ANALISIS PENGARUH NISBAH BAGI HASIL, INFLASI, PENDAPATAN NASIONAL/PDB, DAN SWBI TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : ST. SUHARYANTI NIM : 106084002758
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: ST. Suharyanti
2. Tempat/ Tanggal Lahir
: Pati, 09 Juli 1987
3. Alamat
: JL. Tipar Cakung No. 1 RT/RW:001/001 Sukapura Cilincing Jakarta Utara, Kode Pos : 14140
4. Kebangsaan
: Indonesia
5. Handphone
: 08567010494
6. E-mail/Facebook
:
[email protected]
7. Jenis Kelamin
: Perempuan
8. Agama
: Islam
9. Status
: Belum Menikah
10. Hobby
: Dengerin musik, nonton tv/film, dan membaca
II. PENDIDIKAN FORMAL Tempat
Waktu
1. MI IANATUL ATHFAL PATI
1994 – 2001
2. MTs MIFTAHUT THULLAB PATI
2001 – 2003
3. MA WALISONGO PATI 4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
2003 – 2006
i
2006 – 2010
III. PENDIDIKAN INFORMAL Pelatihan/Seminar Kursus komputer di Lembaga Citra Sarana (CS) Komputer Kursus komputer di Lembaga Bina Sarana Informatika Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Indonesia" oleh BEMJ IESP
Waktu 18 Juni 2005 - 18 September 2005 12 Maret 2009 - 07 Mei 2009 Selasa, 5 Juni 2007
Seminar Nasional " Kekuatan Lembaga Keuangan Syariah dalam Menghadapi Krisis Finansial Global oleh BEMJ Manajemen Seminar Nasional " Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Tunjangan Keadilan Distribusif Ekonomi Islam oleh BEMJ Perbankan Syariah Seminar Ekonomi Islam " Peran Ekonomi Islam dalam Menghadapai Krisis Global oleh BEMJ IESP
Rabu, 23 Desember 2009
KKS-BT di MTS N 3 Pondok Pinang Jakarta
Juni 2009 -Juli 2009
iii
Selasa, 14 April 2009
Tahun 2009
Abstract The implications of the development banking have effect various types and forms of financial institutions, and one of them have the Islamic Banking. The concept of the system adopted by the Islamic Banking was a form of profit sharing between customers and the bank itself. This system does not involve interest or know as a free-interest Bank. The objective of this research to determine how the influence of macro variables were Profit Sharing Rasio (equivalent rate), Inflation, GDP, and SWBI against Mudharabah Savings at Islamic Banking in Indonesia. The datas used in this research were data time series by using multiple regressions and analysis by Ordinary Least Squares. The results showed that simultaneously independent variables (Profite Sharing rasio, Inflation, GDP, and SWBI have signifacantly influence the dependent variable (Mudharaba Savings) with probability 0.000000. End that partially independent variables (Inflation with probability 0.0013, GDP with probability 0.0000, and SWBI with probability 0.0000 have positively influence and significantly to dependent variable (Mudharaba Savings) in the Islamic Banking of Indonesia. While between the variabel independent (Profit Sharing rasio) to variabel depdndent (Mudharabah Savings) have not significantly with probability 0.2040, in the Islamic Banking of Indonesia.
Keywords: Profit Sharing Rasio, Inflation, GDP, SWBI, Mudharaba Savings, and OLS
Iv
Abstrak Implikasi dari perkembangan dunia perbankan adalah timbulnya berbagai jenis dan bentuk lembaga keuangan, dan salah satunya adalah Perbankan Syariah. Konsep sistem yang diterapkan oleh Perbankan Syariah adalah bentuk bagi hasil antara nasabah dengan bank itu sendiri. Sistem ini tidak memperhitungkan adanya sistem bunga atau dapat disebut juga Bank tanpa bunga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel makro adalah Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, PDB, dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yaitu Ordinary Least Squares. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simpultan) variabel independen (Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, PDB, dan SWBI berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah) dengan probability 0.000000. Secara parsial variabel independen (Inflasi dengan probability 0.0013, PDB dengan probability 0.0000, dan SWBI dengan probability 0.0000) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Sedangkan variabel indepden (Nisbah Bagi Hasil) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah) dengan probability 0.2040 pada Perbankan Syariah di Indonesia. Kata Kunci: Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, PDB, SWBI, Tabungan Mudharabah, dan OLS
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robill ‘Alamin, Segala puji dan syukur kepada Sumber dari Suara-suara hati yang bersifat mulia, Sumber Ilmu Pengetahuan, Sumber segala Kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur Cahaya Ilham, Pilar Nalar Kebenaran dan Kebaikan yang Terindah, Sang Kekasih Cinta yang Tidak Terbatas Pencahayaan Cinta-Nya yaitu Allah SWT yang menguasai semesta alam dan yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayatnya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai Tauladan terbaik bagi kelaurga, sahabat dan para pengikutnya, yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang terang benderang ini dengan adanya agama Islam (addinul islam) serta dengan ilmu pengetahuan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB dan SWBI Terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia”, dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembagunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyeleseian skripsi ini, penulis mengalami hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Namun, berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari beberapa pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu penyeleseian skripsi ini dan “semoga Allah memberikan balasan yang terbaik “, terutama kepada: vi
1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, serta dukungan baik materiel maupun spiritual demi kebaikan dan keberhasilan untuk akan-anaknya. 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEIS menjadi FEB. 3. Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan yang terbaik untuk IESP dan mahasiswanya. 4. Dan Utami Baroroh, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap mahasiswa. 5. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan, menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis ajukan, serta dukungan yang tidak henti dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta sebagai Dosen Pengampu mata kuliah (Pasar Modal Syariah dan Moneter Syariah), sebagai dosen penggagas teori baru Pendekatan Islam yaitu Number of Everything 319-913-616 dan teori baru ekonomi Dinamis yaitu Sinlammim. 6. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan baru, serta dukunganya yang tidak henti dalam memberi semangat kepada penulis. 7. Mas Ismail yang tidak pernah henti memberikan dukungan dan motivasi untuk selalu tetap berjuang dan semangat mengadapi kesulitan dalam menyeleseikan skripsi ini.
vii
8. Ristiyani dan Ardiansyah, adek-adekku yang selalu aku sayangi, semoga kalian bisa cepet menyelesaikan kuliahnya dan bisa terus berbakti kepada orangtua.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan di IESP angakatan 2006, khususnya konsentrasi Ekonomi Islam: Arifin, Andra, Bakar, Endang, Fadli, Hadapi, Friska, Iwas, Laras, Lia, Ovi, Saras, Sary, Winda, Yeni, dan Yunita serta sahabat-sahabat penulis yang tidak disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan penulis mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya dan memohon maaf apabila selama ini banyak melakukan kesalahan dan kekurangan. Semoga persahabatan kita tetap terjaga. Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, 30 Nopember 2010
( ST. Suharyanti )
ix
DAFTAR ISI
Keterangan
Halaman
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................
i
Abstract ................................................................................................
iii
Abstrak .................................................................................................
iv
Kata Pengantar ....................................................................................
v
Daftar Isi ..............................................................................................
viii
Daftar Tabel .........................................................................................
xii
Daftar Gambar ....................................................................................
xiii
Daftar Grafik .......................................................................................
xiv
Daftar Lampiran..................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian..................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...........................................................................
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................
14
1. Tujuan Penelitian ......................................................................
14
2. Manfaat Penelitian ....................................................................
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
16
A. Landasan Teori .................................................................................
16
1. Ekonomi Islam ................................................................................
16
a. Konsep Dasar Ekonomi Islam .....................................................
16
viii
Keterangan
Halaman
b. Definisi Ekonomi Islam ...........................................................
17
c. Karakteristik Ekonomi Islam ...................................................
19
2. Perbankan Syariah..........................................................................
20
a. Pengertian Bank Syariah ..........................................................
20
b. Sumber Dana Perbankan Syariah ............................................
21
c. Fungsi Modal Bank Syariah ....................................................
22
d. Fungsi dan Peran Bank Syariah ...............................................
23
e. Tujuan Bank Syariah ...............................................................
26
f. Sistem Perbankan Syariah........................................................
27
g. Produk dan Jasa Perbankan Syariah ........................................
30
h. Keunggulan Perbankan Syariah...............................................
33
3. Teori Tabungan ..........................................................................
34
a. Tabungan secara Konvensional ...............................................
34
b. Tabungan di Perbankan Syariah .............................................
35
4. Teori Nisbah Bagi Hasil .............................................................
38
a. Teori Umum Bagi Hasil ..........................................................
38
b. Teori Bagi Hasil di Perbankan Syariah ...................................
39
c. Hubungan Nisbah Bagi Hasil dengan Tabungan......................
42
5. Inflasi ................................................................................................
42
a. Pengertian Inflasi ...................................................................
42
b. Penyebab terjadinya Inflasi .....................................................
44
c. Macam-macam Ukuran Inflasi ................................................
46
d. Hubungan Inflasi dengan Tabungan ........................................
46
e. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam ...........................
48
6. Pendapatan Nasional .........................................................................
49
a. Pengertian Pendapatan Nasional .............................................
49
b. Penghitungan Pendapatan Nasional (PDB) .............................
50
c. Hubungan Pendapatan Nasional dengan Tabungan .................
51
7. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia .....................................................
53
ix
Keterangan
Halaman
a. Pengertian SWBI .........................................................................
53
b. Hubungan SWBI dengan Tabungan .............................................
55
B. Penelitian Terdahulu..........................................................................
55
C. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
63
D. Hipotesis Pemikiran ..........................................................................
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
67
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
67
B. Metode Pengumpulan Data................................................................
68
C. Metode Analisis ................................................................................
69
1. Uji Asumsi Klasik ...........................................................................
70
a. Uji Normalitas .............................................................................
70
b. Uji Mutikolinearitas ....................................................................
72
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................................
73
d. Uji Autokorelasi ..........................................................................
75
2. Uji Statistik ....................................................................................
77
a. Uji Parsial (uji-t) .........................................................................
77
b. Uji Fisher (uji-f) ..........................................................................
78
2
3. Uji Koefisien Determinasi ( R ) ......................................................
79
D. Definisi Operasional Variabel ............................................................
80
BAB IV PEMBAHASAN DAN PENEMUAN ......................................
82
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................
82
1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah........................................................
82
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ..................................
84
a. Perkembangan Tabungan Mudharabah .......................................
86
b. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil ...............................................
91
c. Perkembangan Inflasi ..................................................................
94
x
Keterangan
Halaman
d. Perkembangan Pendapatan Nasional .......................................
97
e. Perkembangan SWBI .............................................................. 101 B. Analisis Pembahasan dan Hasil Rgresi .......................................... 104 1. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 104 a.. Uji Normalitas ........................................................................ 104 b. Uji Multikolinearitas ............................................................... 105 c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 106 d. Uji Autokorelasi ...................................................................... 107 2. Uji Statistik .................................................................................... 109 a. Uji Parsial (Uji-t)..................................................................... 110 b. Uji Simultan (Uji-F) ................................................................ 111 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 111 4. Interprestasi ................................................................................... 112 C. Pengaruh Makroekonomi terhadap Perbankan Syariah di Indonesia ................................................................................ 120 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................... 126 A. Kesimpulan ................................................................................... 126 B. Implikasi ....................................................................................... 128 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 131 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................... 136
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network) ...............................................
Tebl 2.1
Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional ...................................................
Tebel 2.2
9
27
Perbandingan sistem pengitungan tabungan dan deposito Bank Syariah dan Bank Konvensional .................
29
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu .........................................................
60
Tabel 3.1
Uji ada tidaknya Autokorelasi dengan Dubin-Watson .......
76
Tabel 4.1
Uji Multikolinearitas dengan Metode Klien .....................
105
Tabel 4.2
Output White Heteroskedasticity-Test cross terms ............ 106
Tabel 4.3
Output White Heteroscedasticity-Test no cross terms........ 107
Tabel 4.4
Output Lagrange Multiplier-Test ...................................... 108
Tabel 4.5
Output Lagrange Multiplier-Test ...................................... 109
Tabel 4.6
Output Regresi untuk TM ................................................ 109
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1.1
Keterangan
Halaman
Perkembangan Asset Perbankan Syariah Periode tahun 2002 sampai April 2010 ..............
10
Gambar 2.1
Diagram Kerangka Pemikiran ...........................
65
Gambar 4.1
Output Histogram Normality test ....................... 104
xiii
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Keterangan
Halaman
Grafik 1.1
Perkembangan Inflasi Periode tahun 2002 sampai April 2010 ......................... 13
Grafik 2.1
Hubungan Suku Bunga dengan Tabungan dan Investasi................................................. 38
Grafik 2.2
Hubungan Pendapatan dengan Tabungan....................... 52
Grafik 4.1
Perkembangan Tabungan Mudharabah Periode Desember 2005 sampai April 2010................... 87
Grafik 4.2
Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Periode Desember 2005 sampai April 2010 ................... 91
Grafik 4.3
Perkembangan Inflasi Periode Desember 2005 sampai April 2010 ................... 95
Grafik 4.4
Perkembangan Pendapatan Nasional/PDB Periode Desember 2005 sampai April 2010 ................... 98
Grafik 4.5
Perkembangan SWBI Periode Desember 2005 sampai April 2010 ................... 101
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Data ..................................................................................
136
Lampiran 2
Regresi Awal .....................................................................
138
Lampiran 3
Uji Normalitas (Normality-test) .........................................
139
Lampiran 4
Uji Multikolinearitas dengan Regresi Auxiliary Nisbah Bagi Hasil .............................................................
140
Lampiran 5
Uji Multikolinearitas dengan Regresi Auxiliary Inflasi ......
141
Lampiran 6
Uji Multikoliniearitas dengan Regresi Auxiliary PDB .......
142
Lampiran 7
Uji Multikoliniearitas dengan Regresi Auxiliary SWBI .....
143
Lampiran 8
Uji Heteroskedastisitas dengan White test cross term .........
144
Lampiran 9
Uji Heteroskedastisitas dengan White test no cross term ....
145
Lampiran 10 Uji Autokorelasi dengan LM-test.......................................
146
Lampiran 11 Penanggulangan Autokorelasi dengan AR(1) .....................
147
Lampiran 12 Uji Autokorelasi dengan LM-test.......................................
148
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor pendukung pelaksanaan kebijakan moneter agar dapat dilakukan secara efektif adalah dengan adanya Lembaga Perbankan. Perkembangan dan kemajuan Lembaga Perbankan tercermin pada jenis pelayanan dan jumlah Lembaga Perbankan, meluasnya jaringan perbankan, meningkatnya kualitas bank dalam memobilitasi dana masyarakat dengan memberikan pinjaman pada sektor-sektor produktif, dan pengelolaan bank semakin efesiensi dan dinamisas. Dengan adanya
kemajuan tersebut,
menyebabkan Lembaga Perbankan sebagai salah satu lembaga pelantara antara unit-unit ekonomi yang membutuhkan dana dengan unit-unit yang memiliki dana. Lembaga Perbakan memiliki potensi dalam mendukung tercapaiannya kebijakan moneter yaitu menjaga stabilitas moneter, mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja serta menjaga kemantapan neraca pembayaran (Aulia Pohan, 2008:165). Lembaga
yang paling berperan dalam melaksanakan kebijakan
moneter adalah Bank Sentral (Bank Indonesia). Bank Sentral memiliki wewenang untuk bertindak sebagai otoritas moneter yang mengatur dalam mencetak dan mengedarkan uang dengan berkoordinasi pada pemerintah. Hal tersebut bertujuan untuk mengusahakan kestabilan internal maupun eksternal. Bank Sentral mampu bertindak sebagai banker bagi pemerintah
1
dan bank komersial dalam mempersiapkan kliring, penyeleseian cek dan transfer, membimbing dan melakukan ketertiban regulasi bank-bank komersial. Salah satu tindakan
yang dilakukan oleh Bank Sentral dalam
melaksanakan tiga instrumen kebijakan moneter. Pertama, operasi pasar terbuka (open-market operations) yaitu dengan cara menjual atau membeli obligasi pemerintah oleh Bank Sentral. Ketika Bank Sentral menjual obligasi ke publik dapat menurunkan basis moneter, maka jumlah uang yang beredar akan menurun. Kedua, memaksimalkan persyaratan cadangan (reserve requirement) adalah peraturan Bank Sentral yang menutut agar bank-bank memiliki rasio deposito (cadangan minimum). Cadangan akan meningkatkan rasio deposito (cadangan minimum) dan menurunkan pengganda (multiplier) uang serta jumlah uang yang beredar. Ketiga tingkat diskonto (discount rate) adalah tingkat suku bunga yang dikenakan bank sentra ketika memberi pinjaman bank-bank. Semakin kecil tingkat diskonto, semakin murah cadangan yang dipinjamkan, dan semakin banyak bank yang meminjam dengan tingkat diskonto, maka akan menurunkan basis moneter dan jumlah uang yang beredar (Mankiw, 2003:479-480). Bank Sentral berfungsi sebagai bank pemerintah untuk mengatur dan mengawasi bank-bank umum, serta mencetak dan mengedarkan uang ke masyarakat. Dan dari ketiga fungsi Bank Sentral tersebut terdapat fungsi
2
bank yang mengatur dan mengawasi bank umum seperti bank komersial. Bank komersial ini ada yang berbasis sistem bunga (Bank Konvensional) dan berbasis bagi hasil (Bank Syariah). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata“konvensional” adalah “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan” (Poerwadinata, 1976). Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman (Arifin, 2002). Dari beberapa pengertian tersebut, Bank Konvensional adalah bank yang dalam sistem operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu dan menjadi kebiasaan yang telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil. Bank Konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber dana tersebut merupakan pendapatan bank yang paling besar. Bank Konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk dalam menyerap dana masyarakat seperti tabungan, simpanan deposito, simpanan giro. Menabung adalah salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan setiap orang, karena hasil tabungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan usaha menjadi lebih besar daripada sebelumnya atau dapat digunakan untuk menanggulangi berbagai kebutuhan yang mendesak atau untuk berjaga-jaga di masa yang kan datang. Tabungan yang dilakukan 3
per-orang bukan hanya bermanfaat bagi penabung itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi negara dan masyarakat, karena tabungan tersebut dapat dijadikan modal usaha dan investasi pinjaman kepada orang lain. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1986), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau tabugan sama dengan pendapatan dikurangi dengan konsumsi (S=Y-C). Penelitian empirik menunjukkan bahwa orang kaya menabung lebih banyak daripada orang miskin. Pengertian “lebih banyak” di sini bukan hanya dalam jumlah nominal, tetapi juga dalam bentuk persentase dari seluruh pendapatannya (Samuelson dan Nordhaus, 1986). Orang yang sangat miskin jelas tidak akan mampu menabung sama sekali dan bahkan mungkin akan membelanjakan uang yang lebih banyak daripada pendapatannya. Untuk menutupi seluruh kebutuhan hidup mereka dengan menggunakan tabungan yang sudah ada sebelumnya atau dengan mengutang ke orang atau pihak lain (Paturrahman, 2007:4). Tabungan dan investasi dapat diinterprestasikan dalam kaidah penawaran dan permintaan. Dalam contoh kasus, “barang” adalah dana pinjaman (loanable fund), dan “harga” adalah tingkat bunga. Karena tabungan adalah penawaran dari dana pijaman (IS), dan rumah tangga meminjamkan tabungan mereka kepada investor atau menabungnya di bank yang kemudian bank tersebut meminjam dana dari pihak lain. Tingkat tabungan menyesuaikan dengan jumlah perusahaan yang ingin menanamkan modal
sama
dengan
jumlah rumah tangga yang ingin menabung. 4
Pada tingkat bunga equilibrium, keinginan rumah tangga untuk menabung seimbang dengan keinginan perusahaan untuk menanamkan modal. Sehingga jumlah dana pijaman yang ditawarkan sama dengan jumlah dana pinjaman yang diminta (Mankiw, 2003:57-58). Secara makro fungsi konsumsi dan tabungan dengan pendekatan Konvensional. Menurut Keynes, Konsumsi merupakan fungsi Pendapatan (C=f(Y)) dengan persamaan; C=a+bY,
dimana b=MPC. Perubahan
pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebih besar nol yang mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Dan jika perubahan MPC kurang dari satu maka mencerminkan kenaikkan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikkan pendapatan. Sedangkan menurut Milton Friedmsan,
S=-a+(1-b) Y, dimana (1-b)= MPS. MPS dapat diartikan
perbandingan antara tambahan tabungan (∆S) dengan pertambahan pendapatan (∆Y) sehingga MPS=∆S/∆Y (Nurul Huda dkk., 2008, 37-39). Dalam pendekatan Konvensional pada sistem ekonomi Kapitalis yang didominasi oleh sistem bunga khususnya negara barat. Dan hampir semua kerjasama dan perjanjian di bidang ekonomi dikaitkan dengan sistem bunga. Sistem bunga merupakan pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Tabungan (saving) menurut pandangan ahli ekonomi Klasik, adalah fungsi dari tingkat bunga.
Tingkat bunga yang
tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan 5
konsumsinya sekarang. Dan tabungan tersebut dapat dimanfaatkan untuk konsumsi di masa yang akan datang (Smithin, 1994:19). Sistem ekonomi Kapitalis yang terjadi pada Bank Konvensional yang pada akhirnya tidak mampu membayar tingkat suku bunga, mengakibatkan terjadinya kredit macet.
