PENGARUH PENGAJIAN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN KOMUNITAS PUNK MUSLIM DI TERMINAL PULOGADUNG JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh: Yeti Nurhayati NIM: 106051001900
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Februari 2011
Yeti Nurhayati
i
ABSTRAK Nama : Yeti Nurhayati NIM : 106051001900 Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur Semarak umat Islam di perkotaan akhir-akhir ini memberi catatan penting yang sejalan dengan proses demokrasi dan gaung liberalisasi yang telah memicu aktivitas keberagamaan umat Islam. Aktivitas-aktivitas keberagamaan masyarakat kota pada kaum muda khususnya sangat kuat. Semarak kegiatan keagamaan pada masyarakat-masyarakat tertentu di perkotaan adalah respon terhadap modernisasi pembangunan sekaligus upaya untuk mempertahankan eksistensinya sebagai orang Indonesia, atau umat Islam khususnya. Hampir di setiap komunitas terdapat pengajian rutin yang mereka adakan, seperti halnya yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Komunitas yang biasanya jauh dari norma-norma agama dan masyarakat ini pada kenyataannya tetap memerlukan tuntunan sebagai jalan hidup mereka. Dari pernyataan di atas, timbul pertanyaan: Bagaimana pengajian dalam komunitas Punk Muslim? Apa saja pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim? Penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan (field) dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Penelitian ini menggunakan teori perubahan dan pembentukan sikap serta pengaruh pembentukan sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan menurut Jalaluddin adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. “Punkajian” atau pengajian merupakan kegiatan komunitas Punk Muslim yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketaqwaan, dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Pengajian telah banyak merubah sikap dari komunitas Punk yang semula sangat akrab dengan narkoba dan free sex. Sekarang anggota Punk Muslim hidup normal sebagaimana manusia yang lain dan sebagai hamba Allah SWT.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan semesta alam. Sujud syukur dipanjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan segala kemudahan, cinta, kasih, dan sayang-Nya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada komunikator terbaik kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, dan sahabtanya. Seorang super da’i yang telah berhasil membawa umatnya menuju peradaban yang lebih baik. Dengan selesainya penulisan skripsi yang telah banyak melibatkan banyak pihak, penulis sangat menghargai bantuannya baik secara moril ataupun materil. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pudek I Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., Pudek II Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA., dan Pudek III Bapak Drs. Study Rizal LK. MA. 2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Ibu Umi Musyarrofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS. selaku pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan membimbing penulis dalam
iii
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga atas kesabarannya dalam membimbing penulis. 4. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan bagi penulis dalam mendapatkan referensi. 5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak manfaat untuk penyelesaian skripsi. Juga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan sebagai bekal hidup. 6. Bapak tercinta, Sobirin Satari dan Ibu tersayang Hartini yang telah membesarkan, mendidik, memenuhi kebutuhan penulis, dan memberikan apa yang mereka miliki tanpa mengharap balasan. “Terima kasih Bapak dan Ibu, maafkan Ananda belum bisa berbuat banyak, hanya karya kecil ini yang baru bisa Ananda berikan. Semoga bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi Bapak dan Ibu”. 7. Mas Teguh Santoso yang telah banyak membantu penulis untuk menjalankan aktifitas, serta Teteh Nur Laila dan keponakan ammah Kamila yang lucu. Tidak lupa juga teruntuk Mas yang telah meluangkan begitu banyak waktu, pemikiran, dan tenaganya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini. Serta untuk seluruh keluarga besar tercinta.
iv
8. Seluruh Punk Muslim Pulogadung, Ustadz Ahmad Zaki, Bang Darma, Mas Luthfi, Kang Asep, dan Bang Bono yang telah membantu penulis memberikan data-data yang diperlukan. Juga untuk komunitas Punk Muslim se-Indonesia. Terima kasih atas pelajaran hidup yang sangat berharga ini. Semoga Alloh senatiasa melindungi kalian dalam kebaikan. 9. Teman-teman seperjuangan KPI D 2006. Lulus dari universitas ini adalah awal fase baru menuju hidup yang lebih baik lagi dengan bekal iman dan ilmu. Saudara-saudara tersayang di LDK UIN Syahid 2009: Rifko, Mira, Wenny, dan Herly. KKN Ranca Bugel dan Laskar MC, kita pasti akan sangat merindukan lagi saat-saat kebersamaan itu. Dan teman-teman BBC Public Speaking School angkatan 10 B. 10. Mereka yang selalu memberikan penulis do’a, cinta, nasihat, senyuman, dan semangat: Bu Liza, Bu Indah Martina, Bu Indah Wahyuningsih, Mba Rani, Mba Mutia, Bu Yuli, April, Bani, Bu Halimah, Ibu Atiq, Fitri, Ida, Kiki. dan Marpina. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan do’a tulus untuk mereka yang tersayang, yang selalu ada di samping penulis ketika sedih dan yang selalu mengingatkan di saat salah. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan dan tertarik menjadi bagian dari komunitas Punk Muslim serta menjadi bagian dari dakwah Islam. Jakarta, 24 Februari 2011 Yeti Nurhayati v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………
i
ABSTRAK ………………………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………….
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………..
7
D. Metodologi Penelitian ……………………………………………
7
1. Sumber Data ………………………………………………….
7
2. Metode Pendekatan …………………………………………..
8
E. Sistematika Penulisan ……………………………………………
vi
17
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengaruh …………………………………………………………
19
B. Pengajian ………………………………………………………...
19
C. Sikap …………………………………………………………….
24
D. Keberagamaan …………………………………………………..
30
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan …..
34
2. Indikator Sikap Keberagamaan ………………………………
38
E. Sejarah Komunitas Punk ………………………….……………
39
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………….
42
B. Sejarah Punk Muslim ……………………………………………
43
C. Aktifitas Komunitas Punk Muslim ……………………………….
47
BAB IV PENGARUH PENGAJIAN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN KOMUNITAS PUNK MUSLIM DI TERMINAL PULOGADUNG JAKARTA TIMUR A. Pelaksanaan Pengajian Komunitas Punk Muslim………….………
54
B. Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim …………………………………………………………….
vii
64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………....
82
B. Saran ………………………………………………………….......
83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
85
LAMPIRAN …………………………………………………………….
88
viii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki satu kebutuhan yang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan lain dan perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan terhadap agama. Karena manusia disebut juga dengan makhluk beragama (homo religious). Ahmad Yamani, yang dikutip oleh Jalaluddin mengemukakan, bahwa tatkala Allah SWT. membekali insan itu dengan nikmat berfikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.1 Hal inilah yang melatar belakangi manusia untuk mencari kekuatan besar yang dapat melindunginya dan membimbingnya di saat-saat gawat. Manusia mulai berfikir akan sebuah kekuatan Maha Besar yang dapat menolongnya dari segala macam gangguan. Manusia mulai mencari sebab-sebab kejadian alam yang tidak mungkin terjadi dengan begitu saja. Di balik semua yang terjadi di alam ini, pasti ada sebuah kekuatan Maha Dahsyat yang mengendalikannya, yaitu Tuhan. Selanjutnya, manusia juga memiliki motif untuk hidup berkelompok. Karena di dalam kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat 1
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 100-101.
1
2
pada kelompok itu. Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwa tujuan individu dapat dicapai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat dapat meninggalkan kelompok apabila ia menggangap kelompok tidak memberi kontribusi bagi tujuan pribadinya.2 Kelompok atau komunitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah komunitas yang mempunyai motif, tujuan yang sama, dan memiliki sense of belonging yang tinggi dalam hal ini adalah yang fanatik atau identik dengan ideologi tertentu, yaitu Punk. Dalam sejarahnya Punk berakar dari pergolakan politik yang terjadi pada saat itu yang diekspresikan dengan perkembangan musik yang menyuarakan kebebasan, bebas berbicara, bebas berekspresi, bebas bertingkah, serta sikap hidup yang hendak mereka tunjukkan adalah anti kemapanan, untuk selanjutnya pengikut komunitas ini dinamakan “Punker”.3 Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Setelah perang dunia II tahun 1970-an, Inggris mengalami krisis ekonomi. Dalam menghadapi krisis ekonomi tersebut, Inggris meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk pemulihan ekonomi di negaranya.
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 266-
268. 3
Punkers: Pemuda yang ikut dalam gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakan melalui musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut khas.
3
Komunitas ini semakin lama menjalar ke beberapa negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Komunitas ini secara umum dipersepsi oleh sebagian masyarakat adalah kelompok yang identik dengan kerusuhan, narkoba, preman, gelandangan, seks bebas dan sebagainya. Dan selama ini di Indonesia, masyarakat lebih banyak melihat Punk sebagai gaya hidup dari pada musiknya.4 Punk adalah fanatik dengan ideologi tertentu yaitu D.I.Y (Do It Your Self), anarchy,5 equality,6 prosperity,7 anti kemapanan, anti militerisme, anti rasisme, anti fasisme, anti imperialisme, dan anti kapitalisme. Pada umumnya Punkers biasa berkumpul pada lokasi tertentu dengan berpakaian lusuh dan atribut-atribut atau aksesoris-aksesoris yang dipakai seperti bretel (sejenis pengikat celana yang menggantung ke bahu), ikat pinggang spike (ikat pinggang yang ditempeli logam menyerupai paku atau logam yang tajam), kalung rantai, gelang spike, sepatu boots, jeans stretch (ketat), kaos oblong, jaket kulit yang dipenuhi emblem, dan rambut dengan gaya mohawk (seperti rambut suku Mohican Indian), spiky (seperti paku), gladiator, corrison (seperti durian) yang dicat berwarna-warni, dan aksesoris lainnya yang dipakai tergantung kreatifitas Punkers dan sebagaian besar mereka juga ada yang tidak berpenampilan Punk. Berdandan dan bergaya Punk membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi karena mereka menyadari timbulnya berbagai respon yang akan muncul dari masyarakat. Menurut mereka berdandan atau bergaya Punk adalah sebagai 4
Mumu, “Punk”, (28 Sepetember-4 Oktober 2000), Edisi 02. Anarchy: Prinsip dalam Punk, yaitu paham yang menjunjung hak asasi manusia, menuntut kesetaraan, dan persamaan. 6 Equality: Prinsip dalam Punk, yaitu sikap persamaan dalam kedudukan di dalam kelompok. Tidak ada istilah senior junior. 7 Prosperity: Prisip dalam Punk, yaitu kesejahteraan bersama bagi anggota kelompok. 5
4
ekspresi diri gaya rambut yang dicat berwarna-warni dan keinginan untuk menunjukkan bahwa mereka bukanlah kaum tersisih. Padahal tidak semua anak Punk berpenampilan seperti itu. Menurut penuturan beberapa Punkers, Punk sebagai soul dan tidak perlu ditonjolkan, karena pada hakikatnya esensi Punk bersifat subjektif (hanya dirinyalah yang mengerti bahwa ia anak Punk atau bukan). Biasanya mereka tidak terlalu mencolok dalam berdandan, yang paling lazim dikenakan atau dibawa oleh anak Punk yaitu rantai, gembok, peniti, dan ring yang biasanya di tempatkan di tempattempat yang tidak lazim. Namun tidak dapat dihindari bahwa ada sebagian orang yang masuk ke dalam komunitas ini hanya sekedar ‘trend’ dengan ikut-ikutan bergaya Punker dari segi fashion tanpa memahami makna Punk itu sendiri, bersikap dengan sebebas-bebasnya dan mengabaikan nilai-nilai yang dianutnya. Di dalam diri manusia atau juga di alam ruhaninya, manusia tetap memiliki hasrat untuk menyakini dan mengadakan penyembahan terhadap kekuatan yang perkasa yang berada di luar dari dirinya.8 Punkers tetap saja manusia biasa yang pasti mempunyai kebutuhan akan ruhaninya. Sebagaimana manusia pada umumnya, Punkers merasa jenuh, disreparisasi kehidupan diri dan sosial, kejenuhan yang menjadi kegelisahan, kegelisahan untuk berdiri dan bangkit mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri.
8
Fuad Nashori, Rachmy Diana M., Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68.
5
Ada salah satu komunitas jalanan di sekitar terminal Pulogadung Jakarta Timur yang menamai diri mereka dengan komunitas Punk Muslim. Komunitas ini beranggotakan mantan Punk dan anak-anak jalanan yang sudah mengaji dan lebih terbina akhlaknya. Komunitas ini terbentuk karena Punk merasa ada kegelisahan dalam diri mereka selama menjalani hidup berdasarkan ideologi Punk tersebut. Mereka hidup tanpa tujuan, keluar dari norma-norma yang berlaku, dan anti dengan Tuhan. Keprihatinan Punk ini menjadi sebuah kepedulian untuk menyelamatkan diri mereka dan kehidupan kawan-kawan dari lubang yang mereka (Punkers) gali sendiri. Hal inilah yang menjadi awal dari kehadiran Punk Muslim sebagai sebuah komunitas yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitar. ‘Melawan arus’ adalah jalan yang Punk Muslim pilih karena berjalan dalam ladang yang tak bertuan (jalanan) yang sangat rentan dengan konflik.9 Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Pada Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur”.
9
http://punkmuslim.multiply.com
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan dan membatasai penelitian ini mengenai pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim. Penulis akan meneliti proses pengajian rutin yang diadakan di base camp komunitas Punk Muslim yang berada di Terminal Pulogadung setiap Kamis malam pada periode bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011. Kemudian juga pengaruh dari pengajian tersebut terhadap sikap keberagamaan yang meliputi masalah aqidah, akhlak, dan mu’amalah. Yang dimaksud dengan perubahan sikap di sini adalah adanya dampak positif pada anggota komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian rutin yang dibimbing oleh Ustadz Ahmad Zaki. 2. Perumusan Masalah Dengan demikian bisa difahami bahwa beberapa permasalahan dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengajian dalam komunitas Punk Muslim? 2. Apa saja pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan keterangan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengajian terhadap perubahan sikap keberagamaan pada komunitas Punk Muslim. Yang meliputi pandangan atau pemahaman mereka tentang agama, kemauan membaca Al Qur’an, dan aktifitas mereka dalam menjalankan ibadah. Sedangkan berdasarkan tujuan penelitian di atas setidaknya ada dua manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Akademis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang perubahan sikap seseorang yang disebabkan karena aktifitas mereka mengikuti pengajian. 2. Praktis Sebagai bahan kebijakan bagi para pengambil kebijaksanaan di bidang pembinaan generasi-generasi muda. D. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh saat penelitian, terutama saat observasi dan wawancara secara mendalam. Sumber data primer langsung diambil dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari wawancara langsung
8
(in depth interview) dengan ustadz yang memberikan materi, anggota komunitas Punk Muslim, dan beberapa informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang bersumber dari buku, jurnal, dan artikel yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian ini. Sedangkan data sekunder penulis peroleh dari penelitian-penelitian terdahulu, artikel-artikel dari majalah dan internet serta dokumentasi dari Punk Muslim. 2. Metode Pendekatan a. Persiapan Penelitian Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan (field) dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Kemudian penulisannya dilakukan secara deskriptif. Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Untuk meneliti masalah perubahan sikap cukup rumit dan karenanya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu persiapan penelitian ini butuh waktu yang cukup panjang, dan yang
9
paling penting adalah kesiapan peneliti untuk memahami kondisi komunitas tersebut. Sebagai dasar utama dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mencurahkan perhatian terhadap hubungan antar orang perorang dan kelompok, serta melihat secara langsung (obervasi terlibat) hubungan-hubungan antar orang tersebut. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara peneliti dengan orang yang diteliti, mengenai pemahaman nilai-nilai budaya, kepercayaan, pola perilaku, bahasa dan tata krama serta usaha untuk merasakan atau mengalami motif dan emosi mereka, merupakan ciri utama dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Dari
pandangan
tersebut
akan
dapat
diperoleh
informasi
sesungguhnya tentang makna dari data yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan. Seperti tentang bagaimana komunitas Punk Muslim berpenampilan, proses berlangsungnya pengajian, kemudian perubahan sikap yang komunitas Punk Muslim rasakan dalam hidup mereka. Selain dari mempersiapkan diri untuk melihat secara langsung, peneliti juga mempersiapkan beberapa pedoman wawancara sebagai pemandu yang digunakan di lapangan. Dan penelitian ini dilakukan secara individual. Setelah segalanya dianggap cukup, barulah dirancang untuk turun ke lapangan serta tidak lupa membuat jadwal kegiatannya. Hal ini
10
dimaksudkan agar waktu penelitian dapat digunakan seefesien mungkin oleh penulis dan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh penulis di awal sebelum penelitian berlangsung. b. Penentuan Lokasi Penelitian Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai sebagaimana mestinya, maka penelitian ini sengaja menetapkan lokasi di terminal Pulogadung Jakarta Timur. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposiv, yaitu lokasi penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini penulis menentukan Terminal Pulogadung Jakarta Timur sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut merupakan base camp dari komunitas Punk Muslim. Base camp yaitu tempat yang biasa mereka gunakan untuk melaksanakan aktivitas Punk Muslim. Sehingga data-data yang diperlukan untuk penelitian ini akan dapat diperoleh dari lokasi ini. Selain itu, lokasi ini pun tempat berkumpulnya komunitas Punk Muslim, maka dengan sendirinya penelitian ini dapat melihat bagaimana mereka berinteraksi baik sesama mereka ataupun masyarakat lainnya. Serta dari lokasi ini juga dapat diketahui bagaimana mereka memahami agama dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. c. Pengumpulan Data Lapangan
Untuk menghimpun data-data di lapangan digunakan pendekatan kualitatif, meskipun demikian penelitian ini juga tidak mengabaikan
11
penggunaan data-data kuantitatif dalam hal-hal tertentu sesuai dengan maksud penelitian ini. Pendekatan yang bersifat kualitatif dilakukan melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil pengamatan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan kualitatif, yaitu sejak dari catatan ringkas atau catatan lapangan, diteruskan kepada bentuk laporan yang diperluas atau dikembangkan dan diakhiri dengan analisa dan interpretasi data. Catatan atau laporan-laporan ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Itulah sebabnya penulis membekali diri dengan alat perekam sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti tape recorder, camera digital, dan alat-alat tulis. Analisa sementara ini bukan saja ditujukan kepada data hasil rekaman dari pengamatan secara langsung, tetapi juga ditujukan kepada data-data
hasil
wawancara,
baik
wawancara
mendalam
ataupun
wawancara terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat dimengerti dan dipahami pada saat penulisan dimulai. Analisa akhir dilaksanakan setelah seluruh data terkumpul, selanjutnya didapat kesamaan pandangan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah merancang waktu dan pelaksanaan pembuatan laporan.
