PENGELOLAAN KOMPETENSI SOSIAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 2 MOJOREBO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Magister Administrasi Pendidikan Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Oleh JUNAIAH Q100140033
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
i
ii
iii
PENGELOLAAN KOMPETENSI SOSIAL GURU SEKOLAH DASAR NEGERI 2 MOJOREBO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN Abstract This research activity aims to examine in depth descriptions of the management of social competence of teachers SD Negeri 2 Mojorebo Wirosari Grobogan on aspects be inclusive, to act objectively, and not discriminatory for consideration gender, religion, race, physical condition, family background and social status economy as well as on aspects of effective communication, empathic, and courteous to students, fellow teachers, staff, parents, and community. This type of research make use of a qualitative approach, descriptive qualitative design with phenomenology which describes views and opinions of informants based on circumstances or facts that exist in the environment around SD Negeri 2 Mojorebo. Sources of data obtained from the principal, teachers, students, observation, and documentation collection techniques triangulation or a combination of interview data, obsrvasi participatory, and documentation study. Analysis of the data used is interactive analysis consists of three components: data reduction, data presentation and conclusion. Based on the results of the analysis of the research objectives are: 1) Primary School Teachers Negeri 2 Mojorebo own social competence both in being inclusive, acting objectively, and not discriminatory, 2) Primary Teachers Negeri 2 Mojorebo own social competence both in communicating effectively, empathetic and polite with fellow educators, staff, parents, and the community, so that the learning outcomes achieved in State Elementary School 2 Mojorebo Subdistrict can be increased in line with expectations. Keywords: be inclusive, acting objectively, teacher competence, management. Abstrak Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang deskripsi pengelolaan kompetensi sosial guru SD Negeri 2 Mojorebo Wirosari Grobogan pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi serta pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun kepada siswa, dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Jenis penelitian ini menggunaka pendekatan kualitati f,d en gan desain kualitatif deskriptif fenomenologi yang menggambarkan cara pandang dan pendapat dari informan berdasarkan situasi atau kenyataan yang ada di lingkungan sekitar SD Negeri 2 Mojorebo. Sumber data dip eroleh d ari Kepala Sekolah, guru, siswa, obs ervasi, dan dokument asi dengan teknik pengumpulan trianggulasi atau gabungan dari data wawancara, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Berdasarkan hasil analisis tujuan 1
penelitian ini adalah : 1) Guru SDN 2 Mojorebo sudah memiliki kompetensi sosial yang baik dalam bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif, 2) Guru SDN 2 Mojorebo sudah memiliki kompetensi sosial yang baik dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai di Sekolah Dasar Negeri 2 Mojorebo dapat meningkat sesuai dengan harapan. Kata kunci: bersikap inklusif, bertindak obyektif, kompetensi guru, pengelolaan. 1.
PENDAHULUAN Pendidikan
merupakan icon fundamental
dalam
rangka
membenahi
kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan, manusia akan memiliki akhlak, moral, ataupun etika yang baik sehingga tercipta kehidupan yang teratur. Dengan pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu merekonstruksi pola pikirnya. Dunia pendidikan saat ini sedang diguncang oleh berbagai perubahan. Perubahan-perubahan ini merupakan penyesuaian dari kebutuhan masyarakat maupun permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat ini. Di Indonesia, permasalahan-permasalahan dalam pendidikan sangatlah bervariasi. Sebagai contoh tawuran antara SMA 70 Jakarta dengan SMA 6 Jakarta yang memakan korban meninggal dunia. Hal ini merupakan ketidakberhasilan dari sebuah proses pendidikan sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan pun sangat sulit untuk dicapai. Pemberitaan media tentang tawuran antarpelajar di Indonesia semakin marak. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat hingga 2014 ini ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang tahun sebelumnya. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun 2012 yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antar pelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia (tewas) sia-sia. Bahkan menurut Ketua Umum Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait bahwa tahun 2014 merupakan tahun darurat terhadap kekerasan anak. (http://beritakaltara.com/?p=2100, pada tanggal 13 Oktober 2015 pukul 10.15). Persoalan tawuran antarpelajar mengindikasikan bahwa kebijakan pendidikan serta penanaman nilai-nilai sosial dari guru belum terealisasi sebagaimana yang diharapkan. Karena itulah menarik untuk mempertanyakan 2
dan menelusuri sejauh mana sekolah dalam hal ini guru sebagai ujung tombak pelaksana lembaga pendidikan formal menjalankan perannya mewujudkan tujuan pendidikan? Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah proses pendidikan. Pada dasarnya guru merupakan pendamping dari peserta didik dalam rangka mengembangkan potensinya dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Berdasarkan Undang-Undang No 14 Th 2005 tentang Guru dan
