PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS
SEMA DEVI OKTAVIA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015 Sema Devi Oktavia NIM A24110112
ABSTRAK SEMA DEVI OKTAVIA. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas. Dibimbing oleh PURWONO. Salah satu langkah dalam meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu adalah dengan mengelola tanaman tebu secara maksimal. Penataan varietas perlu dilakukan untuk menghasilkan tebu sesuai potensi produksinya dan mendapatkan rendemen maksimal selama musim giling. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo. Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo pada tanggal 9 Februari 2015 hingga 8 Juni 2015. Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tipologi lahan wilayah kerja PG Madukismo, data komposisi varietas tebu di kebun tebu giling dan data komposisi varietas di kebun bibit datar, serta melakukan wawancara kepada petani tebu mandiri wilayah binaan PG Madukismo. Tipologi lahan wilayah kerja Madukismo secara umum sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tebu. Komposisi varietas di kebun tebu giling PG Madukismo belum mencapai komposisi ideal namun PG Madukismo telah mulai memperbaiki penataan varietas di kebun pembibitannya. Masih banyaknya petani mandiri wilayah binaan PG Madukismo yang fanatik terhadap varietas PS 862 dan BL menyebabkan penataan varietas sulit dilakukan. Kata kunci: komposisi varietas, petani tebu, tipologi lahan
ABSTRACT One of the ways to increase sugarcane productivity and yield is by managing sugarcane plants up to its ful potential. Variety arrangement is needed to gain up to its full potential production and to get maximum yield during miling period. The purpose of this internship is to identify and analyze sugarcane variety management especially at sugarcane factory of Madukismo. This internship was held starting from February 15th 2015 until June 8th 2015. Observation was done by analyzing land typology in PG Madukismo, data of the sugarcane variety composition in sugarcane miling orchard and also data of the sugarcane in seed orchard by interviewing independent farmers at PG madukismo construction area. Land typology at Madukismo working area is commonly matched to sugarcane growing requirement. Variety composition in PG Madukismp sugarcane miling orchard has not reached ideal composition however PG Madukismo has been starting to improve variety management in seedling orchard. A lot of independent farmers of PG Madukismo construction area is still so fanatic toward PS 862 and BL variety that cause variety management difficult to be done. Key words: variety composition, farmers, land typology
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS ANALISIS PENATAAN VARIETAS
SEMA DEVI OKTAVIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015 adalah Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ir Nugroho selaku staf direktur, Bapak Saiful Anam selaku Kepala Bina Sarana Tani, dan para karyawan PG Madukismo yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan pengumpulan data selama di PG Madukismo. Selain itu, ucapan terima kasih kepada bapak, ibu, kakak-kakak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015 Sema Devi Oktavia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu Penataan Varietas Masa Tanam METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM Sejarah Singkat Perusahaan Visi dan Misi PT Madubaru Letak Geografi Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi Ketenagakerjaan Waktu Kerja PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Khusus Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
1 1 2 2 2 3 4 4 5 5 5 6 8 8 8 8 9 9 10 11 12 15 15 16 16 27 28 29 29 33 36 36 37 37 51
DAFTAR TABEL 1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 2 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun 2014 3 Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo 4 Daftar varietas-varietas dominan yang digunakan di wilayah pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo 5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir 6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo 9 Kondisi tipologi lahan di PG Madukismo tahun 2015 10 Komposisi varietas kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 11 Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul 12 Proporsi varietas bibit di kebun pembibitan PG Madukismo tahun 2015 13 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan varietas yang digunakan di wilayah Sleman dan Bantul 14 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di wilayah Sleman dan Bantul 15 Hasil uji t rata-rata produktivitas 16 Nilai brix pada wilayah contoh Kabupaten Sleman dan Bantul
9 10 11 11 12 15 16 23 30 31 31 31 32 32 33 33
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Layout pemilihan juringan yang diamati Layout pemilihan batang tebu yang akan di brix Pemotongan benih sebelum ditanam Persiapan lahan untuk pendederan Pemotongan benih untuk benih SBP Benih deder yang ditutup paranet Benih yang telah dipindah ke polybag Benih SBP yang telah dikurangi daunnya Pola tanam over lapping Kegiatan penglentekan Gudang penyimpanan gula
7 7 18 18 19 19 19 20 21 22 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) Jurnal harian sebagai pendamping mandor Jurnal harian sebagai asisten sinder kebun wilayah (SKW) Jurnal harian sebagai asisten kepala rayon Peta wilayah kerja PG Madukismo Data curah hujan dan hari hujan PG Madukismo tahun 2010-2014 Struktur organisasi PT Madubaru Deskripsi varietas tebu yang ada di KTG PG Madukismo
40 41 43 45 46 47 48 49
PENDAHULUAN Latar Belakang Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat Indonesia. Kebutuhan gula kristal putih (GKP) saat ini diperkirakan sebesar 2.9 juta dan gula kristal rafinasi (GKR) sebesar 2.8 juta ton sehingga total kebutuhan gula nasional mencapai 5.7 juta ton. Produksi gula nasional tahun 2015 diperkirakan sebesar 2.73 juta ton menunjukkan bahwa kebutuhan gula nasional masih belum tercukupi (Ditjenbun 2013). Berdasarkan produksi tebu dan gula nasional tahun 2003 hingga 2012, potensi rata-rata produktivitas tebu di Indonesia, mencapai 81.9 ton/ha dengan rendemen 8.1% (Ditjenbun 2013). Kenyataannya, areal tebu seluas 451,191 ha pada tahun 2012 hanya menghasilkan gula sebesar 2.59 juta ton yang seharusnya dapat mencapai 2.96 juta ton (Ditjenbun 2013). Hal ini menunjukkan bahwa potensi produktivitas tebu dan rendemen gula di Indonesia belum tercapai. Rendahnya produktivitas dan rendemen di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh penataan varietas yang belum dilaksanakan dengan baik. Sebagian besar perkebunan tebu di Indonesia merupakan perkebunan rakyat sehingga penataan varietas sulit dilaksanakan. Penataan varietas adalah kegiatan mengelola penggunaan varietas tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan komposisi menurut kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Tebu memiliki varietas dengan tingkat waktu kemasakan yang berbeda sehingga perlu diatur proporsi varietasnya untuk mencapai rendemen tertinggi. Menurut Pawirosemadi (2011), kemasakan varietas tebu terdiri dari varietas masak awal, masak tengah, dan masak lambat. Varietas masak awal akan mencapai masak optimum pada musim tebang awal sehingga produksi gulanya tertinggi pada saat ditebang awal. Hal itu juga terjadi pada varietas masak tengah dan varietas masak lambat. Varietas masak tengah dan varietas masak lambat akan mencapai produksi gula tertinggi pada saat tebang tengah dan akhir. Permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah kerja pabrik gula mengenai penataan varietas adalah penggunaan varietas-varietas unggul tebu belum didasarkan pada tipologi wilayah yang sesuai, komposisi kemasakan yang belum seimbang antara varietas masak awal, masak tengah dan masak lambat, serta optimasi waktu tanam dan waktu tebang yang tidak tepat berdasarkan kemasakan varietas. Ketidaktepatan dalam pengaturan proporsi varietas tebu yang ditanam dapat berakibat fatal. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Naruputro (2010) di PG Krebet Baru Malang, akibat proporsi penanaman varietas tebu yang tidak seimbang yakni 10,7% varietas masak awal sampai tengah dan 89,3% varietas masak tengah sampai akhir (BR 194 dan PS 864) menyebabkan terjadinya penumpukan bahan baku di akhir masa giling. Hal ini sangat merugikan pabrik karena penumpukan bahan baku berakibat perpanjangan waktu giling sehingga meningkatkan biaya produksi dan kesulitan bahan baku pada masa awal giling. Selain mengelola proporsi varietasnya, penataan varietas juga harus memperhatikan proporsi tanaman keprasan dan tanaman baru. Proporsi tanaman
2
keprasan yang jauh lebih banyak dibanding tanaman pertama merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya potensi produksi nasional. Menurut Purwono (2002), salah satu langkah strategis dalam meningkatkan produksi gula nasional yakni dengan rehabilitasi tanaman. Tujuannya memperbaiki proporsi antara tanaman pertama (PC) dengan tanaman keprasan (RC) yakni dengan perbandingan PC dan RC sebesar 25% : 75% atau 20% : 80%. Rehabilitasi tanaman dilakukan dengan pembongkaran tanaman keprasan, perbaikan varietas, dan penggunaan benih bermutu. Perbaikan varietas perlu dilakukan karena suatu varietas unggul dapat terjadi degenerasi klonal setelah penggunaan selama 4-5 tahun, namun sering kali petani tebu sulit mengganti varietas lain karena sudah terlanjur suka dengan varietas unggul yang digunakan. Menurut Wijiastuti (2013), penataan varietas tebu merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan di masing-masing wilayah pengembangan tebu agar produktivitas tebu dan rendemen gula yang diperoleh optimal. Tujuan penataan varietas tebu adalah untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada wilayah tertentu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan rendemen minimal 10%. Tujuan Magang Tujuan kegiatan magang ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis berbagai masalah yang ada di lapangan. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo.
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu Tebu merupakan tanaman C4 dari famili Graminae (rumput-rumputan) yang termasuk tanaman parenial (tahunan). Kultivar tebu Saccharum officinarum L. mulai digunakan oleh hampir seluruh dunia pada tahun 1800 an karena kultivar tersebut sesuai dengan hasil yang diinginkan. Tanaman tebu diperbanyak secara vegetatif menggunakan potongan batang tebu (bagal) atau mata tunas (Fageria et.al 2011). Batang tebu terdiri atas ruas-ruas dan buku-buku dengan setiap buku terdapat mata tunas yang menempel. Satu rumpun batang tebu terdiri dari batang primer, batang sekunder, batang tersier. Tunas yang pertama kali muncul dari mata tunas yang ditanam disebut dengan batang primer. Tunas yang muncul dari batang primer disebut batang sekunder. Batang tersier adalah batang yang muncul dari mata tunas batang sekunder. Tinggi batang tebu mencapai 2-4 m dengan diameter batang dapat mencapai 5 cm (James 2004).
3 Sebagai tanaman tropika, tebu membutuhkan iklim yang sesuai untuk mencapai pertumbuhan yang optimum. Curah hujan, cahaya, dan suhu merupakan faktor iklim yang utama dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman tebu. Di samping itu, tanah juga merupakan faktor penting sebagai media tempat tumbuh yang dapat menyediakan hara tanaman, air, dan oksigen bagi tanaman (Pawirosemadi 2011). Tebu dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah dengan pH tanah 4-9 namun dapat tumbuh dengan sangat baik pada pH 5.8-7.2 (Fageria et.al 2011). Tanaman tebu tumbuh baik pada curah hujan 1000 - 1300 mm/tahun dengan sekurang kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan ideal untuk pertanaman tebu yakni ±200 mm pada masa pertumbuhan (5-6 bulan), ±125 mm pada periode berikutnya (selama 2 bulan), dan <75 mm selama 4-5 bulan pada periode kering. Suhu ideal bagi tanaman tebu bekisar 24 – 34 0 C dengan selisih suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 100C. Tanaman tebu membutuhkan sinar matahari 12-14 jam setiap harinya. Kondisi berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran sehingga proses fotosintesis menurun (Indrawanto et.al 2010). Secara umum, tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah maupun kering. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah sehingga irigasi dan drainasenya harus diperhatikan. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, grumosol, latosol, dan regusol dengan ketinggian 0 – 1400 mdpl. Ketinggian lahan paling ideal untuk tanaman tebu adalah <500 mdpl (Indrawanto et.al 2010). Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu Menurut Pawirosemadi (2011), fase pertumbuhan tanaman tebu meliputi fase perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan (vegetatif), dan fase pemasakan (generatif). Fase perkecambahan tanaman tebu ditandai dengan tumbuhnya akar, batang, dan primordia daun pada mata ruas dengan periode umur 0-1 bulan. Fase pertunasan atau percabangan pada tanaman tebu merupakan langkah awal dalam memperoleh jumlah batang banyak sehingga dapat mencapai produktivitas tinggi. Fase pertunasan terjadi pada umur tanaman sekitar 1-3 bulan. Fase pertumbuhan tanaman adalah fase peningkatan volume tanaman baik mengenai ukuran maupun bobot dengan periode umur 3-9 bulan. Fase pemasakan merupakan fase paling penting dalam tanaman tebu karena mulai berhentinya fase vegetatif dan terjadi peningkatan jumlah sukrosa batang tebu sehingga tebu dapat segera ditebang dan diolah menjadi gula. Kemasakan terjadi karena adanya proses asimilisi tanaman. Hasil asimilasi pada tanaman tebu digunakan sebagai sumber energi, sebagian dimanfaatkan untuk kerangka struktur tanaman, dan sisanya disimpan di dalam batang dalam bentuk gula. Proses tersebut akan mencapai keseimbangan dan tanaman akan menjadi masak. Proses kemasakan tanaman tebu ditandai dengan peningkatan kandungan sukrosa dalam batang hingga mencapai nilai maksimum. Setelah tercapai titik maksimum, cepat atau lambat bergantung varietas dan kondisi tanaman, kandungan sukrosa akan kembali menurun.
