PENGEMBANGAN INOVASI PENGOLAHAN PASCA PANEN PRODUK KEDELAI DI KABUPATEN WONOGIRI Lilyk Eka Suranny Kantor Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri Email:
[email protected] ABSTRACT This study focused on innovation soybean processing into products with a higher exchange rate through the use of appropriate technology. While the purpose of this study are: Training of soybean processing in the group of farmers who cultivated soybean, Calculating and analyzing the business of processing soybeans into soy milk and tofu, Make soybean processing business development strategy. Data analysis method used is descriptive analysis and SWOT analysis. The results showed that the calculation and analysis of post-harvest processing of soybeans into soy milk products and know more profitable, but there are constraints of implementation at the farm level, the difficulty of product marketing, rising soybean prices, lack of knowledge of business management, lack of human resources skilled and durability of products low. Through SWOT analysis can be recommended a wide range of business development strategies of soybean processing. Keywords: processing soybeans, tofu, soy milk, SWOT analysis. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah menjadi syarat mutlak bagi suksesnya otonomi daerah. Secara umum pembangunan ekonomi daerah dimaksudkan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Tujuan utama dari usahausaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggitingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000). Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik
secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatifinisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Untuk meningkatkan pembangunan daerah, terutama pada daerah pedesaan yang sebagian besar merupakan daerah pertanian, maka pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerah tersebut melalui pengembangan ekonomi lokal. Luasan penggunaan lahan di Kabupaten Wonogiri untuk sektor pertanian mencapai 67% yakni untuk lahan sawah sebesar 17,81% dan lahan tegal sebesar 49,19% (Wonogiri Dalam Angka, 2014). Sebagian besar penduduk Wonogiri bermatapencaharian sebagai petani. Oleh karena itu pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sangat diperlukan guna mendukung pembangunan ekonomi lokal. Pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pertanian merupakan suatu proses pengembangan industri alternatif, meningkatkan kapasitas pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya
perusahaan baru serta semangat kewirausahaan. Hasil komoditas pertanian pada umumnya memiliki sifat mudah rusak sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan yang disebut agroindustri ini, dapat meningkatkan guna bentuk dari komoditas pertanian. Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek agroindustri dapat mentrasformasikan produk primer ke produk olahan, sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang dapat menciptakan nilai tambah tinggi (Suryana, 1990). Semua komoditas hasil pertanian dapat diolah salah satunya kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama disamping padi dan jagung. Di Kabupaten Wonogiri luas wilayah untuk penanaman kedelai adalah 14.720 ha dengan rata-rata produksi 13,42 kw/ha (Wonogiri Dalam Angka, 2014). Berdasarkan data tersebut, maka produktivitas kedelai di Kabupaten Wonogiri masih tergolong rendah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai salah satunya yaitu dari aspek pembenihan dengan penggunaan varietas unggul pada budidaya kedelai. Pada tahun 2014 Kantor Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi bersama Dewan Riset Daerah Kabupaten Wonogiri dan Badan Litbang Provinsi Jawa Tengah melakukan kajian “Pengembangan Inovasi Budidaya Kedelai hasil Pemuliaan Litbang BATAN di Kabupaten Wonogiri”. Tindak lanjut program tersebut yaitu pada tahun 2015 melalui kegiatan Riset Unggulan Daerah akan dikaji mengenai inovasi pengolahan pasca panen komoditas kedelai. Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia. Baik kedelai utuh, maupun protein dan minyaknya dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, pakan ternak dan produk-produk untuk keperluan industri. Kedelai dapat dimakan langsung maupun dalam bentuk olahannya. Kedelai yang dimakan langsung dipersiapkan dengan perebusan, penyangraian atau
