PENGEMBANGAN PASAR PRODUK ASINAN BOGOR DENGAN METODE RISET AKSI
MAWARDI KARTASASMITA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengembangan Pasar Produk Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi” adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Mawardi Kartasasmita NIM F34100075
ABSTRAK MAWARDI KARTASASMITA. Pengembangan Pasar Produk Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi. Dibimbing oleh ONO SUPARNO dan AJI HERMAWAN Asinan Bogor merupakan salah satu kuliner Kota Bogor yang banyak disukai oleh masyarakat. Akan tetapi, produk ini jarang dijadikan sebagai produk oleh-oleh terutama bagi wisatawan yang berdomisili jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model bisnis terbaik dengan pendekatan metode riset aksi dalam pengembangan pasar produk asinan Bogor. Data dalam penelitian ini, dikumpulkan dengan metode wawancara kepada 50 responden wisatawan untuk dilakukan pengujian permasalahan dan pengujian solusi terhadap produk asinan Bogor. Berdasarkan pengujian didapat 72% responden adalah konsumen potensial yang memiliki permasalahan mengenai produk asinan Bogor. Permasalahan tersebut diantaranya kekhawatiran konsumen terhadap kemasan yang mudah bocor, kurangnya kehigienisan produk, ketidakpraktisan, ketidakkonsistenan produk (terhadap rasa, volume, ukuran buah, serta tekstur buah), umur simpan yang pendek, serta kemasan yang kurang menarik membuat produk ini jarang diminati sebagai produk oleh-oleh. Berdasarkan permasalahan tersebut dirancang model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hasil dari model bisnis tersebut, sebanyak 92% responden menyatakan pengembangan produk asinan Bogor yang diberi merek Asinan Kujang sudah tepat sebagai produk oleh-oleh. Kata kunci : asinan Bogor, model bisnis, pengembangan pasar, riset aksi ABSTRACT MAWARDI KARTASASMITA. Market Development of “asinan Bogor” Product By the Action Research Method. Supervised by ONO SUPARNO and AJI HERMAWAN “Asinan Bogor” is one of an authentic cuisine from Bogor, which is favoured by many people. However, the product is rarely used as a gift especially for travelers who live far away. The objective of the study was to obtain the best business model by the action research method approach in “asinan Bogor” market development. Data were collected by interview method to 50 travelers coming to Bogor, in order to problem and solution tests on the product. Based on the problem test, 72% of the respondents were potential consumers having concerns about the product. The problems were consumer concerns on packaging, i.e. easy to leak, unhigiene product, product inconsistency (taste, volume, size, and texture of the fruit), a short shelf life, and less attractive packaging, making the product not common as gift or souvenir. Based on problem test result, business models were designed to suit the needs of the consumers. The result of the business model was 92% of respondents stated that the product branded as “Asinan Kujang” has been suitable as an indigenous Bogor souvenir. Key words : asinan Bogor, business model, market development, action research.
PENGEMBANGAN PASAR PRODUK ASINAN BOGOR DENGAN METODE RISET AKSI
MAWARDI KARTASASMITA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Pasar Produk Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi”. Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian, pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada : 1. Kedua orangtua, Alm. Bapak Achmad Purkon dan Ibu Sadi’ah, Kakak yaitu Puja Lestari, Harti, dan Alm. Reni Suryanita yang sampai detik ini membuat saya selalu bersemangat dan termotivasi untuk selalu berkarya dan bekerja keras. 2. Bapak Prof Dr Ono Suparno, STP, MT dan Dr Ir Aji Hermawan, MM selaku Pembimbing Akademik yang telah senantiasa membimbing penulis selama keseluruhan penyusunan skripsi. 3. Lembaga Recognition and Mentoring Program (RAMP) IPB sebagai pihak yang mendanai sekaligus memberikan arahan dalam penelitian ini. 4. Lembaga Yayasan Karya Salemba Empat yang memberikan beasiswa kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata 1 di IPB. 5. Kedua rekan saya yaitu, Khairunnisa rekan satu tim dalam pengembangan pasar dan produk asinan Bogor serta Andino Yudho Pratomo yang selama penyusunan membantu kami dalam pengembangan produk asinan Bogor. 6. Kepada Ibu Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSi selaku dosen TIN, Ibu Egnawati Sari dan Mba Etty selaku laboran TIN yang senantiasa memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan produk. 7. Seluruh keluarga besar TIN 47 atas dukungan, doa, bantuan, kekompakan, kenangan indah yang membuat penulis selalu bersemangat sampai karya ilmiah ini selesai. 8. Seluruh teman-teman dan kerabat yang tidak dapat disampaikan satu persatu. Demikian karya ilmiah ini dibuat agar diharapkan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Bogor, Juni 2014
Mawardi Kartasasmita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kanvas Model Bisnis Awal Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal Ukuran Pasar (Market Size) Pengujian Permasalahan (Test The Problem) Pembaharuan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis Pengujian Solusi (Test The Solution) Pembaharuan Tahap Kedua Kanvas Model Bisnis Verifikasi Model Bisnis SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi vi vi 1 1 2 2 2 3 4 5 5 10 11 12 13 14 19 20 22 22 22 23 24
DAFTAR TABEL Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang Permasalahan produk asinan Bogor di pasaran Pembaharuan pertama kanvas model bisnis Asinan Kujang Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan terhadap produk asinan Bogor 5. Pembaharuan tahap kedua kanvas model bisnis Asinan Kujang 1. 2. 3. 4.
10 13 14 15 19
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Proses customer development Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi Model bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor Ukuran pasar Asinan Kujang Pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor Produk pengembangan asinan Bogor “Asinan Kujang” Hasil ketertarikan konsumen terhadap pengujian solusi produk pengembangan asinan Bogor 8. Kecocokan produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh menurut konsumen 9. Keinginan konsumen terhadap jenis saluran (channel) dalam penjualan produk asinan kujang 10. Harga yang pantas terhadap produk Asinan Kujang menurut konsumen
2 3 5 12 12 16 16 17 18 18
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan pengujian terhadap permasalahan produk asinan Bogor 2. Daftar pertanyaan pengujian solusi pengembangan produk asinan Bogor 3. Data responden pengujian permasalahan pada produk asinan Bogor 4. Data responden pengujian solusi pada produk asinan Bogor 5. Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 1 6. Disain model kanvas versi satu 7. Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 2 8. Disain model kanvas versi dua 9. Diagram skema penjualan Asinan Kujang sampai ke tangan konsumen
24 26 28 31 33 35 36 39 40
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Bogor merupakan salah satu kota dan kabupaten di Indonesia yang memiliki tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2012), pada tahun 2011 terdapat 5 259 678 wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke objek wisata Kota maupun Kabupaten Bogor. Jumlah wisatawan tersebut akan terus bertambah dikarenakan bertambahnya jumlah tempat wisata yang ada di Kota maupun Kabupaten Bogor. Banyak tempat yang menarik di Bogor seperti Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Taman Wisata Cibodas, Taman Wisata Matahari, Daerah Puncak Pass, Daerah Cipanas, dan tempat wisata lainnya. Hal tersebut membuat Bogor memiliki keanekaragaman cinderamata dan sebagai salah satu pusat jajanan kuliner serta oleh-oleh di Indonesia. Salah satu kuliner yang terkenal di Bogor adalah Asinan Bogor. Asinan adalah makanan yang terdiri atas buah dan atau sayur yang direndam dalam kuah dengan dominasi rasa manis dan asam. Asinan dapat dibuat dari campuran bahan segar maupun bahan yang dibuat dengan cara pengacaran (melalui pengasinan dengan garam atau pengasaman dengan cuka). Menurut Ashadi (2007), Asinan tergolong ke dalam jenis makanan penutup (dessert) atau sebagai jajanan (snack) yang sifatnya rekreatif. Bahan dasar asinan dapat berupa buah, sayur, atau campuran keduanya. Asinan sayur terdiri atas tauge, kubis, sawi, dan mentimun. Asinan buah terdiri atas bengkuang, nanas, pepaya, kedondong, salak, jambu, mangga, lobi-lobi, dan kacang goreng. Sebagai pelengkap, terkadang asinan ditambahkan kerupuk yang berwarna kuning. Kuah asinan dibuat dari air matang, cuka, gula pasir, garam, ebi, dan bumbu lain serta cabai merah (yang direbus dan digiling). Banyak masyarakat dari berbagai kota mencari asinan Bogor karena cita rasanya yang khas dan rasanya yang nikmat. Biasanya asinan Bogor dinikmati ditempat berjualan atau dikemas pada wadah plastik transparan sehingga umur simpan produk hanya satu sampai dua hari. Umur simpan produk yang singkat dan ketidakpraktisan produk membuat produk ini jarang dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berdomisili jauh dari Bogor. Padahal banyak masyarakat yang menyukai asinan dan menginginkan produk dijadikan sebagai oleh-oleh. Selain itu, rasa rindu akan asinan Bogor bagi para perantau yang tinggal di luar kota atau luar negeri juga besar tetapi produk asinan Bogor jarang ada di daerah tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan proses customer development (pengembangan konsumen) untuk menemukan kebutuhan atau keinginan konsumen terhadap produk dan jasa yang akan dipasarkan. Menurut Blank dan Dorf (2012), customer development adalah kegiatan mendapatkan model bisnis dengan cara pencarian model (search) dan eksekusi model (execution). Penelitian ini memokuskan pada bagian pencarian model bisnis (search) khususnya aktivitas customer discovery. Kegiatan tersebut dilaksanakan guna mendapatkan model bisnis yang tepat terhadap produk serta mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan konsumen.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendapatkan model bisnis terbaik dengan metode riset aksi dalam pengembangan produk asinan Bogor. Model bisnis yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi sebuah startup business yang dapat dikembangkan menjadi sebuah industri. Ruang Lingkup Blank dan Dorf (2012) menjelaskan bahwa dalam customer development terdapat empat langkah yang mendukung semua unsur dalam penyusunan startup business. Keempat langkah tersebut adalah customer discovery, customer validation, customer creation, dan customer building. Langkah pertama dan kedua dalam customer development disebut dengan tahapan pencarian, sedangkan untuk langkah ketiga dan keempat disebut dengan langkah mengeksekusi. Proses pengembangan pasar dapat dilihat pada Gambar 1. Search
Customer Discovery
Execute
Customer Validation
Customer Creation
Company Building
Gambar 1 Proses customer development (Blank dan Dorf 2012) Pada penelitian ini, langkah customer discovery dalam tahap pencarian merupakan fokus penelitian. Tahapan tersebut meliputi penyusunan hipotesis dari model bisnis awal, pengujian permasalahan (test the problem), pengujian solusi (test the solution) dan verifikasi model bisnis.
