PENGARUH WADAH, RUANG DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KILEMO (Litsea cubeba Persoon L.) Oleh : Eliya Suita Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX. 105 Bogor, Tlp. 0251-8327768 Email :
[email protected] ABSTRAK Penurunan kualitas benih merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Untuk menjaga agar selama penyimpanan viabilitas benih tetap dapat dipertahankan, maka benih yang disimpan haruslah benih yang mempunyai mutu fisik dan fisiologis yang tinggi dan menggunakan teknik yang tepat dalam penyimpanan.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui mutu fisik dan pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas benih kilemo. Kegiatan penyimpanan benih menggunakan perlakuan, benih disimpan di ruang kamar (temperatur 25-30°C dan kelembaban nisbi 70-80%), ruang Refrigator (temperatur 8-12°C dan kelembaban nisbi 30-50%). dan ruang DCS (temperatur 4-8°C dan kelembaban nisbi 80-90%), dengan menggunakan wadah plastik, plastik press (Vacuum sealer), dan kantong blacu. Penyimpanan benih dengan periode simpan selama 16 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air awal benih kilemo berkisar 13,01% - 14,68%. Kemurnian benih kilemo 96,77%. Rata-rata berat 1000 butir benih kilemo berkisar (21,36-27,86gram), atau berat per 1 kg benih kilemo berkisar (35.890-46.821 butir). Benih kilemo yang disimpan selama 16 minggu mempunyai daya berkecambah tertinggi terdapat pada benih yang disimpan selama 2 minggu (52%) dengan wadah simpan blacu dan di sipan di ruang kamar. Tetapi untuk penyimpanan lebih dari 2 minggu sebaiknya disimpan di kulkas dengan wadah plastik.
Kata kunci : Kilemo, Periode, ruang, wadah, dan viabilitas I. PENDAHULUAN
Kilemo atau Lemo (Litsea cubeba Persoon L.) termasuk ke dalam family Lauraceae (Heyne, 1987), merupakan pohon penghasil minyak atsiri potensial, karena semua bagian pohon yaitu, buah, kayu, kulit kayu dan akar dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku minyak atsiri, berbau harum sekali seperti baunya tanaman jeruk. Sampai saat ini masyarakat belum membudidayakan jenis pohon ini, sehingga kegiatan pemanfaatan Kilemo dengan cara menebang pohon yang menyebabkan keberadaan jenis ini di alam berangsur-angsur mengalami kelangkaan.
1
Untuk mendukung keberhasilan penanaman, diperlukan penyediaan benih bermutu.
Untuk menjamin persedian benih yang bermutu untuk suatu program
penanaman maka diperlukan penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di persemaian dan penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi kasus semacam ini jarang sekali terjadi. Dalam iklim musiman dengan musim tanam yang relatif pendek, waktu penyemaian biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang memadai untuk ditanam pada saat awal musim tanam. Dengan demikian benih harus disimpan selama periode pemanenan sampai penyemaian, atau penyimpanan jangka pendek kurang dari satu tahun. Penurunan kualitas benih merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Untuk menjaga agar selama penyimpanan viabilitas benih tetap dapat dipertahankan, maka benih yang disimpan haruslah benih yang mempunyai mutu fisik dan fisiologis yang tinggi dan menggunakan teknik yang tepat dalam penyimpanan. Penelitian pendahuluan jenis kilemo ini (Heryati et al., 2006 dalam Rostiwati et al., 2010), menunjukkan bahwa benih lemo bersifat rekalsitran dan tidak dapat disimpan lama, dan benih mulai berkecambah pada hari ke 42 dengan persen kecambah rata-rata 63%. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui mutu fisik dan pengaruh penyimpanan terhadap viabilitas benih kilemo II. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan Juni sampai November 2013.
B. Bahan dan Alat Bahan penelitian yang digunakan adalah benih kilemo berasal dari Aeknauli – Medan (Sumatera Utara), dengan media perkecambahan pasir dan tanah (1 : 1) (v/v)). Peralatan yang digunakan meliputi bak kecambah, oven, inkubator, analitik, label, kantong plastik, kain blacu dan lain-lain.
