PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN GLOBAL EDUCATION BERBASIS LOCAL CHARACTER DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
Rokayaha) a) STKIP
Sebelas April Sumedang, Jalan Anggrek Situ No. 19 Sumedang, Jawa Barat Indonesia Program Doktor Pendidikan Dasar Univesitas Pendidikan Indonesia Bandung
a)Mahasiswa
Chaerul
Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mengembangan model materi ajar ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education dalam proses pelaksanaan kurikulum 2013. Diawali dengan mengkaji karakteristik dan isu-isu yang berkembang dalam global education sehingga diperoleh informasi kondisi pembelajaran ilmu pengetahuan social serta program pembelajaran ilmu pengetahuan social yang bermuatan konsep global education. Metode penelitian yang digunakan diawali dengan desain research and development. Instrumen yang digunakan berupa panduan wawancara dan tes keterbacaan materi ajar. Sampel penelitian yang digunakan adalah para peserta didik kelas V dari beberapa sekolah dasar yang berada di perkotaan, pedesaan, dan perbatasan kota dengan desa. Kajian ini menyimpulkan bahwa: (1) model materi ajar ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education sesuai dengan perkembangan dan tuntutan isu global, (2) kondisi pembelajaran ilmu pengetahuan social di tingkat sekolah dasar belum mencantumkan isu globalisasi, dan (3) proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education dapat disusun dalam suatu skenario pembelajaran yang bervariasi. Keyword: kurikulum 2013, ilmu pengetahuan social, global education, dan model materi ajar
1. Pendahuluan Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk pola pikir manusia dan budaya manusia. Kegiatan kebudayaan ini menuntut manusia untuk saling berhubungan karena adanya saling ketergantungan. Interaksi manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan peran pendidikan supaya kegiatan berinteraksi ini mempunyai nilai sebagai makhluk berbudaya. Hampir seluruh negara memberikan arahan kebijakan tentang pentingnya pendidikan berorganisasi antar Negara (Pudas, 2009). Satu negara saling ketergantungan dengan negara lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Saling memenuhi kebutuhan tersebut mengakibatkan adanya proses interaksi lintas negara yang membentuk interaksi global pada aspek perdagangan, pekerjaan, keuangan, kemanusiaan dan lingkungan serta teknologi informasi dan transportasi. Segala kegiatan yang mendunia tersebut terkenal dengan sebutan globalisasi (Sujaya 2011). Kemajuan teknologi dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maupun dapat menimbulkan dampak negative terhadap perilaku peserta didik terutama perilaku menyimpang. Munculnya persoalan yang disebabkan ekspektasi standar dan target ukuran
kuantitatif yang bias mendorong terjadinya simplikasi proses pendidikan (Kartadinata, 2010). Kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung arti bahwa anak sebagai pembelajar harus mendapatkan makna pembelajaran termasuk belajar tentang berinteraksi, belajar tentang perbedaan dan belajar tentang toleransi sesama (Sariono, 2014). Maka untuk lebih memastikan pemaknaan pembelajaran tersebut digulirkanlah Kurikulum 2013 yang ditujukan untuk menjawab tantangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Selain itu kurikulum jenjang pendidikan dasar dan menengah haruslah sebuah rancangan yang sarat dengan norma, nilai, pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan kemampuan, mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia (Sutjipto:2015). Berdasarkan hasil evaluasi bagian Kursisjian Dinas Pendidikan Kota Bandung pada tahun 2015 teridentifikasi beberapa kendala yaitu kelemahan tenaga pendidik (guru, kepala sekolah dan pengawas SD) untuk menganalisis kurikulum, terbatasnya kemampuan petendik dalam mengembangkan kurikulum, terbatasnya pengelolaan pengembangan pembelajaran strategi, implementasi model, dan pemilihan metode, Kemampuan Petendik dalam mengelola Penilaian Pembelajaran (baik proses maupun pengolahan hasil), Ketergantungan Petendik dalam pembelajaran kepada