PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENGELOLAAN LAHAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Diselenggarakan atas Ketjasama: Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (Hm) Komda Aceh Fakultas Pertanlan Universitas Sylah Kuala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)Aceh
DI Gedung Academic Activity Center (MC) Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 16 - 17 September 2014
Ecfltor: Syakur Suwardi Fikrinda Manfarizah
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
DAFTAR 151 Halaman Kata Pengantar Kata Sambutan Ketua Panttla BIDANG KONSERVASITANAH DAN AIR Potensi dan Keberlanjutan Budidaya Padi Sawah di lahan Gambut Pantai TImur Sumatera Utara, Abdul Rauf dan Rahmawaty
1
Pengaruh Aplikasi Hidrogel Terhadap 8eberapa Karakteristik Tanah, Abraham Suriadlkusumah
9
Pertanlan Terpadu Berbasis Rambutan Menunjang Pertanian Berkelanjutan di Lahan Kering, Bachrullbrahim, Muh. Jayadi, dan Asmita Ahmad
17
Aliran Permukaan, Erosi dan Kadar Hara Sedimen aklbat TIndakan Konservasi Tanah Vegetatif pada Pertanaman Kelapa Sawit, Zahrul Fuady, Halus Satriawan, dan Nanda Mayani
27
Penlngkatan Produktivitas lahan Sawah Terdegradasi di Kabupaten 8elitung Timur, D. Subardja, Erna Suryani, dan A. Kasno
36
Efek Sallnltas pada Pertumbuhan dan Produksl Beberapa Varletas Padi Sawah dl Kecamatan Percut Sel Tuan Kabupaten Deli Serdang, Wan Arflanl Barus, Abdul Rauf, B. Sengli J. Damanik('t), dan Rosmayati
47
Panen Air Hujan Menggunakan Rorak dan Saluran Resapan dalam Pengelolaan Lahan Pala Berkelanjutan Kabupaten Aceh Selatan, Fachruddin, Mustafril, Budl Indrs Setiawan, dan Prastowo
54
Analisis Kualttas Tanah yang Telah Mengalami Konversi Lahan Menjadi Lahan Industri Batu Bata di Kabupaten Serdang Bedagai, Muhammad Rlzwan, dan Abdul Rauf
65
Pengaruh Kadar Air terhadap Dekomposisi Bahan Gambut, Putri Oktariani, G. DJaJaklrsna,dan B. Sumawinata
73
Akumulasi Logam Berat dan ResponTanaman Padi terhadap Ameliorasi Gambut Dengan Dregs, NeMa
80
Manajemen Restorasi Rawa Tripa di Provinsi Aceh, Halrul Basrl dan Ahmad Reza Kasun
88
Manajemen Lahan dalam Konteks Tataguna pada Pembukaan lahan Transmigrasi dl Gampong Owaq Kecamatan Unge Kabupaten Aceh Tengah, Zulklfll Nasution, Ichwana, Ashfa, dan Kansih Sri Hartini
99
BIDANG BIOLOGIDAN BIOTEKNOLOGITANAH Pengaruh Pemberian Azospiril/um Sp. Menggunakan Carrier Kompos dan Pupuk Urea dalam Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L), Wanda Syahdul Haq, Sarlfudln, dan T. Sabrina
109
Peningkatan Ketahanan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) terhadap Cekaman Air Melalui Penggunaan Va-Mikoriza Di Rumah Kasa, Asmartaill Sahar t-;anaflah, T. Sabrina, Diana Sofia Hanafiah dan Vossl C Manurung
118
Dampak Pemupukan Nitrogen Terhadap Hama Penggerek Satang dan Pelipat Daun Padi, Hendrival
125
Pengaruh Gulma Siam Terhadap Kandungan Bahan Organlk Tanah dan Pertumbuhan Sawi di Entisol, Fikrinda dan Nazlr Akhmad
134
Pemanfaatan Kompos Jerami Dan Biochar pada Dosis Pupuk NPK yang Berbeda untuk Meningkatkan Kesehatan Tanah dan Hasil Tanaman Padi Berbasis Teknologi IPAT-BO, Anla Citraresmlni, Bobby Clinton Siregar, Emma Trtnuranl Sofyan, Tien Turmuktini dan Tualar SimaTmata
142
Seleksi Isolat-Isolat Bakteri Pelarut Kalium dan Pemanfaatannya dalam Penyediaan Kalium untuk Pertumbuhan Tanaman, Dlyan Herdlyantoro, Mieke Rochiml Setiawatl, dan R1dhaHudaya
152
Efek Residu Pupuk Organik dan Penambahan Pupuk Anorganik terhadap Sifat Kimla dan Biologi Tanah pada tahan Sawah Tadah Hujan, EIIl Afrida, Abdul Rauf, Hamidah Hanum, dan Didik Hamowo
160
Kandungan P Tanah dan Pertumbuhan Jagung yang Olpengaruhi Oleh Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Pupuk P pada Tanah Marginal, Betty Natalie Fltrlatln, Anny Vuniartl, dan Tlen Turmuktini
167
Seleksi Isolat Bakteri Penambat Nz Asal Tanah dan Tanaman Padi Sawah dalam Menlngkatkan Pertumbuhan dan Kandungan N Planlet Pad! Sawah, Mleke Rochlml Setiawati, Pujawatl Suryatmana, dan Dlyan Herdlyantoro
175
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L) Me" ) pada Ultisol Yang Oiinokulasi dengan Rhizobakteri Penghasil Fitohormon IAA, Agustian, Muthia Oktavtana, dan Lusi Maira
182
Dampak Inkubasi Kombinasi Kompos Jerami dan Biochar pada Berbagai Oosis Pupuk NPKterhadap C-Organik dan Populasi M!kroba Tanah serta Hasil Tanaman Padi Berbasis Teknologi Budidaya IPAT-BO,Ania Citraresmlnl, Ivan Ezer Barus, Yullatl Machfud, dan Tualar Simarmata
190
BIDANG KESUBURANTANAH Biochar dan Kompos Memperbaiki Sifat Kimia dan Biologi Tanah Andisol pada Dataran Tlnggi Aceh Tengah, Sufardl, Muyasslr, dan Darwin Efendl
201
Ameliorasi Air laut Untuk Tanah Gambut Dataran Rendah Sumatera, Sarifuddln, Zulkifli Nasution, A. Rauf dan B. Mulyanto
213
Fosfor Total, P Tersedia Tanah dan Serapan P Tanaman Jagung akibat Pemberian Kompos Sampah Pasardan Pupuk Fosfat pada Fluventic Eutrudepts, Yusra
221
Formula Pupuk untuk lahan Padi Sawah Tercemar Kadmium dan Timbal, Rlja Sudlrja, Benny Joy, Santi Rosniawaty, Ade Setiawan, dan Dadang Supriatna
230
Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Abu Vulkanis yang Dikapur serta Produksi tanaman gandum (Triticum oestivum L) OJ Alahan Panjang, Syafrlmen Yasin, Irfan Suliansyah, Gusnldar, Junlartl, dan Irwan Darfis
239
Peningkatan Fosfat Larut dari Batuan Fosfat dengan Campuran Limbah Cair Industri Tapioka dan Asam Sulfat pada Waktu Ihkubasi Berbeda, Alnln Niswati, Riana Maullda, Abdul Kadlr Salam, dan Sri Yusnalnl
248
Peningkatan Kualitas Umbah cair Agroindustri Nanas dengan Penambahan Limbah Kepala Udang sebagai Bahan Dasar Pembuatan Pupuk Organik Cair, Sri Yusnarnl, Alnln Niswati, dan Udin Hasanudin
256
Dinamika Respirasi Tanah Selama Pertumbuhan Tanaman Jagung Akibat Pemberian Kombinasi BiomassaAzolla dan Pupuk Urea, Dermiyati, na Amendia Putri, Ainin Niswati dan Sri Yusnaini
262
Hasil Dan Kadar Gula Jagung Manis Dengan Aplikasi Pupuk Hayati dan berbagai Sumber Pupuk P , Asrltanarni Munar, Alridiwirsah, dan Dani Prayoga
271
Keragaman Genetik Padi Lokal Aceh Toleran Nitrogen Rendah, Bakhtlar, Muyasslr, dan Chairunas
278
Respons Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merr.) Terhadap Intensitas Cahaya Rendah, Taufan Hidayat, Zaitun, Hasanuddln
285
81DANGKLASIFIKASITANAHDAN EVALUASILAHAN Karakterisasl Ultisol Oi Perkebunan Kelapa Sawit PTPNI Pulau Tiga Aceh Tamiang, Teti Arabia, AshabuJ Anhar, Fikrinda, dan Noor Falqoh Mardatln
291
Karakteristik dan Kriteria KesesuaianLahan Untuk Jagung(Zea mays L.) di Oaerah Tropika Basah SuJawesi Selatan, Risma Neswatl, Chrlstlanto lopulisa, dan Hemusye Husnl
301
