PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : TAUFIK ISMAIL NIM: 1112046100125
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M
Abstract Taufik Ismail. 1112046100125. Effect of Internal Factor, Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), Eskternal factor, (BI rate) and Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) to Profit Sharing Islamic Banking either simultaneously or Partially, Muamalat, Faculty of Sharia and Law, islamic state university of Syarif Hidayatulla, Jakarta, 2016 The purpose of study is to analyze further the Lending in Bank Indonesia Sharia 2010 – 2015. Independent variable consisted of internal factor that are Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF). And eksternal factor that is (BI rate) and Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS). This study use secondary data and reprocessed by author, secondary data were obtained from websites of Bank Indonesia. The methods of data analysis was perfomed using Multiple Linier Regression method is to analyze the influence of independent variable on the dependent variable. Result from this research that : The result from factor internal that was Third Party Fund (DPK) has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. Financing to Deposit Ratio (FDR), has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. Non Perfoming Financing (NPF) is not significance effect and positive. The eksternal factor, BI rate has the significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. And than Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) is significance effect and positive to profit sharing of Islamic banking. The research show that eksternal faktor,(BI RATE and SBIS) have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking and internal faktor( DPK,FDR,NPF) have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking. And than the result from eksternal faktor, internal faktor have simultaneously effect to profit sharing of Islamic banking Keyword : Third Party Fund (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Perfoming Financing (NPF), (BI rate), Sharia Certificate of Bank Indonesia (SBIS) and Profit sharing Islamic Banking.
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, karunia dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah yang telah menuntun ummatnya khususnya penulis dalam mengenal kalimat Allah SWT, dan semoga penulis beserta pembaca dikumpulkan bersama beliau nanti di akhirat. Alhamdulillah, penelitian
yang berjudul
“PENGARUH
FAKTOR
INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan karya ilmiah dalam bentuk Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihakpihak yang telah ikut andil dalam penyelesaiaan karya ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, MA,Ph.D Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Bapak AM Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi penulis. 3. Bapak Dr. Abdulrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah banyak membantu dalam hal akademik terkait penyelesaiaan studi penulis. 4. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini terselesaikan dengan baik 5. Bapak Fahmi M. Ahmadi, M.Si. dan Bapak Maman R. Hakim, SEI, MM. selaku tim penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Bukhori muslim, Lc, MA. Selaku dosen penasehat akademik dan segenap dosen serta staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta bantuan bagi penulis 7. Kedua orang tercinta, Bapak Djakirman dan Ibu Tin Fatimah yang telah banyak memberikan Doa dan motivasinya, Aa Nandar, Teh Teti , Azkiyya serta adiku Muhammad Fahmi yang saya banggakan. 8. Abiler ciputat yang senantiasa menjadi keluarga yang penuh ukhwah semoga terus dilancarkan urusannya dan semakin kompak. 9. Kos - kosan Ps 2012 yang merupakan sahabat penuh dengan canda tawa, dua kata buat kalian, kalian hebat
iii
10. Un – Name Fc dan Abstu merupakan sahabat sekolah yang cerdas pintar dan kompak walaupun sedikit kontroversi (datang kelapangan untuk tanding 9 orang selesai tanding 12 orang) 11. Sahabat KKN Simpati yang telah memberikan warna selama 1 bulan untuk membangun Desa Leweung Kolot Bogor. 12. Keluarga besar Perbankan Syariah angkatan 2012, sebagai teman seperjuangan terimaksih atas kebersamaannya Semoga Allah SWT dengan Ridho-Nya membalas segala kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Namun tidak mustahil jika pepatah, “tak ada gading yang tak retak” masih ada dalam penyusunan Skripsi ini. Kesempurnaan Skripsi ini memang semata-mata adalah berkat karunia Allah SWT. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan Skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Aamiiin. Jakarta, 15 September 2016
Taufik Ismail
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ..............................................................................................................i KATA PENGANTAR……………......….……..……………………………......ii DAFTAR ISI………………………………………………………………….......v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Pokok Masalah...........................................................................................8 1. Identifikasi Masalah..............................................................................8 2. Pembatasan Masalah.............................................................................9 3. Rumusan Masalah.................................................................................9 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.................................................10 1. Tujuan Penelitian.................................................................................10 2. Manfaat Penelitian...............................................................................10 D. Tinjauan (Review) Terdahulu..................................................................12 E. Kerangka pemikiran...................................................................................15 F. Sistematika Penulisan................................................................................16
v
BAB II Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia A. Pembiayaan Bank syariah........................................................................18 B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan................................................................24 C. Jenis – jenis dan Klasifikasi Pembiayaan Bank Syariah.........................28 D. Pembiayaan Bagi hasil Bank Syariah......................................................32 E. Prinsip distribusi bagi hasil......................................................................33 F. Perbedaan bagi hasil dengan system bunga..............................................35 G. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil Bank Syariah a. Faktor internal 1. Dana Pihak Ketiga (DPK)..............................................................33 2. Financing deposit rasio (FDR).......................................................37 3. Non performing rasio (NPF)..........................................................39 b. Faktor eksternal 1. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate)...........................................42 2. Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS).......................................44 c. Pengaruh antar variable.......................................................................45 d. Hipotesis..............................................................................................50 BAB III METODE PENELITIAN a. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................52 b. Jenis Penelitian dan Sumber Data.......................................................52 c. Metode Penentuan Sample..................................................................52
vi
d. Metode Pengumpulan Data.................................................................53 e. Metode penulisan skripsi.....................................................................53 f. Teknik analisa data.............................................................................53 1. Uji Asusmsi Klasik........................................................................54 a. Uji Normalitas..........................................................................54 b. Uji Multikolinieritas.................................................................55 c. Uji Heteroskedastisitas.............................................................57 d. Uji Autokorelasi.......................................................................58 2. Uji Regresi Berganda.....................................................................59 a. Uji t............................................................................................60 b. Uji F...........................................................................................61 3. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................62 g. Definisi operasional variable...............................................................63 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil 1. Analisis Deskriptif...............................................................................67 2. Uji Asumsi Klasik...............................................................................74 a. Uji Normalitas................................................................................75 b. Uji Multikolinieritas.......................................................................77 c. Uji Heteroskedastisitas...................................................................79 d. Uji Autokorelasi.............................................................................81 3. Uji Regresi berganda faktor internal...................................................83 a. Uji t.................................................................................................83 vii
b. Uji F................................................................................................88 c. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................89 4. Uji Regresi Berganda faktor eksternal................................................90 a. Uji t.................................................................................................90 b. Uji F................................................................................................96 c. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................96 5. Uji Regresi berganda internal, ekternal...............................................97 a. Uji F................................................................................................97 b. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................98 c. Variabel yang paling dominan mempengaruhi...............................98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................100 B. Keterbatasan.......................................................................................101 C. Implikasi.............................................................................................101 D. Saran...................................................................................................102 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................103 LAMPIRAN
viii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan yang diberikan perbankan syariah dalam sector riil memiliki peranan besar dalam pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan produktivitas masyarakat, meningkatnya produktivitas dapat meningkatkan iklim dunia usaha dan investasi yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.1 Bank sebagai intermediasi masyarakat memiliki tiga kategori produk utama yaitu
sebagai
berikut:
Produk
Penyaluran
Dana
(financing),
Produk
penghimpunan Dana (funding), Produk Jasa (service). Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap2. Menurut Zarkasih (2008) Produk penyaluran dana atau pembiayaan dalam bank syariah lebih dipersempit lagi menjadi dua yaitu debt financing dan equity financing, produk debt based financing mendasarkan pembiayaan pada prinsip jual beli dan prinsip sewa. Pembiayaan dengan prinsip jual beli terdiri dari murabahah, salam, dan istishna’. Pembiayaan dengan prinsip sewa terdiri dari ijarah yang dilandasi adanya perpindahan manfaat. Sedangkan produk equity based financing dengan prinsip bagi hasil terdiri dari musyarakah dan mudharabah.3 Pembiayaan yang disalurkan Oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun – ketahun memiliki peningkatan yang cukup besar namun
1
Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013, h.368. 2
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo persada : 2004), h.97 3 Moh. Wahyudin Zarkasyi. Good Corporate Governance. (Alfabeta: Bandung : 2008), h.4
1
2
pembiayaan masih di dominasi oleh produk jual beli dan sewa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Komposisi penyaluran dana Bank syariah di Indonesia 2010 – 2015
Jenis pembiayaan Bagi hasil
2010 total %
2011 total %
2012 total %
2013 total %
2014 total %
2015 total %
23.26 34,11 29.19 28,43 39.69 26,91 53.499 29,06 63.741 31,98 68.939 33,81
Jual beli & Sewa 44.93 65,89 73.47 71,75 107.82 73,09 130.62 70,94 135.59 68,02 134.96 48,92 Jumlah
68.18 100 102.7 100 147.51 100 184.12 100 199.33 100 203.89 100
Sumber : statistik perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah) Pada Tabel 1.1 menandakan bahwa pembiayaan bagi hasil dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan stagnan pada persentase 33,81 % (2015), persentase terendah 34,11 % (2010). Berbeda dengan jenis pembiayaan Jual beli & sewa, walaupun persentase dari tahun ketahun mengalami fluktuatif tidak menyebabkan persentase di bawah 60 %. Tingginya jenis pembiayan jual beli dan sewa (murabahah, salam, istisna, Ijarah dan Qard dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah jenis pembiayaan ini termasuk pembiayaan investasi berjangka pendek dengan tingkat risiko yang cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis pembiayaan bagi hasil profit and loss sharing (PLS). Selain dengan tingkat risiko yang lebih kecil jenis pembiayaan jual beli dan sewa dinilai lebih mudah dan tidak memerlukan analisa yang rumit serta menguntungkan baik dari pihak Bank maupun nasabah, keuntungan bagi Bank syariah yaitu dapat memperoleh
3
pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat keuntungan yang telah ditentukan diawal4. Dalam mekanisme penerapan jenis pembiayaan bagi hasil masih sulit dilakukan karena adanya beberapa kendala seperti harus dilakukannya pemantauan secara lebih intensif oleh bank terhadap setiap investasi yang diberikan sehingga membuat operasional perbankan berjalan tidak ekonomis dan efisien5. Namun demikian jenis pembiayaan bagi hasil dalam bentuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah merupakan alat yang terbaik dalam rangka menghapus bunga dalam berbagai macam transaksi sehingga dalam praktiknya harus lebih ditingkatkan. Selain itu pembiayaan bagi hasil juga dapat membantu pengembangan
usaha
masyarakat
terutama
masyarakat
yang
memiliki
kemampuan mengelola bisnis namun memiliki kendala dalam hal permodalannya. Meningkatnya total pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari tahun ketahun tidak terlepas dari kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, keberadaan bank syariah di industry perbankan nasional turut memberikan andil dalam menigkatkan pemerataan ekonomi masyarakat dengan kegiatan
penghimpunan
dan
penyaluran
dananya.
Hingga
Juni
2015
penghimpunan DPK sebesar Rp 215.339 miliar dan total pembiayaan sebesar Rp 203.894 miliar6.
4
Amin Mu’allim, Praktek pembiayaan Bank syariah dan problematikanya. Paper Almawarid edisi XI 2004, h. 55. 5 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 128 6 www.bi.com . data statistic perbankan syariah. Diakses pada tanggal 2 maret 2016.
4
Dalam kaitannya dengan peningkatan pembiayaan atau penyaluran dana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor tersebut merupakan faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar bank (eksternal). faktor internal dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan pemodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank7. Sedangkan faktor ekternal menurut Athanasoglou "merupakan variablevariabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan8” Adapun faktor internal bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek liquidity meliputi financing deposit ratio (FDR). Aspek penghimpunan dana yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kualitas aktiva produktif terutama kualitas pembiayaan dalam hal ini adalah pembiayaan bermasalah non perfoming Financing (NPF). Sementara dari sisi ekternal, bank syariah sebagai lembaga keuangan tentu pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro seperti kenaikan dan penurunan inflasi dan BI rate, secara umum sangat dimungkinkan sekali juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk meningkatkan dana pihak ketiga dalam industi perbankan syariah. Kondisi makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu pembiayaan9.
7
Dahlan Siamat,. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta: 2005 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, h. 57 8 Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98. 9 Ekarina katmas, pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013 , (Jakarta :skripsi UIN Jakarta, 2013), h.6
5
Selain inflasi dan BI rate faktor ekternal lainnya adalah penempatan dana pada SBIS dan penempatan dana pada PUAS. Bank Indonesia mengeluarkan perangkat kebijakan moneter berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai wahana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah pada Bank Indonesia, yang juga berfungsi sebagai secondary reserve bagi bank tersebut10. Selain itu Bank Indonesia juga mengeluarkan perangkat kebijakan moneter dalam bentuk Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)11.“Namun semakin banyak penempatan dana yang dialokasikan pada SBIS dan PUAS maka pembiayaan semakin menurun Menurut Siregar (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran dana yaitu DPK, SBIS, dan pembiayaan bermasalah atau NPF. Dimana dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang diperoleh dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan deposito, sedangkan bonus SBIS adalah sumber dana bank yang diperoleh dari Bank Indonesia atas penitipan dana wadiah atas kelebihan likuiditas bank yang bersangkutan. Pembiayaan bermasalah atau non performing financing merupakan rasio perbandingan pembiayaan yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada masyarakat12. Berdasarkan data statistik Bank Umum syariah dan Unit Usaha Syariah berikut adalah total jenis pembiayaan bagi hasil, DPK, NPF, FDR, BI rate dan SBIS selama kurun waktu 5 tahun 6 bulan terkahir.
10
7PBI No. 10/11/PBI/2008 yang diperbaharui dengan PBI No.12/18/PBI/2010 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 11 PBI No.7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.2/8/PBI/2000 tentang PUAS 12 Siswati . anaisis penyaluran dana bank syariah. Jurnal dinamika manajemen . Vol 4 No 1. maret 2013, h.83.
6
Table 1.2 Total Pembiayaan Bagi Hasil, Kinerja Keuangan, BI rate dan SBIS, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 DPK Rp. 76.036 Rp. 115.415 Rp. 147.512 Rp. 183.534 Rp. 217.858 Rp. 215.339 NPF 3,02 % 2,52 % 2,22 % 2,62 % 4,33 % 4,76 % SBIS Rp. 5.408 Rp. 9.244 Rp. 4.993 Rp. 6.699 Rp. 8.130 Rp. 8.858 BI Rate 6,50 % 6,00 % 5,75 % 7,50 % 7,75 % 7,50 % FDR 89,67 % 88,94 % 100,00 % 100,32 % 91,50 % 96,52 % Pembiayaan Basil Rp. 23.255 Rp.29.189 Rp.39.690 Rp.53.499 Rp.63.741 Rp. 68.939 Sumber : statistic perbankan syariah Bank Indonesia, 2015 (diolah) Berdasarkan Table 1.2 pengamatan pada Bank Umum Syariah Indonesia menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil yang diberikan BUS dan UUS sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya DPK. Hal tersebut menunjukan bahwa meningkatnya DPK yang dihimpun dapat membuat bank lebih agresif dalam menyalurkan pembiayaan bagi hasil dari berbagai sumber dana yang meliputi giro, tabungan, dan deposito. Pada rasio NPF dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif, pada tahun 20122013 rasio NPF mengalami kenaikan sebesar 0.4 % dengan diikuti besarnya kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Dan pada tahun 2013-2014 rasio NPF naik sebesar 1.71% dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 10.242 miliar, sedangkan kenaikan NPF pada rentang waktu 2014-2015 sebesar 0,43% dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 5.198 miliar. Semakin tinggi persentase rasio NPF mengindikasikan semakin buruk kualitas pembiayaan sehingga bank akan lebih ketat dalam melakukan pembiayaan mengingat bank harus melakukan recovery dana atas dana yang tidak kembali dari pembiayaan yang gagal bayar. Jadi setiap kenaikan pembiayaan yang bermasalah NPF akan menurunkan jumlah dana yang disalurkan.