Dan non-performing financing
(NPF) Perbankan Indonesia telah mencapai 70%. Hal tersebut berdampak pada bula Juli 1997 sampai dengan 13 Maret 1999, pemerintah telah menutup sebanyak 55 bank. Bank BUMN dan BPD harus ikut direkapitulasi. Dari 240 bank yang ada sebelum terjadi krisis moneter, hanya 73 bank swasta dapat bertahan tanpa bantuan pemerintah. Bank tersebut dinyatakan sehat dan sisanya terpaksa pemerintah harus meliquidasinya. Dan
salah
satu dari 75 bank tersebut, terdapat Bank
Mu’amalat Indonesia (BMI) yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia karena bank tersebut memiliki sistem tersendiri dari bank-bank lain yaitu adanya penerapan sistem operasional bank dengan sistem bagi hasil (Amin, 2009: 62). Bank Mu’amalat Indonesia (BMI) menjadikan awal berdirinya Bank Islam (Bank Syariah), banyak perbankan yang meragukan adanya eksistensi Bank Islam. Di tengah-tengah Bank Konvensional yang masih berbasis sistem bunga sedang menanjak dan menjadi pilar ekonomi Indonesia. Dan Bank Syariah mencoba memberi pernyataan untuk menjawab keraguan yang sering timbul dari semua pihak baik masyarakat 6
maupun pemerintah. Pada awal tahun 1997, dimana Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan dan menjadikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi terpuruk. Sehingga muncul Bank Syariah yang menjadi salah satu penggerak dalam mengurangi keterpurukan tersebut. Perkembagan Lembaga Keuangan Syariah (financial market syariah), baik itu pasar uang maupun pasar modal (capital market) Syariah sekarang ini sudah marak didunia khususnya pada negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Dalam hal Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, yang sangat mendukung perkembangan Bank Islam terletak pada Lembaga Perbankan Syariah, maupun Asuransi dan sekarang diikuti dengan munculnya Lembaga Pegadaian Syariah (Hamid, 2009:1) Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah (UU No. 10/1998). Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist, tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsipprinsip utama yang diikuti oleh Bank Islam adalah larangan riba (suku bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah dan sesuai kesepakatan bersama (Sudarsono, 2003:22). 7
Dalam sistem Keuangan Syariah, Bank Sentral menjadi pusat Perbankan Syariah secara otonom bertanggung jawab dalam merealisasikan sasaran sosio-ekonomi dalam perekonomian Islam. Bank sentral merupakan institusi primer yang bertanggung jawab mengimpelementasikan kebijakan moneter negara, dengan tujuan untuk mencapai keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan pendapatan/kesejahteraan bagi seluruh rakyat atas dasar rasa persaudaraan yang universal. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan kebijakan Bank Indonesia dalam mengendalikan moneter berdasarkan prinsip Syariah sebagaimana diamanatkan Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah atas penggantian Undang-undang No. 2 Tahun 2008 dengan tujuan agar dapat mencapai kestabilan nilai rupiah untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Dengan cara Bank Indonesia melakukan Operasi Moneter Syariah (OMS) untuk mempengaruhi kecukupan liquiditas Perbankan Syariah. Operasi Moneter Syariah (OMS) adalah merupakan pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka mengendalikan kebijakan moneter malalui kegiatan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan mengeluarkan standing fasilitas berdasarkan prinsip Syariah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dalam mengatasi kelebihan liquiditas yang dialami oleh Bank Syariah yaitu dengan dikeluarkannya Sertifikat Wadi’ah Bank 8
Indonesia
(SWBI) atau sekarang dikenal dengan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS). Dan apabila Bank Syariah mengalami kekurangan liqiuditas pada jangka pendek dapat dimanfaatkan Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS) yang antara lain seperti Investasi Mudharabah antarbank (IMA). Sebagai financial intermediary institution Perbankan Syariah menawarkan beberapa produk, baik produk yang berupa penghimpunan dana (funding) yang meliputi; wadiah dan mudharabah, penyaluran dana (financing), seperti; jual-beli (murabahah,salam, dan istisna'), ijarah, bagi hasil (musyarakah dan mudarabah) maupun jasa-jasa lainnya (services) berdasarkan prinsip Syariah, seperti hiwalah, rahn, kafalah, dan sarf. Dari sisi perkembangan jaringan kantor Perbankan Syariah saat ini terdapat 9 Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 144 Bank Perkreditan Rakyat (BPRS). Dan Total BUS dan UUS pada tahun 2010 mencapai 1499
kantor. Berikut ini adalah perkembangan
Kelembagaan Perbankan Syariah. Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network ) Kelompok Bank 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 BUS 2 2 3 3 3 3 5 UUS 6 8 15 19 20 26 27 BRPS 83 84 88 92 105 114 131 BUS dan UUS 127 253 355 550 637 783 1024 *) s.d April 201 Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah
2009 6 25 139
*) 2010 9 25 144
1223
1501
9
Sedangkan dari sisi aset, perkembangan Perbankan Syariah pada tahun 2002 mencapai Rp 4 triliun. Dan pada April 2010 mencapai 78 tariliun, atau dalam delapan tahun mengalami penambahan 19 kali lipat. Lihat gambar 1.1.
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syaria Gambar 1.1 Perkembangan Asset Perbankan Syariah Periode tahun 2002 sampai April 2010
Karena Bank-Bank Islam telah mengadobsi sistem dan prosedur dalam Perbankan Konvensional, maka sepanjang praktek Perbankan Konvensional tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipi Islam itu dinyatakan boleh dalam Islam. Salah satu yang menjadi ciri khas dari Perbankan Syariah adalah sistem bagi hasil (nonbunga) untuk pembagian keuntungan. Yang besarnya bagi hasil (Profit Sharing) ditentukan diawal perjanjian kesepakatan. Dan berbeda dengan bunga, yang prosentase bagi 10
hasil belum tentu sama tiap bulannya. Dalam menghimpuan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Perbankan Syariah tidak terlepas dari faktor-faktor seperti Nisabah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional (PDB) dan SWBI. Prinsip bagi hasil (Profit Sharing) merupakan karakteristik umum dari operasional Perbankan Syariah secara keseluruhan. Secara Syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al mudharabah. Dimana Bank Syariah berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun pengusaha yang meminjam dana. Dengan menabung, bank akan bertindak sebagai shahibul maal
(pemilik dana). Dan diantara keduanya mengadakan akad
mudharabah
yang membagi keuntungan denagn bagi hasil (Ghafur W,
2003:71). Diantara produk yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam penghimpunan dana adalah giro, tabungan dan deposito sebagi salah satu sumber pendanaan bagi operasonal bank. Dan dimaksud dengan tabungan Syariah adalah tabungan yang dijalankan dengan merujuk pada prinsipprinsip Islam yaitu Mudharabah dan Wadiah. Selain tingkat nisbah bagi hasil, inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nila tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali. Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 11
13,20%. Adapun terganggunya sektor riil terlihat pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian. Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih) mengalami kontraksi. Sektor konstruksi mengalami kontraksi terbesar yaitu 36,4%. Disusul kemudian sektor keuangan sebesar 26,6%. Inflasi sebenarnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang. Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang
kemudian
berpengaruh
terhadap
realisasi
pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi. Secara makro Keynes menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Khan (1995) membagi pendapatan masyarakat menjadi dua yaitu pendapatan yang berada diatas nisab (Yu = upper classes/golongan kaya) dan pendapatan yang berada dibawah nisab (YL= lower classes/golongan miskin). Persamaan C*=AO+AU Yu, AO dan AU = golongan kaya (upper classes). Pendapatan yang mengalami peningkatan (E2), sehingga model Khan (AO=AO + E2). Untuk MPC apabila area a1 lebih besar dibandingkan dengan area au, hal ini terjadi karena pendapatan yang digunakan rumah tangga berkurang sebesar yang untuk cause of Allah (E2). Sehingga kalau dikombinasi model Keynes dengan Khan adalah C*=(ao+E2)+a1 (Yu-E2). (Nurul Huda dkk., 2008:40) 12
Selain tingkat pendapatan masyarakat, tabungan juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Untuk mengetahui tingkat perkembangan inflasi dapat dilihat pada grafik 1.1.
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Grafik 1.1
Perkembangan Tingkat Inflasi Periode tahun 2002 sampai April 2010
Pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2005 tingkat inflasi mencapai 17,11%, tetapi pada tahun 2006 tingkat inflasi turun drastis mencapai 6,60% dan tahun 2007 mencapai 6,59%. Dan pada tahun 2008 tingkat inflasi naik lagi sebesar 11,06%. Pada tahun 2009 turun drastis lagi mencapai 2,78 dan sampai bulan Maret 2010 inflasi naik lagi sebesar 3,43%. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu perbedaan utama antara Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah adalah tingkat suku bunga (Perbankan Konvensional) dan tingkat bagi hasil (Perbankan Syariah). Bisa dikatakan bahwa sistem bagi hasil dalam sistem Perbankan Syariah merupakan pengganti suku bunga di dalam sistem Perbankan Konvensional.
13
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional (PDB), dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia? 2. Variabel mana yang paling berpengaruh dalam penelitian ini apakah Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional (PDB), atau SWBI terhadap Tabungan Mudharabah? 3. Bagaimana mengatahui pengaruh Makroekonomi terhadap Perbankan Syariah di Indonesia dan Arah Kebijakannya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional (PDB), dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia. b. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah. c. Untuk mengatahui pengaruh Makroekonomi terhadap Perbankan Syariah di Indonesia dan Arah Kebijakannya. 14
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah: a. Memberikan ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya pada Bank Indonesia dan Perbankan Syariah pada khususnya. b. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam hal menyimpan kekayaannya dalam bentuk tabungan. c. Mampu
memberikan
pemahaman
bagi
penulis
mengenai
pengelolaan dana dan penghimpunan dana pada produk yang ditawarkan Perbankan Syariah. d. Mampu dengan
mengaplikasikan Nisbah
Bagi
teori–teori
Hasil,
Inflasi,
yang
berhubungan
Pendapatan
Nasional
(PDB) dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dan memperbandingkannya
dengan
kondisi
yang
ada
dalam
pencapaian tujuan penelitian. e. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan yang ada di Perbankan Syariah.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekonomi Islam a. Konsep Dasar Ekonomi Islam Islam sebagai konsep atau sistem hidup bersifat integratif dan komprehensif (kaffah). Dimana Islam merupakan ajaran yang mengatur kehidupan dalam ruang lingkup akidah, ibadah, dan semua bentuk transaksi khususnya pada hal yang berkaitan dengan masalah aktivitas ekonomi. Dengan bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist (Abu Bakr Jabir Al-Jabir, 2001). Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 208
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
16
Aktivitas ekonomi dalam bermuamalah dapat dirujuk dalam bahasa keilmuan Islam, yang biasanya lebih diidentifikasikan pada kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip dalam bermuamalah (nilai dan aturan Islam). Menurut Imam
as-Shatibi
mengatakan
bahwa
tujuan
dari
Syariah
adalah
meningkatkan kesejahteraan (welfare/falah) seluruh umat manusia dengan memberi dampak maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun spiritual yang dapat mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Maslahah terdiri dari pandangan agama (dien), diri manusia (nafs), akal (aql), keturunan (nasl) dan harta (maal) (P3EI, 2008: 43). b. Definisi Ekonomi Islam Menurut para pakar ekonomi Islam, istilah ekonomi Islam definisi sebagai berikut: 1) Dr. Muhammad bin Abdullah al Arabi, mendefinisikan “ bahwa ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita dapat dari Al-Qur’an, Sunnah, dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu” ( Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, 2004:14). 2) Dr. Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan “ bahwa ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi
sesuai
dengan
pokok-pokok
Islam
dan
politik
ekonominya”(Heri Sudarsono, 2002:3). 3) MM. Metwally, mendefinisikan “bahwa ekonomi Islam sebagai ilmu 17
yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an, Hadist, ijma’ dan Qiyas” (P3EI, 2008:18). 4) M. Akram Khan, mendefinisikan ” bahwa ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi
yang
bertujuan
mempelajari
kesejahteraan
manusia
(falah/welfare) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi” (Ali Sakti, 2007:13). Sedangkan menurut Jati (2004), terdapat dua bagian besar dalam ekonomi yang harus dipisahkan, yaitu ilmu ekonomi dan sistem ekonomi. Hal yang paling penting adalah Ilmu ekonomi karena berkaitan dengan pengaturan masyarakat dari segi pemenuhan kebutuhan harta kekayaan dan kegiatan untuk memperbanyak jumlah barang dan jasa serta bagaiman menjaga pengadaannya (produksi). Ilmu ekonomi tidak dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya harta kekayaan, tetapi hanya berhubungan dengan tata kerja (mekanisme) pendistribusianya. Sedangkan dari segi sistem hanyalah merupakan salah satu aspek pengaturan hidup manusia dalam masyarakat dan negara khususnya bagaiman mengelola mekanisme pendistribusian harta kekayaan (Ali Sakti, 2007:56). Menurut Munawar Iqbal, bahwa keadilan distribusi (distributive justice) Islam adalah jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, ketidakmerataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan individu. Ada juga yang berpendapat bahwa keadilan itu adalah kepada masing-masing 18
bagian yang sama, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan usahanya, sesuai dengan konstrubusi sosial, dan sesuai dengan kelebihannya (Badroen dkk., 2006:49). c. Karakteristik Ekonomi Islam Karakteristik ekonomi Islam tercermin dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang dapat disimpulkan menjadi empat prinsip utama sesuai dalam Al-Quran: ( Ali Sakti, 2007:70 ) 1) Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and luxurius living), yaitu tindakan-tindakan dalam berekonomi hanyalah untuk memenuhi kebutuhan
(needs) bukan memuaskan keinginan
(want). 2) Implementasi zakat (implementation of zakat), yaitu sistem yang wajib (obligatory zakat sistem)
bukan sistem sukarela (voluntary zakat
sistem), seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah. 3) Penghapusan/pelanggaran riba (prohabition of riba), gharar dan maisir, seperti praktek sistem kredit (credit system) dengan menggunakan tingkat bunga bank (interest rate). Dan Islam menggantikannya menjadi sistem bagi hasil (profit-loss sharing) seperti dalam pembiayaan mudharabah dan musyarakah. 4) Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct) baik itu mulai dari produk dan komoditi, manajemen, proses produksi sampai proses sirkulasi harus ada dalam kerangka halal.
19
Di negara Indonesia ekonomi Islam selalu di identikkan dengan Perbankan Syariah. Sehingga Perbankan Syariah ikut berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia. 2. Perbankan Syariah a. Pengertian Bank Syariah Istilah Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat diartikan peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua kata tersebut menjelaskan dari dua fungsi dasar pada bank komersial yaitu menyediakan tempat untuk menitipkan uang secara aman
(safe keeping function) dan menyediakan alat pembayaran
(transaction function) (Zainul Arifin, 2006:2). Menurut G.M. Verryn Stuart yang mendefinisikan Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan peredaran alat-alat penukar baru berupa uang giral (Irmayanto, 2004: 34). Beberapa definisi Bank Syariah sebagai berikut: 1) Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit-kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang sistem operasinya didasarkan pada prinsipprinsip Syariah Islam (Sudarsono, 2003:22).
20
2) Bank Syariah adalah bank yang beropersi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam, yakni bank yang peroperasianya mengikuti ketentuan Syariat khususnya menyangkut tata cara mu’amalat secara umum (Perwaatmadja dan Antonio, 1999:2). 3) Menurut Warkum Sumitro, Bank Syariah adalah bank yang tata operasinya didasarkan pada tata cara mu’amalat secara Islam, yakni mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist (Sumitro, 2004:12). 4) Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip-prinsip Syariah (Rodoni dan Hamid, 2008:14). Sehingga dari beberapa definisi diatas dapat kesimpulan bahwa Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa dalam melalukan pinjaman maupun pengimpunan dana dengan cara lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam.
b. Sumber Dana Bank Syariah Produk-produk Perbankan Syariah dalam penghimpunan dana dan pembiayaan lainnya yaitu ( Zainul Arifin, 2006:145). 1) Giro (damand deposit) adalah simpanan bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat. Uang yang disimpan direkening giro dapat
21
diambil sewaktu-waktu setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan antara pemilik modal (shahibul mal). 2) Deposito adalah investasi berdasarkan akad mudharabah atau dengan akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariat Islam. Uang dalam penghimpunan ini penarikan uang hanya bisa dilakukan suatu waktu berdasarkan akad nasabah penyimpanan. Dana dapat ditarik dengan cek, bilyet dan lain-lain. 3) Tabungan (saving deposit) adalah simpanan yang penarikanya harus dapat dilakukan menurut syariat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet dan lain-lain. tabungan ini hanya bisa ditarik dengan cara nasabah membawa buku rekening tabungan, slip pembayaran atau lewat ATM. c. Fungsi Modal Bank Syariah Sedangkan menurut Breton C. Leavit fungsi modal pada bank ada empat yaitu: (Zainul Arifin, 2006:138). 1) Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransi, pada saat bank mengalami keadaan insolvable dan likuiditas. 2) Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperaasi meskipun mengalami kerugian. 3) Untuk memperoleh sarana fisik dan kebuthan dasar lainnya guna penawaran pelayanan bank.
22
4) Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat. d. Fungsi dan Peran Bank Syariah Fungsi dan peran Bank Syariah yang tercantum dalam pembukuan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organizing for Islamic Financial Institution),yaitu sebagai berikut: (Sudarsono, 2002:39-40). 1) Manajer investasi, Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
2) Investor, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana
yang
dimilikinyamaupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syariah dapat melalukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagimana mestinya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas Keuangan Syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
23
Berikut ini adalah peran Bank Syariah pengembangan ekonomi pada suatu negara yaitu sebagai berikut: (Amin, 2009:76) 1) Peran Perbankan Syariah dalam Perekonomian Nasional Alasan masyarakat memerlukan bank adalah karena lembaga perbankan bisa memainkan perannya sebagai lembaga intermediasi antara penyimpan dan peminjam dana. Karena itu peran bank dalam perekonomian sebuah negara yaitu dengan melihat seberapa besar peran intermediasi yang dapat dimainkan oleh bank, dimana Perbankan Syariah juga tidak terlepas dari peran ini. 2) Peran Perbankan Syariah dalam Mendukung UMKM Pemberdayaan ekonomi rakyat atau Usaha kecil Menengah (UKM) dilihat dari tiga sisi yaitu pemberdayaan dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi rakyat berkembang, pemberdayaan dilakukan untuk memperkuat potensi ekonomi atau daya yang dimiliki keluarga (meningkatkan taraf hidup pendidikan, kesehatan, dan akses terhadap kemajuan ekonomi; tehnologi, informasi, dan lapangan kerja), pemberdayaan melalui perkembangan ekonomi rakyat dengan melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat (Muhammad, 2005:111-112). 3) Peran Perbankan Syariah dalam Memacu Investasi Domestik Investasi menjadi kunci utama suatu negara yang menghendaki kegiatan pembangunan yang memberikan banyak banfaat bagi warga 24
negara. Kebutuahan investasi yang besar harus mampu menyediakan dana yang cukup besar juga dalam mewujukan pembanguna nasional. Hal tersebut di negara
yang berkembang masih
menghadapi kendala dan keterbatasan pendanaan ini dapat berupa Penanaman Modal asing (PMA) seperti menanaman modal asing secara langsung (Foreign Direct Investement/) maupun Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN). 4) Peran Perbankan Syariah dalam Menggerakkan ZIS Mozer Khaf mengungkapkan bahwa perbedaan kekayaan yang dimiki manusia dikarenakan oleh potensi dan usaha yang dilakukannya merupakan suatu keadilan. Sebagai wujudkan keadilan dan solidaritas antara manusia yang mampu dengan manusia yang tidak mampu, Bank Syariah selain menjalankan fungsi intermediasi juga dapat berperan ganda sebagai agen perubahan sosial. Perbankan Syariah berpotensi menjadi mitra muzakki (orang-orang yang mengeluarkan zakat); mengelola dan menyalurkan dana sosial dalam bentuk zakat, infak, sedekah (ZIS) secara profesional (Amin, 2009: 78). e. Tujuan Bank Syariah Bank Syariah mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berilut: (Gemala Dewi, 2005:90). 1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba 25
atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yaang mengandung unsur gharar (tipuan) yang dimana hal tersebut sangat dilarang dalam ajaran Islam. 2) Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan tujuan untuk memeratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan antara pihak yang memiliki modal dengan pihak yang membutuhkan modal. 3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin dengan mengarahkan kegiatan usaha produktif untuk menuju terciptanya kemandirian usaha. 4) Untuk menanggulagi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program
utama dari negara-negara
yang
berkembang.
Perbankan
mengentaskan
Upaya
Syariah dalam
sedang
kemiskinan berupa pembinaan nasabah seperti; program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan modal, kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan melalui aktivitas Perbankan Syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang tidak sehat antara lemabaga keuangan. 26
6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank nonSyariah. f. Sistem Perbankan Syariah Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki persamaan dalam sisi tehnis pada penerimaan uang, mekanisme transfer, dan tehnologi computer. Namun terdapat juga perbedaannya lihat tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
No. 1
Perbedaan Bunga
Perbankan Syariah Berbasis revenue/profit loss sharing
Perbankan Konvensional Berbasis bunga
2
Resiko
Risk sharing
3
Operasional sektor riil
Anti risk (management risk) sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil
No. 4
Perbedaan Produk
Perbankan Konvensional Produk tunggal (kredit)
5
Pendapatan
6
Negative spread
Perbankan Syariah Multi produk (jual beli, bagi hasil, dan jasa) Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan Tidak mengenal negative spread
7
Dasar Hukum
Al-Qur’an, sunnah, fatwa ulama, Bank Indonesia dan Pemerintah
Pemerintah dan Bank Indonesia
Pendapatan diterima deposan tidak terkait langsung dengan pendapatan yang diterima bank dari kredit Mengenal negative spread
27
No.
