PENGARUH TOKSISITAS Cu TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) SERTA UPAYA PERBAIKANNYA DENGAN PUPUK PENAWAR RACUN
OLEH FATKHIYATUR ROKHMAH A34103056
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH TOKSISITAS Cu TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) SERTA UPAYA PERBAIKANNYA DENGAN PUPUK PENAWAR RACUN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Fatkhiyatur Rokhmah A34103056
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
FATKHIYATUR ROKHMAH. Pengaruh Toksisitas Cu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Serta Upaya Perbaikannya dengan Pupuk Penawar Racun. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tingkat keracunan serta upaya memperbaiki ketahanan tanaman terhadap toksisitas Cu. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan yang terletak di Dramaga Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan September 2007. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan dua faktor, dan diulang sebanyak enam kali, dengan demikian terdapat 96 satuan percobaan. Faktor yang pertama adalah tingkat Cu yang terdiri dari taraf yaitu 0 mg/l (C0), 300 mg/l (C1), 600 mg/l (C2), 900 mg/l (C3). Faktor yang kedua adalah pupuk penawar racun (PR) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 mg/l (P0), 0.3 ml/l (P1), 0.6 ml/l (P2), dan 0.9 ml/l (P3). Hasil percobaan menunjukkan bahwa Cu menurunkan tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 7 sampai dengan 11 minggu setelah tanam (MST) sedangkan pupuk PR tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tembaga menurunkan jumlah daun pada 6, 8 dan 10 MST, sedangkan pupuk PR tidak berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun pada 6, 8 dan 10 MST. Destruksi tanaman pada 12 MST menunjukkan bahwa Cu tidak berpengaruh terhadap jumlah akar, volume akar, panjang akar, berat kering daun dan berat kering batang. Sedangkan pupuk PR menaikkan volume akar sebesar 13.436 dengan perlakuan 0.3 ml/l PR debandingan dengan kontrol dengan volume akar sebesar 8.239 ml. Pupuk PR dengan perlakuan 0.3 ml/l PR menambah berat kering batang menjadi 4.533 gram/ember dibandingkan kontrol yang mempunyai berat kering batang sebesar 3.560 gram/ember. Data produksi menunjukkan bahwa toksisitas Cu menurunkan semua peubah produksi. Semakin tinggi taraf Cu produksi padi semakin rendah. Pada perlakuan kontrol (C0), produksi normal sebesar 54.750 gram/pot, pada perlakuan 300 mg/l Cu turun sebesar 34.40%, pada perlakuan 600 mg/l Cu turun sebesar 65.60%, dan pada perlakuan 900 mg/l Cu turun sebesar 74.88%. Sedangkan pada perlakuan pupuk PR dengan kontrol (P0) produksi padi sebesar 31.333 gram/pot sedangkan pada perlakuan 0.3 ml/l PR naik sebesar 9.57%, akan tetapi turun pada perlakuan 0.6 ml/l PR sebesar 10.37% dan turun sebesar 5.85% pada perlakuan 0.9 ml/l PR. Pupuk PR menghasilkan berat basah contoh tertinggi sebesar 2.167 gram dengan perlakuan 0.3 ml/l PR dan menurunkan beratnya pada perlakuan 0.6 dan 0.9 ml/l PR dengan berat basah contoh hanya sebesar 1.500 gram. Begitu juga
pada berat kering contoh, pupuk PR menghasilkan berat contoh tertinggi pada perlakuan 0.3 ml/l PR, kemudian menurun pada perlakuan 0.6 dan 0.9 ml/l PR. Pupuk PR menaikkan berat kering daun menjadi 10.963 gram/ember dengan perlakuan 0.3 ml/l PR dibandingkan dengan kontrol yang menghasilkan berat kering daun sebesar 8.866 gram/ember. Interaksi Cu dengan pupuk PR dapat mengurangi toksisitas Cu. Taraf PR pada P2 (0.6 mg/l PR) merupakan taraf PR yang paling menawarkan toksisitas Cu pada berat kering daun dan bobot gabah isi.
Judul
:
Pengaruh Toksisitas Cu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Serta Upaya Perbaikannya dengan Pupuk Penawar Racun.
Nama
:
Fatkhiyatur Rokhmah
NIM
:
A34103056
Program Studi
:
Agronomi
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi NIP : 131 667 779
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 19 April 1984. Penulis merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari Bapak Ta’ad dan Ibu Uripah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1997 di SD Negeri 1 Bumijawa. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan di MTs Al-Azhar Tuwel dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 1 Slawi pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur seleksi pemilihan mahasiswa baru (SPMB) dengan Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada saat kuliah Penulis merupakan asisten praktikum mata kuliah Pengendalian Gulma, Manajemen Air dan Hara, dan Nutrisi Tanaman pada Tahun Ajaran 2007/2008.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT kerena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Toksisitas Cu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Serta Upaya Perbaikannya Dengan Pupuk Penawar Racun ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh toksisitas Cu pada tanaman padi serta melakukan upaya perbaikan dengan memberikan pupuk penawar racun. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
2.
Ir. Sofyan Zaman dan Ir. A. Pieter Lontoh, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan.
3.
Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan.
4.
Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan baik berupa dorongan materi maupun spiritual dan selalu memberikan doa yang tak henti kepada penulis.
5.
A’ah Jidin, A’ah Akung, dan Iyu Enun, kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan bantuan yang tak hingga. Adik-adikku Dyah, Mam, Ipat dan Isna, Jaruki dan keponakan-keponakanku Acan, Asfi, dan Lia yang selalu membagi keceriaan dan semangat, terimakasih atas segala keindahan persaudaraan ini.
6.
Mas Deny, terimakasih atas dorongan, semangat, bantuan, serta kesabaran yang diberikan.
7.
Saudara-saudaraku di bumi kampus IPB, Ria, Dara, Milah, Atin, Uswah, Baiq, Nufus, Fitri, Agung, Jun, dan teman-teman Agronomi 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa, kesabaran, bantuan, dan persahabantannya selama ini.
8.
Teman- teman di Cikabayan, Lidya, Ican, Baiq, Nomo, terima kasih atas bantuan, doa dan semangatnya.
9.
Saudara-saudaraku di asrama, Ika, Ifa, Fatin, Nita, Us-Us, terimakasih atas canda, doa, dan persaudaraan yang indah.
10. Teman-temanku di Kost putri Hikari, terimakasih atas hari-hari dan kebersamaannya selama ini. 11. Pak Mamat, Pak Ganda, Pak Gandi, dan semua pegawai di Cikabayan, terimakasih atas bantuannya selama ini. 12. Untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak disebutka satu persatu. Akhirnya semoga penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan hasil yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, 6 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Hipotesis ...........................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi ........................................................................ Fenologi Perkembangan Tanaman..................................................... Tembaga (Cu) ................................................................................... Mekanisme Ketahanan Tanaman.......................................................
4 7 9 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ............................................................................ Bahan dan Alat.................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................. Pelaksanaan Percobaan...................................................................... Pengamatan.......................................................................................
12 12 12 13 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Percobaan ...................................................... Hasil ................................................................................................. Pertumbuhan Tanaman Padi ........................................................ Produksi dan Brangkasan Panen .................................................. Pembahasan ......................................................................................
17 18 19 28 35
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan....................................................................................... Saran.................................................................................................
44 45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
46
LAMPIRAN ................................................................................................
49
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Toksisitas Cu dan Upaya Perbaikan Pupuk PR Terhadap Beberapa Peubah ....................................
18
2. Pengaruh Cu Terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan.................
19
3. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Daun......................................................
21
4. Pengaruh PR Terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan.................
22
5. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Daun .....................................................
23
6. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Akar , Berat Kering Akar, dan Rata-Rata Panjang Akar Pada 12 MST ....................................................................
26
7. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Akar, Berat Kering Akar, dan Rata-rata Panjang Akar Pada 12 MST ....................................................................
27
8. Pengaruh Cu Terhadap Berat Kering Daun, Berat Kering Batang, dan Volume Akar (VA) .................................................................................
27
9. Pengaruh PR Terhadap Berat Kering Daun, Berat Kering Batang, dan Volume Akar (VA) .................................................................................
28
10. Pengaruh Cu Terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Berat Gabah Hampa .........................................................................................
28
11. Pengaruh PR Terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Berat Gabah Hampa .........................................................................................
29
12. Pengaruh Cu Terhadap Berat Basah Contoh, Berat Kering Contoh, dan Berat Basah 100 Butir .............................................................................
29
13. Pengaruh PR Terhadap Berat Basah Contoh, Berat Kering Contoh, dan Berat Basah 100 Butir .............................................................................
30
14. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Malai dan Bobot Gabah Isi, dan Berat Gabah Kering Panen (BGKP) .................................................................
30
15. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Malai dan Bobot Gabah Isi, dan Berat Gabah Kering Panen (BGKP) .................................................................
31
16. Pengaruh Interaksi Cu dan PR terhadap Bobot Gabah Isi .......................
32
17. Pengaruh Cu Terhadap Kadar Air, Berat Gabah Kering Giling (BGKG), dan Berat Kering Mutlak (BKM) ............................................................
33
18. Pengaruh PR Terhadap Kadar Air, Berat Gabah Kering Giling (BGKG), dan Berat Kering Mutlak (BKM) ............................................................
34
19. Pengaruh Cu Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering daun, dan Berat Kering Batang.........................................................................................
34
20. Pengaruh PR Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering daun, dan Berat Kering Batang.........................................................................................
35
Lampiran 1. Sidik Analisis Ragam Tinggi Tanaman ..................................................
49
2. Sidik Ragam Jumlah Anakan ..................................................................
50
3. Sidik Ragam Jumlah Daun ......................................................................
51
4. Sidik Ragam Brangkasan pada 12 MST ..................................................
51
5. Sidik Ragam Brangkasan Panen dan Produksi Padi.................................
52
6. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Tinggi Tanaman Pada 11 MST .......................................................................................................
55
7. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Anakan Pada 11 MST .......................................................................................................
55
8. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Daun Pada 10 MST
55
9. Sidik Ragam Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Daun Pada 12 MST.................................................................................
56
10. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Batang Pada 12 MST...................................................................................................
56
11. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Rata-Rata Panjang Akar Pada 12 MST ..........................................................................................
56
12. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Akar Pada 12 MST .......................................................................................................
57
13. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Akar Pada 12 MST ..........................................................................................
57
14. Sidik Ragam Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Daun pada saat Panen .............................................................................
57
15. Tabel Nilai Kritikal Pengaruh Cu dengan PR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi...........................................................................
58
16. Tabel Nilai Kritikal Interaksi Cu dengan PR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi..........................................................................................
59
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Tinggi Tanaman ......................................
20
2. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Anakan........................................
20
3. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Daun ...........................................
21
4. Grafik Pengaruh PR Terhadap Tinggi Tanaman ......................................
23
5. Grafik Pengaruh PR Terhadap Jumlah Daun ...........................................
24
6. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Tinggi Tanaman Pada 11 MST...................................................................................................
24
7. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Jumlah Anakan ............
25
8. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Jumlah Daun ................
26
9. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Berat Kering Daun .......
32
10. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Bobot Gabah Isi ...........
33
11. Kondisi Tanaman dan Air Irigasi Kontrol (1) dan Air Irigasi dengan Perlakuan Cu (2) .....................................................................................
36
12. Kondisi Tanaman dan Air Irigasi dengan Pupuk PR (1) dan Air Irigasi dengan Kombinasi Perlakuan Cu dan Pupuk PR (2) .....................................................
38
Lampiran 1. Layout Percobaan .....................................................................................
61
PENDAHULUAN Latar Belakang Padi merupakan tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan terhadap pangan, khususnya beras sebagai sumber utama pemenuhan karbohidrat sebagian besar penduduk Indonesia selalu meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Karena itu beras akan tetap menjadi komoditas pertanian utama dalam pembangunan nasional (Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, 2003). Produksi padi pada tahun 2002-2006 di Indonesia tidak stabil. Produksi padi pada tahun 2002 sebesar 51 489 694 ton dengan pertumbuhan produksi sebesar 2.04% dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 54 088 468 ton atau terjadi peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 3.74%. Akan tetapi pada tahun 20052006 terjadi penurunan pertumbuhan produksi sebesar 0.12% - 0.95% (Badan Pusat statistik, 2006). Kualitas air mencakup sifat fisik, kimia dan biologi dari bahan-bahan organik dan mineral yang terdapat sebagai larutan dan suspensi dalam air. Kualitas air yang diisyaratkan untuk suatu kegunaan tidak selalu sama untuk kegunaan lainnya Misalnya atas kualitas air untuk irigasi, minum, perikanan, dan rekreasi masing-masing berbeda. Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alam terdiri dari iklim, mineralogi dan vegetasi. Aktivitas manusia terutama mempengaruhi kualitas air permukaan (Sulistiyono, 2006). Sumberdaya air adalah salah satu sumber daya terpenting bagi kehidupan manusia dalam segala kegiatan yang dilakukannya, termasuk kegiatan pertanian. Kondisi sumber air semakin memprihatinkan karena tercemar limbah seperti limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah yang lainnya. Dan sebenarnya sumber air yang berupa waduk, sungai, danau sudah tercemar semua dan mengalami penurunan (Siswoko, 2006). Limbah industri seperti limbah kertas menggunakan air yang sangat besar, sehingga mengancam keseimbangan air pada lingkungan sekitarnya karena akan mengurangi jumlah air yang diperlukan makhluk perairan sungai dan mengubah suhu air. Limbah pabrik kertas dapat
menyebabkan kelainan reproduktif pada plankton dan menurunkan kualitas air irigasi pertanian. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pencemaran lingkungan oleh logam-logam berat dapat terjadi jika orang atau pabrik yang menggunakan logam tersebut untuk proses produksinya tidak memperhatikan keselamatan lingkungan misalnya tidak memantau buangan limbah pabriknya. Logam-logam tertentu sangat berbahaya bila dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan (dalam air, tanah, dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh makhluk hidup (Darmono, 1995). Tembaga merupakan salah satu logam yang dominan dalam limbah. Adanya Cu dalam jumlah besar mengakibatkan tejadinya toksisitas pada tanaman. Toksisitas tembaga merusak akar tanaman dengan gejala mulai dari gangguan pada kutikula akar dan perkembangan rambut, serta deformasi hebat pada struktur akar. Untuk spesies tanaman semusim, tingkat kritis toksisitas Cu di daun diperkirakan diatas 20 sampai 30 µg/g berat kering. Jadi bagaimanapun juga ada perbedaan dalam toleransi tembaga diantara spesies tanaman (contoh : buncis lebih toleran dari jagung); perbedaan ini secara langsung menggambarkan kandungan tunas/pucuk. Toksisitas Cu dapat menginduksi defisiensi Fe tergantung pada sumber persediaan Fe. Klorosis dapat juga disebabkan oleh pengaruh konsentrasi Cu yang tinggi pada peroksidasi lipid dan kerusakan membran tilakoid (Marschner, 1986). Percobaan tanah dalam pot menunjukkan bahwa Cu memiliki daya racun yang tinggi pada padi. Hasil akhir padi berkurang secara nyata dan signifikan dengan meningkatnya taraf Cu. Hasil akhir padi hilang sekitar 10% dengan tanah dengan taraf Cu 100 mg/kg, berkurang sekitar 50% dengan taraf Cu pada kisaran 300-500 mg/kg, dan berkurang sekitar 90% dengan tanah dengan konsentrasi Cu 1 000 mg/kg (Xu J. et al, 2006). Upaya perbaikan terhadap dampak toksisitas Cu salah satunya dengan pemberian pupuk penawar racun. Perbedaan tipe gen pada toleransi Cu dan logam berat lainnya dapat diketahui pada berbagai spesies tertentu dan tipe lingkungannya dari vegetasi alami. Menurut Marschner (1986) mekanisme
toleransi Cu pada tumbuhan tingkat tinggi dapat dikelompokkan sebagai berikut : eksklusi atau pembatasan pengambilan Cu, kompartementasi pada kompleks Cu yang tidak terlarut, kompartementasi pada kompleks Cu yang terlarut, dan adaptasi enzim.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tingkat keracunan serta upaya memperbaiki ketahanan tanaman terhadap toksisitas Cu.