4 Kegiatan tebang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hablur gula yang dihasilkan. Faktor paling penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih kebun tebu yang akan ditebang adalah kemasakan varietas dengan asumsi faktor lain normal. Penebangan pada suatu kebun tebu yang telah masak dapat ditunda apabila tanaman tebu tersebut memiliki koefisien daya tahan (KDT) yang baik. KDT menggambarkan kemampuan daya tahan tebu untuk bertahan di kebun tanpa mengurangi kualitas nira yang ditebang. Tebu dapat ditahan di kebun hingga kemasakan sempurna jika tebu tersebut memiliki nilai KDT sama dengan atau lebih dari 100. Apabila nilai KDT tebu sudah lebih kecil dari 100, maka tebu harus segera ditebang karena telah terjadi perombakan sukrosa (gula) menjadi bukan gula akibat tebu yang terlalu masak atau faktor lain (Pawirosemadi 2011). Penataan Varietas Varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas dan sudah dilepas oleh kementrian pertanian (Syukur et al. 2015). Penataan varietas pada budidaya tanaman tebu merupakan kegiatan mengelola tanaman tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Penataan varietas dilaksanakan di wilayah binaan pabrik gula bersama petugas dinas yang menangani perkebunan provinsi dan kabupaten, pihak pabrik gula selaku mitra, dan lembaga penelitian terkait (Ditjenbun 2013). Penataan varietas bertujuan untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada suatu wilayah pengembangan tebu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan diperoleh rendemen optimal dari awal hingga akhir giling (Wijiastuti 2013). Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, komposisi kemasakan varietas tebu terdiri dari masak awal dan awal-tengah (30%), tengah (40%), tengah-lambat dan lambat (30%) atau disesuaikan dengan kebutuhan pabrik gula dengan catatan masak lambat tidak lebih dari 30%. Penentuan tebu yang akan ditebang tanpa memperhatikan sifat kemasakannya dapat mengakibatkan kerugian karena rendemen yang diperoleh tidak optimal. Tingkat kemasakan varietas tebu berdasarkan tanggap varietas terhadap lamanya masa cekaman kelembaban tanah yang rendah (kering) dibagi menjadi 3 kelompok, yakni kelompok varietas masak awal, varietas masak tengah, dan varietas masak lambat. Varietas tebu masak awal apabila tanggap kemasakan terjadi 1 – 2 bulan kering (umur tanaman tebu <12 bulan). Varietas tebu masak tengah apabila tanggap kemasakan terjadi 3 – 4 bulan kering (umur tebu 12-14 bulan). Varietas tebu masak lambat, yaitu apabila tanggap kemasakan terjadi setelah mengalami cekaman air lebih dari empat bulan (Pawirosemadi 2011). Masa Tanam Masa tanam berkaitan dengan waktu kemasakan tebu yang siap digiling (Pawirosemadi 2011). Masa tanam optimal berbeda-beda untuk masing-masing wilayah pengembangan tebu. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ismail dkk (1990) di PG Bungamayang menunjukkan bahwa masa tanam tebu pada bulan Agustus merupakan bulan tanam optimal di wilayah PG Bungamayang dan
5 akan menghasilkan bobot tebu, rendemen, dan kristal gula tertinggi bila dibanding dengan bulan tanam Juni dan Oktober. Hal ini karena tebu yang ditanam pada bulan tersebut memperoleh kondisi yang baik bagi proses pemasakan tebu, yakni kondisi kering pada stadia generatif (9-10 bulan). Kondisi kering memicu proses pemasakan dan peningkatan rendemen. Sebaliknya, tebu yang ditanam pada bulan Juni relatif mengalami kondisi kering pada stadia vegetatif dan memperoleh kelebihan air pada stadia generatif. Hal ini berbeda pada masa tanam optimal di Jawa. Masa tanam optimal rata-rata di Jawa antara bulan Mei sampai pertengahan Agustus. Kerugian yang akan dialami jika ditanam di luar bulan tersebut, diantaranya dapat menurunkan produktivitas hasil gula. Kerugian lain adalah pengelolaan tanaman sulit dilakukan dengan baik karena tidak tersedianya bibit yang optimal, kekurangan atau kelebihan air untuk irigasi, dan faktor lainnya (Djojosoewardho 1984). Berdasarkan prosedur budidaya tanaman tebu dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, penetapan masa tanam pada tanaman tebu meliputi ola A (I) dan pola B (II). Pola A dilaksanakan di lahan berpengairan dan waktu penanaman pada awal musim kemarau (April-Mei) hingga akhir bulan Agustus. Varietas yang digunakan adalah kategori varietas masak awal, awal tengah, dan tengah. Pola B dilaksanakan di lahan yang mengandalkan air hujan (September) hingga akhir bulan November. Varietas yang digunakan adalah kategori masak tengah, tengah lambat, dan lambat.
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di wilayah kerja PG Madukismo, PT Madubaru, Yogjakarta. Magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai dari 9 Februari hingga 8 Juni 2015. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan 2 metode, yakni metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari metode langsung disebut data primer. Data yang diperoleh dengan metode tidak langsung disebut data sekunder, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, luas areal dan wilayah kerja, kondisi tanah dan iklim, keadaan tanaman, serta data produksi perusahaan. Metode langsung yang dilakukan meliputi aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek khusus. Aspek Teknis Pada aspek teknis, mahasiswa melakukan kerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL) untuk mendapatkan pengalaman tentang keterampilan teknis dan kemampuan analisis dalam memandang masalah di lapang. Kegiatan budidaya yang dilakukan pada saat magang meliputi pembibitan,
6 persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan (klentek), dan pemanenan (tebang). Aspek Manajerial Pada aspek manajerial, mahasiswa bertugas sebagai pendamping mandor. Mahasiswa bertugas membantu mengawasi pekerjaan pekerja, membuat perencanaan kebutuhan fisik, biaya, teknis pekerjaan yang akan dilakukan, dan pembuatan jurnal harian, mingguan, bulanan. Selain itu, mahasiswa juga bertugas sebagai sinder kebun wilayah (SKW). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi membantu mengawasi pekerjaan mandor, mempelajari keadaan perkebunan, membantu penyusunan laporan serta menganalisis administrasi kebun. Aspek Khusus Kegiatan aspek khusus dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Data aspek khusus terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data produktivitas dan nilai brix beberapa kebun di wilayah pengamatan, yakni Kabupaten Sleman dan Bantul. Selain itu, data primer berupa hasil wawancara kepada petani tebu wilayah pengamatan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa komposisi varietas KBD (kebun bibit datar) dan KTG (kebun tebu giling), data tipologi lahan serta data varietas tebu yang ada di pembibitan PG Madukismo. Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer merupakan data yang diperoleh saat melakukan magang terutama hal-hal yang berkaitan dengan penataan varietas di PG Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan pada 2 wilayah kerja pabrik, yakni kebun kabupaten Sleman dan Bantul. Pengambilan data primer dilakukan dengan: Wawancara Petani Setiap wilayah pengamatan dilakukan wawancara kepada petani (masingmasing wilayah 10 orang) untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas tebu yang ditanam. Kriteria petani yang diwawancara adalah petani tebu rakyat mandiri karena petani tebu rakyat mandiri memiliki hak sepenuhnya atas tanaman tebunya sehingga penggunaan varietas berdasarkan keinginan petani sendiri. Taksasi Produksi Taksasi produksi dilakukan pada awal bulan Maret selama 2 minggu. Kebun yang ditaksasi sebanyak 10 kebun untuk setiap wilayah pengamatan dan dilakukan bersama beberapa mandor dengan didampingi oleh sinder. Komponenkomponen yang diamati meliputi jumlah batang/ juring, rata-rata tinggi batang/ juring, dan bobot batang/ meter batang. Pengamatan jumlah batang/ juring dilakukan oleh setiap orang sebanyak 10 juring/ kebun. Sepuluh juring yang diamati dipilih secara zigzag. Pengamatan tinggi batang dilakukan pada juring yang diamati jumlah batangnya dan diukur 10 batang/ juring. Batang yang diukur adalah batang tebu yang tumbuh normal dan tidak terserang hama maupun
7 penyakit. Tinggi batang tebu diukur dari permukaan tanah atas guludan sampai daun +1 (titik patah). Bobot batang dihitung dengan cara mengamati secara visual diameter batang dan menetapkan rata-rata visual diameter batang di kebun yang diamati, kemudian memilih satu batang tersebut untuk ditimabng bobot/ meternya. Hasil pengamatan dihitung dengan rumus; Produktivitas = ∑juring/ha x ∑batang/ juring x tinggi batang x bobot batang/ meter. Jumlah juring berdasarkan standar PG Madukismo, pada lahan petani yaitu 950 juring/ha. Pengukuran Brix Pengukuran brix dilakukan pada 5 batang tebu sehat berumur 8-10 bulan yang diambil secara silang. Batang tebu dipotong menjadi 3 bagian (bagian bawah, tengah, dan atas), kemudian diperas untuk diambil niranya dan diukur menggunakan brix handfractometer. Angka yang keluar pada alat tersebut merupakan nilai brix nira tebu yang diamati.
Gambar 1 Layout pemilihan juringan yang diamati Gambar 1 merupakan ilustrasi pemilihan juringan yang akan diamati untuk menghitung taksasi kebun. Panjang juringan yang diamati yakni 10 m. Pemilihan juringan dilakukan secara zigzag dapat dilihat pada gambar 2 yang ditunjukkan dengan arah garis berwarna merah.
Gambar 2 Layout pemilihan batang tebu yang diukur dibrixnya Gambar 2 merupakan ilustrasi pemilihan juringan yang akan diambil nilai brixnya. Juringan ditunjukkan pada gambar berupa garis hitam tebal. Pengambilan batang tebu yang akan dibrix dilakukan secara silang berdasarkan letak juringan di kebun.
