Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
88
HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA Evana Nuzulia Pertiwi, Gatot Mudjiono, Rina Rachmawati Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT The data of pest captured by light trap can be utilized to monitor pest attack in an area, so it can be determined early when the pest will attack that area. This research was conducted to determine the relationship of amount stem borer moths which captured by light trap with the attack intensity in field. The effectivity of light trap capture started on 7 pm until 10 pm. The highest population of stem borer moth were on 4 week after planted of plant (WAP) and decreased on the next week. The highest attack intensity were on 5 WAP (3,33%). The more population of stem borer moth which captured by light trap, the bigger percentage of attack intensity that happened in field with determination coeficiency is 0,789. Correlation coefficient (0.888) indicated a very strong relationship level. Keywords: stem borer, light trap, attack, effectivity, correlation. ABSTRAK Data OPT hasil tangkapan perangkap lampu dapat digunakan sebagai bahan dalam memonitoring serangan hama dalam suatu kawasan sehingga dapat diketahui kapan terjadinya serangan OPT sejak dini. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hubungan jumlah ngengat penggerek batang padi yang tertangkap perangkap lampu dengan intensitas serangan yang terjadi di lapang. Penggunaan perangkap lampu yang paling efektif dimulai pada pukul 19.00 sampai 22.00. Puncak populasi ngengat penggerek batang padi terjadi pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) dan menurun pada minggu berikutnya. Intensitas serangan penggerek batang padi tertinggi (3,33 %) terjadi saat tanaman berumur 5 MST. Semakin banyak populasi ngengat yang tertangkap perangkap lampu, semakin besar persentase intensitas serangan penggerek batang padi yang terjadi di lapang dengan koefisien determinasi R2 = 0,789. Koefisien korelasi r yaitu 0,888 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat. Kata kunci : penggerek, perangkap lampu, serangan, efektif, korelasi PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi utama sebagai bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini
beras masih merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi oleh sekitar 90 persen penduduk Indonesia. Salah satu kendala yang berhubungan erat dengan peningkatan produksi adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan
Terdapat enam jenis penggerek batang padi di Indonesia, dua di antaranya dominan yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata Wlk.) dan penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Wlk.) (Mulyaningsih et. al, 2009). Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan penggerek batang padi ada dua macam, yaitu sundep pada fase vegetatif dan beluk pada masa generatif (Pathak dan Khan, 1994). Perangkap lampu umumnya sangat efisien digunakan untuk menangkap serangga terbang malam khususnya golongan famili Lepidoptera. Data OPT yang diperoleh dari hasil tangkapan perangkap lampu dapat digunakan sebagai bahan dalam memonitoring serangan hama dalam suatu kawasan sehingga dapat diketahui kapan terjadinya serangan OPT sejak dini (Anonymous, 2008). Terkait dengan pemanfaatan perangkap lampu yang telah banyak dilakukan dan merupakan metode yang efisien dalam memerangkap ngengat, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan jumlah ngengat penggerek batang padi yang tertangkap perangkap lampu terhadap intensitas serangan yang terjadi di lapang. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung dan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Tulungagung (LPHPTPH). Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2013. Alat dan bahan yang digunakan adalah perangkap lampu tenaga surya (terdiri dari lampu neon berdaya 20 Watt, tiang, panel solar, aki, corong, penangkap petir, dan baskom) alkohol 90%, air, dan detergen.
