PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN Eis Sumiati* Mahnum Lailan Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone: 085270846094 E-mail:
[email protected] Abstrak Pengetahuan remaja tentang identitas diri meliputi informasi remaja tentang identitas dirinya. Sikap remaja terhadap identitas tercermin dalam fungsi identitas yang terbagi menjadi 5 fungsi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja tentang identitas diri remaja dengan menggunakan desain deskriptif dengan sampel 72 orang dengan teknik Quota Sample pada siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA) Kartika I-2 Medan. Instrumen menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan remaja berada pada kategori pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 38 orang dan sikap remaja berada pada kategori yang cenderung negatif yaitu sebanyak 38 orang sehingga menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tinggi tetapi memiliki sikap yang cenderung negatif disebabkan oleh faktor lingkungan, kebudayaan, adat istiadat, pengalaman, pola asuh dan kesalahan persepsi pada remaja. Informasi bagi remaja untuk memperluas pengetahuan dan memperbaiki sikapnya tentang Identitas Diri dapat merubah remaja menjadi lebih baik dan tidak mudah dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan buruk sehingga dapat menyebabkan para siswa mendapatkan identitas diri yang negatif.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Identitas diri, Remaja PENDAHULUAN Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang mengalami berbagai perubahan, diantaranya perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif, berubah secara kognitf dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa serta mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Fitriani, 2008) dan untuk berperilaku yang sesuai dengan tumbuh kembang usia remaja diperlukan konsep diri yang merupakan aspek penting dalam diri seseorang terutama remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Agustiani, 2009). Konsep diri yang sangat berperan saat remaja adalah identitas diri, seperti mengakui jenis
kelamin diri sendiri, memiliki tujuan, menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat, identitas religius, identitas pendidikan, dan kepribadian (Santrock, 2007). Identitas diri ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri yang berbeda dengan orang lain, memiliki percaya diri, dapat mengontrol diri, memiliki persepsi tentang peran serta citra diri (Dalami, 2009). Menurut Wong (2008), pencarian identitas diri terjadi pada tahap perkembangan remaja usia 15-18 tahun, yaitu identity vs identity convusion dan identitas muncul sebagai kekhawatiran yang umum saat remaja. Oleh karena itu, remaja harus berusaha untuk menemukan jawabannya baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya. Untuk memperoleh jawaban tentang dirinya tersebut, maka remaja harus menemukan identitas dirinya. Keadaan tersebut
30
cukup kompleks karena melibatkan perkembangan beberapa aspek baik mental, emosional dan sosialnya. Untuk mencapai identitas diri, remaja dihadapkan pada tugas yang cukup sulit karena mereka harus mampu mengkoordinasikan berbagai hal untuk menyelesaikan krisis identitasnya (Sunaryo, 2005). Pengetahuan yang dimiliki remaja akan menghasilkan suatu sikap dalam kehidupan dirinya. Dalam proses pencarian identitas, remaja akan mencari tahu tentang siapa dirinya dalam lingkungan sosialnya terutama pada kelompok-kelompok sosial, seperti kelompok teman sebaya, kelompok agama dan sebagainya. Hal ini dapat membantu remaja untuk mengetahui dirinya dalam perbandingannya dengan orang lain yang selanjutnya akan berpengaruh pada sikap yang akan mereka tunjukkan (Soetjiningsih, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (2010) menyatakan bahwa sebagian dari 63 juta jiwa remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia rentan berperilaku maladaptif. Menurut Federasi Kesehatan Mental Indonesia (Fekmi) pada tahun 2007 bahwa di kota Medan sebanyak 54 % remaja mengaku pernah berkelahi, 87 % berbohong, 8,9 % pernah mencoba narkoba, 28 % merasa kekerasan sebagai hal yang biasa, dan 24 % pernah membaca buku porno. Berdasarkan data-data di atas, menunjukkan bahwa para remaja memiliki berbagai sikap yang berbeda dalam upaya pencarian identitas diri mereka. Para remaja selalu mencari pengetahuan berupa informasi dari mana saja yang menurut mereka sesuai. Identitas diri yang kacau cenderung menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada remaja seperti, kerancuan identitas, harga diri rendah, depresi, bunuh diri dan lain-lain (Ermawati, 2009). Faktor-faktor ini menjadi landasan bagi peneliti dalam mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang identitas diri remaja. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan peneliti, SMA
