DAFTAR ISI Sekilas Kajian Akademis Tahun 2011 Galeri Kajian Akademis Tahun 2011 Hasil Kajian Akademis Tahun 2011
Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran Peneliti : Mila Mumpuni, S.E., M. Si. Penguji : Dr. Nurdin Ibrahim, M. Pd. Drs. Anan Sutisna, M. Pd.
Peranan Ditjen Bea dan Cukai Sebagai Community Protector Dalam Importasi Precursor Peneliti : Adang Karyana Syahbana , B.Sc., S.S.T. Purjono, Ak., M.Comm. Penguji : Agung Krisdiyanto, ST. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.
Analisis Pengaruh Unconditional Grants, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah: Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia Peneliti : Sampurna Budi Utama, S.S.T., Ak., ME. Syahrul, S. Si Penguji : Wahyu Widjayanto, SE., MM. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.
Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK Peneliti : Achmat Subekan, S.E., M.Si. Ita Hartati, Ak., M.B.A. Penguji : Sudarso, MM.
Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugas Pembantuan Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang Peneliti : Tanda Setiya, S.E., M.Si. Rahmad Guntoro, S.E., MM. Penguji : Dr. Asep Suryadi, S.E.., M.Si. Sri Wahyuni, S.E., MFM.
KAJIAN AKADEMIS BPPK 2011
Ini adalah tahun kedua Kajian Akademis diselenggarakan. Dengan semangat
yang
sama,
Kajian
Akademis
BPPK
Tahun
2011
tetap
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan penelitian di bidang pengembangan SDM serta bidang keuangan dan kekayaan Negara sesuai dengan salah satu misi khusus BPPK.
Timeline
Diawali dengan permintaan proposal pada bulan Februari, kemudian Sekretariat Badan BPPK menentukan narasumber/penguji untuk masing-masing proposal tersebut berdasarkan tema tiap proposal. Narasumber/ penguji dalam Kajian Akademis kali ini terdiri dari narasumber/ penguji dari kalangan akademisi dan juga praktisi. Seperti di tahun ini, narasumber/ penguji berasal dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan praktisi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Pada tanggal 5 Juli 2011 diselenggarakan seminar proposal. Seminar tersebut dihadiri oleh 55 orang dari berbagai kalangan. Dari seminar tersebut akhirnya hanya lima buah proposal yang disetujui untuk melanjutkan ke tahap penelitian, yang keseluruhan biaya dalam penelitian tersebut ditanggung oleh BPPK sesuai dengan standar biaya yang berlaku. Penelitian dan penyusunan hasil penelitian dilakukan selama 3 bulan. Dalam waktu tersebut peneliti melakukan
koordinasi
dengan
Sekretariat
Badan
terkait
kelengkapan
administrasi penelitian. Setelah hasil penelitian tersebut selesai, peneliti mengirimkan ke Sekretariat Badan dan selanjutnya dikirimkan ke masing-masing narasumber/ penguji. Tahap terakhir dari proses pelaksanaan kegiatan Kajian Akademis adalah pelaksanaan seminar hasil.
Pada seminar hasil tersebut, hasil penelitian peneliti diuji oleh para narasumber/penguji. Seminar hasil Kajian Akademis tahun 2011 diadakan pada hari Selasa tanggal 29 November 2011 di Gedung B lantai 5 BPPK dan dihadiri oleh 134 orang. Sebelum hasil kajian akademis tersebut dipublikasikan, peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan narasumber/ penguji. Timeline Kajian Akademis BPPK Tahun 2011
Feb-Apr 2011
Mei-Jul 2011
Pengumpulan Penelaahan Proposal Proposal oleh Narasumber / Penguji
5 Jul 2011
Seminar Proposal
Ags-Okt 2011
Pelaksanaan Penelitian
29 Nov 2011
Pengujian Hasil Penelitian
Des 2011 Jan 2012
Revisi
Feb 2012
Publikasi
Tulisan Kajian Akademis 2011 Dengan dihasilkannya lima hasil kajian akademis yang proses penelitiannya dibiayai oleh BPPK, maka dengan ini BPPK mempublikasikan kelima karya ilmiah tersebut dalam Buku Kajian Akademis BPPK dengan rincian:
NO
NAMA PENELITI
JUDUL
NAMA NARASUMBER/ PENGUJI
1.
Mila Mumpuni
Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi Dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran
2.
Achmat Subekan dan Ita Hartati
Kajian Pengembangan Layanan Diklat Sudarso dan Keuangan Negara Melalui Pendanaan Yusman Syaukat Alternatif Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK
3.
Sampurna Budi Utama dan Syahrul
Analisis Pengaruh Unconditional Wahyu Widjayanto Grants, Pendapatan Asli Daerah dan Yusman (PAD) Dan Produk Domestik Regional Syaukat Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia
4.
Adang Karyana dan Peranan Ditjen Bea Cukai Sebagai Agung Krisdiyanto Community Protector Dalam Importasi dan Yusman Purjono Precursor Syaukat
5.
Tanda Setiya dan Rahmad Guntoro
Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugan Pembantuan (Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang)
Anan Sutisna, Nurdin Ibrahim, dan Yusman Syaukat
Asep Suryadi, Sri Wahyuni, dan Yusman Syaukat
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Disusun oleh: Nama Peneliti NIP Pangkat/golongan Jabatan
: Mila Mumpuni : 19741206 199511 2 001 : Penata / III/c : Widyaiswara Muda
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN JAKARTA 2011
i
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKRETARIAT BADAN JALAN PURNAWARMAN NOMOR 99, KEBAYORAN BARU, JAKARTA 12110 TELEPON (021) 7394666,7204131; FAKSIMILI (021) 7261775; SITUS www.bppk.depkeu.go.id
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini Nama Peneliti/Pengkaji NIP Pangkat/Golongan Jabatan
: Mila Mumpuni : 197412061995112001 : Penata/ III/c : Widyaiswara Muda
dengan ini menyatakan bahwa kajian akademis yang saya susun dengan judul:
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari kajian akademis orang lain. Hasil Kajian Akademis ini diserahkan kepada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk digandakan/diperbanyak dan disebarluaskan. Apabila kemudian hari pernyataan Saya tidak benar, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku (dikenakan sanksi disiplin Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku). Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana diperlukan. Yogyakarta, 25 Oktober 2011 Pembuat Pernyataan,
Mila Mumpuni NIP 197412061995112001
ii
Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan ragam metode pembelajaran dan mengajukan alternatif dalam mengatasi hambatan dalam penyampaian materi melalui ragam pembelajaran pada Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan ex post facto. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi kasus dengan subjek coba siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010/2011 di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta dengan jumlah siswa 33 orang. Perlakuan ragam pembelajaran pada materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi. Penelitian dilakukan pada semester dua dengan kurikulum yang telah disesuaikan. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas siswa, lembar respon siswa terhadap ragam pembelajaran, dan tes hasil pembelajaran. Instrumen sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi oleh pakar pendidikan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Ragam metode pembelajaran yang diterapkan mampu menimbulkan keterikatan antara siswa dan pengajar. 2) Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang membantu memecahkan kesulitan siswa terhadap materi baru dan sulit dipahami pada awal pembelajaran. 3) Metode penugasan merupakan metode yang paling tidak menarik bagi siswa karena siswa dituntut mandiri dalam menggali informasi. 4) Hasil pembelajaran menunjukkan perubahan aspek kognitif siswa tentang pengetahuan etika profesi dan pengembangan kepribadian. 5) Hambatan dalam penyampaian materi melalui ragam pembelajaran terletak pada kurikulum pembelajaran belum menunjukkan tujuan pencapaian kompetensi serta kurangnya dukungan sarana prasarana pembelajaran . Kata kunci: pembelajaran, metode pembelajaran, hasil pembelajaran, instrumen penelitian.
iii
Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran Abstract The purpose of this study is to describe the variety of learning method and propose alternatives in overcoming the obstacles in the delivery of content through a range of learning in the Diploma Program I of Finance of Specialization of Customs and Excise. This study uses qualitative research methods with ex post facto approach. Implementation of this research uses a case study with subject of student of Diploma Program I of Finance of Specialization of Customs and Excise of Year of 2010/2011 on the Finance Training Center in Yogyakarta with the number of 33 students . The treatments range of learning the material of Professional Ethics and Personal Development. The study was conducted in the second half with a curriculum that has been adjusted. This study uses the instruments of observation student activity sheets, student response sheets to the variety of learning, and test learning outcomes. The instrument used has been validated by education experts. The results of this study are as follows. 1) Variety of applied learning method which can lead to attachment between students and teachers. 2) Demonstration method is a method that helps to overcome the learning difficulties of students to new material and difficult to understand at the beginning of learning. 3) The assignment method is a method of the least attractive to students becausestudents are required independently in digging for information. 4) The results of indicate changes in the cognitive aspects of learning about students‟ knowledge of professional ethics and personal development. 5) Obstacles in delivery of content through various learning located in curriculum learning objectives has not shown achievement of competencies and the lack infrastructure support for learning Key words: learning, methods of instruments
learning, hasil pembelajaran, research
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengalirkan berkat berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan kajian akademis yang berjudul “Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi Dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran”. Kajian akademis ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan di bidang pendidikan. Kajian akademis ini dapat disusun dan disajikan dengan bimbingan, bantuan, dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Kamil Sjoeib selaku Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2. Bapak Doddy Iskandar selaku Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 3. Ibu Henny Kartika selaku Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana 4. Bapak Herawanto selaku Kepala Balai Diklat Keuangan Yogyakarta 5. Para validator pada instrumen kajian akademis ini. 6. Mahasiswa Kelas A Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010/2011 di BDK Yogyakarta 7. Pihak-pihak yang telah mendukung tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu Penulis menyadari bahwa kajian akademis ini masih memiliki beberapa keterbatasan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga hasil kajian akademis ini dapat lebih bermanfaat.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
i ii iii iv v vi viii ix x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... B. Rumusan Masalah .......................................................................... C. Ruang Lingkup ............................................................................... D. Tujuan ............................................................................................ E. Manfaat ..........................................................................................
1 4 5 5 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 1. Hakikat Pembelajaran................................................. ............. 2. Teori Psikologi Pendidikan........................................... ............. 3. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy)................. ............. 4. Strategi Pembelajaran.................................................. ............ 5. Media Pembelajaran.................................................. ............... 6. Sarana Prasarana.................................................... ................. 7. Metode Pembelajaran.................................................. ............. 8. Jenis-jenis Metode Pembelajaran............................... .............. a. Metode Ceramah......................................................... ...... b. Metode Diskusi................................................................... c. Metode Demontrasi..................................................... ....... d. Metode Field Trip.......................................................... ..... e. Metode Penugasan...................................................... ...... 9. Prodip I Keuangan........................................................ ............ B. Kerangka Pemikiran .......................................................................
7 8 9 15 17 21 22 23 24 24 25 26 27 28 28 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .............................................................................. B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... C. Populasi dan Sampel................................................... .................... D. Jenis dan Sumber Data............................................... .................... E. Teknik Pengumpulan Data.......................................... .................... F. Teknik Analisis Data................................................... ....................
36 37 37 38 42 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian............................................ ..................... 45 B. Deskripsi Hasil Penelitian............................................. ................... 48 C. Analisis Data................................................................................... 55
vi
BAB V PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 68 B. Keterbatasan Penelitian................................................................... 69 C. Saran............................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 71 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
vii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Data Responden............................................................................. 46 Tabel 4.2. Ringkasan Penerapan Ragam Pembelajaran ................................. 49 Tabel 4.3. Hasil Pretes Postes ........................................................................ 54 Tabel 4.4. Ringkasan Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran ........... 55 Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa .................................................. 63
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .................................................................... 34 Gambar 4.1. Rata-rata Respon Metode Pembelajaran .................................... 62 Gambar 4.2. Hasil Pretes Postes ..................................................................... 67
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Pretest dan Posttest.................................................................... 74
Lampiran 2
Respon Siswa Terhadap Metode-Metode Pembelajaran............................................... ............................... 77
Lampiran 3
Respon Aktivitas Siswa............................................................... 78
Lampiran 4
Form Validasi Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran................................... .......................................... 80
Lampiran 5
Form Validasi Pretes Postes....................................................... 81
Lampiran 6
Form Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa................................ 82
Lampiran 7
Kurikulum Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai........... ................................................... 83
Lampiran 8
Kalender Akademik T.A. 200/2011............ ................................. 84
Lampiran 9
GBPP Etika Profesi & Pengembangan Pribadi........................................................... .............................. 85
Lampiran 10 SAP Etika Profesi & Pengembangan Pribadi.............................. 89 Lampiran 11 Hasil Uji T ................................................................................... 94 Lampiran 12 Kopi Sertifikat Table Manner....................................................... 95 Lampiran 13 Ringkasan Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa............................................................ .............................. 96 Lampiran 14 Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa..... ............................. 97 Lampiran 15 Ringkasan Validasi Pretes Postes................ .............................. 98 Lampiran 16 Nilai Pretes Postes...................................................................... 99 Lampiran 17 Ringkasan Validasi Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran................. ............................................................ 100 Lampiran 18 Data Respon Metode Ceramah................... ............................... 101 Lampiran 19 Data Respon Metode Diskusi di Kelas........................................ 102 Lampiran 20 Data Respon Metode Diskusi di Kelas Virtual............................................................ .............................. 103 Lampiran 21 Data Respon Metode World Caffee............. ............................... 104 Lampiran 22 Data Respon Metode Demonstrasi............... .............................. 105 Lampiran 23 Data Respon Metode Penugasan................. .............................. 106 Lampiran 24 Data Respon Metode Field Trip.................... .............................. 107
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketercapaian output pembelajaran tidak hanya bergantung pada input saja melainkan juga proses pembelajaran. Program Diploma Keuangan yang diselenggarakan sebagai penyedia sumber daya yang siap masuk dunia kerja memiliki sumber masukan yang berkualitas tinggi. Dengan proses rekrutmen yang selektif terhadap calon siswa menjadikan nilai positif tersendiri ketercapaian output pembelajaran. Ketersediaan kualitas tinggi dari siswa yang akan memasuki proses pembelajaran menjadi salah satu modal ketercapaian output pembelajaran. Setelah dari sisi input terpenuhi dengan baik maka langkah berikutnya
adalah
menentukan
proses
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan kompetensi siswa baik dari sisi kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu perlu adanya pemikiran untuk menitikberatkan beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran. Dave Meiner (2002: 25-26) mengemukakan prinsip-prinsip tersebut yaitu: 1)adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran, 2) belajar bukan mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif, 3) kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar, 4) belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat presentasi, dan 5) belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi. Hal ini dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajar atau siswa (student centered approach). Setelah pendekatan pembelajaran ditentukan maka
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
perlu
dikembangkan
strategi
pembelajaran
yang
diterapkan.
Strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh pengajar dan siswa agar tujuan pembelajaran dpaat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran mengandung makna perencanaan yang berarti strategi masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Implementasi strategi pembelajaran akan dilaksanakan dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan pada program diploma disusun dalm situasi pembelajaran di ruang kelas pada umumnya. Faktor keterbatasan sarana ruang praktek berakibat terbatas penerapan metode pembelajaran. Program diploma seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang berbeda dengan program pendidikan perkuliahan pada umumnya. Hal ini dikarenakan karena pencapaian kompetensi siswa program diploma mampu dan siap memasuki dunia kerja sebagai pegawai pada Kementerian Keuangan. Metode pembelajaran yang digunakan saat ini lebih cenderung bersifat ceramah dan diskusi dengan memberdayakan media yang standar yang ada seperti LCD, laptop yang menyajikan slide dan tayangan video (Mila, 2010: 71). Keterbatasan penggunaan metode pembelajaran bukan berarti output yang dihasilkan saat ini belum tercapai, namun dengan dilibatkannya berbagai macam metode pembelajaran setidak-tidaknya akan meningkatkan capaian output yang sudah ada. Kesiapan sumber daya ketika memasuki dunia kerja tidak hanya terukur secara kognitif saja, tetapi juga dari aspek afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran.
