PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH MERBAU (Intsia bijuga, OK) Anjela Sahupala Dosen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura - Ambon
ABSTRACT The Objective of the study was to measure the effect of ambient temperature the viability of seedlings of merbau (Intsia bijuga O.K.). Complete randomized design was applied in the study comprising of 100 seedling for every unit experiment unit with 3 replications for each treatment. First factor (A) was ambient temperature comprising of 3 levels such as freezer temperature a1 (10o–15oC), refrigerator temperature a2 (4o–10oC) and room temperature a3 (21o–34oC). Second factor (B) was exposure time comprised of 8 levels such as b1 (2 weeks), b2 (4 weeks), b3 (6 weeks), b4 (8 weeks), b5 (10 weeks), b6 (12 weeks), b7 (14 weeks) and b8 (16 weeks). The result of the study showed that ambient temperature and exposure time did not effect the viability of seedlings of merbau (Intsia bijuga O.K.). To maintain the moisture content of seed, it was better to apply freezer temperature (10o–15oC), compared to refrigerator temperature (4o–10oC) and room temperature (21o–34oC). Keyword : seedling, merbau, viability, ambient temperature PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Pohon merbau (Intsia bijuga O.K.) yang dikenal di Maluku dengan nama Kayu Besi merupakan salah satu jenis pohon asli Maluku yang penting dalam perdagangan. Jenis kayu komersial yang tergolong kelas awet I – II dan kelas kuat I – II ini merupakan jenis lokal yang sangat digemari karena memiliki sifat fisik dan mekanik yang sesuai untuk berbagai keperluan antara lain konstruksi bangunan rumah, bangunan air seperti jembatan, dermaga dan pintu air. Sampai saat ini usaha-usaha untuk mempertahankan daya kecambah benih merbau, terutama studi tentang perilaku benih, antara lain mengenai penyimpanan benih, belum banyak dilakukan. Benih yang disimpan dengan baik diharapkan mampu mempertahankan viabilitas tetap tinggi pada akhir masa penyimpanan karena tujuan utama penyimpanan benih adalah bagaimana agar kemunduran viabilitas baik dalam periode yang panjang, sedang maupun
pendek dapat dicegah. Dalam penyimpanan benih diperlukan suatu kondisi lingkungan yang cocok sehingga kadar air benih dapat dipertahankan. Untuk itu dibutuhkan suatu tehnik penyimpanan dengan berbagai perlakuan suhu selama proses penyimpanan berlangsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap viabilitas benih merbau. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih merbau (Intsia bijuga O.K) yang dipergunakan berasal dari pohon yang tumbuh alami di Pulau Seram tepatnya di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku. Benih sebelum digunakan untuk penelitian telah disimpan selama 12 bulan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, alat kikir berupa pisau, thermometer, hygrometer, sprayer, ember, bak kecambah, pinset, timbangan digital, oven, decicator, lemari es (untuk menyimpan benih) dan perlengkapan tulis menulis
266
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Tabel 1.
Rata − rata hari =
N1T1 + N 2T2 + ... + N xTx Σ Benih yg Berkecambah
Dimana: N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T = Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir interval tertentu suatu pengamatan. Indeks Vigor Sebagai penilaian vigor benih menurut L.O. Copeland, (1977) dapat dirumuskan sebagai berikut :
I.V =
Rata-rata Persentase Perkecambahan Benih Merbau (Intsia bijuga, O.K.) Selama Penyimpanan 16 Minggu Pada Berbagai Suhu Simpan
G1 G 2 G G + + 3 + ……………+ n D1 D 2 D3 Dn
Dimana : I.V = Indeks Vigor G = Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu D = Waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut n = jumlah hari pada perhitungan akhir HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah jangka waktu 16 minggu waktu penyimpanan, rata-rata persentase perkecambahan benih merbau (Intsia bijuga O.K.) untuk setiap unit percobaan atau pada berbagi perlakuan suhu berkisar antara 98.99 persen sampai dengan 100 persen. Rata-rata persentase perkecambahan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti yaitu pada penyimpanan benih merbau (Intsia bijuga O.K.) untuk suhu simpan freezer –10 oC-15 oC persentase kecambahnya sebesar 99.38 persen, suhu simpan kulkas (4oC-10oC) sebesar 99.33 persen dan suhu kamar (210-34oC) sebesar 99.25 persen.
