PENGARUH RUANG, MEDIA, WADAH DAN PERIODE PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH MANGLID (Manglietia glauca Blume.)
JESSICA MELIALA
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH RUANG, MEDIA, WADAH DAN PERIODE PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH MANGLID (Manglietia glauca Blume.)
JESSICA MELIALA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Jessica Meliala. E14204022. Pengaruh Ruang, Media, Wadah dan Periode Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Manglid (Manglietia glauca Blume). Dibawah Bimbingan Ir. Andi Sukendro, MSi dan Dra. Dharmawati F.Djam’an RINGKASAN Manglid (Manglietia glauca Blume.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan asli Jawa Barat. Pada saat ini, manglid sangat diminati oleh masyarakat akan permintaan kayunya, karena dapat menghasilkan kayu olahan yang berkualitas. Selain itu ekstrak daunnya dapat digunakan sebagai penghambat bakteri patogen. Pada saat ini, keberadaan jenis manglid sudah jarang ditemukan, oleh karenanya diperlukan suatu penanaman kembali. Kegiatan penanaman memerlukan benih bermutu tinggi dalam jumlah yang banyak dan tersedia pada saat musim tanam. Untuk memperoleh benih bermutu pada saat musim tanam, kegiatan
penyimpanan
benih
merupakan
kegiatan
yang penting
untuk
mempertahankan viabilitas dan persediaan benih. Kendala yang sering dihadapi dalam penanganan benih manglid ini ialah musim berbuah manglid yang berada pada bulan Februari sampai Maret (akhir musim hujan) sehingga penanaman sering tidak dilakukan pada musim tanam. Oleh karena itu penelitian mengenai pengaruh ruang, media, wadah dan periode simpan terhadap perkecambahan benih manglid perlu dikembangkan lebih lanjut agar benih manglid dapat dipergunakan untuk penanaman setelah waktu musim buahnya terlampaui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik penyimpanan secara tepat yang dipengaruhi oleh faktor ruang, media, wadah, dan periode penyimpanan untuk benih Manglid. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahap kegiatan, yaitu (1) pengadaan benih, (2) ekstraksi benih, (3) seleksi benih, (4) pengukuran kadar air awal, (5) pelaksanaan penyimpanan dan pengukuran pH media awal, (6) pengujian kadar air akhir dan pH akhir media, (7) pengujian perkecambahan dan (8) pengamatan terhadap parameter yang diamati. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan pola faktorial yang terdiri dari empat faktor yaitu ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor periode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Dari semua interaksi yang berpengaruh, interaksi ruang, wadah dan periode penyimpanan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap beberapa parameter, seperti daya berkecambah, kecepatan tumbuh, nilai perkecambahan, keserempakan tumbuh, dan batas 50% perkecambahan. Benih
manglid
mampu
mempertahankan
viabilitasnya
dengan
penyimpanan pada wadah yang kedap uap air seperti plastik pada suhu ruang simpan yang rendah seperti refrigerator dengan suhu ± 0-5oC sehingga kadar air benih tetap stabil sampai periode simpan 12 minggu dengan daya berkecambah 69,33%, kecepatan tumbuh 7,35 %/hari, nilai perkecambahan 0,3678 dan keserempakan tumbuh 15,5%. Penggunaan media yang lembab arang sekam, serbuk kelapa dan abu gosok menyebabkan benih menyesuaikan kadar airnya dengan lingkungannya sehingga dapat meningkatkan perkecambahan pada kisaran periode penyimpanan sampai 12 minggu. Penyimpanan dengan menggunakan wadah yang poros seperti kain goni pada suhu ruang simpan yang tinggi seperti ruang kamar dengan suhu 27-29oC membuat benih cepat kehilangan kadar airnya sehingga berpengaruh terhadap daya hidup embrio benih, dimana kondisi tersebut menyebabkan benih kehilangan daya imbibisi dan berkurangnya persediaan makanan yang akhirnya embrio dapat mati akibat kekeringan sebagian atau seluruhnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh interaksi ruang simpan refrigerator pada wadah plastik selama 12 minggu berpengaruh sangat nyata terhadap parameter yang diamati dimana faktor ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan mempengaruhi viabilitas benih. Selain itu dengan asumsi benih manglid mampu mempertahankan viabilitasnya pada kadar air awal yang tidak terlalu tinggi mengindikasikan benih manglid tidak termasuk dalam golongan rekalsitran ekstrim tapi ke dalam golongan intermediet.
The Effect of Storage Room, Media, Container and Period on the Seed Viability of Manglid (Manglietia glauca Blume.) by: Jessica Meliala, Andi Sukendro and Dharmawati F.Djam’an Introduction. Manglid (Manglietia glauca Blume) is one of the native tree species of West Java. At present, people have very great interest for planting manglid because it produces high quality wood and its leaf extract can be used for inhibiting pathogenic bacteria. At present, manglid is rarely found, and therefore replanting of this species is necessary. Up to now, manglid planting still uses seeds or natural seedlings. Constraint which is often found in handling of manglid seeds is the fruiting season which occurs from February through March (end of rainy season) so that the planting can not be done in appropriate planting season. For obtaining high quality seed during planting season, proper seed storage is important for maintaining seed viability and supply. In seed storage, there are several influential factors, such as among other things storage room, storage media, storage container and storage period (duration). Materials and methods. Experimental design used in this study was Completely Randomized Design with factorial experiment comprising four factors, namely storage temperature, storage container, storage media and storage period. Altogether there were 81 treatments, and each treatment combination consisted of three replications, so that this experiment had 243 experimental units. Each experimental unit consisted of 25 seeds. The observed variables were among other things moisture content, germination capacity, maximum growth potential, growth speed, germination values, growth uniformity and 50 % limit of germination. Analysis of variance of the measured variables was obtained from data processing using SPSS 13 program. Results and Conclusion. According to results of analysis of variance, the effect of interaction between storage room, container and period was highly significant on variables of germination capacity, growth speed, germination values, growth uniformity and 50 % limit of germination. Storages in watertight container (impenetrable also by water vapor) such as plastics and cans in refrigerator storage room were able to maintain and increase germination up to 12 weeks of storage with germination capacity of 69.33 %, growth speed of 7.35 % / day, germination value of 0.3678 and growth uniformity of 15.5 %. Conclusion from this study was that storage with interaction between refrigerator storage room and plastic container for 12 weeks was able to maintain seed viability. Beside that, with the assumption that manglid seeds could maintain its viability at initial moisture content which was not too high, there was indication that manglid seed was not categorized as extreme recalcitrant, but as intermediate category. Keywords: manglid (Manglietia glauca Blume), seed storage and seed viability.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ruang, Media, Wadah dan Periode Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Manglid (Manglietia glauca Blume.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan Ir. Andi Sukendro, MSi dan Dra. Dharmawati F.Djam’an belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2008
Jessica Meliala NRP E14204022
Judul Skripsi : Pengaruh Ruang, Media, Wadah dan Periode Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Manglid (Manglietia glauca Blume.) Nama : Jessica Meliala NIM : E14204022
Menyetujui : Komisi Pembimbing Ketua,
Ir. Andi Sukendro, MSi NIP. 131 671 607
Anggota,
Dra. Dharmawati F. Djam’an NIP. 710 020 186
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal :
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi sebagai salah satu cita-cita penulis dalam menyelesaikan studi pada program studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengaruh Ruang, Media, Wadah dan Periode Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Manglid (Manglietia glauca Blume) yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2008 di Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Manglid (Manglietia glauca Blume.) merupakan salah satu jenis asli Jawa Barat yang saat ini sangat diminati oleh masyarakat akan permintaan kayunya. Akan tetapi dalam pelaksanaan penanaman seringkali adanya hambatan-hambatan, terutama menyangkut pengadaan benih bermutu dalam jumlah yang banyak dan tersedia pada saat musim tanam. Oleh karena itu perlu diketahui teknologi mengenai penanganan benihnya. Penanganan biji manglid belum terlalu diketahui khususnya penyimpanan benih manglid. Penulis ingin mengetahui teknik penyimpanan benih manglid melalui faktor ruang, media, wadah, dan periode simpan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Andi Sukendro, MSi. dan Ibu Dra. Dharmawati F. Djam’an selaku pembimbing penelitian yang telah memberikan masukan dan mengevaluasi penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. Bogor, September 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, 10 November 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Edward Meliala dan Ibu Inge Prasetyo. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah masing-masing pada : SD Bunda Maria, SLTPN I Setu Bekasi, dan SMUN I Cikarang Utara Bekasi. Pada tahun 2004, penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih jurusan program studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu, penulis mengikuti organisasi BEM sebagai ketua Departemen Informasi dan Komunikasi BEM-E tahun 2005-2006. Selain itu penulis menjadi asisten di Laboratorium Pengaruh Hutan untuk membantu kegiatan praktikum mata kuliah dendrologi pada tahun 2006 dan di Laboratorium Silvikultur untuk membantu kegiatan praktikum silvikultur pada tahun 2007. Kegiatan praktek yang pernah dilakukan adalah Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas Jalur A (Baturaden-Cilacap) tahun 2007 dan Praktek Kerja Lapang di Desa Cihideung Ilir Bogor tahun 2008. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Ruang, Media, Wadah dan Periode Penyimpanan terhadap Viabilitas Manglid (Manglietia glauca. Blume)” di bawah bimbingan Ir. Andi Sukendro, MSi dan Dra Dharmawati F. Djam’an.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan kasihNya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Papa, Mama, kakakku Monica dan adekku Erica yang selalu mendoakan dan mendukung selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Andi Sukendro, MSi dan Ibu Dra. Dharmawati F. Djam’an selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan serta evaluasi dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS selaku dosen penguji wakil dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Rachmad Hermawan, MSc selaku dosen penguji wakil dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan yang telah memberikan saran dan kritik dalam perbaikan skripsi ini.
4.
Ibu Enok, Pak Abay, Pak Muy, Pak Yatna, Pak Haji Uci, Pak Adang dan staf BPPTPH lainnya yang telah membantu penulis selama penelitian.
5.
Seluruh staf Departemen Silvikultur atas segala bantuannya dalam mengurus administrasi.
6.
Sahabatku : Dany, Diana, Fitri dan Heru yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan dan doa dalam setiap hal.
7.
Rekan-rekan budidaya hutan’41 : albi, irma, maryo, delfy, jojo, eka, anna, boy, tian, adi, dwi, yandri, indri, wita, uci dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan selama ini.
8.
Seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................................
iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manglid 2.1.1 Klasifikasi dan Penyebaran .........................................
3
2.1.2 Ekologi, Botani dan Silvikultur ..................................
3
2.1.3 Teknik Silvikultur .......................................................
4
2.1.4 Pemanfaatan dan Pengembangan ................................
5
2.2 Penyimpanan Benih 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Penyimpanan Benih ...............
5
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih dalam Penyimpanan ....................................................
6
2.2.3 Pengaruh Penyimpanan terhadap Benih .....................
8
2.2.4 Pengaruh Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih ...
8
2.2.5 Pengaruh Media Simpan terhadap Viabilitas Benih ...
9
2.2.6 Pengaruh Wadah Simpan terhadap Viabilitas Benih ..
10
2.2.7 Pengaruh Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih .
12
2.3 Viabilitas dan Kemunduran Benih .........................................
12
2.4 Perkecambahan Benih ............................................................
13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat .................................................................
15
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................
15
3.3 Metode Kerja .........................................................................
15
3.3.1 Pengadaan Benih .........................................................
15
3.3.2 Ekstraksi Benih ...........................................................
16
3.3.3 Seleksi Benih ..............................................................
17
3.3.4 Pengukuran Kadar Air Awal .......................................
17
3.3.5 Pelaksanaan Penyimpanan dan Pengukuran pH Media Awal ............................................................................
17
3.3.6 Pengukuran Kadar Air Akhir dan pH Media Akhir ....
18
3.3.7 Pengujian Perkecambahan ..........................................
18
3.4 Pengamatan ............................................................................
19
3.4.1 Kadar Air ....................................................................
19
3.4.2 Daya Berkecambah .....................................................
19
3.4.3 Potensi Tumbuh Maksimum .......................................
19
3.4.4 Kecepatan Tumbuh .....................................................
20
3.4.5 Batas 50% Perkecambahan .........................................
20
3.4.6 Nilai Perkecambahan ..................................................
20
3.4.7 Keserempakan Tumbuh ..............................................
21
3.5 Rancangan Penelitian .............................................................
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil .......................................................................................
24
4.1.1 Kadar Air ....................................................................
25
4.1.2 Daya Berkecambah .....................................................
27
4.1.3 Potensi Tumbuh Maksimum .......................................
28
4.1.4 Kecepatan Tumbuh .....................................................
28
4.1.5 Nilai Perkecambahan ..................................................
31
4.1.6 Keserempakan Tumbuh ..............................................
32
4.1.7 Batas 50% Perkecambahan .........................................
33
4.2 Pembahasan............................................................................
34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .........................................................................
47
5.2 Saran ...................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
48
LAMPIRAN .....................................................................................
50
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Sifat benih ortodoks dan rekalsitran .....................................................
7
2.
Rekapitulasi sidik ragam terhadap parameter yang diamati .................
24
3.
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kadar air benih ...........................
25
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dengan periode simpan terhadap kadar air benih .....................
26
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap daya berkecambah .....................
27
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan dengan periode simpan terhadap potensi tumbuh maksimum ....................................................
28
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh ......................
29
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh ......................
30
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap nilai perkecambahan ..................
31
10. Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh ...............
32
4. 5. 6. 7. 8. 9.
11.
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh ...............
33
12. Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap batas 50% perkecambahan ........
33
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Penampilan buah Manglid (Manglietia glauca Blume.) .......................
16
2.
Benih Manglid yang telah diekstaksi ...................................................
16
3.
Metode penyimpanan dengan menggunakan wadah simpan (plastik, kain goni, dan kaleng) dengan media simpan (arang sekam, serbuk kelapa, dan abu gosok) ..........................................................................
18
4.
Kadar air benih dan daya berkecambah selama penyimpanan .............
34
5.
Kadar air benih selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dan media simpan arang sekam (B1), serbuk kelapa (B2), abu gosok (B3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3) ................................
35
Daya berkecambah selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3) .............................................
37
7.
Potensi tumbuh maksimum selama penyimpanan ................................
38
8.
Potensi tumbuh maksimum selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) ...........................
39
Kecepatan tumbuh selama penyimpanan ..............................................
40
10. Kecepatan tumbuh selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3) ............................................
41
11. Nilai perkecambahan selama penyimpanan ..........................................
42
12. Nilai perkecambahan selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3) ............................................
43
13. Keserempakan tumbuh selama penyimpanan .......................................
44
14. Keserempakan tumbuh selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3)
45
15. Batas 50% perkecambahan selama penyimpanan.................................
46
16. Batas 50% perkecambahan selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3) ................................
46
6.
9.
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Rekapitulasi data hasil pengamatan ........................................................
51
2. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap kadar air ...................................................
57
3. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap daya berkecambah ....................................
58
4. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh ....................................
58
5. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh .............................
59
6. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap nilai perkecambahan ................................
59
7. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap potensi tumbuh maksimum ......................
60
8. Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap batas 50% perkecambahan .......................
60
9. Foto-foto hasil penelitian ........................................................................
61
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manglid (Manglietia glauca Blume.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan asli Jawa Barat. Pada saat ini, manglid sangat diminati oleh masyarakat akan permintaan kayunya, karena kayu manglid banyak digunakan sebagai bahan baku papan semen, pembuatan vinir, kayu lapis dan digunakan sebagai bahan baku kerajinan di Bali (Diniyanti dkk 2005). Selain itu juga ekstrak daun manglid dapat digunakan sebagai sebagai penghambat bakteri patogen (Isnayenti 1995). Pada saat ini keberadaan manglid sudah jarang ditemukan. Untuk penanaman, manglid diperbanyak dengan menggunakan biji atau anakan alam. Akan tetapi dalam pelaksanaan penanaman seringkali adanya hambatan-hambatan, terutama menyangkut pengadaan benih bermutu dalam jumlah yang banyak dan tersedia pada saat musim tanam. Oleh karena itu perlu diketahui teknologi mengenai penanganan benihnya, yaitu teknik penyimpanan benih secara tepat. Teknik penyimpanan benih merupakan kegiatan yang penting untuk mempertahankan viabilitas dan persediaan benih karena benih biasanya tidak langsung ditanam setelah dipanen melainkan harus menunggu saat tanam selama beberapa waktu. Pada dasarnya kegiatan penyimpanan, dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain faktor dalam dari benih yang salah satunya ialah jenis dan sifat benih, sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis, sedang, atau dingin dan termasuk jenis benih ortodoks, semi rekalsitran atau rekalsitran. Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan dengan melakukan manipulasi lingkungan yaitu adanya pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan. Keempat hal ini penting untuk sebagian besar penyimpanan benih. Kendala yang sering dihadapi dalam penanganan benih manglid ini ialah musim berbuah manglid yang berada pada bulan Februari sampai Maret (akhir musim hujan) sehingga penanaman sering tidak dilakukan pada musim tanam. Selain itu benihnya yang mudah dan cepat rusak apabila lama disimpan karena mudah sekali terserang organisme seperti semut (Diniyanti dkk 2005). Oleh
karena itu penelitian mengenai pengaruh ruang, media, wadah dan periode simpan terhadap perkecambahan benih manglid perlu dikembangkan lebih lanjut agar benih manglid dapat dipergunakan untuk penanaman setelah waktu musim buahnya terlampaui.
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik penyimpanan secara tepat yang dipengaruhi oleh faktor ruang, media, wadah, dan periode penyimpanan untuk benih manglid.
