ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN BI RATE TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH PADA PERBANKAN SYARIAH
Oleh : FRISKA JULIANTI NIM: 106084002809
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama
: Friska Julianti
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 26 Juli 1989
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
:Jl. Manunggal V Rt.002 Rw.004 No.30 Perigi baru Pondok Aren-Tangerang Selatan 15228
Agama
: Islam
Suku
: Betawi
No.Telepon
: 085694271536
Email
:
[email protected] [email protected]
Facebook
: JuliantyFriska
Twitter
: @JuliantyFriska
PENDIDIKAN SD Negeri 2 Perigi Baru
(1994-2000)
SMP Negeri 3 Ciputat
(2000-2003)
SMA Negeri 2 Ciputat
(2003-2006)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(2006-2013)
i
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of inflation, exchange rate, and the BI rate to mudaraba in the Islamic banking savings. The data used are time series data the period August 2008-August 2012, published by Bank Indonesia of Islamic Banking Statistical Report. The method of analysis used in this study is using Multiple Linear Regression method is Ordinary Least Square (OLS). The results of this study indicate that the inflation variable positive and significant impact on saving mudaraba. Variable rate (exchange rate) has no effect on saving mudaraba. While the BI Rate variable significantly and negatively related to saving mudaraba. Keywords: Inflation, Exchange Rate, BI Rate, Mudaraba Savings, Ordinary Least Square (OLS).
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah. Data yang digunakan adalah data time series periode Agustus 2008-Agustus 2012, yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari Laporan Statistik Perbankan Syariah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah. Variabel nilai tukar (kurs) tidak mempunyai pengaruh terhadap tabungan mudharabah. Sedangkan variabel BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah. Kata Kunci: Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate, Tabungan Mudharabah, Ordinary Least Square (OLS).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi Robill’Alamin, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayahnya-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam yang selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia, serta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang istiqomah dan di ridhoi Allah SWT. Penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat rahmat dan izin Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk dapat mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berjasa tersebut, antara lain kepada: 1. Khususnya untuk kedua orang tua saya yaitu Alm Bpk. Marhali dan Almh. Ibu Siti Amriyah. Terima kasih banyak atas segala kasih sayang, doa dan Ridho dari kalian sehingga penulis selalu termotivasi untuk berusaha menyelesaikan skripsi ini dalam mencapai cita-cita yang penulis inginkan. 2. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Ibu Leis Suzanawaty, SE,M.Si selaku pembantu dekan bagian akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Lukman, M.si selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP). 5. Ibu Utami Baroroh, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi pembangunan (IESP). 6. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak M.Hartana I.Putra, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak Pheni Chalid, Drs. SF. MA.Ph. selaku dosen pembimbing akademik. 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat kepada saya. Dan juga seluruh staf karyawan yang telah memberikan pelayanan yang terbaik ke setiap mahasiswanya, khususnya di jurusan IESP. 10. Kepada orang-orang yang sudah banyak membantu serta mendukung penulis baik secara moril dan materil terima kasih banyak semoga Allah SWT akan selalu membalas segala kebaikan kalian. 11. Sahabat-sahabat seperjuangan di IESP angkatan 2006, khususnya konsentrasi Ekonomi Islam yaitu Winda, Lia, Saras, Laras, Yunita, Yanti, Sari, Yeni, Iwas, Ovi, Bakar, fadli, Andra, Hadafi, Beni, Arifin. 12. Teman-teman konsentrasi ekonomi pembangunan terutama Ibnu, Fatia, Soraya, Adi dan Seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan angkatan 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Serta temanteman Fakultas Ekonomi dan Bisnis lainnya tanpa mengurangi rasa persahabatan
saya
ucapkan
terima
kasih
sebesar-besarnya.
Semoga
persahabatan kita semua tetap terjalin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.
v
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih. Jakarta, 27 Agustus 2013
(Friska Julianti)
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………… i ABSTRACT ……………………………………………………………. ii ABSTRAK ……………………………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
iv
DAFTARA ISI …………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….
xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..
1
A. Latar Belakang ………………………………………….…..
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………… 9 C. Tujuan Penelitian ……………………………………..…….. 10 D. Manfaat Penelitian ……………………………………..…… 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………..…………..
12
A. Pengertian Bank Secara Umum …….…………..…………..
12
1. Bank Syariah ………………………………..……..…….
15
a. Pengertian Bank Syariah ……….………..………….... 15
vii
b. Sumber Dana Bank Syariah ………………...………… 17 c. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .... 19 2. Tabungan Mudharabah ………………………………….. 20 a. Pengertian Tabungan secara Konvensional …………… 20 b. Tabungan pada Perbankan Syariah …………….…..…. 21 3. Inflasi ………………………………………….…..….….. 23 a. Pengertian Inflasi …………………………….…..…… 23 b. Macam-macam Inflasi …………………….….....….… 24 c. Hubungan Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah ...… 25 4. Nilai Tukar Rupiah ……………………………………..... 26 a. Pengertian Nilai Tukar ….……………………….......... 26 b. Hubungan Kurs terhadap Tabungan Mudharabah ......… 27 5. BI Rate ………………………………………………….…. 28 a. Pengertian BI Rate …………………………….…….…. 28 b. Hubungan BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah …... 29 B. Penelitian Terdahulu ……………………………….………… 29 C. Kerangka Berpikir ……………………….…………………... 48 D. Hipotesis …………………………………..…………………. 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 52 A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………… 52 B. Metode Penentuan Sampel ……….………………………….. 52 C. Metode Pengumpulan Data ………………………………….. 53 D. Metode Analisis ……………………………………….......… 54
viii
1. Uji Asumsi Klasik ………………………………………… 55 a. Uji Normalitas …………………………………………. 56 b. Uji Multikolinieritas …………………………………… 56 c. Uji Heteroskedastisitas ………………………………… 57 d. Uji Autokorelasi ………………………………………… 58 e. Uji Linieritas ……………...……………………………. 59 2. Uji Statistik …………………………..……………….…… 60 a. Uji Parsial (Uji-t) ………………………………….…… 60 b. Uji F (Uji Secara Bersama-sama) ……………………… 61 c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ……………… 61 E. Operasional Variabel Penelitian ……………………...……… 62 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………. 64 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …...…………….. 64 1. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia ……………….. 64 2. Perkembangan Tabungan Mudharabah ……...……………. 66 3. Perkembangan Inflasi ……………...……………………… 68 4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) ……………… 69 5. Perkembangan BI Rate ……………………………………. 71 B. Analisis dan Pembahasan …………………………………….. 73 1. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi …...……………… 73 a. Uji Asumsi Klasik ……………...………………………. 73 1) Uji Normalitas ……………………………………… 73 2) Uji Multikolinieritas …...…………………………… 74
ix
3) Uji Heteroskedastisitas ……….…………………….. 75 4) Uji Autokorelasi ……………...…………………….. 76 5) Uji Linieritas ……………………………………….. 78 b. Uji Statistik …………………………………………….. 79 1) Uji Parsial (Uji-t) ……...…………………………… 80 2) Uji F (Uji Secara Bersama-sama) ………………….. 81 3) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ………….. 82 c. Analisis Ekonomi ………………...……………………. 82 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………………...……….…. 86 A. Kesimpulan …………………………………………………... 86 B. Saran dan Implikasi ……………………………………….…. 87 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….… 88 LAMPIRAN ……………………………………………………………... .91
x
DAFTAR TABEL
No. 1.1
Keterangan
Halaman
Komposisi Tabungan Mudharabah, Inflasi, Kurs, dan BI Rate periode 2008-2012 Di Indonesia
4
2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
19
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
42
4.1
Hasil Uji Multikolineritas dengan Correlation Matrix
75
4.2
Hasil Uji White Heteroskedasticity-Test
76
4.3
Hasil Uji Lagrange Multiplier Test
77
4.4
Hasil Uji Lagrange Multiple Test
78
4.5
Uji Ramsey RESET Test
78
4.6
Hasil Uji Regresi Tabungan Mudharabah
79
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
51
4.1
Perkembangan Tabungan Mudharabah
67
4.2
Perkembangan Inflasi
68
4.3
Perkembangan Kurs
70
4.4
Perkembangan Bi Rate
72
4.5
Uji Normalitas Jarque-Bera
74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Variabel Penelitian
91
2.
Hasil Regresi Tabungan Mudharabah
93
3.
Uji Normalitas
94
4.
Uji Multikolinieritas
95
5.
Uji White Heteroskedastisicity Test
96
6.
Uji Autokorelasi sebelum Differensi Tingkat Pertama
97
7.
Uji Autokorelasi setelah Differensi Tingkat Pertama
98
8.
Uji Linieritas sebelum Differensi
99
9.
