REKAYASA LAPORAN KEMAJUAN HIBAH BERSAING
Pengembangan Model PUGAR Berbasis Sustainable Manufacturing Untuk Mensukseskan Swasembada Garam Industri
TIM PENGUSUL : Ratih Setyaningrum, ST, MT
0603108101
(Ketua)
Jazuli, ST, M.Eng
0613018203
(Anggota)
Sariayu Wulandari, ST, M.Eng
0626126801
(Anggota)
Dibiayai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian No : 019/A.35-02/UDN.09/IV/2015 Tanggal 21 April 2015
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI, 2015
2
I. Identitas Penelitian 1. Judul Usulan
: Pengembangan Model PUGAR Berbasis SustainableManufacturing Untuk Mensukseskan Swasembada Garam Industri
2. Ketua Peneliti (a) Nama lengkap
: Ratih Setyaningrum, MT
(b) Bidang keahlian
: Teknik Industri
(c) Jabatan Struktural
: Kepala Laboratorium Fakultas Teknik Udinus
(d) Jabatan Fungsional
: Lektor ( III D)
(e) Unit Kerja
: Fakultas Teknik Udinus
(f) Alamat surat
: Jalan Nakula I No 5-11 Semarang
(g) Telepon / Faks
: (024) 3555628
(h) email
:
[email protected]
3. Anggota peneliti Alokasi Waktu (jam/minggu)
No. Nama dan Gelar Institusi 1 Jazuli,ST., M.Eng
Keahlian T.Industri
UDINUS
10
2
T. Elektro
UDINUS
10
Sariayu W, ST. M.Eng
Elektro 4 . Objek penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian) Usaha Garam Rakyat wilayah Jawa Tengah meliputi Demak, Rembang dan Pati 5. Masa Pelaksanaan Penelitian : Mulai Berakhir
: Tahun 2014 : Tahun 2015
6. Anggaran yang diusulkan : Tahun Kedua
: Rp 59.790.000,-
Anggaran Keseluruhan (Tahun I dan II) : Rp 117.790.000,-
3
7. Lokasi penelitian
:
Usaha Garam Rakyat Wilayah Jawa Tengah dengan konsentrasi implementasi rancangan alat untuk daerah Rembang. Laboratorium Kimia Udinus dan Lab Balapkes Provinsi Jawa Tengah
8. Hasil yang ditargetkan (temuan baru / paket teknologi / hasil lain ) beri penjelasan : Merancang pengolahan air garam dengan teknologi reverse osmosis mikrokontroler sehingga dapat mengubah air limbah menjadi air tawar. Implementasi rancang bangun alat dan teknologi di Usaha Garam Rakyat (UGAR) Merumuskan model
pemberdayaan aspek produksi dalam upaya
meningkatkan kinerja usaha garam rakyat (UGAR) Jawa Tengah 9. Institusi yang terlibat :
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Kelautan dan Perikanan
Usaha Garam Rakyat wilayah Jawa Tengah (Demak, Rembang dan Pati)
Balabkes provinsi Jawa Tengah
10. Keterangan lain yang dianggap perlu : Dukungan dana dari sumber lain dari Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Jawa Tengah.
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia walaupun
merupakan negara kepulauan, tetapi pusat
pembuatan garam terkonsentrasi di Jawa dan Madura yaitu di Jawa seluas 10.231 Ha (Jawa Barat )1.159 Ha, Jawa Tengah 2.168 Ha, Jawa Timur 6.904 Ha) dan Madura 15.347 Ha. Luas areal yang dikelola oleh PT Garam hanya 5.116 Ha yang seluruhnya berada di pulau Madura yaitu di Sumenep 3.163 Ha, Pemekasan 907 Ha dan di Sampang 1.046 Ha. Lokasi lainnya yaitu di NTB seluas 1.155 Ha, Sulawesi Selatan 2.040 Ha, Sumatera dan lain-lain 1.885 Ha, sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar 30.658 Ha dimana 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat. Areal garam yang dikelola oleh PT. Garam produksinya 60 ton/Ha/tahun, sedang garam rakyat hanya 40 ton/Ha/tahun (PT. Garam Persero, 2000). Jawa Tengah memiliki potensi cukup tinggi Daerah yang memiliki potensi yakni,
sebagai penghasil garam.