penggorengan. Kedelai rebus biasa disajikan dalam bentuk kedelai muda yang direbus dengan polongnya. Produk hasil olahan merupakan produk kedelai yang dihasilkan melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik secara tradisional maupun modern. Dilihat dari persentase penggunaan kedelai dunia, diperkirakan sekitar 40 persen dari total produksi digunakan sebagai bahan makanan manusia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara, 55 persen sebagai pakan ternak dan hanya 5 persen sebagai bahan baku industri khususnya di negara - negara maju (Santoso, 2005). Kacang kedelai yang diolah, secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue dan permen, serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi (BAPPENAS, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah: Pelatihan pengolahan kedelai pada kelompok tani yang melakukan budidaya kedelai, Menghitung dan menganalisis usaha pengolahan kedelai menjadi susu kedelai dan tahu, Membuat strategi pengembangan usaha pengolahan kedelai. Harapan kedepan yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat khususnya di Kabupaten Wonogiri, sehingga masyarakat akan lebih sejahtera. Tentunya perlu partisipasi dan dukungan dari seluruh stakeholder yang ada agar riset ini sesuai dengan harapan. METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, dan Desa Pulutan Wetan, Kecamatan Wuryantoro,
Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. sebelumnya maupun informasi – informasi Jenis penelitian yang digunakan adalah lain yang terkait. Selanjutnya untuk membuat penelitian diskriptif. Subyek penelitian adalah strategi usaha pengolahan kedelai dilakukan kelompok tani di 2 lokasi penelitian. Teknik dengan menggunakan analisis SWOT. pengumpulan data yaitu melalui wawancara secara langsung dan indepth interview, HASIL DAN PEMBAHASAN dokumentasi dan studi pustaka. Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan metode A. Pengembangan Kedelai Di Kabupaten Action Riset yaitu dengan cara melakukan Wonogiri kegiatan aktif terhadap subyek penelitian dan Wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi kemudian melakukan penilaian atas input, salah satu penghasil kedelai di Jawa Tengah. proses dan output dari action riset tersebut. Namun Kabupaten Wonogiri bukanlah Dalam kegiatan ini, subyek penelitian akan kabupaten penghasil kedelai yang bagus, hal diberikan pelatihan dan praktek langsung ini ditunjukkan dengan luas panen kedelai, sehingga akan ditemukan hasil yang paling produksi kedelai dan produktivitas yang terus baik dibandingkan antara input, proses dan menurun. output yang satu dengan yang lain. Untuk Pertumbuhan produksi kedelai menjawab tujuan kedua dan ketiga akan pertahun mengalami penurunan (Tabel 1), dilakukan dengan metode analisis data bahkan pada tahun 2011 penurunannya sangat primer, yaitu melalui wawancara secara tajam karena mencapai (37,19%), ketika langsung dan indepth interview atau kemudian terjadi peningkatan pada tahun wawancara mendalam mengenai 2012 itu masih di bawah produksi pada tahun kemungkinan budidaya pertanian kedelai 2009. Bahkan pada tahun 2013 kembali termasuk keunggulan dan kendala-kendala menurun secara signifikan. Apabila dirata – yang dihadapi serta analisis data sekunder rata pertumbuhan dari tahun 2009 sampai dengan memadukan berbagai data yang ada, dengan tahun 2013 ternyata penurunan hasil penelitian yang telah dilakukan mencapai (10,711%) pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Produksi, luas panen dan produktivitas kedelai di Wonogiri Produksi kedelai (kw) 2009 2010 2011 2012 2013 JUMLAH 33469,95 34274,99 21528,66 21935 19752,5 Pertumbuhan per tahun 2,41% -37,19% 1,89% -9,95% Luas panen kedelai (ha) 2009 JUMLAH 26264 Pertumbuhan per tahun
2010 27438 4,47%
2011 18112 -33,99%
2012 16334 -9,82%
2013 14720 -9,88%
Produktivitas kedelai 2009 12,74
