HIBAH BERSAING TAHUN KE-1
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING
Pengembangan Model PUGAR Berbasis Sustainable Manufacturing Untuk Mensukseskan Swasembada Garam Industri TIM PENGUSUL : Ratih Setyaningrum, ST,MT 0603108101 (Ketua) Herwin Suprijono, ST,MT 0620047202
(Anggota)
Ariati Anomsari, SE, MM 0626126801
(Anggota)
Eko Hartini, M.Kes 0625117401
(Anggota)
Dibiayai Oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui LP2M Universitas Dian Nuswantoro No: 013/A.3502/UDN.09/V/2014
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG, 2014
i
ii
iii
RINGKASAN Indonesia memiliki potensi laut yang melimpah belum bisa dioptimalkan, hal ini terbukti dengan negara kita yang terdiri dari lautan masih saja mengimport garam dari luar negeri, hal ini sangat memalukan dan tidak sewajarnya bangsa Indonesia yang tidak bisa mengoptimalkan produksi alamnya yang sangat melimpah dan
juga mempengaruhi
pendapatan suatu daerahnya. Kebutuhan garam nasional sekitar 1,839 juta ton per tahun terdiri atas garam konsumsi 855.000 ton dan garam industri 984.000 ton. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah menentukan formulasi model pemberdayaan usaha garam rakyat agar dapat mensukseskan swasembada garam industri tahun 2015. Pemberdayaan dioptimalkan dengan
perbaikan pengolahan
berbasis sustainable manufacturing dan reverse osmosis mikrokontroler. Penelitian ini dilakukan pada usaha garam industry di wilayah Jawa tengah meliputi Demak, Rembang dan Pati. Metode penelitian dengan melakukan pengamatan wilayah petani garam, kemudian melakukan identifikasi kinerja UKM garam dengan kuisioner. Kuisioner itu diolah dan digunakan untuk menentukan tingkat pemberdayaan usaha garam rakyat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek distribusi (43%),permodalan (36%) dan permintaan pasar (23%) memiliki tingkat pemberdayaan rendah sehingga butuh aksi tindak dari pemerintah dan perkumpulan petani garam melalui program pemberdayaan garam. Namun untuk aspek produksi,dengan tingkat pemberdayaan rendah (21,3%) membutuhkan optimalisasi proses
produksi dengan penerapan teknologi baru. Model
Pemberdayaan Kinerja usaha garam rakyat didasarkan pada aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar dan aspek sosial budaya yang terdiri dari strategi, aksi tindak, pihak-pihak yang terkait, dan prioritas jangka pendek dan prioritas jangka panjang. Dengan prioritas jangka pendek adalah optimalisasi teknologi terapan untuk proses produksi, perbaikan rantai distribusi dan informasi pasar yang berkelanjutan sehingga tercipta stabilitas usaha garam rakyat.
iv
PRAKATA
Segala puji hanya bagi Allah, karena rahmat, taufik serta hidayah-Nya, akhirnya penyusunan laporan akhir penelitian desentralisasi Hibah Bersaing 2014 yang berjudul “Pengembangan Model PUGAR berbasis Sustainable Manufacturing untuk Mensukseskan Swasembada Garam Industri” ini dapat diselesaikan. Keberhasilan tim peneliti tak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Untuk itu ijinkan pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat : 1. Pendidikan Tinggi (DIKTI) direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2. Bapak Dr. Ir. Edy Noersasongko, Mkom selaku rektor UDINUS 3. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UDINUS 4. Perkumpulan petani garam rakyat wilayah Jawa Tengah 5. Instansi-Instansi terkait : Dinas perindustrian dan perdagangan, Dinas Kelautan dan perikanan, balabkes provinsi Jawa Tengah. Akhirnya peneliti menyadari bahwa karena keterbatasan kemampuan, penelitian ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu segala kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini diterima penulis dengan senang hati. Peneliti tetapberharap, walaupun sekecil apapun semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang memerlukannya.
Semarang, 17 September 2014
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN............................................ ii RINGKASAN ………………………………………………………………….iii KATA PENGANTAR………………………………………………………….iv DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….v DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vi I.
PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1.
Latar Belakang …………………………………………….............……..1
1.2.
Rumusan Masalah…………………………………………..............…….2
II.
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….4
2.1.
Originalitas Penelitian……………………………………..........……….4
2.2.
Tinjauan Pustaka…………………………………………..........……….5
III.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………………….10
3.1.
Tujuan Penelitian…………………………………………...........………10
3.2.
Manfaat Penelitian………………………………………...........………..10
IV.
METODE PENELITIAN ……………………………………………….12 4.1.Lokasi penelitian………………………………………..........………….12 4.2.Penelitian tahun pertama………………………………..........………….12
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..15 5.1.Objek Penelitian………………………………………...........…………..15 5.2.Kondisi sosial ekonomi UKM UGAR………………….............………..17 5.3.Strategi Pemberdyaan Kinerja UGAR……………...........………………25 5.4.Proses pembuatan garam rakyat………………………............…………29
VI.
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA……………………………..……42 VII.
KESIMPULAN DAN SARAN………………………...………..43
DAFTAR PUSTAKA
vi LAMPIRAN-LAMPIRAN Kuisioner Dokumentasi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Namun potensi laut yang melimpah belum bisa dioptimalkan, hal ini terbukti dengan import garam. Negara kita yang terdiri dari lautan masih saja mengimport garam dari luar negeri hal ini sangat memalukan dan tidak sewajarnya bangsa Indonesia yang tidak bisa mengoptimalkan produksi alamnya yang sangat melimpah dan juga mempengaruhi pendapatan suatu daerahnya. Produksi garam dalam negeri hingga awal September 2011 tercatat mencapai 308.355 ton sehingga diperkirakan dapat memenuhi target produksi garam pada 2011. Dari jumlah tersebut, sebanyak 133.457 ribu ton di antaranya telah terserap oleh pasar dan stok garam saat ini adalah 174.898 ton dan untuk stok tahun 2012 belum terpenuhi (kompas,2012). Di Indonesia walaupun merupakan negara kepulauan, tetapi pusat pembuatan garam terkonsentrasi di Jawa dan Madura yaitu di Jawa seluas 10.231 Ha (Jawa Barat 1.159 Ha, Jawa Tengah 2.168 Ha, Jawa Timur 6.904 Ha) dan Madura 15.347 Ha. Luas areal yang dikelola oleh PT Garam hanya 5.116 Ha yang seluruhnya berada di pulau Madura yaitu di Sumenep 3.163 Ha, Pemekasan 907 Ha dan di Sampang 1.046 Ha. Lokasi lainnya yaitu di NTB seluas 1.155 Ha, Sulawesi Selatan 2.040 Ha, Sumatera dan lain-lain 1.885 Ha, sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar 30.658 Ha dimana 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat. Areal garam yang dikelola oleh PT. Garam produksinya 60 ton/Ha/tahun, sedang garam rakyat hanya 40 ton/Ha/tahun (PT. Garam Persero, 2000). Kebutuhan garam nasional sekitar 1,839 juta ton per tahun terdiri atas garam konsumsi 855.000 ton dan garam
industri 984.000 ton. Kebutuhan garam untuk industri sudah
menempati urutan teratas yaitu 76%, diikuti untuk kebutuhan industri pengeboran minyak (15%) dan jenis industri lain seperti kulit, kosmetik, sabun, dan es (9%). Kebutuhan garam
konsumsi untuk makanan merupakan
72%
sedangkan sisanya dibutuhkan
untuk bahan penolong dalam industri makanan. Konsumsi garam per kapita adalah 3 kg
2 per tahun per orang. Jawa Tengah memiliki potensi cukup tinggi sebagai penghasil garam. Daerah yang memiliki potensi yakni, Rembang memiliki luasan lahan garam sebanyak 1.584,42 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 4.120 orang yang bekerja disektor ini. Pada tahun 2010 produksi garam di Rembang mencapai 125.119,4 ton atau sekitar 6,8 persen dari kebutuhan garam nasional. Dengan luasan lahan 1.584,42 ha dan 1.058 orang pemilik garam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4.120 orang. Penerapan
program
pemberdayaan
usaha
garam
rakyat
(PUGAR)
untuk
mengintensifkan lahan garam dan mendongkrak produktivitas garam rakyat dinilai lamban. Penyaluran bantuan itu baru turun memasuki musim panen garam. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) perlu diberdayakan lagi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani garam dan mensukseskan swasembada garam industri pada tahun 2015. Dengan demikian perlu adanya kajian studi tentang pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) untuk mensukseskan
program
Program tersebut akan dioptimalkan dengan
swasembada garam industri tahun 2015. proses produksi berbasis suistanable
manufaktur dan pengolahan air reserve osmosis berbasis mikrokontroler (Rachmawati, 2010). Proses produksi berbasis sustainable manufacturing merupakan pengoptimalan proses dari hulu ke hilir sehingga keberlanjutan proses produksi dan produktivitas meningkat. Sedangkan reverse osmosis berbasis mikrokontroler untuk mengoptimalkan dan meminimalkan proses pengolahan garan yang masih tergantung sinar matahari sehingga output produksi dapat berupa garam dan air tawar.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan sebagai berikut: a) Mengidentifikasi kinerja usaha garam rakyat Jawa Tengah b) Menganalisis pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) berdasarkan aspek produksi, distribusi, permintaan garam industri Jawa Tengah. c) Menentukan tingkat pemberdayaan usaha garam rakyat di wilayah Jawa Tengah d) Mengidentifikasi proses pengolahan air laut menjadi garam industri e) Mengevaluasi proses produksi garam yang sedang berjalan agar produktivitas petani garam meningkat.
3
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang yang dihadapi, maka penelitian difokuskan pada analisa tingkat pemberdayaan usaha garam rakyat dan evaluasi proses produksi.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Originalitas Penelitian 2.1 State of The Art Pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) dilakukan dengan tahapan awal identifkasi kinerja usaha garam rakyat dari aspek ekonomi, sosial, produksi dan pemasaran. Kinerja yang optimal akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, hal itu sejalan dengan Setyaningrum (2012) yang menyatakan kinerja karyawan dipengaruhi oleh stimulus factor. Oleh sebab itu perlu dirumuskan strategi pemberdayaan usaha garam rakyat agar produktivitas meningkat sehingga mampu mensukseskan program swasembada garam industry tahun 2015. Penelitian ini menargetkan luaran pengolahan air laut adalah garam dan air tawar. Garam berkualitas dihasilkan melalui metode sustainable manufacturing yang ramah lingkungan. Proses pengolahan air laut menjadi garam yang ada saat ini masih bisa dioptimalkan, menurut Purbani (2010) proses pengolahan garam menggunakan proses kristalisasi. Hal tersebut sejalan dengan Wustoni (2013) menyatakan bahwa cara pengolahan
garam di Indonesia cenderung masih konvensional dan
bergantung
terhadap keadaan alam. Proses pengolahan garam di negara ini masih menggunakan prinsip penjemuran dengan sinar matahari dan membutuhkan waktu 10 – 15 hari. Proses pengolahan garam yang membutuhkan waktu sinar
lama dan terlalu bergantung terhadap
matahari yang akhir-akhir ini tidak menentu kondisinya, membuat garam hasil
produksi dalam
negeri tidak sebanding dengan permintaan masyarakat. Selain itu,
garam hasil produksi dalam negara yang hanya dijemur, kualitasnya masih jauh di bawah negara – negara yang dengan teknologi canggihnya dapat menghasilkan garam dalam waktu cepat namun dengan kualitas yang baik. Salah satu cara mengatasi masalah ini sekaligus untuk mewujudkan program pemerintah untuk melakukan swasembada garam konsumsi pada tahun 2012 dan garam industri pada tahun 2015 adalah dengan mencari suatu teknologi (aplikasi IPTEK) yang dapat mempercepat proses produksi garam, mulai melepaskan kebergantungan terhadap kondisi alam, namun tetap menghasilkan garam yang berkualitas dan dapat bersaing dengan garam impor.
