PENGEMBANGAN PELABUHAN BAUBAU DALAM MENDUKUNG PERDAGANGAN INTRASULAIR
PORTS DEVELOPMENT IN SUPPORT OF TRADE INTRASULAIR BAUBAU
Afrinda Hadjar Maulia, Made Benyamin, Roland. A. Barkey
Bagian Perencanaan Pengemangan Wilayah, Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi : Afrinda Hadjar Maulia, SE Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : 085240645603 Email :
[email protected]
ABSTRAK Tesis ini menyajikan hasil penelitian tentang pengembangan pelabuhan Baubau dalam mendukung perdagangan intrasulair dimana dasar pemikiran berasal dari gejala kelangkaan barang yang terjadi dikota Baubau sebagai akibat dari tidak tersedianya prasaran gudang dipelabuhan. Tujuannya untuk mengetahui kecukupan gudang dan menyusun strategi pengembangan pelabuhan Murhum dalam menunjang perdagangan intrasulair. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear time series untuk mengetahui proyeksi arus barang dan dibandingkan dengan gudang yang ada saat ini. Kemudian digunakan analisis kebutuha luas gudang dan analisis SWOT untuk menentukan strategi melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada dikota Baubau. Hasil penelitian menunjukan, gudang yang ada saat ini hanya gudang lapangan penumpukan terbuka dan tidak mencukupi kebutuhan barang akan gudang mengingat barang intrasulair saat ini, membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Strategi yang dapat digunakan adalah memanfaatkan kekuatan luasnya lahan yang belum diproduktifkan menjadi sebuah peluang penempatan gudang untuk mendukung perdagangan intrasulair dan menghilangkan kelemahan saat ini dimana belum tersedianya gudang yang menyebabkan terjadinya kelangkaan atas barang dikota Baubau, dan menghilangkan ancaman melemahnya perdagangan antara pulau dengan didukung strategi penunjang yaitu melakukan kerjasama dengan pemerintah. Kesimpulannya adalah dibutuhkan penempatan gudang sesuai jenis komoditi arus barang dipelabuhan dan untuk saran kedepan adalah menempatkan tenaga yang memiliki sumber daya untuk dapat mengatasi masalah yang akan muncul kemudian. Kata Kunci : Perdagangan intrasulair, Pelabuhan, Gudang.
ABSTRACT This thesis presents the results of research on the development of the port in support of trade Baubau intrasulair where the rationale comes from the scarcity of the symptoms that occur as a result of the city Baubau unavailability dipelabuhan working paper warehouse. The goal is to determine the adequacy of the warehouse and port development strategy in supporting trade Murhum intrasulair. The analysis tool used is linear regression time series to determine the projected flow of goods and compared to the existing warehouse. Then kebutuha widely used analysis and SWOT analysis warehouse to determine the strategy through the strengths, weaknesses, opportunities and threats that exist in the city of Baubau. The results showed, the existing warehouse warehouse only open field buildup and no items will be sufficient warehouse intrasulair remember stuff today, requires a different treatment. Strategies that can be used is to use the power of the extent of land that has not diproduktifkan into a warehouse placement opportunities to support trade and eliminate weaknesses intrasulair this time where the unavailability of warehouse causing shortages of goods Baubau city, and eliminate the threat of weakening trade between the island and supported the strategy of supporting is cooperating with the government. The conclusion is needed placement according to the type of commodity warehouse dipelabuhan flow of goods and for suggestions put forward is energy that has the resources to cope with problems that may arise later.
Keywords: Trade intrasulair, Ports, Warehouses.