Hipotesis 1. Tembaga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi. 2. Pupuk PR dapat meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap Cu 3. Terdapat nilai kritis Cu terhadap pertumbuhan padi
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Asal usul tanaman padi masih diperdebatkan oleh para ahli. Ada sebagian para ahli yang berpendapat bahwa tanaman padi itu berasal dari RRC, karena di wilayah tersebut banyak sekali terdapat jenis-jenis padi liar. Jenis-jenis padi liar inilah yang mempelopori dan dikenal berkerabat dekat dengan tanaman padi yang kita kenal sekarang yaitu tanaman padi tergolong Oryza sativa L. Akan tetapi ada pihak lain yang menunjuk India sebagai asal usul tanaman padi. Tanaman padi berasal dari India kemudian tanaman padi meluas melalui negara-negara Arab ke sebelah selatan negeri Spanyol, kemudian menjalar ke sebelah selatan negara Perancis dan ke lembah sungai Po di Italia dan akhirnya ke negeri-negeri Balkan (Siregar, 1978). Menurut Wahyuddin et. al (1999) dalam Lawrance (1964) tanaman padi mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Divisio
: Embryophyta
Sub-divisio
: Angiosspermae
Classis
: Monocotyledoneae
Ordo
: Glumiflorae
Familia
: Graminae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa L. Hadrian Siregar (1978) menyatakan bahwa tanaman padi (Oryza sativa L.)
termasuk golongan tumbuhan tingkat Gramineae yang ditandai dengan batang yang tersusun beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ruas yang ketiga dan seterusnya lebih panjang daripada ruas yang didahuluinya. Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang membalut ruas yang paling atas dari batang, umumnya disebut daun bendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligulae dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi . Bulir-bulir sendiri terdiri dari ruas-ruas yang
pendek. Pada tiap ruas sebelah kiri dan kanannya timbul cabang-cabang ulir, dan pada ujung tiap-tiap cabang terdapat bunga padi. Daun mahkota yang terbesar disebut palea dan daun mahkota yang terkecil disebut lemma. Kedua daun mahkota palea dan lemma itu di dalamnya terdapat bagian dalam dari bunga dari padi dan bagian-again dalam bunga padi yang terdiri dari : bakal buah (biasanya disebut Karyiopsis). Sedangkan di atas Karyiopsis terdapat dua kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Suharno (2005) menyatakan bahwa padi adalah rumputan semusim dengan batang bulat, daunnya agak datar, dan malai dibagian pucuk. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). I. Organ Vegetatif Organ vegetatif tanaman padi terdiri dari akar, batang dan daun. Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar, yaitu: (1) akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara (2) akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya. Batang padi tersusun atas buku dan ruas dalam urutan yang bergantian (beberapa ruas dibatasi oleh buku). Buku memiliki sebuah daun dan sebuah mata tunas yang dapat tumbuh menjadi anakan. Ruas dewasa berongga dan bercelah sangat halus. Pada tahapan pertumbuhan awal, batang tersebut oleh pelepah daun dan bukan batang sebenarnya, dan berukuran sangat pendek pada tahapan ini. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier. Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang seling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas : (1) helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun
(2) pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya. (3) telinga daun(auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun, dan (4) lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun. (5) Daun bendera adalah daun teratas di bawah malai. II. Organ Generatif Organ generatif berupa malai, bulir padi, dan butir biji. Malai adalah suatu malai bunga determinit, yaitu bunga terletak pada bagaian ujung tajuk. Panjang malai dan bagian ruas teratas di atas pelepah daun bendera menentukan pemanjangan malai. Pemanjangan malai berbeda untuk setiap varietas padi, dan kondisi lingkungan dapat mengubah tingkat pemanjangannya. Sebuah bulir adalah bagian malai bunga, dan terdiri atas dua lemma steril, rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara sekam rudimenter, lemma steril dan floret fertil. Floret meliputi Lemma, Palea, dan Bunga. (1) Lemma yaitu bagian floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi Palea. Ia memiliki suatu ekor (awn), suatu pemanjangan filiform pada panjang yang berlainan dari urat tengah lemma. (2) Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Ia sama dengan lemma hanya lebih sempit. (3) Bunga terdiri atas 6 benangsari dan sebuah putik. Enam benangsari tersusun atas dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benangsari. Putik mengandung satu bakal biji. Butir biji adalah bakal buah yang matang dengan lemma, palea, rakhilla, lemma steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam (karyiopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah karyiopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Bentuk dan ukuran sebuah gabah padi sangat beragam, tergantung pada kultivar. Komponen utama butir biji padi adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio. Sekam terdiri atas lemma dan palea. Sel-sel sekam dewasa berlignin dan sangat rapuh, serta mengandung kadar silika dalam sel-sel sekam, terutama dari sel-sel epidermis bagian luar. Kulit beras (dari luar ke
dalam) terdiri atas kulit ari, kulit biji, dan nusellus. Endosperm terdiri atas lapisan aleuron dan endosperm yang berpati. Lapisan aleuron merupakan lapisan jaringan endosperm terluar. Jumlah lapisan aleuron yang ada tergantung pada letaknya dalam butir biji, macam-macam varietas, dan faktor lingkungan. Lapisan aleuron banyak mengandung unsur fosfor, magnesium dan kalium. Endosperm berpati terdiri atas sel-sel parenkim berdinding tipis yang mengandung pati dan protein. Embrio mengandung daun embrio (plumula) dan akar primer embrio (radikula) yang digabungkan melalui sebuah batang yang sangat pendek (mesokotil). Plumula diselubungi oleh koleoptil dan radikula oleh jaringan lunak yang disebut koleoriza.
Fenologi Perkembangan Tanaman Daur hidup tanaman terdiri 2 peristiwa yang terjadi secara berurutan tetapi tidak saling tergantung yaitu yang disebut dengan : 1. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah, ukuran, panjang sel dalam tanaman atau dalam tubuh tanaman diukur dengan BK (berat kering) oven sampai suhu 105º C. Bila berat segar : mungkin hanya banyak mengandung air. Tanaman yang Etiolasi berwarna pucat, kandungan air tinggi. Parameter pertumbuhan yang diamati : tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan jumlah ruas. Pupuk N diperlukan untuk perkembangan vegetatif. Perubahan dari vegetatif ke dalam generatif disebut perkembangan 2. Perkembangan Perkembangan adalah adanya perubahan pola aktivitas tanaman selama tanaman itu hidup atau perubahan dari fase vegetatif kedalam fase generatif tumbuhan, setiap perkembangan memerlukan lingkungan berbeda. Tinggi tanaman perlu diamati setiap minggu untuk mengetahui pertumbuhan suatu tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan pertumbuhan yang dipercepat dan tetap. Pada tanaman semusim perlu pemberian pupuk dasar, karena pupuk N mudah larut 30-40% maka pembuian pupuk N diberikan sedikit demi sedikit. Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pertama kali ditemukan oleh Jansen (1918), kemudian disusul dengan Iysenko yang mengemukakan 4 dalil
sebagai berikut : Pertumbuhan dan perkembangan tidak identik dan berdiri sendiri-sendiri, seluruh proses perkembangan berisi fase-fase individual, fase-fase tersebut itu terjadi dalam urutan yang jelas, dan fase yang berbeda memerlukan lingkungan yang berbeda untuk melengkapinya. Lebih lanjut Iysenko mengemukakan ada dua macam perkembangan termofase yang berarti panas (suhu), dan fotofase. Termofase adalah fase perkembangan
mulai
dari
perkecambahan
sampai
inisiasi
(permulaan
pembentukan) bunga dan banyak dipengaruhi suhu. Sedangkan yang dimaksud dengan fotofase adalah tahap perkembangan dari inisiasi sampai dengan pemasakan. Bonnet 1937 memperkenalkan 4 fase perkembangan yaitu fase biji yang sedang istirahat fase vegetatif (kecambah sampai dengan inisiasi) fase reproduktif (inisiasi sampai dengan berbunga), dan fase pembentukan dan pengisian biji. Fenologi perkembangan tanaman padi dipisahkan ke dalam tiga tahapan yaitu tahap vegetatif yang berlangsung mulai dari perkecambahan biji sampai inisiasi malai bunga, tahap reproduktif yang berlangsung mulai dari inisiasi malai bunga sampai pembungaan, tahap pematangan yang berlangsung mulai dari pembungaan sampai masak penuh. Tahap atau periode vegetatif proses perkecambahan adalah peristiwa masuknya air secara embibisi ke dalam biji dan tumbuhan embrio dalam biji. Kelembaban memegang peranan penting. Perkecambahan memerlukan air dan oksigen. Biji padi berkecambah dengan mendorongkan radikula sampai menembus koleoriza. Koleoptil yang melindungi daun-daun muda muncul sebagai suatu silinder lancip. Kemudian ujung koleoptil robek dan daun primer muncul. Dalam kondisi hangat dan lembab, butir biji varietas yang tidak mengalami dormansi dapat segera berkecambah setelah matang. Di daerah tropik, daun pertama semai padi biasanya muncul 3 hari setelah sebar benih yang telah disiapkan (penyiapan benih biasanya dengan perendaman selama 24 jam dan inkubasi selama 48 jam). Tahapan semai meliputi periode mulai dari kemunculan daun pertama sampai sebelum anakan pertama muncul. Selama tahapan ini, semai membentuk akar-akar seminal dan menggunakan cadangan pangan dalam endosperm. Setelah sekitar 10 hari, dua daun berkembang sempurna. Daun terus
bertambah pada laju 3-4 hari tiap daun selama tahapan awal. Akar adventif yang menyusun sistem akar serabut secara cepat menggantikan akar seminal sementara. Fase vegetatif didefinisikan suatu periode sejak biji berkecambah sampai tejadinya inisiasi. Inisiasi atau permulaan pembentukan pernodia bunga yaitu terjadinya perubahan, pertumbuhan titik tumbuh dari vegetatif ke generatif. Pada fase vegetatif ini, seluruh proses fisiologi hanya ditujukan untuk pembentukan daun-daun, cabang atau anakan. Suhu rendah dapat memperpanjang umur tanaman dan tidak selalu menguntungkan. Dengan umur panjang maka akan membutuhkan unsur hara yang banyak pula. Pada fase vegetatif diperlukan pupuk untuk membentuk cabang dan daun. Pada fase ini apabila suhu rendah maka fase vegetatif diperpanjang. Contoh : kedelai dataran rendah berbunga umur 35 hari . Masa vegetatif yang panjang daun terbentuk lebih banyak
tetapi suhu yang
rendah juga dapat memperpanjang umur daun.
Tembaga (Cu) Tembaga merupakan unsur mikro yang esensial. Salah satu sifat unsur mikro ialah bahwa mereka diperlukan dalam jumlah sedikit dan dapat merusak bila dalam jumlah banyak. Tembaga seperti seng, merupakan penyusun berbagai enzim, meliputi asam askorik, oksidase, fenolase, lakase dan lain-lain. Ia juga mirip bagian dari sitokrom oksidase. Di samping itu ia berfungsi sebagai kofaktor dari beragai enzim, tetapi tidak mempunyai kekhususan yang tinggi. Kekurangan Cu menganggu sintesis protein dan menyebabkan senyawa nitrogen larut meningkat. Kepekatan gula-reduksi pada tanaman yang kekurangan Cu adalah rendah sedangkan kadar asam organiknya tinggi (Soepardi, 1983). Saeni, (1997) menambahkan bahwa Cu merupakan unsur renik esensial untuk semua tanaman dan hewan termasuk manusia dan diperlukan dalam sistem enzim yaitu sebagai komponen utama dalam beberapa enzim oksidase. Marshcner (1986) menyatakan bahwa spesies tanaman semusim sebagian besar memiliki tingkat kritis toksisitas Cu pada daun-daun yang diperkirakan diatas 20 sampai 30 µg/g berat kering Hal ini berarti adanya perbedaan-perbedaan toleransi diantara spesies tanaman misalnya tanaman buncis lebih toleran dari jagung. Perbedaan ini secara langsung menceritakan kandungan tajuk. Toksisitas
Cu dapat menginduksi defisiensi besi (Fe) tergantung pada sumber persediaan Fe. Klorosis juga dapat secara langsung berakibat gerakan konsentrasi Cu yang tinggi pada perosidaksi lipid dan demikian juga kerusakan merman tilakoid. Persediaan Cu yang besar biasanya mencegah pertumbuhan akar sebelum pertumbuhan tajuk. Bagaimanapun bukan berarti bahwa akar-akar lebih sensitif pada konsentrasi Cu yang tinggi. Ini adalah tempat perlakuan khusus akumulasi Cu ketika persediaan Cu diluar banyak. Pada tanaman yang dapat menerima persediaan Cu yang banyak, kandungan Cu pada akar sebanding kenaikan konsentrasi Cu pada media eksternal, padahal transport ke sisa tunas kekuatanya terbatas. Tanpa sebuah analisis akar, tingkat kritis toksisitas daun dari Cu pada tunas oleh karena tidak perlu sebuah indikator yang tidak tepat pada toleransi Cu pada tanaman. Ini merupakan sebuah perhatian khusus yang penting ketika genotipe akan dibandingkan. Pada tanaman yang tidak toleran, mencegah perpanjangan akar dan kerusakan ke sel membran pada akar adalah sebuah respon yang teratur untuk sebuah persediaan Cu yang tinggi. Perubahan tertentu pada morfologi akar, juga menghambat perpanjangan dan mempertinggi bentuk akar lateral, mungkin berhubungan pada pengurangan yang tajam dalam aktifitas oksidasi IAA di dalam akar terbuka untuk konsentrasi Cu yang tinggi. Yamada (1986) menyatakan bahwa efek negatif konsetrasi Cu yang berlebihan pada tanaman padi sawah lebih sering terjadi pada fase awal pertumbuhan, yaitu pertumbuhan tanaman pada saat pindah tanam terhambat, batang dan daun berwarna kuning, dan daun bagian bawah menjadi layu berwana kuning kecoklatan, dan perkembangan akar terhambat. Di samping itu tanaman padi yang tercemar oleh Cu lebih peka terhadap serangan Helminthosporium oryzae.
Mekanisme Ketahanan Tanaman Marshcner (1986) menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan tipe genotipe dalam toleransinya terhadap Cu dan logam berat lainnya telah diketahui diantara spesies dan ekotipe vegatasi alaminya. Flora khusus (metallophytes) telah diketahui di beberapa Negara yang mempunyai daerah-daerah pertambangan,
mempunyai toleransi yang lebih tinggi terhadap Cu dan berkembangselain pada tanaman semusim. Pada beberapa spesies toleransi ini terbatas pada logam berat tertentu. Spesies lainnya yang mempunyai toleransi untuk beberapa logam berat masih ada. Pada beberapa spesies yang toleran, kandungan Cu pada daun dapat mencapai 0-1% dari berat kering. Mekanisme dari toleransi Cu pada jenis tanaman tingkat tinggi dapat dikelompokkan sebagai berikut : pupuk PR dapat membatasi pengambilan Cu, kompartementasi pada kompleks Cu yang tidak terlarut, kompartementasi pada kompleks Cu yang terlarut, dan adaptasi enzim. Secara umum eksklusi atau pembatasan pengambilan Cu menjadi seperti kurang penting dalam tumbuhan tingkat tinggi. Ketidakmobilannya di dalam dinding sel diperkirakan menjadi sebuah mekanisme penting dan oleh yang lainnya hanya menjadi ketidakpastian yang penting karena ini adalah kapasitas mengikat yang terbatas. Tidak diragukan bahwa kompartemensasi Cu dalam sitoplasma dan di dalam vakuola keduanya sebagai kompleks yang dapat larut atau tidak dapat larut merupakan mekanisme toleransi Cu yang dominan. Metallothioneins di sebut juga pengikat spesifik protein, ini menjadi sangat penting. Sintesis metallothioneins dalam genotipe yang tahan terhadap Cu dapat dinduksi dengan pemberian Cu yang tinggi. Protein ini banyak sekali mengandung sistein di mana Cu diikat lebih kuat daripada Zn dan Cd. Toleransi Cu pada spesies Agrotis, suatu metallothionein telah diisolasi yang mempunyai 20-8% residu sistein dan mengikat 54 mg Cu per gram protein. Tingkat Cu yang tinggi mungkin menyebabkan bertambahnya sintesis dengan berat protein molekuler kecil untuk detoksifikasi Cu lainnya dari metallothioneins. Apabila dibandingkan dengan mekanisme detoksifikasi Cu, adapasi enzim menjadi konsentrasi Cu yang tinggi adalah terbatas pentingnya dan diperkirakan terbatas pada enzim ekstraseluler seperti dinding sel berbentuk fosfat di dalam ruang bebas di dalam akar.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca yang berlokasi di Cikabayan IPB Darmaga. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai September 2007. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas IR64 dengan jumlah 3 butir pada tiap embernya. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk Urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCl dengan dosis masing-masing 1.8, 1.22, dan 2.08 gram/ember dan bahan lain yang digunakan adalah pupuk PR dan CuSO4. Alat yang dibutuhkan adalah ember, gelas ukur, pipet, jirigen, jangka sorong, alat tulis, gunting, kertas oven, kalkulator, label, timbangan dan kayu.
Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan dua faktor, dan diulang sebanyak enam kali. Faktor yang pertama adalah konsentrasi Cu yang terdiri dari taraf yaitu 0 mg/l (C0), 300 mg/l (C1), 600 mg/l (C2), 900 mg/l (C3). Faktor yang kedua adalah pupuk PR yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 ml/l (P0), 0.3 ml/l (P1), 0.6 ml/l (P2), dan 0.9 ml/l (P3). Masing-masing perlakuan diulang 6 kali sehingga kombinasi ulangan dan perlakuan terdapat 96 satuan percobaan. 48 satuan percobaan untuk data pertumbuhan dan produksi padi, dan 48 satuan percobaan untuk destruksi akar. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk
= µ + Ci + Pj + (CP)ijk + βk + εijk
Dimana: Yijk
= Hasil pengamatan pada pemberian taraf Cu ke-I, taraf pupuk PR ke-j, dan ulangan ke-k
µ
= Rataan umum
Ci
= Pengaruh pemberian taraf Cu ke-i
Pj
= Pengaruh pemberian taraf pupuk penawar racun ke-j
(CP)ijk = Pengaruh interaksi pemberian taraf Cu ke-I, pemberian taraf pupuk PR ke-j (CP)ijk = Pengaruh interaksi pemberian taraf Cu ke-I, pemberian taraf pupuk PR ke-j βk
= Pengaruh ulangan ke-k
εijk
= Pengaruh galat percobaan
Uji setelah sidik ragam menggunakan sidik ragam DMRT pada taraf 5%.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Tempat Tumbuh. Tanah diambil langsung dari sawah yang digemburkan kemudian dibersihkan dari sisa akar-akar dan batu-batuan, masukkan ke dalam ember dan sisakan sekitar 5 cm dari tinggi ember untuk genangan air irigasi. Penanaman. Penanaman benih padi pada ember dilakukan dengan sistem tabela atau tanam benih langsung. Setelah ember diisi dengan tanah, benih ditanam sedalam 1-2 cm dengan jumlah benih 5 butir per lubang, lalu ditutup dengan tanah. Setelah benih ditanam, kemudian ember disiram hingga kondisi tanahnya macak-macak. Hal ini penting untuk menjaga kelembaban tanah agar perkecambahan benih berlangsung dengan baik. Vergara (1985) menyatakan bahwa pertumbuhan lembaga tergantung pada suhu dan tersedianya air serta udara. Untuk perkecambahan biji, syarat pertama ialah penyerapan air. Penjarangan dilakukan dua MST, yaitu tanaman dijarangkan menjadi 3 tanaman per ember. Pemberian larutan Cu dan pupuk PR. Penanaman benih padi pada ember dilakukan dengan sistem tabela atau tanam benih langsung. Tiga minggu setelah ditanam, dilakukan irigasi dengan perlakuan kontrol, Cu, dan pupuk PR. Tinggi air dipertahankan sekitar 3 cm. Sebelum penyiraman dengan larutan Cu dan pupuk PR, diukur tinggi air sebelumnya untuk mengetahui transiparsi dan kebutuhan air tanaman. Pemberian larutan Cu dan pupuk PR diberikan dua sampai tiga kali seminggu. Larutan Cu dan pupuk PR dibuat dengan cara mengencerkan
bahan Cu yang berupa CuSO4 dengan kandungan bahan 90% dan lrutan pupuk PR. Metode pengenceran adalah sebagai berikut : 1. Larutan Cu : yaitu dengan mengencerkan bahan berupa CuSO4 sebanyak 100 g ke dalam 1 liter air (sebagai larutan stok 1). Karena larutan masih terlalu pekat maka dibuat larutan stok 2 dengan cara melarutkan larutan dari stok 1 sebanyak 100 ml dan dilarutkan sebanyak 1 liter (1000 ml), kemudian memakainya sesuai dengan kebutuhan air irigasi. 2. Pupuk PR: yaitu dengan mengencerkan larutan pupuk PR yang telah tersedia, sebanyak 100 ml kemudian dilarutkan ke dalam 1000 ml air. Larutan stok ini untuk digunakan sebagai air irigasi. Pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCl dengan dosis 1.8, 1.22, dan 2.08 gram/ember. Pupuk Urea diberikan dua kali, setengah dosis diberikan pada 6 minggu setelah tanam dan pemupukan kedua dilakukan pada 10 minggu setelah tanam. Aplikasi pemupukan dengan disebarkan pada daerah sekitar perakaran tanaman. Pemeliharaan. Pengendalian gulma dilakukan tiap minggu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai kebutuhan dengan cara menyemprotkan insektisida. Destruksi akar. Pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar akibat toksisitas Cu dilakukan pada saat tanaman padi berbunga. Hal ini dikarenakan pada saat mulai munculnya malai atau bunga maka pertumbuhan tanaman sudah maksimal dan keadaan akar belum mengering karena penuaan yang terjadi pada tanaman. Pemanenan. Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapat gabah berkualitas rendah yang masih mengandung banyak butir hijau dan butir kapur. Kegiatan panen dilakukan jika diperkirakan 90% malai padi sudah menguning.
Pengamatan Pengamatan dilakukan pada semua bahan percobaan, yaitu pada umur 3 MST, sampai panen. Peubah yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman padi (cm)
Pengukuran dilakukan terhadap seluruh tanaman pada setiap minggunya. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman pertama dilakukan pada 3 MST. 2. Jumlah anakan Anakan ialah tanaman yang meliputi akar, batang dan daun, yang dapat memiliki malai atau tidak. Jumlah anakan dihitung pada saat 3 MST sampai awal terjadinya pembungaan. 3. Jumlah daun Pengukuran jumlah daun dilakukan dua minggu sekali, yaitu dengan menghitung jumlah daun pada setiap satuan percobaan. 4. Umur berbunga dan umur panen. Perhitungan umur berbunga dilakukan pada saat malai telah berbunga. Sedangkan umur panen dapat dilihat pada saat 90% tanaman malainya telah menguning. Pengukuran antara unmur berbunga dan umur panen dilakukan untuk mengetahui lamanya tahap reproduktif sampai menjadi masak. 5. Bobot 100 butir Dilakukan dengan cara menimbang 100 butir biji hasil panen dari setiap satuan percobaan. 6. Jumlah gabah hampa Dilakukan dengan cara menghintung gabah yang hampa dari hasil panen pada setiap satuan percobaan. 7. Panjang malai Dilakukan dengan mengukur panjang
tiga malai pada tiap-tiap
tanaman dan kemudian dirata-ratakan. 8. Jumlah gabah/malai Dilakukan dengan cara menghitung jumlah gabah yang ada pada tiga malai pada setiap satuan percobaan dan kemudian dirata-ratakan. 9. Evapotranspirasi Dilakukan dengan cara mengukur perubahan tinggi genangan yang dilakukan pada tiap tiga hari.
10. Jumlah anakan produktif Dilakukan dengan cara menghitung jumlah anakan yang memiliki malai. 11. Bobot gabah isi Dilakukan setelah panen, dengan menimbang bobot gabah yang isi pada tiap tanaman. 12. Bobot brangkasan Dilakukan penimbangan bobot rangkasan setelah panen, dengan ditimbang berat basah dan berat keringnya setelah oven. 13. Luas daun Dilakukan dengan cara gravimetri pada lima tanaman contoh. Pengukuran luas daun dilakukan pada saat malai tanaman padi muncul. 14. Panjang akar Pengukuran panjang akar yaitu dengan mengukur akar terpanjang dari tiga tanaman yang ada pada tiap satuan percobaan dan kemudian dirata-ratakan. 15. Volume akar Pengukuran terhadap volume akar yaitu dengan cara memasukkan akar ke dalam suatu wadah yang berisi air penuh, kemudian tumpahan dari air tersebut du tampung ke dalam suatu gelas ukur untuk mengetahui volume dari akar tersebut. 16. Jumlah akar primer 17. Berat kering dan berat basah akar 18. Panjang akar primer Pengukuran terhadap panjang akar, volume akar, jumlah akar primer, berat kering akar dan panjang akar primer dilakukan pada saat tanaman padi mulai bermalai. Percobaaan terhadap destruksi akar ini dilakukan terhadap 48 satuan percobaan untuk mengetahui pengaruh toksisitas Cu terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar tanamana padi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Percobaan Penelitian dilaksanakan di
Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan
yang terletak di Dramaga Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan September 2007. Pada saat penelitian dilaksanakan, kondisi cuaca beragam yaitu cerah, mendung dan hujan. Suhu harian di Rumah Kaca mencapai 37oC–42oC, dengan intensitas cahaya 10 496.95 W/m2 (Sofyanti, 2008). Pertumbuhan tanaman secara umum cukup baik . Tanaman padi disiram dengan larutan campuran Cu dengan pupuk PR. Penyiraman dilakukan antara tiga sampai empat hari sekali disesuaikan dengan tinggi genangan air. Percobaan dengan menggunakan larutan Cu dan pupuk PR hanya diberikan pada 5 dan 6 MST. Hal ini dilakukan karena pemberian larutan Cu dalam kurun waktu dua minggu ini telah menyababkan keracunan yang berat pada tanaman padi. Akibat yang ditimbulkan karena toksisitas Cu yaitu batang tanaman padi menjadi berwarna coklat kehitaman sampai dengan coklat ringan dan tanaman padi menjadi mudah rebah. Pada 7 MST pemberian larutan Cu dihentikan dan selanjutnya pada percobaan dengan larutan Cu hanya diberikan air irigasi seperti biasa sedangkan percobaan dengan campuran laruan Cu dan pupuk PR diberikan hanya larutan pupuk PR. Hal ini dilakukan dalam rangka upaya perbaikan terhadap toksisitas Cu. Secara visual usaha perbaikan dengan menghentikan pemberian larutan Cu dan pemberian perlakuan dengan pupuk PR memberikan dampak positif pada tanaman padi. Batang tanaman yang berwarna coklat kehitaman atau coklat secara berangsur-angsur menjadi hijau kembali. Percobaan dengan menggunakan pupuk PR menyebabkan air genangan berwarna kehijauan, sedangan percobaan yang hanya mengunakan Cu menjadikan air genangan menjadi kecoklatan dan menyebabkan binatang-binatang yang ada di dalam tanah pot mati.
Hasil Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Toksisitas Cu dan Upaya Perbaikan Pupuk PR Terhadap Beberapa Peubah Peubah Cu PR Cu X PR KK Tinggi Tanaman 5 MST tn tn tn 13.89387 6 MST tn tn tn 12.71956 7 MST ** tn tn 11.14835 8 MST ** tn tn 8.672292 9 MST ** tn tn 7.931336 10 MST ** tn tn 7.6977 11 MST ** tn tn 8.042938 Jumlah Anakan 5 MST tn tn tn 4.80982 6 MST tn tn tn 27.35471 7 MST ** tn tn 26.80615 8 MST ** tn tn 27.51614 9 MST ** tn tn 30.67777 10 MST ** tn tn 28.74801 11 MST ** tn tn 28.65479 Jumlah Daun 6 MST ** tn tn 22.67963 8 MST ** tn tn 25.18939 10 MST ** tn tn 29.49748 Berat Kering Akar 12 MST tn tn tn 38.29744 a (99.37948) Jumlah Akar 12 MST tn tn tn 33.76233 b (72.14273) Volume Akar 12 MST tn * tn 41.55422 b (87.61571) Panjang Akar 12 MST tn tn tn 32.75338 b Berat Kering Daun 12 MST tn tn tn 19.23583 (51.36056) Berat Kering Batang 12 MST tn * tn 19.65044b (50.06154) Data Produksi Panjang Malai ** tn tn 9.758612 Jumlah gabah/malai ** tn tn 19.21678 c Bobot Gabah Hampa ** tn tn 28.67877 (61.88871) Berat Basah Contoh ** ** tn 29.0465 Berat Kering Contoh ** * tn 26.85012 Bobot 100 Butir ** tn tn 13.80077 Jumlah Malai ** tn tn 26.06448 Bobot Gabah Isi ** tn * 29.13189 Berat Gabah Kering Panen ** tn tn 26.37732 Kadar Air ** tn tn 22.62187 Berat Kering Mutlak ** tn tn 24.17141 Berat Gabah Kering Giling ** tn tn 26.37742 Berat Basah Daun Saat Panen ** tn * 19.99695 Berat Kering Daun Saat Panen ** ** ** 14.93603 Berat Basah Batang Saat Panen ** tn tn 31.07684 Berat Kering Batang Saat Panen ** tn tn 22.1905 Berat Kering Akar Saat Panen ** tn tn 43.48249 Keterangan : ** : Nyata pada taraf 1%; * : Nyata pada taraf 5%; tn : Tidak nyata; KK Koefisien Keragaman; a : Hasil sudah ditransformasi √x + 1.5; b : Hasil sudah ditransformasi √x + 1; c: Hasil sudah ditransformasi √x
Pertumbuhan Tanaman Padi Pengamatan pertumbuhan pada tanaman padi dilakukan pada 5-11 MST. Peubah-peubah yang diamati yaitu tinggi dan jumlah anakan yang diamati setiap satu minggu serta jumlah anakan yang diamati dua minggu sekali, yaitu pada 6, 8, dan 10 MST. Selain itu dilakukan destruksi tanaman pada 12 MST untuk melihat perkembangan tanaman padi setelah 11 MST. Tabel 2. Pengaruh Cu Terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Peubah
Taraf Cu
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
0 300 600
46.575a 46.396a 46.088a
61.888a 60.271a 59.458a
70.088a 66.804ab 64.842ab
80.996a 76.083b 70.271c
87.867a 81.083b 74.417c
93.954a 85.704b 77.429c
95.917a 87.983b 79.188c
900
45.842a
58.125a
62.925b
67.938c
71.300c
73.604c
74.646c
3.0416a 5.4583a
10.000a
14.1250a
18.250a
21.917a
23.458a
(mg/l)
TT
0 JA
Keterangan
300
3.0000a 5.5000a 9.0833ab 11.4167b 13.750b 15.792b 17.083b
600
3.0416a 5.0000a 7.7083bc
8.9583c
9.375c
10.375c
11.042c
900
3.0000a 4.9583a
7.9167c
8.542c
9.417c
9.250c
7.2083c
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; TT : Tinggi Tanaman; JA : Jumlah anakan
Tembaga berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman pada 7 sampai 11 MST (Tabel Lampiran 1). Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf Cu semakin menurunkan tinggi tanaman. Tanaman tertinggi mencapai 95.917 cm dengan perlakuan 0 mg/l Cu dan yang terendah yaitu sebesar 74.646 cm dengan perlakuan 900 mg/l Cu. Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman padi akibat toksisitas Cu dari 5 sampai 11 MST. Garis yang semakin menurun menunjukkan bahwa tinggi tanaman semakin menurun sebanding dengan taraf Cu yang diberikan. Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 7 sampai 11 MST (Tabel Lampiran 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa Cu belum menunjukkan pengaruh yang nyata pada 5 dan 6 MST namun dapat dilihat kecenderungan semakin tinggi taraf Cu maka semakin menurunkan jumlah anakan. Gambaran mengenai pengaruh Cu terhadap jumlah anakan dapat diihat lebih jelas pada Gambar 2. toksisitas Cu mengakibatkan penurunan garis.