konten (materi kognitif), Ketergantungan Petendik kepada buku di dalam pembelajaran, Kemampuan Petendik dalam manageman Implementasi Kurikulum, Kemampuan Petendik untuk perubahan ( komitmen terhadap tugas, tangjungjawab dan disiplin), dan permasalahan lain (seperti penggunaan IT dalam pembelajaran). Selain permasalahan guru di dalam kelas yaitu belum mampu memberikan model pembelajaran yang memberikan sebuah pengalaman yang dapat membentuk karakter peserta didik dalam menyikapi beberapa permasalahan termasuk salah satunya pendidikan global atau Global Education serta pendidikan karakter. Bahkan dikatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) konvensional sering kali mengabaikan pembinaan nilai siswa dalam menghadapi globalisasi (Dadang Sundawa dkk 2015). Pembelajaran ilmu pengetahuan social perlu mengembangkan program pembelajaran yang memuat pendidikan globalisasi (global education) berbasis Local Character yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas termasuk bahan ajar dan strategi pembelajarannya yang melibatkan pendekatan ilmiah (Asmar Ali, 2009; Rochman, 2014). Pengembangan ini diyakini dapat menjadi salah satu solusi pembelajaran IPS yang dapat mengantiasipasi berbagai fenomena kemajuan teknologi, perubahan sosial dan budaya, politik, ekonomi dan juga geografis. (Maryani, 2015). Sejalan dengan ini, The American Association of Colleges for Teacher Education (dalam Sapriya, 2008, hlm 95) mengemukakan bahwa “globalization is said to necessitate change in teaching, such as more attention to diverse and universal huan values, global systems, global issues, involvement of different kinds of world actors, and global history”. Karena kerangka kompetensi Global Education untuk peserta didik sekolah dasar adalah mereka menyadari bahwa (a) mereka adalah manusia (b) yang hidup di planet bumi ini (c) sebagai warga dunia dalam perbedaan budaya (d) yang harus berinteraksi dan berhubungan secara mendunia (Merryfield, 1997: 5). Berbekal kompetensi tersebut diharapkan peserta didik menjadi manusia yang siap masuk pada era globalisasi dengan kepercayaan dirinya serta kematangan jiwa yang siap berkompetisi di tengah perbedaan kultur dan budaya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Sosial yang tertuang dalam rumusan Sosial Studies dalam NCSS, (Sapriya, 2009: 10; Subedi, 2010: 10) Kebijakan nasional penyelenggaraan sistem pendidikan ke depan seharusnya bergerak ke arah dan/atau dimulai dari: (a) pelurusan mindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptualfilisofis sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas yang berpegang pada
prinsip yang salah satunya adalah paradigm pendidikan sistemik yang terbuka dan multimakna, (b) pengembangan dan penelitian keilmuan, (c) penguatan kemauan politik yang kuat dari seluruh komponen bangsa (d) pengembangan strategi (e) upaya untuk mengelaborasi lebih jauh konsep dan operasionalisasi diversifikasi kurikulum dan keterpaduan (outdor learning), (f) upaya untuk mengelaborasi lebih jauh dan operasionalisasi konsep penilaian berbasis nilai dan kompetensi, (g) penegasan kebijakan nasional yang sinergis , dan (h) adanya interaksi antar peserta didik maupun antar peserta didik dengan pendidik agar terjadi kerjasama bbukan hanya kompetisi atau persainganyang akan menimbulkan konflik (Kartadinata, 2010: 4; Santrock, 1995; Rachmawati, 2013; Maftuh, 2008) . Berdasarkan berbagai kajian teori dan fakta yang ada di lingkungan pendidikan dan persekolahan khususnya di tingkat sekolah dasar, maka penting diajukan pertanyaan bagaimanakah proses pembelajaran IPS yang dapat mempertimbang perkembangan isu-isu globalisasi paada berbagai bidang dengan tetap melekat pembentukan karakter local sehingga keutuhan pencapaian tujuan pendidikan nasional yang komprehensif terus dapat dicapai. Untuk itu, makalah ini disusun dalam rangka kajian mendalam khususnya menganalisis, merumuskan, dan menemukan strategi pengembangan bahan ajar IPS dan scenario model pembelajaran ilmu pengetahuan social berbasis pendidikan global dalam perspektif kurikulum yang berkarakter. (termasuk Kurikulum 2013).
