PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM KENDAL (Study Kasus di LAZ Masjid Agung Kendal)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
LAILI MUSTIKAWATI (071311015)
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011 i
ii
iii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa sekripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, di lembaga pendidikan lainya. Pengetahuan yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 19 Desember 2011
Laili Mustikawati
iv
MOTTO
Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah; 110)
v
PERSEMBAHAN Penulis persembahkan skripsi ini untuk: 1.
Ayah dan Ibunda tercinta (Bpk Roziqin & Ibu Nur Hayati) “ Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu mencurahkan kasi sayang, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda dalam sagala hal. Dan juga kakak-kakak dan adik penulis. Semoga Allah SWT selalu melindungi mereka”. Kalian semua sumber inspirasi penulis.
2.
Yth Bp. Dr. M. Sulthon, M. Ag. dan Bp. H. Adib Fatoni, M.Si “ Yang telah berkenan meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing penulis, mendukung dan mendoakan penulis. Kesabaran dan ketabahannya menjadi sumber inspirasi dan penyemangat dalam perjuangan hidupku.Semoga Allah SWT senantiasa memberinya kekuatan”.
3.
Sahabat-sahabat keluarga besar MD (Manajemen Dakwah) 2007 “Yang telah memberi senyuman, menghibur penulis & selalu memotifasi penulis. Semoga perjuangan kita akan memberikan kesuksesan”.
4.
Kepada Semua pihak & teman-teman penulis “ Yang telah menyumbangkan ide, saran, dan kritik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini”.
vi
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga dengan bekal kemampuan yang minim penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini sebagai karya tulis ilmiah yang menjadi kewajiban setiap mahasiswa IAIN Walisongo untuk memenuhi tuga dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana di fakultas. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mendidik manusia dari alam jahiliah menuju kealam ilmu. Sehingga mengetahui antara yang haq dan yang batil. Lantaran beliaulah manusia terangkat derajat hewani kepada derajat insani. Berkenan dengan selesainya skripsi ini yang berjudul “PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM (STUDI KASUS DI LAZ MASJID AGUNG KENDAL)” penulis merasa diberi dorongan dan bantuan oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. M. Sulthon, M. Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan juga selaku pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 2. Bapak H. Adib Fatoni, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis sehingga terselesaikan karya ilmiah ini. 3. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama dibangku kuliah.
vii
4. Segenap
keluarga
yang
tercinta
yang
telah
bersusah
payah
memperjuangkan agar penulis dapat mencapai cita-citanya dengan baik dan sukses. 5. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak mampu bembalas apa-apa, hanya kata terima kasih dan memanjatkan do’a semoga apa yang mereka berikan kepada penulis akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik dan diterima sebagai amal sholeh. Meskipun dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin, namun kekurangan dan kekhilafan sering terjadi pada manusia. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah penulis mohon pertolongan, semoga dengan terwujudnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semarang, 19 Desember 2011 Penulis,
Laili Mustikawati
viii
ABSTRAK PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM. Zakat merupakan ibadah penting di dalam kemasyarakatan. Hal ini karena di dalam zakat terdapat kewajiban dan hak masyarakat Muslim. Oleh karena itu perlu dikembangkan dengan adanya pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. Pengelolaan merupakan proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat juga diartikan proses pemberian pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksaaan dan pencapaian tujuan. Dengan demikian, pengelolaan merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti bagaimana pengelolaan yang dilakukan pada LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanan pengelolaan ZIS. Dengan pengelolaan yang baik maka kepercayaan masyarakat meningkat dan semua kegiatan yang dilakukan lebih optimal. Sedangkan dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ dilakukan dengan memberikan kepercayaan untuk turut menyalurkan dana ZIS yang terkumpul melalui program-program kerja untuk mengoptimalkan penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah. Adapun hasil penelitiannya bahwa pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang di lakukan oleh LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal yaitu pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran. Penyaluran zakat atas pendistribusian dan pendayagunaan. Bahwa pendistribusian zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan pendayagunaan zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik dengan berorientasi pada aspek produktif. Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pengelolaan ZIS adalah kesadaran berzakat di lembaga lembaga amil zakat, LAZ berada di lingkungan Masjid, antusias masyarakat untuk zakat fitrah di LAZ. Sedangkan faktor penghambat pengelolaan ZIS adalah SDM pengelola masih rendah, lemahnya muzakki yang berzakat maal di LAZ, kurangnya biaya operasional.
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................
iv
ABSTRAK ............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................
viii
HALAMAN MOTTO ............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................
9
1. Tujuan Penelitian .................................................
9
2. Manfaat Penelitian ...............................................
9
BAB II
:
:
D. Tinjauan Pustaka.......................................................
10
E.
Metode Penelitian .....................................................
16
F.
Sistematika Penulisan Skripsi....................................
18
Landasan Teori A. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan .......................
19
1.Pengelolaan ZIS .....................................................
19
2.Kesejahteraan.........................................................
24
3.Pengelolaan untuk Kesejahteraan ...........................
25
B. Zakat, Infaq dan Shadaqah ........................................
27
C. Bentuk-bentuk Zakat ................................................
33
x
1.Zakat Mal ..............................................................
33
2.Zakat Fitrah ...........................................................
39
D. Hukum Zakat ............................................................
42
E.
Syarat-syarat Zakat ...................................................
43
F.
Rukun Zakat .............................................................
45
G. Penerima Zakat .........................................................
46
H. Tujuan dan Hikmah Zakat .........................................
48
1.Tujuan Zakat ..........................................................
48
2.Hikmah Zakat ........................................................
49
Lembaga Amil Zakat ................................................
51
I.
BAB III
:
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal........................
55
1.Kondisi Geografis ..................................................
55
2.Kondisi Keagamaan ...............................................
58
3.Kondisi Perekonomian ...........................................
60
4.Kondisi Kesejahteraan Sosial .................................
61
B. Potensi Zakat di Kendal ............................................
62
C. LAZ Masjid Agung Kendal ......................................
64
1.Sejarah berdirinya LAZ Masjid Agung Kendal ......
64
2.Visi dan Misi .........................................................
66
3.Tujuan LAZ Masjid Agung Kendal ........................
66
4.Program Kerja........................................................
67
5.Susunan Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal ......
70
6.Tugas Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal ..........
71
D. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh di LAZ
E.
Masjid Agung Kendal ...............................................
74
1.Pengumpulan Zakat ...............................................
74
2.Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat .............
79
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
dalam
pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal ........
xi
81
BAB IV
:
1.Faktor Pendukung ..................................................
82
2.Faktor Penghambat ................................................
83
ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM A. Analisis terhadap pengelolaan dana zakat infaq dan shodaqoh pada LAZ Masjid Agung Kendal ..............
86
B. Analisis faktor pendukung dan penghambat dalam Pelaksanaan pengelolaan dana ZIS pada LAZ Masjid
BAB V
:
96
PENUTUP A.
Kesimpulan .............................................................
98
B.
Saran .......................................................................
98
C.
Penutup ...................................................................
99
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Nishob dan Kadarnya Binatang Unta ........................................
34
TABEL 2. Nishob dan Kadarnya Binatang Sapi ......................................... TABEL 3. Nishob dan Kadarnya Binatang Kambing .................................
44
TABEL 4. Banyaknya Penduduk Kabupaten Kendal..................................
74
TABEL 5. Perkembangan Perolehan Dana ZIS LAZ Masjid Agung Kendal
93
TABEL 6. Daftar Himpunan ZIS LAZ Masjid Agung Kendal Tahun 2011
94
TABEL 7. Daftar Himpunan ZIS LAZ Masjid Agung Kendal Tahun 2011
94
TABEL 8. Data Penyaluran Dana ZIS LAZ Masjid Agung Kendal2011 ....
99
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. AlQur’an mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an mengandung keilmuwan dan wacana yang sangat luas dan mendalam yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh. Isi dan kandungan Al-Qur’an juga merupakan sumber wacana yang di dalamnya terkandung isyarat-isyarat mengenai zakat, infaq dan shadaqah. Islam menginginkan agar setiap manusia mempersiapkan kehidupan terbaiknya. Dimana dengan hal itu bisa menikmati kehidupannya yang dipenuhi dengan keberkahan langit dan bumi, serta mampu mendayagunakan segala apa yang ada di dalamnya dengan sebaik mungkin. Hingga akhirnya manusia akan merasakan kebahagiaan di berbagai aspek kehidupan dan juga keamanan yang meliputi hati. Serta rasa syukur terhadap semua nikmat yang diterimanya di semua kisi-kisi dadanya. Dengan demikian, manusia pun akan mampu beribadah kepada Allah dengan penuh kekhusyu’an dan juga dengan persiapan yang baik.
1
0
Sehingga para fakir miskin dapat merasakan ni’mat Allah yang telah diberikan kepadanya, dan bisa menumbuhkan rasa syukur mereka kepada Allah SWT. Dengan tujuan di atas inilah, maka Allah mewajibkan zakat dan menjadikannya sebagai pondasi terhadap keberlangsungan Islam di muka bumi dengan cara mengambil zakat, infaq dan shadaqah tersebut dari orangorang yang mampu dan kaya serta memberikannya kepada fakir miskin , demi membantunya dalam menutupi kebutuhan materi; seperti halnya kebutuhan makan, minum, pakaian, dan juga tempat tinggal. (Yusuf Qaradhawi: 2005. 27). Karena zakat merupakan salah satu ajaran Rasulullah yang termasuk dalam rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang. Wasiat pertama yang diberikan Allah kepada para Nabi adalah zakat, untuk kemudian disampaikan kepada umatnya. Melalui ayat-ayat tentang zakat, secara tegas dan jelas bisa dilihat bahwa zakat disebut oleh Allah bersamaan dengan sholat, karena keduanya merupakan syi’ar dan ibadah yang diwajibkan. Kalau sholat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat adalah sebagai ibadah maliyah dan ijtima’iyah (harta dan sosial). Akan tetapi, zakat tetap saja sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kata lain, zakat disamping memiliki dimensi spiritual juga memiliki dimensi sosial ekonomi. Dengan demikian, bagi setiap muslim yang telah menunaikan zakat, berarti ia telah
meningkatkan keimanannya dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan sesamanya. (Muhammad: 2002. 33) Zakat dalam bentuknya adalah tiang Islam (Muhammad Sahri, 1982:10). Kedudukan zakat di dalam Islam menjadi soal yang terpenting tentang hidup dan matinya umat Islam sendiri. Dalam isinya, zakat adalah menjadi sasaran segenap Ibadah makhluk kepada khaliknya. Itulah sebabnya jika zakat tidak kuat beku, tidak teratur, tidak dibentuk pengertian yang tegas, tidak subur hidupnya, maka keempat rukun Islam yang lain tidak pula kuat hidupnya. Ada perbedaan makna antara zakat, infaq dan shadaqah. Zakat menurut lughot berarti suci dan subur. Dinamai demikian karena zakat itu mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, dan karena menyuburkan akan harta atau membanyakkan pahala yang akan diperoleh mereka memberikan dengan mengeluarkannya. Kemudian mengenai infaq dan shadaqah, secara terminologi infaq dan shadaqah mempunyai pengertian yang sama yaitu mengeluarkan harta untuk sesuatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Misalnya berinfaq atau bershadaqah untuk kepentingan anak yatim, kedua orang tua atau kerabat dekat lainnya, berinfaq atau bershadaqah untuk pembangunan sarana ibadah, sarana kesehatan, sarana perpustakaan dan sebagainya. Tetapi kalau infaq hanya ditujukan untuk hal-hal yang bersifat material seperti berinfaq dengan uang atau benda-benda lainnya. Sedangkan shadaqah bisa dilakukan dengan materi dan dalam hal ini sama dengan infaq tetapi bisa juga dilakukan dengan hal-hal yang bersifat non material.(Didin Hafidhuddin, 2003:154)
Pada dasarnya zakat dan infaq itu hampir sama dengan shadaqah, yakni menyisahkan sebagian harta untuk orang lain. Dan Allah berjanji akan melipatgandakan
balasan
terhadap
materi
yang
dikeluarkan
tanpa
membedakan makna zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Qur’an:
Artinya :“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2 Al-Baqarah: 261) Orang-orang yang dengan taat dan ikhlas melaksanakan zakat dan infaq di jalan Allah mendapat julukan sebagai “orang yang lurus dan jujur”, karena menunjukkan persesuaian iman dan amal. Oleh karenanya barang-barang yang diperoleh dari hasil zakat dan infaq biasanya disebut dengan istilah “shadaqah” atau sedekah. Islam ikut berpartisipasi dalam pembangunan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut dapat digali dan dikembangkan melalui pengelolaan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah yang tentu saja dilakukan oleh lembaga amil zakat. Ibadah zakat merupakan bentuk kepribadian kepada Allah SWT dengan mendayagunakan harta benda. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan
bahwa : “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih dan akan bertambah maknanya”. Pengelolaan zakat merupakan salah satu kegiatan dakwah yang mengajak masyarakat
muslim
untuk
mengeluarkan
hartanya
di
jalan
Allah.
Sebagaimana firmah Allah SWT dalm al-Qur’an:
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195) Di setiap aktifitas dakwah khususnya dalam organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau pengelolaan yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktifitas dakwah. Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi, media, tersebut diolah dengan menggunakan pengelolaan yang baik maka aktifitas dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktifitas apa pun itu sangat diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna. Di Indonesia, terjadi perkembangan baik bahwa pelaksanaan pengelolaan zakat kini memasuki era baru. Yakni dikeluarkannya Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 38
tahun 1999 dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat Muslim sampai saat ini banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Hal ini mendorong umat Islam agar pelaksanaan pengelolaan zakat dapat dilakukan lebih baik lagi. Di Indonesia terdapat lembaga-lembaga yang melakukan pengelolaan zakat. Seperti YDSF (Yayasan Dana Sosial Al-Falah), PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli Ummat), Rumah Zakat dan lain-lain. Dimana dalam pengelolaannya yaitu professional, amanah, terpercaya dan memiliki program kerja yang jelas dan terencana. Sehingga
mampu
mengelola
zakat,
baik
pengambilannya
maupun
pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para mustahik. Di samping pengelolaan zakat yang telah dipaparkan diatas, pengelolaan zakat dapat juga dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid. Dalam hal ini peranan Masjid sangat besar, karena kehidupan seharihari dari umat Islam terkait erat dengan Masjid yang didirikan atas dasar iman. Semua kegiatan umat terpusat di Masjid dengan imam sebagai manajer yang efektif dari setiap Masjid. Masjid mempunyai daerah pembinaan tertentu dan pembinaan diberikan secara maksimal kepada masyarakat di sekelilingnya yang menjadi jamaah tetap pada Masjid tersebut. Sedangkan untuk jamaah yang tidak tetap, layanan dapat diberikan dalam bentuk
pemberian informasi atau bantuan yang sifatnya bantuan darurat atau bantuan lain yang sesuai dengan fungsi Masjid sebagai tempat beribadah dalam arti yang luas. Fungsi masjid adalah sebagai tempat kaum muslimin menegakkan shalat, tempat bermusyawarah guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat dan tempat berkonsultasi, tidak akan terwujud secara optimal kecuali dengan menerapkan suatu pengelolaan yang baik. Bagaimana membina remaja masjid dan jamaah pada umumnya, mengelola keuangan masjid serta mengelola fasilitas-fasilitas masjid, semuanya membutuhkan pula suatu manajemen. Dalam masyarakat yang selalu dengan perkembangan zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah sholat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan jamaah atau umat Islam. (Moh. E. Ayub, 1996: 10). Seperti adanya LAZ (Lembaga Amil Zakat) atau lembaga lainnya yang berhubungan dengan ibadah atau kegiatan umat Islam. Sebagai pusat kegiatan ibadah umat Islam Masjid Kendal mempunyai layanan bagi masyarakat yaitu Lembaga Amil Zakat. Lembaga Amil Zakat ini dibangun untuk mengelola keuangan Masjid. Lembaga Amil Zakat ini tidak hanya mengelola hasil dari zakat, tapi juga dari hasil infaq maupun shadaqah. LAZ yang terdapat di Masjid Kendal ini berfungsi seperti Lembaga Amil Zakat pada umumnya yaitu sebagai lembaga yang menghimpun, mengelola (keuangan) dan mendayagunakannya. Lembaga Amil Zakat
tersebut memang belum seperti LAZ atau BAZ lainya yang lebih maju. Walaupun begitu,
Lembaga Amil Zakat tersebut sedikit membantu
mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Karena dalam pengelolaannya, hasil harta yang terkumpul dari Muzakki dapat membantu masyarakat yang kurang mampu. Dalam pengelolaannya, hasil harta yang terkumpul dari Muzakki dialokasikan kepada mustahik dengan memberikan perkakas yang memungkinkan ia bekerja dalam bidang keterampilannya untuk mencukupi kebutuhan pokoknya. Atau bagi yang tidak dapat berniaga, juga tidak mempunyai suatu keterampilan dalam usaha tertentu, maka kepadanya diberikan jaminan dengan jalan menanamkan modal, baik dalam harta yang tidak bergerak (tanah) maupun harta yang berkembang seperti peternakan (masyriah) yang penghasilannya dapat mencukupi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Dan memberikan peluang bagi masyarakat yang lebih mampu untuk berzakat, berinfaq ataupun bershadaqah di Lembaga Amil Zakat tersebut. (Ali Yafie, 1994:236) Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dalam upaya kesejahteraan masyarakat Islam dan untuk meneliti apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal ? 2. Bagaimana Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat serta Upaya yang dilakukan dalam Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berangkat dari pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal. b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat serta upaya yang dilakukan dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khazanah ilmiah pada Dakwah, khususnya masalah pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid.
