Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
PENGEMBANGAN JAMUR ENTOMOPATOGEN SEBAGAI BIOINSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI Wilyus, Novalina, dan Dwi Ristyadi Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Kegiatan IbM ini dilakukan untuk mengatasi masalah penggerek batang padi (PBP); meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial kelompok tani Payo Kering I dan Kelompok Tani Payo Kering II tentang pengendalikan PBP. Kegitan ini dilaksanakan di desa Pasar Terusan Kecamatan Muaro Bulian Kabupaten Batang Hari selama 6 bulan. Kegiatan dilaksanakan dengan penerapan metode androgogy dan partisipatory learning and action (PLA). Kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan pengendalian PBP dan penerapan teknologi dan manajemen pengelolaan PBP. Evaluasi kegiatan IbM dilakukan dengan penilaian pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial kelompok sasaran tentang pengendalian PBP, serta keberasilan penerapan pengendalian PBP padi. Metode evaluasi dilakukan dengan penyebaran questioner di awal dan diakhir kegiatan, kemudian dianalisis secara diskriptif. Hasil kegiatan IbM menunjukan bahwa; meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial petani tentang pengendalian PBP; masalah PBP pada kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II sudah dapat dikendalikan dengan efektif. Penyuluhan dan bimbingan teknis kepada petani perlu terus dilakukan untuk menumbuhkan kerjasama dalam kelompok dalam sekala luas dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan PBP. Disamping itu perlu dilakukan pembinaan penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT) pada tanaman padi secara menyeluruh. Kata kunci: pengendalain, PBP, andogogy, PLA PENDAHULUAN Desa Pasar Terusan merupakan salah satu daerah sentra produksi padi di Kecamatan Muaro Bulian Kabupaten Batang Hari. Topografi Desa Pasar Terusan relatif datar dengan ketinggian sekitar 6 - 15 m dari permukaan laut. Sarana dan prasarana transportasi dari dan menuju wilayah ini relatif baik sehingga arus masuk dan keluar barang keperluan produksi dan hasil produksi tidak terganggu. Jarak Desa Pasar Terusan dengan ibukota kecamatan 18 km, dengan ibukota kabupaten 18 km, dan dengan ibukota provinsi 78 km. Sebagaian besar penduduk Desa Pasar Tarusan bekerja sebagai petani. Komoditi utama yang diusahakan adalah tanaman padi. Preferensi petani untuk memilih tanaman padi disebabkan oleh adanya fasilitasi pencetakan sawah oleh pemerintah yang terletak di daerah Rawa Payo Kering. Untuk mendukung kegiatan budidaya padi di Desa Pasar Terusan, pada umumnya petani sudah bergabung dalam
kelompok tani. Kelompok tani yang terdapat di Desa Pasar Terusan diantaranya yaitu kelompok tani Payo Kering I dan kelompok tani Payo Kering II. Walaupun tergolong sudah cukup lama, kelompok tani tersebut belum berkembang dengan dinamika dan manajemen yang baik. Lokasi lahan kelompok tani Payo Kering I dan kelompok tani Payo Kering II sangat strategis, berjarak sekitar 20 km pusat penjualan ibu kota kecamatan dan Ibukota kabupaten, dan 90 km dari ibu kota provinsi. Posisi lahan berada sekitar 20 m dari pinggir. jalan raya, dengan lahan bertopografi relatif datar. Lahan yang diusahakan oleh kedua kelompok tani tersebut berdampingan. Luas lahan untuk budidaya tanaman padi sawah pada kelompok tani Payo Kering I sekitar 45 ha dan pada kelompok tani Payo Kering II sekitar 91 ha. Lahan tersebut dimiliki oleh 127 anggota kelompok tani. Anggota kelompok tani Payo Kering I saat ini berjumlah 62 orang, dan kelompok tani payo Kering II 65 orang.
