PENGARUH TEKNIK PROBING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG (Quasi Eksperimen di SMPN 17 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata 1 (S.Pd)
Oleh: ISTI NURCAHYANI 105016300594
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
PENGARUH TEKNIK PROBING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG (Quasi Eksperimen di SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: ISTI NURCAHYANI NIM: 105016300594
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115 198703 1 020
Kinkin Suartini, M.Pd NIP. 19780406 200604 2 003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH TEKNIK PROBING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK
DALAM
PEMBELAJARAN
KONSEP
GETARAN
DAN
GELOMBANG”, disusun oleh Isti Nurcahyani, NIM 105016300594, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika. Jakarta, 14 Maret 2011 Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal
Tanda Tangan
............
.....................
............
.....................
............
.....................
............
.....................
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP: 19700209 200003 2 001 Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA) Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 2006042001 Penguji I Iwan Permana Suwarna, M.Pd NIP. 19520609 1981031004 Penguji II Erina Hertanti, M.Si______ NIP. 19720419 1999032002
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 1987031003
ABSTRAK
Isti Nurcahyani, “Pengaruh Teknik Probing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Konsep Getaran dan Gelombang”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran pada konsep getaran dan gelombang. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 17 Tangerang Selatan pada bulan April 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 74 orang dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya diuji melalui satatistik uji “t”. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 2,10 sedangkan ttabel sebesar 1,99 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa teknik probing membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika.
Kata Kunci : Teknik Probing, Hasil Belajar, Statistik.
i
ABSTRACT Isti Nurcahyani, “The Effect of The Technique Probing to Students Learning Outcomes in Study Conception Wave and Vibration.” Thesis of Physics Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. The aim of this research is to know the Effect of The Technique Probing to Students Learning Outcomes in Study Conception Wave and Vibration. This Research has been done in April 2010 at SMP Negeri 17 in South Tangerang. To get the data, the research took 74 students as a sample by using Purpsive Sampling technique, after that the class was divided into two group, i.e. experiments and control classes. The instrumentation of this research used an objective multiple choice test. This test was consisted of four options, and the result of this test had been tested through ttest statistic. The calculation of tcount was 2,10 and ttable was 1,99; and 0,05 on the significant level or tcount > ttable. The conclusion is Ha that explained there are any Effect of The Technique Probing to Students Learning Outcomes in Study Conception Wave and Vibration accepted or agreed. This indicated that Effect of The Technique Probing brings the significant influence to the learning output. Key Word : Technique Probing, Learning out, Statistic.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Ibu Baiq Hana Susanti, M.Pd, M.Si. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd. 4. Ketua Prodi Fisika Ibu Erina Hertanti, M.Si. 5. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyikapi semua permasalahan dalam skripsi ini. 6. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak H. Mardi Yuana Abdillah, S.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 17 kota Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Observasi dan penelitian skripsi. 8. Bapak Hendrianto, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan. 9. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan penelitian skripsi. 10. Abi dan umi tercinta yang bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus kuliah serta adikku tersayang dan seluruh
iii
keluargaku yang selalu mendoakan dan mendukung keberhasilan belajar penulis. 11. Sahabat-sahabat Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2005 yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasajasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta,
Juli 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .......................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 3 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 3 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................................ 5 A. Kajian Teoretis .............................................................................. 5 1. Teknik Probing ....................................................................... 5 a. Pengertian Teknik Pembelajaran Probing ....................... 5 b. Tahap-tahap Teknik Probing ........................................... 8 c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajran Probing ............ 10 2. Hasil Belajar ............................................................................ 12 a. Pengertian Belajar .............................................................. 12 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ..................... . 13 c. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian ............................ . 14 d. Pengukuran Hasil Belajar................................................... 15
v
e. Prinsip-prinsip Belajar ....................................................... 19 f. Tujuan Belajar .................................................................... 22 3. Metode Tanya Jawab .............................................................. 23 4. Getaran dan Gelombang .......................................................... 24 a. Getaran .............................................................................. 25 1) Amplitudo .................................................................... 26 2) Frekuensi ..................................................................... 26 3) Periode ........................................................................ 27 b. Gelombang ........................................................................ 27 B. Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 29 C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 30 D. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 33 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 33 B. Metode Penelitian ......................................................................... 33 C. Desain Penelitian ........................................................................ .. 33 D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 34 E. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 34 F. Prosedur Penelitian ..................................................................... .. 34 G. Variabel Penelitian ........................................................................ 36 H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37 I. Instrumen Penelitian ..................................................................... 38 J. Teknis Analisis Data ..................................................................... 43 K. Hipotesis Statistik ......................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 48 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 48 1. Hasil Uji Data Pretest a. Deskripsi data Pretest Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 48
vi
b. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 50 c. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 50 d. Uji Hipotesis Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 51 2. Hasil Uji Data Posttest a. Deskripsi data Posttest Siswa kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ................................. 52 b. Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 53 c. Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 54 d. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................................ 55 3. Deskripsi Data Normal Gain ................................................... 55 B. Interpretasi Hasil Penellitian ......................................................... 57 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61 A. Kesimpulan ................................................................................................... 61 B. Saran ........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 64
vii
DAFTAR TABEL
Table 2.1
Keterampilan Proses sains ............................................................. 7
Tabel 3.1
Desain Penelitian .......................................................................... 33
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 38
Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitas ................................................................. 40
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran ..................................................... 41
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda .......................................................... 42
Tabel 3.6
Kriteria Normal Gain....................................................................... 46
Tabel 4.1
Rekapitulasi Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ............ 49
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 50
Tabel 4.3
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 51
Tabel 4.4
Hasil Pretest Uji “t” Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................ 51
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 53
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol ......................................................................... 54
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 54
Tabel 4.8
Hasil Posttest Uji “t” Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................ 55
Tabel 4.9
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain ................................. 56
Tabel 4.10 Kategorisasi N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................................................ 57
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Umum Teknik Probing ......................................................... 9 Gambar 2.2 Bagan Peta Konsep Getaran dan Gelombang ............................... 24 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir............................................................... 32 Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian .............................................. 37 Gambar 4.1 Grafik Batang Hasil Belajar (Pretest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 49 Gambar 4.2 Grafik Batang Hasil Belajar (Posttest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......................................................................... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitiaan Lampiran A.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ..................................... 64 Lampiran A.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian…………...….. 75 Lampiran A.3 Contoh PerhitunganValiditas dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................ ….. 76 Lampiran A.4 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ................................. 78 Lampiran A.5 Lampiran A.6 Lampiran A.7 Lampiran A.8 Lampiran A.9
Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ………….. 79 Daya Pembeda Instrumen Penelitian ........................................ 80 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian ….…………… 81 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ................... 82 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang dipakai dalam Penelitian ...................................................................... . 83 Lampiran A.10 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar Yang Dipakai Dalam Penelitian………………………………………………. 88 Lampiran B Perangkat Pembelajaran ........................................................... 89 Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...................................................................... 89 Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............................................................................. 98 Lampiran B.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................... 107
Lampiran C Uji Analisis Data ....................................................................... 110 Lampiran C.1 Data Nilai Pretest – Posttest ...................................................... 110 Lampiran C.2 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ....................... 111 Lampiran C.3 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol .............................. 113 Lampiran C.4 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen ...................... 115 Lampiran C.5 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ............................ 117 Lampiran C.6 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ............. 119 Lampiran C.7 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol .................. 120 Lampiran C.8 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ........... 121
x
Lampiran C.9 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ................. 122 Lampiran C.10 Contoh Perhitungan Normalitas ............................................... 123 Lampiran C.11 Uji Homogenitas ....................................................................... 126 Lampiran C.12 Uji Hipotesis ............................................................................. 129 Lampiran C.13 Uji Normal Gain Eksperimen ................................................... 134 Lampiran C.14 Uji Normal Gain Kontrol .......................................................... 136
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik, hal ini tentu saja akan berkaitan dengan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam proses pencapaian tujuan-tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, di antaranya faktor ekstern dan faktor intern. Faktor tersebut dapat bersifat positif, apabila mempengaruhi terhadap perubahan dan pembaharuan tingkah laku dan kecakapan peserta didik menjadi lebih baik. Selain itu, tujuan pendidikan juga bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Dengan adanya lingkungan yang memungkinkan, anak didik dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. 1 Kegiatan pembelajaran di kelas yang diterapkan oleh guru, seringkali menempatkan peserta didik sebagai objek pendidikan dan guru sebagai subjek pendidikan sehingga guru selalu mendominasi proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran seperti ini, guru masih mendominasi kelas, peserta didik menjadi pasif di kelas yaitu hanya datang, duduk, mendengar, melihat, berlatih, dan lupa. Selain itu, masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. 2 Di samping itu, untuk mengikuti pelajaran di sekolah, 1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.6 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h 1
1
2
kebanyakan peserta didik tidak siap terlebih dulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, peserta didik datang tanpa bekal pengetahuan. Di lain pihak, banyak peserta didik yang masih belum berani dan terbiasa beraktivitas, kebanyakan masih takut salah untuk bertanya, menjawab, berkomentar, mencoba, atau mengemukakan ide. Mereka masih tidak yakin apakah keberanian akan melanggar etika hormat kepada guru, karena di lingkungan keluarga pun banyak bicara itu bisa dimarahi. Mereka masih takut akan kesalahan karena biasanya akan mendapat teguran atau bentakan, ada rasa tidak aman dalam belajar. Pada pihak guru pun, masih banyak guru yang merasa kurang nyaman jika peserta didik banyak bicara, merasa kurang senang bila peserta didik banyak bertanya dan berkomentar, memandang kurang sopan jika peserta didik banyak bertingkah, dan semacamnya. Apalagi jika peserta didik berbuat salah biasanya langsung divonis tidak menyenangkan. Pada teknik pembelajaran probing, diharapkan partisipasi dan aktivitas peserta didik di kelas tinggi. Pada umumnya, pada pembelajaran probing peserta didik akan belajar (berpikir-bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri. Dengan teknik pembelajaran ini, peserta didik akan berpartisipasi aktif walaupun ada unsur ketegangan dan cepat melelahkan. Dengan teknik probing ini peserta didik akan diasah kemampuan berpikir sehingga menyebabkan peserta didik akan berpikir kreatif dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Untuk mengefektifkan pertanyaan guru dalam pembelajaran IPA dapat dipilih suatu alternatif yaitu penggunaan teknik probing, beberapa pertanyaan berseri yang terprogram, saling berhubungan dan berkesinambungan agar kompetensi siswa dapat tercapai. 3 Pertanyaan yang digunakan untuk membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi Pengetahuan bisa didapatkan dimana saja, termasuk di alam. Fenomenafenomena alam tersebut bisa dipelajari pada mata pelajaran fisika. Karena fisika 3
Sri Murtini, Kreativitas Teknik Probng, tersedia: http://edu-articles.com/kreativitas-
teknik-probing/, diakses tanggal, 26 april 2009
3
merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak konsepkonsep fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena tersebut. Salah satunya penerapan konsep getaran dan gelombang. Getaran dan gelombang adalah salah satu materi pada mata pelajaran Fisika yang konsepnya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini diambil karena sesuai dengan penerapan teknik probing karena teknik ini menghadapkan peserta didik dengan gejala-gejala alam yang dapat memunculkan teka-teki seperti konsep getaran dan gelombang. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian yang lebih seksama mengenai kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran fisika yang menyebabkan aktivitas peserta didik di kelas terhambat, dan peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti dan menuangkannya dalam bentuk uraian judul “Pengaruh Teknik Probing terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Konsep Getaran dan Gelombang.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah berikut: 1. Penerapan teknik pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru, sehingga guru selalu menguasai proses belajar mengajar dan peserta didik menjadi pasif di kelas. 2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pembelajaran fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kreativitas dan aktivitas peserta didik terhambat. 3. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengasah kemampuan berpikir mereka, sehingga terhambatnya proses berpikir.
C. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan masalah yang diteliti dan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya peneliti, maka masalah dibatasi pada pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran konsep getaran dan gelombang dengan uraian sebagai berikut:
4
1. Metode pembelajaran yang akan diterapkan yaitu metode tanya jawab dengan teknik probing. 2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom pada jenjang C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan C4 (Analisis). 3. Konsep fisika yang dibahas adalah konsep getaran dan gelombang.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah teknik probing berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran konsep getaran dan gelombang?”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran pada konsep getaran dan gelombang.
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Memberikan wawasan tentang cara penerapan teknik pembelajaran fisika khususnya teknik probing dan memberikan pengalaman melakukan penelitian. 2. Memberikan informasi untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang bernilai tentang pendidikan. 3. Memberikan informasi mengenai kemampuan kognitif siswa pada proses pembelajaran. 4. Sebagai informasi untuk mengembangkan upaya guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis 1. Teknik Probing a. Pengetian Teknik Pembelajaran Probing Teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang 1
sedang
diamati
sehingga
terbentuk
pengetahuan
baru.
Dalam probing, guru membimbing peserta didik agar mampu membangun
pengetahuannya
sendiri
dengan
mengajukan
pertanyaan,
sehingga
guru
mengetahui kemampuan dasar mereka. Melalui proses probing, guru berusaha untuk membuat siswa-siswanya membenarkan atau paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban-jawaban mereka, dengan cara demikian dapat meningkatkan kedalaman pembahasan. Selain itu teknik ini juga membantu mereka untuk sejauh mungkin menghindari jawaban-jawaban yang dangkal. 2 Teknik probing dapat memberikan fasilitas melatih kemampuan berpikir dan membaca ilmiah agar dapat mempermudah melakukan akomodasi dan membangun pengetahuannya. 3 Menurut Suyanto, teknik probing adalah usaha atau langkah-langkah sistematis dalam pembelajaran untuk menggali informasi (fakta, data) yang dinilai penting dari siswa dan relevan dalam mengembangkan pembelajaran. 4 Teknik probing memerlukan kekuatan dalam mengembangkan pertanyaan. Guru perlu 1
Maman Wijaya, Penggunaan Teknik Probing dalam Pembelajaran Kesetimbangan Benda Getar, (Bandung. Tesis PPS UPI. 1999) hal.16 2 David A. Jacobsen dkk, Methods for Teaching (Metode-metode pengajaran Meningkatkan Belajar TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.184 3 Maman Wijaya, et all., Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol.V–No.6–April 2008; Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Membaca Ilmiah Guru IPA Melalui Pembelajaran dengan Teknik Probing, (Bandung: 2008), hal.23 4 Suyanto, Teknik Probing untuk Menguatkan Kapasitas Siswa, Tersedia: http://garduguru.blogspot.com/2008/10/teknik-probing-untuk-menguatkan.html 24 juli 2010
5
6
menguasai keterampilan bertanya karena guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah, murid belum terbiasa mengajukan pertanyaan, murid harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa. Aktivitas secara fisik yang diharapkan terjadi dengan teknik probing guru adalah sebagai berikut: siswa melakukan observasi (mengamati, mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan, sedangkan aktivitas berpikirnya adalah asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru. 5 Dengan teknik pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk peserta didik secara acak sehingga setiap peserta didik mau tidak mau harus berperan aktif, peserta didik tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Pada umumnya peserta didik akan belajar (berpikir-bekerja) secara individu, sehingga mereka dapat melatih diri dalam memupuk rasa percaya diri. Dengan teknik ini, peserta didik akan berpartisipasi aktif tetapi tetap ada unsur ketegangan dan cepat melelahkan. Untuk
mengurangi
kondisi
tersebut,
guru
hendaknya
ketika
menyampaikan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan dengan nada yang lembut. Hal ini bisa mengurangi ketegangan peserta didik ketika diajukan pertanyaan. Peserta didik akan merasa seperti diberi pertanyaan oleh teman mereka sendiri tetapi tetap sopan. Saat pelajaran berlangsung, ketika sedang mengajukan pertanyaan hendaknya juga ada canda, senyum dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan dan jawabannya ternyata salah, guru tidak langsung mempersalahkan dan memarahinya di depan kelas. Jawaban peserta didik yang salah akan dihargai karena salah adalah ciri bahwa peserta didik tersebut sedang belajar, ia telah berpartisipasi dalam proses pembelajaran. 5
Maman Wijaya, op. cit., hal. 21
7
Pertanyaan yang digunakan untuk membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Aktivitas siswa yang diharapkan terjadi dengan penggunaan teknik probing oleh guru adalah aktivitas yang dapat melatih ketrampilan proses sains, contoh: 6 Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains No.
Ketrampilan Proses Sains
1.
Pertanyaan
Mengamati
Apa yang kamu amati ketika Ikan terlempar dari toples yang berisi air? Mengukur menggunakan Berapakah temperatur akhir? Berapa lama nomor dan waktu. diperlukan waktu untuk mencapai temperatur akhir itu? Apa yang terjadi dengan jumlah gerakan Mengkomunikasikan operkulum ikan emas bila temperatur diturunkan? Manakah dari hewan-hewan ini yang Mengklasifikasi berdasarkan persamaan dan termasuk serangga? perbedaan Manakah tanaman yang lebih kokoh, Membandingkan yang tumbuh di tempat terang atau yang tumbuh di tempat gelap? Tanaman mana yang kamu perkirakan Memprediksi akan tumbuh lebih baik? Kebanyakan uap air dalam awan berasal Menyusun hipotesis dari laut, mengapa air hujan tidak hanya jatuh di laut? Merancang eksperimen Apakah cahaya mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah kacang hijau?