Rata-rata Persentase Perkecambahan
Perlakuan
Suhu Freezer –(10 sd 15)oC
(a1)
99.38
Suhu Kulkas (4 sd 10oC )
(a2)
99.33
Suhu Kamar (21 sd 34 C)
(a3)
99.25
o
Pengamatan rata-rata persentase perkecambahan benih merbau (Intsia bijuga O.K.) pada perlakuan periode simpan 2 minggu (b1), 4 minggu (b2), 6 minggu (b3), 8 minggu (b4), 10 minggu (b5), 12 minggu (b6), 14 minggu (b7), 16 minggu (b8) memberikan presentase sebesar, 99.55 persen, 99.22 persen, 99.33 persen, 99.55 persen, 99.11 persen, 99.11 persen, 99.11 persen, 99.55 persen ( Pada Tabel 2). Tabel 2 .
Rata-rata Persentase Perkecambahan Benih Merbau (Intsia bijuga, O.K.) pada Berbagai Periode Simpan Rata-rata PersenPerlakuan tase Perkecambahan b1 99.55 b2
99.22
b3
99.33
b4
99.55
b5
99.11
b6
99.11
b7
99.11
b8
99.55
Hasil analisa varian persentase perkecambahan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pada berbagai perlakuan suhu simpan (A), perlakuan periode simpan (B), begitu pula interaksi perlakuan suhu simpan dan periode simpan (AB) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap persentase perkecambahan.
Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Merbau (Intsia Bijuga, Ok)
267
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Tabel 3.
Analisa Varian Persentase Kecambah Benih Merbau (Intsia bijuga, O.K.) pada Berbagai Media Simpan dan Waktu Penyimpanan
Sumber Keragaman
db
JK
KT
F - hitung
F- tabel 0.05
0.01
A
2
0.1944
0.0927
0.21
3.119
5.08
B
7
2.7639
0.3948
1.86tn
2.21
3.04
AB
14
6.6944
0.4782
1.04tn
1.90
2.48
Galat
48
22.000
0.4583
Total
71
31.6528
Benih yang disimpan pada suhu simpan freezer –(10 sd 15oC), suhu simpan kulkas (4 sd 10oC ) dan suhu kamar (21 sd 34oC) mempunyai rata-rata laju perkecambahan benih yang hampir sama yaitu 5.05 hari, 5.99 hari dan 6.03 hari (Tabel 4). Tabel 4.
Rata-rata Laju Perkecambahan Benih Merbau (Intsia bijuga O.K.) Selama Penyimpanan 16 Minggu pada Berbagai Suhu Simpan Rata-rata Laju kecambahan
Perlakuan Suhu Freezer –(10 sd 15oC ) (a1)
5.05
Suhu Kulkas (4 sd 10 C )
(a2)
5.99
Suhu Kamar (21 –sd34oC)
(a3)
6.03
o
Rata- rata laju perkecambahan benih merbau (Intsia bijuga O.K.) simpan periode simpan 2 minggu (b1), 4 minggu (b2), 6 minggu (b3), 8 minggu (b4), 10 minggu (b5), 12 minggu (b6), 14 minggu (b7), 16 minggu (b8) berturutturut sebesar, 6.04 hari, 6.06 hari, hari, 6.00 hari, 6.01 hari, 6.02 hari, 6.04 hari, 6.01 hari (Tabel 5) Tabel 6.
