Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Pengembangan Industri Mina Terintegrasi Di Desa Adiarsa Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Suwarsito1, Aman Suyadi2, Hindayati Mustafidah3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 , 2Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 3 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 3 Email :
[email protected]
1
ABSTRAK Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui program KKN PPM ini adalah meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Desa Adiarsa dalam pengembangan budidaya ikan secara intensif berwawasan lingkungan, menghasilkan produk benih ikan berkualitas dan kontinyu, menghasilkan produk pakan ikan berbahan baku lokal, dan menghasilkan produk perikanan yang bervariasi dengan proses pengolahan (good manufacturing practices) hasil perikanan sesuai standar. Khalayak sasaran adalah warga masyarakat Desa Adiarsa yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi (26 anggota), KWT Lintang Rahayu (20 anggota), KWT Mugi Lestari (22 anggota), dan Pokdakan Mina Mitra (22 anggota), Pokdakan Al Azkar (16 anggota), Sabrang Jaya (20 anggota), Ngudi Rahayu (20 anggota), Mugi Rahayu (22 anggota), dan Harapan (22 anggota). Kelompok sasaran kegiatan tersebar di 4 dusun yang ada di Desa Adiarsa yaitu Dusun Adiarsa, Dusun Karangmangu, Dusun Larangan, dan Dusun Jaer, yang masingmasing didampingi oleh 1 kelompok mahasiswa KKN. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis riset dengan melibatkan partisipasi aktif dari khalayak sasaran mitra dan pendampingan oleh tim penerapan teknologi dari perguruan tinggi baik dosen maupun mahasiswa. Cara penyampaian materi melalui ceramah, pemutaran VCD, dan gambar-gambar animasi, dan praktek langsung. Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diperoleh hasil sebagai berikut: meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Desa Adiarsa dalam pengembangan budidaya ikan secara intensif berwawasan lingkungan dan pengolahan hasil perikanan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkesinambungan, menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas dan kontinyu sehingga meningkatkan produksi dan penyediaan bahan baku pengolahan hasil perikanan, menghasilkan produk pakan ikan berbahan baku lokal sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pakan buatan pabrik dan menghemat biaya produksi dan menghasilkan produk perikanan yang bervariasi dengan proses pengolahan (good manufacturing practices) hasil perikanan sesuai standar. Kata Kunci: Industri Mina Terintegrasi, Pemberdayaan Masyarakat, Desa Adiarsa.
PENDAHULUAN Desa Adiarsa merupakan salah satu desa dari 11 desa yang ada di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. Sebagian besar wilayahnya terdiri atas lahan pekarangan, lahan sawah tadah hujan, sawah beririgasi, dan kolam ikan. Desa Adiarsa mempunyai empat dusun, yaitu Dusun Adiarsa, Larangan, Karangmangu, dan Jaer. Di wilayah tersebut mengalir sungai besar dengan lebar sungai antara 20 – 50 meter, yaitu Sungai Kuning dan Wotan yang bersumber dari mata air Pegunungan Kendeng. Air sungai tersebut cukup melimpah dan mengalir sepanjang tahun. Potensi desa yang demikian mampu memacu berkembangnya agribisnis pertanian termasuk di dalamnya sub sektor perikanan. Komoditas pertanian utama yang diusahakan oleh petani adalah padi, kacang-kacangan, dan umbi-umbian dalam sistem pertanaman tumpangsari, sedangkan komoditas perikanan meliputi ikan lele, mujaer, bawal, tawes, gurameh, nila, dan melem. Budidaya ikan di desa Adiarsa banyak diminati masyarakat sehingga usaha tersbut terus berkembang. Hal ini dikarenakan pemeliharaannya relatif mudah dan mampu menghasilkan uang setiap bulan (dari mulai benih ikan sampai ikan konsumsi). Walaupun masih berskala kecil, budidaya ikan di Desa Adiarsa namun cukup membantu mengatasi kesulitan ekonomi masyakat yang mendesak, serta cukup mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Namun dalam kegiatan usaha perikanan di Desa Adiarsa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu ketersediaan benih ikan masih kurang, rendahnya pengetahuan dan ketrampilan mengenai teknologi budidaya ikan secara intensif, harga pakan ikan yang tinggi, serta rendahnya manajemen usaha perikanan dan penguasaan teknologi pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan pengabdian pada masyarakat program KKN PPM ini adalah mengembangkan industri mina secara terintegrasi mulai dari penyediaan benih, pembesaran ikan dan pengolahan hasil ikan, melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan pembuatan demplot budidaya ikan secara intensif. Teknologi pembenihan ikan menggunakan 150
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 teknologi pemijahan buatan (induce breeding) yang mampu menghasilkan benih berkualitas dan kontinu, teknologi pembesaran ikan menggunakan secara intensif sehingga meningkatkan produksi ikan, teknologi pembuatan pakan ikan menggunakan bahan-bahan lokal, teknologi pengolahan hasil perikanan yang mampu menghasilkan produk sesuai standar tanpa tambahan bahan kimia, dan teknologi pengemasan menggunakan vacuum packing sehingga produk olahan lebih tahan lama.
