PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK PEMBELAJARAN ICE BREAKER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP SWASTA PAHLAWAN SUKARAMAI TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013
oleh:
RIRIN AYU WULANDARI NIM 209111066
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik pembelajaran ice breaker dan teknik pembelajaran konvensional terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Untuk penelitian tersebut data diambil dari 68 sampel yang berasal dari 128 populasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Two Group Posttest Desain. Instrumen yang digunakan adalah tes menulis pantun dalam bentuk tes esai. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh to = 5,02 yang dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikan 5% dan 1% dengan df = (N1+N2) – 2 = (34 +34) – 2 = 66. Pada tabel t dengan df 66 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65. Artinya to yang diperoleh lebih besar dari ttsbel, yaitu 2,00<5,02>2,65. Dengan demikian, Ha diterima artinya teknik pembelajaran ice breaker berpengaruh terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Kata Kunci: teknik pembelajaran ice breaker, konvensional, menulis pantun
PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian penting dari empat keterampilan berbahasa yang mempunyai pengaruh penting terhadap tiga keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbicara, menyimak, dan membaca. Keterampilan menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses belajar-mengajar siswa di sekolah. Karena selama menuntut ilmu di sekolah siswa sering diajarkan dan diberikan 1
tugas untuk menulis seperti menulis puisi, surat dinas, pantun, cerita pendek, novel, dan dongeng. Siswa diharapkan mempunyai wawasan yang luas dan mendalam, agar menghasilkan karya sastra yang kreatif dan inovatif. Wiyanto (2006: 10) mengatakan bahwa: “Proses penguasaan keterampilan menulis sama saja dengan penguasaan keterampilan berbicara. Hanya bedanya, berbicara perlu mendengarkan lebih dulu, sedangkan menulis perlu membaca. Makin sering membaca dan makin sering menirukan yang dibaca itu, keterampilan menulis akan segera dikuasai. Jadi, keterampilan menulis itu kita peroleh dari banyak membaca. Dengan kata lain, orang tak akan mampu menulis kalau sebelumnya tidak melakukan kegiatan membaca.” Oleh karena itu, keempat aspek keterampilan berbahasa harus lebih diperhatikan. Dalam penelitian ini, lebih difokuskan adalah kemampuan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. (Tarigan, 2005: 3) Menulis pantun merupakan kompetensi dasar yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diterapkan pada siswa yang berada di kelas VII semester 1 di dalam silabus. Pembelajaran tentang menulis pantun sesuai dengan syarat-syaratnya terdapat di dalam kompetensi dasar 8.1. Pada pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Pantun adalah bentuk puisi lama Indonesia yang mempunyai aturan/susunan, rima, irama, dan sampiran yang terkandung dalam ide yang kreatif, kritis, dan maknanya yang padat. Menurut Kasnadi dalam (Chairunnisa, 2012: 2) mengatakan mengapa sastra tidak diminati para siswa? Menurutnya, para siswa tidak menyukai sastra disebabkan karena sastra itu sulit, sastra itu tidak menarik, sastra itu membosankan, sehingga siswa memvonis untuk menjauhi sastra. Salah satu penyebabnya
adalah
karena
ketidakmampuan
guru
untuk
menyajikan
pembelajaran sastra itu menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis pantun juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: kurangnya kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis pantun, masih monotonnya kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru,
2
dan belum adanya teknik pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, Peran guru sebagai pengajar harus menguasai teknik pembelajaran yang praktis, efesien, kreatif, dan inovatif. Selain itu, modal menulis adalah kemauan. Siswa memiliki kemauan dan semangat yang berbeda-beda. Jadi, sebagai seorang guru harus dapat membangkitkan kemauan mereka dengan memotivasi dan melakukan berbagai teknik pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian Sumiati (2012: 68) dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan (Make a Match) Terhadap Kemampuan Menulis Pantun Oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medang Deras Kabupaten Batu Bara Tahun Pembelajaran 2011/2012 yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menulis pantun masih tergolong rendah, karena nilai rata-rata yang didapatkan siswa masih dalam kategori cukup. Hal ini juga senada dengan jurnal penelitian Dyah Puspita Sari (2010) yang menyatakan bahwa kemampuan menulis pantun merupakan pembelajaran yang kurang diminati siswa SMP, sistem pembelajaran yang monoton, dan belum adanya media yang kreatif dan inovatif yang menjadi salah satu penyebabnya. Masalah-masalah ini yang menyebabkan kemampuan menulis pantun di kalangan siswa menjadi rendah. Selama ini guru hanya menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Teknik pembelajaran konvensional merupakan teknik pembelajaran yang hanya mengutamakan pengetahuan yang bersumber dari guru semata dan tidak menggunakan media yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dibahas. Dalam proses pembelajaran, guru sering kali menggunakan teknik ceramah, tanpa harus memperdulikan aktivitas siswa, dan siswa menjadi pasif. Akibatnya, proses pembelajaran yang guru laksanakan terlalu monoton dan tidak bervariasi. Setelah guru menerangkan teori tentang pantun dengan teknik ceramah, guru langsung menginstruksikan siswa untuk menulis pantun. Hal ini tentunya membuat pelajaran menjadi tidak bermakna dan kemampuan berfikir siswa tidak berkembang. Menanggapi masalah tersebut, terdapat satu teknik pembelajaran kreatif dan inovatif yang cocok untuk mengatasinya yaitu teknik pembelajaran Ice Breaker. Teknik pembelajaran “Ice Breaker” mengutamakan suasana belajar-
3
mengajar yang ceria, semangat, dan tidak membosankan yang dilakukan secara individual dan kelompok. Teknik pembelajaran Ice Breaker menawarkan kegiatan pembelajaran dengan suasana pembelajaran yang tidak membosankan. Jenis pembelajaran Ice Breaker yang akan diterapkan salah satunya adalah kalimat indah penuh makna yang terdiri dari kata-kata mutiara, anekdot, peribahasa, puisi, dan berbalas pantun. Jenis pembelajaran Ice breaker berbalas pantun mempunyai langkahlangkah pembelajaran yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran berlangsung. Pertama, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Kedua, pilih satu kelompok yang pertama kali menulis dan membacakan pantun. Ketiga, setelah selesai minta kelompok tadi untuk menunjuk kelompok lain agar membalas pantunnya. Keempat, ulangi kegiatan tersebut berturut-turut kepada kelompok yang lain. Rumusan masalah pada penelitian disusun dalam bentuk pertanyaan, bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran ice breaker siswa Kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai
Tahun
Pembelajaran
2012/2013?,
bagaimanakah
pelaksanaan
pembelajaran menulis pantun dengan teknik pembelajaran konvensional siswa Kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013?, apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Teknik Pembelajaran Ice Breaker dengan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun Kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013?.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Pahlawan Sukaramai, pada semester genap tahun pembelajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas yang ada di kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai tahun pembelajaran 2012/2013 yang berjumlah 128 orang dengan jumlah 4 kelas. Peneliti memilih cara pengambilan sampel dengan cara undian. Hal itu dilakukan dengan memberi kertas undian kepada setiap siswa yang berisi penomoran 1-20. Artinya, setiap kelas mewakilkan 20 orang siswa. Siswa yang mendapatkan kertas undian yang bernomor, berhak menjadi sampel dalam penelitian. Penelitian ini
4
bersifat eksperimen, maka sampel yang telah diperoleh berdasarkan kertas undian tersebut akan dibagi dalam dua kelompok, satu kelompok eksperimen yang berjumlah 34 siswa dan satu kelompok kontrol juga berjumlah 34 siswa. Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut, didapatlah dua kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian ini adalah desain eksperimen two group post-test design. Penelitian ini menggunkan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok tersebut diberi pengajaran tentang menulis pantun. Untuk kelompok yang satu sebagai kelas eksperimen diberi pengajaran tentang menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran Ice Breaker dan kelompok yang lain sebagai kelas kontrol diberi pengajaran tentang menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran konvensional, lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran yang sama. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes essay. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menyusun data post-test dalam bentuk tabel, menghitung nilai rata-rata dari variabel hasil post-test, menghitung standar deviasi digunakan rumus, menghitung standar error dari variabel hasil post-test dan mencari perbedaan hasil standar error pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol), uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah diadakan penelitian dan data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dari tabel kelompok eksperimen diperoleh jumlah nilai sebesar 2.671, rata-rata 78,6, standar deviasi 9,73, dan standar error 1,70. Selanjutnya diketahui bahwa pembelajaran menulis pantun terbagi atas 5 kategori yakni kategori sangat baik sebanyak 35,3% (12 siswa), kategori baik 50% (17 siswa), kategori cukup sebanyak 14,7% (5 siswa), kategori kurang sebanyak 0% (0 siswa), dan kategori sangat kurang sebanyak 0% (0 siswa). Identifikasi kelas eksperimen di atas termasuk normal dan termasuk dalam kategori baik.