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 4
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Pada kedua kelompok tani tersebut, usaha budidaya tanaman padi mempunyai nilai ekonomi, sosial buadaya cukup tinggi, mengingat dapat memberikan kontribusi nyata dalam pendapatan keluarga. Produksi padi telah dapat memenuhi kebutuhan mereka terhadap beras, bahkan sebagian dapat dujual untuk keperluan yang lain. Usaha budidaya padi dilakukan satu kali dalam satu tahun, tergantung musim. Biasanya musim tanm dilakukan pada priode Juni – Oktober setiap tahun. Berdasarkan informasi dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa hama penggerek batang padi (PBP) merupakan masalah yang sangat serius pada kedua kelompok tani. PBP di daerah ini menyerang hebat sehingga mengakibatkan penurunan produksi secara signifikan, bahkan pada petakan lahan tertentu ada yang mengakibatkan puso (gagal panen). Berbagai penelitian telah menginformasikan keganasan PBP, dan menegaskan bahwa PBP merupakan hama penting pada tanaman padi diberbagai daerah. Di Provinsi Jambi hama ini menyerang tanaman padi diseluruh wilayah, dengan intensitas kerusakan bervariasi dari ringan, sedang, berat dan puso seperti pada Lampiran 1 (UPTD BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi 2006, 2007, 2008). Perkiraan kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini di Provinsi Jambi tahun 2005, 2006, dan 2007 berturut-turut adalah Rp1.403.257.700, Rp1.903.976.360, dan Rp3.539.990.480 (Wilyus 2009). Pada populasi tinggi, serangannya dapat menybabkan puso. Karena itu, hama ini menarik perhatian praktisi hama seluruh dunia untuk melakukan upaya pengendaliannya. Petani pada kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II biasanya mengendalikan PBP dengan melakukan penyemprotan insektisida secara intensif (4-6 kali selama satu kali musim tanam). Usaha penyemprotan insektisida ternyata tidak dapat mengendalikan PBP. Tingkat serangannya selalu tinggi. Disamping itu
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
pengunaan insektisida dapat menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan, keracunan pada petani, residu pestisida pada produk sayuran dan buah yang dapat menimbulkan keracunan pada konsumen, terbunuhnya musuh alami, resistensi dan peledakkan hama. Kalau tidak segera dicarikan cara pengendalian yang tepat (efektif dan berkelanjutan) maka PBP dapat menjadi masalah besar dalam praktek budidaya tanaman padi dan meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Jambi. Pada saat ini kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II hampirhampir putus asa untuk membudidayakan tanaman padi. Sikap hampir berputus asa petani disebabkan karena petani di kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II belum dapat mengendalikan PBP dengan tepat. Ketidak mampuan petani dalam pengendalian PBP disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial petani tentang PBP. Jika serangan PBP pada komoditi tersebut dapat dikendalikan dapat memberikan keuntungan yang besar. Telah banyak hasil penelitian yang menginformasikan dengan jelas tentang identifikasi PBP, biologi, ekologi dan prilaku PBP, metode pemantauan PBP, pengendalian dan manajemen PBP (Kalshoven 1981; Dale 1994; Catindig & Heong 2003; Heindrichs & Barrion 2004; Jaipla et al. 2005; Wilyus 2012; Wilyus et al. 2013). Sayangnya hasil penelitian yang hebat-hebat tersebut belum sampai ketingkat petani, khususnya kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah di lapang. Oleh sebab itu perguruan tinggi sebagai salah satu sumber dan gudang informasi hasilhasil penelitian, perlu menyampaikannya ke pengguna termasuk ke petani, melalui salah satu pogram tri darma nya yaitu pengabdian kepada masyarakat. Kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II belum pernah mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah PBP tersebut dari stake holder perlindungan tanaman manapun.
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 5
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, diperlukan upaya meningkatkan: pengetahuan dan keterampilan petani tentang: identifikasi PBP; biologi, ekologi dan prilaku PBP; metode pemantauan PBP; teknik-teknik pengendalian PBP; pembuatan alat dan bahan pengendalian PBP yang efektif dan ramah lingkungan; dan kemampuan manajerial petani dalam pengendalian PBP secara terpadu. METODE PELAKSANAAN Untuk mengatasi berbagai masalah pada kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II telah dilakukan need assesment dengan metode partisipatif dan telah disepakati program yang perlu dilakukan, yaitu : 1) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota kelompok tani dalam mengidentifikasi PBP; 2) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota kelompok tani tentang biologi, ekologi dan prilaku PBP; 3) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petani dalam pemantauan PBP; 4) Peningkatan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani tentang teknik-teknik pengendalian PBP; 5)Peningkatan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP; 6)Peningkatan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembiakan masal parasitoid telur PBP; 7) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial anggota kelompok tani dalam pengendalian PBP secara terpadu. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka telah disepakati secara bersamasama antara Tim Pelaksana IbM dengan kedua kelompok tani untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan sebagai berikut: 1) pelatihan pengedalian PBP; 2) Penangkaran dan produksi masal parasitoid telur PBP; 3) Implementasi pengendalian PBP yang diintegrasikan dengan usaha budidaya tanaman padi yang dilakukan di kelompok tani payo kering I dan kelompok Tani Payo Kering II.