2
BAB I PENDAHULUAN
Penelitian
Wanda
(2005:
83-90)
mengungkapkan
bahwa
sistem
pendidikan yang hanya menekankan hafalan atau drilling dengan cara mengajar yang kaku bahkan hanya menekankan pada kelulusan ujian akan menjadikan keterpurukan suatu negara. China pernah mengalami pada masa rezim Mao. Setelah era tersebut China bangkit dengan mendesain beban pelajaran siswa disesuaikan dengan tingkatan umur. Program Diploma Keuangan bertujuan menyiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja, tentu saja yang disiapkan tidak hanya kompetensi intelektual saja melainkan juga kompetensi seperti yang tercantum pada Pasal 26 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat
Keempat kompetensi tersebut dapat terpenuhi dengan menciptakan bentuk metode pembelajaran yang mampu mengakomodasi tercapainya kompetensikompetensi pembelajaran
tersebut.
Metode
menyenangkan
pembelajaran bagi
yang
pembelajar
menjadikan akan
situasi
mempermudah
pembentukan aspek kognitif, attitude maupun psikomotorik. Situasi pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa akan menjadikan pembelajaran tidak lagi berpusat pada pengajar sepenuhnya, siswa menyediakan diri dalam bagian proses pembelajaran. Materi pembelajaran yang menuntut pemenuhan secara kognitif lebih dominan dibandingkan dengan aspek attittude maupun psikomotorik maka metode ceramah dapat menjadikan situasi pembelajaran yang memudahkan pengajar menyampaikan kepada siswa. Pada materi yang lebih menitikberatkan
3
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
pada aspek attitude maupun psikomotorik maka perlu menerapkan metodemetode pembelajaran yang mampu mempermudah pencapaian kompetensi. Metode pembelajaran juga disesuaikan dengan capaian kompetensi pada setiap materi pembelajaran. Penyiapan pegawai yang cakap kerja secara kemampuan intelektual teknis sudah cukup dalam metode pembelajaran yang diberlakukan
pada
materi
teknis.
Materi
pembelajaran
yang
bertujuan
membentuk sikap sebagai pegawai yang cakap kerja diberikan melalui materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Metode pembelajaran yang diterapkan selama ini adalah ceramah dan diskusi. Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai salah satu kendala diterapkan metode-metode pembelajaran yang mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Hasil kajian nantinya diharapkan mampu memberikan solusi yang dalam menyiapkan sumber daya siap kerja
di lingkungan instansi Kementerian
Keuangan salah satunya melalui metode pembelajaran yang menjadikan situasi pembelajaran menyenangkan bagi siswa di Program Diploma Keuangan. Metode pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa akan dapat engakomodasi pembentukan tenaga kerja yang cakap secara kognitif, afektif dan psikomotorik khususnya melalui materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan maka masalah yang akan dikaji dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh ragam metode pembelajaran terhadap hasil belajar materi etika Profesi dan Pengembangan Pribadi yang diterapkan pada Program Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai?
4
BAB I PENDAHULUAN
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup masalah pada kajian ini mencakup: 1. Periode pengamatan adalah waktu proses pembelajaran yang berlaku bagi siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010/2011 pada saat semester II. 2. Unsur-unsur yang dikaji adalah aspek kognitif sebelum dan sesudah diberi
perlakuan,
respon
siswa
terhadap
perlakuan
metode
pembelajaran yang berbeda-beda, dan output siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran secara keseluruhan. 3. Lingkungan
objek
kajian
adalah
materi
Etika
Profesi
dan
Pengembangan Kepribadian yang disampaikan melalui desain komprehensif metode-metode pembelajaran. 4. Responden yang akan dilibatkan adalah siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010/2011 Kelas A.
D. Tujuan Kajian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan metode-metode pembelajaran pada Program Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. 2. Mengajukan alternatif mengatasi hambatan dalam penyampaian materi melalui metode-metode pembelajaran tersebut.
E. Manfaat Hasil kajian ini diharapkan memberikan manfaat :
5
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
1. Bagi lembaga pendidikan (dalam hal ini STAN) sebagai pengembangan diri dalam hal menyusun alternatif-alternatif metode pembelajaran sebagai implementasi kurikulum yang sudah disusun. 2. Bagi para pengajar untuk memperkaya metode-metode pembelajaran yang akan diterapkan pada proses pembelajaran.
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Sebelum mendalami makna pembelajaran, sebaiknya perlu menelaah terlebih dahulu arti dari belajar. Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan tuntutan hidup, kehidupan dan penghidupan yang senantiasa berubah. Burton dalam Mappa & Basleman (1994: 5); Knowles, Holton & Swason (2005: 12) mendefinisikan “learning is a change in the individual, due to interaction of that individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment.” Belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya, untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam belajar terdapat perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Gagne dalam Mappa & Basleman (1994: 6); Knowles, et al. (2005: 12) mengemukakan bahwa “learning is a change in human disposition or capability.which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to process of growth.”
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Belajar merupakan suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama jangka waktu yang lama dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan. Noe (2008: 125) sependapat bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif permanen yang bukan sebagai hasil pertumbuhan. Hal ini dapat diartikan bahwa dari belajar dapat membandingkan tingkah laku apa yang mungkin terjadi sebelum individu berada dalam situasi belajar dan tingkah laku apa yang dapat dipertunjukkan setelah perlakuan. Perubahan tersebut berupa peningkatan kemampuan misalnya: kognitif, sikap, maupun psikomotorik. Namun setidaknya perubahan tersebut bersifat permanen dapat disimpan dalam ingatan selama mungkin. Dari pendapat-pendapat tersebut didapatkan beberapa kata kunci yaitu perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Pada hakikatnya belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadilah proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan pengajar/instruktur, dan siswa dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia, yang berfungsi sebagai fasilitator yaitu tutor maupun berupa nonmanusia yaitu buku, rekaman bahan belajar pandang dan dengar, televisi, internet bahkan masalah yang sedang dihadapi. Gagne dalam Knowles et al. (2005: 15); Noe (2008: 126) mengidentifikasikan 5 (lima) hal proses pembelajaran yaitu: (1) motor skills, dimana perkembangannya melalui pengalaman atau praktek; (2) verbal information,
8
persyaratan utama yang
termuat
dalam konteks yaitu
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
kemampuan yang dinyatakan melalui menyusun fakta-fakta, menjelaskannya sampai dengan membuat pernyataan; (3) intellectual skills, pembelajaran yang menunjang ketika mempelajari keterampilan sebagai kompetensi yang dihasilkan; (4) cognitive strategies, pembelajaran yang berulang-ulang supaya ada perubahan dalam berpikir; dan (5) attitudes, kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar melalui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Gagne mengemukakan kemasan komprehensif proses pembelajaran yang dapat diterapkan pada orang dewasa. Prinsip, proses pembelajaran terjadi secara terus menerus sesuai dengan umur, minat dan bakat serta kebutuhan atas pengetahun yang
dibutuhkan
oleh
si
pembelajar.
Dengan
demikian,
kemasan
komprehensif dapat pula diterapkan bagi proses pembelajaran bagi siswa Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai 2. Teori Psikologi Pendidikan Teori psikologi pendidikan mencerminkan filosofi dan budaya ilmiah era di zaman para ahli tersebut berada. Hal ini akan berakibat sebuah teori akan menggantikan teori yang lain karena popularitas mereka. Kemungkinan dapat terjadi persaingan di antara mereka untuk menyatakan pendapatnya yang terbaik. Beberapa waktu terakhir, telah muncul kecenderungan ke arah saling berdampingan satu sama lain di antara sejumlah teori dan ke arah formulasi teori-teori bauran dan eklektik , yang menggunakan penjelasan yang berbeda untuk bentuk-bentuk pembelajaran yang berbeda. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka berikut disampaikan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran
9
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
a.Behavioris Merupakan teori yang dipandang paling banyak berpengaruh terhadap perkembangan teknologi pendidikan. Ringen (1990) dalam Hergenhahn & Olson (2008: 83) menuliskan bahwa “Skinner berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah soal pencarian sebab-sebab, bahwa identifikasi sebab-sebab akan memungkinkan dilakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitian eksperimental, yang dilakukan dengan benar, akan bisa mengidentifikasi sebab-sebab itu.” Pandangan Skinner merupakan basis atas skeptisismenya terhadap khususnya mentalitas dan terhadap berbagai pendekatan yang penting terhadap kajian tindakan akal dan belajar pada umumnya. Lebih populernya Skinner adalah dengan konsep stimulus-respon dan faktor penguatan (Heinich, et al. 1996:16; Hergenhahn & Olson, 2009: 87-98). Beberapa program yang banyak dipakai adalah yang didasari teori Skinner, di antaranya yaitu teknik penganggaran programed learning dengan alat untuk menyajikan materi yang dinamakan teaching machine. Ireson (2008: 10) mengungkapkan lebih lanjut pendapat Skinner bahwa belajar adalah proses pengetahuan terakumulasi dalam sequencing dan hirarkis mode. Lebih lanjut Skinner membedakan dua jenis perilaku. Pada dunia pendidikan, teori behavioris juga mempengaruhi sikap perilaku siswa yang didapat dari pengajar di kelas. Sikap perilaku siswa juga dipengaruhi pola pengaturan kelas sebagai tempat proses pembelajaran (Hasting & Schwieso, 1995 dalam Ireson, 2008:11). Titi Wurdiyanti (2005:65) bagi beberapa orang, teori ini bukan hal yang menarik, karena behavioris menekankan pada hasil bukan pada proses pembelajaran. Pada teori ini dikritisi
10
karena
menghilangkan
sisi
kemanusiaan
dalam
proses
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
pembelajaran. Argumen ini dibantah oleh ahli behaviorisme dengan penekanan pada perilaku tidak dapat dikecualikan dari dimensi afektif pendidikan,
dan
pada
kenyataannya,
ahli
behaviorisme
telah
mengembangkan taksonomi dan tujuan perilaku b.Kognitif Teori ini digunakan untuk melengkapi kekurangan pada teori behavioris, sebab teori behavioris belum mampu menyelesaikan problemproblem belajar yang kompleks. Diantara teori kognitif yang sering menjadi landasan penggunaan media adalah teori perkembangan Piaget. (Heinich,et al,1996:17 ;Hergenhahn, et al,2009 : 318-320) mengungkapkan bahwa teori Piaget akan ada proses yang secara bertahap dalam penerimaan materi ke otak pembelajar dan sesuai dengan kemampuan pembelajar.
Piaget
berpendapat bahwa pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajarn sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual (Hergenhahn, et al,2009 : 324). Artinya, materi pendidikan disesuaikan dengan struktur kognitif anak yang berubah baik saat terjadi pendewasaan biologis maupun berkat pengalaman indrawi. Teori Piaget akan ada keseimbangan antara apa yang pembelajar rasakan dengan apa yang dilihat atau pengalaman baru. Piaget menyusun tahap perkembangan pada empat tahap utama yaitu : 1) sensimotor, dimana langsung si pembelajar berhadapan dengan lingkungan menggunakan reflek bawaan; 2) pra-operasional, pembelajar mulai menyusun konsep; 3) operasi konkret, pembelajar menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan ; dan 4) operasi formal, pembelajar dapat memikirkan situasi hipotesis secara
11
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
penuh. (Hergenhahn, et al,2009 : 325). Perkembangan yang dialami oleh pembelajar menunjukkan bahwa pengenalan pada masing-masing individu pembelajar penting akan proses pengalihan pengetahuan ke otak lebih dapat dipahami sehingga akibatkan perubahan pada pembelajar. Agar pengalaman pembelajar diperkuat maka diperlukan penguatan intrisik ataupun ekstrinsik. Tolman (Hergenhahn, et al,2009 : 385-386) lebih mementingkan penguatan intrinsik dibandingkan penguatan ekstrinsik karena menurut Bandura penguatan ekstrinsik malah dapat mereduksi motivasi belajar siswa. Teori Tolman mendukung teori kognitif, hanya saja lebih cenderung menfokuskan diri pada penjelasan proses belajar. Sedangkan Bandura lebih komprehensif, yaitu dengan mempertimbangkan proses atensional, retensional, modeling dan motivasional pembelajar. Oleh karena itu, model pendidikan efektif mulai diperkenalkan melalui film, televisi, tape, demontrasi dan display. Apabila pada teori behavioris lebih mementingkan hasil maka pada teori kognitif lebih menfokuskan diri pada peserta didik. c.Konstruktivisme Sebagai anti tesis dari behaviorime, lahir konstruktivisme yang beranggapan bahwa peserta belajar adalah organisme aktif serta dengan usahanya dapat menciptakan makna tersendiri sebagai hasil dari proses belajar. Paham ini melihat peserta didik adalah subyek (pelaku) dalam proses belajar, dilandasi oleh teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa pembelajar
menciptakan
pengalaman-pengalamannya.
pengetahuan Beberapa
saat pemikir
berusaha
memahami
konstruktivis
seperti
Vygotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan
12
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
pengetahuan (konstruktivisme sosial) sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu). Kaum konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Relasi yang terbangun adalah guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Teori ini bersandarkan pikiran bahwa seorang siswa sesungguhnya pengemudi sekaligus pengendali informasi dan pengalaman baru yang mereka peroleh dalam sebuah proses memahami, mencermati secara kritis, sekaligus melakukan re-interpretasi pengetahuan dalam sebuah siklus belajar-mengajar. Meskipun kita tahu bahwa belajar adalah suatu penafsiran personal dan unik dalam sebuah konteks sosial, tetapi akan lebih bermakna jika akhir dari suatu proses pembelajaran dapat secara langsung memotivasi siswa untuk memahami sekaligus membangun arti baru. Penerapan
konstruktivisme
dalam
proses
belajar-mengajar
menghasilkan metode pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada siswa (Chen,2003:19; Lorsbach & Tobin, 1992). Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai orang yang menanggapi secara aktif objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya, serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwaperistiwa itu. Menurut teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan
13
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
membangun
pengetahuan
melalui
berbagai
pengalaman
yang
memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar (Novak & Gowin, 1984; Novak & Canas, 2008 ). Dengan itu, ia bisa jadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan Teori konstruktivisme memandang peserta didik secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut. Teori ini memandang
adanya
keterlibatan
yang
mendalam
dalam
proses
pembelajaran dan menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi peserta didik dalam pembelajaran mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilakukan pada kelas konvensional kebanyakan. Karena penekanan pada peserta didik lebih aktif maka dapat disebut strategi konstrukvisme dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered instruction). Agar menumbuhkan motivasi belajar maka perlu diciptakan diskusi kecil dalam kelas. Tolman dan Gestalt (Hergenhahn, et al,2009: 351) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya, siswa mempunyai kesempatan secara individual atau sebagai anggota kelompok untuk menguji ide-idenya secara memadai. Revolusi konstrukvisme memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstrukvisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygostky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepkonsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
14
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
ketidakseimbangan
dalam
memahami teori-teori
baru.