5
Frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut: 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 sangat baik
baik
cukup
kurang
sangat kurang
Gambar 1 Identifikasi Kecenderungan Kelompok Eksperimen Selanjutnya dari tabel kelompok kontrol diperoleh jumlah nilai sebesar 2.271, rata-rata 66,8, standar deviasi 9,32, dan standar error 1,62. Selanjutnya diketahui bahwa pembelajaran menulis pantun terbagi atas 5 kategori yakni kategori sangat baik sebanyak 11,8% (4 siswa), kategori baik 32,3% (11 siswa), kategori cukup sebanyak 41,2% (14 siswa), kategori kurang sebanyak 14,7% (5 siswa), dan kategori sangat kurang sebanyak 0% (0 siswa). Identifikasi kelas kontrol di atas termasuk dalam kategori cukup. 16 14 12 10 8 6
4 2 0 sangat baik
baik
cukup
kurang
sangat kurang
Gambar 2 Identifikasi Kecenderungan Kelompok Kontrol 6
Uji normalitas kelas eksperimen di dapat Lhitung sebesar 0,10 dengan menggunakan α = 0,05 dan N = 34, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh Ltabel sebesar 0,15 ternyata Lhitung < Ltabel yaitu 0,10 < 0,15. Ini membuktikan bahwa data variabel X1 (kelas eksperimen) berdistribusi normal. Dan uji normalitas kelas kontrol di dapat Lhitung sebesar 0,13 dengan menggunakan α = 0,05 dan N = 34, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh Ltabel sebesar 0,15 ternyata Lhitung < Ltabel yaitu 0,13 < 0,15. Ini membuktikan bahwa data variabel X2 (kelas kontrol) berdistribusi normal. Untuk menguji homogenitas sampel digunakan uji kesamaan varians. Syarat data homogen adalah jika Fhitung < Ftabel pada taraf nyata α = 0,05 dan dk pembilang 33; dk penyebut 33. Sehingga dapat dilihat bahwa Fhitung = 1,002 < Ftabel = 1,795 pada taraf nyata α = 0,05 yang berarti data kedua sampel memiliki varians yang homogen. Setelah pengujian normalitas dan homogenitas dilakukan dan ternyata kedua variabel berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama (homogen). Setelah to diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikan 5% atau 1% dekan dk = (N1+N2) - 2 = (34+34) – 2 = 66. Pada tabel t dengan dk = 66 diperoleh taraf signifikan 5% = 2,00 dan taraf signifikan 1% = 2,65. Karena to yang diperoleh lebih besar dari ttabel, yaitu 2,00 < 5,02 > 2,65 maka hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan bahwa hasil belajar menulis pantun siswa yang dibimbing dengan teknik pembelajaran ice breaker tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang dibimbing dengan teknik pembelajaran konvensional ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan bahwa hasil belajar menulis pantun siswa yang dibimbing dengan teknik pembelajaran ice breaker lebih baik dari hasil belajar siswa yang dibimbing dengan teknik pembelajaran konvensional diterima. Hal ini berarti, pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran ice breaker memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Setelah melaksanakan prosedur penelitian seperti uji normalitas, homogenitas, dan pengujian hipotesis akhirnya ditemukan hasil penelitian. Pembelajaran menulis pantun yang diberikan guru kepada siswa kelas VII SMP Swasta
Pahlawan
Sukaramai
Tahun
7
Pembelajaran
2012/2013
dengan
menggunakan teknik pembelajaran ice breaker. Hal ini menunjukkan pengaruh yang positif. Siswa mampu menulis pantun sesuai dengan teknik pembelajaran ice breaker yang diberikan. Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan menulis pantun siswa yang menggunakan teknik pembelajaran ice breaker lebih tinggi atau lebih baik daripada nilai rata-rata kemampuan menulis pantun siswa yang menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata dengan teknik pembelajaran ice breaker 78,6 dan nilai rata-rata dengan teknik pembelajaran konvensional 66,8. Hal tersebut membuktikan bahwa teknik pembelajaran ice breaker tepat digunakan pada pembelajaran menulis pantun. Selain itu, terbukti pula bahwa teknik pembelajaran ice breaker berpengaruh terhadap pembelajaran menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai dengan menggunakan teknik pembelajaran ice breaker adalah 78,6 dan termasuk dalam kategori baik, kemampuan menulis panun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai dengan menggunakan teknik pembelajaran konvensional adalah 66,8 dan termasuk dalam kategori cukup, dan hasil pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran ice breaker lebih berpengaruh terhadap kemampuan menulis pantun daripada hasil pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan teknik pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dengan hasil pengujian hipotesis, yaitu to > ttabel (5,02 > 2,65). Dengan demikian, teknik pembelajaran ice breaker berpengaruh terhadap kemampuan menulis pantun siswa kelas VII SMP Swasta Pahlawan Sukaramai Tahun Pembelajaran 2012/2013. Teknik pembelajaran ice breaker adalah kegiatan pembelajaran dengan suasana
pembelajaran
yang
tidak
membosankan,
teknik
pembelajaran
konvensional merupakan teknik pembelajaran yang hanya mengutamakan pengetahuan yang bersumber dari guru semata dan tidak menggunakan media
8
yang digunakan dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dibahas, dan kemampuan menulis pantun adalah kesanggupan dan kecakapan dalam mengungkapkan buah pikiran melalui tulisan untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain maknanya.