Semakin tinggi taraf Cu, maka garis semakin menurun. Hal ini berarti semakin tinggi taraf Cu, jumlah anakan yang dihasilkan semakin sedikit.
Tinggi Tanaman (cm)
120 100 80
C0 C1
60
C2 C3
40 20 0 5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
Waktu (MST) Gambar 1. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Tinggi Tanaman
25
Jumlah Anakan
20 C0
15
C1 C2
10
C3 5 0 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST Waktu (MST) Gambar 2. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Anakan
Tabel 3. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Daun Taraf Cu (mg/l)
6 MST
8 MST
10 MST
0
26.000a
66.000a
110.625a
300
23.250ab
51.333b
81.417b
600
21.250b
37.458c
48.958c
900
20.250b
31.792c
40.583c
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada 6-10 MST (Tabel Lampiran 3). Tebel 3 menjunjukkan bahwa semakin tinggi taraf Cu, semakin menurunkan jumlah daun. Jumlah daun tertinggi sebanyak 110.625 daun/ember dengan 0 mg/l Cu, kemudian menurun menjadi 81.417 daun/ember dengan 300 mg/l Cu, 48.958 daun/ember dengan perlakuan 600 mg/l, dan terendah pada perlakuan 900 mg/l Cu dengan jumlah daun hanya 40.584 daun/ember. Gambar 3 menunjukkan pengaruh Cu terhadap jumlah daun. Semakin tinggi taraf Cu semakin rendah jumlah daun. Hal ini di tunjukkan pada penurunan garis dari C1, C2, dan yang terendah pada C3. 120
Jumlah Daun
100 80
C0 C1
60
C2 C3
40 20 0 6
8
10
W a ktu (MST)
Gambar 3. Grafik Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Daun
Tabel 4. Pengaruh PR Terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Peubah TT
JA
Keterangan
Taraf PR (ml/l) 0
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
46.329a
60.896a
66.233a
73.954a
79.163a
83.163a
84.463a
0.3
45.225a
58.450a
65.283a
73.358a
78.213a
82.683a
85.033a
0.6
48.067a
61.229a
67.250a
74.608a
79.350a
83.800a
85.342a
0.9
45.279a
59.167a
65.892a
73.367a
77.942a
81.046a
82.896a
0
3.00000a
5.0000a
8.166a
10.4583a
12.042a
13.958a
14.292a
0.3 0.6 0.9
3.04167a 3.04167a 3.00000a
5.2500a 5.5000a 5.1667a
8.7083a 8.5833a 8.5417a
10.8333a 10.5000a 10.6250a
13.000a 12.125a 12.750a
15.000a 13.750a 14.792a
15.917a 14.667a 15.958a
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% TT : Tinggi Tanaman; JA : Jumlah anakan
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada setiap perlakuan (Tabel Lampiran 1). Tabel 4 menunjukkan bahwa Namun demikian pupuk PR memberikan dampak penampakkan vegetatif yang baik. Gambaran mengenai pengaruh pupuk PR terhadap tinggi tanaman dapat diihat lebih jelas pada Gambar 4. Garis yang berhimpit menunjukkan bahwa pemberian pupuk PR tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol. Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada setiap perlakuan. Akan tetapi dapat di lihat secara umum bahwa pupuk PR dapat meningkatkan jumlah anakan dibandingkan dengan kontrol. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada 5 MST pupuk PR pada perlakuan 0.3 dan 0.6 ml/l PR mempunyai jumlah anakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 0 dan 0.9 ml/l PR.
90 Tinggi Tanaman (cm)
80 70 60
P0
50
P1
40
P2
30
P3
20 10 0 5
6
7
8
9
10
11
Waktu (MST)
Gambar 4. Grafik Pengaruh PR Terhadap Tinggi Tanaman
Tabel 5. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Daun Taraf PR (ml/l)
6 MST
8 MST
10 MST
0
21.792a
44.875a
67.667a
0.3
23.292a
47.375a
72.917a
0.6
22.958a
46.750a
68.042a
0.9
22.708a
47.583a
72.958a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Akan tetapi pupuk PR meningkatkan jumlah daun dibandingkan dengan kontrol (Tabel 5). Pupuk PR memberikan pengaruh terhadap warna daun. Daun tanaman padi dengan pemberian pupuk PR berwarna hijau terang. Gambaran tentang pertambahan jumlah daun akibat pemberian pupuk PR lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5. Pupuk PR meningkatkan jumlah daun walaupun hasilnya tidak signifikan.
80 70 Jumlah Daun
60 P0
50
P1
40
P2
30
P3
20 10 0 6
8
10
Waktu (MST) Gambar 5. Grafik Pengaruh PR Terhadap Jumlah Daun
Pupuk PR tidak memberikan pengaruh perbaikan terhadap tinggi tanaman padi pada setiap perlakuan (Tabel Lampiran 1). Gambar 6 manunjukkan garis yang berhimpit kemiringannya. Hal ini berarti pemberian pupuk PR tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman yang berbeda dengan kontrol. 120
y = 95.824e -0.0003x R 2 = 0.9848
Tinggi Tanaman
100 80
PR0 PR1
y = -0.0219x + 94.908
60
2
R = 0.934
PR2
40
PR3 y = 96.117e
20
y = -0.026x + 94.613
-0.0003x
R 2 = 0.9888
R 2 = 0.8321
0 0
200
400
600
800
1000
Taraf Cu
Gambar 6. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Tinggi Tanaman Pada 11 MST
Interaksi Cu dengan pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan (Tabel Lampiran 2). Gambar 7 menunjukkan gambaran pengaruh interaksi
Cu dengan pupuk PR terhadap jumlah anakan. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan jumlah anakan akibat penambahan jumlah anakan akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan jumlah anakan semakin kecil. 30 y = -4.1334x + 25 R2 = 0.8528 (C2)
Jumlah Anakan
25 20
y = -5.6833x + 30.167 R2 = 0.9063 (C3)
15 10
P1
y = -4.6667x + 27.584 R2 = 0.954 (C1)
P2 P3
y = -4.9832x + 26.75 R2 = 0.9616 (C0)
5
P0
0 0
1
2
3
4
5
Taraf Cu
Gambar 7. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Jumlah Anakan
Interaksi Cu dengan pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (Tabel Lampiran 3). Penurunan jumlah daun sangat signifikan dan dengan pemberian pupuk PR tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun. Gambaran mengenai interaksi Cu dengan pupuk PR terhadap jumlah daun dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 8. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan jumlah daun akibat penambahan jumlah daun akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan jumlah daun semakin kecil.
140 y = -18.885x + 115.26 R2 = 0.9277 (C2)
Jumlah Daun
120 100
y = -20.583x + 104.42 R2 = 0.2634 (C3)
80
P0 P1
y = -25.698x + 131.91 R2 = 0.9534 (C0)
60 40
P2 P3
y = -23.869x + 132.59 R2 = 0.9481 (C1)
20 0 0
1
2
3
4
5
Taraf Cu
Gambar 8. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Jumlah Daun
Tabel 6. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Akar , Berat Kering Akar, dan Ratarata Panjang Akar Pada 12 MST Taraf Cu (mg/l)
Jumlah Akar
Berat Kering Akar (gram)
Rata-Rata Panjang Akar (cm)
0
13.114a
6.1216a
27.398a
300
16.958a
4.9263ab
22.161a
600
14.755a
5.2271ab
25.424a
900
11.820a
4.2361b
20.878a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah akar, berat kering akar , dan rata-rata panjang akar (Tabel Lampiran 4). Tabel 6 menunjukkan bahwa besarnya jumlah angka pada jumlah akar dan berat kering akar, dan ratarata panjang akar pada masing-masing perlakuan tidak konsisten. Namun demikian dapat dilihat kecenderungan bahwa toksisitas Cu menurunkan berat kering dan rata-rata jumlah akar. Hal ini diduga bahwa akar dalam tanah pada umur 12 MST masih dapat terjadi perkembangan.
Tabel 7. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Akar, Berat Kering Akar dan Rata-rata Panjang Akar Pada 12 MST Taraf PR (ml/l)
Jumlah Akar
0
11.558a
4.6922a
19.813b
0.3
15.211a
5.9266a
27.019a
0.6
13.359a
4.9373a
25.687ab
0.9
16.518a
4.9550a
23.342ab
Keterangan
Berat Kering Akar (gram)
Rata-Rata Panjang Akar (cm)
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel Lampiran 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, berat kering akar, dan rata-rata panjang akar. Walaupun demikian pupuk PR memberikan pengaruh yang positif yaitu dapat meningkatkan jumlah akar, berat kering akar maupun rata-rata panjang akar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Interaksi Cu dengan pupuk PR tidak berpengaruh secara nyata terhadap rata-rata panjang akar, jumlah akar, dan volume akar pada 12 MST untuk setiap perlakuan (Tabel Lampiran 4). Besarnya pertambahan atau penurunan pada jumlah akar, rata-rata panjang akar, dan berta kering akar tidak konsisten. Hal ini diperkirakan karena tanaman padi pada umur 12 MST masih dapat mengalami pertumbuhan (Tabel Lampiran 11, 12, 13). Tabel 8. Pengaruh Cu Terhadap Berat Kering Daun, Berat Kering Batang, dan Volume Akar (VA) Taraf Cu (mg/l)
BK Daun (gram)
BK Batang (gram)
VA (ml)
0
3.8872a
4.0005a
11.418a
300
3.7443a
3.9437a
10.213a
600
3.8805a
4.2163a
11.161a
900
3.5041a
3.6486a
8.908a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering daun, berat kering batang, dan volume akar pada setiap perlakuan (Tabel Lampiran 4). Tabel 10 menunjukkan bahwa besarnya pertambahan atau penurunan pada berat kering daun, berat kering batang, dan volume akar tidak konsisten. Hal ini diperkirakan karena tanaman padi pada umur 12 MST masih dapat mengalami pertumbuhan.
Tabel 9. Pengaruh PR Terhadap Berat Kering Daun, Berat Kering Batang, dan Volume Akar (VA) Taraf PR (ml/l)
BK Daun (gram)
BK Batang (gram)
VA (ml)
0
3.4425a
3.5600b
8.239b
0.3
4.1982a
4.5338a
13.436a
0.6
3.6820ab
3.7913b
9.941ab
0.9
3.6933ab
3.9240ab
10.083ab
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering daun tetapi berpengaruh nyata terhadap volume akar dan berat kering batang (Tabel Lampiran 4). Jika di lihat secara umum, berat kering daun dan berat kering batang memiliki berat kering yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Pupuk Or memberikan pengaruh yang positif terhadap volume akar. Berat kering daun, berat kering batang, dan volume akar tertinggi ada pada perlakuan 0.3 mg/l PR sedangkan yang terendah ada pada kontrol (Tabel 9).
Produksi dan Brangkasan Panen Pengamatan terhadap hasil produksi dan brangkasan panen dilakukan setelah malai padi matang, yaitu apabila 90% padi telah menguning. Pemgamatan terhadap brangkasan kembali dilakukan untuk mengetahui perkembangan tanaman setelah penghentian pemberian larutan Cu dan tetap memberi perlakuan dengan pupuk PR. Tabel 10. Pengaruh Cu Terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Berat Gabah Hampa Taraf Cu (mg/l)
Panjang Malai (cm)
Jumlah Gabah/Malai
Berat Gabah Hampa (gram)
0
24.1717a
121.806a
1.9348a
300
21.9067b
88.917b
1.5968b
600
19.4567c
70.278c
1.1319c
900
17.9742c
56.778c
0.6819d
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap panjang malai, jumlah malai, dan berat gabah hampa (Tabel Lampiran 5). Tabel 10 menjunjukkan bahwa Cu
berpengaruh sangat nyata terhadap panjang malai dan jumlah gabah/malai dengan perlakuan 0 mg/l Cu dengan 300 dan 600 mg/l Cu. Tetapi antara perlakuan 600 dan 900 mg/l Cu tidak berbeda nyata. Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah gabah hampa pada semua perlakuan. Semakin tingggi taraf Cu semakin rendah jumlah gabah hampa. Hal ini diduga bahwa toksisitas Cu menyebabkan jumlah gabah/malai menurun, sehingga berat gabah hampa juga ikut menurun sebanding dengan jumlah gabah hampa yang ada. Tabel 11. Pengaruh PR Terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, dan Berat Gabah Hampa Taraf PR (ml/l)
Panjang Malai (cm)
Jumlah Gabah/Malai
Bobot Gabah Hampa (gram)
0
20.8033a
80.888a
1.2383a
0.3
20.9558a
87.363a
1.2591a
0.6
21.2533a
86.444a
1.4063a
0.9
20.4967a
83.083a
1.4417a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap panjang malai, jumlah gabah/malai, dan bobot gabah hampa (Tabel Lampiran 5). Pemberian pupuk PR meningkatkan jumlah gabah/malai dibandingkan kontrol, akan tetapi semakin peningkatan taraf pupuk PR menurunkan jumlah gabah/malai walaupun jumlahnya masih lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 11). Tabel 12. Pengaruh Cu Terhadap Berat Basah (BB) Contoh, Berat Kering (BK) Contoh, dan Bobot 100 Butir Taraf Cu (mg/l)
BB Contoh (gram)
BK Contoh (gram)
Bobot 100 Butir (gram)
0
2.7500a
2.1200a
2.9167a
300
2.5000a
2.0132a
2.4167b
600
1.0833b
0.9457b
2.0833c
900
0.8333b
0.6280b
2.0000c
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel Lampiran 5 menunjukkan bahwa Cu berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah contoh, berat kering contoh, dan bobot 100 butir. Tabel 12
menunjukkan bahwa Cu berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah contoh maupun berat keringnya. Semakin tinggi taraf Cu semakin menurunkan berat basah contoh, berat kering contoh, dan bobot 100 butir. Berat basah contoh, berat kering contoh, dan bobot 100 butir tertinggi adalah dengan 0 mg/l Cu, kemudian menurun dengan taraf 300 mgl/ Cu, dan yang terendah adalan dengan perlakuan 900 mg/l Cu. Tabel 13. Pengaruh PR Terhadap Berat Basah (BB) Contoh, Berat Kering (BK) Contoh dan Bobot 100 Butir Taraf PR (ml/l)
BB Contoh (gram)
BK Contoh (gram)
Bobot Butir (gram)
0
2.0000a
1.5523a
2.4167ab
0.3
2.1667a
1.6393a
2.5000a
0.6
1.5000b
1.2039b
2.1667b
0.9
1.5000b
1.3113ab
2.3333ab
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah contoh dan berpengaruh nyata terhadap berat kering contoh (Tabel Lampiran 5). Tabel 13 menunjukkan bahwa berat kering contoh meningkat dengan perlakuan 0.3 ml/l PR, akan tetapi menurun dengan perlakuan 0.6 dan 0.9 ml/l PR. Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir. Bobot 100 butir meningkat menjadi 2.5000 gram dengan perlakuan 0.3 mg/l PR dan menurun menjadi 2.1667 gram dengan perlakuan 0.6 ml/l PR. Tabel 14. Pengaruh Cu Terhadap Jumlah Malai dan Bobot Gabah Isi, dan Berat Gabah Kering Panen (BGKP) Taraf Cu (mg/l)
Jumlah Malai
Bobot Gabah Isi (gram)
BGKP (gram/pot)
0
30.917a
53.143a
62.473a
300
28.417a
32.158a
39.812b
600
19.917b
14.853b
19.581c
900
11.500c
10.896c
14.431c
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen (Tabel Lampiran 5). Tabel 14 menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf Cu semakin menurunkan jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen. Jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen tertinggi adalah pada perlakuan 0 mg/l Cu, kemudian menurun dengan perlakuan 300 mg/l Cu, selanjutnya menurun kembali dengan perlakuan 600 mg/l Cu, dan yang terendah adalah dengan perlakuan 900 mg/l Cu. Tabel 15. Pengaruh PR Terhadap Jumlah Malai dan Bobot Gabah Isi, dan Berat Gabah Kering Panen (BGKP) Taraf PR (ml/l)
Bobot Gabah Isi (gram)
BGKP (gram/pot)
0
20.417a
28.267a
34.527a
0.3
22.167a
31.563a
38.000a
0.6
25.083a
25.089a
31.247a
0.9
23.083a
26.132a
32.524a
Keterangan
Jumlah Malai
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen (Tabel Lampiran 5). Pupuk PR meningkatkan jumlah malai dibandingkan dengan kontrol walaupun jumlahnya tidak signifikan. Jumlah malai tertinggi sebanyak 25.083 malai/pot dengan perlakuan 0.6 ml/l PR. Bobot gabah isi dan berat gabah kering panen tertinggi yaitu dengan perlakuan 0.6 ml/l PR (Tabel 15). Interaksi Cu dengan pupuk PR berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering daun saat panen (Tabel Lampiran 5). Gambaran mengenai pengaruh interaksi Cu dengan PR terhadap berat kering daun lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 9. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan berat kering daun akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan berat kering daun semakin kecil. Garis yang paling kecil kemiringannya adalah pada perlakuan 0.6 ml/l PR.
