PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (2006-2010) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh: RIZKIA ULFAH NIM. 106046101690
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M
PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (2006-2010)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh: RIZKIA ULFAH NIM. 106046101690
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.H.Anwar Abbas, M.Ag.,MM NIP. 195502151983031002
M.Nur Rianto Al Arif, M.Si NIP. 198110132008011006
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Rizkia Ulfah
NIM
: 106046101690
Jurusan
: Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul” Pengaruh Makroekonomi Terhadap Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan Syariah Di Indonesia 2006-2010”, adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang atau menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 22 Juni 2011
(Rizkia Ulfah)
RIWAYAT HIDUP I. Identitas Pribadi Nama
Rizkia Ulfah
Tempat dan Tanggal Jakarta, 01 Oktober 1987 Lahir Alamat Rumah
Jl. Rawa Indah No. 04 rt 04/006 Jaticempaka Pondok Gede
Alamat Domisili
Idem
Telepon
08569906598 / 021-99093161
II. Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal 1993-1999
SDN Cempaka I
1999-2002
Tsanawiyah Pon-Pes Daarul Rahman Islamic Boarding School
2002-2005 2006-sekarang
Aliyah Pon-Pes Daarul Rahman Islamic Boarding School Kuliah di Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas
Islam
Negeri
(UIN)
Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
i
Syarif
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel makroekonomi yaitu, Tingkat Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar mempengaruhi terhadap margin bagi hasil deposito mudharabah perbankan syariah pada periode Januari 2006- Desember 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Data yang digunakan merupakan data time series yang diambil dari data statistik perbankan syariah di Bank Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabelvariabel yang mempengaruhi margin bagi hasil deposito mudharabah seperti Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap margin bagi hasil deposito mudharabah.
Kata kunci :
Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar dan Mudharabah.
ii
Margin Bagi Hasil Deposito
ABSTRACT
This research aims to observe variable macroeconomi: Inflation, BI Rate, and Exchange Rates to influence rate of margin profit-sharing yield of Funding mudharabah at Islamic Banking, the period January 2006 until December 2010. The metode that is used in this research is multiple regression. The data is used the data of time series that is taken data of sharia banking statistics from the Indonesian Bank. The result of obtained from analysis that the variables that affect the rate of margin of deposit mudharabah such as Inflation, BI Rate, and Exchange Rates simultaneously and partially have a significant impact rate of margin deposit mudharabah.
iii
بسم اهلل الرمحن الرحيم KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Dibalik tersellesaikannya skripsi dengan judul “ Analisis Variabel Makroekonomi terhadap Penetapan Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia”, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf M.Ag. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr.H.Anwar Abbas, M.Ag.,MM dan M.Nur Rianto Al Arif, M.Si, Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, motivasi, pengarahan dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian. 5. Segenap pimpinan serta staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur.
iv
6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang telah didapat oleh penulis dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 7.
Ayahanda tercinta Bpk H. Achmad yang selalu penulis sayangi, terima kasih atas pengorbanan dan kasih sayangnya selama ini. Kemudian Ibunda tercinta Ibu Muslicha, karena doa, kesabaran , kasih sayang dan dorongan yang beliau berikan kepada penulis selam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis mendapat kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Kemudian dorongan lainnya penulis peroleh dari kakak-kakakku tercinta : Mafrikha, Febriyanti dan Salman Alfarisi.
8. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSD 2006 , yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan. 9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khoirul Jaza
Jakarta, Mei 2011
Rizkia Ulfah
v
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
i
ABSTRAK ...............................................................................................................
ii
ABSTRACT ............................................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... BAB I
BAB II
x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Pembatasan dan perumusan Masalah ..........................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
7
D. Teknik Penulisan .........................................................................
7
E. Sistematika penulisan .................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................
9
1. Teori Bank Syariah ..............................................................
9
2. Teori Deposito Mudharabah ................................................. 15 3. Teori Inflasi ........................................................................... 20 4. Teori BI Rate ......................................................................... 28 5. Teori Nilai Tukar .................................................................. 31
vi
B. Review Studi Terdahulu............................................................ 34 C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 36 D. Hipotesis...................................................................................... 38 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 39 B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 41 C. Metode Pengumpulan data .......................................................... 41 D. Metode Analisis 1. Uji Normalitas Data .............................................................. 42 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 42 a. Uji Multikolinearitas ....................................................... 42 b. Uji Autokorelasi .............................................................. 43 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 44 3. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 45 4. Uji Koefisien Determinasi .................................................... 46 5. Uji Hipotesis. ...................................................................... 47 a. Uji F ................................................................................ 47 b. Uji t ................................................................................. 48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ...................................................................... 50 B. Variabel Penelitian ...................................................................... 51 1. Inflasi .................................................................................... 51
vii
2. BI Rate .................................................................................. 53 3. Nilai Tukar ............................................................................ 56 4. Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah ............................ 58 C. Analisis Hasil Pengolahan Data .................................................. 59 1. Analisis Asumsi Klasik ......................................................... 59 a. Uji Normalitas ................................................................. 59 b. Uji Heterokedastisitas ..................................................... 60 c. Uji Autokorelasi .............................................................. 61 d. Uji Multikolinearitas ....................................................... 63 2. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 65 a. Fungsi Regresi................................................................. 65 b. Uji F (F- test)................................................................... 66 c. Uji t (t-test) ...................................................................... 67 d. Uji Pearson Korelasi ....................................................... 69 e. Uji R-Square ................................................................... 71 f. Variabel yang Paling Dominan Berpengaruh Terhadap Penetapan Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah .. 71 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 73 B. Saran............................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 75 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Uji Autokorelasi ................................................................................... 63
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas ............................................................................ 65
Tabel 4.3
Fungsi Regresi...................................................................................... 66
Tabel 4.4
ANOVA/Uji F-Test.............................................................................. 67
Tabel 4.5
Uji t-Test .............................................................................................. 68
Tabel 4.6
Uji Pearson Correlation ........................................................................ 70
Tabel 4.7
Uji R-Square ........................................................................................ 72
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 36 Gambar 4.1 Grafik Inflasi ....................................................................................... 54 Gambar 4.2 Grafik BI Rate ..................................................................................... 57 Gambar 4.3 Grafik Nilai Tukar ............................................................................... 58 Gambar 4.4 Grafik Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah ............................... 59 Gambar 4.5 Diagram Uji Normalitas ...................................................................... 60 Gambar 4.6 Diagram Scatterplot Uji Heterokedastisitas ........................................ 62
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rizki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya, banyak ayat al-Qur’an dan hadist yang memerintahkan manusia agar bekerja, manusia dapat bekerja apa saja yang penting tidak melanggar garis-garis yang telah ditentukannya, ia bisa melakukan aktivitas produksi maupun aktivitas distribusi, untuk memulai usaha diperlukan modal, seberapapun kecilnya, adakalanya orang mendapatkan modal, dari simpanannya atau dari keluarganya. Jika tidak bersedia, maka peran industi keuangan menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin usaha. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya supaya hidup saling tolong menolong, yang kaya harus menolong yang miskin dan yang mampu harus menolong yang tidak mampu, bentuk dari tolong-menolong ini bisa berupa pemberian dan dapat berupa pinjaman. Dewasa ini distribusi perbankan merupakan salah satu mitra usaha yang dapat dipercaya dalam membantu kelancaran suatu usaha. Dengan berbagai fasilitas pinjaman dana dari bank yang tersedia. Salah satu fungsi bank adalah memberi pinjaman berupa pembiayaan suatu usaha. Istilah kredit investasi, kredit modal kerja dan lain-lain adalah idiom yang berhubungan dengan produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank-bank secara umum. Indonesia, sebagai negara mayoritas muslim telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga
1
2
keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya. Sistem bank yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari pihak bunga. Sistem bank bebas bunga atau disebut juga bank islam atau bank syariah memang tidak khusus diperuntukan untuk sekelompok orang namun sesuai landasan islam yang “ Rahmatan Lil Alamin”. Didirikan guna melayani masyarakat banyak tanpa membedakan keyakinan yang dianut bagi kaum muslim, kehadiran bank syariah dapat memenuhi kebutuhannya, namun bagi masyarakat lainnya bank syariah adalah sebagai sebuah alternatif lembaga jasa keuangan di samping perbankan konvensional yang telah lama ada. Sistem ekonomi islam mulai dipakai oleh pemerintah ditandai dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah. Keberadaan bank syariah di Indonesia masih terbilang baru, berbeda dengan negara-negara maju, negara-negara berkembang, di Indonesia pemahaman tentang bank di Negara ini belum utuh.1 Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi pada stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam intitusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana konversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah.2 Dalam kegiatan operasionalnya, baik bank syariah maupun bank konvensional memiliki fasilitas produk yang hampir sama, baik dalam penyaluran dana, salah satu 1
. Kasmir, Pemasaran Bank (Jakarta; Kencana, 2005), cet. Kedua, h. 7-8. . Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,2001) h.26 2
3
produk yang ditawarkan bank syariah guna menyerap sumber dana masyarakat adalah deposito berjangka yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Sedangkan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasrakan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.3 Produk penghimpunan dana ini biasanya dalam bank syariah disebut dengan nama Deposito Mudharabah. Pengertian dari Deposito Mudharabah adalah investasi melalui pihak ketiga ( perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah suatu prinsip yang meliputi tata kerja pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha dapat terjadi antara bank penyimpan dana serta antara bank dengan nasabah penerima dana. Perbedaan prinsip yang dengan mudah dapat dikenali untuk membedakan sistem ekonomi syariah dan sistem bunga pada sistem konvensional adalah pada sistem return bagi nasabahnya. Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem bunga yaitu persentase terhadap dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan ditetapkan di awal transaksi sehingga berapa nominal rupiahnya akan dapat diketahui
3
. Adiwarman A. Karim, , Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , ( PT. Raja Grafindo Persada , 2007),h.303
4
besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Bank syariah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan di awal transaksi yang bersifat tetap tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan nisbah bagi hasil ialah tingkat suku bunga bank konvensional, suku bunga acuan bank Indonesia, tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang. Salah satu faktor acuan dalam penetapan bagi hasil deposito di bank syariah masih mempertimbangkan besaran tingkat suku bunga deposito di bank konvensional. Maka bank syariah masih belum melepaskan dirinya secara tidak langsung dari sistem perbankan yang ribawi. Sebab tingkat suku bunga bank konvensional saat ini masih menjadi bench mark di masyarakat. Selain itu suku bunga acuan Bank Indonesia ( BI Rate), yang menjadi dasar bagi penetapan tingkat suku bunga kredit bagi perbankan konvensional ataupun nisbah bagi hasil dan nisbah bagi perbankan syariah. Inflasi turut memberikan peranan dalam penetapan tersebut. Kemampuan Bank Indonesia dalam mengeluarkan kebijakan yang mampu untuk ditaati oleh para praktisi perbankan semakin lama semakin surut.