Rembang memiliki luasan lahan garam
sebanyak 1.584,42 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 4.120 orang yang bekerja disektor ini. Pada tahun 2010 produksi garam di Rembang mencapai 125.119,4 ton atau sekitar 6,8 persen dari kebutuhan garam nasional. Dengan luasan
lahan
1.584,42 ha dan 1.058 orang pemilik garam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4.120 orang. Penerapan program pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) untuk mengintensifkan lahan garam
dan mendongkrak produktivitas garam
rakyat
dinilai lamban. Penyaluran bantuan itu baru turun memasuki musim panen garam. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) perlu diberdayakan lagi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani garam dan mensukseskan swasembada garam industri pada tahun 2015. Hasil penelitian tentang pemberdayaan usaha garam rakyat menunjukkan bahwa apek distribusi, permintaan pasar dan teknologi memiliki tingkat pemberdayaan rendah (Setyaningrum, 2014).
5
Aspek Produksi secara keseluruhan menunjukkan hasil empat
indikator
memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi, yaitu sebesar 59,33% dan tenaga kerja memiliki tingkat pemberdayaan tinggi yaitu 72%. Sedangkan modal memiliki tingkat pemberdayaan rendah yaitu 36% dan teknologi terapan dan modern memiliki tingkat pemberdayaan yang rendah yaitu 21,33%. Aspek Distribusi secara keseluruhan juga menunjukkan hasil yang rendah (<50%), baik dari indikator jangkauan pasar dan kemudahan menjual produk. Tingkat keberdayaan aspek permintaan pasar dapat dijelaskan bahwa harga produk usaha garam dapat bersaing hanya sebesar 23 %. Selebihnya menyatakan tidak dapat bersaing. Sedangkan pengetahuan responden mengenai informasi kebutuhan pasar masih rendah, yaitu sebesar 20 %. Aspek sosial budaya ditunjukkan dengan kemudahan responden dalam melestarikan usaha garam dan keikutsertaan dalam aktivitas paguyuban usaha garam rakyat yang masih tinggi. (> 50%). Keberlanjutan usaha garam dan semangat pengusaha garam untuk ingin tetap menjalankan usaha tergolong tinggi. Namun masih terkendala musim dalam berproduksi yang tergantung cuaca sehingga kuantitas garam tidak maksimal. Model Pemberdayaan Kinerja usaha usaha garam rakyat didasarkan pada aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar dan aspek sosial budaya yang terdiri dari strategi, aksi tindak, pihak-pihak yang terkait, dan prioritas jangka pendek dan prioritas jangka panjang. Dengan prioritas jangka pendek adalah optimalisasi teknologi terapan untuk proses produksi, perbaikan rantai distribusi dan informasi pasar yang berkelanjutan sehingga tercipta stabilitas usaha garam rakyat. Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi garam rakyat di wilayah Jawa Tengah menunjukkan bahwa produksi/pengolahan air laut menjadi garam masih tergantung musim/cuaca. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab belum maksimalnya kuantitas dan kualitas garam produksi lokal Indonesia. Sehingga produk garam tersebut belum mampu diandalkan untuk memenuhi kenutuhan garam nasional.