12
Selain instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya, penelitian menggunakan wawancara mendalam untuk menghimpun data tentang pendapat dan pandangan seseorang terhadap masalah yang telah, sedang, dan akan terjadi dari masalah yang sedang diteliti. Karena tujuan wawancara ini adalah untuk memeroleh informasi mengenai pandangan seseorang tentang sesuatu maka informasi terpaksa digali berulang-ulang, atau adakalanya pandangan narasumber itu diuji dengan pendapat narasumber yang lainnya. Hal ini di maksudkan untuk memahami makna sesungguhnya dari suatu fenomena tertentu, atau dikatakan sebagai suatu upaya untuk memahami konsep yang digunakan para informan mengenai suatu hal. Untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperukan juga datadata tertulis, baik berupa hasil tulisan atau penelitian pribadi ataupun dari instansi-instansi tertentu. Misalnya tentang monografi kelurahan, statistikstatistik kelurahan, jumlah anggota Punk Muslim, kegiatan-kegiatannya, dan berbagai identifikasi yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Agar kegiatan di lapangan dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka disusunlah tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Lapangan
13
Pada tahap awal ini ditetapkan tugas utama penulis adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, serta merancang beberapa informan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk menetapkan lokasi yang tepat untuk penelitian, sebelumnya diadakan penelitian pendahuluan, hal ini dimaksudkan agar data yang diharapkan dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu pada penelitian awal (prelimenery research) ini ditetapkan pula beberapa informan, hal ini dimaksudkan agar pada lokasi penelitian itu telah tersedia beberapa informan yang dapat memberikan informasi kepada peneliti dan mengenai ragam masalah yang diteliti. Pada prelimenery research ini pula diadakan pendekatan dengan berbagai pihak yang diperkirakan dapat memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian. Setelah penelitian awal dilaksanakan, maka dirancang pembuatan instrumen, dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama yang terkait dengan tujuan dan maksud penelitian serta lokasi dan informan yang dituju. Pertimbangan-pertimbangan itu dianggap penting karena yang satu dan lainnya saling terkait dan tidak dapat diabaikan salah satu di antaranya. Selain daripada persiapan penelitian sebagaimana di atas, maka yang tidak kalah pentingnya yaitu mengurus hal-hal yang berkenaan dengan administrasi, seperti izin kepada pembimbing komunitas Punk Muslim karena yang akan menjadi obyek penelitian.
14
2. Tahap Pendekatan Kepada Anggota Punk Muslim Karena penelitian sangat mengandalkan informan, maka ketepatan menentukan informan serta pendekatan kepada mereka adalah hal-hal penting yang harus dilakukan. Salah satu syarat bagi seorang informan adalah memahami persoalan yang sedang diteliti, atau mereka yang berperan dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang permasalahan yang sedang diteliti. Setelah ditetapkan beberapa orang informan maka langkah selanjutnya adalah, berkenalan dan membina hubungan sebaik mungkin dengan mereka, untuk itu pada kunjungan pertama sengaja tidak difokuskan untuk melakukan wawancara, tetapi lebih banyak ditujukan untuk memperkenalkan diri, mendengarkan cerita dari informan serta mengenal para informan lebih jauh. Pada tahap ini dikenali tentang keluarga, keberadaan mereka, pendidikan, hobi, pekerjaan, dan beberapa hal lainnya yang berkenaan dengan informan. 3. Tahap Pengumpulan Data a) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data tentang pola interaksi antar sesama mereka, atau dengan para ustadz, dan dengan masyarakat umumnya. Kemudian juga obeservasi ini dapat melihat kegairahan mereka dalam belajar membaca Al Qur’an, mendiskusikan agama, dan melaksanakan ibadah-ibadah keagamaan lainnya. Dari observasi ini akan
15
diperoleh data tentang perubahan sikap komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian. b) Wawancara, wawancara dilakukan antara peneliti dengan beberapa informan yang terdiri dari ustadz-ustadz sebagai Pembina keagamaan mereka dengan beberapa anggota komunitas Punk Muslim. Terutama untuk mengetahui yang berkenaan dengan latar belakang mereka membentuk komunitas tersebut serta pandangan mereka tantang agama. c) Dokumentasi Data, penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari komunitas Puk Muslim, buku, makalah, artikel, catatan, surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan komunitas Punk Muslim dan kegiatannya. Digunakan untuk keperluan penelitian karena instrument tersebut berguna sebagai sumber yang stabil, kaya, yang berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, bersifat alamiah sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Untuk data tertulis baru dapat diselesaikan setelah 14 hari, karena beberapa di antara data tertulis didapatkan dari informan yang berbeda dan bertempat tinggal yang berjauhan. Sedangkan untuk wawancara mendalam berlangsung 2 hari, hal itu disebabkan oleh umumnya wawancara dilakukan pada malam hari karena pada siang hari masing-masing mereka
16
bekerja. Karena umumnya wawancara hanya dilakukan malam hari, maka siang hari dapat dilakukan pengumpulan dan penyusunan data. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui makna yang terkandung dari suatu tindakan atau fenomena yang berlaku dalam komunitas yang sedang diteliti. Atau dengan wawancara yang dilakukan secara berulang-ulang serta observasi terlibat, diperoleh informasi tentang konsep dan teori yang digunakan para informan dalam menjelaskan beberapa masalah yang diamati dalam susatu penelitian. Dalam
rangka
mengembangkan
hasil
wawancara
peneliti
menempuh dua cara yang berbeda, namun saling melengkapi. Yaitu meningkatkan hubungan antara peneliti dengan beberapa responden ataupun informan dan menguji informasi yang telah diperoleh, serta mengembangkannya ke arah suatu pembentukan deskripsi yang valid. Terciptanya hubungan yang baik antara peneliti dengan informan akan mendororng informan untuk menceritakan tentang komunitas Punk Muslim serta perubahan sikap setelah para informan mengikuti pengajian. Sehingga peneliti bisa memahami dan mempelajari perubahan tersebut secara leluasa. Hasil bahasan yang telah dipelajari secara seksama itulah yang dijadikan informasi dalam penelitian ini dan hasil ini akan memperlihatkan berbagai bentuk dan latar belakang yang mendasari perubahan sikap informan tersebut. Meskipun langkah ini dianggap tidak terlalu mudah
17
untuk ditempuh, namun jalan ini adalah jalan tepat yang harus dilalui oleh setiap peneliti di lapangan. Dari gambaran di atas terlihat dengan jelas bahwa penelitian telah melaksanakan hampir keseluruhan dari prosedur penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memanfaatkan observasi terlibat serta wawancara mendalam secara terbuka dengan beragam informan, agar dapat difahami pandangan, perasaan, dan pola prilaku seseorang atau sekelompok orang yang dijadikan sebagai sasaran penelitian, dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti makna yang terkandung secara utuh (entity). E. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut: BAB I
Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi, rekaman
18
video, dan internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini di antaranya
terdapat
pembahasan
tentang
perubahan
dan
pembentukan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator dari sikap keberagamaann. BAB III
Bab ini berisi gambaran lebih jauh tentang komunitas Punk Muslim, sejarah terbentuknya, aktifitas, dan anggota dari komunitas Punk Muslim.
BAB IV
Merupakan bab analisis dan pembahasan. Bab ini membahas hasil dari temuan data dan analisis data, yakni analisis hasil pengamatan dan wawancara kepada informan terkait sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim.
BAB V
Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
19
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.1 Berdasarkan definisi di atas, penelitian ini mendefinisikan pengaruhh sebagai suatu daya untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap setelah mengikuti pengajian. Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami sesuatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang. Jika orang tersebut sangat menyukainya bahkan bersikap fanatik terhadap apa yang dialaminya bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik perbuatan bahkan kepercayaan. Yang dimaksud dengan pengaruh di sini adalah berupa kekuatan yang dapat merubah suatu keadaan sikap keberagamaan seseorang setelah mengikuti pengajian rutin. B.
Pengajian Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti membaca,
menderas, atau mengaji berarti membaca Al Qur’an.2 Kata “kaji” diberi awalan pe- dan akhiran –an menjadi “pengajian” yang berarti mengkaji Al Qur’an dan berarti pula mengkaji Islam.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849. 2 Purwo Darminto WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 22.
19
20
Arti pengajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengajaran agama Islam, menanamkan norma agama melalui dakwah.3 Pada umumnya pengajian berbentuk seperti kuliah terbuka di mana narasumber (ulama) memberikan ceramah kemudian jama’ah mendengarkan, menyimak, mencatat pelajaran yang diberikan narasumber.4 Sedangkan pengajian menurut istilah yaitu kegiatan agama Islam. Dengan demikian ada berbagai jenis dan bentuk yang paling awal dan umum adalah pangajian Al Qur’an untuk anak-anak di masjid ataupun di rumah ustadz atau guru mengaji. Ini merupakan pelajaran dasar yang berisi pengenalan huruf dan tata bahasa Arab sederhana (disebut alif-alifan), tata cara shalat, wudhu (disebut praktek ibadah), dan menghafal beberapa ayat-ayat Al Qur’an (disebut hafalan).5 PunKajian atau pengajian merupakan kegiatan komunitas Punk Muslim yang
senantiasa
berusaha
untuk
menanamkan
nilai-nilai
keagamaan,
meningkatkan ketaqwaan, dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur, dan diikuti oleh para anggota komunitas Punk Muslim. Pengajian dilihat dari tujuannya termasuk ke dalam pelaksanaan dakwah sebagai syi’ar Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits. Selain itu pengajian juga merupakan salah satu strategi pembinaan umat sekaligus wahana
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 491. Dawan Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1995), h. 5. 5 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat, Kiai Pesantren, Kiai Langgar di Jawa, (Yogya: LKIS, 1999), h. 12. 4
21
dakwah Islamiyah yang murni ajarannya.6 Pengajian merupakan kegiatan pendidikan Islam yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. Salah satu ajaran Islam yang paling penting dan berorientasi praktis serta strategis (strategic oriented) adalah ajakan kepada manusia agar berada dan tetap berada dalam jalan yang benar yang popular disebut dakwah. Islam, baik yang disebut sebagai agama maupun kumpulan nilai-nilai dan ajaran-ajaran tidak akan berarti apa-apa, terutama menyangkut aspek Sosiologis, apabila nilai-nilai yang terdapat di dalamnya tidak dipahami dan diamalkan. Karenanya, dakwah dalam Islam menjadi built in dalam keseluruhan bangunan sentral kajian dan praktek Islam.7 Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.8
6
M. Firmansyah R., Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri, (Jakarta: Skripsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2008), h. 15. 7 Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 147. 8 Abdur Rosyad Shaleh, Manajmen Da’wah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 1.
22
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An Nahl: 125).9 Usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Dan pengajian adalah termasuk salah satu dalam kegiatan dakwah Islam.10 Islam termasuk salah satu agama dakwah seperti juga agama-agama lain, yakni agama samawi (dari langit atau Tuhan) yang harus disebarkan dan di bumikan. Keharusan menyebarkan agama kepada segenap manusia, terlebih-lebih pada masa sekarang, telah menjadi keharusan kemanusiaan karena menjadi kebutuhan universal dan asasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyuburnya mental materialis, hedonis, kemiskinan, pengangguran, dan goncangan. Banyaknya gangguan psikis manusia telah memperkukuh eksistensi agama sebagai alternatif yang terlupakan dalam mengatasi persoalan-persoalan ini. Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut dalam teori dan praktek Islam hanya bisa dilakukan melalui dakwah, yakni upaya mengajak manusia
9
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1975),
h. 421. 10
Abdur Rosyad Shaleh, Manajmen Da’wah Islam, h. 1.
23
kembali
kepada
asas
ketuhanannya
sebagai
nilai
kemanusiaan
dan
mengembangkan potensi-potensi kemanusiaannya dalam dimensi lain.11 Kegiatan dakwah adalah sebuah proses di mana di dalam proses dakwah terdapat faktor yang saling berhubungan dan memengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Pelaksana dakwah (da’i), da’i merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dakwah. Oleh karena itu, faktor ini terdapat ciri-ciri serta persyaratan-persyaratan jasmani maupun rohani yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah. b. Objek dakwah (mad’u), objek atau sasaran dakwah berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Objek dakwah dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas yang luas dan rumit menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda menuntut pendektan berbeda pula. c. Lingkungan dakwah, suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah, berupa individu maupun kelompok manusia serta kebudayaan. d. Media dakwah, faktor yang dapat menentukan kelancaran proses pelaksanaan dakwah. Faktor ini kadang-kadang disebut defent variables,
11
Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 148.
24
artinya dalam penggunaannya atau efektivitasnya tergantung pada faktor lain terutama orang yang menggunakannya. Namun kegunaannya bisa polypragmatis (kemanfaatan berganda) atau monopragmatis (kemnafaatan tunggal) dalam rangka mencapai tujuan dakwah. e. Tujuan dakwah, suatu faktor yang menjadi pedoman dan arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.12 Keberhasilan dakwah, terjadi melaui proses yang sangat intensif dan gelombang yang terkadang memilukan. Islam diterima umat manusia, tidak hanya kalangan bangsawan, ningrat, dan kalangan terpelajar saja. Tetapi kaum pinggiran pun memuluk Islam. Mustad’afin (fakir, miskin, dan anak-anak terlantar) pun masuk Islam. Mereka dari kalangan dan latar belakang berbagai ragam suku, budaya, agama, dan sebagai konsekuensinya melahirkan pemikiran-pemikiran dan sikap keberagamaan yang berbeda pula.13 C.
Sikap Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap
hal-hal tertentu. Sikap bisa pula berarti kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.14 Sedangkan menurut Arifin, pengertian sikap didefinisikan berdasarkan pendapat dari para ahli Psikologi, di antaranya:
12
Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 136-138. 13 Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 149. 14 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003, cet. Ke-9), h. 100.
25
a. Charles Bird mengartikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tidakan-tindakannya sendiri. Bahkan lebih
luas
lagi,
sikap
dapat
diartikan
sebagai
predisposisi
(kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi, dan orang-orang lain. b. F. H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak berbuat dalam satu arahan tertentu. Dibedakan adanya 2 macam sikap, yakni sikap individual dan sikap sosial.15 Sedangkan menurut Prof. Dr. Mar’at yang dikutip oleh Rahmat Jalaluddin menerangkan bahwa meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian tentang sikap. Prof. Dr. Mar’at merangkumnya menjadi 11 rumusan, yaitu: a. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are learned). b. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide (attitudes have referent). c. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learning). d. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).
15
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. Ke-4, h. 104.
26
e. Bagian yang dominan dari sikap adalah persaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan, apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective). f. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive). g. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have a time dimension). h. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup individu (attitudes have duration factor). i. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu (attitudes are complex). j. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu atau mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are evaluations). k. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are inferred).16 Jadi sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan yang sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Travers, Gagne, dan Cronbach sepakat bahwa sikap memiliki 3 aspek, yaitu:
16
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 215.
27
a). Aspek Kognitif: yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. b). Aspek Afektif: berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. c). Aspek Konatif: berwujud proses tendensi atau kecenderungan member pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya.17 Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya. Seperangkat penting yang mempengaruhi konsistensi adalah apakah sikap itu merupakan sikap yang kuat dan jelas. Ketidakkonsistenan justru timbul dari sikap yang lemah dan ambivalen. Segala sesuatu yang mendukung sikap yang kuat pasti meningkatkan konsistensi sikap-perilaku. Tentu saja, salah satu faktornya adalah berapa kali kita terdorong untuk berlatih dan mempraktekkan sikap kita. Fazio dan kawan-kawannya (1982) memperlihatkan bahwa pada saat orang yang memikirkan dan mengekspresikan sikap mereka, perilaku mereka selalu lebih konsisten dengan sikapnya, nampaknya karena hal ini membantu dalam memperkuat sikap.18 Pengalaman langsung masa lalu yang berkaitan dengan suatu masalah juga akan memperkuat sikap, kemudian meningkatkan kekuatan sikap seseorang 17 18
H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 148-149. David O. Sears, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 149-150.
