PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
Mega Oktaviana, Nurhanurawati, Arnelis Djalil Pendidikan Matematika, Universitas Lampung
[email protected]
ABSTRAK This quasi experimental research aims to know the influence of cooperative learning model with probing-prompting technique toward studentβs mathematical conceptual understanding. The research design is posttest only control group design. The population of this research is all eighth grade students of Junior High School State 2 Wonosobo in academic year 2012/2013. Sample of this research is VIIIB and VIIIC that are determined by purposive random sampling technique. Based on the analysis of the data concluded that cooperative learning model with probing-prompting technique have influence toward studentβs mathematical conceptual understanding, a case study on eighth grade students of Junior High School State 2 Wonosobo in academic year 2012/2013.
Keywords: cooperative learning, probing-prompting, mathematical conceptual understanding
tuk meningkatkan mutu pendidikan
PENDAHULUAN Pendidikan
merupakan
hal
di Indonesia termasuk dalam hal
penting bagi proses peningkatan ke-
penyempurnaan kurikulum di seko-
mampuan dan daya saing suatu
lah. Menurut Undang-Undang Re-
bangsa dimata dunia. Suatu pendi-
publik Indonesia Nomor 20 Tahun
dikan tentunya akan mencetak sum-
2003 tentang Sistem Pendidikan Na-
ber daya manusia yang berkualitas
sional pasal 1 ayat (19) kurikulum
lebih baik. Seseorang bisa mengem-
adalah seperangkat rencana dan
bangkan skill, bakat, serta kreatifitas
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
yang dimilikinya melalui pendidik-
bahan pelajaran serta cara yang di-
an. Mengingat pentingnya pendidik-
gunakan sebagai pedoman penye-
an tersebut, perlu adanya usaha un-
lenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan
Soedjadi (2000: 42) menyata-
tertentu. Kurikulum yang sekarang
kan bahwa pembelajaran matema-
diterapkan di sekolah adalah Kuri-
tika di sekolah dimaksudkan untuk
kulum Tingkat Satuan Pendidikan
melatih penalaran dan logika berpi-
atau yang sering kita kenal dengan
kir siswa, sehingga siswa memiliki
KTSP. Muslich (2008:10) mende-
pola pikir yang sistematis, rasional,
finisikan KTSP sebagai kurikulum
logis, kritis, kreatif dan inovatif da-
operasional yang disusun dan dilak-
lam menerapkan matematika di ke-
sanakan oleh masing-masing satuan
hidupan sehari-hari. Dalam panduan
pendidikan/sekolah. Pada KTSP, ke-
KTSP, pembelajaran matematika di
wenangan tingkat satuan pendidikan
sekolah bertujuan agar siswa memi-
(sekolah) untuk mengembangkan
liki (1) kemampuan memahami kon-
dan mengelola kurikulum lebih di-
sep matematika, menjelaskan keter-
perbesar.
kaitan antar konsep dan mengaplika-
KTSP dapat mendorong guru
sikan konsep atau algoritma, secara
dan kepala sekolah untuk mening-
luwes, akurat, efisien dan tepat, da-
katkan kreativitas mereka dalam pe-
lam pemecahan masalah; (2) ke-
nyelenggaraan program pendidikan.
mampuan menggunakan penalaran
Sekolah dan guru diberi keleluasaan
pada pola dan sifat, melakukan ma-
untuk merancang, mengembangkan,
nipulasi matematika dalam membuat
dan mengimplementasikan KTSP
generalisasi, menyusun bukti, atau
tersebut sesuai dengan situasi, kon-
menjelaskan gagasan dan pernyata-
disi, dan potensi keunggulan lokal
an matematik; (3) kemampuan me-
yang bisa dimunculkan oleh seko-
mecahkan masalah yang meliputi
lah. Dalam hal ini, guru diharapkan
kemampuan memahami masalah,
dapat mengembangkan kreativitas-
merancang model matematika, me-
nya dalam menyusun atau meran-
nyelesaikan model dan menafsirkan
cang sebuah pembelajaran yang
solusi yang diperoleh; (4) kemam-
efektif di kelas untuk semua bidang
puan mengkomunikasikan gagasan
studi termasuk salah satunya yaitu
dengan simbol, tabel, diagram, atau
matematika.