Teori
belajar
konstrukvisme menekankan pada pengalaman pembelajar, tidak hanya semata-mata pengetahuan kognitif (Heinich, et all,1996:17). Konstruktivisme mengakibatkan pembelajar kreatif dan tidak pasif. Dengan pembelajaran konstruktivisme, pembelajaran tidak berpusat pada pengajar. Akan menjadi hal
yang
sulit
apabila
pola
belajar
siswa
masih
dalam
kondisi
menggantungkan pada pengajar, karena aliran konstrukvisme meminta adanya perubahan budaya belajar menjadi memusatkan diri pada kemauan dan motivasi pembelajar terhadap pengetahuan yang diperlukan atau diminta mereka. Konsep teori konstrukvisme yang berpusatkan pada pembelajar sangat tepat pada pola pendidikan yang menggunakan bantuan teknologi, namun Vygotsky dalam Norah,Jones, dan Turner (2008: 41) berpendapat pengetahuan pembelajar terbentuk pada interaksi sosial. Hal ini berarti tetap diperlukan proses pengembangan pengetahuan melalui interaksi sosial (proses tatap muka). Dengan demikian, penggunaan bantuan teknologi dalam merubah pola pendidikan yang berpusatkan pada pembelajar tepat, tetapi juga tidak meninggalkan pola pendidikan melalui proses interaksi sosial. 3. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogy) Orang dewasa secara psikologi dapat didefinisikan berdasarkan: (1) definisi biologi, manusia menjadi dewasa karena usia di mana kedewasaan diukur dari kondisi biologis manusia; (2) definisi legalitas, manusia menjadi dewasa ketika berhak dan bertanggung jawab pada diri sendiri secara hukum; dan (3) definisi sosial, manusia menjadi dewasa di mana memulai hidup pada tatanan sosial sebagai pekerja atau orang tua ataupun sebagai
15
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
warga negara. Berdasarkan definisi-definisi tersebut Knowles et al. (2005: 64) mengemukakan secara psikologis, yang disebut orang dewasa adalah manusia disebut orang dewasa ketika menemukan atau mendapatkan konsep diri sebagai pertanggungjawaban pada kehidupannya sendiri atau dapat dikatakan mampu mengelola diri (mandiri). Model pembelajaran orang dewasa atau andragogy terkesan bagi orang dewasa saja sedangkan pembelajaran bagi anak-anak menggunakan model pedagogy. Bahkan disebutkan lebih lanjut bahwa pedagogy tidak baik sebagai model pembelaharan orang dewasa dan sebaliknya andragogy sebagai model yang baik (Knowles et al., 2005: 69). Lebih lanjut dikemukakan
oleh
Noe
(2008:
133)
bahwa
pedagogy
memberikan
tanggungjawab penuh kepada instruktur untuk membuat keputusan tentang konten pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Peserta didik secara umum akan menjadi penerima pasif arahan dan materi serta membawa sedikit pengalaman yang mungkin terbentuk sebagai sumberdaya pada lingkungan pembelajaran. Namun, dewasa ini jumlah guru pada sekolah menengah pertama maupun menengah mengeksplorasi menggunakan model andragogy dan anak-anak cenderung mempelajari lebih baik dengan berbagai kurikulum diterapkan dengan model andragogy. Andragogy sebagai model yang berdasarkan pada asumsi-asumsi yang berbeda dari model pedagogi, antara lain (Knowles et al., 2005: 64-68): (1) kebutuhan untuk mengetahui, (2) konsep diri pembelajar, (3) pengalaman pembelajar, (4) kesiapan untuk belajar, (5) orientasi untuk belajar, dan (6) motivasi. Orang dewasa harus mengetahui mengapa mereka memerlukan untuk mempelajari sesuatu sebelum mengambil bagian dalam proses
16
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
pembelajaran. Apabila seseorang sudah mengetahui alasan mengapa timbul kebutuhan
tersebut
mengoptimalkan
maka
dirinya
akan dalam
memudahkan mengeksplorasi
dirinya
sendiri
untuk
pengetahuan
yang
dibutuhkan. Para fasilitator pun akan lebih mudah membangun suasana yang dinamis dan efektif
dalam proses pembelajaran. Selanjutnya konsep diri
pembelajar harus dimiliki oleh orang dewasa dalam bertanggung jawab pada keputusan yang mereka buat sendiri. Kemudian pengalaman pembelajar yang kuantitas dan kualitasnya berbeda memiliki beberapa konsekuensi pada pembelajaran orang dewasa (andragogy). Dengan berdasarkan keragaman pengalaman yang dimiliki orang dewasa maka menunjukkan kesiapan untuk belajar. Orang dewasa akan menjadi siap untuk belajar dan mampu mengimplementasikannya pada situasi kehidupan yang nyata. Siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabenanan dan Cukai juga disiapkan untuk mengimplementasikan kompetensinya di dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran orang dewasa dapat diterapkan pada proses pembelajaran. 4. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu yaitu tujuan pembelajaran (Depdiknas,2008 : 3). Lebih lanjut dikemukakan oleh Kemp (1995) bahwa strategi pembelajaran
17
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Depdiknas,
2008:
4:
dan
diunduh
dari
http://www.effectperformance.com/sites/prestera/html/M4/L1%20%20ISD/M4L1P1.htm) . Dilain pihak, Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa
(Depdiknas,
2008
:
4
dan
diunduh
dari
http://www.effectperformance.com/sites/prestera/html/M4/L1%20%20ISD/M4L1P1.htm ). Tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu : 1) strategi pengorganisasian, 2) strategi penyampaian pembelajaran, dan 3) strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan (Merrril, 1994 :80). Selanjutnya dibagi menjadi dua jenis yaitu strategi makro dan strategi mikro. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur.
Sedangkan
strategi
mikro
mengacu
pada
metode
pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep. Artinya, strategi makro melibatkan tindakan bagaimana memilih konsep-konsep yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan melibatkan isi pembelajaran yang saling berkaitan. Sesuai pendapat Merrill, Depdiknas (2008: 47-53) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran terdiri dari: a) strategi umum, baik proses tatap
18
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
muka dan non tatap muka; b) metode yang digunakan baik untuk tatap muka dan non tatap muka; c) media, dapat berupa buku teks, program power point, overhead transparancy, ataupun software lab.virtual; dan d) perangkat keras yang dapat berupa laptop, LCD maupun laboratorium komputer. Menentukan pendekatan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar dan dimasukkan dalam kegiatan pra-instruksional, informasi presentasi, kegiatan pembelajar, pengujian dan tindak lanjut. Strategi biasanya terkait dengan kebutuhan dan minat siswa untuk meningkatkan belajar dan didasarkan pada banyak jenis metode belajar (Ekwensi, F., Moranski, J., & Townsend-Sweet, M., 2006). Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diperlukan oleh pembelajar; yang berguna apabila pembelajar di dunia kerja nantinya. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Forsyth, Jolliffe, & Stevens (2004: 83-92) bahwa strategi pembelajaran harus sudah terencana dengan baik dan selaras dengan tujuan yang akan dicapai. Barulah selanjutnya bagaimana kita akan menyampaikan materi-materi yang
ada
melalui metode-metode pembelajaran baik di kelas, pembelajaran jarak jauh, seminar, maupun pembelajaran berbasis komputer. Dari beberapa pendapat maka dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran secara prinsip adalah suatu upaya yang dikondisikan dapat mengakibatkan tercapainya tujuan pembelajaran melalui pengerahan sumber-sumber daya secara efektif dan efisien. Proses penyusunan strategi pembelajaran, berdasarkan kegiatan Gagne (Dick, 2005: 190-208) dibagi pada 5 (lima) komponen besar yaitu: 1) kegiatan sebelum pembelajaran, 2) isi presentasi, 3) partisipasi pembelajar,
19
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
4) penilaian, dan 5) kegiatan tindak lanjut. Komponen pertama, lebih menekankan pada pembelajar dengan diberi pilihan-pilihan bagi mereka untuk mengeksplorasi dalam pendalaman materi atau pengetahuan. Komponen pertama menjadi penting karena sebagai pondasi dalam menentukan isi konstruksi materi yang akan dibuat; sehingga pembelajar perlu dimotivasi kemudian tujuan-tujuan pembelajaran perlu digambarkan kepada pembelajar. Komponen kedua, menentukan secara pasti informasi, data, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip yang diperlukan untuk disampaikan kepada pebelajar. Selanjutnya penentuan tipe dan jumlah latihan pada setiap konsep nantinya. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bagaimana kita mempelajari dan bagaimana kita menggunakan latihan dan tanpa latihan untuk mencapai tugas tersebut dalam pembelajaran. Secara garis besar, kita menggunakan baik adanya latihan maupun tanpa latihan dalam strategi pembelajaran kita. Komponen
ketiga,
pembelajar
tidak
hanya
dituntut
mampu
mempraktekkan namun juga mampu menghasilkan kinerja sebagai wujud umpan balik dari apa yang sudah dipelajari. Sedangkan komponen keempat, bergantung pada pendesain strategi dalam menetapkan tujuan yang harus dicapai dari pembelajar. Dengan penetapan tujuan yang hendak dicapai, maka penilaian yang dibuat akan disesuaikan apakah dengan: 1) tes perbuatan, 2) tes tertulis, 3) tes lisan, 4) membuat makalah, ataukah portofolio ? Standar penilaian tidak dapat absolut tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, konstruksi pengetahuan, dan pencapaian akhir. Pengukuran dilihat dari keberhasilan dalam penyampaian cara belajar baru,
20
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
menghadapi hal-hal yang tidak terjadi sebelumnya, dan lingkungan yang otentik. 5. Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat dikategorikan bagian dari teknologi pendidikan. Heinich dkk. (1993: 16) yang menyatakan bahwa menerapkan pengetahuan ilmiah tentang proses belajar manusia untuk tugas-tugas praktis belajar dan mengajar melalui media pembelajaran. Proses pembelajaran didukung oleh unsur metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua
unsur ini saling terkait satu sama lain. Hal ini berarti bahwa dalam pemilihan satu metode mengajar tertentu akan berpengaruh jenis media pembelajaran yang sesuai pula. Walaupun masih harus diperhatikan aspek-aspek lain dalam pemilihan media pembelajaran seperti tujuan, jenis tugas, dan respon yang diharapkan peserta diklat menguasai setelah proses pembelajaran berlangsung serta konteks pembelajaran. Tam. M (2000) menyatakan bahwa komputer dapat secara efektif digunakan untuk mengembangkan higher-order thinking skills yang terdiri dari kemampuan mendefinisikan masalah, menilai (judging) suatu informasi, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang relevan. Teknologi dalam pembelajaran merupakan sebuah media atau tools. Pemanfaatan teknologi atau media pembelajaran yang tidak tepat dikuatirkan akan menghasilkan
sebuah
lingkungan
belajar
yang
tidak
produktif
(http://www.ifets.info/journals/3_2/tam.html) . Dewasa ini terdapat berbagai macam bentuk teknologi informasi sebagai
media
pembelajaran
seperti
misalnya
video
dics,
multimedia/hypermedia, email, maupun internet. Sehubungan dengan
21
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
pemanfaatan internet teknologi informasi yang ditawarkan dalam pendidikan adalah e-learning. Hartley dalam Romi SW (2007) menyatakan e-learning merupakan
suatu
jenis
belajar
mengajar
yang
memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet
atau
media
jaringan
komputer
lain
(http://ilmukomputer.org/2009/01/10/sistem-elearning-berbasis-modelmotivasi-komunitas/). Pada kajian ini siswa menggunakan media kelas virtual sebagai sarana diskusi, pengambilan materi dan tugas, serta pengiriman tugas pada alamat situs http://codef-learning.tk 6. Sarana Prasarana Standar kelengkapan sarana dan prasarana diklat adalah persyaratan minimal yang menyangkut kualitas dan kualitas fasilitas dan peralatan diklat sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam persyaratan akreditasi diklat (PP 101 Tahun 2000). Yang menetapkan standar tersebut disesuaikan dengan kebijakan instansi sepanjang harus memenuhi standar minimal yang harus dipenuhi agar tercapai penyelenggaraan diklat secara efektif. Sarana dan prasarana mendukung implementasi strategi pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar. Sarana dan prasarana dapat yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran; dapat pula yang tidak berkaitan langsung dengan proses pembelajaran. Yang berkaitan secara langusng antara lain yang digunakan pada proses pembelajaran, antara lain: (a) white board, (b) flip chart, (c) overhead projector, (d) modul, (e) multimedia, dan (f) sound system. Sedangkan yang digunakan secara tidak langsung pada proses pembelajaran namun pendukung terselenggaranya diklat, antara lain: (a)
22
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
ruang kelas, (b) ruang diskusi, (c) ruang kantor, (d) ruang kebugaran, (e) asrama bagi peserta, (f) perpustakaan, (g) ruang makan, (h) fasilitas olah raga, (i) unit kesehatan, dan (j) tempat ibadah. Sehubungan dengan Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai yang dilaksanakan di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta; maka penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan proses pembelajaran sudah dipenuhi dengan baik. Yang dimaksud adalah sesuai dengan standar minimal proses pembelajaran. Yang dimaksud antara lain ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang ibadah. Dan faslitas lainnya yang sudah disediakan di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta. 7. Metode Pembelajaran Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.
Metode
digunakan
untuk
menrealisasikan
strategi
pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi (Depdiknas, 2008: 5). Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan
ke
pencapaian
tujuan
(http://smacepiring.wordpress.com/
2008/03/10/beda-strategi-model-pendekatan-metode-dan-teknikPembelajaran/). Metode pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan
23
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
tujuan pembelajaran juga penggunaan media pembelajaran supaya jangan sampai metode yang digunakan tidak efektif. Pemilihan metode penting agar dapat memotivasi siswa dalam menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya peserta diklat terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dapat diartikan dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Keberhasilan penggunaan metode pembelajaran secara tepat, efisien dan efektif maka akan menunjang keberhasilan strategi pembelajaran. Metode pembelajaran pada pembelajaran pada prinsipnya adalah andragogy dimana melibatkan kontribusi peserta tidak hanya dari sisi pengajar/instruktur saja. Pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam kajian ini adalah ceramah, diskusi, demontrasi, dan role playing ke dalam situasi pembelajaran orang dewasa (andragogy) 8. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini akan berfungsi optimal dengan dukungan alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya (Depdinas, 2008: 13). Metode ini harus mempertimbangkan pokok materi yang ditonjolkan, setting ruang kelas yang memungkinkan pihak siswa mampu mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Metode ini sering digunakan oleh setiap
24
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
guru atau instruktur. Penggunaan metode ini dimungkinkan karena faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Metode ini menjadi tolok ukur bagi kebiasaan pembelajaran bahwa proses
pembelajaran
sudah
dilakukan.
Pihak
guru
merasa
sudah
memberikan informasi kepada siswa. Pihak siswa pun merasa sudah diberi informasi dengan metode ini. Metode ini merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori. Kelebihan metode ceramah adalah metode yang murah dan mudah untuk dilaksanakan serta dapat menyajiakn materi pelajaran yang luas. Kelemahan metode ini adalah materi yang dikuasi siswa hanya terbatas dari materi yang dikuasai pengajar dan cenderung dapat terjadi verbalisme (tanpa ada peragaan). Pada kajian ini metode ceramah dilaksanakan pada situasi pembelajaran yang berlangsung di ruang kelas berhubungan dengan teori etika, teori kode etik, dan teori kode etik profesi pegawai DJBC. b. Metode Diskusi Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa-siswa suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan
siswa
serta
membuat
suatu
keputusan
(Depdiknas,2008:18). Diskusi bukan menjadi debat yang bersifat mengadu arguimentasi tetapi lebih bersifat tukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Metode ini tidak perlu diorganisasi seperti metode ceramah dan tidak perlu disajikan secara langsung kepada siswa. Materi yang menjadi topik diskusi dapat timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Metode ini
25
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
digunakan pada kajian dengan tiga situasional. Kelebihan metode ini melibatkan siswa berkontribusi pada proses pembelajaran, sedangkan kelemahannya dapat terjadi kecenderungan siswa yang terlalu mendominasi pada proses pembelajaran. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan metode diskusi maka pada kajian ini, situasional yang pertama berlangsung di dalam ruang kelas di mana siswa dapat secara langsung menyampaikan pendapat dalam kelas besar, situasional kedua dalam ruang kelas virtual pada fasilitas forum pada alamat situs http://codef-learning.tk, dan situasional ketiga pada proses World Cafee di mana siswa belajar menjadi host, anggota kelompok kecil maupun kelompok besar untuk menyampaikan pendapat, menyanggah pendapat dan mengambil keputusan. c. Metode Demontrasi Metode demontrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Walaupun dalam proses demontrasi peran siswa hanya
memperhatikan
tetapi
metode
ini
dapat
menyajikan
bahan
pembelajaran yang lebih konkret. (Depdiknas, 2008:16). Metode ini memperagakan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau tiruan. Kelebihan metode ini adalah proses pembelajaran akan lebih menarik karena siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa, sedangkan kelemahannya adalah metode ini memerlukan pembiayaan untuk menyediakan peralatan-peralatan. Kajian ini menggunakan metode ini untuk memperagakan kepada siswa tentang etiket jamuan makan internasional
26
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
maupun jamuan makan yang biasa berlangsung pada kehidupan sehari-hari. Metode
ini
diharapkan
memberi gambaran kepada
siswa
maupun
pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensi afektif dan psikomotorik siswa mengenai etiket (sopan santun). d. Metode Field Trip Field Trip atau karyawisata adalah metode pembelajaran dengan melakukan kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar (Depdiknas, 2008: 30). Metode ini dapat melibatkan seluruh siswa untuk melakukan kunjungan ke luar kelas sebagai proses pembelajaran. Field Trip tidak mengambil tempat yang terlalu jauh dengan lokasi pendidikan dan tidak memerlukan waktu lama. Kelebihan
metode
ini
adalah
siswa
memperoleh
wawasan
pengetahuan secara langsung dari tempat yang dikunjungi, sedangkan kelemahannya memerlukan pembiayaan yang besar melakukan kunjungan ke beberapa lokasi. Pada kajian ini field trip dilakukan dengan melakukan kunjungan-kunjungan ke lokasi-lokasi pekerjaan. Siswa dibagi dalam kelompok kecil supaya tidak mengganggu proses pengamatan di lokasi kunjungan. Setiap kelompok kemudian melaporkan hasil pengamatan baik lisan (diskusi di kelas) maupun tertulis (laporan akhir). Lokasi yang dipilih adalah lokasi selain instansi di lingkungan DJBC supaya memberi wawasan dunia kerja di luar DJBC. Lokasi-lokasi yang dipilih adalah lokasi pekerjaan yang memberikan layanan kepada masyarakat baik instansi pemerintah maupun masyarakat pada umumnya.