TUJUAN Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat program KKN PPM adalah: 1.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Desa Adiarsa dalam pengembangan budidaya ikan secara intensif berwawasan lingkungan dan pengolahan hasil perikanan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkesinambungan.
2.
Menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas dan kontinyu sehingga meningkatkan produksi dan penyediaan bahan baku pengolahan hasil perikanan.
3.
Menghasilkan produk pakan ikan berbahan baku lokal sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan buatan pabrik sehingga menghemat biaya produksi.
4.
Menghasilkan produk perikanan yang bervariasi dengan proses pengolahan (good manufacturing practices) hasil perikanan sesuai standar.
METODE PELAKSANAAN Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat program KKN PPM ini adalah pemberdayaan masyarakat berbasis riset dengan melibatkan partisipasi aktif dari khalayak sasaran mitra dan pendampingan oleh tim penerapan teknologi dari perguruan tinggi baik dosen maupun mahasiswa. Cara penyampaian materi melalui ceramah, pemutaran VCD, dan gambar-gambar animasi, dan praktek langsung. Dengan cara ini, mitra kelompok tani dapat secara langsung berdiskusi dan melihat contoh hasil kegiatan praktek. Lokasi kegiatan KKN PPM dilaksanakan di Desa Adiarsa Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga - Jawa Tengah yang terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Larangan, Dusun Adiarsa, Dusun Jaer, dan Karangmangu. Khalayak sasaran antara yang strategis kegiatan program KKN PPM ini adalah sebagian besar warga masyarakat Desa Adiarsa yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi (26 anggota), KWT Lintang Rahayu (20 anggota), KWT Mugi Lestari (22 anggota), Pokdakan Mina Mitra (22 anggota), Pokdakan Al Azkar (16 anggota), Sabrang Jaya (20 anggota), Ngudi Rahayu (20 anggota), Mugi Rahayu (22 anggota), dan Harapan (22 anggota). Masing-masing Pokdakan mempunyai kolam terpal ukuran 4 x 6 m2 sebanyak 50 unit, namun ada yang mempunyai kolam tanah dengan ukuran yang lebih luas. Kelompok sasaran kegiatan tersebar di 4 Dusun yang ada di Desa Adiarsa yaitu Dusun Adiarsa, Dusun Karangmangu, Dusun Larangan, dan Dusun Jaer, yang masing-masing didampingi oleh 1 kelompok mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui program KKN PPM berupa pelatihan-pelatihan, yaitu pemijahan ikan lele menggunakan teknologi induce breeding, teknologi pembenihan ikan lele, budidaya ikan lele di kolam terpal, pembuatan pakan ikan, pembuatan abon, nugget, dan kerupuk ikan, dan pengemasan produk perikanan. Tindak lanjut dari kegiatan pelatihan pemijahan lele adalah pembuatan demplot (kolam percontohan) untuk pemijahan induk dan perawatan larva. Kegiatan pelatihan ini telah berhasil membuat demplot kolam pemijahan dan pembenihan ikan, masing-masing sebanyak 4 unit berukuran 3 x 4 m2 yang terletak di Dusun Adiarsa, Larangan, Jaer, dan Karangmangu. Jumlah induk yang digunakan untuk kegiatan pemijahan ini sebanyak 8 pasang induk (jantan dan betina) dengan berat rata-rata 2 kg/ekor, sehingga masing-masing demplot mendapat dua pasang induk
151
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Gambar 1. Demplot kolam pemijahan ikan lele Proses pemijahan dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00. Proses pemijahan diawali dengan memilih induk ikan yang siap memijah. Ciri-ciri induk jantan yang siap memijah adalah warna tubuh agak kemerah-merahan, alat kelamin tampak jelas meruncing, tubuh tetap ramping dan gerakannya lebih lincah, serta bila diurut ke arah anus keluar cairan sperma berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri induk betina yang siap memijah adalah perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek, alat kelamin berwarna kemerahan dan lubangnya agak membesar, serta bila diurut ke arah anus keluar telur berwarna kekuningan. Proses selanjutnya adalah penyuntikan dengan larutan ovaprim dengan dosis 0,2 ml/kg induk jantan dan 0,7 ml/kg induk betina. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung dengan memasukkan jarum suntik secara miring 45° sedalam ± 2 cm. Induk yang telah disuntik, dilepas ke dalam bak pemijahan yang telah diberi kakaban dari ijuk untuk tempat penempelan telur ikan. Kemudian bak pemijahan ditutup agar ikan tidak meloncat. Penyuntikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa ini merupakan langkah menginduksi atau menimbulkan rangsangan bagi ikan untuk memijah (Susanto, 2002). Perangsangan pematangan gonad dengan terapi hormonal adalah untuk merangsang lebih aktifnya kelenjar hipofisa dalam menghasilkan hormon gonadotropin (GtH) yang dapat mempengaruhi tingkat kematangan gonad secara terkontrol (Matty, 1985). Mekanisme kerja hormon gonadotropin dalam mempercepat pematangan gonad menurut Nagahama et al., (1995) adalah pituitary akan mensekresikan GtH I dan GtH II. GtH I akan bekerja pada sel-sel theca yang menghasilkan testosteron. Testosteron akan merangsang sintesis vitellogenin yang selanjutnya dilepaskan ke aliran darah dan diserap oleh sel telur sehingga sel telur berkembang menjadi besar sampai fase dorman menunggu sinyal lingkungan lain yang dapat merangsang pelepasan GtH II. Hormon utama yang merangsang pelepasan telur pada ikan adalah GtH II. Sedangkan ovaprim merupakan hormon analog GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) sintetis yang mengandung domperidome (Sugumar and Munuswamy, 2006). GnRH dalam ovaprim berfungsi memperlancar pelepasan gonadotropin dari kelenjar pituitary yang selanjutnya akan menginduksi proses pematangan akhir selsel kelamin (gamet) (Tang dan Affandi, 2000). Dengan demikian penggunaan ovaprim dapat merangsang pematangan gonad dan mengatur waktu pemijahan ikan. Penelitian yang dilakukan oleh Naeem, et al., (2002), penggunaan Ovaprim-C dengan dosis 0,2 ml/kg induk jantan dan 0,7 ml/kg induk betina dapat menginduksi pemijahan ikan Grass carp (Ctenopharyngodon idella). Sedangkan berdasarkan penelitian ini yang dilakukan oleh Assubuki (2002), dapat disarankan bahwa penggunaan hormon ovaprim yang optimum untuk pemijahan ikan lele dumbo adalah 0,3 ml/kg/berat badan ikan. Pemijahan terjadi pada pagi hari, sekitar 16 jam setelah penyuntikan. Setelah memijah, induk jantan dan betina diambil dan dipelihara pada kolam terpisah. Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 15.000 sampai 20.000 butir. Telur yang akan menetas berwarna bening, sedangkan telur yang tidak menetas berwarna putih keruh. Telur menetas menjadi larva antara 20-24 jam setelah pemijahan. Larva diberi makanan tambahan pada hari ke-3 setelah menetas berupa cacing sutera dengan dosis sekenyang-kenyangnya. Setelah berumur dua minggu mulai diberi pakan buatan yang berbentuk tepung dengan dosis 15% dari bobot benih ikan lele. Selama pemeliharaan airnya dijaga agar tetap bersih dan jernih. Setelah berumur satu bulan, benih ikan mencapai ukuran 1- 3 cm dan mulai didederkan di tempat lain. Sebelum didederkan di tempat lain, benih ikan disortir dahulu untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Benih ikan yang berukuran lebih besar atau lebih kecil dipisahkan dan dipelihara pada kolam tersendiri. Dari hasil kegiatan perawatan larva ini, ternyata tingkat kelangsungan hidup larva relatif rendah (sekitar 60%). Hal ini disebabkan karena kondisi suhu air pada media pemeliharaan larva relatif dingin (antara 24 – 26 0C) yang menyebabkan nafsu makan ikan menurun dan daya tahan tubuhnya juga menurun. Pada fase larva ini, kondisi larva sangat kritis sehingga apabila kondisi suhu air tidak mendukung menyebabkan larva ikan banyak stress dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kematiannya. Pemeliharaan benih dilakukan secara bertahap, yaitu pendederan I dan pendederan II, dan pembesaran. Pendederan I adalah pemeliharaan benih lele yang berasal dari hasil pemeliharaan larva ukuran 1-3 cm, dipelihara selama satu bulan hingga diperoleh benih ukuran 5 – 8 cm. Kepadatan benih yang ditebar adalah 1000 – 1.500 ekor/m2. Ikan beri pakan berupa pelet dalam bentuk crumble (tepung pelet yang kasar). Pemberian 152