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) kemampuan
memiliki sikap menghargai kegu-
da guru (teacher center). Guru men-
naan matematika dalam kehidupan,
jadi satu-satunya sumber informasi,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, per-
sehingga siswa hanya mendapatkan
hatian dan minat dalam mempelajari
pengetahuan dari apa yang guru be-
matematika, serta sikap ulet dan per-
rikan. Suatu konsep diberikan begitu
caya diri dalam pemecahan masalah.
saja oleh guru tanpa adanya bimbi-
(BSNP, 2006).
ngan kepada siswa untuk menemu-
Berdasarkan tujuan tersebut,
kan konsep secara mandiri. Siswa
sangatlah jelas bahwa pemahaman
kurang dituntut aktif dalam pembe-
konsep adalah kemampuan utama
lajaran sehingga kemampuan siswa
yang harus dikuasai siswa dalam
mengemukakan pendapat menjadi
pembelajaran matematika. Dengan
kurang optimal. Siswa pun cende-
memahami konsep, siswa bisa me-
rung diam ketika guru bertanya. Be-
ngembangkan kemampuannya da-
berapa alasan yang memungkinkan
lam pembelajaran matematika, sis-
siswa diam diantaranya siswa ku-
wa bisa memecahkan masalah baik
rang percaya diri, siswa merasa ma-
sederhana maupun kompleks, siswa
lu, dan takut apabila jawaban yang
bisa mengaitkan satu konsep dengan
dikemukakan salah. Hal-hal tersebut
konsep lainnya, serta bisa mengana-
menjadi faktor penyebab kurangnya
lisis ke arah mana suatu permasa-
pemahaman siswa terhadap suatu
lahan itu akan diselesaikan.
konsep.
Mengingat pentingnya pema-
Seperti halnya di SMPN 2
haman konsep dalam pembelajaran
Wonosobo, berdasarkan hasil wa-
matematika, guru dituntut untuk le-
wancara dengan guru bidang studi
bih kreatif dalam proses pembela-
matematika, pembelajaran di dalam
jaran di dalam kelas dengan meng-
kelas masih menerapkan pembela-
gunakan model pembelajaran yang
jaran konvensional. Pembelajaran
tepat agar mampu membangun pe-
konvensional adalah pembelajaran
mahaman konsep siswa secara op-
yang masih bersifat teacher center,
timal. Namun pada kenyataannya,
yaitu pembelajaran yang berpusat
masih banyak guru yang menerap-
pada guru. Didapat keterangan pula
kan pembelajaran yang berpusat pa-
bahwa pemahaman konsep siswa di
SMPN 2 Wonosobo masih rendah.
pan kelas.
Penggunaan model pembelajaran
Pembelajaran kooperatif dapat
yang kurang tepat memungkinkan
dipadukan dengan teknik pembela-
siswa tidak dapat memahami konsep
jaran, salah satunya yaitu teknik
secara optimal. Oleh karena itu, di-
probing-prompting. Teknik ini sa-
perlukan suatu model yang tepat da-
ngat membantu siswa dalam belajar
lam pembelajaran sehingga siswa
mengemukakan pendapat melalui
mampu memahami konsep dengan
pertanyaan yang diajukan guru. Sis-
lebih baik dan lebih optimal.