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset aksi (action research). Dalam metode ini dilakukan pendekatan customer development yang mengacu pada sembilan elemen bisnis model. Menurut Saunders et al. (2009), riset aksi adalah metode yang fokus terhadap perubahan yang memiliki tahapan siklus yaitu melakukan diagnosa masalah, membuat perencanaan, melakukan tindakan, dan evaluasi sampai mendapatkan perubahan yang sesuai. Perbaikan model bisnis pada penelitian ini diadaptasi berdasarkan pengembangan pasar menurut Blank dan Dorf (2012) dengan metode riset aksi yang prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.
3
Mulai
Kanvas model bisnis awal Ekstrak hipotesis Pengujian permasalahan Pembaruan model bisnis
Pengembangan produk
Pengujian solusi Pembaruan model bisnis
Tidak sesuai
Verifikasi : pivot/proceed Sesuai Selesai
Gambar 2 Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi yang diadaptasi berdasarkan Blank dan Dorf (2012) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada sejumlah responden yang merupakan pelanggan potensial. Proses wawancara dilakukan dari tanggal 1 Februari – 20 April 2014 di tempat wisata Kota Bogor yaitu Kebun Raya Bogor dan salah satu outlet asinan yang terkenal di Bogor. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantatif yang mendukung penelitian. Mekanisme wawancara terbagi atas dua tahap yaitu tahap wawancara pengujian permasalahan (Lampiran 1) dan tahap pengujian solusi (Lampiran 2). Jenis pertanyaan yang digunakan pada tahap pengujian permasalahan adalah pertanyaan terbuka sedangkan untuk tahapan pengujian solusi adalah pertanyaan kombinasi. Tahap pengumpulan data pertama adalah tahapan pengujian permasalahan. Tahapan ini bertujuan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang dibuat mengenai permasalahan yang terjadi terhadap produk. Tahapan ini juga berguna
4
untuk menangkap pengetahuan pelanggan terhadap produk seperti mengapa orang membeli produk yang ditawarkan, bagaimana mereka menanggapi produk atau persepsi terhadap produk. Responden yang diwawancarai sejumlah 50 wisatawan yang akan dikategorisasikan menjadi pelanggan potensial dan tidak potensial. Data responden pada pengujian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tahapan kedua adalah pengujian solusi. Pengujian solusi bertujuan untuk menguji solusi yang diberikan kepada responden potensial terhadap permasalahan yang dialami selama mengkonsumsi produk. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 50 responden. Responden tersebut merupakan pelanggan potensial pada pengujian tahap pertama yang ditambah sampai 50 responden yang memiliki karakteristik sama. Menurut Blank dan Dorf (2012), setidaknya 50 responden merupakan jumlah yang sudah memadai. Data responden pada pengujian solusi dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dari wawancara terhadap responden dianalisis dengan teknik reduksi dan kategorisasi. Miles dan Huberman (1994), teknik reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses tersebut berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diperoleh. Cara reduksi data, yaitu seleksi ketat terhadap data, membuat ringkasan, atau uraian singkat, dan menggolongkannya (kategorisasi). Teknik kategorisasi digunakan untuk menggolongkan jawaban dan pernyataan dari responden yang merupakan calon konsumen dari produk yang dikembangkan. Pada penggolongan pelanggan potensial dan tidak potensial, kategorisasi responden berdasarkan parameter yaitu intensitas konsumsi asinan Bogor, intensitas pembelian untuk oleh-oleh, berdasarkan kebutuhan terhadap pengembangan produk asinan Bogor, dan ketertarikan terhadap solusi awal yang diberikan kepada responden. Parameter tersebut diberikan nilai bobot yang dapat menentukan batas apakah konsumen tersebut pelanggan potensial atau tidak potensial. Selain itu, teknik ini dilakukan untuk penggolongan segmentasi pasar dan tingkatan sosial calon konsumen. Hasil analisis data dan informasi yang didapatkan akan menentukan pada tahap penelitian berikutnya. Jika hasil analisis data dan informasi tidak sesuai dengan model bisnis, dilakukan pivot. Pivot adalah pengulangan atau pengujian kembali model bisnis kanvas sampai didapatkan model bisnis yang sesuai.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kanvas Model Bisnis Awal Menurut TIM PPM Manajemen (2012), model bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai sehingga perusahaan mampu menghasilkan laba. Model bisnis juga dapat didefinisikan sebagai arsitektur untuk produk, pelayanan termasuk di dalamnya deskripsi dari aktor-aktor bisnis dan peraturannya, keuntungan potensial untuk berbagai aktor di dalamnya dan sumber-sumber pendapatan (Timmers 1998). Osterwalder dan Pigneur (2010) membuat suatu kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berikatan. Osterwalder dan Pigneur menambahkan bahwa kanvas model bisnis merupakan sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan, menyerahkan dan menangkap nilai. Kanvas model bisnis digambarkan melalui sembilan balok bangunan dasar yang menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Sembilan balok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelayakan keuangan. Kesembilan elemen dalam model bisnis kanvas tersebut yaitu customer segment, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Pada penyusunan model bisnis awal pengembangan produk asinan Bogor, penelitian ini menggunakan bisnis model kanvas. Gambar 3 merupakan model bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor.
Gambar 1 Skema model bisnis kanvas Gambar 3 Model bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor
6
Proposisi nilai (value propositions) Osterwalder dan Pigneur (2010) mendefiniskan bahwa value propositions merupakan bundling dari sebuah produk atau jasa yang bermanfaat untuk kelompok pelanggan spesifik tertentu. Tim PPM Manajemen (2012) menjelaskan value propositions adalah nilai atau manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Manfaat ini terwujud dalam bentuk sekumpulan produk atau jasa. Value propositions merupakan alasan mengapa pelanggan memilih produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dan bukan perusahaan lain. Asinan Bogor yang menjadi daya tarik makanan Bogor sebelumnya memiliki value propositions berupa makanan khas yang memiliki cita rasa segar dan nikmat ketika dikonsumsi. Akan tetapi pengembangan bisnis terhadap asinan Bogor sangat diperlukan karena masyarakat masih sedikit yang membawa asinan Bogor sebagai produk oleh-oleh. Hipotesis permasalahan yang terjadi disebabkan ketidakpraktisan produk asinan Bogor yang terutama terdiri dari cairan sehingga konsumen sulit untuk membawanya dan umur simpan yang singkat sehingga konsumen masih enggan untuk membawa untuk oleh-oleh. Selain itu, banyak produk asinan Bogor yang dijual di pinggir jalan tidak mengutamakan kebersihan. Permasalahanpermasalahan tersebut dapat menjadi peluang bisnis jika dapat diberikan solusi secara tepat. Asinan Bogor dalam pengembangan bisnisnya dapat didasarkan atas penambahan nilai produk. Penambahan nilai produk tersebut dapat menjadi daya tarik baru terhadap konsumen sekaligus menjawab permasalahan konsumen. Value propositions dalam model bisnis kanvas awal dari pengembangan produk asinan Bogor adalah sebagai berikut : - Praktis, pengembangan produk asinan Bogor didisain untuk memberikan kepraktisan kepada konsumen sehingga menjawab permasalahan yang terjadi. Produk asinan Bogor yang salah satu komponen utamanya berupa cairan, sering menjadi permasalahan yaitu konsumen takut bocor atau tumpah ketika dibawa bepergian. - Umur simpan yang panjang sampai satu tahun. Penetapan value propositions awal yaitu umur simpan yang panjang, didasarkan hipotesis bahwa asinan Bogor memiliki kekurangan saat ini yaitu umur simpan yang pendek yaitu satu sampai dua hari. - Kemasan yang menarik merupakan salah satu value propositions awal yang diunggulkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik konsumen karena dengan penampilan yang menarik, minat konsumen terhadap produk juga meningkat serta dapat meninggalkan pasar asinan sebelumnya. - Kebersihan (higienis) merupakan kelebihan produk untuk menjawab kekurangan produk asinan Bogor yang dijual di pinggir jalan. Kebersihan produk asinan Bogor di pinggir jalan diragukan kebersihannya karena kemungkinan kontaminasi dengan asap kendaraan dan pembuatan asinan yang tidak menjaga kebersihan. Segmen pelanggan (customer segments) Menurut Tim PPM Manajemen (2012), customer segments adalah kelompok orang atau organisasi yang dituju oleh perusahaan untuk dilayani. Elemen customer segments menjelaskan siapa saja yang akan menjadi target pasar dari produk atau jasa yang ditawarkan. Blank dan Dorf (2012) membagi pasar yang akan menjadi
7
target dari produk perusahaan kedalam empat tipe, yaitu pasar tebuka (existing market), pasar segmentasi (resegmented market/niche market), pasar baru (new market), dan pasar tiruan (clone market). Masing-masing pasar ini memerlukan spesifikasi persaingan tertentu. Asinan Bogor awalnya menyentuh pasar wisatawan maupun penduduk lokal yang menyukai produk asinan Bogor. Akan tetapi, wisatawan lebih cenderung menikmati asinan Bogor di tempat pembelian dari pada membelinya sebagai oleholeh. Asinan Bogor juga menurun penjualannya dikarenakan banyak pasar baru yaitu produk oleh-oleh yang lebih praktis dan menjadi makanan khas baru Kota Bogor. Berdasarkan jenis pasar menurut Blank dan Dorf (2012), pengembangan produk asinan Bogor tergolong pasar terbuka (existing market). Hal tersebut dikarenakan produk asinan Bogor sebelumnya sudah terkenal tetapi diperlukan keunggulan atau kelebihan produk yang lebih baik agar dapat bersaing di pasaran. Berdasarkan value propositions yang diberikan, pengembangan produk asinan Bogor dapat menyentuh kembali wisatawan Bogor yang menginginkan asinan Bogor sebagai oleh-oleh. Jumlah wisatawan yang terus meningkat serta Bogor yang terletak diantara dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung merupakan peluang yang besar untuk usaha bisnis produk oleh-oleh. Akan tetapi karena produk asinan Bogor termasuk produk existing market, ancaman terbesar pun datang dari pemain lama. Saluran (channels) Channels merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan value proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels adalah saluran untuk berhubungan dengan para pelanggan. Komunikasi, distribusi, dan