Bagi akademis, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi di bidang keilmuan zakat dan manajemen. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang ada di LAZ yang terdapat di Masjid. Bagi Pemerintah, semoga penelitian dapat memberikan tambahan informasi dan bahan evaluasi bagi lembaga pengelola zakat tentang pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang baik.
D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat diambil tinjauan pustaka yang ada relevansinya dengan penelitian ini yaitu: Skripsi milik Sayidi, Tahun 2007 yang berjudul “Pengelolaan Zakat Mal Dari Hasil Penangkapan Ikan Pada Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal”. Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan mengenai zakat terutama
dari
segi
pengelolaannya
dilihat
dari
pengumpulan
dan
pendistribusian zakat yaitu dari hasil penangkapan ikan pada masyarakat nelayan di kecamatan rowosari kabupaten Kendal. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan manajemen. Isi pokok pembahasan penelitian ini adalah sistem pengelolaan zakat mal baik dilihat dari segi pengumpulan maupun dari segi pendistribusian yang dilakukan oleh nelayan tanpa melalui Lembaga Amil Zakat maupun melalui Amil Zakat.
Skripsi milik Efriyadi, Tahun 2008 yang berjudul “Pengelolaan Dana Yayasan Yatim Piatu Darul Hadlonah Semarang Tahun 2005-2007 (Analisis Manajemen Dakwah)”. Penelitian skripsi ini termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dan ada dua sumber yaitu primer dan sekunder. Namun, karena ini juga termasuk penelitian field research yakni di yayasan Yatim Piatu Darul Hadlonah Semarang, maka dalam pengumpulan data penelitian menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisa data yang ada. Pemasukan atau pendapatan dana Yayasan Yatim Piatu Darul Hadlonah Semarang Tahun 2005-2007 dari donator tetap, sumbangan masyarakat, dan lain-lain. Faktor pendukung lain yaitu dari lembaga keorganisasian dan pemerintah dan empati masyarakat. Sedangkan faktor penghambat yaitu dari jati diri lembaga manajemen kurang mengenal strategic (perencanaan strategi yang kurang begitu di pahami oleh pengelola) kurangnya di lakukan audit oleh aturan publik. Program tidak didasarkan pada activity plan, meskipun hanya mematok target serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Skripsi milik Sumanto, Tahun 2008 yang berjudul “Manajemen Zakat, Infaq Dan Shadaqah Badan Amil Zakat Kua di Kecamatan Semarang Barat”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang manajemen zakat, infak dan shadaqah BAZ KUA kecamatan semarang barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
kualitatif
melalui
pendekatan
manajemen.
Penelitian
ini
berusaha
mendiskripsikan manajemen zakat, infaq dan shadaqah yang diterapkan oleh BAZ KUA di kecamatan semarang barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) manajemen zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di kecamtan semarang barat (2) kekuatan dan kelemahan manajemen zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di kecamatan semarang barat (3) respon masyarakat terhadap BAZ KUA di kecamatan semarang barat. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka, kaitannya dengan skripsi yang akan penulis buat mempunyai hubungan yang identik tentang bagaimana konsep tentang pengelolaan yang telah diterapkan pada sebuah lembaga atau instansi dalam pelaksanaan program-programnya sedangkan skripsi yang akan penulis teliti lebih menitik beratkan pada lembaga yang terdapat di Masjid. Yaitu mengenai, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapt di Masjid Kendal.
E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif. Maksud dari penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang dialami. Berarti metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2000:5) Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Dengan tujuan agar dapat menghasilkan data-data tambahan dari orang-orang dan perilaku yang diamati disekitar LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal. Yaitu data-data tambahan yang menggambarkan tentang bagaimana pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang ada di LAZ tersebut. 2. Sumber dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2002:107). Maka penulis dalam hal ini dapat mengambil data dari berbagai sumber seperti buku-buku maupun karya tulis lainnya yang mendukung dan relevan dengan penulisan. Berdasarkan
sumbernya,
data
dalam
penelitian
ini
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut: a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan teknik pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2003:91). Adapun teknik
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari adalah melalui wawancara kepada pimpinan pengelolaan zakat, dan observasi tentang pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak diperoleh langsung oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Azwar, 2005:91). Peneliti menggunakan data ini sebagai data pendukung yang berhubungan dengan pengelolaan zakat di LAS Masjid Agung Kendal. Sedangkan sumber data sekunder yang dimaksud di sini adalah sumber berupa data yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas. Seperti data dari buku-buku, dokumen-dokumen atau catatan-catatan dan data lainnya yang bersifat menunjang dalam penelitian ini. 3.
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Yaitu “kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh panca indra” ( Suharsimi Arikunto, 1998:67). Metode ini digunakan untuk menggali data-data yang mudah diamati secara langsung. Atau bisa disebut dengan teknik penelitian yang sesuai kenyataan, melukiskan dengan kata-kata secara cermat dan tepat, mencatat kemudian mengelolanya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah. Sehingga dapat dibedakan manakah hasil pengamatan yang valid dan reliable serta manakah
objek pengamatan itu representatif bagi gejala yang bersamaan. Dalam pengamatan ini peneliti melakukan pencatatan khusus mengenai seputar persoalan peneliti yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Metode ini digunakan untuk menggali data-data yang mudah diamati secara langsung. Seperti; letak geografis, dan sarana prasarana. b. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moleong, 2009:186). Pengumpulan data melalui Tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang sengaja dipilih dengan maksud dan tujuan agar dapat memberikan informasi yang diperlukan dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara rinci tentang dasar-dasar teori berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Terutama untuk pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pihak LAZ dalam mensejahterakan masyarakat Islam di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal. Untuk data secara rinci peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pengurus bagian pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di
LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal, agar dapat menghasilkan data yang lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. c. Dokumentasi Dalam arti yang sempit dokumen diartikan sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan dalam arti luas dokumen juga meliputi foto dan sebagainya (Koentjoroningrat, 1981:24). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari dokumen-dokumen atau arsip dari LAZ yang terdapat di Masjid Kendal tentang proses pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. 4.
Teknik Analisis Data Analisis data (Bogdan dan Biklen, 1982) yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensistesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Lexy J. Moleong, 2009:248) Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui interview dan observasi yang berupa data kualitatif. Agar data kualitatif hasil interview dan observasi mudah dipahami, data dianalisis dengan teknik berpikir induktif. Yakni berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa yang bersifat
empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum. Analisis data dalam penelitian ini tidak diwujudkan dalam bentuk angka melainkan berupa laporan dan uraian deskriptif mengenai pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal.
F. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini terdiri dari beberapa bagian berupa bab-bab, dan setiap banya di bagi dalam sub bab. Pembagiannya dilakukan sesuai keperluan dan kebutuhan dalam penjabarannya. Kerangka skripsi ini sebagai berikut : Bagian muka yang berada sebelum bagian isi atau tubuh karangan yang meliputi; halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi. Bagian tengah (tubuh karangan) terdiri dari empat bab yaitu: Bab Pertama : Pendahuluan yang terdiri dari; latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistem penulisan skripsi. Bab Kedua : Membahas mengenai pengertian pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, tujuan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, fungsi ZIS untuk kesejahteraan dilanjutkan dengan membahas lembaga amil zakat.
Bab Ketiga : Membahas mengenai gambaran umum kabupaten Kendal, objek penelitian dalam hal ini mencakup gambaran umum LAZ Masjid Agung Kendal mulai dari sejarah pendiriannya, visi, misi, struktur organisasi, kegiatan usaha dan program-program, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan ZIS Bab keempat : Membahas mengenai analisa dan hasil penelitian berdasarkan teori dan praktek yang telah dilakukan oleh LAZ Masjid Agung Kendal dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. Bab Kelima : Dalam bab ini merupakan kesimpulan saran-saran dan kata penutup dari apa yang telah di paparkan dalam penyusunan skripsi ini.
19
BAB II KERANGKA TEORI A. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan 1. Pengelolaan ZIS Pengelolaan berarti proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat juga diartikan proses pemberian pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pemahaman dari definisi tersebut bahwa pengelolaan menyangkut proses suatu aktifitas. Dalam kaitannya dengan zakat, proses tersebut meliputi sosialisasi zakat, pengumpulan zakat, pendistribusian, pendayagunaan, dan
pengawasan.
Dengan
demikian,
yang
dimaksud
dengan
pengelolaan zakat adalah proses dan pengorganisasian sosialisasi, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dan pengawasan dalam pelaksanaan zakat. Pengelolaan zakat menurut undang-undang no 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan
zakat
adalah
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Tujuan pelaksanaan pengelolaan zakat oleh pengelola zakat antara lain : pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penuaian dan pelayanan zakat. Sebagaimana realitas yang ada di masyarakat, sebagian masyarakat umat Islam yang kaya (mampu)
20
belum manunaikan ibadah zakatnya, jelas ini bukan persoalan kemampuan,
tetapi menyangkut
kurangnya
kesadaran berzakat
dikalangan umat Islam. Kedua, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Zakat merupakan salah satu institusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau mengahapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi harta. Dikatakan demikian, karena zakat dipungut dari orang-orang kaya untuk kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang lemah. Dalam hal ini akan terjadi aliran dana dari para aghniya’ kepada dhuafa dalam berbagai bentuknya mulai dari kelompok konsumtif maupun produktif (investasi). Maka secara sadar, penunaian zakat akan membangkitkan solidaritas sosial, mengurangi kesenjangan sosial dan pada
gilirannya
akan
mengurangi
derajat
kejahatan
ditengah
masyarakat. Ketiga, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Setiap lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahik. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensipotensi atau peluang untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki. Muzakki adalah nasabah kita seumur hidup, maka perlu adanya perhatian dan pembinaan yang memadai guna memupuk nilai kepercayaannya. Terhadap mustahik pun juga demikian, program
21
pendistribusian dan pendayagunaan harus diarahkan sejauh mana mustahik tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya, dari status mustahik berubah menjadi muzakki. ( Muhammad Hasan: 2011. 38-39). Dalam pelaksanaan zakat terdapat tiga pihak. Pihak yang pertama, yaitu pembayar zakat (muzakki); pihak kedua, yaitu penerima zakat (mustahik); pihak ketiga, yaitu penyalur zakat (qabidh), yang terdiri dari Imam dan aparatnya atau wakil muzakki (Ali Yafie, 1995: 234). Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat, alangkah baiknya dilakukan oleh pengelola zakat. Agar dalam pelaksanaan zakat itu dapat berjalan dengan baik, dan dana zakat dapat tersalurkan dengan benar. Di dalam pengelola zakat itu pasti terdapat adanya kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan atau ancaman. Dari beberapa hal tersebut, maka perlu dilakukan adanya analisis SWOT untuk menganalisis dari beberapa hal tersebut. Dengan analisis SWOT kompetensi khusus yang dimiliki dan kelemahan yang menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan berbagai faktor penentu keberhasilan suatu usaha. Analisis SWOT sendiri memiliki akronim untuk kata-kata Strengths, (kekuatan), Weaknesses, (kelemahan), Oportunities, (peluang) dan Threats (ancaman) (Siagian, 2008: 174). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi – termasuk satuan bisnis tertentu – sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan dalam suatu bisnis yang bersangkutan.
22
Strengths (kekuatan) yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis di dalamnya adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada kemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran. Weaknesses (kelemahan) jika orang berbicara tentang kelemahan yang kekurangan dalam hal sunber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Oportunities (peluang) definisi sederhana tentang peluang ialah bebagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Threats (ancaman) pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis. Pelaksanaan pengelolaan yang baik yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pendistribusian
pelaksanaan serta
dan
pendayagunaan
pengawasan zakat,
dan
terhadap pelaksanaan
pengelolaan zakat tersebut banyak tergantung pada pembinaan ketiga pihak
yang
bersangkutan.
Yang
menyangkut
pihak
pertama,
pembinaannya hendak dititikberatkan pada upaya meningkatkan kesadaran berzakat, bershadaqah dan berinfaq fi sabilillah, dan mendorong kearah meningkatnya jumlah pembayaran zakat itu. Selanjutnya yang menyangkut pihak kedua memerlukan kecermatan
23
sehingga dapat terbina sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam fiqh. Al-Ashnaf (jenis/kelompok) penerima zakat yang ditetapkan langsung oleh Allah sebagaimana termaktub dalam ayat 60 surat AtTaubah merupakan daftar penerima zakat yang lengkap.
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (At-Taubah; 60). Zakat mempunyai peranan penting dalam sistem perekonomian Islam. Zakat berfungsi sebagai sumber dana dalam menciptakan pemerataan kehidupan ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Islam. Disamping sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, zakat juga berfungsi membersihkan diri dan harta kekayaan dari kotoran-kotoran akhlak dan penyelewengan akidah, juga menjadi tumpuan harapan kaum dhu’afa (fakir miskin) sekaligus menjadi penunjang pelestarian dan pengembangan ajaran Islam dalam masyarakat. zakat juga merupakan sarana yang menghubungkan tali silaturrahmi antara kelompok muzakki dengan kelompok dhu’afa.
24
Sebagai sumber dana pembangunan umat Islam, zakat dapat menjadi kekuatan modal yang sangat besar jika ditunjang oleh cara pengelolaannya yang baik. Untuk itu, perlu diciptakan kondisi sebagai berikut (Hassan Saleh, 2008: 171). a.
Adanya kesadaran masyarakat akan makna, tujuan dan hikmah zakat.
b.
Adanya amil zakat yang benar-benar amanah (dipercaya) dan bertanggung jawab dunia akhirat.
c.
Adanya perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), serta pengawasan (controlling) atas pengelolaan dan pelaksanaan pemungutan zakat yang baik. Sebelum dilakukan pemungutan zakat, amil sedapat mungkin
telah melakukan inventarisasi atau jenis-jenis kekayaan masyarakat yang dapat dijadikan sumber zakat, sensus wajib zakat (Muzakki), dan orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik), cara pemungutan zakat, cara penyimpanannya, melakukan perimbangan antara asnaf setempat yang ada. Dalam menentukan pembagian zakat kepada para mustahik, sudah dikaji berbagai kemungkinannya, termasuk sektorsektor yang dianggap paling mendesak, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi penyimpangan.
25
2. Kesejahteraan Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual. Yaitu meliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhankebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri dan keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia serta kehidupan manusia sesuai dengan pancasila (UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1). Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti: 1.
Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
2.
Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memilki arti khusus resmi atau teknikal, seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
3.
Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam dalam ide Negara sejahtera. Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau
kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial. Dalam konteks ini, kesejahteraan sosial biasanya merujuk pada arena atau field
26
of practice tempat berkiprah berbagai profesi kemanusiaan, termasuk pekerja sosial. 3. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan Pengelolaan
ZIS
merupakan
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS. Pengelolaan ZIS merupakan hal yang sangat penting, karena dana ZIS itu sangat penting bagi masyarakat. Agar penglolaan ZIS itu dapat terlaksana dengan baik, maka sebaiknya dana ZIS itu dikelola oleh Amil. Dalam hal ini, pekerja sosial seperti Amil. Pekerjaan amil merupakan pekerja sosial yang dalam melakukan aktifitasnya yaitu sebagai pengelola zakat.