PENDAHULUAN Sistem transportasi merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem perdagangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kemajuan ekonomi suatu wilayah tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kewilayahan berupa sarana dan prasarana transportasi Adji Sakti ( 2011 ). Laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan output. Kebutuhan yang semakin banyak mendorong masyarangkat untuk memperoleh barang yang belum bisa dihasilkan didaerahnya. Interaksi antar satu wilayah dengan wilayah lainnya menciptakan sistem perdagangan dan ketergantungan antar wilayah Rahardjo Adisasmita (2005). Mobilitas barang mempengaruhi perekonomian suatu daerah dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan yaitu arus barang dari perdagangan dan bongkar muat mempengaruhi pasar dimana kegiatan-kegiatan ekonomi lokal tergantung pada barang dan jasa. Dari sisi penawaran yaitu prasarana transportasi dimana kebutuhan akan prasarana sangat menunjang kegiatan usaha dan bisnis didaerah Sadono Sukirno (2005). Pelabuhan merupakan pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara Rahardjo Adisasmita (2011). Fungsi gudang sebagai prasarana pelabuhan dalam pembangunan dikatakan sebagai pelayanan. Pelayanan pembangunan yang diartikan sebagai usaha penyediaan fasilitas yang baik dalam jumlah yang cukup untuk memberikan kepuasan bagi para konsumen. Akibat dari interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya Untuk itu dibutuhkan strategi pengembangan untuk dapat mendukung perdagangan antar pulau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat atas barang. Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan . Jadi strategi dibuat berdasarkan suatu tujuan yang telah disusun sebelumnya Rahardjo Adisasmita (2010). Tidak lancarnya mobilitas barang merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Gejala tidak lancarnya arus barang dikota Baubau ditujukan dengan semakin ramainya keluhan masyarakat akan tidak tersedianya barang kebutuhan. Barang yang diminta untuk memenuhi kebutuhan sering tidak ada persediaan. Selain itu untuk melayani kebutuhan dienam kecamatan, barang yang diangkut dari pelabuhan asal harus menunggu jadwal keberangkatan dan
pembongkaran kapal yang sandar dipelabuhan Muhum. Dengan sistem door to door, dimana barang dibongkar dari kapal langsung diantar kepemilik barang menyebabkan kapal yang sandar dipelabuhan Murhum membutuhkan waktu pembongkaran satu hari. Saat ini pelabuhan Murhum dilengkapi dengan gudang penumpukan terbuka namun kegiatan di pelabuhan Murhum akan mengalami peningkatan dimasa kini dan dimasa yang akan datang, dari bongkar muat barang, hingga volume penampungan barang dengan jenis barang yang beragam . Seperti pada penelitian yang dilakukan Priyambodo ( 2006 ) semenjang terjadinya semburan lumpur PT.Lapindo , dengan menentukan strategi dari faktor internal dan eksternal yang dimiliki untuk memanfaatkan pelabuhan tanjung wangi mendukung distribusi barang dan jasa ke wilayah Timur dan Selatan Surabaya, berdasarkan kekuatan dan peluang, ancaman dan kelemahan maka hasil matrik IE menunjukan posisi kekuatan dan peluang yang dimiliki dengan strategi menekan waktu bongkar muat menjadi secepat mungkin, mengantisipasi perubahan kebijakan peraturan kepelabuhanan, dan meremajakan peralatan bongkar muat dan merevitalisasi teknologinya berada pada posisi sedang atau rata-rata yang artinya cukup bagus dan mampu menghilangkan kelemahan dan ancaman yang dimiliki. Untuk itu melalui penelitian ini, akan ditujukan untuk mengetahui kecukupan gudang pelabuhan dalam melayani volume barang intrasulair dan menetukan strategi peningkatan kinerja pelabuhan Murhum dalam mendukung perdagangan intrasulair.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Murhum Kota Bau-bau Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif kualitatif, yang mengidentifikasi masalah dengan alat ukur analisis dan observasi lapangan. Populasi dan Sampel Populasi adalah data perdagangan dan bongkar muat dikota Baubau. Teknik penarikan sampel yang digunakan untuk mengetahui kecukupan gudang adalah sampel random Hasan Mustafa (2011). Untuk mengetahui kebutuhan jenis gudang, data dianalisis berdasarkan jenis komoditi yang mendominasi volume pengiriman dan yang paling sering diperdagangkan atau memiliki volume