18
y = -2.5254x + 16.953 R 2 = 0.8077 (P2)
16 BK Daun (gram)
14 y = -3.7172x + 19.132 R 2 = 0.9905 (P 3)
12 10
PR0
y = -2.6932x + 17.696 R 2 = 0.7693 (P1)
8 6 4
PR1 PR2 PR3
y = -3.1809x + 16.819 R 2 = 0.9951 (P0)
2 0 0
1
2
3
4
5
Ta ra f Cu
Gambar 9. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Berat Kering Daun
Tabel 16. Pengaruh Interaksi Cu dan PR terhadap Bobot Gabah Isi PR (ml/l)
Taraf Cu (mg/l) 0
0 62.034a
0.3 50.374ab
0.6 49.690ab
0.9 50.475ab
300
28.365de
44.042bc
20.879def
35.346cd
600
14.545ef
22.664def
12.159f
10.043f
900
8.123f
9.171f
17.627ef
8.663f
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Interaksi Cu dengan pupuk PR berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi (Tabel Lampiran 5). Gambaran mengenai pengaruh interaksi Cu dengan PR terhadap bobot gabah isi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan bobot gabah isi akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan bobot gabah isi semakin kecil. Garis yang paling kecil kemiringannya adalah pada perlakuan 0.6 ml/l PR.
Bobot Gabah Isi (gram)
70
y = -14.499x + 67.81 R2 = 0.9641 (P1)
60
y = -10.491x + 51.316 R2 = 0.6506 (P2)
50 40
y = -15.074x + 63.817 R2 = 0.9151 (P3)
30 20
PR0 PR1 PR2
y = -17.555x + 72.155 R2 = 0.8885 (P0)
10
PR3
0 0
1
2
3
4
5
Taraf Cu Gambar 10. Grafik Interaksi Cu dengan Pupuk PR Terhadap Bobot Gabah Isi
Tabel 17. Pengaruh Cu Terhadap Kadar Air, Berat Gabah Kering Giling (BGKG), dan Berat Kering Mutlak (BKM) Taraf Cu (mg/l)
Keterangan
Kadar Air (%)
BGKG (gram/pot)
BKM (gram/pot)
0
0.30017a
54.750a
48.013a
300
0.25608b
35.917b
31.497b
600
0.18000c
18.833c
16.533c
900
0.19317c
13.750c
12.076c
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, berat gabah kering giling, dan berat kering mutlak (Tabel Lampiran 5). Semakin tinggi taraf Cu yang diberikan semakin menurunkan kadar air gabah, berat gabah kering giling, dan berat kering mutlak. Tembaga menurunkan produksi dari berat gabah kering giling dari 54.750 gram/pot menjadi 35.917 gram/pot atau turun sebesar 34.40% pada perlakuan 300 mg/l Cu, menurunkan 65.60%, dengan perlakuan 600 mg/l Cu, menurunkan 74.88% dengan perlakuan 900 mg/l Cu (Tabel 17).
Tabel 18. Pengaruh PR Terhadap Kadar Air, Berat Gabah Kering Giling (BGKG), dan Berat Kering Mutlak (BKM) Taraf PR (ml/l)
Keterangan
Kadar Air (%)
BGKG (gram)
BKM (gram)
0
0.24308a
31.333a
27.358a
0.3
0.23050a
34.333a
30.233a
0.6
0.23125a
28.083a
24.706a
0.9
0.22458a
29.500a
25.823a
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, berat gabah kering giling, dan berat kering mutlak (Tabel Lampiran 5). Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap produksi berat gabah kering giling maupun berat kering mutlak gabah diduga karena pupuk PR lebih mengarah pada perkembangan vegetatif tanaman. Tabel 19. Pengaruh Cu Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering daun, dan Berat Kering Batang Taraf Cu (mg/l)
BK Akar (gram)
BK Daun (gram)
BK Batang (gram)
0
5.2000a
14.5860a
20.609a
300
4.4800a
11.9658b
18.706a
600
3.3267b
7.9167c
14.176b
900
2.3917c
5.8385d
8.549c
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar, berat kering daun, dan berat kering batang (Tabel Lampiran 5). Semakin tinggi taraf Cu yang diberikan maka semakin menurunkan berat kering akar, berat kering daun, dan berat kering batang tanaman padi. Gejala toksisitas Cu dapat dilihat dari segi kuantitas seperti berat brangkasan maupun secara visual. Hal ini berarti bahwa toksisitas Cu pada taraf 300 mg/l sudah berat dalam meracuni tanaman dan mengakibatkan penurunan pada pertumbuhan maupun produksi.
Tabel 20. Pengaruh PR Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering daun, dan Berat Kering Batang Taraf PR (ml/l)
BK Akar (gram)
BK Daun (gram)
BK Batang (gram)
0
3.3383b
8.8663b
13.866a
0.3
3.8475ab
10.9628a
16.056a
0.6
4.3758a
10.6395a
16.859a
0.9
3.8367ab
9.8383ab
15.259a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar dan berat kering batang (Tabel Lampiran 5). Tabel 20 menunjukkan bahwa pemberian pupuk PR meningkatkan berat kering akar dan berat kering batang walaupun hasilnya tidak signifikan. Pemberian pupuk PR berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering daun. Perlakuan dengan pupuk PR meningkatkan berat kering daun dibandingkan dengan kontrol.
Pembahasan Gangguan hara merupakan masalah penting dalam dunia pertanian. Pertumbuhan yang abnormal terjadi bila tanaman menyerap hara melebihi kebutuhannya untuk melakukan kegiatan metabolisme. Gejala defisiensi atau toksisitas hara dapat dilihat secara visual pada bagian-bagian tanaman seperti daun, akar, atau batang. Gejala gangguan akibat toksisitas suatu hara dapat dilihat dengan jelas apabila defisiensi atau toksisitasnya berat. Hasil penelitian menunjukkan gejala yang toksisitas Cu jelas pada pertumbuhan tanaman padi. Gejala yang ditimbulkan antara lain batang tanaman padi berwarna coklat kehitaman, batang tanaman menjadi lebih pendek, berkurangnya jumlah anakan dan jumlah daun. Hal ini berarti bahwa taraf Cu telah mengakibatkan toksisitas yang berat pada pertumbuhan tanaman padi. Rai (2002) dalam Marshcner (1986) menyatakan bahwa secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan hasil dalam sekala yang ringan tidak dapat dilihat karakteristik gejala visualnya secara spesifik. Gejala menjadi tampak dapat dilihat dengan tegas apabila defisiensinya atau toksisitasnya berat sehingga laju pertumbuhan dan hasil sangat tertekan. Gambar 11 menunjukkan gejala keracunan
Cu pada perlakuan C0P0 (0 mg/l Cu, 0 ml/l PR) dan tanaman dengan perlakuan C3P0 (900 mg/l Cu, 0 ml/l PR). Air irigasi yang diberi perlakuan Cu menjadi berwarna bening agak kecoklatan dengan lapisan atas air seperti ada lapisan minyak dan air irigasi tanpa Cu maupun tanpa pupuk PR berwarna bening seperti biasa.
C0P0
C3P0
Gambar 11. Kondisi Tanaman dan Air Irigasi C0P0 (Kontrol) dan Air Irigasi dengan Perlakuan C3P0
Kelebihan penyerapan Cu menyababkan gangguan pertumbuhan pada tanaman padi. Gangguan akibat toksisitas Cu mengakibatkan tinggi tanaman menjadi berkurang. Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa Cu berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 7-11 MST. Semakin tinggi taraf Cu yang diberikan maka tinggi tanaman menjadi semakin berkurang. Taraf Cu belum berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman pada awal perlakuan yaitu pada 5-6 MST. Akan tetapi toksisitas Cu mengakibatkan batang tanaman padi menjadi berwarna coklat. Pemberian larutan Cu hanya dilakukan selama dua minggu karena keadaan tanaman padi menjadi tidak baik, batang menjadi semakin menghitam, dan tanaman padi menjadi mudah rebah. Toksisitas Cu yang berat telah menyebabkan tinggi tanaman semakin rendah. Hal ini disebabkan penurunan penyerapan Fe oleh tanaman akibat dari kelebihan Cu. Marschner (1986) menyatakan bahwa toksik satu unsur hara mineral tertentu akan menginduksi defisiensi hara mineral yang lain. Selain itu Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa toksisitas Cu menurunkan tinggi tanaman. Kelebihan Cu akan menyebabkan berkurangnya pengambilan Fe oleh tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi Fe maka menjadi lebih pendek.
Besi merupakan merupakan hara esensial karena merupakan bagian dari enzim tertentu, dan bagian dari berbagai protein yang membawa elektron dalam fotosintesis dan respirasi. Besi mengalami oksidasi dan reduksi antara Fe2+ dan Fe3+ karena ia berlaku sebagai pembawa elektron dalam protein (Salisbury dan Ross, 1991). Dobermann dan Fairhurst (2000) menambahkan bahwa Fe merupakan unsur mikro penting bagi tanaman. Fe berperan penting dalam transport elekton pada proses fotosintesis dan merupakan pemilih dari pophyrins dan ferredixins Fe. Keduanya merupakan komponen esensial dalam proses fotosintesis pada fase reaksi terang Gangguan lain yang disebabkan oleh toksisitas Cu adalah penurunan jumlah anakan dan jumlah daun. Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf Cu maka jumlah anakan yang dihasilkan semakin menurun. Jumlah anakan tanpa Cu dapat mencapai 23.458 anakan/ember. Akan tetapi jumlah ini menurun menjadi 17.083 anakan/ember pada perlakuan 300 mg/l Cu, menurun lagi menjadi 11.042 anakan/ember pada perlakuan 600 mg/l Cu dan yang terendah hanya ada 9.250 anakan/ember pada perlakuan 900 mg/l Cu. Tembaga berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada 6-10 MST (Tabel Lampiran 3). Semakin tinggi taraf Cu, semakin menurunkan jumlah daun. Jumlah daun tertinggi sebanyak 110.625 daun/ember dengan 0 mg/l Cu, kemudian menurun menjadi 81.417 daun/ember dengan 300 mg/l Cu, 48.958 daun/ember dengan perlakuan 600 mg/l, dan terendah pada perlakuan 900 mg/l Cu dengan jumlah daun hanya 40.584 daun/ember. Penurunan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun dikarenakan tanaman mengalami gangguan akibat toksisitas Cu sehingga mengalami penurunan dalam penyerapan Fe. Salisbury dan Ross (1991) menyatakan bahwa kekahatan Fe dengan cepat menghambat pembentukan klorofil. Hal ini ini belum diketahui dengan jelas, tetapi telah diketahui bahwa dua atau tiga macam enzim yang mengkatalisis reaksi tertentu dalam sintesis klorofil tampaknya memerlukan Fe2+. Selain itu Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa apabila tanaman kekurangan Fe maka terjadi pengurangan kandungan klorofil dalam daun dan gangguan enzim yang terdapat dalam metabolisme gula. Hal ini menyebabkan gangguan pada proses fotosintesis sehingga menyebabkan hasil fotosintat yang ada menurun. Penurunan jumlah
fotosintat menyebabkan penurunan jumlah anakan dan jumlah daun yang dihasilkan. Hasil fotosintat dari proses fotosintesis akan disalurkan untuk pertumbuhan tanaman seperti penambahan jumlah daun, jumlah batang ataupun akar dan juga untuk ditimbun pada organ penampung seperti biji. Upaya perbaikan diperlukan untuk mengatasi toksisitas Cu. Penghentian pemberian larutan Cu dan pemberian pupuk PR dilakukan untuk mengatasi toksisitas Cu. Toksisitas Cu menyebabkan penurunan pada pertumbuhan tanaman padi diantaranya
menyebabkan
kerusakan
pada
batang
tanaman
padi,
berkurangnya tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun. Penghentian pemberian larutan Cu dan pemberian pupuk PR secara berlanjut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun Hal ini diduga karena taraf Cu yang tinggi telah mengakibatkan tingkat keracunan yang berat pada tanaman padi. Walaupun demikian, secara visual pupuk PR dapat memperbaiki keadaan tanaman yang buruk akibat toksisitas Cu. Batang tanaman yang keracunan akibat Cu
menjadi kecolatan
sampai coklat kehitaman. Namun setalah pemberian pupuk PR secara terus menerus selama masa pertumbuhan sampai dengan produksi dapat memperbaiki keadaan tersebut. Batang tanaman padi yang berwarna coklat menjadi hijau kembali. Gambar 12 menunjukkan kondisi air irigasi dan tanaman dengan perlakuan C0P3 (0 mg/l Cu, 0.9 ml/l PR) dan kondisi air irigasi dan tanaman dengan perlakuan C1P3 (300 mg/l Cu, 0.9 ml/l PR). Air irigasi yang dengan perlakuan C0P3 berwarna kehijauan. Sedangkan air irigasi dengan perlakuan C1P3 berwarna kecoklatan.
