PENGEMBANGAN ALAT UKUR PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK GIZI PADA REMAJA
ESI EMILIA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Februari 2008
Esi Emilia NMR A561030071
ABSTRACT ESI EMILIA. Development of Measurement on Nutrition Knowledge, Attitude and Practice for Adolescent. Under direction of HIDAYAT SYARIEF, PANG S. ASNGARI, SITI MADANIJAH and DRAJAT MARTIANTO The purpose of the research is to develop a measurement and to analyze of nutrition knowledge, attitude and practice for adolescent. The research consists of five steps; 1) identification of nutrition concept based on literature study and discussion with the expert. The nutrition concept consists of basic concept of nutrition, the interaction between nutrient and diseases, good foods, reproduction health and life style; 2) to develop concept of nutrition knowledge, attitude and practices for adolescent; 3) all of the topics spread out on the small item that all the subjects have been previously discussed with the expert. The measurement result of nutrition knowledge, attitude and practice developed for adolescence consisted of 261 items. It was lessen to 123 items after being discussed with the nutritionist that nutrition concepts used balanced diet 4) conducted a try out on 242 adolescence. The try out was conducted in the city of Bogor and the district to females and males age 15-19, scholar or not. The result of the try out was analyzed statistically which consisted of the difficulty level, internal validity, internal and test-retest reliability. From 123 items tested it was reducing to 55 with validity >0.3, internal reliability value 0.83, 0.72, 0.75 and the test-retest value was also well above the minimum requirement of 0.7 (0.82, 0.81dan 0.78) with medium difficulty level; and 5) the final evaluation with the expert produced 60 items. The second research conducted 472 adolescence in the city of Bogor and the district to females and males age 15-19, scholas or not. The mean of nutrition knowledge and practical level are moderate and nutrition attitude in a good condition. Finding showing a very significant relathionship between nutrition knowledge, attitude and practice for adolescent Keywords: Adolescents, Nutrition, knowledge, attitude, practice, Questionnaire Development, Validity, Reliability
RINGKASAN ESI EMILIA. Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF, PANG S. ASNGARI, SITI MADANIJAH dan DRAJAT MARTIANTO. Untuk menilai pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja diperlukan suatu alat ukur. Konsistensi pengukuran dan akurasi data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian tergantung pada alat ukur (instrumen/kuesioner) yang digunakan. Suatu alat ukur yang standar harus memenuhi kriteria psikometrik yaitu validitas dan reliabilitas. Sampai saat ini, di Indonesia belum ada kajian ilmiah yang membahas alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang memenuhi standar. Alat ukur yang digunakan untuk pengetahuan, sikap dan praktek gizi seadanya dan hanya terbatas digunakan untuk kalangan tertentu. Selain itu, alat ukur yang digunakan untuk kelompok sasaran yang sama bisa berbeda-beda dan sebaliknya alat ukur yang digunakan pada kelompok sasaran yang berbeda menggunakan alat ukur yang sama. Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja diperlukan sebagai dasar untuk melakukan upaya peningkatan perilaku gizi remaja. Tujuan penelitian ini adalah (1) merumuskan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang standar dan (2) menganalisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian ini terdiri dari dua, penelitian pertama tentang pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja serta penelitian kedua tentang analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu : (1) identifikasi konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (2) perumusan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (3) pengembangan item pertanyaan untuk kuesioner yang terstruktur; (4) uji coba kesahihan dan keterandalan dan (5) evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Penelitian kedua merupakan penelitian survey dengan disain penelitian cross sectional study. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive), yaitu Kota dan Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi berdasarkan keadaan sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang beragam sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama dilaksanakan pada dua kelurahan atau desa dari dua kecamatan yang ada di Kota dan di Kabupaten Bogor, sedangkan penelitian kedua dilaksanakan pada tiga kelurahan atau desa dari tiga kecamatan yang ada di Kota dan di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data selama setahun, mulai bulan Juni 2006 sampai Juni 2007. Contoh dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan laki-laki yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor. Minimal contoh untuk penelitian pertama dengan populasi yang heterogen adalah 200 orang (Azwar 2006). Dalam penelitian ini, jumlah contoh pada uji coba sebanyak 242 orang. Pada penelitian kedua, minimal contoh yang diambil berdasarkan proporsi remaja yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 358 orang (Cochran, 1991). Contoh dalam penelitian ini sebanyak 472 orang remaja. Tahapan 1,2,3 dan 5 dari pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi dianalisis secara kualitatif, sedangkan tahap ke 4 yaitu uji coba kuesioner dianalisis secara kuantitatif. Uji coba kuesioner pengetahuan, sikap dan
praktek gizi dilakukan dengan analisis data: (1) tingkat kesukaran item; (2) validitas internal (Internal Validity); (3) reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) dan (4) test-retest (Test Retest Reliability). Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja dilakukan secara deskriptif. Pengkategorian setiap peubah yang diteliti umumnya dilakukan dengan menggunakan angka rata-rata dan standar deviasi, atau menggunakan patokan normatif seperti dalam pengkategorian besar keluarga dan pendapatan perkapita perbulan. Untuk membandingkan peubah-peubah seperti pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh sekolah dan putus sekolah di kelompok kota dan desa, dilakukan uji Anova sesuai dengan jenis datanya. Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi digunakan uji Korelasi Pearson. Hasil identifikasi konsep berdasarkan studi literatur dan diskusi dengan pakar gizi adalah konsep dasar gizi, hubungan gizi dan penyakit, pemilihan makanan, gizi ibu hamil dan menyusui serta kebiasaan makan dan gaya hidup. Konsep yang dihasilkan dari diskusi pakar dikembangkan dalam bentuk kisi-kisi, kemudian didiskusikan lagi dengan pakar. Diskusi dengan pakar menghasilkan kisi-kisi sebagai berikut : konsep dasar gizi dengan indikator jenis, sumber dan fungsi zat gizi. Hubungan gizi dan penyakit dengan indikator implikasi kekurangan atau kelebihan makanan terhadap kesehatan remaja. Pemilihan makanan dengan indikator pemilihan makanan yang sehat dan aman. Gizi dan kesehatan reproduksi yang terdiri dari perkembangan fisik, kematangan seksual pada masa growth spurt dan gizi ibu hamil dan menyusui serta kebiasaan makan dan gaya hidup remaja dengan indikator mengurangi frekuensi makan, mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan, mengkonsumsi makanan siap saji, rendahnya konsumsi serat dan kalsium serta kebiasaan merokok. Berdasarkan masukan dari pakar bahwa masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat (growth spurt) terutama pada organ reproduksi, maka konsep gizi ibu hamil dan menyusui diganti dengan gizi dan kesehatan reproduksi. Kisi-kisi dijabarkan kedalam item-item. Pengembangan item kuesioner dari setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi menghasilkan 261 item (item pool) yang terdiri atas 124 item tentang pengetahuan gizi, 111 item sikap terhadap gizi dan 26 item praktek gizi. Hasil pengembangan item ini didiskusikan dengan delapan orang pakar yang terdiri atas pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi, pakar penyuluhan serta pakar pendidikan dan komunikasi. Hasil diskusi dengan pakar menemukan bahwa banyak item yang berulang dan memiliki makna ganda. Berdasarkan diskusi ini maka disepakati bahwa kisikisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi diganti. Kisi-kisi yang terdiri dari konsep, indikator, sub indikator, jumlah item dan variabel berubah menjadi konsep, dimensi, sub dimensi, indikator, jumlah item dan variabel. Konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi setelah diskusi dengan pakar adalah konsep gizi seimbang dengan dua dimensi yaitu pola makan sehat, seimbang dan pola hidup sehat. Pola makan sehat dan seimbang dijabarkan menjadi tiga sub dimensi, 15 indikator sedangkan pola hidup sehat terdiri atas tiga sub dimensi dengan lima indikator. Berdasarkan kisi-kisi hasil diskusi dengan pakar, dilakukan pemilihan item sehingga terjadi pengurangan dan perbaikan item. Item pool yang telah dikumpulkan sebanyak 261 item, dipilih dan dikelompokkan berdasarkan indikator yang baru. Item-item yang bermakna ganda dan berlebihan (redundant)
dipilih salah satu item yang tepat menggambarkan indikator, sedangkan lainnya dibuang. Item-item yang kurang jelas diperbaiki sesuai petunjuk pakar. Proses pemilihan item diatas menyebabkan terjadinya pengurangan item. Jumlah item pada kuesioner awal sebanyak 261 item berkurang menjadi 123 item yang terdiri dari 71 item pengetahuan tentang gizi, 28 item sikap terhadap gizi dan 24 item tentang praktek gizi pada remaja. Pada tahap ini, sebanyak 172 item dibuang, 34 item baru dimasukkan untuk memenuhi indikator. Berdasarkan pendapat pakar tentang alternatif jawaban untuk setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi maka kelompok alternatif jawaban yang terpilih adalah alternatif jawaban II yaitu 0, 1 (0 apabila jawaban salah, 1 apabila jawaban benar) untuk pengetahuan, 1,2,3 (1= tidak setuju, 2=ragu-ragu, 3=setuju) untuk sikap dan 1,2,3 (angka tertinggi melakukan praktek sesuai dengan kaidah ilmu gizi) untuk praktek. Alasan pemilihan alternatif jawaban II karena mudah dipahami dan dimengerti oleh remaja. Sedangkan untuk variabel praktek, skor yang diberikan tergantung banyak alternatif jawaban pada setiap item. Uji Coba dilakukan pada item yang berjumlah 123 item pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Item pertanyaan dan pernyataan harus memenuhi kriteria validitas internal, reliabilitas internal dan test-retest reliability sehingga dilakukan uji coba pada 242 orang remaja. Uji coba menghasilkan 55 item dengan validitas internal r>0,3 dan Alpha Cronbach >0,7. Evaluasi akhir dari alat ukur sangat diperlukan untuk meninjau kembali setiap tahapan pengembangan alat ukur terutama hasil uji kesahihan dan keterandalan. Setelah dilakukan diskusi akhir dengan pakar, ternyata ada tujuh item yang terdiri dari lima item pertanyaan pengetahuan gizi dan dua item pernyataan sikap yang dimasukkan kembali ke dalam kuesioner. Selain itu ada satu item pengetahuan gizi dan satu item sikap yang dianggap tidak perlu sehingga dibuang. Dengan demikian, alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja telah menghasilkan 60 item pertanyaan terdiri dari 34 item pengetahuan gizi, 14 item sikap terhadap gizi dan 12 item praktek gizi yang memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. Uji coba pada 60 item kembali dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang dapat mengukur kompetisi dasar pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Uji coba menghasilkan 28 item yang terdiri dari 13 item pengetahuan gizi, 8 item sikap terhadap gizi dan 7 item praktek gizi dengan validitas internal r>0,4 dan Alpha Cronbach >0,7. Analisis pemahaman contoh terhadap item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil contoh (8,7%) pertanyaan yang tidak dapat diisi contoh, sedangkan 91,3% contoh dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Artinya bahwa sebagian besar contoh telah memahami dan mengerti pertanyaanpertanyaan yang terkandung dalam alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja menemukan bahwa rata-rata skor pengetahuan dan praktek gizi contoh tergolong sedang dan rata-rata skor sikap terhadap gizi contoh tergolong baik. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan gizi, sikap gizi dan praktek gizi pada remaja. Kata kunci : remaja, pengetahuan sikap dan praktek gizi, pengembangan alat ukur
@ Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN ALAT UKUR PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK GIZI PADA REMAJA
ESI EMILIA
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Disertasi Nama NRP
: Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja : Esi Emilia : A561030071
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Hidayat Syarief, MS Asngari Ketua
Prof. Dr. Pang S. Anggota
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS MSi Anggota
Dr. Ir. Drajat Martianto, Anggota Diketahui
Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Hadi Riyadi, MSi M.S.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro,
Tanggal Ujian : 6 Februari 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan dari bulan Juni 2006 sampai Juni 2007 adalah Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja. Penelitian dilaksanakan pada remaja yang tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof.Dr.Ir.Hidayat Syarief, MS, bapak Prof.Dr.Pang S. Asngari, ibu Dr.Ir.Siti Madanijah, MS dan bapak Dr. Ir.Drajat Martianto, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof.Dr. Ali Khomsan, MS, Prof.Dr.(Ris) Djoko Susanto,SKM,APU, Dr.Ir.Diah K.Pranadji, MS dan Dr.Ir.Pudji Muljono, MS sebagai pakar yang telah memberikan saran dan kritik pada proses pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Terima kasih kepada Dr.Ir.Diah K. Pranadji, MS yang telah bersedia menjadi penguji pada ujian prelim lisan, kolokium dan ujian tertutup serta banyak memberikan masukan, kritik dan saran untuk kesempurnaan disertasi ini. Terima kasih kepada ibu Prof.Dr.drh.Clara M. Kusharto, MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, nasihat dan saran selama perkuliahan. Ucapan terima kasih pada Dr.Yayah Kusbandiah Husaini, SKM,M dan Prof.Dr. Ali Khomsan MS atas kesediaan sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan pada sekolah-sekolah dan instansi terkait serta bapak dan ibu yang telah membantu dalam pengumpulan data. Penghargaan dan terimakasih penulis ucapkan pada remaja yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian ini. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Drs. Zulkifli Matondang, MSi dengan keikhlasannya telah membantu penulis dalam memberikan ilmu dan masukan dalam pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan: Dr. Diffah Hanim MSi, Ir. Zulhaida Lubis MS, Dr.Ai Nurhayati MSi, Dr Evawani Aritonang MSi, Dr.Sri Purwaningsih MSi, Dr.Suryono MSi, Dr.Yuliana MSi, Dr.Dodik Briawan MCN, Ir. Meti Cesilia MSc, staf pengajar GMK yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh perkuliahan, teman-teman GMK, teman-teman staf pengajar Universitas Negeri Medan, staf administrasi GMK dan pascasarjana IPB. Terimakasih kepada semua kakak ipar dan ponakan-ponakan yang telah memberikan semangat dan kesadaran untuk terus berjuang menyelesaikan studi ini. Terimakasih yang tak terhingga kepada papa Syamsumar, mama Marthalena (almh), Uda Ria, Uni Ad, Vera, Poppy dan semua ponakan atas kasih sayang, doa dan pengertian yang tulus selama penulis menyelesaikan disertasi ini. Kepada suami Rachmat Mulyana dan anak-anak tercinta; Regania Pasca Rachsy, Gianca Abbiyyu Rachsy, Ghalda Nabbila Rachsy dan Geraldr Al Gifari Rachsy terimakasih atas semua pengorbanan, pengertian, kesabaran, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2008 Esi Emilia
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 27 Maret 1968 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan bapak Syamsumar Datuak Majo Kayo dan ibu Marthalena (Almh). Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Tata Boga Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan IKIP Padang, lulus pada tahun 1992. Pada tahun 1996 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga pada Program Magister Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1998. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi dan pada perguruan tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2003. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS DIKTI selama menempuh pendidikan program magister dan doktor. Penulis bekerja sebagai dosen Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan sejak tahun 1993 sampai sekarang. Sebuah artikel akan diterbitkan dengan judul Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Remaja pada jurnal Media Gizi dan Keluarga Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pertumbuhan Remaja ............................................................... 4 Pertumbuhan Fisik dan Perubahan Komposisi Tubuh .......................... 4 Perubahan Hormonal………………………………………............... 6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Gizi pada Remaja Pengetahuan Gizi ................................................................................. 8 Sikap terhadap Gizi .............................................................................. 9 Praktek Gizi........................................................................................ 12 Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pengembangan Alat Ukur yang Standar ............................................ 14 Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas)...................... 18 Indikator Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Remaja Gizi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan..................................... 24 Hubungan Gizi dan Penyakit ............................................................. 28 Masalah Gizi pada Remaja ............................................................. 29 Kesehatan Reproduksi pada Remaja................................................ 31 Masalah Makan ................................................................................ 32 Kebiasaan Makan ............................................................................. 36 Pedoman Gizi untuk Remaja.................................................................. 38 Berbagai Temuan Indikator Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi 43 KERANGKA BERPIKIR ..................................................................................... 47 METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 53 Teknik Penarikan Contoh ............................................................................ 53 Tahapan Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi.................................................................................................. 56 Analisis Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pengumpulan Data ............................................................................ 62 Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Identifikasi Konsep ............................................................................ 64 Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi.. ........... 66
Pengembangan Item Pertanyaan untuk Kuesioner yang Terstruktur . 69 Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi ............................... 78 Evaluasi Akhir Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja ................................................................. 85 Uji Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi untuk Kompetisi Dasar .......... 89 Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Karakteristik Keluarga Contoh ......................................................... 94 Pengetahuan tentang Gizi................................................................. 103 Sikap terhadap Gizi .......................................................................... 109 Praktek tentang Gizi......................................................................... 113 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi............................. 124 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................................... 128 Saran.......................................................................................................... 129 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 130 LAMPIRAN........................................................................................................ 139
DAFTAR TABEL Halaman 1 Penelitian pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi menggunakan ukuran psikometrik ................................................................ 17 2 Angka kecukupan gizi remaja usia 16-18 tahun ............................................. 25 3 Klasifikasi status gizi remaja berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur .................................................................................................. 28 4 Beberapa hasil penelitian pengembangan kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi ............................................................... 44 5 Sebaran contoh pada penelitian pertama......................................................... 54 6 Sebaran contoh pada penelitian kedua ........................................................... 56 7 Alternatif jawaban pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja .................................................................................................... 60 8
Peubah, frekuensi dan kategori data penelitian.............................................. 61
9
Kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi sebelum diskusi dengan pakar ...................................................................................... 67
10 Kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi setelah diskusi dengan pakar ...................................................................................... 68 11 Sebaran indikator dan item pengetahuan gizi sebelum diskusi dengan pakar ...................................................................................... 71 12 Sebaran indikator dan item sikap terhadap gizi sebelum diskusi dengan pakar ...................................................................................... 72 13 Sebaran indikator dan item praktek gizi sebelum diskusi dengan pakar ...................................................................................... 73 14 Konsep, indikator pengetahuan dan praktek gizi setelah diskusi dengan pakar ...................................................................................... 75 15 Jumlah item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja setelah diskusi pakar ...................................................................................... 76 16 Indikator dan komponen sikap terhadap gizi setelah diskusi dengan pakar ...................................................................................... 77 17 Sebaran karakteristik contoh dan keluarga .................................................... 79 18 Tingkat kesukaran item pengetahuan gizi ...................................................... 80 19 Sebaran tingkat kesukaran item pengetahuan gizi .......................................... 81 20 Sebaran korelasi biserial pengetahuan gizi ..................................................... 82
21 Sebaran korelasi pearson sikap terhadap gizi.................................................. 83 22 Sebaran korelasi pearson praktek gizi............................................................ 83 23 Sebaran kesahihan item pengetahuan, sikap dan praktek gizi........................ 84 24 Nilai keterandalan pengetahuan, sikap dan praktek gizi................................ 85 25 Proses pengurangan item pengetahuan gizi.................................................... 87 26 Proses pengurangan item sikap terhadap gizi................................................. 88 27 Sebaran konsep, dimensi, indikator dan variabel sikap terhadap gizi pada remaja............................................................................... 86 28 Sebaran korelasi biserial dan korelasi pearson untuk variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja.......................................... 90 29 Nilai reliabilitas pengetahuan, sikap dan praktek gizi ................................... 91 30 Tahapan pengembangan jumlah item pengetahuan, sikap dan praktek gizi .. 92 31 Sebaran konsep, dimensi, indikator dan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja ............................................................................... 93 32 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin ..................................................... 94 33 Sebaran contoh berdasarkan umur ................................................................. 95 34 Sebaran contor berdasarkan status gizi .......................................................... 96 35 Sebaran status gizi contoh berdasarkan jenis kelamin .................................. 96 36 Sebaran pendidikan terakhir contoh putus sekolah........................................ 97 37 Sebaran jenis pekerjaan contoh putus sekolah ............................................... 97 38 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .................................................. 98 39 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan bapak................................................ 99 40 Sebaran contoh berdasarkan pekerajaan ibu ................................................ 100 41 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan bapak ........................................... 101 42 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu................................................ 101 43 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ..................................................... 102 44 Sebaran tingkat pengetahuan gizi contoh .................................................... 103 45 Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh berdasarkan konsep gizi ............... 104 46 Rata-rata skor pengetahuan tentang pola hidup seimbang........................... 106 47 Rata-rata skor pengetahuan tentang pola hidup sehat .................................. 108 48 Sebaran sikap tentang gizi contoh berdasarkan kelompok .......................... 109 49 Rata-rata skor sikap terhadap gizi ................................................................ 110 50 Sikap tentang gizi berdasarkan pola makan seimbang................................. 111
51 Sikap tentang gizi berdasarkan konsep gizi dan gaya hidup........................ 112 52 Sebaran tingkat praktek gizi contoh............................................................. 113 53 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan konsep gizi........................ 114 54 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan pola makan seimbang ....... 115 55 Konsumsi sayur dan buah berdasarkan jenis kelamin.................................. 116 56 Sebaran konsumsi makanan sumber zat besi ............................................... 118 57 Sebaran konsumsi makanan beranekaragam................................................ 119 58 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan gizi dan gaya hidup........... 119 59 Sebaran kebiasaan merokok......................................................................... 120 58 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan gizi dan gaya hidup........... 119 61 Sebaran pemahaman contoh tentang pertanyaan pengetahuan, sikap dan Praktek gizi ...................................................................................................124 62 Sebaran pengetahuan dan sikap terhadap gizi.............................................. 125 63 Sebaran pengetahuan dan praktek gizi contoh ............................................. 125 64 Sebaran praktek dan sikap terhadap gizi...................................................... 126 65 Sebaran koefisien korelasi pengetahuan, sikap dan praktek gizi ................. 127
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Interaksi antara makanan yang tidak cukup dengan penyakit......................... 29 2 Kerangka berpikir pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek pada remaja ........................................................................................ 49 3 Kerangka berpikir pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja............. 50 4 Tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja ................................................................................................... 57 5 Diagram proses pengembangan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja............................................................................................... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja sebelum diskusi pakar (261 item) ................................................................ 139 2 Pemilihan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi setelah diskusi pakar dan sebelum uji coba .................................................. 168 3 Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja
setelah diskusi pakar dan sebelum uji coba (123 Item)................................. 184 4 Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Untuk Kompetisi Dasar (28 item) ............................................................... 199
PENDAHULUAN Latar Belakang Ketidak seimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Gizi kurang pada remaja terjadi karena pola makan tidak menentu, perubahan faktor psikososial yang dicirikan oleh perubahan transisi masa anak-anak ke masa dewasa dan kebutuhan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan cepat (Cavadini et al. 2000; Escobar 1999; Rickert & Jay 1996). Kekurangan gizi pada remaja mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Soekirman 2002; BPS 2004). Terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi pada wanita mengakibatkan terlambat haid pertama (menarche), haid tidak lancar, rongga panggul tidak berkembang maksimal sehingga sulit melahirkan, gangguan kesuburan dan kesulitan pada saat hamil. Masalah gizi lebih banyak dialami remaja disamping gizi kurang. Gaya hidup sedentary, konsumsi makanan yang tidak seimbang memicu terjadinya gizi lebih dan obesitas (Wang et al. 2000). Gizi lebih dan obesitas pada remaja berhubungan dengan penyakit degeneratif pada umur yang lebih muda dan kecenderungan remaja obesitas untuk tetap obesitas pada masa dewasa (Hadi 2005). Merokok dan minum-minuman alkohol merupakan bagian dari gaya hidup remaja di kota maupun di desa yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif (Aditama 1997). Dilain pihak tekanan yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing, terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan. Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media massa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik (Ricket & Jay 1996). Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan mereka saat ini akan berdampak pada status kesehatan mereka di kemudian hari (Stang & Story 2004).
Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah. Permaesih (2003) menyatakan bahwa pengetahuan dan praktek gizi remaja yang rendah tercermin dari perilaku menyimpang dalam kebiasaan memilih makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya (Wong et al. 1999; Parmenter & Wardle 1999). Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat (Johnson & Haddad 1985). Penilaian perilaku gizi remaja diperlukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan praktek gizi saat ini dan mengubah perilaku gizi kearah yang lebih baik serta dapat mencegah penyebab penyakit degeneratif (WHO 2005; Whati et al. 2005). Penilaian perilaku gizi pada remaja memberikan informasi penting tentang perilaku gizi remaja dan implikasinya untuk kesehatan, sehingga diharapkan berperan dalam upaya memperbaiki diet mereka. Untuk menilai pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja diperlukan suatu alat ukur. Konsistensi pengukuran dan akurasi data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian tergantung pada alat ukur (instrumen/kuesioner) yang digunakan (Murti 2003; Kline 2000). Banyak masalah penelitian memerlukan pengembangan alat ukur yang dapat dipercaya serta mampu mengukur hal-hal yang abstrak seperti kecerdasan, motivasi, pengetahuan, sikap, praktek dan sebagainya (Azwar 2006). Penelitian pengembangan kuesioner untuk remaja telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti dari berbagai negara. Whati et al. (2005) dan Anderson et al. (2001) mengembangkan kuesioner pengetahuan gizi yang valid dan reliabel untuk remaja. De Bourdeaudhuij et al. (2005) mengembangkan kuesioner yang valid dan reliabel untuk mengukur konsumsi buah dan sayur pada remaja dihubungkan dengan karakteristik individu, sosial dan lingkungan. Sampai saat ini, di Indonesia belum ada kajian ilmiah yang membahas alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang memenuhi standar.
Alat ukur yang digunakan untuk pengetahuan, sikap dan praktek gizi seadanya dan hanya terbatas digunakan untuk kalangan tertentu. Selain itu, alat ukur yang digunakan untuk kelompok sasaran yang sama bisa berbeda-beda dan sebaliknya alat ukur yang digunakan pada kelompok sasaran yang berbeda menggunakan alat ukur yang sama. Kuesioner penelitian merupakan komponen kunci dalam penelitian yang berfungsi mengungkap fakta menjadi data. Apabila kuesioner yang digunakan mempunyai kualitas yang baik yaitu memenuhi validitas dan reliabilitas maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan yang sesungguhnya dilapangan. Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja diperlukan sebagai gambaran untuk melakukan upaya peningkatan perilaku gizi remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah berikut: (1) bagaimana merumuskan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang baku? (2) bagaimana pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dan apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja? Tujuan Penelitian (1) Merumuskan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang standar (baku). (2) Menganalisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Manfaat Penelitian Dengan ditemukannya alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang terstandarisasi, diharapkan dapat digunakan untuk penelitianpenelitian yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian ini diharapkan menghasilkan gambaran pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja kota dan kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pemerhati remaja khususnya pemerintah dalam memberikan intervensi untuk peningkatan kualitas kesehatan remaja khususnya pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pertumbuhan Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan dewasa, dengan rentang umur antara 12 sampai 21 tahun. Masa remaja dibagi tiga kelompok yaitu masa remaja awal antara umur 12-15 tahun, masa remaja menengah antara umur 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara umur 18-21 tahun (Wardlaw et al. 1992). Menurut WHO (1995), remaja dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur berdasarkan perubahan fisik, psikologis dan sosial yaitu remaja awal berumur antara 10-14 tahun, remaja menengah berumur 15-19 tahun dan remaja akhir atau dewasa muda berumur 19-24 tahun. Pada masa remaja terjadi pertumbuhan cepat kedua, dimana pertumbuhan cepat pertama terjadi pada masa anak bawah lima tahun (balita). Pertumbuhan cepat (growth spurt) pada remaja merupakan masa pertumbuhan cepat dan unik. Hal ini terjadi karena perbedaan pertumbuhan fisik dan perubahan komposisi tubuh antara remaja laki-laki dan perempuan. Karakteristik Pertumbuhan Fisik dan Perubahan Komposisi Tubuh Pada remaja putri pertumbuhan terjadi lebih cepat daripada laki-laki yang terlihat dari cepatnya pertambahan tinggi badan dan berat badan, ukuran lingkar badan dan pertumbuhan tulang (Adiningsih 2002). Anak perempuan biasanya memulai adolescent growth spurt tinggi badan pada usia 10,5 tahun dan anak lakilaki pada usia 12,5 tahun. Rata-rata laju pertumbuhan tinggi badan anak perempuan 9 cm per tahun dan anak laki-laki 10,3 cm per tahun. Pertambahan tinggi badan berakhir dengan perbedaan laki-laki dan perempuan lebih tinggi 12,5 cm atau lebih (Spear 1996). Pertambahan berat badan dimulai pada remaja awal (pre-adolescent growth spurt) dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan adolescent growth spurt (Spear 1996). Dibanding anak laki-laki, growth spurt anak perempuan dimulai lebih cepat yaitu sekitar umur 9,7-13,3 tahun sedangkan anak laki-laki baru pada umur 11,7 dan 15,3 tahun (Haddad 1996). Pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti daripada anak
laki-laki. Anak perempuan berumur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti pada umur 20 tahun (Soetjiningsih 1998). Pada perempuan, puncak kecepatan pertambahan berat badan terjadi 6-9 bulan sebelum perubahan rata-rata tinggi badan. Pertambahan berat badan selama periode ini kira-kira 50% dari berat badan ideal (Spear 1996). Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan remaja. Margen (1984)
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
dominan
yang
mempengaruhi
pertumbuhan remaja yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses pertumbuhan yang optimal. Faktor genetik merupakan komponen yang sangat menentukan tinggi badan, berat badan, bentuk tubuh, ukuran payudara, kecepatan pertumbuhan dan pubertas (Spear 1996). Faktor lingkungan seperti status sosial ekonomi keluarga dan angka kesakitan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi usia menarche (Simon & Andrews 1996). Konsumsi yang tidak seimbang pada masa remaja menyebabkan tidak terpenuhinya zat-zat gizi untuk pertumbuhan cepat sehingga terhambatnya pertumbuhan
seperti
usia
menarche
yang
terlambat.
Riyadi
(1996)
mengungkapkan bahwa peningkatan kebutuhan zat besi (sampai 15 persen) selama remaja digunakan untuk pengembangan massa sel darah merah dan mioglobin, pertambahan jaringan otot baru, mengkompensasi kehilangan darah akibat menstruasi yang menyebabkan remaja putri membutuhkan lebih banyak Fe. Remaja yang tinggal pada keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi mempunyai tinggi badan lebih tinggi dibanding remaja yang tinggal pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah (Rickert & Jay 1996). Remaja yang pernah pada waktu bayi menderita penyakit kronis, 10%-20% beresiko memiliki keterbelakangan mental, keterlambatan kematangan seksual dan mempengaruhi perkembangan psikososial pada saat dewasa (Haddad 1996). Gangguan pertumbuhan remaja dinegara maju pada umumnya lebih sering disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan dinegara berkembang gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang mendukung untuk pertumbuhan yang optimal.
Perubahan Hormonal Selain perubahan komposisi tubuh, pada masa remaja terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan terjadinya perbedaan karakteristik remaja laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja, perubahan hormon terjadi rata-rata pada usia 10-16 tahun (Soetjiningsih 1998). Hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan remaja adalah hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon seks, insulin, IGFs (Insulin-like Growth Factors) dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal (Spear 1996). Hormon pertumbuhan atau Somatotropin merupakan hormon yang berfungsi sebagai pengatur utama pada pertumbuhan somatis terutama kerangka. Pertumbuhan tinggi badan sangat dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan akan merangsang terbentuknya somatomedin yang kemudian mempengaruhi pertumbuhan tulang rawan anak usia 10-14 tahun (Fox 1993). Hormon pertumbuhan mempunyai circadian variation yang aktivitasnya meningkat pada malam hari sewaktu anak tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik dan pada saat terjadinya perubahan gula darah. Pertumbuhan hormon estrogen dan androgen dimulai saat pubertas. Hormon tersebut sangat berperan dalam perilaku seksual. Hormon androgen memproduksi testoteron pada pria 6-8 mg/hari, sedangkan wanita 0,5 mg/hari. Hormon estrogen dihasilkan oleh rahim wanita untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, karakteristik seksual sekunder wanita (payudara dan rambut pada pubis) dan mengatur siklus menstruasi (Spear 1996; Simon & Andrews 1996). Perubahan hormonal di masa puber terjadi secara teratur yang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat dan kelenjar endokrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak berperan penting dalam produksi dan sekresi hormon (Fox 1993). Kelenjar ini disebut master gland karena mensekresi hormon ke sistim aliran darah yang menstimulasi kelenjar lain untuk menghasilkan berbagai macam hormon. Pada masa puber, kelenjar pituitari meningkatkan hormon pertumbuhan, Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) (Rickert & Jay 1996). Pada perempuan, FSH dan LH menstimulasi ovari untuk memproduksi dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron.
Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche). Menstruasi atau haid adalah pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk hamil. Menurut Spear (1996), menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan dan bagian kecil dari rahim (endometrium). Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10-16 tahun, tergantung pada berbagai faktor termasuk kesehatan wanita, konsumsi gizi dan status gizi. Simon dan Andrews (1993) mengatakan bahwa penurunan usia awal menstruasi sebagian besar disebabkan karena peningkatan standar kehidupan ekonomi yang menyebabkan peningkatan pemenuhan gizi pada masa remaja dan kemudahan akses perawatan kesehatan. Hal ini terlihat bahwa seratus tahun yang lalu, umur menarche adalah 15,5 tahun. Sekarang rata-rata seorang remaja putri mendapatkan menarche pada umur 13 tahun, bahkan ada yang mendapatkan menarche umur sembilan tahun (Spear 1996). Pengaruh gizi pada saat puber sangat ditentukan keadaan status gizi pada usia dini. Dari 78 anak laki-laki yang diikuti dari usia 6 bulan sampai 14 tahun, berat badan selama balita berhubungan dengan kematangan dan tinggi badan saat remaja (Jhonston & Haddad 1996). Perubahan komposisi tubuh pada masa remaja menyebabkan kebutuhan gizi meningkat terutama energi, besi dan protein. Dari data beberapa negara ditemukan bahwa remaja akan mengalami pertambahan tinggi badan dan usia puber yang lebih awal (Rickert & Jay 1996). Hal ini terjadi karena konsumsi makanan yang lebih baik dan kesehatan pada saat anak-anak yang baik. Namun apabila konsumsi makanan tidak dibekali dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang cukup akan mengakibatkan terjadinya berbagai masalah gizi yaitu kekurangan atau kelebihan gizi. Kekurangan gizi pada remaja menyebabkan pertumbuhan tubuh menjadi terganggu dan tidak maksimal.
Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pada Remaja Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh (Camire & Dougherty 2005). Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi kebiasaan makan suatu masyarakat. Menurut Susanto (1997), tumbuhnya kebiasaan makan dalam masyarakat dipengaruhi oleh unsur-unsur pengetahuan masyarakat dalam memilih dan mengolah pangan sehari-hari. Pengetahuan gizi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan bisa menggambarkan kemampuan kognitif dan pengetahuan yang dipunyai seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka semakin luas tingkat pengetahuan seseorang. Hasil penelitian Yusra (1998) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS), semakin tinggi skor pengetahuan tentang pesan PUGS. Pada masa remaja seharusnya diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tentang manfaat gizi secara optimal, yang dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit dikemudian hari. Remaja merupakan kelompok yang beresiko memiliki kesehatan yang rendah karena perhatian pemerintah maupun penelitian terhadap kesehatan remaja sangat sedikit (Mila 2004). Hal ini sangat merugikan remaja karena beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat. Pemberian pengetahuan gizi pada remaja dapat dilakukan secara formal dan informal. Peningkatan pengetahuan gizi remaja secara formal dapat dilakukan melalui pendidikan gizi di sekolah-sekolah. Hasil penelitian Syarief et al. (2001) menemukan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan sebagian besar siswa setelah mendapatkan materi Pengetahuan Pangan dan Gizi yang diintegrasikan kedalam kurikulum Sekolah Menengah. Sztainer et al. (1995) juga menemukan
bahwa program pendidikan gizi “The Weight to Eat” pada remaja SMU dapat meningkatkan pengetahuan gizi remaja dan pola makan serta pencegahan perilaku makan yang tidak sehat. Sikap tentang Gizi Sikap diartikan sebagai kecendrungan individu untuk menanggapi dengan cara tertentu terhadap situasi, benda, ide, orang dan isu. Kecenderungan tersebut ditanggapi secara suka atau tidak suka terhadap obyek tertentu. Oppenheim (1966) mengatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk mengevaluasi seseorang, kejadian atau situasi dengan cara tertentu dan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan hasil evaluasi tersebut. Sikap adalah kecendrungan seseorang untuk bertingkah laku dalam menghadapi suatu rangsangan. Misalnya seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap makanan yang pedas, akan selalu memilih atau membeli makanan yang pedas setiap kali menemui makanan pedas. Sebaliknya orang bersikap negatif terhadap makanan pedas selalu akan menghindar kalau menjumpai makanan pedas. Sikap ini bisa terjadi terhadap benda, situasi, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat disekitar manusia (Muljono 2000). Sikap merupakan suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikiran atau daya nalar yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu hal, sehingga secara langsung dapat mempengaruhi perilaku, begitu juga halnya dengan sikap terhadap makanan (Engel 1994). Sikap telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Azwar (1988) mengelompokkan kedalam tiga kerangka pemikiran yaitu (1) menurut ahli Psikologi, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut; (2) menurut ahli Psikologi Sosial dan Psikologi Kepribadian, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon dan (3) kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme), sikap merupakan kumpulan dari komponen-komponen kognitif, afektif
dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berprilaku terhadap suatu objek. Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan perilaku (Azwar 1988). Komponen kognitif menunjukkan bagaimana seseorang mengetahui tentang suatu obyek, kejadian, situasi, pemikiran, keyakinan dan ide mengenai sesuatu. Komponen afektif adalah perasaan dan emosi terhadap obyek aktual, kejadian atau situasi tertentu. Perasaan dan emosi dapat dalam bentuk positif atau negatif tentang sesuatu (bagaimana kita merasakan tentang sesuatu). Komponen ini banyak ditentukan oleh kepercayaan, kesukaan dan keyakinan terhadap sesuatu. Komponen perilaku menunjukkan kecendrungan untuk bertindak berkaitan dengan obyek, kejadian atau situasi yang dihadapi. Sikap yang mengandung komponen perilaku merupakan kecendrungan atau maksud untuk melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Sarwono (1995), bahwa sikap manusia terdiri atas tiga komponen yaitu (1) komponen kognitif merupakan keyakinan dan nilai yang menggambarkan informasi dan observasi tentang obyek yang diperhatikan seseorang. Keadaan ini merupakan sikap aktual itu sendiri; (2) komponen afektif berupa perasaan positif atau negatif tentang sesuatu kondisi sebelumnya dan (3) komponen aksi atau konasi berkaitan dengan tindakan seseorang dalam menunjukkan reaksi (perilaku) untuk merespon perasaan yang ada. Komponen ini merupakan suatu kecenderungan berbuat melalui cara-cara tertentu. Setiap sikap memiliki tiga komponen yang saling berkaitan meskipun cukup beragam pendapat yang mengatakan unsur mana yang dominan. Sikap mempunyai ciri-ciri antara lain : (1) sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari selama seseorang berhubungan dengan suatu objek, (2) sikap itu dapat berubah-ubah bila terdapat keadaan dan syarat tertentu, karena itu sikap dapat dipelajari, (3) sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mengandung hubungan dengan objek sikap yang lain, (4) objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi bisa juga kumpulan dari beberapa hal, dan (5) sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sehingga hal ini yang membedakan sikap dengan ketrampilan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Sikap terbentuk setelah manusia lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan serta faktor emosi dalam diri individu yang dapat diketahui dari pengetahuan, pengalaman, perasaan emosi, cara berpikir, kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Azwar 2006). Pengetahuan akan menimbulkan respon yang tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsir dalam bentuk sikap. Wong et al. (1999) mengungkapkan bahwa pengetahuan mempunyai korelasi positif dengan sikap, artinya semakin tinggi pengetahuan gizi, maka semakin baik sikap terhadap gizi. Sikap merupakan suatu respon evaluatif berupa respon positif atau respon negatif (Azwar 1988). Respon evaluatif merupakan bentuk respon yang dinyatakan dalam sikap berdasarkan proses evaluasi dalam diri individu yang diungkapkan dalam bentuk baik atau buruk, suka atau tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan, positif atau negatif yang menjadi potensi reaksi terhadap objek sikap. Engel (1994) menyatakan sikap adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikiran atau daya nalar yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu hal, sehingga secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku. Pengetahuan akan menimbulkan respon yang tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsir dalam bentuk sikap. Wong et al. (1999) mengungkapkan bahwa pengetahuan mempunyai korelasi positif dengan sikap, artinya semakin tinggi pengetahuan gizi, maka semakin baik sikap terhadap gizi. Beech et al. (1999) menjelaskan bahwa meskipun pengetahuan gizi remaja rendah sebelum intervensi, namun sikap dan kesadaran remaja untuk belajar tentang praktek makan yang sehat sangat tinggi. Menurut Sanjur (1982), sikap terhadap pemilihan makanan merupakan penggabungan antara sesuatu yang dipelajari dan dilihat, misalnya melalui berbagai iklan dan media massa. Sikap bersifat dinamis dan terbuka terhadap kemungkinan perubahan dikarenakan interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Sikap dapat dilihat dalam bentuk perilaku, baik perilaku lisan maupun perilaku tulisan. Pengalaman yang diperoleh seseorang ada yang dirasa menyenangkan atau sebaliknya tidak menyenangkan, sehingga timbul rasa suka atau tidak suka terhadap makanan dan
selanjutnya dapat mempengaruhi pemilihan makanan. Menurut Sanjur (1982), sikap terhadap pemilihan makanan merupakan penggabungan antara sesuatu yang dipelajari dan dilihat, misalnya melalui berbagai iklan dan media massa. Dalam hal ini pendidikan gizi sangat diperlukan karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Sanjur (1982) mengemukakan bahwa sikap terhadap makanan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak ia masih anak-anak. Pengalaman yang diperoleh ada yang dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini menyebabkan setiap individu dapat mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap suatu makanan. Sikap dapat dipelajari, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat. Anak-anak belajar tentang sikap terhadap gizi terutama dari keluarga mereka. Namun lingkungan juga mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang berinteraksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Melalui proses belajar, sikap seseorang dapat berubah walaupun dalam waktu yang cukup lama. Praktek Gizi Praktek adalah respon seseorang terhadap suatu ransangan (stimulus) (Notoatmodjo 1997). Respon atau reaksi ada yang bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) dan bersifat aktif (tindakan nyata atau praktek). Segala sesuatu yang diperoleh dalam bentuk pengetahuan (knowledge), yang direspon dalam diri seseorang dalam bentuk sikap (attitude), dicerminkan dalam bentuk praktek (action) merupakan komponen perilaku. Menurut Winkel (1996), praktek adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang. Praktek kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Mantra 1994). Perilaku seseorang terhadap gizi terdiri dari pengetahuan tentang gizi, keyakinan atau sikap tentang manfaat gizi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya setempat.
Winkel (1996) menjelaskan bahwa sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Sikap yang positif akan menumbuhkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif menumbuhkan perilaku yang negatif. Melalui proses belajar akan diperoleh pengalaman yang nantinya dapat membentuk sikap. Kemudian sikap akan dicerminkan dalam bentuk praktek yang sesuai dengan yang diharapkan. Praktek konsumsi pangan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan makan (Sanjur 1982). Interaksi antara pengetahuan gizi dan sikap terhadap gizi tercermin dari praktek konsumsi pangan. Kebiasaan makan merupakan cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan pada latar belakang sosio budaya (Soehardjo 1989). Keluarga berperan penting dalam membentuk perilaku makan remaja. Birch dan Fisher (1998) mengatakan bahwa orang tua terutama ibu merupakan orang yang pertama membentuk perilaku makan seorang anak. Hal ini diperlihatkan dengan pemilihan makanan yang disukai atau tidak suka. Perhatian orang tua terhadap makanan yang dipilih dan dikonsumsi oleh remaja sangat berperan dalam membentuk pola makan remaja (Birch & Fisher 1998). Penelitian Sztainer et al. (2003) menemukan bahwa kebiasaan makan dalam keluarga berperan penting dalam promosi praktek makan yang sehat pada remaja. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa frekuensi makan dalam keluarga berhubungan positif dengan konsumsi buah, sayur dan makanan yang mengandung kalsium serta berhubungan negatif dengan konsumsi minuman ringan. Dengan
makan bersama keluarga, ketersediaan makanan yang
beranekaragam lebih mudah diperoleh remaja. Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktek konsumsi buah dan sayur pada remaja SMU yang dilakukan Beech et al. (1999) menemukan bahwa intervensi 5 A Day for Better Health Program dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja tentang manfaat buah dan sayur dengan meningkatnya frekuensi konsumsi buah dan sayur. Wong et al. (1999) mengemukakan bahwa pengetahuan dan sikap yang positif terhadap gizi berkorelasi positif dengan praktek makan yang sehat. Remaja putri mempunyai skor pengetahuan gizi dan
skor sikap yang lebih tinggi daripada remaja putra (Wong et al. 1999; Beech et al. 1999). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya remaja putri lebih memperhatikan gizi dan kesehatan mereka daripada remaja putra. Alat ukur yang tepat diperlukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Remaja Psikologi manusia merupakan suatu konsep yang abstrak sehingga untuk mengukurnya dilakukan pendekatan-pendekatan. Studi tentang teori dan teknik pengukuran psikologis termasuk pengetahuan, sikap, perilaku, kemampuan dan ciri-ciri kepribadian lainnya disebut psikometrik (Nunnaly 1978). Parmenter dan Wardle (1999); Azwar (1999) menjelaskan bahwa psikometrik adalah ilmu yang mengukur sifat psikologis dari manusia. Dengan demikian untuk mengetahui sifat-sifat psikologi manusia yang abstrak, dilakukan pengukuran dengan pendekatan-pendekatan yang tepat. Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan angka terhadap aspek, obyek atau kejadian yang akan diukur menurut suatu kriteria atau aturan tertentu (Singarimbun & Effendi, 1985; Azwar, 1999). Wiersma et al. (1990) menjelaskan bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuansatuan tertentu seperti skor 100 untuk jawaban yang betul semua. Hasil pengukuran akan bermakna apabila dilakukan penilaian dan evaluasi. Penilaian adalah suatu tindakan atau proses menentukan nilai sesuatu obyek menggunakan kriteria tertentu seperti nilai A untuk skor lebih dari 85. Evaluasi adalah pengambilan keputusan tentang sesuatu yang telah dinilai, seperti nilai A dinyatakan lulus. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif dan hasil penilaian dan evaluasi bersifat kualitatif (Azwar 2006). Pengembangan Alat Ukur (Kuesioner) yang Standar Kuesioner (alat ukur/instrumen) secara umum adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati (Azwar
2006).
Kuesioner
merupakan
alat
bantu
bagi
peneliti
dalam
mengumpulkan data. Apapun yang digunakan untuk melakukan pengukuran disebut kuesioner/instrumen/alat ukur yang harus terlebih dahulu divalidasi sebelum digunakan. Djaali dan Muljono (2004) mengatakan bahwa kuesioner memegang peranan yang penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena kesahihan data diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas kuesioner yang digunakan. Data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, oleh karena itu benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya kuesioner pengumpul data. Kuesioner penelitian merupakan komponen kunci dalam penelitian yang berfungsi mengungkap fakta menjadi data. Apabila kuesioner yang digunakan mempunyai kualitas yang baik yaitu memenuhi validitas dan reliabilitas maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan yang sesungguhnya dilapangan. Kualitas kuesioner ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan). Kuesioner merupakan alat ukur yang harus memiliki kualitas validitas dan reliabilitas yang baik dan digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Banyak masalah penelitian memerlukan pengembangan kuesioner yang dapat dipercaya serta mampu mengukur hal-hal yang abstrak seperti kecerdasan, motivasi, pengetahuan, sikap, praktek dan sebagainya. Untuk mengukur hal yang berbeda-beda diperlukan pula alat ukur atau kuesioner yang berbeda-beda pula. Ciri-ciri suatu alat ukur yang baik adalah (1) memiliki aspekaspek praktis tentang kesulitan item, penskoran, penafsiran, validitas dan mudah mengerjakannya; dan (2) memiliki reliabilitas sehingga memberikan hasil yang sama ketika alat ukur digunakan pada orang yang sama di waktu yang berbeda (Djaali & Muljono 2004). Thorndike dan Robert (1982) menjelaskan beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menyusun sebuah alat ukur atau kuesioner sehingga alat tersebut layak untuk digunakan. Langkah-langkah tersebut terdiri atas : (1) variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas; (2) harus ditentukan sasaran yang akan menggunakan alat ukur tersebut; (3) menentukan format-format item, jenis respon yang diharapkan dan prosedur pemberian skor; (4) membuat rencana uji
coba sehingga diperoleh data yang dapat dianalisis untuk menyeleksi item-item yang akan digunakan; (5) membuat rancangan petunjuk pelaksanaan pengisian alat ukur. Suryabrata (2004) menerangkan bahwa langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah alat ukur adalah : (1) adanya kejelasan konsep atau teori yang dijadikan landasan kerja pengukuran; (2) identifikasi secara jelas atribut-atribut yang akan diukur; (3) definisi operasional atribut-atribut yang telah ditentukan; (4) pemilihan bentuk tes dan penskoran sesuai dengan sasaran. Djaali dan Muljono (2004) mengemukakan langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan alat ukur atau kuesioner : (1) merumuskan konstruk atau konsep berdasarkan teori-teori yang ada; (2) mengembangkan dimensi dan indikator dari variabel yag hendak diukur; (3) membuat kisi-kisi dari alat ukur dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor dan jumlah item; (4) membuat item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan; (5) melakukan proses validasi teoritik; (6) merevisi sesuai hasil pakar; (7) melakukan uji coba yang merupakan validasi empirik; (8) pengujian validitas empiris dengan menggunakan kriteria internal atau eksternal; (9) menarik kesimpulan mengenai valid atau tidaknya sebuah item; (10) berdasarkan hasil analisis item, item-item yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki; (11) menghitung koefisien reliabilitas dan (12) evaluasi akhir itemitem yang valid untuk dijadikan alat ukur atau kuesioner. Kuesioner baku (standar) adalah kuesioner yang dibuat melalui proses tertentu sehingga memiliki tingkat kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) yang baik. Kuesioner yang baku akan melibatkan
pakar untuk
memberikan penilaian terhadap kuesioner yang dibuat, selalu diujicobakan pada sejumlah orang, dianalisis dan diperbaiki serta terdapat petunjuk pengisian dan penskorannya (Ebel et al. 1991). Menurut Brown dan Frederick (1983), proses pembakuan kuesioner atau standarisasi kuesioner mengacu pada upaya untuk mencapai tingkat keakuratan kuesioner yang menyangkut tiga aspek yaitu isi kuesioner, pengadministrasian kuesioner dan penskoran. Dari segi isi, kuesioner mudah dimengerti dan menginterpretasikan sehingga dapat dikerjakan oleh sasaran dengan baik.
Pengadministrasian meliputi pedoman pengisian dan waktu pengisian. Penskoran merupakan petunjukan pemberian skor dan pedoman penilaian pada kuesioner. Blood dan Budd (1972) menyatakan bahwa prosedur pembakuan kuesioner terdiri atas beberapa langkah, yaitu menentukan tujuan pengukuran, membuat tabel spesifikasi, menulis item-item yang tepat, melakukan uji coba item dan membuat pedoman yang spesifik tentang alat ukur tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, proses pembakuan kuesioner atau standarisasi kuesioner dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu (1) konsep dibuat berdasarkan kajian teori, dikalibrasi, analisis dan direvisi; (2) diujicobakan kepada sejumlah orang sebagai sampel dari populasi; (3) memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, dan (4) memiliki petunjuk mengenai pelaksanaan pengisi dan penskoran kuesioner. Tabel 1 Penelitian pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan perilaku gizi menggunakan ukuran psikometrik Peneliti (tahun) Anderson et al. (1988)
Populasi
Materi
Ukuran Psikometrik
Pengetahuan gizi umum Pengetahuan kafein
Validitas isi
Bergman et al. (1992)
Pasien medis Wanita
McDougnall (1998)
Remaja
Resnicow et al. (1997)
Dewasa
Validitas isi Test-retest Validitas konstrak
Sapp dan Jensen (1997)
Dewasa
Shepherd dan Towler (1992) Stafleu et al. (1996)
Dewasa Dewasa
Pengetahuan gizi umum Sikap terhadap lemak,serat,kolesterol Pengetahuan diet dan kesehatan Pengetahuan gizi umum Pengetahuan gizi umum
Steenhuis et al. (1996)
Dewasa
Parmenter dan Wardle (1999)
Dewasa
Anderson et al. (2001)
Remaja
Pengetahuan aplikasi gizi
Johnson et al. (2002)
Remaja
Perilaku memilih makanan sehat
Whati et al. (2005)
Remaja
Pengetahuan gizi umum
Pengetahuan tentang lemak Pengetahuan gizi
Reliabilitas (KR=0,6)
Validitas konstrak Validitas konstrak Validitas isi Validitas konstrak Test-retest Test-retest r = 0,85 Validitas konstrak Konsisten internal Test-retest r = 0,7 Validitas isi Konsisten internal Test-retest Validitas konvergen Konsisten Internal 0,8 Test-retest Validitas isi Validitas konstrak Konsisten internal>0,7
Pengembangan alat ukur atau kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi telah banyak dilakukan dengan menggunakan kriteria validitas dan reliabilitas sebagai ukuran psikometriknya. Beberapa hasil penelitian pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan perilaku pada orang dewasa dan remaja. Ukuran psikometrik yang dipakai adalah validitas isi, validitas konstrak, validitas konvergen, reliabilitas internal dan test retest (Tabel 1). Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Validitas (Kesahihan) Menurut Murti (2003), validitas adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan maksud peneliti. Artinya suatu ukuran dikatakan sahih atau valid jika mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kesahihan tidak sekedar mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi mengandung makna sejauhmana informasi yang diperoleh dari pengukuran dapat diinterpretasikan sebagai karakteristik yang diukur. Dalam tes psikometrik, validitas dan reliabilitas suatu alat ukur sangat menentukan kualitas dari hasil pengukuran. Alat ukur yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur serta konsisten dalam mengukur gejala yang sama, dengan subjek yang sama, cara yang sama dan dalam kondisi yang sama (Murti, 2003). Selain itu, jumlah item dalam kuesioner harus mampu menggambarkan tingkat pengetahuan gizi yang sesungguhnya (Khomsan, 2000). (1)Validitas konstrak (Construct validity) Validitas konstrak adalah sejauhmana metode pengukuran berkorelasi dengan teori yang berlaku (Murti 2003). Konstrak adalah kerangka dari suatu konsep, sedangkan konsep merupakan abstraksi atau generalisasi dari hal-hal yang bersifat khusus atau pengamatan-pengamatan lepas (Singarimbun & Effendi 1989; Azwar 2006). Konstrak diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur. Metode pengukuran memiliki validitas konstrak jika mempunyai korelasi kuat dengan teori yang berlaku. Menurut Singarimbun & Effendi (1989), kerangka konsep dapat dirumuskan dengan cara sebagai berikut : (1) mencari definisi-definisi konsep
yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur. Biasanya konsep dalam bentuk kerangka konsep dan definisi operasional secara jelas dapat langsung dijadikan dasar penyusunan alat ukur dan mengembangkan pertanyaan dalam kuesioner (2) apabila peneliti tidak menemukan definisi dan konsep yang diukur maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk penyusunan definisi dan mewujudkan definisi kedalam bentuk yang operasional, peneliti mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli dibidang konsep yang diukur. Persamaan pendapat dari beberapa ahli dirumuskan dalam bentuk kerangka konsep dan dikembangkan dalam bentuk item-item pertanyaan yang akan dimasukkan ke dalam alat pengukur (3) menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Pendekatan ini dianggap baik karena kerangka suatu konsep dikembangkan berdasarkan pendapat calon responden sendiri. Hal ini dapat menghindari bias terutama bila definisi operasional suatu konsep dibuat oleh ahli dari latar belakang budaya yang berbeda. (2)Validitas isi (Content validity) Validitas isi suatu alat ukur ditentukan oleh sejauhmana isi alat ukur tersebut mewakili semua aspek kerangka konsep (Murti 2003). Validitas ini merupakan penetapan pertanyaan yang representatif mengenai apa yang seharusnya diukur atau seberapa baik suatu ukuran mewakili konsep dari hal yang diukur (Singarimbun dan Effendi 1989). Validitas ini mengandung dua aspek: (1) berisikan unsur-unsur yang termasuk dalam domain, dan (2) tidak mengandung unsur-unsur diluar domain. Suatu ukuran disebut sahih apabila isi dari suatu ukuran dianggap mewakili isi dari yang diukur. (3)Validitas muka (Face validity) Validitas muka adalah kesahihan yang mempersoalkan kemampuan model pertanyaan dalam suatu alat ukur (kuesioner) untuk merefleksikan variabel yang hendak diukur dan untuk dapat ditafsirkan oleh responden dengan benar (Murti 2003). Alat ukur dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila
dapat dipahami oleh populasi sasaran (responden), tidak mendua (ambiguous) dan mengukur hanya sebuah konsep. (4) Validitas empiris atau validitas kriteria Validitas empiris adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal (Djaali & Muljono 2004). Kriteria internal adalah tes atau kuesioner itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur kuesioner atau tes lain di luar kuesioner itu yang menjadi kriteria seperti ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya. Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebutkan validitas eksternal. Validitas eksternal terdiri dari dua macam yaitu validitas kongkuren dan validitas prediktif. Validitas Internal adalah hasil ukur kuesioner atau tes sebagai suatu kesatuan yang tercermin pada total skor. Hasil ini diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur item tersebut konsisten dengan hasil ukur kuesioner sebagai suatu kesatuan. Validitas item tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor item dengan skor total kuesioner. Jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor total kuesioner positif dan signifikan, maka item tersebut dapat dianggap valid berdasarkan ukuran validitas internal. Koefisien korelasi yang tinggi antara skor item dengan skor total mencerminkan tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan kuesioner dengan hasil ukur item. Artinya item-item dalam kuesioner tersebut konvergen dengan item-item lain dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Reliabilitas (Keterandalan) Keterandalan suatu alat ukur merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan hasilnya dapat diramalkan aspek ketepatannya (Isaac & Michael 1990), dan aspek homogenitas (Kerlinger 1981; Singarimbun & Effendi 1989). Keterandalan menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama, dengan subjek yang sama, cara yang sama dan dalam kondisi yang sama.
Tinggi rendahnya keterandalan suatu alat ukur ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu alat ukur, maka kemungkinan terjadi kesalahan semakin kecil. Menurut Kline (2000), koefisien pada taraf 0,7 atau lebih dapat diterima sebagai reliabilitas yang baik. Pengukuran reliabilitas ditentukan oleh konsistensi pengukuran ketika diterapkan diberbagai situasi dan pada dua kesempatan berbeda. Oleh karena itu penilaian reliabilitas harus meliputi dua aspek yaitu: (1) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) merupakan homogenitas item-item dalam mencerminkan satu dimensi yang sama dari suatu alat ukur (Murti 2003). Jika suatu alat ukur mengajukan sejumlah item (pertanyaan) untuk mengukur satu dimensi yang sama maka masing-masing item perlu konsisten dalam mengukur dimensi tersebut. Tes konsisten internal menilai sejauhmana item-item saling berkorelasi satu dengan yang lainnya, dan sejauhmana berkorelasi dengan skor total pengukuran. Konsisten internal mencerminkan konsisten item-item dalam alat ukur sehingga pengukur hanya dilakukan satu pengukuran tunggal. Penilaian konsisten internal terdiri dari: (a) Korelasi item total Korelasi item total merupakan tes homogenitas alat ukur dengan cara mengkorelasikan
item-item
secara
individual
dengan
alat
ukur
keseluruhan. Suatu item dapat digunakan jika korelasi item total diatas 0,30 (Kline 2000). Item-item yang berkorelasi lebih rendah sebaiknya dibuang. Untuk mengukur korelasi item total menggunakan koefisien korelasi Product Moment Pearson dan korelasi Biserial (untuk item dikotomi). (b) Reliabilitas Belah Paroh Reliabilitas belah paroh merupakan homogenitas alat ukur dengan cara membagi item-item ke dalam dua paroh kelompok, misalnya separoh berasal dari nomor ganjil dan separoh dari nomor genap. Jika kedua kelompok berkorelasi tinggi, maka alat ukur tersebut memiliki
konsisten internal. Salah satu metode pengukuran reliabilitas belah paroh menggunakan Alpha Cronbach. (2) Stabilitas Stabilitas dari alat ukur menunjukkan seberapa kuat korelasi dari pengukuran satu dengan pengukuran lainnya pada individu-individu yang sama tetapi pengamat berbeda, waktu berbeda tetapi pengamat sama atau dengan berbagai alat ukur. Salah satu cara menentukan stabilitas adalah dengan test retest reliability. Reliabilitas test-retest merupakan pengukuran pada dua kesempatan berbeda yang dipisahkan oleh jarak waktu yang cukup pendek sehingga tidak terdapat perubahan proses kestabilan (Murti 2003). Jarak waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalui dekat dan tidak terlalu jauh. Jarak yang dianggap ideal untuk penelitian sosial adalah 15-30 hari (Singarimbun & Effendi 1989). Test-retest reliability mencerminkan stabilitas antar waktu atau antar pengamat dan penilaian dilakukan pada beberapa pengamatan. Penskoran Untuk membuat suatu penilaian terhadap pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja diperlukan suatu sistem skor. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item-item dalam sebuah kuesioner (Purwanto 1992; Djaali & Muljono 2004). Penentuan skor harus tepat agar hasil penskoran dapat mengungkap dengan tepat ciri-ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Sistem skor adalah suatu cara kuantifikasi untuk mengukur sesuatu berdasarkan kaedah tertentu (Guthrie 1998). Misalnya sistem skor mutu gizi makanan adalah suatu cara kuantifikasi untuk mengukur mutu gizi makanan berdasarkan skor Guthrie. Guthrie (1998) mengemukakan sistem skor yang sederhana berguna untuk evaluasi cepat pengetahuan, sikap dan praktek gizi serta sebagai dasar pendidikan dan penyuluhan untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Berdasarkan bentuk soal dari suatu kuesioner, penskoran dibedakan atas (Djaali & Muljono 2004):
(1) Pemberian skor untuk soal objektif Soal obyektif mempunyai pilihan jawaban berganda. Setiap item hanya dapat dijawab benar atau salah oleh responden. Oleh karena itu setiap item mempunyai skor 1 atau 0. (2) Pemberian skor untuk skala sikap Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan dinilai oleh responden. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dalam bentuk pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Skala Likert menggunakan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat (netral), tidak setuju dan sangat tidak setuju. Namun skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut tergantung peneliti asal penggunaannya konsisten (Djaali dan Muljono 2004). (3) Pemberian skor untuk soal praktek Penskoran untuk mengukur praktek atau perilaku seseorang digunakan skala penilaian. Skala penilaian adalah alat untuk mengukur praktek atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan praktek atau perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai (Djaali & Muljono 2004). Penjumlahan skor akan menghasilkan skor gabungan atau skor total yang terdiri dari skor maksimal dan skor minimal (Singarimbun & Effendi 1990). Salah satu prinsip utama dalam sistem skor adalah mempunyai nilai minimal dan maksimal. Agar skor tersebut memiliki makna, dilakukan pengkategorian terhadap skor. Penilaian atau pengkategorian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Purwanto 1922; Djaali & Muljono 2004). Dengan kata lain penilaian adalah interpretasi dari skor berdasarkan suatu acuan atau patokan. Penilaian berdasarkan acuan atau patokan dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria tertentu, misalnya 75%. Artinya, skor yang dinyatakan baik adalah skor diatas 75% dari skor maksimum dan dibawahnya dinyatakan kurang.
Indikator Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Remaja Gizi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Gizi dan zat gizi adalah zat makanan yang diperlukan dalam tubuh manusia dalam jumlah tertentu untuk hidup sehat. Bila zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dapat dipenuhi, maka seseorang akan mempunyai peluang hidup sehat yang tinggi, dan sebaliknya. Setiap orang memerlukan enam kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air) dalam jumlah yang cukup untuk dapat hidup sehat (Depkes, 2006). Selain itu, manusia memerlukan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi dalam makanan dan tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan ke 45 zat gizi tersebut. Untuk memenuhi semua zat gizi tersebut, seseorang perlu makan beranekaragam makanan dalam jumlah yang cukup. Selain pertumbuhan, remaja juga mengalami perkembangan. Cepatnya perkembangan pada masa remaja yang berkaitan dengan kematangan fisik dan seksual memberikan perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Mays (1996) menyatakan ada dua macam gerak dalam perkembangan sosial remaja, yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua dan gerak mendekati teman-teman sebaya. Remaja berusaha diterima oleh teman-teman sebaya (peer group) sehingga perilaku, sikap dan minat teman-teman sebaya terutama terhadap pemilihan makanan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock 1997). Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada remaja menyebabkan mereka memberikan perhatian besar terhadap penampilan dirinya. Keinginan untuk tampil dengan postur tubuh yang menarik menyebabkan remaja membatasi makan. Perubahan kebiasaan makan yang tidak tepat memungkinkan remaja mengalam gangguan makan dan masalah gizi. Bentuk perubahan perkembangan sosial remaja lain adalah terjadinya hubungan heteroseksual. Remaja cenderung lebih menyukai teman dari lawan jenis. Perasaan suka terhadap lawan jenis, tekanan-tekanan terhadap keinginan
seks dan keingintahuan remaja tentang seks meningkatkan resiko remaja melakukan hubungan seksual diluar nikah (Hurlock 1997). Angka Kecukupan Gizi Untuk mengetahui banyaknya zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh
diperlukan angka kecukupan gizi. Menurut Muhilal dkk (1998), Angka Kecukupan Gizi diartikan sebagai rata-rata jumlah zat gizi yang diperlukan setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi. Kecukupan gizi bagi remaja putra dan putri umur 16-18 tahun disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Angka kecukupan gizi remaja usia 16-18 tahun No
Zat Gizi
1 Enegi (kkal) 2 Lemak (gr) 3 Protein (gr) 4 Vitamin A (μg RE) 5 Vitamin D (μg/hari) 6 Vitamin E (mg/hari) 7 Vitamin K (μg/hari) 8 Tiamin (mg/hari) 9 Riboflavin (mg/hari) 10 Niasin (mg/hari) 11 Asam Folat (μg/hari) 12 Piridoksin (mg/hari) 13 Vitamin 12 (μg/hari) 14 Vitamin C ( mg/hari) 15 Kalsium (mg/hari) 16 Fosfor (mg/hari) 17 Magnesium (mg/hari) 18 Fluor (mg/hari) 19 Besi (mg/hari) 20 Iodium (μg/hari) 21 Seng (mg/hari) 22 Mangan (mg/hari) 23 Selenium (mg/hari) Sumber : WNPG VIII 2004
Angka Kecukupan Putri Putra 2200 2600 55 65 55 65 500 600 5 5 15 15 55 65 1,1 1,3 1,0 1,3 14 16 400 400 1,2 1,3 2,4 2,4 75 90 1000 1000 1000 1000 240 270 2,5 2,7 26 13 150 150 14,0 17,0 1,6 2,3 30 30
Pada masa remaja, kebutuhan energi dan protein meningkat untuk memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan cepat. Meningkatnya masa otot dan lemak dimana remaja putri lebih banyak mendapatkan lemak dan remaja putra lebih berotot. Terpenuhinya kebutuhan energi dan protein ditandai dengan berat badan dan tinggi badan yang normal. Oleh karena itu monitoring berat badan dan tinggi badan pada remaja sangat esensial untuk menetukan kecukupan energi setiap individu. Jika asupan energi tidak terpenuhi, protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi namun tidak ada persediaan untuk sintesis jaringan baru atau untuk perbaikan jaringan yang rusak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan dan masa otot meskipun konsumsi protein cukup. Selama puncak pertumbuhan cepat pada remaja menyebabkan peningkatan masa tubuh, volume darah dan jumlah sel darah merah. Dengan demikian kebutuhan zat besi meningkat yang digunakan untuk myoglobin pada otot dan haemoglobin pada darah (Spear 1996). Pada remaja putra, kebutuhan besi selama growth spurt kira-kira 10-15 mg/hari (WNPG VIII 2004). Setelah growth spurt dan maturasi seksual terjadi penurunan kebutuhan untuk zat besi (Spear 1996). Pada remaja putri, selain zat besi dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat, zat besi juga dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan zat besi pada saat menstruasi. Rata-rata kebutuhan maksimum zat besi pada remaja putri 26 mg/hari (WNPG VIII 2004) Kebutuhan kalsium sangat besar pada remaja karena terjadinya peningkatan masa tulang yaitu kurang lebih 37%. Tingginya kehilangan tulang selama monopouse dihubungkan dengan rendahnya intik kalsium pada usia dini dan remaja (Delisle 1999). Konsumsi kalsium sangat dibutuhkan selama remaja karena
mempengaruhi
kesehatan
tulang
sepanjang
hidupnya.
Karena
perkembangan otot, kerangka dan endokrin yang cepat, kebutuhan kalsium sangat besar selama masa remaja dibanding kelompok usia lain kecuali ibu hamil dan 45% masa tulang bertambah selama remaja. (Spear 1996). Pada akhir masa remaja, 90-95% dari total masa tulang pada tubuh telah terpenuhi. Kandungan mineral dalam tulang harus maksimal selama remaja untuk mencegah osteoporosis. Makanan yang kaya kalsium juga mengandung zat gizi lain seperti pospor, magnesium dan vitamin D yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang.
Iodium sangat penting bagi remaja untuk kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan meningkatkan kebutuhan iodium selama hamil. Kekurangan iodium pada masa remaja ditandai IQ yang rendah dan tingginya
angka
absensi
sekolah. Beberapa studi menunjukkan bahwa IQ dapat dipakai dalam penentuan kekurangan iodium. Konsentrasi T3
yang rendah dalam otak menunjukkan
kekurangan iodium, bersama-sama dengan berkurangnya tingkat serum T4 (Soekirman 2000). Seng dikenal sebagai zat gizi yang esensial untuk pertumbuhan dan kematangan seksual selama masa puber. Seng berfungsi meningkatkan pembentukan tulang. Konsumsi yang terbatas pada makanan yang mengandung seng mempunyai dampak terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual (Spear 1996). Kebutuhan vitamin juga meningkat selama remaja. Karena tingginya kebutuhan energi, thiamin, riboflavin dan niacin penting untuk pelepasan energi dari
karbohidrat.
Meningkatnya
pertumbuhan
dan
kematangan
seksual
menyebabkan meningkatnya kebutuhan asam folat dan vitamin B 12 (Spear 1996). Asam folat berperan dalam mencegah cacat pada bayi yang nanti akan dilahirkan oleh remaja. Asam folat dapat diperoleh dari makanan yang beranekaragam atau dari suplemen. Vitamin A, C da E dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk pembentukan sel yang baru. Status Gizi Remaja Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak baik (Riyadi 2001). Remaja putri yang telah mengalami haid lebih rentan terhadap anemia dibanding yang belum mendapat haid. Asupan makanan yang tidak cukup pada remaja putri tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kekurangan zat gizi mikro pada remaja dapat berdampak negatif pada proses pertumbuhan dan kematangan organ-organ reproduksi. Kegagalan
mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal akan berdampak pada status gizi dan kesehatan saat ini dan juga berdampak pada status gizi generasi penerus. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang cepat akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan remaja. Remaja yang mengalami gizi kurang, tumbuh lebih lambat dan umur menarche (umur pertama kali haid) juga tertunda (Spear 1996). Massa tubuh yang rendah pada remaja putri berhubungan dengan menurunnya massa tulang pada masa dewasa awal dan dapat menyebabkan risiko osteoporosis yang lebih besar pada pasca menopause (Riyadi 2001) Masalah pertumbuhan erat kaitannya dengan masalah konsumsi energi dan protein. Antropometri sebagai refleksi keadaan pertumbuhan dapat memberikan gambaran tentang status energi dan protein seseorang pada kelompok usia tertentu (Soehardjo 1989). Salah satu yang digunakan dalam pengukuran antropometri pada remaja adalah indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Indeks massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang teliti untuk mengetahui simpanan kelebihan energi dalam bentuk lemak tubuh (body fat) dalam suatu populasi (Berkey 2000). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diketahui besaran masalah gizi kurang (underweight) dan gizi lebih atau obesitas (overweight) yang terjadi pada remaja. Penentuan batasan berat badan normal pada orang dewasa berdasarkan nilai indeks massa tubh dihitung menurut rumus berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter. Data perhitungan IMT yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan data referensi IMT/U menurut WHO (1995). Seorang remaja dianggap kurus atau gizi kurang apabila IMT/U dibawah persentil ke-5, normal apabila IMT/U berada pada persentil ke-5 dan ke-85, dianggap gemuk apabila IMT/U berada diatas persentil ke-85 (Riyadi 2001). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi status gizi remaja berdasarkan IMT menurut umur No. Nilai IMT 1. IMT < P ke-5 2. IMT ( P ke-5 - P ke-85) 3. IMT > P ke-85 Sumber : WHO (1995)
Status Gizi Kurus Normal Gemuk
Hubungan Gizi dan Penyakit Masalah gizi adalah gangguan kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan zat-zat gizi yang diperoleh dari makanan (Soekirman 2000). Masalah gizi makro dapat berbentuk gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih yang dialami dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit. Pada remaja, masalah gizi kurang biasanya timbul karena keinginan remaja untuk tampil menarik dengan melakukan pembatasan makan. Remaja yang tidak cukup makan (seperti anorexia nervosa) akan kehilangan berat badan, pertumbuhan terganggu, menurunnya daya tahan tubuh, kerusakan mucosa usus dan meningkatnya resiko penyakit infeksi (Gambar 1). Sebaliknya, penyakit menyebabkan selera makan menurun, kekurangan zat-zat gizi, gangguan penyerapan yang dapat menyebakan kehilangan berat badan. Makanan yang tidak cukup -Hilangnya selera makan -Kehilangan zat-zat gizi -Gangguan penyerapan -Perubahan metabolisme
-Kehilangan Berat Badan -Gagal tumbuh -Rendahnya daya tahan tubuh -Kerusakan mucosa usus
Penyakit - kejadian - beratnya sakit - lamanya Gambar 1 Interaksi antara makan yang tidak cukup dengan penyakit (Tomkins & Watson 1989) Masalah Gizi pada Remaja Masalah Gizi Kurang Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran makanan yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada masa remaja, kebutuhan zat gizi yang tinggi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
tubuh yang cepat. Jika kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tubuh, bahkan dapat menyebabkan tubuh kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit dan sebaliknya (Supariasa et al. 2001). Masalah gizi kurang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Terjadinya gizi kurang karena konsumsi energi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Survei Nasional yang dilakukan di Indonesia pada tahun 1996/1997 di Ibukota seluruh propinsi Indonesia (Depkes 2003a) menunjukkan bahwa 5,9% penduduk laki-laki (umur diatas 18 tahun) mengalami gizi kurang dan pada perempuan 5,7%. Lebih dari 36,1% anak sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya keadaan kurang gizi kronik pada waktu kecilnya (Hadi 2005). Dalam profil Kesehatan Indonesia tahun 2001 dapat dilihat bahwa prevalensi anak yang bertubuh pendek hanya mengalami sedikit perubahan yaitu 39,8% tahun 1994 menjadi 36,1 pada tahun 1999. Anemia diakui sebagai masalah gizi terbesar selama remaja dan makanan merupakan faktor penyebab utama. Berdasarkan Survey Konsumsi Rumah Tangga 2001, prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri 26,5%. Penelitian Saraswati dan Sumarno (1997) pada enam Dati II propinsi Jawa Barat menemukan prevalensi anemia pada anak SMU sebesar 42,6%. Masalah Gizi Lebih Kelebihan berat badan terjadi apabila makanan yang dikonsumsi mengandung energi melebihi kebutuhan tubuh. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk lemak sehingga menyebabkan seseorang menjadi lebih gemuk. Obesitas adalah kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sehingga mengganggu kesehatan (Baranowski et al. 2003). Gizi lebih dapat menyebabkan munculnya penyakitpenyakit non infeksi yang sekarang banyak terjadi di negara-negara maju maupun negara sedang berkembang.
