`
PENGEMBANGAN PASAR PRODUK MASAKAN SAYUR TEROLAH MINIMAL DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI
NADHIF NABHAN RABBANI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Nadhif Nabhan Rabbani NIM F34100004
ABSTRAK NADHIF NABHAN RABBANI. Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN. Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku konsumsi, sifat alami sayuran, dan proses pengolahan sayuran. Penelitian bertujuan untuk menguraikan permasalahan konsumsi sayuran, menemukan segmen pelanggan yang memiliki permasalahan, memberikan solusi permasalahan, mengidentifikasi posisi produk dan pemetaan saluran penjualan, serta menghasilkan model bisnis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan riset aksi dengan tahapan pengembangan pasar yang terdiri dari pembuatan hipotesis model bisnis, pengujian masalah, pengujian solusi, verifikasi, pemetaan saluran penjualan, dan penentuan posisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan konsumsi sayuran adalah kesegaran sayuran, ketersediaan waktu, proses pengolahan, nutrisi, dan kebersihan. Segmen pelanggan yang memiliki masalah tersebut adalah profesional wanita kelas ekonomi menengah atas dan atas. Solusi yang ditawarkan berupa produk masakan sayur terolah minimal. Strategi hubungan pelanggan dilakukan dengan promosi pada media sosial dan layanan pelanggan. Produk ini didistribusikan melalui pasar swalayan. Seluruh hasil penelitian menjadi suatu model bisnis bagi perusahaan. Kata kunci: pengembangan pasar, masakan sayur terolah minimal, riset aksi
ABSTRACT NADHIF NABHAN RABBANI. The Customer Development of Minimally Processed Vegetable Dishes Using Action Research. Supervised by AJI HERMAWAN. Indonesian’s vegetable consumption level is relatively low. It is caused by consumption behaviors, nature of vegetables, and vegetable process. The purposes of the research are to identify problems of vegetables consumption, to find a customer segment, to provide solutions, to identify the product positioning and sales channel roadmap, and to generate a business model. This research used action research through customer development which consisted business model hypotheses, problem testing, solution testing, verification, sales channel roadmaping, and product positioning. The results showed that problems were the freshness of vegetables, the availability of time, process, nutrition, and hygiene. Customer segment who had these problems were professional women from middle upper and upper economic class. The solution was minimally processed vegetable dishes. Customer relationship strategy used social media promotion and customer service. These products were distributed through supermarkets. All results of research became into business model for company. Keywords: customer development, minimally processed vegetable dishes, action research
PENGEMBANGAN PASAR PRODUK MASAKAN SAYUR TEROLAH MINIMAL DENGAN PENDEKATAN RISET AKSI
NADHIF NABHAN RABBANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi Nama : Nadhif Nabhan Rabbani NIM : F34100004
Disetujui oleh
Dr Ir Aji Hermawan, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan Juni 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M. selaku pembimbing, Bapak Eko Nugroho, S.Pt., M.M. yang telah banyak memberi saran, Recognition and Monitoring Program (RAMP - IPB) yang telah mendanai penelitian ini, serta dosen dan staf Departemen Teknologi Industri Pertanian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data serta penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala motivasi, dukungan, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Nadhif Nabhan Rabbani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Pengumpulan Data
3
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Masakan Sayur Terolah Minimal
5
Potensi Pasar
5
Hipotesis Kanvas Model Bisnis Awal
9
Hasil Pengujian Masalah
14
Hasil Pengujian Solusi
17
Verifikasi Kanvas Model Bisnis
23
Pemetaan Penjualan
26
Penentuan Posisi Produk dan Perusahaan
29
SIMPULAN DAN SARAN
30
Simpulan
30
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
32
RIWAYAT HIDUP
51
DAFTAR TABEL 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013 2 Daftar permasalahan konsumsi sayur beserta frekuensinya
1 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Tahap penelitian Proses pembuatan masakan sayur terolah minimal Model lima kekuatan Porter Paket sayur yang sudah ada di pasaran Ukuran pasar Produk sayur sop inisiasi dalam kemasan PP Jumlah responden masing-masing kelompok segmen yang diuji Persentase jumlah responden potensial berdasarkan kelompok segmen Produk sayur sop dalam kemasan cling wrap hasil pengujian masalah Evaluasi responden terhadap proposisi nilai Persentase penerimaan pelanggan terhadap komposisi sayuran utama Persentase penerimaan pelanggan terhadap bentuk dan ukuran sayuran Persentase kebutuhan bahan pelengkap non sayuran Persentase kebutuhan bumbu Persentase pelanggan terhadap bobot produk solusi Penerimaan pelanggan terhadap kemasan produk solusi Produk sayur sop dalam kemasan vakum hasil pengujian solusi Aliran kerja pelanggan tanpa dan dengan produk Saluran penjualan produk solusi pilihan pelanggan Willingness to pay produk solusi Skema penjualan produk Diagram saluran pertanggungjawaban Diagram saluran diskon
3 5 6 7 8 14 15 16 17 18 19 20 20 21 21 21 22 23 24 25 27 27 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Daftar pertanyaan pengujian masalah Daftar pertanyaan pengujian solusi Kanvas model bisnis awal Hasil pengujian masalah Kanvas model bisnis hasil pengujian masalah Hasil pengujian solusi Kanvas model bisnis hasil pengujian solusi Kanvas model bisnis hasil verifikasi Perhitungan harga pokok penjualan
32 35 38 39 42 43 47 48 49
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sayur-sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang umum dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Dirjen Hortikultura 2006). Menurut Rukmana (2005), sayuran dapat memberi manfaat selain pemenuh gizi harian juga berkhasiat menyembuhkan penyakit. FAO merekomendasikan konsumsi sayuran sebesar 65 kg per kapita per tahun setara dengan 178 g per kapita per hari, sedangkan anjuran FDA (Foods and Drugs Association) untuk konsumsi sayuran yaitu 3-5 porsi sehari atau sebanyak 225 – 375 g per orang per hari (Astawan 2008). Hasil kajian Litbang Departemen Pertanian (2013), tingkat konsumsi sayuran per kapita masyarakat Indonesia adalah 40,35 kg/tahun. Kemudian data yang dikemukakan BPS (2013) mengenai persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013 terhadap konsumsi kelompok barang tercantum sebagai berikut (Tabel 1). Tabel 1. Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013 Kelompok 2011 2012 2013 Barang Mar Sep Mar Sep Mar Bukan Makanan 50,55 51,54 47,92 52,29 49,34 Makanan : Padi 7,48 8,37 9,14 7,90 8,24 Umbi 0,51 0,48 0,44 0,42 0,45 Ikan 4,27 4,12 4,20 4,08 4,03 Daging 1,85 2,19 2,06 2,26 1,88 Telur dan susu 2,88 2,86 3,00 2,74 3,06 Sayur-sayuran 4,31 3,72 3,78 3,62 4,43 Kacang-kacangan 1,26 1,31 1,33 1,32 1,34 Buah-buahan 2,15 2,06 2,44 2,28 2,33 Minyak dan lemak 1,91 1,79 1,95 1,79 1,64 Bahan minuman 1,80 1,93 1,73 1,68 1,90 Bumbu-bumbuan 1,06 1,02 1,02 0,96 0,96 Konsumsi lainnya 1,07 1,07 1,10 1,01 1,04 Makanan Jadi 13,73 11,83 12,72 11,65 13,11 Tembakau dan Sirih 5,16 5,73 6,16 6,00 6,24 Total Makanan 49,45 48,46 52,08 47,71 50,66 Sumber : Badan Pusat Statistik (2013) Terlihat dari kedua data di atas bahwa konsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Hasil serupa juga dipaparkan oleh Litbang Depkes (2007) yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, sebanyak 93,7% penduduk umur 10 tahun ke atas kurang konsumsi sayur. Konsumsi ini dipengaruhi oleh berbagai tiga faktor. Pertama, kemampuan ekonomi dan ketersediaan pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi sayur-sayuran yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi (Litbang Depkes 2007). Kedua, sifat alami bahan pertanian yang kamba (bulky), mudah rusak (perishable),
2 ketidakseragaman produk, ketergantungan pada alam, dan musiman (Efendi 2010). Ketiga, proses pengolahan masakan sayur yang panjang. Biasanya masyarakat melakukan serangkaian kegiatan yang cukup panjang yakni dimulai dari pemilihan bahan-bahan (sayuran), pembersihan sayuran, pengupasan, pemotongan (pengecilan ukuran), pemasakan, dan penyajian. Hal tersebut menyita banyak waktu sehingga mempengaruhi keputusan masyarakat dalam mengolah sendiri sayurannya.Oleh sebab itu, permasalahan tersebut perlu diselesaikan dan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan mentransformasikan permasalahan yang dihadapi oleh segmen pelanggan menjadi suatu produk berbasis sayuran sebagai solusi serta sebagai panduan startup business yang akan dijalankan. Pengembangan pasar ini dilakukan dengan pendekatan riset aksi yang dibantu dengan alat yaitu kanvas model bisnis yang diciptakan oleh Osterwalder dan Pigneur (2012). Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap mulai dari tahap pencarian pasar dan validasi pasar (customer discovery and customer validation) yang dikembangkan oleh Blank dan Dorf (2012).
Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya menguraikan masalahmasalah terkait konsumsi sayuran, menemukan segmen pelanggan yang memiliki permasalahan tersebut, memberikan solusi permasalahan, serta mengidentifikasi posisi produk dan pemetaan saluran penjualan produk. Selain itu, penelitian ini juga akan memperoleh model bisnis produk solusi masakan sayur terolah minimal yang terverifikasi sebagai acuan dalam startup bisnis.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi pembuatan model bisnis produk masakan sayur terolah minimal yang difokuskan pada masakan sayur sop dengan aturan pengembangan pasar. Pengembangan pasar terdiri dari empat tahapan, yakni customer discovery, customer validation, customer creation, dan company building (Blank dan Dorf 2012). Ruang lingkup penelitian dibatasi pada dua tahapan pertama yakni customer discovery dan customer validation. Tahapan customer discovery terdiri dari empat buah langkah, yakni pembentukan hipotesis awal, pengujian masalah, pengujian solusi, dan verifikasi. Tahapan ini akan mendapatkan beberapa hasil, seperti masalah teridentifikasi, segmen pelanggan ditemukan, serta kanvas model bisnis terverifikasi. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan customer validation yang terdiri dari persiapan penjualan, penjualan produk solusi, penentuan posisi produk, dan validasi. Pada penelitian ini customer validation hanya meliputi pemetaan penjualan dan penentuan posisi produk.
3
METODE Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan riset aksi yakni suatu sistematika yang digunakan dalam melakukan suatu tindakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Saunders et al. (2009) menjelaskan bahwa pendekatan riset aksi akan menghasilkan relevansi hubungan antara fakta dengan ilmu pengetahuan yang lebih baik serta teori dengan praktik yang terintegrasi. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni tahap pembentukan hipotesis awal, pengujian masalah, pengujian solusi, verifikasi, pemetaan penjualan, dan penentuan posisi produk (Gambar 1). Mulai
Pembentukan Hipotesis Awal
Pemetaan Penjualan
Pengujian Masalah
Penentuan Posisi Produk
Pengujian Solusi Selesai
Verifikasi Belum Sesuai
Sesuai Gambar 1 Tahapan penelitian
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada tahapan pembentukan hipotesis model bisnis awal adalah dengan menggunakan data sekunder berupa literatur dan dokumen. Pada tahapan pengujian masalah dan pengujian solusi pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah dengan pertanyaan terbuka. Wawancara kepada responden bertujuan untuk memperoleh informasi baik berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Pada tahapan pengujian masalah teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik asosiasi dimana tujuan penelitian disamarkan. Menurut Sumarwan, et al. (2011) teknik asosiasi adalah pengumpulan data dengan cara wawancara yang didalamnya terdapat stimulus kepada responden untuk memberikan tanggapan dan
4 mengungkapkan perasaan atas topik yang sedang diteliti. Topik yang dibangun dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertera pada Lampiran 1. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui masalah-masalah apa saja yang muncul terkait topik yang diangkat beserta intensitas atau frekuensi munculnya masalah sebagai bahan perbaikan proposisi nilai dan mengetahui segmen pelanggan yang memiliki permasalahan tersebut. Tahapan pengujian solusi dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara mendalam dilakukan dengan cara menggali secara mendalam persepsi, sikap, atau motivasi yang terkait dengan topik yang ditanyakan (Sumarwan, et al. 2011). Hasil wawancara mendalam ini akan memberikan masukkan terkait solusi yang ditawarkan. Pengujian solusi dilakukan dengan panduan pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertera pada Lampiran 2. Pengujian solusi ini dibantu dengan alat kelengkapan uji berupa MVP (minimum viable product) sebagai contoh produk yang ditawarkan kepada responden. Pengujian solusi juga bertujuan untuk mengetahui saluran dipilih oleh responden, membuat perencanaan kegiatan penjualan, dan aktivitas-aktivitas yang dapat membangun hubungan pelanggan.