5
Begitupun para praktisi perbankan syariah yang juga cenderung untuk melihat keadaan pasar yang terjadi dalam penetapan nisbah atau nisbah bagi hasil untuk memperoleh keuntungan yang wajar dari pada mengikuti kebijakan yang bersifat imbauan oleh Bank Indonesia yang justru kebijakan tersebut dapat menghasilkan kerugian bagi pihak bank. Inflasi merupakan salah satu dari beberapa indikator dalam penentuan nisbah atau nisbah bagi perbankan syariah. Selain inflasi, indikator makro yang dipergunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menjadi mata uang utama di dunia, nilai tukar rupiah ini mempengaruhi harga-harga produk dalam negeri. Dengan demikian, dampak terhadap industri perdagangan baik itu barang ataupun jasa dapat terasa ketika nilai tukar rupiah melemah ataupun menguat. Dengan demikian, perbankan syariah dihadapkan pada tantangan untuk selain mengedepankan aspek religius tetapi juga mengedepankan produk-produk yang ramah pasar agar masyarakat mampu mengakses produk-produk syariah bukan hanya dasar pertimbangan religius semata mengingat potensi pasar perbankan syariah yang ada di Indonesia adalah mayoritas beragama Islam. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DEPOSITO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2006-2010 ” .
6
B. Penbatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi masalah Dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi masalah sebagai berikut: a. Analisis fundamental dalam melakukan investasi menyebutkan bahwa variebel-variabel makroekonomi seperti tingkat inflasi, BI rate nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga konvensional, dan tingkat harga mempengaruhi kegiatan investasi. b. Dalam dunia perbankan selain tabungan dan wadiah ada deposito mudharabah yang merupakan produk penghimpunan dana pihak ketiga yang terbesar dan berpengaruh dalam kegiatan dan kebijakan bank. c. Nisbah yang diberikan bank kepada nasabah merupakan faktor penting dalam menarik dana pihak ketiga dari nasabah. d. Ada atau tidaknya hubungan kausalitas antara variabel-variabel exogen (tingkat inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah) dengan variabel endogen (penetapan nisbah) 2. Pembatasan masalah dan Perumusan masalah Agar pembahasan makroekonomi tidak meluas, maka penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah. Setelah melakukan tinjauan pustaka maka penulis menetapkan tiga faktor yang diduga mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah yaitu: tingkat
7
inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah. Untuk itu data yang digunakan data bulanan selama periode Januari 2006 hingga Desember 2010. Perumusan masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh tingkat Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah, terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah? b. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah pada periode 20062010? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis pengaruh, tingkat Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah, terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah. b. Mengukur variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis, diharapkan mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas tentang penetapan nisbah bagi hasil di Bank Syariah. b. Bagi
praktisi,
untuk
mengetahui
seberapa
berpengaruh
variabel
makroekonomi terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito di Bank Syariah.
8
c. Bagi pihak lain hal ini masyarakat, skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perbankan syariah secara praktis. D. Review Studi Terdahulu Penulisan skripsi ini mengacu pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian tesebut di gunakan sebagai landasan dan pembanding dalam menganalisa variabel yang mempengaruhi nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah. Beberapa Tinjauan Pustaka yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Review studi terdahulu No
Jenis Penulisan
Penulis
Judul
1.
Tesis
Patria Yunita (2007) Pascasarjana Universitas Indonesia
Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Kurs Dollar Terhadap Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
2.
Tesis
Kilasan Pembahasan
Membahas mengenai pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga yang ada pada Perbankan Syariah di Indonesia, dan mencari variabel mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga Ali Norman Faktor-Faktor Hasil dalam penelitian (2005) Yang ini menunjukkan Pascasarjana Mempengaruhi bahwa voltalitas dan Fakultas Likuiditas Bank simpanan nasabah Ekonomi Syariah (studi (deposit) mempunyai
Perbedaan dengan Skripsi Penulis Perbedaannya ada pada variabel dependennya yaitu terhadap kinerja pemghimpunan dana pihak ketiga dan pada bahasan atau isi.
Perbedaan ada pada variabelvariabelnya dan pada bahasan atau isi
9
Universitas Indonesia Jihad (2009) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
kasuspada BankMuamalat) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia (2004-2009)
Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
3.
Skripsi
4.
Tesis
Ari Cahyono (2009) Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
5.
Skripsi
Tuti Amalia (2008) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah
6.
Jurnal
pengaruh terhadap likuiditas bank syariah Hasil dalam penelelitian ini variabel margin murabahah (negatif), kredit konsumtif (negatif), nilai tukar (negatif) dan akses masyarakat (positif) yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pembiayaan murabahah
Perbedaannya dengan skripsi penulis adalah skripsi ini mengenai permintaan pembiayaan murabahah sedangkan penulis membahas tentang nisbah bagi hasil deposito Dalam penulisan Perbedaannya skripsi ini pada variabel menunjukkan bahwa dependennya indikator dan bahasan makroekonomi atau isinya. memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Hasil skripsi ini Perbedaannya menunjukkan terdapat ada pada pengaruh jangka variabel panjang antara inflasi, dependen nilai tukar rupiah, sedangkan suku bunga SBI, dan variabel harga emas dengan independennya tingkat pengembalian ada sedikit (return) saham ADES, kesamaan AQUA, BATI, selanjutnya CEKA,DVLA, pada bahasan atau isi
Analisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Suku Bunga SBI dan Harga Emas Terhadap Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada BEI M. Nur Tingkat Suku Hasil dari penulisan Perbedaan Rianto Al Bunga Bank ini yaitu masing- dengan jurnal Arif (2010) Konvensional masing variabel yaitu variabel
10
Dosen Tetap Fakultas Stariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah ( Jakarta)
dan Pengaruhnya Terhadap Penetapan Persentase Bagi Hasil di Bank Syariah
independen yaitu tingkat suku bunga bank konvensional saat ini dan periode sebelumnya memberikan hasil signifikan
independennya yang hanya dua variabel saja sedangkan penulis variabel independennya adalah variabel makroekonomi yaitu Tingkat Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Sepanjang pengetahuan penulis ada beberapa penelitian yang membahas tentang variabel makroekonomi yang ada di dalamnya, tetapi bukan berupa penelitian pengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah. Maka penulis akan mencoba meneliti bagaimana variabel makroekonomi dapat berpengaruh di dalam penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah, dan mencari mana yang paling dominan pengaruhnya dari variabel tersebut terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di bank syariah. E. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis berganda. Dalam regresi linier berganda, langkah awal yang dilakukan adalah menguji persyaratan analisis yaitu dilakukan uji normalitas data, multikoliniearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
11
ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Setelah melakukan pengujian asumsi regresi, dilakukan pengujian ketetapan model dapat diukur dari nilai statistik-F (ANOVA) , koefisien determinasi (R2), uji statistik t, uji statistik F bertujuan untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Setelah melakukan uji F maka dilakukan uji koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat, serta sesama variabel bebas. Dan berikutnya adalah dilakukan uji t yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara parsial dalam menerangkan varaibel terikat.
12
Gambar 1.1 Bagan kerangka pemikiran Variabel Makro Ekonomi
Inflasi
BI Rate
Nilai Tukar
Penetapan Nisbah Bagi Hasil
Asumsi Klasik: Uji Normalitas Data Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi Uji Multikolinearitas
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji F
Uji Koefisien Determinasi
Uji t
13
F. Hipotesa Penelitian 1. Hipotesa yang digunakan oleh penulis terbagi menjadi dua, yaitu: Hipotesa secara simultan atau bersama-sama: Ho
: Tidak ada pengaruh antara, tingkat Inflasi, BI Rate dan nilai tukar rupiah terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha
: Ada pengaruh antara, tingkat Inflasi, BI Rate dan nilai tukar rupiah, terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah
2. Hipotesa secara parsial atau terpisah: Ho :
Tidak ada pengaruh antara, tingkat Inflasi terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha :
Ada pengaruh antara, tingkat Inflasi terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Muharabah di Bank Syariah.
Ho :
Tidak ada pengaruh antara, BI Rate terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha :
Ada pengaruh antara, BI Rate terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ho :
Tidak ada pengaruh antara nilai tukar rupiah terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha :
Ada pengaruh antara, Nilai tukar rupiah terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah
14
G. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “ Buku pedoman penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. H. Sistematika Penulisan Dalam pembahasan skripsi ini, terdiri atas beberapa bab yang semuanya merupakan satu rangkaian terintegrasi dan saling mendukung secara utuh. Adapun bab-bab dengan pokok permasalahannya sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penetitian, study review terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penelitian
BAB II
Merupakan bagian dari bab uraian yang menyajikan kajian kepustakaan yaitu yang meliputi kerangka teori, Bank Syariah , Deposito Mudharabah, nisbah bagi hasil, dan teori variabel makroekonomi yaitu, tingkat inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah.
BAB III
Metode penelitian, berisi rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data dengan menggunakan uji statistik, uji hipotesis, dan uji asumsi klasik.
BAB IV
Menyajikan hasil dan pembahasan, berisi tentang penyajian data yang telah didapatkan kemudian mendiskripsikannya secara objektif dan menjelaskan data yang telah didapatkan untuk diinterprestasikan ke dalam analisa-analisa teori yang menjadi landasan teoritis dalam penelitian ini.
