PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS DISKUSI BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK KELAS VIII
Siti Juariyah Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Pembelajaran teks diskusi mempunyai peran penting dalam membentuk karakter siswa dalam menyikapi berbagai wacana, fenomena, maupun kondisi objektif yang ditemui dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar teks diskusi berbasis multimedia untuk siswa kelas VIII.Model pengembangan mengadaptasi model produk Rowntree (2002) dengan tiga tahap (1) perencanaan, (2) persiapan penulisan, dan (3) penulisan dan penyuntingan.Model rancangan dari pengadaptasian ini menghasilkan tiga tahap pengembangan: (1) tahap perencanaan dan persiapan penulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap penyuntingan. Hasil pengembangan berbentuk bahan ajar teks diskusi berbasis multimedia dengan mengombinasikan media microsoft powerpoint dan aplikasi flipbook yang memiliki kriteria validitas, efektivitas, dan praktibilitas. Validitas produk diukur dari aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan media yang diberikan tiga orang ahli yakni ahli materi, ahli media, dan praktisi.Setelah divalidasi, produk diujicobakan. Efektivitas produk diukur dari hasil postes kelas uji coba. Sedangkan praktibilitas diukur dari respons siswa terhadap produk. Produk akhir berbentuk produk yang telah direvisi berdasar hasil uji coba di lapangan. Kata Kunci: Pengembangan, bahan ajar, teks diskusi, multimedia. PENDAHULUAN Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sesuai amanat undang-undang serta membentuk manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Namun, banyak pakar mengritik implementasi Kurikulum 2013 ini dengan mengemukakan berbagai kelemahan. Salah satu kelemahan tersebut adalah tidak semua materi pembelajaran akan efektif dilaksanakan melalui penalaran induktif. Misalnya, dalam pembelajaran mengidentifikasi ciri kebahasaan sebuah teks, cara yang lebih efektif adalah guru perlu memberikan teori-teori kebahasaan bersama contoh-contoh
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 408
penerapannya. Setelah siswa memahaminya, siswa dapat belajar menemukan bentuk penerapannya di dalam teks. Dengan kata lain, terdapat materi-materi tertentu yang jauh lebih efektif apabila mengedepankan penalaran deduktif daripada penalaran induktif. Kalaupun harus memaksakan diri menggunakan penalaran induktif, akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kelemahan Kurikulum 2013, perlu kreativitas guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan. Karena pada hakikatnya, kunci keberhasilan pembelajaran adalah guru sebagai agen pembelajaran.Guru yang berkompetensi diharapkan mempu menjawab permasalahan yang ditemuinya di lapangan.Fakta di lapangan menunjukkan beberapa permasalahan, salah satu di antaranya belum terse-dianya buku teks Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas VIII dan IX. Fakta ini melatarbelakangi penulis untuk memfokuskan peneitian pada pengembangan bahan ajar bahan ajar teks diskusi. Adapun tujuan pengembangan yaitu memaparkan hal-hal berkait dengan pengembangan bahan ajar teks diskusi berbasis multimedia di SMP Negeri 2 Sumbergempol, Kabupaten Tulungagungyang meliputi:(1) perencanaanpengembangan; (2) pengembangkan bahan ajar; (3) uji kelayakan produk; (4) efektivitas bahan ajar; dan (5) respons siswa terhadap produk. Pengembangan produk diharapkan memiliki manfaat teoritis bagi pembelajaran teks diskusi dan manfaat praktis bagi berbagai pihak
seperti siswa, guru, lembaga, maupun peneliti. Dengan melakukan penelitian pengem-bangan ini, peneliti telah melaksanakan upaya meningkatkan profesionalitas sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Produk berbentuk multimedia diharapkan memiliki kriteria validitas, efektivitas, dan praktibilitas . Bahan ajar dinyatakan valid apabila nilai rata-rata yang diberikan oleh validator dalam uji kelayakan produk >=76. Efektivitas produk dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Siswa dikatakan tuntas apabila mendapatkan nilai tes formatif ≥2,66. Ketuntasan klasikal tercapai jika lebih dari 60% siswa telah memenuhi KKM. Praktibilitas pengembangan produk ini dikaitkan dengan respons siswa terhadap bahan ajar. Produk diharapkan men-dapat respons positif atau sangat positif oleh lebih dari 60% siswa. Pengembangan ini merupakan hal yang sangat urgen dilakukan karena selain buku teks siswa kelas VIII belum tersedia di sekolah, penggunaan buku teks selalu membutuhkan sarana mul-timedia untuk membangun konteks.Di samping itu, materi Kurikulum 2013 wajib dimiliki oleh sekolah yang menggunakan K13 maupun KTSP karena muatan ujian nasional kelas IX merupakan integrasi dari kedua kuri-kulum ini.Bahan ajar multimedia juga diperlukan agar pembelajaran berl-angsung menyenangkan. Berdasarkan paparan di atas , ruang lingkup dari penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar materi Kurikulum 2013 dengan pembatasan materi pada teks diskusi untuk kelas VIII. Jenis bahan
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 409