Analisis Data Teknik-teknik analisis yang digunakan, diantaranya teknik transkripsi, teknik reduksi, teknik kategorisasi, dan teknik perankingan. Pada tahapan pembentukan hipotesis bisnis model awal analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik kategorisasi terhadap sembilan elemen kanvas model bisnis yang kemudian diekstraksi sebagai input tahap berikutnya. Analisis data pada tahap pengujian masalah diawali dengan teknik transkripsi yakni mengubah data lisan menjadi tulisan (Endraswara2009) yang dilanjutkan dengan teknik reduksi. Teknik reduksi data adalah teknik yang dilakukan dalam penelitian yang mencakup kegiatan mengikhtisar, memilahmilah, dan memusatkan untuk penyederhanaan data (Bungin 2006). Kemudian data hasil reduksi dianalisis dengan teknik kategorisasi. Teknik kategorisasi merupakan pengelompokan data berdasarkan kategori atau karakteristik tertentu untuk pemisahan kategori masalah yang dihadapi dan segmen pelanggan potensial. Segmen pelanggan potensial ditetapkan jika telah memenuhi 3 dari 5 parameter yang ditentukan. Selanjutnya teknik perankingan berguna untuk memberikan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan dan prioritas segmen pelanggan yang akan dilayani. Analisis data yang digunakan pada pengujian solusi terdiri dari teknikteknik yang sama dengan pengujian masalah tetapi berbeda pada hasilnya. Teknik kategorisasi pada tahapan ini dilakukan untuk mengkelompokan tanggapan responden terkait produk solusi, fitur dan tampilan produk, serta saluran yang dipilih oleh responden. Kemudian teknik perankingan digunakan dalam memberikan prioritas tanggapan responden sebagai masukkan pengembangan produk. Tahapan verifikasi model bisnis, pemetaan saluran penjualan, dan penentuan posisi produk dianalisis untuk melihat kesesuaian hasil yang kemudian dijadikan sebagai pedoman pengembangan pasar.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Masakan Sayur Terolah Minimal Produk yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah masakan sayur terolah minimal. Produk ini merupakan olahan sayuran yang telah mengalami proses pendahuluan (Gambar 2), diantaranya pengupasan, pemotongan, dan perlakuan teknologi khusus untuk menyederhanakan dan memudahkan pengolahan lebih lanjut. Proses pembuatan produk ini terus berkembang selama penelitian berlangsung yang akan dijelaskan secara terperinci pada sub-bab berikutnya. Sayuran Segar
Sortasi
Pengupasan
Pemotongan Pencucian Perlakuan Teknologi
Pengemasan
Masakan Sayur Terolah Minimal Gambar 2 Proses pembuatan masakan sayur terolah minimal
Potensi Pasar Pasar merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Purba (2009) menyatakan bahwa pengembangan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan dan perluasan jaringan distribusi, penciptaan model dan varian produk baru, serta penguasaan pangsa pasar. Produk masakan sayur terolah minimal merupakan produk inovatif yang akan diminati pelanggan
6 dan berpotensi menarik banyak pesaing untuk masuk ke dalam lingkup bisnis yang sama. Michael E Porter membuat suatu pemodelan yang menggambarkan kondisi persaingan bisnis (Model Lima Kekuatan Potter). Selain itu, potensi pasar ini juga dilihat dari ukuran pasar produk masakan sayur terolah minimal.
Model Lima Kekuatan Porter Model lima kekuatan Porter dapat digunakan oleh perusahaan untuk melihat target pasar (Purba 2009). Terdapat lima aspek penting dalam model tersebut, yakni ancaman persaingan, ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, ancaman kekuatan posisi tawar pemasok, dan ancaman kekuatan posisi tawar pembeli (Gambar 3). Pendatang Potensial Ancaman pendatang baru Kekuatan tawar pemasok Pemasok
Pesaing Persaingan di antara perusahaan yang telah ada
Ancaman produk pengganti
Pembeli Kekuatan tawar pembeli
Pengganti Gambar 3 Model lima kekuatan Porter (Purba 2009) Setiap aspek dalam model tersebut memiliki dampak dan keterkaitan yang erat dalam hal pengembangan pasar. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan terhadap kelima aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1.
Pesaing Produk masakan sayur terolah minimal merupakan produk baru sehingga belum ada produk lain yang masuk di dalam persaingan pasar. Akan tetapi perlu diantisipasi masuknya produk yang sama dari pesaing-pesaing yang mungkin tertarik pada pasar ini. Produk serupa yang sudah ada di pasar dan merupakan pesaing saat ini adalah paket masakan sayur yang lengkap dengan penyedap rasa serta bumbu siap saji namun belum dilakukan pengolahan pendahuluan. Contoh perusahaan yang menjual paket masakan sayur adalah pasarminggu.co, kedai Ibu Zulfa, dan masih banyak perusahaan lainnya. Paket masakan sayur yang dijual oleh salah satu perusahaan tersebut terlihat pada Gambar 4.
7
Gambar 4 Paket masakan sayur yang ada di pasaran Persaingan dalam jenis bisnis ini cukup ketat karena banyaknya varian produk yang ditawarkan dan kemudahan proses pembuatan. Tetapi produk masakan sayur terolah minimal akan mampu bertahan dan memenangkan persaingan karena dukungan teknologi yang memadai. Persaingan akan dapat dimenangkan oleh perusahaan yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi. 2.
Pendatang Baru Ancaman pendatang baru dapat berasal dari perusahaan lama yang sudah memiliki brand terkenal dan pendatang baru yang berasal dari perusahaan baru. Pendatang baru akan mudah memasuki pasar jika produk yang dihasilkan memiliki proses pengolahan yang sederhana, sedangkan produk masakan sayur terolah minimal ini memiliki formulasi dan teknologi pengolahan yang baik sehingga pendatang baru tidak mudah untuk menyamai produk ini. 3.
Produk Pengganti Produk pengganti merupakan produk yang mungkin menggantikan posisi produk saat ini berdasarkan kesamaan sifat dan fungsi. Produk pengganti untuk produk solusi masakan sayur terolah minimal dapat berupa sayuran segar tanpa pengolahan, sayuran segar yang sudah dipaket menjadi satu jenis masakan, dan sayuran olahan beku. Produk pengganti yang beragam ini berasal dari berbagai jenis perusahaan dengan jumlah yang banyak. Konsistensi ketersediaan dan mutu produk sangat diperlukan agar pelanggan tidak beralih ke produk pengganti. 4.
Pemasok Pemasok menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk memenuhi pasokan bahan bakunya. Pemasok-pemasok yang terlibat dalam pembuatan produk masakan sayur terolah minimal ini antara lain pemasok bahan sayuran (wortel, kentang, buncis, dan kubis), pemasok rempah-rempah (bawang merah, bawang putih, kapulaga, kayu manis, bunga peka, dan lainnya), serta pemasok kemasan. Ketersediaan bahan baku masing-masing sayuran di wilayah sentra produksinya yang tercatat oleh Dinas Pertanian Jawa Barat tahun 2012, yakni sebanyak 41.816 ton wortel (Cianjur), 131.876 ton kentang (Bandung), 163.159 ton kubis (Bandung), dan 18.643 ton buncis (Cianjur). Jumlah pasokan tersebut juga ditambah dengan produksi sayuran di wilayah lainnya sehingga terlihat bahwa ketersediaan tersebut cukup memadai untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan.
8 Pembeli Pembeli attau pelanggaan merupakaan target pasar yang akaan menghassilkan patan bagi perusahaan. Pembeli akkan ditawarrkan dengann banyak prroduk pendap yang serupa s sehinngga strategii untuk mennarik pembelli diperlukann pada aspek k ini. Pembeeli yang dipiilih berasal dari d segmen pelanggan profesional p w wanita dari kelas k ekonomi menengah atas dann atas yangg aktif menngkonsumsi sayuran deengan 8 ribuu jiwa. Jum mlah tersebbut cukup potensial untuk u jumlahh sekitar 847,98 mengeembangkan bisnis. b 5.
Ukuraan Pasar P Peluang passar didoronng oleh tigaa hal pentinng, yakni bbesarnya ju umlah pelangggan potensiial, pertumbbuhan masa depan yangg cepat dan dapat dipreddiksi, serta kesempatan k menarik m pelaanggan (Blaank dan Dorff 2012). Peruusahaan tenttunya melihaat peluang tersebut t den ngan cara m menghitung ukuran u pasaar. Ukuran pasar p direpreesentasikan dengan tigga buah hittungan yaknni TAM (tootal addresssable markeet), SAM (seerved available market),, dan TM (target markeet). Ukuran pasar p tersebu ut menunjuk kan besarnyaa peluang yaang dinilai berdasarkan b unit yang teerjual atau nominal uangg yang diperooleh (Gambaar 5). TAM 847,988 ribu unit/haari = Rp 7,63 milyarr/hari SAM 542,7 ribu unit/hari 4 = Rp 4,88 milyarr/hari TM 5.427 unit/hari = Rp 48,,84 juta/hari
Gambar G 5 Ukkuran pasar TAM ( Tottal Addressaable Market)) TAM meerupakan keeseluruhan pasar poteensial yangg akan meenjadi p yangg ditawarkann. Segmen pelanggan yang ditetaapkan pelangggan dari produk adalahh profesionaal wanita keelas ekonom mi menengaah atas dan atas. Kemu udian jumlahh segmen wanita w tersebbut dikompaarasikan den ngan masyaarakat yang aktif mengk konsumsi sayyur. Menurut Kementrian K Pemberdayaaan Perempu uan dan Perrlindungan Anak A atau KEMPPPA K (2013), ( jumllah penduduuk Indonesiaa adalah sebaanyak 245,44 juta jiwa dengan d kom mposisi waniita sebesar 449,65% atau u setara denngan 121,844 juta 1.
9 jiwa. KEMPPPA (2013) juga menyatakan bahwa jumlah profesional wanita diketahui sebanyak 47,91% dari seluruh wanita Indonesia atau setara dengan 58,37 juta jiwa. Profesional wanita kelas menengah atas diasumsikan memiliki pengeluaran lebih dari Rp 3.000.000,- / bulan sedangkan kelas atas memiliki pengeluaran Rp 7.500.000,- / bulan dengan persentase masing-masing 20,23% dan 2,83% (Tempo 2013). Total dari jumlah segmen pelanggan tersebut diketahui sebesar 23,06% atau setara dengan 13,46 juta jiwa. Jumlah tersebut kemudian dipersempit dengan kalkulasi perbandingan masyarakat yang aktif konsumsi sayur yakni sebanyak 6,3%. Asumsi yang digunakan adalah bahwa masyarakat yang aktif konsumsi sayur tersebut sebanding dengan profesional wanita kelas menengah atas dan atas yang aktif konsumsi sayur sehingga diperoleh jumlah sebesar 847,98 ribu jiwa. Jika asumsi setiap pelanggan mengkonsumsi 1 unit produk per hari dengan harga Rp 9.000,/unit maka TAM produk masakan sayur terolah minimal ini 847,98 ribu unit/hari atau setara dengan Rp 7,63 milyar per hari. 2.
SAM (Served Available Market) SAM merupakan adalah jumlah potensi pasar yang memiliki ketertarikan terhadap produk yang ditawarkan. SAM ini didasarkan pada hasil penelitian mengenai kemampuan membeli pelanggan. Terdapat sebanyak 64% pelanggan hasil wawancara yang bersedia membeli produk dengan harga Rp 9.000,-/ unit. Perhitungan SAM menjadi 64% dari TAM yakni sebanyak 542,7 ribu unit/hari atau setara dengan Rp 4,88 milyar per hari. 3.
