PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L. ) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG
MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo (Aspek Khusus Manajemen Tebang) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Mastha Tarida Magdalena Sitinjak NIM A24100194
ABSTRAK MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di Pabrik Gula Madukismo (Aspek Khusus Manajemen Tebang). Dibimbing oleh PURWONO Gula merupakan salah satu produk yang sangat penting untuk ketahanan pangan di Indonesia, kebutuhannya yang lebih besar dari produksi gula nasional dipenuhi oleh impor gula. Impor gula yang tinggi dapat ditekan dengan meningkatkan produksi nasional. Salah satu cara peningkatan produksi gula yakni melakukan manajemen tebang, muat, dan angkut yang baik dan terencana, karena manajemen yang buruk dapat menyebabkan kehilangan hasil gula sebesar 5-25%. Magang ini bertujuan meningkatkan keterampilan untuk melakukan budidaya dan manajemen perkebunan tebu; dan menganalisis dan mengidentifikasi manajemen tebang, muat, dan angkut yang tepat, optimal, dan efisien di perkebunan tebu lahan kering. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa wilayah Sleman Timur memiliki kualitas tebangan lebih baik dari pada Bantul. Hal ini dibuktikan dengan nilai penurunan brix Bantul lebih besar 2 kali dari Sleman Timur, kehilangan tunggak Bantul yang lebih besar 2.24 kali dari Sleman Timur, dan rata-rata prestasi kerja Sleman Timur lebih besar 0,1 ton/hari/tenaga kerja. Kata kunci: tebu, panen, manajemen ABSTRACT MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK. Plant cultivation of Sugarcane (Saccharum officinarum. L) in the Sugar Factory Madukismo (Special Aspects of Harvest). Supervised by PURWONO Sugar is one product that is very important for food security in Indonesia sugar demand is greater than the national sugar production are met by import of sugar. High import sugar can be reduced by increasing national production, with intensification. One way of intensification is do a good management and planned of cutting, loading, and transport, because the poor management can increase the sugar yield losses of 5-25%. Internship aimed to improve the skills to do the cultivation and management of sugar cane plantation. analyze and identify exact, optimal, and efficient of management cutting, loading, and transport on dry land sugar cane plantations. The obbservation results shows that the East Sleman and Bantul gardens have different harvest quality. It is proved by a decrease in brix value of Bantul 2 times bigger than the East Sleman, Bantul stumsps loss greater 2.24 time than East Sleman, and the average performance of East Sleman larger than Bantul 0.1 tons / day / labor. Harvest quality Sleman Bantul lower than the East because the collapsed of the sugar cane plantations Keywords: sugar cane, harvest, management
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS MANAJEMEN TEBANG
MASTHA TARIDA MAGDALENA SITINJAK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum. L) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Manajemen Tebang Nama : Mastha Tarida Magdalena Sitinjak NIM : A24100194
Disetujui oleh
Dr Ir Purwono, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Peningkatan rendemen tebu sangat dibutuhkan saat ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat indonesia terhadap gula. Magang dengan tema manajemen tebang dipilih penulis untuk mempelajari proses tersebut yang berkaitan dengan penurunan kandungan gula sehingga dapat berguna untuk menjawab pemasalahan pemenuhan kebutuhan gula saat ini. Magang dilakukan di Pabrik Gula Madukismo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama empat bulan mulai dari tanggal 10 Februari sampai 10 juni 2014. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir. Ucapan terima kasih kepada Dr Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Dewi Sukma, MS sebagai dosen pembimbing akademik. Direksi PT Madubaru yang telah memberikan izin magang. Bapak Ir. Nugroho selaku jajaran direktur. Staff dan Karyawan PG Madukismo yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama magang. Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada bapak, ibu, kakak, dan teman-teman yang telah mendukung dari segi materil atau moril sehingga penulis tetap semangat untuk menyelesaikan magang dan skripsi.
Bogor, September 2014 Mastha Tarida Magdalena Sitinjak
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Magang 2 II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2 2.1 Budidaya Tebu di Lahan Kering 2 2.2 Pemanenan Tebu 3 2.3. Tebang, Muat, dan Angkut 4 2.4 Kandungan Gula Tebu 4 2.5 Tenaga Kerja Tebang 5 III METODE ......................................................................................................... 5 5 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Metode Pelaksanaan 5 6 3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data 3.4 Analisis Data dan Informasi 8 IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ............................................................ 8 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan 8 4.2 Visi dan Misi PT Madubaru 9 9 4.3 Letak Geografi PG Madukismo 4.4 Keadaan Iklim dan Tanah 9 4.5 Luas Areal dan Wilayah Kerja 10 4.6 Struktur Organisasi dan ketenagakerjaan Perusahaan 11 4.7 Keadaan Tanaman dan Produksi 14 V PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ................................................. 15 5.1 Aspek Teknis 15 5.2 Aspek Manajerial 36 VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 40 6.1 Aspek Teknis 40 6.2 Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani 42 6.3 Tebang, Muat, dan Angkut 44 VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 50 7.1 Simpulan 50 7.2 Saran 51 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 LAMPIRAN .......................................................................................................... 53
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis tanah setiap wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Areal tebu (ha) per status PG Madukismo Daftar daerah wilayah kerja PG Madukismo tahun 2014 Varietas yang dikembangkan PG Madukismo Produksi Gula PG Madukismo tahun 2009 - 2013 Hasil pengukuran brix dan pol Wilayah Bantul Analisi uji-t data pengukuran nilai brix dan pol Hasil kehilangan hasil tunggak tertinggal di kebun Taksasi Maret dan produksi realisasi tebu Hasil prestasi kerja tenaga tebang dan angkut kebun
10 10 11 14 14 45 46 47 48 49
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Layout pengamatan kehilangan hasil tunggak tebu Pengolahan lahan manual Pengelentekan benih tebu Penanaman benih polybag Pengeprasan Pemupukan Serangan penggerek pucuk Panen ngengat Pembuatan pias Tebu contoh Pemasukan air nira ke dalam Pol Buis Pemuatan tebu ke truk Timbangan bruto Antrian tebu Stasiun penggilingan Gudang penyimpanan gula Kehilangan hasil tunggak
7 17 19 20 21 22 23 25 25 28 29 32 33 34 35 36 48
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Jurnal harian kegiatan magang di Pabrik Gula Madukismo Wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Struktur organisasi PT Madubaru Surat Perintah Angkut
55 61 62 63
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah produk yang penting bagi ketahanan pangan nasional karena memiliki tingkat konsumsi tinggi dan ragam penggunaannya sangat luas. Setiap tahun konsumsinya meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap gula yang semakin tinggi seharusnya diikuti oleh kenaikan angka produksinya, tetapi pemenuhannya saat ini belum dapat dilakukan oleh produksi nasional Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 237.6 juta jiwa (BPS 2012) memiliki tingkat konsumsi gula nasional sebesar 5.2 juta ton, sedangkan produksi gula nasional hanya sanggup mencukupi kebutuhan sebesar 2.59 juta ton ( BPS 2012). Produksi gula nasional yang rendah disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produktivitas tebu, rendahnya rendemen, dan efisiensi pabrik gula yang masih rendah, namun angka luas lahan dan produktivitas beberapa tahun ini telah mengalami peningkatan karena adanya program swasembada gula nasional 2014 yang dilakukan oleh pemerintah. Peningkatan produktivitas dan luas lahan yang juga meningkatkan produksi gula nasional, namun peningkatan produksi tersebut ternyata masih belum dapat mencukupi kebutuhan gula masyarakat. Hal ini dikarenakan peningkatan kebutuhan masyarakat ternyata lebih besar dari peningkatan produksi nasional. Pada tahun 2012 sebesar produktivitas tebu mencapai 70.48 ton/ha dengan luas lahan 451 191 hektar dan menghasilkan gula 2.59 juta ton sedangkan kebutuhan masyarakat 5.2 juta ton gula. Pada tahun 2013 produktivitas tebu naik hingga mencapai 76.22 ton/ha tebu dengan kenaikan luas lahan menjadi 464 444 hektar dan menghasilkan gula 2.54 juta ton, sedangkan kebutuhan gulanya lebih besar 3% dari tahun sebelumnya yakni 5.4 juta ton gula. Data diatas menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas dan luas lahan ternyata tidak menjamin kenaikan produksi gula apabila rendemen yang didapatkan lebih rendah dari nilai tahun sebelumnya, hal ini menyebabkan pemerintah tetap melakukan kebijakan impor walaupun produktivitas dan luas lahan mengalami peningkatan. Jumlah gula mentah yang diimpor ternyata lebih besar dari nilai produksi gula nasional, oleh karena itu harus dilakukan peningkatan produksi gula nasional untuk menekan angka impor. Peningkatan produksi gula nasional selain dapat memenuhi kebutuhan gula, juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap produk impor. Peningkatan produksi gula nasional Indonesia dapat dilakukan melalui cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi yakni peningkatan angka produksi dengan meningkatkan luas kebun, sehingga semakin banyak bahan baku yang diolah oleh pabrik. Intensifikasi merupakan cara meningkatkan produksi gula melalui teknik budidaya hingga proses pasca panen tebu (P3GI 2008). Peningkatan produksi melalui teknik budidaya dilaksanakan mulai dari pemilihan varietas tebu dan melakukan pemeliharaan yang tepat sehingga menghasilkan tebu yang layak tebang. Tebu layak tebang adalah tebu yang memiliki tingkat kemasakan, varietas, dan umur yang tepat. Proses pasca panen yang tepat akan menjaga kualitas tebu tebangan tetap baik hingga sebelum giling.
2 Produksi gula menurun walaupun luas lahan dan produktivitas yang naik menunjukkan bahwa kandungan gula yang didapatkan dari bahan baku rendah. Kandungan gula yang rendah dapat disebabkan oleh penurunan kandungan gula pada saat proses pasca panen. Menjaga kualitas tebu tebangan dapat dicapai apabila mendapatkan perlakuan proses pasca panen yang baik. Perlakuan pasca panen yang buruk dapat menyebabkan tebu mengalami kehilangan kandungan gula hingga mencapai 25%, hal ini dikarenakan sukrosa yang terdapat dalam tebu mengalami penguraian menjadi glukosa dan fruktosa yang tidak bisa diolah menjadi gula kristal. Penyebab utama penurunan kadar sukrosa dalan batang tebu adalah keterlambatan tebu untuk digiling, sehingga waktu menunggu tebu menjadi lebih lama dan tidak sesuai dengan baku nilai, hal ini menunjukkan bahwa proses proses panen dan pasca panen yang diterapkan buruk. Pelaksanaan tebangan yang tidak sesuai prosedur yang ditetapkan oleh perkebunan mempengaruhi penurunan produktivitas produksi gula (Solomon 2000; Saxena 2010). Proses pasca panen yang buruk dapat disebabkan oleh manajemen tebang, muat, dan angkut yang tidak terencana dengan baik. Manajemen tebang, muat, dan angkut yang baik akan menghasilkan tebu layak giling. Syarat tebu layak giling adalah tebu yang bersih, segar, dan manis (BSM). Tebu yang dikatakan bersih adalah tebu yang bersih dari daun kering maupun basah (Rapak atau daun), pucuk, sogolan, akar atau tanah, dan non tebu. Tebu segar adalah tebu yang tidak layu karena proses menunggu untuk diangkut saat dikebun, dan saat menunggu untuk digiling, dan tebu tidak terbakar. Tebu Manis adalah tebu ditebang dalam kondisi masak optimal dan layak umur, hal ini dibuktikan dengan mengukur nilai brix kebun. Nilai brix kebun harus berkisar 18 sebelum ditebang, dan memiliki umur yang layak, yang diketahui dari masa tanamnya. Oleh karena itu manajamen tebang, muat, dan angkut perlu diperhatikan untuk mendapatkan tebu yang matang, baik, dan segar sebelum pelaksanaan penggilingan.
1.2 Tujuan Magang 1. Meningkatkan keterampilan untuk melakukan budidaya dan manajemen perkebunan tebu. 2. Menganalisis dan mengidentifikasi manajemen tebang yang tepat, optimal, dan efisien di perkebunan tebu lahan kering
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tebu di Lahan Kering Lahan kering atau tegalan merupakan lahan yang kebutuhan air tanamannya tergantung sepenuhnya pada air hujan Penanaman tebu pada lahan kering tidak dapat disembarang tempat, melainkan harus memperhatikan persyaratan lahan yang meliputi tinggi tempat, kemiringan lahan, fisik tanah, drainase, kimia tanah, jenis tanah, dan ketersediaan tenaga kerja. Tanaman tebu dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1 400 meter di atas permukaan laut, namun pada ketinggian mulai dari 1 200 m
3 di atas permukaan laut tanaman akan mengalami kelambatan pertumbuhan. Syarat lahan kering untuk tanaman tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% untuk tanah ringan dan sampai 5% untuk tanah lebih berat. Tekstur tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dan mampu menahan air cukup dengan porositas 30% (Indrawanto et al. 2010). Kedalaman atau solum tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm. Oleh karena itu lahan kering yang lapisan tanah atasnya tipis, harus dibajak lebih dalam kira-kira 25 cm. Selain itu apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dibajak lagi agar lapisan pecah sehingga sistem aerasi, air tanah dan akar tanaman berkembang dengan baik. Saluran air yang baik memiliki kedalaman 1 m, hal ini dapat mendorong berkembangnya akar tanaman menyerap unsur hara lebih banyak dan tahan kekeringan. Sistem perakaran yang mencapai lapisan tanah yang dalam akan memberi peluang bagi tanaman tebu untuk bertahan hidup pada musim kemarau tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman. Tingkat keasaman tanah agar tebu dapat tumbuh yakni 4.5 -8.5, namun pH optimal tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal adalah 6.5 – 7. Pada tingkat keasaman yang rendah maka tanaman tebu akan mengalami keracunan unsur Fe, Al, dan Cl oleh karena itu dibutuhkan penambahan kapur apabila menanam di daerah yang memiliki pH rendah. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada jenis tanah alluvial, grumosal, latosol, dan regosol. Tanah yang tidak baik untuk tanaman tebu adalah tanah laterik dengan kandungan kerikil lebih dari 2530 %, karena porositas tinggi tidak dapat menampung dan menahan air sehingga hara yang ada terbawa atau tercuci oleh air hujan (Indrawanto et al. 2010).
2.2 Pemanenan Tebu Pemanenan tebu dilakukan dengan memotong batang tebu tepat diatas permukaan tanah dan membuang daun pucuk. Pemanenan dilaksanakan pada bulan kering yakni mulai dari Mei sampai Oktober. Pemanenan tebu yang dilakukan pada bulan hujan akan menyebabkan perolehan rendemen gula yang rendah karena waktu pemasakan batang tebu yang belum cukup dan terjadi penguraian gula yang ada didalam batang tebu menjadi monosakarida yakni glukosa dan fruktosa untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada saat pemanenan tebu diperlukan manajemen tebang yang tepat yakni mulai dari waktu tebang, jadwal penebangan, ketersediaan tenaga kerja, dan jumlah alat transportasi. Perencanaan manajemen tebang didapatkan dari hasil kegiatan analisis pendahuluan dan taksasi produksi (Indrawanto et al. 2010). Terdapat dua sistem penebangan tebu yakni sistem tebu hijau dan tebu bakar. Penebangan tebu hijau yakni penebangan saat tebu segar, sedangkan tebu bakar yakni penebangan tebu dengan dilakukan pembakaran sebelumnya untuk mengurangi sampah yang tidak perlu, sehingga memudahkan penebangan. Teknik penebangan tebu dapat dilakukan secara bundled cane (tebu ikat), loose cane (tebu urai) atau chopped cane (tebu cacah). Pada penebangan tebu dengan teknik bundled cane penebangan dan pemuatan tebu kedalam truk dilakukan secara manual, teknik ini paling banyak dilakukan pada pabrik gula yang berada di Pulau Jawa. Pada penebangan tebu dengan teknik loose cane, penebangan tebu dilakukan secara manual sedangkan pemuatan tebu keatas truk dilakukan dengan memakai mesin grab loader (Wahyuddin 1995) .
4 2.3. Tebang, Muat, dan Angkut Penebangan adalah kegiatan penyiapan tebu untuk diangkut ke pabrik, dimana kegiatannya sendiri terdiri dari penebangan, pembersihan dari segala kotoran, dan penyiapan tebu ke pengangkutan. Proses tebangan yang berjalan lancar, maka harus ada koordinasi yang baik untuk mencegah timbulnya kekurangan tebu karena masalah utama tebangan adalah ketersediaan tebu untuk digiling di pabrik (Notojoewono 1968). Tanaman tebu ditebang pada umur rata-rata 12-14 bulan setelah dilakukan penebangan tebu harus dimuat kedalam truk atau kereta lori yang nantinya akan diangkut menuju pabrik, namun sebelum proses pemuatan tebu harus menunggu dilapangan sehingga terjadilah penurunan rendemen tebu. Sistem muat adalah serangkaian proses pemuatan tebu setelah ditebang ke dalam alat angkut atau transportasi. Sistem muat secara manual adalah proses pemuatan yang dilakukan seluruhnya dengan menggunakan tenaga manusia, sedangkan sistem muat mekanis adalah proses pemuatan yang dilakukan dengan menggunakan mesin dan manusia hanya sebagai operator. Pengangkutan tebu adalah kegiatan pemindahan tebu dari areal kebun menuju pabrik gula. Kegiatan pengangkutan tebu harus dilakukan dengan cepat dan aman dalam arti tidak menimbulkan kerusakan atau kehilangan nira pada tebu selama pengangkutan, memenuhi target giling pabrik tiap harinya, tidak merusak lingkungan dan dalam jangkauan biaya (Wahyuddin 1995). Waktu perjalanan antara kebun dan pabrik tergantung dari jarak yang ditempuh, tenaga alat angkut, jenis alat angkut, dan keadaan jalan yang dilewati serta arus lalu lintasnya
2.4 Kandungan Gula Tebu Tingkat kemanisan batang tebu dipengaruhi oleh jumlah kandungan gula yang dimiliki. Gula yang ada didalam batang tebu merupakan hasil fotosintesis tanaman yang melibatkan khlorofil, radiasi matahari, CO2, dan air. Glukosa hasil fotosintesis tanaman akan dirakit menjadi sukrosa dan ditranslokasikan ke batang tebu. Terdapat beberapa faktor yang memepengaruhi jumlah kandungan glukosa dalam batang yakni varietas tanaman, pertumbuhan awal, pemupukan, musim, dan waktu panen. Nira yang berkualitas dihasilkan dari varietas yang berkualitas (Santoso 2002). Varietas PS881 dengan % pol 17.85% memiliki kandungan gula lebih tinggi dari pada PSJT 941yang memiliki % pol 14.54%.Varietas PSJT 941 menjadi rekomendasi sebagai bahan baku pembuatan gula karena kandungan gulanya yang tetap tinggi walaupun diberi perlakuan potong dan tunda giling (Kuspratomo et al. 2012). Penambahan unsur P dan K pada tanah yang kahat akan kedua unsur tersebut akan memperbaiki kualitas nira yang dihasilkan. Kegunaan unsur P dalam tanaman adalah memperbaiki kualitas nira tebu. Tanaman tebu memerlukan unsur K dalam jumlah yang relatif tinggi. Tanaman tebu pada tanah kahat K tidak saja menurunkan produksi tebu tetapi juga menurunkan kualitas nira, memperlambat proses fotosintesa dan perpindahan gula yang baru dibentuk dalam daun ke jaringan penyimpanan pada batang, menurunkan kandungan gula apabila tanah diberi pupuk N dalam takaran tinggi (Al jabri et al. 1999).