2
3
4
5
6 7
8
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain: mendorong siswa untuk berpikir, meningkatkan keterlibatan siswa, merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, mendiagnosis kelemahan siswa, memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik. 7
6
Sri Murtini, Kreativitas Teknik Probing, tersedia: http://edu-articles.com/kreativitasteknik-probing/ diakses tanggal: 26 April 2009 7 Suyanto, op.cit,. h. 2
8
b. Tahap-tahap teknik probing Aktivitas guru dalam mengkondisikan teknik probing meliputi tujuh tahap, sebagai berikut: 1. Tahap I, menghadapkan peserta didik pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan teka-teki. 2. Tahap II, memberi waktu tunggu beberapa saat agar peserta didik melakukan pengamatan. 3. Tahap III, mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai peserta didik. 4. Tahap IV, memberi waktu tunggu beberapa saat
untuk memberikan
kesempatan peserta didik merumuskan jawabannya. 5. Tahap V, Meminta seorang peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. 6. Tahap VI, dari respon siswa itu, apabila jawaban yang diberikan peserta didik benar atau relevan dilanjutkan dengan peserta didik lain, untuk meyakinkan bahwa semua peserta didik terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama. Pertanyaan yang diajukan pada tahap ke 6 (enam) ini sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada peserta didik lain agar seluruh peserta didik terlibat dalam kegiatan probing. 7. Tahap VII, mengajukan pertanyaan akhir pada peserta didik lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai. 8
8
Maman Wijaya,Op.cit., hal.21
9
Pola umum teknik probing dapat dilihat dalam gambar 2.1. 9
Aktivitas Probing Guru
Aktifitas Mental Siswa
TAHAP I Menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki, melalui gambar, peragaan, dll
Asimilasi
TAHAP II Tunggu beberapa saat Tanggapan mental siswa (sesuai?) TAHAP III Ajukan pertanyaan sesuai indikator Disequilibrium TAHAP IV Tunggu beberapa saat TAHAP V Minta seorang siswa menjawabnya Akomodasi Respon siswa?
TAHAP VI Mengajukan pertanyaan dengan seri pertanyaan sesuai dengan indikator pembelajaran.
TAHAP VII Mengajukan pertanyaan akhir untuk menguji pemahaman peserta didik
Equilibrium
Pengetahuan Baru
Gambar 2.1 Pola Umum Teknik Probing 9
Ibid, hal. 23
10
Penentuan materi yang akan disajikan dengan teknik probing dapat dimulai pada waktu guru menyusun silabus, pada waktu menganalisins standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Selanjutnya rancangan seri pertanyaannya disiapkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran berupa pertanyaan-pertanyaan pokok. Pertanyaan tambahan akan muncul sesuai dengan jawaban yang diberikan peserta didik.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Probing Secara umum menggunakan teknik probing dalam pembelajaran di kelas sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan prestasi siswa melalui aktivitas mendengar, berdiskusi dan merepresentasi. Walaupun demikian, dari hasil pengamatan dan penganalisaan penggunaan teknik probing, ternyata teknik probing memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya adalah sebagai berikut: 1). Sulit merencanakan waktu yang diperlukan secara tepat untuk setiap jenis kegiatan. Pada saat pembelajaran, kadang-kadang ada jawaban siswa yang menyimpang dari yang diinginkan oleh guru sehingga guru terpaksa menyusun pertanyaan baru yang lain untuk menyesuaikan dengan jawaban siswa tersebut. Dan untuk menyusun pertanyaan yang baru itu tidak mudah dilakukan secara cepat. 2). Sulit merencanakan serangkaian pertanyaan untuk diajukan satu persatu sampai selesai. Karena apabila salah satu pertanyaan itu dijawab salah atau tidak tepat oleh siswa, lalu guru mengajukan pertanyaan baru yang lain, maka pertanyaan berikutnya yang telah direncanakan itu tidak terpakai. Selain itu juga sulit mengontrol jumlah pertanyaan yang diperlukan dan jika pertanyaan terlalu banyak, sementara siswa tidak dapat juga mengambil kesimpulan, maka siswa akan lelah dan bosan.
11
3). Sulit menghindari jawaban serempak dari siswa. Setelah dicoba mengatasinya dengan cara meningkatkan pertanyaan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti pertanyaan evaluatif, siswa menjadi diam. Akhirnya guru menyederhanakan pertanyaan. 10 Kelebihan teknik probing diantaranya adalah: 1). Guru tidak perlu memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaan, melainkan cukup mengajak siswa untuk mengamati gambar, mengamati benda atau hal-hal yang mengandung teka-teki menyangkut materi yang akan diajarkan untuk kemudian mengajukan serangkaian pertanyaan. 2). Siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi melalui komunikasi langsung dengan guru dalam membangun pengetahuan baru. 3). Perhatian siswa terhadap bahan yang sedang dipelajarinya cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban takut ditunjuk oleh guru. 4). Jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran dapat lebih ditingkatkan dengan cara mendistribusikan pertanyaan secara merata ke seluruh siswa. 5). Aspek kognitif siswa menjadi lebih terlatih setelah mereka terbiasa mengolah pengetahuan yang telah mereka kuasai, mencari hubungan yang satu dengan yang lainnya, lalu menerapkannya untuk menerangkan situasi baru yang diamatinya. 6). Siswa diberi kepercayaan untuk membangun sendiri pengetahuannya dan diarahkan untuk belajar mandiri, sehingga diharapkan apabila mereka berhasil melakukannya mereka menjadi lebih puas. Pengetahuan yang diperolehnya diharapkan dapat melekat lebih lama dan diharapkan pula mereka dapat lebih bersemangat untuk melakukan hal sama pada situasi lain. 11 Jadi teknik probing adalah teknik pembelajaran dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan yang bersifat membimbing peserta didik dan semua peserta didik dapat ikut terlibat dalam proses pembelajaran.
10
Nitta Puspitasari, Efektifitas Belajar Mengajar Matematika dengan Teknik Probing, tersedia: http://www.sundayana.web.id/efektifitas-belajar-mengajar-matematika-dengan-teknikprobing.html diakses tanggal: 24 juli 2010 11 Ibid, hal. 5
12
2. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalamanpengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived). 12 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. 13 Salah satu ciri bahwa seseorang dikatakan sudah atau telah belajar ialah adanya suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Perubahan itu menyangkut perubahan dalam pengetahuan dan keterampilan atau juga perubahan dalam sikap. Prestasi belajar adalah kemampuan siswa yang dicapai setelah melalui proses pembelajaran yang diukur dengan suatu evaluasi atau kriteria tertentu misalnya dengan menilai jawaban atas soal-soal yang telah disusun sesuai dengan rencana yang ingin dicapai setelah terjadi proses pembelajaran tersebut. 14 Winarno Sukarman mengatakan bahwa belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia dimana ada syaraf dan sel-sel otak yang bekerja menyimpulkan apa yang dilihat oleh mata didengar oleh telinga dan lain-lain, lalu disusun oleh otak sebagai hasil belajar.
15
Sementara itu Anita E. Woolflok
mengemukakan, bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi dari pengalaman 12
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kisi Brother’s, 2006), h. 76 13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h 10-11 14 Nyoman Cakra Griadhi, Penanggulangan Miskonsepsi Pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Lembar Kerja Siswa dan Pemanfaatan Lingkungan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.3 thn XXXV Juli 2002, hal 74 15 Usman Malayu, Hakikat Minat Belajar dan Hasil Belajar, dalam Berita STMT TRISAKTI Edisi 084, januari 2000. hal. 55
13
atas suatu perubahan yang relatif dalam suatu bidang pengetahuan atau tingkah laku. 16 Belajar dipahami sebagai suatu proses kegiatan yang menagakibatkan terjadinya perubahan pada pengalaman dan perilaku seseorang terhadap sesuatu yang dipelajari. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 17 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 18 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Definisi dari belajar di atas mengandung pengertian bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara keseluruhan atas apa yang didapat dari suatu pengalamannya baik dari suatu penglihatan, pengamatan ataupun meniru dari seseorang yang ia anggap paling baik. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan serangkaian kegiatan dalam mencapai perubahan tingkah laku, pengetahuan, kepribadian, keterampilan yang diakibatkan oleh terjadinya interaksi antara seseorang dengan seseorang, seseorang dengan kelompok dan seseorang dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: faktor yang datangnya dari dalam diri siswa (faktor
16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit, hal. 11 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke 4, h. 2 18 Ibid, h. 2 17
14
internal) dan faktor yang datangnya dari luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: 1). Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperolehnya, contohnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain sebagainya. 2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperolehnya. Faktor ini terdiri atas faktor: a). Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dan pernah dimiliki. b). Faktor non intelektif adalah unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosional dan penyesuaian diri. 3). Faktor kematangan fisik maupun psikis Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: a). Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. b). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. c). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d). Faktor lingkungan spiritual dan keamanan. Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar siswa. 19
c. Hasil Belajar sebagai Objek Penilaian Proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama yakni tujuan, bahan, metode dan alat penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai kepada 19
h. 130
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
15
tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian dan (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
d. Pengukuran Hasil Belajar 1. Pengukuran Ranah Kognitif Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagi konsep fungsi dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hapalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental. Pada ranah ini terdapat enam jenjang berpikir mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan (knowledge), (2) pengetahuan (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan (5) evaluasi (evaluation). Pada tahun 2001 Anderson dan Krathwohl melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom
16
menjadi: (1) Remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (C5) dan evaluasi (C6). 20 2. Pengukuran Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe belajar hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian atau penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization) dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex). Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara hierarkis, yaitu: "Receiving" meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu nilai dan keyakinan. "Responding"
meliputi
keinginan
dan
kesenangan
menanggapi
atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. 20
Ahmad Sofyan, et all., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h 15
17
"Valuing" meliputi pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu. "Organization" meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. "Characterization" mencakup pengembangan nilai-nilai menjadi karakter pribadi. 21 Kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu: a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Tipe ini contohnya kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu sistem dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
karakteristiknya.