ajar multimedia dibatasi pada kombinasi media microsoft powerpoint dan media flipbook . Seting penelitian di batasi di SMP Negeri 2 Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung. Bahan ajar dapat didefinisikan sebagai seperangkat informasi yang disusun secara sistematis yang harus dipelajari dan diserap peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.Ruang lingkup bahan ajar mencakup pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), dan sikap atau nilai. Fakta yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Konsep yaitu segala hal yang berwujud pengertianpengetian baru yang bisa timbul sebaga hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti atau isi, dan sebagainya. Prinsip yaitu berisi hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolongmenolong, se-mangat dan minat belajar dan bekerja, dan sebagainya. Bahan yang berupa sikap dan nilai itu lebih banyak merupakan bahan yang berbentuk kurikulum terselubung (hidden curriculum). Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002, pengembangan adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru. Dengan demikian, pengembangan bahan ajar dapat diartikan sebagai kegiatan keilmuan untuk menghasilkan seperangkat infor-masi sekurang-kurangnya berisi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang disusun secara sistematis yang harus dipelajari dan diserap peserta didik untuk encapai standar kompetensi yang telah ditentukan, baik berbentuk produk yang baru atau memperbaiki produk yang telah ada. Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008) menge-lompokkan bahan ajar menjadi lima: (1) bahan cetak (printed) : handout, buku modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket; (2) bahan ajar dengar (audio); kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio; (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual): video compact disk, film; (4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive instruction material): Computer Assisted Instruction (CAI), Compact Disk (CD), multimedia pembelajaran interaktif; dan (5) bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (dalam Rusyanti, 2014). Prinsip pengembangan bahan ajar terdiri dari prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum meliputi: (1) relevansi, (2) konsistensi, dan (3) mencukupi.Prinsipkhusus pengembangan bahan ajar antara lain sebagai
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 410
berikut: (1) mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak; (2) pengulangan akan memperkuat pemahaman; (3) umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran; (5) mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap akhirnya mencapai ketinggian tertentu; dan (6) mengetahui hasil yang dicapai akan mendorong siswa untuk mencapai tujuan (Depdiknas, 2006). Brian Paltridge 2004 (dalam Kemdikbud, 2014:70-71) membedakan genre teks kedalam tujuh jenis. Dia mengklasifikasikan teks diskusi dan teks eksposisi ke dalam jenis teks argumentasi. Perbedaan teks eksposisi dengan teks diskusi terletak pada jumlah sudut pandang. Teks eksposisi hanya menyuguhkan argumen dari suatu sudut pandang, tetapi teks diskusi memberikan argumen lebih dari satu sudut pandang (Kemdikbud, 2014). Teks diskusi merupakan tulisan yang menampilkan isu yang kemudian memunculkan berbagai tanggapan baik pendapat yang mendukung (supporting points) maupun pendapat yang me-nentang (contrasting points) dan diakhiri dengan simpulan yang berisi pendapat akhir penulis mengenai isu yang dibahas (Kemdikbud, 2014). Teks diskusi memiliki fungsi sosial untuk untuk melihat suatu masalah dari berbagai perspektif, sebelum membuat keputusan atau rekomendasi (Kemdikbud, 2014:70). Secara garis besar, struktur teks diskusi terdiri dari : (1) isu/masalah, (2) argumen/pendapat, dan (3)
simpulan/saran (Kemdikbud, 2014:121). Argumentasi terdiri dari dua hal yang berseberangan, yaitu pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang. Teks diskusi memiliki ciriciri kebahasaan yang khas. Berdasarkan silabus pembelajaran teks diskusi, ciri-ciri kebahasaan teks diskusi meliputi empat hal: (1) kalimat kompleks, (2) modalitas, (3) kata rujukan, dan (4) kata kerja.Kata rujukan adalah suatu kata yang merujuk pada kata, frasa, atau kalimat lain yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh kata rujukan di antaranya adalah ini, itu, di sini, di situ, dan sebagainya.Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2007:751), modalitas adalah makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat (dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan kata barangkali, harus, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia, modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan, ingin, mungkin. Kata kerja atau verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu perbuatan, tindakan, proses, atau pekerjaan yang dilakukan oleh subjek terhadap objeknya. Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba atau lebih. Keberadaan konjungsi atau kata hubung yang menghubungkan dua buah kalimat simpleks menyebabkan kalimat tersebut menjadi kompleks. Konjungsi yang menjadi ciri khas kebahasaan teks diskusi adalah konjungsi perlawanan atau kata hubung yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya, seperti kata tetapi, meskipun, sebaliknya, namun, lain halnya, dan lain sebagainya.