5 Pada penelitian ini, hasil air limbah produksi garam akan diolah menjadi air tawar yang layak minum. Menurut Asfawi (2012) kualitas air minum masih perlu ditingkatkan , mengingat banyak depo air minum isi ulang yang belum standart proses pengolahannya. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Asfawi (2004) menyatakan bahwa sebagian besar usaha air minum isi ulang belum melakukan uji laboratorium produknya secara periodik. Teknologi yang diterapkan untuk merubah air limbah produksi garam menjadi air tawar menggunakan mikrokontroler untuk memonitor besarnya tekanan air yang bekerja pada sistem untuk mengetahui kualitas produk dari reverse osmosis. Prinsip kerja mengacu pada Rakhmawati,dkk (2010) membahas otomatisasi system pengolahan air laut menjadi air tawar menggunakan prinsip reverse osmosis microcontroller. Hal ini sejalan dengan Suprijono (2008) yang memanfaatkan mikrokontroler untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan merancang produk berbasis mikrokontroler seperti monitoring suhu dengan SMS, kontrol sistem keamanan, pengukur kadar CO2, pengukur Ph dan lain sebagainya. Penelitian sejenis yaitu Soejono (2012) yang merancang alat pemurni air payau menggunakan teknologi membran reverse osmosis untukmemenuhi kebutuhan air masyarakat daerah pesisir. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka proses rancang bangun pengolahan air laut menjadi garam dan air tawar menggunakan metode sustainable manufacturing berteknologi
reverse
osmosis
microcontroller, ditargetkan
akan
meningkatkan
pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) sehingga mampu mensukseskan program swasembada garam industri.
2.2. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Kondisi Terkini Produksi Garam Dalam Negeri Indonesia memiliki luas lautan lebih luas dibandingkan daratan. Namun pada kenyataannya hingga saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam dalam jumlah yang tidak sedikit dari negara lain, seperti Australia, Cina, dan India. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor garam pada Oktober 2010 berjumlah 154.782,6 ton (7,9 juta dollar AS) naik menjadi 275.027,2 ton (15,2 juta dollar AS) pada November 2010. Selama Januari-November 2010 Indonesia sudah mengimpor 1,8 juta ton garam dengan nilai 96,4 juta dollar AS. Rendahnya produksi garam di Indonesia diakibatkan oleh masih tradisionalnya sistem produksi yang digunakan oleh para petani garam.
6 Perkembangan ilmu pengetahuan tentunya harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Berbeda dengan negara-negara lain yang sudah mengadaptasi ilmu pengetahuan ke dalam sistem produksinya, masyarakat di Indonesia cenderung sulit untuk menerimanya. Hingga saat ini, mereka masih tetap memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi untuk memproduksi garam. Sehingga saat cuaca tidak mendukung, misalnya hujan atau mendung berkepanjangan, akan sangat mengganggu proses produksi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor kurangnya sosialisasi tentang bagaimana cara pengembangan produksi garam yang lebih efektif dan efisien dari lembaga lembaga yang memiliki bidang di pengembangan proses produksi garam dengan para petani garam. Sedangkan di sisi yang lain, para petani garam Indonesia juga kurang memiliki akses tentang perkembangan metode produksi
yang dapat
dikolaborasikan dengan IPTEK (Observasi Lapangan, November 2010). Bukan hanya dari segi kuantitas, kemurnian kristal garam produksi Indonesia pun masih rendah, hanya mencapai 94%. Sedangkan garam yang digunakan dalam industri non pangan harus memiliki tingkat kemurnian 99%. Matahari hanya mampu menguapkan air, bukan zat pengotor yang ada di dalam air laut. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses pemisahan pengotor untuk menghasilkan garam yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Proses pengolahan garam di Indonesia masih menggunkan metode kristalisasi dengan cara diuapkan seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses pembuatan garam evaporasi kadar NaCl tinggi (sumber : Purbani, 2010)
7
2.2.2. Strategi Pemberdayaan Strategi pemberdayaan yang dapat diupayakan menurut Kuncoro (2006) dapat diklasifikasikan dalam: a) Aspek
managerial,
yang
meliputi:
peningkatan
produktivitas/omset/tingkat
utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan sumberdaya manusia. b) Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal dan kemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU). c) Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem BapakAnak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak. d) Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri). e) Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan). Menurut
Assauri
(1993)
bentuk
pemberdayaan
UKM
yaitu
dengan
mengembangkan interorganizational process dalam pembinaan usaha kecil. Dalam praktek, struktur jaringan dalam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat dilakukan dalam bentuk inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha Kecil). 2.2.3. Sustainable Manufacturing Sustainable innovation merupakan inovasi yang berkelanjutan yang melibatkan aspek social, ekonomi dan lingkungan. Beberapa tahapan untuk menghasilkan inovasi yang berkelanjutan seperti pada Gambar 3 (Predeep, 2013).
8
Gambar 3. Tahapan menuju sustainable innovation Sustainable manufacturing mengkategori indikator oleh NIST didasarkan pada lima dimensi sustainable yaitu: kepedulian terhadap lingkungan, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, kemajuan teknologi, dan kinerja manajemen.
Gambar4. NIST indicator categorization structure Struktur kategorisasi NIST terdiri dari tiga dimensi utama dan dua dimensi tambahan. Dimensi utamanya yaitu keberlanjutan, ekonomi, lingkungan, dan social. Sedangkan sedangkan tambahan antara lain kemajuan teknologi dan manajemen kinerja.
Gambar 5. Key Componen of sustainability measurement infrastructure (Sumber : Rosnah, 2013)
12 2.2.4.Prinsip Reverse Osmosis Microcontroller Pemurni Air Laut Pada sistem
monitoring pengolahan air dengan menggunakan reverse
osmosis seperti Gambar 3.
Gambar 6. Pengolahan air dengan teknologi RO (sumber : Rakhmawati, 2010)
13 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah menentukan formulasi model pemberdayaan usaha garam
rakyat agar dapat mensukseskan swasembada garam industri tahun 2015.
Pemberdayaan
dioptimalkan
dengan
perbaikan
pengolahan berbasis sustainable
manufacturing dan reverse osmosis mikrokontroler. Tujuan khusus dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih spesifik sebagai berikut:
Tujuan khusus Tahun Pertama : a) Mengidentifikasi kinerja usaha garam rakyat Jawa Tengah b) Menganalisis
pemberdayaan
usaha
garam
rakyat
(PUGAR)
berdasarkan
aspek
produksi, distribusi, permintaan garam industri Jawa Tengah. c) Menentukan tingkat pemberdayaan usaha garam rakyat di wilayah Jawa Tengah d) Mengidentifikasi proses pengolahan air laut menjadi garam industri e) Mengevaluasi proses produksi garam yang sedang berjalan agar produktivitas petani garam meningkat.
3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Mahasiswa (praktikan) membantu pelaksanaan penelitian ini, akan dijadikan tugas akhir, yang merupakan bagian dari penelitian ini. Serta mampu melakukan pengujian statistika proses pemberdayaan usaha garam rakyat. b. Universitas Dian Nuswantoro Research pioneer ini diharapkan bisa dikembangkan sehingga mampu membantu petani usaha garam rakyat wilayah Demak, kudus dan rembang,serta mensukseskan swasembada garam Indonesia. c. Petani garam rakyat Membantu menyalurkan aspirasi petani kepada pemerintah dan memberikan problem solving atas permasalahan yang ada. d. Pemerintah Menjembatani suksesnya program swasembada garam Indonesia
14
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian dan Populasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha garam
rakyat di wilayah Jawa
Tengah, antara lain : Demak, Kudus dan Rembang. Populasi dan sampel penelitian adalah Usaha garam rakyat yang berjumlah 30. 4.2. Penelitian Tahun Pertama 4.2.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer. 4.2.2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tahun kedua meliputi (1) Kuesioner (2) FGD
(3) Wawancara Mendalam. Focused Group Discussion (FGD)
yang dilakukan melibatkan para pelaku usaha garam
pemerintah yang membuat
regulasi (Dinas Kelautan dan Perikanan, DISPERINDAG Kota Jawa Tengah, Dinkop Kota Jawa Tengah, BAPEDA Kota Jawa Tengah), asosiasi (KADIN, FEDEP,GTZ), Lembaga Akademis (UNDIP), Lembaga penelitian CEMSED Salatiga,
Perbankan,
Dekranasda
Kota
Jawa
UKSW
Tengah. Wawancara mendalam
dilakukan dengan 11 keypersons yang kompeten, terdiri dari pelaku usaha garam Jawa Tengah (1), Pemerintah (3), Asosiasi (3), Lembaga akademisi (2), Perbankan (1), Dekranasda Kota Jawa Tengah (1). 3.2.3. Teknik Alat Analisis 1. Analisis tingkat Keberdayaan Untuk menganalisis tingkat keberdayaan UKM GaramJawa Tengah digunakan analisis deskriptif. Tingkat keberdayaan UKM GaramJawa Tengah dilihat dari akses terhadap produksi, distribusi, permintaan pasar
dan sosial budaya.
2. Analisis Strategi Pemberdayaan Langkah untuk menentukan strategi pemberdayaan UKM Garam di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
15 a. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan guna memeroleh informasi mengenai pemberdayaan UKM garamJawa Tengah. Peserta FGD meliputi pelaku usaha garamJawa Tengah, pemerintah yang membuat regulasi (Dinas Kelautan dan Perikanan, DISPERINDAG Kota Jawa Tengah, dan paguyupan petani garam)
b. Wawancara mendalam
(In depth Interview) dengan Keypersons
yang berkompeten.
3. Model Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Jawa Tengah Berdasarkan
strategi
pemberdayaan,
maka
dapat
dirumuskan
model pemberdayaan UKM Garam di Jawa Tengah. Model pemberdayaan peningkatan kinerja UKM Garam di Jawa Tengah. Model pemberdayaan usaha garam seperti gambar dibawah ini :
Aspek
Produksi,
Distribusi, Permintaan Pasar, sosial buadaya
Strategi
Aksi
Pihak
Pemberdayaan
Tindak
Terkait
Prioritas Jangka Pendek dan Jangka Panjang
15 Tujuan: Identifikasi kinerja usaha
Model Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
garam rakyat
(PUGAR) Kondisi Sosial Ekonomi Petani Garam
Analisis kinerja
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
Pendidikan, tingkat upah,
Jumlah produksi,
budaya masyarakat
kontribusi ekonomi
Usaha Garam Rakyat
Aspek Produksi
Aspek Distribusi
Alat analisis: -R/C ratio
:
-ROA
-Struktural
TAHUN PERTAMA
-Valuue Added
-pemasaran
Identifikasi Tingkat Keberdayaan
Identifika si
Aspek Permintaan Pasar Alat analisis
Analisis statistik Deskriptif
& Powerless -------------Powered
optima lisasi sistem produksi garam
Strategi Pemberdayaan Identifikasi sistem produksi garam Pengolahan air laut
rakyat B
A
15
-
FGD : Pengusaha, Pemerintah, Akadem Indepth Interview: Pengusaha, Pemeri
16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Objek Penelitian Kuisioner pemberdayaan usaha garam rakyat disebarkan di wilayah Jawa Tengah khususnya daerah Demak, Kudus dan Rembang. Daerah-daerah tersebut merupakan sentra produksi garam seperti ditampilkan pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden sebanyak 40 kuesioner, dan yang kembali hanya 30 responden. Tingkat pengembalian sebesar 75% seperti pada Gambar 5.3.
Gambar 5.1. Peta Demak dan Kudus
Gambar 5.2. Pera daerah Rembang 16
17
Tabel 5.1 Hasil Penyebaran Kuesioner Keterangan Kuesioner disebar Kuesioner kembali Tingkat Kembalian Responden Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Jumlah 40 30 75 %
Gambar 5.3. Tingkat pengembalian kuisioner (prosentase) Objek yang teliti merupakan usaha garam rakyat yang berbentuk industri rumah tangga. Proses pengolahan dilakukan di lahan seperti pada Gambar 5.4 dan memiliki gudang penyimpanan seperti pada Gambar 5.5.
Gambar 5.4 Lahan pengolahan air garam 17
18
Gambar 5.5. Gudang penyimpanan garam
5.2. Kondisi Sosial Ekonomi UKM Usaha garam rakyat 5.2.1 Responden Menurut Usia Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, diperoleh profil responden menurut usia sebagai berikut: Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Usia Jenis Kelamin N < 40 6 41 - 50 13 >50 11 1 Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Persentase 20 % 43,3 % 36,7 %
Usia responden berkisar antara 31 – 76 tahun. Berdasarkan tabel 5.2, terlihat bahwa jumlah responden menurut usia pada penelitian ini didominasi oleh responden dengan kelompok usia 41 – 50 tahun, yakni sebanyak 13 orang (43,3%).
