Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
PENGARUH PEROLEHAN BONUS SWBI DAN IMBALAN PUAS TERHADAP PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH Totok Saptohadi
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT Problems which are encountered by Shariah Banking is the difficulties in controlling its liquidity efficiently, considering the opportunity to invest immediately the received saving funds as well as the difficulties in liquidifying the in progress investment funds when there is withdrawal in critical situation, so the Shariah banking withhold its liquidify instrument in a bigger amount than the conventional banking. This matter causes the average income of syariah banking reducing. The purpose of this research is to analyze some factors which influence bonus acquisition at SWBI and reward at PUAS to the shariah banking financing. Reporting research is applied as method in which the researcher obtains the secondary data from Bank Indonesia in the form of monthly data and annual data of Shariah Commercial Bank and Shariah Business Unit from all over Indonesia which is packed in the form of statistic in 2006-2010 periods. The result of hypothesis test states that simultaneously the SWBI and PUAS variables have significant influence to the financing level while partially the SWBI variable has significant influence, while the PUAS variable has no significant influence to the financing level. Keywords:
Wadiah Certificate of Bank Indonesia, ShariahInterbank Money Market, Shariah Banking Financing
ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah kesulitan mengendalikan likuiditasnya secara efisien,mengingat belum tersedianya kesempatan untuk menginvestasikan dengan segera dana-dana simpanan yang diterima, serta kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan pada saat ada penarikan dana dalam situasi kritis, sehingga perbankan syariah menahan alat likuidnya dalam jumlah yanglebih besar dibandingkan perbankan konvensional, hal ini yang menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan perbankan syariah.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan bonus pada SWBI dan imbalan pada PUAS terhadap pembiayaan perbankan syariah. Metode yang digunakan berupa reporting research, yang di dalamnya peneliti memperoleh data sekunder dari Bank Indonesia berupa data bulanan dan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari seluruh Indonesia yang dikemas dalam bentuk statistik untuk periode tahun 2006-2010. Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa secara simultan variabel SWBI dan PUAS memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pembiayaan, sedangkan secara parsial variabel SWBI berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel PUAS tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pembiayaan. Kata kunci: Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Pasar Uang Antar bank Syariah, Pembiayaan perbankan syariah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
2
PENDAHULUAN Dalam rangka pengelolaan dana bank, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan dana, menyebabkan keberadaan pasar uang antar bank syariah menjadi sangat penting bagi dunia perbankan. PUAS adalah sarana untuk memobilisasi pengumpulan dana masyarakat dan untuk memenuhi atau mempertahankan likuiditasnya. Menurut Rahman (2011) menyatakan bahwa praktik pembiayaan Islam selama ini sangat mengandalkan akadakad pertukaran jual beli daripada akad-akad investasi, di satu sisi keadaan ini dapat dipahami mengingat risiko yang mungkin dihadapi pada akad-akad investasi. Karakteristik perjanjian ini kurang lebih sama dengan pinjaman berbunga, yang dapat menciptakan potensi menimbulkan tiga problem, diantaranya:Pertama tidak adanya syarat kolateral (jaminan) yang akan memperburuk adverse selection dalam sebuah sistem perbankan Islam,Kedua perjanjian mudharabah akan menekankan pada masalah moral hazard karena bank tidak memaksakan pengusaha untuk mengambil tindakan sesuai tingkat usaha yang dibutuhkan,Ketigakarena pengeluaran-pengeluaran perusahaan seluruhnya ditanggung oleh bank, perjanjian ini memberi insentif kepada pengusaha untuk melakukan pengeluaran yang lebih dari yang dibutuhkan guna memaksimalkan laba. Husni (2007) menyatakan bahwa bank syariah adalah bank bagi hasil yang mengedepankan konsep Profit and Loss sharing dalam mengembangkan produknya, dalam konsep mua’malah Islamiyah ala Indonesia yang diijtihadkan MUI (Majelis Ulama Indonesia) melalui Dewan Syariah Nasional dalam praktiknya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah, sehingga menciptakan suatu mekanisme perbankan yang diharap mampu memberi kemaslahatan secara obyektif bagi umat. Tohirin (2003) mengatakan bahwa bagi hasil atau profit and loss sharing adalah prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, yang porsi bagi hasilnya ditentukan pada saat aqad kerja sama. Jika usaha mendapat keuntungan, maka porsi bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, namun jika terjadi kerugian, maka porsi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing.Bonus atau bentuk pemberian ini bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia, meskipun sebenarnya dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan sebagaimana tercantum dalam fatwa DSN MUI NO.36/DSN_MUI/X/2002 tentang SWBI. Besarnya bonus SWBI dihitung dengan menggunakan pedoman tingkat indikasi imbalan PUAS yang merupakan rata-rata tertimbang. Tingkat indikasi imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah antar bank (IMA) yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana. Indikasi tingkat imbalan deposito investasi mudharabah (sebelum didistribusi) pada bulan sebelumnya dihitung berdasarkan jumlah nominal investasi, dan tingkat imbalan deposito mudharabah sesuai dengan jangka waktu penanaman dana dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah penempatan dana untuk memperoleh bonus pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan imbalan pada Pasar Uang Antar Bank Syariah berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pembiayaan perbankan syariah? 2. Apakah penempatan dana untuk memperoleh bonus pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan imbalan pada Pasar Uang Antar Bank Syariah berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pembiayaan perbankan syariah?