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 411
Teks diskusi merupakan salah satu materi pembelajaran kelas VIII pada semester genap. Berdasarkan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP/MTs, kompetensi dasar yang ingin dicapai pada pembelajaran teks diskusi meliputi: (1) memahami teks diskusi, (2) membedakan teks diskusi, (3) mengi-dentifikasi kekurangan teks diskusi, (4) menangkap makna teks diskusi, (5) menyusun teks diskusi, (6) menelaah dan merevisi teks diskusi , dan (7) meringkas teks diskusi. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media (Azhar, 2013:162). Rachmat dan Roswanto (dalam Forijati dan Widodo, 2012:59) mengemukakan bahwa multimedia adalah penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi, dan video. Sejalan dengan pendapat ini, Moerad Baso (dalam Forijati dan Widodo, 2012:59), mengatakan bahwa multimedia adalah pemanfaatan teknologi lebih dari satu medium dalam berkomunikasi dalam proses pembelajaran dan merupakan kombinasi media elektronik yang tersedia secara cepat yang dihubungkan atau dilengkapi dengan grafik, teks, unsur fotografi, video, animasi, dan suara musik. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar multimedia adalah seperangkat informasi yang sekurang-kurangnya berisi fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang disusun secara sistematis yang disajikan dengan mengombinasikan dua atau lebih media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Forijati dan Widodo (2012) mengklasifikasikan media menjadi sepuluh jenis: (1) media audio, (2) media visual, (3) media audio-visual, (4) media grafis, (5) media proyeksi, (6) komputer, (7) internet, (8) multimedia, (9) media tiga dimensi, dan (10) human media.Informasi yang disajikan melalui multimedia berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar melalui overhead projector , dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video dan animasi). Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas (Azhar, 2013:162). Penggunaan multimedia dalam pembelajaran dianggap paling serasi dengan tuntutan dan tujuan kurikulum. Forijati dan Widodo (2012:60) menjelaskan beberapa alasan diperlukannya pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut: (1) dengan multimedia, pembelajaran akan bertambah menarik dan lebih jelas; (2) kelemahan-kelemahan yang terdapat pada tiap-tiap media dapat dilengkapi oleh keunggulankeunggulan yang terdapat pada media lainnya, sehingga diharapkan sistem instruksional lebih efisien dan efektif; (3) materi pelajaran dalam bidang studi sangat luas dan mengandung banyak variabel yang harus dipelajari oleh siswa; (4) penggunaan multimedia mengundang aktivitas kerja guru lebih terarah dan membangkitkan kegiatan belajar
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 412
siswa lebih seimbang; (5) penggunaan multimedia khususnya dalam pembelajaran dapat diartikan adanya upaya kombinasi antara penggunaan media yang lebih canggih dengan media sederhana atau yang mudah didapat dalam masyarakat dengan harga yang murah; (6) penggunaan multimedia akan me-nunjang secara maksimal pelaksanaan strategi belajar mengajar secara terpadu dan lebih interaktif. Micrososft PowerPoint meru-pakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan orang untuk mempresentasikan bahan ajar atau laporan, karya, atau status mereka (Azhar, 2013:193). E-book atau buku elektronik adalah buku teks yang dikonversi menjadi format digital. E-book juga memiliki pengertian sebagai lingkungan belajar yang memiliki aplikasi yang mengandung database multimedia sumber daya instruksional yang menyimpan presentasi multimedia tentang topik dalam sebuah buku. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis perangkat lunak profesi halaman flip untuk mengkonversi file pdf ke halaman publikasi digital (Ramdhayana, 2014). METODE PENELITIAN Desain produk yang digunakan adalah model produk Rowntree (2002) yang memiliki tiga tahap proses pengembangan : (1) perencanaan, (2) persiapan penulisan, dan (3) penulisan dan penyuntingan. Peneliti perlu melakukan adaptasi dengan menyesuaikan unsur-unsur yang terdapat dalam kurikulum serta melengkapi prosedur penting yang belum terdapat dalam model Rowntree tersebut. Hasil pengadaptasian
model Rowntreedapat dijabarkan sebagai berikut. (1) Tahap perencanaan dan persiapan penulisan, meliputi kegiatan: (a) membuat analisis materi pembe-lajaran; (b) membuat peta konsep; (c) mengumpulkan sumber, bahan, dan peralatan yang dibutuhkan; dan (d) menentukan bentuk fisik bahan ajar. (2) Tahap penulisan, meliputi kegiatan: (a) menyusun draf; (b) merevisi draf berdasar masukan para ahli; (c)melengkapi draf dan me-nyunting; dan (d) menulis asesmen belajar. (3) Tahap penyuntingan, meliputi kegiatan: (a) validasi produk oleh para ahli; (b) revisi berdasar masukan para ahli; (c) uji coba lapangan terbatas; dan (d) revisi berdasar uji coba lapangan. Pada tahap validasi produk, produk diuji para ahli dalam aspek kelayakan isi, penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan media. Kelayakan media meliputi unsur rekayasa perangkat lunak, desain pembelajaran, komunikasi visual, dan kelayakan audio. Setelah bahan ajar mendapat validasi dari para ahli, produk diujicobakan kepada pengguna. Uji coba produk bertujuan untuk melihat keberterimaan perangkat pembelajaran. Ukuran dari keberterimaan ini adalah (1) efektivitas, yaitu produk yang dikembangkan memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yakni mampu mencapai ketuntasan belajar; dan (2) produk yang dikembangkan mendapat respons positif atau sangat positif dari siswa. Desain ujicoba produk menggu-nakan desain percobaan praekspe-rimental (preeksperimental design). Jenis desain yang digunakan
