PENGELOMPOKAN AKSESI KACANG HIJAU BERDASARKAN KARAKTER KUANTITATIF Trustinah dan Rudi Iswanto Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kotak Pos 66 Malang. Telp. (0341) 801468, Fax: 0342-801496 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pengelompokan genotipe dalam suatu populasi bahan genetik yang terdeskripsi dan dapat dibedakan satu sama lain berguna dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan genetik yang bersangkutan. Pengelompokan populasi bahan genetik kacang hijau atas dasar banyak karakter dilakukan dengan teknik peubah ganda. Sebanyak 194 aksesi kacang hijau diuji di KP Muneng pada MK 2012. Data dianalisis dengan program SPSS. Dengan analisis peubah ganda diketahui populasi bahan genetik kacang hijau memiliki keragaman untuk delapan karakter yang diamati dan 70,8% dapat dijelaskan oleh tiga faktor. Faktor I adalah umur tanaman (umur berbunga, umur masak). Faktor kedua adalah hasil karena berkorelasi dengan tinggi tanaman, jumlah polong dan berat biji. Faktor ketiga adalah ukuran polong (panjang polong dan jumlah biji per polong). Aksesi kacang hijau terbagi ke dalam tiga kelompok, Kelompok I didominasi oleh aksesi dengan umur genjah, tanaman pendek, polong panjang, dan ukuran biji besar dengan jumlah anggota 94 aksesi. Kelompok II terdiri dari aksesi dengan umur di atas rata-rata, tanaman relatif lebih tinggi dibanding kelompok I dan ukuran biji kecil, dengan jumlah anggota 42 aksesi. Kelompok III terdiri dari aksesi dengan umur genjah, tanaman tinggi, dan memiliki hasil yang tinggi, terdiri dari 58 aksesi. Dengan memperhatikan nilai Wilks' Lamda terkecil bobot 100 biji, umur berbunga, dan jumlah polong teridentifikasi sebagai pembeda kelompok genotipe kacang hijau. Kata kunci: kacang hijau, pengelompokan, sifat kuantitatif, peubah ganda
ABSTRACT Grouping of mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek) accession for quantitative traits. Grouping of accessions in germplasm is useful in the management and utilization of genetic material. Grouping of mungbean accessions for many character was done by using multivariate analysis. A total of 194 accessions were tested at Muneng Experimantal Farm in dry season of 2012. All the traits were analyzed using SPSS program. All of the eight characters observed is varied, and 70.8% can be explained by three factors. The first factor is called the factor of age of the plant (flowering, maturity), the second factor is yield because it correlated with plant height, number of pods and seed weight, and the third factor is the pod size (pod length and number of seeds per pod). Mungbean accession were divided into three clusters. The first cluster (94 accessions) is dominated by the accession with early maturity, short plant, pod length, and large seed size. Cluster II (42 accessions) consisted of accessions with late maturity, small seed, and plant height higher than first cluster. The third clusters consists of accession with early maturity and high yield (58 accessions). Based on the value of Wilks' Lamda, the character of 100 seeds, day to flowering, and pod number were identified as a discriminant function for clustering mungbean genotype. Keywords: mungbean, clustering, quantitatif trait, multivariate
PENDAHULUAN Jenis kacang hijau yang ditanam di setiap daerah beragam, sesuai dengan preferensi daerah setempat, ada yang bijinya berwarna kusam, mengkilap atau polong warna coklat. Kualitas produk olahan kacang hijau juga ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan
458
Trustinah dan Iswanto: Pengelompokan Aksesi Kacang Hijau Berdasarkan Karakter Kuantitatif
bakunya yang berkaitan dengan sifat genetik tanamannya. Untuk produk bubur, disukai biji kacang hijau yang cepat masak dan mengembang setelah dimasak. Karakter biji kacang hijau berkulit biji berwarna kusam memenuhi kriteria tersebut. Karakter demikian juga sesusai untuk bahan pengisi bakpia. Kacang hijau yang memiliki ukuran biji kecil sesuai untuk kecambah. Dalam pembentukan varietas unggul diperlukan dukungan sumber daya genetik yang memiliki keragaman untuk sifat yang akan diperbaiki. Dalam kaitan itu pengelolaan plasma nutfah semakin dituntut untuk memenuhi beragam kebutuhan tersebut. Ketersediaan plasma nutfah sebagai sumber gen sifat atau karakter tanaman sangatlah penting guna menopang kegiatan pemuliaan berkelanjutan dalam menghasilkan varietas unggul yang bernilai tambah ekonomi. Pengelolaan keragaman genetik di dalam populasi bahan genetik diawali dengan karakterisasi karakter kualitatif dan kuantitatif, evaluasi, dokumentasi