5 Musim hujan akan membuat banyak tanaman tebu menjadi roboh hal ini menyebabkan pertumbuhan tunas baru dari bagian bawah batang sehingga menurunkan kadar sukrosa dalam batang karena digunakan untuk pertumbuhan dan menurunkan rendemen (Sutardjo 2005). Waktu panen yang tepat untuk mendapatkan kandungan gula yang maksimal pada batang tebu adalah pada saat tebu memiliki nilai brix batang atas hampir sama dengan batang tengah dan bawah. Kandungan gula yang tinggi saat dikebun dapat menurun karena proses pasca panen yang buruk seperti penundaan giling. Penundaan giling tebu dapat menyebabkan kerusakan tebu sehingga menyebabkan menurunnya bobot tebu (Kuspratomo et al. 2012).
2.5 Tenaga Kerja Tebang Kapasitas penebang sangat dipengaruhi oleh tingkah laku penebang. Pada umumnya para penebang menolak menebang varietas yang mempunyai sifat mudah roboh, anakan atau tunas banyak, batang kecil dan ringan. Kondisi demikian ini menyebabkan penebang bermalas-malasan sehingga kapasitasnya menjadi rendah. Cara dan waktu penebangan akan mempengaruhi kualitas tebu tebangan dan jumlah nira yang diperoleh. Tebu yang ditebang siang hari akan menurunkan rendemen setelah penebangan, dibanding sore atau malam hari. Jumlah tenaga tebang tiaptiap sinderyang dibutuhkan bervariasi menurut luas areal kebun yang ditebang tiap harinya dan disesuaikan dengan kondisi lahan kebun yang akan ditebang (Wahyuddin 1995)
III
METODE
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di PG Madukismo, Desa Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta selama 4 bulan mulai dari tanggal 10 Februari hingga 10 Juni 2014.
3.2 Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan yakni metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti langsung kegiatan dilapang. Data yang didapat dari metode langsung merupakan data primer. Metode tidak langsung adalah metode pengumpulan data tanpa mengikuti kegiatan dilapang. Data yang didapatkan dari metode tidak langsung disebut data sekunder yakni seperti informasi tentang perusahaan. Informasi tersebut antara lain sejarah perusahaan, lokasi, kondisi kebun, iklim, ketenagakerjaan dan informasi administrasi. Metode langsung yang dilaksanakan saat magang meliputi beberapa aspek yakni aspek teknis, manajerial dan khusus. Pelaksanaan metode langsung sebagai berikut:
6 3.2.1 Aspek Teknis Pada aspek teknis mahasiswa menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu. Ketika menjadi KHL mahasiswa melakukan kegiatan budidaya tanaman tebu mulai dari pengolahan lahan sampai proses tebang, muat dan angkut. Kegiatan budidaya dimulai dari persiapan lahan (land preparation), pembenihan dan persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pengairan/irigasi, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), kultivasi, dan pemupukan, pemanenan, hingga pengolahan hasil. Secara administrasi mahasiswa juga melakukan penulisan jurnal yang diketahui oleh pembimbing lapang, dan mencatat prestasi kerja yang didapatkan lalu hasil dibandingkan dengan standar ketentuan efisiensi kerja pada pabrik. 3.2.2 Aspek Manajerial Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor selama tiga minggu yakni mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan, check roll, membantu perancangan kebutuhan fisik, teknis dan biaya untuk pekerjaan yang dilakukan dan mengisi buku kerja mandor. Mahasiswa juga menjadi pendamping asisten kebun selama lima minggu dengan melakukan kontrol lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi, dan mempelajari keadaan kebun. 3.2.3 Aspek Khusus Pada aspek khusus selama enam minggu mahasiswa mengikuti proses alur tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat proses penebangan di kebun dan proses persiapan tebu giling di pabrik. Mahasiswa menganalisis dan mengidentifikasi kualitas tebangan, pengukuran brix, pengukuran pol, pengukuran kehilangan hasil tunggak tertinggal, prestasi kerja dan selesai penebangan. Pengamatan dilakukan pada dua wilayah kebun tebu yakni Bantul dan Sleman Timur.
3.3 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yakni data yang didapat ketika melakukan kegiatan magang khususnya segala hal yang mempengaruhi tebang, muat dan angkut. Pengamatan dilakukan pada saat penebangan dan di pabrik. 3.3.1 Pada Saat Penebangan Pengamatan yang dilakukan saat penebangan yakni pengukruan brix kebun, penghitungan kehilangan hasil tunggak, dan prestasi kerja tenaga tebang 3.3.1.1 Pengukuran Brix Kebun Pengukuran brix di kebun dilakukan dengan memilih 5 batang tebu setiap kebun. Batang tebu yang akan diukur dipilih dengan cara silang. Tebu yang sudah ditebang, dikeluarkan niranya lalu diukur brixnya dengan menggunakan handrefractometer. Angka yang keluar dari pembacaan handrefractometer merupakan nilai brix nira tebu saat dikebun.
7 3.3.1.2 Penghitungan Kehilangan Hasil Tunggak Tebu Terdapat tiga kehilangan hasil panen pada tebu yakni kehilangan pucuk, tunggak, dan lonjoran. Kehilangan hasil tunggak adalah kehilangan hasil yang disebabkan oleh sisa batang tebu yang tidak tertebang karena pemotongan tidak mepet tanah. Kehilangan hasil panen tunggak dapat dihitung dengan memotong tunggak atau bagian batang tebu tidak tertebang yang tingginya lebih dari 5 cm, lalu ditimbang bobotnya. Pada setiap wilayah dilakukan pengukuran sebanyak 4 kebun, dengan jumlah juring setiap kebun 5 juring. Juring contoh ditetapkan dengan menggunakan cara diagonal seperti gambar dibawah ini;
Gambar 1 Layout pengamatan kehilangan hasil tunggak tebu Juring yang terlewati oleh garis merah yang akan dijadikan juring contoh. Bobot tunggak yang didapatkan dari 5 juring contoh dikonversikan ke hektar dengan menggunakan rumus; Bobot 5 juring (Kg) x Faktor juring Kehilangan hasil setiap Ha = 5 Faktor juring = Jumlah juring x Panjang juring 3.3.1.3 Penghitungan Prestasi Kerja Prestasi kerja tenaga tebang dilakukan dengan menghitung jumlah tenaga tebang dan bobot tebu yang dapat ditebang setiap harinya. Prestasi tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus; Bobot tebu Prestasi Kerja = Jumlah tenaga tebang x Standar kerja Lama waktu penebangan tebu tiap kebun per hektar dilakukan dengan mengamati bobot tebu yang ditebang setiap hari dan taksasi kebun, lalu dimasukkan kedalam rumus; Taksasi kebun ⁄ ha (ton) Waktu tebang / ha (hari) = Bobot tebu tebang ⁄ hari (ha) Nilai taksasi yang digunakan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut; Taksasi = Faktor juring x ∑ Batang ∕ juring x Panjang batang x Bobot batang ∕ meter 3.3.2
Pada Saat di Pabrik Pengamatan yang dilakukan di pabrik adalah pengukuran kandungan gula tebu saat di meja tebu tepat sebelum penggiligan. Kandungan gula tebu dapat diketahui dengan mengukur brix, pol dan menghasilkan angka rendemen tebu. Tebu contoh merupakan tebu lori yang tepat akan masuk meja tebu berjumlah 5 batang,
8 dan dipilih secara diagonal. Tebu contoh lalu digiling menggunakan gilingan mini untuk mengeluarkan niranya. Pengukuran nilai brix dilakukan dengan menggunakan handrefractometer atau dengan mengunakan timbangan brix, sedangkan %pol diukur dengan menggunakan alat polarimeter. Angka yang dapatkan dari pembacaan polarimeter akan dimasukkan ke dalam rumus; Pemutaran x Bobot Normal x 1.1 %Pol = Berat Jenis x 100 Setelah mendapatkan nilai pol, hasil dari pembacaan brix dan pol berguna untuk mendapatkan nilai rendemen sementara dengan menggunakan rumus; Nilai Nira = Pol - (0.4 x (brix - Pol) Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira
3.4 Analisis Data dan Informasi Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji t-student 5% dengan bantuan program minitab untuk membandingkan data wilayah Bantul dan Sleman Timur
IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Madubaru merupakan satu-satunya Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus yang terdapat di Provinsi Yogyakarta. Pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda terdapat 17 Pabrik gula di Yogyakarta, namun semua dibumi hanguskan dikarenakan permintaan pemerintah belanda untuk mengurangi pasokan gula sesuai dengan putusan Charbourne agreement pada tahun 1931 dan hanya teringgal PG Madukismo. Pada tahun 1955 pihak keraton yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono XI memprakarsai untuk dibangunnya kembali Pabrik Gula Madukismo yang diresmikan pertama kali tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden pertama RI yakni Ir. Soekarno. Pabrik gula dan pabrik spiritus Madukismo merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi gula, spiritus dan tebu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Status perusahaan PT Madubaru pernah mengalami perubahan dari perusahaan menjadi milik BUMN, lalu menjadi perusahaan swasta kembali sampai sekarang. Saat ini PT Madubaru merupakan Perseroan terbatas yang didirikan tanggal 14 juni 1955, dan diberi nama Pabrikpabrik Gula Madu Baru PT (P2G, Madubaru PT) dengan dua pabrik yakni PG Madukismo dan PS Madukismo. Kronologi perubahaan status perusahaan dan perubahan manajemennya yakni pada awal pembangunan kembali yakni tahun 1955-1962 merupakan perusahaan Adanya kebijakan pemerintah RI untuk mengambil alih semua perusahaan yang ada di Indonesia, sehingga pada tahun 1962-1966 PT Madubaru bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan umum-Perusahaan Negara). Pada tahun 1966 BPU-PPN bubar dan memberikan kebebasan kepada PGPS untuk memilih tetap menjadi perusahaan milik pemerintah atau menjadi
9 perusahaan swasta, dan PT Madubaru memilih untuk menjadi perusahaan swasta. PT Madubaru kembali menjadi perusahaan swasta dengan direksi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai presiden direktur. Pada tanggal 4 Maret-24 Februari 2004 PT Madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu BUMN milik Departemen Keuangan RI. Tangga 24 Februari-sekarang PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri yang dikelola secara professional dan independent. Status kepemelikan saham di PT Madubaru juga berubah setelah awalnya saham perusahaan PT Madubaru 75% merupakan milik Keraton Yogyakarta dan 25% merupakan milik pemerintah Indonesia, namun saat ini telah berubah menjadi 65% merupakan milik keraton Yogyakarta dan 35% miliki pemerintah yang dipegang oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia.
4.2 Visi dan Misi PT Madubaru 4.2.1. Visi Menjadikan PT.Madubaru ( PG/PS Madukismo ) perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan menjadikan petani sebagai mitra sejati 4.2.2
Misi
Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan ,dikelola secara profesional dan inovatif ,memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan, serta mengutamakan kemitraan dengan petani. Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti. Menempatkan karyawan dan stake holders laninya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holder values
4.3 Letak Geografi PG Madukismo Pabrik Gula Madukismo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Derah Istimewa Yogyakarta dengan luas 185 572 m2. Jarak Pabrik Gula Madukismo dari ibu kota Kabupaten Bantul adalah 5 km sedangkan dari ibu kota provinsi berjarak 8 km. Pabrik Gula Madukismo memiliki lahan pengolahan yang dibagi menjadi dua yakni Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pada daerah Yogyakarta daerah pengolahan meliputi Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulonprogo. Di provinsi Jawa Tengah daerah pengolahan meliputi Kabupaten Purworejo, Kebumen, Magelang, dan Temanggung.
4.4 Keadaan Iklim dan Tanah Pabrik Gula Madukismo terletak pada ketinggian tempat 200-600 m dpl. Iklim daerah PG Madukismo menurut Schmidt dan Fergusson merupakan golongan
10 D yang memiliki curah hujan terendah atau bulan kering pada bulan Maret sampai Mei. Menurut klasifikasi iklim tersebut maka lahan pada PG Madukismo cocok untuk ditanami tebu. Keadaan tanah pada daerah yang diolah memiliki jenis tanah yang berbeda, hal ini mempengaruhi sistem budidaya yang akan diterapkan. Tabel 1 Jenis tanah setiap wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo Rayon Bantul Sleman Kebumen Kulon Progo Purworejo Magelang
Jenis Tanah Regosol dan Grumosol Regosol Regosol Regosol, Lithosol, Aluvial dan Latosol Regosol Mediteran
Wilayah kerja yang luas menyebabkan lahan yang dikelola PG Madukismo memiliki beberapa jenis tanah yang dapat mempengaruhi sistem budidaya tebu. Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya tanaman tebu adalah jenis tanah regosol dan grumosol .Hal ini dikarenakan tanah regosol dan grumosol terbentuk akibat endapan abu vulkanik, sedangkan jenis tanah yang lain akan sesuai untuk ditanami tebu apabila diterapkan beberapa perlakuan seperti penambahan kapur. Tanah jenis lathosol yang berada di wilayah Kulonprogo membutuhkan tambahan kapur pada saat pengolahan tanah karena merupakan tanah merah yang banyak mengandung unsur Fe dan Al sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman tebu. Lithosol adalah jenis tanah yang agak berpasir sehingga berpotensi tinggi untuk terserang hama uret. Tanah aluvial adalah jenis tanah yang cocok untuk pertanian sawah sehingga untuk penanaman tebu dilakukan sistem reynoso.
4.5 Luas Areal dan Wilayah Kerja Luas areal kebun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas hasil produksi gula. Berikut ini adalah daftar luas areal kebun tebu di Pabrik Gula Madukismo sesuai dengan status kerjasama dengan petani. Tabel 2 Areal tebu (ha) per status PG Madukismo Status TR-Kemitraan TR-Mandiri Luas Areal Total
2009 2 754.37 3 925.63
2010 2 705.67 3892.25
Bulan 2011 2 683.95 3 997.80
6 680.00
6 597.92
6 681.75
2012 2 489.23 9 510.40
2013 2 435.66 4 916.01
6 999.62
7 351.67
TR : Tebu Rakyat
Luas areal total lahan petani yang bekerja sama dengan PG Madukismo selalu meningkat setiap tahunnya. Peningkatan luas areal penanaman tebu akan
11 meningkatkan produksi hablur gula, karena semakin banyak tebu yang ditanam maka semakin banyak tebu yang dapat diolah menjadi gula Tabel 3 Daftar daerah wilayah kerja PG Madukismo tahun 2014 Rayon BGK (Bantul dan Gunung Kidul) Sleman KMT (Kulon Progo, Magelang, Temanggung) PKB (Purworejo dan Kebumen)
luas lahan total (ha) 2 015.75 1 243.79
KSU (ha) 400.30 25.16
KMT (ha) 624.22 428.80
Mandiri (ha) 982.22 789.83
1 498.04 900.16
-
177.99 208.56
873.77 691.60
KMT : Kemitraan; KSU : Kerja Sama Usaha
Petani mandiri atau yang disebut TR-Mandiri yang memiliki luas lahan paling besar dari ketiga jenis kerjasama di PG Madukismo. Luasan wilayah TR-Mandiri yang besar sangat membantu PG Madukismo dalam meringankan tugas bagian tanaman untuk melakukan budidaya.
4.6 Struktur Organisasi dan ketenagakerjaan Perusahaan Struktur organisasi dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja, sebab dalam struktur organisasi setiap divisi akan memegang tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. PT Madubaru memiliki struktur oraganisasi dan deskripsi jabatan yang tertulis didalam Surat Keputusan Direktorat Utama No. 2/SK.Dirut/XI/1986 tanggal 8 Juli 1986. Struktur organisasi di PT Madubaru dipimpin oleh direktur yang dibantu oleh ketua bagian dan dalam pelaksanaannya diawasi oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI). Berikut adalah deskripsi fungsi dan tugas dari setiap masing-masing jabatan: 4.6.1 Direktur Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tugas : 1. Merumuskan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.. 4. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan. 5. Menetapkan rancangan anggaran perusahaan yang akan diusulkan kepada RUPS. 4.6.2 Satuan Pengawasan Intern Tugas : 1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi. 2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atau perstujuan direktur.
12 3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 4. Dalam rangka penugasan memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh gungsi, catatan, dokumen, asset, dan karyawan. 5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta menetapkan teknik-teknik audit. 6. Memperoleh bantuan kerja sama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan, juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan. 7. Menjadi counterpart bagi auditor external dalam pelaksanaan tugasnya. 4.6.3 Kepala Bagian Pemasaran Fungsi : Melaksanakan kebijkan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : 1. Menyusun strategi pemasaran 2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT. Madubaru. 3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 4. Mengadakan perbaikan-perbaikan sistem pemasaran. 5. Menilai prestasi kerja staf pemasaran. 4.6.4 Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, anggaran, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : Menjalankan Kebijakan direksi dan ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, pengolahan data, dan akuntansi perusahaan. 4.6.5 Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang personalia, bertanggung jawab kepada administratur dan mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan serta mempersiapakan sumber daya manusia yang diperlukan. 4.6.6 Kepala Bagian Tanaman Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang penanaman dan penyediaan benih tebu, pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), penyuluhan teknis penanaman tebu, rencana tebang dan angkutan tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply tebu sebagai bahan baku pabrik gula serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
13 Tugas : 1. Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam penetapan rencana dan pelasnaan penanaman tebu benih dan produktivitas tebu giling. 2. Membantu General Manager dalam melaksanakan pencapaian target penanaman tebu benih dan tebu giling. 3. Membantu General Manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu, jadwal penanaman. Tebang dan angkutan tebu. 4.6.7 Kepala Bagian Instalasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan equipment pabrik, lori dan loko, kendaraan traktor, pompa, pemeliharaan, dan reparasi bangunan, penyediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik 2. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik. 3. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman dalam melakukan pengelolaan,pemeliharaan, dan reparasi remise (lori dan loko), pompa air dan traktor. 4. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan. 4.6.8 Kepala Bagian Pabrikasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dengan ketentuan General Manger dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi gula 2. Mengawasi mutu, penimbangan, dan pembungkusan gula. 3. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula. 4.6.9 Kepala Bagian Pabrik Alkohol dan Spiritus Fungsi : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus 2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus 3. Mengendalikan produksi dan spiritus untuk memenuhi target produksi.
14 4.7 Keadaan Tanaman dan Produksi Pabrik Gula Madukismo memiliki beberapa jenis varietas unggul yang dikembangkan dan dibedakan pada masa tanam dan tebangnya. Tabel 4 Varietas yang dikembangkan PG Madukismo Kategori Masak Varietas Awal Awal Tengah
Masa Tanam
Varietas
Masa Tebang
April – Juni Mei – Juli
PS-881, PS-862, BZ-32 PS-862 PS-851, PS-921, VMC7616, KK PS-864, BL, PS-951, PSJT941
Mei – Juni Mei – Juli
Tengah
Juni - September
Tengah Lambat
Juli - November
Juni – September Agustus – Oktober
Penataan varietas adalah mengatur proporsi tanaman bedasarkan varietas yang berbeda masa kemasakan. Pada pabrik gula komposisi penataan varietas dilakukan untuk meningkatkan rendemen tebu tetap tinggi hingga saat akan digiling. Hal ini dikarenakan permasalahan saat ini yakni susahnya mencari tenaga tebang dan alat muat angkut sehingga, apabila masa tebang menjadi satu atau tertumpuk pada satu waktu akan menyebabkan proses tebang, muat, dan angkut yang tidak tepat waktu dan tepat pengerjaan. Oleh karena itu penataan varietas akan menciptakan masa giling yang optimal. Tabel 5 Produksi Gula PG Madukismo tahun 2009 - 2013 Tahun
Areal (Ha)
Produksi tebu (ton)
2009 2010 2011 2012 2013
6 680.00 6 597.92 6 681.75 6 999.62 7 351.67
47 800.8 52 341.4 41 523.9 51 644.3 56 339.5
Produktivitas Tebu (ton/Ha) 7.2 7.9 6.2 7.4 7.7
Rendemen (%) 6.80 5.66 6.73 7.40 6.38
Produksi Hablur (ton) 3 250.43 2 963.98 2 794.56 3 821.71 3 592.98
Produktivitas Hablur (ton/Ha) 0.49 0.45 0.42 0.55 0.49
Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi hablur hingga tahun 2011, hal ini dikarenakan berkurangnya lahan yang ditanam pada saat 2010, dan kembali normal pada tahun 2011 namun pada saat itu tejadi penurunan produktivitas tebu per hektar sehingga produksi hablur tetap menurun. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan hablur yang cukup tinggi dikarenakan musim kemarau yang panjang akibat el-Nino sehingga rendemen gula meningkat yang juga didukung oleh peningkatan produktivitas tebu dan luas areal penanaman tebu. pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi hablur, hal ini dikarenakan rendemen yang turun walaupun luas areal dan produktitivas tebu meningkat. Perbedaan rendemen setiap tahun dapat terjadi dikarenakan oleh budidaya yang seharusnya tepat pengerjaan dan tepat waktu namun belum dapat terlaksana. Perbedaan rendemen juga dapat dipengaruhi oleh faktor iklim yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, apabila bulan basah lebih panjang dari seharusnya maka rendemen tebu akan menjadi turun.