Perbedaan
8
Falsafah
9
10
11 12
Perbankan Syariah
Perbankan Konvensional
Tidak berdasarkan atas bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidakjelasan (grarar) Operasional - Dana masyarakat (DPK) berupa titipan (wadiah dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika 'diusahakan’terlebih dahulu - Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan Aspek Dinyatakan secara Hukum eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah(DPS)
Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Uang
Uang adalah komoditi selain itu sebagai alat pembayaran
Uang bukanlah komoditi tetapi hanyalah alat pembayaran
- Dana masyarakat (DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada setiap saat jatuh tempo - Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menguntungkan
Tidak diketahui secara tegas
Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Sumber: (Rodoni dan Hamid:2008) Dari perbedaan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional dibawah ini terdapat tambahan perbedaan yaitu pada aspek lembaga penyeleseian sengketa seperti; Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan oleh Jaksa Agung Republik Indonesia (RI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) (Edwin dkk., 2006:294). 28
Tabel 2.2 Perbandingan sistem pengitungan tabungan dan deposito Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah 1. Besar
kecilnya
tergantung: Nisbah
bagi
bagi
Pendapatan hasil
Bank Konvensional hasil 1. Besar bank, Nominal
kecilnya
bagi
hasil
terantung pada: - Tingkat bunga yang berlaku
deposito/tabungan nasabah, Ratarata saldo deposito/tabungan, dan Jangka waktu deposito/tabungan.
- Nominal deposito/tabungan - Jangka waktu deposito
Bank Syariah Bank Konvensional 2. Bank Syariah memberikan 2. Semua bunga yang diberikan keuntungan dengan nasabah kepada deposan menjadi beban melalui pendekatan LDR (Loan to biaya langsung. Deposit Ratio), yaitu 3.Tanpa perhitungan besar kecilnya mempertimbangankan rasio antara pendapatan yang diperoleh dari dana pihak ketiga dengan dana yang dihimpun. pembiayaan yang diberikan. 4. Konsekuensinya, bank harus menambahi pembayaran bunga 3. Dalam Perbankan Syariah LDR bila dari peminjam ternyata bukan saja mencerminkan lebih kecil dibandingkan dengan keseimbagan tetapi juga keadilan, kewajiban bunga deposan kerana bank benar-benar (negative spread=keuntungan membagikan hasil riil dari dunia negatif/rugi) usaha (loan) kepada penabung 4. (deposit) Sumber : (Ghafur w, 2007)
g. Produk dan Jasa Perbankan Syariah Pada dasarnya produk dan jasa Perabankan Syariah sebagai berikut: (Ascarya, 2007:111-119) 29
1) Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. 2) Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsipnya diketahui dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang. 3) Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang) tetapi pembayaran di muka atau secara berangsur-angsur. 4) Ijarah adalah kegiatan penyewaan/mengambil manfaat suatu barang dengan imbalan tertentu. Bila terdapat kesepakatan pengalihan kepemilikan pada akhir masa sewa disebut ijarah mumtahiya bi tamlik (operating lease). 5) Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan dan kerugian dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. 6) AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi 30
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. 7) Al-Wakalah (Amanat) atau (wakilah) artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat. 8) Al-Kafalah (Garansi Bank) merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain seperti pembiayaan dengan jaminan seseorang. 9) Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau faktoring. 10) Ar-Rahn (gadai) merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. 11) Wadi’ah (titipan) ada dua Wadi’ah amanah berprinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sedangkan wadi’ah 31
dhamanah berprinsip bahwa pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia beleh memenfaatkan harta titipan tersebut seperti giro. 12) Sharf (Jual Beli Valuta Asing), adalah pertukaran/jual beli antara uang yang berbeda dengan penyerahan segera/spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran. Sharf
hanya bisa dilakukan hanya untuk tujuan lindung nilai
(hedging) dan tidak untuk spekulatif.
h. Keunggulan Perbankan Syariah Keunggulan Perbankan Syariah adalah sebagai berikut: (Rodoni, 2009:143). 1) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak bank, tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip ini kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan. 2) Dengan menggunakan prinsip bagi hasil, apabila perusahaan hendak menaikkan usahanya tetapi kekurangan modal dapat mengajukan kredit dengan baik, sehingga dapat menerima modal dengan resiko yang lebih rendah daripada dengan pinjaman kredit biasanya. 3) Dapat mendorong para pengusaha kecil untuk dapat lebih mengembangkan usahanya dengan baik yaitu dengan adanya bantuan dari pihak Bank Syariah.
32
4) Resiko kerugian yang diterima baik nasabah maupun bank dengan menggunakan prinsip bagi hasil. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dibagi menurut perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 5) Pihak
bank
akan
mendapatkan
banyak
nasabah
dengan
menggunakan prinsip bagi hasil, karena adanya kemudahankemudahan (misalnya tanpa agunan) yang diberikan oleh bank dan juga akan menaikkan keuntungan yang besarnya sesuai dengan perjanjian yang dilakukan. 3. Teori Tabungan a. Tabungan secara Konvensional Tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan untuk pemuasan kebutuhan-kebutuhan
sekarang. Menurut Undang-
undang No. 14 Tahun 1987 tentang pokok perbankan BAB 1, Pasal 1. Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank, yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Menurut
teori Klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat
bunga dimana pergerakkan tingkat bunga akan mempengaruhi tabungan (saving). Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat suku bunga. Kelebihan tabungan masyarakat muncul karena terdapat aliran dana dari pemerintah ke masyarakat melalui anggaran defisit dan aliran luar negeri ke masyarakat dari surplus
33
perdagangan. Perbedaan antara penerimaan pemerintah bersih dan pengeluaran pemerintah pemerintah/daerah
adalah
ditambah
tabungan
tabungan
pemerintah.
Tabungan
masyarakat/daerah
adalah
tabungan nasional(Mankiw, 2003:59). Jika tabungan melebihi investasi (S > I), transaksi berjalan surplus. Hal ini karena surplus perdagangan yang berarti peningkatan penerimaan masyarakat meningkatkan tabungan. Sementara, investasi lebih besar dari tabungan membuat transaksi berjalan defisit. Hal ini terjadi kekurangan tabungan menimbulkan kebutuhan aliran modal masuk
(capital inflow).
Bila perekonomian mengalami defisit perdagangan dan meminjam dari negara lain atau mengalami surplus perdagangan dan memberi pinjaman kepada negara lain. Dalam perekonomian tertutup tingkat bunga dunia berpengaruh besar dalam kesimbangan antara tabungan domestik dan investasi domestik. Pada perekonomian terbuka kecil mempunyai dampak yang amat kecil terhadap tingkat suku bunga dunia karena perekonomian terbuka kecil berpengaruh terhadap tabungan dunia dan investasi dunia. b. Tabungan di Perbankan Syariah Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah (titipan), bagi hasil (mudharabah) atau dengan akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Penarikan uang tersebut hanya dapat dilakukan menutut syarat-syarat dan ketentuan tertentu (Antonio, 2001:45). 34
Adapun beberapa definisi Tabungan Mudharabah sebagai berikut: 1. Tabungan mudharabah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam hal ini Bank Syariah mengelola dana
yang
diinvestasikan
oleh
penabung
secara
produktif,
menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama. Apabila tabungan hanya ditimbun tanpa diinvestasikan, maka bagaikan harta yang tidak berguna karena Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia/tidak diinvestasikan (Karim, 2004:18). 2. Menurut Muhammad tabungan mudharabah adalah dana yang disimpan akan dikelola oleh pihak bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan,dan keuntungan tersebut akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. Tabungan tersebut dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mngalami saldo negatif (Adrian Sutedi, 2009:77). Standarisasi Akad Tabungan Mudharabah adalah sebagai berikut: (Ascarya, 2007:228) 1) Pada setiap penerimaan nasabah baru, bank berketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan esensi tabungan mudharabah serta 35
kondisi penerapannya seperti bentuk investasi nasabah ke bank, definisi dan terminologi, keikutsertaan dalam skema penjaminan, profit sharing atau profit revenue, term and conditions dan tata cara perhitungan bagi hasil. 2) Bank wajib meminta nasabah untuk mengisi formulir jika tidak terjadi akad yang disertakan. 3) Nasabah wajib menandatangani formulir permohonan tersebut sebagai bukti adanya kehendak dari pihak pemilik dana untik menyerahkan dananya kepada bank pengelola. 4) Apabila bank setuju, bank wajib menandatangani formulir tersebut sebagai bukti adanya kesanggupan pihak bank sebagai pihak yang mengelola dana. 5) Nasabah wajib menyetorkan dana sebesar nominal yang ditulis dalam formulir permohonan sebagai bukti investasi tunai bukan utang serta menegaskan julah investasi yang sesuai dengan yang disepakati. 6) Apabila terjadi adanya perubahan nisbah bagi hasil untuk periode mendatang. Maka bank wajib mengumumkan sebelum nsbah bagi hasil tersebut diberlakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai kebijakan bank.
36
7) Bank wajib mengumumkan pendapatan akan bagi hasil (basis angka, share base) yang menjadi acuhan pembagian hasil pada setiap dilakukannya proses pembagian hasil oleh bank untuk periode tertentu. 8) Tabungan hanya dapat ditutup setelah periode investasi berakhir. 4. Teori Bagi Hasil a. Teori Bagi Hasil secara Konvensional Bagi hasil adalah suatu prinsip pembagian laba (keuntungan) yang diterapkan dalam kemitraan kerja dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat akan kerjasama. Jika laba (keuntungan) tersebut porsi bagi hasilnya sesuai dengan konstribusi modal masing-masing dan sesuai yang telah disepakati bersama. Bagi hasil dalam Perbankan Konvensional adalah berupa tingkat suku bunga. Jadi semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar pula keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluaran, sehingga
akan
menambah
besar
tingkat
tabungannya
guna
mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin dibutuhkan di masa yang akan datang. Jadi tingkat suku bunga menurut teori Klasik adalah sebagai balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya (Mankiw, 2003:58)
37
Suku bunga
Kelebihan tabungan
S
r1 r0
E I
r2
Kelebihan permintaan Investasi
S=I Grafik 2.1 Hubungan Suku Bunga dengan Tabungan Suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi dan tabungan yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan dana dari pemilik modal. Bagi investor bunga deposito menguntungkan karena suku bunganya yang relatif lebih tinggi dibandingkan bentuk simpanan lain, selain itu bunga deposito tanpa resiko (risk free). Kebijakan bunga rendah akan mendorong masyarakat untuk memilih investasi dan konsumsinya daripada menabung, sebaliknya kebijakan meningkatkan suku bunga simpanan akan menyebabkan masyarakat akan lebih senang menabung daripada melakukan investasi atau konsumsi.
b. Teori Bagi Hasil di Perbankan Syariah
Sistem ekonomi Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha, harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak
38
kerja sama (akad), sesuai porsi masing-masing pihak, misalkan 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan 80% bagi pengelola dana (mudharib). Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan:”distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”. Hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan/bulanan (Muhamad, 2004:18). Metode bagi hasil terdiri dari dua sistem: (Antonio, 2002:191) 1) Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dihitung dari pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. 2) Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana berdasarkan bagi hasil yang akan
39
didistribusikan dihitung dari total pendapatan bank sebelum dikurangi dengan biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil yaitu: (Karim, 2004:198) 1) Prosentase Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1. 2) Bagi Untung dan Bagi Rugi Karakteristik
akad mudharabah yang tergolong ke dalam
kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya keci, maka akan mendapat bagian yang kecil juga. 3) Jaminan Ketentuan pembagian kerugian, bila kerugian yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena karakter buruk, misalnya karena mudharib 40
lalai
dan
atau
melanggar
persyaratan-persyaratan
kontrak
mudharabah, maka shahib al-maal tidak perlu menanggung kerugian seperti ini. 4) Menentukan Besarnya Nisbah Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masingmasing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan 99:1. Besar-kecilnya tingkat bagi hasil Tabungan Mudharabah yang dinikmati oleh nasabah pemegang rekening Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah, prosentase nisbah, saldo rata-rata, dan keuntungan bank.
Sehingga
diperoleh
perhitungan
bagi
hasil
Tabungan
Mudharabah dengan rumus: (Karim, 2007:101) .................................................................(1) Dimana SRRN= saldo rata-rata nasabah, TSRR= total saldo rata-rata, P=keuntungan (Profit), dan NBH= nisbah Bagi hasil (%).
c. Hubungan Bagi Hasil dengan Tabungan Besar kecilnya imbalan nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakata pada kedua belah pihak atau beberapa pertimbangan. Karena tabungan mudharabah adalah bentuk pengimpunan dana yang tingkat keuntungan yang tidak pasti maka menggunakan equivalent 41
rate dari bagi hasil yang tergolong NUC (Natural Certainty Contracts). Jadi dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi nisbah bagi hasil (equivalent rate nisbah) semakin tinggi pula dana tabungan yang kan terhimpun (Karim, 2007:295).
5. Inflasi a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikkan harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama sebagai akibat dari ketidakseimbangan arus barang dan jasa seiring dengan nilai mata uang yang turun secara tajam. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya, kebalikan dari inflasi disebut deflasi. (Tajul Khalwaty, 2000:11).
Tingkat inflasi adalah perubahan presentase dalam seluruh tingkat harga yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara. Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. IHK adalah suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen.
Bank Sentral melakukan ekspansi moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka tindakan tersebut akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap laju inflasi dan keseimbangan neraca pembayaran. Tetapi apabila pemerintah melakukan pengetatan kebijakan moneter dalam mengendalikan laju inflasi, maka akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatkan pengangguran.
Trade off yang dikemukan dalam teori Philips, yang menjelaskan Philips Curve yaitu kurva yang menghubungkan antara tingkat inflasi dengan tingkat penganguran. Laju inflasi tidak hanya menurunkan daya beli masyarakat tetapi juga menganggu kestabilan ekonomi makro lainnya, seperti mengganggu keseimbangan neraca pembayaran dan memperlemahkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang terhadap negara lain. laju inflasi dapat dikendalikan pada tingkat level yag cukup rendah. Namun dalam jangka pendek tradeoff penurunan
inflasi
dengan
penurunan
pertumbuhan
antara ekonomi.
Sementara jangka panjang pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat yang sustainabel (Maankiw, 2003:351).
42
Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumus adalah sebagai berikut: (Mankiw, 2002:32)
.................................................(2)
b. Penyebab terjadinya Inflasi
Ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu terdiri dari: (Sukirno, 2004:333-336) 1) Inflasi tarikan permintaan (demand-full inflation) merupakan inflasi yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregat (AD↑) dari barang dan jasa dalam perekonomian. Mengakibatkan ekonomi menghadapi pengangguran yang tinggi pada kesempatan penuh. Perekonomian mengalami tidak mampu menaikkan produksi maka agregat permintaan naik dan harga juga naik. Selain itu adalah tingkat ekspor tinggi menyebabkan pendapatan naik terus menerus, konsumsi dan belanja negara juga naik. Sehingga berakibat perusahaan investasi semakin meningkat pada kesempatan kerja penuh. 2) Inflasi desakan biaya (Cost Push Inflation) merupakan jenis inflasi yang terjadi karena perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregat (AS↓) dari barang dan jasa pada perekonomian. Tingkat kesempatan kerja
43
penuh pada saat perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimal dan pengangguran tenaga kerja rendah. Sehingga menyebabkan peningkatan biaya produksi. Biaya produksi naik mengakibatkan harga naik karena harga naik maka daya beli masyarakat menjadi kurang. 3) Impoerted Inflation dan Domestic Inflation merupakan bentuk inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga minyak 3x lipat tahun 1973 yang dilakukan untuk negara Timur Tengah seperti minyak Petroleum merupakan sumber enegri terpenting dalam industri negara barat. Sedangkan dalam ekonomi Islam menurut Taquidin Ahmad Ibn al-Maqrizi merupakan murid dari Ibnu Khaldun, menggolongkan inflasi menjadi dua yaitu Natural Inflation adalah inflasi yang diakibatkan turunnnya Penawaran Agregat (AS↓) dan naiknya Permintaan Agregat akibat (AD↑) dari uang masukdari luar negeri terlalu banyak, mana ekspor naik dan impor turun sehingga ekspor netto sangat besar mengakibatka naiknya AD. Sedangkan Human Inflation terjadi karena kesalahan manusia seperti korupsi dan administrasi buruk, pajak yang berlebihan, dan percetakan uang dengan maksud keuntungan yang berlebihan (Karim, 2007:143).
c. Macam-macam Ukuran Inflasi
Macam-macam ukuran inflasi adalah sebagi berikut: (Sukirno, 2004:337)
44
1) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10% dalam setahun. 2) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada diantara 10-30% dalam setahun. 3) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30%-100% dalam setahun. 4) Inflasi tinggi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar lebih dari 100% dalam setahun.
d. Hubungan Inflasi dengan Tabungan Menurut Milton Friedman, Inflasi akan selalu terjadi karena hal tersebut merupakan fenomena moneter yaitu teori kuantitas uang menyatakan bahwa pertumbuhan dalam kuantitas uang adalah determinan dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis (uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengarihui tingkat bunga nominal (Mankiw, 2003:74). ..................................................................................(3)
Dengan keterangan M= jumlah uang yang beredar, V=perpindahan uang, P=harga, dan T=transaksi Menurut teori kuantitas uang yaitu kenaikan dalam pertumbuhan uang sebesar satu persen menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi (Mankiw, 2003:79). 45
Sedangkan menurut persamaan Fisher yaitu kenaikan satu persen tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal. Sehingga antara satu untuk satu antara antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher effect) (Mankiw, 2003:83). Sehingga ditulis persamaan: .............................................................................................(4)
Dimana = tingkat bungan nominal, = tingkat bunga riil, dan =tingkat inflasi. Sehingga dari teori kuantitas dan persamaan Fisher tersebut
diambil
kesimpulan
bahwa
pertumbuhan
uang
akan
mempengaruhi tingkat bunga nominal (Mankiw, 2003:87). Persaman Fisher tersebut hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa uang adalah flow concept bukan stock concept. Uang adalah public goods, sedangkan capital adalah private good. Uang yang mengalir adalah public goods (flow concept), sedangkan uang yang mengendap ke pemilikan disebut private goods (stock concept). Dengan kesimpulan bahwa uang tidak boleh ditimbun tetapi harus berputar yaitu mengalir secara terus menerus sehingga uang tersebut dapat lebih produktif antara orang yang kekurangan modal dengan orang yang kelebihan modal modal dapat saling tolong menolong (Karim, 2007:78).
46
e. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam Kebijakan
moneter Islam (Perspektif Hizbut Tahrir) dalam
mengendalikan inflasi yaitu dengan: (Hatta, 2008:11). 1) Dinar dan Dirham, berbeda dengan sistem ekonomi Islam, inflasi yang disebabkan kelemahan dari mata uang relatif cukup kecil kemungkinan terjadinya (kalau tidak bisa dikatakan tidak akan terjadi). Karena dinar dan dirham memiliki kekuatan yaitu setaranya antara nilai nominal dengan nilai intrinsik yang terdapat pada mata uang tersebut sehingga tidak ada perbedaan nilai mata uang dan barang. 2) Hukum Perbankan, Sistem Ekonomi Islam (SEI) dalam mendirikan perbankan dengan sistem bagi hasil berdasarkan ketentuan
(Dhawabit)
Syariah.
Sehingga
ketentuan-
perbankan
akan
membantu dan mendukung sektor riil. 3) Otoritas Kebijakan Moneter, otoritas kebijakan moneter dan fiskal tidaklah terpisah dengan struktur pemerintahan (lembaga eksekutif) sebagaimana yang ada pada SEK (sistem ekonomi Kapitalis). Kebijakan moneter dan Fiskal dalam SEI sama-sama berada di bawah departemen Baitul Maal. Sehingga tidak diperlukan lagi koordinasi atau pembahasan apakah otoritas moneter dengan lembaga eksekutif perlu dipisahkan atau tidak untuk mengambil kebijakan moneter.