dan pembaruan benih atau konservasi. Karakterisasi secara morfologis memperlihatkan bahwa populasi bahan genetik kacang hijau di Balitkabi memiliki keragaman dan kemiripan untuk sifat kualitatif maupun kuantitatif, sehingga diperlukan pengelompokan aksesi (Trustinah dan Anwari 2010). Pengelompokan plasma nutfah sesuai dengan ciri dan keunggulannya memiliki arti penting, terutama dalam memberikan umpan ke depan melalui penyediaan sumber gen berguna bagi pemulia tanaman. Pengelompokan aksesi untuk karakter kualitatif dapat dilakukan secara visual sesuai dengan deskriptor yang ada, sedangkan pengelompokan untuk karakter kuantitatif memerlukan alat bantu statistika. Zubair et al. (2007) menggunakan analisis peubah ganda untuk mengevaluasi sifat kuantitatif genotipe kacang hijau dengan menggunakan program SPSS, sedangkan Musalamah dan Anwari (2007) menggunakan program NTSYS untuk mengevaluasi kekerabatan antaraksesi kacang hijau berdasarkan karakter kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaman karakter kuantitatif populasi kacang hijau dan ciri pembedanya menggunakan analisis peubah ganda. Hasil penelitian akan memberikan informasi penting bagi pemulia tanaman dalam pengelolaan bahan genetik kacang hijau.
BAHAN DAN METODE Bahan untuk pengujian terdiri dari 225 aksesi kacang hijau. Pengujian dilakukan di KP Muneng pada MK I 2012. Setiap aksesi ditanam empat baris sepanjang 4 m atau pada plot ukuran 1,6 m x 4 m dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm, dua tanaman/lubang. Tanaman dipupuk dengan 50 kg Urea, 75 kg SP36, dan 75 kg KCl/ha, kecuali pupuk Urea diberikan saat tanam dan pada saat berbunga, pupuk P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pengairan dan penyiangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan, sedangkan pengendalian hama/penyakit dilakukan secara intensif dengan penyemprotan berkala lima hari sekali agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang normal dan optimal. Pengamatan dilakukan terhadap umur 50% berbunga, umur masak fisiologis/panen, warna bunga , warna polong, warna biji, tinggi tanaman, jumlah polong isi/tanaman, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot biji, dan bobot 100 biji. Pengambilan contoh dan pengukurannya berupa data skala maupun kontinu mengikuti metode evaluasi standar pada deskriptor kacang hijau menurut IBPGR (1980). Data dianalisis dengan program SPSS (Santoso 2003). Dari seluruh variabel yang diamati dilakukan analisis faktor menggunakan metode komponen utama dan untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu dilakukan rotasi varimax. Pengelompokan dilakukan menggunakan jarak euclidean, dilanjutkan dengan fungsi Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
459
deskriminan Fisher untuk menentukan kriteria pengelompokan. Analisis komponen utama dikerjakan untuk menilai kelayakan karakter, yaitu bila nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) >0,5 dan nyata menurut uji Bartlett. Karakter pembentuk fungsi deskriminan ditetapkan berdasarkan analisis faktor. Kriterianya adalah: nilai MSA (measure of sampling adequacy), MSA = 1 peubah dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh peubah lain; MSA >0,5 peubah masih dapat dianalisis lebih lanjut, sedangkan MSA <0,5 peubah tidak dapat dianalisis lebih lanjut (tereliminasi). Angka komunalitas menunjukkan persentase penjelasan oleh faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor. Banyaknya faktor yang terbentuk ditentukan oleh besarnya akar ciri (eigenvalue) yang >1. Peubah anggota faktor (peubah baru) ditentukan oleh nilai muatan (loading factors) terbesar. Nilai muatan terbesar untuk suatu peubah dalam suatu faktor digunakan sebagai acuan seleksi langsung. Karakter penting dan nyata menurut analisis faktor digunakan untuk membentuk fungsi deskriminan dan menghitung indeks Fisher/skor deskriminan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagian besar aksesi kacang hijau yang diuji memiliki warna hipokotil hijau, warna kulit polong hitam, warna biji hijau kusam, dan warna hilum putih. Tanaman mulai berbunga pada umur 31–42 hari dan masak pada umur 51–69 hari. Tinggi tanaman bervariasi antara 42–82 cm, jumlah polong isi 9–34 polong, panjang polong 6,2–12,7 cm, bobot 100 biji 2,50–8,10 g, dan bobot biji per tanaman 15,5–80 g (Tabel 2). Sebagian besar aksesi berbunga pada umur 33 HST, panen 55 HST, tinggi tanaman 63 cm, jumlah polong isi 15, jumlah biji/polong 11 biji, bobot 100 biji 5,2 g, dan bobot biji per tanaman 34 g yang ditunjukkan oleh nilai mediannya. Tabel 1.