7
Selanjutnya pada faktor eksternal BI rate dari tahun ketahun mengalami fluktuatif pada 2012-2013 BI rate mengalami kenaikan sebesar 1.75 % dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 13.809 miliar. Demikian halnya pada tahun 2013-2014 BI rate mengalami kenaikan sebesar 0,25 % dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar 10.242 miliar. Namun pada rentang waktu 2014-2015 BI rate mengalami penurunan sebesar 0,25% hal terebut tidak mengakibatkan menurunnya pembiayaan bagi hasil melainkan terjadi kenaikan sebesar 5.198 miliar. Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) berdampak pada kenaikan suku bunga simpanan dan diik uti oleh suku bunga pinjaman. Tingginya bunga simpanan yang ditawarkan tentu akan menarik hasrat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank konvensional dari pada menyimpan dananya di bank syariah hal tersebut dikarenakan nilai nisbah bagi hasil bank syariah lebih kecil dari bunga bank, dengan begitu akan banyak nasabah yang beralih ke bank konvensional dengan nilai keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan bank syariah menurunnya dana pihak ketiga dari nasabah yang merupakan sumber modal terbesar dalam melakukan pembiayaan kepada pihak yang membutuhkan, jika dana pihak ketiga menurun maka, secara tidak langsung akan mengakibatkan penurunan pembiyaan bagi bank13. Faktor ekternal lainnya yaitu SBIS Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah SBIS pada BUS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2012 mengalami penurunan namun, penurunan tersebut tidak 13
Edo widiyanto, dan lucia ari diyanti. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1 februari 2015.
8
mengakibatkan menurunnya penyaluran dana BUS, justru diiringi juga dengan peningkatan pembiayaan bagi hasil dari tahun ketahun. Semakin besar dana yang dialokasikan ke Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) maka akan menyebabkan alokasi dana pada pembiayaan menurun. Dari tabel tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi kesenjangan dimana jumlah SBIS berbanding lurus dengan total pembiayaaan. Berdasarkan fakta-fakta diatas banyaknya kesenjangan antara faktor ekternal dan internal bank syariah terhadap penyaluran dana bagi hasil. Maka dari itu masalah ini menjadi hal yang menarik untuk di analisis sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor ekternal (DPK, NPF, FDR) dan faktor internal (SBIS, BI rate) terhadap penyaluran dana bagi hasil. Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul “PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PEMBIAYAAN BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA” B. Pokok Masalah 1.
Identifikasi Masalah a. Adanya kesenjangan faktor internal Bank Umum Syariah yaitu Financing Deposit Rasio (FDR), dan Non Perfoming Financig (NPF) terhadap pembiayaan bagi hasil. b. Adanya kesenjangan faktor eksternal Bank Umum Syariah yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap pembiayaan bagi hasil.
9
c. Untuk identifikasi selanjutnya peneliti mengambil variable Dana Pihak Ketiga (DPK) dikarenakan dalam teori bahwa hampir semua bank mengandalkan DPK untuk penyaluran pembiayaan, 2.
Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah yang sudah di identifikasikan pada sub-bab
sebelumnya maka terdapat batasan dalam penelitian ini yaitu: a. Analisis dilakukan pada faktor Internal (FDR, DPK, NPF) dan Eksternal (BI rate dan SBIS) yang merupakan data historis dengan rentang waktu januari 2010 sampai dengan juni 2015 dimana pada rentang waktu tersebut telah terjadinya fluktuatif NPF, bahkan pada bulan februari 2015 NPF menembus 5,1%. Serta adanya peningkatan SBIS dan peningkatan suku bunga bank Indonesia (BI rate) yang dapat mempengaruhi pembiayaan bagi hasil. b. Indikator yang diteliti berasal dari laporan keungan Bank syariah yang terkodifikasi pada laporan tahunan Bank Indonesia. 3.
Perumusan Masalah Beberapa masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain : a. Apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF, berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah? b. Apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah
10
c. Seberapa besar variabel (internal) DPK, FDR, NPF, dan variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah ? d. Variable independen mana diantara faktor (eksternal), dan faktor (internal) yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah ? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. 1.
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah variabel (internal) DPK, FDR, NPF berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. b. Untuk mengetahui apakah variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. c. Untuk mengetahui variabel (internal) FDR, NPF, DPK, dan variabel (ekternal) BI rate, dan SBIS berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah. d. Untuk mengetahui variable independen mana diantara DPK, FDR, NPF dan BI rate, dan SBIS yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan bagi hasil di perbankan syariah.
2.
Manfaat Penelitian. a. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi / masukan dalam upaya meningkatkan kemampauan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja
11
di masa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori yang diberikan dengan praktik lapangan. b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan sumbangan berupa pengembangan ilmu yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan bagi hasil perbankan syariah serta sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan Kajian mengenai penyaluran pembiayaan bagi hasil Bank umum syariah serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat penyaluran pembiayaan. d. Manfaat bagi masyarakat luas, penelitian ini berfungsi sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas, khususnya bagi para nasabah dan mereka yang antusias seputar dunia perbankan syariah. D. Studi Penelitian Terdahulu. 1. Nugroho heri pramono, accounting analisys journal, vol. 2, No. 2, Mei (2013). Dengan judul Optimalisasi pembiayaan berbasis bagi hasil pada Bank syariah di Indonesia, dengan metode regresi linier berganda, dengan hasil penelitian Secara simultan variabel deposito mudharabah, spread bagi hasil, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan secara parsial hanya variabel deposito mudharabah dan spread bagi hasil yang berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan
12
terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu. Dan variable independen. Persamaan : terdapat pada metode yang digunakan 2. Nur gilang Giannini, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. Januari 2013. Dengan judul Faktor pengaruh pembiayaan mudharabah pada Bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan hasil penelitian secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Untuk hasil secara parsial, variabel FDR berpengaruh negatif terhadap pembiayaan mudharabah. Variabel NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah. Sedangkan untuk variabel ROA, CAR, dan tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Persamaan: terdapat beberpa variable independent yang sama yaitu variable NPF dan FDR. 3. Prastanto, accounting analisys journal. Vol. 2 No. 1. februari 2013. Dengan judul Faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dengan hasil penelitian simultan berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Untuk hasil secara parsial, variabel FDR, QR, dan ROE berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Sedangkan untuk variabel NPF, dan DER berpengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang
13
diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan diatas hanya menggunakan variabel dependent murabahah. Persamaan terdapat pada variable indepeden yang sama yaitu NPF dan FDR 4. Muhammad lutfhi qolby. Economics development analysis journal. Vol. 2, No.4 november 2013. Dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Metode yang digunakan Error correction model (ECM). Dengan hasil penelitian, Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa dalam jangka panjang secara bersama-sama Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pembiayaan. Dalam jangka pendek Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai ECT yang signifikan menunjukkan bahwa model jangka pendek dapat digunakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada jangka panjang Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Return On Assets (ROA) berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Pada jangka pendek Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh secara statistik terhadap pembiayaan pada perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable
14
dependen yang meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan terdapat dua varibel independent yang sama yaitu DPK dan SBIS. 5. Ekarina katmas, skripsi (S1), fakultas syariah dan hukum, UIN Jakarta 2012. Dengan judul Pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Dengan metode Error correction model. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam jangka pendek inflasi, CAR, ROA, NPF dan BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah. Dalam jangka panjang variable inflasi, CAR, ROA, NPF, FDR dan BOPO memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan variable Kurs tidak berpengaruh terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah Terletak pada rentang waktu yang diteliti sementara variable dependen yang akan diteliti meliputi pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan penelitian diatas menggunakan variable dependen yang meliputi semua pembiayaan pada bank syariah. Persamaan metode yang digunakan sama regresi linier berganda.
15
E. Kerangka Pemikiran
FAKTOR INTERNAL dan EKSTERNAL
DPK
(X1)
FDR
(X2)
NPF
(X3)
BI RATE (X4) SBIS
(X5)
I n t e r n a l
DPK (X1) FDR (X2) NPF (X3) Pembiayaan Bagi hasil (Y)
E k s t e r n a l
BI RATE (X4)
SBIS (X5)
Penulis mengemukakan penelitian ini dengan variable DPK sebagai (X1), variable FDR (X2), variable NPF (X3) (internal), variable BI rate (X4) dan variable SBIS (X5) (eksternal) yang akan mempengaruhi variable pembiayaan bagi hasil sebagai variable dependen (Y)
16
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan pola dalam penyusunan laporan untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika penulisan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari sebuah laporan : BAB I: Pendahuluan Bagian ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan BAB II: Tinjauan Pustaka Bagian ini berisi tentang penguraian teori – teori yang berada di latar bekalang masalah. meliputi pengertian pembiayaan bagi hasil, tujuan, fungsi, jenis biaya bagi hasil serta prinsip distribusi bagi hasil. faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil seperti faktor internal bank yaitu dana pihak ketiga (DPK). Financing deposit rasio (FDR), dan Non performing rasio (NPF), serta faktor ekternal bank meliputi Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS). BAB III: Metode Penelitian Bagian ini merupakan penjabaran secara keseluruhan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputi ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, batasan dan definisi operasional, hipotesis penelitian serta teknik analisis data yang meliputi uji asumsi klasik dan uji regresi linier berganda.
17
BAB IV : Analisis dan Pembahasan Bagian ini meliputi hasil analisis penelitian yang berisi analisis data yang meliputi faktor internal yaitu dana pihak ketiga (DPK). Financing deposit rasio (FDR), dan Non performing rasio (NPF) dan faktor ekternal yaitu Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), serta pengujian hipotesis. BAB V: Penutup Bagian ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi yang berisi kesimpulan dan saran – saran dari penulis mengenai hal- hal yang dibahas dalam skripsi ini.
BAB II Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia A. Pembiayaan Bank Syariah Pembiayaan Bank syariah merupakan aktivitas yang sangat penting , karena dengan pembiayaan akan diperoleh sumber pendanaan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran pembiayaan kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun syariat Islam itu sendiri14. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain15 Pengertian pembiayaan dalam UU No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 12 yang merupakan perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan mengungkapkan bahwa “Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
14
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta :
Deepublish, juni 2014, h. 138 15
Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP
18
19
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil16 Diperjelas dengan UU Nomor 21 tahun 2008, pembiayaan Tentang Perbankan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa17: 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah 2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik 3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan 5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Sedangkan menurut Syafi’i Antonio
h. 5
16
UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 12.
17
Undang-undang republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan syariah,
20
“pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit"18 a.
Perbedaan pembiayaan dengan kredit Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil19. Bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan masingmasing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan pembiayaan maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank tersebut. Akan tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan perbankan yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank konvensional lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para debitur. Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh para debitur adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah bunga kredit 18
Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 160 19
Undang-undang republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas
undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, h.2
21
yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah termasuk perbuatan riba. Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara lain meliputi perhitungan bagi hasil yang selanjutnya akan ditanggung bersama oleh kedua pihak tersebut. Selain itu, perjanjian tersebut juga menjelaskan bahwa jika terjadi kerugian, maka akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun nasabah. Perhitungan bagi hasil yang ditetapkan dalam perjanjian dilakukan tanpa adanya unsur paksaan di dalamnya. Terkait dengan perhitungan bagi hasil, jika bank mendapatkan keuntungan lebih, maka laba akan dibagi bersama dengan nasabahnya. Namun jika pihak bank mengalami kerugian, maka pihak nasabah juga turut menanggung resiko kerugiannya. Berdasarkan hasil keputusan MUI (Majelis Ulama Indonesia), bagi hasil tersebut bukan merupakan aktivitas riba dan tidak haram20
20
Achasih Nur Chikmah “analisis perbandingan sistem pemberian kredit
bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil, dan menengah” jurnal akuntansi unesa · vol 2, no 2 (2014), h. 4
22
Perbedaan pembiayan bank syariah dengan kredit bank konvensional secara rinci dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya : 1. Keuntungan yang diperoleh bank Pada bank konvensional, Keuntungan diperoleh dari besarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan pada debitur yang mengajukan kredit. Dengan adanya beban bunga tersebut, maka jumlah pembayaran kredit yang diajukan oleh debitur nominalnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah pinjaman. Sedangkan pada bank syariah, keuntungan diperoleh melalui bagi hasil antara pihak bank dengan debitur yang mengajukan pembiayaan. Bagi hasil yang dimaksud telah disepakati oleh kedua pihak, yakni pihak bank dan pihak debitur. Perjanjian yang dilakukan di awal transaksi merupakan kesepakatan untuk menentukan prosentase penentuan bagi hasil antara pihak bank dengan pihak debitur, baik kerugian maupun keuntungan akan ditanggung bersama 2. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan Pada bank konvensional, prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit antara lain; bank konvensional melayani semua jenis kredit, baik untuk kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi, dan tidak membedakan transaksi halal maupun haram. Sedangkan prinsip yang diterapkan pada bank syariah antara lain, prinsip wadiah, prinsip mudharabah, prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi hasil. 3. Pengikatan kontrak dan perjanjian pihak bank dengan pihak nasabah.
23
Pada bank konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau perjanjian yang disepakati di awal dengan nasabah ataupun debitur. Namun, bank konvensional hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam oleh debitur dengan jumlah prosentase pasti, yang wajib dibayarkan kembali oleh debitur dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Jika debitur menunggak atau melebihi jatuh tempo, maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari yang ditentukan sebelumnya. Sementara itu, pada bank syariah terjadi perjanjian dan kesepakatan di awal antara pihak bank dengan debitur. Perjanjian tersebut antara lain berupa kontrak dan perjanjian serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak bank debiturnya. Pada awal perjanjian, telah disepakati bahwa untung atau kerugian yang terjadi di bank syariah akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun debitur, serta tidak ada unsur bunga dalam pembiayaan tersebut. 4. Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh bank Bank konvensional tidak membatasi jenis pemberian kredit yang disalurkan kepada masyarakat selama debitur dapat memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank konvensional. Baik jenis kredit konsumtif, investasi, jaminan maupun modal usaha, dan tidak memperdulikan hukum jenis kredit yang diajukan, selama debitur dapat melunasi pinjaman dengan tepat waktu beserta bunga yang telah ditetapkan pihak bank. Sementara itu, bank syariah hanya akan memberikan pembiayaan kepada debitur jika telah jelas hukum
24
dan tujuan penggunaannya. Jika pembiayaan yang diajukan debitur digunakan untuk kegiatan yang haram, maka pihak bank tidak akan memberikan pembiayaan kepada debiturnya. Dari segi kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal. Usaha-usaha seperti minuman beralkohol, bar atau usaha lain yang dipandang lebih banyak madharat-nya daripada manfaatnya tentu tidak dapat dibiayai oleh perbankan syariah21 B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan a.
