PENGARUH TINGKAT BONUS SBIS DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Rahmad Dahlan uHAMKA Jakarta e-mail:
[email protected] Irsyad Ardiyanto Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus Abstract: This study was conducted to examine and analyze the influence Bonus of Bank Indonesia Sharia Certificates and the rate of inflation to the Distribution Financing Islamic Bank in Indonesia in the period 2008-2012. The data used in this research was secondary data from 2008 to 2012. The data were analysed using multiple linear regression. Based on the research results, there is a strong and negative influence Bonus of Bank Indonesia Sharia Certificates to the rate of inflation to the Distribution Financing Islamic Bank in Indonesia . There is also no significant difference between the negative and the level of inflation related to the distribution of financing Islamic Bank in Indonesia. This means that if Bonus SBIS and inflation rises, the Islamic bank financing will go down. Keywords: Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia pada periode 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, dan metode analisis data yang digunakan adalah regreai linear berganda. Dimana X1 adalah Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), X2 adalah tingkat Inflasi dan Y adalah Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat bepengaruh kuat dan negatif antara Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dan juga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif antara tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Artinya apabila Bonus SBIS dan Inflasi naik maka pembiayaan bank syariah akan turun.
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Katakunci: Indonesian Bank Certificates Sharia, Inflation, Financing
Pendahuluan Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual-beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiyaaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro. Bank syariah melakukan kegiatan pengumpulan dana (Funding) dari nasabah melalui deposito/investasi maupun titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian dinvestasikan pada dunia usaha melaui investasi sendiri (nonbagi hasil/trade financing) dan investasi dengan pihak lain (bagi hasil/trade financing). Ketika ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara bank dan nasabah (Ascarya, 2007: 30). Secara teori, bank syariah menggunakan konsep two tier mudharabah (mudharabah tingkat dua), yaitu bank syariah berfungsi dan beroperasi sebagai institusi intermediasi investasi yang menggunakan akad mudharabah pada kegiatan pendanaan (pasiva) maupun pembiayaan (aktiva). Dalam pendanaan bank syariah bertindak sebagai pengusaha atau mudharib, sedangkan dalam pembiayaan bank syariah bertindak sebagai pemilik dana atau Shahibul maal. Selain itu bank syariah juga bisa bertindak sebagai agen investasi yang mempertemukan pemilik dana dan pengusaha (Ascarya, 2007: 31). Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat katagori yang dibedakan berdasarkan tujan penggunannya, yaitu: Pertama, Pembiayaan dengan prinsip jual-beli. Kedua, pembiayaan dengan prinsip sewa. Ketiga pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Keempat, Pembiayaan dengan akad pelengkap (Karim, t.th: 87). Dalam melakukan investasinya, bank-bank Islam memastikan bahwa dana-dana mereka dan dana yang tersedia EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
63
Rahmad Dahlan bagi mereka untuk di investasikan, dapat menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah serta bermanfaat bagi masyarakat. Peran perbankan syariah dalam meningkatkan mobilisasi dana masyarakat, sangat penting sebagai pelaksanaan wujud perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi. Lembaga intermediasi tersebut menghubungkan antara surplus spending unit dan deficit spending unit. Menghubungkan kedua hal tersebut memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasioanal. Dengan demikian, upaya pengembangan perbankan nasioanal termasuk perbankan syariah perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kontribusinya terhadap ekonomi. Kondisi perekonomian yang selalu menarik perhatian perbankan dalam menyalurkan pembiayaan adalah tingkat inflasi. karena secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu. Inflasi juga dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai tukar perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Inflasi dapat diukur dengan tingkat inflasi yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum (Karim, 2007: 135). Dan tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lain. Adakalanya tingkat inflasi rendah, yaitu mencapai dibawah 4-6%. Tingkat yang moderat mencapai 5-10%. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau ribu persen dalam setahun (Sukirno, 2007: 15). Inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekrja yang mempunyai penghasilan tetap. Inflasi biasyanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah pekerja. Oleh sebab itu upah riil pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini mengurangi tingkat kemakmuran segolongan masyarakat (Sukirno, 2007: 16). Oleh karena itu Bank Indonesia yg memiliki tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter bahwa dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia dapat 64
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka diperlukan penyempurnaan instrumen dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah (PBI No. 10/11/ PBI/ 2008). Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (PBI No. 10/11/PBI/2008). SBIS ini yang akan menjadi alternatif bagi bank syariah untuk mengamankan dananya. Karena apabila terjadi inflasi maka masyarakat akan lebih menyukai menyimpan uangnya dibandingkan mengambil pembiayaan di bank syariah. Berikut adalah data-data SBIS dan inflasi dan pembiayaaan bank syariah pada tahun 2008-2012. Tabel 1 Perkembangan Pembiayaan, SBIS, dan Inflasi di Indonesia 2008