Uji Linieritas setelah Differensi
100
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam adalah agama yang ajarannya bersifat universal, artinya ajaran yang dibawa islam itu bersifat menyeluruh dan mencakup pada segala bidang kehidupan. Dengan sistem ajaran tersebut, lembaga keuangan muncul sebagai sarana untuk aktivitas konsumsi, simpanan dan investasi. Lembaga keuangan tersebut terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan–kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan menentukan baik tidaknya perekonomian suatu negara. Dalam perkembangannya jasa perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Pesaing-pesaing baru telah memasuki pasar dengan berbagai tawaran produk yang beraneka ragam dan memiliki daya tarik tersendiri. (Dahlan Siamat, 2004: 87)
Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam (UU No. 10/1998). Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist, tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip-prinsip utama yang
1
diikuti oleh Bank Islam adalah larangan riba (suku bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah dan sesuai kesepakatan bersama.(Sudarsono, 2003:22). Sistem perbankan syariah di Indonesia di awali pada tahun 1992 dengan diterbitkannya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian di tahun 1992 juga telah lahir bank syariah pertama sebagai pelopor yang tidak menggunakan sistem bunga seperti di bank konvensional, melainkan menggunakan sistem bagi hasil yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah yang juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dualbanking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah. (Rivai, 2006 : 2) Pertumbuhan dan perkembangan bank, baik bank konvensional maupun bank syariah bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor,
2
aset, banyaknya produk-produk yang ditawarkan, dan banyaknya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat. (Winda, 2009 : 10) Salah satu produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah dengan menggunakan akad mudharabah. Secara sederhana, pengertian mudharabah menurut ulama fiqh dalam madhab Maliki adalah suatu pemberian mandat dari investor (shahibul maal) yang disertakan kepada pengelola (mudharib) untuk berdagang dengan mata uang tunai dengan mendapatkan sebagian keuntungan, jika sudah diketahui jumlah dan keuntungan yang diperolehnya. (Muhammad, 2004:39) Diantara produk yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam penghimpunan dana adalah giro, tabungan dan deposito sebagai salah satu sumber pendanaan bagi operasional bank. Dan yang dimaksud dengan Tabungan Syariah adalah tabungan yang dijalankan dengan merujuk pada prinsip-prinsip Islam yaitu Mudharabah dan Wadiah. (ST Suharyanti, 2010:11) Operasioanal Bank Syariah baik dalam menghimpun dana maupun dalam penyalurannya menggunakan prinsip syariah. Adanya ketentuan bahwa akad dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana tersebut maka bank syariah akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan terutama yang gilirannya akan mewujudkan pengelola bank syariah yang sehat. Selain itu kejelasan akad akan membantu dalam operasional bank sehingga menjadi lebih efisien dan akan meningkatkan kepastian hukum oleh
3
berbagai pihak termasuk bagi pengawas dan auditor bank syariah. (Sholahuddin dan Hakim, 2008:77) Bank syariah dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan syariah (hukum islam). Prinsip yang dianut oleh bank syariah yaitu larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut syariah, dan memberikan zakat. Walaupun berbasis islam, bank syariah sendiri siap melayani siapa saja baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim. Oleh karena itu, jasa-jasa perbankan islam telah dilihat oleh bankbank internasional sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia usaha. (Dian Ariestantya, 2011:5) Tabel 1.1 Komposisi Tabungan Mudharabah, Inflasi, Kurs, dan BI Rate periode 2008-2012 Di Indonesia Tahun
Tabungan Mudharabah
Inflasi
Kurs
BI Rate
(Milyar)
(%)
(Rp)
(%)
2008
11.513
11.06
10.950
9.25
2009
14.937
2.78
9400
6.50
2010
19.570
6.96
8.960
6.50
2011
27.208
3.79
9.068
6.00
2012
37.623
4.3
9.670
5.75
Sumber: Bank Indonesia, 2008-2012. Dari tabel 1.1, komposisi Tabungan Mudharabah tidak terlepas dengan adanya perkembangan ekonomi di Indonesia secara makro pada tahun 2008-2012. Variabel makro tersebut seperti Inflasi, Kurs, dan BI Rate. Dapat dilihat pada tabel komposisi Tabungan Mudharabah dari tahun 2008 sampai
4
2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini merupakan dampak langsung dari perkembangan dari jaringan kantor dan layanan sistem perbankan syariah. Besarnya jumlah penduduk yang beragama islam di Indonesia merupakan salah satu peluang yang besar bagi bank syariah dalam mencapai nasabah sebanyak-banyaknya. Peluang tersebut telah diperkuat oleh adanya fatwa MUI pada Januari 2004 tentang haramnya bunga bank. Dalam menjalankan operasionalnya, terdapat beberapa faktor yang juga membawa pengaruh terhadap keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan khususnya jasa perbankan syariah. Salah satunya adalah inflasi, dimana inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Apabila terjadi inflasi maka terjadi ketidakpastian kondisi makroekonomi suatu negara yang mengakibatkan masyarakat lebih menggunakan dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan pendapatan yang tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan besarnya inflasi membuat masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan. (Bety Mariantini, 2007:22) Menurut Dornbus dan Fischer dalam Nandadipa (2010) menyebutkan dampak inflasi antara lain: menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat
menabung,
meningkatkan
kecenderungan
untuk
belanja,
pengerukan tabungan dan penumpukan uang,permainan harga diatas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, serta distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.
5
Pada tataran makro, nilai uang terhadap barang memiliki peran penting terhadap jumlah tabungan masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan menurunkan nilai kekayaan dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan hampir semua negara mengalaminya baik negara miskin, berkembang atau bahkan negara maju sekalipun tidak dapat lepas dari masalah ini. (Budiono,2001:155) Terlihat pada tabel di atas inflasi cenderung mengalami penurunan, pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang tajam dibandingkan tahun 2008. Hal tersebut tidak lepas dari adanya penurunan harga minyak mentah internasional yang mendorong pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2010 inflasi naik kembali di posisi 6,96%, yang diakibatkan oleh adanya faktor perkembangan harga komoditas pangan internasional yang juga mempengaruhi harga komoditas di Indonesia. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah Tabungan Mudharabah adalah nilai kurs rupiah terhadap dollar AS. Secara umum, apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain tentu didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar itu sebenarnya merupakan semacam harga didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut dengan kurs (exchange rate). (Nopirin, 1992)
6
Pada tabel kurs di tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar Rp 10.950 yang disebabkan kurs terkena dampak dari krisis global yang terjadi di Amerika Serikat dan membuat Tabungan Mudharabah Menurun. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. (Sunlip Wibisono, 2004) Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang. Tingginya minat nasabah untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank). (Muhammad Ghofur Wibowo, 2007:69-70) Persoalan bunga bank yang kemudian disebut sebagai riba telah menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama dan tokoh fiqih islam. Dari perdebatan mengenai bunga bank ini melahirkan sebuah konsekuensi logis terhadap anggapan bahwa bunga bank yang berlaku dalam sistem perbankan
7
merupakan riba. Interpretasi ini berimplikasi terhadap setiap tambahan dari pinjaman kepada pihak yang meminjami adalah riba. (Abdullah Saeed, 2003:27) Tingkat suku bunga secara umum telah digunakan dalam sistem perbankan di Indonesia. Bank konvensional menawarkan tingkat suku bunga yang dapat menarik nasabah menyimpan uangnya. Berbeda halnya dengan bank konvensional, bank syariah pada kegiatan operasionalnya menolak adanya sistem bunga. Hal ini disebabkan karena bank syariah menganggap sistem bunga sama dengan riba, sehingga bank syariah menawarkan sistem bagi hasil sebagai pengganti sistem bunga. Keberadaan bank konvesional dan syariah secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut.Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah. (Iswardono, 2004 : 155) Pada penelitian-penelitian sebelumnya yang mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi Tabungan Mudharabah seperti ST.Suharyanti (2010)
8
dengan variabel
independen (nisbah
bagi
hasl,
inflasi
pendapatan
nasional/PDB, dan SWBI), Dian Ariestantya (2011) dengan variabel independen (imbal bagi hasil, suku bunga, dan SWBI), dan Muhamad Ihsan Hadzami (2011) dengan variabel independen (nisbah bagi hasil dan nilai tukar rupiah). Merujuk dari penelitian-penelitian yang tersebut, penulis dalam penelitian ini menggunakan variabel independen inflasi, nilai tukar rupiah, dan BI rate dengan periode penelitian dimulai dari Agustus 2008 sampai Agustus 2012. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini variabel makro yang akan digunakan adalah inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI Rate yang berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia dengan periode bulan Agustus 2008 sampai bulan Agustus 2012.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan di atas, maka perumusan masalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate secara bersamasama terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah? 2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah? 3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah?
9
4. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate secara bersama-sama terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 3. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 4. Untuk mengetahui pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan, khususnya kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan moneter. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi.
10
2. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan dan pedoman dalam melakukan investasi pada sektor industri perbankan nasional. Serta memberikan gambaran mengenai pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah. 3. Bagi Akademisi Bagi para akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi ataupun bahan perbandingan dalam pengembangan untuk penelitian selanjutnya dan untuk para pembaca dapat menambah wawasan mengenai Tabungan Mudharabah.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Secara Umum Istilah bank berasal dari bahasa Prancis yaitu banque dan dari bahasa Italia yaitu banco, yang berarti peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya. Jadi kesimpulannya, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function) dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function). (Arifin,2006:1) Pengertian bank pada awal dikenalnya adalah meja tempat menukar uang, lalu pengertian bank berkembang sebagai tempat penyimpan uang dan seterusnya. Namun semakin modernnya perkembangan dunia perbankan, maka pengertian bank pun berubah pula. Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-keduanya menghimpun dan menyalurkan dana . (Kasmir, 2004)
12
12
Pendapat lain menyatakan bahwa bank adalah badan yang mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Pendapat lain menyatakan bahwa bank memiliki tugas menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) ke pihak yang kekurangan dana (deficit), kedua tugas tersebut dinamakan fungsi intermediasi. (Ade Arthesa, dkk, 2006) Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1, bank merupakan sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Junaiddin Zakaria (2009:82) menyatakan bahwa bank adalah salah satu lembaga keuangan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang dapat menciptakan uang melalui bank sentral. Taswan (2010:6) menyatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
13
Ferry N. Idroes (2008:15) menyatakan bahwa bank merupakan satusatunya lembaga keuangn depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro, deposito, dan tabungan. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk pemberian pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga keuangan lainnya. Di samping, kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga keuangan lain. Ahmad
Rodoni
(2007:21)
menyatakan
bahwa
bank
dapat
didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Bank adalah lembaga keuangn yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain, bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Febryani dan Zulfadin, 2003)
14
1. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Berikut ini beberapa dari pengertian Bank Syariah, yaitu: 1) Menurut Muhammad (2005:1), bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya
desesuaikan dengan syariat islam. 2) Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariat islam, yakni bank yang peroperasiannya mengikuti ketentuan syariat, khususnya menyangkut tata cara mu’amalat secara umum. (Karnaen Perwaatmadja dan M Syafi’i Antonio, 1999:2) 3) Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang
15
dikategorikan haram,dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional. (http://id.wikipedia.org/wiki/perbankansyariah) 4) Bank Syariah menurut para ahli Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono, 2003:22) 5) Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan tugasnya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 6) Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah
dan
Unit
Usaha
Syariah
yang
mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 21 Tahun 2008 Tentang perbankan syariah). Dengan definisi tersebut maka perbankan syariah meliputi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). 7) Bank Syariah merupakan lembaga perantara (intermediary) antara satu-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surlpus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit) melalui bank kelebihan
16
dana
tersebut
dapat
disalurkan
kepada
pihak-pihak
yang
memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. (Arifin,2002)
b. Sumber Dana Bank Syariah Pertumbuhan
setiap
bank
sangant
dipengaruhi
oleh
perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana tanpa dana yang cukup. Bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki dan dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktuwaktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali. (Arifin, 2002). Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari : (Arifin, 2006:47-50) 1) Modal Inti (Core Capital)
17
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank yakni pemilik bank. Dana modal inti terdiri dari : a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. b. Cadangan, yaitu sebagian laba yang tidak dibagi. c. Laba ditahan. 2) Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account) Bank menghimpun dana bagi hasil atas prinsip mudharabah yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (Shihabul maal) dengan pengusaha (Mudharib) untuk melakukan usaha secara bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya dengan perbandingan (Nisbah) yang telah disepakati sebelumnya, Kerugian finansial menjadi beban yang pemilik dana sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. 3)
Dana Titipan (Wadi’ah/Non Rem titipan adalah dana pihak ketiga unerated Deposit) Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang yang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
18
c. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan konvensional, karena sistem keuangan dan sistem perbankan syariah yang cakupannya lebih luas. Karena itu, perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun juga dituntut secara sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah. Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional No 1.
Aspek Falsafah
2.
Operasional
Bank Syariah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan ketidakjelasan Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika diusahakan terlebih dahulu. Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan
Bank Konvensional Berdasarkan bunga
Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.