Tujuan pembiayaan Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai – nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak – banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industry, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang – barang dan jasa – jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor22 Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu 23 : a.
Profitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan
21 22
Ibid ,h. 15 Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah,
Cirebon : STAIN Press., h. 68 23
Totok budisantoso, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, (Jakarta :
salemba Empat, 2006), h 144
25
menyalurkan pembiayaan kepada usaha – usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan dan sekaligus juga unsur keuntungan dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitang dengan demikian keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk bagi hasil yang diterima. b.
Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga tujuan profitabilitas dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
b.
Fungsi pembiayaan Irham dan Lavianti menyatakan fungsi kredit perbankan dalam aktivitas
perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi kredit berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran yang efektif. Industri perbankan merupakan lembaga intermediasi, dimana bank mengefektifkan dana yang selama ini tersimpan secara menganggur dengan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan yang mampu mengelolanya, yaitu mengelola uang tersebut untuk membeli barang dan jasa sesuai kebutuhan.
26
2. Fungsi kredit sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha. Dunia
usaha
adalah
pihak
yang
paling
dominan
dalam
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan bantuan kredit yang disalurkan perbankan, diharapkan akan mampu mengatasi kekurangan dana yang selama ini tidak tercukupi untuk membeli kebutuhan yang sudah direncanakan. 3. Fungsi kredit untuk menciptakan pemerataan pendapatan. Para pebisnis yang berencana memperluas usahanya, akan membuat pengangguran sedikit berkurang karena akan ada tenaga kerja baru yang diharapkan mengelola bisnis tersebut. Sehingga dengan tertampungnya tenaga kerja baru diharapkan pendapatan pemerataan akan tercipta. 4. Fungsi kredit sebagai salah satu alat dalam menggairahkan bisnis internasional. Setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional yang juga melakukan tindakan ekspor dan impor, maka kebutuhan akan kredit dalam bentuk mata uang asing akan meningkat. Dimana pada saat proyek yang dikerjakan membutuhkan mata uang asing, maka perbankan perlu mempunyai simpanan dan menyalurkan dananya dalam bentuk mata uang asing. Dari hal tersebutlah kegairahan pebisnis untuk masuk ke pasar tradisional akan lebih mudah.
27
5.
Fungsi kredit untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa. Dana yang diperoleh pebisnis dari perbankan akan membuat mereka dapat membeli bahan baku dan melakukan prosesnya hingga menjadi barang jadi. Tindakan ini diharapkan akan meningkatkan nilai barang tersebut, begitupun dari segi jasa.
6. Fungsi kredit sebagai pendorong dan pencipta stabilitas ekonomi. Pada saat suatu negara mengalami masalah perekonomian, diharapkan kredit ini dapat mengembalikan stabilitas perekonomian tersebut dengan cara mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan lapangan
pekerjaan,
memenuhi
kebutuhan
pokok
rakyat
dan
mendukung dunia usaha khususnya bidang ekspor dan impor24. Sedangkan menurut H. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang. 2. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. 3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
24
Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. “Pengantar Manajemen Perkreditan”,
Alfabeta, Bandung, 2010, h. 50
28
4. Pembiayaan menimbulkan gairah usaha masyarakat. 5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi. 6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional. 7.
Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi internasional25
Dari fungsi pembiayaan dan kredit di atas dapat di buat kesimpulan bahwasannya pembiaayan dan kredit memiliki tujuan yang sama yaitu meyalurkan dana kepada sektor yang membutuhkan sebagai meningkatkan nilai modal / uang yang bertujuan untuk pemerataaan pendapatan, dan dari segi makro penyaluran dana baik dalam bentuk pembiayaan maupun kredit berfungsi sebagai stabilitas perokonomian suatu negara yang dapat meningkatkan pendapatan nasional. C. Jenis – Jenis dan Klasifikasi Pembiayaan 1.
Jenis pembiayaan Pembiayaan menurut jenisnya dapat di tinjau berdasarkan dengan tujuan
masing –masing diantaranya : a. Berdasarkan tujuan penggunaannya, dibedakan dalam26: i.
Pembiayaan modal kerja, yakni modal lancar yang dipergunakan untuk mendukung operasional perusahaan sehari – hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar. Beberapa penggunaan modal kerja antara lain adalah untuk pembayaran
25
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori konsep dan aplikasi ,
Jakarta : (Bumi Aksara, 2010) 711 - 715 26
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h.231.
29
persekot pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, dan lain – lain. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syariah jenis pembiayaan modal kerja (PMK) dapat dibagi 5 macam akad pembiayaan, yakni: mudharabah, Isntishna, salam, Murabahah, Ijarah ii.
Pebiayaan investasi, yakni pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang – barang modal yang diperlukan seperti pendirian proyek baru, rehabilitas peralatan industry, modernisasi seperti peningkatan teknologi baru dan kualitas tinggi, ekspansi melalui penambahan mesin dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh industry dan relokasi proyek yang sudah ada temasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium dan gudang. Berdasarkan akad yang digunakan dalam produksi pembiayaan syariah, pembiayaan investasi dapat dibagi menjadi 4 yaitu : murabahah , IMBT, salam, Istishna.
iii.
Pembiayaan komsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan27 Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi 5 bagian : murabahah, IMBT, Ijarah, Istishna dan Qard28.
27
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta :
Deepublish, juni 2014, h. 143. 28
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h.244.
30
b. Berdasarkan jangka waktu pemberiannya. Dibedakan dalam29. 1.
Pembiayaan dengan jangka pendek umumnya dibawah 1 tahun.
2.
Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama
dengan 1 tahun. 3.
Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1
tahun sampai dengan 3 tahun. 4.
Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus
yang tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau penyelamatan pembiayaan. 2.
Klasifikasi Pembiayaan. Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar klasifikasi
pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu : 1. Pembiayaan dengan prinsip jual – beli 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap
29
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” h. 144
31
Pembiayaan dengan akad jual – beli ditujukan untuk memiliki barang sedangkan sedangkan yang mengunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pada katagori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti Murabahah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa, yaitu Ijarah dan IMBT. Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip diatas30 Produk dengan mengunakan prinsip nisbah bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakan) tergolong dalam kontrak Natural uncertainty contracts (NUC) yang merupakan kontrak / akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing) – nya. Tingkat return – nya bisa positif, negative, atau nol. Dalam konrak jenis ini,
30
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h. 98
32
pihak – pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama – sama untuk mendapatkan keuntungan. Di sini, keuntungan dan kerugian dapat ditanggung bersama. Natural uncertainty contracts ini dapat diterangkan pula dengan sebuah teori umum yang diberi nama teori percampuran.31 D. Pembiayaan Bagi Hasil Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan instrumen bunga, maka dalam mekanisme ekonomi islam dengan menggunakan instrumen bagi hasil. Salah satu bentuk kelembagaan yang menggunakan atau menerapkan instrumen bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syari’ah. Salah satu karakteristik bank syari’ah adalah adanya mekanisme bagi hasil. Bagi hasil menurut terminology asing dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Sedangkan menurut kamus popular keuangan dan ekonomi syariah adalah prinsip bagi untung hasil usaha antara para pihak (mitra) dalam suatu bentuk usaha kerjasama yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya (cost) pengelolaan dana32. Sedangkan menurut Ahmad Supriyadi bagi hasil adalah “akad kerja sama antara bank sebagai pemilik modal untuk memperoleh keuntungan dan membagi keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati. Bagi hasil
31
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” h. 52
32
M Nadratuzzaman Hosen, AM Hasan Al, 2007. Kamus “popular kuangan & ekonomi
syariah” Jakarta : pusat komunikasi ekonomi syariah, h. 69
33
menurut syariah diperbolehkan sebab Rasulullah saw telah melakukan bagi hasil, beliau mengambil dari Siti Khadijah sewaktu berniaga ke syam”33 Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah dan al-musaqah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah almusyarakah dan al-mudharabah, sedangkan
al-muzaraah dan al-musaqah
dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam.34 E. Prinsip distribusi bagi hasil (revenue sharing dan Profit sharing) Menurut Fatwa dewan syari’ah nasional no: 15/DSN-MUI/IX/2000 prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari'ah dapat di lakukan dua cara yaitu : a. Bagi laba (profit sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan biaya – biaya, b.
Bagi pendapatan (Net Revenue Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal); dan masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan35
Dalam aplikasi perbankan syariah menggunakan system profit sharing maupun revenue sharing tergantung pada kebijakan masing – masing bank untuk 33
Ahmad supriyadi, system pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (suatu tinjauan
yuridis terhadap praktek pembiayaan di perbankan syariah di Indonesia) paper alwarid edisi XI tahun 2004, h. 58 34
Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 90 35
Dewan syari’ah nasional No: 15/dsn-mui/ix/2000, “Tentang Prinsip distribusi hasil
usaha dalam Lembaga keuangan syari'ah” h. 1
34
memilih salah satu dari system yang ada. Jika suatu bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil dengan system profit sharing maka kemungkinan bagi hasil yang akan diterima oleh shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, karena profit sharing di hitung dari pendapatan netto setelah di kurangi biaya – biaya, hal ini tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga 36. Sedangkan bank yang menggunakan bagi hasil dengan system revenue sharing kemungkinan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan suku bunga pasar yang berlaku, karena system pada revenue sharing dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya – biaya bank, kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk menyimpan dananya di bank syairah yang mampu memberikan hasil yang optimal. Rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN), maupun dalam Praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue sharing karena ditinjau dari kemaslahatannya lebih baik dari pada profit sharing37.
36
Hardiwinoto “ analisis komparasi revenue and profit sharing pada system mudharabah
pada BPRS PNM binama semarang” jurnal value added, vol. 7, No. 2, maret 2011, h. 49 37
Supono , evaluasi bagi hasil pada BPRS WAKALUMI, “jurnal penelitian,
pengembangan ilmu manajemen dan akuntansi STIE putra perdana Indonesia” vol. 3 Mei 2010
35
F. Perbedaan bagi hasil dengan sistem bunga Hadirnya system bagi hasil dalam pembiayaan bank syariah merupakan solusi yang baik dalam melakukan kegiatan perekonomian yang mampu menjamin adanya keadilan dan tidak adanya pihak yang terdzolimi .Perbedaan keduanya memiliki system yang dapat dilihat pada table berikut38. Table 2.1 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga Bagi hasil
Bunga
Penentuan besarnya resiko bagi hasil di buat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
Penentuan suku bunga di buat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank.
Besarnya nisbah ( rasio ) bagi Besarnya prosentase hasil berdasarkan pada jumlah berdasarkan jumlah uang ( keuntungan yang di peroleh modal ) yang di pinjamkan. Tergantung pada kinerja usaha. Ju mlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Tidak tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.
tidak ada agama yang Eksistensi bunga diragukan meragukan keabsahan bagi hasil kehalala nnya oleh semua agama termasuk agama islam. Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntunga n maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua pihak.
38
Pembayaran bunga tetap seperti yang di janjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalnkan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Muhammad Syafi Antonio, 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema
Insani Press, h. 60
36
G. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembiyaan bagi hasil bank syariah 1.
Faktor internal bank syariah Factor internal merupakan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan permodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank. Salah satu faktor internal yang di gunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut : a. Dana Pihak Ketiga. Sumber dana yang berasal dari masyarakat luas merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional Bank dan merupakan ukuran keberhasilan Bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Pentingnya sumber dana dari masyarakat luas disebabkan sumber ini merupakan sumber utama bagi Bank. Sumber dana yang juga disebut dana pihak ketiga (DPK) disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak di masyarakat. Untuk mendapatkan sumber dana pihak ketga (DPK), Bank dapat menawarkan berbagai jenis simpanan yang nantinya Bank akan memberikan keuntungan melalui bagi hasil dari setiap simpanan tersebut39 UU No.21 tahun 2008 pasal 1 ayat 20 simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dana tau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, 39
Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta:kencana, 2008, h.31
37
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu40. Dana pihak ketiga biasanya dikenal dengan dana masyarakat, yang merupakan dana yang dihimpun oleh Bank yang berasal dari masyarakat luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan usaha. Bank menawarkan
produk
simpanan
kepada
masyarakat
dalam
menghimpun dananya41 Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini diantaranya : Simpanan giro, tabungan dan deposito. Giro adalah Simpanan berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan42. Sebagaimana yang telah dikutif oleh Adiwarman Karim bahwa Dewan
syariah
nasional
telah
mengeluarkan
fatwa
yang
menyatakan giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankakn berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah43 b. Financing Deposit Rasio (FDR) Financing deposit rasio (FDR) adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.
FDR ditentukan oleh perbandingan antara
40
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h. 5
41
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.43
42
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008,h.5
43
Adiwarman karim” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo
persada : 2004), h. 339
38
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu giro, deposito, dan tabungan. Financing deposit rasio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan Mengendalikan
kredit
yang
diberikan
sebagai
sumber
liquiditasnya. Financing deposit rasio (FDR) dirumuskan sebagai berikut44 :
Batas maksimum untuk financing deposit rasio (FDR) adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti liquiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari financing deposit rasio (FDR) sebesar 80 % dengan batas toleransi antara 85 % dan 100 %. Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60 % maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat meyalurkan sebesar 60 % dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40 % dari seluruh dana yang di himpun tidak disalurkan kepada nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di himpun, oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit. 45
44
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116 45
Ibid h. 114
39
Semakin tinggi rasio FDR tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya
kemampuan
likuiditas
bank
yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar, demikian pula semakin jika terjadi penurunan maka pembiayaan yang disalurkan juga mengalami penurunan. c. Non Perfoming financing (NPF) Kredit bermasalah sering juga dikenal dengan non performing loan (NPL) dalam perbankan konvensional dan non performing financing (NPF) pada perbankan syariah. Kredit bermasalah atau NPF merupakan kredit yang disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah di tandatangani oleh bank dan nasabah46. NPF berfungsi mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan pengembalian pembiayaan oleh nasabah. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh pihak bank, besarnya NPF menunjukan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam mengelola pembiayaan, sebagaimana di tetapkan oleh Bank Indonesia besar NPF maksimal 5%.47
46
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.123
47
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management edisi ketiga, (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004),h .161
40
Menurut peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 yang dimaksud kredit bermasalah Non Performing Financing adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku48. Tingginya Non Performing Financing (NPF) akan mengurangi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit hal ini disebabkan dana yang akan disalurkan akan berkurang, begitu juga sebaliknya jika NPF menurun maka kredit yang disalurkan akan meningkat. Tingkat resiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Adapun kriteria kesehatan bank syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai berikut : Table 2.2 Kriteria Penilaian Peringkat NPF
peringkat 1 peringkat 2 peringkat 3 peringkat 4 peringkat 5
NPF < 2% Sangat baik 2% ≤ NPF < 5% Baik 5% ≤ NPF < 8% Cukup baik 8% ≤ NPF < 12 % Kurang baik NPF ≥ 12 % Tidak baik
Besarnya nilai NPF pada suatu Bank di sebabkan beberapa faktor : Faktor internal bank 48
peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan
penetapan status bank, h. 22.