wa yang tadinya diam akan mulai
Salah satu model pembelajar-
terbiasa untuk berpendapat dengan
an yang dapat mendorong siswa ak-
menjawab pertanyaan. Teknik ini
tif dalam pembelajaran serta aktif
dapat digunakan pada saat penyajian
dalam
pendapat
informasi yang merupakan salah sa-
adalah model pembelajaran koope-
tu fase dalam pembelajaran koope-
ratif. Model pembelajaran koope-
ratif. Informasi yang dimaksud di-
ratif adalah model pembelajaran de-
sini adalah berupa konsep dasar
ngan cara siswa berkelompok se-
yang harus diperoleh siswa sebelum
perti yang diungkapkan Slavin da-
siswa mengerjakan tugas terstruktur
lam Solihatin (2007: 5) yaitu pem-
dalam kelompok kerja yang terdiri
belajaran kooperatif adalah suatu
dari 4-6 siswa.
mengemukakan
model pembelajaran dimana siswa
Shadily
dalam
Rosnawati
belajar dan bekerja dalam kelompok
(2008: 16) mengatakan bahwa me-
kecil secara kolaboratif yang ber-
nurut arti katanya, probing adalah
anggotakan 4-6 orang, dengan struk-
penyelidikan, pemeriksaan. Tujuan
tur kelompok yang heterogen. Ke-
dari penyelidikan atau pemeriksaan
giatan diskusi yang dilakukan siswa
yang dimaksud adalah untuk mem-
memungkinkan siswa menjadi lebih
peroleh informasi pada diri siswa
terbiasa dalam mengemukakan pen-
agar dapat digunakan untuk mema-
dapat kepada teman sekelompoknya.
hami pengetahuan atau konsep baru.
Kemudian rasa percaya diri siswa
Prompting question atau pertanyaan
dapat dilatih pada saat mempresen-
menuntun, menurut Marno dan Idris
tasikan hasil kerja kelompok di de-
dalam Rosdiana (2011: 11) merupa-
kan pertanyaan yang diajukan untuk
2012/2013?β. Berdasarkan rumusan
memberi arah kepada murid dalam
masalah, maka tujuan penelitian ini
proses berpikirnya.
adalah untuk mengetahui pengaruh
Menurut
dalam
model pembelajaran kooperatif de-
probing-
ngan teknik probing-prompting ter-
prompting adalah pembelajaran de-
hadap pemahaman konsep matema-
ngan cara guru menyajikan serang-
tis siswa kelas VIII SMPN 2
kaian pertanyaan yang sifatnya me-
Wonosobo
nuntun dan menggali sehingga ter-
2012/2013.
Suhendar
Suherman
(2012:
12),
jadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Pembelajaran probing-prompting memungkinkan terciptanya suatu pembelajaran di dalam kelas yang lebih interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa adalah pertanyaan yang menuntun siswa untuk memahami konsep dengan sendirinya, sehingga pemahaman konsep siswa akan lebih baik dan lebih optimal. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah βApakah model pembelajaran kooperatif dengan teknik probing-prompting berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 2 Wonosobo
tahun
pelajaran
tahun
pelajaran
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Wonosobo Kab. Tanggamus yang
terdistribusi da-
lam lima kelas. Sampel dari penelitian ini diambil melalui teknik purposive random sampling dengan mengambil dua kelas dari lima kelas yang nilai rata-rata hasil belajar matematika tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil sama atau hampir sama dan berada di sekitar rata-rata total. Kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah VIIIB dan VIIIC. Selanjutnya kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik probing-prompting, sedangkan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digu-
tentu; 6) Mengaplikasikan konsep.
nakan dalam penelitian ini adalah
Instrumen penelitian yang di-
posttest only control group design
gunakan dalam penelitian ini berupa
yang merupakan bentuk desain pe-
tes uraian. Untuk mendapatkan data
nelitian eksperimen semu (quasi
yang akurat, maka instrumen yang
experiment). Data dalam penelitian
digunakan dalam penelitian ini ha-
ini adalah data pemahaman konsep
rus memenuhi kriteria tes yang baik,
matematis yang berupa data kuan-
yaitu memiliki validitas tes, tingkat
titatif dan diperoleh melalui tes
reliabilitas tes, daya pembeda butir
pemahaman konsep matematis siswa
tes, dan tingkat kesukaran butir tes.