C0P3 C1P3 Gambar 11. Kondisi Tanaman dan Air Irigasi dengan Perlakuan C0P3 dan Air Irigasi dengan Perlakuan C1P3
Kegiatan destruksi tanaman dilakukan pada 12 MST di mana tanaman sudah bermalai. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan tanaman pada umur 12 MST setelah penghentian pemberian larutan Cu. Destruksi dilakukan pada 48 satuan percobaan. Pada kegiatan destruksi ini dapat dilihat hasil bahwa pupuk PR berpengaruh nyata terhadap volume akar dan berat kering batang (Tabel Lampiran 4). Volume akar tertinggi yiatu sebesar 13.436 ml dengan perlakuan 0.3 ml/l PR sedangkan yang terendah sebesar 8.239 ml dengan perlakuan 0 mg/l PR. Berat kering batang yang tertinggi sebesar 4.5338 gram dengan perlakuan 0.3 ml/l PR dan yang terendah pada perlakuan 0 mg/l PR yang menghasilkan sebesar 3.5600 gram. Volume akar dan berat kering batang yang tertinggi adalah pada perlakuan 0.3 ml/l PR, kemudian menurun dengan perlakuan 0.6 ml/l PR dan meningkat kembali pada perlakuan 0.9 ml/l PR. Interaksi Cu dengan pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah lainnya pada umur 12 MST. Upaya
perbaikan dengan pupuk PR
dilakukan sampai dengan sebelum panen. Hal ini di duga karena taraf Cu yang tinggi mengakibatkan kerusakan yang berat pada tanaman sehingga taraf pupuk penawar racun belum mampu memperbaiki keadaan akibat toksisitas Cu. Hal ini juga diduga pada saat dilakukannya destruksi, tanaman padi masih dapat berkembang dan belum seluruhnya pulih akibat toksisitas Cu. Taraf Cu menurunkan produksi padi. Tembaga sangat berpengaruh nyata terhadap panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot gabah hampa, berat kering contoh, bobot 100 butir, jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen, berat kering mutlak, dan berat gabah kering giling (Tabel Lampiran 5). Toksisitas Cu menurunkan jumlah jumlah malai (anakan produktif) yang dihasilkan, menurunkan panjang malai sehingga jumlah gabah.malai yang dihasilkan juga menurun. Secara kualitas toksisitas Cu juga menurunkan hasil bobot gabah isi. Takane et.al (1995) menyatakan bahwa keracunan Cu akan menahan pengambilan Fe oleh tanaman. Apabila tanaman padi kekurangan Fe maka pemasakan bulir padi menjadi berkurang. Dobermann dan Fairhurst (2000) Defisiensi Fe mengakibatkan penurunan konsentrasi klorofil di daun dan terjadi penurunan dalam metabolisme gula sehingga menurunkan berat kering produksi.
Tanaman yang kekurangan Fe tumbuh kerdil, jumlah anakan berkurang, dan menurunkan berat kering produksi. Tembaga berpengaruh nyata terhadap semua parameter produksi pada semua perlakuan. Banyaknya produksi dapat dilihat dari berat gabah kering giling. Semakin tinggi taraf Cu produksi padi semakin rendah. Tabel 17 menunjukkan bahwa pada perlakuan 0 mg/l Cu produksi normal sebesar 54.750 gram/pot, pada perlakuan 300 mg/l Cu turun sebesar 34.40%, pada perlakuan 600 mg/l Cu turun sebesar 65.60%, dan pada perlakuan 900 mg/l Cu turun sebesar 74.88%. Ini merupakan penurunan yang cukup besar. Takane et.al (1995) menyatakan bahwa toksisitas Cu menyebabkan kerusakan yang besar pada tanaman dan juga menghambat penyerapan Fe yang dapat menyebabkan terhambatnya pematangan bulir padi. Selain itu Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa akibat kekurangan Fe dapat mereduksi konsentrasi klorofil di daun yang penting dalam proses fotosintesis dan mereduksi aktivitas enzim yang berhubungan dengan metabolisme gula. Hal ini dapat menghambat dalam proses dihasilkannya fotosintat untuk pengisian hasil berupa bulir padi. Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap panjang malai dan jumlah gabah/malai (Tabel Lampiran 5). Pemberian pupuk PR meningkatkan jumlah gabah/malai dibandingkan kontrol, akan tetapi semakin tinggi taraf pupuk PR menurunkan jumlah gabah yang ada. Jika dilihat secara visual, tanaman padi yang diberi perlakuan dengan pupuk PR mempunyai warna daun yang lebih hijau serta morfologi tanaman yang tinggi. Hal ini dimungkinkan bahwa pupuk PR memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tanaman padi. Jumlah gabah/malai tertinggi pada perlakuan 0.3 ml/l PR. Akan tetapi tetapi semakin meningkat taraf pupuk PR yang diberikan maka akan menurunkan jumlah gabah/malai yang dihasilkan. Hal ini diperkirakan karena pupuk PR lebih mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Jumlah gabah/malai tertinggi pada perlakuan 0.3 ml/l PR sebanyak 87.363 butir/malai dan yang terendah yaitu sebanyak 80.888 butir/malai pada perlakuan 0 ml/l PR. Pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah hampa (Tabel Lampiran 5). Perlakuan dengan pupuk PR menghasilkan jumlah gabah hampa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol bahkan cenderung meningkat
seiring dengan peningkatan taraf pupuk PR. Hal ini diduga karena pupuk PR mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga proses pengisian bulir menjadi berkurang. Interaksi Cu dengan pupuk PR berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering daun dan dan berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi (Tabel Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh perbaikan akibat perlakuan dengan pupuk PR. Gambaran mengenai pengaruh interaksi Cu dengan PR terhadap berat kering daun lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 9. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan berat kering daun akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan berat kering daun semakin kecil. Garis yang paling kecil kemiringannya adalah pada perlakuan 0.6 ml/l PR yang mempunyai penurunan berat kering daun paling kecil. Hal ini berarti bahwa pupuk PR dengan taraf 0.6 mg/l adalah dosis yang paling menawarkan toksisitas Cu. Sedangkan gambaran mengenai pengaruh interaksi Cu dengan PR terhadap bobot gabah isi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10. Kemiringan garis menunjukkan besarnya penurunan bobot gabah isi akibat penambahan dosis Cu. Semakin kecil kemiringannya berarti penurunan bobot gabah isi semakin kecil. Garis yang paling kecil kemiringannya adalah pada perlakuan 0.6 ml/l PR. Perlakuan dengan 0.6 ml/l PR menghasilkan penurunan bobot gabah isi yang paling rendah. Hal ini berarti bahwa pada bobot gabah isi pupuk PR dengan taraf 0.6 mg/l adalah dosis yang paling menawarkan toksisitas Cu. Daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis akan disalurkan untuk pertumbuhan tanaman maupun disimpan sebagai cadangan makanan seperti akar atau biji. Hal ini diduga bahwa pupuk PR dapat memperbaiki penyerapan unsur Fe oleh tanaman padi sehingga konsentrasi klorofil yang ada di daun meningkat kembali dan meningkatkan metabolisme gula sebagai hasil dari fotosintesis. Hasil fotosintesis akan diangkut oleh floem dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau diangkut ke dalam orgam penampung misalnya dalam bentuk pati ke organ hasil tanaman padi yang berupa biji (bulir padi). Pupuk PR dapat meningkatkan ketahanan tanaman padi akibat toksisitas Cu. Marschner (1986) menyatakan bahwa mekanisme dari toleransi Cu pada jenis
tanaman tingkat tinggi dapat dikelompokkan sebagai berikut : eksklusi atau pembatasan pengambilan Cu, kompartementasi pada kompleks Cu yang tidak terlarut, kompartementasi pada kompleks Cu yang terlarut, dan adaptasi enzim. Kompartemensasi Cu dalam sitoplasma dan di dalam vakuola keduanya sebagai kompleks yang dapat larut atau tidak dapat larut merupakan mekanisme toleransi Cu yang dominan. Terikat oleh spesifik protein, di sebut juga metallothioneins adalah sangat penting. Sintesis metallothioneins dalam genotipe
yang tahan
terhadap Cu dapat dinduksi dengan pemberian Cu yang tinggi. Protein ini banyak sekali mengandung sistein, yang mana Cu bergerak lebih banyak lebih keras daripada seng dan kadmium. Tingkat Cu yang tinggi mungkin menyebabkan bertambahnya sintesis dengan berat protein molekuler kecil untuk detoksifikasi Cu lainnya dari metallothioneins. Selain itu Wahyudin et.al (1999) dalam Heinrich et. al. (1985) menyatakan bahwa pada beberapa tanaman akarnya memiliki kemampuan untuk menyeleksi ion-ion yang masuk melalui root membrans yang dapat mencegah terakumulasinya ion-ion yang bersifat toksik terhadap tanaman. Sehingga diduga bahwa pupuk PR dapat memperbaiki ketahanan Cu dengan cara mengkompartementasi Cu pada kompleks Cu yang tidak terlarut dan kompartementasi pada kompleks Cu yang terlarut karena keduanya merupakan mekanisme toleransi Cu yang dominan dan juga meningkatkan kemampuan akar dalam menyeleksi ion-ion yang masuk sehingga dapat mencegah terakumulasinya ion-ion yang bersifat toksik terhadap tanaman. Spesies tumbuhan secara genetis sangat beragam kemampuannya untuk toleran atau tidak toleran terhadap suatu unsur. Beberapa spesies unsur tersebut diserap hanya dalam jumlah terbatas, sehingga lebih merupakan penghindaran daripada toleransi. Telah ditemukan mekanisme toleransi yang penting. Logam diawaracunkan dengan cara dikelat dengan fitokelatin, yakni peptida kecil yang kaya akan asam amino sistein yang mengandung belerang. Peptida ini biasanya mempunyai dua sampai delapan asam amino sistein di pusat molekulnya, serta sebuah asam glutamat dan sebuah glisin pada ujung-ujungnya yang berlawanan. Atom belerang dalam sistein hampir dipastikan penting untuk mengikat logam tersebut. Fitokelatin dihasilkan oleh banyak spesies, tetapi sejauh ini fitokelatin hanya dijumpai bila terdapat logam dalam jumlah yang meracuni. Fitokelatin
dihasilkan pula oleh spesies yang kelebihan Zn dan Cu sehingga dapat mengawaracunkan
berbagai
logam
esensial
juga.
Oleh
karena
itu
pembentukannya benar-benar merupakan respon tumbuhan untuk beradaptasi terhadap keadaan lingkungan yang rawan (Salisbury dan Ross, 1991). Selain itu Syafruddin (2003) dalam Taylor (1991) pada percobannya mengenai mekanisme tanaman jagung terhadap keracuan Al mengelompokkan mekanisme tolerasi menjadi dua macam, yaitu : (1) mekanisme penolakan secara eksternal (external tolerance exclusion), di mana Al dicegah masuk ke dalam simplas dan bagian metabolik yang sensitif melalui immobilisasi dinding sel, permeabilitas selektif dari membran plasma, barier pH rizosfir, eksudasi ligan pengkelat (eksudasi asam organik), eksudasi fosfat dan efluks Al; dan (2) mekanisme toleransi secara internal (internal tolerance mechanism), di mana Al mengalami pengkelatan oleh asam organik di dalam sitosol, penempatan Al di vakuola, protein pengikat Al, enzim tahan Al, dan peningkatan aktivitas enzim.
KESIMPULAN
Kesimpulan Taraf Cu yang tinggi berpengaruh buruk pada pertumbuhan maupun produksi tanaman padi. Tembaga menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Semakin tinggi taraf Cu maka semakin menurunkan pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun yang tertinggi yaitu pada perlakuan 0 mg/l Cu (kontrol) kemudian menurun pada perlakuan 300 mg/l Cu, semakin menurun dengan perlakuan 600 mg/l Cu, dan yang terrendah pada perlakuan 900 mg/l Cu. Tembaga menurunkan tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 7 sampai dengan 11 MST sedangkan pupuk PR tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan. Tembaga menurunkan jumlah daun pada 6, 8 dan 10 MST, sedangkan pupuk PR tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 6, 8 dan 10 MST. Destruksi tanaman pada 12 MST menunjukkan bahwa Cu menurunkan jumlah akar, volume akar, panjang akar, berat kering daun dan berat kering batang. Pupuk PR berpengaruh pada peningkatan volume akar dan berat kering batang dan belum menunjukkan pengaruhnya terhadap jumlah akar, panjang akar dan berat kering daun. Hasil panen brangkasan dan produksi menunjukkan bahwa Cu menurunkan hasil brangkasan dan produksi. Hasil panen tertinggi yaitu pada kontrol, kemudian menurun pada perlakuan 300 mg/l Cu, semakin menurun pada perlakuan 600 mg/l Cu, dan terrendah pada perlakuan 900 mg/l Cu. Sedangkan pupuk PR menurunkan pengaruh toksisitas Cu pada berat basah contoh, berat kering contoh, dan berat kering daun. Interaksi Cu dengan pupuk PR dapat mengurangi toksisitas Cu. Taraf PR pada P2 (0.6 mg/l PR) merupakan taraf PR yang paling menawarkan toksisitas Cu pada berat kering daun dan bobot gabah isi. Perlakuan dengan 0.6 ml/l PR menurunkan berat kering daun maupun bobot gabah isi terrendah. Nilai krirtis Cu yaitu pada taraf 300 mg/l Cu (C1) karena pada taraf ini Cu sudah menyebabkan toksisitas dan penurunan pertumbuhan yaitu penurunan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun maupun penurunan pada peubah produksi pada tanaman padi seperti panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot
gabah hampa, berat kering contoh, bobot 100 butir, jumlah malai, bobot gabah isi, dan berat gabah kering panen, berat kering mutlak, dan berat gabah kering giling.
Saran Toksisitas Cu sangat merugikan karena menurunkan hampir semua parameter pertumbuhan dan produksi. Pengujian pemakaian pupuk penawar racun pada skala lahan petani diperlukan untuk mengatahui konsistensi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, W. F. Nutrient Deficiencies and Toxicities In Crop Plants. The American Phyitopatological Society St. Paul. Mennesota. Dobermann, A. T. Fairhust. 2000. Rice Nutrient Disordes and Nutrient Management. Oxford Graphic Printers Pte Ltd. Felanesa, L. 2004. Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) Pada Air Untuk Konsumsi di Daerah Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti), Kecamatan Nanggung, Kabupeten Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian. Bogor. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 hlm. Isikasari, L. 2004. Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) Pada Beras di Daerah Pengolahan Emas Tanpa Izin, Kecamatan Nanggung, Kabupeten Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 204 hlm. Matsuo T., Kikuo K., Ryuichi I., Kuni I, Hiroshi H. 1995. Science of The Rice Plant Physiologi Volume II. Food and Agriculture Policy Research Centre. Tokyo. Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Inc, London Ltd. 674p. McBride, M.B. 2001. Technical Report Heavy Metals In The Environment. Journal of Environmental Quality (30) : 78-84. Mocquot, B., J. Vangrohsveld, H. Clisters, M. Mench. 1996. Copper Toxicity In Young mize (Zea mays L.) Plants : Effect On Growth, Mineral and Chlorophyll Content, and Enzyme Activities. Content Volume II:287-300. Rai, I. N. 2002. Diagnosis Defisiensi dan Toksisitas Pada Tanaman. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://tumoutou.net. [29 Februari 2008]. Saeni, MS. 1997. Orasi Ilmiah. IPB. Bogor ____, MS. 2000. Dampak Pembangunan Pada Kualitas Air. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. LP. IPB. Bogor
Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1991. Plant Physiology. 4th Edition. Terjemahan : Diah R. Lukman dan Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Penerbit ITB Bandung. 241 hal. , F. B. and C. W. Ross. 1995. Plant Physiology. 4th Edition. Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Penerbit ITB Bandung. 173 hal. Schmidt, U. 2003. Enhancing Phyoextraction: The Effect of Chemical Soil Manipulation on Mobility, Plant accumulation, and Laeching of Heavy Metals. Published in J. Environ. Qual. Volume 32: 1939-1954. Siregar, H. 1978. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sofyanti, L. 2008. Uji Potensi Alelopati Beberapa Ekotipe Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli) Terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhendrayatna. Bioremoval Logam Berat Dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan. Institute for Science and Technology Studies (ISTECS). Department of Applied Chemistry and Chemical Engineering Faculty of Engineering, Kagoshima University. Japan. http://wwwstd.ryu.titech.ac.jp . [29 Februari 2008] Suhartatik, M. 2004. Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) Pada Singkong di Daerah Pengolahan Emas Tanpa Izin, Kecamatan Nanggung, Kabupeten Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sulistiyono, E. 2006. Pendugaan Kuantitas dan Kualitas Sumber Air Untuk Irigasi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal. Syafruddin. 2003. Peranan P Dalam Mekanisme Toleransi Tanaman Jagung Terhadap Keracunan Aluminium. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Volume 22(3):145-151. Vergera, B. S. 1985. Petunjuk Untuk Penyawah Pembibitan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Wahyudin, A. E. Suryadi, A. Susanto. 1999. Pengaruh Air Buangan Tekstil Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa Linn). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Walker, T. S, Hars P. B., Erich G., Jorge M. V. 2003. Update Root Exudation and Rhizosphere Biology. Plant Physiol volume 132: 44-51.