41
1. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan. 2. Adanya kolusi antara penjabat bank yang menangani pembiayaan dan nasabah, sehingga bank memberikan pembiayaan dengan tidak semestinya. 3. Keterbatasan pengetahuan penjabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat. 4. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan pembiayaan. 5. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur. Faktor ekternal bank 1. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran – angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajiban. 2. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kerja. 3. Perusahaan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur. 4. Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur. 2.
Faktor eksternal bank
42
Faktor ekternal menurut Athanasoglou (2009:87) "merupakan variable- variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan49. Salah satu faktor Ekternal yang gunakan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut : a. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) BI
Rate
merupakan
suku
bunga
kebijakan
yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter50. Secara sederhana BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang di inginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight. 49
Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan
nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98. 50
Laporan kebijakan moneter Indonesia, diakses pada tanggal 1 maret 2016 dari
www.bi.com.
43
Dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
lain
dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku Bungan simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan berharap dengan kelipatan 25 basis poins.51 b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia52. Tujuan penerbitan SBIS Pasal 2 SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka
51
Aulia pohan, “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali
Press, Jakarta, 2008,h. 2008 52
peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia
syariah, h. 4
44
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. Pasal 3 SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju’alah. Sedangan pada pasal 4 SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah); 2. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan; 3. Diterbitkan tanpa warkat (scripless); 4. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan 5. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) melalui lelang yang melibatkan : 1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan 2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan financing to deposit ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
45
Menurut fatwa DSN MUI No. 36/DSN-MUI/X/2002 persyaratan SBIS ditetapkan antara lain sebagai berikut53 : 1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS), yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan liquiditas. 2. Akad yang digunakan SBIS adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. 3. Dalam SBIS tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank Indonesia. 4. SBIS tidak boleh diperjualbelikan 3.
Pengaruh antar variabel a.
Pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dengan pembiayaan bagi hasil Dana pihak ketiga merupakan sumber pendanaan perbankan syariah
yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan syariah maka semakin besar pula pembiayaan yang akan diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat. Dalam menjalankan fungsi intermediasi, perbankan syariah mengoptimalkan dana yang dihimpun dari masyarakat untuk dialokasikan dalam bentuk
53
fatwa dewan syariah nasional no: 36 /dsn-mui/x/2002 tentang sertifikat bank indonesia
syariah (sbis). H. 3
46
pembiayaan,54 oleh karena itu besarnya pembiayaan dapat diengaruhi oleh besarnya dana pihak ketika (DPK). b.
Pengaruh Financing deposit ratio (FDR) terhadap pembiayaan bagi hasil. Financing
deposit
rasio
merupakan
salah
satu
rasio
yang
menggambarkan liquiditas perbankan. Rasio ini menyatakan seberapa besar kemampuan bank dalam mengembalikan penarikan dana yang dilakukan oleh masyarakat (DPK) dengan mengandalkan pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah melalui pembiayaan. Dalam dunia konvensional financing deposit rasio (FDR) dikenal dengan loan to deposit (LDR) yang fungsinya sama sebagai mengukur liquiditas bank, semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan55, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa LDR/FDR berpengaruh terhadap kredit / pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. c.
Pengaruh non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan bagi hasil.
54
Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013, h. 380. 55
Abdul Halim, & Hanafi M. Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. 4th ed.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, h.331
47
Non Performing Loan / kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko kredit, dimana Non Performing Loan ini adalah sebuah kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba56. Dalam terminology bank syariah NPL disebut dengan non perfoming financing (NPF) yaitu rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Bank syariah dalam kegiatan menyalurkan Pembiayaan tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian bank, kemungkinan akan berpotensi terjadinya Non Performing Financing (kredit bermasalah). Terjadinya Non Performing Financing ini akan memperburuk kondisi kesehatan bank sekaligus menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan. d.
Pengaruh Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap pembiayaan bagi hasil. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate ini timbul ketika inflasi mengalami peningkatan. Dengan ditetapkannya BI Rate sebagai solusi masalah atas
56
Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono. “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”,
BPFE, Yogyakarta, 2011,h. 42
48
meningkatnya inflasi, maka suku bunga simpanan meningkat dan diikuti dengan suku bunga pinjaman agar tidak terjadi negative spread57. Dengan meningkatnya suku bunga pinjaman, tentu masyarakat tidak mau melakukan peminjaman dan menyebabkan bank tersendat dalam menyalurkan dananya. Dalam dunia perbankan syariah suku bunga memang tidak berlaku karena bertentangan dengan syariat islam yaitu riba. Jika dilihat pembiayaan bagi hasil tidak terpengaruhi oleh BI rate karena pembiayaan bagi hasil secara umum merupakan perjanjian financial antara pemilik modal dengan pengelola dana dimana pengelola dana jika mendapatkan keuntungan dari penggunaan modal yang diberikan akan dibagi secara bersama – sama sesuai kesepakatan dan jika ada kerugian maka ditanggung bersama sesuai kesepakatan di awal. Pada prakteknya bahwa jika ada kenaikan dan penurunan BI rate maka akan mempengaruhi tingkat rate pembiayaan perbankan syariah terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini dapat terjadi di karenakan kenaikan BI rate, secara langsung akan memberikan dampak displaced commercial risk yakni risiko berpindahnya dana dari perbankan syarah ke perbankan konvensional karena adanya perbedaan rate keuntungan yang didapat ketika ada perubahan tingkat suku bunga BI. Jika Bunga perbankan meningkat maka nasabah memilih untuk menyimpan dana nya di perbankan konvensional dari pada di perbankan 57
april 2016.
www.bi.co.id Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan diakses pada tanggal 4
49
syariah, sebaliknya jika nilai bunga perbankan menurun maka nasabah akan lebih memilih perbankan syariah untuk menyimpan dana dari pada perbankan konvensional. Risiko perpindahan dana dari bank syariah ke bank konvensional dalam j angka pendek akan menyebabkan liquiditas dan sumber dana pihak ketiga (DPK) menurun. Dana pihak ketiga (DPK) merupkan sumber terbesar bagi bank dalam melakukan penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan, sehingga apabila Dana pihak ketiga (DPK) terjadi penurunan selain berakibat terhadap liquiditas bank itu sendiri dapat pula berakibat penurunan pembiayaan58. e.
Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) terhadap pembiyaan bagi hasil. Bank Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan jumlah
uang beredar, agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan maka diperlukan alat khusus untuk pelaksanaan tersebut. Alat yang sesuai dengan prinsip syariah itu adalah SBIS. Pada saat bonus SBIS naik maka bank syariah lebih memilih menyalurkan dananya pada SBIS dibandingkan menyalurkan dananya melalui pembiayaan yang dinilai beresiko dan sebaliknya apabila bonus SBIS turun maka bank lebih memilih menyalurkan dananya kepada masyarakat melalui pembiayaan karena dinilai lebih menguntungkan. Dengan adanya 58
Edo widiyanto, dan lucia ari diyanti. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI
terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1 februari 2015.
50
penyaluran dana ke instrument SBIS menyebabkan Bank dalam menyalurkan pembiayaan terhadap masyarakat berkurang. Selain memiliki tingkat risiko kecil, penyaluran dana ke instrument SBIS pun memiliki return yang pasti bagi bank59. 4.
Hipotesis penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas kesimpulan yang di ambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian Berdasarkan pembahasan secara teoritis mengenai pengaruh variable DPK, FDR, NPF, BI rate dan SBIS
terhadap pembiayaan bagi hasil yang
didukung oleh hasil – hasil studi terdahulu tersebut di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : Hipotesi Faktor Internal : 1. Ha1: Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi hasil. 2. Ha2: Financing deposit rasio (FDR) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi hasil. 3. Ha3: Non perfoming financing (NPF) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi hasil. 4. Ha4 : Dana pihak ketiga (DPK), Financing deposit rasio (FDR) dan Non perfoming financing (NPF) berpengaruh secara simultan (bersamasama) terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah. 59
lifstin wardiantika, rohmawati kusumaningtias “pengaruh dpk, car, npf, dan swbi
terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008-2012, journal ilmu manajemen vol 2 no 4 oktober 2014, h. 1554
51
Hipotesis Faktor Eksternal : 5. Ha5: Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaa bagi hasil. 6. Ha6: Sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pembiayaan bagi hasil. 7. Ha7: Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah. Hipotesis Faktor internal, eksternal : 8. H8: Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing deposit rasio (FDR) Non Performing Financing (NPF), Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap pembiayaan bagi hasil Bank Umum syariah.
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini menganalisa pengaruh faktor ekternal (SBIS, BI Rate) dan faktor internal (DPK, FDR dan NPF) terhadap pembiayaan bagi hasil yang dilakukan pada 12 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2015 bulan juni dengan menggunakan data laporan keuangan yang diperoleh dari Bank Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama 5 tahun 6 bulan terhitung januari 2010 – juni 2015. Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunkan program SPSS 20. B. Jenis penelitian dan sumber data Jenis data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang besumber dari data sekunder Bank Umum syariah di Indonesia yang meliputi Non perfoming financing (NPF), Dana pihak ketiga (DPK), financing deposit rasio (FDR), sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS) dan Tingkat suku bunga (BI rate), yang diperoleh dari statistic perbankan syariah Indonesia 2010 – 2015 (bulanan) C. Metode penentuan sempel Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum Syariah yang terdapat dalam periode penelitian ini dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan 66 amatan (N=66) bulan Januari 2010 – Juni 2015
52
53
D. Metode pengumpulan data Pada saat melakukan sebuah penelitian, dibutuhkan data dan informasi yang relevan untuk dianalisis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan meneliti dokumen-dokumen berupa laporan statistic perbankan syariah dan laporan kebijakan moneter Indonesia periode 2010-2015, yang diambil dari situs resmi www.bi.com E. Metode penulisan skripsi Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “ pedoman penuisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012” F. Teknik analisa data Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakan regresi linier berganda yang digunakan
tidak
terdapat
masalah
pada
uji
normalitas,
multikolerasi,
heterokedastisitas, dan autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti model analisi telah layak digunakan.
54
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Sedangkan teknik yang digunakan adalah Regresi linier berganda yang memiliki varibel dua, tiga, bahkan lebih tergantung jumlah yang dimiliki sebuah penelitian60. Teknik Regregesi linier berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variable independent terhadap variable dependent dan memperediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau lebih variable61. Untuk mendapatkan model regresi linier yang baik ada beberapa pengujian yang harus dilakukan, diantaranya :
1.
Uji Asumsi Klasik. Metode OLS dikenal dengan model regresi linier klasik. Asumsi tersebut bertujuan untuk menghasilkan estimator yang linier, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum, syarat tersebut dapat terwujud jika 4 asumsi terpenuhi dengan syarat yang baik62, 4 asumsi tersbut adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas data Uji normalitas dimaksud untuk menguji apakah nilai residual yang telah di standari berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian 60
Burhan nugriyantoro dkk, “statistic terapan untuk penelitian ilmu social” (yokyakarta :
gadjah mada university, 2004), h. 296 61
Stanislaus S. Uyanto “pedoman analisis data dengan SPSS” (Yogyakarta : graha
ilmu,2009) h.; 243 62
Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah tinggi
ilmu manajemen, 2010) h. 75
55
besar mendekati nilai rata – ratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan membentuk lonceng yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga, dalam uji normalitas menggunakan kurva maka variable yang akan diujikan dilakukan secara serentak, sedangkan jika uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test maka variabel yang di ujikan harus satu persatu63. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dari beberapa metode sebagai berikut ini: 1.
Uji Normalitas dengan metode Analisis Grafik yaitu Histogram & P-P Plots.
2.
Uji Normalitas dengan metode Signifikasi Skewness dan Kurtosis.
3.
Uji Normalitas dengan metode Jarque – Bera (JB Test)
4.
Uji Normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov Dari semua uji tersebut peneliti menggunakan 2 uji deteksi yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov dan uji normal P-Plot. b. Uji Multikolinieritas. Multikolinearitas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga di luar model. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, jika nilai 63
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit
CV Andi, 2011, h. 69.
56
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. VIF
adalah
suatu
estimasi
berapa
besar
multikolinearitas
meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Beberapa alternatif perbaikan karena adanya multikolinearitas yaitu: (1) membiarkan saja; (2) menghapus variable yang berlebihan; (3) transformasi variabel multikolinearitas dan (4) menambah ukuran sampel.64. Selain menggunakan VIF dalam mendeteksi multikolinieritas. Terdapat beberapa metode lain dalam mendeteksi multikolinieritas diantaranya : 1.
Uji korelasi parsial antar variable independen
2.
Uji multikolinieritas dengan melihat R square dan nilai t-statistic.65 Dari uji deteksi diatas peneliti menggunakan 2 pengujian yaitu : uji
deteksi Variance Inflation Factor (VIF) dan uji Korelasi.
64
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009), h.79 65
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit
CV Andi, 2011, h. 83
57
c.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas, pada umumnya sering terjadi pada model-model yang menggunakan data cross section. Namun bukan berarti model-model yang menggunakan data time series bebas dari heteroskedastisitas. Sedangkan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Tidak terdapat heteroskedastisitas jika: (1) penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola; (2) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 dan (3) titik-titik data tidak menggumpul hanya di atas atau di bawah saja 66 Selain Scatterplot model terdapat beberapa metode dalam mendeteksi heteroskedastisitas diantaranya67: 1.
Uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser.
2.
Uji heteroskedastisitas dengan metode Park.
3.
Uji heteroskedastisitas dengan metode White.
4.
Uji heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman. Dari
semua
uji
deteksi
heteroskedastisitas
peneliti
hanya
menggunakan 2 uji deteksi diantaranya : uji dengan metode Glejser dan uji dengan metode scatter plot.
66 67
Ibid.., h. 79
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit CV Andi, 2011, h. 125
58
d. Uji Autokorelasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan mengenai pengujian ini dapat dinilai dalam besaran nilai Durbin Watson atau D-W (Santoso, 2001). Pedoman pengujiannya adalah: 1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif68. Selain menggunaka metode uji Durbin Watson, terdapat beberapa metode dalam mendeteksi autokorelasi diantaranya : a. Uji autokorelasi dengan metode Lagrange Multiple (LM – Test) b. Uji autokorelasi dengan metode Run Test. c. Dan Uji Uji autokorelasi dengan metode Breusch – Godfrey (B-GTes) Dari pemaparan diatas peneliti tidak menggunaan semua uji deteksi melainkan hanya menggunakan 2 uji deteksi yaitu : uji Durbin Watson, dan uji Lagrange Multiple (LM – Test). 68
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2009), h.267
59
2.
Uji Regresi Linier Berganda Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain. Pada saat ini, analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan dua variabel atau lebih dan terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna, sehingga dalam penerapannya lebih bersifat eksploratif. Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Berikut ini adalah model dari persamaan regresi berganda: Model regresi linier berganda dengan 5 variabel yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +b5X5 + e Di mana: Y adalah variable terikat (dependent variable); X1, X2, X3 merupakan variable penjelas dari faktor internal, sedangkan X4 dan X5 merupakan variable penjelas dari faktor ekternal Y = Pembiayaan Bagi Hasil Bank Umum syariah. a = konstanta Faktor internal terdiri dari : X1 = Dana pihak ketiga (DPK) X2 = Financing deposit rasio (FDR) X3 = Non perfoming financing (NPF) e = error-terms (variabel yang tidak diteliti).