8
Analisis Data dan Informasi Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan perhitungan matematika sederhana seperti nilai rata-rata dan persentase. Selain itu, pengolahan data menggunakan Uji t pada taraf 5%. Data yang telah diolah selanjutnya diambil kesimpulannya. Data sekunder dan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan PG Madukismo merupakan satu-satunya pabrik gula yang ada di provinsi Yogyakarta. Berdirinya PG Madukismo diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX setelah pemerintahan berjalan normal dan keamanan pulih akibat pembumihangusan pabrik gula - pabrik gula di Yogyakarta yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang. Pembumihangusan pabrik gula dilakukan karena pabrik-pabrik gula mengalami kemunduran pada masa penjajahan Jepang akibat pengalihfungsian areal tanaman tebu menjadi palawija dan padi. PG Madukismo diresmikan oleh Ir Soekarno pada tanggal 28 Mei 1958. Pada awal berdiri, status perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang diberi nama PT Madubaru. Pada tahun 1962, semua perusahaan perkebunan di Indonesia diambil oleh pemerintah sehingga status PT Madubaru menjadi Perusahaan Negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Namun, pada tahun 1966 BPUPPN dibubarkan sehingga status PT Madubaru kembali menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN). PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan RNI masih berlaku hingga sekarang dengan kepemilikan saham 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik PT Rajawali Nusantara Indonesia. Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahaan agroindustri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejatinya. Misi 1. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia. 2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan, serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
9 3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis ini. 4. Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder. Tujuan PT Madubaru memiliki tujuan untuk menumbuhkan perusahaan melalui: a. Pertumbuhan profit yang berkelanjutan. b. Jumlah unit usaha dan atau jenis produk bertambah. c. Meningkatkan manfaat perusahaan bagi stake holder. Letak Geografi PG Madukismo PG Madukismo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo terletak antara 7o4’ LU dan 8o20’ dan antara 110o BB sampai 111o BT pada ketinggian 84 m dpl. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Luas wilayah pabrik gula Madukismo adalah 27,6 ha dengan luas bangunan 5,1 ha yang terdiri dari bangunan kantor, gudang, pabrik gula, dan pabrik spirtus. Selain itu, PG Madukismo juga memiliki kebun pembibitan sekitar 172 ha yang sebagian besar merupakan lahan sewa dan kebun tebu giling (KTG) milik petani binaan PG Madukismo seluas 5395.11 ha serta 1868.06 ha merupakan areal nonbina. Tabel 1 menunjukkan luas kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun 2015. Tabel 1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 Wilayah Kabupaten Luas areal (ha) Bantul 1331.47 Gunung Kidul 635.11 Yogjakarta Sleman 1220.64 Kulon Progo 468.50 3655.72 Total Magelang 731.37 Temanggung 139.06 Jawa Tengah Purworejo 693.03 Kebumen 162.64 Wonosobo 13.30 1739.39 Total Total wilayah bina 5395.11 Wilayah non-bina 1868.06 Total areal keseluruhan 7263.17 Sumber : BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015) Berdasarkan Tabel 1, areal kebun tebu giling (KTG) PG Madukismo meliputi wilayah bina dan wilayah non-bina. Areal KTG yang termasuk wilayah bina PG Madukismo terdapat di Provinsi DIY (Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo) dan Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Temanggung,
10 Purworejo, Kebumen, Wonosobo). Wilayah non-bina adalah areal KTG yang berasal dari luar wilayah kerja PG Madukismo. Tebu rakyat wilayah non-bina tidak terikat kerja sama dengan PG Madukismo sehingga PG Madukismo tidak memiliki wewenang untuk mengatur varietas tebunya. Pabrik gula Madukismo juga membagi wilayah kerjanya (wilayah bina) berdasarkan kemitraan yang dilakukan dengan petani tebu, yaitu areal tebu rakyat Mandiri (TRM), tebu rakyat Kerja Sama Usaha (KSU), dan tebu rakyat Kemitraan. Luas areal KTG berdasarkan kemitraan yang dilakukan PG Madukismo dengan petani tebu ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun 2014 Luas areal (ha) Rayon Mandiri Kemitraan KSU BGK (Bantul, Gunung Kidul) 982.22 624.22 400.30 Sleman 789.83 428.80 25.16 KMT (Kulonprogo, Magelang, Temanggung) 873.77 177.99 PKB (Purworejo, Kebumen) 691.60 208.56 Total 3337.42 1439.57 425.46 Sumber: BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015)
Dilihat dari tabel 1, hampir 60% kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun 2014 merupakan tebu rakyat Mandiri. Dengan demikian, hanya pada areal 40% dari kebun tebu rakyat wilayah binaannya atau 1865.03 ha KTG yang dapat dilakukan upaya maksimal dalam penataan varietas. Keadaan Iklim dan Tanah Pertumbuhan dan pemasakan tebu erat kaitannya dengan keadaan iklim terutama hujan. Dilihat pada Lampiran 6, rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo bekisar 2901 mm/tahun dengan 7 BB (bulan basah) dan 1 BK (bulan kering). Menurut Oldeman, tipe iklim di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo dalam 5 tahun terakhir termasuk tipe iklim B1. Tipe iklim ini baik untuk pertumbuhan vegetatif tanamaan tebu dengan syarat drainase lancar namun akan mengurangi rendemen yang dihasilkan. Tanaman tebu dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah dari tanah ringan hingga tanah geluhan. PG Madukismo menanam tebunya pada lahan dengan jenis tanah yang berbeda di beberapa kabupaten. Hal ini karena PG Madukismo kesulitan mencari lahan untuk menanam tebu akibat adanya persaingan dengan tanaman lain. Jenis tanah yang ada di areal perkebunan tebu di wilayah kerja PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo Kabupaten Jenis tanah Sleman Regosol
11 Bantul Gunung kidul Kulon progo Purworejo Magelang Kebumen Temanggung Wonosobo
Regosol, Grumosol Mediteran, Grumosol, Mollisols (renzina), Regosol, Latosol Regosol, Litosol, Aluvial, Latosol Regosol Mediteran Regosol Latosol Regosol, Podsolik, Andosol
Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)
Berdasarkan Tabel 3, jenis tanah yang banyak terdapat di areal kebun tebu giling PG Madukismo adalah tanah regosol. Jenis tanah yang paling sesuai untuk tanaman tebu adalah regosol dan grumosol karena kedua jenis tanah tersebut terbentuk akibat endapan abu vulkanik sehingga subur. Tanaman tebu dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah selain regosol dan grumosol namun tebu yang dihasilkan menjadi tidak optimal. Keadaan Tanaman dan Produksi Sebagian besar tanaman tebu yang ditanam di areal KTG wilayah PG Madukismo berasal dari tebu varietas bina yang telah diuji kesesuaian lokasinya. Dengan demikian, diharapkan tebu yang dihasilkan mencapai potensi yang diinginkan. Varietas-varietas tebu yang terdapat di kebun tebu giling (KTG) PG Madukismo tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Daftar varietas-varietas yang digunakan di wilayah pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo tahun 2015 Kemasakan Varietas Varietas Awal PS 881 Awal tengah PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PS 851 Tengah PSJT 941 Tengah lambat BL (Bululawang), PS 864 Total Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)
Berdasarkan Tabel 4, terdapat 8 varietas bina yang ditanam di kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015, antara lain varietas PS 851, PS 881, PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PSJT, BL (Bululawang), dan PS 864. Varietas-varietas tersebut memiliki waktu kemasakan yang berbeda, meliputi varietas masak awal, awal-tengah, tengah, dan tengah-lambat. Penggunaan varietas berdasarkan waktu kemasakannya tersebut bertujuan untuk memperoleh tebu yang masak optimal selama musim giling. Produk utama yang dihasilkan PG Madukismo adalah gula hasil pengolahan nira. Hasil sampingan dari proses pengolahan nira tersebut yaitu tetes (molasses) sebagai bahan baku pembuatan spirtus, blotong bahan baku kompos, dan bagase/ampas sebagai bahan bakar pabrik. Jumlah gula yang dihasilkan PG Madukismo berbeda setiap tahunnya yang ditunjukkkan pada Tabel 5.
12
Tabel 5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Areal (ha) 5472.03 5967.67 7003.12 6114.29 6677.58 6597.92 6681.75 6999.62 7351.67 7374.76
Produksi Tebu (ku) 4,684,056 4,756,231 5,600,107 4,585,733 4,780,076 5,234,137 4,152,391 5,164,429 5,640,473 5,095,211
Produktivitas Rendemen Tebu (ku/ha) 856 797 800 750 716 798 621 738 767 691
6.50 6.72 6.80 7.37 6.80 5.66 6.73 7.40 6.37 6.15
Produksi Gula (ku) 304,234.72 319,767.67 381,068.24 337,968.32 325,042.83 296,398.11 279,456.18 382,171.30 359,298.42 313,355.04
Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)
Berdasarkan Tabel 5, peningkatan produksi gula di PG Madukismo tahun 2005 hingga 2014 tidak signifikan. Produksi gula tertinggi di PG Madukismo pada tahun 2012 sebesar 382,171.30 kuintal dengan produksi tebu 5,164,429 kuintal dan rendemen 7.40%. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Hal ini karena setiap divisi dalam struktur organisasi akan memegang tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. PT Madubaru dipimpin oleh seorang direktur dengan dibantu oleh staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Berikut adalah deskripsi fungsi dan tugas dari divisi tersebut: Direktur Fungsi
: Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tugas : 1. Merumuskan tujuan perusahaan. 2. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan. 4. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan. 5. Menetapkan rancangan anggaran perusahaan yang akan diusulkan kepada RUPS.
13 Satuan Pengawasan Intern Tugas : 1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi. 2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atau perstujuan direktur. 3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 4. Dalam rangka penugasan memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh gungsi, catatan, dokumen, asset, dan karyawan. 5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta menetapkan teknik-teknik audit. 6. Memperoleh bantuan kerja sama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan, juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan. 7. Menjadi counterpart bagi auditor external dalam pelaksanaan tugasnya. Kepala Bagian Pemasaran Fungsi : Melaksanakan kebijkan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : 1. Menyusun strategi pemasaran 2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT. Madubaru. 3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 4. Mengadakan perbaikan-perbaikan sistem pemasaran. 5. Menilai prestasi kerja staf pemasaran. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, anggaran, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : Menjalankan Kebijakan direksi dan ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, pengolahan data, dan akuntansi perusahaan. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang personalia, bertanggung jawab kepada administratur dan mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan serta mempersiapakan sumber daya manusia yang diperlukan. Kepala Bagian Tanaman Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang penanaman dan penyediaan benih tebu, pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), penyuluhan teknis penanaman tebu, rencana tebang dan angkutan tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply tebu sebagai bahan baku pabrik gula
14 serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam penetapan rencana dan pelasnaan penanaman tebu benih dan produktivitas tebu giling. 2. Membantu General Manager dalam melaksanakan pencapaian target penanaman tebu benih dan tebu giling. 3. Membantu General Manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu, jadwal penanaman. Tebang dan angkutan tebu. Kepala Bagian Instalasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan equipment pabrik, lori dan loko, kendaraan traktor, pompa, pemeliharaan, dan reparasi bangunan, penyediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik 2. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik. 3. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman dalam melakukan pengelolaan,pemeliharaan, dan reparasi remise (lori dan loko), pompa air dan traktor. 4. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan. Kepala Bagian Pabrikasi Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dengan ketentuan General Manger dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi gula 2. Mengawasi mutu, penimbangan, dan pembungkusan gula. 3. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula. Kepala Bagian Pabrik Alkohol dan Spiritus Fungsi : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Tugas : 1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus 2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus 3. Mengendalikan produksi dan spiritus untuk memenuhi target produksi.
15 Ketenagakerjaan Secara umum, karyawan di PG Madukismo dibagi atas karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap merupakan karyawan yang bekerja sampai masa pensiun atau pengunduran diri. Karyawan tetap terdiri dari karyawan staff (karyawan pimpinan) dan non-staff (karyawan pelaksana). Jumlah karyawan tetap PG Madukismo adalah 447 karyawan tetap dengan 60 karyawan staff dan 387 karyawan non-staff. Karyawan staff bertugas membuat kebijakan mengenai pelaksanaan produksi. Karyawan staff terdiri dari direktur, staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Karyawan non-staff bertugas melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan. Karyawan non-staff di bidang Bagian Tanaman diantaranya Kepala Rayon, Sinder Kebun Wilayah, Sinder Bibit, Sinder Tebang, dan beberapa mandor. Karyawan tidak tetap merupakan karyawan yang bekerja sesuai dengan kebutuhan produksi atau memiliki masa kontrak kerja. Setiap tahun PG Madukismo membutuhkan 3000 - 3500 karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Karyawan dalam pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan pada proses produksi yakni pada proses pembuatan gula, alkohol, dan spirtus. 2. Karyawan luar pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan di luar proses produksi seperti penanganan limbah, satpam, administrasi produksi, dan administrasi gudang hasil akhir. 3. Karyawan borongan, adalah karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi dan mendapatkan upah secara borongan dan berdasarkan atas kesepakatan kerja yang dilakukan. Misalnya tenaga kerja penanaman dan pemeliharaan tanaman tebu serta tenaga tebang angkut. Waktu Kerja PG Madukismo menentukan waktu kerja berdasarkan masa giling, yaitu luar masa giling dan dalam masa giling. Saat luar masa giling, kegiatan perusahaan berjalan normal dengan pembagian hari dan jam kerja pada Tabel 6. Tabel 6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo Hari Kerja Jam Kerja Senin – Kamis 06.30 – 15.00 (istirahat jam 12.00-13.00 Jumat 06.30 – 11.30 Sabtu 06.30 – 12.00 (07.00-08.00 senam pagi) Saat dalam masa giling, kegiatan berlangsung selama 24 jam untuk karyawan bagian pabrikasi. PG Madukismo membagi waktu kerja karyawan nagian pabrikasi agar proses produksi tetap berjalan selama 24 jam. Waktu kerja tersebut dibagi menjadi 3 shift dengan pergantian shift dilaksanakan 7 hari sekali yang ditunujukkan pada Tabel 7.
16 Tabel 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling Pembagian Kerja (shift) Jam Kerja Pagi 05.30-13.30 Siang 13.30-21.30 Malam 21.30-05.30
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan budidaya tanaman tebu sedikit berbeda dengan budidaya tanaman lain. Kegiatan budidaya tebu meliputi persiapan benih, persiapan dan pengolahan lahan, pembuatan juringan dan got (got keliling, got malang, got mujur), penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pengeprasan, pengairan, pembumbunan, pengendalian gulma, hama, penyakit, dan kegiatan penglentekan), serta penebangan dan pengangkutan ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Kegiatan budidaya tebu yang dilakukan mahasiswa pada saat magang adalah persiapan benih, penanaman, pengendalian gulma, penglentekan, dan kegiatan tebang. Persiapan Lahan Persiapan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan areal yang akan ditanami tanaman tebu. Kegiatan persiapan lahan untuk tanaman tebu meliputi kegiatan pengolahan dan pembukaan lahan. Pengolahan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan. Pembajakan dilakukan untuk membalikkan tanah, memotong sisa-sisa kayu dan tanaman sebelumnya. Pembajakan yang dilaksanakan oleh PG Madukismo sebagian besar dilakukan sekali (bajak 1) dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring empat piringan. Pembajakan dilakukan di seluruh areal yang akan ditanami dengan kedalaman minimal 30 cm dengan arah bajakan tegak lurus barisan tanaman tebu. Setelah pembajakan, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan penggaruan hampir sama dengan pembajakan. Penggaruan dilakukan dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik dengan traktor 110 HP. Alur penggaruan tegak lurus dengan alur pembajakan atau searah dengan juringan. Pola bukaan lahan pertanaman tebu meliputi sistem reynoso dan sistem mekanis. Sebagian besar kegiatan bukaan lahan yang dilakukan di wilayah kerja pabrik gula Madukismo adalah sistem mekanis karena biayanya lebih murah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit. Bukaan lahan terdiri dari kegiatan pembuatan kairan atau lubang juringan dan pembuatan got. Kairan atau lubang juringan digunakan sebagai media tumbuh benih yang ditanam. Juringan dibuat menggunakan alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan pada traktor. Kedalaman juringan kurang lebih 30 cm dan jarak pusat ke pusat 100 cm. Kapasitas traktor yang digunakan kurang lebih 1 jam/ha. Pembuatan got atau parit dilakukan pada saat musim hujan. Got berfungsi sebagai saluran drainase (tempat pembuangan kelebihan air) dan saluran irigrasi
17 (tempat pemasukan air ke lahan). Terdapat 3 jenis got pada pertanaman tebu, yaitu got keliing, got mujur dan got malang. Pembuatan got dimulai dari bagian bidang terendah sehingga lahan yang jenuh tergenang air dapat segera mengering. Pembuatan got dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Got yang pertama dibuat adalaah got keliling dengan kedalaman 80 cm dan lebar 70 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan got mujur dengan kedalaman 70 cm dan got malang dengan kedalaman 60 cm. Persiapan Benih Persiapan benih pada budidaya tebu dilakukan pada saat lahan telah siap untuk ditanami. Jumlah benih yang disiapkan harus sesuai dengan luasan lahan yang akan ditanami sehingga tidak ada benih kurang maupun benih berlebih. Secara umum, persiapan benih tebu dimulai dengan menebang benih yang akan ditanam pada jenjang benih berikutnya atau ke lahan KTG, pengangkutan benih ke lahan, selanjutnya penglentekan dan pemotongan batang benih sebagai bagal. 1. Tebang dan angkut benih Penebangan benih tebu dilakukan saat benih sudah berumur sekitar 6 bulan. Jumlah benih yang ditebang disesuaikan dengan kebutuhan jenjang benih selanjutnya atau luas KTG yang akan ditanami. Teknik penebangan bibit sama seperti tebang tebu giling, yakni dengan tebang mepet tanah (TMT). Namun, dalam pemotongan pucuk dilakukan dengan memotong kurang lebih satu ruas dari titik tumbuh. Hal ini karena bagian pucuk tersebut justru paling baik digunakan untuk bibit. Bagian pucuk bibit tersebut memiliki peluang tumbuh lebih besar dan lebih cepat tumbuh. Tebu yang sudah ditebang dan dipotong pucuknya, selanjutnya dikumpulkan sekitar 20-25 batang dan diikat untuk memudahkan pengangkutan ke tempat jenjang penanaman benih tebu berikutnya. 2. Pengeceran dan penglentekan benih Pengeceran benih tebu adalah meletakkan ikatan benih tebu di dekat blok penanaman atau lubang benih yang akan ditanami. Setelah benih diecer, dilakukan penglentekan benih, yakni membuang daun-daun kering (klaras) yang menempel pada batang tebu. Penglentekan dilakukan secara manual menggunakan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan mata tunas. 3. Pemotongan benih Setelah selesai diklentek, benih dipotong-potong menjadi 2-3 mata tunas. Pemotongan benih dibuat diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemotongan dan menghindari mata tunas pecah saat pemotongan.