Pekerjaan amil ini merupakan salah satu
kegiatan dakwah. Karena amil merupakan orang yang bekerja sebagai pengelola zakat yang dituntut bekerja secara profesional. Dan untuk menjadi seorang amil dianjurkan untuk memiliki sifat amanah (dapat dipercaya), shidiq (jujur), fathanah (cerdas), tabligh (menyampaikan informasi yang benar atau transparan).
Dengan adanya amil atau
pengelola zakat, maka dana zakat, infaq dan shadaqah dapat terealisasikan kepada yang benar-benar berhak menerimanya. Zakat merupakan ibadah yang mempunyai aspek sosial sebagai landasan membangun satu sistem yang mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Karena zakat berfungsi menyelamatkan masyarakat dari kelemahan baik karena bawaan ataupun karena keadaan,
27
menanggulangi berbagai
bencana dan kecelakaan, memberikan
santunan kemanusiaan yang berada menolong yang tidak punya, yang kuat membantu yang lemah, orang miskin dan ibnu sabil, memperkecil perbedaan antara si kaya dan si miskin. (Yusuf Qaradhawi, 2010; 1118). Zakat juga berfungsi menghilangkan rasa hasud dan dengki dari si lemah terhadap si kaya. Membantu mereka yang berusaha dalam bidang sosial, membantu mereka yang berutang karena untuk kebaikan, seperti ikut menanggulangi berbagai masalah kemasyarakatan sehingga dapat mencari tujuannya. Zakat adalah sumber keuangan baitul-mal dalam
Islam
yang
terus-menerus.
Zakat
dipergunakan
untuk
membebaskan tiap orang dari kesusahan dan menanggulangi kebutuhan mereka dalam bidang ekonomi dan lain-lain. Kemudian zakat merupakan suatu cara yang praktis untuk pengumpulan kekayaan dan menjadikannya agar dapat berputar dan berkembang. Yang nantinya akan menciptakan suatu keadaan sejahtera bagi mustahik dan muzakki.
B. Zakat, Infaq dan Shadaqah 1. Zakat Zakat menurut bahasa berarti bersih, berkembang, baik terpuji dan barokah. Disebut zakat karena dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah dizakati dari bahaya sekaligus dapat membersihkan harta dan pemiliknya dari haqnya orang lain.
28
Sedangkan zakat menurut istilah syara‟ (fiqh) berarti nama sejumlah harta (dalam batas tertentu) yang dikeluarkan dari jenis harta tertentu, dengan syarat tertentu dan diberikan kepada golongan tertentu. (M. Masykur Khoir, 2006:8). Zakat
merupakan
salah
satu
dari
lima
rukun
Islam.
Kefardluannya berdasarkan nash al-Qur‟an maupun al-Hadits. Pengingkaran terhadap syari‟ah zakat merupakan dosa besar, yang bahkan bisa mengarah pada tingkatan kufur. Kalimat zakat disebut berulang kali dalam al-Qur‟an, bahkan hampir setiap ayat al-Qur‟an yang menyebutkan “…dirikanlah sholat…” maka diikuti dengan “…dan bayarlah zakat…”. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 110;
Artinya: Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. Hal ini menunjukkan betapa sangat pentingnya syari‟ah zakat, sebagaimana pentingnya syari‟ah sholat. Baik dilihat dari sisi kepatuhan seorang makhluk pada Kholiqnya, maupun dari jiwa sosial sebagai sesama makhluk. Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat Islam.
29
Al-Qur‟an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran Islam merupakan ciri utama mukmin yang akan mendapat rahmat dan pertolongan Allah SWT. Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya dari berbagai sifat buruk, seperti bakhil, egois, rakus dan tamak, sekaligus berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan dan mengembangkan harta yang dimilikinya (Masdar F. Mas‟udi, 2004:164). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa zakat adalah kewajiban bagi orang yang memiliki sejumlah kekayaan tertentu. Dengan kata lain, zakat berkaitan dengan pemilik harta yang memenuhi syarat untuk dikeluarkan. Karena itu, zakat diwajibkan bagi para pemilik harta yang hartanya telah memenuhi syarat. Zakat
mempunyai dua aspek; yaitu pengeluaran atau
pembayaran zakat dan penerimaan atau pembagian zakat. Yang merupakan unsur mutlak dari keislaman adalah aspek yang pertama, yaitu pengeluaran atau pembayaran zakat. Hal ini berarti suatu dorongan yang kuat dari ajaran Islam, supaya umatnya yang baik berusaha keras untuk menjadi pembayar zakat. Dengan kata lain harus mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang melebihi kebutuhan-kebutuhan pokoknya sekeluarga, sehingga ia
30
menjadi pembayar zakat. Inilah sesungguhnya yang merupakan ajaran pokok dari Islam. 2. Infaq Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu (Gustian Djuanda, 2006:11). Pemaknaan istilah infaq berarti memberikan sejumlah harta tertentu bagi orang yang membutuhkan. Secara syari‟at, infaq berarti mengeluarkan
sebagian
harta
untuk
suatu
kepentingan
yang
diperintahkan ajaran Islam. Istilah infaq adalah sebagian harta seseorang yang dikeluarkan untuk kepentingan umum dengan tidak perlu memperhatikan nishab dan haulnya. Infaq dapat dikeluarkan oleh orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi atau rendah, dalam keadaan lapang ataupun sempit. Jadi infaq tidak ditentukan ukurannya, ukurannya tergantung kerelaan masing-masing orang-orang yang mau memberikan hartanya. Oleh karena itu, kewajiban memberikan infaq tidak hanya tergantung pada mereka yang mempunyai kelebihan harta, namun ditujukan kepada semua orang yang memiliki kelebihan dari kebutuhan pokoknya. Allah SWT menganjurkan orang-orang yang beriman untuk berinfak dalam kebaikan. Allah telah menjanjikan surga yang luas seluas langit dan bumi, bagi orang-orang yang berinfaq di jalan Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah. Allah SWT juga
31
menjelaskan bahwa orang yang benar-benar beriman, adalah orang yang menginfaqkan hartanya hanya untuk mengharapkan ridha Allah. Mereka tidak berinfaq demi nafsu, atau tujuan apapun. Mereka berinfaq hanya karena Allah. Oleh karena itu, mereka merasa tenang jika Allah menerima shadaqah mereka, merasa tenang karena berkah yang diberikan Allah dalam harta mereka dan merasa tenang dengan pahala dan pemberian Allah. (Syaikh M. Abdul Athi Buhairi, 2005: 104) 3. Shadaqah Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah mempunyai pengertian yang luas dibanding infaq, tidak hanya berasal dari harta. Misalnya dalam sebuah hadits dikatakan bahwa senyum dan menyingkirkan duri dari jalan termasuk shadaqah. Jika zakat sesuatu yang dikeluarkan dari jenis harta tertentu, dengan syarat tertentu dan diberikan kepada golongan tertentu. (M. Masykur Khoir, 2006: 8). Shadaqah menurut istilah, memberikan sesuatu kepada yang berhak menerimanya, hanya semata-mata mengharapkan ridho Allah. Shadaqah merupakan bahasa Qur‟ani yang sifatnya umum, yakni segala sesuatu yang diberikan kepada pihak lain tanpa menyalahi aturan syara‟. Masih membekas makna pembiasan, bahwa shadaqah dilakukan ketika ada harta lebih. Padahal aturan syari‟atnya, shadaqah
32
tidak harus menunggu kaya. Seruan Allah agar bershadaqah dimulai ketika kondisi masih sempit dan susah, dan bershadaqahlah sesuai kemampuan
batas
kepemilikinnya.
Dengan
Shadaqah,
Allah
memberikan jalan keluar dengan kelipatan yang tidak disangkasangka. Mereka yakin, Allah akan memberikan balasan yang berlipat ganda. Bagi orang yang mengeluarkan shadaqah di harapkan untuk tidak memperlihatkan hartanya, karena perbuatan itu dapat menyakiti hati mustahik dan juga dapat menghilangkan pahala shadaqahnya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebutnyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al-Baqarah : 264) Allah SWT menyeru kepada hamba-hambaNya yang beriman dan memperingatkan mereka supaya tidak menyiak-nyiakan pahala shadaqah mereka, yaitu dengan menampakkan kelebihan yang
33
mereka miliki di hadapan orang-orang yang membutuhkan sehingga dapat menyakiti hati mereka. Mereka mengeluarkan hartanya dengan tujuan mencari popularitas dan pujian orang lain, padahal sebenarnya mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Kondisi
orang
yang
memperlihatkan
shadaqahnya
itu
diumpamakan seperti batu halus yang berdebu, lalu hujan deras membasahinya, sehingga hilanglah debu yang menempel pada batu tersebut. Sebagaimana hujan deras dapat menghilangkan debu dari batu halus itu, begitu pulalah kondisinya, apabila shadaqah disertai dengan menyakiti perasaan si penerima dan riya, maka pahalanya akan hilang. Dengan demikian, orang yang mengeluarkan shadaqah itu tidak dapat mengambil manfaat apapun dari shadaqahnya. Inilah sifat orang kafir, karena itu jauhilah! Karena, Allah SWT tidak akan mengarahkan kaum kafir menuju kebaikan dan petunjuk. Sesungguhnya Allah SWT menjadikan shadaqah dengan harta dan membelanjakannya di jalan kebaikan itu merupakan ciri dari orang-orang yang benar-benar bertakwa. Allah SWT memberikan sifat kepada mereka dengan sifat ketakwaan, dikarenakan mereka membebaskan diri mereka dari sikap rakus dan kikir. Dengan shadaqah, mereka membebaskan tangan mereka dari sifat pelit yang hina, serta menyambung tali silaturrahim dengan orang-orang yang membutuhkan dan kerabat mereka yang miskin.
34
C.
Bentuk-bentuk Zakat Zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat maal dan zakat fitrah. 1. Zakat Maal Kata maal, dari segi bahasa berarti harta benda. Menurut bahasa maal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk dimiliki, dimanfaatkan ataupun disimpan. Sedangkan menurut istilah syara‟ maal adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki, digunakan dan diambil manfaatnya secara umum. (Asrifin An Nakhrawie, 2011: 85). Dari pengertian diatas, maka yang disebut zakat maal adalah zakat atas harta kekayaan tertentu yang wajib dikeluarkan oleh pemiliknya karena telah mencapai syarat tertentu. (Asrifin An Nakhrawie, 2011: 85) a. Zakat binatang ternak Selama ini zakat binatang ternak kurang popular dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Mungkin dikarenakan tidak banyak orang yang mempunyai peternakan dalam jumlah besar. Petani di pedesaan biasanya hanya mempunyai beberapa ekor kambing atau sepasang sapi untuk membajak sawah. Beberapa jenis hewan yang wajib dizakati meliputi 3 jenis, yaitu; 1) Binatang unta 2) Binatang sapi 3) Binatang kambing
35
1. Nishob dan kadar zakatnya binatang unta Batas nishob atau jumlah minimal unta yang wajib di zakati adalah 5 ekor. Dibawah 5 ekor tidak wajib zakat. Sedangkan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sebagaimana tabel berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 20) Tabel 1 NISHOB DAN KADARNYA BINATANG UNTA JUMLAH TERNAK 5 s/d 9
JUMLAH ZAKAT 1 ekor
10 s/d 14 15 s/d 19 20 s/d 24 25 s/d 35 36 s/d 45 46 s/d 60 61 s/d 75 76 s/d 90 91 s/d 120 121
2 ekor 3 ekor 4 ekor 1 ekor 1 ekor 1 ekor 1 ekor 2 ekor 2 ekor 3 ekor
KETERANGAN Apabila menggunakan domba maka menggunakan domba betina yang sudah genap berumur 1 tahun atau lebih. Dan apabila menggunakan kambing kacang, maka menggunakan kambing kacang betina yang genap berumur 2 tahun atau lebih.
Unta jenis bintu makhodl1 Unta jenis bintu labun2 Unta jenis hiqqoh3 Unta jenis jadza‟ah4 Unta jenis bintu labun Unta jenis hiqqoh Unta jenis bintu labun
2. Nishob dan kadar zakatnya binatang sapi Batas nishob atau jumlah minimal sapi yang wajib dizakati adalah 30 ekor. Dibawah 30 ekor tidak wajib zakat.
1
Bintu Makhodl : Unta betina yang sudah genap umur 1 tahun, masuk umur 2 tahun. Bintu Labun : Unta betina yang sudah genap umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun. 3 Hiqqoh : Unta betina yang sudah genap umur 3 tahun, masuk umur 4 tahun. 4 Jadza‟ah : Unta betina yang sudah genap umur 4 tahun, masuk umur 5 tahun. 2
36
Sedangkan
kadar
zakat
yang
harus
dikeluarkan
adalah
sebagaimana label berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 23) Tabel 2 NISHOB DAN KADARNYA BINATANG SAPI JUMLAH TERNAK 30 s/d 39 40 s/d 59 60 s/d 69 70 s/d 79 80 s/d 89 90 s/d 99 100
JUMLAH DAN KETERANGAN ZAKAT 1 ekor sapi jenis tabi‟5 1 ekor sapi jenis musinnah6 2 ekor sapi jenis tabi‟ 2 ekor sapi (1 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah) 2 ekor sapi jenis musinnah 3 ekor sapi jenis tabi‟ 3 ekor sapi (2 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)
3. Nishob dan kadar zakatnya binatang kambing Batas nishob atau jumlah minimal kambing yang wajib dizakati adalah 40 ekor. Dibawah 40 ekor tidak wajib dizakati. Sedangkan
kadar
zakat
yang
harus
dikeluarkan
adalah
sebagaimana label berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 26)
JUMLAH TERNAK 40 s/d 120
121 s/d 200 201 s/d 399 400 s/d 499 500 5 6
Tabel 3 NISHOB DAN KADARNYA BINATANG KAMBING JUMLAH KETERANGAN ZAKAT 1 ekor Apabila menggunakan jenis domba, maka harus yang sudah genap berumur 1 tahun, masuk 2 tahun. Apabila menggunakan jenis kacang maka harus yang sudah genap berumur 2 tahun, masuk 3 tahun. 2 ekor 3 ekor 4 ekor 5 ekor
Tabi‟ : Sapi jantan yang sudah genap umur 1 tahun, masuk 2 tahun. Musinnah : Sapi betina yang sudah genap umur 2 tahun, masuk 3 tahun.
37
b. Zakat emas dan perak Emas dan perak adalah termasuk jenis benda yang wajib dizakati. Baik berupa emas batangan atau yang masih terurai. Hal ini berdasarkan nash al-Qur‟an, al-Hadits dan ijma‟ ulama. Dalam surat at-Taubah ayat 34 Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. 1) Nishob dan kadar zakatnya emas dan perak Adapun nishab emas adalah sebesar 20 dinar, berat timbangannya kurang lebih 94 gram. Sementara zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 2,5 %. Sedangkan nishab perak adalah sebesar 200 dirham, berat timbangannya kurang lebih 624 gram. Sementara zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % (Mudjahit, 1994: 254).
38
Yang dimaksud dengan dirham dan dinar di atas adalah perak dan emas yang menjadi standar zakat perak dan emas di dalam syariat Islam (Suparta, 1992: 359). c. Zakat ma‟din dan rikaz Ma‟din (barang tambang) adalah segala benda berharga yang ditemukan dari perut bumi. Sedangkan rikaz (harta terpendam) adalah harta pendaman kafir jahiliah (orang-orang sebelum datangnya Islam). 1) Nishab dan kadarnya barang tambang Adapun hasil tambang emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya apabila cukup nishab, pada waktu diperolehnya. Kadar zakatnya adalah 2,5 % atau 1/40 (seperempat sepuluh). Sabda Rasulullah saw:
في ا لرقة ربع ا لعشر “Pada emas dan perak zakat keduanya seperempat sepuluh (1/40) atau 2,5 % (Riwayat Bukhari) (Suparta, 1992: 358). 2) Nishob dan kadar zakatnya rikaz (harta terpendam) Barang rikaz seperti emas, perak, tembaga, besi, timah dan kuningan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20% atau 1/5 sesuai dengan sabda Rasulullah saw sebagai berikut : (Asrifin An Nakhrawie, 2011: 125)
وفي ا لركا زا لخمس “Zakat rikaz adalah seperlima”. (HR. Bukhari dan Muslim).