18
19
5.1.2. Responden menurut Jenis Kelamin Berdasarkan data primer yang dikumpulkan, diperoleh profil responden menurut jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
N
Laki-laki 25 Wanita 5 Sumber : Data primer yang diolah, 201
Persentase 83,3 % 16,7 %
Berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahwa jenis kelamin responden wanita sebanyak 5 orang (83,3 %) dan laki-laki sebanyak 25 orang (16,7%)
5.1.3. Responden Menurut Pendidikan Berdasarkan pendidikan, diperoleh profil responden menurut pendidikan sebagai berikut: Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pendidikan N (Orang) Persentase (%) SD 4 13,3% SMP 10 33,3 % SMA 11 36,7 % Diploma 1 3,3% S1 dan S2 4 13,3 % Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 5.4, pendidikan responden adalah SD sampai dengan Strata 2 (S2). Mayoritas pendidikan responden adalah SMA, sebanyak 11 responden (36,7 %). Sedangkan yang terendah adalah lulusan SD, sebanyak 4 responden (13,3 %).
20
5.2. Tingkat Keberdayaan Usaha garam rakyat Tingkat keberdayaan industri usaha garam di Jawa Tengah dianalisis melalui analisis diskriptif. Pengukuran tingkat keberdayaan tersebut dilakukan melalui beberapa aspek yang sangat penting untuk menunjukkan tingkat keberdayaan kinerja pengrajin Usaha garam rakyat. Aspek yang diukur meliputi aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar dan aspek sosial budaya. Dari hasil penelitian ditunjukkan masing-masing aspek sebagai berikut : Aspek Produksi Jenis garam yang banyak diproduksi adalah garam bahan baku industri, pola produksi mass production dengan dominasi area pasar local, meskipun bebrapa usaha telah memasuki pasar nasional. Dalam menjalankan usaha hanya sedikit yang memperoleh bantuan kredit. Peningkatan modal awal setelah menjalankan usaha berkisar 30%. Usaha beroperasi tergantung pada cuaca/musim. Bila musim mendukung (panas) hari kerja selama 6-7 hari per minggu dengan jam kerja 5-6 jam per hari. Memproduksi garam bahan baku industry relatif lebih singkat disbanding garam olahan konsumsi dengan selisih waktu 15-20 hari. Bahan baku mudah diperoleh mengingat usaha garam dekat dengan laut sebagai sumber bahan baku. Tenaga kerja mudah diperoleh, sebagain besar adalah family dari pemilik usaha dengan sistem borongan. Tenaga kerja terdiri dari tenaga penyiapan lahan, proses produksi, angkat junjung, dan admin atau lainnya. Total pengeluaran per tenaga per hari berkisar Rp200.000,-. Perlatan meliputi pompa, pralon, cangkul linggis, dll dengan total nilai berkisar antara Rp 1.500.000,- hingga Rp 3.000.000,-. Modal untuk menjalankan usaha sebagian besar modal sendiri, maksimal hanya 40% dari total jumlah usaha garam diwilayah demak, kudus dan rembang yang memperoleh
21
modal asing/pinjaman. Aset usaha seperti tanah, bangunan, mesin dan alat produksi sebagian besar adalah milik pribadi dari pemilik usaha garam. Pendapatan per bulan bervariasi berkisar antara Rp 20.000.000,- hingga Rp200.000.000,-.Waktu untuk mendapatkan bahan baku, tenaga kerja, alat relative mudah berkisar 1-2 minggu. Tidak ada hambatan dalam mencari bahan baku dan tenaga kerja, namun proses peralihan asset yang berupa tanah dan bangunan relatif sulit. Tingkat keberdayaan aspek produksi dapat dijelaskan melalui tabel 5.5. Tabel 5.5. Tingkat Keberdayaan Aspek Produksi
ASPEK PRODUKSI BAHAN BAKU Stok Bahan baku banyak Kemudahan mendapatkan Harga Bahan baku murah Kualitas bahan baku baik Ketersediaan pengganti bahan baku Rata-rata TENAGA KERJA Tenaga Kerja banyak tersedia Tenaga Kerja Mudah didapat Upah Tenaga Kerja murah Kualitas kerja baik ketrampilan mudah ditingkatkan Rata-rata MODAL butuh banyak modal usaha modal usaha mudah didapatkan biaya modal terjangkau alternatif sumber modal banyak modal mudah dialihkan untuk usaha lain Rata-rata
PERSENTASE TINGKAT KEBERDAYAAN 100 100 23,33 73,33 0 59,33
Tinggi
Tinggi 100 90,00 36,67 66,67 66,67 72,00 Rendah 50,00 43,33 40,00 40,00 6,67 36,00
22
TEKNOLOGI Teknologi terapan & modern Alat modern/canggih mudah didapatkan Harga alat modern terjangkau Alternatif teknologi tersedia Ketrampilan SDM meningkat Rata-rata Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2013
Rendah 6,67 6,67 3,33 26,33 63,33 21,33
Aspek Distribusi Sebagian besar (50%) pemilik usaha garam rakyat belum memiki pasar yang pasti untuk menjual produk garam, padahal di wilayah tersebut lebih dari 10 usaha garam rakyat memproduksi dan menjual produk yang sama. Penjualan masih didominasi pasar lokal dibanding nasional, dengan jumlah produksi garam bahan baku dan atau garam olahan konsumsi berkisar antara 50 Kg hingga 300 ton per musim. Pasar lokal meliputi Pekalongan, Tegal, Cilacap, Jepara, Demak, Kudus,dll. Sedangkan untuk pasar regional pernah menjual produk hingga wilayah Sumatra. Usaha garam yang menjual produk di wilayah lokal sebanyak 50-100%, sedangkan untuk pasar regional/nasional hanya 40% saja. Keunggulan dari produksi garam yang diproduksi adalah dari sisi ukuran dan rasa. Kesulitan dan hambatan yang dikeluhkan pemilik usaha meliputi harga produk relatif rendah, teknologi kurang optimal, daya beli masyarakat, persaingan yang sangat ketat. Rantai dispribudi produk yaitu produsen ke wiraniaga pabrik ke distributor/agen ke konsumen dan atau produsen ke pedagang besar ke konsumen. Tingkat Keberdayaan aspek produksi diukur melalui jangkauan pasar, kemudahan menjual, dan tersedianya saluran distribusi. Sebagian produsen usaha garam rakyat masih memasarkan hasil produksinya di wilayah lokal sekitarnya.
Pemasaran
usaha garam
dan beberapa kota
semarang belum banyak hingga ke tingkat
23
nasional ataupun internasional. Hanya 40% responden yang melakukan pemasaran hingga tingkat nasional.Untuk di tingkat internasional pun belum dilakukan secara kontinyu. Jika dilihat kemudahan menjual produk usaha garam rakyat, produsen masih merasa kesulitan. Hanya 50 % yang menyatakan mudah untuk menjual produknya. Sedangkan saluran distribusi yang digunakan masih menjual secara langsung dengan konsumen. Hanya sebanyak 43,3 % responden yang telah memiliki saluran distribusi yang baik. Aspek Usaha dan permintaan pasar Dalam menjalankan usahanya, hanya sebagian dari pemilik usaha yang mendapat bantuan dari lembaga keuangan lain. Sumber pinjaman yaitu koperasi dan bank, dengan tahun perolehan antara 2012-2014, sebesar 30-50 juta rupiah. Dalam memperoleh informasi harga produk ditentukan oleh tengkulak. Hal ini merupakan faktor yang paling dikeluhkan oleh pemilik usaha garam karena harga relatif rendah sehingga mereka tidak bisa berperan banyak untuk menentukan harga. Pemilik usaha garam bahkan belum memiliki target produksi yang pasti sehingga mereka tidak mengetahui jumlah garam yang dibutuhkan oleh pasar. Produk garam yang seperti apa yang harus diproduksi juga ditentukan tengkulak dan pemerintah. Teknik dan cara memproduksi garam sebagian besar diperoleh dari keluarga secara turun temurun meskipun kadang terdapat pelatihan. Bantuan peralatan juga pernah diberikan oleh pemerintah. Aspek permintaan pasar diukur melalui segmen pasar industri usaha garam rakyat, bentuk produksi untuk memenuhi permintaan konsumen, daya saing harga dan pengetahuan tentang informasi kebutuhan pasar. Pengadaan produksi usaha garam dilakukan secara masal atau secara pesanan (order). Hasil identifikasi keberdayaan usaha garam pada indikator harga, menunjukkan bahwa responden yang menyatakan
24
bahwa harga produk usaha garam dapat bersaing hanya sebesar 23 %. Selebihnya menyatakan tidak dapat bersaing. Sedangkan pengetahuan responden mengenai informasi kebutuhan pasar masih rendah, yaitu sebesar 20 %. Dari hasil identifikasi keberdayaan usaha garam pada aspek permintaan pasar dapat disimpulkan bahwa tingkat keberdayaannya masih dapat dikatakan rendah. Aspek sosial budaya dan keberlanjutan usaha Identifikasi keberdayaan yang diukur melalui aspek sosial budaya ditunjukkan melalui indikator pelestarian keberadaan usaha garam Semarang dan tingkat partisipasi pemilik usaha garam dalam aktivitas yang dilakukan oleh perkumpulan petani garam. Dari hasil identifikasi responden diperoleh bahwa usaha garam Semarang yang merasa mudah melestarikan usaha garam sekitar 80% namun masih terkendala harga dan proses produksi yang tergantung musim serta kurangnya teknologi terpan yang didapatkan. Sisanya masih merasa mudah untuk melestarikan. Sedangkan partisipasi dalam aktivitas perkumpulan pengusaha garam rakyat sekitar 78 %. Dari hasil identifikasi ini dapat disimpulkan bahwa pada aspek Sosial budaya dapat dikatakan tinggi. Keberlanjutan usaha garam dan semangat pengusaha garam untuk ingin tetap menjalankan usaha tergolong tinggi. Namun masih terkendala musim dalam berproduksi sehingga terjadi pergantian mata pencaharian saat musim hujan tiba.Bahan baku bersumber dari air laut, karena Indonesia merupakan negara maritim maka sampai saat ini belum mengalami hambatan tentang perolehan bahan baku garam. Proses produksi dapat berlangsung terus selama cuaca dan musim panas serta kondisi air laut tidak surut. Petani garam biasanya melakukan antisipasi dengan menampung bahan baku. Garam yang dihasilkan rata-rata terjual dalam wakti 1-2 minggu, disamping itu pemilik usaha
25
juga telah menyediakan gudang menyimpanan untuk menyimpan produknya. Hambatan yang dikeluhkan pemilik uasaha garam adalah modal, hatga produk, teknologi dan cuaca. Namun demikian sebagian besar pemilik usaha enggan berpindah meninggalakan usaha garam tersebut, mereka memanfaatkan keahlian lain seperti pertanian, perikanan untuk mengisi waktu mengganggur saat tidak dapat memproduksi garam. Berdasarkan keempat aspek tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa aspek produksi,aspek distribusi dan permintaan pasar tergolong rendah. Namun keberlanjutan usaha tergolong tinggi. Oleh sebab itu diperlukan strategi pemberdayaan yang mampu mengatasi permasalahan di ketiga aspek tersebut sehingga keberlanjutan usaha garam dan keberdayaan usaha garam meningkat. 5.3. Strategi Pemberdayaan Berdasarkan beberapa tanggapan mengenai tingkat keberdayaan pengrajin usaha garam rakyat pada Focus Discussion Group (FGD) yang dilakukan dari berbagai pihak, maka dapat dirumuskan strategi pemberdayaan kinerja usaha garam rakyat. Strategi pemberdayaan meliputi aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar, dan aspek sosial budaya. 5.3.1. aspek produksi Strategi pemberdayaan kinerja usaha garam rakyat pada aspek produksi meliputi : 1.