2009
2010
2011
2012
38,195
46,886
68,181
102,655
135,581
SBIS
11.82%
6.59%
6.26%
5.04%
4.80%
Inflasi
11.06%
2.78%
6.96%
3.79%
3.73%
Pembiayaan*
Sumber: Data BI diolah *dalam miliar rupiah Dapat dilihat perkembangan tingkat imbalan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) dari tahun 2008 hingga 2011 mengalami fluktuasi yang signifikan hal ini juga seiring dengan tingkat inflasi yang juga mengalami hal yang sama tetapi tidak dengan perkembangan pembiayaan bank syariah yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Inflasi
Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian. Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu yang lain. Tingkat inflasi, yaitu EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
65
Rahmad Dahlan persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan biasanya digunakan untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002: 302). Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terusmenerus sepanjang waktu. Dan berdasarkan definisi tersebut kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi (Nanga, 2005: 237). Inflasi sendiri pada dasarnya adalah tingkat perubahan harga-harga sedangkan tingkat inflasi adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu, atau presentase perubahan didalam tingkat harga (Nanga, 2005: 238). Tingkat inflasi dapat dijelaskan dengan formula berikut: Sebab inflasi Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari suatu periode ke periode lainya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lain. Ada kalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai 4-6 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai diantara 5-10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun (Sukirno, 2002: 115). Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh banyak faktor. Di Negara-negara industri pada umunya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dua masalah berikut: 1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untik menghasilkan barangbarang dan jasa-jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka buthuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang kebih tinggi. Sebaliknya, para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya bersedia menjual kepada pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua-dua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga. 2) Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi 66
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga-harga barang mereka. Kedua masalah yang diterangkan di atas biasanya berlaku apabila perekonomian sudah mendekati tingkat pengunaan tenaga kerja penuh. Dengan kata lain didalam perkonomian yang sudah sangat maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat pengangguran tenaga kerja. Jenis inflasi Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut (Sukirno, 2006: 333): 1) Inflasi Tarikan Permintaan Inflasi biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Dapat digunakan untuk menerangkan wujudnya. Di samping dalam masa perekonomian berkembang pesat, inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tesebut menyediakan barang dan jasa. Maka akan mewujudkan Inflasi (Sukirno, 2006: 333). 2) Inflasi Desakan Biaya. Inflasi seperti ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang diantara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Setiap masyarakat tidak dapat secara mendadak menaikkan produksi EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
67
Rahmad Dahlan berbagai macam barang ketika permintaan meningkat. Dalam keadaan seperti ini, apabila permintaan meningkat dengan pesat. Misalnya, sebagai akibat pertambahan penawaran uang yang berlebihan, inflasi akan berlaku (Sukirno, 2000: 12). 3) Inflasi Diimpor. Istilah ini mulai popular semenjak tahun 1970an pada ketika ekonomi dunia dilanda masalah inflasi. Sumber masalah tersebut adalah kenaikkan harga minyak sebanyak tiga kali lipat pada tahun 1973-1974 yang dilakukan oleh Negara-negara produsen minyak di Timur Tengah. Minyak petroleum merupakan sumber energi yang penting untuk industri-industri di Negara barat. Maka secara mendadak biaya produksi meningkat, yang seterusnya menyebabkan masalah inflasi. Dan pada periode berikutnya para pekerja menuntut kenaikan gaji dan upah, dan hal ini menambah buruk lagi bagi masalah inflasi yang berlaku. Peristiwa ini tidak saja menambah masalah inflasi menjadi lebih serius tapi juga menyebabkan berbagai produksi industri tidak dapat menjalankan kegiatannya dan mengurangi ataupun menutup operasinya. Pada ketika itu di banyak Negara perekonomiannya secara serentak dihadapi masalah inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi dan masalah itu disebut stagflasi (Sukirno, 2000: 13). Teori inflasi islam Ekonom Islam Taquiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M-1441M), menggolongkam inflasi dalam dua golongan yaitu (Karim, 2007: 140): 1) Natural Inflation Inflasi ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah diman orang tidak mempunyai kendali atas dirinya sendiri. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Jika memakai perangakat analisis konvensional yaitu persamaan identitas (Karim, 2007: 140): MV = PT =Y Dimana : M = jumlah uang beredar V = kecepatan peredaran uang P = tingkat harga 68
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ...