perdagangan yang muncul tiap tahun pada data statistik tahunan kota Baubau ditahun 2008-2011. Untuk mengetahui angka proyeksi, sampel data yang digunakan adalah perdagangan antar pulau tahun 2003 – 2011. Sedangkan sampel data yang digunakan untuk analisis bongkar muat adalah tahun 2005-2011. Data primer adalah data yang akan secara langsung diperoleh dilapangan dengan teknik observasi dan wawancara. Data sekunder adalah data yang akan diambil dari kantor pelabuhan, badan pusat statistik (BPS) kota Bau-bau dan badan pendapatan daerah (BAPEDA) setempat. Metode Analisis Dalam mendukung hasil analisis data kecukupan gudang pelabuhan dalam melayani perdagangan intrasulair, maka diproyeksikan angka pertumbuhan perdagangan dan bongkar muat dengan menggunakan metode analisis Time Series E.Hanke dalam John.W ( 2005 ). Selanjutnya untuk memperoleh nilai kebutuhan arus barang akan luas gudang akan dijumlahkan nilai proyeksi arus barang, waktu tinggal, banyak tumpukan, volume ruang yang hilang, dan ruang pergerakan dalam gudang. Standar perhitungan gudang yang digunakan diperoleh dari kantor pelabuhan Baubau sesuai standar pembangunan gudang pelabuhan nasional oleh Tania Edna (2007). Dengan asumsi tahun 365 hari dan satu hari 24 jam. Untuk menentukan strategi pengembangan digunakan
Pendekatan kualitatif matriks
SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns dalam Ivan Wirata ( 2008 ) menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Penentuan faktor internal dan eksternal dilakukan melalui hasil analisis, pengamatan lapangan, penilaian atas faktor ini berdasarkan jawaban dari 25 responden. Di sini responden memberikan preferensi opini terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari pertanyaan pada lembar kuesioner, pihak responden diharapakan memberikan penilaian untuk
saat ini dan perkiraan di masa
mendatang. Di sini responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor tersebut untuk dimanfaatkan dan ditangani. Perhitungan pembobotan dan rating yang dilakukan berdasarkan ceklis pada kolom jawaban, misalnya yang menjawab untuk pertanyaan 1 adalah 20 orang dan menceklis kolom 1 adalah 6 orang dan menceklis kolom 2 adalah 14 orang maka, (6 x 1) dan (2 x 14), Pengukuran
rating dilakukan dengan skala, yaitu 4 (sangat mempengaruhi) untuk jumlah terbanyak < 35-40, Ranting 3 (berpengaruh) untuk jumlah jawaban > 35-30, rating 2 (kurang berpengaruh) <30-25 dan rating 1 (tidak berpengaruh) <25-0. Paling banyak jumlahnya diberi persentase 100%, sedangkan yang paling kecil diberi persentase 0. Kelompok internal memiliki jumlah persentase 100% dan kelompok eksternal memiliki jumlah persentase 100% .
HASIL Berdasarkan hasil analisis kebutuhan gudang per-ton dalam satu hari pada tabel 1, dimana volume bongkar muat pertahun dibandingkan dengan volume ruang yang hilang sebesar 40%, 10% kebutuhan barang, dan barang yang ditampung digudang adalah 2 tumpukan dengan rata-rata penyimpanan adalah tiga hari dimana asumsi perhitungan hari dalam satu tahun adalah 365 hari dan 1 hari adalah 24 jam, maka dapat dilihat hasil kebutuhan barang akan gudang dalam ton/ hari. Pada tahun 2012, volume bongkar muat adalah 3.939.561,06 ton dan kebutuhan gudang dari bongkar muat perhari adalah 782.515,55 ton. Ditahun 2035, kebutuhan volume bongkar muat perhari akan gudang adalah 3.074.736,20 dengan total bongkar muat pertahun adalah 15.479.706,40. Yang membutuhkan ruang gudang adalah barang bongkar dan muat dengan satuan ton, sedangkan ruang gudang yang dibutuhkan adalah dalam satuan meter, untuk itu dibutuhkan analisis panjang kapal, kemampuan atau daya kapal dalam mengangkut