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 pakan dilakukan empat kali sehari sebanyak 10 – 15% dari berat ikan. Sebelum didederkan ke tahap berikutnya, ikan disortir dahulu untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Ikan yang berukuran lebih besar atau lebih kecil dipisahkan dan dipelihara pada kolam tersendiri. Pendederan II adalah pemeliharan benih dari hasil pendederan I yang dipelihara selama satu bulan hingga diperoleh benih ukuran 8 – 12 cm. Kepadatan benih yang ditebar adalah 500 – 750 ekor/m2. Ikan beri pakan berupa pelet dalam bentuk butiran berdiameter 1 mm. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari sebanyak 5 – 10% dari berat ikan. Sebelum dipelihara ke tahap pembesaran, benih ikan disortir dahulu untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Selama proses pemeliharaan benih ikan, kondisi air selalu dipantau. Apabila air sudah kotor atau berbau perlu diganti dengan air baru yang telah diendapkan dahulu. Hal ini dilakukan agar ikan lele tidak stress saat beradaptasi dengan air yang baru. Kotoran di dalam kolam yang berasal dari feses ikan dan sisa pakan disipon/disedot menggunakan selang plastik secara hati-hati agar benih ikan tidak ikut tersedot keluar. Kegiatan ini dilakukan minimal dua minggu sekali, namun jika kondisi air sangat keruh, kotor, dan berbau dilakukan sesering mungkin. Untuk menjaga kondisi air tetap hangat atau stabil suhunya dilakukan pemberian tutup di samping dan atas kolam dengan plastik. Kegiatan pelatihan budidaya ikan lele secara intensif di kolam dimulai dengan ceramah/kuliah mengenai cara pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele menggunakan terpal plastik, penyediaan air untuk pemeliharaan ikan lele, manajemen pemberian pakan ikan, pengelolaan kualitas air, dan pengendalian hama penyakit ikan lele. Untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan ketrampilan peserta pelatihan dilanjutkan dengan pembuatan demplot pemeliharaan ikan lele sebanyak empat unit, yang terletak di Dusun Adiarsa, Larangan, Jaer, dan Karangmangu. Dari hasil kegiatan ini dihasilkan empat unit kolam terpal dengan ukuran 4 x 6 m 2. Selanjutnya masing-masing kolam diisi air setinggi 20 cm. Kolam juga diberi daun pepaya, kunyit, dan pupuk cair penumbuh plankton agar media pemeliharaan ikan tersebut siap untuk ditebar benih ikan. Setelah sekitar 2 minggu pengisian air, air di dalam kolam pemeliharaan ikan sudah mulai berwarna hijau karena ditumbuhi plankton. Oleh karena itu segera dilakukan penebaran benih ikan lele. Masing-masing kolam ditebar benih sebanyak 2000 ekor dengan ukuran benih ikan lele 7 – 9 cm. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari supaya suhu air tidak terlalu panas. Cara penebaran benih ikan adalah mula-mula kantong plastik benih ikan diletakkan di atas air kolam, lalu dibiarkan beberapa menit untuk penyesuaian dengan suhu air di kolam. Selanjutnya kantong plastik tersebut dibuka dan ditambahkan air dari kolam sedikit demi sedikit agar suhunya sama dengan suhu air dan biarkan selama 20 menit agar proses adaptasi benih ikan lele terhadap suhu kolam berjalan baik. Kemudian benih ikan dituang perlahan-lahan ke kolam dan biarkan benih ikan lele tersebut berenang sendiri meninggalkan kantong plastik. Pada tahap awal, ikan diberi pakan 2 kali sehari sebanyak 10% dari berat total ikan di kolam. Untuk menjaga agar kualitas air tetap terjaga dengan baik, kolam sering disifon airnya untuk membuang kotoran-kotoran yang ada di dasar kolam dan sering mengganti dengan air yang baru serta memberi pupuk cair agar pertumbuhan plankton stabil. Ikan lele adalah hewan nocturnal yang membutuhkan suasana yang redup untuk kehidupannya, sehingga semakin pekat plankton yang tumbuh akan semakin nyaman dan baik untuk kehidupan ikan. Kegiatan pelatihan pembuatan pakan ikan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kelompok pembudidaya ikan dalam membuat pakan ikan menggunakan bahan-bahan lokal. Kegiatan pelatihan diawali dengan ceramah yang berupa cara pemilihan bahan-bahan baku pakan yang berasal dari bahan lokal, penyusunan formula pakan ikan, meramu pakan, menyiapkan dan mencampur adonan pakan, pencetakan dan pengeringan pakan ikan. Setelah pelatihan selesai dilanjutkan dengan praktek langsung pembuatan pakan ikan. Dari hasil pelatihan