6
Dengan demikian
perlu adanya kajian studi tentang pemberdayaan usaha
garam rakyat (PUGAR) untuk mensukseskan
program
swasembada garam
industri tahun 2015. Program tersebut akan dioptimalkan dengan proses produksi berbasis suistanable manufaktur dan pengolahan air reserve osmosis berbasis mikrokontroler
(Rachmawati, 2010). Proses produksi berbasis sustainable
manufacturing merupakan pengoptimalan proses dari hulu ke hilir sehingga keberlanjutan proses produksi dan produktivitas meningkat. Sedangkan reverse osmosis berbasis mikrokontroler untuk mengoptimalkan dan meminimalkan proses pengolahan garan yang masih tergantung sinar matahari sehingga output produksi dapat berupa garam dan air tawar.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan sebagai berikut: 1. Merancang proses produksi garam dengan pendekatan Sustainable manufacturing. 2. Merancang pengolahan air garam dengan teknologi reverse osmosis mikrokontroler sehingga dapat mengubah air limbah menjadi air tawar. 3. Merumuskan model
pemberdayaan
dalam upaya meningkatkan
kinerja usaha garam rakyat (UGAR) Jawa Tengah.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang yang dihadapi, maka penelitian difokuskan pada evaluasi proses produksi untuk merancang alat produksi berbasis mikrokontroler yang menghasilkan luaran garam dan air tawar.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Originalitas Penelitian 2.1 State of The Art Pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR)
dilakukan dengan
tahapan awal identifkasi kinerja usaha garam rakyat dari aspek ekonomi, sosial, produksi dan pemasaran. Kinerja yang optimal akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, hal itu sejalan dengan
Setyaningrum (2012)
yang menyatakan kinerja karyawan dipengaruhi oleh stimulus factor. Oleh sebab itu perlu dirumuskan strategi pemberdayaan usaha garam rakyat agar produktivitas meningkat sehingga mampu mensukseskan program swasembada garam industri tahun 2015. Penelitian ini menargetkan luaran pengolahan air laut adalah garam
dan
air tawar. Garam berkualitas dihasilkan melalui metode
sustainable manufacturing yang ramah lingkungan. Proses pengolahan air laut menjadi garam yang ada saat ini masih bisa dioptimalkan, menurut Purbani
(2010)
proses
pengolahan
garam
menggunakan proses
kristalisasi. Hal tersebut sejalan dengan Wustoni (2013) menyatakan bahwa cara pengolahan dan
garam di Indonesia cenderung masih konvensional
bergantung terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di
negara ini masih menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan membutuhkan waktu 10 – 15 hari. Proses pengolahan garam yang membutuhkan waktu
lama dan terlalu bergantung terhadap sinar
matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu kondisinya, membuat garam hasil produksi dalam
negeri
tidak sebanding dengan
permintaan
masyarakat. Selain itu, garam hasil produksi dalam negara yang hanya dijemur, kualitasnya masih jauh di bawah negara – negara yang dengan teknologi canggihnya dapat menghasilkan garam dalam waktu cepat namun dengan kualitas yang baik.
8
Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk mewujudkan program pemerintah untuk melakukan swasembada garam konsumsi pada tahun 2012 dan garam industri pada tahun 2015 adalah dengan mencari suatu teknologi (aplikasi IPTEK) yang dapat mempercepat proses produksi garam, mulai melepaskan kebergantungan terhadap kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang berkualitas dan dapat bersaing dengan garam impor. Pada penelitian ini, hasil air limbah produksi garam akan diolah menjadi air tawar yang layak
minum. Menurut Asfawi (2012) kualitas
air minum masih perlu ditingkatkan , mengingat banyak depo air minum isi ulang yang belum standart proses pengolahannya. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Asfawi (2004) menyatakan bahwa sebagian besar usaha air minum isi ulang belum melakukan uji laboratorium produknya secara periodik. Teknologi yang diterapkan untuk merubah air limbah produksi garam menjadi air tawar menggunakan mikrokontroler untuk memonitor besarnya tekanan air yang mengetahui
kualitas
produk
dari
bekerja reverse
pada
sistem
osmosis. Prinsip
untuk kerja
mengacu pada Rakhmawati,dkk (2010) membahas otomatisasi system pengolahan air laut menjadi air tawar menggunakan prinsip reverse osmosis microcontroller.
Hal
ini
sejalan
dengan
Suprijono
(2008)
yang
memanfaatkan mikrokontroler untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan merancang produk berbasis suhu
dengan
SMS,
kontrol
mikrokontroler
seperti
monitoring
sistem keamanan, pengukur kadar CO2,
pengukur Ph dan lain sebagainya. Penelitian sejenis yaitu Soejono (2012) yang merancang alat pemurni air payau menggunakan teknologi membran reverse osmosis untukmemenuhi kebutuhan air masyarakat daerah pesisir. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka proses rancang bangun pengolahan air laut menjadi garam dan air tawar menggunakan metode sustainable manufacturing berteknologi reverse osmosis microcontroller, ditargetkan akan meningkatkan pemberdayaan usaha garam (PUGAR) sehingga mampu
rakyat
mensukseskan program swasembada garam
industri.