1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai teknik penyimpanan benih manglid secara tepat yang dipengaruhi oleh faktor ruang, media, wadah, dan periode penyimpanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manglid (Manglietia glauca Blume.) 2.1.1 Klasifikasi dan Penyebaran Berdasarkan klasifikasi tumbuhan, manglid (Manglietia glauca Bl.) termasuk dalam suku Magnoliaceae. Nama perdagangan yang umum dikenal adalah kayu cempaka, di Indonesia dikenal secara umum dengan nama baros. Pada beberapa daerah terkenal dengan beberapa nama diantaranya yaitu : jatuh, madang limpaung (Sumatra), baros, manglid, cempaka bulus (Sunda atau Jawa). Menurut Heyne (1987), klasifikasi morfologi manglid sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Ranales
Famili
: Magnoliaceae
Genus
: Manglietia
Spesies
: Manglietia glauca Blume.
Penyebaran marga Manglietia di Indonesia meliputi seluruh Indonesia kecuali Indonesia bagian timur. Khusus di Pulau Jawa penyebarannya terkonsentrasi di Jawa Barat, sedangkan Jawa Tengah tidak umum apalagi Jawa Timur jarang sekali dijumpai tanaman manglid (Heyne 1987). Menurut Sutarno dan Atmowidjojo (1999), marga Manglietia terdiri atas ± 25 jenis dan tersebar dari barat Himalaya-Myanmar, Indo Cina, Selatan Cina, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
2.1.2 Ekologi, Botani, dan Silvikultur Menurut Sosef dkk (1998), pohon manglid secara alam tumbuh di hutan primer di dataran rendah sampai pegunungan pada ketinggian antara 450-2400 mdpl. Pohon manglid dapat mencapai ketinggian 40 m dengan bentuk tajuk melingkar. Batangnya berbentuk tiang bulat, batang bebas cabang dapat mencapai lebih dari 25 m, diameter dapat mencapai 125 cm dengan banir kecil sekali, baru
setelah jauh dari permukaan tanah batang bercabang seperti garpu. Batang manglid silinder, bulat dada, tidak beralur, banir kecil, permukaan licin, berlenti sel, kehijauan-hijauan kecokelatan. Susunan daun berbentuk spiral sederhana, tunggal, bundar telur-lonjong atau bundar telur terbalik-melanset, panjang 9-35 cm, lebar 4-12,5 cm. Bunga merupakan bunga terminal yang terletak pada ujung ranting atau ketiak daun, tunggal, protoginus, tenda bunga 9-13 dalam 3 lingkaran, kuning-putih, benang sari banyak, tersusun spiral, tangkai sari pendek, putih menempel, banyak, tersusun spiral, tangkai putik panjang. Daun buah bebas, bakal biji 4 atau lebih pada masing-masing daun buah. Buah, kampuh pecah di sepanjang bagian dorsal, kadang-kadang ventral. Buah berbentuk karpel keras atau berkayu (Diniyanti dkk 2005). Biji terdiri dari dua atau lebih menggantung pada satu tangkai. Pohon manglid berbunga dan berbuah sepanjang tahun tetapi lebih sering terjadi di Bulan Oktober sampai dengan Maret saat musim penghujan (Diniyanti dkk 2005).
2.1.3 Teknik Silvikultur Dewasa ini perbanyakan manglid (Manglietia glauca Bl.) masih menggunakan anakan dari tegakan, lama penyimpanan biji atau benih maksimum lima minggu. Pada dua minggu pertama penyimpanan rata-rata perkecambahan meningkat. Biji yang mengapung dalam air sebaiknya tidak dipakai. Daya kecambah biji atau benih setelah 14-48 hari mencapai rata-rata 55-70%. Tipe perkecambahan epigeal, kotiledon muncul menyerupai daun, hipokotil dan semua daun tersusun secara spiral (Diniyanti dkk 2005) Jenis ini menunjukkan pertumbuhan cepat setelah menjadi semai. Di lapangan ditanam dengan jarak 3 m x 1,5 m dengan masa rotasi ± 35 tahun. Peningkatan volume kayu selama masa pertumbuhan diperkirakan 12,1m3/tahun. Sedangkan di hutan alami anakan memperlihatkan pertumbuhan diameter di atas 6 cm/tahun dan pada umur 5 tahun dapat mencapai tinggi 9 m. Hama penyakit yang perlu diwaspadai adalah serangga Schizocera yang menyebabkan kerontokan daun.
2.1.4 Pemanfaatan dan Pengembangan Kayu manglid yang berkualitas tinggi dapat digunakan untuk kayu bangunan rumah dan jembatan dikarenakan kayu manglid mempunyai kelas kekuatan III dan IV dan kelas keawetan II yang menunjukkan kayu manglid termasuk kuat dan awet. Sebagai kayu perdagangan yang termasuk kelompok kurang dikenal, manglid dapat juga digunakan sebagai bahan baku papan semen, pembuatan vinir dan kayu lapis serta furniture. Di Bali, kayu manglid populer sebagai bahan baku kerajinan yang membuat potensinya menurun akibat eksploitasi berlebihan. Di Jawa Barat, manglid telah dipergunakan dalam program rehabilitasi lahan kritis dan reforestasi. Sedangkan di Vietnam, tanaman ini menunjukkan potensi yang bagus untuk program agroforestri (Diniyanti dkk 2005). Selain itu juga telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan ekstrak daun manglid dalam mengendalikan pertumbuhan beberapa jamur dan bakteri patogen secara in vitro (Isnayenti 1995).
2.2 Penyimpanan benih 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Penyimpanan Benih Menurut Sutopo (2002), maksud dari penyimpanan benih di waktu tertentu adalah agar benih dapat ditanam pada waktu yang diperlukan dan untuk tujuan pelestarian benih dari sesuatu jenis tanaman. Untuk maksud-maksud ini diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari, semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk pelestarian jenis. Disamping watak genetiknya sendiri yang menyebabkan perbedaan, faktor lingkungan juga berpengaruh besar terhadap daya simpan benih. Bila ditinjau dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik, sedang, dan jelek. Penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, sehingga simpanan energi yang dimiliki benih tidak menjadi bocor dan benih mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada saat ditanam. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomi ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Manan (1976) berpendapat bahwa
penyimpanan benih yang baik merupakan usaha pengawetan viabilitas tinggi, sejak pengumpulan sampai penyebaran benih di persemaian atau penanaman benih langsung di lapangan. Pertimbangan-pertimbangan lain dalam hal penyimpanan benih adalah : (1) musim panen tidak tepat dengan musim penanaman, (2) spesies-spesies tanaman tidak berbuah setiap tahun, (3) biji-biji harus diangkut dari jarak yang jauh, (4) biji-biji perlu dimasakkan lebih dulu setelah dipanen agar perkecambahannya baik (after ripening).
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan Menurut Byrd (1983), faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan, antara lain faktor dari dalam benih yaitu jenis dan sifat benih, sangat penting untuk diketahui apakah benih tersebut berasal dari benih tanaman daerah tropis, sedang, atau dingin dan termasuk jenis benih ortodoks, semi rekalsitran atau rekalsitran. Beberapa sifat benih ortodoks dan rekalsitran ditunjukkan pada Tabel 1. Semua keterangan tentang jenis dan sifat benih ini sangat penting guna dapat mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan. Cara dan tempat penyimpanan benih pun harus ditentukan sesuai jenis dan sifat yang akan disimpan. Selain sifat benih dipengaruhi juga oleh viabilitas benih, benih yang akan disimpan harus bertitik tolak dari viabilitas awal yang semaksimum mungkin untuk dapat mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya. Pemilihan benih serta cara penyimpanan yang baik merupakan cara untuk mengurangi kemunduran tersebut, sehingga laju kemunduran viabilitas benih dapat diatasi sekecil mungkin. Selain itu juga dipengaruhi kandungan air benih, dimana benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal yaitu kandungan air tertentu di mana benih tersebut dapat disimpan lama tanpa mengalami penurunan viabilitas benih. Selain faktor dalam, penyimpanan juga dipengaruhi oleh faktor luar antara lain temperatur dan kelembaban. Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, hingga
akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi viabilitas benih. Sifat biji yang higroskopis menyebabkan benih selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara di sekitar benih. Nilai kesetimbangan ini perlu diketahui, karena kemunduran viabilitas benih dapat terjadi disebabkan oleh berbagai hal yang ada kaitannya dengan kandungan air benih. Tabel 1 Sifat benih ortodoks dan rekalsitran Ortodoks
Rekalsitran
Keadaan Alami
Dominan di lingkungan arid dan semi arid serta pionir di iklim basah, juga banyak dijumpai di iklim sedang dan dataran tinggi tropis
Famili dan Genus dengan sifat-sifat penyimpanan tertentu
Myrtaceae, Leguminosae, Pinaceae, Casuarinaceae
Banyak dijumpai di iklim panas dan lembab khususnya hutan klimaks dan hutan tropika basah dan mangrove, juga dijumpai di daerah iklim sedang dan beberapa jenis daerah kering. Dipterocarpaceae, Rhizophoraceae, Meliaceae, Artocarpus, Araucaria,
Kadar air benih dan suhu penyimpanan
Toleran terhadap pengeringan dan suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7%, dengan suhu 0-20oC, sedangkan untuk Cryopreservasi kadar air 2-4% dan suhu -15 sampai -20oC
Potensi penyimpanan
Dengan kondisi penyimpanan optimal beberapa tahun untuk kebanyakan jenis hingga puluhan tahun untuk yang lainnya Kecil hingga medium seringkali dengan kulit biji keras Penambahan berat kering berhenti sebelum masak. Kadar air turun hingga 6-10%, saat masak dengan variasi kecil di antara individu benih. Dormansi sering terjadi
waktu
Karakteristik benih Karakteristik kemasakan
Dormansi
Metabolisme pada saat masak Sumber : Schmidt (2002)
Tidak aktif
Tidak toleran terhadap pengeringan dengan suhu rendah (kecuali beberapa jenis rekalsitran iklim sedang). Tingkat toleransi tergantung jenis, biasanya 20-35% dan 12150C untuk jenis tropis. Dari beberapa hari untuk rekalsitran ekstrim sampai beberapa bulan untuk lebih toleran Umumnya medium hingga besar dan berat Penambahan berat kering terjadi sampai saat benih jatuh. Kadar air pada saat masak 30-70% dengan variasi besar di antara individu benih Tidak ada dormansi atau lemah. Kemasakan dan perkecambahan terjadi dalam selang waktu yang singkat Aktif
2.2.3 Pengaruh Penyimpanan terhadap Benih Benih yang baik untuk disimpan adalah benih yang sudah masak, berukuran dan berbentuk baik, serta tak ada luka mekanis dan mikroorganisme penyimpanan. Benih juga tidak boleh terkena suhu dan kelembaban ekstrim selama stadia pemasakan dan panen di lapangan. Jadi segala faktor lingkungan sebelum panen yang dapat mempengaruhi kualitas benih, berpengaruh pula pada daya simpannya. Kira-kira 95% berat kering total benih merupakan cadangan makanan yang disimpan agar dapat digunakan pada waktu benih berkecambah atau digunakan oleh kecambah sampai mampu melakukan fotosintesa dan menghasilkan alat-alat penyerap haranya sendiri (Justice dan Bass 2002). Oleh karena itu, benih yang belum masak dimana komposisi kimiawinya belum seimbang atau benih yang kerusakan mekanis sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyimpanan, akan tidak bertahan selama di penyimpanan. Justice dan Bass (2002) mengatakan hal-hal yang terjadi pada benih baik sewaktu masih di lapangan selama panen maupun di tempat penyimpanan, dapat mempengaruhi benih sedemikian rupa sehingga mengurangi kemampuannya untuk dapat disimpan dengan baik. Benih dapat mengalami kemunduran sebelum dipanen atau sewaktu masih berada pada tanaman induknya kalau iklim sekitarnya panas dan lembab. Benih belum masak dan benih rusak mekanis paling mudah dan cepat kehilangan viabilitasnya di penyimpanan. Pada beberapa keadaan penyimpanan dapat mempengaruhi dormansi. Dormansi pada beberapa spesies tanaman dapat menghilang, bila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbi lingkungan terkendali, asal saja suhunya berada di atas suhu titik beku. Sewaktu disimpan benih dorman mengalami
perubahan-perubahan,
beberapa
diantaranya
perubahan
yang
menyebabkan pematahan dormansi atau kebalikannya, benih non dorman menjadi dorman sewaktu disimpan. Beberapa perubahan tersebut dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan.
2.2.4 Pengaruh Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Suhu pada ruang penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih. Pada kisaran suhu tertentu, umur
penyimpanan benih sayuran, bunga-bungaan dan tanaman pangan menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa setiap kenaikan suhu penyimpanan 5oC dan setiap kenaikan 1% kadar air benih, maka masa hidup benihnya diperpendek setengahnya. Secara umum viabilitas dan vigor benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu dan semakin lamanya benih terkena suhu tinggi serta dengan meningkatnya kandungan air benih. Pada suhu tertentu, kerusakan berkurang dengan berkurangnya kadar air benih. Secara umum benih rekalsitran tidak dapat disimpan di bawah suhu 10oC dan diatas 35oC. Penyimpanan benih rekalsitran dengan suhu rendah dapat merusak daya hidupnya dan beberapa spesies daerah tropik mudah terkena chilling injury pada suhu 10-15oC (King dan Roberts 1980). Kondisi ruang simpan mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan, terutama RH dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam mempertahankan daya simpan benih. Penyimpanan benih pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia sering mengalami kendala terutama karena adanya fluktuasi suhu. Harrington (1973) menyatakan untuk penyimpanan benih selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor dapat dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk memperpanjang daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara penyimpanan dalam kamar dingin, penyimpanan dalam ruang simpan yang dihumidifikasi dan penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang resisten terhadap kelembaban.
2.2.5 Pengaruh Media Simpan terhadap Viabilitas Benih Salah satu cara untuk mempertahankan kadar air dan viabilitas benih tetap tinggi selama penyimpanan dapat dilakukan dengan pengaturan kelembaban media simpan. Beberapa media simpan yang sering digunakan antara lain arang sekam, serbuk kelapa, dan abu gosok. Karakteristik arang sekam adalah sangat ringan (berat jenis : 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), kapasitas menahan air tinggi (Douglas 1985). Menurut Suyekti (1993) sekam bakar mengandung N 0,32%, P
0,15%, K 0,31%, Ca 0,96%, Fe 180 ppm, Mn 80,4 ppm, Zn 14,10 ppm dan pH 6,8. Serbuk kelapa (cocopeat) berguna untuk campuran media tumbuh, media ini mempunyai kapasitas memegang air, menjaga kelembaban, kapasitas tukar kation dan porositas yang baik. Campuran media ini cocok bagi tanaman karena mempunyai kisran pH 5-6. Rasio karbon dan nitrogen dari serbuk kelapa adalah 80:1 sehingga memiliki kecenderungan untuk mengikat nitrogen (Adams et al 1995). Mulyono (1974) mengemukakan bahwa abu sekam padi (abu gosok) merupakan sumber silika atau karbon yang cukup tinggi. Abu dari hasil pembakaran sekam padi menunjukkan bahwa kandungan SiO2 mencapai 80- 90%. 15% berat abu akan diperoleh dari total berat sekam padi yang dibakar. Abu sekam memberikan tambahan unsur hara, khususnya Si (silikat), C organik, N total dan P tersedia, disamping unsur K, Ca, P dan Mg. Campuran media ini memiliki kisaran pH 9-9,5. Pemanfaatan abu sekam padi digunakan sebagai bahan penyerap lemak dan zat warna.
2.2.6 Pengaruh Wadah Simpan terhadap Viabilitas Benih Kemasan yang akan diisi benih akan melindungi kualitas fisik lot benih, terbuat dari bahan yang memiliki kekuatan terhadap regangan (kekuatan untuk tidak pecah secara tiba-tiba) serta tahan sobek agar tahan pada waktu menjalani proses penanganan yang biasa dilakukan. Kartasapoetra (2003) menyatakan bahwa pengemasan yang kurang baik dapat mempengaruhi sifat fisik dari benih dan aspek fisiologis benih (viabilitas, vigor dan dormansi). Justice dan Bass (2002) menyatakan penyimpanan tertutup tidak dapat langsung dibandingkan dengan penyimpanan terbuka karena pada wadah tertutup konsentrasi oksigen udara di dalamnya menurun, sedangkan konsentrasi karbondioksidanya meningkat sejalan dengan semakin lamanya periode penyimpanan. Sementara itu pada penyimpanan terbuka komposisi udaranya tetap konstan. Pada sistem penyimpanan tertutup, kadar air benih tetap konstan selama periode penyimpanan, tetapi pada penyimpanan terbuka kadar air benih berubahubah sesuai dengan berubahnya kelembaban nisbi udara di penyimpanan. Jadi,
benih yang cukup kering pada wadah tertutup biasanya dapat hidup lebih lama dibanding dengan benih serupa yang disimpan pada wadah terbuka pada suhu yang sama. Menurut Byrd (1983), terdapat 3 jenis wadah yang bersangkutan dengan penetrasi kelembaban : 1. Sarang sempurna-peti curah, kain goni, katun, kertas 2. Resisten terhadap kelembaban-polietilin, aspal 3. Kedap udara air-peti baja tertutup, kaleng timah, tong aluminium yang dilapisi serat dengan isolasi, dan kertas aluminium yang berlapiskan plasik. Karung goni terbuat dari benang rami yang berkualitas tinggi dalam berbagai bentuk rajutan. Karung goni memiliki kekuatan yang luar biasa, maka karung goni mampu disusun tinggi dan tahan terhadap penanganan yang kasar, serta dapat digunakan kembali hingga beberapa kali. Karung kain terbuat dari bahan kain seprai, kain cetak dril, osnaburg, dan bahan khusus tanpa lipatan. Karung yang terbuat dari bahan tersebut dapat digunakan beberapa kali, sedangkan karung yang terbuat dari bahan katun lainnya dapat digunakan beberapa kali saja. Karung goni cocok untuk penyimpanan benih semi rekalsitran dengan kadar air relatif rendah tetapi kurang baik untuk benih rekalsitran pada kadar air tinggi. Wadah logam apabila benar-benar tertutup rapat dapat memberikan kekedapan yang mutlak terhadap uap air dan gas serta cukup melindungi bahan di dalamnya dari pengaruh cahaya. Wadah logam memberi perlindungan sepenuhnya terhadap tikus, serangga, perubahan kelembaban, banjir, serta uap yang berbahaya. Kaleng logam sangat sesuai untuk proses mengisi dan menutup yang dilakukan secara otomatis pada kecepatan tinggi. Kantong plastik digunakan apabila terbuat dari bahan yang tipis dan memungkinkan pertukaran gas. Plastik dengan ketebalan 0,1-0,25 mm dapat mencegah kehilangan kelembaban yang berlebihan tetapi tetap memberikan ventilasi yang cukup (Nurminah 2002).