60
Dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Faktor eksternal terdiri dari: X4 = Tingkat suku bunga (BI rate) X5 = Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) e = error-terms (variabel yang tidak diteliti). Dengan model regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b4X4 + b5X5 + e Pada model regresi diatas menggambarkan peneliti melakukan uji regresi sebanyak dua kali yang pertama untuk uji regresi faktor internal dan yang kedua untuk faktor eksternal. Uji regresi linier berganda meliputi sebagai berikut : a.
Uji t Pada dasarnya uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara individual dalam menerangkan variasi bariabel dependen69. Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi (rodoni, 2005:90), yaitu : 1. Jika probablitas > 0.05 maka H0 diterima, berarti bahwa suatu variable independent tidak dipengaruhi secara signifikan terhadap variable dependen.
69
Imam Ghozali, aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS (semarang : badan
penerbit universitas diponegoro, 2009), h.98
61
2. Jika probabilitas signifikan < 0.05 maka H0 ditolak, berarti bahwa suatu variable independen berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen. 3. Selain
itu
pengambilan
keputusan
juga
dapat
dengan
membandingkan nilai t table dengan t hitung, t table dapat dirumuskan sebagai berikut : uji t =(df(n-k-1)). Dimana n adalah jumlah sample penelitian dan k adalah jumlah variable bebas. Jika t hitung > t table maka H0 ditolak dan sebaliknya jika t hitung < t table maka H0 diterima. b. Uji F Pengujian uji F ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi F dengan tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%). Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut: 1. Jika signifikansi F > 0,05, maka H0 diterima yang berarti variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Jika signifikansi F < 0,05, maka H0 ditolak yang berarti variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
62
Pengujian juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. F tabel diperoleh dengan (V1 = k; V2 = n-k-1). Uji ini dilakukan dengan syarat: 1. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti variabelvariabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabelvariabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen70. c.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabelvariabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variable bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R Square atau Adjusted R-Square. R-Square digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted RSquare digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu71. Dalam mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variable – 70
V. Wiratna Sujarweni, Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi
& Umum, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2008), h. 267 71
paper, h.14
Muhammad Iqbal, “Pengolahan Data dengan Regresi Linier Berganda (dengan SPSS)”
63
variable independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas nilai yang mendekati satu berarti variebel - variable independen memberikan hampir semua informasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing – masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi72 G. Operasional Variabel Penelitian Variabel operasional merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu bentuk penelitian. Variabel operasional yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1.
Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel
Independen
merupakan
suatu
variabel
yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat
(Sugiyono,
2003:33).
Variabel
independen
dalampenelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga biasanya dikenal dengan dana masyarakat, yang merupakan dana yang dihimpun oleh Bank yang berasal dari masyarakat luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan
72 Imam Ghozali, aplikasi analisis multivariate dngan program SPSS (semarang : badan penerbit universitas diponegoro, 2009), h. 96
64
usaha. Bank menawarkan produk simpanan kepada masyarakat dalam menghimpun dananya.73 Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga ini diantaranya : Simpanan giro, tabungan dan deposito b. Non Perfoming Financing (NPF) Kredit bermasalah atau NPF merupakan kredit yang disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah di tandatangani oleh bank dan nasabah74 Tingkat resiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
c. Financing Deposit Rasio (FDR) Financing deposit rasio (FDR) adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu giro, deposito, dan tabungan.
73
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.43
74
Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010 h.123
65
Financing
deposit
rasio
menyatakan
seberapa
jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan Mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber liquiditasnya. Financing deposit rasio (FDR) dirumuskan sebagai berikut75
d. BI rate BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku Bungan simpanan, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang. Perubahan BI rate dilaksanakan secara konsisten dan berharap dengan kelipatan 25 basis poins.76 e. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
75
Lukman Dendawijaya, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta, h. 116 76
Aulia pohan, “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali
Press, Jakarta, 2008,h. 2008
66
Indonesia.77 Tujuan penerbitan SBIS Pasal 2 SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. 2.
Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat
karena
adanya
variabel
bebas
(Sugiyono,
2003:33).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pembiayaan Bagi Hasil Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dan rata – rata dari total pembiayaan mudharabah dan total pembiayaan musyarakah yang disalurkan oleh Bank dan unit usha syariah periode 2010 - 2014
77
Peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia
syariah, h. 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Analisis Deskriptif Dalam bab ini penulis menganalisa data yang telah terkumpul dari variable independen berupa data Dana Pihak Ketiga, Financing Deposit Ratio, Non Perfoming Financing faktor (internal) serta, Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) faktor (eksternal), sedangkan untuk variabel independen menggunakan variabel pembiayaan bagi hasil. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Microsoft excel 2013 dan dengan bantuan program SPSS untuk mendapatkan perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel independen terhadap pembiayaan bagi hasil bank umum syariah (BUS) periode Januari 2010 sampai Juni 2015. Penjelasan lebih lengkap dari masing – masing variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat di tunjukan sebagai berikut:
67
68
Tabel 4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode 2010-2015 DPK Dalam Miliaran Rupiah Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010
2011
2012
2013
2014
2015
53.163 53.299 52.811 54.043 55.067 58.079 60.462 60.972 63.912 66.478 69.086 76.036
75.814 75.085 79.651 79.567 82.861 87.025 89.786 92.021 97.756 101.804 105.330 115.415
116.518 114.616 119.639 114.018 115.206 119.279 121.018 123.673 127.678 134.453 138.671 147.512
148.731 150.795 156.964 158.519 163.858 163.966 166.453 170.222 171.701 174.018 176.292 183.534
177.930 178.154 180.945 185.508 190.783 191.470 194.299 195.959 197.141 207.121 209.644 217.858
210.761 210.297 212.988 213.973 215.339 215.339
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dana pihak ketiga dari tahun – ketahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada bulan Januari 2010 dana pihak ketiga sebesar 53.163 miliar, sampai dengan Desember 2010 terus mengalami peningkatan sebesar 76.036 miliar, penurunan hanya terjadi pada bulan Maret 2010 itu pun penurunan tidak terlalu besar hanya sebesar 488 miliar, berbeda halnya pada bulan Januari sampai bulan April 2011 jumlah dana pihak ketiga fluktuatif naik turun dan pada bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2012 peningkatan terus melaju sebesar 147.512 miliar, walaupun pada bulan Februari dan April mengalami penurunan. Pada bulan Januari 2013 – Desember 2014 peningkatan dana pihak ketiga mengalami peningkatan yang signifikan dari 148.731 - 217.858 miliar, penurunan hanya terjadi sekali dalam kurun waktu dua tahun yaitu pada bulan Desember ke Januari, sedangkan pada tahun 2015 dana pihak ketiga fluktuatif naik turun dan stagnan pada bulan Juni sebesar 215.339 miliar.
69
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa potensi perbankan syariah memiliki peluang yang cukup besar dalam penghimpunan dana. dapat dilihat dari peningkatan dana pihak ketiga dari tahun – ketahun. Meningkatnya jumlah DPK tidak terlepas dari besarnya komposisi DPK yang dihimpun seperti giro,
tabungan,
dan
deposito
Dalam
perkembangannya,
kemampuan
penghimpunan dana dari masyarakat ini sangat mempengaruhi pertumbuhan setiap bank dalam hal penyaluran dana atau pembiayaannya dikarenakan DPK merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank sehingga Semakin banyak DPK yang dihimpun maka akan semakin besar pula tingkat pembiayaan yang akan disalurkan kepada masyarakat. Tabel 4.2 Financing Deposit Rasio (FDR) Periode 2010-2015 FDR Dalam Bentuk Persen Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010
2011
2012
2013
2014
2015
88.67% 90.96% 95.07% 95.57% 96.65% 96.08% 95.32% 98.86% 95.40% 94.76% 95.45% 89.67%
91.97% 95.16% 93.22% 95.17% 94.88% 94.93% 94.18% 98.39% 94.97% 95.24% 94.40% 88.94%
87.27% 90.49% 87.13% 95.39% 97.95% 98.59% 99.91% 101.03% 102.10% 100.84% 101.19% 100.00%
100.63% 102.17% 102.62% 103.08% 102.08% 104.43% 104.83% 102.53% 103.27% 103.03% 102.58% 100.32%
100.07% 102.03% 102.22% 95.50% 99.43% 100.80% 99.89% 98.99% 99.71% 98.99% 94.62% 91.50%
93.60% 93.94% 94.24% 94.18% 94.69% 94.22%
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Tabel 4.2 merupakan tingkat pertumbuhan Financing Deposit Rasio (FDR) yang mengalami fluktuasi dari tahun – ketahun. FDR dengan persentase
70
terendah dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 87.13 % pada bulan Maret tahun 2012 sedangkan persentase FDR terbesar adalah pada bulan Juli 2013 sebesar 104.83 %, dan pada Juni 2015 persentase FDR sebesar 94.22% . FDR sendiri merupakan banyaknya jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dibanding dengan total dana pihak ketiga. Batas maksimum untuk financing deposit rasio (FDR) adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut berarti liquiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari financing deposit rasio (FDR) sebesar 80 % dengan batas toleransi antara 85 % dan 100 %. Jika rasio FDR suatu bank berada di bawah 80 % misalnya 60 % maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat meyalurkan sebesar 60 % dari seluruh dana yang dihimpun, dan 40 % dari seluruh dana yang di himpun tidak disalurkan kepada nasabah, jika FDR mencapai lebih dari 110 % berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang di himpun, oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit. Tabel 4.3 Non Performing Financing (NPF) Periode 2010-2015 NPF Dalam Bentuk Persen Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
2010
2011
2012
2013
2014
2015
4.36% 4.75% 4.53% 4.47% 4.77% 3.89% 4.14% 4.10% 3.95% 3.95%
3.28% 3.66% 3.60% 3.79% 3.76% 3.55% 3.75% 3.53% 3.50% 3.11%
2.68% 2.82% 2.76% 2.85% 2.93% 2.88% 2.92% 2.78% 2.74% 2.58%
2.49% 2.72% 2.75% 2.85% 2.92% 2.64% 2.75% 3.01% 2.80% 2.96%
3.01% 3.53% 3.22% 3.48% 4.02% 3.90% 4.31% 4.58% 4.67% 4.58%
4.87% 5.10% 4.81% 4.62% 4.76% 4.73%
71
November Desember
3.99% 3.02%
2.74% 2.52%
2.50% 2.22%
3.08% 2.62%
4.86% 4.33%
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Non Performing Financing merupakan rasio perbandingan pembiayaan yang bermasalah dengan total penyaluran dana yang disalurkan kepada masyarakat. Pada Tabel 4.3 merupakan persentase NPF dari tahun - ketahun, pada tahun 2010 NPF terbesar pada bulan Mei sebesar 4,77% dan persentase terkecil sebesar 3,02% pada bulan Desember, berbeda halnya dengan NPF pada tahun 2011 sampai tahun 2012 persentase nilai NPF menurun sampai pada persentase 2.22% bulan Desember semakin rendahnya nilainya NPF maka bank tersebut semakin rendahnya tingkat risiko kredit macet yang dialami oleh suatu bank, pada tahun 2013 persentase NPF berfluktuatif kisaran 2 % sampai dengan 3,08% hal ini masih tergolong dalam zona nyaman, namun pada bulan Juli 2014 persentase nilai NPF sudah menembus angka 4,31% dan persentase tertinggi pada bulan November sebesar 4,86%, sedangkan menginjak tahun 2015 persentase nilai NPF masih diatas 4,5% bahkan pada bulan Februari 2015 NPF tembus pada persentase 5,10 % kondisi tersebut dapat memperburuk kesehatan bank sekaligus menyebabkan ketidakmampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah.
72
Tabel 4.4 Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) Periode 2010-2015 Dalam Bentuk Persen Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010
2011
2012
2013
2014
2015
6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50% 6.50%
6.50% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.75% 6.50% 6.00% 6.00%
6.00% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75%
5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 5.75% 6.00% 6.50% 7.00% 7.25% 7.25% 7.50% 7.50%
7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.75% 7.75%
7.50% 7.50% 7.50% 7.50% 7.50%
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Pada Tabel 4.4 diatas memaparkan pergerakan BI rate dari peride 2010 – 2015. Dapat dilihat bahwa pergerakan BI rate mengalami flutuatif, mulai Januari 2010 sebesar 6.50% kemudian meningkat pada bulan Februari sampai dengan bulan September 2011 menjadi 6.75%, sedangkan pada bulan Februari tahun 2012 sampai bulan Mei 2013 BI rate mengalami penurunan menjadi 5.75% disusul kembali pada bulan Agustus 2013 BI rate meningkat diatas 7.00% sampai dengan bulan November dan Desember 2014 BI rate mengalami persentase terbesar yaitu 7.75%. Pergerakan BI rate yang fluktuatif ini akan mempengaruhi naik turunnya tingkat pembiayaan pada perbankan syariah.
73
Tabel 4.5 Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) Periode 2010-2015 Dalam Miliaran Rupiah Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010
2011
2012
2013
2014
2015
3.373 2.972 2.425 3.027 1.656 2.734 2.576 1.882 2.310 2.783 3.287 5.408
3.968 3.659 5.870 4.042 3.879 5.011 5.214 3.647 5.885 5.656 6.447 9.244
10.663 4.243 6.668 3.825 3.644 3.936 3.036 2.918 3.412 3.321 3.242 4.993
4.709 5.103 5.611 5.343 5.423 5.443 4.640 4.299 4.523 5.213 5.107 6.699
5.253 5.331 5.843 6.234 6.680 6.782 5.880 6.514 6.450 6.680 6.530 8.130
8.050 9.040 8.810 9.130 8.858 8.858
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berjangka pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Bagi sejumlah bank yang memiliki kelebihan likuiditas diberikan kesempatan untuk menitipkan dananya pada surat-surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, salah satunya adalah SBIS. Pada Tabel 4.5 mengindikasikan bahwa SBIS dari tahun – ketahun mengalami fluktuatif. Penempatan SBIS terendah terjadi pada bulan Mei 2010 sebesar 1.656 miliar sedangkan pada penempatan SBIS tertinggi pada bulan Januari 2012 sebesar 10.663 miliar, pada bulan Januari tahun 2013 – bulan Juni 2015 penempatan SBIS terus mengalami fluktuatif dan stagnan pada nominal 8.858 miliar. Besarnya penempatan SBIS setiap tahunnya mengindikasikan bahwa bank syariah kurang mampu mengalokasikan dananya kearah pembiayaan,
74
semakin besar SBIS yang dialokasikan akan menyebabkan turunnya jumlah porsi pembiayaan yang akan disalurkan bank syariah dan sebaliknya. Tabel 4.6 Pembiayaan Bagi hasil 2010-2015 Dalam Miliaran Rupiah Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010
2011
2012
2013
2014
2015
16.919 17.317 17.932 18.565 19.181 20.013 20.501 21.530 21.597 22.354 23.248 23.255
23.160 23.283 23.755 23.900 24.473 25.844 26.187 27.120 27.399 27.919 28.412 29.189
28.892 29.347 29.542 30.745 31.757 33.202 33.345 34.231 35.840 36.645 37.714 39.690
40.119 40.952 42.959 44.314 45.911 47.686 49.278 49.182 50.079 51.585 52.558 53.499
52.007 52.554 54.081 56.633 57.923 59.960 61.298 61.630 62.966 62.998 64.313 63.741
63.623 63.833 65.858 67.060 68.939 68.939
Sumber : SPS Bank Indonesia data diolah
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa selama periode 2010 sampai dengan bulan Juni 2015 jumlah pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang disalurkan oleh bank umum syariah terus mengalami penigkatan. Besarnya penyaluran pembiayaan mudharabah dan musyarakah ini telah sejalan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun seperti sudah di jelaskan pada Tabel 4.6 dimana besarnya pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang disalurkan hingga akhir bulan juni 2015 sebesar 68.939 miliar. 2.
