PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
EKARINA KATMAS NIM. 1110046100075
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu pesyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahawa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2012
Ekarina Katmas
i
ABSTRAK Penelitian ini bertujan untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia Periode Januari 2009- September 2013 agar ditemukannya suatu rekomendasi yang perlu dilakukan bank syariah untuk meningkatkan volume pembiayaan. faktor-faktor tersebut terdiri dari Faktor eksternal Inflasi, BI rate, kurs dan faktor Internal yang terdiri dari CAR, ROA, NPF, FDR, BOPO. Metode yang digunakan dalm penelitian ini adalah model dinamis Error Corection Model yang dipopulerkan oleh Engle dan Granger. ECM memilki beberapa keunggulan baik dari segi nilainya dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang sertamencari pemecahan terhadap masalh variabel time series yang tidak stasioner dan regresi lancung. Hasil estimasi Error Correction Model yang telah diperoleh menunjukkan bahwa dalam jangka pendek Inflasi, CAR, ROA, NPF, dan BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. Dalam jangka panjang Variabel Inflasi, BI Rate, CAR, ROA, NPF, FDR dan BOPO memiliki Pengaruh terhadap Volume Pembiayaan Pebankan syariah di Indonesia. Sedangkan variabel Kurs tidak berpengaruh terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Kata Kunci: Pembiayaan, Inflasi, BIrate, Kurs, CAR,ROA,NPF,FDR,BOPO, ECM
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Agung yang selalu mencurahkan cinta-Nya dalam kehidupan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya dan para sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Penulis mengucapakan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi baik secara lansung maupun tidak langsung . oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak H. JM. Muslimin, MA, Ph.D Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Mu’min Rauf, MA, selaku sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. 4. Bapak Ali Rama, SE.,M.Ec, Dosen Pembimbimbing Skripsi yang selalu berkenan meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian untuk
iii
memberikan pencerahan dan pengarahan yang begitu berharga bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Nurul Handayani,M.Pd selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan perhatian dan bimbingan yang berharga selama masa kuliah. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan Ikhlas telah memberikan ilmunya untuk penulis selama masa kuliah. 7. Staf Karyawan Perputakaan fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah berbaik hati memberikan referensi dan kemudahan dalam surat menyurat. 8. Keluarga saya, orang tua tercinta yang sangat berjasa dalam hidup saya yaitu Bapak
H. Abu Bakar Katmas dan Ibu Purwati, kedua wanita istimewa
Tanteku tersayang zuleha katmas dan Onco Ata, terimakasih atas segalanya yang tidak pernah henti-hentinya mencurahkan cinta dan doa terbaik untuk penulis dalam menuntaskan studi demi meraih cita-cita. 9. Keluarga Kece( Ka’ ana, Ka’icha, de’ ela, Dede yani, Dede In, de mina, de’Ija, de Pit & put, dan De Audi) terimaksih atas dukungan dan kasih tulus selama berada di An-nur. 10. Sahabat-Sahabat Brave tersayang( Ty Sharty, Shanty, Uny, dan Sari) sudah menjadi penyemangat bagi penulis. 11. Saudaraku yang tersayang Ka’ Ines, Dewi, Zachro, yani, abang Eran yang telah memberikan doa terbaik buat penulis dalam menyelesaikan studinya. iv
12. Teman-teman terbaik Ika, che-che, ayu, ela, Nirmala cuy, fazlur, am, ai, anggun dan semua yang tidak sempat untuk disebutkan, terimaksih telah memberikan dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan. 13. Teman-teman seperjuangan PS B 2010, Teman-teman LISENSI, HIQMA, WINNING, yang telah memberikan motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan sripsi ini. 14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas bantuanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Namun penulis berharap sripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ekonomi Islam.
Jakarta 25 April 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. ……. . i ABSTRAK………………………………………………………………………… .. ii KATA PENGANTAR………………………………………………………………. iii DAFTAR ISI………………………………………………………………………... vi DAFTAR TABEL………………………………………………………………… …x DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………………..xi BAB I
PENDAHULUAN A.Latar Belakang………………………………………………………….1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah………………………..10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………...11 D. Penelitian Terdahulu…………………………………………………..12 E. Kerangka Teoritis……………………………………………………...15 F. Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………………...20 G. Sistematika Penulisan………………………………………………….22
BAB II
LANDASAN TEORI
vi
A. Pembiayaan Perbankan Syariah………………………………………24 1. Pengertian Pembiayaan…………………………………………...24 2. Unsur-Unsur Pembiayaan……………………………………….. 25 3. Fungsi Pembiayaan……………………………………………….26 B. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Bank Syariah…………………………...26 1. Pembiayaan Murabahah…………………………………………..26 2. Pembiayaan Istishna………………………………………………27 3. Pembiayaan Salam………………………………………………..27 4. Ijarah dan Ijarah Muntahiyabittamlik…………………………….28 5. Pembiayaan Mudharabah…………………………………………29 6. Pembiayaan Musyarakah………………………………………….29 7. Qardhaul Hasan…………………………………………………...30 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah...................................................................................................31 1. Capital Adequacy Ratio(CAR)……………………………………32 2. Return On Asset(ROA)…………………………………………...33 3. Non Performing Finance(NPF)…………………………………...34 4. Financing Deposit Ratio(FDR)…………………………………...35 5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO)…...37 6. Inflasi…………………….……………………………………….38 7. BI Rate…………………………………………………………….41 8. Kurs atau Nilai Tukar……………………………………………..42 vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………….........................45 B. Sumber dan Jenis Data……………………………………..................45 C. Metode Pengumpulan Data………………………………...................46 D. Teknik Penulisan Skripsi…………………………………...................46 E. Teknik Analisis Data………………………………….........................46 1.
Uji Stasioner………………………………………………...........47
2. Uji Derajat Integrasi………………………………………………48 3. Uji kointegrasi…………………………………………….............50 4. Error Corection Model(ECM)………………………………….....51 F. Definisi Operasional Variabel………………………………………..54 G. Hipotesis Penelitian…………………………………………………...59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif…………………………………………………….62 B. Analisis Pengujian Estimasi Error Corection Model…………………72 C. Pengujian Hipotesis…………………………………………………...83 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………95 B. Saran…………………………………………………………………..97
viii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan, CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah……………………………...5
Tabel 2.1
Tabel Inflasi, BIrate, dan Kurs di Indonesia Periode 2009-2013……..7
Tabel 4.1
Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Level Philip Peroon(PP) dan Augmented Dickey Fuller(ADF)…………………………………….73
Tabel 4.2
Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama Philip Peroon(PP) dan Augmented Dickey Fuller(ADF)…………………...75
Tabel 4.3
Uji Kointegrasi Johansen…………………………………………….77
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Persamaan Jangka Panjang…………………………80
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Persamaan Jangka Pendek………………………….81
x
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah………………………………..62
Grafik 4.2
Tingkat Inflasi di Indonesia………………………………………….63
Grafik 4.3
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia(BIrate)………………………..64
Grafik 4.4
Data Kurs ……………………………………………………………65
Grafik 4.5
Data Capital Adequacy Ratio( CAR)………………………………..67
Grafik 4.6
Data Return On Asset(ROA)………………………………………...68
Grafik 4.7
Data Non Performing Finance(NPF)………………………………...69
Grafik 4.8.
Data Financind Deposit Ratio(FDR)………………………………...70
Grafik 4.9
Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional………….71
xi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga intermediasi antara pihak yang surplus dana dengan pihak yag defisit dana. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah pertamakali beroperasi di Indonsia pada tahun 1992 ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Perbankan syariah hingga saat ini terus berkembang dan akan terus berkembang. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia menunjukkan hingga September 2013 terdapat 11 bank umum syariah, 23 unit usaha Syariah, dan jumlah bank Pembiayaan Syariah (BPRS) 160 buah.1 Bank syariah, dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediay) yaitu lembaga keuangan yang 1
www. Bi.go.Id : Data Statistik Perbankan Syariah, diakses pada tanggal 2 Februari 2014
1
2
berfungsi sebagai perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, pasal 4 dijelaskan fungsi Bank Syariah sebagai berikut:
Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari dana wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai degan kehendak pemberi wakaf (wakif).2
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Fungsi intermediasi bank terdiri dari dua yaitu, pertama menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, Giro, dan Deposito. Kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat( Pembiayaan) dalam bentuk Murabahah, salam, istishna, ijarah, ijarah Muntahiyah bittamik, mudhrabah, musyarakah, dan Qardh.
2
Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
3
Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a.
Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b.
Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c.
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna
d.
Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e.
Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Karena perbankan syariah merupakan lembaga intermediasi, Pembiayaan
merupakan fungsi utama dari perbankan syariah, sehingga perlu mendapat perhatian khusus, karena pembiayaan yang lancar dapat meningkatkan perekonomian. Dalam menyalurkan pembiayaan ada banyak faktor yang mempengaruhinya baik internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bank sendiri sedangkan faktor eksternal adalah faktor diluar perbankan. Dari sisi internal, untuk menyalurkan pembiayaan tentu bank perlu memperhatikan kesehatan bank, karena bank yang sehat lebih berpeluang menyalurkan pembiayaan dengan baik dbandingkan dengan bank tidak sehat. untuk melihat apakah suatu bank sehat atau tidak dapat diukur melalui kinerja
4
keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi faktor CAMELS( Capital, Assets Quality, Manajement, Earning, Liquidity,
dan
Sensitivity). Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum( KPMM) atau Capital Adequacy Ratio ( CAR), aspek Assets meliputi Non Prforming Finance (NPF), aspek Earning meliputi Return On Equity (ROE), Return On Asset, dan Operational Efficiensy Ratio (BOPO), dan aspek Liquidity meliputi Financing To Deposite Ratio ( FDR).
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan, CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009- 2013
Periode
CAR
ROA
NPF
FDR
BOPO
Pembiayaan
Maret-09
33,74
2,65
8,41
128,83
83,10
39,308
Juni-09
28,15
2,98
7,91
130,21
73,20
42,195
Sep-09
30,27
3,10
8,12
131,55
72,91
44,523
Maret-10
31,35
3,57
7,37
129,05
76,18
50,206
Juni-10
29,64
3,71
6,92
135,20
75,20
55,801
Sep-10
29,10
3,47
7,43
135,82
76,93
60,970
maret-11
16,57
1,97
3,60
93,22
77,63
74,258
5
juni-11
15,92
1,84
3,55
94,93
78,13
82,618
Sep-11
16,83
1,80
3,50
94,97
77,54
82,839
Maret-12
15,33
1,83
2,76
87,13
77,77
204,239
Juni-12
16,12
2,05
2,88
98,59
75,74
117,592
Sep-12
14,98
2,07
2,74
102,10
75,44
130,357
maret-13
14,30
2,39
2,75
102,62
72,95
161,081
juni-13
14,30
2,10
2,64
1 14,43
76,18
171,227
Sep-13
14,19
2,04
2,80
103,27
77,75
177,320
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio keuangan CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. CAR terendah terjadi pada September 2013 sebesar 14,19% dan tertinggi pada Maret 2009 sebesar 33,74%. Sementara ROA tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 3,71% dan terendah pada September 2011 sebesar 1,80%. NPF tertinggi terjadi pada Maret sebesar 8,41% dan terendah
pada bulan juni 2013 sebesar 2,64%. FDR
tertinggi pada September 2009 sebesar 131,55% dan terendah pada maret 2012 sebesar 87,13. BOPO tertinggi terjadi Maret 2009 sebesar 83,10% dan terendah September 2010 sebesar 72,91%. Sementara pembiayaan terus mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi terjadi ada September 2012 sebesar 204,239 Miliar Rupiah.
6
Rasio keuangan mengalami fluktuasi sementara pembiayaan terus mengalami peningkatan meskipun sempat mengalami perlambatan pada kuartal tiga 2013 akibat perlambatan ekonomi Indonesi yang terkena dampak krisis keuangan global. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa rasio keuangan bank berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh aal Hendri dkk( 2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil pada perbankankan syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan Dana pihak ketiga, Financing deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan. Sementara dari sisi eksternal, Bank syariah sebagai lembaga keuangan tentu pertumbuhannya dapat di pengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti kenaikan dan penurunan inflasi, BI rate, dan Kurs secara umum sangat dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk meningkatkan dana pihak ketiga dalam industri perbankan syariah. Kondisi makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu pembiayaan.