Rata-rata, kisaran, dan simpangan baku karakter kuantitatif 225 aksesi kacang hijau. Muneng, MK 2012
Karakter Umur berbunga (HST) Umur masak (HST) Tinggi tanaman (cm) ∑ Polong isi Panjang polong (cm) Jumlah biji/polong Bobot biji/tanaman (g) Bobot 100 biji (g)
Rata-rata
Kisaran
Sd
Median
35 55 63 18 8,6 12 39,4 5,14
31–42 51–69 42–82 9–34 6,2–12,7 8–15 15,5–80,0 2,50–8,10
2,18 4,28 7,60 4,3 1,08 1,07 8,50 1,07
33 55 63 15 9 11 34 5,2
Hasil biji berkorelasi erat dan positif dengan jumlah polong isi (r=0,42**), panjang polong (r=0,23**), bobot 100 biji (r=0,19**), dan tinggi tanaman (r=0,26**), sedangkan dengan umur berbunga dan umur masak berkorelasi negatif, masing-masing dengan koefisien korelasi –0,23** dan –0,26** (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan umur panen tidak memberikan hasil yang diharapkan, sehingga umur genjah dan medium dapat dipilih pada aksesi kacang hijau ini. Korelasi negatif antara umur berbunga dengan hasil serta umur masak dengan hasil kacang hijau juga dilaporkan oleh Rohman et al. (2003), sedangkan Maken et al. (2007) mendapatkan korelasi positif antara hasil dengan umur berbunga dan umur panen kacang hijau. Zubair et al. (2007) melaporkan bahwa hasil biji kacang hijau berkorelasi negatif dengan umur berbunga, umur masak,
460
Trustinah dan Iswanto: Pengelompokan Aksesi Kacang Hijau Berdasarkan Karakter Kuantitatif
panjang polong, dan bobot 100 biji, sedangkan korelasi positif didapatkan antara hasil biji dengan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, dan jumlah biji per polong. Tabel 2. Korelasi beberapa karakter kuantitatif kacang hijau c) Karakter
1
2
3
4
5
6
7
8
Umur berbunga (HST) Umur masak (HST) Tinggi tanaman (cm) ∑ Polong isi Panjang polong (cm) Jumlah biji/polong Berat biji/tanaman (g) Berat 100 biji
-
0.73** -
0.21** 0.23** -
0.18** 0.16** 0.28** -
-0.26** -0,30** 0.09tn -0.33** -
-0,01tn -0.03tn 0.12tn -0.01tn 0.43** -
-0.23** -0.29** 0.26** 0.42** 0.23** 0.04tn -
-0.44** -0.38** -0.12tn -0.56** 0.49** -0.04tn 0.19** -
c) **, *, dan tn = sangat nyata, nyata dan tidak nyata
Pengelompokan aksesi yang melibatkan banyak karakter lebih informatif bila menggunakan teknik peubah ganda (multivariate) seperti analisis faktor, fungsi deskriminan, dan analisis gerombol. Analisis faktor merupakan teknik analisis yang menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam sistem konkrit yang tujuannya menerangkan struktur hubungan di antara variabel yang diamati dengan jalan membangkitkan beberapa faktor yang jumlahnya lebih sedikit daripada banyaknya variabel asal (Gaspersz 1992). Niilai KMO >0,5 dan nyata menurut uji Bartlett menunjukkan bahwa semua karakter yang diamati layak untuk dianalisis lebih lanjut. Dari delapan karakter yang diamati, melalui uji Bartlett dan pengukuran MSA (measure of sampling adequacy) dengan enam kali iterasi diperoleh nilai komunalitas yang tinggi untuk beberapa peubah dan dapat dijelaskan oleh tiga faktor dengan indikasi akar ciri >1,0 dan total ragam 70,8% (Tabel 3). Komunalitas menunjukkan ukuran ragam dari