Tersedianya teknologi terapan dalam proses produksi yang tidak tergantung musim/cuaca
2. Pemberian bantuan modal usaha yang tepat sasaran 3. Penyelenggaraan pelatihan produksi usaha garam secara kontinyu 4. Tersedianya alternatif teknologi pengolahan garam untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk garam
26
5.3.2. Aspek Distribusi Strategi pemberdayaan kinerja usaha garam rakyat pada aspek distribusi meliputi : 1. Perbaikan sistem distribusi 2. Bantuan promosi baik secara lokal, nasional maupun internasional 3. Meningkatkan kerjasama tata niaga/ misi dagang 4. Perlu dukungan pemerintah promosi produk garam lokal dan mengurangi import garam
5.3.3. Aspek Permintaan pasar Strategi pemberdayaan kinerja usaha garam rakyat pada aspek permintaan pasar meliputi : 1. Penguasaan informasi pasar baik lokal dan nasional 2. Pemenuhan spesifikasi produk untuk memenuhi keinginan konsumen 3. Pemenuhan kualitas dan kuantitas garam sesuai keinginan konsumen 5.3.4. Aspek Sosial Budaya Strategi pemberdayaan kinerja usaha garam Semarang pada aspek sosial budaya meliputi : 1. Terciptanya iklim usaha yang kondusif terutama dalam persaingan harga 2. Menciptakan budaya mencintai garam dalam negeri bagi masyarakat 3. Fasilitasi pemerintah penentuan harga produk garam
5.4. Model Pemberdayaan Kinerja Usaha Usaha garam rakyat Peningkatan kinerja usaha usaha garam rakyat salah satunya ditentukan oleh ketepatan
dan
keberhasilan
strategi
pemberdayaan
yang
dilakukan.
Model
pemberdayaan kinerja bagi pengrajin usaha garam rakyat dirumuskan berdasarkan proses diskusi. Model pemberdayaan tersebut meliputi aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar, dan aspek sosial budaya. Model pemberdayaan dari masing-
27
masing aspek dapat dijelaskan melalui strategi, aksi tindak, pihak terkait dan prioritas pencapaian. 5.4.1. Aspek Produksi Model pemberdayaan kinerja usaha usaha garam rakyat pada aspek produksi dapat dijelaskan melalui Tabel 5.6 Tabel 5.6. Model Pemberdayaan Kinerja Usaha Usaha garam melalui Aspek Produksi Strategi
Aksi Tindak
Tersedianya teknologi produksi yang tidak tergantung musim Pemberian bantuan modal usaha yang tepat sasaran Penyelenggara an pelatihan produksi usaha garam secara kontinyu Tersedianya teknologi alternatif
Bantuan teknologi terapan produksi garam tidak tergantung musim Bantuan modal tepat sasaran secara finansial dan non finansial Pelatihan manajemen keuangan bagi pengrajin Kerjasama dengan pihak akademik dalam proses desain alat produksi garam yang tidak tergantung cuaca
Pihak Terkait Pemerintah Lembaga Penelitian Akademisi Pelaku bisnis Lembaga Keuangan Konsultan bisnis Perusahaan Lembaga sosial kemasyarak atan/ Perkumpul an petani garam
Jangka Pendek Melakukan pemberdayaan melalui : Menjalin kerjasama dengan akademisi dan LIPI terkait teknologi dan alat produksi Pelatihan proses produksi Bantuan modal baik sec finansial maupun non finansial.
Jangka Panjang Melakukan pemberdayaan melalui : Bantuan modal berkelanjutan Pelatihan manajemen dan teknologi usaha garam secara berkelanjutan Meningkatkan kerjasama dengan akademisi dan lembagapeneli tian pemerintah secara berkelanjutan
28
5.4.2. Aspek Distribusi Model pemberdayaan kinerja usaha usaha garam pada aspek distribusi dijelaskan melalui Tabel 5.7. Tabel 5.7. Model Pemberdayaan Kinerja Usaha garam melalui Aspek Distribusi Strategi Perbaikan sistem distribusi Bantuan promosi baik secaralokal & nasional Meningkatkan kerjasama tata niaga/ misi dagang Dukungan pemerintah support garam lokal
Aksi Tindak
Koordinasi dan perbaikan sistem distribusi Memberikan informasi tentang peluang pasar dalam negeri Kerjasama dengan agen/pedagang besar Menciptakan dan mengoptimal kan perkumpulan petani garam Optimalisasi penggunaan garam lokal dari pada garam import
Pihak Terkait Pemerintah Konsultan bisnis Perusahaan Akademisi Lembaga sosial masyarakat /Perkumpul an petani garam
Jangka Pendek Melakukan pemberdayaan melalui : Berantas tengkulak yang mengend alikan harga Bantuan promosi penjualan & distribusi garam lokal Indonesia Memberikan informasi peluang pasar
Jangka Panjang Melakukan pemberdayaan melalui : perbaikan rantai distribusi secaraberkela njutan Bantuan promosi berkelanjutan Pengurangan import garam secara bertahap hingga produk garam lokal Indonesia berperan besar memenuhi permintaan garam nasional Pemerintah membantu meciptakan cluster usaha garam rakyat
29
5.4.3. Aspek Permintaan Pasar Model pemberdayaan kinerja usaha garam Semarang pada aspek permintaan pasar dijelaskan melalui Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Model Pemberdayaan Kinerja Usaha garam melalui Aspek Permintaan Pasar Strategi Penguasaan informasi pasar lokal & nasional Pemenuhan spesifikasi produk untuk memenuhi keinginan konsumen Peningkatan kuantitas dan kualitas garam
Aksi Tindak Pemberian informasi pasar baik lokal & nasional maupun internasional Mengajak para pengusaha/petan i garam untuk memperhatikan/ mengikuti keinginan konsumen (rasa,ukuran, dan kualitas beragam) Menggalang pemakaian produksi usaha garam produksi lokal pada kalangan pemerintah dan masyarakat. Memberikan informasi dan bantuan teknologi / alat untuk peningkatan kuantitas dan kualitas garam
Pihak Terkait Pemerintah Perusahaan Akademisi Lembaga sosial masyarakat /Perkumpul an petani garam
Jangka Pendek Melakukan pemberdayaan melalui : Pemenuhan spesifikasi produk sesuai keinginan konsumen Pemberian informasi pasar baik lokal, nasional maupun internasional Pelatihan peningkatan kualitas dan kuantitas garam
Jangka Panjang Melakukan pemberdayaan melalui : Informasi pasar yang berkelanjutan Penggunaan produk garam lokal oleh pemerintah dan masyarakat secara berkelanjutan Bantuan aplikasi teknologi terapan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas garam
30
5.4.5. Aspek Sosial Budaya Model pemberdayaan kinerja usaha garam rakyat pada aspek sosial budaya dijelaskan melalui Tabel 5.9. Tabel 5.9. Model Pemberdayaan Kinerja Usaha garam melalui Aspek Sosial Budaya Strategi Terciptanya iklim usaha yang kondusif Menciptakan budaya penggunaan garam lokal Indonesia bagi masyarakat Fasilitasi pemerintah dalam penentuan persaingan harga
Aksi Tindak
Merancang peraturan daerah tentang perlindungan dan keberlangsungan industri garam rakyat Sosialisasi peraturan daerah kepada masyarakat Implementasi dan evaluasi peraturan daerah Menggalakkan budaya menggunakan garam lokal Indonesia pada masyarakat Pemerintah bersama akademisi memberikan pelatihan industri usaha garam.
Pihak Terkait Pemerintah Perusahaan Akademisi Lembaga sosial masyarakat /Perkumpul an petani garam
Jangka Pendek
Jangka Panjang Melakukan Melakukan pemberdayaan pemberdayaan melalui : melalui : Pemerintah Merancang memberikan roadmap jaminan industri usaha stabilitas garam guna usaha merancang Menggalakkan peraturan daerah tentang budaya industri garam menggunakan garam lokal Melaksanakan ndonesia sosialisasi secara peraturan berkelanjutan daerah Mengurangi ketergantungan garam import secara berkelanjutan
5.5. Proses pembuatan garam rakyat Lahan petani dalam satuan luas <1 ha dibuat petak kecil-kecil dengan ukuran ratarata 8 X 1 liter membujur dalam posisi timur-barat (menyesuaikan sinar matahari dan arah angin), untuk dibuat mejan (pemadatan tanah dengan tingkat kepadatan tertentu/diinjak tidak menimbulkan bekas). Dalam proses pembuatan mejan masingmasing dibuat persatuan dan dalam satu hamparan lahan seluas < 1 ha dibuat 8-9 petak mejan. Setelah pemadatan petak dibiarkan 3-4 minggu sehingga benar-benar kering dan siap diisi air laut.Akan tetapi sebelumnya salah satu petak diisi air laut
31
(Rochwulaningsih,2010). Akan tetapi sebelumnya salah satu petak diisi air terlebih dahulu agar menghasilkan air dengan kandungan NaCl tinggi (banyu tuwo ditandai oleh warna tampak keruh dan diraba terasa lengket) sebagai campuran (stimulan) dalam proses pembuatan garam pada mejan-mejan yang telah dipersiapkan. Dalam hal ini pengisian air laut dilakukan secara bergilir per-mejan hingga final, sehingga ketika memanen hasil dapat berlangsung terus secara bergilir setiap hari.Tampaknya pola produksi yang demikian dapat dimaksudkan sebagai bentuk strategi adaptasi ekonomi petani kecil. Petani garam yang membuat garam dengan cara produksi non kapitalis pada umumnya (85%) memanen garam setelah air laut di mejan selama 3-5 hari. Itu berarti begitu panen garam dimulai setiap hari, setiap hari petani dapat memanen secara bergilir dari mejan satu ke mejan berikutnya terus menerus sepanjang musim kemarau. Garam termasukdalam kelas mineral halida atau dikenal dengan nama halite,dengan komposisi kimia sebagai Natrium Klorida (NaCl) terdiriatas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorin (Cl). Garam ini,umumnya berada bersama gypsum dan boraks, sehingga akanterendapkan setelah gypsum terendapkan pada prosespenguapan air laut. Beberapa sifat garam atau Natrium Klorida yaitu bisa berbentukkristal atau bubuk putih dengansistem isomerik berbentuk kubus,bobot molekul 58,45 g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada0°C dan 39,2 g/100 g pada 100°C). Dapat larut dalam alkohol,tetapi tidak larut dalam asam Klorida pekat, mencair pada suhu801°C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya (1413°C).Hardness 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau,tidak mudah terbakar dan toksisitas rendah, serta mempunyaisifat higroskopik sehingga mampu menyerap air dari atmosfirpada kelembaban 75% (Chemical Index, 1993). Garam alami selalu mengandung senyawa Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Magnesium Bromida, dan senyawa runut lainnya, sehingga warna garam selain merupakan kristal transparan juga bisa berwarna kuning, merah, biru atau ungu.Sebelum mengkaji cara meningkatkan mutu garam rakyat perlu dilihat dulu komposisi air laut pada salinitas 35 ppt (3,5°Be) dapat dilihat pada Gambar 5.6.
32
Gambar 5.6. Komposisi air laut (Sumber : Adi, 2006) Air laut dengan kadar rata-rata seperti diatas mempunyai sifatsifat/kelakuan kristalisasi berdasarkan perbedaan kepekatan, seperti yang tercantum pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7. Tingkat kepekaan dan senyawa yang terendapkan dari laut (Sumber : Adi, 2006) Apabila pada proses pembuatan garam yang dilakukan hanya berdasarkan cara yang umum dilakukan pada proses penggaraman rakyat yaitu cara evaporasi total, produk garam yang dihasilkan kadar NaCl-nya kurang dari 80%.Jika dikaitkan dengan kadar NaCl sebagai komponen utama garam yang diinginkan maka jika tidak dilakukan pengolahan, NaCl yang dihasilkan dari air laut standar adalah sebesar 27,393 g/kg air laut yang salinitasnya 35 ppt, atau dengan kata lain NaCl yang dihasilkan kadarnya hanya 78,266 % (tanpa memperhitungkan kadar airnya), berarti tidak memenuhi kategori yang diinginkan yaitu kualitas I dan II.