jaringan penjual atau sales merupakan salah satu usaha perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Channels memainkan peranan yang penting dalam pengalaman pelanggan. Sistem penjualan dalam model bisnis kanvas awal pengembangan produk asinan Bogor adalah secara direct selling, penjualan melalui toko oleh-oleh, swalayan, mini market, dan supermarket. Sistem penjualan tersebut dipilih agar konsumen dan produsen memiliki saluran penjualan yang mudah. Hubungan pelanggan (customer relationships) Blank dan Dorf (2012) menjelaskan customer relationships adalah cara bagaimana perusahaan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Ada tiga prinsip penting dalam customer relationship ini yaitu “Get, Keep, and Grow”. Get yang dimaksudkan adalah getting customers, yaitu upaya mengarahkan konsumen pada saluran penjualan produk perusahaan. Tahapan berikutnya adalah Keep (keeping customers), upaya menjaga pelanggan yang sudah didapatkan untuk terus percaya dan berlangganan kepada produk/jasa yang kita tawarkan. Kemudian yang ketiga yaitu Grow (growing customers), adalah upaya memperbanyak pelanggan untuk meningkatkan penjualan. Dalam menjaga hubungan antara konsumen dengan produsen, produk pengembangan asinan Bogor perlu dilakukan beberapa kegiatan yaitu: Mendapatkan pelanggan (get customers) Untuk mendapatkan konsumen, hal yang utama dilakukan adalah dengan cara melakukan promosi. Mekanisme promosi dapat dilakukan melalui media iklan baik pada media jejaring sosial, website dan sebagainya; melalui kegiatan pameran (bazaar) yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor;
8
maupun promosi secara langsung kepada konsumen. Penyediaan stand penjualan pada beberapa tempat wisata di Bogor dengan memberikan tester merupakan salah satu cara awal dalam melakukan promosi produk. Mempertahankan pelanggan (keep customer) Cara untuk mempertahankan pelanggan yang utama adalah dengan cara memberikan loyalitas dalam bentuk perhatian kepada konsumen. Pemberian loyalitas terhadap konsumen dapat diterapkan dengan cara mempertahankan serta meningkatkan mutu dan inovasi terhadap produk asinan Bogor. Sedangkan bentuk perhatian dapat dilakukan dengan memberikan layanan saran dan kesan terhadap produk pengembangan asinan Bogor. Memperbesar jumlah pelanggan (grow customer) Dalam memperbesar jumlah pelanggan dapat dilakukan dengan cara melakukan inovasi dalam mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hubungan antara penyebaran promosi, memberikan loyalitas terhadap konsumen, serta melakukan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat memperbesar jumlah konsumen karena dapat menarik konsumen pasar lain. Aliran pendapatan (revenue streams) Revenue streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masingmasing segmen pasar yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggan. Osterwalder dan Pigneur (2010) menjelaskan bahwa Revenue stream sama istilahnya dengan arus pendapatan yang menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan. Jika kepuasan pelanggan adalah jantung dari sebuah model bisnis, maka revenue streams adalah pembuluh arterinya. Revenue streams utama dari produk pengembangan asinan Bogor adalah penjualan asinan buah. Pada bisnis model pertama, harga yang ditawarkan adalah Rp 15 000 dengan ukuran setiap kemasan 180 gram buah dengan 100 ml cuka asinan atau setara dengan satu mangkuk asinan. Buah yang ditawarkan dalam produk pengembangan asinan Bogor adalah buah nanas, kedondong, bengkuang, dan pepaya. Penetapan harga (pricing) awal dilakukan dengan menetapkan harga produk pengembangan asinan Bogor lebih murah dari pada asinan Bogor yang terkenal di daerah Bogor. Hal tersebut dilakukan agar terjadi perpindahan konsumen dari produk asinan Bogor lama ke produk pengembangan asinan Bogor. Sumberdaya kunci (key resources) Key resources merupakan sumberdaya utama yang harus dimiliki perusahaan untuk menjalankan bisnis. Umumnya sumberdaya yang dibutuhkan berupa sumberdaya manusia, teknologi, finansial dan sumberdaya fisik (bahan baku dan raw materials lainnya). Sumber daya memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan value proposition, mencapai pasar, menjaga hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Selain itu, merek (brand) merupakan salah satu dari key resources. Menurut Hanani (2012), penggunaan merek dagang juga berfungsi sebagai pembeda terhadap produkproduk pesaing yang ada. Key resources dari model bisnis awal produk pengembangan asinan Bogor adalah ketersediaan bahan baku yaitu, buah-buahan segar yang terdiri atas nanas,
9
bengkuang, kedondong, dan pepaya, bahan baku pelengkap atau tambahan, mesin dan ruang pabrik untuk produksi, sumber daya manusia, media pemasaran, serta merek (brand) yang berfungsi sebagai pembeda dari produk asinan Bogor lainnya. Merek dagang dari pengembangan produk asinan Bogor ini adalah Asinan Kujang. Asinan Kujang diambil dari kata kujang yang merupakan senjata khas Jawa Barat yang juga merupakan simbol kota Bogor. Asinan Kujang diharapkan dapat menyayingi asinan Bogor yang sudah terkenal di pasaran. Aktivitas kunci (key activities) Key activities adalah aktivitas utama yang harus dikuasai perusahaan untuk menjalankan bisnis. Dalam industri manufaktur (manufacture industries) komponen aktivitas terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses, dan pemasaran. Pada aktivitas pengadaan bahan baku, diusahakan rantai pasok berjalan efisien dan efektif supaya biaya yang dikeluarkan bisa ditekan seminimal mungkin. Kunci aktivitas proses lebih kepada optimasi pengolahan menyangkut optimasi energi, waktu, dan tenaga kerja. Sedangkan pada aktivitas pemasaran, hal yang harus diperhatikan adalah efisiensi pada saluran distribusi. Hal ini penting karena aktivitas pendistribusian barang mencakup biaya yang paling besar dari keseluruhan aktivitas pemasaran. Aktivitas utama dalam produk asinan Bogor (Asinan Kujang) adalah penyediaan bahan baku berupa buah dari petani buah, penyediaan bahan tambahan pangan dari pemasok, penyediaan kemasan primer maupun sekunder, proses produksi produk Asinan Kujang, pemasaran dan distribusi, pengembangan produk, serta melakukan kerjasama dengan tempat atau Dinas Pariwisata Kota maupun Kabupaten Bogor. Seluruh kegiatan aktivitas kunci tersebut bersinergis untuk menjalankan roda bisnis. Kemitraan (key partner) Mitra (partner) dalam bisnis model adalah sosok perantara yang bukan miliki perusahaan namun berperan dalam mengubah produk/nilai menjadi uang. Menurut Blank dan Dorf (2012), secara umum ada empat jenis hubungan kerjasama dalam bisnis yang harus dimiliki perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pada kondisi tertentu yaitu startegic alliance, joint new business development effort, coopetition, key supplier relationships. Strategic alliance umumnya digunakan antar perusahaan yang tidak memiliki hubungan persaingan. Kerjasama dimaksudkan untuk melengkapi produk/jasa masing-masing supaya lebih memiliki kekuatan pasar. Joint new business development effort dapat diterapkan pada perusahaan yang baru saja memulai start-up bisnisnya, namun strategi ini akan lebih efektif jika produk/jasa yang ditawarkan sudah memiliki identitas dan merek dagang yang jelas. Strategi coopetition banyak terjadi setelah perusahaan melewati masa startup bisnisnya. Strategi ini dimaksudkan untuk menjaga kendali pasar, biasanya berupa surat-surat perjanjian antar kompetitor. Key supplier relationship bisa diartikan sebagai bentuk kerjasama yang harus ada untuk semua perusahaan baik yang masih tahap startup maupun yang sudah sustain. Dalam bisnis Asinan Kujang, jenis mitra yang dilakukan adalah key supplier relationship. Beberapa mitra yang bekerja sama dengan Asinan Kujang adalah supplier buah lokal yaitu buah nanas, bengkuang, kedondong, dan pepaya yang
10
berasal dari petani, supplier bahan tambahan pangan dari pemasok, tempat wisata atau dinas pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor. Struktur biaya (cost structure) Cost structure adalah bagian dalam elemen model bisnis kanvas yang menjelaskan semua biaya yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Kegiatan menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan hubungan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini relatif lebih mudah setelah sumberdaya utama, aktivitas-aktivitas kunci, dan kemitraan utama ditentukan (Osterwalder dan Pigneur 2010). Metode yang digunakan dalam analisis cost structure pada usaha Asinan Kujang menggunakan full costing. Full costing menghitung seluruh komponen biaya yang mempengaruhi harga jual produk. Full costing menurut Mulyadi (2005) adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, biaya yang berprilaku tetap maupun variabel. Dalam usaha asinan kujang, seluruh pengeluaran biaya dalam menjalankan usaha dihitung agar mendapatkan nilai harga pokok dari produk Asinan Kujang.
Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal Ekstraksi hipotesis model bisnis awal dilakukan untuk dasar pemikiran dalam tahap pengujian permasalahan. Hipotesis ini juga dapat menentukan perkiraan terhadap calon konsumen, mitra, maupun stakeholder lainnya mengenai bisnis yang akan dikembangkan. Hipotesis model bisnis produk Asinan Kujang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang Komponen Hipotesis Value proposition Produk oleh-oleh yang praktis Umur simpan produk yang panjang mencapai 1 tahun Kemasan produk yang menarik Produk yang higienis Customer segment Channel
Customer relationship
Wisatawan Bogor yang ingin membawa oleh-oleh khas Bogor. Secara direct selling, melalui toko oleholeh, swalayan, minimarket dan supermarket. Melalui promosi, interaksi kepada konsumen, loyalitas, perhatian kepada konsumen, riset pasar, serta pengembangan produk.
11
Tabel 1 Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang (lanjutan) Komponen Hipotesis Key resources Bahan baku buah (nanas, bengkuang, kedondong, dan pepaya), bahan tambahan pangan, mesin dan pabrik, kemasan yang menarik, sumber daya manusia, brand, dan media pemasaran. Key activities Pembelian bahan baku, proses produksi, pemasaran dan distribusi, serta pengembangan bahan baku. Key partners Supplier buah dan bahan tambahan pangan, supplier kemasan, tempat oleholeh khas Bogor, Dinas Pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor. Revenue and pricing Biaya penjualan Rp 15 000/ kemasan. Cost structure Harga pokok produksi per kemasan.