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Memetakan Daya Dukung Lahan Permukiman di Banda Aceh, Indonesia, Muhammad Rusdi, Ruhlzal RooslI, dan Mohd Sanusl S. Ahamad
309
Evaluasi Kemampuan lahan untuk Pertanian di Sub Das Krueng Sieumpo Aceh, Halus Satrlawan, Erwin Masruliiarahap, Rahmawaty, dan Abubakar Karim
317
Analisis Kesesuaian lahan Tanaman Padi Sawah sebagai lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Aceh Selatan, Mustafrll
327
Auks C02 Andisol dari Tanaman Hortikultura di Bogor Jawa Barat, Jon Hendri, Suwardl, Basukl Sumawinata, dan Owl Putro Tejo Baskoro
337
Analisis Sumberdaya lahan Kakao Rakyat Dengan Mengintegrasikan Komunitas FaunaTanah, Hasbullah Syaf dan Laode Muhammad Harjon; Kilowasid
347
Karakteristik Kimia dan Total Elemental Oksida Abu Vulkanis Gunung Sinabung Kabupaten Karo PascaErupsi Januari 2014, Dian Flantls, Shamshuddin Jusop, dan Eric Van Ranst
356
Penilaian Potensi lahan Berdasarkan Analisis Kemampuan lahan di Kecamatan lhok Nga Kabupaten Aceh Besar, Manfarlzah, Syamsidah Djulta, dan Abubakar Karim
365
Analisis Kesesuaian Lahan Untuk PengembanganTanaman Manggis di Kecamatan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, Syamsldah Djuita, Zalnabun, dan Syakur
374
Daftar Peserta Seminar Nasional Pengelolaan lahan Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional, Kerjasama HITI Komda Aceh, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dan Bappeda Aceh, Tanooal16 -17 September 2014 01 Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
384
PENGARUH GULMA SIAM TERHAOAP KANOUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH DAN PERTUMBUHAN SAWI 01 ENTISOl Effect
0/ Slam Weed Application on Soil Organic Motter
And The Growth
0/ Mustord on
Entisol Flkrlnda dan Nazir Akhmad Program Studilimu Tanah FakuJtasPertanlan Unsylah Email:
[email protected]
A8STRAK Ametiorasl tanah dengan memanfaatkan bahan organik yang berasal dari gulma slam dilakukan dalam penelitian Inj untuk mengetahui dampaknya terhadap kandungan bahan organik dan pertumbuhan sawl dl Entlsol. Rancangan acak kelompok dlgunakan dengan gulma slam dalam bentuk pupuk hljau dan kompos sebagai faktor pertama dan dosis bahan organik tersebut (5, 10, 15, 20, and 25 Mg ha·1)sebagai faktor kedua yang diujl. Hasil penelitlan menunjukkan tidak adanya interaksl yang nyata di antara faktor yang diuji terjadl semua faktor yang diamati. Kandungan bahan organik tanah lebih tinggi akibat apllkasi kompos gulma siam sedangkan pup uk hljau memberikan pengaruh lebih balk terhadap penlngkatan pertumbuhan sawi Oumlah daun, panjang tajuk, kadar hijau daun, dan berat basah berangkasan). Aplikasl 15 Mg ha" gulma slam meningkatkan secara nyata jumlah daun sawl.
Kata kunci: gulma slam, pupuk hijau, kompos, bahan organik, dan Entlsol ASTRACT 5011amelioration using siam weed as organic manure were done to investigate its effects on soil organic matter and the growth of mustard on Entisol. ThIs study was arranged in block randomized design. The examtned factors were type of organic manures (green manure and compost) and the dose of them (5, 10, 15, 20, and 25 Mg ba"]. The result indicated that there were no Significant interactions of both treatments found on all parameters. Compost of siam weed Influenced soli organic matter of Entisol better than the other while the green manure af the weed increased the grawth of mustard (the number of leaf, the shoot length, leaf green content, and wet weight of mustard shoot). Application of lS Mg ha·J oj siam weed increased the number of mustard leaf significantly. Key
words; siam weed, green
manure, compost, organic matter, and Entisol
PENDAHULUAN
et 01.,
Bahan organik tanah memegang peranan penting terhadap kesuburan tanah (Styger 2009)
karena
kemampuannya
Arunakumara 2011).
mempengaruhi
Menurut Okoye
pertumbuhan
tanaman
(Walpola
&
et 01. (2008), selain pH, kadar bahan organik tanah
mempengaruhi tingkah laku unsur hara di tanah dan ketersediaannya bagi tanaman untuk mengabsorbsinya. Komponen tanah ini merupakan sumber (1) hampir 90-95% nitrogen, (2) 560% fosfor, (3) 80% sulfur, serta boron dan molibdenum dalam jumlah besar (Donahue 1990).
Karena itu peningkatan bahan organik sebagai sumber pembentukan
(KriauciUniene
humus
et a/., 2012) diperlukan untuk memperbaiki kesuburan Entisol sebagai media
pertumbuhan tanaman.
134
et 0/.,
Upaya meningkatkan bahan organik tanah sekaligus kesuburan tanah dapat dilakukan dengan penambahan amandemen organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos (Maiti, 2013).
Kualitas bahan organik yang diaplikasikan ke tanah sebagai amandemen sangat
penting, karena mempengaruhi sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Baldi et al., 2010). Banyak tanaman yang dijumpai di alam berpotensi sebagai sumber bahan organik baik dalam bentuk segar (bahan pupuk hijau) maupun kompos. Efektivitas kedua bentuk bahan organik tersebut sangat tergantung tujuan.
Menurut
Cooperband (2002) dan Crow &. Dunn (2013),
bahan organik segar seperti pupuk hijau lebih banyak berperan dalam menyumbang unsurunsur hara esensial bagi tanaman dan mikroorganisme tanah ketika bahan tersebut terdekomposlst di tanah.
Selain ltu, bentuk aplikasi bahan organik lainnya dapat berupa
kompos yang merupakan produk humifikasi bahan organik (Sharma et 01. 2013).
Pupuk
organik Ini memiliki kemampuan untuk memperbalki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Ozores-Hampton
et 01., 2011).
Berbagai jenls tumbuhan yang dianggap tidak diinginkan atau menimbulkan masalah (yang dikenal sebagai guima) berpotensi sebagai bahan organik. Tumbuhan ini banyak dijumpai di pegunungan, habitat terganggu dan pada laban-laban pertanian. Pemanfaatan gulma sebagai sumber bahan organik, sekaJigusdapat mengurangi pengaruh buruk yang ditimbulkan pada tanaman yang dibudldayakan. Gulma siam (Chromolaena odorato) merupakan salah gulma penting pada lahan pertanian. Menurut Kone et al (2012) C. odorata memperbaiki bahan organik tanah, aktvitas biologi tanah, dan ketersediaan hara tanaman akibat tingginya produksi biomassa (Nawaz &Georgev, 2004; Kastono, 2005; Roder et 01. 2004). Karena itu, gulma ini berpotensi sebagai sumber bahan organik, bahkan
kandungan N, K, dan Ca pada bahan organik ini lebih tinggi daripada
pupuk kandang sapi (Suntoro er 01., 2001). Menurut Tetteh et 01. (2008) apllkasi C. odorata sebagai bahan organik dapat dilakukan sebagai pupuk hijau, mulsa, atau kompos. Besarnya potensi gulma siam tersebut
mendorong
dilakukannya penelitian
ini untuk
mengetahui pengaruh pupuk hijau dan kompos dengan bahan baku gulma siam terhadap kandungan bahan organik tanah dan pertumbuhan sawi pada Entisol.