33
5.5.1. Kondisi pertanian garam di Indonesia Berdasarkan pemanfaatannya garam dikelompokkan atas dua kelompok yaitu garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi berdasarkan SNI kandungan NaClnya minimal 94,7%, Sulfat, Magnesium dan Kalsium maksimum 2%, dan kotoran lainnya (lumpur dan pasir) maksimum 1% atas dasar persen berat kering (dry basis), serta kadar air maksimal 7%.Sumber garam antara lain dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah/tambang dan dari sumber air garam. Kualitas garam dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan NaCl dan kandungan airnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dibedakan 3 (tiga) kualitas garam, yang dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Gambar 5.8. Kualitas garam (Sumber : Adi, 2006) Untuk menghasilkan garam dengan mutu baik, maka senyawa-senyawa Kalsium dan Magnesium serta Sulfat harus terlebih dahulu diendapkan. Pada garam rakyat yang memanfaatkan model penguapan total, kadar garam tertinggi yang dapat dihasilkan relatif jarang mencapai 90%,sehingga dibutuhkan perlakuan-perlakuan khusus agar dihasilkan garamdengan kualitas tinggi.Dengan mengurangi secara keseluruhan kandungan Kalsium, Magnesiumdan Sulfat, kandungan NaCl pada garam dapat ditingkatkan menjadi98,49% (kadar air tidak diperhitungkan), dan bila 75% dari kadar Kalsium,Magnesium dan Sulfat dikurangi maka kandungan NaCl pada garamyang dihasilkan sebesar 95,06%. Tahapantahapan pengendapan senyawadalam air laut dapat dilihat pada Gambar 5.9 .
Gambar 5.9. Tahap pengendapan senyawa dalam air laut (Sumber : Adi, 2006) Hal ini sangat diperlukan karena bila mampu menghasilkan garam yang bermutu tinggi dengan kadar NaCl lebih dari 95%, Indonesia dapat mengantisipasi untuk tidak perlu lagi mengimpor garam berkualitas atau malah sebaliknya Indonesia dapat merencanakan
34
usaha nasional sebagai swasembada garam bahkan sebagai pengekspor garam bermutu terkemuka di dunia.Garam dengan kadar NaCl > 95%, masyarakat bisa membuatnya asal menggunakan cara-cara yang diterapkan untuk mengurangi kandungan Kalsium, Magnesium dan Sulfatnya. Sebagai manfaat langsung pada penghidupan masyarakat adalah dengan program peningkatan mutu garam akan dapat meningkatkan diversifikasi sumber penghasilan masyarakat dan Pemerintah Daerah. Kualitas garam konsumsi seperti yang telah disebutkan diatas yaitu menurut SNI adalah minimal mengandung NaCl sebesar 94,7 % yang masuk kedalam kisaran kualitas baik atau K II.Garam konsumsi selain mempunyai nilai sesuai dengan SNI juga harus mengandung iodium sebesar 30 – 80 ppm, oleh karena itu dalam proses pembuatannya harus ada iodisasi yaitu penambahan iodium. Tabel 5.10. Perbandingan garam rakyat dan garam import Variabel
Garam Impor
Garam Rakyat (Data Sekunder, Asumsi Sama dengan Di Lokasai Penelitian)
Kandungan NaCl
> 92%
85-90%
Warna
Lebih putih
putih
tidak
mengkilat
dengan butir-butir kristal yang tidak begitu keras (garam muda)
Standar SNI
kualitas I (Garam yang telah Belum SNI memenuhi
SNI
sebagai
garam bahan baku untuk industri garam beryodium) Proses menuju garam briket Lebih hemat karena hanya Pemisahan Pencucian atau garam beryodium
membutuhkan
proses Penirisan Pengeringan
pengemasan dan pelabelan. Penyaringan Iodisasi Meskipun harga lebih tinggi (Rp
450,-/kg,Data
2005),
tetapi
tahun Pelabelan biaya
prosesingnya sangat efisien dan murah. Proses:
Pengemasan
Iodisasi
Pengemasan Pelabelan
35
5.5.3. Teknologi Dan Proses Pembuatan Garam Konsumsi Bahan baku pada pembuatan garam terutama adalah air laut, diperlukan teknikteknikkhusus agar mineral-mineral yang kurang dikehendaki dapat dipisahkan. Mineral yangcukup banyak di dalam garam yang berasal dari air laut adalah Natrium, Magnesium,Kalsium, Klorida dan Sulfat. Apabila Kalsium dan Magnesium dapat dipisahkan, makaSulfat-nya juga akan terikut sehingga diharapkan garam yang dihasilkan mengandungkadar NaCl > 95%. Untuk proses pembuatan garam dibutuhkan lahan yang dekat dengan laut, mempunyaiporositas tanah rendah atau tanahnya tidak berpasir. Sumber air laut yang digunakanharus bersih/tidak terkontaminasi dengan air limbah kota. elain itu topografi dan sifatfisik tanah serta iklim sangat berpengaruh pada proses pembuatan garam evaporasi. Lahan untuk garam dibuat berpetak-petak untuk memisahkan bahan garam yangkualitasnyarendah dengan kualitas yang lebih baik.Selain itu, dibutuhkan bahan kimiapembantu atau dengan treatment biologi (budidaya Artemia) agar material yang kurangdiinginkan dapat dipisahkan. Namun yang paling baik adalah dengan menggunakanPeminian dan penggabungan dengan budidaya Artemia agar garam-garam Kalsiumdan Magnesium dapat terendapkan sehingga menghasilkan garam yang mengandungkadar NaCl >95% serta ada hasil sampingan berupa sista dan biomassa Artemia. Teknologi pembuatan garam yang umum dilakukan adalah dengan metode penguapanair
laut/evaporasi
dengan
tenaga
surya.
Cara
lain
adalah
dengan
metodepenguapan air laut/brine/air garam dengan bahan bakar, elektrodialisis (ion exchangemembrane) dan dengan metode penambangan garam dari batuan garam (rock salt).
5.5.3.1.Konstruksi Tambak Garam Ada dua macam konstruksi penggaraman yang dipakai di Indonesia: 1. Konstruksi tangga (getrapte) Yaitu konstruksi yang terancang khusus dan teratur dimana suatupetak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yangkomplit, terdiri dari peminihan-peminihan dan meja-meja garam dengan konstruksi tangga, sehingga aliran air berjalan secara alamiah (gravitasi). 2. Konstruksi komplek meja (tafel complex)
36
Yaitu
konstruksi
penggaraman
dimana
suatu
kompleks
(kelompok-kelompok)
penggaraman yang luas yang letaknya tidak teratur (alamiah) dijadikan suatu kelompok peminihan secara kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan dialirkan ke suatu meja untuk kristalisasi. Konstruksi tambak garam dan Artemia lebih baik menggunakan konstruksi tangga dengan memanfaatkan adanya aliran air berjalan secara alamiah (gravitasi) dikarenakan biaya lebih murah dengan tidak memerlukan pompa lagi dalam memindahkan air laut. Prinsip dasar dari proses pembuatan garam yang dilakukan adalah menghasilkan garam yang kualitasnya lebih baik. Untuk itu, diperlukanstudi lapangan yang menunjang kualitas garam dengan mendapatkanlokasi penggaraman yang ideal, antara lain kondisi lahan/tanah yangdigunakan, kemiringan, uji laboratorium, termasuk kondisi iklim dansebagainya, sehingga dihasilkan garam sesuai kualitas yang diharapkan. Syarat lokasi untuk konstruksi pembuatan tambak garam yang baikadalah sebagai berikut: 1) Data iklim dan cuaca yang diperlukan yaitu :
Evaporasi / penguapan tinggi (rata-rata > 650 mm/tahun)
Kecepatan dan arah angin (>5 m/detik)
Suhu udara (>32C)
Penyinaran matahari (100%)
Kelembaban udara (<50% H)
Curah hujan (rendah yaitu antara 1000 -1300 mm/tahun atau100 mm/bulan)
Musim kemarau panjang yang kering tanpa diselingi hari hujan,untuk menghasilkan produksi garam yang normal, diperlukankemarau kering yang terus menerus atau jumlah hari tanpahujan minimal 140 hari (14 dekade)
2) Air laut sebagai air baku dalam pembuatan garam harus memenuhi persyaratan:
Kadar garam tinggi dan tidak tercampur aliran air dari muarasungai yang tawar
Jernih dan tidak tercampur dengan lumpur maupun sampah
Pada saat air laut pasang, mudah mengalir ke saluran dan petakpenampungan
sehingga tidak sulit untuk dipompa ke arealladang garam
Kondisi pasang surut dan salinitas air laut. Diperlukan kondisidengan beda pasang maksimum dan surut minimum sekecilmungkin dan salinitas air laut sebagai bahan baku garam antara25 - 35 ppm.
3) Struktur dan morfologi tanah untuk ladang garam: tanah haruskedap air, ketinggian maksimal 3 meter diatas permukaan rerata airlaut dan harus cukup luas, sebaiknya untuk luas ladang garamperorangan antara 2 - 5 Ha, sedangkan perusahaan besar minimal4000 Ha.
37
4) Topografi: Dikehendaki tanah yang landai atau kemiringan kecil.Untuk mengatur tata aliran air dan meminimilisasi biaya konstruksi 5) Sifat fisis tanah: Permeabilitas rendah. Pasir : Permeabilitas tinggi. Tanah liat : Permeabilitas rendah, retak pada kelembaban rendah. Untuk peminihan tanah liat untuk penekananresapan air (kebocoran). Untuk meja garamcampuran pasir dan tanah liatguna kualitas dan kuantitashasil produksi 6) Saluran yang baik Agar tanah pada kolam pengkristalan tetap keras dan tidaklembek (karena kontak langsung dengan air garam), maka padakolam-kolam pengkristalan harus memiliki saluran-saluranpengumpul/pembuang
larutan
garam
sisa.
Sehingga
kristal-
kristalgaram yang telah terbentuk pada kolam-kolampengkristalan tidak tercampur dengan air larutan garam sisayang juga akan melembekkan lapisan tanah serta membuatpermukaan kolam pengkristalan tidak rata. 7) Bebas dari gangguan kehidupan baik tanaman maupun hewan
5.5.3.2.Tahapan Pembuatan Garam Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut terdiri dari langkah-langkahproses pemekatan
(dengan
menguapkan
airnya)
dan
pemisahan
garamnya(dengan
kristalisasi).Bila seluruh zat yang terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiridari campuran bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanyaNatrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat yang tidakdiinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikiandisebut “kristalisasi total” (Rochwulaningsih, 2013). Penampungan Air Laut Setelah melakukan pembuatan konstruksi tambak dilakukan pengeringan petak penampungan, peminihan serta mejakristalisasi untuk mendapatkan garam yang berkualitas baikterhindar dari tercampurnya lumpur di dasar kolam dengan airtua bakal garam. Tahapan pembuatan garam bermutu dimulai denganpenampungan air laut dimana diharapkan air laut yang masukadalah air laut yang berkualitas bebas dari limbah dan jauh darimuara sungai diharapkan jarak dengan laut kurang dari 10 kmuntuk menghindari terjadinya pengkristalan air laut dari tepipantai ke lokasi penggaraman.