2010 2011 Rata-rata 12,49 11,89 -1,96% -4,80% Sumber : Data Dinas Pertanian kabupaten Wonogiri, diolah Hal yang sama juga terjadi pada luas panen, terjadi penurunan terus menerus sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 (Tabel 1), apabila dilakukan rata – rata, maka pertumbuhannya mencapai (12,3%). Penurunan luas panen ini menunjukkan
2012 2013 13,43 13,42 12,95% -0,07%
bahwa jumlah luas lahan yang digunakan untuk pertanian kedelai menurun drastis. Aspek produktivitas menunjukkan fluktuasi, namun masih mempunyai nilai positif, dengan rata – rata pertumbuhan meningkat sebesar 1,52% (Tabel 1). Kondisi
yang patut dicermati adalah pada tahun 2012 di mana produktivitas naik sebesar 12,95%, hal ini perlu pengamatan lebih lanjut, kenaikan produktivitas tersebut disebabkan karena aspek musim, atau iklim, pola tanam atau sudah penggunaan teknologi dalam pola tanam. Apabila telah diketahui maka bisa dilakukan implementasi ulang terhadap kondisi tahun 2012. Terdapat beberapa kendala dalam peningkatan produksi kedelai yang menyebabkan ketidak menarikan kedelai sebagai produk pertanian. Secara detail kendala tersebut antara lain : 1. Harga kedelai yang cenderung rendah dan kurang stabil, hal ini disebabkan karena penggelontoran produksi impor yang memiliki pola tanam dengan teknologi modern sehingga menyebabkan produksi lebih banyak dan harga bisa ditekan menjadi lebih murah. 2. Masa tanam kedelai lebih lama dibandingkan dengan palawija yang lain, sehingga terkadang harus menabrak masa mendekati kemarau sehingga sebagian tanaman kedelai rusak karena kekurangan air. 3. Jenis kedelai lokal yang berbeda karena lebih kecil dibandingkan jenis kedelai impor yang besar menyebabkan pengusaha makanan olahan kedelai lebih memilih menggunakan kedelai impor. Hal ini disebabkan oleh ketidaktersediaannya benih kedelai yang disediakan oleh Dinas Pertanian. 4. Hama dan penyakit tanaman kedelai lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang lain, sehingga membutuhkan biaya yang lebih banyak untuk pestisida dan tenaga kerja dalam menyemprotkan pestisida ini. Terdapat beberapa metode yang dilakukan untuk mengatasi kendal-kendala di atas antara lain dengan memberikan insentif terhadap saprodi (sarana produksi) bagi tataran petani agar mau menanam kedelai, penyediaan sarana prasarana produksi kedelai, termasuk benih, pupuk dan pestisida, peningkatan teknologi dalam budidaya tanaman kedelai. Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan luas panen kedelai dan produktivitasnya secara nasional.
Data produksi, luas panen dan produktivitas tersebut bisa menjadi data awal dalam penentuan budidaya tanaman kedelai di Kabupaten Wonogiri. Langkah dan strategi apa yang harus dilakukan oleh Kabupaten Wonogiri, tahapan - tahapan yang akan dilakukan termasuk di dalamnya teknologi yang harus disiapkan agar terjadi peningkatan dalam produktivitas dan produksi. Di sisi lain peningkatan luas panen ditentukan oleh keberminatan petani terhadap usaha kedelai. Apabila petani melihat bahwa produksi kedelai ini menguntungkan, maka petani akan melakukan tanam kedelai yang akhirnya akan berpengaruh terhadap luas panen dan produksi kedelai pada masing – masing kecamatan. Pemerintah daerah dalam hal ini Kantor Litbang Iptek dan Dinas Pertanian setempat berupaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai melalui kerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi dan Badan Litbang Provinsi Jawa Tengah melakukan uji coba budidaya kedelai varietas unggul hasil budidaya litbang BATAN di tiga lokasi percobaan (demplot) di Kabupaten Wonogiri yaitu Desa Kepyar Kecamatan Purwantoro, Desa Kerjokidul Kecamatan Ngadirojo, dan Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro. Hasilnya, produktivitas yang dicapai masih tergolong rendah dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan Batan, namun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi varietas yang ditanam petani setempat (Dewan Riset Daerah Kabupaten Wonogiri, 2014). Aspek lain yang mendorong ketertarikan dalam produksi kedelai adalah ketika petani melihat adanya nilai tambah yang mampu didorong pada produk kedelai. Oleh sebab itu petani perlu diberikan sosialisasi, pemahaman dan pelatihan bahwa kedelai bukan hanya akan dijual sebagai bahan mentah namun bisa ditingkatkan nilainya dengan mengolahnya menjadi produk yang lain. B. Pelatihan pengolahan kedelai menjadi beberapa produk olahan Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