Xu J, Yang L, Wang Z, Dong G, Huang J, Wang J. 2006. Toxicity of Copper On Rice Growth and Accumulation of Copper In Rice Grain In Copper Contaminated Soil.http://www.ncbi.nlm.nih.gov. [ 3 Juni 2006] . Zheljazkov, V. D., N. C. Nielsen. 1996. Effect of Heavy Metals On Peppermint and Cornmint. Conntent Volume I : 59-66.
Lampiran 1. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman MST
5
6
7
8
9
10
11
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95
Jumlah Kuadrat 430.48 7.62083333 127.1325 252.8833333 3093.583333 3911.7 711.4458333 178.2804167 129.4470833 458.2120833 4358.854167 5836.239583 561.6133333 673.0404167 48.81458333 361.3245833 4080.686667 5725.479583 278.9746875 2491.575313 25.39447917 346.7126042 3037.966979 6216.624063 116.8583333 3907.453333 34.6725 302.9675 2919.681667 7281.633333 38.56583333 5908.66125 99.78041667 341.1879167 3037.454167 9425.649583 43.93458333 6426.80083333 85.19583333 400.49666667 3458.74541667 10415.1733333
Kuadrat Tengah 86.096 2.54027778 42.3775 28.09814815 41.24777778
FHit 2.09 0.06 1.03 0.68
Pr 0.0763 0.9799 0.3854 0.7235
kk ( % ) 13.89387
142.2891667 59.42680556 43.14902778 50.9124537 58.11805556
2.45* 1.02 0.74 0.88
0.0413 0.3876 0.5301 0.5504
12.71956
112.3226667 224.3468056 16.27152778 40.14717593 54.40915556
2.06 4.12** 0.3 0.74
0.0793 0.0092 0.826 0.673
11.14835
55.7949375 830.5251042 8.46482639 38.52362269 40.98622639
1.36 20.26** 0.21 0.94
0.2485 0.0001 0.8916 0.4962
8.672292
23.37166667 1302.484444 11.5575 33.66305556 38.92908889
0.6 33.46** 0.3 0.86
0.6997 0.0001 0.8275 0.5602
7.71316667 1969.55375 33.26013889 37.90976852 40.49938889
0.19 48.63** 0.82 0.94
0.9653 0.0001 0.4862 0.4994
7.6977
8.78691667 2142.26694444 28.39861111 44.49962963 46.11660556
0.19 46.45** 0.62 0.96
0.9653 0.0001 0.6069 0.4757
8.042938
Keterangan : * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1%
Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan MST
5
6
7
8
9
10
11
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95
Jumlah Kuadrat 0.08333333 0.04166667 0.04166667 0.20833333 1.58333333 1.95833333 65.20833333 6.04166667 3.125 17.125 153.4583333 244.9583333 61.625 117.25 3.91666667 11.83333333 389.375 584 207.4583333 551.7083333 2.04166667 15.20833333 638.5416667 1414.958333 444.4583333 1441.375 15.875 57.04166667 1099.208333 3057.958333 624.5 2387.25 27.08333333 84.83333333 1280.833333 4404.5 624.5 2387.25 27.08333333 84.83333333 1280.833333 4404.5
Kuadrat Tengah 0.01666667 0.01388889 0.01388889 0.02314815 0.02111111
FHit 0.79 0.66 0.66 1.1
Pr 0.5606 0.5805 0.5805 0.3758
kk ( % ) 4.80982
13.04166667 2.01388889 1.04166667 1.90277778 2.04611111
6.37** 0.98 0.51 0.93
0.0001 0.4049 0.6772 0.5045
27.35471
12.325 39.08333333 1.30555556 1.31481481 5.19166667
2.37* 7.53** 0.25 0.25
0.0469 0.0002 0.8601 0.9847
26.80615
41.49166667 183.9027778 0.68055556 1.68981481 8.51388889
4.87** 21.60** 0.08 0.2
0.0006 0.0001 0.9707 0.9937
27.51614
88.89166667 480.4583333 5.29166667 6.33796296 14.65611111
6.07** 32.78** 0.36 0.43
0.0001 0.0001 0.7813 0.9135
30.67777
124.9 795.75 9.02777778 9.42592593 17.07777778
7.31** 46.60** 0.53 0.55
0.0001 0.0001 0.664 0.8316
28.74801
124.9 795.75 9.02777778 9.42592593 17.07777778
7.31** 46.60** 0.53 0.55
0.0001 0.0001 0.664 0.8316
28.65497
Keterangan : * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1%
Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun MST
6
8
10
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95 5 3 3 9 75 95
Jumlah Kuadrat 895 463.125 29.79166667 205.0416667 1985.666667 3578.625 3211.333333 16838.70833 109.375 654.2083333 10354.33333 31167.95833 9230.458333 74116.70833 621.875 2433.041667 32338.875 118740.9583
Kuadrat Tengah 179 154.375 9.93055556 22.78240741 26.47555556
FHit 6.76 5.83 0.38 0.86
Pr 0.0001 0.0012 0.7712 0.5639
kk ( % ) 22.67963
642.2666667 5612.902778 36.45833333 72.68981481 138.0577778
4.65 40.66 0.26 0.53
0.0009 0.0001 0.8511 0.8509
25.18939
1846.091667 24705.56944 207.2916667 270.337963 431.185
4.28 57.3 0.48 0.63
0.0018 0.0001 0.6966 0.7705
29.49748
kk
Keterangan : * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1%
Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Brangkasan pada 12 MST Peubah
JA
BK Akar
VA
BK Daun
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47
Jumlah Kuadrat 144.63140417 51.64762500 83.61367500 76.35889167 563.53219583 356.25159583 3.37137012 21.998922 10.72800417 30.81180883 115.6949839 182.605089 45.90067917 46.493625 170.3364917 106.5582083 562.9487875 932.2377917
Kuadrat Tengah 72.31570208 17.21587500 27.87122500 8.48432130 18.78440653 20.95597623 1.6856851 7.332974 3.5760014 3.4235343 3.8564995
FHit 3.85 0.92 1.48 0.45
Pr 0.0325 0.4447 0.2389 0.8949
0.44 1.9 0.93 0.89
0.65 0.1507 0.4396 0.5472
38.29744 a
22.95034 15.497875 56.778831 11.839801 18.76496
1.22 0.83 3.03 0.63
0.3086 0.49 0.0448 0.7615
41.55422 b
2.8170375 1.15546817 3.63816867 3.27295717 15.6434185 26.52705
1.4085188 0.3851561 1.2127229 0.3636619 0.5214473
0.0834 0.5373 0.0948 0.7059
19.23583 a
2.7 0.74 2.33 0.7
36.61458 c
Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Brangkasan pada 12 MST (Tabel Lanjutan....) SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
Peubah
BK Batang
Keterangan :
db 2 3 3 9 30 47
Jumlah Kuadrat 1.34431888 1.97173417 6.2246565 4.46773567 18.09482979 32.103275
Kuadrat Tengah 0.6721594 0.6572447 2.0748855 0.4964151 0.603161
FHit 1.11 1.09 3.44* 0.82
Pr 0.3413 0.3686 0.0291 0.6
kk ( % ) 19.65044 b
a
Koefisien Keragaman sudah ditransformasi √x + 1.5; b Koefisien Keragaman sudah ditransformasi √x + 1; c Koefisien Keragaman sudah ditransformasi √x; JA: Jumlah Anakan; BK: Berat Kering; VA: Volume Akar; * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1%
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Brangkasan Panen dan Produksi Padi Peubah
BB daun
BK Daun
BB Batang
BK Batang
BB Akar
SK Ulangan
db 2
Jumlah Kuadrat 121.893179
Kuadrat Tengah 60.94658952
FHit 3.74*
Pr 0.0353
Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47
1390.823961 81.03839042 369.4533521 488.2899976 2451.49888 2.20421317 558.3645556 31.4836149 63.28630635 67.9564635 723.2951535 1031.952452 27838.93598 929.5175134 5596.476212 15802.2892 51199.17136 2.30129787 1037.364659 58.60632323 107.5768472 355.3601241 1561.209251 432.6264987 52961.33942 178.5271152 4198.485153 13772.69171 71543.6699
463.6079869 27.01279681 41.05037245 16.27633325
28.48** 1.66 2.52*
0.0001 0.1967 0.0276
1.10210658 186.1215185 10.4945383 7.03181182 2.26521545
0.49 82.17** 4.63** 3.10**
0.6195 0.0001 0.0089 0.0093
14.93603
515.9762259 9279.645327 309.8391711 621.8306902 526.7429733
0.98 17.62** 0.59 1.18
0.3872 0.0001 0.6275 0.3424
31.07684
1.15064894 345.7882196 19.53544108 11.95298302 11.84533747
0.1 29.19** 1.65 1.01
0.9077 0.0001 0.199 0.4547
22.1905
216.3132493 17653.77981 59.50903841 466.4983503 459.0897238
0.47 38.45** 0.13 1.02
0.6288 0.0001 0.9417 0.4496
39.6751
kk ( % ) 19.99695
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Brangkasan Panen dan Produksi Padi (Tabel Lanjutan...) Peubah
BK Akar
Panjang Malai
JG/Malai
BG Hampa
BB Contoh
BK Contoh
BB 100 Butir
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47
Jumlah Kuadrat 75.24981112 2976.929125 210.7599238 921.6234359 1635.477854 5820.040149 1.37257917 268.3059563 3.57505625 30.70726875 124.5218875 428.4827479 79.91332917 28583.88204 324.1498417 1332.971975 7899.978004 38220.89519 0.30857717 10.75212123 0.37880006 0.71126369 4.40641683 16.55717898 0.54166667 34.08333333 4.25 4.91666667 8.125 51.91666667 0.02505504 20.32707358 1.48701142 1.85524958 4.40234429 28.09673392 0.16666667 6.22916667 0.72916667 0.6875 3.16666667 10.97916667
Kuadrat Tengah 37.62490556 992.3097083 70.25330792 102.402604 54.51592845
FHit 0.69 18.20** 1.29 1.88
Pr 0.5093 0.0001 0.2963 0.0945
kk ( % ) 43.48249
0.68628958 89.43531875 1.19168542 3.41191875 4.15072958
0.17 21.55** 0.29 0.82
0.8484 0.0001 0.8343 0.6009
9.758612
39.95666458 9527.960681 108.0499472 148.1079972 263.3326001
0.15 36.18** 0.41 0.56
0.8599 0.0001 0.7467 0.8164
19.21678
0.15428858 3.58404041 0.12626669 0.0790293 0.14688056
1.05 24.40** 0.86 0.54
0.3623 0.0001 0.4727 0.835
28.67877
0.27083333 11.36111111 1.41666667 0.5462963 0.27083333
1 41.95** 5.23** 2.02
0.3798 0.0001 0.005 0.0725
29.0465
0.01252752 6.77569119 0.49567047 0.20613884 0.14674481
0.09 46.17** 3.38* 1.4
0.9184 0.0001 0.0311 0.2301
26.85012
0.08333333 2.07638889 0.24305556 0.07638889 0.10555556
0.79 19.67** 2.3 0.72
0.4633 0.0001 0.0972 0.6837
13.80077
Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Brangkasan Panen dan Produksi Padi (Tabel Lanjutan...) Peubah
BK 100 Butir
Jumlah Malai
Bobot Gabah Isi
BGKP
Kadar Air
BKM
BGKG
Keterangan
SK Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum Ulangan Cu PR Cu x PR Galat Umum
db 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47 2 3 3 9 30 47
Jumlah Kuadrat 0.04166667 0.0625 0.0625 0.1875 0.625 0.97916667 29.625 2800.5625 135.8958333 133.1875 1049.041667 4148.3125 190.7512678 13375.58592 294.0600252 1359.567461 1962.3344 17182.29907 173.0821076 17223.57809 312.2157138 1289.7809 2423.473974 21422.13079 0.00078304 0.11325873 0.0021619 0.02223169 0.08288562 0.22132098 98.57813429 9528.663203 206.7077528 830.9756933 1280.579417 11945.5042 124.125 12404.22917 262.0625 1074.354167 1670.541667 15535.3125
Kuadrat Tengah 0.02083333 0.02083333 0.02083333 0.02083333 0.02083333
FHit 1 1 1 1
Pr 0.3798 0.4064 0.4064 0.4612
kk ( % ) 7.292846
14.8125 933.5208333 45.29861111 14.79861111 34.96805556
0.42 26.70** 1.3 0.42
0.6585 0.0001 0.2941 0.9122
26.06448
95.3756339 4458.52864 98.02000839 151.0630512 65.41114667
1.46 68.16** 1.5 2.31*
0.2487 0.0001 0.235 0.0414
29.13189
86.54105381 5741.192697 104.0719046 143.3089889 80.78246579
1.07 71.07** 1.29 1.77
0.3553 0.0001 0.2964 0.1154
26.37732
0.00039152 0.03775291 0.00072063 0.00247019 0.00276285
0.14 13.66** 0.26 0.89
0.8685 0.0001 0.853 0.5421
22.62187
49.28906715 3176.221068 68.90258428 92.33063259 42.68598057
1.15 74.41** 1.61 2.16
0.3288 0.0001 0.2068 0.0548
24.17141
62.0625 4134.743056 87.35416667 119.3726852 55.68472222
1.11 74.25** 1.57 2.14
0.3413 0.0001 0.2175 0.0568
24.21816
: TT : Tinggi Tanaman; JA : Jumlah Anakan JD : Jumlah Daun; JG: Jumlah Gabah;
BG: Barat Gabah; BK : Berat Kering: BB : Berat Basah; BGKP : Berat Gabah Kering Panen; BKM : Berat Kering Mutlak BGKG : Berat Gabah Kering Giling; Keterangan : * : nyata pada taraf 5%; ** : nyata pada taraf 1%
Lampiran 6. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Tinggi Tanaman Pada 11 MST Taraf Cu
Taraf PR
(mg/l/)
0
0.3
0.6
0.9
0
95.967ab
93.150abc
99.567a
94.983ab
300
88.500bcd
91.583abc
86.250cde
85.600cdef
80.500 defg
77.117fgh
80.283efdg
74.900gh
78.433efgh
70.717h
600
78.850efgh
900
74.533gh
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 7. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Anakan Pada 11 MST Taraf Cu (mg/l)
Taraf PR (mg/l) 0
0.3
0.6
0.9
0
22.333ab
22.167ab
22.833ab
26.500a
300
16.833bcd
20.000bc
14.667cde
16.833bcd
600
10.000ef
12.333def
10.833def
11.000def
900
8.000f
9.167ef
10.333ef
9.500ef