Kedalamnya
termasuk
keseluruhan
nilai
dan
22
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai. 21
Ibid, h. 20 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h 30 22
18
3. Pengukuran Ranah Psikomotor Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari. 23 Proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe belajar hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu lagi diberikan penilaian. Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar ini
sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu secara garis besarnya berasal dari faktor internal (diri siswa sendiri) dan eksternal (dari luar siswa sendiri). Adapun faktor yang datang dari diri sendiri bisa diakibatkan oleh kemampuan dan keinginan yang kurang atau boleh dibilang mempunyai IQ yang pas-pasan sehingga dapat menyebabkan penurunan dalam belajarnya. Sedangkan faktor yang dari luar diri siswa yaitu bisa disebabkan oleh keadaan keluarganya ataupun lingkungannya yang kurang mendukung dalam proses belajarnya.
23
Ahmad Sofyan, et all, op. cit, h. 23
19
e. Prinsip-prinsip Belajar Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya yaitu : a) Prinsip motivasi, memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki semangat yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar. b) Prinsip latar/konteks, mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan menghindari pengulangan materi pengajaran yang tidak terlalu penting. c) Prinsip keterarahan, merumuskan tujuan secara jelas. Menerapkan bahan dan alat yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat. d) Prinsip hubungan sosial, mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan serta interaksi banyak arah. e) Prinsip belajar sambil bekerja, memberi kesempatan kepada anak melakukan praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya. f) Prinsip Individualisasi, mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap siswa dalam menyerap materi pelajaran. g) Prinsip Menemukan, mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional. h) Prinsip Pemecahan Masalah, mengajukan persoalan/problem yang ada di lingkungan sekitar, dan siswa dilatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan. 24 Davies mengatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsippronsip belajar, khususnya prinsip berikut : 1. Siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar 2. Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya 24
Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Inklusif. www.ditplb.or.id.
20
3. Siswa memperoleh penguatan langsung selama proses belajar 4. Penguasaan yang baik oleh siswa akan membuat proses belajar menjadi berarti 5. Siswa akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar jika diberi tanggungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya 25. Dari uraian di atas tampak bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan untuk mengatur situasi agar siswa mudah mencapai tujuan belajar. Prinsip-prinsip pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran tatap muka di kelas maupun diluar kelas. Teori pembelajaran juga memberi arahan dalam memilih metode pengajaran yang mana yang paling tepat untuk suatu pembelajaran tertentu. Untuk belajar siswa harus mempunyai perhatian dan responsif terhadap materi yang akan diajarkan. Jadi materi pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian si belajar. Semua proses belajar memerlukan waktu, dan untuk suatu waktu tertentu hanya dapat dipelajari sejumlah materi yang sangat terbatas. Di dalam diri orang yang sedang belajar selalu terdapat suatu alat pengatur internal yang dapat mengontrol motivasi serta menentukan sejauh mana dan dalam bentuk apa seseorang bertindak dalam suatu situasi tertentu. Pengetahuan tentang hasil yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai pengontrol. Disini ditekankan juga perlunya kesamaan antara situasi belajar dengan pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan kehidupan nyata. Sementara menurut Sardiman, beberapa prinsip yang penting untuk diketahui dalam belajar, antara lain a) Belajar hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya b) Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan c) Belajar harus memiliki motivasi d) Belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan
25
Whandi, Pengertian Belajar, http://whandi.net/ 17 Februari 2007.
21
e) Kemampuan belajar siswa harus diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran f) Belajar dapat dilakukan secara langsung, pengalaman dan pengenalan atau peniruan g) Belajar melalui praktek atau pengalaman langsung akan lebih efektif h) Perkembangan pengalaman siswa banyak mempengaruhi kemampuan belajarnya i) Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik dipelajari j) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan, serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan semangat belajar k) Belajar sebaiknya berupa aneka ragam tugas, sehingga siswa dapat melakukan atau mengalaminya sendiri. : 26 Dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Selain itu, tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Siswa tidak hanya dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran dapat dikatakan berhasil baik didasarkan bahwa belajar merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanis saja, tidak sekedar rutinisme. Dalam belajar terdapat sejumlah aspek yang sifatnya khas dari belajar penuh makna. Belajar yang penuh makna adalah: 1. Belajar harus memiliki tujuan 2. Belajar sesuatu yang bersifat eksplorasi serta menemukan dan bukan merupakan pengulangan rutin 3. Hasil belajar yang dicapai memunculkan pemahaman, pengertian, atau menimbulkan reaksi/jawaban yang dapat dipahami atau diterima oleh akal. 4. Hasil belajar tersebut tidak terikat pada situasi ditempat mencapai, tetapi dapat juga digunakan dalam situasi lain. 27
26
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet-10, hal. 24-25. 27 Whandi, Pengertian Belajar, http://whandi.net/ 17 Februari 2007.
22
f. Tujuan Belajar Proses belajar dapat berlangsung dengan baik jika dalam proses belajar tersebut diperhatikan tujuan belajar yang sesungguhnya. Belajar memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk : 1. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui 2. Mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan 3. Mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku 4. Memahami dan/atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. 28 Sementara Sardiman mengemukakan bahwa tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu: 29 1. Mendapatkan pengetahuan 2. Penanaman konsep dan keterampilan 3. Pembentukan sikap Dengan demikian, pada intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak setelah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan sebagai hasil proses belajar, jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya pengalaman dan perubahan.
28
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 3. 29 Sardiman A.M., op.cit. hal. 27-28.
23
3. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. 30 Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul guru, bisa juga dari peserta didik, demikian halnya jawaban yang muncul bisa dari guru maupun dari peserta didik. Pertanyaan digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas berpikir peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Dalam mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya. Beberapa kelebihan metode Tanya jawab antara lain: a. Memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut. b. Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan. c. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari murid dapat mendorong guru untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut. d. Teknik yang efektif memiliki nilai positif dalam melatih anak agar berani mengemukakan pendapatnya dengan lisan secara teratur. e. Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, dalam arti murid yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran. Beberapa kelemahan metode Tanya jawab antara lain: 31 a. Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tidak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.
30
E. Mulyana, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, hal.115-116 31 Ibid., hal. 116
24
b. Adanya kemungkinan terjadi perbedaan pendapat antara guru dan murid. Hal ini terjadi karena pengalaman murid berbeda dengan guru. c. Kadang terjadi penyimpangan masalah dari pokok bahasan. Karena adanya mis interpretasi antara yang mengajukan pertanyaan (guru) dan yang menjawab pertanyaan (murid). d. Waktu yang tersedia seringkali tidak mencukupi untuk suatu proses tanya jawab secara relatif utuh dan sempurna sesuai rencana. e. Kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran. f. Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran yang dituju.
4. Getaran dan Gelombang
Getaran
memiliki besaran
Amplitudo (A) Periode (T) Frekuensi (f ), f = 1/T
yang merambat Gelombang
memiliki besaran
diklasifikasikan sebagai
Arah rambat terhadap arah getar
Perlu medium
Tidak Gelombang Elektromagnetik
Amplitudo (A) Periode (T) Panjang Gelombang (λ) Frekuensi (f ), f = 1/T Cepat rambat (v), v = λ.f
ya Gelombang Mekanik
Gelombang Tranversal
Gelombang Longitudinal
Gambar 2.2 Bagan Peta Konsep Getaran dan Gelombang
25
a. Getaran Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat atau membuat benda bergetar. Misalnya, bandul jam yang bergerak bolak-balik secara teratur, senar gitar yang bergetar ketika dipetik, bedug atau drum yang dipukul, pegas yang diberi beban bergerak ke atas dan ke bawah, serta benda-benda lainnya yang mengalami getaran. Semua benda tersebut akan bergetar apabila kita beri simpangan. Benda yang bergetar ada yang dapat dilihat dengan mata kasat karena simpangan yang kita berikan besar. Ada pula yang tidak dapat dilihat dengan mata karena simpangan yang diberikan kecil sekali, contohnya peristiwa bergetarnya atom dalam molekul atau partikel udara ketika ada gelombang bunyi. Benda dikatakan bergetar jika mengalami gerak bolak-balik di sekitar titik seimbangnya. Dengan demikian getaran dapat didefinisikan sebagai gerak bolakbalik dari suatu benda di sekitar titik seimbangnya. 32
Gerakan dari titik a ke b ke c kembali lagi ke b dan ke a disebut satu getaran penuh. Berarti, gerakan dari titik a ke b hingga ke c merupakan gerakan setengah getaran. Pada setiap getaran, benda yang bergetar akan mengalami posisi terjauh dari kedudukan seimbang. Jarak terjauh penyimpangan terhadap kedudukan seimbang disebut amplitudo. Jadi, amplitudo adalah jarak simpangan yang terbesar dari sebuah getaran. Pada gambar di atas yang dimaksud amplitudo adalah jarak a ke b atau b ke c. 33
32
Maman Hermana, Sains Fisika Jilid 2A SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta: Piranti, 2005),
hal.64 33
Sumarwan dkk, Ilmu Pengetahuan Alam SMP Jilid 2B Untuk Kelas VII Semester 2, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal.141
26
1). Amplitudo Sebuah benda yang bergetar akan memiliki posisi yang berubah-ubah terhadap posisi seimbangnya. Posisi benda terhadap titik seimbangnya disebut dengan simpangan. Semakin jauh posisi benda dari titik seimbangnya, maka semakin besar simpangan benda tersebut. Bila benda mengalami simpangan yang paling jauh, maka simpangan ini selanjutnya disebut dengan amplitudo. 34
2). Frekuensi Gerakan setiap getaran tentu mempunyai kecepatan yang berbeda. Misalnya, ada gerakan yang melakukan getaran 50 kali dalam waktu satu detik (sekon). Adapula yang dalam waktu setengah detik melakukan getaran sebanyak 200 kali. Untuk itu kita perlu menyatakan seberapa banyak getaran yang dilakukan oleh suatu benda dalam setiap detik. Angka yang menyatakan banyaknya getaran dalam setiap detik disebut frekuensi. Jadi, frekuensi suatu getaran adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh suatu benda dalam setiap detik (sekon). 35 Besar frekuensi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: f =
n t
(2.1)
Dengan: f
= frekuensi (Hz)
n
= jumlah ayunan (getaran)
t
= waktu (sekon) Frekuensi ayunan tidak bergantung pada besar amplitudo yang kamu
berikan, tetapi sangat bergantung pada panjang tali yang digunakan. Jika bandul disimpangkan sejauh 5 cm atau 10 cm, maka frekuensi ayunan tetap sama. Tetapi jika panjang talinya diubah (misalnya dari 20 cm menjadi 40 cm), maka frekuensi ayunan akan berubah. Semakin panjang tali yang digunakan, maka semakin kecil
34 35
Maman Hermana, op.cit., hal.65 Suwarman dkk, op.cit., hal.142
27
frekuensinya. Ayunan bandul ini sering dilakukan orang untuk mengukur percepatan gravitasi bumi.