Ukuran Pasar (Market Size) Ukuran pasar (market size) merupakan sebuah gambaran pasar dari sebuah usaha yang dimana mengukur seberapa besar kemampuan produk atau jasa dalam menguasai pasar. Dalam langkah awal membentuk bisnis diperlukan hipotesis ukuran pasar. Menurut Blank dan Dorf (2012), Hipotesis ukuran pasar dapat membantu produsen dalam mengukur peluang pasar yang tersedia. Asinan Kujang dalam hipotesis awalnya mengukur peluang pasar berdasarkan total addressable market, served available market, dan target market. Gambaran pasar Asinan Kujang secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 4. Total Addressable Market Pasar utama pada produk Asinan Kujang adalah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten maupun Kota Bogor. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012), wisatawan Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2011 berjumlah 5 259 678 orang. Hal ini akan terus meningkat dikarenakan banyak tempat wisata baru yang ada di Kabupaten maupun Kota Bogor. Berdasarkan pengujian pertanyaan kepada responden yang mengunjungi tempat pariwisata maupun toko oleh-oleh di Bogor terdapat 86% diantaranya menyukai produk asinan sedangkan 12% responden biasa saja dan 2% tidak suka asinan Bogor. Data persentase kesukaan terhadap produk yang dikalikan dengan jumlah wisatawan Bogor, terdapat 4 523 323 orang yang menyukai produk asinan Bogor. Data tersebut senilai pembelian 9 046 646 pouch per tahun jika diasumsikan satu wisatawan membeli dua pouch asinan atau senilai Rp 135 699 690 000 per tahun jika hipotesis harga awal asinan Rp 15 000 per pouch. Served Available Market Served available market dari produk asinan Bogor dihitung dari hasil pengujian pasar potensial produk pengembangan asinan Bogor. Berdasarkan pengujian terdapat 72% pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor
12
sedangkan sisanya yaitu 28% tidak potensial. Hal tersebut berarti jika pasar potensial dikalikan dengan total addressable market terdapat 3 256 792 orang yang berpotensi untuk membeli produk pengembangan asinan Bogor. Data tersebut setara dengan pembelian 6 513 584 pouch per tahun atau pendapatan senilai Rp 97 703 760 000 per tahun. Target Market Target market dari produk asinan kujang adalah 10% dari served available market. Nilai tersebut diasumsikan berdasarkan target yang dapat dipenuhi oleh produsen dalam melayani konsumen. Jumlah target market setara dengan 325 679 orang. Maka jika dihitung, total penjualan per tahun yaitu 10% dikalikan served available market dapat mencapai 651 358 pouch atau senilai pendapatan Rp 9 770 370 000 per tahun. Total Addressable Market Target Market
Pada tahun 2011, wisatawan Kota dan Kabupaten Bogor sejumlah 5.259.678 orang Sumber : Badan Pusat Stasistik (2012)
MARKET
Sejumlah 86% dari 50 responden yang diwawancarai secara acak menyukai asinan Bogor
Pasar yang dapat dilayani sejumlah 10%
Served Available Market Sejumlah 72% dari 50 responden merupakan pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor
Gambar 4 Ukuran pasar Asinan Kujang
Pengujian Permasalahan (Test The Problem) Pengujian permasalahan dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai data permasalahan yang dialami oleh konsumen. Pengujian permasalahan dilakukan kepada 50 responden yang akan menjadi responden potensial pengembangan produk asianan Bogor. Data permasalahan tersebut mengenai masalah-masalah yang dialami konsumen sewaktu membeli asinan Bogor sampai asinan Bogor tersebut sudah dikonsumsi. Data permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan data potensial dapat dilihat pada Gambar 5. Tidak potensial 28%
Potensial 72%
Gambar 5 Pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor
13
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 72% responden adalah konsumen potensial produk pengembangan asinan Bogor sedangkan 28% responden tidak potensial. Responden dinyatakan konsumen potensial jika responden tersebut mempunyai permasalahan selama membeli atau mengkonsumsi asinan Bogor sehingga membutuhkan penyelesaian atau solusi yang dapat mengatasinya. Selain itu, dilihat juga dari intensitas konsumsi, intensitas pembelian untuk oleh-oleh, serta ketertarikan atas penyelesaian permasalahan yang diberikan. Hasil wawancara responden diberikan bobot berdasarkan parameter untuk menunjukkan batas nilai tercapainya responden dapat dikatakan sebagai konsumen potensial. Tabel 2 Permasalahan produk asinan Bogor di pasaran No.
Jenis permasalahan
1 Takut kemasan bocor 2 Kurang higienis (kebersihan) dan takut bahan pengawet serta pemanis buatan 3 Kurang praktis 4 Produk asinan yang tidak konsisten (rasa, volume, ukuran buah, dan tekstur buah) 5 Umur simpan yang pendek 6 Kemasan kurang menarik 7 Keraguan kehalalan 8 Butuh mencantumkan tanggal produksi dan Exp date 9 Kurang promosi 10 Harga mahal 11 Plastik yang digunakan terlalu banyak dan jadi sampah 12 Ikatan baja hampir termakan 13 Takut migrasi plastik yang membahayakan
Frekuensi (jumlah responden) 29 28 22 18 17 14 3 3 2 2 1 1 1
Hasil pengujian permasalahan (test the problem), menujukan terdapat 13 permasalahan yang dialami oleh konsumen. Permasalahan tersebut diurutkan berdasarkan frekuensi terbesar sampai terkecil sehingga dapat diurutkan permasalahan mana yang paling penting untuk diselesaikan. Berdasarkan 13 permasalahan tersebut, terdapat 6 permasalahan yang frekuensinya lebih besar dari frekuensi masalah lainnya. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang utama yang dapat diselesaikan sehingga terciptanya produk asinan Bogor yang dapat menyelesaikan permasalahan konsumen. Pembaruan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis Pada tahap ini dilakukan pembaharuan model bisnis berdasarkan hasil pengujian permasalahan (test the problem). Pembaharuan kanvas model bisnis merupakan modal untuk membuat pengembangan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain itu, model bisnis yang sudah diperbaharui menjadi dasar untuk
14
pengujian selanjutnya sampai didapatkan model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pembaharuan model bisnis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pembaharuan pertama kanvas model bisnis Asinan Kujang Komponen
Model bisnis awal
Model bisnis setelah pembaharuan Praktis, mudah dibawa, dan tidak mudah bocor Umur simpan panjang (mencapai satu bulan) tetapi tidak menggunakan bahan pengawet yang berbahaya Rasa, ukuran buah, dan tekstur buah yang baik kemasan pouch yang menarik untuk produk oleh-oleh Higienis serta tanpa bahan pewarna dan pemanis buatan
Value proposition
Produk oleh-oleh yang praktis Umur simpan produk yang panjang mencapai 1 tahun Kemasan produk yang menarik Produk yang higienis
Key partners
Supplier kemasan
Supplier kemasan pouch yang praktis
Cost structure
Harga pokok produksi per kemasan
Harga pokok produksi Rp 7 995/ kemasan (Lampiran 5)
Pembaharuan kanvas model bisnis pertama secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengujian Solusi (Test The Solution) Pengujian solusi (test the solution) merupakan tahap pengujian penyelesaian masalah yang dialami oleh konsumen. Pada tahapan ini model bisnis yang telah diperbaharui, diuji kepada 50 responden potensial untuk mengetahui tingkat diterimanya model bisnis dikalangan konsumen. Permasalahan yang diberikan solusi adalah masalah dengan tingkat frekuensi yang tinggi. Penyelesaian masalah atau solusi yang diberikan kepada konsumen dapat dilihat pada Tabel 4.
15
Tabel 4 Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan terhadap produk asinan Bogor No Permasalahan 1 Takut kemasan bocor
2 Kurang higienis (kebersihan) dan takut bahan pengawet serta pemanis buatan
3 Kurang praktis
4 Produk asinan yang tidak konsisten (rasa, volume, ukuran buah, dan tekstur buah)
5 Umur simpan yang pendek
6 Kemasan kurang menarik
Solusi Disain kemasan asinan Bogor yang kuat serta tidak mudah bocor (dengan menggunakan kemasan standing pouch). Pengolahan proses produksi yang baik serta penampilan produk yang bersih sehingga memberikan citra produk yang higienis. Selain itu, memberikan jaminan bahwa produk tidak menggunakan bahan pengawet berbahaya serta pemanis buatan. Kemasan produk asinan Bogor yang lebih praktis sehingga lebih mudah dibawa dalam bepergian. Produk asinan yang memiliki rasa yang disukai oleh konsumen, tekstur dan ukuran buah yang terjaga, serta volume produk yang sesuai. Menerapkan teknologi pasteurisasi terhadap produk sehingga produk dapat tahan lebih lama dari produk sebelumnya (mencapai satu bulan). Memberikan disain kemasan yang disukai oleh konsumen sehingga cocok untuk dibawa sebagai produk oleh-oleh.
Berdasarkan solusi yang diberikan, responden diberikan pertanyaan mengenai kecocokan terhadap value propositions produk, ketertarikan terhadap produk, dan channel produk. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai apakah produk sudah sesuai dengan permintaan konsumen atau belum. Pertanyaan yang diajukan mengenai apakah produk sudah praktis, higienis atau bersih, kecukupan umur simpan, ketertarikan konsumen, rasa yang lebih baik dari produk asinan yang sudah ada, dan kesesuaian volume produk. Produk pengembangan asinan Bogor yang ditawarkan pada responden dapat dilihat pada Gambar 6 sedangkan hasil dari wawancara dapat dilihat pada Gambar 7.