METODE PENEllTlAN Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Entisol dari Desa Kajhu, Aceh Besar. Penelitian berlangsung sejak Mei hingga Oktober 2010 di Desa Kopelma Darussalam, Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial.
Faktor
pertama yang diteliti adalah gulma siam dalam bentuk segar dan kompos sedangkan faktor kedua adalah dosis gulma tersebut yang terdiri
atas empat taraf (5, 10, 15, dan 20, dan 25
Mg ha"). Perlakuan ini diulang tiga kali sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Penyiapan media tanam dan bahan organlk Bahan Entisol yang digunakan dalam penelitian inl dianallsis beberapa sifat tanahnya (Tabel1). Bahan tanah tersebut
dibersihkan dari vegetasi dan kotoran-kotoran,
kemudian diayak
dengan ayakan berdiameter lubang 2 mm dan dimasukkan sebanyak 10 kg ke dalam setiap pot berukuran volume 15 kg. 135
---
------------------_-
Tabell.
Hasil analisis bahan tanah Entisol Kajhu yang digunakan p, BO NaC N Kca-dd Tekstur pH org. total Bray dd dd
Pasir berlempung
Gutma
7;.6
(%)
(%)
(%)
II (ppm)
0,53
D,3l
0,D4
12,29
Mg-
KTK
KB
dd
.................. emol kg1 ....•...••••..••... 0,34 0,48 6,84 1,B8 16,8
(%) 56,79
siam yang akan digunakan dalam penelitian inl dianalisis beberapa sifat kimianya (Taber
2) dan dipersiapkan dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk segar dan kompos.
Sebelum
digunakan, kompos yang dihasilkan diayak dengan lubang ayakan 2 mm. Selanjutnya bahan organik yang telah dipersiapkan dicampur secara mereta sesuai perlakuan dengan tanah yang terdapat di dalam pot dan diberi air hingga kapasitas lapang dan diinkubasikan selama sepuluh hari sebelum ditanami sawi. Tabell.
Hasil analisis kadar hara gulma siam yang digunakan
Bentuk bahan organik Segar Kompos
Corganik (%)
N total
42,47 18,06
2,76 2,13
C/N
Ptotal
Ktotal
Ca total
(%)
(%)
(%)
0,48 2,32
1,75
1,12
0,22 0,18
(%)
15,39 8,48
Mg total (%) 0,18
0,12
Penanaman dan pengamatan pertumbuhan Sawi Tanaman sawi yang ditanam pada setiap polibag adalah bibit sawi berumur tiga minggu sebanyak satu tanaman.
Bibit sawi yang dipilih untuk ditanami adalah bibit yang memiliki
pertumbuhan yang seragam dan berdaun tlga helai.
Tanaman dipelihara selama 20 hari
setelah dipindahkan dalam media tanamnya (tanaman berumur 40 hari sejak persemaian) dan diamati jumlah daun, panjang tajuk (dengan penggarls), dan kadar hijau daun (dengan chlorophyll meter SPAD-502 Minolta).
Pengamatan berat segar berangkasan atas tanaman
dilakukan dengan menimbang baglan atas tanaman.
Analisis kadar bah an organik tanah Konsentrasi C organik diukur dengan metode Walkley-Black sedangkan kadar bahan organik tanah diperoleh dengan mengalikan konsentrasi C organik dengan konstanta 1,724.
Analisis data Data hasil analisis dan pengamatan dianalisis dengan ANOVA dan BNT5%.
HASll DAN PEMBAHASAN Kadar bahan organik tanah Bahan organik tanah memiliki peran panting terhadap banyak fungsi tanah. Komponen tanah Ini merupakan indikator kualitas tanah yang berhubungan dengan parameter kualitas fisik, kimla, dan biologi tanah (Reeves, 1997). Hasil penelitian menunjukkan aplikasl gulma siam dalam bentuk pupuk hijau maupun kompos pada berbagai dosis pemberian belum mampu meningkatkan secara nyata kandungan bahan organik bahan tanah Entisol yang tergolong 136
sangat rendah (label 1).
Tekstur paslr berlempung pada Entisol yang digunakan dalam
penelitian ini ini diduga menyebabkan bahan organik yang ditambahkan mudah mengalami pencucian sehingga mempengaruhi kandungan bahan organik tanah. menyebabkan kehilangan C-organik lebih besar (Dlamini
Tekstur tanah kasar
et 01., 2014).
label 3 menunjukkan aplikasi kompos gulma siam meningkatkan kandungan bahao organik tanah lebih banyak (176%) daripada dalam bentuk pupuk hijau (172%). lebih rendahnya C/N gulma siam dalam bentuk kompos menyebabkan bahan organik ini lebih cepat membentuk bahan organik tanah. Selain itu, rendahnya C/N meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam mempercepat terbentuknya bahan organik tanah. Menurut Kriauciuniene (2012) laju dekomposlsi
residu tanaman tergantung
pada komposisi kimianya seperti
rasio C/N,
konsentrasl N dan lignin. Tabel 3. Kandungan bahan organik tanah akibat pengaruh gulma siam sebagai bahan organik Perlakuan
Kandungan Bahan Organik Tanah
Pupuk hijau Kompos
(%) 1,44 1,46
5 Mg ha?
1,56
10 Mg ha-1 15 Mg ha-1 20 Mgha-~ 25 Mg ha-1
1,31 1,47 1,60
1,31
Pertumbuhan Tanaman Hasil penelitian
menunjukkan
bentuk
aplikasl gulma
siam sebagai
bahan
organik
mempengaruhi secara nyata jumlah daun, Kadar hljau daun, dan berat basah berangkasan atas tanaman, namun berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tajuk. Berbeda halnya dengan bentuk aplikasi, perlakuan dosis aplikasi hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun sawi. Tabel 4 menunjukkan jumlah daun terbanyak dijumpai akibat aplikasi gulma siam dalam bentuk segar dan dosis yang digunakan sebanyak 15 Mg ha". Adanya nitrogen pada gulma siam (label 1) diduga mampu menyuplai unsur hara tersebut untuk menunjang pertumbuhan sawl pada tanah yang dicobakan. Rendahnya unsur hara terutama nitrogen maupun kandungan bahan organik dan kondisi tanah berpasir pada Entisol yang dicobakan (Tabel 1) juga diduga menyebabkan tanaman memberikan respon yang lebih besar terhadap penambahan gulma siam dalam bentuk segar. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan
vegetatif
tanaman. Menurut TIsdale et 01. (1990) unsur Ini meningkatkan pertumbuhan vegetatif, Kadar protein, dan organ-organ vegetatif tanaman. Daun merupakan salah satu organ vegetatif dan sawi merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian daunnya. Perlakuan dosis gulma siam 15 Mg ha? memberikan efek terbaik terhadap jumlah daun yang hanya berbeda nyata dengan perlakuan dosis 20 dan 25 Mg ha-1• Tingginya kandungan nitrogen pada bahan organik tersebut diduga menyebabkan pemberian 15 Mg ha-~ bahan
137
organik tersebut dapat menyumbang nitrogen untuk memenuhi kebutuhan sawi. Selain itu, kondisi tersebut diduga juga meneiptakan kondisi tanah terbaik untuk pertumbuhan sawi. Tabel 4. Jumlah daun akibat pengaruh gulma siam sebagai bahan organik Perlakuan Jumlah daun
Pertumbuhan Tanaman Panjang Tajuk Kadar Hijau Daun 23,87 40,62 b 21,32 36,01 a 2,84 21,10 37,40 24,17 38,31 22,68 38,07 24,27 40,42 20,75 37,37
BBAT
Pupuk hijau 10,40 b 36,91 b Kompos 8,20a 18,43 a BNTO,OS 1,33 0,78 5 Mgha-1 26,07 9,83 be 10 Mg ha" 10,67 c 35,48 15 Mg ha-l 32,46 11,OOe 20 Mgha-l 8,33 ab 22,46 2S Mgha-1 21,89 6,33 a BNT 2,11 keterangan: Angka-angkayangdiikuti oleh huruf yangsarnapadakolomyangsarnaberbedatidak nyata BBAT= berat basahberangkasanatas Peningkatan dosis aplikasi gulma siam menyebabkan jumlah daun yang terbentuk lebih sedikit. Hal ini diduga berhubungan dengan meningkatnya
kontribusi
senyawa alelopati yang
terkandung pada bahan organik tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Nawaz dan George (2004) menyatakan bahwa gulma siam banyak mengandung senyawa alelopati dan menurut Suwal et 01., (2010) senyawa tersebut lebih tinggi dijumpai pada bagian daun dibandingkan batang dan akar. Tldak seperti halnya terhadap jumlah daun, perlakuan gulma siam sebagai bahan organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tajuk. Hasil ini menunjukkan sumbangan hara oleh bahan organik tersebut
lebih banyak berperan
untuk pembentukan
daun
dibandingkan untuk meningkatkan panjang tajuknya. Tabel 4 menunjukkan gulma siam dalam bentuk segar memberikan perbedaan yang nyata dengan bentuk kompos terhadap kadar hijau daun. Terjadinya perbedaan tersebut diduga berhubungan dengan lebih tingginya kandungan nitrogen pada gulma segar.