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
3
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial penempatan dana untuk memperoleh bonus pada SWBI dan imbalan pada PUAS terhadap tingkat pembiayaan perbankan syariah. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Menurut Pracoyo dan Widiastuti (2008) mengatakan bahwapenyaluran dana pada bank syariah dilakukan melalui pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Prinsip pembiayaan jual beli/murabahah dilaksanakan dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). Prinsip sewa/ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tersebut. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli, bila pada jual beli obyek transaksinya berupa barang, pada ijarah berupa barang dan jasa. Prinsip Mudharabah dan Musyarakahadalah suatu kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan dibagi sesuai rasio laba yang telah disepakati bersama secara advance, jika rugi shahib al-mal akan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan keterampilan manajerial selama proyek berlangsung . Khatimah (2009) mengatakan bahwa peranan yang diharapkan dari perbankan syariah adalah: 1. Memberdayakan ekonomi umat dengan melakukan operasi secara transparan. Dalam mengembangkan perbankan syariah diperlukan dukungan dari masyarakat luas, sehingga kepercayaan serta emosi umat mengenai keberadaan bank syariah adalah untuk kemajuan umat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melaksanakan operasi pembiayaan secara transparan. 2. Memberi return yang lebih baik, investasi pada perbankan syariah tidak memberi keuntungan return (keuntungan) yang baik kepada investor. Karena return yang diberi bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil, maka alternatifnya adalah pemberian pembiayaan kepada pihak lain harus dapat memberi keuntungan kepada bank syariah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan yang diberikan kepada bank konvensional, sehingga perolehan keuntungan bagi investor berdasarkan bagi hasil mendapat return yang lebih baik. 3. Mendorong pemerataan pendapatan, penghimpunan dana berupa zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) oleh bank syariah untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman lunak kepada kalangan pengusaha kecil dan menengah yang kekurangan modal tetapi memiliki potensi yang kuat untuk berkembang. 4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, perbankan dengan sistem bunga telah menyebabkan tingginya tingkat spekulasi di pasar keuangan. Akibatnya adalah hanya sedikit sekali dari seluruh volume transaksi di pasar keuangan yang benar-benar mengalir ke investasi sektor riil dan perdagangan, yang akan meningkatkan produktivitas nasional dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip bagi hasil maka perbankan syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana yang tersedia di masyarakat. Dengan demikian membesarnya volume
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
4
bisnis perbankan syariah dapat berarti berkurangnya porsi spekulasi dari keseluruhan perputaran dana di pasar keuangan. Fungsi Pembiayaan Perbankan syariah Beberapa fungsi pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima, diantaranya untuk: 1. Meningkatkan daya guna uang, artinya yang mengendap di bank (yang diperoleh para penyimpan uang) tidaklah menganggur (idle), melainkan disalurkan kepada usaha-usaha yang bermanfaat untuk meningkatkan produktifitas secara menyeluruh. 2. Meningkatkan daya guna barang. 3. Meningkatkan peredaran uang. 4. Menimbulkan kegairahan untuk berusaha. 5. Sebagai faktor stabilitas ekonomi. Bank harus menyiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpun sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi ini mempunyai dua tujuan: 1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah. 2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga posisi likuiditas tetap aman. Untuk mencapai kedua keinginan tersebut, maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. Pengelolaan Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga ( DPK), hakikat dari analisis terhadap kebutuhan sumber dana pihak ketiga ditujukan untuk mendapatkan: 1. Kepastian bank terhadap pemenuhan kebutuhan cash out bank dalam memberikan pembiayaan dapat tertutupi oleh pembayaran cash in dari debitur. 2. Kepastian bank terhadap kewajiban pemberian bagi hasil yang harus diberikan kepada pemegang dana (pihak ketiga) dapat ditutupi oleh pembayaran cash in dari debitur. Kebutuhan akan Pasar Uang Syariah Menurut Huda (2008) pada dasarnya pasar uang syariah dan pasar uang konvensional memiliki beberapa fungsi serupa, diantaranya adalah fungsi pengaturan likuiditas. Jika bank syariah memiliki kelebihan likuiditas, ia dapat menggunakan instrumen pasar uang untuk menginvestasi dananya, jika mengalami kekurangan likiditas, ia dapat menerbitkan instrumen yang dapat dijual untuk mendapat dana tunai. Dengan instrumen keuangan Islam yang dikeluarkan memungkinkan terjadinya trade di antara bank termasuk bank konvensional. Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan Islam adalah kesulitan mereka mengendalikan likuiditasnya secara efisien, hal itu terlihat pada beberapa gejala yang antara lain:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
5
1. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana simpanan yang diterima, dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari, sehingga mengurangi pendapatan mereka. 2. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi kritis, akibatnya, bank-bank syariah menahan alat likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata-rata perbankan konvensional, sekali lagi kondisi inipun menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan bank. Dengan kinerja rata-rata seperti itu, maka deposan yang hanya mencari keuntungan, lebih banyak cenderung memindahkan dananya ke bank lain, sementara nasabah yang loyal terkesan bahwa mengikuti prinsip syariah berarti menambah beban. Prinsip dasar Ekonomi Perbankan Syariah Kholis (2006) dan Tohirin (2003) mengatakan bahwa dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip Keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. 2. Prinsip Kesederajatan Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang diantara ketiga pelaku ekonomi tersebut. 3. Prinsip Ketentraman Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Konsep Sharing dalam Perbankan Syariah Menurut ajaran Islam, manusia hanya dapat berusaha maksimal meningkatkan produktifitasnya, namun tidak seorangpun dapat mengetahui apa yang akan terjadi dengan hasilnya. Kondisi ini tidak lepas dari faktor ketidakpastian yang merupakan faktor given, yang dalam Al qur’an disebutkan sebagai berikut: “ Dan tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati (Q.S Luqman:34).Seiring dengan prinsip ketidakpastian ini, maka penetapan besaran hasil di depan dalam kegiatan usaha antara pemilik dana dengan pengelola dianggap akan memberatkan salah satu pihak, mengingat tidak pastinya hasil usaha yang akan di dapat. Dalam hal ini konsep kebersamaan dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip yang mendasar dalam ekonomi syariah, karena aspek ini menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Treasury Perbankan Syariah Manajemen Likuiditas pada sisi penghimpunan dana, dalam manajemen likuiditas terdapat sisi penghimpunan dana yang sebagian besar dana masyarakat yang diterima bank sifatnya jangka pendek, diantaranya: Produk Giro, misalnya, dengan media penarikan berupa cek atau bilyet giro, memang dimaksudkan untuk kemudahan nasabah melakukan transaksi, baik menerima uang atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
6
membayar uang kepada mitranya, sehingga periode waktu pengendapan dana-dana giro di bank bersifat sangat jangka pendek. Salah satu ukuran yang digunakan untuk melihat berapa banyak dana-dana giro benar-benar mengendap di bank adalah floating rate (FR). FR = (rata-rata jumlah dana yang mutasi/rata-rata total dana) x 100%. Bila rasio FR untuk dana giro berkisar 70-80 persen, berarti hanya 20-30 persen dari dana giro yang benar-benar mengendap di bank. Produk Tabungan relatif lebih lama mengendap di bank karena tidak menggunakan alat tarik cek dan bilyet giro. Namun dengan semakin luasnya jaringan ATM (Anjungan Tunai Mandiri/Automatic Teller Machine), maka nasabah menjadi semakin mudah menarik dana tabungannya. Semakin luas akses ATM yang dilengkapi dengan Electronic Debit Card yaitu alat pembayaran elektronik kartu tabungan, membuat FR produk tabungan meningkat signifikan. Terdapat dua cara yang dilakukan bank untuk menurunkan FR tabungan, yaitu dengan: 1. Mendorong nasabah melakukan transaksi non tunai, misalnya transfer dana dari satu rekening ke rekening lainnya, sehingga dananya tetap mengendap di bank. 2. Menyediakan ATM yang dapat menerima setoran, sehingga dana yang ditarik tergantikan oleh dana yang disetor. Produk Deposito relatif lebih dapat diprediksi waktu mengendapnya, karena telah diketahui jangka waktunya.Saat ini jangka waktu deposito terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.Untuk mengurangi dorongan nasabah mencairkan deposito sebelum waktu yang diperjanjikan, biasanya bank mengenakan “denda pencairan sebelum jatuh tempo” sehingga FR untuk deposito mendekati nihil. Sisi Penyaluran Dana Sebagian besar dana yang disalurkan bank kepada masyarakat sifatnya jangka menengah panjang, diantaranya: Pembiayaan Konsumer, menggunakan akad murabahah atau akad ijarah. Untuk pembiayaan konsumer multiguna, dikembangkan pula produk berdasarkan fatwa pembiayaan multi jasa dengan jangka waktu satu tahun. Pembiayaan konsumer lainnya adalah pembiayaan kepemilikan motor dan mobil biasanya ditawarkan akad murabahah. Untuk motor biasanya berjangka waktu 1-3 tahun, sedangkan untuk mobil biasanya berjangka waktu 1-5 tahun.Pembiayaan kepemilikan rumah biasanya ditawarkan dengan akad murabahah, ijarah muntahiyah bit tamlik (IBMT) dengan jangka waktu 3-20 tahun. Biasanya untuk jangka pendek menggunakan akad murabahah, untuk jangka panjang menggunakan ijarah. Pembiayaan modal kerja biasanya ditawarkan dengan menggunakan akad murabahah untuk pengadaan barang, akad ijarah untuk pengadaan jasa, atau akad mudharabah untuk membiayai bisnis yang mempunyai tingkat prediktabilitas hasil yang akurat.Jangka waktu pembiayaan jenis ini antara 1-3 tahun. Pembiayaan investasi biasanya ditawarkan dengan menggunakan murabahah, ijarah muntahiya bit tamlik (IBMT), mudharabah atau musyarakah. Akah murabahah digunakan untuk jangka waktu yang lebih pendek, sedangkan akad-akad lainnya digunakan untuk jangka waktu jangka menengah panjang. Manajemen Gap Secara umum manajemen likuiditas dilakukan bila terjadi kekurangan likuiditas, bank syariah mencari dana antara lain dengan:Menjual aset likuidnya agar mendapat likuiditas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