Uji Asumsi klasik Data yang digunakan adalah data sekunder, untuk menentukan ketepatan
model perlu dilakukan beberapa tahap pengujian yaitu dengan uji asumsi klasik
75
yang meliputi : Uji normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Uji Normalitas Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus
dilakukan adalah penyaringan (screening) terhadap data yang akan diolah. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual yang telah di standari berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata – rata yang sudah ditentukan. Untuk menguji normalitas data peneliti menggunakan dua pengujian yaitu Uji Kolmorogov – Smirnov dan Uji normal P-Plot. Adapun ketentuan pengujian ini adalah : jika nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2tailed) lebih besar dari level of significant (α = 5%) maka data berdistribusi normal. Sedangkan ketentuan untuk uji Normal P-P Plots yaitu jika gambar distribusi dengan titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal maka data pada variabel yang digunakan dinyatakan berdistribusi normal. Uji normal P-Plot dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut : Gambar 4.1 Hasil Uji normal P-Plot
76
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal oleh karena itu berdasarkan Uji normalitas bahwa analisis model regresi layak digunakan dan cukup memenuhi asumsi normalitas. Agar tidak berbeda pendapat dalam menginterprestasikan uji normal P-Plot, maka peneliti menggunakan Uji Kolmorogov – Smirnov agar mendapatkan hasil yang akurat, uji tersebut sebagai berikut : Tabel 4.7 Uji One-Sample Kolmorogov – Smirnov Pembiayaan Basil DPK N a Normal Parameters
66 Mean 4.5621182
Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
18685818 .120 .097 -.120 973 .300
66
FDR
66 5.08921 1.33993 45E0 12E-2 .196365 .019791 51 29 .132 .124 .102 .124 -.132 -.094 1.074 1.011 .199 .258
NPF 66 1.46052 03E0 .097718 90 .138 .138 -.091 .1.119 .164
BI RATE
SBIS
66
66
.000000 3.68033 0 11E0 .960768 92 .121 .121 -.069 .981 .291
.177772 59 .101 .061 -.101 .821 .511
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed)
77
variabel Pembiayaan Mudharabah & Musyarakah sebesar 0,300. Nilai tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan taraf signifikansi (α = 5%) yaitu (0,135 > 0,05) sehingga distribusi data adalah normal. Demikian juga dengan variabel DPK, FDR keduanya berdistribusi normal yaitu DPK (0,199 > 0,05) dan FDR (0,258 > 0,05). Sedangkan variabel NPF, BI Rate dan SBIS ketiganya berdistribusi normal yaitu NPF (0,164 > 0,05), BI Rate (0,291 > 0,05), dan SBIS (0,511 > 0,05). Kesimpulan Berdasarkan uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogrov-Smirnov setelah dilakukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) masingmasing variabel lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) sehingga distribusi data dari keseluruhan variabel adalah normal. b. Uji Multikolinieritas Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi selanjutnya adalah bahwa model persamaan regresi tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variable bebasnya atau dalam statistiknya tidak terjadi mutikolinieritas, pada uji miltikolinieritas peneliti menggunakan dua uji yaitu : Uji mutikolinieritas dengan uji VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance dan Uji Korelasi. Syarat dengan Uji VIF tolerance dapat dilihat dari nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, sedangkan syarat untuk uji korelasi
78
dapat dilihat dari Pearson Correlation jika diatas 0,85 maka di duga terjadi miltikolinieritas78, adapun Uji korelasi sebagai berikut : Tabel 4.8 Deteksi Multikolinearitas Dengan Uji Korelasi Correlations
DPK
Pearson Correlation
DPK
FDR
1
.405
Sig. (2-tailed)
FDR
NPF
BI RATE
SBIS
NPF
BI RATE
-.089
.400
.001
.476
.001
.000
**
**
SBIS .741
**
N
66
66
66
66
66
Pearson Correlation
.405**
1
-.324**
-.014
-.160
Sig. (2-tailed)
.001
.008
.909
.199
N
66
66
66
66
66
Pearson Correlation
-.089
-.324**
1
.663**
.031
Sig. (2-tailed)
.476
.008
.000
.805
N
66
66
66
66
66
Pearson Correlation
.400**
-.014
.663**
1
.420**
Sig. (2-tailed)
.001
.909
.000
N
66
66
66
66
66
Pearson Correlation
.741**
-.160
.031
.420**
1
Sig. (2-tailed)
.000
.199
.805
.000
N
66
66
66
66
.000
66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada Tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai korelasi pearson pada variabel DPK dengan FDR sebesar 0,405, DPK dengan NPF sebesar -0,089 dan nila korelasi pearson terbesar dan terkecil adalah DPK dengan SBIS sebesar 0,741 dan NPF dengan FDR yaitu -0,324. Sedangkan korelasi pearson antara variabel satu
78
Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah tinggi
ilmu manajemen, 2010) h.77
79
dengan lainnya terlihat memiliki nilai dibawah 0,85. Sehinggga dapat disimpulkan tidak terjadi multikorelasi antar variable bebas. Tabel 4.9 Deteksi Multikolinearitas dengan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
52.480
.000
Tolerance VIF
(Constant) 8.580
.163
DPK
7.491E-6
.000
.937
43.883
.000
.164
6.113
FDR
.769
.159
.078
4.830
.000
.283
3.536
NPF
-.597
.726
-.011
-.823
.414
.410
2.441
BI RATE
2.702
.897
.044
3.010
.004
.351
2.852
SBIS
1.960E-6
.000
.009
.475
.636
.197
5.071
a. Dependent Variable: log_Y
Berdasarkan Tabel 4.9 nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance dari setiap variabel independen memiliki nilai kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas. Begitu pula bila menggunakan angka tolerance diduga tidak ada multikolinieritas walaupun mungkin perlu waspada karena angka tolerance nilainya sekitar 0,164 yang tentu angka mendekati 0. c.
Uji Heteroskedasitas Heteroskedasitas berarti ada varian variable pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variable pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
80
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang homoskedastisitas Untuk
mendeteksi
apakah
variabel
tersebut
terdapat
heteroskedasitas didalam regresi peneliti menggunakan beberapa uji deteksi diataranya dengan uji Glejser dan uji scatterplot, uji Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedasitas79, nilai signifikan untuk uji Glejser minimal sebesar 5% jika di bawah 5% terdapat heteroskedasitas. Sedangkan untuk syarat dari uji scatterplot adalah harus memiliki pola scatterplot yang menyebar secara acak hal tersebut menandakan tidak terjadi masalah heteroskedasitas, begitu juga sebaliknya jika pola scatterplot membentuk pola tertentu (tidak menyebar) maka terjadi masalah heteroskedasitas. Untuk uji scatterplot dapat dilihat gambar 4.2 Gambar 4.2 Uji Scatterplot Heteroskedasitas
79
Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit CV Andi, 2011, h. 98
81
Dari Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa plot yang menyebar diatas maupun dibawah angka nol tidak menbentuk pola tertentu yang jelas pada sumbu Regression standadized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedasitas menggunakan analis grafik pada model regresi yang berbentuk, dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedasitas. Tabel 4.10 Deteksi Heteroskedasitas dengan Uji Glejser Coefficients Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.177
.057
DPK
-.029
.012
FDR
.065
NPF
Model 1
a
T
Sig.
3.088
.003
-.707
-2.387
.121
.086
.168
.756
.453
-.029
.019
-.331
-1.534
.131
BI RATE
.074
.038
.415
1.967
.054
SBIS
.008
.013
.164
.626
.534
a. Dependent Variable: ABRESID
Dari Tabel 4.10 menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter model penduga, dimana tidak ada nilai t hitung yang signifikan atau nilai signifikan (sig) lebih dari 0,05 (p>0,05). Jadi secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu
82
(time - series) atau ruang (cross section). Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi peneliti menggunakan uji Durbin – Watson dan uji LM - Test adapun uji tersebut sebagai berikut : Tabel 4.11 Deteksi Autokorelasi dengan uji Durbin – Watson b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
.998
a
R Square
Adjusted R Square Estimate
Durbin-Watson
.996
.995
.486
.0299706
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK b. Dependent Variable: log_Y
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson pada model summary adalah sebesar 0,486. Berdasarkan pedoman pengujian Durbin Watson atau nilai D-W (Santoso, 2001) maka hasil analisis menunjukkan bahwa angka D-W sebesar + 0,486 berada diantara -2 dan +2 sehingga terbebas dari autokorelasi. Tabel 4.12 Deteksi Autokorelasi dengan uji LM – Test b
Model Summary
Std. Model
R
1
.999
a
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.998
.998
.0185907
of
the
a. Predictors: (Constant), ut_1, DPK, NPF, FDR, BI RATE, SBIS b. Dependent Variable: log_Y
Pada output di atas terlihat bahwa nilai R2 ini digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai X2 hitung dengan rumus X2 hitung dengan rumus X2 = (n1) * R2. Jika nilai X2 hitung ≤ X2 tabel, hal ini menunjukan tidak terjadi masalah autokorelasi.
83
Dari Tabel 4.12 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai R2 = 0,998 dan jumlah pengamatan = 66, maka X2 hitung sebesar : (65 * 0,998) = 64,870 sedangkan nilai X2 tabel dengan df : (65;0,05) = 84.820 Karena nilai X2 (64,870) < X2 tabel (84.820), maka model persamaan regresi tidak mengandung masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi antara Durbin – Watson dengan Uji Langrange Multiplier (LM – Test) memberikan kesimpulan yang sama. 3.
Uji Regresi berganda faktor internal a. Uji t Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan erat dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank seperti keputusan yang berkaitan dengan pemodalan, pembiayaan serta pengelolaan risiko bank 80. Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variable independen secara individu mempengaruhi variable independen. (Agus widarjono, 2010:25) hasil uji t dapat dilihat pada table dibawah ini Tabel 4.13 Hasil Uji T faktor internal (DPK, FDR, NPF) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
8.740
.107
DPK
7.727E-6
.000
FDR
.718
NPF
.751
Model 1
80
T
Sig.
81.403
.000
.967
94.907
.000
.106
.073
6.803
.000
.541
.014
1.387
.170
Dahlan Siamat,. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta: 2005 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, h. 57
84
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
8.740
.107
DPK
7.727E-6
.000
FDR
.718
NPF
.751
Model 1
T
Sig.
81.403
.000
.967
94.907
.000
.106
.073
6.803
.000
.541
.014
1.387
.170
a. Dependent Variable: log _Y
Dari Tabel 4.13 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Y = 8.740+ 7.727 DPK_X1 + 0.718 FDR_X2 + 0.751 NPF_X3 + e Y = 16.468,5 Berdasarkan Tabel 4.13 di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama (Ha1) DPK mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β DPK bernilai positif sebesar 7.727 yang berarti setiap setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 7.727. Karena nilai t hitung > t table yaitu 94.907 > 1.670 atau sig. < α yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima Ha4. Dengan demikian DPK berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil.
85
Hasil penelitian ini sejalan dengan Muhammad Luthfi Qolby81 dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa variabel DPK berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan. Artinya kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank syariah dan sebaliknya penyaluran dana akan turun bila jumlah DPK turun. Secara garis besar hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa hubungan antara dana pihak ketiga (DPK) dengan pembiayaan bagi hasil perbankan syariah adalah positif. Hubungan positif ini dikarenakan dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber pendanaan perbankan syariah yang paling utama, semakin besar jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang di himpun oleh perbankan syariah dari masyarakat maka semakin besar pula pembiayaan yang akan diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat. Dalam menjalani fungsi intermediasi, perbankan syariah mengoptimalkan dana yang dihimpun dari masyarakat untuk dialokasikan dalam bentuk pembiayaan, mengingat dana pihak ketiga merupakan faktor yang dominan dalam besarnya pembiyaan yang diberikan oleh perbankan syariah kepada masyarakat. 2. Hipotesis kedua (Ha2) FDR mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β FDR bernilai 0,718 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0.718. 81
Muhammad Luthfi Qolby. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013, h. 380.
86
Karena nilai t hitung > t table
yaitu 6.803
> 1.670 atau nilai sig. < α yaitu 0,000 <
0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima (Ha2). Dengan demikian FDR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prastanto82 dimana hasil penelitian menunjukan bahwa FDR berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan. Hal serupa terjadi pada penelitian Ekarina Katsmas83 dengan hasil penelitian bahwa FDR berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan. Secara tidak langsung dari literatur terdahulu dan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio FDR maka akan menyebabkan meningkatnya nilai pembiayaan. Hal ini sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah dimana pada bulan Maret sampai bulan September 2012 nilai FDR terus meningkat sebesar 102,10% kenaikan tersebut di ikuti oleh peningkatan pembiayaan bagi hasil dari bulan Maret sampai bulan September 2012 sebesar Rp 35.840 miliar. 3. Hipotesis ketiga (Ha3) NPF mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β NPF bernilai 0,751 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0.751. Karena nilai t hitung < t table 82
yaitu
1.387 < 1670 atau nilai sig. > α yaitu 0,170 >
Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 86 83 Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h. 97
87
0,05 maka dapat disimpulkan untuk menolak (Ha3). Dengan demikian NPF tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh nur gilang gianni84 dimana hasil uji t pada NPF menunjukan bahwa nilai signifikansi NPF sebesar 0,712 > 0,05, maka secara tidak langsung Ho diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha), yang berarti bahwa secara parsial variabel NPF tidak mempunyai pengaruh secara nyata dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank umum syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan variasi variable independen tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh prastanto85 yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Secara garis besar teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi NPF maka akan memberikan penurunan terhadap pembiayaan bank syariah tidak sesuai dengan hasil peneliti ini yang memperoleh hasil bahwa NPF tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Hal ini terjadi dapat disebabkan karena tidak konsistennya antara kenaikan atau penurunan NPF terhadap jumlah pembiayaan di setiap bulan. Sebagai contoh pada bank umum syariah NPF pada tahun 2014 bulan januari sebesar 4,31% dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp. 61.298 miliar sedangkan pada tahun 2014 bulan November nilai NPF naik 84
Nur gilang gianni “ faktor yang mempengaruhi pembiayaan mudharabah pada bank umum syariah di Indonesia” accounting analysis journal volume 2 no 1 februari 2013, h. 99 85 Prastanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan murabahah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Accounting Analysis Journal. Vol 2 No 1. Februari 2013, h. 87
88
menjadi 4,86% dengan diikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 64.313 miliar, selanjutnya pada tahun 2015 bulan februari nilai NPF naik sebesar 5,01% dengan ikuti penurunan jumlah pembiayaan sebesar Rp. 63.833 miliar sedangkan pada bulan juni 2015 nilai NPF turun menjadi 4,73% dengan ikuti kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 68.939 miliar. Selain ketidak konsistenan nilai NPF terhadap pembiayaan diatas, terdapat beberapa kemungkinan yaitu dimana rata – rata besarnya nilai NPF pada bank umum syariah tergolong kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, yaitu dalam kurun waktu 5 tahun 7 bulan nilai NPF masih dibawah standar BI (Bank Indonesia) sebesar 5% (hanya saja pada bulan februari nilai NPF melewati batas ketentuan BI yaitu 5,01 % hal ini tidak menyebabkan nilai pembiayaan menurun). Nilai NPF bank umum syariah masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan nilai NPF Bank umum konvensional yang mana bank umum konvensional lebih sensitive dengan instrumen derivative sedangkan bank umum syariah akan lebih sensitif apabila sector riil mengalami goncangan hal ini dikarenakan bank umum syariah lebih konsisten dan cenderung membiayai dunia usaha dalam sector rill, di Indonesia masih dalam batas yang dapat dikatakan aman dari berbagai goncangan perekonomian dengan demikian bank umum syariah (BUS) memiliki nilai NPF yang tidak terlalu besar maka hal tersebut menunjukan bahwa sector riil yang dibiayai oleh pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dalam batas yang dapat dikatakan
89
aman sehingga NPF tidak memiliki pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. b. Uji F Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable internal (DPK, FDR, dan NPF,) secara simultan (bersama-sama) terhadap variable dependen yaitu pembiayaan bagi hasil, uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan (analisi of
varian
=
ANOVA),
pengambilan
keputusan
dilakukan
dengan
membandingkan nilai F table dengan F hitung selain itu pengambilan keputusan berdasarkan tingkat probabilitas signifikansi. Jika probabilitas signifikansi > 0,05 maka menolak H1 dan jika < 0,05 menerima H1. Tabel 4.14 Uji F faktor internal (DPK, FDR, NPF) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares df
Mean Square
F
Sig.