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 413
adalah One Shot Case Study. Dalam desain ini, perlakuan dikenakan pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, kemudian diadakan pengukuran terhadap variabel dependen (Nazir, 2009:231). Subjek penelitian pengembangan ini adalah (1) pakar materi pembe-lajaran, (2) pakar media pembelajaran, dan (3) praktisi lapangan. Pakar materi pembelajaran sebagai validator materi oleh Dr. Dyah Werdiningsih, M.Pd. sedangkan pakar media pembelajaran sebagai validator media oleh Dr. Sri Wahyuni, M.Pd. Kedua ahli ini adalah dosen Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Praktisi dilakukan oleh Siti Maluludiyah S.Pd., salah seorang guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia pada UPTD SMP Negeri 2 Sumbergempol yang telah memiliki masa kerja selama 17 tahun. Dalam uji coba lapangan, untuk menguji efektivitas dan praktibilitas produk, subjek penelitian adalah siswa. Jenis data yang dibutuhkan berupa data verbal dan nonverbal. Pada uji kelayakan produk, data verbal berupa saran dan catatan dari para ahli, sedangkan data nonverbal berupa skor yang diberikan para ahli. Sementara itu, pada uji coba lapangan, data verbal berupa respons siswa dalam angket, sedangkan data nonverbal berupa skor postes siswa. Instrumen yang digunakan dalam uji kelayakan produk adalah kuesioner. Dalam proses validasi produk, kuesioner terdiri dari tiga macam yaitu kuisioner untuk validasi ahli materi, kuisioner untuk validasi ahli media, dan kuesioner untuk praktisi lapangan. Kuisioner untuk validasi ahli materi berisi 30 butir pernyataan tertutup dengan lima
interval jawaban yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang. Kuesioner untuk validasi ahli media berisi 25 butir pernyataan, sedangkan kuesioner untuk praktisi berisi 22 butir pernyataan. Instrumen dalam uji coba lapangan adalah kuesioner dan tes. Tes berbentuk tes pilihan ganda dan uraian yang mencakup aspek penilaian pengetahuan dan keterampilan pada kompetensi dasar tertentu. Kuesioner respons siswa berisi 13 butir pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Secara umum, teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Data nonverbal berbentuk angka dianalisis secara kuantitatif untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis meliputi empat tahap sebagai berikut: (1) mengumpulkan data verbal tertulis; (2) mentranskrip data verbal lisan; (3) menghimpun, menye-leksi, dan mengklasifikasi data verbal tulis dan hasil transkrip verbal lisan berdasarkan kriteria; dan (4) mengana-lisis data dan merumuskan simpulan analisis. Teknik analisis data angket validasi dilakukan dengan: (1) menghitung rerata skor yang diberikan validator; (2) menghitung nilai yang diberikan validator untuk menentukan tingkat kevalidan produk dengan membandingkan jumlah skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Analisis data tes kelas dilakukan dengan mencari tingkat ketuntasan siswa. Data hasil pengukuran postes dianalisis dengan menggunakan tabel analisis hasil
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 414
ulangan harian. Dalam menganalisis data angket respons siswa, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memberi skor terhadap pernyataan sikap siswa. Setelah itu, untuk mengetahui tingkat respons siswa terhadap adalah dengan cara membandingkan jumlah skor yang diberikan siswa di tiap-tiap butir pernyataan dengan skor maksimal. HASIL PENGEMBANGAN Analisis materi pembelajaran merupakan langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan proses pengembangan bahan ajar. Tujuan memyusun analisis materi pembelajaran adalah untuk memperoleh informasi akurat mengenai komponen-komponen: (1) kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang ingin dicapai, (2) indikator, (3) materi pokok, dan (4) langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Analisis materi pembelajaran perlu dilakukan agar materi yang disajikan relevan dengan kompetensi dasar dan mencukupi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Analisis materi juga digunakan sebagai masukan dalam menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran berupa bahan ajar teks diskusi. Bahan ajar ini merupakan salah satu materi Kurikulum 2013 untuk kelas VIII SMP semester genap. Produk bahan ajar berbasis multimedia berbentuk Compact Disk (CD). Multimedia dalam produk ini merupakan gabungan: (1)media microsoft powerpoint 2010, dan (2) buku teks elektronik yang dikemas dalam aplikasi kvisoftflipbookmaker pro3.6.5.