2. Kajian Pustaka Program Pembelajaran dan Pembelajaran IPS Program Pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum yang disebut juga perencanaan pembelajaran (Hilda Taba, 1962; Jack, 1997: 21-23) yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana pembelajaran yang meliputi proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar adanya peningkatan kualitas pendidikan (Banks 1990: 13-17). Proses pembelajaran juga menunjukkan hasil pencapaian kompetensi (Daniel Tanner dan Laurel Tanner, 1975). Kurikulum sebagai rencana pembelajaran (UU No 20, 2003) yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan adanya interaksi antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan pendidik (Van Cleaf 1991: 2). Program pembelajaran IPS merupakan integrasi antara pendidikan social dengan kemanusiaan (Sapriya, 2009; David W, 1991: 36). Pendidikan IPS diberikan untuk menyiapkan warga negara yang mampu membuat keputusan reflektif dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan kewarganegaraan di lingkungan masyarakat, bangsa dan dunia termasuk interaksi antar individu (NCSS dalam Sapriya, 2009: 10; Sanjaya, 2009). Lebih jauh inteaksi social terjadi melalui pemrosesan informasi sosial yang melibatkan pemberian atensi ke perilaku-perilaku yang ditampilkan orang lain dan penafsiran atau pemaknaan terhadap perilaku-perilaku tersebut (Ormrod, 2009). Sekolah harus menjadi sebuah lembaga formal yang mampu menanamkan moral sejak dini. Sebagai lembaga yang berperan merubah perilaku melalui belajar sudah seharusnya moral menjadi kompetensi utama dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi warga negara yang baik. (Benninga, 1991: 56; Wahab & Syafriya 2011). Sedangkan dimensi tindakan (action) berupa kompetensi keterampilan berinteraksi dengan lingkungan yang terintergrasi ke dalam pengembangan moral dan bersesuaian dengan psikologi perkembangan anak (Richad, Miller dan
Fielding, 1980: 11; Maryani, 2009; Parker, 2002). Sedangkan Ornstein, Levine & Gutek (2011) menyatakan ilmu pengetahuan social mempunyai program formal yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk memperoleh kompetensi yang digariskan. Maryani (2009) menjelaskan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang tanggung jawab utamanya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan jalinan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan saling berhubungan secara komprehensif (Sukmadinata, 2011; Ali, 2007; Sapriya, 2009). Global Education Global Education adalah sebuah konsep atau program yang ada di sekolah yang bertujuan membantu peserta didik belajar menjadi warga dunia. Materi atau isi dalam Global Education meliputi (a) nilai-nilai dan budaya sebagai manusia (b) Global System yang didalamnya menyangkut ekonomi, politik, teknologi, dan ekologi (c) isu-isu globalisasi tentang keamanan, pembangunan, lingkungan, kaptaslisasi global dan hak azasi (d) global history (Raharjo Jati 2013; Sidhu, 2005; Arnot 200; Erickson 2012; Supriyanto, 2009). Demikian pula kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik dalam mempelajari pendidikan perspektif global adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Selain membangun dan kesadaran diri sebagai manusia dengan berbagai macam perbedaan. Para generasi muda ini dituntut mampu hidup dengan dunia yang saling berhubungan, terutama berkaitan antara tiga aspek yaitu konsep, perubahan, dan proses (Banks, 2010: 3).