Nitrogen
merupakan salah satu unsur hara pembentuk klorofil yang menyebabkan daun menjadi hijau. Menurut Pagola et 01. (2009) nitrogen merupakan salah satu komponen struktur utama dari klorofil dan status hara tersebut berkorelasi dengan kehijauan daun. Selain nitrogen, kandungan Mg yang relatif lebih tinggi (Tabel 2) diduga menjadl penyebab lebih hijaunya daun yang mendapat perlakuan gulma siam segar. Magnesium merupakan komponen mineral penyusun klorofil (Laegreid
et 01., 1999) sehingga pemberian gulma siam
dalam bentuk bahan organik segar dapat meningkatkan kandungan klorofil daun. Perlakuan dosis siam tidak memberlkan pengaruh yang nyata terhadap tingkat hijau daun dlduga karena sumbangan N oleh gulma inl sebagai bahan organik menyebabkan kadar N total tanah setiap perlakuan memiliki nilai yang relatif sama yaltu pada kisaran 0,09-0,1% (data tidak ditunjukkan) sehlngga berdampak terhadap kadar hijall daun.
138
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan gulma siam dalam bentuk pupuk hijau (segar) menghasilkan berat basah berangkasan atas tanaman lebih tinggi dibandingkan perlakuan kompos. Hal ini diduga berhubungan dengan lebih banyaknya jumlah daun dan kadar klorofil akibat perlakuan tersebut sehingga fotosintat
yang dihasilkan juga lebih banyak yang
menyebabkan bobot tanaman menjadi lebih besar. Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk melakukan proses fotosintesis dan proses tersebut dibantu oleh adanya klorofil. Penyebab lain diduga berhubungan dengan kandungan hara yang dimi!jld bahan organik tersebut.
Selain fosfor, kandungan hara pada gulma siam segar lebih tinggi dibandingkan
dalam bentuk kompos sehingga hal tersebut menyebabkan bobot tanaman menjadi lebih tlnggi. Nwinuka i2009) menyatakan bahwa daun Chromo/aena odorata kava akan minerai seperti Ca, Na, K, Fe, Mn,ln, Cu, P, dan Mg. Tldak nyatanya pengaruh dosl ...hahan orgrlnlk tp.rhrldar klnrofil daun (Tabel 4) juga berdampak terhadap tidak nyatanya berat basah berangkasan atas tanaman karena klorofil merupakan prasyarat terjadinya fotosintesis yang menghasilkan peningkatan karbohidrat bagi tanaman. Menurut Channappagoudar
et JI. (2007) l.:lju futosintl:sjs Ja(, kader klofOfil Yii,lg ~bih tinggi
meningkatkan total akumulasi bahan kering.
SIMPULAN DAN SARAN 1. Apllkasi gulma siam dalam bentuk pupuk hijau dan kompos berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, kadar hijau daun, dan berat berangkasan atas tanaman. 2. Gulma siam yang diaplikasikan dalam bentuk pupuk hijau memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dalam bentuk kompos terhadap peningkatan jumlah daun, kadar hijau daun, dan berat berangkasan atas tanaman sedangkan gulma siam dalam bentuk kompos memberikan pengaruh lebih baik terhadap peningkatan kadar bahan organik tanah. 3.
Oosis gulma siam (15 Mg ha') sebagai bahan organik berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah daun sawi
4. Tldak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan bentuk dan dosis gulma siam sebagal bahan organik terhadap pertumbuhan
tanaman (jumlal'l daun, panjang tajuk, Kadar
klorofil daun, dan berat basah berangkasan atas) maupun Kadar bahan organik tanah.
UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini di(i~nai g~ri DIPA l)n~yiah Tahun Anggaran 20l0, No.: 00117/023-04.2/112Q10 Tanggal 31 Desember 2009 dan untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
dana tersebut. Selain itu juga kepada Sdr. Wan Muhammad Ikhsan yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Baldi, E., Toselli, M., Marcolini, G., Quartieri, M., Cirillo, E., Innocenti, A., Marangoni, B., 2010. Compost can successfully replace mineral fertilizers in the nutrient management of commercial peach orchard. Soil Use Manage. 26, 346-353 Channappagoudar, B.B., N.R.Biradar, J.B.P & C.A.A. Gasimani. 2007. Utilization of Weed Biomass as an Organik Source in Sorghum. Karnataka 1. Agric. Scl., 20(2): 245-24
139
Cooperband, L. 2002. Building Soil Organic Matter with Organic Amendments. Center for Integrated Agricultural Systems. University of Wisconsin-Madison. http://www .das.wisc.edu/wp-content/ uploadstl008/07/soi lorgmtr. pdf W. T. Crow and R. A. Dunn. 2013. Soil Organic Matter, Green Manures and Cover Crops For Nematode Management. UF/IFAS Extension. University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/vh037 Dlamini, P., P. Chivenge, A. Manson, & V. Chaplot. 2014. land degradation impact on soil organic carbon and nitrogen stocks of sub-tropical humid grasslands in South Africa Geoderma 235-236 :372-381 Donahue, R.L., R.W. Miller, & J.c. Shickluna. 1990. Soils-An introduction to soils and plant growth. 5th Ed. PHI, New Delhi Kastono, D. 2005. Tanggapan pertumbuhan dan hasil kedelai hitam terhadap penggunaan pupuk organik dan biopestisida gulma siam (Chromo/aena odorata). IImu Pertanian Vol. 12 (2): 103 -116 Kone, A.W., E. F. Edoukou, J. T. Gonnety, A. N. A. N'Dri, L. F. E.Assemien, P. K. T. Angui, & J. E. Tondoh. 2012. can the shrub Chromo/aena odorata (Asteraceae) be considered as improving soil biology and plant nutrient availability? Agroforest Syst 85:233-245 KriauciUniene, Z., R.Velicka,& S. Raudonius. 2012. The influence of crop residues type on their decomposition rate in the soil: a litterbag study. Zemdirbyste=Agriculture. Vol. 99(3): 227-236 Laegreid, M., O.C. Bockman, O. Kaarstad. 1999. Agriculture, Fertilizers, and the Environment. CABI Publishing, New York MaitiS.K. 2013. Ecorestoration of the coalmine degraded lands. Springer, New Delhi. 361 p. Nawaz, M. & S. George. 2004. Eupatorium [Chromo/aena odorota (L.) King and Robinson] biomass as a source of organik manure in okra cultivation. Short communication. Journal ofTropical Agriculture 42 (1-2): 33-34 Nwinuka, N., B Nwlloh, J Eresama. 2009. Nutritional and potential medicinal value of Chromo/aena odorata leaves. International Journal of Tropical Agriculture and Food Systems. Vol 3, No 2 Okoye, N.H., IJ. Chuku., & PAC. Okoye. 2008. Bloremediation of metals by cassava stems and leaves. /n proceedings of annual international conference and exhibition of chemical society of Nigeria. 22-26/09/08. Warri-Delta State, Nigeria P 423-428 Ozores-Hampton, M., Stansly, P.A., Salame, T.P., 2011. Soil chemical, physical, and biological properties of a sandy soil subjected to long-term organic amendments. 1. Sustain. Agric. 35, 243-259. http://dx.doi.org!10 1080/10440046.2011.554289. Pagola, M., R. Ortiz, I. Irigoyen, H. Bustince, E. Barrenechea, P. Aparicio-Tejo, C. lamsfus & B. tasa- 2009. New method to assess barley nitrogen nutrition status based on image colour analysis: Comparison with SPAD-S02. Computers and Electronics in Agriculture. Volume 65 (Issue 2): 213-218 Reeves, D.W. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in continuous cropping systems. Soil TIllage Res.43,131-167 Roder, W., S, Maniphone, B. Keoboualapha, & K. Fahrney. 2004. Fallow improvement in upland rice systems with Chromo/aena odorota. /n cairns M (Ed.). Voices from the
140