47
6. Pendapatan Nasional a. Pengertian Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto (Gross Domestic Product/GDP atau Product Domestic Bruto/PDB), produk nasional bruto (Gross National Product/GNP ) serta produk nasional netto (Net National Product/NNP) ( Huda dkk., 2007:21) Angka total pendapatan atau produk nasional bruto (GNP) merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Sedangkan produk domestik bruto (GDP) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga negara maupun penduduk warga negara asing yang bermukim dinegara yang bersangkutan). Jadi GNP sama dengan GDP/PDB ditambah pendapatan milik penduduk domestik yang dikirimkan dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktorfaktor produksi (modal dan tenaga kerja) (Todaro, 2006:46).
b. Penghitungan Pendapatan Nasional Ada beberapa pendekatan dalam menghitungan pendapatan nasional adalah sebagai berikut: (Huda dkk., 2008:22-25) 48
1) Pendekatan Produksi(GDP/PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Penghitungan
pendapatan dengan menjumlahkan nilai
tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi seperti; sektor produksi pertanian, sektor produksi pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor industri listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan, sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain. Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count). GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga yang berlaku, sedangkan GDP riil (real GDP) adalah nilai dari barang dan jasa yang dihitung dari harga konstan. ...............................................................(5) ..................................(6) 2) Pendekatan Pengeluaran(PNB/GNP) adalah penghitungan pendapatan nasional dengan melakukan penjumlahan permintaan akhir unit-unit ekonomi, yaitu:
rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C),
perusahaan berupa Investasi (investment/), pengeluaran pemerintah (government /G), pengeluaran ekspor dan impor (export-import/X-M). Penghitungan pendapatan nasional umumnya ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut: 49
.............................................................(7) Dimana, Y = Pendapatan, C = Konsumsi, I = Investasi, G = Pengeluaran Pemerintah, dan X – M = Eksport Netto. GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. 3) Pendekatan Pendapatan(NNI/NNP) adalah GNP yang dikurangi dengan penyusutan dari stock modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan
modal
adalah
biaya
dari
memproduksi
output
perekonomian. c. Hubungan Pendapatan Nasional dengan Tabungan Dalam
ekonomi
Konvensional
sisi
penawaran
(tabungan)
tergantung pada pendapatan dan kebijakan fiskal seperti kenaikan belanja pemerintah dan turunnya pajak dapat mengurangi tabungan untuk setiap pendapatan berapapun. Sedangkan sisi permintaan (investasi) terhadap dana pinjaman tergantung pada tingkat suku bunga. Tingkat bunga sebagai keseimbangan permintaan dan penawaran (IS). Kurva IS menyeimbangkan pasar barang dan jasa (tabungan) pada tingkat pendapatan berapapun. Ketika pendapatan naik maka tabungan (S) atau Y-C juga naik (konsumsi lebih kecil dari pendapatan karena kecenderungan konsumsi marjinal kurang. Naiknya penawaran dana
50
pinjaman menyebabkan turunya tingkat
suku bunga. Sehingga
mengakibatkan pendapatan tinggi menunjjukan tabungan juga tinggi yang akhirnya menyebabkan tingkat bunga equilibrium rendah dan kurva IS miring ke bawah (Mankiw, 2003:264). S
S(Y1)
S(Y2)
Kenaikan pendapatan meningkatkan tabungan
0
Y1
Y2
Y
Grafik 2.2 Hubungan Pendapatan dengan Tabungan Keseimbangan kurva IS dalam ekonomi Islam, dijelaskan bahwa pendapatan yang diterima masyarakat dapat digunakan sebagian untuk konsumsi, dan sebagian untuk disimpan. Kecenderungan untuk menabung sebagian pendapatannya disebut marginal propensity to save (mps) sedangakn kecendrungan untuk konsumsi disebut marginal propensity to consume (mpc). Y=C+S atau Y=(mpc x Y)+(mps x Y) artinya semakin banyak orang kaya, semakin banyak pula tabungannya dan semakin sedikit orang kaya maka tabungan juga akan sedikit (Karim, 2007:61). Menurut M.M Metwally tabungan berbeda dengan investasi yang merupakan bisnis yang tidak dapat diprediksi dan beresiko yang 51
ditentukan oleh karakteristik bisnis usahanya. Dalam Perbankan Syariah imbalan investasi dapat berupa marjin untuk usaha pasti (Natural Certanty Contracts) atau berupa equivalent rate dari bagi hasil usaha tidak pasti (Unnatural Certainty Contract) (Karim, 2007:59).
7. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) a. Pengertian SWBI Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek dengan prinsip wadi’ah. SWBI merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dinamakan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat liquiditas (Arifin, 2006:170). Untuk mendukung kegiatan usaha perbankan yang terkait dengan wadi’ah. Dewan Syariah Nasional (DSN) telah menerbitkan Fatwa No. 36/DSN-MUI/X/2002
tentang Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia ,
yang mengatur hal-hal sebagai berikut: (Adrian Sutedi, 2009:94) 1) Bank Indonesia selaku bank sental boleh menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip Syariah yang dinamakan SWBI.
52
2) Akad
yang digunakan untuk SWBI adalah akad
wadi’ah
sebagaimana yang diatur Fatwa DSN No.02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. 3) SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. 4) SWBI boleh diperjualbelikan. Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas titipan dana yang diperhitungkan jika pada saat jatuh tempo. Jumlah dana yang dapat dititipkan ke Bank Indonesia sekurang-kurangnya Rp 500.000.00,00. Pada titipan dana tersebut hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp 50.000.000,00. Setalah dilakukan peraturan Bank Indonesia dengan SWBI, banyak keluhan dari pihak Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah tentang return SWBI lebih rendah dibanding SBI. Dari keluhan tersebut Bank Indonesia mengeluarkan peraturan Nomer 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI Syariah) adalah surat berharga berdasarkan prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan akad Mudahrabah (Muqaradhah dan Qiradh), Musyarakah, Ju’alah, Wadiah, Qordh, dan Wakalah.
53
c. Hubungan SWBI dengan Tabungan Tabungan/simpanan
mempunyai
hubungan
dengan
tingkat
instrumen moneter Bank Indonesia, baik SBI dan SWBI. Pada SBI menggunakn instrumen tingkat suku bunga SBI, sedangkan pada SWBI dan posisi outstanding SWBI dijadikan instrumen moneter oleh Bank Indonesia untuk dapat mempengaruhi simpanan bagi hasil. Jika tingkat outstanding SWBI naik maka presentase bonus SWBI juga akan naik. Akibat
dari
presentase
bonus
SWBI
naik
mengakibatkan
tabungan/simpanan akan mengalami kenaikan juga (Emilianshah dkk, 2005:42). B. Penelitian Terdahulu 1. Bassam Abu Al-Four (2010) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Dengan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan kausalitas antara pendapatan dan tabungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara Kurs, tingkat Inflasi, dan tingkat Suku Bunga dengan Dana Pihak Ketiga, kemudian menemukan bukti empiris pengaruh variabel nilai Kurs, tingkat Inflasi, dan tingkat Suku Bunga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara
keseluruhan
pengaruh
variaabel
54
independent terhadap jumlah DPK pada Bank Devisa selama periode Triwulan I 2003-Triwulan III 2008 adalah lemah. Terbukti dengan R2 sebesar 19,2%. Pada pengujian hasil regresi berganda, variabel nilai Kurs dan Inflasi berpengaruh searah (positif). Sedangkan tingkat Suku Bunga SBI memiliki pengaruh berlawanan arah (negatif). 3. Tika Arundina dan Yusuf Wibisono (2007) Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara tingkat Bagi Hasil/return, tingkat Suku Bunga terhadap jumlah Tabungan dan jumlah Deposito. Hasil penelitian menunjukkan pada hipotesis pertama tingkat bagi hasil mempuntai pengaruh berlawanan arah (negatif) dan tidak signifikan terhadap tabungan. Dan hubungan positif antara tingkat bagi hasil dengan jumlah deposito. Sedangkan hubungan negatif antara tingkat Suku Bunga terhadap jumlah Deposito. 4.
Muhamad Ghafur W (2007) Penelitian ini bertujuan apakah tingkat Bagi Hasil, Tingkat Suku Bunga berpengaruh secara signifikan terhadap volume simpanan mudharabah (Deposito dan Tabungan). Dengan hasil penelitian bahwa tiga variabel bebas tersebut hanya pendapatan nasional yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah. Sedangkan nisbah bagi hasil dan suku bunga tidak berpengaryh signifikan terhadap simpanan mudharabah.
56
5. Ahmad Hidayah B dan Murni Daulay Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinasi yang memepengaruhi tabungan di Indonesia. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan, GDP berpengaruh positif dan signifikan, pendapatan perkapita dan signifikan, sedangkan pengeluaran pemerintah berpengeruh negatif dan signifikan. 6. Mustafa Edwin dan Ranti Wiliasih (2007) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat indikasi moral hazard dan sistem bagi hasil terhadap penyaluran pembiayaan di Bank Syariah. Dengan hasil penelitian bahwa alokasi pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan profit loss sharing (mudharabah dan musyarakah) mengakibatkan terjadinya peningkatan kredit macet sehingga hal ini mengakibatkan moral hazard di BMI, yaitu ketidk hati-hatian pihak BMI. 7. Firman Mochtar (2006) Penelitian
ini bertujuan untuk hubungan perilaku simpanan
masyarakat terhadap Di Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi. Dengan hasil penelitian; 1). Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pendapatan nasional/PDB dengan simpanan masyarakat (deposito) khususnya kelompok individu, 2). Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendapatan nasional dengan
57
simpanan masyarakat (giro) pada kelompok individu dan perusahaan serta tabungan milik individu. 8. Fery Ardianus dan Amelia Niko (2006) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi JUB, kurs, GDP dan suku Bunga terhadap Inflasi. Hasil menunjukkan bahwa kurs dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi. sedangkan JUB dan GDP tidak berpengaruh terhadap inflasi. 9. Amalianshah Banowo dan Budi Hermawan (2005) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pertumbuhan
simpanan mudharabah dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Hasil penelitian menunjukkan pada jangka pendek equvalent simpanan mudhrabah relatif berfluktuatif sedangkan untuk jangka panjang relatif stabil. Hasil analisis ketujuh regresi linier secara umum menunjukkan nisbah simpanan mudhrabah berhubungan dengan instrumen moneter Bank Indonesia yaitu baik SBI maupn SWBI. Tetapi simpanan mudharabah untuk jangka semua waktu tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan inflasi pada periode yang sama. 10. Ekaning Setyarini dan Budi Hermana (2005) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan equivalent
58
rate simpanan mudharabah. Dengan hasil uji t menunjukkan bahwa korelasi antara equivalent rate simpanan mudharabah dengan suku bunga deposito konvensional berpengaruh positif dan signifikan untuk semua kelompok bank. Hubungan antara equivalent rate simpanan mudharabah dengan suku bunga deposito lebih rendah dibandingkan hubungan antar suku bunga deposito untuk sesama bank konvensional. 11. Tri Wahyu Rejekiningsih dan Banatul Hayati (2004) Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui
apa
saja
yang
mempengaruhi tabungan daerah, tabungan pemerintah, dan tabungan masyarakat daerah. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka pendek Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat suku bunga deposito (RD), penerimaan ekspor netto (XN) berpengaruh positif terhadap Tabungan Daerah dan Tabungan Masyarakat, dan berpengaruh negarif terhadap Tabungan Pemerintah Daerah. Dalam jangka panjang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Daerah, Tabungan Pemerintah, dan Tabungan Masyarakat Daerah. Tingkat bunga (RD) mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Daerah dan Tabungan Masyarakat Daerah. Sedangkan ekspor netto (XN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Daerah, Tabungan Pemerintah dan Tabungan Masyarakat Daerah. 59
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No.
Nama Penulis
1.
Bassam Abu Al-Four (2010)
2.
3.
Judul
Metodologi
The Causal Granger Cusality Relation between Saving and Economic Growth: some Evidence from MENA Countries Ordinary Lease Aldrin Analisi Wibowo dan Pengaruh Nilai Squares Susi Suhendra Kurs, Tingkat Inflasi, dan (2008) Tingkat Suku Bunga Terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Devisa Di Indonesia Tina Dampak Suku Arundina dan Bunga Yusuf Konvensional Wibisono Terhadap Dana Pihak Ketiga (2007) dan Return Perbankan Syariah Di Indonesia
Variabel GDP Saving
Nilai Kurs Tingkat Inflasi, Tingkat Bunga
Suku
DPK
Vector Suku Bunga Autoregression dan Konvensional Ordinary Least Return Squares Perbankan Syariah DPK
No.
Nama Penulis
Judul
4.
Muhammaad Ghafur W.
Apakah Tingkat Bagi Hasil dan Pendapatan Berpengaruh Terhadap Simpanan Mudharabah
5.
Ahmad Hidayah D (2007)
Metodologi
Variabel
Model Tingkat Bagi Autoregressive Hasil, Tingkat Distributed Lag Suku Bunga (ADL) PDB
Analisis Ordinary Determinasi Squares Yang Mempengaruhi Tabungan Di Indonesia
tabungan dan deposito Mudharabah Least Suku bunga GDP Pendapatan Perkapita Pengeluaran Pemeruntah
6.
Mustafa Edwin Nasution dan Ranti Wiliasih (2007)
7.
Firman Mochtar (2006)
Profit Sharing Error Correction dan Moral Model dan Granger Hazard dalam Causality Penyaluran Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia Hubungan Vector Perilaku Autoregression Simpanan Mayarakat Di Perbankan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Moral Hazard Nisbah NPF GDP
Giro Deposito Konsumsi GDP
60
No.
Nama Penulis
Judul
4.
Muhammaad Ghafur W.
Apakah Tingkat Bagi Hasil dan Pendapatan Berpengaruh Terhadap Simpanan Mudharabah
5.
Ahmad Hidayah D (2007)
Metodologi
Variabel
Model Tingkat Bagi Autoregressive Hasil, Tingkat Distributed Lag Suku Bunga (ADL) PDB
Analisis Ordinary Determinasi Squares Yang Mempengaruhi Tabungan Di Indonesia
tabungan dan deposito Mudharabah Least Suku bunga GDP Pendapatan Perkapita Pengeluaran Pemeruntah
6.
Mustafa Edwin Nasution dan Ranti Wiliasih (2007)
7.
Firman Mochtar (2006)
Profit Sharing Error Correction dan Moral Model dan Granger Hazard dalam Causality Penyaluran Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia Hubungan Vector Perilaku Autoregression Simpanan Mayarakat Di Perbankan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Moral Hazard Nisbah NPF GDP
Giro Deposito Konsumsi GDP
61
No.
Nama Penulis
8.
Fary Ardianus Analisis Ordinary Least dan Amelia Faktor-faktor Squares & PAM Niko Yang Mempengaruhi (2006) Inflasi Di Indonesia Periode 1997:3-2005:2
Suku Bunga
Amalianshah Banowo dan Budi Hermawan (2005)
SWBI
9.
10.
11.
Judul
Metodologi
Hubungan Ordinary Equivalent Square Rate Simpanan Mudharabah dengan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia
Variabel Inflasi JUB GDP Kurs
Least Equivalen Rate Simpanan Mudharabah
SBI
Ekaning Perbandingan Matrik Korelasi Setyarini dan Equivalent Budi Herman Rate Simpanan Mudharabah (2005) dengan Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pada Periode Januari 2002Oktober 2004
Equivalent Rate Simpanan Mudharabah
Tri Rejekiningsih Wahyu dan Banatul Hayati
PDB
(2004)
Analisis Cointegration and Faktor-Faktor Error Correction Yang Model Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang
Suku Bunga Deposito
Tingkat bunga deposito ekspor netto Tabungan daerah, pemerintah daerah, dan Masyarakat
62
C. Kerangka Pemikiran Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan konvensional.
Perbankan
syariah
tidak
hanya
dituntut
untuk
menghasilkan keuntungan secara komersial tetapi juga dituntut untuk bersunguh-sunguh
dalam
merealisasikan
nilai-nilai
syariah.
(Emilianshah b, Budi Hermana didalam Antonio, 2005:135). Salah satu produk Simpanan Mudharabah di Perbankan Syariah adalah Tabungan mudharabah. Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah dengan dua bentuk yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah (Karim, 2007:299). Nisbah bagi hasil (equivalent rate) adalah merupakan karakteristik umum dari landasan dasar operasional bank syariah. Naiknya turunya equivalent rate akan mempengaruhi Tabungan Mudharabah. Sehingga apabila nisbah bagi hasil naik maka Tabungan Mudharabah juga akan naik. Pendapatan
Nasional/PDB mempunyai pengaruh terhadap
Tabungan. Naiknya PDB akan meningkatkan transaksi ekonomi. Prinsip Pendapatan Nasional adalah konsumsi ditambah Tabungan Mudahrabah. Sehingga apabila pendapatan nasional naik maka Tabungan Mudharabah juga akan semakin naik. Inflasi adalah naiknya harga secara umun dan keseluruhan. Kenaikan beberapa harga barang saja belum dapat dikatakan inflasi. 63
Inflasi sebagai akibat dari jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. Naiknya Inflasi mengakibatkan harga barang-barang menjadi mahal dan tingkat suku banga juga akan naik. Jika harga barangbarang
dan
suku
bunga
naik.
Maka
masyarakat
tidak
mau
membelanjakan uangnya dan lebih cenderung untuk menggunakan uangnya dalam bentuk tabungan. Menurut Saker intrumen moneter di perbankan syariah yaitu SBWI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) digunakan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan liquiditas. Sehingga presentase bonus SWBI dapat dijadikan instrumen moneter oleh Bank Indonesia untuk mempengaruhi equivalent rate Tabungan Mudharabah, walaupun derajat hubungannya tidak sekuat dengan tingkat suku bunga SBI. Jika equivalent rate nisbah naik, maka Tabungan Mudharabah juga akan mengalami kenaikan. Sehingga dapat ditulis persamaan: Y
= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e.............................................(8)
TM = α + β1NBH + β2INF + β3PDB+ β4SWBI + e...............................(9) LTM= α + β1LNBH + β2LINF + β3LPDB+ β4LSWBI + e..................(10)
64
Nisbah Bagi Hasil (X1) Tabungan Mudharabah (Y)
Inflasi (X2)
PDB (X3) SWBI (X4)
LTM= α + β1LNBH + β2LINF + β3LPDB+ β4LSWBI + e Ordinary Least Square (OLS) Uji Asumsi Klasik
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Statistik
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran D. Hipotesa Penelitian Adapun perumusan hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Tabungan Mudharabah H0 : β1=0 (Nisbah Bagi
Hasil/X1 tidak terdapat berpengaruh
terhadap Tabungan Mudharabah/Y)
65
H1 : β1≠0 (Nisbah Bagi Hasil/X1 terdapat berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah/Y) 2.
Pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah H0 : β2=0 (Inflasi/X2 tidak terdapat berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah/Y) H1 : β2≠0 (Inflasi/X2) terdapat berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah/Y)
3.
Pengaruh PDB terhadap Tabungan Mudharabah H0 : β3=0 (PDB/X3 tidak terdapat berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah/Y) H1 : β3≠0 (PDB/X3)
terdapat berpengaruh terhadap Tabungan
Mudharabah/Y) 4.
Pengaruh SWBI terhadap Tabungan Mudharabah H0 : β4=0 (Inflasi/X4 tidak
terdapat berpengaruh terhadap
Tabungan Mudharabah/Y) H1 : β4 ≠0 (Inflasi/X4) terdapat berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah/Y)
66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB, dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia. Periode yang diteliti Desember 2005 sampai April 2010. Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teoriteori yang berhubungan dengan Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB dan SWBI dan pengaruhnya terhadap Tabungan Mudharabah. Kemudian menganalisis pengaruh antara teori-teori tersebut dengan permasalahan aktual yang ada pada saat ini. Tahap kedua adalah mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari yang di peroleh dari BI khususnya pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Biro Pusat Statistik (BPS). Kemudian setelah data tersebut dipeoleh tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian-pengujian dengan menggunakan uji statistik dan ekonometrika. Tujuan utama dalam menganalisis regresi adalah untuk mencari besarnya hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent
yaitu dengan menaksir PRF (Population Regression
Function) berdasarkan
SRF
(Sampel Regression Function).
Model regresi yang digunakan akan diestimasikan dengan model OLS
67
(Ordinary Least Square). Dengan pertimbangan metode ini mempunyai keunggulan, yaitu secara teknis sangat kuat, mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya serta karena penaksiranya menggunakan OLS yang Blue (Beast Linear Unbiased Estimator), dimana dalam kelas penaksiran tidak bias, mempunyai varians yang minimum (Gujarati, 2007:115). B. Metode Pengumpulan Data Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Jenis data penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala numerik (angka). Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan Keuangan Indonesia (BI) dalam berbagai edisi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:125-127). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Library Research Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
68
2. Internet Research Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa,
karena
ilmu
yang
selalu
berkembang,
penulis
melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id, www.google.com. C. Metode Analisis Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara Nisbah Bagi Hasil, Inflasi , Pendapatan Nasional (PDB), dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Model regresi linier berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut: (Widarjono, 2007:63) .........................................................(1) Sedangkan model ekonometrika ditulis: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e....................................(2) TM = α + β1NBH + β2INF + β3PDB+ β4SWBI + e......................(3) Apabila ditransformasikan dalam persamaan regresi bentuk logaritma, maka menjadi: LogTM= α + β1 LogNBH + β2LogINF + β3LogPDB+ β4LogSWBI + e.....................................................................................(4)
69
Atau dapat ditulis; LTM
= α + β1LBH + β2LINF + β3LPDB+ β4LSWBI + e.....(5)
Dimana : TM
= Tabungan Mudharabah
NBH
= Nisbah Bagi Hasil
INF
= Inflasi
PDB
= Pendapatan Nasional
SWBI
= Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
α
= Konstanta
β1, β2, β3 , & β4 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi pendapatan. e
=Variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruh terhadap varibel terikat.