15
BAB V
Penutup, berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalahan yang telah diangkat. Serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Landasan Teori 1. Pengertian Perbankan Syariah Menurut undang-undang no 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 2. Tujuan Bank Syariah Secara umum tujuan perbankan syariah adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, keuangan, komersil dan investasi sesuai dengan prinsip Islam. Prinsip dasar Perbankan Syariah adalah : a. Menghindari riba (bunga) pada setiap transaksinya. b. Prinsip kemitraan pada semua aktivitas bisnis yang atas dasar kesetaraan, keadilan dan kejujuran. c. Mencari keuntungan dengan cara halal dan sesuai syariat. d. Pembinaan manajemen keuangan pada masyarakat.
16
17
e. Mengembangkan kompetisi yang sehat. f. Menghidupkan lembaga zakat. g. Pembentukan ukhuwah dengan lembaga keuangan Islam lainnya baik di dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan prinsip dasar perbankan syariah tersebut, maka dapat disimpulkan perbedaan mendasar antara sistem perbankan syariah dan konvensional adalah :1 a. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan, maupun memberikan kompensasi kepada pemilik dana. b. Bank syariah menggunakan konsep bagi hasil dalam perolehan pendapatan maupun kompensasi kepada pemilik dana. c. Bank syariah dapat melakukan transaksi jual beli, gadai dan sewa menyewa yang tidak terdapat pada bank konvensional. Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan nisbah bagi hasil adalah tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank kompetitor serta tingkat suku bunga bank konvensional. Apabila loyalitas nasabah dipengaruhi oleh tingkat return maka akan berdampak pada perpindahan dana nasabah.
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 2002,h.1
18
3. Konsep Bagi Hasil Mudharabah Perbedaan prinsip yang dengan mudah dapat dikenali untuk membedakan sistem ekonomi syariah dan sistem ekonomi konvensional adalah pada sistem return bagi nasabahnya. Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem ekonomi bunga yaitu persentase terhadap dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan ditetapkan diawal transaksi sehingga berapa nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Bank syariah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal transaksi yang bersifat tetap tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Dalam perbankan syariah hubungan antara nasabah dengan bank adalah kemitraan. Sistem syariah tidak ada yang dieksploitasi dan tidak ada yang mengeksploitasi, risiko yang merupakan kondisi yang tidak pasti dimasa akan datang ditanggung bersama dan apabila mendapat keuntungan yang tinggi juga dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan diawal .2 Bagi hasil dihitung dari hasil usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa prosentase tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini disebut nisbah. Misalnya, 70% keuntungan untuk nasabah dan 30 % keuntungan untuk bank.
2
Jurnal M. Nur Rianto Al Arif “Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional dan Pengaruhnya terhadap Penetapan Persentase Bagi Hasil di Bank Syariah” Balitbang Kemenag RI .( Juli 2010)
19
Dengan sistem ini, nasabah dan bank memang tidak bisa mengetahui berapa hasil pastinya akan mereka terima. Karena bagi hasil baru akan dibagikan kalau bagi hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode. Tapi dengan sistem bagi hasil, nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil daripada sistem bunga. Karena kedua belah pihak selalu membagi adil sesuai nisbah berapapun hasilnya. Setiap produk perbankan syariah dapat dimanfaatkan baik untuk penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Bagi hasil dapat dilihat baik dari aspek nasabah maupun bank. Dari sisi nasabah bagi hasil merupakan imbalan atas dana yang mereka tempatkan di bank syariah. Sementara dari sudut pandang bank perhitungan bagi hasil ditujukan untuk menentukan berapa besar nisbah bagi hasil dan alokasi bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah. Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan nisbah bagi hasil adalah tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank kompetitor serta tingkat suku bunga bank konvensional. Apabila loyalitas nasabah dipengaruhi oleh tingkat return maka akan berdampak pada perpindahan dana nasabah. 4. Teori Deposito Mudharabah a. Pengertian Pengertian Deposito menurut undang-undang no 10 Tahun 2008 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut
perjanjian
antara
penyimpan
dengan
bank
yang
20
bersangkutan. Definisi umum mudharabah secara fiqih, menurut Sadr 3 adalah kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan persentase. Jika proyek (usaha) mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin antara keduanya, jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha tidak mmendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh pemodal. Sementara
makna
mudharabah
dalam
sistem
perekonomian
modern,menjadi berkembang. Pihak yang terlibat dalam kerjasama ini ada tiga: (1) pihak yang menyimpan dana (depositor), (2) pihak yang membutuhkan dana atau pengusaha (debitur), (3) pihak yang mempertemukan antara keduanya (bank). Pihak pertama, depositor inilah yang seharusnya menjadi shahibul maal sebab dia yang memiliki dana yang secara sadar akan digunakan untuk kepentingan usaha. Sementara pihak kedua, debitur, adalah mudharib-nya depositor karena dia yang menggunakan dana depositor untuk digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan pihak ketiga, bank, adalah pihak yang menjembatani keinginan keduanya. 3
Kazim Sadr, The Role of Musyarakah Financing in the Agricultural Bank of Iran. 1996.h.25
21
Bank adalah lembaga keuangan masyarakat yang merupakan perantara dari mereka yang kelebihan uang dengan mereka yang kekurangan uang.4 Bank sebagai salah satu sarana keuangan bagi masyarakat yang memiliki dua fungsi pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Setiap bank akan membutuhkan modal kerja untuk menjalankan usahanya. Besar atau kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh suatu bank pada umumnya tergantung pada kepercayaan yang diperoleh dari nasabah maupun dari pemerintah. Seperti halnya Bank Syariah yang mempunyai produk penghimpunan dana yang berupa akad mudharabah yaitu dapat berbentuk produk Deposito (1, 3, 6, atau 12 bulan) dan sering disebut juga dengan dana pihak ketiga. Deposito yang dikembangkan perbankan syariah dan juga lembaga keuangan syariah adalah Deposito Mudharabah. Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi. Pemilik deposito tersebut disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lama. Mengingat Deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian bank dapat leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit.
4
Ed.2.h.79
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997)
22
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah 1) Pertimbangan
Dewan
Pengawas
Syariah
Menetapkan
Deposito
Mudharabah5 a) Keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dalam bidang investasi, pada masa kini memerlukan jasa perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. b) Kegiatan deposito tidak semuanya dapat dibenarkan hukum Islam (syariah). Deposito yang mengandung unsur riba tidak dibenarkan Islam. Islam membenarkan deposito dengan sistem bagi hasil. c) DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk Muamalah Syariah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan deposito pada Bank Syariah. 2) Ketentuan Umum Deposito Mudharabah Adapun ketentuan umum Deposito Mudharabah antara lain : a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, Bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
5
. Fatwa DSN MUI No. 3 tahun 2000 tentang Deposito
23
dan pengembangannya, termasuk didalamnya Mudhrabah dengan pihak lain. c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan piutang. d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening. e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f) Bank tidak diperkenankan untuk mengutangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.6 Dasar penetapan deposito tersebut berdasarkan pada: QS. An - Nisa (4) ; 29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
6
Muktar Alshodiq (penyunting), Briefecase books Edukasi Profesional Syariah Fatwa-fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, (Jakarta Renasian, 2005 M), h. 45
24
Selanjutnya didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 283
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang tanggungan itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai. Sedangkan Hadist Nabi menyatakan sebagai berikut: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Sayyidina Abbas bin Abdul muthalib jika diberi memberikan dana kemitraan usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah membolehkannya. Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk deposito sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat pada bank syariah telah di atur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
25
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana 2) Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. 3) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah. 4) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah. 5) Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku. c. Teknik Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat imbalan bagi hasil dari nasabah penyimpan
(funding costumer)
yang menggunakan skim
mudharabah muthlaqah lebih kecil dari pada mbalan bagi hasil dengan menggunakan mudharabah muqayyadah, karena pada skim mudharabah muqayyadah (off balance sheet), shohibul maal tidak akan atau sedikit menanggung beban operasi dari bank. Sedangkan pada skim mudharabah muqayyadah on balance sheet, nasabah penyimpan akan memperoleh nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dari nasabah deposan biasa. Namun dari kedua akad diatas, nasabah lebih banyak menggunakan skim mudaharabah biasa (muthlaqoh). Hal ini dikarenakan akad mudharabah muqayyadah, apabila aada resiko yang terjadi akan ditanggung nasabah sepenuhnya. Sedangkan bank hanya sebagai perantara (arranger).
26
Namun demikian, untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas, maka dapat disampaikan perhitungan bagi hasil di bank syariah yang dikenal nama HI-1000 (baca:H.I.Permil) yang artinya hasil investasi setiap Rp.1000,(seribu rupiah) yang diinvestasikan.7 Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Bagi Hasil pada Bank Syariah Jumlah seluruh dana nasabah
A
investor Jumlah dana nasabah investor yang
dapat
B
disalurkan
pembiayaan Dana
bank
(modal
dalam
C
pembiayaan proyek) Pembiayaan yang disalurkan Pendapatan
dari
B+C
penyaluran
D E
pembiayaan Pendapatan
dari
setiap (B/D)Xe(I/A)xRp.1000,-
F
Rp.1000,- dana nasabah Saldo rata-rata harian
G
Nisbah bagi hasil nasabah
H
Porsi bagi hasil yang diterima F x(H/1000)x(G/1000)
I
nasabah
7
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan , PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2007) h.