Dosen seorang guru yang professional hendaknya memiliki 4 kompetensi yaitu : 1) Kompetensi Paedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Profesional, 4) Kompetensi Sosial. Keempat kompetensi ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara kompetensi yang satu dengan yang lain, jadi tidak dapat berdiri sendiri.Kompetensi guru pada dasarnya bertolak dari analisis tugas-tugas guru sebagai pendidik, pembimbing, pengajar maupun sebagai administrator kelas. Salah satu kompetensi guru yang perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah kompetensi social. Proses pendidikan/pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila guru tidak mampu berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu, guru haruslah memiliki sebuah kemampuan dalam bergaul ataupun berkomunikasi dengan peserta didik. Tidak hanya itu, guru juga harus dapat berkomunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sosial. Kemampuan inilah yang sering disebut dengan kompetensi sosial guru. Pengertian kompetensi secara sederhana adalah kemampuan atau kecakapan, Kemampuan atau kecakapan yang dimaksudkan
dalam
kompentensi
itu
menunjuk pada suatu
hal
yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan atau kecakapan
kualitatif
maupun
yang
kuantitatif.
Mc
Ahsan
(1981:45)
mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, kecakapan atau keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dicapai seseorang, yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia mampu mengkinerjakan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor (konatif) tertentu secara memuaskan.
3
Menurut penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Rumusan dalam PP itu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat, yang memiliki kompetensi inti untuk: 1) bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, 2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Dalam
kehidupan
bermasyarakat
diharapkan
guru
mempunyai
karakteristik tersendiri yang sedikit berbeda dengan mereka yang bukan guru. Guru harus bisa berkomunikasi dengan baik secara lisan atau tulisan, dan isyarat dengan baik. Guru harus bisa bergaul secara efektif baik dengan siswa maupun dengan sesama pendidik, wali atau orang tua murid dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitarnya. Seorang guru yang memiliki kompetensi sosial akan diterima baik di lingkungan masyarakat sekitar. Hal tersebut terjadi karena dengan penguasaan kompetensi sosial bagi guru, maka ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat, dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat dimana ia bertugas, serta mampu mengatasi masalah sosial yang timbul di masyarakat. Melihat pentingnya peran komptensi sosial guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan seperti yang telah diuraikan di atas maka pada penelitian ini ada dua masalah yang perlu dicari jawabannya: 1) Bagaimana pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi ?, 2) Bagaimana
4
pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat ? Tujuan penelitian ini ada 2 yaitu: 1) mendiskripsikan pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, 2) mendiskripsikan pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 2.
METODE PENELITIAN Seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan
seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara) sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Dalam dunia pendidikan pendekatan penelitian yang terkenal terbagi menjadi dua penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan tesis ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas penelitian kualitatif juga berfokus pada pengalaman, interpretasi serta makna hidup seseorang yang mengalaminya. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upayaupaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell, 2010 : 5). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi deskriptif fenomenologi yang menggambarkan cara pandang
5
dan pendapat informan berdasarkan situasi yang ada disekitar. (Sugiyono, 2011:14). Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 2 Mojorebo Kecamatan Wirosari Grobogan. Gedung sekolah ini kondisinya masih bagus representatif untuk proses belajar mengajar, terakreditasi baik. Media pembelajaran dan alat peraga pembelajaran yang dimiliki di sekolah ini dapat dikatakan mencukupi untuk mendukung proses belajar mengajar. Tenaga pendidik cukup dengan pendidikan sarjana pendidikan baik yang guru PNS maupun wiyata bakti. Jumlah siswa tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 191 siswa. Kurikulum yang digunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peneliti mengambil lokasi ini sebab sekolah ini ditijau dari segi tenaga pendidik cukup dengan pendidikan sarjana. Sarana prasaraana cukup memadai. Penelitian di Sekolah Dasar Negeri 2 Mojorebo Kecamatan Wirosari Grobogan ini dilaksanakan selama enam bulan, sesuai rancangan pelaksanaan penelitian ini, dimulai dari bulan Agustus sampai Desember 2016. Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian yang sedang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data internal dan sumber data eksternal. Nara sumber adalah pihak yang dapat memberikan informasi data yang dibutuhkan baik primer maupun sekunder. Adapun narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan masyarakat sekitar serta pihak lain yang dapat mendukung penelitian ini.