2.2.7 Pengaruh Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Periode simpan merupakan periode penyimpanan jangka pendek dan benih tidak dalam kondisi stasioner, seperti selama benih dalam perjalanan menuju tempat pengolahan menunggu saat pengolahan atau menunggu saat tanam (Sadjad 1993). Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Untuk tujuan ini, diperlukan suatu periode simpan dari hanya beberapa hari, semusim, setahun bahkan sampai beberapa puluh tahun bila ditujukan untuk pelestarian suatu jenis tanaman. Bila ditinjau dari viabilitasnya secara umum benih dibedakan antara berdaya simpan baik, sedang, dan jelek. Agar benih memiliki daya simpan yang baik maka benih harus memiliki kekuatan tumbuh dan daya kecambah yang semaksimal mungkin (Sutopo 2004). Ketahanan benih untuk disimpan beraneka ragam tergantung dari jenisnya cara dan tempat penyimpanan. Tempat untuk menyimpan benih juga bervariasi tergantung dari macam benih serta maksud dan lama penyimpanan (Sutopo 2004). Dalam penyimpanan benih perlu diketahui dimana dan berapa lama akan disimpan. Kebanyakan benih daerah kering mampu disimpan lima tahun atau lebih asal suhunya tidak terlalu tinggi. Sedangkan di daerah subtropis dan tropis lembab, benih serupa pada kondisi alami akan kehilangan viabilitasnya dalam beberapa bulan bahkan beberapa minggu saja. (Justice dan Bass 2002)
2.3 Viabilitas dan Kemunduran Benih Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang ditunjukkan melalui fenomena
pertumbuhan
atau
struktur
tumbuh
kecambah
dan
gejala
metabolismenya. Viabilitas benih dipengaruhi oleh faktor genetik, kondisi lingkungan saat proses perkembangan benih pada tanaman induk dan kondisi lingkungan selama penyimpanan. Sadjad (1993) mengindikasikan viabilitas benih dalam beberapa tolak ukur, baik tolak ukur yang secara langsung menilai pertumbuhan benih maupun yang secara tidak langsung dengan menilai gejala metabolisme atau mengamati beberapa komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti selnya.
Kemunduran benih merupakan suatu proses merugikan yang dialami oleh setiap jenis benih yang dapat terjadi segera setelah benih masak dan terus berlangsung selama benih mengalami proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan (Justice dan Bass 2002). Kemunduran benih menimbulkan perubahan yang menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya mengarah pada kematian (Byrd 1983). Gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Gejala fisiologi seperti perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan dan meningkatnya kecambah abnormal. Gejala kimiawi pada benih yang mengalami kemunduran adalah terjadinya perubahan dalam aktivitas enzim, respirasi, laju sintesa, perubahan membran, perubahan persediaan makanan dan perubahan kromosom (Justice dan Bass 2002). Selama penyimpanan, benih mengalami kemunduran secara fisiologis maupun
kronologis
(Sadjad
1993).
Kemunduran
fisiologis
merupakan
kemunduran benih akibat berbagai faktor lingkungan simpan sedangakan kemunduran kronologis merupakan kemunduran benih akibat perjalanan waktu. Proses kemunduran benih tidak dapat dihentikan namun dapat dikendalikan sehingga laju kemundurannya berlangsung dengan lambat. Byrd (1983) menyatakan beberapa teori tentang penyebab kemunduran benih yaitu : (1) terjadinya penggumpalan protoplasma, (2) kelaparan lokal, (3) degradasi mitokondria, (4) terjadinya auto oksidasi lipid pada kadar air yang rendah, (5) kehabisan substrat atau berkurangnya bahan baku untuk respirasi, (6) degradasi dari nukleus, (7) degradasi enzim, (8) kerusakan kulit benih, (9) penggumpalan protein pada embrio secara perlahan dan (10) penimbunan hasil metabolisme beracun.
2.4 Perkecambahan Benih Perkecambahan diartikan sebagai mekar dan berkembangnya strukturstruktur penting dari embrio benih yang menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan tanaman normal pada keadaan yang menguntungkan (Byrd 1978).
Kamil (1979) mengemukakan bahwa proses fisiologis yang berhubungan dengan perkecambahan biji adalah : (a) penyerapan air, (b) pencernaan, (c) pengangkutan zat makanan, (d) asimilasi, (e) pernafasan dan (f) pertumbuhan. Menurut Byrd (1983), untuk pengujian perkecambahan dapat dipakai berbagai media perkecambahan. Media perkecambahan yang biasa dipakai untuk pengujian antara lain : kertas substrat, pasir, dan tanah. (Kuswanto 1996). Menurut Manan (1976), syarat-syarat media yang baik untuk perkecambahan antara lain : (1) mempunyai porositas yang cukup sehingga terdapat aerasi udara dan drainase air yang perlu bagi benih yang sedang berkecambah, (2) bebas dari jamur dan jasad renik lainnya dan (3) tidak beracun terhadap kecambah. Kuswanto (1997) menyebutkan bahwa kecambah normal adalah kecambah yang memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi normal jika ditanam di lingkungan yang mendukung, memiliki hipokotil, epikotil yang berkembang baik tanpa kerusakan terutama pada jaringan pendukung dan plumula normal. Kriteria kecambah normal antara lain kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua, perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan-jaringannya, pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal dan memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah yang dinyatakan tidak normal apabila kecambah mengalami kerusakan, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang pendek, kemudian kecambah yang bentuknya cacat, perkembangannya lemah, tidak membentuk klorofil, kecambahnya lunak dan apabila dari mikrofil keluar daun dan bukan akar. Kecambah yang dikatakan mati ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman. Benih yang dikategorikan benih keras ialah benih yang pada akhir uji daya kecambah masih keras karena tidak menyerap air disebabkan kulit yang impermeabel, dianggap sebagai benih yang berkulit keras.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada Februari sampai Juli 2008 di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Kehutanan, Ciheuleut Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih Manglid (Manglietia glauca Blume.). Media yang digunakan untuk penyimpanan ialah arang sekam padi, serbuk kelapa, dan abu gosok. Media yang digunakan untuk perkecambahan ialah pasir. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah air aquades. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah simpan (kantong plastik, kain goni dan kaleng), ruang simpan (ruang kamar, refrigerator dan ruang AC), timbangan analitik, oven, cawan porselen, bak kecambah plastik, kertas lakmus, lux meter dan termometer.
3.3 Metode Kerja Penelitian ini meliputi penyimpanan benih dengan berbagai perlakuan dan perkecambahan benih. 3.3.1 Pengadaan Benih Benih manglid diambil dari pohon manglid yang berada di Kebun Raya ”Eka Karya” LIPI (Lembaga Penelitian Indonesia) Bedugul, Bali pada bulan Februari 2008. Kawasan ini merupakan areal konservasi ex-situ bagi tumbuhan pegunungan tropika Kawasan Timur Indonesia yang berada pada ketinggian 1.250–1.450 m dari permukaan laut. Benih dipilih dari buah yang masih tertutup dan sudah merekah berwarna hijau tua kecoklatan, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Penampilan buah manglid (Manglietia glauca Blume.). Sumber : koleksi pribadi
3.3.2 Ekstraksi benih Benih manglid diekstraksi dengan cara mengeluarkan benih dari buah dengan cara mengetuk-ngetukkan buah dan memisahkan benih dari salut benihnya. Benih yang akan digunakan dipilh dari benih yang salutnya berwarna merah muda–oranye. Untuk mempermudah pengelupasan salut benih, benih yang baru dikeluarkan dari buah direndam pada air selama 24 jam. Benih yang telah direndam tersebut kemudian dibersihkan dari salutnya dengan menggosoknya secara manual lalu dicuci sampai bersih. Benih yang digunakan ialah benih dengan kulit yang sudah berwarna hitam, seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Benih manglid yang telah diekstaksi. Sumber : koleksi pribadi.
3.3.3 Seleksi Benih Sebelum dilakukan pengukuran kadar air dan pelaksanaan penyimpanan, benih diseleksi terlebih dahulu agar benih mempunyai kualitas fisik yang seragam. Seleksi benih dilakukan secara manual, yaitu dengan memilih penampilan benih yang bersih, warna hijau kecoklatan, tidak keriput, keras, bebas hama dan penyakit, sudah masak baik fisik maupun fisiologis. Benih manglid yang dipilih ialah benih yang bersih atau bebas dari kotoran yang bukan benih. Benih dikatakan murni bila benih bersih dan bersih bebas dari benih-benih jenis tanaman lain serta benih dikatakan asli apabila benih itu murni dan bebas dari jenis yang sama dari varietas yang berlainan.
3.3.4 Pengukuran Kadar Air awal Pengukuran kadar air dilakukan sebelum dilakukan penyimpanan, dengan tujuan untuk mengetahui kadar air awal benih. Menurut ISTA (1978), kadar air awal benih ini diukur dengan menggunakan metode oven temperatur rendah pada suhu (103 ± 2)oC selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada waktu oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh benih beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30 menit untuk pendinginan, baru kemudian benih ditimbang. Benih yang digunakan untuk pengukuran kadar air sebanyak 5 benih dengan 3x ulangan.
3.3.5 Pelaksanaan Penyimpanan dan Pengukuran pH Media Awal Setelah dilakukan pengukuran kadar air, media simpan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam wadah yaitu kantong plastik, kain goni, dan kaleng, dimana media simpan tersebut diber air aquades secukupnya agar menjadi media menjadi lembab. Kemudian dilakukan pengukuran pH media awal, dengan menggunakan kertas lakmus. Cara pengukuran pH yaitu dengan memasukkan kertas lakmus ke masing-masing wadah yang telah dikombinasikan. Setelah dilakukan pengukuran pH media awal, masing-masing contoh benih dimasukkan ke dalam wadah yang telah dikombinasikan dengan menggunakan media. Kombinasi perlakuan tersebut dikemas dan dimasukkan ke dalam masing-
masing ruang simpan (suhu kamar, refrigerator, AC) selama periode simpan (0, 4, 8 dan 12 minggu).
Gambar 3 Metode penyimpanan dengan menggunakan wadah simpan (plastik, kain goni, dan kaleng) dengan media simpan (arang sekam, serbuk kelapa, dan abu gosok). Sumber : koleksi pribadi. 3.3.6 Pengukuran Kadar Air Akhir dan pH Akhir Media Pengukuran kadar air benih dilakukan pada benih segar pada setiap akhir periode simpan. Kadar air akhir benih ini diukur dengan menggunakan metode oven temperatur rendah pada suhu (103 ± 2)oC selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada waktu oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh benih beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30 menit untuk pendinginan, baru kemudian benih ditimbang. Benih yang digunakan untuk pengukuran kadar air akhir ini sebanyak 5 benih dengan 3x ulangan di tiap perlakuan sesuai periode simpannya. Selain itu, pengukuran pH media dilakukan pada saat sebelum disimpan dan akhir periode simpan dengan menggunakan kertas lakmus. Cara pengukuran pH yaitu dengan memasukkan kertas lakmus ke masing-masing wadah yang telah disiapkan sesuai dengan perlakuan.
3.3.7 Pengujian Perkecambahan Daya berkecambah merupakan salah satu parameter yang dapat menjadi kriteria mutu fisiologi benih dimana dapat digambarkan oleh pertumbuhan bagian-bagian struktur benih. Uji perkecambahan merupakan parameter yang paling penting dan menentukan nilai benih-benih tersebut dalam penggunaannya di lapangan. Pengujian perkecambahan dilakukan di rumah kaca. Benih ditabur di
dalam bak-bak kecambah dengan media pasir halus yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan cara disangrai. Pengujian perkecambahan dilakukan pada setiap periode simpan. Penyiraman dan pemeliharaan dilakukan setiap hari. Benih ditabur sesuai dengan periode simpan yaitu mulai dari 0 minggu sampai 12 minggu. Sebelum ditabur, benih segar ini dicuci terlebih dahulu agar bersih dari kotoran dan spora jamur.
3.4 Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat kecambah normal yang tumbuh. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, batas 50%, batas 80%, nilai perkecambahan, keserempakan tumbuh, dan persentase benih berakar dalam penyimpanan.
3.4.1 Kadar Air (KA) Kadar air merupakan kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Kadar Air (%) =
(Berat benih + Cawan ) - (Berat benih + Cawan setelah dioven ) (Berat benih + Cawan ) - (Berat Cawan )
3.4.2 Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah merupakan tolak ukur dari viabilitas potensial. Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran nilai pertumbuhan benih di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai pembanding dari beberapa kelompok benh. Nilai daya kecambah merupakan nilai rata-rata dari persentase kecambah normal yang terdapat pada setiap ulangan. Daya berkecambah (%) =
∑ kecambah normal yang tumbuh × 100% ∑ benih yang ditanam
3.4.3 Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi Tumbuh Maksimum merupakan tolak ukur dari parameter viabilitas total yang dihitung berdasarkan persentase benih yang menunjukkan gejala hidup
selama waktu pengamatan. Gejala benih hidup yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang mampu berkecambah, baik itu normal maupun abnormal. Potensi Tumbuh Maksimum (%) =
∑ benih yang berkecambah × 100% ∑ benih yang ditanam
3.4.4 Kecepatan Tumbuh (KCt) Kecepatan Tumbuh (KCt) adalah tolak ukur dari vigor kekuatan tumbuh. Pengamatan kecepatan tumbuh dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif dimulai saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan dan dihitung dengan rumus KCt = ∑
Nx Tx t
Keterangan :
KCt = kecepatan tumbuh Nx = persentase kecambah normal Tx = waktu akhir pengamatan t
= waktu pengamatan
3.4.5 Batas 50% (T50)
Batas 50% adalah parameter untuk menyatakan lamanya waktu (hari) yang dibutuhkan benih untuk dapat mencapai 50% dari total benih yang berkecambah. Waktu untuk menyatakan batas 50% dihitung berdasarkan jumlah benih yang berkecambah setiap hari hingga mencapai 50% dari total jumlah benih yang berkecambah. Batas 50% (T50) = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% perkecambahan relatif (hari)
3.4.6 Nilai Perkecambahan (Germination value)
Untuk
mendapatkan
nilai
perkecambahan
diperlukan
suatu
kurva
perkecambahan yang diperoleh dari pengamatan secara periodik dari munculnya radikel atau plumula. Setelah suatu penundaan awal, maka jumlah benih yang berkecambah meningkat kemudian menurun.