28
terhadap perilakunya.19 Oleh sebab itu, faktor penting dari konsistensi sikapperilaku adalah penonjolan sikap yang relevan yang kita perhatikan.20 Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu-individu lain di sekitarnya. Sedangkan sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara, yaitu: a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulangulang dan terus menerus, lama kelamaan diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhhi terbentuknya suatu sikap. b. Diferensiasi,
dengan
berkembangnya
intelegensiasi,
bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan beetambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. c. Integrasi, psembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dari berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga terbentuk sikap mengenai hal tersebut. d. Trauma, trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman
yang
traumatis
dapat
terbentuknya sikap.21
19
David O. Sears, Psikologi Sosial, h. 151. David O. Sears, Psikologi Sosial, h. 153. 21 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, h. 102. 20
juga
menyebabkan
29
Dari definisi yang disampaikan G. A. Alport, lebih ditekankan bahwa sikap adalah kesediaan seseorang untuk bertindak (readiness to act) itu ditentukan oleh pola pengalamannya. Atau dengan kata lain, pengalaman seseorang akan banyak mempengaruhi manusia dalam mengambil atau menentukan sikapnya terhadap suatu objek atau stimulus tertentu.22 Perubahan dan pembentukan sikap, selanjutnya dapat dilihat dari segi seberapa jauh intensitas dari seseorang dalam melakukan interaksi sosialnya baik di luar maupun di dalam kelompoknya. Karena interaksi itu juga adalah masalah komunikasi, maka dapat dikatakan sejauh manakah seseorang itu terlibat dalam komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, sehingga dengan hubungan ini bertambahlah referensi dalam pengalaman-pengalamannya sebagai dasar bagi dirinya dalam hal membentuk atau merubah sikapnya yang ada. Dengan demikian, perubahan dan pembentukan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh situasi internal maupun ekternal yang dapat meliputi:
Bagaimana isi pesan yang diterimanya
Siapkah orang yang menyokong isi pesan tersebut
Bagaimana hubungan pesan yang diterima dengan norma-norma kelompoknya,
apakah
cukup
menguntungkan
ataukah
dapat
menimbulkan tantangan dari kelompoknya?
Dalam situasi bagaimanakah pesan itu disampaikan dan bagaimana caranya?
22
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 21.
30
Demikianlah bahwa perubahan dan pembentukan sikap akan selalu dihubungkan dengan pengalaman dan pandangan seseorang khususnya dalam hubungannya dengan norma-norma kelompoknya. Mungkin sekali pesan itu bisa diterima, difahami oleh seseorang tetapi apabila dia memperhitungkan untung rugi, dan kemungkinan kurang bisa diterima dari ukuran norma kelompok, seringkali pesan itupun belum mampu merubah atau membentuk sikap. Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari, dengan perkataan lain adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.23 Dari pengertian di atas penulis mendefinisikan sikap sebagai sesuatu tindakan secara tertentu terhadap sesuatu yang bisa menyebabkan suatu perubahan ataupun tidak terjadi perubahan pada diri seseorang ataupun kelompok orang. Penelitian ini menekankan pada perubahan sikap yang terjadi setelah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang kemudian dapat merubah sikap serta cara pandang komunikan terhadap sesuatu. D.
Keberagamaan Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah
sistem, prinsip, kepercayaan, kepada Tuhan dengan kebaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.24 Agama adalah sebuah konsep yang terpisah dari penganutnya dan setelah mendapat awal ‘ber’, dalam Kamus
23 24
Zakiyah Drajat dkk, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 266. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h. 10.
31
Umum Bahasa Indonesia diartikan menganut (memeluk agama) dan beribadah, taat pada agama serta baik hidupnya menurut agama.25 Dalam masyarakat Indonesia selain kata agama, dikenal juga kata din dari Bahasa Arab dan kata religi dari Bahasa Eropa. Dalam buku Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Harun Nasution menjelaskan kata religi yang berasal dari Bahasa Latin “relegare” berarti mengumpulkan atau membaca, dan “religare” yang berarti mengikat. Dalam arti bahwa agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan sifatnya mengikat bagi manusia yaitu ikatan antara ruh manusia dengan Tuhan. Kata din menurut bahasa semit berarti undang-undang, hukum, sedangkan dalam bahasa Arab berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang-hutang, balasan, dan kebiasaan. Hal ini berarti bahwa agama membawa peraturanperaturan yang merupakan hukum-hukum yang harus dipatuhi dan dapat menguasai diri seseorang sehingga membuat ia patuh dan tunduk kepada Tuhan dengan menjalankan agama.26 Selain itu, agama sebagai kata yang berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Hal ini mengandung pengertian bahwa agama merupakan suatu peraturan kehidupan agar tidak kacau.27
25
JS. Badudu dan Suta Mohammad Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 13. 26 Harun Nasution, Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 9. 27 Dadang Khamad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 13.
32
Sedangkan definisi agama menurut Sosiologi adalah definisi empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia “angkat tangan” mengenal hakikat agama, baik atau buruknya agama-agama yang diamati. Dari pengamatan ini ia hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang menggungkapkan apa yang ada dimengerti dan diamali pemeluk-pemeluknya.28 Agama secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dan secara lebih khusus, agama dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam mengisi interpretasi dan memberikan respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci.29 Agama merupakan hubungan yang dihayati manusia dengan yang transenden yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan). Hubungan ini bersifat lahir batin. Dari segi luar, agama menyangkut kelakuan, perilaku atau tindak tanduk tertentu yang merupakan segi batin dalam praktek kehidupan. Dari segi batin, agama menyangkut perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan yang dipunyai manusia terhadap kekuasaan yang transenden.30
28
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kansius, 1998), h. 29-30. Roland Robertson, Agama dan Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), h. v-vi. 30 Nico Dister, Psikologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kansius, 1989), h. 9. 29
33
Dan berbagai definisi di atas jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya untuk menjadi pedoman hidup, sebagai jalan untuk menuju keselamatan di dunia kini dan di akhirat kelak. Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara terpisah, meskipun keduanya mempunyai makna yang sangat erat. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap keberagamaan menurut Jalaluddin adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur kognitif. Jadi, sikap keberagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keberagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.31 Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Zakiyah Dradjat, bahwa kondisi kedalaman keberagamaan akan terbentuk dalam diri pemeluk agama
31
Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 213.
34
apabila ia memiliki kesadaran keagamaan (religious counsciousness) dan pengalaman keagamaan (religious experience). Kesadaran keagamaan merupakan aspek yang hadir dalam hati dan pikiran atau aspek mental dari pelaku aktivitas agama. Adapun pengalaman keagamaan merupakan kesadaran keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan atau amaliah.32 Mahmud Syaltut menyatakan bahwa beragama atau keberagamaan adalah usaha manusia mencontoh Tuhan dalam sifat-sifat-Nya dan dari hasil usaha itulah dicapai manusia yang didambakan agama.33 Sehingga, konteks keberagamaan tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan, tetapi pembentukan kepribadian dan watak yang berkualitas sesuai dengan tuntutan agama. Dan penerapannya dalam sikap dan perilaku hidup. 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan Bagaimana bentuk sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh keterkaikan komponen kognisi, afeksi, dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak ditentukan oleh hubungan sesaat, melainkan sebagai hubungan proses, sebab, pembentukan sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Dan bentuk sikap itu sendiri ternyata tidak semata-mata tergantung sepenuhnya kepada faktor eksternal, melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi faktor internal seseorang.34
32
Zakiyah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 3-4. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1993), Cet ke-3, h. 280. 34 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 216-217. 33
35
a. Faktor Intern: merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
pembentukan
sikap
keberagamaan atau kebutuhan manusia akan agama. Walaupun para ilmu jiwa belum sependapat tentang kemutlakan naluri beragama atau sebagian besar membenarkan eksistensi naluri itu. Manusia di manapun mereka hidup, baik secara kelompok atau sendiri-sendiri terdorong untuk berbuat dengan mempergunakan diri dalam bentuk pengabdian kepada Zat Yang Maha Tinggi. Para ahli psikologi agama belum sependapat tentang sumber rasa keagamaan ini. Rudolf Otto misalnya, menekankan pada dominasi rasa ketergantungan, sedangkan Sigmund Freud menekankan libido sexuil dan rasa berdosa sebagai faktor penyebab yang dominan. Apapun pendapat mereka mengenai sumber rasa keagamaan, yang penting adalah adanya suatu pengakuan bahwa tingkah laku keagamaan seseorang timbul dari adanya dorongan dari dalam sebagai faktor intern. Sementara itu pakar-pakar agama Islam berpendapat bahwa benih agama muncul dari pertemuan manusia terhadap kebenaran, keindahan, dan kebaikan.35 Dalam ajaran Islam, bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah
35
Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, h. 210.
36
kecenderungan terhadap agama. Hal ini selaras dengan pernyataan Quraish Shihab bahwa keberagamaan adalah fitrah, yakni sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya.36
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: Ar Ruum: 30). Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam diri manusia terdapat potensi atau kecenderungan untuk beragama. Kecenderungan untuk taat, patuh, dan tunduk kepada ajaran-ajaran agama. Bila potensi ini tumbuh dan berkembang dengan baik, dalam arti pengetahuan akan norma-norma agama dapat diperoleh dan diserap dengan baik, serta diperkuat dengan keyakinan terhadap kebenaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya maka akan menbentuk kesadaran keagamaan dan terwujud dalam sikap yang mencerminkan ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. b. Faktor Ekstern: sikap keberagamaan pada diri individu juag dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar individu yang ada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama 36
Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 375.
37
dalam pendidikan, yang memberikan landasan bagi individu untuk belajar. Bahkan pendidikan yang diterima seseorang di dalam keluarga terutama dari kedua orang tuanya akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian individu.37 Al Qur’an Al Karim yang dibawa oleh Rasulullah SAW. untuk mendidikan umat manusia amat menekankan tentang peran dan tanggung jawab kedua orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dalam mengemban tugas mendidik anak.38 Sebagaimana firman Allah SWT.:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS: At Tahriim: 6) Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada individu. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk memahami nilai-nilai agama. 37
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 43. 38 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 314.
38
Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama.39 2. Indikator Sikap Keberagamaan Menurut pendapat Glok dan Stark seperti yang telah dikutip Masri Singarimbun, untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut: a. Keterlibatan tingkat ritual (ritual involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang melakukan atau mengerjakan kewajiban ritual agama mereka. b. Keterlibatan ideologi (ideological involvement), yiatu tingkat sejauh mana seorang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama mereka. c. Keterlibatan intelektual (intellectual involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, seberapa jauh aktifitas dalam menambah pengetahuan agama mereka. d. Keterlibatan pengalaman (experimental involvement), yaitu tingkatan untuk menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.
39
Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 232.
39
e. Keterlibatan
secara
konsekuen
(consequential
involvement),
yaitu
tingkatan yang mengacu kepada apakah perilaku seseorang berkonsekuen dengan ajaran agamanya.40 E. Sejarah Komunitas Punk Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Setelah perang dunia II tahun 1970-an, Inggris mengalami krisis ekonomi. Dalam menghadapi krisis ekonomi tersebut, Inggris meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk pemulihan ekonomi di negaranya. Keterpurukan ekonomi di beberapa negara Eropa, termasuk di Inggris merupakan kekuatan bagi Amerika Serikat, karena dalam kondisi ini pengaruh komunisme dari negara-negara Eropa Barat oleh Uni Soviet (sekarang Republik Rusia) dapat dengan mudah masuk dan berkembang. Komunisme dapat berkembang pesat di negara-negara yang sedang mengalami tekanan ekonomi, karena pada kondisi tersebut dapat terjadi berbagai bentuk solidaritas buruh dan petani yang menuntut perbaikan hidup.41 Pemulihan ekonomi di Inggris difokuskan dalam bentuk pembangunan pabrik-pabrik.
Sehingga
dibutuhkan
tenaga
kerja
yang
banyak
dalam
menghasilakan produk-produk yang diyakini pemerintah akan dapat memperoleh
40
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 126-127. 41 Stories of The Punk, http://shemut.com.
40
keuntungan besar-besaran dengan cepat sebagai upaya perbaikan dan pemulihan ekonomi negara. Pemulihan ekonomi Inggris memang berlangsung dengan cepat sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah, namun hal ini memiliki dampak secara langsung bagi orang-orang kelas pekerja. Gagasan yang muncul untuk pemulihan ekonomi secepat mungkin membuat pemerintah berpikir dan memandang uang atau keuntungan adalah segala-galanya, sehingga berkembanglah kapitalisme. Kapitalisme telah membuat pemerintah mengeksploitasi, menindas, dan menekan kelas pekerja untuk memenuhi target pemulihan ekonomi. Kelas pekerja telah menjadi korban industrialisasi yang di dalamnya terdapat dorongan kapitalisme. Untuk melawan hal tersebut, orang-orang muda dari kelas pekerja membentuk perlawanan segala macam bentuk kapitalisme di Inggris. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, eksploitasi, dan keputusasaan. Kelas pekerja yang menjadi korban kapitalisme tersebut merupakan kumpulan orang-orang muda yang mempunyai semangat perubahan dan perlawanan hidupnya. Untuk melawan kapitalisme, mereka menyiapkan berbagai alternatif untuk keluar dari keterpurukan ini. Bentuk perlawanan ini merupakan bagian bagaimana orang muda harus mampu bertahan hidup dengan keadaan separah apapun yang terjadi pada dirinya. Mereka melakukan berbagai aksi protes dan kritikan langsung yang diarahkan kepada pemerintah dan negara melalui berbagai ide dan
41
tingkah laku yang melawa kapitalisme. Ide dan tingkah laku itu terwujud dalam Punk.42 Kelahiran Punk pada pertengahan tahun 70-an didasari karena adanya ketidakpuasan akan sistem serta aturan yang berlaku di Inggris serta sebagai bentuk ide dan perlawanan orang muda kelas pekerja terhadap pemerintah yang menerapkan sistem kapitalisme yang mengatasnamakan pemulihan ekonomi dengan melakukan eksploitasi, penindasan, dan diskriminasi. Sejak awal kelahirannya pada tahun 70-an, politik masuk dan berkembang pesat pada tahun 80-an bersamaan dengan diproduksi dan didistribusikannya rekaman-rekaman Punk dan literatur-literaturnya. Sebelumnya Punk dikategorikan sebagai cabang kaum muda kelas menengah ke bawah atau kelas pekerja, dengan penyebarannya ke Amerika dan proses evolusi benih Punk pada tahun 1980 untuk menampilkan karakteristik budaya perlawanan dan kelas menengah, Punk menggunakan gaya (musik, fashion, bahasa “prokem”, dan lain-lain) seperti yang digambarkan oleh Dick Hebdige.. Di Indonesia musik Punk dikenal sejak akhir tahun 70-an atau awal 80-an, tidak jelas siapa pencetusnya tetapi baru mengalami perkembangan pesat pada 90an. Di Jakarta, Punk muncul sebagai sebuah komunitas anak Punk yang terlihat pertama kali di sebuah musik Rock, yaitu konser musik Metallica di stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Namun komunitas Punk adalah Young of Forder (Y.O) sebuah nama yang identik dengan gambaran sekelompok orang muda yang 42
Agoeng Prasetyo, Deskripsi Anak Punk di Bandung, Skripsi Sarjana Antropologi, (Jakarta: FISIP UI Depok, 2000), h.20-21.
42
suka bertindak kriminalitas untuk bertahan hidup di perkotaan. Y.O didirikan oleh sekelompok orang muda dari kelas ekonomi yang menengah ke atas dan mash bersekolah ataupun kuliah di tempat-tempat elit di Jakarta. Y.O menjadi tempat bagi para penggemar musik Punk di Jakarta untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan menggunakan atriut-atribut Punk sebagai gaya penampilan mereka saat berkumpul.
42
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlangsung di Terminal Pulogadung Jakarta Timur, tepatnya di keluarahan Pulogadung kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Kecamatan Pulogadung terletak berbatasan wilayah bagian utara dengan Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Cakung Jakarta Timur, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Matraman dan Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Timur. Kantor kelurahan Pulogadung beralamat di Tanah Koja Jalan Kayu Putih IV, nomer telfon 021-4715115. Kelurahan Pulogadung memiliki kode pos 13260. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 260,10 HA, dengan jumlah penduduk sebanyak 21.555 jiwa.1 Sedangkan Terminal Pulogadung adalah terminal terbesar di DKI Jakarta, karena rute transfer Transjakarta (Busway) koridor II, IV rute alternatif Pulogadung-Kalideres, dan rute altermatif Pulogadung-Ragunan, serta bus kota, dan bus antarkota lebih banyak. Terminal bus ini bisa dikatakan lebih repot dan semrawut, karena karakter terminal ini dipenuhi dengan pedagang kaki lima (PKL) dan rawan aksi kejahatan (tindak kriminal). Hal ini juga disebabkan terminal Pulogadung berdekatan dengan Pulogadung Trade Center dan Kawasan 1
www.bps.go.id, Statistik Kecamatan Pulogadung 2008, diakses pada 1 Desember 2010.