16
(a) (b) Gambar 6 Produk pengembangan asinan Bogor “Asinan Kujang” [(a) tampak depan dan (b) tampak belakang] 60 50
48
47
45
46
43
40
40 30
Praktis
Higienis/ bersih Umur simpan
Menarik
10
6
Rasa
Tidak
Ya
0 Ragu-ragu
Tidak
Ya
1
Ragu-ragu
4 Ragu-ragu
Tidak
0 Ya
1
Ragu-ragu
3
4
Tidak
0
Ya
0
Ragu-ragu
Tidak
Ya
0
Ya
2
Ragu-ragu
10
Tidak
20
Volume
Gambar 7 Hasil ketertarikan konsumen terhadap pengujian solusi produk pengembangan asinan Bogor Berdasarkan hasil pengujian solusi dapat dilihat 48 responden (96%) menyatakan pengembangan produk asinan Bogor atau yang diberi nama Asinan Kujang memiliki kepraktisan sehingga mudah dibawa bepergian serta cocok sebagai produk oleh-oleh. Dua responden (4%) menyatakan belum praktis hal ini dikarenakan responden masih membutuhkan fitur produk yang dapat memudahkan konsumen menikmati asinan Bogor pada saat perjalanan. Pada nilai produk mengenai kebersihan (higienis), responden yang setuju sejumlah 47 responden (94%) sedangkan 3 responden (6%) lainnya masih ragu-ragu. Hal ini dikarenakan konsumen belum yakin terhadap kebersihan produk karena belum melihat sendiri tempat produksi Asinan Kujang. Pertanyaan selanjutnya mengenai kecukupan umur simpan Asinan Kujang. Umur simpan produk yang ditawarkan adalah selama satu bulan. Berdasarkan hasil pengujian, sebanyak 45 responden (90%) menyatakan sudah tepat kekuatan umur simpan yang dapat dipertahankan. Sebanyak 1 responden (2%) tidak setuju dengan
17
kekuatan umur simpan produk dan 4 responden (8%) masih ragu-ragu dengan kekuatan umur simpan produk. Hal ini dikarenakan, responden masih menganggap produk buah tidak dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet sehingga responden masih ragu serta tidak setuju dengan ketahanan produk. Pertanyaan selanjutnya mengenai ketertarikan apakah produk yang disajikan kepada responden sudah lebih menarik dari segi disain kemasan dibandingkan dengan produk asinan Bogor yang beredar di pasaran. Berdasarkan hasil pengujian, 46 responden (92%) menyatakan lebih menarik dari pada produk yang beredar di pasaran sedangkan 4 responden (8%) masih ragu-ragu terhadap penampilan produk. Responden masih menganggap masih harus didisain lebih menarik sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli produk Asinan Kujang. Pertanyaan selanjutnya mengenai rasa produk Asinan Kujang dibandingkan produk asinan yang beredar di pasaran. Berdasarkan hasil pengujian didapat 43 reponden (86%) menyukai rasa produk asinan kujang, baik dari rasa kuah maupun tekstur buah. Sedangkan 1 responden (2%) tidak menyukai rasa produk Asinan Kujang dan 6 responden (12%) masih ragu-ragu atas rasa Asinan Kujang dibandingkan produk asinan yang beredar di pasaran. Pertanyaan terakhir mengenai value propositions produk adalah kecocokan konsumen terhadap volume produk yang disajikan. Berdasarkan sajian produk yang diberikan kepada responden, 40 responden (80%) menyatakan produk Asinan Kujang sudah memiliki volume yang sesuai untuk produk oleh-oleh yang dibawakan untuk perseorangan. Sedangkan 10 respoden (20%) lainnya tidak setuju, hal tersebut dikarenakan ukuran volume yang masih kurang jika diberikan untuk produk oleh-oleh dengan tujuan bukan perseorangan. Konsumen memberikan saran untuk membuat variasi volume produk yang dapat diberikan untuk perseorangan maupun lingkup yang lebih besar seperti keluarga atau teman-teman dengan jumlah banyak. Pertanyaan lainnya yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan mengenai kecocokan produk terhadap customer segment. Berdasarkan fitur-fitur atau value propositions yang diberikan apakah produk Asinan Kujang sudah tepat sebagai produk oleh-oleh. Berdasarkan hasil pengujian, sebanyak 46 responden (92%) setuju produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh sedangkan 4 responden (8%) masih ragu terhadap produk. Responden yang masih ragu-ragu tersebut dikarenakan masih belum tepatnya fitur produk dengan yang diingikan oleh responden. Data perbandingan ketertarikan konsumen tersaji dalam Gambar 8. Tidak Ragu-ragu 8% 0%
Ya 92%
Gambar 8 Kecocokan produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh menurut konsumen
18
Pertanyaan selanjutnya mengenai saluran (channel) produk. Saluran produk merupakan komponen yang dapat menghubungkan antara produsen sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli. Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan informasi mengenai kesukaan konsumen terhadap jenis penjualan yang disukai oleh konsumen. Pada pertanyaan saluran, responden dapat memilih cara penjualan lebih dari satu jenis. Berdasarkan hasil pengujian, didapat 38% responden menginginkan penjualan produk Asinan Kujang pada outlet resmi sedangkan 35% responden juga menginginkan penjualan pada toko oleh-oleh. Selain itu, 19% responden lainya menginginkan penjualan produk pada swalayan/minimarket/supermarket dan 7% responden menyarankan dijual diseluruh tempat penjualan. Data tersebut memperlihatkan bahwa konsumen lebih menyarankan produk dijual di outlet resmi dan toko oleh-oleh. Berdasarkan hasil wawancara, konsumen menyukai kedua saluran penjualan tersebut karena cocok dengan nilai produk. 0% 1% 19%
Outlet resmi
7%
Toko oleh-oleh
38%
Swalayan/minimarket /supermarket Gerobak
35%
Lainnya Semua tempat
Gambar 9 Keinginan konsumen terhadap jenis saluran (channel) dalam penjualan produk asinan kujang Pertanyaan terakhir pada pengujian solusi adalah mengenai harga jual yang dapat diterima oleh konsumen. Berdasarkan hasil pengujian, didapat sebanyak 30 responden (60%) setuju asinan kujang seharga Rp 10 000 – Rp 14 000, sebanyak 12 responden (24%) setuju dengan harga Rp 15 000 – Rp 19 000, sebanyak 6 responden (12%) setuju dengan kisaran harga Rp 5 000 – Rp 10 000, dan sebanyak 2 responden (4%) setuju dengan harga diatas Rp 20 000. Kisaran harga tersebut menunjukkan rentang penilaian konsumen terhadap harga yang pantas dalam pembelian produk. Perbandingan penilaian harga jual produk kepada konsumen dapat dilihat pada Gambar 10.
24%
4%
12% 5rb-9rb 10rb-14rb 15rb-19rb
60%
>20rb
Gambar 10 Harga yang pantas terhadap produk Asinan Kujang menurut konsumen
19
Berdasarkan data responden, dari 50 responden potensial terdapat 20 reponden yang merupakan wisatawan yang berdomisili di Bogor. Wisatawan pada penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengujian solusi, didapatkan data 75% dari 20 responden yang merupakan masyarakat yang berdomisili di Bogor adalah responden potensial. Responden tersebut mempunyai kriteria yang sama berdasarkan permasalahan yang dialami oleh responden pada pengujian permasalahan. Oleh karena itu, terdapat segmentasi baru selain wisatawan yang berasal dari luar Bogor. Segmentasi baru tersebut adalah masyarakat yang berdomisili di Bogor yang bepergian keluar kota maupun kembali ke kampung halaman. Pembaruan Tahap Kedua Kanvas Model Bisnis Data yang diperoleh pada tahap pengujian solusi dianalisis untuk menentukan pembaharuan model bisnis yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pada Pengujian solusi produk asinan Bogor, diperoleh data-data yang telah sesuai dengan kebutuhan atau keinginan konsumen. Akan tetapi, terdapat ketidakcocokan terhadap hipotesa sebelum dilakukan pengujian. Oleh karena itu, dilakukannya pembaharuan model bisnis yang sesuai. Pembaharuan model bisnis pengembangan produk Asinan Kujang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Pembaharuan tahap kedua kanvas model bisnis Asinan Kujang Komponen Customer segments
Channel
Revenue steams
Cost structure
Model bisnis awal
Model bisnis setelah pembaruan Wisatawan Bogor yang Wisatawan Bogor yang ingin membawa oleh-oleh ingin membawa olehkhas Bogor oleh khas Bogor Masyarakat Bogor yang bepergian keluar kota atau kembali ke kampung halaman Secara direct selling, melalui toko oleh-oleh, swalayan, minimarket, dan supermarket Penjualan produk Asinan Kujang dengan harga Rp 15 000/ kemasan Biaya pokok penjualan Rp 7 995/ kemasan
Direct selling melalui outlet resmi dan penjualan pada toko oleh-oleh Penjualan produk dengan harga Rp 12 000/ kemasan Biaya pokok penjualan Rp 4 990/ kemasan (Lampiran 7)
Pembaharuan kanvas model bisnis Asinan Kujang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
20
Verifikasi Model Bisnis Berdasarkan seluruh pengujian yang dilakukan dan pembaharuan model bisnis, dilakukan verifikasi apakah model bisnis akhir yang ditetapkan sudah tepat. Verifikasi dilakukan berdasarkan kecocokan produk dengan pasar, verifikasi pelanggan produk dan cara mencapainya, serta verifikasi apakah model bisnis dapat menghasilkan uang dan perusahaan. 1. Kecocokan produk dengan pasar Menurut Blank dan Dorf (2012), Kecocokan produk dengan pasar (productmarket fit) memiliki tiga komponen sebagai parameternya. Komponen-komponen tersebut yaitu apakah permasalahan atau kebutuhan yang ditujukan mendesak atau penting untuk banyak pelanggan, apakah produk dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelanggan dengan senang hati untuk membayarnya, serta apakah ada pelanggan yang cukup besar yang dijadikan peluang bisnis. Komponen-komponen tersebut dalam bisnis Asinan Kujang dijabarkan sebagai berikut : Komponen yang pertama adalah apakah permasalahan atau kebutuhan yang dituju mendesak atau penting untuk banyak pelanggan. Berdasarkan hasil pengujian permasalahan yang diuji pada 50 responden, didapatkan permasalahanpermasalahan yang menyebabkan mengapa produk asinan Bogor jarang dijadikan produk yang dibawa sebagai produk oleh-oleh. Saat ini produk oleh-oleh khas Bogor didominasi oleh produk bolu dan roti. Hal tersebut dikarenakan konsumen memiliki permasalahan selama membawa produk hingga mengkonsumsi produk. Permasalahan terbesar mengenai kekhawatiran konsumen terhadap kemasan yang mudah bocor, kurang higienis, produk kurang praktis untuk dibawa sebagai oleholeh, produk yang tidak konsisten baik rasa, volume, ukuran buah, dan tekstur, umur simpan produk yang singkat, serta kemasan yang kurang menarik. Berdasarkan permasalahan tersebut didisain produk yang membuat konsumen kembali tertarik terhadap produk asinan Bogor sebagai produk oleh-oleh yang dapat dibawa kemana saja sesuai daerah asal wisatawan. Selain itu, produk ini didisain sesuai dengan permasalahan konsumen sehingga dapat meraih pasar produk oleholeh yang sedang dikuasai oleh produk makanan kering. Komponen kedua adalah apakah produk dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelanggan dengan senang hati untuk membayarnya. Pada hasil pemberian solusi, banyak responden yang menyukai sekaligus ingin langsung membeli produk Asinan Kujang. Padahal pada tahap tersebut belum dilakukannya penjualan terhadap produk. Selain itu, ketertarikan yang tinggi juga dibuktikan dari banyaknya pemesanan produk Asinan Kujang untuk liburan akhir semester. Melihat antusias konsumen yang tinggi terhadap produk, mendorong keyakinan bahwa produk Asinan Kujang dapat mengambil pasar asinan yang sudah ada. Bahkan dapan mengambil pasar oleh-oleh yang sedang dikuasai oleh produk makanan kering seperti bolu dan roti. Komponen yang ketiga adalah apakah ada pelanggan yang cukup besar yang dijadikan peluang bisnis. Berdasarkan hasil pengujian permasalahan dan solusi didapat segmentasi konsumen yaitu wisatawan Bogor dan masyarakat Bogor yang bepergian keluar kota atau kembali ke kampung halaman. Segmentasi tersebut berpeluang besar dalam membeli produk oleh-oleh terutama Asinan Kujang. Jumlah wisatawan Bogor yang besar yaitu mencapai 5 259 678 orang pada tahun
21
2011 membuat bisnis produk oleh-oleh memiliki potensi bisnis yang besar. Selain itu, dari 50 responden yang diwawancarai 72% merupakan pasar potensial yang membutuhkan produk pengembangan asinan Bogor sedangkan 86% responden menyukai produk asinan Bogor. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bisnis Asinan Kujang mempunyai peluang bisnis yang besar. 2. Pelanggan produk dan cara mencapainya Kegemaran masyarakat Indonesia akan produk olahan buah segar seperti asinan merupakan potensi bisnis yang dapat dikembangkan. Apalagi produk asinan tersebut merupakan produk oleh-oleh yang mempunyai pasar yang besar dan dapat dikembangkan. Asinan Kujang yang merupakan pengembangan produk asinan Bogor dapat menjadi icon oleh-oleh baru dan dapat mengambil pasar asinan Bogor yang sudah ada. Hal ini dikarenakan produk asinan kujang merupakan pengembangan produk yang menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Penggapaian pelanggan dapat dilakukan dengan cara mengikuti bazaar dan pameran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga sehingga informasi mengenai produk dapat diketahui secara cepat. Saluran yang diminta oleh konsumen yaitu pada outlet resmi Asinan Kujang dan toko oleh-oleh juga merupakan keunggulan dalam kemudahan mendapatkan produk. Selain itu, kerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Bogor dapat dilakukan agar Asinan Kujang dapat menjadi icon baru produk oleh-oleh khas Kota Bogor. 3. Apakah dapat menghasilkan uang dan menumbuhkan perusahaan? Salah satu faktor penting dalam menganalisis potensi peningkatan pendapatan adalah dengan analisis ukuran pasar (market size). Ukuran pasar meliputi total addressable market, total available market, dan target market yang menjelaskan seberapa besar peluang pasar potensial produk Asinan Kujang. Pasar utama produk Asinan Kujang adalah wisatawan kota Bogor dan masyarakat kota Bogor yang berpotensi membeli produk oleh-oleh. Wisatawan yang semakin meningkat membuat produk oleh-oleh mempunyai potensi pasar yang baik. Hal tersebut didasarkan oleh data Badan Pusat Statistik (2012) yang menyatakan wisatawan Kota dan Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berjumlah 5 259 678 orang. Selain itu, minat masyarakat terhadap produk asinan yang besar dan belum adanya pengolahan produk asinan Bogor yang sesuai dengan kebutuhan konsumen membuat produk Asinan Kujang memiliki potensi yang besar. Menurut perhitungan target market, produk Asinan Kujang dapat mencapai pendapatan sebesar Rp 7 816 296 000 disesuaikan dengan pembaharuan model bisnis terakhir dengan harga asinan Rp 12 000 per pouch. Skema harga yang diterima oleh konsumen terlampir pada Lampiran 9. Pendapatan tersebut dapat diperbesar dengan pengembangan bisnis produk serupa di berbagai daerah di Indonesia dengan menyesuaikan permintaan di daerah tersebut.