1. Uji Asumsi Klasik Uji penyimpangan asumsi klasik dilakukan dengan model estimasi OLS. Ada beberapa pengujian asumsi klasik yaitu sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji signifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang didapatkan mempuntai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas menjadi sangat populer dan tercakup dibeberapa komputer statistik (Gujarati, 2007:164). 70
Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Uji stasitistik dari J-B menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Dengan formula sebagai berikut: ....................................................................(6) Dimana S=koefisien skewness dan K=koefisien kurtosis. Jika variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S=0 dan K=3 ini. Jika residual berdistribusi normal maka nilai statistik J-B akan sama dengan nol: (Gujarati, 2007:166) 1. Uji hipotesis H0 : data tidak normal H1 : data normal 2. Pada output Eviews 6.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono, 2007:54) a. Jika probability JBtest ≥ α 5% = data berdistribusi normal (tolak H0, terima H1) b. Jika probability JBtest ≤ α 5% = data tidak berdistribusi normal (terima H0, tolak H1)
71
b. Uji Multikolinieritas Uji asumsi tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independent) lainnya. Jika terjadi korelasi, maka akan terdapat problem Multikolenieritas (Gujarati, 2007:67). Sifat dan konsekuensi dari multikolinearitas adalah jika dua variabel independen bila estimator tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum (BLUE atau Best Linier Unbiased Estimator). Multikolinearitas akan terjadi apabila terdapat korelasi yang signifikan diantara dua variabel atau lebih variabel independen dalam model regresi. Multikolaliniearitas terjadi apabila dalam estimasi terjadi pembiasan sehingga model suatu model mempunyai varia yang besar. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan metode Deteksi Klien yaitu dengan membandingkan R2 hasil regresi Auxiliary (regresi antar variabel independen) dengan R2 regresi aslinya. Dengan rumus sebagai berikut: (Widarjono, 2007:115-117) ..................................(7) Dimana n= jumlah observasi, k=variabel independen, dan adalah koefisien determinasi setiap variabel independen dengan variabel independen yang lain sedangkan nilai kritis dari distribusi F didasarkan dari derajat kebabasan k-2 dan n-k+1. 72
1. Uji Hipotesis H0 = tidak ada multikolinearitas H1 = ada mulitikolinearitas 2. Pada output Eviews 6.0 adalah sebagai berikut: a. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≤ R2 regresi asli maka tidak terjadi multikolinearitas (terima H0, tolak H1) b. Jika koefisien R2 regresi auxiliary ≥ R2 regresi asli maka terjadi multikolinearitas (tolak H0, terima H1) c. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang penting dalam analisa regresi adalah gangguan
acak
(µ)
pada
setiap
variabel
bebas
adalah
homokkedastisitas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari antara satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda atau tidak konstan, sehingga seakan-akan terdapat kelompok data yang memiliki besaran error maka terjadi
heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Tidak adanya
heteroskedastisitas
dapat
dinyatakan
sebagai
berikut:
(Gujarati, 2007:82) ....................................................(8) 74
Dimana ei = variabel pengganggu mempunyai rata-rata nol atau E(ei)=0, mempunyai varian konstan atau var (ei)=
dan variabel
tidak saling berhubungan antara satu observasi dengan observasi lain. Pada persamaan diatas varians adalah tetap sebesar untuk setiap ketidaksamaan inilah yang disebut sebagai heteroskedastisitas. Pada heteroskedastisitas terdapat fakta pengaruh positif antara X dan Y, dimana nilai Y meningkat searah dengan nilai X, semakin besar nilai variabel bebas X dan variabel Y, semakin jauh koordinat (X,Y) dari garis regresi (error makin besar). Pendeteksian heteroskedastisitas dalam model ini dengan menggunakan : Uji White Heteroskedastisity yaitu dengan melakukan estimasi fungsi regresi terlebih dahulu dengan mengspesifikasikan variabel bebas dan variabel tidak bebas. (Gujarati, 2007:89). Dari hasil uji White Heteroskedastisity kriteria untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas jika: (Winarno, 2007: 5.14). 1. Uji Hipotesis H0 = tidak ada Heteroskedastisitas H1 = ada Heteroskedastisitas 2. Pada output Eviews 6.0 adalah sebagai berikut: a. Probability Chi-Square ≥ α 5% = tidak ada heteroskedastisitas (terima H0, tolak H1)
75
b. Probability Chi-Square ≤ α 5% = ada heteroskedastisitas (tolak H0, terima H1) d. Uji Autokorelasi Syarat agar pendugaan OLS akan bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) salah satunya adalah jika memenuhi asumsi bebas autokorelasi. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem Autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007:112) Deteksi
adanya
autokorelasi
dapat
menggunakan
Besaran
DURBIN-WATSON (D-W). Secara umum peniliaian besaran D-W dapat diambil patokan : (Gujarati, 2007:116). 1.
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2.
Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
76
Tabel 3.1 Uji ada tidaknya Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW) Tolak
Ho, Tidak
berarti ada dapat
Tidak
Tidak
Tolak
menolak
dapat
berarti ada
autokorelasi diputuskan Ho, positif
Ho,
tidak diputuskan autokorelasi
ada
negatif
autokorelasi 0
dL
du
1,10
1,54
2
4-d u 4,46
4-dL
4
4,90
Atau deteksi autokorelasi dengan menggunakan Uji Langrange Multiplier (LM Test) yaitu dengan melihat: + .....................................(9) Dimana: vt memiliki ciri-ciri E(vt) =0; vari (vt)=σ2; dan cov (vt, vt+1)=0 1. Uji Hipotesis H0 = tidak ada autokorelasi H1 = ada autokorelasi 2. Pada output Eviews 6.0 adalah sebagai berikut: a. Probability Chi-Square ≥ α 5% = tidak autokorelasi (terima H0, tolak H1) b. Probability Chi-Square ≤ α 5% = ada autokorelasi (tolak H0, terima H1)
77
2. Uji Statistik Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel tersebut. Pengolahan data menggunakan Eviews 6.0. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi uji-t, dan uji-F. a. Uji Parsial (Uji-t) Uji parsial (uji-t) digunakan untuk mendeteksi seberapa baik variabel bebas (Independent variabel) dapat menjelaskan variabel tidak bebas (Dependent variabel) secara individu. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan merumuskan hipotesia, yaitu: 1. Uji Hipotesis H0 : βi ≥ α 5% Artinya secara individu dengan tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variabel tidak bebas. H1 : βi ≤ α 5% Artinya secara individual ada pengaruh yang signifikan dari varibel bebas ke-1 terhadap varibel tidak bebas. βi = dependent variabel ke-i 2. Berdasarkan output Eviews 6.0, uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara individu: a. Probability βi dengan t-statistik
≥ α 5% = variabel bebas
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima H0, tolak H1) 78
b. Probability βi dengan t-statistik ≤ α 5% = variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0, terima H1).
b. Uji Fisher (uji-F) Uji Fisher (uji F)digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (Independent variabel) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Dependent variabel). Pengujian semua koefisien penaksiran regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan merumuskan hipotesis, yaitu: 1. Uji Hipotesis H0 : β1=β2=β3=β4 ≥ α 5% Artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : β1=β2=β3=β4 ≤
α 5%
Artinya secara bersama-sama ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Berdasarkan output Eviews 6.0, uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara individu: a. Probability βi dengan t-statistik ≥ α 5%
= variabel tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (terima H0, tolak H1)
79
b. Probability βi dengan t-statistik ≤ α 5% = variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0, terima H1).
3. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur sebaik mana variabel terikat dijelaskan oleh total variabel
bebas. Yang ukuranya
adalah semakin tinggi R2 maka garis regresi sampel semakin baik juga. R2 mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R 2 mendekati satu maka variabel independent mampu menjelaskan perubahan variabel dependent, tetapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independent tidak mampu menjelaskan variabel dependent dengan rumus: .............................................................(10)
D. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dependent Variabel atau variabel tidak bebas (Y) Tabungan Mudharabah (TM) adalah total dana nasabah
yang
disimpan dengan prinsip mudharabah pada Perbankan Syariah di 80
Bank Indonesia. Data tabungan mudharabah dinyatakan dalam Triliun Rupiah yang bersumber dari laporan keuangan Perbankan Syariah di Bank Indonesia dari periode Desember 2005 - April 2010. 2. Independent variabel atau variabel bebas penelitian (X) adaah: a. Nisbah Bagi Hasil (NBH) Nisbah
bagi
hasil
adalah
besarnya
presentase
bagi
hasil/equivalen rate tabungan mudharabah di Perbankan Syariah. Equivalent Rate adalah indikasi tingkat imbalan dari suatu penanaman dana atau penghimpunan dana bank pelapor. Data Nisbah bagi hasil dinyatakan dalam persen (%) yang bersumber dari laporan keuangan pada Perbankan Syariah di Bank Indonesia dari periode Desember 2005- April 2010. b. Inflasi (INF) Inflasi
adalah kenaikkan harga secara umum dan terus
menerus. Inflasi ini mengacu pada laju inflasi. Data laju inflasi bersumber dari Biro Pusat Statistik dan data ini dinyatakan dalam persen (%) pada periode Desember 2005- April 2010. c. Pendapatan Nasional (PDB) Pendapatan Nasional adalah pendapatan masyarakat Indonesia yang dipresentasikan oleh besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan (riil). Data Pendapatan Nasional ini dinyatakan dalam Milyar Rupiah yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik dari periode Desember 2005- April 2010. 81
d. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonseia (SWBI) Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadi’ah. Data Sertifikat Wadi'ah Bank Indonesia (SWBI) berupa volume outstanding SWBI dinyatakan dalam Milyar Rupiah yang diperoleh dari Laporan Keuangan Perbankan Syariah di Bank Indonesia dari periode Desember 2005- April 2010.
82
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu penerimaan simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Hampir dapat dipastikan bahwa pengelolaan dana bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah sudah dikenal sejak pra-Islam. Di Timur Tengah, kemitraan bisnis dengan tehnik mudharabah dapat dijadikan pengganti tingkat suku bunga sebagai cara untuk membiayai aktivitas ekonomi. Islam datang, transaksi keuangan yang berbasis bunga dilarang dan semua dana yang dikelola harus dengan sistem bagi hasil. Pada zaman Nabi Muhammad SAW mempraktikan sistem mudharabah ketika beliau bertindak sebagai mudharib (pengelola investasi) untuk istrinya Khadijah. Kemitraan dalam berbisnis didasarkan pada sistem bagi hasil sederhana telah dipraktekan secara terus menerus tanpa ada perubahan. Dan selama itu, konsep mudharabah tidak dikembangkan menjadi sarana investasi berskala luas yang membutuhkan pengumpulan dana besar-besaran dari investor. Lembaga Keuangan pertama kali didirikan oleh umat Islam muncul sekitar sepuluh tahun setelah Nabi Muhammad SAW. Dan jauh di masa kemudian adanya upaya untuk membentuk Perbankan Syariah di Asia 83
pada akhir tahun 1950-an di Pakistan. Perbankan Syariah tersebut berorientasi di wilayah pedesaan, namun kebanyakan tidak dapat berhasil. Seperti Bank Pakistani memberikan kredit tanpa bunga kepada pemilik tanah yang miskin sebagai modal pertanian. Apabila petani dapat mengelola pertaniannya dengan baik, maka bank juga akan mendapatkan laba, karena para deposan pemilik tanah ikut memutuskan prosedur pemberian pinjaman. Di dunia Arab, sistem perbankan modern yang pertama didirikan oleh Mit Ghamr di Mesir pada tahun 1963 yaitu dengan memadukan sistem bank tabungan Jerman dengan prinsip perbankan koperasi pedesaan menurut kerangka permodalan Islam guna melayani masyarakat yang enggan menggunakan jasa Bank Konvensional karena alasan agama. Bank-bank yang tidak menarik untuk membayar bunga, yang kebanyakan dihidupi oleh aktivitas perdagangan dan industri baik secara langsung oleh bank mapun bermitra dengan pihak lain. Politik Perbankan Syariah tidak hanya terjadi di Mesir, tatapi juga beberapa belahan dunia Islam lainnya seperti Turki dan Indonesia. Tetapi kedua negara tersebut masih terlambat dalam mempromosikan gagasan tentang perbankan Syariah. Sedangkan pakistan lebih dapat maju secara perlahan untuk menciptakan sistem perekonomian tanpa sistem bunga (riba) (Ghafur Ansori, 2007:24).
84
Beberapa istilah perbankan modern yang awalnya dari ilmu khasanah fiqih, seperti kredit (Inggris: credit; Romawi: credo) yang diabil dari istilah qard. Credit dalam bahasa Inggris berarti meminjamkan uang, credo berarti kepercayaan; sedangkan qard berarti meminjamkan uang atas dasar kepercayaan. Dan begitu pula dengan cek (Inggris: check; Prancis: cheque) yang diambil dari istilah saq. Suq dalam Bahasa Arab memilki arti pasar, sedangkan cek adalah alat bayar yang biasanya digunakan di pasar (Karim, 2007:18).
2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Sejarah berdirinya Bank Syariah di Indonesia yang pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah diawali dengan adanya umat Islam yang mendambakan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan Syariat Islam. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Oleh K.H. Mas Mansur, Ketua Pengurus besar Muhamadiyah periode 1937-1944 dengan pendapatnya tentang penggunaan jasa Bank Konvensional sebagai hal yang terpaksa dilakukan karena umat Islam belum mempunyai Bank Islam sendiri yang bebas dari sistem bunga (riba).
85
Ide berdirinya Bank Syariah di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak tahun 1970-an. Bank Syariah dari segi politis dianggap berkonotasi ideologis yang merupakan bagian atau kaitanya dengan konsep Negara Islam (Ghafur Ansori, 2007:30). Gagasan bank bebas bunga digulirkan kembali dalam loka karya yang diselenggarakan oleh MUI dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity,
dan
Threath)
yang
dapat
berhasil
mengidentifikasikan dua macam ancaman untuk yang dihadapi dengan mewujudkan berdirinya Bank Syariah. Pengoperasian Bank Syariah (Muamalat) yang dikaitkan dengan fanatisme agama. Munculnya Bank Syariah menuntut pemerataan yang lebih adil akan dirasakan sebagai ancaman beberapa tahun yang akan menghambat perkembangan Bank Syariah. Prinsip kerja Bank Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan Syariah. Selain melakukan pendekatan-pendekatan kepada Presiden, Menteri Keuangan, dan Menteri Sekretaris Negara juga melakukan pendekatan kepada para pejabat besar yang berkuasa sebagai perintis berdirinya Bank Syariah dalam melakukan persiapan manajerial dan penjajakan kerjasama dengan lembaga bisnis (keuangan). Pesiapan
86
manajerial yang dilakukan mulai dari penyusunan manual berdirinya Bank Syariah, penandatanganan akte notaris hingga menyelenggarakan training calon staf BMI melalui Manajement Development Program (MDP). Sedangkan dalam pemjajakan kerjasama bidang manajemen dan perangkat lunak dilakukan oleh Islamic Development Bank (IDB). Pada saat krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1990, bank ini mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba (Ghafur Ansori, 2007:40). Perkembangan
Perbankan
Syariah
di
Indonesia
sangat
menggembirakan. Tercatat pada periode tahun 2008 ada lima Bank Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, dan Bank Syariah Bukopin. Dari sisi aset perkembangan Perbankan Syariah pada periode tahun 2002, jumlah total aset Perbankan Syariah mencapai sekitar Rp 4 triliun.
a. Perkembangan Tabungan Mudharabah Bank Umum adalah bank yang kegiatannya mengumpulkan dana terutama simpanan masyarakat dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan, serta memberikan kredit jangka pendek (Juli Irmayanto, 1999). 87
Pertumbuhan
ekonomi
memerlukan
peningkatan
investasi.
Peningkatan investasi pada gilirannya membutuhkan pembiayaan yang berasal dari dalam dan dari luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan, sumber pembiayaan dalam negeri setidaknya merupakan sumber pokok pembiayaan terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dimana suatu negara haruslah berdasarkan pembiayaan dari dalam negeri, dana dalam negeri disalurkan melalui perbankan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penting bagi pembiayaan. Sejak pasca krisis pertumbuhan tingkat Tabungan Mudharabah cenderung mengalami peningkatan.
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Mudharabah Periode Desember 2005 - April 2010
Struktur penghimpunan dana DPK pada Perbankan Syariah selama 3 bulan terakhir tahun 2005, khususnya Tabungan Mudharabah mengalami peningkatan sebesar 4,371 triliun rupiah dibanding tahun
88
sebelumnya 3,260 triliun rupiah. Peningkatan ini merupakan dampak langsung dari perkembangan jaringan kantor dan jangkauan layanan sistem tehnologi Perbankan Syariah tahun 2005. Perkembangan jaringan kantor dan layanan sistem Perbankan Syariah tersebut juga meningkatkan pangsa pasar DPK Perbankan Syariah dalam industri Perbankan Nasional menjadi 1,38%. Namun, hal tersebut dapat pengalihkan dana Perbankan Syariah ke Perbankan Konvensional) dan berakibat pada kenaikan suku bunga. Kondisi
ini
diperkirakan
sangat
berpengaruh
terhadap
kinerja
penghimpunan dana Perbankan Syariah semenjak tahun 2005, khususnya pada bulan Oktober 2005. Kegiatan penghimpunan dana DPK pada Perbankan Syariah di Indonesia selama tahun 2006 mengalami peningkatan setiap bulannya. Terbukti bahwa pada bulan Januari 2006 jumlah tabungan mudharabah mencapai 4,298 triliun rupiah, Pebruari meningkat 4,382 triliun rupiah, Maret 4,501 triliun rupiah, April 4,651 triliun rupiah, Mei 4,890 triliun rupiah, Juni 4,972 triliun rupiah, Juli 6,250 triliun rupiah, Agustus 5,298 triliun rupiah, September 5,605 triliun rupiah, 5,749 rupiah, Oktober 5,845 triliun rupiah, Nopember 6,430 triliun rupiah, dan Desember 6,430 triliun rupiah. Peningkatan ini merupakan dampak dari perkembangan jaringan kantor dan jangkauan layanan Perbankan Syariah. Struktur DPK pada Perbankan
Syariahtahun
mudharabah (investasi).
2006
masih
Namun pada
didominasi tahun 2006
oleh
deposito
menunjukkan
89
kecenderungan bergeser ke arah giro dan tabungan (wadi’ah/mudharabah) yang memiliki maturitas relatif pendek. Hal ini yang mengidentifikasikan preferensi liquiditas nasabah Perbankan Syariah
yang cenderung
meningkat sepanjang tahun 2006 yaitu dari 28,5% menjadi 31,11%. Pada tahun 2007 persaingan dalam penghimpunan dana meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 6,430 menjadi 9,454. Hal ini dipengaruhi oleh trend penurunan suku bunga Perbankan Konvensional yang diikuti pula penurunan tingkat bagi hasil menyebabkan investasi pada instrumen berjangka panjang menjadi berkurang atau mendorong pemilik dana untuk beralih ke instrumen jangka pendek. Kondisi tersebut menyebabkan terjadi pergeseran preferensi penggunaan instrumen pendanaan pada bank sampai menjadi lebih berorientasi jangka pendek antara lain tercermin dari tabungan yang tercatat menujukkan laju pertumbuhan tinggi dibanding deposito maupun giro. Pergeseran tersebut dari satu sisi dapat menambah porsi bagi hasil bank, namun di sisi lain menimbulkan kesulitan dalam manajemen liquiditas bank antara lain karena kaberadaan kelompok deposan korporasi yang pada umumnya lebih sensitif terhadap daya saing return. Pada tahun 2008 komposisi DPK pada Perbankan Syariah semakin membaik yang ditandai oleh dominasi deposito mudharabah (investasi) porsi deposito mudharabah meningkat (54,7%) sementara giro wadi’ah turun menjadi (11,5%). Sedangkan porsi tabungan mudharabah
90
tidak banyak berubah
yaitu
sebesar
12,4709 (33,8%).
Namun dalam pertumbuhan DPK pada tahun laporan mengalami perlambatan dibanding dengan tahun sebelumnya hal ini tercermin dari penurunan pertumbuhan tabungan mudharabah dari 47,0% menjadi 31,9%.
Perlambatan
pertumbuhan
tabungan
mudharabah
tersebut
disebabkan oleh kekhawatiran terhadap krisis keuangan global yang dipengaruhi oleh perilaku nasabah dalam menyediakan dana tunai. Pada tahun 2009 srukutur DPK pada Perbankan Syariah mengalami peningkatan dibanding tahun 2008
jumlah tabungan
mudharabah yaitu dari 12,471 triliun rupiah menjadi 14,937 triliun rupiah. Hal ini mencerminkan bahwa peningkatan DPK lebih didorong oleh jumlah transaksi yang dilakukan oleh nasabah existing, dibanding dengan peningkatan nasabah baru. Tingginya pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh ketatnya liquiditas yang memaksa pelaku usaha termasuk lembaga keuangan menahan danan mereka. Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat yang relatif menahan konsumsi mereka,
sehingga ada kecenderungan memeliharaan dana
yang
berdampak peningkatan DPK Perbankan Syariah. Disamping itu, peningkatan ini dipengaruhi oleh return Bank Syariah yang cukup bersaing seiring dengan kebijakan penurunan suku bunga di Perbankan Konvensional. Sedangkan pada tahun 2010 struktur DPK pada Perbankan Syariah masih didominasi oleh deposito mudharabah tetapi tabungan dari bulan 91
Januari sampai bulan April terus mengalami penurunan yaitu dari 14,809 triliun rupiah
naik menjadi 14,880 triliun rupiah. Secara keseluruhan
peningkatan tersebut menunjukkan bahwa produk dana Perbankan Syariah masih memiliki daya tarik bagi deposan sebagai alternatif investasi dana meningat bagi hasil dan margin produk tersebut yang masih kompetitif dibanding suku bunga konvensional, selain itu diikuti pula oleh peningkatan penjaminan pemerintah melalui LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) kepada deposan bank yang berdampak pada peningkatan keparcayaan deposan untuk menempatkan dananya di Bank Syariah.
b. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Nisbah Bagi Hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan tertentu (Antonio, 2001).