Wang et al. (2002) melakukan penelitian prevalensi gizi pada empat negara yaitu Amerika, Brazil, Cina dan Rusia. Hasil studi menemukan prevalensi gizi meningkat di Brazil (dari 4,1% menjadi 13,9%), Cina (dari 6,4% menjadi 7,7%) dan Amerika dari (15,4% menjadi 25,6%). Di Rusia mengalami penurunan prevalensi gizi lebih tetapi terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari 6,9% menjadi 8,1%. Menurut Badan Kesehatan Nasional (WHO) kira-kira 1,2 milyar penduduk dunia mempunyai berat badan yang berlebihan atau obesitas. Jumlah ini tentu saja sangat mengkhawatirkan mengingat pertambahannya sangat cepat. Pada tahun 1995 atau delapan tahun yang lalu, penderita obesitas hanya sebanyak 200 juta orang. Hal ini berarti bahwa hanya dalam waktu delapan tahun jumlah penderita obesitas meningkat hingga 600%. Seperti halnya orang dewasa, gizi lebih dan obesitas pada anak-anak dan remaja mengalami peningkatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi obesitas pada anak-anak dan remaja di Malaysia menurut kelompok umur meningkat dari 6,6% pada umur 7 tahun menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 tahun (Ismail et al. 1998). Di Cina, 10% anak sekolah mengalami obesitas sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada umur 6-14 tahun berkisar antara 5%-11% (Ito dan Murata, 1999). Hasil studi Wang et al. (2002) menemukan prevalensi gizi lebih meningkat di Brazil (dari 4,1% menjadi 13,9%), Cina (dari 6,4% menjadi 7,7%) dan Amerika dari (15,4% menjadi 25,6%). Survei Nasional yang dilakukan di Indonesia pada tahun 1996/1997 di Ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki (umur diatas 18 tahun) mengalami gizi lebih dan 6,8% mengalami obesitas. Pada perempuan 10,5% mengalami gizi lebih dan 13,5% mengalami obesitas (Depkes 2003). Prevalensi obesitas pada remaja cukup tinggi di Yogyakarta. Survei obesitas pada remaja siswa/siswi SMP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% dari 4.747 remaja di perkotaan dan 2% dari 4.602 remaja perdesaan mengalami obesitas (Hadi 2005). Dari studi ini ditemukan bahwa asupan energi remaja yang obesitas lebih tinggi (607,9 kkal/hari) dibanding remaja yang tidak obesitas. Dilihat dari kebiasaan makannya, ternyata remaja yang obesitas 2-3 kali lebih sering
mengkonsumsi makanan fast food daripada remaja yang normal. Dalam kesehariannya, remaja yang mengalami obesitas mempunyai waktu untuk nonton televisi lebih lama dibanding remaja yang tidak obesitas (3,14±1,56 jam perhari dibanding 2,62±1,67 jam perhari). Kesehatan Reproduksi pada Remaja Reproduksi merupakan peristiwa atau proses yang berkaitan dengan fungsi kembang biak atau meneruskan keturunan (Media 1995). Proses reproduksi manusia bermula dari pertemuan sperma dengan sel telur melalui hubungan seksual kemudian berlanjut dengan kehamilan dan persalinan (Chalik 1998). Menurut Affandi (1996), kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu kemampuan (ability), keberhasilan (succes) dan keamanan (safety). Kemampuan berarti wanita tersebut dapat bereproduksi. Keberhasilan berarti wanita tersebut dapat melahirkan anak yang sehat, tumbuh dan berkembang dengan baik. Keamanan berarti semua proses reproduksi diantaranya hubungan seksual, kehamilan, persalinan, penggunaan kontrasepsi dan aborsi menjadi suatu aktivitas yang aman dilakukan. Kesiapan reproduksi merupakan kesiapan fisik dan mental remaja sebagai calon ibu dalam menghadapi proses reproduksi. Kesiapan fisik remaja diukur dari status gizi remaja. Sedangkan kesiapan mental remaja terhadap reproduksi diukur dari pengetahuan reproduksi dan persepsi remaja mengenai kesehatan reproduksi. Status gizi pada waktu remaja mempengaruhi ukuran tubuh terutama ukuran rongga pinggul seorang wanita. Ukuran tubuh, usia serta status gizi dan kesehatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi status bayi yang akan dilahirkannya (Senderowitz 1995). Oleh karena itu kesempurnaan dan kematangan fisik terutama pada remaja putri merupakan salah satu penentu kesiapan remaja menghadapi masa reproduksi. Masalah Makan Masalah makan yang dihadapi remaja dapat diketahui dari masalah atau gangguan yang dihadapi pada waktu makan. Masalah makan merupakan gangguan makan yang berasal dari dalam diri atau diluar diri remaja (Rees 2000).
Keinginan untuk tampil cantik, tidak puas dengan bentuk tubuh memicu terjadinya masalah makan. Gangguan ini dapat berupa hilangnya nafsu makan atau nafsu makan yang tidak terkontrol sehingga makan berlebihan (Wardlaw et al. 1992). Pola makan yang tidak normal biasanya terjadi pada remaja dan dewasa muda. Diet pada remaja dilakukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal atau normal. Namun banyak remaja tidak menyadari dan tidak memahami bentuk tubuh yang ideal. Ketidak puasan terhadap tubuh menyebabkan remaja melakukan penurunan berat badan. Survei yang dilakukan Johnston dan Haddad (1996) pada remaja putra dan putri ditemukan 45% dari mereka ingin kurus dan 37% telah melakukan penurunan berat badan. Pada remaja putri keinginan untuk kurus telah dimulai sejak kelas 3 SMP (40%) dan 79% pada kelas 3 SMU. Remaja putri yang telah melakukan penurunan berat badan sebesar 28% pada kelas 3 SMP dan 59,9% pada kelas 3 SMU. Hal yang sama terjadi pada remaja putra, keinginan untuk kurus 31-41% dan 31% telah mencoba untuk menurunkan berat badan. Dari survei ini terlihat bahwa semakin bertambah umur remaja, semakin besar keinginan untuk tampil menarik dengan melakukan berbagai cara untuk mengurangi berat badan. Diet ketat selama remaja biasanya disebabkan perilaku makan yang tidak sehat seperti makan berlebihan, memuntahkan makanan, menggunakan obat pencahar dan sebagainya. Diet ketat yang dilakukan tanpa pengawasan dokter atau pengetahuan yang tidak cukup akan membahayakan kesehatan remaja. Diet dengan intik kalori yang rendah atau puasa menyebabkan penurunan berat badan dengan cepat (Rickert & Jay 1996). Penurunan berat badan yang cepat pada remaja berdampak pada pertumbuhan, defisiensi zat gizi, menstruasi tidak teratur, letih, lemah, depresi, kekurangan cairan, sembelit, konsentrasi berkurang dan susah tidur (Johnston & Haddad 1996). Sesak nafas, rambut rontok dan kulit kering adalah efek samping dari diet rendah kalori. Perhatian yang besar terhadap berat badan dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau penampilan menyebabkan banyak remaja melakukan usaha mengubah penampilan mereka dengan membatasi konsumsi makan. Selain itu
tekanan dari budaya dan lingkungan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal atau kurus mendorong remaja membatasi konsumsi atau melakukan diet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku diet meningkat pada usia remaja. Diet yang berlangsung lama merupakan faktor resiko timbulnya masalah makan seperti anorexia nervosa dan Bulimia nervosa. Anorexia Nervosa Menurut Kreipe dan Higgins (1996), anorexia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan tentang gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk mempertahankan berat badan normal dan hilangnya siklus menstruasi (pada wanita). Wardlaw et al. (1992) mengemukakan bahwa anorexia nervosa adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melakukan kontrol yang ketat karena ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan pertambahan berat badan. Kelainan ini biasanya mulai timbul pada masa remaja dan berlanjut sampai dewasa. Sekitar 95% penderita adalah wanita (Rees 2000). Pada penderita anorexia nervosa menyadari perasaan lapar, namun takut untuk makan karena menganggap dapat berakibat pada penambahan berat badan. Persepsi terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mengkonsumsi makanan akan merasa mual (Kreipe & Higgins 1996). Diperkirakan satu dari seratus remaja putri (1%) antara usia 12-18 tahun mengalami anorexia nervosa. Pada remaja putri Amerika umur 15-19 tahun diperkirakan 1% meengalami anorexia nervosa (Rees 2000). Gambaran tubuh remaja putra berbeda dengan remaja putri. Remaja putri cenderung menginginkan bentuk tubuh yang langsing dan sebaliknya, remaja putra menginginkan gambaran tubuh yang besar dan berotot. Oleh karena itu remaja laki-laki memilih berolahraga untuk mengontrol berat badan sehingga sedikit yang mengalami gangguan makan (Wardlaw et al. 1992). Bulimia Nervosa Menurut Rock (1996), bulimia nervosa merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan diet yang sangat ketat, makan terlalu banyak dan memuntahkan
kembali (baik dirangsang sendiri oleh penderita maupun dengan obat pencahar, diuretik atau peluruh kemih). Kebiasan memuntahkan kembali makanan merupakan usaha yang dilakukan oleh penderita bulimia untuk menjaga agar tidak mengalami
penambahan
berat
badan.
Memuntahkan
makanan
tersebut
berhubungan dengan gangguan emosi dan persepsi yang tertanam dalam pikiran penderita bulimia nervosa. Penderita bulimia nervosa cenderung mengkonsumsi makanan yang disukai secara berlebihan untuk memuaskan keinginannya, kemudian akan memuntahkan kembali sampai tidak ada makanan yang tersisa (Wardlaw et al.1992). Penelitian pada mahasiswa di Amerika, diperkirakan prevalensi mahasiswa yang mengalami bulimia nervosa adalah 2-4%. Bulimia nervosa kadang-kadang disebabkan remaja merasa kelebihan berat badan atau lanjutan dari anorexia nervosa. Remaja yang mengalami anorexia nervosa dan bulimia nervosa mempunyai gangguan dalam body image sehingga sering diikuti dengan masalah makan. Body Image Body image adalah persepsi terhadap penampilan fisik yang dihubungkan dengan aspek gambaran tubuh (Heinberg & Thompson 1996). Body image berhubungan dengan perasaan, gambaran dan perilaku individu yang berhubungan dengan tubuh mereka. Body image dapat diidentifikasi melalui persepsi dari ukuran tubuh (ketepatan dari persepsi tentang satu ukuran tubuh misalnya percaya bahwa badan seseorang lebih besar dari ukuran tubuh yang diinginkan), subjektif (kepuasaan, perhatian dan keinginan dengan ukuran tubuh tertentu) dan aspek perilaku (ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh). Dorongan-dorongan ingin memiliki bentuk tubuh yang dianggap ideal menyebabkan seorang remaja berusaha membatasi makan. Secara alami, gangguan body image pada remaja berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh. Penelitian pada remaja putri di Inggris mengungkapkan bahwa meskipun kurang dari 4% dari sampel gemuk, namun lebih dari 40% menyatakan tubuh mereka tergolong gemuk dan ingin menurunkan berat badannya (Heinberg &
Thompson 1996). Pada kelompok remaja putra, persepsi tentang bentuk tubuh berbeda dengan remaja putri. Perhatian terhadap bentuk tubuh lebih mengarah pada bentuk tubuh yang besar, berotot dan berisi. Remaja putri akan mencoba menurunkan berat badan empat kali lebih banyak daripada remaja putra dan sebaliknya, remaja putra mempunyai keinginan tiga kali lebih besar untuk menaikkan berat badan daripada remaja putri. Heinberg dan Thompson (1996) mengemukakan tiga komponen dasar untuk mencegah timbulnya body image terutama pada remaja putri melalui pendidikan tentang dampak membahayakan pengaturan berat badan yang tidak sehat, membantu mengatur penambahan berat badan yang sehat menggunakan prinsip gizi, diet dan aktivitas fisik serta mengembangkan ketrampilan untuk melawan tekanan sosial dan budaya supaya kurus. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan
seringkali merupakan suatu pola yang berulang atau
bagian dari rangkaian panjang kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi pangan. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang tertentu dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi, tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martianto 1989). Pola konsumsi pangan adalah frekwensi beragam jenis pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang (Suhardjo 1989). Belajar dan sosialisasi makan yang baik terjadi pertama kali dalam keluarga. Anak-anak belajar tentang apa yang mereka makan, bagaimana cara makan, porsi makan, menu makanan dan waktu untuk makan (Crockett & Laura 1995). Interaksi sosial pada saat makan sangat penting dalam mengajarkan ritual makan, makan bersama, budaya makan dan psikososial pada anak yang akan membentuk suatu kebiasaan yang akan dilakukan sepanjang hidup. Pengalaman makan yang baik sangat penting dilakukan semenjak anak-anak sampai remaja karena akan membantu mereka membentuk pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Sanjur (1982) berpendapat bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan pada remaja yaitu (1) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi dan kesehatan, (2) karakter makanan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan dan (3) karakter lingkungan seperti musim, sekolah, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Pengetahuan gizi dan kesehatan yang terbatas pada remaja, menyebabkan mereka melakukan kebiasaan makan yang dapat merugikan kesehatan mereka sendiri. Rickert dan Jay (1996) menyebutkan ada empat kebiasaan makan yang dilakukan remaja yaitu : (1) Mengurangi frekuensi makan (skipping meal) Mengurangi frekuensi makan seperti tidak makan pagi merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan remaja. Penelitian tentang kebiasaan makan pagi ditemukan 50%
remaja putri tidak makan pagi yang dihubungkan
dengan tidak ada selera makan dan ketersediaan menu yang kurang memuaskan (Rickert & Jay 1996) (2) Suka mengkonsumsi makanan ringan (snacking) Makan makanan ringan (cemilan) merupakan perilaku makan yang menyenangkan bagi remaja terutama remaja putri. Hurlock (1997) menyatakan bahwa remaja suka jajan jenis makanan ringan seperti kue-kue, permen dan lain-lain, sedangkan sayur-sayuran dan buah-buahan jarang dikonsumsi sehingga dalam diet mereka rendah serat, zat besi dan vitamin C. Makanan cemilan dapat menurunkan selera makan sehingga remaja yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan biasanya akan makan dengan porsi yang lebih sedikit, bahkan sering tidak makan. Beberapa studi mengungkapkan bahwa cemilan yang dikonsumsi remaja pada umumnya rendah serat, kosong kalori, rendah vitamin A, kalsium dan besi (Spear 1996). Kebiasaan remaja mengkonsumsi makanan ringan diikuti dengan gaya hidup sedentary (aktivitas kurang). Mengkonsumsi makanan ringan sambil menonton televisi dapat memicu terjadinya kelebihan berat badan. Penelitian pada remaja Amerika ternyata waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi 22 jam perminggu, sedangkan mengerjakan pekerjaan rumah dan
membaca berturut-turut 22 jam perminggu dan 5 jam perminggu (Meredith 1996). (3) Makanan siap saji (fast food) Fast food atau makanan siap saji merupakan salah satu makanan yang sangat disukai remaja. Selain rasanya yang dapat diterima, pelayanan dan sarana yang memuaskan membuat remaja menyukai fast food. Namun kandungan gizi fast food rendah besi, kalsium, riboflavin dan vitamin A tetap tinggi kalori, lemak jenuh dan garam (Spear 1996). Penelitian Mujianto (1994) pada enam kota besar di Indonesia menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi makanan "fast food" pada remaja dan anak sekolah. Sebagian besar remaja mengkonsumsi junk food satu kali seminggu dengan makanan yang paling sering dikonsumsi fried chicken. (4) Kebiasaan merokok Perilaku merokok pada remaja merupakan wujud sikap memberontak, keingintahuan, tekanan dalam kelompok (peer presurre), dan anggapan merokok sebagai simbol kedewasaan (Bruess, 1989). Dari hasil penelitian kebiasaan merokok pada pelajar SLTA di Bandung menunjukkan 16,2% pelajar merokok sebelum usia 13 tahun. Aditama (1997) menyatakan merokok dapat menurunkan fertilitas atau kesuburan. Diperkirakan kesuburan wanita perokok hanya 72% dari kesuburan wanita yang tidak merokok. Menopause datang 2-3 tahun lebih cepat pada wanita perokok. Gangguan kesehatan lain seperti kanker paru, kanker leher rahim, abortus, menurunkan fertilitas, kelahiran bayi cacat dan BBLR pada ibu hamil merupakan resiko buruk akibat merokok pada wanita. Pedoman Gizi untuk Remaja Di Indonesia pedoman gizi seimbang sudah ada sejak tahun 1950-an. Doktor Poorwo Soedarmo yang menjabat Kepala Lembaga Makanan Rakyat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia merupakan pencetus pedoman gizi seimbang yang dikenal dengan Empat Sehat Lima Sempurna (ESLS). Pada pedoman gizi Empat Sehat Lima Sempurna, makanan dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu : (1) makanan pokok (sumber karbohidrat), (2) lauk pauk
(sumber protein dan lemak), (3) sayur, dan (4) buah-buahan (sumber zat gizi mikro : vitamin dan mineral). Ke empat kelompok ini dalam suatu hidangan disebut kelompok empat sehat, apabila ditambah dengan segelas susudisebut Empat Sehat Lima Sempurna. Setelah 25 tahun, ESLS menjadi media pendidikan gizi yang sangat populer di Indonesia terutama dikalangan murid sekolah dasar. Bahkan sampai sekarang orang lebih mengenal ESLS. Namun dengan semakin kompleksnya permasalahan gizi di Indonesia, ESLS tidak memadai lagi sebagai media komunikasi (Soekirman 2000). Masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih tidak lagi dapat didekati dengan hanya memperhatikan aspek pangan atau makanan. Aspek lainnya seperti air bersih, kebersihan lingkungan, aktivitas olah raga, kebiasaan merokok dan sebagainya juga memerlukan perhatian. Konsep Dasar Gizi Seimbang Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan makanan untuk dapat melakukan segala aktivitas. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal. Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin dalam jumlah yang cukup, tidak berlebih dan tidak kekurangan. Selain itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh (Depkes 2006). Komposisi zat gizi setiap makanan memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa makanan mengandung karbohidrat tinggi tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan makanan lain kaya vitamin C tetapi kurang vitamin A dan sebagainya. Agar mendapatkan makanan dengan zat gizi yang lebih lengkap, maka sebaiknya kita mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam. Dengan mengkonsumsi makanan yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk Remaja Pada tahun 1995, Direktorat Bina Gizi Departemen Kesehatan menerbitkan buku panduan “ 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang” untuk dewasa dan remaja. Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk remaja adalah suatu panduan bagi remaja yang berisi informasi tentang “13 Pesan Dasar Gizi Seimbang” khusus untuk remaja. Buku panduan tersebut merupakan pegangan bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada remaja (Depkes 1997). Ke 13 pesan Pedoman Umum Gisi Seimbang tersebut adalah: (1) Makanlah Aneka Ragam Makanan Yang dimaksud dengan aneka ragam makanan adalah hidangan yang minimal terdiri dari empat kelompok makanan yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah-buahan. Dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan yang lainnya. Makin beragam makanan yang dikonsumsi, makin baik mutu makanannya. Pada remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh yang cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang cukup, baik jumlah maupun macamnya. Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, maka remaja harus makan makanan yang beraneka ragam. (2) Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi Untuk belajar, beroleh raga, rekreasi dan aktivitas lainnya yang biasa dilakukan, remaja memerlukan energi. Energi diperoleh dari makanan. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Konsumsi energi yang terlalu banyak akan menyebabkan remaja terlalu gemuk dan sebaliknya, konsumsi energi yang kurang akan menyebabkan remaja menjadi kurus. Cara mengetahui berat badan yang normal bagi remaja dapat digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk anak sekolah bagi yang berumur kurang
dari 17 tahun. Untuk remaja yang berumur 18 tahun dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang melihat Tinggi Badan dan Berat Badan remaja. (3) Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat, setengah dari Kebutuhan Energi Bagi remaja, karbohidrat yang diperoleh dari makanan pokok lebih baik daripada karbohidrat yang berasal dari gula. Oleh karena itu agar kebutuhan zat gizi lain dapat dipenuhi, dianjurkan remaja makan makanan pokok jangan terlalu banyak, cukup 50% sampai 60% dari kebutuhan energi. (4) Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak sampai Seperempat dari Kecukupan Energi Disamping sebagai sumber energi, lemak dan minyak berguna untuk membantu penyerapan vitamin tertentu, misalnya A, D, E, dan K. Konsumsi lemak yang berlebih, kurang menguntungkan kesehatan remaja karena dapat mengakibatkan timbunan lemak, terjadinya pengerasan lemak pada saluran pembuluh darah jantung. Kondisi ini sangat mengganggu kesehatan jantung remaja yang berdampak pada masa dewasa. (5) Gunakan Garam Beryodium Garam beryodium adalah garam konsumsi yang telah ditambahkan dengan Kalium Yodat (KIO3) sebanyak 30-80 ppm. Yodium adalah salah satu mineral yang sangat penting perannya bagi tubuh manusia. Pada remaja kekurangan yodium dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gondok, menurunnya kecerdasan sehingga konsentrasi belajar terganggu dan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Untuk menghindari terjadinya bahaya kekurangan yodium, remaja perlu mengkonsumsi garam beryodium dengan cara mengingatkan ibu atau yang memasak makanan untuk remaja, agar menggunakan garam beryodium. (6) Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah atau lebih dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Anemia gizi ditandai dengan letih, lesu, pucat dan mudah mengantuk serta kurang konsentrasi belajar. Remaja putri sangat rawan terhadap anemia gizi karena remaja putri mengalami menstruasi berkala yang mengeluarkan sejumlah zat
besi setiap bulan, oleh sebab itu remaja putri membutuhkan zat besi lebih banyak dari remaja putra. Karena itu dianjurkan remaja putri untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi setiap hari yaitu semua sayuran bewarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Dan lebih baik makanan tersebut dikonsumsi bersama dengan buah-buahan setiap hari. (7) Berikan ASI Saja Kepada Bayi sampai Berumur 4 Bulan Remaja merupakan calon orang tua nantinya sehingga remaja perlu mengetahui dan mengerti pentingnya ASI eksklusif. Disamping itu remaja hendaknya dapat menyebarluaskan penggunaan ASI Eksklusif kepada keluarganya maupun lingkungannya. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI saja cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh dan kembang serta menjadi sehat sampai bayi berumur 6 bulan. ASI tetap diberikan setelah bayi diberi makanan tambahan setelah berumur 6 bulan. Pemberian ASI tetap dilanjukan sampai anak berumur 2 tahun. (8) Biasakan Makan Pagi Makan pagi secara teratur dan setiap hari dalam jumlah yang cukup amat penting untuk menjaga kondisi tubuh agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari serta dapat meningkatkan konsentarsi belajar disekolah, sehingga prestasi belajar dapat dipertahankan. (9) Minumlah Air Bersih, Aman dan Cukup Jumlahnya Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu iar minum harus dimasak sampai mendidih sebelum diminum. Kaum remaja yang aktivitas fisiknya lebih tinggi dibanding kelompok umur lain dianjurkan untuk mengkonsumsi air lebih dari 8 gelas setiap harinya. (10) Lakukan Kegiatan Fisik dan Olahraga Secara Teratur Kegiatan fisik adalah kegiatan kerja sehari-hari yang dilakukan setiap orang yang merupakan bagian dari kegiatan kehidupan sehari-hari. Seorang remaja disamping belajar, melakukan olahraga secara teratur setiap hari atau minimal 4 kali seminggu masing-masing selama 45 menit.
(11) Hindari Minum Minuman Beralkohol Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat merusak kesehatan, ketagihan alkohol, mabuk, hilangnya pengendalian diri yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu remaja dianjurkan menghindari minum minuman beralkohol dan minum sari buah atau jus. (12) Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan Makanan yang aman adalah makanan yang diolah dari bahan makanan alami yang masih segar dan melalui proses yag benar sehingga terhindar dari kerusakan pada kandungan gizinya maupun rupa, rasa, warna dan baunya. Kecendrungan remaja untuk jajan atau makan diluar rumah memungkinkan remaja mengkonsumsi makanan yang tidak aman bagi kesehatan. (13) Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas Label pangan adalah keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dalam berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan Berbagai Temuan Indikator Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Beberapa hasil penelitian pengukuran pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dilakukan pada remaja menemukan bahwa terdapat beberapa perbedaan dan persamaan indikator pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Hasil-hasil penelitian pengukuran pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penelitian Wong et al. (1999) pada remaja Taiwan, komponen pengetahuan gizi pada remaja adalah konsep dasar gizi, sumber zat-zat gizi, hubungan zat gizi dengan penyakit dan pedoman makan. Dari hasil penelitian ini ditemukan 87 pertanyaan yang terdiri dari 34 pertanyaan pengetahuan, 25 pernyataan sikap dan 28 pertanyaan tentang gizi yang dihubungkan dengan praktek. Parmenter dan Wardle (1999) mengembangkan kuesioner pengetahuan dan perilaku gizi pada orang dewasa dengan kriteria psikometrik. Indikator pengetahuan gizi adalah anjuran makan, sumber zat gizi, memilih makanan setiap
hari dan hubungan makanan dengan penyakit. Namun pada penelitian ini, kumpulan pertanyaan lebih banyak yaitu 1201 item. Setelah dilakukan analisis validitas dan reliabilitas jumlah pertanyaan berkurang menjadi 35 item. Steven (1999) mengembangkan ukuran pengetahuan dan perilaku gizi untuk memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku remaja Amerika Indian terhadap aktivitas fisik dan diet mereka. Hasil uji validitas dan reliabilitas ditemukan bahwa komponen pengetahuan gizi adalah aktivitas fisik, pola makan, sikap terhadap berat badan dan identitas budaya. Anderson et al. (2001) melakukan penelitian pada remaja SLTP yang menemukan komponen yang digunakan adalah pengetahuan tentang aplikasi gizi (KN), pengetahuan tentang persiapan dan pengolahan makanan (KP) serta keterampilan memasak makanan (PC). Hasil penelitian menemukan 36 pertanyaan yang terdiri dari KN 18 item, KP 9 item dan PC 9 item. Dari 36 pertanyaan tersebut, komponen KP menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup serta multiple choice untuk indikator KN dan PC. Pengembangan kuesioner tentang kebiasaan makan remaja dengan mengukur perilaku makan sehat pada remaja dilakukan oleh Johnson et al. (2002). Penelitian dilakukan pada 1822 remaja usia 13-16 tahun dengan jumlah pertanyaan awal 70 item. Hasil penelitian menemukan 23 item pertanyaan dengan pilihan jawaban benar, salah dan pernyataan tidak pernah melakukan kebiasaan makan tertentu. Whati et al. (2005) mengembangkan kuesioner pengetahuan dan perilaku gizi yang valid dan reliabel untuk remaja perkotaan Afrika Selatan. Kuesioner dikembangkan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Afrika Selatan. Hasil penelitian menemukan konsep pengetahuan gizi menjadi anjuran hidup sehat berdasarkan PGS Afrika Selatan, gaya hidup sehat dengan menjaga kesehatan dan kontrol berat badan, konsumsi makanan yang mengandung zat gizi (karbohidrat, protein, serat, vitamin A, besi, yodium dan kalsium) untuk mencegah kekurangan gizi, memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi dan gizi selama hamil. Setelah melalui pengembangan item dan uji validitas dan reliabilitas, item pertanyaan tentang pengetahuan gizi pada remaja menghasilkan 60 pertanyaaan.
Nelia (2005) melakukan penelitian tentang pengetahuan sampel tentang manfaat suplemen terhadap kesehatan tubuh. Sampel awal 520 orang yang terdiri dari perawat, ahli diet dan pegawai rumah sakit. Kuesioner awal terdiri dari 355 item dan kuesioner akhir menjadi 50 item. Untuk menentukan
tingkat
pengetahuan sampel dilakukan dengan mengirimkan kuesioner kepada 1450 orang. Dari beberapa penelitian ini diperoleh gambaran bahwa kuesioner yang valid dan reliabel sangat diperlukan sebagai alat untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku gizi remaja.
METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian penelitian, penelitian pertama tentang pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja serta penelitian kedua tentang analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama terdiri dari lima tahapan kegiatan yaitu : (1) identifikasi konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (2) perumusan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi, (3) mengembangkan item pertanyaan untuk kuesioner yang terstruktur; (4) uji coba kesahihan dan keterandalan dan (5) evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Penelitian kedua merupakan penelitian survey dengan disain penelitian cross sectional study. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive), yaitu Kota dan Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi berdasarkan sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat yang sangat beragam sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Penelitian pertama dilaksanakan pada dua desa dari dua kecamatan yang ada di kota dan di kabupaten Bogor, sedangkan penelitian kedua dilaksanakan pada tiga desa dari tiga kecamatan yang ada di kota dan di kabupaten Bogor. Pengumpulan data berlangsung selama setahun dari bulan Juni 2006 sampai Juni 2007. Pengumpulan dan pengolahan data untuk pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dilakukan selama delapan bulan, mulai bulan Juni 2006 sampai Februari 2007. Data pengetahuan, sikap dan praktek gizi dikumpulkan selama empat bulan, mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007. Teknik Penarikan Contoh Yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan laki-laki yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor. Miminal contoh untuk penelitian pertama dengan populasi yang heterogen adalah 200 orang (Azwar 2006). Agar alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dibuat dapat digunakan oleh semua remaja dengan latar belakang sosial ekonomi yang
beragam, maka kerangka contoh penelitian adalah (1) remaja berumur 15-19 tahun, (2) bersekolah dan putus sekolah, pendidikan terakhir contoh putus sekolah adalah tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP atau tidak tamat SMA (3) tinggal di kota atau kabupaten Bogor, (4) berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi, (5) bisa baca tulis dan (6) bersedia mengikuti penelitian. Pemilihan contoh dilakukan secara sampling acak berlapis. Tahapan pemilihan contoh dimulai dari penentuan dua kecamatan setiap kota dan kabupaten Bogor. Setiap kecamatan yang terpilih dilakukan pengacakan sekolah dan desa. Terdapat masing-masing dua sekolah dikota dan kabupaten serta dua desa dikota dan kabupaten yang menjadi lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah contoh pada uji coba sebanyak 242 orang. Lokasi penelitian, sekolah yang terpilih dan jumlah contoh disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh pada penelitian pertama Kota
Desa
Kec. Bogor
Kec. Bogor
Barat
Utara SMKN I Bogor 39
SMA Kornita
n
SMA Al Azhar Plus 19
32
SMUN I Lewiliang 40
Putus Sekolah n
Sindang Barang 28
Bantarjati
Darmaga
Lewiliang
29
28
27
112
Jumlah
47
68
60
67
242
Sekolah
Kec. Darmaga
Kec. Lewiliang
Jumlah
140
Pada penelitian kedua, minimal contoh yang akan diambil berdasarkan proporsi remaja yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor (Cochran, 1991). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data BPS Kota Bogor tahun 2004/2005, jumlah remaja umur 15-19 tahun sebanyak 85.340 orang dengan jumlah remaja yang bersekolah 47.045 orang dan putus sekolah 38.295 orang. Data BPS kabupaten Bogor tahun 2005/2006, jumlah remaja umur 15-19 tahun di kabupaten Bogor sebanyak 214.081 orang dengan jumlah remaja bersekolah 62.125 orang dan putus sekolah
151.956 orang. Minimal contoh yang diperlukan adalah sebagai berikut (Cochran 1991) : n =
no
no =
t2 pq d2
1 + (no / N) Keterangan : n = N= t2 = d2 = p = q =
jumlah contoh populasi nilai t tabel presisi (besarnya toleransi penyimpangan) proporsi remaja bersekolah 1-p Jika dalam penelitian ini digunakan nilai t = 95% (1,96), dengan nilai
presisi 5%, proporsi remaja bersekolah 0,37 dan nilai q = 0,63, maka jumlah contoh minimal yang diperlukan menggunakan rumus tersebut, adalah sebagai berikut: no
=
(1,96) 2.0,37.0,63
= 358,19
2
0,05
n=
358,19
= 357,76~358 orang
1+(358,19/298.421) Berdasarkan rumus di atas ditemukan jumlah contoh minimal adalah 358 orang remaja. Untuk menghindari terjadinya pengunduran diri dan atau data yang tidak valid dari contoh maka contoh ditambah 10% dari jumlah total yaitu 36 orang sehingga jumlah contoh adalah 394 orang. Kemudian remaja yang tinggal di kota dan kabupaten di bagi dua. Penentuan jumlah contoh selanjutnya berdasarkan proporsi remaja bersekolah dan putus sekolah. Pemilihan contoh dilakukan secara sampling acak berlapis. Tahapan awal pemilihan contoh adalah pemilihan kecamatan pada tingkat kota dan kabupaten. Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan. Penentuan kecamatan dilakukan secara acak dan terpilih masingmasing tiga kecamatan untuk kota dan kabupaten. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sereal untuk kota dan Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan
Ciampea untuk kabupaten. Dari kecamatan yang terpilih diacak sekolah dan desa untuk menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan tahapan pemilihan contoh di atas, yang menjadi contoh dalam penelitian ini sebanyak 472 orang remaja. Dengan demikian jumlah contoh sebesar 472 orang sudah melebihi jumlah minimal contoh yang diperlukan. Lokasi penelitian, sekolah yang terpilih dan jumlah contoh disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh pada penelitian kedua KOTA Kec. Kec. Kec. Bogor Bogor Tanah Selatan Tengah Sereal SMUN SMKN SMUBhakti Sekolah I I Insani Bogor Bogor
DESA Kec. Ciawi
Kec. Cibinong
Kec. Ciampea
SMU YZA Ciawi
SMKN I Cibinong
SMUN Ciampea
Jumlah
264
n
58
48
39
40
38
41
Putus Sekolah
Batu Tulis
Mekar Sari
Suka Damai
Gadog
Bojong Gede
Cinangneng
n
32
36
36
36
32
36
208
Jumlah
90
84
75
76
74
73
472
Tahapan Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Identifikasi Konsep Untuk mendefinisikan konsep dari kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi dengan tepat dimulai dengan mengembangkan kerangka konseptual yang relevan dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang diukur. Kerangka konseptual dibangun dari studi literatur yang diperoleh dari jurnal, artikel, web sites dengan kualitas baik, hasil penelitian dan buku-buku tentang permasalahan gizi pada remaja (Whati 2005; Parmenter & Wardle 1999). Rumusan konsep yang diperoleh dari studi pustaka didiskusikan dengan pakar. Pakar berjumlah empat orang yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Diskusi bertujuan untuk menghimpun berbagai informasi dan masukan dari pakar untuk
menyempurnakan konsep yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dapat dilihat pada Gambar 4. Melalui diskusi ini diharapkan dapat dirumuskan konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi untuk remaja yang relevan dengan kaidah ilmu gizi. Tahapan identifikasi konsep merupakan validitas konstrak (construct validity). Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap kedua bertujuan untuk mengembangkan konsep pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang telah didiskusikan dengan ahli menjadi kisi-kisi. Kisi-kisi terdiri dari konsep, variabel dan indikator. Setiap variabel dijabarkan menjadi beberapa konsep dan setiap konsep dijabarkan menjadi beberapa indikator. Perumusan kisi-kisi didiskusikan dengan empat orang pakar yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Tahapan pengembangan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi merupakan validitas konstrak (construct validity). Mengembangkan Item Pertanyaan untuk Kuesioner yang Terstruktur Tahap ketiga bertujuan untuk menyusun kuesioner yang terstruktur berdasarkan penjabaran kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang diperoleh pada tahap (2). Setiap indikator dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan atau pernyataan. Variabel pengetahuan dan praktek gizi dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sedangkan variabel sikap dalam bentuk pernyataan. Tahapan pengembangan item pertanyaan dan pernyataan merupakan validitas isi (Content Validity).
Kajian Pustaka
Konsep Pengukuran Psikometrik
Penelitian Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi
Identifikasi Konsep
Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi
Revisi Kuesioner - Validitas konstrak dan isi
Sistim Skoring
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Kejelasan
Pengembangan Item Kuesioner
-Pedoman umum -Pertanyaan/ pernyataan
Penelitian Pendahuluan
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Validitas - Reliabilitas
Uji Coba Kuesioner
Revisi Kuesioner - Keterbacaan - Validitas
Evaluasi Akhir
ALAT UKUR PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRATEK GIZI PADA REMAJA
Gambar 4 Tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja
Penulisan item harus memperhatikan beberapa syarat. Crocker (1986) mengemukakan beberapa hal yang dilakukan dalam menulis sebuah item pengetahuan dan praktek, yaitu: (1) membuat format item yang sesuai; (2) memeriksa kesesuaian format dengan subyek yang akan diukur; (3) memilih dan melatih menulis item; (4) mengusahakan agar setiap pertanyaan ditulis dalam bahasa yang sederhana, dan jelas (5) menghindari kata-kata atau istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh responden. Azwar (1988) menjelaskan kriteria informal yang dapat digunakan dalam penulisan pernyataan sikap adalah : (1) menghindari menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran; (2) menghindari menulis pernyataan yang tidak relevan dengan obyek psikologisnya; (3) menghindari menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang; (4) membuat setiap item pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, jelas dan langsung; (5) pernyataan sebaiknya pendek, tidak melebihi dari 20 kata; (6) setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide yang lengkap; (7) menghindari kata atau istilah yang tidak dimengerti oelh responden dan (8) menghindari pernyataan yang berisi kata negatif ganda. Pengembangan item kuesioner diikuti dengan penetapan skoring dan didiskusikan dengan delapan orang pakar yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi, pakar penyuluhan serta pakar pendidikan dan komunikasi. Tiga hal yang didiskusikan adalah: (1) Keterbacaan dari setiap item. Pertanyaan atau pernyataan dari setiap item harus dimengerti oleh remaja berdasarkan pendapat ahli. Item yang kurang komunikatif dan kurang jelas kemudian diperbaiki. (2) Kelayakan setiap item. Selain keterbacaan atau kejelasan item, setiap item harus dinyatakan layak mengukur sebuah konsep yang akan diukur dan tidak mendua (ambiguous) berdasarkan pendapat ahli. Item-item yang tidak relevan dengan konsep berdasarkan pendapat ahli akan dibuang (3) Penetapan skor untuk masing-masing variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Tiga jenis skor atau alternatif jawaban didiskusikan dengan pakar. Pertanyaan pengetahuan gizi dua alternatif jawaban dan pernyataan sikap dan pertanyaan praktek mempunyai tiga alternatif jawaban (Tabel 7).