15
V PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1 Aspek Teknis Pelaksanaaan Aspek teknis dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan budidaya tebu dari awal pengolahan lahan sampai pengolahan tebu menjadi gula. Aspek teknis yang dilakukan pada pelasksanaan kegiatan magang adalah persiapan lahan, pengolahan lahan, persiapan benih, penanaman, pemeliharaan, hama, penebangan, dan pengolahan hasil tebu. 5.1.1 Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk tanaman tebu harus dipersiapkan dahulu mulai dari pengukuran lahan dan pengajiran. Hal ini ini dilakukan untuk perencanaan pembuatan juringan yang tepat. 5.1.1.1 Pengukuran Lahan Pengukuran lahan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat GPS (Global Positioning System). Bagian yang bertugas untuk melakukan pengukuran lahan adalah Bina Sarana Tani (BST) yang didampingi oleh mandor dan SKW (Sinder Kebun Wilayah) bagian daerah tersebut. Pengukuran dilakukan dengan mengelilingi batas wilayah yang akan ditanami tebu. terdapat dua cara pengukuran lahan yakni dengan sistem global dan batas sesuai dengan kepemilikan. Sesuai dengan kepemilikan adalah lahan yang disewakan namun merupakan gabungan dari beberapa pemiliki agar mudah dalam pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Pengukuran secara global yakni mengukur wilayah secara keseluruhan. Pengukuran secara global juga dapat untuk mengukur kepemilikan lahan setiap orang dengan menentukan way point pada GPS saat melewati batas setiap perorangan, dengan menggabungkan way point yang sudah ditentukan maka akan terbentuk batas kepemilikan perseorangan dan batas wilayah secara keselurahan. Batas wilayah yang didapatkan dari GPS akan digambar pada komputer dengan menggunakan aplikasi R-View sehingga terbentuk luas wilayah yang akan ditanami tebu, pola juringan, banyak juringan, dan gambar got yang melintang. 5.1.1.2. Pengajiran Pengolahan lahan diawali dengan menentukan ajir. Ajir awal diletakkan pada batas paling luar lahan, setelah itu pengukuran 10 meter dari ajir awal agar menjadi ajir pusat, yang dimaksud ajir pusat adalah ajir yang dapat terlihat dari arah mana saja. 5.1.2 Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dapat dilakukan secara manual dan mekanis. Pengolahan lahan dengan cara manual yakni pengolahan yang seluruhnya menggunakan tenaga manusia, tidak ada bantuan tenaga mesin. Pengolahan secara manual atau mekanis ditentukan oleh keadaan lahan seperti tipologi lahan, kemiringan, dan posisi lahan. Lahan yang masih basah tidak dapat diolah dengan menggunakan tenaga mesin, karena dapat merusak mesin sehingga dilakukan secara manual. Lahan yang
16 memiliki kemiringan lebih dari 8% akan dilakukan pengolahan secara manual. Letak lahan yang jauh dari jalan atau posisinya tidak memungkinkan alat berat dan mesin pengolah tanah masuk akan melakukan pengolahan lahan secara manual. Perbedaan cara pengolahan manual dan mekanis tidak hanya dari tenaga kerjanya saja melainkan juga dari tahapan proses pengerjaanya. 5.1.2.1 Pengolahan Lahan Secara Mekanis Tahapan pengolahan secara mekanis yakni pembajakan, penggaruan, pembuatan got, dan pembuatan juringan. Pembajakan. Pembajakan adalah kegiatan pembalikan tanah dan memotong sisa tanaman yang tumbuh di lahan. Terdapat dua kali pembajakan dalam pengolahan lahan, hal ini bertujuan untuk meringankan peroses pengolahan tanah yakni menurunkan populasi gulma dan mengurangi kandungan besi yang berlebihan dalam tanah. Terdapat Pembajakan I dilakukan dengan bantuan alat 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring (HD Disc Plough) empat piringan atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring lima piringan, dengan kedalaman bajak 30 Cm. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan optimal pada tanah yang memiliki solum minimal 50 Cm, apabila solum tanah yang akan ditanami tebu kurang maka pengolahan lahan harus lebih dalam. Kedalaman Pengolahan tanah pada lahan bekas sawah harus melebihi 30-40 cm, karena pada lahan sawah terdapat lapisan bajaa pada kedalaman rata-rata 30-40 cm dari permukaan tanah. Lapisan bajak yang tidak dibongkar akan menyebabkan air tidak dapat terserap, dan menumpuk pada permukaan atas tanah sehingga akar tebu yang sensitif terhadap kelebihan air akan tidak tumbuh optimal dan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Pembajakan I dilakukan dengan melawan arah juringan. Hal ini dikarenakan agar pembajakan merata. Pada pembajakan II kedalaman pembajakan lebih rendah dari sebelumnya yakni 25 cm. Penggaruan. Penggaruan dilakukan dengan arah tegak lurus hasil bajakan yang bertujuan untuk membongkar bongkahan dan meratakan tanah bekas bajakan Pembuatan juringan. Juringan merupakan tempat menanam benih tebu yang panjangnya tergantung dari luas lahan, namun umumnya berukuran 10 m. Juringan dibuat dengan menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat adalah 1 m. Pada tanah yang memiliki kemiringan > 5% harus dibentuk teras terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Pembuatan got. Terdapat tiga saluran drainase atau got yakni got keliling, got mujur, dan got malang. Got keliling dibuat paling awal karena berada paling luar mengelilingi kebun dan paling dalam dari antara kedua got tersebut sehingga berfungsi sebagai got yang menerima keluaran dari got mujur. Got keliling memiliki kedalaman 80 cm dan lebar 50 cm. Got mujur menerima aliran air dari got malang. Got mujur memiliki arah yang sama dengan arah juringan, kedalaman got mujur 70 cm dan lebar 50 cm. Got malang berfungsi untuk menerima kelebihan air dari got juringan. Arah got malang berlawanan dengan arah juringan, kedalamanya adalah 60 dan lebar 50 cm. 5.1.2.2 Pengolahan Lahan Cara Manual Pengolahan secara manual memiliki perbedaan dalam hal tenaga kerja dan tahap pengolahan lahan. Pengolahan secara manual dilakukan tanpa menggunakan
17 bantuan mesin sehingga semuanya dilakukan oleh tenaga manusia dan tahap pengolahannya yang lebih pendek. Terdapat 2 tahap pengolahan lahan cara manual yakni pembentukan got dan langsung pembentukan juringan. Pengolahan lahan cara manual banyak mengeluarkan biaya pada tenaga kerja karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dan tenaga kerja yang lebih banyak. Pengolahan lahan cara manual membutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengolah lahannya saja tidak termasuk tenaga yang membersihkan gulma untuk 1 hektar, sedangkan pengolahan dengan cara mekanis hanya membutuhkan 1 orang saja untuk operator alat berat.
Gambar 2 Pengolahan lahan manual 5.1.3 Persiapan Benih Kualitas benih tanaman tebu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman tebu. Mempersiapkan benih tebu yang baik merupakan langkah awal untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan berkualitas. Terdapat beberapa langkah dalam mempersiapkan benih tebu yang baik yakni pengadaan bahan tanaman, pemupukan, dan pemanenan. 5.1.3.1 Pengadaan Bahan Tanam Pengadaan benih tebu dilakukan secara berjenjang agar lebih efektif dan ekonomis, namun perencanaannya harus dilakukan secara matang. Perencanaan yang tepat diperlukan karena setiap jenjang membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk dapat digunakan. Jenjang pada pembenihan dimulai dari KBPU, KBP, KBN, KBI, dan terakhir KBD. Kebun Benih Pokok Utama (KBPU). Benih yang digunakan untuk KBPU merupakan hasil pemuliaan atau hasil riset dari P3GI atau penangkar benih penjenis, dan hasil benihnya, hasil benih KBPU akan digunakan untuk Kebun Benih pokok (KBP). Kebun KBPU dilaksanakan oleh P3GI atau penangkar benih penjenis. Persyaratan untuk KBPU adalah kemurnian varietas 100%. Umur benih yang siap untuk disalurkan yakni 6 bulan. Kebun Benih Pokok. Benih yang dihasilkan akan digunakan untuk Kebun Benih Nenek. Kebun benih pokok harus memiliki kemurnian varietas 100%. Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBP adalah P3GI. Kebun Benih Nenek. Hasil KBN akan digunakan untuk Kebun benih Induk (KBI). Pihak yang melaksanakan pembenihan di KBI adalah Pabrik Gula. Kemurnian varietas yang harus dicapai adalah 100%, dengan faktor penangkaran minimal 1:6.
18 Produksi minimal yang harus dicapai adalah 40 ton/ha. Umur benih yang siap untuk disalurkan yakni berumur 6 bulan. Kebun Benih Induk. Hasil KBN akan digunakan untuk Kebun benih Datar (KBD). Kemurnian Varietas yang harus dipenuhi adalah 98%, dengan penangkaran minimal 1:6. Pihak yang melaksanakan KBI adalah Pabrik Gula. Kebun Benih Datar. Hasil KBD akan digunakan untuk Kebun Tebu Giling (KTG). Benih yang akan ditanam harus memenuhi kriteria bibit yang baik, agar daya tumbuh benih tinggi dan mengurangi jumlah sulaman. Kriteria benih yang baik menurut BP2MB (Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih) tahun 2009 dari kebun benih datar yakni varietas dari benih bina, umur benih 6-8 bulan, sehat, bebas serangan hama, segar, dorman, ukuran ruas 15-20 cm, diameter ≥2 Cm, dan mengalami perlakuan Hot Water Treatment. 5.1.3.2 Pemupukan Benih Pemupukan tebu di kebun benih hanya menggunakan pupuk ZA, hal ini dikarenakan tebu pada kebun benih tidak untuk digiling melainkan hanya membutuhkan pertumbuhan vegetatif saja, tidak perlu meningkatkan kadar kemanisan batang tebu. 5.1.3.3 Pemanenan Benih Pemanenan benih harus dilakukan tepat waktu dan teapt cara agar benih yang didapatkan memiliki kualitas benih yang baik, sehingga mencegah kegiatan penyulaman. Kegiatan dari pemanenan benih yakni penebangan, pengangkutan, dan pemotongan benih pada bagal. Penebangan benih. dilakukan pada benih yang sudah berumur 6 bulan. Penebangan benih tidak perlu diklentek atau dibersihkan daun keringnya, karena berguna untuk melindungi mata tunas dari sinar matahari sebelum ditanam. Pengelentekan benih akan dilakukan tepat sebelum penanaman saat pemotongan benih menjadi bagal. Beberapa benih dijadikan satu untuk mempermudah pengangkutan. Pengangkutan benih. Pengangkutan benih dilakukan 3-4 hari sebelum penanaman. Pengangkutan benih diawasi oleh mandor kebun benih dan mandor kebun tebu giling, hal ini dilakukan agar jumlah benih yang diangkut sesuai dengan yang diajukan. Pengangkutan benih dilakukan dengan kendaraan truk atau mobil pickup. Pengangkutan benih dengan truk biasa dilakukan pada benih bagal, tetapi apabila benih SBP pengangkutannya menggunakan mobil Pick-up. Pengangkutan benih bagal dengan menggunakan truk dapat memuat 4.5-6 ton/truk, sedangkan pengangkutan benih Polybag dengan mobil Pick-up dapat mencapai 1 400-1 500 benih/mobil. Pengangkutan benih Polybag masih tergolong rumit dan Belum ditemukan cara yang efisien. Tenaga kerja yang melakukan pemindahan dari truk ke lahan umumnya tenaga kerja wanita yakni 10-12 polybag setiap kali menggotong. Pengangkutan benih dengan bagal dilakukan dengan mengangkut lonjoran utuh tebu, lalu dipotong dilahan. Pemotongan benih bagal. Lonjoran benih tebu yang telah sampai di lahan segera dibersihkan dari daun kering yang masih menempel. Setelah melakukan pengelentekan tebu dipotong ±3 mata/bagal, setiap satu meter batang tebu dapat menghasilkan 3 benih bagal. Pada saat pemotongan, pisau yang digunakan diolesi
19 dengan menggunakan lisol 20% setiap 3 kali pemotongan, namun di PG Madukismo sudah tidak melakukan hal tersebut. Penanaman benih tebu SBP membutuhkan 20-22 benih atau 30 bagal dalam setiap juringan. Daun benih SBP harus dipotong setengah sebelum ditanam bertujuan untuk mengurangi penguapan sehingga tanaman tidak mudah layu dan mati.
Gambar 3 Pengelentekan benih tebu 5.1.4
Penanaman
5.1.4.1 Waktu Penanaman Tebu Penanaman dilakukan pada saat musim hujan karena pertumbuhan vegetatif tebu membutuhkan air yang cukup selama 5-7 bulan tergantung dari periode penanaman dan 2 bulan kering untuk proses pemasakan. Terdapat dua periode penanaman tebu yang dilaksanakan oleh Pabrik Gula Madukismo yakni periode pertama mulai dari bulan Mei sampai Agustus, sedangkan untuk periode kedua dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November. Hal ini dilakukan agar pada saat penebangan jumlah tebu tidak menumpuk pada satu waktu yang sehingga melebihi kapasitas giling pabrik. Jumlah tebu yang melebihi kapasitas giling pabrik akan menyebabkan tebu menunggu lebih dari 24 jam sebelum digiling, sehingga tebu menjadi layu. 5.1.4.2 Kebutuhan Benih Tebu Benih tebu yang akan ditanam harus dipesan maksimal 1 minggu sebelum penanaman. Pemesanan tebu dilakukan di Kantor Bina Sarana Tani. Keperluan benih yang diterapkan di Madukismo adalah 22 000-25 000 mata/hektar untuk Single Bud Planting dan 75-90 ku/hektar apabila menggunakan bagal tergantung dari verietas contohnya 75-80 ku/ha pada varietas Bululawang dan 80-90 Ku/ha pada PS-862. 5.1.4.3 Penanaman Tebu Penanaman benih tebu bergantung pada jenis benih yang digunakan dan keadaan tanah. Pada penanaman benih polybag, lubangan harus digali terlebih dahulu sesuai dengan usuran polybag hal ini bertujuan agar akar lebih masuk kedalam tanah, dan pangkal tanaman tebu sejajar dengan permukaan juringan. Pada penanaman menggunakan benih bagal dapat dilakukan dengan tiga cara yakni over laping (unduh indih), single row (rentet sepur), dan double row. Perbedaan cara
20 penanaman benih bagal mempengaruhi banyaknya benih yang dibutuhkan. Kebutuhan benih paling banyak yakni dengan menggunakan cara double row yakni 55-60 bagal per juringan, jumlah ini dua kali lipat dari jumlah benih yang dibutuhkan pada penanaman cara single row. Jumlah yang dua kali lipat ini disebabkan pada penanaman single row benih bagal diletakkan satu berurutan, sedangkan pada double row bagal diletakkan berurutan secara berpasangan. Penanaman dengan cara double row dilakukan untuk mengantisipasi mata tunas tidak tumbuh sehingga segera digantikan dengan mata tunas pada bagal sebelahnya. Penanaman cara over lapping dilakukan dengan 20% ujung bagal disejajarkan agar jarak tanam tidak terlalu lebar. Pada saat kering atau hujan sudah mulai jarang turun maka benih bagal yang ditanam dipendam kedalam tanah untuk menekan proses penguapan sehingga benih tidak kering dan dapat tumbuh. Posisi mata tunas pada penanaman dengan cara bagal harus menghadap kesamping.
Gambar 4 Penanaman benih polybag 5.1.5 Pemeliharaan Benih tebu yang telah ditanam harus mendapatkan pemeliharan lanjut untuk mendapatkan tebu yang layak tebang, sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gula. Terdapat beberapa tahap untuk pemeliharaan tanaman tebu yakni kepras, penyulaman, pemupukan, pengelentekan, dan tambah tanah. 5.1.5.1 Tebu Keprasan Kepras adalah kegiatan menumbuhkan atau menunaskan kembali tanaman bekas tanaman baru (plant cane). Pelaksanaan kepras dimulai pada tahun kedua setelah penanaman baru, hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang besar pada awal penanaman setelah tebang. Keprasan harus dilakukan tepat sehari setelah tebangan, karena jika terlalu lama maka tunas akan segera membusuk dan tidak dapat tumbuh. Tahapan keprasan yakni pembersihan lahan, kepras, lalu pemutusan akar. Pembersihan lahan. Pembersihan lahan ditujukan untuk mencegah serangan hama dan bakteri. Pembersihan lahan dilakukan dengan membakar sampah bekas tebangan seperti daun dan pucuk yang telah dikumpulkan. Pembakaran dilakukan sore atau malam hari karena pada saat itu kecepetan dan arah angin sedang stabil. Pembakaran dilakukan ditengah kebun apabila letak kebun berada disekitar perumahan.
21 Kepras. Pengeprasan dilakukan dengan memotong sisa batang dari tebangan dengan menggunakan cangkul atau arit. Pengeprasan bertujuan untuk memicu pertumbuhan tunas baru. Semua tanaman tebu dalam 1 kebun harus dikepras walaupun terdapat tunas yang sudah tumbuh, hal ini dilakuan agar umur tanaman seragam. Tunas yang dibiarkan tumbuh tidak dikepras akan memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda setiap kebun sehingga susah menentukan waktu tebang yang tepat.
Gambar 5 Pengeprasan Pemotongan akar. Pemotongan akar atau sering disebut dengan pedot oyot berguna untuk merangsang pertumbuhan akar baru. Akar baru akan lebih efektif dalam penyerapan unsur hara dari pada akar yang lama. Pemotongan akar dilakukan dengan mencangkul kedua sisi juringan. Selain bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan akar baru, pemotongan akar juga menggemburkan tanah dan akar lama akan menjadi bahan organik bagi tanah. Pengeprasan harus dilakukan pada saat kondisi tanah basah, apabila tanahnya kering maka tebu yang didalam tanah juga akan kering dan tidak dapat menumbuhkan tunas. Setelah pengeprasan dilakukan pemupukan dengan dosis yang sama pada tanaman baru, lalu dilakukan irigasi. Pembuatan got atau pemeliharaan got dilakukan setelah irigasi, lalu peneyemprotan herbisida. Satu bulan kemudian dilakukan pemupukan, lalu penyemprotan kembali herbisida. 5.1.5.2 Penyulaman Sulam adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati dengan benih tebu baru dan memiliki umur yang sama. Penyulaman dilakukan untuk mendapatkan populasi tebu yang optimal. Penyulaman pertama dilakukan satu minggu setelah penanaman. Tanaman sulam didapatkan dari sisa tanaman pada penanaman pertama yang ditanam di pinggiran kebun. Penyulaman kedua dilakukan satu bulan setelah penanaman pertama, apabila sulam kedua masih gagal maka ada sulam seblang. Sulam seblang adalah penyulaman yang tanaman sulamnya berasal dari rumpun tanaman tebu yang memiliki tunasan banyak. Kegiatan penyulaman harus dilakukan saat musim hujan, hal ini bertujuan untuk kebutuhan air benih tebu tetap terpenuhi agar pertumbuhan vegetatif tidak terhambat.