Penyaluran pada sektor yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama 3. Produk Multi produk (jual beli, Produk tunggal (kredit) bagi hasil, dan jasa) 4. Organisasi Harus memiliki dewan Tidak memiliki dewan pengawas syariah pengawas syariah 5 Dasar Hukum Al-qur’an, Sunnah, Fatwa Pemerintah dan Bank Ulama, Bank Indonesia Indonesia dan Pemerintah 6. Uang Uang bukanlah komoditi Uang adalah komoditi selain tetapi hanyalah alat itu juga sebagai alat pembayaran pembayaran Sumber: Sudarsono, 2007
19
2. Tabungan Mudharabah a. Pengertian Tabungan Secara Konvensional Menurut Kashmir (2009:78) menyatakan bahwa Tabungan adalah simpanan pihak ketiga dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu dari masing-masing bank penerbit. Pengertian penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk dapat menarik uang yang disimpan di rekening tabungan antar satu bank dengan bank yang lainnya berbeda,tergantung dari bank yang mengeluarkanya.hal ini sesuai dengan perjanjian sebelumya yang telah dibuat oleh bank. Berdasarkan UU Perbankan No 10 Tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-undang No 7 Tahun 1992. Definisi tabungan adalah: 1) Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposit, sertifikat deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2) Tabungan adalah simpanan yang penarikannnya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
20
Dari pengertian di atas, maka definisi tabungan adalah dana yang dipercayakan kepada bank, yang penarikannya sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Dalam penabungan, maka dana tersebut akan dikelola secara profesional oleh pihak bank sesuai dengan motivasi dari si penabung.
b.
Tabungan pada Perbankan Syariah Menabung merupakan tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang, sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah (titipan), bagi hasil (mudharabah) atau dengan akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Penarikan uang tersebut hanya dapat dilakukan menurut syatar-syarat dan ketentuan tertentu. (Antonio, 2001:45) Dalam operasional bank syari’ah, menerapkan dua aqad dalam tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang menerapkan wadi’ah, mengikuti prinsip-prinsip wadi’ah yad adh-dhamanah, dimana tabungan ini tidak mendapatkan imbalan bagi hasil, karena sifatnya titipan dan dapat diambil dengan mengunakan buku tabungan atau melalui ATM.
21
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip mudharabah, yang diantaranya adalah pertama, keuntungan yang diperoleh dari dana yang dikelola oleh bank sebagai mudharib harus dibagi dengan nasabah sebagai shahibul maal. Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup. Menurut Karim (2003:299) Tabungan mudharabah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam hal ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama Islam
juga
menganjurkan
untuk
hemat
dalam
setiap
pengeluaran. Sehingga Islam menetapkan aturan-aturan perekonomian dalam hal menyimpan dan menabung. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut: a) Menyimpan kelebihan setelah kebutuhan primer terpenuhi b) Menyimpan kelebihan untuk menghadapi kesulitan c) Hak harta generasi mendatang d) Tidak menimbun harta e) Pengembangan harta harus dilakukan dengan baik dan halal (Syahatah, 1998:83-87).
22
3. Inflasi a. Pengertian Inflasi Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu. Definisi lain Inflasi adalah kecenderunagn dari harga-harga untuk menaikkan secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali
bila
kenaikan
tersebut
meluas
kepada
(atau
mengakibatkan kenaikkan) sebagian besar dari harga barng-barang lain. (Boediono, 1987:161) Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya hargaharga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikkan itu meluas (mengakibatkan kenaikkan harga) pada barang lainnya. Dan kebalikan dari inflasi yaitu deflasi. Hal ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikkan tersebut tidaklah bersamaan. Yang terpenting adalah terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikkan yang terjad hanya sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.
23
b. Macam-Macam Inflasi 1. Berdasarkan Ukuran Inflasi Macam-macam inflasi berdasarkan ukuran adalah sebagai berikut: (Sukirno, 2004:337) a) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10 % dalam setahun. b) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada diantara 10-30 % dalam setahun. c) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30-100 % dalam setahun. d) Inflasi tinggi (Hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar lebih dari 100 % dalam setahun.
2. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Inflasi Berdasarkan kepada sumber penyebabnya, umumnya inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: (Sukirno, 2004:333) a) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull Inflation) Inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang di antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian.
Inflasi
ini
biasanya
terjadi
pada masa
perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan
pengeluaran
yang
melebihi
24
kemampuan
ekonomi
mengeluarkan
barang
dan
jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan inflasi. b) Inflasi Desakan Biaya (Cost-push Inflation) Inflasi seperti ini biasanya berlaku ketika kegiatan ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh.inflasi ini terjadi bila biaya produksi mengalami kenaikan secara terusmenerus. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan BBM, kenaikan bahan baku dan kenaikan input yang lainnya. c) Inflasi Diimpor Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan penting dalam
kegiatan
pengeluaran
di
perusahaan-perusahaan.
Contohnya, kenaikkan harga minyak.
c. Hubungan Inflasi Terhadap Tabungan Mudharabah Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan terus menerus. Apabila terjadi inflasi maka terjadi ketidakpastian kondisi makroekonomi suatu negara, adanya ketidakpastian kondisi perekonomian suatu negara akan mengakibatkan masyarakat lebih menggunakan dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan pendapatan yang tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan
25
besarnya inflasi membuat masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana untuk disimpan atau diinvestasikan.
4. Nilai Tukar (Kurs) a.
Pengertian Nilai Tukar (Kurs) Exchange Rate (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan nama kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency), atau mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang kemata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, ataupun aturan uang jangka pendek antar negara yang melewati batasbatas geografis ataupun batas-batas hukum. (Adiwarman A. Karim, 2006:157) Menurut Richard Lipsey (1995:25) nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar. Berbeda dengan Sukirno (2000:358) nilai valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Sedangkan kurs antara dua negara menurut Mankiw (2006:128) adalah tingkat harga
26
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Mankiw (2001:125) menyatakan : “jika kurs riil tinggi, barang-barang dari luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang dari luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah”.
b.
Hubungan Kurs terhadap Tabungan Mudharabah Kurs
merupakan
faktor
eksternal
(luar)
yang
juga
mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, mencerminkan kondisi perekonomian yang tidak menentu sehingga meningkatkan risiko berusaha yang akan direspon oleh dunia usaha dengan menitipkan uangnya pada bank syariah. (Yayat Sujatna, 2010:211) Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dana pihak ketiga bank syariah termasuk didalamnya tabungan mudharabah. Dana pihak ketiga perbankan syariah sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Dan kecenderungan meningkatnya dana pihak ketiga sejalan dengan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. Sebaliknya ketika menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan
27
risiko dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan. Dengan
menyimpan sebagian modalnya di produk
penghimpunan dana khususnya dalam hal ini tabungan mudharabah. (Muhamad Ihsan Hadzami, 2011)
5. BI Rate a. Pengertian Bi Rate Menurut Bank Indonesia BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. (www.bi.go.id) BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga pinjaman, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang. (Aulia Pohan, 2008:225) BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
28
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. (www.bi.go.id)
b. Hubungan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi di masa yang akan datang. (Smithin, 1994 dalam Reni dan Rina, 2006). Tingginya minat masyarakat untuk menabung biasanya dipengaruhi oleh tingkat bunga yang tinggi. Hubungan yang positif antara tingkat bunga dengan tingkat tabungan ini menunjukkan bahwa pada umumnya para penabung bermotif pada keuntungan atau “profit motive”. (Khairunisa,2001:7 dalam Dian Ariestya, 2011: 38)
B. Penelitian Terdahulu 1. Dian Ariestya (2011) Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang, Suku bunga, Kurs dan SWBI terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Pada Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun 2008-2011”. Analisis yang dilakukan menggunakan model analisis regresi
29
berganda, dengan kesimpulan yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut: probabilitas a. Bahwa secara simultan diperoleh nilai F-hitung 159,580 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai kritis 5 % berarti bahwa secara bersama-sama variabel Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang, Suku Bunga, Kurs dan SWBI berpengaruh terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. Dan variabel Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang, Suku Bunga, Kurs, dan SWBI memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabel Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia selama periode penelitian sebesar 94,4 % yang dapat dilihat dari nilai Adjusted Rsquared sebesar 0,944 sedangkan sisanya sebesar 5,6 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. b. Secara parsial variabel Imbal Bagi Hasil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia. Kemudian variabel Jumlah Kantor Cabang berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat
Indonesia.
Sementara
variabel
Suku
Bunga
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan variabel Kurs berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia. Dan variabel SWBI berpengaruh secara
30
signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia. 2. Achmad Tohari (2010) Penelitian yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) serta Immplikasinya pada Pembiayaan Mudharabah Di Indonesia”. Metode yang dilakukan menggunakan metode analisis jalur dengan model struktual, dengan hasil penelitan, sebagai berikut: a. Hasil pengujian pada struktural I diketahui variabel Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga, sedangkan variabel Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah Di Indonesia. b. Hasil pengujian pada substruktur II diketahui variabel Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syariah Di Indonesia. 3. Chintia Agustina Triadi (2010) Penelitinan yang dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi yang berjudul “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Bank Syariah”. Variabel yang terkait yaitu DPK Bank Umum, DPK Bank Syariah, Inflasi, Kurs Rp terhadapUS $ dan Suku
31
Bunga SBI. Teknis analisis data menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Dengan hasil penelitiannya adalah: a) Secara bersama-sama variabel bebas, yaitu Inflasi, Kurs dan Suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana Pihak Ketiga Bank Umum dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah. b) Pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah inflasi dan Suku bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum. c) Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi. 4. ST.Suharyanti (2010) Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB dan Srtifikat Wadi’ah Bank Indonesia terhadap Tabungan Mudharabah pada periode Desember 2005April 2010. Berdasarkan hasil regresi OLS (Ordinari Least Squared) dari penelitian ini yaitu: a) Secara
bersama-sama
Nisbah
Bagi
Hasil,
Inflasi,
Pendapatan
Nasional/PDB, dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai pengaruh signifika terhadap Tabungan Mudharabah. b) Hasil secara individu (parsial) yaitu: Nisbah bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Yang kedua Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Dikarenakan pada saat terjadi inflasi harga-harga naik
32
secara terus menerus dan berakibat daya beli masyarakat menjadi turun.turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk tabungan maupun deposito di Bank. Yang ketiga Pendapatan Nasional (PDB) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Dan tang terakhir Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Tbungan Mudharabah. 5. Ari Cahyono (2009) Meneliti tentang “Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Penelitian ini menggunakan
analisis
Regresi
Linier
Berganda
dengan
variabel
independennya yaitu: Suku Bunga SBI, Kurs, Inflasi, IHSG, PDB. Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh indikator makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri yaitu variabel Suku Bunga SBI berpengaruh secara negatif, sedangkan variabel lainnya yaitu, Inflasi, Kurs, IHSG, dan PDB memberikan pengaruh yang positif. b. Dan dari keempat variabel yang memiliki pengaruh positif, variabel PDB memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bnak Syariah Mandiri.