39
d. Zakat tanaman dan buah-buahan Di antara jenis benda yang wajib dizakati adalah tanaman (hasil bumi) atau biji-bijian dan buah-buahan. Dalam surat al-An‟am ayat 141 Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. 1) a)
Jenis tanaman dan buah-buahan yang wajib dizakati Diantara jenis tanaman (biji-bijian atau makanan) yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah : (1) Gandum (2) Beras, padi, padi kretek dan lain-lain (3) Kacang hijau (4) Kacang tunggak
b) Diantara jenis buah-buahan yang secara dzatiah wajib dizakati adalah : Kurma dan anggur.
40
e. Zakat perdagangan (tijaroh) Yang dimaksud dengan barang dagangan adalah segala barang yang dibeli dengan tujuan untuk dipergandakan (Asrifin An Nakhrawie, 2011: 126). Barang-barang yang menjadi obyek pertukaran atau komoditas perdagangan atau lebih dikenal dengan istilah harta tijaroh meliputi setiap barang yang bisa dipertukarkan. Baik berupa benda atau materi atau berupa manfa‟at atau jasa. 2.
Zakat Fitrah Zakat fitrah atau dikenal dengan sebutan zakat badan, zakat ru‟us atau shadaqah fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan bagi setiap muslim yang mampu. Sebab menemui sebagian bulan Romadlon dan bulan syawal. Zakat fitrah khusus disyari‟ahkan kepada ummat Nabi Muhammad dan mulai diwajibkan pada dua hari menjelang hari „Idul Fitri pada tahun kedua Hijriah. Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat wajibnya. a. Mekanisme dan kadarnya zakat fitrah Salah satu dari hikmah syari‟ah fitrah adalah berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang kurang mampu pada hari yang berbahagia (hari raya), dengan memberikan barang yang diperlukan dalam hidup. Di antara syarat-syarat benda yang digunakan sebagai zakat fitrah adalah: (M. Masykur Khoir, 2006: 79)
41
1). Bahan makanan Manurut madzhab syafi‟i, benda yang digunakan sebagai zakat fitrah harus berupa makanan (bukan uang) yang pada masa itu (tahun/hari raya) dijadikan sebagai makanan pokok oleh mayoritas orang dalam daerah tersebut. 2). Sejenis (tidak campuran) Bahan makanan yang digunakan zakat fitrah harus sejenis, tidak campuran. Misalnya, jenis beras, jenis gandum, jenis jagung dan lain-lain. 3). Dikeluarkan di tempat orang yang dizakati Orang yang dizakati merupakan orang yang zakatnya dibayarkan orang lain. Orang yang menzakati adalah orang yang membayarkan zakat orang lain. Apabila tempat standart makanan pokok dari orang yang dizakati dan orang yang menzakati berbeda, maka jenis makanan
pokok
yang
digunakan
zakat
dan
tempat
memberikannya disesuaikan dengan daerahnya orang yang dizakati. 4). Satu sho‟ untuk setiap satu orang Bahan makanan yang digunakan untuk berzakat untuk setiap satu orang adalah satu sho‟. Satu sho‟ menurut AnNawawi adalah : (M. Masykur Khoir, 2006: 80). - Satu sho‟ gandum
: 1.862,18 gram
42
- Satu sho‟ beras putih
: 2.719,19, 3 gram
- Satu sho‟ gabah
: 2.205, 22 gram
- Satu sho‟ kacang hijau
: 2.600, 12 gram
- Satu sho‟ kacang tunggak
: 2.522, 323, 2 gram
b. Niat zakat fitrah Zakat fitrah merupakan sebuah ibadah fardlu yang sudah barang tentu membutuhkan niat. Melihat fenomena zakat fitrah yang
memungkinkan
dilakukan
oleh
orang
lain
(yang
menangggung nafkahnya atau mendapat izin dari orang yang dizakati), maka pelaku niat dalam zakat fitrah ada 3 macam : (M. Masykur Khoir, 2006: 82). 1)
Zakat untuk dirinya sendiri
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه وڧسي فرضاهلل تعالي 2)
Zakat untuk orang yang ditanggung fitrahnya
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه ولذي فرضاهلل تعالي 3)
Zakat untuk orang yang tidak ditanggung fitrahnya
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه فوله فرضاهلل تعالي c. Hikmah zakat fitrah: 1) Membersihkan jiwa dan menyempurnakan pahalanya orang yang telah berpuasa Romadlon. Dengan berzakat fitrah, nilai ibadah puasa Romadlon yang barangkali berkurang karena halhal yang kurang baik yang dilakukan seorang muslim, menjadi
43
sempurna. Sebagaimana sujud sahwi yang menyempurnakan kekurangan dalam sholat. 2) Mengeluarkan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin yang membutuhkan bantuan adalah salah satu wujud dari rasa kasih sayang kita terhadap kaum fakir miskin (Mudjahit, 1994: 267).
D. Hukum Zakat Berdasarkan
Nash
al-Qur‟an,
al-Hadits
dan
Ijma‟
Ulama‟,
mengeluarkan zakat bagi orang yang telah menetapi syarat wajibnya, hukumnya wajib. Artinya, wajib bagi setiap muslim yang merdeka, baligh, berakal dan mempunyai harta tertentu (harta yang wajib dizakati) yang telah mencapai nishob dan mentapi syarat-syaratnya untuk mengeluarkan zakat. Syari‟ah zakat diwajibkan pada bulan syawal (menurut sebagian ulama bulan Sya‟ban) pada tahun kedua Hijriah. Diantara dalil nash yang melegimitasi hukum wajib zakat adalah:
Artinya: “tidaklah mereka itu diperintah, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenaNya, begitu pula supaya mengerjakan sholat dan mengeluarkan Zakat dan itulah agama yang lurus”. Sehingga jelaslah bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang telah pasti. Kepastian tersebut diperinci
44
lebih lanjut tentang kadar, jumlah dan jenisnya oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Bagi orang yang mempunyai harta yang telah memenuhi syarat wajib zakat, wajib mengerti (belajar) ilmu dan tata cara yang berhubungan dengan permasalahan zakat. Seperti tata cara menentukan nishob, kadar harta yang dikeluarkan, jenis harta yang digunakan zakat dan lain-lain. Sebab di antara syarat sahnya zakat adalah sesuai dengan batas ketentuannya dan dari jenis barang yang mencukupi untuk digunakan zakat.
E. Syarat-syarat Zakat Syarat adalah segala ketentuan yang harus dipenuhi oleh rukun zakat. Syarat wajib mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut: (M. Masykur Khoir: 2006, 16) 1. Islam Bagi non muslim (kafir) tidak diwajibkan mengeluarkan zakat. Sedangkan bagi orang murtad (keluar dari Islam) menurut pendapat yang shohih, zakatnya ditangguhkan (mauquf). Apabila kembali masuk Islam maka wajib mengqodlo zakat yang tidak dikeluarkan saat diluar Islam, dan apabila tetap diluar Islam, maka tidak wajib mengeluarkan zakat dan hartanya menjadi harta fai’ (disita Negara). 2. Merdeka Bagi budak atau hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat, karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang
45
memiliki apa yang ada di tangan hambanya (Wahbah Al-Zuhayly, 2005: 98). 3. Milik yang sempurna Milik yang sempurna maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan tersebut secara sempurna. sehingga bisa menggunakannya secara khusus. Atau harta benda itu milik individu dan tidak berkaitan dengan hak orang lain. Dengan demikian, harta yang digadaikan tidak wajib dizakati karena harta tersebut tidak dikuasai. Begitu juga harta mubah yang dimiliki secara umum tidak wajib dizakati. Misalnya, tanaman yang tumbuh satu-satunya di sebuah tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun sebab harta tersebut tidak ada yang menguasai. Begitu pula orang yang tidak menjadi pemilik sebuah harta, seperti orang yang mencuri, orang yang dititipi atau orang yang menemukan sebuah harta, tidak wajib mengeluarkan zakatnya (Wahbah Al-Zuhayly, 2005: 103). 4. Mencapai nishob/batas tertentu yang mewajibkan zakat Nishob adalah batas minimal suatu harta dikenai kewajiban zakat berdasarkan ketentuan syariat. Jika kurang dari batas minimal tersebut, maka tidak wajib zakat. 5. Haul/sudah genap satu tahun Maksudnya, harta yang dikenai zakat telah melewati masa satu tahun atau 12 bulan Hijriyah. Ini terhitung sejak harta itu mencapai nishob pada pemiliknyanya.
46
6. Saum/digembalakan Saum hanya disyaratkan untuk jenis harta yang berupa binatang ternak. Binatang yang dizakati yaitu binatang yang digembalakan. Digembalakan artinya sengaja diurus sepanjang tahun untuk diambil manfaatnya seperti susu, daging dan anak hasil perkembangbiakan.
F. Rukun Zakat Rukun adalah unsur-unsur yang terdapat dalam pelaksanaan zakat, yaitu: (Hassan Saleh: 2008, 159) 1. Muzakki Orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu berkewajiban menunaikan zakat. 2. Harta yang dikenakan zakat Harta yang harus dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, binatang ternak, dagangan, hasil bumi, ma‟din, rikaz. 3. Orang yang menerima zakat (mustahik), (fakir, miskin, amil, muallaf, gharim, sabilillah, ibnusabil
G. Penerima Zakat Berdasarkan QS Al-Taubah ayat 60, ada delapan kelompok (ashnaf) orang yang dinyatakan berhak mendapat zakat (mustahiq).
47
1. Orang Fakir Orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. 2. Orang Miskin Orang yang tidak memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan pokonya, namun ia mampu berusaha untuk mencari nafkah. Hanya saja, penghasilannya tidak mencukupi kehidupan sendiri atau keluarganya. 3. Amil Orang pengumpulan,
yang
mendapat
penerimaan,
tugas
mengurus
zakat,
pendistribusian,
mulai
bahkan
dari
sampai
pemberdayaannya. Menurut UU no Pasal 38 tahun 1999 pasal 3 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan amil zakat adalah pengelola zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga. 4. Muallaf Secara harfiah muallaf qulubuhum mengandung arti orang-orang yang dibujuk (dijinakkan) hatinya. Dalam terminology fiqh, yang termasuk kategori muallaf adalah : (M. Masykur Khoir, 2006: 89) a) Orang yang baru masuk Islam dan Iman (niat) nya belum kuat. b) Orang yang baru masuk Islam dan Iman nya sudah kuat, dan mempunyai kemuliaan atau pengaruh dikalangan kaumnya. Dengan memberikan zakat kepadanya, diharapkan kaumnya yang masih kafir mau masuk Islam.
48
c) Orang Islam yang melindungi kaum muslimin dari gangguan dan keburukan orang-orang kafir. d) Orang Islam yang membela kepentingan kepentingan kaum muslimin dari muslim yang lain dan orang-orang non Islam. 5. Riqab Orang budak yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari tuannya. Perkembangan pengertian budak ialah golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari eksploitasi pihak lain. 6. Gharim Orang-orang yang terlilit utang. Ia tidak dapat keluar dari lilitan utangnya, kecuali dengan bantuan zakat. 7. Sabilillah Sabilillah dalam pengertian umum adalah orang yang berjuang di jalan Allah. Sabilillah dalam arti sempit bisa berarti jihad, sedangkan dalam arti luas bisa diartikan sebagai segala bentuk kebaikan di jalan Allah yang mengantarkan pelakunya dan manusia lain kepada keridhaan Allah. Dari pengertian sebagaimana di atas maka jihad bisa dalam bentuk upaya pendidikan dalam pengajaran. Dari sini pula dapat di jelaskan bahwa guru juga termasuk dalam kategori sabilillah, demikian juga ustadz yang berjuang memberikan pengajaran kepada orang banyak. 8. Ibnusabil Secara harfiah, kata ibnusabil berarti anak jalanan. Namun, yang dimaksud disini adalah orang-orang yang kehabisan bekal dalam
49
perjalanan bukan untuk tujuan maksiat, sehingga mereka tidak mampu meneruskan perjalanan, kecuali dengan bantuan zakat.
H. Tujuan dan hikmah Zakat 1. Tujuan Zakat Ditinjau dari sudut syariah Islam, maka tujuan berzakat adalah untuk membersihkan
harta
dan
jiwa.
Pengeluaran
zakat
harta
untuk
membersihkan harta kita, karena dalam harta tersebut sebagian merupakan hak orang miskin. Sementara zakat fitrah adalah untuk membersihkan jiwa dan dibayarkan setelah menunaikan ibadah puasa. Dalam Islam harta adalah milik Allah. Manusia hanya diberi amanah untuk mengelola harta tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Zakat merupakan ibadah yang mempunyai aspek sosial sebagai landasan membangun satu sistem yang mewujudkan kesejahteraan dunia dan
akhirat.
memberikan
Dengan peranan
mengintegrasikannya penting
pada
dalam
keyakinan
ibadah keimanan
berarti yang
mengendalikan seorang mukmin dalam hidupnya. Demikianlah fungsi sesungguhnya dari ibadah yang dikenal dengan nama zakat. Tujuan lain yaitu, sesungguhnya jika zakat, infaq dan shadaqah dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ditata dengan baik, baik pengambilan maupun pendistribusiannya, akan mampu memperkecil
50
masalah kemiskinan dan kefakiran yang kini dihadapi sebagian umat. (Didin Hafidhuddin: 2001, 219) 2. Hikmah zakat Adanya kewajiban menunaikan zakat yang demikian tegas dan mutlak itu, karena di dalam ajaran ini terkandung hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki, mustahik, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Perintah mengeluarkan zakat diiringi oleh janji dari Allah SWT, bahwa semua ibadah dan segala amal perbuatan yang baik akan dibalas oleh Allah SWT. Tidak ada amal ibadah yang hilang atau terabaikan. Ini merupakan janji Allah SWT. Sebagai pemuas atas kebutuhan tabiat manusia yang selalu mengharapkan balas jasa terhadap apa yang dikerjakannya. (Rahmah Kumala Dewi, 2008: 3) Di antara hikmahnya zakat adalah : a. Meningkatkan Iman Orang yang dengan sadar dan tulus ikhlas mengeluarkan zakat, berarti telah sanggup menerima perintah Allah secara total dan menempatkannya di atas semua kepentingan meyakini dan membenarkan bahwa zakat merupakan Rukun Islam dan menjadi haknya orang lain harus diberikan. Selain itu, zakat infaq dan shadaqah dan lain-lain menjadi perwujudan syukur kepada Allah atas karuniaNya yang berupa materi, sebagaimana sholat, puasa dan lain-lain menjadi wujud syukur atas ni‟mat yang berupa
51
kesehatan badan. Dalam al- Baqoroh ayat 267, Allah memulai perintah mengeluarkan zakat.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji b. Membersihkan Jiwa Dengan berzakat berarti telah melatih dan menumbuh kembangkan jiwa sosial, dermawan dan kasih sayang terhadap sesama. Mensucikan hati dari penyakit materialisme, kikir dan dendam. Dengan zakat seseorang akan mencapai titik tertinggi ni‟mat ridlonya Allah SWT. Dalam surat At-Taubah 103 Allah berfirman :
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
52
c. Menjaga Harta Rosulullah SAW bersabda :
حصىواموالكم با لسكا ة ودا ووا مرضا كم با لصذقة “jagalah hartamu dengan (mengeluarkan) zakat, dan sembuhkan orang-orang sakitmu dengan shadaqah” (M. Masykur Khoir, 2006: 11). Secara implisit
hadits diatas memberi
pemahaman, bahwa resep mujarab untuk menjaga harta dan jiwa pemiliknya dari marabahaya adalah zakat.
I.