Metode Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu 1) tingkat populasi ngengat penggerek batang padi dan 2) intensitas serangan penggerek batang padi. Penelitian dilaksanakan di beberapa daerah endemis serangan penggerek batang padi di Kabupaten Tulungagung yang berlokasi di dua desa di Kecamatan Kauman, yaitu Desa Pucangan dan Desa Karanganom. Di areal persawahan setiap desa itu telah dipasang sebuah perangkap lampu oleh LPHPTPH. Perangkap lampu digunakan untuk melakukan percobaan 1. Setiap desa ditetapkan enam petak contoh sawah di sekitar perangkap lampu. Petak-petak tersebut digunakan untuk melakukan percobaan 2. Setiap petak contoh berukuran 10 meter ×10 meter. Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah. Energi yang digunakan untuk menyalakan lampu berasal dari panel surya yang telah dihubungkan dengan aki. Perangkap lampu telah didesain untuk menyala secara otomatis pada malam hari dengan lama nyala 9 jam. Pengamatan jenis serangga yang terperangkap dilakukan setiap hari selama 7 hari dimulai pada pukul 18.00 sampai 05.00 dan dihitung jumlah serangga yang terperangkap berdasarkan perannya kemudian diidentifikasi. Pengamatan populasi penggerek batang padi menggunakan perangkap lampu dilakukan seminggu sekali selama delapan minggu pengamatan. Pengamatan tingkat serangan penggerek batang padi pada petak 1 sampai 6 dilakukan seminggu sekali dimulai saat tanaman berumur 3 MST sampai 10 MST. Setiap petak ditetapkan sembilan titik pengamatan dengan menggunakan metode
89
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
sistematis. Satu titik pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN ditetapkan empat rumpun tanaman padi. Jenis-Jenis Arthropoda yang Jumlah rumpun yang diamati di setiap Diperoleh pada Perangkap Lampu desa adalah 216 rumpun. Serangga-serangga hama dan Kerusakan yang disebabkan musuh alami yang diperoleh pada oleh penggerek batang padi dihitung perangkap lampu selama fase vegetatif × 100% dengan rumus I = berperan antara lain sebagai predator, herbivora, parasitoid, detrivora, dan yang I adalah intensitas serangan vektor. Nilai persentase tertinggi mutlak (%), a adalah banyak contoh adalah serangga yang berperan sebagai (rumpun tanaman) yang rusak mutlak predator yaitu 48,50 % dari total jenis atau dianggap rusak mutlak, b adalah serangga yang diperoleh (Tabel 2). banyaknya contoh yang tidak rusak Boror (1996) menyatakan bahwa (tidak menunjukkan gejala serangan) serangga-serangga predator memegang peranan penting dalam menekan Analisis Data populasi serangga hama. Oleh karena Data percobaan yang diperoleh itu, nilai persentase spesies predator dianalisis dengan uji regresi dan uji yang tinggi menunjukkan bahwa korelasi. Uji regresi digunakan untuk jumlah musuh alami di lahan mengetahui hubungan antara populasi pengamatan tergolong memadai. ngengat penggerek batang padi yang Nilai persentase serangga yang terperangkap pada perangkap lampu berperan sebagai herbivora adalah dan intensitas serangan di sekitarnya. 8,68 %. Keberadaan herbivora pada Analisis korelasi digunakan untuk lahan pengamatan tidak menimbulkan menjelaskan derajat hubungan permasalahan yang serius karena parameter. populasi herbivora sedikit dan dapat diimbangi dengan keberadaan musuh Tabel 1. Kriteria penilaian korelasi parameter pengamatan di Kecamatan Kauman Kabupaten alaminya, yaitu populasi predator dan Tulungagung (Sugiyono, 2003) parasitoid yang lebih tinggi sehingga dapat menekan populasi serangga Interval Koefisian Tingkat Hubungan herbivora. Sedangkan nilai terendah 0.00 – 0.199 Sangat Rendah adalah serangga yang berperan sebagai 0.20 – 0.399 Rendah parasitoid yaitu 7,5 %. Nilai persentase 0.40 – 0.599 Sedang serangga lain seperti serangga detrivora 0.60 – 0.799 Kuat dan vektor adalah 27,70 %. 0.80 – 1.000
Sangat Kuat
Tabel 2. Komposisi Spesies Serangga Predator, Herbivora, Parasitoid, dan Serangga lain Fauna Jumlah Famili Persentase (%) Predator
11
48,50
Herbivora
8
8,68
Parasitoid
3
7,54
Serangga lain
6
27,70
90
Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan
Tinggkat populasi serangga (ekor)
60
53.89
50 35.53
40 30 20
12.88
11.53
10 0 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 Waktu pengamatan Predator
Herbivora
Parasitoid
Serangga lain
Gambar 1. Jumlah spesies serangga yang tertangkap perangkap lampu pada setiap jam mulai pukul 18.00 sampai 05.00 Populasi serangga yang tertangkap meningkat mulai pukul 19.00 dan menurun secara fluktuatif sampai pukul 05.00, kecuali serangga lain yang terdiri dari serangga detrivora dan vektor dengan puncak populasi tertinggi pada pukul 23.00 (Gambar 1). Serangga detrivora berfungsi sebagai serangga pemakan tanaman maupun tumbuhan yang telah mati dan membusuk. Selain itu, serangga detrivora merupakan sumber makanan alternatif bagi serangga predator. Mahrub (1997) menyatakan bahwa jumlah populasi predator yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh tingginya keberadaan serangga detrivora yang dapat berfungsi sebagai sumber pakan alternatif predator. Predator pada umumnya bersifat polifag, yaitu mampu bertahan hidup tidak hanya dengan memangsa golongan herbivora saja. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa penggunaan perangkap lampu yang efektif adalah sejak pukul 19.00 dan diakhiri pada pukul 22.00 sehingga dapat mencegah tertangkapnya lebih banyak serangga bermanfaat seperti predator, parasitoid, dan serangga lainnya. Jumlah Ngengat Penggerek Batang Padi yang Terperangkap Rerata populasi ngengat penggerek batang padi pada awal pengamatan 3 MST adalah 3,5 ekor/perangkap dan populasi tertinggi terjadi pada minggu kedua (4 MST) yaitu 6 ekor/perangkap (Tabel 3). Populasi meningkat pada awal tanam sampai awal muncul malai dan setelah itu menurun hingga tanaman berumur 10 MST menjadi 0,5 ekor/perangkap. Jenis penggerek batang padi yang banyak tertngkap adalah penggerek batang padi kuning S. incertulas.