tersebut, peserta pelatihan sudah berhasil membuat pakan ikan berbahan baku lokal dan siap digunakan untuk pakan ikan. Bahan-bahan untuk pembuatan pakan ikan berupa dedak, ikan asin, ampas tahu, dan bungkil kedelai. Bahan-bahan tersebut harganya relatif murah dan mudah didapatkan. Kegiatan pelatihan pengolahan hasil ikan berupa pembuatan abon, nugget, dan kerupuk ikan yang berbahan dasar ikan lele yang dilanjutkan dengan praktek langsung. Dari hasil pelatihan ini, pengetahuan dan ketrampilan KWT semakin meningkat. Sebelumnya, KWT ini sudah pernah membuat abon dari daging ikan lele namun hasilnya kurang baik. Tekstur abon yang dihasilkan tidak renyah dan masih banyak kandungan minyaknya, serta penampilannya kurang menarik. Namun KWT ini belum pernah membuat variasi produk hasil ikan seperti nugget dan kerupuk ikan dari daging lele. Sehingga dengan adanya pelatihan ini, KWT tersebut selain mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam membuat abon ikan juga mampu membuat nugget dan kerupuk. Pada saat praktek, KWT tersebut sudah berhasil membuat abon, nugget, dan kerupuk ikan dengan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini dibuktikan dari pendapat beberapa orang yang telah mencicipi hasil olahan ikan tersebut menyatakan rasanya enak dan renyah.
153
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Penerapan teknologi pengemasan vaccum packing terhadap produk olahan hasil perikanan dapat meningkatkan nilai tambah produk olahan tersebut sehingga dapat meningkatkan daya tarik masyarakat. Keberhasilan penerapan teknologi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita masyarakat, meningkatkan ketersediaan bahan pangan berprotein hewani yang terjangkau, yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
Gambar 2. Kemasan produk hasil olahan ikan
KESIMPULAN Dari kegiatan KKN PPM yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut: a) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat Desa Adiarsa dalam pengembangan budidaya ikan secara intensif berwawasan lingkungan dan pengolahan hasil perikanan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkesinambungan. b) Menghasilkan produk benih ikan yang berkualitas dan kontinyu sehingga meningkatkan produksi perikanan dan membantu penyediaan bahan baku pengolahan hasil perikanan. c) Menghasilkan produk pakan ikan berbahan baku lokal sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pakan buatan pabrik dan menghemat biaya produksi. d) Menghasilkan produk perikanan yang bervariasi dengan proses pengolahan (good manufacturing practices) hasil perikanan sesuai standar.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada DITLITABMAS DIKTI yang telah memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan ini, Pemerintah Daerah Purbalingga yang menyediakan dana pendamping, mahasiswa peserta KKN PPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini dengan baik, dan masyarakat Desa Adiarsa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA Assubuki, I. 2002. Pengaruh penggunaan hormon ovaprim dengan dosis yang berdeda terhadap waktu latensi pemijahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). [Tesis]. Jurusan Ilmu Peternakan, Univ. Muh. Malang. 154
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Effendi, I. 2004. Pengantar akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. Matty, A.J. 1985. Fish endocrinology. Croom Helm. London. Nagahama, Y., M. Yoshikuni, M. Yamashita, T. Tokumoto, and Y. Katsu. 1995. Regulation of oocyte growth and maturation in fish. P.: 103 – 145. In: Pedersen, R.A. and G.P. Chatten (eds.). Current topics in developmental biology. Vol. 30. Academic Press, New York. Soetomo, M. 1987. Teknik budidaya ikan lele dumbo. Sinar Baru, Bandung. Sugumar, V. and N. Munuswamy. 2006. Effect of single intramuscular injection of Ovaprim-C on induced spawning and fecundity of sustainable fish Grass carp Ctenopharyngodon idella at Fish Hatchery Islamabad, Pakistan. Journal of Aquaculture 258 (1) : 529 - 534 Susanto, H. 2002. Teknik kawin suntik. Penebar Swadaya, Jakarta. Tang, M.U. dan R. Affandi. 2000. Fisiologi hewan air. Unri Press, Riau.
155