Lembaga Amil Zakat Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai ketentuan agama. Definisi Lembaga Amil Zakat (LAZ) terdapat dalam keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat menyebutkan, yang dimaksud dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Di Indonesia terdapat lembaga-lembaga yang melakukan pengelolaan zakat. Seperti YDSF (Yayasan Dana Sosial Al-Falah), PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli Ummat), Rumah Zakat dan lain-lain. Di samping pengelolaan zakat yang telah dipaparkan diatas, pengelolaan zakat dapat juga dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat
53
(LAZ) yang terdapat di Masjid. Dalam hal ini, peranan Masjid sangatlah besar,
karena kehidupan sehari-hari dari umat Islam terkait erat dengan Masjid yang didirikan atas dasar iman. Semua kegiatan umat terpusat di Masjid dengan imam sebagai manajer yang efektif dari setiap Masjid Masjid adalah tempat memulai langkah keluar untuk mendapatkan petunjuk dari nurullah. Diantara fungsi dan peran masjid adalah : (Moh E. Ayub, 1996: 7-8). 1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah, 2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian, 3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat, 4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan, 5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jama‟ah dan kegotongroyongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama, 6. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin, 7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat,
54
8. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya dan 9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan Supervise sosial. Apabila masjid dituntut untuk membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat dan cukup memadai, menyenangkan, dan menarik bagi semua orang. Baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, kaya dan miskin. Disinilah peran pengurus takmir masjid untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat jama‟ah masjid. Salah satu komponen kemakmuran masjid adalah Imam, khususnya untuk bidang ibadah. Untuk itu, perlu dibentuk dewan imam. Untuk menuju terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa, setidaknya ada lima materi dakwah yang menjadi prioritas, yang tidak lepas dari fungsi masjid yaitu: a. Pembinaan Ukhuwah Islamiyah b. Pembinaan Akhlakul Karimah c. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan d. Pencegahan kemaksiyatan e. Pemberantasan paham menyesatkan Dalam kaitannya dengan zakat, fungsi Masjid yang telah dipaparkan diatas merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu dalam menjalankan kegiatan pengelolaan zakat. Dengan adanya pembinaan-pembinaan tersebut, maka dapat membantu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat untuk menjalankan syari‟ah Islam, salah satunya yaitu dengan zakat.
55
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal 1. Kondisi Geografis Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten yang berada dalam wilayah profinsi Jawa Tengah. Batas wilayah administrasi kabupaten Kendal meliputi : laut Jawa di arah utara, kota Semarang di arah timur, kabupaten Temanggung di arah selatan, dan kebupaten Batang di arah barat. Jarak jauh wilayah kabupaten Kendal dari barat ke timur adalah sejauh 40 km, sedagkan dari utara ke selatan adalah sejauh 36 km. Kabupaten kendal mempunyai luas wilayah sebesar 1.002,23 km yang terbagi menjadi 20 kecamatan dengan 265 desa serta 20 kelurahan.(“Letak
Geografis
Kabupaten
Kendal”,
www.kabupaten-
kendal.go.id ). Pusat pemerintahan berada di kecamatan Kendal. Sembilan belas kecamatan tersebut masing-masing adalah Plantungan (12 desa), Sukorejo (12 desa), Pageruyung (14 desa), Patean (14 desa), Singorojo (14 desa), Limbangan (16 desa), Boja (18 desa), Kaliwungu (15 desa), Brangsong (12 desa), Pegandon (12 desa), Ngampel (12 desa), Gemuh (16 desa), Ringinarum (12 desa), Weleri (16 desa), Rowosari (16 desa), Kangkung (15 desa), Cepiring (15 desa), Patebon (18 desa), dan Kota Kendal (20 kelurahan). Secara umum wilayah kabupaten Kendal terbagi menjadi dua daerah dataran yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan daerah dataran tinggi
56
(pegunungan). Wilayah bagian utara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-10 meter yang meliputi 12 kecamatan yaitu Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Gemuh, Ringinarum, Pegandon, Ngampel, Patebon, Kendal, Brangsong dan Kaliwungu. Sedang bagian wilayah selatan merupakan daerah dataran tinggi yang terdiri atas tanah pegunungan dengan ketinggian 10-2.579 meter yang meliputi 7 kecamatan yaitu, Plantungan, Pageruyung, Sukorejo, Patean, Singorojo, Boja dan Limbangan. Perkembangan kependudukan di Kabupaten Kendal dari tahun ketahun terus meningkat. Data dari dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kendal sampai dengan pertengahan tahun 2010 data jumlah penduduk di Kabupaten Kendal telah mencapai 1.074.940 jiwa yang terdiri dari laki laki 535.279 jiwa (49.80%) dan perempuan 539.661 jiwa (50.20%), dengan kepadatan rata - rata 1.061 jiwa/km². Dilihat dari perkembangannya sampai pertengahan tahun 2010 penduduk
Kabupaten Kendal mengalami
pertumbuhan rata - rata 1.55 % per-tahun. Data Penduduk Kabupaten Kendal selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : (“Penduduk Kabupaten Kendal”, www.kabupatenkendal.go.id).
57
Tabel 4 BANYAKNYA PENDUDUK KABUPATEN KENDAL DIRINCI MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2006 – 2010 Penduduk 2006 2007 2008 2009 2010 Laki-laki 453.719 462.612 520.589 527.224 535.279 Perempuan 464.776 474.808 524.514 531.269 539.661 JUMLAH 918.495 937.420 1.045.103 1.058.493 1.074.940 Kepadatan/ 916 935 1.043 1.056 1.061 Km2 Sumber: Penduduk Kabupaten Kendal, www.kabupatenkendal.go.id.
Dengan memperhatikan jumlah penduduk pada tabel diatas, maka dapat dilihat pada pertengahan tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan sebesar 1.55 % yakni dari jumlah 1.058.493 jiwa ditahun 2009 meningkat menjadi 1.074.940 jiwa pada tahun 2010. Dengan membandingkan banyaknya penduduk laki - laki dan penduduk perempuan, maka diketahui "Sex Ratio" penduduk Kabupaten Kendal pertengahan tahun 2010 sebesar 992 per 1000; ini berarti adanya kecenderungan meningkatnya angka kelahiran apabila tidak ditangani secara dini, karena proporsi penduduk perempuan lebih besar dibanding penduduk laki - laki. Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada pada strata 15 - 64 tahun, dengan jumlah jiwa 775.231 orang. Dalam kelompok Usia produktif tersebut, jumlah jiwa terbanyak pada strata 25 - 29 tahun dengan jumlah jiwa 108.274 orang. Jumlah kelompok umur 0 - 14 Tahun sebanyak 227.485 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada strata 65 tahun keatas berjumlah 72.227 jiwa.
58
2. Kondisi Keagamaan Kendal beribadat (akronim dari bersih, indah, barokah, aman, damai dan tertib) adalah semboyan dari kabupaten Kendal. Hal ini mencerminkan bahwa aspek kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan. Demikian pula makna religius sangat kental dalam lambang daerah kabupaten Kendal antara lain, (1) tulisan “Ngesti Widhi” yang berarti suatu fatwa mutiara yang melambangkan watak bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, tekun beribadat dan beramal, (2) bambo runcing yang beruas sembilan dengan warna kuning menjulang keatas menuju kearah bintang melambangkan perjuangan walisongo di dalam kepahlawanan dan keperwiraan mereka menyebarkan agama Islam yang sampai sekarang masih dianut oleh rakyat Kendal, dan kubah atau menara Masjid yang melambangkan teguhnya kepribadian rakyat Kendal. Bahwa daerah ini banyak memiliki ajaran dan kebudayaan yang memberikan andil besar dalam hal perkembangan dan pertumbuhan ajaran Islam, begitu pula perkembangan-perkembangan berikutnya dengan adanya banyak pondok pesantren. (“LambangKendal”, www.kabupaten-kendal.go.id) Data tentang tingkat dan kondisi keberagamaan masyarakat kabupaten Kendal ditentukan dengan parameter-parameter yang umumnya dipakai untuk mengukur tingkat keberagamaan suatu masyarakat Muslim dan juga kategori sosial lainnya antara lain adalah jumlah tempat ibadah yang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Dengan demikian diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah tempat ibadah disuatu tempat maka semakin
59
tinggi tingkat keberagamaan masyarakat itu. Atau dengan kata lain jumlah tempat ibadah berbanding terbalik dengan jumlah umat pemakai tempat ibadah itu. Kecuali tempat ibadah parameter yang lain adalah jumlah sarana dan prasarana pendidikan dan keagamaan tertentu seperti haji dan jumlah pemeluk yang menekuni dibidang keilmuan dan profesi keagamaan seperti santri, ulama’, mubaligh dan khotib. Pada tahun 2010 mayoritas penduduk Kabupaten Kendal beragama Islam yaitu sebesar 919.465 jiwa yang beragama
Kristen (Protestan)
(98,90%). Sedangkan penduduk sebanyak 4.653
orang,
yang
beragama Katolik sebanyak 4.038 orang, Hindu sebanyak 421 orang, dan penduduk yang beragama Budha merupakan jumlah terkecil yaitu sejumlah 275 orang atau sekitar 0,03% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Kendal (www.kabupaten-kendal.go.id). Dari segi tempat ibadah, agama Islam di kabupaten Kendal juga sangat mendominasi seiring dengan jumlah umatnya. Tercatat ada 3.961 tempat ibadah bagi umat Islam yang terdiri dari 805 Masjid, 2.079 Langgar, dan 177 Musholla. Tempat Ibadah bagi umat beragama lain tercatat 53 gereja dan 6 pura atau wihara. Jika dibandingkan dengan jumlah umat Islam yang ada di kabupaten Kendal, maka rata-rata setiap tempat ibadah mempunyai 200 jam’ah. Dari data yang ada dapat diambil suatu pemahaman bahwa ada kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan pembangunan dan penambahan sarana-sarana ibadah.
60
Setiap tahun rata-rata ada dua kloter atau 700-800 jama’ah haji kabupaten Kendal atau 0,08 % - 0,09 % dari jumlah penduduk kabupaten Kendal. Fenomena ini bisa diartikan bahwa tingkat perekonomian penduduk Kendal cukup di satu sisi dan tingkat keberagaam umat Islam yang cukup tinggi disisi yang lain (www.kabupaten-kendal.go.id). Sejalan dengan tempat peribadatan dan jumlah jamaah haji, jumlah sarana dan prasarana keagamaan maupun jumlah umat yang menekuni keilmuan dan profesi keagamaan pun cukup tinggi. Hal demikian bisa dilihat dari data tentang jumlah pondok pesantren yang berjumlah 129 buah dengan 2.093 pengajar atau ustadz. Data ini tidak termasuk jumlah Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan al-Qur’an dan Majlis Taklim. 3. Kondisi Perekonomian Kabupaten Kendal boleh dibilang memiliki banyak hal yang dibutuhkan bagi suatu daerah dan rakyatnya untuk menjadi kaya, makmur dan jaya. Letak geografisnya, yaitu dijalur utama Jakarta-Surabaya yang tidak pernah sepi sepanjang 24 jam, memungkinkan apapun yang ditawarkan orang disana untuk dilirik calon pembeli. Selain itu, posisi Kendal sebagai penyangga bagi kota Semarang yang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah sangat memungkinkan pada suatu saat akan menampung limpahan kegiatan yang sudah jenuh atau tidak mungkin lagi dilakukan lagi di Kota Semarang. Meskipun sebagian besar penduduk Kabupaten Kendal memiliki aktvitas di sektor pertanian, namun sektor industri pengolahan memberikan
61
kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Kendal tahun 2003 yaitu sebesar 42,63%, disusul sektor pertanian 21,24%, sektor perdagangan 17,15%, dan sektor jasa 9,01%. Sedangkan konstribusi terkecil pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,46%. Sektor-sektor lainnya seperti sektor listrik dan air minum, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing berkisar antara 2-3%. PDRB kabupaten Kendal pada tahun 2003 mencapai Rp. 1.662.065,83 (harga konstan). Jika diperhatikan sejak lima tahun terakhir maka dapat dinyatakan bahwa sumbangan PDRB didominasi oleh tiga sektor utama (industri pengolahan, pertanian dan perdagangan) (www.kendalkab.go.id). 4. Kondisi kesejahteraan sosial Meskipun secara keseluruhan kondisi perekoniman kabupaten Kendal cukup baik, akan tetapi tidak serta merta hal itu berbanding lurus dengan kondisi kesejahteraan sosial. Menurut data yang ada, jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ternyata cukup tinggi. Yang secara global dikelompokkan dalam beberapa kategori berikut : anak-anak, wanita, lansia, penyandang cacat, keluarga dan masyarakat (“KesejahteraanSosial”, www.kabupaten-kendal.go.id). PMKS kategori anak-anak terdiri dari berbagai jenis antara lain anak balita terlantar (661 jiwa), anak terlantar (6775 jiwa), anak yang menjadi korban kekerasan (91), anak nakal (948 jiwa), anak jalanan (291 jiwa), dan anak cacat (1148 jiwa). PMKS kategori wanita terdiri dari dua jenis yaitu wanita rawan sosial ekonomi (6538 jiwa), dan wanita yang menjadi korban
62
tindak kekerasan (223 jiwa). Sedangkan PMKS lansia yang menjadi korban tindak kekerasan (11 jiwa). Penyandang cacat meliputi penyandang cacat mental eks psikotik (247 jiwa), penyandang cacat ganda (117 jiwa), penyandang cacat bibir sumbing (53 jiwa), penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis (754 jiwa), penyandang cacat bekas penderita penyakit kusta (29 jiwa), tuna susila (203 jiwa), pengemis (31 jiwa), gelandangan (3 jiwa), bekas narapidana (735 jiwa), pekerja migran bermasalah (204 jiwa). Keluarga penyandang masalah kesejahteraan sosial terdiri dari keluarga fakir miskin, keluarga berumah tak layak huni, keluarga bermasalah psikologis, dan keluarga rentan. Masyarakat yang menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial antara lain masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, masyarakat korban bencana alam, dan masyarakat korban bencana sosial. Jika dibandingkan dengan keseluruhan penduduk Kendal, maka masyarakat yang menyandang masalah kesejahteraan sosial adalah 17,8 % dan masyarakat yang tidak menyandang masalah kesejahteraan sosial adalah 82,2%.
B. Potensi Zakat di Kendal Di Kendal memiliki sejumlah Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang masih bekerja secara aktif. Diantaranya yaitu Bapelurzam, LAZ Masjid Agung Kendal, Bapelazis, BAZDA Kabupaten, LAZ NU. Badan Amil
63
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang akan dibahas disini yaitu LAZ (Lembaga Amil Zakat) Masjid Agung Kendal, Bapelurzam (Badan Pengelola Urusan Zakat Muhammadiyah) dan Bapelazis (Badan Pengelola Zakat Infaq dan Shadaqah). Potensi zakat di kabupaten Kendal pada tahun 2010 Bapelurzam (Badan Pengelola Urusan Zakat Muhammadiyah) berhasil mengumpulkan dan mengelola dana zakat sebesar Rp. 702.988.650,-, LAZ (Lembaga Amil Zakat) Masjid Agung Kendal mengumpulkan dan mengelola dana zakat sebesar Rp. 17.370.000,-, dan bapelazis (Badan Pengelola Zakat Infaq dan Shadaqah) mengumpulkan dan mengelola dana zakat sebesar Rp. 46.862.719,- sehingga totalnya Rp. 762.291.369,-. Harusnya dana zakat yang terkumpul lebih dari itu, karena sampai sekarang saja masih ada masyarakat yang belum mendapat bagian dari dana zakat. Akan tetapi bukan berarti dana zakat tersebut tidak dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat lemah. Dana zakat tersebut sudah sangat membantu sebagian masyarakat yang kurang mampu. Maka terlihat bahwa dana zakat yang terkumpul dan dikelola ketiga Lembaga atau Badan tersebut sangat berarti bagi keluarga yang berhak mendapatkan bagian zakat di kabupaten Kendal. Namun demikian tidak serta merta dapat diartikan bahwa potensi zakat untuk masyarakat di Kabupaten Kendal tidak ada. Ada banyak hal terkait yang tidak bisa diabaikan untuk dapat mengambil kesimpulan secara tepat. Secara riil badan atau lembaga pengelola zakat di Kendal tidak hanya Bapelurzam,
64
Bapelazis, dan LAZ Masjid Agung. Di Kendal juga masih banyak Lembaga atau Badan pengelola zakat yang dapat bekerja secara aktif. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa dana zakat yang terkumpul dan dikelola oleh keseluruhan badan atau Lembaga pengelola zakat yang ada tentu lebih besar lagi dari yang dikumpulkan dan dikelola oleh Bapelurzam, Bapelazis dan LAZ Masjid Agung Kendal. Upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah melalui pengelolaan dana zakat memerlukan waktu, tidak langsung selesai. Maksudnya, betapapun besarnya dana zakat yang terkumpul dan dikelola oleh badan atau lembaga pengelola zakat pada suatu waktu tidak dapat langsung menghilangkan kemiskinan dari masyarakat. Kemiskinan tidak dapat dihilangkan, tetapi bisa dikurangi. Karena itu yang diperlukan adalah upaya serius dan terus-menerus untuk sampai batas maksimal. Menurut Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Kendal, Drs. Bachtiar Nurono, guna membantu warga masyarakat yang kekurangan agar mampu bangkit menuju kehidupan yang lebih baik, sosialisasi zakat sangat penting dilaksanakan untuk menggali potensi zakat di wilayah Kabupaten Kendal.