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Pelatihan Pengendalian PBP Tujuan kegiatan ini adalah untuk: 1) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota kelompok tani dalam mengidentifikasi PBP; 2) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota kelompok tani tentang biologi, ekologi dan prilaku PBP; 3) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petani dalam pemantauan PBP. 4) meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani tentang teknik-teknik pengendalian PBP; 5) meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP; 6) meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembiakan masal parasitoid telur PBP; 7) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial anggota kelompok tani dalam pengendalian PBP secara terpadu. Pelatihan dilaksanakan di desa Pasar Terusan kecmatan Muaro Bulian selama 1 hari. Pemilihan tempat pada kelompok tani ini dimaksudkan agar mendorong terjadinya partisipasi aktif anggota kedua kelompok tani dalam setiap materi pelatihan. Peserta pelatihan adalah utusan dari kedua kelompok tani Payo Kering I dan kelompok Tani Payo Kering II, sebanyak 54 orang. Materi pelatihan mencakup; 1) pengenalan PBP (gejala serangannya, biologi, ekologi dan prilaku PBP); 2) metode pemantauan PBP; 3) teknik-teknik pengendalian PBP; 4) emanfaatan parasitoid telur PBP; 5) teknik pembiakan masal parasitoid telur PBP, dan 6) pengendalian PBP secara terpadu, Produksi masal T. japonicum (parasitoid telur PBP) Kegiatan ini dilakukan untuk penyediaan stok T. japonicum untuk diaplikasikan secara inundasi untuk pengendalian PBP di pertanaman padi. Produksi masal parasitoid dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 6
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Pertanian Unja selama 6 bulan. Pemilihan tempat ini karena memerlukan perlakuan khusu, dan dimaksudkan agar terjadinya kesiunambungan dalam produksi. Sekaligus mendorong adanya sinergisme antara perguruan tinggi dan kelompok tani mitra. Metode pembiakan masal dan penyedian stok parasitoid telur PBP dilakukan sesuai dengan metode yang dilkukan oleh Herlinda ((2002) dan Wilyus (2012),yang menjelaskan bahwa pembiakan parasitoid memerlukan telur Corcyra cephalonica sebagai factitious host untuk pembiakan masal parasitoid. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembiakan masal masal telur C. cephalonica dan produksi masal parasitoid telur PBP (T. japonicum). Herlinda ((2002) dan Wilyus (2012) telah menunjukan metode untuk pembiakan masal parasitoid secara berkelanjutan. Metode tersebut dapat diringkas seperti pada Lampiran 2. Penerapan Teknologi Pengendalian PBP yang Efektif, Efisien, Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Kegiatan ini dilakukan supaya; 1) masalah serangan PBP pada kedua kelompok dapat dikendalikan secara efektif, efisien dan ramah lingkungan, sehingga produksi padi dan pendapatan petani meningkat; dan 2) kedua kelompok tani mampu dan terampil dalam pengendalian PBP secara efektif, efisien dan berkelnjutan. Kegiatan ini diselenggarakan melalui metode Participatory Learning and Action (PLA). Penerapan teknologi pengendalian PBP dilaksanakan pada pertanaman padi kelompok tani Payo Kering I dan kelompok Tani Payo Kering II. Peserta penerapan teknologi pengendalian PBP adalah utusan dari kedua kelompok tani Payo Kering I dan kelompok Tani Payo Kering II, sebanyak 60 orang (30 orang/kelompok). Pendamping penerapan teknologi pengendalian PBP adalah tim pengabdian masyarakat dari Universitas Jambi yang ahli dibidangnya, sebanyak 3 orang dan dibantu oleh 2 orang mahasiswa.
