan dapat memecahkan permasalahan rendahnya
harga susu sapi segar di peternak kecil dan menengah serta 95
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
koperasi. Dengan demikian peternakan sapi rakyat secara
optimal dapat menikmati keuntungan usahaternak dari harga produk yang diolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
2007. Persusuan I ndonesia: Permasalahan dan Arah Kebijakan.
ANONIMUS.
Kondisi,
ANONYMOUS. 2010. Cheese Composition, http:// chestofbooks.com/food/recipes/Boston-Cooking-School/ Cheese-Composition. html,l April 2010. BELITZ, H.D. and W. GROSCH. 1987. Food Chemistry. Translation from the second German Ed. by D. Hadziyeu. Tokyo.
BOEDIYANA, T. 2007. Upaya Penigkatan Daya Saing Persusuan Nasional melalui Gerakan Revolusi Putih. Bahan paparan acara persusuan Ditjen P2HP, Solo, 9 Agutus 2007.
BOTTAZZI. 1983. Other Fermented Dairy Products. In Biotechnology. Fifth volume. H.J. Rehm and G. Reed ( Ed.). G. Reed (vol. ed.). Verlag Chemie. Florida, Basel. BUCKLE, K.A., R.A. EDWARD, G.H. FLEET and M. WOOTON. 1978. Food Science. Australian Vice-Chancellors Committee Press Etching Pty Ltd, Brisbane.
CHAMBELL, J.R. and R.T. MARSHAL. 1975. The Science of Providing Milk for Man. Mc-Graw-Hill Book Co., New York. GOFF, H.D. 2008. 65 years of ice cream science. Int. Dairy Journal 18: 754 - 758. GORSKI, D. 1994. Value added culture. Dairy Foods. July. p. 32.
HANDERSON. J.L. 1981. The Fluid Milk Industri. 3rd Ed. Connecticut: AVI Publishing Inc.
HARPER, W.J. and C.W. HALL. 1981. Dairy Technology and Engineer. Avi Publishing Co., Inc. Wesport, Connecticut. 96
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Susu
HONER, C. 1993. Now kefir. J. Dairy Field (abstr.). 176(9): 91.
KOROLEVA, N.S. 1991. Products Prepared with Lactic Acid Bacteria and Yeasts. In Therapeutics Properties of Fermented Milks. R. K. Robinson (ed.). Elsevier Applied Science, London and New York. LAMPERT. C. M. 1980. Modern Dairy Product. New York Publishing, Co. Inc. MARSHALL, V.M. 1993. Starter culture for milk fermentation and their characteristics. J. Soc. Dairy Technol (abstr.). 46(2): 49 - 56.
MURTI, T.W., PURNOMO, H. dan S. USMIATI. 2009. Pascapanen dan Teknologi Pengolahan Susu. Dalam Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Buku Profil Jsaha. Puslitbang Peternakan. LIPI Press. NURYATI, S. 2009. Mengurai Problem Persusuan Nasional. http://opininegeriku.blogspot.com/2009/02/menguraiproblem-persusuan-nasional.html. ( Diunduh 1 Juni 2009). ORIHARA, 0., I. SAKAUCHI and Y. NAKAZAWA. 1992. Methods for Making Fermented Milks and Lactic Drinks. In Nakazawa and Hosono (Ed) Functions of Fermented Milk: Challenges for The Health Sciences. Elsevier Applied Science, London and New York.
OVERBY, A.J. 1988. Microbial Cultures for Milk Processing. I n Meat Science, Milk Science and Technology. H.R. Cross and A.J. Overby (Eds). Elsevier Science Publishers BV, Amsterdam. RAHAYU, K. dan S. SUDARMADJI. 1989. Mikrobiologi Pangan, Fermentasi Pangan dari Protein Hewani. PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. RAHMAN, A., S. FARDIAZ, W.P RAHAYU, SULIANTARI dan C.C. NURwITRI. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
ROBINSON, R.K. and A.Y TAMIME. 1983. Microbiology of Fermented Milks. In Dairy Microbiology. The Microbiology of Milk Products. Applied Science Publishers, London. 97
Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu
SURYONO. 2003. Dadih: Produk Olahan Susu Fermentasi Tradisional yang Berpotensi sebagai Pangan Probiotik.http: //tumoutou.net/702-07134/suryono.htm. USMIATI, S. dan ABUBAKAR. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Bogor.
98