C. LAZ Masjid Agung Kendal 1. Sejarah berdirinya LAZ Masjid Kendal Terbentuknya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal tersebut tak lepas dari beberapa hal yang mendasari keinginan dari sebagian umat untuk merealisasikan suatu kegiatan sosial
65
yang berupa pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan pentasyarupannya
akan
dikembalikan
untuk
kepentingan
warga
masyarakat pula. Dalam hal ini Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal merupakan salah satu lembaga dakwah yang ada di Indonesia. Lembaga ini didirikan dengan SK Bupati Nomor : 451.1/333/2004 tanggal 27 Maret 2004 tentang pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kab. Kendal. Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal merupakan salah satu lembaga yang melakukan kegiatan dakwah yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, dan shadaqah baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal dibentuk untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat meningkatkan peran serta umat Islam kota Kendal dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dengan penggalian dan pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Seiring berjalannya waktu Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal mengalami peningkatan dalam hal pengumpulan dana zakat, infaq dan shadaqah. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya perolehan dan meningkatnya pula dana yang disalurkan melalui program yang telah dibentuk.
66
2. VISI dan MISI Visi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu Menjadi Lembaga Yang Amanah Dan Profesional Dalam Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS), mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan zakat, infaq dan shadaqah. Misi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu : a. Meningkatkan kesadaran berzakat bagi Aghniya/Muzakki; b. Mengoptimalkan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang amanah dan profesional serta berbasis manajemen modern dan syariah. c. Meningkatkan status mustahiq menjadi Muzakki melalui programprogram Pendayagunaan dan Pendistribusian; d. Mendayagunakan dan mendistribusikan ZIS kepada Mustahiq secara lebih berdayaguna dan berhasilguna. 3. Tujuan Laz Masjid Agung Kendal Tujuan pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal adalah sebagai berikut: a. Terukurnya kinerja pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan yang akan datang. b. Terciptanya rumusan kegiatan prioritas LAZ Masjid Agung Kendal sebagai salah satu instrumen pemberdayaan ekonomi umat. c. Terlaksananya sistem pengorganisasian yang modern dan akuntable sehingga kepercayaan masyarakat betul-betul tumbuh secara alamiah.
67
4. Program Kerja Program kerja di LAZ Masjid Agung Kendal dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: a. Program Kerja Umum 1) Program Motivasi dan Sosialisasi Zakat a) Target (1) Terbangunnya motivasi dan kesadaran kolektif umat Islam untuk mengeluarkan zakat demi mengangkat harkat martabat hidup seluruh anggota masyarakat. (2) Terwujudnya konsepsi umat mengenai konsep zakat yang tidak hanya sekedar memenuhi kewajiban ritual belaka, melainkan menjadi instrument syariah untuk mengatasi kepincangan sosial ekonomi di dalam
masyarakat
sehingga terwujudnya kesejahteraan umat; b) Bentuk Program (1) Membangun sentra penyuluhan dan layanan publik melalui UPZ secara terpadu; (2) Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat; 2) Program Pengelolaan Zakat dan Pemberdayaan Masyarakat a) Target (1) Tersedianya data muzakki dan mustahik; (2) Terbangunnya sistem informasi dan jaringan pengolahan data pengelolaan zakat;
68
(3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola zakat. b) Bentuk Program (1)
Mendata jumlah zakat, muzakki dan mustahik;
(2)
Membangun sistem informasi yang terintegrasi dalam pengolahan data;
(3) Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat koordinasi; b. Program Kerja Bidang-Bidang 1) Bidang Pengumpulan a) Target (1) Tersedianya catatan dan pembukuan yang transparan atas pengumpulan dana; (2) Terlaporkannya
hasil
pengumpulan
dana
setiap
1 tahun 2 kali. b) Bentuk Program (1) Mandata
dinas,
badan,
kantor
pemerintah
Kab. Kendal dan perusahaan-perusahaan swasta; (2) Mengedarkan
surat
pada
lembaga
pemerintah
dan perusahaan yang belum ada UPZ; (3) Membuat laporan keuangan berkala yang secara terbuka.
disampaikan
69
2) Bidang Pendistribusian a) Target (1) Tercapainya
skala
prioritas
kebutuhan
mustahik
dalam pemberian hibah; (2) Terbentuknya
bentuk
bantuan
yang
dapat
menyelesaikan masalah yang sangat mendesak; (3) Meningkatkan
kesejahteraan
mustahik
baik
perorangan maupun kelompok. b) Bentuk Program (1) Membuka layanan informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat
baik
berupa
iklan
ataupun
pengumuman yang dipasang di Kantor Kelurahan dan Kecamatan, supaya kebutuhan darurat dapat segera dilaporkan dan ditangani oleh LAZ; (2) Menjalin kerjasama dengan para pelaku usaha dan pedagang
untuk
mencari
warga
miskin
yang
membutuhkan suntikan dana hibah dari LAZ; 3) Bidang Pendayagunaan a) Target (1) Tercapainya pemenuhan hajat hidup mustahik yang delapan asnaf dan orang-orang yang tidak berdaya secara ekonomi.
70
(2) Adanya tempat usaha nyata yang berpeluang dapat mengurangi pengangguran. (3) Terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang hakiki, sehingga mampu menjalankan ajaran agama dengan tenang dan khusu’. b) Bentuk Program (1) Memberikan
bantuan
pada
fakir
miskin
baik
mustahik
yang
yang konsumtif maupun produktif; (2) Memberikan
pembinaan
kepada
berkesinambungan, agar terjadi hubungan kekeluargaan yang harmonis. (3) Kegiatan khitanan massal bagi kaum dhuafa. 5. Susunan pengurus LAZ Masjid Agung Kendal Susunan pengurus Lembaga Amil Zakat Masjid Agung Kendal terdiri atas unsur penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, bagian penerimaan, dan bagian penyaluran. Dalam kepengurusan LAZ, LAZ mengadakan pergantian setiap tahunnya. Sebagian dari pengurus LAZ adalah pengurus Masjid Agung Kendal. Adapun susunan pengurus LAZ Masjid Agung Kendal adalah sebagai berikut: (Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal “Susunan Pengurus” tahun 2010/2011) 1. Penasehat Drs. H. Asmawi Usman
71
2. Ketua HM. Makmun Amin 3. Sekretaris 1. HM. Ubaidillah, S.Pd. I 2. M. Asyrofi 4. Bendahara HA. Hasjim Amin 5. Bagian penerimaan 1. Abdul Choliq 2. HM. Chafidz M 3. Moh. Isom Amin 6. Bagian penyaluran 1. M. Sunarso 2. Suratman 3. Asroch 6. Tugas Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal a. Penasehat Memberi nasihat baik diminta maupun tidak kepada pengurus untuk kemajuan LAZ. Menasehati pengurus untuk kemajuan LAZ. b. Ketua 1) Melaksanakan garis besar kebijakan LAZ dalam program pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat, 2) Memimpin pelaksanaan program-program LAZ,
72
3) Merencanakan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat. c. Sekretaris 1) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan, 2) Menyiapkan
bahan-bahan
untuk
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan pengelolaan zakat dan mempersiapkan laporan, 3) Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-hari 4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ketua 5) Dalam melaksanakan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada ketua. d. Bendahara 1) Mengolah seluruh asset uang zakat, 2) Melaksanakan pembukuan dan keuangan, 3) Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat dari bidang pengumpulan, 4) Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat dari bidang pendayagunaan zakat dan lainnya dari bidang pendayagunaan, 5) Menyusun dan menyampaikan laporan berkala atas penerimaan dan penyaluran dana zakat, 6) Mempertanggungjawabkan dana zakat dan dana lainnya.
73
e. Bagian penerimaan 1) Melakukan pendataan muzakki, harta zakat dan lainnya, 2) Melakukan usaha penggalian zakat dan dana lainnya, 3) Melakukan pengumpulan zakat dan lainnya, dan menyampaikan tanda bukti penerimaan pada bendahara 4) Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat dan lainnya, 5) Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat dan lainnya. f.
Bagian penyaluran 1) Menerima dan menyeleksi permohonan calon mustahiq, 2) Mencataat mustahiq yang memenuhi syarat menurut kelompoknya masing-masing, 3) Menyiapkan
rancangan
keputusan
tentang
mustahiq
yang
menerima zakat dan lainnya, 4) Melaksanakan penyaluran dana zakat dan lainnya sesuai dengan keputusan yang telah ditetapkan, 5) Mencatat penyaluran dana zakat dan lainnya, dan menyerahkan tanda bukti penerimaan pada bendahara, 6) Menyiapkan bahan laporan penyaluran dana zakat dan lainnya, 7) Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada ketua. 8) Menerima dan mencatat permohonan pemanfatan dana zakat dan lainnya untuk usaha.
74
D. Pengelolaan zakat, infaq dan Shadaqah di LAZ Masjid Agung Kendal Dari perspektif manajemen pengelolaan, pranata zakat mempunyai dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran. Pengumpulan zakat antara lain ditempuh dengan langkah sebagai berikut. Muzakki secara langsung mendatangi LAZ atau UPZ. Sedang penyaluran zakat, dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal berikut : (i) penyaluran terdiri atas pendistribusian dan pendayagunaan. (ii) Pendistribusian dan pendayagunaan diperuntukkan delapan ashnaf. (iii) penekanan kepada kelangsungan hidup fakir miskin. (iv) memenuhi kebutuhan pokok. (v) sumber perekonomian untuk pemeliharaan masjid dan kesejahteraan umat. (vi) untuk keperluan masyarakat umum. Berikut ini akan dipaparkan mekanisme pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal yang meliputi proses pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan. 1. Pengumpulan Zakat Posisi dan peran sebagai pengumpul dan pengelola dana melekat pada eksistensi lembaga zakat. Sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh lembaga zakat pada umumnya berasal dari donatur atau muzakki. Untuk mendapatkannya, lembaga zakat menjalankan perannya sebagai pengumpul dana melalui berbagai cara. Sehingga dana atau sumber daya yang terkumpul merupakan mandat atau amanah dari para donatur untuk dikelola dan oleh karenanya harus dipertanggung jawabkan berdasarkan tujuan awalnya.
75
Untuk menjalankan mandat dari para donatur yang berupa dana atau sumber daya tersebut, maka lembaga zakat berperan juga sebagai pengelola dana untuk mencapai tujuan dan kepentingan lembaga. Untuk memberikan kepercayaan muzakki terhadap lembaga amil zakat diperlukan kualitas manajemen lembaga amil zakat dan sifat amanah para
pengelolanya.
Upaya
menghindari
ketidaktepatan
dalam
pengumpulan dan penyaluran dana zakat, perlu dilakukan melalui manajemen zakat. Dengan demikian, diharapkan dapat memberdayakan zakat sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan sosial, mengembangkan masyarakat dan menyelamatkan modal harta dan pengembangannya. (Muhammad Hasan, 2011: 20). Untuk itu LAZ Masjid menyediakan
kader-kader yang
berkemampuan luas. Selaku tenaga operasional LAZ berinisiatif memungut atau mengumpulkan zakat dari para
wajib zakat secara
langsung. Para tenaga operasional itu secara door to door datang kepada para wajib zakat di rumah mereka. Dalam hal ini, para wajib zakat tidak begitu saja dipungut zakatnya. Mulanya wajib zakat diberi surat pemberitahuan yang isinya menyatakan bahwa LAZ siap memungut dan mengelola zakat mereka. Dalam kenyataannya tidak semua wajib zakat membayar zakatnya setelah didatangi oleh petugas pengumpul. Banyak para muzakki yang secara langsung dalam berbagai kesempatan meyerahkannya kepada LAZ. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyerahkan zakatnya jauh hari
76
sebelum tenaga operasinal menyebarkan surat pemberitahuan pengelolaan zakat. Tabel 5 PERKEMBANGAN PEROLEHAN DANA ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL 2009-2011 NO TAHUN JUMLAH ZIS JUMLAH MUZAKKI 1. 2009 Rp. 8.405.000 422 2. 2010 Rp. 13.180.000 380 3. 2011 Rp. 17.370.000 395 Sumber: Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perolehan dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Dalam jumlah zakat, pada tahun 2009 LAZ memperoleh dana sebesar Rp. 8.405.000, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang drastis dalam perolehan dana ZIS yaitu Rp. 13.180.000, dan pada tahun 2011 LAZ mengalami peningkatan perolehan dana ZIS yaitu sebesar Rp. 17.370.000. Sedangkan dalam jumlah muzakki, pada tahun 2009 muzakki yang menyalurkan hartanya ke LAZ Masjid Agung Kendal yaitu ada 422 muzakki, pada tahun tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 380 muzakki, tapi pada tahun 2011 mengalami peningkatan lagi yaitu menjadi 395 muzakki. Kenaikan dan penurunan muzakki di LAZ Masjid Agung Kendal itu dikarenakan kesadaran muzakki di Kendal tidak tetap.
77
Tabel 6 DAFTAR HIMPUNAN ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL TAHUN 2009-2011 NO
1 2 3
TAHUN
ZAKAT
INFAQ
SHODAQOH
2009 Rp. 7.435.000 Rp. 40.000 Rp. 930.000 2010 Rp. 12.450.000 Rp. 560.000 Rp. 170.000 2011 Rp. 15.425.000 Rp. 905.000 Rp. 1.040.000 Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
JUMLAH
Rp. 8.405.000 Rp. 13.180.000 Rp. 17.730.000
Muzakki yang mengeluarkan zakatnya di LAZ Masjid Agung Kendal yaitu PNS, Pedagang atau Wiraswasta, Petani, Karyawan Swasta. Tabel 7 DAFTAR HIMPUNAN ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL TAHUN 2011 NO Cabang Dana Terhimpun Jumlah Muzakki 1 Kebondalem Rp. 410.000 21 2 Patukangan Rp. 710.000 23 3 Kendal Rp. 13.255.000 166 4 Pegulon Rp. 755.000 58 5 Kaliwungu Rp. 60.000 3 6 Pekauman Rp. 340.000 21 7 Langenharjo Rp. 500.000 34 8 Pegandon Rp. 120.000 6 9 Boja Rp. 20.000 1 10 Patebon Rp. 410.000 22 11 Tunggul Rejo Rp. 200.000 10 12 Gemuh Rp. 70.000 3 13 Sukorejo Rp. 40.000 2 14 Cepiring Rp. 200.000 7 15 Karangsari Rp. 140.000 7 16 Brangsong Rp. 40.000 2 17 Weleri Rp. 100.000 5 18 Pageruyung Rp. 80.000 4 Jumlah Rp. 17.370.000 395 Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
78
Dari daftar tabel di atas dapat disimpulkan bahwa himpunan dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal pada tahun 2011 adalah Rp. 17.370.000 dengan muzakki sebanyak 395 orang. Akan tetapi dalam pengumpulan zakat bagi LAZ bukan semata dari banyak atau meningkatnya dana yang terhimpun. Yang justru diharapkan adalah peningkatan jumlah muzakki disamping jumlah dana zakatnya. Sebab, semakin banyak orang berzakat berarti semakin dekat dengan tujuan disyari’atkannya pranata zakat itu sendiri. Karena merasa belum sukses, maka LAZ melakukan sosialisasi dengan dakwah bil hal. Dengan memberikan contoh tauladan dalam berzakat. Para tokoh agama terus berusaha menggerakkan umat. Untuk berzakat dengan gerakan sadar zakat yang antara lain melalui khutbahkhutbah dan pengajian khusus tentang zakat dalam berbagai kesempatan. Agaknya ada beberapa kejanggalan berkaitan dengan konsepsi yang dipilih dan strategi yang diterapkan oleh LAZ Masjid Agung Kendal dalam hal pengelolaan zakat terutama dari sisi pengumpulan. Pertama, tenaga operasional yang bertugas dalam penerimaan dana zakat tidak mengetahui seberapa besar harta kekayaan muzakki. Karena mereka hanya menerima. Jadi mereka tidak mengetahui apakah zakatnya itu sesuai dengan kekayaannya muzakki atau tidak. Kedua, dalam penerimaan, dana zakat, infaq dan shadaqah tidak melakukan pencatatan data muzakki berdasarkan jenis usaha.