6
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah trianggulasi atau gabungan dari tiga teknik sekaligus, yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi akan digunakan untuk semua sumber data secara serempak (Sugiyono, 2011:330). Dalam pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data peneliti akan menggunakan teknik pemeriksaan seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:367-378) yakni: 1) Credibility (Derajat Kepercayaan) yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, menggunakan bahan referensi, dan member check, 2) Transferability (keteralihan) yaitu mendeskripsikan secara rinci, jelas, dan sistematis temuan-temuan yang diperolah di lapangan ke dalam format yang telah disiapkan, 3) Dependability (kebergantungan) adalah melakukan audit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, 4) Confirmability (kepastian) adala h menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini data akan dianalisis secara interaktif dan berlangsung secara terusmenerus sampai datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data mengikuti
7
flow model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:337), yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. 3.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil wawancara mendalam,
observasi, dukumentasi terdiri dari berbagai macam variasi data. Data yang peneliti peroleh kemudian divalidasi dan dianalisis. Validasi data sangat perlu dilakukan agar diperoleh data yang valid. Teknik validasi data yang digunakan peneliti teknik analisis interaktif. Analisa data yang digunakan peneliti adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Setelah data divalidasi dan dianalisis, peneliti akan memperoleh data yang mendukung tujuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini ada dua yaitu mendiskripsikan pengelolaan kompetensi sosial guru
pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi dan mendiskripsikan pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi terhadap peserta didik dilakukan kepala sekolah dengan cara memberikan pengarahan dan pembinaaan kepada guru agar guru bersikap terbuka terhadap peseta didik dengan menunjukkan sikap mau menerima dan mengajarkan ilmu kepada semua peserta didik
tanpa
pilih
kasih.
Guru
selama
melaksanakan
pembelajaran
mengembangkan sikap komunikasi dialogis terhadap peserta didik. Ini didukung oleh jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfija (2013) yang menyatakan bahwa faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan inklusif terhadap peserta didik adalah guru dapat untuk bekerja sama dengan anak-anak, sikap terbuka tanpa memandang status sosial, suku dan agama. Guru mengembangkan sikap komunikasi dialogis terhadap peserta didik. Berarti pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
8
tehadap peserta didik dapat dilakukan Kepala Sekolah dengan cara memberikan pengarahan dan pembinaan kepada guru agar guru bersikap terbuka dengan mau menerima dan mengajarkan ilmu kepada semua peserta didik tanpa pilih kasih. Pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif terhadap sesama guru dilakukan dengan cara dilakukan dengan cara menunjukkan sikap terbuka terhadap sesama guru, mengakui keberadaan pengalaman yang dimiliki teman guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Ini selaras dengan jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Anif (2012) yang menyatakan bahwa kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru dengan menjaga hubungan guru dengan teman sejawat, menciptakan suasana yang kondusif tanpa diskriminatif. Berarti pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif terhadap sesama guru dilakukan dengan cara
dilakukan dengan cara menunjukkan sikap terbuka
terhadap sesama guru, mengakui keberadaan pengalaman yang dimiliki teman guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Adapun pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi terhadap masyarakat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap terbuka terhadap masyarakat sekitar, menjalin hubungan yang baik dengan wali murid. Ini didukung oleh jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Keengwe (2010) yang menyatakan bahwa guru memiliki sikap yang ramah, penuh semangat dan hangat dalam berinteraksi dengan warga masyarakat akan dapat membangkitkan motivasi kemajuan pendidikan, rasa senang terhadap warga masyarakat dengan ditunjukkan sikap peduli, sikap akomodatif, sikap bekerjasama. Berarti pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi terhadap masyarakat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap terbuka terhadap masyarakat sekitar, menjalin