TM (Target Market) TM merupakan potensi pasar yang benar-benar dapat dipenuhi oleh perusahaan. TM tersebut diasumsikan sebesar 1% dari SAM. Target tersebut dipilih berdasarkan kemampuan kapasitas produksi dan jangkauan distribusi yang dapat dilakukan oleh perusahaan. TM produk masakan sayur terolah minimal ini adalah sebesar 5.427 unit/hari atau setara dengan Rp 48,84 juta / hari.
Hipotesis Kanvas Model Bisnis Awal Suatu model bisnis memberikan ilustrasi gambaran mengenai bagaimana perusahaan membuat, menyampaikan, dan menerima suatu nilai. Model bisnis dapat dibuat dengan alat berupa kanvas model bisnis (Osterwalder dan Pigneur 2012). Terdapat sembilan elemen dalam kanvas model bisnis, yakni proposisi nilai, segmen pelanggan, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber daya utama, aktivitas kunci, kemitraan utama, dan struktur biaya yang merupakan satu kesatuan untuk membangun perusahaan. Gambaran kanvas model bisnis awal ditampilkan dalam Lampiran 3.
Proposisi Nilai Proposisi nilai adalah nilai atau manfaat spesifik yang disematkan pada sebuah bisnis baik berupa produk maupun jasa yang berguna bagi segmen
10 pelanggan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Terdapat lima buah proposisi nilai yang menjadi hipotesis pengembangan pasar produk masakan sayur terolah minimal. Kelima nilai tersebut antara lain praktis, higienis, nilai gizi lebih tinggi, tahan lama, dan green based product. 1.
Praktis Praktis menurut Kemdikbud (2014) adalah suatu sifat mudah, dipakai dengan perasaan senang, dan efisien. Kepraktisan ini didasarkan pada suatu gaya hidup dimana setiap orang menginginkan produk yang memudahkan setiap pekerjaan mereka. 2.
Higienis Higienis merupakan suatu hal yang berkenaan dengan ilmu kesehatan, bersih, dan bebas dari penyakit (Kemdikbud 2014). Nilai higienis muncul dengan alasan sayuran saat ini yang terdapat di pasar umumnya tidak bersih baik dari kotoran sehingga mudah tercemar mikroba. 3.
Nilai gizi lebih tinggi Sayuran segar pada kondisi penyimpanan yang tidak sesuai lama kelamaan akan menurun mutunya. Hal tersebut dikarenakan adanya reaksi internal dari sayuran itu sendiri serta kontaminasi lingkungan. Sedangkan sayuran yang sudah dimasak dan dibiarkan berjam-jam akan menurunkan nilai gizi terlebih jika dilakukan pemanasan berulang-ulang. Produk masakan sayur terolah minimal diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. 4.
Tahan lama Tahan lama merupakan aspek yang berkaitan dengan waktu penyimpanan dan kondisi mutu sayuran. Penyimpanan sayuran saat ini pada umumnya hanya berkisar 1-3 hari, lebih dari itu kesegaran menurun. Sayuran tersebut ingin dipertahankan kesegarannya pada rentang waktu tertentu (1 bulan) dan tidak mudah rusak. 5.
Green Based Product Kesadaran masyarakat akan teknologi dan produk ramah lingkungan semakin meningkat. Hal tersebut didukung dengan munculnya banyak industri yang berlandaskan pada konsep industri hijau dan penerapan produksi bersih. Green based product memiliki ciri-ciri, antara lain menggunakan bahan-bahan dari sumber daya yang dapat diperbaharui, aman bagi lingkungan, dan penggunaan energi yang efisien (Sumarwan, et al. 2012).
Segmen Pelanggan Segmen pelanggan adalah kelompok pelanggan yang menjadi tujuan bisnis untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Pelanggan tersegmentasi berdasarkan kebutuhan, perilaku, dan atribut-atribut lainnya yang terdapat pada suatu kelompok pelanggan. Sebuah model bisnis dapat menggambarkan satu atau
11 beberapa segmen pelanggan. Produk masakan sayur terolah minimal ini ditujukan untuk segmen ibu rumah tangga dan pekerja profesional. 1.
Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga merupakan salah satu pengambil keputusan konsumsi di dalam keluarga (Sumarwan 2011). Seorang ibu memiliki wewenang untuk memutuskan mengenai makanan apa yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga lainnya sehingga produk ini akan cocok jika ditujukan baginya. 2.
Pekerja profesional Pekerja profesional merupakan kelompok pelanggan yang banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja lebih kurang 35 – 40 jam setiap minggu (Sumarwan 2011). Kelompok ini mengharuskan setiap individu memulai aktivitas di pagi hari dan kembali pulang di sore hari sehingga sedikit waktu bagi mereka untuk memiliki aktivitas lain di luar bekerja.
Saluran Saluran merupakan sarana atau fasilitas bagi perusahaan untuk memberikan proposisi nilai kepada segmen pelanggan yang dilayani. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2012) saluran memiliki peranan dan fungsi penting, antara lain meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap produk dan jasa dari perusahaan, membantu pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan, memfasilitasi pelanggan untuk membuat produk dan jasa tertentu, membantu menyampaikan nilai tambah untuk pelanggan, serta memberi dukungan kepada pelanggan pasca pembelian. Saluran yang dipilih untuk memasarkan produk masakan sayur terolah minimal adalah swalayan. Menurut Kemdikbud (2014), swalayan merupakan pasar yang sistem pelayanan sendiri tanpa adanya pramuniaga. Pasar swalayan biasanya didukung dengan sarana dan prasarana memadai seperti pendingin ruangan dan fasilitas lainnya. Bagi sebagian kelompok pelanggan pasar ini menjadi pilihan yang sesuai.
Hubungan Pelanggan Hubungan pelanggan adalah cara bagaimana perusahaan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Osterwalder dan Pigeneur (2012) mngatakan bahwa hubungan pelanggan dapat didorong beberapa motivasi, seperti akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, dan peningkatan penjualan. Hubungan pelanggan yang coba dikembangkan bagi pasar produk masakan sayur terolah minimal, diantaranya customer care, komunitas, media sosial, dan kegiatankegiatan (event). 1.
Customer care Customer care merupakan layanan yang biasanya terdapat pada perusahaan untuk menampung keluhan pelanggan sehingga dapat memberikan input
12 perbaikan bagi pengembangan produk dan menjaga citra perusahaan di mata pelanggan. 2.
Komunitas Komunitas merupakan suatu perkumpulan yang dibentuk dengan adanya kesamaan antar anggota (pelanggan) terutama gaya hidupnya. Komunitas ini bertujuan sebagai sarana aktualisasi diri dan wahana berbagi pengalaman. 3.
Media sosial Media sosial berguna sebagai alat edukasi, alat promosi untuk mencari pelanggan, dan alat mempertahankan pelanggan dengan memberikan tips–tips kesehatan serta segala sesuatu yang bekaitan dengan konsumsi sayur. Media sosial ini juga bersinergis dengan komunitas sehingga terbentuk hubungan yang dinamis. 4.
Kegiatan khusus (event) Kegiatan khusus di luar kegiatan perusahaan pada umumnya berguna untuk menarik pelanggan baru serta meremajakan pelanggan lama. Bentuk kegiatan tersebut, antara lain olahraga, musik, serta hiburan lainnya dengan disisipkan konten yang berisi materi promosi dan edukasi.
Arus Pendapatan Arus pendapatan adalah pemasukan yang diukur dalam bentuk uang atau penerimaan yang diperoleh perusahaan dari segmen pelanggannya (Osterwalder dan Pigneur 2012). Arus pendapatan yang diterima oleh perusahaan yakni transaksi pembayaran pelanggan untuk setiap produk yang dikonsumsi. Selain itu pendapatan diperoleh dari pengolahan limbah industri.
Sumber Daya Utama Sumber daya utama menggambarkan aset-aset penting yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk menjalankan fungsi dalam model bisnis yang dibuat. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan pelanggan, serta memperoleh pendapatan. Sumber daya yang dipergunakan oleh perusahaan, diantaranya bahan baku sayuran dan bumbu, alat dan mesin pengolahan, sumber daya manusia, modal kerja, serta hak patent. Jenis-jenis sayuran yang digunakan antara lain wortel, kentang, buncis, dan kubis. Sedangkan bahan pembuatan bumbu, diantaranya bawang merah, bawang putih, bawang bombay, jahe, kapulaga, kayu manis, garam, dan gula. Mesin-mesin yang terlibat diantaranya mesin pemotong sayuran, lemari pendingin, dan mesin pengemasan. Kemudian sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang terampil.
13 Aktivitas Kunci Aktivitas kunci menggambarkan aktivitas-aktivitas penting yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan bisnis yang mendukung tujuan organisasi yakni memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan pelanggan, dan memperoleh pendapatan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Aktivitas bisnis yang terlibat pada perusahaan ini terdiri atas formulasi produk, proses produksi, promosi dan pemasaran, serta distribusi.
Kemitraan Utama Kemitraan utama memperlihatkan bagaimana perusahaan berhubungan dengan mitra untuk menjalankan bisnis dengan alasan mengurangi risiko, memperoleh sumber daya, dan mengoptimalkan model bisnis. Terdapat beberapa mitra yang terlibat dalam keberlangsungan perusahaan ini, antara lain pemasok bahan baku sayuran, pemasok bahan bumbu, investor, dan distributor.
Struktur Biaya Struktur biaya memberikan gambaran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Biaya tersebut dapat dihitung setelah pendefinisian sumber daya utama, aktivitas kunci, dan kemitraan utama (Osterwalder dan Pigneur 2012). Struktur biaya tersebut meliputi biaya material dan pekerja langsung, biaya overhead, serta biaya administrasi dan pemasaran.
Produk Inisasi Hasil Hipotesis Awal Produk inisiasi yang ditawarkan merujuk pada hipotesis model bisnis awal adalah masakan sayur sop (Gambar 6). Sayur sop tersebut memiliki MVP (Minimum Viable Product) atau fitur produk minimal sebagai berikut : 1. Komposisi produk terdiri dari beberapa jenis sayur, seperti wortel, kentang, kubis, buncis, tomat, daun seledri, dan daun bawang serta ditambah dengan sosis sebagai sumber protein hewani. 2. Produk dilengkapi bumbu instan dengan bentuk bubuk. Penambahan bumbu instan ini dilakukan untuk memenuhi proposisi nilai kepraktisan pelanggan. 3. Produk dikemas didalam plastik polipropilen (PP) flow packaging. Plastik PP dipilih karena memiliki keunggulan, yakni mudah dibentuk, tahan terhadap bahan kimia, dan permeabilitas uap air rendah. PP juga lebih ringan, lebih kuat dan lebih tegar dibandingkan dengan PE sehingga kemasan PP menjadi pilihan untuk mengemas produk (Herudiyanto 2010). 4. Produk disimpan pada suhu beku (-2oC sampai 0oC). Suhu penyimpanan beku merupakan metode pengawetan bahan makanan untuk memperpanjang masa simpan hingga satu tahun dalam kemasan tertutup
14 rapat (Yuyun dan Gunarsa 2011). Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi proposisi nilai tahan lama.
Gambar 6 Produk sayur sop inisiasi dalam kemasan PP tampak depan (kiri) tampak belakang (kanan)
Hasil Pengujian Masalah Proposisi Nilai Pengujian Masalah Pengujian masalah merupakan tahapan kedua customer discovery untuk membuktikan hipotesis awal dalam mencari permasalahan terkait konsumsi sayuran dan menemukan segmen pelanggan yang memiliki masalah tersebut. Hasil menunjukan bahwa terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi sayuran. Berikut daftar permasalahan yang dialami oleh segmen pelanggan serta frekuensi munculnya permasalahan tersebut (Tabel 2). Tabel 2 Daftar permasalahan konsumsi sayur beserta frekuensinya Jenis Permasalahan Frekuensi Tidak segar terutama jika disimpan lama 65 Waktu pengolahan yang lama 29 Proses penyajian yang rumit 27 Tidak bersih 16 Nutrisi yang menurun 13 Tercemar pestisida 10 Pemilihan bahan yang sulit 5 Porsi berlebih 3 Ketersediaan sayur yang tidak konstan 2 Adanya bahan pengawet dan pewarna 2 Perbandingan sayur dan bumbu kurang sesuai 1 Tingkat kematangan yang tidak seragam 1 Setiap orang yang diuji dapat menyampaikan satu atau lebih permasalahan yang mereka alami. Solusi yang saat ini mereka lakukan untuk menanggulangi masalah tersebut, diantaranya : 1. Berbelanja pada waktu luang dengan jumlah yang banyak sehigga berdampak pada penyimpanan yang lama dan mengakibatkan sayuran tidak segar serta terbuang.