3). Periode Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali getaran. Jadi, jika frekuensi suatu getaran 2 Hz, setiap getarannya membutuhkan waktu setengah sekon. Waktu setengah sekon inilah yang disebut periode getaran itu. Jika frekuensi getaran sebesar 50 Hz, setiap getaran membutuhkan waktu 1/5 sekon. Seperlimapuluh sekon inilah periodenya. Dengan demikian, jika periode kita beri lambang T dan frekuensi kita beri lambang f, maka dapat dituliskan: 36 T=
1 1 sekon ⇔ f = hertz f T
(2.2)
Periode getaran beban pada pegas tidak bergantung pada amplitudonya tetapi bergantung pada massa beban. 37
b. Gelombang Gelombang merupakan salah satu konsep Fisika yang sangat penting untuk dipelajari karena banyak sekali gejala alam yang menggunakan prinsip gelombang. Sebagai makhluk yang paling pandai, manusia memiliki kewajiban untuk selalu mempelajari gejala alam ciptaan Tuhan untuk mengambil manfaat bagi kehidupan manusia. Kamu dapat berkomunikasi dengan orang lain sebagian besar dengan memanfaatkan gelombang suara atau gelombang bunyi. Kamu dapat mendengarkan radio atau menonton televisi karena adanya gelombang radio. Gelombang ada dimana-mana. Disadari atau tidak, setiap hari kita didera oleh gelombang. Terdapat banyak macam gelombang, ada gelombang cahaya, gelombang bunyi, gelombang mikro, gelombang air, gelombang gempa, gelombang pada tali dan gelombang pada slinki. Bahkan ada gelombang yang sukar didefinisikan karena merupakan aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, seperti gelombang otak ketika kita sedang berpikir. 36 37
hal.137
Ibid., hal.142-143 Marthen Kanginan, IPA FISIKA untuk Smp Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2007),
28
Suatu benda yang sedang bergetar melakukan gerak. Dan setiap benda yang bergerak memiliki energi. Suatu benda yang bergetar memberikan energinya ke partikel-partikel yang berada di dekatnya. Gelombang dapat dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium dalam perambatannya. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. 38 Gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, gelombang gempa, dan gelombang bunyi merupakan contoh gelombang mekanik. Sedangkan cahaya (cahaya adalah gelombang), gelombang radio, gelombang radar, dan gelombang mikro merupakan contoh gelombang elektromagnetik. Berdasarkan arah rambatannya, gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal adalah gelombang yang memiliki arah rambat tegak lurus dengan arah getarnya. Pada gelombang ini akan dihasilkan puncak-puncak gelombang dan lembahlembah gelombang. Gelombang pada tali, gelombang cahaya, dan gelombang radio merupakan contoh gelombang transversal. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang memiliki arah rambat sejajar dengan arah getarnya. Pada gelombang longitudinal akan dihasilkan rapatan-rapatan dan rengganganrenggangan. Gelombang pada slinki dan gelombang bunyi merupakan contoh gelombang longitudinal. Cepat rambat gelombang adalah jarak satu gelombang tiap periode. Gelombang yang merambat dari ujung satu ke ujung yang lain memiliki kecepatan tertentu, dengan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu pula. Gelombang yang berbeda bergerak dengan cepat rambat yang berbeda pula. Cepat rambat gelombang dilambangkan dengan v, dalam SI diukur dalam satuan m/s. Secara matematis hubungan frekuensi, panjang gelombang dan cepat rambat gelombang dapat dirumuskan sebagai berikut. v = fxλ 38
Maman Hermana, op.cit., hal.72
(2.3)
29
Karena f =
1 , maka T v=
λ
(2.4)
T
Dengan: v
= cepat rambat gelombang (m/s)
f
= frekuensi gelombang (Hz)
λ
= panjang gelombang (m)
T = periode gelombang (s)
B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan juga telah dilakukan oleh Maman dalam tesisnya yang menyatakan dalam hasil penelitiannya
bahwa
penggunaan
teknik
probing
dalam
pembelajaran
Keseimbangan Benda Tegar menunjukkan kecenderungan dapat membimbing siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya. 39 Penelitian ini juga relevan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakuakan oleh Maman dan Dadan dalam junal pendidikan yang menyatakan bahwa: 40 1. Proses pembelajaran dengan teknik probing yang dilakukan oleh penatar pada setiap siklus mengalami perbaikan yang signifikan ditandai dengan meningkatnya keterlaksanaan tahapan probing dari siklus satu ke siklus berikutnya. 2. Kemampuan responden dalam menjawab dengan benar pertanyaan penatar menunjukkan adanya peningkatan, baik dari segi jumlah jawaban benar maupun dari segi kategori pertanyaan berdasarkan tingkatan berpikir. 3. Kemampuan berpikir responden dari siklus I ke siklus II dan siklus III menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
39
Maman Wijaya, op. cit., tersedia: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1120106-
40
Maman Wijaya, et all., op. cit.,hal.28
142147/
30
Pada penelitian Dede Sulaeman yang berjudul Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa MTs, mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 41 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan teknik probing dengan siswa yang diajar menggunakan pendekatan teknik konvensional. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan teknik probing diperoleh ratarata 66,43; simpangan baku sebesar 10,56 dan varians sebesar 111,52. Sedangkan kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan teknik konvensional diperoleh rata-rata sebesar 61,36; simpangan baku 8,91 dan varians sebesar 79,39. 2. Teknik probing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dibanding dengan yang diajar secara konvensional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa diperoleh harga
thitung 1,724 dan ttabel sebesar 1,671; maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar matematika siswa yang diajarkan dengan teknik probing dalam kelompok kecil lebih baik dibandingkan rata-rata nilai prestasi siswa yang diajarkan dengan teknik konvensional dalam kelompok kecil.
C. Kerangka Berpikir Penerapan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu fisika banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, konstribusi ilmu fisika dalam perkembangan dan kemajuan IPTEK pun tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, ilmu fisika perlu diperkenalkan dan dipelajari sejak dini kepada peserta didik, dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Dengan begitu akan terbentuk pola pikir ilmiah pada diri peserta didik yang akan berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan IPTEK di masa depan. Dengan belajar fisika dari kecil, anak akan mampu memecahkan masalahmasalah dalam kehidupannya baik di rumah, di sekolah dan di lingkungannya. 41
Dede Sulaeman. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Mts. Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN. 2007), h.46
31
Dengan pengetahuan fisika yang didapat sejak kecil, anak juga akan menjadi kreatif. Sehingga, anak akan mampu memecahkan masalah-masalah dengan pengetahuan yang didapatnya secara kreatif. Berdasarkan keterangan di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar fisika yang diterapkan bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan kemampuan memecahkan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat membimbing peserta didik agar mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik akan bermakna jika pengetahuan yang didapatnya diperoleh dari hasil pemikiran dan pengalamannya sendiri. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar dimana peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuan sendiri, agar informasi/pengetahuan awal peserta didik yang diperoleh di luar sekolah terutama yang ada kaitannya dengan pembelajaran fisika dapat dimanfaatkan. Proses pelajaran fisika saat ini belum mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis. Pada umunya fisika dianggap sulit karena fisika menggunakan matematika sebagai alat bantu, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Dengan demikian diperlukan teknik pembelajaran yang ampuh agar siswa dapat menyukai fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu teknik probing. Dalam teknik pembelajaran probing, peserta didik akan diajak untuk berpartisipasi aktif di kelas. Guru akan menuntun dan menggali pengetahuan peserta didik dengan mengaitkan pengetahuan dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga akan terjadi proses berpikir. Dengan teknik pembelajaran ini peserta didik tidak bisa menghindari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa terlibat dalam proses tanya jawab. Singkatnya peserta didik akan melatih diri memupuk rasa percaya diri. Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran fisika melalui teknik probing dapat dijadikan suatu pedoman dalam pembelajaran fisika. Dengan demikian teknik probing dapat dijadikan sebagai strategi dan teknik yang efektif dalam
32
pembelajaran fisika khususnya pada konsep getaran dan gelombang, yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar dengan teknik probing dijabarkan dengan bagan berikut ini: Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah
Dominannya model pembelajaran konvensional (ceramah)
Fisika dianggap sulit
Teknik Probing
Tes hasil belajar (pretest dan postest)
Peningkatan hasil belajar fisika siswa Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
D. Perumusan Hipotesis Hipotesis dari penelitian berdasar rumusan masalah, kajian teoritis dan kerangka berpikir adalah terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran konsep getaran dan gelombang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP N 17 Tangerang Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap pada bulan April pada tahun ajaran 2010/2011.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian quasi ekaperimen tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Sebelum pembelajaran dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pretest untuk melihat kemampuan awal peserta didik kemudian dilakukan posttest yaitu untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah penerapan teknik pembelajaran probing.