T = jumlah barang dan jasa (kadang juga dipakai notasi Q) Y = tingkat pendapatan nasional (GDP) Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai: a) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya T naik sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P naik. b) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor yang mengakibatkan M turun sehingga jika V dan T tetap maka P naik (Karim, 2007: 140). Maka Natural Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu: a) Akibat uang yang masuk dari luar negri terlalu banyak, dimana ekspor naik (X) sedangkan impor turun (M) sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD). b) Akibat turunnya tingkat produksi (AS), karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot.
2) Human Eror Inflation. Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka inflasi-inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai Human Eror Inflation atau False Inflation. Human Error Inflation dikatan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri (QS Al-Rum 30:41). Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut: a) Korupsi dan Administrasi yang buruk (Corruption and Bad Administraion) b) Pajak yang berlebihan (Excessive Tax) c) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Excessive Seignorage). Dampak buruk inflasi terhadap perekonomian Sebahagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
69
Rahmad Dahlan yang sangat lambat berlakunya dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Tetapi apabila inflasi menjadi lebh serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan bebebrapa faktor penting seperti diuraikan dibawah ini (Sukirno, 2000: 307): 1) Inflasi menggalakan penanaman modal spekulatif. Pada masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah dan menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif. 2) Tingkat suku bunga dan mengurangi investasi. Untuk mengurangi kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan, institusi keuangan akan menaikkan bunga keatas pinjaman-pinjaman mereka, makin tinggi tingkat inflasi, maka tinggi pula tingkat bunga yang akan mereka tentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegarahan penanaman modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. 3) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. 4) melemahkan semangat menabung dan sikap menabung dari masyarakat (Karim, 2007: 139). 5) Meningkatkan kecederungan berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah. 6) mengarahkan investasi pada hal-hal yang nonproduktif yaitu penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti: pertanian, industrial, perdangangan, transportasi, dan lainnya. 70
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Pembahasan Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2008 – 2012 pada setiap bulannya. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah. SBIS sebagai instrument pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT). Untuk mengetahui tingkat Bonus SBIS periode Juli 2008 sampai Juni 2012, dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 2 Tingkat Bonus SBIS (dalam persen) Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
9,49728
6,44788
6,08058
4,88325
Februari
-
8,74354
6,40700
6,70542
3,82290
Maret
-
8,21080
6,27162
6,70542
3,82637
April
-
7,58779
6,19877
7,17517
3,92570
Mei
-
7,24639
6,30206
7,36011
4,23785
Juni
-
6,94682
6,26221
7,36317
4,32005
Juli
9,22757
6,70507
6,63019
7,27563
-
Agustus
9,27580
6,57698
6,63341 6,77557
-
September
9,71253
6,48204
6,63677
6,28206
-
Oktober
10,98287
6,48879
6,36967
5,76845
-
November
11,24053
6,47059
6,42326
5,22412
-
Desember
10,83381
6,43885
6,26221
5,03858
-
Sumber: Data BI diolah Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh perekonomian. Sampai dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu yang lain. Tingkat Inflasi, yaitu persentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan biasanya digunakan untuk EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
71
Rahmad Dahlan menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002: 302). Untuk mengetahui tingkat Inflasi periode Juli 2008 sampai Juni 2012, dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 3 Tingkat Inflasi (dalam persen) Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
0,07
0,84
0,89
0,76
Februari
-
0,21
0,30
0,13
0,05
Maret
-
0,22
0,14
0,32
0,07
April
-
0,31
0,15
0,31
0,21
Mei
-
0,04
0,29
0,12
0,07
Juni
-
0,11
0,97
0,55
0,62
Juli
1,37
0,45
1,57
0,67
-
Agustus
0,51
0,56
0,76
0,93
-
September
0,97
1,05
0,44
0,27
-
Oktober
0,45
0,19
0,06
0,12
-
November
0,12
0,03
0,60
0,34
-
Desember
0,04
0,33
0,92
0,57
-
Sumber: Data BI diolah Para ahli ekonomi dan ahli hukum muslim setuju Pembiayaan merupakam salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit (Antonio, 2001: 160). Untuk mengetahui Penyaluran pembiayaa Bank Syariah periode Juli 2008 sampai Juni 2012, dapat dilihat pada tabel 1.4 sebagai berikut: Tabel 4 Penyaluran Pembiayaan Bank Syriah di Indonesia. (dalam milyar rupiah)
Bulan Januari Februari
72
2008 -
2009 38.201 38.843
2010 47.140 48.479
2011 2012 69.724 101.689 71.449 103.713
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ...