meningkatkan nilai tambah produksi pertanian, maka dilakukan dengan pengolahan komoditas pertanian dalam hal ini adalah komoditas kedelai. Ini dilakukan karena pada saat panen raya tiba biasanya harga berbagai produk pertanian merosot tajam. Penyebabnya tidak lain adalah mekanisme pasar khususnya menyangkut kekuatan pasokan (suppay) dan permintaan (demand). Pada saat panen raya pasokan produk pertanian sudah pasti memiliki kenaikan sedangkan permintaan relatif tetap. Kondisi tersebut sering kali mengakibatkan petani tidak berdaya dan pasrah terhadap mekanisme pasar yang terjadi. Petani tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual hasil panennya walaupun dengan harga yang sangat murah. Padahal untuk menghasilkan panen yang baik itu diperlukan biaya produksi tidak sedikit dan kecenderungannya terus meningkat. Hal tersebut terus berulang terjadi pada saat musim panen tiba dan petani selalu tidak berdaya untuk menghadapi mekanisme pasar yang terjadi. Oleh karena itu keberadaan teknologi tepat guna ini merupakan salah satu solusi untuk memperpanjang masa pakai suatu produk pertanian tanpa terjadi pembusukan. Selain itu dapat meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian tersebut. Dalam hal ini yang dilakukan oleh Kantor
Litbang Iptek untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna di bidang pertanian adalah dengan melakukan pelatihan pengolahan kedelai menjadi beberapa produk olahan kepada kelompok tani di Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Wuryantoro. Harapannya agar para petani kedelai tersebut tidak langsung menjual hasil panennya dalam bentuk mentah tetapi dapat diolah menjadi beberapa produk olahan pangan sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya. Kegiatan pelatihan dikelompokkan menjadi dua sub kegiatan yaitu pemberian materi dan praktek pelatihan. Materi disampaikan oleh narasumber yang berasal dari LPPM UNS Surakarta yang berupa teknologi pengolahan pasca panen komoditas pertanian kedelai menjadi beberapa produk sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari usaha pertanian yang dilakukan petani. Selain itu peserta juga di berikan materi tentang kewirausahaan agar dapat menumbuhkan motivasi berwirausaha khususnya bagi petani kedelai. Peserta pelatihan berasal dari anggota kelompok tani yang berasal dari dua kecamatan yaitu Desa Kerjo Kidul Kecamatan Ngadirojo dan Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro.
Gambar 1. Pelatihan dan sosialisasi pengolahan kedelai pada seminar RUD tahun 2015 Tenaga pelatih/instruktur pelatihan pengolahan kedelai menjadi susu kedelai dan tahu serta pengolahan ampas sisa produksi oleh instruktur dari posyantek Kabupaten Wonogiri. Pelatihan pada pengolahan kedelai pada kegiatan seminar Riset Unggulan Daerah Kabupaten Wonogiri meliputi pengolahan sari kedelai menjadi tahu dan susu kedelai sedangkan ampas kedelai digunakan untuk
membuat beberapa makanan olahan yaitu nugget, kroket, donat. Pelatihan dilakukan berupa demonstrasi yang dilakukan instruktur dari posyantek diikuti praktek oleh peserta. Pelatihan ini mendapat respon positif dari peserta yang merupakan anggota kelompok tani. Mereka sangat antusias untuk bertanya dan mengikuti kegiatan praktek yang dilakukan. Dari pemerintah daerah akan
memberikan pendampingan dan bantuan peralatan usaha untuk merintis ataupun mengembangkan usaha pengolahan kedelai pada kelompok tani binaan. Apabila kegiatan ini dapat berhasil pada kelompok tani binaan diharapkan dapat direplikasi pada kelompok tani lainnya yang membudidayakan kedelai. C. Analisis Usaha susu kedelai dan tahu Analisa bisnis secara sederhana untuk setiap kilogram bahan kedelai dalam pembuatan susu kedelai sebagai berikut : 1. Pengeluaran : a. Kedelai 1 kg = Rp.7.000,b. Gula (1,5 kg) = Rp. 18.000,c. Jahe = Rp. 2.000,d. Bahan bakar = Rp. 5.000,e. Plastik = Rp. 5.000,f. Cup = Rp 13.000,2. Hasil penjualan 40 up x Rp.2.000,- = Rp.80.000,= 80 plastik x Rp 1.000,- = Rp 80.000,3. Keuntungan Rp 80.000 – Rp 37.000 = Rp 43.000,(jika pengemasan menggunakan plastik). Rp 80.000 – Rp 45.000 = Rp 35.000,(jika pengemasan menggunakan cup). 4. Efisiensi modal = Rp. 43.000,- x 100 % Rp. 37.000,= 116, 21 % (plastik) Artinya keuntungan yang diperoleh adalah 116,21% dari total biaya yang dikeluarkan jika pengemasan menggunakan plastik. Efisiensi modal = Rp. 35.000,- x 100 % Rp.45.000,= 77,77 % ( cup)