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Grafik 4.2 Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Periode Desember 2005April 2010 92
Nisbah Bagi Hasil pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0.33
seiring
dengan
peningkatan
suku
bunga
pada
Perbankan
Konvensional pada Desember 2005. Terjadi peningkatan signifikan tersebut sebagai dampak dari kebijakan BI untuk meningkatkan suku bunga SBI. Untuk menaikan suku bunga SBI, BI harus mulai menaikan suku bunga pada bulan April 2005. Karena tekanan inflasi mulai meningkat akibat naikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Maret 2005 rata-rata 29,5%. Inflasi naik signifikan pada bulan oktober berakibat naiknya harga BBM rata-rata 12,6% maka BI menaikan suku bunga lebih lanjut untuk mencegah inflasi yang tidak terkendali. Pada akhir 2005 tingkat suku bunga SBI sudah naik menajdi 12,75%. Naikkan suku bunga SBI berpengaruh pula dengan naiknya Nisbah Bagi Hasil. Peningkatan Nisbah Bagi Hasil dilakukan untuk menjaga nasabah yang tidak bersifat rasional agar tidak tergiur pada tingginya tingkat bunga Bank Konvensional
sehingga
tidak
memindahkan
dananya
ke
Bank
Konvensional. Dari penghimpunan DPK Perbankan Syariah pada tahun 2006 diwarnai dengan persaingan penghimpunann dana perbankan secara umum. Namun seiring dengan penurunan suku bunga sejah paruh kedua tahun 2006, DPK yang dihimpun Perbankan Syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai pertumbuhan 32,7% terutama didukung oleh pertumbuhan DPK UUS. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari
93
laju pertumbuhan tahun 2005 sehingga mendorong peningkatan share DPK Perbankan Syariah terhadap Perbankan Nasional. Pada tahun 2007 penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pengaruh trend suku bunga Perbankan Konvensional yang diikuti dengan penurunan tingkat bagi hasil Perbankan Syariah. Penurunan tingkat bagi hasil menyebabkan nilai investasi pada instrumen berjangka menjadi berkurang, sehingga mendorong pemilik dana beralih ke instrumen jangka pendek. Disamping itu pada periode laporan, kondisi bullish yang terjadi di pasar modal menjadi alternatif yang menarik bagi pemilik dana untuk melakukan investasi termasuk dengan memindahkan dana yang semula di tempatkan di perbankan, sehingga membuat persaingan penghimpunan dana semakin ketat. Pada tahun 2008 Nisbah Bagi Hasil mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 yaitu dari 3,32 menjadi 3,36%. Hal ini disebabkan karena presentase
imbalan
bagi
hasil
lebih
didominasi
oleh
Deposito
Mudharabah. Sehingga masyarakat lebih memilih mennyimpan uangnya dalam bentuk deposito. Selain itu disebabkan karena inflasi mengalami kenaikkan yang cukup tinggi sebesar 11,06%. Pada tahun 2009 Nisbah Bagi Hasil juga cenderung mengalami penurunan yaitu dari 3,61% menjadi 2,76% hal ini diakibatkan karena suku bunga SBI juga mengalami penurunan. Tetapi dalam hal ini DPK
94
khususnya Tabungan Mudharabah setiap bulannya tetap mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena masyarakat ingin menabung dan sekaligus berinvestasi secara Islami serta dalam setiap transaksinya tidak mengandung unsur riba. Dan begitu pula yang terjadi pada Januari sampai April 2010 Nisbah Bagi Hasil mencapai dari 2,50 % menjadi
2,54%
mengalami kenaikkan tetapi tidak begitu besar. Dan hal ini juga disebabkan penurunan penempatan BUS dan UUS pada tenor overnight antara lain dipicu oleh pembukuan window FASBIS sehingga bank memilih outlet untuk penempatan dana jangka pendek.
c. Perkembangan Inflasi Inflasi adalah kecenderungan harga-harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan pada sebagian besar dari harga-harga barang lain (Boediono, 2001:161). Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 95
Sumber: Biro Pusat Statistk (BPS) Grafik 4.3 Perkembangan Inflasi Periode Desember 2005- April 2010 Pada grafik di atas, perkembangan inflasi pada tahun 2005 pengalami kenaikan yang sangat tajam 0.33%. Kondisi ini disebabkan karena kuatnya tekanan eksternal (kebijakan fiskal) yang mendukung kenaikan harga BBM oleh pemerintah yang ikut mendukung sasaran inflasi. Dampak dari kenaikan BBM domestik bertujuan menjaga keseimbangan fiskal yang sejalan dengan kenaikan harga minyak di dunia. Selain itu adalah faktor internal yaitu ganguan pemasokan dan distribusi, tingginya ekspektasi inflasi dan depresiasi nilai tukar yang mengakibatkan tekanan harga asemakin meningkat. Tinggi inflasi tahun 2005 memberi dampak signifikan terhadap kenaikan harga BBM sebanyak dua kali lipat pada tahun 2005, khususnya bulan Oktober . Inflasi pada tahun 2006 kembali terkendali sebesar 0.28%. Penurunan inflasi sepanjang tahun tidak terlepas dari konstribusi positif pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal serta langkah kebijakan lainnya
96
dalam rangka meredam inflasi. Dampak lanjut kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Selain kebijakan yang ditempuh terutama diarah untuk dapat mencegah munculnya inflation spiral yang dipicu oleh memburuknya ekspektasi inflasi masyarakat akibat tingginya inflasi. Pada tahun 2007 inflasi stabil sebesar
, yang merupakan hasil
konstribusi dari relatif rendah. Inflasi yang terjadi paruh pertama tahun 2007. Dilihat dari kelompok pengeluaran, hampir seluruh kelompok barang mengalami penurunan tingkat inflasi dibanding dengan dengan tahun sebelumnya dengan penurunan tertinggi dari kelompok bahan makanan yaitu 5,16% pada paruh tahun pertama tahun 2006 menjadi 2,4% pada periode yang sama tahun 2007. Meskipun harga komoditas internasional (minyak mentah, gandum, dan emas yang disertai dengan nilai tukar melemah menjadi penyebab kenaikan inflasi. Selain itu adalah faktor musiman seperti hari besar keagamaan, permulaan tahun baru, dan liburan akhir tahun juga memberikan tambahan inflasi sehingga IHK meningkat pada paruh kedua, yaitu sekitar 4,5%. Peningkatan inflasi tercermin pada peningkatan inflasi yang terjadi pada hampir seluruh kelompok barang, khususnya bahan makanan, secara keseluruhan tahun 2007 IHK relatif stabil mencapai 6,59% dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,60%. Inflasi yang terjadi pada tahun 2008 dipengaruhi oleh faktor ekternal seperti harga komoditas internasional seperti komoditas energi dan pangan
97
yang dapat mendorong tingginya IHK. Tingginya inflasi diakibatkan oleh adanya kenaikan harga BBM domestik pada bulan Mei 2008. Kenakan ini dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi, rokok, dan tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat cukup signifikan. dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhinyaterutama pada kenaikan inflasi administred prices serta inflasi riil yang meningkat cukup besar. Dinamika inflasi yang terjadi pada tahun 2009 mengalami penurunan secara signifikan setiap bulannya yaitu dari 16,06% menjadi 2,78% yang disebabkan oleh turunnya bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, gas, dan bahan bakar, sandang, ekspor, komunikasi dan jasa keuangan. Dan begitu pula inflasi di tahun 2010 mengalami kenaikan lagi pada bulan Januari (3,72%), Februari (3,81%), dan Maret (3,43%) dan April (3,91%). Hal ini disebabkan karena indeks kenaikan bahan makanan 1,2281 atau 1,33 %. Tetapi inflasi yang terjadi pada tahun 2010 tidak setinggi tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2008 dan 2009.
d. Perkembangan Pendapatan Nasional Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah meningkatkan pendapatan nasional yang tinggi yaitu dilihat dari perkembangan dana Produk Domestik Bruto (PDB) baik atas dasar harga konstan maupun
98
harga yang berlaku. PDB adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga negara maupun penduduk warga negara asing yang bermukim dinegara yang bersangkutan). Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun, yang pada umumnya mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian.
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Grafik 4.4 Perkembangan PDB Periode Desember 2005 – April 2010
PDB Indonesia pada tahun 2005 khususnya bulan Desember mengalami penigkatan yang terjadi pada semua sektor,
dimana
pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restauran serta sektor bangunan. Dan dibanding pada bulan September 2005, perkembagan PDB mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya.
99
PDB Indonesia pada tahun 2006 meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 438,500 milyar rupaih menjadi 465,860 milyar rupiah. Pertumbuhan ini terjadi karena sektor pertanian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real estate, jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tinggi, yang dihasilkan oleh sektor pertanian sebagai akibat musim panen. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diukur berdasarkan kanaikan PDB. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2005 yang mengalami pertumbuhan adalah tiga sektor yaitu sektor pengangutan, komunikasi, (listrik air bersih, gas), dan sektor pertanian. Pada tahun 2006 peningkatan ekonomi pertumbuhan tertinggi
terjadi pada sektor pertanian dan terendah terjadi disektor
pertambangan penggalian. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2007, ini terjadi peningkatan dibanding pada tahun 2006 yaitu dari 465,860 milyar rupiah menjadi 497,370 milyar rupiah. Pertumbuhan tahun ini terjadi disebabkan karena sektor pertanian, listrik, gas, air bersih, perdagangan-hotel-restoran, keuangan, real estate- jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian terbesar sebagai akibat dari musim panen setiap 3 kali dalam setahun. Pada bulan Oktober 2007 PDB meningkat dibanding dengan bulan Juni 2007. Hal yang menyebabkan peningkatan PDB adalah terjadi kenaikan semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi disektor pertanian dan terendah
pada
sektor
100
pertambangan-penggalian. Bila dibanding dengan PDB Indonesia dengan tahun 2006, PDB tahun 2007 mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun 2008, PDB mengalami peningkatan dari 473,370 milyar rupiah menjadi 518,940 milyar rupiah. Peningkatan ini terjadi disebabkan pada sektor pertanian, keuangan, real estate, jasa perusahaan, listrik-gas-air bersih, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian terbesar yang disebabkan adanya panen raya tanaman padi. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pertanian, sektor pengangkutan, komunikasi, listrik-gas-air bersih. Pada akhir tahun 2008 PDB meningkat lagi, peningkatan tertinggi terjadi karena semua sektor pertanian dan terendah di sektor jasa-jasa. Tetapi dibanding awal tahun 2008 dengan akhir tahun 2008 PDB mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada awal tahun 2009, terjadi peningkatan 540,060 miliyar rupiah. Terbukti
bahwa peningkatan
tertinggi terjadi pada sektor industri manufaktur baik migas mapun nonmigas, sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restauran, komunikasitransportasi, keuangan, real estate, dan pelayanan bisnis (Bank). Dan PDB terendah tejadi pada sektor listrik-air bersih-gas, dan disusul konstruksi. Tetapi dibanding dengan PDB tahun 2008, PDB tahun 2009 mengalami peningkatan.
101
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur dengan PDB harga konstan pada bulan April tahun 2010 mengalami peningkatan dari 551,070 milyar rupiah menjadi 553,320 miliyar rupiah. Peningkatan PDB tertinggi di
Indonesia
perdagangan,
tertinggi hotel,
terjadi
restauran,
pada sektor
sektor
industri
pertanian,
manufaktur,
transportasi dan
komunikasi, pertambangan-pengolahan, komunikasi dan transportasi, real estate, keuangan, dan jasa-jasa yang lainnya. Sedangkan PDB terendah adalah pada sektor konstruksi, listrik, gas, dan air bersih. Tetapi dibanding dengan tahun sebelumnya pada bulan April 2010 PDB Indonesia pengalami peningkatan tetapi kenaikan inflasi tidak setinggi tahun 2009.
e. Perkembangan SWBI Sertifikat Wadi’ah Bank indonesia (SWBI) adalah surat berharga yang dukeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang yang berjangka waktu pendek (103 bulan). Dengan sistem bonus. SWBI merupakan salah satu mekanisme yang dugunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menjual SWBI, maka Bank Indonesia akan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.
102
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Grafik 4.5 Perkembangan SWBI Periode Desember 2005 – April 2010 Posisi SWBI pada akhir tahun 2005 mengalami peningkatan yang cukup drastis dapat dilihat pada akhir 2,390 milyar rupaih (8,82%). Namun pada awal bulan dan setengah tahun 2006, 2007 menjadi puncak turunnya nilai SWBI, sehingga membentuk parabola. Hal ini dikarenakan idle cast (dana yang menganggur) di Perbankan Syariah pada akhir tahun dapat dimanfaatkan dan kemudian dapat menyimpan SWBI dengan harapan bonus tinggi. Pada Januari-November 2006 posisi oustanding SWBI mengalami penurunan dibanding tahun Desember 2005. Hal ini disebabkan karena bonus yang diberikan BI kepada Perbankan Syariah relatif masih kecil. Sehingga Perbankan Syariah lebih memilih untuk menyalurkan dananya lebih kepada pembiayaan baik mudharabah maupun musyarakah daripada menitipkan danannya dalam bentuk SWBI ke Bank Indonesia. Pada awal bulan dan pertengahan tahun 2007 (2,663 milyar rupiah dan 2,036 milyar rupiah) menjadi puncak turunnya nilai SWBI sehingga 103
membentuk parabola. Hal ini dikarenakan idle cash (dana yang menanggur) di Perbankan Syariah pada akhir tahun dimanfaatkan dan kemudian disimpan pada SWBI dengan harapan bonus yang tinggi. Oleh sebab itu dana itu disimpan dalam SWBI dalam jangka waktu pendek dengan asumsi bahwa akhir tahun dana tersebut dapat menghasilkan bonus untuk memenuhi target laba yang diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa instrumen SWBI belum dapat optimal dalam operasionalnya. Pada awal 2008 posisi outstanding SWBI sudah mengalami peningkatan lagi dari 2,599 milyar rupiah menjaadi 2,824 milyar rupiah. Tingginya penempatan dana pada SWBI antara lain disebabkan oleh liquidnya kondisi perbankan akibat besarnya belanja pemerintah menjelang dan pada akhir tahun 2007 (pengaluaran pemerintah mencapai net 68,7 triliun) serta pencairan pembiayaan yang masih rendah (rata-rata bulanan pertumbuhan pembiayaan selama 1 kuartal sebesar 0,56 triliun atau 2%. Posisi outstandig SWBI pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 54% dibanding tahun 2008 44%. Hal ini terbukti bahwa pada tahun 2008 posisi outstanding SWBI mencapai 2,824 milyar rupiah menjadi 4,341 miliyar rupiah. Hal ini diakibatkan karena kenaikan pendapatan dana Perbankan Syariah antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Tetapi secara umum faktor-faktor yang
104
mempengaruhi
fluktuasi
SWBI
adalah
pertumbuhan
DPK
dan
Pembiayaan. Pada permulaan tahun 2010 posisi outstanding SWBI mengalami penurunan lagi. Hal tersebut terbukti bahwa pada bulan Januari SWBI 2,889 milyar rupiah, Februari SWBI mencapai 2,933 milyar rupiah, Maret SWBI mencapai 2.425 milyar rupiah dan April SWBI meningkat menjadi 3,027 milyar rupiah, hal ini disebabkan Perbankan Syariah mengalami kelebihan
liquiditas
pada
setiap
pembiayaan
(musyarakah
dan
mudharabah) pada sehingga tingkat SWBI dinaikan.
B. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Squeres) untuk model persamaan LTM=f(LNBH,LINF,LPDB,LSWBI). 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui variabel apakah anatara variabel independen dengan dependen keduanya memiliki data yang telah berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data berdistribusi normal atau mendekati normal (Gujarati, 2007:164). Untuk mengetahui data berdistribusi normal dapat dilihat pada pada gambar 4.1.
105
12
Series: Residuals Sample 2005M12 2010M04 Observations 53
10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
8
6
4
2
Jarque-Bera Probability
0 -0.15
-0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
1.97e-14 -0.006302 0.165884 -0.136122 0.063848 0.315456 2.880261 0.910688 0.634230
0.15
Sumber: Data diolah Gambar 4.1 Output Histogram-Normality test Uji Normalitas dengan menggunakan histrogram normality test pada penelitian ini, dilihat dari nilai probability JBstat = 0.634230 ≥ α 5% maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal (H0 ditolak, H1 diterima). b. Uji Multikolinearitas Uji Multikoliniearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dengan variabel dependen (Gujarati, 2007:67). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.1.
106
Tabel 4.1 Uji Multikolinearitas dengan metode Klien Koefisien R2
Variabel LTM=f(LNBH,INF,LPDB,LSWBI)
0.973589
LNBH=f(LINF,LPDB,LSWBI)
0.565059
LINF=f(LNBH,LPDB,LSWBI)
0.599076
LPDB=f(LNBH,LINF,LSWBI)
0.614867
LSWBI=f(LNBH,LINF,LPDB)
0.284207
Sumber: Data diolah
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa koefisien regresi utama R2LTM=f(LNBH,LINF,LPDB,LSWBI)= 0.973589 lebih besar dibanding dengan koefisien R2 dari regresi auxiliary, R2
LNBH =f(LINF,LPDB,LSWBI)=
0.565059,
R2LINF=f(LNBH,LPDB,LSWBI = 0.599076, R2LPDB=f(lNBH,LINF,LSWBI)= 0.614867, R2LSWBI=f(LNBH,LINF,LPDB) = 0.284207. Karena koefisien determinasi (R2) regresi utama LTM=f(LNBH,LINF,LPDB,LSWBI) lebih besar dibanding koefisien determinasi (R2) regresi auxiliary, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas (H0 diterima, H1 ditolak). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi tidak terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika varian dari residual
antara 107
pengamatan satu ke pangamatan lain bersifat tetap, maka disebut homokedastisitas. Tetapi jika varian dari residual antara pengamatan satu ke pengamatan lain berbeda-beda, maka disebut heteroskedastisitas. Model yang baik adalah tidak mengandung heterokedastisitas (Gujarati, 2007:82). Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tebel 4.3. Tabel 4.2 Output White Heteroskedasticity Test cross terms Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.493167 7.482568 5.769916
Prob. F(13,39) Prob. Chi-Square(13) Prob. Chi-Square(13)
0.9151 0.8756 0.9541
Sumber: Data diolah Tabel 4.3 Output Heteroscedasticity Test no cross-terms Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.605584 2.546170 1.963388
Prob. F(4,48) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4)
0.6605 0.6364 0.7425
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel uji White Heteroscedasticity baik cross terms dan no cross terms menunjukkan bahwa varians residual sudah bersifat tetap (homokedastisitas), artinya nilai probability Chi-Square = 0.8756 dan 0.6364 ≥ α 5%, maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah hateroskedastisitas (H0 diterima dan H1 ditolak). 108
d. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sekarang (t) dengan periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka terdapat autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi bersifat time series (time series) berkaitan satu sama lain (Gujarati, 2007:112). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Output Lagrange Multiplier-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
28.17618 19.86450
Prob. F(1,47) Prob. Chi-Square(1)
0.0000 0.0000
Sumber: Data diolah Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai probability Observasi Chi-Square pada uji autokorelasi terhadap nilai kritis (α 5%), dimana 0.0000 ≥
α 5%, sehingga dapat disimpulkan ada
autokorelasi (tolak H0, terima H1).
109
Tetapi dari hasil regresi terlihat bahwa masih terjadi masalah autokorelasi,
karena
nilai
Durbin
Watson
sangat
kecil.
Untuk
menghilangkan masalah otokorelasi maka penulis mengunakan model AR(1) yakni struktur autokorelasi bila ρ diketahui maka penyembuhan autokorelasi dapat dilakukan dengan transformasi persamaan yang dikenal sebagai metode Generalized difference equation (lihat lampiran 11). Metode AR(1) ini diaplikasikan jika koefisien autokorelasi cukup tinggi atau jika nilai statistik Durbin Watson sangant rendah. Kemudian di untuk mengetahui ada tidaknya autokotrelasi dilakukan dengan uji Lagrange Multiple. Sehingga diperoleh hasil dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Output Lagrange Multiplier-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.432048 5.176255
Prob. F(2,44) Prob. Chi-Square(2)
0.0996 0.0752
Sumber: Data diolah Dan dari tabel hasil uji LM di atas menunjukan bahwa nilai probability Chi-Square 0,0751 ≥ α 5%. Hal Ini menunjukan bahwa model tidak terdapat autokorelasi (tolak H0, terima H1).
110
2. Uji Statistik Tabel 4.6 Output Regresi untu TM Dependent Variable: LTM Method: Least Squares Date: 12/09/10 Time: 11:01 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNBH LINF LPDB LSWBI
-55.22747 -0.129109 0.088058 5.358348 0.097650
2.624898 0.100265 0.025708 0.203636 0.018911
-21.03986 -1.287683 3.425367 26.31334 5.163790
0.0000 0.2040 0.0013 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.973589 0.971388 0.066455 0.211982 71.11719 442.3566 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
15.98751 0.392876 -2.494988 -2.309112 -2.423509 0.828700
Sumber: Data diolah
a. Uji Parsial (Uji-t) 1) β2/LNBH = -0.129109 Karena Nisbah Bagi Hasil (equivalent rate) tidak berpengaruh signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, maka naik turunya Nisbah Bagi Hasil (equivalent rate) tidak akan mempengaruhi besaranya Tabungan Mudharabah.