27
Tata cara atau ketentuan pemberian imbalan yang dilakukan dengan sistem bagi hasil dilakukan sedemikian rupa sehingga realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulannya tergantung dari pendapatan hasil investasi yang dilakukan bank pada bulan yang bersangkutan. Nisbah (ratio) adalah porsi atau bagian yang menjadi hak masingmasing pihak pada proses distribusi bagi hasil antara Nasabah dan Bank. Angka di depan (misalnya angka 50 pada 50:50) merupakan porsi nasabah. Penetapan bagi hasil di bank syariah dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung HI-1000, yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang diperoleh dari penyaluran setiap seribu dana yang diinvestasikan oleh bank. Sebagai contoh: HI-1000 bulan Juni 2007 adalah 11,99. Hal tersebut berarti bahwa dari setiap Rp 1.000,00 dana yang diinvestasikan oleh bank akan menghasilkan Rp11,59. Apabila nisbah 50:50, maka porsi nasabah adalah 50% dari 11,59 sehingga untuk setiap Rp 1.000,00 dana nasabah akan memperoleh bagi hasil sebesar Rp. 5,99. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:8 Bagi Hasil Nasabah =
8
Rata-rata Dana Nasabah 1000
x HI-1000 x
Nisbah Nasabah 100
Publikasi Bank Indonesia, www.bi.go.id Yang diakses pada tanggal 10 Mei 2010
28
B. Variabel Makroekonomi 1. Tingkat Inflasi a. Pengertian Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.9 Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang
atau komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang
terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barangbarang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation). Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaan adalah sebagai berikut : tingkat harga t tingkat h arg a t 1 100 Rate of Inflation tingkat h arg a t 1
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sangat sulit untuk dicapai. Yang paling penting adalah mengusahakan agar tingkat inflasi tetap rendah. Inflasi di Indonesia dapat berubah dari bulan ke bulan berikutnya. Inflasi pada bulan ini belum tentu sama dengan inflasi pada bulan depan atau bulan berikutnya. Pada kejadian tertentu, inflasi bisa sangat 9
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, ( PT. Raja Grafindo Persada , 2007),h.135
29
meningkat, namun pada bulan berikutnya inflasi dapat saja turun secara signifikan. Seperti pada bulan Idul Fitri atau Natal tingkat inflasi dapat melonjak tinggi, tetapi bulan berikutnya tingkat inflasi akan turun kembali. Dari definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu sebagai berikut:10 1) Kenaikan harga Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan, dan setahun. 2) Bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum juga mengalami kenaikan. Contohnya dalah kenaikan BBM, karena BBM merupakan komoditas yang sangat strategis maka kenaikan harga BBM akan berdampak kepada kenaikan komoditas lainnya. Bahkan kenaikan BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah harian untuk memelihara daya beli mereka. 3) Berlangsung Terus Menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi 10
Pratama Rahardja, Universitas Indonesia, 2004)
dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi, (Jakarta :FE
30
minimal dilakukan dalam rentang waktu bulanan. Sebab dalam waktu sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga tersebut bersifat umum dan terus menerus. Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut: 1) Natural Inflation dan human error inflation. Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri; 2) Actual/anticipated/expeted
inflation
dan
unanticipated/unexpected
inflation. Pada expeted inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi;11 3) Demand pull dan cost push inflation. Demand pull inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif (AD) dari barang dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahanperubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. 11
Robert J. Barro, Macroeconomics (3nd ed., Canada: John Wiley & Sons, Inc., 1990), h. 161.
31
4) Spiraling inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya, dimana inflasi sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. 5) Imported implation dan domestic inflation. Imported inflation bisa dikatakan adalah inflasi di Negara lain yang ikut dialami oleh suatu Negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri pada suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. b. Pengaruh Inflasi terhadap DPK Perbankan Syariah Jika inflasi mengalami fluktuasi, maka kegiatan perekonomian akan cenderung menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Dampak dari kenaikan inflasi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Dikarenakan nilai riil pada uang mengalami penurunan. Dengan asumsi pendapatan tetap, maka pendapatan yang diperoleh semuanya digunakan untuk konsumsi, sehingga saving atau tabungan tidak dilakukan sehingga berdampak pada DPK yang dihimpun.12 Selain berdampak terhadap DPK yang dihimpun fluktuasi inflasi yang disalurkan. Fluktuasi inflasi menyebabkan kenaikan biaya produksi sehingga 12
Patria yunita, “ Pengaruh Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, dan Kurs US Dollar Terhadap Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah” (Tesis, Pasca Sarjana FEUI Jakarta .2008
32
berakibat kepada turunnya keuntungan yang diperoleh oleh nasabah
yang
memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Dengan turunnya keuntungan yang diperoleh berdampak terhadap nominal bagi hasil yang diterima oleh bank berakibat turunnya nominal bagi hasil yang diterima oleh nasabah yang menabung di bank syariah. Penurunan keuntungan yang diperoleh berakibat kepada minat untuk melakukan investasi atau usaha menjadi turun sehingga permintaan terhadap pembiayaan menjadi menurun. Selain minat untuk berinvestasi atau melakukan investasi atau usaha menjadi turun sehingga permintaan terhadap pembiayaan menjadi menurun. Selain minat untuk berinvestasi menjadi turun, minat masyarakat (nasabah mengambang) untuk menabung di bank syariah menjadi turun karena melihat nominal bagi hasil yang dibagikan pada periode sebelumnya lebih rendah daripada tingkat suku bunga simpanan pada bank konvensional.13 2. BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada public. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. 13
Rossar Maries, “ Dampak Fluktuasi Variabel Ekonomi Makro Terhadap DPK yang dihimpun dan Penyaluran Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia (Tesis , Pasca Sarjana FEUI, Jakarta 2008)
33
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan disuku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan.14 Penetapan BI Rate : a. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan. b. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan sampai dengan RDG berikutnya. c. Penetapan
respon
kebijakan
moneter
(BI
Rate)
dilakukan
dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam mempengaruhi inflasi. d. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.15 Suku bunga terdiri dari suku bunga riil dan suku bunga nominal. Menurut Mankiw menyatakan bahwa “the nominal interest rate is sum of the real interest
14
Bank Indonesia, “Laporan Moneter –BI Rate”, data di akses pada tanggal 12 juni 2009 ibid
15
34
rate and the inflation rate”. Suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga riil ditambah laju inflasi, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : r=i-π
dimana : r = suku bunga riil i = suku hunga nominal π = laju inflasi Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai ukuran menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh peminjam dana. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukan persentase dari nilai riil modal sebelum dibungakan. Ada beberapa teori yang menjelaskan faktor-faktor apa menentukan tingkat bunga dalam sistem keuangan Diantaranya adalah : a. Teori klasik tentang tingkat bunga (the classical theory of interest) b. Teori preferensi likuiditas (the liquiditypreference theory) c. The loanable fund theory of interest rate d. The rational expectation theory Masing-masing teori tentang penentuan tingkat bunga, melihat lebih dalam berfungsinya sistem finansial.
35
Menurut Hermawan Darmawi tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa kegiatan perekonomian sebagai berikut :16 a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial assets. c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya. d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar. 3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS a. Teori Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar uang atau yang lebih dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currenc )
atau
resiprokalnya yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain perdagangan
16
Hermawan Darmawi. Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial. (Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2006) hal.182
36
internasional, ataupun aliran jangka pendek antarnegara yang melewati batas– batas geografis atau batas–batas hukum. Menurut Sadono Sukirno nilai tukar Rupiah (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negri yang di perlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, Rupiah bertindak sebagai mata uang domestik dan Dollar AS bertindak sebagai mata uang asing.17 Menurut BI dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dikenal tiga sistem dan diterapkan di semua negara di dunia ini yaitu sistem kurs tetap (fixed exchange rates), kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rates) dan kurs mengambang bebas (free floating exchange rates). Dalam sistem kurs tetap, pemerintah menetapkan nilai tukar mata uang dalam negeri secara tetap terhadap nilai tukar mata uang lain. Sedangkan dalam
kurs
mengambang
terkendali,
kurs
bergerak
sesuai
dengan
perkembangan pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran). Akan tetapi pemerintah menetapkan batas dari perubahan kurs tersebut. Dalam sistem kurs bebas nilai tukar suatu mata uang tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah melalui suatu tingkatan tertentu, maupun melalui intervensi langsung di pasar valuta asing. Oleh karena itu pada sistem kurs
17
Sadono Sukirno, Makroekonomi, h. 402
37
bebas ini fluktuasi yang terjadi cukup besar jika dibandingkan kurs mengambang terkendali. Perkiraan nilai tukar uang yang benar merupakan salah satu tujuan utama pelaku pasar. Hal ini disebabkan oleh besarnya pengaruh pergerakan nilai tukar yang terhadap kegiatan bisnis dan investasi, serta pembuatan kebijaksanaan. Para ekonom menawarkan berbagai teori yang coba menjelaskan bagaimana nilai tukar uang itu ditentukan. Hasil studi empiris menjelaskan bahwa model-model yang berdasarkan pendekatan teori fundamental sangat bermanfaat untuk menjelaskan pergerakan dan tren nilai tukar uang dalam jangka panjang, tetapi belum dapat menjelaskan pergerakan jangka pendek merupakan pergerakan acak (random walk) yang sulit diramalkan. b. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap DPK Perbankan Syariah Perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan terjadinya apresiasi dan depresiasi. Apabila menguatnya Dollar AS menyebabkan meningkatnya harga barang produksi di pasar internasional sehingga memacu para produsen untuk melakukan peningkatan produksi barang yang memiliki nilai ekspor. Namun sebaliknya menguatnya nilai Dollar AS mengakibatkan para importir mengalami penurunan dalam melakukan import dari luar negeri. Dengan asumsi proses produksi yang di lakukan di dalam negeri menggunakan input produksi yang berasal dari luar negeri. Menguatnya nilai
38
tukar Dollar AS berdampak kepada kenaikan harga barang modal. Hal ini tentunya berdampak pada produsen dalam negeri dalam melakukan proses produksi . Produsen dalam menawarkan harga output yang dihasilkan kepada konsumen mengacu kepada biaya produksi dalam menghasilkan output. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga menjadi naik (inflasi) sehingga mengakibatkan konsumen mengurangi atau beralih kepada barang subsitusi yang lebih murah. Jika konsumen tidak dapat beralih kepada barang subtitusi maka mengakibatkan pendapatan yang di peroleh mengalami penurunan nilai riil. Pendapat yang turun berdampak kepada DPK yang dihimpun oleh bank syariah yakni turunnya DPK yang dapat dihimpun.18
18
Rossar Maries, “ Dampak Fluktuasi Variabel Ekonomi Makro Terhadap DPK yang dihimpun dan Penyaluran Pembiayaan pada Perbankan Syariah di Indonesia (Tesis , Pasca Sarjana FEUI, Jakarta 2008)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variebel yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1. Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) adalah yang dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Nisbah bagi hasil Deposito di Bank Syariah. Untuk penentuan variabel nisbah bagi hasil deposito di bank syariah digunakan data equivalent rate perbankan syariah yang terdapat pada statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 2. Variabel Independen Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang secara bebas mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen antara lain adalah sebagai berikut : a. Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus.