7
Tabel 2.1 Grafik Inflasi, BI Rate, dan Kurs di Indonesia Periode 2009-2013 Periode
Inflasi(%)
BI rate(%)
Kurs(Rp)
Januari 2009
9.17
3.72
11.080.50
Januari 2010
7.36
9.17
9.275.45
Januari 2011
6.26
7.36
9.037.38
Januari 2012
6.26
6.26
9.109.14
januari 2013
7.32
17.92
9.687.33
Sumber: Bank Indonesia, Data Diolah
Grafik diatas menjelaskan tentang fluktuasi inflasi, BI Rate, dan Inflasi periode lima tahun terakhir yaitu 2009-2013. Dari dari grafik dapat dilihat inflasi paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,17 %, angka yang cukup tinggi ini disebabkan dampak
krisis ekonomi amerika subprime
morthage tahun 2008. Sementara BI rate juga paling tinggi pada tahun tahun 2013 sebesar 17,92%. Dan pada 2009 terjadi kemerosotan nilai rupiah hingga mnencapai 11.808 per US$ akibat ketidakseimbangan neraca perdagangan, atau jumlah impor melebihi ekspor. Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung
8
mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.3 Kenaikan ini harga barang akan berakibat pada menurunya daya beli mayarakat kemudian menimbulkan penurunan nilai uang yang mengakibatkan masyarakat enggan untuk menabung. Hal ini akan berakibat pada permodalan bank sehinga akan berdampak pada pembiayaan. Sebagimana dijelaska oleh Prtama Maharja dan Manurung Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah. Penelitian yang dilkukan oleh Bani Pamungkas 2012 menemukan bahwa inflasi dalam jangka penjang berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh chorida (2010) , menemukan bahwa inflasi berpengaruh
terhadap alokasi
pembiayaan usaha kecil dan menegah. Faktor eksternal yang mempengaruhi Pembiayaan adalah BI Rate. BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga
3
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155
9
lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.4 Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto( 2011) dengan judul pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Kurs atau nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap pembiayaan. Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya mekanisme pasar.5
Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank dan sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan bahwa Kurs berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan konsep dan teori yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di perbankan syariah. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan
diatas
serta
penelitian
terdahulu, maka penelitian ini penting dan menarik untuk diteliti lebih lanjut.
4
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. 2008, h. 225 5 Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h.
10
Penelitian ini akan mengambil judul
“ Pengaruh Faktor Eksternal dan
Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia.” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah a. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan dengan tujuan yang ditetapkan agara masalah yang diteliti tidak terlalu meluas. Membahas tentang Perbankan Syariah di Indonesia tentu sangat luas jika harus dibahas secara luas, sehingga penulis membatasi batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu: 1.
Pembiayaan yang dibahas dalam skripsi ini adalah total pembiayaan perbankan syariah meliputi pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah,ijarah,istishna,salam dan Qardh.
2.
Faktor eksternal yang di ambil adalah indikator makro ekonomi yang berkaitan dengan moneter yaitu, Inflasi, BI rate, dan kurs. Sedangakan faktor internal yang digunakan adalah rasio keuangan bank yaitu, ROA, BOPO, NPF,FDR, dan CAR.
3.
Objek penelitian ini adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2009-2013
b.
Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan dapat dirumuskan permasalah sebagai
berikut:
11
1. Apakah variabel ekstenal inflasi, BI rate, dan Kurs berpengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah? 2. Apakah variabel internal CAR, NPF, ROA FDR, BOPO berpengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah? 3. Sejauh mana variabel CAR, NPF, ROA, FDR, BOPO, Inflasi, BI Rate, dan Kurs berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada perbankan syariah? 4. Kebijakan apa yang dilakukan bank untuk meningkatkan volume pembiayaan. C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh variabel internal berupa ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO, terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. 2. Untuk mengetahui pengaruh variabel eksternal berupa Inflasi, BI rate, dan Kurs terhadap volume pembiayaan. 3. Untuk mengetahui apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada perbankan syariah dalam jangka pendek maupun panjang. b.
Manfaat Penelitian
12
1. Bagi penulis, sebagai bahan pembelajaran dalam menganlisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariahdi Indonesia dengan pendekatan Error Corection Model. 2. Bagi akademisi, sebagai pengembangan keilmuan, dan tambahan referansi khususnya tentang Pembiayaan perbankan syariah 3. Bagi bank syariah, dapat memberikan informasi
sebagai bahan
pertimbangan bagi bank dalam menjalankan operasionalnya. D.
Penelitian Terdahulu 1.
Penilitian aal Hendri dkk( 2011) tentang faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pada
volume
pembiayaan
berbasis
bagi
hasil
perbankankan syariah di Indonesia. Metode penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan Dana pihak ketiga, Financing Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan, sementara non performing finance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume pembiayaan. Perbedaan penelitian ini dengan penlitian yang akan dilakuan adalah variabel dependen penelitian ini adalah pembiayaan bagi hasil mudharabah, musyarakah saja, sementara variabel dependen dalam penelitian yang akan dilakukan meliputi semua pembiayaan pada perbankan syariah. Perbedaan lain adalah metode anlisis data dimana penelitian diatas menggunakan metode anlisis resgresi berganda sementara penelitian yang
13
akan
dilakukan
menggunakan
metode
analisis
Error
Corection
Model(ECM). 2.
Pratin dan Akhyar (2005) tengan pengaruh DPK, Modal sendiri, NPL, dan presentasi bagi hasil dan markup keuntungan terhadap pembiayaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa simpanan (DPK) mempunyai hubungan positif signifikan, modal sendiri dan NPL mempunyai hubungan positif tidak signifikan. Sedangkan secara parsial prosentase bagi hasil dan markup keuntungan mempunyai hubungan negatif tidak signifikan terhadap pembiayaan. Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel independen serta metode analisis data.
3.
Khodijah Hadiyyatul Maula (2009) tentang pengaruh DPK, modal sendiri, margin keuntungan, NPF terhadap pembiayaan murabahah. Hasil penelitian
ini
mengungkapkan
bahwa
variabel
simpanan
(DPK)berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Untuk Modal sendiri dan marjin keuntungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Untuk NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Perbedaan terletak variabel
dependen
dalam
penelitian
ini
menggunakan
variabel
pembiayaan murabaha saja, sementara penelitian yang akan dilakukan menggunakan semua jenis pembiyaan atau total pembiayaan perbankan syariah sebagai variabel dependenya. Metode alisis data pun berbeda,
14
penelitian diatas menggunakan metode anlisis regresi berganda sementara penelitian yang dilakukan menggunakan anlisis Error Corection Model. 4.
Menurut penelitian Wuri Arianti
dan Harjum Muharam (2011),
meneneliti tentang pengaruh DPK, CAR, NPF, ROAberpengaruh terhadap
pembiayaan.
Penelitian
ini
menemukan
bahwa
DPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan, CAR,NPF,ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan digunakan adalah terletak pada metode analisis data yang menggunakan erroe corection model 5.
Skripsi Luluk chorida (2010)pengaruh jumlah dana pihak ketiga, inflasi, tingkat margin terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan menegah. Hasil penelitian adalah Dana Pihak ketiga dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan usaha kecil menengah.
6.
Bani Pamungkas (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan bagi hasil perbankan syariah di Indonesia. Meneliti tentang variabel DPK financing rate bagi hasil, pembiayaan bagi, lending rate bank konvensional, jumlah kantor bank syariah, NPF, SBIS, inflasi, dan ideks produksi. Metode yang digunakan adalah model dinamis eror corectio model (ECM). Hasilnya menunjukan dalam jangka pendek, DPK, Jumlah Kantor, inflasi, dan indeks Produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. Sedangkan financing rate pembiayaan bagi hasil, lending rate
15
konvensional, indeks produksi industry memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. 7.
Penelitian Fandi Ardianto( 2011) Analisis Pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi, dan BI Rate Terhadap Kinerja Pembiayaan serta Implikasinya pada Return On Asser( ROA) di Bank Syariah Mandiri Periode 20042010.
Metode yang digunakan adalah metode analisis jalur. Hasil
penelitian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel DPK, BI Rate berpengaruh terhadap pembiayaan. Pada uji substruktur II menunjukkan bahwa variabel , modal inti, Inflasi, BI rate dan pembiayaan berpengaruh terhadap Return On Aset(ROA).Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada metode penelitian, variabel yang digunakan serta periode data penelitian.
E.
Kerangka Teoritis 1.
Hubungan Capital Adequacy Ratio( CAR) dengan Pembiayaan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lainlain.
16
Secara Matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
berdasarkan rumus diatas, jika CAR meningkat maka modal yang dimiliki bank lebih banyak disalurkan untuk melindungi Aktiva bank yang mengandung resiko sehingga modal yang digunakan utuk pembiayaan akan berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan terjadi hubungan antara CAR dan pembiayaan. Penelitian Wuri Arianti dan Harjum Muharam (2011) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan. 2.
Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut Syafi’i Antonio (2001) yang dikutip oleh Bani Pamungkas “pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit)maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya”. Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
17
3.
Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Pembiayaan Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. Rumus ROA
semakin tinggi nilai ROA semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat. 4. Hubungan Financing Deposite Ratio( FDR) dengan Pembiayaan Financing Deposito Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum 110%. 6
6
Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers( Jakarta: 2009)
18
berdasarkan rumus diatas maka semakin tinggi FDR makan semakin tinggi pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. dengan demikian FDR memiliki pengaruh terhadap pembiayaan. 5.
Hubungan BOPO dengan Pembiayaaan. Bopo merupakan rasio antara biaya operasioanal terhadap pendapatan operasional( Dendhawijaya 2003:125). Biaya opersional adala biaya yang dikeluarkan oleh bank dala rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya.Semakin tinggi BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah. Rumus BOPO
Biaya operasional yang tinggi tentu akan menyebabkan masalah bagi suatu perusahaan tidak terkecuali perbankan. semakin tinggi BOPO semakin rendah pembiayaan yang diberikan. dengan demikian terdapat hubungan negatif antara rasio BOPO dengan pembiayaan. 6.
Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan.
19
Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. 7kenaikan harga barang akan menyebabkan turunya daya beli masyarakat sehingga terjadi kelesuan ekonomi. selain itu dampak dari inflasi akan menyebabkan orang akan enggan menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin menurun, bila orang enggan menabung , maka dana pihak ketiga di bank akan menurun. menurunya dana dari masyarakat akan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. penelitian Bani pamungkas( 2012) inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. dengan demikian terdapat hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pembiayaan. 7.
Hubungan BI Rate dengan Pembiayaan. BI rate adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia yang diberikan kepada bank yang menyimpan dana di Bank Indonesia. ketika BI Rate meningkat maka bank lebih suka menyimpan dananya di Bank Indonesia daripada menyalurkan kepada masyarakat. hal ini menyebabkan tingkat pembiyaan menjadi rendah, dengan demikian terjadi hubungan negatif antara BI rate dengan Pembiayaan.
8.
Hubungan Kurs mata uang dengan pembiayaan Kurs valuta asing atau kurs uang menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
7
Ekonomika Makro. Asfia Murni. PT. Refika Aditama ( Bandung: 2006)
20
kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domistik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.8 Perbankan syariah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang industri keuangan tentu tepengaruh oleh fluktuasi nilai tukar. apabila kurs mata uang asing meningkat maka segala transaksi perbankan yang berkaitan dengan valuta asing akan mengalami perubahan. perubahan berakibat pada naik turunya modal bank. Hal ini tentu berakibat pada penyaluran pembiayaan. Hasil penelitian Maya Fitriyani (2010) kurs berpengaruh signifikan terhadap penyaluran pembiayaan. F.
Kerangka Pemikiran Penelitian Bank syariah megalami pertumbuhan setiap tahunya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Pertumbuhan
perbankan
syariah
yang
positif
menjadikan pembiyaan pada perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan pembiayaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor internal bank yang di ukur dengan rasio keuangan Bank yaitu CAR, NPF, ROA, FDR, dan BOPO. Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yangg diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah, yaitu Inflasi, BI Rate, dan Kurs. Dalam beberapa penelitian terdahulu segaimana telah dijelaskan sebelumya ada bebrapa variabel yang berpengaruh terhadap pembiayaan. Oleh 8
Sadono Sukirno. Makroekonomi: teori Pengantar. PT. Raja Grafindo (Jakarta: 2004)
21
karena itu, untuk membuktikan kembali dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek dan jangka panjang maka dilakukan pengujian Error Corection Model(ECM). Berdasarkan variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat seperti dijelaskan diatas kemudian dilakukan uji-uji awal sebelum pada akhirnya diperoleh hasil sesuai tujuan penelitian. Uji yang pertama dilakukan adalah uji akar-akar unit yang terdiri dari uji stasioneritas sebagai bagian pertama dilakukan, namun jika uji stisioner gagal mendapatkan hasil yang memenuhi persyaratan terdapat satu uji alternatif
yaitu uji derajat
integrasi. Apabila data lolos uji stasioneritas, uji dilanjutkan kepada uji kointegrasi. Apabila ada variabel yang tidak lolos uji stasioner maupun derajat integrasi, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari penelitian. Langkah selanjutnya setelah pengujian awal selesai dilakukan adalah dilanjutkan dengan pengujian untuk menghasilkan hasil dari penelitian, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan metode yang diambil Error Corection Model (ECM). Pendekatan ECM adalah langkah terakhir yang dilakukan yang kemudian akan menghasilkan nilai yang membuktikan apakah penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang signifikan dan apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Setelah hasil yang diharapkan diperoleh, hasil tersebut diinterpretasi melalui proses analisa dan pembahasan sehingga dapat dirumuskan kesimpulan dan implikasi sebagai hasil akhir dari penelitian yang dapat bermanfaat.
