SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
[AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS]
[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]
[Endang Sujana, S.Pt., MP.]
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
a. Kompetensi Inti : Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) : Mengelola dan mengevaluasi kegiatan agribisnis Ternak Unggas c. Materi Pembelajaran : XX. Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas Kegiatan produksi tidak lepas dari manajemen produksi, yaitu bagaimana mengelola input dan sarana produksi untuk digunakan dalam proses produksi yang akhirnya menghasilkan produksi primer.
Pemanfaatan fungsi-fungsi manajemen sangat penting dalam subsistem
produksi primer, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi semua diupayakan untuk mendukung kegiatan produksi.
Subsistem Input dan Sarana Produksi
Subsistem Budidaya
Subsistem Pengolahan
Subsistem Pemasaran
Subsistem Lembaga Penunjang: Lembaga Penelitian, Bank, Pemerintah, Koperasi, Lembaga Pelatihan, dsb
Produksi primer agribisnis adalah sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, 1
kehutanan, dan perkebunan). Produksi primer pertanian dapat diartikan sebagai hasil proses kegiatan budidaya yang menghasilkan produk dasar (raw material) agribisnis, baik yang siap untuk dikonsumsi ataupun harus diolah terlebih dahulu agar dapat dikonsumsi. Pengelolaan Agribisnis Harus memahami teknis pengelolaan peternakan karena setiap komoditas memiliki ciri khas masing-masing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya peternakan: komoditas adalah mahluk hidup, pada masa awal pertumbuhan sangat rentan terhadap penyakit, resiko kematian, dan adanya ketidakpastian usaha (terutama pada ayam broiler). Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan dalam usaha produksi di bidang agribisnis meliputi pengawasan dalam hal anggaran, proses produksi, input dan sarana produksi, jadual kegiatan, dan sebagainya. Evaluasi terhadap kegiatan produksi dapat dilakukan secara rutin atau berkala, mulai saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana dapat diantisipasi dengan cepat dan kerugian pun dapat segera diminimalisasi.
Bedah Kasus Analisis Usaha AYam Broiler (kemitraan) Pola kemitraan antara perusahaan peternakan dengan peternak rakyat sudah diperkenalkan pemerintah sejak tahun 1984 yang dikenal dengan PIR Prunggasan. Pelaksanaan PIR perunggasan waktu itu merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 50 Tahun 1981. Inti dari Keppres No. 50 Tahun 1981 tersebut adalah : 1. Perusahaan peternakan ayam ras diperbolehkan bergerak pada industri dan atau pada industri hilir ayam ras, sedang usaha budidaya ayam ras hanya untuk peternak rakyat. 2. Skala usaha budidaya dibatasi (750 ekor per siklus untuk ayam pedaging atau 5.000 ekor per siklus untuk ayam petelur) untuk mencegah kelebihan penawaran. Pola usaha perunggasan yang berkembang saat ini bervariasi tergantung dari aktivitas, modal dan penguasaan pasar. Pelaku usaha pada perunggasan diklasifikasikan menjadi : industri peternakan, agen/poultry shop, koperasi, kelompok tani/ternak dan peternak.
2
Pola usaha perunggasn ditingkat peternak terdiri atas pola mandiridan pola kemitraan. Pola kemitraan perunggasan yang berkembang saat ini terdiri atas : Pola Makloon, Pola Kontrak Harga dan Pola Sewa Kandang. Pola Mandiri 1. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sejumlah modal untuk pembelian DOC, pakan dan obat-obatan. 2. Pemasaran hasil produksi dilakukan langsung ke pasar atau ke bandar ayam. 3. Harga sarana produksi (harga DOC, pakan dan obat-obatan) dan harga ayam panen berdasarkan harga pasar. 4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah), namun berpeluang memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila harga ayam hasil panen tinggi. 5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak. Pola Makloon 1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja. 2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil. 3. Peternak menerima imbalan Rp 650,- per ekor DOC yang dipelihara dari pihak inti dan memiliki hak atas pupuk kandang dan karung ransum. 4. Prestasi peternak dihargai dengan bonus (mortalitas, FCR dan IP). 5. Peternak tidak menanggung resiko usaha (sakit dan harga murah) 6. Indeks produksi atau indeks performan diukur melalui perhitungan :
IP
BB ayam rata - rata x persentase ayam hidup x 100 umur ayam rata - rata x konversi ransum (FCR)
Pola kontrak Harga 1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja. 2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil. 3. Sebelum proses produksi dilaksanakan, ada perjanjian/ kesepakatan antara inti dan plasma mengenai harga DOC, pakan, obat-obatan dan harga ayam panen. 3
4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah), serta kehilangan peluang memperoleh harga panen yang lebih baik (bila harga hasil panen tinggi). 5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak.