91
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
Juni 2013
Tabel 3. Jumlah Ngengat Penggerek Batang Padi yang Terperangkap Perangkap Lampu. Jumlah (ekor/perangkap) Minggu keTotal Rerata Pucangan Karanganom 1 3 4 7 3,5 2 8 4 12 6,0 3 7 4 11 5,5 4 5 3 8 4,0 5 2 2 4 2,0 6 2 1 3 1,5 7 1 0 1 0,5 8 1 0 1 0,5
Persentase Serangan Penggerek Batang Padi pada Pertanaman Padi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase tertinggi serangan penggerek batang padi di lapang mencapai 3,33 % pada minggu ketiga (5 MST) (Tabel 4). Serangan dari larva penggerek batang padi meningkat dari minggu kedua ke minggu ketiga dan menurun secara signifikan setelah tanaman berumur 5 hingga 10 MST (Gambar 2). Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi terhadap Persentase Serangan Dari hasil analisis regresi korelasi terhadap populasi ngengat dan Tabel 4. Persentase Rerata Pengamatan Petak Minggu ke1 2 3 1 0,11 3,64 1,90 2 1,43 0,40 1,15 3 1,91 2,89 4,33 4 1,96 1,50 2,56 5 1,69 1,07 0,63 6 0,49 0,59 0,92 7 0,21 0,36 0,42 8 0,12 0,09 0,17
persentase serangan penggerek batang padi diperoleh nilai persamaan Yt = 0,298 + 0,468 Xt-1 dengan koefisien determinasi R2 = 0,789 (F = 18,727; P < 0,05). Nilai koefisien determinasi menyatakan bahwa pengaruh populasi ngengat penggerek batang padi pada minggu t-1 dalam menentukan intensitas serangan pada minggu t sebesar 78,9 % dan 21,1 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain (Gambar 3). Koefisien korelasi memiliki nilai r = 0,888 (t = 4,327; P < 0,05). Berdasarkan kriteria penilaian korelasi, nilai r menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat..
Serangan Penggerek Batang Padi pada Petak
4 0,71 1,95 3,11 1,31 0,52 1,87 0,35 0,31
5 0,38 0,42 2,38 1,72 0,91 0,71 0,31 0,07
6 0,00 0,65 5,35 2,63 0,75 1,29 0,38 0,20
Total (%)
Rerata (%)
6,74 6,00 19,97 11,66 5,58 5,88 2,03 0,96
1,12 1,00 3,33 1,94 0,93 0,98 0,34 0,16
92
Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan
intensitas serangan (%)
3.5
3.33
3 2.5
1.94
2 1.5
1.12
1
0.93
0.98
1 0.34 0.5
0.16
0 1
2
3
4
5
6
7
8
waktu pengamatan (minggu)
Gambar 2. Persentase rerata serangan penggerek batang padi pada petak pengamatan
3.5
Intensitas serangan (%)
3.0 2.5
Yt = - 0,298 + 0,468 Xt-1 R² = 0,7898fdxbxdvdfvd
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 0
1
2
3
4
5
6
7
Populasi imago (ekor)
Gambar 3. Grafik regresi linier populasi ngengat terhadap persentase serangan Pembahasan Ngengat penggerek batang padi sudah terperangkap sejak tanaman padi berumur 3 MST. Populasi dapat ditemukan lebih awal apabila perangkap lampu diamati lebih awal karena penggerek batang dapat menyerang tanaman mulai dari persemaian sampai tanaman stadia matang. Penggerek batang yang terdapat di persemaian dapat terbawa ke pertanaman padi dan dapat menyebabkan serangan hama yang berkelanjutan. Populasi ngengat meningkat pada awal tanam sampai muncul malai mencapai 6
ekor/perangkap dan menurun pada fase berikutnya. Jenis penggerek batang padi yang banyak ditemukan di pertanaman adalah penggerek batang padi kuning (S. incertulas). Menurut Hendarsih dkk. (2000), ngengat penggerek batang ini memliki sayap berwarna kuning dengan titik hitam pada kedua sayapnya sehingga mudah untuk diidentifikasi. Intensitas serangan penggerek batang padi meningkat pada awal tanam dan menurun pada fase generatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kusdiaman dan Kurniawati (2007) bahwa tingkat serangan
93
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 2