barang dalam ton serta jumlah lalu lintas kapal dalam satu hari. Jika maksimum daya tampung kapal ( DWT ) yang masuk di pelabuhan Murhum kita bulatkan menjadi 6.000 ton dan menggunakan panjang kapal maksimum yang masuk dipelabuhan Murhum adalah 146,90 m. Maka, untuk mengetahui jumlah kapal yang masuk perhari dipelabuhan, dibutuhkan perbandingan antara kebutuhan barang dan daya tampung kapal yaitu pada tingkat kebutuhan barang perhari 782,515.55 ton / 6.000 ton ditemukan131 call kapal dalam satu hari. Untuk mengetahui luas gudang yang dibutuhkan volume arus barang dalam meter maka jumlah lalu lintas kapal harus dikalikan dengan panjang kapal. Jika panjang kapal pada tabel 2 yang digunakan adalah panjang kapal maksimum maka, 131 x 146,90 m = 19,158.59 m. Kita ketahui bahwa arus barang terdiri dari bongkar dan muat, jika dalam satu kali pembongkaran kapal maka akan terjadi
pula pengangkutan muatan dari darat ke atas kapal. Untuk itu, dari 19,158.59 m / 2 ditemukan kebutuhan panjang gudang adalah 9,579.29 m per satu hari bongkar muat dipelabuhan Murhum. Untuk memperoleh luasan gudang maka 9,579.29 m x 100 = 957,929.45 m2. Dengan perolehan hasil proyeksi panjang gudang perhari maka dapat disimpulkan pada tingkat potensial perdagangan hasil bumi dan laut kota Baubau sebesar 32,333.29 ton ditahun 2015, dan volume bongkar muat adalah 5,444,797.41 ton kebutuhan barang akan luas gudang tampungan bongkar muat adalah 13,239.37 m perhari dan kebutuahan panjang gudang pertahun adalah 13,239.37 m x 365 x 24 = 115,976,881.20 m atau luas gudang 1,323,937.29 m2 perhari dan 11,597,690,665.15 m2 pertahun. Ukuran gudang ini tergantung pada jumlah muatan yang yang dibongkar dari kapal dan akan dimuat dikapal. Saat ini pelabuhan Murhum melayani kapal dengan bobot 1 – 6.000 Dwt dengan jumlah barang angkutan 2 – 12.000 ton. Setelah barang dibongkar maka ruang kosong kapal akan diisi barang yang akan dikapalkan. Dengan demikian barang yang harus dilayani dalam gudang laut adalah 12.000 ton. Jumlah bongkar maksimum perhari dipelabuhan murhum adalah 2000 ton untuk barang potongan seperti kendaraan, kayu, rotan, dan alat berat dan untuk barang campuran, semen, beras, hasil laut dan hasil pertanian adalah 10.000 ton. Sesuai dengan analisis kebutuhan luas gudang pertahun dalam meter pada tabel 3, dengan jumlah tumpukan adalah dua tumpukan, dan luas ruangan yang hilang untuk jarak letak barang 15 %, dimana masing-masing barang membutuhkan 10% ruang penyimpanan. Maka luas gudang yang dibutuhkan adalah 5.000 m2 . Dan untuk ruang gang gerak kendaraan 25%, maka luas gudang yang dibutuhkan adalah 12.500 m2. Gudang laut dilengkapi dengan dua pintu sehingga memudahkan pergerakan kendaraan keluar masuk dalam gudang. Dengan maksimum bobot kapal yang sandar dipelabuhan Murhum adalah 6.000 Dwt dengan panjang kapal 146, 50 maka dapat ditetapkan panjang gudang laut adalah 120 m, dengan lebar 12.500/120 = 104,17 m. Mengingat model pelabuhan Baubau adalah model pelabuhan pier jari maka dibutuhkan pembangunan gudang bertingkat untuk menghemat ruang. Berdasarkan pada lamanya waktu simpan digudang, lebih dari tiga hari maka kebutuhan ruang gudang dalam waktu lama adalah dua kali dari luas
gudang laut. Seperti hasil analisis dari luas gudang laut diatas maka luas gudang khusus yang dibutuhkan adalah 2 x 12.500m2 adalah 25.000 m2 dengan lebar 2 x 104, 17 = 209 m. Barang-barang yang membutuhkan pendingin adalah 80% dari barang yang diangkut, maka dari luas gudang 25.000 m2 x 0,8 = 20.000 m2. Berdasarkan pada matriks SWOT maka strategi penggudangan di pelabuhan Murhum untuk mendukung perdagangan intersuler adalah Menyusun rancangan yang tepat atas pengembangan pelabuhan dimasa yang akan datang serta realisasi perluasan kawasan kerja pelabuhan yang terarah,
sehingga
kekuatan luasnya lahan yang dimiliki mampu menciptakan peluang menjadi kesempatan arus barang dalam volume bongkar muat sesuai proyeksi lima tahunan, dimana telah tercukupinya gudang dipelabuhan.
PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan adanya ketidak cukupan gudang pelabuhan Murhum dalam melayani arus barang yang bertumbuh tiap tahunnya dengan perlakuan khusus sesuai jenis barang yang dibongkar atau dimuat dipelabuhan. Kegiatan perdagangan yang berlangsung di Kota Baubau mencakup perdagangan berskala lokal dan regional. Komoditas yang diperdagangkan dalam skala lokal mencakup kebutuhan barang primer, sekunder dan tersier atau campuran. Barang potensial dari wilayah hinterland di kota Baubau yang diperdagangkan dalam skala regional atau nasional bervariasi mulai dari hasil tangkapan ikan laut, perkebunan, industri dan tanaman pangan. Volume bongkar muat dipelabuhan, cenderung tumbuh tanpa fluktuasi. Dalam penelitian yang dilakukan Nuzla Nurania (2007), fasilitas di terminal PK Pelabuhan Soekarno adalah panjang dermaga sebesar 490 m, luas lapangan penumpukan sebesar 7,5 Ha dan luas CFS sebesar 4.000 m2. Fasilitas peralatan diantaranya gantry crane sebanyak 2 unit, transtainer sebanyak 5 unit, reach stacker sebanyak 2 unit. Berdasarkan analisa regresi diperoleh hasil yaitu arus kunjungan kapal pada tahun 2009 sebesar 720 unit sedangkan tahun 2014 sebesar 805 unit. Arus peti kemas pada tahun 2009 sebesar 372.714 TEU’s dan pada tahun 2014 sebesar 492.234 TEU’s. Prediksi panjang dermaga pada tahun 2009 adalah sama dengan prediksi pada tahun 2014 yaitu sebesar 700 m, begitu pula dengan prediksi jumlah dermaga pada tahun 2009 dan tahun 2014 adalah sebanyak 4 dermaga. Kebutuhan lapangan penumpukan masih cukup sampai tahun 2012, tetapi pada tahun 2014 kapasitas
lapangan penumpukan yang dibutuhkan adalah sebesar 8,15 Ha. Luas CFS dan kapasitas peralatan diprediksi masih mampu menangani arus peti kemas hingga tahun 2014. Dengan faktor internal dalam pengambilan strategi pengembangan pelabuhan Murhum adalah Luasnya lahan yang belum diproduktifkan, Lokasi pelabuhan yang strategis, Pelabuhan alam, Pelabuhan utama, dan Tingkat keamanan yang tinggi. Dan faktor internal yang membawa masukan positif pada strategi pengembangan, terdapat pula faktor kelemahan yang membawa faktor yang dapat menghambat pengembangan pelabuhan Murhum adalah usulan untuk dikelola PT.Pelindo belum terealisasi,
Fasilitas bongkar muat yang belum
memadai, Tidak tersedianya gudang, Tidak tertibnya administrasi pelabuhan dan Ruang parkir yang terbatas. Strategi yang dapat diambil untuk memanfaatkan kekuatan luasnya lahan yang belum diproduktifkan dan peluang
mencukupi
kebutuhan arus barang akan gudang maka kecukupan gudang tumpukan, gudang laut atau gudang transit, dan gudang pendingin untuk barang bongkar muat yang membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanannya mendapatkan hasil yang proporsional untuk dilakukan penempatan gudang baru untuk dapat sebagai pengembangan pelabuhan Murhum dalam menunjang perdagangan intrasulair.
KESIMPULAN DAN SARAN Prasarana gudang yang ditawarkan pelabuhan Murhum tidak mencukupi untuk melayani permintaan volume barang intrasulair dan dibutuhkan tambahan gudang untuk barang sesuai jenis komoditi, dan berdasarkan pada hasil analisis matriks SWOT maka strategi peningkatan kinerja pelabuhan Murhum dalam mendukung perdagangan intrasulair layak untuk diterapkan sesuai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dampak dari sebuah perencanaan tidak dirasakan dalam waktu dekat, namun dengan pasti akan dirasakan oleh generasi yang akan datang, oleh karena itu dibutuhkan strategi khusus untuk menangani dampak negatif
yang akan muncul dari berbagai aspek,
dipengaruhi
pengembangan gudang pelabuhan dalam melayani perdagangan intrasulair.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita H.Rahardjo. (2005). Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Makassar : Graha Ilmu Adisasmita H.Rahardjo. (2010). Pengembangan Wilayah. Makassar : Graha Ilmu Adisasmita H.Rahardjo. (2011). Dasar-dasar Ekonomi Transportasi. Makassar : Graha Ilmu Edna Tania. (2007). Pembangunan Gudang Pelabuhan Untuk Menunjang Ekonomi Wilayah. Jakarta : Program Studi Teknik Sipil
Universitas
Indonesia John,W. (2005). Identifikasi Pola Data Timer Series. Semarang : Universitas Negeri Semarang Mustafa Hasan. (2011). Teknik Sampling. Jakarta : Jurnal Akademik Volume. 11 Universitas Indonesia. Nuzla Nurania. (2007). Analisis Pengembangan Terminal Petik Kemas Pelabuhan Soekarno Hattta Makassar. Yogyakarta : Jurnal Akademik FakultasTeknik Universitas Janabadra Priyambodo. (2006). Strategi Penguatan Pelabuhan Tanjung Wangi. Surabaya : Cakrawala Jurnal Sakti Adji. (2011). Transportasi dan Pengembangan Wilayah. Makassar : Graha Ilmu Sukirno Sadono. Edisi (2005). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : Grafindo Persada Wirata Ivan. (2008). Kajian Prospek Perluasan Pelabuhan Jambi. Semarang : Universitas Diponegoro, Semarang
Tabel 1.