42
43
Industri Pulogadung. Alamat terminal ini di Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Bekasi Raya. Rute bus kota dan antar kota ini bersatu dengan Pasar Pulogadung.
B. Sejarah Punk Muslim
Punk yang berkembang di Indonesia, lebih terkenal dalam hal pakaian yang dikenakan dan tingkah laku yang diperlihatkan. Mereka, komunitas Punk, merasa mendapat kebebasan. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan pada keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”.
Selama ini, komunitas Punk memang dikenal dengan gaya hidupnya yang serba bebas. Mereka berupaya melepaskan diri dari berbagai aturan, baik norma masyarakat, aturan pemerintah, maupun agama. Bagi mereka, gaya Punk bukan sekedar corak dalam bermusik. Punk sudah menjadi ideologi dan mereka menganut anarkisme yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa aturan.
Siapa yang menyangka kehidupan jalanan ternyata tak seburuk yang dibayangkan. Di antara segerombolan pengamen, anak-anak jalanan, dan pedagang asongan, yang kerap diidentikkan dengan minuman keras, ngelem (menghirup aroma lem aibon), narkoba, free sex, dan sebagainya, masih ada setitik cahaya yang memberikan harapan bahwa dakwah di kalangan yang dianggap termarjinalkan ini masih ada dan mungkin saja dapat dilakukan. Salah satunya adalah komunitas yang menamakan diri mereka Punk Muslim.
Punk Muslim lahir karena keprihatinan seorang Budi Khoironi akan kondisi pemuda yang berada di komunitas Punk. Mereka hidup tanpa orientasi
44
(anti kemapanan) dan meninggalkan agamanya. Punk Muslim berdiri sejak Ramadhan 1427 H, tepatnya hampir 4 tahun lalu, yang digagas oleh Muhammad Budi Khoironi, atau yang akrab dipanggil Buce. Awalnya Punk Muslim hanya beranggotakan Darma, Asep, Mongxi, dan Luthfi.
Keprihatinan dan kesukaan Budi terhadap musik dan kesenian sempat dituangkannya dalam sanggar kesenian bernama Warung Udix Band, sekitar 8 tahun lalu. Di sanggar inilah anak-anak jalanan berkumpul untuk latihan band sekaligus belajar mengaji. Namun ternyata, kedekatan Budi dengan komunitas Punk dan anak jalanan tidak berlangsung lama karena Allah SWT. memanggil Budi pada Mei 2007. Budi meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebelum meninggal, Budi telah menitipkan amanah untuk membimbing dan mengasuh komunitas Punk dan anak jalanan tersebut kepada Ahmad Zaki.2
Budi yang jebolan pesantren ini menganggap masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi pemuda yang berada di komunitas Punk yang sudah telanjur dianggap hidup tanpa orientasi, antikemapanan, dan meninggalkan agamanya. Susah payah Budi merangkul anak-anak Punk dan mengajak mereka kembali ke Islam, agama yang sebagian besar dianut oleh komunitas ini. Pilihan Budi untuk hidup di jalanan adalah pilihan untuk menyentuh objek dakwah yang tak pernah disentuh, yaitu anak-anak jalanan.
Punk Muslim diawali dari kejenuhan disreipairisasi kehidupan diri dan sosial. Kejenuhan menjadi sebuah kegelisahan untuk berdiri dan bangkit 2
www.eramuslim.com, diakses pada Rabu 1 Desember 2010.
45
mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri. Kegelisahan menjelma menjadi sebuah keprihatinan untuk menjadi sebuah kepedulian menyelamatkan diri dari kehidupan Punk dari lubang yang mereka gali sendiri.
Dari penuturan beberapa Punk Muslim, lama kelamaan mereka merasa jenuh. Mereka ingin tetap nge-Punk dalam bermusik, tapi mereka sudah lelah dengan berbagai budaya Punk yang negatif. Komunitas Punk Muslim pun lahir untuk menjadi wadah bagi bagi mereka memadukan Punk dan mendalami lagi spiritualitas. Komunitas yang didirikan almarhum Budi, pendiri komunitas Warung Udix Pulogadung, masih tetap bermusik dan ber-Punk ria tapi tanpa narkoba tentunya.
Pada pertengahan tahun 2007, Punk Muslim dieksistensikan untuk menjadi sebuah komunitas yang bershafkan Punkajian (pengajian), pendidikan, seni musik, dan akan berkembang menjadi shaf-shaf lainnya termasuk shaf ekonomi yang sedang Punk Muslim rintis. Punk Muslim adalah sekumpulan pemuda-pemudi yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. “Melawan arus” adalah jalan yang dipilih mereka dan dipilihkan-Nya. Karena berjalan dalam ladang yang tidak bertuan (jalanan), yang sangat rentan dengan konflik.
Dua hal yang tidak mungkin disatukan, Punk yang menyuarakan anti Tuhan dan Muslim adalah pelaku ajaran monotheis Islam, Punk Muslim tidak
46
bermaksud untuk menyatukan dua kata ini dalam pengertian yang harfiah. Karena memang antara Punk dan Islam (Muslim) tidak akan pernah bisa bersatu.3
Punk Muslim mencoba menjalankan perintah seperti, “sampaikanlah walau hanya satu ayat”, “saling ingat mengingatkanlah kalian dalam kebaikan”, atau ribuan perintah-perintah yang lain. Menurut Punk Muslim, yang baru bisa mereka kerjakan dari perintah-perintah itu satu, dua atau tiga saja. Dan mereka mengkhususkan untuk menyampaikan kepada diri mereka sendiri dan merangkul kawan-kawan Punk yang terlanjur nge-Punk.
Lebih jauh lagi Punk Muslim ingin memberikan sebuah opsi kepada para Punkers, atau sebagai sebuah gerakan oposisi dalam “negara” yang bernama Punk ini, yang sebenarnya banyak juga kesenjangan antara para pemikir (tokoh) dan pengekornya (rakyat). Punk Muslim mencoba menemani kawan-kawan Punk yang sudah mulai lelah dan payah dengan Punk yang telah mereka jalani.
Kehadiran komunitas Punk Muslim tidak melawan para Punkres, yang Punk Muslim lawan adalah sebuah konsep atau sistem yang membuat mereka seperti sekarang, melawan pembiasan makna kebebasan yang ekstrim dan terlampau mengada-ada. Juga melawan dasar mereka turun ke jalan entah karena broken home atau sebab lain.
Muslim adalah sebuah subjek, dan Punk hanya sebuah objek. Terlepas dari letak susunan kata subjek dan objek, “Punk Muslim” atau “Muslim Punk”. Punk
3
Darma Putra, wawancara pribadi, Kamis 6 Desember 2010 pukul 23.00 WIB.
47
Muslim hanyalah anti-tesis yang mencoba membuat dialektika dalam Punk itu sendiri. Dan Punk Muslim bukanlah Punk Islam atau Islam Punk, mereka tetap menyatakan dirinya Punk Muslim.
Punk Muslim juga dijuluki sebagai Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya Punk. Seiring berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak. Kini, Punk Muslim telah berhasil merampungkan album keduanya.
Salah satu anggota dari Punk Muslim mengatakan bahwa dari Punk Muslim inilah kita dapat belajar satu hal bahwa musik adalah sebuah hal yang sifatnya universal, untuk semua kalangan dan “No Boundaries”. Dua hal yang sebelumnya seakan bertentangan dan mustahil disatukan ternyata mampu berjalan beriring bersama dalam melakukan perubahan bagi lingkungan masyarakat. Dan hal itu dapat terwujud melalui media musik.
C. Aktifitas Komunitas Punk Muslim Komunitas Punk Muslim memiliki beberapa kegiatan rutin yang biasa mereka laksanakan. Di antaranya adalah musik, Jambore, mabit, jaulah atau silaturahmi ke daerah-daerah yang terdapat komunitas Punk, usaha pemberdayaan ekonomi mandiri, dan pengajian. Punk Muslim menyalurkan aspirasi mereka melalui sebuah grup band Punk yang juga bernama Punk Muslim. Grup band ini telah menelurkan sebuah
48
album indie label yang berjudul ‘Soul Revolution’. Dalam album yang dirilis tahun 2007 itu, Punk Muslim mencoba memadukan aliran musik Punk dengan syair-syair yang religi. Judul lagu-lagu mereka di antaranya ada ‘Muhammad Fans Club’, ‘Marhaban Ya Ramadhan’, dan ‘Sa’labah’. Pada awalnya Punk Muslim beranggotakan Ambon, Asep, Mongxi, dan Luthfi. Dahulu, Budi sempat menjadi vokalis Punk Muslim sebelum beliau wafat. Sepeninggal Budi, Punk Muslim merasa kehilangan sosok bersahaja dan yang akrab dengan komunitas Punk Muslim. Komunitas ini awalnya ragu, apakah pengajian, khususnya, akan tetap berjalan setelah Budi wafat. Namun keraguan itu segera mereka ubah dengan kesungguhan bahwa Punk Muslim akan tetap eksis ada ataupun tidak adanya Budi di samping mereka. Setelah Budi wafat, Punk Muslim sebagai sarana dakwah anak-anak Punk memfokuskan tujuannya kepada dua hal, yaitu gerakan (movement) dan musik. Punk Muslim lebih menggali gerakan dan konsep musiknya lebih dalam agar sarat makna dan kualitas yang lebih baik. Kepiawaian Punk Muslim dalam bermusik diasah setiap Kamis malam di rumah Ambon di sekitar daerah Vespa, Pulogadung, yaitu dengan latihan rutin. Punk Muslim juga dijuluki Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya punk. Seiring berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak. Kegiatan musik Punk Muslim berkonsentrasi pada penampilan grup band
49
Punk Muslim di beberapa tempat dan acara. Salah satunya adalah penampilan Punk Muslim di kampus-kampus pada acara konser musik. Punk Muslim telah manggung di beberapa mall dan kampus, seperti Pangrango Plaza, Margo City, ITC Cempaka Mas, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negri Jakarta, dan Universitas Brawijaya. Selain itu, Punk Muslim juga melayani permintaan untuk pentas di komunitas Punk, sekolah-sekolah, dan pengajian rutin. Punk Muslim telah mengeluarkan album pertama bertajuk ‘Soul Revolution’ dan sebanyak 1000 kaset album tersebut dibagikan gratis kepada para peminat band yang beraliran campur-campur ini: ngepunk, ngerapp, bahkan kadang etnik. Walaupun album mereka tidak banyak dikenal orang seperti halnya grup band ternama di Indonesia, tetapi mereka tetap optimis masih bisa bermain musik. Nuansa yang sama juga akan ditampilkan dalam album ke dua Punk Muslim yang telah selesai dirilis tahun 2010 dan telah launching pada April 2010 pula. Dalam album yang diberi judul ‘Anarchy In A Dark Show’, Punk Muslim ingin menyampaikan pesan pembebasan. Maksudnya adalah, pembebasan dari dunia gelap yang selama ini mereka jalani sebagai anak Punk. Para Punkers yang tergabung dalam Punk Muslim memang mengalami banyak perubahan gaya hidup. Namun mengamen dari bis ke bis tetap mereka lakukan. Begitu juga dengan nongkrong di pinggiran jalan. Karena mengamen telah menjadi kehidupan mereka dan dari hasil mengamenlah mereka
50
mendapatkan makan. Sedangkan Jambore adalah acara perekrutan anggota baru Punk Muslim. Biasanya acara ini dilaksanakan satu tahun sekali dengan konsep tafakur alam. Acara ini diadakan selama beberapa hari di daerah Puncak yang melibatkan anggota baru. Di antara anggota baru dalam komunitas ini adalah anak jalanan, pedagang asongan, dan Punk. Banyak dari peserta Jambore yang mengaku sangat senang dan menikmati acara Jambore tersebut. Bahkan mereka mengatakan jika tahun depan Punk Muslim mengadakan acara ini lagi, mereka ingin mengikutinya lagi. Dalam acara yang diadakan selama beberapa hari ini setiap peserta mulai kembali diajarkan dan dididik secara Islami. Seperti bangun malam untuk shalat tahajud, shalat berjama’ah, mengaji, dan mereka juga diajak berfikir bagaimana seharusnya kehidupan ini berlangsung (tafakur) dalam satu aturan yang benar, yaitu dalam aturan Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits. Mabit atau malam bina iman dan taqwa adalah acara yang Punk Muslim selenggarakan dua bulan sekali untuk meningkatkan ibadah anggota Punk Muslim dan menjalin silaturahmi sesama Punk Muslim. Biasaya mabit diadakan di masjid selama minimal satu hari satu malam. Dalam acara mabit terdapat ustadz yang akan menyampakan materi keagamaan yang berkaitan dengan tema. Tema mabit pun setiap waktunya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dari anggota Punk Muslim. Punk Muslim juga mengadakan jaulah atau mendatangi dan silaturahmi ke
51
daerah-daerah yang terdapat komunitas Punk. Banyak komunitas Punk di daerah yang telah mereka jaulahi. Di antaranya adalah di daerah Indramayu, Makasar, Medan, dan Cimahi. Namun kadang karena kesibukan dari Punk Muslim ada juga beberapa kota yang gagal mereka datangi. Biasanya Punk Muslim akan mengirimkan beberapa orang perwakilan dari anggotanya untuk jaulah ke daerah-daerah untuk memperkenalkan Punk Muslim ataupun permintaan yang datang dari Punk daerah itu sendiri. Bukan tanpa hambatan program ini berjalan, pada awalnya banyak komunitas Punk di daerah yang tidak setuju dan menentang kehadiran Punk Muslim. Namun lama kelamaan Punk di daerah juga dapat menerima kehadiran Punk Muslim dan sekarang ada di antara mereka yang telah menjadi anggota Punk Muslim. Kehadiran komunitas Punk Muslim sempat diprotes oleh salah seorang Punk di daerah Bogor yang menolak keberadaan Punk Muslim. Karena menurut mereka, Punk dengan embel-embel Islam sudah keluar dari konteks Punk yang sebenarnya. Punk yang membawa ideologi anti kemapanan menggangap bahwa Islam adalah sebuah agama, dan di dalam sebuah agama pasti ada aturannya. Jelas itu bertentangan dengan ideologi Punk yang mengusung kebebasan yang tanpa aturan. Namun hal ini ditepis keras oleh Darma, ia mengatakan bahwa setiap orang berhak mendirikan pergerakan sesuai dengan keinginan orang-orang tersebut. Hal ini sejalan dengan ideologi Punk yang menjunjung tinggi nilai kebebasan dan berjalan tanpa aturan yang mengikat. Kami Punk dan kami seorang
52
Muslim, maka tidak ada salahnya kami mendirikan Punk Muslim. Jika ada Punk yang ingin mendirikan Punk Nasrani silahkan, ungkap Drama. Kemudian, pastinya Punk Muslim juga harus memiliki dana untuk diri mereka pribadi dan kegiatan-kegiatan mereka. Salah satu cara yang Punk Muslim lakukan demi keberlangsungan hidup mereka adalah usaha pemberdayaan ekonomi mandiri. Salah satu usaha yang kini sedang mereka lakukan adalah peternakan ikan lele. Bermula dari modal yang kecil mereka memberanikan diri untuk memulai usaha sendiri dengan cara membeli bibit ikan lele. Bibit ikan lele yang mereka pelihara berjumlah 10.000 ini mereka ternak di tanah kosong dengan 4 kolom dan masing-maisng kolom berisi 2.500 bibit di sekitar di rumah Zaki di daerah Sukabumi, Jakarta Barat. Pada awalnya mereka gagal mengembangkan usaha ini dikarenakan banyak ikan lele yang mati. Akhirnya mereka belajar secara autodidak cara bagaimana memelihara dan mengembangkan ikan lele tersebut agar berubah menjadi modal bagi kelangsungan seluruh program Punk Muslim. Tapi untuk saat ini ternak lele belum difokuskan untuk dijual dan hanya dibagikan kepada mayarakat sekitar, karena mereka masih dalam tahap belajar. Jika dalam pembelajaran ini mereka berhasil mengembangkan bibit-bibit ikan lele ini, maka akan segera mereka dijual. Pengajian atau biasa Punk Muslim sebut dengan “Punkajian” ini awalnya berlangsung setiap hari Selasa dan Kamis setelah shalat Isya sampai dengan selesai. Dahulu tempat pengajian ini berlangsung di base camp Punk Muslim yang berlokasi tepat di depan terminal Pulogadung Jakarta Timur. Base camp ini sering
53
mereka sebut dengan Sanggar Warung Udix sebagai peninggalan dari pendiri Punk Muslim, yaitu almarhum Budi. Anggota aktif yang biasa mengikuti pengajian sampai dengan saat ini antara 5 sampai 8 orang. Pengajian ini biasanya membahas tentang materi seputar Fiqh, ibadah harian, dan kajian keislaman. Selain itu juga yang menjadi agenda dalam pengajian ini adalah sharing atau berbagi permasalahan di antara anggota Punk Muslim serta pembahasan dan evaluasi program-program Punk Muslim ke depan.