peubah awal yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Nilai komunalitas yang diperoleh umumnya tinggi (di atas 0,53) yang berarti lebih dari 53% ragamnya yang dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Faktor 1, 2, dan 3, masing-masing menerangkan 34,0%, 19,6%, dan 17,2% dari total ragam. Dua komponen utama pertama memberikan kontribusi lebih dari 50% ragam. Koefisien korelasi yang tinggi suatu peubah dengan faktor (loading factor) tanpa memperhatikan tanda + atau - menunjukkan ciri dari faktor tersebut (Santoso 2003). Faktor I adalah faktor umur tanaman (umur berbunga, umur masak). Faktor kedua adalah hasil karena berkorelasi dengan tinggi tanaman, jumlah polong dan berat biji. Faktor ketiga adalah ukuran polong (panjang polong dan jumlah biji per polong). Pada faktor I, umur berbunga dan umur masak memiliki nilai pembobot faktor yang positif cukup tinggi antara 0,857 dan 0,858. Hal tersebut menunjukkan besarnya korelasi dengan faktor I sehingga dapat digunakan untuk mengelompokkan aksesi berdasarkan umur. Demikian pula pada faktor lainnya seperti hasil dan ukuran polong. Pada beberapa kasus, jumlah faktor yang dapat menerangkan besarnya ragam tidak sama, bergantung seberapa besar faktor tersebut dapat menjelaskan keragaman yang ada (Bartual et al. 1985, Gaspersz 1992). Berdasarkan peubah yang berperan pada faktor yang terbentuk, aksesi kacang hijau dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok. Dari delapan karakter yang terlibat hanya jumlah biji per polong yang tidak signifikan dalam ketiga kelompok tersebut, dan tujuh karakter lainnya menunjukkan perbedaan signifikan pada ketiga kelompok yang terbentuk. Kelompok I didominasi oleh aksesi dengan umur genjah, tanaman pendek, polong
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
461
panjang, dan ukuran biji besar dengan jumlah anggota 94 aksesi. Kelompok II terdiri dari aksesi dengan umur di atas rata-rata (umur relatif dalam), tanaman lebih tinggi dibanding kelompok I dan ukuran biji kecil, dengan jumlah anggota 42 aksesi. Kelompok III terdiri dari aksesi dengan umur genjah, dan memiliki hasil tinggi, terdiri dari 58 aksesi. Kelompok I dan III memiliki banyak kemiripan untuk umur berbunga dan umur masak. Perbedaan kedua kelompok lebih terlihat pada tinggi tanaman dan hasil (Tabel 4). Penggunaan peubah ganda untuk mengelompokkan banyak aksesi berdasarkan banyak karakter juga dilakukan pada kacang tanah (Trustinah et al. 2006), kedelai (Hapsari et al. 2010), dan gandum (Setyowati et al. 2009). Tabel 3. Analisis komponen utama delapan karakter kuantitatif kacang hijau. Komponen Karakter Umur berbunga Umur masak Tinggi tanaman Jumlah polong isi Panjang polong Jumlah biji per polong Bobot biji Bobot 100 biji
Komunalitas
1
2
3
0,741 0,736 0,526 0,840 0,792 0,581 0,782 0,664
0,857 0,858 0,309 0,253 -0,341 0,142 -0,443 -0,600
0,075 -0,022 0,562 0,808 -0,114 0,128 0,749 -0,346
-0,013 0,003 0,338 -0,350 0,814 0,738 0,158 0,428
2,72 33,99 33,99
1,57 19,61 53,60
1,37 17,17 70,77
Akar ciri % ragam % ragam kumulatif
Tabel 4.