Tahun
Analisis kebutuhan arus barang per hari terhadap gudang (ton), 2012 – 2035. Bongkar Muat
T
Dt
Sf
D
Sh
h
Bs
Kebutuhan
(Ton)
(%)
(hari)
(m)
(hari/tahun)
(tumpukan)
(m)
(%)
Gudang (ton)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
3,939,561.06 4,441,306.51 4,943,051.96 5,444,797.41 5,946,542.86 6,448,288.31 6,950,033.76 7,451,779.20 7,953,524.65 8,455,270.10 8,957,015.55
0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4
0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
782,515.55 882,177.32 981,839.09 1,081,500.85 1,181,162.62 1,280,824.39 2,975,074.43 3,074,736.20 1,579,809.69 1,679,471.46 1,779,133.23
2023 2024
9,458,761.00 9,960,506.45
0.1 0.1
3 3
29 29
365 365
2 2
2.4 2.4
0.4 0.4
1,878,794,99 1,978,456.76
2025 2026 2027 2028
10,462,251.90 10,963,997.35 11,465,742.80 11,967,488.25
0.1 0.1 0.1 0.1
3 3 3 3
29 29 29 29
365 365 365 365
2 2 2 2
2.4 2.4 2.4 2.4
0.4 0.4 0.4 0.4
2,078,118.53 2,177,780.30 2,277,442.06 2,377,103.83
2029 2030 2031 2032
12,469,233.70 12,970,979.15 13,472,724.60 13,974,470.05
0.1 0.1 0.1 0.1
3 3 3 3
29 29 29 29
365 365 365 365
2 2 2 2
2.4 2.4 2.4 2.4
0.4 0.4 0.4 0.4
2,476,765.60 2,576,427.37 2,676,089.13 2,775,750.90
2033 2034
14,476,215.50 14,977,960.95
0.1 0.1
3 3
29 29
365 365
2 2
2.4 2.4
0.4 0.4
2,875,421.67 2,975,074.43
2035
15,479,706.40
0.1
3
29
365
2
2.4
0.4
3,074,736.20
Tabel 2 : Perusahaan swasta angkutan barang, dan ukuran kapal Ukuran Kapal No
Nama Perusahaan
1
PT.PELNI
2
Panjang Kapal
Daya Muat (DWT)
146,50 – 146,90
3.400 – 5412 ton
PT.ARMADA MANDIRI
20, 49 – 50,70
1,79- 218 ton
3
PT.ASL
22,95 – 26,72
1,56 – 2,55 ton
4
PT.ASDP
29,0 - 32,5
223 – 408 ton
Sumber Data : Kantor Pelabuhan , Juli 2012.
Tabel 3.
Analisis kebutuhan arus barang perhari terhadap gudang (m) , 2012 – 2035.
Tahun
Kebutuhan
DWT
LS
I/O
Call
Gudang (ton)
Panjang Gudang (m)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
782,515.55 882,177.32 981,839.09 1,081,500.85 1,181,162.62 1,280,824.39 2,975,074.43 3,074,736.20 1,579,809.69 1,679,471.46 1,779,133.23 1,878,794.99 1,978,456.76 2,078,118.53 2,177,780.30 2,277,442.06 2,377,103.83 2,476,765.60 2,576,427.37 2,676,089.13 2,775,750.90 2,875,421.67 2,975,074.43
6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000
146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9 146.9
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
130.42 147.03 163.64 180.25 196.86 213.47 495.85 512.46 263.3 279.91 296.52 313.13 329.74 346.35 362.96 379.57 396.18 412.79 429.4 446.01 462.63 479.24 495.85
9,579.29 10,799.32 12,019.35 13,239.37 14,459.40 15,679.43 36,419.87 37,639.90 19,339.50 20,559.53 21,779.56 22,999.58 24,219.61 25,439.63 26,659.66 27,879.69 29,099.71 30,319.74 31,539.77 32,759.79 33,979.82 35,199.95 36,419.87
2035
3,074,736.20
6000
146.9
2
512.46
37,639.90