33
6. Patria Yunita (2008) Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) mengenai “Faktorfaktor yang mempengaruhi DPK pada perbankan syariah”, menggunakan metode permodelan regresi linier sederhana. Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel makro ekonomi, yang diantaranya tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs US dollar sebagai variabel Independent. Sedangkan data yang mewakili variabel dependen adalah Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dan pengambilan sampel dalam kurun waktu 42 bulan yaitu terhitung sejak bulan Maret 2004 sampai Agustus 2007. Setelah dilakukan regresi didapatkan hasil sebagai berikut : a) Pengaruh suku bungan SBI diidentifikasikan dengan besaran Net Equivalent Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah. Apabila terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga SBI, maka terjadi displacemen pada dana simpanan, sehingga mengakibatkan
penurunan
jumlah
DPK
perbankan
syariah.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan SBI dengan asumsi Equivalent Rate tetap, maka akan terjadi peningkatan jumlah DPK perbankan syariah.
34
b) Pengaruh tingkat inflasi diidentifikasikan dengan besaran Real Equivalent Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK perbankan syariah. Apabila terjadi inflasi, maka jumlah DPK perbankan syariah akan mengalami penurunan, diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan penurunan daya beli mata uang (the fall of purchasing power) sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi barang yang sama. Dalam kondisi ini, untuk memenuhi konsumsi masyarakat, penarikan dana simpanan perbankan syariah sangat mungkn terjadi. c) Kurs mempengaruhi besarnya jumlah DPK perbankan syariah dalam hubungan yang negatif. Kenaikan kurs mata uang US dollar menyebabkan penurunan DPK perbankan syariah disebabkan oleh penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah bank syariah 7. Amalianshah Banowo dan Budi Hermawan (2005) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan simpanan mudharabah dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Hasil penelitian menunjukkan pada jangka pendek equvalent simpanan mudharabah relatif berfluktuatif sedangkan untuk jangka panjang relatif stabil. Hasil analisis ketujuh regresi linier secara umum menunjukkan nisbah simpanan mudhrabah berhubungan dengan instrumen moneter Bank Indonesia yaitu baik SBI maupn SWBI. Tetapi simpanan mudharabah untuk jangka semua
35
waktu tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan inflasi pada periode yang sama 8. Haron dan Azmi (2005) Penelitiannya
berjudul
“Measuring
Depositors
Behaviour
of
Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach”. Meneliti tentang perilaku depositor pada sistem bank islam Malaysia dengan menggunakan metode VECM, dimana peneliti membagi jenis depositor menjadi empat kategori atau various economic units yaitu, pemerintah, lembaga keuangan, pelaku bisnis dan individual. Penelitian ini melihat hubungan antara jumlah deposito di bank islam dengan return yang ditawarkan dengan menggunakan variabel-variabel makroekonomi yaitu, money supply, Kuala Lumpur Composite index, tingkat inflasi atau inflation rate dan GDP. Periode analisis diawali pada bulan Januari 1998 – Desember 2003. Hasil dari penelitian ini adalah dalam jangka pendek tingkat pengembalian tabungan yang diberikan oleh bank konvensional dan GDP mempengaruhi besarnya tabungan. Tingkat keuntungan investasi mudharabah yang diperoleh bank islam dipengaruhi oleh besarnya giro pemerintah, suku bunga simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank konvensional berpengaruh terhadap besarnya giro para pelaku bisnis dan individu. Deposito pemerintah dan pelaku bisnis banyak dipengaruhi oleh tingkat pengembalian yang diberikan oleh bank islam, composite index dan money supply. Deposito individu banyak dipengaruhi oleh suku bunga simpanan berjangka yang diberikan oleh bank konvensional, tingkat inflasi, money supply dan GDP.
36
Pada jangka panjang terdapat hubungan antara besarnya deposito di bank syariah dengan various economic units, return yang ditawarkan dan variabelvariabel makroekonomi. Bukti empiris menyatakan bahwa depositor di bank syariah dipengaruhi oleh return yang ditawarkan dan pergerakan pada variabel-variabel ekonomi, hal ini berbeda dengan islamic saving theories. Para depositor bank syariah memiliki respon yang cepat atau sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel ekonomi. Kesimpulannya, manajemen di bank islam seharusnya tidak hanya berfokus pada return yang diberikan akan tetapi pada pergerakan tingkat suku bunga di bank konvensional. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dijelaskan, seperti penggunaan M3 yang hanya dijelaskan bahwa M3 merupakan alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan sektor moneter, tidak dijelaskantentang pengertian M3 secara terperinci dan variabel apa saja yang termasuk dalam M3. Penelitian ini menggunakan cakupan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Perbedaan yang mendasar adalah variabel yang digunakan, pada penelitian terdahulu cakupan penelitiannya meliputi empat komponen yaitu pemerintah, pelaku bisnis, lembaga keuangan dan individu, pada penelitian ini hanya difokuskan pada individu dan variabel money supply tidak digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah sebagai variabel dependen, suku bunga simpanan berjangka tiga bulanan dan suku bunga tabungan pada bank konvensional, bagi hasil deposito, bagi hasil tabungan dan bonus giro pada BSM dan BMI, tingkat
37
inflasi, harga saham syariah (Jakarta Islamic Index), pendapatan nasional yang dilihat dari GDP serta kebijakan pemerintah yang berupa pernyataan fatwa MUI bahwa bunga bank adalah haram.
9. Hanifeliza (2004) Hanifeliza (2004), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Total Tabungan Masyarakat yang Dihimpun Perbankan di Indonesia”. Dengan analisis Ordinary Least Square (OLS) hasil penelitian menunjukkan bahwa selama jangka waktu sepuluh tahun mulai dari tahun 1994-2003, tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di Indonesia
terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Simpanan
masyarakat terbesar berasal dari deposito berjangka, hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena tingkat suku bunga deposito berjangka lebih besar dari suku bunga giro dan tabungan. Tabungan masyarakat meningkat sangat signifikan terjadi pada tahun 1998 karena pada saat tersebut terjadi krisis yang menyebabkan tingkat suku bunga deposito meningkat sangat tinggi. Hal ini tentu saja menarik masyarakat untuk menabungkan uangnya di perbankan. Faktor yang signifikan mempengaruhi tabungan masyarakat adalah tingkat suku bunga riil, inflasi, jumlah bank, populasi besarnya tabungan masyarakat pada periode sebelumnya dan keadaan perekonomian Indonesia dengan terjadinya krisis tahun 1997 (variabel dummy). Pendapatan riil tidak mempengaruhi tabungan masyarakat secara signifikan. Kelima variabel diatas yang diduga mempengarui tabungan masyarakat berhubungan positif dengan total tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di Indonesia. Artinya jika variabel bebas tersebut yaitu
38
GDP riil, tingkat suku bunga riil, inflasi, jumlah bank dan dummy meningkat maka tabungan masyarakat juga akan meningkat dan sebaliknya. Faktor yang paling responsif mempengaruhi total tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di Indonesia adalah jumlah perbankan yang ada di Indonesia. Pada penelitian ini variabel dummy seharusnya dipisahkan antara besarnya tabungan masyarakat dan krisis yang menimpa Indonesia, sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh sebelum dan sesudah krisis terhadap besarnya tabungan masyarakat. Penggunaan tingkat signifikansi yang tidak konsisten pada penelitian ini menimbulkan interpretasi teori ekonomi pada model penelitian yang berbeda-beda. Akibatnya hasil matematis semua variabel seolah dianggap signifikan secara keseluruhan.
10. Pariyo (2004) Penelitian
ini
berjudul
variabel
makro
ekonomi
yang
mempengaruhi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia). Penelitian ini menggunakan satu variiabel dependen yaitu dana pihak ketiga dan tiga variabel independen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Valuta Asing USD dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan hasil uji t masing-masing dari ketiga variabel independen memberi pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Pariyo (2004) melakukan penelitian yang menganalisis pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri atas : 1) SBI, 2)Valuta Asing (USD), dan 3)SWBI terhadap dana pihak ketiga (studi kasus Bank Muamalat Indonesia periode 2000-2003) dengan menggunakan analisis regresi linier
39
berganda, hasil yang diperoleh menunjukan semua variabel independent berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (DPK). Selain itu, dari hasil uji F test dimana hasil F test=15,311 dan dari print output juga terlihat signifikan 0,00 berarti ketiga variabel independent (SBI, Valas USD, dan SWBI) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK). Nilai R-Square yang diperoleh sebesar 0,514 berarti variabel independent penelitian (SBI, Valas USD, SWBI) dapat menjelaskan variabel dependent (DPK) sebesar 51,4 % sisanya 49,6 % dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independent yang digunakan. Temuan Pariyo (2004) ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Haron dan Shanmugam (1995), yaitu hubungan tingkat suku bunga bank konvensional dan DPK yang dihimpun. DPK dan SBI-1 mempunyai korelasi yang negative. Hal ini berarti bahwa jika SBI-1 mengalami kenaikan, maka DPK bank syariah akan turun. Sebaliknya jika SBI-1 rendah maka jumlah DPK bank syariah akan meningkat. Dengan kata lain, saat SBI naik, maka DPK akan tersalurkan kepada bank umum konvensional dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bank syariah 11. Dr. Sudin Haron dan Norafifah Ahmad (2000) Penelitiannya berjudul “ The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of Fund Deposited with Islamic Banking System in Malaysia”. Meneliti dampak return yang diberikan oleh bank islam terhadap besarnya
40
dana yang ditempatkan oleh depositor denganmenggunakan Adaptive Expectation Model. Periode analisisnya diawali pada bulan Januari 1984Desember 1998. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara besarnya deposito dengan return yang ditawarkan oleh bank syariah dan tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan oleh bank konvensional. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga bank konvensional terhadap jumlah deposito di bank syariah, setiap kenaikan satu persen return maka total deposito pada bank syariah akan meningkat menjadi 71 juta ringgit. Setiap kenaikan satu persen suku bunga deposito pada bank konvensional maka jumlah deposito di bank syariah mengalami penurunan menjadi 65 juta ringgit. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam menempatkan dananya di bank, masyarakat tidak hanya berpedoman pada faktor religi melainkan lebih bersikap rasional dengan berorientasi pada tingkat keuntungan (profit motive). Penelitian ini tidak menyertakan semua variabel simpanan pada bank islam hanya tabungan dan deposito mudharabah, sehingga besarnya return terhadap giro wadiah tidak dapat diketahui di negara Malaysia.