18
Gambar 3 Pemotongan benih sebelum ditanam Benih yang disediakan saat ini oleh PG Madukismo berupa bagal dan single bud chip (SBP) atau polybag. Penyiapan benih yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penyiapan benih bagal. Penyiapan benih polybag berbeda dengan penyiapan bagal. Benih polybag/SBP merupakan benih yang baru dikembangkan oleh PG Madukismo pada tahun 2014. Kelebihan dari benih SBP yakni tumbuh lebih cepat, peluang hidupnya tinggi, seragam dan kemungkinan tebu tumbuh lebih baik dibanding tebu yang berasal dari bagal. Benih SBP berasal dari benih tebu yang dipotong menjadi satu mata. Penyiapan benih SBP dilakukan melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan penyiapan benih bagal. 1. Persiapan bedengan Bedengan digunakan untuk mendeder benih yang telah disiapkan. Penyiapan bedengan dimulai dengan pengolahan lahan menggunakan traktor agar tanah menjadi gembur. Lebar bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang sesuai kebutuhan.
Gambar 4 Persiapan lahan untuk pendederan 2. Pemotongan benih Pemotongan benih dilakukan dengan panjang benih kurang dari 10 cm dan pemotongan benih dilakukan miring agar mempermudah saat pendederan. Benih dipotong dengan satu benih satu mata. Sebelum pemotongan, alat potong atau golok dicelupkan ke dalam suatu larutan untuk mensterilkan alat sehingga kualitas benih terjaga.
19
Gambar 5 Pemotongan benih untuk benih SBP 3. Pendederan Benih yang telah dipotong, selanjutnya diangkut dengan karung ke lahan deder. Pendederan dilakukan dengan cara menancapkan benih ke bedengan yang telah disiapkan. Benih diusahakan tidak dalam posisi terbalik saat ditanam. Benih dederan muncul tunas dalam waktu 2-3 minggu. Selama di lahan pendederan, benih ditutup paranet untuk mengurangi penyinaran matahari langsung.
Gambar 6 Penutupan bedengan pendederan 4. Penanaman dalam polybag Benih dari lahan dederan yang telah muncul tunas kemudian diangkut untuk ditanam dalam polybag. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang telah dimasukkan ke dalam polybag. Polybag yang telah terisi media tanam disiram air hingga jenuh air sehingga penanaman benih dederan lebih mudah.
Gambar 7 Benih yang telah dipindah ke polybag
20 5. Pemeliharaan Pemeliharaan benih polybag meliputi penyiraman dan pengurangan daun. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore. Pengurangan daun dilakukan menggunakan gunting tanaman. Pengurangan daun dilakukan pada saat benih telah siap untuk ditanam di lahan kurang lebih 6 minggu setelah ditanam dalam polybag.
Gambar 8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya Penanaman Kegiatan penanaman pada budidaya tebu berperan penting dalam keberhasilan benih untuk tumbuh. Penanaman yang dilakukan secara kurang tepat akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih dan kecukupan jumlah benih. Kegiatan penanaman benih dimulai dengan pembuatan kasuran, dilanjutkan dengan penanaman dan penutupan benih. 1. Pembuatan kasuran Kasuran adalah permukaan tanah gembur yang dibuat di dalam juringan (lubang tanam untuk tebu). Kasuran dibuat dengan tujuan sebagai media tanam benih sehingga merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau secara mekanik menggunakan traktor saat pembuatan juringan. 2. Penanaman benih Cara penanaman benih tanaman tebu tergantung pada jenis benih tebu yang akan ditanam. Penanaman benih bagal terdiri dari 3 jenis pola penanaman, yakni pola penanaman single row (rentet sepur), over lapping (undah indih), dan double row. Penanaman benih bagal yang dilakukan oleh sebagian besar petani PG Madukismo menggunakan pola penanaman over lapping. Hal ini karena pola penanaman ini tidak membutuhkan terlalu banyak benih. Penanaman benih polybag dilakukan dengan jarak tanam 30 cm atau per meter juring terdapat benih.
21
Gambar 9 Pola tanam over lapping 3. Penutupan benih Penutupan benih bagal menggunakan tanah yang gembur. Penutupan benih dilakukan pada saat kering atau hujan mulai jarang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan benih sehingga kelembaban benih terjaga dan benih dapat tumbuh. Pemeliharaan Setiap tanaman budidaya perlu dilakukan pemeliharaan sehingga tanaman tumbuh dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Produktivitas tanaman tebu akan optimal jika dilakukan pemeliharaan dengan baik. Pemeliharaan tanaman tebu meliputi penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengairan, penglentekan, pengendalian gulma, hama, dan penyakit, serta penyulaman. 1. Penyulaman Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan mengganti benih yang tidak tumbuh atau rumpun mati dengan benih lain. Penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 3-4 minggu. Penyulaman dilakukan pada panjang barisan tanaman kosong melebihi setengah meter. Benih sulam berasal dari benih dederan berumur 3 minggu yang sudah disiapkan sebelumnya oleh petani yang ditanam di ujung juringan atau benih yang berasal dari rumpun lain yang tumbuh baik. 2. Pengairan Umumnya, pengairan pada tanaman tebu dilakukan 3 hingga 4 kali. Pengairan pertama dilakukan saat penanaman benih, tepatnya sebelum benih diletakkan di kasuran. Hal ini untuk memberikan kondisi lembab pada media tanah benih sehingga merangsang perkecambahan benih. Pengairan kedua dilakukan kurang lebih 15 hari setelah tanam untuk memenuhi kebutuhan air kecambah benih. Pengairan ketiga dilakukan sebelum pemupukan I yakni tebu berumur 1 bulan dan pengairan keempat dilakukan sebelum pemupukan II yakni tebu berumur 2 bulan. Pengairan dilakukan menggunakan air yang berasal dari sumber air dengan cara disedot menggunakan diesel atau berasal dari aliran sungai maupun air hujan. 3. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah ZA dan phonska dengan dosis standar pabrik masing-masing 5 kuintal. Pemberian pupuk dilakukan secara bertahap yakni pada umur tanaman 25-30 hari sebanyak setengah dosis dan pemupukan kedua pada umur tanaman 60 hari untuk setengah dosis berikutnya. Aplikasi pupuk
22 dilakukan dengan menyebar pupuk di samping barisan tanaman tebu dan di samping barisan lain pada pemupukan II. Pemupukan pada tanaman tebu tidak boleh terlambat karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan hasil tebu. 4. Pembumbunan Pembumbunan/urug pada tanaman tebu secara umum dilakukan sebanyak 3 kali. Urug pertama dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I pada tebu berumur 30 hari. Saat tebu berumur 60-70 hari, dilakukan urug II untuk menekan pertumbuhan tunas tersier dan kuarter, menambah media perakaran serta menutup pupuk II. Urug III dilakukan pada tebu berumur 75 – 90 hari untuk memperkokoh batang agar tebu tidak mudah roboh. Pembumbunan dilakukan secara manual menggunakan cangkul. 5. Penglentekan Penglentekan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman tebu dengan cara melepas daun kering (klaras) tanaman tebu dari batang tebu menggunakan sabit. Biasanya, penglentekan dilakukan 2 kali, yakni pada saat tanaman tebu berumur 4 bulan dan 2-3 bulan sebelum tebang. Hal ini dimaksudkan untuk sanitasi kebun, mencegah kebakaran, memudahkan kegiatan pemeliharaan selanjutnya, dan memudahkan penebang pada saat tebang. Sebagian besar petani tebu menggunakan pekerja wanita dalam kegiatan penglentekan.
Gambar 10 Kegiatan penglentekan 6. Pengendalian gulma Pengendalian gulma bertujuan mengurangi kompetisi unsur hara, air, pemanfaatan ruang dan sinar matahari antara tanaman tebu dengan gulma sehingga tebu dapat tumbuh optimal. Selain itu, pengendalian gulma juga dapat memudahkan petani melakukan pemeliharaan lainnya seperti pemupukan dan penglentekan. Pengendalian gulma dilakukan sebelum kegiatan pemupukan menggunakan herbisida atau bersamaan dengan pembumbunan secara manual menggunakan cangkul. Jenis gulma yang terdapat pada lahan tebu PG Madukismo meliputi gulma daun lebar, daun sempit, dan teki yang ditunjukkan pada Tabel 8.
23 Tabel 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo Jenis Gulma Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah Daun lebar Amaranthus sp., Ageratum Portulaca oleracea, Mimosa invisa, conyzoides Commelina Euphorbia benghalensis heterophylla, Daun sempit Cynodon Eleusine indica Imperata cylindrical dactylon, Echinochloa colonum, Panicum repens Teki Cyperus sp. Cyperus rotundus 7. Pengendalian hama penyakit Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani Serangan hama merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dan merugikan di wilayah kebun tebu PG Madukismo sedangkan serangan penyakit tanaman tebu tidak ditemukan pada saat magang. Hama yang banyak menyerang dan menimbulkan kerugian di kebun tebu PG Madukismo adalah hama uret dan tikus. a. Uret Uret (Lepidiota stigma F.) merupakan hama yang menyerang akar tanaman tebu. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama ini diantaranya perubahan warna daun menjadi menguning, layu, kering, hingga akhirnya mati. Tanaman yang sudah menunjukkan gejala tersebut, jika dicabut akan terdapat uret pada area perakaran tanaman serta terdapat bekas gerekan pada pangkal batang. Pengendalian yang dilakukan dalam mengatasi serangan uret meliputi pengendalian secara kultur teknis, manual, kimia. Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani tebu PG Madukismo. Pengendalian dilakukan dengan penanaman tebu pola awal musim tanam (bulan Mei - Juni). Hal ini dilakukan karena serangan uret terjadi pada awal tahun sekitar bulan Januari-Februari sehingga tanaman tebu sudah dewasa pada saat uret sedang menyerang. Pemanenan juga harus segera dilakukan pada awal musim giling sehingga tidak banyak mengalami kerugian. b. Tikus Tikus menyerang tanaman tebu baik pada tanaman tebu muda maupun tebu tua. Tikus menyerang tanaman tebu pada malam hari dengan cara memakan dan mengerat batang tebu untuk mengasah gigi serinya. Kerusakan tanaman akibat serangan tikus di kebun tebu PG Madukismo dapat mencapai 5-10 % dari populasi tanaman. Pengendalian yang dilakukan PG Madukismo dalam mengatasi serangan hama tikus ini adalah segera melakukan penebangan tebu awal giling agar kerugian tidak semakin banyak. 8. Pengeprasan Tanaman keprasan (ratoon cane/RC) merupakan tanaman tebu yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang sehingga tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman benih. Pengeprasan dilaksanakan setelah kegiatan tebang.