Tabel 7 Alternatif jawaban pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Variabel Pengetahuan Skor Sikap Skor Praktek Skor
Alternatif I S B 0 1 TS S 0 1 T Y 0 1
TT TS 0 TP 0
Alternatif II S 0 RR 1 Kd 1
B 1 S 2 Y 2
STS 0 TP 0
Alternatif III TS RR 1 2 Kd Sr 1 2
S 3 Sl 3
Pengetahuan : 1 = benar 2 = Salah Sikap : S = Setuju TS = Tidak setuju RR= Ragu-ragu STS= Sangat Tidak Setuju Praktek : Alternatif 1 0 = Tidak melakukan praktek gizi 1 = Melakukan praktek gizi Alternatif 2 0 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 1 = Kadang-kadng melakukan praktek gizi (dilakukan 1-6 kali dalam seminggu) 2 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu) Alternatif 3 0 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 1 = Kadang-kadang melakukan praktek gizi (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) 2 = Sering melakukan praktek gizi (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) 3 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu)
Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap keempat adalah tahap uji coba yang terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama melakukan penelitian pendahuluan dengan 10 orang remaja. Tujuan kegiatan ini untuk mengevaluasi kejelasan dan keterbacaan dari masing-masing item menurut remaja. Item-item yang tidak dimengerti oleh remaja dilakukan perbaikan. Penelitian pendahuluan pada remaja merupakan validitas muka (Face Validity). Kegiatan kedua bertujuan untuk uji coba kuesioner secara statistik yaitu menguji kesahihan dan keterandalan kuesioner. Pengujian kesahihan dan keterandalan dilakukan pada 242 orang remaja (Tahap penarikan contoh penelitian pertama). Uji coba kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi dilakukan dalam empat analisis data dibawah ini, yaitu: (1) Tingkat kesukaran item. Item terlalu mudah apabila dijawab benar paling sedikit 75% dari contoh dan item terlalu sulit apabila dijawab benar tidak lebih dari 25% dari contoh. (2) Validitas internal (Internal Validity). Korelasi antara skor item dengan skor total digunakan korelasi Biserial untuk variabel pengetahuan, korelasi Pearson
untuk variabel sikap dan praktek gizi. Item akan dibuang apabila nilai korelasi < 0,3. (3) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability). Konsistensi masing-masing item satu sama lainnya terhadap konsep dan korelasi masing-masing item dengan skor total digunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20) untuk pengetahuan gizi dan Korelasi Pearson untuk sikap dan praktek gizi dengan syarat minimum nilai Alpha Cronbach adalah 0,7. (4) Test-retest (Test Retest Reliability). Konsistensi item terhadap perbedaan waktu digunakan korelasi Pearson. Syarat minimum untuk nilai Alpha Cronbach adalah 0,7. Pada pengujian reliabilitas test-retest data diambil dua kali dengan rentang waktu pengisian 15–30 hari. Dua minggu cukup untuk seseorang melupakan respon terhadap kuesioner, tetapi cukup lama tidak terjadi perubahan pengetahuan gizi (Parmenter & Wardle 1999; Singarimbun & Effendi 1995). Jumlah contoh untuk reliabilitas pada uji coba pertama sebanyak 242 orang. Uji coba kedua yang bersedia melengkapi kuesioner dua kali sebanyak 207 orang (85,5%). Sebanyak 35 orang contoh mengundurkan diri dengan alasan tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data ke dua (contoh bersekolah), dan pindah rumah atau tidak berada ditempat saat pengambilan data kedua (contoh yang putus sekolah). Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner pada remaja di olah seperti tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Peubah, pengumpulan data dan kategori data penelitian No 1
Peubah
2
Umur Jenis kelamin Status Gizi
3
Besar keluarga
4
6 7
Pekerjaan ibu & bapak Pendapatan perkapita keluarga Pengetahuan Sikap
8
Praktek
5
Kategori Data Frekuensi 1x Dalam tahun Laki-laki dan perempuan 1x IMT < P ke-5 - kurus IMT P ke 5-85 normal IMT > P ke-85 - gemuk 1x ≤4 Keluarga kecil 5,6 Keluarga Sedang ≥7 Keluarga Besar 1x Jenis Pekerjaan 1x 2x 2x 2x
Miskin Desa
Evaluasi Akhir Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil uji coba kuesioner yang telah dilakukan pada remaja (Whati 2005). Evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi merupakan validitas isi (content validity). Pakar terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan. Analisis Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer terdiri dari data karakteristik sosial ekonomi contoh dan keluarga yang terdiri dari umur contoh, jenis kelamin contoh, pendidikan contoh, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan perkapita perbulan keluarga yang dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh contoh. Data pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh contoh. Data status gizi dikumpulkan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan yang telah ditera ulang dan tinggi badan diukur dengan microtoise. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam bentuk Indeks Massa Tubuh (IMT) di bandingkan dengan nilai IMT untuk remaja berdasarkan WHO (1995). Data skunder terdiri dari nama desa dan sekolah yang menjadi lokasi penelitian diperoleh dari kecamatan, kelurahan, dinas pendidikan. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer menggunakan program Microsoft Excel dan SPPS for Windows versi 11.00. Tahapan pengolahan yang akan dilakukan adalah : (1) Editing data, yaitu setiap lembar kuesioner yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu (2) Koding data, yaitu memberi kode pada setiap lembaran kuesioner
(3) Entry data, yaitu memasukkan data yang telah dikoding ke dalam komputer pada program SPSS versi 11.00 (4) Cleaning data, yaitu memeriksa ulang data Data yang telah terkumpul dikelompokkan menurut peubahnya, ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi remaja dilakukan secara deskriptif. Pengkategorian setiap peubah yang diteliti umumnya dilakukan dengan menggunakan angka rata-rata dan standar deviasi, atau menggunakan patokan normatif seperti dalam pengkategorian besar keluarga dan pendapatan perkapita perbulan. Untuk membandingkan peubah seperti pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh sekolah dan putus sekolah di kelompok kota dan desa, dilakukan uji Anova sesuai dengan jenis datanya. Uji analisis Anova digunakan untuk membandingkan rata-rata lebih dari dua kelompok sampel (Uyanto 2006). Analisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi digunakan uji Korelasi Pearson.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Penelitian tentang pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dilakukan untuk mendapatkan alat ukur atau instrumen yang baku, yaitu alat ukur atau instrumen yang dikembangkan secara teoritik dan empiris melalui beberapa kali pengujian. Proses pengembangan alat ukur terdiri atas: (1) perumusan konsep berdasarkan kajian teori, kalibrasi, analisis kemudian dilakukan revisi; (2) ujicoba kuesioner kepada sejumlah orang sebagai sampel dari populasi; (3) melakukan uji validitas dan reliabilitas (4) membuat petunjuk mengenai pelaksanaan pengisian dan penskoran instrumen (Blood & Budd 1972; Brown & Frederick 1983). Berdasarkan hal di atas, tahapan pengembangan alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja adalah : (1) identifikasi konsep; (2) perumusan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi; (3) mengembangkan item pertanyaan untuk kuesioner yang terstruktur; (4) uji kesahihan dan keterandalan dan (5) evaluasi akhir alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Identifikasi Konsep Berdasarkan studi literatur ditemukan beberapa masalah gizi yang sering dialami oleh remaja. Permasalahan gizi yang dialami remaja dikembangkan menjadi faktor penyebab masalah gizi dan kerangka konseptual. Depkes (2006) menemukan prevalensi remaja kurang energi kronis (KEK) pada tahun 2003 dan tahun 2005 masing-masing 35,1% dan 32,5%. Masalah defisiensi zat gizi mikro yang paling banyak dialami remaja adalah anemia. Anemia pada remaja dan wanita usia subur adalah sebesar 28,1% dan remaja usia 15-19 tahun adalah sebesar 35,6% (Depkes 2006). Gaya hidup remaja yang cenderung memiliki kebiasaan makan yang salah merupakan penyebab munculnya masalah gizi pada remaja (WHO 1995). Kebiasaan makan salah antara lain mengurangi frekuensi makan, mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan, mengkonsumsi makanan siap saji, rendahnya konsumsi serat dan makanan yang mengandung kalsium tinggi serta
kebiasaan merokok terutama pada remaja pria. Terjadinya perubahan perilaku makan di kalangan remaja menyebabkan peningkatan konsumsi fast food. Jika makanan ini sering dikonsumsi secara terus menerus dan berkelebihan akan menimbulkan masalah gizi lebih dan konsekuensi kesehatan lainnya (Muniroh & Sumarmi 2002). Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia menemukan sebanyak 59,0 % remaja merokok pertama kali adalah pada umur 15-19 tahun dan 22,9 % merokok 10 batang sehari (BPS 2004). BPS (2004) juga menemukan sebesar 12,6 % remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan minum-minuman beralkohol. Delisle (1999) dan WHO (2005) mengemukakan bahwa kerangka konseptual dan faktor penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial ekonomi seperti akses terhadap
pangan
dan
ketersediaan
pangan.
Kurang
konsumsi
pangan
menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit kronik yang menyertainya (WHO 2005). Keinginan yang besar untuk mendapatkan tubuh ideal mendorong remaja melakukan pembatasan makan dan kebiasaan makan yang salah. Akibat dari pembatasan makan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dan melakukan kebiasaan makan yang salah menyebabkan remaja kekurangan zat gizi makro maupun mikro. Berdasarkan permasalahan gizi yang banyak dialami remaja maka dikembangkan kerangka konseptual penyebab masalah gizi yang perlu diketahui oleh remaja. Beberapa peneliti telah menemukan konsep-konsep tersebut. Hasil penelitian Wong et al. (1999) pada remaja Taiwan menemukan konsep pengetahuan gizi pada remaja adalah konsep dasar gizi, sumber zat-zat gizi, hubungan zat gizi dengan penyakit dan pedoman makan. Konsep gizi dari Parmenter dan Wardle (1999) adalah anjuran makan, sumber zat gizi, memilih makanan setiap hari dan hubungan makanan dengan penyakit. Steven (1999) menemukan komponen pengetahuan gizi adalah aktivitas fisik, pola makan, sikap
terhadap berat badan dan identitas budaya. Penelitian Whati et al. (2005) menemukan konsep gizi untuk pengembangan kuesioner untuk remaja adalah anjuran hidup sehat berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang Afrika Selatan, gaya hidup sehat dengan menjaga kesehatan dan kontrol berat badan, konsumsi makanan yang mengandung zat gizi (karbohidrat, protein, serat, vitamin A, besi, iodium dan kalsium) untuk mencegah kekurangan gizi, pemilihan makanan yang aman untuk dikonsumsi dan gizi selama hamil. Hasil studi literatur dirumuskan dalam bentuk konsep. Hasil identifikasi konsep didiskusikan dengan pakar gizi untuk menetapkan indikator pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi dan praktek gizi remaja. Hasil identifikasi konsep berdasarkan studi literatur dan diskusi dengan pakar gizi adalah konsep dasar gizi, hubungan gizi dan penyakit, memilih makanan, gizi ibu hamil dan menyusui serta kebiasaan makan dan gaya hidup. Perumusan Kisi-kisi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Konsep gizi yang diperoleh pada tahap identifikasi konsep, dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi. Kisi-kisi terdiri atas variabel, konsep dan indikator. Kisikisi berguna untuk menjamin setiap item yang dibuat mencakup semua konsep secara proporsional (Djaali & Muljono 2004). Tabel 9 menunjukkan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Perumusan kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi mengembangkan lima konsep gizi dengan indikatornya. Konsep dasar gizi memiliki tiga indikator yaitu jenis zat gizi, sumber zat gizi dan fungsi zat gizi. Konsep hubungan gizi dan penyakit dengan indikator kekurangan dan kelebihan zat gizi, konsep pemilihan makanan dengan indikator pemilihan makanan yang sehat dan aman. Konsep gizi ibu hamil dan menyusui dengan indikator gizi ibu hamil dan gizi ibu menyusui serta konsep kebiasaan makan dan gaya hidup remaja dengan indikator kebiasaan makan dan gaya hidup remaja. Berdasarkan sebaran konsep dan indikator ke dalam variabel, kelima konsep gizi digunakan untuk variabel pengetahuan dan sikap, sedangkan variabel praktek dijabarkan kedalam dua konsep yaitu pemilihan makanan dan kebiasaan makan serta gaya hidup.
Tabel 9 Kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja sebelum diskusi dengan pakar No 1
Konsep Konsep dasar gizi
Indikator - Jenis zat gizi - Sumber zat gizi - Fungsi zat gizi - Kekurangan zat gizi - Kelebihan zat gizi
Pengetahuan
Sikap
√
√
√
√
2
Hubungan gizi dan penyakit
3
Pemilihan makanan
- Pemilihan makanan sehat - Pemilihan makanan aman
√
√
4
Gizi ibu hamil dan menyusui
- Gizi ibu hamil - Gizi ibu menyusui
√
√
5
Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup
- Kebiasaan makan remaja - Kebiasaan makan tidak baik
√
√
Prakte k
√
√
Kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang telah dirumuskan, didiskusikan dengan pakar. Diskusi dilakukan untuk menilai indikator-indikator yang dapat menggambarkan masing-masing konsep serta sebaran indikator pada setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Tabel 10 menunjukkan kisi-kisi hasil diskusi dengan pakar. Diskusi menghasilkan kisi-kisi sebagai berikut : konsep dasar gizi menjadi dua indikator yaitu jenis dan sumber zat gizi serta fungsi dari zat gizi. Pertanyaan yang akan dikembangkan tentang jenis dan sumber zat gizi serta fungsi zat gizi pada pertumbuhan remaja. Hubungan gizi dan penyakit dengan indikator kekurangan dan kelebihan zat gizi. Pada indikator ini pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan adalah implikasi kekurangan atau kelebihan makanan terhadap kesehatan remaja. Pemilihan makanan dengan indikator memilih makanan yang sehat dan memilih makanan yang aman. Dua indikator tersebut mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan praktek remaja dalam memilih makanan yang berbeda untuk mengidentifikasi salah satu makanan yang sehat dan aman. Gizi dan kesehatan reproduksi terdiri dari perkembangan fisik dan kematangan seksual pada masa growth spurt. Indikator terakhir adalah kebiasaan makan dan gaya hidup remaja. Kebiasaan makan yang sehat adalah mengkonsumsi makanan dengan jumlah sesuai kebutuhan remaja serta dengan
frekuensi tiga kali sehari. Kebiasaan makan yang tidak baik yaitu mengurangi frekuensi makan, mengkonsumsi makanan ringan diantara waktu makan, mengkonsumsi makanan siap saji, rendahnya konsumsi serat dan kalsium serta kebiasaan merokok. Konsep gizi ibu hamil dan menyusui diganti dengan gizi dan kesehatan reproduksi. Perubahan konsep ini berdasarkan masukan dari pakar bahwa masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat (growth spurt) terutama pada organ reproduksi. Organ reproduksi akan tumbuh dengan sempurna apabila remaja mengkonsumsi makanan dengan zat gizi yang cukup. Namun sebaliknya, apabila pada masa remaja kekurangan gizi, organ reproduksi tidak berkembang sempurna sehingga akan berdampak kesulitan pada masa hamil, melahirkan dan menyusui. Berdasarkan hal tersebut maka konsep gizi dan kesehatan reproduksi dijadikan sebagai salah satu konsep gizi pada remaja dengan indikator perkembangan fisik, kematangan seksual serta gizi dan kesehatan reproduksi pada masa remaja, hamil, dan menyusui. Kelima konsep gizi dijabarkan dalam bentuk item-item untuk variabel pengetahuan dan sikap, sedangkan variabel praktek hanya dapat diisi ke dalam dua konsep yaitu pemilihan makanan dan kebiasaan makan serta gaya hidup (Tabel 10). Tabel 10 Kisi-kisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja setelah diskusi dengan pakar No
Konsep
Indikator
Pengetahuan
Sikap
1
Konsep dasar gizi
- Jenis dan sumber zat gizi - Fungsi zat gizi
√
√
2
Hubungan gizi dan penyakit
- Kekurangan zat gizi - Kelebihan zat gizi
√
√
3
Pemilihan makanan
- Pemilihan makanan sehat - Pemilihan makanan aman
√
√
4
Gizi & Kesehatan Reproduksi
- Perkembangan fisik & kematangan seksual - Gizi dan kesehatan reproduksi pada masa remaja, hamil dan menyusui - Kebiasaan makan remaja - Kebiasaan makan tidak baik dan gaya hidup
√
√
√
√
5
Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup
Praktek
√
√
Pengembangan Item Pertanyaan untuk Kuesioner yang Terstruktur Pengembangan item-item pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Kisi-kisi dikembangkan menjadi item pertanyaan untuk pengetahuan dan praktek gizi, serta pernyataan untuk sikap terhadap gizi. Item yang telah dikembangkan berdasarkan variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi dikumpulkan menjadi suatu kumpulan pertanyaan yang dikenal dengan istilah item pool (Parmenter & Wardle 1999; Wathi et al. 2005). Pada penelitian ini, pengembangan item-item pertanyaan dan pernyataan dilakukan melalui lima tahapan sehingga menghasilkan alat ukur yang standar. Gambar dibawah ini adalah diagram proses pengembangan item-item pertanyaan dan pernyataan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang diawali dengan pengembangan dan pengumpulan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja (item pool).
Item Pool
261 Diskusi Pakar 123
Pengetahuan 124 Sikap 111 Praktek 26
71 28 24
Uji Coba
55 Evaluasi 30 13 12
60
Uji Coba
34 14 12
28 13 8
7 Gambar 5 Diagram proses pengembangan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Item-item pengetahuan dibuat berdasarkan indikator pengetahuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian setiap item pertanyaan dari indikator pengetahuan harus memenuhi salah satu taksonomi Benjamin Bloom (1959) yang terdiri dari pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application) atau penganalisaan (analysis). Penggunaan taksonomi Bloom hanya sampai pada tahap keempat (analisis) dari enam tahap dengan pertimbangan alat ukur yang dikembangkan digunakan oleh kelompok remaja dengan latar belakang yang beragam. Artinya latar belakang pendidikan dan pengetahuan remaja tentang
gizi sangat terbatas terutama pada kelompok remaja putus sekolah sehingga penggunaan taksonomi Bloom untuk membuat item-item pertanyaan hanya sampai tingkat analisis. Tujuan setiap item harus memenuhi salah satu taksonomi Bloom agar setiap item memiliki tingkat kesukaran beragam. Selain memperhatikan taksonomi Bloom, penulisan item pada tahapan pengembangan
item
pertanyaan
dan
pernyataan
yang
terstruktur
juga
memperhatikan beberapa syarat yaitu (1) mengusahakan agar setiap pertanyaan ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, (2) menghindari kata-kata atau istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh responden, (3) menghindari menulis pertanyaan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran, (4) menghindari menulis pertanyaan yang sangat besar kemungkinannya akan disetujui oleh hampir semua orang, (5) pertanyaan atau pernyataan pendek, tidak melebihi dari 20 kata dan (6) setiap pertanyaan atau pernyataan sikap harus berisi hanya satu ide yang lengkap (Azwar 1988). Dengan memperhatikan syarat-syarat penulisan sebuah item dan memenuhi salah satu taksonomi Bloom, item-item pengetahuan gizi yang dibuat berjumlah 124 item. Sebaran indikator dan jumlah item pengetahuan gizi pada remaja dapat dilihat pada Tabel 11. Sama halnya dengan item pengetahuan gizi, item sikap terhadap gizi dikembangkan dari indikator gizi hasil diskusi dengan pakar. Item sikap terhadap gizi dijabarkan ke dalam bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif. Penulisan pernyataan-pernyataan sikap berdasarkan struktur sikap yang terdiri atas tiga komponen yaitu komponen kognisi, afeksi dan konasi (Azwar 1999). Komponen kognisi menunjukkan bagaimana seseorang mengetahui tentang suatu obyek, kejadian, situasi, pemikiran, keyakinan dan ide mengenai sesuatu. Komponen afeksi adalah perasaan dan emosi terhadap obyek aktual, kejadian atau situasi tertentu. Komponen konasi menunjukkan kecenderungan untuk bertindak berkaitan dengan obyek, kejadian atau situasi yang dihadapi. Tabel 12 menunjukkan sebaran indikator dan jumlah item sikap terhadap gizi pada remaja berdasarkan komponen kognisi, afeksi dan konasi.
Tabel 11 Sebaran indikator dan item pengetahuan gizi sebelum diskusi dengan pakar Konsep Konsep dasar gizi
Indikator Jenis dan sumber zat gizi
Fungsi zat gizi Hubungan gizi dan penyakit
Kekurangan zat gizi
Kelebihan gizi Pemilihan makanan
Pemilihan makanan sehat
Pemilihan makanan aman Gizi dan Kesehatan Reproduksi
Kebiasaan makan
Hubungan gizi dan kesehatan reproduksi, kebutuhan gizi ibu hamil Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan tidak baik dan gaya hidup
Sub Indikator Karbohidrat-makanan pokok Protein-lauk pauk hewani Protein-Lauk pauk nabati Lemak Vitamin A Zat besi Iodium Kalsium Serat Sumber Zat Tenaga Sumber Zat Pembangun Sumber Zat Pengatur Anemia (Zat besi) Pengeroposan tulang (Kalsium) Kecerdasan (Iodium) Daya tahan tubuh (Vit A) Sembelit (Serat) Kegemukan (Obesitas) Menu seimbang Karbohidrat komplek Makanan rendah lemak Makanan tinggi protein Makanan tinggi serat Makanan tinggi iodium Makanan tinggi vitamin A Makanan tinggi kalsium Makanan tinggi besi Bebas dari bahaya fisik, kimia dan biologi Membaca label makan dikemas Perbedaan pertumbuhan fisik remaja putri-putra Kebutuhan gizi : Ibu hamil Ibu menyusui Gizi dan kesehatan reproduksi Frekuensi makan : Makan pagi Makan siang Makan malam Jenis dan jumlah : Makanan Pokok Lauk Pauk Sayur Buah Air Snacking Skipping meals Fast food Masalah makan Merokok, alkohol dan olah raga Jumlah
Nomor Item 1,2 3 4,5 6,7 8,9 10,11 12,13 14,15 16 17,18,19,20 21 22,23,24,25,26,27,28 29 30 31 32 33 34,35,36,37,38,39, 40,41,42 43,44,45 46,47 48,49,50 51 52,53,55 54 56,57,58 59,61,62 60 63,64,65,66,67,68, 69,70 71,72,73 74,75,76,77,78,79 81,82,83,84,85,86 87,88,89 80,90,91,92
Jumlah
16
12
5
9
20
11
19
93,94,95 96,97 96,97,98 99 100 101 102,103 104 105,106,107 108,109 110,111 112,113,114,115 116,117,118,119,120 121,122,123,124
12
20
124
Pernyataan-pernyataan sikap yang dibuat mengandung salah satu dari tiga komponen sikap yaitu komponen kognisi (pengetahuan), afeksi (sikap) atau konasi (praktek). Hasil pengembangan item sikap remaja terhadap gizi menghasilkan 111 pernyataan yang terdiri dari 62 pernyataan positif dan 49 pernyataan negatif serta mengandung salah satu dari komponen kognisi, afeksi atau konasi. Tabel 12 Sebaran indikator dan item sikap terhadap gizi sebelum diskusi pakar Konsep
Komponen
Indikator
Jumlah
Kognisi Jenis dan sumber 125,128,131, zat gizi 132,134,137, 142,143,147
Afeksi 126,130,133 136,141,145
Fungsi zat gizi
150,155
154
Konasi 127,129,135, 138,139,140, 144,146,148, 149 151,152,153
Kekurangan gizi
158,160
157
Kelebihan gizi
156,159,161, 162,163,164, 165,166 167,168,169
171
170
Pemilihan makanan sehat Pemilihan makanan aman
172,173,174, 175,176,182 187,189,193, 194,195,196
178,183,185
26
188,190
177,179,180, 181,184,186 191,192,197
Gizi dan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi
198,199,200, 201,202,203, 205,206,207, 208,209,213
210,211
204,212
16
Kebiasaan makan
Kebiasaan 217,218,219, makan remaja 223 Kebiasaan 228,230,235 makan tidak baik dan gaya hidup
220,222
90,91,92,97, 100,101 226,229,231 233,234
22
39
111
Konsep dasar gizi
Hubungan gizi dan penyakit
Pemilihan makanan
Jumlah
52
227,232
20
31
16
Tabel 13 menunjukkan sebaran indikator dan jumlah item praktek gizi pada remaja. Item praktek gizi pada remaja dikembangkan berdasarkan indikator gizi hasil diskusi dengan pakar. Terdapat dua buah konsep untuk praktek gizi yaitu pemilihan makanan dan kebiasaan makan. Pemilihan makanan terdiri dari dua
indikator yaitu memilih makanan yang sehat dan indikator kedua memilih makanan yang aman yaitu makanan yang bebas dari berbagai bahaya fisik, kimia dan biologi serta membaca label sebelum membeli makanan yang dikemas. Tabel 13 Sebaran indikator dan item praktek gizi sebelum diskusi pakar Konsep Pemilihan makanan
Indikator Pemilihan makanan sehat
Pemilihan makanan aman Kebiasaan makan
Kebiasaan makan sehat
Kebiasaan makan tidak sehat dan gaya hidup
Sub Indikator Menu seimbang Karbohidrat komplek Makanan rendah lemak Makanan tinggi protein Makanan tinggi serat Makanan tinggi besi Makanan tinggi iodium Makanan tinggi kalsium Bebas bahaya fisik, kimia, biologi Baca label pada makanan dikemas Frekuensi makan : Makan pagi Makan siang Makan malam Jenis & jumlah : Makanan Pokok Lauk Pauk Sayur Buah Air Snacking Skipping meals Fast food Masalah makan Merokok Jumlah
Nomor Item 239 236 237 238 240 241 242 243 244
Jumla h 8
2
245 246 247 248 236 238 249,251 250 252 253,254 ,255,25 6,257 258 259 260 261
7
9
26
Konsep kebiasaan makan terdiri atas dua indikator: (1) kebiasaan makan sehat yaitu frekuensi, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dan (2) kebiasaan makan tidak sehat yang terdiri dari snacking, skipping meals, fast food dan merokok. Berdasarkan konsep dan indikator, item kemudian dijabarkan dalam bentuk pertanyaan tentang praktek gizi. Hasil pengembangan item praktek gizi pada remaja menghasilkan 26 pertanyaan. Secara keseluruhan, pengembangan item kuesioner dari setiap variabel
pengetahuan, sikap dan praktek gizi menghasilkan 261 item (item pool) yang terdiri atas 124 item tentang pengetahuan gizi, 111 item sikap terhadap gizi dan 26 item praktek gizi (Lampiran 1). Hasil pengembangan item ini didiskusikan dengan 8 orang pakar yang terdiri atas pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi, pakar penyuluhan serta pakar pendidikan dan komunikasi. Diskusi dengan pakar merupakan tahapan yang dilakukan sebelum validasi item kepada subjek atau contoh dalam penelitian. Penilaian yang dilakukan pakar meliputi kisi-kisi, kelayakan item dan keterbacaan serta alternatif jawaban yang digunakan. Pakar menilai kisi-kisi yang meliputi kesesuaian konsep gizi dengan indikator dan variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi (construct validity). Dari segi kelayakan item, pakar menilai keterbacaan, kejelasan kalimat dan kesesuaian dengan konsep gizi serta indikator untuk setiap item (content validity). Perbaikan item dilakukan sesuai saran dari pakar baik validasi isi maupun konstruk. Item-item yang memiliki makna ganda diperbaiki atau dibuang. Selain diskusi tentang kisi-kisi dan kelayakan item, diskusi tentang penentuan alternatif jawaban setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang sesuai untuk remaja juga dilakukan. Terdapat tiga alternatif jawaban yang ditawarkan dan pakar memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap sesuai untuk kelompok umur remaja dengan latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan yang sangat beragam. Hasil diskusi dengan pakar menemukan bahwa banyak item yang berulang dan memiliki makna ganda. Berdasarkan diskusi ini maka disepakati bahwa kisikisi pengetahuan, sikap dan praktek gizi diganti. Kisi-kisi yang terdiri dari konsep, indikator, sub indikator, jumlah item dan variabel berubah menjadi konsep, dimensi, sub dimensi, indikator, jumlah item dan variabel. Dengan demikian konsep gizi sebelumnya yang terdiri dari konsep dasar gizi, hubungan gizi dan penyakit, memilih makanan, gizi dan kesehatan reproduksi serta kebiasaan makan dan gaya hidup diganti menjadi konsep gizi seimbang dengan dua dimensi yaitu pola makan seimbang dan aman serta pola hidup sehat. Pola makan sehat dan seimbang dijabarkan menjadi tiga sub dimensi dengan 15 indikator sedangkan
pola hidup sehat terdiri atas tiga sub dimensi dengan lima indikator (Tabel 14). Tabel 14 Konsep dan Indikator Pengetahuan dan Praktek Gizi pada Remaja Setelah Diskusi dengan Pakar Konsep
Dimensi
Gizi Seimbang
Pola Makan Sehat dan Seimbang
Sub Dimensi Ragam
Jumlah
Keamanan Pangan
Pola Hidup Sehat
Olahraga Rokok & alkohol Kontrol Berat Badan
Indikator 1. Makan beranekaragam 2. Menggunakan garam beriodium 3. Memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan 4. Setiap hari makan pagi 5. Gizi dan kesehatan reproduksi 6. Mengkonsumsi makanan sumber zat besi 7. Konsumsi makanan berserat 8. Konsumsi makanan sumber kalsium 9. Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat secukupnya 10. Batasi konsumsi lemak 11. Batasi konsumsi fast food 12.Snacking secukupnya 13.Minum air bersih 8 gelas sehari 14.Mengkonsumsi makanan yang aman 15.Baca label setiap membeli makanan dikemas Jumlah 16.Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 17.Tidak merokok dan minuman beralkohol 18.Memantau berat badan secara teratur 19.Body image yang benar 20.Tidak membatasi makan (Skipping meal) Jumlah Total
Penge tahua n 4
1
Pra k tek 3
3
1
1
5
1
-
3
2
2
3
1
-
3
1
2
5
2
-
3
1
1
3
Sikap
1
-
4 3 2
2 1 1
1 2
4
2
1
4
1
1
2
1
1
51
19
15
3
2
1
5
2
2
4
1
1
5
2
4
3
2
1
20 71
9 28
9 24
Tahap selanjutnya adalah pemilihan item pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Pemilihan item pengetahuan gizi berdasarkan kisi-kisi yang terdiri dari 20 indikator. Setiap indikator terdiri dari item-item pertanyaan yang mengandung konsep dari indikator, hubungan indikator dengan penyakit dan pemilihan makanan sehat (dimensi pola makan seimbang dan aman) dan berperilaku sehat (dimensi pola hidup sehat). Item-item yang tidak memenuhi persyaratan seperi di atas dibuang dengan alasan tidak sesuai dengan konsep. Jika terdapat item-item yang bermakna ganda dan berlebihan (redundant) maka dipilih beberapa item yang tepat menggambarkan indikator, sedangkan lainnya dibuang. Selain itu item dengan kalimat yang sangat akademis tidak digunakan dalam kuesioner ini. Item-item diperbaiki sesuai saran pakar apabila menurut pakar kurang jelas. Berdasarkan hal diatas, terjadi pengurangan dan perbaikan item. Item pool yang telah dikumpulkan sebanyak 261 item, dipilih dan dikelompokkan berdasarkan indikator yang baru sesuai arahan pakar. Proses pemilihan item di atas menyebabkan terjadinya pengurangan item. Jumlah item pada kuesioner awal sebanyak 261 item berkurang menjadi 123 item yang terdiri dari 71 item pengetahuan tentang gizi, 28 item sikap terhadap gizi dan 24 item tentang praktek gizi pada remaja (Tabel 15). Tabel 15 Jumlah item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja setelah diskusi pakar Status Item
Pengetahuan
Sikap
Praktek
Jumlah
Item yang diterima
21
14
6
39
Item yang diperbaiki
30
10
10
50
Item yang ditambah
20
5
8
34
Item yang dibuang
73
88
10
172
Jumlah item yang dipakai
71
28
24
123
Pada tahap ini, sebanyak 172 item dibuang karena tidak sesuai dengan indikator pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang telah ditetapkan, memiliki makna ganda (ambigous) antar item atau pertanyaan sangat akademis sehingga sulit dipahami contoh. Item-item yang diterima tanpa perbaikan sebanyak 39 item, item yang diperbaiki sebanyak 50 item dan item baru sebanyak 34 item. Item-item
ini tersebar pada setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Hasil pengurangan dan penambahan item-item pada setiap variabel dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 14 menunjukkan hasil secara keseluruhan pemilihan item yang tersebar pada indikator setiap variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Penjabaran item pengetahuan gizi pada dimensi pola makan sehat dan seimbang menghasilkan tiga sub dimensi, 15 indikator serta 51 item pertanyaan, sedangkan dimensi pola hidup sehat menghasilkan tiga sub dimensi, lima indikator serta 20 pertanyaan tentang pengetahuan gizi. Penjabaran item sikap terhadap gizi pada dimensi pola makan sehat dan seimbang menghasilkan tiga sub dimensi, 15 indikator serta 19 item pernyataan, sedangkan dimensi pola hidup sehat menghasilkan tiga sub dimensi, lima indikator serta sembilan pernyataan sikap terhadap gizi. Penjabaran item praktek gizi pada dimensi pola makan sehat dan seimbang menghasilkan tiga sub dimensi, 15 indikator serta 15 item pertanyaan, sedangkan dimensi pola hidup sehat menghasilkan tiga sub dimensi, lima indikator serta sembilan pertanyaan tentang praktek gizi. Tabel 16 menunjukkan sebaran pernyataan-pernyataan sikap kedalam sub dimensi dan komponen sikap. Tiga komponen sikap yang terdiri dari komponen kognisi, afeksi dan konasi dijabarkan kedalam pernyataan sikap berdasarkan enam sub dimensi. Komponen kognisi, afeksi dan konasi berturut-turut menghasilkan 13, 9 dan 6 pernyataan sikap sehingga menghasilkan 28 item pernyataan sikap. Tabel 16 Indikator dan komponen sikap terhadap gizi pada remaja setelah diskusi dengan pakar Sub Dimensi
Komponen Sikap Afeksi Konasi 1 2
Jumlah
Ragam
Kognisi 3
Jumlah
2
2
2
6
Keamanan Pangan
4
1
1
6
Olahraga
1
1
-
2
Rokok dan alkohol
1
2
-
3
Kontrol berat badan
2
2
1
5
Jumlah item
13
9
6
28
6
Alternatif jawaban yang dipilih berdasarkan diskusi dengan pakar, digunakan dalam kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Alternatif jawaban yang terpilih adalah kelompok alternatif jawaban II yaitu 0, 1 (0 apabila jawaban salah, 1 apabila jawaban benar) dalam hal pengetahuan, 1,2,3 (1= tidak setuju, 2=ragu-ragu, 3=setuju) dalam hal sikap dan 1,2,3 (angka tertinggi melakukan praktek sesuai dengan kaidah ilmu gizi) dalam hal praktek. Alasan pemilihan alternatif jawaban II karena jawaban tersebut lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh remaja. Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Kesahihan dan keterandalan alat ukur ini diuji melalui dua kegiatan. Kegiatan pertama adalah uji validitas muka (face validity) dengan melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan dilakukan pada 10 orang remaja dengan kegiatan mendiskusikan setiap item pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Kegiatan diskusi bertujuan untuk mengetahui keterbacaan dari setiap item dan memaksimalkan kejelasan dari setiap item pertanyaan menurut remaja. Remaja yang dipilih mewakili remaja kota dan desa baik yang masih sekolah maupun yang putus sekolah. Dari 123 item yang didiskusikan, 11 pertanyaan diperbaiki kalimatnya karena item tersebut kurang dimengerti oleh remaja dan 14 item pertanyaan diperbaiki kata-katanya. Tahap kedua dilakukan uji coba secara statistik yaitu kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) kepada 242 orang contoh. Contoh dalam penelitian ini mempunyai latar belakang sosial ekonomi yang beragam agar alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dibuat dapat dipergunakan untuk semua lapisan remaja. Contoh yang berjumlah 242 orang terdiri dari 129 orang tinggal di kota (53,3%) dan 113 orang tinggal di desa (46,7%). Contoh yang tinggal di kota terdiri dari 80 orang bersekolah (33,1%) dan 49 orang putus sekolah (20,3%). Contoh yang tinggal di desa, sebanyak 64 orang (26,5%) bersekolah dan 49 orang putus sekolah (20,3%). Rata-rata umur contoh dalam penelitian ini adalah 17±1,05 tahun. Dari 242 orang contoh, 43% laki-laki dan 57% perempuan (Tabel 17).