2
timbangan
C. Rancangan Penelitian Tujuan penyimpanan adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dengan demikian maka kita perlu mencari ruang simpan dan wadah simpan yang cocok agar dapat mempertahankan viabilitas benih kilemo. Dengan demikian penyimpanan benih menggunakan beberapa perlakuan yaitu , benih disimpan di ruang kamar (temperatur 25-30°C dan kelembaban nisbi 70-80%), ruang Refrigator (temperatur 8-12°C dan kelembaban nisbi 30-50%). dan ruang DCS (temperatur 4-8°C dan kelembaban nisbi 80-90%), dengan menggunakan wadah plastik, plastik press (Vacuum sealer), dan kantong blacu,
kemudian menyimpan benih dengan periode simpan selama 16
minggu. Menurut Heryati et al., 2006 dalam Rostiwati et al., 2010, benih kilemo bersifat rekalsitran dan tidak dapat disimpan lama, sehingga penelitian penyimpanan dilakukan dengan periode jangka pendek. Pada setiap periode simpan diuji kadar air dan perkecambahannya (daya berkecambah dan kecepatan berkecambah. Untuk penaburan masing-masing perlakuan terdiri dari 50 benih dengan 4 ulangan.
D. Pelaksanaan Penelitian Penyiapan benih kilemo yang digunakan adalah dengan mengekstraksi buah kilemo yang sudah masak fisiologis yang ditandai dengan buah sudah berwarna hitam kemerahan dan sudah lunak. Buah kilemo diektraksi dengan ekstraksi basah dengan memisahkan benih dengan kulit buah, kemudian dicuci bersih dengan air mengalir. Benih yang sudah bersih di angin-anginkan dulu selama lebih kurang 24 jam. Benih yang telah siap, diuji mutu fisiknya (Kadar air, kemurnian dan berat 1000 butir) dan disimpan ke dalam wadah plastik, plastik press (Vacuum sealer), dan kantong blacu, dan disimpan selama 16 minggu, dengan periode tabur setiap 2 minggu. Benih sebelum ditabur direndam dengan air biasa selama 24 jam. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari dengan parameter yang diamati daya berkecambah dan kecepatan berkecambah.
E. Pengamatan dan Analisis Data Pada setiap periode simpan benih ditabur pada bak kecambah dengan media pasir tanah dan diuji kadar airnya. Pengamatan dilakukan pada kadar air, persen daya berkecambah dan kecepatan berkecambahnya. Perhitungan persen daya berkecambah dan kecepatan berkecambah mengikuti standar ISTA (ISTA, 2010). 3
penelitian ini menggunakan RAK Faktorial, dengan perlakuan Faktor A berupa ruang simpan dan Faktor B berupa wadah penyimpanan.
Periode
penyimpanan, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 minggu. Apabila diantara perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mutu fisik benih (Kadar Air, kemurnian dan berat 1000 butir) Jenis kilemo mempunyai kadar air awal berkisar 13,01%-14,68%. Secara fisiologis benih terbagi dalam 2 kategori yaitu benih ortodok yang toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%) dan viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah, serta benih rekalsitran yang tidak tahan terhadap pengeringan (kadar air awal benih 20-50%) dan tidak dapat disimpan pada suhu rendah, sehingga tidak mampu disimpan lama (Bonner, et.al. 1994). Benih kilemo, walaupun kadar airnya tidak terlalu tinggi di bawah 15% tetapi menurut penelitian sebelumnya benih ini cepat menurun viabilitasnya (Heryati et al., 2006 dalam Rostiwati et al., 2010). Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot benih menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain yang terkandung di dalamnya. ISTA (2010). Benih kilemo mempunyai kemurnian yang cukup tinggi yaitu di atas 96,77%. Penentuan berat 1000 butir benih digunakan untuk memprediksi jumlah benih dalam 1 kg yang sangat berguna dalam perencanaan penanaman terutama dalam penentuan jumlah benih yang diperlukan untuk persemaian guna memenuhi target bibit siap tanam. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata berat 1000 butir benih kilemo berkisar (21,36-27,86gram), atau berat per 1 kg benih kilemo berkisar (35.890-46.821 butir).