Media microsoft powerpoint yang digunakan adalah versi tahun 2010, diperlukan untuk mengendalikan perintah. Slide-slide dalam media microsoft powerpoint pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga bagian sesuai dengan jumlah subtema dalam buku teks elektronik. Selanjutnya masingmasing subtema ini dikelom-pokkan lagi menjadi beberapa subbagian sesuai dengan jumlah pertemuan. Setiap pertemuan selalu diawali dengan slide berisi video untuk membangun konteks. Setelah itu, berturu-turut diikuti oleh slide pemandu kegiatan apersepsi, informasi tujuan pembelajaran, dan cakupan materi. Setelah slide yang berisi cakupan materi ini selesai ditayangkan, pengguna dapat langsung menutup aplikasi powerpoint dan selanjutnya membuka buku tes elektronik dalam file flipbook sesuai petunjuk dalam slide. Di akhir pertemuan, setelah kegiatan pembe-lajaran dalam file flipbook selesai, pengguna dapat menutup aplikasi flipbook dan kembali ke media powerpoint dengan membuka slide terakhir yang berisi panduan kegiatan penyimpulan. Produk tersimpan dalam folder bernama powerpoint. Folder ini berisi tujuh file, masing-masing file berisi slide-slide yang ditayangkan dalam setiap pertemuan. Dalam setiap perte-muan, selalu diawali dengan pemutaran video singkat untuk membangun konteks dan diakhiri dengan kegiatan penarikan simpulan. Buku teks elektronik dikemas dalam aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Pro 3. Secara garis besar, materi teks diskusi pada buku teks elektronik dibagi menjadi tiga subbab. Pembagian subbab ini
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 415
didasarkan pada cakupan materi. Cakupan materi masing-masing subbab sudah mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan. Sehingga setiap akhir subbab/subtema dapat dilakukan uji kompetensi yang sudah meliputi kedua aspek tersebut. Materi pembelajaran yang disajikan pada masing-masing subtema berisi teks model tugastugas yang dilakukan secara berkelompok yang berbentuk diskusi maupun tugas mandiri. Dalam diskusi untuk menye-lesaikan tugastugas ini, disisipkan contoh-contoh, teori-teori, ilustrasi, dan aktivitas (petunjuk langkah-langkah). Sesuai amanat pendekatan saintifik, penulis berusaha mengedepankan penalaran induktif. Namun demikian, untuk mengurangi efek ketidakefektifan pendekatan saintifik pada materimateri terntentu, penulis menggabungkan penalaran induktif dengan penalaran deduktif dengan cara memberikan stimulus-stimulus berupa teori-teori yang diperlukan siswa sebagai pengetahuan awal untuk bekal mengolah data dan selanjutnya membuat simpulan. Secara garis besar, materi yang tercantum dalam buku teks elektronik dibagi menjadi tiga subtema yaitu (1) wacana tes keperawanan di sekolah; (2) kebijakan kantong plastik berbayar; dan (3) Bolehkah Siswa SMP Mengendarai Motor ke Sekolah? Validasi produk mencakup kela-yakan materi dan kelayakan media .Validasi materi berkaitan dengan kegiatan penilaian dari seorang ahli terhadap kelayakan produk pengem-bangan dalam hal kelayakan (1) isi, (2) penyajian, dan (3) bahasa. Sedangkan validasi media meliputi aspek kelayakan (1)
rekayasa perangkat lunak; (2) desain pembelajaran; (3) komunikasi visual; dan (4) kelayakan audio. Berdasarkan angket yang diberikan kepada ahli materi dalam uji kelayakan isi, kriteria sangat baik diperoleh oleh aspek kemutakhiran materi dan keakuratan materi yang mendapat rerata skor 5 dan 4,6. Sedangkan aspek kesesuaian materi dengan KI dan KD serta aspek kemampuan materi dalam mendorong keingintahuan siswa kedua-duanya mendapat kriteria baik dengan rerata skor 4,33 dan 4,5. Rerata skor secara keseluruhan pada aspek kelayakan isi ini adalah 4,58 dengan kriteria sangat baik.Nilai yang diperoleh dari jumlah skor pada aspek kelayakan isi 91,67. Besar persentase dari proses validasi isi adalah sebesar 91,67 %. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, secara kuantitatif hasil validasi isi pembelajaran dari produk ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan skor yang diberikan ahi materi dalam uji kelayakan penyajian, konsistensi sistematika penyajian dan kelengkapan pendukung penyajian kedua-duanya mendapat skor 5 dengan kriteria sangat baik. Rerata skor pada aspek ketepatan penyajian dan keruntutan konsep adalah 4,33 dan 4 dengan predikat baik. Secara kesel-uruhan, rerata skor yang diperoleh pada aspek kelayakan penyajian adalah 4,44 dengan predikat baik. Besar persentase dari proses validasi penyajian 88,89%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil validasi isi dari produk ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasar skor yang diberikan ahli materi dalam uji kelayakan
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 416