9
hubungan yang baik dengan wali murid ditunjukkan sikap peduli, sikap akomodatif, sikap bekerjasama Pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,d an status sosial ekonomi di SD Negeri 2 Mojorebo dilakukan kepala sekolah terhadap tiga objek tersebut adalah peserta didik, guru dan masyarakat sekitar atau wali yang dilakukan kepala sekolah dengan cara memberikan pengarahan dan pembinaaan kepada guru, cara menunjukkan sikap terbuka terhadap masyarakat sekitar, menjalin hubungan yang baik dengan wali murid. Ini selaras dengan jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh Puluhulawa (2013) yang menyatakan bahwa arti semakin baik kecerdasan emosional dan spiritual guru, semakin baik dampak yang dihasilkan dari peningkatan kompetensi sosial guru, terhadap siswa, teman pendidik, dan masyarakan Berarti bahwa pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,d an status sosial ekonomi di SD Negeri 2 Mojorebo dlakukan kepala sekolah terhadap tiga objek tersebut adalah peserta didik, guru dan masyarakat sekitar atau wali yang dilakukan kepala sekolah dengan cara memberikan pengarahan dan pembinaaan kepada guru, cara menunjukkan sikap terbuka terhadap masyarakat sekitar, menjalin hubungan yang baik dengan wali murid. Pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua, dan masyarakat Pembahasan hasil penelitian pengelolaan kompetensi sosial guru SDN 2 Mojorebo aspek berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap peserta didik, dilakukan kepala sekolah dengan cara meningkatkan kemampuan komunikasi guru terhadap peserta didik. Ini dilakukan kepala sekolah dengan mengadakan pembinaan guru secara rutin guru setiap bulan. Ini selaras dengan jurnal hasil penelitian dari Pambudi (2012) yang menyatakan bahwa pembinaan kompetensi bidang sosial dilakukan oleh kepala sekolah dalam kegiatan pembinaan rutin
10
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. Berarti Pembinaan terhadap guru untuk meningkatkan kemampuan komunikasi guru terhadap peserta didik harus dilaksanakan secara rutin minimal sebulan sekali. Pengelolaan kompetensi sosial guru aspek berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap teman sejawat dilakukan kepala sekolah melalui rapatrapat rutin guru setiap bulan. Hal ini mampu memberikan suasana komunikasi dan hubungan pergaulan yang baik dan efektif terhadap teman sejawat di lingkungan sekolah. Ini selaras dengan jurnal hasil penelitian dari Handayani (2009) yang mengatakan kompetensi sosial guru aspek berkomunikasi dan bergaul terhadap sesama teman kerja dapat ditingkatkan oleh kepala sekolah melalui pembinaan guru setiap bulan dan berkala. Hal ini mampu memberikan suasana komunikasi dan hubungan pergaulan yang baik dan efektif terhadap teman sejawat di lingkungan sekolah. Berarti kompetensi sosial guru aspek berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap teman sejawat ditingkatkan kepala sekolah melalui melalui pembinaan guru setiap bulan dan berkala. Pengelolaan kompetensi sosial guru aspek berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap masyarakat atau wali murid dilakukan dengan cara menjalin komunikasi, berdialog dengan wali murid, melalui rapat-rapat rutin komite dan wali murid. Hal ini didukung oleh jurnal hasil penelitian dari Martínez (2014) bahwa pengembangan kemampuan kompetensi sosial dan emosional dalam berkomunikasi, interaksi guru terhadap warga masyarakat dapat ditingkatkan cara menjalin komunikasi, berdialog dengan wali murid. Sehingga memecahkan beberapa kesulitan yang ia / dia dapatkan, temukan di dalam kelas dan di luar kelas/ di masyarakat. Berarti Pengelolaan kompetensi sosial guru aspek berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap masyarakat atau wali murid dilakukan dengan cara menjalin komunikasi, berdialog secara efektif. Pengelolaan kompetensi sosial guru pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua, dan masyarakat agar terjadi peningkatan secara terus menerus sehingga sampai pada tataran yang matang terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru khususnya
11
kompetensi sosial. Sebab kompetensi sosial yang dimiliki guru akan sangat berpengaruh terhadap seluruh proses pembelajaran yang dilaksanakan guru.