forest:integrating indigenous knowledge into sustainable upland farming. John Hopkins University Press,Baltimore. Pp 134--143 Sharma, N., P. Buragohain, D.Tandon, & R. Kaushal. 2013. Comparative study of potential cellulolytic and xylanolytic bacteria isolated from compost and their optimization for industrial use. Journal of Agroalimentary Processesand Technologies 19(3), 284-297 Styger, E., E. C. M. Fernandes, H. M. Rakotondramasy, & E. Rajaobelinirina. 2009. Degrading uplands in the rainforest region of Madagascar: Fallow biomass, nutrient stocks, and soil nutrient availability. Agroforest Syst 77:107-122 Suntoro, Syekhfani, E. Handayanto & Soemarno. 2001. Penggunaan Bahan Pangkasan Krinyu (Chromo/aena odorata) untuk Meningkatkan Ketersediaan P, K, Ca, dan Mg pada Oxic Dystrudepth di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivlta. XXIII (1): 20-26 Suwal, M.M., A. Devkota, & H.D. lekhak. 2010. Allelopathic effects of Chromo/aena odorato (l.) King & Robinson on seed germination and seedlings growth of paddy and barnyard grass. SCientific World, Vol. 8, No.8: 73-75 Tetteh, F. M., E.V.Safo, & c. Quansah. 20OS. Decomposition and fertilizing effects of maize stover and Chromotaena odorata on maize yield. Agricultural and Food Science Journal of Ghana. Vol. 7: 541-560 TIsdale, S.L, W.l. Nelson, & J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Ed. Macmillan Publ. Co., New Vorl< Walpola, S.c. & K.K.I.U. Arunakumara. 2011. Carbon and nitrogen mineralization of a plant residue anmended soil. The effect of salinity sress. Sangladish J. Scientific and Industrial Research46(4): 565-572
141
KARAKTERISASI
ULTJSOL 01 PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PTPN 1 PULAU T1GA ACEH TAMIANG
Tetl Arablal, Ashabul Anhar'-,Fikrlnda1,Noor Faiqoh Mardatin1 lStaf Pengajar Faperta, Universitas Sylah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 e-mail:
[email protected] 2Staf Pusat Penelitian Sumberdaya HayatJ dan Bloteknologi, IPB e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelltlan ini bertujuan untuk mengetahul karakterlstik Ultisol dl perkebunan kelapa sawit PTPN I, Kecamatan Pulau Tlga, Kabupaten Aceh Tamiang. Di lapangan diamatl sifat-slfat morfologinya, kemudian diambil bahan tanahnya dari setiap horison dan dianalisis sifat fisika dan kimia dl laboratorium. Pada permukaan ped terdapat deplesi redoks kroma 1, hal Ini menunjukkan reduksi yang kuat. Pada penggal penentu (horison Bt) terdapat peningkatan lIat (horison argilik). Nilai bobot isi berbanding terbalik dengan permeabilitas dan porositas. NUai kadar air pada kapasltas lapang adalah 22 - 24%. Reaksi tanah (pH) berbanding lurus dengan kejenuha n basa (KB), pada semua horison mempunyai nllai KB dan pH yang rendah. C-organlk, N total, P tersedia, dan K dd rendah. Kapasitas tukar kation dan asam-asam dapat dltukar tinggi. Semua horison mempunyai nilai A pH yang mendekatl nol, yang merupakan tanah tua dengan kesuburan tanah rendah. Terdapat faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan tanah, yaitu dijumpai lapisan penghambat perakaran, reaksi tanah masam, C-organik, N total, P tersedla, basa-basa dd, dan KB yang rendah. Kata kunci: karakteristik tanah, Ultisol, pel'kebunan kelapa sawlt
ABSTRACT
Thisstudy was aimed to investigate the characteristicsof Ultisolsin oilpalm plantation at PTPNI, Sub district of Pulau Tlga, District of Aceh Tam/ong. The study observed its morphological characteristics and evaluated its physical and chemical characteristics at each horizon. On the surface of ped, there was a depletion of redox chroma 1 indicating a strong reduction. On the control section (the Bt horizon) there was an increase in clay (argillichonzon). The soils bulk density was inversely proportional to the permeability and porostt». The soils water contents 2224% of field capadty. Soil reaction (pH) at each horizon was low that was proportional to bose saturation (8S). Besides, the so/ls organic C, total N, available P, and exchangeable K were low, while cation exchange capacity and exchangeable acid were hIgh. Horizonshad a L1 pH closing to zero value, an old soil with low soilfertility. There were limiting factors such as inhibiting rooting growth, acid soil reaction, and low in organic C, total N, available P, exchangeable bases, 85. Keywords: soli characteristics, Ultisols,oil palm plantation PENDAHULUAN Pengembangan kelapa sawit rakyat di Aceh umumnya dilakukan pada tanah-tanah suboptimal, dimana hampir 50% areal pengembangan adalah pada tanah ordo Ultisol. Di Aceh terdapat Ultisol seluas 2.763.298 ha (BAPPEDAAceh, 2009). Ultisol adalah tanah berwarna merah kuning yang sudah mengalami proses hancuran ikllm yang sudah lanjut, basa-basanya tercuci sehingga tanah bereaksi masam dan memiliid
291
kejenuhan
AI yang tinggi serta kandungan
unsur hara makro terutama
P, K,
Ca, dan Mg dan
kandungan bahan organik yang rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik. Rendahnya ketersediaan P disebabkan karena terfiksasi liat AI dan Fe membentuk AI-P dan Fe-Pyang sukar larut (Prasetyo dan Suradikarta, 2006). Kendala pengembangan Ultisol pada daerah beriklim basah adalah mempunyai topografi bergelombang yang tukup kompleks. Erosl tanah merupakan salah satu penyebab degradasi lahan yang dominan di samping penyebab lain seperti peneucian hara dan akumulasi unsurunsur beracun. Oleh karena itu lahan ini digolongkan sebagai lahan sub-optimal dengan tingkat produktivitas yang rendah. Tanaman yang dibudidayakan pada Ultisol yang kritis tldak mampu berproduksl seeara optimal jlka dikelola secara konvensional (Hakim et 01., 1997). Penelltian terhadap Ultisol telah banyak dilakukan dl berbagai tempat (Subardja, 1986; SuhardJo dan Prasetyo, 1998; Prasetyo
et 01., 2005; Prasetyo dan Suriadikarta, 2006), namun
demikian karakteristik Ultisol sangat beragam. Ultisol mempunyallima subordo, yaltu: Aquult, Humult, Udult, Ustult, dan Xerult; masing-masing subordo mempunyai karakterlstik yang berbeda-beda (Soil Survey Staff, 2010). Selain itu di perkebunan kelapa sawalt PTPN I Pulau Tiga Aceh Tamiang selama ini belum memiliki data tentang karakterlstlk tanah yang lengkap, hanya uji kesuburan tanah untuk mengetahui dosis pupuk anjuran. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik Ultisol (morfologi, fisika, dan kimia) di perkebunan kelapa sawit PTPNI Pulau nga Aeeh Tamiang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi masyarakat di sekitar perkebunan, dan
sebagai pertlmbangan
bagi pemerintah
setempat
tentang
karakteristlk,
usaha
pengembangan dan pengelolaan Ultisol untuk perkebunan terutama kelapa sawit,
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan sawit rakyat dan PTPN I Pulau Tlga Aceh Tamiang, Provinsl Aceh. Penelitian Ini dlmulai dan bulan April 2013 sampal dengan November 2013. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Admlnistrasi, Peta Jenis Tanah, Peta Penggunaan Lahan, Peta Lereng, dan Peta Geologi, PTPN I Pulau nga Aceh Tamiang, sampel tanah, bahan-bahan kirnla untuk identifikasi tanah di lapangan yaltu: Hel 10% untuk uji kapur, H20230% untuk uji bahan organik, oquodest dan bahan-bahan lainnya yang dipertukan untuk analisis sifat-sifat tanah di laboratorium. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian inl adalah bor tanah, bor kedalaman efektif, GPS (global positioning system), ring sample, kompas, pH tancap, meteran, kamera digital, pisau tanah, kantong plastik, alat-alat tulis, kartu deskripsi pemboran dan profil tanah, buku Munsell Soil Colour Chart, dan alat-alat penggali tanah berupa sekop, cangkul, dan lain-lain. Metode Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif-kuantitatif
(terukur).