Kartika adalah sekolah menengah atas yang terdiri dari remaja usia 15-18 tahun yang terdiri dari anak dari Purnawirawan ABRI atau TNI sebesar 70% dan sebagian kecil yaitu sebanyak 30% terdiri dari masyarakat umum dimana terdapat latar belakang keluarga yang berbeda dan pola asuh yang berbeda pula. Karena alasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi gambaran sikap dan pengetahuan siswa SMA Kartika I-2 Medan tentang identitas diri remaja. METODE Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi sikap dan pengetahuan remaja tentang identitas diri remaja pada siswa kelas X, XI dan XII SMA Kartika I-2 Medan Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan siswa SMA Kartika I-2 Medan Sumatera Utara dengan jumlah populasi sebanyak 720 orang. Penentuan besar sampel ditentukan dengan Quota Sample dengan menggunakan kuota yang ditetapkan peneliti sebesar 10% dari jumlah populasi sehingga didapatkan sampel sebanyak 72 orang siswa. Adapun kriteria inklusi yang ditentukan untuk subjek penelitian adalah remaja yang bersekolah di SMA Kartika I-2 Medan, berusia 15-18 tahun, berada di kelas X sampai XII. Peneliti menggunakan prinsip anonimity untuk menjaga kerahasian dan responden tersebut, peneliti tidak mencantum namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut. Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan analisa data dengan metode statistik univarat untuk menganalisa data demografi, variabel sikap dan pengetahuan remaja tentang identitas diri yang akan dianalisis dengan
31
menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terdiri dari deskripsi karakteristik responden, pengetahuan remaja tentang identitas diri, dan sikap remaja tentang identitas diri. Deskripsi Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n =72) KarakteristiK usia Remaja awal Remaja madya Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Suku Jawa Batak Lain-lain Karo Melayu Total Agama Islam Katolik Total Sumber informasi Penyuluhan Koran Buku pelajaran Internet TV Guru Total
F
P (%)
24
33,3
48
66,7
72
100
39 33 72
53,4 45,2 100
30 18 15 6 3 72
41,1 20,5 25 8,1 4,2 100
62 10 72
84,9 13,7 100
55 1 2
75,3 1,4 2,7
2 1 11 72
2,7 1,4 15,1 100
Berdasarkan hasil yang didapat, menunjukkan bahwa remaja paling banyak adalah remaja madya dengan remaja laki-laki yang mayoritas. Suku
terbanyak adalah suku Jawa sedangkan agama yang paling banyak dianut adalah Islam dan remaja paling sering mendapatkan informasi dari penyuluhan Pengetahuan Remaja tentang Identitas Diri Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan remaja tentang identitas diri remaja (n=72) Karakteristik
F
Tinggi Rendah
38
Total
34 72
P (%) 52,8 47,2 100
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 38 orang responden (52,8%) memiliki pengetahuan yang tinggi tentang identitas diri remaja, sedangkan 33 orang responden (47,2%) memiliki pengetahuan yang rendah. Sikap Remaja tentang Identitas Diri Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat sikap remaja tentang identitas diri remaja (n=72) Karakteristik
F
Positif Negatif Total
34 38 72
P (%) 47,2 52,8 100
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 38 orang responden (52,8%) memiliki sikap yang negatif tentang identitas diri remaja, sedangkan 34 orang responden (47,2%) memiliki sikap yang positif tentang identitas diri remaja. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan remaja SMA Kartika I-2 Medan berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 52,8% yaitu sebanyak 38 orang. Hal ini dapat dilihat dari data pengetahuan responden tentang tahu arti identitas diri, memahami bagian-bagian dari identitas,
32
aplikasi dalam pencapaian identitas, analisis terhadap identitas diri dimana hampir seluruh responden dapat menjawab benar semua pernyataan. Remaja aktif mencari informasi dari penyuluhan sebanyak 75,3% yang menunjukkan bahwa dalam proses pencarian identitas, remaja akan mencari informasi tentang siapa dirinya dalam lingkungan sosialnya terutama pada kelompok-kelompok sosial, seperti kelompok teman sebaya dan kelompok agama (Soetjiningsih, 2006). Selanjutnya, faktor informasi yang diberikan berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan seseorang, sehingga remaja memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi karena aktif memperoleh informasi dari penyuluhan yang pernah didapat tentang identitas diri remaja (Notoadmodjo, 2010). Pada remaja yang memiliki pengetahuan rendah, perlu juga diperhatikan karena hampir separuh dari remaja memiliki pengetahuan yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan remaja mengalami resiko identitas diri yang kacau atau buruk karena separuh remaja tidak mengetahui tentang identitas diri. Hal ini disebabkan karena remaja pada umumnya memiliki sikap yang tidak perduli tentang dirinya sehingga mereka tidak mau tahu tentang identitas dirinya (Nasution, 2008). Menurut Erikson (2006), remaja yang pencarian identitas dirinya kacau memiliki pengetahuan yang sedikit tentang identitas diri. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan remaja akan sesuatu (Fitriani, 2008). Lingkungan ini menimbulkan komunikasi yang dapat membantu remaja dalam memperoleh informasi. Hasil penelitian (tabel 3) bahwa tingkat sikap remaja tentang Identitas Diri Remaja berada dalam kategori sikap yang negatif yaitu sebanyak 34 orang (52,8%). Dari hasil di atas menunjukkan bahwa sikap remaja cenderung negatif namun jika dibandingkan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori positif (47,2%) dan negatif (52,8%). Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan
persepsi terhadap informasi-informasi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan kesalahan persepsi tersebut dapat menumbuhkan sikap yang terkadang tidak tepat (Sujanto, 2005). Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2010). Bila dilihat dari pengetahuan remaja yang tinggi, maka hal ini bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik juga. Hal yang sebaliknya tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden sehingga memiliki sikap yang cenderung negatif negatif walaupun dengan pengetahuan yang tinggi. Sikap responden yang negatif bukan dalam pengertian bahwa sikap responden benarbenar atau maladaptif karena hasil antara nilai negatif dan positif tidak berbeda jauh. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat, ataupun pengalaman. Sehingga walaupun dengan pengetahuan yang tinggi tetapi responden dapat memiliki sikap yang negatif. Pola asuh dalam keluarga juga menjadi faktor yang penting dalam pembentukan sikap remaja. Remaja pada penelitian ini sebesar 70% terdiri dari anak dari Purnawirawan ABRI dan sebagian kecil yaitu sebanyak 30% terdiri dari masyarakat umum dimana terdapat latar belakang keluarga yang berbeda dan pola asuh yang berbeda pula. Pada umumnya, anak yang memiliki latar belakang orang tua yang militer akan menganut sistem pola asuh authoritarian (otoriter) yang menerapkan pola asuh dengan prinsip ketaatan dan kepatuhan terhadap semua peraturan yang ditetapkan oleh orang tua (Manalu, 2011). Menurut 33
Julianti (2011) sifat pola asuh ini menerapkan disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturanaturannya, sehingga membuat remaja menjadi frustasi dan akibatnya remaja menjadi pemberontak dan melakukan sikap yang buruk. Hal ini dapat mempengaruhi sikap responden yang memiliki sikap yang cenderung negatif. Pola asuh keluarga merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan kepribadian dan identitas diri remaja. SIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan remaja SMA Kartika I-2 Medan tinggi disebabkan karena banyaknya sumber informasi yang remaja dapat yaitu dari media elektronik, guru dan penyuluhan. Sikap remaja berada pada kategori sikap negatif namun selisih persentasenya tidak terlalu jauh dengan sikap positif. Hal ini terjadi karena kesalahan persepsi terhadap informasi-informasi yang remaja dapatkan dari berbagai sumber sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan interpretasi tersebut dapat menumbuhkan sikap yang terkadang negatif. Informasi untuk memperluas pengetahuan dan sikapnya tentang Identitas Diri Remaja diperlukan sehingga dapat merubah pemikiran dan sikapnya menjadi lebih baik dan tidak mudah dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan buruk sehingga dapat menyebabkan para siswa mendapatkan identitas diri yang negatif. DAFTAR PUSTAKA Agus,
S. (2007). Psikologi Perkembangan. Surabaya: Bumi Aksara Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi dan Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada remaja. Bandung: PT Refika Aditama Azwar, S. (2007), Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. (2003). Maret 12, 2011. http://www.litbang.bps.go.id Dalami, E. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info Media Fitriani, W. (2008). Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seksual di SMA Mayjend Sutoyo Siswomihardjo Medan Tahun 2008. Diambil pada 23 Juni 2012 dari http://www.repository.usu.ac.id Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2009). Oktober 21, 2011 http://www.idai.or.id Julianti, C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Putri tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 18 Medan Tahun 2011. Diambil pada 23 Juni 2012 dari http://www.repository.usu.ac.id Nasution, H. (2008). Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Merokok di SMA Negeri 1 Medan 2008. Diambil pada 23 Juni 2012 dari http://www.repository.usu.ac.id Notoatmodjo, S, . (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga Serafini, A. (2010). Self Identity Function.Diambil pada 09 Novenber 2011 dari http://www.journal.university of utrecht.ac.id Soetjaningsih, K. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahnnya. Jakarta: Sagung Seto Sujanto, B. (2005). Psikologi Perkembangan. Surabaya: Bumi Aksara. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Wong, D. (2008). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
34