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Dalam kegiatan IbM ini dibuat dua petak percontohan pengelolaan PBP secara terpadu atau satu petak percontohan untuk setiap kelompok tani. Setiap petak percontohan terdiri dari lahan pertanaman padi sekitar 0,5 ha. Pembibitan padidilakukan sebagaimana lazimnya sesuai standar teknis pembibitan benih padi (Ishaq et al. 2011). Penanaman padidilakukan sebagaimana lazimnya sesuai standar teknis penanaman padi (Ishaq et al. 2011). Pemeliharaan padi dilakukan perpedoman pada standar teknis pemeliharan tanaman padi (Ishaq et al. 2011). Pengendalian PBP yang diterapkan diyakini dapat menekan serangannya sampai ketingkat yang tidak merugikan secara ekomomi. Untuk itu dilakukan penerapan beberapa teknik pengendalian hayati, melalui pemanfaatan parasitoid telur PBP secara konservasi, inundasi, penangkaran dan inundasi secara kompetibel dan kopmrehensif (Wilyus 2012) (Lampiran 2). Evaluasi Kegiatan Penerapan Teknologi Pengendalian PBP . Metode evaluasi untuk menilai keberhasilan kegiatan pengendalian PBP dilakukan dengan membandingkan produksi dan keuntungan usaha budidaya tanaman padi pada petak percontohan dengan produksi dan keuntungan usaha budidaya komoditi yang sama yang dilakukan oleh petani sebelumnya. Panen dilakukan sebagaimana lazimnya dilakukan oleh petani. Produksi ditimbang dan dicatat. Untuk keberlanjutan pembinaan, dalam pendampingan kegiatan petak percontohan diundang lembaga terkait termasuk Kepala Desa, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat Ipteks bagi Masyarakat(IbM). “Pengendalian Penggerek Batang Padi (PBP) di Desa Pasar Terusan” dapat dilihat
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 7
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah memberikan kemajuan yang sangat positif dalam meningkatkan kemampuan petani. Sebelum kegiatan pembinaan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial petani tentang pengendalian PBP sangat rendah. Setelah kegiatan pembinaan dilakukan terlihat adanya perubahan yang sangat mendasar yaitu: 1) petani mengetahui dan terampil dam mengidentifikasi PBP, 2) petani mengetahui dan paham tentang ekologi dan biologi PBP, 3) petani paham dan terampil dalam melalukan pemantauan PBP, 4) petani mengetahui dan paham tentang teknik-teknik pengedalain PBP, 5) petani mengetahui dan paham tentang PHT PBP, 6) petani mengetahui dan paham tentang konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP,
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
7) petani mengetahui dan paham dalam pembiakan masal parasitoid telur PBP, 8) Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial anggota kelompok tani dalam pengendalian PBP seacara PHT meningkat. 9) PBP dapat dikendalikan dengan baik 10) Produksi padi meninkat cukup siqbifikan, yaitu sebesar 0,5 ton / ha. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang biologi, morfologi, ekologi PBP, teknik-teknik pengendalian PBP, dan parasitoid telur PBP yang sudah dimiliki petani menjadi modal yang cukup untuk menrapkan pengendalian PBP secara efektif dan berkelanjutan. Dalam kegiatan PPM ini serangan PBP sudah dapat dikendalikan dengan efektif. Keberasilan program IbM ini dapat dilihat saat kepuasan petani waktu panen dengan peningkatan produksi 0,5 ton / ha.
Tabel 2. Matrik evaluasi kegiatan Pengendalian Penggerek Batang Padi (PBP) di Desa Pasar Terusan No. 1.
2.
3.
4.
Parameter
Keadaan awal (sebelum pembinaan) Pengetahuan, keterampilan Sebagian besar petani dan kemampuan anggota belum mengetahui bentuk kelompok tani dalam ngengat dan larva PBP. mengenal PBP; Pengetahuan, keterampilan Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan anggota dan kemampuan anggota kelompok tani tentang biologi, kelompok tani tentang ekologi dan prilaku PBP; biologi, ekologi dan prilaku PBP rendah Pengetahuan, keterampilan Petani tidak paham dan kemampuan petani dalam melalukan monitoring PBP. pemantauan PBP Kemampuan dan keterampilan Pengetahuan dan anggota kelompok tani keterampilan petani tentang tentang teknik-teknik teknik-teknik pengendalian pengendalian PBP PBP masih sangat terbatas.