22 5.1.5.3 Pemupukan Pemupukan adalah penambahan bahan yang dibutuhkan tanaman kedalam media tumbuh tanaman agar dapat tumbuh secara optimal. Pemupukan pada tebu sering menambahkan ZA dan phonska, karena didalam pupuk ZA dan phonska terdapat nitrogen, phospat, dan kalium yang membantu proses pembentukan protein sehingga dapat medorong pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur kalium dan sulfur digunakan dalam tanaman tebu untuk membantu proses pembentukan gula sehingga dapat meningkatkan kemanisan tebu. Bahan kandungan ZA yakni 21% nitrogen dan 24% sulfur, sedangkan untuk phonska mengandung 15% N, 15% P, dan 15% K. Penambahan pupuk juga harus disesuaikan dengan kondisi tanah, tanah harus lembab agar terserap oleh tanaman, karena tanah yang kering akan menguap dan hilang. Penambahan SP36 juga dilakukan untuk menggemburkan tanah.. Penambahan pupuk dilakukan sebanyak dua kali yakni pada saat tanam dan 4 MST. Pemupukan dilakukan dengan komposisi ZA:phonska adalah 2.5:2.5 Ku, 2:3 Ku atau sebaliknya. Pabrik Gula Madukismo juga menggunakan pupuk Halei. Pupuk Halei adalah pupuk yang spesifik untuk tanaman tebu, sehingga apabila sudah menggunakan pupuk ini tidak perlu menambahkan pupuk lainnya. Penambahan pupuk Halei kedalam tanah dilaksanakan dua kali yakni saat tanam dan satu bulan setelah tanam. .
(A) (B) Gambar 6 Pemupukan : (A) Pupuk halei; (B) Penebaran pupuk 5.1.5.4 Pengelentekan Pengelentekan adalah kegiatan menghilangkan daun-daun kering yang menempel pada tanaman tebu. Tujuan pengelentekan adalah meningkatkan rendemen gula dan mencegah terkena hama dan penyakit. Pengelentekan dapat meningkatkan rendemen gula dikarenakan setelah pengelentekan maka batang tebu dapat terkena sinar matahari sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas proses pembentukan gula dalam batang. Pengelentekan juga dapat mencegah serangan hama dan patogen karena jira dalam keadaan lembab maka akan meningkatkan aktivitas patogen seperti Gibbrella moniliformis yang meyebabkan penyakit pokkahbung. Pada kebun yang daun kering dibiarkan pada batang akan mudah terbakar dan terserang tikus karena kotor. Kegiatan pengelentekan dilakukan dua kali yakni 5 BST dan 9 BST, namun menurut anjuran pengelentekan dilakukan tiga kali yakni 5 BST, 9 BST, dan 10 BST. Hal ini dikarenakan susahnya
23 mendapatkan tenaga kerja sehingga kegiatan pengelentekan dapat dilakukan dua kali atau waktu pengerjaan terlambat. 5.1.5.5 Tambah Tanah Tambah tanah adalah kegiatan menambahkan tanah pada pangkal tanaman. Tambah tanah atau yang sering disebut uruk tanah dilakukan sebanyak 3 kali. Tambah tanah I yakni pada pemupukan II saat tebu berumur 4 MST. Tambah tanah I berguna untuk pengendalian gulma dan menutup pupuk agar tidak menguap. Tambah tanah II dilakukan saat tebu berumur 2 bulan, sedangkan Tambah tanah III saat 4 bulan setelah tanam. Tambah tanah II dan III bertujuan untuk mengendalikan gulma, menegakkan tanaman agar tidak roboh, dan menambah media perakaran. 5.1.6
Hama Hama merupakan organisme yang mengganggu dan merugikan bagi tanaman apabila jumlah populasi dan keberadaannya tidak dikendalikan dibawah ambang ekonomi. Terdapat beberapa jenis hama yang merugikan bagi tanaman tebu yakni Penggerek pucuk (Triporyza vinella F), Penggerek batang (Chilo supresalis dan Chilo sachariphagus), dan Uret ( Lepidieta stigma F ). Setiap hama memiliki cara memiliki pengendaliannya masing-masing. 5.1.6.1 Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F) Hama penggerek Pucuk dapat menyebabkan kematian titik tumbuh tanaman. Umumnya hama ini menyerang tanaman tebu yang masih muda. Penyerangan hama penggerek pucuk dimulai dari telur Triporyza vinella F yang tersusun dibalik daun 6-30 butir dan dilapisi selaput berwarna coklat. Telur yang sudah berumur 8-9 hari akan menetes, ulat yang keluar dari telur akan menjalar menuju daun dengan menggantung menggunakan benang-benang halus yang keluar dari mulutnya. Ulat akan menggerk daun menuju tulang daun hingga ke titik tumbuh lalu menembus batang tanaman, sehingga titik tumbuh mengalami kematian. Matinya titik tumbuh dapat dilihat dari daun yang belum terbuka berwarna kuning, hal ini dikarenakan jaringan xilem dan floem yang terputus.
(A) (B) Gambar 7 Serangan penggerek pucuk: (A) Penampakan serangan dari luar; (B) Penampakan serangan dari dalam
24 5.1.6.2 Penggerek Batang (Chilo supresalis dan Chilo sachariphagus) Penyerangan penggerek batang terhadap tanaman tebu dimulai dari Ulan dari telur yang menetas akan menggerek daun menuju ke batang tebu melalui pelepah daun. Aktivitas gerekan di daun dapat dilihat dari bercak putih pada daun yang memanjang dan tidak terartur teteapi gerekan tidak menembus sampai keluar daun. Bekas gerekan ulat yang menembus batang tebu dapat dilihat dari lubang pada permukaan batang. Aktivitas gerekan ualt didalam batang dalat dilihat apabila batang dibelah maka akan terdapat lorong gerek yang memanjang dan berwarna merah. Akibat dari penggerek batang tanaman tebu dapat mengalami kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan kematian batang bila titik tumbuh batang terserang. Pengendalian penggerek batang (Chilo supresalis dan Chilo sachariphagus) dan penggerek pucuk (Triporyza vinella F) dapat dilakukan dengan penggunaan Trichogramma japonicum sebagai musuh alami. Bina Sarana Tani Pabrik Gula Madukismo mengembangkan Trichogramma japonicum atau pias di laboratorium hama. Pemasangan pias dilapangan dilakukan min 4 kali dalam satu kali periode tanam, dengan jumlah 25 pias/ha. Pengendalian hama penggerek batang dapat dilakukan dengan pias. Pengembangbiakan pias dilakukan setiap hari. Langkah-langkah pengembangbiakan pias dilakukan dengan tahap persiapan kotak pemeliharaan larva, penyediaan makanan, penaburan telur, panen ngengat C. Cephalonica, perkawinan ngengat, panen telur ngengat, pembuatan pias, sterilisasi telur ngengat dan bongkar media. Persiapan Kotak Pemeliharaan dan Penyediaan Makanan. Persiapan kotak pemeliharaan larva yakni mengisi kotak dengan jagung giling sebanyak 2.5 Kg. Kotak terbuat dari kayu yang berukuran 70x30x12 cm3. Kotak kedap serangga juga dapat digunakan untuk menghindari serangan dari serangga predator. Penaburan telur. Penaburan telur diatas media. Telur yang ditaburkan dapat berkisar ± 4 500 butir. Penaburan dilakukan dengan menggunakan kuas yang halus. Telur ditaburkan secara merata pada permukaan media jagung. Selain jagung, media untuk pembiakan dapat menggunakan bahan lain yakni beras dan sorghum. Setelah penaburan kotak diletakkan menumpuk dengan kotak lain dan disisakan lubang untuk sirkulasi udara. Setelah satu minggu kotak diletakkan diruang penangkapan. Panen dan Perkawinan ngengat. Telur ngengat yang telah diletakkan diruang penangkapan maka 3-4 minggu akan menetas dan segera ditangkap menggunakan tabung. Ngengat yang ditangkap dimasukkan kedalam sangkar yang terbuat dari karton berdiameter 10 cm dan panjangnya 20 cm. Ujung sangkar ditutup menggunakan kasa nyamuk yang mudah dilepas untuk mempermudah pembersihan.
25
(A) (B) Gambar 8 Panen ngengat: (A) Penangkapan ngengat; (B) Sangkar ngengat Panen Telur. Panen telur ngengat dilakukan dengan menyapu bagian kasa penutup sangkar dengan kuas, maka telur ngengat akan jatuh. Telur ngengat yang segar berwarna putih, sedangkan yang sudah jelek akan berwarna pucat dan menempel mala akan digunakan untuk pembenihan ngengat. Telur yang sudah dipanen akan harus dipisahkan dari kotoran sayap dan kaki, agar steril untuk pembuatan pias. Telur yang digunakan untuk pembuatan pias harus berumur 0-1 hari. Pembuatan Pias. Telur yang sudah siap, ditempelkan pada kertas manila berukuran 2x8 cm dengan menggunakan lem Cendrawasih (lem khusus). Lem dioleskan pada ujung 2x2 cm sisa luas kertas akan digunakan untuk menulis tanggal pembuatan. Lem dioleskan setipis mungkin agar tidak menutupi kulit telur sehingga susah untuk parasitoid menulari telur. Telur ngengat yang sudah ditempel disusun 5 seperti genting lalu dimasukkan kedalam tabung yang berisi 4 susunan telur ngengat dengan 1 susunan telur parasitoid. Susunan antara telur ngenat dengan telur parasitoid harus berbalikan.
(A) (B) Gambar 9 Pembuatan pias: (A) Susunan kertas telur ngengat; (B) Lembar pias Sterilisasi Telur. Sterilisasi telur yang tidak terparasit perlu dilakukan karena dapat menggangu telur yang lainnya. Telur yang tidak terparasit akan menetas dalam waktu 4 hari, lalu memebentuk benang-benang disekitar pias sehingga mengganggu proses penetasan. Telur yang tidak terkontaminasi bersifat kanibal sehingga akan memakan telur lainnya. Proses penularan harus dilakukan antara jam 07.00-09.00. Pada saat proses penularan mulut tabung yang ditutup dengan kain hitam harus
26 membelakangi lampu agar parasitoid tidak keluar. Mulut tabung ditutup dengan kain hitam agar parasitoid tidak kemulut tabung karena sifatnya yang peka terhadap cahaya. Saat penularan, ruangan harus dilengkapi dengan lampu neon 40 watt untuk mendorong aktivitas parasitoid. Selama masa penularan, Trichogramma japonicum akan diberikan kapas yang sudah dicelupkan dengan air gula sebagai makanan. Setelah 6 hari penularan, pias siap untuk dilepas ke lapang. 5.1.6.3 Uret ( Lepidieta stigma F. ) Siklus hidup uret. Hama uret memiliki siklus hidup yang sempurna yakni telur, larva, pupa, dan imago, sedangkan fase hidup yang menyebabkan kerugian bagi tanaman tebu yakni saat menjadi larva. Proses awal penyerangan hama uret dari perkembangbiakan hama yakni saat menjadi imago berbentuk kumbang. pada fase imago, kumbang menuju permukaan tanah mencari lingkungan yang lebih kering. Hal ini biasa terjadi pada waktu musim hujan, yakni saat kondisi tanah basah yang menyebabkan kumbang keluar dan melakukan perkembangbiakan. Telur hasil perkawinan diletakkan di dalam tanah yang lembab yakni 5-30 Cm. Setelah 1-2 minggu telur akan menetes menjadi larva. Larva yang baru saja menetas akan memakan sisa-sisa tanaman, namun semakin dewasa larva akan memakan perakaran tanaman yang masih hidup. Terdapat 4 tahap instar perkembangan larva saat menjadi larva, saat instar 3 merupakan tahap yang paling ganas dan menyebabkan kerugian paling besar. Lama fase pupa hanya 30 hari setelah itu berkembang menjadi imago. Fase imago hama in berbeda antara betina dan jantan, betina hidup 61 hari sedangkan jantan hanya 50 hari. Total daur hidup hama in adalah 385 hari untuk jantan dan 397 untuk betina. Ciri-ciri serangan uret. Ciri-ciri serangan hama uret terlihat dari warna daun yang pucat hal ini dikarenakan pengangkutan zat-zat hara dan air terhambat oleh akarakar yang rusak terpotong oleh uret. Perbedaan gejala kekeringan yang ditimbulkan oleh air dan uret, yakni apabila kekurangan air daun akan kering merata seluruh tanaman di kebun sedangkan uret hanya terlihat pada beberapa tanaman di kebun. Pengendalian hama. Pengendalian hama uret dapat dilakukan dengan pemungutan secara manual, pengaturan jadwal penanaman yang lebih awal, dan pemasangan perangkap net. Memungut uret yang terlihat saat pengolahan lahan adalah bentuk pengendalian hama uret dengan cara manual. Cara ini merupakan cara yang tidak efisien karena terlalu lama dan membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Pengendalian hama dengan jadwal penanaman lebih awal sebenarnya bukan untuk membasmi hama, namun untuk mengurangi tingkat kerusakan tanaman. Pabrik Gula Madukismo menerapkan penanaman bulan mei untuk daerah yang rawan terkena uret sepeti Purworejo dan Sleman Timur. Penanaman diawal akan membuat tebu lebih tahan terhadap serangan uret karena pada saat uret memasuki fase instar 3 tanaman tebu sudah besar dan kokoh. Penanaman yang terlambat akan menyebabkan tanaman tebu masih muda dan rawan terkena serangan uret sehingga banyak tanaman yang mati. Jadwal penanaman yang dibuat lebih awal akan menyebabkan daerah tersebut akan mendapatkan jadwal tebang awal juga. Penggunaan perangkap net disekeliling kebun tebu berguna untuk menangkap kumbang yang merupakan fase imago hama. Pemasangan perangkap harus tepat waktu yakni sebelum musim hujan, karena imago melakukan
27 perkembangbiakan saat musim hujan. Kumbang yang keluar dari tanah akan terperangkap di net lalu mati, sehingga dapat memutus siklus hidup uret. 5.1.7
Panen Pemanenan merupakan kegiatan penebangan tebu yang masak dan siap diangkut ke pabrik. Pemanenan tebu harus direncanakan sebaik mungkin agar tebu yang masuk sesuai dengan kapasitas giling pabrik sehingga tebu tetap segar, manis, dan bersih. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan tebang harus dilakukan taksasi produksi dan analisis pendahuluan. 5.1.7.1 Taksasi Produksi Taksasi produksi adalah kegiatan untuk memperkirakan bobot hasil pemanenan tebu. Taksasi produksi bertujuan mempersiapkan jumlah angkutan dan jumlah kebutuhan tenaga tebang. Terdapat dua macam taksasi produksi yakni taksasi Maret dan Taksasi Desember Taksasi Desember. Taksasi Desember dilakukan untuk memperhitungkan awal giling dan lama hari giling. Taksasi Desember juga memperhitungkan hasil tebangan tebu secara kasar. Jumlah juringan tebu yang dijadikan contoh pengamatan yakni 5% dari jumlah lobangan. Aspek yang diamati yakni panjang batang, jumlah batang setiap juring, bobot batang setiap meter, dan diameter batang, lalu hasil pengamata dimasukkan kedalam rumus utuk mendapatkan angka taksasi produksi; Taksasi Produksi = Faktor juring x ∑ Batang ∕ juring x Panjang batang x Bobot batang ∕ meter Pengukurang tinggi batang dilakukan mulai dari ujung bawah sampai satu ruas sebelum pucuk, sedangkan faktor lobang didapat dari buku kebun. Bobot batang/ meter didapatkan dari memotong 1meter batang bagian tengah lalu ditimbang. hasil pengukuran dari Taksasi Maret. Taksasi Maret merupakan hasil taksasi yang nantinya akan digunakan untuk perencanaan tebang yakni mulai dari jadwal tebangan, kebutuhan tenaga tebang, dan tenaga angkut. Aspek yang diamati dan cara pengukuran pada taksasi Maret sama dengan taksasi Desember, tetapi pada tebu yang berumur 7-9 bulan akan dilakukan pengukuran brix. Hal ini dilakukan untuk dapat menghitung awal musim giling tebu. Pengukuran brix dilakukan pada batang bagian tengah dengan karena batangnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Perbedaan taksasi maret dengan desember adalah pada taksasi maret jumlah batang setiap rumpunnya sudah hampir tetap tidak seperti pertumbuhan bulan Desember yang laju pertambahan batangnya masih tinggi. 5.1.7.2 Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat kematangan tebu yang siap ditebang. Hasil dari analisis pendahuluan berguna untuk mengatur jadwal kebun yang akan ditebang, jadwal tebang juga di gabungkan dengan taksasi produksi. Analisis pendahuluan dilakukan selama 8 periode yang setiap periodenya memiliki jarak 15 hari. Hasil dari analisis pendahuluan yakni Faktor Kemasakan (FK), Koefisien Peningkatan (KP), Koefisien Daya Tahan (KDT), dan rendemen contoh. Proses Analisis Pendahuluan dilakukan pengambilan tebu dan persiapan tebu sebelum digiling, menentukan brix dan menentukan pol.
28 Pemilihan tebu contoh. Pemilihan tebu contoh dilakukan dengan mengambil tebu dikebun yang sudah dijadwalkan oleh Bina Sarana Tani. Kebun yang diamati setiap harinya rata-rata 8-10 kebun dan tebu yang diambil setiap kebun rata-rata berjumlah 10. Jumlah tebu yang diambil setiap kebun bergantung pada luas kebun, apabila kebun memiliki luas lebih dari 10 ha maka akan diambil 20 tebu contoh, dan begitu seterusnya setiap kelipatan 10 ha kebun. Tebu contoh yang telah diambil selanjutnya dibawa ke laboratorium analisis pendahuluan. Tebu yang akan dianalisis harus didata mengenai jumlah tebu yang berbunga dan siwilan lalu dipotong menjadi 3 bagian yakni atas, tengah, dan bawah. Tahap selanjutnya tebu dibelah menjadi dua, hal ini bertujuan untuk melihat serangan penggerek pucuk dan batang. Serangan hama penggerek dapat dilihat dari lingkaran merah didalam batang. Tebu yang siap digiling harus diukur bobotnya terlebih dahulu, penggilingan dan penimbangan harus tetap sesuai bagian tebu.Penggilingan tebu dilakukan 5-6 kali, agar nira yang keluar dapat maksimal, nira yang dihasilkan lalu ditimbang.
(A) (B) Gambar 10 Tebu contoh: (A) Pengukuran panjang tebu; (B) Penimbangan bobot tebu Penentuan Brix. Brix adalah total padatan terlarut dalam tebu. Terdapat 4 data pengukuran brix dalam analisis pendahuluan yakni brix atas, tengah, bawah, dan campuran. Terdapat 2 cara pengukuran brix yakni dengan menggunakan handrefractometer atau dengan menggunakan stik brix/ Hydrometer. Prinsip kerja dari handrefractometer yakni dengan menggunakan biasan dari cahaya, sedangkan stik brix berdasarkan berat jenis nira. Pengukuran dengan menggunakan handrefractometer yakni dengan meneteskan nira tebu ke alat lalu angka brix dibaca pada ujung alat. Pengukuran dengan menggunakan stik brix/ Hydrometer yakni dengan menuangkan brix ke Mol brix lalu masukkan stik brix kedalamnya, lalu tunggu 1-1.5 menit. Terdapat 3 macam ukuran skala stik brix di PG Madukismo yakni skala 0-13, 13-21, dan 19-27, laboran paling sering menggunakan skala 0-13 pada awal periode dan ditengah periode akan sering menggunakan skala 13-21. Keunggulan dari penggunaan hydrometer adalah menggunakan semua nira yang didapat sehingga lebih akurat, sedangkan handrefractomer hanya beberapa tetes nira yang digunakan sehingga tidak akurat apabila nira tidak tercapur dengan baik. Stik brix juga dapat mengukur suhu nira, karena terdapat koreksi brix yang besarnya tergantung dari suhu nira.