22
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan pasar produk asinan Bogor dengan metode riset aksi dilakukan untuk mendapatkan model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pembuatan model bisnis sangat berguna dalam meraih pasar yang sesuai dengan produk yang dikembangkan. Asinan Kujang merupakan produk pengembangan asinan Bogor yang dibuat sesuai dengan kebutuhan konsumen. Berdasarkan pengujian permasalahan, produk asinan Bogor yang ada di pasaran memiliki beberapa kekurangan sehingga konsumen lebih memilih produk oleh-oleh lainnya. Permasalah tersebut yaitu kekhawatiran konsumen terhadap kemasan yang mudah bocor, produk yang kurang higienis, kemasan yang kurang praktis, produk asinan yang tidak konsisten baik rasa, volume, ukuran buah, maupun tekstur, umur simpan yang pendek, serta kemasan yang kurang menarik. Berdasarkan permasalahan tersebut diperbaharui model bisnis yang sesuai dengan permasalahan konsumen dan diuji menggunakan pengujian solusi. Hasil dari pengujian solusi menunjukkan respon konsumen yang positif terhadap pengembangan produk. Sebanyak 50 responden yang diwawancarai 96% diantaranya menyatakan produk sudah praktis sebagai produk oleh-oleh dibandingkan produk yang beredar di pasaran, 94% menyatakan sudah higienis, 90% menyatakan umur simpan produk sudah tepat, 92% menyatakan sudah menarik, 86% menyatakan memiliki rasa yang enak, dan 80% menyatakan ukuran volume produk cukup. Pertanyaan tersebut membandingkan apakah produk yang disajikan kepada responden lebih baik dari produk yang ada di pasaran. Sebanyak 92% responden secara keseluruhan sudah menyatakan pengembangan produk asinan Bogor yang disajikan sudah tepat sebagai produk oleh-oleh. Sedangkan saluran penjualan yang diminta oleh konsumen pada outlet resmi dan toko oleholeh sedangkan harga yang sesuai untuk produk asinan yang disajikan sebesar Rp 10 000 – Rp 14 000. Produk asinan yang diperbaharui memiliki merek dagang Asinan Kujang. Asinan Kujang memiliki segmentasi wisatawan Bogor dan masyarakat Bogor yang bepergian keluar kota atau kembali ke kampung halaman. Segmentasi tersebut memiliki potensi besar dalam membeli produk oleh-oleh. Berdasarkan pengujian terhadap 50 wisatawan, 86% diantaranya menyukai produk asinan Bogor sedangkan 72% diantaranya merupakan pasar potensial untuk pengembangan produk asinan Bogor. Hal ini merupakan pasar yang besar apalagi dilihat dari wisatawan kota Bogor yang pada tahun 2011 mencapai 5 259 678 wisatawan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan produk Asinan Kujang memiliki pasar yang besar dan dapat bersaing dengan produk oleh-oleh kota Bogor yang sedang dikuasai oleh produk makanan kering. Saran Pada penelitian ini, pengujian model bisnis belum mencangkup seluruh komponen dalam kanvas model. Diperlukannya pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan model bisnis yang terverifikasi sempurna. Selain itu, segmentasi konsumen belum spesifik, diperlukannya pengujian lebih lanjut agar proposisi nilai yang diberikan lebih akurat.
23
DAFTAR PUSTAKA Ashadi MI. 2007. Analisis Kepuasan, Loyalitas, dan Retensi Konsumen Asinan Sedap Gedung Dalam Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. New Jersey (US): K&S Ranch, Inc. Publisher. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jawa Barat dalam Angka. Jawa Barat (ID): Badan Integrasi Pengelolahan dan Diseminasi Statistik. Hanani H. 2012. Manfaat legalitas merek dagang bagi industri kecil dan menengah [Internet]. [diunduh 2014 Juni 9]. tersedia pada : http://patentmerk.com/ article/. Miles MB, Huberman AM. 1994. Qualitative Data Analysis. Thousand Oaks, California (US) : Sage. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta (ID) : STIE YKPN. Osterwalder A, Pigneur Y. 2010. Business Model Generation. New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc. Saunders M, Lewis P, Thornhill A. 2009. Research Methods for Business Student : Fifth Edition. Essex (UK) : Pearson Education Limited. TIM PPM. 2012. Business Model Canvas Penerapan di Indonesia. Jakarta (ID): PPM. Timmers P. 1998. Business Models for Electronic Market. Electronic Market 8(2):2-8
24
Lampiran 1 Daftar pertanyaan pengujian terhadap permasalahan produk asinan Bogor ANALISIS TERHADAP PERMASALAHAN PADA PRODUK ASINAN BOGOR A. Indentitas Responden Nama : Jenis kelamin : Umur : Alamat domisili : Profesi : Penghasilan : Pengeluaran per bulan : Jumlah anggota keluarga : No. HP : B. Pertanyaan Umum 1. Apakah anda pernah membeli Asinan Bogor?
2. Jika pernah apakah tujuan anda membeli Asinan Bogor (dikonsumsi sendiri/ sebagai oleh-oleh/ dijual kembali/ lainnya)? Seberapa sering anda membelinya?
3. Apakah anda menyukai produk Asinan Bogor? Jika suka, seberapa seringkah anda mengkonsumsi Asinan Bogor?
4. Dimana anda biasa membeli Asinan Bogor?
5. Berapa kisaran harga jual Asinan Bogor di tempat yang biasa anda beli (sertakan ukurannya)? Apakah ukuran produk tersebut sudah memenuhi?
C. Test the Problem 1. Selama anda mengkonsumsi asinan Bogor apakah anda pernah mengalami permasalahan/ kendala maupun kesulitan?
25
2. Apakah anda pernah membawa Asinan Bogor sebagai oleh-oleh? Jika pernah, apakah anda pernah menemukan kesulitan/ kendala dalam membawa produk Asinan Bogor sebagai oleh-oleh?
3. Menurut anda, apakah Asinan Bogor yang beredar di pasar tergolong produk yang praktis, higienis, dan cocok sebagai oleh-oleh?
4. Dari permasalahan yang dihadapi bagaimana cara anda untuk mengatasinya?
5. Apakah anda pernah kesulitan dalam mendapatkan Asinan Bogor? Tempat penjualan seperti apakah yang anda sukai dalam membeli produk asinan Bogor?
6. Komponen apa saja yang paling penting menurut anda, yang wajib ada didalam asinan Bogor?
Catatan tambahan :
26
Lampiran 2 Daftar pertanyaan pengujian solusi pengembangan produk asinan Bogor TAHAP PENGUJIAN SOLUSI (TEST THE SOLUTION) UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK ASINAN BOGOR A. Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Alamat Usia Profesi Penghasilan Pengeluaran per bulan Jumlah anggota keluarga No. HP
: : : : : : : : :
B. Uji Penerimaan Produk Fitur Produk 1. Apakah produk Asinan Bogor Kujang dalam Kemasan Pouch sudah sesuai menjadi produk oleh-oleh khas Kota Bogor yang lebih praktis? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Alasan : 2. Apakah anda setuju produk Asinan Bogor Kujang lebih higienis/ bersih dari asinan Bogor yang ada di pasaran? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Alasan : 3. Apakah umur simpan Asinan Bogor Kujang sudah sesuai sebagai produk oleh-oleh yang dapat dibawa pada waktu lama? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Alasan : 4. Apakah anda setuju Asinan Bogor Kujang memiliki penampilan kemasan yang lebih menarik dari asinan Bogor yang beredar di pasaran? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Alasan :
27
5. Apakah anda setuju Asinan Bogor Kujang memiliki rasa yang lebih baik dari produk asinan Bogor yang ada di pasaran? c. Ragu-ragu a. Ya b. Tidak Alasan : 6. Apakah volume isi asinan sudah sesuai dengan kebutuhan yang anda inginkan? c. Ragu-ragu a. Ya b. Tidak Alasan : Customer Segment 1. Dari fitur-fitur yang ditawarkan apakah produk Asinan Bogor Kujang sudah dapat menyentuh kalangan wisatawan dan masyarakat kota Bogor yang menjadikan produk ini sebagai produk oleh-oleh? c. Ragu-ragu a. Ya b. Tidak Alasan : Channel 1. Berdasarkan fitur-fitur produk Asinan Bogor Kujang, tempat mana yang tepat untuk menjual produk tersebut? a. Outlet resmi Asinan Kujang b. Outlet oleh-oleh c. Swalayan/ minimarket/ supermarket d. Gerobak pinggir jalan e. Lainnya______________ Alasan : 2. Berdasarkan fitur-fitur produk, berapakah harga jual yang tepat untuk membeli produk Asinan Bogor Kujang? a. Rp 5.000 – Rp 9.000 b. Rp 10.000 – Rp 14.000 c. Rp 15.000 – Rp 19.000 d. > Rp 20.000 Harga tepat berdasarkan kisaran : Alasan : Berikan saran dan masukan dalam pengembangan produk asinan Bogor dalam kemasan.