bahasa, semua indikator aspek kelayakan bahasa yang meliputi (1) kekomunikatifan, (2) kesesuaian dengan tingkat perkem-bangan peserta didik, (3) koherensi dan keruntutan alur pikir, dan (4) kesesuaian dengan kaidah bahasa mendapat rerata skor 4 dengan kriteria baik. Dengan demikian rerata skor yang diperoleh aspek kelayakan bahasa memiliki angka dan predikat yang sama dengan rerata skor pada tiap-tiap indikator penilaian yaitu 4 dengan kriteria baik. Besar persentase dari proses validasi bahasa adalah sebesar 80%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil validasi bahasa dari produk ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan data di atas, jumlah skor yang diberikan validator materi dalam 30 butir pernyataan adalah 131. Berdasarkan angkaangka ini diperoleh rerata dari skor validasi materi sebesar 4,37 dengan kriteria baik. Persentase dari proses validasi materi adalah sebesar 87,33%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil validasi materi berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Validasi media merupakan kegi-atan penilaian dari seorang ahli terhadap kelayakan produk pengembangan terkait dengan (1) rekayasa perangkat lunak, (2) desain pembelajaran, (3) komunikasi visual, dan (4) audio. Berdasarkan skor yang diberikan ahli media pada aspek kelayakan rekayasa perangkat lunak, indikator keakuratan media dan kemutakhiran media sama-sama men-dapat skor 4 dengan kategori baik. Kemudahan penggunaan mendapatkan skor yang lebih tinggi yaitu dengan rerata 4,33 dengan kategori baik. Sedangkan skor
terendah terletak pada kelengkapan dokumentasi memperoleh rerata skor 3,5 dengan kriteria cukup. Kelengkapan dokumentasi pada bagian petunjuk instalasi produk perlu mendapatkan perhatian serius karena hanya mendapat skor 3 dengan kriteria cukup. Rerata skor yang diperoleh pada aspek rekayasa perangkat lunak adalah 4 dengan predikat baik.Persentase dari proses validasi rekayasa perangkat lunak adalah sebesar 80%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil validasi pada aspek ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan skor yang diberikan ahli media pada aspek desain pembelajaran, indikator ketepatan rumusan tujuan pembelajaran mendapat skor 5 dengan kategori sangat baik. Sedangkan kulaitas proses pembelajaran dan ketepatan evaluai sama-sama memiliki rerata skor 4 dengan kategori baik. Rerata skor secara keseluruhan pada kelayakan desain pembelajaran adalah 4,29 dengan kategori baik. Persentase validasi 85,71%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil validasi desain pembelajaran dari produk ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan skor yang diberikan ahli media pada aspek kelayakan komunikasi visual, kekomunikatifan mendapat skor 5 dengan kriteria sangat baik. Indikator yang lain seperti kreativitas, kemenarikan, dan tampilan visual mendapat rerata skor 4 dengan kriteria baik. Media bergerak mendapat rerata skor yang lebih tinggi yaitu 4,5 dengan predikat baik. Secara keseluruhan, rerata skor yang diperoleh dalam kelayakan
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 417
komunikasi visual adalah 4,25 dengan kriteria baik. Persentase dari proses validasi komunikasi visual adalah sebesar 85%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, hasil berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan skor yang diberikan ahli media pada aspek kelayakan audio, dari tiga indikator penilaian audio yang meliputi volume, kecepatan, dan tekanan, ketiga-tiganya mendapat skor 4 dengan kriteria baik. Rerata skor secara keseluruhan indikator dalam kelayakan audio juga sebesar 4 dengan predikat baik. Persentase dari proses validasi audio adalah sebesar 80%. Jika dikonversikan ke dalam kriteria tingkat kelayakan, aspek audio dari produk ini berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Berdasarkan data di atas, jumlah skor yang diberikan ahli media dalam keseluruhan aspek kelayakan adalah 125. Jika skor maksimal dari 25 butir pernyataan adalah 125, maka besar persentase dari proses validasi media adalah sebesar 83,2%. Jika dikonversi ke dalam kriteria tingkat kelayakan, secara kuantitatif hasil validasi media berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penilaian praktisi lapangan ini berisi angket tertutup dengan berisi 22 butir penilaian. Butir-butir penilaian dalam angket ini menggabungkan beberapa indikator dari aspek isi, penyajian, bahasa, dan media. Butir-butir penilaian yang dipilih bersifat praktis dan bisa diamati secara langsung, terutama pada aspek kelayakan media. Aspek-aspek yang dinilai meliputi aspek kelayakan (1)
isi, (2) penyajian, (3) bahasa, dan (4) media. Berdasarkan angket validasi, jumlah skor yang diberikan praktisi pada 5 butir penilaian aspek isi berjumlah 23. Rerata skor dari angka ini adalah 4,6 dengan predikat sangat baik. Persentase nilai dari aspek isi oleh praktisi adalah 92% berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Pada aspek kelayakan penyajian, rerata skor 4,5 dengan kriteria baik. Persentase adalah 90% berada pada level valid dan tidak perlu revisi.Pada aspek kelayakan bahasa, Rerata skor dari angka ini adalah 4 dengan kriteria baik. Tingkat kevalidan bahasa adalah 80% berada pada level valid dan tidak perlu revisi.Secara keseluruhan, rerata dari skor pada aspek materi 4,43 dengan kriteria baik dengan persentase kevalidan 88,57% berada dalam level valid dan tidak perlu revisi. Sedangkan rerata skor pada aspek kelayakan media dari 4,25 dengan kriteria baik. Persentase kevalidan produk 85% berada pada level valid dan tidak perlu revisi. Meskipun secara kuantitatif, hasil validasi produk menunukkan valid, peneliti perlu melakukan perbaikan produk berdasar simpulan maupun catatan dari para ahli. Perbaikan produk yang dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) menambahkan beberapa soal uraian pada akhir subtema2; (2) menyisipkan kebijakan kantong plastik berbayar di Tulungagung pada teks model subtema 2; (3) menambahkan tugas projek pada setiap akhir kegiatan; (4) memperbaiki tampilan sampul depan; (5) buku teks dikonversi ke aplikasi flipbook yang original; (6) memperbaiki petunjuk instalasi aplikasi flipbook; (7) mengganti