9
2.2. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Kondisi Terkini Produksi Garam Dalam Negeri Indonesia memiliki luas lautan lebih luas dibandingkan daratan. Namun pada kenyataannya hingga saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam dalam jumlah yang tidak sedikit dari negara lain, seperti Australia, Cina, dan India. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor garam pada Oktober 2010 berjumlah 154.782,6 ton (7,9 juta dollar AS) naik menjadi 275.027,2 ton (15,2 juta dollar AS) pada November 2010. Selama Januari-November 2010 Indonesia sudah mengimpor 1,8 juta ton garam dengan nilai 96,4 juta dollar AS. Rendahnya produksi garam di Indonesia diakibatkan oleh masih tradisionalnya sistem produksi yang digunakan oleh para petani garam. Perkembangan ilmu pengetahuan tentunya harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Berbeda dengan
negara-negara lain yang sudah mengadaptasi ilmu pengetahuan ke dalam sistem produksinya, masyarakat di Indonesia cenderung sulit untuk menerimanya. Hingga saat ini, mereka masih tetap memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk memproduksi garam. Sehingga saat cuaca tidak mendukung, misalnya hujan atau mendung berkepanjangan, akan sangat mengganggu proses produksi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor kurangnya sosialisasi tentang bagaimana cara pengembangan produksi garam yang lebih efektif dan efisien dari lembaga lembaga yang memiliki bidang di pengembangan proses produksi garam dengan para petani garam. Sedangkan di sisi yang lain, para petani garam Indonesia juga kurang memiliki akses tentang perkembangan metode produksi yang dapat dikolaborasikan dengan IPTEK (Observasi Lapangan, November 2010). Bukan hanya dari segi kuantitas, kemurnian kristal garam produksi Indonesia pun masih rendah, hanya mencapai 94%. Sedangkan garam yang digunakan dalam industri non pangan harus memiliki tingkat kemurnian 99%. Matahari hanya mampu menguapkan air, bukan zat pengotor yang ada di dalam air laut. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pemisahan pengotor untuk menghasilkan garam yang memiliki tingkat kemurnian tinggi.
10
Proses pengolahan garam di Indonesia masih menggunkan metode kristalisasi dengan cara diuapkan seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses pembuatan garam evaporasi kadar NaCl tinggi (sumber : Purbani, 2010)
2.2.2. Sustainable Manufacturing Sustainable innovation merupakan inovasi yang berkelanjutan yang melibatkan aspek social, ekonomi dan lingkungan. Beberapa tahapan untuk menghasilkan inovasi yang berkelanjutan seperti pada Gambar 2.2 (Predeep, 2013).
Gambar 2.2. Tahapan menuju sustainable innovation Sustainable manufacturing mengkategori indikator oleh NIST didasarkan pada lima dimensi sustainable yaitu: kepedulian terhadap lingkungan,
pertumbuhan
ekonomi,
kesejahteraan
sosial,
kemajuan
teknologi, dan kinerja manajemen.
11
Gambar 2.3. NIST indicator categorization structure Struktur kategorisasi NIST terdiri dari tiga dimensi utama dan dua dimensi tambahan. Dimensi utamanya yaitu keberlanjutan, ekonomi, lingkungan, dan social. Sedangkan sedangkan tambahan antara lain kemajuan teknologi dan manajemen kinerja.