24 Pengeprasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas baru yang berasal dari mata batang tebu yang berada di bawah permukaan tanah. Pengeprasan dilakukan dengan cara memotong tunggul atau sisa tebangan menggunakan cangkul. Pemotongan tunggul dilakukan hingga permukaan tanah atau mepet tanah. Tebang Angkut Kegiatan penebangan merupakan kegiatan terakhir dalam budidaya tanaman tebu. Penebangan dilakukan saat mulai memasuki bulan kering, yakni pada saat tanaman tebu yang telah masak atau tebu yang terserang hama penyakit sehingga perlu segera dilakukan penebangan agar tidak menurunkan hasil lebih banyak. Oleh karena itu, perencanaan penebangan harus dilakukan dengan baik agar tebu yang ditebang dapat memenuhi kapasitas pabrik setiap harinya. Kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu menuntut tebu dengan kualitas MBS (manis, bersih, segar) untuk digiling sehingga pelaksanaan tebang harus dilaksanakan dengan baik. Teknis tebang dilakukan dengan menebang batang tebu sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 10-15 cm. Batang yang telah ditebang selanjutnya dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Selain itu, hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, ataupun sogolan untuk memenuhi kebersihan tebu. Batang tebu yang telah bersih, diikat dengan masing-masing ikatan sebanyak 20-25 batang. Batang yang terlalu panjang, dapat dipotong menjadi 2 bagian sehingga memudahkan dalam pengangkutan. Batang tebu yang telah diikat, dimuat secara manual ke truk dan diangkut menuju pabrik. Pengolahan Tebu Tebu yang diangkut ke pabrik jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas giling pabrik. Pabrik Gula Madukismo telah bersertifikat ISO (9001:2008) dengan kapasitas giling 3500 TCD. Tebu hasil tebangan yang telah sampai di pabrik akan melalui beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Beberapa tahapan atau stasiun dalam mengolah tebu menjadi gula, yakni tahapan persiapan, stasiun penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan. 1. Persiapan Tahap awal dalam mengolah tebu menjadi gula yaitu tahap penggilingan. Sebelum memasuki stasiun penggilingan, tebu yang akan digiling harus melalui pos persiapan terlebih dahulu untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos dalam tahap persiapan, diantaranya pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contoh/ reteller. a. Pos pemeriksaan Kegiatan yang dilakukan pada pos pemeriksaan adalah pemeriksaan kelegalan tebu, pencatatan nama pemilik, nama kebun, plat nomor truk angkut, nomor SPA, dan nama sinder tebang, pemeriksaan tanggal SPA, serta pemeriksaan brix pada tebu yang berasal dari luar daerah. Tebu yang berasal dari luar DIY hanya membawa surat jalan angkut yang diperoleh dari pos prambanan yang merupakan perbatasan DIY dan Jateng.
25 b. Pos timbangan bruto Pos timbangan bruto merupakan pos penimbangan bobot tebu, beserta truk dan supirnya. Penimbangan bruto menggunakan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot dicetak pada SPA dan supir truk harus mengisi data tanggal giling, jam giling, brix, pol ampas, dan nilai nira. c. Pos pembongkaran Pos pembongkaran adalah pos pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan dilakukan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek, tebu dipasang rantai yang disambungkan ke tali angkut yang sudah terpasang di bawah tumpukan tebu. Selanjutnya tebu diangkut dan dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi milik pabrik gula. d. Pos timbangan tara Pos timbangan tara adalah pos penimbangan truk bersih (tanpa tebu) dengan supirnya. Penimbangan tara dimaksudkan untuk memper-oleh data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA. e. Pos ban contoh Pos ban contoh bertugas memeriksa tebu yang siap digiling. Ban contoh mencatat identitas tebu berupa nomor lori dan nomor SPA yang masuk ke meja tebu. 2. Stasiun penggilingan Stasiun penggilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Pemerahan nira di PG Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Saat penggilingan berlangsung, pada gilingan kedua dan ketiga tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan sebelumnya dan ditambahkan air imbibisi pada gilingan keempat dan kelima. Air imbibisi yang dimaksud adalah air panas yang digunakan untuk meningkatkan keluarnya nira. Nira hasil gilingan akan alirkan ke bak pengendapan melalui pipa-pipa.Pemerahan nira maksimal apabila sisa % pol yang tertinggal 2% pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari ampas kasar dan ampas halus. Ampas kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel sedangkan ampas halus digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan blotong. 3. Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian merupakan proses memisahkan nira tebu dari kotoran sisa penggilingan.. Proses pemurnian nira diawali dengan pengendapan kotoran nira menggunakan phospat. Setelah diendapkan, nira akan dialirkan menuju penimbangan berukuran 5 ton dan selanjutnya dialirkan menuju bak pemurnian. Proses pemurnian nira meliputi proses defikasi dan sulfitasi. Defikasi merupakan pemurnian air nira dengan menggunakan susu kapur. Setelah mengalami dua kali defikasi, air nira akan di sulfitasi. Proses sulfitasi merupakan pemurnian dengan menggunakan sulfat. Proses sulfitasi berfungsi mengikat kotoran-kotoran yang masih terdapat pada nira dan menetralkan kembali pH akibat penggunakan kapur. 4. Stasiun Pengentalan Stasiun pengentalan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang ada dalam nira. Terdapat 5 tangki evaporator yang dapat digunakan secara
26 bergantian dalam pengentalan nira, namun hanya 4 evaporator yang dioperasikan dalam setiap proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan tangki evaporator. Pergantian tangki yang kosong dilakukan 2 hari sekali. Pembersihan tangki dilakukan pada saat tangki tersebut tidak digunakan. 5. Stasiun pemasakan Pemasakan merupakan proses meningkatkan nira agar memudahkan proses pengkristalan. PG Madukismo menggunakan sistem pemasakan A-C-D, dengan menggunakan 12 tangki. Gula SHS yang merupakan hasil utama dari pengolahan tebu adalah hasil masakan A, tangki yang digunakan yakni nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan D, sedangkan tangki nomor 6 untuk masakan C. 6. Stasiun pemutaran dan pengkristalan Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari molase. Cara kerja dari stasiun pemutaran yakni dengan memasukkan nira ke dalam suatu alat yang diberikan gaya sentrifugal dengan kecepatan tertentu sehingga kristal dan molase terpisah. Alat pemutar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat masakan. Kristal gula hasil pemutaran akan didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kelembaban sehingga meningkatkan masa simpannya. Molase akan dialirkan ke pabrik suling melalui saluran pipa. 7. Pengemasan Pengemasan kristal gula dilakukan dengan menggunakan vibrating screen. Alat ini ini digunakan untuk memisahkan butiran kristal yang berukuran terlalu besar. Kristal gula yang terlalu besar akan dilebur untuk mengalami pemutaran lagi agar ukuran kristal sesuai. Kristal gula yang ukurannya sesuai, akan dikemas. Pengemasan gula di PG Madukismo terdiri dari kemasan curah sebagai produk primer dan kemasan karung dengan bobot 50 kg sebagai kemasan sekunder. Gula yang sudah dikemas lalu disimpan dalam gudang.
Gambar 11 Gudang penyimpanan gula Aspek Khusus Taksasi Maret Pengambilan data taksasi maret untuk data aspek khusus dilakukan pada saat pelaksanaan taksasi maret pada aspek manajerial bersama sinder kebun wilayah dan mandor. Data yang diperoleh mahasiswa dalam taksasi maret adalah data perkiraan produktivitas tebu di masing-masing kebun. Hasil perkiraan produktivitas tebu tersebut berdasarkan hasil perhitungan oleh mandor dan taksasi
27 visual oleh sinder kebun. Mahasiswa melakukan perhitungan taksasi seperti yang dilakukan mandor. Selanjutnya data berupa jumlah batang/ juring dan rata-rata tinggi tanaman/ juring dari pengamatan 10 juring dikumpulkan kepada mandor yang bertanggung jawab menyimpan data untuk dihitung rata-rata perkiraan produktivitas tebunya. Pengambilan Nilai Brix Pengambilan nilai brix dilakukan menjelang kegiatan tebang dan pada waktu tebang dengan didampingi oleh mandor. Peralatan yang diperlukan pada saat pengambilan nilai brix diantaranya sabit, brix hendfractometer, dan kapas. Mahasiswa melakukan pengambilan nilai brix untuk mengetahui nilai brix tebu terutama pada varietas masak awal dan varietas masak lambat. Hal ini untuk mengetahui ketepatan waktu kemasakan berdasarkan varietas kemasakan. Sampel tebu yang diambil nilai brixnya pada 5 kebun. Wawancara Petani Wawancara petani dilakukan kepada beberapa petani tebu wilayah Sleman dan Bantul. Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas yang digunakan dan teknik budidaya yang dilakukan. Waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan waktu luang petani. Pelaksanaan wawancara dilakukan di rumah petani yang sudah dihubungi sebelumnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 bulan karena menyesuaikan waktu petani dengan kegiatan magang mahasiswa. Aspek Manajerial Pabrik Gula Madukismo menyediakan bahan baku tebunya dengan mengelola kebun tebu yang dilakukan oleh bagian tanaman. Bagian tanaman dipimpin oleh kepala bagian tanaman (Kabagtan) yang bertugas mengawasi dan membagi areal lahan tebu ke beberapa rayon sesuai dengan potensi masingmasing wilayah. Selain itu, Kabagtan juga bertugas mengawasi dan mengendalikan biaya yang dibutuhkan untuk budidaya tebu milik pabrik. Kabagtan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh kepala rayon yang membawahi sinder kebun wilayah (SKW). Sinder kebun wilayah dibantu oleh beberapa mandor dalam menjalankan pengelolaan langsung di kebun. Mahasiswa melakukan aspek managerial di bagian tanaman dengan mengikuti tugas kepala rayon, sinder kebun wilayah, dan mandor. Kepala Rayon Wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo dibagi atas 4 rayon (rayon BGK (Bantul, Gunung Kidul), Sleman, KMT (Kulon Progo, Magelang, Temanggung), dan PKB (Purworejo, Kebumen, Boyolali) yang masing-masing rayon dipimpin oleh seorang kepala rayon. Kepala rayon bertugas membantu kepala bagian tanaman melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam penanaman tebu baik di kebun pembibitan maupun di kebun tebu giling serta memimpin SKW untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat mengikuti kegiatan kepala rayon adalah kunjungan kebun ke wilayah Gunung Kidul bersama kepala rayon BGK dan
28 sinder kebun wilayah, menghadiri acara RAT (Rapat Anggota Tahunan) di KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Cinta Manis, Bantul. Selain itu, mahasiswa melakukan diskusi dengan kepala rayon mengenai masalah-masalah di lapang dan penyelesaian yang dilakukan. Sinder Kebun Wilayah (SKW) Sinder kebun wilayah bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan budidaya tebu di kebun baik dalam aspek teknis maupun aspek manajerial suatu wilayah. Adapun tugas utama SKW yaitu memenuhi pasokan tebu dari wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh kepala rayon, yaitu mengendalikan kualitas tebu agar sesuai standar kualitas MBS (manis, bersih, segar), serta berupaya untuk memperluas wilayah kerja agar pasokan tebu ke pabrik terpenuhi. Mahasiswa mengikuti tugas SKW pada kegiatan taksasi Maret bersama mandor-mandor, penyuluhan petani baru di kabupaten Gunung Kidul, survey kebun, dan mengawasi kegiatan tebang. Sinder Tebang Sinder tebang bertanggung jawab dalam penebangan dan pengangkutan tebu. Sinder tebang bertugas mengoordinasi dan merencanakan pelaksanaan tebang sehingga mampu memenuhi kapasitas giling pabrik setiap harinya. Mahasiswa ikut melakukan pengawasan pelaksanaan tebang dan berdiskusi dengan sinder tebang tentang kegiatan tebang angkut. Sinder Kebun Bibit Sinder kebun bibit merupakan penanggung jawab di kebun pembibitan tebu PG Madukismo yang bekerja di bawah kepala Bina Sarana Tani (BST). Sinder kebun bibit bertugas memenuhi pasokan bibit, mengontrol varietas yang akan di KBD sesuai dengan kebutuhan KTG, dan melakukan penataan varietas. Sinder kebun bibit juga bertanggung jawab terhadap kualitas bibit yang dihasilkan. Kegiatan sinder bibit yang diikuti mahasiswa adalah survey ke kebun pembibitan dan mengawasi penebangan benih. Survey kebun di pembibitan dilakukan untuk mengontrol kerja mandor. Mandor Mandor merupakan pihak pelaksana yang mengendalikan kegiatan budidaya tebu di lapang. Mandor memiliki tugas utama memenuhi pasokan tebu dari wilayah kerjanya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun wilayah. Selain itu, mandor juga menjadi perantara yang menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hal ini karena hal-hal yang berhubungan dengan petani ditangani oleh mandor. Kegiatan mahasiswa yang dilakukan saat didampingi oleh mandor adalah survey kebun, mengawasi dan melakukan pemeliharaan tebu seperti pengendalian gulma dan klentek. Selain itu, mahasiswa juga mengikuti kegiatan taksasi maret dan pengawasan kegiatan tebang.