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 418
video mem-bangun konteks yang terdapat pada file “pertemuan1” media powerpoint; dan (8) mengganti video membangun konteks pada pertemuan ketiga dengan video berjudul “Plastik Asik...Yuk Kita Jaga Bumi Kita.” Berdasarkan hasil postes dari 20 siswa, 17 siswa tuntas belajar karena mendapatkan nilai >= 2,66. Hanya 3 siswa yang mendapatkan nilai kurang dari ketuntasan minimal, sehingga siswa yang tuntas belajar sebesar 85%. Nilai rerata kelas uji coba adalah 75. Nilai konversi dari angka ini adalah 3 dengan predikat B. Ketuntasan klasikal kelas juga terpenuhi karena lebih dari 60% siswa telah memenuhi KKM. Meskipun secara kuantitatif hasil uji coba produk di lapangan telah menunjukkan efektivitas produk, peneliti memperbaiki produk berdasar nilai kurang pada beberapa butir soal. Terutama dengan mencermati jawaban siswa pada soal nomor 23, penulis harus melakukan perbaikan produk dengan menambah materi pengayaan tentang sinonim. Materi ini akan bermanfaat bagi siswa untuk memperkaya kosa kata sehingga akan mempermudah menu-angkan gagasan ke dalam kata atau kalimat yang bervariasi. Berdasarkan angket kepada 20 responden, 15 siswa memberikan respons positif terhadap produk, 2 siswa memberikan respons sangat positif, dan 3 siswa lainnya netral. Jika dikonversi ke bentuk persen, sebanyak 75% siswa memberikan respons positif, 10% sangat positif, dan 10 % siswa yang membe-rikan respons netral. Berdasarkan respons siswa, produk pengembangan ini memiliki kelebihan pada unsur nilai-nilai karakter. Sebanyak 14 siswa
menyatakan sikap sangat setuju dan 6 siswa setuju kalau materi memotivasi mereka untuk bersikap dan bertingkah laku yang lebih baik. Persentase skor pada pernyataan ini 95%. Sementara itu, sebanyak 13 siswa menyatakan sikap sangat setuju, 4 siswa setuju, dan 1 orang siswa ragu-ragu kalau materi momotivasi mereka untuk berprestasi. Persentase skor pada pernyataan ini 92%. Rerata skor pada kedua butir pernyataan yang merupakan indikator nilai-nilai karakter ini 93,5 %. Keurangan produk ini terletak pada unsur kekontekstualan materi. Hal ini ditunjukkan oleh skor yang diperoleh pada butir pernyataan nomor 3 yang hanya memperoleh skor 66 dengan tingkat respons raguragu. Dari 20 responden, 4 siswa menyatakan sangat setuju, 6 siswa setuju, 6 siswa ragu-ragu, dan 4 siswa menyatakan sangat tidak setuju jika materi memiliki kaitan dengan kehidupan mereka. Namun, butir pernyataan lain pada indikator kekontekstualan materi, menunjukkan hasil yang berbeda. Sebanyak 87% siswa setuju jika mereka memiliki keingintahuan terhadap isi. Dengan kata lain siswa merasa ingin tahu tentang isi teks meskipun tidak semua isi teks berkaitan dengan kehidupannya. Rerata persentase persetujuan dari kedua butir pernyataan ini adalah 76,5%. Pada aspek interaktivitas siswa, sebanyak 66% siswa menyatakan ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapat. Meskipun demikian, 80% lebih bersemangat dalam mengikuti pembe-lajaran. Artinya siswa setuju jika mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran meskipun masih ragu-
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 419
ragu untuk mengeluarkan pendapat. Rerata persentase persetujuan dari indikator ini adalah 78%. Sementara itu, indikator kemudahan pemahaman mendapat persetujuan 79,5% . Siswa setuju menyatakan merasa lebih mudah memahami materi, 76% siswa setuju bahwa materi tidak membingungkan, 81% siswa setuju jika langkahlangkah pembelajaran memu-dahkan siswa untuk menguasai materi, dan 74% siswa setuju bahwa mereka tidak mengalami kesulitan memahami isi kalimat, paragraf, maupun teks secara kese-luruhan. Pada aspek kemenarikan materi, 87% siswa menyatakan video yang diputar memotivasi mereka untuk belajari, 83% siswa menyatakan pembe-lajaran teks diskusi menarik dan menyenangkan, dan 90% siswa menya-takan bahan ajar teks diskusi tidak sama dengan buku-buku biasa yang selama ini digunakan. Artinya, siswa menyatakan termotivasi untuk belajar karena bahan ajar menarik, menyenangkan, dan berbeda dengan buku-buku biasa yang selama ini mereka gunakan. Revisi produk didasarkan pada respons ragu-ragu siswa terhadap salah satu butir pernyataan pada indikator kekontekstualan materi. Peneliti mengganti topik tugas menyusun teks diskusi pada subtema 2 dengan topik yang lebih kontekstual. Topik peduli sampah pada hari lingkungan hidup pada tugas menyusun teks diskusi secara berkelompok diganti dengan topik bela negara di sekolah. Dengan demikian, siswa lebih mudah menuangkan gagasan karena berkaitan dengan peristiwa yang benar-benar mereka alami di sekolah.