79
2. Pendistribusian dan pendayagunaan Zakat Bagian pengelolaan zakat yang tidak kalah pentingnya setelah pengumpulan zakat adalah penyaluran. Arti penting penyaluran zakat tanpak jelas bila ternyata dana yang terkumpul tidak sampai kepada mustahik atau tidak tepat sasaran. Suatu ironi bila masyarakat telah berduyun-duyun membayar zakat dan mempercayakannya kepada amil. Namun setelah itu dana zakat yang besar itu menguap atau tidak sampai mustahik yang benar-benar membutuhkan. Sebab, dengan demikian hal terpenting dari tujuan dan hikmah disyari’atkannya zakat tidak tercapai. Seperti telah disinggung diatas, penyaluran zakat perlu memperhatikan antara lain hal-hal berikut : adanya dua pos utama yaitu pendistribusian dan pendayagunaan, penekanan pada kelangsungan hidup fakir miskin, penekanan pada upaya pembinaan umat Islam, dan penekanan pada upaya pemberdayaan ekonomi umat. Perlu ditekankan disini bahwa pendistribusian zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan pendayagunaan zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik dengan berorientasi pada aspek produktif. Artinya pemberian zakat itu dimaksudkan agar mustahik dapat berproduksi secara mandiri dengan bermodalkan dana zakat yang diterimanya, sehingga pada masa mendatang diharapkan tidak lagi menjadi mustahik tetapi berubah menjadi muzakki. Penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif di LAZ yaitu dengan menyalurkan zakat berupa beras dan uang. Sedangkan penyaluran
80
zakat kepada mustahik secara produktif yaitu dengan memberikan lahan untuk di kelola mustahik, diberi modal untuk membuka usaha, menyewakan tempat usaha. Mekanisme penyaluran dana ZIS di LAZ Masjid tidak memaksakan pada delapan ashnaf, tetapi sebagian dari delapan ashnaf. Menurut LAZ Masjid, tidak semua ashnaf itu ada pada saat ini. Golongan riqab, gharimin dan muallaf masing-masing sulit didapatkan pada kondisi sekarang (Wawancara dengan Bp. Kholik pengurus LAZ bagian penerimaan). Dalam menentukan siapa-siapa yang akan mendapatkan bagian zakat diadakan musyawarah semua pengurus LAZ. Yang demikian ini sangat diperlukan karena terlalu banyaknya calon mustahik yang diusulkan oleh proposal yang diusulkan untuk menghindari terjadinya fitnah dikemudian hari. LAZ juga bekerja sama dengan para pedagang. Pedagang tersebut termasuk orang yang mengajukan calon mustahik kepada LAZ. Karena pedagang tersebut mengetahui bagaimana keadaan calon mustahik yang diajukan itu. Dalam penyalurannya LAZ juga mengetahui permasalahan yang ada pada
mustahik.
Apabila
permasalahannya
adalah
permasalahan
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga LAZ dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah direncanakan. Dari sekian banyak calon mustahik, yang ditentukan untuk dapat menerima dana ZIS yaitu yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
81
(wawancara dengan Bp. M. Sunarso, selaku pengurus LAZ bagian penyaluran dana ZIS pada tanggal 23 November 2011) a. Kebenaran mustahik termasuk depalan ashnaf b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan. c. Mendapat persetujuan dari pengurus LAZ. Tabel 8 DATA PENYALURAN DANA ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL 2011 NO 1. 2. 3. 4.
ASHNAF ALOKASI PROSENTASE Fakir Miskin Rp. 8.685.000 50 % Amil Rp. 3.474.000 20 % Sabilillah Rp. 1.737.000 10% Ibnu Sabil Rp. 3.474.000 20% Jumlah Rp. 17.370.000 100% Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
Dalam proses pembagian dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal, LAZ bekerja sama dengan setiap Instansi dan Kelurahan di Kendal. Perwakilan dari setiap Instansi dan kelurahan tersebut datang ke Masjid untuk mengambil zakat untuk kemudian dibagikan kepada para mustahik di setiap desa dan instansi tersebut.
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang dan penghambat. Berikut ini
82
akan dipaparkan secara umum beberapa hal yang mempengaruhi pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal. 1.
Faktor pendukung Beberapa hal berikut merupakan faktor-faktor pendukung pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal. Pertama, kesadaran berzakat di lembaga pengelola zakat. Sukses atau tidaknya pengelolaan zakat jelas tidak bisa dilepaskan dari kesadaran berzakat masyarakat itu sendiri. Betapapun pengelola berusaha sekuat tenaga, banting tulang, bila tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk berzakat di LAZ maka tidak akan ada dana zakat yang terkumpul. Hanya saja faktor ini bersifat pasif dan menunggu, disamping intensitasnya sangat dipengaruhi oleh faktor pengelola. Kalaupun ada yang aktif dan punya inisiatif untuk mendatangi lembaga amil zakat maka jumlah demikian itu tidak terlalu banyak. Itupun merupakan sikap respon dari adanya aksi para pengelola zakat atau pihak lain. Kedua, antusiasnya masyarakat untuk berzakat fitrah ke Lembaga Amil Zakat. Karena zakat fitrah merupakan zakat yang hanya dilakukan pada bulan romadlon. Zakat fitrah dapat menyempurnakan pahalanya orang yang telah berpuasa romadlon. Dengan berzakat fitrah, nilai ibadah puasa romadlon yang barangkali berkurang karena hal-hal yang kurang baik yang dilakukan seorang muslim menjadi sempurna. Zakat fitrah merupakan zakat wajib bagi setiap muslim yang tanpa memandang status sosial, gender (jenis kelamin), maupun umur,
83
bahkan bagi bayi yang baru lahir dan orang sakit yang mendekati ajal sekalipun. Ketiga, LAZ berada di lingkungan Masjid. Masjid menjadi salah satu daya tarik bagi Muzakki untuk berzakat di LAZ. Karena LAZ Masjid Agung Kendal berada di lingkungan Masjid. Masjid merupakan tempat
untuk menjalankan ibadah. Selain masjid digunakan untuk
ibadah sholat, masjid juga dapat digunakan sebagai tempat ibadah sosial. Masjid merupakan tempat untuk membina keimanan dan ketaqwaan umat. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan masyarakat dapat dilakukan melalui LAZ, yaitu dengan masyarakat berzakat di LAZ. 2.
Faktor Penghambat Beberapa faktor penghambat dalam pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal. Pertama, Problem sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia pengelola zakat masih rendah karena kebanyakan tidak menjadikan pekerjaan amil sebagai profesi atau pilihan karier, tapi sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu. Menjadi pengelola zakat atau amil hanya sekedar mengisi waktu luang atau mengisi hari tua bagi yang sudah pensiun. Rendahnya tingkat kualitas diri maupun kuantitas para pengelola zakat terutama tenaga operasionalnya jelas merupakan masalah yang utama dan pertama dalam
pengelolaan zakat.
84
Dimaksudkan dengan rendahnya kualitas diri pengelola zakat adalah tiadanya semangat dan keseriusan. Dimaksudkan dengan rendahnya kuantitas para pengelola zakat adalah tidak tersedianya tenaga operasional dan profesional yang bekerja secara penuh dalam pengelolaan zakat. Hambatan ini mengakibatkan kurangya sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat. (wawancara dengan Bp. Kholik, bagian Penerimaan zakat). Kedua, pemahaman masyarakat tentang pranata zakat maal masih kurang. Banyak dari mereka yang tidak mengetahui adanya zakat maal. Yang mereka ketahui hanyalah zakat fitrah. Karena itu selama ini mereka hanya mengeluarkan zakat fitrah. Atau mereka tahu ada zakat maal, namun mereka merasa tidak berkewajiban mengeluarkan zakatnya karena menurutnya kekayaan mereka itu tidak wajib dizakati. Ketiga, kurangnya biaya operasional organisasi pengelola zakat. Setiap organisasi pengelola zakat selalu mengeluhkan tidak tersedianya biaya operasional. LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai kendala soal dana operasional ini baik untuk pengadaan sarana prasarana kerja maupun untuk upah atau gaji tenaga operasionalnya. LAZ Masjid Agung Kendal juga belum mempunyai kantor sendiri, dalam menjalankan kerjanya dilakukan di kantor takmir Masjid. Sehingga dalam menjalankan kerjanya kurang maksimal. Pengumpulan zakat itu tidak sekali kerja langsung selesai. Perlu waktu lama sejak dari perencanaan sampai penyampain pelaporan
85
pelaksanaan. Perlu banyak tenaga dan pikiran untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Apalagi ketika pola pengumpulannya adalah pola jemput bola. Jelas butuh energi dan sikap mental yang lebih dalam melaksanakannya.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh LAZ Masjid Agung Kendal dalam pengembangan pelaksanaan pengelolaan zakat: (Wawancara dengan Bapak Ubaid, selaku sekretaris LAZ pada tanggal 24 November 2011). 1.
Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat
2.
Membangun sistem informasi yang terintegrasi dalam pengolahan data
3.
LAZ akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat
4.
Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat koordinasi
5.
Meninjau ulang tentang strategi perzakatan.
86
BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN ZIS DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM
A.
Analisis
pelaksanaan
pengelolaan
dana
ZIS
dalam
upaya
kesejahteraan masyarakat Islam pada LAZ Masjid Agung Kendal Umat Islam pasti mengetahui perintah mengeluarkan zakat, sebab jelas merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Zakat adalah salah satu tiang Islam yang amat penting. Dengan zakat maka wajah kemasyarakatan dari ajaran Islam menjadi nyata. Sedangkan tanpa zakat, agama Islam menjadi tidak sempurna. Karena zakat itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat, maka perlu dikembangkan dengan adanya pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah. Agar pengelolaan zakat itu dapat terlaksana dengan baik maka sebaiknya zakat itu dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Lembaga amil zakat (LAZ) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai ketentuan agama. Lembaga amil zakat (LAZ) merupakan lembaga dakwah yang bergerak dibidang ekonomi. Karena Lembaga Amil Zakat (LAZ) mempunyai tujuan untuk mewujudkan peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial dengan
87
memungut zakat dari orang-orang kaya untuk kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang lemah. Lembaga dakwah merupakan salah satu unsur penting dalam proses keberhasilan dakwah. Karena lembaga dakwah ini merupakan sarana bagi da’i dalam sebuah struktur organisasi. Dalam hal ini tugas da’i adalah mensosialisasikan zakat kepada masyarakat. Mensosialisasikan zakat merupakan salah satu kegiatan dakwah yang mengajarkan masyarakat untuk mengeluarkan hartanya untuk berzakat. Dalam menjalankan aktifitas dakwah agar dapat berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan dakwah dibutuhkan kerja professional. Image professional dalam dakwah akan terwujud apabila dalam menjalankan aktifitas dakwah menggunakan pengelolaan yang baik. Pengelolaan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan tenaga orang lain dalam pencapaian tujuan. Pengelolaan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah. Pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
keadilan
sosial,
dan
meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat (UU No. 38 Tahun 1999 Bab II pasal 5).
88
Sebagaimana dari tujuan pengelolaan zakat itu sendiri yaitu apabila pengelolaan zakat itu dilakukan dengan baik dan benar maka zakat bisa menjadi sumber dana tetap yang cukup potensial untuk menunjang suksesnya pembangunan nasional, terutama dibidang agama dan ekonomi. Khususnya untuk memperkecil masalah kemiskinan dan kefakiran juga dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual. Yaitu meliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhankebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri dan keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak –hak asasi manusia serta kehidupan manusia sesuai dengan pancasila (UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1). Unsur-unsur pokok dalam pengertian kesejahteraan sosial adalah: 1. Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial; 2. Dapat hidup layak; 3. Mampu mengembangkan diri; 4. Dapat melaksanakan fungsi sosial. Dari konsep kesejahteraan sosial di atas, terungkap bahwa dalam rangka pencapaian kesejahteraan sosial yang meliputi kesejahteraan lahir dan bathin. Perlu diwujudkan suasana keselamatan, Kesusilaan serta
89
ketentraman lahir dan bathin. Sehingga masyarakat dapat berusaha untuk mewujudkan kesejahteraannya sendiri. Suatu peningkatan kesejahteraan masyarakat memerlukan beberapa syarat yaitu, perbaikan dalam produksi dan perbaikan dalam distribusi yang dihasilkan. Perbaikan dalam produksi meliputi : (i) meningkatkan daya produksi sehingga hasil yang diperoleh oleh setiap pekerja lebih besar hanya dengan upaya yang lebih kecil, (ii) perbaikan dalam organisasi produksi menghindari pengangguran dan sebab-sebab lain sehingga dapat mengurangi pemborosan sumber daya ekonomi sekecil-kecilnya, dan (iii) perbaikan dalam susunan atau pola produksi sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Perbaikan dalam distribusi meliputi : (i) pengurangan perbedaan dalam pendapatan berbagai individu dan keluarga yang berlainan, yang biasa terdapat dalam kebanyakan komunitas yang beradab, dan (ii) pengurangan fluktuasi antara periode waktu yang berbeda-beda dalam pendapatan individu dan keluarga tertentu, terutama di kalangan masyarakat yang lebih miskin. (Bachrawi Sanusi, 2000: 19) Zakat memperbaiki pola konsumsi, produksi dan distribusi dalam masyarakat Islam. Salah satu kejahatan terbesar dari kapitalisme adalah penguasaan dan pemilikan sumber daya produksi oleh segelintir manusia yang beruntung sehingga mengabaikan orang yang kurang beruntung yang banyak jumlahnya. Hal ini mengakibatkan perbedaan dalam hal
90
pendapatan yang ada dan akhirnya memperlambat pertumbuhan industri dan perdagangan dalam negri. Zakat adalah hal yang wajib bagi kalangan orang Islam yang kaya dengan
tujuan
untuk
melenyapkan
perbedaan
pendapatan
dan
mengembalikan daya beli kepada rakyat miskin. Tidak ada salahnya orang berusaha mendapatkan uang, akan tetapi pada saat yang bersamaan Islam mengusahakan tidak adanya seorangpun umatnya tidak memperoleh kebutuhan hidup yang sederhana. Pendapatan masyarakat yang tidak sama besar kecilnya itu karena berbagai macam sebab. Antara lain karena perbedaan pendidikan, jenis pekerjaan, dan semangat kerja. Pendapatan masyarakat yang berbeda inilah yang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat juga berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut dari adanya perbedaan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat itu, Islam telah mengadakan berbagai lembaga yang sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Yaitu dengan zakat, infaq shadaqah. Hal demikian dapat dicapai dengan pembagian dana ZIS melalui Lembaga Amil zakat secara tepat dikalangan orang yang kurang mampu. Dengan memberikan dana zakat kepada mereka telah memberi keseimbangan antara permintaan dan pengeluaran barang. Dengan demikian zakat memudahkan jalannya produksi dan pada saat yang bersamaan melicinkan jalan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Jelasnya demikian, setelah memiliki daya beli mereka akan meminta lebih
91
banyak barang, dan para pengusahapun akan mencoba memproduksi lebih banyak, sehingga kesempatan kerja dalam negri akan bertambah. Salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal merupakan salah satu lembaga yang melakukan kegiatan dakwah yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal dibentuk untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat meningkatkan peran serta umat Islam kota Kendal dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dengan penggalian dan pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Pengelolaan zakat menurut undang-undang no 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ). Perencanaan di Lembaga Amil Zakat Masjid (LAZ) Agung Kendal meliputi; perencanaan sosialisasi, perencanaan pengumpulan dana ZIS,
92
perencanaan penggunaan dana ZIS, dan perencanaan pengawasan ZIS. Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan dana ZIS guna mencapai tujuan pengelolaan zakat. Pengorganisasian adalah pengelompokkan dan pengaturan sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung
Kendal
meliputi
pengorganisasian
sosialisasi
ZIS,
pengorganisasian pengumpulan ZIS, pengorganisasian dalam penyaluran ZIS dan pengorganisasian dalam pengawasan dalam semua kegiatan yang dilakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal. Pelaksanaan
adalah
melakukan
suatu
kegiatan
yang
telah
direncanakan. Pelaksanaan yang dilakukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal meliputi; pelaksanaan sosialisasi ZIS, pelaksanaan pengumpulan dana ZIS, dan pelaksanaan penyaluran dana ZIS. Pengawasan adalah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula. Pengawasan yang dilakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja, pengawasan terhadap
pelaksanaan
kebijakan-kebijakan
yang
telah
ditetapkan,
mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan bagian pelaksana yang
93
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan, dan melakukan pemeriksaan operasinal dan pemeriksaan syari’ah. Pengelolaan dana ZIS di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran. Pengumpulan dana ZIS antara lain ditempuh dengan langkah sebagai berikut: pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) mensosialisasikan kepada masyarakat secara langsung dengan mendatangi muzakki langsung. Dalam hal ini, para wajib zakat tersebut tidak langsung dipungut zakatnya. Para wajib zakat hanya diberi pemberitahuan bahwa Lembaga Amil Zakat (LAZ) siap memungut dan mengelola zakat mereka. Kegiatan pengumpulan seperti ini merupakan cara yang cukup efektif untuk mendapatkan dana zakat dari para muzakki. Karena pengumpulan seperti ini dapat menyadarkan atau mengingatkan para muzakki untuk mengeluarkan hartanya untuk berzakat. Akan tetapi pemungutan seperti ini membutuhkan energi dan sikap mental yang lebih dalam melaksanakannya. Penyaluran dana ZIS Di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal, hal pertama yang dilakukan dalam langkah penyaluran zakat adalah dengan melakukan distribusi lokal atau dengan kata lain lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam lingkungan terdekat dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Setiap desa yang bersebelahan dengan wilayah Lembaga Amil Zakat (LAZ), maka akan lebih diutamakan di banding daerah lain. Penyaluran seperti ini dapat memudahkan
94
pendistribusian zakat itu sendiri. Tapi bukan tidak menyalurkan ke daerah lain, hanya saja Lembaga Amil Zakat (LAZ)
lebih mengutamakan di
dalam lingkungan yang dekat dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal. Salah satu pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang sama di antara semua golongan yang telah Allah SWT tetapkan sebagai penerima zakat atau mustahik, juga keadilan bagi setiap individu di setiap golongan penerima zakat atau mustahik. Akan tetapi, di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal tidak mengharuskan semua dari delapan asnaf tersebut mendapatkan zakat. Di Lembaga Amil Zakat (LAZ) zakatnya hanya disalurkan kepada fakir miskin, amil, ibnusabil, sabilillah. Karena golongan riqab, gharimin, dan muallaf
masing-masing
sulit
ditemukan
pada
kondisi
sekarang
(Wawancara dengan Bp. Kholik pengurus LAZ bagian penerimaan). Dalam penyaluran dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal mengelompokkan menjadi dua. Yaitu, penyaluran secara konsumtif dan penyaluran secara produktif.