Gambar 2.4. Key Componen of sustainability measurement infrastructure (Sumber : Rosnah, 2013) 2.2.3.Prinsip Reverse Osmosis Microcontroller Pemurni Air Laut Pada sistem monitoring pengolahan air dengan menggunakan reverse osmosis seperti Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Pengolahan air dengan teknologi RO (sumber : Rakhmawati, 2010)
12
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang alat sebagai upaya perbaikan pengolahan berbasis sustainable manufacturing dan reverse osmosis mikrokontroler. Tujuan khusus dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih spesifik sebagai berikut:
Tujuan khusus Tahun Pertama : 1. Merancang proses produksi garam dengan pendekatan Sustainable manufacturing. 2. Merancang pengolahan air garam dengan teknologi reverse osmosis mikrokontroler sehingga dapat mengubah air limbah menjadi air tawar. 3. Merumuskan model
pemberdayaan
dalam upaya meningkatkan
kinerja usaha garam rakyat (UGAR) Jawa Tengah
3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Mahasiswa (praktikan) membantu pelaksanaan penelitian ini, akan dijadikan tugas akhir, yang merupakan bagian dari penelitian ini. Serta mampu melakukan pengujian statistika proses pemberdayaan usaha garam rakyat. b. Universitas Dian Nuswantoro Research pioneer ini diharapkan bisa dikembangkan sehingga mampu membantu petani usaha garam rakyat wilayah Demak, Kudus dan Rembang,serta mensukseskan swasembada garam Indonesia. c. Petani garam rakyat Membantu menyalurkan aspirasi petani kepada pemerintah dan memberikan problem solving atas permasalahan yang ada. d. Pemerintah Menjembatani suksesnya program swasembada garam Indonesia
13
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Populasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha garam wilayah
rakyat di
Jawa Tengah, antara lain : Demak, Rembang dan Pati.
Populasi dan sampel penelitian adalah Usaha garam rakyat yang berjumlah 20.
4.2.
Penelitian Tahun Kedua
4.2.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer. Data yang dibutuhkan adalah alur produksi dan pengolahan air laut menjadi garam. 4.2.2. Metode Pengumpulan Data Peralatan yang dibutuhkan untuk merancang pengolahan garam berbasis sustainable manufacturing dengan teknologi Reverse Osmosis Mikrokontroler sbb: 1. Alat reverse osmosis (sedimen 5 micron,sedimen 1 micron, GAC, membrane reverse osmosis, post –carbon) 2. pH meter dan TDS meter 3. ADC Mikrokontroler AVR ATMega 16 output 10 bit 4.2.3.Teknik Analisis Data 1. Rancang bangun teknologi pengolahan garam Perancangan teknologi pengolahan air laut menjadi garam berbasis sustainable manufacturingsystem yang ramah lingkungan dan tidak tergantung cuaca/sinar matahari. Kemudian dilanjutkan pengolahan air limbah menjadi air tawar
dengan
teknologi
reverse osmosis berbasis mikrokontroler seperti pada Gambar 3.1, 3.2 dan 3.3.
14
Gambar 3.1. Rangkaian Sensor Tegangan
Gambar 3.2. Modul RO Spiranl Wound (Sumber : Soejono, 2012)
Gambar 3.3. Alur pengolahan garam yang diusulkan
15
2. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Luaran Per Tahun Luaran Tahun kedua : i. Rancangan proses produksi garam dengan pendekatan Sustainable manufacturing. ii. Prototype pengolahan air garam dengan teknologi reverse osmosis mikrokontroler sehingga dapat mengubah air limbah menjadi air tawar. iii. Model pemberdayaan dalam upaya meningkatkan kinerja usaha garam rakyat (UGAR) Jawa Tengah iv.
Proses Paten / HKI
16
Tujuan: Identifikasi kinerja usaha garam rakyat
Model Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Kondisi Sosial Ekonomi Petani Garam
Analisis kinerja Usaha Garam Rakyat
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
Pendidikan, tingkat upah, budaya masyarakat
Jumlah produksi, kontribusi ekonomi
TAHUN PERTAMA
Aspek Produksi
Identifik asi & optima lisasi sistem produksi garam rakyat
Alat analisis: -R/C ratio -ROA -Valuue Added
Aspek Permintaan Pasar
Aspek Distribusi Alat analisis : -Struktural -pemasaran
Ala : De
Identifikasi Tingkat Keberdayaan Analisis statistik Deskriptif
Powerless ------------Powered Strategi Pemberdayaan
-
FGD : Pengusaha, Pemerintah, Akademisi, LSM Indepth Interview: Pengusaha, Pemerintah, Akademisi, LSM
Identifikasi sistem produksi garam Pengolahan air laut
A
B Gambar 3.4. Tahapan penelitian
17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
I.