54
BAB IV PENGARUH PENGAJIAN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN KOMUNITAS PUNK MUSLIM DI TERMINAL PULOGADUNG JAKARTA TIMUR A. Pelaksanaan Pengajian Komunitas Punk Muslim 1. Profil Ustadz Ahmad Zaki Ustadz yang biasa membimbing pengajian di komunitas Punk Muslim adalah Ustadz Ahmad Zaki. Zaki lahir di Jakarta 21 November 1984 dari pasangan Ali Hazam dan Siti Maryam Marzuki. Sejak Zaki kecil, kedua orang tuanya selalu mendidiknya dan menekankan tentang pentingnya masalah agama baik itu dalam hal aqidah maupun akhlak. Kedua orang tuanya mendukung sepenuhnya keikutsertaan Zaki dalam membimbing komunitas Punk Muslim. Menurut Ibunda Zaki, anaknya harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Komunitas Punk Muslim itu sendiri merupakan ladang amal yang harus segera digarap secara serius. Dukungan juga tidak hanya datang dari orang tuanya, kakak serta adik-adiknya pun mendukung kegiatan positif yang dijalani Zaki. Walhasil, dengan restu dari orang tua serta keluarganya, sampai dengan saat ini Zaki mampu menjalankan amanah dari sahabatnya, almarhum Budi Khoironi, untuk terus membimbing spriritual dari anggota komunitas Punk Muslim. Setelah kepergian Budi, pengajian dibimbing oleh Ustadz Ahmad Zaki
54
55
atau biasa dipanggil dengan nama Zaki. Ahmad Zaki adalah seorang relawan dari sebuah LSM di Jakarta dan tidak lain adalah teman akrab Budi, pendiri Punk Muslim. Ahmad Zaki juga merangkap sebagai pengembang dari komunitas Punk Muslim. Sampai dengan saat ini Ahmad Zaki melanjutkan usaha Budi dengan menggelar pengajian rutin untuk anak Punk dan anak-anak jalanan mulai 1428 H (2007). Dan berkat didikan orang tuanyalah yang menjadikan Zaki sebagai sosok yang sangat peduli dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Kemudian Zaki tumbuh menjadi pribadi yang konsen terhadap masalah-masalah sosial di sekelilingnya. Sebelumnya, pengajian ini biasa dibimbing oleh Budi yang merupakan lulusan dari sebuah pesantren. Sosok Budi dianggap sebagai orang tua dan guru bagi komunitas Punk Muslim. Pria berambut panjang itu sangat disegani oleh anak-anak jalanan di Jakarta, khususnya yang sering mangkal di kawasan Pulogadung. Namun sayang, Budi meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor ketika hendak manggung di daerah Kebon Nanas, Jakarta Timur pada 23 Mei 2007. Sejak itu, anak-anak Punk Muslim yang sering mangkal di Warung Udik merasa sangat kehilangan figur yang dihormati dan disegani. Menurut Zaki, panggilan hatinya untuk membimbing anak-anak Punk kembali ke Islam lebih besar dari pada janjinya kepada Budi untuk membina anak-anak Punk tersebut. Untuk mempengaruhi anak-anak Punk memang bukan perkara gampang. Sebab selain mereka sangat kompak, kehidupan mereka sangat
56
bebas. Mereka hanya tunduk pada aturan komunitas, yaitu tidak ada aturan sama sekali. Zaki bisa berada di antara mereka karena akrab dengan pentolannya (Budi). Ibarat ular, kalau kepalanya sudah dipegang seluruh tubuhnya akan dengan mudah dapat dikuasai.1 Zaki mengakui, pada awal intensitas pergaulannya dengan anak-anak Punk Muslim mengundang kritik dari berbagai pihak, misalnya dari keluarga dan sahabat. Tidak sedikit dari mereka juga enggan mengikuti jejak Zaki untuk berdakwah di kalangan minoritas tersebut. Namun, Zaki terus bertahan dan berharap ada teman-teman da’i yang mengikuti jejaknya. Zaki mengingatkan dengan tulus, bahwa anak-anak Punk dapat pula menjadi agent of change jika saja ada yang terus membimbing dan mengarahkan mereka dalam keislaman. Bergaul dengan komunitas Punk dan anak jalanan tidak semudah yang dibayangkan. Pada awalnya, Zaki pun tidak diterima oleh komunitas Punk tersebut, tapi dengan usaha yang keras, Zaki dapat melanjutkan tongkat estafet dari Budi yang diembankan kepadanya. Kuncinya hanya satu, Zaki selalu mengingat pesan Budi untuk tidak menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu elit dan bersifat menggurui kepada komunitas Punk Muslim. Maka, dalam percakapan sehari-hari, kata lu-gue sudah menjadi unsur wajib dalam bahasa yang mereka gunakan selayaknya sahabat, bukan antara guru dan murid. Zaki sebagai pengasuh Punk Muslim harus melakukan berbagai variasi kegiatan untuk komunitas ini, seperti mabit tiap dua bulan sekali, tafakur alam
1
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zaki, Rabu 22 Desember 2010 pukul 12.00 WIB di Ruko Plasa Ciputat Kantor Dompet Dhuafa Jalan Ciputat Raya Tangerang Selatan.
57
setiap tahun, dan rekrutmen. Salah satu PR (pekerjaan rumah) bagi Zaki dalam pembinaan komunitas Punk ini adalah meluruskan paradigma pergaulan yang lekat pada sebagian besar anak-anak Punk, misalnya soal free sex. Sebagian anakanak Punk mengakui telah melakukan dosa besar dan ada pula yang menikah karena telah hamil. Sampai juga ada yang menjalani proses pernikahan dengan seorang muslimah penghafal Al Qur’an 18 juz, namun gagal karena beberapa alasan. Selain Zaki, ada juga ustadz lainnya yang biasa mengisi pengajian ini, salah satunya adalah Ustadz Ismeidas. Ustadz Ismeidas sendiri dikenal dekat dengan anak jalanan termasuk juga dengan komunitas Punk Muslim. Ustadz Ismeidas juga mempunyai gaya penyampaian materi yang ringan dan sering diselingi dengan humor. Dan diakui oleh Punk Muslim cara berdakwah Ustadz Ismeidas mereka sukai. Kemudian juga gaya pembawaan Ustadz Ismeidas tidak terkesan mengguri sebagaimana ustadz-ustadz atau guru-guru mengaji yang biasa mereka temui. Mereka juga merasakan ustadz-ustadz yang mengisi pengajian itu sangat dekat, akrab, dan menyatu dengan mereka tanpa melihat siapa mereka (komunitas Punk Muslim) dan dari mana mereka berasal. Sehingga materi yang disampaikan ustadz-ustadz tersebut dapat menyentuh hati mereka sehingga mereka mudah untuk memahaminya kemudian mereka amalkan. Pada awal terbentuknya komunitas Punk Muslim, pengajian adalah program yang pertama kali digagas Budi sebagai program rutin setiap minggunya.
58
Pengajian ini diadakan seminggu dua kali, yaitu pada hari Selasa malam untuk membaca Al Qur’an dan Kamis malam untuk kajian keislaman yang sifatnya diskusi dan berbagai ilmu tentang Islam. Namun, hingga saat ini yang berjalan rutin hanya pengajian setiap Kamis malam saja. Waktu pelaksanaan pengajian biasanya antara 1 sampai 2 jam yang dimulai antara pukul 23.00 atau 24.00 sampai dengan selesai. Waktu pengajiannya sengaja dipilih lebih larut malam karena mengingat para anggota Punk Muslim yang baru saja selesai bekerja pada malam harinya. Awalnya tempat pengajian dilaksanakan di base camp Punk Muslim yaitu Sanggar Warung Udix yang berada tepat di depan Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Pengadaan Sanggar Warung Udix sebagai base camp Punk Muslim dahulu didanai oleh sebuah LSM di Jakarta. Sayangnya pada pertengahan bulan Desember 2010 dari pihak LSM menjual tempat tersebut dan secara otomatis Punk Muslim harus mencari base camp sementara sebelum nantinya base camp tetap mereka selesai dibangun. Setelah base camp itu dijual, mereka menggunakan trotoar jalan atau pinggiran toko di sekitar daerah Rawamangun Jakarta Timur sebagai tempat untuk menggelar pengajian. Kenyataan ini harus mereka jalani dengan lapang hati. Mereka harus mengaji di pinggir jalan di antara pejalanan kaki, bising deru suara kendaraan, dan yang tidak kalah serunya adalah gigitan nyamuk yang menyerbu mereka di sekitar tempat mengaji. Mereka berharap untuk saat ini ada kirannya seorang dermawan yang bersedia untuk meminjamkan tempat sementara bagi
59
mereka sambil menunggu base camp mereka yang belum rampung dibangun. Rencananya base camp pengganti Sanggar Warung Udix akan berpindah ke daerah Parung Bogor. Sampai dengan saat ini pembangunannya telah 80% rampung dan diperkirakan Februari atau Maret 2011 mereka akan hijrah ke base camp baru di daerah tersebut. Rencananya juga mereka akan kembali merintis usaha mandirinya yaitu ternak ikan lele dan mereka juga berencana mendirikan beberapa usaha lainnya sebagai cara untuk memperbaiki kehidupan mereka selanjutnya bersama dengan komunitas Punk Muslim. Untuk sementara, saat ini pengajian dipindah ke salah satu rumah dari anggota Punk Muslim yaitu Darma ‘Ambon’ di daerah Pegangsaan II yang letaknya sekitar 400 meter dari Terminal Pulogadung. Biasanya tepat pada pukul 23.00 WIB para anggota komunitas Punk Muslim mulai berdatangan ke rumah Darma. Lingkungan rumah Darma terletak di kawasan padat penduduk. Lebar jalan di depan rumahnya berukuran kurang dari 1 meter. Rumah Darma terbilang besar dan cukup untuk menampung sekitar 10 orang. Untuk sementara pengajian Punk Muslim dilaksanakan di rumah Darma, tepatnya di ruang tamu berukuran sekitar 5 m x 5 m. 2. Anggota Pengajian Komunitas Punk Muslim Pada awal terbentuknya pengajian, jumlah pesertanya ada 50 orang. Tapi sekarang menjadi 20 orang yang pasif dan 8 orang aktif. Hal ini di karenakan keberadaan anggota Punk Muslim yang tidak tetap dan sering berpindah-pindah tempat tinggal atau bahkan keluar dari kota Jakarta. Namun Zaki tetap optimis
60
karena itu adalah sunnatullah. Asep, salah seorang dari anggota Punk Muslim menggungkapkan jika anggota Punk Muslim semakin banyak berarti dakwah mereka kepada teman-teman jalanan dan Punk berhasil. Karena itu berarti komunitas Punk telah beralih ke komunitas Punk Muslim, begitu juga dengan teman-teman lainnya yang hidup di jalanan.2 Peserta pengajian berasal dari berbagai profesi, usia, dan latar belakang pendidikan. Seperti ada yang hanya tamat kelas 2 SD hingga S1, berusia 15 hingga 28 tahun. Dan ada yang berprofesi sebagai pedagang asongan, pengamen, pelukis, bahkan pemahat patung, ada yang laki-laki dan ada pula perempuan. Namun sampai saat ini jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan. Ada 8 orang laki-laki anggota pengajian yang aktif dan 2 orang perempuan anggota pengajian yang pasif. Anggota pengajian perempuan lebih sedikit karena setelah mereka menikah biasanya mereka mengikuti suami dan berpindah tempat tinggal. Jumlah yang sedikit itu tetap dioptimalkan Zaki untuk tetap mengingatkan mereka agar menghindari hal-hal negatif dan menanamkan nilai-nilai akhlak Islami. Salah satu upaya Zaki adalah dengan memanajemen band 'warisan' Budi bernama Punk Muslim.3 Pengajian ini biasanya dihadiri oleh 5 sampai 8 anggota Punk Muslim yang masih aktif mengikuti pegajian. Jumlah ini memang jauh lebih sedikit dari pada jumlah keseluruhan anggota Punk Muslim. Karena kebanyakan
2
Asep, wawancara langsung dengan anggota Punk Muslim, Kamis 9 Desember 2010, pukul 21.45 WIB. 3 Ahmad Zaki, wawancara langsung dengan Ustadz dan pembimbing Punk Muslim, Rabu 22 Desember 2010, pukul 13.00 WIB.
61
dari mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan jarak tempat pengajian saat ini agak jauh menurut mereka dari tempat awal. 3. Materi Pengajian Komunitas Punk Muslim Materi pengajiannya berkisar antara tauhid, akhlak, fiqh, dan mu’amalah, menghafal Al Qur’an dan hadits serta ada pula tambahan materi lainnya seperti seputar dunia Islam dan berita terkini. Materi-materi yang paling mereka sukai adalah yang bersifat praktis yang mudah mereka fahami dan bisa langsung diamalkan. Sedangkan materi dengan pembahasan agak sulit mereka kurang sukai karena mereka merasa sulit untuk memahaminya. Materi tauhid yang disampaikan berkisar seputar masalah keesaan Allah SWT., taqdir, surga dan neraka, rahasia usia, rezeki, jodoh, hari kiamat, dan mempercayai adanya makhluk ghaib. Sedangkan materi tentang akhlak seputar masalah sikap, tingkah laku, dan tata karma. Kemudian materi fiqh yang menjadi kesenangan mereka karena materi fiqh berhubungan erat dengan ibadah mahdhoh sehari-hari. Di antara materi fiqh yang mereka sukai adalah tata cara wudhu, sholat, puasa, dan zakat. Selanjutnya adalah materi tentang mu’amalah yang meliputi masalah berbuat baik kepada orang tua dan keluarga, pergaulan baik dengan sesama manusia dan lingkungan (masyarakat), cara berpakaian, dan mencari rezeki (mengamen). Materi yang paling sering disampaikan biasanya berkisar tentang akhlak, mu’amalah, dan fiqh. Karena selain materi-materi tersebut disukai oleh mereka, materi-materinya juga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan begitu
62
mereka dapat mudah memahami, mengamalkan, dan mengajarkan kepada temanteman mereka yang lainnya. 4. Metode Pengajian Komunitas Punk Muslim Acara pengajian ini biasa diawali dengan bersama-sama membaca basmalah kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an bergantian oleh masing-masing anggota dan mereka juga menyimak dari bacaan anggota lainnya. Setelah membaca Al Qur’an, acara berikutnya adalah penyampaian materi. Cara penyampaian materi dalam pengajian ini yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan menggunakan media mimbar. Maksudnya, anggota pengajian, termasuk ustadz, membentuk lingkaran dan posisi ustadz berada di tengah-tengah antara anggota pengajian. Penyampaian materi biasanya didahului dengan ceramah oleh ustadz yang bersangkutan. Setelah penyampaian materi selesai, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab secara langsung antara anggota pengajian dengan ustadz. Anggota pengajian antusias dalam bertanya setelah penyampauin materi. Hal ini terlihat dari sebagian besar anggota pengajian yang bertanya kepada ustadz. Lalu ustadz menjawab pertanyaan dari anggota pengajian yang bertanya sampai dengan selesai. Para anggota pengajian termasuk orang-orang yang berani sehingga mereka tidak malu untuk bertanya kepada. Justru mereka sangat senang ada yang bisa membantu dan menjawab pertanyaan mereka. Karena hal itu juga didorong oleh keingintahuan mereka terhadap materi yang disampaikan oleh ustadz.
63
Biasanya juga pertanyaan yang mereka tanyakan tidak juah tentang contoh-contoh dari keseharian mereka, baik yang dikaitkan dengan materi ataupun yang tidak sesuai dengan materi. Kemudian juga Ustadz Zaki, khususnya, menciptakan suasana pengajian menjadi lebih santai dan akrab. Pengajian ini biasa mereka lewati sambil makan makanan kecil dan minuman ringan, bahkan tidak jarang pula sambil merokok. Suasana yang seperti itu menambah nyaman para anggota pengajian dan membuat mereka memperhatikan materi yang disampaikan serta menjadikan mereka rajin untuk mengikuti pengajian rutin. Diakui pula oleh anggota pengajian bahwa suasana pengajian yang Ustadz Zaki bawakan sangat sederhana, menyentuh, dan akrab. Setelah itu dilajutkan dengan diskusi dua arah bertema bebas, kadang tidak menyangkut materi yang baru saja disampaikan, antara ustadz dan anggota pengajian. Di sinilah mereka merasakan kedekatan hubungan yang erat antara sesama anggota Punk Muslim. Hal ini juga dapat mereka rasakan saat sharing permasalah-permasalahan sesama mereka. Karena di saat itulah mereka samasama merasakan satu nasib dan satu penanggungan. Hal itu jugalah yang menyebabkan komunitas ini menjadi kompak dan memiliki hubungan yang baik antara sesama anggota Punk Muslim.