22
G.
Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori,
metode penelitian dan sistematika
penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini berisi penjelasan secara teori mengenaipembiayaan, jenis pembiayaaan, pengertian rasio keuangan bank dan indikator pertumbuhan ekonomi. Serta penelitian empiris tentang pembiayaan perbankan syariah. BAB III : Metodologi Penelitian Bagian ini merupakan penjabaran secara keseluruhan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputu jenis penelitian, jenis dan sumber data, definisi opersional variabel, hipotesis penelitian dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil dan Pembahasan
23
Bagian ini meliputi hasil analisis penelitian yang berisi Deskriptsif data rasio keuangan bank yaitu ROA, CAR, NPF, FDR, BOPO, Inflasi , BI rate, Kurs dan analisis estimasi eror correction model. BAB V : Penutup Bab ini berisi penarikan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kontribusi pemikiran dan penelitian selanjutnya.
24
BAB II LANDASAN TEORI A.
Pembiayaan Perbankan Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan yang diberikan oleh pemilik dana kepda pengguna dana. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank. Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akadakad yang disediakan di bank syariah. Dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a.
Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b.
Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik
c.
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna
d.
Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh
e.
Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
25
2. Unsur-Unsur Pembiayaan a. Bank Syariah Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan. b. Mitra Usaha/ Patner Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah. c. Kepercayaan Bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. d. Akad Akad merupakan kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra. e. Risiko Setiap dana yang disalurkan/ diinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung risiko tidak kembalinya dana. Risiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. f. Jangka waktu Merupakan periode waktu yang diperrlukan oleh nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah.
26
Jangkan waktu dapat bervariasi antara lain jangka waktu pendek, jangka menengah, dan jang jangka panjang g. Balas Jasa Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah. 3. Fungsi Pembiayaan Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan lain-lain yang membutuhkan dana. secara terperinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain: a.
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund. c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga B.
Bentuk-Bentuk Pembiayaan Bank Syariah 1. Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan menyebutkan keuntungan yang diharapkan sesuai dengan harga jual. Dalam akad murabahah, penjual menjual
27
barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Selisih antara harga beli dan harga jual disebut margin keuntungan. Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini termasuk bentuk natural certainly contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya( keuntungan yang ingin diperoleh.9 2. Pembiayaan Istishna Al-Istishna merupakan akad kontrak jual beli barang antara dua pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang pesanan akan diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya dengan harga dan cara pembayaran yang disetujui terlebih dahulu. Dalam kontrak Istisna, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembayaran atas transaksi jual beli dengan akad istishna dapat dilaksanakan dimuka,dengan cara angsuran, dan/atau ditangguhkan sampai jangka waktu pada masa yang akan datang. 10 3. Pembiayaan Salam Salam secara etimologi artinya pendahuluan, dan secara muamalat adalah penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual
9
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan(PT Raja Grafiindo Persada,Jakarta: 2011), h. 113 10 Ibid, h. 125-131
28
beli dan barang yang dibeli masih dalam tanggungan penjual, di mana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran pada waktu akad. Bank Syariah dapat mengalami kerugian pada saat harga jual ketik barang diterima lebih rendah dibanding harga beli pada saat akad. Sebaliknya, bank syariah akan memperoleh keuntungan pada saat harga jual barang yang diterima lebih tinggi dibanding harga beli ketika dilakukan pembayaran pada saat awal akad pembiyaan salam.11 4. Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai penyewa. Barang-barang yang dapat disewakan pada umumnya yaitu aset tetap, seperti gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, danasettetaplainya. Dalamtransaksiperbankan, bank membeli aset tetap dari supplier kemudian disewakan kepada nasabah dengan biaya sewa yang tetap hingga jangka waktu tertentu. Pemilik aset tetap (objek sewa) adalah lembaga keuangan yang bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan aset tetap yang disewakan selama masa sewa. Pada saat perjanjian sewa berakhir, maka pihak yang menyewakan aset tetap akan mengambil kembali objek sewa dan dapat menyewakan kembali pada pihak lain atau memperpanjang sewa lagi dengan perjanjian baru. IjarahMuntahiyyahBittamlik 11
Ibid, h. 161
29
Ijarah Muntahiyah Bittamlik disebut juga dengan ijarah waiqtina adalah perjanjian sewa antara pihak pemilik aset tetap dan penyewa, atas barang yang disewakan, penyewa mendapat hak opsi untuk membeli objek sewa pada saat masa sewa berakhir. Ijarah Muntahiyah bittamlik dalam perbankan dikenal dengan financial lease, yaitu gabungan antara transaksi sewa dan jual beli, karena pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak opsi untuk membeli objek sewa. 5. PembiayaanMudharabah Pembiayaan mudharabah merupakan akad pembiayaan antara bank syariah sebagai shahibulmaal dan nasabah sebagai mudharib untuk melaksanakan kegiatan usaha, dimana bank syariah memberikan modal sebanyak 100% dan nasabah menjalankan usahanya. Hasil usaha atas pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank syariah dan nasabah dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati dalam akad. Bank syariah memberikan pembiayaan mudharabah kepada nasabah atas dasar kepercayaan. Bank syariah percaya penuh kepada nasabah untuk menjalankan usaha. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting dalam
transaksi pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak ikut campur dalam menjalankan proyek usaha nasabah yang telah diberi modal 100%. Bank syariah hanya dapat memberikan saran tertentu kepada mudharib dalam menjalankan usahanya untuk memperoleh hasil usaha yang optimal. 6. Pembiayaan Musyarakah
30
Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha, dimana masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai kesepakatan bersama. Musyarakah disebut juga syirkah. Dalam syirkah, dua orang atau lebih mitra menyumbang untuk memberikan modal guna menjalankan usaha atau melakukan investasi untuk suatu usaha. Hasil usaha atas mitra usaha dalam syirkah akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati oleh pihakpihak yang berserikat. 7. Qordhul Hasn Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya( hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjamn uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah ( tidak ada riba). Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan atau tidak memilki kemampuan financial, untuk tujuan sosial dan kemanusiaan. Cara pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan menerima pinjaman. Biaya administrasi dalam jumlah terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaianya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. Sumberdana qarhdul hasan dapat berasal dari dari eksternal maupun internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima entitas bisnis dari
31
pihak lain( misalnya dari sumbangan , infak, shadqah, dan sebagainya), sedangkan contoh sumber dana Qordh yang disediakan para pemilik entitas bisnis, hasil pendapatan non halal dan denda dan lain sebagainya.12 C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan 1. Capital Adequacy Ratio(CAR) Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi( sesuai ketentuan BI 8 %) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang meguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.13
Dengan Keuntungan yang sangat besar itu akan
memberikan kontribusi bagi pembiyaan sehinggan pembiayaan semakin meningkat. Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus mempertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas: a. Aktiva yang di danai oleh modal sendiri/kewajiban atau hutang( wadiah atau qard dan sejenisnya) b. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil. Rumus CAR:
12
Sri Nurhayati-Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, ( Salemba Empat, Jakarta: 2011)
h.257 13
Mudrajat kuncoro dan Suharjo, manajemen Perbankan: teori dan Aplikasi, (penerbit BPFE Yogyakarta; 2002) h. 573
32
Berdasarkan rumus diats dapat kita simpulakan secara teoritis, bahwa pencapaian sasaran CAR 8% dapat dikelola: -
Pada sisi pembilang, atau
-
Pada sisi penyebutnya saja, atau
-
Skaligus kedua sisi.
Untuk menjelaskan kesimpulan teoritis diatas, apabila kemampuan meningkatkan modal cukup, maka yang dikelola adalah sisi pembilang, yaitu peningkatan aktiva dapat dilakukan sesuai dengan peningkatan modalnya. Pembanginya
melalui
penurunan.
Sebaliknya
apabila
kemampuan
meningkatkan modal kurang atau kecil, maka yang dikelola adalah pembaginya melalui penurunan ATMR atau tetap mempertahankan ATMR yang telah ada.14 Sesuai dengan Konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas Penelitian yang dilakukan oleh Wuri Arianti
dan Harjum Muharam (2011)
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Rasio CAR berpengaruh terhadap volume Pembiayaan.
14
Herman Darmawi. Manajemen Perbankan, bumi Aksara , Jakrta, 2011, h. 98
33
2. Return On Asset( ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bankdalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. (Dendawijaya, 2000). Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam meghasilkan pendapatan dari pengeloan
aset.15 Rasio profitabiltas menggambarkan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan dari penjualan dan pendapatan investasi. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba dengan rata-rata aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus ROA yaitu:
Sumber : Kasmir ( 2010: 115) 15
Kasmir, pengantar manajemen keuangan, Kencana, jakrta ,2010, h. 115
34
Semakin tinggi ROA berarti semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aset yang menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA semakin tinggi profitabilitas suatu bank dan ketika tingkat profitabilitas bank tinggi maka pembiayaan yang disalurkan semakin meningkat. 3. Non Performing Financing( NPF) NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada lembaga keuangan syariah. Atau dengan kata lain NPF adalah persentase pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mengkategorikan NPF dalam beberapa level yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet. Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran akan akan membawa dampak pendapatan yang diikuti aliran masuk (cash basis) sedikit maka pendapatan yang dibagi antara bank syariah dan shahibul maal juga sedikit yang akhirnya membawa dampak kecilnya pendapatan yang diterima oleh pemilik dana( shahibul maal). Begitu sebalikanya, penyaluran dana yang tidak besar namun dilakukan dengan efektif dan efisien, produktif serta kualitas penyaluran dana yang baik akan menyebabkan banyak debitur akan melakukan pembayaran angsuran dan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dibagi antara bank syariah
35
dan pemilik dana juga besar yang mengakibatkan pendapatan yang diterimah cukup besar. 16 NPF yang terus meningkat akan menyebabkan turunya profitabilitas serta kepercayaan nasabah kepada bank syariah yang pada akhirnya nasabah enggan untuk menaruh dananya dibank syariah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan pembiayaan bermasalah( Non Performing Finance) akan meyebabkan turunya jumlah pembiayaan yang akan disalurkan.
Sebaliknya
penurunan
non
performing
finance
akan
meningkatkan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syaraiah. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian terdahulu. Sejalan dengan konsep dan teori yang telah dijelaskan diatas penelitian yang dilakukan oleh Fikry kurniadi menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Hadiyyatul Maula (2009),NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah. 4. Financing Deposit Ratio( FDR) Financing Deposit Rasio (FDR) adalah rasio antara keseluruahan jumlah kredit/ pembiayaan dengan dana yang diterima bank.17 Kebutuhan likuiditas
16
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah ( Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005) h.5
36
setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepda nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk pembiayaan. Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
dikatakan
bahwa
FDR
berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.
37
5.
BOPO ( Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainya. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan opereasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO bearti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yan diperoleh bank akan semakin besar. Rumus BOPO adalah sebagai berikut:
BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional.
Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila
terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan. Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya opersional, rendahnya biaya opersional akhirnya pendapatan bank mangalami kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran
38
pembiyaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh terhadap pembiyaan. 6. Inflasi Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi setiap negara. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. sedangkan menurut Rahardja dan Mandala Manurung mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barangbarang yang bersifat umum dan berlangsung secara terus menerus.18 Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar.19 Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus atau dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa.
18
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155 1919 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h. 333
39
Inflasi Memiliki beberapa dampak buruk terhadap individu dan masyarakat, menurut Pratama Raharja dan Manurung sebagaimana dikutip oleh Nur Rioanto arif20 yaitu: 1. Menurunya tingkat kesejahteraan masyarakat Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang atau malah
semakin
rendah,
apalagi
bagi
orang-orang
yang
berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak secepat kenaikan hargaharga, maka inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti pegawai negeri sipilataupun karyawan. 2. Memperburuk distribusi pendapatan. Bagi masyarakat yang berpendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari pendapatanya dan pemilik kekayaan akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi kekayaan tetap seperti tanah atau bangunan dapat mempertahankan atau justru menambah nilai riil kekayaan. Dengan demikian inflasi akan menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan yang berpendapatan tetap dengan para pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak merata. 3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi Inlasi
menganggu
stabilitas
ekonomi
dengan
merusak
perkiraan atas kondisi di masa depan (ekspetasi) para pelaku 20
Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam, Bandung, Alfabeta, 2010, h. 92-93
40
ekonomi. Sehingga hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat. Selain dampak21pak diatas, dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin rendah. Selain itu, menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, teruama funsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga mengarahkan investasi pada hal-hal non produktif yaitu penumpukan kekayaan ( hoarding) seperti: tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainya.22 Kondisi tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap pembiayaan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa kenaikan dan penurunan inflasi akan berpengaruh terhadap permintaan pembiayaan perbankan syaria. Sejalan dengan konsep dan teori diatas penelitian yang dilakukan oleh Bani Pamungkas 2012 menemukan bahwa inflasi dalam jangka penjang 21
Ibid, h. 107 Adwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)h.