15 2.
3.
Membeli masakan sayur jadi di rumah makan tanpa mengetahui mutu bahan baku mentah dan proses pengolahannya, serta pemanasan sayur yang berulang-ulang. Tidak mengonsumsi sayuran sama sekali.
Permasalahan-permasalahan yang muncul kemudian dipilih untuk diselesaikan berdasarkan frekuensi kemunculan dan kesanggupan perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Masalah yang akan diselesaikan adalah masalah ke 1 sampai dengan masalah ke 5. Proposisi nilai yang baru hasil perbaikan yang muncul, yakni : 1. Kesegaran selama penyimpanan 2. Waktu pengolahan yang lebih singkat 3. Proses pengolahan yang lebih sederhana 4. Bersih dari kotoran 5. Nutrisi yang terjaga
Segmen Pelanggan Pengujian Masalah Selain analisis permasalahan konsumsi sayuran, pengujian masalah ini dilakukan untuk mengidentifikasi segmen pelanggan yang menjadi sasaran. Segmen pelanggan yang diuji berasal dari kelompok ibu rumah tangga, profesional wanita, profesional pria, dan mahasiswa. Gambar 7 menunjukan jumlah masing-masing kelompok segmen yang diuji.
Jumlah Responden (Orang)
40
36
35 30 25 19
20 15 10 10 5
2
0 Ibu Rumah Tangga
Profesional Wanita
Profesional Pria
Mahasiswa
Gambar 7 Jumlah responden masing-masing kelompok segmen yang diuji Terdapat perbedaan jumlah responden pada setiap kelompok segmen yang diuji .Selain itu total jumlah responden yang diuji sebanyak 67 orang sedangkan menurut Blank dan Dorf (2012), pengujian pengembangan pasar cukup dilakukan kepada 50 orang. Kedua hal tersebut dilakukan untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan untuk penarikan kesimpulan pengujian masalah.
16 Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat sebanyak 42 orang dari 67 orang (63%) merupakan responden potensial (Lampiran 4). Penilaian potensi pelanggan ini dilakukan berdasarkan urgensi kebutuhan, intensitas konsumsi sayur, akses pembelian, tingkat pencarian solusi, dan tingkat kesibukan. Kelima faktor tersebut dipilih karena merupakan bagian-bagian penting dalam hal pengambilan keputusan konsumsi sayur. Gambar 8 menunjukan jumlah pelanggan potensial berdasarkan kelompok segmen. Ibu Rumah Tangga 14%
Mahasiswa 21%
Profesional Wanita 60%
Profesional Pria 5% Gambar 8 Persentase jumlah responden potensial berdasarkan kelompok segmen
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa profesional wanita lebih memiliki masalah terkait konsumsi sayuran. Secara naluri wanita ingin menjalankan peran-peran sesuai kodratnya termasuk memasak. Kondisi ini kemudian berubah seiring dengan perkembangan jaman. Wanita sudah banyak terjun di dunia pekerjaan yang setara dengan kaum pria. Perubahan tersebut dikarenakan adanya usaha untuk pemenuhan kebutuhan. Schiffman dan Kanuk (2010) memaparkan bahwa manusia setiap manusia secara psikologi berusaha mencapai berbagai tujuan rasional yang lebih dikenal gaya hidup. Segmen pelanggan potensial lainnya adalah 2 responden profesional pria dan 9 responden mahasiswa . Hal ini terjadi karena latar belakang keseharian mereka yang terbiasa melakukan berbagai hal secara mandiri. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap dan perilaku manusia. Sedangkan segmen ibu rumah tangga potensial memiliki kebiasaan yakni menghabiskan waktu untuk berbagai aktivitas di luar rumah , seperti arisan, senam, dan kegiatan lainnya. Dengan demikian, segmen pelanggan yang akan diselesaikan permasalahannya berasal dari segmen profesional wanita. Responden potensial lainnya akan mengikuti hasil dari profesional wanita. Perbaikan kanvas model bisnis hasil pengujian masalah tertera pada Lampiran 5.
Produk Hasil Pengujian Masalah Pengujian masalah memberikan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi segmen pelanggan. Masalah tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk
17 produk sebagai solusi penyelesaian. Produk tersebut adalah masakan sayur sop yang dipilih oleh mayoritas responden. Profil produk sayur sop hasil pengujian masalah (Gambar 9) adalah sebagai berikut : 1. Proses pembuatan produk terdiri dari beberapa tahapan, yakni pengupasan, pemotongan, pencucian, dan perlakuan teknologi khusus berupa coating pati sagu. Coating bertujuan untuk melapisi sayuran dan menekan respirasi sayuran sehingga tidak mudah layu. 2. Penyimpanan produk berubah menjadi penyimpanan suhu sejuk (4oC-10oC). Suhu beku memiliki isu berpengawet yang dihindari oleh responden. Selain itu penyimpanan beku membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Perubahan kondisi penyimpanan juga didukung oleh kebiasaan pelanggan dalam menyimpan sayuran segar yakni pada suhu lemari pendingin biasa dan waktu simpan produk yang diharapkan bertahan untuk satu minggu. 3. Produk dikemas dalam kemasan cling wrap. Kemasan jenis ini banyak diaplikasikan pada produk sayuran di pasar swalayan. Kemasan cling wrap memiliki bahan pembentuk yakni PVC dengan keunggulan kuat tarik tinggi dan tidak mudah sobek, serta permeabilitas gas dan air rendah (Yuyun dan Gunarsa 2011).
Gambar 9 Produk sayur sop dalam kemasan cling wrap hasil pengujian masalah
Hasil Pengujian Solusi Pengujian solusi merupakan tahapan ketiga customer discovery untuk menguji apakah solusi yang ditawarkan sudah menyelesaikan masalah dan dapat menarik segmen pelanggan (Blank dan Dorf 2012). Pengujian ini terlebih dahulu diawali dengan perbaikan kanvas model bisnis hasil pengujian masalah dan dilanjutkan dengan evaluasi terhadap solusi yang dihasilkan. Responden yang dipilih dalam pengujian solusi merupakan campuran dari responden pengujian masalah potensial dan responden baru yang memiliki karakteristik serupa. Hasil pengujian solusi dijelaskan pada Lampiran 6. Tahapan ini juga memerlukan penasihat yang berfungsi untuk membimbing dan mengevaluasi fitur produk.
18 Evaluasi Terhadap Proposisi Nilai dan Segmen Pelanggan
Jumlah Responden (Orang)
Terdapat 5 buah proposisi nilai yang disematkan pada produk, yakni kesegaran, waktu pengolahan cepat, proses pengolahan sederhana, kebersihan, dan nutrisi yang terjaga. Hasil evaluasi terhadap produk yang dinilai dari pencapaian proposisi nilainya diperlihatkan pada Gambar 10. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
43
40
38
12 7
Kesegaran selama penyimpanan
Waktu pengolahan singkat Tercapai
38
12
10
Proses Pengolahan Sederhana
Kebersihan
Tidak Tercapai
Gambar 10 Evaluasi responden terhadap proposisi nilai Hasil di atas menerangkan bahwa lebih dari 75 % responden setuju bahwa produk yang ditawarkan telah memenuhi setiap proposisi nilai yang ingin dicapai. Adapun beberapa responden yang tidak setuju dengan pencapaian proposisi nilai ini memiliki alasan yang beragam. Nilai kesegaran dan kebersihan dianggap belum tercapai karena terdapat beberapa pelanggan yang memiliki standar penilaian yang tinggi, sehingga tidak menghendaki perubahan alami yang terjadi pada sayuran dan adanya kotoran sedikitpun. Sedangkan untuk nilai waktu yang cepat dan pengolahan yang lebih sederhana dianggap belum tercapai karena responden-responden tersebut menganggap waktu yang diperlukan masih cukup menyita waktu karena harus melewati satu tahapan proses lagi yakni perebusan. Responden menginginkan produk yang siap konsumsi dengan dipanaskan di dalam microwave ataupun produk yang cukup ditambah air panas. Selain itu, terdapat satu proposisi nilai yang sulit untuk dievaluasi yakni nilai nutrisi yang terjaga karena tidak mungkin dinilai secara visual. Nilai nutrisi dapat dievaluasi dengan cara analisis proksimat dan uji gizi. Namun, nilai tersebut tidak dihapuskan. Nilai lain yang kembali muncul adalah tingkat keseragaman kematangan sayuran. Akan tetapi hanya 5 orang responden yang menyebutkan nilai tersebut sehingga belum cukup kuat untuk menambahkan nilai baru. Hasil lainnya adalah bahwa 100 % responden sepakat bahwa solusi tersebut tepat ditujukan bagi profesional wanita. Walaupun demikian produk solusi ini tidak menutup kemungkinan untuk dikonsumsi oleh berbagai segmen pelanggan. Pada pengujian solusi ini juga terdapat penajaman segmen pelanggan berdasarkan kelas ekonomi. Menurut Sumarwan (2011) variable kelas ekonomi
19 ditentukan dari status pekerjaan, pendapatan atau pengeluaran, dan kepemilikan harta benda. Masyarakat menurut jenis kategori kelas lima strata terdiri dari masyarakat bawah, menengah bawah, menengah, menengah atas dan atas (Schiffman dan Kanuk 2000). Segmen pelanggan yang menjadi sasaran adalah profesional wanita kelas menengah atas dan atas. Perbaikan kanvas model bisnis ini tercantum pada Lampiran 7.
Evaluasi Komposisi, Tampilan, dan Fitur Produk Sayur sop dipilih sebagai solusi dari hasil pengujian masalah. Sayur sop ini terdiri dari kentang, wortel, buncis, dan kubis. Hasil evaluasi komposisi menunjukan bahwa 4 jenis sayuran tersebut disetujui oleh sebagian besar responden (Gambar 11). Responden yang tidak setuju menganggap bahwa komponen sayuran yang seharusnya dimasukkan kedalam MVP solusi tidak hanya terdiri dari 4 jenis sayuran itu saja. Bahan lain yang diinginkan oleh beberapa pelanggan, yakni tomat, seledri, daun bawang, jagung, kacang merah, dan bawang goreng.
Tidak Setuju 18%
Setuju 82%
Gambar 11 Persentase penerimaan pelanggan terhadap komposisi sayuran utama Selanjutnya, sebagian besar responden setuju dengan bentuk dan ukuran sayuran dari produk yang ditawarkan (Gambar 12). Mereka menganggap bentuk dan ukuran yang diajukan sudah seperti tampilan masakan sayur sop pada umumnya. Sedangkan beberapa responden yang tidak setuju menyatakan bahwa perlu adanya kreasi dalam pemotongan sayuran untuk meningkatkan ketertarikan mereka untuk membeli produk tersebut. Kemudian responden dimintai tanggapan terkait penambahan bahan pelengkap non sayuran, penambahan bumbu, dan bobot satu kemasan.