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk.1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Anggraini, Maria Rosa. 2011. 1001 Ulasan Bahasa Indonesia SMP untuk Kelas VII. Tangerang Selatan: Scientific Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. . 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arif, Syamsul. 2011. Teknik Penulisan Laporan Ilmiah. Medan: Universitas Negeri Medan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. . 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Keraf, Gorys. 1984. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Flores: Nusa Indah. Maulidya, Novia. 2010. Buku Pintar Syair Pantun Peribahasa dan Puisi. Surabaya: Global Mandiri. Nadjua, A.S. 2010. Buku Pintar Puisi dan Pantun. Surabaya: Triana Media. Ningsih, Sri dan Anindyarini, Atikah. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/ MTs Kelas VII. Surabaya: CV. Teguh Karya. Parlindungan, Tegar. 2010. Buku Pintar Berpuisi dan Berpantun. Surabaya: AS Agency. Redaksi Kawan Pustaka. 2008. Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Jakarta Selatan: Kawan Pustaka.
9
Said, M. 2010. 80 + Ice Breaker Games. Yogyakarta: Andi. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Situmorang, Elfrida. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Brain Gym (Senam Otak) Terhadap Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Porsea Tahun Pembelajaran 2009/2010. Medan: Universitas Negeri Medan. Soenarno, Adi. 2005. Ice Breaker Permainan Atraktif-Edukatif. Yogyakarta: Andi. . 2007. Ice Breaker Don’t Be Tegang!!!. Yogyakarta: Andi. . 2006. Motivation Games Untuk Pelatihan Manajemen. Yogyakarta: Andi. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiarto, Eko. 2011. Siap Ujian Bahasa Indonesia Khusus Puisi Lama. Yogyakarta: Khitah Publishing. . 2013. Cara Mudah Menulis Pantun Puisi Cerpen. Yogyakarta: Khitah Publishing. . 2012. Pantun dan Puisi Lama Melayu. Yogyakarta: Khitah Publishing. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarto. 2012. Ice Breaker Dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta: Cakrawala Media. Sumiati. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan (Make a Match) Terhadap Kemampuan Menulis Pantun Oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Medang Deras Kabupaten Batu Bara Tahun Pembelajaran 2011/2012. Medan: Universitas Negeri Medan. Suyadi. 2011. Libas Skripsi Dalam 30 Hari. Jogjakarta: Diva Press. Suryoharjuno, Kusumo. 2012. 100 + Ice Breaker Penyemangat Belajar. Surabaya: Ilman Nafia.
10
Tarigan, Hendry Guntur. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Trianto, Agus. 2007. Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Esis. Waridah, Ernawati. 2012. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Cmedia. Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo. Zuchdi, Darmiyati dan Wahyudi, Johan. 2009. Bahasaku Bahasa Indonesia 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs. Solo: Platinum.
Sumber lain: http://bissastra.blogspot.com/2009/04/ciri-dan-cara-menulis-pantun.html. Diakses 16 Januari 2013, 21:00 WIB. http://carapedia.com/pengertian_definisi_pengaruh_info2117.html.
Diakses
16
Januari 2013, 21:15 WIB. http://ebsoft.web.id. Diakses 05 Agustus 2010, 13:00 WIB. http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html. Diakses 15 Januari 2013, 20:00 WIB. http://lib.unnes.ac.id/11057/1/11729a.pdf, Jurnal Penelitian. Diakses 10 Agustus 2012, 10:00 WIB. http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/ hakikat-keterampilan-menulis-449101. html. Diakses 01 Juni 2013, 02:27 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun. Diakses 09 Mei 2013, 01:19 WIB.
11