41
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
Nama
Variabel
Metode dan Hasil
Dian
Independen:
Menggunakan analisis regresi berganda dengan
Ariestya
Imbal
(201 1)
Hasil, Jumlah Imbal Bagi Hasil dan Suku Bunga tidak
Bagi hasil kesimpulan bahwa secara parsial variabel
Kantor
berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah
Cabang, Suku Tabungan Bunga,
Mudharabah
Bnak
Muamalat
Kurs, Indonesia. Sedangkan variabel Jumlah Kantor
SWBI.
Cabang,
Kurs,
dan
pengaruh
signifikan
Dependen:
Tabungan
Mudharabah
Jumlah
Indonesia.
SWBI
mempunyai
terhadap Bank
Jumlah Muamalat
Tabungan Mudharabah. 2.
Achmad
Independen:
Tohari
Nilai
(2010)
Rupiah,
Menggunakan metode analisis jalur dengan
Tukar model struktural, dengan hasil penelitian yaitu pada struktural I, Jumlah Uang Beredar (M2)
Inflasi,
dan memiliki pengaruh positif dan signifikan.
Jumlah
Uang Sedangkan variabel Inflasi dan Nilai Tukar
Beredar.
Rupiah terhadap Dollar AS memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Dana Pihak
Dependen: Dana
Ketiga pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Pihak Pada hasil pengujian substruktural II, variabel
42
Ketiga,
Jumlah Uang Beredar(M2) dan Dana Pihak
Pembiayaan
Ketiga
Mudharabah.
signifikan terhadap Pembiayaan Mudharabah
memiliki
pengaruh
positif
dan
pada Perbankan Syariah Di Indonesia. 3.
Chintia
Independen:
Menggunakan metode regresi linier berganda,
Agustina
Inflasi,
Kurs, dengan hasil penelitian yaitu secara parsial
Triadi
dan
Suku variabel
(2010)
Bunga SBI.
Kurs
dan
Suku
Bunga
SBI
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum. Sedangkan
Dependen: Dana
Pihak terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank
Ketiga Bank dan
Inflasi yang mempunyai pengaruh signifikan
pada Syariah. Umum Bank
Syariah. 4.
ST.
Independen:
Metode yang digunanakan yaitu metode
Suharyanti
Nisbah
(2010)
Hasil,
penelitian yaitu secara parsial (individu)
Pendapatan
Nisbah
Nasional/PDB,
signifikan. Inflasi berpengaruh positif dan
Bagi Ordinary Least Squared (OLS) dengan hasil
dan Sertifikat signifkan.
Bagi
Hasil
berpengaruh
Pendapatan
tidak
Nasional/PDB
Wadi’ah Bank berpengaruh positif dan signifikan. Dan SWBI Indonesia.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
43
Dependen: Tabungan Mudharabah. 5.
Ari
Independen:
Cahyono
Suku
(2009)
SBI,
Menggunakan analisis regresi linier berganda,
Bunga dengan hasil penelitian yaitu variabel Suku Kurs, Bunga
SBI
Inflasi, IHSG, sedangkan dan PDB
memiliki
variabel
pengaruh
Inflasi,
Kurs,
negatif IHSG
memberikan pengaruh positif. Dan variabel PDB yang memiliki pengaruh positif dan
Dependen: Dana
signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga dan
Pihak Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.
Ketiga
dan
Pembiayaan Bank
Syriah
Mandiri. 6.
Patra
Independen:
Menggunakan metode pemodelan regresi linier
Yunita
Tingkat Suku sederhana. Dengan hasil penelitian yaitu Suku
(2008)
Bunga
SBI, Bunga SBI diidentifikasikan dengan besaran
Tingkat Inflasi,
Net Equivalent Rate berpengaruh secara dan signifikan.
Kurs Dollar.
Dan
diidentifikasikan
Tingakat dengan
Inflasi
yang
besaran
Real
Equivalent Rate berpengaruh secara signifikan. Dependen:
Sedangkan variabel Kurs berpengaruh negatif
44
Dana
Pihak terhadap DPK.
Ketiga Perbankan Syariah. 7.
Amaliansh
Dependen:
Hasil analisis ketujuh regresi linier secara
ah Banowo Simpanan
umum
dan
mudharabah berhubungan dengan instrumen
Budi Mudharabah.
Hermawan (2005)
menunjukkan
nisbah
simpanan
moneter Bank Indonesia yaitu baik SBI Independen: SBI dan SWBI
maupn SWBI. Tetapi simpanan mudharabah untuk
jangka
semua
waktu
tidak
menunjukkan hubungan signifikan dengan inflasi pada periode yang sama. 8.
Haron dan Money
Hasil dari penelitian ini adalah dalam jangka
Azmi
Supply, Kuala pendek tingkat pengembalian tabungan yang
(2005)
Lumpur
diberikan oleh bank konvensional dan GDP
Composite
mempengaruhi besarnya tabungan. Tingkat
Index, Tingkat keuntungan Inflasi GDP
dan diperoleh besarnya
investasi bank giro
islam
mudharabah dipengaruhi
pemerintah,
suku
yang oleh bunga
simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank konvensional berpengaruh terhadap besarnya giro para pelaku bisnis dan individu.
45
9.
Hanifeliza
Tingkat
suku Menggunakan metode analisis Ordinary Least
(2004)
Bunga
Riil, Square (OLS) hasil penelitian menunjukkan
Inflasi, Jumlah bahwa Faktor yang signifikan mempengaruhi Bank, Populasi tabungan masyarakat adalah tingkat suku besarnya
bunga riil, inflasi, jumlah bank, populasi
Tabungan
besarnya tabungan masyarakat pada periode
Masyarakat
sebelumnya
dan
keadaan
perekonomian
Indonesia dengan terjadinya krisis tahun 1997 (variabel
dummy).
Pendapatan
riil
tidak
mempengaruhi tabungan masyarakat secara signifikan. 10.
Pariyo
Independen:
(2004)
SBI,
Valuta hasil yang diperoleh menunjukan semua
Asing
USD, variabel independent berpengaruh secara
dan SWBI.
Menggunakan analisis regresi linier berganda
signifikan
terhadap
variabel
dependent
(DPK). Selain itu, dari hasil uji F test dimana Dependen: Dana Ketiga
Pihak
hasil F test=15,311 dan dari print output juga terlihat signifikan 0,00 berarti ketiga variabel independent (SBI, Valas USD, dan SWBI) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK). Nilai R-Square yang diperoleh sebesar 0,514 .
46
11.
Dr. Sudin Suku
Bunga Menggunakan Adaptive Expectation Model,
Haron dan Bank
hasilnya
menunjukkan
bahwa
terdapat
Norafifah
Konvensional,
hubungan antara besarnya deposito dengan
Ahmad
Tabungan dan return yang ditawarkan oleh bank syariah dan
(2000)
Deposito
tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan
Mudharabah.
oleh bank konvensional. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga bank konvensional terhadap jumlah deposito di bank syariah
47
C. Kerangka Berpikir Salah satu produk simpanan Mudharabah di perbankan syariah adalah Tabungan Mudharabah. Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad Mudharabah dengan dua bentuk yaitu Mudharabah Mutlaqah danMudharabah Muqayaddah. (Karim, 2007:299) Inflasi adalah proses naiknya harga secara umum dan keseluruhan. Dengan kenaikan beberapa harga barang saja belum dapat dikatakan inflasi. Inflasi sebagi akibat dari jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak. Naiknya inflasi akan mengakibatkan barang-barang menjadi mahal dan tingkat suku bungan juga akan naik. Jika terjadi kenaikan pada barangbarang dan kemudian suku bunga naik, maka masyarakat tidak akan membelanjakan uangnya dan akan cenderung menggunakan uangnya dalam bentuk tabungan. Mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh Patra Yunita (2008), apabila terjadi inflasi maka jumlah dana pihak ketiga perbankan syariah akan mengalami penurunan yang diakibatkan oleh penarikan dana nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan penurunan daya beli mata uang sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi barang yang sama. Dalam kondisi ini kemungkinan yang akan terjadi untuk dapat memenuhi konsumsi, masyarakat akan melakukan penarikan dana simpanannya. Exchange Rate (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan nama kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
48
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency), atau mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang kemata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, ataupun aturan uang jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum. (Adiwarman A. Karim, 2006:157) Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Ari Cahyono (2009), bila kurs naik, sehingga barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu akan menjadi lebih mahal bila dihitung dngan mata uang negara lain tersebut. Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa diharapkan akan mengalami penurunan dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan substitusi yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan. Permintaan yang menurun akan disikapi oleh produsen oleh produsen dengan menurunkan pasokan sehingga tercapai keseimbangan baru. Pengurangan pasokan dilakukan dengan mengurangi produksi. Bila produksi mengalami penurunan, masyarakat selaku penerima balas jasa faktor produksi dan perusahaan selaku produsen akan mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya dana yang tersedia untuk diinvestasikan dan disimpan akan berkurang. Hal tersebut mengakibatkan bank akan kesulitan dalam melakukan penghimpunan Dana Pihak Ketiga.
49
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu pada halaman sebelumnya penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel independen (bebas) yaitu Inflasi, Kurs, dan BI rate terhadap variabel dependen (Terikat) yaitu Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah Periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 dihipotesiskan bahwa variabel independen (inflasi, kurs dan BI rate) berpengaruh terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah). Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan.
50
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:
INFLASI (X1) …………
KURS (X2) …..……..
Tabungan Mudharabah (Y)
BI RATE (X3) ..……….
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga bahwa Inflasi, Kurs dan BI rate secara bersama-sama berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 2. Diduga
bahwa
Inflasi
berpengaruh
negatif
terhadap
Tabungan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 3. Diduga bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. 4. Diduga bahwa BI rate berpengaruh negatif terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series. Kuantitatif adalah data-data yang dipergunakan dinyatakan dalam bentuk angka. Sedangkan time series adalah data tersebut dikumpulkan dari waktu ke waktu. (Supranto, 2000:10) Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau sudah tersedia pada suatu instansi. Observasi penelitian ini dimulai dari Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 dengan skala bulanan.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2009:118). Sampel penelitian ini adalah data Inflasi, Kurs, dan BI rate dan Tabungan Mudharabah. Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Judgement Sampling. Metode Judgement Sampling atau purposive sample pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Abdul Hamid dkk, 2010:17) Pada
metode
Judgement
Sampling
atau
purposive
sample
pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
52
52
semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan interviewer, maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon responden tersebut sebagai bagian unit sampel. Dengan kata lain, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Field Research Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data bulanan historis Inflasi, Kurs, BI rate dan Tabungan Mudharabah yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia. 2. Library Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
53
3. Internet Research Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tetinggal selama beberapa waktu, karena ilmu yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Model yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) yaitu metode dengan mencari nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual (Widarjono, 2007:23). Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas supaya data penelitian
normal
dan
tidak
terjadi
masalah
multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Bentuk model dengan persamaan sebagai berikut: Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Atau LNTM = β0 + β1LNINF + β2LNKURS+ β3LNBI+ e
54
Dimana: Y
= Ln Tabungan Mudharabah (TM)
X1
= Ln Inflasi (INF)
X2
= Ln KURS
X3
= Ln BI rate (BI)
β0
= Intercept (konstanta)
β1, β2, β3 = koefisien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi tabungan mudharabah e
= Error
Menurut Wing W. Winarno (2009:4.1) OLS bertujuan mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independen, apabila terdapat beberapa variabel independen. Untuk analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu, program Excel 2010 dan program Eviews 5. Dalam penggunaan regresi berganda dilakukan dengan berbagai macam uji, yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji linieritas.