28
Lampiran 3 Data responden pengujian permasalahan pada produk asinan Bogor Biodata No
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Domisili
Pekerjaan
Intensitas konsumsi (10%)
Parameter Intensitas pembelian Kebutuhan untuk (35%) oleh-oleh (20%)
Ketertari kan (35%)
Total bobot
Keterangan
1
Ibu Andari
Perempuan
45
Citayam
Ibu Rumah Tangga
3
3
2
3
2,65
Potensial
2
Ibu Yeni
Perempuan
41
Depok
Ibu Rumah Tangga
2
3
2
3
2,55
Potensial
3
Mba Asri
Perempuan
21
Bandung
Pegawai Negeri
3
3
3
3
3
Potensial
4
Bapak Purwa
Laki-laki
40
Bekasi
Pegawai Swasta
3
3
3
3
3
Potensial
5
Ibu Yanti
Perempuan
39
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
1
1
1
2
1,35
Tidak Potensial
6
Ibu Hega
Perempuan
39
Citayam
Ibu Rumah Tangga
2
2
3
2
2,35
Tidak Potensial
7
Mba Dian
Perempuan
28
Lampung
Wiraswastawan
2
2
3
3
2,7
Potensial
8
Bapak Agus Mulyono
Laki-laki
61
Bandung
Pegawai Swasta
3
3
3
3
3
Potensial
9
Ibu Dina Kuswita
Perempuan
31
Tanggerang
Ibu Rumah Tangga
2
2
3
3
2,7
Potensial
10
Mba Indah
Perempuan
26
Tegal
Pengajar/ Dosen
3
3
3
3
3
Potensial
11
Ibu Esjeni
Perempuan
54
Ternate
Pegawai Negeri
3
3
2
3
2,65
Potensial
12
Ibu Istiqomah
Perempuan
37
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
2
2
1
2
1,65
Tidak Potensial
13
Anggia
Perempuan
28
Bandung
Ibu Rumah Tangga
2
2
3
3
2,7
Potensial
14
Rudi Wahyudi
Laki-laki
34
Cibubur
Pegawai Negeri
2
3
3
3
2,9
Potensial
15
Risti
Perempuan
21
Tanggerang
Pegawai
2
1
3
3
2,5
Potensial
16
Ahyani Umar
Laki-laki
38
Jakarta
Wiraswastawan
2
3
3
3
2,9
Potensial
17
Dwi
Perempuan
20
Pandeglang
Mahasiswa
2
2
3
3
2,7
Potensial
18
Yanti Puspita Sari
Perempuan
28
Cibubur
Ibu Rumah Tangga
3
3
3
3
3
Potensial
29
Biodata
No
Nama
Jenis kelamin
Usia
Parameter
Domisili
Pekerjaan
Intensitas konsumsi (10%)
Intensitas pembelian untuk oleh-oleh (20%)
Kebutuhan (35%)
Ketertari kan (35%)
Total bobot
Keterangan
19
Dinna Amalia Rahma
Perempuan
21
Jakarta
Freelance
2
2
3
3
2,7
Potensial
20
Ridho
Laki-laki
18
Bogor
Mahasiswa
2
2
2
2
2
Tidak Potensial
21
Nadia
Perempuan
18
Bogor
Mahasiswa
2
1
2
2
1,8
Tidak Potensial
22
Suci Maulida
Perempuan
18
Bogor
Mahasiswa
3
1
1
2
1,55
Tidak Potensial
23
Enny Wahyuningsih
Perempuan
45
Purwarejo
Ibu Rumah Tangga
3
2
2
3
2,45
Potensial
24
Galuh Eka Putri
Perempuan
24
Karawang
CSR
2
2
2
2
2
Tidak Potensial
25
Ida Rosida
Perempuan
35
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
3
3
3
3
3
Potensial
26
Maemunah
Perempuan
42
Karawang
Ibu Rumah Tangga
2
2
1
2
1,65
27
Merryl Floretha
Perempuan
23
Jakarta
Karyawan Swasta
2
2
3
3
2,7
Potensial
28
Dilla
Perempuan
25
Makassar
Karyawan Swasta
3
3
3
3
3
Potensial
29
Nurhayati
Perempuan
30
Makassar
Karyawan Swasta
2
1
3
3
2,5
Potensial
30
Sri Budiani
Perempuan
50
Bogor
Ibu Rumah Tangga
2
2
1
2
1,65
Tidak Potensial
31
Andri
Laki-laki
29
Jakarta
Karyawan Swasta
2
2
1
2
1,65
Tidak Potensial
32
Aprilia Herawati
Perempuan
21
Jakarta
Freelance
2
2
3
3
2,7
Potensial
33
Rudolf
Laki-laki
41
Jakarta
Karyawan Swasta
2
2
1
1
1,3
Tidak Potensial
34
Euis Sadiah
Perempuan
30
Bogor
Guru Honorer
3
2
3
3
2,8
Potensial
35
Julaikha Siti Anisha
Perempuan
26
Bogor
Karyawan Swasta
3
2
3
3
2,8
Potensial
Tidak Potensial
30
No
Biodata
Nama
Jenis kelamin
Usia
Parameter Domisili
Pekerjaan
Intensitas konsumsi (10%)
Intensitas pembelian untuk oleh-oleh (20%)
Kebutuhan (35%)
Ketertari kan (35%)
Total bobot
Keterangan
36
Dwie Latifah
Perempuan
19
Bogor
Karyawan Swasta
3
3
3
3
3
37
Siti Bunga
Perempuan
19
Kab. Bogor
Karyawan Swasta
2
1
2
2
1,8
Tidak Potensial
38
Lala
Perempuan
23
Jakarta
Karyawan Swasta
2
3
3
3
2,9
Potensial
39
Arief Sukmandani
Laki-laki
30
Jakarta
Dosen
3
3
2
3
2,65
Potensial
40
Sonya sondari
Perempuan
27
Kab. Bogor
Guru
3
3
3
3
3
Potensial
41
Aisyah
Perempuan
46
Kab. Bogor
Asisten Apoteker
2
2
3
3
2,7
Potensial
42
Juwita
Perempuan
21
Jakarta
Enumator
2
1
2
3
2,15
43
Lidia Nouyana
Perempuan
24
Jakarta
Karyawan Swasta
2
1
3
3
2,5
Potensial
44
Hilawati Wahidah
Perempuan
21
Jakarta
Karyawan Swasta
3
2
3
3
2,8
Potensial
45
Ermi
Perempuan
21
Kab. Bogor
Mahasiswa
3
2
3
3
2,8
Potensial
46
Arasty Narisa
Perempuan
22
Jakarta
Karyawan Swasta
2
2
3
3
2,7
Potensial
47
Bagja Laksana Putra
Laki-laki
24
Jakarta
Karyawan Swasta
2
2
1
2
1,65
Tidak Potensial
48
Wuri Puji Rahayu
Perempuan
24
Jakarta
Karyawan Swasta
3
2
2
3
2,45
Potensial
49
Syarah Syafira
Perempuan
26
Banten
Ibu Rumah Tangga
2
2
3
3
2,7
Potensial
Nabilla
Perempuan
22
Banten
Mahasiswa
2
2
3
3
2,7
Potensial
50
Potensial
Tidak Potensial
Keterangan : Intensitas konsumsi
Intensitas pembelian
Kebutuhan
Ketertarikan
Poin
Sering : 1x/ minggu
Setiap bepergian
Butuh produk pengembangan
Tertarik
3
Kadang-kadang : 3x/bulan
Kadang-kadang
Biasa saja
Biasa
2
Tidak pernah
Tidak pernah
Tidak butuh
Tidak tertarik
1
31
Lampiran 4 Data responden pengujian solusi pada produk asinan Bogor Biodata No
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Domisili
Pekerjaan
1
Wuri Puji Rahayu
Perempuan
24
Jakarta
Karyawan Swasta
2
Hilawati Wahidah
Perempuan
21
Jakarta
Karyawan Swasta
3
Merryl Floretha
Perempuan
23
Jakarta
Karyawan Swasta
4
Lidia Nouyana
Perempuan
24
Jakarta
Karyawan Swasta
5
Arasty Narisa
Perempuan
22
Jakarta
Karyawan Swasta
6
Aprilia Herawati
Perempuan
21
Jakarta
Freelance
7
Enny Wahyuningsih
Perempuan
45
Purwarejo
Ibu Rumah Tangga
8
Dinna Amalia Rahma
Perempuan
21
Jakarta
Freelance
9
Aisyah
Perempuan
46
Kab. Bogor
Asisten Apoteker
10
Novialita Aesa Putri
Perempuan
21
Bogor
Mahasiswa
11
Fransisca Pangestu A
Perempuan
22
Bogor
Mahasiswa
12
Eka Nur'azmi Y
Perempuan
21
Bogor
Mahasiswa
13
Hafizah K
Perempuan
21
Bogor
Mahasiswa
14
Heri Supriadi
Laki-laki
22
Bogor
Mahasiswa
15
Egnawati Sari
Perempuan
44
Bogor
Laboran
16
Zuryetti S
Perempuan
51
Padang
Ibu Rumah Tangga
17
Subeti Mekdriani
Perempuan
52
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
18
WSG
Laki-laki
58
Jakarta
Purnabakti
19
Betria Zahara
Perempuan
21
Bogor
Mahasiswa
20
Seprohendi
Laki-laki
32
Jakarta
Karyawan
21
Leliana
Perempuan
38
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
22
Andiles
Perempuan
29
Jakarta
Karyawan
23
Nilawati
Perempuan
51
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
24
Helmi
Laki-laki
45
Jakarta
Karyawan
25
Nanang
Laki-laki
35
Jakarta
Karyawan
26
Susmaningsih
Perempuan
40
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
27
Sugiarti
Perempuan
58
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
28
Ecin Aisyah
Perempuan
43
Jakarta
Wirausahawan
29
Kudrotin
Perempuan
56
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
30
Astrid Amelia
Perempuan
21
Jakarta
Nutritionist
31
Ely Susiyanti
Perempuan
50
Jakarta
Karyawan
32
Angga Marshelianto
Laki-laki
21
Jakarta
Mahasiswa
33
Nabilla
Perempuan
22
Banten
Mahasiswa
34
Siska
Perempuan
14
Kab. Bogor
Pelajar SMA
35
Ria
Perempuan
20
Kab. Bogor
Karyawan
36
Teti
Perempuan
38
Bogor
Ibu Rumah Tangga
37
Dewi
Perempuan
30
Depok
Ibu Rumah Tangga
38
Ujang
Laki-laki
41
Depok
Pegawai
39
Nurjanah
Perempuan
41
Depok
Ibu Rumah Tangga
32
Biodata No
Nama
Jenis Kelamin
40
Hani
Perempuan
41
Sarah Syafira
42
Usia
Domisili
Pekerjaan
25
Bogor
Wiraswastawati
Perempuan
27
Tanggerang
Ibu Rumah Tangga
Nadia Silvya
Perempuan
24
Tanggerang
Karyawan
43
Renita
Perempuan
34
Kab. Bogor
Guru
44
Cecep Arifudin
Laki-laki
35
Kab. Bogor
IT Freelance
45
Pipit
Perempuan
25
Kab. Bogor
Karyawan
45
Lina
Perempuan
21
Kab. Bogor
Karyawan
47
Asniwarti
Perempuan
54
Kab. Bogor
Ibu Rumah Tangga
48
Sri Sumaryati
Perempuan
57
Jogjakarta
Ibu Rumah Tangga
49
Dionima
Perempuan
50
Jakarta
Ibu Rumah Tangga
50
Yogi Okta Priyandi
Laki-laki
16
Jakarta
Pelajar SMA
33
Lampiran 5 Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 1 A. Biaya penyusutan peralatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total
Nama Alat
Kuantitas