Artinya keuntungan yang diperoleh adalah 77,77 % dari total biaya yang dikeluarkan jika pengemasan menggunakan cup. Pengemasan menggunakan plastik ternyata lebih menguntungkan daripada pengemasan menggunakan cup, namun pemilik usaha tetap melakukan pengemasan menggunakan plastik maupun cup karena selera konsumen berbedabeda. Pengemasan merupakan salah satu bentuk usaha untuk menarik konsumen. Analisa bisnis secara sederhana untuk setiap kilogram bahan kedelai dalam pembuatan tahu sebagai berikut : 1. Pengeluaran : a. Kedelai 1 kg = Rp.7.000,b. Sari laut (40 ml)= Rp. 1.500,c. Bahan bakar = Rp. 5.000,d. Plastik = Rp. 1.500,2. Hasil penjualan = 30 potong x Rp 1.000,- = Rp.30.000,3. Keuntungan =Rp 30.000 – Rp 15.000 = Rp 15.000,4. Efisiensi modal = Rp 15.000,- x 100 % = 100% Rp 15.000,Artinya keuntungan yang diperoleh adalah 100 % dari total biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan kedua analisis usaha tersebut diatas memang bila dibandingkan akan lebih menguntungkan usaha susu kedelai dari pada dibuat tahu. Apalagi jika pelaku usaha dapat memanfaatkan sisa/limbahnya yang berupa ampas penggilingan kedelai menjadi beberapa macam makanan olahan maka akan dapat meningkatkan nilai tambah usahanya.
D. Alternatif Strategi Tabel 2. Alternatif Strategi Matriks SWOT pengembangan industri pengolahan tahu dan susu kedelai di Kabupaten Wonogiri.
Peluang (O) 1. Permintahan tahu dan susu kedelai meningkat 2. Teknologi mempercepat&meningkatkan efisiensi usaha 3. Kebijakan pemerintah dalam mencapai swasembada kedelai
Ancaman (T) 1. Kesulitan pemasaran produk 1. 2. Kelangkaan kedelai&meningkatnya harga kedelai 3. Kesenjangan sosial 2.
Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Keaktifan anggota kelompok 1. Masih menggunakan kedelai tani import 2. Bantuan permodalan dari 2. Kurangnya pengetahuan pemerintah daerah manajemen usaha 3. Bantuan peralatan usaha 3. Kurangnya SDM terampil 4. Penyuluhan & pelatihan 4. Daya tahan produk rendah pengolahan kedelai 5. Produk bebas bahan kimia Strategi (S-O) Strategi (W-O) 1. Memanfaatkan keaktifan 1. Peningkatan SDM pelaku usaha anggota kelompok tani, melalui pelatihan & penyuluhan bantuan modal, bantuan sesuai dengan kebutuhan pelaku peralatan, penyuluhan & usaha pelatihan untuk menambah 2. Meningkatkan diversifikasi kepercayaan konsumen melalui produk dengan kualitas yang teknologi yang ada terjaga dan harga jual yang 2. Meningkatkan produksi dan terjangkau menjaga kualitas & kekhasan produk Strategi (S-T) Strategi (W-T) 1. Memperluas jaringan pemasaran 1. Memperbaiki & meningkatkan & promosi produk melalui jalinan kerjasama antara media cetak ataupun media pemerintah dengan pelaku usaha sosial ataupun dengan kelompok tani 2. Teknik budidaya kedelai yang agar terjaga kekompakan dalam baik untuk meningkatkan hasil menjalankan usaha produksi 2. Mengoptimalkan nilai tambah pengolahan dengan pemanfaatan limbah ampas kedelai (makanan olahan/pakan ternak)
Inovasi pengolahan kedelai menjadi produk susu kedelai dan tahu ternyata menguntungkan sekali bagi pelaku usaha. Namun ditingkat petani ataupun kelompok tani usaha ini ternyata kurang atau bahkan tidak dikembangkan. Berdasarkan hasil wawancara kepada peserta pelatihan (kelompok tani) berbagai kendala yang dihadapi antaralain: kesulitan pemasaran produk, meningkatnya harga kedelai, kurangnya pengetahuan manajemen usaha, kurangnya SDM terampil dan daya tahan produk yang rendah. Oleh karena itu perlu adanya suatu tindakan atau strategi pengembangan usaha. Untuk merumuskan alternatif startegi yang diperlukan untuk mengembangkan usaha pengolahan kedelai di daerah penelitian digunakan analisis matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal sehingga dihasilkan
