Modul ke:
PENGARUH SOSIAL Conformity; Compliance; Obidience.
Fakultas
Psikologi
Program Studi
Psikologi www.mercubuana.ac.id
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom
CONFORMITY • Manusia cenderung mengikuti aturan yang ada dalam lingkungannya. Aturan-aturan yang mengatur tentang bagaimana sebaiknya bertingkah laku disebut norma sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas.
• Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial. • Norma sosial dapat berupa inuctive norms yaitu hal yang seharusnya kita lakukan, atau descriptive norms yaitu apa yang kebanyakan orang lakukan. Inuctive norms biasanya dilakukan secara eksplisit, sedangkan descriptive norms dilakukan secara implisit.
Pengaruh Norma dalam Kelompok • autoinetik phenomenon menJelaskan bahwa norma sosial berkembang dalam situasi yang ambigu. Saat situasi ambigu, individu cenderung mencari kejelasan melalui kelompok dengan mengikuti apa yang diharapkan oleh kelompok. • Kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti pada halhal yang positif saja. Manusia juga dapat melakukan konformitas pada bentuk perilaku negatif.
COMPLIANCE • Sering kali perilaku kita dipengaruhi oleh permintaan langsung orang lain. Hal tersebut merupakan suatu bentuk pengaruh sosial yang disebut dengan pemenuhan keinginan atau (Compliance).
Prinsip Dasar Compliance Pertemanan atau rasa suka. Kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang kita sukai daripada orang yang kita benci Komitmen atau konsistensi. Saat kita telah mengikatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.
Kelangkaan. Orang cenderung menghargai sesuatu yang langka atau jarang , karena itu kita lebih cenderung memenuhi permintaan yang menekankan kelangkaan dari pada yang tidak. Timbal balik. Kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan terhadap kita.
Validasi sosial • Kita cenderung melakukan tindakan bila tindakan itu konsisten dengan apa yang kita percaya. Otoritas. Kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.
Taktik dalam compliance Ingratiation: suatu cara dimana kita berusaha membuat orang laian menyukau kita aga kemudian mau mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang kita inginkan. The foot in the door ; adalah dengan memulai suatu permintaan dengan permintaan kecil, kemudian setelah didapatkan permintaan menjadi lebih besar dari sebelumnya.
The law ball: Memulai permintaan dengan penawaran yang sangat baik, lalu penawaran berubah menjadi kurang baik, sehingga banyak yang menolak tapi banyak juga yang tetap menerima kondisi tersebut. The door in the face: Permintaan dimulai dengan sesuatu yang sangat besar, setelah ditolak permintaan dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih kecil yang sesungguhnya menjadi target yang diminta.
That’s not all approach: seseorang menawarkan keuntungan tambahan sebelum orang lain menolak atau menerima permintaan tersebut. Playing hard to get; Dalam taktik ini seseorang memberi tau target bahwa benda yang ditawarkan langka dan sulit ditemukan. The fast approaching deadline: Kesempatan mendapatkan keuntungan untuk mendapatkan barang waktunya sangat terbatas.
• Yang menjadi garis bawah adalah: • Mudah atau sulitnya menolak suatu permintaan dipelajari lewat budaya dan konteks sosial. Caldini (1993) menjelaskan bahwa manusia cenderung berespon secara otomatis terhadap permintaan orang lain. Artinya, manusia memiliki pola tingkah laku yang otomatis dipicu oleh adanya satu bentuk informasi yang relevan dalam situasi tertentu.
OBEDIANCE • Perilaku kita selain dipengaruhi oleh konformitas dan compiance juga dipengaruhi oleh obediance atau kepatuhan. • Obidiance merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, dimana seseorang menaati atau mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power.
• Muncul istilah destructive obedience yakni individu cenderung patuh pada orang lain meskipun orang itu tidak memiliki power yang kuat. Individu juga dapat menuruti perintah yang sebenarnya membahayakan jiwa orang lain. Individu mematuhi perintah yang sebenarnya merusak, menyakiti ketika berada pada situasi diperintahkan untuk melakukannya.
4 faktor penyebab obedience: Faktor individu melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai tanggung awab ada pada orang yang memerintahkan dan bukan pada dirinya Individu yang memberikan perintah sering menggunakan simbol-simbol, seragam. Hal ini mengingatkan orangyang diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.
Hal-hal yang terjadi secara gradual dapat menyebabkan obedience. Perintah dimulai dari hal kecil kemudian meningkat menjadi lebih besar. Keempat proses yang teradi dangat cepat sehingga individu tidak dapat merefleksikan dan berpikir denganmendalam tindakan yang dilakukan.
Strategi untuk menolak obedience: Individu perlu diingatkan bahwa ia sendiri bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Individu diberitahu secara jelas bahwa perintah yang destruktif tidak diperkenankan Individu perlu meninau ulang motif dari atasannya.