39
40
b. BI Rate (X2) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. c. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (X3) Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli mata uang asing. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah kurs rupiah terhadap dollar AS. Gambar 3.1 Variabel Penelitian Variabel X1 : Inflasi Variabel X2 : BI Rate
Variabel Y : Nisbah
Variabel X3 : Nilai Tukar
Definisi Operasional Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Data Penetapan Nisbah Bagi Hasil di Bank Syariah yang digunakan adalah data dalam bentuk exuivalen rate bagi hasil di SPS Bank Indonesia dalam periode Januari 2006 hingga Desember 2010
41
2. Tingkat Inflasi adalah persentase nilai Inflasi yang berlaku di Indonesia dan di tetapkan oleh Bank Sentral Republik Indonesia yaitu Bank Indonesia dalam periode Januari 2006 hingga Desember 2010. 3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang terjadi di Indonesia dalam periode Januari 2006 hingga Desember 2010. 4. BI Rate suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam periode Januari 2006 hingga Desember 2010. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunderkuantitatif yang diperoleh melalui dokumentasi data melalui studi pustaka dari Bank Indonesia. C. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perpustakaan Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nisbah bagi hasil Deposito berjangka 1 bulan pada Bank Syariah, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS, Tingkat Inflasi, BI Rate. Data observasi diambil dari laporan pengawasan perbankan syariah, SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia) dan SPS (Statistik Perbankan Syariah) Bank Indonesia dalam periode Januari 2006 hingga Desember 2010 yang dihitung tiap bulan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan studi pustaka sebagai dasar untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti, jurnal-jurnal, dan hasil penelitian yang dilakukan pihak-pihak
42
yang terdahulu maupun dari
browser internet. Studi ini dilakukan untuk
mengumpulkan data pendukung sehingga mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti dan landasan teori untuk menganalisisnya. 2. Melakukan pengumpulan data sekunder melalui laporan, bulan dan tahunan dari Bank Indonesia yang terdiri dari tabel-tabel tentang nisbah bagi hasil Deposito berjangka 1 bulan, , Tingkat Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar terhadap Dollar AS. D. Metode Analisis 1. Uji Normalitas Data Pengujian Normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa akan mengikuti bentuk dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas bisa dilihat dengan menggunakan grafik Normal Probability Plot.1 Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan apakah sama dengan garis probabilitas pengamatan. Kesamaan tersebut ditujukan dengan probabilitas pengamatan. Kesamaan tersebut ditujukan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan harapan dan probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikut arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak memenuhi asumsi normalitas.2
1
Imam ghazali, Aplikasi Analisis Multivaraite dengan Program SPSS (Semarang: Badan Penerbit UNDIP. 2006, h. 147 2 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2000) h.214
43
2. Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bisa maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain : a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini digunakan untuk menguji apakah model ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika antara variabel bebas terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi yaitu dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada model regresi, dapat dilihat dari dari beberapa hal, diantaranya: 1) Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. 2) Nilai tolerance tidak kurang dari 1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.3 b. Uji Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada 3
Ibid, h.219.
44
periode sebelumnya (t-1).4 Autokorelasi didefinisikan terjadinya korelasi antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya, jika terjadi korelasi, berarti ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak, dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan adalah:5 1) Angka DW di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif 2) Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi. 3) Angka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.6 c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari faktor pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan lain ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
4
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, h.95. Ibid 6 Ibid ,h.219 5
45
Untuk memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model regresi dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3) Penyabaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi dalam penelitian ini menjadi alat untuk mengukur bagaimana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Tujuan dari analisis regresi adalah memprediksi besarnya variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya.7 Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, maka digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
7
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2000) h.163
46
Dimana : Y
= Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah
a
= intercept (variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel dependen dan variabel independen)
b
= koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Tingkat Inflasi X2 = BI Rate X3 = Nilai Tukar Rupiah 4. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien
determinasi
adalah
kemampuan
variabel
independen
menjelaskan variabel dependen (terikat). Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y yang dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila koefisien determinasi sama sekali sama dengan 0 (R2=0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2= 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.8 Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, oleh karena itu agar dinotasikan dengan R2. Adapun formulasi penghitungannya adalah sebagai berikut : 8
Nachrowi D Nachrowi dan Hardianus Usman, Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan h. 20
47
u 12 / n k
2
R 1
( y 1 y) / n 1
Dalam kenyataannya nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif walaupun dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati jika dalam uji empiris di dapat nilai adjust R2 negatif, maka nilai adjust R2 dianggap bernilai 0.9 Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R2. Uji ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh <0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka R2 maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika R2 semakin kecil, berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabelitas dari variabel terikatnya.10 5. Uji Hipotesis a. Uji F (secara simultan) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau tingkat signifikannya
9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. h.87 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jika Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan SPSS.h.50 10
48
lebih kecil dari 5% (α : 5% = 0.05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara simultan. Ftabel Untuk menentukan Fhitung dapat dilakukan dengan rumus :
F=
Dimana : R2
= koefisien determinasi
n
= jumlah pengamatan / sampel
k
= jumlah parameter yang diestimasi dalam regresi
b. Uji t (secara parsial) Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, dengan menganggap variabel lain bersifat konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Bila thitung lebih besar ttabel atau signifikan
t < α : 5% (0.05%) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. thitung dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : thitung =
β1 = 0 dengan rumus thitung
49
Dimana : bi
= koefisien variabel ke-i
βi
= parameter ke-i yang dihipotesiskan
Sb
= kesalahan standar
Sb adalah Standard error dari koefisien regresi dengan rumus matematis sebagai berikut :
Sb =
se adalah standard error sampel yang dirumuskan sebagai berikut :
se =
Dimana Σ e2 dapat dirumuskan sebagai berikut : Σ еt = Σ
– α ∑ Y – b ∑ XY
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis data dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Variabel yang digunakan pada data ini adalah variabel Tingkat Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar sebagai variabel independen. Sedangkan sebagai variabel dependen adalah variabel nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada lampiran. Data-data yang diperlukan dalam analisis ini diperoleh dari berbagai laporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, secara bulanan pada periode Januari 2006 hingga Desember 2010, total data yang diperoleh terdiri dari 60 bulan. Sehingga diharapkan dapat diketahui dengan jelas faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis berganda. Metode ini dipilih karena variabel independen yang digunakan pada penelitian ini lebih dari satu variabel. Prosedur analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan statistical software yaitu SPSS 17.
50
51
Tabel 4.1 Rata-rata variabel tahunan 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Inflasi 13.33% 6.40% 10.30% 4.89% 5.12%
Bi rate 11.83% 8.60% 8.66% 7.14% 6.5%
Nilai tukar 9141 9163 9756 10356 9093
Nisabah 8.55% 8.% 7.34% 7.50% 6.54
Gambar 4.1 Inflasi dan BI Rate
B. Variabel Penelitian 1. Inflasi Pada tahun 2005, Indonesia sempat mengalami kenaikan bahan bakar minyak yang mengakibatkan naiknya sebagian besar bahan-bahan pokok masyarakat yang sangat bergantung kepada bahan bakar minyak (BBM). Pada saat itu harga minyak meroket sebesar 126%
1
1
yang menyebabkan Inflasi turut
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Kinerja Pemerintahan SBY-JK di Bidang Perekonomian, artikel diakses pada tanggal 20 februari 2010 dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com content & task=view&id=1694&Itemid=195
52
mengikuti kenaikan harga BBM dari 9,06% menjadi 17,89% atau mengalami kenaikan sebesar 8,83% yang diberlakukan tepat pada tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan secara drastis dari 14,55% pada September 2006 menjadi 6,29% pada Oktober 2006 terjadi karena kebijakan pemerintah untuk menekan Inflasi yoy (year on year) Oktober 2005-Oktober 2006 yang masih merupakan dampak dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga minyak yang terjadi pada tahun sebelumnya. Selain itu, hari Idul Fitri turut menyumbang tingginya angka Inflasi pada dua hari sebelum lebaran dan lambat laun menurun setelah lebaran usai. Selain dari kenaikan harga minyak dan pengaruh hari raya Idul Fitri, hal mendesak lainnya yang mendorong pemerintah untuk menekan Inflasi adalah rendahnya tingkat suku bunga SBI (Surat Berharga Bank Indonesia) dari pada tingkat Inflasi. Pada bulan Agustus 2005, suku bunga SBI berada pada posisi 9,5% lebih besar dari tingkat Inflasi pada periode yang sama yaitu sebesar 8,3%. Sedangkan pada Desember 2005, suku bunga SBI naik sebesar 3,25% menjadi 12,75% dan Inflasi jauh lebih tinggi diatas tingkat suku bunga SBI yaitu sebesar 17,1%. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terganggunya likuiditas perbankan di Indonesia.2 Dan pada tahun 2008 di bulan Juni dengan kenaikan harga minyak sebesar 30% turut menyumbang tingkat Inflasi yang lambat laun menaik hingga berada pada posisi 12,14% pada bulan September 2008. Sementara Inflasi pada tahun 2
Ibid.