Kompor Tabung Panci Sealer Timbangan Panci rebus Pisau besar Pisau buah Talenan Pisau biasa Blender Baskom Galon Wadah Sendok Sewa Lab
Biaya produksi perhari (Rp)
1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 5 1 5 12 1
Satuan Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Paket
Harga satuan
Harga beli
Nilai sisa
400 000 500 000 1 825 000 150 000 120 000 400 000 30 000 8 000 15 000 15 000 200 000 10 000 35 000 5 000 3 000 500 000
400 000 500 000 1.825 000 150 000 120 000 400 000 30 000 24 000 30 000 30 000 200 000 50 000 35 000 25 000 36 000 500 000 3 855 000
40 000 50 000 182 500 15 000 12 000 40 000 3 000 2 400 3 000 3 000 20 000 5 000 3 500 2 500 3 600 50 000
Umur pakai (bulan) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 3
Penyusutan (perbulan) 30 000 37 500 136 875 11 250 9 000 30 000 2 250 1 800 2 250 2 250 15 000 3 750 2 625 1 875 2 700 150 000 439 125 21 956
34
B. Biaya pokok produksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
Direct Material
Kuantitas Satuan
Air Cuka Gula Cabai Garam Pengatur keasaman Penguat rasa Antioksidan Nanas Kedondong Pepaya Bengkuang Kemasan
10 000,0 75,0 4 166,7 729,2 220,8 10,0 2,5 7 5 4 4 4 50
C. Bahan baku penolong
No
Bahan Penolong
1 Gas Total Biaya Pokok Produksi/ Hari (Rp) Produk (Pouch) HPP (Rp)
Biaya perbulan
Harga perhari
15 000 115 000
399 750,33 50 7 995,01
5 750 5 750
ml ml gram gram gram gram gram gram buah kg kg kg pouch
Biaya perproduksi 2 632 2 600 53 750 18 229 1 943 500 390 3 500 25 000 20 000 20 000 36 000 187 500 372 044
35
Lampiran 6 Disain model kanvas versi satu
36
Lampiran 7 Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 2 A. Biaya penyusutan peralatan No
Nama alat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Waterbath (alat pasteurisasi) Kompor gas 2 tungku Tabung gas Panci stailess steel Blender Timbangan Automatic sealer Pisau Talenan Coolbox Wadah Penampung air Penyaring Kulkas Sendok Pengaduk Sewa bangunan Total
Kuantitas 3 2 10 5 5 3 1 12 10 1 10 3 5 3 3 6 1
Satuan Harga satuan unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit lusin unit unit
11 800 000 450 000 500 000 350 000 250 000 250 000 8 000 000 30 000 12 000 1 500 000 50 000 250 000 30 000 2 500 000 30 000 15 000 30 000 000
Harga beli 35 400 000 900 000 5 000 000 1 750 000 1 250 000 750 000 8 000 000 360 000 120 000 1 500 000 500 000 750 000 150 000 7 500 000 90 000 90 000 30.000 000 94 110 000
Nilai sisa 3 540 000 90 000 500 000 175 000 125 000 75 000 800 000 36 000 12 000 150 000 50 000 75 000 15 000 750 000 9 000 9 000 3 000 000
Umur pakai
Penyusutan 10 3 10 3 1 1 10 1 1 3 1 2 1 10 1 1 1
3 186 000 270 000 450 000 525 000 1 125 000 675 000 720 000 324 000 108 000 450 000 450 000 337 500 135 000 675 000 81 000 81 000 27 000 000 36 592 500
37
B. Biaya bahan baku penolong No Nama 1 Air 2 Air pembersih 3 Kemasan sekunder Total
Kuantitas Satuan 27 000 liter 36 000 liter 15 000 pcs dus
Harga 150 100 2 000
Jumlah 4 050 000 3 600 000 30 000 000 37 650 000
Kuantitas
Harga
Jumlah
C. Biaya pokok produksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 1 2
Komponen Direct Material Nanas Kedondong Pepaya Bengkuang Cabai Cuka Gula Garam Pengatur keasaman Penguat rasa Antioksidan Pouch Direct Labor Buruh/pekerja Karyawan Overhead Biaya bahan baku penolong Biaya listrik
3 Biaya bahan bakar Biaya pemeliharaan 4 bangunan 5 Biaya pemeliharaan alat 6 Biaya depresiasi alat Biaya Pokok Produk (BP)
Satuan
4 000 6 500 4 000 4 000 18 000 32 667 12 300 8 200 50 000 36 000 450 000 1 800
55 384 615 97 500 000 45 000 000 42 352 941 35 478 000 6 615 000 138 386 070 4 892 940 1 350 000 972 000 8 505 000 324 000 000
2 500 000 3 000 000
15 000 000 6 000 000
12 bulan tabung 240 gas
350 000
37 650 000 3 600 000
120 000
28 800 000
12 bulan 12 bulan
350 000 500 000
4 200 000 6 000 000 36 592 500 898 279 067
13 846,2 15 000,0 11 250,0 10 588,2
1971 202,5 11 250,9 596,7 27 27 18,9 180 000
buah kg kg kg kg liter kg kg kg kg kg buah
6 orang 2 orang
38
Biaya pokok produksi (Rp) Jumlah produk (pouch) Harga pokok produksi per unit (Rp)
898 279 067 180 000 4 990
Keterangan : hari kerja : 30 hari/bulan jam kerja : 8 jam/hari skala produksi : 180.000 pouch/tahun volume asinan : 150 ml cuka, 50 gram kedonsong, 50 gram bengkuang ; 50 gram nanas, dan 50 gram pepaya
39
Lampiran 8 Disain model kanvas versi dua
40
Lampiran 9 Diagram skema penjualan Asinan Kujang sampai ke tangan konsumen Penentuan harga jual cost plus pricing dengan metode full costing Biaya pokok produksi (Rp) Jumlah produk (pouch) Harga pokok produksi per unit (Rp) Biaya Non Produksi No Nama Kuantitas Selling cost 1 Distribusi 312 2 Pemasaran 1 Bonus 3 penjualan 12 Administrative cost Administrasi dan keperluan 4 kantor 1 Total Biaya Nonproduksi (BNP)
898 279 067 180 000 4 990
Satuan
Harga
Jumlah
Hari Paket
100 000 5 000 000
31 200 000 5 000 000
Bulan
1 000 000
12 000 000
Paket
5 000 000
5 000 000 53 200 000
Biaya total (BP+BNP) Harga jual (Biaya total+ (70% laba x biaya total) Harga jual per pouch Pembulatan harga jual
Rp Rp Rp Rp
951 479 067 1 617 514 413 8 986 9 000
Diagram skema penjualan Asinan Kujang melalui outlet resmi dan toko oleholeh Produsen
Outlet resmi dan toko oleh-oleh
Konsumen
75%
25%
100%
Rp 9 000
Rp 3 000
Rp 12 000
Keterangan : - Harga penjualan sampai ke tangan konsumen adalah Rp 12 000. - Pada outlet resmi, 25% dari penjualan digunakan untuk pengembangan outlet sedangkan pada toko oleh-oleh merupakan bentuk kerja sama pembagian keuntungan.
41
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Juli 1992. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara yang berasal dari pasangan Alm. Achmad Purkon dan Sa’diah. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1997-1998 di TK Aisyah Jakarta. Pada tahun 1998-2003, penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDS Rukun Istri Jakarta dan pada 2003-2004 penulis meneruskan pendidikan ke SDN 03 Pagi Jakarta. Setelah menempuh pendidikan sekolah dasar, pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 7 Jakarta dan pada tahun 2007-2010 melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMAN 31 Jakarta. Pada tahun 2010, Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dibeberapa lembaga kemahasiswaan yaitu Himalogin (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) sebagai Direktur Departemen Technopreneur, FORCES (Forum for Scientific Studies) sebagai Kepala Departemen Riset dan Edukasi, BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Tingkat Persiapan Bersama sebagai Staf Bidang Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa, dan BEM Fakultas Teknologi Pertanian sebagai Staf Bidang Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa. Penulis juga pernah menjadi ketua panitia kegiatan PIMPI (Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia) 2012 yang diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor. Penulis memiliki beberapa prestasi dibidang (LKTI) Lomba Karya Tulis Ilmiah yaitu Juara 2 LKTI Nasional Airlangga Ideas Competition pada tahun 2013, Juara 2 LKTI Nasional Agrotech’s Fair Universitas Sebelas Maret 2013, Finalis PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional) Ke-26 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Peraih Dana Kewirausahaan Gerakan Kewirausahaan Nasional 2013 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Pendanaan proposal Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang Kewirausahaan (1 proposal) dan Pengembangan Masyarakat (2 proposal), serta juara 1 Lomba Esai Ilmiah Forum for Scientific Studies IPB pada tahun 2010. Selain prestasi, penulis juga aktif dalam beberapa forum dan pelatihan diantaranya Forum Indonesia Muda angkatan ke-14 dan pelatian Social Enterpreneur Camp 2014 yang diselenggarakan oleh Yayasan Karya Salemba Empat.