20
Tidak Setuju 28% Setuju 72%
Gambar 12 Persentase penerimaan pelanggan terhadap bentuk dan ukuran sayuran Bahan pelengkap non sayuran diinginkan oleh lebih dari 50 % responden (Gambar 13). Bahan pelengkap tersebut antara lain daging, ayam, sosis, bakso, jamur, dan seafood. Bahan pelengkap tersebut dianggap oleh responden dapat menambah cita rasa sayur sop. Akan tetapi keinginan responden terhadap bahan pelengkap non sayuran ini belum dapat dipenuhi karena diperlukan kajian yang lebih mendalam dalam hal pengembangan produknya. Bumbu merupakan bahan yang memberikan gambaran rasa produk yang dihasilkan. Penambahan bumbu diinginkan oleh lebih dari 70% responden (Gambar 14). Alasan diperlukannya bumbu dalam produk tersebut adalah karena pengolahan bumbu juga dianggap rumit dan membutuhkan waktu. Pada produk ini bumbu berbentuk pasta dipilih karena menyesuaikan kebutuhan pelanggan yang menginginkan produk disimpan selama satu minggu. Bumbu serbuk memiliki masa simpan yang lebih panjang dan membutuhkan biaya pengolahan yang lebih besar. Produk ini secara keseluruhan memiliki bobot 250 g per kemasan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan sayur harian yang dianjurkan oleh FDA yakni 225 – 375 g per orang per hari. Hasil pada Gambar 15 menunjukan bahwa lebih dari 80 % responden setuju dengan bobot 250 g, sedangkan sisanya menginginkan bobot yang lebih dari 250 g. Bobot produk yang lebih dari 250 g dapat dijadikan solusi untuk konsumsi keluarga besar (lebih dari 2 orang).
Tidak perlu 44%
Perlu 56%
Gambar 13 Persentase kebutuhan bahan pelengkap non sayuran
21
Tidak Perlu 30% Perlu 70%
Gambar 14 Persentase kebutuhan bumbu Tidak Setuju 18%
Setuju 82%
Gambar 15 Persentase penerimaan pelanggan terhadap bobot produk solusi Produk yang dihasilkan kemudian dikemas. Pemilihan bahan kemasan dilakukan dengan mempertimabangkan beberapa faktor, yakni keamanan produk dari kontaminasi, peluang kerusakan produk, dan estetika produk. Alternatif kemasan yang ditawarkan kepada pelanggan adalah kemasan cling warp dan kemasan hampa udara vakum. Gambar 16 menunjukan penerimaan pelanggan terhadap kemasan produk solusi.
Keduanya 34%
Vakum 50%
Cling Wrap 16%
Gambar 16 Penerimaan pelanggan terhadap kemasan produk
22 Berdasarkaan hasil terseebut maka dipilih d kemassan vakum untuk u produkk ini. kan semua udara di dalam d Pengemasan vakuum dilakukan dengan mengeluark kemassan. Kemasaan vakum dappat meningkkatkan umur simpan prodduk solusi.
Produ uk Hasil Pen ngujian Solu usi Pengujian solusi mem mberikan m masukan meengenai fituur dan tam mpilan produkk. Teknologi proses pem mbuatan punn terus berubbah selama ppenelitian saampai dihasillkan produkk terbaik hasil h penguj ujian solusi (Gambar 17). Perubaahanperubaahan tersebuut adalah sebbagai berikutt: 1. Peerlakuan tekknologi berub bah dari coaating menjaddi perendaman menggunnakan accidulant asam m sitrat 2000 ppm. Perenndaman ini berfungsi b unntuk menuruunkan pH H produk saampai dengaan pH 4-5 uuntuk menghhidari pertum mbuhan mikkroba. Seelain itu, tek knologi ini daapat mempeertahankan taampilan dan tekstrur produk. 2. Prroduk ini dilengkapi d d dengan bumbbu yang beerisi rempahh-rempah deengan beentuk pasta. Bentuk passta mewakilli keinginan pelanggan terhadap buumbu allami bila dibandingkaan dengan bentuk seerbuk. Bum mbu pasta juga m memberikan a aroma yang kuat ke dalaam masakan. 3. Prroduk dikem mas dalam kemasan k vaakum. Kemaasan vakum memiliki bahan b daasar yakni nilon. n Keungggulan dari kemasan inni adalah tiddak berasa, tidak beerbau, tidak beracun, keedap gas, seerta tahan teerhadap asam m encer (Y Yuyun daan Gunarsa 2011). 2 4. Prroduk ini juuga telah meemenuhi harrapan pelangggan yang inngin menyim mpan prroduknya sellama satu minggu.
oduk sayur sop s dalam keemasan vakuum hasil penngujian solussi Gaambar 17 Pro Selanjutny ya, produk juga memeerlukan kon ndisi penyiimpanan staandar (standdard displayy) yang haru us dipenuhi untuk mem mpertahankaan kesegarannnya. Kondiisi penyimppanan standdar tersebuut adalah penyimpanaan pada leemari berpen ndingin denggan suhu yanng dapat dikkendalikan dan d dijaga paada rentang 4oCo 10 C. Mesin/lemaari pendingin untuk pennyimpanan harus selaluu dalam keaadaan hidup selama 24 jam. Konddisi penyimppanan standar menjadi dasar pemiilihan saluran n yang tepatt. Selain itu, produk massakan sayur terolah minnimal mampu menyelesaaikan permaasalahan kon nsumsi sayuuran terutam m berkaitan dengan prroses dan waktu w pengolahan. Gam mbar 18 men njelasakan pperbedaan aliran a kerja pelanggan tanpa t n produk. produkk dan dengan
23
Mulai
Mulai Pemilihan sayuran
20 menit
Pembelian
5 menit
Pencucian
5 menit
Pengupasan
10 menit
Pemotongan
10 menit
Penyiapan bumbu
10 menit
Pembelian
5 menit
Pemasakan 10 menit Penyajian Selesai
Pemasakan 10 menit Penyajian Selesai Gambar 18 Aliran kerja pelanggan tanpa produk (kiri) dan dengan produk (kanan) Aliran kerja pelanggan tersebut memiliki perbedaan yang cukup jauh dalam hal proses pengolahan yang terlibat dan waktu yang dibutuhkan. Aliran kerja pelanggan dengan produk dapat menghemat waktu 55 menit bila dibandingkan dengan aliran kerja pelanggan tanpa produk. Selain itu, produk sayur sop terolah minimal ini dimasak dengan tahapan sebagai berikut (saran penyajian untuk 1 kemasan produk 250 g) : 1. Rebus 500 ml air sampai mendidih 2. Masukkan bumbu dan aduk merata 3. Masukkan wortel dan tomat terlebih dahulu selama ± 5 menit 4. Masukkan buncis selama ± 2 menit 5. Masukkan kubis selama ± 1 menit 6. Sayur sop siap dihidangkan untuk 2 porsi
Verifikasi Model Bisnis Model bisnis yang tertuang dalam kanvas diverifikasi pada tahap ini sebelum melakukan validasi pasar. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat tiga aspek penting yang harus diverifikasi, antara lain kesesuaian produk dengan pasar (product/market fit), cara menggapai pelanggan, serta peluang bisnis.
24 Kesesuaian Produk dengan Pasar Produk masakan sayur terolah minimal merupakan solusi yang difokuskan pada penyelesaian masalah terkait konsumsi sayuran. Keuntungan yang diperoleh pelanggan adalah waktu pengolahan cepat, proses pengolahan sederhana, serta keseragaman mutu produk. Selain itu verifikasi pada aspek ini juga dilakukan terhadap hubungan pelanggan. Hubungan pelanggan didorong oleh tiga buah motivasi, yakni akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, dan peningkatan penjualan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Hubungan pelanggan untuk produk masakan sayur terolah minimal ini akan lebih dikonsentrasikan pada dua motivasi utama. Akuisi pelanggan merupakan cara perusahaan untuk mendapatkan pelanggan. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat empat buah tahapan untuk mendapatkan pelanggan, yaitu kesadaran, ketertarikan, pertimbangan, dan pembelian. Strategi hubungan pelanggan yang dibangun pada motivasi ini adalah program promosi yang baik melalui media sosial. Media sosial dipilih untuk mengenalkan produk solusi dengan mempertimbangkan karakter pelanggan yang dituju. Media sosial merupakan sarana yang diminati karena cepat dalam pertukaran informasi. Konten media sosial tersebut bersifat edukatif, informatif, dan persuasif sehingga mampu menarik pelanggan. Motivasi selanjutnya yakni retensi pelanggan. Strategi yang dibangun adalah dengan layanan pelanggan (customer service) untuk memantau kepuasan pelanggan. Kepuasan memiliki pengaruh terhadap perilaku pasca pembelian (Sumarwan, et al. 2013). Perbaikan kanvas model bisnis ini terlampir pada Lampiran 8.
Cara Menggapai Pelanggan Pelanggan terpilih adalah profesional wanita dari kelas ekonomi menengah atas dan atas. Pemilihan saluran harus menyesuaikan kebiasaan konsumsi pelanggan yang dituju untuk menemukan cara terbaik dalam menggapai pelanggan. Hasil yang ditemukan adalah kebiasaan profesional wanita yang berbelanja satu atau dua kali dalam seminggu yakni sabtu dan minggu. Mereka cenderung memilih tempat berbelanja yang bersih dan beroperasi kapan pun, serta tanpa ada proses tawar menawar yang memerlukan waktu lebih lama. Pasar swalayan menjadi pilihan mereka (Gambar 19). 4% 4% 2%
Swalayan Pasar Tradisional Tukang Sayur 90%
Ketiganya
Gambar 19 Saluran penjualan produk solusi pilihan pelanggan
25 Hasil tersebut menunjukan terdapat satu responden yang menjawab pasar tradisional sebagai saluran pilihannya dikarenakan pasar tradisional memiliki jarak yang lebih dekat dengan tempat tinggal responden tersebut. Sebanyak 2 orang responden yang menjawab tukang sayur sebagai saluran memberikan alasan bahwa mereka tidak perlu keluar rumah untuk memperoleh produk ini. Sedangkan responden yang menjawab ketiganya dapat dijadikan saluran penjualan adalah dilandasi oleh kemudahan transaksi, artinya dimana saja mereka berada dan dalam kondisi apapun produk solusi ditemukan. Hasil akhir didapatkan bahwa produk akan ditempatkan pada swalayan.
Peluang Bisnis Peluang bisnis dilihat dari kemampuan model bisnis menghasilkan pendapatan dan menumbuhkan perusahaan. Pendapatan merupakan konversi dari unit produk yang terjual. Pada hipotesis bisnis model awal pendapatan perusahaan diperoleh dari produk masakan sayur dan produk olahan limbah. Akan tetapi olahan limbah tersebut pada kenyataannya belum dapat direalisasikan. Perbaikan arus pendapatan juga diperlihatkan pada Lampiran 8. Kemudian hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh responden bersedia untuk membayar produk masakan sayur terolah minimal. Harga yang disebutkan oleh responden dikelompokan menjadi lima golongan berdasarkan kesediaan membayar (willingness to pay) produk, yakni kurang dari Rp 5.000,-, Rp 5.000,-, Rp 6.000,- sampai Rp 8.000,-, Rp 9.000,- sampai Rp 10.000,-, dan lebih dari Rp 10.000,- (Gambar 20)
< Rp 5.000,Rp 6.000,- - Rp 8.000,10% Rp 5.000,Rp 9.000,- - Rp 10.000,- 10% 4% > Rp 10.000,-
22% 54%
Gambar 20 Willingness to pay produk solusi Kesediaan pelanggan membayar produk tersebut merupakan salah satu pertimbangan dalam menetapkan harga jual. Verifikasi ini dilakukan untuk melihat apakah harga jual yang merupakan representasi dari arus pendapatan memiliki nilai yang lebih besar dari struktur biaya. Hasil perhitungan struktur biaya diperoleh nilai biaya pokok produksi sebesar Rp 3.029,- per unit produk (Lampiran 9). Kemudian harga penjualan akhir ditetapkan sebesar Rp 9.000,- per unit. Harga pelanggan akhir tersebut disetujui oleh sebanyak 64% responden.
26 Pemetaan Saluran Penjualan Pemetaan saluran penjualan merupakan bagian dari pemilihan alternatif saluran sebagai sarana distribusi untuk menyampaikan produk kepada pelanggan. Saluran yang dipilih adalah pasar swalayan. Terdapat 8 jenis kelompok swalayan (Basri 2011). Berikut ini adalah pembagian swalayan berdasarkan karakteristiknya: 1.
Discount Stores / Toko Diskon Discount store adalah toko pengecer yang menjual berbagai barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum, seperti Makro dan Alfa. 2.
Specialty Stores / Toko Produk Spesifik Specialty store adalah merupakan toko eceran yang menjual barang-barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik, seperti Total dan All Fresh. 3.