HASIL DAN PEMBAHASAN AWAL
1) Model Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) telah dihasilkan pada tahun pertama penelitian. Model PUGAR disajikan pada Gambar 5.1 yang meliputi empat aspek yaitu (Setyaningrum et al, 2014): a) Aspek Produksi secara keseluruhan menunjukkan hasil empat indikator memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi, yaitu sebesar 59,33% dan tenaga kerja memiliki tingkat pemberdayaan tinggi yaitu 72%. Sedangkan modal memiliki tingkat pemberdayaan rendah yaitu 36% dan teknologi terapan dan modern memiliki tingkat pemberdayaan yang rendah yaitu 21,33%. b) Aspek Distribusi secara keseluruhan juga menunjukkan hasil yang rendah (<50%), baik dari indikator jangkauan pasar dan kemudahan menjual produk. c) Tingkat keberdayaan aspek permintaan pasar dapat dijelaskanbahwa harga produk usaha garam dapat bersaing hanya sebesar 23 %. Selebihnya menyatakan tidak dapat bersaing. Sedangkan pengetahuan responden mengenai informasi kebutuhan pasar masih rendah, yaitu sebesar 20 %. d) Aspek sosial budaya ditunjukkan dengan kemudahan responden dalam melestarikan usaha garam dan keikutsertaan dalam aktivitas paguyuban usaha garam rakyat yang masih tinggi. (> 50%). Keberlanjutan usaha garam dan semangat pengusaha garam untuk ingin tetap menjalankan usaha tergolong tinggi. Namun masih terkendala musim dalam berproduksi yang tergantung cuaca sehingga kuantitas garam tidak maksimal.
18
Aspek Produksi
Bhn Baku (59,3%: Tinggi) Tenaker (72%: Tinggi) permodalan (36% : rendah) Teknologi terapan modern (21,3% : rendah)
Aspek Distribusi
Lokal : 50100% Nasional : < 40%
Saluran distribusi baik : 43,3% (rendah)
Aspek Usaha & Permintaan Pasar Persaing an harga : 23% (rendah)
informas i pasar : 20% (rendah)
Aspek Sosbud & Sustainabili ty
Pelestarian / keberlanjuta n usaha (80% : tinggi) Keaktifan perkumpula n petani garam (78% : tinggi)
Gambar 5.1. Model PUGAR wilayah Jawa Tengah (Sumber : Setyaningrum et al, 2014)
2) Hasil evaluasi Model Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama, menunjukkan bahwa aspek distribusi (43%), permodalan (36%) dan permintaan pasar (23%) memiliki tingkat pemberdayaan rendah sehingga butuh aksi tindak dari pemerintah dan perkumpulan petani garam melalui program pemberdayaan usaha garam. Untuk aspek produksi tingkat pemberdayaan rendah (21,3%) sehingga membutuhkan optimalisasi proses produksi dengan penerapan teknologi baru. Hasil evaluasi proses produksi garam rakyat di wilayah Jawa Tengah menunjukkan bahwa produksi/pengolahan air laut menjadi garam masih tergantung musim/cuaca. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka diperlukan alat produksi garam yang tidak tergantung cuaca. Alat tersebut menerapkan teknologi pengolahan garam rakyat berbasis sustainable manufacturing berbasis reserve osmosis dengan mikrokontroler. Air laut yang diolah dengan
teknologi
tersebut
disamping menghasikan garam, air limbah akan diolah menjadi air tawar. Sebelum rancang bangun alat tersebut, perlu dijelaskan proses produksi pengolahan air garam berbasis sustainable manufacturing berbasis reserve osmosis dengan mikrokontroler. 3) Teknologi proses produksi garam untuk perbaikan model PUGAR. Proses produksi pengolahan air garam berbasis sustainable manufacturing berbasis reserve osmosis dengan mikrokontroler disajikan pada Gambar 6.