Local Character Karakter adalah watak atau ciri perilaku individu yang dipengaruhi oleh banyak unsur. Karakter atau cara perilaku individu tersebut mempengaruhi pula terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa karakter dalam satu wilayah akan membentuk perilaku cenderung homogen. Watak dan kepribadian serta tata cara berprilaku mempengaruhi system social yang membentuk sebuah ekologi social. local karakter adalah ciri, watak atau karakter sebuah lingkungan yang mempunyai kesamaan beberapa unsur baik itu wilayah, iklim maupun tata cara berperilaku. Socio-Ekology tersebut akan ditransfer secara sistematis pada generasi berikutnya serta dipengaruhi juga oleh pemodelan. Secara terminologi Thomas Lickona mengatakan karakter adalah "areliable inner disposition to respond to situations in a morally good way." Then he added, "so conceived Character has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior" (Lickona,1991: 51). Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada yang lain (Nana Prasetyo 2011). Karakter dapat diartikan sebagai identitas diri (Wanda Christian, 2005). Sedangkan menurut Eko Warni (dalam jurnal Anik Ghufron 2011: 14) karakter bisa diartikan kualitas dan kuantitas reaksi terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi tertentu, bisa juga dikatakan watak dan kepribadian seseorang (secara micro). Karakter adalah watak atau ciri perilaku individu yang dipengaruhi oleh banyak unsur. Karakter atau cara perilaku individu tersebut mempengaruhi pula terhadap lingkungan sekitarnya (local character). Beberapa karakter seperti kerjasama, perilaku yang bernilai social, membuat keputusan yag positif, etika berinteraksi, kepedulian social dalam satu wilayah akan membentuk perilaku cenderung homogen (Kelli Larson 2009; Kamaruddin SA, 2012; Emosda 2011; Kort C. Prince and Edward A, 2010). Seperti halnya dengan karakteristik yang diharapkan di wilayah kota Bandung dalam rangka mewujudkan generasi/output yang paripurna yang mempunyai
ruang lingkup Religi dan budaya, serta lingkungan. Program pendidikan karakter kota Bandung tersebut merupakan upaya pembentukkan karakter peserta didik di kota Bandung yang memiliki sikap paripurna yang diharapkan selanjutnya siap menerima pendidikan atau pengaruh era globalisasi yang berdampak positif terhadap dirinya. Sedangkan dampak negative dari pengaruh globalisasi dapat diantisipasi melalui sikap ‘masagi’ individu dan sosio-ekologi (Disdik Kota Bandung, 2016). Kurikulum Pendidikan dasar Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berjalan saat ini yang dimulai dari jenjang SD sampai SMU. Kurikulum 2013 ini berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan dengan pendekatan pembelajaran tematik (Spillane et al, 2002; Suratno, 2014). Kompetensi diartikan sebagai unjuk kerja (in action) yang terukur dan teramati dari apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa. Kompetensi adalah pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasan berpikir dan bertindak. Dengan kebiasaan berpikir dan bertindak yang berkesinambungan memungkinkan individu menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kompetensi dirumuskan sebagai pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, dan dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah, sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten (Pusat Kurikulum, 2002: 2) Pemahaman proses belajar peserta didik yang dilakukan melalui kajian hubungan antara analisis kurikulum dengan praktik pengajaran (Cohen & Hill, 2000). Proses belajar guru yang mengkaji aspek praktik secara komprehensif itu (Ball & Cohen, 1999), misalnya lesson study (Suratno, 2012) atau instructional round (City et al., 2009) dipandang dapat membantu menajamkan ‘sense-making’ pendidik (Hoekstra & Korthagen, 2011).
3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengembangan model materi/bahan ajar ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education dalam proses pelaksanaan kurikulum 2013. Adapun tujuan umum tersebut tediri dari: (a) untuk mengkaji dan menganalisis penyajian bahan ajar IPS konsep gloalisasi pada kelas VI sekolah dasar, (b) untuk mengkaji dan merumuskan pelaksanaan pembelajaran IPS di tingkat sekolah dasar, dan (c) mengkaji dan merumuskan model, scenario, aau disain pembelajaran IPS pada konsep globalisasi pada sekolah dasar. 4. Permasalahan Permasalahan utama penelitian ini adalah bagaimana langkah-langkah pengembangan materi ajar ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education sesuai dengan perkembangan dan tuntutan isu global, bagaimana kondisi pembelajaran ilmu pengetahuan social di tingkat sekolah dasar, dan bagaimana disain pembelajaran ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education dapat disusun dalam suatu skenario pembelajaran yang bervariasi.
5. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development R&D) yang menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Sehingga penelitian ini berorientasi pada pengembangan suatu produk. Produk yang dihasilkan berupa bahan pembelajaran yang dalam proses pengembangannya diawali oleh analisis kebutuhan, penyusunan program yang ditindaklanjuti oleh validasi ahli, dilakukan uji coba dan uji efektivitas program di sekolah. Instrumen yang digunakan berupa panduan wawancara dan tes keterbacaan materi ajar. Sampel penelitian yang digunakan adalah beberapa kelas pada beberapa sekolah serta peserta didik kelas VI sekolah dasar di Kota Bandung Jawa Barat Indonesia. 6. Hasil dan Pembahasan a. Model penyajian materi ajar IPS Berdasarkan kajian aspek-aspek pendidikan global dan local karakter terhadap bahan ajar pada jenjang sekolah dasar khususnya kelas VI yang terdiri dari buku siswa, buku guru dan buku pelengkap lainnya diperoleh data sebagaimana grafik berikut. Porsi Aspek Globalisasi dan Karakter Lokal Bahan Ajar IPS SD Kelas VI (1 ST=60 penyajian=100%) P r o s e n t a s e
3
5
10
10
10 3
12 3
7 10 13 13 7
67
63 50
SubTema-1
SubTema-2
SubTema-3
Tema Globallisasi Buku Ajar IPS Kelas VI Non Global Lokal
Konflik
Karakter Lokal
Dampak Teknologi & Informasi
Ekologi Global
Sistem Ekonom Global
Grafik 1. Porsi Aspek Globalisasi dan Karakter Lokal pada Bahan Ajar Berdasarkan data pada grafik 1 terlilhat bahwa pada tema Globalisasi bahan ajar kerlas VI sekolah dasar menunjukkan adanya variasi kandungan aspek-aspek globalisasi dan karakter local. Pada subtema 1, 2 dan 3 berturut-turut kandungan globalisasi dan karakter local ada sekitar 33%, 37% dan 50%. Kandungan karakter local pada setiap subtema berturut-turut adalah 10%, 12% dan 13%. Dengan demikian, kandungan aspek globalisasi dan karakter local pada bahan ajar tema Globalisasi kelas VI sekolah dasar masih belum optimal. Hal
ini menunjukkan bahwa basih perlu adanya penguatan dan pengayaan aspek-aspek globalisasi dan karakter local (termasuk unsur-unsur budaya tempatan) yang dapat disisipkan pada bahan ajar kelas VI sekolah dasar khususnya pada tema globalisasi.
b. Proses Pembelajaran IPS Proses pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran pada buku peserta didik kelas VI sekolah dasar secara struktur sudah menunjukkan sistematika yang konsisten. Namun jika disandarkan kepada kandungan aspek globalisasi dan karakter local, maka dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut.
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Aktivitas/ Tahapan Pembelajaran Tahukah Kamu Ayo Amati Ayo Bertanya Ayo bekerjasama Ayocari tahu Ayo Diskusikan Ayo Lakukan Ayo Menulis Ayo Renungkan Kerjasama Ortu
Deskripsi Analisis Kualitatif Aspek Globalisasi dan Karakter Lokal Sistem Ekologi Dampak Karakter Eonomi Konflik Global IT Lokal Global Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Sedang Lemah Sedang Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Sedang Sedang Lemah Sedang Lemah Lemah Lemah Lemah Sedang Lemah Sedang Lemah Lemah Lemah Sedang Lemah Sedang Sedang
Berdasarkan analisis langkah pembelajaran yang disajikan pada buku ajar, maka dapat dikatakan bahwa buku ajar sudah konsisten dalam menyajikan tahapan pembelajaran. Pada setiap pembelajaran selallu ada sepuluh jenis aktivitas atau taapan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan sosial sudah dapat dikemas dengan sistematika alur pembelajaran yang baik dan konsisten. Namun dari segi distribusi aspekaspek globalisasi dan karakter local masih belum kuat. Muatan yang ditunjukan pada tahapan pembelajaran belum cukup melibatkan isu-isu global yang mutakhir dalam penyajian materi. c. Variasi Skenario Pembelajaran IPS Berdasarkan kajian terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran dari guru kelas VI yang diandingkan dengan alur penyajian bahan ajar pada buku peserta didik (siswa) khususnya pada tema Globalisasi diperoleh informasi sebagaimana tabel berikut.