Tabel 5.
tn
Rata-rata Laju Perkecambahan Benih Merbau (Intsia bijuga O.K.) pada Berbagai Periode Simpan
Rata-rata Laju Perkecambahan b1 6.04 b2 6.60 b3 6.00 b4 6.01 b5 6.02 b6 6.01 b7 6.04 b8 6.01 Berdasarkan hasil analisa varian laju perkecambahan dari benih merbau (Intsia bijuga O.K.) dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan suhu simpan (A) dan periode simpan (B) serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut (A dan B) tidak berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih merbau (Intsia bijuga) Perlakuan
Analisa Varian Laju Perkecambahan Benih Merbau (Intsia bijuga, O.K) pada Berbagai Media Simpan dan Waktu Penyimpanan
Sumber Keragaman
db
A B AB Galat Total
2 7 14 48 71
JK 0.00693 0.08351 0.19545 0.74940 1.035229
KT
F- hitung
0.00346 0.01193 0.01396 0.01561
0.22tn 0.76tn 0.89tn
Benih yang disimpan pada suhu simpan freezer –(10 sd 15oC), suhu simpan kulkas (4 sd 10oC ) dan suhu kamar (21 sd 34oC) mempunyai
0.05 3.19 2.21 1.90
F-tabel 0.01 5.08 3.04 2.48
rata-rata indeks vigor yaitu 16.54, 16.51, dan 16.50 ( Tabel 7).
Anjela Sahupala
268
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Tabel 7 . Rata-rata Indeks Vigor Benih Merbau (Intsia bijuga O.K.) Selama Penyimpanan 16 Minggu pada Berbagai Suhu Simpan Rata-rata Indeks Vigor
Perlakuan Suhu Freezer –(10 sd 15oC )
(a1)
16.54
Suhu Kulkas (4 sd 10 C )
(a2)
16.51
Suhu Kamar (21 sd 34oC)
(a3)
16.50
o
Tabel 8.
Hasil analisa varian indeks vigor benih merbau (Intsia bijuga O.K.) pada Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan suhu simpan (A), dan perlakuan periode simpan (B) tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara kedua perlakuan tersebut juga (A dan B) tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor.
Analisa Varian Indeks Vigor Benih Merbau (Intsia bijuga O.K) pada Berbagai Media Simpan dan Waktu Penyimpanan
Sumber Kevarianan
db
JK
KT
F- hitung
A B AB Galat Total
2 7 14 48 71
0.1338 1.9485 1.0068 7.1532 10.2423
0.0669 0.2784 0.0719 0.1490
0.45 1.87tn 1.48tn
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimun selama mungkin sehingga dalam hal penyimpanan diperlukan suatu tehnik penyimpanan dengan mengkombinasikan beberapa faktor perlakuan selama proses tersebut berlangsung (Sutopo, 1993). Secara teoritis ada dua faktor utama yang dapat mengendalikan viabilitas benih dalam penyimpanan, pertama adalah suhu penyimpanan dan kedua adalah kadar air selama penyimpnan (Sajad, dkk,1990). Benih yang disimpan masih melakukan proses respirasi yang menghasilkan panas, air dan CO 2 . penas dan lelembaban yang tinggi mengakibatkan benih semakin aktif bermetabolisme, menurut (IFSF, 2002) untuk penyimpanan benih ortodoks, makin dingin maka makin baik tempat tersebut untuk penyimpanan, karena hal ini juga akan mengurangi penguapan. Hasil penelitian Booth dan Sawa (2001), melaporkan bahwa CO2 yang diproduksi oleh benih dorman pada suhu yang rendah berkurang, hal ini disebabkan karena pada suhu yang rendah penafasan akan berkurang (metabolisme rendah). Persen kecambah benih tergantung pada tingkat respirasi benih, sehingga benih harus disimpan dalam wadah yang cukup kedap dan ruang simpan yang terkontrol dan kelembabannya.