setelah mengikuti pembelajaran de-
Validitas instrumen dalam pe-
ngan model pembelajaran koopertif
nelitian ini didasarkan atas penilaian
dengan teknik probing-prompting
dari guru matematika di sekolah
dan
konvensional.
tempat penelitian ini dilakukan. De-
Teknik pengumpulan data dalam pe-
ngan asumsi bahwa guru mata pela-
nelitian ini dilakukan dengan pem-
jaran matematika mengetahui de-
berian tes. Tes ini berbentuk tes
ngan benar kurikulum SMP, maka
uraian yang diberikan sesudah pem-
validitas instrumen tes ini didasar-
belajaran (post-test) pada kelas eks-
kan pada penilaian guru mata pe-
perimen dan kelas kontrol.
lajaran matematika. Tes yang dika-
pembelajaran
Indikator pemahaman konsep
tegorikan valid adalah yang telah di-
matematis yang digunakan dalam
nyatakan sesuai dengan kompetensi
penelitian ini, yaitu 1) Menyatakan
dasar dan indikator yang diukur ber-
ulang suatu konsep; 2) Mengklasi-
dasarkan penilaian guru mitra. Ber-
fikasi objek menurut sifat tertentu
dasarkan penilaian guru mitra, soal
sesuai dengan konsepnya; 3) Me-
yang digunakan telah dinyatakan
nyatakan konsep dalam berbagai
valid sehingga langkah selanjutnya
bentuk representasi matematika; 4)
diadakan uji coba soal yang dilaku-
Mengembangkan syarat perlu dan
kan di luar sampel penelitian tetapi
syarat cukup suatu konsep; 5)
masih dalam populasi yang sama
Menggunakan, memanfaatkan dan
yaitu kelas VIII.A, dan kemudian
memilih prosedur atau operasi ter-
menganalisis hasil uji coba untuk
mengetahui kualitasnya yaitu me-
telah dilakukan uji normalitas dan
ngenai realibilitas, tingkat kesukaran
uji homogenitas, diperoleh bahwa
dan daya beda.
data dari sampel berdistribusi nor-
Setelah dilakukan uji coba ins-
mal dan homogen.
trumen diperoleh hasil bahwa koefisien reliabilitas tes, yaitu r11= 0,82
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga berdasarkan kriteria instru-
Berdasarkan penelitian yang
men tes pehaman konsep matematis
telah dilakukan, diperoleh data pe-
yang digunakan dalam penelitian
mahaman konsep matematis siswa.
memiliki reliabilitas yang tinggi.
Data tersebut diperoleh dari hasil
Untuk daya pembeda, diperoleh
post-test yang dilakukan pada akhir
bahwa indeks daya beda butir item
pembelajaran baik pada kelas yang
lebih dari atau sama dengan 0,30
menggunakan model pembela-jaran
kurang dari atau sama dengan 0,49
kooperatif dengan teknik probing-
sehingga sesuai dengan kriteria yang
prompting maupun pada kelas yang
diharapkan. Sementara untuk ting-
menggunakan pembelajaran kon-
kat kesukaran, diperoleh bahwa
vensional.
tingkat kesukaran pada tiap butir
Hasil pengolahan data post-
item soal sesuai dengan kriteria
test menunjukkan bahwa rata-rata
yang diharapkan, yaitu memiliki be-
pemahaman konsep matematis siswa
sar tingkat kesukaran 0,31-0,70 de-
pada kelas yang menggunakan mo-
ngan kriteria sedang. Dengan demi-
del pembelajaran kooperatif dengan
kian, instrumen tes dapat digunakan
teknik
dalam penelitian karena sudah me-
62,15 lebih tinggi daripada rata-rata
menuhi kriteria-kriteria tes yang
pemahaman konsep matematis siswa
baik.
pada kelas yang menggunakan pem-
probing-prompting
yaitu
Data dalam penelitian ini dia-
belajaran konvensional, yaitu 49,13.
nalisis menggunakan uji kesamaan
Selanjutnya, untuk menguji kebe-
dua rata-rata, yaitu dengan uji t. Se-
naran hipotesis, maka dilakukan uji t
belum melakukan analisis uji t perlu
dan sebagai prasyarat uji t, maka di-
dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
lakukan pengujian normalitas dan
normalitas dan uji homogenitas. Se-
homogenitas.