7
dalam hal bank syariah memiliki asset likuid dan menerima penempatan dana/likuiditas dari bank syariah lain atau institusi/individu lain secara syariah dalam hal: 1. Bank syariah tidak memiliki aset likuid yang dapat dijual atau 2. Secara ekonomis lebih menguntungkan melakukan (2) dari pada (1) atau 3. Secara ekonomis lebih menguntungkan melakukan kombinasi keduanya. Bila terjadi kelebihan likuiditas , bank syariah menempatkan dana antara lain dengan: Membeli aset likuid agar likuiditasnya produktif, menempatkan dana ke bank syariah lain atau institusi lain secara syariah dalam hal: 1. Tidak tersedia aset likuid syariah di pasar atau 2. Secara ekonomis lebih menguntungkan menerima penempatan dana dari bank syariah lain atau institusi lain secara syariah atau 3. Secara ekonomis menjual aset likuid atau menerima penempatan dana dari bank syariah lain. Pengembangan Hipotesis Selama periode penelitian, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang disimpan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (BUS dan UUS) bergerak secara fluktuatif. Banyaknya SWBI yang disimpan pada Bank Indonesia mencerminkan kondisi likuiditas BUS dan UUS, karena SWBI merupakan instrumen yang disediakan oleh Bank Indonesia untuk menyerap kelebihan likuiditas BUS dan UUS. Rata-rata pertumbuhan SWBI 32 persen per tahun atau 2,6 persen per bulan. Total dana yang dimiliki oleh bank syariah tidak seluruhnya disalurkan ke sektor riil, hal ini berdasarkan penelitian Irawan (2004) yang mengatakan bahwa prinsip wadiah (titipan) yang terkandung dalam SWBI menjamin dana bank syariah sepenuhnya akan kembali, keuntungan yang didapat bank syariah adalah bonus yang besarnya tidak menentu tergantung pada kebijakan Bank Indonesia. H1: Terdapat pengaruh negatif penempatan dana untuk memperoleh bonus SWBI terhadap pembiayaan perbankan syariah. Untuk Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) yang disimpan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (BUS dan UUS) juga bergerak secara fluktuatif. Banyaknya PUAS yang disimpan pada Bank Syariah lainnya atas sepengetahuan Bank Indonesia mencerminkan kondisi likuiditas BUS dan UUS, karena PUAS merupakan instrumen yang disediakan oleh Bank Indonesia untuk menyerap kelebihan likuiditas BUS dan UUS. Ratarata pertumbuhan PUAS 20 persen per tahun atau 1,6 persen per bulan. Tujuan BUS dan UUS adalah mengatur kelebihan / kekurangan dana untuk disimpan pada bank syariah lainnya agar tetap survive dan dipercaya oleh masyarakat, hal ini terkait dengan imbalan yang diterima saat penempatan dana, karena akad dalam PUAS adalah akad mudharabah. Penelitian yang dilakukan oleh Adi (2006) menyatakan bahwa terdapat nisbah (bagi hasil) yang diberikan oleh bank syariah penerima dana serta kinerjanya dari bank syariah tersebut. H2: Terdapat pengaruh negatif penempatan dana untuk memperoleh bonus imbalan PUAS terhadap pembiayaan perbankan syariah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
8
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Jenis penelitian ini berupa studi empiris, yaitu jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan bonus pada SWBI dan imbalan pada PUAS terhadap tingkat pembiayaan perbankan syariah. Populasi data dalam penelitian ini adalah industri perbankan syariah di Indonesia, yaitu data bulanan dan tahunan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dari seluruh Indonesia yang dikemas dalam bentuk statistik oleh Bank Indonesia (Islamic Banking Statistic) untuk periode tahun 2006 – 2010. Teknik penyampelan berdasarkan purposive sampling dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan.Adapun teknik pengumpulan data adalah perbankan syariah yang menerbitkan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan periode 2006-2010. Data variabel, yaitu SWBI dan PUAS yang dimasukkan dalam model ini merupakan kumpulan hasil penjumlahan data bulanan dan tahunan, gambaran tentang variabel SWBI adalah merupakan penyimpanan dana ke Bank Indonesia untuk mendapatkan bonus, sedangkan PUAS adalah penyimpanan dana ke Bank Syariah lainnya untuk memperoleh imbalan, sehingga keduanya dianalisis dengan satuan miliar rupiah. Hal ini sama dengan data untuk variabel pembiayaan, dimana data tersebut adalah merupakan total dari perolehan data bulanan bank umum syariah dan unit-usaha syariah yang juga dinilai dengan satuan miliar rupiah. Variabel dan definisi operasional variabel Variabel Independen Pengukuran variabel independen dilakukan sebagai berikut: Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Penelitian ini menggunakan dasar bahwa SWBI dapat dijadikan sarana penitipan dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Dalam operasionalnya, SWBI mempunyai nilai nominal minimum Rp500.000.000,-(limaratus juta rupiah) dengan jangka waktu dinyatakan dalam hari (misalnya: 7 hari, 14 hari, 30 hari), pembayaran atau pelunasan SWBI dilakukan melalui debit/kredit rekening giro di Bank Indonesia, jika jatuh tempo dana akan dikembalikan bersama bonus yang ditentukan berdasarkan parameter sertifikat IMA. Untuk menentukan SWBI dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = P x R x t/360 Keterangan: Y = Bonus yang diterima oleh bank penanam dana dari Bank Indonesia P = Nilai nominal SWBI. R = Tingkat parameter yang ditentukan oleh Bank Indonesia. t = Jangka waktu dari SWBI. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS).Penelitian ini menggunakan dasar bahwa sebagai lembaga intermediasi antara pemilik dan pengguna dana dapat berpotensi mengalami kekurangan dan kelebihan likuiditas. Untuk menentukan/menghitung PUAS dapat dirumuskan sebagai berikut: X = P x R x t/360 x k Keterangan: X = Besarnya imbalan yang diberikan kepada bank penanam dana P = Nilai nominal investasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