Department Stores Department store adalah suatu toko eceran berskala besar yang pengeloaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departemen yang menjual jenis barang yang berbeda-beda, contohnya Ramayana, Robinson, Rimo, dan sebagainya. 4.
Convenience Stores Convenience store adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang, antara lain minimarket, alfamart, dan indomaret. 5.
Catalog Stores Catalog store adalah suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para pelanggan potensial. Toko katalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak. 6.
Chain Stores Chain store adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama. 7.
Supermarket Supermarket adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan, contohnya Hero. 8.
Hipermarket Hipermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari 50.000 item) dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contoh hipermarket, antara lain Giant, Hypermart, dan Carrefour.
27 Kelompok pasar swalayan yang dipilih adalah toko diskon, toko produk spesifik, convenience store, supermarket, dan hipermarket. Selain itu terdapat empat unsur penting yang berkaitan dengan pemetaan saluran penjualan, yakni saluran rantai makanan, saluran pertanggungjawaban, saluran diskon, dan manajemen saluran.
Saluran Rantai Makanan Rantai makanan merupakan hubungan antar aktor yang terlibat dalam sistem bisnis dan daur hidup produk. Aktor-aktor yang terlibat dalam sistem ini antara lain perusahaan, pasar swalayan, dan pelanggan. Aliran rantai makanan yang dilewati produk terlihat pada Gambar 21 sebagai skema penjualan produk. Perusahaan
Pelanggan
Pasar Swalayan Gambar 21 Skema penjualan produk
Saluran Pertanggungjawaban Saluran pertanggungjawaban merupakan penjelasan dari saluran rantai makanan yang berisi aktivitas-aktivitas setiap aktor sistem distribusi produk. Aktivitas tersebut menunjukan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing aktor sesuai dengan peranan dan fungsinya masing-masing. Berikut ini merupakan diagram saluran pertanggungjawaban produk (Gambar 22). Perusahaan
Pasar Swalayan
Pelanggan
Mengirim produk
Menyimpan dan menjual produk
Membeli produk
Menerima return
Mengembalikan produk return
Memproduksi produk
Menerima keluhan Gambar 22 Diagam saluran pertanggungjawaban
28 Pertanggungjawaban lain yang dituntut oleh pasar swalayan kepada perusahaan adalah meminta produk dengan kapasitas yang konsisten sesuai pesanan serta mutu sesuai dengan persyaratan yang diberikan. Sedangkan pertanggungjawaban pasar swalayan kepada pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Saluran Diskon Saluran diskon memberikan gambaran mengenai persentase pendapatan perusahaan dan margin pasar swalayan sebagai jasa penjualan. Perhitungan persentase margin pasar swalayan didasarkan pada kewajiban dan tanggung jawabnya. Pasar swalyan mendapat margin sebesar 30% (Gambar 23) dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Jumlah pemesanan minimum adalah 50 kemasan per hari. 2. Pembayaran dilakukan 2 kali (50% pada pengiriman awal dan 50% pengiriman berikutnya). 3. Produk harus disimpan pada lemari berpendingin dengan suhu yang dikontrol pada rentang 4oC-10oC selama 24 jam penuh. 4. Pengembalian produk (return) maksimal adalah 10% dari total pemesanan. Perusahaan
Pasar Swalayan
Pelanggan
70%
30%
100%
Rp 6.300,-
Rp 2.700,-
Rp 9.000,-
Gambar 23 Diagram saluran diskon Pendapatan yang diterima oleh perusahaan bukan merupakan keuntungan bersih usaha. Keuntungan diperoleh dengan mengkalkulasikan pendapatan tersebut dikurangi dengan biaya pokok penjualan.
Manajemen Saluran Setiap perusahaan memiliki tujuan yakni kegiatan penjualannya ditunjang oleh saluran yang terseleksi dengan hati-hati serta manajemen saluran yang baik. Produk masakan sayur terolah minimal menggunakan saluran penjualan tidak langsung yakni melalui pasar swalayan. Risiko yang dihadapi saluran jenis ini adalah perusahaan tidak mengetahui secara langsung banyaknya permintaan pelanggan. Perusahaan hanya mengetahui jumlah penjualan berdasarkan laporan distributor. Jika pemesanan distributor lebih besar dari permintaan pelanggan maka produk akan terbuang. Untuk itu segala sesuatu yang berkaitan dengan penjualan harus didokumentasikan dan dievaluasi antara perusahaan dan distributor dalam upaya mencegah dari dampak yang tidak diinginkan.
29 Penentuan Posisi Produk dan Perusahaan Craft Positioning Craft positioning adalah suatu posisi produk yang berbentuk penyataan penjelas mengenai perbedaan produk dan keunggulan produk sehingga segmen pelanggan tertarik untuk membeli produk tersebut (Blank dan Dorf 2012). Pernyataan tersebut harus memiliki daya tarik baik secara emosional maupun rasional. Bentuk pernyataan yang dibuat sebagai craft positioning untuk produk masakan sayur terolah minimal adalah sebagai berikut : “Produk masakan sayur terolah minimal merupakan masakan sayur cepat saji untuk profesional wanita yang membutuhkan makanan sehat namun tidak memiliki waktu untuk memasak dan menginginkan pengolahan masakan sayur yang sederhana. Produk masakan sayur terolah minimal ini merupakan olahan sayuran yang segar, bersih, dan memiliki kandungan nutrisi yang terjaga. Tidak seperti sayuran olahan lainnya seperti sayuran beku, produk masakan sayur terolah minimal dapat disimpan dalam lemari pendingin biasa dan sudah dilengkapi bumbu sehingga lebih praktis dalam pembuatannya”
Posisi Produk dan Perusahaan Positioning merupakan suatu usaha untuk mengendalikan persepsi pelanggan atas suatu produk untuk bertahan di suatu pasar. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat tiga hal utama dalam positioing, yakni posisi produk, kesesuaian posisi dengan jenis pasar, dan posisi perusahaan. Pada aspek posisi produk, perusahaan memberikan penjelasan mengenai masalah yang akan diselesaikan oleh produk dan manfaat yang akan diperoleh pelanggan. Posisi produk masakan sayur terolah minimal adalah solusi yang membantu permasalahan profesional wanita yang berkaitan dengan permasalahan pengolahan masakan sayur. Solusi tersebut dipenuhi oleh atribut dan fitur yang melekat pada produk. Selanjutnya adalah aspek kesesuaian posisi dengan jenis pasar yang dituju. Pasar yang dituju untuk produk solusi masakan sayur terolah minimal ini adalah pasar baru. Pada pasar baru, penentuan posisi adalah hal yang berkaitan tentang mengkomunikasikan visi dan ide produk terhadap penyelesaian masalah. Kesesuaian posisi ini dilihat dari dampak yang dialami oleh pasar baru nantinya. Visi atau ide utama produk solusi masakan sayur terolah minimal ini adalah "orang-orang akan memasak makanan sehat berupa sayur setiap harinya secepat mereka memasak mie instan." Aspek terakhir adalah posisi perusahaan yang ditekankan pada peranan dan manfaat keberadaan perusahaan bagi masyarakat. Posisi perusahaan masakan sayur terolah minimal ini adalah sebagai perusahaan pertama yang berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan konsumsi sayuran masyarakat dengan pengolahan yang praktis.
30
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan pasar dilakukan dengan pendekatan riset aksi, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengembangan pasar ini terdiri dari serangkaian tahapan, yakni pembentukan hipotesis, pengujian masalah, pengujian solusi, verifikasi, pemetaan saluran penjualan, dan penentuan posisi produk. Pengembangan pasar produk masakan sayur terolah minimal didasarkan pada beberapa masalah terkait konsumsi sayuran, antara lain ketidaksegaran sayuran, waktu pengolahan yang lama, proses pengolahan yang rumit, nutrisi yang tidak terjaga, serta ketidakbersihan. Segmen yang memiliki permasalahan tersebut adalah profesional wanita dari kelas ekonomi menengah atas dan atas. Solusi bagi permasalahan tersebut adalah dengan adanya produk masakan sayur (sayur sop) terolah minimal yang telah mengalami beberapa pengolahan, seperti pengupasan, pemotongan, pencucian, dan pelakuan teknologi (perendaman acidulant 200ppm). Produk solusi hanya perlu direbus sebelum disajikan sehingga pengolahan menjadi lebih sederhana dan cepat. Produk ini akan dipasarkan secara tidak langsung melalui pasar swalayan. Produk solusi juga terverifikasi dan diperoleh kesesuaian dengan pasar sehingga dapat menjadi model bisnis sebagai landasan startup bisnis baru. Saran Pengembangan pasar produk masakan sayur terolah minimal dibatasi pada customer discovery dan customer validation Selain itu pada tahapan customer validation penelitian hanya mencakup pemetaan saluran penjualan dan penentuan posisi. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan keseluruhan tahapan pengembangan pasar untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pengembangan pasar yang telah dilakukan terhadap produk solusi masakan sayur terolah minimal memiliki umpan balik yang searah dengan pengembangan produknya. Pasar atau pelanggan menginginkan tingkat kematangan yang seragam dan pengemasan yang menarik, serta varian masakan sayur. Penelitian lanjutan diharapkan mampu menjawab hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Astawan M. 2008. Sehat dengan Sayuran: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan dengan Sayuran. Jakarta (ID) : Dian Rakyat Basri D. 2011. Pengelompokan Jenis Ritel. [Internet]. [diakses 2014 Juni 17]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/70177534/PENGELOMPOKANJENIS-RITEL Blank S, Bob D. 2012. The Startup Owner's Manual. California (US) : K and S Ranch Inc. [BPS]Badan Pusat Statistik. 2013. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang, Indonesia, 1999, 2002-2013. BPS
31 [Internet]. [diunduh 2014 Jan 12]. Tersedia pada: http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=05&n otab=7 Bungin B. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Pedoman Budidaya Sayuran yang Benar. Jakarta (ID) : Kementerian Pertanian - RI. Efendi M. 2010. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian. Malang (ID) : Universitas Brawijaya Endraswara S. 2009. Metodologi Penelitian Folklor. Yogyakarta (ID) : Media Pressindo Herudiyanto MS. 2010. Teknologi Pengemasan Pangan. Bandung (ID) : Widya Padjajaran Kemdikbud. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. KBBI Online [Internet]. [diakses 2014 April 16]. Tersedia pada: http ://kbbi.web.id/ KEMPPPA. 2013. Profil Perempuan Indonesia 2013. Jakarta (ID) : CV. Lintas Khatulistiwa Litbang Depkes. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID) : Departemen Kesehatan - RI Litbang Kementan. 2013. Tingkat Konsumsi Sayur. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian – RI Osterwalder A, Yves P. 2012. Membangun Model Bisnis. Srihandrini NR, penerjemah. Jakarta (ID) : PT. Elex Media Komputindo. Terjemahan dari : Business Model Generation. Purba HH. 2009. Inovasi Nilai Pelanggan dalam Perencanaan dan Pengembangan Produk. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu Rukmana R. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta (ID) : Penerbit Kanisius. Saunders M, et al. 2009. Research Method for Business Student. 5th Edition. London (UK) : Pearson Education Ltd. Schiffman LG, Kanuk LL. 2000. Customer Behavior. 7th Edition. New Jersey (US) : Prentice Hall ______________________. 2010. Customer Behavior. 10th Edition. New Jersey (US) : Prentice Hall Sumarwan, et al. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Seri ke-1. Bogor (ID) : IPB Press. _____________. 2012. Riset Pemasaran dan Konsumen. Seri ke-2. Bogor (ID) : IPB Press. _____________. 2013. Riset Pemasaran dan Konsumen. Seri ke-3. Bogor (ID) : IPB Press. Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID) : Penerbit Ghalia Indonesia Tempo. 2013. Kelas Menengah Indonesia Melonjak. [Internet]. [diakses pada 2014 April 9]. Tersedia pada: http://www.tempo.co/read/news/2013/05/29/090484222/Kelas-MenengahIndonesia-Akan-Melonjak-250-Persen Yuyun A, Gunarsa. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman. Jakarta (ID) : AgroMedia Pustaka
32 Lampiran 1 Daftar pertanyaan pengujian masalah
ANALISIS PERMASALAHAN TERHADAP KONSUMSI SAYUR A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Alamat : No HP, email : Usia : Profesi : Penghasilan per bulan : (Range) B. Pertanyaan Umum 1. Jam berapa Anda memulai aktivitas bekerja/studi setiap harinya ? Jawaban : a. 06.00 b. 07.00 c. lainnya ................. 2. Apakah Anda suka mengkonsumsi sayur ? Jawaban : a. Ya b. Biasa saja c. Tidak Jika Tidak mengapa :
Jika Ya dan Biasa saja lanjutkan ke pertanyaan berikutnya 3. Seberapa sering Anda mengkonsumsi sayur ? Jawaban : a. Setiap hari b. Seminggu 5x c. lainnya ............... 4. Jenis masakan sayur apa yang biasa dikonsumsi ? Jawaban : a. SOP b. Capcay c. lainnya sebutkan .............. 5. Bagaimana cara Anda mendapatkan masakan sayur ? Jawaban : a. Memasak sendiri b. Membeli jadi di rumah makan c. lainnya .................. 6. Manfaat apa yang Anda harapkan dari konsumsi sayur ? Jawaban : a. Serat b. Vitamin c. lainnya sebutkan ......... C. Pertanyaan Khusus (Sayuran Mentah) 1. Sayuran mentah seperti apa yang Anda pilih/pertimbangkan untuk dibeli dan diolah? Sebutkan. a. segar b. bersih c. ukuran d. lainnya sebutkan .......