29 Penentuan Pol. Kandungan gula dapat diketahui dari pengukuran %pol. Pengukuran %pol dapat diketahui dengan menggunakan polarimeter, air nira yang dimasukkan ke alat polarimeter harus dijernihkan dahulu. Penjernihan nira tebu dilakukan dengan menggunakan air gamping dan aquades. Masukkan ke dalam labu takar nira 100 ml dicampur dengan aquades 5 ml dan air gamping 5 ml, lalu campur. Hasil percampuran dituang ke kertas saringan yang terbuat dari ampas tebu, yang diabawahnya terdapat gelas kimia. Nira yang sudah jernih dituang kedalam pol buis lalu diukur pemutarannya atau draying dengan menggunakan alat polarimeter. Hasil dari pemutaran akan berguna untuk pengukuran pol. Pada saat memasukkan nira jernih kedalam pol buis jangan sampai membentuk gelembung udara karena hasil pemutaran tidak dapat dibaca. Angka pemutaran yang didapatkan dimasukkan kedalam rumus untuk menentukan nilai pol; Pemutaran x Bobot Normal x 1.1 %Pol = Berat Jenis x 100
Gambar 11 Pemasukan air nira ke dalam Pol Buis Faktor kemasakan. Faktor kemasakan berguna untuk menggambarkan tingkat kemasakan tebu yang diniliai dari perbedaan rendemen bagian batang atas dan bawah. Faktor kemasakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus; Rendemen A - Rendemen B FK = Rendemen B Keterangan : rendemenA : rendemen bagian atas rendemenB : rendemen bagian bawah Pabrik Gula Madukismo mulai menebang tebu yang nilai FK sudah mecapai 25%. Apabila FK sudah dibawah 0 maka tebu sudah lewat tebang atau tebu mati. Koefisien Peningkatan. Nilai koefisien peningkatan berguna untuk menunjukkan apakah tebu masih dapat meningkatkan kadar kemanisannya apabila tebu ditahan atau belum ditebang. Nilai koefisien peningkatan dapat diketahui dengan menggunakan rumus; Rendemen N KP = x 100% Rendemen N - 2 Keterangan : rendemenN : rendemen pada ronde ke N rendemenN-2 : rendemen pada 2 ronde sebelum ronde ke-N
30 Apabila nila KP sudah mencapai 100% maka tebu tidak dapat menunggu lagi dilapang dan harus ditebang, tapi apabila nilai Kp<100% maka tebu sudah lewat tebang. Koefisien Daya Tahan. Nilai KDT berguna untuk menunjukkan ketahanan tebu dilapang, yang dimaksud ketahanan tebu ialah dari serangan hama dan kondisi lingkungan. Koefisien Daya Tahan tebu dapat diketahui dengan menggunakan Rumus: HK Bawah (a.a) KDT = x 100% HK bawah (a.a - 2) Keterangan : H.Kbawah(a.a) : harkat kemurnian bagian bawah dari analisa terakhir H.Kbawah(a.a-2) : harkat kemurnian bagian bawah 2 minggu sebelumnya Apabila nilai KDT sudah mencapai 100 maka tebu sudah saatnya ditebang, jika KDT<100 maka harus segera ditebang. Penghitungan Rendemen. Terdapat 3 macam rendemen yakni rendemen contoh, rendemen sementara, dan rendemen efektif. Rendemen contoh dan sementara dihitung oleh bagian Analisis pendahuluan, sedangkan untuk penghitungan rendemen afektif dilakukan oleh pabrikasi. Rendemen contoh digunakan untuk memperkirakan rendemen potensi yang yang dimiliki oeh suatu kebun, dan untuk menentukan waktu tebang yang tepat. Penghitungan rendemen contoh dilakukan bersamaan dengan analisis pendahuluan. Cara penghitungan rendemen sementara dan rendemen aktif sama namun yang membedakan penghitungan rendemen sementara dilakukan selang 2 jam yakni 07.00, 09.00, 11.00, dan jam 13.00, sedangkan rendemen aktif setiap tebu diiling. penghitungan rendemen sementara diambil dari Nira Pengolahan Pertama (NPP), hal ini dilakukan untuk mengurangi penurunan angkan rendemen akibat pengaruh kerja mesin dan bahan-bahan seperti air imbibisi yang ditambahkan pada gilingan 4 dan 5. Nilai rendemen gula pada batang tebu dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ; Rendemen : NN x Faktor Rendemen Nilai Nira = Pol - (0.4 x (brix - Pol) Faktor rendemen = 0.68 5.1.7.3 Pelaksanaan Tebangan Pelaksanaan tebang dilakukan sesuai dengan jadwal tebang dan kuota yang ditetapkan. Pelaksanaaan tebang yang sesuai dengan rencana tebang akan menjaga mutu tebu tetap bersih, segar, dan manis. Tebu yang sudah tidak MBS akan menyebabkan kehilangan hasil, karena dapat menurunkan rendemen saat proses pengolahan tebu. Persiapan sebelum tebangan. Persiapan yang dilakukan PG Madukismo sebelum penebangan ialah Pencarian Tenaga Kerja, melakukan kontral dengan pihak angkutan, sosialisasi biaya, sosialisai dengan pihak kepolisan mengenai pengangkutan truk, dan sosialisi BSM kepada para mandor tebang. Persiapan sebelum tebangan dilakukan ± 5 bulan sebelum musim giling, yakni pada bulan Januari. Tenaga kerja yang tidak dipersiapkan dengan baik menyebabkan kekurangan tenaga kerja, sehingga harga upah tenaga akan menjadi mahal dan pekerjaan akan menjadi lambat. Petugas dari PG Madukismo akan menghubungi Mandor tebang yang biasa menjadi tenaga tebang, lalu mandor akan mencari tenaga
31 tebangnya. Setiap mandor biasanya memiliki 20 tenaga kerja, dengan kapasitas normal yakni 1.2 ton/hari. Kapasitas pabrik 3 500 ton/hari Kebutuhan tenaga per hari = = = 2 917 orang Kapasitas/orang 1.2 ton/hari Kapasitas pabrik 3 500 ton/hari = = 583 truk Kapasitas truk 6 ton/hari Penjadwalan tebangan dan Surat Perintah Angkut (SPA). Jadwal tebang dilakukan agar penebangan tebu tidak dilakukan secara berlebihan sehingga tidak melebihi kapasitas pabrik. Tebang tabu yang melebihi kapasitas pabrik akan menyebabkan tebu menjadi layu sehingga nilai rendemen akan turun. Batas tebu menunggu di PG. Madukismo adalah 24 jam. Penjadwalan tebang didapatkan dari taksasi produksi maret, hasil Analisis Pendahuluan, Kapasitas pabrik, dan T-score yang diperoleh kebun. Kebun akan ditebang bila memiliki nilai brix minimal 18, sehingga petugas harus melakukan pengecekan brix sebelum penebangan dengan menggunakan handrefractometer. Banyaknya tebu yang akan dikirim ke pabrik akan di kontrol dengan menggunakan surat perintah angkut (SPA). Jumlah SPA yang didapat setiap sinder tebang berdasarkan jumlah tenaga kerja, kapasitas tenaga kerja dan kapasitas truk. Jumlah tenaga tebang x kapasitas SPA = Tonase Keterangan : JT : jumlah tenaga tebang. Kapasitas : kapasitas tenaga tebang per hari. Tonase : lapsitas truk per hari. Surat perintah angkut hanya berlaku untuk satu hari sehingga penebangan tebu harus sesuai dengan jumlah SPA yang dikeluarkan. Penjatahan tebangan per wilayah juga dilakukan, hal ini dilakukan sesuai dengan potensi setiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhi penjatahan tebangan per wilayah beberapa alasannya adalah faktor kemasakan, nilai T-score dan jumlah tenaga tebang. Penebangan. Penebangan dilakukan dengan dua cara yakni secara mekanis dan manual. Penebangan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong yang cara kerjanya seperti pemotong rumput yakni Sugar Cane Brush Cutter.. Penebangan dengan cara mekanis masih dilakukan oleh satu sinder tebang dan masih dalam tahap pengembangan. Penebangan dengan mnggunakan mesin dapat dilakukan pada tebu yang bersih atau sedikit daun kering yang menempel pada tebu. Penebangan dengan cara manual yakni dilakukan sepenuhnya menggunakan tenga manusia. Penebangan dilakukan dengan memotong langsung batang tebu dengan menggunkan arit. Setiap penebasan alat tenaga dapat memotong 3-4 batang tebu. Setelah tebu ditebang maka tebu akan dimuat ke truk Jumlah tebu yang ditebang harus dikendalikan, yakni sesuai dengan SPA yang diberikan hari ini. Penebangan tebu yang melebihi target akan menyebabkan tebu menunggu di kebun sampai proses pengangkutan berikutnya, tetapi dapat juga diangkut apabila mendapatkan SPA tambahan. Surat perintah angkut tambahan akan diberikan apabila kapasitas pabrik masih mampu menampung tebu tambahan. Kebutuhan truk per hari =
32 5.1.7.4 Pemuatan Tebu Tebu yang telah ditebang diikat menjadi bundel, setiap ikatan bundel tebu berisi 20-25 batang tebu. Pengikatan tebu menggunakan kulit batang berguna untuk menekan kehilangan nira di ampas terakhir. Pengikatan dengan menggunakan pucuk tebu akan menurunkan nira yang terperah, hal ini dikarenakan daun pucuk yang awalnya tidak mengandung gula, pada ampas akhir akan memiliki nilai %Pol sebesar 2% sama dengan ampas yang lainnya karena menyerap air nira saat penggilingan. Pemuatan tebu ke truk dapat dilakukan dengan dua cara yakni mekanis dan manual. Pemuatan secara mekanis telah di uji coba pada tebangan di Purworejo. Pada pemuatan secara mekanis tenaga tebang hanya perlu membawa bundelan tebu ke mesin pengangkut yang terpasang di truk, lalu mesin akan mengangkat tebu ke dalam bak truk. Tebu yang sudah didalam bak akan disusun dengan rapi oleh tenaga tebang yang berjumlah minimal 2 orang.
Gambar 12 Pemuatan tebu ke truk 5.1.7.5 Pengangkutan Tebu Pelaksanaan pengangkutan tebu ke pabrik dilakukaan dengan bantuan alat transportasi truk. Bobot tebu yang diangkut setiap kali pengiriman yakni 55-65 ku untuk tebu lokal, sedangkan untuk tebu binaan 8-9 ton. Faktor yang menyebabkan perbedaan bobot tebu setiap pengiriman adalah kapsitas truk yang digunakan oleh tebu lokal dan tebu binaan berbeda. Tebu binaan lebih sering menggunakan truk dengan kapasitas yang lebih besar agar tebu yang dikirim lebih banyak sehingga biaya pengangkutan tebu lebih murah, dan lebih cepat. Pengangkutan truk harus disertai dengan SPA yang sesuai dengan identitas kebun agar tebu diterima oleh pabrik. 5.1.8
Pengolahan Hasil Tebu Tebu yang telah sampai di pabrik akan mengalami beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Terdapat beberapa tahap untuk mengolah tebu untuk menjadi gula yakni stasiun persiapan, penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan. 5.1.8.1 Pos Persiapan Tebu yang akan diolah harus melalui pos persiapan dahulu, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos pada pos
33 persiapan yakni pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contoh/reteller. Pos Pemeriksaan. Pos pemeriksaan merupakan pos awal yang harus ditemui saat tebu pertama kali datang ke pabrik. Terdapat dua pos pemeriksaan di PG Madukismo yakni di pos Prambanan, pos masuk, dan di emplasemen. Di pos prambanan pengawasan dilakukan dengan visual kotoran, tebu muda, dan tebu terbakar. Pada pos masuk dilakukan visual kotoran dan brix, sedangkan di empalsemen dilakukan visual kotoran.Kegiatan di pos pemeriksaan yakni : 1. Pemeriksaan kelegalan tebu dilihat dari identitas kebun. 2. Pencatatan nama pemilik, nama kebun, plat nomor truk angkut, nomor SPA, dan nama Sinder tebang. 3. Pemeriksaan tanggal SPA harus sesuai dengan hari kedatangan tebu di pabrik. 4. Memeriksa brix pada tebu yang berasal dari luar daerah, apabila nilai brix lebih dari 16 maka tebu akan diterima dan diberikan surat SPA. Tebu yang berasal dari luar hanya membawa surat jalan angkut, karena untuk memberikan SPA ke kebun tebu luar daerah terlalu jauh. Surat jalan yang diberikan ke pos masuk harus sudah distempel di pos prambanan yang merupakan perbatasan DIY dan Jateng. Timbangan Bruto. Timbangan bruto merupakan penimbangan bobot tebu, truk, dan supirnya. Penimbangan dilakukan dengan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot lalu dicetak pada SPA dan supir akan diberikan kertas putih untuk mengisi data tanggal digiling, jam digiling,brix, pol ampas, dan nilai nira.
(A) (B) Gambar 13 Timbangan bruto: (A) Ruang timbang; (B) Alat timbang digital Pembongkaran. Pembongkaran adalah pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek dipasang alat pengangkut yakni rantai ke tali angkut yang sudah terpasang dibawah tumpukan tebu. setelah pemasangan rantai tebu siap diangkut lalu dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu, sehingga tebu berserakan dan hanya bisa di bersihkan dengan tenaga manusia. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi miliki pabrik gula. Pada pembongkaran juga terdapat proses rafaksi yakni pengawasan mutu BSM dengan visual kotor.
34 Timbang Tara. Timbang tara adalah penimbangan truk bersih dengan supirnya. Penimbangan tara akan langsung menghasilkan data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA. Pos Ban Contoh / Reteller. Tebu yang sudah dipindahkan ke lori akan antri dilapangan yang teduh menunggu untuk digiling. Keadaan lapangan yang teduh berguna untuk mengurangi aktivitas metabolisme batang tebu yakni penguraian sukrosa. Proses penguraian sukrosa akan berlangsung dengan cepat apabila tebu terkena panas sinar matahari, karena suhu meningkatkan enzim invertase. Tebu yang siap disiling akan diperiksa di Pos Ban contoh. Tugas dari ban contoh adalah mencatat identitas tebu yang masuk meja tebu, identitasnya yakni nomer lori dan nomor SPA, pembuatan laporan berapa lori yang masuk setiap jam. Setiap pergantian shift, SPA dari lori yang sudah masuk di pos penimbangan tara akan diberikan ke ban contoh untuk pemeriksaan.
Gambar 14 Antrian tebu 5.1.8.2 Stasiun Gilingan Stasiun gilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Tebu yang siap digiling akan masuk kemeja tebu, namun sebelum itu harus disiram dahulu dengan air. Penyiraman tebu dengan air tidak dilaksanakan setiap giling, hal ini dikarenakan tahun ini terdapat musibah gunung meletus sehingga abu vulkanik menempel pada tebu. Abu vulkanik yang mengandung silikat akan menyebabkan air nira tebu menjadi kental sehingga merusak mesin. Pemerahan nira di Pabrik Gula Madukismo diulang sebanyak 5 kali. Pada gilingan kedua dan ketiga penggilingan tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan digilingan sebelumnya. Pada gilingan ke empat dan kelima ditambahkan air imbibisi yakni air panas yang berguna untuk meningkatkan keluarnya nira. Pemerahan nira dikatakan maksimal apabila sisa %pol yang tertinggal 2% pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari dua yakni kasar dan halus. Ampas yang kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel, sedangkan ampas untuk bahan tambahan pembuatan blotong.
35
(A) (B) Gambar 15 Stasiun penggilingan: (A) Meja tebu; (B) Mesin giling 5.1.8.3 Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian berguna untuk memisahkan nira tebu dari kotoran yang ikut setelah proses penggilingan. Proses pemurnian nira menggunakan kapur dan sulfat yakni defikasi dan sulfitasi. Sebelum proses pemurnian kotoran air nira diendapkan dahulu menggunakan phospat. Nira yang keluar dari penggilingan akan disalurkan melalui pipa ke bak pengendapan. Pada bak pengendapan air nira akan diberikan Phospat yang berguna untuk mengendapkan kotoran, setelah itu mengalir ke tempat penimbangan yang berukuran 5 ton. Setelah ditimbang nira akan dialirkan ke bak pemurnian. Defikasi merupakan pemurnian air nira dengan menggunakan susu kapur, air nira yang sudah mengalami dua kali defikasi selanjutnya akan di sulfitasi. Proses sulfitasi merupakan pemurnian dengan menggunakan sulfat yang mengikat kembali kotoran-kotoran yang ada dalam nira. Sulfitasi juga berguna untuk menetralkan kembali pH yang meningkat karena penggunaan kaur dan menghilangkan bahan kapur dalam nira. 5.1.8.4 Stasiun Pengentalan Stasiun pengentalan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang ada dalam nira. Terdapat 5 tangki evaporator, namun yang beroperasi hanya 4 tangki. Hal ini dikarenakan 1 tangki sebagai cadangan atau sedang dalam masa perbaikan. Pergantian tangki yang kosong dilakukan 2 hari sekali. 5.1.8.5 Stasiun Pemasakan Stasiun pemasakan merupakan stasiun yang berguna untuk meningkatkan nira agar memudahkan proses pengkristalan. Pabrik Gula Madukismo menggunakan sistem masakan A-C-D, dengan menggunakan 12 tangki. Gula SHS yang merupakan hasil utama dari pengolahan tebu adalah hasil masakan A, tangki yang digunakan yakni nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan D, sedangkan tangki nomor 6 untuk masakan C. 5.1.8.6 Stasiun Pemutaran dan Pengkristalan Stasiun pemutaran berguna untuk memisahkan kristal gula dari molase. Cara kerja dari stasiun pemutaran yakni dengan memasukkan nira kedalam kealat berbentuk sebuah basket yang berlubang, lalu didalamnya nira akan diberikan gaya sentrifugal dengan kecepatan tertentu sehingga krital dan molase terpisah. Alat
36 pemutar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat masakan. Kristal gula hasil pemutaran akan didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kelembaban sehingga meningkatkan masa simpannya. Molase akan dialirkan ke Pabrik Suling melalui saluran pipa. 5.1.8.7 Pengemasan Kristal yang terbentuk akan dipilah sesuai dengan ukuran butirnya dengan menggunakan vibrating screen. Ukuran butiran yang terlalu besar akan dilebur untuk mengalami pemutaran lagi agar bentuk kristal sesuai. Gula yang sudah berbentuk kristal lalu di kemas. Terdapat 2 macam pengemasan di Pabrik Gula Madukismo yakni curah sebagai prosuk primer atau karung sebagai kemasan sekunder dengan bobot 50 Kg. Gula yang sudah dikemas lalu disimpan dalam gudang
Gambar 16 Gudang penyimpanan gula
5.2 Aspek Manajerial Pabrik Gula Madukismo membagi areal kerjanya menjadi beberapa bagian fokus pekerjaan, untuk mengatur dan mengendalikan semua kegiatan kebun terdapat bagian tanaman. Bagian tanaman dipimpin oleh ketua bagian tanaman (Kabagtan), Kabagtan memiliki tugas untuk mengawasi dan membagi areal lahan tebu ke beberapa rayon sesuai dengan potensi masing-masing. Tugas Kabagtan juga mengawasi dan mengendalikan biaya yang dibutuhkan untuk budidaya tebu. Kabagtan membawahi beberapa rayon, kepala rayon akan membawahi beberapa sinder kebun wilayah, dan sinder kebun wilayah akan mengepalai beberapa mandor kebun. 5.2.1 Kepala Rayon Fungsi : Membantu Kepala Bagian Tanaman melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administratur dalam penanaman tebu benih dan tebu giling serta memimpin rayonnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yan telah ditetapkan.