penggerek batang pada 3 MST menunjukkan tingkat serangan yang tinggi di atas ambang kendali yaitu 6,62 % sampai dengan 20,6 % dan pada 5 sampai 11 MST tingkat serangan penggerek batang cukup terkendali. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2002), menetapkan ambang kendali penggerek batang padi berdasarkan kerusakan tanaman pada stadia vegetatif sebesar 6% dan pada stadia generatif 10%. Semakin banyak populasi ngengat penggerek batang padi di lapang, maka semakin banyak juga persentase serangan yang disebabkan oleh larva. Pada penelitian ini didapatkan data korelasi dengan koefisien determinan yang cukup tinggi dan tingkat hubungan yang sangat erat antara jumlah populasi ngengat dengan persentase gejala di pertanaman yaitu R2 = 0,789. Koefisien determinan tersebut memiliki nilai yang hampir sama dengan nilai koefisien determinan dari model peramalan luas serangan penggerek batang padi kuning sebesar R2 = 0,72 (BBPOPT, 2004). KESIMPULAN Serangga predator memiliki populasi yang lebih besar (48,50 %) dari pada jenis serangga lainnya. Penggunaan lampu perangkap yang paling efektif dimulai pada pukul 19.00 sampai 22.00 sehingga dapat mencegah tertangkapnya lebih banyak lagi serangga bermanfaat seperti predator, parasitoid, dan serangga lainnya. Puncak populasi ngengat penggerek batang padi terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST dan menurun pada minggu berikutnya. Intensitas serangan penggerek batang padi tertinggi (3,33 %) terjadi pada saat tanaman berumur 5 MST. Semakin banyak populasi ngengat yang
Juni 2013
tertangkap perangkap lampu, semakin besar persentase serangan penggerek batang padi yang terjadi di lapang. Terdapat korelasi yang sangat erat antara hubungan populasi ngengat penggerek batang padi dengan intensitas serangan di lapang (r = 0,888).
DAFTAR PUSTAKA Altieri, M. A., Nichols, C. I. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystem, Second Edition. Food Products Press. New York. 185 hlm. Anonymous. 2008. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindugan Tanaman Pangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta BBPOPT. 2004. Pedoman Pengembangan dan Operasional Peramalan Organisme Penggaggu Tumbuhan. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan. 42 hlm. Borror, D. J., C.A Triplehorn dan N. F. Johnson, 1996 Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083 hlm. Cherian, M. C., Subramaniam, C. K. 1940. Tetrastichus ayyari Rohw. A Pupal Parasite of Some Moth Borers in South India. Agricultural Researcch Institute. Indian J. Ent., II (1) : 75-77. Hendarsih, S., Kertoseputro D., Usyati N. 2000. Pemetaan Spesies dan Parasitoid Penggerek Batang
94
Pertiwi et al, Hubungan Populasi Ngengat Penggerek Batang Padi Dengan Intensitas Serangan
Padi di Pulau Jawa. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Padi. 30 hlm. Kusdiaman, D., Kurniawati N., 2007. Kajian Pengendalian Penggerek Batang Padi dengan Monitorig Lampu Perangkap dan Pelepasan Parasitoid Telur. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Hlm 383-392. Mahrub, E. 1997. Struktur Komunitas Arthropoda Pada Ekosistem Padi Tanpa Perlakuan Insektisida. dalam Kumpulan Prosiding Konggres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium
Entomologi. Bandung, 24 – 26 Juni 1997. Bandung Mulyaningsih, Enung S., D. Puspita, dan L. Salmet. 2009. Dampak Padi Transgenik Mengekspresikan Gen cryIA(b) untuk Ketahanan terhadap Penggerek Batang Padi di Lapang Terbatas terhadap Serangga Bukan Sasaran. Jurnal HPT Tropika. Vol. 9, No. 2: 8591 Pathak, M. D. dan Z. R. Khan. 1994. Insect Pest of Rice. IRRI. Manila. 89 hlm. Sugiyono,2003. Metodologi Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. 540 hlm.
95