No
Skenario Pembelajaran
Deskripsi Analisis Kualitatif Aspek Globalisasi dan Karakter Lokal Sistem Ekologi Dampak Karakter Eonomi Konflik Global IT Lokal Global
1 2
3 4
Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti:
Lemah
Lemah
Lemah
Sedang
Lemah
Pemilihan metode Aktivitas Peserta didik Aktivitas Pendidik
Lemah
Lemah
Lemah
Sedang
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Sedang
Lemah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kegiatan Penutup Evaluasi/ Penilaian
Lemah Lemah
Lemah Lemah
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Lemah Lemah
Secara kualitatif bahwa kandungan globalisasi pada dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran masih lemah kandungan globalisasi dan karakter local. Jika dibandigkan dengan kandungan globalisasi dan karkter local pada bahan ajar ilm pengetahuan social pada tema Globalisasi, maka dokumen RPP masih perlu diperkaya secara keseluruhan. Kelemahan kandungan materi dan variasi metode yang digunakan pada perencanaan pembekajaran ilmu pengetahuan social dapat berdampak pada rendahnya pemahaman peserta didik terhadap isu-isu globalisasi dan karakter local. 7. Kesimpulan Kajian dan penelitian ini menyimpulkan: (1) model penyaian materi ajar ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education sesuai dengan perkembangan dan tuntutan isu global yang mempertimbangkan aspek-aspek karakteristik pembelajaran IPS, isu-isu global, karakter tempatan (local/Kota Bandung), kompetensi isi pada jenjang sekolah dasar masih rendah (kurang dari 50%), (2) kondisi kandungan globalisasi dan karakter lokal pada proses pembelajaran ilmu pengetahuan social di tingkat sekolah dasar masih lemah, dan (3) proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial bermuatan global education dan karakter local pada perencanaan pembelaajran ilmu penetahuan social rata-rata masih lemah artinya belum cukup memadai untuk melibatkan isu-isu global dan karakter local. 8. Daftar Pustaka Ali, Mohammad. (2007). Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung. Asmar, Ali. (2009). Sebuah disain Untuk Pendidikan Sosial di Dalam Kurikulum Terbuka, dalam Jurnal Guru, No. 2 Vol 6 Arnot. (2009). Incorporating Gender Injustices Into Global Citizenship Education. Education, Citizebship, Social Justice, Vol. 117 no 32 Ball, D., and Cohen, D. (1999). Developing practice, developing practitioners: Toward a practice-based theory of professional education. In Linda Darling-Hammond & Garry Sykes (Eds). Teaching as the learning profession. San Francisco: Jossey-Bass Banks, James A. (2010). Multicultural Education. USA: RRD Crawfordsville. Benninga, Jacques S. Moral, Character, and Civic Education in the Elementary School.Teacher College, Columbia University: New York and London.
BPSDMP.(2013). Materi Pelatihan GuruImplementasi Kurikulum 2013, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu PendidikanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan2013. Borg, W. R, dan Gall, M.D. (2003).Educatioanal Research An Introduction (seven edition). New York: Longman. Chrisiana, Wanda. (2005). Upaya Penerapan Pendidikan karakter bagi Mahasiswa: Studi kasus di jurusan teknik industry UK petra. Jurnal teknik Industri, Vol 7 no 1 Cohen D. K. & Hill, H.C. (2000) Instructional policy and classroom performance: The mathematics reform in California. Teachers College Record 102, 296-345. Emosda. (2011). Penanaman Nilai-nilai Kejujuran dalam Menyiapkan Karakter Bangsa: Innovatio, Vol. X, No. 1 Eriksson, G. (2012). Education Through New Technologies, Trends And Practices In Learning, International Communication and Global Education. Gifted Educational International,Vol. 28. No. 1 Fogarty R. (1991). Ten Ways to Integrate Curriculum.Educational Leadership, Vol. 49 No. 2, pp. 61-65. Ghufron, Anik. (2010). Integrasi nilai-nilai Karakter Bangsa pada kegiatan pembelajaran: Jurnal Cakrawala Pendidikan tahun XXIX, edisi khusus Dies Natalis UNY Hoekstra, A., and Korthagen, F. (2011). Teacher learning in a context of educational change: Informal learning versus systematicallysupported learning. Journal of