Berdasarkan hasil uji norma-
kan thitung = 2,64 dan ttabel = 2,02.
litas, diperoleh pada kelas eksperi-
Berdasarkan kriteria pengujian, pada
men nilai x2hitung = 4,15 dan x2tabel =
taraf signifikan 5% π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ ,
7,81 sedangkan pada kelas kontrol
maka H0 ditolak.
2
nilai x
2
= 7,81.
rata-rata pemahaman konsep mate-
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
matis siswa yang menggunakan mo-
hitung
= 1,66 dan x
Hal ini berarti
2
bahwa nilai x
hitung <
signifikan
5%
2
x
tabel
tabel pada
taraf
del pembelajaran kooperatif dengan
kelas
teknik probing-prompting tidak sa-
eksperimen maupun kelas kontrol
ma dengan rata-rata pemahaman
yang berarti H0 diterima.
Dengan
konsep matematis siswa yang meng-
demikian, data kedua sampel berasal
gunakan pembelajaran konvensio-
dari populasi yang berdistribusi nor-
nal.
untuk
mal.
Berdasarkan
hasil
analisis
Sementara itu, dari uji homo-
data, diperoleh bahwa pemahaman
genitas diketahui varian kelas ekspe-
konsep matematis siswa pada kelas
rimen 314,29 dengan dk = 30 dan
yang menggunakan model pembela-
varian kelas kontrol 332,17 dengan
jaran
dk = 28. Berdasarkan hasil perhi-
probing-prompting lebih baik dari-
tungan, diperoleh Fhitung = 1,06 dan
pada kelas yang menggunakan pem-
Ftabel = 1,87. Hasil ini menunjukkan
belajaran konvensional. Dengan ka-
bahwa Fhitung < Ftabel pada taraf sig-
ta lain, model pembelajaran koope-
nifikan 5% yang berarti H0 dite-
ratif
rima. Dengan demikian, data dari
prompting
kedua kelompok populasi memiliki
pemahaman konsep matematis siswa
varian yang sama.
kelas VIII SMPN 2 Wonosobo. Hal
kooperatif
dengan
dengan
teknik
berpengaruh
teknik
probingterhadap
Berdasarkan hasil uji prasya-
ini dikarenakan dalam pembelajaran
rat, diperoleh data pemahaman kon-
kooperatif dengan teknik probing-
sep berdistribusi normal dan memi-
prompting, siswa diarahkan untuk
liki varian yang sama, maka uji ke-
memahami konsep melalui perta-
samaan dua rata-rata dapat dila-
nyaan
kukan dengan menggunakan uji t.
prompting
Hasil perhitungan uji t menghasil-
Pertanyaan yang diajukan oleh guru
yang
bersifat
yang
probing-
diajukan
guru.
merupakan pertanyaan yang bersifat
kan pada siswa yang kurang berani
menggali dan menuntun pemahaman
mengungkapkan pendapat mereka
siswa. Hal tersebut dapat memberi-
dalam pembelajaran. Pada pembe-
kan kesempatan kepada siswa untuk
lajaran kooperatif dengan teknik
mengembangkan kemampuan berpi-
probing-prompting,
kirnya sendiri sehingga siswa dapat
menggali kemampuan berpikir, me-
menguasai konsep. Melalui perta-
ningkatkan kepercayaan diri dalam
nyaan tersebut pula, perhatian siswa
mengemukakan pendapat, serta me-
akan lebih fokus pada pembelajaran,
ningkatkan kemampuan mereka da-
karena
lam berdiskusi kelompok, sehingga
siswa
dituntut
untuk
menjawab pertanyaan guru. Selain
dengan
probing-prompting,
siswa
dapat
pembelajaran akan lebih efektif. teknik
Pada awal penerapan model
pemahaman
pembelajaran kooperatif dengan tek-
konsep siswa diperkuat
melalui
nik probing-prompting, siswa terli-
diskusi kelompok yang dilakukan
hat bingung dan sulit beradaptasi de-
setelah proses tanya-jawab selesai.