Sebanyak 75,6% contoh berada pada status gizi normal. Nilai IMT contoh berkisar antara 15,0 sampai 29,5 dengan rata-rata 19,5. Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini berkisar dari 2-10 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 5 orang. Apabila besar keluarga ini dikelompokkan berdasarkan kriteria Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (BKKBN 2002) yaitu yang terdiri dari bapak, ibu dan dua orang anak, hanya 33,9% keluarga (19,8% contoh yang tinggal di kota dan 14,1 tinggal di desa) yang tergolong kelompok tersebut, sedangkan lainnya tergolong keluarga sedang dan keluarga besar. Tabel 17 Sebaran karakteristik contoh dan keluarga Karakteristik Contoh Umur 15 16 17 18 19 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Gizi IMT < P ke-5 kurus IMT P ke 5-85 normal IMT > P ke-85 gemuk Besar Keluarga Keluarga kecil Keluarga Sedang Keluarga Besar Pendapatan Perkapita Keluarga Miskin Tidak Miskin
n
% 19 47 95 61 20
7,9 19,4 39,3 25,2 8,3
104 138
42,9 57,0
44 183 15
18,2 75,6 6,2
82 127 33
33,9 52,5 13,6
68 174
28,1 71,9
Jenis pekerjaan orang tua contoh cukup bervariasi, diantaranya pegawai negeri atau swasta, pedagang atau wiraswasta, petani, buruh dan jasa. Dilihat dari jenis pekerjaan pada setiap kelompok, pekerjaan terbesar orang tua contoh yang tinggal di kota maupun di desa adalah pegawai negeri dan swasta (17,4% dan 14,5%) untuk bapak, mengurus rumah tangga untuk ibu (29,8% dan 27,7%). Rata-rata pendapatan perkapita perbulan orang tua contoh adalah Rp.377.219, dengan pendapatan terendah Rp.60.000 dan tertinggi Rp.1.333.333. Berdasarkan data BPS tahun 2005, batas garis kemiskinan di Kota Bogor yang dilihat dari pendapatan per kapita per bulan adalah sebesar Rp.175.000 dan
Kabupaten Bogor sebesar Rp.150.000. Rata-rata pendapatan perkapita contoh yang tinggal di kota Rp.415.903 dan tinggal di desa Rp.320.110 yang berarti berada di atas garis kemiskinan. Hanya sebesar 28,1 % contoh berada di bawah garis kemiskinan Kesukaran Item Pengetahuan Gizi Tabel 18 menunjukkan tingkat kesukaran item pengetahuan gizi yang diperoleh dari jumlah item yang dijawab benar dibagi jumlah contoh (p). Tingkat kesukaran item dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu mudah (<0,25), sedang (0,25-0,75) dan sukar (>0,75) (Kline 2000; Azwar 2006). Tabel 18 Tingkat kesukaran item pengetahuan gizi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nomor Item 1 2 3 4 6 7 8 9 11 12 13 15 16 17 18 21 22 23 25 26 27 29 30 31 32 33 36 37 38 39 42 43 44 47 48 49
Nilai p 0,849 0,726 0,849 0,552 0,226 0,933 0,151 0,611 0,175 0,516 0,309 0,369 0,591 0,198 0,714 0,698 0,734 0,639 0,544 0,774 0,595 0,599 0,833 0,841 0,778 0,913 0,492 0,441 0,897 0,456 0,667 0,877 0,691 0,741 0,861 0,206
Tingkat kesukaran Mudah Sedang Mudah Sedang Sukar Mudah Sukar Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sukar
No 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Nomor Item 52 53 54 56 57 58 59 61 62 64 65 66 67 68 71 72 74 75 76 79 80 81 83 84 85 86 87 90 91 93 94 95 97 98 99
Nilai p 0,397 0,679 0,365 0,873 0,913 0,893 0,655 0,741 0,917 0,909 0,198 0,897 0,226 0,298 0,413 0,741 0,841 0,798 0,741 0,413 0,571 0,813 0,774 0,452 0,333 0,206 0,433 0,905 0,889 0,841 0,345 0,687 0,706 0,528 0,774
Tingkat Kesukaran Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar Mudah Sukar Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah
Tabel 19 menunjukkan tingkat kesukaran pengetahuan gizi yang terdiri atas 71 pertanyaan. Hasil analisis menemukan tingkat kesukaran mudah 35%, tingkat kesukaran sedang 54% dan tingkat kesukaran sukar 11%. Dari 71 item yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi dengan tingkat kesukaran sedang sebanyak 38 item. Tabel 19 Sebaran tingkat kesukaran item pengetahuan gizi No
Tingkat Kesukaran
n
%
1
Mudah
25
35
2
Sedang
38
54
3
Sukar
8
11
Total
71
100
Validitas Internal Validitas internal menunjukkan sejauhmana item-item pada kuesioner tersebut konsisten dengan item-item lain dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur. Validitas internal diujicobakan pada 71 item pengetahuan gizi. Hasil uji validitas internal menemukan bahwa terdapat 30 item yang dapat digunakan sebagai alat ukur pengetahuan gizi pada remaja. Hal ini disebabkan 30 item tersebut mempunyai korelasi item–total terkoreksi (corrected item-total correlation) lebih besar dari 0,3 sebagai batas penerimaan item untuk Korelasi Biserial pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan 41 item ditolak karena nilai korelasi kurang dari 0,3 sehingga tidak digunakan sebagai alat ukur pengetahuan gizi pada remaja. Hasil korelasi setiap item dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan tingkat kesukaran item, dari 30 item yang memenuhi kriteria validitas, terdapat lima item berada pada tingkat kesukaran mudah (item nomor 43,66,81,90,93), sebanyak 24 item berada pada tingkat kesukaran sedang dan dua item berada pada tingkat kesukaran sukar (nomor item 6 dan 13).
Tabel 20 Sebaran korelasi biserial pengetahuan gizi pada remaja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nomor Item 1 2 3 4 6 7 8 9 11 12 13 15 16 17 18 21 22 23 25 26 27 29 30 31 32 33 36 37 38 41 42 43 44 47 48
r hitung 0.186 0.143 0.211 0.308 0.339 -0.717 0.165 0.285 0.073 0.335 0.302 0.316 0.143 0.256 0.328 0.345 0.136 0.355 0.321 0.284 0.395 0.350 0.277 0.228 0.129 0.152 0.325 0.237 0.225 0.210 0.309 0.345 0.243 0.324 0.286
Status Gugur Gugur Gugur Valid Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Valid Valid Valid Gugur Gugur Valid Valid Gugur Valid Valid Gugur Valid Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Valid Valid Gugur Valid Gugur
No 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Nomor Item 49 52 53 54 56 57 58 59 61 62 64 65 66 67 68 71 72 74 75 76 79 80 81 83 84 85 86 87 90 91 93 94 95 97 98 99
r hitung 0.095 0.383 0.166 0.458 0.281 0.247 0.227 0.37 0.336 0.205 0.235 0.177 0.339 0.290 0.242 0.275 0.337 0.142 0.274 0.376 0.261 0.302 0.410 0.270 0.395 0.286 -0.020 0.388 0.312 0.277 0.377 0.246 0.429 0.310 0.319 0.26
Status Gugur Valid Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Valid Valid Gugur Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Valid Gugur Valid Gugur Gugur Valid Valid Gugur Valid Gugur Valid Valid Valid Gugur
Validitas internal juga dilakukan pada variabel sikap gizi (Tabel 21). Dari 28 item pernyataan sikap tentang gizi yang diuji cobakan terdapat 13 pernyataan sikap yang diterima, dimana skor item tersebut mempunyai korelasi item–total terkoreksi (corrected item-total correlation) lebih besar dari 0,3 sebagai batas penerimaan item untuk Korelasi Pearson pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan 14 pernyataan ditolak (gugur) karena nilai korelasi kurang dari 0,3 sehingga tidak digunakan sebagai alat ukur sikap gizi pada remaja.
Tabel 21 Sebaran korelasi pearson sikap terhadap gizi pada remaja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nomor Item 5 10 14 19 20 24 28 34 35 39 40 45 46 50
r hitung
Keterangan
0,343 0,278 0,379 0,143 -0,138 0,159 0,206 0,297 0,169 -0,002 0,405 0,429 0,355 0,434
Valid Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Valid Valid Valid Valid
ssss No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nomor Item 51 55 60 63 69 70 73 77 78 82 88 89 92 96
r hitung
Keterangan
0,034 0,379 0,316 0,470 0,508 0,040 0,229 0,374 0,446 0,110 0,235 0,406 0,188 0,179
Gugur Valid Valid Valid Valid Gugur Gugur Valid Valid Gugur Gugur Valid Gugur Gugur
Tabel 22 menunjukkan validitas internal pada variabel praktek gizi. Dari 24 pertanyaan praktek yang diuji cobakan terdapat 12 pertanyaan praktek yang diterima, dimana skor item tersebut mempunyai korelasi item–total terkoreksi (corrected item-total correlation) lebih besar dari 0,3 sebagai batas penerimaan item untuk Korelasi Pearson pada taraf signifikan 0,05. Sedangkan 12 pertanyaan praktek lainnya ditolak (gugur) karena nilai korelasi kurang dari 0,3 sehingga tidak digunakan sebagai alat ukur praktek gizi pada remaja. Tabel 22 Sebaran korelasi pearson praktek gizi pada remaja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
No Item 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114a 114b 114c 114d 114e 114f 115a
r hitung 0,374 0,489 0,188 0,428 0,546 0,285 0,109 0,382 0,219 0,100 0,197 0,252 0,102 0,112 0,445 0,354 0,189 0,435 0,369 0,221 0,363
Keterangan Valid Valid Gugur Valid Valid Gugur Gugur Valid Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Valid Valid Gugur Valid Valid Gugur Valid
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NoItem 115b 115c 115d 115e 115f 116a 116b 116c 116d 116e 117 118a 118b 118c 118d 118e 119 120 121 122 123
r hitung 0,415 0,139 0,299 0,433 0,181 -0,227 0,256 0.192 0.226 -0.153 0.110 0.078 0.314 0.188 0.049 0.179 0.379 0.358 0.473 0.026 0.348
Keterangan Valid Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Valid Gugur Gugur Gugur Valid Valid Valid Gugur Valid
Secara keseluruhan dari hasil uji validitas internal, sebanyak 55 item yang terdiri dari 30 item pengetahuan, 13 item sikap dan 12 item praktek gizi yang memenuhi syarat diterima, dimana item-item tersebut mempunyai korelasi item– total terkoreksi lebih besar dari 0,3 (Tabel 23). Tabel 23 Sebaran kesahihan item pengetahuan, sikap dan praktek gizi
Pengetahuan
71
Diterima (r>0,3) 30
Sikap
28
13
15
Praktek
24
12
12
Jumlah
123
55
68
Variabel
Jumlah Item
Ditolak (r>0,3) 41
Reliabilitas Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item (Internal Consistency Reliability) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) berkaitan dengan konsistensi antara item dalam sebuah kuesioner. KuderRichardson 20 (KR-20) digunakan untuk item yang mempunyai skor item nominal. Reliabilitas suatu kuesioner dianggap baik apabila nilai Alpha (α Cronbach) lebih dari 0,7 (Kline 2000). Hasil uji coba yang dilakukan pada kuesioner pengetahuan gizi menghasilkan nilai koefisien reliabilitas 0,828. Pengukuran reliabilitas konsistensi gabungan item juga dilakukan pada sikap terhadap gizi dan praktek gizi pada remaja. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson diketahui bahwa kuesioner tentang sikap terhadap gizi dan praktek gizi mempunyai reliabilitas yang ditunjukkan dengan nilai Alpha (α Cronbach) masing-masing sebesar 0,721 dan 0,749. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Parmenter dan Wardle (1999) serta Whati et al. (2005), bahwa nilai Alpha (α Cronbach) untuk uji Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) lebih besar dari 0,7. Nilai Alpha (α Cronbach) lebih besar dari 0,7 mencerminkan bahwa masing-masing item konsisten mengukur konsep yang digunakan dalam sebuah alat ukur (Azwar 2006).
Reliabilitas Konsistensi Tanggapan (Test-Retest Reliability) Dalam penelitian ini, reliabilitas konsistensi tanggapan menggunakan teknik test retest yaitu pengetesan dua kali menggunakan kuesioner yang sama pada contoh yang sama dengan waktu yang berbeda. Tabel 24 menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas kuesioner ini mempunyai reliabilitas tes retest yang ditunjukkan dengan nilai Alpha (α Cronbach) sebesar 0,824 untuk pengetahuan gizi, 0,809 untuk sikap terhadap gizi dan 0,783 untuk praktek gizi. Tabel 24 Nilai reliabilitas pengetahuan, sikap dan praktek gizi No
Peubah
Reliabilitas Internal 0,828
Test- retest 0,824
1
Pengetahuan
2.
Sikap
0,721
0,809
3.
Praktek
0,749
0,783
Reliabilitas suatu kuesioner dianggap baik apabila nilai Alpha (α Cronbach) lebih dari 0,7 (Kline, 2000). Hasil uji reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) dan reliabilitas konsistensi tanggapan (test retest reliability) dalam penelitian ini lebih besar dari 0,7 sehingga memenuhi syarat reliabilitas sebuah kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu mencerminkan stabilitas hasil meskipun digunakan pada waktu yang berbeda (Azwar 2006; Djaali & Muljono 2004). Evaluasi Akhir Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Meskipun telah dilakukan uji kesahihan dan keterandalan, evaluasi akhir dari alat ukur sangat diperlukan untuk meninjau kembali setiap tahapan pengembangan alat ukur terutama hasil uji kesahihan dan keterandalan (Whati et al. 2005). Evaluasi akhir dilakukan oleh empat orang pakar yang terdiri dari pakar gizi (Human Nutrition and Comunity Nutrition), pakar pendidikan gizi dan pakar penyuluhan.
Setelah dilakukan diskusi akhir dengan pakar, terdapat tujuh item (lima item pertanyaan pengetahuan gizi dan dua item sikap) yang dimasukkan kembali ke dalam kuesioner. Selain itu ada satu item pengetahuan gizi dan satu item sikap yang dianggap tidak perlu sehingga dibuang. Pertimbangan memasukkan lima item pertanyaan dan dua item pernyataan tersebut kedalam kuesioner karena item tersebut sangat diperlukan untuk melihat kemampuan dasar atau kompetisi dasar pengetahuan dan sikap gizi remaja menurut pakar (concept validity dan construct validity), dan sebaliknya dua item yang terdiri dari satu item pertanyaan dan satu item pernyataan dibuang karena tidak dapat mengukur kemampuan dasar pengetahuan dan sikap gizi remaja. Sedangkan variabel praktek gizi tidak ada penambahan atau pengurangan item. Tabel 25 dan 26 menunjukkan proses pengurangan dan penambahan item-item pertanyaan pengetahuan dan sikap terhadap gizi. Dari proses ini, jumlah item pertanyaan dan pernyataan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja yang semula berjumlah 55 item bertambah menjadi 60 item yang terdiri dari 34 item pengetahuan gizi, 14 item sikap terhadap gizi dan 12 item praktek gizi. Tabel 27 menunjukkan sebaran item sikap gizi kedalam sub dimensi dan komponen sikap terhadap gizi. Dari 14 item sikap, delapan item terdapat pada komponen kognisi, tiga item masing-masing komponen afeksi dan konasi. Tabel 27 Sebaran konsep, dimensi, indikator dan variabel sikap terhadap gizi pada remaja Komponen Sikap
Keragaman
Jumlah
Kognisi Afeksi Konasi Jumlah
3 1 4
1 1 1 3
Sub Dimensi OlahKeamanan raga 2 1 3 -
Rokok alkohol 1 1
Kontrol BB 2 1 3
Jumlah item 8 3 3 14
Ada di lanscape tabel 14Tabel 25 Proses Pengurangan Item Pengetahuan Gizi
Indikator 1. Makan beranekaragam 2. Menggunakan garam beriodium 3. Memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan 4. Setiap hari makan pagi 5. Gizi dan kesehatan reproduksi 6. Konsumsi makanan sumber zat besi 7. Konsumsi makanan berserat 8. Konsumsi makanan sumber kalsium 9. Konsumsi makanan sumber karbohidrat secukupnya 10.Batasi konsumsi lemak 11.Batasi konsumsi fast food 12. Snacking secukupnya 13.Minum air bersih 8 gelas sehari 14.Mengkonsumsi makanan yang aman 15.Baca label setiap membeli makanan dikemas 16.Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 17.Tidak merokok dan minuman beralkohol 18.Memantau beratbadan secara teratur 19.Body image yang benar 20.Tidak membatasi makan (Skipping meal) Jumlah item
Sebelum Uji Coba Nomor JumItem lah (123) 1,2,3,4 4
Setelah Uji Coba Nomor JumItem lah (123) 4 1
4
Nomor Item Jum(60) lah 24 1
21,22,23
3
21,23
2
21,23
39,9
2
29,30,31 32,33
5
29
1
29
10
1
36,37,38 97,98,99
3 3
36 97,98
1 2
36,38** 97,98
22,6 18,35
2 2
25,26,27
3
25,27
2
5
84,87
2
12,42 48 13,44
3
83,84,85 86,87 93,94,95
25,26** 27 84,87
3
93,95
2
11,12,13
3
12,13
2
93,94** 95 12,13
27,38 45 5,32
2
15,16,17 18 71,72
4
15,18
2
15,18
2,34
2
2
72
1
72
4
1
79,80,81 41,42,43 44 56,57,58 59 61,62
3 4
81 42,43
1 2
81 42,43
1 20,31
1 2
4
59
1
59
16
1
2
61
1
61
19
1
47,48,49
3
47
1
47
23
1
52,53,54 90,91 6,7,8,9
5
3
54,90
8,30
2
4
52*,54 90 6
1
6
26
1
5
66
1
3
76
1
64**65** 28,41 66 15 76 37
64,65,66 67,68 74,75,76
71
30
Keterangan : * nomor item yang dibuang ** nomor item yang dimasukkan kembali
Setelah Evaluasi Akhir Nomor Item (123)
34
2 3
3 1 34
Tabel 26 Proses Pengurangan Item Sikap terhadap Gizi
Indikator 1. Makan beranekaragam
Sebelum Uji Setelah Setelah Uji Coba Coba Evaluasi Akhir Nomor Nomor Nomor Nomor JumJumJumItem Item Item Item lah lah lah (123) (123) (60) (60) 5 1 5 26 1 26 1
2. Menggunakan garam beriodium 3. Memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan 4. Setiap hari makan pagi 5. Gizi dan kesehatan reproduksi 6. Konsumsi makanan sumber zat besi 7.Konsumsi makanan berserat
24
1
-
-
-
-
-
34
1
-
-
-
-
-
39,40 35
2 1
40 -
12 -
1 -
12 17**
1 1
28
1
-
-
-
-
-
88,89
2
89
19
1
19
1
8.Konsumsi makanan sumber kalsium 9. Konsumsi makanan sumber karbohidrat secukupnya 10. Batasi konsumsi lemak
96
1
-
-
-
-
-
14
1
14
3
1
3
1
19,20
2
-
-
-
-
-
11. Batasi konsumsi fast food
73
1
-
-
-
-
-
12.Snacking secukupnya
82
1
-
-
-
37**
1
13.Minum air bersih 8 gelas sehari 14.Mengkonsumsi makanan yang aman 15.Baca label setiap membeli makanan dikemas 16.Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 17.Tidak merokok dan minuman beralkohol 18.Memantau berat badan secara teratur 19.Body image yang benar
45,46
2
45,46*
6
2
6
1
60
1
60
33
1
33
1
63
1
63
41
1
41
1
50,51
2
50
30
1
30
1
55, 92
2
55
39
1
39
1
10
1
-
-
-
-
-
69,70
2
69
10
1
10
1
77,78
2
77,78
42,23
2
42,23
2
20.Tidak membatasi makan (Skipping meal) Jumlah Item
28
Keterangan : * nomor item yang dibuang ** nomor item yang dimasukkan kembali
13
14
Uji Kesahihan (Validitas) dan Keterandalan (Reliabilitas) Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi untuk Kompetisi Dasar Untuk mendapatkan suatu kuesioner yang dapat mengukur kompetisi dasar pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja maka dilakukan kembali uji coba dengan validitas (r>0,4) dan reliabilitas (Alpha Cronbach >0,7). Untuk itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 60 item. Validitas Internal Tabel 28 menunjukkan hasil uji validitas pada variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Validitas internal diujicobakan pada 60 item yang terdiri dari 34 item pengetahuan gizi, 14 item sikap terhadap gizi dan 12 item praktek gizi. Hasil uji validitas internal menggunakan korelasi Biserial menemukan bahwa terdapat 13 item pengetahuan gizi yang dapat digunakan sebagai alat ukur pengetahuan gizi pada remaja. Hal ini disebabkan 13 item tersebut
mempunyai
korelasi
item–total
terkoreksi
(corrected
item-total
correlation) lebih besar dari 0,4 sebagai batas penerimaan item untuk Korelasi Biserial pada taraf signifikan 0,05. Hasil uji validitas internal untuk sikap dan praktek gizi menggunakan korelasi Pearson menemukan bahwa terdapat 8 item sikap gizi dan 7 item praktek gizi yang dapat digunakan sebagai alat ukur sikap dan praktek gizi pada remaja. Hal ini disebabkan 8 item sikap dan 7 item praktek tersebut mempunyai korelasi item–total terkoreksi (corrected item-total correlation) lebih besar dari 0,4 sebagai batas penerimaan item untuk Korelasi Pearson pada taraf signifikan 0,05. Reliabilitas Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item (Internal Consistency Reliability) Reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) berkaitan dengan konsistensi antara item dalam sebuah kuesioner. KuderRichardson 20 (KR-20) digunakan untuk item yang mempunyai skor item nominal. Reliabilitas suatu kuesioner dianggap baik apabila nilai Alpha (α Cronbach) lebih dari 0,7 (Kline 2000).
Hasil uji coba yang dilakukan pada kuesioner pengetahuan gizi menghasilkan nilai koefisien reliabilitas 0,792. Pengukuran reliabilitas konsistensi gabungan item juga dilakukan pada sikap terhadap gizi dan praktek gizi pada remaja. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan korelasi Pearson diketahui bahwa kuesioner tentang sikap terhadap gizi dan praktek gizi mempunyai reliabilitas yang ditunjukkan dengan nilai Alpha (α Cronbach) masing-masing sebesar 0,767 dan 0,776. Nilai Alpha (α Cronbach) lebih besar dari 0,7 mencerminkan bahwa masing-masing item konsisten mengukur konsep yang digunakan dalam sebuah alat ukur (Azwar 2006). Tabel 28 Sebaran korelasi biserial dan korelasi pearson untuk variabel pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja Pengetahuan No Item 4 6 12 13 15 18 21 23 25 27 29 36 42 43 47 52 54 59 61 66 72 76 81 84 87 90 93 95 97 98 Jumlah
r hitung 0,356 0,376 0,388 0,335 0,352 0,368 0,362 0,412 0,347 0,411 0,416 0,366 0,336 0,382 0,356 0,391 0,474 0,406 0,412 0,337 0,338 0,428 0,479 0,408 0,423 0,338 0,409 0,445 0,316 0,401 13
Sikap No Item 5 14 35 40 45 50 55 60 63 69 77 78 82 89
r hitung 0,394 0,447 0,154 0,419 0,447 0,459 0,303 0,324 0,503 0,531 0,439 0,457 0,109 0,347
8
Praktek No Item r hitung 100 0,355 101 0,494 103 0,424 104 0,497 107 0,378 114a 0,459 114b 0,386 114d 0,464 114e 0,378 115a 0,367 115b 0,381 115e 0,466 118b 0,299 119 0,332 120 0,336 121 0,466 123 0,466
7
Reliabilitas Konsistensi Tanggapan (Test-Retest Reliability) Dalam penelitian ini, reliabilitas konsistensi tanggapan menggunakan teknik test retest yaitu pengetesan dua kali menggunakan kuesioner yang sama pada contoh yang sama dengan waktu yang berbeda. Tabel 29 menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas kuesioner ini mempunyai reliabilitas tes retest yang ditunjukkan dengan nilai Alpha (α Cronbach) sebesar 0,882 untuk pengetahuan gizi, 0,732 untuk sikap terhadap gizi dan 0,886 untuk praktek gizi. Tabel 29 Nilai reliabilitas pengetahuan, sikap dan praktek gizi No
Peubah
Reliabilitas Internal 0,792
Test- retest 0,882
1
Pengetahuan
2.
Sikap
0,767
0,732
3.
Praktek
0,776
0,886
Reliabilitas suatu kuesioner dianggap baik apabila nilai Alpha (α Cronbach) lebih dari 0,7 (Kline, 2000). Hasil uji reliabilitas konsistensi gabungan item (Internal Consistency Reliability) dan reliabilitas konsistensi tanggapan (test retest reliability) dalam penelitian ini lebih besar dari 0,7 sehingga memenuhi syarat reliabilitas sebuah kuesioner. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu mencerminkan stabilitas hasil meskipun digunakan pada waktu yang berbeda (Azwar 2006; Djaali & Muljono 2004). Tabel 30 menunjukkan tahapan pengembangan dan pengurangan item pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Secara keseluruhan, hasil analisis kualitatif dan kuantitatif melalui empat tahapan pengembangan kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi ditemukan pengurangan item terjadi tiga kali yaitu pertama dari item pool sebanyak 261 menjadi 123 item melalui diskusi pakar. Kedua melalui hasil uji coba secara statistik yaitu uji kesahihan dan keterandalan berkurang dari 123 item menjadi 55 item. Ketiga melalui evaluasi akhir kuesioner bertambah dari 55 item menjadi 60 item. Untuk mendapatkan alat ukur yang dapat mengukur kompetisi dasar dilakukan uji coba. Hasil uji coba secara statistik jumlah item berkurang dari 60 item menjadi 28 item.
Tabel 30 Tahapan pengembangan jumlah item pengetahuan, sikap dan praktek gizi Jumlah Item Pengetahuan Sikap 124 111
Tahapan Item Pool
Praktek 26
Total 261
Hasil Diskusi Pakar
71
28
24
123
Hasil Uji Coba Kuesioner I
30
13
12
55
Hasil Evaluasi Akhir
34
14
12
60
Hasil Uji Coba Kuesioner II
13
8
7
28
Hal
yang
sama
juga
dilakukan
oleh
beberapa
peneliti
dalam
pengembangan kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Parmenter (1999) mengembangkan kuesioner pengetahuan gizi pada orang dewasa dengan pertanyaan awal 1201 item pertanyaan dan pertanyaan akhir menjadi 35 item pertanyaan. Whati et al. (2005) mengembangkan kuesioner pengetahuan gizi pada remaja dengan pertanyaan awal 140 item dan pertanyaan akhir menjadi 60 item. Nelia et al. (2005) mengembangkan kuesioner pengetahuan tentang suplemen pada perawat di rumah sakit dengan pertanyaan awal 355 item dan dan pertanyaan akhir 50 item. Tabel 31 menunjukkan sebaran konsep, dimensi, indikator dan variabel pengetahuan dan praktek gizi melalui penambahan dan pengurangan item dengan jumlah 55 item, 60 item dan 28 item. Tabel tersebut menunjukkan penambahan dan pengurangan item-item pada setiap indikator untuk jumlah item 55, 60 dan 28. Variabel pengetahuan dan sikap dengan jumlah item 55 dan 60 memiliki pertanyaan dan pernyataan sedangkan pada jumlah item 28 ada dua indikator yang tidak memiliki item pertanyaan yaitu indikator batasi konsumsi lemak dan snacking secukupnya. Hal ini diduga pertanyaan tersebut sudah terwakili dengan indikator lain atau pertanyaan lain.
Pengetahuan Gizi Tabel 44 menunjukkan sebaran tingkat pengetahuan gizi contoh berdasarkan kelompok tempat tinggal (kota dan desa) dan status sekolah (sekolah dan putus sekolah). Secara keseluruhan, lebih separoh tingkat pengetahuan gizi contoh berada pada kategori sedang. Persentase tingkat pengetahuan gizi baik pada contoh bersekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah, sedangkan persentase pengetahuan gizi baik di kota relatif hampir sama dibanding desa. Hal ini di tunjukkan oleh hasil uji t bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara contoh sekolah dengan putus sekolah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan gizi contoh yang tinggal di kota dan desa. Tabel 44 Sebaran tingkat pengetahuan gizi contoh Kota Tingkat Pengetahuan
Desa
Total
Total
Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Putus Sekolah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Kurang
20
14
17
16
17
14
15
14
37
14
32
15
37
15
32
14
Sedang
99
68
72
69
80
67
74
72
179
68
146
70
171
68
154
69
Baik
26
18
15
14
22
19
15
14
48
18
30
14
41
17
37
17
Total
145
100
104
100
119
100
104
100
264
100
208
100
249
100
223
100
Kota
Desa
Persentase pengetahuan gizi kurang tertinggi terdapat pada kelompok contoh putus sekolah dan sebaliknya persentase pengetahuan gizi baik tertinggi terdapat pada kelompok sekolah baik di kota maupun di desa. Hal ini enunjukkan bahwa latar belakang pendidikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan contoh. Hampir separoh contoh dalam penelitian ini sekolah sampai tingkat SMP dan 22,6 persen contoh sekolah hanya sampai tingkat SD. Rendahnya pengetahuan gizi contoh berkaitan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan terbatasnya lingkungan yang mendukung peningkatan pengetahuan gizi seperti akses untuk mendapatkan informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sediaoetama (2000) bahwa tingkat pendidikan formal menggambarkan kemampuan seseorang untuk mengerti suatu aspek pengetahuan, dalam hal ini termasuk pengetahuan tentang gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah
seseorang menerima inovasi-inovasi baru terutama yang berkaitan dengan masalah gizi dan kesehatan. Tabel 45 menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi contoh berdasarkan konsep gizi seimbang adalah 62±16 dari nilai maksimum 100. Ratarata skor total pengetahuan gizi contoh bersekolah (68±16) lebih tinggi dibanding putus sekolah (55±18). Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,1) pengetahuan gizi contoh bersekolah dan putus sekolah. Berdasarkan tempat tinggal, rata-rata skor pengetahuan gizi contoh di kota (67±16) relatif hampir sama dengan contoh yang tinggal di desa (65±16). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji beda t, bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi contoh yang tinggal di kota dengan di desa. Tabel 45 Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh berdasarkan konsep gizi Kota Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD
Pola Makan Seimbang
73±14ª)
59±16b)
70±13ª)
59±18b)
72±13ª)
Pola Hidup Sehat
65±20ª)
53±19b)
62±18ª)
52±19b)
Total
69±17ª)
56±18b)
66±16ª)
56±18b)
Konsep Gizi
Desa
Total Kota
Desa
59±17b)
67±15ª)
65±16ª)
64±19ª)
52±19b)
60±20ª)
58±19ª)
68±16ª)
55±18b)
63±18ª)
62±17ª)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Secara keseluruhan, rata-rata skor pengetahuan contoh tentang pola makan sehat dan seimbang tergolong sedang. Rata-rata skor pengetahuan tentang pola makan sehat dan seimbang pada contoh yang bersekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah, baik yang tinggal di kota maupun di desa. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,1) pengetahuan pola makan sehat dan seimbang antara contoh bersekolah dan putus sekolah. Rata-rata skor pengetahuan contoh tentang pola hidup sehat tergolong rendah (59±19). Salah satu penyebab adalah terbatasnya informasi yang diperoleh contoh tentang pola hidup sehat. Syarief et al. (2001) mengungkapkan bahwa alokasi waktu yang disediakan untuk muatan pengetahuan pangan dan gizi pada SMU adalah 1,2 persen dan 0,9 persen untuk tingkat SMP. Hal ini membuktikan
bahwa sangat sedikit informasi tentang pengetahuan pangan dan gizi
yang
diperoleh contoh dari sekolah, apalagi bagi contoh yang putus sekolah. Rata-rata skor pengetahuan tentang pola hidup sehat pada contoh bersekolah (64±19) lebih tinggi dibanding dengan contoh yang putus sekolah (52±19). Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) pengetahuan pola hidup sehat pada contoh bersekolah dan putus sekolah. Ratarata pengetahuan pola hidup sehat contoh yang tinggal di kota (60±20) relatif hampir sama dengan contoh yang tinggal di desa (58±19). Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) pengetahuan tentang pola hidup sehat antara contoh yang tinggal di kota dan di desa. Tabel 46 menunjukkan rata-rata skor pengetahuan tentang pola makan sehat dan seimbang berdasarkan indikator. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata pengetahuan contoh tertinggi terdapat pada indikator ke sembilan yaitu batasi konsumsi fast food. Indikator dengan kategori rendah berturut-turut terdapat pada indikator pertama, tujuh, sembilan dan enam. Indikator pertama adalah makanlah aneka ragam makanan. Makanan yang beranekaragam adalah makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Rata-rata skor pengetahuan contoh sekolah (48±50) tentang anekaragam makanan lebih tinggi daripada putus sekolah (34±47). Pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan remaja dalam memilih makanan yang beragam (Vijayapuspham et al. 2003). Hasil uji t menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan tentang anekaragam makanan pada contoh sekolah dan putus sekolah. Indikator tujuh adalah mengkonsumsi makanan berserat. Kelompok bahan makanan nabati (buah dan sayur) mengandung serat kasar yang sangat dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pencernaan. Dalam buah dan sayur jumlahnya sedikit, namun sudah cukup untuk menghasilkan efek positif yang sangat besar terhadap kesehatan.
Rata-rata skor pengetahuan contoh tentang serat tergolong rendah (42±37) dari skor maksimum 100. Contoh yang bersekolah baik di kota maupun di desa mempunyai pengetahuan tentang makanan berserat yang lebih tinggi dibanding contoh putus sekolah. Rendahnya pengetahuan seseorang tentang gizi dapat dilihat dalam praktek memilih dan mengkonsumsi makanan. Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang akan di konsumsi seseorang (Sediaoetama 2000). Rata-rata skor pengetahuan tentang serat pada contoh yang tinggal di kota lebih tinggi dibanding di desa. Hasil uji beda t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan tentang serat pada contoh yang tinggal di kota dibanding di desa. Indikator sembilan adalah makanlah makanan sumber karbohidrat sesuai kebutuhan. Makanan sumber karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana dan kompleks. Makanan sumber karbohidrat kompleks lebih baik dibanding karbohidrat sederhana karena mengandung serat yang dapat membantu proses pencernaan serta penyerapan karbohidrat di dalam tubuh berlangsung lebih lama (Depkes 2006). Untuk memenuhi kebutuhan energi, dianjurkan makanan sumber karbohidrat untuk remaja putri setara dengan 3 piring nasi dan remaja putra 4 piring nasi. Rata-rata skor pengetahuan contoh sekolah (51±33) tentang makanan sumber karbohidrat relatif sama dengan putus sekolah (50±34), begitu juga pengetahuan contoh yang tinggal di kota dan di desa. Hasil uji t menunjukkan tidak adanya perbedaan pengetahuan tentang makanan sumber karbohidrat pada contoh berdasarkan status sekolah dan tempat tinggal. Rendahnya pengetahuan contoh
tentang
makanan
sumber
karbohidrat
mempengaruhi
praktek
mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat. Tingkat kecukupan energi yang rendah merupakan salah satu gambaran rendahnya asupan makanan sumber karbohidrat pada remaja (Muniroh & Sumarmi 2002) Indikator enam adalah mengkonsumsi makanan sumber zat besi. Berdasarkan kelompok umur, anemia gizi besi paling banyak dialami oleh remaja usia 15-19 tahun yaitu sebesar 35,6 persen (Depkes 2006). Salah satu penyebab tingginya prevalensi anemia pada remaja karena rendahnya pengetahuan tentang
makanan sumber zat besi. Hal ini sesuai dengan temuan dalam penelitian ini bahwa rata-rata skor pengetahuan tentang anemia contoh adalah 56±29 dari skor maksimum 100. Rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada contoh bersekolah relatif hampir sama dibanding putus sekolah yaitu 59±28 dan 53±31. Berdasarkan uji t tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang anemia antar kelompok. Rata-rata skor pengetahuan tentang anemia pada contoh di kota relatif sama dengan putus sekolah. Berdasarkan uji t tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang anemia antar kelompok. Hasil ini berbeda sengan hasil survei yang dilakukan oleh IYARHS pada tahun 2003 (BPS 2004), menemukan bahwa 70 persen contoh menjawab dengan benar pengetahuan remaja tentang anemia. Tabel 47 menunjukkan rata-rata skor pengetahuan contoh tentang pola hidup sehat, dengan rata-rata skor terendah terdapat pada indikator 17 dan 18. Indikator 17 adalah hindari merokok dan minum minuman beralkohol. Merokok dan minum-minuman beralkohol sangat merugikan kesehatan seseorang. Tabel 47 Rata-rata skor pengetahuan tentang pola hidup sehat Pola Hidup Sehat 16.Aktivitas fisik secara teratur
Kota Sekolah Putus Sekolah
Desa Sekolah
Total Putus Sekolah Putus Sekolah Sekolah Mean ±SD
Total Kota
Desa
82±38ª)
74±44a)
81±39ª)
74±44a)
81±39ª)
74±44b)
78±41ª)
77±41a)
17.Hindari rokok dan alkohol
67±38ª)
60±38a)
62±45ª)
56±37b)
65±42ª)
60±37b)
65±38ª)
60±42a)
18.Memanta u berat badan dg teratur
26±44ª)
13±33b)
18±39ª)
14±35a)
23±41ª)
14±34b)
20±40ª)
17±37a)
19.Body Image benar
75±21ª)
73±19a)
66±27ª)
69±28a)
72±25ª)
71±24a)
75±20ª)
68±27b)
20. Skipping meal
79±41ª)
85±36a)
71±45ª)
69±46a)
75±43ª)
77±42a)
81±39ª)
69±46 b)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung alkohol baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat merusak kesehatan seperti terhambatnya masukan zat gizi lain,
ketagihan alkohol, mabuk, hilangnya pengendalian diri yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Rata-rata skor pengetahuan contoh bersekolah tentang minuman beralkohol lebih tinggi dibanding contoh putus sekolah. Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) pengetahuan tentang akibat minum minuman beralkohol bagi kesehatan antara contoh bersekolah dengan putus sekolah. Indikator 18 yaitu memantau berat badan secara teratur. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti belajar, bekerja, berekreasi dan kegiatan lainnya. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Terpenuhinya kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badan yang normal. Rata-rata skor pengetahuan contoh tentang memantau berat badan secara teratur hanya 18±38 dari skor maksimal 100, meskipun rata-rata skor pengetahuan contoh yang bersekolah lebih tinggi dibanding contoh putus sekolah. Berdasarkan uji t tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang memantau berat badan secara teratur antara kelompok status sekolah maupun tempat tinggal. Sikap tentang Gizi Tabel 48 menunjukkan sebaran sikap contoh berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian skor sikap dikelompokkan menjadi sikap positif (≥median) dan sikap negatif (<median). Berdasarkan kriteria tersebut, persentase sikap positif tentang gizi seimbang pada contoh bersekolah sama dengan contoh putus sekolah sedangkan berdasarkan tempat tinggal, sikap positif contoh yang tinggal di kota lebih tinggi dibanding contoh yang tinggal di desa. Tabel 48 Sebaran sikap tentang gizi contoh berdasarkan kelompok Sikap terhadap Gizi
Kota Sekolah
Desa Putus Sekolah
Sekolah
Total Putus Sekolah
Sekolah
Total Putus Sekolah
Kota
Desa
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Negatif
61
42
52
50
66
56
48
46
127
48
100
48
113
45
114
51
Positif
84
58
52
50
53
44
56
54
137
52
108
52
136
55
109
49
Total
145
100
104
100
109
100
104
100
264
100
208
100
249
100
223
100
Tabel 49 menunjukkan rata-rata sikap tentang gizi seimbang antara contoh yang tinggal di kota relatif sama dibanding contoh yang tinggal di desa. Hasil uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,1) antara sikap tentang gizi seimbang pada contoh yang tinggal di kota dan desa. Berdasarkan kelompok sekolah dan putus sekolah, rata-rata sikap tentang gizi seimbang antara contoh yang bersekolah lebih tinggi dibanding dengan contoh yang putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (P<0,1) rata-rata sikap gizi seimbang antara contoh yang sekolah dan putus sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1988) bahwa sikap seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikannya, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula sikap seseorang. Tabel 49 Rata-rata skor sikap terhadap gizi Kota
Desa Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD
Konsep Gizi
Sekolah
Putus Sekolah
Pola Makan Seimbang
82±9ª)
75±10b)
82±9ª)
77±9 b)
82±8ª)
Pola Hidup Sehat
88±9ª)
74±14b)
83±11ª)
79±11b)
Total
85±9ª)
74±12b)
82±10ª)
78±10b)
Total Kota
Desa
76±10b)
79±10ª)
79±9a)
86±10ª)
76±13b)
83±13ª)
81±11a)
84±9ª)
76±11b)
81±11ª)
80±10a)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Rata-rata skor sikap contoh tentang pola makan seimbang tergolong sedang dengan skor maksimum 100. Rata-rata skor sikap tentang pola makan seimbang pada contoh yang tinggal di kota sama dengan di desa. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) sikap tentang pola makan seimbang antara contoh yang tinggal di kota dan di desa. Rata-rata skor sikap tentang pola makan seimbang pada contoh yang bersekolah lebih tinggi dibanding dengan putus sekolah, baik yang tinggal di kota maupun di desa. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,1) sikap tentang pola makan seimbang contoh bersekolah dan putus sekolah. Rata-rata skor sikap contoh tentang pola hidup sehat tergolong sedang dengan skor maksimum 100. Rata-rata skor sikap tentang pola hidup sehat contoh
yang tinggal di kota sama dengan di desa. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,1) sikap tentang pola hidup sehat antara contoh yang tinggal di kota dan di desa. Rata-rata skor sikap tentang pola hidup sehat pada contoh bersekolah lebih tinggi dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara contoh bersekolah dan putus sekolah. Tabel 50 menunjukkan rata-rata skor sikap tentang pola makan seimbang contoh berdasarkan indikator. Rata-rata sikap contoh tertinggi terdapat pada indikator ke tujuh yaitu mengkonsumsi makanan berserat. Tabel 50 Sikap tentang gizi berdasarkan pola makan seimbang Kota Putus Sekolah Sekolah
Desa Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD
82±24ª)
62±27b)
74±24ª)
69±27a)
78±24ª)
87±21ª)
87±22a)
87±22ª)
88±21a)
75±24ª)
68±25b)
75±24ª)
87±22ª)
88±21a)
66±25ª)
Minum air bersih 8 gelas sehari Konsumsi maka- nan yang aman
Pola Makan Seimbang Anekaragam makanan Makan pagi Gizi & kesehatan reproduksi Konsumsi Serat Batasi konsumsi Fast food
Baca label setiap membeli maka-nan dikemas
Total Kota
Desa
66±27b)
73±27ª)
72±26a)
87±22ª)
87±21a)
87±22ª)
87±21a)
70±23a)
75±24ª)
69±24b)
72±25ª)
73±23a)
87±21ª)
91±17a)
88±22ª)
89±19a)
87±21ª)
90±19a)
64±27a)
66±21ª)
63±21a)
66±23ª)
64±24a)
65±26ª)
65±21a)
93±17ª)
76±29b)
89±21ª)
91±17b)
91±19ª)
77±29b)
86±24ª)
84±25a)
74±29ª)
82±24b)
87±24ª)
68±29b)
80±28ª)
75±28b)
77±28ª)
78±28a)
91±19ª)
78±26ª)
85±24ª)
83±25b)
88±22ª)
80±26ª)
86±23ª)
84±25b)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Indikator dengan kategori rendah terdapat pada indikator sebelas yaitu batasi konsumsi fast food. Rata-rata skor sikap contoh bersekolah dan putus sekolah serta yang tinggal di desa dan kota tentang fast food relatif sama. Hasil
uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p<0,1) konsumsi fast food antar kelompok. Kebiasaan mengkonsumsi fast food merupakan salah satu perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja (Muniroh & Sumarmi 2002). Apalagi gencarnya iklan di media massa tentang berbagai produk olahan serta menjamurnya penjual makanan tersebut menyebabkan remaja dengan mudah mendapatkannya. Hal ini membuktikan rata-rata sikap contoh menyukai makanan fast food relatif sama pada semua kelompok. Tabel 51 menunjukkan rata-rata skor sikap tentang pola hidup sehat contoh berdasarkan indikator. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata sikap contoh tertinggi terdapat pada indikator ke 16 yaitu melakukan aktivitas fisik secara teratur. Indikator dengan kategori rendah terdapat pada indikator 18 yaitu memantau berat badan secara teratur. Secara keseluruhan, rata-rata skor sikap tentang menimbang berat badan secara teratur sebesar 67±29 dari skor maksimum 100. Rata-rata skor sikap contoh sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,1) antara sikap memantau berat badan antara contoh sekolah dan putus sekolah. Namun tempat tinggal tidak membedakan sikap contoh tentang memantau berat badan secara teratur. Hasil uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p<0,1) sikap contoh yang tinggal di kota dan di desa. Tabel 51 Sikap tentang gizi berdasarkan konsep gizi dan gaya hidup Kota
Desa
Kota
Desa
94±17ª)
Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD 86±23b) 95±15ª) 84±24b)
89±20ª)
90±20a)
83±25b)
91±19ª)
88±22a)
93±17ª)
83±25b)
88±22ª)
90±21a)
71±29ª)
61±26b)
64±29ª)
64±25a)
71±29ª)
61±26b)
69±29ª)
64±27b)
BodyImage yang benar
81±16ª)
71±18b)
80±15ª)
75±14b)
81±16ª)
71±18b)
76±19ª)
77±15a)
Tidak Skipping meal
88±22ª)
83±25b)
83±24ª)
84±24a)
88±22ª)
83±25b)
88±23ª)
83±24b)
Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Aktivitas fisik secara teratur
95±15ª)
84±24b)
Hindari rokok & alkohol
93±17ª)
Memantau berat badan dg teratur
Pola Hidup Sehat
Total
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Praktek Gizi Tabel 52 menunjukkan sebaran tingkat praktek gizi contoh berdasarkan kelompok tempat tinggal (kota dan desa) dan status sekolah (sekolah dan putus sekolah). Secara keseluruhan, persentase tertinggi contoh melakukan praktek gizi berada pada kategori sedang. Persentase praktek gizi dengan kategori baik pada contoh yang tinggal di desa lebih tinggi dibanding contoh yang tinggal di kota. Hal ini di tunjukkan oleh hasil uji t bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara contoh yang tinggal di kota dan desa. Sebesar 13,7 persen contoh melakukan praktek gizi dengan kategori kurang. Praktek gizi kurang pada contoh putus sekolah di kota lebih tinggi dibanding contoh bersekolah. Hal ini diduga karena rendahnya pendidikan dan pengetahuan contoh tentang gizi yang dapat mempengaruhi praktek gizi contoh. Tabel 52 Sebaran tingkat praktek gizi contoh Kota Praktek Gizi
Desa
Total
Total
Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Putus Sekolah
n
%
n
%
n
%
n
n
%
n
%
n
%
n
%
Kurang
17
12
20
19
21
17
5
5
38
14
25
12
37
15
26
12
Sedang
110
76
77
74
82
69
79
76
192
73
156
75
187
75
161
72
Baik
18
12
7
7
16
13
20
19
34
13
27
13
25
10
36
16
Total
145
100
104
100
119
100
104
100
264
100
208
100
249
100
223
100
%
Kota
Desa
Tabel 53 menunjukkan rata-rata praktek gizi contoh berdasarkan konsep gizi seimbang. Secara keseluruhan rata-rata praktek gizi contoh dalam penelitian ini tergolong sedang (67±11) dari nilai maksimum 100. Praktek gizi contoh bersekolah lebih tinggi dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara praktek gizi contoh bersekolah dengan putus sekolah. Kondisi ini mencerminkan bahwa praktek gizi pada contoh sekolah lebih baik dibanding contoh yang putus sekolah.