Pola Kontrak Kandang Peternak mengontrakkan kandang pada pihak lain dengan besaran nilai kontrak antara Rp 150,- s/d Rp 300,- per ekor ayam per periode pemeliharaan.
10.3. Data Hasil Panen dan Asumsi Tenis Nama Peternak
: Bapak Dadan Dahlan
Periode
: 03 Juli – 01 Agustus 2006
Jumlah DOC
: 5.000 ekor dan bonus 80 ekor
Strain DOC/Breeder
: Cobb/PT. Anwar Sierad
Jumlah ayam dipanen
: 4.930 ekor
Berat ayam dipanen
: 7.605 kg
Berat rata-rata
: 1,43 kg
Kematian
: 96 ekor (1,89 %)
Mati di box
: 4 ekor (0,08 %)
Culling/afkir
: 50 ekor (0,98 %)
Total jumlah ayam
: 5.080 ekor
Konsumsi ransum
: 10.230 kg
Konsumsi ransum per ekor
: 2,01 kg
Umur panen
: 30 hari
FCR
IP
10.230 kg Konsumsi ransum 1,45 Berat ayam dipanen 7.065 kg
1,43 x 98,11 x 100 322,52 30 x 1,45 4
Ketentuan Kontrak Harga : 1. Harga DOC 2. Harga ransum 3. Harga ayam
4. 5. 6. 7.
: Rp 3.500 : Rp 3.000 per kg : Bobot 1,10 – 1,39 = Rp 9.500 Bobot 1,40 – 1,59 = Rp 9.000 Bobot 1,60 – 1,80 = Rp 8.700 Biaya Obat-obatan : Rp 250 per ekor Biaya tenaga kerja : Rp 150 per ekor Biaya sewa kandang : Rp 250 per ekor Biaya operasional : Rp 150 per ekor Catatatan : Bila harga ayam dipasaran lebih rendah dari harga kontrak, maka berlku harga kontrak. Sebaliknya bila harga dipasaran lebih tinggi dari harga kontrak maka selisih harganya 10 – 40 % diberikan kepada peternak.
Asumsi harga dipasaran : 1. Harga DOC 2. Harga ransum 3. Harga ayam
4. 5. 6. 7.
: Rp 3.300 : Rp 2.950 per kg : Bobot 1,10 – 1,39 = Rp 10.000 Bobot 1,40 – 1,59 = Rp 9.700 Bobot 1,60 – 1,80 = Rp 9.300 Biaya Obat-obatan : Rp 225 per ekor Biaya tenaga kerja : Rp 150 per ekor Biaya sewa kandang : Rp 250 per ekor Biaya operasional : Rp 150 per ekor Catatatan : Harga ayam dipasaran tidak tetap/fluktuatif tergantung situasi pasar.