Teacher Education. Vol. 62, No. 1, pp. 76-92. Hunt, Horton. (1984). Sociology. Jakarta: Erlangga Jack, F. (1997). Helping Students Think and Value Strategies for Teaching the Sosial Studies.Englewoodcliffs; New Jersey, Prentices Hall, Inc. Kamaruddin SA. (2012). Character Education and Students Social BehaviorJournal of Education and Learning. Vol.6 (4) pp. 223-230. Kartadinata, sunaryo. (2010). Isu-isu Pendidikan: antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press. Larson, Kelli A. (2009). Understanding the Importance of Character Education). American Psychological Association, 5th edition Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland:Bantam books. Maftuh, Bunyamin. (2008). Resolusi Konflik. Bandung: UPI Maryani, Enok. (2012). Kecerdasan Ruang Dalam Pembelajaran Geografi. Bandung: UPI Maryani, E. Syamsudin, H. (2009). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Jurnal Penelitian. Vol 9 No. 1 Merryfield, Merry M. (1997).Preparing TeacherTo Teach Global Prespectif.California: Thousand Oaks. Miller, Richad, Fielding. (1980). Models Of Moral Education. New York: Longmann. Murdiono , Mukhamad. (2014). Membangun wawasan Global Warga Negara Muda. Jurnal UPI Vol 14 No.2 Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Prince,C Kort. Edward.(2010). Effects Of A School Based Program To Improve Adaptive School Behavior And Social Competencies Among Elementary School Youth The Living Skills Program. Journal of Research in Character Education, 8(2), 2010, pp. 39–59 Pudas. (2009). Some Perspectives On Global Education. Journal of Research in International
Education, Vol. 8. No 3. Rachmawati N, dkk, (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS terpadu Berbasis Outdoor Leraning.Journal of Primary educational. Vol. 2 pp 77 Rochman, Chaerul. (2014). Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda karya Salkind. Neil J.(2009).Teori-teori perkembangan Manusia.Nusa Media: Bandung. Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santrock, Jhon W. (1995). Life-Span Development, 5 E. University of Texas At Dallas Sapriya.(2009). Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran.Bandung: Rosda karya Sariono. (2014). Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas. E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 3 Saud. Udin.(2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press. Sidhu. (2005). Building a global schoolhouse: International Education in Singapore. Australian Journal of Education, Vol. 46 No. 65 Spillane, J., Reiser, B., and Reimer, T. (2002). Policy implementation and cognition: Reframing and refocusing implementation research. Review of Educational Research. Vol. 72, No. 3, pp. 387-431. Subedi.(2010). Critical Global Perspectives. USA: Publishing Inc. Sutjipto.(2015). Diversifikasi Kurikulum Dalam KerangkaDesentralisasi Pendidikan Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.21. Nomor 3 Sujaya, Ngurah Gede. (2011). The development of Professional Teachers. Journal of Education Research and Policy. Vol 3 No. 1 Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek.Bandung: Remaja Rosdakarya. Sundawa, Dadang dkk. (2015). Pengaruh Pembelajaran Pkn Berbasis Vct Analisis Nilai Dilema Moral Terhadap Kompetensi Wawasan Global Warga Negara: CIVICUS, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol. 19 No.1 Suratno, T. (2012). Lesson Study in Indonesia: An Indonesia University of Education Experience. International Journal of Lesson and Learning Studies. Vol. 1 Iss. 03, pp. 196215. Thomas. (1979). Comparing Theories Of Child Development. California: Wadsworth Publishing Company Inc. Tirto Adi, dkk, (2011). Pengembangan Kemampuan Siswa Mengkonstruksi Konsep Ips Melalui Pembelajaran Inquiry. Jurnal PTK DBE 3. Vol.Khusus. No 1. pp 57 Tobias, Duffy. (2009). Constructivist Instruction Success or Failure: published by Routledge270 Madison Ave, New York, NY 1001 Wahab, abdul azis & Sapriya.(2012). Teori & Landasan Pendidikn Kewarganegaraan. Bandung: Alfabetha Van Cleaf, David W (1991. Action In Elementary Sosial Studies. Massachusetts: A Division of Simon& Schuter Inc.