Keadaan akhir (setelah pembinaan) Petani dapat mengetahui ciriciri umum ngengat dan larva PBP sehingga dapat mengenalnya secara jelas di lapang. mengetahui dan paham Petani tentang biologi dan ekologi PBP.
Petani dapat melakukan monitoring lalat buah dengan cermat. Petani sudah mengetahui dan paham tentang teknik-teknik pengendalian PBP
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 8
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
No.
Parameter
5.
Kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP,
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Keadaan awal (sebelum pembinaan)
Keadaan akhir (setelah pembinaan)
Petani tidak paham tentang konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP.
Pengetahuan petani tentang konservasi dan penangkaran parasitoid telur PBP cukup baik.
6
Kemampuan dan keterampilan Petani tidak paham dalam anggota kelompok tani dalam pembiakan masal pembiakan masal parasitoid parasitoid telur PBP. telur PBP
Kemampuan dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembiakan masal parasitoid telur PBP cukup baik.
7
Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial anggota kelompok tani dalam pengendalian PBP secara terpadu sangat rendah Serangan PBP pada musim tanam sebelum kegiatan PPM selalu di ataas ambang ekonomi.
Petani paham dan terampil dalam penerapan PHT PBP
8
Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan manajerial anggota kelompok tani dalam pengendalian PBP secara terpadu Serangan PBP
9
Produksi padi
Produksi padi pada musim tanam sebelum kegiatan PPM rata-rata 4,7 ton/ha
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1) Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis serta kemampuan manajerial petani tentang pengendalian PBP. 2) pbp pada kelompok tani Payo Kering I dan Payo Kering II Desa Pasar Tarusan Kabupaten Batang Hari sudah dapat dikendalikan dengan efektif. Saran Penyuluhan dan bimbingan teknis kepada petani perlu terus dilakukan untuk menumbuhkan kerjasama dalam kelompok untuk mengendalikan PBP dalam sekala luas dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan PBP yang dilakukan. Disamping itu perlu dilakukan pembinaan penerapan
Pada petak penerapan ”Pengendalian PBP” serangan PBP di bawah ambang ekonomi (gejala sundep 0,93 % Produksi padi pada petak dan beluk 0,78%. penerapan ” ”Pengendalian PBP” 5,2 ton / ha.
pengelolaan hama terpadu (PHT) pada tanaman padi secara menyeluruh. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas dukungan dana Hibah Bersaing yang Dibiayai oleh Dana DIPA-RM BOPTN Universitas Jambi Nomor: DIPA023.04.2.41510/2014 tanggal 05 Desember 2013 dan Surat Perjanjan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 352/UN21.7/PM/2014, tanggal 21 Mei 2014. DAFTAR PUSTAKA Catindig, J.L.A, Heong, K.L. 2003. Stem Borers. IRRI. Los Banos. Dale D. 1994. Insect pest of rice plantstheir biology and ecology. pp 363485. In Biology and Managment of
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 9
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Rice Insects (Ed. Heinrichs EA). Wiley Eastern Ltd. IRRI. Heindrichs EA, Barrion AT. 2004. RiceFeeding Insects And Selected Natural Enemies In West Africa. Biology, Ecology, Identifikation. IRRI. Los Banos. Herlinda S. 2002. Teknologi produksi massal dan pemanfaatan parasitoid telur hama sayuran. hlm B17:1-9. Di dalam Prosiding Seminar Nasional AgribisnisAgroindustri.Palembang 7 Oktober 2002. Ishaq I, Nurawan A, Nadimin. 2011. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah. 56 hal. BPTP Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Jaipla S, Malik RK, Yadav A, Gupta RK. 2005. IPM Issues in Zerro-Tillage System in Rice-Wheat Cropping Sequence. Bul Tecnical: (8) CCS Haryana Agricultural University. India. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crop in Indonesia. Laan PA vander, penerjemah. Jakarta. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. Siwi SS, Ridha N, Mahrub E. 2004. Identifikasi jenis penggerek batang padi genus Schirpophaga Treitschke (Lepidoptera: Pyralidae) dari daerah Indramayu dan Maros. Prosiding Seminar Nasional Entomologi dalam Perubahan Lingkungan Sosial. Bogor, 5 Oktober 2004. hlm 357370. Syam M, Suparyono, Hermanto, Wuryandari DS. 2007. Masalah Lapang Hama Penyakit Hara pada Padi. Ed. 3. Puslitbangtan. Bogor. UPTD BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2006. Data Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2005. Jambi. UPTD BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi.