27
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
e. Metode Penugasan Metode penugasan ini berbeda dengan pekerjaan rumah, melaui metode ini merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu atau kelompok. Penugasan dapat dilaksanakan di sekolah, diperpusatakaan dan tempat lainnya (Depdiknas, 2008: 25). Metode ini memungkinkan siswa menggali informasi tidak hanya bersumber dari buku tetapi juga dapat bersumber dari internet. Kelebihan metode ini menjadikan siswa aktif secara individu maupun kelompok serta belajar bertanggung jawab pada tugas yang diberikan, sedangkan kelemahannya adalah persepsi siswa terhadap metode ini ratarata masih menganggap sama seperti pekerjaan rumah pada umumnya. Pada
kajian
ini
metode
ini
digunakan
mengeksplorasi pengetahuan pada
untuk
merangsang
siswa
berbagai sumber pengetahuan dan
disampaikan pada fasilitas pengiriman tugas yang terdapat pada alamat situs http://codef-learning.tk maupun penyusunan kliping Etika yang mencakup: 1) hati nurani, 2) hak dan kewajiban, 3) kebebasan dan tanggung jawab, 4) norma, dan 5) nilai. 9. Program Diploma Keuangan Program Diploma Keuangan adalah pendidikan kedinasan yang berada di lingkungan Departemen Keuangan, yang diselenggarakan khusus untuk mendidik tenaga-tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu yang dibutuhkan oleh Departemen Keuangan, khususnya tenaga ahli di bidang Anggaran, Perpajakan, Bea dan Cukai dan Pegadaian. Pendidikan kedinasan ini diselenggarakan oleh Pusdiklat Anggaran, Pusdiklat Bea dan Cukai, Pusdiklat Perpajakan dan
28
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
Pusdiklat Keuangan Umum yang berada di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) – Departemen Keuangan. Seperti halnya dengan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0145/U/1982 telah ditetapkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat-pusdiklat di bawah BPPK adalah Program Diploma dengan spesialisasi Kebendaharaan Negara, Perpajakan, Bea dan Cukai dan Pegadaian yang ijazahnya sederajat dengan ijazah dengan Program Diploma yang dikeluarkan dengan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan umum program-program pendidikan yang diselenggarakan pada program diploma keuangan merupakan pendidikan tinggi kedinasan yang selain mendidik
mahasiswa
supaya
mempunyai
pengetahuan,
keahlian
dan
keterampilan dalam spesialisasinya masing-masing, juga mempersiapkan mahasiswa agar menjadi pegawai negeri yang berdisiplin tinggi, berakhlak tinggi dan penuh dedikasi. Dengan mengutip kriteria dari prinsip-prinsip pendidikan kejuruan menurut Charles Prosser (1925) seperti yang dikutip oleh Wardiman Djojonegoro : (a) Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan di mana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. Prodip Keuangan dididik melalui program klasikal maupun program di lapangan (di tempat kerja unit pengguna) sehingga memudahkan dalam mempraktekkan dari teori yang sudah dipelajari di kelas.
29
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
(b) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugastugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja. Prodip Keuangan juga menyediakan laboratorium, mini office dan alat-alat bantu yang disesuaikan dengan tempat bekerja nantinya (c) Pendidikan kejuruan akan efektif jika ia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri Peserta didik (mahasiswa) diberikan pelatihan kasus-kasus yang riil terjadi di tempat bekerja nantinya. (d) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi Prodip Keuangan menyediakan sarana pelatihan organisasi kemahasiswaan yang menunjang mengeksplorasi kemampuan berorganisasi dan beradaptasi dengan lingkungan (e) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan
hanya
dapat
diberikan
kepada
seseorang
yang
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya. Kurikulum Prodip Keuangan didesain dengan tuntutan profesi pegawai negeri yang sesuai dengan yang diperlukan oleh unit pengguna. (f) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar
30
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
diulangkan sehingga tepat seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya Materi pembelajaran diperkaya pada praktek-praktek di tempat berkerja nantinya (g) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman
yang
sukses
dalam
penerapan
keterampilan
dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan. Pengajar Prodip Keuangan selain widyaiswara juga para struktural unit pengguna maupun para praktisi sesuai dengan bidangnya (h) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia dapat bekerja pada jabatan tersebut Pemenuhan SKS yang dipersyaratkan Depdiknas yang sesuai dengan pemenuhan kemampuan minimun calon pegawai (i) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar Jumlah mahasiswa Prodip Keuangan adalah sesuai prediksi dan proyeksi kebutuhan jumlah pegawai dari setiap unit pengguna (j) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai) Prodip Keuangan juga menerapkan Praktek Kerja Lapangan di unit-unit pengguna (k) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
31
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Prodip
Keuangan
mempertimbangkan
pilihan
spesialisasi
(jurusan) yang dipilih berdasarkan kemampuan intelegensi, kepribadian dan juga fisik. (l) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi Prodip Keuangan merupakan pendidikan kedinasan yang biayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Dari beberapa prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Prosser dapat terpenuhi oleh Prodip Keuangan. Dengan demikian, Prodip Keuangan dapat dikategorikan sebagai pendidikan kejuruan yang menyiapkan pegawai dengan kompetensi keahlian di bidang pengelolaan Keuangan Negara. Pegawai-pegawai yang diperlukan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah pegawai yang tahan mental terhadap lingkungan alam (mencakup daratan dan lautan) maupun berhadapan dengan para importir maupun eksportir. Dengan demikian kompetensi pegawai yang dipersyaratkan selain kemampuan fisik beradaptasi terutama pada daerah-daerah perbatasan wilayah NKRI, kemampuan intelektual dalam melayani arus masuk dan keluarnya barang dari dan ke wilayah NKRI, maupun kemampuan sikap perilaku dalam melayani para importir maupun eksportir. Kemampuan fisik sudah diuji melalui test kesehatan dan aerobik pada saat rekrutmen masuk STAN dan kemampuan intelektual sudah diuji melalui Test Pontesial Akademik, Psikotest dan Test Wawancara pada saat rekrutmen masuk STAN. Persyaratan fisik para calon pegawai adalah sebagai berikut : a) Umur tidak kurang dari 18 tahun dan tidak lebih dari 21 tahun pada saat mendaftar masuk STAN
32
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
b) Berjenis kelamin laki-laki c) Tidak berkacamata d) Tidak buta warna e) Tidak cacat badan f)
Tidak kebergantungan pada Narkoba
g) Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama pendidikan di STAN Sedangkan persyaratan intelektual adalah nilai rata-rata "Ujian Tertulis" pada ijazah tidak kurang dari 7.00 (tujuh koma nol ) dan nilai tersebut bukan hasil pembulatan. Sehubungan dengan kompetensi pegawai yang diharapkan DJBC maka menurut paradigma konstruktivisme oleh Jean Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif, disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya, Preisseisen (1985). Menurut Preisseisen meta cognition meliputi empat jenis keterampilan, yaitu : 1) Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem solving) yaitu : Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. 2) Keterampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu : Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional.
33
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
3) Keterampilan Berpikir Kritis (Critical thinking) yaitu : Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya yaitu menganalisa argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. 4) Keterampilan Berpikir Kreatif (Creative thinking) yaitu : Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsipprinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu. Kompetensi pegawai yang diperlukan DJBC tidak hanya hard skill saja namun juga soft skill. Hal ini mengingat penugasan memungkinkan sampai pada daerah perbatasan terluar wilayah NKRI yang tidak terdapat kantor pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai. Oleh karena itu, meta cognition menurut Preisseisen menjadi bagian yang harus dimiliki juga oleh pegawai selain ketahanan fisik dan mental dari para pegawai. B. Kerangka Pemikiran Pada kajian ini diilustrasikan pada Gambar 2.1. di bawah ini Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
34
BAB II KAJIAN TEORI DAN LITERATUR
Pada Gambar 2.1. dapat dijelaskan bahwa kajian ini diawali dengan input para siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai yang diharapkan dapat menerapkan etika profesi dalam bekerja nantinya. Siswa yang sudah memiliki kompetensi dasar pengetahuan tentang bersikap menurut tatanan etika kemudian di bawa ke dalam situasi pembelajaran dengan melibatkan berbagai macam metode pembelajaran yang diharapkan mampu mencapai hasil pembelajaran yaitu siswa memiliki standar kompetensi etika menurut Kode Etik Profesi yang berlaku. Adapun proses yang menjadi bagian dari kerangka pemikiran mencakup sinergisitas
dari
adanya
pengajar
yang
mengimplementasikan
materi
pembelajaran ke dalam jadwal pembelajaran dengan melibatkan media pembelajaran, sarana prasarana dan evaluasi pembelajaran melaui metodemetode pembelajaran. Adapun metode-metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu: ceramah, diskusi, demonstrasi, field trip, dan penugasan. Dengan penerapan berbagi metode pembelajaran tersebut capaian hasil pembelajaran siswa tidak hanya dari sisi kognitif (siswa memiliki pengatahuan tenatang Etika Profesi PNS) saja melainkan juga aspek afektif (siswa memiliki semangat sebagai calon PNS yang beretika dan beretiket), dan aspek psikomotorik ( siswa dapat mengimplementasikan sikap sebagai calon PNS yang beretika dan beretiket sesuai dengan Kode Etik Profesi PNS)
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan ex post facto. Yang dimaksud dengan pendekatan ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian meruntut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Desain penelitian ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi
sekarang
(http://lubisgrafura.wordpress.com/2009/02/07/
rancangan-ex-post-facto/). Penelitian ex post facto dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian meruntut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ex post facto bertujuan untuk melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu. Penelitian ini menggunakan variabel bebas atribut yaitu peneliti tidak dapat menentukan responden secara bebas artinya responden tersebut telah ada sebelum penelitian tersebut. Rumusan masalah yang digunakan menggunakan rumusan masalah deskiptif yaitu sutu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Kemudian, pada kerangka teori penelitian ex post facto menggunakan kerangka teori yang bersifat deduktif yaitu kerangka tersebut memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ex post facto adalah hipotesis diskriptif, yaitu merupakan jawaban sementara terhadap masalah diskriptif yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. (http://edukasi.kompasiana.com/2010/ 11/18/eksperime-expost-facto-korelasional-komparatif/)
B. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dengan mengambil subjek coba siswa Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010/2011 di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta. Jumlah siswa 33 orang yang termasuk dalam kelas A. Adapun perlakuan metode pembelajaran pada materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Proses pembelajaran berlangsung pada semester II (21 Maret s.d. 24 Juni 2011) dengan kurikulum yang diberlakukan pada Prodip I Keuangan.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono,2009:80). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Prodip I Keuangan pada semester II dan siswa Prodip III Keuangan pada semester V. Namun karena mengingat keterbatasan dana, waktu dan tenaga yang dimiliki peneliti maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
37
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2009:81). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas A Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun Akademik 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang. Penentuan sampel digunakan teknik teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 85). Pertimbangan yang digunakan penelitia adalah sehubungan dengan penugasan dari instansi kepada peneliti untuk mengampu materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi pada siswa Kelas A di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta.
D. Jenis dan Sumber Data 1. Instrumen Penelitian Jenis data yang diperoleh kajian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa perubahan dari sisi kognitif siswa berupa pre test dan post test setelah mengikuti materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Data kualitatif berasal dari instrumen penelitian berupa kuesioner yang hasilnya diungkapkan secara narasi. Instrumen adalah alat pengumpul data yang dimaksudkan untuk mengukur keefektifan metode pembelajaran yang diterapkan. Penelitian ini menggunakan instrumen lembar observasi tentang
proses
pembelajaran
materi
Etika
Profesi
PNS.
Kajian
ini
menggunakan instrumen sebagai berikut: (1) lembar observasi aktivitas peserta diklat dalam proses pembelajaran; (2) lembar respon peserta dan pengajar terhadap media pembelajaran yang digunakan; dan (3) tes hasil pembelajaran.
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Adapun deskripsi masing-masing instrumen adalah : a.
Lembar observasi aktivitas siswa Lembar observasi yang digunakan sebagai pedoman untuk mengamati
aktivitas siswa diklat selama proses pembelajaran. Metode observasi digunakan untuk melakukan pengamatan secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan pengajar saat terjadinya proses pembelajaran, sehingga
didapatkan
data
pelaksanaan
proses
pembelajaran
yang
sebenarnya terjadi di dalam kelas serta bagaimana interaksi yang terjadi antara pengajar dan siswa. Aktivitas siswa dinilai dengan keterlibatan baik pada proses belajar melalui metode-metode pembelajaran yang diterapkan. Pemantauan aktivitas siswa melalui kehadiran dalam diskusi secara virtual dalam LMS http://codeflearning.tk , mengunduh materi dari LMS, dan menyelesaikan penugasan secara online. Pemantauan aktivitas melalui proses di ruang kelas meliputi kehadiran peserta di kelas, diskusi di kelas, dan keterlibatan siswa pada metode yang diterapkan di kelas. Lembar observasi digunakan oleh para pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung. (Lampiran 3). Penilaian atas lembar observasi diukur dari skor 1 sampai dengan 4. Setiap pengamatan terhadap metode pembelajaran yang diterapkan pada penelitian terdiri dari 7 (tujuh) item, sehingga maksimal skor yang diperoleh adalah 28. Pengamat keterlaksanaan pembelajaran berasal dari Seksi Penyelenggara Balai Diklat Keuangan Yogyakarta. Jumlah pengamat terdiri tiga orang yaitu dua orang Koordinator Kerja Urusan (KKU) Penyelenggara dan satu orang Pelaksana Seksi Penyelenggara. (Lampiran 14).
39
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
b.