53
2009 mengalami penurunan yaitu Inflasi berada di level 2,41%
pada bulan
November yang disebabkan oleh menguatnya nilai tukar dan terjaganya kecukupan pasokan serta kelancaran distribusi kebutuhan pokok. Tekanan Inflasi IHK mengalami akselerasi yang cukup besar di penghujung tahun 2010, sehingga melampaui perkiraan semula maupun rentang saran yang ditatapkan pemerintah. Di akhir tahun 2010 Inflasi IHK tercatat 6,96% (year on year), lebih tinggi dari perkiraan semula 6,51% (year on year) maupun perkiraan awal tahun 5,7% (year on year). Masa peceklik yang dibarengi dengan cuaca yang tidak kondusif berdampak pada rendahnya sisi pasokan, sehingga komoditas bahan pangan domestik menjadi pemicu utama tekanan inflasi. Gambar 4.2
Inflasi
Feb-06 Apr-06 Jun-06 Aug-06 Oct-06 Dec-06 Feb-07 Apr-07 Jun-07 Aug-07 Oct-07 Dec-07 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Aug-08 Oct-08 Dec-08 Feb-09 Apr-09 Jun-09 Aug-09 Oct-09 Dec-09 Feb-10 Apr-10 Jun-10 Aug-10 Oct-10 Dec-10
20.00% 18.00% 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
2. BI Rate Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Yang mengevaluasi perkembangan perekonomian, memandang bahwa secara umum perekonomian
54
nasional menunjukkan perkembangan yang membaik. Perkembangan yang lebih positif ini terutama didukung oleh terjaganya kestabilan ekonomi makro, seperti menguatnya nilai tukar, menurunnya tingkat inflasi. Untuk keseluruhan tahun 2006, Bank Indonesia memandang bahwa optimisme pada perekonomian nasional diperkirakan semakin menguat, terutama didorong oleh kondisi ekonomi global yang lebih kondusif. Dengan mempertimbangkan semua perkembangan maka Rapat Dewan Gubernur memutuskan level BI Rate yang berlaku dari Januari sampai April 2006 sebesar 12,75%. Pada akhir tahun 2006 Bank Indonesia memutuskan menurunkan BI Rate dari yang sebelumnya 10,25% pada bulan November menjadi 9,25% keputusan tersebut diambil setelah evaluasi kondisi makroekonomi. Pada bulan Juli 2007 (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 8,25%. Keputusan
diambil
setelah
melakukan
evaluasi
menyeluruh
tentang
perkembangan dan prospek perekonomian yang semakin baik, serta prospek inflasi.
April
2008 (RDG) Bank
Indonesia memutuskan untuk
tetap
mempertahankan BI Rate pada tingkat 8,0%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan perkembangan dan prospek ekonomi global, regional, dan domestik serta pencapaian terhadap sasaran inflasi tahun 2008 dan 2009 yang ditetapkan oleh pemerintah. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Oktober 2008 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 9,50% keputusan diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan dengan
55
seksama, perkembangan keuangan dan ekonomi global. Pada akhir tahun (Desember 2008) memutuskan untuk menurunkan BI Rate 9,25%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi yang
menyeluruh terhadap
perkembangan dan prospek ekonomi dan keuangan baik domestik maupun global. Hal ini tercermin pada inflasi yang terus menurun. Laju inflasi bulan November tercatat terendah dibanding bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate Januari 2009 8,75%. Keputusan ini diambil setelah dilakukan evaluasi menyeluruh kondisi ekonomi dan moneter di dalam dan luar negeri pada saat itu dan prospeknya pada tahun 2009. Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan kembali BI Rate menjadi 7,00%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkmbangan ekonomi di dalam dan luar negeri. Agustus 2009 Bank Indonesia memutuskan BI Rate menjadi 6,50%. Keputusan untuk menurunkan BI Rate ini diambil setelah Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menyimpulkan bahwa tren penurunan inflasi masih berlanjut seiring dengan masih terbatasnya permintaan domestik dan terus menurunnya ekspektasi inflasi masih berlanjut seiring dengan terbatasnya permintaan domestik dan terus menurunnya ekspektasi Inflasi. Dewan Gubernur juga berpandang bahwa penurunan BI Rate masih konsisten dengan sasaran inflasi Bank Indonesia ke depan. Pada akhir tahun 2009 Bank Indonesia memutuskan untuk meempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Hingga di pertengahan tahun 2010 Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,5%. Bank Indonesia memutuskan tetap
56
mempertahankan BI Rate sampai akhir tahun 2010 pada level 6,5%. Keputusan tersebut didasari pada evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian pada saat itu, dan beberapa risiko yang masih diadapi, dan prospek ekonomi ke depan. Dewan Gubernur memandang level BI Rate saat ni masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan serta mendorong intermediasi perbankan.
Gambar 4.3
3. Nilai Tukar Berdasarkan laporan Kebijakan Moneter Triwulan ke-IV Bank Indonesia, dari sisi domestik beberapa risiko mempengaruhi pergerakan IHSG pada akhir tahun 2008. Risiko tersebut di antaranya berupa pelemahan nilai tukar yang
57
sempat menyentuh level Rp 12.151 per USD November 2008 serta melebarnya nilai tukar rupiah di pasar Non Delivery Forward (NDF) dengan posisi spot. Selain itu, isu negatif mengenai kondisi likiuditas bank serta kompleksitas permasalahan saham turut mewarnai perkembangan saham. Nilai tukar rupiah sepanjang triwulan IV-2008 terus mengalami tekanan akibat dari meningkatnya intensitas krisis pasar keuangan global sejak September 2008 yang dipicu oleh bangkrutnya perusahaan. Lehman Brothers. Hal tersebut menyebabkan selam triwulan IV-2008 rupiah terdepresiasi, baik secara rata-rata maupun point to point dengan volatilitas yang meningkat. Rata-rata rupiah triwulan IV-2008 mencapai Rp 10.914/USD atau melemah 15,5% dibandingkan dengan rata-rata triwulan sebelumnya mencapai Rp 9.221/USD . Sedangkan secara point to point rupiah mencapai level Rp 10.900/USD atau melemah 13,9% dibandingkan dengan akhir triwulan sebelmnya yaitu Rp 9.385/USD. Pergerakan rupiah yang terdepresiasi mengakibatkan volatilitas rupiah pada triwulan IV-2008 melonjak tajam dafri 1,17% menjadi 9,78%.3
3
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter TRiwulan IV-2008 (Jakarta:Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, 2008)h. 15
58
Gambar 4.4
4. Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Tingginya
pertumbuhan
DPK
tersebut
didorong
oleh
semakin
kompetitifnya imbal bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, meskipun secara umum sepanjang tahun 2010 suku bunga Deposito Bank Konvensional cenderung meningkat namun dengan peningkatan kinerja pembiayaannya. Bank Syariah dapat memberikan imbal bagi hasil yang tinggi, imbal bagi hasil bank syariah yang menarik terutama pada produk Deposito iB membuat produk tersebut lebih diminati masyarakat dibandingkan penempatan dana lainnya yaitu Tabungan Wadiah Ib. Per September 2010 porsi dana masyarakat yang ditempatkan dalam Deposito iB mencapai 57,76%. Meningkat dibandingkan periode yang sama tahun
59
2009, yang porsinya mencapai 55,77% namun porsi Tabungan Wadiah iB dan Giro Wadiah iB sedikit menurun dari 32,12% menjadi 30,59% untuk Tabungan Wadiah iB dan 12,10% menjadi 11,65% untuk Giro Wadiah iB. Gambar 4.5 Bagi Hasil
C. Analisis Hasil Pengolahan Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji
Normalitas
dilakukan
untuk
mengidentifikasi
distribusi
penyebaran data variabel independen dan dependen ataupun keduanya, dan mengukur apakah data yang digunakan bersifat normal atau tidaknya ketika digunakan dalam model regresi. Uji normalitas data yang digunakan dengan melihat hasil grafik P – Plot, yaitu :
60
a. Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi normalitas. b. Jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal maka tidak memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.6 Hasil uji Normalitas
Dari grafik hasil uji normalitas tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
ini memenuhi asumsi normalitas karena titik-titiknya bergerak
mengikuti garis diagonal. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu
tidak
konstan
untuk
semua
nilai
variabel
bebas
Uji
Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau satu pengamatan lainnya. Jika
61
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas.4 Untuk mendeteksinya, jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi Heterokedastisitas, sedangkan jika titik-titik tersebut tidak berpola maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Homokedastisitas) atau variabel residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap.5 Gambar 4.7 Hasil uji Heterokedastisitas
4
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi Revisi (Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro,2009). H.125 5 Ibid ,h. 126
62
Dengan
diagram
scatter
plot
yang
merupakan
hasil
uji
Heterokedastisitas ini, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mempunyai masalah ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan lainnya karena titik-titik tersebut menyebar dan tidak membentuk pola tertentu serta sebarannya berada diatas dan dibawah titik nol. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).6 Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah adalah dengan melakukan uji Durbin Watson (DW ). Secara umum deteksi adanya autokorelasi bias dilihat jika :7 1) Angka DW di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif, 2) Angka DW di antara -2, sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) Angka DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
7
Singgih Santoso, SPSS (Statistical Product and Service Solution) Jakarta : Ele Media Computindo, 2000), h.218
63
Tabel 4.2 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R 1
.851a
Adjusted R R Square Square
Std. Error of Durbinthe Estimate Watson
.724
.46027
.709
1.415
a. Predictors: (Constant), NilaiTukar, Inflasi, BiRate b. Dependent Variabel: Nisbah Bagi Hasil
Dari print out hasil uji autokorelasi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi atau munculnya suatu akibat data lain dalam variabel penelitian yang digunakan karena nilai Durbin Watson yang dihasilkan berada diantara -2 hingga +2 yaitu 1,415. d. Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen
64
yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol.8 Untuk mendeteksinya dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation vactor (VIF). Apabila nilai tolerance kurang dari angka 0,10 dan nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi masalah multikolinearitas.9 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance VIF (Constant) Inflasi
.242
4.127
BiRate
.241
4.147
NilaiTukar
.957
1.045
a. Dependent Variabel: Nisbah Bagi Hasil Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengalami masalah multikolinearitas atau tidak mengalami korelasi antar variabel independen-nya. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance yang tidak kurang dari 0,10 yaitu sebesar 0,242 untuk variabel Inflasi, 0,241 untuk variabel BI Rate dan 0,957 untuk variabel Nilai Tukar dengan nilai VIF sebesar 4,127 untuk variabel inflasi, 4,147 untuk variabel BI Rate dan 1,045 8 9
Ghazali, Apliksi Anilisis Multivariate dengan Program SPSS, h. 95 Ibid, h.96
65
untuk variabel Nilai Tukar atau seluruh nilai VIF variabel adalah kurang dari 10. Beberapa Indikiasi ada atau tidaknya multikolinearitas : 1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. Pada poin ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas karena nilai R2 tidak tinggi dalam artian >0.90 disertai dengan uji F dan uji t yang nyata. 2) Menganalisis korelasi antara variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi ( diatas 0.90 ) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Dalam poin ini juga bebas dari multikolinearitas karena nilai korelasi antar variabel bebas dalam penulisan skripsi ini tidak tinggi dalam artian tidak lebih dari 0.90. 3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka tingkat kolinearitas dapat ditoleransi. Uji multikolinearitas ini sudah dilakukan dan hasilnya juga menunjukkan tidak adanya multikolinearitas kerana VIF < 10 sehingga dapat di toleransi.