tn
F- tabel 0.05 3.19 2.21 1.90
0.01 5.08 3.04 2.48
Penurunan kadar air benih yang terjadi selama penyimpanan menyebabkan kecambah benih mengalami penurunan, tetapi dengan perlakuan penyimpanan yang tepat maka penurunan ini dapat diperkecil sehingga memperpanjang umur simpan benih. Pada benih ortodoks menurunnya viabilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan benih. Agar daya simpan benih ortodoks bertahan lama, maka dilakukan usahausaha untuk mengurangi laju respirasi ini yaitu dengan pengendalian oksigen, kadar air dan suhu agar kondisinya seminim mungkin. Semakin tinggi suhu ruang simpan maka laju respirasi makin tinggi, yang mempercepat terjadinya proses kemunduran benih. Doluche (1977), mengemukakan bahwa masalah utama dalam penyediaan benih bermutu di daerah tropika adalah mempertahankan viabilitas dan vigor benih. Di daerah tropika untuk dapat mempertahankan viabilitas benih dan vigor benih hampir tidak mungkin tanpa menggunakan fasilitas penyimpanan yang terkendali untuk penyimpanan benih dalam jangka waktu lama (Willan, 1985; Byrd, 1983). Hasil pengujian daya kecambah benih merbau (Intsia bijuga, O.K) menunjukkan bahwa benih yang disimpan pada suhu frezzer –(10oC - 15oC), suhu kulkas (4oC - 10oC) dan suhu kamar (21oC - 34oC) pada penyimpanan selama
Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Merbau (Intsia Bijuga, Ok)
269
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
termasuk pula proses yang mengarah pada kerusakan. Selanjutnya pada suhu yang rendah (lebih kecil dari 8oC -10oC) serangga dan jamur benih menjadi tidak aktif dan sebaliknya, kebanyakan kerusakan biokimia dan sel terjadi pada kadar air yang tinggi. Suhu yang rendah tidak merusak benih ortodoks yang berkadar air rendah tetapi jika kadar air tinggi (lebih besar dari 6% - 7%) benih akan mengalami kerusakan jika disimpan pada suhu di bawah 0 (Schmidt, 2002). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sutopo (1993), bahwa temperatur optimum untuk menyimpan benih jangka panjang terletak antara (-18oC-0oC). Pada pengukuran kadar air selama 16 minggu menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu frezzer -(10oC - 15oC), suhu kulkas (4oC - 10oC) dan suhu kamar (21oC sd 34oC) tidak menunjukkan peningkatan kadar air yang berarti. Rata-rata kadar air awal benih merbau (Intsia bijuga O.K) sebelum peyimpanan adalah 5.03 persen, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1. Kadar Air Benih (%)
16 minggu, memberikan hasil yang hampir sama (tidak berpengaruh nyata) yaitu rata-rata persentase benih yang disimpan pada suhu frezzer sebesar 99.33 persen, suhu kulkas sebesar 99.38 persen dan suhu kamar 99.25 persen. Hardiyanto (2004), dalam penelitiannya bahwa benih Acacia manguim dapat disimpan selama 5 tahun, pada suhu simpan 17oC, dalam ruang simpan tersebut benih memiliki daya kecambah sebesar 86 persen, sedangkan suhu penyimpanan yang lebih rendah (4oC - 5oC) pada kulkas, daya kecambah akan terjaga lebih baik dengan daya kecambah sebesar 89 persen setelah 7 tahun penyimpanan. Dalam terminology penanganan benih, benih dikelompokkan dalam 2 kelompok utama berdasarkan potensi fisiologisnya yaitu benih rekalsitran dan benih ortodoks (Robert, 1973). Benih ortodoks meliputi benih-benih untuk tetap hidup memerlukan kdar air rendah terendah (2% - 5%). Dengan kadar air rendah benih dapat disimpan pada suhu rendah, sedangkan benih rekalsitran akan hidup bila kadar airnya dipertahankan antara antara (20 sd 50) persen, dan tidak boleh disimpan pada suhu rendah (Willan, 1985). Contohnya pada Podocarpus elatus dan Azadiracta indica, yang viabilitasnya akan hilang jika disimpan pada suhu rendah (Syamsuwida, 2002). Menurut Schmidt (2002), yang termasuk dalam benih ortodoks adalah famili Leguminosae yang termasuk didalamnya benih merbau (Intsia bijuga O.K ) yang sifatnya toleran terhadap penyimpanan suhu yang rendah yaitu dengan suhu 0.20oC sampai dengan suhu - (15oC sd 20oC), dengan kadar air penyimpanan 5.7 persen sampai dengan 2.4 persen. Tajudin (1994), dalam penelitiannya juga melaporkan bahwa benih leda (Eucalyptus deglupta) yang termasuk dalam kelompok benih ortodoks, dengan kadar air 4.6 persen mampu bertahan pada ruang simpan (3oC8 oC) dengan lama penyimpanan 8 bulan mampu menghasilkan kecambah di atas 90 persen. Suhu yang rendah tidak merusak benih ortodoks yang berkadar air rendah tetapi jika kadar air tinggi (lebih besar dari 6% -8%) benih akan mengalami kerusakan jika disimpan pada suhu di bawah 0oC. Proses biokimia biasanya diperlambat pada suhu rendah, semakin suhu rendah, semakin lambat prosesnya, hal ini
6.5 6 5.5 5 4.5 b1
b2
b3
b4
b5
b6
b7
b8
Periode Penyimpanan
keterangan:
Gambar 1.