22
139
41
berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah periode 2005-2011. Dan penelitian yang dilakukan oleh chorida (2010) , menemukan bahwa inflasi berpengaruh
terhadap alokasi pembiayaan usaha kecil dan
menegah. 7. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.23 BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate
23
Laporan kebijakan Moneter Indonesia. Diaskses pada tanggal 15 Maret 2014 di www.bi.go.di
42
dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.24 Suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan akan menjadi acuan dunia kredit dengan pengertian jika sebuah lembaga pembiayaan menggunakan dana /modal dari bank Indonesia, maka suku bunga Bank Indonesia menjadi dasar perhitungan jasa kredit yang akan dibebankan kepada debitur atau konsumen. Suku bunga ini akan disetarakan sebagai biaya modal pokok pengadaan dana dan akan ditambahkan dengan rentang bunga tambahan sebagai biaya operasional usaha dan resiko yang terkandung dalam pembiyaan kredit.25 Penelitian yang dilakukan oleh Fandy Ardianto( 2011) dengan judul pengaruh DPK, Modal Inti, Inflasi dan BI rate terhadap pembiayaan dan implikasinya terhadap ROA. Penelitian ini menemukan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap pembiayaa 8. Kurs atau Nilai Tukar Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya
24
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. 2008, h. 225 25 “aplikasi suku Bunga Bank Indonesia” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari http://www.kredit-ku.com/suku bunga bank indonesia.html
43
mekanisme pasar.26 Jika harga rupiah terhadap dollar melemah, maka sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini disebabkan karena investor cenderung akan melepas rupiah dan akan membeli dollar. Menurut Douglas Greenwald(1982:430) yang dikutip oleh Adiwarman Karim,27 exchange rates adalah (nilai tukar uang) atau yang lebih popular disebut dengan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing( foreign currency) dalam harga mata uang domistik( dimestic curreny) atau harga mata uang domistik dalamvaluta asing. Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara
lain
transaksi
perdagangan
internasional,turisme,
investasi
internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis maupun batas-battas hukum. Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan kepada dua sistem: kurs tetap dan kurs fleksibel. Yang dimaksud dengan kurs tetap adalah sistem penetuan nilai mata uang asing di mana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah dalam jangka masa yang lama. Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah nilai mata
26 27
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h. Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)h.157
44
uang asing yang ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di pasaran valuta asing dari hari ke hari.28 Bank syariah sebagaimana bank konvensional akan terpengaruh oleh gejolak mata uang sejauh peranan mata uang tersebut dalam transaksi bank dan sebanyak deposit dalam mata uang asing yang dimilki oleh bank tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maya Fitriyani menemukan bahwa Kurs berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Berdasarkan konsep dan teori yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau penurunan kurs berpengaruh terhadap pembiayaan di perbankan syariah.
28
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Jakarta, PT, RajaGrafindo Persada, 2000, h. 197
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini didasarkan pada masalah pertumbuhan pembiayaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, meskipun sempat mengalami perlambatan pada kuartal ketiga pada tahun 2013 dan dengan kondisi rasio keuang perbankan syariah yang meunjukkan angka yang fluktuatif dari tahun ke tahun demikian juga dengan kondisi perekonomian makro terus mengalami pergolakkan. Perbankan syariah sebagai industri jasa keuangan sudah tentu dapat terpengaruh dengan kondisi makro ekonomi yang bergejolak. Peneitian ini mencoba mengindikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan di perbankan syariah Indonesia dengan variabel dependen berupa total volume pembiayaan murabahah, salam, istisna, ijarah, mudhrabah, musyarakah, dan qard perbankan syariah dan variabel independen berupa CAR, NPF, FDR, ROA, BOPO, Inflasi, BI Rate dan Kurs. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan Error Correction Model(ECM), selain itu dilakukan juga studi kepustakaan untuk melengkapi proses penelitaian. B.
Sumber Data dan Jenis data Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif bersumber dari data sekunder yang berupa data Statistik Perbankan Syariah Indonesia, laporan
46
kebijakan Moneter Indonesia time series 2009-2013 yang dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia melalui website resmi bank Indonesia www.bi.go.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk logaritma(log). C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan meneliti dokumen-dokumen. Berupa laporan statistik perbankan syariah dan laporan kebijakan moneter Indonesia periode 2009-2013 D. Teknik Penulisan Sripsi Adapun teknik Penulisan skripsi ini berdasarkan buku” Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta 2012” E. Teknik Analis Data Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah proses yang saling berkaitan dan berurutan sehingga jika pengujian A belum dilakukan maka tidak dapat melakukan pengujian B. ECM digunakan untuk melihat adanya indikasi keseimbangan jangka pendek. Pengujian ini baru dapat dilakukan bila terbukti adanya indikasi keseimbangan jangka panjang antar variabel yang di uji. Indikasi adanya keseimbangan jangka panjang ini dapat diketahui melalui uji kointergrasi. Sementara itu, variabel-variabel yang diuji dapat dikatakan memiliki hubungan atau terkointerasi apabila stasioner pada ordo yang sama. Oleh karena itu, tahap
47
pertama dalam pengujian ini adalah melakukan uji stasioner untuk mengetahui pada orde berapa variabel-variabel yang diuji stsioner. 1. Uji stasioner Masalah model regresi yang melibatkan data deret berkala kadang memberikan hasil-hasil yang semu, atau bernilai meragukan, permukaan hasilnya terlihat baik tapi setelah diteliti lebih lanjut terlihat mencurigakan. Masalah yang ditemukan dalam time series adalah masalah stsioneritas data. Masalah stasioneritas ini menjadi penting mengingat regresi yang dilakukan dalam kondisi yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung ( spurious regression).29 Indikasi dari regresi lancung ini dapat dilihat dari R-squared yang tinggi dan t-statistik yang kelihatan signifikasn namun tidak memiliki arti jika dikaitkan dengan teori ekonomi. Tujuan uji stasioner ini adalah agar mean-nya stabil dan random errornya=0(nol) sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai kemampuan prediksi yang andal dan tidak spurious. Jadi, jika kita menggunakan data deret berkala, kita harus memastikan bahwa deret berkala individualnya bersifat stasioner atau terintegrasi bersama.30 Dalam melakukan uji stasioner ada dua tahap analisis yaitu:
29
Agus Widarjono, ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 315 30 Damondar N. gujarati, Dasar-Dasar Ekonometrika, ( Penerbit Erlangga, Edisi ketiga, 2006) h.171
48
a. Uji akar-akar unit ( unit Root test) Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Metode yang akhir-akhir ini banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji stasioneritas data adalah uji akar-akar unit( unit root test). Uji akar-akar unit ini pertama kali dikembangkan oleh DickeyFuller.31 Uji akar-akar unit dapat dipandang sebagai uji stasionaritas, karena pada intinya uji tersebut untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif mempunyai nilai satu atau tidak. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pengujian Philip peron(PP) yang diperkenalkan oleh Philips Peron(1988) dan Augmented Dicky Fuller(ADF) yang diperkenalkan oleh Dickey Fuller(1979). Adapun model ADF tes adalah( Gujarat): ∆Y t = δβ1+ β2t + βt-1 + et Adapun β1 dan β2t adalah parameter, t adalah waktu dan tren variabel, δ menunjukkan drift et adalah murni noise error term. Jika hipotesis nol(Ho) δ=0 makan terdapat unit root, berarti data time series tidak stasioner, atau jika nilai statistic ADF secara absolute lebih besar daripada nilai kritis MacKinnon maka hipotesis Ho ditolak, artinya time series stasioner. 31
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, (UPP STIM YKPN, Edisi ketiga, 2011),h. 7.5
49
Adapun PP tes berbeda dengan ADF tes, PP focus pada serial korelasi dan hetoroskedasticity pada error term. Model PP adalah: ∆Zt = ? + θt + ʎ t-1+μt Hipotesis nol (H0) adalah ʎ = 0, artinya Z tidak stasioner, sedangkan hipotesis Ha adalah jika nilai PP lebih besar dari nilai kritis, artinya data stasioner. Apabila nilai hitung mutlak ADF dan PP masing-masing variabel dengan derajat keyakinan 5% masih belum stasioner pada tingkat ordo nol maka perlu dilanjutkan uji derajat intergrasi pertama. b. Uji Derajat Integrasi ( Degree on Integration) Apabila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stasioner, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data yang diamati stasioner. Uji intergarsi ini mirip dengan uji akar-akar unit. Seperti akar-akar unit sebelumnya, keputusan pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik ADF dan PP dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai absolute dari statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama, maka data dapat dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika
50
nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.32 2. Uji Kointegrasi ( Cointegration Test) Setelah melalui uji integrasi, maka dapatlah diketahui pada derajat keberapakah data tersebut stasioner. Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari akar-akar unit dan derajat integrasi. Uji kointegrasi dapat dipandang sebagai uji keberadaan hubungan jangka panjang, seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi. Tujuan utama ujikointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah
variabel-variabel
yang
ada
berkointegrasi.
Variabel
yang
terkointegrasi menunjukkan adanya hubungan antar variabel atau kestabilan dalam jangka panjang dan sebaliknya. Alternatife uji kointegrasi yang sekarang banyak digunakan adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen.33 Uji yang dikembangkan Johansen ini dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah variabel( Vektor). Adapun rumus Kointegrasi adalah sebagai berikut: Yt = θ1Yt-1 + θ Yt-2 +…..+θYt-1 = βXt nt, t=….,T Dimana: Yt Θt
32
= vector variabel endogen
= parameter matriks
Shocrul R. ajija,dkk, Cara Cerdas Manguasai Eview, ( Jakarta: Salembah Empat, 2011) h.
147 33
Agus Widarjono, Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( YogYakarta: Ekonosia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 328
51
βXt
= d-vektor dari deterministic variabel
nt
= vector innovation
Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan uji test kointegrasi johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara membandingkan nilai max eigen statictic dengan Critical value dengan ketentuan, apabila max eigen statistic lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan sebaliknya. Jika terdapat hubungan jangka panjang atau semua variabel terkontegrasi maka uji dapat diuji ECM, namun jika variabel tidak terdapat hubungan integrasi maka digunakan model unrestricted VAR. 3. Error Corection Model ( ECM) Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan ECM (Error Eorrection Model). ECM juga sering disebut model koreksi kesalahan. Model ECM pertamakali dikembangkan oleh Prof. dennis Sargan(1978) dengan konsep
the general to specific approach dan
akhirnya dipopulerkan oleh Engle-Granger.34 ECM digunakan karena mekanisme ECM memiliki keunggulan salah satunya yaitu menghindari regresi lancung35 Atau regresi semu yang menghasilkan kesimpulan menyesatkan.
34
Agus widorjono, pengantar dan Aplikasinya, yogjakarta, ekonomsia Faku;tas Ekonomi UII Yogyakarta,2009, h.330 35 Ibid, h. 315
52
Adanya kointegrasi antara variabel nantinya akan menunjukkan adanya hubungan ataupun keseimbabgan antara variabel-variabel tersebut. Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan (disequilibirium). Ketidakseimbangan inilah yang sering ditemui dalam perilaku ekonomi artinya, bahwa apa yang diinginkan perilaku ekonomi belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan pelaku ekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan adanya penyesuaian (adjustment). Model yang memasukkan penyesuaian untuk melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan disebut model koreksi kesalahan(error correction model). Perumusan regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: LnPBS=β0+β1LnCARt+β2LnROAt+β3LnNPFt+β4LnFDRt+β5LnBOPOt+β6 LnInf1+β7 LnBIrt+ β8Ln Kurst+et Dimana: LnPBS=Pembiayaan Bank Syariah Β0= Intercept Β1….8= slope LnCAR= Capital Adequacy Ratio LnROA= Return On Aset LnNPF= Non Performing Finance LnFDR= Financing Deposit Ratio
53
LnBOPO= Beban Operasional danPendapatan Operasional
Ln inf= Inflasi Ln Bir= BI rate Ln Kurs= Kurs et= error term Persamaan Error Corection Model ΔLnPBS=β0+β1ΔLnCARt+β2ΔLnROAt-1+β3ΔLnNPFt-1+β4ΔLnFDRt1+β5ΔLnBOPOt-1+β6ΔLnInft-1+β7Δ LnBIrt-1+ β8Δ LnKurst-1+ECT Dimana: ΔLnPBS= Perubahan Pembiayaan Bank Syariah(logaritma natural) Β0= Intercept Β1….8= slope ΔLnCAR= Perubahan Capital Adequacy Ratio (logaritma natural) ΔLnROA= Perubahan Return On Aset ΔLnNPF= Perubahan Non Performing Finance ΔLnFDR= Perubahan Financing Deposit Ratio ΔLnBOPO= Perubahan Beban Operasional danPendapatan Operasional ΔLnInf= Perubahan Inflasi ΔLnBir= Perubahan BI rate ΔLnKurs= Perubahan Kurs
54
ECT= Error Corection Term (Angka yang menunjukkan besarnya Koreksi kesalahan) F.