Angket respon siswa terhadap metode-metode pembelajaran. Angket respon siswa merupakan ungkapan perasaan, pendapat dan
komentar tentang kegiatan pembelajaran melalui metode-metode yang diterapkan. Angket tersebut merupakan respon yang bersifat konstruktif dan akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi terhadap metode pembelajaran yang digunakan dalam Prodip I Keuangan. Menurut Suharsimi (2006) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang ia ketahui. Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket untuk mengumpulkan data karena angket memiliki kelebihan di samping keterbatasan. Tujuan pokok pembuatan angket adalah: (1) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, dan (2) memperoleh informasi sehubungan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum angket disusun maka harus dilalui prosedur : (1) merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket, (2) mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran angket, (3) menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan memiliki pengertian tunggal dan (4) menentukan jenis data yang akan dikumpulkan sekaligus untuk menentukan teknik analisanya. Angket juga digunakan dalam kajian ini sebagai pengumpul data untuk mengetahui respon kepada siswa tentang respon terhadap proses pembelajaran Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian melalui metode-metode pembelajaran. Lembar Respon Siswa (Lampiran 2) terhadap penggunaan metodemetode pembelajaran diukur dengan cara sebagai berikut:
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
a) Pernyataan Negatif terdapat pada nomor 6, 8, 10, 11, dan 14 diberi skor 1= sangat setuju, 2= setuju, 3= ragu-ragu, 4= tidak setuju, dan 5= sangat tidak setuju. b) Selebihnya adalah pernyataan Positif yang diberi skor 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=ragu-ragu, 4=tidak setuju, dan 5=sangat tidak setuju. c) Menghitung skor secara keseluruhan kemudian tentukan kategorinya sebagai berikut: (1) skor 1 – 37,49 = Tidak Baik; dan (2) skor 37,50 – 75,00 = Baik. d) Item respon siswa terhadap metode pembelajaran dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu: (1) minat siswa (item nomor 1, 2, 9); (2) pengajar (item nomor 3, 4, 5, 15); (3) materi (item nomor 6, 7, 8, 11, 14); dan (4) metode (item nomor 10, 12, 13) c.
Tes hasil pembelajaran Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi Etika Profesi PNS. Jenis tes yang digunakan adalah pre test dan post test meliputi aspek kognitif (Lampiran 1). Aspek kognitif yang diukur pada pnelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) etika, 2) etiket, 3) moral, dan 4) kode etik profesi. Jumlah soal pretes maupun postes sebanyak 30 soal dengan cara penilaian jumlah soal yang dikerjakan benar. Menurut Suharsimi (2006) pretes postes adalah instrumen yang digunakan untuk menguji kemampuan siswa sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan atau proses pembelajaran. Pretes digunakan pada
41
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siswa secara kognitif mengenai materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. d. Expert judgment Penilaian pakar (ahli) pendapat
dari
merupakan suatu pendekatan untuk meminta
individu-individu
dengan
informasi
keahlian
tertentu.
(http://unfccc.int/files/adaptation/methodologies_for/vulnerability_and_adaptatio n/application/pdf/expert_judgment.pdf diunduh tanggal 18 Juli 2011). Expert Judgment dilakukan pada kajian akademis ini untuk menvalidasi instrumeninstrumen yang diberlakukan seperti: 1) pretes, 2) respon siswa terhadap metode pembelajaran, 3) lembar observasi. Validasi yang dilakukan adalah validasi terhadap aspek petunjuk instrumen penelitian, aspek cakupan instrumen penilaian, dan aspek bahasa. Validasi dilakukan terhadap seluruh instrumen penelitian (Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6). Peserta Expert Judgment adalah orang-orang yang dipandang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang dijadikan fokus kajian ini yaitu para pakar dibidang: 1) pendidikan, 2) kode etik profesi, dan 3) teknologi informasi. Para pakar yang dilibatkan dari Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data Merupakan langkah utama dalam penelitian karena apabila teknik pengumpulan tidak diketahui oleh peneliti akan menjadikan data yang ada tidak memenuhi standar (Sugiyono, 2008: 401). Menurut Sugiyono (2008: 401-402) pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
dan berbagai cara. Pada kajian ini teknik yang digunakan dengan setting natural yaitu proses penyelenggaraan khususnya pada proses pembelajaran materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian pada Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta. Sedangkan dari sumber data menggunakan sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data; dalam kajian bersumber dari para siswa. Sumber sekunder juga digunakan dalam kajian ini yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data; dalam kajian ini menggunakan dokumen-dokumen yang mendukung proses pembelajaran materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Selanjutnya dari segi cara atau teknik pengumpulan data maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan) dan dokumentasi.
F.
Teknik Analisis Data Merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 428). Analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
analisiskeefektifan metode-metode pembelajaran sesuai dengan instrumen penelitian. Adapun analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif dengan memberikan narasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis
43
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
keefektifan apabila memenuhi indikator hasil akhir siswa, aktivitas siswa pada proses pembelajaran, maupun tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran pada proses pembelajaran. Sedangkan untuk melihat perbedaan hasil pembelajaran para siswa setelah mengikuti materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian akan dianalisis dengan statistik uji-t. Dengan demikian, keberhasilan metode-metode pembelajaran pada materi ini dapat diukur sebagai berikut: a) respon siswa terhadap setiap metode pembelajaran; b) kenyamanan penggunaan media pembelajaran; dan c) hasil evaluasi pembelajaran.
44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian Bagian ini terdiri dari data-data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Adapun data-data yang dimaksud adalah data para responden (siswa Prodip I Keuangan Kelas A di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta), materi pembelajaran, dan diakhiri dengan media maupun sarana prasarana selama proses pembelajaran materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Program Diploma Keuangan adalah pendidikan kedinasan yang berada di lingkungan Kementerian Keuangan, yang diselenggarakan khusus untuk mendidik tenaga-tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu yang dibutuhkan oleh Kementerian Keuangan, khususnya tenaga ahli di bidang Anggaran, Perpajakan, Bea dan Cukai dan Pegadaian. Pada penelitian ini tenaga ahli di bidang Bea dan Cukai. Tujuan umum program-program pendidikan yang diselenggarakan pada program diploma keuangan merupakan pendidikan tinggi kedinasan yang selain mendidik
mahasiswa
supaya
mempunyai
pengetahuan,
keahlian
dan
keterampilan dalam spesialisasinya masing-masing, juga mempersiapkan mahasiswa agar menjadi pegawai negeri yang berdisiplin tinggi, berakhlak tinggi dan penuh dedikasi. Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabenan dan Cukai adalah program pendidikan menyiapkan pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Adapun penyelenggaran pendidikan tersebut diselenggarakan di berbagai wilayah kerja BPPK, salah satunya di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta.
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
1.
Data Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas A Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai Tahun Akademik 2010/2011 di Yogyakarta. Data responden lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 4.1. berikut ini Tabel 4.1. Data Responden NO 1
KARAKTERISTIK Asal Daerah
JUMLAH
DKI Jakarta
2
Daerah Istimewa Yogyakarta
7
Jawa Tengah
2
3
4
Tahun Kelahiran
Asal Sekolah
Lulusan Tahun
24
1990
3
1991
8
1992
17
1993
4
1994
1
SMA
31
SMK
2
2008
1
2009
9
2010
23
Sumber: Data Primer,2011
Berdasarkan Tabel 4.1 jumlah responden seluruhnya 33 orang dengan asal daerah sebagian besar dari Propinsi Jawa Tengah sejumlah 24 orang. Latar belakang pendidikan sebagian besar lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sejumlah 31 orang. Baik lulusan SMA maupun SMK berasal dari SMA Negeri. Sebagian responden lulusan Tahun 2010 yaitu sejumlah 23 orang. Berdasarkan Tabel 4.1. maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik usia reponden rata-rata masih di bawah usia 20 tahun sehingga secara fisik belum memasuki puncak kekuatan sebagai hasil pendidikan dan/atau pelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mappa (1994: 17-19) yang menyatakan bahwa tahap usia 20-25 tahun merupakan masa individu makin terlibat dalam kegiatan sosial
46
yang saling
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
berkaitan satu sama lain, mengakibatkan individu menyadari diri sebagai warga mempengaruhi kelompoknya. Oleh karena itu, pada pembentukan aspek kognitif pada setiap mata pelajaran yang disampaikan dapat mudah dipahami oleh siswa sedangkan aspek attitude maupun psikomotorik terdapat sedkit kendala karena faktor usia tersebut. Kendala pembentukan sikap maupun keterampilan siswa sebagai calon pegawai disebabkan dalam waktu 1 (satu) tahun harus dihasilkan capaian calon Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap memasuki dunia kerja. 2.
Materi Pembelajaran Materi Etika Profesi dan Pengembangan merupakan Mata Kuliah Perilaku
Berkarya (MPB) dengan bobot 2 SKS yang diterapkan pada Semester II (Lampiran 7). Tujuan diterapkan materi tersebut adalah dalam rangka pembentukan sikap maupun mental calon pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan pada umumnya dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada khususnya. Persyaratan kelulusan materi tersebut diperbolehkan nilai “D” tetapi tidak boleh lebih dari 2 (dua) materi pelajaran kelompok Mata Kuliah Keahlian dan Keterampilan, Mata Kuliah Perilaku Berkarya, dan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat. Dalam penelitian ditetapkan materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian sebagai subjek coba. Alasan pemilihan mata pelajaran ini karena capaian hasil tidak hanya aspek kognitif melainkan aspek attitude maupun aspek psikomotorik sebagai calon pegawai DJBC yang beretika dan memiliki keribadian sesuai dengan citra Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tingkat kesulitan penyampaian materi ini adalah kendala waktu atau jadwal yang terhitung pendek untuk pembentukan aspek atiitude bahkan aspek psikotorik. Oleh karena itu proses pembelajaran menggunakan GBPP(Lampiran 9) dan SAP (Lampiran 10) yang
47
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
disesuaikan sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai calon pegawai di lingkungan DJBC. Adapun jadwal pembelajaran berlangsung mulai tanggal 21 Maret sampai dengan 24 Juni 2011 (Lampiran 8) dengan 12 kali tatap muka. 3.
Media dan Sarana prasarana Media pembelajaran yang baru pada penelitian ini adalah situs LMS yaitu
http://codef-learning.tk. Situs LMS yang terdapat komponen-komponen seperti lembaga pendidikan pada umumnya yaitu ruang kelas, petugas administrasi, materi, tempat pengiriman tugas, pengajar, dan siswa. Komponen-komponen tersebut secara „virtual‟ proses penyelenggaraannya. Sarana prasarana pendukung lainnya dalam penelitian ini adalah ruang makan pada Balai Diklat Keuangan Yogyakarta sebagai ruang makan siang bersama seluruh responden dan tempat dilakukan pelatihan table manner jamuan makan internasional yaitu di Citra Boga Catering, Ringroad Utara, Sleman, Yogyakarta.
B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN Bagian ini merupakan data hasil penelitian yang dilakukan berupa data ragam metode pembelajaran yang diterapkan dan hasil pretes dan postes. 1.
Ragam Metode Pembelajaran
Proses
pembelajaran
disampaikan
ke
dalam
berbagai
metode-metode
pembelajaran (Lampiran GBBP/SAP). Penerapan berbagai metode tersebut diharapkan mampu membentuk perubahan aspek kognitif, aspek attitude maupun aspek psikomotorik. Adapun metode-metode yang dilakukan diringkas pada Tabel 4.2. berikut ini.
48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. 2. Ringkasan Penerapan Ragam Pembelajaran Tatap Muka
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
Metode Ceramah
Diskusi Di Kelas
Diskusi Di Kelas Virtual
√
√
World Caffee
Demonstrasi
Penugasan
Field Trip
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √
√
√
√ √
√
Frek 4 7 Sumber: Data Primer,2001
3
1
1
1
1
Berdasarkan Tabel 4.2. penerapan metode yang paling sering diterapkan adalah diskusi di kelas. Diskusi yang dilakukan pada situasi kelas besar maupun dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Adapun alasan metode tersebut lebih sering diterapkan karena siswa sudah mengenal metode ini sejak di bangku SMA. Sedangkan metode yang diterapkan satu kali selama proses pembelajaran materi adalah metode world caffee, demonstrasi, penugasan, dan field trip. Secara keseluruhan proses pembelajaran didukung tindakan aktif siswa terhadap perolehan materi yang disampaikan pengajar melalui situs LMS pada alamat http://codef-learning.tk
Sebelum memulai pembelajaran setiap tatap
muka, siswa sudah terbelih dahulu mengunduh materi-materi tersebut.
(a)
Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode yang lazim dilakukan pada proses
pembelajaran terutama dalam rangka pemenuhan pengetahuan baru bagi siswa. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada pengajar dan siswa berkecenderungan akan bersikap pasif selama proses pembelajaran. Metode
49
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
ini diterapkan pada saat pemenuhan pengetahuan baru kepada siswa sebagai tahap penggalian wawasan kepada siswa. Tindakan siswa lebih cenderung pada kegiatan mendengarkan
dan mencatat,
walaupun
metode
ini
memungkinkan kegiatan siswa untuk bertanya atau curah pendapat. (b)
Metode Diskusi di Kelas Metode yang diterapkan berulang-ulang selama proses pembelajaran. Hal
ini dikarenakan metode ini membawa sikap dan tindakan siswa berperan aktif selama proses berlangsung. Pengajar bertindak sebagai fasilitator terhadap proses diskusi. Keterlibatan siswa pada dikusi kelas besar didominasi sebagian kecil siswa, oleh karena itu diterapkan pula dislusi pada kelas kecil (dibagi kelompok). Tetapi, kenadal keterbatasan waktu setiap tatap muka yang diterapkan berakibat diskusi lebih sering diterapkan pada situasi kelas besar. (c)
Metode Diskusi di Kelas Virtual Metode diskusi ini sama halnaya dengan metode diskusi di kelas, yang
membedakan adalah menggunakan kelas “virtual” pada http://codef-learning.tk pada fasilitas Forum. Forum adalah fasilitas diskusi secara offline pada LMS, sedangkan diskusi secara online pada fasilitas chatting. Pada penelitian ini tidak diterapkan pada diskusi online mengingat syarat proses pembelajaran di Prodip adalah kehadiran secara “nyata” di ruang kelas. Oleh karena itu, penerapan metode diskusi di kelas virtual tidak diterapkan tunggal pada setiap tatap muka. Metode ini diterapkan pada materi diskusi yang tidak diselesaikan pada proses di kelas “nyata” atau siswa mengusulkan topik diskusi baru. Selain pada situs LMS, proses diskusi di kelas virtual juga menggunakan situs jejaring sosial dengan nama grup “PRODIP I BC YOGYAKARTA 2010/2011 KELAS A”.