T = Titik dimana laju perkecambahan mulai menurun G = Titik dimana persentase perkecambahan berakhir, Kedua titik ini membagi kurva menjadi dua bagian yaitu fase cepat dan fase lambat. % perkecambahan pada T Jumlah hari yang diperlukan untuk mencapainya %perkecambahan pada G Rata-rata perkecambahan harian = Jumlah hari uji seluruhnya
Nilai puncak (peak value) =
3.4.7 Keserempakan Tumbuh (KSt)
Keserempakan tumbuh merupakan tolak ukur dari vigor benih didasarkan persentase kecambah normal yang tumbuh kuat pada satu hari. Keserempakan Perkecambahan =
∑ kecambah terbanyak yang muncul × 100% ∑ benih yang ditanam
3.5 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial yang terdiri dari empat faktor yaitu ruang simpan, wadah simpan, media simpan, dan periode simpan. Pengaruh faktor ruang simpan terdiri dari tiga taraf yaitu : A1 = ruang kamar A2 = refrigerator A3 = ruang AC Pengaruh faktor media simpan terdiri dari tiga taraf yaitu : B1 = arang sekam B2 = serbuk kelapa B3 = abu gosok Pengaruh faktor wadah simpan terdiri dari tiga taraf yaitu : C1 = kantong plastik C2 = kain goni C3 = kaleng
Pengaruh faktor periode simpan terdiri dari empat taraf yaitu : D0 = 0 minggu D1 = 4 minggu D2 = 8 minggu D3 = 12 minggu Secara keseluruhan terdapat 81 perlakuan, dimana untuk periode simpan 0 minggu tidak dikombinasikan, karena langsung dilakukan uji perkecambahan. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga percobaan ini mempunyai 243 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 25 benih. Model rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yijklm = μ + Ai + Bj + Ck + Dl + (AB)ij + (AC)ik + (AD)il + (BC)jk + (BD)jl + (CD)kl + (ABC)ijk + (ABD)ijl + (ACD)ikl + (BCD)jkl + (ABCD)ijkl + Eijklm Keterangan : Yijklm
= Nilai respon pengamatan
μ
= Nilai rata-rata
Ai
= Pengaruh ruang simpan ke-i
Bj
= Pengaruh faktor media simpan ke-j
Ck
= Pengaruh faktor wadah simpan ke-k:
Dl
= Pengaruh faktor periode simpan ke-l
(AB)ij
= Pengaruh interaksi faktor A ke-i dan B ke-j
(AC)ik
= Pengaruh interaksi faktor A ke-i dan C ke-k
(AD)il
= Pengaruh interaksi faktor A ke-i dan D ke-l
(BC)jk
= Pengaruh interaksi faktor B ke-i dan C ke-k
(BD)jl
= Pengaruh interaksi faktor B ke-i dan D ke-l
(CD)kl
= Pengaruh interaksi faktor C ke-k dan D ke-l
(ABC)ijk = Pengaruh interaksi faktor A ke-i, B ke-j dan C ke-k (ABD)ijl = Pengaruh interaksi faktor A ke-i, B ke-j dan D ke-l (ACD)ikl = Pengaruh interaksi faktor A ke-i, C ke-kdan D ke-l (BCD)jkl = Pengaruh interaksi faktor B ke-j, C ke-kdan D ke-l
(ABCD)ijkl = Pengaruh interaksi faktor A ke-i, B ke-j, C ke-kdan D ke-l Eijklm
= Kesalahan Percobaan Data hasil parameter yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa dengan
menggunakan analisa sidik ragam yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 13, yaitu dengan melihat hasil uji F. Uji F yang memberikan pengaruh yang nyata (significant) akan dianalisa lebih lanjut dengan uji beda rata-rata dari perlakuan, dalam hal ini dilakukan uji Duncan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Penyimpanan terhadap benih manglid (Manglietia glauca Blume.) dilakukan selama 3 bulan. Hasil sidik ragam pengaruh ruang, media, wadah, dan periode simpan terhadap viabilitas benih manglid dicantumkan pada Tabel Lampiran 2 sampai dengan 8. Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2. Pada penelitian ini parameter yang dihitung meliputi kadar air akhir, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh, keserempakan perkecambahan, nilai perkecambahan dan T50. Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam terhadap parameter yang diamati (P ≤ 0,05) Nilai P Sumber Ruang Simpan (A) Media simpan (B) Wadah simpan (C) Periode simpan (D) A*B A*C A*D B*C B*D C*D A*B*C A*B*D A*C*D B*C*D A*B*C*D
KA 0,000** 0,000** 0,000** 0,000** 0,030* 0,000** 0,438tn 0,000** 0,241tn 0,000** 0,083tn 0,289tn 0,070tn 0,455tn 0,005**
DB 0,000** 0,249tn 0,000** 0,000** 0,306tn 0,000** 0,000** 0,182tn 0,982tn 0,000** 0,003** 0,104tn 0,000** 0,146tn 0,518tn
PTM tn
0,452 0,114tn 0,252tn 0,035* 0,162tn 0,729tn 0,003** 0,598tn 0,082tn 0,104tn 0,317tn 0,250tn 0,115tn 0,330tn 0,727tn
KCT
KST
NP
T50
0,000** 0,196tn 0,000** 0,000** 0,826tn 0,000** 0,000** 0,007** 0,051tn 0.001** 0,000** 0,261tn 0,000** 0,003** 0,042*
0,006** 0,337tn 0,000** 0,005** 0,058tn 0,001** 0,006** 0,031* 0,765tn 0,003** 0,336tn 0,659tn 0,005** 0,650tn 0,848tn
0,054* 0,547tn 0,000** 0,029* 0,079tn 0,029* 0,000** 0,014* 0,555tn 0,138tn 0,031* 0,238tn 0,000** 0,243tn 0,102tn
0,001** 0,182tn 0,000** 0,001** 0,392tn 0,219tn 0,106tn 0,331tn 0,154tn 0,220tn 0,524tn 0,772tn 0,001** 0,220tn 0,851tn
Keterangan : *). Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% **). Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% tn ). Berpengaruh tidak nyata pada selang kepercayaan 95% P : Nilai F-hitung KA : Kadar Air DB : Daya Berkecambah PTM : Potensi Tumbuh Maksimum KCT : Kecepatan Tumbuh KST : Keserempakan Tumbuh NP : Nilai Perkecambahan T50% : Batas 50% perkecambahan normal
4.1.1 Kadar Air
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi ruang simpan dengan media simpan berpengaruh nyata terhadap kadar air benih. Sedangkan interaksi ruang simpan dengan wadah simpan, media simpan dengan wadah simpan dan wadah simpan dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap kadar air benih dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 3). Tabel 3 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kadar air benih AB AC BC CD 18,1360b 26,5903d 31.4735d 29,8707f (A1B1) (A1C1) (B1C1) (C1D1) 15,6887a 8,6589a 8.3673a 28,0821f (A1B2) (A1C2) (B1C2) (C1D2) 16,6789ab 15,2543b 17.4293b 25,0229e (A1B3) (A1C3) (B1C3) (C1D3) 19,8194c 27,1441d 26.3732c 8,8704b (A2B1) (A2C1) (B2C1) (C2D1) 19,9281c 7,4475a 7.9613a 8,2361ab (A2B2) (A2C2) (B2C2) (C2D2) 18,1121bc 23,2679c 16.7661b 6,2621a (A2B3) (A2C3) (B2C3) (C2D3) 19,3148c 29,2412e 25.1290c 23,0763e (A3B1) (A3C1) (B3C1) (C3D1) 15,4837a 7,2622a 7.0400a 15,6844d (A3B2) (A3C2) (B3C2) (C3D2) 15,0074a 13,3025b 17.6293b 13,0640c (A3B3) (A3C3) (B3C3) (C3D3) Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 2, interaksi dari keempat faktor juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar air benih, seperti terlihat pada hasil uji Duncan (Tabel 4).
Tabel 4 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dengan periode simpan terhadap kadar air benih ABCD A1B1C1D1 : 32,1337pqrs A2B1C1D1 : 33,1207rs A3B1C1D1 : 30,1547lmnopqr A1B1C1D2 : 32,1078pqrs A2B1C1D2 : 32,4908qrs A3B1C1D2 : 31,2424opqr mnopqr fghijkl A1B1C1D3 : 0,5674 A2B1C1D3 : 22,8917 A3B1C1D3 : 38,5527s A1B1C2D1 : 9,5090ab A2B1C2D1 :9,0213ab A3B1C2D1 : 9,3519ab A1B1C2D2 : 9,079ab A2B1C2D2 : 8,7979ab A3B1C2D2 : 8,3819a A1B1C2D3 : 8,0843a A2B1C2D3 : 6,9329a A3B1C2D3 : 6,1288a A1B1C3D1 : 22,8071fghijkl A2B1C3D1 : 25,8884ijklmnopqr A3B1C3D1 : 20,6567fghij abcde bcdef A1B1C3D2 : 12,2464 A2B1C3D2 : 16,0273 A3B1C3D2 : 17,0993cdefg A1B1C3D3 : 6,6701a A2B1C3D3 : 23,2035fghijklm A3B1C3D3 : 12,2648abcde A1B2C1D1 : 28,3265klmnopqr A2B2C1D1 : 28,7554klmnopq A3B2C1D1 : 31,5627opqr A1B2C1D2 : 25,0632hijklmnop A2B2C1D2 : 26,9828jklmnopqr A3B2C1D2 : 30,9532nopqr efghi ijklmnopq A1B2C1D3 : 18,8685 A2B2C1D3 : 25,6178 A3B2C1D3 : 21,2287fghij abc ab A1B2C2D1 : 10,3475 A2B2C2D1 : 9,5435 A3B2C2D1 : 9,8097ab A1B2C2D2 : 9,3969ab A2B2C2D2 : 7,5355a A3B2C2D2 : 7,2414a A1B2C2D3 : 6,9370a A2B2C2D3 : 5,5641a A3B2C2D3 : 5,2763a fghijkl klmnopqr A1B2C3D1 : 23,0387 A2B2C3D1 : 28,7640 A3B2C3D1 : 17,7185defgh A1B2C3D2 : 10,5556abc A2B2C3D2 : 24,8432hijklmnop A3B2C3D2 : 8,1112a a fghijk A1B2C3D3 : 8,6649 A2B2C3D3 : 21,7645 A3B2C3D3 : 7,4520a A1B3C1D1 : 27,2778jklmnopqr A2B3C1D1 : 27,5849jklmnopqrs A3B3C1D1 : 29,9201lmnopqr A1B3C1D2 : 24,2305ghijklmno A2B3C1D2 : 24,4450ghijklmno A3B3C1D2 : 25,2232ijklmnopqr fghij fghijk A1B3C1D3 : 20,7378 A2B3C1D3 : 22,4081 A3B3C1D3 : 24,3334ghijklmno A1B3C2D1 : 8,0619a A2B3C2D1 : 8,1402a A3B3C2D1 : 6,0489a ab a A1B3C2D2 : 9,4145 A2B3C2D2 : 6,3918 A3B3C2D2 : 7,8671a A1B3C2D3 : 7,0815a A2B3C2D3 : 5,1003a A3B3C2D3 : 5,2540a fghijk hijklmnop A1B3C3D1 : 21,9056 A2B3C3D1 : 24.8431 A3B3C3D1 : 22,0827fghijk A1B3C3D2 : 20,2280fghij A2B3C3D2 : 23,7565ghijklmno A3B3C3D2 : 8,2923a abcd fghij A1B3C3D3 : 11,1722 A2B3C3D3 : 20,3386 A3B3C3D3 : 6,0451a Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Hasil uji Duncan pada Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar air mengalami peningkatan tertinggi pada interaksi dari keempat faktor yaitu interaksi ruang AC dengan media arang sekam dalam wadah plastik dengan periode 12 minggu dengan nilai rata-rata kadar air 38,5527 % tidak berbeda nyata penyimpanan pada suhu kamar dan refrigerator dengan menggunakan media arang sekam dan wadah plastik selama periode penyimpanan 4 dan 8 minggu. Sedangkan penurunan kadar air terjadi pada interaksi dari keempat faktor juga dimana penurunan paling besar terjadi yaitu pada interaksi ruang simpan refrigerator dengan media abu gosok pada kain goni selama periode 12 minggu sebesar 5,1003% tidak berbeda nyata dengan interaksi lain dengan menggunakan wadah kain goni selama periode 12 minggu.
4.1.2 Daya Berkecambah
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi interaksi ruang simpan dengan wadah simpan, ruang simpan dengan periode simpan, wadah simpan dengan periode simpan, dan interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah. Sedangkan interaksi dari ruang simpan, media simpan dengan wadah simpan hanya berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap daya berkecambah dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 5). Tabel 5 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap daya berkecambah AC A1C1 : 57,1852c A1C2 : 24,4444a A1C3 : 42,2222bc A2C1 : 59,5556d A2C2 : 45,7778c A2C3 : 57,1852d A3C1 : 46,5185c A3C2 : 44,8889c A3C3 : 36,0000b
AD A1D1 : 50,6667bc A1D2 : 44,4444b A1D3 : 28,7407a A2D1 : 4074bc A2D2 : 55,8519c A2D3 : 55,2593c A3D1 : 56,7407c A3D2 : 43,2593b A3D3 :27,4074a
CD C1D1 : 55,3333c C1D2 : 56,1481c C1D3 : 53,7778c C2D1 : 49,1852c C2D2 : 38,0741b C2D3 : 27,8519a C3D1 : 56,2963c C3D2 : 49,3333c C3D3 : 29,7778a
ABC ACD A1B1C1 : 53,3333ijk A1C1D1 : 41,7778def A1B1C2 : 29,3333abc A1C1D2 : 60,4444fgh cdefg A1B1C3 : 42,2222 A1C1D3 : 69,3333h A1B2C1 : 70,6667k A1C2D1 : 50,6667defgh A1B2C2 : 21,7778a A1C2D2 : 20,0000bc A1B2C3 : 32,4444abcd A1C2D3 : 2,6667a A1B3C1 : 47,5556defghi A1C3D1 : 59,5556fgh A1B3C2 : 22,2222ab A1C3D2 : 52,8889efgh efghij A1B3C3 : 52,0000 A1C3D3 : 14,2222b ijk A2B1C1 : 60,8889 A2C1D1 : 61,3333fgh A2B1C2 : 40,0000cdefg A2C1D2 : 58,2222fgh A2B1C3 : 64,8889jk A2C1D3 : 57,7778fgh A2B2C1 : 60,8889ijk A2C2D1 : 43,1111def cdefgh A2B2C2 : 43,5556 A2C2D2 : 47,5556defh A2B2C3 : 51,1111efghij A2C2D3 : 46,6667defh ghijk A2B3C1 : 56,0000 A2C3D1 : 48,4444defg A2B3C2 : 53,7778fghijk A2C3D2 : 61,7778gh A2B3C3 : 55,5556ghijk A2C3D3 : 61,3333fgh cdefg A3B1C1 : 39,1111 A3C1D1 : 55,5556fgh A3B1C2 : 45,3333defghi A3C1D2 : 49,7778defg A3B1C3 : 34,6667bcde A3C1D3 : 34,2222cde A3B2C1 : 40,8889cdefg A3C2D1 : 53,7778fgh A3B2C2 : 35,5556cdef A3C2D2 : 46,6667defg A3B2C3 : 39,1111cdefgh A3C2D3 : 34,2222cde A3B3C1 : 56,0000ghijk A3C3D1 : 60,8889fgh A3B3C2 : 53,7778fghijk A3C3D2 : 33,3333cd A3B3C3 : 34,2222bcde A3C3D3 : 13,7778b Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan mengalami peningkatan daya kecambah dari periode 0 minggu sebesar 57,3%, terlihat pada interaksi ruang kamar dengan wadah plastik pada periode 12 minggu memiliki nilai rata-rata terbesar, yaitu 69,3333% tidak berbeda nyata dengan interaksi refrigerator dengan wadah plastik sampai periode 12 minggu, interaksi refrigerator dengan wadah kaleng selama periode 12 minggu dan interaksi ruang AC dengan wadah plastik dan kaleng pada periode 4 minggu.
4.1.3 Potensi Tumbuh Maksimum
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa potensi tumbuh maksimum hanya dipengaruhi oleh interaksi dari ruang simpan dengan periode simpan. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap potensi tumbuh maksimum dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 6). Tabel 6 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan dengan periode simpan, terhadap potensi tumbuh maksimum AD 54,2222bc 53,4815bc 58,2222c (A1D1) (A2D1) (A3D1) 48,0000b 59,5556c 46,2222b (A1D2) (A2D2) (A3D2) 28,4444a 58,0741c 29,6296a (A1D3) (A2D3) (A3D3) Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Hasil uji Duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi refrigerator selama 8 minggu juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap potensi tumbuh maksimum, dimana interaksi tersebut memiliki nilai rata-rata potensi tumbuh maksimum 59,5556 % tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada refrigerator selama 4 dan 12 minggu dan penyimpanan pada ruang AC selama 4 minggu.