Tabel 53 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan konsep gizi seimbang Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD
Pola Makan Seimbang
70±10ª)
66±11b)
61±11ª)
63±11a)
66±12ª)
Pola Hidup Sehat
71±13ª)
70±13a)
66±16ª)
68±13a)
Total
70±11ª)
68±12a)
64±14ª)
65±12a)
Konsep Gizi Seimbang
Kota
Desa
Total Kota
Desa
64±11a)
68±11ª)
62±11b)
68±15ª)
69±13a)
70±13ª)
67±14b)
67±13ª)
66±12a)
69±12ª)
65±12b)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Praktek gizi contoh di kota relatif hampir sama dengan contoh yang tinggal di desa. Artinya bahwa lokasi tempat tinggal tidak mempengaruhi praktek gizi contoh. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji beda t, bahwa tidak terdapat perbedaan praktek gizi contoh yang tinggal di kota dengan di desa. Berdasarkan dimensi pola makan seimbang, secara keseluruhan rata-rata praktek contoh tergolong sedang (65±11) dari skor maksimum 100. Praktek pola makan seimbang pada contoh yang bersekolah relatif hampir sama dengan contoh putus sekolah. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (P<0,1) tentang pola makan seimbang contoh bersekolah dan putus sekolah. Berdasarkan tempat tinggal, praktek pola makan seimbang pada contoh di kota lebih besar dengan contoh yang tinggal di desa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji beda t, bahwa terdapat perbedaan yang nyata praktek gizi contoh yang tinggal di kota dengan di desa. Rata-rata skor praktek contoh tentang pola hidup sehat tergolong sedang (69±14) dari skor maksimum 100. Rata-rata skor praktek tentang pola hidup sehat pada contoh bersekolah relatif hampir sama dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan praktek pola hidup sehat pada contoh bersekolah dan putus sekolah. Rata-rata praktek pola hidup sehat contoh yang tinggal di kota lebih tinggi dibanding contoh yang tinggal di desa. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan praktek tentang pola hidup sehat antara contoh yang tinggal di kota dan di desa.
Tabel 54 menunjukkan rata-rata skor praktek tentang pola makan seimbang berdasarkan indikator. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata praktek contoh tertinggi terdapat pada indikator ke dua yaitu menggunakan garam beriodium. Indikator dengan kategori rendah berturut-turut terdapat pada indikator tujuh yaitu mengkonsumsi makanan berserat, indikator ke enam yaitu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dan pertama yaitu mengkonsumsi anekaragam makanan setiap hari. Tabel 54 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan pola makan seimbang Kota Pola Makan Seimbang
Desa
Total
Sekolah
Putus Sekolah
Putus Sekolah
Sekolah
)
a)
)
55±14a)
Total
Putus Sekolah
Kota
Desa
55±15ª)
57±14a)
58±15ª)
53±15 b)
Sekolah
Mean±SD Makan beranekaragam
58±15ª
58±16
52±15ª
Menggunakan garam iodium
90±23ª)
92±20a)
91±21ª)
88±24a)
91±22ª)
90±23a)
91±22ª)
90±23a)
Setiap hari makan pagi
70±32ª)
68±32a)
70±30ª)
73±31a)
70±31ª)
71±31a)
69±32ª)
72±30a)
Mengkonsumsi makanansumber zat besi
61±18ª)
59±19a)
47±23ª)
55±20 b)
54±22ª)
57±20a)
60±18ª)
51±22 b)
Konsumsi makananberserat
46±21ª)
47±18a)
44±17ª)
46±20a)
45±19ª)
47±19a)
46±20ª)
45±19a)
Konsumsi karbohidrat secukupnya
70±23ª)
71±21a)
69±24ª)
66±19a)
69±24ª)
68±20a)
70±22ª)
67±22a)
Batasi konsumsi fast food
76±26ª)
69±3 b)
56±29ª)
54±30a)
67±29ª)
61±31b)
73±28ª)
55±30b)
Snacking secukupnya
71±23ª)
65±26b)
67±22ª)
68±25a)
69±22ª)
66±26a)
68±25ª)
67±23a)
Mengkonsumsi makanan yg aman
79±25ª)
67±28b)
55±32ª)
58±30a)
68±31ª)
62±29b)
74±27ª)
56±31b)
Baca label setiap membeli makanan dikemas
80±25ª)
71±29b)
66±32ª)
67±33a)
74±29ª)
69±31ª)
76±27ª)
67±33b)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Rata-rata rumahtangga contoh yang menggunakan garam beriodium adalah 90±22 dari skor maksimum 100. Rata-rata menggunakan garam iodium di rumah pada contoh sekolah dan putus sekolah serta yang tinggal di kota maupun desa relatif sama. Hasil uji t menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata
(p<0,1) antara kelompok. Persentase contoh yang menggunakan garam iodium dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil Survei Nasional tentang rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium >30 pp tahun 2003 sebesar 73,2 persen (Depkes 2003a). Hal ini diduga lokasi penelitian termasuk daerah yang telah mengkonsumsi garam iodium >90 persen karena angka persentase konsumsi garam beriodium cukup bervariasi antar wilayah kabupaten, mulai dari <40% sampai yang sudah >90% rumah tangga menkonsumsi garam beriodium (Depkes 2003a). Makanan berserat diperoleh dari konsumsi sayur dan buah-buahan. Ratarata konsumsi serat pada contoh sekolah dan putus sekolah serta yang tinggal di kota maupun di desa sangat rendah. Berdasarkan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang nyata (P<0,1) konsumsi serat untuk semua kelompok. Berdasarkan Tabel 55 terlihat bahwa konsumsi sayur dan buah paling banyak yang dilakukan oleh contoh adalah 1-2 porsi. Menurut WHO (2004), dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur dan buah ≥5 porsi sehari. Berdasarkan anjuran tersebut, hanya 4,5 persen contoh yang mengkonsumsi sayur dan buah ≥5 porsi sehari, dimana persentase terbesar pada contoh sekolah yang tinggal dikota dan persentase terkecil pada contoh tidak sekolah yang tinggal di desa. Sebesar 21,4 persen contoh mengkonsumsi sayur dan buah sebanyak 3-4 porsi sehari. Konsumsi sayur dan buah sebanyak ≥5 porsi sehari untuk contoh laki-laki relatif sama dengan contoh perempuan Tabel 55 Konsumsi sayur dan buah berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Konsumsi sayur dan buah > 5 porsi 3-4 porsi 1-2 posi Kadang-kadang Tidak makan Jumlah
Perempuan
n
%
n
%
11 57 111 23 23 225
4,9 25,3 49,3 10,2 10,2 100
11 52 132 36 16 247
4,5 21,1 53,4 14,6 6,5 100
Konsumsi sayur dan buah 3-4 porsi contoh laki-laki lebih tinggi dibanding contoh perempuan dan sebaliknya persentase contoh yang tidak makan sayur dan buah laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Sebesar 73,9 persen contoh tidak
mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan kebutuhan, artinya sebagian besar contoh tidak mengkonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran. Hal ini didukung oleh Cavadini et al. (2000) yang melakukan penelitian tentang trend konsumsi makanan remaja Amerika dari tahun 1965-1996 dan menemukan bahwa terdapat kecendrungan menurunnya konsumsi makanan berserat. Konsumsi buah menurun terutama untuk buah segar dan buah yang mengandung serat dan meningkatnya konsumsi jus terutama jus dalam kaleng yang mengandung serat rendah. Rata-rata praktek gizi yang rendah dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkonsumsi makanan sumber zat besi. Kurang mengkonsumsi makanan sumber zat besi beresiko mengalami anemia. Sekitar sepertiga remaja dan WUS menderita anemia gizi besi dan berlanjut pada masa kehamilan (2003b). Resiko anemia selama remaja menjadi sangat besar ketika seorang wanita menjadi hamil. Rata-rata skor praktek mengkonsumsi makanan sumber zat besi contoh di kota adalah 54±21 dan di desa 57±20 dengan skor maksimal 100. Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p<0,1) konsumsi makanan sumber zat besi antara contoh yang tinggal di kota dan di desa. Rata-rata praktek mengkonsumsi makanan sumber zat besi pada contoh sekolah lebih tinggi dibanding contoh yang putus sekolah. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,1) konsumsi makanan sumber zat besi antara contoh sekolah dan putus sekolah. Tabel 56 menunjukkan persentase contoh mengkonsumsi makanan sumber zat besi yang dikategorikan cukup atau sesuai kebutuhan, kurang dan jarang. Persentase terbesar konsumsi zat besi dengan kategori cukup terdapat pada contoh putus sekolah di kota. Persentase terbesar konsumsi zat besi dengan kategori kurang dan jarang terdapat pada contoh putus sekolah yang tinggal di desa. Muniroh dan Sumarmi (2002) menemukan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya status gizi remaja di pedesaan adalah rendahnya tingkat kecukupan protein sebagai salah satu sumber zat besi dan pengetahuan gizi remaja.
Tabel 56 Sebaran konsumsi makanan sumber zat besi Kota Konsumsi Makanan Sumber Zat Besi Sesuai kebutuhan Kurang Jarang Jumlah
Sekolah n 51 86 8 145
% 35,2 59,3 5,5 100
Desa Putus Sekolah n % 64 61,5 34 32,7 6 5,8 104 100
Sekolah n 47 59 13 119
% 39,5 49,6 10,9 100
Putus Sekolah n % 19 18,3 68 65,4 17 16,3 104 100
Rata-rata praktek terendah yang dilakukan contoh adalah mengkonsumsi anekaragam
makanan.
Praktek
contoh
mengkonsumsi
makanan
yang
beranekaragam dinilai dari skor yang diperoleh apabila setiap hari mengkonsumsi pangan yang meliputi paling tidak satu jenis dari masing-masing kelompok pangan berikut : makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Berdasarkan hal di atas, rata-rata contoh yang mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap kali makan adalah 59±15 pada contoh sekolah dan 53±14 pada contoh putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,1) konsumsi anekaragam makanan antara contoh sekolah dan putus sekolah, sedangkan tempat tinggal tidak ada perbedaan yang nyata. Berdasarkan persentase mengkonsumsi anekaragam makanan, hampir separoh contoh kadang-kadang mengkonsumsi anekaragam makanan dan 20,1 persen yang tidak mengkonsumsi anekaragam makanan. Artinya contoh hanya mengkonsumsi dua atau tiga jenis kelompok pangan. Konsumsi makanan yang kadang-kadang beranekaragam pada contoh putus sekolah yang tinggal di desa lebih tinggi dibanding tiga kelompok lainnya (Tabel 57). Demikian juga persentase terbesar mengkonsumsi makanan yang tidak beragam paling banyak dilakukan oleh contoh putus sekolah di desa, kemudian contoh bersekolah yang tinggal di kota. Rendahnya konsumsi makanan yang beranekaragam diduga berhubungan dengan pendapatan orang tua dan ketersediaan makanan. Artinya orang tua dengan pendapatan yang tinggi lebih mampu menyediakan makanan yang beranekaragam dibanding orang tua dengan pendapatan rendah.
Tabel 57 Sebaran konsumsi makanan beranekaragam Anekaragam makanan Anekaragam makanan Kadang-kadang Jarang Jumlah
Kota Sekolah Putus Sekolah n % n %
Desa Sekolah Putus Sekolah n % n %
33
22,8
21
20,2
54
21,7
16
13,4
55 57 145
37,9 39,3 100
51 32 104
49,0 30,8 100
106 89 119
42,6 35,7 100
55 48 104
46,2 40,3 100
Tabel 58 menunjukkan rata-rata praktek pola hidup sehat berdasarkan indikator. Rata-rata praktek pola hidup sehat tertinggi dilakukan oleh contoh adalah indikator 17 yaitu hindari merokok dan minuman beralkohol. Rata-rata contoh di kota yang tidak merokok lebih tinggi dibanding contoh yang tinggal di desa. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan praktek tidak merokok antara contoh yang tinggal di kota dengan di desa. Tabel 58 Rata-rata skor praktek gizi contoh berdasarkan gizi dan gaya hidup Pola Hidup Sehat Hindari merokok & alkohol Bodyimage yang benar Tidak skipping meal
Kota Sekolah
Putus Sekolah
Desa Sekolah
Total Putus Putus Sekolah Sekolah Sekolah Mean±SD
85±21ª)
84±24a)
76±30ª)
77±27a)
81±26ª)
58±24ª)
59±24a)
56±21ª)
59±21a)
71±32ª)
68±32a)
70±30ª)
73±31a)
Total Kota
Desa
80±26a)
84±22ª)
77±28b)
57±23ª)
59±23a)
58±24ª)
57±21a)
70±31ª)
71±31a)
70±32ª)
72±31a)
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
Berdasarkan status sekolah, rata-rata contoh bersekolah yang tidak merokok hampir sama dengan contoh putus sekolah. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan praktek tidak merokok pada contoh bersekolah maupun putus sekolah. Berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan merokok contoh laki-laki lebih tinggi dibanding contoh perempuan. Sebesar 70,7 persen contoh laki-laki mempunyai kebiasaan merokok yang terdiri dari 39,1 persen kadang-kadang merokok dan 31,6 persen merokok setiap hari. Hanya sebagian kecil contoh perempuan (4,45%) yang mempunyai kebiasaan merokok setiap hari, dimana jumlah terbanyak contoh perempuan yang merokok setiap hari tinggal di desa (Tabel 59).
Tabel 59 Sebaran kebiasaan merokok Kota Merokok
Sekolah n
%
Desa Putus Sekolah n %
Sekolah n
%
Total Putus Sekolah n %
Sekolah n
%
Total Putus Sekolah n %
Kota
Desa
n
%
n
%
Setiap hari
13
9
34
33
13
11
22
21
26
10
56
27
47
19
35
16
Kadangkadang
39
27
13
13
27
23
28
27
66
25
41
19
52
21
55
25
Tidak Pernah
93
64
57
55
79
66
53
51
172
65
111
53
150
60
133
59
145
100
104
100
119
100
104
100
264
100
208
100
249
100
223
100
Total
Berdasarkan jenis kelamin dan kelompok contoh yang tinggal di kota dan desa terlihat adanya perbedaan kebiasaan merokok setiap hari antar kelompok. Contoh laki-laki di desa mempunyai kebiasaan merokok setiap hari yang lebih tinggi dibanding contoh laki-laki kota. Sebaliknya pada kelompok contoh laki-laki di kota mempunyai kebiasaan merokok tidak setiap hari atau kadang-kadang yang lebih tinggi daripada contoh laki-laki di desa. Hasil penelitian ini sama dengan hasil survei yang dilakukan BPS (2004) tentang Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey bahwa persentase merokok setiap hari contoh lakilaki desa lebih tinggi dibanding persentase merokok setiap hari contoh laki-laki kota. Pada contoh perempuan, 87,9 persen contoh perempuan kota maupun desa tidak merokok. Sebagian kecil contoh perempuan di desa (9,7%) dan 1,56 persen contoh perempuan di kota merokok setiap hari. Hal yang sama ditemukan BPS (2004) bahwa hanya 1,1 persen remaja perempuan kota maupun desa yang merokok setiap hari. Berdasarkan status sekolah terdapat perbedaan kebiasaan merokok setiap hari antara kelompok contoh yang bersekolah dengan putus sekolah. Contoh lakilaki putus sekolah mempunyai kebiasaan merokok setiap hari lebih tinggi dibanding contoh laki-laki bersekolah. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,1) kebiasaan merokok setiap hari contoh laki-laki yang putus sekolah dengan bersekolah. Sebaliknya kelompok contoh laki-laki yang bersekolah (48,2%) mempunyai kebiasaan kadang-kadang merokok yang lebih tinggi daripada contoh laki-laki putus sekolah (40,9%).
Rata-rata praktek terendah konsep pola hidup sehat yang dilakukan contoh adalah indikator ke 19 yaitu diet dan persepsi bentuk tubuh. Berdasarkan Tabel 58 rata-rata 58±23 contoh pada penelitian ini pernah melakukan diet seperti mengurangi jumlah makan, mengurangi frekuensi makan, menggunakan obat pelangsing atau jamu dan olahraga berlebihan. Rata-rata diet yang pernah dilakukan contoh sekolah dan putus sekolah relatif sama. Hal yang sama ditemukan pada contoh yang tinggal di kota maupun di desa. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P<0,1) antara kelompok. Berdasarkan jenis diet yang dilakukan, sebagain besar contoh pernah melakukan diet lebih dari tiga dari empat cara diet yang ditanyakan, yaitu mengurangi jumlah makan, mengurangi frekuensi makan, menggunakan obat pelangsing atau jamu dan olahraga berlebihan. Persentase terbesar contoh yang melakukan >3 dan 1-2 cara diet terdapat pada contoh putus sekolah yang tinggal di kota dan sekolah di kota. Perhatian terhadap bentuk tubuh merupakan perkembangan normal remaja, namun pengaruh budaya dan iklan dari berbagai media masa yang menekankan bentuk tubuh remaja putri adalah kurus mendorong remaja untuk melakukan diet (Cavadini, 2000). Diet lebih banyak dilakukan oleh remaja putri karena dorongan ingin mempunyai berat badan normal atau merasa mempunyai badan yang gemuk (Daniel et al. ; Cavadini et al. 2000). Pada penelitian yang dilakukan Daniel et al. (1998) pada remaja mengemukakan bahwa sebesar 9,7 persen remaja putri dan 4 persen remaja putra menggunakan obat pencahar dan memuntahkan kembali makanan dilakukan remaja putri karena merasa badannya gemuk. Akibat melakukan diet pada masa remaja adalah
tidak cukupnya makanan yang
dikonsumsi untuk pertumbuhan dan yang lebih penting mempunyai dampak pada kesehatan terutama untuk pemenuhan zat gizi mikro seperti kalsium, besi dan folat. Hasil yang sama ditemui pada penelitian ini, contoh perempuan lebih banyak melakukan diet daripada contoh laki-laki.
Tabel 60 menunjukkan rata-rata skor pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh. Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi contoh yang tinggi tidak mencerminkan rata-rata skor sikap dan praktek gizi tinggi. Tabel 60 Rata-rata pengetahuan, sikap dan praktek gizi contoh Pola Makan Seimbang 1. Makan beranekaragam 2. Menggunakan garam beriodium 3. Memberikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan 4. Setiap hari makan pagi 5. Hubungan gizi dan kesehatan reproduksi 6. Mengkonsumsi makanan sumber zat besi 7. Konsumsi makanan berserat 8. Konsumsi makanan sumber kalsium 9. Makanan sumber karbohidrat secukupnya 10. Batasi konsumsi lemak dan minyak 11 Konsumsi Fast Food 12. Makan selingan secukupnya 13. Minum air bersih 8 gelas sehari 14. Mengkonsumsi makanan yang aman 15. Baca label setiap membeli makanan yang dikemas 16. Melakukan aktivitas fisik secara teratur 17. Hindari rokok dan minuman beralkohol 18. Memantau berat badan secara teratur 19. Body Image benar 20. Tidak melakukan Skipping meal
Pengetahua n
41±49 61±35
Sikap Mean±SD 73±26 -
Praktek
56±15 90±22
87±33
-
-
63±31 68±36 56±29 42±37 88±31 50±34 49±34 92±27 79±41 75±31 60±48
87±22 72±24 88±20 65±24 85±24 78±28
70±31 56±21 46±19 69±22 64±30 68±24 66±30
75±31
85±24
72±30
78±41 51±31 18±38 71±24 76±42
90±20 89±21 67±29 77±17 86±24
81±26 58±23 70±31
Pada indikator tentang batasi konsumsi fast food, rata-rata pengetahuan contoh tentang indikator tersebut tergolong tinggi. Namun sikap dan praktek contoh tentang membatasi konsumsi fast food tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sediaoetama (2000), bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang tidak mendukung sikap dan
praktek memilih makanan yang sehat disebabkan karena kurang mampunya seseorang menerjemahkan pengetahuan gizi yang dimiliki dalam bentuk praktek pemilihanan makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga, rata-rata skor pengetahuan contoh yang rendah ternyata memiliki rata-rata sikap yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada indikator pertama tentang makan anekaragam makanan. Rata-rata skor pengetahuan contoh tergolong rendah yaitu 41±49, namun sikap contoh terhadap anekaragam makanan tergolong sedang meskipun praktek contoh dalam mengkonsumsi anekaragam makanan rendah. Azwar (1999) menjelaskan bahwa meskipun pengetahuan gizi remaja rendah sebelum intervensi, namun sikap dan kesadaran remaja untuk belajar tentang praktek makan yang sehat bisa saja sangat tinggi. Berdasarkan analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi terlihat bahwa tingkat pengetahuan dan praktek gizi contoh berada pada kategori sedang dan sikap terhadap gizi berada pada kategori baik. Selain itu, analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman contoh terhadap alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Pemahaman contoh terhadap item-item yang terkandung dalam sebuah alat ukur sangat penting untuk mengetahui kualitas dari sebuah alat ukur (Djaali & Muljono 2004). Pemahaman Contoh terhadap Item-item Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pemahaman contoh terhadap item-item atau pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi ditunjukkan dengan kemampuan contoh memahami dan menjawab atau mengisi setiap pertanyaan. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi dengan 60 item. Tabel 61 menunjukkan sebaran pemahaman contoh tentang pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Hampir semua contoh (91,3%) menjawab atau mengisi setiap pertanyaan pengetahuan gizi, sedangkan pernyataan sikap dan pertanyaan praktek gizi dijawab oleh semua contoh. Hal ini membuktikan bahwa pertanyaanpertanyaan atau item-item yang terdapat dalam alat ukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi dapat dipahami oleh remaja dengan latar belakang yang beragam.
Tabel 61 Sebaran pemahaman contoh tentang pertanyaan pengetahuan, sikap dan praktek gizi Variabel
Menjawab n
Tidak Menjawab %
n
%
91,3
41
8,7
Pengetahuan
431
Sikap
472
100
0
0
Praktek
472
100
0
0
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh (Camire & Dougherty 2005). Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan, agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan. Sikap adalah kecendrungan seseorang untuk bertingkah laku tertentu dalam menghadapi suatu rangsangan. Misalnya seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap makanan yang pedas, akan selalu memilih atau membeli makanan yang pedas setiap kali menemui makanan pedas. Sebaliknya orang bersikap negatif terhadap makanan pedas selalu akan menghindar kalau menjumpai makanan pedas. Praktek adalah respon seseorang terhadap suatu ransangan (stimulus) (Notoatmodjo 1997). Winkel (1996) menjelaskan bahwa sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Sikap yang positif akan menumbuhkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif menumbuhkan perilaku yang negatif. Melalui proses belajar akan diperoleh pengalaman yang nantinya dapat membentuk sikap. Kemudian sikap akan dicerminkan dalam bentuk praktek yang sesuai dengan yang diharapkan. Depkes (1997) mengemukakan bahwa perilaku seseorang terhadap gizi terdiri dari pengetahuan tentang gizi, keyakinan atau sikap tentang manfaat gizi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan dalam memilih dan mengkonsumsi makanan yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya setempat. Tabel 62 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh yang mempunyai sikap positif
terhadap gizi terdapat pada contoh dengan tingkat pengetahuan sedang. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya pemenuhan zat gizi pada masa remaja sehingga mempengaruhi pemilihan dan konsumsi makanan yang sehat dan tercapainya status gizi baik pada remaja (Roininen 2001). Tabel 62 Sebaran pengetahuan dan sikap terhadap gizi Sikap Pengetahuan
Positif n 33 172 40 245
Kurang Sedang Baik Total
Negatif % 13,5 70,2 16,3 100
n 45 153 29 227
% 19,8 67,4 12,8 100
Tabel 63 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh dengan pengetahuan gizi kurang (17,9%) ternyata mempunyai praktek gizi pada kategori kurang. Persentase terbesar contoh dengan pengetahuan gizi sedang ternyata persentase terbesar melakukan praktek gizi dengan kategori sedang. Demikian juga contoh yang memiliki pengetahuan baik, persentase terbesar melakukan praktek gizi pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan contoh mempengaruhi praktek gizi contoh, semakin baik pengetahuan gizi semakin baik pula praktek gizi yang dilakukan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi dengan kategori baik dapat memilih makanan yang sehat 25 kali lebih baik dibanding individu dengan pengetahuan rendah (Roininen 2001). Tabel 63 Sebaran pengetahuan dan praktek gizi contoh Pengetahuan Kurang Sedang Baik Jumlah
Kurang n % 14 17,9 56 71,8 8 10,3 63 100
Praktek Sedang n % 42 12,9 242 74,5 41 12,6 348 100
Baik n 7 50 12 61
% 10,1 72,5 17,4 100
Jumlah n 63 348 61 472
% 13,4 73,7 12,9 100
Tabel 64 menunjukkan sebaran praktek dan sikap gizi contoh. Persentase terbesar contoh yang melakukan praktek gizi baik mempunyai persentase sikap positif yang lebih besar dibanding sikap negatif. Namun sebaliknya, persentase
terbesar contoh dengan praktek gizi kurang (15,6%) ternyata mempunyai sikap positif lebih banyak dibanding sikap negatif. Demikian juga persentase terbesar contoh dengan praktek gizi sedang mempunyai persentase terbesar sikap gizi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat praktek gizi contoh tidak selalu mencerminkan sikap yang baik. Tabel 64 Sebaran praktek dan sikap terhadap gizi Praktek Kurang Sedang Baik Jumlah
Sikap Negatif Positif n % n % 24 10,8 39 15,6 172 77,5 176 70,4 26 11,7 35 14,0 222 100 250 100
Jumlah n 63 348 61 472
% 13,4 73,7 12,9 100
Tabel 65 menunjukkan hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Hasil korelasi Person menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara skor pengetahuan gizi dengan sikap terhadap gizi contoh pada taraf α 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi contoh semakin positif sikap terhadap gizi yang dimiliki oleh contoh. Ini memberikan gambaran tentang pentingnya peningkatan pengetahuan gizi pada remaja yang menyebabkan terjadinya peningkatan sikap terhadap gizi. Hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara skor pengetahuan gizi dengan praktek gizi contoh pada taraf α 0,01. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin tinggi pengetahuan contoh semakin baik praktek gizi yang dilakukannya. Menurut Soehardjo (1986), pengetahuan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah kurang gizi yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Sediaoetama (2000) juga menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku mengkonsumsi makanan dan menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Wardlaw et al. (1992) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan gizi dengan konsumsi sayur dan buah serta hubungan negatif dengan konsumsi lemak hewani, artinya semakin tinggi pengetahuan gizi remaja semakin tinggi konsumsi sayur dan buah serta semakin rendah konsumsi lemak hewani.
Hubungan yang sangat signifikan juga ditunjukkan antara sikap dan praktek pada taraf α 0,01. Hasil uji Korelasi Pearson menemukan bahwa sikap terhadap gizi berpengaruh positif dan sangat signifikan dengan praktek gizi. Semakin baik sikap contoh tentang gizi, semakin baik praktek gizi yang dilakukan contoh. Tabel 65 Sebaran koefisien korelasi pengetahuan, sikap dan praktek gizi Variabel
Pengetahuan
Sikap
Pengetahuan
1,0
Sikap
0,392**
1,0
Praktek
0,118**
0,184**
Praktek
1,0
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan (1) Penelitian ini telah menghasilkan sebuah alat ukur (kuesioner) pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja. Alat ukur tersebut dikembangkan dengan konsep gizi seimbang yang terdiri dari dua dimensi, enam sub dimensi, 20 indikator dan 60 item pertanyaan. (2) Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja menghasilkan 60 item pertanyaan terdiri dari 34 item pengetahuan gizi, 14 item sikap terhadap gizi dan 12 item praktek gizi yang memenuhi kriteria validitas internal (r>0,3) dan nilai reliabilitas Alpha (α Cronbach) >0,7. (3) Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja untuk mengukur kompetisi dasar memiliki nilai validitas internal lebih tinggi (r>0,4) dan nilai reliabilitas Alpha (α Cronbach) >0,7. Kuesioner tersebut memiliki 28 item yang terdiri dari 13 item pengetahuan gizi, 8 item sikap terhadap gizi dan 7 item praktek gizi. (4) Alat ukur yang dihasilkan terbukti mampu mengukur pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dengan latar belakang yang beragam. Hampir semua contoh (91,3%) dapat menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dan semua contoh (100%) dapat menjawab sikap terhadap gizi dan praktek gizi. (5) Rata-rata skor pengetahuan gizi contoh tergolong sedang dan rata-rata skor pengetahuan gizi contoh sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Ratarata skor sikap terhadap gizi contoh tergolong baik dengan sikap positif terhadap gizi lebih tinggi dibanding sikap negatif. Rata-rata skor sikap terhadap gizi contoh sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah dan contoh yang tinggal di kota lebih baik dibanding contoh yang tinggal di desa. Ratarata skor praktek gizi contoh tergolong sedang dan rata-rata skor praktek gizi contoh sekolah lebih tinggi dibanding putus sekolah. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan, sikap terhadap gizi dan praktek gizi contoh.
Saran (1) Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pengembangan sebuah alat ukur yang standar yaitu yang memenuhi kriteria kesahihan dan keterandalan dalam sebuah penelitian khususnya penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktek gizi. Berdasarkan hal tersebut diperlukan pengembangan alat ukur yang standar dengan konsep, kelompok umur dan etnik yang berbeda. (2) Perlu intervensi gizi terutama tentang pengetahuan, sikap dan praktek gizi seimbang pada remaja sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja.
.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih S. 2002. Body Image Remaja dalam Konsep Bio-Psikologi. Surabaya: FKM Universitas Airlangga. Aditama TY. 1997. Rokok dan Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Affandi B. 1996. Penyakit Menular Seksual dan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kedokteran dan Farmasi Medika 10:22-26. Allen L, Gillespie S. 2001. “What Works: A Review of the Efficacy and Effectiveness of Nutrition Interventions”. Geneva: ACC/SCN Nutrition Policy and ADB Nutrition and Development 19:5-21. Anderson AS, Bell A, Adamson A, Moynihan P. 2001. A Quetionnaire Assessment of Nutrition Knowledge Validity and Reliability Issues. Public Health Nutrition 5:497-503. Azwar S. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Azwar S. 1999. Dasar-dasar Psikomentrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2004. Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey 2002-2003. Jakarta: BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2005. Kota Bogor dalam Angka. Bogor: BPS. Beech SG, Rush J dan Charles W. 1999. Knowledge, Attitudes and Practices Related to Fruit and Vegetable Consumption of High School Students. Journal of Adolescent Health 24:244-250. Birch LL, Fesher JG. 1998. Development of Eating Behavior Among Children and Adolescents. Pediatrics 101:539-549. Blood DF, Budd WC. 1972. Educational Measurement and Evaluation. New York: Harper and Row. Brown, Frederick G. 1983. Principles of Education and Psychological Testing. New York: Holt, Rinehart and Winston. Camire ME, Dougherty MP. 2005. Internet Survey of Nutrition Claim 130Education 4:18-21. Knowledge. Journal of Food Science
Cavadini C, Siega-Riz AM, Popkin BM. 2000. US Adolescent Food Intake Trends from 1965 to 1996. Arch Dis Child 83:18-24. . Chalik TMA. 1998. Reproduksi Manusia dan Masalah Seputarnya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Syiah Kuala. Cochran WG. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Jakarta: Universitas Indonesia. Crockett SJ, Laura SS. 1995. Environmental Influences on Children’s Eating. Journal Nutrition Education. 27:235-246. Daniel PK, Shelley RK, Charles RW, Sara HS, Robert HD. 1998. Problem Dieting Behaviors Among Young Adolescents. Arch Pediatrics Med 152:884-888. DeBourdeaudhuij I, Klepp KI, Due P, Perez R, Almeida MDV, Wind M, Krolner R, Sandvik C dan Brug J. 2005. Reliability and Validity of a Questionnaire to Measure Personal, Social and Environmental Correlates of Fruit and Vegetable Intake in 10-11 year old Children in Five European Countries. Public Health Nutrition 8:189-200. Delisle H, Chandra M dan Bruno B. 1999. Nutrition in Developing Countries? To Address Which Problems, and How? WHO: Geneva. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1997. Pedoman Gizi Seimbang untuk Remaja. Jakarta: Depkes RI. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003a. Gizi Dalam Angka Sampai Dengan Tahun 2002. Jakarta: Depkes RI. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2003b. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Gizi Seimbang (Panduan untuk Petugas). Jakarta: Depkes RI. Djaali, Muljono P. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Ebel RE, Robert E, Frisbie DA. 1991. Essentials of Education Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Engelwood Cliffs. Escobar A. 1999. Factors Influencing Children’s Dietary Practices: A Review. http://www.usda.gov/cnpp/FENR/fenry12n4/fenry12n4p45.PDF. 9 February 2004.