= suhu freezer –(10 sd 15oC) = suhu kulkas (4 sd 10oC) = suhu kamar (21sd 34oC) Kadar Air Benih Merbau (Intsia bijuga O.K) pada Berbagai Suhu Simpan dan Periode Simpan.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa benih merbau (Intsia bijuga O.K) walaupun di simpan pada berbagai suhu simpan namun tidak terdapat peningkatan atau penurunan kadar air yang berarti. Hal ini diduga disebabkan benih merbau (Intsia bijuga O.K) mempunyai struktur kulit yang keras, dimana kekerasan kulitnya dapat menghambat penyerapan air dan pertukaran gas. Walaupun tidak terdapat kenaikan atau penurunan yang berarti namun bila dibandingkan antara suhu simpan freezer –(10 sd 15oC), kulkas (4 sd 10oC) dan suhu kamar (21 sd 34oC), kadar
Anjela Sahupala
270
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
air pada suhu kamar (21 sd 34oC) lebih sedikit tinggi jika dibandingkan dengan suhu simpan freezer –(10 sd 15oC) dan suhu kulkas (4 sd 10oC). Hal ini disebabkan karena pada suhu freezer –(10 sd 15oC) dan suhu kulkas (4 sd 10oC), suhu cenderung stabil jika dibandingkan dengan suhu kamar yang setiap saat dapat berfluktuasi sesuai dengan keadaan lingkungan. Nurhasybi, dkk, (2003) dalam penelitiannya pada jabon (Antocephalus cadamba) melaporkan bahwa untuk mempertahankan viabilitas jabon adalah pada kadar air dibawah 8 persen dengan wadah yang cukup kedap air (kantong plastik) dengan ruang simpan dengan temperatur (2 sd 10oC). Pada kondisi ini dapat mempertahankan kadar air jabon lebih stabil pada penyimpanan 9 bulan. Kebanyakan benih ortodoks (merbau) dapat disimpan untuk jangka waktu panjang jika kadar airnya rendah, karena pada kadar air yang tinggi, penyebab kerusakannya adalah jamur. Benih ortodoks jika dikeringkan hingga kadar air 5 persen akan memperpanjang waktu simpan karena pada kadar air tersebut, hampir tidak ada atau terjadi metabioloisme dan tidak ada aktifitas jamur. Kadar air yang rendah harus dipertahankan selama penyimpanan, yaitu dengan cara mencegah benih kembali menyerap air. Jadi yang paling efektif kalau menyimpan benih ortodoks pada suhu kamar adalah dengan cara penyimpanan dalam wadah yang hampa udara, alasannya yaitu pada dipenyimpanan terbuka, benih cendrung menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan disekitar benih dan benih secara bersamaan bisa merubah kadar airnya melalui peyerapan hingga mencapai keadaan seimbang dengan atmosfir. Hal ini dapat terlihat pada penyimpanan suhu kamar. Kondisi penyimpanan seharusnya dirancang untuk memperpanjang viabilitas benih dengan menurunkan atau membatasi faktor-faktor yang menurunkan viabilitasnya. Kondisi penyimpanan secara umum ditujukan untuk (1) mengurangi metabiolisme pada benih (2) menjauhkan serangga, jamur dan penyakit.