55
a. Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian apakah suatu variabel normal atau tidak, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. (Winarno, 2009:5.24) Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut: Hipotesis: Bila probabilitas Jarque-Bera > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Jarque-Bera < 0.05
Tidak signifikan
b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di antara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolineritas.
56
Apabila
pengujian
multikolinieritas
dilakukan
dengan
menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 itu menandakan bahwa terjadi multikolinieritas yang serius. Dan jika terjadi multikolinieritas yang serius maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang besar (Gujarati, 2006:68). Setelah dilakukan uji multikolinieritas, kemudian dilanjutkan dengan uji heteroskedastisitas.
c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel gangguan tidak konstan atau berubah-ubah. Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk
menguji
apakah
dalam
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut Dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (nachrowi, 2006:109) Pendeteksian heteroskedastisitas yang penulis gunakan dilakukan melelui Uji white. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
57
Hipotesis: Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05
Tidak signifikan
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedasrtisitas. Apabila probabiitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat Heteroskedastisitas. Penanggulangan Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara, yaitu: (Hamja, 2008:114) 1) Transformasi Logaritma Natural Transformasi logaritma natural menyebabkan skala observasi kecil dan ada kemungkinan varians akan mengecil sehingga menghasilkan homoskedastisitas pada model penelitian kita. 2) Transformasi membagi persamaan dengan variabel bebas Jika model regresi yang terdapat heteroskedastisitas maka salah satu penanggulangannya dapat dilakukan dengan membagi persamaan regresi
tersebut
dengan
variabel
bebas
(independen)
yang
mengandung homoskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana telah terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan tingakat kesalahan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu
58
model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson atau dengan Uji Breusch-Godfrey. Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange multiplier (LM Test) atau yang disebut uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-squared dengan α = 5% (0.05). Langkah-langkah pengujiannnya sebagai berikut: Hipotesis: Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05
Tidak signifikan
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
e. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah telah mendekati linier atau belum. (Shochrul, 2011:141) Untuk mengetahui suatu model linear atau tidak, dapat dilakukan dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu pengujian yang dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara umum kesalahan spesifikasi atau dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi (Regression Specification Error Test = RESET) (Widarjono, 2009:170171)
59
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan (model linear) 2) Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka tidak signifikan (model tidak linear)
2. Uji Statistik Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel tersebut. Pengolahan data menggunakan Eviews 5.0. dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi uji Parsial (uji-t)dan uji-F. a. Uji Parsial (Uji-t) Uji-t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini digunakan
untuk menguji seberapa baik variabel bebas (variabel
independen) dapat menjelaskan variabel terikat (variabel dependen) secara individu. pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uni-t dengan pengujian sebagai berikut: (Nachrowi,2006:18-19) Hipotesis: Bila probabilitas βi > 0.05
Tidak signifikan
Bila probabilitas βi < 0.05
Signifikan
60
b. Uji F (Uji Secara Bersama-sama) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (variabel dependen) pada tingkat signfikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-f dengan pengujian, sebagai berikut: (Nachrowi, 2006:17) Hipotesis: Bila probabilitas βi > 0.05
Tidak signifikan
Bila probabilitas βi < 0.05
Signifikan
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (Adjusted R2 = 0), artinya variasi dari variabel Y tidak dapat dijelaskan oleh bariabel X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel Y secara keseluruhan dapat dijelasan oleh variabel X. Dengan kata lain jika Adjusted R2 mendekati 1 maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Dan jika Adjusted R2 =1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan
61
oleh Adjusted R2 nya yang mempunyai nilai nol dan satu. (Nacrowi, 2006:20)
E. Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tabungan Mudharabah (Y) Pada
penelitian
ini,
variabel
terikatnya
adalah
Tabungan
Mudharabah. Tabungan Mudharabah adalah total dana nasabah yang disimpan dengan prinsip Mudharabah pada Perbankan Syariah di Bank Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia, yaitu data dari Statistik Perbankan Syariah yang dinyatakan dalam milyar rupiah dari periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012. 2. Inflasi (X1) Inflasi merupakan perubahan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia, yaitu data dari Statistik Perbankan Syariah yang dinyatakan dalam bentuk persen (%) pada periode periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012. 3. KURS (X2) Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kurs tengah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang bersumber dari situs resmi
62
Bank Indonesia yang dinyatakan dalam rupiah pada periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012. 4. BI Rate (X3) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia yang dinyatakan dalan persen (%) dari periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012.
63
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Perkembangan industri syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah. Dan untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam Undang-Undang yang baru. UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memeiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam peraturan pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (Dual Banking System) di Indonesia. Kemudian pada tahun 1998 dikeluarkan UU
64
64
No.10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundang-undangan tersebut diberlakukan. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha mslim. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
65
2. Perkembangan Tabungan Mudharabah Tabungan mudharabah merupakan salah satu jenis simpanan pada bank syariah yang mempengaruhi besarnya total Dana Pihak Ketiga Syariah. Hal ini dimungkinkan karena tabungan sebagai salah satu komponen yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Tabungan mudharabah ini adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dimana Bank Syariah mengelola dana yang diinvestasikannya oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama. Apabila tabungan hanya ditimbun tanpa diinvestasikan, hal tersebut bagaikan harta yang tidak berguna karena Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia atau tidak diinvestasikan. (Karim, 2004:18) Dana pihak ketiga Tabungan Mudharabah di sini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat, individu, perusahaan, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun valuta aing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan syariah dan kemudian keuntungan tersebut akan dibagi antara kedua belah pihak baik bank dan nasabah. Berdasarkan data, perkembangan tabungan mudharabah periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
66
Grafik 4.1 Perkembangan tabungan mudharabah
Tabungan Mudharabah 35,000,000 30,000,000
Milyar
25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
0
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah) Sesuai dengan grafik diatas diketahui bahwa tabungan mudharabah tertinggi berada pada bulan Agustus 2012 sebesar Rp. 32,531 milyar dan terendah terjadi pada Agustus 2008 sebesar Rp. 10,851 milyar. Selama periode perkembangannya, tabungan mudharabah cenderung meningkat setiap bulannya meskipun sempat mengalami penurunan pada bulan-bulan tertentu. Hal tersebut diperkirakan karena para nasabah lebih nyaman untuk
dapat
mengambil
kapan
saja
uangnya,
dibandingkan
mendepositokannya uangnya dalam jangka waktu tertentu. Dan hal ini berdampak positif bagi perkembangan Dana Pihak Ketiga khususnya Tabungan Mudharabah.
67
3. Perkembangan Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus, ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama, mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tetapi tidaklah bersamaan yang penting terdapat kenaikan umum barang secara terus-menerus selama satu periode. (Nopirin, 2000:6) Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang sangat berpengaruh dan menjadi masalah bagi perekonomian suatu negara. Inflasi yang
mengalami
kenaikan
terus-menerus
akan
menyebabkan
ketidakstabilan yang akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan inflasi periode Agustus 2008 sampai Agustus 2012 dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 4.2 Perkembangan Inflasi
INFLASI 14
Persentase
12 10 8 6 4 2 Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
0
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah)
68
Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan inflasi tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar 12,14 % dan inflasi terendah terjadi di bulan November 2009 sebesar 2,41 %. Secara keseluruhan inflasi di tahun 2009 menurun tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain tidak lepas dari penurunan harga minyak mentah internasional yang mendorong pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Di akhir 2010 tercatat inflasi sebesar 6,96 %, tingginya tekanan inflasi tersebut bersumber dari kelmpok bahan pangan yang mengalami kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan pangan akibat faktor gangguan cuaca dan perkembangan harga komoditas pangan internasional juga ikut mempengaruhi harga komoditas di dalam negeri. Inflasi di tahun 2011 mencapai angka 3,79 %, menurun tajam jika dibandingkan dengan inflasi di tahun 2010. Dan Inflasi di Agustus 2012 sedikit meningkat sebesar 4,58 % dibandingkan bulan sebelumnya 4,56 %. Meningkatnya tekanan inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, yang diakibatkan oleh kenaikan harga pangan secara global seperti (jagung, gandum, dan kedelai)
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) Kurs merupakan jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
69
asing. Nilai Tukar Valuta Asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. (Sukirno,2000:358) Data Nilai Tukar Rupiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah antar harga jual dan harga beli dollar AS yang dinyatakan dalam satuan unit rupiah. Berdasarkan data yang digunakan dari bulan Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 maka dapat dilihat grafik perkembangn Nilai Tukar Rupiah (KURS), yaitu dibawah ini sebagai berikut. Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar
KURS 14,000 12,000
8,000 6,000 4,000 2,000 Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
0 Aug-08
Rupiah
10,000
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah) Sesuai dengan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan kurs tertinggi terjadi pada bulan November 2008 sebesar Rp.12.151 dan terendah terjadi di bulan Juli 2011 sebesar Rp. 8.508. Selama tahun 2009 rupiah cenderunsg bergerak menguat sejalan dengan mulai pulihnya kondisi
70
perekonomian global. Pergerakan rupiah selama Desember 2010 relatif stabil dengan kecenderungan melemah. Dan selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global. Melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi regional dan global sempat memicu penarikan dana oleh investor dalam rangka menghindari risiko dari aset-aset keuangan di negara emerging market, termasuk Indonesia. 5. Perkembangan Bi Rate BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga pinjaman, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang. (Aulia Pohan, 2008:225) BI rate yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk persentase. Dan berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat perkembangan BI rate periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 dibawah ini sebagai berikut.
71
Gambar 4.4 Perkembangan BI Rate
Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Nov-08
Feb-09
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Aug-08
Persentase
BI RATE
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah) Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan BI rate tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar 9,25 % dan terendah terjadi di bulan Februari 2012 sebesar 5,75 %. Selama 2009 BI rate cenderung mengalami penurunan hingga 6,50%, hal ini karena Bank Indonesia menetapkan kebijakan moneter yang longgar untuk mendorong aktifitas perekonomian masyarakat yang cenderung turun akibat krisis global. Di 2010 BI rate tetap berada pada level 6,50 %. Kemudian naik kembali hingga September 2011 di level 6,75 % dilanjutkan penurunan yang stabil di level 5,75 % hingga akhir periode penelitian.