111
Probability β2 = 0.2040 ≥ α 5% = tidak Signifikan (H0 diterima, H1 ditolak), artinya tidak terdapat pengaruh antara Nisbah Bagi Hasil terhadap Tabungan Mudharabah. 2) β3/LINF = 0.088058 Artinya : Apabila Inflasi naik satu persen maka akan meningkatkan Tabungan Mudarabah sebesar 0.088058 persen. Probability β3 = 0.0041 ≤ α 5% = Signifikan (H0 ditolak, H1 ditolak), artinya
terdapat
pengaruh
antara
inflasi
terhadap
Tabungan
Mudharabah. 3) β4/LPDB = 5.358348 Artinya : Apabila Pendapatan Nasional naik sebesar satu persen maka meningkatkan Tabungan Mudharabah sebesar 5.358348 persen. Probability β2 = 0.0000 ≤ α 5% = Signifikan (H0 ditolak, H1 ditolak), artinya
terdapat
pengaruh
antara
PDB
terhadap
Tabungan
Mudharabah. 4) β4/LSWBI = 0.097650 Artinya : Apabila Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia naik sebesar satu persen maka meningkatkan Tabungan Mudharabah sebesar 0.097650 persen. Probability β4 = 0.0000 ≤ dari α 5%
= Signifikan (H0 ditolak, H1
diterima), artinya terdapat pengaruh Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia terhadap Tabungan Mudharabah.
112
a. Uji Simultan (Uji-f) F-stat : 442.3620 Probability β1 ,β2, β3 , & β4 = 0.000000 ≤ α 5%
= Signifikan (H0 tolak,
H1 ditolak), artinya Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, PDB, SWBI secara bersama-sama mempengaruhi Tabungan Mudharabah.
3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependent. Dan untuk mengetahui seberapa jauh ketepatan dan kecocokan model yang berbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi. Berdasarkan hasil penghitungan dengan metode OLS diperoleh R2 = 0.973589 (97.3589%). Artinya : kemampuan variabel independent Nisabah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB, Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia dalam menjelaskan variabel (Tabungan Mudharabah) adalah sebesar 97,3589% sedangkan sisanya sebesar 2,6411% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini.
4. Interprestasi Hasil Analisis LTM = C1 + C2*LNBH + C3*LINF + C4*LPDB + C5*LSWBI LTM
=
-55.22747
-
0.129109*LNBH
+0.088058*LINF
+
5.358348*LPDB + 0.097650*LSWBI 113
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perubahanperubahan indikator ekonomi makro. Perubahan tersebut meliputi implementasi kebijakan ekonomi makro baik dari segi moneter maupun fiskal. Tabungan merupakan salah satu pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan. Keputusan masyarakat untuk menabung tidak terlepas dari kondisi ekonomi makro dan kebijakan yang diambil baik oleh Bank Sental seperti SBI (Konvensional) sedangkan SWBI (Syariah) dan Pemerintah seperti pertumbuhan ekonomin yang dilihat dari Pendapatan Nasional/PDB, JUB, dan Inflasi.
a. Pengaruh Nisbah Bagi Hasil terhadap Tabungan Mudharabah Variabel Nisbah Bagi Hasil (equivalent rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tabungan Mudharabah dengan probability variabel Nisbah Bagi Hasil sebesar 0,2040 ≥ α 5%. Dimana setiap penurunan atau peningkatan Nisbah Bagi Hasil (eqiuvalent rate) pada periode tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya Tabungan Mudharabah. Nisbah Bagi hasil (equivalent rate) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Tabungan Mudharabah. Dikarenakan
naik
turunnya equivalent rate yang diberikan oleh Bank kepada nasabah tidak berpengaruh terhadap kehendak masyakat untuk menabung. Hal ini terbukti pada jangka pendek equivelent rate relatif lebih stabil tetapi
114
jangka panjang relatif mengalami fluktulatif. Sehingga hal tersebut menjadi bukti bahwa kehendak masyarakat untuk menabung di Perbankan Syariah bukan dipengaruhi oleh motif untuk mendapatkan return berupa bagi hasil. Melainkan masyarakat ingin menabung karena sistem bank yang lebih Islami yaitu bank yang sistem operasionalnya terhindar dari riba, gharar, dan maysir. Apabila mengacu kepada hasil penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Muhammad Ghafur W (2003:68), “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap Simpanan Mudharabah pada periode tahun 1993 – 2001 di BMI (Bank Muamalat Indonesia)”. Dengan hasil penelitian bahwa Tingkat Nisbah Bagi Hasil berpengaruh terhadap Simpanan
Mudharabah.
Hal
ini
dikarenakan
kecenderungan
masyarakat untuk menabung di Perbankan Syariah adalah bukan karena motif untuk mendapat keuntungan (bagi hasil) tetapi dikarenakan sistemnya yang lebih Islami, maka penelitian tersebut mendukung kesimpulan pada regresi ini (Ghafur, 2003:68). Dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tika Arundina dan Yusuf Wibisono, “ Dampak Suku Bunga Konvensional terhadap DPK dan return Perbankan Syariah di Indonesia”. Dengan hasil penelitian bahwa
tingkat nisbah bagi hasil berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Hal ini dikarenakan variabel tersebut bertentangan dengan kenyataan dan teori ekonomi 115
yang seharusnya jika tingkat nisbah bagi hasil naik maka akan mengakibatkan kenaikaan pada deposito dan tabungan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel-variabel yang terdapat persamaan tersebut kurang. Artinya masih banyak variabel –variabel lain yang signifikan, yang dapat mempengaruhi deposito maupun tabungan di Bank Syariah. Tetapi variabel lain itu tidak disebutkan dalam model regresi (Tika Arundina dan Yusuf Wibisono:125).
b. Pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Variabel tingkat Inflasi
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan dengan Tabungan mudharabah dengan koefisien 0.088059, artinya setiap kenaikan
Inflasi sebesar satu persen, maka akan
meningkatkan tabungan mudharabah sebesar 0.088059 persen. Dengan probability t-statistik variabel tingkat Inflasi sebesar 0,0013 ≤ α 5%. Artinya variabel tingkat Inflasi
berpengaruh terhadap Tabungan
Mudharabah. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan terhadap dikarenakan selama Inflasi di Indonesia masih tergolong Inflasi ringan atau sedang maka itu berdampak positif terhadap perekonomian seperti meningkatnya semangat untuk menabung, meningkatnya investasi dalam perekonomian. Tetapi apabila Inflasi tergolong hyperinflasi maka justru akan berdampak negatif terhadap
116
perekonomian seperti menurunya semangat menabung, meneurunya investasi dalam perekonomian. Dalam teori Effek Fisher bahwa kenaikan inflasi satu persen mengakibatkan kenaikan tingkat suku bunga sebesar satu persen”. Karena dalam ekonomi Islam tidak diperbolehkan menggunakan tingkat bunga maka Perbankan Syariah menaikkan Nisbah Bagi Hasil sebagai pengurang jumlah uang beredar (JUB) dan untuk mengindari nasabah agar tidak bersifat rasional-material yaitu tergiur dengan tingginya tingkat suku bunga pada Perbankan Konvensional. Dan karena Tingkat Inflasi naik menyebabkan harga barang-barang suatu negara mengalami kenaikan secara terus menerus sebagai masalah bagi masyarakat. Hal ini terjadi kemungkinan dengan kenaikan inflasi berarti harga barangbarang mahal misalnya bahan makanan, pendidikan, perumahan, dan lain-lain, sehingga banyak masyarakat yang tidak mau membelanjakan uangnya dan mereka lebih suka menyimpan uangnya di bank. Apabila mengacu kepada hasil penelitian terdaulu, oleh Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008:13), dengan hasil penelitian bahwa tingkat Inflasi mempunyai bepengauruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, dan deposito) di 10 Bank Devisa pada periode Triwulan I 2003 – Triwulan III 2008. Hal ini terjadi karena tingkat Inflasi naik maka banyak masyarakat yang tidak mau membelanjakan uangnya karena inflasi naik berarti harga barang
117
seperti bahan pokok,menjadi mahal sehingga mereka lebih memilih menyimpan uang atau kekayaanya di Bank dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito selama masyarkat masih percaya bahwa bank mampu mengelola dana tersebut dengan effektif dan efisien (Aldrin dkk., 2008:13). Fery Ardianus dan Amelia Niko, “ Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 1997:3-2005:2”. Dengan hasil penelitian bahwa suku bunga berpengauruh positif dan signifikan terhadap Inflasi. Kondisi ini berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, pada satu kebijakan Bank Umum untuk menaikan bunga tabungan (deposito) dalam upaya mendapat sumber dari dana pihak ketiga (masyarakat penabung) secara tidak langsung menyebabkan terjadinya Inflasi. Sedangkan pelaku ekonom lain seperti pengusaha akan menjadi susuh menggerakkan dan mengembangkan usahanya dengan adanya Inflasi yang tinggi maka sektor riil susah bergerak. Karena biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai usaha menjadi lebih tinggi dan ditambah suku bunga pinjaman menjadi tinggi karena mengimbangi suku bunga tabungan yang sudah tinggi. Karena hal ini tidak mungkin maka kebijakannya adalah bunga tabungan tinggi sedangkan bunga pinjaman rendah sebab bank mengharapkan keuntungan dari selisih bunga tabungan dan pinjaman (Fery Ardianus & Amelia Niko, 2006:180).
118
c. Pengaruh Pendapatan Nasional terhadap Tabungan Mudharabah Variabel tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai pengaruh positif dan signifikan dengan Tabungan Mudharabah dengan koefisien 5.358342, dimana setiap kenikan PDB sebesar satu persen akan meningkatkan Tabungan Mudharabah sebesar 5.358342 persen. Dengan probability variabel PDB sebesar 0,0000 ≤ α 5%. Artinya variabel PDB berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah. Pendapatan nasional/PDB berpengaruh terhadap tabungan disebabkan karena kuatnya kinerja investasi pada sektor riil sehingga mengakibatkan peningkatan PDB. Dengan dorongan permintaan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan
dan
sektor
pengangkutan
menjadi
motor
pertumbuhan dengan sumbangan terhadap pertumbuhan PDB. Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami peningkatan maka hal tersebut berdampak pada kenaikan pendapatan nasional yang pada akhirnya mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan untuk pengeluaran konsumsi dan tabungan. Jika konsumsi turun, maka tabungan masyarakat akan mengalami kenaikan. Tetapi jika tingkat konsumsi naik maka tabungan akan turun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa
tingkat
Pendapatan
akan
mempengaruhi
tingkat
Tabungan dengan fungsi Tabungan S=Y-C atau S=I, S= Tabungan, Y=
119
Pendapatan, C= Konsumsi penawaran dana pinjaman tergantung pada Pendapatan dan kebijakan fiskal (kenaikan konsumsi dan penurunan pajak. Ketika pendapatan naik maka tabungan (S) sama dengan Y-C. Naiknya penawaran dana pinjaman menyebabkan turunya tingkat bunga. Hal ini menjadikan hubungan pendapatan yang lebih tinggi menujukkan tabungan yang lebih tinggi juga yang pada akhirnya tingkat bunga ekuilibriun lebih rendah dan kurva IS miring ke bawah(Mankiw, 2003:264). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, Bassam Abu Al-Four terdapat hubungan antara tabungan dengan GDP/PDB baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan baik jangka pendek maupun jangka panjang perilaku menabung masyarakat masih dipengaruhi oleh naik turunya pendepatan nasional (PDB) (Bassam Abu Al-Four, 2010, 8). Dan Firman Mochtar, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara GDP/PDB dengan tabungan di Indonesia (Ahmad Hidayah D, 2007:6).
d. Pengaruh Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dengan Tabungan Mudharabah Variabel tingkat SWBI
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan dengan Tabungan Mudharabah dengan koefisien 0.097649,
120
dimana setiap kenaikan SWBI sebesar satu persen akan meningkatkan Tabungan Mudharabah sebesar nilai 0.097649 persen. Tingkat signifikansi variabel SWBI sebesar 0,0000 ≤ α 5%. Artinya variabel SWBI berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah. Hal tersebut disebabkan, semakin posisi outstanding SWBI naik yang akan mengakibatkan peningkatan pada bonus SWBI. Karena Bonus SWBI naik maka Bank Syariah akan memberi equivalen rate nisbah lebih tinggi untuk meningkatkan tabungan masyarakat. Sehingga apabila Bank Syariah memberi equivalen rate nisbah yang tinggi maka masyarakat akan cenderung menabung di Perbankan Syariah. Pengaruh
SWBI terhadap Tabungan Mudharabah didukung
oleh hasil penelitian sebelumnya oleh Emilianshah Banowo dan Budi Hermawan, dengan judul penelitian,“Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah dengan SWBI”. Hasil
penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara tingkat SWBI dengan Simpanan Mudharabah. Hal ini disebabkan tingkat nisbah Simpanan Mudharabah memang terkait dengan instrumen moneter Bank Indonesia baik SWBI maupun SBI. Dan SWBI sebagai alternatif investasi Bank Syariah dan merupakan instrumen moneter pasar yang relatif baru yang pola pergerakannya relatif berbeda dengan tingkat suku bunga SBI yang cenderung mengalami naik turun (Emilinshah dkk., 2005:142). 121
C. Pengaruh Makroekonomi terhadap Perbankan Syariah di Indonesia dan Arah Kebijakannya Pengaruh krisis keuangan global telah menyebabkan penurunan ekonomi dunia terutama pengaruhnya di sektor perbankan negeri. Salah satu penyebab adalah terhambatnya peningkatan sektor kinerja perbankan nasional akibat penurunan kinerja perekonomian secara umum. Akibat krisis keuangan global Perbankan Syariah tidak secara langsung dipengaruhi oleh kinerja keuangan tetapi lebih dipengaruhi oleh kinerja ekonomi yang direpresentasikan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Berapa faktor yang akan meningkatkan pertumbuhan industri Perbankan Syariah Nasional adalah; (1) UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN, (2) peningkatan credit rating Indonesia yang direfleksikan menurunnya resiko investasi di Indonesia, (3) kinerja ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh positif dengan angka pertumbuhan yang relatif tinggi di bandingkan negara kawasan; dan (4) pulihnya kinerja perekonomian global. Kondisi suku bunga yang menurun akan meningkatkan pertumbuhan DPK perbankan syariah. Sehingga dapat pemulihan ekonomi global yang diperkirakan akan meningkatkan volume ekonomi negara-negara, dan lebih mendorong perekonomian nasional. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan tingkat inflasi yang akan diikuti oleh kebijakan moneter
122
yang relatif ketat dengan tingkat suku bunga yang cenderung meningkat. Kondisi ini berpengaruh terhadap kinerja Perbankan Syariah terutama pada sisi pendanaannya, karena naiknya tingkat suku bunga diperkirakan akan menyebabkan penurunan tingkat daya saing Perbankan Syariah dari sisi imbalan hasil pendanaan. Jika nasabah Bank Syariah, khususnya nasabah mengambang (floating customers) yang utamanya korporasi, akan mengalihkan dananya ke Bank Konvensional yang menawarkan return yang lebih tinggi, maka kondisi ini dapat memberikan tekanan pada likuiditas Bank Syariah. Namun hal ini sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengambil kebijakan tingkat inflasi. Arah kebijakan pemgembangan Perbankan Syariah akan difokuskan pada peningkatan peran Perbankan Syariah terhadap Perekonomian Nasional
dan
penguatan
ketahannya
sebagai
berikut:
(http//www.bi.go.id/laporan/Perkembangan/Perbankan/Syariah) a. Peningkatan Kualitas Human Capital dan Pengawasan Perbankan Syariah. Pemulihan ekonomi pada tahun 2010 dan berlakunya sistem perpajakan baru yang kondusif dari Perbankan Syariah diharapkan akan meningkatkan volume industri sekaligus jumlah Bank Syariah. Peningkatan proyeksi volume industri dan Bank Syariah tentu akan menuntut kesediaan jumlah SDM yang memadai. Dalam jangka pendek, akan diupayakan peningkatan program-program pelatihan bagi SDM Perbankan Syariah. 123
b. Peningkatan Kualitas Sistem Pengawasan Peningkatan kualitas pengaturan secara berkesinambungan akan selalu disesuaikan dengan perkembangan-perkembangan terkini baik yang berasal dari IFSB, BIS maupun komitmen internasional lainnya. Dalam
aspek
peningkatan
infrastruktur
pengawasan,
arah
penegmbangan ditujukan pada upaya untuk melengkapi sistem pengawasan yang mengacu pada resiko dan kualitas manajemen yang baik. c. Penguatan Permodalan Proyeksi volume industri Perbankan Syariah pada tahun 2010 termasuk DPK, harus diikuti oleh peningkatan modal sehingga Perbankan Syariah tetap memilki financial buffer yang tinggi. Peningkatan
modal antara
lain:
(i)
penyempurnaan peraturan
restrukturisasi, (ii) peningkatan maksimal penyertaan bank induk kepada BUS sebagai anak perusahaan; (iii) penyempurnaan penilaian kualitas pembiayaan berbasis bagi hasil. d. Pengembangan Unit Usaha Syariah dan Subsidiary Peningkatan peran dan manfaat Perbankan Syariah dalam perekonomian tentunya akan sejalan dengan peningkatan volume usaha Perbankan Syariah pada perekonomian nasional dengan tujuan mewujudkan perlusan jaringan BUK dan pemberian insentif kepada BUK untuk mendorong spin off UUS. 124
e. Meningkatkan efisiensi Melalui Financing Deeping Menjaga daya saing dan kinerja industri Perbankan Syariah dengan memperkaya variasi produk dan jasa yang ditawarkan, dengan mengedepankan aspek kesesuaian dengan prinsip Syariah. Selain itu dengan melakukan kegiatan pembiayaan secara cross- sektor dengan sub sietem keuangan Syariah seperti kolaborasi dengan sistem zakat. Kolaborasi antara sistem perbankan dengan sub sistem keuangan Syariah lainnya melalui upaya-upaya penjajagan kerangka peraturan dan pertukaran informasi agar proses inisiasi pembiayaan secara crosssektor dapat dilakukan secara berhati-hati. Keberhasilan Perbankan Syariah dalam menghimpun dana dari masyarakat tidak terlepas dari kemampuan Bank Syariah, dalam menjangkau lokasi nasabah agar lebih efektif dan efisien. Yaitu dengan menambah jumlah kantor cabang, maka jumlah masyarakat yang menyimpan dana ke Bank Syariah
menjadi bertambah. Prospek
melaksanakan program pengembangan Perbankan Syariah sebagai berikut: (Adrian, 2009:42) a. Pengembangan
jaringan
kantor
Perbankan
Syariah
diserahkan
sepenuhnya kepada mekanisme pasar (market deviden), yaitu interaksi antara masyarakat yang membutuhkan jasa Perbankan Syariah dengan
125
investor atau lembaga perbankan dalam menyediakan layanan jasa Perbankan Syariah atas peran otoritas Bank Indonesia. b. Pengaturan dan pengembangan Perbankan Syariah dilaksanakan dengan tidak menerapkan infant industry argument, yaitu memberikan perlakukan-perlakuan khusus dengan adanya perbedaan peraturan dan ketentuan yang diharapkan oleh Perbankan Syariah, yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. c. Pengembangan Perbankan Syariah dari sisi kelembagaan maupun pengaturan dilaksanakan secara bertahap
(step by step) dan
berkelanjutan baik dari aspek operasional maupun aspek sistem Perbankan Syariah. d. Pengaturan dan pengembangan Perbankan Syraiah menetapkan prinsip universalitas sesuai dengan nilai dasar Islam yaitu rahmat bagi seluruh alam (tidak hanya masyarakat muslim) yang taat terhadap prinsip Syariah seperti pada akad dan kegiatan Perbankan Syariah. e. Sistem Perbankan Syariah mengedepankan aspek moralitas dan etika, seperti; shidiq (kebenaran), istiqomah, tabliq, amanah, dan fathanah. Dan penerapan nilai-nilai kerjasama (ta’awun), pengelolaan yang operasional (ri’ayah), serta upaya bersama-sama dan terus menerus dalam melakukan kebaikan (fastabiqul khairat).
126
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui apakah terjadi pengaruh antara Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
terhadap Tabungan Mudharabah
pada periode Desember 2005 – April 2010. Berdasarkan hasil regresi OLS (Ordinary Least Squares) dari penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa: 1. Secara bersama-sama (simultan) Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB, dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tabungan Mudharabah dengan probability F-statistk Tabungan Mudharabah= 0.0000 atau lebih kecil dari α 5%.
2. Secara individu (parsial) hasil penelitian ini sebagai berikut a. Nisbah Bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Hal ini berarti kehendak masyarakat untuk menabung di Perbankan Syariah bukan dipengaruhi oleh motif untuk mendapatkan keuntungan (bagi hasil) tetapi disebabkan oleh faktor lain yang tidak dapat dikemukakan disini. Tetapi ada kecenderungan 127
masyarakat untuk menabung di Perbankan Syariah disebabkan karena sistem bank yang Islami. Hal ini terbukti dari hasil regresi probability t-Statistik Nisbah Bagi Hasil = 0.2040 atau lebih besar α 5%. b. Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Itu artinya ketika inflasi naik maka Tabungan Mudharabah juga akan naik, dikarenakan pada saat terjadi inflasi harga-harga naik secara terus menerus dan berakibat daya beli masyarakat
menjadi
turun.
