Pengaliran Air Susu (Milk Ejection)
Beginning first latch
Pengantar • Aliran atau ejeksi air susu terjadi akibat berkotraksinya sel-sel myoephitel yang mengitari alveolus. Proses ejeksi ini menyebabkan tranfer secara cepat air susu dari kantong alveolar ke saluran-saluran air usu. • Aliran air susu akibat gaya tarik passif seperti ini lazim dikenal dengan istilah “milk letdown”. • Pada beberapa kasus, ada kalanya besarnya tekanan di dalam ambing dapat melampaui daya tahan sphinkter puting sehingga air susu merembes (leak) dari puting.
Mekanisme Aliran Air Susu • Ejeksi air susu merupakan suatu repleks neuro-hormonal yang berkaitan dengan pelepasan hormon oksitosin. Di dalam proses ini terdapat dua komponen yg terlibat yaitu: a. Komponen neural (afferent) dan b. Komponen hormonal (eferent).
a) Neural (afferent) Component • Bagian paling besar dari inervasi kelenjer susu pd sapi berada pd puting. Stimulasi puting secara mekanis akan mengaktifkan reseptor-reseptor rangsangan yg sensitif terhadap tekanan pd kulit puting. • Dari puting, impuls saraf akan diteruskan melalui lintasan saraf spinothalamic ke otak yaitu ke hypothalamus dan selanjutnya ke pituitary anterior, yang menyebabkan pelepasan oksitosin dan neurophysin ke dalam aliran darah.
b) Hormonal (efferent) component • Lintasan efferent dimulai dengan dilepaskannya oksitosin ke aliran darah. Dari kelenjer ptuitari darah akan membawa oksitosin ke kelenjer susu dan disana terikat ke reseptor-reseptor oksitosin pd sel-sel myoephitel yg pd gilirannya akan menyebabkan sel-sel ini berkontraksi.
• Kontraksi sel-sel myoepitel akan mendorong air susu dari kelenjer susu mulai dari lumen alveoli keluar melalui pintu puting. Jumlah reseptor oksitosin pd kelenjer susu akan meningkat pd masa laktasi.
• Inisiasi pelepasan hormon oksitosin dapat dirangsang oleh aktivitas menyusu oleh pedet (suckling), pemerahan puting (milking), pembasuhan/pengurutan ambing secara lembut dan kehadiran pedet. • Waktu (timing) pelepasan oksitosin merupakan faktor yg sangat penting yg menentukan jumlah susu yg dapat dikeluarkan dari kelenjer susu. • Pd sapi, konsentrasi puncak oksitosin dicapai dalam 2 (dua) menit sejak perangsangan puting dimulai. Setelah itu, konsentrasinya akan menurut cepat hingga kembali ke kondisi awal dalam 10 menit. Oleh sebab itu sangat penting diusahakan agar pemerahan sudah tuntas dalam kisaran waktu tersebut. • Bila pemerahan dilakukan dengan mesin perah maka teat cup harus sudah dipasang 30 - 60 setelah perangsangan puting dimulai.
Inhibisi Ejeksi Air Susu Aksi hormon oksitosin dapat diblok (dihambat) oleh hormon antagonis yaitu katecholamine: epinephrine and norepinephrine. Kedua hormon ini biasanya dilepaskan sebagai respon terhadap kondisi stres dan menyebabkan kenaikan tegangan otot-otot halus kelenjer susu dan pembuluh darah.
Kondisi seperti itu akan membatasi jumlah oksitosin yg sampai ke sel-sel myoephitel dan menyebabkan okklusi (penyempitan) parsial saluran-saluran susu dan pembuluh darah kelenjer susu.
Oleh karena itu setiap faktor yg dapat mengurangi jumlah oksitosin yg sampai ke sel-sel myoepitel akan menyebabkan inhibisi ejeksi air susu. Inhibisi ejeksi air susu ini dapat terjadi melalui dua mekanisme: a. Inhibisi periferal: disebabkan oleh rendahnya konsentrasi oksitosin yg sampai ke sel-sel myopetil. b. Inhibisi sentral: disebabkan oleh rendahnya jumlah oksitosin yg disekresikan oleh kelenjer pituitari.
Epinephrine (adrenaline), yg diproduksi oleh medula adrenal akan menghambat pengikatan (binding) oksitosin ke sel-sel myoefitel (inhibisi peripheral). Pada inhibisi periferal, penyuntikan oksitosin eksogenous tetap tidak bisa mengatasi inhibisi ejeksi air susu.
Thus, exogenous oxytocin will not cause milk ejection in animals exhibiting peripheral inhibition. Stress paska-partus merupakan penyebab yg umum kegagalan ejeksi susu pd hari-hari pertama setelah melahirkan.