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu nonrandomized control group pretest and posttest design (pre-tes pos-tes grup kontrol tidak secara beraturan), dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 3.1 Nonrandomized Control Group Pretest Posttest Design Kelompok
Tes awal
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
Y1
XE
Y2
Kontrol
Y1
Xk
Y2
33
34
Keterangan: XE
= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa pembelajaran fisika dengan menggunakan teknik probing.
Xk
= Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa pembelajaran fisika dengan menggunakan teknik diskusi
Y1
= Pretest yang diberikan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan.
Y2
= Postest yang diberikan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan.
D. Populasi dan Sampel penelitian Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMP N 17 Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP yang berjumlah 37 orang.
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling purposive yaitu memilih subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tertentu. 42 Sampel pada penelitian ini peserta didik kelas VII yang berjumlah 40 orang.
F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)., h. 117
35
1. Tahap persiapan Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Jakarta, langkah selanjutnya adalah survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian. Setelah melaksanakan survei tempat, langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing. Setelah instrumen penelitian selesai dibuat, dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah instrumen penelitian dan rencana pelaksanaan pembelajaran selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dalam hal ini guru bidang studi yang bersangkutan untuk melaksanakan uji coba instrumen. Uji coba instrumen untuk menentukan soalsoal yang akan digunakan dalam penelitian (pretest dan posttest). Analisis data hasil uji coba instrumen merupakan langkah terakhir dalam tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Langkah awal tahap pelaksanaan penelitian adalah menentukan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya diadakan tes awal (pretest) kepada kedua kelompok penelitian. Soal pretes menggunakan soal hasil analisis data uji coba instrument penelitian. Setelah melakukan pretes, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik probing, sedangkan kelompok kontrol dengan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan teknik diskusi. Setelah diberi perlakuan diadakan tes akhir (posttest) untuk kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal yang sama dengan ketika dilakukan test awal (pretest). 3. Tahap Akhir Penelitian Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest) langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) untuk kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji statistik. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimulan
36
berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan langkah paling akhir dalam prosedur penelitian. Survei Tempat Uji Coba Instrumen dan Penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian dan RPP
Tahap Persiapan Sebelum Penelitian
Uji Coba Instrumen Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen
KBM dengan Teknik Probing (Kelompok Eksperimen)
Pretest Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Pembelajaran
KBM dengan Teknik Diskusi (Kelompok Kontrol)
Posttest
Pengolahan dan Analisis Data Penelitian
Tahap Akhir Penelitian
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1. Tahapan dalam Prosedur Penelitian
G. Variabel Penelitian 1. Variabel X atau variabel bebas yaitu teknik pembelajaran probing. a. Definisi Konseptual Teknik probing dalam proses belajar dan mengajar ialah teknik dimana
guru
mengajukan
serangkaian
pertanyaan
yang
membimbing dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir.
sifatnya
37
b. Defrinisi Operasional Teknik probing merupakan teknik pengajaran
yang akan
menggiring peserta didik sampai pada pemahaman yang dimaksud melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru, jika jawaban dari pertayaan tersebut benar maka akan dilanjutkan ke peserta didik berikutnya tetapi jika salah maka akan diajukan pertanyaan yang kedua. 2. Variabel Y atau variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang. a. Definisi konseptual Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penelitian ini hanya dilihat pada kemampuan kognitif saja. b. Definisi Operasional Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan instrumen tes pada konsep getaran dan gelombang berupa kemampuan kognitif, dilihat dalam empat aspek yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).
H. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi (achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Jenis tes ini diberikan setelah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal yang diteskan dalam hal ini menggunakan teknik probing. Kemudian tes ini diberikan sebagai posttest pada dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol.
Dimana
pembelajarannya digunakan teknik pembelajaran sebagai berikut:
dalam
proses
38
a. Kelompok eksperimen: menggunakan teknik probing. b. Kelompok kontrol: menggunakan teknik diskusi. c. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknik tersebut terhadap hasil belajar peserta didik.
I. Instrumen Penelitian Yang akan dijadikan instrumen pada penelitian ini adalah berupa tes, yaitu berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Kisi-kisi instrumen hasil belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi
Indikator
Dasar
Pembelajaran
∑
Aspek Kognitif
Mendeskripsik
Mengidentifikasi
getaran
an konsep
pada kehidupan sehari-hari
getaran dan
Mengukur periode dan
gelombang
frekuensi suatu getaran
C1
C2
1, 2
4, 6
3
13
C3
C4
Soal 4
7,
*9
6
5, 11,
8, 14,
8
12
16,
10,
serta
*15
parameter-
Menyelidiki karakteristik
parameternya
gelombang longitudinal dan
17
gelombang transversal
19
Mendeskripsikan hubungan
18,
antara kecepatan rambat
20,
gelombang, frekuensi dan
25
3
panjang gelombang Mengaitkan konsep
21,
gelombang dengan
*24
23
*22
4
kehidupan sehari-hari
∑ Soal
6
7
6
6
25
Presentase Soal
25%
25%
25%
25%
100 %
39
Keterangan:*soal yang tidak digunakan dalam penelitian Sebelum tes dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji untuk menentukan apakah soal yang akan digunakan memenuhi syarat seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi, yang menyatakan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu: valid dan reliabel. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen dengan validitas isi yang memadai maka peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu sebelum menyusun instrumen. Pengujian validitas butir soal dengan menggunakan korelasi point biserial
γ pbi =
M p −M t St
p q
keterangan:
γ phi = koefisien korelasi biserial Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt = rerata skor total St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar
banyaknyasiswayangbenar p = jumlahseluruhsiswa q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p) 43 Berdasarkan hasil uji validitas, dari 25 soal yang diujicobakan terdapat 21 soal yang valid yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, dan 25.
2. Uji Reliabilitas 43
h. 79
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
40
Selain harus valid soal tes juga harus memiliki reliabilitas. Reliabilitas suatu alat ukur adalah sejauhmana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Sebelum instrumen diunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan hasil belajar maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui koefisien relibilitas instrumen tersebut. Perhitungan reabilitas menggunakan rumus KR-20 yaitu sebagai berikut: 2 n S − ∑ pq r11 = S2 n − 1
keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
∑pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
= banyaknya item
S
= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) 44 Interpretasi mengenai derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh
digunakan tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
44
Interval Koefisien
Kriteria
0,8 ≤ r ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,60 ≤ r < 0,80
Tinggi
0,40 ≤ r < 0,70
Sedang
0,2 ≤ r < 0,40
Rendah
< 0,20
Kecil 45
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 100-101 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.32 45
41
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen tes hasil belajar, didapat nilai koefisien internal seluruh item sebesar 0,834. Jika dilihat kriteria indeks koreksi di atas, maka kriteria reliabilitasnya termasuk sangat tinggi.
3. Taraf kesukaran Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau mudah. Soal dikatakan mudah jika untuk menyelesaikannya hanya langsung menggunakan data yang ada. Soal dikatakan sedang, jika untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan data yang ada dan untuk mencarinya cukup menggunakan satu konsep saja. Soal dikatakan sulit/sukar, jika untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data/informasi yang ada, tetapi untuk mencarinya dengan beberapa konsep. 46 Untuk mengetahuinya, maka soal-soal diujikan tingkat kesukarannya terlebih dahulu. Pengujian terhadap derajat kesukaran tiap soal menggunakan rumus: Ρ=
Β Js
keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah seluruh siswa peserta tes 47 Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran
46
Interval Koefisien
Kriteria
0,00 ≤ P ≤ 0,30
Soal sukar
0,30 < P ≤ 0,70
Soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00
Soal mudah 48
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 238 47 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op. cit, h.207-208 48 Ibid, h. 110
42
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 25 soal tes hasil belajar yang diujikan, 8 soal termasuk dalam kriteria sukar, 16 soal termasuk dalam kriteria sedang dan 1 soal termasuk dalam kriteria mudah.
4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya). Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut:
D=
B A BB − = PA − PB JA JB
keterangan: D
= jumlah peserta tes
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar 49
Klasifikasi daya pembeda:
Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Instrumen Interval Koefisien Kriteria
49 50
0,00 ≤ d < 0,20
Jelek
0,20 ≤ d < 0,40
Cukup
0,40 ≤ d < 0,70
Baik
0,70 ≤ d < 1,00
Baik sekali 50
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 213-214 Ibid, h. 218
43
Berdasarkan hasil uji daya pembeda, dari 25 soal tes hasil belajar yang diujikan, 3 soal termasuk dalam criteria jelek, 1 soal termasuk dalam kriteria cukup dan 21 soal termasuk dalam kriteria baik. Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar terdapat 22 soal yang sesuai kriteria dari 25 soal, tetapi yang dijadikan soal pretest dan posttest hanya 21 soal saja.
J. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Uji Prasyarat Analisis Teknik analisis data dilakukan setelah melakukan uji coba instrumen,
selanjutnya dilakukan penelitian. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Dalam pengolahan dan penganalisisan data tersebut digunakan statistik. a. Uji Normalitas data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji liliefors:. Hipotesis uji normalitas: Ho = sampel berdistribusi normal Ha = sampel berdistribusi tidak normal Kriteria uji normalitas: Jika Lo ≤ L tabel, maka sampel berdistribusi normal pada taraf sifnifikansi α = 0,05.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan setelah kelas diuji kenormalannya. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah uji Bartlett. Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan uji Bartlett menurut Riduwan dalam skripsi Ahmad Sandy, yaitu:
44
1) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong. Kelompok
dk (n-1)
∑=
∑ (n-1) =
Si
Log Si
-
-
dk.Log Si
∑ dk.Log Si
Si = varians (kuadrat standar deviasi) 2) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada 3) Menghitung Log Si 4) Menghitung nilai B, yaitu: B = log S x ∑(ni − 1) 5) Menghitung nilai χ 2 hitung
χ 2 hitung =ln 10 {B − ∑(ni − 1)log Si } dengan: ∑(ni − 1)log Si = ∑ dk . log Si sehingga:
χ 2 hitung = ln 10 (B − ∑ dk . log Si ) 6) Membandingkan χ 2 hitung dengan nilai χ 2 tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria: Jika χ 2 hitung ≥ χ 2 tabel , artinya tidak homogen dan Jika χ 2 hitung ≤ χ 2 tabel , artinya homogen
2. Uji Hipotesis Untuk uji hipotesis digunakan uji-t dengan syarat signifikansi α = 0.05 serta uji korelasi. Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagi berikut: x1 − x2 1 1 , dengan S g = Sg + n1 n2 Keterangan : t=
x1
(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2
= rata-rata skor kelompok eksperimen
n1 + n2 − 2
45
x 2 = rata-rata skor kelompok kontrol S g = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol) 2
S1 = varians kelompok eksperimen 2
S 2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Dengan kriteria pengujian : Tolak Ho jika thitung < ttabel Pengujian uji t ini dilakukan dengan tabel pada tahap signifikansi 5 % atau 0.005, apabila harga t perhitungan lebih kecil dari harga t pada tabel atau thitung < ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya jika harga hasil perhitungan lebih besar dari harga t pada tabel atau thitung > ttabel maka Ha diterima.
3. Uji Normal Gain “Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru”. 51 Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, digunakan uji normal gain. Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu: 52
N − gain =
skor posttest − skor pretest skor ideal − skor pretest
dengan kategorisasi perolehan: 53
51
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.70 52 David E. Meltzer, “Addendum to: The Relation Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variabel in Diagnostic Pretest Scores”, dari http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf 53 Inayatussholihah dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium (Praktikum) pada Konsep Fotosintesis, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h 80
46
Tabel 3.6 Kriteria N-Gain Interval Koefisien
Kriteria
(
) > 0,70
g-tinggi
0,70 ≥ () ≥ 0,30
g-sedang
( < 0,30
g-rendah
“Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok dilakukan uji-t”. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji-t adalah sebagai berikut: x1 − x 2
t= Sg
1 1 + n1 n2
dengan:
Sg =
(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2 n1 + n2 − 2
Kemudian hasil t-hitung di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1). Jika –ttabel < thitung < ttabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
K. Hipotesis Statistik Ho : µA = µB Ha : µA > µB keterangan: Ho : Rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik Probing sama dengan rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik diskusi.
47
Ha : Rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik Probing lebih besar dari rata-rata skor hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik diskusi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest dan posttest dari kedua kelas yang berlaku sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kuantitatif, berupa nilai maksimum, nilai minimum, modus, median, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi. Pada awal pembelajaran, kedua sampel dalam kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Pada akhir pembelajaran kedua sampel tersebut diberikan posttest untuk mengetahui apakah kedua pada sampel terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah sampel tersebut diberi perlakuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan teknik probing untuk kelas eksperimen dan teknik diskusi untuk kelas kontrol. Adapun data hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Hasil Uji Data Pretest a. Deskripsi Data Pretest Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan, nilai terendah untuk kelas eksperimen 10 dan nilai tertinggi 52, dengan nilai rata-rata sebesar 32,7; simpangan baku 8,83 dan varians 78,04. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing sebesar 30,40 dan 29,00. Pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 19 dan nilai tertinggi 57 dengan nilai rata-rata sebesar 34,86; simpangan baku 9,09 dan varians 82,70. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing sebesar 24,6 dan 35,3.
48
49
Jumlah Siswa
20 18
18
16 14
13
12 10 8 6 4 2 0
9
Eksperimen
8
7
Kontrol
6
4
4
2
1
0
10-17
18-25
26-33
34-41
42-49
2
50-57
Hasil Belajar Siswa
Gambar 4. 1 Grafik Batang Hasil Belajar (Pretest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan grafik di atas batang di atas terlihat bahwa untuk kelompok eksperimen nilai terendahnya yaitu pada interval skor 10 – 17 sebanyak dua anak (5,41%) sedangkan kelompok kontrol tidak ada (0,00%). Pada kelompok eksperimen nilai tertinggi terdapat pada interva 50 – 57 yaitu satu anak (2,70%), sedangkan pada kelompok kontrol nilai tertinggi sebanyak dua anak (5,41%). Berdasarkan grafik batang di atas, nilai terbanyak pada kelompok eksperimen ada delapan belas anak (48,65) yang terdapat pada interval 26 – 33 dan kontrol ada tiga belas anak (35,14%) yang terdapat pada interval 26 - 33.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pretest Data Eksperimen
Kontrol
Skor Max
52
57
Skor Min
10
19
Rata-rata
32,7
34,86
50
b. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas. Uji normalitas ini didapat dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok Kelompok Statistik Eksperimen Kontrol Jumlah Sampel (N)
37
37
Lhitung
0,1366
0,1358
Ltabel
0,1456
0,1456
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
c. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah kedua kelompok sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Pengujian homogenitas terhadap kedua kelompok menggunakan Uji Bartlett. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
51
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik S2 Eksperimen
78,04
S2 Kontrol
82,70
χ 2 hitung
0,03
χ 2 tabel
3,84
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, karena χ 2 hitung < χ 2 tabel .
d. Uji Hipotesis Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Untuk selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Uji ini dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test), untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik. Adapun kriterianya adalah: Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” untuk pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung = -0,75 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 37, diperoleh ttabel = 1,99. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pretest Uji “t” Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Keterangan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah Sampel (N)
37
37
Thitung
-0,75
Ttabel
1,99
Kesimpulan
Menerima Ho dan menolak Ha
52
Berdasarkan tabel di atas, didapat thitung < ttabel (-0,75 < 1,99) sehingga Ho diterima. Dengan demikian, hasil pretes yang belum mendapatkan perlakuan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Hasil Uji Data Posttest a. Deskripsi Data Posttest Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes kemampuan hasil belajar dari 37 siswa yang dijadikan sampel pada kelas eksperimen diperoleh nilai terendah 48 dan nilai tertinggi 90, dengan nilai rata-rata sebesar 77,42; simpangan baku 12,48 dan varians 155,75. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing sebesar 75,00 dan 78,4. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 43 dan nilai tertinggi 86 dengan nilai rata-rata sebesar 66,2; simpangan baku 13,06 dan varians 170,56. Untuk nilai median dan modus kelas ini masing-masing sebesar 68,21 dan 76,78. Lebih jelasnya, deskripsi data peningkatan hasil belajar pada posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik batang berikut: 14 12
12
Jumlah Siswa
10
9
9
8
9
8
Eksperimen
6 4
4 2
2
5
4
3
4
2
Kontrol 3
0 48-53
54-60
61-67
68-74
75-81
82-88
89-95
Hasil Belajar Siswa
Gambar 4. 2 Grafik Batang Hasil Belajar (Posttest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
53
Berdasarkan grafik batang di atas terlihat bahwa pada kelompok eksperimen terdapat dua orang siswa (5,41%) yang mendapat nilai terendah pada interval 54 – 60 dan pada interval 68 - 74, sedangkan untuk kelompok kontrol nilai terendah terdapat pada interval 54 - 60 sebanyak tiga orang siswa (8,11%). Nilai terbanyak pada kelompok eksperimen terdapat pada interval 75 - 81 yaitu sebanyak dua belas orang siswa (32,43%), sedangkan pada kelompok kontrol ada sembilan orang siswa (24,32%) yang terdapat pada interval 75 – 81.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pretest
Posttest
Data Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Skor Max
52
57
90
86
Skor Min
10
19
48
43
Rata-rata
32,7
34,86
77,42
66,2
b. Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas. Uji normalitas ini didapat dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
54
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah Sampel (N)
37
37
Lhitung
0,0898
0,1031
Ltabel
0,1456
0,1456
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel.
c. Uji Homogenitas Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah kedua kelompok sampel dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Pengujian homogenitas terhadap kedua kelompok menggunakan Uji Bartlett. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik S2 Eksperimen
155,75
S2 Kontrol
170,56
χ 2 hitung
0,14
χ 2 tabel
3,84
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, karena χ 2 hitung < χ 2 tabel .