4.1.4 Kecepatan Tumbuh
Hasil uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh AC 2,1580c (A1C1) 0,7301a (A1C2) 1,9988b (A1C3) 2,1693c (A2C1) 1,3544b (A2C2) 2,0959c (A2C3) 2,6278cd (A3C1) 1,4310b (A3C2) 1,8161b (A3C3)
AD 2.4568c (A1D1) 1.3657b (A1D2) 1.0645a (A1D3) 1.7738c (A2D1) 1.8605c (A2D2) 1.9851c (A2D3) 2.9631d (A3D1) 1.8881c (A3D2) 1.0237a (A3D3)
BC 2,1264de (B1C1) 1.1574ab (B1C2) 2.1969cde (B1C3) 2.5933e (B2C1) 1.0143a (B2C2) 1.6748b (B2C3) 2.2354e (B3C1) 1.3437ab (B3C2) 2.0389cd (B3C3)
CD 2,4129d (C1D1) 2,4298cd (C1D2) 2,1124d (C1D3) 1,5243c (C2D1) 1,1425b (C2D2) 0,8486a (C2D3) 3,2564d (C3D1) 1,5419c (C3D2) 1,1124b (C3D3)
ABC ACD BCD 2,0524defghijk 1,6017def 2,3605efg (A1B1C1) (A1C1D1) (B1C1D1) 0,8973abc 2,2058fghij 1,8993bcdef (A1B1C2) (A1C1D2) (B1C1D2) 1,6413bcdefgh 2,6666ij 2,1194cdefg (A1B1C3) (A1C1D3) (B1C1D3) 2,6541hijk 1,6266def 1,3746abcde (A1B2C1) (A1C2D1) (B1C2D1) 0,5747a 0,5638bc 1,1942abc (A1B2C2) (A1C2D2) (B1C2D2) 1,6509bcdefgh 0,0000a 0,9035ab (A1B2C3) (A1C2D3) (B1C2D3) 1,7675cdefghij 4,1420ghij 4,3332h (A1B3C1) (A1C3D1) (B1C3D1) 0,7184zb 1,3274de 1,2730abcd (A1B3C2) (A1C3D2) (B1C3D2) 2,7041ijk 0,5629bc 0,9845ab (A1B3C3) (A1C3D3) (B1C3D3) 2,2224efghijk 2,3082hij 2,6191fg (A2B1C1) (A2C1D1) (B2C1D1) 1,1993abcde 2,0016efgh 3,0251g (A2B1C2) (A2C1D2) (B2C1D2) 2,2590fghijk 2,1980fghi 2,1356cdefg (A2B1C3) (A2C1D3) (B2C1D2) 2,3708ghijk 1,2473d 1,4163abcde (A2B2C1) (A2C2D1) (B2C2D1) 1,2815abcdef 1,3950de 0,8989ab (A2B2C2) (A2C2D2) (B2C2D2) 1,8288cdefghij 1,4209de 0,7276a (A2B2C3) (A2C2D3) (B2C2D3) 1,9146cdefghij 1,7660defgh 2,3704efg (A2B3C1) (A2C3D1) (B2C3D1) 1,5822bcdefg 2,1849fghi 1,5033abcde (A2B3C2) (A2C3D2) (B2C3D2) 2,1997defghijk 2,3366hij 1,1507abc (A2B3C3) (A2C3D3) (B2C3D3) 2,1044defghijk 3,3289ij 2,2591defg (A3B1C1) (A3C1D1) (B3C1D1) 1,3757abcdefg 3,0819j 2,3649efg (A3B1C2) (A3C1D2) (B3C1D2) 2,6904ijk 1,4727de 2,0823cdefg (A3B1C3) (A3C1D3) (B3C1D3) 2,7549jk 1,6992defg 1,7281bcdef (A3B2C1) (A3C2D1) (B3C2D1) 1,1867abcd 1,4668defg 1,3344abcd (A3B2C2) (A3C2D2) (B3C2D2) 1,5448abcdefg 1,1250cd 0,9147ab (A3B2C3) (A3C2D3) (B3C2D3) 3,0242k 3,8611ij 3,0655g (A3B3C1) (A3C3D1) (B3C3D1) 1,7305cdefghi 1,1135cd 1,8495bcdef (A3B3C2) (A3C3D2) (B3C3D2) 1,2130abcde 0,4736b 1,2018abc (A3B3C3) (A3C3D3) (B3C3D3) Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok)
C (Wadah Simpan) D (Periode Simpan)
: C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 2, interaksi dari keempat faktor juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecepatan tumbuh, seperti terlihat pada hasil uji Duncan (Tabel 8). Tabel 8 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh ABCD A1B1C1D1 : 1,4166abcdefghijk A2B1C1D1 : 2,4416fghijklmn A3B1C1D1 : 3,2333klmno A1B1C1D2 : 2,0820bcdefghijklm A2B1C1D2 : 1,7706abcdefghijkl A3B1C1D2 : 1,8454abcdefghijklm ghijklmno fghijklmn A1B1C1D3 : 2,6587 A2B1C1D3 : 2,4549 A3B1C1D3 : 1,2446abcdefghi A1B1C2D1 : 1,8020abcdefghijkl A2B1C2D1 : 0,7938abcdefg A3B1C2D1 : 1,5281abcdefghijk A1B1C2D2 : 0,8898abcdefghi A2B1C2D2 : 1,4244abcdefghijk A3B1C2D2 : 1,2683abcdefghi a abcdefghijk A1B1C2D3 : 0,0000 A2B1C2D3 : 1,3797 A3B1C2D3 : 1,33308abcdefghij A1B1C3D1 : 3,694mno A2B1C3D1 : 1,9522bcdefghijklm A3B1C3D1 : 7,3532q abcdefghi efghijklmn A1B1C3D2 : 0,8898 A2B1C3D2 : 2,4255 A3B1C3D2 : 0,5037abcd A1B1C3D3 : 0,3398ab A2B1C3D3 : 2,3995efghijklmn A3B1C3D3 : 0,2144ab hijklmno efghijklmn A1B2C1D1 : 2,6851 A2B2C1D1 : 2,4267 A3B2C1D1 : 2,7456ijklmno fghijklmno defghijklmn A1B2C1D2 : 2,5531 A2B2C1D2 : 2,2993 A3B2C1D2 : 4,228op A1B2C1D3 : 2,7241hijklmno A2B2C1D3 : 2,3864defghijklmn A3B2C1D3 : 1,2963abcdefghi abcdefghijk abcdefghi A1B2C2D1 : 1,4689 A2B2C2D1 : 1,1704 A3B2C2D1 : 1,6097abcdefghijkl A1B2C2D2 : 0,2552ab A2B2C2D2 : 1,2799abcdefghi A3B2C2D2 : 1,618abcdefghi a abcdefghijk A1B2C2D3 : 0,0000 A2B2C2D3 : 1,3943 A3B2C2D3 : 0,7886abcdefg lmno abcdefghijk A1B2C3D1 : 3,4162 A2B2C3D1 : 1,4572 A3B2C3D1 : 2,2380lmn A1B2C3D2 : 1,11746abcdefghi A2B2C3D2 : 1,7922abcdefghijkl A3B2C3D2 : 1,5432abcdefghijk abc cdefghijklmn A1B2C3D3 : 0,3618 A2B2C3D3 : 2,2372 A3B2C3D3 : 0,8532abcdefgh abcdef bcdefghijklm A1B3C1D1 : 0,7033 A2B3C1D1 : 2,0562 A3B3C1D1 : 4,0178nop A1B3C1D2 : 1,9823bcdefghijklm A2B3C1D2 : 1,9350bcdefghijklmn A3B3C1D2 : 3,1775jklmno ghijkmno abcdefghijkl A1B3C1D3 : 2,6171 A2B3C1D3 : 1,7526 A3B3C1D3 : 1,8772bcdefghijklm A1B3C2D1 : 1,6088abcdefghijkl A2B3C2D1 : 1,7776abcdefghijkl A3B3C2D1 : 1,9598bcdefghijklm abcde abcdefghijk A1B3C2D2 : 0,5465 A2B3C2D2 : 1,4806 A3B3C2D2 : 1,9763bcdefghijklm a abcdefghijk A1B3C2D3 : 0,0000 A2B3C2D3 : 1,4886 A3B3C2D3 : 1,2555abcdefghi A1B3C3D1 : 5,3155p A2B3C3D1 : 1,8888bcdefghijklm A3B3C3D1 : 1,9922bcdefghijklm abcdefghijkl defghijklmn A1B3C3D2 : 1,9177 A2B3C3D2 : 2,3371 A3B3C3D2 : 1,2936abcdefghi A1B3C3D3 : 0,8792abcdefghi A2B3C3D3 : 2,3732defghijklmn A3B3C3D3 : 0,3531ab Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Berdasarkan Tabel 7 dan 8, peningkatan kecepatan tumbuh terjadi pada interaksi keempat faktor dimana interaksi ruang AC dengan media arang sekam pada wadah kaleng dengan periode 4 minggu mampu meningkatkan kecepatan tumbuh benih manglid dengan nilai rata-rata kecepatan tumbuh 7,3532 %/hari berbeda nyata dengan perlakuan yang lain.
4.1.5 Nilai Perkecambahan
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi, ruang simpan dengan periode simpan dan interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai perkecambahan. Sedangkan interaksi ruang simpan dengan wadah simpan, media simpan dengan wadah simpan dan interaksi dari ruang simpan, media simpan dengan wadah simpan hanya berpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap nilai perkecambahan dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 9). Tabel 9 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap nilai perkecambahan AC A1C1: 0,3565b A1C2 : 0,1008a A1C3 : 0,2009a A2C1 : 0,3379b A2C2 : 0,1928a A2C3 : 0,3327b A3C1 : 0,3504b A3C2 : 0,2038a A3C3 :0,1760a
AD A1D1 : 0,2693bcde A1D2 : 0,1842ab A1D3 : 0,2046abc A2D1 : 0,2023abc A2D2 : 0,3552de A2D3 : 0,3059cde A3D1 : 0,3659e A3D2 : 0,2542bcd A3D3 : 0,1101a
BC B1C1 : 0.3028cd B1C2 : 0.1699ab B1C3 : 0.2861cd B2C1 : 0.4098e B2C2 : 0.1208a B2C3 : 0.1694ab B3C1 : 0.3323de B3C2 : 0.2067abc B3C3 : 0.2540bcd
ABC ACD A1B1C1 : 0,3342cdefg A1C1D1 : 0,2692cdefgh A1B1C2 : 0,1526abc A1C1D2 : 0,2533cdefg abcde A1B1C3 : 0,2061 A1C1D3 : 0,5471i A1B2C1 : 0,4829g A1C2D1 : 0,2605cdefg a A1B2C2 : 0,0750 A1C2D2 : 0,0418ab A1B2C3 : 0,1291abc A1C2D3 : 0,0000a abcdef A1B3C1 : 0,2525 A1C3D1 : 0,2783defgh A1B3C2 : 0,0746a A1C3D2 : 0,2576cdefg A1B3C3 : 0,2673abcdef A1C3D3 : 0,0667abc A2B1C1 : 0,3973efg A2C1D1 : 0,2717cdefgh A2B1C2 : 0,1615abcd A2C1D2 : 0,3743ghi fg A2B1C3 : 0,4371 A2C1D3 : 0,3678fghi A2B2C1 : 0,3605defg A2C2D1 : 0,1633abcdef abcd A2B2C2 : 0,1642 A2C2D2 : 0,2289bcdefg A2B2C3 : 0,2275abcde A2C2D3 : 0,1862abcdefg abcdef A2B3C1 : 0,2560 A2C3D1 : 0,1718abcdefg A2B3C2 : 2,527abcdef A2C3D2 : 0,4625hi A2B3C3 : 0,3334cdefg A2C3D3 : 0,3638fghi A3B1C1 : 0,1770abcd A3C1D1 : 0,5420i A3B1C2 : 0,1956abcde A3C1D2 : 0,3543efghi A3B1C3 : 0,2149abcde A3C1D3 : 0,1550abcde A3B2C1 : 0,3860efg A3C2D1 : 0,2200bcdefg A3B2C2 : 0,1231ab A3C2D2 : 0,2582cdefg A3B2C3 : 0,1516abc A3C2D3 : 0,1331abcd g A3B3C1 : 0,4883 A3C3D1 : 0,3356defgh A3B3C2 : 0,2927bcdefg A3C3D2 : 0,1501abcde A3B3C3 : 0,1614abcde A3C3D3 : 0,0422ab Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan mengalami peningkatan nilai perkecambahan
dibanding interaksi-interaksi lainnya, terlihat pada interaksi suhu kamar dalam wadah plastik pada periode 12 minggu memiliki nilai rata-terbesar yaitu 0,5471 tidak berbeda nyata dengan interaksi refrigerator dengan wadah plastik sampai periode 8 minggu, interaksi refrigerator dengan wadah kaleng selama periode 8 minggu dan interaksi suhu AC dengan wadah plastik sampai periode 8 minggu.
4.1.6 Keserempakan Tumbuh
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi ruang simpan dengan wadah simpan, ruang simpan dengan periode simpan, wadah simpan dengan periode simpan dan interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap keserempakan tumbuh. Sedangkan interaksi media simpan dengan wadah simpan hanya berpengaruh nyata terhadap keserempakan tumbuh. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap keserempakan tumbuh dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 10 dan 11) Berdasarkan Tabel 10 dan Tabel 11 menunjukkan bahwa interaksi ruang kamar dalam wadah kaleng pada periode 12 minggu memiliki nilai rata-rata terbesar, yaitu 19,111% tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada refrigerator pada wadah plastik dan kaleng sampai periode 12 minggu. Tabel 10 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, media simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh AC A1C1 : 14,3704d A1C2 : 6 ,2222a
AD A1D1 : 12,2963b A1D2 : 10,0741ab
BC B1C1 : 13,1852d B1C2 : 9,9259abc
CD C1D1 : 12,5926cd C1D2 : 13,0370cd
A1C3 : 10,3704bc A2C1 : 14,2222d
A1D3 : 8,5926b A2D1 : 10,5185ab
B1C3 : 12,1481bcd B2C1 : 14,8148d
C1D3 : 14,5185d C2D1 : 11,2593bcd
A2C2 : 11,2593bcd
A2D2 : 15,7037c
B2C2 : 8,2963a
C2D2 : 11,5556bcd
A2C3 : 13,4815cd
A2D3 : 12,7407bc
B2C3 : 8,8889ab
bcd
A3C1 : 11,5556
bcd
A3C2 : 12,0000
ab
A3D1 : 11,4074
ab
A3D2 : 12,7407
bc
a
C2D3 : 6,6667a
bcd
C3D1 : 10,3704bc
abc
C3D2 : 13,9259d
B3C1 : 12,1481 B3C2 : 11,2593
bcd
A3C3 : 9,1582 A3D3 : 8,5926 B3C3 : 12,000 C3D3 : 8,7407ab Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) B (Media Simpan) : B1 (Arang sekam), B2 (Serbuk kelapa), B3 (Abu gosok) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Tabel 11
Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh
ACD A1C1D1 : 12,8889cdef A2C1D1 : 12,4444bcdef A3C1D1 : 12,4444bcdef A1C1D2 : 11,1111bcde A2C1D2 : 15,5556efg A3C1D2 : 12,4444bcdef g defg A1C1D3 : 19,1111 A2C1D3 : 14,6667 A3C1D3 : 9,7778bcde bcdef bcde A1C2D1 : 12,4444 A2C2D1 : 10,2222 A3C2D1 : 11,1111bcde A1C2D2 : 6,2222b A2C2D2 : 13,3333defg A3C2D2 : 15,1111defg a bcde A1C2D3 : 0,0000 A2C2D3 : 10,2222 A3C2D3 : 9,7778bcde A1C3D1 : 11,5556bcde A2C3D1 : 8,8889bcd A3C3D1 : 10,6667bcde cdef fg A1C3D2 : 12,8889 A2C3D2 : 18,2222 A3C3D2 : 10,6667bcde A1C3D3 : 6,6667bc A2C3D3 : 13,3333defg A3C3D3 : 6,2222b Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
4.1.7 Batas 50% Perkecambahan
Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi dari ruang simpan, wadah simpan dengan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap batas 50% perkecambahan. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing interaksi terhadap keserempakan tumbuh dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 12). Tabel 12 Uji Duncan pengaruh interaksi ruang simpan, wadah simpan dengan periode simpan terhadap batas 50% perkecambahan A1C1D1 : 21,4444abcde A1C1D2 : 32,0000cdef A1C1D3 : 44,5556ef A1C2D1 : 29,7778bcdef
ACD A2C1D1 : 48,2222f A2C1D2 : 26,2222bcdef A2C1D3 : 36,1111cdef A2C2D1 : 17,5556abcd
A3C1D1 : 26,1111bcdef A3C1D2 : 27,3333bcdef A3C1D3 : 10,6667abc A3C2D1 : 31,0000cdef
A1C2D2 : 0,0000a A1C2D3 : 0,0000a A1C3D1 : 38,6667def A1C3D2 : 35,0000cdef
A2C2D2 : 32,3333cdef A2C2D3 : 17,1111abcd A2C3D1 : 29,7778bcdef A2C3D2 : 32,2222cdef
A3C2D2 : 12,0000abc A3C2D3 : 5,6667ab A3C3D1 : 33,3333cdef A3C3D2 : 12,3333abc
A1C3D3 : 4,8889ab A2C3D3 : 40,2222def A3C3D3 : 0,0000a Keterangan : Angka yang diikuti yang sama tidak berbeda nyata dengan nilai yang lain pada uji Duncan5% A (Ruang simpan) : A1 (Ruang Kamar), A2 (Refrigerator), A3 (Ruang AC) C (Wadah Simpan) : C1 (Plastik), C2 (Kain goni), C3 (Kaleng) D (Periode Simpan) : D1 (4 minggu), D2 (8 minggu), D3 (12 minggu)
Hasil uji Duncan (Tabel 12) menunjukkan bahwa benih manglid semakin cepat berkecambah dan mencapai 50% perkecambahan pada interaksi suhu kamar dengan menggunakan wadah kaleng pada periode 12 minggu tidak berbeda nyata
dengan penyimpanan pada ruang AC dengan menggunakan wadah plastik, kain goni dan kaleng pada periode 12 minggu.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan selama 12 minggu terlihat bahwa kadar air awal benih manglid 15,6% mengalami peningkatan pada periode 4 minggu menjadi 20,61% dan mengalami penurunan kembali sampai periode 12 minggu. Hal ini menunjukkan kadar air benih semakin menurun dengan semakin lamanya periode simpan seperti terlihat pada Gambar 4. Dengan menurunnya kadar air mempengaruhi daya kecambah benih yang juga mengalami penurunan. Byrd (1973) juga menyatakan bahwa daya berkecambah benih akan semakin menurun sebanding dengan bertambahnya waktu penyimpanan. 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 Minggu
4 Minggu KA (%)
8 Minggu
12 Minggu
DB (%)
Gambar 4 Kadar air benih dan daya berkecambah selama periode simpan. Peningkatan kadar air awal benih pada periode 4 minggu disebabkan oleh sifat kulit benih manglid yang cepat menyesuaikan dengan lingkungannya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ruang simpan, kadar air benih manglid yang disimpan pada refrigerator dan ruang AC mengalami peningkatan dibanding dengan penyimpanan ruang kamar seperti yang terlihat pada Tabel 3, dikarenakan suhu pada refrigerator lebih konstan dibanding dengan ruang kamar yang memiliki suhu yang lebih tinggi sehingga menyebabkan kadar air di dalam benih berusaha menyeimbangkan dengan lingkungan ruang kamar yang memiliki kelembaban nisbi yang rendah. Hasil uji Duncan (Tabel 4) juga menunjukkan bahwa peningkatan kadar air juga dipengaruhi oleh adanya media simpan, arang sekam yang digunakan sebagai media simpan memberikan nilai peningkatan
paling tinggi dibandingkan dengan media yang lain dan juga dipengaruhi oleh adanya wadah simpan plastik yang kedap uap air yang terlihat pada Tabel 5, dimana kadar air benih meningkat dibandingkan wadah simpan lainnya. Peningkatan kadar air yang paling tinggi terjadi pada penyimpanan dengan menggunakan arang sekam pada wadah plastik yang disimpan pada refrigerator selama 4 minggu dan mengalami penurunan dengan semakin lamanya penyimpanan dan interaksi dengan menggunakan arang sekam pada wadah plastik
Kadar Air (%)
yang disimpan pada ruang AC selama 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 5. 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
A1
A2
A3
Interaksi Ruang, Media, Wadah dan Periode Sim pan D1
Gambar 5
D2
D3
Kadar air benih selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dan media simpan arang sekam (B1), serbuk kelapa (B2), abu gosok(B3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3).