Nilai rata-rata dan simpangan baku tiga kelompok kacang hijau berdasarkan karakter kuantitatif.
Karakter Umur berbunga Umur masak Tinggi tanaman Jumlah polong isi Panjang polong Jumlah biji/polong Bobot biji Bobot 100 biji Jumlah aksesi
Ciri kelompok
Kelompok 1
2
3
Wilks’ Lambda
34,14+1,33 53,76+3,18 62,20+7,24 16,23+2,89 8,99+0,94 11,95+1,05 39,96+6,94 5,64+0,79
38,76+2,04 60,44+2,70 66,33+6,90 20,04+3,64 7,49+0,84 11,80+0,86 31,82+5,71 3,72+0,51
35,34+1,77 57,07+3,34 66,16+7,86 24,62+3,98 7,65+0,82 11,76+1,24 45,711+1,49 3,98+0,57
0,489 0,638 0,941 0,515 0,673 0,995 0,811 0,452
42
58
94 umur genjah,tanaman pendek, polong panjang, dan ukuran biji besar
umur agak dalam, tanaman tinggi, dan dan ukuran biji kecil
umur genjah, hasil tinggi
Fungsi deskriminan digunakan untuk mengetahui peubah sebagai penciri suatu kelompok. Analisis deskriminan untuk delapan karakter menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan untuk karakter jumlah biji per polong pada ketiga kelompok, sedangkan karakter 462
Trustinah dan Iswanto: Pengelompokan Aksesi Kacang Hijau Berdasarkan Karakter Kuantitatif
lainnya nyata pada p.001, dan tinggi tanaman nyata pada p.003. Uji kemiripan kelompok (Tests of Equality of Group Means) menunjukkan bahwa bobot 100 biji, umur berbunga, dan jumlah polong merupakan peubah penentu fungsi deskriminan dengan nilai Wilks’ Lambda (WL), berkisar antara 0,452–0,515. Menurut Santoso (2002), nilai WL berkisar 0–1. Nilai kecil mendekati 0 menunjukkan perbedaan antarkelompok, dan nilai WL semakin besar mendekati 1 menunjukkan di antara kelompok tidak berbeda untuk peubah yang bersangkutan. Dengan kriteria tersebut, bobot 100 biji teridentifikasi sebagai pembeda di antara kelompok kacang kacang hijau dengan nilai WL 0,452 diikuti oleh umur berbunga dan dan jumlah polong isi dengan WL 0,489 dan 0,515 (Tabel 4). Dari delapan karakter tersebut, hanya enam karakter yang dapat digunakan dalam membentuk fungsi deskriminan yaitu umur berbunga, umur masak, jumlah polong, panjang polong, bobot 100 biji, dan bobot biji per tanaman. Hasil validasi/ketepatan model prediksi sebesar 96,4% menunjukkan fungsi deskriminan yang terbentuk dianggap tepat untuk menggolongkan aksesi kacang hijau ke dalam tiga kelompok. Terdapat dua fungsi deskriminan dengan koefisien dan persamaan fungsi deskriminan sebagai berikut. • ZScore_1= -10,936 + (0,264*umur berbunga) + (0,126*umur masak) + (0,10*jumlah polong) - (0,432* panjang polong) + (0,01*berat biji) – (0,723*berat 100 biji) • ZScore_2= 7,466 - (0,495*umur berbunga) + (0,105*umur masak) + (0,137*jumlah polong) - (0,083* panjang polong) + (0,071*berat biji) – (0,108*berat 100 biji) Fungsi deskriminan I untuk memilah mana yang masuk ke dalam kelompok 1 atau 2, sedangkan fungsi deskriminan 2 untuk memilah mana yang masuk kelompok 2 atau 3. Bila mendapatkan genotipe baru, maka dengan memasukan nilai peubah ke dalam fungsi deskriminan, maka akan diketahui pada kelompok mana aksesi baru tersebut ditempatkan, mengacu pada nilai fungsi rata-rata kelompok pada Tabel 4.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik aksesi plasma nuftah kacang hijau untuk sembilan karakter/peubah, sebesar 70,8% dapat dijelaskan oleh tiga faktor. Faktor I adalah umur tanaman (umur berbunga, umur masak). Faktor kedua adalah hasil karena berkorelasi dengan tinggi tanaman, jumlah polong, dan berat biji. Faktor ketiga adalah ukuran polong (panjang polong dan jumlah biji per polong). 