Norepinephrine merupakan suatu neurotransmitter dari saraf-saraf peripheral and saraf-saraf di otak. Hormon ini juga berasal dari adrenal medulla.
Kondisi ketakutan dan stress akan merangsang sistem neuroadrenal untuk melepaskan norepinephrine. Efek menghambat hormon ini atas ejeksi air susu berlangsung secara sentral baik otak maupun kelenjer susu (central mechanism)
• Katekolamin utama pd sapi adalah norepinephrine. Injeksi norepinephrine akan menaikkan tekanan darah sapi 2 to 5 kali di atas normal dan menyebabkan pengurangan hasil yg diperah sampai 10%; sementara, konsentrasi oksitosin tidak berubah.
• Gangguan emosional dapat menyebabkan terhambatnya komponen CNS (central nervous system) dari refleks ejeksi air susu. Kondisi seperti ini sering terjadi pd sapi betina yg baru pertama kali melahirkan. Untuk mengatasi gangguan ini seringkali harus dilakukan penyuntikan oksitosin.
Beberapa fakta penting ttg oksitosin • Oksitosin dapat dilepaskan tanpa adanya stimulasi mekanis pd ambing. Dalam hal ini rangsangan penyebabnya adalah situmulus visual atau audio. • Konsentrasi puncak oksitosin dicapai 1 – 2 menit setelah perangsangan • Di dalam darah, oksitosin memiliki “half-life yg pendek (0.6 – 3.6 menit). • Sensitifitas refleks neorohormonal berlanjutnya masa laktasi.
akan
berkurang
dengan
• Jumlah produksi oksitosin semakin berkurang dgn berlanjutnya masa laktasi
Sel-sel Myoepitel • Komponen penting lain dari refleks neurohormonal ejeksi air susu adalah sel-sel myoepitel. Mereka merupakan sel-sel epitel elestis yg membungkus alveoli dan saluran-saluran kecil air susu yaitu sebagai unit kontraktil.
• Sel-sel myoepitel berada di bawah kontrol hormon (yaitu oksitosin) dan secara normal tidak terpengaruh oleh inervasi motorik yg diterima oleh atau terjadi pd kelenjer susu.
Short term (over a period of hours): In the short term, suckling-induced ejection allows the young to obtain almost all the milk present in the gland, although a small proportion (the residual milk) remains in the glands. Medium term (over a period of hours): In the medium term, removal of milk from the alveolar lumina, prevents the local accumulation of chemical factors, which inhibit further secretion. Long term (over hours to days): In the long term, the suckling process, elicits the release into the maternal blood of factors on which the maintenance of milk secretion (galactpoiesis) depends.
Peranan Suckling pd Sekresi Air Susu Suckling memainkan peran penting utk mempertahankan sekresi air susu melalui 3 cara: 1) Shorth-term (dalam hitungan jam): dalam jangka pendek ejeksi air susu yg dirangsang oleh suckling memungkinkan pedet untuk mengeluarkan hampir seluruhnya air susu yg ada dalam ambing; walau dalam proporsi kecil sebagian air susu akan tersisa dlm ambing (residual milk). 2) Medium-term (dalam hitungan beberapa jam) : pengosongan lumen alveoli akan mencegah akumulasi faktor-faktor kimiawi yg menghambat sekresi air susu. 3) Long-term (dalam hitungan jam hingga hari): proses suckling merangsang pelepasan faktor-faktor yg diperlukan untuk mempertahankan sekresi air susu (galactpoiesis) ke dalam aliran darah induk.
Effects of emotional input on oxytocin release • Newton and Newton (1948): stres psikologis atau rasa sakit menurunkan output air susu.
• McNeilly et al.,1983: pada wanita yang rileks (tdk mengalami gangguan) saat menyusui bayinya, pelepasan oksitosin dimulai pd awal suckling atau bahkan sebelum suckling dimulai (misalnya saat bayi mulai mengangis atau gelisah saat mau minum susu). • Bila wanita yg sedang menyusui diminta untuk melakukan perhitungan mental yg sulit (difficult mental calculations) atau diberi suara yg ribut melalui earphones maka impuls oksitosinnya akan berkurang secara signifikan.
Effects of alcohol on oxytocin release. Vilaro et al.1987: Ethyl alcohol merupakan salah satu inhibitor potensil pelepasan oksitosin. Ingesti etanol secara kronis oleh mencit yg sedang laktasi menyebabkan baik penurunan produksi susu maupun perubahan komposisinya (kandungan laktosa berkurang, sebaliknya lipida meningkat).
Effects of opioids on oxytocin release. A potent effect of opioids on oxytocin release is suggested by the observation in rats that morphine inhibits the let-down reflex (Rayner et al.1995)
Morphine depressed the mammary response to oxytocin (Russell et al., 1993) with no effect on the oxytocinsecreting neurons.