rumusan strategi pengembangan usaha. Matriks ini menghasilkan empat sel alternatif strategi, yaitu strategi S – O, strategi W – O, strategi S – T, dan strategi W – T. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pelatihan pengolahan kedelai yang dilakukan pada 2 kelompok tani yang melakukan budidaya kedelai yaitu kelompok tani di Desa Kerjo Kidul Kecamatan Ngadirojo dan kelompok tani di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro. Dalam pelatihan tersebut anggota kelompok tani diberi pelatihan mengenai kewirausahaan dan membuat beberapa produk olahan dari komoditas kedelai yaitu untuk sari kedelai dibuat susu
kedelai dan tahu sedangkan ampas kedelai dibuat nugget, kroket dan donat. 2. Analisis secara sederhana dalam pelatihan pengolahan kedelai yaitu dalam 1 kg bahan maka dalam usaha pembuatan susu kedelai pelaku usaha akan mendapatkan efisiensi modal sebesar 116,21%, artinya keuntungan yang diperoleh adalah 116,21% dari total biaya yang dikeluarkan jika pengemasan menggunakan plastik dan efisiensi modal sebesar 77,77% jika pengemasan menggunakan cup. Sedangkan dalam 1 kg bahan kedelai untuk membuat tahu akan mendapatkan efisiensi modal 100%, artinya keuntungan yang diperoleh adalah 100% dari total biaya yang dikeluarkan. 3. Beberapa strategi pengembangan usaha pengolahan susu kedelai dan tahu di daerah penelitian antara lain memanfaatkan keaktifan anggota kelompok tani, bantuan modal, bantuan peralatan, penyuluhan dan pelatihan untuk menambah kepercayaan konsumen melalui teknologi yang ada; meningkatkan produksi dan menjaga kualitas produk yang dihasilkan; peningkatan SDM pelaku usaha melalui pelatihan dan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan usaha; meningkatkan diversifikasi produk dengan kualitas yang terjaga dan harga jual yang terjangkau; memperluas jaringan pemasaran dan promosi produk melalui media cetak ataupun media sosial; memperbaiki dan meningkatkan jalinan kerjasama antara pemerintah dengan pelaku usaha ataupun antar kelompok tani agar terjaga kekompakan dalam mengembangkan usahanya; serta mengoptimalkan nilai tambah penjualan dengan memanfaatkan limbah ampas kedelai menjadi makanan olahan/pakan ternak. 2. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain: 1. Kegiatan pengolahan komoditas kedelai untuk meningkatkan nilai tambah usaha ini diharapkan dapat direplikasi oleh kelompok tani lain yang membudidayakan kedelai di Kabupaten Wonogiri.
Harapannya akan terjadi peningkatan hasil usaha yang akhirnya dapat mensejahterakan petani khususnya yang membudidayakan komoditas pertanian kedelai. 2. Pemerintah daerah tetap memberikan pendampingan dan pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang berupa modal dan peralatan usaha, jangan sampai bantuan tersebut disalah gunakan sehingga usaha yang dilakukan tidak dapat berkembang bahkan sampai berhenti. 3. Kepada pelaku usaha agar meningkatkan nilai jual produk dengan pelabelan dan pengemasan yang baik untuk menarik minat pembeli. Selain itu juga diperlukan teknologi untuk pengawetan produk agar dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama. 4. Peningkatan nilai tambah usaha dengan pemanfaatan limbah dari ampas menjadi produk pangan jadi/makanan olahan dan produk pangan antara yaitu dengan membuat tepung dari ampas penggilingan kedelai sebagai bahan pembuatan kerupuk, kue kering, dll. Ampas kedelai memiliki daya simpan yang lebih panjang dan pemanfaatan yang lebih luas bila diolah terlebih dahulu menjadi tepung. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. 2014. Wonogiri Dalam Angka. BPS. Wonogiri. Bappenas, 2011. Tanaman Kedelai. http://warintek.bantulkab.go.id/web.ph p?. Diakses 12 Desember 2015. Dewan Riset Daerah Wonogiri. 2014. Kajian Pengembangan Inovasi Budidaya Kedelai Hasil Pemuliaan Litbang BATAN di Kabupaten Wonogiri. Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri. Santoso, S. P. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai. Laboratorium Pangan Fakultas Pertanian Universitas Widyagama. Malang.
Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Harapan. Jakarta.
Todaro. M.P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (H.Munandar, Trans. Edisi Ketujuh ed.). Erlangga. Jakarta.