Definisi operasional Variabel 1. Pembiayaan (Variabel Dependen) Menurut Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi Bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah b. Taransaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bittamlik c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishnaTransaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh d. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Data pembiayaan yang digunakan dalam peelitian ini adalah total pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah pada situs www.bi.go.id. 2. Inflasi ( Variabel X1) Inflasi menurut Rahardja dan Mandala Manurung mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
55
berlangsung secara terus menerus.36 Sementara menurut Sukirno inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar.37 Data inflasi yang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan Kebijakan Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id.
3. BI Rate ( Variabel X2)
BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagi acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.38
Data BI Rateyang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan Kebijakan Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id. 36
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, Pengantar Makro ekonomi, Jakarta: LPPE-UI, 2004, h. 155 3737 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, h. 333 38 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta. 2008, h.225
56
4. Kurs( Variabel X3)
Menurut kuncoro, kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar). Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainya mekanisme pasar.39 Data Kurs yang digunakan dalam peelitian ini adalah data periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Laporan Kebijakan Moneter Indonesi pada situs www.bi.go.id 5. Capital Adequacy Ratio ( Variabel X4) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruhaktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada banklain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana darisumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain(Dendawijaya, 2003) Data CAR yang digunakan dalam peelitian ini adalah data CAR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah www.bi.go.id. 6. Return On Asset( variabel X5) 39
Mundrajat Kuncoro, Ekonomi makro, ( Yogyakarta: BPFE UGM, 2008) h.
pada situs
57
Return on Asset (ROA) merupakan suatu pengukuran kemampuan manajemen bankdalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Jika ROA suatu bank semakin besar,maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baikposisi bank tersebut dari segi pengamanan asset. yang diperhitungkan. (Dendawijaya, 2000). Data ROA yang digunakan dalam peelitian ini adalah data ROA Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah
pada situs
www.bi.go.id. 7. Non Performing Financing (variabel X6) Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yangbermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteriayang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia kategori yang termasuk dalam NPF adalahpembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. Menurut Syafi’i Antonio (2001) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadapkinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit)maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya. Data NPF yang digunakan dalam peelitian ini adalah data NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
58
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah
pada situs
www.bi.go.id. 8. Financing Deposito Rati(variabel X7) Financing Deposito Ratio(FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR menurut peraturan pemerintah maksimum 110%. 40 Data FDR yang digunakan dalam peelitian ini adalah data FDR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September 2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah
pada situs
www.bi.go.id. 9. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional( variabel X8) BOPO merupakan rasio antara biaya operasioanal terhadap pendapatan operasional( Dendhawijaya 2003:125). Biaya opersional adala biaya yang dikeluarkan
oleh
bank
dala
rangka
menjalankan
aktivitas
usaha
pokoknya.Semakin tinggi BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah. Data BOPO yang digunakan dalam peelitian ini adalah data BOPO Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode bulan januari 2009- September
40
Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers( Jakarta: 2009)
59
2013. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah
pada situs
www.bi.go.id. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu dibuktikan kebenaranya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Inflasi (X1) Ho:
Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha:
Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013
2. Variabel BI Rate (X2) Ho:
Diduga BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2005-2013
Ha:
Diduga BI Rate berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2005-2013
3. Variabel Kurs (X3)
60
Ho:
Diduga Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha:
Diduga Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
4. Variabel Capital Adequacy Ratio (X4) Ho:
Diduga Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha:
Diduga Capital Adequacy Ratio berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
5. Variabel Return On Aset (X5 Ho:
Diduga Return On asset tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013
Ha:
Diduga Return On Asset berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
6. Variabel Non Performing Finance (X6)
61
Ho:
Diduga Non Performing Finance tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha:
Diduga Non Performing Finance berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
7. Variabel Financing Deposit Ratio(X7) Ho:
Diduga Financing Deposit Ratio tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Ha:
Diduga financing Deposit Ratio berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
8. Variabel Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (X8) Ho:
Diduga BOPO tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013
Ha:
Diduga BOPO berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
62
BAB IV ANALIS DAN PEMBAHASAN A.
Analisis Deskriptif Hasil Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Exel Windows 2007 dan Eviews 7 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti yaitu pembiayaan perbankan syariah( variabel dependen) dengan variabel Inflasi, BI rate, kurs, CAR, ROA, NPF, FDR, dan BOPO( variabel Independent). Penjelasan lebih lengkap masing-masing variabel adalah: 1.
Pembiayaan Pada perbankan Syariah Grafik. 4.1 Pembiayaan Perbankan Syariah di Indenesia Periode Januari 2009September 2013 dalam Miliar Rupiah
S umber: Bank Indonesia, Data di olah
63
Grafik diatas mengambarkan pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah periode 2009-2013. Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa secara umum pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2009-2013 terus mengalami peningkatan. Mulai dari januari 2009 sebesar 38,75 miliar kemudian sekitar 80 Miliar Juli 2009 dan bergerak turun lagi hingga Peningkatan signifikan terjadi pada Maret 2012 sebesar 204,293 miliar rupiah. Hal ini ini menandakan bahwa perbankan syariah terus mampu menyalurkan pembiayaan dengan baik sehingga tidak terlajadi penurun volume pembiayaan yang signifikan. 2.
Tingkat Inflasi di Indonesia Grafik 4.2 Inflasi di Indonesia Periode Januari 2009 – September 2013 dalam Persen(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
64
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pergerakan Inflasi fluktuatif tinggi pada awal 2009 dan kemudian turun lagi Desember 2009 kemudian meningkat lagi. Peningkatan tertinggi terjadi pada periode juli 2010 yaitu sebesar 11,90% dengan angka penurunan tertinggi sebesar juni 2012 sebesar 0,57%. Pergerakan inflasi yang cenderung fluktuatif mengikuti kondisi perekonomian Indonesia yang terkena imbas krisis keuangan yang melanda eropa. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat mendorong kenikan tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini berimbas pada tigkat pembiayaan perbankan sayariah yang mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan dan penurunan inflasi berpengaruh terhadap Volume pembiayaan perbankan syariah diIndonesi. 3.
Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia( BI Rate) Grafik 4.3 BI rate Periode Januari 2009- September 2013 dalam Persen(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
65
Grafik diatas diatas menggambarkan pergerakan BIrate dari periode 2009-2013. Dapat dilihat Bahwa pergerakan BI rate yang mengalami fluktuasi, mulai dari januari 2009 sebesar 3,75% kemudian meningkat pada januari 2010 turun lagi pada setember 2011 dan kemudian turun lagi pada periode 2012 dan mengalami pergerakan tidak terlalu tinggi pada periode maret 2013 sebesar 15,54% dan angka terendah periode Januari 2010 sebesar 3,7%. Pergerakan BI rate ini akan berpengaruh terhadap naik dan turunya tingkat pembiayaan pada perbankan syariah dibuktikan dengan peningkatan pembiayaan yang terjadi pada 2012 saat tingkat suku bunga mengalami peningkatan. 4.
Data Kurs(Echange Rate) Grafik 4.4 Nilai Tukar Rupiah( Kurs) Periode Januari 2009 – September 2013 dalam Rupiah(Rp)
Sumber Bank Indonesia, data diolah
66
Grafik diatas berbentuk hampir mirim piramida terbalik yang menandakan rupiah melemah periode awal 2009 dan kemudian terus menguat hingga periode 2011 dan kemudia mengalami penurunan lagi hingga 2013. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahawa nilai tukar Rupiah terhadap Dollas Amerika Serikat sangat fluktuatif mengikuti harga pasar valuta asing. Namun ada kenaikan yang cukup tajam yang terjadi pada periode Januari 2009 dimana nilai tukar Rupiah terhadap US$ melemah signifikan hingga menyentuh level Rp 11.080 per Dollar Amerika serikat. Lemahnya nilai rupiah ini disebabkan pada tidak seimbangnya neraca perdagangan. Fluktuasi kurs ini akan berpengaruh terhadap arus investasi yang masuk ke Indonesia sehingga akan berdampak pula terhadap pembiayaan pada perbankan syariah.
67
5.
Data Capital Adequacy Ratio(CAR Grafik 4.5 Capital Adequacy Ratio( CAR) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode januari 2009- September 2013 (%)
Su mber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa CAR mengalami fluktuasi, CAR mengalami kenaikan dan penurunan selama periode penelitian, kenaikan paling signifikan terjadi pada periode November 2009 sebesar 34,57%. CAR yang meningkat mengindikasikan bahwa modal meningkat. Hal ini jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa pembiayaan mengalami peningkatan pada periode dimana CAR mengalam penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan dan penurunan CAR berpengaruhh terhadap pembiayaan perbankan syariah.
68
6.
Data Return On asset( ROA) Grafik 4.6 Return On Asset( ROA) bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Grafik diatas menggambarkan perkembangan ROA perbankan Syariah di Indonesia. Berdasarka grafik dapat dilihat bahwa ROA mengalami fluktuasi. Return On Asset(ROA) perbankan syariah tertinggi pada periodeMei 2010 sebesar 3,97%. Tingginya ROA ini menandakan bahwa perbankan syariah mengalami peningkatan return yang akan berimplikasi pada pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat.jika dikaitkan
dengan
pembiayaan,
terlihat
bahwa
pembiayaan
juga
mengalami peningkatan disaat ROA meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan dan penurunan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan Perbankan syariah di Indonesia.
69
7.
Data Non Performing Finance (NPF) Grafik 4.6 Non Performing Finance(NPF) bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan grafik diats dapat dilihat bahwa NPF mengalami fluktuasi selama periode penelitian, pertumbuhan tertinggi terjadi pada periode maret 2009 sebesar 8,41 % dan angka terendah terjadi pada periode Desember 2012 sebesar 2,22%. Jika dikaitkan dengan Pembiaayaan perbankan syariah, pembiayaan justru meningkat saat NPF menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa naik turunya NPF berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.
70
8.
Data Financing Deposit Ratio(FDR) Grafik 4.7 Financing Deposit Ratio (FDR) bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, Data diolah
Grafik diatas menggambarkan tingkat pertumbuhan FDR yang juga mengalami fluktuasi dari satu periode ke periode lainya. Berdasarkan grafik terlihat bahwa FDR tertinggi pada periode April 2009 sebesar 139,88% dan terendah pada periode januari 2012 sebesar 87,27% . jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa maka FDR adalah banyaknya pembiayaan yang disalurkan disbanding dengan total dana pihak ketiga, sehingga rasio ini tinggi menandakan tingkat pembiayaan yang tinggi.
71
9.
Data Beban Operasional Beban Operasional(BOPO) Grafik.4.8
Biaya Operasional Beban Operasional ( BOPO) bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode Januari 2009- September 2013(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Grafik diatas menggambarkan pertumbuhan BOPO perbankan Syariah periode penelitian. Pergerakan BOPO mengalamai fluktiasi. Tinggi pada periode januari 2009 dan kemudian sangat rendah pada Desember 2009 dan kemudian meningkat
lagi dan seterusnya
berfluktuatif. Fluktuasi BOPO disebabkan karena perubahan biaya operasional
dan
beban
opersional.
Rasio
BOPO
yang
tinggi
mengindikasikan bahwa bahwa biaya operasional yang terlalu tinggi. Hal ini akan berdampak pada penurunan tingkat pembiayaan perbankan syariah. Jika dikaitkan dengan pembiayaan maka terlihat bahwa
72
pertumbuhan terlihat bahwa pembiayaan meningkat ketika BOPO menurun, sehingga dapat dikatkan bahwa naik dan turunya BOPO berpengaruh terhadap Pembiayaan perbankan syraiah di Indonesia. B.
Analisis Pengujian Statistik Estimasi Error Correction Model. 1. Uji Akar-akar Unit( Unit Root Test) Masalah yang sering ditemukan dalam time series adalah masalah stasioneritas data. Masalah ini
menjadi penting mengingat regresi yang
dilakukan dalam kondisi yang yang mengandung akar unit (tidak stasioner) akan menghasilkan regresi lancung( spurious resression) yaitu kondisi dimana hasil regresinya menunjukkan nilai koefisiensi determinasi yang tinggi,
dan t statistik yang signifikan, tetapi secara teori tidak memiliki
hubungan yang berarti. Data time series dikatakan stasioner jika rata-rata varians dan kovariansnya konstan sepanjang periode waktu. Metode yang akhir-akhir ini banyak digunakan oleh ahli ekonometrika untuk menguji stasioneritas data adalah uji akar-akar unit( unit root test). Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pengujian Philip peron(PP) yang dipernalkan oleh Philips Peron(1988) dan Augmented Fuller(1979).