19
Perancangan teknologi pengolahan air laut menjadi garam berbasis sustainable manufacturing system
yang ramah lingkungan
dan tidak tergantung
cuaca/sinar matahari. Kemudian dilanjutkan pengolahan air limbah menjadi air tawar
dengan
teknologi
reverse
osmosis
berbasis
mikrokontroler.
Prototype alat proses produksi garam disajikan pada Gambar 5.2 dan 5.3.
Gambar 5.2. Alur pengolahan garam yang diusulkan
Gambar 5.3. Prototype alat produksi garam
20
II. LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN
1. Indikator Capaian Tahun Pertama Indikator capaian pada tahun ke-1 adalah proses produksi pada kondisi usaha garam rakyat di daerah Demak, Kudus, pati dan Rembang. Selain itu melakukan penelitian kondisi petani garam yang meliputi: Aspek produksi Durasi produksi Bahan bakar yang digunakan Bahan baku utama dan bahan penolong yang digunakan Teknologi produksi Pada tahun ke-2 ini luarannya adalah melakukan uji teknologi pengolahan garam berbasis sustainable manufacturing dan merancang alat produksi garam. Pada tahap akhir teknologi yang telah dirancang akan diproses pengajuan hak intelektual (HKI) atau paten. Teknologi dan strategi pemberdayaan diharapkan akan meningkatkan produksi garam rakyat dan mampu mensukseskan program swasembada garam industri tahun 2015. Penelitian ini mendapat dukungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, dinas Perindustrian dan perdagangan provinsi Jawa Tengah. Tahapan yang sudah dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Merancang simulasi proses produksi yang akan dibuat dan menentukan teknologi apa yang akan digunakan. 2. Melaukan analisa kelayakan simulasi tersebut dalam upaya merealisasikan ke dalam penerapan di lapangan. 3. Menggambar sketsa dan rancangan alat secara utuh. 4. Melakukan proses pembelian bahan-bahan utama, bahan baku dan bahan penolong 5. Melakukan perakitan alat, diawali oleh beberapa percobaan terkait dengan pengujian sensor garam (TDS) dan mikrokontroler.
Harapannya produk dapat dipatenkan pada tahun ke-3.
21
2. Laporan kemajuan Secara umum kegiatan penelitian berjalan lancar sesuai dengan jadwal. Aktivitas yang dilakukan dalam penelitian pada tahun pertama terlampir di Log Book, yang kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut : No
Kegiatan / Aktivitas
Penyelesaian mulai
1
Koordinasi
&
brainstorming 8
selesai
Maret 29
pelaksanaan penelitian Hiber, survey 2015
Ket
Maret 100 %
2015
proses produksi, penentuan teknologi yang digunakan dalam penelitian. 2
Koordinasi garam
awal
terkait
dengan
petani 22
teknologi
Maret 30 Mei 2015
100%
Maret 5 Mei 2015
100 %
Maret 5 Mei 2015
100 %
Maret 1 Mei 2015
100 %
yang 2015
digunakan 3
Pembuatan simulasi proses produksi 29 dan penentuan teknologi produksi
4
Menganalisa dalam
kelayakan
upaya
2015
simulasi 30
realisasi
untuk 2015
perancangan real. 5
Survey ke proses produksi petani 29 garam dan croscek teknologi baru 2015 yang akan diaplikasikan
6
Perancangan alat produksi garam 1 Mei 2015
24 Juni 2015
70%
dengan RO & mikrokontroler
3. Rencana dan Jadual Selanjutnya: Menyelesaikan perancangan alat produksi garam dan menguji kelayakan serta mengamati tren penurunan kadar garam sehingg mampu menjadi air tawar 4. Hambatan Perancangan alat memenuhi beberapa hambatan namun masih bisa diatasi
22
PENGGUNAAN DANA ANGGARAN HIBER TAHUN KE 2
23
24
25
LAMPIRAN ALAT PRODUKSI GARAM
26
27
28
LAMPIRAN LOG BOOCopyright(c): Ditlitabmas, 2013
LAMPIRAN LOG BOOK / CATATAN HARIAN
Catatan Harian (Log Book) Kegiatan Hibah Judul Kegiatan
: Desentralisasi - Penelitian Hibah Bersaing : Pengembangan Model PUGAR Berbasis Sustainable Manu
No .