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
2007.Data Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2006. Jambi. UPTD BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2008.Data Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2007. Jambi. Wilyus.2009. Survey eksplorasi parasitoid telur pengggerek batang padi di Desa Sungai Duren Kecamatan Jambi Luar Kota.Di dalamElektronik Journal Proseding Seminar Nasional BKS PTN Wilyah Indonesia Barat. ISBN 978-979-1415-0-05-7. Banten, 13 -15 April 2009. 11 hlm. Wilyus. 2012. Pengendalian Hayati Penggerek BatangPadi dengan Pemanfaatan Parasitoid Telurdari berbagai Tipologi Lahan di Provinsi Jambi. Disertasi. Program Pascasarjana Faultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. 122 hlm. Wilyus, Nurdiansyah F, Johari A, Herlinda S, Irsan C, Pujiastuti Y. 2013. Efikasi Trichogramma japonicum Ashmead (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dalam Pengendalian PBP. Hal 761-770. Prosiding Seminar Nasional BKSPTN Barat. Tanjung Pura. 19-20 Maret 2013.
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 10
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan PPM
Gambar 1. Suasana diskusi saat pelatihan pengendalian PBP
Gambar 2. Dinamka kelompok saat praktek inundasi parasitoid T. japonicum untuk pengendalian PBP
Gambar 3. Telur, larva, pupa dan Ngengatr PBP Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 11
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Gambar 4. Gejala serangan PBP PBP tergolong dalam dua famili yaitu; famili Pyralidae dan Noctuidae. Spesies tersebut adalah PBP kuning Scirpophaga incertulas Walker, PBP bergaris Chilo suppressalis Walker, PBP putih Scirpophaga innotata Walker, PBP kepala hitam Chilo polychrysus Meyrick, dan satu spesies dari famili Noctuidae yaituPBP merah jambu Sesamia inferens Walker, PBP bergaris Afrika Chilo zacconius Bleszinski, PBP putih Afrika Maliarpha separatella Ragonot, Scirpophaga spp, dan PBP merah jambu Afrika Sesamia calamistis Hampson, Sesamia nonagrioides batanephaga Tams and Bouden, (Kalshoven 1981; Heindrichs dan Barrion 2004; Jaiplaet al. 2005). Siwi et al. (2004) menyatakan bahwa PBP yang paling merusak dan
banyak menimbulkan kerugian di Indonesia dan negara-negara produsen padi lainnya ialah S. incertulas. Di Provinsi Jambi terdapat lima spesies PBP yang didominasi oleh PBP kuning S. incertulas dan diikuti oleh PBP merah jambu S. inferens (Wilyus 2012). Keberadaan PBP di lapang ditandai dengan kehadiran ngengat dan gejala serangannya (Syam et al. 2007). Gejala serangan semua spesies PBP sama. Serangan PBP yang terjadi pada fase vegetatif di pembibitan maupun di pertanaman pada fase anakan akan menunjukkan gejala kematian tunas atau sundep (dead heart). Serangan PBP yang terjadi pada fase generatif akan menunjukkan gejala kematian malai atau beluk (white head).