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
35.189 36.571 37.681 38.097 38.528 38195
Sumber: Data BI diolah
39.308 39.726 40.715 42.195 42.828 43.890 44.523 45.246 45.726 46886
50.206 51.651 53.223 55.801 57.633 60.275 60.970 62.995 65.942 68181
74.253 75.726 78.619 82.616 84.556 90.540 92.839 96.805 99.427 102655
104.239 108.767 112.844 117.592 -
Dari data di atas penulis melogaritmakan data-data tersebut. Tabel 5 Data Logaritama Bonus SBIS Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
- 0.9775992 0.8094169 0.7839450 0.6887090
Februari
- 0.9416873 0.8066547 0.8264260 0.5823929
Maret
- 0.9143855 0.7973797 0.8272962 0.5827870
April
- 0.8801153 0.7923055 0.8558322 0.5939171
Mei
- 0.8601217 0.7994825 0.8668843 0.6271456
Juni
- 0.8417860 0.7967276 0.8670648 0.6354888
Juli
0.9650873 0.8264033 0.8215260 0.8618706
-
Agustus
0.9673514 0.8180265 0.8217368 0.8309458
-
September
0.9873324 0.8117117 0.8219568 0.7981021
-
Oktober
1.0407158 0.8121637 0.8041169 0.7610591
-
November
1.0507868 0.8109439 0.8077555 0.7180131
-
Desember
1.0347812 0.8088083 0.7967276 0.7023082
-
Sumber: Data diolah
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
73
Rahmad Dahlan Tabel 6 Data Logaritma Tingkat Inflasi Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
- 1.1549020 0.0757207 0.0506100 0.1191864
Februari
- 0.6777807 0.5228787 0.8860566 1.3010300
Maret
- 0.6575773 0.8538720 0.4948500 1.1549020
April
- 0.5086383 0.8239087 0.5086383 0.6777807
Mei
- 1.3979400 0.5376020 0.9208188 1.1549020
Juni
- 0.9586073 0.0132283 0.2596373 0.2076083
Juli
0.1367206 0.3467875 0.1958997 0.1739252
-
Agustus
0.2924298 0.2518120 0.1191864 0.0315171
-
September
0.0132283 0.0211893 0.3565473 0.5686362
-
Oktober
0.3467875 0.7212464 1.2218488 0.9208188
-
November
0.9208188 1.5228787 0.2218488 0.4685211
-
Desember
1.3979400 0.4814861 0.0362122 0.2441251
-
Sumber: Data diolah Tabel 7 Data Logaritma Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Bulan
74
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
- 4.5820747 4.6733896 4.8433823 5.0072740
Februari
- 4.5893128 4.6855537 4.8539962 5.0158332
Maret
- 4.5944809 4.7007556 4.8707140 5.0180302
April
- 4.5990748 4.7130787 4.8792450 5.0364972
Mei
- 4.6097544 4.7260994 4.8955275 5.0524785
Juni
- 4.6252610 4.7466420 4.9170642 5.0703778
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Juli
4.5464069 4.6317278 4.7606712 4.9271444
-
Agustus
4.5631368 4.6423656 4.7801372 4.9568405
-
September
4.5761224 4.6485844 4.7851162 4.9677305
-
Oktober
4.5808908 4.6555802 4.7993061 4.9858978
-
November
4.5857765 4.6601632 4.8191621 4.9975043
-
Desember
4.5820065 4.6710432 4.8336634 5.0113801
-
Sumber: Data diolah Dan untuk mengetahui berapa besar mean dan standar deviasi dari data diatas maka data tersebut diolah dalam SPSS versi 17 sebagai berikut hasil outputnya: Tabel 8 Output Data Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (X1), Tingkat Inflasi (X2), dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia (Y).