33 2. Seberapa sering Anda berbelanja sayuran dalam 1 minggu? Jawaban : a. Setiap hari(7x) b. 3x c. lainnya ............ 3. Apakah biasanya Anda berbelanja untuk sekali konsumsi habis atau berlebih untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu ? Jelaskan mengapa.
4. Jika sayuran tersebut harus disimpan, berapa lama biasanya sayuran tersebut dapat disimpan? Jawaban : a. 1 hari b. 2 hari c. lainnya....... Apa akibatnya jika sayur tersebut disimpan melebihi waktu tersebut ? Jelaskan
5. Jika terdapat sayuran yang tahan penyimpanan, berapa lama waktu yang diharapkan mampu ditempuh oleh sayuran tersebut untuk disimpan? Jawaban : a. 3 hari b. 5 hari c. 1 minggu d. lainnya......... 6. Dimana biasanya Anda berbelanja sayuran ? Jawaban : a. Pasar Tradisional b. Tukang sayur keliling c. Swalayan d.lainnya ........ mengapa :
7. Menurut Anda bagaimana mutu sayuran di tempat yang Anda pilih ? Jelaskan.
8. Menurut Anda bagaimana tahapan pengolahan sayuran mentah menjadi masakan sayur dari mulai berbelanja sampai dengan sayur tersebut dikonsumsi? Jelaskan.
9. Menurut Anda tahapan mana yang banyak menyita waktu ? sebutkan.
10. Apakah tahapan tersebut merupakan kendala/hambatan/masalah bagi Anda? Jika Ya/Tidak mengapa?
34 11. Apakah masalah-masalah lain terkait persiapan sayur, pengolahan sayur, dan konsumsi sayur yang sering Anda alami? Sebutkan dan jelaskan
D. Pertanyaan Khusus (Bumbu dan Bahan Pelengkap) 1. Bagaimana Anda memperoleh bumbu untuk memasak sayur? Jawaban : a. membuat sendiri b. menggunakan bumbu racik siap saji mengapa :
c. lainnya .......
2. Jika membuat sendiri bumbu apa saja yang biasa digunakan ?
3. Apakah dalam mengkonsumsi sayur, Anda menambahkan bahan pelengkap seperti baso, sosis, daging, dll? a. Ya (sebutkan...................................................) b. Tidak 4. Seberapa penting bahan pelengkap dalam masakan sayur menurut Anda ? a. Penting b. Biasa saja c. Tidak Penting mengapa :
Kritik dan Masukkan :
35 Lampiran 2 Daftar pertanyaan pengujian solusi
PENGUJIAN SOLUSI PRODUK MASAKAN SAYUR TEROLAH MINIMAL DALAM KEMASAN A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Alamat : No HP, email : Usia : Profesi : Penghasilan per bulan : (Range) B. Value Proposition Produk 1. Sifat fungsional produk apa sajakah yang sudah dicapai oleh produk ini ? Jawaban : Kesegaran selama penyimpanan Waktu penyajian lebih singkat Pengolahan yang lebih sederhana Kebersihan Nutrisi yang terjaga Lainnya sebutkan............................ Alasan :
Saran perbaikan fungsi :
C. Komposisi dan Penampilan Produk 1. Apakah komposisi sayuran dalam satu unit produk sudah sesuai ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa :
36 2. Apakah bentuk dan ukuran masing-masing komponen sayuran sudah memenuhi harapan Anda ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa :
3. Apakah bahan pelengkap non sayur dibutuhkan untuk melengkapi produk ini ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Ya mengapa dan sebutkan alternatif bahan keinginan Anda (contoh : bakso, ayam, dll):
4. Apakah bumbu masakan sayur dibutuhkan untuk melengkapi produk ini ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa :
5. Apakah produk yang ditawarkan dengan bobot 250 g (dua kali konsumsi) sudah sesuai dengan harapan konsumsi Anda ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa :
6. Apakah kemasan produk saat ini sesuai dengan harapan Anda ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa dan apa alternatif kemasan lainnya:
37 7. Sebutkan dan jelaskan harapan serta saran tambahan terkait produk solusi ? Jawaban :
D. Segmen Pasar, Saluran Penjualan dan Taksiran Harga Produk 1. Apakah produk ini sudah sesuai untuk wanita yang memiliki pekerjaan (profesional) ? Jawaban : a. Ya b. Tidak Jika Tidak mengapa dan sebaiknya untuk siapa produk ini sesuai:
2. Dimanakah menurut Anda tempat yang sesuai untuk membeli produk tersebut ? Jawaban : a. Pasat Tradisional b. Tukang Sayur c. Swalayan mengapa :
3. Berapakah taksiran harga / harapan terhadap harga jual produk ini ? Jawaban : Rp. .......................................... mengapa :
Kritik dan Masukkan :
38 Lampiran 3 Kanvas model bisnis awal
39 Lampiran 4 Hasil pengujian masalah
No
Nama
Usia
-
Urgen -si Kebutuhan
Intensitas
Laboran
v
Pekerjaan
Akses
Pencarian Solusi
T. Kesibukan
Potensi
v
-
v
v
P
1
Egnawati
2
Arum Nur F
23
Asdos
-
v
-
-
-
T
3
Tetty Hartiyati
53
Karyawati
-
v
-
-
-
T
4
Tutus Kuryani
22
Mahasiswa
-
v
v
v
-
P
5
Rini Purnawati
-
Laboran
-
v
-
-
-
T
6
Nisa Urahmi
23
Wiraswasta
v
v
-
v
-
P
7
Arnis Shinta
23
Freelance
v
v
-
-
-
T
8
Sutiawati
47
IRT
v
v
-
v
-
P
9
Heni Wulandari
44
IRT
-
v
-
-
-
T
10
Reni Khaerani
28
Guru
v
v
-
-
v
P
11
Ati Resari
38
Guru
-
v
-
-
v
T
12
Sri Pratiwi
36
Guru
v
v
v
-
v
P
13
Ruly Artha
40
IRT
-
v
-
-
-
T
14
Sarah Soraya
23
Mahasiswa
-
-
-
-
-
T
15
Ririn Rahayu
25
Mhs/IRT
v
v
-
v
-
P
16
Elisa Anggraini
-
Dosen
v
v
-
v
v
P
17
Sri Martini
-
Dosen
v
v
-
-
v
P
18
Titi Chandra
48
Dosen
-
v
-
-
-
T
19
Yati Hardiyanti
22
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
20
Amalia K
23
Mahasiswa
-
v
-
v
v
P
21
Rahmatina O
19
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
22
Indriyani Anggi
22
Mahasiswa
-
v
v
v
-
P
23
Ida Damayanti
42
IRT
v
v
-
v
-
P
24
Eni R
32
IRT
v
v
-
v
v
P
40 25
Ade Damayanti
23
Freelance
v
v
-
v
-
P
26
Rizki Prawira
22
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
27
Amri Maulana
22
Mahasiswa
-
-
-
-
-
T
28
Taufik Hidayat
21
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
29
Rosyidah
53
Guru
-
v
-
-
v
T
30
Aan Kusdiyah
60
IRT
-
v
-
-
-
T
31
Novi
30
IRT
v
v
v
-
-
P
32
Nastiti Siwi
52
Dosen
-
v
v
-
v
P
33
Fiogi Irnazwen
21
Mahasiswa
-
-
v
-
-
T
34
Nia Kurniawati
25
IRT
-
v
-
-
-
T
35
Ariska Duti
23
Freelance
v
v
v
-
-
P
36
Rizky Utami
23
Karyawati
v
v
-
v
-
P
37
Fatia Tririzqi
23
Wiraswasta
v
v
-
-
v
P
38
Harumi Aini
23
Karyawati
v
v
v
v
v
P
39
Reni Suparwati
23
Freelance
v
v
-
v
-
P
40
Vini Virdiana
23
Freelance
v
v
-
v
-
P
41
Fadhianisa
21
Mahasiswa
v
v
v
-
-
P
42
Salis Rizka
21
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
43
Yudi
35
Karyawan
-
v
v
-
v
P
44
Fauzan
21
Mahasiswa
v
v
v
v
-
P
45
Lilis
44
Penyuluh
-
v
-
-
v
T
46
Andri
28
Karyawan
v
v
-
-
v
P
47
Nova
19
Mahasiswa
v
v
-
v
-
P
48
Ratu
40
Karyawati
v
v
-
-
v
P
49
Choirul Amalia
24
Karyawati
v
v
-
v
v
P
50
Alfia Nurul
22
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
51
Striwicesa H
22
Mahasiswa
-
v
-
-
-
T
52
Ribka Puji
28
Karyawati
v
v
-
v
v
P
41 53
Cendraswara W
44
Guru
v
v
v
v
-
P
54
Tamia
20
Mahasiswa
v
v
v
-
-
P
55
Dian Shinta
28
PNS
v
v
v
-
v
P
56
Amanda A
23
Karyawati
v
-
v
v
-
P
57
Ella Meliawati
41
Wiraswasta
v
v
v
-
-
P
58
Ira Harianto
48
IRT
v
v
v
v
-
P
59
Hanindita
28
Karyawati
v
v
v
-
v
P
60
Fitri
24
Karyawati
-
v
-
-
-
T
61
Yenny Elfrida
38
Karyawati
v
v
-
v
-
P
62
Agustin Ross
28
Freelance
v
v
v
v
-
P
63
F Chairunnisa
22
Karyawati
v
v
v
-
-
P
64
Intarti
31
PNS
-
-
-
-
-
T
65
Vebrita Sari
25
Mahasiswa
-
v
v
v
-
P
66
Cut Syarifah
23
Mahasiswa
v
v
v
-
-
P
67
Nur Isti
31
PNS
-
v
-
-
-
T
42 Lampiran 5 Kanvas model bisnis hasil pengujian masalah
43 Lampiran 6 Hasil pengujian solusi 1. Evaluasi proporsi nilai, segmen, dan saluran No
Nama
Usia
Pekerjaan
Kesegaran
Waktu
Pengolahan
Keber -sihan
Segmen
Saluran
1
Fatia Tririzqi
23
Wiraswasta
v
v
v
v
v
S
2
Ani Nuraisyah
22
Freelance
v
v
v
v
v
S
3
Beladini L
19
Mhs Pasca
v
v
v
v
v
S
4
Ade Damayanti
23
Freelance
v
v
v
v
v
S
5
Inez Harsari
22
Karyawati
v
v
v
v
v
S
6
Ariska Duti
23
Freelance
v
v
v
v
v
S
7
Reni Eva
28
Guru
v
v
v
v
v
S
8
Dwi Astuti
37
Karyawati
v
v
v
v
v
S
9
Agustin Ross
28
Freelance
v
v
v
v
v
S
10
Liah Suaerah
34
Karyawati
v
v
v
v
v
S
11
Choirul Amalia
24
Karyawati
v
v
v
v
v
S
12
Novi
30
IRT
v
v
v
v
v
S
13
Ririn Rahayu
25
Mhs/IRT
v
v
v
v
v
S
14
Amanda A
23
Karyawati
v
v
v
v
v
S
15
Yenny E
38
Wiraswasta
v
v
v
v
v
S
16
Sutiawati
47
IRT
v
v
v
v
v
S
17
Anita N
25
Karyawati
v
v
v
v
v
S
18
Aris Setyowati
23
Karyawati
v
-
v
v
v
All
19
Desi Sulistiyani
23
Karyawati
v
v
-
-
v
S
20