2. Aksesi kacang hijau terbagi ke dalam tiga kelompok dan bobot 100 biji, umur berbunga, dan jumlah polong merupakan peubah penentu fungsi deskriminan. 3. Kelompok I didominasi oleh aksesi dengan umur genjah, tanaman pendek, polong panjang, dan ukuran biji besar dengan jumlah anggota 94 aksesi. Kelompok II terdiri dari aksesi dengan umur dalam, tanaman relatif lebih tinggi dibanding kelompok I dan ukuran biji kecil, dengan jumlah anggota 42 aksesi. Kelompok III terdiri dari aksesi dengan umur genjah, tanaman tinggi, dan memiliki hasil yang tinggi, terdiri dari 58 aksesi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
463
Saran Aksesi kacang hijau di dalam setiap kelompok memiliki kemiripan untuk banyak karakter yang secara mudah dikenali secara visual disarankan untuk diamati karakter kualitatif dan bila memungkinkan dilanjutkan dengan analisis kemiripan genetik sebagai penciri aksesi di dalam kelompok yang besangkutan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Sdr. Hadi Purnomo, SP. dan Teknisi KP Muneng yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Tanaman Pangan 2011. http://www.bps.go.id/ tnmn_pgn.php. diakses. [15 Februari 2012). Bartual, R., E. A. Carbonell, and D. E. Green. 1985. Multivariate analysis of a collection of soybean cultivar for Southwestern spain. Euphytica. 34:113–123. Gaspersz, 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan 2. Tarsito. Bandung Hapsari, R.T., Suyamto, dan Purwantoro. 2010. Pengelompokkan aksesi plasma nutfah kedelai berdasarkan karakter kuantitatif. Hal.268–277. dalam Sudjindro dkk. (Eds.). Kontribusi Pemuliaan dalam Antisipasi Masalah Akibat Fenomena Pemanasan Global. Prosiding Simposium VIII PERIPI Komda Jatim. Makeen, K., G. Abrahim, A. Jan, and A.K. Singh. 2007. Genetic variability and correlation studies on yield and its components in mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek). J. Agron. 6(1):216–218. Musalamah dan M. Anwari. 2007. Hubungan kekerabatan antar aksesi kacang hijau berdasarkan karakter kuantitatif. Hal.134–144. dalam Harnowo D. dkk. (Eds). Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Puslitbangtan. Rohman, Md. M., A.S.M. Iqbal Husaen, Md.M. Arifin, Z. Akhter, and M. Hasanuzzaman. 2003. Genetic variability, correlation, and path analysis in mungbean. Asian J. Plant Sci. 2(17– 24):1209–1211. Santoso, S. 2003. Buku Latihan SPSS Statistika Multivariat. PT. Gramedia. Jakarta Setyowati, I. Hanarida, dan Sutoro. 2009. Pengelompokan Plasma Nutfah Gandum (Triticum aestivum) Berdasarkan Karakter Kuantitatif Tanaman . Buletin Plasma Nutfah 15(1): 32– 37. Trustinah, A. Kasno, dan N. Nugrahaeni. 2006. Pengelompokan plasma nutfah kacang tanah varietas lokal dengan teknik peubah ganda. Hal.22–32. dalam Suharsono dkk. (eds.). Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Puslitbangtan. Trustinah dan M. Anwari. 2010. Konservasi, karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan database plasma nutfah tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Hal. A11–A46. Laporan Akhir Tahun 2009. Balitkabi, Malang. Zubair M., S.U. Ajmal, M. Anwar, A.M. Haqqani. 2007. Multivariate analysis for quantitative traits in mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek). Pak. J. Bot., 39(1):103–113.
464
Trustinah dan Iswanto: Pengelompokan Aksesi Kacang Hijau Berdasarkan Karakter Kuantitatif