Fox SI. 1993. Human Psysiology. Fourth edition. England: WM.C. Brown Publishers. Guthrie HA, Scheer JC. 1981. Validity of a Dietary Score for Assessing Nutrient Adequency. Journal of the American Dietetic Association 1:178-240. Haddad EH. 1996. Vegetarian and Other Dientary Parctices. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 125-129. Hadi H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hardinsyah, Martianto D. 1989. Menaksir Angka Kecukupan Gizi dan Protein serta Penilaian Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. Heinberg LJ, Thompson JK. 1996. Body Image. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 136-158. Hurlock EB. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2007. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Bogor: IPB Press 2007. Isaac S, Michael WB. 1990. Handbook in Research and Evaluation for Education and The Behavioral Sciences. San Diego, California: Edits Publishers. Johnson F, Wardle J, Griffith J. 2002. The Adolescent Food Habits Checklist: Realibility and Validity of a Healthy Eating Behaviour in Adolescents. European Journal of Clinical Nutrition 56:644-649. Kerlinger FN. 1981. Foundations of Behavioral Research. Tokyo: Holt Rinehart & Winston, Inc. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Kline P. 2000. The New Psycometric, Science, Psychology and Measurement. London: Routledge. Kreipe RE, Higgins LA. 1996. Anorexia Nervosa. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 159-180. Mantra IB. 1994. Perencanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Mays RM, Orr DP. 1996. Psychosocial Development. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 109-122. McDougall P. 1998. Teenagers and Nutrition: Assessing Levels of Knowledge. Health Visitor 71:62-64. Medeiros L. 2004. Design and Development of Food Safety Knowledge and Attitude Scales. JADA 104:1671-1677. Meredith CN. 1996. Exercise and Fitness. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 122-135 Mila.
2003. Adolescent Nutrition. http://www.who.int/child-adolescenthealth/New Publications/NUTRITION/Adolescent nutrition paper.pdf
Muchtadi D. 1993. Pengantar Ilmu Gizi. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Mudjianto, Trinrin T. 1994. Studi Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Konsumsi Makanan Golongan Remaja di Perkotaan Terhadap Makanan Modern. Jakarta: Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 65:6. Muljono P. 2000. Sikap Mahasiswa Terhadap Layanan Perpustakaan Perguruan Tinggi (Survei di Institut Pertanian Bogor). [disertasi]. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta; 2000. Muniroh L, Sumarmi S. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Status Gizi Remaja Putri di Daerah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Jombang. Laporan Penelitian. Surabaya: FKM Universitas Airlangga. Murti B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nelia PS, Marianne V, Karen EC, Whadi-ah T dan Norman T. 2005. Development and Validation of a Quetionnaire to Test Knowledge and Practices of Dietitians regarding Dietary Suplements. Nutrition 21:51-58. Notoatmodjo S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nunnaly JC. 1978. Psychometric Theory. New York: McGraw Hill.
Oppenheim AN. 1966. Questionnaire Design and Attitude Measurement. London: Heinemann. Padmiari IAE, Hadi H. 2003. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Resiko Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. Medika 29: 159-165. Parmenter K, Wardle J. 1999. Development of a General Nutrition Knowledge Questionnaire for Adults. European Journal of Clinical Nutrition 53:298308. Permaisih. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: http//diglib.litbang.depkes.go.id/ 20 Januari 2006. Rees JM. 2000. Eating Disorder during Adolescence: Nutritional Problem and Intervensi. Washington: Elsevier Science Inc. Rickert VI, Jay MS. 1996. Behavior Change and Compliance: The Dietitian as Counselor. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 123-135. Riyadi H. 1996. Studi Evaluasi Efektivitas Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu Hamil. Bogor: Laporan Penelitian CHN III, IBRD LOAN. IPB. Riyadi H. 2001. Buku Ajar Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Rock CL. 1996. Bulimia Nervosa. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 181-198. Roininen K. 2001. Evaluation of Food Choice Behavior: Development and Validation of Health and Taste Attitude Scales [disertasi]. Helsinki. University of Helsinki Departement of Food Techology. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perpectives in Nutrition. New York: Pratice Hall and Inc. Saraswati E, Sumarno. 1997. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anemia Remaja Putri SMU Anemia dan Non Anemia di Enam Dati II Propinsi Jawa Barat. http//w.w.w.p3gizi.litbang.depkes.go.id/ 19 Januari 2006. Sarwono SW. 1995. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sediaoetama, DA. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Senderowitz J. 1995. Adolescence Health: Reassessing the Passage to Adulthood. Washington DC. The World Bank. Sheperd R, Towler G. 1992. Nutrition Knowledge, Attitudes and Fat Intake: Application of the Theory of Reasoned Action. Journal Human Nutrition Diet 5:387-397. Simon CS, Andrews D. 1996. The Pregnant Teen: Pre and Post Natal. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 248-271. Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Soehardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Soekirman. 2002. Fortifikasi dalam Program Gizi: Apa dan Mengapa? Jakarta: Koalisi Fortifikasi Indonesia. Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Spear B. 1996. Adolesencent Growth and Development. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Chapman & Hall. hlm 1-24. Stang J, Story M. 2004. Guideline for Adolescent Nutrition Service. http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm 29 Januari 2006. Steenhuis IHM, Maria B, Marnie Pl Sarah SF dan Lisa C. 1996. The Validation of a Test to Measure Knowledge about the Fat Content of Food Products. Nutrition and Health 10:331-339. Steven J, Carol EC, Mary S, Simone AF, Sarah L, Alberta B, Joel G, Scott BG dan Raymond R. 2001. Development of a Quetionnaire to Assess Knowledge, Attitude and Behaviors in American Indian Children. American Journal Clinical Nutrition 69:773S-781S. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suryabrata S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susanto D. 1997. Dinamika Perilaku dan Kebiasaan Makan. Jakarta: Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Syarief H, Yadi H, Melly L, MD Djamaludin, Yayat H, Anies I dan Rusilanti. 2001. Studi Integrasi Muatan Pengetahuan Pangan dan Gizi dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah. Laporan Penelitian Depdiknas-IPB. Sztainer DN, Ruth B dan Hava P. 2003. Family Meal Pattern: Associations with Sociodemographic Characteristics and Improved Dietary Intake among Adolescents. Journal American Diet Association 103;317-322. Thorndike, Robert L. 1982. Applied Psychometric. Boston : Houghton Miflin Company. Uyanto SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu. Vijayapuspham T, Menon KK, Rao DR, Antony GM. 2003. A Qualitative Assessment of Nutrition Knowledge Levels and Dietary Intake of Schoolchildren in Hyderabad. Public Health Nutrition 6;683-688. Wang Y, Monteiro, Popkin BM. 2002. Trend of Obesity and Underweight in Older Children Young Adolescent in United States, Brazil, China and Russia. American Journal of Clinical Nutrition 75:971-977. Wardlaw G, Insel PM, Seyler MF. 1992. Contemporary Nutrition, Issues and Insights. St. Louis: Mosby - Year Book. Whati LH, Senekal M dan Steyn NP. 2005. Development of a Reliable and Valid Nutritional Knowledge Questionnaire for Urban South African Adolescents. Nutrition; 21:76-85. WHO. 1995. Measuring Changes in Nutritional Status. Geneva: WHO Tech. WHO. 2004. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva. WHO Tech. WHO. 2005. Nutrition in Adolescence Issues and Challenges for the Health Sector: Issues in Adolescent Health and Development. [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI. Wiersma, William, Stephen GJ. 1990. Educational Measurement and Testing. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon. Winkel WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wong Y, Huang HC, Ohen SL, Yamanoto. 1999. Is The College Environment Adequate for Accessing to Nutition Education? A Study in Taiwan. Nutrition Research 19:1327-1337. Yusra. 1998. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Pasangan Usia Subur tentang Pesan-Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) serta Implikasinya pada Pemasaran Sosial [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor; 1999.
Lampiran 1. Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja sebelum diskusi pakar (261 Item) KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTEK GIZI PADA REMAJA Bapak dan Ibu yang terhormat, Saya adalah mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian tentang Pengembangan Alat Ukur Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja untuk penyelesaian studi. Kuesioner ini terdiri dari kuesioner pengetahuan gizi 124 item, sikap terhadap gizi 111 item dan praktek gizi 28 item. Saya mohon bantuan Ibu dan Bapak mengoreksi kesesuaian kisi-kisi dengan konsep gizi dan kesesuaian kisi-kisi dengan setiap item pengetahuan, sikap dan praktek gizi yang telah saya buat. Atas bantuan Bapak dan Ibu saya ucapkan terimakasih.
KISI-KISI PENGETAHUAN GIZI PADA REMAJA Konsep Konsep dasar gizi
Indikator Jenis dan sumber zat gizi
Fungsi zat gizi Hubungan gizi dan penyakit
Kekurangan zat gizi
Kelebihan gizi Pemilihan makanan
Memilih makanan sehat
Memilih makanan aman Gizi dan Kesehatan Reproduksi Kebiasaan makan
Hubungan gizi dan kesehatan reproduksi, kebutuhan gizi ibu hamil Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan tidak baik dan gaya hidup
Sub Indikator Karbohidrat-makanan pokok Protein-lauk pauk hewani Protein-Lauk pauk nabati Lemak Vitamin A Zat besi Iodium Kalsium Serat Sumber Zat Tenaga Sumber Zat Pembangun Sumber Zat Pengatur Anemia (Zat besi) Pengeroposan tulang (Kalsium) Kecerdasan (Iodium) Daya tahan tubuh (Vit A) Sembelit (Serat) Kegemukan (Obesitas) Menu seimbang Karbohidrat komplek Makanan rendah lemak Makanan tinggi protein Makanan tinggi serat Makanan tinggi iodium Makanan tinggi vitamin A Makanan tinggi kalsium Makanan tinggi besi Bebas dari bahaya fisik, kimia dan biologi Membaca label makan dikemas Perbedaan pertumbuhan fisik remaja putri-putra Kebutuhan gizi ibu hamil Kebutuhan gizi ibu menyusui Gizi dan kesehatan reproduksi Frekuensi makan : Makan pagi Makan siang Makan malam Jenis dan jumlah : Makanan Pokok Lauk Pauk, Sayur Buah Air Snacking Skipping meals Fast food Masalah makan Merokok, alkohol dan olah raga Jumlah
Nomor Item 1,2 3 4,5 6,7 8,9 10,11 12,13 14,15 16 17,18,19,20 21 22,23,24,25,26,27,28 29 30 31 32 33 34,35,36,37,38,39,40, 41,42 43,44,45 46,47 48,49,50 51 52,53,55 54 56,57,58 59,61,62 60 63,64,65,66,67,68,69, 70 71,72,73 74,75,76,77,78,79 81,82,83,84,85,86 87,88,89 80,90,91,92
Jumlah
16
12
5
9
20
11
19
93,94,95 96,97 96,97,98 12 99 100,101 102,103 104 105,106,107 108,109 110,111 112,113,114,115 116,117,118,119,120, 121,122,123,124
20
124
Kuesioner Pengetahuan Gizi Konsep Dasar Gizi Jenis dan Sumber Zat Gizi 1. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari : a. Karbohidrat, lemak, vitamin, air dan protein b. Karbohidrat, lemak, vitamin dan air c. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air
√
2. Kandungan gizi yang paling banyak terdapat pada singkong adalah : a. Karbohidrat √ b. Protein . c. Lemak 3. Sebagai sumber protein, daging dapat diganti dengan : a. Tahu √ b. Mie c. Bakwan jagung 4. Yang tergolong pangan sumber protein nabati adalah : a. Kacang tanah dan kelapa b. Tahu dan tempe √ c. Jagung dan singkong 5. Bahan makanan yang berfungsi untuk pertumbuhan tubuh adalah : a. Bayam, wortel, sawi, tauge b. Ikan, telur, daging, tahu, tempe √ c. Jagung, singkong, talas, ubi, beras 6. Yang manakah makanan sumber lemak ? a. Mentega, minyak goreng, margarine, santan √ b. Kentang, singkong, ubi jalar, bihun, mie, roti c. Jeruk, pisang, sirsak, alpukat, belimbing 7. Konsumsi energi yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk : a. Karbohidrat b. Protein c. Lemak √ 8. Yang manakah makanan yang banyak mengandung vitamin A? a. Sereal, roti dan beras b. Bayam dan ubi jalar merah √ c. Pie, cake dan puding 9. Manakah kelompok zat gizi berikut, banyak terdapat pada buah-buahan ? a. Vitamin A dan Vitamin C √ b. Pati dan vitamin D c. Lemak dan Kalsium
10. Kelompok makanan sebagai sumber zat besi adalah : a. Buah-buahan dan sayuran b. Lauk pauk dan buah-buahan c. Lauk pauk dan sayuran hijau tua √ 11. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah a. Gulai hati dan tumis kangkung √ b. Mujair goreng dan tumis toge c. Sop sayuran dan lalap timun 12. Makanan yang mengandung paling banyak iodium adalah : a. Ayam, daging kambing b. Ikan teri, ikan kembung √ c. Telur, daging sapi 13. Manakah makanan dibawah ini yang biasa ditambahkan iodium? a. Roti b. Susu bubuk c. Garam √ 14. Manakah makanan yang paling sedikit mengandung kalsium? a. Susu dan yoghurt b. Ikan teri dan ikan sardin c. Ayam dan kambing √ 15. Manakah yang paling banyak mengandung kalsium; segelas susu atau segelas jus jeruk? a. Segelas susu √ b. Segelas jus jeruk c. Sama 16. Manakah makanan yang paling banyak mengandung serat? a. Bakso b. Mie ayam c. Pecal √ Fungsi Zat Gizi 17. Makanan yang kita makan berguna bagi tubuh untuk : a. Sumber tenaga dan pengatur b. Sumber tenaga, pembangun dan pemeliharaan jaringan c. Sumber tenaga, pembangun dan pengatur √ 18. Nasi, mie dan umbi-umbian sangat diperlukan tubuh sebagai : a. Sumber tenaga √ b. Sumber pengatur c. Sumber pembangun 19. Contoh makanan sumber tenaga adalah : a. Tahu b. Mie √ c. Daging
20. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber : a. Karbohidrat, protein dan lemak √ b. Karbohidrat, protein dan vitamin c. Karbohidrat saja 21. Ayam, ikan dan telur dalam tubuh berfungsi untuk : a. Sumber energi utama b. Membangun dan memelihara jaringan √ c. Mengatur proses-proses dalam tubuh 22. Zat gizi yang berfungsi mengatur proses-proses dalam tubuh : a. Karbohidrat dan lemak b. Protein dan vitamin c. Vitamin dan mineral √ 23. Air sangat dibutuhkan tubuh karena air berfungsi : a. Mengatur suhu tubuh √ b. Menggantikan sel-sel yang rusak c. Menghasilkan energi 24. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada saat diare atau muntah, sebaiknya kita : a. Minum larutan penyegar b. Minum larutan oralit √ c. Minum jus buah 25. Vitamin A sangatdiperlukan tubuh karena berfungsi untuk : a. Meningkatkan daya tahan tubuh √ b. Membantu proses pencernaan c. Meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan 26. Iodium dalam tubuh berfungsi untuk : a. Daya tahan tubuh dan mengatur suhu tubuh b. Proses pencernaan, daya tahan tubuh dan kecerdasan c. Proses pertumbuhan, perkembangan dan kecerdasan √ 27. Serat sangat berguna bagi tubuh untuk : a. Mengganti sel-sel yang rusak b. Membantu proses pencernaan √ c. Menghasilkan energi 28. Fungsi kalsium dalam tubuh adalah untuk pembentukan : a. Tulang dan gigi √ b. Otak c. Sel darah merah
Hubungan Gizi dan Penyakit Kekurangan Zat Gizi 29. Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi lauk pauk dan sayuran hijau yang merupakan sumber zat besi? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ……………………………………………….. b. Tidak 30. Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi makanan sumber kalsium? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya………………………………………………. b. Tidak 31. Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi makanan sumber iodium? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ………………………………………………. b. Tidak 32. Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi makanan sumber vitamin A? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ……………………..…………………………. b. Tidak 33. Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ………………………………………..…….... b. Tidak Kelebihan Zat Gizi 34. Kegemukan lebih mudah dialami remaja karena kelebihan : a. Karbohudrat dan lemak √ b. Lemak dan mineral c. Karbohidrat dan vitamin 35. Menu yang baik untuk penderita obesitas adalah : a. Rendah kalori dan tinggi lemak b. Rendah kalori dan rendah protein c. Rendah kalori dan gizi seimbang √ 36. Mengatasi obesitas yang efektif adalah dengan cara : a. Mengatur jadwal istirahat b. Menggunakan atau mengkonsumsi produk pelangsing c. Pengaturan diet sehari-hari dan olahraga √ 37. Kelebihan berat badan atau kegemukan akan mengakibatkan : a. Tingginya risiko serangan jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes √ b. Badan lebih sehat karena bisa makan sepuasnya c. Tubuh akan kebal terhadap serangan penyakit, karena menyimpan lemak dan energi yang melimpah untuk pertahanan tubuh
38. Manakah makanan yang tidak boleh dimakan ketika mencoba menurunkan berat badan ? a. Roti dan nasi b. Mentega dan margarin √ c. Buah-buahan 39. Seseorang yang mengalami obesitas disarankan untuk memperbanyak konsumsi : a. Susu dan kacang-kacangan b. Buah-buahan dan sayuran √ c. Daging dan telur 40. Makanan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif adalah makanan yang mengandung a. Kolesterol berlebihan √ b. Karbohidrat kompleks c. Protein berlebihan 41. Untuk menghindari terjadinya penyakit degeneratif pada saat dewasa, sebaiknya remaja memilih makanan : a. Rendak lemak hewani √ b. Rendah protein c. Rendah karbohidrat kompleks 42. Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan : a. Badan langsing b. Gigi keropos √ c. Tulang keropos Memilih Makanan Memilih makanan dan minuman yang sehat 43. Makanan yang sehat adalah : a. Makan beranekaragam makanan dalam jumlah seimbang √ b. Makan beberapa jenis makanan, lebih dari makanan yang lain c. Makan beberapa jenis makanan, lebih sedikit dari makanan yang lain 44. Kebutuhan gizi seseorang dapat dipenuhi dengan cara : a. Membiasakan makan pagi b. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam √ c. Mengkonsumsi makanan siap santap (fastfood) setiap hari 45. Yang manakah minuman dibawah ini yang mengandung lebih banyak jenis zat gizi? a. Es doger b. Es buah √ c. Es cendol 46. Manakah makanan sumber karbohidrat yang baik untuk kesehatan, nasi atau gula? a. Nasi √ b. Gula c. Keduanya
47. Manakah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks ? a. Coklat, kue bolu b. Nasi, jagung, ubi √ c. Gula, permen 48. Jika saya makan di luar rumah, saya sering memilih makanan : a. Mengenyangkan dan harganya murah b. Rendah lemak, tinggi protein dan tinggi serat √ c. Enak menurut selera saya tanpa memikirkan kandungan gizinya 49. Suatu restoran fast food menawarkan paket makan siang yang murah. Manakah menurut kamu yang lebih sehat (rendah lemak, garam, gula dan tinggi serat )? a. Kentang goreng, ayam goreng, dan soft drink b. Nasi goreng, ayam goreng, sop krim dan teh botol c. Nasi putih, ayam goreng, sop sayuran dan air mineral √ 50. Jika kamu ingin mengurangi konsumsi lemak, manakah makanan yang sebaiknya dipilih: a. Ayam gulai b. Ayam pepes √ c. Ayam goreng 51. Manakah makanan dibawah ini mengandung protein hewani yang paling banyak ? a. Bakso b. Ikan panggang √ c. Nugget ikan 52. Jika ingin mencoba meningkatkan jumlah serat dalam makanan, manakah salah satu makanan dibawah ini yang sebaiknya dikonsumsi? a. Bolu dan biskuit b. Keripik dan bakso c. Apel dan mangga √ 53. Manakah makanan yang mengandung paling sedikit serat? a. Rujak dan es buah b. Bakso dan bubur ayam √ c. Pecal dan gado-gado 54. Agar kandungan iodium dalam garam tidak rusak sebaiknya : a. Menambahkan garam setelah makanan dimasak b. Menambahkan garam ketika memasak dan masak dengan panas tinggi c. Menyimpan garam dalam keadaan terbuka 55. Manakah makanan dibawah ini rendah lemak dan tinggi serat? a. Ayam goreng dan saus asam pedas b. Ayam panggang dan lalapan √ c. Ayam goreng tepung dan saus asam manis 56. Makanan jajanan yang menurut kamu lebih sehat adalah : a. Buah-buahan √ b. Makanan ringan dengan rasa asin c. Makanan dengan rasa manis seperti coklat
57. Supaya tubuh kamu tahan terhadap berbagai penyakit infeksi, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung : a. Vitamin A √ b. Kalsium c. Vitamin D 58. Manakah kandungan gizi yang lebih baik, jus buah kemasan atau jus buah asli ? a. Jus buah kemasan b. Jus buah asli √ c. Sama 59. Ketika membeli minuman, yang manakah menurut kamu yang sehat ? a. Minuman ringan (soft drink) b. Minuman berenergi (energy drinks) c. Air putih saja √ 60. Untuk meningkatkan konsumsi zat besi, saya akan memilih makanan seperti : a. Daun katuk dan daging √ b. Kol dan timun c. Toge dan wortel 61. Manakah makanan yang mengandung kalsium tinggi? a. Es krim, yogurt dan keju √ b. Es campur, mie goreng dan roti c. Es buah, rujak dan permen 62. Agar kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi terpenuhi, saya akan memilih makanan : a. Jus buah dan nasi b. Sayuran dan buah-buahan c. Susu dan ikan √ Memilih makanan yang aman 63. Makanan yang dijual dipinggir jalan tidak selalu aman untuk dimakan karena : a. Tidak menggunakan bahan segar b. Penyimpanan makanan tidak terjaga c. Tidak terjamin kebersihannya √ 64. Makanan yang telah membusuk mengandung bakteri yang berbahaya untuk kesehatan kita. Bahaya tersebut digolongkan : a. Bahaya fisik b. Bahaya biologis √ c. Bahaya kimiawi 65. Pemanis, penyedap dan pewarna buatan sebaiknya dihindari dalam membuat makanan karena mengandung : a. Bahaya fisik b. Bahaya kimiawi √ c. Bahaya biologis
66. Bahaya fisik dalam makanan seperti potongan plastik, rambut dan kerikil sangat membahayakan kesehatan kita. Bahaya fisik tidak akan terjadi apabila : a. Makanan dijual ditempat terbuka b. Makanan disimpan dalam wadah tertutup √ c. Penjual menggunakan perhiasan tangan 67. Makanan yang sering mengandung zat pewarna yang dilarang adalah : a. Sirop, kerupuk √ b. Pisang goreng, teh manis c. Dadar gulung, es krim 68. Pada saat jajan, saya selalu memilih makanan yang : a. Rasanya enak tanpa memperhatikan kandungan gizinya b. Bebas pengawet seperti formalin dan borak √ c. Warna dan penampilan makanan menarik 69. Daging sapi, ayam dan ikan tidak akan busuk apabila : a. Disimpan dalam lemari makan b. Disimpan dalam lemari pendingin√ c. Dibiarkan 70. Makanan dan minuman yang tidak bersih dapat mengakibatkan : a. Malaria b. Diare √ c. Cacar 71. Label pada makanan yang dikemas berisi keterangan tentang : a. Komposisi zat gizi dan isi kemasan b. Jenis makanan dan tanggal kadaluarsa c. a dan b benar √ 72. Label pada makanan yang dikemas dapat merugikan konsumen karena : a. Menyesatkan konsumen dengan keterangan yang tidak benar √ b. Membantu konsumen mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam makanan c. Memperkirakan bahaya bagi konsumen yang berisiko tinggi terhadap penyakit tertentu 73. Sebelum membeli makanan yang dikemas sebaiknya, kecuali: a. Langsung beli √ b. Memeriksa kemasan c. Membaca informasi gizi Gizi dan Kesehatan Reproduksi 74. Tumbuh kembang yang terjadi pada saat remaja adalah: a. Perkembangan motorik dan kematangan seksual b. Kematangan seksual dan perkembangan fisik √ c. Perkembangan fisik dan motorik
75. Siapakah yang mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) lebih cepat; remaja putra atau remaja putri? a. Remaja putri √ b. Remaja putra c. Sama 76. Pada saat pertumbuhan, tubuh memerlukan zat gizi lebih. Pada usia berapakah fungsi pertumbuhan itu berlangsung? a. 35 - 60 tahun b. 0 - 18 tahun √ c. 18 - 35 tahun 77. Siapakah yang membutuhkan zat gizi paling banyak; remaja putra atau remaja putri (pada umur yang sama) a. Remaja putra √ b. Remaja putri c. Sama 78. Tanda awal kematangan seksual remaja putri ditandai dengan : a. Pinggul dan paha melebar b. Menstruasi pertama (menarche) √ c. Payudara membesar 79. Tanda awal kematangan seksual remaja putra ditandai dengan a. Ejakulasi √ b. Perubahan suara c. Pertumbuhan kumis 80. Mengapa remaja putri lebih mudah mengalami kurang darah (anemia) dibanding remaja putra? a. Remaja putri malas makan b. Remaja putri lebih cepat mengalami growth spurt c. Remaja putri mengalami haid setiap bulan √ 81. Porsi makan ibu hamil adalah : a. Sama banyaknya seperti sebelum hamil b. Lebih banyak dari kondisi sebelum hamil √ c. Dikurangi karena takut bayi besar 82. Manakah yang lebih banyak, porsi makan ibu hamil atau ibu menyusui? a. Ibu hamil b. Ibu menyusui c. Sama √ 83. Yang harus dihindari selama hamil adalah: a. Makan lebih banyak b. Minum tablet besi c. Merokok √ 84. Manakah makanan yang sebaiknya tidak dimakan oleh ibu hamil? a. Minuman ringan √ b. Buah dan sayur c. Daging dan ikan
85. Manakah yang tidak sehat untuk wanita hamil? a. Melakukan kegiatan fisik b. Tidur sepanjang hari √ c. Makan anekaragam makanan 86. Berapa minimal berat badan waktu bayi lahir yang dikatakan sehat ? a. 3,5 kg b. 3 kg c. 2,5 kg √ 87. Pemberian ASI saja atau ASI Ekslusif sebaiknya diberikan pada usia : a. 0-4 bulan b. 0-6 bulan √ c. Seminggu setelah lahir 88. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya harus mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung : a. Kalsium dan zat besi √ b. Monosodium dan kopi c. Nikotine dan susu 89. Sebaiknya ASI tetap diberikan kepada bayi hingga berumur : a. 1 tahun b. 2 tahun √ c. 4 tahun 90. Remaja putri yang terlalu kurus akan berakibat : a. Haid tidak teratur b. Haid teratur c. Tidak pernah mendapatkan haid 91. Ibu hamil yang kekurangan gizi akan melahirkan bayi : a. Dalam keadaan sehat b. Berat badan lahir rendah c. Berat badan normal 92. Ibu hamil yang kekurangan gizi saat remaja dapat mengakibatkan : a. Produksi air susu ibu rendah b. Tidak bisa melahirkan secara normal c. Rongga pinggul tidak berkembang sempurna sehingga sulit melahirkan Kebiasaan Makan Kebiasaan makan sehat 93. Makanan yang dikonsumsi pada saat sarapan terdiri dari : a. Makanan sumber tenaga, pembangun dan pengatur √ b. Makanan sumber tenaga dan pengatur proses-proses dalam tubuh c. Makanan sumber pembangun dan pengatur 94. Untuk menjaga kondisi tubuh agar dapat melaksanakan kegiatan seharian dan meningkatkan konsentrasi belajar di sekolah dianjurkan : a. Makan siang b. Makan malam c. Makan pagi √
95. Yang manakah menu sarapan yang kamu pikir lebih sehat? a. Nasi goreng, telur mata sapi, lalapan √ b. Nasi uduk dan bakwan goreng c. Goreng pisang dan teh manis 96. Makanan yang dikonsumsi pada saat makan siang dan makan malam adalah : a. Mengandung karbohidrat, protein hewani dan lemak b. Mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan vitamin c. Mengandung karbidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air √ 97. Jika saya makan siang atau makan malam di luar rumah, saya selalu memilih : a. Makanan porsi seperti bakso, mie ayam dll b. Makanan lengkap (nasi, lauk pauk, sayur dan buah) c. Makanan fast food seperti ayam goreng 98. Untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi untuk petumbuhan cepat, sebaiknya remaja makan : a. ≤2X sehari b. 3 X sehari √ c. Tidak teratur 99. Berapa piring sebaiknya nasi dimakan, setiap kali kamu makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat? a. 1 piring √ b. 1,5 piring c. 2 piring 100. Berapa potong lauk pauk yang seharusnya dikonsumsi remaja setiap kali makan? a. 3 potong b. 2 potong c. 1potong √ 101. Berapa porsikah sayuran yang harus dikonsumsi remaja sehari? (1 porsi sayuran = segenggam wortel yang dicincang atau 1 buah jeruk sedang) a. 3 porsi √ b. 2 porsi c. 1 porsi 102. Berapa porsikah sayuran dan buah-buahan yang harus kamu makan satu hari untuk mendapatkan tubuh yang sehat? a. 1-2 porsi sayur dan buah b. 3-4 porsi sayur dan buah c. 5 atau lebih porsi sayur dan buah √ 103. Pada saat makan siang atau makan malam, saya makan buah paling sedikit : a. 1 potong / 1 buah b. ½ potong / ½ buah c. Tidak makan buah 104. Dalam satu hari sebaiknya kita minum paling sedikit: a. 1-3 gelas b. 4-6 gelas c. 7-9 gelas √
Kebiasaan makan yang tidak sehat dan gaya hidup 105. Kesukaan makan makanan ringan atau makanan cemilan secara berlebihan dapat merusak kesehatan karena makanan cemilan pada umumnya : a. Tinggi lemak, gula, garam dan rendah serat, √ b. Tinggi karbohidrat, protein, garam dan gula c. Rendah serat, gula dan garam 106. Manakah makanan cemilan yang kurang baik untuk kesehatan apabila dimakan berlebihan? a. Rujak, pecal dan gado-gado b. Roti pisang, roti coklat, roti keju c. Kripik kentang, donat, coklat √ 107. Akibat mengkonsumsi makanan cemilan secara berlebihan : a. Badan tambah sehat b. Nafsu makan berkurang√ c. Badan menjadi langsing 108. Agar mendapatkan tubuh yang sehat dan ideal, yang perlu dihindari adalah : a. Membatasi makan dengan alasan ingin langsing √ b. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang c. Melakukan olahraga secara teratur 109. Mengurangi frekuensi makan seperti tidak sarapan atau makan malam sangat merugikan remaja karena a. Remaja bisa memiliki tubuh yang sehat dan langsing b. Remaja harus menahan selera makan atau keinginan untuk makan c. Kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan cepat tidak terpenuhi √ 110. Makanan siap santap (fastfood) umumnya mempunyai kandungan gizi : a. Rendah protein dan garam b. Tinggi lemak dan garam √ c. Tinggi serat dan gula 111. Akibat mengkonsumsi makanan siap santap (fastfood) setiap hari adalah : a. Timbulnya penyakit degeneratif √ b. Badan tambah sehat dan gemuk c. Gengsi lebih meningkat 112. Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan berat badan ideal adalah : a. Konsumsi gizi seimbang √ b. Membatasi makan dan olahraga berlebihan c. Minum obat pelangsing atau pencahar 113. Memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan disebut : a. Anoreksia Nervosa b. Baryophobia c. Bulimia Nervosa √ 114. Keadaan seseorang yang ditandai dengan keinginan memiliki tubuh yang ideal/kurus dengan cara mengurangi konsumsi makanan disebut : a. Anoreksia Nervosa √
b. Bulimia Nervosa c. Baryophobia 115. Salah satu penyebab timbulnya anoreksia nervosa dan bulimia nervosa adalah : a. Makan anekaragam makanan b. Makan buah berlebihan c. Persepsi tubuh yang salah √ 116. Merokok tidak baik untuk kesehatan karena : a. Dapat menyebabkan kanker √ b. Dapat menghilangkan stres c. Dapat menganggu pencernaan 117. Dalam rokok terkandung : a. Nikotine b. MSG c. Kafein √ 118. Bahaya asap rokok bagi orang yang tidak merokok: a. Terjadi polusi udara b. Tidak ada dampak apapun bagi kesehatan c. Sama bahayanya dengan orang merokok 119. Minuman yang sama bahayanya dengan minuman beralkohol adalah : a. Minuman berenergi (energy drinks) b. Minuman ringan (soft drink) √ c. Sirup 120. Minuman beralkohol akan merusak dua organ utama, yaitu: a. Pencernaan dan gigi b. Hati dan mata c. Otak dan jantung √ 121. Ditinjau dari segi kesehatan, minuman beralkohol dapat mengakibatkan : a. Hilangnya pengendalian diri b. Pencetus tindak kriminal c. Terhambatnya masukan zat gizi lain √ 122. Aktivitas fisik yang sehat adalah : a. Membaca, menulis dan catur b. Menonton televisi dan menonton film c. Mengepel, mencuci baju, jalan kaki √ 123. Kegiatan fisik dan olah raga bermanfaat untuk : a. Mengurangi kebugaran b. Mengontrol kelebihan berat badan √ c. Mempercepat proses penuaan 124. Agar mendapatkan tubuh yang sehat, sebaiknya remaja melakukan olahraga : a. Empat kali seminggu selama 45 menit b. Dua kali seminggu selama 30 menit √ c. Satu kali seminggu selama 60 menit
Kisi-kisi Sikap terhadap Gizi pada Remaja Komponen Konsep
Indikator
Jumlah
Jenis dan sumber zat gizi
Kognisi 125,128,131,1 32,134,137,14 2,143,147
Afeksi 126,130,133 136,141,145
Fungsi zat gizi
150,155
154
Konasi 127,129,135,1 38,139,140,14 4,146,148, 149 151,152,153
Kekurangan gizi
156,159,161,1 62,163,164,16 5,166
158,160
157
Kelebihan gizi
167,168,169
171
170
Pemilihan makanan sehat Pemilihan makanan aman
172,173,174,1 75,176,182 187,189,193,1 94,195,196
178,183,185
26
188,190
177,179,180,1 81,184,186 191,192,197
Gizi dan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi
198,199,200,2 01,202,203,20 5,206,207,208 ,209,213
210,211
204,212
16
Kebiasaan makan
Kebiasaan makan remaja Kebiasaan makan tidak baik dan gaya hidup
217,218,219,2 23 228,230,235
220,222
90,91,92,97, 100,101 226,229,2312 33,234
22
39
111
Konsep dasar gizi
Hubungan gizi dan penyakit
Pemilihan makanan
Jumlah
52
227,232
20
31
16
Kuesioner Sikap Terhadap Gizi
No
Keterangan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0 0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
Konsep Dasar Gizi
Jenis dan Sumber Zat Gizi 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan berguna untuk menyehatkan tubuh. Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh kita, sama untuk semua orang Saya berusaha setiap makanan yang saya makan diperoleh dari bahan pangan segar. Saya merasa tidak kenyang kalau tidak makan nasi
Nasi dengan sayuran saja cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi remaja Saya suka makan tahu dan tempe karena merupakan bahan makanan sumber protein Salah satu makanan sumber protein adalah kacang hijau, kacang tanah dan kacang polong. Lemak merupakan zat gizi yang paling banyak menghasilkan energi, sehingga saya harus makan lebih banyak lemak untuk memenuhi kebutuhan energi setiap hari. Saya suka makanan berlemak Sayur bermanfaat untuk mencegah kanker Makan saya kurang nikmat kalau ada sayur Saya tidak suka makanan dari sayuran
No
Keterangan
137
Buah-buahan dan sayuran sangat diperlukan remaja karena merupakan makanan sumber vitamin Saya berusaha untuk makan buah setiap hari agar tubuh menjadi sehat Saya jarang makan buah karena harganya mahal Sebaiknya kita minum air hanya ketika haus saja Saya yakin makanan sumber zat besi dibutuhkan remaja Makanan sumber zar besi banyak terdapat pada sayuran hijau tua dan lauk pauk Yodium hanya terdapat pada garam Saya menggunakan garam yodium ketika memasak dirumah Saya akan menganjurkan ibu menggunakan garam yodium Saya harus minum susu agar kebutuhan kalsium pada tubuh saya terpenuhi Kalsium sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk pembentukan tulang dan gigi Saya akan susah buang air besar kalau tidak makan sayuran dan buah-buahan. Saya berusaha makan buah setiap hari Fungsi zat gizi
138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151
Hanya karbohidrat yang bisa memberikan kita energi. Saya harus makan lebih banyak gula untuk memenuhi kebutuhan energi.