37 Tugas : a) Membantu Kepala Bagian Tanaman dalam melaksanakan dan mengamankan program penanaman tebu benih dan tebu giling sesuai dengan target yang ditetapkan. b) Mengelola kebun benih, kebu giling, kebun percobaan, dan pengadaaan lahan TRI sesuai dengan target c) Mencari lahan TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) dan tanah sewa untuk kebun benih d) Mengkoordinasikan kegiatan sinder-sinder wilayah dirayonnya, baik yang menyangkut aspek teknis amupun non teknis. e) Melaksanakan program penyuluhan kepada para petani tebu agar tercapai produktivitas lahan yang tinggi f) Menetapkan taksasi produksi tebu giling dan tebu benih. g) Membantu seksi Bina Sarana Tani dalam pengaturan distribusi benih. h) Mengumpulkan, mengolah, dan menyusun data untuk kepentingan pembuatan laporan rutin dan insidental. i) Membantu mengawasi masalah mekanisasi penggunaan dan perawatan traktor kebun. j) Membina hubungan baik dengan instansi-instansi di wilayah kerjanya dalam melaksanakan TRI (KUD, SATPEL BIMAS, MUSPIKA, BP3G, dll) k) Memberikan motivasi dan pembinaan terhadap para petani agar bersedia menjadi peserta program TRI l) Menyetujui permohonan pemakaian dan pembelian benih oleh para sinder dan kelompok tani / KUD. m) Memeriksa dan menandatangani berita acara hasil kebun benih. n) Memantau kegiatan penebangan dan pengangkutan benih yang dilakukan oleh sinder wilayah o) Menegakkan disiplim kerja sinder wilayah yang ada dalam rayonnya p) Melaksanakan tugas-tugas yang lain yang ditentukan oleh kepala bagian tanaman q) Memberikan otoritas atas dokumen dan laporan sesuai dengan sistem wewenang yang berlaku. 5.2.2 Kepala Seksi Tebang dan Angkutan Tebu Fungsi : Membantu kepala bagian tanaman melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administratur di dalam penebangan dan pengangkutan tebu serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : Umum. a) Mengkoordinasi kegiatan sinder tebang dan sinder railban b) Menegakkan disiplin kerja sinder tebang dan sinder railban yang ada dalam seksinya. c) Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh kepala bagian tanaman. d) Memberikan otoritas atas dokumen dan laporan sesuai dengan sistem wewenang yang berlaku.
38 Dalam Masa Giling e) Menyusun dan mengatur rencana tebang tebu f) Menetapkan jatah pemasukan tebu per hari sesuai dengan tingkat kemasakan tebu dari setiap KUD dan tingkat kapasitas pabrik g) Mengatur dan mengawasi jalannya pengangkutan tebu baik dengan truk maupun dengan lori. h) Mengatur penebangan dan pengangkutan tebu per wilayah KUD dalam setiap periode. i) Mengatur jatah giling dan waktu tebang j) Mengatur pembongkaran tebu dari truk. Luar Masa Giling k) Memlihara railban tetap dan sementara, membuat bangunan dalam jaringan railbaan (Jembatan, persilangan, dll) l) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penebangan dan pengangkutan tebu untuk masa giling m) Menegakkan disiplin kerja sinder karyawan yang ada di dalam seksinya. n) Mengamankan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh kepala bagian tanaman 5.2.3 Sinder Tebang Fungsi : Melaksanakan penebangan dan pengangkutan tebu. Tugas : a) Melaksanakan penebangan dan pengangkutan tebu. b) Mengusahakan tercapainya penebangan tebu sesuai dengan rencana. c) Mengawasi hasil dan mutu tebangan. d) Membuat laporan hasil penebangan. e) Menyediakan alat transport angkutan tebu. f) Menyediakan tenaga tebang, sesuai dengan jatah yang telah ditetapkan bersama dengan sinder tanaman dan BST melaksanakan taksasi produksi tebu. g) Membuat gambar sementara lokasi kebun tebu. h) Menegakkan disiplin kerja karyawan yang ada dalam sub-seksinya. i) Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh kepala seksi tebang dan angkut. j) Memberikan otorisasi atas dokumen dan laporan sesuai dengan sistem wewenang yang berlaku k) Mengkoordinasikan kegiatan karyawan yang ada dalam sub seksinya 5.2.4 Sinder Kebun Wilayah Fungsi : Membantu kepala rayon melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administratur dalam penyuluhan dan bimbingan baik dalam bidang teknis maupun administratif kepada petani tebu dan KUD serta mengolah kebun benih yang ada dalam wilayahnya serta memimpin kasinderannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : a) Membantu kepala rayon melaksanakan penyuluhan dan bimbingan kepada petani tebu dan KUD diwilayah kasinderannya., sesuai dengan kebijakan Direksi dan ketentuan administratur
39 b) Mengkoordinasi taksasi produksi tebu TRI dan tebu benih diwilayah kasinderannya c) Melakukan pengawasan terhadap monitoring perkembangan tanaman yang dilakukan oleh sinder tiap wilayah kasinderan, sejak pendaftaran areal sampai dengan masa tebang. d) Melaksanakan dan menyamakan program penanaman yang telah digariskan disetiap wilayah kasinderan e) Mengadakan pendaftaran petani peserta TRI dalam setiap desa disetiap wilayah kasinderan f) Membina hubungan baik dan bekerja sama dengan petugas-petugas Disbun, BRI, dan KUD di bidang penanaman tebu. g) Bersama dengan sinder tebang dan BST membuat rencana tebang secara periodik dan mengadakan taksasi produksi diwilayah kasinderannya. h) Memberi penyuluhan tebu secara teknis i) Mencari lahan sewa untuk kebun benih, kebun tebu giling, dan percobaan/demplot. j) Membantu pemantauan pelaksanaan tebang dan angkutan tebu. k) Melaksanakan pendaftaran areal TRI dan menyusun anggarankebun (RAB) baik untuk kebun benih maupun kebun percobaan (TS). l) Menebang dan mengangkut tebu benih. m) Mengkoordinasikan kegiatan para karyawan yang ada dalam wilayahnya. n) Mengelola kebun benih dan kebun percobaan (TS) o) Memeriksa dan menandatangani berita acara hasil kebun benih. p) Menegakkan disiplin kerja karyawan yang ada dalam wilayahnya. q) Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh kepala rayon. r) Memberikan otoritas atas dokumen dan laporan sesuai dengan sistem wewenang yang berlaku. 5.2.5 Sinder Railban Fungsi : Mengadakan pengawasan pelaksanaa pemeliharaan railban dan alatalatnya. Tugas : a) Melaksanakan pengawasan pemeliharaan railban tetap dan sementara, perbaikan jalan-jalan, dan bangunan dan jembatan. b) Memimpin dan mengawasi mandor kerja seksinya. c) Menjaga kelancaran lalu lintas railban dari kebun sampai tempat penimbangan lori dan tempat/meja gilingan. d) Mengawasi pemakian dan pengembalian alat-alt railban. e) Menegakkan disiplin kerja karyawan yang ada dalam sub-seksinya f) Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan oleh kepala seksi tebang dan angkutan. g) Memberikan otoritas atas dokumen dan leporan sesuai dengan sistem wewenang yang berlaku. 5.2.6 Mandor Segala kegiatan yang dilakukan mandor dikebun akan dipertanggungjawabkan kepada Sinder Kebun Wilayah. Kegiatan mandor yang dilakukan dikebun adalah mengawasi kinerja tenaga kerja Perjanjian Waktu
40 Kontrak tertentu (PKWT) agar sesuai dengan Estándar Operasional Pabrik (SOP). Mandor juga bertugas untuk mencari tenaga kerja, baik itu dari kerabat, orang sekitar atau kawan dari tenaga kerja PKWT lainnya. Mandor akan memegang 5070 hektar lahan tebu sesuai dengan kemampuan masing-masing mandor. Terdapat tiga jenis mandor pada kegiatan budidaya tebu yakni mandor benih, mandor Kebun Tebu Giling dan mandor tebang, muat, dan angkut. Perbedaan tugas masing-masing mandor tersebut adalah; 5.1.1.1 Mandor Benih Bertugas untuk mengawasi setiap pekerjaan yang ada dan bertanggung jawab kepada sinder kebun benih 5.1.1.2 Mandor Kebun Tebu Giling (KTG) Bertugas untuk mencari lahan dengan memeberikan refferensi kepada sinder kebun, dan selanjutnya diurus oleh sinder kebun wilayah. 5.1.1.3 Mandor Tebang, Muat, dan Angkut (TMA) Mencari tenaga kerja tebang yang biasanya merupakan tenaga kerja borongan dan tenaga kerja drop ( mengambil dari tempat lain atau kabupaten lain). Mandor TMA juga membantu untuk mencari angkutan.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Aspek Teknis 6.1.1 Permasalahan Pada Aspek Teknis Pelaksanaan magang pada aspek teknis dilakukan dengan mengikuti kegiatan budidaya tebu mulai dari awal pengolahan lahan sampai proses pemanenan. Area wilayah kerja yang luas menyebabkan kegiatan budidaya tebu yang dilaksanakan memiliki beberapa adaptasi disetiap daerah sehingga penerapannya tidak sesuai dengan teori 6.1.1.1. Pembajakan Pembajakan di Pabrik Gula Madukismo lebih sering melakukan pembajakan I lalu dilanjutkan pembuatan juringan tanpa melakukan pembajakan II. Hal ini dikarenakan dari pembajakan I tanah sudah cukup gembur dan baik untuk dibuat juringan. Pembajakan II sering dilakukan pada tanah sawah yang berlumpur, yang dilakukan 1 minggu setelah pembajakan pertama. Hal ini dilakukan untuk menunggu proses oksidasi tanah, apabila langsung melakukan proses pembajakan II tanpa menunggu proses oksidasi maka tanah akan mengalami kelebihan kandungan besi atau keracunan zat besi. Tanah mengalami keracunan karena tanah baru yang dibalik apabila tidak dikeringkan mengandung banyak zat besi dalam bentuk Fe2+ yang mudah larut dalam air sehingga mudah untuk diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan mengalami keracunan zat besi, sedangkan apabila tanah mengalami oksidasi akan mengubah Fe2+ menjadi Fe3+ yang mengendap dan tidak mudah larut. Jarak 1 minggu sebelum pembajakan kedua juga dilakukan untuk
41 menunggu tumbuhnya biji gulma yang dorman sehingga pada pembajakan kedua gulma dapat dimatikan dengan pengolahan, hal ini termasuk pengendalian gulma secara mekanis 6.1.1.2. Pembuatan Got Pembuatan got yang salah dapat menggangu proses pertumbuhan tanaman tebu. Permasalahan Umum di kebun tebu adalah got keliling yang tidak terlalu dalam atau lebar sehingga kedalaman got hampir sama dengan got mujur, hal ini dapat menyebabkan drainase yang buruk karena air terjebak didalam kebun. Akar tebu memiliki sifat yang sensitif terhadap drainase yang buruk, tidak kering tapi jangan banjir. Sistem drainase yang buruk dapat menyebabkan akar tidak dapat tumbuh dengan baik atau kedalaman tumbuh akar yang dangkal sehingga menyebabkan tebu mudah roboh. 6.1.1.3. Pengolahan Secara Manual Tahap pengolahan lahan yang singkat dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma sebelum tanam, walaupun telah membalik tanah dan membentuk juringan tidak dilakukan waktu 3 minggu untuk tanah melakukan proses oksidasi karena jika melakukan hal ini maka gulma lebih dahulu sehingga menghambat kegiatan penanaman dan mengganggu pertumbuhan gulma. karena tidak seperti pada pengolahan lahan secara mekanis setelah 1 minggu gulma akan tumbuh namun akan dibasmi dengan pembajakan II atau dengan pembentukan juringan namun dengan manual hanya ada dua tahap dan tidak ada kesempatan untuk membasmi gulma dan kurang tenaga kerja. 6.1.1.4. Pengangkutan Benih Beberapa hal yang menyebabkan pengangkutan benih tidak efisien adalah penataan tumpukan benih tebu yang tidak rapi sehingga pekerja menurunkan benih menjadi tidak teratur. Tenaga kerja menarik daun-daun benih sampai benih terlepas dari polybag, benih jatuh dari mobil sampai rusak. Pekerja mepercepat proses pemindahan dari mobil ke lahan dengan membawa bebrapa polybag yang dipegang ujung daunnya. Pengangkutan benih yang disertai dengan gulma menyebabkan pengangkutan benih menjadi kotor. 6.1.1.5. Pemupukan Pabrik Gula Madukismo tidak menyarankan untuk menggunakan urea karena pupuk tersebut hanya memiliki kandungan nitrogen saja sebesar 45%. Pupuk urea tidak mengandung sulfur dan hanya membantu pertumbuhan vegetatif, sedangkan ZA dapat memberikan kedua manfaat tersebut. Urea merupakan pupuk yang tidak bersubsidi, tidak seperti ZA sehingga harga urea akan lebih mahal. Penggunaan pupuk halei jarang dilakukan oleh para petani karena harganya yang mahal, sehingga tebu kemitraan dan KSU saja yang mau menggunakan pupuk tersebut. Biaya penggunaan pupuk Halei yang mahal dapat ditutup dengan hasil produksi yang lebih besar dari pada menggunakan ZA dan phonska. Pemupukan menggunakan Halei juga dilakukan hanya sekali dalam satu periode penanaman sehingga mengurangi biaya tenaga kerja dan meningkatkan ketepatan pekerjaan.
42 6.1.2
Solusi Permasalahan Pelaksanaan Teknis Budidaya Tanaman Tebu Solusi yang tepat untuk masalah pada pelaksanaan teknis budidaya tanaman tebu adalah pelaksanaan teknik budidaya dengan menggunakan bantuan alat mekanisasi, dan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Penggunaan bantuan alat mekanisasi bertujuan mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja yang lebih besar dari pada jumlah yang tersedia. Penggunaan alat mekanisasi juga membantu tenaga kerja untuk mendapatkan hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang ditentukam oleh pabrik, seperti pembuatan got dengan menggunakan mesin akan mendapatkan kedalaman dan lebar got yang tepat. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) berguna untuk meningkatkan kualitas hasil dan ketepan waktu bekerja. Manajemen SDM dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja dan melakukan perencanaan kebutuhan tenaga kerja. Peningkatan mutu tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada tenaga kerja dan petani mengenai teknik budidaya tanaman tebu yang baik. Perencanaan tenaga kerja dilakukan dengan membuat daftar kebutuhan tenaga kerja, jenis pekerjaan, dan waktu pengerjaannya sehingga rotasi tenaga kerja dapat dilakukan dengan baik dan tidak menyebabkan kekurangan tenaga kerja.
6.2 Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Pola kemitraan yang dimaksudkan ialah kerjasama antara pabrik gula dengan petani tebu untuk meningkatkan kualitas tebu giling. Kualitas tebu giling yang semakin baik juga meningkatkan produksi hablur sehingga keuntungan bertambah dan petani juga sejahtera. Cara pendekatan antara petugas Pabrik Gula kepada petani yakni dengan melakukan sosialisasi kepada petani yang dibantu oleh aparat desa, sosialisasi ini juga dilengkapi dengan paparan analisis usaha tani. Petani yang setuju untuk lahannya ditanami tebu melakukan kesepakatan dua pihak antara petani dan PG Madukismo. Petani dan petugas dari PG akan mengecek lahan yang akan ditanami mulai dari kesesuaian luas lahan dengan luas yang diajukan, dan kesesuaian lahan yang akan mempengaruhi harga Jaminan Pendapatan Minimal (JPM). Setelah melakukan pengecekan akan dilakukan pemetaan yang dilaksanakan oleh Sinder Kebun Wilayah (SKW) dan pegawai dari Bina Sarana Tani (BST), pemetaan ini menggunakan alat bantu GPS (Global Positioning System). Setelah pemetaan selesai akan didapatkan harga JPM yang disepakati dari luas lahan bruto yang luasnya maksimal 5% lebih dari luas netto, dan kesesuaian lahan yang semakin sesuai ditanami tebu maka semakin tinggi harga per hektarnya. Terdapat beberapa pola kemitraan yang diterapkan oleh PG Madukismo yakni kemitraan, Kerja Sama Usaha, dan Tebu rakyat Mandiri. Perbedaan pola kemitraan tersebut dapat dilihat dari modal, pelaksanaan kegiatan budidayanya, dan banyaknya tebu giling yang diserahkan kepada pabrik gula. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 6.2.1
Pola Kemitraan Kemitraan adalah bentuk kerjasama petani dan Pabrik gula Madukismodengan tingkat partisipasi dari petani paling sedikit dari hubungan kemitraan yang lain. Petani yang melakukan kemitraan dengan PG akan mendapatkan Jaminan Pendapatan Minimum (JPM) pada awal tahun sebelum
43 umumnya sebelum olah lahan. Jaminan Pendapatan Minimum adalah pendapatan minimum yang pasti didapatkan oleh petani jika melakukan kerjasama dengan PG, walaupun nantinya hasil bubdidaya tebu mengalami kerugian tetapi petani tetap mendapatkan pendapatan. Keuntungan yang melebihi dari anggaran yang sudah ditentukan akan dikembalikan kepada petani, oleh karena itu dinamakan JPM karena petani dapat memperoleh keuntungan lebih dari yang ditentukan tetapi tidak kurang dari pendapatan minimum. Seluruh tebu yang dihasilkan pada pola kemitraan ini akan diserahkan kepada pabrik gula. 6.2.2
Pola Kerja Sama Usaha (KSU) Kerja Sama Usaha merupakan pola kerjasama antara petani dan pabrik gula dengan tingkat partisipasi petani lebih besar dari pada pola kemitraan. Pada pola kerjasama KSU pabrik gula menjadi pihak ketiga atau penjamin kredit modal usaha KKPE yang diajukan kepada bank oleh. Petani melakukan kegiatan budidaya yang tetap diawasi oleh karyawan pabrik gula. Cara dan proses penerimaan JPM hampir sama dengan sistem kemitraan hal ini dikarenakan apabila terdapat kelebihan keuntungan hasil penggilingan tebu maka dikembalikan kepada petani. Tebu hasil budidaya seluruhnya diserahkan kepada pabrik gula untuk menggilingnya. Kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan fisik dipenuhi oleh petani sendiri yakni dengan dana kredit yang dipinjam ke bank, namun untuk mencari tenaga kerja dapat dibantu oleh petugas pabrik yang berwenang di kebun, sepeti mandor dan Sinder Kebun Wilayah (SKW). 6.2.3
Pola Tebu Rakyat Mandiri Kerja sama ini merupakan kerjasama pada saat penggilingan tebu dan pembimbingan petani oleh petugas pabrik bagian kebun. Hal ini dikarenakan petani melakukan sendiri proses budidaya tebu, namun apabila petani membutuhkan saran atau bimbingan mandor atau sinder kebun wilayah siap untuk melayani. Oleh karena itu pola kerja sama ini disebut kerja sama mandiri karena petani mandiri mengelola kebunnya mulai dari tenaga kerja, kebutuhan fisik, sampai alat mekanisasi ditanggun oleh petani. Petani tidak hanya mendapatkan bantuan bimbingan, namun petani mandiri ini juga mendapatkan dana akselerasi yang ditujukan untuk meningkatkan produksi gula. Dana akselerasi ini disalurkan melalui Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). Petani pada pola kerja sama ini tidak mendapatkan JPM dikarenakan seluruh keuntungan dan kerugian ditanggung oleh petani sendiri. Pada pola kerja sama ini petani boleh menggilingkan tebu tidak pada Pabrik Gula Madukismo semua, itu tergantung dari keinginan petani untuk mengkonsumsi sendiri atau menyerahkannya pada Pabrik Gula lainnya. Jumlah pabrik gula yang hanya satu berada di Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan semua petani yang ada didalam daerah DIY maupun sekitarnya akan pasti mengirim semua gulanya pada Pabrik Gula Madukismo. Pembagian hasil dari penggilingan gula yakni 34% untuk Pabrik Gula dan 66% untuk petani tebu. 6.2.4
Permasalahan Pola Kemitraan antara Pabrik Gula dengan Petani Pola kemitraan yang diterapkan oleh Pabrik Gula Madukismo dengan petani tebu memiliki beberapa kelemahan yakni lahan yang terpisah-pisah, kualitas tebu petani yang berbeda-beda, dan kepercayaan antara petani dengan Pabrik Gula.