66
2. Analisis regresi linear berganda a. Fungsi Regresi Tabel 4.4 Fungsi Regresi Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
T
Sig.
1.185
.241
(Constant) 1.052
.888
Inflasi
-.104
.029
-.502
-3.516
.001
BiRate
.536
.062
1.240
8.672
.000
NilaiTukar .000
.000
.261
3.643
.001
a. Dependent Variabel: Nisbah Bagi Hasil
Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, maka digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 +b3X3 Y= 1.052 + ( - 0,104) X1 + 0,536 X2 + 0,000 X3 Y= 1,052 – 0,104 X1 + 0,536 X2 + 0,000 X3 Dari fungsi regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa, jika tingkat Inflasi (X1), BI Rate (X2), Nilai Tukar (X3) bersifat konstan atau bernilai 0 (nol) maka variabel bagi hasil Deposito Mudharabah yang ditetapkan oleh bank sebesar 1,052%. Tingkat Inflasi dan Nisbah Bagi Hasil memiliki hubungan signifikan yang negatif maka jika tingkat Inflasi (X1)
67
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka nisbah bagi hasil akan menurun sebesar 0,104%. Sedangkan BI Rate memiliki hubungan signifikan yang positif terhadap nisbah bagi hasil yaitu sebesar 0,536% maka jika BI Rate mengalami kenaikan sebesar 1%, BI Rate akan mengalami kenaikan sebesar 0,536%. Hubungan nisbah bagi hasil dengan variabel Nilai Tukar adalah adanya hubungan yang positif mendekati 0. b. Uji F (F – Test) Tabel 4.5 Uji F- Test ANOVAb Sum Squares
Model 1
of Df
Mean Square F
Sig.
Regression 31.115
3
10.372
.000a
Residual
11.864
56
.212
Total
42.979
59
48.958
a. Predictors: (Constant), NilaiTukar, Inflasi, BiRate b.Dependent Variabel: EkuivalenRate Dari uji F- Test tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan alasan: 1) Diketahui F-Tabel = 2,76 sedangkan F-Hitung = 48.958. Menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena F hitung > F- tabel. 2) Nilai signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05. Ini menguatkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
68
3) Dengan demikian maka hasil uji F-Test ini menunjang hipotesa alternatif yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah Bank Syariah. Secara simultan dari hasil uji ini, tingkat Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar berkontributif terhadap naik atau turunnya nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah. c. Uji t (t - test) Tabel 4.6 Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
t
Sig.
1.185
.241
(Constant) 1.052
.888
Inflasi
-.104
.029
-.502
-3.516
.001
BiRate
.536
.062
1.240
8.672
.000
.261
3.643
.001
NilaiTukar .000 .000 a. Dependent Variabel: EkuivalenRate
Dari uji t tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara variabel Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah signifikan karena seluruh nilai signifikansi variabelnya lebih kecil dari α = 0.05. Sedangkan untuk melihat pengaruh antara Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah dapat dilihat dengan interpretasi t tabel untuk df = 57 dan α = 2,000 sebagai berikut:
69
a) Untuk melihat secara parsial-linier antara pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar terhadap Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, maka analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis: Ho :
Tidak ada pengaruh antara tingkat Inflasi dengan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha :
Ada pengaruh antara tingkat Inflasi dengan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
2. Membandingkan t hitung dengan t tabel t hitung untuk variabel Inflasi adalah sebesar 3.516 lebih kecil daripada t tabel yaitu sebesar 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak Ha diterima, yaitu Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah. b) Untuk melihat secara parsial-linear antara pengaruh BI Rate dengan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah, maka analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis: Ho
:
Tidak ada pengaruh antara BI Rate dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha :
Ada pengaruh antara BI Rate dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
70
2. Membandingkan t hitung dengan t tabel t hitung untuk variabel BI Rate adalah sebesar 8.672 lebih besar daripada t tabel yaitu sebesar 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak Ha diterima, yaitu BI Rate mempunyai pengaruh yang signifikan dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah. c) Untuk melihat secara parsial- linear antara pengaruh Nilai Tukar terhadap Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah maka analisis adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis ; Ho : Tidak ada pengaruh antara Nilai Tukar dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah Ha :
Ada pengaruh antara Nilai Tukar dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah
2. Membandingkan t hitung dengan t tabel t hitung untuk variabel Nilai Tukar adalah sebesar 3.643 lebih besar daripada t tabel yaitu sebesar 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu Nilai Tukar mempunyai pengaruh yang signifikan dengan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah.
71
d. Uji Pearson Correlation (Koefisien Korelasi) Tabel 4.7 Correlations EkivalenRate Inflasi Pearson Correlation EkuivalenRate 1.000
Sig. (1-tailed)
N
BiRate
NilaiTukar
.579
.786
.151
Inflasi
.579
1.000
.865
.031
BiRate
.786
.865
1.000
-.076
NilaiTukar .151 EkuivalenRate . Inflasi .000 BiRate .000 NilaiTukar .124 EkuivalenRate 60 Inflasi 60 BiRate 60 NilaiTukar 60
.031 .000 . .000 .408 60 60 60 60
-.076 .000 .000 . .281 60 60 60 60
1.000 .124 .408 .281 . 60 60 60 60
Untuk menafsirkan angka korelasi maka digunakan kriteria sebagai berikut : 1) 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak berkorelasi )
2) > 0,25 – 0,50 : Korelasi cukup kuat 3) > 0,50 – 0,75 : Korelasi kuat 4) > 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
5) Angka (-) mengindikasikan bahwa korelasi bersifat berbanding terbalik. Dari tabel hasil uji korelasi Pearson, maka dapat disimpulkan: 1) Korelasi antara tingkat nisbah bagi hasil dengan Inflasi adalah sebesar 0,579. Artinya pengaruh Inflasi terhadap nisbah bagi hasil kuat. Hal ini
72
didukung pula dengan hasil signifikansi sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05. 2) Korelasi antara tingkat nisbah bagi hasil dengan BI Rate sangat kuat yaitu sebesar 0,786. Didukung dengan pula dengan hasil signifikansi sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05. 3) Korelasi antara tingkat nisbah bagi hasil dengan Nilai Tukar dapat dikatakan sangat lemah. Hal ini dikarenakan hasil uji korelasi pearson hanya sebesar 0.151 dengan angka signifikansi yang lebih dari 0.05 yaitu sebesar 0,124 e. Uji R – Square (Koefisien Determinant) Tabel 4.8 Model Summaryb Adjusted R Model R 1
.851a
Std. Error of Durbin-
R Square Square
the Estimate
Watson
.724
.46027
1.415
.709
a. Predictors: (Constant), NilaiTukar, Inflasi, BiRate b. Dependent Variabel: EkuivalenRate
Pada tabel diatas didapat t model regresi dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.851, nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,724 (72,4%) dan nilai adjusted R square sebesar 0.709 (70.9%). Dalam menganalisis koefisien determinasi dalam penelitian ini digunakan adjusted R square dan tidak R square, karena sifat R square yang non decreasing
73
function. Besaran koefisien determinasi sebesar 0.709 menunjukkan bahwa dalam penentuan marjin bagi hasil deposito di bank syariah mampu dijelaskan sebesar 70.9% oleh inflasi, BI rate, dan nilai tukar. Sedangkan 29.1% nya ditentukan oleh faktor lain selain faktor Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS. f. Variabel yang Paling Dominan Berpengaruh Terhadap Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Dari hasil uji korelasi Pearson diatas dan uji Koefisien Determinasi, maka dari 70,9% hasil uji tingkat Koefisien Determinasi yang merupakan tingkat kontribusi Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar terhadap penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah dan angka hasil uji Korelasi Pearson tersebut, maka variabel yang paling dominan dalam menetapkan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah adalah BI Rate yaitu sebesar 0,786 dengan nilai signifikan 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, nilai tersebut pengaruhnya lebih kuat dibandingkan dua variabel lainnya yaitu variabel Inflasi 0,579 dengan nilai signifikan 0,000 dan variabel Nilai Tukar 0,151 dengan nilai signifikan 0,124 yang jauh lebih besar dari 0,05.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh tingkat Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar yang terjadi di Indonesia terhadap penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah pada periode 2006-2010, jika dihitung secara simultan maka ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah, berdasarkan hasil hitung uji F yaitu sebesar 48.958 lebih besar daripada F tabelnya yaitu sebesar 2,76 dan nilai signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05. 2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah variabel BI Rate, dilihat dari t hitung sebesar 8.672 lebih besar daripada t tabelnya yaitu 2,000. Sedangkan variabel nilai tukar dilihat dari t hitung sebesar 3.643 lebih besar daripada t tabelnya sebesar 2,000, dan variabel inflasi dilihat dari t hitung 3.516 lebih besar daripada t tabelnya yaitu 2,000, artinya ketiga variabel mempunyai pengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah. Dapat kita lihat pula pada uji koefisien determinasi dari hasil perhitungan
74
75
R-Square menunjukkan angka 0.709 artinya tiga variabel tersebut berpengaruh sebesar 70.9% terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah, sedangkan 29,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dan berdasarkan Uji pearson korelasi variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah BI Rate yaitu sebesar 0,786 dengan nilai signifikan 0.000 jauh lebih kecil dari 0,05.