Selain itu dilakukan pengamatan langsung terhadap berbagai data dan informasi yang didapatkan di lapangan.
292
Persiapan/Pengumpulan Data Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum penelitian adalah: 1. Studi kepustakaan untuk mendapatkan data, informasi
dan laporan-Iaporan
berhubungan dengan lokasi penelitian. Data dan informasl tersebut dihimpun
yang dari
berbagai media dan instansi terkait. 2. Penyusunan proposal penelitian. 3. Persiapan perlengkapan dan bahan-bahan penelitian. 4.
Pengurusan surat-surat perizinan.
Sistem pengumpulan data yang dilakukan meliputi: a. Pengumpulan data primer, yaitu data yang didapat darl hasil pengamatan lahan di lapangan berupa karakteristik morfologi. Untuk menilai karakteristik fisika dan kimia tanah pada lahan tersebut dilakukan analisis secara lengkap di Laboratorium Fisika Tanah dan Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. b. Pengumpulan data sekunder, merupakan pengumpulan data yang berasal atau yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah terkait berupa data iklim dan peta-peta. Pengumpulan data sekunder juga dilakukan melalui studi kepustakaan berupa dasar-dasar teoritis yang bersumber dari buku teks, jurnal hasH penelitian, internet dan referensi lainnya yang menyangkut dengan daerah penelitian serta wawancara langsung dengan masyarakat setempat.
Hal ini bertujuan
untuk mengkaji tentang keadaan Wl1ayah
penelitian.
Pelaksanaan Kegiatan lapangan 1. Tahap awal adalah persiapan penelitian
berupa menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan di lapangan, kemudian dilakukan survallapangan untuk menetapkan pedon. 2. Setelah dilakukan beberapa kali pemboran, kemudian baru ditetapkan titik pembuatan pedon. Pengambilan titik 3.
koordinat
untuk menentukan
posisi titik
pedon dengan
menggunakan GPS. Pada tltik pengamatan pedon diamatl slfat-sifat fisiografi lahannya yaitu lereng, volume batuan di permukaan tanah, kedalaman efektif, drainase permukaan tanah, penggunaan lahan, vegetasi dan ketinggian tempat.
Kemudian dilakukan pengamatan morfologi
(deskripsi profil) .. 4. Sampel tanah yang diambil meliputi : 1) Contoh tanah tidak terganggu (ring sample) untuk penetapan sifat fisika, yaitu: kadar air pada kapasitas lapang, bobot isi (bulk density), porositas tanah, dan permeabilitas. 2) Contoh tanah terganggu untuk analisis fisika (khususnya tekstur) dan kimia tanah.
Anallsls Tanah di laboratorium Untuk keperluan anallsis sifat fisika tanah di laboratorium, sampel tanah pada ring simple harus segera dianalisis, sedangkan contoh tanah terganggu dlkering-anginkan, ditumbuk, dan
293
diayak dengan ayakan 5 mesh dahulu sebelum dianalisis. Analisis tanah di lapangan dan dl laboratorium disajikan pada Tabell. Anallsis Data 1. Analisis data primer, yaitu data yang didapatkan darl hasil pengamatan lahan dl lapangan dan analisis sampel tanah di laboratorium. 2. Analisis data sekunder yaitu data yang didapat dari instansi terkait (data iklim, peta-peta), serta wawancara dengan masyarakat dl sekitar lokasi penelitian. Analisis data Inl dilakukan sebagai data penunjang untuk karakteristik morfologi, fisika dan kimia tanah di Pulau Tlga Kuala Simpang Aceh Tamiang. Tabell. Metode analisis karakteristik morfologi, fisika dan kimia tanah Analisis Tanah 1. Warna tanah dan karatan 2. Tekstur 3. Kadar air (KA)
pF 2.54 4. Sobotisi 5. Permeabilltas 6. Porositas 7. KA kering mutlak 8. pH H20 dan pH
Metode/ Alat Munsell Soil Colour Chart Pipet (Hukum Stokes) Ring sampel (coremethodJ Ring sampel Permeamater Pengukuran kadar air Kering Oven (105
Analisis Tanah 9. II pH 10. C-organik 11. Basa-basadd (Ca, Mg, K, Na) 12. Kapasitastukar kation/KTK tanah 13. KTKliat
14. KeJenuhanbasa (KB) NH40AC 15. Asam dd (H &AI)
Metode/ Alat/Rumus pH KCI- pH H20 Walkley dan Black 1 N NH40AC pH 7
KTK- n C-org x 100% %Iiat I Basa-basadd x 1000.-6 KTK(NH..OAc) INKCI
0c) 16. xejenuban AI (K.AI)
Elektrometrik
Kd
AI dd x 100% KTK(NH..OAc)
HASILDAN PEMBAHASAN Geologi dan Bahan Induk lembar Langsaskala 1:250.000 (Cameron et 01.,1981) memperlihatkan batuan induk sedimen kelompok lhoksukon berlanjut hingga ke Pulau Tiga dengan formasi Keutapang 'Tule' (Tertary upper Keutapang) yang berumur di antara Miosen Atas dengan Pliosen. Formasi 'Tule'tersusun dari batu pasir (delta sungai), batu pasir mengandung karbon (batu pasir klastika sub litoral), batu lumpur, dan sedikit konglomerat. Karakteristik Morfologl dan Fislka Tanah Karakteristik morfologi dan fisika tanah dapat dilihat pada Tabel 2. WamaTanah Warna tanah merupakan sifat morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa slfat tanah. Tanah dengan drainase jelek atau sering jenuh air berwama kelabu dan menunjukkan adanya reduksi. Dalam Taksonomi Tanah, warna tanah digunakan sebagai penciri suatu horison, tanah dengan regim kelembaban akuik yang kuat (tereduksi) mempunyai kroma rendah (s 2) dan value tinggi (t!: 4) (Soil Survey Staff, 2010).