Peningkatan kadar air disebabkan karena suhu pada refrigerator yang lebih rendah dibanding pada suhu ruang kamar (27-29oC) dan suhu ruang AC (24-25oC) menyebabkan kelembaban nisbinya lebih tinggi dibandingkan dengan ruang simpan yang lain sehingga benih akan menyerap air dari ruang sekitarnya sehingga mampu meningkatkan kadar air dikarenakan benih memiliki sifat higroskopis dan selalu berusaha mencapai kondisi keseimbangan dengan lingkungannya (Kuswanto 2003), sedangkan pada ruang kamar dengan suhu yang lebih tinggi menyebabkan benih semakin cepat kehilangan kelembaban dan mengalami penurunan kadar air, apabila diinteraksikan dengan media arang sekam dan wadah plastik, kadar air benih semakin meningkat dikarenakan arang sekam memiliki kemampuan menyimpan air dan memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding media simpan yang lain sehingga kadar air benih pada media
arang sekam akan meningkat sesuai dengan sifat benih yang higroskopis dimana benih akan menyeimbangkan kadar airnya dengan kadar air lingkungan sedangkan wadah plastik memiliki sifat lebih tahan atau kedap air dibandingkan dengan wadah simpan yang lain. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai
keunggulan
yaitu
sifatnya
ringan,
transparan,
kuat,
dan
permeabilitasnya terhadap uap air, O2 dan CO2. Selain itu wadah plastik dapat mempertahankan benih dari kelembaban. Dengan adanya interaksi tersebut, kadar air benih semakin meningkat akibat adanya arang sekam dan tertahan oleh adanya plastik yang menahan keluarnya air. Namun kadar air semakin menurun dengan semakin lamanya penyimpanan dikarenakan dengan penyimpanan yang semakin lama maka akan semakin banyak cadangan makanan dalam benih yang digunakan untuk proses metabolisme. Selain itu kondisi fisik dan fisiologis juga semakin menurun termasuk kandungan airnya yang semakin menurun. Peningkatan kadar air pada penyimpanan juga menyebabkan peningkatan daya berkecambah. Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa daya berkecambah sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, wadah, periode dan interaksiinteraksinya.
Penyimpanan
pada
refrigerator
mampu
meningkatkan
perkecambahan, penyimpanan pada wadah plastik juga mampu meningkatkan perkecambahan. Interaksinya pun memberikan nilai rata-rata daya kecambah yang mengalami peningkatan. Peningkatan daya berkecambah paling tinggi terjadi pada penyimpanan dengan menggunakan wadah plastik yang disimpan pada refrigerator sampai periode 12 minggu dan interaksi refrigerator dengan wadah kaleng sampai periode 12 minggu, hal ini dikarenakan kadar air benih manglid optimum selama disimpan pada wadah plastik ataupun kaleng yang mampu memberikan kekedapan yang mutlak terhadap uap air dan gas disimpan pada suhu yang rendah sehingga air yang terdapat pada benih mempengaruhi daya hidup embrio yang berakibat terhadap kemampuan benih untuk berkecambah sehingga kondisi air yang optimum mampu meningkatkan daya kecambah benih manglid. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Daya Berkecamabah (%)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 DO
A1C1 A1C2 A1C3 A2C1 A2C2 A2C3 A3C1 A3C2 A3C3 Interaksi Ruang, Wadah dan Periode Simpan D1
D2
D3
Gambar 6 Daya berkecambah selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A2), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3). Dilihat dari Gambar 6, suhu ruang AC yang disimpan dengan menggunakan wadah kaleng pada periode 4 minggu sekitar 70% mengalami penurunan yang besar sampai periode 12 minggu. Hal ini disebabkan penyimpanan dengan suhu pada ruang AC yang diinteraksikan dengan wadah simpan mengalami penurunan daya berkecambah dikarenakan kelembaban pada ruang AC yang lebih tinggi membuat kadar air pada benih mengalami peningkatan yang menyebabkan benih lebih cepat berkecambah sehingga metabolisme terjadi selama penyimpanan. Kadar air yang semakin meningkat akibat interaksi tersebut membuat benih lebih cepat berkecambah. Peningkatan kadar air tersebut memberikan jalan untuk masuknya oksigen dan gas-gas secara difusi masuk ke dalam sel sehingga memungkinkan aktifnya pernafasan (Kamil 1979). Cadangan makanan yang tersisa dalam benih semakin sedikit sampai suatu titik tertentu yang menyebabkan benih tidak mampu berkecambah lagi sehingga daya kecambahnya menurun. Penurunan kadar air dan daya kecambah paling cepat terjadi pada penyimpanan dengan menggunakan kain goni dengan menggunakan media apapun menyebabkan benih semakin kehilangan kadar airnya mulai dari periode simpan 4 minggu sampai 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 5. Hal ini dikarenakan kain goni yang bersifat poros hanya mampu menampung dan menghindari tercampurnya benih secara fisik tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap uap air sehingga kadar air benih menjadi keluar apabila
dinteraksikan dengan suhu ruang simpan yang tinggi. Apabila temperatur meningkat akan memperbesar pengeluaran zat cair dalam benih sehingga berpengaruh terhadap daya hidup embrio benih, dimana kondisi tersebut menyebabkan benih kehilangan daya imbibisi dan berkurangnya persediaan makanan yang akhirnya embrio dapat mati akibat kekeringan sebagian atau seluruhnya (Sadjad 1975). Parameter daya kecambah tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal media simpan, hal ini menunjukkan bahwa ketiga media simpan mampu meningkatkan daya kecambah. Penggunaan media yang lembab dengan kelembaban yang tinggi seperti arang sekam dan serbuk kelapa dinteraksikan dengan suhu simpan yang rendah menyebabkan kadar air pada benih mengalami peningkatan akibat adanya media yang mampu memberikan air dan dengan interaksi pada suhu yang rendah menyebabkan air tidak keluar atau tidak terjadi penguapan akibat tertahan dengan wadah plastik ataupun kaleng yang kedap uap air. Dengan kadar air yang meningkat menyebabkan daya kecambah benih pun semakin meningkat. Selain parameter kadar air dan daya kecambah, viabilitas benih manglid juga dipengaruhi oleh parameter potensi tumbuh maksimum. Parameter potensi tumbuh maksimum merupakan parameter yang menunjukkan viabilitas total dari benih manglid. Berdasarkan Tabel 9, potensi tumbuh maksimum mengalami penurunan pada periode 4 minggu dibanding pada periode 0 minggu dan dengan semakin lamanya penyimpanan, potensi tumbuh benih manglid semakin meningkat, seperti ditunjukkan pada Gambar 7. 70 60 50 40 30 20 10 0 0 Minggu (D1)
4 Minggu (D2)
8 Minggu (D3)
12 Minggu (D4)
P e r i ode S i mpa n ( D )
Gambar 7 Potensi tumbuh maksimum selama periode simpan.
Hal tersebut terjadi karena proses metabolisme terjadi selama periode simpan, dimana air yang berada dalam benih mampu mengaktifkan metabolisme di dalam benih sehingga benih telah memasuki fase awal perkecambahan ketika masih disimpan, yaitu adanya aktivasi enzim untuk merombak cadangan makanan dan mentranslokasikan ke embrio sehingga dengan semakin lamanya periode simpan maka energi yang tersedia semakin meningkat sehingga embrio semakin memiliki kemampuan berkecambah yang baik. Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya interaksi ruang simpan dengan periode simpan, dimana penyimpanan dengan refrigerator selama 12 minggu yang tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada ruang AC selama 4 minggu dan pada kontrol (0 minggu) mampu meningkatkan potensi tumbuh maksimum sampai periode 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 8, hal ini dikarenakan benih selalu berusaha menyesuaikan kadar airnya dengan kadar air lingkungan sekitar, refrigerator yang memiliki suhu yang sangat rendah mampu mempertahankan kadar air benih dikarenakan kadar air benih telah mencapai keseimbangan dengan lingkungan
PTM (%)
sehingga perkecambahan menjadi meningkat. 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 D0
A1
A2
A3
Interaksi Suhu Sim pan (A) dan Periode Sim pan (D) D1
D2
D3
Gambar 8 Potensi tumbuh maksimum selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3). Penurunan potensi tumbuh maksimum terjadi pada penyimpanan pada ruang kamar yang semakin menurun dengan semakin lamanya periode simpan. Hal ini disebabkan ruang kamar memiliki suhu yang tinggi dengan kelembaban nisbi yang rendah dimana benih mengalami penurunan kadar air dengan semakin
lamanya penyimpanan dikarenakan dengan semakin lamanya penyimpanan, benih mengeluarkan airnya untuk memperoleh keseimbangan dengan ruang kamar. Pada penelitian ini, nilai potensi tumbuh maksimum tidak sama dengan daya berkecambah, hal ini dikarenakan lamanya waktu benih untuk menjadi kecambah normal sehingga peluang benih menjadi abnormal menjadi lebih tinggi karena semakin lama benih harus menghadapi cekaman lingkungan. Viabilitas benih manglid juga dipengaruhi oleh parameter kecepatan tumbuh. Berdasarkan Tabel 6, kecepatan tumbuh mengalami peningkatan pada periode 4 minggu dan cenderung mengalami penurunan sampai periode 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 9. Hal ini dikarenakan benih manglid yang diambil tidak mengalami masak fisiologis yang sama, dikarenakan adanya beberapa benih yang memerlukan kondisi yang tepat untuk perkecambahan sehingga embrio dapat berkembang sempurna seperti terlihat bahwa pada periode 4
minggu,
kecepatan
tumbuh
mengalami
peningkatan
namun
dengan
penyimpanan yang semakin lama maka akan semakin banyak cadangan makanan dalam benih yang digunakan untuk proses metabolisme. Selain itu kondisi fisik dan fisiologis juga semakin menurun termasuk kandungan airnya sehingga viabilitasnya juga akan menurun yang diindikasikan dengan kecepatan tumbuh
Kecepatan Tumbuh (%/hari)
yang semakin menurun. 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0 Minggu
4 Minggu
8 Minggu
12 Minggu
Periode Sim pan (D)
Gambar 9 Kecepatan tumbuh selama penyimpanan. Penyimpanan dengan menggunakan refrigerator dengan wadah kaleng ataupun plastik menunjukkan peningkatan kecepatan tumbuh yang cukup stabil, seperti terlihat pada Gambar 10.
Kecepatan Tumbuh (%)
5 4 3 2 1 0 D0
A1C1 A1C2 A1C3 A2C1 A2C2 A2C3 A3C1 A3C2 A3C3 Interaksi Ruang (A), Wadah (C) dan Periode Sim pan(D) D1
D2
D3
Gambar 10 Grafik kecepatan tumbuh selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3). Dilihat dari Gambar 10, penyimpanan dengan ruang AC mengalami peningkatan dan penurunan yang besar dengan semakin lamanya periode simpan dibanding penyimpanan pada refrigerator yang mengalami penurunan yang tidak besar, hal ini menunjukkan bahwa pada ruang AC dengan suhu yang rendah dan kelembaban nisbi yang tinggi mampu mempertahankan dan meningkatkan kadar air benih dan mengalami penurunan kadar air dengan semakin lamanya penyimpanan dikarenakan aktivitas metabolisme seperti respirasi dalam benih tetap berlangsung sehingga menyebabkan turunnya viabilitas dan vigor benih yang berakibat perkecambahan semakin lambat. Penurunan paling cepat terjadi dengan menggunakan wadah kaleng yang disimpan pada ruang AC ataupun pada ruang kamar. Hal ini menunjukkan kaleng yang tertutup dengan rapat mampu memberikan kekedapan yang mutlak terhadap uap air dan gas sehingga mampu tumbuh lebih cepat sama halnya dengan plastik pada periode tertentu, namun kecepatan tumbuh pada kaleng mengalami penurunan yang cepat dengan semakin lamanya penyimpanan dikarenakan kaleng kurang mampu menahan air yang berada pada benih sehingga benih berusaha menyeimbangkan dengan lingkungannya dan memindahkan air yang ada pada benih ke lingkungannya. Namun pada penyimpanan pada refrigerator dengan menggunakan wadah kaleng menunjukkan peningkatan kecepatan tumbuh yang semakin meningkat dengan semakin lamanya periode simpan, hal ini dikarenakan uap air yang ada pada interaksi tersebut berguna untuk melunakkan kulit benih dan mengembangkan
embrio dan endosperm yang mengakibatkan pecahnya kulit benih, juga memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih sehingga respirasi yang terjadi semakin aktif dan mempercepat perkecambahan (Kamil 1979). Penyimpanan dengan menggunakan plastik pada refrigerator mengalami kestabilan peningkatan seperti terlihat pada Gambar 10. Hal ini dikarenakan plastik merupakan wadah yang kedap uap air maka benih dapat terjaga kadar airnya apabila dinteraksikan dengan suhu yang rendah maka membuat kebutuhan benih terhadap air tetap terpenuhi sampai akhir periode sehingga vigor benih semakin tinggi yang menyebabkan benih lebih cepat untuk tumbuh dan mampu menghadapi kondisi lapangan yang sub optimum. Penyimpanan dengan menggunakan ruang kamar pada wadah kain goni dengan media apapun menunjukkan penurunan kecepatan tumbuh mulai dari periode 4 minggu, hal ini dikarenakan pada ruang kamar dengan wadah kain goni terjadi pengeluaran air yang besar, dengan pengeluaran air yang besar benih tidak mampu mempertahankan daya hidup embrio sehingga benih tidak dapat tumbuh kembali sampai akhir penyimpanan. Parameter nilai perkecambahan juga menentukan viabilitas benih manglid dalam
penelitian
ini.
Nilai
perkecambahan
yang
tinggi
menunjukkan
perkecambahan yang sempurna dan cepat sebagai indikator bahwa vigor benih masih baik sehingga mampu menghadapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Berdasarkan Tabel 6, nilai perkecambahan benih yang disimpan mengalami peningkatan yang besar dibanding benih yang tidak disimpan dan mengalami penurunan yang kecil seiring dengan bertambahnya periode simpan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi vigor benih mengalami penurunan seiring
Nilai PerKecambahan
dengan bertambahnya periode simpan. 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 M inggu (D0)
4 M inggu (D1)
8 M inggu (D2)
12 M inggu (D3)
Periode Sim pan (D)
Gambar 11 Nilai perkecambahan selama penyimpanan.
Penyimpanan dengan interaksi ruang kamar dalam wadah plastik pada periode 12 minggu memiliki nilai perkecambahan rata-rata terbesar yaitu 0,5471 tidak berbeda nyata dengan interaksi refrigerator dengan wadah plastik sampai periode 8minggu, interaksi refrigerator dengan wadah kaleng selama periode 8 minggu dan interaksi suhu AC dengan wadah plastik sampai periode 8 minggu, seperti terlihat pada Gambar 12 . Hal ini terjadi karena wadah yang kedap uap air seperti plastik dan kaleng yang dinteraksikan dengan ruang apapun mampu mempertahankan vigor benih dan dapat meningkatkan kadar air benih sampai akhir periode simpan sehingga kandungan air yang terdapat pada benih yang disimpan pada interaksi tersebut membuat benih berkecambah dikarenakan air dapat melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma, air juga mampu memberikan jalan untuk masuknya oksigen dan gasgas untuk mengaktifkan respirasi yang berlanjut dengan perombakan bahan makanan, selain itu air berfungsi mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan bermacam-macam fungsi dan air digunakan sebagai alat transport larutan makanan ke titik-titik tumbuh (Kamil 1979) Nilai Perkecambahan
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2
N 0.1 0 D0
A1C1
A1C2
A1C3
A2C1
A2C2
A2C3
A3C1
A3C2
A3C3
Interaksi Ruang (A), Wadah (C) dan Periode Simpan (D) D1
D2
D3
Gambar 12 Nilai perkecambahan selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3). Penurunan nilai perkecambahan sama halnya dengan parameter kecepatan tumbuh dimana penyimpanan dengan menggunakan wadah kain goni pada ruang kamar, hal ini dikarenakan pada ruang kamar dengan wadah kain goni terjadi pengeluaran air yang besar, dengan pengeluaran air yang besar benih tidak
mampu mempertahankan daya hidup embrio sehingga vigor benih menurun dan tidak mampu menghadapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Benih yang memiliki vigor yang baik dapat berkecambah secara serempak. Parameter keserempakan tumbuh pada penelitian ini mengalami penurunan sampai periode 12 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin lamanya penyimpanan, semakin banyak benih yang tidak mampu tumbuh secara serempak, seperti terlihat pada Gambar 13.