Gambar 5. Skematis pemanfaatan parasitoid telur PBP. Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 12
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Gamabr 6. Skematis pembiakan parasitoid telur PBP
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 13
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
PENGENDALIAN PBP Pengendalian PBP yang diterapkan diyakini dapat menekan serangannya sampai ketingkat yang tidak merugikan secara ekomomi. Untuk itu dilakukan penerapan beberapa teknik pengendalian hayati, melalui pemanfaatan parasitoid telur PBP secara konservasi, inundasi, penangkaran dan inundasi secara kompetibel dan kopmrehensif (Wilyus 2012). 1) Konservasi parasitoid telur PBP Konservasi dilakukan dengan penerapan teknik budidaya tanaman padi yang dapat menciptakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami termasuk parasitoid telur PBP. Tindakan nyata yang akan dilakukan adalah mempertahankan keberadaan tumbuhan liar di pematang sawah, sebagai habitat dan penyedia pakan alternatif musuh alami termasuk parasitoid telur PBP. Insektisida tidak digunakan dalam pengendalian hama, mencegah terbunuhnya musuh alami termasuk parasitoid telur PBP. Musuh alami termasuk parasitoid telur PBP akan berkembang dan meningkat perannya dalam mengendalikan hama termasuk PBP (Wilyus 2012). 2) Penangkaran parasitoid telur PBP Penangkaran parasitoid dilakukan dengan: mengumpulkan telur PBP dari lapang, dimasukkan ke dalam test tube, dan menginkubasikannya di laboratorium sampai berkembang menjadi larva PBP atau keluar parasitoid yang memarasitnya. Parasitoid yang keluar dibiarkan lepas dengan sendirinya ke pertanaman padi, tetapi larva PBP yang muncul dicegah pindah ke pertanaman padi dengan lem atau oli atau air samapi dia mati (Wilyus et al. 2013). Pengumpulan telur PBP dari lapangan sekali gus dapat menekan perkembangan populasi PBP secara signifikan. Cara lain yang akan dilakukan untuk penangkaran parasitoid adalah melakukan pengumpanan (baiting) parasitoid di lapang. Umpan yang dipakai untuk memerangkap parasitoid adalah telur S. incertulas:Caranya adalah dengan
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
menangkap ngengat S. incertulas dari lapang (pertanaman padi) dan dipelihara secara individual dengan menggunakan botol plastik bewarna transparan. Potongan daun padi segar dimasukkan ke dalam botol untuk ngengat meletakkan telur. Telur yang dihasilkan dipanen setiap hari dengan memotong daun tempat menempel telur sepanjang sekitar 4 cm. Kelompok- kelompok telur ini ditempelkan menggunakan stapler pada daun tanaman padi di agroekosistem. Pada rumpun padi yang diletakkan telur PBP diberi tanda dengan ajir yang di atasnya diikatkan tali rafia. Setelah dua hari telur diambil kembali (dipanen) dengan menggunakan gunting dan dimasukkan ke dalam tabung atau botol bewarna transparan dan ditutup dengan kain tile. Satu tabung dapat dimasukkan satu atau beberapa kelompok telur. Kelompok telur tersebut, selanjutnya diinkubasikan pada suhu ruang. Parasitoid yang keluar dibiarkan lepas dengan sendirinya ke pertanaman padi, tetapi larva PBP yang muncul dicegah pindah ke pertanaman padi dengan lem atau oli atau air samapi dia mati (Wilyus et al. 2013). Penagkapan ngengat PBP dari lapangan sekali gus dapat menekan perkembangan populasi PBP secara signifikan. 3) Inundasi Trichogramma japonicum (parasitoid telur PBP) Wilyus (2013) menjelaskan bahwa untuk kegiatan inundasi diperlukan parasitoid yang cukup banyak. Pembiakan parasitoid juga memerlukan telur Corcyra cephalonica sebagai factitious host untuk pembiakan masal parasitoid juga tidak sedikit. Oleh sebab itu perlu dilakukan sebelumnya pembiakan masal masal telur C. cephalonica dan produksi masal parasitoid telur PBP (T. japonicum). Perbanyakan T. japonicum dilakukan di Laboratorium Proteksi Taman Fakultas Pertanian UNJA. Wilyus et al (2013) menunjukkan bahwa pelepasan T. japonicum dilakukan berdasarkan monitoring kehadiran ngengat Scirpophaga incertulas Walker di lapang. Monitoring dilakukan melalui pengamatan langsung di pertanaman padi
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 14
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
pada saat pagi hari (sekitar pukul 7 – 9 pagi). Setiap titik pelepasan T. japonicum terdiri dari satu pias T. japonicum (sekitar 2000 ekor T. japonicum), jarak penempatan pias 15 m. Dalam kegiatan ini inundasi T. japonicum
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
dilakukan 3 kali selama musim tanam, dimulai semenjak satu hari setelah terdetreksi ada ngengat PBP di pertanaman padi biasanya mulai 2 atau 3 minggu setelah tanam.
Pengembagan Jamur Entomopatogen Sebagai Bioinsektisida untuk Mengendalikan Hama Penggerek Batang Padi 15