Regression
11.970
3
3.990
3.952E3
.000
Residual
.063
62
.001
Total
12.033
65
a
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR b. Dependent Variable: log _Y
Berdasarkan Tabel 4.14 diatas, Uji F faktor internal diperoleh pengaruh secara simultan dengan tiga variable DPK, FDR, dan NPF terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 3.952 dan F table sebesar 2.75 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung (3.952 > 2.75 ) lebih besar dari F table maka
90
secara simultan variable independen faktor internal DPK, FDR, dan NPF berpengaruh secara nyata terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. c. Adjusted R square Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai data aktualnya (Goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variabel – variabel independen di dalam garis regresi. Tabel 4.15 Uji Koefisien Detreminasi faktor internal (DPK, FDR, NPF) Model Summary Std. Model
R
1
.997 a.
a
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.995
.995
.03177594
of
the
Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
Berdasarkan Tabel 4.15 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,995, hal ini berarti 99,5% variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen faktor internal DPK, FDR, NPF. Sedangkan 0,5% dengan nilai 0,005 merupakan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. 4.
Uji Regresi Berganda faktor eksternal a. Uji t Menurut Athanasoglou " faktor eksternal merupakan variable-variabel yang tidak memiliki hubungan langsung dengan manajemen bank, tetapi
91
faktor tersebut secara tidak langsung memberikan efek bagi perekonomian dan hukum yang akan berdampak pada kinerja lembaga keuangan“86 Tabel 4.16 Hasil Uji t faktor eksternal (BI rate dan SBIS) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
8.235
1.561
BI RATE
1.102
.377
SBIS
.621
.097
Model 1
T
Sig.
5.275
.000
.270
2.922
.005
.591
6.387
.000
a. Dependent Variable: log _ Y
Dari Tabel 4.16 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = a + b4X4 + b5X5 + e Y = 8.235+ 1.102 BI rate_X4 + 0.621 SBIS_X5 + e Y = 9.337,6 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis keempat (Ha4) BI rate mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β BI rate bernilai positif sebesar 1.102 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 1.102. Karena nilai
t hitung > t table
yaitu 2.922 > 1.670 atau sig. <
α yaitu 0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima Ha4. Dengan
86
Febriana dwijayanthy, dan prima naomi 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2, h.87-98.
92
demikian BI rate berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil. Penelitian ini bertolak belakang terhadap teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi suku bunga bank Indonesia (BI rate) maka dapat mempengaruhi penurunan pembiayaan yang disalurkan, penyebabnya adalah teori tersebut hanya dilihat dari sisi nasabah yang menyimpan dananya di bank syariah kemudian beralih ke bank konvensional yang memiliki tingkat return yang besar yang menyebabkan DPK menurun. Sedangkan bila dilihat dari sisi pembiayaan, ketika terjadi kenaikan BI rate maka perbankan konvensional tentu akan menaikan tingkat suku bunganya, hal ini akan mengakibatkan masnyarakat enggan untuk mengajukan kredit pada perbankan konvensional dikarenakan beban bunga yang terlalu tinggi, sehingga masyarakat beralih memilih perbankan syariah dengan produk yang bervariasi termasuk didalamnya terdapat produk bagi hasil yang tidak menetapkan berapa jumlah bagi hasil akan tetapi berdasarkan kondisi ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia masih profit oriented sehingga mereka akan memilih produk yang menguntungkan dan meniggalkan produk yang tidak menguntungkan. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa naiknya BI rate belum tentu menyebabkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank ke masyarakat menurun ini terbukti dari data BI rate dan pembiayaan bagi
93
hasil pada bulan mei – desember 2013 suku bunga bank indonesia mengalami kenaikan dengan sebesar 1,50% dengan diiringi penigkatan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp. 53.499 miliar. Hasil peneliti pun sejalan dengan ekarina katmas87 dengan hasil penelitian koefisien 0,034408 dengan tingkat probabilitas 0,0035 yang lebih kecil dari tingkat α 5% sehingga menrima Ha dan menolak H0. 1. Hipotesis kelima (Ha5) SBIS mempunyai pengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa koefisien β SBIS bernilai 0,621 yang berarti setiap peningkatan sebesar Rp 1 maka akan menigkatkan pembiayaan bagi hasil sebesar Rp 0,621. Karena nilai t hitung > t table yaitu 5.300 > 1.670 atau nilai sig. < α yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan untuk menerima (Ha5). Dengan demikian SBIS berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil Penelitian ini sejalan dengan Irfan syauqi dan Winda Nur Aprianti88 dengan hasil penelitian bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara nyata hal ini membuktikan bahwa kenaikan SBIS memberi andil terhadap peningkatan alokasi dana untuk pembiyaan sektor pertanian.
87
Ekarina katmas. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia, skripsi fakultas syariah dan hukum 2015, h.85 88 Irfan Syauqi Beik dan Winda Nur Aprianti “Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan bank syariah untuk sektor pertanian di Indonesia” jurnal Agro Ekonomi. Volume 31 No. 1, Mei 2013, h. 29
94
Dari hasil tersebut maka secara tidak langsung teori yang mengatakan bahwa semakin besar bank menyimpan liquiditasnya di instrument SBIS maka akan mengurangi pembiayaan bagi hasil terhadap kebutuhan masyarakat, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menemukan hasil bahwa, SBIS berpengaruh secara nyata dan positif dengan artian jika simpanan bank dalam bentuk SBIS meningkat maka dapat diikuti dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil. Hal ini terjadi dikarenakan SBIS merupakan salah satu alat untuk penyerapan kelebihan likuiditas yang dialami oleh perbankan syariah. Bank Indonesia melakukan operasi pasar untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Agar pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan maka diperlukan alat khusus untuk pelaksanaan tersebut. Alat yang sesuai dengan prinsip syariah itu adalah SWBI / SBIS, Penitipan dana pada SWBI di Bank Indonesia diberikan bonus. Meskipun bonus SWBI/SBIS yang diberikan cukup tinggi, namun permintaan masyarakat akan pembiayaan juga tetap diberikan oleh bank ke sector riil khususnya pembiayaan bagi hasil. Menurut badan pusat statistic (2012) pulihnya perekonomian nasional yang di tandai dengan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 6,1% dibandingkan tahun 2007 dan hingga tahun 2012 mengalami pertumbuhan
sebesar
6,23%
dibandingkan
tahun
2011.
Yang
mengiindikasikan adanya aktivitas perekonomian. Oleh karena itu SBIS
95
tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat89. Pengaruh SBIS terhadap pembiayaan bagi hasil dapat dilihat dari data statistik perbankan syariah (SPS). Pada tahun 2010 bulan Mei jumlah SBIS yang dialokasikan ke BI sebesar Rp. 1.656 miliar dengan pembiayaan bagi hasil Rp. 19.181 miliar. Sedangkan Pada tahun 2010 bulan Agustus jumlah SBIS menigkat dengan nomial sebesar Rp. 1.882 miliar dengan diikuti besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank sebesar Rp.21.530 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 bulan Januari SBIS kenaikan sebesar Rp. 3.968 miliar dengan pembiayaan bagi hasil Rp. 23.160 miliar, sedangkan pada Desember 2011 SBIS sebesar Rp. 9.244 miliar dengan diikuti kenaikan pembiayaan bagi hasil yang disalurkan sebesar Rp. 29.189 miliar, peningkatan SBIS yang diikuti dengan kenaikan pembiayaan bagi hasil dapat dilihat juga dari tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2014 bulan November penigkatan SBIS sebesar Rp. 6.530 miliar dengan diikuti kenaikan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 64.313 miliar, sedangkan untuk tahun 2015 bulan juni penempatan SBIS sebesar menigkat Rp. 8.858 miliar dengan diikuti kembali kanaikan pembiayaan yang dialokasikan sebesar Rp. 68.939 miliar. Dari pemaparan data yang sudah di jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa meningkatnya 89
Lifstin wardiantika dan Rohmawati kusumaningsih. Pengaruh DPK, NPF, dan SBIS
terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008 – 2012, jurnal ilmu manajemen volume 2 no.4 oktober 2014, h. 1551
96
simpanan Bank syariah pada instrument (SBIS) belum tentu pembiayaan bagi hasil bank syariah mengalami penurunan begitu juga sebaiknya. b. Uji F Tabel 4.17 Uji F faktor eksternal (BI rate, SBIS) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
6.693
2
3.347
39.483
.000
Residual
5.340
63
.085
Total
12.033
65
a
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE b. Dependent Variable: log_Y
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas, Uji F faktor eksternal diperoleh pengaruh secara simultan dengan dua variable BI rate dan SBIS terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 39.486 dan F table sebesar 3.14 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung (39.486 > 3.14) lebih besar dari F tabel maka secara simultan variable BI rate, dan SBIS berpengaruh secara nyata terhadap variabel pembiayaan bagi hasil.
97
c. Adjusted R square Table 4.18 Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal (BI rate, SBIS) Model Summary Std. Model
R
1
.746
a
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.556
.542
.29113436
of
the
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
Berdasarkan Table 4.18 Adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,556, hal ini berarti 55,6% variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variable eksternal BI rate dan SBIS. Sedangkan 0,444 % dengan nilai 0,444 merupakan sisanya dijelaskan oleh sebab lain. 5.
Uji F faktor eksternal, internal secara keseluruhan a. Uji F Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor eksternal dan internal memiliki hubungan simultan atau tidak, karena sebelumya peneliti hanya melakukan uji F secara terpisah yaitu uji F untuk faktor eksternal dan uji F untuk Internal. Maka uji F ini akan dilakukan secara serentak. Tabel 4.19 Uji F statistik faktor eksternal, internal b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
11.979
5
2.396
2.667E3
.000
Residual
.054
60
.001
Total
12.033
65
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
a
98
b.
Dependent Variable: log _Y
Berdasarkan Tabel 4.19 diatas, Uji F diperoleh pengaruh secara simultan dengan lima variabel SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK terhadap variabel dependen pembiayaan bagi hasil. Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa nilai F hitung yang telah di logaritma kan variable Y nya sebesar 2.667 dan F tabel sebesar 2.36 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, dan F hitung (2.667 > 2.36) lebih besar dari F tabel maka secara simultan variabel independen SBIS, NPF, FDR, BI RATE, dan DPK berpengaruh terhadap variable dependen pembiayaan bagi hasil. b. Adjusted R square eksternal dan internal secara keseluruhan Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai data aktualnya (Goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi dependen Y yang dijelaskan oleh variable – variable independen di dalam garis regresi. Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Detreminasi faktor eksternal dan internal Model Summary Std. Model
R
1
.998
a
Error
R Square
Adjusted R Square
Estimate
.996
.995
.02997059
of
the
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
Berdasarkan Tabel 4.20 adjusted R square diatas diperoleh bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,996, hal ini berarti 99,6% variasi pembiayaan dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variable independen DPK, FDR, NPF, BI rate,
99
dan SBIS. Sedangkan 0,4% dengan nilai 0,004 merupakan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. c. Variabel independen yang paling dominan mempengaruhi variable dependen. Di antara variabel independen yang terdiri dari faktor eksternal, (BI rate, SBIS) dan internal (DPK, FDR, dan NPF) dan yang paling dominan mempengaruhi kemampuan bank umum syariah (BUS) adalah faktor internal yaitu dana pihak ketiga. Dapat dilihat dari nilai tertinggi pada kolam koefisien. Koefisien dari Dana Pihak Ketiga mempunyai nilai sebesar 7.721. Hal ini menunjukkan bahwa dana masyarakat memang berperan penting terhadap kemampuan bank menyalurkan kreditnya dalam rangka membantu kebutuhan atau usaha masyarakat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh faktor eksternal (DPK, FDR, NPF) dan internal (BI rate, SBIS) secara simultan dan parsial terhadap pembiayaan bagi hasil bank umum syariah (BUS) periode tahun 2010 – 2015. Berdasarkan hasil penelitian tentang variable independen yang mempengaruhi kebijakan pembiayaan di bank umum syariah Indonesia dapat ditarik kesimpulan. 1.
Berdasarkan uji F faktor internal (DPK, FDR, NPF) faktor eksternal (BI
rate, SBIS), dan faktor eksternal internal (BI rate, SBIS DPK, FDR NPF,) diperoleh hasil pada semua Uji F terdapat pengaruh secara simultan terhadap pembiayaan bagi hasil. 2.
Berdasarkan Uji – t faktor internal (DPK, FDR, NPF) a. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil b. Financing Deposit Rasio (FDR) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil c. Non Perfoming Financing (NPF) tidak berpengaruh secara nyata terhadap pembiayaan bagi hasil
3. Berdasarkan Uji – t faktor eksternal (BI rate, SBIS)
100
101
a. Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil 4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pembiayaan bagi hasil 5. Faktor yang paling mempengaruhi pembiayaan bagi hasil adalah faktor internal yaitu dana pihak ketiga (DPK) B. Keterbatasan metode Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya : 1. Penelitian hanya mampu mengindikasikan pengaruh faktor –faktor yang bersifat kuantitatif 2. Penelitian hanya memiliki periode 5 tahun kurang 6 bulan, dan hanya menggunakan metode regresi linier berganda, C. Implikasi Bank Umum Syariah sebaiknya dalam mengeluarkan pembiayaan bagi hasil agar memperhatikan faktor internal (DPK, FDR, NPF) dan eksternal (BI rate, SBIS) karena hal ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam pengeluaran pembiayaan bagi hasil.