72
B. Analisis dan Pembahasan Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari Agustus 2008 sampai Agustus 2012. Hasil pengolahan data ini menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Berikut ini adalah hasil pengolahan data menggunakan regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Langkah pertama yang dilakukan adalah: 1. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 5% (0.05), maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data terdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalaan α = 5 % (0,05), maka dalam penelitian ada permasalahan normalitas atau data tidak terdistribusi dengan normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 5.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut.
73
Gambar 4.5 Uji Normalitas Jarque-Bera
Sumber: Data diolah Berdasarkan gambar 4.1 uji normalitas menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.196612 lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0.05), sehingga model ini dikatakan telah normal. Dan bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya.
2) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen,
kemudian
dapat
diputuskan
apakah
data
terkena
multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar
74
variabel independen. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dengan variabel dependen (Gujarati, 2007:67). Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 5.0 maka terlihat hasil sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Uji Correlation Matrix LNINF
LNKURS
LNBI
LNINF
1.000000
0.359391
0.750385
LNKURS
0.359391
1.000000
0.616270
LNBI
0.750385
0.616270
1.000000
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat terlihat bahwa pengujian multikolinearitas dengan menggunakan correlation matrix, menghasilkan bahwa model ini tidak terdapat multikolinearitas. Karena nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel independen berada dibawah 0,8. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya yaitu uji Heteroskedastisitas.
3) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
75
Homoskedastisitas dan jika varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Gujarati, 2007:82) Untuk mengetahui ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Hasil Uji White Heteroskedasticity-Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.972396 15.32692
Probability Probability
0.069574 0.082339
Sumber: Data diolah Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa nilai probabilitas Obs*Rsquared adalah 0.082339 lebih besar dari α = 5 % (0,05). Maka model ini berarti tidak ada permasalahan heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji White Heteroskedasticity tersebut, kemudian dilanjutkan dengan uji Autokorelasi. 4) Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson. Selain dengan menggunakan uji Durbin-Watson, untuk melihat ada tidaknya masalah
76
penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Lagrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Square dengan α = 5% (0.05). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Lagrange Multiplier Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
107.5091 40.83391
Probability Probability
0.000000 0.000000
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa nilai Obs*R-squared adalah 40.83391 dan nilai probabilitas adalah 0.000000 yang lebih kecil dari α = 5 % (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdapat masalah autokorelasi. Untuk menanggulangi masalah aurokorelasi pada penelitian ini, maka dapat menggunakan model Differensi Tingkat Pertama, yaitu penyembuhan autokorelasi dengan mengestimasi menggunakan differensi tingkat pertama dengan memasukan persamaan d(y) c d(x). (Wing W. Winarno, 2009:5.31-5.33) Kemudian diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
77
Tabel 4.4 Hasil Uji Lagrange Multiple Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.151393 4.460504
Probability Probability
0.128969 0.107501
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.6 nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.107501 lebih besar dari α 5 % (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model ini sudah tidak terdapat autokorelasi. 5) Uji Linieritas Dalam penelitian ini, untuk menguji lineraitas model digunakan model uji Ramsey (Ramsey RESET Test). Uji ini dikembangkan oleh Ramsey tahun 1969 untuk menguji kesalahan spesifikasi dengan menggunakan general test of specification error atau lebih dikenal dengan RESET (Regression Error Specification Test). Kriterianya adalah bila probabilitas Log-Likehood rasio lebih besar dari α = 5% (0,05) maka data adalah linier. (Ervani, 2005:230) Tabel 4.5 Uji Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.062925 0.070191
Probability Probability
0.803125 0.791059
Sumber: Data diolah
78
Dari uji linieritas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.6 nilai probabilitasnya adalah 0.791059 ternyata lebih besar dari α = 5 % (0,05). Artinya tidak terdapat masalah linearitas dengan kata lain bentuk fungsi estimasi dalam penelitian ini adalah linier. b.
Uji Statistik Hasl pengolahan data atau estimasi yang dilakukan menggunakan program komputer Eviews 5.0, dengan menggunakan metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Regresi Tabungan Mudharabah
Dependent Variable: LNTM Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 21:48 Sample: 2008M08 2012M08 Included observations: 49 Variable C LNINF LNKURS LNBI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error 23.40726 0.453662 -0.236265 -2.774316 0.723441 0.705003 0.180266 1.462318 16.51105 0.192662
3.161462 0.094611 0.379167 0.346209
t-Statistic
Prob.
7.403933 4.795041 -0.623117 -8.013404
0.0000 0.0000 0.5364 0.0000
Mean dependent var 16.67850 S.D. dependent var 0.331899 Akaike info criterion -0.510655 Schwarz criterion -0.356221 F-statistic 39.23792 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
79
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.8 di atas, maka didapat persamaan regresi sebagai berikut: LNTM = 23.40726 + 0.453662 (LNINF) - 0.236265 (LNKURS) 2.774316 (LNBI) 1) Uji Parsial Hasil yang didapatkan dari uji statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas variabel inflasi 0.0000 lebih kecil dari α = 5% (0.05), maka secara parsial (individu), variabel independen (Inflasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah). Dan nilai koefisien Inflasi sebesar 0.453662, artinya dengan asumsi ceteris paribus (variabel independen yang lain konstan) maka apabila Inflasi naik sebesar satu persen, maka Tabungan Mudharabah akan naik sebesar 0.453662 %.
b. Pengaruh Kurs terhadap Tabungan Mudharabah Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas variabel kurs adalah 0.5364, ini lebih besar dari α = 5% (0.05). Maka secara parsial variabel independen (Kurs) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah), dengan nilai koefisien Kurs sebesar -0.236265.
80
c. Pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui nilai probabilitas BI Rate adalah 0.0000, ini lebih kecil dari α = 5% (0.05). Maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (BI Rate) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah). Dengan nilai koefisien BI Rate adalah -2,774316, artinya dengan asumsi ceteris paribus (variabel independen yang lain konstan) maka apabila BI Rate naik sebesar satu persen, maka akan menurunkan Tabungan Mudharabah sebesar 2,774316 %.
2) Uji Signifikan F (uji secara bersama-sama) Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (Inflasi, Kurs dan BI Rate) secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu Tabungan Mudharabah. Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil nilai F-statistic adalah 39.23792 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. karena nilai probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α = 0,05 (0,000000 < 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa Inflasi, Kurs dan BI Rate secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
81
3) Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.8 dengan menggunakan metode OLS maka diperoleh Adjusted R2 sebesar 0,705003 (70,5003%). Yang berarti bahwa kemampuan variabel independen (Inflasi, Kurs dan BI Rate) dalam menjelaskan variabel dependen
(Tabungan
(0,705003%)
Mudharabah)
sedangkan
sisanya
adalah
sebesar
sebesar
0,294997
0,705003 (29,4997%)
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dimana variabel itu tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
c. Analisis Ekonomi Berdasarkan hasil dari pengujian statistik dan ekonomi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menerangkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi Tabungan Mudharabah. Dari ketiga variabel independen (Inflasi, Kurs, dan BI Rate) yang dimasukkan ke dalam pengujian statistik ternyata tidak semua variabel berpengaruh secara signifikan. 1) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patra Yunita (2008). Dalam penelitiannya
menjelaskan
bahwa
Inflasi
secara
signifikan
82
mempengaruhi jumlah Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, deposito) perbankan syariah. Apabila terjadi inflasi, maka jumlah DPK perbankan syariah akan mengalami penurunan, diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan penurunan daya beli mata uang (the fall of purchasing power) sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi barang yang sama. Dalam kondisi ini, untuk memenuhi konsumsi masyarakat, penarikan dana simpanan perbankan syariah sangat mungkin terjadi. Pada teori Effek Fisher menyatakan bahwa ketika terjadi kenaikan inflasi sebesar satu persen akan mengakibatkan kenaikan pada tingkat suku bunga sebesar satu persen. Dan karena dalam ekonomi islam itu tidak diperbolehkan menggunakan tingkat suku bunga maka pada perbankan syariah akan menaikkan Nisbah Bagi Hasil yang digunakan sebagai langkah untuk mengatasi agar nasabah tidak berpaling ke bank konvensional yang menawarkan bunga tinggi. Sehingga dengan dinaikkannya Nisbah Bagi Hasil membuat nasabah akan tetap menyimpan dananya pada Tabungan Mudharabah.
2) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Dan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi (2010:100) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh
83
secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum dan Bank Syariah. Dan pada jangka pendek menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah tidak ada pengaruhnya terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum dan Bank Syariah. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ihsan Hadzami (2011:106), bahwa nilai tukar rupiah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari penguatan maupun pelemahan nilai tukar rupiah yang tidak berdampak pada Tabungan Mudharabah Bank Syariah, karena pada setiap tahunnya jumlah Tabungam Mudharabah terus mengalami peningkatan walaupun selalu berfluktuatif. Dan masyarakat akan tetap menabung di Bank Syariah karena lebih bersifat liquid, aman dan jauh dari resiko investasi di pasar modal. Selain itu Muchlish dalam Hadzami (2011:280) menyatakan bahwa tingkat religius, tingkat kepercayaan masyarakat, dan reputasi bank syariah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku menabung di Bank Syariah tidak hanya terdiri dari faktor-faktor ekonomi semata, tetapi juga disebabkan oleh faktor non ekonomi.
3) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, adanya kenaikan BI Rate sebagai tingkat suku bunga pendamping pada bank-bank umum baik langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap
84
kinerja bank syariah. Sebab naiknya BI Rate akan mempengaruhi tingkat suku bunga yang diikuti juga oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank konvensional, sehingga masyarakat akan lebih cenderung untuk menyimpan dananya di bank konvensional dibandingkan di bank syariah. Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang. Tingginya minat nasabah untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank). (Muhammad Ghofur Wibowo, 2007:69-70)
85
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian regresi linier berganda (OLS) mengenai pengaruh inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI rate
terhadap tabungan
mudharabah yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian secara bersama-sama variabel independen (inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI Rate) secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah). 2. Berdasarkan
pengujian
secara
individu
(parsial)
variabel
inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. 3. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. 4. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
86
86
B. Saran dan Implikasi 1. Bagi peneliti berikutnya agar memperpanjang periode waktu penelitian serta menggunakan lebih banyak variabel yang mempengaruhi Tabungan Mudharabah, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat dan baik. Hal ini dikarenakan, keterbatasan dalam penelitian ini dalam hal periode waktu yang singkat serta variabel penelitian yang sedikit. 2. Dengan adanya kenaikan Tabungan Mudharabah yang disebabkan adanya inflasi, maka bagi kalangan perbankan syariah lebih menyukai terjadinya inflasi (inflasi rendah). 3. Bagi kalangan perbankan syariah, lebih menyukai ketika BI Rate rendah karena hal ini akan meningkatkan Tabungan Mudharabah. 4. Tabungan Mudharabah tidak hanya dipengaruhi oleh motif ekonomi saja seperti Inflasi, Nilai Tukar, dan Bi Rate, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Tingkat religiusitas, reputasi dan kepercayaan masyarakat (trust) terhadap Bank Syariah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku menabung di Bank Syariah. Dan ini membuktikan bahwa pemodelan Tabungan pada Bank Syariah tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi semata, tetapi juga disebabkan oleh faktor non ekonomi seperti variabel agama (religiusitas) dan kepercayaan (trust).