29
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani Pabrik gula Madukismo mengadakan bahan baku tebunya dengan melakukan kerja sama bersama petani yang bersedia menanami lahannya dengan tanaman tebu. Bentuk kerja sama yang dilakukan pabrik gula Madukismo dengan petani adalah pola kemitraan, pola kerja sama usaha (KSU), dan pola tebu rakyat mandiri (TRM). Bentuk kerja sama yang ditawarkan PG Madukismo ini diharapkan dapat menarik minat petani untuk menanam tebu. 1. Pola kemitraan Pola kemitraan merupakan bentuk kerja sama yang tidak banyak melibatkan partisipasi petani. Petani hanya menyediakan lahan untuk ditanami tebu, sedangkan pelaksanaan dan biaya kegiatan budidaya dilakukan oleh petugas pabrik gula. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada pola kemitraan yakni petani mendapatkan JPM (Jaminan Pendapatan Minimum) dengan harga yang telah disepakati sebelumnya dan seluruh gula milik pabrik. 2. Pola kerja sama usaha (KSU) Pola KSU adalah bentuk kerja sama pabrik gula dengan petani yang lebih banyak melibatkan partisipasi petani karena pelaksanaan kegiatan budidaya dilakukan oleh petani dengan diawasi oleh petugas pabrik gula. Pabrik gula sebagai penjamin kredit modal usaha yang diajukan petani kepada bank. Seluruh tebu yang dihasilkan diserahkan kepada pabrik gula untuk digiling di PG Madukismo dan petani mendapat JPM sesuai harga kesepakatan dan keuntungan yang diperoleh. 3. Pola Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Merupakan bentuk kerja sama antara petani dengan pabrik gula Madukismo berupa penggilingan. Seluruh kegiatan budidaya dan biaya produksi ditanggung oleh petani mandiri. Pabrik gula hanya menggilingkan tebu milik petani dan petani tidak wajib menggilingkan tebunya di PG Madukismo. Sistem bagi hasil yang dilakukan yakni 66% ditambah tetes untuk petani dan 34% untuk pabrik gula. Pabrik gula dapat menjadi pembimbing atau konsultan jika petani membutuhkan. Petani tidak mendapatkan JPM karena keuntungan dan kerugian ditanggung sendiri oleh petani. Penataan Varietas Kebun Tebu Giling Wilayah PG Madukismo Penataan varietas pada budidaya tebu merupakan kegiatan budidaya tebu berdasarkan kesesuaian tipologi lahan dan proporsi kemasakan varietasnya. Penggunaan varietas tebu harus dibudidayakan di lahan yang sesuai dengan potensi varietasnya. Tabel 9 menunjukkan kondisi tipologi lahan secara umum yang ada di areal perkebunan tebu wilayah binaan PG Madukismo.
30 Tabel 9 Kondisi tipologi lahan di PG Madukismo tahun 2014 Kondisi Lahan Tanah berat, berpengairan, drainase lancar Tanah berat, berpengairan, drainase tidak lancar Tanah berat, tadah hujan, drainase lancar Tanah ringan, berpengairan, drainase lancar Tanah ringan, berpengairan, drainase tidak lancar Tanah ringan, tadah hujan, drainase lancar Total
Luas (ha) 1560.5 109.7 1133.9 1876.8 46.2 930.6 5657.7
Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)
Salah satu cara untuk mendapatkan rendemen yang optimal pada budidaya tanaman tebu adalah dengan mengatur proporsi varietasnya secara seimbang agar diperoleh varietas tebu dengan kemasakan optimal dan memenuhi kapasitas giling pabrik selama masa giling. Proporsi varietas di wilayah binaan PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10 Komposisi varietas di kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 Kemasakan Luas (ha) % Varietas Awal 183.10 3.24 PS 881 Awal-tengah 2857.31 50.50 PS 862, VMC, PS 851 Tengah 120.62 2.13 PSJT 941, KK Tengah-lambat 2496.70 44.13 BL, PS 864 Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)
PG Madukismo melakukan penggilingan tebu selama kurang lebih 160 hari dengan kapasitas per harinya 3500 ton. PG Madukismo memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan menata proporsi varietas di wilayah kerjanya sehingga kebutuhan tebu dapat terpenuhi. Komposisi varietas di PG Madukismo kurang ideal karena lebih dari 50% lahan milik petani tebu mandiri sehingga penataan varietas sulit dikendalikan. Petani tebu memiliki aspirasi yang berbeda terhadap varietas yang diinginkan berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman sesama petani tebu. Petani Tebu Rakyat Mandiri wilayah kerja PG Madukismo hampir sebagian besar menyukai varietas BL dan PS 862. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 11 yang merupakan hasil wawancara dengan beberapa petani Tebu Rakyat Mandiri wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 11 Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul Sleman Bantul Nama petani Varietas Nama petani Varietas Sarwidji BL Margo Taryono BL Madyo BL Suharyanto PS 862 Paidi PS 862 Zainuri PS 862 Gito BL Niko Setyadi BL, PS 862 Ismadi BL Ristyanto BL
31 Penataan Varietas di Pembibitan PG Madukismo PG Madukismo menata varietas benih di KBD dalam upaya memperbaiki komposisi varietas di KTG. Upaya tersebut meliputi penambahan dan pengurangan proporsi varietas maupun benih. Proporsi varietas perlu diperbaiki setiap tahunnya hingga mencapai proporsi ideal. Tabel 12 menunjukkan proporsi penyediaan benih PG Madukismo untuk masa tanam tahun 2015. Tabel 12 Proporsi varietas benih di kebun pembibitan PG Madukismo tahun 2015 Tipe kemasakan Luas areal % Varietas (ha) Awal 15.19 10.42 PS 881 Awal-tengah 19.69 13.51 PS 862, VMC 76-16, PSJT, PSJK Tengah 60.44 41.48 KK Tengah-lambat 50.44 34.59 BL Jumlah 145.76 100 Sumber: Bina Sarana Tani (BST), PG Madukismo (2015)
Pengaruh Varietas dan Masa Tanam terhadap Produktivitas Tebu Setiap varietas tebu memiliki sifat genetik yang berbeda sehingga varietas tersebut memiliki keunggulan yang berbeda, misalnya perbedaan potensi produktivitas. Tabel 13 merupakan tabel rata-rata perkiraan produktivitas tebu berdasarkan 2 varietas yang digunakan di KTG wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 13 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan varietas yang digunakan di wilayah Sleman dan Bantul Produktivitas (kuintal) No BL (Bululawang) PS 862 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
845 648 551 700 547 898 759 695 673 440 675.6
617 536 664 790 522 748 970 905 424 420 659.6
Pola tanam dalam budidaya tanaman tebu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu sehingga mempengaruhi hasil tebu yang diperoleh. Tabel 14 merupakan rata-rata perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di kebun tebu giling wilayah Sleman dan Bantul.
32 Tabel 14
Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di wilayah Sleman dan Bantul Produktivitas (kuintal) No Pola I Pola II 1 845 648 2 551 664 3 700 790 4 547 522 5 617 759 6 536 695 7 898 673 8 970 440 9 905 748
Rata-rata
729.9
659.9
Pengaruh varietas dan pengaruh masa tanam terhadap rata-rata perkiraan produktivitas tebu dapat diketahui dengan menggunakan uji t. hasil uji t tersebut ditunjukkan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu di wilayah Sleman dan Bantul Perlakuan Jumlah sampel Uji t Rata-rata Produktivitas Varietas 20 0.2994 Masa tanam 18 0.2492 Keterangan:
<0.01: berbeda nyata pada uji t taraf 5% >0.01: tidak berbeda nyata pada uji t taraf 5%
Selain produktivitas, rendemen juga merupakan komponen utama yang harus dicapai dalam budidaya tanaman tebu. Rendemen optimal dapat tercapai apabila tebu yang ditebang telah masak. Kemasakan tebu dapat diketahui dengan pengukuran nilai brix batang. Tabel 16 menunjukkan hasil pengukuran brix batang tebu di kebun tebu wilayah Sleman dan Bantul. Tabel 16 Nilai brix pada kebun tebu wilayah kabupaten Sleman dan Bantul Kemasakan Rata-rata brix Jenis Masa Nama kebun varietas varietas tanam Kulon Mertosutan BL Tengah-lanbat 6B 17.8 Sikarang PS 862 Awal-tengah 5A 20.3 Ngeplang PS 862 Awal-tengah 6B 20.7 Bongkotan PS 862 Awal-tengah 6A 18.3 Bongkotan B KK Tengah 6A 16 Pembahasan Penataan Varietas di Kebun Tebu Giling Wilayah Kerja PG Madukismo Kegiatan penataan varietas dalam budidaya tanaman tebu meliputi kegiatan penanaman varietas berdasarkan tipologi lahan yang sesuai dan umur kemasakan. Berdasarkan Tabel 9, kondisi tipologi lahan di wilayah kerja PG Madukismo
33 tahun 2014 didominasi dengan kondisi lahan berpengairan dan memiliki drainase yang lancar. Secara umum, kondisi lahan seperti ini cocok untuk budidaya tanaman tebu. Varietas tebu yang dikembangkan di wilayah kerja PG Madukismo sesuai dengan kondisi tipologi lahan yang ada karena sebelum penggunaan varietas bina telah dilakukan pengujian multilokasi. Tebu dapat tumbuh di bermacam jenis tanah dengan pH 4-9 (Fageria et.al 2011). Menurut Indrawanto et.al (2010), tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah atau kering dengan syarat pengairan dan drainase harus diperhatikan. Pengaturan komposisi varietas ideal dengan tetap memperhatikan kondisi tipologi lahan yang ada dapat dilakukan dengan menanam varietas masak awal hingga awal tengah di lahan dengan pengairan irigasi (pola A) dan menanam varietas masak tengah hingga masak lambat pada lahan dengan pengairan yang mengandalkan hujan (pola B) serta memperhatikan kesesuaian varietas dan tipe kemasakannya. Dengan demikian, tebu yang akan digiling dapat mencapai produktivitas dan rendemen yang optimal dari awal hingga akhir giling. Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, secara umum komposisi kemasakan varietas tebu terdiri dari masak awal dan awaltengah (30%), tengah (40%), tengah-lambat dan lambat (30%) atau disesuaikan dengan kebutuhan pabrik gula. Berdasarkan hasil perhitungan P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) pada pertemuan teknis penataan varietas di Salatiga tanggal 22 Juni 2012, wilayah kerja PG Madukismo diharapkan mengatur varietas masak awal, masak awal tengah, masak tengah, dan masak tengah lambat secara berurut dengan komposisi 12 : 24 : 28 : 37 (%). Tabel 10 menunjukkan bahwa varietas tebu yang terdapat di wilayah binaan PG Madukismo terdiri dari varietas masak awal, masak awal tengah, masak tengah, dan masak tengah lambat dengan komposisi 3.24 : 50.50 : 2.13 : 44.13 (%). Dilihat dari komposisi varietas real PG Madukismo yang ada saat ini, proporsi varietas masak awal tengah terlalu tinggi menyebabkan sebagian tebu harus digiling mundur. Disisi lain, varietas masak awal tengah yang banyak digunakan PG Madukismo adalah varietas PS 862 yang memiliki koefisien daya tahan (KDT) pendek sehingga harus segera ditebang jika telah mencapai kemasakan yang sempurna. Proporsi varietas masak tengah yang terlalu rendah dan varietas masak tengah lambat yang terlalu tinggi menyebabkan varietas masak tengah lambat harus digiling maju, padahal kandungan sukrosanya belum mencapai maksimum (Ismail et.al 1990). Hal ini merupakan salah satu penyebab rendemen yang dihasilkan PG Madukismo dan PG-PG lain masih rendah. Oleh karena itu, PG Madukismo perlu menambahkan varietas masak awal dan masak tengah dengan mengurangi jumlah varietas masak awal tengah dan varietas masak tengah lambat sehingga tebu menghasilkan rendemen optimal selama masa giling. PG Madukismo merupakan pabrik gula yang sebagian besar lahan pertanaman tebunya milik rakyat dan 60% merupakan kebun petani mandiri. Keadaan ini menyebabkan penataan varietas sulit dilakukan. Dilihat pada Tabel 11, dari 10 sampel petani yang diwawancara, sebagian besar petani di wilayah binaan PG Madukismo menyukai varietas PS 862 (varietas masak awal tengah) dan varietas BL (varietas masak tengah lambat). Menurut petani, kedua varietas tersebut memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain. Hal ini yang menyebabkan petani enggan menggunakan varietas lain. Petani tidak ingin mencoba menggunakan varietas lain selain yang biasa digunakan karena petani