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PEMBIAYAAN 4.776546994
.1646611772
48
SBIS
.821578792
.1097731724
48
INFLASI
.561064329
.4325587495
48
Sumber: Pengolahan SPSS versi 17. Melihat hasil olah data dari SPSS, maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1, X2, dan Y baik digunakan sebagai variabel penelitian dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari mean masing-masing variabel yang lebih besar dari std.deviasi nya.
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
75
Rahmad Dahlan Uji hipotesis 1. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiaptiap variabel independen (Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan tingkat Inflasi) terhadap Pembiayaan Bank syariah di Indonesia pada periode 2008-2012, dengan ketentuan sebagai berikut: Ho : a1 : a2 = 0 berarti tidak ada hubungan positif dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : a1 + a1 = 0 Berarti ada hubungan positif dari variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara t hitung dengan t tabel. a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada hubungan positif dan pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan jika Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan positif dan pengaruh signifikan dari independen terhadap variabel dependen. Tabel 9 Output Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model T Sig. Std. B Beta Tolerance VIF Error (Constant) 5.764 .117 49.066 .000 -1.180 .138 -.787 -8.525 .000 .997 1.003 1 SBIS INFLASI -.032 .035 -.084 -.907 .369 .997 1.003 a. Dependent Variabel: PEMBIAYAAN
Sumber: Pengolahan SPSS versi 17. a) Hipotesis H1 (pengaruh variabel Bonus SBIS terhadap Pembiayaan Bank Syariah (SBIS)) Ho = tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh tidak signifikan 76
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Ha = tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Kesimpulan: 1) Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa t hitung (8,525) > t tabel (1,67722) jadi hipotesisnya nol ditolak. Minus (-) pada t hitung menggambarkan adanya pengaruh negatif variabel Bonus SBIS terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Dan kesimpulannya yaitu tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. 2) Signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memberikan pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. 3) Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara individual berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Analisis Regresi Untuk menguji tentang hipotesis tentang kekuatan kedua variabel independen (X1 dan X2 atau Sertifikat Bank Indonesia Syariah) secara parsial dan secara simultan terhadap variabel dependen (Y atau Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia), peneliti menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis model). Dan berikut data-data yang digunakan sebagai berikut: Tabel 10 Tingkat Bonus SBIS Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 Januari
-
9,49728
6,44788
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
6,08058
4,88325
77
Rahmad Dahlan Februari
-
8,74354
6,40700
6,70542
3,82290
Maret
-
8,21080
6,27162
6,70542
3,82637
April
-
7,58779
6,19877
7,17517
3,92570
Mei
-
7,24639
6,30206
7,36011
4,23785
Juni
-
6,94682
6,26221
7,36317
4,32005
Juli
9,22757
6,70507
6,63019
7,27563
-
Agustus
9,27580
6,57698
6,63341
6,77557
-
September
9,71253
6,48204
6,63677
6,28206
-
Oktober
10,98287
6,48879
6,36967
5,76845
-
November
11,24053
6,47059
6,42326
5,22412
-
Desember 10,83381 Sumber: Data diolah.