50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Diskusi online yang berlangsung di luar jam tatap muka dengan tema interaktif yang ditemukan siswa setiap saat terkait dengan materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Selain berfungsi sebagai sarana diskusi online, grup tersebut sebagai jalur alternatif kedua informasi (jalur informasi pertama pada situs LMS). (d)
Metode World Caffee Metode
ini
diterapkan
satu
kali
dengan
tema
hubungan
etika,moral,agama, dan hukum. Metode ini tidak hanya sekedar diskusi tetapi juga bertujuan membentuk siswa mampu mengelola organisasi (kelompok), mampu bersikap sebagai anggota organisasi (kelompok), berani berpendapat, berani mempertahankan pendapat, serta menjaga komitmen organisasi (kelompok). Metode ini diterapkan setelah metode ceramah maupun diskusi di kelas diterapkan. Metode ini menjadikan siswa semakin mengenal lebih dekat dengan siswa yang lain. Siswa juga mulai menemukan kelebihan dan kelemahan diri mereka masing-masing. Siswa akan menempatkan diri pada bagian metode ini sesuai dengan kelebihan masing-masing. (e)
Metode Demonstrasi Metode demonstrasi yang diterapkan terkait pembentukan sikap sopan
santun khususnya sikap pada jamuan makan bersama. Metode ini diterapkan sesuai dengan tatap muka hanya dilakukan sekali yaitu demonstrasi jamuan makan internasional. Tetapi, sebelumnya siswa sudah diterapkan metode demonstrasi
berupa
makan
siang
bersama
setelah
mengikuti
materi
perkuliahan Etika Profesi dan Pengembangan Profesi. Tahap pertama siswa belum terbiasa pada sikap yang sesuai tata tertib makan bersama secara kedinasan, tetapi pada makan siang yang kedua kali siswa mulai terbiasa
51
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
(makan siang bersama dilakuakn di ruang makan BDK Yogyakarta). Kemudian pada tahap berikutnya siswa mengikuti pembelajaran table manner jamuan makan internasional. Metode ini diterapkan pada Citra Boga Catering pada tanggal 5 April 2011. Instruktur pembelajaran table manner berasal dari praktisi dari LPP Ambarukmo. Setelah mengikuti pembelajaran table manner selain setiap
siswa
memperoleh
sertifikat
(Lampiran
12)
telah
mengikuti
pelatihan,siswa memahami bagaimana bersikap pada situasi formal yang menuntut sikap sopan santun yang tinggi. Metode ini kemudian sebagai dasar diterapkan hidangan kecil pada proses-proses pembelajaran berikutnya. Hak ini bertujuan menyiapkan siswa dapat menjaga sikap pada tugas formal seperti rapat, workshop, atau tugas-tugas lainnya yang memungkinkan disediakan hidangan makanan atau minuman. (f)
Metode Penugasan Tujuan metode ini diterapkan agar siswa dibawa pada sikap bertanggung
jawab dalam hal hak cipta kekayaan intelektual. Siswa diminta menyusun kliping tentang etika, dan memberikan respon terhadap artikel-artikel tersebut. Siswa diberikan peraturan cara mengutip tulisan orang lain, mengutip berita secara sah dan mempertanggungjawabkan dengan mempresentasikan di depan. Artinya, penugasan ini tidak hanya mengerjakan perintah tetapi juga mempertanggungjawabkan dengan sumbang pemikiran. Tingkat kesulitan metode ini adalah siswa belum terbiasa menulis, mengutip sumber pustaka. Metode ini juga dalam rangka menyiapkan kompetensi siswa dalam menulis sehubungan di akhir perkuliahan siswa diwajibkan menyusun Laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan).
52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
(g)
Metode Field Trip Metode ini diterapkan setelah teori-teori terkait dengan Etika Profesi dan
Pengembangan Kepribadian disampaikan kepada siswa. Siswa melakukan kunjungan ke berbagai lokasi pekerjaan (sesuai yang dipilih) dan mengamati para pelaku profesi tersebut. Sehubungan kesulitan dalam hal perizinan maka pengamatan dilakukan secara pasif, siswa tidak melakukan wawancara. Kunjungan dilakukan oleh kelompok kecil terdiri 2 orang dengan 16 lokasi pekerjaan. Hasil pengamatan dilaporkan dalam bentuk laporan tertulis. Tujuannya agar siswa mempelajari bagaimana etos kerja pelaku profesi, bagaimana sikap melayani pelanggan, dan menghargai pekerjaan di bidang lain selain sebagai pegawai DJBC. Lokasi-lokasi pekerjaan yang dikunjungi dan diamati oleh siswa adalah: 1) KPP Pratama Sleman (Bagian TPT), 2) KPP Wates (Bagian TPT), 3) Kantor Pos Besar Yogyakarta (loket layanan pengiriman pos), 4) Kantor Imigrasi Yogyakarta (bagian layanan), 5) Rumah Sakit Sardjito (Bagian Instalasi Gawat Darurat), 6) Pos Lalu Lintas Maguwoharjo, 7) Rumah Sakit Sardjito (Layanan Obat), 8) KPPN Yogyakarta (Seksi Verifikasi dan Akuntansi), 9) KPPN Yogyakarta (Seksi Layanan SPM), 10) Halte Trans Jogja, 11) Armada Bis Trans Jogja, 12) Stasiun Lempuyangan (loket pembelian tiket), 13) Bank BCA (Bagian Customer Service), 14) Bank BRI ( Bagian Customer Service), 15) Kantor Polisi Sektor Kalasan (Bagian Pengaduan), dan 16) Bandara Internasional Adisutjitpto (bagian penerbangan internasional). Pelaku profesi yang diamati di luar DJBC supaya siswa mengamati pelaku profesi di bidang lain sehingga membentuk sikap menghargai terhadap profesi lainnya. Pengamatan dilakukan dua tahap yaitu pagi hari dan esok hari. Tujuannya untuk membandingkan apakah sama
53
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
hasil pengamatan yang diperoelh atau berbeda. Hasil pengamatan dilaporkan berupa draft pada LMS kemudian baru disajikan sebagai laporan akhir dan dipertanggungjawabkan dengan presentasi di kelas pada pertemuan terakhir. 2.
Hasil pretes postes Prestes yang dilaksanakan pada awal pembelajaran tanggal 22 Maret
2011 (sesuai jadwal pembelajaran setiap hari Selasa), sedangkan postes dilaksanakan setelah pertemuan XII pada tanggal 21 Juni 2011. Pretes diikuti oleh 33 siswa tetapi pada saat postes hanya diikuti 32 siswa dikarenakan mengundurkan diri dari Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Adapun hasil pretes dan postes ditunjukkan pada Tabel 4.3.berikut ini.
Tabel 4.3. Hasil Pretes dan Postes No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
54
Skor Pretes 15 13 15 14 16 20 16 16 15 13 19 14 16 16 15 13 14
Skor Postes 21 21 21 22 23 25 19 21 22 22 21 20 22 0 17 20 19
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Skor Pretes 15 15 17 14 15 14 16 17 17 13 16 14 18 16 16 20
Skor Postes 18 19 17 21 16 19 18 24 19 19 19 20 19 17 20 20
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
C. ANALISIS DATA Bagian ini terdri dari analisis data pengamatan aktivitas kegiatan siswa, data respon siswa terhadap setiap metode pembelajaran, dan diakhiri dengan hasil pre postes siswa terhadap materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. 1. Respon Siswa terhadap Metode Pembelajaran Lembar respon terlebih dahulu divalidasi oleh pakar pendidikan (Lampiran 17) dengan hasil validasi tersebut dilakukan revisi kecil. Revisi yang dilakukan terhadap sistem penskoran lembar respon yang semula rentang 1 s.d. 5 dengan kriteria sebagai berikut: a) 1 berarti sangat tidak setuju, b) 2 berarti tidak setuju, c) 3 berarti ragu-ragu, d) 4 berarti setuju, dan e) 5 berarti sangat setuju. Berdasarkan masukan para pakar maka skor 3 ditiadakan supaya tidak menimbulkan keragu-raguan dalam melakukan penilaian terhadap respon siswa. oleh karena itu lembar respon siswa yang disampaikan dengan rentang skor 1 s.d. 4. Adapun ringkasan hasil respon siswa terhadap metode pembelajaran disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Ringkasan Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran
ITEM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2.52 2.39 2.57 2.39 2.18 2.39 3.00 3.01 2.55 2.42
2 2.91 2.73 2.85 3.06 2.73 2.48 3.03 2.36 2.61 2.88
METODE 3 4 2.85 3.12 3.00 2.94 2.79 2.91 2.70 3.06 2.58 3.00 2.52 2.82 3.00 2.85 2.52 2.91 2.67 2.82 2.91 2.91
5 3.61 3.45 2.97 2.70 3.27 3.00 3.36 3.12 3.06 2,91
6 2.48 2.43 2.54 2.33 2.33 2.38 2.91 2.64 2.45 3,00
7 3.06 3.09 2.97 2.79 2.73 2.55 3.00 2.70 2.88 2.88
55
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
ITEM 11 12 13 14 15 JUMLAH RATA2
1 2.97 2.55 2.21 3.09 2.70 38.94 2.60
2 2.97 2.76 3.15 3.00 2.76 42.28 2.82
METODE 3 4 5 2.91 2,96 2,99 2.48 2.79 3.15 2.33 3.06 2.73 2.85 3.03 2.61 2.30 3.03 2.91 40,14 44.21 45.84 2.68 2.95 3.06
6 3,03 2.24 2.14 3,23 2.45 38.48 2.57
7 2,91 2.70 2.94 2.64 2.58 42.52 2.83
Keterangan: 1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi di Kelas 3. Metode Kelas Virtual 4. Metode World Caffee 5. Metode Demonstrasi 6. Metode Penugasan. 7. Metode Field Trip
Berdasarkan Tabel 4.4. disampaikan hal-hal sebagai berikut: a.
Item 1 berhubungan dengan respon siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan, respon menyukai saya menyukai metode pembelajaran ini. Siswa menyukai metode demonstrasi (rerata 3,61) sedangkan metode yang paling tidak disukai adalah metode penugasan (rerata 2,48). Metode demonstrasi berupa pelatihan tata cara makan internasional menjadi suatu hal yang menarik bagi siswa, walaupun hal yang baru dan sulit tetapi siswa menyukai. Hal ini dikarenakan siswa mengamati dan mempraktekkan secara langsung sehingga siswa dapat memahami dengan benar. Metode penugasan tidak disukai siswa karena siswa belum terbiasa melakukan pencarian sumber pembelajaran secara mandiri di luar yang diberikan pengajar.
b.
Item 2: berhubungan dengan awal pembelajaran apakah ada sesuatu yang menarik bagi siswa atau tidak. Respon yang diperoleh adalah metode demontrasi (rerata 3,45) menjadikan siswa tertarik pada awal pembelajaran. Rasa ingin tahu yang tinggi dari siswa ditunjukkan dengan persiapan diri
56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
sebelum pelatihan table manner. Persiapan tersebut dengan makan siang bersama di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta sebanyak dua kali. Metode ceramah (rerata 2,39) bukan menjadi hal menarik di awal pembelajaran karena metode ini sudah sering dilakukan dan bukan hal yang baru bagi siswa. c.
Item 3:
berhubungan dengan motivasi yang diberikan pengajar kepada
siswa. Siswa memberikan respon tertinggi pada metode demonstrasi dan metode field trip (rerata 2,97). Kedua metode tersebut diberikan respon tertinggi oleh siswa karena dukungan pengajar pada proses pembelajaran pada penerapan metode tersebut tinggi. Pengajar pada materi pelatihan table manner secara terhadap memaparkan tata cara secara berurutan, demikian pula pada metode field trip pengajar memantau setiap lokasi kerja kunjungan siswa. Metode penugasan diberikan respon sebesar 2,54 oleh para siswa, hal ini dikarenakan pengajar tidak memberikan motivasi seperti yang diharapkan oleh siswa. Siswa berharap bahwa pengajar mendukung pada setiap tahap demi tahap pada metode pembelajaran yang diterapkan. d.
Item 4: berhubungan dengan kesempatan siswa berkomunikasi dengan pengajar pada metode yang diterapkan. Siswa memberikan respon tertinggi pada metode diskusi di kelas dan metode world cafee (rerata 3,06) sedangkan respon terendah pada metode penugasan (rerata 2,33). Komunikasi dalam metode diskusi di kelas maupun world cafee menjadi hal yang disukai siswa. Hal ini berarti bahwa kedua metode tersebut merupakan metode yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut ambil bagian dalam proses pembelajaran secara aktif, sedangkan pada metode penugasan para siswa dituntut bertindak secara mandiri tanpa adanya
57
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
komunikasi dengan pengajar seperti halnya dengan metode-metode yang lain. e.
Item 5: berhubungan dengan cara penyampaian materi bagi siswa. Metode ceramah direspon siswa merupakan metode yang terendah (rerata 2,18). Cara penyampaian dengan metode ceramah dinilai siswa menjadi metode yang paling tidak menarik. Metode ceramah lebih cenderung berpusat pada pengajar menjadikan ketidaktertarikan siswa terhadap proses pembelajaran. Metode demontrasi diberikan respon tertinggi (rerata 3,27) karena cara penyampaian pengajar pada pelatihan table manner melalui pemaparan dan siswa mempraktekkan setiap tahap demi tahap. Cara penyampaian yang menarik pada materi yang sulit dan baru sehingga siswa tidak merasakan kesulitan dalam mempelajari materi yang dipaparkan.
f.
Item 6: berhubungan respon tingkat kesulitan materi pembelajaran menurut pemikiran siswa. Metode demontrasi diberikan respon tertinggi pada rerata 3,00. Tingkat kesulitan materi dinilai siswa pada materi pelatihan table manner. Siswa pada awal pelatihan table manner merasa tidak mampu mempelajari karena hal yang baru dan belum pernah mereka lakukan. Metode ceramah diberikan respon terendah oleh siswa (rerata 2,39). Metode ceramah bagi siswa tidak menimbulkan pemikiran hal yang sulit pada proses pembelajaran karena sepenuhnya bergantung pada pengajar. Siswa memiliki pemikiran bahwa melalui metode ceramah
maka materi yang
disampaikan tentu dapat dipahami oleh siswa. g.
Item 7: berhubungan dengan berguna tidaknya materi bagi siswa. Respon siswa tertinggi pada metode demonstrasi (rerata 3,36). Hal ini dikarenakan siswa membuktikan diri mampu menunjukkan keterampilan mampu
58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
mempraktekkan tata cara jamuan makan internasional. Tingkat kegunaan tinggi menurut siswa walaupun tidak digunakan setiap hari oleh siswa. Namun, dengan pengalaman mampu melakukan dalam pelatihan maka siswa memiliki rasa percaya diri. Metode diskusi di kelas virtual diberikan respon terendah (rerata 2,82). Hal ini dikarenakan siswa masih menilai metode diskusi di kelas (rerata 3,03) lebih membantu siswa memahami materi. Siswa memandang diskusi di kelas virtual merupakan metode yang tidak seluruh siswa tidak mengikuti dengan baik karena keterbatasan fasilitas pribadi (terkaitan jaringan internet). Siswa lebih tertarik pada diskusi di kelas virtual pada situs jejaring sosial dibanding menggunakan LMS pada alamat http://codef-learning.tk. Hal ini merupakan perhatian bahwa di masa depan, perlu membangun LMS yang menarik tidak hanya digunakan sebagai tempat penempatan materi, penyampaian tugas, pengiriman tugas, diskusi online maupun offline. h.
Item 8: berhubungan dengan pembelajaran menjadi hal abstrak bagi siswa sehingga mereka sulit mempertahankan perhatian terhadap materi. Siswa memberikan respon tertinggi pada metode demontrasi (rerata 3,12). Siswa merasakan tata cara jamuan makan internasional merupakan hal yang baru dengan aturan yang sulit dipahami oleh siswa. Hal inilah yang menjadikan siswa sulit mempertahankan perhatian terhadap materi. Siswa memberikan tanggapan materi ini sangat menekankan etiket yang bersifat terbatas lahiriah tetapi mengikat pada etika yang dimiliki siswa. Metode diskusi di kelas diberikan respon terendah (rerata 2,36) sehingga menunjukkan bahwa metode diskusi di kelas mampu meminimalisasi kesulitan siswa dalam mempertahankan perhatian terhadap materi yang disampaikan pengajar.
59
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
i.
Item 9: berhubungan dengan tanggapan siswa terhadap pembelajaran sehingga mereka ingin mengetahui lebih jauh pokok bahasan materi. Metode demontrasi diberikan respon tertinggi oleh siswa (rerata 3,06). Siswa senang dengan mempelajari hal yang baru walaupun memiliki tingkat kesulitan tinggi, siswa termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut. Metode penugasan diberikan respon terendah oleh siswa (rerata 2,45). Siswa tidak memiliki ketertarikan untuk mempelajari lebih lanjut materi yang disampaikan setelah diterapkan metode penugasan.
j.
Item 10: berhubungan dengan menarik tidaknya metode yang diterapkan bagi siswa. Metode penugasan merupakan metode yang paling tidak menarik diberikan respon pada rerata 3,00. Metode yang menyulitkan siswa dalam menggali sumber belajar di luar yang sudah disediakan atau disampaikan oleh pengajar, sedangkan metode ceramah diberikan respon terendah (rerata 2,42) oleh siswa. Metode ceramah bagi siswa masih merupakan
metode
yang
menarik,
meskipun
tidak
seluruh
materi
pembelajaran tepat diterapkan dengan metode tersebut. k.