ngan proses pembelajaran. Hal ini
Diskusi kelompok tersebut membe-
karena siswa telah terbiasa menggu-
rikan kesempatan kepada siswa un-
nakan pembelajaran konvensional
tuk saling bertukar pendapat tentang
yang selama ini diterapkan dalam
apa yang mereka pahami. Dalam
proses pembelajaran, dimana siswa
kegiatan ini, siswa juga dapat bel-
hanya memperoleh materi melalui
ajar cara menyampaikan pendapat
penjelasan dari guru. Sehingga pada
dengan baik kepada rekannya, serta
saat guru mengajukan pertanyaan,
menghargai pendapat orang lain. Se-
banyak siswa yang diam dan suasa-
telah diskusi kelompok selesai, sis-
na kelas juga menjadi tegang.
wa diberikan kesempatan untuk
Kegiatan selanjutnya adalah
mempresentasikan hasil kerja ke-
diskusi kelompok untuk menger-
lompok mereka di depan kelas. Da-
jakan LKS yang telah diberikan gu-
lam kegiatan ini, siswa dapat belajar
ru. Pada kegiatan ini siswa masih
cara menjelaskan apa yang mereka
terlihat bingung dengan prosedur
pahami kepada orang lain dengan
diskusi kelompok, dimana mereka
baik. Hal ini sangat efektif diguna-
harus mendiskusikan secara ber-
sama-sama mengenai jawaban atas
konsep matematis yang masih ter-
pertanyaan pada LKS. Kemudian
golong rendah.
pada saat penyajian hasil kerja kelompok, siswa masih ragu-ragu dan malu dalam penyampaiannya. Dengan melihat masalah tersebut pada pertemuan
pertama,
guru
terus
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
diperoleh
kesimpulan
bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya meng-
mengingatkan kepada siswa bagai-
gunakan
model
mana yang seharusnya dilakukan
peratif
dengan
oleh siswa sehingga pada pertemuan
prompting lebih baik daripada pema-
selanjutnya, siswa sudah dapat di-
haman konsep matematis siswa yang
kondisikan dengan baik, kemudian
pembelajarannya menggunakan pembe-
guru juga berusaha mencairkan suasana tegang pada saat tanya-jawab dengan cara mengajukan pertanyaan dengan wajah ramah serta sesekali bercanda dengan siswa.
pembelajaran kooteknik
probing-
lajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif dengan teknik probing-prompting berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 2 Wonosobo tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun kelemahan dalam penelitian ini yaitu pada saat guru
DAFTAR PUSTAKA
mengajukan pertanyaan, banyak sis-
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
wa yang diam, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai jawaban. Kemudian pada saat diskusi kelompok, seringkali melebihi batas waktu yang telah diberikan. Hal ini menyebabkan manajemen waktu yang kurang maksimal. Kelemahan tersebut menjadi penyebab kurang optimalnya pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari nilai rata-rata pemahaman
Muslich, Masnur. 2008. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta : PT. Bumi Aksara. Rosdiana, Nita. 2011. Penggunaan Teknik Probing-Prompting Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi
FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Rosnawati, Heni. 2008. Penggunaan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Smp :Suatu Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Lembang. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Maematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Solihatin, Etin. (2007). Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta. Suhendar, Agus. (2012). Penerapan Teknik Pembelajaran Probing-Prompting Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.