B. Penyimpanan benih kilemo Hasil analisis statistik (Tabel 1.) menunjukkan bahwa antar level dalam faktor ruang simpan, antar level dalam faktor wadah simpan dan antar level dalam faktor periode simpan , begitu juga interaksi ruang simpan dengan wadah simpan, ruang simpan dengan periode simpan, wadah simpan dengan periode simpan serta interaksi ruang, 4
wadah dan periode simpan berpengaruh secara signifikan terhadap kadar air, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah benih kilemo. Tabel 1. Nilai F-hitung berbagai perlakuan pada penyimpanan benih kilemo, parameter kadar air benih, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah Sumber Variasi Derajat F-hitung bebas Kadar air Daya Kecepatan benih berkecambah berkecambah Ruang simpan (A) 2 837,18* 138,84* 163,02* wadah simpan (B) 2 910,81* 124,95* 142,64* Periode simpan (C) 7 13,19* 162,94* 189,07* Interaksi A*B 4 424,52* 72,99* 82,17* (interaction A*B) Interaksi A*C 14 13,22* 33,33* 43,55* (interaction A*C) Interaksi B*C 14 6,09* 7,74* 9,71* (interaction B*C) Interaksi A*B*C 28 6,58* 9,74* 9,60* (interaction A*B*C) Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh sangat nyata (95%) a. Hasil uji lanjut pengaruh ruang simpan terhadap daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan kadar air.
Gambar 1. Pengaruh ruang simpan terhadap DB, Kct dan KA Keterangan : DB = Daya Berkecambah, Kct = Kecepatan berkecambah dan KA = Kadar Air Benih kilemo yang disimpan selama 16 minggu di ruang refrigator, DCS dan kamar menghasilkan rata-rata daya berkecambah terbaik selama penyimpanan terdapat pada benih yang disimpan di ruang refrigator. Kadar air benih dapat dipertahankan selama penyimpanan, yaitu apabila benih disimpan di ruang DCS. Sesuai dengan Seebr dan Agpaoa. (1976) dalam Schmidt. (2000) Viabilitas dari
5
banyak benih dapat dipertahankan lebih lama bila benih disimpan pada suhu tetap daripada suhu berfluktuasi. Dan menurut Ilyas (2012), dua faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih adalah kadar air benih (efek dari RH) dan suhu. b. Hasil uji lanjut pengaruh wadah simpan terhadap daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan kadar air.
Gambar 2. Pengaruh wadah simpan terhadap DB, Kct dan KA Benih yang disimpan selama 16 minggu dengan menggunakan wadah plastik, plastik press dan kain blacu menunjukkan bahwa yang dapat mempertahankan daya berkecambah sampai akhir penyimpanan adalah dengan menggunakan wadah plastik dan plastik press. Wadah simpan plastik dan plastik press juga dapat mempertahan kadar air benih selama penyimpanan. Sedangkan penyimpanan dengan wadah blacu kadar airnya terus menurun selama penyimpanan karena sifat poros kain blacu yang menyebabkan kadar air benih mudah berfluktuasi sesuai dengan suhu dan kelembaban di sekitarnya. Menurut Schmidt (2000), mengatakan bahwa benih secara bersamaan bisa merubah kadar airnya melalui penyerapan hingga mencapai keadaan seimbang dengan atmosfir. Sesuai dengan penelitian kesambi yang disimpan di ruang kamar selama 3 bulan dengan wadah blacu, dengan kadar air awal 21,99% turun menjadi 7,79% ( Suita dan Ismiati, 2011). c. Hasil uji lanjut pengaruh periode simpan terhadap daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan kadar air.
Gambar 3. Pengaruh periode simpan terhadap DB, Kct dan KA 6
Penyimpanan
benih kilemo yang disimpan selama 16 minggu terjadi
penurunan daya berkecambah yang terus menerus sampai benih tidak berkecambah lagi, tetapi nilai kadar air benih tidak turun secara drastis seperti daya berkecambah, sehingga kadar air benih pada akhir penyimpanan masih di atas 5%. Menurut Hong and Elis (1996), bila benih mampu dikeringkan hingga kadar air 10-12% masih hidup, namun ketika pengeringan dilanjutkan dan mencapai kadar air kurang dari 5% benih tersebut mati, maka benih tersebut dapat dikategorikan intermediate (semi rekalsitran).