Dengan kondisi yang optimal benih ortodoks yang termasuk didalamnya benih merbau (Intsia bijuga O.K) dapat bertahan hingga beberapa tahun. Benih ortodoks sebelum disimpan, dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari sampai kadar air mencapai 5 sampai dengan 8 persen. Tempat penyimpanan yang baik adalah dengan wadah kaleng alumunium, plastik tebal yang kedap udara (wadah yang impermeabel terhadap air dan gas), Anonim, 2003. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Benih merbau ( Intsia bijuga O.K.) merupakan benih yang tidak memiliki masalah dalam penyimpanan. 2. Dengan melihat rata-rata persentase perekecambahan, laju perkecambahan dan indeks vigor maka benih merbau merbau (Intsia bijuga O.K.) dapat disimpan pada suhu freezer, suhu kulkas dan suhu kamar dengan kadar air benih sebesar 5.03 persen. Karena memiliki rata-rata persentase sebesar 99.38 persen (suhu freezer), 99.33 persen (suhu kulkas), dan 99.25 persen (suhu kamar), laju perkecambahan 5.05 (suhu freezer) hari, 5.99 (suhu kulkas) hari dan 6,03 hari (suhu kamar) dan indeks vigor 16.53 (suhu freezer), 16.52 (suhu kulkas)dan 16.51 (suhu kamar) selama 16 minggu penyimpanan pada berbagai suhu simpan (setelah sebelum perlakuan penyimpanan benih sudah disimpan selama 44 minggu atau 11 minggu pada suhu kamar). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa benih merbau dapat disimpan selama 60 minggu dengan persen kecambah diatas 99 persen. Saran Jika suhu kamar dipakai sebagai kondisi tempat penyimpanan, maka yang harus diperhatikan adalah wadah simpan, disarankan agar menggunakan wadah yang kedap udara.
Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Merbau (Intsia Bijuga, Ok)
271
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1981. Mengenal Sifat-sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Kanisius Semarang.
______, 2002. Albizia lebeck. Informasi Singkat Benih N0.21. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. http://www.dephut.go.id/Informasi/ RRL/IFSP/Albizia-lebeck.pdf.2002. Tanggal kunjungan: 11/3-2005. ______, 2003. Penyimpanan Benih Ortodoks. Badan Standardisasi Nasional. http:/www.bsn.or.id/ SNI/downtoat/Sep2003/SN101:5006.12.203.pdf. Tanggal kunjungan:12/4.2005. Coppelad, 1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co. Minneapolis, Minnesota. Delouche. J.K, 1977. Soybean Seed Storage beyond one year. Proc. 7th. Soybean Res. Conf. Asta. Seed. Tech. Lab Agronomy Department. M. S. U. Hardiyanto, E. B. 2004. Silvikultur dan Pemuliaan Acacia mangium. Pengembangn Hutan Tanaman Acacia mangium. Pengalaman di PT. Musi Persada. Sumatra Selatan. 207- 281. Indonesian Forest Seed Project (IFSP), 2001. Catatan Pengajar Perbenihan Tanaman Hutan. Alih bahasa: Staf IFSP. Kerja sama Departemen Kehutanan dan Denish International Development Assistance (Danida) Denmark. Justice. D. L. and L. N. Bass, 1994. Prinsip-Prinsip Praktek Penyimpanan Benih (terjemahan) Rennie. R. Rajawali Press. Jakarta. Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Padang. Nurhasybi, A.Muharam, Ismet, 2003. Daya Simpan Benih Jabon (Antocephalus cadamba) pada Berbagai Ruang Simpan dan Wadah Simpan. Buletin Teknogogi Perbenihan. Vol. 10. No2. Balai Litbang Teknologi Perbenihan ,Bogor. Indonesia. Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung. Steel, Robert. G.D. dan J.H. Torrie, 1991. Perinsip dan Prosedur Statistika, suatu Biometrik PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pendekatan
Sutopo, L., 1993. Teknologi benih. Rajawali Jakarta. Willan, R.L. A guide to forest seed handling . FAO. Forestry paper N0.20/2. Foot and Agriculture organization nations. Rome.
Anjela Sahupala