34 tidak ingin mengambil resiko hasil tebu yang diperoleh menurun sementara tanaman tebu merupakan tanaman tahunan yang keuntungannya dapat dinikmati setelah tahun pertama. Solusi dari masalah ini adalah PG Madukismo harus melakukan pendampingan secara intensif kepada petani agar petani bersedia menanam varietas yang direkomendasikan. Upaya ini dapat dilakukan PG Madukismo dengan menawarkan tambahan bagian dari hasil petani tebu rakyat Mandiri yang bersedia menanam lahan tebunya dengan varietas yang direkomendasikan atau memberikan subsidi berupa benih tebu varietas yang diinginkan PG Madukismo. Selain itu PG Madukismo juga harus menata varietas tebunya secara maksimal pada kebun tebu rakyat KSU dan tebu rakyat Kemitraan karena PG Madukismo memiliki hak dalam pelaksanaan kegiatan budidaya tebu pada kebun tebu rakyat KSU dan Kemitraan. Pengurangan hari giling yang diiringi penambahan kapasitas giling pabrik juga dapat dilakukan PG Madukismo sehingga waktu giling dapat mundur dan tebu yang digiling akan lebih masak optimal. Hal ini dilakukan karena proporsi varietas tebu di PG Madukismo sangat menonjol pada varietas masak awal-tengah dan varietas masak tengah-lambat. Faktor lain yang menyebabkan komposisi varietas ideal sulit dicapai adalah kurangnya bahan baku tebu untuk memenuhi kapasitas giling PG Madukismo. PG Madukismo mendapatkan sebagian bahan bakunya dari wilayah lain yang bukan wilayah bina PG Madukismo. Ketidakmampuan PG Madukismo dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tebu sendiri ini menjadi kendala penataan varietas tidak terkendali. Dengan demikian, PG Madukismo harus menambah luas areal tebu dan melakukan sistem budidaya secara maksimal sehingga tebu yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan pabrik. Penataan Varietas di Kebun Pembibitan Pengelolaan varietas di kebun pembibitan merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh pabrik gula untuk memperbaiki penataan varietas kebun tebu gilingnya. Pengelolaan varietas tebu di pembibitan dilakukan dengan menentukan varietas yang dikembangkan, selanjutnya mengatur proporsi masing-masing varietas menurut kategori kemasakan yang ideal dan tipologi lahannya. Secara genetis, varietas tebu yang dipilih untuk dikembangkan di suatu wilayah pabrik gula harus sesuai dengan tipologi lahannya, tahan terhadap hama maupun penyakit tertentu, dan memiliki potensi produksi yang tinggi sehingga berpeluang besar untuk memperoleh produksi optimal. Selain itu, pabrik gula harus melakukan orientasi varietas baru di kebun pembibitannya karena secara genetis varietas tebu akan mengalami degenerasi klonal (penurunan sifat/ keunggulan) bila telah dikembangkan selama 4 tahun disuatu lahan. Berdasarkan Tabel 12, PG Madukismo menambahkan varietas baru PSJK (varietas masak awal tengah) untuk mengurangi penggunaan varietas PS 862 secara bertahap. Pengurangan PS 862 karena varietas ini memiliki KDT terbatas sehingga tidak disarankan penggunaan varietas PS 862 dengan proporsi yang sangat banyak. Varietas baru yang direkomendasikan pabrik tidak akan dengan mudah diterima oleh petani tebu rakyat Mandiri sebelum bisa dibuktikan keunggulan varietas baru tersebut oleh PG Madukismo. Oleh karena itu, varietas baru tersebut ditanam pada kebun yang dikelola PG Madukismo, yaitu kebun Kemitraan dan kebun KSU (Kerja Sama Usaha). Penambahan proporsi benih
35 varietas masak tengah juga dilakukan PG Madukismo untuk menambah proporsi varietas masak tengah di lahan KTG karena proporsi varietas masak tengah di KTG masih rendah. Penyediaan varietas BL masih tetap dipertahankan karena BL merupakan varietas favorit petani dan adaptif pada lahan tegalan sementara lahan basah mulai berkurang. Pengaruh Varietas dan Masa Tanam terhadap Produktivitas Setiap varietas tebu memiliki potensi hasil tebu yang berbeda karena sifat genetiknya berbeda. Perbandingan rata-rata perkiraan produktivitas tebu varietas BL dan PS 862 di wilayah Sleman dan Bantul yang ditunjukkan pada Tabel 13 tidak jauh berbeda, yakni selisih 16 kuintal. Potensi produktivitas varietas BL di lahan tegalan berdasarkan P3GI yang ditunjukkan pada Lampiran 8 adalah 943 kuintal/ha sedangkan varietas PS 862 sebesar 883 kuintal/ha. Rata-rata perkiraan produktivitas tebu di kebun wilayah Sleman dan Bantul yang ditunjukkan pada Tabel 13, untuk varietas BL yaitu 675.6 kuintal/ha dan varietas PS 862 yaitu 659.6 kuintal/ha. Berdasarkan Tabel 15, hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu pada taraf 5% terhadap varietas BL dan PS 862 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini karena pengambilan sampel tidak memperhatikan umur tanaman keprasannya. Menurut Fadhil (2012), pada lahan tegalan (berpengairan tadah hujan), produktivitas tanaman keprasan 1 (RC 1) naik dan RC selanjutnya akan terus menurun. Pola tanam dalam budidaya tanaman tebu terdiri atas pola tanam I (JuniSeptember) dan pola tanam II (Oktober-Desember). Pola tanam I dilakukan pada lahan yang berpengairan lancar sedangkan pola tanam II dilakukan pada lahan yang pengairannya mengandalkan air hujan. Tanaman tebu yang ditanam pada pola I akan menghasilkan produktivitas tebu lebih tinggi karena tebu mengalami fase pertumbuhan (vegetatif) lebih panjang dibandingkan tebu yang ditanam pada pola II. Hal ini karena di awal bulan kering tebu akan memasuki fase kemasakan dan pertumbuhan tanaman tebu akan melambat atau berhenti (Pawirosemadi 2011). Berdasarkan Tabel 14, rata-rata perkiraan produktivitas tebu yang ditanam pada pola I lebih besar yakni 729.9 kuintal/ha sedangkan rata-rata perkiraan produktivitas tebu yang ditanam pada pola II adalah 659.9 kuintal/ha. Hasil uji t rata-rata perkiraan produktivitas tebu pada taraf 5% terhadap pola tanam pada Tabel 15 menunjukkan bahwa hasil tidak berbeda nyata. Hal inilah yang menyebabkan petani tidak berupaya menanam tebunya pada pola I. Lahan tebu di wilayah kerja PG Madukismo sebagian besar merupakan lahan tegalan yang pengairannya tadah hujan sehingga penanaman tebu dengan pola I bisa dilakukan dengan menambah biaya pengairan. Pengaruh Umur Tanaman Tebu terhadap Kemasakan Hasil asimilasi tanaman tebu digunakan sebagai sumber energi, sebagian dimanfaatkan untuk kerangka struktur tanaman, dan sisanya disimpan di dalam batang dalam bentuk gula. Proses tersebut akan mencapai keseimbangan dan tanaman akan menjadi masak. Proses kemasakan tanaman tebu ditandai dengan peningkatan kandungan sukrosa dalam batang hingga mencapai nilai maksimum. Setelah tercapai titik maksimum, cepat atau lambat bergantung varietas dan kondisi tanaman, kandungan sukrosa akan kembali menurun (Pawirosemadi 2011).
36 Brix adalah kadar zat padat total terlarut di dalam nira. Nilai brix bisa digunakan sebagai acuan kemasakan tebu (Pawirosemadi 2011). Berdasarkan data yang diperoleh, umur tanaman dengan karakter varietasnya terbukti mempengaruhi kemasakan tebu. Nilai rata-rata brix minimal untuk menentukan kemasakan tebu adalah 18. Tabel 16 menunjukkan bahwa varietas BL (varietas masak tengah lambat) dan KK (varietas masak tengah) belum memenuhi tebu layak tebang karena nilai brix yang dihasilkan kurang dari 18. Varietas PS 862 yang merupakan varietas masak awal telah memenuhi kelayakan tebang yang ditunjukkan dengan nilai brix lebih dari 18. Hal ini membuktikan bahwa umur kemasakan varietas mempengaruhi kecepatan kemasakan tebu.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pabrik Gula Madukismo berupaya memenuhi kebutuhan bahan baku tebunya dengan melakukan kerja sama bersama petani yang bersedia menanam tebu ataupun menyewakan lahannya untuk budidaya tebu. Kerja sama yang dilakukan PG Madukismo adalah dengan memberikan JPMP (jaminan pendapatan minimum petani) untuk pola Kerja Sama Usaha (KSU) dan Kemitraan, menjadi penjamin kredit petani untuk pola Kemitraan, dan bersedia menjadi konsultan untuk petani tebu rakyat mandiri (TRM). Kebun tebu wilayah binaan PG Madukismo tahun 2014 seluas 5657.73 ha dengan rata-rata produktivitas 691 ku/ha menyebabkan pasokan tebu dari kebun binaan sendiri belum mencapai kapasitas giling. PG Madukismo mendapatkan bahan baku tebu dari luar wilayah kerjanya sehingga hari giling sekitar 160 hari dengan kapasitas giling 3500 TCD dapat dipenuhi. PG Madukismo masih belum mampu memenuhi kebutuhan tebu di wilayah kerjanya karena rendahnya produktivitas tebu yang dihasilkan. Selain itu, rendemen yang dihasilkan juga semakin rendah sehingga gula yang dihasilkan menurun meskipun luas lahan meningkat. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tebu dan rendemen menurun adalah pelaksanaan penataan varietas yang belum maksimal. Tipologi lahan di wilayah binaan PG Madukismo sabagian besar memenuhi syarat tempat tumbuh tanaman tebu. Komposisi varietas PG Madukismo saat ini masih belum mencapai ideal karena sekitar 60% lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo merupakan lahan petani tebu rakyat mandiri (TRM). Hal ini menyebabkan PG Madukismo tidak bisa mengatur penggunaan varietasnya sedangkan sebagian besar petani TRM hanya menyukai varietas PS 862 dan BL. Dalam mengatasi masalah ini, PG Madukismo mengatur proporsi varietas pada kebun tebu datar di pembibitan dengan mengurangi persediaan varietas PS 862 dan BL. PG Madukismo juga menambahkan varietas baru untuk mengganti varietas lama secara bertahap. Varietas baru tersebut akan diprioritaskan untuk kebun yang dikelola PG Madukismo sendiri. Varietas dan masa tanam tebu tidak berpengaruh terhadap produktivitas di beberapa kebun tebu wilayah Sleman dan Bantul karena pada kebun yang diamati tidak dipertimbangkan tahun tanamnya dan kesesuaian varietas dengan tipologi
37 lahan. Kemasakan tanaman tebu dipengaruhi oleh umur tanaman pada karakter varietas tertentu. Saran Penataaan varietas di kebun pembibitan PG Madukismo harus dilakukan secara kontinyu sehingga mencapai komposisi varietas ideal pada kebun tebu gilingnya. Selain itu, varietas baru harus ditanam di kebun yang dikelola PG Madukismo dengan pengelolaan budidaya tebu secara maksimal sehingga mencapai produktivitas dan rendemen yang optimal. Hal ini akan memicu petani mandiri menanam varietas baru tersebut. PG Madukismo harus terus berupaya memberi pengarahan, bimbingan, dan contoh yang baik mengenai teknik budidaya tebu yang baik sehingga menginspirasi petani tebu melakukan budidaya tebu dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Bina Sarana Tani PT Madubaru. 2015. Laporan akhir tahun PG/PS Madukismo PT Madubaru tahun 2014. Yogjakarta (ID): PT Madubaru [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Pedoman teknis pengembangan tanaman tebu tahun 2013. Jakarta (ID): Ditjenbun. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Program peningkatan produksi dan produktivitas gula [internet]. [diunduh pada 20 Agustus 2015]. Tersedia
pada:
https://www.peragi.org/wpcontent/uploads/2013/11/
ProgramPening-katan-Produksi-danProduktivitas-Gula.pdf. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Perkembangan luas areal perkebunan tahun 2010-2015 [internet]. [diunduh pada 19 Agustus 2015]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id.tinymcpuk/gambar/file/ LUAS-AREAL-2010-2015.pdf. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Perkembangan produksi komoditas perkebunan tahun 2010-2015 [internet]. [diunduh pada 19 Agustus
2015].
Tersedia
pada:
http://ditjenbun.pertanian.go.id/
tinymcpuk/-gambar/file/PRODUKSI-2010-2015.pdf.