294
Tabel 2 menunjukkan pada pedon Pulau TIga warna tanah pada horison Ap masuk ke dalam epipedon okrik, walaupun mempunyai C-organik 1.82% (> 0.6%), tetapi mempunyai value lembab 4 (> 3) dan ketebalan horison Ap < 18 em (17 em), sehingga tidak memenuhi syarat sebagai epipedon mollik. Pada horlson Ap, Btl, serta horison Bt2 dan BC dijumpai perrnukaan ped berwarna 5G 6/1 (hijau pucat), lOG 7/1 (kelabu kehijauan terang), serta lOG 8/1 (kelabu kehijauan terang). Hal ini menunjukkan terjadinya reduksi yang kuat, tereerrnin dari nama tanahnya Aquic Arenic Hap/udu/t. Tabel 2. Karakteristik morfologi dan fisika di daerah penelitian PoroKA Warna Tanah Tekstur Bobot PerrneaHorison/ lsi sitas KL Dalam Pasir Debu liat bilitas matriks karata n (em) ......% ...... ...........% .......... gfem3 em/jam Ap 7.5YR 5G 7 45 48 ( 0-17) 4/3 6/1 AB 7.SYR 7 45 1,17 1,38 52,2 32 48 (17-32) 5/8 24 7.SYR lOG 7/1 11 55 1,28 0,15 45,7 Btl 33 (32-79) 5/8 46 1,48 0,27 41,1 22 Btl 5YR6/8 lOY 8/1 34 20 (79-111) 44 25 BC 5YR6/8 lOY 8/1 31 (> 111) Lapisan 10YR 71 21 8 pasir 6/8 Keterangan:7.SYR4/3 = coklat;7.5YR5/8 = coklat kuat; 5YR6/8 = kuningkemerahan;10YR6/8 = kuning kecoklatan;5G 6/1 = hijau pucat; lOG 7/1 & lOY 8/1 = kelabukehijauanterang; KA K1 = kadarair padakapasitaslapang Tekstur Tanah Tekstur adalah perbandingan fraksi pasir, debu, dan Hat dalam massatanah yang ditentukan di laboratorium. Pada pedon Pulau Tiga memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan jumlah liat pada penggal penentu/contro/ section (horiscn Btl dan Btl sebagai horison peneiri Ultisol) yaitu Btl 55% dan menurun pada Bt2 46% dibandingkan dengan horison di atasnya (AB) sebesar 45%. Pada tingkat great group nama tanah adalah Hap/udult (Hapl = sederhana), horison berkembang minimum, hanya 111 em, sedangkan kedalaman > 111 em merupakan horison peralihan dari B ke C (BC), dengan kesuburan yang rendah. Horison B-nya digolongkan ke dalam horison argilik (harison penimbunan liat).
Bobot lsi, Perrneabilitas dan Porositas Tanah Bobot isi sangat erat kaitannya dengan perrneabilitas dan porositas, jika bobot isi tinggi maka permeabilitas dan porositas rendah dan sebaliknya jika permeabilitas dan porositas tinggi maka bobot isi rendah. Semakin tinggi bobot isi maka semakin padat tanah, sehingga semakin rendah permeabilitas tanah. Pedon Pulau Tlga mempunyai nilai bobot isi pada horison Bt (1.28, dan 1.48 gfcm3) lebih tinggi dibanding horison AB di atasnya (1.17 g/em3), hal ini menunjukkan bahwa pada harison Bt tanah paling padat (penimbunan liat). Nilai perrneabllitas berbanding terbalik dengan bobot isi, yaitu terjadl penurunan dan horison AB menuju Bt2 (1.38, 0.15, dan 0.27 em/jam) dengan 295
kriteria agak lambat - lambat, hal ini disebabkan Makin padat tanah gerakan air menuju ke horison bawah Makin lambat. Nilai porositas berkisar dari 45.7 - 41.1% yang diisi oleh air dan udara « 50%), sedangkan sekitar 54.3 - 58.9% diisi oleh bahan padat (mineral dan organik). Suatu tanah yang ideal umumnya diisi oleh air dan udara sekitar 50%, hal Ini menunjukkan bahwa di lokasi tersebut terjadi pemadatan tanah. Pemadatan tanah pada horison argilik (Bt) yaitu horison penimbunan liat, merupakan lapisan penghambat perakaran, terutama untuk tanaman perkebunan yang mempunyai akar yang lebih dalam. Ultisol merupakan tanah yang tidak stabil dan terletak di daerah yang berlereng dapat menyebabkan erosi, dan apabila lapisan tanah yang berada di atas lapisan penghambat perakaran tersebut jenuh air dapat terjadi longsor.
Kadar AirTanah pada Kapasitas Lapang Pedon Pulau Tiga pada penggal penentu memperlihatkan nilai kadar air pada kapasitas lapang (pF 2.54) adalah 22 - 24%. Hal inj sesuai dengan nama tanahnya pada tingkat subgroup adalah Aquic Arenic Hopludult (pada tingkat subgrup terjadi peralihan dar; rejim kelembaban udik menjadi akuik/basah). Terlihat pada profll tanah mempunyai lapisan pasir (orenic) di lapisan bawah, sesuai dengan batuan induknya adalah batuan sedimen pasir (Peta Geologi Lembar Langsa, 1981).
Karakterlstik KlmiaTanah Karakteristik kimia tanah di lokasi penelitian dlsajikan pada Tabel 3.
Reaksl Tanah Nilai angka untuk reaksi tanah dinyatakan sebagai pH. Makin rendah nllal angkanya Makin tinggi tingkat kemasamannya, Makin tinggi nilai angkanya Makin tinggi nllai alkalinitasnya. Tabel 3 menunjukkan pada pedon Pulau Tiga pada penggal penentu (horison Btl dan BU) nilai pH H20 berkisar dari 4.4 - 4.6 (sangat masam - masam), nilai Il pH-nya (selisih pH KCIdengan pH H20) adalah -0.6 sampai -0.4. Tanah-tanah yang subur umumnya memperlihatkan antara nilai pH H20 dan pH KCIturun 1 satuan sehingga Il pH -1, sedangkan pada lokasi penelitian nilai Il pH muatannya hampir mendekati 0 (-0.6 sampal -0.4), bahkan pada lapisan pasir Il pH +0.2 hal ini menunjukkan tanah bermuatan posit if, kesuburan sangat rendah.
C - Organik Tanah Kandungan C-organik pada tiap horison merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik pada tanah tersebut. Kadar C-organik pada pedon Pulau Tiga berkisar darl 0.25 -
0.51% (sangat rendah), sedangkan pada laplsan top solI (horison A dan AB) mempunyai Corganik 3.82 - 1.49% (tinggi - rendah), hal ini dlsebabkan pada laplsan tanah atas dijumpai akar-akar tanaman
kelapa sawit yang melapuk dalam jumlah
yang banyak, sehingga
mempengaruhi nilai C-organik. Kadar C-organik mengikuti pola menurun menurut ke dalam, horison Ap 3.82% menurun hingga ke lapisan pasir 0.08%.