Item 11: berhubungan dengan relevan tidaknya pembelajaran yang disampaikan kepada siswa. Metode penugasan diberikan respon sebesar 3,03, hal ini menunjukkan bahwa metode ini dinilai siswa tidak memiliki tingkat relevansi pada pembelajaran terkait dengan etika profesi sedangkan metode world cafee diberikan respon sebesar 2,96. Hal ini berarti metode world caffee memiliki relevansi yang tinggi pada materi etika profesi. Metode world caffee membentuk karakter siswa dan membantu siswa mengenali karakter siswa yang lain. Setelah diterapkan dengan metode world cafee
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
menjadikan seluruh siswa menjadi tim kerja yang solid dan mampu bekerja sama dengan saling memahami satu sama lain. l.
Item 12: berhubungan dengan tingkat kenyamanan siswa dalam mempelajari materi. Metode demontrasi memiliki tingkat kenyamanan tinggi (rerata 3,15) karena siswa dengan leluasa mempraktekkan secara langsung tata cara jamuan
makan
internasional.
Metode
penugasan
memiliki
tingkat
kenyamanan yang paling rendah (rerata 2,24). Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa mandiri dalam melakukan tugas dan bertanggung jawab penuh atas hasil penyelesaian tugas yang dilaksanakan. m. Item 13: berhubungan dengan pengenalan karakter antar siswa. Metode world caffe diberikan respon tertinggi (rerata 3,06) karena melalui metode ini siswa mampu mengenali karakter siswa yang lain. Karakter-karakter siswa yang sudah terbentuk atau dimiliki setiap siswa mampu membentuk tim kerja yang dinamis. Metode ceramah merupakan metode yang paling tidak dapat digunakan untuk mengenal karakter siswa yang lain (rerata 2,21). Hal ini dikarenakan metode ini berpusatkan pada pengajar, siswa lebih cenderung bersikap pasif. n.
Item 14: berhubungan dengan respon sedikitpun siswa tidak paham dengan isi materi yang disampaikan oleh pengajar. Metode penugasan diberikan respon tertinggi (rerata 3,23) karena pengajar hanya melakukan komunikasi di awal pembelajaran dan di pertemuan berikutnya ketika siswa melakukan presentasi sebagai pertanggungjawaban atas penugasan yang sudah diselesaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan pengajar pada setiap tahap pembelajaran diperlukan oleh siswa pada setiap penyampaian materi. Metode world cafee diberikan respon sebesar 2,61 sehingga
61
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
menunjukkan bahwa melalui metode ini siswa memahami isi materi yang disampaikan. Hal ini dikarenakan siswa terlebih dahulu seudah memiliki pengalaman atau pengetahuan sebelum materi disampaikan oleh pengajar. o.
Item
15:
berhubungan
dengan
atraktif
tidaknya
pengajar
dalam
menyampaikan materi. Metode world cafee diberikan respon sebesar pada rerata 3,03 karena pengajar mendampingi pada setiap kelompok kecil dalam berdikusi sampai dengan pengambilan keputusan pada setiap kasus yang harus diselesaikan oleh kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas). Metode penugasan diberikan respon sebesar 2,45 karena peran pengajar sangat terbatas pada awal dan akhir saja dan pengajar cenderung pasif pada metode penugasan ini. . Secara keseluruhan, rata-rata respon terhadap metode pembelajaran disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini. Gambar 4.1. Rata-rata Respon Metode Pembelajaran
Berdasarkan Gambar 4.1., ditunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan maupun respon dari siswa, secara keseluruah metode demonstrasi
62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
diberikan respon tertinggi oleh siswa (rerata 3,06) sedangkan respon terendah (rerata 2,57) diberikan siswa pada metode penugasan. Metode demonstrasi merupakan metode yang belum pernah diterapkan pada materi-materi lainnya sehingga ketika diterapkan pada materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Siswa merasa termotivasi untuk mempelajari materi walaupun materi yang sulit dan asing buat mereka. Namun, metode demonstrasi menuntut daya dukung sarana yang lengkap apabila akan diterapkan. Pada penelitian ini, materi tata cara jamuan makan internasional sebagai bagian pembelajaran sopan santun bagi siswa. Kemudian, apabila metode penugasan menjadi metode yang paling tidak menarik bagi siswa karena faktor keterbatasan daya dukung dalam pencarian data. Siswa belum terbiasa untuk mencari informasi faktual dan mempresentasikan informasi yang diperoleh menurut standar kode etik penulisan karya ilmiah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana mempersiapkan siswa dalam hal penulisan yang sesusai dengan standar yang berlaku. 2.
Aktivitas Siswa
Lembar pengamatan terhadap siswa pendidikan
(Lampiran
13)
terlebih dahulu
Berdasarkan
validasi
divalidasi oleh pakar
tersebut
maka
lembar
pengamatan dapat digunakan pada penelitian ini dengan sedikit revisi yaitu narasi pada lembar pengamatan. Adapun hasil pengamatan pada skor 1 s.d. 4 dan disajikan pada Tabel 4.5. berikut ini. Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa NO
Metode
Uraian 1
2
3
4
5
6
1
Persiapan materi yang diunduh dari LMS
3
4
4
4
1
4
2
Peserta mengikuti proses pembelajaran
4
4
2
4
4
4
63
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
NO
Metode
Uraian 1
2
3
4
5
6
5
Peserta terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan Peserta antusias dengan metode yang diterapkan Aktivitas tanya jawab pada saat proses pembelajaran
6
Kesempatan menyampaikan pendapat
2.67
3.33
4
4
3
3
7
Pemahaman materi pembelajaran
2.33
3.67
3
4
3
2.67
3 4
4
3.67
2
4
4
4
2.67
3.33
2
4
4
3
2
3.67
3
4
2
2
Keterangan: 1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi di Kelas 3. Metode Kelas Virtual 4. Metode World Caffee 5. Metode Demonstrasi 6. Metode Penugasan.
Pada Tabel 4.5. disajikan bahwa terkait dengan persiapan materi yang diunduh dari LMS menunjukkan bahwa pada metode ceramah diberi skor 3. Hal ini dikarenakan pada awalnya siswa masih belum terbiasa menggunakan LMS dan cenderung bergantung pada siswa lain untuk mengunduh dari LMS dan meminjam data tersebut dengan meng-copy pada flashdisk. Namun, pada metode berikutnya siswa mandiri melakukan sendiri pengunduhan manteri dari LMS. Pada metode demonstrasi, materi tidak disediakan pada LMS melainkan langsung disampaikan oleh instruktur pada saat pelatihan table manner jamuan makan internasional. Kemudian terkait denga proses pembelajaran, seluruh siswa mengikuti proses tersebut pada setiap metode, terkecuali pada metode diskusi kelas virtual. Pengamat yang melakukan proses hanya satu orang mengingat yang terdaftar pada LMS baru satu pengamat. Pengamat member skor 2 yaitu sebagian kecil siswa yang mengikuti proses tersebut. Hal ini dikarenakan tidak seluruh siswa memiliki jaringan internet pribadi di rumah atau tempat tinggal. Keterlibatan siswa pada metode pembelajaran yang diterapkan diberi skor 2 oleh pengamat pada metode diskusi kelas virtual. Skor 3,67 untuk metode
64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
diskusi di kelas yaitu diikutioleh sebagian besar siswa. Antusiasme tertinggi siswa terhadap metode pembelajaran pada metode world caffee dan demonstrasi. Hal ini mengingat hal baru dan sangat membangun situasi yang komunikatif
antar
siswa
maupun
antusiasme terendah pada metode
atara
pengajar
dan
siswa.sedangkan
ceramah (skor 2,67) karena komunikasi
hanya berlangsung pada satu arah, berpusat pada pengajar sehingga siswa hanya bertindak pasif. Aktivitas Tanya jawab siswa selama proses pembelajaran diberikan skor tertinggi untuk metode world caffee, sedangkan metode ceramah diberi skor 2 karena siswa cenderung bertindak hanya mendengar dan mencatat. Metode demonstrasi juga diberikan skor 2 karena faktor malu bertanya seputar hal-hal jamuan makan internasional. Hal ini menjadikan siswa-siswa tertentu saja yang bertanya kepada instruktur, namun bukan berarti siswa tidak memiliki motivasi mempelajari jamuan makan internasional. Pada metode penugasan juga diberi skor 2, hal ini menunjukkan siswa cenderung menilai hasil karya mereka sendiri tanpa memperhatikan karya orang lain. Yang dimaksud di sini, siswa hanya berkonsentrasi pada persiapan presentasi tetapi tidak memberikan respon pada siswa lain yang sedangkan mempresentasikan hasil mereka. Kesempatan menyampaikan pendapat pada metode kelas virtual diberi skor tertinggi yaitu 4. Hal ini menujukkan siswa memiliki kebebasan untuk berpendapat tanpa ada beban salah berpendapat, melalui proses virtual siswa ternyata mampu mengeluarkan pendapat-pendapat yang terkadang tidak terpikirkan oleh pengajar, hanya saja keterbatasan jaringan internet sehingga tidak seluruh siswa dapat mengikuti proses ini dengan baik.
65
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Metode world caffee juga diberi skor 4 karena seluruh siswa pasti menyampaikan pendapat baik dalam kelompok kecil sebagai anggota maupun sebagai host kelompok. Hal ini membantu siswa yang belum memiliki keberanian berpendapat dalam situasi kelas besar maka pada kelas kecil (kelompok) mereka mulai berani mengeluarkan pendapat. Kesempatan berpendapat terendah pada skor 2,67 pada metode ceramah. Metode ceramah memang cenderung menjadikan siswa tidak berpendapat karena mereka bergantung sepenuhnya pada pengajar. Pemahaman siswa terhap materi pembelajaran skor tertinggi 4 pada metode world cafee karena siswa sudah memiliki wawasan terlebih terhadap topik materi yang akan didiskusikan di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya siswa memiliki wawsan atau pengetahuan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran supaya lebih mempermudah pemahaman terhadap siswa itu sendiri. Skor terendah 2,33 pada metode ceramah karena materi baru apabila disampaikan pada metode ceramah sepenuhnya maka akan menyulitkan bagi pengajar dalam menyampaikan materi, dari sisi siswa juga terdapat kendala pemahaman materi. 3.
Pretes dan Postes Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
penerapan
ragam
pembelajaran mampu mempengaruhi hasil pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pretes dan postes. Adapun soal pretes dan postes terlebih divalidasi oleh pakar pendidikan (Lampiran 15) Berdasarkan validasi pakar dinyatakan bahwa pretes dapat digunakan pada penelitian ini. Kemudian pretes dilakukan pada awal pembelajaran (tatap muka 1) dan diikuti oleh seluruh siswa Kelas A. Kemudian postes dilakukan di akhir tatap muka ke-12 setelah
66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
seluruh ragam pembelajaran diterapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa menunjukkan ada perbedaan antara nilai pretes dan postes, disajikan pada Gambar 4.2. berikut ini. Gambar4.2. Hasil Pretes Postes
Berdasarkan Gambar 4.2. diperoleh data bahwa nilai rata-rata pretes 15,55 sedangkan postes 19,42 berarti ada perubahan postif terhadap aspek kognitif siswa. Pada penelitian ini juga dilakukan Uji Beda terhadap nilai pretes dan postes dan diperoleh hasil bahwa P=0,000 < α=0,05 yang berarti nilai pretes dan postes berbeda nyata. Dengan
demikian,
adanya
berbagai
metode
pembelajaran
yang
diterapkan mampu membawa perubahan aspek kognitif siswa terhadap materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. Selain itu, penerapan berbagai metode pembelajaran mampu membawa perubahan sikap siswa yang membawa perubahan proses pembelajaran. Hal ini berakibat timbulnya keterikatan tinggi antara siswa dan pengajar sehingga mempermudah pencapaian kompetensi yang diharapkan dari materi pembelajaran itu sendiri.
67
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan berdasarkan ujicoba dan merujuk pada permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Ragam pembelajaran yang diterapkan pada materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian mampu menimbulkan keterikatan antara siswa dan pengajar.
2.
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang membantu kesulitan siswa terhadap materi baru dan sulit dipahami pada awal pembelajaran.
Siswa termotivasi untuk mempelajari hal baru dengan
mempraktekkan secara langsung. 3.
Metode penugasan merupakan metode yang paling tidak menarik bagi siswa karena siswa dituntut mandiri dalam menggali informasi. Selain itu siswa dikarenakan siswa belum terbiasa menyusun laporan sesuai dengan standar penulisan karya ilmiah.
4.
Metode world caffee merupakan metode yang membentuk siswa memahami karakter orang lain, membentuk siswa memiliki kepercayaan diri mengeluarkan pendapat maupun mempertahankan pendapat.
5.
Hasil pembelajaran menunjukkan perubahan aspek kognitif siswa tentang pengetahuan etika profesi dan pengembangan kepribadian. Aspek attitude ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku sopan santun dengan diterapkan berbagai metode pembelajaran.
BAB V PENUTUP
6.
Hambatan dalam penyampaian materi melalui ragam pembelajaran terletak pada kurikulum pembelajaran belum menunjukkan tujuan pencapaian kompetensi serta kurangnya dukungan sarana prasarana pembelajaran.
B. Keterbatasan Penellitian Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain: 1. Penelitian ini tidak ada kelompok kontrol mengingat keterbatasan waktu dan biaya serta perizinan. Responden adalah siswa pendidikan kedinasan yang terikat pada proses pembelajaran yang sesuai dengan kalender akademik yang ditetapkan oleh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). 2. Tidak dilakukan pretes dan postes pada setiap penerapan berbagai metode pembelajaran mengingat tujuan penelitian ini bukan mencari metode yang paling efektif tetapi metode yang dapat diterima oleh siswa supaya timbulnya keterikatan tinggi berasal dari siswa bukan dari pengajar.
C. Saran/Rekomendasi Saran atau rekomendasi pada penelitian yang akan datang sebagai berikut: 1. Penelitian yang bertujuan menemukan metode pembelajaran yang efektif pada setiap materi pembelajaran. 2. Capaian kompetensi setiap materi pembelajaran sampai terukur pada aspek kognitif, aspek attitude, ataupun aspek psikomotorik sehingga memudahkan pengajar dalam menyusun GBPP/SAP. 3. Pengajar bersedia menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan capaian kompetensi sehingga proses pembelajaran lebih mudah dalam membentuk kompetensi siswa.
69
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
4. Perlunya dukungan sarana prasarana supaya berbagai metode pembelajaran dapat diterapkan pada proses pendidikan di Prodip Keuangan.
70
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2004). Peningkatan kualitas pembelajaran. Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Depdiknas. (2008). Strategi pembelajaran dan pemilihannya. http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2009/10/14-KODE03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf diunduh tanggal 4 Desember 2009 Direktorat Tenaga Kependidikan. Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dick, W., Carey,L., & Carey, J.O. (2005). The systemic design of intruction. sixth edition. Publishing by Pearson. Ekwensi,F., Moranski,J., & Townsend-Sweet,M. (2006). E-learning concepts and techniques. bloomsburg university of pennsylavania’s department of instructional technology. 5.1 instructional strategies for online learning. retrieved november 2008. http://bloomu.edu/Spring2006_eBook_files/ebook_spring2006.pdf diunduh tanggal 8 Desember 2009 Forsyth, Ian, Jolliffe, Alan., & Stevens, David. (2004). practical strategies for teachers, lecturers and trainers ( set of 4 volumes). planning (vol. 1). Crest Publishing House Gagne, R.M. The condition of learning. New York: Halt Renehart and Winston dalam Mappa,Syamsu & Basleman, Anisah. (1994). Teori belajar orang dewasa. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Ditjen Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Gary J. Senn.,& Gary, J. Comparison of face-to-face and hybrid delivery of a course that requires technology skills development .Journal of information technology education volume 7. 267-283. Diunduh dari www.jite.org/documents/vol7/p267-283/pdf tanggal 22 Juli 2009 Heinich, Robert., Molenda, & Russel. (1996). Instructional media and technologies for learning. New Jersey: Englewood Cliffs. Prentice-Hall,Inc Hergenhahn,B.R. dan Matthew H. Olson. 2008. Theories of Learning. Edisi Ketujuh ( Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S.). Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. Knowles, M.S., Holton III, E.F., & Swanson, R.A. (2005). The Adult learner. the definitive classic in adult education and human resource development. 6th edition. Elsevier Butterworth Heonermrn. Learning strategies or instructional strategies. (n.d). diunduh dari http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/strategy.html tanggal 30 Mei 2009.