Dicky
Fuller(ADF)
yang
diperkenalkan
oleh
Dickey
73
Analisis tahap pertama bertujuan untuk menguji ada unit root(akar unit) pada variabel-variabel penelitian dengan menggunakan tes Augmented Dickey Fuller (ADF) dan Phlilips Peron (PP). Hasil pengujian akar-akar unit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil Estimasi Akar-akar unit pada level Philips Peron(PP) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF) Variabel
PP
Nilai kritis
ADF
Nilai Kritis
LNInflasi
2.279861
2.914517
1.756416
2.914517
LNBIrate
7.408730
2.914517
3.008923
2.914517
LNKurs
1.229196
2.914517
0.833791
2.914517
LNCAR
2.743672
2.914517
1.456682
2.914517
LNROA
2.465939
2.914517
1.930795
2.914517
LNNPF
3.361926
2.914517
1.681674
2.914517
LNFDR
2.577839
2.914517
2.636161
2.914517
LNBOPO
3.586749
2.914517
3.669343
2.914517
Sumber: Data diolah Tabel-tabel diatas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan menggunakan Philips Peron(PP) dan Augmented Dickey Fuller (ADF). Melihat nilai t- statistik dan nilai kritis PP dan ADF masing-masing variabel dapat diketahui bahwa pada derajat 5% hanya ada sebagian variabel yang stasioner
74
pada uji PP dan ADF tersebut yaitu variabel BIrate, NPF dan BOPO. Variabel tersebut stasioner karena t-statistik PP dan ADF lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis statistik PP dan ADF pada tabel. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sebagian variabel tidak stasioner sehingga dapat dikatakan bahwa variabel belum stasioner pada orde yang sama dan masih mengalami persoalan pada akar-akar unit yaitu memiliki unit root oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama. 2.
Uji Derajat Integrasi( Degree on Integration Test) jika data pada level tidak stasioner maka data tersebut harus diuji derajat integrasi ( Integration test) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau orde keberapa data yang diteliti akan stasioner. Pengujian ini dilakukan pada akar-akar unit diatas, jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada derajat pertama. Seperti pada uji akar-akar unit sebelumnya, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan nilai t-statistik PP dan ADF yang diperoleh dari koefisien regresi dengan nilai kritis distribusi statistik. Jika nilai tstatistik PP dan ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi pertama, maka data dikatakan stsioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tingggi sehingga diperoleh data yang stsioner. Hasil dari pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
75
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Akar-Akar Unit pada Derajat Integrasi Pertama Philips Peron (PP) dan Augmented dickey Fuller(ADF) Variabel
t-statistik
Nilai kritis
PP
t-statistik
Nilai Kritis
ADF
LNInflasi
5.795910
2.915522
5.722214
2.9165522
LNBIrate
54.041837
2.915522
3.238522
2.915522
LNKurs
4.605251
2.915522
4.042903
2.915522
LNCAR
14.71693
2.915522
7.498750
2.915522
LNROA
15.19813
2.915522
9.634041
2.915522
LNNPF
18.23244
2.915522
2.988336
2.915522
LNFDR
14.48177
2.915522
6.752918
2.916566
LNBOPO 9.341213
2.915522
7.303436
2.916566
Sumber: Data diolah Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai t-staistik PP dan ADF masing-masing variabel dengan derajat keyakinan 5% telah stasioner pada integrasi pertama( fist diffirence). Hal ini dapat dilihat dari nilai t-staistik PP dan ADF variabel Inflasi, Birate, Kurs, CAR, ROA, NPF, FDR, BOPO lebih besar dari nilai PP dan ADF tabelnya, hasil uji stasioneritas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel sudah stasioner pada orde yang sama, yaitu pada derajat integrasi pertama. Data diatas telah stasioner pada deferensi
76
pertama maka diasumsikan akan terjadi kointegrasi atau hubungan jangka panjang. Dengan demikian pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji kointegrasi. 3. Uji kointegrasi ( cointegrtaion test) Uji kointergrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit dan derajat Integrasi. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang ada berkointegrasi. Variabel yang terintegrasi menunjukkan adanya hubungan antar variabel atau kestabilan dalam jangka panjang dan sebaliknya. Untuk menguji secara empiris hubungan jangka panjang antara Pembiayaan perbankan Syariah dengan variabel ekstenal dan internal perbankan syariah, Maka Penelitian ini menggunakan model pengujian yang oleh Johansen. Uji dapat digunakan untuk menentukan kointegrasi sejumlah variabel(Vektor). Uji kointegrasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji test kointegrasi johansen pada derajat kepercayaan sebesar 5% dengan cara membandingkan trace statistic dengan critical value yang apabila trace statistic lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan sebaliknya atau dapat pula digunakan pengujian dengan membandingkan nilai max eigen value dengan critical value yang apabila max eigen value
77
lebih besar dari critical value maka terjadi kointegrasi dan sebaliknya. Hasil dari uji kointegrasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Uji kointegrasi Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized
Trace
0.05
No. of CE(s)
Eigenvalue
Statistic
Critical Value
Prob.**
None *
0.937106
428.8998
197.3709
0.0000
At most 1 *
0.780240
279.5192
159.5297
0.0000
At most 2 *
0.688743
197.6973
125.6154
0.0000
At most 3 *
0.589863
134.6719
95.75366
0.0000
At most 4 *
0.481152
86.54358
69.81889
0.0013
At most 5 *
0.318750
51.11181
47.85613
0.0239
At most 6 *
0.265686
30.38522
29.79707
0.0427
At most 7*
0.204941
17.70903
15.49471
0.0913
At most 8
0.024233
1.324707
3.841466
0.2497
Trace test indicates 8 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Max-Eigen
0.05
Statistic
Critical Value
Prob.**
78
None *
0.937106
149.3806
58.43354
0.0000
At most 1 *
0.780240
81.82186
52.36261
0.0000
At most 2 *
0.688743
63.02544
46.23142
0.0004
At most 3 *
0.589863
48.12830
40.07757
0.0051
At most 4 *
0.481152
35.43177
33.87687
0.0324
At most 5*
0.318750
29.72659
27.58434
0.0293
At most 6*
0.265686
23.67618
21.13162
0.0187
At most 7*
0.204941
16.38433
14.26460
0.0970
At most 8
0.024233
1.324707
3.841466
0.2497
Hasil uji kointegrasi johansen diatas menunjukkan bahwa variabel dependen pembiayaan perbankan syariah dengan variabel independen lain memiliki kointegrasi dalam 7 vektor yang dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai trace statistik sebesar 428.8998 yang lebih besar dari nilai critical value 0,05 sebesar 197.3709 dengan tingkat probilitas yang lebih kecil dari α 5% sebesar 0,0000, pada vektor pertama trace statistik sebesar 279.5192 yang lebih besar dari nilai critical value 0,05 sebesar 159.5297 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,0000. Nilai trace statistic sebesar 179.6973 yang lebih besar daripada critical value sebesar 125.6154 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000 pada vektor kedua. Pada vektor ketiga, nilai trace statistik sebesar 134.6719 yang lebih besar dari critical value sebesar
95.75366 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000 seterusnya
hingga vektor ketujuh. Hal yang sama juga terlihat pada nilai max
79
eigenvalue sebesar 149.3806 yang lebih besar dari critcal value sebesar 58,43354 dengan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,0000. Pada vektor pertama nilai max eigenvalue sebesar 81.82186 yang lebih besar dari critical value sebesar 52,36261 dengan tingkat probabilitas sebesa ketiga 0,0000. pada vektor kedua, nilai max eigenvalue sebesar 63.02544 yang lebih besar dari critical value sebesar 46,23142 dengan tingkkat probabilitas 0,0004 pada vektor keenam. Berdasarkan uji kointegrasi maka variabel dapat dikatakan terintegrasi( memiliki hubungan jangka panjang). Sehingga pengujian dapat dilanjutkan ke uji Error Corection Model(ECM) 4. Anlisisis Error Corection Model( ECM) Adanya kointegrasi variabel menunjukkan adanya hubungan ataupun keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek ada kemungkinan terjadi ketidakseimbangan (disekuilibrium). Karena adanya ketidakseimbangan ini maka diperlukan adanya koreksi dengan model koreksi kesalahan (Erreo Corection Model). a.
Persamaan jangka panjang LnPMB=β0+β1LnINFt+β2LnBIRATEt+β3LnKURSt+β4LnCARt+β5L nROAt+β6LnNPFt+β7LnFDRt+β8LnBOPOt+e Tabel 4.4 Hasil Pengujian Persamaan Jangka Panjang
80
Dependent Variable: LNPEMBIAYAAN Method: Least Squares Date: 04/29/14 Time: 09:49 Sample: 2009M01 2013M09 Included observations: 57
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
9.080570
0.041039
3.382456
0.0014
LNINFLASI
0.421228
0.129750
3.246457
0.0021
LNBIRATE
0.034408
0.036988
2.930232
0.0035
LNKURS
0.007452
0.414619
1.843917
0.0614
LNCAR
-0.049660
0.287165
-3.655253
0.0006
LNROA
0.087256
0.303238
3.272283
0.0296
LNNPF
-0.276547
0.176290
-1.868707
0.0233
LNFDR
-0.122071
0.413419
-2.295131
0.0492
LNBOPO
-0.066965
1.218688
-2.190600
0.0334
R-squared
0.858546
Mean dependent var
11.33851
Adjusted R-squared
0.834971
S.D. dependent var
0.508724
S.E. of regression
0.206663
Akaike info criterion
-0.171515
Sum squared resid
2.050061
Schwarz criterion
Log likelihood
13.88818
Hannan-Quinn criter.
F-statistic
36.41666
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000000
0.151072 -0.046147 1.185841
Hasil estimasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
81
LnPMB=9,080570+0,421228LnINFt+0,034408LnBiratet+0,007452Ln KURSt-0,049660LnCAR+0,087256LnROAt0,276547LnNPFt-0,122071lnFDRt-0,066965LnBOPOt+e b. Persmaan Jangka pendek Error Corectin Model
ΔLnPMBS=β0+β1ΔInInft-1+β2ΔLnBIrate-1+β3ΔlnKurst1+β4ΔLnCARt+β5ΔlnROAt-1+β6ΔlnNPFt-1+β7ΔlnFDRt1+β8ΔlnBOPOt1+ ECT
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Persamaan Jangka pendek Error corection Model
Dependent Variable: D(LNPEMBIAYAAN) Method: Least Squares Date: 04/29/14 Time: 09:54 Sample (adjusted): 2009M02 2013M09 Included observations: 56 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
0.014209
0.020603
6.689649
0.0000
D(LNINFLASI)
0.028531
0.163593
2.132760
0.0022
D(LNBIRATE)
0.006682
0.023122
0.288992
0.0739
D(LNKURS)
0.007275
1.027090
1.525936
0.6339
-0.032447
0.216885
-2.455092
0.0001
D(LNCAR)
82
D(LNROA)
0.038557
0.241614
0.768077
0.0464
D(LNNPF)
-0.081977
0.114495
-2.715984
0.0276
D(LNFDR)
-0.006997
0.299678
-2.233473
0.0164
D(LNBOPO)
-0.027182
0.919175
-2.957320
0.0049
ECT(-1)
-0.448856
0.121607
-3.691029
0.0006
R-squared
0.727582
Mean dependent var
0.028536
Adjusted R-squared
0.615587
S.D. dependent var
0.183952
S.E. of regression
0.152182
Akaike info criterion
-0.767043
Sum squared resid
1.065334
Schwarz criterion
-0.405373
Log likelihood
31.47721
Hannan-Quinn criter.
-0.626825
F-statistic
3.817868
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.001161
1.571483
Langkah pertama dalam model ECM adalah untuk melihat signifikansi koefisien ECT dari model yang telah dihasilkan. Koefisien ECT ini harus bernilai negatif dan berada diantara 0-1. Berdasarkan hasil anlisis yang dilakukan diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0,448856 dengan tingkat probilitas 0,0000 yang signifikan pada α 0.05, nilai koefisien ini negatif dan cenderung mendekati 0. Nilai koefisien ECT menggambarkan kecepatan untuk menyesuaikan(speed of adjustment) diantara variable menuju keseimbangan jangka panjang dalam periode tertentu ketika terjadi ketidakseimbangan dalam jangka pendek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekitar 45% keseimbangan dapat dikoreksi dalam jangka pendek.
83
Berdasarkan hasil Regresi diatas dapat diperoleh estimasi persamaan regresi sebagai berikut: DLnPMB=0,014209+0,028531LnFt+0,006682LnBiratet+0,007275LnKU RSt-0,032447LnCARt+0,038557LnROAt-0,081977LnNPFt0,006997LnFDRt-0,0,027182LnBOPOt-0,448856 C.
Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan serangkaian pengujian dalam analisis yang meliputi
uji stasioner, uji kointegrasi dan error Corectian Model. Hasil Analis data tersebut menemukan adanya hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel yang digunakan dalam penelitian. Pengujian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi volume pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia akan dilakukan dengan menguji Hipotesis yang merujuk pada persamaan Jangka panjang dan jangka pendek.
1. Pengujian Hipotesis variabel Inflasi Ho: variabel Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah. Ha:
variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan syariah.
perbankan
84
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel Inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,028531 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0022 yang lebih kecil dari tingkat α 5% dalam jangka pendek, dan dalam jangka panjang koefisensi sebesar 0,421228, dengan tingkat probabilitas 0,0021 yang lebih kecil dari tingkat α 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha ditolak. Pengaruh positif signifikan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek kenaikan inflasi 1% akan menaikan volume pembiayaan perbankan syariah sebesar 2,8%. Sedangkan dalam jangka panjang kenaikan 1% inflasi akan menaikan pembiayaan sebesar 42%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bani Pamungkas yang menemukan bahwa inflasi memliliki pengaruh signifikan terhadapa pemnbiayaan dalam jangka panjang, hal yang sama juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Luluk Chorida menemukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pembiayaan. Penjelasan lebih rincinya adalah ketika terjadi inflasi, akan mengaanggu fungsi tabungan, orang akan enggan untuk menabung karena nilai mata uang menjadi turun. Pada akhirnya mereka akan beralih memilih pembiayaan perbankan syariah sebab semua produk perbankan syariah tidak terpengaruh oleh inflasi.
85
2. Pengujian Hipotesis variabel suku Bunga (BI rate) Ho: variabel BI rate tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah. Ha: variabel BI rate berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel BI rate
memiliki pengaruh tapi tidak signifikan terhadap
volume
Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,006682 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0739 yang lebih besar dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak Ho diterima. Sedangkan dalam jangka panjang variabel BI rate memiliki pengaruh positif signifikan terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, hal ini bisa dibuktikan dengan tingkat koefisensi 0,034408 dengan tingkat probabilitas 0,0035 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Pengaruh positif menunjukkan bahwa kenaikan BI rate 1% akan menaikan
volume pembiayaan perbankan syariah 3,4% dalam jangka
panjang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilkukan oleh
86
Fandi Arianto menemukan bahwa BI rate berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah. Kenaikan BI rate akan menaikan pembiayaan pada perbankan syariah, hal ini disebabkan ketika terjadi kenaikan BI rate, perbankan konvensional tentu akan menaikan tingkat suku bunganya, hal ini akan mengakibatkan masyarakat enggan untuk mengajukan kredit pada perbankan konvensional dikarenakan beban bunga yang terlalu tinggi, sehingga mesyarakat beralih memilih perbankan syariah dengan produk yang bervariasi termasuk didalamnya terdapat produk bagi hasil yang tidak menetapkan berapa jumalah bagih hasil akan tetapi berdasarkan kondisi ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih profit oriented sehingga mereka akan memilih produk yang menguntungkan dan meningglakan produk yang tidak menguntungkan. 3. Pengujian Hipotesis Kurs Ho : variabel Kurs tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah. Ha:
variabel Kurs berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kurs atau nilai mata uang rupiah
tidak berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
87
terhadap volume pembiayaan pada perbankan syariah yang dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,007275, dan tingkat probabilitas sebesar 0,6339 yang lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang tingkat koefisensi 0,007452 dengan tingkat probabilitas 0,0614 yang lebih besar dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak Ho diterima. Kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah disebabkan transaksi perbankan syariah masih didomoinasi oleh transaksi lokal dan jarang bersentuhan dengan mata uang asing, sehingga kenaikan dan penurunan kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. 4. Pengujian Hipotesis variabel CAR Ho: variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah Ha: variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel CAR
berpengaruh negative signifikan terhadap
88
volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,032447
jangka pendek dengan tingkat
probabilitas sebesar 0,0001yang lebih kecil dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang tingkat koefisensi 0,024960 dengan tingkat probabilitas 0,0006 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian penurunan 1% CAR akan menaikan Pembiayaan 3,2% dalam jangka pendek dan 24% dalam jangka panjang. Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa Capital Adequacy Ratio adalah adalah rasio yang yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang yang mengandung resiko ( kredit,penyertaan modal, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri.41 Artinya ketika bank mengalokasikan Modalnya lebih banyak untuk melindungi Aktiva yang mengandung resiko maka porsi untuk pembiayaan akan menurun, dan sebaliknya ketika Cadangan untuk ATMR nya tidak terlalu banyak maka porsi yang digunakan pembiayaan akan bayak. Dalam periode penelitian ini modal yang di gunakan untuk ATMR sedikit sehingga porsi untuk pembiayaan lebih banyak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wuri Arianti dan Hanum(2011) yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan.
41
Herman Darmawi.manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, h. 99
89
5. Pengujian Hipotesis variabel ROA Ho: variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Ha: variabel ROA
berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun panjang variabel ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien 0,003857 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0464 yang lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka pendek tingkat koefisensi 0,087256 dengan tingkat probabilitas 0,0296 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Pengaruh
positif
signifikan
dengan
tingkat
koefisiensi
0,8256
mengindikasikan kenaikan 1% ROA akan menaikan pembiayaan perbankan syariah sebesar 3,8 dalam jangka pendek % dan 8,7% dalam jangka panjang. Hubungan ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut ROA merupakan rasio profitabilitas dimana rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengolaan aset.42 Artinya ketika ROA meningkat maka tingkat profitabilitas bank juga meningkat. 42
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana Jakarta,2010, h.115
90
Profitabilitas yang tinggi merupakan kesempatan bank untuk meningkatkan pembiayaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maya Fitriyani( 2011) bahwa rofitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan perbankan syariah. 6. Pengujian Hipotesis NPF Ho: variabel NPF tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Ha: variabel NPF
berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel NPF
memiliki pengaruh negative signifikan
terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien -0,081977 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0076 yang lebih kecil dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang dibuktikan dengan tingkat koefisensi 0,276547 dengan tingkat probabilitas 0,0023 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan 1% NPF akan menurunkan pembiayaan sebesar 8,1% dalam jangka panjang dan 27%.
91
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Bani Pamungkas yang menemukan bahwa variabel NPF tidak berpengaruh terhadap tingkat pembiayaan bagi hasil. Rasio NPF yang tinggi akan menurunkan tingkat pembiayaan, hal ini disebabkan karena ketika terjadi banyak pembiayaan bermasalah, bank perlu berhati-hati dan selekstif dalam menyalurkan pembiayaan sehingga pembiayaan yang diberikan harus melalui proses seleksi yang panjang, hal ini berakibat penyaluran pembiayaan menjadi sedikit. Banyaknya penyaluran dana yang tidak melakukan pembayaran angsuran akan berdampak pada pendapatan yang dibagi antara bank yang dan shahibulmaal juga sedikit yang akhirnya menurunkan pendapatan bank dan shohibulmaal.43artinya semakin sedikit pendapatan bank diakibatkan banyak pembiayaan yang bermasalah sehingga bedampak pada pembiayaan yang menurun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khodijah Fikry Kurniadi(2009) yang menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan perbankan bagi hasil perbankan syariah. 7.
43
Pengujian Hipotesis FDR
Wiroso, penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta,PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, h.5
92
Ho: variabel FDR tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Ha: variabel FDR
berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel FDR dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan dalam jangka pendek dibuktikan dengan hasil perhitungan jangka pendek yaitu tingkat koefisien -0,00697 dan tingkat probabilitas sebesar 0,0164 yang lebih kecil dari tingkat 0,05. Dan perhitungan jangka panjang yaitu koefisien sebesar -0,122071, dan tingkat probabilitas sebesar 0,0233 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aal hendri dkk yang menemukan bahwa financing deposit Ratio(FDR) berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. FDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pembiayaan yang disalurkan mampu membayar kembali dana pihan ketiga yang ada dibank tersebut. Semakin tinggi rasio ini menandakan bank mampu membayar kembali penarikan kembali DPK masyarakat. Dalam penelitian
93
ini naik dan turunya FDR berpengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah. 8. Pengujian Hipotesis variabel BOPO Ho: variabel BOPO tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan perbankan syariah. Ha: variabel BOPO berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Volume Pembiayaan
perbankan
syariah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel BOPO
memiliki pengaruh negatif
signifikan
terhadap volume Pembiayaan pada Perbankan syariah di Indonesia yang dibuktikan dengan tingkat koefisien -0,027182, dan tingkat probabilitas sebesar 0,0049 yang lebih besar dari tingkat α 5%, dan dalam jangka panjang tingkat koefisensi -0,066965 dengan tingkat probabilitas 0,0334 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan 1% BOPO menurunkan pembiayaan sebesar 2,7% dalam jangka pendek dalam jangka panjang.
dan 6,7%
94
Tingginya rasio BOPO menandakan tingginya biaya opresional, biaya operasional yang tinggi ini menandakan tidak efisienya perbankan tersebut. Dikarenakan tidak efisien maka pembiayaan juga mengalami penurunan. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan besar. Keuntungan yang besar akan memungkinkan bank untuk menyalurkan pembiayaan lebih ba
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan Penelitian ini mencoba mengindikasi faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi volume pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia dengan menguji variabel-variabel dari sisi ekskternal maupun internal. Brdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa: 1. Variabel-variabel dalam penelitian ini telah stasioner pada tingkat pertama( first differencing) Philips Peron Test dan Aumented DickeyFuller Test dan terkointegrasi dalam 7 vektor kintegrasi Johansen( Johansen Cointegration) 2. Koefisien ECT yang diperoleh adalah sebesar -0,448856 dengan tingkat probabilitas 0,0006 yang signifikan pada tingkat 0,05%, nilai koefisien yang negative dan cenderung mendekati 0 menunjukkan bahwa adanya fenomena yang mengindikasikan keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang dengan speed of adjustmen keseimbangan jangka pendek menuju jangka panjang relative cepat. 3. Variabel eksternal Inflasi dalam jangka pendek memiliki pengaruh positif terhadap volume pembiayaan pada perbakan syariah
dalam jangka
panjang kedua variabe eksternal Inflasi dan BIrate berpangaruh positif dan signifikan pada Volume Pembiayaan pada perbankan syariah. Sementara
96
variabel eksternal kurs tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Variabel internal ROA
dalam jangka pendek maupun panjang
berpengaruh positif signifikan terhadp pembiayaan perbankan Syariah, sementara variabel CAR, NPF, FDR dan BOPO dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh negatif signifikan terhadap Volume pembiayaan perbankan syariah. 2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulakan beberapa saran yang kiranya dapat direkomendasikan dalam mendorong petumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia serta penelitian lanjutan yang diperlukan. Saran-saran tersebut antara lain: 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan inflasi dan BIrate akan meningkatkan pembiayaan perbakan syariah, hal ini dapat menjadi peluang bagi perbakan syariah dengan pengelolaan manajemen dengan baik selama kondisi tersebut. 2. Return On Asset yang meningkat akan meningkatkan pembiayaan perbankan syariah, sehingga bank syariah harus selalu memperhatikan rasio ini agar tetap meningkat. Hal ini bisa dilakukan dengan manajeman yang bagus. 3. Non Performing Finance yang meningkat akan menurunkan tingkat pembiyaan,
sehingga
perbankan
harus
memperhatikan
kondisi
ini.
97
Manajemen pembiyaan yang baik diperlukan untuk mengatasi pembiayaan yang bermasalah. 4. Alokasi Dana yang cukup besar untuk mengatasi Aktiva yang mengandung Resiko akan menurunkan tingkat pembiayaan sehingga bank perlu memperhatikan Rasio ini agar selalu sesuai dengan ketentuan, dengan Cara mengurangi ATMR atau menaikan Modal. 5. Penelitian yang akan datang disarankan untuk menambah variabel internal yang lain serta periode penelitian yang lebih panjang.
98
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mauludi, Statistik 1 : Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakrta: PT Prima Heza lestari, 2006 Agus, Widarjono, Ekonometrika : Pengantar dan aplikasinya, ed.3,cet.1. Yogyakarta: Ekonisia,2009 aplikasi suku Bunga Bank Indonesia” diakses pada tanggal 12 maret 2013 dari http://www.kredit-ku.com/suku bunga bank indonesia.html Darmawi,Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara , 2011 Kuncoro, Mundrajat Ekonomi makro. Yogyakarta: BPFE UGM, 2008. kuncoro, Mundrajat dan Suharjo. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Penerbit BPFE 2002 Kasmir,Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:PT Raja Grafiindo Persada,2011 Laporan kebijakan Moneter Indonesia. Diaskses pada tanggal 15 Maret 2014 di www.bi.go.di Murni, Asfia. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006 Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta2009
99
Pohan, Aulia.
Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, 2008. Raharja, Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Makro ekonomi. Jakarta: LPPE-UI, 2004. Press,2002) Sukirno, Sadono. Makroekonomi: teori Pengantar. Jakarta:
PT. Raja
Grafindo, 2004 Shocrul R. ajija,dkk, Cara Cerdas Manguasai Eview.
Jakarta: Salembah
Empat, 201 “
suku
Bunga”
diakses
pada
tanggal
12
maret
2013
dari
http:
//www.suciidisini.blogspot.com/2013/12/suku-bunga 19.html. Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis bagi Peneliti Muda. Yogyakarta: Gajah Mada University Winarno, Wing Wahyu.
Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Edisi ketiga, 2011 www. Bi.go.Id : Data Statistik Perbankan Syariah, diakses pada tanggal 2 Februari 2014 widorjono, Agus. pengantar dan Aplikasinya Ekonomi. Yogjakarta: Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009
100
Wasilah,Sri Nurhayati Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2011 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005 Widarjono, Agus. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya, ( YogYakarta: Ekonosia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta,2009) h. 328
Data yang digunakan dalam Penelitian Periode Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-20 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12
inflasi 9,17 8,6 7,92 7,31 6,04 3,65 2,71 2,75 2,83 2,57 2,41 2,78 7,36 7,4 8,17 8,96 10,38 11,03 11,9 11,85 12,14 11,77 11,68 11,06 6,26 6,3 6,52 6,29 6,01 5,77 6,06 6,51 6,95 6,88 6,71 6,59 6,26 6,3
Birate 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,8 5,67 6,33 6,96 9,17 8,6 7,92 7,31 6,04 3,65 2,71 2,75 2,83 2,57 2,41 2,78 7,36 7,4 8,17 8,96 10.38 11 11,9 11,9 12,1 11,8 11,7 11,1 6,26 6,3
Kurs 11.080.50 11.852.75 11.849.55 11.025.10 10.392.65 10.206.64 10.111.33 9.977.60 9.900.72 9.482.73 9.469.95 9.457.75 9.275.45 9.348.21 9.173.73 9.027.33 9.183.21 9.148.36 9.049.45 8.971.76 8.973.50 8.927.90 8.938.38 9.022.62 9.037.38 8.912.56 8.761.48 8.651.30 8.555.80 8.564.00 8.533.24 8.532.00 8.765.50 8.895.24 9.015.18 9.088.48 9.109.14 9.025.76
CAR 32,7 27,7 33,74 31,8 29,8 28,15 15,9 15,8 30,27 33,46 34,57 16,6 30,80 33,25 31,4 30,70 29,60 29,64 29,20 27,17 29,1 26,3 28,7 27,46 20,23 15,17 16,57 19,85 19,58 15,92 15,9 15,83 16,83 15,3 14,9 16,6 16,27 15,91
ROA 1,8 2,8 2,65 2,9 2,8 2,98 1,9 1,8 3,10 3,42 3,46 1,8 3,55 3,45 3,57 3,67 3,97 3,71 3,68 3,52 3,47 3,61 3,59 3,49 2,26 1,81 1,97 1,90 1,84 1,84 1,85 1,81 1,80 1,8 1,8 1,8 1,36 1,79
NPF 8,13 8,39 8,41 8,21 8,21 7,91 3,75 3,53 8,12 7,74 8,36 2,52 7,36 7,48 7,37 3,19 7,13 6,92 7,16 7,18 7,43 7,48 7,53 6,50 3,28 3,66 3,60 3,79 3,76 3,55 3,75 3,53 3,50 3,11 2,74 2,52 2,68 2,82
FDR 128,97 128,72 128,83 139,88 130,11 130,21 94,18 98,39 131,55 128,73 128,31 88,94 123,61 126,23 129,05 130,51 131,17 135,20 135,74 139,96 135,82 133,36 134,5 128,47 91,97 96,16 93,22 95,17 94,88 94,93 94,18 98,39 94,97 95,24 94,44 88,94 87,27 90,47
BOPO pembiayaan 84,3 35,872 84,1 37,765 83,10 39,308 78,7 40,281 74,7 41,432 73,20 42,195 77,1 84,668 77,7 80,54 72,91 44,523 65,02 45,246 65,37 45,726 78,4 46,655 76,30 47,479 76,8 48,479 76,18 50,206 75,35 51,651 75,34 53,223 75,20 55,801 75,61 57,633 76,49 60,275 76,93 60,97 77,18 62,995 76,24 65,942 78,08 68,181 75,75 88,724 79,56 71,448 77,63 74,258 78,78 76,728 79,05 78,818 78,13 82,618 77,13 84,668 77,65 80,540 77,54 82,839 78 96,805 77,9 99,427 78,4 101,655 86,22 101,689 78,39 203,713
periode Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13
inflasi 6,52 6,29 6,01 5,77 6,06 6,51 6,95 6,88 6,71 6,59 7,32 7,15 8,81 8,12 7,4 7,42 7,84 8,33 9,06
BIrate Kurs 6,52 9.165.33 6,29 9.175.50 6,01 9.290.24 5,77 9.451.14 6,06 9.456.59 6,51 9.499.84 6,95 9.566.35 6,88 9.597.14 6,71 9.627.95 6,59 9.645.89 17 9.687.33 17,9 9.686.65 15,7 9.709.42 15,4 9.724.04 15,6 9.760.91 15,5 9.881.53 15,2 10.073.39 14,9 10.572.50 14,6 11.346.24
CAR 15,33 14,97 13,40 16,12 16,12 15,63 14,98 14,54 14,8 14,1 15,3 15,2 14,3 14,7 14,3 14,3 15,3 15,3 14,2
ROA 1,83 1,8 1,99 2,05 2,05 2,04 2,07 2,11 2,1 2,1 2,5 2,3 2,4 2,3 2,1 2,1 2 2 2
NPF 2,76 2,85 2,93 2,88 2,92 2,78 2,74 2,58 2,5 2,22 2,49 2,72 2,75 2,85 2,92 2,64 2,75 3,01 2,8
FDR 87,13 95,39 97,95 98,59 99,91 101,03 102,10 100,48 101,19 100 100,63 102,17 102,62 103,08 102,08 104,43 104,83 102,53 103,27
BOPO Pembiayaan 77,77 204,239 77,77 108,763 76,24 112,844 75,74 117,592 75,9 120,910 75,89 124,945 75,44 130,357 75 135,581 75,3 140,318 75 147,505 70,4 149,672 72,1 154,072 73 161,081 74 163,407 76,9 167,259 76,2 171,227 76,1 174,486 77,9 174,537 77,8 177,32
Uji Akar-unit Phllip Peron Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.279861 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.1819
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
1.140526 1.994420
Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 0 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.408730 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.229196 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.6557
Null Hypothesis: CAR has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 18 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.743572 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0732
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.465939 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.1292
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Null Hypothesis: ROA has a unit root Bandwidth: Constant 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Exogenous: Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level Phillips-Perron test statistic 5% level level Test critical values: 1% 10% level 5% level
Adj. t-Stat -2.465939 -3.552666 -2.465939 -2.914517 -3.552666 -2.595033 -2.914517
10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
-2.595033
Prob.* Prob.* 0.1292 0.1292
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Null Hypothesis: NPF has a unit root Exogenous: Constant Adj. t-Stat Bandwidth: 21 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
-2.465939 -3.552666 -2.914517 -2.595033
Prob.* 0.1292
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.361925 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0166
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: FDR has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 9 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.577839 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.1035
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 8 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.586749 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0091
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Augmented Fuller pada level Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-1.756416 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.3979
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.008923 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0402
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: CAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.456682 -3.560019 -2.917650 -2.596689
0.5476
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-1.930795 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.3161
Null Hypothesis: NPF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.681674 -3.560019 -2.917650 -2.596689
0.4346
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: FDR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.636161 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0919
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
0.833791 -3.568308 -2.921175 -2.598551
0.9937
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level
t-Statistic
Prob.*
-3.669343 -3.552666
0.0072
5% level 10% level
-2.914517 -2.595033
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Derajat Integrasi Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-5.705910 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
1.165651 1.142526
Null Hypothesis: D(BIRATE) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 54 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant
Adj. t-Stat
Prob.*
-54.47391 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0001
Bandwidth: 3 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.605251 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0004
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 18 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-14.71693 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 29 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Adj. t-Stat
Prob.*
-15.19813 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 16 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-18.23244 -3.555023 -2.915522
0.0000
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 31 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.341213 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.722214 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level
t-Statistic
Prob.*
-9.634041 -3.555023 -2.915522
0.0000
10% level
-2.595565
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(ROA,2) Method: Least Squares Date: 04/24/14 Time: 13:37 Sample (adjusted): 2009M03 2013M09 Included observations: 55 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(ROA(-1))
-1.229976
0.127670
-9.634041
0.0000
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 8 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.888336 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.0543
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-6.752918 -3.557472 -2.916566 -2.596116
0.0000
Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.303436 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 54 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-14.48177 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-4.042903 -3.555023 -2.915522 -2.595565
0.0025
Uji kointegrasi Johansen
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized
Trace
0.05
No. of CE(s)
Eigenvalue
Statistic
Critical Value
Prob.**
None *
0.937106
428.8998
197.3709
0.0000
At most 1 *
0.780240
279.5192
159.5297
0.0000
At most 2 *
0.688743
197.6973
125.6154
0.0000
At most 3 *
0.589863
134.6719
95.75366
0.0000
At most 4 *
0.481152
86.54358
69.81889
0.0013
At most 5 *
0.318750
51.11181
47.85613
0.0239
At most 6 *
0.265686
30.38522
29.79707
0.0427
At most 7*
0.204941
17.70903
15.49471
0.0913
At most 8
0.024233
1.324707
3.841466
0.2497
Trace test indicates 8 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized
Max-Eigen
0.05
No. of CE(s)
Eigenvalue
Statistic
Critical Value
Prob.**
None *
0.937106
149.3806
58.43354
0.0000
At most 1 *
0.780240
81.82186
52.36261
0.0000
At most 2 *
0.688743
63.02544
46.23142
0.0004
At most 3 *
0.589863
48.12830
40.07757
0.0051
At most 4 *
0.481152
35.43177
33.87687
0.0324
At most 5*
0.318750
29.72659
27.58434
0.0293
At most 6*
0.265686
23.67618
21.13162
0.0187
At most 7*
0.204941
16.38433
14.26460
0.0970
At most 8
0.024233
1.324707
3.841466
0.2497
UJI Error Corection Model jangka Panjang
Dependent Variable: LNPEMBIAYAAN Method: Least Squares Date: 04/29/14 Time: 09:49 Sample: 2009M01 2013M09 Included observations: 57
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
9.080570
0.041039
3.382456
0.0014
LNINFLASI
0.421228
0.129750
3.246457
0.0021
LNBIRATE
0.034408
0.036988
2.930232
0.0035
LNKURS
0.007452
0.414619
1.843917
0.0614
LNCAR
-0.049660
0.287165
-3.655253
0.0006
LNROA
0.087256
0.303238
3.272283
0.0296
LNNPF
-0.276547
0.176290
-1.868707
0.0233
LNFDR
-0.122071
0.413419
-2.295131
0.0492
LNBOPO
-0.066965
1.218688
-2.190600
0.0334
R-squared
0.858546
Mean dependent var
11.33851
Adjusted R-squared
0.834971
S.D. dependent var
0.508724
S.E. of regression
0.206663
Akaike info criterion
-0.171515
Sum squared resid
2.050061
Schwarz criterion
Log likelihood
13.88818
Hannan-Quinn criter.
F-statistic
36.41666
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000000
0.151072 -0.046147 1.185841
UJI Error Corection Model jangka Pendek Dependent Variable: D(LNPEMBIAYAAN) Method: Least Squares Date: 04/29/14 Time: 09:54 Sample (adjusted): 2009M02 2013M09 Included observations: 56 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
0.014209
0.020603
6.689649
0.0000
D(LNINFLASI)
0.028531
0.163593
2.132760
0.0022
D(LNBIRATE)
0.006682
0.023122
0.288992
0.0739
D(LNKURS)
0.007275
1.027090
1.525936
0.6339
D(LNCAR)
-0.032447
0.216885
-2.455092
0.0001
D(LNROA)
0.038557
0.241614
0.768077
0.0464
D(LNNPF)
-0.081977
0.114495
-2.715984
0.0276
D(LNFDR)
-0.006997
0.299678
-2.233473
0.0164
D(LNBOPO)
-0.027182
0.919175
-2.957320
0.0049
ECT(-1)
-0.448856
0.121607
-3.691029
0.0006
R-squared
0.727582
Mean dependent var
0.028536
Adjusted R-squared
0.615587
S.D. dependent var
0.183952
S.E. of regression
0.152182
Akaike info criterion
-0.767043
Sum squared resid
1.065334
Schwarz criterion
-0.405373
Log likelihood
31.47721
Hannan-Quinn criter.
-0.626825
F-statistic
3.817868
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.001161
1.571483