Turunya
daya
beli
masyarakat
mengakibatkan masyarakat lebih memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk tabungan maupun deposito di Bank. Hal ini terbukti dari hasil regresi probability t-Statistik Inflasi = 0.0013 atau lebih kecil dari α 5%. c. Pendapatan Nasional (PDB) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Ini artinya ketika pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat pada suatu negara mengalami peningkatan,
maka
Tabungan
Mudharabah
juga
mengalami peningkatan, karena tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi tetapi sebagian juga untuk di simpan (saving). Hal ini terbukti dari hasil regresi probability t-Statistik Produk Domestik Bruto = 0.0000 atau lebih kecil dari α 5%. d. Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Ini artinya 128
ketika outstanding SWBI mengalami naik, maka Tabungan Mudharabah juga akan meningkat. Untuk mengatasi kelebihan liquiditas Bank Inbonesia menerbitkan SWBI. Sebagai bukti penitipan dana Bank Syariah, maka Bank Indonesia memberikan presentese bonus tertentu. Ketika bonus SWBI naik maka equivalent rate of return juga akan naik. Karena equivalent rate of return (bagi hasil)
pada
simpanan
mudharabah
naik
maka
Tabungan
Mudharabah juga naik. Hal ini terbukti dari hasil regresi probability t-Statistk Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia = 0.0000 atau lebih kecil α 5%. Arah kebijakan dalam mengembangkan Perbankan Syariah difokuskan pada peran Perbankan
Syariah dalam memajukan
perekonomian nasional diantaranya; Peningkatan Kualitas Human Capital dan Pengawasan Perbankan Syariah, Penguatan Permodalan Bank, Pengembangan Unit Usaha Syariah dan Subsidiary, Peningkatan
Efisiensi Melalui Financial Deepening dengan memperkaya produk dan jasa yang ditawarkan Perbankan Syariah. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi yang dapat ditulis sebagai berikut: 1. Bagi akademis Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan pustaka bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia perbankan 129
baik itu tabungan maupun investasi yang lainnya yang dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan APBN, Inflasi dan Pajak. 3. Bagi nasabah (masyarakat) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para nasabah dalam pengambilan keputusan untuk penyimpanan kekayaan yang tepat, terutama jika nasabah ingin menginvestasikan kekayaannya dalam bentuk tabungan di Perbankan Syariah. Dari hasil kesimpulan dan implikasi di atas maka saran yang dapat ditulis sebagai berikut: 1. Memiliki keterbatasan diantaranya periode pengamatan sehingga masih diperlukan data untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Dan juga menambah variabel bebas lainnya yang kemungkinan mempengaruhi tabungan mudharabah. Peneliti juga menyarankan untuk penelitian yang akan datang menggunakan menambah data bulanan agar dapat terhindar dari masalah autokorelasi. Selain itu juga menambah variabel baru dengan maksud untuk mengetahui secara pasti variabel atau hal apa saja yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap tabungan 130
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Misalnya indikator ekonomi makro yang mencerminkan kondisi sektor seperti giro wajub minimum (GWM), Jumlah Jaringan Kantor, dan Kurs. 2. Bank Syariah agar lebih meningkatkan pelayanan (jasa-jasa) sehingga masyarakat agar lebih tertarik untuk menabung di Perbankan Syariah. Diharapkan Bank Syariah dapat lebih mensosialisasikan keberadaan kepada masyarakat khususnya yang ada di pelosok-pelosok daerah. 3. Untuk menghindari kekurangan liquiditas, maka Bank Syariah harus mampu mempertahankan para nasabah untuk tetap berinvestasi karena sebagian besar dananya berasal dari dana masyarakat yang mencakup giro, deposito, dan tabungan. 4. Diharapkan pemerintah dapat melakukan langkah-langkah dalam menyesuaikan kebijakan moneter dengan tujuan untuk menekan laju inflasi. Peran lembaga keuangan dan perbankan yang diharapkan mampu memobilisasi serta menyalurkan dana masyarakat untuk mengimbangi aliran dana yang keluar agar tidak mendorong inflasi. 5. Perilaku konsumsi dan pengeluaran dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat. Pendapatan Nasional (PDB) sangat mempengaruhi jumlah tabungan dan investasi sehingga untuk melakukan mobilisasi dana masyarakat ke lembaga perbankan, maka perlu tercipta peningkatan terhadap pendapatan nasional riil. Diharapkan pemerintah juga mempunyai kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat mendorong sektor riil, sehingga dunia usaha menjadi lebih berkembang. 131
DAFTAR PUSTAKA
Abu Sulaiman, Abdul Wahab Ibrahim, Banking Cards Syariah Kartu Kredit dalam perspektif fikih—Ed. 1,--1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006. Al Mishri, Abdul Sami’, Pilar-Pilar Ekonomi Islam,—Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pilar, 2006. Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. Arundina, Tika & Yusuf Wibowo, Dampak Suku Bunga Konvensional Terhadap Dana Pihak Ketiga Dan Return Perbankan Syariah Di Indonesia, 2001-2004, Jakarta: UI Press, 2007. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007. Bandroen, Faisal dkk., Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006. Banowo, Emilianshah & Budi Hermana, “Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia,” jurnal diakses tanggal 23 April 2010, dari http://proceeding.seminar nasional.pdf Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta:BPFE, 1995. Chapra, M. Umer , Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Donna, Duddy Roemara & Dumairy, “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,” jurnal diakses tanggal 26 Juni 2010, dari http://sosiosain.permintaan-penawaran-mudharabah,html. 132
Edwin N., Mustafa dkk., Pengenalan Ekselusif:Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. ---------------, Profit Sharing Moral Hazard dalam Penyaluran Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia, Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 2007. Ghafur W, Muhammad, Protet Perbankan Syariah Di Indonesia Terkini (Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah), Yogyakarta: Biruni Press, 2007. Hamid, Abdul, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Hamja, Yahya, Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. ----------------, Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hamid, Arifin, Membumikan Ekonomi Syariah, Jakarta: Elsaa, 2006. Hatta, M., “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan Moneter Islam,” atrikel diakses tanggal 23 April 2010, dari http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkat pengendalianinflasi- dalam-perspektif-kebijakan-moneter-islam/ Karim, Adiwarman A., Akad dan Produk Perbankan Syariah, Jakarta: PT. RadjaGrafindo Persada, 2004. ----------------, Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan, Jakarta: PT RadjaGrafindo, 2007. ----------------, Ekonomi Makro Islami, Persada, 2007.
Jakarta: PT RadjaGrafindo
Khalwaty, Tajul, Inflasi dan Solusinya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000. Kuncoro, Mudrajad, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 2003. 133
K. Lewis, Mervyn dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktek, dan Prospek, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001. Mankiw, N. Gaogery, Principlesof Economics: Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Erlangga, 2002. ----------------, Teori Makroekonomi. Ed. 5, Jakarta: Erlangga, 2003. Mochtar, Firman, Hubungan Perilaku Simpanan Masyarakat Di Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi, Jakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia, 2006. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Ed. 1, Yogyakarta: Ekonisia, 2005. ----------------, Bank Syariah: Analisis kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancamam, Jakarta: Ekonosia, 2006. Nacrowi, D Naacrowi & Harduis Jusman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk analisis Ekonomi dan Keuangan, 2006: Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. N. Gujarati, Damodar, Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2007. ----------------, Dasar-Dasar Ekonomertika Jilid 2007.
2, Jakarta: Erlangga,
Pohan, Aulia, Potret Kebijakan Moneter Indonesi. Ed. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ekonomi Islam. Ed.1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008. Rejekining, Tri Wahyu & Banatul Hayati, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang,” jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 1/Juli 2004 diakses tanggal 17 Nopember 2010, dari http://www.dinamikapembangunan.co.id.pendapatan-tabungan.html.
134
Rodoni, Ahmad, Investasi Syariah, Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Rodoni, Ahmad & Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2008.
Saeed, Abdullah, 2004, Menyeol Bank Syariah: Kritik atas Interprestasi Bunga Bank Kaun Neo-Revivalis: Jakarta: Pramadina.
Sakti, Ali, Analisis Teori Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan Aqsa, 2007.
Setyarini, Ekaning & Budi Hermana, “Perbandingan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah Dengan Suku Bunga Deposito Bank Indonesia Pada Periode Januari 2002-Oktober 2004,” jurnal diakses tanggal 23 April 2010, dari http://proceeding.seminar nasional.pdf
Sholahudin, M., Asas-asas Ekonomi Islam. Ed. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.
Somitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ed. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Sukirno, Sadono, Teori Pengantar Makro Ekonomi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta, 2004.
Sutedi, Adrian, Perbankan Syariah: Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Suma, Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, Jakarta: Kholam Publising, 2008.
Sudarsono, Heri, Konsep Ekonomi Islam, Jogyakarta: Ekonisia, 2002.
Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syariah: dari teori ke praktek, Ed. 1, Yogyakarta: UGM Press, 2001. 135
Teguh Wiyono dkk., Prospek Bank Syariah Pasca Fatwa MUI, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005. Todaro, Michale P dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, Ed. 9, Jakarta: Erlangga, 2006. Wibiwo, Aldrin & Susi Suhendra, “Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa Di Indonesia,” Jurnal diakses tanggal 21 Agustus 2010,dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/14030/09E00329.pdf Widarjono, Agus, Ekonometrika: Teori Dan Aplikasi Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Yogyakarta: Ekonisia, 2007. Winarno, Wing Wahyu, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan EViews, Yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2007. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Usaha Bank Syariah, Jakarta: Grasindo, 2005. http://www.bi.go.id/statistik perbankan syariah pada tanggal 23 April September 2010 jam 14.41 WIB.
136
Lampiran 1 Data Variabel
OBS Dec-05 Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 May-06 Jun-06 Jul-06 Aug-06 Sep-06 Oct-06 Nov-06 Dec-06 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Aug-07 Sep-07 Oct-07 Nov-07 Dec-07 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08
TM (Triliun Rupiah) 4,370,568 4,291,784 4,382,251 4,501,201 4,651,541 4,890,340 4,971,785 5,250,390 5,298,025 5,604,591 5,749,437 5,844,672 6,430,355 6,574,048 6,550,882 6,740,443 6,707,827 6,914,974 7,187,821 7,524,694 7,693,895 8,104,200 8,479,723 8,613,626 9,454,060 9,608,759 9,784,888 9,901,611 10,249,021 10,469,666 10,857,850
NBH (%) 0.33 0.29 0.30 0.32 0.32 0.34 0.29 0.32 0.47 0.34 0.30 0.28 0.31 0.28 0.29 0.29 0.28 0.28 0.27 0.25 0.26 0.26 0.27 0.26 0.28 0.26 0.31 0.27 0.25 0.25 0.25
INF (%) 1.42 1.42 1.49 1.31 1.28 1.30 1.29 1.26 1.24 1.21 0.52 0.44 0.55 0.52 0.52 0.54 0.52 0.50 0.48 0.50 0.54 0.58 0.57 0.56 0.55 0.61 0.62 0.68 0.75 0.87 0.92
PDB (Milyar Rupiah) 438,500 441,761 445,023 448,284 451,217 454,149 457,082 462,405 467,727 473,050 470,652 468,253 465,855 469,178 472,501 475,834 479,583 483,343 487,102 493,457 491,812 506,168 501,900 497,632 493,365 497,324 501,283 505,243 509,948 514,653 519,359
SWBI (Milyar Rupiah) 2,395 2,156 1,696 1,148 1,171 1,092 1,188 872 1,117 1,046 1,190 1,547 2,357 2,663 3,002 3,325 3,166 2,801 2,036 1,555 983 1,311 1,761 1,644 2,599 3,189 3,717 2,135 2,829 3,119 3,079 137
TM PDB SWBI (Triliun (Milyar (Milyar NBH INF Rupiah) (%) (%) Rupiah) Rupiah) OBS Jul-08 11,071,997 0.24 0.99 525,761 1,175 Aug-08 10,851,576 0.24 0.99 532,164 438 Sep-08 11,410,243 0.25 1.01 538,564 413 Oct-08 11,731,978 0.27 0.98 532,023 453 Nov-08 11,545,316 0.27 0.97 525,479 1,063 Dec-08 12,470,952 0.30 0.92 518,935 2,824 Jan-09 11,616,000 0.27 0.76 521,847 4,194 Feb-09 11,716,000 0.28 0.72 524,759 3,734 Mar-09 12,084,000 0.27 0.66 527,672 3,251 Apr-09 12,261,000 0.28 0.61 531,801 2,164 May-09 12,348,000 0.28 0.50 535,930 3,391 Jun-09 12,798,000 0.26 0.30 540,060 3,003 Jul-09 12,774,000 0.25 0.22 547,128 1,890 Aug-09 12,600,000 0.25 0.23 554,197 2,483 Sep-09 13,310,000 0.25 0.23 561,265 3,095 Oct-09 13,418,000 0.24 0.21 556,691 3,683 Nov-09 13,511,000 0.23 0.20 552,117 3,163 Dec-09 14,937,000 0.23 0.23 547,543 4,341 Jan-10 14,809,000 0.21 0.31 551,068 2,889 Feb-10 14,742,000 0.20 0.32 554,592 2,933 Mar-10 14,802,000 0.24 0.28 558,117 2,425 Apr-10 14,877,000 0.21 0.32 563,317 3,027 Sumber: BI pada Statistik Perbankan Syariah dan Biro Pusat Statistik (BPS) NB: Untuk NBH dan INF adalah data (year on year) sehingga diperlukan pembagian 12 bulan Misalnya data bulan Desember 2005, NBH adalah 3.96:12 = 0.33 atau INF adalah 17.11:12 = 1.42
138
Lampiran 2 Regresi Utama Dependent Variable: LTM Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 16:54 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
C LNBH LINF LPDB LSWBI
-55.22747 -0.129109 0.088058 5.358348 0.097650
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.973589 0.971388 0.066455 0.211982 71.11719 442.3566 0.000000
Std. Error
t-Statistic
2.624898 -21.03986 0.100265 -1.287683 0.025708 3.425367 0.203636 26.31334 0.018911 5.163790 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0000 0.2040 0.0013 0.0000 0.0000 15.98751 0.392876 -2.494988 -2.309112 -2.423509 0.828700
Sumber:Data diolah
139
Lampiran 3 Uji Normalitas 12
Series: Residuals Sample 2005M12 2010M04 Observations 53
10
8
6
4
2
0 -0.15
-0.10
-0.05
-0.00
0.05
0.10
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.97e-14 -0.006302 0.165884 -0.136122 0.063848 0.315456 2.880261
Jarque-Bera Probability
0.910688 0.634230
0.15
Sumber: Data diolah
140
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary Nisbah Bagi Hasil Dependent Variable: LNBH Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:03 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
C LINF LPDB LSWBI
13.05372 0.057402 -1.088628 -0.003923
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.565059 0.538430 0.094686 0.439302 51.80704 21.21962 0.000000
Std. Error
t-Statistic
3.241875 4.026594 0.035699 1.607966 0.244941 -4.444454 0.026938 -0.145630 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0002 0.1143 0.0001 0.8848 -1.296710 0.139368 -1.804039 -1.655338 -1.746856 1.201400
Sumber: Data diolah
141
Lampiran 5 Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary Inflasi Dependent Variable: LINF Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:04 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
C LNBH LPDB LSWBI
46.54449 0.873165 -3.296269 -0.345884
R-squared 0.599076 Adjusted R-squared 0.574530 S.E. of regression 0.369290 Sum squared resid 6.682363 Log likelihood -20.32701 F-statistic 24.40589 Prob(F-statistic) 0.000000
Std. Error
t-Statistic
12.98280 3.585089 0.543024 1.607966 1.028968 -3.203470 0.092744 -3.729460 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0008 0.1143 0.0024 0.0005 -0.489481 0.566151 0.918000 1.066702 0.975184 0.337204
Sumber: Data diolah
142
Lampiran 6 Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary Pendapatan Nasional (PDB) Dependent Variable: LPDB Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:06 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
C LNBH LINF LSWBI
12.86058 -0.263915 -0.052534 -0.013118
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.614867 0.591287 0.046620 0.106500 89.35875 26.07622 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.124610 103.2067 0.059381 -4.444454 0.016399 -3.203470 0.013133 -0.998845 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0000 0.0001 0.0024 0.3228 13.12896 0.072923 -3.221085 -3.072384 -3.163902 0.452383
Sumber: Data diolah
143
Lampiran 7 Uji Multikoliniaritas dengan Regresi Auxiliary Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia Dependent Variable: LSWBI Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:07 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
C LNBH LINF LPDB
27.10502 -0.110281 -0.639220 -1.521157
R-squared 0.284207 Adjusted R-squared 0.240383 S.E. of regression 0.502027 Sum squared resid 12.34952 Log likelihood -36.60187 F-statistic 6.485196 Prob(F-statistic) 0.000877
Std. Error
t-Statistic
19.44770 1.393739 0.757271 -0.145630 0.171397 -3.729460 1.522916 -0.998845 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.1697 0.8848 0.0005 0.3228 7.589698 0.576010 1.532146 1.680847 1.589329 0.586907
Sumber: Data diolah
144
Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas cross terms Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.493167 7.482568 5.769916
Prob. F(13,39) Prob. Chi-Square(13) Prob. Chi-Square(13)
0.9151 0.8756 0.9541
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:09 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Collinear test regressors dropped from specification Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNBH LNBH^2 LNBH*LINF LNBH*LPDB LNBH*LSWBI LINF LINF^2 LINF*LPDB LINF*LSWBI LPDB LPDB*LSWBI LSWBI LSWBI^2
-9.611972 -3.710694 0.005146 0.001997 0.290216 -0.010021 1.012738 -0.004916 -0.073572 -0.006477 0.732314 -0.049703 0.673602 -0.002367
6.052615 3.282943 0.058232 0.038167 0.253744 0.029750 0.878325 0.007521 0.068239 0.006748 0.466907 0.046754 0.611548 0.003845
-1.588069 -1.130295 0.088365 0.052325 1.143734 -0.336828 1.153034 -0.653704 -1.078154 -0.959780 1.568437 -1.063058 1.101470 -0.615715
0.1203 0.2653 0.9300 0.9585 0.2597 0.7381 0.2559 0.5171 0.2876 0.3431 0.1249 0.2943 0.2774 0.5417
R-squared 0.141181 Adjusted R-squared -0.145093 S.E. of regression 0.005925 Sum squared resid 0.001369 Log likelihood 204.7390 F-statistic 0.493167 Prob(F-statistic) 0.915119
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.004000 0.005537 -7.197696 -6.677242 -6.997555 1.527890
Sumber: Data diolah
145
Lampiran 9 Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity no cross terms Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.605584 2.546170 1.963388
Prob. F(4,48) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4)
0.6605 0.6364 0.7425
Std. Error
Prob.
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:14 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Variable
Coefficient
t-Statistic
C LNBH^2 LINF^2 LPDB^2 LSWBI^2
-0.052720 -0.003748 0.000999 0.000336 7.89E-05
0.109195 -0.482806 0.003468 -1.080914 0.001423 0.701839 0.000655 0.513774 0.000102 0.775012
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.048041 -0.031289 0.005623 0.001518 202.0104 0.605584 0.660509
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.6314 0.2851 0.4862 0.6098 0.4421 0.004000 0.005537 -7.434356 -7.248479 -7.362877 1.495790
Sumber: Data diolah
146
Lampiran 10 Uji Autokotelasi dengan metode Lagrange-Multiplier-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
28.17618 19.86450
Prob. F(1,47) Prob. Chi-Square(1)
0.0000 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:16 Sample: 2005M12 2010M04 Included observations: 53 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
C LNBH LINF LPDB LSWBI RESID(-1)
1.220525 0.042551 -0.029408 -0.074866 -0.026091 0.666034
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.374802 0.308292 0.053102 0.132531 83.56389 5.635236 0.000378
Std. Error
t-Statistic
2.110022 0.578442 0.080518 0.528471 0.021276 -1.382203 0.163328 -0.458378 0.015890 -1.641966 0.125474 5.308124 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.5657 0.5997 0.1734 0.6488 0.1073 0.0000 1.97E-14 0.063848 -2.926939 -2.703887 -2.841164 1.924060
Sumber: Data diolah
147
Lampiran 11 Penaggulangan Autokorelasi dengan AR(1) Dependent Variable: LTM Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:22 Sample (adjusted): 2006M01 2010M04 Included observations: 52 after adjustments Convergence achieved after 8 iterations Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNBH LINF LPDB LSWBI AR(1)
24.88174 0.035564 0.032140 -0.554394 0.013063 0.983550
7.511741 0.041504 0.025395 0.548166 0.012551 0.009443
3.312380 0.856876 1.265627 -1.011362 1.040810 104.1608
0.0018 0.3960 0.2120 0.3171 0.3034 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.994647 0.994065 0.029604 0.040314 112.4348 1709.425 0.000000
Inverted AR Roots
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
16.00091 0.384274 -4.093647 -3.868503 -4.007332 2.520613
.98
Sumber: Data diolah
148
Lampiran 12 Uji Autokorelasi dengan Lagrange-Multiplier-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.432048 5.176255
Prob. F(2,44) Prob. Chi-Square(2)
0.0996 0.0752
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/06/10 Time: 17:30 Sample: 2006M01 2010M04 Included observations: 52 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNBH LINF LPDB LSWBI AR(1) RESID(-1) RESID(-2)
1.962805 -0.008639 -0.001505 -0.128094 -0.003738 0.002244 -0.338241 -0.105204
7.349001 0.040477 0.025132 0.535687 0.012371 0.009227 0.153498 0.153403
0.267085 -0.213429 -0.059874 -0.239121 -0.302154 0.243155 -2.203545 -0.685800
0.7907 0.8320 0.9525 0.8121 0.7640 0.8090 0.0328 0.4964
R-squared 0.099543 Adjusted R-squared -0.043711 S.E. of regression 0.028723 Sum squared resid 0.036301 Log likelihood 115.1610 F-statistic 0.694871 Prob(F-statistic) 0.675927
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.40E-13 0.028115 -4.121577 -3.821385 -4.006490 1.872650
Sumber: Data diolah
149