Penyaluran secara konsumtif yaitu,
penyaluran yang dalam pembagian dana ZIS itu berupa kebutuhan pokok seperti bahan makanan. Sedangkan penyaluran secara produktif yaitu penyaluran dana ZIS itu berupa sesuatu yang nantinya bisa menghasilkan sesuatu. Penyaluran dana zakat secara konsumtif di Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu penyaluran dana ZIS berupa beras dan uang. Penyaluran ini
95
diambil dari dana zakat fitrah. Kesadaran yang cukup tinggi bagi masyarakat Kendal yang mengeluarkan zakatnya di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal, terlihat dalam zakat fitrah. Karena jumlah zakat fitrah lebih besar dari pada zakat maal, infaq dan shadaqah. Perlu ditekankan disini, maksud dari jumlah zakat fitrah lebih besar dari pada zakat maal, infaq dan shadaqah adalah jumlah muzakkinya. Pembagian zakat fitrah yaitu pada bulan romadlon. Walaupun zakat fitrah itu bersifat sementara dan hanya satu kali dalam satu tahun, tapi dengan pemberian zakat fitrah diharapkan mereka bisa ikut merayakan hari kemenangan tersebut dengan perasaan senang dan bahagia sebagaimana layaknya orang lain. Sedangkan penyaluran secara produktif yaitu berupa modal usaha atau modal kerja untuk mengembangkan kemampuan mustahik agar dapat menghasilkan
sesuatu.
Sesuatu
itu
hal
yang
dapat
membantu
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan mustahik. Dengan usaha tersebut tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terusmenerus. Pembagian zakat dalam bentuk produktif ditindak lanjuti dengan memotifasi, mengawasi dan membantu mengembangkan kemampuan mustahik. Lembaga Amil Zakat (LAZ) juga tidak hanya memberikan modal
saja,
namun
bertanggung
jawab
untuk
mengembangkan
kemampuan mustahik, sehingga mustahik yang bersangkutan dapat hidup mandiri, dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa ketergantungan lagi dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
96
B.
Analisis faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan dana ZIS pada LAZ Masjid Agung Kendal Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisis faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan ZIS dengan menggunakan analisis SWOT. Berikut analisis SWOT pada pelaksanaan pengelolaan ZIS: 1.
Strength (kekuatan) a. Kesadaran berzakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ) b. Lembaga Amil Zakat (LAZ) berada di lingkungan Masjid c. Antusias masyarakat untuk berzakat fitrah ke Lembaga Amil Zakat (LAZ).
2.
Weakness (kelemahan) a. Keterbatasan jumlah SDM pada kepengurusan LAZ, b. Keterbatasan alokasi dana untuk program pengelolaan ZIS, c. Belum mempunyai kantor sendiri. d. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang adanya zakat maal.
3.
Opportunity (peluang) a. Adanya muzakki, yang peduli dengan masalah kemiskinan, b. Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
97
c. Keputusan menteri Agama RI Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999, d. Keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan Haji nomor : D/291 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. 4.
Treathment (tantangan atau ancaman) a. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berat, b. Banyaknya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, c. Banyaknya lembaga sosial yang juga mengelola ZIS.
98
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran. Penyaluran zakat atas pendistribusian dan pendayagunaan. Bahwa pendistribusian zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan pendayagunaan zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik dengan berorientasi pada aspek produktif. 2. Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pengelolaan ZIS adalah kesadaran berzakat di lembaga lembaga amil zakat, LAZ berada di lingkungan Masjid, antusias masyarakat untuk zakat fitrah di LAZ. Sedangkan faktor penghambat pengelolaan ZIS adalah SDM pengelola masih rendah, lemahnya muzakki yang berzakat maal di LAZ, kurangnya biaya operasional.
B.
Saran-saran Setelah mengadakan penelitian di LAZ Masjid Agung Kendal tentang pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyumbangkan buah pikiran atau saran-saran yang sekiranya bermanfaat. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi LAZ Sebagai lembaga Amil Zakat yang menjadi intermediary antara muzakki dan mustahik melalui jasa pelayanan yang diberikannya, kompetensi yang harus dikembangkan yaitu:
99
-
Pelayanan yang baik bagi Muzakki dan mustahik dengan komitmen memberikan pelayanan yang tepat, cepat, benar dengan penanganan yang baik.
-
Program pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah yang lebih kreatif, inovatif tetapi sederhana dan memungkinkan dapat dijangkau oleh seluruh mustahik, sesuai dengan kebutuhan sehingga benar-benar mampu mampu meningkatkan status mustahik.
-
Produk dan program layanan zakat, infaq dan shadaqah yang kreatif dan inivatif yang membuat muzakki semakin meningkat kesadaran dan kemauannya untuk menunaikan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal.
2. Bagi Pengurus LAZ Bagi pengurus, dengan adanya suatu pengelolaan yang baik yang di lakukan dalam mengelola zakat, infaq dan shadaqah diharapkan untuk lebih professional dalam melaksanakan tugasnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bentuk professionalitas tersebut dapat dilihat dari; pertama, pada bidang sosialisasi, dibutuhkan seorang da’i atau da’iyah atau orang yang mengerti pemasaran. Kedua, dalam bidang pembukuan atau pengadministrasian zakat, dibutuhkan orang yang paham akuntansi. Ketiga, dalam pendayagunaan zakat, diperlukan orang yang memahami manajemen atau ahli pengembangan sumber daya manusia. 3. Bagi Masjid Dengan adanya LAZ di Masjid diharapkan dapat memotifasi pengurus Masjid untuk lebih berkreatif mengembangkan sumber daya manusia yang ada di Masjid. Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk melaksanakan kegiatan ibadah di Masjid.
100
C.
Penutup Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillahirabbil’aalamin, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar tanpa banyak hambatan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik konstruktif dari semua pihak terutama para pembaca demi kesempurnaan dan kelengkapan penulisan skripsi selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan bimbingan dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Seminar Nasional dan Diskusi Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (PLP2M), Yogyakarta: Prima Duta Yogyakarta Al-Zuhayly, Wahbah. 2005. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung; PT Rosdakarya Anas, Ahmad. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer, Semarang: PUSTAKA RIZKI PUTRA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Ayub, E. Moh, Dkk. 1996. Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press Aziz, Ali Moh. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media. Departemen Agama RI. 2009. Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat.
Dewi, Kumala Rahmah. 2008. Fadilah Zakat (Pembuka Pintu Rezeki), Yogyakarta, Mutiara Media. Djuanda, Gusti, S.E. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal “Susunan Pengurus” tahun 2010/2011 Gunadi, RA. 2003. Panduan Zakat bersama Dr. Kh. Didin Hafidhuddin, Jakarta: Republika Hafidhuddin, Didin. 2001. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press. Hasan, Muhammad. 2011. Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif, Yogyakarta: Idea Press Kayo, Pahlawan Katib. 2005. Kepemimpinan Islam dan Dakwah, Jakarta: Sinar Grafita Offset Khoir, Masykur M. 2006. Risalah Zakat, Kediri: Duta Karya Mandiri Koentjoroningrat, 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia
Moleong, J Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mas’udi, F. Masdar. 2004. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta, PIRAMEDIA. Muhammad. 2002. Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kotemporer, Jakarta: Salemba Diniyah Mudjahit, dkk. 1994. Materi Pokok Fiqh II MODUL 7-12, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam da Universitas Terbuka. Munir, M. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: PRENADA MEDIA Najieh, Ahmad. 1984. 323 Hadits dan Syair untuk Bekal Dakwah, Jakarta: Pustaka Amani Nakhrawie, An Asrifin. 2011. Sucikan hati dan bertambah kaya bersama zakat, Delta Prima Press Qaradhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press ________________2005. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Zikrul Hakim _______________2010. Hukum Zakat. Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia. Sahri, Muhammad. 1982. Zakat dan Infaq Pengembangan Zakat dan Infaq dalam Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Malang: Penerbit: Yayasan Pusat Studi “ Avicenna” Saleh, Hassan. 2008. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset Sanusi, Bachrawi. 2000. Sistem Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: FE Universitas Indonesia Shaleh, Rosyad. 1993. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang Sugiono, Dendi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke Empat, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. PT Gramedia Pustaka Utama Supardi, dkk. 2001. Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: UII Press
Suparta, dkk. 1992. Materi Pokok Fiqh I MODUL 7-12, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam da Universitas Terbuka. UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1
UU RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1).
Wawancara dengan Narasumber di LAZ Masjid Agung Kendal pada tanggal 130 November 2011. http://www.kendalkab.go.id68-rkpd-kab.-kendal-2012 http://www.kabupaten-kendal.go.id, LambangKendal http://www.kabupaten-kendal.go.id, Letak Geografis Kabupaten Kendal Yafie, Ali. 1995. Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung: Mizan Anggota IKAPI Yasin, Abul Fatihuddin. 2008. Rahasia Keajaiban Shodaqoh, Surabaya: Terbit Terang
HASIL WAWANCARA DENGAN BAPAK HM. MAKMUN AMIN KETUA LAZ MASJID AGUNG KENDAL TANGGAL 1 NOVEMBER 2011 DI KANTOR TAKMIR MASJID AGUNG KENDAL Data 1
: Bagaimana latar belakang berdirinya LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Berdirinya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal tersebut tak lepas dari beberapa hal yang mendasari keinginan dari sebagian umat untuk merealisasikan suatu kegiatan sosial yang berupa pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan
pentasyarupannya
akan
dikembalikan
untuk
kepentingan warga masyarakat pula. Lembaga ini didirikan dengan SK Bupati Nomor : 451.1/333/2004 tanggal 27 Maret 2004 tentang pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kab. Kendal. Data 2
: Apa tujuan didirikannya LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal dibentuk untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat meningkatkan peran serta umat Islam kota Kendal dalam rangka pembangunan
manusia
seutuhnya
dengan
pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.
penggalian
dan
Data 3
: Bagaimana struktur LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Strukturnya meliputi penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, bagian penerimaan dan bagian penyaluran.
Data 4
: Apa yang merupakan dana terbesar yang dihasilkan di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Dana terbesar yang dihasilkan di LAZ adalah dana zakat fitrah.
Data 5
: Apa Visi LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Visi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu Menjadi Lembaga Yang Amanah Dan Profesional Dalam Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah (ZIS), mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan zakat, infaq dan shadaqah.
Data 6
: Apa Misi LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: a. Meningkatkan kesadaran berzakat bagi Aghniya/Muzakki; b. Mengoptimalkan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang amanah dan profesional serta berbasis manajemen modern dan syariah. c. Meningkatkan status mustahiq menjadi Muzakki melalui program-program Pendayagunaan dan Pendistribusian; d. Mendayagunakan dan mendistribusikan ZIS kepada Mustahiq secara lebih berdayaguna dan berhasilguna.
Data 7
: Apa dasar hukum pengelolaan zakat?
Narasumber
: UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA PENGELOLAAN LAZ MASJID AGUNG KENDAL TANGGAL 15 NOVEMBER 2011 DI KANTOR TAKMIR MASJID AGUNG KENDAL Data 8
: Apa fungsi pengelolaan terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: Untuk mengelola dana ZIS. Agar dana ZIS dapat tersalurkan kepada mustahik dengan benar.
Data 9
: Siapa pembuat rencana program kerja?
Narasumber
: Dirapatkan bersama-sama
Data 10
: Apakah hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengelolaan terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber
: a. Keterbatasan jumlah SDM pada kepengurusan LAZ, b. Keterbatasan alokasi dana untuk program pengelolaan ZIS, c. Belum mempunyai kantor sendiri.
Data 11
: Berapa kali pengelolaan terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal dilakukan?
Narasumber
: Satu tahun dua kali.
data 12
: Menurut Anda, apakah pengelolaan terhadap dana ZIS sudah maksimal dan sesuai prosedur yang ada?
Narasumber
: InsyaAllah sudah.
Data 13
: Apa yang dilakukan komisi pengelolaan ketika terjadi penyimpangan terhadap pelaksanaan pengelolaan dana ZIS?
Narasumber
: 1. Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat
2. Membangun sistem
informasi
yang
terintegrasi dalam
pengolahan data 3. LAZ akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat 4. Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat koordinasi 5. Meninjau ulang tentang strategi perzakatan.
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Laili Mustikawati
Tempat/Tanggal Lahir
: 19 Desember 1989
Alamat
: Jl. Mertowidjoyo RT. 3/RW.5 Jambearum Patebon Kendal.
Riwayat Pendidikan
: SD II Purwosari Lulus Tahun 2001 SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo Lulus Tahun 2004 SMA Takhassus Al-Qur’an Wonosobo Lulus Tahun 2007 IAIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah Lulus Tahun 2012
Demikian
biodata
saya
buat
dengan sebenarnya
untuk
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 19 Desember 2011 Penulis
Laili Mustikawati