64
B. Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim Pengaruh yang paling banyak dirasakan oleh anggota pengajian adalah perubahan sikap dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan lebih seringnya ustadz menyampaikan materi tentang masalah yang berkaitan seputar akhlak dan mu’amalah. Kebanyakan anggota komunitas Punk Muslim sudah berhijrah dari kehidupan kelam masa lalunya kepada kehidupan saat ini yang normal sebagaimana manusia lain pada umumnya. Menurut pengakuan beberapa anggota komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti kegiatan di komunitas ini khususnya pengajian, kehidupan mereka menjadi berubah. Darma mengatakan bahwa salah satu tujuan lain ia bergabung dalam pengajian ini karena ia ingin berbagi ilmu agama yang di dapat selama di pesantren. Hal ini ia lakukan agar teman-teman Punk Muslim tidak terjerumus dalam lingkaran setan. Darma juga memberi pernyataan bahwa hidup anggota Punk Muslim boleh di jalanan tapi hidup kami harus tetap berkualitas sebagai seorang hamba Tuhan. 1. Aqidah Komunitas ini telah berhasil memasukkan 2 orang Punk non Islam masuk ke dalam agama Islam. Salah satunya adalah Gondrong, seorang pengamen yang biasa beroperasi di sekitar terminal Pulogadung. Gondrong menuturkan bahwa dia benar-benar mendapatkan hidayah dari komunitas Punk Muslim ini, khususnya
65
dari pertama kali dia mengikuti pengajian. Hidayah, adalah kata yang selama hidupnya tidak pernah dia ketahui apa maknanya dan bagaimana rasanya. Awalnya ia tertarik dengan pengajian Punk Muslim. Ia tertarik dengan kemasan pengajian yang unik dengan beranggotakan Punk dan anak jalanan. Tempat mengajinya pun di pinggir jalan. Karena ketertarikannya itu ia jadi sering hadir dan mengikuti pengajian tersebut. Sampai suatu ketika Punk Muslim mengadakan Jambore, Gondrong pun ikut dalam acara tersebut. Setelah pulang dari Jambore, Gondrong menyatakan diri ingin masuk Islam kepada Darma. Padahal saat itu Darma dan kawan-kawan tidak mengetahui bahwa Gondrong ternyata seorang non muslim. Dan akhirnya Gondrong bersyahadat di sebuah masjid yang dihadiri oleh Ustadz Zaki dan beberapa anggota Punk Muslim lainnya. Darma mengaku terkejut dengan masuknya Gondrong ke dalam agama Islam. Karena pada awalnya tidak ada satupun di antara mereka (Punk Muslim) yang mengetahui kalau Gondrng bukanlah seorang muslim. Darma juga merasa sangat terharu dengan hal ini sampai ia mengaku tidak dapat berkata-kata selama proses syahadat-nya Gondrong. Darma merasa terharu karena bagaimana bisa seorang non muslim ingin masuk Islam karena tertarik dengan pengajian kecil seperti Punk Muslim yang anggotanya tidak memiliki kelebihan apapun. Gondrong mengaku setelah mengucap dua kalimat syahadat, hatinya merasa lebih tenang dan nyaman. Apalagi ketika ia baru menjadi seorang mua’laf, ia merasa banyak saudara sesama Punk Muslim yang selalu bersama dan
66
menemaninya. Resmi menjadi seorang muslim, pastinya Gondrong mempunyai konsekuensi untuk menjalankan ajaran agama barunya, yaitu Islam. Ia mulai belajar tata cara sholat, puasa, dan zakat serta banyak belajar tentang Islam. Keseluruhannya itu dengan mudah ia dapatkan dalam pengajian rutin bersama dengan anggota komunitas Punk Muslim lainnya. Saat ini ia telah menikah dan memiliki anak. Dan sampai dengan saat ini pula ia masih merasakan hal yang sama saat ia baru saja mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasa senang dan tenang setelah memeluk Islam sangat ia rasakan seperti halnya bayi yang baru terlahir di dunia. 2. Akhlak Darma bercerita, dirinya mulai terjerumus ke lembah hitam itu saat ia usia 9 tahun dan masih duduk di bangku kelas 3 SD. Ia terlahir dari keluarga yang tidak terlalu menekankan masalah agama. Kedua orang tuanya memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk masalah agama. Karena Ayah Darma saat menikah dengan Ibunya adalah seorang non Muslim sedangkan ibunya seorang muslimah. Saat menikah, kedua orang tua Darma masih tetap memegang teguh ajaran agamanya masing-masing. Hal inilah yang menjadikan Darma labil dalam masalah agama. Namum, lama kelamaan Ayah Darma akhirnya menjadi seorang mu’alaf. Ketika Ayahnya menjadi seorang mu’alaf, ternyata tidak pula merubah kehidupan Darma untuk menjadi lebih baik. Saat usia 9 tahun Darma mulai turun ke jalan untuk
67
mengamen bersama teman-temannya. Dari sana Darma mulai menyukai musik dan menjadi sangat gandrung dengan berbgai macam jenis aliran musik. Kegandrungan Darma terhadap musik membawanya semakin jauh dari agama dan perilaku baik. Dia mulai mencicipi minuman keras, merokok, narkoba, free sex hingga ia mulai berideologikan ‘kebebasan’. Melihat keadaan anaknya yang semakin tidak terarah, orang tua Darma berinisiatif memasukkan Darma ke pesantren. Awal ia di pesantren Darma menikmati hari-harinya sebagai seorang santri. Dia menikmati setiap pendidikan dan pelajaran yang disampaikan gurugurunya. Darma tidak dapat bertahan lama di dalam pesantren. Belum lama ia menetap di pesantren, lalu ia keluar dari pesantren dan kembali lagi ke jalanan bersama teman-temannya. Aktifitas-aktifitas ‘jalanan’ ia mulai lagi. Sehingga untuk kedua kalinya orang tuanya memasukkan Darma ke pesantren di Kudus. Di pesantren inilah, Darma mendalami kitab kuning yang kemudian menjadi bekal hidupnya sekarang. Setelah menyelesaikan pendidikannya di pesantren, ia kembali bersama keluarganya. Namun hal ini tetap tidak merubah kesukaannya terhadap musik. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Budi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Saat itu mereka sama-sama sedang menghadiri sebuah acara konser musik. Sosok Budi juga dikenal sebagai salah seorang yang menyukai musik. Setelah sempat mengobrol dengan Budi, Darma merasa terkesan dengan Budi. Walaupun Budi jebolan pesantren, tapi ia menyukai musik. Bagaimana mungkin
68
seorang Budi yang bersosok religius bisa tetap bermusik tapi tidak meninggalkan perintah agamanya. Kata-kata Budi yang sangat diingat Darma adalah, “kita boleh menjadi Punk, bermusik dan lain sebagainya, tapi kita harus tetap menjalankan ajaran agama kita dengan benar. Jika kamu seorang muslim dan seorang Punkres, maka jadilah Punk yang berjiwa muslim”. Kata-kata itulah yang sangat melekat dalam hati Darma dan pertemuan saat itu pula yang mengawali terbentuknya komunitas Punk Muslim. Sejak saat itu Darma sadar bahwa selama ini ideologi Punk yang ia anut adalah salah dan keluar dari jalur agama. Mulailah ia membenahi hati dan membersihkan diri dari hal-hal buruk yang bisa menjerumuskannya ke dalam lembah hitam. Setelah rutin mengikuti pengajian dan mengajak teman-teman Punk dan anak jalanan lainnya, ia mulai meninggalkan minuman keras, narkoba, dan free sex. Awal perubahannya untuk menjadi lebih baik ia rasakan sangat sulit. Tapi ia harus tetap mencoba dan memaksakan diri. Jika pada awalnya Darma terbiasa minum minuman keras dalam sehari hingga mencapai 5 botol, ia kurangi menjadi 3 botol, 2 botol, 1 atau 2 gelas setiap harinya hingga akhirnya ia benar-benar bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu. Masa-masa ini ia lewati dengan susah payah walau harus dengan cara membenturkan kepalanya ke dinding, karena ia merasakan betul betapa sulitnya untuk meninggalkan barang haram tersebut.
69
Semakin hari sikap Darma semakin berubah menjadi lebih baik dengan meninggalkan hal-hal yang dapat merusak dirinya. Darma juga sudah mulai mengajak komunitas Punk tempat dulu ia bermain kepada kebaikan. Ia mulai bisa mengajak teman-temannya untuk ikut gabung ke dalam komunitas Punk Muslim khususnya untuk mengikuti pengajian. Pelan tapi pasti Darma berhasil mengajak teman-temannya untuk meninggalkan kebiasaan setan itu dan berubah menjadi manusia yang hidup dalam aturan agama. Saat ini Darma juga telah mengajak adiknya masuk dalam komunitas punk Muslim dan ikut serta dalam pengajian rutin. Hal ini senada dengan pengakuan dari Ibunda Darma yang mengatakan bahwa anaknya kini setelah mengikuti pengajian jauh lebih baik dari sebelumnya. Ibadahnya lebih rajin, mengajinya rutin, dan dapat bersikap baik terhadap orang tua, saudara serta keluarganya. Ibunda darma mengaku sangat senang dan bahagia melihat perubahan dalam diri anaknya. Lain halnya dengan Asep, pemuda asal Luragung, Kuningan Jawa Barat yang berusia 22 tahun. Asep melarikan diri dari rumah saat usianya 10 tahun karena konflik dengan kedua orang tuanya. Setelah melarikan diri dari rumah, Asep hidup di jalanan Kota Cirebon. Selanjutnya, ia melanglang buana ke Jakarta, Bogor, dan Bandung, hingga ia kembali lagi ke Jakarta tepatnya di daerah Pulogadung. Di terminal Pulogadung ia mengamen dan bergabung bersama para pengamen lainnya. Di Jakarta, ia juga sering mangkal di bawah jembatan layang Fatmawati.
70
Ternyata kehidupan jalanan yang keras membawanya ke lembah hitam. Asep mulai mencoba narkoba dan minum minuman keras. Tidak hanya mencoba dan mengkonsumsi narkoba, ternyata Asep juga berusaha untuk menjual putaw ke teman-temannya. Sungguh miris saat usianya masih belasan tahun Asep telah menjadi seorang pemakai sekaligus pengedar narkoba. Namun kehidupannya segera berubah saat ia bergabung dalam komunitas Punk Muslim tahun 2007 silam saat bertemu dengan Almarhum Budi. Setelah lama ia tidak merasakan suasana mengaji seperti dulu saat ia ada di kampung halamannya, ia kembali merasakan ketenangan dalam Islam. Ia mulai menekuni kembali ilmu-ilmu agama yang ada di pengajian komunitas Punk Muslim. Ia juga rutin untuk menghadiri pengajian dan kegiatan-kegiatan Punk Muslim yang menurutnya bisa merubah kehidupannya kembali kepada aturan Islam. Bertahap tapi pasti Asep mulai berhenti menjadi pengedar dan tidak lagi mengkonsumsi minuman keras. Saat dalam proses meninggalkan itu semua, ketika Asep bertemu dengan teman-teman lamanya kadang suasana memaksa ia untuk kembali mencicipi minuman keras. Demi kebersamaan, Asep terpaksa mencicipi minuman itu. Tentunya setiap kebiasaan yang telah lama kita jalankan ketika akan dihilangkan pasti akan terasa sulit apalagi kebiasaan itu adalah sebuah kebiasaan buruk. Saat hampir benar-benar bisa meninggalkan minum keras, kadang keinginan untuk minum minuman keras timbul kembali dalam diri Asep. Namun ternyata keikutsertaan Asep dalam komintas Punk Muslim dan pengajian menjadi
71
cambuk bahwa harus benar-benar ada perubahan yang menyeluruh dalam dirinya. Sekarang Asep juga sudah rutin setiap 2 bulan sekali pulang ke kampung halamannya di Kuningan untuk menemui ke dua orang tuanya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Asep bisa bersih dari itu semua dan kembali menjalani kehidupannya dengan normal. Seorang Punk Muslim lainnya yang bernama Luthfi menceritakan tentang kehidupan dahulunya yang kelam. Pemuda asal Jombang, Jawa Timur tersebut rupanya merasa kerasan bergaul dengan anak-anak yang tinggal di Warung Udix setelah bertemu Budi. Luthfi merasa ada suasana yang lain dan berbeda. Luthfi merasa tidak sekadar mendapat tempat berteduh, ia juga diajari teknik bermain gitar yang baik oleh Budi pada saat itu. Luthfi mengaku sudah pergi dari rumah orang tuanya di Desa Denanyar, Jombang sejak dia masih duduk di bangku kelas 5 SD. Sejak itu dia tidak lagi pulang ke rumah dan bersekolah. Luthfi memilih hidup di jalan dan terminal bersama anak-anak jalanan dengan gaya hidup Punk-nya. Banyak yang dipelajari Luthfi sejak berkenalan dengan Budi.
Menurut Luthfi,
Budi banyak
membimbingnya agar ia bisa terlepas dari narkoba dan kehidupannya yang kelam. Salah satunya adalah ketika dia pelan-pelan bisa berhenti dari mengkonsumsi putaw dan menghentikan bisnis haramnya sebagai pengedar narkoba. Dahulu Luthfi juga langganan diciduk pihak kepolisian karena dianggap meresahkan masyarakat, namun sekarang Luthfi tidak pernah lagi merasakan hal itu. Hal ini berkat bantuan Zaki yang bekerjasama dengan para advokat yang
72
tergabung dalam LSM PAHAM yang khusus menangani masalah anak jalanan. Semenjak dilindungi oleh PAHAM, ketika Luthfi dan teman-temannya diciduk Polisi, sekarang dapat dengan mudah keluar dari sel dan tidak lagi mendapatkan perilaku semena-mena dari pihak yang tidak bertanggungjawab. 3. Fiqh Ahmad Zaki sebagai pembina sekaligus ustadz dalam pengajian komunitas Punk Muslim mengatakan bahwa saat ini kesadaran beribadah rekan-rekan Punk Muslim dan jalanan meningkat setelah mengikuti pengajian dan beberapa kegiatan yang diadakan oleh komunitas Punk Muslim. Hal itu berdampak pada proses meniminalisir perilaku negatif atau aktifitas yang menyimpang lainnya. Beberapa rekan-rekan jalanan juga ada yang memilih untuk menikah dan di back up prosesnya secara total untuk menghindari hal negatif lainnya mulai dari mahar, lamaran sampai pernikahan. Dan tidak lupa sekarang setiap ngamen atau manggung, mereka selalu membawa sarung untuk shalat. Tidak jarang pula penampilan mereka saat di atas penggung diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an. Otoy, salah seorang anggota komunitas Punk Muslim menuturkan pertemuannya dengan Ustadz Zaki kemudian ia juga mengikuti pengajian. Dalam pengajian otoy mengenal lebih dalam lagi sosok Zaki yang memberinya tempat tinggal (Sanggar Warung Udix), pekerjaan, dan yang paling penting adalah mengajarkannya mengaji. Yang semula Otoy tidak bisa mengaji, sekarang ia bisa mengaji, membaca Al Qur’an, dan mengetahui hadits serta merubah
73
kehidupannya yang kelam melalui pengajian rutin ini. Kehidupan Otoy dahulu tidak jauh berbeda dengan kehidupan para Punk Muslim pada umumnya. Ia akrab dengan kerasnya suasana jalanan ibu kota, pergaulan bebas yang tanpa batas, dan meninggalkan jaran agama. Namun itu semua segera berubah setelah Otoy bertemu dengan Zaki dan bergabung bersama teman-teman lainnya dalam komunitas Punk Muslim. 4. Mu’amalah Motivasi hidup anggota pengajian komunitas Punk Muslim kini menjadi jauh lebih baik, oleh karena ibadah diniatkan dalam mencari rezeki. Bahkan ada beberapa rekan-rekan jalanan yang meninggalkan dunia jalanan dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik di tempat yang lebih baik pula. Rekan-rekan jalanan lebih memilih mencari rezeki dengan cara yang halal dan mampu meminimaliasir penggunaan rezeki yang didapat untuk memberi barang yang terlarang atau melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Mereka juga saling mengadakan pengawasan friend to friend sesama anggota komunitas Punk Muslim, kebersamaan untuk saling menjaga, memaknai komunitas dalam persepsi dan berkomunitas dalam kebaikan. Punk Muslim juga telah membangun akses kemudahan layanan kesehatan melalui LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) Dompet Dhuafa, pendidikan maupun bantuan charitas. Perubahan dalam diri mereka mulai terasa dari hal yang kecil hingga hal yang terbesar dalam hidup mereka. Darma memberitahukan bahwa kalau cara makan mereka sekarang tidak lagi seperti gaya anak-anak Punk lain yang lazim
74
ditemui di sejumlah perempatan jalan di Jakarta. Dahulu Darma mengaku terkadang makan dari tempat sampah atau makanan sisa orang lain. Tapi kalau anak Punk sekarang ketika mereka makan, nasinya diinjak-injak lebih dulu dan diludahi. Itu sudah kelewatan, ujar Darma. Perbedaan mereka dengan anak-anak Punk yang lain rupanya bukan hanya soal makanan. Gaya hidup Darma dan teman-temannya kini juga berbeda dengan anak-anak Punk yang lain. Mereka mengaku sudah pensiun dari mengkonsumsi narkoba atau hubungan seks bebas. Yang pasti sekarang mereka bukan anak Punk yang anti Tuhan seperti yang dituturkan Asep yang lengan kirinya berbalut tato bergambar naga. Selama ini, komunitas Punk memang dikenal dengan gaya hidupnya yang serba bebas. Mereka berupaya melepaskan diri dari berbagai aturan, baik norma masyarakat, aturan pemerintah, maupun agama. Bagi mereka, gaya Punk bukan sekadar corak dalam bermusik. Punk sudah menjadi ideologi. Mereka menganut anarkisme yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa aturan. Namun, lama kelamaan Darma dan kawan-kawannya jenuh. Mereka tetap ingin nge-Punk dan bermusik, tapi mereka sudah lelah dengan berbagai budaya Punk yang negatif. Komunitas Punk Muslim pun lalu terlahir untuk menjadi wadah mereka memadukan Punk dan mendalami lagi spiritualitas. Kini komunitas yang didirikan almarhum Budi, pendiri komunitas Warung Udix Pulogadung, masih tetap bermusik dan ber-Punk ria tapi tanpa narkoba tentunya.