B. Saran 1. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat dilakukan dengan mengganti atau menambahkan variabel independen dengan variabel makroekonomi lainnya. 2. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan periode penelitian sehingga jumlah sampel yang diteliti akan bertambah, guna memperoleh hasil penelitian yang lebih signifikan. 3. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Alshodiq, Muktar (penyunting), Briefecase books Edukasi Profesional Syariah Fatwa-fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, Jakarta Renasian, 2005 M Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Bank Indonesia, “Laporan Moneter –BI Rate”, data di akses pada tanggal 12 juni 2009 dari Darmawi, Hermawan. Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial, Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2006 Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter TRiwulan IV-2008 (Jakarta:Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, 2008 Fatwa DSN MUI No. 3 tahun 2000 tentang Deposito Ghazali, Imam, Aplikasi Analisis Multivaraite dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit UNDIP. 2006 http://www.bi.go.id/web/id/moneter/BI+Rate/ Jurnal M. Nur Rianto Al Arif “ Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional dan Pengaruhnya Terhadap Penetapan Persentase Bagi Hasil di Bank Syariah” Karim, Adiwarman A., Bank Islam “Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada , 2007 __________________, Ekonomi Makro Islami, PT. Raja Grafindo Persada , 2007 Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta; Kencana, 2005, cet. Kedua Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, International Economics: Theory and Policy, 2nd ed., Harper Collins: New York, 1991 Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 2002
76
77
Nachrowi, Nachrowi D. dan Hardianus Usman, Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jika Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan SPSS Pratama Rahardja, dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta :FE Universitas Indonesia, 200 Sadr, Kazim, The Role of Musyarakah Financing in the Agricultural Bank of Iran. 1996.h.25 Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta:PT. Elex Media Komputindo, 2000 Sekretariat Negara Republik Indonesia, Kinerja Pemerintahan SBY-JK di Bidang Perekonomian, artikel diakses pada tanggal 20 februari 2010 dari http://www.setneg.go.id/index.php?option=com content & task=view&id=1694&Itemid=195 Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997, Ed.2 Sukirno, Sadono, “Pengantar Teori Ekonomi Makro” ,Rajawali Press, Jakarta. 2004 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institute Bankir Indonesia konsep, produk & Implementasi Operasional. Jakarta : Djambatan. 2003
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2006 – 2010 No.
Periode
Tingkat Inflasi
1.
Januari 2006
17,03%
2.
Februari 2006
17,92%
3.
Maret 2006
15,74%
4.
April 2006
15,40%
5.
Mei 2006
15,60%
6.
Juni 2006
15,53%
7.
Juli 2006
15,15%
8.
Agustus 2006
14,90%
9.
September 2006
14,55%
10.
Oktober 2006
6,29%
11.
November 2006
5,27%
12.
Desember 2006
6,60%
13.
Januari 2007
6,26%
14.
Februari 2007
6,30%
15.
Maret 2007
6,52%
16.
April 2007
6,29%
17.
Mei 2007
6,01%
18.
Juni 2007
5,77%
19.
Juli 2007
6,06%
20.
Agustus 2007
6,51%
21.
September 2007
6,95%
22.
Oktober 2007
6,88%
23.
November 2007
6,71%
24.
Desember 2007
6,59%
25.
Januari 2008
7,36%
26.
Februari 2008
7,40%
27.
Maret 2008
8,17%
28.
April 2008
8,96%
29.
Mei 2008
10,38%
30.
Juni 2008
11,03%
31.
Juli 2008
11,90%
32.
Agustus 2008
11,85%
33.
September 2008
12,14%
34.
Oktober 2008
11,77%
35.
November 2008
11,68%
36.
Desember 2008
11,06%
37.
Januari 2009
9,17%
38.
Februari 2009
8,60%
39.
Maret 2009
7,92%
40.
April 2009
7,31%
41.
Mei 2009
6,04%
42.
Juni 2009
3,65%
43.
Juli 2009
2,71%
44.
Agustus 2009
2,75%
45.
September 2009
2,83%
46.
Oktober 20009
2,57%
47.
November 2009
2,41%
48.
Desember 2009
2,78%
49.
Januari 2010
3,72%
50.
Februari 2010
3,81%
51.
Maret 2010
3,43%
52.
April 2010
3,91%
53.
Mei 2010
4,16%
54.
Juni 2010
5,05%
55.
Juli 2010
6,22%
56.
Agustus 2010
6,44%
57.
September 2010
5,80%
58.
Oktober 2010
5,67%
59.
November 2010
6,33%
60.
Desember 2010
6.96%
BI Rate Tahun 2006-2010 No.
Periode
BI Rate
1.
Januari 2006
12,75%
2.
Februari 2006
12,75%
3.
Maret 2006
12,75%
4.
April 2006
12,75%
5.
Mei 2006
12,50%
6.
Juni 2006
12,50%
7.
Juli 2006
12,25%
8.
Agustus 2006
11,75%
9.
September 2006
11,25%
10.
Oktober 2006
10,75%
11.
November 2006
10,25%
12.
Desember 2006
9,75%
13.
Januari 2007
9,50%
14.
Februari 2007
9,25%
15.
Maret 2007
9,00%
16.
April 2007
9,00%
17.
Mei 2007
8,75%
18.
Juni 2007
8,50%
19.
Juli 2007
8,25%
20.
Agustus 2007
8,25%
21.
September 2007
8,25%
22.
Oktober 2007
8,25%
23.
November 2007
8,25%
24.
Desember 2007
8,00%
25.
Januari 2008
8,00%
26.
Februari 2008
8,00%
27.
Maret 2008
8,00%
28.
April 2008
8,00%
29.
Mei 2008
8,25%
30.
Juni 2008
8,50%
31.
Juli 2008
8,75%
32.
Agustus 2008
9,00%
33.
September 2008
9,25%
34.
Oktober 2008
9,50%
35.
November 2008
9,50%
36.
Desember 2008
9,25%
37.
Januari 2009
8,75%
38.
Februari 2009
8,25%
39.
Maret 2009
7,75%
40.
April 2009
7,50%
41.
Mei 2009
7,25%
42.
Juni 2009
7,00%
43.
Juli 2009
6,75%
44.
Agustus 2009
6,50%
45.
September 2009
6,50%
46.
Oktober 20009
6,50%
47.
November 2009
6,50%
48.
Desember 2009
6,50%
49.
Januari 2010
6,50%
50.
Februari 2010
6,50%
51.
Maret 2010
6,50%
52.
April 2010
6,50%
53.
Mei 2010
6,50%
54.
Juni 2010
6,50%
55.
Juli 2010
6,50%
56.
Agustus 2010
6,50%
57.
September 2010
6,50%
58.
Oktober 2010
6,50%
59.
November 2010
6,50%
60.
Desember 2010
6,50%
Tingkat Nilai Tukar Rupiah Tahun 2006-2010 No.
Periode
Nilai Tukar
1.
Januari 2006
9395
2.
Februari 2006
9230
3.
Maret 2006
9075
4.
April 2006
8775
5.
Mei 2006
9220
6.
Juni 2006
9300
7.
Juli 2006
9070
8.
Agustus 2006
9100
9.
September 2006
9235
10.
Oktober 2006
9110
11.
November 2006
9165
12.
Desember 2006
9020
13.
Januari 2007
9090
14.
Februari 2007
9160
15.
Maret 2007
9118
16.
April 2007
9083
17.
Mei 2007
8828
18.
Juni 2007
9054
19.
Juli 2007
9186
20.
Agustus 2007
9410
21.
September 2007
9137
22.
Oktober 2007
9103
23.
November 2007
9376
24.
Desember 2007
9419
25.
Januari 2008
9291
26.
Februari 2008
9051
27.
Maret 2008
9217
28.
April 2008
9234
29.
Mei 2008
9318
30.
Juni 2008
9225
31.
Juli 2008
9118
32.
Agustus 2008
9153
33.
September 2008
9378
34.
Oktober 2008
10995
35.
November 2008
12151
36.
Desember 2008
10950
37.
Januari 2009
11355
38.
Februari 2009
11980
39.
Maret 2009
11575
40.
April 2009
10713
41.
Mei 2009
10340
42.
Juni 2009
10225
43.
Juli 2009
9920
44.
Agustus 2009
45.
September 2009
9681
46.
Oktober 20009
9545
47.
November 2009
9480
48.
Desember 2009
9400
49.
Januari 2010
9365
50.
Februari 2010
9335
51.
Maret 2010
9115
52.
April 2010
9012
53.
Mei 2010
9180
54.
Juni 2010
9083
55.
Juli 2010
8952
56.
Agustus 2010
9041
57.
September 2010
9020
58.
Oktober 2010
8972
59.
November 2010
8983
60.
Desember 2010
9067
10060
Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah 2006-2010 No.
Periode
Nisbah Bagi Hasil
1.
Januari 2006
7.71%
2.
Februari 2006
8.37%
3.
Maret 2006
8.31%
4.
April 2006
8.31%
5.
Mei 2006
8.58%
6.
Juni 2006
8.52%
7.
Juli 2006
8.34%
8.
Agustus 2006
9.
September 2006
8.89%
10.
Oktober 2006
8.52%
11.
November 2006
8.74%
12.
Desember 2006
8.41%
13.
Januari 2007
8.59%
14.
Februari 2007
8.63%
15.
Maret 2007
8.19%
16.
April 2007
7.92%
17.
Mei 2007
8.05%
18.
Juni 2007
7.89%
19.
Juli 2007
7.76%
20.
Agustus 2007
7.91%
21.
September 2007
7.96%
22.
Oktober 2007
7.71%
23.
November 2007
7.59%
24.
Desember 2007
7.84%
10.01%
25.
Januari 2008
7.49%
26.
Februari 2008
7.50%
27.
Maret 2008
7.40%
28.
April 2008
6.95%
29.
Mei 2008
6.97%
30.
Juni 2008
6.98%
31.
Juli 2008
6.88%
32.
Agustus 2008
7.04%
33.
September 2008
7.31%
34.
Oktober 2008
7.47%
35.
November 2008
7.76%
36.
Desember 2008
8.35%
37.
Januari 2009
7.66%
38.
Februari 2009
8.12%
39.
Maret 2009
7.35%
40.
April 2009
9.13%
41.
Mei 2009
8.28%
42.
Juni 2009
7.65%
43.
Juli 2009
7.41%
44.
Agustus 2009
6.98%
45.
September 2009
6.78%
46.
Oktober 20009
7.01%
47.
November 2009
6.75%
48.
Desember 2009
6.92%
49.
Januari 2010
5.31%
50.
Februari 2010
6.54%
51.
Maret 2010
6.77%
52.
April 2010
6.60%
53.
Mei 2010
6.37%
54.
Juni 2010
6.63%
55.
Juli 2010
6.91%
56.
Agustus 2010
6.69%
57.
September 2010
6.59%
58.
Oktober 2010
6.66%
59.
November 2010
6.51%
60.
Desember 2010
6.90%