Perhitungan Analisis Usaha A. Analisis Usaha Pola Mandiri Input :
Bibit/DOC Ransum
= 5.000 ekor x Rp 3.300 = Rp = 5.000 ekor x 2,01 kg x Rp 2.950 = Rp
Sewa kandang Tenaga kerja Obat-obatan Biaya Operasional
= = = =
5.000 ekor x Rp 250 5.000 ekor x Rp 150 5.000 ekor x Rp 225 5.000 ekor x Rp 150
= = = =
16.500.000 30.178.500
Rp Rp Rp Rp
1.250.000 750.000 1.125.000 750.000
Rp
50.553.500
5
Output :
Ayam hidup Pupuk kandang
= 4.930 ekor x Rp 9.700 x 1,43 kg = Rp = 250 sac x Rp 2.500 = Rp Rp Keuntungan usaha = output – input = Rp 69.155.500 – 50.553.500 = Rp 18.602.000 per periode
68.530.500 625.000 69.155.500
B. Analisis Usaha Pola Makloon Ketentuan Pembayaran Makloon : 1. Upah pokok pelihara : Rp 650,-/ekor check in 2. Bonus mortalitas
: Rp 25,-/ekor check out (di bawah 5%) Rp 50,-/ekor check out (di bawah
3%) 3. Bonus FCR : Rp 50,-/ekor check in (Bonus FCR diperoleh peternak apabila selisih FCR – BB 0,25) 4. Bonus IP 230 – 249 : Rp 50,-/ekor check out 250 – 269 : Rp 100,-/ekor check out 270 – 289 : Rp 150,-/ekor check out 290 – 309 : Rp 200,-/ekor check out 310 : Rp 250,-/ekor check out Input : Sewa kandang = 5.000 ekor x Rp 250 Tenaga kerja = 5.000 ekor x Rp 150 Biaya Operasional = 5.000 ekor x Rp 150 Output Upah pokok pelihara Bonus mortalitas Bonus FCR Bonus IP 230 – 249 Pupuk kandang
= = = = =
5.000 ekor x Rp 650 4.930 ekor x Rp 50 5.000 ekor x Rp 100 4.930 ekor x Rp 250 250 sac x Rp 2.500
= Rp = Rp = Rp Rp
1.250.000 750.000 750.000 2.750.000
= = = = =
3.250.000 246.500 500.000 1.232.500 625.000 5.854.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Keuntungan usaha = output – input = Rp 5.854.000 – 2.750.000 = Rp 3.104.000 per periode
6
C. Analisis Usaha Pola Kontrak Harga Input :
Bibit/DOC
= 5.000 ekor x Rp 3.500
= Rp
17.500.000
Ransum Sewa kandang Tenaga kerja Obat-obatan Biaya Operasional
= = = = =
= = = = =
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
30.690.000 1.250.000 750.000 1.250.000 750.000 52.190.000
= 4.930 ekor x Rp 9.000 x 1,43 kg = Rp = 250 sac x Rp 2.500 = Rp Rp Keuntungan selisih harga = 700 ekor x 20 % x 7.065 kg = Rp Rp Keuntungan usaha = output – input = Rp 65.199.100 – 52.190.000 = Rp 12.020.000 per periode
63.585.000 625.000 64.210.000 989.100 65.199.100
5.000 ekor x 2,01 kg x Rp 3.000 5.000 ekor x Rp 250 5.000 ekor x Rp 150 5.000 ekor x Rp 250 5.000 ekor x Rp 150
Output : Ayam hidup Pupuk kandang
D. Analisis Usaha Pola Kontrak Kandang Ketentuan Pembayaran pola kontrak kandang Rp 150 – 300 (Rp 250,-/ ekor/periode). Jadi biaya sewa kandang yang diperoleh pemilik kandang Rp 1.250.000,-/periode.
Studi Kelayakan 1. Nilai Bersih Sekarang (NPV/ Net Present Value) Selisih antara manfaat dengan biaya pada tingkat faktor diskonto tertentu. Jika NPV > 0 usaha “go”, NPV = 0 usaha BEP, NPV < 0 tidak layak/rugi 2. Manfaat Bersih dari Ratio Biaya (BCR/ Benefit Cost Ratio) Perbandingan antara manfaat dengan biaya Jika BCR > 1 usaha “go”, BCR = 1 usaha BEP, BCR < 1 tidak layak/rugi 3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/ IRR) Tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha/ proyek Nilai Discount rate I yang membuat NPV dari suatu usaha/ proyek sama dengan nol (0) 7
8