4. KESIMPULAN Simpulan Pengelolaan kompetensi sosial guru SDN 2 Mojorebo aspek bersikap inklusif dan tidak diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat dan masyarakat atau wali murid dilakukan dengan cara kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru terkait kompetensi sosial guru baik terhadap siswa, teman sejawat maupun kepada wali murid dan masyarakat sekitar sekolah melalui rapat rutin bulanan. Pengelolaan
kompetensi
sosial
guru
SDN
2
Mojorebo
aspek
berkomunikasi dan bergaul secara efektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan masyarakat atau wali murid dilakukan dengan cara kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru terkait kompetensi sosial guru baik terhadap siswa, teman sejawat maupun kepada wali murid dan masyarakat sekitar sekolah melalui rapat rutin bulanan, rapat-rapat rutin komite dan wali murid. Saran Penelitian ini disarankan kepada ; 1) Kepala Sekolah dapat mengelola dan
memberdayakan semua warga sekolah dan selalu berusaha untuk dapat
meningkatkan kerjasama dengan wali murid, kepala sekolah senantiasa diharapkan aktif menumbuhkan sikap keterbukan menjalin komunikasi dan hubungan yang efektif dengan semua pihak. Seperti kunjungan ke rumah peserta didik (”home visitation”) yang direncanakan dan untuk kepentingan sekolah. 2) Guru hendaknya selalu meningkatkan profesionalismenya terutama kompetensi sosialnya, menunjukkan sikap kasih sayang, keramahan dan kepedulian yang tinggi terhadap peserta didik tanpa membeda-bedakan latar belakang mereka, mengikuti perkembangan masyarakat, selalu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat
yang dapat dimasukkan ke dalam rencana
perkembangan pendidikan. Serta curah pendapat dengan teman sejawat terkait dengan masalah-masalah pembelajaran. 3) Wali murid disarankan untuk terlibat
12
secara aktif dalam rangka menumbuhkan rasa keterbukaan, menjalin komuniaksi dan menjaga pergaulan atau hubungan yng harmonis dan efektif antara sekolah dan wali murid. Bentuk keaktifan itu diantaranya wali murid diharapkan senantiasa menghadiri setiap undangan dari sekolah dalam rangka rapat komite, maupun pembagian raport akhir semester.
DAFTAR PUSTAKA Anjum. 2014. Kompetensi Sosial Guru. https://ahmadmuhli.wordpress.com/ 2012/03/01/ kompetensi-sosial-guru Baimenova,
B.
2015.
Psychological
Readiness
of
Future Educational
Psychologists for the Work with Children in the Conditions of Inclusive
Education.
http://dx.doi.org/
10.1080/
02607476.2013.864016 Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Florian, L. 2009. The inclusive practice project in Scotland: Teacher education for inclusive education. http://www.scribd.com/ science/article/ pii/S1877042815056128 Ghifari, E. 2012. Kompetensi Sosial, http://www.scribd.com/doc/47441892/BAB2-
kompetensi-sosial, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012
pukul 19.16. López Martínez, M. 2014 The Social and Emotional Competences in the Earliest Academic Training of Compulsory Education Teachers within Multicultural
Contexts.
http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S1075293596900112 Makinen, M. 2013. Becoming engaged in inclusive practices
Narrative
reflections teaching as descriptors of teachers' work engagement.
13
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/ S1877042813034988 Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,. Bandung:PT Remaja Rosdakarya..
Pambudi , J. A. 2012. Pembinaan Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Kepribadian Dalam Kerangka Profesionalisme Guru (Studi Situs Di Smk Negeri 9 Surakarta). Thesis thesis, Universitas Muhammadiyah Surakrta. Puluhulawa, C. W. 2013 The Role of Emotional and Spiritual Intelligences in Improving Teachers’ Social Competence. http://www.sciencedirect.com/ science/article/14pii/S0742051X16300324
14