75
Punk Muslim sudah jenuh dengan gaya hidup Punk yang selama bertahuntahun mereka jalani. Sekarang pemberontakan yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Pemberontakan dari keterjebakan diri mereka selama ini. Ujar Darma yang sering mengamen di kawasan Pulogadung. Para Punkers yang tergabung dalam Punk Muslim memang mengalami banyak perubahan gaya hidup. Namun mengamen dari bis ke bis tetap mereka lakukan karena mereka menggangap untuk saat ini mengamen adalah pekerjaan yang halal yang dapat mereka lakukan. Begitu juga dengan nongkrong di pinggiran jalan dan bermusik (mengamen) sudah menjadi kehidupan mereka. Karena dari bermain musik mereka bisa makan dan merokok. Para anggota Punk Muslim mengakui, mereka kini sangat nyaman dengan kehidupan Punk (Muslim) yang sekarang mereka jalani. Mereka merasa punya harapan untuk menatap masa depan yang lebih baik. Kehidupan Punk yang bebas dan tak ber-Tuhan kini sudah tinggal sejarah. Selain nongkrong dan bermusik mereka kini punya kegiatan baru, yakni mengaji bersama setiap Kamis malam. Komunitas Punk memang terkenal dengan jumlah anggotanya yang cukup banyak dan juga kekompakannya. Begitu pun juga halnya dengan komunitas Punk Muslim ini. Karena kekompakannya, banyak politisi yang melirik mereka untuk mendulang suara pada pemilu. Beberapa anggota Punk Muslim bahkan ada yang dibujuk untuk menjadi caleg, karena mereka dianggap bisa menyedot dukungan dari anak-anak jalanan yang lain yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan orang. Namun keinginan para politisi itu ditolak mentah-mentah oleh mereka.
76
Punk Muslim memilih hidup di jalanan untuk menghindar dari aturan formal dan bagaimana mungkin mereka menjadi politisi. Salah satu Punk Muslim yang dilirik adalah Darma yang sempat ditawari menjadi caleg oleh Partai Hanura dan Partai Bulan Bintang (PBB). Darma mengungkapkan, harusnya anak-anak Punk mengambil tempat dalam memprotes setiap tindakan pemerintah seperti penggusuran terhadap PKL dan kaum-kaum marjinal yang lain. Karena ketidakjelasan arah komunitas anakanak Punk yang ada di Indonesia itu pulalah komunitas Punk Warung Udix akhirnya mencetuskan Punk Muslim. Namun gerakan yang dilakukan Punk Muslim bukan terhadap pemerintah atau masyarakat. Mereka lebih menyoroti ke dalam diri mereka masing-masing. Bagaimana mereka bisa mengubah sebuah kedzaliman dari penguasa, kalau mereka sendiri tidak melakukan perubahan dalam diri mereka masing-masing. Untuk itu mereka mendirikan Punk Muslim sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap masingmasing anak Punk. Punk Muslim juga telah melakukan kerjasama advokasi anak jalanan, bekerjasama dengan PAHAM Jakarta untuk penyelesaian masalah hukum dan pembangunan kesadaran hukum. Hingga kini sudah banyak kasus ditangani oleh Punk Muslim terkait dengan anak jalanan. Mereka juha berusaha membangun kekuatan ekonomi komunitas, dengan membangun ternak lele, membuat Group Band, memproduksi 2 Album musik indie dan pengembangan soft skill dan life skill lainnya.
77
Mengembangkan dan menyebarluaskan informasi dan konsep jalanan versi Punk Muslim ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh, Medan, Batam, Jambi, Lampung, Tangerang Banten, Indramayu, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya, Palu, Kalimantan, dan NTB. Serta membangun jaringan online malalui facebook, multiply maupun blog. Memang hadirnya Punk Muslim tidak serta merta diterima anak-anak Punk yang ada di Indonesia. Mereka menganggap komunitas Punk tidak menganut azas ke-Tuhanan. Tapi bagi komunitas Punk Muslim, penentangan itu bukan masalah. Revolusi diri yang diusung Punk Muslim targetnya hanya anakanak jalanan yang ikut dalam komunitas ini. Mereka tidak bertujuan berdakwah pada anak-anak Punk yang lain sekalipun ada beberapa komunitas Punk di sejumlah daerah mengundang mereka untuk memberikan pencerahan. Bagi komunitas Punk Muslim, jalanan adalah akhir yang dipilih ketika datang ke Jakarta. Bermodalkan pendidikan dan skill seadanya, anak-anak jalanan yang hampir sebagian besar berasal dari daerah ini mencoba mencari pekerjaan yang layak, namun terbenturkan oleh kerasnya ibu kota dengan segala persaingannya. Zaki menuturkan bahwa dari tahun ketahun makin banyak teman dari daerah datang ke Markaz Punk Muslim (Warung Udix), sekedar untuk mengundi nasib di Jakarta, mulai dari yang bermodalkan ijazah SMA, bahkan sampai S1. Maka tak ayal Sanggar Komunitas Punk Muslim yang berlokasi di dekat Terminal Pulogadung menjadi tempat transitnya teman-teman dari daerah ke Jakarta.
78
Krisis multi dimensi seperti krisis moral, pendidikan, agama, akhlak, kesehatan, ekonomi, dan kepercayaan terhadap Tuhan adalah krisis yang dialami oleh rekan-rekan jalanan sebelum akhirnya bergabung ke dalam komunitas Punk Muslim. Hal tersebut dialami oleh rekan-rekan jalanan. Sebuah perjalanan panjang hingga akhirnya Allah SWT. menuntun mereka untuk bergabung ke dalam komunitas Punk Muslim. Krisis terberat adalah krisis agama dan kepercayaan, sebab dengan krisis keimanan tersebut berdampak pada akhlak dan moral yang akhirnya mengubah gaya hidup dan berakibat pada kesehatan. Buruknya kesehatan berdampak pada kemampuan mencari rezeki, hingga memperburuk kondisi perekonomian mereka. Jangankan memikirkan sekolah atau pendidikan, memikirkan kebutuhan hidup setiap hari pun sulit. Jangankan memikirkan ibadah dan kewajiban mereka sebagai makhluk, memikirkan moral dan akhlak pun mungkin sudah pusing. Diperburuk lagi dengan konflik subkultur yang terjadi di lingkungan masyarakat dengan para insan jalanan, memunculkan stigma negative pada mereka. Maka di sinilah perlu menyelesaikan masalah dari akarnya. Krisis agama dan kepercayaan adalah krisis yang dialami oleh banyak manusia, dan tidak menutup kemungkinan terjadi pada diri kita sendiri. Tapi krisis yang dialami oleh rekan-rekan jalanan jauh lebih berat bila dibandingkan kita, sebab sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa “kekufuran mendekatkan kepada kekafiran”. Zaki menjelaskan bahwa bertambahnya jumlah anggota komunitas menandakan bertambahnya anak jalanan di ibu kota. Menurut data Pemprov DKI
79
Jakarta tahun 2000 mencatat, bahwa ada sekitar 11.000 orang anak jalanan dan sekitar 18.000 anak terlantar di ibu kota. Angka ini dari tahun ke tahun terus bertambah, di karenakan penyelesaian masalah anak jalanan dilakukan secara parsial, tidak sistemik dan komprehensif. Oleh karena itu perlu kiranya dibuat pola pendekatan yang tepat dalam melakukan penanganan anak jalanan. Sebagai sebuah komunitas, komunitas Punk Muslim memiliki peranan dalam meminimalisir keberadaan anak jalanan dengan cara “mengalumnikan” anak jalanan. Sebuah konsep “mengalumnikan” anak jalanan berarti membuat pensiun anak jalanan yang biasa “bermain” di jalan ke sebuah bentuk lain dari jalanan, yakni kegiatan usaha mandiri maupun berkelompok. Pemberdayaan berbasis komunitas (community based development) inilah sebuah pola pendekatan efektif untuk mengurangi jumlah anak jalanan. Community based development dewasa ini dipandang perlu diefektifkan dengan baik, mengingat pola yang dikembangkan selama ini tidak efektif dalam mengatasi problematika anak jalanan. Bermain di wilayah “jalanan” memaksa kita berfikir pragmatis “versi jalanan”. Memaksakan kehendak kita dengan membawa cara berfikir pragmatis versi “kita” untuk mengubah rekan rekan jalanan adalah sebuah hal yang sia-sia. Rekan-rekan jalanan adalah korban, mereka bukan pelaku sesungguhnya. Membangun sebuah sistem dan kebijakan yang tepat dan benar akan berdampak pada perubahan seutuhnya insan jalanan. Mengkomunitaskan rekanrekan jalanan adalah bentuk langkah efektif dalam membina, mengembangkan,
80
dan memberdayaan teman-teman di jalanan, karena itu adalah langkah manusiawi dalam memanusiakan insan jalanan. Banyak point lebih bila dilakukan pendekatan berbasis komunitas, antara lain: 1. Assesment yang tepat sasaran, akan di dapatkan data yang lebih valid 2. Pola pembinaan yang efektif 3. Pembangunan figur leader yang disegani dalam komunitas 4. Pemberian bantuan pembinaan, ekonomi dan spiritual yang tepat, terpantau dan efektif 5. Pengembangan peer education lebih mudah 6. Membutuhkan sedikit SDM pendamping 7. Mempermudah akses anggota komunitas untuk mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, dan advokasi (hal legal lainnya) Sampai saat ini komunitas Punk Muslim menjadi sorotan banyak media, mulai dari media lokal maupun nasional. Profil komunitas Punk Muslim pernah ditampilkan antara lain: Majalah Sabili (2008), Koran Tempo (2008), Majalah Ummi (2009), Majalah Alia (2010), Jawa Post Group (2010), Tabloid Suara Islam (2010), Majalah Tarbawi (2009), RCTI (Inspiring People Ramadhan 2010), Trans TV (Sahara 2010), Trans 7 (2010), TPI (2010), Metro TV ( Oasis 2009, From Zero to Hero 2010), DAAI TV (2010), TV One (Jejak Malam 2010), dan Jak TV ( 2010). Banyak orang di luar komunitas Punk Muslim yang simpatik terhadap gerakan yang dibangun oleh Punk Muslim sebagai gerakan pembaharuan jalanan.
81
Bahkan kadang Punk Muslim dijadikan media pembelajaran oleh banyak orang mulai dari mahasiswa, aktivis, guru, maupun ibu rumah tangga.4
4
Ahmad Zaki, Dokumen Pribadi
82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengajian rutin komunitas Punk Muslim dilaksanakan setiap Kamis malam yang dimulai dari pukul 23.00 WIB sampai dengan selesai. Untuk saat ini pengajian dilaksanakan di rumah salah seorang anggota Punk Muslim di daerah Peganggsaan II Jakarta Timur. Pengajian Punk Muslim ini lebih sering dibimbing oleh Ustadz Ahmad Zaki yang sekaligus merangkap sebagai pembina komunitas Punk Muslim. Jumlah anggota pengajian aktif terdiri dari 8 orang. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dua arah, dan tanya jawab. Materi pengajian yang disampaikan seputar masalah aqidah, akhlak, fiqh, mu’amalah, membaca dan menghafal Al Qur’an serta hadits. 2. Anggota Punk Muslim merasakan adanya perubahan sikap keberagamaan yang sangat berarti dalam diri mereka. Di antaranya adalah: para anggota Punk Muslim kini sudah teritur dalam menjalankan sholat, mengetahui tata cara berwudhu, puasa, zakat, membaca serta menghafal Al Qur’an dan hadits. Tidak mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, tidak minum minuman keras, meninggalkan free sex, mengaji, memahami ilmu-ilmu agama, mencoba hidup yang lebih mandiri dengan usaha masing-masing, dan kembali menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua, keluarga, dan masyarakat. 82
83
B. Saran 1. Komunitas Punk Muslim sangat membutuhkan perhatian dari banyak pihak, di antaranya adalah pihak yang konsen dalam masalah spiritual, seperti ustadz, da’i, dan lain sebagainya. Kemudian pihak yang peduli dengan
masalah
sosial
masyarakat
yang
akan
fokus
terhadap
pengembangan potensi komunitas tersebut. Dan juga pihak yang memiliki kecakapan entrepreneur untuk dapat memberdayakan kekuatan ekonomi komunitas ini agar bisa lebih mengembangkan potensi mereka dalam hal ekonomi demi kehidupan yang lebih baik. Yang paling terpenting adalah pemerintah harus segera memberikan perhatian khusus kepada orangorang yang ‘terpaksa’ hidup di jalanan. 2. Para da’i sebaiknya konsen terhadap pembinaan agama dan bimbingan akhlak kepada komunitas marjinal dan minoritas seperti komunitas Punk Muslim dan anak-anak jalanan. Da’i juga harus membuka mata bahwasannya banyak mad’u yang masih sangat membutuhkan bimbingan dan ilmu dari para da’i. Da’i juga tidak membataskan diri terhadap objek dakwah, karena sesungguhnya objek dakwah tidak hanya yang ada di masjid dan majlis taklim saja. Tapi objek dakwah itu juga ada di jalanan seperti komunitas Punk Muslim dan anak-anak jalanan. 3. Da’i dalam menyampaikan materinya dapat menggunakan metode yang menarik dan bahasa yang mudah difahami oleh mad’unya. Da’i yang memiliki kecakapan komunikasi, pembawaan yang sederhana, dan
84
menyatu dengan mad’u yang akan mudah diterima dengan baik oleh mad’u dari segala lapisan kelas masyarakat. Da’i juga dalam melaksanakan tugas dakwahnya akan dihadapkan pada kenyataan bahwa individu-individu yang akan didakwahi memiliki keberagaman dalam berbagai hal, seperti pikiran-pikiran (ide-ide), pengalaman, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Arifin, H. M. Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Aripudin, Acep dan Syukriandi Sambas. Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Badudu, JS. dan Suta Mohammad Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006. Darminto WJS. Purwo. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1975. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979. Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara Umat, Kiai Pesantren, Kiai Langgar di Jawa, Yogya: LKIS, 1999. Dister, Nico. Psikologi Agama, Yogyakarta: PT. Kansius, 1989. Drajat, Zakiyah. Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Dradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996. 85
86
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006. Firmansyah R. Muhammad. Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri, Jakarta: Skripsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2008. Hendropuspito. Sosiologi Agama, Yogyakarta: PT. Kansius, 1998. Jalaluddin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Khamad, Dadang. Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Nashori, Fuad dan Diana M., Rachmy. Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus, 2002. Nasution, Harun. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985. Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Al Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. O. Sears, David. Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1994. Poerwandi, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: LPSP3 UI, 1998. Raharjo, Dawan. Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3S, 1995.
87
Prasetyo, Agoeng. Deskripsi Anak Punk di Bandung, Skripsi Sarjana Antropologi, Jakarta: FISIP UI Depok, 2000. Robertson, Roland. Agama dan Analisa dan Interpretasi Sosiologi, Jakarta: CV Rajawali, 1992. Rosyad Shaleh, Abdur. Manajmen Da’wah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Salam, Syamsir, MS. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Shihab, Quraish. Membumikan Al Qur’an, Bandung: Mizan, 1993. Shihab, Quraish. Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metodologi Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997. W. Sarwono, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, cet. Ke-9, 2003.
Sumber Internet: http://punkmuslim.multiply.com http://shemut.com www.bps.go.id www.eramuslim.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA Nama Narasumber
: Darma Putra
Jabatan
: Anggota Punk Muslim
Hari/ Tanggal
: Kamis, 9 Desember 2010
Waktu
: Pukul 23.30. WIB
Tanya : Apakah Anda anggota Punk Muslim? Jawab : Ya betul saya anggota Punk Muslim. Tanya : Sejak kapan Anda menjadi anggota Punk Muslim? Jawab : Saya bergabung di Punk Muslim sejak awal berdirinya Punk Muslim, tepatnya tahun 2007 bersama dengan Buce. Tapi sebelum gabung di Punk Muslim dulunya saya Punk yang biasa dengan ideologi Punk sesungguhnya. Teman-teman saya juga dulu banyak yang bergabung di komunitas Punk. Tapi semenjak bertemu dengan Buce di Sanggar Warung Udix, Buce mengajak saya ikut pengajian dan bekerjasama untuk membentuk komunitas Punk Muslim ini. Tanya : Sejak kapan Anda mengikuti pangajian? Jawab : Sejak pertama kali diadakan pangajian bersama Buce tahun 2007 lalu. Tanya : Kira-kira dalam sebulan berapa kali Anda mengikuti pengajian?