38 Djojosoewardho AS. 1984. Tertib pola tanam untuk mendukung konsolidasi program TRI. Di dalam: Wirioatmodjo B, Darmodjo S, Mochtar M, editor. Pertemuan Teknis Tahun 1983; 1983; Pasuruan, Indonesia. Pasuruan (ID): Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula. hlm 34-45. Fadhil AH. 2012. Pengelolaan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di pabrik gula Madukismo, PT Madubaru, Yogjakarta: dengan aspek khusus mempelajari produktivitas tiap kategori tanaman [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Fageria NK, Baligar VC, Jones CA. Sugarcane. Di dalam: Peart RM, Pessarakli M, Cassman KG, Nielsen DR, Elsas JD, Kuykend LD, Bollag JM, editor. Growth and Mineral Nutrition of Field Crop. Edisi 3. New York (US): CRC Press Gubernur Jawa Timur. 2014. Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 87 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan daerah provinsi Jawa Timur nomor 17 tahun 2012. Surabaya (ID) Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Syakir M, Rumini W. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media. Ismail I, Sukarto, Saputro SE. 1990. Kajian tentang masa tanam dan umur tebang dari dua varietas tebu unggul Q 90 dan PS 61 di tanah ultisol PG Bungamayang. Majalah Penelitian Gula. 4:7-15 James G. 2004. Sugarcane. Edisi 2. Iowa (USA): Blackwell Publishing. Naruputro A. 2009. Pengelolaan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) di pabrik gula Krebet Baru, PT PG. Rajawali 1, Malang, Jawa Timur dengan aspek khusus mempelajari produktivitas pada tiap kategori tanaman [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Pawirosemadi M. 2011. Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tebu dan Pengolahan Hasilnya. Sujanto S, editor. Malang (ID): IKIP Malang
39 Purwono. 2002. Kebijakan industri gula pandangan dari sisi agronomi. Di dalam: Sudrajat, editor. Menyebarkan IPTEKS Agronomi Bagi Pembangunan Pertanian dan Kesejahteraan Umat Manusia. Seminar Nasional Agronomi dan Pameran Pertanian 2002; Okt 29-30; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): PERAGI.hlm 136-147 Syukur M, Sujiprihati S, Yuniarti R. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Wijiastuti S. 2013. Penataan varietas tebu [internet]. [diunduh pada 20 Agustus 2015]. Tersedia pada: http://cybex.petanian.go.id/materipenyuluhan/ detail/ 8512
40
LAMPIRAN Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) Tanggal 12 Februari 2015
13 Februari 2015
14 Februari 2015
16 Februari 2015
18 Februari 2015
19 februari 2015
13 April 2015 14 April 2015 6 Mei 2015 8 Mei 2015 16 Mei 2015
17 Mei 2015
Uraian Kegiatan KHL pemotongan benih untuk benih SBP KHL pendederan benih KHL pemotongan benih untuk benih SBP KHL pemindahan benih dari dederan ke polybag untuk benih SBP KHL pemotongan benih untuk SBP KHL pengendalian gulma KHL kegiatan kletek KHL kegiatan kletek KHL tebang bibit KHL penanaman tebu KHL tebang
Prestasi kerja (HK) Penulis Karyawan 1600 mata/HK
1950 mata/HK
2100 mata/HK
2500 mata/HK
1600 mata/HK
1950 mata/HK
-
-
1600 mata/HK
1950 mata/HK
0.2 ha/HK
0.5 ha/HK
0.03 ha/HK 0.03 ha/HK
0.042 ha/HK 0.042 ha/HK
4 ku/HK
14 ku/HK
0.020 ha/HK
0.026 ha/HK
4 ku/HK
12.5 ku/HK
4 ku/HK
12.5 ku/HK
KHL tebang
Lokasi Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran
Keb. pembibitan Kembaran Keb. pembibitan Kembaran Kebun petani Sleman Kebun petani Sleman Kebun pembibitan Kebun petani Sleman Kebun ngeplang, wil. Sleman Kebun ngeplang, wil. Sleman
41 Lampiran 2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor Tanggal 17 Februari 2015
25 Februari 2015
27 Februari 2015
28 Februari 2015
2 Maret 2015 3 Maret 2015 4 Maret 2015 5 Maret 2015 6 Maret 2015 7 Maret 2015 12 Maret 2015
13 Maret 2015 14 Maret 2015 16 Maret 2015 25 Maret 2015
30 Maret 2015
31 Maret 2015
2 Maret 2015
6 April 2015
Uraian Kegiatan Pengenalan varietas oleh mandor pembibitan Mengawasi kegiatan pemotongan dan pendederan benih Survei kebun wilayah Sleman Perencanaan tasasi wilayah Sleman Taksasi maret Taksasi maret Taksasi maret Taksasi maret Taksasi maret Taksasi maret Wawancara dan survey kebun petani Merekab data taksasi Sleman Taksasi Maret Taksasi maret Mengikuti rapat RAT KPTR Cinta Manis, wilayah Bantul dan wawancara petani Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Keliling kebun
Prestasi kerja (HK) Luas Lama KHL yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
Lokasi Keb. Pembibitan Kembaran
Keb. Pembibitan Kembaran
KTG wilayah Godean Kantor PG Madukismo 5 5 5 5 5 5
Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman (Godean) Rumah mandor
5 5
Wilayah Bantul Wilayah Bantul Kantor KPTR Cinta Manis
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
42
Tanggal 7 April 2015 8 April 2015 9 April 2015 10 April 2015
11 April 2015
15 April 2015 16 April 2015 17 April 2015 18 April 2015
20 April 2015
21 April 2015
22 April 2015
25 April 2015
26 April 2015
30 April 2015 1 Mei 2015
2 Mei 2015 9 Mei 2015
19 Mei 2015
20 Mei 2015
Uraian Kegiatan Keliling kebun Keliling kebun Keliling kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Mengawasi kegiatan kletek Mengawasi kegiatan kletek Survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Keliling kebun Ikut pengurusan areal Keliling kebun Mengawasi kegiatan tanam tebu Mengawasi kegiatan tebang dan ngebrix Mengawasi tebang kegiatan dan ngebrix
Prestasi kerja (HK) Luas Lama KHL yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
Lokasi Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
7
2.5
7
7
2.5
7
Kebun petani Sleman Kebun petani Sleman Wilayah Sleman Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Sleman Wilayah Sleman
4
11
12
3
4.77
2.34
4
4
5
Wilayah Sleman Kebun petani Wilayah Sleman Keb. Ngeplang wil. Sleman
Keb. Sikarang wil. Sleman
43
Tanggal 27 Mei 2015
30 Mei 2015 6 Juni 2015
Uraian Kegiatan Mengawasi kegiatan tebang bersama mandor Mengawasi keg. Tebang Pendampingan oleh mandor pembibitan
Prestasi kerja (HK) Luas Lama KHL yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
Lokasi Wilayah Bantul
11
2.02
3
11
2.02
4
Kebun wilayah Bantul Keb. Pembibitan Kembaran
Lampiran 3 Jurnal harian sebagai sinder kebun wilayah (SKW) Tanggal
Uraian Kegiatan
Februari Pengenalan varietas oleh mandor pembibitan 25 Februari Mengawasi 2015 kegiatan pemotongan dan pendederan benih 27 Februari Survei kebun 2015 wilayah Sleman 28 Februari Perencanaan 2015 tasasi wilayah Sleman 2 Maret 2015 Taksasi maret 3 Maret 2015 Taksasi maret 4 Maret 2015 Taksasi maret 5 Maret 2015 Taksasi maret 6 Maret 2015 Taksasi maret 7 Maret 2015 Taksasi maret 12 Maret 2015 Wawancara dan survey kebun petani 13 Maret 2015 Merekab data taksasi Sleman 14 Maret 2015 Taksasi Maret 16 Maret 2015 Taksasi maret 25 Maret 2015 Mengikuti rapat RAT KPTR Cinta Manis, wilayah Bantul dan wawancara
Prestasi kerja (HK) KHL Luas Lama yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
17 2015
Lokasi Keb. Pembibitan Kembaran
Keb. Pembibitan Kembaran
KTG wilayah Godean Kantor PG Madukismo 5 5 5 5 5 5
Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman (Godean) Rumah mandor
5 5
Wilayah Bantul Wilayah Bantul Kantor KPTR Cinta Manis
44
Tanggal
30 Maret 2015
31 Maret 2015
2 Maret 2015
6 April 2015 7 April 2015 8 April 2015 9 April 2015 10 April 2015
11 April 2015
15 April 2015 16 April 2015 17 April 2015 18 April 2015
20 April 2015
21 April 2015
22 April 2015
25 April 2015
26 April 2015
30 April 2015 1 Mei 2015 2 Mei 2015 9 Mei 2015
Uraian Kegiatan petani Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Keliling kebun Keliling kebun Keliling kebun Keliling kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Mengawasi kegiatan kletek Mengawasi kegiatan kletek Survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Wawancara petani dan survey kebun Keliling kebun Ikut pengurusan areal Keliling kebun Mengawasi
Prestasi kerja (HK) KHL Luas Lama yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
Lokasi
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman Wilayah Sleman
Wilayah Sleman
7
2.5
7
7
2.5
7
Kebun petani Sleman Kebun petani Sleman Wilayah Sleman Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Bantul
Wilayah Sleman Wilayah Sleman
4
3
4
Wilayah Sleman Kebun petani
45 Uraian Kegiatan
Tanggal
kegiatan tanam tebu Mengawasi kegiatan tebang dan ngebrix Mengawasi tebang kegiatan dan ngebrix Mengawasi kegiatan tebang bersama mandor Mengawasi kegiatan tebang Pendampingan oleh mandor
19 Mei 2015
20 Mei 2015
27 Mei 2015
30 Mei 2015 6 Juni 2015
Lampiran 4
Prestasi kerja (HK) KHL Luas Lama yg areal kegiatan diawasi (ha) (jam)
Lokasi Wilayah Sleman
11
4.77
4
Keb. Ngeplang wil. Sleman
12
2.34
5
Keb. Sikarang wil. Sleman
11
2.02
3
11
2.02
4
Wilayah Bantul
Kebun wilayah Bantul Keb. Pembibitan Kembaran
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala rayon, bagian Bina Sarana Tani, dan staff direktur
Tanggal 10 Februari 2015 11 Februari 2015 20 Februari 2015 9 Maret 2015 26 Maret 2015
10 Maret 2015 13 Mei 2015 23 April 2015
Uraian Kegiatan Pengarahan kegiatan magang oleh staff direktur Penjelasan mengenai pembibitan oleh kepala BST Pengarahan dan pembagian wilayah oleh kepala BST Pendampingan oleh kepala rayon BGK
Lokasi Kantor PG Madukismo Kantor BST Kantor BST
Kantor Madukismo BST Kantor BST PG
Pendampingan oleh kepala tentang penataan varietas Madukismo Pendampingan dan pengenalan tanaman tebu oleh kepala rayon BGK Pendampingan oleh kepala bagian tanaman Pendampingan oleh kepala rayon BGK dan Sleman
PG
Wilayah Gunung Kidul Kantor PG Madukismo Kantor PG Madukismo
Lampiran 5 Peta wilayah pabrik gula Madukismo
46
47
Lampiran 6 Data curah hujan dan hari hujan PG Madukismo tahun 2010-2014 Data hari hujan PG Madukismo tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata2
Jan CH HH 162 13 400 22 324 13 502 17 237 18 325 17
Feb CH HH 199 13 448 15 428 13 409 11 257 18 348 14
Mar CH HH 378 17 396 21 347 15 157 8 144 8 284 13.8
Apr CH HH 165 8 281 18 247 8 222 13 286 12 240 12
Mei CH HH 304 15 198 7 48 3 219 14 43 6 162 9
Hari hujan (HH) Jun Jul CH HH CH HH 129 6 83 3 175 15 28 7 130 5 70 3 145 9 60 4
Agt CH HH 137 6 137 6
Sep CH HH 315 16 315 16
Okt CH HH 510 10 50 2 91 5 42 4 173 5
Nov CH HH 263 12 307 15 241 9 349 11 279 11 288 12
Des CH HH 529 22 389 18 416 21 372 16 413 26 424 21
46
Lampiran 7 Struktur organisasi PT Madubaru
PENASEHAT
DEWAN KOMISARIS SEK DEKOM DIREKTUR
KEPALA SPI
STAFF DIREKTUR
SEKSI BST
KABAG SDM DAN UMUM
RAYON BGK
KABAG AKT DAN KEU
RAYON SLEMAN
KABAG TANAMAN
RAYON KMT
RAYON PKB
KABAG INSTALASI
KABAG PEMASARAN
KABAG PABRIKASI
KABAG PABRIK SPIRTUS
SEKSI TEBANG ANGKUT
48
48 499 Lampiran 8 Deskripsi varietas tebu yang ada di KTG PG Madukismo Karakter
Varietas
Kerapatan batang Diameter batang Kesesuaian lahan
PS 881 Sedang Sedang Lahan tegalan dengan tipe iklim C2 (Oldeman)
Kemasakan
Awal
Produktivitas (ku/ha) Rendemen (%) Keterangan
949±241
PS 851 Sedang Sedang Lahan tegalan dan dapat diusahakan di lahan sawah. Di tanah alluvial beriklim D3 Awal tengah dengan KDT panjang 739±280
10.22±1.64
10.74±1.35
Karakter Kerapatan batang Diameter batang Kesesuaian lahan
Kemasakan Produktivitas (ku/ha) Rendemen (%) Keterangan
Karakter Kerapatan batang Diameter batang Kesesuaian lahan
Kemasakan Produktivitas (ku/ha) Rendemen (%) Keterangan
Varietas PS 862 Sedang Besar Tanah ringan hingga geluhan (regosol, mediteran, alluvial) Awal-tengah KDT relative pendek 883±175
PSJK Tinggi Besar Lahan tegalan
10.87±1.21 Tumbuh sangat baik dengan kecukupan air. Anakan agak kurang sehingga penanaman baiknya lebih rapat
9.0±1.0
Awal tengah 1400±150
Varietas PSJT 941 Rapat Sedang Lahan tegalan, tanah grumosol pada tipe iklim C2 Tengah 1022-1472
BL Rapat Sedang - besar Lebih cocok pada tanah ringah hingga geluhan/liat berpasir Tengah-lambat KDT tengah-panjang 943
9.01-12.4
7.51
509
Karakter Kerapatan batang Diameter batang Kesesuaian lahan
Kemasakan Produktivitas (ku/ha) Rendemen (%) Keterangan
Varietas KK Sedang (8-10 batang/meter) Sedang – besar Lahan tegalan dan sawah jenis tanah mediteran dengan iklim C3, Aluvial C2 dan Grumusol C2 Tengah-lambat 992±238
PS 864 Rapat (>10 batang/meter) Sedang Tanah alluvial bertipe iklim C2, baik di lahan sawah maupun tegalan
9.51±0.88 Tumbuh sangat baik pada lahan sawah berpengairan.
9.19±0.64 Tahan kekeringan.
Tengah-lambat 888±230
519
93
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 14 Oktober 1993. Merupakan putri ke tujuh dari tujuh bersaudara dengan pasangan Bapak Romli dan Ibu Suharti (Almh). Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan penerimaan mahasiswa melalui jalur undangan. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di berbagai kepanitiaan kegiatan Departemen Agronomi dan Hortikultura, yakni di divisi acara pada Agosportment tahun 2012 dan 2013, panitia kegiata MPD (Masa Perkenalan Departemen) pada tahun 2013, divisi konsumsi pada Field Day tahun 2013, dan divisi konsumsi pada Festival Buah dan Bunga Nusantara (FBBN) tahun 2014. Selain itu, penulis juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2012-2013, mengikuti program IPB Go to Field di Pekalongan pada tahun 2012 selama 3 minggu, dan mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha pada tahun 2014 yang diadakan oleh CDA IPB.