6,43885
6,26221
5,03858
-
Tabel 11 Tabel Tingkat Inflasi Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
0,07
0,84
0,89
0,76
Februari
-
0,21
0,30
0,13
0,05
Maret
-
0,22
0,14
0,32
0,07
April
-
0,31
0,15
0,31
0,21
Mei
-
0,04
0,29
0,12
0,07
Juni
-
0,11
0,97
0,55
0,62
Juli
1,37
0,45
1,57
0,67
-
Agustus
0,51
0,56
0,76
0,93
-
September
0,97
1,05
0,44
0,27
-
Oktober
0,45
0,19
0,06
0,12
-
November
0,12
0,03
0,60
0,34
-
Desember 0,04 Sumber: Data diolah.
0,33
0,92
0,57
-
78
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Tabel 12 Tabel Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
38.201
47.140
69.724
101.689
Februari
-
38.843
48.479
71.449
103.713
Maret
-
39.308
50.206
74.253
104.239
April
-
39.726
51.651
75.726
108.767
Mei
-
40.715
53.223
78.619
112.844
Juni
-
42.195
55.801
82.616
117.592
Juli
35.189
42.828
57.633
84.556
-
Agustus
36.571
43.890
60.275
90.540
-
September
37.681
44.523
60.970
92.839
-
Oktober
38.097
45.246
62.995
96.805
-
November
38.528
45.726
65.942
99.427
-
Desember
38.195
46.886
68.181
102.655
-
Sumber: Data diolah. Dari data di atas penulis melogaritmakan data-data tersebut. Tabel 13 Data Logaritama Bonus SBIS Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
- 0.9775992 0.8094169 0.7839450 0.6887090
Februari
- 0.9416873 0.8066547 0.8264260 0.5823929
Maret
- 0.9143855 0.7973797 0.8272962 0.5827870
April
- 0.8801153 0.7923055 0.8558322 0.5939171
Mei
- 0.8601217 0.7994825 0.8668843 0.6271456
Juni
- 0.8417860 0.7967276 0.8670648 0.6354888
Juli
0.9650873 0.8264033 0.8215260 0.8618706
-
Agustus
0.9673514 0.8180265 0.8217368 0.8309458
-
September 0.9873324 0.8117117 0.8219568 0.7981021
-
Oktober
1.0407158 0.8121637 0.8041169 0.7610591
-
November 1.0507868 0.8109439 0.8077555 0.7180131
-
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
79
Rahmad Dahlan Desember
1.0347812 0.8088083 0.7967276 0.7023082
-
Sumber: Data diolah. Tabel 14 Data Logaritma Tingkat Inflasi Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
- 1.1549020 0.0757207 0.0506100 0.1191864
Februari
- 0.6777807 0.5228787 0.8860566 1.3010300
Maret
- 0.6575773 0.8538720 0.4948500 1.1549020
April
- 0.5086383 0.8239087 0.5086383 0.6777807
Mei
- 1.3979400 0.5376020 0.9208188 1.1549020
Juni
- 0.9586073 0.0132283 0.2596373 0.2076083
Juli
0.1367206 0.3467875 0.1958997 0.1739252
-
Agustus
0.2924298 0.2518120 0.1191864 0.0315171
-
September 0.0132283 0.0211893 0.3565473 0.5686362
-
Oktober
0.3467875 0.7212464 1.2218488 0.9208188
-
November 0.9208188 1.5228787 0.2218488 0.4685211
-
Desember
-
1.3979400 0.4814861 0.0362122 0.2441251
Sumber: Data diolah Tabel 15 Data Logaritma Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
-
4.5820747 4.6733896 4.8433823 5.0072740
Februari
-
4.5893128 4.6855537 4.8539962 5.0158332
Maret
-
4.5944809 4.7007556 4.8707140 5.0180302
April
-
4.5990748 4.7130787 4.8792450 5.0364972
Mei
-
4.6097544 4.7260994 4.8955275 5.0524785
Juni
-
4.6252610 4.7466420 4.9170642 5.0703778
Juli
4.5464069 4.6317278 4.7606712 4.9271444
-
Agustus
4.5631368 4.6423656 4.7801372 4.9568405
-
September 4.5761224 4.6485844 4.7851162 4.9677305
-
80
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Oktober
4.5808908 4.6555802 4.7993061 4.9858978
-
November 4.5857765 4.6601632 4.8191621 4.9975043
-
Desember 4.5820065 4.6710432 4.8336634 5.0113801
-
Sumber: Data diolah Setelah memasukkan data-data kedalam SPSS versi 17 maka penulis mendapatkan persamaan regresi linear berganda dapat dilakukan dengan menginterprestasikan angka-angka yang ada didalam tabel di bawah ini: Tabel 16 Hasil output Regresi Linear Berganda
Coefficientsa Model
(Constant) 1 SBIS INFLASI
Unstandardized Coefficients B Std. Error 5.764 .117
Standardized Coefficients Beta
t Sig. 49.066 .000
-1.180
.138
-.787 -8.525
.000
-.032
.035
-.084
.369
-.907
a. Dependent Variabel: PEMBIAYAAN Sumber: Pengolahan SPSS versi 17. Dari hasil data yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut :
Pembiayaan = 5.764 + (-1.180) SBIS -.032 Inflasi Dari persamaan regresi di atas maka dapat dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Nilai konstanta 5,764 menyatakan bahwa jika variabel bebas (SBIS dan Inflasi) bernilai nol (0), maka Pembiayaan bank syariah berada pada angka 5,764. EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