Dhora Yuanita
25
Karyawati
v
v
v
v
v
S
21
Dian Budi
25
Karyawati
v
-
-
v
v
S
22
Dwi M
21
Karyawati
v
-
-
-
v
S
23
Eti Nofaris
24
Karyawati
v
-
-
-
v
PT
24
Kania Mira
26
Karyawati
v
v
v
v
v
S
44 25
Karina Dwi
23
Karyawati
-
-
-
v
v
S
26
Karlina Fatma
25
Karyawati
v
-
-
-
v
TS
27
Melati Sekar
24
Karyawati
v
-
-
v
v
TS
28
Nur Dewi
26
Karyawati
-
v
v
-
v
S
29
Puti Nilam
27
Karyawati
v
-
-
v
v
S
30
Rahmawati
24
Karyawati
-
-
v
-
v
S
31
Renistya
23
Karyawati
v
-
v
v
v
S
32
Riska Rosnadi
24
Karyawati
-
v
v
v
v
S
33
Rizky Utami
23
Karyawati
v
v
v
v
v
S
34
Meita Eis
28
Wiraswasta
v
v
v
v
v
S
35
Niki Tsuraya
24
Karyawati
v
v
v
v
v
S
36
Ade Permata
23
Karyawati
v
v
v
v
v
S
37
Nur Shopia
24
Karyawati
v
v
v
v
v
S
38
Eni R
32
IRT
v
v
v
-
v
S
39
Ida Damayanti
42
IRT
-
v
v
-
v
S
40
Durotul Qorina
24
Karyawati
v
v
v
-
v
All
41
Arwin Shinta
24
Trainer
v
-
v
v
v
S
42
Ayu Tri
23
Karyawati
v
v
v
v
v
S
43
Landy Ufyt
23
Guru
v
v
v
-
v
S
44
Nur Khafillah
24
Radiografer
-
v
v
v
v
S
45
Harumi Aini
23
Karyawati
v
v
v
v
v
S
46
Cendraswara
44
Guru
-
-
-
v
v
S
47
Dwi Sularsih
27
Karyawati
v
v
v
v
v
S
48
Gemma C B
24
Karyawati
v
v
v
v
v
S
49
Egnawati
-
Laboran
v
v
v
-
v
S
50
Ribka Puji
28
Karyawati
v
v
-
-
v
S
45 2. Evaluasi fiur dan tampilan produk solusi
No
Nama
Komponen sayur lain
Pelengkap non sayur
Bumbu
Bentuk & ukuran
Bobot
Kemasan
Harga
1
Fatia Tririzqi
-
V
V
-
-
V
7-10
2
Ani Nuraisyah
V
V
V
-
V
V
7-10
3
Beladini L
V
V
V
V
V
V
10
4
Ade Damayanti
V
V
V
-
V
V
7-10
5
Inez Harsari
-
V
V
-
V
W
10-20
6
Ariska Duti
-
V
V
-
V
V
10
7
Reni Eva
V
V
V
-
V
V
10
8
Dwi Astuti
-
V
V
V
V
V
8
9
Agustin Ross
-
V
V
V
V
W
10
10
Liah Suaerah
V
-
-
V
V
V
10
11
Choirul Amalia
V
-
V
V
V
All
5-10
12
Novi
V
-
V
V
V
W
5-10
13
Ririn Rahayu
-
V
V
-
V
V
5
14
Amanda A
-
-
V
-
V
W
30
15
Yenny E
V
-
V
V
-
V
7
16
Sutiawati
-
V
V
-
-
W
5
17
Anita N
-
-
V
V
V
All
5-8
18
Aris Setyowati
-
-
-
V
V
All
10
19
Desi Sulistiyani
-
-
V
V
-
V
5
20
Dhora Yuanita
-
-
-
V
V
All
10
21
Dian Budi
-
V
V
V
V
W
10
22
Dwi M
-
-
V
V
V
All
5
23
Eti Nofaris
-
-
-
V
-
W
2
24
Kania Mira
-
V
V
V
V
All
10
46 25
Karina Dwi
-
-
-
V
V
All
5
26
Karlina Fatma
-
V
V
V
-
All
6
27
Melati Sekar
-
-
-
V
V
All
5
28
Nur Dewi
-
-
-
V
V
All
10
29
Puti Nilam
-
V
-
-
V
All
4
30
Rahmawati
-
V
V
V
V
V
15
31
Renistya
-
V
-
V
V
All
5
32
Riska Rosnadi
-
-
V
-
-
All
7
33
Rizky Utami
-
-
V
V
V
V
10
34
Meita Eis
-
V
V
V
V
V
10
35
Niki Tsuraya
-
-
V
V
V
V
10-15
36
Ade Permata
-
-
V
V
V
V
10
37
Nur Shopia
-
-
V
V
V
V
10
38
Eni R
-
V
-
-
V
V
8-10
39
Ida Damayanti
-
V
-
-
V
All
7-10
40
Durotul Qorina
-
V
-
V
V
All
5
41
Arwin Shinta
-
V
V
V
V
All
5
42
Ayu Tri
-
-
-
V
V
V
5
43
Landy Ufyt
-
V
V
V
V
W
5
44
Nur Khafillah
-
V
V
-
V
All
5-10
45
Harumi Aini
-
V
V
V
V
V
10
46
Cendraswara
-
-
V
V
-
V
10
47
Dwi Sularsih
-
V
-
V
V
V
15
48
Gemma C B
-
-
V
V
V
V
5-10
49
Egnawati
V
V
V
V
V
V
10
50
Ribka Puji
-
V
-
V
-
V
5-10
47 Lampiran 7 Kanvas model bisnis hasil pengujian solusi
48 Lampiran 8 Kanvas model bisnis hasil verifikasi
49 Lampiran 9 Perhitungan harga pokok penjualan Keterangan : Perhitungan menggunakan jangka waktu 1 bulan Jumlah hari kerja / bulan = 25 hari Kapasitas produksi / hari = 5427 unit/hari Kapasitas produksi / bulan = 135675 unit/bulan 1. Harga Bahan Baku Utama Harga Pasar Harga Sensitivitas No Sayuran Induk (Rp/kg) +25% (Rp/kg) Wortel 1 6.000 7.500 Kentang 2 8.000 10.000 3 Buncis 8.500 10.625 4 Kubis 3.500 4.375 Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (Juli 2014)
Harga Rata-rata (Rp/kg) 7.050 9.400 9.987 4.112
Asumsi : 1. Terjadi fluktuasi harga yang bevariasi 2. Penetapan harga rata-rata dilakukan dengan perbandingan 30% harga sekarang dan 70% harga saat naik. 2. Biaya Depresiasi Alat No 1 2 3 4 5 6
Vegetable Cutter Machine Vacuum Sealer Machine
5
unit
Harga Satuan (Rp Ribu) 8.000
5
unit
7.950
39.750
5
7.950
Lemari Pendingin Spices Crusher Neraca Digital Kendaraan Investasi Alat
10
unit
2.800
28.000
5
5.600
5
unit
1.050
5.250
5
1.050
10
unit
300
3.000
5
600
1
unit
200.000 200.000 316.000 Penyusutan/Tahun Penyusutan/Bulan
5
40.000
Mesin
Jumlah Satuan
Harga Umur Beli Penyusutan Ekonomis (Rp (Rp Ribu) (Tahun) Ribu) 40.000 5 8.000
63.200 5.267
50 3. Biaya Pokok Produksi Nama Jumlah Direct material Wortel 9.045 Kentang 8.480 Buncis 8.926 Kubis 11.306 Asam Sitrat 5.5 Bumbu 135.675 Kemasan 135.675 10 Direct Labor Overhead Listrik Air Sewa bangunan Bahan bakar Pemeliharaan alsin 6. Penyusutan alsin
No A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B C 1. 2. 3. 4. 5.
Satuan
Harga (Rp)
Kg Kg Kg Kg Kg Pcs Pcs Orang
7.050 9.400 9.987 4.112 20.000 300 400 2.000.000
No A 1. 2. B
63.767.250 79.712.000 89.143.962 46.490.272 110.000 40.702.500 54.270.000 20.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 5.000.000 500.000
Total Harga Pokok Produksi Biaya produksi Jumlah produk Harga pokok produksi
Total (Rp)
5.267.000 410.962.984
= Rp 410.962.984,= 135675 Kemasan = Rp 3.029,- / Kemasan
4. Biaya Non Produksi Nama Jumlah Biaya Penjualan Distribusi 1 Promosi 1 Biaya 1 Administrasi
5. Keuntungan per Kemasan Harga Jual Akhir Biaya Pokok Produksi Biaya Non Produksi Laba Kotor Margin Distributor (30%) Laba per Kemasan Laba Perusahaan / Bulan
Satuan Unit Paket Paket
Harga (Rp)
Total (Rp)
5.000.000 1.500.000 1.000.000
5.000.000 1.500.000 1.000.000
Total Biaya Non Produksi per Kemasan
7.500.000 55
= Rp 9.000,= Rp 3.029,= Rp 55,- (-) = Rp 5.916,= Rp 2.700,- (-) = Rp 3.216,- (x) 135.675 kemasan = Rp 436.330.800,-/bulan
Jika terdapat return (10%) keuntungan perusahaan dihitung sebagai berikut: Laba Perusahaan / Bulan = Rp 436.330.800,-/bulan Return 10 % (13.568 pcs x (Rp 3.029+Rp 55)) = Rp 41.843.712,-/bulan (-) Keuntungan Perusahaan = Rp 394.487.088,-/bulan
51
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Indramayu pada tanggal 23 Maret 1993, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Thamrin dan Neni Kustijah. Pada tahun 1999 lulus dari Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Indramayu. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 1 Kabupaten Indramayu dan pada tahun 2003 tergabung kedalam program Kelas Unggulan Kabupaten Indramayu serta lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri Unggulan Sindang Kabupaten Indramayu dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2010 dengan mengikuti program Kelas Akselerasi. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus, diantaranya penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) pada tahun 2011-2014, staf Divisi Kesekretariatan Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara 2011/2012, staf Departemen Minat Bakat Mahasiswa BEM Fateta 2011/2012, serta Ketua Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni BEM Fateta 2012/2013. Penulis juga aktif dalam organisasi luar kampus, diantaranya Ketua Divis Bisnis Kewirausahaan Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Dharma Ayu (IKADA) Bogor 2011/2012 dan Ketua Divisi Internal Beswan Djarum DSO Bogor 2012/2013. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Penerapan Komputer pada tahun 2012, asisten praktikum Teknologi Pati, Gula, dan Sukrokimia serta praktikum Bioproses tahun 2014. Beberapa prestasi juga pernah ditorehkan oleh penulis selama masa perkuliahan baik akademik maupun non akademik, diantaranya sebagai penerima beasiswa Djarum Foundation 2012/2013, penerima beasiswa Bank Indonesia tahun 2013/2014, Juara 1 Nasyid Ikatan Keluarga Muslim TPB 2011, Peserta Terbaik HAGATRI (Hari Warga Industri) 2011, Juara 1 Lomba Wawasan dan Ilmu Pengetahuan Se-Fateta berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012, PKM-K didanai DIKTI tahun 2012, Peringkat 4 Vokal Grup IPB Art Contest 2012, Best Ribbon Award pada Character Building Beswan Djarum Batch IV 2013, dinobatkan sebagai Best Presentation oleh Rosiana Silalahi pada Leadership Development Beswan Djarum Batch II tahun 2013, serta Juara 1 Vokal Grup IPB Art Contest 2014 dan membawa IPB menjadi Juara 2 Vokal Grup pada Pekan Seni Mahasiswa Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2014.