71
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
Mappa, Syamsu & Basleman, Anisah. (1994). Teori belajar orang dewasa. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Kependidikan. Ditjen Dikti. Depdiknas. Meiner, dave. 2002. Diunduh dari artikel Peran Strategi Kognitif dalam Akselerasi Pembelajaran http://istpi.wordpress.com/2008/06/19/peran-strategi-kogtinifdalam-akselerasi-pembelajaran/ diunduh tanggal 1 april 2011 Merrill, M.D. (1994). Instructional design theory. Library of Congress Cataloging in Publucation. http://books.google.co.id/books?id=kPB_L4JcOoC&pg=PA101&lpg=PA101&dq=reigeluth,+bunderson,+meril+(197 7)&source=bl&ots=kCVh3kQEW9&sig=31eJoD84H7CWE2D30kCJnYdb6c&hl=id&ei=7WIgS5qFMcTkAW5o6zcCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CA4Q6 AEwAQ#v=onepage&q=organizing%20strategy&f=false di unduh tanggal 10 Desember 2009. Mila Mumpuni. 2010. Implementasi Proses Pembelajaran Dalam rangka Penyiapan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Kementerian Keuangan (studi Kasus pada Crash Program Prodip I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta). Prodising Seminar Nasional “Character Building for Educational Education”. Volume 5 Tahun 2010. Universitas Negeri Yogyakarta Noe, Raymond A. (2008). Employee training & development. Forth Edition. McGraw Hill International Edition Phillips, Jack J. (1991). The handbook of training evaluation and measurement methods. Second Edition. Publishing: Gulf Publishing Company, Houston, Texas. Romi Satrio Wahono. (2007). Sistem e-learning berbasis model motivasi komunitas. Jurnal teknodik No. 21/XI/TEKNODIK/Agustus/2007, Agustus 2007 diunduh dari http://ilmukomputer.org/2009/01/10/sistem-elearningberbasis-model-motivasi-komunitas/ pada tanggal 30 Mei 2009 Sugiyono. (1998). Manajemen pendidikan dan pelatihan (diklat). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta Tam, M. (2000). Constructivism, instructional design and technology implication for transforming distance learning. Journal of Educational Technology. Volume 3, Number 2, 2000. Diunduh dari http://www.ifets.info/journals/3_2/tam.html tanggal 5 November 2009.
72
DAFTAR PUSTAKA
Wanda Chrisiana. 2005. Upaya penerapan pendidikan karakter bagi mahasiswa (studi kasus di jurusan teknik industri UK Petra) http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial/ diunduh 1 April 2011
73
Lampiran 1 (PRETEST DAN POSTEST) Pernyataan Benar, tulis ”B” pada kotak yang tersedia. Pernyataan Salah, tulis ”S” pada kotak yang tersedia 1. Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 2. Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. 3. Larangan yang berbunyi ” jangan mengambil milik orang lain” adalah tindakan yang menunjukkan ”immoral” menurut konteks Bahasa Indonesia 4. Bagi tamu yang bermalam lebih dari 2 x 24 jam harus melapor kepada RT setempat. Pengumuman tersebut menunjukkan sikap yang amoral menurut konteks Bahasa Indonesia 5. Orang yang bertangan kidal pasti tidak ber-etiket tetapi ber-etika 6. Jamuan makan internasional diatur menurut nilai etika dan etiket 7. Etika mengatur manusia secara normatif; etiket mengatur manusia secara deskriptif
8. Sumber ajaran moral hanya dari agama dan sumber ideologi tertentu sedangkan etika bersumber dari adat istiadat dan tradisi 9. Seseorang yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi moral maupun sanksi hukum bersifat memaksa 10. Nilai moral selalu berkaitan dengan tanggung jawab 11. Nilai moral tidak boleh ditawar-tawar, karena bersifat mutlak. 12. Perbuatan dibedakan menjadi 4 (empat tingkat) yaitu rencana dalam hati, perbuatan, hasil perbuatan dan pertanggungjawaban perbuatan 13. Saya adalah seorang pegawai Kementerian Keuangan harus bersikap jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar. Kalimat ini menunjukkan bahwa saya mampu melakukan ”keharusan” secara kaidah moral tetapi belum secara alamiah.
74
LAMPIRAN 1
14. Induk hewan memberi makanan kepada anak-anaknya; orangtua (manusia) juga memberi makanan kepada anak-anaknya. Kalimat ini menunjukkan bahwa hewan dan manusia juga melakukan ”keharusan” secara alamiah dan kaidah moral 15. Aturan disiplin yang mengatur kita sebagai PNS yang tertuang dalam PP 30 Tahun 1980 maupun PP 42 Tahun 2002 merupakan aplikasi etika deskriptif 16. Etika khusus mengatur kita agar bersikap preskiptif yaitu berani menyatakan suatu perbuatan baik atau buruk 17. Etika terapan dapat menyoroti suatu profesi atau masalah tertentu, misal : kekerasan dalam rumah tangga, mal praktek dunia kedokteran 18. Tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu ”kebaikan” yang berlaku secara universal adalah yang dibahas dalam makroetika 19. Tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu ”kebaikan” yang berlaku terbatas pada wilayah tertentu adalah yang dibahas dalam mesoetika 20. Apabila terbukti seorang PNS menyebabkan kerugian negara maka harus mengembalikan kepada negara; berarti PNS tersebut bertanggung jawab secara restropektif. 21. Saya menasihati teman agar tidak berbuat curang sewaktu mengerjakan ujian tengah semester, tetapi teman saya tidak mengindahkan nasehat saya dan tetap nekad melakukan tindakan yang menurut saya tidak benar. Saya merasa integritas pribadi saya hancur karena nasehat saya tidak didengar dan dilakukan teman saya 22. Kode etik profesi bagi setiap profesi bersifat mengatur secara prospektif saja. 23. Tindakan tidak menyetujui pada suatu hal yang terjadi pada masyarakat
24. Mesoetika dipopulerkan oleh George Moore yang membahas ucapanucapan yang berhubungan dengan bidang moralitas, misalnya : ucapan ”baik” 25. Tempat ideal pembinaan hati nurani adalah tempat pendidikan khusus agama yang terus menerus samapi terbentuk satu keyakinan dalam menjalankan kewajiban dam bukan paksaan dari luar 26. ”kejujuran” adalah nilai moral yang berarti dan penuh makna tanpa perlu diterapkan pada nilai lain.
75
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
27. Nilai berkaitan dengan tanggung jawab kita contohnya keberadaan fisik dan intelegensi manusia. 28. Etiket bersifat relatif dan mengatur manusia secara prespektif 29. Kode Etik Profesi hanya mengatur bagaimana harus bagaimana ber-etiket diatur dalam aturan masyarakat lain.
ber-etika;
30. Etika mengatur para profesional khusus sedangkan moral mengatur para masyarakat umum.
76
Lampiran 2 RESPON SISWA TERHADAP METODE-METODE PEMBELAJARAN METODE ............................*) Petunjuk 1. Pada kuesioner ini terdapat 15 pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap pertanyaan dalam kaitannyta dengan model pembelajaran yang baru selesai Anda ikuti. Berilah jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. 2. Pertimbangkan setiap pertanyaan terpisah dan tentukan kebenarannya menurut Anda. Jawaban Anda jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain 3. *) Ceramah/Diskusi/Demontrasi/Role Playing/Penugasan 4. Terima kasih. Keterangan pilihan jawaban : 1 = sangat tidak setuju; 4= setuju 2 = tidak setuju; 5= sangat setuju 3 = ragu-ragu 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10 11 12 13 14 15
77
PERNYATAAN Saya menyukai metode pembelajaran ini Pada awal pembelajaran ada sesuatu yang menarik bagi saya. Pengajar memberi motivasi kepada saya Saya mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan pengajar pada metode ini Cara penyampaian materi menarik bagi saya. Materi pembelajaran ini lebih sulit dipahami dari yang saya bayangkan sebelumnya Materi ini sangat berguna bagi saya. Pembelajaran ini mejadi abstrak bagi saya, sehingga saya sulit mempertahankan perhatian saya terhadap materi Saya senang dengan pembelajaran ini sehingga saya ingin mengetahui lebih jauh pokok bahasan materi ini. Metode ini terasa hambar bagi saya, tidak menarik. Pembelajaran ini tidak relevan, saya tidak memerlukannya Saya nyaman belajar materi dengan metode ini Saya menjadi lebih mengenal karakter teman dengan metode pembelajaran ini Sedikitpun saya tidak paham dengan isi materi yang disampaikan oleh pengajar Pengajar begitu atraktif menyampaikan materi
Pilihan Jawaban 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Lampiran 3 RESPON AKTIVITAS SISWA 1. Pengisian lembar pengamatan ini dilakukan dengan memberi tanda (X) pada kolom yang disediakan. 2. Pengamatan terdiri dari 7 pernyataan.
1. Persiapan materi yang diunduh dari LMS 4 3 2 1
Seluruh siswa sudah memiliki materi sebelum proses pembelajaran Sebagian besar siswa sudah memiliki materi sebelum proses pembelajaran (lebih dari 50% siswa sudah memiliki) Sebagian kecil siswa sudah memiliki materi sebelum proses pembelajaran (kurang dari 50% siswa sudah memiliki) Seluruh siswa belum memiliki materi sebelum proses pembelajaran
2. Peserta mengikuti proses pembelajran 4 3 2 1
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran Sebagian besar siswa mengikuti proses pembelajaran Sebagian kecil siswa mengikuti proses pembelajaran Seluruh siswa tidak mengikuti proses pembelajaran
3. Peserta terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan 4 3 2 1
Seluruh siswa terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian besar siswa terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian kecil siswa terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan Seluruh siswa tidak terlibat dengan metode pembelajaran yang diterapkan
4. Peserta antusias dengan metode pembelajaran yang diterapkan 4 3 2 1
78
Seluruh siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian besar siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian kecil siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diterapkan Seluruh siswa tidak antusias dengan metode pembelajaran yang diterapkan
LAMPIRAN 3
5. Aktivitas tanya jawab pada saat proses pembelajaran 4 3 2 1
Seluruh siswa melibatkan diri pada bagian tanya jawab dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian besar siswa melibatkan diri pada bagian tanya jawab dengan metode pembelajaran yang diterapkan Sebagian kecil siswa melibatkan diri pada bagian tanya jawab dengan metode pembelajaran yang diterapkan Seluruh siswa tidak melibatkan diri pada bagian tanya jawab dengan metode pembelajaran yang diterapkan
6. Kesempatan menyampaikan pendapat 4 3 2 1
Seluruh siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat Sebagian besar siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat Sebagian kecil memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat Seluruh siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat
7. Pemahaman materi pembelajaran 4 3 2 1
Seluruh siswa memahami isi materi pembelajaran Sebagian besar siswa memahami isi materi pembelajaran Sebagian kecil siswa memahami isi materi pembelajaran Seluruh siswa tidak siswa memahami isi materi pembelajaran
79
Lampiran 4 VALIDASI RESPON SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN Petunjuk: 1. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian (validasi) terhadap angket respon pada kajian akademis ini. 2. Pengisian lembar validasi ini dilakukan dengan memberi tanda (X) pada kolom validasi dengan ketentuan sebagai berikut: 4 = baik sekali 3 = baik 2 = kurang baik 1 = tidak baik
No I
II
III
A = dapat digunakan tanpa revisi B = dapat digunakan dengan sedikit revisi C = dapat digunakan dengan banyak revisi D = belum dapat digunakan
Uraian
4
Validasi 3 2
A
B
IV
Penilaian (validasi) umum terhadap respon siswa terhadap metode pembelajaran Catatan:
..................,................ ..... Validator
( ___________ )
80
1
Aspek Petunjuk : 1. Kriteria respon peserta terhadap metode pembelajaran dinyatakan dengan jelas 2. Pedoman penilaian respon peserta terhadap metode pembelajaran dinyatakan dengan jelas Aspek cakupan pedoman penilaian 1. Unsur pembobotan nilai dinyatakan dengan jelas 2. Unsur skor respon peserta terhadap metode pembelajaran dinyatakan dengan jelas Aspek bahasa 1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 2. Rumusan pernyataan komunikatif 3. Menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dipahami PENILAIAN VALIDASI UMUM C
D
Lampiran 5 VALIDASI PRETES DAN POSTES Petunjuk: 1. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian (validasi) terhadap pretes postes materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian. 2. Pengisian lembar validasi ini dilakukan dengan memberi tanda (X) pada kolom validasi dengan ketentuan sebagai berikut: 4 = baik sekali 3 = baik 2 = kurang baik 1 = tidak baik
No I
II
A = dapat digunakan tanpa revisi B = dapat digunakan dengan sedikit revisi C = dapat digunakan dengan banyak revisi D = belum dapat digunakan
Uraian
4
Validasi 3 2
1
Aspek Petunjuk : 1. Pedoman penilaian pengamatan dinyatakan dengan jelas 2. Substansi pengamatan dinyatakan dengan jelas Aspek bahasa 1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 2. Rumusan pernyataan komunikatif 3. Menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dipahami PENILAIAN VALIDASI UMUM A
B
III Penilaian (validasi) umum terhadap pengamatan aktivitas siswa. Catatan:
..................,................ ..... Validator
( ___________ )
81
C
D
Lampiran 6 VALIDASI PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA Petunjuk: 1. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian (validasi) terhadap angket respon pada kajian akademis ini. 2. Pengisian lembar validasi ini dilakukan dengan memberi tanda (X) pada kolom validasi dengan ketentuan sebagai berikut: 4 = baik sekali 3 = baik 2 = kurang baik 1 = tidak baik
o I
II
III
A = dapat digunakan tanpa revisi B = dapat digunakan dengan sedikit revisi C = dapat digunakan dengan banyak revisi D = belum dapat digunakan
Uraian
4
1
Aspek Petunjuk : 1. Karakteristik soal pretes postes materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian dinyatakan dengan jelas 2. Pedoman penilaian pretes postes materi Etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian dinyatakan dengan jelas Aspek cakupan aspek kognitif: 1. Substansi aspek kognitif dinyatakan dengan jelas 2. Unsur skor pretes postes dinyatakan dengan jelas Aspek bahasa 1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia 2. Rumusan pernyataan komunikatif 3. Menggunakan kalimat dan kata-kata yang mudah dipahami PENILAIAN VALIDASI UMUM A
IV
Validasi 3 2
B
C
Penilaian (validasi) umum terhadap pretes postes materi etika Profesi dan Pengembangan Kepribadian Catatan:
..................,................ ..... Validator
( ___________ )
82
D
Lampiran 7
83
Lampiran 8
84
Lampiran 9
85
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
86
LAMPIRAN 9
87
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
88
Lampiran 10
89
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
90
LAMPIRAN 10
91
PENGARUH RAGAM METODE PEMBELAJARAN PADA MATERI ETIKA PROFESI DAN PENGEMBANGAN PRIBADI TERHADAP OUTPUT PEMBELAJARAN
92
LAMPIRAN 10
93
Lampiran 11
94
Lampiran 12
95
Lampiran 13
96
Lampiran 14
97
Lampiran 15
98
Lampiran 16
99
Lampiran 17
100
Lampiran 18
101
Lampiran 19
102
Lampiran 20
103
Lampiran 21
104
Lampiran 22
105
Lampiran 23
106
Lampiran 24
107