Nitrogen dan Fosfor Kandungan N pada pedon Pulau Tiga sangat rendah - sedang (0.01- 0.44%), P tersedia sangat rendah (1.58 - 8.10 ppm), hal ini sejalan dengan nilai C-organik. Sumber unsur hara nitrogen dan fosfor merupakan hasil dekomposisi dari bahan organik (Hakim et 01., 1986), selain itu
296
hara-hara tersebut juga dapat berasal dari pelapukan batuan yang ada pada tanah tersebut. Fosfor pada pH rendah diikat oleh AI dan Fe, sehlngga ketersediaannya rendah. 8asa-basa Tanah Dapat Ditukar Basa-basa dapat ditukar terdiri dari kation kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) dengan satuan cmol(+) I(g-l atau me/100 g. Nisbah Ca/Mg merupakan petunjuk tingkat pelapukan dan perkembangan tanah secara relatlf. Makin rendah nisbah, makin lanjut pelapukan. Total kation-kation basa dipengaruhi oleh curah hujan dan sifat bahan induk. Semakin tinggi curah hujan maka kandungan basa-basa semakin rendah akibat proses pencuclan yang makin intensif (Arlfln, 1994). Pedon Pulau Tiga pada penggal penentu (horison Btl dan Bt2) nilai pH H20 berkisar dari sangat masam - masam, kompleks pertukaran tanah ditempati
kation-kation basa yang
kandungannya berklsar dari rendah sampal sedang, dengan urutan sebagai berikut: K 0.20 0.23 me/100 g (rendah), Na 0.47 - 0.50 me/100 g (sedans), Ca 6.20 - 4.44 me/1OOg (sedang rendah), dan Mg 0.80 -1.14 me/100 g (rendah - sedang) (Stat Pusat Penelitian tanah, 1983).
Asam-asam Tanah Dapat Ditukar Selain kation-kation basa, pada pedon Pulau liga kompleks pertukaran tanah juga ditempati oleh kation-kation asam daJamjumlah yang sangat banyak (tinggi - sangat tinggi) selain H 3.2 4.2 me/100 g juga AI 18.4 - 8.4 me/100 g (kompleks pertukaran dijenuhi AI 71% dan 47%) yang dapat mengganggu pertumbuhan dan meracunl tanaman (Hardjowigeno, 2003a). Kapasitas Tukar Kation Uat Menurut Tan (1982), kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan kompleks pertukaran tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation-katlon. Variasi nilai KTK mengikuti pol a variasi kandungan C-organik. Nilai KTK llat dapat dlpengaruhi oleh C-organik dan jumlah kation. Tanah dengan KTK yang tinggi mempunyai daya menyimpan unsur hara inggi; tetapi pada tanah masam, KTK Hat yang tinggi mungkin juga disebabkan oleh AI dan H dapat dlpertukarkan yang tinggi. Kandungan kapasitas tukar kation pada pedon Pulau Tlga berkisar 18 - 26 me/100 g tanah (sedang - tinggi), sedangkan nilai pH-nya sangat masarn - masam, hal ini disebabkan pada kompleks jerapan tanah yang dijerap bukan hanya kation-kation basa juga kation-kation asam, sehingga mempunyai nilai KTKsedang - tinggi.
Kejenuhan 8asa Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah dengan pH rendah umumnya mempunval kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah pH tinggi mempunyai kejenuhan basa tinggi pula. Nilai kejenuhan basa (KB) pada pedon Pulau Tlga berkisar 30 - 35% (rendah), hal ini sejalan dengan nilai pH tanah yang sangat masam -
masam. Menurut
Hardjowigeno (2003b)
kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH rendah mempunyai kejenuhan basa yang rendah, karena tanah didominasi oleh kation-kation asam seperti AI dan H.
297
rl
m
00 N
o M
II)
00 r-,
m
ID III
o
en
m
III
'o:t N
CD N
N
N
N
00 rl
00 rl
00
rtl
CD N
u:i o 00 ci
N
N rl
..i
..i
00
o N
-i
u:i
o N iii
r-.
o
00 N
ci
EM
c:
c.C'I'! c. m
<'II
;e di c: Q)
C.
I
Z
10
0 ..
00 N
m N
N N
ci
ci
ci M CD
00 III
.-l
N
o rl 00
r-.
CD
rl
ci
ci
ci
rl
III
III
9
9
o
o III N
III N
00
ci
ci
ci
CD
CD
ciI
o -i
o
ci,
o -i
00
en N
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pedon di daerah penelitian (Pulau Tlga) terdapat deplesi redoks kroma 1 pada permukaan ped, yang menunjukkan reduksi yang kuat. 2. Pedon Pulau Tlga, penggal penentunya (horison Bt) bertekstur Hat. Pada kedua pedon di lokasi penelitian terdapat penambahan tiat sehingga termasuk ke dalam horison argillk. Nilai bobot isi berbanding terbalik dengan permeabilitas dan porositas, serta nila; kadar air pada kapasitas lapang 22 - 24%. 3. Reaksi tanah berbanding lurus dengan kejenuhan basa, yaitu rendah. C-organik, N total, P tersedia, dan K dd rendah. Asam-asam dapat ditukar (H dan AI) tinggi - sangat tinggi dan kapasitas tukar kation sedang - tinggi (18 - 37 me/100 g). Semua horison mempunyai nilai A pH yang mendekati nol, yang merupakan tanah tua dengan kesuburan tanah rendah. Saran Daerah penelitian
mempunyai
beberapa faktor
pembatas, yaitu
lapisan penghambat
perakaran, pH sangat masam - masam, C-organik, N total, P tersedia, basa-basa dd (K, Na, Ca, dan Mg), dan KB rendah, serta asam-asam dd (H dan AI) tinggi, sehingga tanah perlu dikelola dengan cara seperti pemberian bahan organik (limbah kelapa sawit), pengapuran untuk menaikkan pH, penambahan mikorlza yang dapat melarutkan P tanah, dan pembuatan teras pada daerah berlereng.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian lnl merupakan sebagian dari penelitian yang didanai oleh: Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomllndonesia 2011- 2025 (PENPRINASMP3EI 2011-2025)
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. 1994. Pedogenesis Andlsol berbahan induk abu volkan andesit dan basalt pada beberapa zona agrokfimat di daerah perkebunan teh Jawa Barat. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor. BAPPEDAAceh. 2009. Peta Jenis Tanah Provo Aceh Skala 1:1700000. Peta Adm. Provo Aceh, AGDC/Aceh Geospasial Data Centre. Cameron, N.R., A. Ojunuddin, SA Ghazali, H. Harahap, W. Keats, W. Kartawa, Miswar, H. Ngablto, N.M.S. Rock, dan R. Whandoyo. 1981. Peta Geologi ternbar Langsa, Sumatra. Kerjasama Teknik antara Departemen Pertambangan RI dan Overseas Development Administration UK. Hakim, N., G. IsmaiL, Mardinus dan H. Muchtar. 1997. Perbaikan lahan Kritis dengan Rotasi Tanaman dalam Budidaya Lorong. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbangtan. Deptan. Hal. 1656-1664. Hakim, N., Nyakpa MJ., Lubis, A.M., Nugroho, S.G.,Saul, M.R., Diha, M.A., Go, B.H., dan Bailey, H.H. 1986. Oasar-dasarIImu Tanah. Unila. Lampung. Hardjowigeno, S.2oo3a. KlasifikasiTanah dan Pedogenesis.Akademika Pressindo. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2003b. IImu Tanah. Edisi Baru. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 299
Prasetyo, B. H. dan D. A. Suradikarta. 2006. Karakteristik, potensl, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal litbang Pertanian 25(2): 39-46. _____
-r D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisol dari bahan volkan andesitic di lereng bawah G. Ungaran. Jurnal Tanah dan Iklim 23:1-12.
Subardja, D. 1986. Pedogenesis beberapa profil PMK dari batuan sedimen tufa masam di daerah lampung. Him. 83-102. Dalam U. Kurnia, J. Dai, N. Suharta, I.P.G. Widjaya-Adhi, J. Sri Adiningsih, S. Sukmana, J, Prawirasumantri (Ed.). Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah, Cipayung, 10-13 November 1981. Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Suhardjo. H. dan B. H. Prasetyo. 1998. Sifat-slfat flslka kimla dan penyebaran tanah Kandiudults di Provinsi Riau.Jurnal Penelltian Pertanian 17(2): 93-102. Soil Survey Staff. 2010. Soil Taxonomy. 11thEdition, United State Departement of Agriculture. NaturaJ ResearchConservation Service. Washington D.C. Staf Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriterla Penilaian Hasil Analisis Tanah. Puslittan. Bogor. Tan, K.H. 1982. Principles of Soil Chemistry. Marcell Dekker Inc. New York.
300