Tabel 2. Pengaruh interaksi ruang, wadah dan periode simpan terhadap daya berkecambah, Kecepatan berkecambahn dan Kadar air benih kilemo Ruang Simpan
Wadah Simpan
Refrigator
Plastik
Press
Blacu
DCS
Plastik
Press
Periode Simpan (Minggu) 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6
Daya Berkecambah (DB) (%) 23fgh 22fgh 28ef 19hi 26fg 36cd 11jk 6lmno 33de 39bcd 22fgh 11jk 20gh 14ij 7klmn 1no 0 1no 0 0 1no 0 0 0 44b 12jk 2mno 0 0 0 0 0 28ef 10jkl 0
7
Kecepatan Berkecambah (Kcp)(%KN/etmal) 0,47ef 0,39f 0,53e 0,40f 0,53e 0,67d 0,24g 0,10hijk 0,70cd 0,77cd 0,39f 0,23g 0,43ef 0,24g 0,14ghij 0,03jk 0 0,01k 0 0 0,01k 0 0 0 0,74cd 0,20gh 0,04jk 0 0 0 0 0 0,49ef 0,19gh 0
Kadar Air (KA) (%) 0,47ef 0,39f 0,53e 0,40f 0,53e 0,67d 0,24g 0,10hijk 9,93b-l 9,46i-q 9,80c-n 9,69d-n 9,21l-s 9,52h-q 9,17m-s 8,71r-s 4,46w 3,40xy 3,19y 3,16y 5,44v 4,30w 5,67v 3,85wx 10,38a-e 10,34a-f 10,15a-i 10,34a-f 10,14a-i 10,57ab 10,38a-e 10,36a-e 10,19a-i 9,12n-s 10,23a-h
Blacu
Kamar
Plastik
Press
Blacu
8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 16
0 0 0 0 0 6klmno 0 0 0 0 0 0 0 36cd 8jklm 0 0 0 0 0 0 41bc 6klmno 2mno 0 0 0 0 0 52a 10jkl 4lmno 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0,09hijk 0 0 0 0 0 0 0 0,79c 0,12ghij 0 0 0 0 0 0 0,95b 0,10hijk 0,03jk 0 0 0 0 0 1,08a 0,17ghi 0,06ijk 0 0 0 0 0
9,60f-o 9,88b-m 10,42a-d 10,25a-h 10,40a-e 10,37a-e 10,32a-f 10,53abc 10,57ab 8,59s 10,84d 10,25a-h 10,85a 10,11a-i 9,31j-s 9,59f-o 8,68r-s 8,80q-s 8,57s 7,48t 7,34tu 10,05b-j 9,78c-n 9,63e-o 9,28k-s 9,07n-s 8,85p-s 8,58s 7,49t 7,36tu 7,35tu 7,19tu 6,73u 6,84tu 7,09tu 6,77u 6,96tu
Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% Benih kilemo yang disimpan selama 2 minggu mempunyai daya berkecambah tertinggi terdapat pada benih yang disimpan di ruang kamar dengan wadah blacu (52%), kemudian diikuti yang disimpan di ruang DCS wadah plastik (44%) kemudian di ruang kamar dengan wadah plastik press (41%). Pada penyimpanan 4 minggu yang terbaik adalah apabila benih disimpan di refrigator dengan wadah plastik press (39%), kemudian plastik (23%), sedangkan yang disimpan di refrigator dengan wadah blacu sudah tidak berkecambah lagi ini mungkin dikarenakan kadar airnya sudah terlalu rendah (3,4%), ini didukung dengan penelitian tanjung yang disimpan di refrigator dengan wadah kantong blacu yang disimpan selama 60 hari daya berkecambahnya tinggal 2% (Payung. 2009). Pada penyimpanan 6 minggu sampai 16 minggu yang 8
masih bisa berkecambah adalah benih yang disimpan di refrigator dengan wadah plastik.