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0 0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
0 0 0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
0 0 0 0
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
No
Keterangan
152
Saya harus makan telur, daging sapi, ayam dan ikan karena dalam tubuh berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh Pada saat saya terluka, saya harus banyak mengkonsumsi makanan sumber protein agar luka saya cepat sembuh Vitamin dan mineral berfungsi untuk mengatur proses-proses dalam tubuh Saya yakin serat sangat dibutuhkan tubuh kita untuk membantu proses pencernaan Hubungan Gizi dan Penyakit Kekurangan Zat Gizi Kurang mengkonsumsi makanan dari lauk pauk dan sayuran dapat menyebabkan anemia. Jika saya kurang darah maka badan saya cepat letih, lesu, pusing dan tidak konsentarsi belajar Saya suka mengkonsumsi makanan sumber zat besi agar tidak mengalami anemia Kekurangan kalsium akan mengakibatkan kerusakan gigi dan terjadi pengeroposan tulang Saya tidak mau mempunyai gigi yang mudah patah akibat kekurangan kalsium Remaja dan ibu hamil merupakan kelompok umur yang paling sering mengalami osteoporosis Kekurangan yodium pada saat remaja bisa berdampak pada saat dewasa Remaja yang kekurangan yodium menyebabkan kecerdasannya berkurang
153 154 155
156 157 158 159 160 161 162 163
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No
Keterangan
164
Yodium yang biasa terdapat pada garam dapur, dalam tubuh berperan untuk meningkatkan kecerdasan. Makanan sumber vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit Kekurangan vitamin A dapat menurunkan kecerdasan Kelebihan Zat Gizi Kegemukan disebabkan karena kelebihan lemak Kelebihan berat badan atau kegemukan menyebabkan tingginya risiko serangan jantung, tekanan darah tinggi atau diabetes Kegemukan akan mengakibatkan tubuh kebal terhadap serangan penyakit, karena menyimpan lemak dan energi yang melimpah untuk pertahanan tubuh Saya tidak akan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol berlebihan Orang yang kelebihan berat badan sebaiknya tidak melakukan kegiatan fisik Memilih Makanan Makanan jajanan yang sehat adalah mengenyangkan, enak dan harganya murah. Nasi dan sayuran saja cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi remaja Untuk melindungi dirimu dari berbagai penyakit, kamu sebaiknya menghindari makan beranekaragam makanan Karbohidrat yang diperoleh dari makanan pokok seperti nasi, gandum dan sagu lebih baik untuk kesehatan daripada karbohidrat sederhana yang berasal dari gula.
165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No
Keterangan
176
Makanan sumber karbohidrat kompleks lebih baik dari karbohidrat sederhana. Pada saat makan, saya selalu memilih nasi dan lauk pauk saja Kita bisa makan daging sesuka hati setiap hari Setiap kali makan saya selalu memilih lauk pauk hewani saja Saya selalu menghindari makan makanan yang digoreng Setiap kali jajan, saya selalu memilih makanan yang mengandung lemak Kandungan vitamin pada jus buah kemasan sama dengan jus buah asli Ketika saya makan, saya lebih memperhatikan rasa dari makanan daripada kandungan gizinya Saya lebih memilih minuman kemasan seperti teh botol daripada jus buah Saya lebih menyukai minum vitamin C daripada makanan sumber vitamin C Agar tubuh saya terhindar dari berbagai penyakit infeksi, saya selalu mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin A. Memilih makanan yang aman Menurut saya, makanan yang sehat belum tentu aman. Saya tidak mau makan makanan yang telah berubah aroma, rasa dan warna. Makanan aman dikonsumsi apabila bebas dari bakteri saja
177 178 179 180 181 182 183 184 185 186
187 188 189
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0 0 0 0
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
0 0 0 0 0
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
0 0 0 0 0
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
3 3 3 3 3
4 4 4 4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No
Keterangan
190
Saya tidak suka makanan yang dijual dipinggir jalan karena tidak selalu aman untuk dimakan Kebersihan tempat berjualan merupakan salah satu syarat bagi saya untuk memilih makanan jajanan Sebelum membeli makanan yang dikemas, biasanya saya memerikasa dulu keadaan kemasaan seperti kaleng karatan/ menggelembung atau tidak melewati tanggal kadaluarsa. Daging sapi, ayam dan ikan tidak akan busuk apabila dibiarkan pada suhu ruang. Semua air aman untuk diminum Tidak perlu mencuci sayuran sebelum dimasak Label pada makanan yang dikemas tidak penting bagi saya karena makanan dari pabrik sudah terjamin keamanannya. Saya tidak pernah membaca keterangan pada makanan yang dikemas Gizi dan Kesehatan Reproduksi Kebutuhan gizi remaja putra berbeda dengan remaja putri Remaja putri mudah mengalami kurang darah (anemia) karena setiap bulan menstruasi (haid) Tumbuh kembang yang dialami pada saat remaja adalah pertumbuhan fisik dan kematangan seksual Masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat sehingga saya harus makan makanan yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal Pertumbuhan tinggi badan pada anak remaja putri dimulai usia 10 tahun dan berhenti setelah mencapai usia 16 tahun
191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0 0
1 1 1
0 0 0
1 1 1
2 2 2
0 0 0
1 1 1
2 2 2
3 3 3
0 0 0
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No
Keterangan
203
Tingkat kesehatan pada masa dewasa ditentukan oleh keadaan gizi pada masa remaja. Makanan yang saya makan mempunyai efek untuk kesehatan saya masa yang akan datang, sehingga saya harus makan lebih banyak sayur dan buah tetapi membatasi lemak dan kolesterol Pertumbuhan tinggi badan pada anak remaja putra dimulai usia 12 tahun dan berhenti setelah mencapai usia 18 tahun Kesuburan seorang wanita berkaitan dengan keteraturan siklus haid Banyak pantangan makan yang harus ditaati oleh ibu hamil agar bayinya sehat, pantangan tersebut, seperti tidak boleh makan nenas, ikan, telur dan sebagainya. Wanita yang kelebihan berat badan sebaiknya mencoba mengurangi berat badan ketika hamil Tidak mungkin kita mendapatkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan dari makanan saja, kita butuh vitamin dan mineral dari pil atau suplemen Saya yakin keadaan kesehatan ibu hamil ditentukan oleh keadaan gizi sejak remaja Saya yakin makanan ibu menyusui sama dengan ibu hamil Kalau kelak saya punya bayi, saya akan memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan agar bayi saya sehat Susu botol lebih baik daripada Air Susu Ibu (ASI)
204
205 206 207 208 209 210 211 212 213
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225
Keterangan Kebiasaan Makan Saya jarang makan pagi karena makan pagi tidak penting bagi kesehatan saya Setiap hari jika ada kesempatan saya akan sarapan. Makanan yang saya konsumsi pada saat makan siang sama dengan makan malam yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Sepiring nasi cukup dimakan setiap kali saya makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat Sepiring nasi cukup dimakan setiap kali saya makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat Untuk memenuhi kecukupan energi, remaja perlu makan tiga kali sehari Terlalu sulit bagi saya untuk makan buah setiap hari Makan buah setiap hari merupakan kebiasaan saya karena membuat tubuh sehat dan segar. Saya tidak suka makan sayur Setiap kali makan sebaiknya kita mengkonsumsi satu mangkuk sayuran Lima porsi sayuran dan buah-buahan harus saya makan dalam satu hari untuk mendapatkan tubuh yang sehat Saya minum air tidak pernah lebih dari 2 liter (8 gelas) dalam satu hari
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
No
Keterangan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
TS
S
TS
RR
S
STS
TS
RR
S
STS
TS
TT
S
SS
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0 0
1 1
0 0
1 1
2 2
0 0
1 1
2 2
3 3
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
0
1
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
4
Kebiasaan Makan Tidak Baik 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
Saya selalu membatasi makan untuk mendapatkan badan yang langsing Saya suka bentuk tubuh yang langsing Pada saat remaja dianjurkan untuk melakukan diet agar mendapatkan tubuh yang langsing Saya akan mengurangi frekuensi makan untuk mendapatkan tubuh yang ideal Orang yang kelebihan berat badan tidak perlu melakukan kegiatan fisik Saya selalu makan makanan ringan pada saat nonton televisi Saya suka mengkonsumsi makanan cemilan yang manis diantara waktu makan. Ketika makan diluar rumah, saya paling senang makan fastfood Masalah Makan Kalau saya sedang mangalami suatu masalah, saya selalu makan tanpa kendali Cara yang tepat untuk mendapatkan tubuh yang langsing adalah mengurangi porsi makan
KISI-KISI PRAKTEK GIZI PADA REMAJA Konsep
Indikator
Pemilihan makanan
Pemilihan makanan sehat
Kebiasaan makan
Pemilihan makanan aman Kebiasaan makan sehat
Kebiasaan makan tidak sehat dan gaya hidup
Sub Indikator Menu seimbang Karbohidrat komplek Makanan rendah lemak Makanan tinggi protein Makanan tinggi serat Makanan tinggi besi Makanan tinggi iodium Makanan tinggi kalsium Bebas bahaya fisik, kimia, biologi Baca label pada makanan dikemas Frekuensi makan : Makan pagi Makan siang Makan malam Jenis & jumlah : Makanan Pokok Lauk Pauk Sayur Buah Air Snacking Skipping meals Fast food Masalah makan Merokok Jumlah
Nomor Item 239 236 237 238 240 241 242 243 244 245 246 247 248 236 238 249,251 250 252 253,254, 255,256, 257 258 259 260 261
Jumlah
8
2 7
9
26
Kuesioner Praktek Gizi No
Item Praktek Gizi
Alternatif I Tdk Ya 0 1
Alternatif 2 Tp Kd Ya 0 1 2
Tp 0
Alternatif 3 Kd Sr Sl 1 2 3
236
Setiap hari makan makanan pokok setara dengan 3 piring nasi (1 piring = 200 gram)
237
Setiap hari mengurangi makan makanan berlemak
0
1
0
1
2
0
1
2
3
238
Setiap hari mengkonsumsi lauk pauk hewani dan atau nabati
0
1
0
1
2
0
1
2
3
239
Setiap hari mengkonsumsi buahbuahan
0
1
0
1
2
0
1
2
3
240
Setiap hari mengkosumsi sayuran
0
1
0
1
2
0
1
2
3
241
Setiap hari mengkonsumsi makanan sumber zat besi ; lauk pauk dan sayuran hijau
0
1
0
1
2
0
1
2
3
242
Setiap hari mengkonsumsi garam beriodium 1 sendok teh
0
1
0
1
2
0
1
2
3
243
Setiap hari mengkonsumsi makanan sumber kalsium; susu dan ikan laut
0
1
0
1
2
0
1
2
3
244
Setiap hari memilih makanan yang bersih, tidak rusak, tidak busuk dan tidak berubah warna dan bau
0
1
0
1
2
0
1
2
3
245
Membaca label (tanggal kadaluarsa dan komposisi) pada saat membeli makanan yang dikemas
0
1
0
1
2
0
1
2
3
246
Setiap hari makan pagi
0
1
0
1
2
0
1
2
3
No
Item Praktek Gizi
247
Setiap hari makan siang
Alternatif I Tdk Ya 0 1
Alternatif 2 Tp Kd Ya 0 1 2
Tp 0
Alternatif 3 Kd Sr Sl 1 2 3
248
Setiap hari makan malam
0
1
0
1
2
0
1
2
3
249
Setiap hari mengkonsumsi sayuran paling sedikit 3 porsi
0
1
0
1
2
0
1
2
3
250
Setiap hari mengkonsumsi buahbuahan paling sedikit 3 potong
0
1
0
1
2
0
1
2
3
251
Setiap hari mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan paling sedikit 5 porsi
0
1
0
1
2
0
1
2
3
252
Setiap hari minum air yang telah dimasak paling sedikit 8 gelas
0
1
0
1
2
0
1
2
3
253
Setiap hari jajan buah-buahan
0
1
0
1
2
0
1
2
3
254
Setiap hari jajan makanan porsi seperti bakso, mie ayam dll
0
1
0
1
2
0
1
2
3
255
Setiap hari jajan minuman
0
1
0
1
2
0
1
2
3
256
Setiap hari mengkonsumsi makanan ringan seperti kripik kentang, coklat dll
0
1
0
1
2
0
1
2
3
257
Setiap hari mengkonsumsi makanan ringan sambil santai atau menonton televisi
0
1
0
1
2
0
1
2
3
258
Setiap hari makan dua kali atau kurang
0
1
0
1
2
0
1
2
3
259
Setiap minggu mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food)
0
1
0
1
2
0
1
2
3
260
Setiap hari mengurangi porsi makan agar lebih langsing
0
1
0
1
2
0
1
2
3
261
Setiap hari saya merokok
0
1
0
1
2
0
1
2
3
Keterangan : Alternatif 1 0 = Tidak melakukan praktek gizi 1 = Melakukan praktek gizi Alternatif 2 3 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 4 = Kadang-kadng melakukan praktek gizi (dilakukan 1-6 kali dalam seminggu) 5 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu) Alternatif 3 4 = Tidak pernah melakukan praktek gizi (tidak pernah dilakukan dalam seminggu) 5 = Kadang-kadang melakukan praktek gizi (dilakukan 1-3 kali dalam seminggu) 6 = Sering melakukan praktek gizi (dilakukan 4-6 kali dalam seminggu) 7 = Selalu melakukan praktek gizi (dilakukan 7 kali dalam seminggu)
Lampiran 2 Pemilihan item-item pengetahuan, sikap dan praktek gizi setelah diskusi pakar dan sebelum uji coba Item-item Pengetahuan Gizi No item 261 1 2 3 4 5 6
Buang Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
7 8 9 10 11
Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
12
Diperbaiki
13 14
Terima Diperbaiki
15 16 17 18 19 20 21 22
Buang Buang Buang Buang Terima Terima Buang Buang
Status
Keterangan Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Yang manakah makanan sumber lemak ? a. Mentega, minyak goreng, margarine, santan b. Kentang, singkong, ubi jalar, bihun, mie, roti c. Jeruk, pisang, sirsak, alpukat, belimbing diperbaiki menjadi Makanan yang rendah lemak adalah : a. Soto babat, telur asin b. Kripik nangka, kripik singkong c. Pisang goreng, tempe goreng Pertanyaan sangat akademis Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 11 dan 60 Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah a. Gulai hati dan tumis kangkung b. Mujair goreng dan tumis toge c. Sop sayuran dan lalap timun diperbaiki menjadi Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah a. Hati dan kangkung b. Pepaya dan semangka c. Roti dan singkong Makanan yang mengandung paling banyak iodium adalah: a. Ayam, daging kambing b. Ikan teri, ikan kembung c. Telur, daging sapi diperbaiki menjadi Makanan yang merupakan sumber iodium adalah : a. Ayam, daging kambing b. Telur, daging sapi c. Ikan teri, ikan kembung Manakah makanan yang paling sedikit mengandung kalsium? a. Susu dan yoghurt b. Ikan teri dan ikan sardin c. Ayam dan kambing diperbaiki menjadi Makanan yang paling sedikit mengandung kalsium adalah a. Susu dan yoghurt b. Ikan teri dan ikan sardin c. Ayam dan kambing Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 61,62 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 53 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
No Item 123
16
25
21
22 94
11 6 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
23
Terima
41 Item-item Pengetahuan Gizi
No item 261 24 25 26 27 28 29
Buang Buang Buang Terima Terima Diperbaiki
30
Diperbaiki
31
Diperbaiki
32 33
Buang Diperbaiki
34 35 36 37 38
Buang Buang Buang Buang Buang
Status
Keterangan
No Item 123
Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 31 83 93 Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi lauk pauk dan sayuran hijau yang merupakan sumber zat besi? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya …………….... b. Tidak diperbaiki menjadi Kekurangan zat besi dapat menyebabkan penyakit : a. Gondok b. Diare c. Anemia Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi makanan sumber kalsium? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ………………. b. Tidak diperbaiki menjadi Rendahnya konsumsi makanan sumber kalsium dapat menyebabkan penyakit a. Sembelit b. Osteoporosis c. Anemia Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi makanan sumber iodium? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya ……………….. b. Tidak diperbaiki menjadi Kekurangan iodium dapat menyebabkan : a. Gangguan pencernaan b. Menurunkan daya tahan tubuh c. Menurunkan kecerdasan Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Apakah kamu yakin bahwa masalah kesehatan dan penyakit disebabkan rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya………………... b. Tidak diperbaiki menjadi Rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan dapat menyebabkan : a. Osteoporosis b. Anemia c. Sembelit Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
27
95
23
87
Item-item Pengetahuan Gizi No item 261 39 40 41 42 43
Status
Keterangan
Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
44 45 46
Buang Buang Diperbaiki
47 48 49
Buang Buang Diperbaiki
50 51 52 53 54 55 56 57
Buang Buang Buang Terima Buang Buang Buang Buang
Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Makanan yang sehat adalah : a. Makan beranekaragam makanan dalam jumlah seimbang b. Makan beberapa jenis makanan, lebih dari makanan yang lain c. Makan beberapa jenis makanan, lebih sedikit dari makanan yang lain diperbaiki menjadi Makanan yang beranekaragam sebaiknya dikonsumsi : a. Beberapa jenis makanan, lebih banyak dari makanan yang lain b. Beberapa jenis makanan, lebih sedikit dari makanan yang lain c. Dalam jumlah seimbang Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 264 Manakah makanan sumber karbohidrat yang baik untuk kesehatan, nasi atau gula? a. Nasi b. Gula c. Keduanya diperbaiki menjadi Makanan sumber karbohidrat yang berperan membantu proses pencernaan adalah: a. Nasi b. Gula c. Nasi dan gula Pertanyaan sangat akademis Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Suatu restoran fast food menawarkan paket makan siang yang murah. Manakah menurut kamu yang lebih sehat (rendah lemak, garam, gula dan tinggi serat )? a. Kentang goreng, ayam goreng, dan soft drink b. Nasi goreng, ayam goreng, sop krim dan teh botol c. Nasi putih, ayam goreng, sop sayuran dan air mineral diperbaiki menjadi Suatu restoran fast food menawarkan paket makan siang yang murah. Jenis makanan yang lebih sehat adalah : a. Kentang goreng, ayam goreng, dan soft drink b. Nasi goreng, ayam goreng, perkedel dan teh botol c. Nasi putih, ayam goreng, sop sayuran, air mineral Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 6 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 53
No Item 123
3
12
81
84 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 53 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
58
Buang
Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 53
Item-item Pengetahuan Gizi No item 261 59
Diperbaiki
60 61 62 63 64 65 66 67
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
68 69 70
Buang Buang Diperbaiki
71
Diperbaiki
72
Buang
Status
Keterangan Ketika membeli minuman, yang manakah menurut kamu yang sehat ? a. Minuman ringan (soft drink) b. Minuman berenergi (energy drinks) c. Air putih saja diperbaiki menjadi Ketika membeli minuman, manakah yang lebih sehat : a. Minuman berenergi (energy drinks) b. Minuman ringan (soft drink) c. Air putih Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 10 dan 11 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 62 dan 15 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 61 dan 15 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 277 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 276 Makanan yang sering mengandung zat pewarna yang dilarang adalah : a. Sirop, kerupuk b. Pisang goreng, teh manis c. Dadar gulung, es krim diperbaiki menjadi Makanan yang sering mengandung zat pewarna yang dilarang (bukan pewarna makanan) adalah : a. Sirop dan kerupuk b. Pisang goreng, teh manis c. Dadar gulung dan es krim Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 276 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Makanan dan minuman yang tidak bersih dapat mengakibatkan : a. Malaria b. Diare c. Cacar diperbaiki menjadi Akibat mengkonsumsi makanan yang tidak aman : a. Anemia dan sembelit b . Keracunan dan diare c. Diare dan sariawan Label pada makanan yang dikemas berisi keterangan tentang : a. Komposisi zat gizi dan isi kemasan b. Jenis makanan dan tanggal kadaluarsa c. a dan b benar diperbaiki menjadi Label pada makanan yang dikemas berisi keterangan tentang : a. Informasi yang menyesatkan konsumen b. Berat kotor dan jenis makanan c. Jenis makanan dan tanggal kadaluarsa Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
No Item 123
43
59
58
61
Item-item Pengetahuan Gizi No item 261 73
Diperbaiki
74 75 76 77 78 79 80
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
81
Diperbaiki
82 83 84 85 86 87 88 89 90
Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Buang Diperbaiki
Status
Keterangan
No Item 123
Sebelum membeli makanan yang dikemas sebaiknya, 62 kecuali: a. Langsung beli b. Memeriksa kemasan c. Membaca informasi gizi diperbaiki menjadi Sebelum membeli makanan yang dikemas sebaiknya : a. Membaca hadiah atau undian pada kemasan b. Membaca informasi gizi c. Langsung membeli Pertanyaan sangat akademis Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan sangat akademis Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan sangat akademis Pertanyaan sangat akademis Mengapa remaja putri lebih mudah mengalami kurang 26 darah (anemia) dibanding remaja putra? a. Remaja putri malas makan b. Remaja putri lebih cepat mengalami growth spurt c. Remaja putri mengalami haid setiap bulan diperbaiki menjadi Remaja putri lebih mudah mengalami kurang darah (anemia) dibanding remaja putra, karena : a. Remaja putri malas makan b. Remaja putri lebih cepat mengalami pertumbuhan cepat c. Remaja putri mengalami haid setiap bulan Porsi makan ibu hamil adalah : 32 a. Sama banyaknya seperti sebelum hamil b. Lebih banyak dari kondisi sebelum hamil c. Dikurangi karena takut bayi besar diperbaiki menjadi Porsi makan untuk ibu hamil dan menyusui adalah : a. Sama banyaknya seperti sebelum hamil dan menyusui b. Lebih banyak dari kondisi sebelum hamil dan menyusui c. Lebih sedikit dari kondisi sebelum hamil & menyusui Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep 30 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep 98 Remaja putri yang terlalu kurus akan berakibat : a. Haid tidak teratur b. Haid teratur c. Tidak pernah mendapatkan haid diperbaiki menjadi Remaja putri yang terlalu kurus akan berakibat : a. Haid tidak teratur b. Tidak bisa hamil c. Tidak pernah mendapatkan haid
Item-item Pengetahuan Gizi No Item 261 91 92 93 94
95
Status Terima Terima Buang Diperbaiki
Diperbaiki
96 97 98 99
Buang Buang Terima Diperbaiki
100 101
Buang Diperbaiki
102
Buang
Keterangan
No Item 123
99 97 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Untuk menjaga kondisi tubuh agar dapat melaksanakan kegiatan seharian dan meningkatkan konsentrasi belajar di sekolah dianjurkan : a. Makan siang b. Makan malam c. Makan pagi diperbaiki menjadi Remaja harus membiasakan sarapan karena : a. Dapat meningkatkan nafsu makan b. Dapat menurunkan daya tahan tubuh c. Selama 12 jam (satu malam) perut kosong Menu sarapan yang lebih lengkap zat gizinya adalah : a. Nasi uduk, bakwan goreng dan air putih b. Nasi goreng, telur mata sapi, timun c. Roti tawar, selai nenas, teh manis diperbaiki menjadi Yang manakah menu sarapan yang kamu pikir lebih sehat? a. Nasi goreng, telur mata sapi, lalapan b. Nasi uduk dan bakwan goreng c. Goreng pisang dan teh manis Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Berapa piring sebaiknya nasi dimakan, setiap kali kamu makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat? a. 1 piring b. 1,5 piring c. 2 piring diperbaiki menjadi Kebutuhan energi pada remaja putri dan remaja putra akan terpenuhi apabila setiap hari mengkonsumsi makanan pokok (nasi, singkong, roti dll) sebanyak (1 piring nasi = 200 gram) a. 3 piring b. 4 piring atau lebih c. 3 piring (putri) dan 4 piring (putra) Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Berapa porsikah sayuran yang harus dikonsumsi remaja sehari? (1 porsi sayuran = segenggam wortel yang dicincang atau 1 buah jeruk sedang) a. 3 porsi b. 2 porsi c. 1 porsi diperbaiki menjadi Banyaknya sayuran yang dikonsumsi remaja setiap hari adalah (bayam, kangkung 1 gelas tanpa air = 100 gram): a. 3 porsi /lebih b. 2 porsi c. 1 porsi Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 101, 103
38
37
74 13
85
Item-item Pengetahuan Gizi No Item 261 103
Diperbaiki
104 105
Terima Diperbaiki
106
107 108 109
110
Status
Keterangan Pada saat makan siang atau makan malam, saya makan buah paling sedikit : a. 1 potong / 1 buah b. ½ potong / ½ buah c. Tidak makan buah diperbaiki menjadi Banyaknya buah-buahan yang dikonsumsi remaja setiap hari adalah (pepaya 5x15cm, jambu biji besar, pisang ambon besar =100gram) a. 1 potong / 1 buah b. 2 potong / 2 buah c. 3 potong/3buah atau lebih
Kesukaan makan makanan ringan atau makanan cemilan secara berlebihan dapat merusak kesehatan karena makanan cemilan pada umumnya : a. Tinggi lemak, gula, garam dan rendah serat b. Tinggi karbohidrat, protein, garam dan gula c. Rendah serat, gula dan garam diperbaiki menjadi Makan makanan ringan atau cemilan secara berlebihan dapat merusak kesehatan karena umumnya mengandung: a. Tinggi lemak, gula dan garam serta rendah serat b. Rendah serat, gula dan garam c. Tinggi karbohidrat, protein dan garam serta gula Diperbaiki Manakah makanan cemilan yang kurang baik untuk kesehatan apabila dimakan berlebihan? a. Rujak, pecal dan gado-gado b. Roti pisang, roti coklat, roti keju c. Kripik kentang, donat, coklat diperbaiki menjadi Makanan ringan yang kurang baik untuk kesehatan jika dimakan berlebihan adalah : a. Rujak, pecal, gado-gado b. Kripik kentang, donat, coklat c. Roti pisang, roti coklat, roti keju Buang Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 105 Buang Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Diperbaiki Mengurangi frekuensi makan seperti tidak sarapan atau makan malam sangat merugikan remaja karena d. Remaja bisa memiliki tubuh yang sehat dan langsing e. Remaja harus menahan selera makan atau keinginan untuk makan f. Kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan cepat tidak terpenuhi diperbaiki menjadi Mengurangi frekuensi makan (tidak sarapan atau tidak makan malam) dapat menyebabkan : a. Remaja tidak bisa memiliki tubuh yang langsing b. Remaja harus menahan selera makan atau keinginan untuk makan c. Kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan cepat tidak terpenuhi Terima
No Item 123
86
42 72
71
76
79
Item-item Pengetahuan Gizi No Item 261 111
Diperbaiki
112
Diperbaiki
113
Diperbaiki
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
Buang Buang Terima Terima Buang Terima Terima Terima Terima Terima Terima
Status
Keterangan
No Item 123
Akibat mengkonsumsi makanan siap santap (fastfood) 80 setiap hari adalah : a. Timbulnya penyakit degeneratif b. Badan tambah sehat dan gemuk c. Gengsi lebih meningkat diperbaiki menjadi Akibat mengkonsumsi makanan siap santap (fastfood) setiap hari adalah : a. Timbulnya penyakit jantung dan diabetes b. Badan tambah gemuk dan sehat c. Gengsi lebih meningkat Usaha yang dilakukan untuk mempertahankan berat badan 66 ideal adalah : a. Konsumsi gizi seimbang b. Membatasi makan dan olahraga berlebihan c. Minum obat pelangsing atau pencahar diperbaiki menjadi Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan berat badan ideal adalah : a. Minum obat pelangsing atau pencahar b. Membatasi makan dan olahraga berlebihan c. Konsumsi gizi seimbang dan aktifitas fisik Memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan disebut : a. Anoreksia Nervosa b. Baryophobia c. Bulimia Nervosa diperbaiki menjadi Salah satu gangguan makan yang terjadi pada remaja adalah : a. Ostheoporosis b. Bronchitis c. Bulimia nervosa Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 113 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 114
114
90 91 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep 52 53 54 47 48 49
Item-item Sikap Gizi No Item 261 125 126 127 128 129 130 131 132
Status
Keterangan
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 132,177 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Lemak merupakan zat gizi yang paling banyak menghasilkan energi, sehingga saya harus makan lebih banyak lemak untuk memenuhi kebutuhan energi setiap hari diperbaiki menjadi Saya yakin makanan yang paling banyak menghasilkan energi adalah lemak
133 134 135 136 137 138
Terima Buang Buang Terima Buang Diperbaiki
139 140 141
Buang Terima Diperbaiki
142 143 144
Buang Buang Diperbaiki
145 146
Buang Diperbaiki
147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162
Buang Buang Buang Terima Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang
No Item 123
20
19 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 136 89 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 141 Saya berusaha untuk makan buah setiap hari agar tubuh menjadi sehat diperbaiki menjadi Saya berusaha untuk makan buah setiap hari Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 138
88
45 Saya yakin makanan sumber zat besi dibutuhkan remaja diperbaiki menjadi Saya yakin makanan sumber zat besi sangat dibutuhkan remaja Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Saya menggunakan garam yodium ketika memasak dirumah diperbaiki menjadi Saya suka menggunakan garam beriodium Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 144 Saya harus minum susu agar kebutuhan kalsium pada tubuh saya terpenuhi diperbaiki menjadi Saya berusaha minum susu setiap hari Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 139 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep
28
24
96
14
Item-item Sikap Gizi No item 261 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Buang Buang Buang Terima Buang Diperbaiki
197 198 199 200 201
Buang Buang Buang Buang Diperbaiki
Status
Keterangan
No Item 123
Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 173 5 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 173 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 129,132 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 177 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 177 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 181 Setiap kali jajan, saya selalu memilih makanan yang mengandung lemak diperbaiki menjadi Saya suka makanan berlemak Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 184 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 182 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 182 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 189 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 189
19
60 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 189 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 189 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 189 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep 46 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Label pada makanan yang dikemas tidak penting bagi saya karena makanan dari pabrik sudah terjamin keamanannya diperbaiki menjadi Kita tidak perlu membaca label pada makanan yang dikemas Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 196 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat sehingga saya harus makan makanan yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal diperbaiki menjadi Remaja membutuhkan makanan yang cukup untuk pertumbuhan cepat (growth spurt) dan aktivitas fisik
63
10
Item-item Sikap Gizi No Item 261 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214
Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Buang Terima Diperbaiki
215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233
Terima Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Terima Terima Buang Terima Diperbaiki
234 235
Buang Buang
Status
Keterangan
No Item 123
Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 210 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 210 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 90 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 185 35 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 33 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 213 Saya jarang makan pagi karena makan pagi tidak penting bagi kesehatan saya diperbaiki menjadi Saya tidak suka sarapan
34 40
39 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 173 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 229 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 229 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 229 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 138 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 138 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 136 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 136 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 136,138 Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 90 70 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 90 77 50 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 90 73 Ketika makan diluar rumah, saya paling senang makan fastfood diperbaiki menjadi Saya akan memilih makanan fast food ketika makan diluar rumah Pertanyaan tidak sesuai dengan konsep Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 226,229
82
Item-item Praktek Gizi No Item 261 236 237
Terima Diperbaiki
238
Diperbaiki
239 240 241 242 243
Buang Terima Terima Terima Diperbaiki
244
Diperbaiki
Status
Keterangan Setiap hari mengurangi makan makanan berlemak a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah diperbaiki menjadi Setiap hari saya mengkonsumsi protein hewani (1 potong ukuran sedang daging, ikan, ayam = 50 gram) : a. 1 potong b. 2 potong c. 3 potong/lebih d. Tidak ada Setiap hari mengkonsumsi lauk pauk hewani dan atau nabati a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah diperbaiki menjadi Setiap hari saya mengkonsumsi protein nabati (1 potong tahu 6x6x2½cm, tempe 4x6x1cm = 25 gram) : a. 1-2 potong b. 4-5 potong c. 6-8 potong d. Tidak ada Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 236,238
Setiap hari mengkonsumsi makanan sumber kalsium; susu dan ikan laut a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah diperbaiki menjadi Setiap hari saya minum susu (1 gelas susu = 200 ml) : a. 1 gelas b. 2 gelas c. 3 gelas/lebih d. Tidak minum susu Setiap hari memilih makanan yang bersih, tidak rusak, tidak busuk dan tidak berubah warna dan bau a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah diperbaiki menjadi Setiap memilih makanan yang aman saya memperhatikan : Ya Tidak Rasa Aroma Kebersihan makanan Warna Kebersihan tempat berjualan Kebersihan penjual Tidak pernah memperhatikan
No Item 123
100 101
102
104 103 107 105
114
Item-item Praktek Gizi No Item 261 245
Status
Keterangan
No Item 123
Diperbaiki
115
246
Diperbaiki
247 248 249 250 251 252 253 254
Buang Buang Buang Buang Buang Terima Buang Diperbaiki
Membaca label (tanggal kadaluarsa dan komposisi) pada saat membeli makanan yang dikemas diperbaiki menjadi Setiap membeli makanan yang dikemas saya memperhatikan Ya Tidak Tanggal kadaluarsa Komposisi zat gizi Informasi produk Cara penyajian Memeriksa keadaan kemasan Tidak pernah membaca label Setiap hari makan pagi diperbaiki menjadi Saya sarapan : a. Setiap hari c. 1-3 kali seminggu b. 4-6 kali seminggu d. Tidak pernah Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 258 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 258 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 240 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 240 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 240
255 256
Buang Diperbaiki
257 258
Buang Diperbaiki
259
Diperbaiki
260 261
Buang Terima
108
110 Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 240 Setiap hari jajan makanan porsi seperti bakso, mie ayam dll diperbaiki menjadi Saya membeli makanan jajanan : a. Setiap hari b. 4-6 kali seminggu c. 1-3 kali seminggu d. Tidak pernah Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 256 Setiap hari mengkonsumsi makanan ringan seperti kripik kentang, coklat dll diperbaiki menjadi Saya makan selingan : a. Tiga kali atau lebih sehari b. Dua kali sehari c. Satu kali sehari d. Tidak pernah makan selingan Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 256 Setiap hari makan dua kali atau kurang diperbaiki menjadi Saya makan : a. 2 X sehari c. ≥ 4 X sehari b. 3 X sehari d. Tidak menentu Setiap minggu mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) diperbaiki menjadi Saya membeli makanan fast food : a. Setiap hari b. Satu kali seminggu c. Satu kali sebulan d. Tidak pernah Pertanyaan bermakna ganda dengan nomor 258
122
20
119
121
123
Item-item Pengetahuan Gizi Tambahan No Item 261 262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
Keterangan Makanan yang beranekaragam adalah : a. Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk dan sayur b. Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah c. Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau sayur Manfaat mengkonsumsi makanan yang beranekaragam adalah : a. Saling melengkapi zat gizi b. Meningkatkan nafsu makan berlebihan c. Memberikan tambahan gizi yang tidak seimbang Contoh makanan yang beranekaragam adalah : a. Nasi, rendang, tempe bacem dan tumis kangkung b. Nasi, ikan bakar, tempe goreng, sayur asem, rujak c. Nasi, ayam bakar, tahu, oseng-oseng kacang panjang Terpenuhinya kecukupan energi seseorang ditandai oleh: a. Badan Gemuk b. Berat badan normal c. Badan Kurus Kebutuhan energi remaja putri dan remaja putra adalah : a. 2200 kkal dan 2600 kkal b. 2000 kkal dan 2500 kkal c. 1500 kkal dan 2000 kkal Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit : a. Tekanan darah tinggi, sariawan b. Diabetes, jantung c. Anemia, Diare Manakah yang bukan ciri-ciri makanan sumber lemak : a. Mudah merasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan lain b. Bila dikonsumsi berlebihan akan disimpan dalam bentuk timbunan lemak c. Menyediakan bahan-bahan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan Konsumsi lemak dan minyak untuk remaja tidak boleh lebih dari : a. 5% dari kecukupan energi b. 50% dari kecukupan energi c. 25% dari kecukupan energi Mengkonsumsi makanan sumber lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit a. Jantung koroner b. Batu ginjal c. Anemia Air Susu Ibu (ASI) bermanfaat untuk : a. Menambah kesuburan ibu b. Meningkatkan kesehatan bayi saja c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi Akibat tidak memberikan ASI ekslusif pada bayi : a. Bayi tidak mau makan b. Bayi lebih mudah sakit c. Berat badan bertambah Makanan ibu selama hamil berguna untuk a. Ibu
No Item 123 1
2
4
7
8
9
15
17
18
29
31
33
b. c.
Janin Ibu dan janin
Item-item Pengetahuan Gizi Tambahan No Item 261 274
275
276
277
278
279
280
281
Keterangan Remaja harus membiasakan sarapan karena : a. Dapat meningkatkan nafsu makan b. Dapat menurunkan daya tahan tubuh c. Selama 12 jam (satu malam) perut kosong Akibat kurang minum dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit : a. Batu ginjal b. Jantung c. Tekanan darah tinggi Makanan aman dikonsumsi apabila: a. Makanan menggunakan pengawet seperti formalin b. Makanan menggunakan pemanis buatan berlebihan c. Makanan tidak berubah warna, rasa dan aroma Untuk mengurangi tercemarnya makanan jajanan, maka : a. Makanan dijual ditempat terbuka b. Makanan disimpan dalam wadah tertutup c. Penjual menggunakan perhiasan tangan Bentuk badan yang sehat adalah : a. Kurus langsing b. Normal c. Gemuk Persepsi tubuh yang salah pada remaja menyebabkan : a. Gangguan konsentrasi belajar b. Gangguan makan c. Menurunkan produktifitas kerja Remaja yang mengalami gangguan makan dapat menyebabkan : a. Kurang gizi b. Kelebihan gizi c. Kurang gizi dan kelebihan gizi Melakukan diet pada remaja harus : a. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter b. Tidak perlu pengetahuan yang cukup tentang diet c. Sesuka hati
No Item 123
36
44
56
57
64
65
68
75
Item-item Sikap Gizi Tambahan No Item 261 282
Keterangan
No Item 123
Saya suka berolahraga
51
283
Saya tidak suka minum minuman beralkohol
55
284
Saya akan minum obat pelangsing untuk menurunkan berat badan
69
285
Pola makan yang tidak menentu baik untuk kesehatan
78
286
Saya tidak suka merokok
92
Item-item Praktek Gizi Tambahan No Item 261 287
288
289
290
291
292
No Item 123 106
Keterangan Saya menimbang berat badan : a. Sekali seminggu b. Sekali sebulan c. Sekali setahun d. Tidak pernah Biasanya menu sarapan saya : a. Nasi dan lauk b. Gorengan dan teh manis c. Roti dan selai d. Mie instant Saya melakukan kegiatan fisik atau olahraga a. Empat kali seminggu selama 45 menit b. Dua kali seminggu selama 30 menit c. Satu kali seminggu selama 60 menit d. Tidak pernah berolahraga Saya minum minuman beralkohol a. Setiap hari b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Bentuk tubuh saya adalah : a. Kurus b. Normal c. Gemuk d. Tidak tahu Masalah makan yang sedang/pernah saya alami
109
111
112
113
116 Ya
1 2 3 4 5
Tidak
Memuntahkan kembali makanan Mengurangi jumlah makan Mengurangi frekuensi makan Tidak mempunyai nafsu makan Tidak pernah
293
Saya pernah atau sedang melakukan diet : a. Ya b. Tidak
294
Cara yang dilakukan untuk diet :
117
118 Ya
1 2 3 4 5 6
Mengurangi jumlah makanan Olahraga berlebihan Mengurangi frekuensi Puasa Menggunakan obat pelangsing/jamu Lainnya sebutkan .............................
Tidak