81
Rahmad Dahlan 2. Koefisien regresi variabel SBIS (X1) sebesar -1,180 artinya jika variabel lainnya dianggap konstan dan tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah naik sebanyak satu persen, maka Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia akan mengalami penurunan 1,180. Nilai koefisien bernilai negatif, artinya terjadi hubungan negatif antara tingkat Bonus Sertifikat bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. 3. Koefisien regresi variabel tingkat Inflasi (X2) sebesar -0,32 artinya jika variabel lainnya dianggap konstan dan tingkat Inflasi naik satu persen, maka Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah akan mengalami penurunan 0,32. Nilai koefisien bernilai negatif, artinya terjadi hubungan negatif antara Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dengan tingkat Inflasi. Dapat dilihat dari penjelasan di atas bahwa kalau tingkat Inflasi dan tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah samasama mempunyai hubungan yang negatif terhadap Penyaluran pembiyaaan Bank Syariah di Indonesia, karena apabila Inflasi dan Bonus SBIS naik maka Pembiayaan akan turun dan apabila Inflasi dan Bonus SBIS turun maka Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia akan mengalami penurunan Simpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pengaruh tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia dapat disimpulkan bahwa; Pada variabel pertama yaitu bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Hal ini ditunjukan pada t hitung (-8,525) > t tabel (1,677) maka Ho ditolak. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka secara parsial Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) secara parsial berpengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Pada variabel kedua yaitu tingkat Inflasi tidak 82
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... mempengaruhi terhadap penyaluran Pembiayaan pada Bank Syariah di Indonesia. hal ini ditunjukkan pada t hitung (-0,907) < t tabel (1,677) maka Ho ditolak. Dengan nilai signifikansi 0,369 > 0,05. Maka secara parsial tidak berpengaruh terhadap penyaluran Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Dan berdasarkan variabel tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan tingkat Inflasi secara simultan mempengaruhi penyaluran pembiayaan Bank Syariah di Indonesia secara signifikan. Hal ini ditunjukan dari hasil f hitung (36,429) > f hitung (3,19). Maka Ho ditolak.
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
83
Rahmad Dahlan Daftar Pustaka Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Tazkia Cendikia. Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Tazkia Institute. Ascarya. 2008. Akad dan Grafindo Persada.
Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja
Chapra, Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Tazkia Cendikia. Djohanputro, Bramantyo. 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: Penerbit PPM. Ifham S, Ahmad. 2010. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ismail. 2011. Perbankan Syariah, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Karim, Adiwarman A. t.th. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT Raja Grafindo. PBI No: 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah http:// www.bi.go.id/web /id/peraturan/ moneter/pbi. (diakses pada tanggal 3 Maret 2013) Prathama Raharja, Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Edisi ke-4. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 84
Jurnal Ekonomi Syariah
Pengaruh Tingkat Bonus Sbis dan Tingkat Inflasi terhadap ... Sadono, Sukirno. 2000. Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadono, Sukirno. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi, edisi kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sadono, Sukirno. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sjahdeini, Sutan Remy. 2005. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Kreatama. Sudarsono, Heri. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Depenelitian dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 1, Juni 2015
85