44 Lokasi lahan yang terpisah-pisah dan jauh menyebabkan proses pengangkutan saat panen lebih rumit dan biaya yang mahal, karena jadwal rotasi penggunaan alat transportasi harus terencana dengan baik agar pengangkutan lancar. Lahan yang tidak sekitar pabrik gula menyebabkan harga penyewaan alat transportasi untuk pengangkutan menjadi mahal. Tebu yang dikirim ke pabrik merupakan milik petani sehingga memiliki kualitas yang berbeda sehingga untuk mengatasinya petugas PG Madukismo harus melakukan sosialisasi mengenai teknik budidaya tenaman tebu yang tepat dan mengawasi penerapannya. Pabrik Gula Madukismo harus membangun hubungan yang baik dengan petani untuk menciptakan rasa kepercayaan yang tinggi oleh petani kepada pabrik. Kepercayaan ini harus dilakukan agar petani tetap mengirimkan hasil tebu kepada pabrik gula Madukismo setiap panen dan yang paling penting adalah agar petani tetap menanam tebu dan tidak menggantinya dengan komoditas yang lain.
6.3
Tebang, Muat, dan Angkut
Tebang, muat, dan angkut tebu adalah proses pasca panen tanaman tebu hingga sampai ke proses tepat sebelum giling. Keberhasilan penebangan tebu dapat diukur dari jumlah tebu yang ditebang sesuai dengan kapasitas pabrik dan kontinu dengan keadaan tebu yang layak giling. Tebu yang akan ditebang harus memenuhi kriteria tebu yang layak tebang, sedangkan untuk memasuki proses gilingan harus memnuhi kriteria tebu layak giling. Tebu yang layak tebang yakni tebu yang sudah dipersiapkan sesuai dengan standar budidaya yang ada hingga siap tebang, selain itu tebu layak tebang juga harus memenuhi kriteria tepat varietas, serangan hama, massa tanam (umur), dan Faktor kemasakan. Tebu layak giling adalah tebu yang manis, bersih, dan segar. Kontinuitas tebangan dan tebu layak giling tergantung pada kesiapan sarana angkutan, jumlah tenaga tebang, kondisi lingkungan, kelancaran giling, dan sistem pengupahan tenaga tebang dan angkutan. Oleh karena itu pelaksanaan tebang tebu harus direncanakan secara matang sehingga proses giling lancar dan menekan penurunan mutu tebu saat menunggu giling. 6.3.1 Kondisi Umum Kebun Wilayah Bantul dan Sleman Timur Wilayah yang digunakan untuk melakukan pengamatan adalah Bantul dan Sleman Timur. Wilayah Bantul banyak memiliki kebun tebu yang lahannya merupakan lahan sawah, sehingga potensi tebu roboh sangat tinggi jika teknik budidayanya tidak tepat. Jenis tanah pada Wilayah Bantul pada umumnya adalah Regosol dan Grumosol. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson iklim wilayah Bantul termasuk dalam iklim daerah agak basah dengan curah hujan 2 180 mm/tahun. Wilayah Sleman Timur merupakan wilayah yang jenis tanahnya berpasir sehingga potensi terserang hama uret sangat tinggi. Jenis lahan di wilayah Sleman Timur banyak yang merupakan lahan tegalan sehingga banyak tanaman tebu yang tumbuh tegak, tidak roboh seperti lahan di wilayah Bantul. Jenis tanah diwilayah Sleman Timur umumnya adalah Regosol. Jenis tanah Bantul yang umumnya Grumosol merupakan tanah bekas letusan gunung sehingga berpasir, oleh karena itu banyak tebu yang mudah roboh karena akarnya sulit untuk memegang tanah. Iklim di wilayah Sleman Timur menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah daerah agak basah dengan curah hujan 1 869.8-2 495 mm/tahun.
45 6.3.2 Pengukuran Nilai Brix dan Pol Brix adalah nilai yang menunjukkan padatan total terlarut dalam 100 gram larutan. Padatan total terlarut yang dikandung oleh tebu sebesar 13.37-20.15% (Nubatonis 2004). Nilai brix merupakan salah satu faktor dalam menentukan sebuah kebun untuk siap ditebang. Pol adalah nilai yang menunjukkan kandungan gula didalam 100 gram Nira, kandungan pol dalam tebu adalah 11.3-18% (Nubatonis 2004). Setelah tebu ditebang maka tebu akan dikirim ke pabrik untuk digiling, selama tebu menunggu digiling akan terjadi penurunan nilai brix. Penurunan nilai brix dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pH, suhu, dan mikroorganisme. Pada Tabel 6. Merupakan hasil pengukuran kandungan gula dari wilayah Bantul dan Sleman Timur. Tabel 6 Hasil pengukuran brix dan pol Wilayah Bantul Kebun
Brix kebun
Brix pabrik
%Pol Bantul 11.45 11.37 11.70 11.42
Kebun a Kebun b Kebun c Kebun d
19.00 19.00 19.00 19.20
17.10 16.90 17.60 16.80
rata-rata
19.05
17.10
Kebun 1 Kebun 2 Kebun 3 Kebun 4
19.30 19.10 19.00 18.00
18.60 18.00 18.00 17.00
11.48 Sleman 12.25 12.03 11.98 11.46
rata-rata
18.85
17.90
11.93
Penurunan brix
NN
RS
1.90 2.10 1.40 2.40
9.19 9.16 9.31 9.26
6.25 6.23 6.33 6.30
1.95
9.23
6.28
0.70 1.10 1.00 1.00
9.71 9.65 9.57 9.25
6.60 6.56 6.51 6.29
0.95
9.55
6.49
NN : Nilai nira; FR: Faktor rendemen; RS: Rendemen sementara; RE: Rendemen efektif
Hasil dari kedua data diatas di analisis dengan menggunakan uji t 5% untuk membandingkan pengukuran nilai brix dan pol diantara kedua wilayah. Hasil dari analisis kedua data dapat dilihat pada Tabel 7.
46 Tabel 7 Analisi uji-t data pengukuran nilai brix dan pol Brix kebun Brix pabrik Rata-rata penurunan brix St. deviasi P-value Rata-rata pol St. deviasi P-value Nilai nira Rata-rata rendemen sementara St. deviasi P-value
Bantul 19.05 17.10 1.95 0.42 11.49 0.15 9.23 6.28 0.05
Sleman Timur 18.85 17.90 0.95 0.17 0.005* 11.93 0.33 0.049* 9.55 6.49 0.14 0.027*
*: Berbeda nyata pada taraf 5%
Penurunan nilai brix dan pol disebabkan oleh penguraian sukrosa menjadi monosakarida. Penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa di sebabkan oleh adanya enzim invertase. Aktivitas enzim invertase dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni suhu, pH, dan mikroorganisme. Suhu yang tinggi akan meningkatkan kinerja enzim dikarenakan kenaikan suhu akan meningkatkan energi kinetic enzim, sehingga aktivitas enzim juga meningkat. Pada umumnya setiap kenaikan suhu 100 C akan meningkatkan aktivitas enzim 2 kali lipat. Tingkat keasaman mempengaruhi nilai brix dan pol dalam air nira karena sukrosa mudah terinversi pada tingkat keasaman yang rendah atau yang disebut dengan hidrolisis. Hasil dari Hidrolisis sukrosa akan menghasilkan gula inversi yakni glukosa dan fruktosa (Goutara dan Wijandi 1985). Sukrosa akan memutar bidang polarisasi ke kanan (+), sedangkan gula inversi akan ke kiri. Penurunan nilai brix dan pol oleh mikroorganisme dikarenakan mikroorganisme memakan sukrosa dan menghasilkan senyawa dekstran. Senyawa dekstran adalah polisakarida yang terbentuk dari D-Glukosa. Senyawa dekstran juga berdampak pada pengentalan nira karena bobot molekul yang besar, sehingga menurunkan kinerja mesin pengolahan gula. Konversi dari sukrosa menjadi dekstran adalah 25%, sehingga setiap 1 molekul dekstran membutuhkan 4 molekul sukrosa. Kehilangan sukrosa yang banyak untuk menghasilkan dekstran menyebabkan penurunan bobot tebu yang menunggu (Mochtar 1985). Aktivitas mikroorganisme dalam nira tebu tidak hanya memakan sukrosa melainkan juga memfermentasi air nira sehingga menghasilkan asam yang dapat meningkatkan inversi sukrosa. Penebangan yang tidak mepet tanah juga dapat meningkatkan penurunan nilai kadar gula tebu saat menunggu digiling. Hal ini dikarenakan enzim invertasi merupakan enzim yang digunakan tanaman untuk menguraikan sukrosa menjadi glukosa saat proses respirasi. Glukosa hasil pemecahan akan digunakan untuk proses pertumbuhan vegetatif, sedangkan aktivitas tersebut semakin tinggi pada batang yang semakin muda. Tunggak tebu merupakan bagian batang tebu paling bawah yang memiliki aktivitas pertumbuhan vegetatif yang rendah sehingga memiliki kandungan enzim invertasenya rendah. Penebangan yang tidak mepet tanah akan meninggalkan tunggak batang tebu, dan mengangkut batang tebu yang
47 sedang mengalami pertumbuhan vegetatif yang memiliki kandungan enzim invertase lebih banyak dari bagian batang bawah. Oleh karena itu pada saat proses menunggu batang tebu mengalami penurunan gula yang besar. Hasil analisis data penurunan brix, pol, dan rendemen sementara dari kedua wilayah berbeda nyata hal ini dapat dilihat dari nilai P-Value dibawah 0.05 yakni 0.005 untuk penurunan brix, 0.049 untuk nilai pol, dan 0.027 untuk nilai rendemen sementara. Nilai penurunan brix tebu Wilayah Bantul yang lebih besar 2 kali lipat dan nilai pol yang lebih rendah dari tebu Wilayah Sleman Timur disebabkan oleh kondisi tebu di wilayah Bantul banyak yang roboh, sedangkan keadaan tebu di wilayah Sleman Timur tegak. Keadaan kebun tebu roboh yang kotor dan lembab, menyebabkan kotoran juga ikut terangkut pada saat pengangkutan tebu ke pabrik. Kotoran yang ikut terangkut pada saat pengangkutan banyak mengandung mikrooganisme yang dapat menyebabkan penurunan kandungan gula hingga 50% dalam proses invertase gula Menurut (Kulkarni dan Warne 2004). Penurunan kandungan gula pada kebun tebu Wilayah Bantul dapat dikurangi dengan penebangan yang bersih, pencegahan tebu roboh dan menggunakan alat mekanisasi penebangan untuk mendapatkan tebu tebangan yang mepet tanah. 6.3.3 Kehilangan Hasil Tunggak di Kebun Kehilangan hasil adalah jumlah yang tidak didapatkan dari hasil panen. Terdapat tiga kehilangan hasil yang dapat diukur yakni pucuk, tunggak, dan lonjoran. Kehilangan hasil dari tunggak dapat dihitung dengan mengukur bobot tunggak tertinggal dikebun yang tingginya lebih dari 5 cm. Hasil pengamatan bobot tunggak tertinggal di wilayah Bantul dan Sleman Timur dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil kehilangan hasil tunggak tertinggal di kebun Kebun
Luas (ha)
Kebun a 1.56 Kebun b 1.56 Kebun c 1.08 Kebun d 5.48 Rata-rata kehilangan
produktivitas Kehilangan tebu (ton/ha) (ton)
Standar kehilangan hasil % ton/ha
Kehilangan hasil %
ton/ha
84.7 84.7 94.7 75.8
Bantul 2.33 2.27 3.41 10.88
1 1 1 1
0.85 0.86 0.95 0.76
1.76 1.72 3.34 2.63
1.49 1.46 3.16 1.99
84.98
4.723
1
0.855
2.36
2.02 ± 0.80
1 1 1 1
0.86 0.90 0.86 0.86
0.93 1.01 1.06 1.22
0.80 0.91 0.92 1.05
1
0.87
1.05
0.92 ±0.10
Kebun 1 15 86.4 Kebun 2 15 90.0 Kebun 3 15 86.4 Kebun 4 15 86.4 Rata-rata 87.3 kehilangan P-value kehilangan hasil tunggak *: Berbeda nyata pada taraf 5%
Sleman Timur 12.03 13.58 13.77 15.68 13.77
0.033*
48 Tabel 9 Taksasi Maret dan produksi realisasi tebu Kebun
Luas (ha)
Produktivitas tebu (ton/ha)
Ketepatan taksasi (%)
65.00 65.00 75.00 90.00
84.7 84.7 94.7 75.8
76.74 76.74 85.53 118.73
180.98 73.75 Sleman Timur 1200 80.00 1200 80.00 1200 80.00 1200 80.00
84.98
86.79
86.4 90.0 86.4 86.4
92.59 88.89 92.59 92.59
87.3
91.64
Taksasi Ton
Ton/ha Bantul
Kebun a Kebun b Kebun c Kebun d
1.56 1.56 1.08 5.48
Rata-rata Kebun 1 Kebun 2 Kebun 3 Kebun 4 Rata-rata
15 15 15 15
101.86 101.86 81.00 493.20
1200
80
Data diatas menunjukkan bahwa wilayah Sleman Timur memiliki ketepatan taksasi produksi lebih tinggi dari pada wilayah Bantul, hal ini dapat disebabkan oleh keahlian tenaga taksasi wilayah SlemanTimur yang lebih baik dari pada Bantul. Hal ini juga dapat disebabkan setelah penghitungan taksasi terdapat musim hujan yang sangat panjang sehingga bobot tebu terus bertambah besar dari penghitungan yang ditetapkan saat taksasi Maret. Hasil analisis data diatas menujukkan bahwa kehilangan hasil tunggak di kebun Bantul berbeda nyata dengan kebun Wilayah Sleman, yakni bobot tunggak yang tertinggal di kebun Wilayah Bantul lebih besar 2.2 kali lipat dari kebun Wilayah Sleman Timur. Hal ini disebabkan tebu dari kebun wilayah Bantul yang hampir semuanya merupakan kebun tebu roboh akan mengalami pertumbuhan vegetatif yang lebih panjang dari pada tebu yang normal. Pertumbuhan vegetatif ini diakibatkan oleh batang tebu yang roboh menempel ke tanah lalu mengeluarkan akar. Bagian batang tebu yang menempel di tanah akan susah untuk ditebang, sehingga banyak tunggak tebu yang lebih dari 5 cm di lapangan.
(A) (B) Gambar 17 Kehilangan hasil tunggak: (A) Kondisi Kebun Bantul; (B) Tunggak tertinggal Kebun Bantul
49 Penebangan pada kebun yang terserang uret memang dilakukan tidak mepet tanah hal ini untuk mecegah pencabutan tanaman sehingga akan banyak pasir yang terbawa saat pengangkutan tebu. Standar kehilangan hasil tebu dilahan karena tunggak PG Madukismo adalah 1%, sedangkan data yang didapatkan dari kedua wilayah memiliki rata-rata tunggak lebih dari standar yang ditetapkan. Kehilangan hasil pada kebun uret tidak diperhitungkan karena merupakan instruksi dari petugas tebang dari PG, walaupun kehilangan hasil yang ditimbulkan melebihi dari standar. Tunggak yang tertinggal di kebun dapat menurunkan produksi hablur dari kehilangan air nira yang dapat diperas dan nilai rendemen, karena semakin kebawah maka nilai brix kandungan gula dalam batang tebu akan semakin tinggi. 6.3.4 Tenaga Kerja Tebang Keperluan tenaga tebang harus direncanakan dengan tepat untuk mencegah kekurangan tenaga. Kekurangan tenaga akan menyebabkan ketepatan waktu dan jumlah tebangan yang ditargetkan tidak tercapai sehingga tebu yang berkualitas baik untuk siap digiling akan sulit untuk dicapai. Tabel 10 Hasil prestasi kerja tenaga tebang dan angkut kebun Kebun
Luas (ha)
Produksi (ton/ha)
Jumlah tenaga kerja
PK
Standar (ton/hari)
Selesai pengangkutan/ ha (hari) Ton
Angkutan /hari Rit
Bantul Kebun a 1.56 Kebun b 1.56 Kebun c 1.08 Kebun d 5.48 Rata-rata
84.70 84.70 94.70 75.80 84.98
Kebun 1 15 86.4 Kebun 2 15 90.0 Kebun 3 15 86.4 Kebun 4 15 86.4 Rata-rata 87.30 P- value rata-rata prestasi kerja
15 0.89 1.2 15 0.96 1.2 5 0.92 1.2 14 1.31 1.2 12.25 1.02 ± 0.20 Sleman Timur 14 14 10 12 12.50
1.71 1.2 1.88 1.2 1.80 1.2 2.00 1.2 1.85 ± 0.12
3 3 1 4 2.75
16.00 17.30 5.50 22.00 15.2
5 5 17 4 7.75
4 3 3 4 3.5 0.001*
28.80 22.50 21.60 28.80 25.42
3 4 4 3 3.5
*: Berbeda nyata pada taraf 5%
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari tebangan yakni kondisi kebun, posisi kebun dan keadaan cuaca. Kondisi kebun dapat mempengaruhi kemudahan tenaga kerja dalam penebangan. Hasil analisis uji-t yang menunjukkan bahwa kehilangan hasil di kebun dari kedua wilayah tersebut berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value yang kurang dari 0.05 yakni 0.001. Tebangan pada kebun Bantul dilakukan lebih sulit dari pada kebun tebu Sleman Timur. Hal ini dikarenakan kebun Bantul yang umumnya merupakan tebu roboh sebagian batangnya akan menempel ke tanah, sehingga hasil tebangan menurun. Penurunan hasil tebangan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata prestasi kerja tenaga tebangan wilayah Bantul yang hanya setengah dari Wilayah Sleman
50 Timur, sehingga untuk meningkatkan kecepatan penebangan harus menambah jumlah pekerja. Rata-rata prestasi kerja penebang di kebun Bantul tetap lebih dari standar yakni 1.02 atau 1.22 ton/hari walaupun kondisi kebun roboh. Hal ini disebabkan upah yang diberikan kepada tenaga tebangan tergantung dari tonase tebu yang didapatkan, sehingga tenaga tebang akan mengejar bobot tebu yang besar tanpa memperhatikan kualitas tebangan. Sistem upah penebang yang seperti ini dapat menyebabkan penurunan rendemen wilayah bantul lebih cepat dari pada tebu dari wilayah Sleman Timur, karena tebu akan banyak membawa kotoran yang seharusnya dibersihkan lebih dahulu sebelum diangkut. Oleh karena itu PG Madukismo menerapkan rafaksi dan premi untuk menjaga kualitas tebangan yang bersih. Rafaksi adalah pemotongan bobot tebu yang dikirim karena memiliki kandungan kotoran lebih dari standar yang ditetapkan oleh pabrik. Terdapat 3 klasifikasi pada rafaksi yakni kotor 1, kotor 2, kotor 3, dan tebu ditolak. Kotor 1 ialah klasifikasi untuk muatan tebu yang mengandung kotoran 5-7% yakni rapak dan tali pucuk. Bobot muatan tebu akan dikurangi sebesar 2,5%. Kotor 2 adalah klasifiasi untuk muatan tebu yang mengandung kotoran 7-10% yakni rapak, pucuk, tali pucuk, akar tanah atau pasir. Bobot muatan tebu akan dikurangi sebesar 5%. Kotor 3 adalah klasifiasi untuk muatan tebu yang mengandung kotoran > 10% yakni rapak, pucuk, tali pucuk, akar tanah atau pasir, tebu muda dan terbakar. Bobot muatan tebu akan dikurangi sebesar 15%. Tebu ditolak apabila tebu sangat kotor, sangat muda, dan terbakar dan sudah kering. Premi akan diberikan kepada muatan tebu yang memiliki kualitas tebangan yang baik. Premi yang diberikan oleh pabrik berupa premi potlot yakni Rp 250 per kuintal tebu.