9
R = Tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah. t = Jangka waktu investasi. k = Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penentuan tingkat bobot adalah tingkat prosentase produk pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk dana pembiayaan (Karim, 2010). Beberapa faktor yang menentukan tingkat bobot adalah: 1. Tingkat giro wajib minimum (GWM), Bank Indonesia menetapkan untuk GWM rupiah adalah 5%. 2. Besarnya cadangan dana yang dibutuhkan oleh bank untuk menjamin terlaksananya operasional (Excess Reserve). 3. Tingkat besarnya dana-dana yang ditarik atau setor oleh nasabah (floating). Dalam bentuk equation, teknis perhitungan sebagai berikut: Pembiayaan = DPK – (GWM+Excess Reserve + Floating) Teknik Analisa Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Pembiayaan = α + β1 SWBI + β2 i PUAS + € Keterangan : Pembiayaan : Tingkat pembiayann yang disalurkan oleh perbankan syariah Α : Konstanta β1 : Koefisien variable bonus SWB β2 : Koefisien variable imbalan PUAS SWBI : Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia I PUAS : Imbalan Pasar Uang Antar Bank Syariah € : Standar error ANALISA DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Melihat perkembangan perbankan syariah yang semakin meningkat diharapkan kebutuhan masyarakat akan produk-produk syariah juga akan berpengaruh terhadap pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah. Untuk memperoleh gambaran yang kongkrit atas perbankan syariah dapat dilihat dari sistem pengelolaan dana yang idle, sehingga dapat dikembangkan dengan melakukan penyimpanan baik ke Bank Indonesia maupun melakukan transaksi dengan perbankan syariah lainnya.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh statistik deskriptif untuk variabel penelitian pada perusahaan sampel yang menjadi obyek penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
10
Sertifikat Wadiah BankIndonesia Pasar Uang Antar BankSyariah Tingkat Pembiayaan Valid N (listwise)
Tabel 1 Hasil Analisis Deskripsi Data N Minimum Maxixmum 5 2357.00 5408.00
Mean 3197.00
Std.Deviation 1264.07
5
795.00
3828.00
2052.00
1268.68
5
20445.00
68181.00
40330.20
18520.55
Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 sampel data.Nilai ratarata dari variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah 3197 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar 1264.06784. Nilai rata-rata Sertifikat Wadiah Bank Indonesia tertinggi adalah 5408 dan nilai rata-rata Sertifikat Wadiah Bank Indonesia terendah adalah 2357. Dengan melihat besarnya nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi, maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia mempunyai sebaran data yang kecil dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.3953 yang diperoleh dari 1264.06784/3197. Variabel Pasar Uang Antar Bank Syariah adalah 2052 dengan tingkat rata-rata penyimpangan sebesar 1268.6816. Nilai Pasar Uang Antar Bank Syariah tertinggi adalah 3828 dan nilai Pasar Uang Antar Bank Syariah terendah adalah 795. Dengan melihat besarnya nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi, maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam variabel Pasar Uang Antar Bank Syariah mempunyai sebaran data yang kecil dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.6183 yang diperoleh dari 1268.6816/2052. Variabel tingkat pembiayaan adalah 40330.2 dengan tingkat nilai rata-rata penyimpangan sebesar 18520.55468. Nilai rata-rata tingkat pembiayaan tertinggi adalah 68181 dan nilai rata-rata tingkat pembiayaan terendah adalah 20445. Dengan melihat besarnya nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasi, maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam variabel tingkat pembiayaan mempunyai sebaran data yang kecil dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.4592 yang diperoleh dari 18520.55468/40330.20. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran (distribusi) normal. Berdasarkan hasil perhitungan uji kolmogorov smirnov terhadap residual regresi diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Model One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kolmogorov-Smirnov Z .513 Asymp.Sig (2-tailed) .955 Test distribution is Normal Calculated from data
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
11
Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal, dan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Signifikansi menunjukkan angka sebesar 0.955. Karena nilai Signifikansi> dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa residual berdistribusi normal. Maka asumsi normalitas terpenuhi.
Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lainnya, sedangkan jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka variabel tersebut tidak memiliki persoalan dengan multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari variabel independen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Model 1
Tabel 3 Nilai Variance Inflation Factor Variabel Bebas Coeficients a Collinearity Tolerance Sertifikat .987 WadiahBank Indonesia Pasar Uang .987 AntarBank Syariah
Statistics VIF 1.013
1.013
Dependent Variable : Tingkat Pembiayaa Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Dan hasil perhitungan multikolinearitas dengan melihat nilai VIF, dapat ketahui bahwa untuk semua variabel mempunyai nilai VIF di bawah angka 10.Sehingga menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antar variabel bebas.
Heteroskedastisitas Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan varibel bebas. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Unstandardized Residual Sig. (2-tailed) Sertifikat Wadiah bank 0.285 Indonesia Pasar Uang Antar bank 0.873 Syariah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
12
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasinya untuk variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Pasar Uang Antar Bank Syariah lebih dari 5 %, ini berarti bahwa tidak ada hubungan variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Pasar Uang Antar Bank Syariah dengan nilai residunya, maka penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedasitas.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan dari hasil perhitungan, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Coefficients T hitung Sig B Std.Error Constant -15807.1 5616.536 -2.814 0.106 Sertifikat 14.107 1.357 10.396 0.009 Wadiah Bank Indonesia (X1) Pasar Uang 5.378 1.352 3.978 0.058 Antar Bank Syariah (X2) R = 0.991 R Square = 0.983 F hitung = 58.04 Sig. = 0.017 F tabel = 19.00 T tabel = 4.3027 Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -15807.1 + 14.107 X1+ 5.378 X2+ ei Interprestasi dari model regresi diatas adalah sebagai berikut : 1. Konstanta (β0) sebesar -15807.1 menunjukan bahwa apabila variabel bebas = 0 maka variabel terikat sebesar -15807.1. 2. Nilai koefisien Sertifikat Wadiah Bank indonesia (β1) sebesar 14.107 menunjukkan bahwa jika variabel Sertifikat Wadiah Bank indonesia (SWBI) ditingkatkan, maka akan mengakibatkan peningkatan tingkat pembiayaan sebesar 14.107, dengan asumsi variabel lain konstan. 3. Nilai koefisien Pasar Uang Antar Bank Syariah(β2) sebesar 5.378 menunjukkan bahwa jika variabel Pasar Uang Antar Bank Syariah(PUAS) ditingkatkan, maka akan mengakibatkan peningkatan tingkat pembiayaan sebesar 5.378, dengan asumsi variabel lain konstan.
Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa erat hubungan antara variabel bebas (variabel Sertifikat Wadiah Bank indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah(PUAS)). Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan variabel Sertifikat Wadiah Bank indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah(PUAS)dengan variabel Tingkat Pembiayaan adalah sangat erat yang ditunjukkan dengan nilai 0.991.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
13
Model 1
Tabel 6 Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi Model Summary R R Square Adjusted Square a .991 .983 .966
R Std.Error of the Estimate 3408.7488
Predictors : (Constant), Pasar Uang Antar Bank Syariah, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel tak bebas atau variabel terikat yaitu variabel Tingkat Pembiayaan. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai R2 = 0.983 yang berarti bahwa sebesar 98.3% tingkat pembiayaan dapat dijelaskan oleh variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Pasar Uang Antar Bank Syariah. Sedangkan sisanya 1.7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti. Uji Hipotesis Sehubungan dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa variabelvariabel yang mempengaruhi tingkat pembiayaan adalah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS),dan dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat pembiayaan. 1. Uji F (Uji Simultan) Uji serentak (uji F) menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yang terdiri dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) berpengaruh terhadap Tingkat Pembiayaan. Hasil output uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 58.040, karena F hitung > F tabel yaitu 58.040>19.00, maka H0ditolakyang menyatakan bahwa semua variabel bebas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Tingkat Pembiayaan. 2. Uji t (Uji Parsial) Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (tak bebas).Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh variabel bebas yang terdapat pada model yang terbentuk untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) yang ada dalam model secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil uji diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pembiayaan(Y) dengan nilai thitung pengujian sebesar 10.396. Dan secara parsial Pasar Uang Antar Bank Syariah(PUAS) tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pembiayaan(Y) dengan nilai thitung pengujian sebesar 3.978. Namun jika menggunakan toleransi 10 % atau tingkat kepercayaan 90 % akan bisa dikatakan signifikan. Koefisien Korelasi Parsial
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
14
Nilai korelasi parsial (r) menunjukkan berapa erat hubungan antara variabel bebas yang meliputi variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) dengan variabel Tingkat Pembiayaan (Y).
Variable Sertifikat WadiahBank Indonesia Pasar Uang Antarbank Syariah
Tabel 7 Nilai Koefisien Korelasi Parsial R r2 0.991 0.9821
0.942
0.8874
Dalam Persentase 98.21
88.74
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan data yang didapat dilihat pada tabel 7 diatas, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (r2) terbesar adalah untuk variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sebesar 98.21%, artinya secara parsial variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) memberikan pengaruh dominan terhadap Tingkat Pembiayaan(Y) dengan nilai prosentase hubungan sebesar 98.21%. Hasil uji parsial (uji t) variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesiasecara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat pembiayaan.Begitu pula hasil uji simultan (uji F), dimana hasilnya secara simultan variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan. Hal ini diketahui dari nilai sig. variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) mempunyai nilai sig sebesar 0.009 dengan thitung sebesar 10.396. Variabel Sertifikat Wadiah Bank Indonesiaberpengaruh signifikan terhadap tingkat pembiayaan. Dengan melihat peningkatan tingkat pembiayaan, SWBI dan PUAS pada periode 20062010, maka diperoleh rata-rata tingkat pembiayaan yang disalurkan ke sector riil sebesar 40.033 miliar rupiah per tahun, sedangkan untuk SWBI rata –rata 3.197 miliar rupiah dan PUAS sebesar 2052 juta rupiah per tahunnya. Faktor-faktor yang diperkirakan mendukung peningkatan pangsa pembiayaan bagi hasil tersebut adalah, makin diminatinya pola bagi hasil dalam pembiayaan modal kerja dan kerjasama pembiayaan (linkage) bank syariah dengan lembaga keuangan lainnya seperti BPRS dan koperasi. Perkembangan tingkat pembiayaan, SWBI dan PUAS dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Perkembangan Pembiayaan dibandingkan dengan SWBI dan PUAS (dalam miliar rupiah) Tahun Pembiayaan Sertifikat Pasar Uang Wadiah Bank Antar Bank Indonesia Syariah 2006 20.445 2.357 795 2007 27.944 2.599 1.169 2008 38.195 2.545 3.828 2009 46.886 3.076 2.889 2010 68.181 5.408 1.579
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
15
Dana yang disimpan dalam SWBI rata-rata sebesar 3.197 miliar rupiah per tahun atau sebesar 12% kurang signifikan, bila dibandingkan dengan dana yang telah disalurkan oleh bank syariah ke sektor riil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholis (2006) bahwa rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap penerimaan yang diperoleh dari dana pihak ketiga (Financing to Deposit Ratio/FDR) juga tinggi sebesar 111% lebih dibanding perbankan konvensional yang hanya 62%. Dari 100% dana yang dikumpulkan dari pihak ketiga, semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan ke sektor riil, 11% dari pembiayaan didanai dari modal perbankan syariah, sehingga beban yang ditimbulkan bank syariah karena penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sangat kecil, yang berarti beban yang dipikul Bank Indonesia juga ringan. Menurut Tohirin (2003) dampak lain dari pembiayaan ke sektor riil adalah mampu menjaga keseimbangan antara sektor moneter/financial