87
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Triadi, Chintia. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Syariah”, Skripsi Universitas Pembangunan Nasional, Program Ilmu Ekonomi, 2010. Ariestya, Dian. “ Analisis Pengaruh Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang, Suku
Bunga,
Kurs,
dan
SWBI
terhadap
Jumlah
Tabungan
Mudharabah”, Jakarta, 2011. Arifin, Zainul. “Dasar-dasar manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher, Tangerang, 2006. Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Syariah”, 2008-2012. _____________, “Tinjauan Kebijakan Moneter”, 2008-2012. Banowo, Amalianshah & Budi Hermawan.” Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah dengan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia,” 2010. Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”, Jakarta, 2009. Ghafur W, Muhammad. “Potret Perbankan Syariah Di Indonesia Terkini (Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah)”, Yogyakarta: Biruni Press, 2007. Gujarati, Damodar N. “Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2”, Erlangga, Jakarta, 2006 Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Press, Jakarta. 2010
88
Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. _____________“Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hanifeliza.”Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Total
Tabungan
Masyarakat yang Dihimpun Perbankan Di Indonesia”, Jakarta, 2004. Haron, Sudin & Norafifah Ahmad.”The Effect of Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaya”, International Journal of Islamic Financial Service Vol. 1 No.4, 2000. Haron, Sudin & Wan Nursofiza Wan Azmi, “ Measuring Depositors’ Behaviour of Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach”. International Journal Islamic Financial Service. Hadzmi, Muhammad Ihsan. “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,” Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011. Husni, Azhary. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode: Januari 2006Desember 2007”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas YARSI, Jakarta. 2009. Karim, Adiwarman A. “Akad dan Produk Perbankan Syariah”, Jakarta: PT.Radja Grafindo, 2007. ______________, “Ekonomi Makro Islami”, Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2007. ______________, “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan:, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
89
Pariyo.” Variabel Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada Bank Muamalat Indonesia” Universitas Indonesia. Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Suharyanti, ST. “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB, dan SWBI Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”, Ed. Kedua, Cet. 11, Jakarta, 2000. Syafi’I Antonio, Muhammad. “Bank Syariah: dari teori ke praktek”, Ed. 1, Yogyakarta:UGM Press, 2001. Tohari, Achmad. "Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar, Inflasi, dan Jumlah Unag Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga serta Impikasinya pada Pembiayaan Mudharabah Di Indonesia”, Jakarta, 2010. Winarno, Wing Wahyu.”Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews Edisi Kedua”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Yunita, Patra.”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
www.google.com www.bi.go.id
90
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian Periode Agustus 2008-Agustus 2012 Bulan/Tahun
Tabungan Mudharabah (Milyar Rupiah)
Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11
10.851.576 11.410.243 11.731.978 11.545.316 12.470.952 11.616.000 11.716.000 12.084.000 12.261.000 12.348.000 12.798.000 12.774.000 12.600.000 13.310.000 13.418.000 13.511.000 14.809.000 14.809.000 14.742.000 14.802.000 14.877.000 15.106.000 15.804.000 16.031.000 16.018.000 16.803.000 17.259.000 17.811.000 19.570.000 19.210.000 19.193.000 19.776.000
INFLASI KURS (%) (Rupiah)
11.85 12.14 11.77 11.68 11.06 9.17 8.60 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78 3.72 3.81 3.43 3.91 4.16 5.05 6.22 6.44 5.80 5.67 6.33 6.96 7.02 6.84 6.65
9.153 9.378 10.995 12.151 10.950 11.355 11.980 11.575 10.713 10.340 10.225 9.920 10.060 9.681 9.545 9.480 9.400 9.365 9.335 9.115 9.012 9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709
BI RATE (%)
9.00 9.25 9.50 9.50 9.25 8.75 8.25 7.75 7.50 7.25 7.00 6.75 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75
91
Bulan/Tahun
Tabungan Mudharabah (Milyar Rupiah)
Apr-11 20.224.000 May-11 20.857.000 Jun-11 21.480.000 Jul-11 21.916.000 Aug-11 22.728.000 Sep-11 23.589.000 Oct-11 23.687.000 Nov-11 24.552.000 Dec-11 27.208.000 Jan-12 27.193.000 Feb-12 27.642.000 Mar-12 29.054.000 Apr-12 28.738.000 May-12 29.569.000 Jun-12 31.466.000 Jul-12 31.626.000 Aug-12 32.531.000 Sumber: Bank Indonesia
INFLASI KURS (%) (Rupiah)
6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79 3.65 3.56 3.97 4.50 4.45 4.53 4.56 4.58
8.574 8.537 8.597 8.508 8.578 8.823 8.835 9.170 9.068 9.000 9.085 9.180 9.190 9.565 9.480 9.485 9.560
BI RATE (%)
6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.5 6.00 6.00 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75
92
Lampiran 2 Hasil Regresi Tabungan Mudharabah Dependent Variable: LNTM Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 21:48 Sample: 2008M08 2012M08 Included observations: 49 Variable C LNINF LNKURS LNBI R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error 23.40726 0.453662 -0.236265 -2.774316 0.723441 0.705003 0.180266 1.462318 16.51105 0.192662
3.161462 0.094611 0.379167 0.346209
t-Statistic
Prob.
7.403933 4.795041 -0.623117 -8.013404
0.0000 0.0000 0.5364 0.0000
Mean dependent var 16.67850 S.D. dependent var 0.331899 Akaike info criterion -0.510655 Schwarz criterion -0.356221 F-statistic 39.23792 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah
93
Lampiran 3 Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
94
Lampiran 4 Uji Multikolinieritas dengan Correlation Matrix LNINF
LNKURS
LNBI
LNINF
1.000000
0.359391
0.750385
LNKURS
0.359391
1.000000
0.616270
LNBI
0.750385
0.616270
1.000000
Sumber: Data diolah
95
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas cross terms White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.972396 15.32692
Probability Probability
0.069574 0.082339
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 21:54 Sample: 2008M08 2012M08 Included observations: 49 Variable
Coefficient Std. Error
C LNINF LNINF^2 LNINF*LNKURS LNINF*LNBI LNKURS LNKURS^2 LNKURS*LNBI LNBI LNBI^2
-118.3053 -5.749119 -0.030845 0.671224 -0.145714 26.51195 -1.491675 -0.193128 2.060062 -0.002862
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.312794 0.154208 0.023952 0.022373 118.9188 0.953718
59.59923 3.312300 0.055454 0.395276 0.465159 13.38527 0.767764 1.086910 8.871019 0.951291
t-Statistic
Prob.
-1.985013 -1.735688 -0.556228 1.698115 -0.313256 1.980681 -1.942884 -0.177685 0.232224 -0.003008
0.0542 0.0905 0.5812 0.0975 0.7558 0.0547 0.0593 0.8599 0.8176 0.9976
Mean dependent var 0.029843 S.D. dependent var 0.026044 Akaike info criterion -4.445663 Schwarz criterion -4.059578 F-statistic 1.972396 Prob(F-statistic) 0.069574
Sumber: Data diolah
96
Lampiran 6 Uji Autokorelasi Sebelum Differensi Tingkat Pertama Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
107.5091 40.83391
Probability Probability
0.000000 0.000000
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 21:55 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable C LNINF LNKURS LNBI RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error 2.453605 -0.017871 -0.299163 0.166228 1.068327 -0.151974 0.833345 0.813967 0.075283 0.243703 60.41088 1.871695
1.398420 0.040291 0.168873 0.152119 0.148325 0.154967
t-Statistic
Prob.
1.754555 -0.443536 -1.771525 1.092750 7.202615 -0.980691
0.0865 0.6596 0.0836 0.2806 0.0000 0.3322
Mean dependent var -1.06E-15 S.D. dependent var 0.174542 Akaike info criterion -2.220852 Schwarz criterion -1.989201 F-statistic 43.00362 Prob(F-statistic) 0.000000
97
Lampiran 7 Uji Autokorelasi setelah Differensi Tingkat Pertama Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.151393 4.460504
Probability Probability
0.128969 0.107501
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 21:56 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable C D(LNINF) D(LNKURS) D(LNBI) RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error 0.000139 0.002386 0.039806 0.006789 -0.249794 -0.240062 0.092927 -0.015058 0.029899 0.037545 103.5726 1.896697
0.004666 0.036894 0.115957 0.203966 0.151314 0.152561
t-Statistic
Prob.
0.029845 0.064679 0.343283 0.033286 -1.650835 -1.573547
0.9763 0.9487 0.7331 0.9736 0.1062 0.1231
Mean dependent var 9.22E-19 S.D. dependent var 0.029676 Akaike info criterion -4.065526 Schwarz criterion -3.831626 F-statistic 0.860557 Prob(F-statistic) 0.515472
Sumber: Data diolah
98
Lampiran 8 Uji Linieritas sebelum Differensi Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
20.27785 18.57225
Probability Probability
0.000049 0.000016
Test Equation: Dependent Variable: LNTM Method: Least Squares Date: 07/03/13 Time: 23:56 Sample: 2008M08 2012M08 Included observations: 49 Variable C LNINF LNKURS LNBI FITTED^2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error -739.3160 -22.88989 11.01006 139.1389 1.532575 0.810687 0.793477 0.150831 1.000998 25.79718 0.241160
169.3983 5.184497 2.517536 31.51594 0.340338
t-Statistic
Prob.
-4.364366 -4.415065 4.373348 4.414875 4.503094
0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000
Mean dependent var 16.67850 S.D. dependent var 0.331899 Akaike info criterion -0.848864 Schwarz criterion -0.655821 F-statistic 47.10495 Prob(F-statistic) 0.000000
99
Lampiran 9 Uji Linearitas setelah Differensi Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.062925 0.070191
Probability Probability
0.803125 0.791059
Test Equation: Dependent Variable: D(LNTM) Method: Least Squares Date: 07/03/13 Time: 23:58 Sample (adjusted): 2008M09 2012M08 Included observations: 48 after adjustments Variable C D(LNINF) D(LNKURS) D(LNBI) FITTED^2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error 0.019160 0.010695 -0.135339 0.183326 9.290695 0.102071 0.018542 0.031003 0.041331 101.2669 2.357668
0.027141 0.048778 0.286048 0.377046 37.03695
t-Statistic
Prob.
0.705956 0.219249 -0.473132 0.486216 0.250849
0.4840 0.8275 0.6385 0.6293 0.8031
Mean dependent var 0.022873 S.D. dependent var 0.031295 Akaike info criterion -4.011123 Schwarz criterion -3.816206 F-statistic 1.221989 Prob(F-statistic) 0.315582
100