38
Pada bak penampungan diharapkan salinitas sudah lebih dari 35ppt (3,5 °Be), di bak ini diharapkan terjadi pengendapan partikellumpur yang ada dalam air laut sekaligus terjadi evaporasi, sehinggaterjadi kenaikan salinitas berkisar antara 50 ppt (5 °Be) - 100 ppt(10 °Be) yang kemudian dipindahkan ke kolam peminihan I. Didalam bak penampungan ini pekerjaan Kesap Guluk (K/G)pertama dilakukan setelah air meja mencapai salinitas 40 ppt- 60 ppt (4 °Be - 6 °Be). Peminihan Air laut yang keluar dari bak penampungan diharapkan bersalinitaslebih dari 50 ppt (5 °Be) dimasukkan ke dalam peminihan I.Dimana dalam bak ini diharapkan terjadi pengendapan partikellumpur kembali serta sebagian senyawa Magnesium, Kalsiumdan Sulfat mengendap pada tahapan ini. Pada bak peminihan I mulai ditambahkan Oksalat atau Karbonatuntuk membentuk senyawa Magnesium Oksalat/MagnesiumKarbonat, Kalsium Oksalat/Kalsium Karbonat agar Magnesiumdan Kalsium mengendap.Selain dengan penambahan Oksalatatau Karbonat dalam bak ini juga dapat ditebar (inokulasi) Artemiayang dapat membantu mengurangi senyawa yang tidak diperlukandalam pegaraman.Pada peminihan I ini diharapkan kenaikan salinitas mencapai150 ppt (15 °Be). Kemudian air disalurkan pada bak peminihanII, dalam peminihan II ini pengendapan juga terjadi sehingga airlaut (brine) yang akan masuk ke dalam kolam kristalisasi I sudahtinggi dengan senyawa NaCl yang akan menjadi garam. Padakolam kristalisasi II dimana salinitas sudah mencapai > 150 ppt(15 °Be) dilakukan pekerjaan Kesap Guluk II (K/G II) yangdilakukan setelah air meja mencapai salinitas 180 ppt – 220 ppt(18 °Be - 22 °Be) dan meja/kolam diatasnya dilakukan KesapGuluk II (K/G II) dengan perlakuan yang sama . Kristalisasi Air laut yang diasumsikan sudah mengandung NaCl pekat daribak peminihan II dengan salinitas mencapai 250 ppt (25 °Be)masuk ke dalam kolam kristalisasi atau meja garam. Pada kolamini diharapkan NaCl yang terkandung dalam air laut sebesar >98 %.Pada kolam kristalisasi atau meja garam I ini diharapkansalinitas naik menjadi 280 ppt (28 ° Be), baru air dikirim masukke meja kristal/garam II. Kolam kristalisasi II atau meja garam II NaCl yang terendapkan> 72% dan air yang masih ada dikenal sebagai air bittern dapatdimanfaatkan untuk kesehatan. Air bittern banyak mengandungsenyawa Magnesium yang dapat dimanfaatkan sebagai suplemenkesehatan, selama ini air bittern selalu dibuang para pegaram,dengan dikenalnya bittern sebagai suplemen kesehatan/obatdan adanya penampungan dalam pemasaran bittern diharapkandapat sebagai sumber pendapatan sampingan dari pegaramselain
39
garam.Pada proses kristalisasi perlu diperhatikan pemeliharaan mejagaram dan dilakukan aflak (perataan permukaan dasar garam). Perawatan Dan Pemantauan Selama proses pegaraman diharapkan selalu ada pemantauandan perawatan dari lokasi pegaraman baik pemantauan darimasuknya debit air laut ke dalam kolam penampungan, kenaikansalinitas pada tiap-tiap kolam pegaraman juga terhadap tanamanserta hewan penganggu di areal tambak. Semua itu harusdipantau setiap hari karena dapat mengganggu prosespegaraman. Panen Pemanenan dilakukan dengan cara pungutan garam, jika umurkristal sudah 10 hari, dengan pengaisan garam dilakukan hati-hatiserta ketebalan air meja 3 – 5 cm. Cara ini meliputi jadwalpungutan yang rutin, umur kristalisasi garam 10 hari dan jadwalpengerjaan tanah meja (pengerasan dan pengeringan).Demikian pula kemungkinan dibuatkan alas meja dari kristalgaram yang dikeraskan, makin keras alas meja makin baik.Pengangkutan garam dari meja ketimbunan membentuk profil(ditiriskan) kemudian diangkut ke gudang atau siap untuk prosespencucian Gambar 19 dan 20. Pungutan garam sendiri ada 2 sistem yaitu: a. Sistem Portugis Pungutan garam di atas lantai garam, yang terbuat darikristal garam yang dibuat sebelumnya selama 30 hari,berikut tiap 10 hari dipungut. b. Sistem Maduris Pungutan garam yang dilakukan di atas lantai tanah, selamaantara 10–15 hari garam diambil di atas dasar tanah. Proses pencucian dilakukan bertujuan untuk meningkatkankandungan NaCl dan mengurangi unsur Mg, Ca dan SO4(Magnesium, Kalsium dan Sulfat) serta kotoran lainnya. Airpencuci garam semakin bersih dari kotoran akan menghasilkangaram cucian lebih baik atau bersih. Air pencuci juga memilikipersyaratan yaitu 1) air garam (brine) dengan kepekatan 200ppt -240 ppt (20 °Be-24 °Be) dan 2) kandungan Mg = 10 g/liter.
5.5.4. MODEL PEMBUATAN GARAM BERMUTU Model yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu garam rakyat adalah denganmodel pengendapan Kalsium, Magnesium dan Sulfat yang terkandung dalam air lautsebelum garam NaCl-nya dikristalisasikan.Ada dua model yang dapat dikembangkan yaitu mengendapkan Kalsium dan Magnesiumsebagai Karbonat dan Oksalat, sedang dalam bentuk garam Sulfat dilaksanakan denganmodel kristalisasi bertingkat. Selain itu,
40
lumpur yang merupakan pengotor utama darigaram rakyat perlu pula diendapkan, sehingga dapat diperoleh garam rakyat dengankemurnian tinggi.
Pengendapan Model Karbonat Dengan
memperhatikan
kelarutan
Kalsium
dan
Magnesium
dalam
bentukKarbonatnya (CaCO3: 4,0 x 10-9, MgCO3 : 1,0x10-5), diharapkansenyawa Kalsium dan Magnesium sudah terendapkan terlebih dahulupada kepekatan larutan garam sekitar 18 – 23 Be. Kalsium Sulfat(kelarutan 1,2 x 10-6) juga sudah ikut terendapkan, sehingga pada proseskristalisasi garam pada kepekatan di atas 25 Be, kandungan Kalsiumdan Magnesium dalam garam yang dihasilkan sudah menurun. Pembentukan Kalsium Karbonat dan Magnesium Karbonat diharapkandari kandungan CO2 yang ada di air laut atau sengaja diperlakukan agarkandungan CO2 di air laut yang digunakan sebagai bahan baku pembuatangaram meningkat. Sebagai sumber CO2 dapat digunakan NatriumKarbonat (Na2CO3) atau Natrium Bikarbonat (NaHCO3) atau denganmenggunakan sumber CO2 alami (dari ikan dan zooplankton atauArtemia). Pengendapan Model Oksalat Dengan
memperhatikan
kelarutan
Kalsium
dan
Magnesium
dalam
bentukOksalatnya (CaC2O4 :4,8 x 10-9, MgC2O4 : 1,0 x 10-8), diharapkansenyawa Kalsium dan Magnesium sudah terendapkan terlebih dahulupada kepekatan larutan garam sekitar 18 – 23 Be, Kalsium Sulfat(kelarutan 1,2 x 10-6) juga sudah ikut terendapkan, sehingga pada proseskristalisasi garam pada kepekatan di atas 25 Be, kandungan Kalsiumdan Magnesium dalam garam yang dihasilkan sudah menurun. Kalsium Oksalat dan Magnesium Oksalat diendapkan denganmenambahkan asam Oksalat ke dalam air baku pembuatan garam.Berdasarkan kelarutannya, maka pada kepekatan larutan garam sekitar20 Be, senyawa Kalsium dan Magnesium Oksalat sudah terendapkan.Walaupun
demikian
model
yang
dianjurkan
adalah
menggunakan
NatriumKarbonat, karena bahannya mudah didapat dan harganya murah. Iodisasi Iodisasi garam adalah memberikan atau menambahkan larutan Iodium kedalam garamdengan perbandingan tertentu. Iodisasi dilakukan hendaknya setelah garam mengalamiproses pengeringan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kehilangan KIO3dalam kondisi basah. Ada 2 cara pemberian larutan KIO3 pada garam yaitu: 1. Drip feeding system 2. Spray mixing system
41
1. Cara Pelarutan KIO3 dengan Air Untuk memperoleh kadar KIO3 dalam 30-80 ppm, maka larutan yang digunakandengan perbandingan 1 : 15 atau kata lain 1 Kg KIO3 dilarutkan dalam airlaut atau air tawar sebanyak15 liter, untuk 15 ton garam. 2. a. Persyaratan Bahan Penolong Persyaratan KIO3: Jenis Bahan : Food Grade Kandungan : 90% Ukuran Mesh : 100 Mesh Logam berbahaya : Nihil (Pb,Hg,Zn,Cu,As) b. Persyaratan Air Pelarut Air yang digunakan sebagai pelarut KIO3 adalah air laut bersih atau air tawarsetara dengan air minum. 3. Bahan Baku Garam yang digunakan sebagai bahan baku garam beriodium adalah garam yangputih, bersihdan kering (kadar air 57%). Apabila kedua hal tersebut diatas tidakterdapat di dalam garam yang akan digunakan sebagai bahan baku, maka harusdilakukan pencucian terlebih dahulu sampai putih dan bersih. Garam harus memenuhi persyaratan: 1. Ukuran partikel/butirannya tidak lebih besar dari 2 cm, sebaliknya 1 sampai1,5 cm. 2. Kadar airnya rendah (24%) dalam prakteknya ditoleransi sampai 5%. 3. Mempunyai sifat bebas mengurai. 4. Mempunyai bulk density (berat jenis) kira-kira sama dengan air (1 ton tidaksama m3) = 1 kg/dm.
42
Gambar 5.10. Model PUGAR wilayahJawa Tengah
43
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana tahap berikutnya adalah mengimplementasikan aksi tindak jangka pendek tentang teknologi terapan berkaitan dengan proses produksi yang tidak tergantung cuaca, serta aplikasi teknologi tersebut kepada petani garam rakyat. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah : 1. Dari hasil penelitian tahun pertama,dilakukan investigasi lebih lanjut tentang peralatan dan teknologi produksi garam rakyat yang tidak tergantung cuaca, ramah lingkungan dan biaya terjangkau. 2. Melakukan Focus Grup Disscusion (FGD) dengan perkumpulan petani, pemerintah, lembaga penelitian dan akademi terkait perancangan dan penerapan teknologi terapan. 3. Merancang
proses
produksi
garam
dengan
pendekatan
Sustainable
manufacturing. 4. Merancang pengolahan air garam dengan teknologi reverse osmosis mikrokontroler sehingga dapat mengubah air limbah menjadi air tawar. Melakukan perancangan
teknologi terapan dalam bentuk peralatan yang
mendukung sistem produksi yang tidak tergantung cuaca, ramah lingkungan dan harga terjangkau. 5. Penerapan mikroji coba peralatan produksi di petani garam rakyat dan sekaligus melakukan monitoring selama pelaksanaannya. Teknik analisis ang digunakan adalah Seven tools dan SWOT
44
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disajikan beberapa simpulan yang didasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan serta diberikan saran penelitian dan untuk penelitian berikutnya. 7.1. Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari analisis keberdayaan dapat disimpulkan sebagai berikut : a.
Aspek Produksi secara keseluruhan menunjukkan hasil empat indikator memiliki tingkat keberdayaan yang tinggi, yaitu sebesar 59,33% dan tenaga kerja memiliki tingkat pemberdayaan tinggi yaitu 72%. Sedangkan modal memiliki tingkat pemberdayaan rendah yaitu 36% dan teknologi terapan dan modern memiliki tingkat pemberdayaan yang rendah yaitu 21,33%.
b. Aspek Distribusi secara keseluruhan juga menunjukkan hasil yang rendah (< 50%), baik dari indikator jangkauan pasar dan kemudahan menjual produk. c. Tingkat keberdayaan aspek permintaan pasar dapat dijelaskanbahwa harga produk usaha garam dapat bersaing hanya sebesar 23 %. Selebihnya menyatakan tidak dapat bersaing. Sedangkan pengetahuan responden mengenai informasi kebutuhan pasar masih rendah, yaitu sebesar 20 %. d. Aspek sosial budaya ditunjukkan dengan kemudahan responden dalam melestarikan usaha garam dan keikutsertaan dalam aktivitas paguyuban usaha garam rakyat yang masih tinggi. (> 50%). Keberlanjutan usaha garam dan semangat pengusaha garam untuk ingin tetap menjalankan usaha tergolong tinggi. Namun masih terkendala musim dalam berproduksi yang tergantung cuaca sehingga kuantitas garam tidak maksimal. 2. Model Pemberdayaan Kinerja usaha usaha garam rakyat didasarkan pada aspek produksi, aspek distribusi, aspek permintaan pasar dan aspek sosial budaya yang
45
terdiri dari strategi, aksi tindak, pihak-pihak yang terkait, dan prioritas jangka pendek dan prioritas jangka panjang. Dengan prioritas jangka pendek adalah optimalisasi teknologi terapan untuk proses produksi, perbaikan rantai distribusi dan informasi pasar yang berkelanjutan sehingga tercipta stabilitas usaha garam rakyat. 3. Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi garam rakyat di wilayah Jawa Tengah menunjukkan bahwa produksi/pengolahan air laut menjadi garam masih tergantung musim/cuaca. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab belum maksimalnya kuantitas dan kualitas garam produksi lokal Indonesia. Sehingga produk garam tersebut belum mampu diandalkan untuk memenuhi kenutuhan garam nasional.