Jawab : Tergantung waktunya, mbak. Kalau lagi nggak ada kerjaan ya saya rutin ikut, tapi kalau lagi ada kerjaan bisa cuma 2 atau 3 kali saja dalam sebulan. Tanya : Apa yang membuat Anda tertarik dengan pengajian? Jawab : Materi-materi dan ustadznya. Karena pada dasarnya saya ingin kembali kepada agama yang sudah saya anut sejak kecil secara menyeluruh dan benar, yaitu agama yang orang tua saya ajarkan. Jadi sejak ada pengajian, saya ingin sekali mengikuti dengan rutin sebagai bekal hidup saya. Tanya : Materi apa yang Anda sukai saat pengajian? Jawab : Saya suka materi tentang sholat, wudhu, dan puasa. Pokoknya yang gampang-gampang yang bisa saya fahami dan bisa langsung saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kan lebih baik ilmu yang saya dapatkan sedikit tapi langsung bisa saya amalkan dan bisa saya bagi ke orang lain dari pada banyak ilmu yang saya dapat tapi tidak saya gunakan dan tidak bermanfaatn bagi orang lain. Tanya : Siapa ustadz yang Anda sukai? Jawab : Saya suka dengan Bang Zaki. Ustadz Ismeidas juga saya suka. Karena ustadz Ismeidas salah satu ustadz yang peduli dengan keadaan temanteman Punk Muslim dan anak-anak jalanan. Tanya : Dalam mengikuti pengajian ini, apa yang menjadi hambatan bagi Anda?
Jawab : Biasanya waktu. Kadang kalau lagi ada kerjaan dan tidak bisa ditinggalkan, itu menjadi hambatan bagi saya untuk ikut pengajian. Tapi sebisa mungkin hambatan itu tidak saya jadikan alasan untuk tidak ikut pengajian. Saya tetap usahakan untuk ikut pengajian. Tanya : Apa pengaruh besar bagi kehidupan Anda setelah mengikuti pengajian? Jawab : Wah banyak banget ya, mba. Dan pastinya ini sangat berpengaruh dalam merubah hidup saya menjadi lebih baik. Saya merasa hidup saya banyak berubah semenjak gabung di Punk Muslim khususnya saat ikut pengajian. Dulunya saya ini seorang pengkonsumsi narkoba, dan asal mbak tahu di lemari es saya bertumpuk alkohol dan biasa saya minum di depan rumah atau lingkungan sekitar bersama teman-temen. Kalau saya mau minum, tinggal ambil di lemari es. Karena memang di lingkungan ini sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Tapi sejak ikut pengajian, secara berangsur saya bisa meninggalkan itu semua. Ya walaupun saya harus membenturkan berkali-kali kepala saya karena diri saya yang tidak kuat menjauh dari barang-barang haram itu. Dan agar saya bisa benarbenar terlepas dari narkoba dan minum-minuma keras itu Tanya : Berarti sekarang Anda sudah benar-benar bersih dari barang-barang haram tersebut? Jawab
: Alhamdulillah… Ya jelas dong. Semua itu sudah saya tinggalkan. Sekarang saya hanya ingin mengkonsumsi yang halal-halal saja. Tapi
hanya saja kebiasaan merokok saya semakin kuat semenjak saya berhenti mengkonsumsi narkoba.
Narasumber
Pewawancara
(Darma Putra)
(Yeti Nurhayati)
HASIL WAWANCARA Nama Narasumber
: Asep
Jabatan
: Anggota Punk Muslim
Hari/ Tanggal
: Kamis, 9 Desember 2010
Waktu
: Pukul 23.00. WIB
Tanya
: Apakah Anda anggota PM?
Jawab
: Ya.
Tanya
: Sejak kapan Anda menjadi anggota PM?
Jawab
: Sejak 2007 bersama dengan Buce, Ambon, Luthfi, dan beberapa teman yang lainnya.
Tanya
: Sejak kapan Anda mengikuti pengajian?
Jawab
: Sejak pertama kali ada pengajian, awalnya kadang-kadang aja saya ikut tapi lama kelamaan saya ikut pengajian secara rutin.
Tanya
: Kira-kira dalam sebulan berapa kali Anda mengikuti pengajian?
Jawab
: Tidak menentu. Kalau bisa saya datang, Insya Allah saya datang. Paling 2 sampai 3 kali dalam sebulan. Tapi walaupun tidak ikut pengajian, saya tetap berkomunikasi dengan teman-teman untuk menanyakan apa bahasan dari pengajian kali ini.
Tanya
: Apa yang membuat Anda tertarik dengan pengajian?
Jawab
: Materinya, karena sangat menambah pengetahuan agama bagi saya. Sedangkan saya termasuk orang yang kurang dengan pengetahuan seputar agama. Dan ustadz-ustadznya dalam menyampaikan materi tidak terkesan menggurui.
Tanya
: Materi apa yang Anda sukai saat pengajian?
Jawab
: Kebanyakan materi yang saya sukai adalah tentang fiqh, ya sekitar masalah wudhu, sholat, puasa, dan zakat. Terus juga yang materinya gampang kita fahami, karena kebanyakan dari kita kan pendidikannya rendah. Jadi kalau materinya terlalu susah kita tidak mengerti. Yang mudah saja materinya yang penting bisa kita amalkan
Tanya
: Siapa ustadz yang Anda sukai?
Jawab
: Saya suka dengan Zaki. Pengajian ini juga pernah diisi oleh Ustadz Ismeidas, beliau juga enak membawakan materinya. Di beberapa kesempatan Punk Muslim juga pernah tampil sepanggung dengan Ustadz Ismeidas, jadi kami udah merasa dekat dengan Ustadz Ismeidas.
Tanya
: Dalam mengikuti pengajian ini, apa yang menjadi hambatan bagi Anda?
Jawab
: Kadang-kadang waktu saya yang menghalangi untuk hadir ke pengajian. Tapi sebisa mungkin saya tetap mau ikut pengajian walaupun sibuk ngamen.
Tanya
: Apa pengaruh mengikuti pengajian bagi kehidupan Anda?
Jawab
: Saya berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Saya bisa sampai ke sini karena kabur dari rumah semenjak ada konflik dengan orang tua. Semenjak di Jakarta kehidupan saya menjadi keras dan berantakan. Saya pemakai narkoba. Dan saya tidak hanya pemakai tapi pengedar. Karena dulunya kami di Punk Muslim ini tidak hanya sebagai pemakai tapi juga pengedar. Tapi sekarang saya benar-benar meninggalkan itu semua. Saya sadar sepenuhnya bahwa kehidupan yang dulu pernah saya jalankan adalah salah dan keluar dari jalur agama saya. Dan sekarang Alhamdulillah saya rutin 2 bulan sekali pasti pulang ke kampung untuk menemui orang tua saya.
Tanya
: Berarti sekarang Anda sudah benar-benar bersih dari barang-barang haram tersebut?
Jawab
: Alhamdulillah, walaupun dengan susah payah saya mencoba menjauhkan dan menghentikan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk saya. Biar bagaimanapun yang namanya perubahan itu harus bertahap dan tidak bisa cepat apalagi dipaksakan Tapi kadang kalau bertemu dan kumpul dengan teman-teman lama masih sering ditawari minimal segelas minuman keras. Kadang masih juga saya cicipi demi kebersamaan, khawatirnya kalau tidak seperti itu teman-teman merasa tidak dihargai dan mereka menghin saya. Cuma ini kalau mbak masih
lihat di dua tangan saya masih ada tato. Tapi ini bukan berati saya punya tato berarti masih nakal seperti dulu ya.
Narasumber
(Asep)
Pewawancara
(Yeti Nurhayati)
HASIL WAWANCARA Nama Narasumber
: Ahmad Zaki
Jabatan
: Ustadz dan Pembimbing komunitas Punk Muslim
Hari/ Tanggal
: Kamis, 22 Desember 2010
Waktu
: Pukul 11.30. WIB
Tanya : Bagaimana latar belakang berdirinya komunitas Punk Muslim? Jawab : Punk Muslim pada awalnya hanyalah sebuah kumpulan anak-anak Punk dan jalanan yang sudah mulai bosan menajalani hidup yang selamai ini mereka percayai dengan ideologi-ideologi yang komunitas Punk anut. Mereka yang jenuh dan berang dengan kehidupan mereka selama ini akhirnya dipertemukan oleh sosok Budi Khoironi yang tidak lain beliau adalah sahabat saya sendiri. Almarhum Budi mengajak anak-anak Punk dan jalanan untuk mengaji secara sederhana dan ternyata mereka menyukai metode yang Budi tawarkan. Sebelum terbentuknya komunitas ini, aktifitas pengajianlah yang secara tidak sengaja membentuk komunitas ini menjadi seperti saat ini. Tanya : Apa visi misi dari Punk Muslim? Jawab : Mengalumnikan teman-teman dari jalanan dan dari komunitas Punk itu sendiri. Karena jika 2 komunitas itu sudah tidak ada, berarti kita berhasil mengalumnikan mereka dan sudah dapat dipastikan tidak ada lagi anak
jalanan dan komunitas Punk di sekitar terminal. Kemudian juga kita ingin menyadarkan kepada mereka akan pentingnya beragama dan hidup bermasyarakat. Alhamdulillah walaupun pelan tapi semuanya itu sedikit demi sedikit telah kami rasakan hasilnya. Tanya : Mengapa dinamakan Punk Muslim? Jawab : Dengan nama ini hanya ingin memastikan kepada masyarakat bahwa komunitas Punk yang selama ini mereka kenal tidak semuanya buruk, ternyata ada satu komunitas yang bernama Punk Muslim yang para anggotanya sudah insyaf dari dunia kelam dengan rutin mengikuti pengajian setiap minggunya. Dan dengan nama ini pula kami ingin memberitahukan bahwa komunitas Punk yang ini terdiri dari para Punkers Muslim. Itu saja kok. Tanya : Siapakah yang memprakarsai berdirinya pengajian? Jawab : Almarhum Budi Khoroni. Budi dulu mengajak Drama, Luthfi, dan Asep untuk mengikuti pengajian yang langsung dibimbing oleh beliau. Ternyata mereka tertarik dan mengajak teman-teman mereka lainnya untuk mengikuti pengajian. Sampai dengan sekarang pengajian tetap berjalan walaupun kadang ada saja hambatannya. Tanya : Materi apa saja yang disampaikan dalam pengajian? Jawab : Saya lebih sering menyampaikan materi yang mudah-mudah saja dan bersifat praktis. Karena materi yang sepertti inilah yang sebenarnya
mereka butuhkan. Bukan materi-materi yang terlalu tinggi yang membutuhkan pemahama tinggi juga. Cukup dengan materi rukun Iman dan rukun Islam, membaca Al Qur’an, Hadits yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan parktek-praktek ibadah. Kadang-kaang juga saya menyampaikan materi tentang dunia Islam dan kita diskusikan materi-materi itu bersama. Biar pengajiannya lebih interaktif dan agar mereka juga tidak pasif di pengajian ini. Tanya : Apa metode yang digunakan dalam penyampaian materi di pengajian? Jawab : Di awal saya menggunakan metode ceramahan biasa. Setelah itu baru tanya jawab kemudian biasanya dilanjutkan dengan diskusi dua arah. Tanya : Bagaimana penentuan tema materi dalam pengajian? Jawab : Saya pilih materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena saya terus mengontrol dan memonitoring mereka terutama dari segi ibadahnya. Misal, saya rasa pertemuan pengajian kali ini harus membahas masalah cara berwudhunya Rasulullah, ya saya sampaikan itu. Tapi memang lebih banyak saya masuki dengan muatan aqidah seperti bagaimana kita harus mempercayai bahwasannya kehidupan kita ini benar-benar dikendalikan sepenuhnya oleh Allah SWT. Kemudian nanti pastinya saya akan kaitkan dengan dalil-dalil yang ada di dalam Al Qur’an dan Hadits. Tanya : Apa saja kegiatan lain yang diadakan oleh Punk Muslim?
Jawab : Kegiatan dari Punk Muslim lumayan banyak, mba. Tapi kami lebih banyak berkonsentrasi kepermasalahan spiritual atau agamanya. Kami berusaha mengembalikan kesadaran rekan-rekan untuk beribadah, menghilangkan pemikiran anti Tuhan. Kemudian juga kita berkonsentrasi kepermasalahan ekonomi, kami di sini berusaha menjalin hubungan dengan para pengusaha yang sekiranya nanti dapat membantu kami dalam masalah ekonomi. Kemudian juga mereka aktif bermusik karena pada dasarnya hampir komunitas Punk tidak bisa lepas dari musik. Selanjutnya ada Jambore, kegiatan yang hampir setiap tahunnya kami laksanakan. Ada juga jaulah atau silaturahmi ke komunitas-komunitas Punk yang ada di daerah. Tanya : Bagaimana perekrutan untuk anggota Punk Muslim? Jawab : Secara umum tidak ada istilah perekrutan dalam komunitas ini. Yang ada hanyalah kami yang sudah mengaji mencoba mengajak teman-teman yang lain untuk bisa juga ikut pengajian rutinnya. Karena semakin banyak anggota pengajian yang ikut, sebenarnya itulah proses perekrutan kami. Kami juga tidak pernah memaksakan teman-teman di jalanan untuk mengikuti pengajian karena memang sangat sulit untuk mengajak teman-teman mengaji jika kemauan itu bukan datang dari diri mereka sendiri. Tanya : Bagaimana perubahan sikap keberagamaan dari anggota Punk Muslim yang sudah Anda bina?
Jawab : Alhamdulillah, memang Allah-lah yang memiliki dan mengusasi hati serta yang memiliki hidayah. Saya dan ustadz-ustadz lainnya yang pernah mengisi di sini hanyalah perantara. Sekarang mereka kita bisa lihat sendiri, dari yang semula mereka pengedar dan pemakai narkoba, sekarang mereka sudah benar-benar bersih dari narkoba. Mereka tinggalkan free sex, minum minuman keras dan alkohol. Dan kini kesadaran akan agama mereka kian membaik.
Narasumber
Pewawancara
(Ahmad Zaki)
(Yeti Nurhayati)
Muhammad Idol Cipt. Luthfi
Dari Aristoteles hingga Washington Maupun si cerdik Einstein atau si Darwin Dari nabi Adam sampai nabiku Isa Nabi Muhammad lah dia sang idola dunia
Sungguh sangat mulia, semua ucap lakunya Soleh jujur, amanah, dan terpercaya Hidup sederhana, uswatun hasanah Sosok pribadi yang gak akan pernah mati
Reff: Nabi Muhammad, sang Idola Dunia Best of the best man, Muhammad forever Nabi Muhammad, sang Idola dunia Best of the best man, Muhammad forever
Muhammad my idol!
ANARCHY IN THE DARK SOUL Cipt: Luthfi
Tumbangkan kekuasaan busuk hati Yang hanya pandai membenci Redam emosi menata diri
Gulingkan kekuasaan buruk hati Yang hanya pandai mendengki Introspeksi berkaca diri
Anarki tumbuhkan dalam diri Bila fitrah telah terjajah Kuasa nafsu hitam naluri
Anarki tegakkan dalam diri Saat jiwa gelap adanya Semoga cahaya sinari hati
Inilah perlawanan Inilah perjuangan Inilah peperangan Sambutlah kemenangan
DOKUMENTASI KEGIATAN KOMUNITAS PUNK MUSLIM
Logo Punk Muslim: Bulan dan Bintang melambangkan Islam, model rambut Mohawk dan tulisan yang berwarna hitam melambangkan identitas dari komunitas Punk, warna putih melambangkan kesucian.
Kiri- kanan: pegawai LSM, Zaki, Alm. Budi, dan pegawai LSM. Zaki dalam salah satu event di Jakarta bersama Punk Muslim.
Cover album pertama Punk Muslim “Soul Revolution”
Punk Muslim: Asep, Luthfi, Darma, dan Agus saat dalam acara Islamic Bok Fair 9th, Istora Senayan Februari 2010
Ustadz Ismeidas saat mengiringi band Punk Muslim dalam acara Islamic Book Fair 9th, Istora Senayan Februari 2010
Punk Muslim saat mengadakan acara Jambore
Cover album kedua Punk Muslim “Anarchy In The Dark Soul”
Zaki saat Jaulah ke komunitas Punk di Batam
Zaki dan Punk Muslim saat Jaulah ke komunitas Punk di Indramayu, Minggu 25 Oktober 20101
Punk Muslim saat menghadiri acara seminar “Pelajar Berprestasi Tanpa Narkoba” di SMKN 45 Jakarta, Sabtu 13 Juni 2009.
Punk Muslim saat diwawancarai oleh DAAI TV dalam launching album kedua Punk Muslim di Tugu Senen Jakarta Timur, Rabu 21 April 2010.
Para advokat “PAHAM” yang bekerjasama dengan komunitas Punk Muslim dan anak jalanan saat menghadiri launching album kedua Punk Muslim April 2010.
Punk Muslim dan para advokat “PAHAM” berkumpul sebelum acara launching.
Darma, salah seorang anggota Punk Muslim yang sedang membaca ayat Al Qur’an sebelum acara launching dimulai.
Penonton yang menyaksikan penampilan Punk Muslim saat launching album.
Ustadz Zaki dan Punk Muslim saat mengikuti pengajian sekaligus Jambore di Puncak 2009.
Suasana makan bersama yang penuh dengan keakraban saat Jambore.
Peserta Jambore yang sedang bertanya kepada Ustadz Zaki.
Zaki dan Punk Muslim bersama presenter TV One saat peringatan Hari Anti Korupsi Internasional, Bundaran HI 1 Desember 2010.
Punk Muslim saat tampil untuk memeriahkan Kampanye Pemilu Raya (Pemira) di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu 5 Mei 2010.
Punk Muslim saat menghadiri seminar “” yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2010.