VII
SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan
Kualitas tebangan kebun Sleman Timur lebih baik dari pada kebun Bantul, hal ini dapat dilihat dari nilai penurunan kadar gula, kehilangan tunggak, dan prestasi kerja dari kedua wilayah. Kualitas tebangan Wilayah Bantul lebih buruk dari pada Sleman Timur dikarenakan kondisi kebun Bantul yang umumnya kebun tebu roboh. Penurunan kadar gula kebun Bantul lebih besar dari kebun Sleman Timur. Kebun Bantul memiliki penurunan brix lebih besar 2 kali lipat dari kebun Sleman Timur yakni 0.95% pada kebun Bantul dan 1.95% pada kebun Sleman Timur. Nilai Pol kebun Sleman Timur lebih besar dari pada kebun bantul yakni 11.93% sedangkan nilai pol kebun Bantul 11.48%. Nilai rendemen sementara kebun Sleman Timur lebih besar dari kebun Bantul yakni 6.49% sedangkan kebun Bantul 6.28%. Faktor utama penyebab perbedaan penurunan kadar gula pada kedua wilayah adalah kandungan kotoran yang terangkut bersama tebu ke pabrik. Kehilangan tunggak kebun bantul lebih besar 2.24 kali lipat dari kebun Sleman timur yakni 2.02ton/ha, sedangkan Sleman Timur 0.92 ton/ ha. Kehilangan hasil tunggak kedua wilayah lebih besar dari standar maksimal yang ditentukan oleh pabrik yakni 2.74% untuk kehun Bantul, dan 1.15% untuk kebun Sleman Timur.
51 Nilai prestasi kerja Sleman Timur lebih besar dari kebun Bantul yakni 1.85 atau 22.2 ton/hari sedangkan kebun Bantul 1.02 atau 12.24 ton/ hari. Nilai prestasi kerja kedua wilayah lebih dari standar yang ditetapkan, sehingga diperlukan premi dan rafaksi untuk mengendalikan kualitas tebangan tetap baik
7.2 Saran Hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa kebun tebu wilayah Bantul yang umumnya kebun tebu roboh memiliki potensi kehilangan kandungan gula lebih tinggi dari pada kebun Sleman Timur. Kehilangan di kebun tebu roboh tidak dapat diperbaiki hanya dapat dicegah dengan teknik budidaya yang tepat dan penebangan secara mekanisasi. Teknik budidaya pada lahan tebu berpotensi roboh hampir sama dengan dengan kebun tebu tegak namun terdapat beberapa tambahan, teknik budidayanya yakni pengguludan tepat 3 kali, kedalaman got yang tepat, pengikatan pada tebu yang terlihat akan roboh, dan pengeringan kebun satu minggu sebelum tebang. Alat mekanisasi penebangan juga dibutuhkan agar tebangan efisien yakni cepat dan mencegah kehilangan tunggak yang besar.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Luas areal tanaman perkebunan rakyat menurut jenis tanaman, 2000-2013[internet].[diunduh 2014 September 18] tersedia pada : www.BPS.go.id [BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Luas Tanaman Perkebunan Menurut Propinsi dan Jenis Tanaman, Indonesia 2013. [internet].[diunduh 2014 September 18] tersedia pada : www.BPS.go.id [BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Produksi Perkebunan Menurut Provinsi dan Jenis Tanaman (ribu ton). [internet].[diunduh 2014 September 18] tersedia pada : www.BPS.go.id [BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (ribu ton), 2000-2013. [internet].[diunduh 2014 September 18] tersedia pada : www.BPS.go.id [P3GI] Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2008. Konsep peningkatan Rendemen untuk mendukung program akselerasi industri gula nasional [internet].[diunduh 2013 November 19] Tersedia pada: http//:
[email protected]). 26 halm [SKIL] Sugar Knowledge International. 1998. Sugarcane. [internet]. [Diunduh pada tanggal 16 maret 2013]. Tersedia di : http://www.sucrose.com. Al Jabri, M, M. Sastrosasmito, dan Erwin. 1999. Evaluasi Kesuburan Tanah dan Pemupukan di Areal Kebun Konversi PG Kuala Madu PT Perkebunan IX Medan. Medan (ID): PT Perkebunan IX (Persero). Astuti H Susilo. 2010. Persyaratan Lahan Kering untuk Penamanan Tebu .[internet]. Bogor (ID): Dermaga. Hlm 1; [diunduh 2013 desember 2]. Tersedia pada: http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/persyaratan-lahankering-untuk-penamanan-tebu.
52 Edhie E M Sutardjo.2005. Budidaya tanaman tebu. Jakarta ( ID): Bumi Aksara. Goutara, Wijandi. S. 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Bogor (ID): Agro Industri press. Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Syakir M, Rumini W. 2010. Budidaya dan Pasca panen tabu. Eska Media. Jakarta Lembaga Biologi Nasional-LIPI. 1978. Tanaman Industri. PT Bina Kancana: Bogor. Kulkarni VM and Warne D. 2004. Reduction of sugar loss due to ‘cut-to-mill’delay by the application of a unique new chemical composition called sucroguard. Proc S Afr Sug Technol Ass. pp. 78-90 Kuspratomo AD, Burhan, Fakhry M. 2012. Pengaruh varietas tebu, potongan, dan penundaan giling terhadap kualitas nira tebu. J Agrointek [internet]. (2012 Agustus 2 [2014 Oktober 17]); 6(2):123-132. Tersedia pada: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/JURNAL-9Pengaruh-Varietas-Tebu-Potongan-dan-Penundaan-giling-Terhadap.pdf. Mochtar M, Nyoman K, Nurai, Martoyo. 1988. Beberapa Aspek Pra dan Pasca Panen yang Perlu Diperhatikan dalam Rangka Maksimalisasi Perolehan Gula Dari Tebu. Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, Pasuruan, 23 – 25 September 1988. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan Notojoewono, A W. 1968. Berkebun Tebu Lengkap. Jakarta (ID): Lembaga Pendidikan Perkebunan Nubatonis, L. M. 2004. Kajian Aplikasi Teknologi Membran Pada Proses Pemurnian Nira Tebu. [Tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Santoso BE. 2002. Rendemen: Defenisi, Prosedur, dan Kaitannya dengan Kinerja Pabrik. Pasuruan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Saxena P, Srivastava, RP, Sharma, ML. 2010. Impact of cut to crush delay and biochemical changes in sugarcane. Australian Journal of Crop Science 4(9):692699 Solomon S, Shrivastava AK, Singh P, Singh I, Sawnani A, Prajapati CP. 2007. An assessment of postharvest sucrose losses in sugarcane billets under subtropical conditions. Book chapter; Conference paper XXVI Congress, International Society of Sugar Cane Technologists, ICC, Durban, South Africa, 29 July - 2 August, 2007 pp. 1513-1521 Wahyuddin. 1995. Analisa kebutuhan dan biaya pemanenan tebu di PG. Madukismo, Yogyakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
53
LAMPIRAN
54
55 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang di Pabrik Gula Madukismo Tanggal 10 Februari 2014 11 Februari 2014 12 Februari 2014 13 Februari 2014 14 Februari 2014 15 Februari 2014 16 Februari 2014 17 Februari 2014 18 Februari 2014 19 Februari 2014 20 Februari 2014 21 Februari 2014 22 Februari 2014 23 Februari 2014 24 Februari 2014
25 Februari 2014 26 Februari 2014
Uraian kegiatan Diskusi dengan Kepala BST Survey kebun bibit Diskusi dengan Staf Direktur Survey kebun wilayah Sleman Libur (Hujan abu) Libur (Hujan abu) Libur Pendamping SKW Sleman Barat Pendamping SKW Sleman Timur Perpustakaan Perpustakaan Libur Survey kebun wilayah Bantul Libur Diskusi dengan Kepala BST Diskusi dengan Kepala Rayon Penjelasan sistem SBP
01 Maret 2014 02 Maret 2014 03 Maret 2014
Libur Draft Skripsi
04 Maret 2014
Draft Skripsi
05 Maret 2014
Taksasi Maret
06 Maret 2014 07 Maret 2014 08 Maret 2014 09 Maret 2014
Libur Libur Libur Libur
28 Februari 2014
Lokasi Kantor BST Kebun Kembaran Kantor PG
Sleman Barat Sleman Timur Kantor PG Kantor PG Kec Kasihan
Kantor PG Kantor BST Disbun Kab Sleman
Rapat RDKK Survey kebun wilayah Godean Supervisi Survey penanaman bibit SBP KBI Kebun kembaran
27 Februari 2014
Penulis
Prestasi kerja Karyawan
Kec Godean
0.003 Ha/Hok
0,007 Ha/HOK
Kec kasihan
Mengikuti 9 Magelang Utara karyawan Kebun/HOK
56
Tanggal 10 Maret 2014 11 Maret 2014 12 Maret 2014 13 Maret 2014 14 Maret 2014
15 Maret 2014
16 Maret 2014 17 Maret 2014 18 Maret 2014 19 Maret 2014
20 Maret 2014
21 Maret 2014 22 Maret 2014 23 Maret 2014 24 Maret 2014 25 Maret 2014 26 Maret 2014 27 Maret 2014 28 Maret 2014 29 Maret 2014 30 Maret 2014 31 Maret 2014
Jurnal Harian Kegiatan Magang di Pabrik Gula Madukismo Prestasi kerja Uraian kegiatan Penulis Karyawan Survey Kebun Diskusi dengan Kepala BST Survey kebun bibit Diskusi dengan Rayon Sleman Kebun kembaran (pendederan SBP) Kebun kembaran (klentek) KHL kembaran (penanam SBP) KHL kembaran (Traktor Urug) Libur Diskusi dengan Rayon Bantul Sosialisasi BSM ke mandor tebangan KHL kembaran (gulma) KHL kembaran (penyulaman bibit KBI) Belajar RAB dengan SKW Bantul Pengamatan Daya tumbuh bibit Libur Libur Sosialisasi Pencarian lahan di Magelang Utara KHL (penyulaman bibit KBI) Tebang bibit untuk SBP Tebang bibit untuk SBP KHL (pemasangan pias) KHL (pemupukan dan pengurugan) KHL (pemupukan dan pengurugan) Draft Skripsi
Lokasi Magelang Utara Kantor BST
Kantor Tanaman 0,00043 Ha/HOK
0,0008 ha/HOK 215 batang/HOK
0,0001 ha/HOK
Kebun Kembaran Kebun Kembaran
Kantor PG Bantul Kebun Kembaran 0.50 ha/HOK
0.9 ha/HOK
Kembaran
Lobi PG Kebun Kembaran
Magelang Utara 0.50 ha/HOK
0.86 ha/HOK
Kebun Kembaran
7ku/HOK
12ku/HOK
Kebun Kembaran
7Ku/HOK
12ku/HOK
Kebun Kembaran Kebun Kembaran
0.002 ha/HOK 0.05 ha/HOK
0.0293 Kebun Kembaran ha/HOK 0.094 Kebun Kembaran ha/HOK
57
Tanggal
Jurnal Harian Kegiatan Magang di Pabrik Gula Madukismo Prestasi Kerja Uraian Kegiatan Penulis Karyawan
01 April 2014
Draft Skripsi
02 April 2014 03 April 2014
Libur Pengamatan SBP Diskusi dengan kepala BST
04 April 2014
Lokasi
Kantor PG
05 April 2014 06 April 2014
Diskusi dengan kepala BST
07 April 2014
Pembuatan pias
50 lembar/hari
12 April 2014
Pembuatan pias
50 lembar/hari
13 April 2014
Volly Libur
14 April 2014
Pembuatan pias
15 April 2014
16 April 2014 17 April 2014 18 April 2014 19 April 2014 20 April 2014 21 April 2014 22 April 2014 23 April 2014 24 April 2014 26 April 2014 27 April 2014 28 April 2014 29 April 2014
Diskusi dengan SKW Sleman (Minggir) Pengamatan pembibitan Pengukuran lahan baru Sleman Barat Analisis pendahuluan Pembuatan pias Analisis pendahuluan Libur Analisis pendahuluan Analisis pendahuluan Analisis pendahuluan Pengamatan bibit SBP Analisis pendahuluan Tebu manten libur Analisis pendahuluan Analisis pendahuluan
Kantor PG 50 lembar/hari 50 lembar/hari
Laboratorium Hama Laboratorium Hama
Laboratorium Hama
Lobi PG
8 kebun/hari 50 lembar/hari 8 kebun/hari
8 kebun/hari 8 kebun/hari 8 kebun/hari
Kecamatan Minggir Lab analisis 8 kebun/hari pendahuluan 50 Laboratorium lembar/hari Hama Lab analisis 8 kebun/hari pendahuluan Lab analisis pendahuluan Lab analisis 8 kebun/hari pendahuluan Lab analisis 8 kebun/hari pendahuluan 8 kebun/hari
8 kebun/hari
8 Lab analisis kebun/hari pendahuluan
8 kebun/hari
8 kebun/hari
8 kebun/hari
Lab analisis pendahuluan Lab analisis 8 kebun/hari pendahuluan
58
Tanggal
Jurnal Harian Kegiatan Magang di Pabrik Gula Madukismo Prestasi Kerja Uraian Kegiatan Penulis Karyawan
30 April 2014
Analisis pendahuluan
01 Mei 2014
Libur
8 kebun/hari
8 kebun/hari
Pengolahan lahan baru 02 Mei 2014 Analisis pendahuluan
03 Mei 2014
04 Mei 2014
Libur
05 Mei 2014
Analisis pendahuluan
06 Mei 2014
Pengolahan lahan baru (manual), kebun Parakan
07 Mei 2014
Analisis pendahuluan
09 Mei 2014 10 Mei 2014 11 Mei 2014 12 Mei 2014
13 Mei 2014 14 Mei 2014
8 kebun/hari
8 kebun/hari
8 kebun/hari
Lab analisis pendahuluan
8 kebun/hari
Lab analisis pendahuluan
0,005 ha/HOK 8 kebun/hari
8 kebun/hari
Kecamatan minggir Lab analisis pendahuluan Kantor PG
12 Ku/HOK
Pasar anom, Purworejo Kecamatan Minggir Kecamatan Minggir Kebun Adi Sucipto Kebun Adi Sucipto Lab analisis pendahuluan Kebun Adi Sucipto 8 Lab analisis kebun/hari pendahuluan
12 Ku/HOK
Aspek khusus kebun Sleman Timur
Keliling Pos persiapan penggilingan
Kecamatan Minggir Lab analisis pendahuluan
Kantor PG
Diskusi dengan Sinder tebang angkut Pengamatan aspek khusus ( angkut bibit) Pengamatan aspek khusus (penebangan) Libur Libur Tebang kebun wilayah Purworejo Penanaman SBP di kebun parakan Syukuran penanaman pertama Pengamatan Aspek khusus Tebang Muat Angkut Aspek khusus kebun Sleman Timur
Analisis pendahuluan
Lab analisis pendahuluan
Kantor PG
Analisis pendahuluan 15 Mei 2014
8 kebun/hari
Diskusi dengan Kepala BST Diskusi dengan kepala Tebangan Analisis pendahuluan
08 Mei 2014
8 kebun/hari
Lokasi
8 kebun/hari
Emplasemen
59 Jurnal Harian Kegiatan Magang di Pabrik Gula Madukismo Tanggal 16 Mei 2014
17 Mei 2014
Uraian Kegiatan
Penulis
Draft Skripsi diskusi dengan sinder tebangan Tebangan Bantul Draft Skripsi Aspek khusus tebang kebun bantul Analisis pendahuluan
18 Mei 2014
20 Mei 2014 21 Mei 2014
22 Mei 2014 23 Mei 2014
24 Mei 2014 25 Mei 2014 26 Mei 2014
27 Mei 2014 28 Mei 2014 29 Mei 2014 30 Mei 2014
Kebun Grujugan Grujugan 8 kebun/hari
Tebangan kebun Sleman Timur Libur Aspek khusus tebang kebun bantul Diskusi dengan kepala BST Stasiun Bongkar muat truk lori Aspek khusus kebun bantul Keliling Pabrikasi, SDM, BST Libur Diskusi dengan Sinder tebang LD Diskusi dengan Staf Direktur
8 Lab analisis kebun/hari pendahuluan Kebun Grujugan
8 kebun/hari
Keprasan Penanaman bibit konvensional Tebangan kebun Sleman Timur Diskusi dengan bagian tebang angkut Keliling Pos persiapan penggilingan Tebangan kebun Sleman Timur Tebangan kebun Sleman Timur Analisis pendahuluan
Lokasi
Kantor PG
Aspek khusus tebang kebun bantul Analisis pendahuluan
19 Mei 2014
Prestasi Kerja Karyawan
8 Lab analisis kebun/hari pendahuluan Kebun Bantul Kebun Bantul Kebun Adi Sucipto Kantor PG Emplasemen
8 kebun/hari
Kebun Adi Sucipto Kebun Adi Sucipto 8 Lab analisis kebun/hari pendahuluan Kebun Adi Sucipto Kebun Sindon dan Gempol Kantor PG Emplasemen Kebun Sindon dan Gempol PG
Kantor PG Kantor PG
60 Jurnal Harian Kegiatan Magang di Pabrik Gula Madukismo Tanggal
Uraian Kegiatan
31 Mei 2014
Diskusi hasil pengamatan
01 Juni 2014
Libur Tebangan di kebun Gambaran, Sleman Timur Diskusi dengan Sinder tebang LD Diskusi dengan Staf Direktur Diskusi dengan Sinder tebang LD Diskusi dengan Sinder tebang LD Diskusi dengan Sinder tebang LD Kembali ke Bogor
02 Juni 2014 03 Juni 2014
04 Juni 2014 05 Juni 2014 06 Juni 2014 07 Juni 2014
Penulis
Prestasi Kerja Karyawan
Lokasi Lab Analisis Pendahuluan
12 Ku/HOK
Kebun Gambaran Kantor PG Kantor PG Kantor PG Kantor PG Kantor PG
61 Lampiran 2 Wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo
62 Lampiran 3 Struktur organisasi PT Madubaru
DEWAN KOMISARIS
PENASEHAT
SEK DEKOM DIREKTUR KEPALA SPI
KABAG SDM DAN UMUM
KABAG AKT DAN KEU
RAYON BANTUL
STAF DIREKTUR KHUSUS LTD
RAYON SLEMAN
KABAG TANAMAN
RAYON KMT
KABAG INSTALASI
KABAG PEMASARAN
SEKSI TEBANG ANGKUT
KEPALA PABRIK SPIRITUS
KABAG PABRIKASI
RAYON PKB
SEKSI BST
SINDER TEBANG ANGKUT
SINDER SLEMAN
SINDER KMT + PKB MANDOR
SINDER BANTUL
63
Lampiran 4 Surat Perintah Angkut
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 06 Januari 1993. Penulis merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara dari pasangan Maraden Sitinjak dan Rusti Habeahan. Pada Tahun 2007 penulis lulus dari sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Surabaya selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 16 Surabaya pada tahun 2010. Pada tahun 2010 tepatnya bulan Agustus penulis menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor jurusan Agronomi dan Hortikultura. Penulis aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh kampus yakni menjadi divisi Logstran di acara Lets Fight Against Drug (LFAD), divisi acara pada Temu Keluarga Agronomi dan Hortikultura (TEGAR) tahun 2012, divisi acara pada Field Day tahun 2013, dan menjadi divisi acara pada Natal Civitas Akaademika IPB tahun 2013, Koordinator Flashmob di Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) tahun 2013, dan menjadi anggota Art dan Ceremonial di FBBN tahun 2014. Penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronmi (Himagron) yakni sebagasi sekertaris Minat, Bakat, Olah raga dan Seni (Mibaorsen) pada tahun 2013. Prestasi yang pernah dicapai penulis yakni juara 2 Aerobik mewakili Fakultas Pertanian di Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) pada tahun 2011, juara 2 Solo Vokal mewakili departemen Agronomi dan Hortikultura di SERI-A tahun 2013, juara 1 vokal grup dan akustik di Agrosportmen mewakili AGH 47 tahun 2013.