46
7.2. Saran Dari hasil penelitian sementara dapat disarankan bahwa : 1. Perlunya dirumuskan strategi pemberdayaan yang dapat meningkatkan dan mengembangkan produksi garam. 2. Perlunya validasi model pemberdayaan kinerja usaha, yang dapat diaplikasikan oleh petani secara praktis, sehingga kinerja pengrajin usaha garam rakyat meningkat. 3. Perlu adanya keterlibatan berbagai pihak (akademisi, bisnis, pemerintah dan masyarakat) agar tujuan pemberdayaan pengrajin usaha garam rakyat dapat tercapai. 4. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melakukan validasi model, agar dapat diaplikasikan pada usaha usaha garam rakyat khususnya, dan pada usaha usaha garam pada umumnya.
47 DAFTAR PUSTAKA Adi, T.Y, dkk, 2006, Buku Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia, Penerbit: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Non Hayati Bidang Riset Kalautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. Assauri, Sofjan. (1993), "Interorganizational Process Dalam Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah", Manajemen dan Usahawan Indonesia, no.6, tahun XXII, Juni, h. 21-26. Asfawi, S. (2004). Analisis faktor yang berhubungan kualitas baktei AMIU Semarang. Skripsi Asfawi, S. (2012). Rancang bangun e-Health Penjaminan kualitas AMIU untuk mensukseskan Indonesia sehat. Hibah Bersaing. Anomsari, A dan Setyaningrum, R(2013).Implementasi model pemberdayaan UKM batik dalam upaya mengangkat kearifan local batik di Semarang. Hibah Bersaing. Hidayat, R.
2011, Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Dengan
Menggunakan Energi Matahari, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (Skripsi). Kompas.com. Tanggal akses 26 September 2012. Garam sesuai standart mutu. Predeep (2013). Make the most of your energy. International Seminar of Industrial and Management. Kristi, A. L., Taslim, C.M., Soetrisnanto, D. 2013, Rekristalisasi Garam Rakyat dari Demak untuk Mencapai Garam Industri, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2 No 3 Tahun 2013, hal. 217-225, PT. Garam Persero(2006).Upaya perbaikan kualitas garam. Purbani (2010). Proses pembentukan kristalisasi garam. Dinas kelautan dan perikanan. Rachmawati,R., Dianti,Z.T dan Eko, H (2010). Otomatisasi system pengolahan air laut menjadi
air
tawar
dengan
prinsip
reverses
osmosis
berbasis
mikrokontroler.Skripsi.ITS. Rochwulaningsih, Y. 2010,
Marginalisasi Garam Rakyat, Penerbit: CV Madina
Semarang. Rochwulaningsih, Y., Utama, M.P. 2013 Tipologi Sosiokultural Petambak Garam di Indonesia, Jilid 1. Penerbit: UNDIP Press. Rosnah, Y (2013). Innovation ini manufacturing growth.International Seminar of Industrial and Management.
for
sustainable
48 Setyaningrum, R (2012). Rancang bangun e-Health Penjaminan kualitas AMIU untuk mensukseskan Indonesia sehat. Hibah Bersaing. Soehono, ES., Azfah,A dan Dewi,LK (2012). Rancang bangun alat pemurni air payau sederhana dengan membrane reverse osmosis untuk memenuhi kebutuhan air minum daerah pesisie. Suprijono, H (2008). Perancangan pengukur CO2 menggunakan mikrokontroler. Widayat, 2009, Production of Industry Salt with Sedimentation-Microfiltration Process: Optimazation of Temperature and Concentration by Using Surface Response Methodology, Jurnal TEKNIK – Vol. 30 No. 1 Tahun 2009, ISSN 0852-1697.
49
BIODATA KETUA TIM PENELITI A. Diri
Identitas
1
Nama lengkap (dengan gelar)
RATIH SETYANINGRUM
2
Jabatan Fungsional
LEKTOR/IIIB
3
Jabatan Struktural
-
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
0686.11.2007.335
5
NIDN
0603108101
6
Tempat dan Tanggal Lahir
SEMARANG, 3 OKTOBER 1981
7
Alamat Rumah
8
Nomor Telepon/Faks/HP
Jl. KEDUNGMUNDAU SEMARANG 024-3555628/-/ 08156669167
9
Alamat Kantor
Jl. NAKULA I No. 5-11 SEMARANG
10
Nomor Telepon/Faks
024-3555628
11
Alamat e-mail
[email protected]
12
Lulusan yang telah dihasilkan
S1= 20orang, S2=-orang, S3=- orang
13
Mata kuliah yang diampu
1.
Analisis Perancangan Kerja
2.
Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi
3.
Perancangan Teknik Industri
4.
Pemodelan Sistem
B.
(P)
RAYA
26
Riwayat Pendidikan
S-1 Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun MasukLulus Judul Skripsi/Thesi s/ Disertasi Nama Pembimbing / Promotor
Universitas Indonesia Yogyakarta
S-2 Islam Universitas Gadjah Mada
Teknik Industri 2000-2004
Teknik industri 2005-2007
Analisis Postur Kerja Menggunakan RULA
Identifikasi Keluhan Pekerja Menggunakan ANFIS
Ir. Hartono, MT
Ir. Subagyo, PhD Ir. Aliq Zuhdi, MT
50
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun 1
2013
2
2012
3
2012
4
2012
5
2011
6
2011
7
2011
8
2010
9
2010
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber Jml (JutaRp) Model DIKTI 50
Implementasi Pemberdayaan UKM Batik Dalam Upaya Mengangkat Kearifan Lokal Batik Efektivitas di SemarangPemberian Stimulus Factors Terhadap Kinerja Karyawan dan Upaya Peningkatan Kinerja Karyawan Rancang Udinus Bangun e-Health Penjaminan Kualitas Air Minum Isi Ulang untuk Mensukseskan Indonesia Sehat Perumusan advertising promotion strategy untuk meningkatkan keputusan calon mahasiswa memilih Udinus menggunakan metode AHP dan SWOT Rancang bangun tas laptop multifungsi berbasis solar sel sebagai energy alternative untuk mengatasi krisis energy menggunakan metode QFD dan Efisiensi KANO pemakaian listrik rumah tinggal dan perhitungan reduksi emisi CO2 dari penghematan konsumsi listrik sebagai solusi krisis energi dan global warming Rancang bangun emergency cool pad dengan metode rasional sebagai solusi gangguan fungsi reproduksi pria akibat Rancang bangun tambal menggunakan laptop di atasban portable pangkuan yang ergonomis dengan ontrol pemanas elektrik Rancang bangun software antropometri dan simulasi data antropometri dengan ANFIS sebagai solusi produk yang ergonomis di Laboratorium Ergonomis Teknik
LP2M UDINUS
4,5
DIKTI
25
LP2M UDINUS
3,5
LP2M UDINUS
4
LP2M UDINUS
3,6
LP2M UDINU S
3,6
LP2M UDINU S LP2M UDINUS
3,5 3,5
51
Industri Udinus Rancang bangun software LP2M biomekanika untuk optimalisasi UDINUS gaya tekan pada aktivitas pemindahan material secara Identifikasi keluhan pekerja Pribadi manual dengan ANFIS
10
2010
11
2007
D.
Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 tahun Terakhir
No Tahun
Judul Pengabdian
4
3
1
2013
Ibm Depot Air Minum Isi Ulang
Pendanaan Sumber Jmh(Juta Rp) LP2M 2,5
2
2012
Pelatihan dan pembuatan web
LP2M
2,5
Udinus
2
Udinus
2
company profile bengkel al3
2011
Pembuatan web pemasaran di Fattah CV Bee Open
4
2010
Pelatihan Demam Berdarah di Kelurahan Candisari Semarang
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul/Artikel Ilmiah 1 Metode Identifikasi Beban Kerja & keluhan subyektif pekerja 2 Perencanaan pemeliharaan mesin dengan metode RCM 3 Meminimalisasi cidera low back pain pada aktivitas MMH 4 Analisis pengaruh stress kerja dengan metode MPL & motivasi kerja terhadap kinerja karyawan percetakan umum PT. Mascom Graphy 5 Simulasi arena parker dan Semarang dampak perubahan dimensi ruang terhadap maneuver 6 Pengaruh vibrasi terhadap parkir
Volume/Nomor/Tahu Nama Jurnal Januari 2007 Jurnal n DIAN, UDINUS Vol. 1. No. 2, Juli TechnoScience 2008 Vol. 2, No 1, Mei TechnoScience 2008 Vol 3, No 1 Mei 2009 TechnoScience
Vol 3, No.2, Oktober 2009
TechnoScience
Vol.4 No.2 Oktober
TechnoScience
52
performance manusia Penentuan solusi sakit pada pekerja berbasis artificial intellegence Aplikasi metode rasional untuk perancangan emergency cool pad
7 8
F.
2010 Vol 4 No.1 Mei 2011 Vol.5 No.2 Oktober 2011
TechnoScience TechnoScience
Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No 1
Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar Seminar Simulasi Industri
2
SNATI
3
Seminar UNIKA
4
Seminar UNIKA
5
SNTI
6
Seminar Ergonomi
7
SeminarCAE
8
Seminar sains & teknologi
Judul Artikel Ilmiah Metode ANFIS untuk mengidentifikasi keluhan pekerja Kemampuan expert system – ANFIS untuk diagnose kesehatan pekerja Rancang bangun intranet industry dan mencari dengan webserver solusinya sebagai alternative pengganti internet untuk menujang kurukulum Peningkatan mutu pendidikan degan optimalisasi penjadwalan KBM berbasis algoritma Rancang bangun alat genetik pemarut kelapa manual & elektrik Rancang bangun alat pemecah durian Analisa postur kerja petani & perancangan SPLED utk meningkatkan Perhitungan produktivitasenergy petani ekspenditur, konsumsi energy dan pembebanan kerja pada aktivitas MMH
Waktu & 2007Tempat UGM 2007 UII 2009 UNIKA
2009 UNIKA
2009 UNISULA 2009 UNDIP 2010 UGM 2010 Wahid Hasyim
53
9
Seminar sains & teknologi
Penentuan kondisi fisik kerja yang optimal dengan ANFIS Seminar RAPI Rancang bangun ECP sebagai gangguan reproduksi pria akibat menggunakan Seminar Indisco Proses penjaminan laptop kualitas air minum isi ulang utk mewujudkan Internasional Seminar Design water techno- ofindustrial on Industrial quality model to cluster Engineering and support the management Indonesian Project
10
11
12
G.
2011 Wahid Hasyim 2011 UMS 2012 UNDIP 2012 BATAM
Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir
No
H.
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID
Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/ Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5-10 Tahun Terakhir
No
I.
Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun
Penghargaan Yang Pernah Diraih Dalam Pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No
1
Judul/
Jenis Penghargaan
Juara 2 Pemilihan Laboran Berprestasi tingkat Kopertis VI
10
Tempat Penerapan
Tahun
Terakhir
Institusi Pemberi Penghargaan Kopertis wilayah VI
Respon Masyarakat
(dari
Tahun
2012
54
55
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI J.
Identitas Diri
1
Nama lengkap (dengan gelar)
HERWIN SUPRIJONO
2
Jabatan Fungsional
ASISTEN AHLI/IIIA
3
Jabatan Struktural
-
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
0686.11.2006.332
5
NIDN
0620047202
6
Tempat dan Tanggal Lahir
SEMARANG, 20 APRIL 1972
7
Alamat Rumah
Jl. BIMA II SEMARANG
8
Nomor Telepon/Faks/HP
024-3555628/-/ 081228109091
9
Alamat Kantor
Jl. NAKULA I No. 5-11 SEMARANG
10
Nomor Telepon/Faks
024-3555628
11
Alamat e-mail
[email protected]
12
Lulusan yang telah dihasilkan
S1= 10orang, S2=-orang, S3=- orang
13
Mata kuliah yang diampu
K.
1.
Bahasa assembly
2.
Instrumentasi Industri
3.
P.Mikrokontroler
4.
Pengantar Teknik Elektro
(L)
Riwayat Pendidikan
Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun MasukLulus Judul Skripsi/Thesi s/ Disertasi Pembimbing/ Promotor
S-1 Institute Teknologi Malang
S-2 Institute Teknologi Bandung
Teknik Elektro 1991-1997
Teknik Elektro 2009-2012
Perancangan dan pembuatan logic analyzer yang diantar muka ke komputer Ir. Lukman
Pengukur SPO2 dan tekanan berbasis android Dr.Ir.Aciek Wulandari,MT
56
L. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun 1
2013
2
2012
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber Jml (JutaRp) Rancang Bangune-Ticket BRT LP2M 4,5 Trans UDINUS Semarang menggunakan teknologi NFC sebagai upaya optimalisasi Pengukur dan tekanan darah Thesis 4,5 pelayanan SPO2 transportasi berbasis android
M. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 tahun Terakhir
No Tahun
Judul Pengabdian
Pendanaan Sumber Jmh(Juta Rp)
N. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul/Artikel Ilmiah
O.