SIMPULAN Prosedur pengembangan dimulai dengan membuat analisis materi pembelajaran. Hasil pengembangan berbentuk bahan ajar teks diskusi berbasis multimedia mengombinasikan media microsoft powerpoint dan aplikasi flipbook. Hasil validasi para ahli yang terdiri dari ahli materi, ahli media, dan praktisi menunjukkan tingkat validitas produk 85,93% berada pada level valid. Angka ini berasal dari rerata empat aspek penilaian yang meliputi kelayakan isi 91,84%, kelayakan penyajian 89,45%, kelayakan bahasa 80%, dan kelayakan media 84%. Setelah produk direvisi berdasar kritik dan saran perbaikan dari para ahli, produk diujicobakan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa produk telah memenuhi kriteria efektivitas dan praktibilitas. Efektivitas produk ditun-jukkan oleh terpenuhinya ketuntasan klasikal kelas uji coba karena 85% siswa yang mengikuti postes mendapat nilai >= 2,66. Nilai rerata kelas 75, dikonversi menjadi 3 dengan predikat B. Berdasarkan angket respons siswa, produk bahan ajar memenuhi syarat praktibilitas karena 85% siswa memberi respons positif dan sangat positif terhadap produk. Tingkat persetujuan tertinggi pada nilai-nilai karakter. Sebanyak 93,5% siswa menya-takan sangat setuju kalau materi memotivasi siswa untuk bersikap dan bertingkah laku yang lebih baik serta memotivasi siswa untuk berprestasi. Pada indikator kemenarikan, 86,67% siswa menyatakan setuju kalau bahan ajar menarik, menyenangkan, dan berbeda dengan buku-buku biasa yang selama ini mereka gunakan sehingga termotivasi untuk belajar.
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 420
Pada aspek kemudahan pemahaman, 79,5% siswa menyatakan setuju kalau materi tidak membingungkan dan mudah dipahami dengan langkah-langkah pembelajaran mempermudah siswa menguasai materi. Pada indikator interaktivitas, 78% siswa menyatakan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran meskipun masih raguragu untuk mengeluarkan pendapat. Pada aspek kekontekstualan materi, 76,5% siswa menyatakan merasa ingin mengetahui isi teks meskipun tidak semua isi teks berkaitan dengan kehidupan siswa. Produk akhir berupa produk yang direvisi berdasar hasil uji coba lapangan. SARAN Produk dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak seperti siswa, guru, manajemen sekolah, maupun peneliti lain. Disarankan untuk mengujicobakan produk di beberapa sekolah sebelum produk disebarluaskan dalam kawasan yang lebih luas. Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan pada jenis teks yang lain untuk melengkapi materi kelas VIII SMP. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Busri, Hasan dan Badrih, Moh. 2015. Linguistik Indonesia: Pengantar Memahami Hakikat Bahasa. Malang: Worldwide Readers. Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta. Forijati, Rr. dan Widodo, Agus. 2012. Modul Materi Paedagogik. Dalam Panitia Sertifikasi Guru Rayon 143. Media pembelajaran. Kediri: UNP.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kemdikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Modul disajikan dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Tulungagung, 9-14 Juni 2014. Latief, Mohammad Adnan. 2009. Penelitian Pengembangan, (Online ), (http:// sastra.um.ac.id/, diunduh 31 Desember 2015, pukul 15.00). Martutik dan Rani, Abdul. 2013. Menulis Dasar Berbasis Tugas. Malang: Surya Pena Gemilang. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud RI Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Ramdhayana. 2014. Media Pembelajaran dengan Menggunakan Media Flipbook, (Online), (http://ramdhayana24.blogspot.c o.id/, diunduh 19 April 2016, pukul 18.30).
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 421
Rusyanti, Hetty. 2014. Pengertian Bahan Ajar Menurut Ahli. (online), (http://www.kajianteorti.com/, diunduh 20 April 2016, pukul 17.30). Sorraya, Artifa. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Teks Prosedur Kompleks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas X SMK. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Unisma. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabheta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Wahono, Romi Satria. 2006. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran.(Online), (http://romisatriawahono.net/, diunduh 21 April 2016, pukul 11.45).
NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 422