25.0000
KST (%)
20.0000 15.0000 10.0000 5.0000 0.0000 0 M inggu (D0)
4 M inggu (D1)
8 M inggu (D2)
12 M inggu (D3)
Periode Sim pan (D)
Gambar 13 Keserempakan tumbuh selama penyimpanan. . Keserempakan perkecambahan dipengaruhi oleh faktor suhu simpan, wadah simpan dan periode simpan serta interaksi antar ketiga faktor dimana suhu refrigerator,
wadah
plastik
mampu
mempertahankan
keserempakan
perkecambahan walaupun keserempakan perkecambahan semakin menurun dengan semakin lama disimpan. Parameter keserempakan perkecambahan dapat dipertahankan nilainya sampai periode 12 minggu dengan menggunakan penyimpanan pada suhu simpan apapun dengan menggunakan wadah yang kedap uap air seperti kaleng, seperti terlihat pada Gambar 14 . Hal ini disebabkan kadar air dalam benih tetap terjaga selama disimpan pada wadah yang kedap uap air. Kulit benih manglid yang permeable terhadap air membuat benih cepat menyesuaikan kadar airnya dengan lingkungan, oleh karena itu diperlukan wadah yang kedap uap air dan kelembaban untuk menjaga kestabilan air dalam benih yang bertujuan untuk mempertahankan perkecambahan. Namun penyimpanan pada ruang kamar dan ruang AC cenderung tidak stabil dikarenakan suhunya sering berfluktuasi dibanding suhu pada refrigerator yang cenderung stabil,
sehingga sering terjadi penurunan dan peningkatan yang besar. Penyimpanan dengan menggunakan kaleng kurang dapat mempertahankan perkecambahan dikarenakan kaleng hanya dapat menjaga air dalam benih sementara dimana
Keserempakan Tumbuh (%)
kaleng kurang mampu menahan air yang berada pada benih secara permanen. 25 20 15 10 5 0 D0
A1C1
A1C2
A1C3
A2C1
A2C2
A2C3
A3C1
A3C2
A3C3
Interaksi Ruang (A), Wadah (C) dan Periode Simpan (D) D1
D2
D3
Gambar 14 Keserempakan tumbuh selama penyimpanan dengan perlakuan ruang kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3). Penurunan paling besar terjadi pada interaksi ruang kamar dengan kain goni, sama seperti parameter-parameter lainnya. Benih manglid yang cenderung memiliki kulit benih yang mudah menyesuaikan kadar air dengan lingkungan, lebih sesuai disimpan pada wadah plastik dengan menggunakan suhu simpan yang rendah seperti refrigerator sehingga dapat mempertahankan keserempakan tumbuh, sehingga dengan penyimpanan benih manglid dengan metode yang tepat akan memudahkan pengangkutan bibit manglid sehingga pada saat disapih, bibit yang didapatkan berukuran sama dan memudahkan pengangkutan. Untuk parameter T50% yang merupakan batas 50% perkecambahan dimana benih manglid dikatakan masih memiliki viabilitas yang baik ketika masih memiliki perkecambahan sebesar 50%. Berdasarkan Tabel 6, batas 50% benih manglid mengalami peningkatan dengan semakin lamanya penyimpanan. Hal ini menunjukkan dengan semakin lamanya penyimpanan benih manglid memiliki viabilitas yang semakin meningkat, seperti terlihat pada Gambar 15.
70
T50%(hari)
60 50 40 30 20 10 0 0 minggu (D0)
4 minggu (D1)
8 minggu (D2)
12 minggu (D3)
Pe riode Sim pan (D)
Gambar 15 Batas 50% perkecambahan selama penyimpanan. Batas 50% perkecambahan dipengaruhi oleh interaksi faktor ruang, wadah dan periode simpan, dimana benih manglid semakin cepat berkecambah pada interaksi ruang AC dengan menggunakan wadah plastik, kain goni dan kaleng pada periode 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 16. Hal ini dikarenakan kelembaban pada ruang AC yang lebih tinggi membuat kadar air pada benih mengalami peningkatan yang menyebabkan benih lebih cepat berkecambah. Kadar air yang semakin meningkat akibat interaksi tersebut membuat benih lebih cepat berkecambah. Dengan semakin lamanya penyimpanan, membuat benih manglid lebih cepat berkecambah. Hai ini dikarenakan benih mengalami masak fisiologis yang berbeda-beda dikarenakan adanya beberapa benih yang memerlukan kondisi yang tepat untuk perkecambahan sehingga embrio dapat berkembang sempurna, benih membutuhkan jangka waktu tertentu untuk dapat berkecambah. 70
T50%(hari)
60 50 40 30 20 10 0 DO
A1C1
A1C2
A1C3
A2C1
A2C2
A2C3
A3C1
A3C2
A3C3
Interaksi Ruang (A), Wadah (C) dan Periode Simpan (D) D1
Gambar 16
D2
D3
Batas 50% perkecambahan selama penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar (A1), refrigerator (A2), ruang AC (A3) dengan wadah simpan plastik (C1), kain goni (C2), kaleng (C3).
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh interaksi ruang simpan refrigerator, dengan menggunakan wadah plastik selama 12 minggu penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, nilai perkecambahan dan batas 50%. 2. Ruang simpan mempengaruhi vabilitas benih, dimana refrigerator dengan suhu yang rendah mampu menjaga viabilitas benih manglid dibandingkan pada suhu yang tinggi. Penggunaan media lembab juga mampu mempertahankan viabilitas benih, dimana penyimpanan lembab yang mampu menyimpan air selama penyimpanan menyebabkan ketersediaan air yang dibutuhkan benih tetap terjaga sampai periode 12 minggu. Penggunaan wadah kedap uap air mampu mempertahankan ketersediaan air sehingga mampu mempertahankan viabilitas benih. 3. Dengan asumsi benih manglid mampu mempertahankan viabilitasnya pada kadar air awal yang tidak terlalu tinggi mengindikasikan benih manglid tidak termasuk dalam golongan rekalsitran ekstrim tapi ke dalam golongan intermediet.
5.2 Saran
1. Penggunaan wadah kedap uap air pada ruang dengan suhu yang rendah diperlukan untuk penyimpanan benih manglid jangka pendek. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penurunan kadar air pada berbagai periode simpan dan mengenai masak fisiologis benih manglid. 3. Perlu dilakukan penelitian mengenai intensitas cahaya yang sesuai untuk perkecambahan benih manglid.
DAFTAR PUSTAKA Adams C. R. K. M. Bamford and M P Early. 1995. Principles of Horticulture. 2nd Edition. Butterworth Heinemann Ltd. Oxford. 204p. Bunch HD. 1958. More Research, Education,”Preaching” Needed tu Cut Down. Byrd HW. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta : PT Pembimbing Massa. Terjemahan dari : Seed Technology Handboo. Diniyanti D, dkk. 2005. Tanaman Manglid (Manglietia glauca Bl.) dengan Biji. Ciamis : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon. Douglas J S. 1985. Advanced Guide to Hydrophonics (Soilless Cultivation). London : Pelham Books Ltd. 368p. Hamidin E. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Jakarta : PT Pembimbing Masa. Harrington JF. 1973. Seed Storage and Longevity. Dalam Kozlowski, T.T., Seed Biology, v. 3, hlm 145-245, illus. New York and London. Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna III. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. International Seed Testing Association. 1978. International Rules for Seed Testing. Rules 1976. Isnayenti. 1995. Pemanfaatan Ekstrak Daun Manglid (Manglietia Glauca Bl.) Dalam Pengendalian Pertumbuhan Populasi Beberapa Jamur Dan Bakteri Patogen Pada Tanaman Secara In Vitro. http://digilib.sith.itb.ac.id/go. php?id=jbptitbbi-gdl-s2-1995-isnayenti-682 [25 Juli 2008]. Justice OL dan Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja Grafindo : Jakarta. Kamil J. 1979. Teknologi Benih. Padang : Angkasa Raya. King MW and EH Roberts. 1980. The Storage of Recalcitrant Seed. Rome : IBPGR Sec.. 96p. Kuswanto H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikat Benih. Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta. Kuswanto H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta : Andi Yogyakarta 140 hal. Kuswanto. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Manan S. 1976. Silvikultur. Bogor : Proyek Peningkatan dan Pengembangan perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Mulyono H A. 1974. Studi Termo-Ekonomi terhadap Pengolahan Natrium Silikat dari Sekam Padi. Laporan Penelitian Karja Utama. Jakarta : Departemen Teknologi Kimia. MSM Sosef, LT Hong, dan S Prawirohatmodjo, editor. 1998. Plant Resources of South East Asia 5 (3). Timber Trees : Lesser Known Timber. Leiden : Backhuys Publishers. Sadjad S. 1975. Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor : Departemen Agronomi Institut Pertanian Bogor. Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Schmidt L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dam Sub Tropis. Jakarta : Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Sutopo L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : CV Rajawali.. Suyekti. 1993. Pengaruh Jenis Media dan Larutan Hara pada Tanaman Dracaena godseffina ’Fried manii’ yang Ditanam Secara Hidroponik [Skripsi]. Bogor : Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Willan RL. 1985. A Guide to forest Seed Handling. Danida Forest Seed Center. Denmark : Dk. Humlebaek.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi data hasil pengamatan Perlakuan Kadar Air pH DB D0(1) 15.5 60 D0(2) 15.5 56 D0(3) 15.5 56
Kct 1.9105 1.8055 1.5118
T50 57 59 69
A1B1C1D1
27.8792
7.5
64
2.3407
45
A1B1C1D1
29.0117
7.5
28
1.2061
-
A1B1C1D1
39.5101
7.5
20
0.7029
-
A1B1C1D2
32.7740
7.5
48
1.6703
A1B1C1D2
32.4883
7.5
68
A1B1C1D2
31.0610
7.5
A1B1C1D3
31.9236
A1B1C1D3 A1B1C1D3
NP 0.2105 0.2196 0.2667
PTM 60 56 56
Kst 12 8 8
0.4741
64
20
0.0732
32
8
0.0556
20
8
-
0.1684
52
8
2.8538
49
0.3317
76
12
44
1.7220
-
0.1431
52
8
7.5
56
2.0381
51
0.4242
56
20
25.6287
7.5
84
3.1685
40
0.8842
84
24
34.1499
7.5
68
2.7694
41
0.4533
68
16
A1B1C2D1
9.2179
6.5
64
2.1368
48
0.5953
64
24
A1B1C2D1
9.8410
6.5
36
1.3272
-
0.1091
36
8
A1B1C2D1
9.4682
6.5
60
1.9419
52
0.3810
60
16
A1B1C2D2
8.6290
6.5
24
0.6179
-
0.0533
24
8
A1B1C2D2
8.8083
6.5
48
1.3286
-
0.1561
48
8
A1B1C2D2
9.8565
6.5
32
0.7230
-
0.0790
32
8
A1B1C2D3
9.2491
6.5
-
-
-
-
-
-
A1B1C2D3
7.6867
6.5
-
-
-
-
-
-
A1B1C2D3
7.3171
6.5
-
-
-
-
-
-
A1B1C3D1
19.6648
7.5
68
2.5527
46
0.3091
72
12
A1B1C3D1
24.0956
7.5
56
6.0172
59
0.2196
56
12
A1B1C3D1
24.6608
7.5
48
2.5132
-
0.3137
68
20
A1B1C3D2
12.9220
7.5
68
0.6179
50
0.5440
68
24
A1B1C3D2
13.8840
7.5
68
1.3286
48
0.2325
68
8
A1B1C3D2
9.9332
7.5
44
0.7230
-
0.1760
52
12
A1B1C3D3
6.5613
7.5
16
0.4993
-
0.0454
16
8
A1B1C3D3
7.0796
7.5
8
0.3910
-
0.0101
8
4
A1B1C3D3
6.3694
7.5
4
0.1290
-
0.0049
4
4
A1B2C1D1
22.9801
5.5
72
2.7568
45
0.6194
72
16
A1B2C1D1
25.2106
5.5
64
2.4591
52
0.1855
64
8
A1B2C1D1
36.7889
5.5
80
2.8395
51
0.8366
80
32
A1B2C1D2
30.5433
5.5
68
2.3288
46
0.1697
72
16
A1B2C1D2
21.3215
5.5
72
2.6511
49
0.3064
76
12
A1B2C1D2
23.3247
5.5
72
2.6795
44
0.4923
72
16
A1B2C1D3
17.6871
5.5
68
2.4501
45
0.3317
68
12
A1B2C1D3
20.4444
5.5
76
2.8199
44
0.9886
76
32
A1B2C1D3
18.4739
5.5
64
2.9024
47
0.4163
76
16
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
A1B2C2D1
10.7674
5.5
32
A1B2C2D1
10.2579
5.5
64
A1B2C2D1
10.0172
5.5
A1B2C2D2
9.0132
A1B2C2D2
Kst
0.5048
-
0.0837
32
8
2.3707
51
0.4063
68
16
48
1.5313
-
0.1391
48
8
5.5
8
0.1935
-
0.0178
8
8
9.8113
5.5
12
0.4120
-
0.0105
16
4
A1B2C2D2
9.3661
5.5
8
0.1600
-
0.0178
8
8
A1B2C2D3
6.8966
5.5
-
-
-
-
-
-
A1B2C2D3
7.0588
5.5
-
-
-
-
-
-
A1B2C2D3
6.8556
5.5
-
-
-
-
-
-
A1B2C3D1
26.6566
5.5
68
2.4218
47
0.2015
68
8
A1B2C3D1
21.4859
5.5
12
5.4136
-
0.0211
44
4
A1B2C3D1
20.9735
5.5
72
2.4131
49
0.2400
72
8
A1B2C3D2
9.5061
5.5
52
1.4729
55
0.3467
52
20
A1B2C3D2
11.6219
5.5
12
0.5582
-
0.0182
20
4
A1B2C3D2
10.5389
5.5
52
1.4928
58
0.2364
52
12
A1B2C3D3
8.8906
5.5
4
0.1667
-
0.0000
4
4
A1B2C3D3
8.6360
5.5
8
0.4702
-
0.0000
8
8
A1B2C3D3
8.4681
5.5
12
0.4485
-
0.0000
12
8
A1B3C1D1
27.1318
9.5
28
1.4508
-
0.1244
48
12
A1B3C1D1
29.2435
9.5
16
0.5300
-
0.0474
16
8
A1B3C1D1
25.4581
9.5
4
0.1290
-
0.0063
4
4
A1B3C1D2
25.26984127
9.5
44
1.3512
-
0.1431
48
8
A1B3C1D2
23.7011
9.5
76
2.5623
48
0.3378
76
12
A1B3C1D2
23.7207
9.5
52
2.0333
52
0.1874
60
8
A1B3C1D3
22.7690
9.5
68
2.4376
41
0.4650
68
16
A1B3C1D3
20.5031
9.5
60
2.3553
46
0.4762
64
20
A1B3C1D3
18.9413
9.5
80
3.0584
46
0.4848
80
16
A1B3C2D1
9.3541
9.5
52
1.5099
60
0.2081
52
8
A1B3C2D1
6.2109
9.5
48
1.6153
-
0.1959
48
12
A1B3C2D1
8.6207
9.5
52
1.7013
57
0.2261
52
12
A1B3C2D2
10.8130
9.5
24
0.6303
-
0.0308
28
4
A1B3C2D2
9.4395
9.5
4
0.0800
-
0.0053
4
4
A1B3C2D2
7.9910
9.5
20
0.9291
-
0.0054
40
4
A1B3C2D3
7.5922
9.5
-
-
-
-
-
-
A1B3C2D3
7.2137
9.5
-
-
-
-
-
-
A1B3C2D3
6.4385
9.5
-
-
-
-
-
-
A1B3C3D1
18.4661
9.5
52
2.0780
53
0.2032
64
8
A1B3C3D1
26.6571
9.5
92
7.4073
45
0.7132
92
20
A1B3C3D1
20.5936
9.5
68
6.4613
49
0.2833
68
12
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
Kst
A1B3C3D2
8.8087
9.5
64
1.9947
51
0.2560
64
12
A1B3C3D2
22.3771
9.5
48
1.4842
-
0.1920
56
12
A1B3C3D2
29.4983
9.5
68
2.2743
53
0.3163
72
12