Volume/Nomor/Tahu Nama Jurnal n
Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No
P.
No
Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu & Tempat
Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5-10 Tahun Terakhir
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID
57
58
BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI Q.
Identitas Diri
1
Nama lengkap (dengan gelar)
ARIATI ANOMSARI, SE, MM
2
Jabatan Fungsional
LEKTOR/IIIC
3
Jabatan Struktural
-
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
0686.11.1992.025
5
NIDN
0626126801
6
Tempat dan Tanggal Lahir
MAGELANG, 26 DESEMBER 1968
7
Alamat Rumah
Jl. NAKULA I No. 25-27 PENDRIKAN KIDUL SEMARANG
8
Nomor Telepon/Faks/HP
024-3565207/-/ 081325214909
9
Alamat Kantor
Jl. NAKULA I No. 5-11 SEMARANG
10
Nomor Telepon/Faks
024-3517261
11
Alamat e-mail
[email protected]
12
Lulusan yang telah dihasilkan
S1= 96orang, S2=-orang, S3=- orang
13
Mata kuliah yang diampu
5.
MANAJEMEN
6.
PENGANTAR BISNIS
7.
MANAJEMEN KEUANGAN
8.
PENGANGGARAN
R.
(P)
Riwayat Pendidikan
Nama PergurTinggi Bidang Ilmu Tahun Lulus Judul Skripsi/Thesis / Nama Pembimbing / Promotor
S-1 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Manajemen 1987-1991 Penjadwalan dan Pengawasan Produksi dengan Analisa PERT pada Perusahaan Tektil PT. Primissima di T. Hani Handoko, SE, MBA Yogyakarta
S-2 STIE IPWI Jakarta Magister Manajemen 1996-1997 Analisis Ketergantungan Mahasiswa Dalam Melanjutkan Studi Di STMIK Dian Nuswantoro DR. Bambang Tri Cahyono, Semarang Mec Drs. Ibnu Widiyanto, MA
59
S. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun 1
2013
Judul Penelitian Implementasi Model Pemberdayaan UKM Batik Dalam Upaya Mengangkat Kearifan Lokal Batik Peranan Orientasi Kewirausahaan, di Semarang Kemampuan Manajemen, Dan Strategi Bisnis Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan Pada Usaha Kecil Menengah Batik Wanita di Pekalongan Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Kemampuan Manajemen, Dan Strategi Bisnis Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan (Studi Pada Usaha Kecil Menengah Di Kawasan Usaha Barito Semarang)
Pendanaan Sumber Jml (JutaRp) Dikti 50
2
2011
3
2010
T.
Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 tahun Terakhir
No Tahun 1
2012
2
2012
3
2011
4
2011
5
2011
Judul Pengabdian Pelatihan Komputerisasi Akuntansi Bagi UMKM di Jawa Tengah Pelatihan Komputerisasi Akuntansi Koperasi pada KJK&KJS di Jawa Tengah Pelatihan Manajemen KSP/USP Berbasis Kompetensi Pola Konvensional Pelatihan Manajemen KSP/USP Berbasis Kompetensi Pola Syariah Pelatihan Komputerisasi Akuntansi Koperasi pada KJK&KJS di Jawa Tengah
LP2M UDINUS
4,5
LP2M UDINUS
3
Pendanaan Sumber Jmh(Juta Rp) DinKop & 25 UMKM Prov Jawa Tengah DinKop & 25 UMKM Prov Jawa DinKop 15 Tengah & UMKM Prov Jawa Tengah DinKop & 15 UMKM Prov Jawa Tengah DinKop & 25 UMKM Prov Jawa Tengah
60
6
2011
7
2011
8
2011
9
2011
Pelatihan Manajemen KSP/USP Berbasis Kompetensi (Pola Konvensional) pada Koperasi Inti Dana Jawa Tengah Pelatihan Kewirausahaan Bidang Manajemen Air Tawar Pelatihan Ketrampilan Usaha Produktif Bidang Boga Pelatihan Manajemen Pengelolaan Koperasi Berbasis Kompetensi Bagi Pengurus/Manager Koperasi Sekabupaten Semarang
Koperasi Inti Dana & Dinkop Prov Jateng
15
DinKop UMKM Prov. Jateng DinKop UMKM Prov. Jateng Dinkop UMKM Kab. Semarang
10 10 15
U. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul/Artikel Ilmiah 1 Peningkatan Kinerja Perusahaan pada Usaha Kecil Menengah 2 Penjaminan (Quality Batik WanitaMutu di Pekalongan Assurance) dan International Organization for Standardization (ISO) pada Perguruan Tinggi 3 Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Kemampuan Manajemen dan Strategi Bisnis dalam Peningkatan Kinerja 4 Smart Entrepreneur Perusahaan 5
Penerapan ISO 9000/SNI 199000 Dalam Menunjang Keberhasilan Indonesia di Bidang Pembangunan Industri dan Perdagangan Internasional
Volume/Nomor/Tahu Nama Jurnal Vol. Jurnal DIAN, n 11, No.3, September 2011 UDINUS Vol. 11. No. 1, Januari Jurnal 2011 DIAN, UDINUS Vol. 10, No 3, September 2010
Majalah Ilmiah DIAN, UDINUS
Vol 9, No 3 September Majalah Ilmiah 2009 DIAN, UDINU Vol 9, No.2, Mei 2009 Majalah Ilmiah S DIAN, UDINU S
61
V.
Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No 1 2
2
3
4
Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar Inhouse Trainning KopMa UNS Seminar & Call Fro Paper “Perberdayaan Industri Kecil dan Menengah dalm Upaya Membangun Ekonomi Kreatif” Workshop Revitalisasi Bagi Gerakan Koperasi/Anggot a Dekopinda Kota Semarang Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan Workshop Keuntungan Penerapan Teknologi Sistem Informasi Koperasi
Judul Artikel Ilmiah
Waktu & Komputerisasi Akuntansi 15 Pebruari Tempat2012, Koperasi Syariah KOPMA UNS Peningkatan Kinerja 9-10 Pebruari Perusahaan pada 2012, Universitas Usaha Kecil Islam Bandung. Menengah Batik Wanita di Pekalongan Strategi Pemasaran Koperasi pada Koperasi Jasa Keuangan dan Koperasi Jasa Syariah Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Kemampuan Manajemen dan Strategi Bisnis dalam Komputerisasi Peningkatan Akuntansi Kinerja Koperasi KJK&KJS Perusahaan
6 Oktober 2011, Hotel Bandungan Indah (PJKA) Ambarawa 16 April 2011, UDINUS Semaran g 28 Desember 2010, UDINUS Semarang
W. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No 1
2
Judul Buku
Tahun
WZN Siska Accounting 2011 Perangkat Lunak Akuntansi Keuangan Untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah E-Kospin (UMKM) lite ver 2.0 panduan 2009 Instalasi dan Operasi Koperasi Untuk KJK dan KJS
Jumlah Halaman 49
130
Penerbit Balatkop &UMKM Provinsi Jawa Tengah Balatkop &UMKM Provinsi Jawa Tengah
62
63
BIODATA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Eko Hartini, ST, M.Kes (P)
2
Jabatan Fungsional
Asisten Ahli / IIIA
3
Jabatan Struktural
-
4
NIP/NIK/Identitas lainnya
0686.11.2000.218
5
NIDN
0625117401
6
Tempat dan Tanggal Lahir
Semarang, 25 Nopember 1974
7
Alamat Rumah
Jl. Sentiaki Tengah I No 10 Semarang
8
Nomor Telepon/Faks/HP
024-91056686
9
Alamat Kantor
Jl. Nakula I No 5 – 11 Semarang
10
Nomor Telepon/Faks
024-3549948
11
Alamat e-mail
[email protected]
12
Lulusan yang Telah Dihasilkan
S-1 = 73 orang
13
Mata Kuliah yang Diampu
1. Toksikologi Industri 2. Pengelolaan Limbah 3. Teknologi Pengolahan Limbah
B. Riwayat Pendidikan S-1 Nama Perguruan Tinggi
Universitas Diponegoro
S-2 Universitas Diponegoro
64
Bidang Ilmu
Teknik Kimia
Kesehatan Lingkungan
Tahun Masuk – Lulus
1994 – 1999
2008 – 2010
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Prarancangan Pabrik Phenol dengan Proses Alied Lumnus Chres
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Pb dalam Darah dan Dampaknya terhadap Fungsi Tiroid pada WUS di Daerah Pertanian
Nama Pembimbing/Promotor
Ir. Marimin Soemardjo
Dr. dr. Suhartono, M.Kes Ir. Mursid Raharjo, M.Si
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No
Tahun
Judul Penelitian Sumber*
1
2011
Pengolahan Air Limbah Internal Laboratorium Dengan UDINUS Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Alum Chloride di Laboratorium Kesehatan UDINUS
2
2012
Model Pendidikan Lingkungan Penggunaan Pestisida yang Aman dan Benar untuk Anak Petani dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Sehat
3
2013
Kontaminasi Residu Pestisida Hibah Dosen dalam Buah Melon di Kabupaten Pemula Grobogan
Hibah Bersaing
Jml (Rp) 5.000.000,-
36.000.000,-
14.000.000,-
65
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
Pendanaan
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber*
Jml (Rp)
1
2011
Pengelolaan Sampah dengan Metode Takakura di SMU N 11 Semarang
Internal UDINUS
1.250.000,-
2
2012
Survei Sanitasi Tempat-Tempat Internal Umum di Kelurahan UDINUS Karangmalang Kecamatan Mijen
1.250.000,-
3
2013
Ibm Penerapan Higiene dan Sanitasi di UKM Pengolahan Singkong dan UKM Pupuk Kandang Kelurahan Bubakan Mijen
1.250.000,-
Internal UDINUS
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir Volume/ No
Judul Artikel Ilmiah
Nama Jurnal Nomor/Tahun
1
2
3
Kadar Plumbum (Pb) dalam Umbi Bawang Merah di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes
Vol. 10 No. 1, April 2011
Visikes
Hubungan Kadar Plumbum (Pb) dalam Darah dengan Profil Darah pada Wanita Usia Subur di Brebes Tahun 2010
Vol. 10 No. 2, September 2011
Visikes
Pengolahan Air Limbah Laboratorium Dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat Dan Poly Alum Chloride Di Laboratorium Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Vol. 11 No. 2, Mei 2011
Majalah Dian
UDINUS
UDINUS
66
4
Efektifitas Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Gali
Vol. 8 No. 1, Juli 2012
Kemas UNNES
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir Nama Pertemuan No
Judul Artikel Ilmih Ilmiah / Seminar
Waktu dan Tempat
1
Seminar Nasional “Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) Di Indonesia”
Dampak Pajanan Plumbum (Pb) dalam Darah Terhadap Fungsi Tiroid Pada Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian
12 April 2011, Universitas Siliwangi Tasikmalaya
2
Seminar Nasional Kimia III Bervisi SETS Bagi Kemajuan Pendidikan dan Industri
Pencemaran Kadar Timbal (Pb) di Udara Pada Industri Rumah Tangga (Studi Kasus di Industri Kerajinan Kuningan Desa Growong Kidul Kecamatan Juwana Jawa Tengah)
10 Maret 2012
Seminar Nasional “Rumusan Strategi Kesehatan dan Pertanian dalam Percepatan Pengentasan Kemiskinan Menuju Tercapainya Target MDG’s 2015”
Analisis Pola Petani dalam Aplikasi Pestisida dan Dampaknya bagi Kesehatan (Studi Kasus pada Petani Melon di Grobogan)
14 Juli 2012
Seminar Nasional “Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan
Kontaminasi Residu Pestisida Organophosphat dan Karbamat dalam Buah Melon (Studi Kasus pada Petani di
26 Nopember 2013
3
4
Hotel Siliwangi Semarang
Politeknik Banjarnegara
Universitas
67
Kearifan Lokal Berkelanjutan III Tahun 2013”
Kecamatan Penawangan)
Jenderal Soedirman Purwokerto
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Semarang, 29 Maret 2014
Eko Hartini, ST, M.Kes