Tgl. Pelaksanaan 2015-01-27
survey UGAR demak
2
2015-02-07
pembelian ATK
3
2015-02-13
diskusi awal mkn 55000 dan snack 55000
4
2015-02-23
refensi 13 700 dan pulsa voucher
5
2015-02-27
survey UGAR
6
2015-02-28
7
1
Isi Catatan
Jml. Dana Terpakai
Prosenta
210,000
100 %
26,000
100 %
111,000
100 %
25,000
100 %
750,000
100 %
pembelian ATK
85,500
100 %
2015-03-05
diskusi teknis (snack)
50,000
100 %
8
2015-03-07
beli ATK & perjalanan bbm
185,400
100 %
9
2015-03-08
diskusi bersama all anggota,mkn+snack
227,000
100 %
10
2015-03-14
perjalanan survey UGAR, alar, mentoring
200,000
100 %
11
2015-03-17
beli ATK
20,000
100 %
29
12
2015-03-19
lanjut survey,alar,mentoring
316,000
100 %
13
2015-03-21
mentoring, survey, diskusi di jgj
1,686,000
100 %
14
2015-03-22
survey alar, snack
198,000
100 %
15
2015-03-23
referensi buku
345,000
100 %
16
2015-03-27
beli ATK
66,500
100 %
17
2015-03-30
diskusi + mkn
86,000
100 %
18
2015-04-01
beli ATK kain dan referensi buku
485,800
100 %
19
2015-04-10
diskusi simulasi alat +snack
34,000
100 %
20
2015-04-18
diskusi simulasi alat dan refernsi
214,350
100 %
21
2015-04-25
diskusi sim dan ref buku
221,800
100 %
22
2015-05-01
survey alat
100,000
100 %
23
2015-05-02
beli alat komp elektronik dan mkn
1,413,000
100 %
24
2015-05-03
bahas alat + mkn
47,500
100 %
25
2015-05-05
diskusi dan rancang alat
50,000
100 %
30
26
2015-05-07
beli ATK dan buku
268,500
100 %
27
2015-05-15
diskusi alat
86,000
100 %
28
2015-05-16
pengisian bbm untuk survey dan perjalanan
1,200,000
100 %
29
2015-05-18
beli RO sistem
1,850,000
100 %
30
2015-05-18
beli RO sistem
1,850,000
100 %
31
2015-05-21
beli TDS dan PH meter
570,000
100 %
32
2015-05-24
beli gentong
150,000
100 %
33
2015-05-28
beli ATK
49,500
100 %
34
2015-05-28
beli ATK
49,500
100 %
35
2015-05-30
diskusi rancang alat +mkn snack
116,200
100 %
36
2015-06-04
beli kabel, etalase +snack mkn
723,000
100 %
37
2015-06-05
perancangan modul program dan pembagian honor penelitian (sdh termasuk pot pph 21), mkn, beli drum pipa
13,537,200
100 %
38
2015-06-06
rancang alat, beli dioda
86,600
100 %
39
2015-06-08
beli referensi
116,600
100 %
31
40
2015-06-11
beli kompor
633,000
100 %
41
2015-06-12
referensi buku
230,000
100 %
42
2015-06-14
diskusi rancang alat, mkn, snack
139,200
100 %
43
2015-06-15
beli con biru
43,700
100 %
44
2015-06-16
beli drop gip
139,500
100 %
45
2015-06-17
beli swicing dan rancang alat (mkn)
293,000
100 %
46
2015-06-19
diskusi rancang alat (mkn,snack)
147,500
100 %
47
2015-06-21
beli ATK
43,000
100 %
48
2015-06-24
Beli Box & rancang alat
176,500
100 %
Kembali Ke Daftar Kegiatan
32