A1B3C3D3
9.1189
9.5
4
0.0755
-
0.0050
4
4
A1B3C3D3
8.2966
9.5
4
0.0833
-
0.0050
4
4
A1B3C3D3
16.1010
9.5
68
2.4787
44
0.4317
68
16
A2B1C1D1
36.0245
7.5
76
2.7892
58
0.3378
76
16
A2B1C1D1
32.8138
7.5
68
2.4662
53
0.2566
68
12
A2B1C1D1
30.5239
7.5
56
2.0693
60
0.3473
56
16
A2B1C1D2
32.5281
7.5
44
1.5150
-
0.2862
52
16
A2B1C1D2
36.0686
7.5
36
1.0692
-
0.1171
36
8
A2B1C1D2
28.8756
7.5
84
2.7276
40
0.6720
88
24
A2B1C1D3
28.9058
7.5
68
2.7151
42
0.6800
68
24
A2B1C1D3
25.0980
7.5
56
2.0783
51
0.4667
56
20
A2B1C1D3
14.6712
7.5
68
2.5713
44
0.4121
68
16
A2B1C2D1
10.3175
6.5
20
0.9477
-
0.0523
32
8
A2B1C2D1
7.6869
6.5
12
0.4965
-
0.0174
16
4
A2B1C2D1
9.0595
6.5
32
0.9371
-
0.0496
32
4
A2B1C2D2
9.2020
6.5
56
1.5267
58
0.2987
56
16
A2B1C2D2
9.6030
6.5
68
1.9255
60
0.3778
76
20
A2B1C2D2
7.5887
6.5
28
0.8210
-
0.0747
32
8
A2B1C2D3
7.3171
6.5
80
2.4414
51
0.4103
80
16
A2B1C2D3
6.7337
6.5
20
0.3483
-
0.0296
16
4
A2B1C2D3
6.7479
6.5
44
1.3495
-
0.1431
44
8
A2B1C3D1
25.5345
7.5
60
2.0345
55
0.1959
60
12
A2B1C3D1
23.8913
7.5
52
1.8061
60
0.1612
52
8
A2B1C3D1
28.2394
7.5
60
2.0159
51
0.2609
60
12
A2B1C3D2
24.3990
7.5
100
3.3598
41
1.3008
100
32
A2B1C3D2
-
7.5
40
1.4107
-
0.3252
40
20
A2B1C3D2
23.6829
7.5
76
2.5060
50
0.4053
76
16
A2B1C3D3
25.7857
7.5
76
2.6186
41
0.6667
72
20
A2B1C3D3
21.2267
7.5
64
2.6133
44
0.4267
64
16
A2B1C3D3
22.5982
7.5
56
1.9665
44
0.1915
56
8
A2B2C1D1
28.2288
5.5
44
1.9960
-
0.1956
56
12
A2B2C1D1
26.8110
5.5
64
2.4345
53
0.2844
64
12
A2B2C1D1
31.2263
5.5
84
2.8496
48
0.3429
84
12
A2B2C1D2
32.7182
5.5
96
3.5664
41
0.8000
96
20
A2B2C1D2
25.8290
5.5
48
1.3157
-
0.1920
48
12
A2B2C1D2
22.4013
5.5
56
2.0159
53
0.5463
56
24
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
Kst
A2B2C1D3
26.3938
5.5
60
2.4090
46
0.3158
60
12
A2B2C1D3
27.7146
5.5
20
1.7183
-
0.0606
44
8
A2B2C1D3
22.7449
5.5
76
3.0320
42
0.5067
76
16
A2B2C2D1
9.1533
5.5
32
1.0726
-
0.0871
36
8
A2B2C2D1
9.9010
5.5
64
1.6026
56
0.1962
52
12
A2B2C2D1
9.5763
5.5
48
0.8361
-
0.0704
28
8
A2B2C2D2
7.4894
5.5
36
0.9902
-
0.0960
40
8
A2B2C2D2
7.5085
5.5
8
0.5353
-
0.0089
8
4
A2B2C2D2
7.6087
5.5
72
2.3142
60
0.5333
80
24
A2B2C2D3
5.7692
5.5
44
1.1946
-
0.1275
44
8
A2B2C2D3
5.7319
5.5
32
0.9950
-
0.1041
32
8
A2B2C2D3
5.1913
5.5
56
1.9933
52
0.2545
68
12
A2B2C3D1
27.0681
5.5
44
1.0726
-
0.1222
48
8
A2B2C3D1
34.2268
5.5
20
0.7330
-
0.0317
24
4
A2B2C3D1
24.9430
5.5
72
2.5660
54
0.3200
72
12
A2B2C3D2
24.8454
5.5
64
2.0808
52
0.3122
68
12
A2B2C3D2
26.1432
5.5
44
1.2594
-
0.1248
44
8
A2B2C3D2
23.5411
5.5
64
2.0362
46
0.5565
64
24
A2B2C3D3
23.0916
5.5
56
1.8724
51
0.1821
56
8
A2B2C3D3
22.8875
5.5
52
2.1249
48
0.1778
56
8
A2B2C3D3
19.3144
5.5
44
2.7142
-
0.2200
76
12
A2B3C1D1
29.8491
9.5
60
2.0234
56
0.3000
60
12
A2B3C1D1
28.4217
9.5
60
2.0801
49
0.2449
60
12
A2B3C1D1
24.4838
9.5
52
2.0651
57
0.1362
52
8
A2B3C1D2
22.3187
9
64
2.2483
50
0.2188
64
8
A2B3C1D2
25.1586
9
44
1.4297
-
0.1135
44
8
A2B3C1D2
25.8578
9
52
2.1270
52
0.4228
60
20
A2B3C1D3
22.0312
9.5
56
1.9858
52
0.2074
56
8
A2B3C1D3
22.7094
9.5
48
0.8022
-
0.2182
48
12
A2B3C1D3
22.4836
9.5
68
2.4697
48
0.4423
68
16
A2B3C2D1
9.5890
9.5
68
2.1734
51
0.3556
68
16
A2B3C2D1
6.2109
9.5
64
1.8506
51
0.5020
64
24
A2B3C2D1
8.6207
9.5
48
1.3087
-
0.1391
48
8
A2B3C2D2
4.7820
9.5
56
1.4966
58
0.2036
60
12
A2B3C2D2
7.6664
9.5
44
1.2602
-
0.1467
44
12
A2B3C2D2
6.7271
9.5
60
1.6849
55
0.3200
60
16
A2B3C2D3
5.4459
9.5
48
1.3173
-
0.2462
44
16
A2B3C2D3
4.7228
9.5
52
1.7643
51
0.1651
56
8
A2B3C2D3
5.1323
9.5
44
1.3841
-
0.1956
52
12
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
Kst
A2B3C3D1
25.5693
9.5
44
1.5570
-
0.1048
60
8
A2B3C3D1
25.8877
9.5
16
1.6987
-
0.0254
48
4
A2B3C3D1
23.0723
9.5
68
2.4106
48
0.3238
68
12
A2B3C3D2
20.8822
9.5
68
2.3190
53
0.5271
72
20
A2B3C3D2
24.3775
9.5
28
2.2700
-
0.1302
72
12
A2B3C3D2
26.0098
9.5
72
2.4224
48
0.4800
72
20
A2B3C3D3
31.9945
9.5
80
2.8415
42
0.6667
84
20
A2B3C3D3
24.6824
9.5
60
2.2388
45
0.3158
60
12
A2B3C3D3
4.3389
9.5
64
2.0392
47
0.4267
64
16
A3B1C1D1
38.2488
8
68
4.5144
49
0.3676
68
12
A3B1C1D1
27.0695
8
48
2.1704
-
0.2462
52
8
A3B1C1D1
25.1458
8
44
2.9851
-
0.1431
60
8
A3B1C1D2
31.2395
7.5
28
1.6862
-
0.0622
36
4
A3B1C1D2
36.7127
7.5
32
1.8605
-
0.1561
32
12
A3B1C1D2
25.7749
7.5
44
1.9895
-
0.1544
48
8
A3B1C1D3
36.6379
7.5
52
1.9312
48
0.3382
52
16
A3B1C1D3
39.4625
7.5
32
1.6359
-
0.1185
40
8
A3B1C1D3
39.5576
7.5
4
0.1667
-
0.0067
4
4
A3B1C2D1
10.2810
6.5
40
1.1308
-
0.0580
40
4
A3B1C2D1
8.5409
6.5
52
1.5721
53
0.4758
52
28
A3B1C2D1
9.2337
6.5
56
1.8815
52
0.1697
56
8
A3B1C2D2
8.8409
6.5
48
1.6508
-
0.3200
52
20
A3B1C2D2
8.3195
6.5
36
1.0161
-
0.0889
36
8
A3B1C2D2
7.9853
6.5
44
1.1381
-
0.1173
44
8
A3B1C2D3
6.1367
6.5
64
1.9840
51
0.2844
68
12
A3B1C2D3
6.0650
6.5
24
0.6242
-
0.0627
20
8
A3B1C2D3
6.1847
6.5
44
1.3841
-
0.1833
40
12
A3B1C3D1
20.6038
7.5
84
6.3102
44
0.4667
84
12
A3B1C3D1
20.5987
7.5
84
11.9296
60
0.4000
84
12
A3B1C3D1
20.7675
7.5
68
3.8198
51
0.8242
68
16
A3B1C3D2
17.5649
7.5
12
0.2982
-
0.0308
12
8
A3B1C3D2
18.0392
7.5
8
0.1994
-
0.0109
8
4
A3B1C3D2
15.6937
7.5
36
1.0134
-
0.1745
36
16
A3B1C3D3
8.5028
7.5
4
0.1176
-
0.0057
4
4
A3B1C3D3
14.6125
7.5
4
0.1176
-
0.0059
4
4
A3B1C3D3
13.6792
7.5
12
0.4080
-
0.0154
12
4
A3B2C1D1
31.5470
5.5
56
4.0156
45
0.5744
60
16
A3B2C1D1
30.3475
5.5
56
4.0393
50
0.7000
56
12
A3B2C1D1
32.7935
5.5
4
0.1818
-
0.0103
4
4
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
Kst
A3B2C1D2
32.52730109
5.5
80
5.6918
35
1.0667
84
28
A3B2C1D2
35.13731826
5.5
20
1.7048
-
0.2667
20
8
A3B2C1D2
25.19509476
5.5
60
5.2719
60
0.4000
64
12
A3B2C1D3
18.4327
5.5
20
1.1287
-
0.0476
28
4
A3B2C1D3
20.6101
5.5
32
1.1568
-
0.2133
32
16
A3B2C1D3
24.6432
5.5
40
1.6034
-
0.1951
40
12
A3B2C2D1
9.3407
5.5
56
1.9035
60
0.1984
64
8
A3B2C2D1
10.0485
5.5
40
1.3123
-
0.0615
40
4
A3B2C2D1
10.0399
5.5
48
1.6132
-
0.1959
48
12
A3B2C2D2
7.1759
5.5
36
0.9771
-
0.0960
36
8
A3B2C2D2
7.2829
5.5
44
1.1168
-
0.2347
44
16
A3B2C2D2
7.2653
5.5
36
1.3914
-
0.1440
48
12
A3B2C2D3
6.0209
5.5
12
0.6296
-
0.0178
20
4
A3B2C2D3
4.9118
5.5
36
1.1514
-
0.1412
36
12
A3B2C2D3
4.8961
5.5
12
0.5849
-
0.0182
20
4
A3B2C3D1
15.0113
5.5
28
1.5926
-
0.0505
28
4
A3B2C3D1
19.4344
5.5
80
3.6554
43
0.4324
80
12
A3B2C3D1
18.7097
5.5
40
1.4659
-
0.0762
40
4
A3B2C3D2
9.7202
5.5
32
1.3590
-
0.0547
40
4
A3B2C3D2
6.4954
5.5
72
2.3087
51
0.4800
80
20
A3B2C3D2
8.1181
5.5
32
0.9620
-
0.1041
32
8
A3B2C3D3
6.1400
5.5
36
1.4576
-
0.1143
40
8
A3B2C3D3
9.4545
5.5
20
0.7534
-
0.0325
24
4
A3B2C3D3
6.7616
5.5
12
0.3485
-
0.0200
12
4
A3B3C1D1
28.7606
9.5
68
3.2863
26
1.2364
68
24
A1B3C1D1
31.3972
9.5
80
4.5423
32
1.1594
80
20
A1B3C1D1
29.6024
9.5
76
4.2248
33
0.4406
76
8
A3B3C1D2
21.7124
9.5
64
3.8690
45
0.4376
64
16
A3B3C1D2
26.1194
9.5
52
3.1713
58
0.2872
56
12
A3B3C1D2
27.8378
9.5
68
2.4922
48
0.3579
68
12
A3B3C1D3
20.5970
9.5
28
1.2663
-
0.0911
32
8
A3B3C1D3
22.9196
9.5
56
2.5848
48
0.1697
60
8
A3B3C1D3
29.4835
9.5
44
1.7805
-
0.2146
48
12
A3B3C2D1
8.3442
9.5
48
1.9354
-
0.1959
56
12
A3B3C2D1
9.8024
9.5
72
2.1671
57
0.2977
72
12
A3B3C2D1
-
9.5
72
1.7769
57
0.3273
72
12
A3B3C2D2
7.8098
9.5
68
2.1381
54
0.4533
68
20
A3B3C2D2
8.0071
9.5
64
2.0639
54
0.5120
68
24
A3B3C2D2
7.7844
9.5
44
1.7269
-
0.3577
56
20
Perlakuan
Kadar Air
pH
DB
Kct
T50
NP
PTM
Kst
A3B3C2D3
5.0847
9.5
48
1.5230
-
0.2133
48
12
A3B3C2D3
5.4559
9.5
32
1.0627
-
0.0928
40
8
A3B3C2D3
5.2215
9.5
36
1.1808
-
0.1846
40
16
A3B3C3D1
23.9269
9.5
44
1.8247
-
0.1630
44
8
A3B3C3D1
21.4483
9.5
52
1.8333
53
0.1444
52
8
A3B3C3D1
20.8729
9.5
68
2.3187
49
0.4626
68
20
A3B3C3D2
6.6717
9.5
32
1.2416
-
0.1123
32
8
A3B3C3D2
10.1917
9.5
52
1.7019
60
0.3467
52
24
A3B3C3D2
8.0134
9.5
24
0.9374
-
0.0372
32
4
A3B3C3D3
5.9136
9.5
28
0.9054
-
0.1761
28
20
A3B3C3D3
5.8880
9.5
4
0.0755
-
0.0050
4
4
A3B3C3D3
6.3336
9.5
4
0.0784
-
0.0052
4
4
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap kadar air Sumber Keragaman db Mean Square A 2 179.186 B 2 143.381 C 2 7999.688 D 2 690.084 A*B 4 38.052 A*C 4 321.079 B*C 4 89.894 A*B*C 8 24.742 A*D 4 13.132 B*D 4 19.199 A*B*D 8 16.930 C*D 4 125.016 A*C*D 8 25.753 B*C*D 8 13.542 A*B*C*D 16 31.528 Error 162 13.845 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .906 (Adjusted R Squared = .859)
F 12.943 10.356 577.813 49.844 2.748 23.191 6.493 1.787 .949 1.387 1.223 9.030 1.860 .978 2.277
Sig. .000* .000* .000* .000* .030* .000* .000* .083 .438 .241 .289 .000* .070 .455 .005*
lampiran 3 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap daya berkecambah Sumber Keragaman db Mean Square A 2 4110.815 B 2 381.037 C 2 5258.864 D 2 5270.716 A*B 4 330.963 A*C 4 2162.568 B*C 4 429.827 A*B*C 8 845.679 A*D 4 2077.235 B*D 4 27.753 A*B*D 8 460.642 C*D 4 1484.247 A*C*D 8 1936.691 B*C*D 8 419.802 A*B*C*D 16 257.506 Error 162 272.000 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .670 (Adjusted R Squared = .507)
F 15.113 1.401 19.334 19.378 1.217 7.951 1.580 3.109 7.637 .102 1.694 5.457 7.120 1.543 .947
Sig. .000 .249 .000 .000 .306 .000 .182 .003 .000 .982 .104 .000 .000 .146 .518
Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh Sumber Keragaman
db
Mean Square
A 2 2.367 B 2 .256 C 2 27.989 D 2 22.715 A*B 4 .213 A*C 4 2.054 B*C 4 2.013 A*B*C 8 2.544 A*D 4 8.782 B*D 4 1.569 A*B*D 8 2.082 C*D 4 7.995 A*C*D 8 6.254 B*C*D 8 1.640 A*B*C*D 16 1.604 Error 162 .818 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .769 (Adjusted R Squared = .655)
F
Sig.
13.695 1.647 70.020 27.505 .375 7.493 3.652 4.854 12.902 2.444 1.274 4.910 10.624 3.096 1.750
.000 .196 .000 .000 .826 .000 .007 .000 .000 .049 .261 .001 .000 .003 .042
Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap keserempakan tumbuh Sumber Keragaman db Mean Square A 2 158.815 B 2 33.383 C 2 265.481 D 2 166.123 A*B 4 71.012 A*C 4 154.370 B*C 4 83.160 A*B*C 8 33.531 A*D 4 115.753 B*D 4 14.025 A*B*D 8 22.469 C*D 4 127.012 A*C*D 8 87.605 B*C*D 8 22.765 A*B*C*D 16 19.506 Error 162 30.486 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .511 (Adjusted R Squared = .269)
F 5.210 1.095 8.708 5.449 2.329 5.064 2.728 1.100 3.797 .460 .737 4.166 2.874 .747 .640
Sig. .006 .337 .000 .005 .058 .001 .031 .366 .006 .765 .659 .003 .005 .650 .848
Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap nilai perkecambahan Sumber Keragaman
db
A 2 B 2 C 2 D 2 A*B 4 A*C 4 B*C 4 A*B*C 8 A*D 4 B*D 4 A*B*D 8 C*D 4 A*C*D 8 B*C*D 8 A*B*C*D 16 Error 162 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .586 (Adjusted R Squared = .382)
Mean Square
F
Sig.
.098 .020 .686 .118 .070 .091 .105 .072 .272 .025 .043 .052 .147 .043 .050 .033
2.972 .606 20.896 3.603 2.135 2.783 3.210 2.186 8.276 .757 1.319 1.576 4.476 1.308 1.509
.054 .547 .000 .029 .079 .029 .014 .031 .000 .555 .238 .183 .000 .243 .102
Lampiran 7 Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap potensi tumbuh maksimum Sumber Keragaman db Mean Square A 2 4528.658 B 2 603.918 C 2 6049.646 D 2 6062.091 A*B 4 232.658 A*C 4 2867.720 B*C 4 462.091 A*B*C 8 704.313 A*D 4 2329.942 B*D 4 22.387 A*B*D 8 500.165 C*D 4 1695.967 A*C*D 8 1971.523 B*C*D 8 297.745 A*B*C*D 16 162.782 Error 162 246.058 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .414 (Adjusted R Squared = .125) Lampiran 8
F .798 2.200 1.390 3.414 1.660 .509 .693 1.176 4.245 2.112 1.293 1.955 1.649 1.154 .761
Sig. .452 .114 .252 .035 .162 .729 .598 .317 .003 .082 .250 .104 .115 .330 .727
Sidik ragam pengaruh ruang simpan, media simpan, wadah simpan, dan periode simpan terhadap batas 50% perkecambahan
Sumber Keragaman
db
A 2 B 2 C 2 D 2 A*B 4 A*C 4 B*C 4 A*B*C 8 A*D 4 B*D 4 A*B*D 8 C*D 4 A*C*D 8 B*C*D 8 A*B*C*D 16 Error 162 Total 243 Corrected Total 242 R Squared = .472 (Adjusted R Squared = .211)
Mean Square 3734.868 862.128 4147.165 3424.708 517.671 728.041 581.486 447.492 974.362 850.288 303.822 726.658 1765.970 680.081 319.273 501.531
F
Sig. 7.447 1.719 8.269 6.829 1.032 1.452 1.159 .892 1.943 1.695 .606 1.449 3.521 1.356 .637
.001 .182 .000 .001 .392 .219 .331 .524 .106 .154 .772 .220 .001 .220 .851
Lampiran 9 Foto-foto hasil penelitian
Penyimpanan dengan menggunakan plastik pada ruang kamar, refrigerator dan ruang AC
Penyimpanan dengan menggunakan kain goni pada ruang kamar, refrigerator dan ruang AC
Penyimpanan dengan menggunakan kaleng pada ruang kamar, refrigerator dan ruang AC
Benih berakar dalam penyimpanan
Posisi bak kecambah dalam rumah kaca
Kecambah dengan perlakuan penyimpanan dengan menggunakan arang sekam dengan wadah plastik pada refrigerator.
Tipe perkecambahan epigeal.