Dengan
demikian
untuk
penyimpanan
benih
kilemo
agar
bisa
mempertahankan daya berkecambah menggunakan refrigator dengan wadah plastik, walaupun daya berkecambah dan kecepatan berkecambahnya terus menurun selama penyimpanan. Menurut Sutopo (2002) yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan yang sangat penting untuk diketahui asal dari benih, apakah dari daerah tropis, sedang atau dingin. Olehkarena itu tanaman kilemo umumnya tumbuh di daerah yang dingin sehingga benih lebih cocok disimpan di refrigator. Kadar air benih yang disimpan di kulkas dengan wadah plastik dan plastik press, terjadi penurunan kadar air sampai mencapai 8,71% tetapi kalau disimpan dengan wadah blacu turun sampai mencai 3,16% yang menyebabkan benih tidak berkecambah lagi. Benih kilemo yang disimpan di DCS baik yang disimpan dengan wadah plastik, plastik press dan blacu dapat mempertahankan kadar airnya, walaupun kadar air dapat dipertahankan namun daya berkecambah tidak dapat dipertahankan. Benih kilemo yang disimpan di ruang kamar baik disimpan menggunakan wadah plastik, plastik press dan blacu, maka terjadi penurunan kadar air pada setiap periode penyimpanan. Menurut Bonner (1996b) dalam Schmidt (2000), penyimpanan pada kantong blacu yang disimpan di ruang kamar, terjadi fluktuasi turun naik nilai kadar air, ini terjadi karena wadah kantong blacu yang poros menyebabkan benih akan terpengaruh dengan kondisi suhu dan kelembaban ruang sekitarnya, sesuai dengan Harrington ( 1971) dalam Schmidt (2000), mengatakan bahwa benih secara bersamaan bisa merubah kadar airnya melalui penyerapan hingga mencapai keadaan seimbang dengan atmosfir dan menurut Schmidt
(2000), aliran udara dengan
kelembaban yang tinggi akan menggantikan udara dalam wadah dan meningkatkan pula kadar air dalam benih. IV. KESIMPULAN 1. Kadar air awal benih kilemo berkisar 13,01% - 14,68%. 2. Kemurnian benih kilemo 96,77%. 3. Rata-rata berat 1000 butir benih kilemo berkisar (21,36-27,86gram), atau berat per 1 kg benih kilemo berkisar (35.890-46.821 butir). 4.
Benih kilemo yang disimpan selama 16 minggu mempunyai daya berkecambah tertinggi terdapat pada benih yang disimpan selama 2 minggu (52%) dengan
9
wadah simpan blacu dan di simpan di ruang kamar. Tetapi untuk penyimpanan lebih dari 2 minggu sebaiknya disimpan di kulkas dengan wadah plastik.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Saudara Ateng Rahmat Hidayat dan Suherman
atas bantuannya dalam pengamatan dan pengumpulan data selama
kegiatan penelitian. DAFTAR PUSTAKA
Bonner, F.T., Vozzo, J.A., Elam, W.W., and S.B. Land. 1994. Instructor’s manual; Tree seed technology training course. United Stated Departement of Agriculture. New Orleans. Louisiana. Hong, T.D. and Ellis, R.H. 1996. A Protocol to Determine Seed Storage Behaviour. International Plant Genetic Resources Institute. Rome Ilyas. S. 2012. Ilmu dan teknologi benih, teori dan hasil-hasil penelitian. IPB Press. ISTA. 2010. International rules for seed testing: Edition 2010. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. Switzerland. Payung. D. 2009. Uji Kecambah Benih Tanjung (Mimusops elengi Linn.) Dengan Berbagai Teknik dan Lama Penyimp[anan Benih. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 (26):194-200. Rostiwati T, S. Butomi, B. Leksono, Y. Heryati, E. Rahman, A. Rhandi, Muchlisi, C. Ali, W.C. Adinugroho, S. Sujatmoko dan A. Syakur. 2010. Silvikultur Tanaman Penghasil HHBK Potensial. Sintesa Hasil Penelitian Silvikultur Tanaman Penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutahan. Kementerian Kehutanan. Schmidt, L. 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta. Suita, E. dan E. Ismiati. 2011. Pengaruh Ruang, Wadah dan Periode Simpan Terhadap Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 5, No. 2: 63-72. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Fakultas Pertanian
10