dengan sektor riil, dalam perbankan Islam setiap transaksi yang dilakukan mensyaratkan adanya obyek (Underlying Transaction) yang jelas/riil. Terjaminnya keseimbangan dari kedua sektor moneter dan riil sangat penting dalam memperlancar proses produksi dalam perekonomian. Dengan demikian pasokan barang-barang kebutuhan masyarakat menjadi lebih lancar, sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat lebih terjamin. Pada sisi lain peningkatan produktivitas sektor riil dapat mempengaruhi perbankan Islam untuk lebih mendorong pada pembiayaan ke sektor riil, sehingga memperkecil kesempatan kelebihan dana untuk disimpan pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dana yang tersimpan pada Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)rata –rata per tahun sebesar 2052 juta rupiahatau kurang lebih 1% dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pembiayaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi (2006) yang menyatakan bahwa transaksi di sektor riil oleh bank syariah yang menerima penempatan dana dari pihak ketiga, akan sangat menentukan imbalan yang diterima oleh bank syariah yang menempatkan dananya pada bank syariah lainnya,karena akad dalam PUAS adalah akad mudharabah,dalam hal ini terdapat nisbah yang disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. Bank syariah yang menerima penempatan dana berlaku sebagai mudharib yang memberikan imbalan atas kerjanya, sedangkan bank syariah yang menempatkan dana berlaku sebagai shahibul maal yang mendapatkan imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah tersebut hanya akan diterapkan jika pembiayaan di sektor riil yang dijalankan mudharib mengalami keuntungan. Sedangkan jika mengalami kerugian, maka risiko kerugian akan ditanggung oleh bank syariah yang menempatkan dananya, kecuali jika terbukti kerugian disebabkan kelalaian mudharib, maka perbankan syariah akan memilih instrument SWBI sebagai sarana menempatkan kelebihan likuiditas daripada menempatkan pada instrument PUAS. Penelitian lain dilakukan oleh Hambali (2004) menyatakan bahwa penentuan bonus PUAS didasari atas transaksi yang terjadi di bank syariah dan sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia, sehingga terdapat beberapa bulan dimana Bank Indonesia tidak memberikan bonus. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan ang didapat adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas yang terdiri atas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Tingkat Pembiayaan .
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
16
2. Variabel bebas yang terdiri atas Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) memiliki pengaruh secara signifikan, sedangkan variabel Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Tingkat Pembiayaan . Keterbatasan Keterbatasan utama dalam penelitian ini adalah data yang digunakan berupa hasil statistik secara bulanan dan tahunan dari Bank Indonesia untuk periode 2006-2010, karena permintaan data laporan keuangan suatu bank memerlukan ijin baik dari bank yang dijadikan penelitian maupun dari Bank Indonesia. Saran Saran-saran yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil penelitian ini adalah : 1. Perbankan syariah dapat lebih berperan dan berpartisipasi dalam instrument SWBI dan PUAS dan yang telah diakomodasi oleh Bank Indonesia, sehingga akan lebih berperan dan bermanfaat dalam mengelola kekurangan dan kelebihan likuiditasnya,karenaPUAS merupakan salah satu sarana perangkat dan piranti yang memudahkan bank syariah untuk berinteraksi dengan bank syariah lain yang kelebihan likuiditas atau unit usaha syariah bank konvensional, maka perlu diberikan kemudahan-kemudahan agar dapat berkembang bersama. 2. Perbankan syariah untuk lebih berperan dalam menjaga keseimbangan ekonomi, karena membantu masyarakat terutama pada pembiayaan sektor riil, hal ini tercermin pada perkembangan perbankan syariah dari tahun 2006 – 2010, dimana peningkatan pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah mengalami kenaikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
17
DAFTAR PUSTAKA Adi.I.N. 2006. Pengaruh penempatan dana pada Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) terhadap FDR Perbankan Syariah. Bank Indonesia. 2007. Peraturan Bank Indonesia No.9/5/PBI/2007 Tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah. Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia. 2003. Pasar uang syariah, Jakarta, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi kedua, kerjasama DSN MUI - BI. Hambali. K. 2004. Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia/SWBI sebagai instrument kebijakan moneter, Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor 2004. Huda. N. 2008. Hubungan kausalitas Pasar uang syariah dengan konvensional, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 5 no.1, April 2008. Husni. A. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga pada perbankan syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.6 no.1 April 2009. Irawan. T. 2004. Analisis permintaan dan penawaran pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia. Karim. A. 2010. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta Maret 2010. Khatimah. H. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia sebelum da sesudah kebijakan akselerasi perbankan syariah tahun 2007-2008, jurnal optimal Vol.3 no.1 Maret 2009. Kholis. N. 2006. Penegakan syariat Islam di Indonesia (perspektif ekonomi) Al Mawarid edisi XVI tahun 2006. Pracoyo.A dan H. Widiastuti. 2008. Pengaruh pendapatan bagi hasil dan suku bunga ratarata kredit, modal kerja bank konvensional terhadap pembiayaan bagi hasil pada bank syariah, Jurnal Ekonomi Vol.14 No.1, April 2008. Rahman. A. F. 2011, Pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan ratio Non Performing Financing terhadapprofitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Tohirin. A. 2003.Implementasi perbankan Islam “Pengaruh Sosio Ekonomis dan peranannya dalam pembangunan, Jurnal ekonomi pembangunan Vol.8 no.1, Juni 2003.