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 8. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Daun Pada 10 MST Taraf Cu (mg/l)
Taraf PR 0
0.3
0.6
0.9
0
108.83ab
108.17ab
101.67abc
123.83a
300
81.83bc
90.67bc
73.17cd
80.00bc
600
44.33ed
51.00ed
51.33ed
49.17ed
900
35.67e
41.83e
46.00ed
38.83e
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 9. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Daun Pada 12 MST PR (mg/l)
Taraf Cu (mg/l) 0
0.3
0.6
0.9
0
3.8583a
4.3403a
3.5743a
3.7757a
300
3.1353a
3.8950a
3.8370a
4.1097a
600
3.8197a
4.3425a
4.0207a
3.2653a
900
2.9567a
4.1510a
3.2960a
3.6227a
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 10. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Batang Pada 12 MST Taraf Cu (mg/l)
PR (mg/l) 0
0.3
0.6
0.9
0
3.7737ab
4.5950ab
3.5120ab
4.1213ab
300
3.3223ab
4.0763ab
3.8990ab
4.4770ab
600
4.0597ab
4.6983a
4.3517ab
3.5070ab
900
3.0843b
4.7990a
3.4023ab
3.5907ab
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 11. Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Rata-Rata Panjang Akar Pada 12 MST PR (satuan)
Taraf Cu (satuan) 0
0.3
0.6
0.9
0
23.480abc
30.680ab
32.610a
22.500abc
300
15.867bc
20.410abc
27.933abc
24.433abc
600
25.987abc
28.553abc
24.923abc
22.543abc
900
13.920c
28.433abc
17.280abc
23.877abc
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 12. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Jumlah Akar Pada 12 MST PR (satuan)
Taraf Cu (satuan) 0
0.3
12.511ab
15.610ab
11.011ab
13.322ab
300
9.979b
15.875ab
14.530ab
27.449a
600
14.586ab
15.969ab
16.293ab
12.145ab
900
9.156b
12.101ab
11.603ab
13.157ab
0
Keterangan
0.6
0.9
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 13. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Akar Pada 12 MST PR (satuan)
Taraf Cu (satuan) 0
0.3
0
6.536a
6.594a
4.938a
6.418a
300
3.778a
4.603a
6.205a
5.119a
600
5.432a
6.189a
4.994a
3.750a
900
3.023a
6.386a
3.612a
4.533a
Keterangan
0.6
0.9
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 14. Tabel Pengaruh Interaksi Cu dengan PR Terhadap Berat Kering Daun pada saat Panen Taraf Cu
Taraf PR 0
0.3
0.6
0.9
0
13.403ab
13.588ab
15.899a
15.454a
300
10.664dc
15.033a
10.191cde
11.976bc
600
7.565ef
8.414def
8.385def
7.303f
900
3.833h
6.817fg
8.083def
4.621gh
Keterangan
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Lampiran 15. Tabel Nilai Kritikal Pengaruh Cu dan PR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Peubah Pertumbuhan TT
JA
JD
Panjang Akar Jumlah Akar BK Akar Volume Akar BK Daun BK Batang Produksi Panjang Malai Jumlah gabah/malai BG Hampa BB Contoh BK Contoh 100 BB Butir BK 100 Butir Jumlah Malai Bobot Gabah Isi BGKP Kadar Air BKM BGKG BB daun BK daun BB batang BK batang BB akar BK akar
MST
5 6 7 8 9 10 11 5 6 7 8 9 10 11 6 8 10 12 12 12 12 12 12
Cu
PR
2
3
4
2
3
4
3.693 4.384 3.597 3.682 3.588 3.66 3.905 0.08356 0.8226 1.31 1.678 2.202 2.376 2.506 2.959 6.757 11.94 6.544 3.614 1.637 3.612 0.6021 0.6475
3.886 4.613 3.785 3.874 3.775 3.851 4.109 0.08791 0.8655 1.379 1.766 2.316 2.5 2.637 3.113 7.109 12.56 6.878 3.797 1.721 3.796 0.6327 0.6805
4.014 4.764 3.909 4.001 3.899 3.977 4.244 0.0908 0.8939 1.424 1.823 2.392 2.583 2.723 3.216 7.343 12.98 7.094 3.917 1.775 3.915 0.6526 0.7018
3.693 4.384 3.597 3.682 3.588 3.66 3.905 0.08356 0.8226 1.31 1.678 2.202 2.376 2.506 2.959 6.757 11.94 6.544 3.614 1.637 3.612 0.6021 0.6475
3.886 4.613 3.785 3.874 3.775 3.851 4.109 0.08791 0.8655 1.379 1.766 2.316 2.5 2.637 3.113 7.109 12.56 6.878 3.797 1.721 3.796 0.6327 0.6805
4.014 4.764 3.909 4.001 3.899 3.977 4.244 0.0908 0.8939 1.424 1.823 2.392 2.583 2.723 3.216 7.343 12.98 7.094 3.917 1.775 3.915 0.6526 0.7018
1.699 13.53 0.3195 0.4339 0.3194 0.2709 0.1203 4.93 6.743 7.494 0.04382 5.447 6.222 3.364 1.255 19.14 2.87 1.209 0.8136
1.785 14.22 0.3358 0.456 0.3356 0.2847 0.1265 5.181 7.086 7.875 0.04606 5.725 6.538 3.535 1.319 20.11 3.016 1.27 0.855
1.841 14.66 0.3463 0.4703 0.3462 0.2936 0.1304 5.344 7.309 8.122 0.0475 5.904 6.744 3.646 1.36 20.74 3.11 1.31 0.8818
1.699 13.53 0.3195 0.4339 0.3194 0.2709 0.1203 4.93 6.743 7.494 0.04382 5.447 6.222 3.364 1.255 19.14 2.87 1.209 0.8136
1.785 14.22 0.3358 0.456 0.3356 0.2847 0.1265 5.181 7.086 7.875 0.04606 5.725 6.538 3.535 1.319 20.11 3.016 1.27 0.855
1.841 14.66 0.3463 0.4703 0.3462 0.2936 0.1304 5.344 7.309 8.122 0.0475 5.904 6.744 3.646 1.36 20.74 3.11 1.31 0.8818
Keterangan : TT : Tinggi Tanaman; JA : Jumlah Anakan JD : Jumlah Daun; BK : Berat Kering: BB : Berat Basah; BG: Berat Gabah; BGI : Bobot Gabah Isi; BGKP : Berat Gabah Kering Panen; BGKG : Berat Gabah Kering Giling; BKM : Berat Kering Mutla
Lampiran 16. Tabel Nilai Kritikal Interaksi Cu dengan PR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Peubah TT
JA
JD
Panjang Akar Jumlah Akar BK Akar Volume Akar BK Daun BK Batang Produksi Panjang Malai Jumlah gabah/malai BG Hampa BB Contoh BK Contoh 100 BB Butir BK 100 Butir Jumlah Malai Bobot Gabah Isi BGKP Kadar Air BKM BGKG BB daun BK daun BB batang BK batang BB akar BK akar BK Tajuk
MST 5 6 7 8 9 10 11 5 6 7 8 9 10 11 6 8 10 12 12 12 12 12 12
2 7.626 9.15 36.94 7.438 7.079 7.125 7.603 0.1658 1.9 2.728 3.736 5.047 5.607 5.663 6.895 14.96 26.19 12.99 7.831 3.251 7.305 1.275 1.315
3 8.024 0.62 38.87 7.827 7.448 7.497 8 0.1745 1.999 2.87 3.931 5.311 5.9 5.959 7.255 15.74 27.56 13.66 8.231 3.417 7.678 1.34 1.382
4 8.288 9.94 40.15 8.084 7.693 7.743 8.263 0.1802 2.064 2.965 4.061 5.485 6.094 6.154 7.493 16.26 28.46 14.09 8.491 3.525 7.92 1.383 1.426
5 8.48 10.17 41.09 8.272 7.872 7.923 8.455 0.1844 2.112 3.034 4.155 5.613 6.236 6.298 7.667 16.64 29.13 14.4 8.677 3.602 8.094 1.413 1.457
6 8.63 10.35 41.81 8.418 8.011 8.062 8.603 0.1877 2.15 3.087 4.228 5.711 6.345 6.408 7.802 16.93 29.64 14.63 8.817 3.66 8.225 1.436 1.481
7 8.75 10.5 42.39 8.535 8.122 8.175 8.723 0.1903 2.18 3.13 4.287 5.791 6.434 6.497 7.911 17.17 30.05 14.81 8.928 3.706 8.328 1.454 1.499
8 8.849 10.61 42.87 8.631 8.214 8.267 8.822 0.1924 2.204 3.166 4.336 5.857 6.507 6.571 8 17.36 30.39 14.96 9.017 3.743 8.411 1.468 1.514
3.299
3.467
3.577
3.655
3.714
3.761
3.798
26.26 0.6384 0.866 0.6186 0.5368 0.2401 9.66 13.64 14.98 0.085 10.92 12.46 7.263 2.463 38.15 5.56 2.365 1.609 7.679
27.6 0.671 0.91 0.6502 0.5642 0.2523 10.15 14.34 15.75 0.0894 11.48 13.09 7.633 2.588 40.09 5.844 2.485 1.691 8.07
28.48 0.6922 0.938 0.6707 0.582 0.2523 10.47 14.79 16.24 0.0922 11.84 13.5 7.874 2.67 41.36 6.028 2.564 1.744 8.325
29.1 0.7073 0.959 0.6854 0.5947 0.266 10.7 15.11 16.6 0.0942 12.1 13.8 8.046 2.728 42.26 6.16 2.62 1.782 8.507
29.57 0.7188 0.975 0.6965 0.6044 0.2703 10.87 15.36 16.87 0.0957 12.29 14.02 8.177 2.773 42.95 6.26 2.662 1.811 8.645
29.94 0.7278 0.987 0.7052 0.6119 0.2737 11.01 15.55 17.08 0.0969 12.45 14.2 8.279 2.807 43.49 6.339 2.696 1.834 8.754
30.24 0.7351 0.997 0.7123 0.618 0.2764 11.12 15.71 17.25 0.0979 12.57 14.34 8.362 2.835 43.92 6.402 2.723 1.852 8.841
Lampiran 12. Tabel Nilai Kritikal Interaksi Cu dengan PR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Tabel Lanjutan....) Peubah TT
JA
JD
Panjang Akar Jumlah Akar BK Akar Volume Akar BK Daun BK Batang Produksi Panjang Malai Jumlah gabah/malai BG Hampa BB Contoh BK Contoh 100 BB Butir BK 100 Butir Jumlah Malai BGI BGKP Kadar Air BKM BGKG BB Daun BK Daun BB Batang BK Batang BB Akar BK Akar BK Tajuk
MST 5 6 7 8 9 10 11 5 6 7 8 9 10 11 6 8 10 12 12 12 12 12 12
9 8.933 10.71 43.28 8.713 8.292 8.345 8.905 0.1943 2.225 3.196 4.377 5.912 6.568 6.633 8.076 17.53 30.68 15.08 9.090 3.773 8.479 1.48 1.527
10 9.004 10.8 43.62 8.783 8.358 8.412 8.977 0.1958 2.243 3.221 4.412 5.959 6.621 6.686 8.141 17.67 30.93 15.18 9.151 3.799 8.536 1.49 1.537
11 9.066 10.88 43.92 8.844 8.416 8.47 9.039 0.1972 2.258 3.243 4.442 6.001 6.667 6.733 8.197 17.79 31.14 15.27 9.202 3.82 8.584 1.499 1.545
12 9.121 10.94 44.19 8.897 8.467 8.521 9.093 0.1984 2.272 3.263 4.469 6.037 6.707 6.773 8.246 17.9 31.33 15.34 9.246 3.838 8.624 1.506 1.553
13 9.169 11 44.42 8.944 8.511 8.566 9.141 0.1994 2.284 3.28 4.493 6.068 6.742 6.809 8.29 17.99 31.49 15.4 9.283 3.854 8.659 1.512 1.559
14 9.212 11.05 44.63 8.986 8.551 8.606 9.184 0.2003 2.295 3.295 4.514 6.097 6.774 6.841 8.329 18.07 31.64 15.46 9.315 3.867 8.689 1.517 1.564
15 9.25 11.1 44.82 9.023 8.587 8.642 9.222 0.2012 2.304 3.309 4.532 6.122 6.802 6.869 8.363 18.15 31.77 15.5 9.342 3.878 8.715 1.521 1.569
16 9.285 11.14 44.98 9.057 8.619 8.675 9.257 0.2019 2.313 3.322 4.549 6.145 6.827 6.895 8.395 18.22 31.89 15.54 9.366 3.888 8.737 1.525 1.573
3.829
3.855
3.876
3.895
3.91
3.924
3.935
3.945
30.48 0.741 1.005 0.7181 0.6231 0.2786 11.21 15.83 17.39 0.0987 12.67 14.46 8.43 2.858 44.28 6.454 2.745 1.867 8.913
30.69 0.746 1.011 0.7229 0.6272 0.2805 11.28 15.94 17.51 0.0994 12.76 14.55 8.486 2.878 44.57 6.497 2.763 1.88 8.972
30.86 0.7502 1.017 0.7269 0.6307 0.2821 11.35 16.03 17.6 0.0999 12.83 14.64 8.534 2.894 44.82 6.534 2.779 1.89 9.023
31.01 0.7537 1.022 0.7304 0.6337 0.2834 11.4 16.11 17.69 0.1004 12.89 14.7 8.574 2.907 45.04 6.564 2.792 1.899 9.065
31.13 0.7567 1.026 0.7333 0.6363 0.2846 11.45 16.17 17.76 0.1008 12.94 14.76 8.609 2.919 45.22 6.591 2.803 1.907 9.102
31.24 0.7593 1.029 0.7358 0.6385 0.2855 11.49 16.23 17.82 0.1012 12.99 14.81 8.638 2.929 45.37 6.614 2.803 1.913 9.133
31.33 0.7616 1.033 0.738 0.6404 0.2864 11.52 16.27 17.87 0.1015 13.03 14.86 8.664 2.938 45.51 6.633 2.821 1.919 9.16
31.41 0.7635 1.035 0.7399 0.642 0.2871 11.55 16.32 17.92 0.1017 13.06 14.9 8.686 2.945 45.62 6.65 2.828 1.924 9.183
Keterangan : TT : Tinggi Tanaman; JA : Jumlah Anakan JD : Jumlah Daun; BK : Berat Kering: BB : Berat Basah; BGI : Bobot Gabah Isi; BGKP : Berat Gabah Kering Panen; BGKG : Berat Gabah Kering Giling; BKM : Berat Kering Mutlak
C0P3
C1P2
C2P1
C2P0
C1P0
C0P0
C1P3
C2P0
C0P1
C2P2
C3P0
C2P1
C0P0
C3P2
C3P3
C0P2
C2P3
C0P3
C3P0
C2P3
C1P0
C1P2
C3P1
C1P3
C2P1
C0P2
C3P2
C3P1
C0P1
C2P2
C0P1
C1P0
C1P3
C0P0
C3P3
C0P2
C3P1
C3P3
C2P3
C1P1
C1P2
C3P2
C1P1
C2P2
C0P3
C3P0
C2P0
C1P1
U3
U2
U1
C2P0
C1P2
C1P1
C0P0
C0P2
C2P3
C2P1
C3P3
C1P3
C1P0
C2P0
C1P2
C0P3
C0P2
C2P3
C3P2
C0P0
C3P0
C1P0
C2P2
C1P2
C3P1
C1P1
C3P2
C3P0
C1P1
C0P1
C3P0
C3P1
C2P1
C2P3
C3P1
C2P0
C3P3
C2P2
C1P3
C3P2
C0P0
C0P2
C2P2
C0P3
C0P1
C0P1
C1P3
C2P1
C0P3
C3P3
C1P0
U6
U5
U4
Gambar Lampiran 17. Layout Percobaan
Keterangan : U1= ulangan ke-1 U2 = ulangan ke-2 U3 = ulangan ke-3 C0P0 = kombinasi taraf Cu ke-0 dan pupuk PR ke-0 C0P1 = kombinasi taraf Cu ke-0 dan pupuk PR ke-1 C0P2 = kombinasi taraf Cu ke-0 dan pupuk PR ke-2 C0P3 = kombinasi taraf Cu ke-0 dan pupuk PR ke-3 C1P0 = kombinasi taraf Cu ke-1 dan pupuk PR ke-0 C1P1 = kombinasi taraf Cu ke-1 dan pupuk PR ke-1
Gambar Lampiran 17. Layout Percobaan (Lanjutan....) C1P2 = kombinasi taraf Cu ke-1 dan pupuk PR ke-2 C1P3 = kombinasi taraf Cu ke-1 dan pupuk PR ke-3 C2P0 = kombinasi taraf Cu ke-2 dan pupuk PR ke-0 C2P1 = kombinasi taraf Cu ke-2 dan pupuk PR ke-1 C2P2 = kombinasi taraf Cu ke-2 dan pupuk PR ke-2 C2P3 = kombinasi taraf Cu ke-2 dan pupuk PR ke-3 C3P0 = kombinasi taraf Cu ke-3 dan pupuk PR ke-0 C3P1 = kombinasi taraf Cu ke-3 dan pupuk PR ke-1 C3P2 = kombinasi taraf Cu ke-3 dan pupuk PR ke-2 C3P3 = kombinasi taraf Cu ke-3 dan pupuk PR ke-3