55
d. Uji Hipotesis Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pengolahan data selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Uji ini dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test), untuk menguji hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan penerapan teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik. Adapun kriterianya adalah: Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” untuk pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung = 2,641 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 37, diperoleh ttabel = 1,99. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil Posttest Uji “t” Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah Sampel (N)
37
37
Thitung
2,10
Ttabel
1,99
Kesimpulan
Menolak Ho dan menerima Ha
Berdasarkan tabel di atas, didapat thitung > ttabel (2,10 > 1,99) sehingga menolak Ho dan menerima Ha. Dengan demikian hasil posttest, yaitu hasil penelitian setelah diberi perlakuan pemberian metode pembelajaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik.
3. Deskripsi data Normal Gain Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil normal gain pada kelas eksperimen, dari 37 siswa yang dijadikan sampel diperoleh N-gain
56
minimum 0,00; N-gain maksimum 0,87; N-gain rata-rata sebesar 0,58; standar deviasi 0,2 dan varians (0,2)2. Sedangkan untuk kelompok kontrol berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai hasil normal gain, dari 37 siswa yang dijadikan sampel diperoleh N-gain minimum 0,08; N-gain maksimum 0,80; nilai rata-rata sebesar 0,48; standar deviasi 0,18 dan varians (0,18)2.
Tabel 4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Normal Gain Data Kelompok Kelompok Eksperimen
Kontrol
N
37
37
Xrata-rata
0,58
0,48
S2
0,04
0,03
thitung
5,0
ttabel
1,99
Kesimpulan
Berbeda
Ketentuan pengujian hipotesis normal gain yaitu jika nilai thitung > ttabel maka dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol, sebaliknya jika nilai thitung < ttabel maka dinyatakan bahwa kedua kelompok tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain
kelompok kontrol. Pada tabel tampak bahwa hasil perhitungan
tersebut nilai thitung > ttabel sehingga dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol. Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (G < 0,30), sedang (0,30 ≤ G < 0,70), dan tinggi (G ≥ 0,70). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan frekuensi dari ketiga kategori nilai N-Gain tersebut.
57
Tabel 4.10 Kategorisasi N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Frekuensi Kategorisasi
Eksperimen
Kontrol
Rendah Sedang Tinggi
21 3 13
7 24 6
Jumlah
37
37
B. Interpretasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 32,7 dan kelompok kontrol sebesar 34,86 dengan standar deviasi masing- masing 8,83 dan 9,09; yang telah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji t dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05) dari data pretest tersebut, ternyata Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan pembelajaran, sampel untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kognitif atau pengetahuan yang sama. Setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan teknik probing diketahui bahwa nilai rata- rata untuk kelas eksperimen sebesar 77,42 dan kelompok kontrol sebesar 66,2 dengan standar deviasi masing-masing sebesar 12,48 dan 13,06; yang telah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas serta uji t dengan taraf kepercayaan 95% (α= 0,05) dari data posttest tersebut, ternyata Ho ditolak, dengan kata lain Ha diterima, hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95%, hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok kontrol, diperoleh nilai t hitung sebesar -0,75 dan nilai t tabel sebesar 1,99 hasil pengujian yang diperoleh
58
menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah Ho, yaitu t hitung < t tabel atau 0,75 < 1,99. dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen yang diajar dengan teknik probing dengan skor posttest kelompok kontrol yang diajar dengan teknik diskusi, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,10 dan nilai t tabel sebesar 1,99. hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah Ha, yaitu t hitung > t tabel atau 2,10 > 1,99. dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui rata-rata normal gain dari kelompok eksperimen sebesar 0,04 dan kelompok kontrol sebesar 0,03. Dari nilai tes tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai
t hitung
sebesar 5,0 dan nilai t tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t tabel < t hitung atau 1,99 < 5,0; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Belajar pada umumnya adalah segala aktivitas dengan melibatkan serangkaian pengalaman langsung. Untuk itu, setiap orang yang belajar harus aktif berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, karena belajar hanya dapat terjadi jika pengalaman secara langsung tersebut dilalui dengan penemuan atau bereksperimen. Dengan
59
bereksperimen,
maka
siswa
bisa
menemukan
dan
menyusun
sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dialaminya sendiri. Dalam penelitian ini peran aktif dan keterlibatan siswa sangat diperlukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa teknik probing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, seperti penelitian Dede Sulaeman yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan teknik probing
dengan
siswa
yang
diajar
menggunakan
pendekatan
teknik
konvensional. 54 Selain itu, teknik probing dapat meningkatkan kemampuan responden dalam menjawab dengan benar pertanyaan. Seperti yang diungkapkan oleh Maman dan Dadan dalam junal pendidikan yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan teknik probing yang dilakukan oleh penatar pada setiap siklus mengalami perbaikan yang signifikan ditandai dengan meningkatnya keterlaksanaan tahapan probing dari siklus satu ke siklus berikutnya. 55 Pemberian teknik probing memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan diskusi, karena dalam probing memiliki beberapa keunggulan, yaitu peserta didik akan berpartisipasi aktif dan peserta didik tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab Disini, siswa termotivasi untuk memahami materi lebih dalam agar bisa menjawab pertanyan-pertanyaan yang diajukan guru. Siswa juga akan termotivasi untuk membaca materi yang akan diajarkan di rumah. Dalam teknik probing, siswa dituntut untuk selalu berperan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa akan menjadi lebih percaya diri dan tidak takut salah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Karena, walau siswa menjawab salah tetapi itu berarti siswa tersebut sedang belajar, ia telah berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dan pertanyaan yang diajukan 54
Dede Sulaeman. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Mts. Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN. 2007) 55 Maman Wijaya, et all., Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Vol.V–No.6–April 2008; Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Membaca Ilmiah Guru IPA Melalui Pembelajaran dengan Teknik Probing, (Bandung: 2008)
60
bertujuan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru. Melalui proses probing, guru berusaha untuk membuat siswa-siswanya membenarkan atau paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban-jawaban mereka, dengan cara demikian dapat meningkatkan kedalaman pembahasan. Selain itu teknik ini juga membantu mereka untuk sejauh mungkin menghindari jawaban-jawaban yang dangkal. 56 Kegiatan refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran telah selesai dengan cara mengulang kembali tentang materi yang baru saja dipelajari. Pada penilaian autentik ada beberapa hal yang bisa dijadikan bahan, salah satunya adalah dari lembar kerja siswa. Pada hasil posttest baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata nilai yang mengalami peningkatan.
56
David A. Jacobsen dkk, Methods for Teaching (Metode-metode pengajaran Meningkatkan Belajar TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.184
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata pretest sebesar 32,7 dan skor rata-rata posttest sebesar 77,42. Dengan uji t pada taraf α = 0,05 dengan thitung adalah 2,10 dan ttabel adalah 1,99; hal ini menunjukkan terdapat pengaruh teknik probing terhadap hasil belajar peserta didik pada pembelajaran konsep getaran dan gelombang.
B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan teknik probing memerlukan pengetahuan yang cukup luas, maka sebaiknya siswa dianjurkan membaca buku pelajarannya di rumah sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar. 2. Tidak semua jenis pertanyaan dapat digunakan dalam teknik probing, maka diharapkan peneliti selanjutnya lebih selektif dalam membuat pertanyaan. Dalam teknik probing memerlukan waktu dalam mengajukan pertanyaan, jadi diharapkan memperhitungkan waktu yang digunakan terlebih dahulu.
61
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Supriyono, Widodo,.Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2004. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, Strategi Belajar mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 Griadhi, Nyoman Cakra. Penanggulangan Miskonsepsi Pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Lembar Kerja Siswa dan Pemanfaatan Lingkungan Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.3 thn XXXV Juli 2002. Herlanti, Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006 Innayatussholihah, et all, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium (Praktikum) pada Konsep Fotosintesis, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK,UIN Syarif Hidayatullah, 2008 Iska, Zikri Neni, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kisi Brother’s, 2006 Kanginan, Marthen. IPA FISIKA untuk Smp Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. 2007. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional ”Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Murtini, Sri. Kreativitas Teknik Probng, http://edu-articles.com/kreativitas-teknikprobing/ Puspitasari, Nitta. Efektifitas Belajar Mengajar Matematika dengan Teknik Probing, tersedia: http://www.sundayana.web.id/efektifitas-belajarmengajar-matematika-dengan-teknik-probing.html Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2006.
62
63
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT: Rineka Cipta, 2003. Sofyan, Ahmad et all, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990 Sulaeman, Dede. Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Mts. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. Skripsi. 2007. Wijaya, Maman. Penggunaan Teknik Probing Alam Pembelajaran Kesetimbangan Benda Getar, . Bandung. Tesis PPS UPI. 1999. Y, Setiawan. Meningkatkan Penalaran Logika dan Pemahaman Matematika Peserta didik SMPN Cisalak melalui Pembelajaran dalam Kelompok Kecil dengan Teknik Probing. Bandung. Tesis PPS UPI. 2004.