102
D. Saran Atas kesimpulan di atas, dapat diajukan saran – saran sebagai berikut: 1. Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah data time series yang digunakan masih relatif sedikit sehingga dianjurkan bagi penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan data yang lebih banyak lagi, agar didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Dalam kaitannya dengan teori yang digunakan dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar lebih memperbanyak teori terutama terkait DPK, FDR, NPF, BI rate dan SBIS karena teori yang digunakan dalam penelitian ini dirasa masih belum sepenuhnya mendukung hasil penelitian. Penelitian selanjutnya juga diharapkan agar menambahkan variabel lain diluar variabel yang telah digunakan karena diduga masih terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi pembiayaan mudharabah dan musyarakah. 2. Diharapkan untuk menambah periode waktu agar data semakin banyak dan bisa lebih baik dari peneliti ini dan dapat menambah metode selain regresi ketika mendapat faktor baru telah diteliti.
103
DAFTAR PUSTAKA BUKU Karim,Adiwarman” Bank Islam analisis fiqih dan keuangan” (penerbit PT raja Grafindo persada : 2004) Zarkasyi, Moh. Wahyudin. Good Corporate Governance. (Alfabeta: Bandung : 2008) Seed, Abdullah Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) Siamat,Dahlan 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu Hejazziey, Djawahir .Perbankan Syariah dalam teory dan Praktek, Yogyakarta : Deepublish, juni 2014. Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP Antonio, Muhammad Syafi. 2001, Bank Syariah dari teori ke praktek,Jakarta : Gema Insani Press. Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, Cirebon : STAIN Press., Rizal yaya dkk. Akuntansi Perbankan Syariah teori dan praktek komtemporer (2014) edisi 2. Jakarta : salemba empat. Budisantoso, Totok, Sigit Triandanu, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, (Jakarta : salemba Empat, 2006), Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. “Pengantar Manajemen Perkreditan”, Alfabeta, Bandung, 2010. Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori konsep dan aplikasi , Jakarta : (Bumi Aksara, 2010) Hosen,M Nadratuzzaman, AM Hasan Ali, 2007. Kamus “popular kuangan & ekonomi syariah” Jakarta : pusat komunikasi ekonomi syariah. Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah, PT. Grafindo Perkasa, 2007, Jakarta. Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta:kencana, 2008 Ismail, manajemen perbankan dari teori menuju aplikasi, Jakarta : kencana 2010. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta.
104
Riyadi, Slamet. Banking Assets and Liability Management edisi ketiga, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004). Pohan, Aulia. “ kerangka kebijakan moneter dan implementasi di Indonesia”, Rajawali Press, Jakarta, 2008,h. 2008 Halim, Abdul & Hanafi M. Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. 4th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Kuncoro, Mudrajad. dan Suhardjono. “Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi”, BPFE, Yogyakarta, 2011. Nugriyantoro, Burhan dkk, “statistic terapan untuk penelitian ilmu social” (yokyakarta : gadjah mada university, 2004). Stanislaus S. Uyanto “pedoman analisis data dengan SPSS” (Yogyakarta : graha ilmu,2009). Agus widarjono, “analisis statistika multivariate terapan” (Yogyakarta: sekolah tinggi ilmu manajemen, 2010) Suliyanto, ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss, Yogyakarta :penerbit CV Andi, 2011, Sujianto, Agus Eko. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2009). Sujarweni, V. Wiratna. Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi & Umum, (Yogyakarta: Global Media Informasi, 2008). Ghozali, Imam aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS (semarang : badan penerbit universitas diponegoro, 2009).
JURNAL / SKRIPSI Luthfi Qolby ,Muhammad. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia . Economics Development Analysis Journal. Vol 2 No 4. November 2013. Mu’allim, Amin Praktek pembiayaan Bank syariah dan problematikanya. Paper Al-mawarid edisi XI 2004. Dwijayanthy, Febriana dan naomi, prima 2009. analisis pengaruh inflasi. BI rate. Dan nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank periode 2003-2007 , journal karisma, Vol 3 no 2.
105
Katmas,Ekarina pengaruh faktor ekternal dan internal terhadap volume pembiayaan perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2013 , (Jakarta :skripsi UIN Jakarta, 2013). Siswati, analisis penyaluran dana bank syariah. Jurnal dinamika manajemen . Vol 4 No 1. maret 2013. Wdiyanto, Edo dan ari diyanti, lucia. “Analisis pengaruh tingkat suku bunga BI terhadap pembiayaan mudharabah” tahun 2008 – 2012, journal bisnis dan komunikasi vol 2 No 1 februari 2015. Chikmah, Achasih Nur. “analisis perbandingan sistem pemberian kredit bankkonvensional dengan pembiayaan bank syariah pada usaha mikro, kecil, dan menengah” jurnal akuntansi unesa · vol 2, no 2 (2014). Supriyadi, Ahmad. system pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (suatu tinjauan yuridis terhadap praktek pembiayaan di perbankan syariah di Indonesia) paper alwarid edisi XI tahun 2004. Hardiwinoto “ analisis komparasi revenue and profit sharing pada system mudharabah pada BPRS PNM binama semarang” jurnal value added, vol. 7, No. 2, maret 2011. Supono , evaluasi bagi hasil pada BPRS WAKALUMI, “jurnal penelitian, pengembangan ilmu manajemen dan akuntansi STIE putra perdana Indonesia” vol. 3 Mei 2010 Rosita, Siti ita. “studi pembiayaan mudharabah dan laba perusahaan Pada pt bank muamalat indonesia tbk. Cabang bogor” Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 14, April 2012. Syahri, Nur laily alfi. “Perhitungan keuntungan pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah” jurnal akuntansi UNESA. Vol 3, no 1 tahun 2014. Wardiantika, Lifstin dan rohmawati kusumaningtias. “pengaruh dpk, car, npf, dan swbi terhadap pembiayaan murabahah pada bank umum syariah tahun 2008-2012, journal ilmu manajemen vol 2 no 4 oktober 2014. Iqbal, Muhammad. “Pengolahan Data dengan Regresi Linier Berganda (dengan SPSS)” paper.
106
WEBSITE PBI No. 10/11/PBI/2008 yang diperbaharui dengan PBI No.12/18/PBI/2010 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) PBI No.7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.2/8/PBI/2000 tentang PUAS UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 12 Undang-undang republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 Tentang Perbankan syariah. www.bi.com . data statistic perbankan syariah. Diakses pada tanggal 2 maret 2016. Dewan syari’ah nasional No: 15/dsn-mui/ix/2000, “Tentang Prinsip distribusi hasil usaha dalam Lembaga keuangan syari'ah”. Laporan kebijakan moneter Indonesia, diakses pada tanggal 1 maret 2016 dari www.bi.com. Peraturan bank indonesia nomor : 10/ 11 /pbi/2008 tentang sertifikat bank indonesia syariah. Fatwa dewan syariah nasional no: 36 /dsn-mui/x/2002 tentang sertifikat bank indonesia syariah (sbis). www.bi.co.id Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan diakses pada tanggal 4 april 2016. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN/-MUI/IV/2000. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008, Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank. PSAK 06 tentang akuntansi musyarakah.
Lampiran data Data yang digunakan dalam penelitian Tahun
Bulan
DPK
FDR
NPF
2010
januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober
53163 53299 52811 54043 55067 58079 60462 60972 63912 66478 69086 76036 75814 75085 79651 79567 82861 87025 89786 92021 97756 101804 105330 115415 116518 114616 119639 114018 115206 119279 121018 123673 127678 134453
0.8867 0.9096 0.9507 0.9557 0.9665 0.9608 0.9532 0.9886 0.954 0.9476 0.9545 0.8967 0.9197 0.9516 0.9322 0.9517 0.9488 0.9493 0.9418 0.9839 0.9497 0.9524 0.944 0.8894 0.8727 0.9049 0.8713 0.9539 0.9795 0.9859 0.9991 1.0103 1.021 1.0084
0.0436 0.0475 0.0453 0.0447 0.0477 0.0389 0.0414 0.041 0.0395 0.0395 0.0399 0.0302 0.0328 0.0366 0.036 0.0379 0.0376 0.0355 0.0375 0.0353 0.035 0.0311 0.0274 0.0252 0.0268 0.0282 0.0276 0.0285 0.0293 0.0288 0.0292 0.0278 0.0274 0.0258
I
II
III
IV 2011 I
II
III
IV 2012 I
II
III
BI rate
SBIS
Ln_ PBH
0.065 3373 9.73619 0.065 2972 9.75944 0.065 2425 9.79434 0.065 3027 9.82903 0.065 1656 9.86168 0.065 2734 9.90414 0.065 2576 9.92823 0.065 1882 9.9772 0.065 2310 9.98031 0.065 2783 10.0148 0.065 3287 10.054 0.065 5408 10.0543 0.065 3968 10.0502 0.0675 3659 10.0555 0.0675 5870 10.0755 0.0675 4042 10.0816 0.0675 3879 10.1053 0.0675 5011 10.1598 0.0675 5214 10.173 0.0675 3647 10.208 0.0675 5885 10.2183 0.065 5656 10.2371 0.06 6447 10.2546 0.06 9244 10.2815 0.06 10663 10.2713 0.0575 4243 10.2869 0.0575 6668 10.2936 0.0575 3825 10.3335 0.0575 3644 10.3659 0.0575 3936 10.4104 0.0575 3036 10.4147 0.0575 2918 10.4409 0.0575 3412 10.4868 0.0575 3321 10.509
IV 2013 I
II
III
IV 2014 I
II
III
IV 2015
november desember januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember januari februari maret april mei juni
138671 147512 148731 150795 156964 158519 163858 163966 166453 170222 171701 174018 176292 183534 177930 178154 180945 185508 190783 191470 194299 195959 197141 207121 209644 217858 210761 210297 212988 213973 215339 215339
1.0119 1 1.0063 1.0217 1.0262 1.0308 1.0208 1.0443 1.0483 1.0253 1.0327 1.0303 1.0258 1.0032 1.00067 1.02031 1.02221 0.95503 0.99427 1.00805 0.99887 0.98992 0.99707 0.98992 0.94625 0.91495 0.936 0.9394 0.9424 0.9418 0.9469 0.9422
0.025 0.0222 0.0249 0.0272 0.0275 0.0285 0.0292 0.0264 0.0275 0.0301 0.028 0.0296 0.0308 0.0262 0.03007 0.03535 0.03218 0.0348 0.04019 0.03904 0.04308 0.04583 0.04668 0.04583 0.0486 0.04331 0.0487 0.051 0.0481 0.0462 0.0476 0.0473
0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.0575 0.06 0.065 0.07 0.0725 0.0725 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.0775 0.0775 0.0775 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075
3242 4993 4709 5103 5611 5343 5423 5443 4640 4299 4523 5213 5107 6699 5253 5331 5843 6234 6680 6782 5880 6514 6450 6680 6530 8130 8050 9040 8810 9130 8858 8858
10.5378 10.5889 10.5996 10.6202 10.668 10.6991 10.7345 10.7724 10.8052 10.8033 10.8214 10.851 10.8697 10.8874 10.8591 10.8696 10.8982 10.9443 10.9669 11.0014 11.0235 11.0289 11.0504 11.0509 11.0715 11.0626 11.0607 11.064 11.0953 11.1133 11.141 11.141
Lampiran Uji Asumsi Klasik & Regresi Linier Berganda.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N a Normal Parameters
Most Extreme Differences
Pembiayaan Basil
DPK
FDR
NPF
BI RATE
SBIS
66
66
66
66
66
66
Mean
Std. Deviation Absolute
4.5621182
5.08921 .000000 3.68033 1.33993 1.46052 45E0 0 11E0 12E-2 03E0
18685818
.196365 .019791 .097718 .960768 .177772 51 29 90 92 59
.120
.132
.124
.138
.121
.101
Positive
.097
.102
.124
.138
.121
.061
Negative
-.120
-.132
-.094
-.091
-.069
-.101
973 .300
1.074 .199
1.011 .258
.1.119 .164
.981 .291
.821 .511
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Correlations
DPK
DPK
Pearson Correlation
FDR
FDR
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
NPF
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
BI RATE Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
SBIS
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
BI RATE
-.089
.001
.476
.001
.000
66
66
66
66
66
.405**
1
-.324**
-.014
-.160
.008
.909
.199
.405
.001
.400
**
SBIS
**
1
Sig. (2-tailed) N
NPF
.741
**
66
66
66
66
66
-.089
-.324**
1
.663**
.031
.476
.008
.000
.805
66
66
66
66
66
.400**
-.014
.663**
1
.420**
.001
.909
.000
66
66
66
66
66
.741**
-.160
.031
.420**
1
.000
.199
.805
.000
66
66
66
66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 tailed).
.000
66
Coefficients
Model 1
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std. Error
8.580
.163
DPK
7.491E-6
.000
FDR
.769
NPF BI RATE
)
SBIS a.
Unstandardized
B (Constant
a
Beta
T
Sig.
Tolerance
VIF
52.480
.000
.937
43.883
.000
.164
6.113
.159
.078
4.830
.000
.283
3.536
-.597
.726
-.011
-.823
.414
.410
2.441
2.702
.897
.044
3.010
.004
.351
2.852
1.960E-6
.000
.009
.475
.636
.197
5.071
Dependent Variable: log_Y
Coefficients
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Std. Error
Beta
.177
.057
DPK
-.029
.012
FDR
.065
NPF
T
Sig.
3.088
.003
-.707
-2.387
.121
.086
.168
.756
.453
-.029
.019
-.331
-1.534
.131
BI RATE
.074
.038
.415
1.967
.054
SBIS
.008
.013
.164
.626
.534
a. Dependent Variable: ABRESID
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error
Beta
8.740
.107
DPK
7.727E-6
.000
FDR
.718
NPF
.751
T
Sig.
81.403
.000
.967
94.907
.000
.106
.073
6.803
.000
.541
.014
1.387
.170
a. Dependent Variable: log _Y b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Mean Square
11.970
3
3.990
.063
62
.001
12.033
65
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR b. Dependent Variable: log _Y
Df
F 3.952E3
Sig. .000
a
Model Summary Std. Error of the Model
R
1
R Square .997
a
Adjusted R Square
.995
Estimate
.995
.03177594
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
8.235
1.561
BI RATE
1.102
.377
.621
.097
SBIS
T
Sig.
5.275
.000
.270
2.922
.005
.591
6.387
.000
a. Dependent Variable: log _ Y
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
6.693
2
3.347
Residual
5.340
63
.085
12.033
65
Total
F
Sig.
39.483
.000
a
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE b. Dependent Variable: log_Y Model Summary
Std. Error of the Model 1
R
R Square .746
a
.556
a. Predictors: (Constant), SBIS, BI RATE
Adjusted R Square .542
Estimate .29113436
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
11.979
5
2.396
.054
60
.001
12.033
65
F
Sig.
2.667E3
.000
a
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK b. Dependent Variable: log _Y
Model Summary Std. Error of the Model 1
R
R Square .998
a
Adjusted R Square
.996
a. Predictors: (Constant), SBIS, NPF, FDR, BI RATE, DPK
.995
Estimate .02997059